campur2 fosfat
-
Upload
ammelia-mentari -
Category
Documents
-
view
11 -
download
1
description
Transcript of campur2 fosfat
BAB 1PENDAHULUANA. Latar Belakang
Penduduk Kabupaten Sarolangun yang tinggal disekitar aliran sungai Batang Tembesi sebagian besar menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari seperti mandi,mencuci,memasak dan buang air. Namun penduduk paling banyak menggunakan air sungai untuk mandi dan mencuci. Dari situlah muncul limbah atau bahan pencemar yang mencemari sepanjang aliran sungai tembesi.Pada penelitian ini akan dibahas tentang bahan pencemar sungai yang banyak terkandung pada bahan- bahan surfaktan seperti deterjen dan sabun,yaitu Posfat(PO4).Fosfat merupakan sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air. Konsentrasi fosfat yang tinggi mengindikasikan masuknya senyawaanFosfat yang tinggi pada aliran sungai di lokasi penelitian.ditinjau dari kegiatan penduduk di semua lokasi penelitian,semuanya menggunakan air sungai untuk mencuci piring maupun mencuci pakaian.komposisi dari detergen yangdigunakan oleh penduduk mengandung senyawaan fosfat danpembuangan limbah cucian tidak dilakukan pengolahan lebihlanjut melainkan langsung di alirkan ke sungai.Fosfat yang berlebihan dapat dikenali dengan warna air yang menjadi kehijauan,berbau tak sedap dan keruh.Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis.sebagi contoh sumber Fospat yang besar adalah deterjen. Kita tentu sudah akrab dengan detergen, selama ini kita mengenal detergent sebagai bubuk pembersih pakaian. Sebenarnya deterjen adalah senyawa organik, yang memiliki dua kutub dan bersifat non-polar karakteristik.
. Pada umumnya deterjen yang mengandung fosfat akan terasa panas ditangan, Deterjen fosfat tinggi seperti tri-natrium fosfat (TSP) dapat dibeli di beberapa toko cat dan perangkat keras. Pembersihan secara teratur dengan deterjen fosfat tinggi telah terbukti efektif dalam mengurangi debu di yang terdapat di jendela dan di sekitar pintu.Penggunaan fosfat sebagai builder dalam deterjen perlu ditinjau kembali, mengingat senyawa ini dapat menjadi salah satu penyebab proses eutrofikasi (pengkayaan unsur hara yang berlebihan) pada sungai/danau yang ditandai oleh ledakan pertumbuhan algae dan eceng gondok yang secara tidak langsung dapat membahayakan biota air dan lingkungan. Kualitas air dibanyak ekosistem air menjadi sangat menurun. Rendahnya konsenrasi oksigen terlarut,bahkan sampai batas nol,menyebabkan mahluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik,sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem air. Permasalahan lainya,cyanobacteria ( blue-green alge)diketahui mengandung toksin sehinnga membawa resiko kesehatan bagi manusia dan hewan.
Fosfat berada dalam air limbah dalam bentuk organik. Sebagai ortophosfat anorganikatau sebagai fosfat-fosfat kompleks. Fosfat kompleks mewakili kira-kira separuh dari fosfat air
limbah perkotaan dan berasal dari penggunaan bahan-bahan detergen sintetis. Fosfatkompleks mengalami hidrolisa selama pengolahan biologis menjadi bentuk ortofosfat (PO43-)Dari konsentrasi rata-rata fosfor keseluruhan sebanyak 10 mg/l berada dalam air limbah.Bentuk-bentuk penting fosfat dalam air limbah adalah pospor organik, polyphosfat dan orthophospat. Poyfosfat banyak digunakan dalam pembuatan detergen sintetis.Komponen fosfat dipergunakan untuk membuat sabun sebagai pembentuk buih. Dan adanya fosfat dalam air limbah dapat menghambat penguraian pada proses biologis. Sedangkan menurut Juli Sumirat, detergen dapat mempermudah absorbsi racun pada ikan melalui insang dan bersifat persisten sehingga terjadi akumulasi.Bermacam-macam jenis fosfat juga dipakai untuk penngolahan anti karat dan anti kerak pada pemanas air (boiler). Pembuangan limbah yang banyak mengandung fosfat ke dalam badan air dapat menyebabkan pertumbuhan lumut dan mikroalgae yang berlebih yang disebut “eutrophication” sehingga air menjadi keruh dan berbau karena pembusukan lumut-lumut yang mati. Pada keadaan “eutrotop” tanaman dapat menghabiskan oksigen dalam sungai atau pada malam hari atau bila tanaman tersebut mati dan dalam keadaan sedang mencerna (digest) dan pada siang hari pancaran sinar matahari kedalam air akan berkurang, sehingga proses fotosintesis yang dapat menghasilkan oksigen juga berkurang.
Dipenelitian ini kadar Fosfat diidentifikasi menggunakan sebuah metoda Spektrofotometri.Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda
BAHAYA LIMBAH DETERJEN TERHADAP LINGKUNGAN DAN
KESEHATANOleh:
Kristin Agustina PPendidikan Kimia
Abstrak
Mencuci merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Deterjen merupakan bahan yang pencuci yang populer di Indonesia. Deterjen mengandung bahan-bahan penyusun yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Bahan-bahan penyusun dari deterjen adalah surfaktan, builder, filler, dan aditif. Bahan-bahan penyusun deterjen tersebut memiliki dampak bagi pencemaran lingkungan. Salah satu dampak dari pencemaran lingkungan adalah terjadinya eutrofikasi. Eutrofikasi mengakibatkan terganggunya rantai makanan yang dapat menyebabkan limbah deterjen masuk ke dalam tubuh manusia. Senyawa sisa limbah deterjen yang menumpuk di dalam tubuh dapat menyebabkan kanker. Iritasi juga dapat timbul akibat penggunaan deterjen. Oleh karena itu, konsumen diharapkan mencermati kandungan yang terdapat dalam deterjen sebelum membeli produk dan memilih deterjen yang ramah lingkungan.
Kata kunci: deterjen, penyusun deterjen, pencemaran lingkungan, kesehatan
A. Pendahuluan
Deterjen merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap rumah tangga di
Indonesia. Mencuci dengan menggunakan deterjen merupakan salah satu hal lazim yang
dilakukan oleh ibu rumah tangga. Harga deterjen yang dijual di pasaran pun bervariasi,
mulai dari ukuran kecil dengan harga ribuan rupiah sampai yang berukuran satu kilogram
dengan harga puluhan ribu rupiah. Di Indonesia pun terdapat berbagai macam jenis
deterjen yang dijual di pasaran. Deterjen dapat dengan mudah ditemui di warung-warung
kecil, pasar tradisional, minimarket, maupun di supermarket.
Persaingan produk deterjen pun terjadi dewasa ini. Produsen mempromosikan
produk buatan mereka dengan berbagai macam cara, antara lain dengan memberi hadiah
berupa piring, gelas, ataupun produk deterjen mereka dalam kemasan kecil. Promosi
lainnya biasanya berupa penambahan bahan pewangi, pelembut, zat aditif, pemutih, dan
lain-lain. Produsen juga mempromosikan produknya yang memberikan busa yang
melimpah. Persepsi penduduk Indonesia saat ini adalah busa yang melimpah akan
menghilangkan kotoran yang ada di pakaian dengan cepat. Namun persepsi ini
sebenarnya salah, busa yang melimpah bukan jaminan akan kebersihan pakaian yang
dicuci. Sebaliknya busa deterjen ini akan menjadi limbah yang sulit diuraikan oleh
bakteri.
Limbah yang tidak terurai dengan baik akan menjadi suatu permasalahan bagi
lingkungan. Butuh waktu yang lama agar senyawa-senyawa kimia yang terkandung
dalam limbah deterjen dapat terurai secara alami oleh bakteri. Oleh karena itu, artikel ini
diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat akan dampak dari limbah deterjen
terhadap lingkungan dan kesehatan. Masyarakat diharapkan dapat memilih deterjen yang
ramah lingkungan serta tidak mengganggu ekosistem yang ada di alam dengan
mengetahui dampak limbah deterjen terhadap lingkungan dan kesehatan.
B. Pembahasan
Deterjen merupakan salah satu produk industri yang biasa digunakan di dalam
kehidupan manusia. Salah satu manfaat dari deterjen adalah untuk melindungi
kebersihan dan kesehatan manusia. Deterjen biasanya digunakan dalam industri maupun
rumah tangga sebagai bahan pencuci atau pembersih. Dalam rumah tangga khususnya
digunakan untuk mencuci pakaian.
Deterjen dalam arti luas menurut Srikandi Fardiaz (1992:66) adalah bahan yang
digunakan sebagai pembersih, termasuk sabun pencuci piring alkali dan cairan
pembersih. Definisi yang lebih spesifik dari deterjen adalah bahan pembersih yang
mengandung senyawa petrokimia atau surfaktan sintetik lainnya. Deterjen merupakan
bahan yang mengandung senyawa petrokimia karena terbuat dari bahan-bahan turunan
minyak bumi.
Gambar 1. Reaksi pembuatan deterjen
Deterjen berfungsi sebagai penghilang kotoran berupa minyak yang serupa
dengan sabun, yaitu dengan cara mengemulsi lemak, minyak atau gemuk (grease), tetapi
deterjen tidak menyebabkan gumpalan seperti pada sabun (Hiasinta A. Purnawijayanti,
2001: 22). Mengemulsikan lemak yang dimaksud dalam hal ini adalah membuat fasa
lemak menjadi emulsi sehingga lemak mudah terlepas dari pakaian. Fungsi lain dari
deterjen menurut Cichy dalam buku Hiasinta A. Purnawijayanti (2001:22) adalah sebagai
berikut:
1. Mendispersi (memecah) kotoran dan merubah fasanya menjadi
suspensi dalam larutan.
2. Melarutkan padatan dan mengemulsikan cemaran minyak sehingga mudah
dihilangkan.
3. Mensuspensikan kotoran yang tidak larut ke dalam larutan dan mencegah
kotoran menempel kembali pada permukaan pakaian.
4. Membuat efektivitas air sebagai pelarut meningkat sehingga kotoran mudah
larut dalam air.
Deterjen pada umumnya mengandung surfaktan. Surfaktan dalam deterjen
berfungsi sebagai bahan pembasah yang menyebabkan turunnya tegangan permukaan air.
Dengan menurunnya tegangan permukaan air maka air lebih mudah meresap ke dalam
pakaian yang dicuci. Surfaktan (surface active agents) atau bahan pembasah (wetting
agents) merupakan bahan organik yang berperan sebagai bahan aktif pada deterjen,
sabun, dan shampoo (Hefni Effendi, 2003:217). Selain itu molekul-molekul surfaktan
membentuk ikatan-ikatan di antara partikel kotoran dan air. Keadaan ini terjadi karena
molekul surfaktan bersifat bipolar, di mana salah satu ujungnya bersifat nonpolar dan
larut dalam kotoran, sedangkan ujung yang lainnya bermuatan dan larut di dalam air.
Oleh karena itu, partikel kotoran yang menempel pada pakaian terlepas dan mengapung
atau terlarut dalam air. Surfaktan yang paling umum digunakan adalah alkil sulfonat
linier (ASL) dan salah satu contohnya adalah dodesilbenzensulfonat dengan rumus
struktur sebagai berikut:
Gambar 2. Dodesilbenzensulfonat
Surfaktan dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu surfaktan anionik,
surfaktan kationik, surfaktan nonionik, dan surfaktan amphoteric (zwitterionic). Contoh-
contoh dari beberapa surfaktan adalah sebagai berikut:Surfaktan Anionik
Surfaktan Kationik
Surfaktan Nonionik
Surfaktan Amfoterik
1. Natrium linier alkil benzene sulfonat
2. Linier alkilbenzene sulfonat
3. Petroleum
1. Stearalkonium klorida
2. Benzakonium klorida
3. Quaternarny ammonium compounds
1. Dodesil dimetil-amina
2. Coco diethanolamide
3. Alcohol ethoxy lates
4. Alkohol linier
1. Cocoampho carboxyglycinate
2. Cocamidopropyl-betaine
3. Asil etilena4. Betaines5. Imidazolin
sulphonate4. Natrium lauril
eter sulfonat5. Alkil sulfat6. Alkohol sulfat
4. Senyawa amina
primer5. Polimer6. Alcohol
polyethoxylate
Tabel 1. Contoh surfaktan
Jenis surfaktan yang biasa digunakan dalam deterjen adalah alkylbenzene
sulphonate (ABS) yang bersifat resisten terhadap dekomposisi biologis. Hal ini bisa
berarti jika ABS atau alkilbenzene sulfonat ini sukar diuraikan secara biologis oleh
bakteri. Dewasa ini, surfaktan jenis ABS telah digantikan oleh linear alkyl
sulphonate (LAS) yang dapat diuraikan oleh bakteri secara biologis (biodegradeble).
LAS memiliki tingkat biodegradasi sebesar 90% sedangkan ABS hanya sebesar 50-60%.
Surfaktan juga memiliki dampak negatif mengganggu transfer gas di dalam sel. Jika
surfaktan bereaksi dengan sel dan membran sel maka surfaktan akan menganggu
pertukaran gas yang berlangsung antar sel. Pertukaran oksigen yang tidak berlangsung
dengan lancar akan mengakibatkan pertumbuhan sel terhambat. Surfaktan dapat
menyebabkan permukaan kulit kasar, hilanganya kelembaban alami kulit, dan
meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Derajat keasaman (pH) deterjen yang tinggi
akan menyebabkan tangan iritasi (panas, gatal, dan mengelupas).
Selain surfaktan deterjen juga mengandung builder (bahan
pembentuk). Builder berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan
cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Contoh
dari builder adalah Sodium tri poly phosphate (STPP), Nitril tri acetate (NTA), Ethylene
diamine tetra acetate (EDTA), zeolit, dan asam sitra. Air yang mengandung fosfat dapat
menyebabkan keracunan apabila terminum oleh manusia. Menurut Damin Sumardjo
(2008: 630), persenyawaan fosfat anorganik yang dipakai sebagai builder (bahan
pengawet busa) ternyata dapat mencemari air seperti persenyawaan fosfat anorganik
yang terdapat pada pupuk. Pencemaran ini membuat air disungai menjadi bau. Bau busuk
ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang berasal dari peruraian bakteri anaerob. Air sungai
yang tercemar sulit dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air sehari-
hari.
Air sungai yang tercemar limbah deterjen berakibat buruk bagi flora dan fauna
yang hidup di sungai. Ikan dan tumbuhan yang ada di sungai dapat mati karena
ekosistem tempat hidup mereka tercemar. Zat yang terdapat dalam limbah deterjen dapat
memacu pertumbuhan eceng gondok dan gulma air sehingga dapat mengakibatkan
ledakan jumlah tanaman tersebut. Ledakan jumlah tanaman tersebut akan mengakibatkan
pendangkalan dan menyumbat aliran air sungai. Tanaman yang menutupi permukaan air
akan menghambat masuknya sinar matahari dan oksigen ke air. Hal ini akan berdampak
pada kualitas air dan ikan-ikan menjadi sulit untuk bertahan hidup. Penelitian juga
menunjukkan bahwa deterjen mempunyai pengaruh terhadap flora dan fauna yang hidup
di sungai. Deterjen anionik bersifat lebih toksik terhadap udang air (Gammarus polex)
dibandingkan dengan deterjen kationik atau nonionik. Sedangkan ikan lebih sensitif
terhadap pengaruh deterjen nonionik atau deterjen kationik dibandingkan dengan
deterjen anionik (Damin Sumardjo, 2008: 631).
Deterjen dapat membentuk banyak busa dalam air dan banyak jenis deterjen
sukar sekali diuraikan oleh enzim-enzim bakteri pengurai sehingga akan tetap utuh dan
berbusa. Limbah deterjen yang tidak dapat diurai dalam waktu yang singkat ini
menyebabkan polusi udara karena baunya yang tidak sedap. Menurut Petra Widmer dan
Heinz Frick (2007: 42), deterjen terurai dalam hitungan minggu hingga bulanan
sedangkan persyaratan ekolabel memberikan jangka waktu peruraian limbah deterjen di
lingkungan alam hanya dua hari. Selain itu deterjen dalam air buangan dapat meresap ke
air tanah atau sumur-sumur di masyarakat. Air yang tercemar limbah deterjen tidak baik
bagi kesehatan karena dapat menyebabkan kanker. Kanker ini diakibatkan oleh
menumpuknya surfaktan di dalam tubuh manusia.
Bahan lain yang terkandung dalam deterjen adalah filler (pengisi). Filler adalah
bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci,
tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat. Sedangkan aditif adalah bahan
suplemen/tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut,
pemutih, pewarna. Bahan aditif ini sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan daya
cuci deterjen. Aditif ditambahkan untuk komersialisasi produk/agar produk dapat
menarik perhatian konsumen. Contoh dari aditif adalah enzim, boraks, Natrium
klorida, Carboxy methyl cellulose (CMC). Sayangnya diantara zat-zat tersebut ada yang
tak bisa dihancurkan oleh mikroorganisme sehingga menyebabkan pencemaran
lingkungan. Limbah detergen juga menyebabkan pencemaran tanah yang menurunkan
kualitas kesuburan tanah yang mengakibatkan tanaman serta hidupan tanah termasuk
cacing mati. Padahal cacing berfungsi untuk menguraikan limbah organik, non organik
& menyuburkan tanah.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Banyaknya jenis deterjen yang beredar di pasaran sebaiknya membuat
konsumen lebih jeli dalam memilih produk deterjen yang ramah lingkungan. Limbah
deterjen yang tidak mudah diuraikan oleh bakteri. Bakteri membutuhkan waktu yang
lama untuk dapat menguraikan limbah deterjen. Sisa limbah deterjen yang tidak
terurai akan menyebabkan pencemaran air. Air yang tercemar biasanya berbau busuk
dan tidak bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.
Penggunaan fosfat sebagai builder mengakibatkan terjadinya ledakan jumlah
eceng gondok di perairan. Eceng gondok yang melimpah di perairan akan
menyebabkan ekosistem terganggu. Ikan-ikan akan kekurangan oksigen sehingga ikan
akan mati dan populasi ikan menurun. Limbah deterjen yang masuk ke rantai
makanan akan masuk ke tubuh manusia. Surfaktan yang berasal dari limbah deterjen
dapat menyebabkan kanker apabila menumpuk di dalam tubuh. Surfaktan yang
terkandung dalam deterjen juga dapat menyebabkan iritasi kulit yang ditandai dengan
rasa panas, gatal bahkan kulit mengelupas jika bersentuhan langsung. Dengan
demikian konsumen deterjen diharapkan mencermati kandungan yang terdapat dalam
deterjen sebelum membeli produk dan memilih deterjen yang ramah lingkungan.
D. Daftar PustakaDamin Sumardjo. (2008). Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta: EGC.Hefni Effendi. (2003). Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan. Yogyakarta: Kanisius.Hiasinta A. Purnawijayanti. (2001). Sanitasi, Higine, dan Keselamatan Kerja dalam
Penggolahan Makanan. Yogyakarta: Kanisius.Srikandi Fardiaz. (1992). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.Widmer, Petra & Frick, Heinz. (2007). Hak Konsumen dan Ekolabel. Yogyakarta:
Kanisius.