CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

14
Candi Planggatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah: Bangunan Suci Milik Kaum Rsi- Heri Purwanto dan Coleta Palupi Titasari (97-110) 97 Diterima 2 Agustus 2017 Direvisi 2 Oktober 2017 Disetujui 5 Oktober 2017 Heri Purwanto dan Coleta Palupi Titasari Progam Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Jalan Pulau Nias No.13, Denpasar; email: [email protected] dan [email protected] CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH: BANGUNAN SUCI MILIK KAUM RSI PLANGGATAN TEMPLE IN KARANGANYAR REGENCY, CENTRAL JAVA: A SACRED BUILDING BELONGING FOR THE RSI PENDAHULUAN Bangunan candi merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang banyak dijumpai di Indonesia. Bangunan satu ini dapat dikatakan menyimpan informasi mengenai kehidupan masa lalu yang cukup signifikan. Oleh karena itu, bangunan ini masih dapat terus dikaji baik dari berbagai sudut pandang. Studi mengenai bangunan candi telah menghasilkan berbagai penafsiran, misalnya saja hasil penelitian Raflles tahun 1971 mengatakan bahwa bangunan candi merupakan makam. Asumsi ini diamini oleh peneliti lain salah satunya N.J Krom, namun ia memberikan asumsi tambahan (Krom 1920: 108). Dikatakan bahwa candi tidak hanya sebagai makam akan tetapi juga dipergunakan sebagai tempat penghormatan terhadap seorang raja Abstrak. Penelitian terhadap Candi Planggatan belum banyak dilakukan oleh para ahli, maka dari itu dengan hadirnya tulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih mengenai sejarah maupun aktivitas manusia masa lalu di Candi Planggatan. Secara administratif Candi Planggatan terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Candi ini tersusun atas tiga teras menghadap ke arah barat. Penelitian ini bertujuan mengungkap unsur apa saja yang menjadi penanda bahwa Candi Planggatan merupakan bangunan suci milik kaum rsi. Guna menjawab permasalahan tersebut metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua tahap, yaitu metode pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan data meliputi observasi dan kajian pustaka. Analisis yang digunakan ialah kualitatif dengan menggunakan teori simbol. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Candi Planggatan merupakan tempat suci bagi kaum rsi atau pertapa (karsyan) berbentuk mandala kedewaguruan. Rsi yang sangat mungkin sebagai tokoh agama di mandala Planggatan adalah Rama Balanggadawang dan Hyang Pununduh. Lebih lanjut kaum rsi dan pertapa yang tinggal di mandala Planggatan rupanya melakukan pemujaan terhadap Siwa dan Ganesa. Kata kunci: Candi Planggatan, rsi, karsyan, Karanganyar, Jawa Tengah. Abstract. The research of Planggatan temple is still limited, therefore this paper is expected to contribute the history and activites of the human past in the temple. The temple is located in Berjo Village, Ngargoyoso District, Karanganyar Regency. The temple has three terraces. There two steps of methods are conducted in the study, data collection and analysis. Collecting data are obtain by observation and literature review, and for analyzing is using qualitative with symbol theory. It can be concluded that the Planggatan is a sacred place for the rsi or ascetic (karsyan), in the form of goddess mandala. Rsi who are very likely as the religious figures at the mandala of Planggatan are Rama Balanggadawang and Hyang Pununduh. Theremore, rsi and hermit who lived at the mandala of Planggatan apparently whorshiped to Siwa and Ganesa. Keywords: Planggatan Temple, rsi, karsyan, Karanganyar, Central Jawa.

Transcript of CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Page 1: CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Candi Planggatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah: Bangunan Suci Milik Kaum Rsi-Heri Purwanto dan Coleta Palupi Titasari (97-110)

97

Diterima 2 Agustus 2017 Direvisi 2 Oktober 2017 Disetujui 5 Oktober 2017

Heri Purwanto dan Coleta Palupi Titasari

Progam Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Jalan Pulau Nias No.13, Denpasar; email:[email protected] dan [email protected]

CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH:BANGUNAN SUCI MILIK KAUM RSI

PLANGGATAN TEMPLE IN KARANGANYAR REGENCY, CENTRAL JAVA: A SACRED BUILDING BELONGING FOR THE RSI

PENDAHULUAN

Bangunan candi merupakan salah satutinggalan arkeologi yang banyak dijumpai diIndonesia. Bangunan satu ini dapat dikatakanmenyimpan informasi mengenai kehidupan masalalu yang cukup signifikan. Oleh karena itu,bangunan ini masih dapat terus dikaji baik dariberbagai sudut pandang. Studi mengenai

bangunan candi telah menghasilkan berbagaipenafsiran, misalnya saja hasil penelitian Rafllestahun 1971 mengatakan bahwa bangunan candimerupakan makam. Asumsi ini diamini olehpeneliti lain salah satunya N.J Krom, namun iamemberikan asumsi tambahan (Krom 1920: 108).Dikatakan bahwa candi tidak hanya sebagaimakam akan tetapi juga dipergunakan sebagaitempat penghormatan terhadap seorang raja

Abstrak. Penelitian terhadap Candi Planggatan belum banyak dilakukan oleh para ahli, maka dari itu dengan hadirnyatulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih mengenai sejarah maupun aktivitas manusia masa lalu di CandiPlanggatan. Secara administratif Candi Planggatan terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.Candi ini tersusun atas tiga teras menghadap ke arah barat. Penelitian ini bertujuan mengungkap unsur apa saja yangmenjadi penanda bahwa Candi Planggatan merupakan bangunan suci milik kaum rsi. Guna menjawab permasalahantersebut metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua tahap, yaitu metode pengumpulan dan analisis data.Pengumpulan data meliputi observasi dan kajian pustaka. Analisis yang digunakan ialah kualitatif dengan menggunakan teorisimbol. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Candi Planggatan merupakan tempat suci bagi kaum rsi atau pertapa(karsyan) berbentuk mandala kedewaguruan. Rsi yang sangat mungkin sebagai tokoh agama di mandala Planggatanadalah Rama Balanggadawang dan Hyang Pununduh. Lebih lanjut kaum rsi dan pertapa yang tinggal di mandala Planggatanrupanya melakukan pemujaan terhadap Siwa dan Ganesa.

Kata kunci: Candi Planggatan, rsi, karsyan, Karanganyar, Jawa Tengah.

Abstract. The research of Planggatan temple is still limited, therefore this paper is expected to contribute the history andactivites of the human past in the temple. The temple is located in Berjo Village, Ngargoyoso District, Karanganyar Regency.The temple has three terraces. There two steps of methods are conducted in the study, data collection and analysis.Collecting data are obtain by observation and literature review, and for analyzing is using qualitative with symbol theory. Itcan be concluded that the Planggatan is a sacred place for the rsi or ascetic (karsyan), in the form of goddess mandala. Rsiwho are very likely as the religious figures at the mandala of Planggatan are Rama Balanggadawang and Hyang Pununduh.Theremore, rsi and hermit who lived at the mandala of Planggatan apparently whorshiped to Siwa and Ganesa.

Keywords: Planggatan Temple, rsi, karsyan, Karanganyar, Central Jawa.

Page 2: CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan98

(pedharmaan). Asumsi demikian terus diacu olehpeneliti-peneliti lain dalam mengkaji bangunancandi dan dianggap suatu kebenaran.

Pada akhirnya tahun 1974, Soekmonomembantah asumsi tersebut dalam disertasinya.Dikatakan bahwa bangunan candi bukanlahtempat makam, namun sebagai pemujaanterhadap dewa. Selain melakukan kajian terhadappripih candi, asumsi itu diperkuat dengan studietnoarkeologi yang dilakukan di Bali (Soekmono1974: 301).

Pandangan-pandangan lain terhadapbangunan candi hingga kini masih bergulir dariberbagai hasil penelitian para ahli. Di Jawa,bangunan candi merupakan salah satu tinggalandengan jumlah yang cukup banyak. Padaakhirnya, untuk memudahkan pengkajianterhadap bangunan candi di Jawa, para ahlimembagi ke dalam dua jenis kelompok.Kelompok pertama adalah candi dalam kategorimasa Klasik Tua. Kelompok ini berkembang padaabad ke- 8-10 Masehi, ketika pusat kerajaan masihberada di wilayah Jawa Tengah. Kelompok keduadalam kategori masa Klasik Muda. Kelompokyang kedua ini merupakan bangunan candi yangdibangun sekitar abad ke- 11-15 Masehi. Diketahuipada masa itu pusat kerajaan telah berpindah dariJawa Tengah ke wilayah Jawa Timur.

Mengenai penyebab perpindahan pusatkerajaan tersebut di atas hingga saat ini masihbanyak menimbulkan pertanyaan. Namunberbagai ahli mencoba memberikan asumsi-asumsinya terkait hal itu. Sebagian menyatakanbahwa perpindahan pusat kerajaan tersebutkarena adanya wabah penyakit (Munandar 2011:3). Lebih lanjut alasan yang lebih masuk akal danmemang sesuai dengan peristiwa kesejarahanadalah alasan politis. Asumsi itu sebagaimanadiungkapkan oleh Coedes (2010: 180) danSedyawati dkk. (2012: 185) yang dikutip olehRiyanto (2016: 11-12) menyatakan bahwa padamasa-masa itu rentetan pertentangan dalamkeluarga Syailendra dan perebutan kekuasaanterus-menerus terjadi. Hingga akhirnya EmpuSindok bertindak memindahkan kerajaannya kearah timur dan membentuk wangsa atau keluargabaru, yaitu wangsa Isana.

Perpindahan kerajaan ini dikuti pula denganperubahan gaya atau langgam bangunan-bangunan keagamaan yang didirikan. Bangunansuci keagamaan yang masih bertahan hinggasekarang di wilayah Jawa Timur, khususnya yangberkembang antara abad ke- 13-16 Masehi olehAgus Aris Munandar (2011: 20) dibagi menjadilima gaya, yaitu 1) gaya Singhasari; 2) gaya CandiBrahu; 3) gaya Candi Jago; 4) gaya Candi Batur;dan 5) Punden berundak. Kelima gaya tersebutmasing-masing mempunyai ciri dan kekhasantersendiri.

Bangunan keagamaan yang mempunyai gayaberbentuk punden berundak rupanya selarasdengan bangunan candi pada penelitian ini, yaituCandi Planggatan. Arsitektur Candi Planggatanmemang mempunyai tiga undakan, namunundakan yang pertama masih ditumbuhi semakbelukar dan pepohonan. Sebenarnya, bangunanberbentuk punden berundak ini merebak luasketika Majapahit mulai mengalami keruntuhan(abad ke-15-16 Masehi). Bangunan pundenberundak banyak dibangun pada lereng-lerengpegunungan. Di Gunung Penanggungan, JawaTimur banyak didirikan punden berundak.Punden-punden ini dibangun tersebar di lerengbarat puncak Penanggungan, di lembah antarapuncak Penanggungan dan Bukit Bekel, di BukitBekel, dan Bukit Gajah Mungkur. Pundenberundak tersebut umumnya berorientasi kepuncak Penanggungan atau puncak-puncak bukitlainnya (Munandar 1990: 118). Hal ini membuktikanbahwa anggapan tentang daerah tersuci tidaklahterpusat pada puncak Penanggungan saja, tetapiseluruh gunung dan lingkungannya pun dianggapsuci.

Lebih lanjut punden berundak dapat puladijumpai di Gunung Argopuro yang secaraadministratif tertelak di Desa Bremi, KecamatanKruci, Kabupaten Probolinggo. Bangunanberundak di gunung ini dibagi menjadi duawilayah, yaitu bangunan berundak Iyang danbangunan berundak puncak arca. Pada wilayahbangunan berundak Iyang terdapat sejumlahbangunan berundak, jalan setapak, gerbang batubergores, dan tanggul berupa batu. Sementeraitu, di wilayah bangunan berundak puncak arca

Page 3: CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Candi Planggatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah: Bangunan Suci Milik Kaum Rsi-Heri Purwanto dan Coleta Palupi Titasari (97-110)

99

terdapat sejumlah bangunan berundak beraltardan tanpa altar beserta komponennya sepertilumpang batu, tempayan batu. Selain itu,ditemukan jalan setapak, gerbang batu, dantanggul batu. Situs yang tersebar di wilayah inidiperkirakan semasa dengan bangunan CandiSukuh (Afriono 2011: 121).

Punden berundak juga ditemukan di gunung-gunung lainnya di antaranya Gunung Arjuno danKelud. Bangunan ini sengaja dibangun dandidirikan untuk kepentingan keagamaan tertentu.Penelitian terhadap Gunung Penanggungan,nama Jawa Kunonya Pawitra, telah mendapatkankesimpulan bahwa bangunan suci berbentukpunden berundak yang tersebar di sana tidak lainadalah tempat aktivitas para rsi (Munandar 1990:340-345). Bangunan atau tempat suci bagi kaumrsi disebut pula dengan istilah karsyan. Karsyanberasal dari Bahasa Jawa Kuno ka + rsi + an,vokal i bertemu dengan a luluh menjadi y(Zoutmulder dan Poedjawijatna 1992: 4). Karsyanbanyak disebutkan dalam beberapa karya sastradiantaranya kitab Nâgarakrtâgama danArjunawijaya.

Melihat bentuk bangunan pada CandiPlanggatan sangat mungkin candi ini jugadibangun oleh kaum rsi atau pertapa. Apabiladugaan ini benar, lalu unsur-unsur apa sajasebagai penanda bahwa memang benar CandiPlanggatan merupakan bangunan suci milik kaumrsi?. Dengan menawarkan berbagai unsur-unsurtersebut tentunya penafsiran yang menyatakanCandi Planggatan sebagai tempat kegiatan kaumrsi dapat dipertanggungjawabkan. Dugaan awalyang dapat disampaikan bahwa Candi Planggatanini merupakan bangunan karsyan berbentukmandala kedewaguruan. Seperti yangdiungkapkan oleh Wahyudi dkk (2014: 110)bahwasanya karysan berbentuk mandalakedewaguruan dapat ditelusuri melalui karaktersitusnya. Karakter situs yang mencirikan sebagaimandala sedapat mungkin memenuhi beberapakomponen, diantaranya adalah halaman luas,adanya temuan gerabah, temuan bervariasi dalamkonteks agama, jauh dari keramaian, dandiberitakan dalam naskah. Komponen atauvariabel itulah nantinya dijadikan sebagai penanda

untuk membuktikan memang benar CandiPlanggatan merupakan bangunan suci kaum rsiberjenis mandala kedewaguruan.

Penelitian terhadap candi ini memang belumbanyak dilakukan. Namun beberapa penelitianeksplorasi dan ekskavasi pernah dilakukan olehlembaga arkeologi, yaitu Balai ArkeologiYogyakarta pada tahun 1981, Balai PelestarianCagar Budaya Jawa Tengah pada tahun 1989 dan2005, dan Riboet Darmosoetopo pada tahun1975/1976. Penelitian itu sifatnya masih dalamtahap awal, jadi peluang untuk mengkaji CandiPlanggatan masih terbuka lebar dari berbagaisudut pandang keilmuan. Penelitian ini mengambiltopik bahasan dalam bidang keagamaan. Tujuanpenelitian ini adalah dapat mengungkap kegiatankeagamaan yang dilakukan oleh kaum rsi di CandiPlanggatan pada khususnya, dan dapatmemberikan sumbangsih terhadap pere-konstruksian sejarah kuno di kawasan GunungLawu pada umumnya. Mengingat CandiPlanggatan terletak di sebelah barat lerengGunung Lawu dengan temuan tinggalan arkeologiyang cukup melimpah mulai dari lereng hinggabagian puncak.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian iniada dua tahap, yakni teknik pengumpulan datadan analisis data. Teknik pengumpulan datameliputi observasi dan kajian pustaka. Observasidilakukan dengan cara mengamati berbagaibenda arkeologi yang berada di situs penelitian,teknik ini diikuti dengan melakukan deskripsi ataupencatatan gejala-gejala yang dapat teramati.Selain itu, pengumpulan data juga dilakukandengan cara mengambil gambar situs penelitiandan sebaran tinggalan arkeologi. Teknikpengumpulan data yang kedua adalah kajianpustaka, teknik ini dilakukan dengan cara mencariatau memahami konsep dan teori dari berbagaisumber. Sumber-sumber itu berupa buku,majalah, laporan ilmiah, skripsi, artikel, makalah,laporan penelitian, dan bentuk publikasi lainnya,sehingga dapat menunjang dalam penyelesaiantulisan ini.

Page 4: CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan100

Setelah data terkumpul metode selanjutnyaialah melakukan analisis data. Analisis yangdigunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.Analisis ini lebih menekankan pada penjelasandata yang bersifat deskriptif, artinya diuraikan dalambentuk kalimat-kalimat atau pernyataan. Data-datayang telah dikumpulkan lalu di reduksi sesuaidengan fokus kajian. Setelah itu, diseleksi dengancara menguraikan komponen-komponen yanglebih rinci dalam bentuk tulisan ilmiah.

Penelitian ini dilakukan dengan mengunakanteori sebagai kerangka berpikir, sehingga denganbantuan seperangkat teori rumusan permasalahanyang diajukan dapat dijawab sesuai dengan kaidahkeilmuan. Teori yang digunakan dalam penelitianini adalah teori simbol. Semua kegiatan manusiapada umumnya melibatkan simbolisme. Olehkarena itu, manusia bukan hanya animal rationale,tetapi juga disebut homo simbolicus. Dalamlingkungan manusia religius, fakta-fakta relegiusitu sendiri menurut kodratnya sudah bersifatsimbolis. Ungkapan-ungkapan simbolis diguna-kan untuk menunjuk pada suatu yang trasenden,yang transmanusiawi, yang tranhistoris, dan meta-empiris. Oleh karena itu, Eliade menegaskanbahwa simbol merupakan cara pengenalan yangbersifat religius (Ghazali 2011: 63).

Secara singkat simbol dapat diartikan sebagaitanda atau ciri yang memberitahukan sesuatukepada seseorang, kata ini berasal dari Yunani,yaitu symbolon (Purwanto 2017: 71). Lebih lanjutGeertz seperti yang dikutip oleh Ghazali (2011:36) mengartikan simbol sebagai suatu kendaraan(vehicle) untuk menyampaikan suatu konsepsitertentu. Hal yang pokok bagi semua agama adalahbahwa agama berfungsi sebagai alat pengatur dansekaligus membudayakannya dalam artimengungkapkan dalam bentuk-bentuk budaya.Bentuk-bentuk tersebut dapat dikatakan sebagaisimbol budaya, seperti halnya etis, senibangunan, struktur masyarakat, dan adat istiadat.Apabila mencermati hal itu, maka sebarantinggalan arkeologi yang berada di objekpenelitian dapat dikatakan sebagai bentuk atausimbol budaya dari masyarakat masa lalu. Jadisetiap benda arkeologi di objek penelitiandiletakkan dalam konsep “simbol”, yang sudah

pasti akan memberitahu suatu informasiberkenaan kehidupan kaum rsi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Candi Planggatan

Candi Planggatan secara administratif terletakdi Dukuh Tambak, Desa Berjo, KecamatanNgargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Secarageografis terletak pada koordinat 111 o

07’56,9’’Bujur Timur 07o38’07,5’’ Lintang Selatandengan ketinggian 1165 meter di atas permukaanair laut. Secara keseluruhan, situs Planggatanmenempati daerah yang tinggi. Di sebelahtimurnya adalah jalan desa yang membujur utara-selatan dan rumah penduduk. Di sebelah utara,selatan, barat terdapat lembah dan bukit yangdigunakan sebagai pemukiman maupun ladangpertanian (lihat gambar 1).

Situs Planggatan yang sering disebut denganCandi Planggatan merupakan situs yangmembujur utara-selatan, dan terbagi atas tigahalaman teras. Teras pertama merupakan terasterendah banyak ditumbuhi ilalang danpepohonan. Sampai sekarang pada teras inibelum ditemukan tinggalan arkeologi. Menuju keteras dua dihubungkan dengan anak tanggasejumlah tujuh. Teras dua terdapat tinggalanarkeologi yang tidak insitu lagi. Tinggalan ituberupa yoni dan beberapa panil relief. Salah satupanil relief itu terdapat prasasti yang secarasingkat menjelaskan tokoh pembangun situs ini,yakni Rama Balanggadan (pembacaan oleh M.MSukarto K. Atmodjo), sedangkan RiboetDarmosoetopo membacanya dengan RamaBalanggadawang. Lebih lanjut Atmodjomenyatakan bahwa nama itulah kemudianberubah menjadi Pelanggatan (Planggatan).Nama inilah nantinya yang dianggap sebagainama yang bertempat tinggal di PundenPlanggatan oleh masyarakat setempat (Atmodjo1983: 326). Teras ketiga merupakan halamanpusat, temuan yang tersisa berupa batuan-batuanyang bertebaran di halaman. Pada bagian tengahteras terdapat beberapa pohon yang cukupbesar. Akar dari pohon itu nampak keluar ke

Page 5: CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Candi Planggatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah: Bangunan Suci Milik Kaum Rsi-Heri Purwanto dan Coleta Palupi Titasari (97-110)

101

permukaan, sehingga menghimpit bebatuan diatasnya. Di teras ini tidak adanya temuan penting,sisa batuan yang kemungkinan merupakan bekasbangunan induk.

Riboet Darmosoetopo (1975/1976: 120-125),Tim Balai Arkeologi Yogyakarta (1981: 4), danBalai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) JawaTengah (Tim Penyusun 1989: 7) pernahmengadakan penelitian terhadap situs ini. Secaragaris besar hasil penelitian tersebut meninjausecara umum tinggalan arkeologi yang ditemukandi situs. Lebih lanjut pada tahun 2005, BPCB JawaTengah mengadakan penggalian penyelamatan.Penggalian ini bertujuan untuk mengetahuikomponen dan struktur bangunan candi yangmenyasar pada sudut-sudut bangunan, sehinggadapat diketahui batas-batas candi (Tim Penyusun2005: 5).

Waktu pendirian Candi Planggatan dapatditelusuri melalui sengakalan memet yang terterapada panil relief berukuran tinggi 46 cm, panjang74 cm, dan tebal 37 cm. Panil ini menggambarkantokoh ganesa yang digambarkan dalam posisiberdiri memakai kain cawat untuk menutupi

kemaluannya. Belalai menjulur dengan keduagading panjang menjulang ke atas. Hiasan kepala(mauli) memakai ikat kepala pendeta (sorban) dankedua tangan memegang bulan bersinar (prabhaMajapahit) yang dimasukkan ke bagian mulut.Oleh M. M. Sukarto K. Atmodjo relief inimenggambarkan Bhatara Gana sebagai rsi yangsedang menangkap (makan) bulan. Lebih lanjutdapat dibaca sebagai sengkalan memet sebagaiberikut.

1. Gana wiku nahut sitangsu,2. Gana rsi nahut sasi,3. Gana pandita nahut wulan.Perkataan Gana (Ganesa) bernilai enam (sad-

gana), wiku (pendeta) bernilai tujuh, nahut(menangkap, makan) bernilai tiga, dan sitangsu(bulan) bernilai satu. Jadi angka selengkapnya6731 dan apabila dibalik membacanya dari kananke kiri menjadi tahun 1376 Saka (1454 Masehi)(Atmodjo 1983: 326). Apabila dibandingkanbangunan Candi Sukuh dan Candi Cetho, makacandi ini lebih muda daripada Candi Sukuh (1437M, 1439 M). Namun lebih tua dibandingkan CandiCetho (1468 M, 1475 M).

Sumber: Bappeda Kabupaten Karanganyar 2006, diolah oleh penulis.Gambar 1 Lokasi Penelitian di Candi Planggatan

CandiPlanggatan

Page 6: CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan102

Candi Planggatan sebagai salah satu Karsyan

Dalam kakawin Nagarakrtagama diuraikanbangunan suci yang diperuntukan untuk rajabeserta keluarganya disebut dengan Dharma hajiatau Dharma dlam. Bangunan suci yang disebutdengan Dharma lpas, yaitu tempat-tempat sucidibangun di atas tanah yang telah dihibahkan olehraja kepada rsi untuk keperluan pemujaan kepadadewa-dewa serta untuk menunjang keperluanhidup mereka. Golongan penduduk desa sudahpasti memiliki bangunan suci, tetapi belumdiketahui mengenai namanya. Oleh HarianiSantiko disebut dengan sekelompok tempat suciyang tidak jelas statusnya (Riana 2009: 359;Santiko 2005a: 131). Sangat mungkin tempat suciyang tidak jelas statusnya tersebut tidak lainadalah milik penduduk desa.

Mengenai bangunan suci Dharma lpas yangdibangun bagi kaum agamawan menurutNagarakrtagama pupuh LXXV diawasi oleh tigapejabat tinggi sebagai berikut.1. Dharmmadyaksa ring Kasaivan (Saivadyaksa)

adalah pejabat yang mengurusi pengem-bangan agama Hindu-Saiva. Pejabat tersebuttentunya diangkat oleh raja untuk meresponkeperluan keagamaan Hindu-Saiva yangdiampu oleh kaum agamawannya;

2. Dharmadyaksa ring Kasogatan (Boddadyaksa)adalah pejabat yang ditunjuk oleh raja untukmengurusi berbagai keperluan yang ber-kenaan dengan agama Buddha (Mahayana);dan

3. Mantri her Haji adalah pejabat tinggi yangmengurus kaum pertapa, para rsi. Merekayang hidup dalam tahapan vanaprasta hidupditempat-tempat sunyi yang jauh darikeramaian. Adanya pejabat dinamakan mantriher Haji, karena pejabat ini mengawasi airdalam pertirtaan-pertirtaan yang dianggapsebagai milik raja yang merupakan jelmaandewa. Kaum pertapa, rsi dan para Vanaprasthatersebut senantiasa tinggal di dekat sumber-sumber air (mata air) yang terletak di lerenggunung dan daerah-daerah berhutan(Munandar 2013a: 10).Suatu tempat yang dikatakan sebagai letak

bangunan suci milik golongan rsi unsur yang paling

utama adalah letaknya jauh dari keramaian ditempat-tempat sunyi seperti yang diuraikan dalambutir ke tiga. Tempat-tempat itu seperti lereng-lereng gunung, di atas bukit di tengah hutan, ditepi sungai yang besar, di tepi laut, dan lainsebagainya (Santiko 2005a: 132). Apabilamencermati apa yang disampaikan oleh HarianiSantiko tersebut jelas bahwasanya CandiPlanggatan memenuhi unsur ini. Candi Planggatanterletak di Lereng Barat Gunung Lawu, secaratopografi merupakan perbukitan yang tinggi.Sangat mungkin letak yang demikian dahulu kalamerupakan tempat yang sepi dan sunyi. Hanyaorang-orang tertentu saja datang dan mengunjungibangunan suci tersebut, tidak lain adalah merekayang sengaja mengundurkan diri dari dunia ramaiuntuk menjadi seorang pertapa. Atau juga orang-orang yang datang untuk mencari nasihat-nasihatdari seorang rsi.

Apabila melihat bentuk arsitektur bangunanCandi Planggatan agaknya memang mencirikanbangunan karsyan. Hal ini dapat dibandingkandengan bangunan-bangunan karsyan yangterdapat di Gunung Penanggungan. Bentukkepurbakalaan terbanyak di Gunung Pawitra iniadalah berupa punden berundak. Pundenberundak itu dapat dibagi menjadi dua macam,yakni 1) disusun dari balok batu baik terasmaupun altarnya; dan 2) disusun dari batu-batubulat alami pada teras-terasnya dan altar dibangundari balok batu. Terdapat deretan anak tanggapada bagian tengah untuk menuju teras teratas.Mempunyai halaman yang tidak terlalu lebardengan tepian halaman berjurang atau lembah dibagian bawahnya (Munandar 2016: 147-148).

Sementara itu, bangunan suci milik kaum rsipada masa Sunda Kuno mempunyai prinsip dasarsebagai berikut.1. Merupakan bentuk bangunan batur tunggal

yang ciri arsitekturnya:a. hanya satu batur (teras), terbuat dari batu

polos, balok batu, atau bata; danb. mempunyai tangga atau tidak

mempunyai tangga.2. Punden berundak yang bercirikan:

a. berteras dua, tiga, atau lebih; danb. teras-terasnya tersusun dari batu polos

atau balok batu.

Page 7: CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Candi Planggatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah: Bangunan Suci Milik Kaum Rsi-Heri Purwanto dan Coleta Palupi Titasari (97-110)

103

c. terdapat tangga pada bagian tengah terasmenuju teras teratas. Dengan catatan padasuatu punden berundak, yaitu diTampomas teras teratas dibatasi oleh pagarbatu polos.

3. Bangunan pertapaan yang belum diketahuisecara pasti (dapat berupa gua-gua sepertidi Gunung Penanggungan atau bangunantersendiri dari bahan yang mudah lapuk)(Munandar 1990: 288).Bangunan Candi Planggatan memang

dibangun dengan tiga teras. Teras pertama masihditumbuhi rerumputan, semak belukar, danpepohonan. Menuju teras kedua dihubungkandengan anak tangga pada bagian tengah, namundi teras kedua belum dijumpai adanya tanggamenuju teras tiga. Sebagian besar batuan yangditemukan berupa batu-batu alami tanpapengerjaan lebih lanjut. Ada beberapa batuanyang mengalami pergerjaan hingga berbentukbalok batu, lebih jelasnya lihat gambar 2 .

untuk melakukan tapa, namun dalam waktu yangsementara. Setelah mendapatkan yang diinginkansegera kembali ke kehidupan semula. Tentunyadalam karysan jenis ini tidak memerlukanbangunan rumah sebagai tempat tinggal dalamjumlah yang banyak. Salah satu unsur yang dapatdijadikan sebagai penanda dari karsyan jenis iniadalah adanya pratistha sabha. Pratistha sabhamerupakan kumpulan arca batu dalam ukuran kecilyang dianggap suci yang diletakkan di suatutempat terbuka (batur atau punden tanpa atap).

Karsyan bentuk kedua adalah mandalakedewaguruan. Dapat dikatakan sebagai mandalakedewaguruan, karena di tempat suci ini dipimpinoleh seorang rsi yang disebut dengan dewaguru.Mandala kedewaguruan merupakan kompleksperumahan yang dibangun oleh para rsi danpertapa di tempat yang jauh dari keramaian. Jelastempat tinggal yang dibangun pada karysan iniberjumlah cukup banyak, hingga membentukpedukuhan. Sangat mungkin rsi dan pertapa yangtinggal di tempat ini juga dalam jumlah banyak.Aturan mengenai pembangunan tempat tinggaldi mandala kedewaguruan diuraikan dalam kitabArjunawijaya dan Sutasoma. Lebih lanjut unsuryang dapat dijadikan sebagai penanda darikarsyan jenis ini adalah adanya lingga pranala ataulingga yoni (Munandar 1990: 340). Pada mandalakedewaguruan selain sebagai tempat bertapa,tempat ini juga dijadikan sebagai tempatpendidikan. Jadi dapat dikatakan di mandalakedewaguruan terjadi proses belajar-mengajarantara guru dengan murid (sisya). Lain hal dengankarsyan berbentuk patapan, tempat suci yangmemang dikhususkan untuk tempat bertapa.

Apabila Candi Planggatan diletakkan dalamkedua jenis karsyan tersebut di atas, sangat jelasbahwa Candi Planggatan merupakan mandalakedewaguruan. Asumsi ini bersandar ataspengamatan berbagai tinggalan arkeologi yangberada di sana, yang salah satunya terdapat yoni.Walaupun hingga sekarang belum ditemukanlingga sebagai pasangan yoni, namun tinggalanini membuktikan adanya kesesuaian syarat tempatsuci mandala kedewaguruan. Bentuk bangunanrumah yang mengindikasikan sebagai bagian daripedukuhan dapat dilihat pada panil relief (lihatgambar 3).

Sumber: Dok. Balai Pelestarian Cagar Budaya JawaTengah.

Gambar 2 Perkiraan Bentuk Bangunan CandiPlanggatan.

Berdasarkan pendapat Soepomo yangdikutip oleh Agus Aris Munandar (1990: 341)rupanya bangunan karsyan mempunyai duabentuk, yaitu karsyan berbentuk patapan dankarysan berbentuk mandala kedewaguruan.Kedua bentuk karsyan tersebut sebenarnyamempunyai bentuk bangunan yang hampir sama,namun ada beberapa komponen yangmembedakan di antara kedua jenis karsyan itu.Karsyan berbentuk patapan merupakan tempatsuci yang digunakan oleh seseorang yangsengaja mengasingkan diri dari dunia keramaian

Page 8: CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan104

Panil relief pada gambar 3 mempunyai ukurantinggi 38 cm, panjang 85 cm, dan tebal 39 cm.Terlihat beberapa tokoh manusia sedangmemegang senjata dan tokoh bertopi sedangmenunggang kuda dengan dipayungi olehseorang tokoh didepannya. Nampak bagiandepan perumahan diberi tatanan batu-batusebagai teras rumah. Batu-batu itu sengaja dibuatsedemikian rupa untuk melindungi tanah dibawahnya supaya tidak berair dan berlumpur(becek) ketika hujan turun.

Panil relief tersebut memperlihatkan dua tiperumah. Tipe pertama, bertiang empat, berlantaitanah, tanpa dinding, dan atau berbentuklimasan.Tipe kedua, bertiang empat denganumpak bagian bawah, tanpa dinding, rumahmempunyai panggung, lantai paling bawahberupa tanah, dan atap berbentuk limasan.Rumah dengan tipe pertama digambarkansebanyak dua rumah, sedangkan rumah tipekedua hanya satu rumah. Lantai rumah panggungmungkin saja dibuat dari papan kayu yangdijejerkan, sebagaimana relief rumah panggungyang berada di Candi Sukuh. Papan-papan kayunampak jelas terlihat. Agak menarik adalahbagian atap rumah, terlihat polos tanpa goresanyang mengindikasikan bentuk atapnya.Kemungkinan bahan atap terbuat dari ijuksehingga pembuat relief sengaja tidakmemberikan ukiran pada bagian atap. Hal inisesuai yang diuraikan dalam kitab Sutasomabahwa pada asrama terdapat bangunan-bangunanyang beratap dari bahan ijuk (Ngurah dan Windhu1982/1983: 11).

Di sebelah rumah tipe pertama nampakpohon. Namun sulit diidentifikasi jenis dari pohontersebut. Mengenai pohon-pohon sebagai hiasanatau untuk memperindah kampung mandala dapatdilihat penjelasan dari kitab NagarakrtagamaPupuh XXXII, kutipannya sebagai berikut.

“....handwang karawira kayumas menurcaracaranya saha kayu puring, mwangnyagadhingakuningahandhapahwahipadunya namuhara lango’’.

Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia:pohon andong, karawira, kayumas, dan menurditatarapi serta kayu puring. Disudut kelapagading yang rendah berbuah menguningmembangkitkan keindahan (Riana 2009: 170).

Pohon yang dipahatkan dalam panil relief diCandi Planggatan rupanya sesuai dengan uraiankutipan di atas. Pepohonan merupakan salah satucara untuk memperhias rumah-rumah tempattinggal kaum rsi dan pertapa. Kemungkinan jenispohonnya juga tidak jauh-jauh dari pohon yangdisebutkan di atas.

Komponen bangunan lain yang dibangunpada mandala Planggatan diberitakan dalam SeratCenthini. Ketika Seh Amongraga mendaki keGunung Lawu, ia melewati bukit-bukit sepertiPawenang, Bayu, Sadewa, Candhirengga, Rimbi,Kalithi, Aji, Bintulu, Sukuh, dan Tambak. Di tempatini banyak terdapat arca-arca, bangunannyatersusun seperti pura, dan ada bangunan miriptembok benteng keraton (Darusuprapta 1974: 68).Tambak merupakan lokasi Candi Planggatansekarang, sangat mungkin yang dimaksudbangunan-bangunan di atas merujuk padakomponen bangunan Candi Planggatan. Jadidapat dikatakan bahwa mandala Planggatandahulunya terdapat bangunan tembok. Mungkinsaja tembok-tembok dari perumahan kaum rsi saatitu, yang hingga sekarang sisa-sisa bangunannyabelum ditemukan. Dalam kakawin Parthayajnadijelaskan bahwa tembok-tembok pagar rumahmilik kaum rsi dan pertapa pada bagian dalamdihiasi dengan ukiran-ukiran cerita, seperti ceritaRamayana (Santiko 2005b: 116). Mungkin sajapada mandala Planggatan tembok-tembok rumahjuga diberi ukiran relief cerita.

Sumber: Dok. PenulisGambar 3 Relief yang Menggambarkan Bentuk

Perumahan.

Page 9: CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Candi Planggatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah: Bangunan Suci Milik Kaum Rsi-Heri Purwanto dan Coleta Palupi Titasari (97-110)

105

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwapola penempatan bangunan rumah yang didirikanpada mandala kedewaguruan sangat mungkinmengikuti aturan yang telah diuraikan dalam kitabArjunawijaya dan Sutasoma. Penempatanbangunan rumah di mandala kedewaguruan yangletaknya paling atas disebut dengan topawana ataupajaran, yaitu tempat tinggal atau tempat mengajarsang maharsi (dewaguru). Di sekitarnya, denganletak sedikit lebih rendah, terdapat bangunanrumah yang disebut dengan pangubwanan, yaitutempat tinggal pertapa wanita (ubwan atau ajar-ajar). Di bawah pangubwanan terdapat bangunanyang disebut dengan pamanguywan, yaitu tempatpertapa laki-laki (manguyu). Di sekitarnya,dengan posisi lebih rendah, masih banyak rumah-rumah yang berbentuk yasa atau wantilan.Biasanya setiap bangunan rumah dihiasi dengannama-nama (parab) si penghuni serta dituliskanpancaaksara (NA-MA-SI-WA-YA) (Santiko 2005b:115).

Jadi dapat ditafsirkan bahwa tempat tinggalyang dibangun di dalam lingkungan mandalaPlanggatan kemungkinan besar juga mengikuti

pola demikian. Pada dasarnya bangunan rumahtempat tinggal kaum rsi dan pertapa yang hidupdi mandala Planggatan adalah bertiang empat,atap berbahan ijuk, berlantai tanah, depan rumahterdapat teras berbahan batu, dan sangat mungkinberdinding. Relief rumah tanpa dindingkemungkinan bangunan untuk pemujaan, ataudalam serat Centhini disebut dengan pura.Bangunan-bangunan tersebut dikelilingi olehpagar tembok.

Unsur-unsur lainnya yang dapat dijadikansebagai penanda dari tempat suci kaum rsi yangdisebut dengan mandala kedewaguruan dapatdilihat pada tabel 1.

Berdasarkan penanda-penanda pada tabel1 memperkuat dugaan bahwa Candi Planggatanmerupakan bangunan karysan berbentuk mandalakedewaguruan. Dengan begitu selaras denganhipotesa yang telah diuraikan pada bagian awal.Hidup dalam lingkungan bangunan suci tentunyayang menjadi pengerak dari aktivitas adalah tokohagama. Lebih lanjut dalam melakukan aktivitaskeagamaan, tokoh yang di puja merupakan salah

Tabel 1 Unsur Mandala Kedewaguruan Candi Planggatan

Sumber: Diolah dari Wahyudi dkk. 2014: 107-109

Penanda Uraian Artefak PendukungHalaman luas Kompleks utama dalam tiga halaman seluas 4.460 m2,

kemungkinan besar kompleks ini lebih luas pada masa lampaukarena banyak ditemukan kerpurbakalan baik struktur maupunartefak lepas lainnya

Situs utama menampakkanlevel utama, reruntuhan daribangunan induk dan temuanlepas.

Hal ini mengindikasikan sebagai kompleks pendidikan (ajar) yangluas

Temuangerabah

Masih ditemukan beberapa pecahan gerabah Temuan pecahan gerabahHal ini mengindikasikan adanya aktivitas manusia dalam jangkawaktu yang panjang (komunitas)

Temuanbervariasidalamkonteksagama

Ditemukan struktur bangunan dan umpak sebagai indikasipenompang bangunan

Temuan struktur bangunan,relief, dan yoni bernafaskankeagamaanTemuan relief bernafaskan keagamaan

Ditemukan relief Ganesa dan Yoni sebagai aspek pemujaanHal ini mengindikasikan adanya aktivitas manusia dalam jangkawaktu yang panjang (komunitas)

Jauh darikeramaian

Candi Planggatan terletak di lereng Gunung Lawu Keletakkanya berpola dengansitus-situs lainnya yang terletakdi Lereng Barat Gunung Lawu

Hal ini mengindikasikan kesesuaian prasyarat sebuah mandalakedewaguruan

Diberitakandalam naskah

Candi ini diberitakan dalam prasasti dan pernaskahan Prasasti di sekitaran situs danSerat CenthiniHal ini mengindikasikan fungsinya sebagai mandala

kedewaguruan dibuktikan oleh data tekstual

Page 10: CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan106

satu hal yang penting. Mengenai kedua hal itudapat dijelaskan pada subbab berikut ini.

Tokoh AgamaTelah disinggung-singgung pada bagian

depan bahwa komunitas yang berkepentingandi Candi Planggatan merupakan kaum pertapadan rsi. Mereka hidup di tempat yang sunyi,terpencil, dan jauh dari keramaian. Di mukadijelaskan pula berdasarkan data yang tersediadapat disimpulkan bahwa Candi Planggatanmerupakan karsyan berbentuk mandalakedewaguruan. Asumsi ini menjelaskan bahwamandala Planggatan terdapat tokoh agama yangdisebut dengan dewaguru. Pada tempat-tempatinilah terjadinya proses estafet pendidikankeagamaan berlangsung. Ajaran-ajaran yangdiberikan oleh seorang dewaguru tentunyaberkaitan dengan tujuan kaum rsi.

Perlu dibincangkan terlebih dahulumengenai rsi itu sendiri. Berdasarkan pengertiandi India, rsi merupakan sekelompok pendetayang sangat tinggi pengetahuan spiritualnya danmenurut cerita suci mereka adalah anak-anakdari Brahma (Santiko 2005a: 126). Sementarapengertian di Jawa adalah mereka yangsengaja menarik diri dari dunia ramai, menetapdi tempat sunyi di hutan-hutan di lereng gunung,dan membentuk masyarakat tersendiri (Santiko2005a: 127; Munandar 2016: 153). Keduapengertian tersebut agaknya memberi petunjukbahwa golongan ini merupakan sekumpulanorang-orang yang telah mendalami ilmukegamaan.

Lalu apa bedanya dengan pertapa?Sebenarnya istilah rsi dan pertapa khususnyadi Indonesia tidak memiliki perbedaan secarategas. Berdasarkan beberapa data filologispertapa adalah seseorang yang menjalani tapadalam jangka waktu yang pendek, setelahkeinginannya tercapai ia akan kembali kekehidupan semula. Hal ini dibuktikan dengankisah Arjuna ketika bertapa di Gunung Indrakila,setelah selesai bertapa ia kembali ke tempattinggal semula. Lain halnya dengan seorang rsi,seseorang yang memang tinggal menetap dihutan-hutan dan bertapa merupakan sesuatuyang lumrah baginya. Dapat dikatakan pula

seorang rsi adalah pertapa yang mempunyai ilmuspiritual tinggi.

Di tempat suci berstatus mandala terdapatpenjenjangan rsi berdasarkan tingkat spiritual yangdimilikinya dewarsi, siddharsi, dan maharsi.Kedudukan dewaguru sangat mungkin diperuntukanbagi para rsi yang telah mempunyai tingkatpengalaman keagamaan yang tinggi, misalnyasebagai maharsi. Syarat-syarat menjadi dewaguruadalah sebagai berikut.

1. Harus seorang sidhapandita;2. Orang yang cacat tubuh dan terkena

dasamala tidak boleh menjadi dewaguru;3. Seorang rsi tidak akan menjadi dewaguru

yang sempurna (kunang rsi tan piddadewaguruha); dan

4. Seorang anak murid, hulu kambang,kabayan dan orang yang berasal daricaturjanma (empat kasta) tidak baik menjadidewaguru. Apabila ingin menjadi dewagurugolongan tadi harus memakai baju gurudan tinggal di kaki guru selama tujuh bulantujuh malam (Santiko 2005b: 117-118).

Penjenjangan juga dilakukan terhadap murid-murid di mandala kedewaguruan. Murid daridewaguru dikelompokkan menjadi tujuh golongan,yakni kili, ubwan, manguyu, tapa (tapaswi), tapi, kaki,dan endang (Santiko 2005b: 119). Kili adalah pertapaperempuan yang telah ditahbis menjadi pendeta(Wojowasito 1977: 138). Ubwan atau ajar-ajardiartikan sebagai pertapa perempuan (Wojowasito1977: 281), sangat mungkin tugasnya membantudewaguru. Sementara itu pertapa laki-laki disebutdengan manguyu. Di bawah mereka ada tapa atautapaswi, yakni pertapa laki-laki dan tapi untuk pertapaperempuan. Kedua kelompok pertapa tersebutmasing-masing dikenal juga sebagai kaki danendang.

Berdasarkan penelisikan prasasti di mandalaPlanggatan tertulis dua nama yang sangat mungkinmerupakan nama dari seorang rsi. Prasasti tersebutditulis di atas relief Ganesa, kutipannya dapat dilihatsebagaimana berikut.

Padamel ira raMa balanggadawangBarng hyang pununN dah nrawang

Page 11: CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Candi Planggatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah: Bangunan Suci Milik Kaum Rsi-Heri Purwanto dan Coleta Palupi Titasari (97-110)

107

Terjemahaan ke dalam Bahasa Indonesia:Pembuatannya rama balanggadawang ber-samaan (dengan) hyang Pununduh nrawang(Darmosoetopo 1975/1976: 125)

Prasasti di atas mencantumkan dua nama rsi,yaitu Rama Balanggadawang dan HyangPununduh. Istilah rama juga dipakai untukmenyebut dewaguru, karena mereka dianggapsebagai bapak atau ayah bagi murid-muridnya.Dapat dipastikan bahwa Rama Balanggadawangadalah seorang dewaguru (maharsi) yang telahmenjalani upacara abiseka sebagaimanadilakukan Bagawan Ganggasudi di mandalaSukuh. Mengenai Hyang Pununduh belum dapatdiketahui termasuk dalam golongan dewaguru ataubukan. Setidaknya gelar hyang, dapat ditafsirkansebagai orang yang suci atau dihormati. Jika tidakdalam golongan dewaguru, mungkin saja HyangPununduh termasuk golongan dewarsi atausiddharsi. Kedua tokoh tersebut dipastikanmerupakan rsi laki-laki, karena huruf vokal terakhirtidak dipanjangkan.

Walaupun data-data yang tersedia di mandalaPlanggatan tidak memberikan informasimengenai adanya pertapa perempuan, namundapat digunakan data yang berada di CandiSukuh dan Cetho. Mengingat kedua canditersebut merupakan kompleks bangunan suciyang terletak di Lereng Barat Gunung Lawu dantidak jauh dari mandala Planggatan. Kedua candiitu juga sebagai tempat aktivitas para rsi (Purwanto2017: 74).

Arca perempuan terletak di teras I CandiCetho memiliki tinggi 104 cm dan lebar 62 cm,dengan rincian panjang kepala 30 cm, badan 48cm, dan kaki 26 cm. Arca ini menghadap ke arahtimur tepat di belakang arca laki-laki. Keadaanwajah sudah tidak begitu jelas karakternya karenatinggal setengahnya saja. Tangan kanandiletakkan pada samping badan, tangan kiriditaruh depan perut. Kedua kaki mentimpuh(ditekuk kebelakang menopang badan) layaknyaseorang perempuan. Payudara tampak menonjoltertutupi kain hingga atas payudara.

Selain itu, pada salah satu tiang di CandiSukuh terpahat tokoh perempuan. Tepatnya di

depan obelisk sebelah selatan. Relief ini nampakmengunakan hiasan kepala milik pertapa (sorban).Kepala menunduk dan mata terpejam dengandaun telinga digambarkan berlubang. Kain yangdikenakan bermotif garis-garis lurus panjang. Adajuga beberapa relief perempuan lainnya yangmenggambarkan seorang rsi. Sangat mungkinarca dan relief ini menggambarkan seorang rsiperempuan yang disebut dengan kili ataumungkin ubwan (ajar-ajar).

Tokoh yang DipujaHidup dalam ranah agama, tentunya aktivitas

berkenaan dengan pemujaan terhadap tokohtertentu sebagai istadewata sangat mungkindilakukan oleh kaum pertapa dan rsi kala itu.Berdasarkan data yang ada nampak jelas tokohyang dipuja adalah Siwa dan Ganesa. Pemujaanterhadap Siwa dibuktikan dengan temuan yoni,walaupun lingga simbol dari Siwa belumditemukan (lihat gambar 4). Kedua tinggalan itumerupakan satu kesatuan dari aspek Siwa. Lebihlanjut temuan itu memang selaras dengan syaratdari tempat suci berstatus mandala kedewaguruan,yaitu adanya lingga pranala atau lingga yoni. DiCandi Sukuh dan Cetho juga menampilkan lingga

Sumber: Dok. PenulisGambar 4 Yoni

Page 12: CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan108

yoni dengan berbagai bentuk (Munandar 1990:340; Purwanto 2017: 74-75).

Di Indonesia, pemujaan Siwa berbentuklingga tertulis pada prasasti, pertama kali dijumpaipada Candi Gunung Wukir yang dikaitkan denganprasasti Canggal bertahun 732 M. Prasastitersebut menyatakan bahwa Raja Sanjaya telahmendirikan lingga di atas bukit di daerahKunjarakunja sebagai tanda peringatan ataskeberhasilannya membina kembali kerajaan sertabertahta kembali setelah menaklukkan musuh-musuhnya (Triangga dkk. 2015: 35).

Pada masa-masa berikutnya, pemujaanterhadap Siwa semakin populer. Sejumlah candibesar di Jawa Tengah umumnya dibangun untukpenghormatan kepada Siwa. Candi Prambananmerupakan salah satu candi besar yangdidedikasikan untuk Siwa. Ketika kerajaanberpindah ke wilayah Jawa Timur, pemujaanterhadap Siwa masih dianggap paling utama.Sampai pada kesimpulan bahwa perkembanganagama Hindu yang dianut pada masa Jawa Kunocenderung beraliran Siwa (Rahardjo 2011: 173).

Pemujaan terhadap Siwa dapat ditafsirkanberkaitan dengan tujuan suci para rsi atau pertapa,yaitu ingin menyatu dengan Yang Maha Kuasa.Selain sebagai dewa tertinggi dalam pantheonAgama Hindu, Siwa dan Parwati merupakansimbol dari penyatuan. Rsi berharap denganmenjalankan ajaran-ajaran Siwa dapatmelepaskan diri, sehingga dapat menyatudengan Siwa itu sendiri (moksa). Lingga yonimerupakan simbol yang umum untukmenunjukkan suatu penyatuan.

Tokoh lain yang dipuja oleh kaum rsi danpertapa di mandala Planggatan adalah Ganesa.Pernyataan tersebut didasarkan atas temuan reliefGanesa pada sebongkah batu, pada bagian ataspanil relief itu terdapat prasasti pendeksebagaimana telah di jelaskan sebelumnya (lihatgambar 5).

Ganesa mempunyai bermacam-macamsebutan berdasarkan bentuk anggota tubuh danperanan Ganesa sehari-hari. Dari sekian banyaksebutan yang dikenal, diantaranya adalahvignesvara dan vinayaka. Arti keduanya hampirsama, yakni “penguasa rintangan”. Disebut pula

dengan Ganapati yang berarti “pemimpin paraGana (pasukan pengiring Siwa), Ganapati jugadapat diartikan sebagai ga: kebijaksanaan, na:moksa atau pelepasan jiwa, dan pati: tuan, ataupemimpin. Kepala Ganesa biasanya ditemukandalam keadaan bertaring satu, karena hal inilahdisebut dengan Ekadanta. Eka: satu dan danta:gading, dalam filisofinya hal ini diartikan sebagaizat tunggal yang sangat kuat. Kata eka menunjukpada Zat Yang Maha Kuasa, sedangkan dantamerujuk pada kekuatan (Maulana 1996: 24).

Berdasarkan uraian di atas mengenaibermacam-macam nama Ganesa, sangatmungkin kaum rsi dan pertapa yang tinggal dimandala Planggatan memahami Ganesa sebagaiGanapati, yaitu seorang pemimpin dalampencarian jalan pelepasan jiwa. Penafsiran sepertiini didukung pula dengan hiasan rambut yangdikenakan pada dua relief di Sukuh danPlanggatan. Hiasan sorban sangat dekat kaitannyadengan seorang pertapa. Lagipula Ganesamerupakan anak dari Siwa dan Parvati, yang sejakkelahirannya sudah diberi tugas untukmembedakan baik dan buruk bagi seorangpemuja Siwa. Cerita ini diuraikan dalam kitabSkanda Purâna dikisahkan bahwa Siwa tidakmemandang baik dan jahat dari pemujaanya,asalkan memuja Siwa secara tekun maka pemujatersebut akan masuk surga. Kemudian banyaklahpara pemuja Siwa merasa kurang puas danmemohon agar Siwa memberikan dewa yangdapat membedakan kebaikan dan kejahatan,serta dapat menentukan siapa yang sebaiknya

Sumber: Dok. PenulisGambar 5 Relief Ganesa

Page 13: CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Candi Planggatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah: Bangunan Suci Milik Kaum Rsi-Heri Purwanto dan Coleta Palupi Titasari (97-110)

109

dapat masuk surga (Maulana 1984: 77). Uraiantersebut selaras dengan peranan Ganesa sebagaipenuntun seseorang menuju pada pelepasanjiwa.

Selain kitab Skanda Purâna cerita yang hampirsama juga ditemukan dalam kitab Linga purâna.Kedua kitab tersebut secara tidak langsungmemberikan isyarat bahwa pemujaan terhadapSiwa sebaiknya dibarengi dengan pemujaanterhadap Ganesa, dengan begitu si pemuja yangbenar-benar baik yang nantinya dapat masuksurga atau mencapai moksa. Nampaknya pemujaSiwa yang bertempat di mandala Planggatan,tiada lain adalah seorang pertapa yang telahmemahami uraian-uraian dalam kitab-kitab itu.Maka dari itu pemujaan atau penghormatanterhadap Ganesa juga dilakukan.

Tokoh-tokoh yang yang disampaikan di atasrupanya selaras dengan apa yang diungkapkanoleh Agus Aris Munandar (2013b: 5) bahwa kaumrsi masa Majapahit memuliakan tokoh a) Siwa; b)Buddha; c) Siwa-Buddha; d) pemujaan kepada“Dewa Gunung” (Parwatarajadewa); e) arwah

leluhur yang diperdewa; dan f) tokoh dewatalainnya, seperti Ganesa, Wisnu, dan bahkan tokohpanji.

PENUTUP

Berdasarkan unsur-unsur yang telah dijelaskan di atas, diantaranya bentuk bangunanyang berundak, bertempat jauh dari keramaian,terdapat lingga pranala, halaman luas, temuangerabah, diberitakan dalam naskah, dan terdapatrelief rumah yang mengindikasikan bentukperumahan para rsi dan pertapa membuktikanbahwa memang benar Candi Planggatan tempatsuci bagi kaum rsi dan pertapa (karsyan). Dapatpula digolongkan menjadi karsyan berjenismandala kedewaguruan. Tentunya berbagaiaktivitas dilakukan oleh kaum rsi dan pertapa kalaitu, salah satunya adalah pemujaan terhadap tokohsebagai istadewata. Tokoh itu adalah Siwa danGanesa. Berdasarkan perjalanan historisnyapemujaan terhadap kedua tokoh ini selalubersamaan.

DAFTAR PUSTAKA

Afriono, Rizky. 2011. “Identifikasi Komponen-komponen Bangunan BerundakKepurbakalaan Situs Gunung Argopuro”.Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

Atmodjo, M.M. Sukarto K. 1983. “Punden CemoroBulus di Lereng Barat Gunung Lawu. Hlm.325-335 dalam PIA III. Ciloto: Puslit Arkenas.

Bapedda Kabupaten Karanganyar. 2006. “PetaAdministrasi Kabupaten Karanganyar”.Diunduh 9 Februari 2017 (www.karanganyarkab.go.id).

Coedes, George. 2010. Asia Tenggara MasaHindu-Buddha. Jakarta: KPG (KepustakaanPopuler Gramedia).

Darmosoetopo, Riboet. 1975/1976. PeninggalanPeninggalan Kebubayaan di Lereng Barat

Gunung Lawu. Laporan Penelitian.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Darusuprapta. 1974. Pustaka Centhini: IkhtisarSeluruh Isinya. Yogyakarta: Tanpa penerbit.

Ghazali, Adeng Muchtar. 2011. Antropologi Agama:Upaya Memahami KeragamanKepercayaan, Keyakinan, dan Agama.Bandung: Alfabeta Bandung.

Krom, N.J. 1920. Inlediding tot de Hindu-Javansche Kunst. Batavia: Martinus Nijhof.

Maulana, Ratnaesih. 1984. Ikonografi Hindu.Depok: Fakultas Sastra UniversitasIndonesia.

Maulana, Ratnaesih. 1996. “Perkembangan SeniArca di Indonesia”. Laporan Penelitan.Depok: Fakultas Sastra UniversitasIndonesia.

Page 14: CANDI PLANGGATAN DI KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA …

Naditira Widya Vol. 11 No. 2 Oktober 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan110

Munandar, Agus Aris. 1990. “Kegiatan Keagamaandi Pawitra: Gunung Suci di Jawa Timur Abad14-5 M”. Tesis. Jakarta: UniversitasIndonesia.

Munandar, Agus Aris. 2011. Catuspatha: ArkeologiMajapahit. Jakarta: Wedatama WidyaSastra.

Munandar, Agus Aris. 2013a. Istana dan KaumAgamawan Dalam Masa Majapahit.Disampaikan dalam Seminar Nasionaldengan Tema “Mengungkap KebesaranMajapahit” pada tanggal 11 Oktober 2013di Gedung Widya Sabha Fakultas IlmuBudaya Universitas Udayana.

Munandar, Agus Aris. 2013b. Tak Ada Kanal diMajapahit. Jakarta: Wedatama WidyaSastra.

Munandar, Agus Aris. 2016. Arkeologi Pawitra.Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Ngurah, Bagus Ida dan Ida Bagus Oka Windhu.1982/1983. Sutasoma: Terjemahan dariLontar. Denpasar: Seksi Dokumentasi danInformasi, Taman Budaya Denpasar.

Purwanto, Heri. 2017. “Candi Sukuh SebagaiTempat Kegiatan Kaum Rsi”. BerkalaArkeologi 37(1): 69-84.

Rahardjo, Supratikno. 2011. Peradaban Jawa: dariMataram Kuno sampai Majapahit Akhir.Jakarta: Komunitas Bambu.

Riana, I Ketut. 2009. Kakawin Desa WarnnanaUthawi Nagarakertagama: Masa KeemasanMajapahit. Jakarta: Gramedia.

Riyanto, Sugeng. 2016. Tondowongso: TandaPeradaban Wangsa di Jawa Abad XI-XIIIMasehi. Yogyakarta: Kepel Press.

Santiko, Hariani. 2005a. “Kehidupan BeragamaGolongan Rsi di Jawa”. Hlm 126-139 dalamHari-Hara: Kumpulan Tulisan TentangAgama Veda dan Hindu di Indonesia AbadIVXVI Masehi. Depok: UniversitasIndonesia.

Santiko, Hariani. 2005b. “Mandala(Kedewaguruan) pada Masyarakat

Majaphit”. Hlm. 110-125 dalam Hari-Hara:Kumpulan Tulisan Tentang Agama Veda danHindu di Indonesia Abad IV-XVI Masehi.Depok: Universitas Indonesia.

Sedyawati, Edi, Agus Aris Munandar, Hasan Djafar,Taufik Abdulah, dan Adrian Bernad Lapian.2012. “Dinasti, Agama, dan Monumen”,Indonesia. Hlm. 171-203 dalam ArusSejarah, Kerajaan Hindu-Buddha. Jakarta:PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

Soekmono. 1974. “Candi: Fungsi danPengertiannya”. Disertasi. Jakarta:Universitas Indonesia.

Tim Balai Arkeologi Yogyakarta. 1981. “LaporanSingkat Penelitian Arkeologi di Planggatan1981”. Laporan penelitian. Yogyakarta: BalaiArkeologi Yogyakarta.

Tim Penyusun. 1989. “Pengolahan data SitusPlanggatan, Desa Berjo, Kec. NgargoyosoKabupaten Karanganyar”. Laporanpenelitian. Jawa Tengah: SuakaPeninggalan Sejarah dan Purbakala JawaTengah.

Tim Penyusun. 2005. “Situs Planggatan DesaBerjo, Kecamatan Ngargoyoso, KabupatenKaranganyar”. Laporan PenggalianPenyelamatan. Jawa Tengah: SuakaPeninggalan Sejarah dan Purbakala JawaTengah.

Triangga, Fitria Wardhani, Desrika Retno W. 2015.Prasasti dan Raja-raja Nusantara. Jakarta:Museum Nasional Kementerian Pendidikandan Kebudayaan.

Wahyudi, Deny Yudo, Slamet Sujud P.J., AgusAris Munandar, Ninny Soesanti. 2014.‘’Pusat Pendidikan Keagamaan MasaMajapahit”. Jurnal Studi Sosial 6 (2): 107-119.

Wojowasito, S. 1977. Kamus Kawi-Indonesia.Malang: CV. Pengarang.

Zoutmulder, P.J., dan I.R. Poedjawijatna. 1992.Bahasa Parwa I. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.