Campuran
-
Upload
firstiafina-tiffany -
Category
Documents
-
view
1.171 -
download
4
Transcript of Campuran
Karenanya penting mengetahui riwayat kesehatan ibu. Ini bisa membantu kita mendeteksi
kemungkinan sakit serupa sejak dini. Tanyakan sejarah kesehatan ibu lewat sejumlah topik
obrolan berikut.
• Apa ibu memiliki riwayat penyakit kanker? Jika ibu memiliki kanker payudara saat berumur 40, dan hal serupa juga terjadi pada kakak
dan tante, berarti Anda memang berisiko tinggi. Jika sejarah keluarga Anda menunjukkan
adanya kanker genetis, bicaralah dengan dokter tentang upaya pencegahan.
• Kapan ibu mengalami menopause? Jika ibu Anda mengalami menopause di usia 45, kemungkinan besar Anda juga akan
mengalaminya di usia yang sama. Jika Anda perokok dan tidak mempunyai anak, gejala itu
akan terjadi kurang lebih setahun sebelumnya.
• Apa ibu sering depresi karena cemas atau panik? Memahami psikologi ibu dapat menyelamatkan Anda dari kondisi depresi yang
mengkhawatirkan. Studi menyebut bahwa sekitar 65 persen risiko depresi berasal dari faktor
genetis. Sementara 45 persen wanita yang sering mengalami kepanikan memiliki sejarah
keluarga yang serupa.
• Apa ibu memiliki penyakit tiroid? Penyakit tiroid (hipotiroid dan hipertiroid) biasa terjadi pada ibu dan anak perempuannya.
Hipotiroid sering terjadi pada usia 20-an dan 30-an dan setelah masa menopause. Hipertiroid
memiliki gejala tertentu, seperti berat tubuh yang menurun, tidak bisa tidur, dan sering
gelisah. Namun, gejala ini sering tidak dikenali oleh dokter karena serupa dengan gejala stres.
Jika ibu mempunyai masalah tiroid dan Anda tidak merasakan gejala apapun, Anda tetap
harus melakukan tes darah yang akan menunjukkan fungsi tiroid Anda. Penyakit hipotiroid
dapat diatasi dengan hormon tiroid sintetis.
• Apa ibu sering migrain atau sakit kepala? Sakit kepala bisa menurun dari ibu ke anak perempuan. Penyebabnya adalah hormon
estrogen. Untuk banyak wanita, naik turunnya tingkat hormon dapat menyebabkan migrain
sewaktu mulai haid, saat hamil, atau setelah melahirkan. Jika ini menimpa ibu Anda, lebih
baik diskusikan dengan ginekolog sebelum memutuskan minum obat mengandung estrogen.
FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberhasilan setiap kehamilan, dan kelangsungan hidup spesies pada akhirnya,
bergantung pada lahirnya bayi yang sehat dan cukup matang untuk bertahan hidup. Pada
kehamilan dan persalinan, uterus harus melakukan 2 fungsi yang sangat berbeda. Uterus
harus tumbuh, tetapi dalam keadaan tenang selama kehamilan agar janin dapat berkembang
dan kemudian, pada saat yang tepat, melakukan aktifitas yang kuat dan terkoordinasi yang
menyebabkan lahirnya bayi yang matang. Factor yang mengendalikan tradisi dari suatu
keadaan ke keadaan lain masih belum dipahami dengan jelas, tetapi sangat penting untuk
memahami, baik kemungkinan penyebab partus prematurus maupun bagaimana mengindusi
persalinan tanpa mengakibatkan kegawatan pada janin.
Sebagian besar bayi manusia dapat melewati masa persalinan, dan lahir cukup bulan
(didefinisikan antara akhir minggu ke-37 dan ke 42 kehamilan). Lima persen bayi premature
merupakan 85% dari semua kematian neonatus dini yang tidak berkaitan dengan deformetas
letal (lopez bernal et al, 1993). Semakin singkat usia genetasi, semakin buruk prognosis.
Walaupun bayi berat lahir rendah (yi., yang lahir dengan berat kurang dari 1000 gram)
sekarang mungkin dapat bertahan hidup, umumnya bayi tersebut memiliki angka morbiditas
yang tinggi dan menimbulkan distress berat bagi orang tuanya, serta memerlukan biaya yang
sangat besar di unit perawatan intensif neotatus. Dapat dikatakan salah satu tujuan utama
obsterti adalah mengurangi persalinan prematur.
Penentu awitan persalinan pada manusia masih merupakan misteri. Terdapat perbedaan
mencolok antara manusia dan spesies mamalia lain dalam jalur faktor yang menuju
persalinan. Masih belum jelas mengapa kejadian yang menuju ke persalinan pada manusia
harus sedemikian rumit atau apakah lamanya genetasi yang bervariasi merupakan hal yang
menguntungkan. Manusia memiliki angka persalinan prematur yang sangat tinggi (sekitar 5-
10%) dibanding dengan spesies lain (kuran dari 1% pada domba). Secara teoritis, lama
genetasi kurang penting pada ibu. Aspek krusialnya adalah bayi yang dapat bertahan hidup
saat persalinan. Dengan demikian, tampak janin yang mengendalikan lama genetasi. Pada
hewan jelas terbukti adanya keterlibatan janin dalam menentukan saat persalinan, tetapi sulit
mendapatkan bukti serupa pada manusia.
Penatalaksanaan kebidanan wanita dalam persalinan sering bersifat intervensionis.
Berdasarkan latar belakang di atas, kami tertarik untuk menyusun makalah dengan judul
“FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL”.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran fisiologi dan mekanisme persalinan normal.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Diketehuinya gambaran pengertian-pengertian tentang persalinan normal
2. Diketahuinya gambaran sebab-sebab mulainya persalinan
3. Diketahuinya gambaran proses persalinan normal
1.3. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data
1.3.1. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, metode yang dipakai adalah metode diskriptif yaitu suatu
metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk gambaran atas diskriptif tentang suatu
keadaan secara subjektif (Notoatmodjo, 2002, 135).
1.3.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data untuk penulisan makalah ini adalah studi bibliografi atau
studi kepustakaan yaitu dengan cara membaca dan mengkaji teori-teori tentang fisiologi
persalinan.
1.4. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, tujuan dan metode penulisan.
BAB II FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL, meliputi pengertian
persalinan, sebab-sebab mulainya persalinan dan proses persalinan normal.
BAB III SIMPULAN DAN SARAN, meliputi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL
2.1. Pengertian Persalinan Normal
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar (Kampono dan M. Mugni, 1999). Persalinan normal atau
persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat
atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung
dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2002).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. (Wiknjosastro, 1999). Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di
dorong keluar melalui jalan lahir (Wiknjosastro, 1999). Pesalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Wiknjosastro, 1999).
Persalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak melukai ibu
dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
Partus normal/partus biasa adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang
kepala/ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat/pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu
maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Kampono
dan M. Moegni, 1999).
2.2. Sebab Terjadinya Proses Persalinan
Sebab-sebab terjadinya proses persalinan menurut Kampono dan M. Moegni (1999)
adalah sebagai berikut :
1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak, nutrisi janin
dari plasenta berkurang. (pada diagram, dari Lancet, kok estrogen meningkat ?)
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi (pacemaker)
bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang
terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan beban/stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus
rangsangan untuk proses persalinan.
Dua teori tentang awal proses kelahiran manusia menurut Kampono dan M. Moegni
(1999) sebagai berikut :
Gambar 1
Teori Tentang Awal Proses Kelahiran Manusia
Two theories on
the onset of human
parturition.
A. Corticotropin-releasing
hormone prouduced by
the placenta is secreted
into the fetal circulationand stimulates corticotropin secretion from the anterior pituitary of
the fetus. Placental CRH, through fetal ACTH, stimulates the fetal adrenal to produce
cortisol, which binds to the placental glucocorticoid receptors to block the inhibitory effect of
progesterone, further stimulating CRH production in stimulative fashion.
B. The fetal hypothalamic-pituitary-adrenal axis is quiescent during the first half of gestation
because of its suppression by the maternal influx of cortisol, but during the second half of
gestation, the rise in oestrogen gives rise to the placental enzyme 11b- hydroxysteroid
dehydrogenase, causing cortisol to be converted into its inactive metabolite, cortisone. The
resulting negative glucocorticoid feedback on the fetal pituitary gland (less cortisol passes
from mother to fetus) would result in increased secretions of fetal ACTH, cortisol and DHEA
sulfate, resulting both in fetal maturation and stimulation of parturition.
Persalinan ditentukan oleh 3 (tiga) faktor “P” utama menurut Kampono dan M.
Moegni (1999) yaitu :
1. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular
respirasi metabolik ibu.
2. Passage
Keadaan jalan lahir
3. Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor) (++
faktor-faktor "P" lainnya : psychology, physician, position).
Menurut Wiknyosastro, dkk (1999 : 186), 3 (tiga) faktor penting yang memegang
peranan pada persalinan, ialah : 1) kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his
dan kekuatan mengedan, 2) keadaan jalan lahir, 3) janinnya sendiri.
Dengan adanya keseimbangan kesesuaian antara faktor-faktor tersebut, persalinan
normal diharapkan dapat berlangsung.
2.3. Berlangsungnya Persalinan Normal
2.3.1 Pembagian Fase/Kala Persalinan
Pembagian fase/kala persalinan menurut WIknyosastro, dkk (1999 : 181) sebagai
berikut:
1. Kala 1 Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)
2. Kala 2 Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
3. Kala 3 Pengeluaran plasenta (kala uri)
4. Kala 4 Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi
Periode tahap-tahap persalinan normal menurut Kampono dan M. Moegni (1999)
sebagai berikut :
Tabel 2.1.
Periode Tahap-tahap Persalinan Normal
Tahap Persalinan Nullipara Multipara
Kala 1 – fase laten Fase aktif Pembukaan serviks Kala 2 Kala 3
Kurang dari 20 jam 5 – 8 jam Rata-rata 1,2 cm/jam Kurang dari 2 jam Kurang dari 30 menit
Kurang dari 14 jam 2 – 5 jam Rata-rata 1,5 cm/jam Kurang dari 1 jam Kurang dari 30 menit
2.3.2 HIS
His menurut Kampono dan M. Moegni (1999) adalah gelombang kontraksi ritmis otot
polos dinding uterus yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki
dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari „pacemaker‟ yang terdapat di dinding
uterus daerah tersebut. WIknyosastro, dkk (1999 : 188) menyatakan bahwa his adalah salah
satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah.
Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah
lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan lahir) yang membuka, untuk mendorong
isi uterus ke luar.
Terjadinya his menurut Kampono dan M. Moegni (1999) akibat :
1. Kerja hormon oksitosin
2. Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi 3
3. Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.
His yang baik dan ideal menurut Kampono dan M. Moegni (1999) meliputi:
1. Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2. Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3. Terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.
4. Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
5. Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut otot, akan
tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar
(cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan terbuka.
Nyeri persalinan pada waktu his menurut Kampono dan M. Moegni (1999)
dipengaruhi berbagai faktor :
1. Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus hipogastrikus
diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.
2. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, menjadi rangsang
nyeri.
3. Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau eksitasi).
4. Prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress
Pengukuran kontraksi uterus menurut Kampono dan M. Moegni (1999) :
1. Amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak cepat, bagian
kedua penurunan agak lambat.
2. Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit).
3. Satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi).
Berikut grafik aktifitas uterus selama kehamilan, persalinan dan nifas :
Gambar 2.
Grafik Aktifitas Uterus
Selama Kehamilan,
Persalinan dan Nifas
Sifat his pada berbagai fase persalinan menurut Kampono dan M. Moegni (1999)
sebagai berikut :
1. Kala 1 awal (fase laten)
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai
3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin
kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka
sampai lengkap (+10cm).
2. Kala 2
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat
stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang
menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot
dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
3. Kala 3
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta
dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan
memerlukan tindakan aktif (manual aid).
2.3.3. Proses Berlangsungnya Persalinan Normal
2.3.3.1. Persalinan Kala 1 : Fase Pematangan/Pembukaan Serviks
Persalinan kala 1 dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus
yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran
darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Persalinan kala 1 berakhir pada
waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat
diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.
Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.
Fase aktif terbagi atas :
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Peristiwa penting pada persalinan kala 1 :
1. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang
selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler
serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika
terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida menurut
Wiknyosastro, dkk (1999 : 183) berbeda dengan pada multipara :
1. Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan - pada
multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses
penipisan dan pembukaan.
2. Pada primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium eksternum
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah) - pada multipara,
ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk
seperti garis lebar).
3. Periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam)
karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan
waktu lebih lama.
Gambar 3.
Perbedaan Pematangan dan
Pembukaan Serviks (cervical
effacement) pada Primigravida dan
Multipara
2.3.3.2. Persalinan Kala 2 : Fase Pengeluaran Bayi
Persalinan kala 2 dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir
pada saat bayi telah lahir lengkap. His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat
kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2.
Peristiwa penting pada persalinan kala 2 adalah :
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis sebagai
sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir
(episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.
Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala :
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas
panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas panggul
(asinklitismus anterior/posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah
fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut
dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter
oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang
kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun
kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati bawah
simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut,
dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi
tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah
simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan
belakang, tungkai dan kaki.
Gambar 4
Gerakan Utama Pengeluaran Janin pada Persalinan Dengan
Letak Belakang Kepala
2.3.3.3 Persalinan Kala 3 : Fase Pengeluaran
Plasenta
Persalinan kala 3 dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan
perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai perdarahan,
atau mungkin juga serempak sentral dan marginal.
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi,
sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas
pusat.
Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir (jika lepasnya plasenta terjadi
sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae - keadaan gawat darurat obstetrik).
Gambar 5
Fase Pengeluaran Plasenta
2.3.3.4 Persalinan Kala 4 : Observasi Pasca Persalinan
Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi. Menurut Kampono dan M.
Moegni (1999) ada 7 (tujuh) pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :
1. kontraksi uterus harus baik,
2. tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3. plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4. kandung kencing harus kosong,
5. luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6. resume keadaan umum bayi,
7. resume keadaan umum ibu.
Gambar 6
Plasenta Sudah Lepas dan Terletak di Bagian Bawah Jalan Lahir
2.4. Mekanisme Persalinan Normal
Menurut Wiknjosastro, dkk (1999 : 186), hampir 96% janin berada dalam uterus
dengan presentasi kepala dan presentasi kepala ini ditemukan kurang lebih 58% ubun-ubun
kecil terletak terletak di kiri depan, kurang lebih 23% di kanan depan, kurang lebih 11% di
kanan belakang, dan kurang lebih 18% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan
terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoit dan rektrum.
Menjadi pertanyaan mengapa janin dengan presentase berada dalam uterus dengan
presentase kepala ? Keadaan ini mungkin disebabkan kepala relatif lebih besar dan lebih
berat. Mungkin pula bentuk uterus sedemikian rupa, sehingga volume bokong dan extremitas
yang lebih besar berada di atas, di ruangan yang lebih luas, sedangkan kepala berada di
bawah, di ruangan yang lebih sempit. Ini stereometrik kepala janin dan ruang panggul harus
benar-benar dipahami.
Seperti telah dijelaskan terdahulu 3 (tiga) faktor penting yang memegang peranan pada
persalinan, ialah : 1) kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan
mengedan; 2) keadaan jalan lahir; 3) janinnya sendiri.
His adalah salah satu kekuatan pada ibu – seperti telah dijelaskan – yang menyebabkan
serviks membuka dan mendorong janin kebawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah
cukup kuat, kepala akan mulai turun dan masuk kedala rongga panggul.
Masuknya kepala melalui pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus, ialah
bila arah sumbu kepala tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala
masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang
pintu atas panggul. Asinklitismus anterior menurut naegele ialah apabila arah sumbu kepala
membuat sudut lancip kedepan dengan pintu atas pinggul. Dapat pula asinklitismus posterior
menurut litzman : keadaan adalah sebaliknya dari asinklitismus anterior.
Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan dari pada mekanisme
turunnyakepala dengan turunnya asinklitismus posterior karena ruangan pelvis di daerah
posterior adalah lebih luas dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior. Hal
asinklitismus penting, apabila daya akomodasi panggul agak terbatas.
Gambar 7
Sinklitismus, Asinklitismus anterior dan Asinklitismus posterior
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu lebih
mendekati siboksiput, maka tahanan oleh jaringan dibawahnya terhadap kepala yang akan
menurun, menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi didalam rongga panggul menurut
hukum Koppel : a kali b = c kali d. Pergeseran di titik B lebih besar dari titik A.
Gambar 8
Fleksi Kepala Janin Menurut Hukum Koppel
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil,
yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (32 cm). Sampai di dasar panggul kepala
janin berada didalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui
diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi
elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intreuterin disebabkan oleh his yang berulang-ulang,
kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Di dalam hal mengadakan rotasi
ubun-ubun dibawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala
mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih dan kepala
janin makin tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala
segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar.
Gambar 9
Putaran Paksi Dalam
Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk
menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul
bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang akan dilaluinya, sehingga didasar
panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang.
Demikian pula dilahirkan irokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang,
kemudian, bayi lahir seluruhnya.
Bila mekanisme partus yang fisiologik ini difahami dengan sungguh-sungguh, maka
pada hal-hal yang menyimpang dapat segera dikoreksi secara manual jika mungkin, sehingga
tindakan-tindakan operatif tidak perlu dikerjakan.
Apabila bayi telah lahir, segera jalan nafas di bersihkan. Tali pusar di jepit antara 2
cunam pada jarak 5 dan 10 cm. Kemudian di gunting antara kedua cunam tersebut, lalu di
ikat. Tunggul tali pusat dibei anti-septika. Umumnya bila telah lahir lengkap, bayi akan
segera menarik nafas dan menangis.
Gambar 10
Gerakan Kepala Janin Pada Defleksi dan Putaran Paksi Luar
Gambar 11
Kelahiran Bahu Depan, Kemudian Bahu Belakang
Resuitasi dengan jalan membersihkan dan menghisap lendir pada jalan nafas harus
segera di kerjakan. Pula cairan di dalam lambung hendaknya di isap untuk mencegahnya
masuk ke paru-paru ketika bayi muntah dan muntahnya terhisap masuk ke paru-parunya.
Bila bayi telah lahir, uterus mengecil. Partus berada dalam kala III (kala uri). Walaupun
bayi telah lahir, kala uri tidak kalah pentingnya dari pada kala I dan II. Kematian ibu karena
pendarahan pada kala uri tidak jarang terjadi sebab pimpinan kala III kurang crmat di
kerjakan. Seperti telah di kemukakan, segera setelah bayi lahir, his mempunyai amplitude
yang kira-kira sama tingginya hanya frekuensinya berkurang. Akibat his ini, uterus akan
mengecil, sehingga pelekatan plasenta dengan dinding uterus akan terlepas. Melepasnya
plasenta dari dinding uterus ini dapat di mulai dari 1) tengah 2) (sentral menurut schultze); 2)
pinggir (marginal menurut Mathews – Duncan); 3 kombinasi 1 dan 2. Yang terbanyak ialah
menurut schultze. Umumnya kala III berlangsung selama 6 sampai 15 menit. Tinggi fundus
uteri setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1. Simpulan
Berdasarkan uraian tentang fisiologi dan mekanisme persalinan normal, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
2. Faktor penting yang memegang peranan pada persalinan, ialah : 1) kekuatan-kekuatan yang
ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan, 2) keadaan jalan lahir, 3) janinnya
sendiri.
3. Pembagian fase/kala persalinan sebagai berikut:
a. Kala 1 Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)
b. Kala 2 Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
c. Kala 3 Pengeluaran plasenta (kala uri)
d. Kala 4 Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi
4. Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi presentasi kepala. Mekanisme
persalinan normal : kepala masuk pintu atas panggul (sinklitismus/asinklitismus)→flexi
maximal sampai pada dasar panggul→putaran paksi dalam→gerakan deflexi→kepala
lahir→putaran paksi luar→lahir bahu depan→lahir bahu belakang→trokhanter
depan→trkhanter belakang→bayi lahir seluruhnya.
3.2. Saran
Saran-saran yang dapat kami sampaikan sehubungan dengan tulisan makalah ini
sebagai berikut :
1. Bidan perlu memahami interaksi fisiologis dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
persalinan pada manusia agar perawatan intrapatus dapat ditingkatkan.
2. Pengembangan keterampilan observasi memungkinkan bidan tidak hanya dapat
menginterpretasi bagaimana seorang wanita menghadapi persalinan, tetapi juga dapat
menentukan bagaimana kemajuan persalinan dengan mengamati respon prilaku dan fisik
wanita yang sedang melahirkan. Dengan tidak mengetahui, mengabaikan atau
menyalahartikan petunjuk fisik tertentu, bidan mungkin secara tidak sengaja memberi
perawatan yang suboptimal.
3. Intervensi pada persalinan harus memiliki dasar dan keputusan mengenai hal ini harus
disokong untuk memaksimalkan kesejahteraan ibu dan janin. Pengetahuan mengenai efek
intervensi pada fisiologi janin dan ibu merupakan hal esensial sehingga bidan dapat menilai
efektivitas dan dengan cepat mengidentifikasi kemungkina penyimpangan yang terjadi akibat
intervensi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Coad, Jane. 2001. Anantomi dan Fisiologi Untuk Bidan. Penerbit EGC, Jakarta.
Kampono, Nugroho dan Endy M. Moegni. 1999. Fisiologi Proses Persalinan Normal, Catatan
Kuliah Obstetri Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit EGC, Jakarta.
_____________________, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Penerbit Arcan,
Jakarta.
Mochtar, Rustam 1998, Sinopsis Obstetri Jilid 1, Jakarta : EGC, 1998;
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi Cetakan III. Penerbit
PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 1999. Ilmu Kebidanan Cetakan Kelima. Penerbit Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Wikipedia Indonesia tidak dapat bertanggung jawab dan tidak bisa menjamin bahwa
informasi kedokteran yang diberikan di halaman ini adalah benar.
Mintalah pendapat dari tenaga medis yang profesional sebelum melakukan pengobatan.
TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi yang disebabkan oleh (Toksoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II) dalam wanita hamil.
TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma gondii (toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus
(CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) and other diseases. Infeksi TORCH ini sering
menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun pria sehingga
menyebabkan sulit terjadinya kehamilan. Infeksi TORCH bersama dengan paparan radiasi
dan obat-obatan teratogenik dapat mengakibatkan kerusakan pada embrio. Beberapa
kecacatan janin yang bisa timbul akibat TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain
kelainan pada saraf, mata, kelainan pada otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi
motorik, hidrosepalus, dan lain sebagainya.
TORCH tidak hanya berkaitan dengan masalah kehamilan saja. TORCH juga bisa meyerang
orang tua, anak muda, dari berbagai kalangan, usia, dan jenis kelamin. TORCH bisa
menyerang otak (timbul gejala sering sakit kepala misalnya), menyebabkan sering timbul
radang tenggorokan, flu berkepanjangan, sakit pada otot, persendian, pinggang, sakit pada
kaki, lambung, mata, dan sebagainya.
[sunting] Diagnosis
Diagnosis dilakukan dengan tes ELISA. Ditemukan bahwa antibodi IgM menunjukkan hasil
positif 40 (10.52%) untuk toksoplasma, 102 (26.8%) untuk Rubella, 32 (8.42%) untuk CMV
dan 14 (3.6%) untuk HSV-II. Antibodi IgG menunjukkan hasil positif 160 (42.10%) untuk
Toxoplasma, 233 (61.3%) untuk Rubella, 346 (91.05%) untuk CMV dan 145 (33.58%) untuk
HSV-II.
BAB pertama dalam 24 jam penting artinya, karena menjadi indikasi apakah pencernaannya
normal atau tidak. Ada penyakit yang bisa ditentukan dengan melihat apakah BAB pertama
dalam 24 jam terjadi atau tidak. Contohnya, penyakit Hirschsprung yang merupakan
gangguan pengeluaran tinja akibat tidak adanya syaraf tertentu pada usus sebelah bawah[1]
.
BAB ini juga bisa dijadikan patokan oleh dokter kalau bayi mengalami masalah pencernaan
di kemudian hari. Misalnya, kalau BAB tidak lancar di minggu berikut. Bila catatan
menunjukkan bahwa si bayi melakukan BAB pada kurun 24 jam sesudah lahir, dokter akan
mengesampingkan kemungkinan Hirschsprung atau penyumbatan. Jika tidak, dokter akan
memikirkan kemungkinan-kemungkinan ini, dan biasanya jawabannya adalah operasi[1]
.
Itulah sebabnya, penting bagi para ibu yang habis bersalin untuk menanyakan pada
suster/bidan apakah bayinya sudah BAB dalam waktu 24 jam. Jangan lupa mengingatkan
suster/bidan untuk mencatatnya di buku anak, karena catatan ini penting di kemudian hari[1]
.