Cakrawala Edisi 4 (Magang 2011)

12
CAKRAWALA FOKUS, INTELEK, DAN KRITIS EDISI MAGANG IV DESEMBER 2011 Melihat Keseriusan UNY Dalam Membangun Perpustakan Problematika UPT Pepustakaan UNY

description

Cakrawala Buletin anak magang (2011)

Transcript of Cakrawala Edisi 4 (Magang 2011)

CAKRAWALAFOKUS, INTELEK, DAN KRITIS

EDISI MAGANG IV DESEMBER 2011

Melihat Keseriusan UNY Dalam Membangun Perpustakan

Problematika UPT Pepustakaan UNY

EDITORIAL

SENTIL

2

CAKRAWALA EDISI MAGANG IV DESEMBER 2011

+ Awas mencuri buku di Perpustakaan bisa dipenjara.

- Apanya yang di-curi, bukunya aja gak ada.

CAKRAWALA | BULETIN MAGANG DWIMINGGUAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

Diterbitkan Oleh: LPM EKSPRESI | Pimpinan Proyek: Abi Utomo | Redaktur Pelaksana: Najih Shu’udi| Redaktur: Neti, Sofwan, Najih, Nia, Abi, Awal | Reporter: Abi, Awal, Najih, Neti, Nia, Septi, Sofwan, Taufik, | Redaktur Foto: Sofwan Makruf | Artistik: Andrean Wahyu E. | Produksi: Tim Perusahaan | Iklan: Tim Perusahaan | Sirkulasi: Tim Perusahaan | Polling: Tim PSDM | Alamat: Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yogyakarta 55281 | Email: [email protected] | Web: ekspresionline.com | Redaksi menerima tulisan berupa artikel, opini, dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.

Dok

. Eks

pres

i

Buruknya UPT Perpustakaan UNY

Tim Redaksi

B uku adalah jendela dunia. Peribahasa terse-but sepertinya gambaran tepat untuk guru bernama buku yang memberi kan suatu

khasanah keilmuan. Melalui buku kita bisa menam-bah pengetahuan dan menajamkan pemikiran. Tapi apa kabarnya buku di Perpustakaan Unit Pelayan-an Terpadu (UPT) Uni versitas Negeri Yogyakarta (UNY)? Banyak maha siswa yang mengeluhkan fasilitas yang ada di perpustakaan UNY. Mulai dari kelengkapan buku sam pai hal yang mendasar seperti tempat membaca dan keramahan pelayanan.

Ketika pihak UNY menuntut mahasiswanya kre atif dan kritis serta tidak menjadi plagiat dalam me ngerjakan tugas, tapi harapan tersebut bertepuk se belah tangan alias tidak diikuti keseriusan pihak birokrat dalam mengelola perpustakaan UPT. Ban-yak mahasiswa merasa kesulitan jika harus mencari refrensi buku di perpustakaan UPT, karena buku tidak lengkap dan letak buku berantakan tidak ses-uai nomer urut. Sehingga banyak mahasiswa harus

mencari refrensi ke Universitas lain.Untuk menjadi World Class University (WCU)

tidak harus mengejar pembangunan fasilitas saja, tetapi penambahan fasilitas untuk meningkatkan kualitas mahasiswanya juga harus lebih dipenting-kan. Karena penentu WCU tidak hanya melihat dari fasilitasnya saja. Parahnya pihak birokrat UNY leb-ih memilih mengalokasikan dana sebesar 49 miliar untuk membangun gedung Training Center (TC) dari pada membangun kelengkapan perpustakaan. Padahal sudah jelas banyak mahasiswa yang men-geluhkan buruknya perpustakaan UPT.

Universitas yang baik adalah universitas yang membangun sumber daya mahasiswanya melalui media buku, bukannya memikirkan bagaimana meningkatkan pendapatan income generate den-gan membangun gedung TC. Semoga saja pihak birokrat memperhatikan hal terseut, karena sekali lagi, buku adalah dosen ke dua. .

BIDIK 3

CAKRAWALA EDISI MAGANG IV DESEMBER 2011

Seorang Mahasiswa terpaksa membaca di lorong UPT Perpustakaan UNY, karena terbatasnya ruang baca di lantai 1.

Dok

. Abi

R encana Universitas Neg-eri Yogyakarta (UNY) menuju World Class Uni-

versity menuntut semua bidang untuk diperbaiki. Pembaruan dan perbaikan mulai dilakukan seperti pembangunan gedung-gedung dan pembaruan gedung rektorat. Ren-cana UNY untuk menjadi univer-sitas yang berstandar internasional harus memperhatikan berbagai as-pek tidak hanya aspek fisik tetapi juga aspek-aspek lain yang harus diperhatikan salah satunya adalah Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Perpustakaan.

UPT merupakan aspek yang sangat vital dan penting bagi ma-hasiswa dan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan sebagai pusat informasi. Namun kenyataan-nya keadaan perpustakaan pusat ini masih jauh dari standar perpusta-kaan yang dimiliki oleh sebuah uni-versitas berstandar internasional. Hal ini dapat dilihat dari minimnya jumlah dan jenis buku yang terse-dia sedangkan jumlah mahasiswa yang ada sangat banyak membuat ketersediaan buku yang ada di UPT terbatas. Menurut data yang dida-pat dari Bapak Sukarjono,S.Sos kepala UPT perpustakaan pusat menyebutkan, bahwa data terakhir jumlah keseluruhan koleksi buku di UPT per Juli 2011 adalah 255.378 eksemplar dengan 117.244 judul.

Tentu jumlah ini tidak sesuai den-gan UNY yang menerima maha-siswa baru kurang lebih 6000-an orang per tahunnya. Bayangkan saja jika setiap mahasiswa mem-injam buku lebih dari satu dengan jurusan yang sama, maka hanya se-bagian mahasiswa saja yang dapat menikmati buku yang tersedia.

Terbatasnya buku yang tersedia menyebabkan kekecewaan bagi mahasiswa. Mereka mengeluhkan minimnya jumlah dan judul buku yang tersedia. Hal ini jelas meng-hambat jalannya proses penyele-saian tugas yang diberikan dosen. ”Menurut saya buku di sini kurang lengkap apalagi kalau ada tugas dari dosen, kadang buku yang di-cari tidak ada. Jadi harus mencari ke perpus lain, seperti ke perpus kota atau perpus universitas lain ” tutur Prima, salah seorang maha-siswi Ilmu Sejarah 2011 Fakultas Ilmu Sosial.

Tidak hanya mahassiswa S-1 yang mengeluhkan kurangnya buku di perpustakaan UPT, Titi maha-siswa Pascasajana berujar, “Refer-ensi untuk mahasiswa Pascasarjana sangat kurang,Terbatasnya buku yang tersedia di UPT ini diperparah dengan banyaknya buku yang kurang layak seperti sampul hil-ang , sebagian halaman robek, atau usia buku yang sudah tua sehingga harus pelan-pelan untuk membu-

kanya. Hal ini tentu akan mempen-garuhi penyerapan informasi yang ada karena ada sebagian halaman yang hilang membuat informasi yang didapat kurang maksimal.

Sebenarnya mahasiswa dapat memberikan keluhan, saran, men-genai pelayanan dan prasarana dan segala permasalahan yang ada mengenai perpustakaan dapat di UPT atau bahkan meminta pen-gadaan buku yang mahasiswa bu-tuhkan melalui kotak saran yang disediakan. Namun fungsi kotak saran yang ada di UPT belum di-maksimalkan oleh mahasiswa.

Selain jumlah dan jenis buku yang disediakan sangat terbatas, penataan dan pengaturan buku juga kurang tertata rapi seperti yang dituturkan oleh Awa maha-siswa FIK tahun 2010,” Saya baru pertama kali ke perpustakaan pusat ini, buku yang disediakan memang sudah cukup lengkap tapi, nyari bukunya agak susah dan masih bingung.”. Meskipun terdapat on-line public acces catalogue yaitu fasilitas komputer yang berfungsi untuk membantu mahasiswa dalam pencarian buku dengan sistem me-masukan kata kunci, judul buku, atau nama pengarang buku.

Namun banyak mahasiswa yang masih bingung untuk men-cari buku yang dicari. Hal ini kar-ena memang penyusunan dan tata

Perhatian Kurang, UPT Perpustakaan (masih) Terabaikan

BIDIK4

CAKRAWALA EDISI MAGANG IV DESEMBER 2011

Neti MufaiqohNova, Abi

letak buku yang ada kurang ter-susun rapi. Dalam kasus ini pihak perpustakaan menyalahkan ma-hasiswa karena ketika pemberian info Siakad dan ICT pada semes-ter I, mahasiswa kurang memper-hatikan informasi yang diberikan, padahal informasi yang diberikan akan sagat sberguna bagi maha-siswa untuk kedepannya.

Buruknya Pelayanan PerpustakaanPelayanan yang diberikan di

UPT dinilai kurang maksimal bah-kan terkesan buruk hal ini dapat dilihat dari kurang ramahnya petu-gas terhadap mahasiswa, mereka mengaku kurang nyaman dengan sikap petugas tersebut .

Namun pihak perpustakaan mengaku kurang ramahnya petu-gas di UPT karena adanya sistem rolling atau perputaran kepegawa-ian. Mereka mengaku mendapat-kan Sumber daya manusia (SDM) yang disediakan oleh pihak pusat universitas ,” Perpus mendapat petugas baru dari pusat , tetapi petugas perpus yang diberi justru dari orang-orang yang bermasalah. Akibatnya ada yang jarang masuk dan ada juga yang sakit-sakitan kalau begini kami tidak bisa ber-buat apa-apa.” Jelas Mujianto

kepala perpustakaan. Selain itu kurangnya pelayanan

yang diberikan dari pihak perpus kepada mahasiswa seperti sikap kurang ramah terhadap mahasiswa bahkan petugasnya yang terkesan kurang begitu ramah (cuek), mem-buat mahasiswa kurang nyaman. Diduga lamanya jam kerja turut menyumbang penyebab minimnya pelayanan yang diberikan.

Memang jam kerja yang diberi-kan menuntut mereka untuk buka dari pagi hingga sore,”mungkin petugas kelelahan dan jenuh kar-ena harus buka pagi –pagi. Selain itu perpustakaan juga buka dari hari senin sampai minggu dan se-lama berjam-jam hanya duduk dan mengerjakan pekerjaan kita masing-masing. Hampir tidak ada libur bagi kami.” jelas pak Muji-anto kepala perpus pusat.

Terbatasnya ruang baca ter-batasnya pengadaan ruang baca yang tersedia di lantai satu mem-buat kondisi perpustakaan kurang kondusif bagi beberapa mahasiswa. Hal ini karena banyak mahasiswa yang duduk di lorong-lorong rak buku hanya untuk sekedar mem-baca. Memang penempatan ruang baca yang terdapat dilantai 2 dan 3 kurang efisien karena letaknya

yang cukup jauh dari lokasi buku sehingga mahasiswa lebih memi-lih membaca di lorong.

Menanggapi terbatasnya ru-ang baca bapak T Sukarjono petu-gas perpustakaan bagian sirkulasi mengatakan lantai satu tidak diberi tempat untuk membaca karena buku dilantai satu memang khusus untuk dibaca dirumah alias boleh dipinjam berbeda dengan dilantai 2 dan 3 yang koleksinya hanya boleh di fotocopy atau dibaca ditempat.

Ditanya mengenai masalah pengadaan buku dan tempat mem-baca di lantai satu bapak mujianto menangapi dengan positif “ iya sebenarnya rencananya kita akan membuat ruang membaca di lantai 1 yaitu dengan memberikan dan menambah bangku yang sudah ada didepan tempat pengembalian buku”jelasnya. Beliau juga ber-harap agar perpustakaan ini dapat melayani mahasiswa dengan baik.

Sumber dana pengadaan bukuMengenai dana Untuk pen-

gadaan buku di perpustakaan didapat dari berbagai sumber mu-lai dari sumbangan alumni sam-pai dana dari rektorat dan diksi. Pihak perpustakaan mengatakan dana yang ditentukan memang sudah diatur dalam rencana angga-ran awal tahun. Perpus tidak bisa meminta Uang yang lebih untuk membeli buku dan perlengkapan yang lain, karena itu sudah ada strukturnya dan sistemnya sendiri. Selain sumber yang berasal dari pusat, pepustakaan mendapat sum-ber dana dengan cara mengadakan kerjasama denagan pihak luar sep-erti yang dilakuakan UNY yang berkerjasama dengan BRI untuk membuat perpustakaan elektronik

Foto : Sofwan

POLLING 5

CAKRAWALA EDISI MAGANG IV DESEMBER 2011

Perpustakaan UNY Perlu Buku dan Fasilitas Membaca TambahanOLEH: TIM PSDM

D alam sebuah institusi pendidikan, perpusta-kaan merupakan syarat mutlak yang harus ada guna kepentingan proses pembelajaran.

Demikian pula dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang dilengkapi dengan perpustakaan jurusan sampai pusat. Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Perpus-takaan UNY merupakan perpustakaan pusat yang su-dah dilengkapi dengan Perpustakaan Digital. Tentunya UPT Perpustakaan UNY harus memiliki koleksi buku lengkap dan sarana prasarana pendukung yang baik. Namun, faktanya keadaan UPT Perpustakaan sering dikeluhkan oleh para mahasiswa. Hal ini tentu sangat disesali, mengingat kapasitas UNY sebagai kampus yang digadang bercita-cita akan World Class Univer-sity. Apakah layak sebuah kampus dikatakan berstan-dar internasional sedangkan sumber ilmunya, dalam hal ini adalah perpustakaan, tidak didukung dengan koleksi buku lengkap yang up date dan fasilitas baca yang nyaman.

Kurang lengkapnya koleksi buku mengakibatkan banyak mahasiswa kesulitan untuk mencari bahan ref-erensi. Untuk mengetahui respon mahasiswa tentang kelengkapan koleksi buku dan kenyamanan fasilitas UPT Perpustakaan, CAKRAWALA mengadakan poll-ing tentang kepuasan mahasiswa terhadap UPT Per-pustakaan UNY. Metode yang digunakan adalah me-tode kuantitatif, dan jenis sampling aksidental. Dari 30.165 mahasiswa UNY, diambil sampel 395 maha-siswa. Penghitungan sampel menggunakan rumus

slovin dengan sampling error 5%. Angket disebar diseluruh fakultas yang ada di UNY pusat, dengan 2 pertanyaan dan 8 pernyataan.

UPT Perpustakaan UNY sebagai perpusta-kaan pusat universitas tentulah banyak dikunjungi oleh mahasiswa setiap harinya. Ketika tim polling CAKRAWALA memberikan pertanyaan mengenai apa yang dilakukan mahasiswa ketika berkunjung ke perpustakaan pusat tersebut, sebanyak 76,2 % maha-siswa datang untuk meminjam buku. Sebanyak 11,6 % hanya sekedar bersantai sambil membaca dan 7,4 % lainnya mengerjakan tugas. Jika dilihat dari ting-ginya prosentase mahasiswa yang datang untuk mem-injam buku, otomatis koleksi buku haruslah lengkap guna menunjang pembelajaran. Namun sebanyak 87,9% mahasiswa menyatakan bahwa koleksi buku yang dimiliki UPT Perpustakaan tidak lengkap dan banyak yang sudah lusuh dan tidak up date. Hanya 1.5% saja yang tidak setuju dan sisanya memilih opsi lain.

Mengenai kenyaman fasilitas ruang baca di UPT Perpustakaan, meski sudah disediakan tempat untuk membaca, namun banyak mahasiswa mengeluhkan akan kurangnya jumlah meja dan kursi untuk tem-pat membaca, terbukti sebanyak 46,7% setuju untuk menyatakan bahwa ruang baca di perpustakaan pusat kurang nyaman, 29,7% menyatakan ragu-ragu dan hanya 12,8 % saja yang menyatakan tidak setuju.

sangat setuju : 72,4 %

setuju : 22,4%

ragu-ragu : 2,0 %tidak setuju : 1,5 %

sangat tidak setuju : 1.5 %

Perlu alokasi dana untuk menambah koleksi buku dan peningkatan fasilitas ruang baca

Mahasiswa selalu menemukan buku yang dicari di UPT Perpustakaan UNY

sangat setuju : 2,5 %

setuju : 24,1%

ragu-ragu : 26,6 %

tidak setuju : 41,2 %

sangat tdk stju : 5,5 %

IDEA6

CAKRAWALA EDISI MAGANG IV DESEMBER 2011

Siapakah yang Layak Pimpin KPK?Oleh : Danar Wijayanto, M.Hum*

*Dosen Ilmu Sejarah FIS UNY

Panitia Seleksi (pansel) telah selesai me-

nyeleksi calon ketua KPK dan berhasil memilih orang-orang yang pantas untuk menduduki jaba-tan tersebut. Pada saat ini bola panas di di Komisi III DPR yang akan memilih ketua KPK, di antara orang-orang yang diusulkan oleh pansel. Serangkaian fit and proper test dilakukan terhadap 8 calon yang diusulkan oleh pansel. Fit and proper test mestinya mempertanyakan dan mempertimbangkan beberapa hal penting bagi calon ketua KPK.

Pertama, latar belakang historis. Calon ketua KPK harus memiliki rekam jejak sejarah yang baik terkait dengan permasalahan korupsi di Indonesia. Bagaimana pendapat, kiprahnya serta kaitannya den-gan masalah korupsi harus menjadi bahan pertimban-gan utama. Jangan sampai kita memilih ketua KPK yang punya masa lalu yang tidak baik dengan per-masalahan korupsi.

Kedua, kemampuan calon ketua KPK menyele-saikan masalah korupsi. Latar belakang pendidikan, latar belakang pekerjaan selama ini serta pengalaman dalam menangani permasalahan korupsi harus men-jadi bahan pertimbangan berikutnya.

Ketiga, kemauan menyelesaiakan masalah koru-psi. Calon ketua KPK harus memiliki kemauan yang kuat untuk menyelesaikan berbagai masalah korupsi yang ada atau yang mungkin terjadi di kemudian hari. Keempat, adalah dukungan dari semua pihak. Ketua KPK tidak mungkin hanya bekerja sendiri untuk melaksanakan tugasnya. Ketua KPK harus didukung oleh anggota ketua KPK yang lain serta staf KPK yang memadai dan mumpuni.

Dalam satu kesempatan, Busro Muqoddas, ketua KPK sekarang mengatakan bahwa “Negara In-donesia itu Negara hukum, sehingga perlu manusia yang berakhlak, beretika dan bermoral, itu yang harus dimiliki penegak hukum”. Untuk itu diperlukan calon katua KPK yang baru harus seorang pemimpin yang bisa dijadikan panutan. Pemimpin panutan adalah pemimpin yang punya karakter yang memiliki sifat

sederhana, jujur dan hemat.

Sederhana adalah pola hidup, paka-ian, makanan dan cara hidupnya yang sederhana tidak akan mendorong sese-

orang untuk berbuat korupsi. Orang jujur juga tidak akan melakukan korupsi karena tahu betul mana yang harus dilakukan dan akan mempertanggungjawabkan segala tindakannya. Orang yang hemat adalah orang yang tidak pernah menghambur-hamburkan uang un-tuk tujuan yang tidak perlu.

Korupsi merupakan kejahatan yang luar bi-asa sehingga penanganannya juga dilakukan dengan tindakan yang luar biasa. Untuk memberi efek jera pada koruptor ada beberapa langkah yang bias dilaku-kan.

Pertama, para hakim harus berani menjatuhkan hukuman seberat-beratnya pada para koruptor. Hu-kuman mati jangan ditabukan untuk menyelesaikan masalah korupsi. Sudah waktunya hakim berani men-jatuhkan hukuman mati untuk koruptor yang memang layak mendapat hukuman mati.

Kedua, Koruptor harus mengembalikan keru-gian Negara yang ditimbulkan akibat perilakunya plus bunga-bunganya. Hal ini sejalan dengan usaha pemiskinan koruptor untuk memberi efek jera. Hal sangat penting sebelum kedua hal tersebut dilakukan tentunya harus ada keteladanan dari aparat penegak hukum. Pemimpin panutan harus mendahulukan ke-pentingan rakyatnya, serta harus berani bertindak tidak tebang pilih, serta bertindak cepat agar tidak terkesan ragu-ragu.

Beberapa hal di atas kiranya bisa menjadi bahan pertimbangan untuk menjawab siapa yang layak men-jadi ketua KPK di masa depan. Karena itu, semua pihak harus mengawal proses uji kepatutan calon pemimpin KPK dengan penuh tanggung jawab agar sesuai dengan harapan rakyat. (danar widi)

ISTIMEWA

IDEA 7

CAKRAWALA EDISI MAGANG IV DESEMBER 2011

Para Pekerja dalam Bayang-bayang HIV/AIDSOleh: Akhmad Muawal Hasan*

H ari AIDS Sedunia yang jatuh pada hari Kamis, 1 Desember 2011 kemarin merupa-kan momen yang tepat sebagai sebuah perin-

gatan maupun penumbuh kesadaran bagi masyarakat dunia akan bahaya penyakit AIDS yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV.

Pada peringatan hari AIDS Sedunia ke-24 ke-marin, tema yang diambil adalah “Lindungi Pekerja dan Dunia Usaha dari HIV dan AIDS“. Tema ini di-dasarkan pada fakta di lapangan bahwa sebagian be-sar pengidap HIV/AIDS jika dilihat dari sisi pekerjaannya didominasi oleh para pekerja dan pelaku dunia usaha.

Data di Indonesia sendiri menunjukkan bahwa jika dilihat dari jumlah pend-erita HIV/AIDS menurut pekerjaannya pada tahun 2011 hingga Juni kemarin, tenaga non profesional atau karyawan menempati uru-tan tertinggi yaitu 283 orang (199 HIV dan 84 AIDS), ibu rumah tangga 147 (102 HIV dan 45 AIDS), wiras-wasta atau usaha sendiri 139 (82 HIV dan 57 AIDS), narapidana 48 (4 HIV dan 44 AIDS), buruh kasar 32 (14 HIV dan 18 AIDS), serta tenaga profesional non medis 29 (5 HIV dan 24 AIDS).

Namun tidak adil rasanya jika faktor penyebab tersebut hanya diarahkan pada kesalahan pola peri-laku para pekerja maupun pelaku dunia usaha terse-but. Pada kenyataannya, banyak juga para pekerja dan buruh berpenghasilan rendah yang mengidap HIV/AIDS. Karena pada dasarnya, selain faktor seks, seseorang terjangkit HIV/AIDS juga bisa melalui beberapa cara dan media, antara lain dari ibu ke bayi di kandungan melalui ASI, transfusi darah, ataupun penggunaan jarum suntik bersama-sama.

Maka penularan HIV/AIDS juga disebabkan oleh faktor keturunan maupun kecerobohan yang tidak disengaja, dalam proses transfusi darah misalnya. Sekedar menyalahkan hanya akan menambah pen-deritaan atas penyakit yang menimpa mereka, serta

tidak menyediakan solusi. Belum lagi dengan stigma yang berkembang atas para penderitanya.

Stigma tersebut menjadi semacam hukuman so-sial yang diberikan pada penderita HIV/AIDS dalam berbagai cara. Antara lain tindakan pengasingan, pe-nolakan, penghindaran, sampai diskriminasi.

Data menunjukkan bahwa 85% penderita HIV/AIDS adalah mereka yang masih berada usia produk-tif dan sebagian besar diantaranya memiliki peker-jaan. Maka pada segi sosial, ekonomi, maupun

psikologis terdapat dampak yang lebih luas dari sekedar sebuah endemi HIV/AIDS.

Kesemuanya itu mem-butuhkan langkah yang konsisten dan terpadu demi pencegahan serta penangggu-langan penularan HIV/AIDS di kalangan para pekerja. Pemerintah harus bertindak sebagai garda terdepan da-lam upaya ini. Bekerja sama dengan perusahaan dan dunia usaha, perlu pengoptimalkan Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS

(P2-HIV/AIDS) dan penerapan prosedur Keselama-tan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja, serta partisipasi aktif melindungi pekerja/buruh dengan HIV/AIDS dari tindak dan perlakuan diskriminatif. Tentu disertai juga dengan kesadaran diri masing-masing pihak untuk menjalani pola hidup sehat agar bisa terhindar dari penularan HIV/AIDS tersebut.

Hingar-bingar peringatan Hari AIDS Sedunia yang semoga belum luntur seharusnya jangan hanya dijadikan sebuah selebrasi ataupun perayaan saja. Terutama bagi para pekerja, dibutuhkan sebuah komitmen dan langkah yang nyata bagi pencegahan penularan penyakit ini demi hak-hak atas persamaan dan kesejahteraan hidup yang sesungguhnya wajib mereka dapatkan.

ISTIMEWA

*Jurnalis Cakrawala

SOSOK8

CAKRAWALA EDISI MAGANG IV DESEMBER 2011

Inspirator Kreatifitas yang Bersahaja

Pak.Satino begitulah beliau di panggil, salah satu dosen Pendidikan Biologi di FMI-

PA Universitas Negeri Yogyakarta. Dia dikenal ramah, bersahaja, dan terbuka. Tidak hanya bagi mahasi-wa-mahasiswanya yang diajar oleh beliau tetapi juga untuk semua orang, ada hal yang menarik pada saat saya bertemu, beliau lebih suka tinggal di Kebun Percobaan FMIPA daripada ruang dosen yang sudah disediakan. Saat di tanya-kan terkait hal tersebut pak. Satino menjawab dengan senyum, “ saya lebih suka disini karena lebih adem dan mudah bertemu dengan ma-hasiswa saya tanpa terlalu bersifat formal dan merasa sungkan yang berminat untuk mengembangkan sistem pengolahan sampah dan un-tuk penelitian, dan disini pun kita bisa berkebun”.

Ya, itulah salah satu kegiatan pak.satino di sela jadwalnya yang padat sebagai dosen, dan narasum-ber seminar-seminar dan pelati-han-pelatihan soft skill. Disana (kebun percobaan FMIPA) pak.Satino mendidik mahasiswanya untuk berkreatifitas salah satu-nya adalah foto-foto hewan mikro yang ada dan hidup di kebun terse-but, dan juga mengolah sampah-sampah khususnya di UNY untuk dipilah dan dipisahkan menjadi tiga sampah, yaitu.

Organik, non-organik, dan logam.dari ke-tiga jenis sampah tersebut ada usaha kreatifitas un-tuk bisa digunakan dan tentunya juga bermanfaat. Seperti sampah organik berupa daun-daunan yang bisa diolah menjadi pupuk kom-pos, sampah non-organik seperti kertas dan plastik yang bisa di pilih

untuk bisa digunakan kembali atau dijadikan tas yang terbuat dari kan-tong-kantong plastik, dan sampah logam yang juga bisa digunakan sebagai suatu kerajinan.

Saat di tanya mengenai kreati-fitas, beliau mendefinisikan kreati-fitas adalah memunculkan ide-ide yang sebelumnya belum pernah di pikirkan oleh orang-orang, dan mengapa orang-orang khususnya mahasiswa sulit untuk berkreatif? Karena mereka itu terlalu berpa-tokan dengan fakta, ide, dan buku yang dituliskan atau di lontarkan oleh orang lain.

Sehingga itu akan ada deter-minasi (batasan) terhadap kreati-fitas yang mereka miliki. Beliau mencontohkan dengan air minum kemasan yang mulai ada di akhir tahun 70-an, orang-orang pada saat itu menganggap hal tersebut adalah ide gila dan tolol. Kenapa harus menjual air mineral kemasan di indonesia yang sumber mata airnya berlimpah-ruah. Hasilnya bisa kita lihat sendiri sekarang..memang pada awalnya ide kreatif

itu bertentangan dengan keadaan/realita sekarang, yang mungkin akan menimbulkan cemoohan oleh sebagian orang. Tapi tunggulah ide kreatifitas itu besok.

Maka orang yang semula menc-emooh anda justru akan mengucap-kan terima kasih dan kagum pada anda.dan bukan sesuatu hal yang tidak mungkin ide untuk menjual oksigen di jalan-jalan khususnya di daerah perkotaan melihat pa-nasnya udara yang ada disana yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang ada di perkotaan dan pabrik-parik yang menyum-bangkan banyak gas CO2.

Ide kreatif itu muncul karena by design (direncanakan) bukan kar-ena by accident (tidak di sengaja), karena dengan ide dan pelaksanaan yang direncanakanlah ide tersebut bisa berhasil secara optimal dan lebih baik. Dengan sifat alami ma-nusia untuk bisa bertahan hidup itu, maka akan timbul suatu kompetisi diantara mereka untuk bisa eksis dan hidup yang layak tentunya, di tengah kompetisi yang ketat terse-but menuntut adanya seleksi dian-tara mereka dan mereka yang kre-atiflah yang bisa bertahan hidup.

Mengingat hal tersebut maha-siswa khususnya diharap untuk bisa membentuk suatu “komunitas berbasis kreatifitas” yang nantinya dengan komunitas tersebut terjalin suatu diskusi yang bisa digunakan sebagai media bertukar pengeta-huan, dan menggagas suatu ide yang bisa mencapai apa yang na-manya “sukses bersama”.

Najih Shu’udi

Dok. Pribadi

BEKAM 9

CAKRAWALA EDISI MAGANG IV DESEMBER 2011

Pekan Hak Asasi Manusia

Awal

Dalam rangka memperingati hari Hak Asasi Ma-nusia (HAM), jurusan PknH 2011 mengadakan acara Pekan HAM 2011: “ Hak Asasi Manusia Untuk Per-satuan” 5-10 Desember 2011.

Acara tersebut terangkai dalam beberapa acara, di-antaranya, pameran foto, lukisan dan pentas musik 5-6 Desember di Museum Pendidikan Indonesia, bedah film “The Pianist” 6 Desember 2011 di ruang Ki Hajar Dewantara, bakti sosial 8 Desember 2011 berlokasi di Pantai Asuhan Sinar Melati , pagelaran musik dan teatrikal 9 Desember 2011 di Taman Pancasila, dan juga seminar HAM pada tanggal 7 Desember 2011 “Hak Asasi Manusia untuk Menegakkan Harkat dan Persatuan Bangsa” bersama Hasrul Hanif S.IP, MA (Dosen UGM Fisipol) dan Andi Suryo Awaludin, S.H (Aktivis Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia).

Dalam rangka memperingati hari HIV/AIDS se-dunia yang jatuh pada hari Kamis tanggal 1 Desember 2011, Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas dari Fakul-tas Ilmu Pendidikan yang tergabung dalam Cah Musik Pendidikan (CAMP) mengadakan pentas musik yang bertempat di Taman Pancasila (TamPan).

Dalam acara tersebut pentas musik menghadirkan band-band yang berpersonilkan anak-anak Fakultas Ilmu Pendidikan dan juga Edsacoustic. Dalam acara ini panitia juga membagikan pita merah, sebagai tanda kepedulian terhadap HIV/AIDS.

Kita sebagai kaum pemuda yang berintelektual sudah sewajarnya berada dalam barisan depan dalam memerangi penyebaran virus HIV/AIDS sebagai wu-jud tanggun tanggung jawab kita untuk menjadikan indonesia yang sehat dan bermartabat. “Marilah kita berantas HIV/AIDS di mulai dari diri kita sendiri”

Peringatan Hari AIDS Sedunia

Achievement Motivation Training

Sabtu (3/12), Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sosiologi menyelenggarakan Achievement Motiva-tion Training (AMT) untuk mahasiswa program studi Pendidikan Sosiologi, khususnya angkatan tahun 2010 dan 2011.

Karena terkendala beberapa hal, target jumlah ma-hasiswa yang diperkirakan hadir yaitu sebanyak 180 orang tidak terpenuhi, kuota hanya terisi sekitar 100 orang mahasiswa. Acara ini bertempat di ruang Ki Hajar Dewantara mulai dari pukul 07.30-12.00 WIB. Panitia menghadirkan 2 orang pemateri yaitu Bapak Dwi Budiyanto dari FBS dan Danu Eko Agustinova, S. Pd dari BEM FIS dengan pembahasan yang cukup menarik dalam tema “Strategi Membagi Cinta Antara Kuliah dan Organisasi”.

Terkait dengan tema tersebut, panitia berusaha un-tuk menjadikan acara ini santai namun berkesan, seh-ingga bisa menjadi pemacu semangat bagi para peserta untuk giat berprestasi di ranah akademik maupun da-lam organisasi. “Kita sebagai mahasiswa tidak hanya dituntut untuk pintar dalam kelas, tapi kita juga harus pintar dalam berorganisasi atau bahkan di masyarakat juga, kan?”. Ujar Achmad Adib selaku ketua panitia.

AbiAbi

Komunitas AKAR kelas K Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) pada hari Senin (28/11) ber-tempat di Lab.Karawitan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) mengadakan acara dramatisasi dan musikalisasi puisi yang berjudul “Jejak di atas Aspal”.

Dramatisasi dan musikalisasi puisi ini menceritakan tentang kehidupan jalanan yang terjal dan tidak mudah untuk ditaklukkan semudah membalikkan telapak tan-gan. Mulai dari pengemis, orang gila, pengamen, anak jalanan, hingga para kupu-kupu malam yang turut ser-ta menghiasi setiap sudut dan pinggir jalan dari petang sampai pagi menjelang kembali hanya untuk sekedar bertahan hidup.

“Kami ingin mempraktekkan apa yang kami pela-jari dalam mata kuliah Kajian Puisi di semester 3 ini. ” kata Dyah Ayu Widowati, selaku Pimpinan Produksi. Acara tersebut diadakan karena pada tahun ini gaung dramatisasi dan musikalisasi puisi kurang begitu ter-dengar sehingga mendorong kumpulan mahasiswa ini untuk mengadakan pentas musikalisasi puisi.

Pentas komunitas Akar

Nia

PINGGIR10

CAKRAWALA EDISI MAGANG IV DESEMBER 2011

Kampus Wates, Apa Kabarmu?

Papan nama Kampus Wates yang terletak di depan kampus

Dok. Sofwan

Bangunan tua itu terletak di perem-patan kota. Sekilas nampak seperti bangunan SD, tua dan berwarna biru. Masyarakat awam sekitar leb-ih mengenalnya dengan Sekolah Guru Olahraga (SGO). Inilah kam-pus Universitas Negeri Yogyakarta unit Wates!

U niversitas Negeri Yogya-karta (UNY) memiliki pu lu han ribu mahasiswa

yang belajar di dalamnya. Untuk itu tidaklah cukup menampung selu ruh mahasiswa dalam satu unit kam pus saja. Demi menampung jum lah mahasiswa yang sebanyak itu, UNY menempatkan beberapa pro di di kampus unit lain yang le-tak nya masih di DIY. Salah satu u nit kampus yang digunakan untuk ke giatan belajar beberapa prodi di UNY adalah kampus unit Wates. Kampus ini terletak di kabupaten Kulon Progo.

Jauh dari pusat kampus UNY se bagai tempat utama pelaksa-naan kebijakan birokrasi kampus, membuat kebutuhan beraktivitas warga kampus unit Wates banyak yang terabaikan, semisal. dari segi pe ngadaan fasilitas maupun proses pe ngembangan potensi mahasis-wa nya secara akademis maupun non akademis.

Berbagai janji rektorat telah ter dengar gemanya hingga ke te-li nga para mahasiswa di kampus unit Wates. Namun hingga kini, rea lisasi akan janji-janji manis ter sebut belum juga nyata terlihat mata apalagi terjamah manfaatnya. Pa ra mahasiswa UNY di Wates ha nya menjadi saksi-saksi yang terus bertanya akan realisasi janji yang seolah-olah masih setengah hati. Ma lahan mereka hanya se-

makin dijejali rasa kesenjangan bila dikompa rasikan antara kampus me reka dengan kampus pusat.

Inilah gambaran mengenai kea-daan miris kampus unit Wates yang ka tanya masih bagian dari UNY pusat di Karang Malang. Bisa dika-takan bahwa keberadaan mereka la yaknya “Keluarga Jauh Yang Ter-marjinalkan” dari perhatian kelu-arga induknya.

Mahasiswa Wates juga merasa ku rang ada fasilitas yang menun-jang kenyamanan belajar bagi para ma hasiswa, seperti kurangnya ru-ang diskusi-diskusi kecil seperti ga zebo atau tempat berkumpul bagi ma hasiswa. Ninda mangatakan, “Kan kalau di pusat kan ada taman Ki Hajar disana ada tampatnya sen-diri, disini bisa dilihat sendiri ya, ga zebonya cuma seperti ini aja, un-tuk tempat yang lebih bersih dan en joy belum ada”.

Kegiatan mahasisiwa tidak han-ya berkutat pada ruang kelas saja, wa laupun semua materi diberikan di da lam ruang kelas, mahasiswa juga bu tuh ruang bebas di luar kelas untuk berdiskusi, menger-

jakan tugas, atau sekedar duduk-duduk mengha biskan waktu ko-song. ” Lumayan sih ada tempat be la jarnya, tapi kalau tempat untuk diskusi ya belum ada!, masih ku-rang lengkap”, tambah Rudy yang ju ga mahasiswa D3 sekretaris di kam pus itu.

Semua mahasiswa pastilah mem -punyai berbagai potensi yang a da di dalam diri mereka. Begitu pu -la mahasiswa yang berkampus di Wates, mereka mempunya ba nyak potensi terpendam dalam diri mer-eka. Namun sangatlah percuma apabila potensi-potensi yang ada tidak di kembangkan atau tidak di-latih.

Seperti yang diungkapkan Amir, yang saat ini menjabat seba gai ketua HIMA PGSD, “Yang sa-ya sayangkan, semua mahasiswa kan punya potensi, baik itu FISE, FIP, maupun FIK, potensi mereka kurang tersalurkan secara maksi-mal, karena apa? Ya karana disini tidak ada UKM, kalau di pusat kan su dah pasti ada, kalau disini cuma se batas ada HIMA, jadi potensi yang berkaitan dengan seni kurang

PINGGIR 11

CAKRAWALA EDISI MAGANG IV DESEMBER 2011

terwadahi, yang di keluhkan ma-hasiswa disini, kalau mau ikut ter-lalu jauh”.

Memang begitu adanya, kam-pus yang terdapat UKM hanya kam pus pusat saja, karena UKM hanya di bangun dan tidak dapat membuka cabang di kampus lain. “Disini itu kita belum mewadahi UKM, karena secara yuridis kita berada di bawah UNY, jadi tidak mungkin membuka beberapa UKM, semisal ada UKM karate, ya satu saja, nanti kalau ada perwa kilan cukup satu dari pusat atau dari kampus Wates”, begitulah alasan yang diberikan oleh Bapak Dapan M.Kes, selaku kepala pengelola kampus Wates.

Jarak yang terpaut jauh dari kam-pus pusat tidak hanya dirasakan oleh mahasiswa yang berkampus di Wates. Hal ini juga dirasakan oleh dosen-dosen yang selain mempunyai kewajiban mengajar di kampus pusat, juga berkewa-jiban pula di kampus Wates.

Seperti Ibu Rosida selaku Do sen D3 Sekretaris di kampus Wates, tapi juga punya kewajiban mengajar di kampus pusat. “Untuk masalah jam mengajar saya kira tidak ada masalah, karena telah di plot-plotkan menurut hari, seka-lipun kosong karena tidak dapat hadir, juga bisa diganti jam atau hari dengan mengkoordinasikan-nya dengan mahasiswa. Yang jadi masalah, jika sesudah acara di kampus pusat lalu ada kewajiban mengajar di Wates, dan harus men-empuh jarak yang begitu jauh, kan sudah capek jadi saya rasa kurang produktif apabila mengajar dalam keadaan capek,” sambungnya.

Keluhan juga disampaikan oleh Wisnu, mahasiswa D3 Manajemen Pe masaran , “Kendala bagi kami ya ketika kami disuruh untuk ku-liah di kampus pusat. Berhubung di sini kami tidak punya alat sep-

erti mesin praktek penjualan, ya terpaksa kami harus ke pusat den-gan mengendarai kendaraan mas-ing-masing dan biaya transport kami tanggung sendiri, belum lagi resiko kecelakaan di jalan”. Kelu-han yang tersampaikan oleh salah se orang mahasiswa kampus Wates tersebut, mengingatkannya akan janji manis rektorat ketika ia men-jalani proses Ospek 2010. Kala itu, pihak rektorat menawarkan janji bahwa akan disediakan bus seba-gai penunjang transportasi bagi kebutuhan beraktivitas mahasiswa kampus Wates sehingga hubungan antara kampus pusat dengan Wates tidak mengalami kendala.

Perpustakaan merupakan hal pen ting dalam kegiatan pembela-jaran. Karena sumber materi yang dibutuhkan mahasiswa banyak ter dapat dalam buku-buku yang ada di dalamnya. Pusat informasi seperti perpustakaan pun tak lepas dari masalah. Mahasisawa menge-luh kurang lengkapnya buku pe-nunjang pembelajaran yang ter-sedia.” Masalah perpustakaan, buku-bukunya kurang,” Amirrudin me nam bahkan. “Fasilitas penun-jang yang paling tidak komplit a da lah perpustakaan, kalau lapan-gan, mushola sudah ada,” tambah Rasyid.

Pembangunan FasilitasKelas yang ada di kampus Wates

Apabila dibandingkan dengan ge-dung yang ada di kampus pusat, jelas jauh berbeda. Apabila di kam-pus pusat hampir seluruh kelasnya sudah ada pendingin ruangan yang berupa AC, disana hanya berupa kipas angin saja.

Pembangunan gedung penun-jang pembelajaran yang kurang diperhatikan adalah laboratirium. Laboratorium IPA yang seharus-nya sudah dibangun untuk keg-iatan belajar mahasiswa PGSD belum terealisasikan. “Saya sudah

bicara dengan pembantu dekan III periode yang lalu mengenai fasili-tas gedung laboratorium IPA bagi mahasiswa PGSD, katanya sudah datang kesini, sudah lobi-lobi tapi juga belum dibangun juga, harus-nya awal semester lima ini sudah mulai dibangun,” kata Amirrudin ketua HIMA PGSD.

Pembangunan yang juga belum terselesaikan sampai saat ini adalah pembangunan kolam renang dan lintasan atletik yang diperuntuk-kan bagi mahasiswa FIK pada um-umnya. Kolam renang yang sudah dibangun sejak 2009 ini, berhenti karena dana yang terbatas. Sehing-ga sekarang kolam tersebut malah dijadikan sebagai kolam ikan.

Dana yang digunakan untuk pembangunan kolam renang itu adalah dana yang sengaja disisih-kan. “Itu nabungnya sejak tahun 2000, disisihkan-disisihkan untuk fasilitas,” tegas Bapak Dapan.

Namun kita tidak bisa hanya mengeluh dan menuntut saja. Kita patut berterima kasih kepada me-reka yang sudah berupaya untuk mendengar keluhan. Kemudian mereka merealisasikan dengan wu-jud pengoptimalan fasilitas, baik yang sudah ada maupun berusaha sesegera mungkin melengkapi fasili-tas yang belum tersedia. Bahkan sudah ada rencana-rencana ke de-pan yang mendukung kemajuan bagi kampus Wates, baik dari segi fasilitas penunjang pembelajaran dan kenyamanan mahasiswa. Hara-pan bersama para mahasiswa ialah agar pihak rektorat lebih memper-hatikan mahasiswanya yang belajar di kampus Wates. Karena mereka juga masih bagian dari UNY, dan tidak bisa dikesampingkan.

Sofwan MakrufSofwan, Abi, Taufik

IKLAN12

CAKRAWALA EDISI MAGANG IV DESEMBER 2011