Candi Prambanan Cuy.. Doc

37
Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda, kemudian pada tahun 1855 Jan Willem Ijzerman mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. beberapa saat kemudian Isaac groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang sungai opak Pada tahun 1902-1903 , Theodor Van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918 -1926 , dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih metodis dan sistematis, sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali.Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan itu berlanjut hingga tahun 1993. Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja. Sekarang, candi ini adalah sebuah situs yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun 1991. Antara lain hal ini berarti bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status istimewa, misalkan juga dalam situasi peperangan . Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Asia Tenggara , tinggi bangunan utama adalah 47m. Kompleks candi ini terdiri dari 8 kuil atau candi utama dan lebih daripada 250 candi kecil. Tiga candi

Transcript of Candi Prambanan Cuy.. Doc

Page 1: Candi Prambanan Cuy.. Doc

Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda,

kemudian pada tahun 1855 Jan Willem Ijzerman mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu

dan tanah dari bilik candi. beberapa saat kemudian Isaac groneman melakukan pembongkaran besar-

besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang sungai opak Pada

tahun 1902-1903, Theodor Van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918 -1926,

dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang

lebih metodis dan sistematis, sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan

pembongkaran beribu-ribu batu tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali.Pada tahun 1926

dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R.

van Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada

putra Indonesia dan itu berlanjut hingga tahun 1993.

Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak

yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal

75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya

tampak fondasinya saja.

Sekarang, candi ini adalah sebuah situs yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun 1991.

Antara lain hal ini berarti bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status istimewa, misalkan juga

dalam situasi peperangan.

Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Asia Tenggara, tinggi bangunan utama adalah

47m. Kompleks candi ini terdiri dari 8 kuil atau candi utama dan lebih daripada 250 candi kecil. Tiga

candi utama disebut Trisakti dan dipersembahkan kepada sang hyang Trimurti: Batara Siwa (Siva) sang

Penghancur, Batara Wisnu (Visnu) sang Pemelihara dan Batara Brahma sang Pencipta.

Candi Siwa di tengah-tengah, memuat empat ruangan, satu ruangan di setiap arah mata angin.

Sementara yang pertama memuat sebuah arca Batara Siwa setinggi tiga meter, tiga lainnya

mengandung arca-arca yang ukuran lebih kecil, yaitu arca Durga, sakti atau istri Batara Siwa, Agastya,

gurunya, dan Ganesa, putranya.

Arca Durga juga disebut sebagai Rara atau Lara/Loro Jongrang (dara langsing) oleh penduduk

setempat. Untuk lengkapnya bisa melihat di artikel Loro Jonggrang.

Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Batara Wisnu, yang menghadap ke arah utara dan

satunya dipersembahkan kepada Batara Brahma, yang menghadap ke arah selatan. Selain itu ada

beberapa candi kecil lainnya yang dipersembahkan kepada sang lembu Nandini, wahana Batara Siwa,

Page 2: Candi Prambanan Cuy.. Doc

sang Angsa, wahana Batara Brahma, dan sang Garuda, wahana Batara Wisnu.

Lalu relief di sekeliling dua puluh tepi candi menggambarkan wiracarita Ramayana. Versi yang

digambarkan di sini berbeda dengan Kakawin Ramayana Jawa Kuna, tetapi mirip dengan cerita

Ramayana yang diturunkan melalui tradisi lisan. Selain itu kompleks candi ini dikelilingi oleh lebih

dari 250 candi yang ukurannya berbeda-beda dan disebut perwara. Di dalam kompleks candi

Prambanan terdapat juga museum yang menyimpan benda sejarah, termasuk batu Lingga batara Siwa,

sebagai lambang kesuburan.

Page 3: Candi Prambanan Cuy.. Doc

Orang bijak mengatakan, "Sejarah adalah masa lalu, masa kini adalah waktu yang harus dijalani

dan masa depan adalah misteri". Namun sejatinya kalau kita mau lebih arif lagi, ketiga masa tersebut

Page 4: Candi Prambanan Cuy.. Doc

adalah sebuah satu kesatuan yang saling terhubung dan mempengaruhi satu sama lain. Peninggalan-

peninggalan purbakala yang tersebar di berbagai wilayah Nusantara memberikan gambaran yang nyata

betapa kayanya warisan budaya Bangsa Indonesia yang harus digali dan dijaga.

Candi Panataran yang terletak di sebelah utara Blitar adalah satu-satunya komplek percandian

yang terluas di kawasan Jawa Timur. Berdasarkan laporan Dinas Purbakala tahu 1914-1915 nomor

2045 dan catatan Verbeek nomor 563, merupakan bangunan kekunaan yang terdiri atas beberapa

gugusan sehingga disebut Komplek Percandian. Lokasi bangunan candi ini terletak di lereng barat-daya

Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter dpl (di atas permukaan air laut), di desa yang juga

bernama Panataran, Kecamatan Nglegok, Blitar. Hanya berjarak sekitar 12 kilometer dari Kota Blitar

atau kurang lebih setengah jam perjalanan dengan kendaraan bermotor. Dengan jalan yang relatif mulus

dan cukup lebar hingga di depan komplek candi.

Candi Panataran ditemukan pada tahun 1815, tetapi

sampai tahun 1850 belum banyak dikenal.

Penemunya adalah Sir Thomas Stamford Raffles

(1781-1826), Letnan Gubernur Jenderal pemerintah

kolonial Inggris yang berkuasa di Negara Indonesia.

Raffles bersama-sama dengan Dr.Horsfield seorang

ahli Ilmu Alam mengadakan kunjungan ke Candi

Panataran, dan hasil kunjunganya dibukukan dalam

buku yang berjudul "History of Java" yang terbit

dalam dua jilid. Jejak Raffles ini di kemudian hari

diikuti oleh para peneliti lain yaitu : J.Crawfurd

seorang asisten residen di Yogyakarta, selanjutnya

Van Meeteren Brouwer (1828), Junghun (1884),

Jonathan Rigg (1848) dan N.W.Hoepermans yang pada tahun 1886 mengadakan inventarisasi di

komplek percandian Panataran.

Memasuki areal Candi, di pintu utama kita akan disambut dua buah arca penjaga pintu atau

disebut dengan Dwaraphala yang dikalangan masyarakat Blitar terkenal dengan sebutan "Mba Bodo".

Yang menarik dari arca penjaga ini bukan karena arcanya yang besar, namun karena wajahnya yang

menakutkan (Daemonis). Pahatan angka yang tertera pada lapik arca tertulis dalam huruf Jawa Kuno :

tahun 1242 Saka atau kalau dijadikan Masehi (ditambah 78 tahun) menjadi tahun 1320 Masehi.

Berdasarkan pahatan angka yang terdapat pada kedua lapik arca, bahwa bangunan suci palah (nama

[navigasi.net] Budaya - Candi PenataranBatu Prasasti

Page 5: Candi Prambanan Cuy.. Doc

lain untuk Candi Panataran) diresmikan menjadi kuil negara (state-temple) baru pada jaman Raja

Jayanegara dari Majapahit yang memerintah pada tahun 1309-1328 Masehi.

Di sebelah timur Arca terdapat sisa-sisa pintu gerbang yang terbuat dari bahan batu bata merah.

Bangunan penting lainnya yang terdapat disekitar gerbang adalah bangunan yang berbentuk persegi

panjang yang disebut dengan Bale Agung. Kemudian bangunan bekas tempat pendeta yang hanya

tinggal tatanan umpak-umpak saja. Sebuah bangunan persegi empat dalam ukuran yang lebih kecil dari

Bale Agung adalah Pendopo Teras atau batur pendopo yang berupa candi kecil berangka tahun yang

disebut Candi Angka Tahun, dimana bangunan-bangunan tersebut terbuat dari bahan batu andesit.

Di sebelah selatan bangunan candi masih

berdiri tegak sebuah batu prasasti atau batu bertulis.

Prasasti ini menggunakan huruf Jawa Kuno

bertahun 1119 Saka atau 1197 Masehi yang

dikeluarkan oleh Raja Srengga dari Kerajaan Kediri.

Isinya antara lain menyebutkan tentang peresmian

sebuah perdikan untuk kepentingan Sira Paduka

Batara Palah (Candi Panataran). Jadi proses

pembangunan komplek Candi Panataran memakan

waktu sekurang-kurangnya 250 tahun, dimana mulai

dibangun tahun 1197 pada jaman Kerajaan Kediri

sampai tahun 1454 pada jaman Kerajaan Majapahit.

Candi berikutnya adalah Candi Naga yang

terbuat seluruhnya dari batu dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57 meter dan tinggi 4,70 meter.

Disebut Candi Naga karena sekeliling tubuh candi dililit naga dan fitur-fitur atau tokoh-tokoh seperti

raja sebanyak sembilan buah. Diantara bangunan candi yang paling besar adalah candi induk, yang

terletak dibagian yang paling belakang yaitu bagian yang dianggap suci. Bangunan candi induk terdiri

dari tiga teras bersusun dengan tinggi seluruhnya 7,19 meter. Pada masing-masing sisi kedua tangga

naik ke teras pertama terdapat arca Dwaraphala, pada alas arca terdapat angka tahun 1269 Saka atau

1347 Masehi.

Pada bagian paling belakang candi terdapat kolam suci, yang konon ceritanya adalah kolam

yang dipergunakan sebagai tempat ibadah ritual. Sisa-sisa kemewahan masa lampau memang masih

terlihat dari bangunan kolam mini ini. Kolam yang berukuran sekitar 2 x 5 meter ini terlihat bersih dan

[navigasi.net] Budaya - Candi PenataranPintu kasuk candi yang diapit sepasang Arca Dwarapala

Page 6: Candi Prambanan Cuy.. Doc

tertata bagus. Membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 1 jam untuk menelusuri keseluruhan areal

Candi Panataran. Karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Kota Blitar sekaligus masih satu jalur

dengan tempat wisata ziarah Makam Bung Karno, maka jika kebetulan anda berkunjung ke Blitar tak

ada salahnya untuk menyempatkan waktu berkunjung ke Candi Panataran sebagai salah satu wujud

penghargaan terhadap sejarah. (By AMGD)

RIWAYAT PENEMUAN

Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit yang kemudian di susul dengan masuknya agama

Islam, banyak bangunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu / Budha begitu saja di tinggalkan

oleh masyarakat penganutnya. Lama-lama bangunan-bangunan suci yang tidak lagi dipergunakan itu di

lupakan orang-orang karena masyarakat sebagian besar telah berganti kepercayaan. Akibatnya

bangunan tersebut menjadi terlantar tidak ada lagi yang mengurusnya, pada akhirnya tertimbun

longsoran tanah dan semak semak belukar. Yang nampak adalah puing - puing berserakan di sana sini.

Ketika daerah ini berkembang menjadi pemukiman keadaannya menjadi lebih parah lagi. Batu -

batu candinya di bingkar orang dari susunannya untuk keperluaan alas bangunan rumah atau pengeras

Page 7: Candi Prambanan Cuy.. Doc

jalan, sedangkan batu bata yang di tumbuk untuk dijadikan semen merah. Sejumlah batu-batu berhias

dan juga arca-arca di ambil oleh sinder - sinder perkebunan. Keadaan yang menyedihkan ini

berlangsung cukup lama, sampai datangnya para peneliti pada sekitar permulaan abad XIX. Dengan

keahlian yang dimilikinya mulailah para peneliti itu mengadakan rekonstruksi dan pemugaran.

Demikian juga keadaan komplek percandian Panataran dimasa lalu. Candi Penataran di

temukan pada tahun 1815 tetapi sampai tahun 1850 belum banyak di kenal. Penemunya adalah Sir

Thomas Stamford Raffles (1781 - 1826), letnan gubernur jendral kolonial Inggris yang berkuasa di

negara kita pada waktu itu.

Raffles bersama dengan Dr. Horsfield seorang ahli Ilmu Alam mengadakan kunjungan ke Candi

Penataran, hasil kunjungannya di bukukan dalam bukunya yang cukup terkenal “History of Java” yang

terbit dalam dua jilid. Jejak raffles ini kemudian di ikuti oleh para peneliti lainnya: J. Crawfurd seorang

asisten residen di Yogyakarta, selanjutnya van meeteren Brouwer (1828), Junghun (1844), Jonathan

Rigg (1848) dan N.W. Hoepermans yang pada tahun 1866 mengadakan inventarisasi di komplek

percandiaan Penataran. Pada tahun 1867 Andre de la Porte bersama dengan J. Knebel seorang asisten

residen mengadakan penelitian atas Candi Panataran dan hasil penelitian di bukukan dalam bukunya

yang terbit 1900 yang berjudul “De ruines van Panataran”.

Dengan berdirinya badan resmi kepurbakalaan yang pada waktu itu bersama Oudheidkundige

Dienst (biasa di singkat OD) pada tanggal 14 - 06 - 1913 maka penanganan atas candi Penataran

menjadi lebih intensif. Pada saat ini bersama dengan peninggalan kuno yang lain yang berada di Jawa

Timur, Pemeliharaan, Perlindungan, Pemugaran dan sebagainya atas Candi Penataran berada di tangan

Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur yang berkantor pusat di Trowulan, Mojokerto.

Page 8: Candi Prambanan Cuy.. Doc

PENDAHULUAN

Nama Candi Penataran kiranya tidak asing lagi kedengarannya di telinga kita terutama bagi

masyarakat Jawa Timur. Nama tersebut sudah begitu lekat dan akrab sehingga tidak jarang digunakan

orang sebagai mana jalan, toko, depot, dan nama badan - badan usaha lainnya. Orang mempergunakan

nama “ Candi Penataran” (yang kadang tanpa kata “candi” di depannya) barangkali di dorong oleh rasa

kagum akan masa gemilang yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita di masa lalu, sisa-sisa bekas

kegemilangan itu masih dapat kita saksikan peninggalannya sampai sekarang. Dengan menggunakan

nama ini diharapkan dapat membawa sukses besar pada pemakainya disamping untuk melestarikan

nama yang mempunya nilai historis itu. Penggunaan nama Candi Penataran itu memang tidak salah

pilih walaupun bagi Shakespeare tidak pernah ambil peduli apakah arti sebuah nama.

Candi Penataran yang terletak di sebelah utara Blitar adalah satu-satunya komplek percandian

terluas di kawasan Jawa Timur, hampir sepanjang hari tidak pernah sepi pengunjung. Menurut catatan

jumlah pengunjung umum rata-rata dalam satu bulan sekitar 20.000 sampai 25.000 orang, suatu jumlah

yang tidak dapat dikatakan kecil sementara jumlah pengunjung candi-candi yang lain rata-rata dalam

satu bulan sekitar 5.000 orang saja. Wisatawan - wisatawan asing yang datang di Jawa Timur dalam

kunjungannya ke Blitartidak lupa menyempatkan diri berkunjung ke Candi Penataran. Kekunaan ini

paling banyak di tulis orang, sumber inspirasi bagi para seniman, lahan yang lumayan bagi para penjaja

makanan dan barang - barang cindera mata.

Sebagai suaka budaya yang dilundungi undang-undang, Candi Penataran tergolong dalam

monumen mati (dead monument) artinya tidak ada kaitannya lagi dengan agama atau kepercayaan yang

hidup dewasa ini. Bangunan percandian tidak lagi berfungsi sebagaimana sewaktu dibangun semula.

Kontak yang terjadi antara pengunjung dan kekunaan adalah dalam rangka penikmatan seni dan budaya

serta ilmu pengetahuan. Candi tidak lagi sebagai tempat untuk ibadah dan bukan tempat semedi atau

meditasi. Pemugaran-pemugaran candi yang telah memdapat perhatian pemerintah sejak Pelita II

adalah dalam Rangka menyelamatkan bangunan dari kerusakan yang lebih fatal bukan untuk

menghidupkan kembali tradisi lama.

Apabila karena sesuatu hal sebuah candi atau monument runtuh berarti kita telah kehilangan

bukti sejarah yang autentik, kehilangan tersebut tidak akan dapat diganti oleh yang lain untuk selama-

lamanya. Kini 500 tahun lebih telah berlalu, komplek percandian Penataran masih tegak berdiri di

tempat semula.

 

Page 9: Candi Prambanan Cuy.. Doc

LOKASI

Candi Penataran terdaftar dalam laporan Dinas Purbakala tahun 1914 - 1915 nomor 2045 dan

catatan Verbeek nomor 563. Bangunan kekunaan terdiri atas beberapa gugusan sehingga lebih tepat

kalau disebut komplek percandian. Lokasi bangunan terletak di lereng barat daya Gunung Kelud pada

ketinggian 450 meter di atas permukaan air laut, di suatu desa yang juga bernama Panataran,

kecamatan Nglegok, Blitar. Untuk sampai di lokasi percandian dapat di tempuh dari pusat kota Blitar

ke arah utara yaitu kejurusan Makam Proklamator Bung Karno. Jarak dari kota sampai lokasi

diperkirakan 12 km, jalan mulus beraspal dan dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan.

Apabila di tempuh dari kota Blitar, setelah perjalanan mencapai 10 km, sampailah kita di pasar

Nglegok, kemudian di teruskan sampai pasar desa Panataran. Disini jalan bercabang dua, yaitu belok

ke kanan menuju desa Modangan sedangkan yang belok kekiri menuju yakni jalan menuju ke barat

adalah langsung menuju ke percandian. Dari pertigaan pasar Panataran sampai ke lokasi hanya tinggal

300 m.

Bagi pengunjung yang datang dari malang tidak perlu masuk sampai kota, sebab dapat

ditempuh dari pertigaan desa Garum belok kanan sejauh ± 5 km sudah sampai lokasi. Hanya fasilitas

jalannya tidak terlalu lebar.

 

Page 10: Candi Prambanan Cuy.. Doc

SUSUNAN UMUM KOMPLEK PERCANDIAN

Dalam garis besarnya susunan umum komplek percandian Penataran dapat diuraikan sebagai di

bawah ini.

Menurut catatan bangunan kekunaan menempati areal tanah seluas 12.946 m2 berjajar dari

barat laut ke timur kemudian berlanjut ke bagian tenggara. Seluruh halaman komplek percandian

kecuali halaman yang berada di bagian tenggara di bagi-bagi (disekat) oleh dua jalur dinding yang

melintang dari arah utara ke selatan sehingga membagi halaman komplek percandian menjadi tiga

bagian yang untuk mudahnya yang berturut-turut akan di sebut sebagai: halaman A untuk halaman I,

halaman B untuk halaman II, dan halaman C untuk halaman III. Pembagian halaman komplek

percandian menjadi tiga bagian adalah berakar pada kepercayaan lama nenek moyang kita. Sebagian

dapat diamati oleh peta situasi, halaman B masih di bagi lagi oleh dinding yang membujur arah timur -

barat sehingga membagi halaman B menjadi dua bagian. Apakah halaman B ini dahulu tertutup oleh

tembok keliling belum di ketahui dengan pasti sebab kini yang tinggal hanya pondasi - pondasinya saja.

Begitu juga tembok keliling komplek percandian sudah sejak lama runtuh, yang nampak sekarang

adalah bagian pagar tanaman hidup yang berfungsi sebagai batas pagar keliling kekunaan. Tembok

keliling dan dinding penyekat terbuat dari bahan bata merah, sehingga karena perjalanan waktu yang

cukup lama menyebabkan keruntuhannya.

Susunan komplek percandian Penataran memang menarik karena letak bangunan yang satu

dengan yang lain berhadap-hadapan terus ke belakang yang sepintas kelihatannya agak

membingungkan. Susunan bangunan mirip dengan susunan bangunan pura yang ada di Bali. Dalam

susunan seperti ini di bagian halaman yang terletak paling belakang adalah yang paling suci karena di

Page 11: Candi Prambanan Cuy.. Doc

sini terdapat bangunan pusatnya atau bangunan induknya. Juga di Bali tempat bagi dewa - dewa berada

di bagian candi yang paling belakang yakni bagian yang paling dekat dengan gunung. Di Jawa Timur

perwujudan dalam bentuk bangunan berupa bangunan candi yang berteras-teras dengan susunan makin

ke atas makin kecil yang di sebut punden berundak. Pintu masuk ke halaman komplek percandian yang

sementara ini juga berfungsi sebagai pintu keluar terletak di bagian barat. Dengan menuruni tangga

masuk yang berupa undak-undakan sampailah kita di ruang tunggu tempat pengunjung mendaftarkan

diri sebelum masuk halaman komplek percandian. disini terdapat dua buah arca penjaga pintu

(Dwaraphala) yang di kalangan masyarakat Blitar di kenal dengan sebutan “Mbah Bodo” yang menarik

dari kedua arca penjaga ini bukan karena ukurannya yang besar dan wajahnya yang menakutkan

(daemonis) tetapi pahatan angka tahun tertulis dalam huruf Jawa Kuno: tahun 1242 Saka atau kalau di

jadikan mesehi (ditambah 78 Tahun) menjadi 1320 Masehi.

Berdasarkan pahatan angka tahun yang terdapat pada kedua lapik arca penjaga tersebut para

sarjana berpendapat bahwa bangunan suci Pala (nama lain untuk candi penataran) di resmikan menjadi

kuil negara (state temple) baru pada jaman Raja Jayanegaradari Majapahit yang memerintah pada tahun

1309 - 1328 AD. Di sebelah timur kedua arca penjaga di tempat yang tanahnya agak tinggi terdapat

sisa-sisa pintu gerbang dari bahan bata merah. Pintu gerbang tersebut masih di sebut-sebut Jonathan

Rigg dalam kunjungannya ke candi Penataran pada tahun 1848. Dengan melalui bekas pintu gerbang

ini sampailah kita ke bagian terdepan halaman A. Disini masih dapat disaksikan sekitar 6 buah bekas

bangunan yang hanya tinggal pondasinya saja itu terbuat dari bahan batu bata merah. Melihat

banyaknya umpak - umpak batu yang tersisa di sini dapat diduga bahwa dahulu terdapat bangunan -

bangunan yang menggunakan tiang kayu seperti yang dapat kita jumpai di Bali. Berapa banyak

bangunan yang menggunakan tiang - tiang kayu belum dapat diketahui dengan pasti.

bangunan -bangunan penting yang terletak di halaman A adalah sebuah bangunan yang berbentuk

persegi panjang yang disebut dengan nama “Bale Agung”, kemudian bangunan bekas tempat pendeta

yang hanya tinggal tatanan umpak-umpak saja, sebuah bangunan berbentuk persegi empat dalam

ukuran yang lebih kecil dari bangunan bale agung yang di sebut dengan nama “pendopo teras” atau

“batur pendopo” dan bangunan yang berupa candi kecil berangka tahun yang di sebut candi Angka

tahun. Bangunan - bangunan tersebut seluruhnya terbuat dari batu andesit.

Menurut halaman B juga melewati sisa-sisa bekas pintu gerbang yang bagian depannya di jaga

oleh dua buah arca dwarapala dalam ukuran yang lebih kecil. Kedua arca dwarapala ini pada lapik arca

nya juga terpahat angka tahun, tertulis tahun 1214 Saka atau 1319 Masehi. Peristiwa apa yang

dikaitkan dengan angkat tahun ini belum diketahui. Di Halaman B masih dapat di saksikan sekitar 7

Page 12: Candi Prambanan Cuy.. Doc

buah bekas bangunan, ada bangunan yang terbuat dari bahan bata merah dan ada juga bangunan yang

terbuat dari bahan batu andesit. Dari ketujuh buah bekas bangunan tersebut enam buah diantaranya

sudah tidak dapat dikenali lagi bentuknya. Satu satunya bangunan yang cukup di kenal adalah Candi

Naga, di sebut demikian karena sekeliling tubuh bangunan tersebut di lilit ular Naga. Bangunan Candi

Naga seluruhnya terbuat dari batu andesit.

Halaman terakhir adalah halaman C, di situ juga terdapat bekas pintu gerbang yang bagian

depannya di jaga oleh dua buah arca dwarapala. Ada sekitar 9 buah bekas bangunan, dua buah yang

sudah dapat dikenali adalah bangunan candi induk, tujuh bangunan yang lain sementara ini belum

terungkapkan.

Disebelah selatan bangunan candi masih berdiri tegak sebuah batu prasasti atau batu bertulis.

Melihat besarnya ukuran batu prasasti ini para ahli menduga batu tersebut masih berada di tempat

aslinya. Prasasti menggunakan huruf jawa kuno bertahun 1119 Saka atau 1197 Masehi di keluarkan

oleh Raja Srengga dari kerajaan Kediri. Karena isinya antara lain menyebutkan tentang peresmian

sebuah perdikan untuk kepentingan Sira Paduka Batara Palah maka para sarjana berpendapat bahwa

yang dimaksud Palah tentunya tidak lain adalah Penataran. Andaikata dapat dibenarkan bahwa Palah

adalah Candi Penataran sekarang maka usia pembangunan komplek percandian Penataran memakan

waktu sekurang-kurangnya 250 tahun. di bangun dari 1197 Masehi pada jaman kerajaan Kediri sampai

tahun 1454 pada jaman kerajaan Majapahit. Hampir semua bangunan yang dapat kita saksikan

sekarang berasal dari masa pemerintahan raja-raja Majapahit. Barangkali bangunan-bangunan yang

lebih tua (dari jaman Kediri) telah lama runtuh.

Masih ada dua bangunan lain yang letaknya di luar komplek percandian tentunya masih ada

hubungannya dengan komplek percandian Penataran secara keseluruhan. Bangunan tersebut berupa

sebuah kolam berangka tahun 1337 Saka atau 1415 Masehi yang terletak di sebelah tenggara dan

sebuah kolam lagi (Petirtaan) dalam ukuran yang agak besar terletak kira-kira 200 m ke arah timur laut

komplek percandian.

CERITA - CERITA SINGKAT RELIEF - RELIEF

Sejumlah bangunan purbakala di Jawa Timur dindingnya berpahatkan relief-relief cerita dalam

kombinasi berbagai ragam hias yang indah dan menarik. Relief-relief tersebut dipahatkan pada

Page 13: Candi Prambanan Cuy.. Doc

bangunan-bangunan yang dibuat dari bahan batu keras dan juga dipahatkan pada bangunan-bangunan

yang di buat dari bahan bata merah walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak.

Pada umumnya relief-relief gaya Jawa Timur berbentuk agak pipih (gepeng) seperti wayang, berbeda

dengan relief-relief gaya Jawa Tengah yang berbentuk naturalis atau realistik dalam arti mendekati

bentuk model yang sebenarnya. Dengan melalui visualisasi relief-relief ininenek moyang kita atau

seniman ingin menyampaikan informasi atau pesan kepada masyarakat. Informasi atau pesan tersebut

dapat berupa cerita yang didalamnya terkandung tentang ajaran-ajaran agama, tentang kepahlawanan,

tentang cinta kasih dan sebagainya. Juga berupa tutur yakni dongengan yang bersifat mendidik. Dan

tidak mustahil bila di antara sekian banyak relief ada yang menggambarkan semacam protes sosial

yang terjadi pada zamannya. Studi tentang relief memang menarik sebab dari sinilah kita dapat melihat

gambaran sebagian dari kejadian-kejadian yang terjadi di masa lalu, tentang kehidupan masyarakat

sehari-hari, tentang model-model bangunan, tentang berbagai pola ragam hias, tentang filsafat dan

kepercayaan nenek moyang pada waktu itu. Untuk pembacaan suatu adegan dalam relief dapat

mengikuti arah jarum jam yang juga di sebut pradaksina dan juga dapat kebalikannnya yakni

berlawanan dengan arah jarum jam yang di sebut prasawnya. Jadi ada yang berurutan dari kiri ke kanan

atau sebaliknya. Di komplek percandian penataran relief-relief yang terdapat di dinding-dinding

pendopo teras pada bidang atau panil-panil tertentu di bagian atasnya terdapat tulisan singkat dalam

huruf jawa kuno yang diduga merupakan petunjuk bagi para pemahat cerita apa yang harus

digambarkan. Beberapa tulisan singkat yang telah berhasil dibaca memang sesuai dengan adegan yang

dilukiskan dalam relief tersebut. Tulisan-tulisan singkat seperti ini juga terdapat di candi Borobudur.

Adapun relief-relief di komplek percandian Penataran yang telah diketahui jalan ceritanya

seperti di bawah ini.

Sang Setyawan

Sri Tanjung

Bubuksah - Gagang Aking

Ramayana (Hanoman Duto)

Kresnayana

Pemburu yang tertipu

Kura-kura yang sombong

Lembu dan Buaya

Page 14: Candi Prambanan Cuy.. Doc

Relief: Sang Setyawan

Lokasi: dinding sisi timur bangunan pendopo teras

Urutan adegan: Prasawya, dari kiri ke kanan dimulai dari sudut tenggara terdiri dari sekitar 18 panil

Cerita singkat:

Adalah seorang penduduk khayangan bernama Sang Setyawan seseorang yang dikisahkan

mempunyai sifat-sifat patuh dan setia sehingga bersedia mengerjakan segala pekerjaan sampai

pekerjaan yang dipandang hina sekalipun. Pada suatu ketika Sang Setyawan menghadap di kerajaan

Pus - pa Tan Alum, rajanya bernama Jayati dari negeri Kertanirmala. Sang raja terpikat oleh sifat-sifat

Sang Setyawan sehingga dengan senang hati ia menjodohkan dengan putrinya yang bernama Suwistri.

Tibalah saatnya Sang Setyawan meninggalkan istrinya untuk pergi bertapa. Suwistri bersama abdinya

yang bernama Sucita mencarinya ke hutan. Begitu melihat istrinya datang dari kejauhan, Sang

Setyawan tiba-tiba mengubah dirinya menjadi ular dan harimau untuk membuat Suwistri takut.Ternyata

Suwistri tenang-tenang saja. Begitu juga sewaktu digoda oleh pertapa-pertapa yang sedang

mengerjakan sawah mereka jatuh cinta pada Suwistri dan saling berkelahi. Sang Setyawan kemudian

menciptakan sebuah pertapaan yang indah dan kemudian mengganti namanya dengan Cilimurti.

Suwistri kemudian dijadikan pertapa dan diberi pelajaran hal ihwal yang menyangkut kebiaraan.

Setelah selesai menuntut pelajaran tersebut kemudian ia menjadi satu dengan Cilimurti yang ternyata

adalah Sang Hyang Wenang. Tersebutlah kemudian orang tua Suwistri bersama istrinya yang bernama

Dewayani kemudian pergi untuk mencari anaknya. Akhirnya diketahui bahwa anaknya telah bersatu

dengan Sang Hyang Wenang. Raja Jayanti bersama istrinya kemudian mengikuti jejak anaknya untuk

menjadi pertapa. Atas perintah Sang Hyang Wenang mereka diperintahkan untuk menuju ke gunung

Meru, raja Jayanti di bagian Timur sedangkan Dewayanti di bagian barat.

Relief: Sri Tanjung

Lokasi: dinding sisi barat kemudian terus berlanjut pada dinding sisi selatan pada bangunan pendopo

Page 15: Candi Prambanan Cuy.. Doc

teras.

Urutan Adegan: prasawya, dimulai dari dinding sebelah kanan tangga masuk sebelah selatan.

Cerita Singkat: Dikisahkan, adalah Pangeran Sidapaksa salah seorang turunan Pandawa yang mengabdi

pada prabu Sulakarma di negeri Sindurejo. Pada suatu ketika Sidopaksa diutus sang prabu untuk

mencari obat ke tempat seorang begawan yang bernama Tambapetra di desa Prangalas.Obat pesanan

sang prabu memang tidak diperoleh malah Sidapaksa jatuh cinta pada putri sang begawan yang

bernama Sri Tanjung. Sidapaksa berhasil mempersunting Sri Tanjung yang memang cantik rupawan.

Kecantikan Sri Tanjung terdengar pula oleh sang prabu dan berminat untuk berbuat yang tidak

senonoh. Dicarinya akal untuk memperdaya Sidapaksa dengan diutus kekhayangan dengan maksud

supaya dibunuh para dewa sesuai dengan bunyi surat yang dibawakannya. Memang dikhayangan

Sidapaksa sempat dihajar oleh para dewa dan hampir saja dibunuhnya. Pada saat-saat kritis Sidapaksa

menyebut-nyebut nama Pandawa, akibatnya ia tidak jadi dibunuh karena sebenarnya ia adalah keluarga

sendiri. Sidapaksa kembali dari khayangan dengan selamat. Sementara Sidapaksa berangkat ke

khayangan, prabu Sulakrama berusaha menggoda Sri Tanjung akan tetapi tidak berhasil.

Merasa malu kemudian sang prabu menempuh jalan lain dengan memfitnah Sidapaksa. Dikatakannya

bahwa selama ia pergi kekhayangan istrinya telah berbuat serong. Fitnah ternyata berhasil membuat

Sidapaksa kalap dan sebagai puncak kemarahannya istrinya kemudian dibunuh.

Diceritakan dalam perjalanan ke alam roh Sri Tanjung naik ikan (dalam versi lain diceritakan naik

buaya putih) menyeberangi sebuah sungai yang maha luas. Di sana ia bertemu dengan Betari Durga,

karena belum waktunya meninggal maka sang betari ia dihidupkan kembali. Sri Tanjung kemudian

kembali ke Desa Prangalas.

Tersebutlah Sidapaksa yang mengetahui bahwa sebenarnya istrinya tidak bersalah sebagaimana

diucapkan sesaat sebelum merenggang nyawa, menjadi sakit saraf dan hampir-hampir saja bunuh diri.

Kemudian datanglah Betari Durga yang menyuruh Sidapaksa ke Desa Prangalas untuk menemui Sri

Tanjung. Terjadi kesepakatan, Sri Tanjung bersedia kembali asal Sidapaksa dapat memenggal kepala

Prabu Sulakrama. Permintaan tersebut dapat dipenuhi bahkan kepala sang prabu dijadikan alas kaki

(keset = bahasa Jawa) Sri Tanjung. Mereka kemudian hidup bahagia.

 

Relief: Ramayana (Hanoman Duto)

Lokasi: Dinding teras pertama candi induk, mengelilingi dinding teras.

Urutan Adegan: Prasawnya, dimulai dari dinding sisi utara yang menghadap ke barat terus melingkar

Page 16: Candi Prambanan Cuy.. Doc

kembali ke dinding utara yang menghadap ke utara jumlahnya sekitar 91 panil.

Cerita Singkat: Hanoman salah satu pimpinan kera kepercayaan sugriwa pada suatu ketika diutus ke

alengka tempat istana Rahwana untuk mencari sinta. Dengan jalan mendaki gunung kemudian

menyebrangi lautan sampailah ia di istana Rahwana. Sementara Hanoman bersembunyi di atas pohon,

kemudian setelah keadaan memungkinkan ia menyelinap kedalam istana untuk menyerahkan cincin

titipan Rama. Sewaktu keluar istana Hanoman kepergok penjaga istana hingga terjadilah perkelahian.

Hanoman mengamuk merusak taman, kejadian ini dilaporkan kepada Rahwana. Bala bantuan di kirim,

pertempuran sengit terjadi. Banyak korban berjatuhan bahkan Aksa anak rahwana sampai patah tulang

tangannnya. Pasukan berikutnya di pimpin oleh Indrajid yang mempergunakan panah ular (panah

berantai). Dengan panah ini hanoman berhasil di belenggu, ekornya di bungkus kain kemudian

dilumuri minyak terus dibakar. Tentu saja membuat Hanoman meronta-ronta, dengan bergulung-gulung

belenggu dapat dilepaskan. Dalam keadaan terbakar ekornya ia melompat kian kemari, melompat ke

atas hubungan rumah sehingga seluruh istana terbakar. Suasana istana menjadi gempar, sebelum

meninggalkan tempat, Hanoman sempat pamitan kepada Sinta. Hanoman kemudian lapor kepada Rama

dan Laksmana. Sugriwa diperintah untuk mengerahkan pasukan kera. Dengan menembok samudra

pasukan kera berhasil membangun jembatan yang menuju ke alengka. Setelah persiapan selesai bala

tentara kera dipimpin oleh sugriwa, Laksmana dan Rama menyerang alengka.

Korban banyak berjatuhan diantara dua pihak. Dalam pertempuran ini Laksmana berhasil memanah

Kumbokarno hingga mati seketika. Pertempuran masih terus berlangsung untuk menumpas sisa-sisa

pasukan.

Relief: Kresnayana (Noroyono Maling)

Lokasi: Dinding teras kedua candi induk

Urutan Adegan: Pradaksina, dari kanan terus ke kiri

Cerita Singkat: Dewi Rukmini putri dari Raja Bismaka dari negeri Kundina sudah dipertunangkan

dengan Suniti raja dari negeri Cedi. Pertunangan ini tidak disetujui oleh ibu Rukmini yang

menginginkan putrinya dapat dijodohkan dengan Kresna. Ibu Rukmini berusaha untuk menggagalkan

perkawinan ini. Sewaktu perkawinan akan berlangsung ibu Rukmini menghubungi Kresna. Rukmini

keluar istana menuju pintu gerbang Sri Manganti, kemudian disambut oleh Kresna utnuk dibawa lari.

Suasana istana gempar, terjadilah pertempuran antara kedua belah pihak. Dalam pertempuran ini

Rukma adik Rukmini terkena panah Kresna kemudian terjungkal jatuh. Rukmini minta kepada Kresna

supaya adiknya tidak dibunuh. Kresna dan Rukmini kemudian pergi ke Dwarawati, mereka hidup

Page 17: Candi Prambanan Cuy.. Doc

bahagia.

 

Candi Panataran adalah sebuah Candi berlatar belakang Hindhu (Siwaitis) yang terletak di Jawa

Timur, tepatnya di lereng barat daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar. Kompleks candi ini

merupakan yang terbesar di Jawa Timur. Candi ini mulai dibangun dari kerajaan Kadiri dan

dipergunakan sampai dengan kerajaan Majapahit. Candi Penataran ini melambangkan penataan

pemerintahan kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa Timur.

Lokasi bangunan terletak di lereng barat daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter di atas

permukaan air laut, di suatu desa yang juga bernama Panataran, kecamatan Nglegok, Blitar. Bangunan-

bangunan Candi Penataran itu berada dianggap tanah yang suci karena mengandung kekuatan-kekuatan

gaib. Tetapi yang dianggap paling suci ialah titik pusat tanah atau halaman Candi Penataran dimana

segala macam tenaga gaib bersatu dan perpusat. Pusat ini dianggap sebegitu keramatnya sehingga

bangunan Candi induk pun tidak diperkenankan menutupinya.

Page 18: Candi Prambanan Cuy.. Doc

Riwayat Penemuan

Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit yang kemudian di susul dengan masuknya agama

Islam, banyak bangunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu / Budha begitu saja di tinggalkan

oleh masyarakat penganutnya. Lama-lama bangunan-bangunan suci yang tidak lagi dipergunakan itu di

lupakan orang orang karena masyarakat sebagian besar telah berganti kepercayaan. Akibatnya

bangunan tersebut menjadi terlantar tidak ada lagi yang mengurusnya, pada akhirnya tertimbun

longsoran tanah dan semak semak belukar. Yang nampak adalah puing - puing berserakan di sana sini.

Ketika daerah ini berkembang menjadi pemukiman keadaannya menjadi lebih parah lagi. Batu - batu

candinya di bingkar orang dari susunannya untuk keperluaan alas bangunan rumah atau pengeras jalan,

sedangkan batu bata yang di tumbuk untuk dijadikan semen merah.

Candi Penataran

Sejumlah batu-batu berhias dan juga arca-arca di ambil oleh sinder - sinder perkebunan.

Keadaan yang menyedihkan ini berlangsung cukup lama, sampai datangnya para peneliti pada sekitar

permulaan abad XIX. Dengan keahlian yang dimilikinya mulailah para peneliti itu mengadakan

rekonstruksi dan pemugaran. Demikian juga keadaan komplek percandian Panataran dimasa lalu.

Candi Penataran di temukan pada tahun 1815 tetapi sampai tahun 1850 belum banyak di kenal.

Penemunya adalah Sir Thomas Stamfort Raffles (1781 - 1826), letnan gubernur jendral kolonial Inggris

Page 19: Candi Prambanan Cuy.. Doc

yang berkuasa di negara kita pada waktu itu. Raffles bersama dengan Dr. Horsfield seorang ahli Ilmu

Alam mengadakan kunjungan ke Candi Penataran, hasil kunjungannya di bukukan dalam bukunya

yang cukup terkenal “History of Java” yang terbit dalam dua jilid. Jejak raffles ini kemudian di ikuti

oleh para peneliti lainnya: J. Crawfurd seorang asisten residen di Yogyakarta, selanjutnya van meeteren

Brouwer (1828), Junghun (1844), Jonathan Rigg (1848) dan N.W. Hoepermans yang pada tahun 1866

mengadakan inventarisasi di komplek percandiaan Penataran. Pada tahun 1867 Andre de la Porte

bersama dengan J. Knebel seorang asisten residen mengadakan penelitian atas Candi Panataran dan

hasil penelitian di bukukan dalam bukunya yang terbit 1900 yang berjudul “De ruines van Panataran”.

Dengan berdirinya badan resmi kepurbakalaan yang pada waktu itu bersama Oudheidkundige

Dienst (biasa di singkat OD) pada tanggal 14 - 06 - 1913 maka penanganan atas candi Penataran

menjadi lebih intensif. Pada saat ini bersama dengan peninggalan kuno yang lainyang berada di Jawa

Timur, Pemeliharaan, Perlindungan, Pemugaran dan sebagainya atas Candi Penataran berada di tangan

Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur yang berkantor pusat di Trowulan, Mojokerto.

Susunan Umum Komplek Percandian

Candi Panataran merupakan satu kompleks yang terdiri dari pelbagai unsur yaitu pagar,

halaman, pemandian, candi-candi, lantai-lantai/batur bangunan, arca-arca, relief dan lain-lain.

Kompleks candi yang luasnya hampir 1,5 ha itu terdiri atas tiga halaman. Seperti halnya Candi Sukuh

di Jawa Tengah dan pura di Bali tiga halaman itu dalam formasi berbaris, yang satu di belakang yang

lain. Bagian yang paling penting atau paling suci terletak pada baris paling belakang.

Arca Dwarapala

Sebelum memasuki halaman I pengunjung melewati gerbang masuk yang dihias sepasang arca

dan raksasa penjaga pintu (Dwarapala) yang di kalangan masyarakat Blitar di kenal dengan sebutan

“Mbah Bodo” dengan sikap mengancam dan berpahatkan angkat tahun 1242 Saka (1330 M). Di

halaman I terdapat dua batur bangunan sejenis pendopo yang dindingnya berhias dan sebuah batur

bangunan kecil. Bagian atas ketiganya itu sudah tiada lagi. Adanya umpak-umpak batu memberi

petunjuk bahwa bangunan di atasnya dahulu bertiang kayu dan beratap dengan bahan mudah lapuk.

Disamping itu terdapat candi yang relatif masih utuh, bentuknya khas gaya candi-candi Jawa Timur

dengan atapnya yang berundak menjulang tinggi. Angka tahun 1291 Saka (1269 M), yang terpahat

nyata di atas pintu menyebabkan candi ini disebut Candi Angka Tahun. Di halaman I ini juga terdapat

sepasang candi kecil.

Page 20: Candi Prambanan Cuy.. Doc

Pada halaman II kita jumpai lagi sepasang dwarapala yang berukuran lebih kecil. Pada halaman

II ini ada dua batur bangunan berbentuk empat persegi panjang dan satu candi yang disebut Candi

Naga. Candi ini telah dipugar tahun 1917-1918 dalam keadaan tidak beratap lagi, rupanya juga terbuat

dari bahan yang mudah lapuk. Yang istimewa ialah hiasan naga yang melingkari tubuh candi disangga

oleh sembilan tokoh Dewata. Naga ini sangat mungkin perwujudan Sang Hyang Basuki yang mengikat

gunung Mandara (giri) mangaduk lautan susu dalam usaha para Dewa untuk mencari tirta amarta (air

kehidupan abadi) dalam mitos Samudra-manthana. Karena menonjolnya tokoh naga itulah mengapa

candi itu disebut Candi Naga.

Di halaman III terdapat candi induk atau candi utama diantara semua candi yang terdapat di

kompleks itu. Keadaan sekarang tinggal bagian kaki saja, namun masih cukup rapi dan anggun berkat

pemugaran tahun 1917-1918. Badannya yang masih menanti unsur-unsur kelengkapannya kini

tertimbun di bawah dalam bentuk susunan percobaan. Kaki candi ini menyerupai punden berundak

teridir atas tiga teras yang dihubungkan oleh tangga. Pada alas arca penjaga terdapat angka tahun 1239

Saka (1317 M). Candi induk ini kaya sekali akan hiasan berupa arca, relief, miniatur candi, lengkung-

lengkung tepian tangga, hiasan sudut dan lain-lain. Reliefnya sendiri bermacam-macam, ada yang

rangkaian cerita, panil-panil atau ragam penghias bidang. Ragam hias yang penting di sana adalah

tumpal, binatang, sulur-sulur, medalion, garuda dan lain-lain. Relief manusia dan hewan umumnya

tampak samping seperti wayang kulit, gaya seperti itu juga ciri khas periode Jawa Timur. Bagian ini

memang asyik untuk dilihat, diresapi dan dihayati sebab semua hiasan ini ternyata kecuali indah juga

mengandung makna simbolis-filosofis yang menunjang suasana dan makna candi ini seutuhnya sebagai

suatu bangunan suci. Dari halaman III melalui jalan setapak kita dapat turun ke kolam dengan airnya

yang jernih, yang pada dindingnya dipahatkan relief.

Page 21: Candi Prambanan Cuy.. Doc

Relef Candi Penataran

Relief, apalagi yang berbentuk cerita, sungguh mengasyikkan sebab menyimpan ajaran moral

seperti kepahlawanan, keikhlasan berkorban dan keagamaan. Salah satu batur bangunan di halaman I

penuh hiasan relief mengelilingi seluruh dindingnya. Yang sudah dapat diidentifikasi oleh pakar

kepurbakalaan ada tiga cerita, yaitu: Bubuksah dan Gagangaking, Sang Setyawan dan Seri Tanjung.

Pada dinding candi induk antara lain terdapat relief epos Ramayana (episode Hanuman Obong hingga

gugurnya Kumbakarna) pada teras pertama dan cerita Kresnayana pada teras kedua yakni tentang

kisah-kisah Sri Kresna dan Rukmini sebagai penjelmaan Batara Wisnu dan Dewi Sri. Menonjolnya

tokoh Rama Kresna yang keduanya penjelmaan Wisnu dan juga tokoh Garuda sebagai wahananya

khusus (mungkin yang utama) pada candi ini. Pada dinding kolam dipahatkan ceritera binatang (fabel)

dengan tokoh kura-kura, buaya, kerbau dan lain-lain.

Pembagian halaman komplek percandian menjadi tiga bagian adalah berakar pada kepercayaan

lama nenek moyang kita. Sebagian dapat diamati oleh peta situasi, halaman B masih di bagi lagi oleh

dinding yang membujur arah timur - barat sehingga membagi halaman B menjadi dua bagian. Apakah

halaman B ini dahulu tertutup oleh tembok keliling belum di ketahui dengan pasti sebab kini yang

tinggal hanya pondasi - pondasinya saja. Begitu juga tembok keliling komplek percandian sudah sejak

lama runtuh, yang nampak sekarang adalah bagian pagar tanaman hidup yang berfungsi sebagai batas

pagar keliling kekunaan. Tembok keliling dan dinding penyekat terbuat dari bahan bata merah,

Page 22: Candi Prambanan Cuy.. Doc

sehingga karena perjalanan waktu yang cukup lama menyebabkan keruntuhannya. Susunan komplek

percandian Penataran memang menarik karena letak bangunan yang satu dengan yang lain berhadap-

hadapan terus ke belakang yang sepintas kelihatannya agak membingungkan. Susunan bangunan mirip

dengan susunan bangunan pura yang ada di Bali. Dalam susunan seperti ini di bagian halaman yang

terletak paling belakang adalah yang paling suci karena di sini terdapat bangunan pusatnya atau

bangunan induknya. Juga di Bali tempat bagi dewa - dewa berada di bagian candi yang paling belakang

yakni bagian yang paling dekat dengan gunung.

Di Jawa Timur perwujudan dalam bentuk bangunan berupa bangunan candi yang berteras-teras

dengan susunan makin ke atas makin kecil yang di sebut punden berundak. Pintu masuk ke halaman

komplek percandian yang sementara ini juga berfungsi sebagai pintu keluar terletak di bagian barat..

Berdasarkan pahatan angka tahun yang terdapat pada kedua lapik arca penjaga tersebut para

sarjana berpendapat bahwa bangunan suci Pala (nama lain untuk candi penataran) di resmikan menjadi

kuil negara (state temple) baru pada jaman Raja Jayanegara dari Majapahit yang memerintah pada

tahun 1309 - 1328 Masehi. Di sebelah timur kedua arca penjaga di tempat yang tanahnya agak tinggi

terdapat sisa-sisa pintu gerbang dari bahan bata merah. Pintu gerbang tersebut masih di sebut-sebut

Jonathan Rigg dalam kunjungannya ke candi Penataran pada tahun 1848. Dengan melalui bekas pintu

gerbang ini sampailah kita ke bagian terdepan halaman A. Disini masih dapat disaksikan sekitar 6 buah

bekas bangunan yang hanya tinggal pondasinya saja itu terbuat dari bahan batu bata merah.

Prasasti menggunakan huruf jawa kuno bertahun 1119 Saka atau 1197 Masehi di keluarkan oleh

Raja Srengga dari kerajaan Kediri. Karena isinya antara lain menyebutkan tentang peresmian sebuah

perdikan untuk kepentingan Sira Paduka Batara Palah maka para sarjana berpendapat bahwa yang

dimaksud Palah tentunya tidak lain adalah Penataran. Andaikata dapat dibenarkan bahwa Palah adalah

Candi Penataran sekarang maka usia pembangunan komplek percandian Penataran memakan waktu

sekurang-kurangnya 250 tahun. di bangun dari 1197 Masehi pada jaman kerajaan Kediri sampai tahun

1454 pada jaman kerajaan Majapahit.

Hampir semua bangunan yang dapat kita saksikan sekarang berasal dari masa pemerintahan

raja-raja Majapahit. Barangkali bangunan-bangunan yang lebih tua (dari jaman Kediri) telah lama

runtuh. Masih ada dua bangunan lain yang letaknya di luar komplek percandian tentunya masih ada

hubungannya dengan komplek percandian Penataran secara keseluruhan. Bangunan tersebut berupa

sebuah kolam berangka tahun 1337 Saka atau 1415 Masehi yang terletak di sebelah tenggara dan

sebuah kolam lagi (Petirtaan) dalam ukuran yang agak besar terletak kira-kira 200 m ke arah timur laut

Page 23: Candi Prambanan Cuy.. Doc

komplek percandian.

Candi penataran dibangun berhubung dengan adanya Gunung kelud yang selalu mengancam

ketentraman kehidupan kerajaan. Karena itu Candi Penataran bersifat Candi Gunung, ialah Candi yang

diperuntukkan bagi pemujaan Gunung atau untuk menghindarkan segala malapetaka yang dapat di

sebabkan oleh gunung. Nama Penataran kemungkinan besar bukan nama Candinya tetapi nama

Statusnya sebagai Candi di Pusat Kerajaan. Candi-candi pusat semacam ini di Bali juga disebut dengan

Penataran, misalnya Pura Panataransasih, Pura Panataran Besakih. Kata "natar" berarti pusat sehingga

Penataran berarti Candi Pusat. Nama yang sebenarnya belum diketahui.

Pada halaman tengah hadir Candi Naga sebagai bangunan yang paling dominan. Ada ular besar

yang di pahat diatas tubuh candi ini. Kemudian hadir candi induk yang berarsitektur tiga tingkat. Pada

tingkat pertama terdapat relief Ramayana dengan adegan Anoman mengamuk di Langka. Pada tingkat

ke dua di ukir cerita Krishnayana, mengisahkan legenda Krisna dan Istrinya Rukmini. Di tingkat tiga

hadir pahatan naga dan singa bersayap yang amat indah. Ada dua pemandian dengan angka 1337 Syaka

(1415 M) di bagian halaman Timur dan Barat.Dibanding dengan candi-candi lainnya di Jawa Timur,

Candi Panataran termasuk lengkap unsur-unsurnya dan meliputi kurun waktu yang cukup lama. Di

samping itu, memang banyak hal yang menarik pada candi ini sehingga banyak dipelajari dan

dikunjungi oleh orang.

Lintasan Sejarah

Prasasti yang ditemukan di halaman candi ini berangka tahun 1119 Saka (1197 M),

memberitakan bahwa raja Kertajaya (Raja Kediri/Daha terakhir) setiap hari melakukan pemujaan

kepada Batara di Palah. Nama Palah juga kita jumpai di halaman kita Nagarakartagama dari Majapahit

yang menyebutkan bahwa raja Hayam Wuruk pada tahun 1283 Saka (1361 M) melakukan kunjungan

ke Candi Palah dalam rangka perjalanan keliling di Jawa Timur. Jadi nama candi itu adalah Candi

Palah. Setelah nama palah dilupakan orang, timbul nama Candi Panataran, sesuai dengan nama

desanya.

Pada beberapa bagian candi ini terdapat angka tahun, seperti 1239 Saka/1317 M pada candi

induk 1224 Saka/1330 M. Pada Candi Angka Tahun dan 1291 Saka/1369 M pada Dwarapala di

gerbang pertama. Ini menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya antara akhir abad ke-12 hingga

pertengahan abad 14 (1197-1369 M). Candi ini terus menerus berfungsi. Meskipun data bangunan

Page 24: Candi Prambanan Cuy.. Doc

maupun data sejarah candi ini masih diupayakan terus kelengkapannya, namun dibandingkan dengan

candi-candi lain Candi Panataran sudah termasuk lebih lengkap.

Makna dan guna

Di Panataran tampak jelas bahwa secara geometris setiap bangunannya mirip dengan komplek

candi Prambanan. Tiga bangunan candi ditengah dipisahkan satu sama lain dengan tembok batu dan

terletak berdampingan. Sejauh yang bisa diperkirakan dari sisa sisa pondasi yang tertinggal, pada

bagian pertama ada 2 bangunan dari kayu yang saat ini sudah tidak ada lagi. Dinding luar dari satu sisi

teras seluruhnya diliputi oleh relief yang menceritakan mengenai kidung. Dibangian ini juga ada candi

kecil yang bertahun Saka 1291 atau sama dengan 1369 M.

Kecuali penting karena letaknya yang strategis ini, Blitar juga penting artinya bagi agama di

zaman kuno. Tidak kurang dari sepuluh bangunan suci tersebar di daerah Blitar. Diantara bangunan

bangunan suci ini, maka bangunan suci di Penataranlah yang tersebar dan terpenting, karena candi

Penataran itu merupakan candi di Negara (status tample) atau candi pusat kerjaan. Adanya Candi

Penataran di mulai ketika Raja Kertajaya yang juga disebut Crengga mempersembahkan sima untuk

pemujaan "sira paduka bhatara Palah". Prasasti ini dibubuhi angka tahun Caka 1119 (1197 M).

Ditanah sima itu baru kemudian didirikan candi-candi seperti yang kita kenal sekarang.

Memang, tempat di mana sesuatu bangunan suci itu akan didirikan sebenarnya mempunyai fungsi yang

lebih penting daripada bangunan sucinya sendiri. Tempat itu harus mengandung kekuatan-kekuatan

magis religius yang bersifat menyelamatkan. Dr. Soekmono dalam disertasinya "Candi, fungsi dan

pengertiannya" menyatakan seperti berikut :

" Sesuatu tempat suci adalah suci karena potensinya sendiri. Maka sesungguhnya, yang primer adalah

tanahnya, sedangkan kuilnya hanya menduduki tempat nomer dua". Jelaslah disini bahwa tanah atau

tempat dimana bangunan-bangunan Candi Penataran itu berada dianggap tanah yang suci karena

mengandung kekuatan-kekuatan gaib. Tetapi yang dianggap paling suci ialah titik pusat tanah atau

halaman Candi Penataran dimana segala macam tenaga gaib bersatu dan perpusat. Pusat ini dianggap

sebegitu keramatnya sehingga bangunan candi induk pun tidak dipernankan menutupinya..

Akhirnya dapat ditambahkan disini bahwa daerah Blitar itu memegang peranan yang unik

dalam sejarah, ialah tempat yang baik untuk mengundurkan diri (terugval-basis) bagi mereka yang

Page 25: Candi Prambanan Cuy.. Doc

ingin menyusun kembali kekuatanya. Letaknya sangat strategis. Dari Blitar baik dataran tinggi sebelah

Timur maupun Barat gunung Kawi dapat diancam. Ken Arok mungkin tahu akan hal ini dan ia menjadi

raja.

Candi sebagai bentuk kebudayaan, ternyata tak hanya menandai puncak-puncak kejayaan dan

kekuasaan seorang raja di bumi Nusantara ini. Jika dicermati dan dikaitkan dengan perjalanan sejarah

bangsa ini hingga sekarang, ternyata bisa menjadi cermin bagi alih kekuasaan di negeri ini.

Page 26: Candi Prambanan Cuy.. Doc