cairan dan elektrolit

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Keadaan tersebut dapat tercapai dengan serangkaian manuver fisika- kimia yang kompleks. Dalam hal ini, air menempati proporsi yang besar dalam tubuh, dimana air tersebut tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu cairan intraselular dan cairan ekstraselular. Pendistribusian air di dalam dua kompartemen utama (cairan intraselular dan cairan ekstraselular) ini sangatlah bergantung kepada jumlah elektrolit dan makromolekul yang terdapat di dalam kedua kompartemen tersebut. Karena membran sel yang memisahkan kedua kompartemen ini memiliki permeabilitas yang berbeda untuk setiap zat, maka komsentrasi larutan (osmolalitas) pada kedua kompartemen juga akan berbeda. Di samping itu, cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat memengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk kehidupan. 1

description

Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Keadaan tersebut dapat tercapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Dalam hal ini, air menempati proporsi yang besar dalam tubuh, dimana air tersebut tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu cairan intraselular dan cairan ekstraselular.

Transcript of cairan dan elektrolit

Page 1: cairan dan elektrolit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Dasar Cairan dan Elektrolit

Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat

di berbagai jaringan tubuh agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya.

Keadaan tersebut dapat tercapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang

kompleks. Dalam hal ini, air menempati proporsi yang besar dalam tubuh, dimana air

tersebut tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu cairan intraselular

dan cairan ekstraselular.

Pendistribusian air di dalam dua kompartemen utama (cairan intraselular dan

cairan ekstraselular) ini sangatlah bergantung kepada jumlah elektrolit dan makromolekul

yang terdapat di dalam kedua kompartemen tersebut. Karena membran sel yang

memisahkan kedua kompartemen ini memiliki permeabilitas yang berbeda untuk setiap

zat, maka komsentrasi larutan (osmolalitas) pada kedua kompartemen juga akan berbeda.

Di samping itu, cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan

keseimbangan atau homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

dapat memengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang

mengandung partikel-partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk kehidupan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Sebagai media pembelajaran bagi setiap mahasiswa

1.2.2 Agar mahasiswa mampu mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan dasar,

khususnya kebutuhan akan cairan dan elektrolit

1.3 Manfaat

1.3.1 Sarana membaca

1.3.2 Pelengkap arsip studi

1.3.3 Media pembelajaran

1

Page 2: cairan dan elektrolit

BAB II

PEMBAHASAN

1. Jelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pertukaran cairan tubuh di dalam

pembuluh kapiler dan jelaskan bagaimana mekanismenya sehingga terjadi

keseimbangan cairan tubuh!

Pembahasan :

Sebelum kita membahas faktor yang memengaruhi pertukaran cairan di dalam kapiler

dan mekanisme terjadinya keseimbangan tubuh, perlu kita teori keseimbangan cairan

tubuh. Dalam tubuh kita mengenal istilah Total Body Water (TBW) atau total seluruh

cairan dalam tubuh kita. Berat cairan dalam tubuh kita berkisar 60% dari berat badan

kita. Hal ini menunjukkan bahwa cairan merupakan komponen terbesar dalam tubuh

kita. 60% cairan dalam tubuh, terbagi dalam tiga komponen utama, yaitu cairan

intraseluler, cairan interstisial, dan cairan plasma (intravaskuler), dengan komponen

terbanyak adalah cairan intraseluler. Cairan plasma dan interstisial dipisahkan oleh

membran kapiler, sedangkan cairan intertisium dan intrasel dipisahkan oleh membran

sel. Walaupun mempunyai kompartemen masing-masing, namun komposisi diantara

ketiganya dapat berubah karena pengaruh lain.

2

Tubuh100%

Cairan60% (100)

Intraseluler40% (60)

Intravaskuler5% (10)

Ekstraseluler20% (40)

Jaringan40%

Interstisial15% (30)

Gambar 2-1 Distribusi cairan tubuh secara normal Dikutip dari Lyon Lee. 2006. Fluid & Electrolyte Terapi. Veterinary Surgery I, VMED 7412. Oklahoma State University – Center for Veterinary Health

Page 3: cairan dan elektrolit

Faktor-faktor yang memengaruhi pertukaran cairan tubuh di dalam pembuluh kapiler

adalah:

- Tekanan hidrostatik, adalah tekanan yang dihasilkan oleh suatu likuid di dalam

sebuah ruangan. Darah dan cairan arteri akan memasuki kapiler jika tekanan

hidrostatik lebih tinggi dari tekanan interstisial, sehingga cairan dan solut

berpindah dari kapiler menuju sel. Pada ujung bantalan vena kapiler, cairan dan

produk-produk sisa metabolismee berpindah dari sel menuju kapiler karena

tekanan hidrostatiknya lebih kecil dari tekanan interstisial.

- Tekanan osmotik koloid, merupakan tekanan osmotik yang ditimbulkan oleh

protein plasma yan cenderung untuk menimbulkan pergerakan cairan secara

osmosis dari ruang interstisial ke dalam darah. Tekanan osmotik yang ditimbulkan

oleh protein plasma ini pada keadaan normal mencegah hilangnya volume airan

yang cukup bermakna dari darah ke dalam ruang interstisial. Dibagian ujung vena

kapiler, tekanan onkotik dan penurunan tekanan hidrostatik vena akan menarik air

dan produk-produk sisa metabolisme menuju kapiler untuk difiltrasi melalui

ginjal.

- Tekanan kapiler, cenderung mendorong cairan keluar membran kapiler.

- Tekanan cairan interstisial, yang cenderung mendorong cairan ke dalam melalui

membran kapiler bila nilainya positif tetapi keluar bila nilainya negatif.

Mekanisme pertukaran cairan hingga terjadi keseimbangan cairan tubuh:

Keseimbangan air mengacu pada ekuilibrium yang dipertahankan antara masukan

(intake) dan haluaran (output) air. Masukan air berasal dari cairan yang diminum, air

dalam makanan, dan air hasil oksidasi bahan makanan. Air tersebut dipakai dalam

proses metabolik tubuh dan diperlukan untuk mengangkut produk limbah untuk

diekskresi melalui urine, kulit, paru, dan tinja. Komposisi cairan tubuh diatur oleh ginjal

dan paru, yang mendapat masukan dari jantung dan kelenjar-kelenjar tubuh. Sedangkan

hormon, khususnya aldosterone dan ADH, berfungsi mengatur komposisi plasma dan

cairan tubuh lainnya. Pengaturan keseimbangan ini terjadi melalui rasa haus, ADH,

aldosterone, prostaglandin, dan glukokortikoid.

- Rasa haus merupakan suatu keinginan secara sadar terhadap air yang biasanya

terjadi pertama kali bila osmolalitas plasma mencapai kira-kira 295 mOsm/kg.

Osmoreseptor yang terletak di pusat rasa haus pada hipotalamus sensitif terhadap

perubahan osmolalitas cairan ekstrasel ini. Bila osmolalitas meningkat, sel

3

Page 4: cairan dan elektrolit

mengkerut dan sensasi rasa haus dialami sebagai akibat dari dehidrasi. Keadaan

ini merangsang rasa haus melalui mekanisme sebagai berikut:

a. Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya

menimbulkan produksi angiotensin II. Angiotensin II ini kemudian

merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung

jawab untuk meneruskan sensasi haus.

b. Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan

mengaktivasi jaras saraf yang mengakibatkan sensasi rasa haus.

c. Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan lokal dari mulut pada status

hyperosmolar.

- Hormon antidiuretic (ADH) dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam

neurohipofisis. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolalitas

dan penurunan cairan ekstrasel. Maksudnya, ADH diproduksi untuk merespon

stimulus osmotik dan nonosmotik yang sama sehingga menyebabkan sensasi haus.

ADH ini mengakibatkan retensi air oleh ginjal dan penurunan keluaran air.

- Aldosterone disekresi oleh kelenjar adrenal, bekerja pada tubulus ginjal untuk

meningkatkan absorpsi natrium yang kemudian menjadi retensi air. Pelepasan

aldosterone dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, oleh kadar natrium

serum, dan oleh sistem angiotensin-renin.

- Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan yang

berfungsi dalam respon radang, dalam pengendalian tekanan darah, dalam

kontraksi uterus, dan motilitas gastrointestinal. Dalam ginjal, prostaglandin ginjal

berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal, resorpsi natrium, dan efek ginjal pada

ADH.

- Glukokortikoid meningkatkan resorpsi natrium dan air, sehingga volume darah

naik dan terjadi retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan dalam kadar

glukokortikoid akan menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah.

Cairan dan elektrolit dalam tubuh selalu bergerak di antara ketiga tempat cairan

tersebut, yaitu intraseluler, interstisial, dan intravaskuler. Pergerakan cairan dan

elaktrolit tersebut harus dipertahankan dalam keadaan seimbang. Pergerakan cairan

tubuh ini dipengaruhi oleh gaya-gaya utama yang menyebabkan cairan dan elektrolit

tersebut bergerak. Gaya tersebut meliputi difusi, osmosis, filtrasi, dan transpor aktif.

4

Page 5: cairan dan elektrolit

- Difusi merupakan pengaliran larutan dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke

daerah yang mempunyai konsentrasi rendah dan hasil akhir dari proses tersebut

adalah konsentrasi di kedua kompartemen menjadi sama. Larutan tersebut adalah

zat-zat atau pertikel-partikel yang berada dalam cairan, seperti glukosa, elektrolit,

oksigen, dan lain-lain. Contoh proses difusi adalah pergerakan oksigen dari

kapiler darah ke sel. Difusi oksigen ini terjadi karena perbedaan konsentrasi

oksigen antara di kapiler dengan di sel.

- Osmosis adalah gerakan air yang melewati membran semipermeable dari area

dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut yang

lebih tinggi. Tujuan dari osmosis adalah melarutkan zat terlarut (solut) sampai

terjadi ekuilibrium pada kedua larutan. Konsentrasi solut di dalam larutan, suhu

larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan tekanan osmosis dapat memengaruhi

kecepatan osmosis. Bila konsentrasi molekulnya tinggi, maka tekanan osmosis

pada larutan tersebut menjadi tinggi sehingga air akan tertarik masuk ke dalam

larutan tersebut. Tekanan osmotik atau osmolalitas antara lain dipengaruhi oleh

jumlah albumin dan natrium. Proses osmosis ini sering terjadi antara cairan

intravaskuler dengan ekstravaskuler. Contohnya, osmosis air dari interstisial ke

venula bersamaan dengan perpindahan kerbondioksida, urea, dan sampah

metabolisme lainnya untuk diekskresi oleh tubuh.

- Filtrasi merupakan suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut

secara bersamaan sebagai respon terhadap adanya tekanan cairan yang lebih besar

pada satu sisi membran dibandingkan dengan sisi lain. Tekanan filtrasi merupakan

cara lain dimana air dan partikel-partikel bergerak melewati membran. Tekanan

atau bobot cairan ini disebut dengan tekanan hidrostatik. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa filtrasi terjadi dari daerah yang tekanan hidrostatiknya tinggi ke

daerah yang tekanan hidrostatiknya rendah. Misalnya, bergeraknya air dan solut

dari intravaskuler ke interstisial terjadi karena tekanan hidrostatik pada

intervaskuler lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan interstisial.

- Transpor aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energy untuk

menggerakkan berbagai materi untuk menembus membran sel. Pada transpor

aktif, zat-zat dapat bergerak melewati membran sel dari larutan yang

konsentrasinya rendah ke konsentrasi yang tinggi dengan memakai energy.

Contoh transpor aktif ini adalah pada pompa natrium dan kalium, dimana natrium

dipompa keluar sel dan kalium dipompa masuk ke sel.

5

Page 6: cairan dan elektrolit

2. Jelaskan bagaimana proses terjadinya udim dan apa yang menyebabkan

terjadinya udim!

Pembahasan:

Edema menunjukkan adanya cairan yang berlebihan di jaringan tubuh yang pada

sebagin besar keadaan, edema sering terjadi pada kompartemen cairan eksternal, tetapi

juga melibatkan kompartemen cairan intrasel. Edema atau sembab adalah meningkatkan

volume cairan ekstraseslular dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang diserta

dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa

(jaringan ikat longgar dan dan rongga-rongga badan). Edema ini bisa bersifat lokal

(setempat) atau general (umum). Edema yang bersifat lokal, misalnya terjadi hanya di

dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada (hydrotorax), di bawah

kulit ( edema subkutis atau hidops anasarca), pericardium jantuing (hydropericardium)

atau di dalam paru-paru (edema pulmonum). Sedangkan edema yang ditandai dengan

terjadinya pengumpulan cairan edema di banyak tempat dinamakan edema umum

(geberal edema). Cairan edema diberi istilah transudate, memiliki berat jenis dan kadar

protein rendah, jenih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang

encer atau mirip gelatin bila di dalamnya mengandung sejumlah fibrinogen plasma.

Edema Intrasel

Dua kondisi yang memudahkan terjadinya pembengkakan intrasel adalah depresi sistem

metabolisme jaringan dan tidak adanya nutrisi bagi sel yang adekuat. Misalnya, bila

aliran darah ke jaringan menurun, pengiriman oksigen dan nutrient tentu saja berkurang.

Jika aliran darah menjadi sangat rendah untuk mempertahankan metabolisme jaringan

normal, maka pompa ion membran sel menjadi tertekan. Sehingga, bila hal ini terjadi,

ion natrium yang biasanya masuk ke dalam sel tidak dapat lagi dipompa keluar dari sel,

dan kelebihan ion natrium dalam sel akan menimbulkan osmosis air ke sel. Kadang-

kadang hal ini dapat meningkatkan volume intrasel suatu jaringan, bahkan pada seluruh

tungkai yang iskemik sampai dua atau tiga kali volume normal. Bila hal ini terjadi,

biasanya merupakan awal terjadinya kematian jaringan. Edema intrasel juga dapat

terjadi pada jaringan yang meradang, yang biasnya mempunyai efek langsung pada

membran sel, yaitu meningkatkan permeabilitas membran dan memungkinkan natrium

dan ion-ion lain berdifusi masuk ke dalam sel, yang diikuti dengan osmosis air ke dalam

sel.

6

Page 7: cairan dan elektrolit

Edema Ekstrasel

Edema ekstrasel terjadi apabila ada akumulasi caiaran yang berlebihan ke dalam ruang

ekstrasel. Penyebab edema ekstrasel yang paling umum dijumpai adalah adanya

kebocoran abnormal cairan dari plasma ke ruang interstisial dengan melintasi kapiler

dan kegagalan sistem limfatik untuk mengembalikan cairan dari interstitium ke dalam

darah.

- Proses terjadinya edema (oedema)

Edema diakibatkan oleh peningkatan tenaga yang memindahkan cairan dari

intravaskuler ke interstisial. Perpindahan cairan secara normal, menurut hokum

Starling, diatur oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik di dalam dan di luar

vaskuler. Besarnya tekanan hidrostatik pada ujung arteriola sekitar 35 mmHg,

sedangkan pada ujung venula sekitar 12-15 mmHg, yang dipengaruhi antara lain

oleh besarnya tekanan dari jantung dan jumlah cairan di intravaskuler. Dan tekanan

osmotik koloid plasma sebesar 20-25 mmHg, yang ditentukan oleh albumin.

Tekanan hidrostatik bersifat mendorong cairan keluar melintasi membran kapiler,

sedangkan sifat tekanan osmotik koloid adalah menarik air dari luar. Pada kondisi

normal, tekanan hidrostatik di kapiler terus-menerus cenderung memaksa cairan

dan zat terlarut di dalamnya keluar melalui pori-pori kapiler masuk kedalam ruang

interstisial. Tetapi sebaliknya, tekanan osmotik koloid cenderung menyebabkan

gerakan cairan dengan cara osmosis dari ruang interstisial ke dalam darah. Tekanan

osmotik koloid inilah yang mencegah keluarnya volume cairan secara terus-

menerus dari darah ke dalam ruang interstisial.

- Penyebab terjadinya edema

a. Adanya kongesti

Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan

hidrostatik intravascular (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam

vaskula oleh kerja pompa jantung), sehingga menimbulkan perembesan cairan

plasma ke ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela

jaringan ikat longgar dan rongga badan.

b. Penurunan tekanan osmotik koloid

Bila protein plasma di dalam darah menipis, kekuatan ke dalam menurun, yang

memungkinkan gerakan ke dalam jaringan. Hal ini menimbulkan akumulasi

7

Page 8: cairan dan elektrolit

cairan dalam jaringan dengan penurunan volume plasma sentral. Ginjal

berespon terhadap penurunan volume sirkulasi melalui aktivitas sitem renin-

angiotensin, yang mengakibatkan reabsorpsi tambahan terhadap natrium dan air.

Volume intravaskuler meningkat untuk sementara, namun karena difisit protein

dalam plasma belum diperbaiki, penurunan tekanan osmotik koloid tetap rendah

terhadap tekanan hidrostatik kapiler. Akibatnya, cairan intravaskuler bergerak

ke dalam jaringan, memperburuk edema dan status sirkulasi.

c. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler

Penyebab paling umum dari peningkatan tekanan kapiler adalah gagal jantung

kongestif, dimana peningkatan tekanan vena sistemik dikombinasi dengan

peningkatan volume darah. Pada gagal jantung. Jantung gagal untuk mrmompa

darah secara normal dari vena ke dalam arteri, hal ini menimbulkan tekanan

vena dan tekanan kapiler yang menyebabkan peningkatan garam dan air oleh

ginjal, yang meningkatkan volume darah dan lebih lanjut meningkatkan tekanan

hidrostatik kapiler sehingga edema makin bertambah. Penurunan aliran darah ke

ginjal juga merangsang sekresi renin, menyebabkan peningkatan pembentukan

angiotensin II dan peningkatan sekresi aldosterone, yang menambah beratnya

retensi garam dan air oleh ginjal. Penyebab lain dari peningkatan tekanan

hidrostatik adalah gagal ginjal dengan peningkatan volume total, peningkatan

kekuatan gravitasi akibat berdiri lama, kerusakan sirkulasi vena, dan obstruksi

hati.

d. Obstruksi atau hambatan limfatik

Bila terjadi hambatan limfatik, edema dapat semakin berat, karena protein

plasma yang bocor ke dalam ruang interstisial tidak mempunyai jalan lain untuk

keluar. Sehingga, peningkatan konsentrasi protein akan meningkatkan tekanan

osmotik koloid cairan interstisial, yang akan menarik cairan dari kapiler lebih

banyak lagi. Penyebab paling umum dari obstruksi limfatik adalah

pengangkatan lomfonodus dan pembuluh darah melalui pembedahan.

e. Peningkatan permeabilitas kapiler

Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeable yang dapat dilalui

oleh air dan elektrolit bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya

sedikit atau terbatas. Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang

mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat

pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat

8

Page 9: cairan dan elektrolit

bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kepiler, sehingga tekanan

osmotik koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotik cairan

interstisial bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang

meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Kerusakan langsung pada

pembuluh darah, seperti pada trauma dan luka bakar juga dapat menyebabkan

peningkatan permeabilitas hubungan endothelium. Edema lokal dapat terjadi

akibat respon terhadap allergen, seperti sengatan lebah.

f. Kelebihan air tubuh dan natrium

Pada gagal jantung kongesif, curah jantung menurun pada saat kekuatan

kontraksi menurun. Untuk mengkompensasi, peningkatan jumlah aldosterone

menyebabkan retensi natrium dan air. Volume plasma meningkat, begitu juga

tekanan kapiler intervaskular vena. Jantung yang gagal ini tidak mampu untuk

memompa peningkatan aliran balik vena ini, dan cairan dipaksa masuk ke dalam

area.

3. Jelaskan bagaimana proses terjadinya dehidrasi dan identifikasi apa faktor

penyebabnya!

Pembahasan :

Ketidakseimbangan hiperosmolar (dehidrasi) terjadi jika kehilangan air tanpa

disertai kehilangan elektrolit yang proporsional, terutama natrium, atau jika terdapat

peningkatan substansi yang diperoleh melalui osmosis aktif. Hal ini menyebabkan kadar

natrium serum dan osmolalitas (konsentrasi) serta dehidrasi intrasel meningkat.

Faktor-faktor risiko terjadinya dehidrasi meliputi kondisi yang mengganggu

kecukupan asupan oral (mis; perubahan fungsi neurologis). Klien lansia yang rapuh dan

lemah memiliki risiko yang besar untuk mengalami dehidrasi karena terjadi penurunan

yang pasti pada cairan intrasel, penurunan kemampuan, konsentrasi di ginjal, penurunan

respon terhadap rasa haus, dan peningkatan proporsi lemak dalam tubuh, yang

membatasi persediaan klien lansia dalam menghadapi situasi pada saat terjadi

kekurangan air.

Penurunan sekresi ADH (pada diabetes insipidus) dapat menyebabkan

kehilangan air yang besar. Ketidakseimbangan hiperosmolar dapat disebabkan oleh

setiap kondisi yang berhubungan dengan diuresis osmotik dan pemberian formula

hipertonik melalui selang pemberian makan atau pemberian larutan IV yang

meningkatkan jumlah solut dan konsentrasi darah. Pada kondisi ini, air bergerak keluar

9

Page 10: cairan dan elektrolit

dari cairan intrasel untuk mempertahankan volume cairan ekstrasel. Pada akhirnya,

fungsi selular menjadi rusak dan sirkulasi menjadi kolaps.

Ketidakseimbangan hipoosmolar (kelebihan cairan) terjadi ketika asupan cairan

berlebihan (polidipsi psikogenik) atau sekresi ADH berlebihan. Efek keseluruhannya

adalah dilusi (pengenceran) volume cairan ekstrasel disertai osmosis air ke dalam sel.

Sel-sel otak sangat sensitive dan proses ini dapat menyebabkan edema serebral, yang

dapat menyebabkan penurunan level kesadaran, koma, dan bahkan kematian.

4. Pada orang normal berapa kebutuhan cairan tubuh per hari dan bagaimana

cairan itu didapatkan!

Pembahasan:

Kebutuhan cairan dan elektrolit per hari adalah:

a. Pada orang dewasa

- Air 30-35 ml/kg dan setiap kenaikan suhu 10C diberi tambahan 10-15%.

- K+ 1 mEq/kg (60 mEq/hari atau 4,5 gram)

- Na+ 1-2 mEq/kg (100 mEq/hari atau 5,9 gram)

a. Pada bayi dan anak-anak

- Air 0-10kg: 4 ml/kg/jam (100 ml/gram),

10-20 kg: 40 ml + 2 ml/kg/jam setiap kg di atas 10 kg

(1000 ml + 50 ml/kg di atas 10 kg)

>20 kg: 60 ml + 1 ml/kg/jam setiap kg di atas 20 kg

(1500 ml + 20 ml/kg/jam setiap kg di atas 20 kg)

- K+ 2 mEq/kg (2-3 mEq/kg)

- Na+ mEq/kg (3-4 mEq/kg)

Cairan tubuh didapat melalui tiga cara yaitu, pertama asupan cairan didapat dari

metabolisme oksidatif dari karbohidrat, protein, dan lemak yaitu sekitar 250 – 300 ml

per hari, cairan yang diminum setiap hari sekitar 1100 – 1400 ml per hari, dan cairan

yang diperoleh dari makanan padat sekitar 700 – 1000 ml per hari.

5. Jelaskan bagaimana cara menghitung balance cairan pada orang normal atau

klien yang terpasang alat-alat perawatan. Kapan balance cairan dilakukan (pagi,

siang, malam atau sewaktu-waktu)!

10

Page 11: cairan dan elektrolit

Pembahasan:

Menghitung balance cairan berhubungan dengan intake dan output cairan. Pengukuran

intake dan output cairan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengukur

jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh (intake) dan jumlah cairan yang keluar dari

tubuh (output). Tujuannya dari menghitung balance cairan ini adalah untuk menentukan

status keseimbangan cairan tubuh klien serta menentukan tingkat dehidrasi klien.

Menghitung balance cairan biasanya dilakukan sehari sekali pada pagi hari sebelum

makan atau minum dalam waktu yang konsisten setiap harinya.

Prosedur:

a. Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Cairan yang masuk ke dalam

tubuh bisa meelalui air yang diminum, air dalam makanan, air hasil oksidasi

(metabolisme), ataupun melalui cairan intravena.

b. Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien. Cairan yang keluar dari tubuh

terdiri atas urine, insensible water loss (IWL), feses, dan muntah.

c. Tentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus intake-output.

Hal yang perlu diperhatikan adalah rata-rata harian asupan dan kehilangan cairan yang

disajikan pada table berikut:

Masukan/Intake Haluaran/OutputCairan oral 1100 - 1400 ml Urine 1200 - 1500 mlAir dalam makanan 800 - 1000 ml Kulit 500 - 600 mlHasil oksidasi 300 ml Paru-paru 400 ml

Feses 100 - 200 mlTOTAL 2200 - 2700 ml TOTAL 2200 - 2700 ml

Rumus balance: cairan masuk – cairan keluar – IWL

Rumus IWL: 15 cc x kgBB

Rumus IWL kenaikan suhu: [(10% x CM) x jumlah kenaikan suhu] / 24 jam + IWL

11

Tabel 2-1 Rata-rata harian asupan dan kehilangan cairan dalam tubuh pada orang dewasaDikutip dari Widya W. Hartanto. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi Klinik dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Page 12: cairan dan elektrolit

6. Jelaskan apa perbedaan hipovolemia dan dehidrasi, jelaskan itu terjadi dan

berikan beberapa contoh penyakit atau kejadian yang menyebabkannya!

Pembahasan:

Hipovolemia

Hipovolemia merupakan kehilangan volume cairan sirkulasi (penurunan volume darah)

yang dapat diakibatkan oleh berbagai kondisi yang secara bermakna menguras volume

darah normal, plasma, atau air. Patologi dasarnya, tanpa memperhatikan tipe kehilangan

cairan yang pasti, dihubungkan dengan defisit volume/tekanan cairan sirkulasi actual.

Contoh penyakit atau kejadian yang menyebabkan hipovolemia, misalnya hemoragi,

luka bakar, dan trauma.

- Hemoragi terjadi sebagai akibat dari kehilangan darah masif. Beberapa kondisi

yang menimbulkan kehilangan darah drastic mencakup pendarahan gastrointestinal,

hemoragi pascaoperasi, hemophilia, persalinan, dan trauma. Kehilangan darah

minimal, sampai 10% dari volume total tidak menimbulkan perubahan nyata pada

tekanan darah atau curah jantung. Namun, jika sampai kehilangan darah sampai

45% dari volume darah total akan menurunkan curah jantung maupun tekanan

darah sampai nol.

- Luka bakar, khususnya luka bakar derajat-tiga, sering menyebabkan syok

hipovolemia. Mekanisme terjadinya syok ini tidak terlalu berhubungan dengan

kehilangan cairan, tetapi kehilangan protein plasma melalui permukaan yang

terbakar. Kehilangan protein plasma ini akan menurunkan tekanan osmotik koloid.

- Trauma yang dimaksud adalah bentuk cedera remuk pada otot dan tulang, luka

tembak, dan penetrasi pada pembuluh darah, visera, atau organ vital lain oleh pisau

atau alat tajam lain yang menimbulkan status syok terutama melalui kehilangan

darah tiba-tiba dan hebat. Jumlah kehilangan darah yang tidak terduga karena

trauma dapat tersembunyi dalam jaringan, organ, dan “ruang ketiga” selama

variable waktu sebelum gejala syok terlihat. Sebagai contoh, otot paha dapat

menahan sampai 1000 ml darah akibat fraktur femur atau robekan pada pembuluh

darah femoralis.

Dehidrasi

Jenis dehidrasi ada dua yaitu (Long 1992):

a. Dehidrasi dimana kekurangan air lebih dominan dibandingkan kekurangan elektrolit

(dehidrasi isotonis). Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan cairan ekstraseluler,

12

Page 13: cairan dan elektrolit

sehingga terjadi pemindahan air dari intrasel ke ekstrasel yang menyebabkan terjadi

dehidrasi pada intraseluler. Bila cairan intrasel berkurang lebih dari 20%, maka

dapat menyebabkan kematian pada sel. Contoh dehidrasi jenis ini adalah, misalnya

seseorang yang meminum air laut saat kehausan berat.

b. Dehidrasi di mana kekurangan elektrolit lebih dominan dibandingkan kekurangan

air (dehidrasi hipertonis). Pada dehidrasi jenis ini cairan ekstraseluler bersifat

hipotonis, sehingga terjadi pemindahan air dari ekstrasel ke intrasel yang

menyebabkan terjadinya penumpukan cairan dalam intrasel. . Contoh dehidrasi jenis

ini adalah, misalnya orang yang kekurangan cairan hanya diatasi dengan minum air

murni tanpa mengandung elektrolit.

Dehidrasi merupakan kekurangan air dalam satu periode waktu yang dapat diganti

melalui mekanisme regulator normal. Dengan demikian, tubuh berada dalam

keseimbangan air yang negative. Contoh penyakit atau kejadian yang menyebabkan

dehidrasi, misalnya berkeringat yang berlebihan; kehilangan cairan melalui

gastrointestinal sehubungan dengan diare, muntah, atau pengisapan gastrointestinal

atas; demam; diabetes insipidus; asites; fase diuretic dari gagal ginjal akut; ketoasidosis

diabetic; penyakit Addison; hipoaldosteronisme; kekurangan masukan volume cairan

adekuat; diuresis osmotik; hiperventilasi; dan penggunaan diuretic yang tidak tepat.

7. Jelaskan apa tanda atau gejala kelebihan dan kekurangan cairan tubuh!

Penjelasan:

Tanda dan gejala dari kekurangan cairan, yaitu :

i. Saat terjadi dehidrasi awal (kehilangan sekitar 2 % cairan tubuh), respon tubuh

akan menimbulkan rasa haus yang teramat sangat, mulut dan lidah kering, air liur

pun berkurang dan produksi kencing pun menurun. Apabila hilangnya air

meningkat menjadi 3-4 % dari berat badan, terjadi penurunan gangguan performa

tubuh, suhu tubuh menjadi panas dan naik, biasanya diikuti meriang. Tubuh

menjadi sangat tidak nyaman, nafsu makan hilang, kulit kering dan memerah,

dan muncul rasa mual.

ii. Ketika cairan yang hilang mencapai 5-6% dari berat badan, frekuensi nadi

meningkat, denyut jantung menjadi cepat. Frekuensi pernapasan juga makin

13

Page 14: cairan dan elektrolit

tinggi, napas jadi memburu. Yang terjadi selanjutnya adalah penurunan

konsentrasi, sakit kepala, mual, dan rasa mengantuk yang teramat sangat.

Kehilangan cairan tubuh 10-15% dapat menyebabkan otot menjadi kaku, kulit

keriput, gangguan penglihatan, gangguan buang air kecil, dan gangguan

kesadaran. Dan apabila mencapai lebih dari 15% akan mengakibatkan kegagalan

multi-organ dan mengakibatkan kematian.

iii. Pemeriksaan fisik: nadi cepat tetapi lemah, kolaps vena, hipotensi, frekuensi

napas cepat, letargi, oliguria, kulit dan membran mukosa kering, turgor kulit

tidak elastis, kehilangan berat badan yang cepat.

iv. Hasil pemeriksaan laboratorium: berat jenis urine > 1,025, peningkatan semu

hematocrit > 50%, peningkatan semu nitrogen urea darah (BUN) > 25mg/100ml

Tanda dan gejala dari kelebihan cairan, yaitu :

i. Pemerikasaan fisik: denyut nadi kuat, pernapasan cepat, hipertensi, distensi vena

leher, peningkatan tekanan vena, suara krakels di paru-paru, peningkatan berat

badan yang cepat.

ii. Hasil pemerikasaan laboratorium: penurunan semu BUN < 10mg/100ml.

8. Jelaskan bagaimana cara menentukan derajat dehidrasi (pada anak dan dewasa).

Pembahasan :

Dehidrasi sangat berbahaya terhadap keselamatan hidup manusia. Tingkat keparahan

yang ditimbulkan akibat dehidrasi bergantung pada seberapa besar derajat dehidrasi

yang dialami. Perawat harus mampu untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi yang

terjadi pada klien. Untuk mengetahuinya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan.

Pertama, tingkat keparahan dehidrasi dapat dihitung dari penurunan berat badan.

Kedua, tingkat dehidrasi dapat dilihat dari tanda dan gejala yang ada pada klien.

Penurunan Berat Badan Akut Keparahan Defisit Cairan Tubuh2-5% Ringan5-10% Sedang10-15% Berat15-20% Fatal

14

Tabel 2-2 Penurunan berat badan sebagai indikator dehidrasiDikutip dari Asmadi. 2009. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Depok: Salemba Medika

Page 15: cairan dan elektrolit

Penilaian A B CLihat: keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel* Lesu, lunglai, atau tidak sadar*Mata Normal Cekung Sangat cekung dan keringAir mata Ada Tidak ada Tidak adaMulut dan llidah Basah Kering Sangat keringRasa haus Minum biasa, tidak haus Haus, ingin minum banyak* Malas minum atau tidak bisa minum*Periksa: turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat* Kembali sangat lambat*Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda *, ditambah Bila ada 1 tanda *, ditambah 1 atau1 atau lebih tanda lain lebih tanda lain

Aspek yang Dinilai Skor

1 2 3

Keadaan umum Baik Lesu / haus Gelisah, lemas,

mengantuk, syok

Mata Biasa Cekung Sangat cekung

Mulut Biasa Kering Sangat kering

Pernapasan <30 x/menit 30-40 x/menit >40 x/menit

Turgor Baik Kurang Jelek

Nadi <120 x/menit 120-140 x/menit >140 x/menit

Hasil :

Skor 6 = tanpa dehidrasi

Skor 7-12 = dehidrasi ringan sampai sedang

Skor ≥13 = dehidrasi berat

Dehidrasi Dewasa AnakRingan 4% 4-5%Sedang 6% 5-10%Berat 8% 10-15%Shock 15-20% 15-20%

9. Jelaskan kapan seorang klien membutuhkan terapi cairan.

15

Tabel 2-3 Penilaian derajat dehidrasi berdasarkan tanda dan gejala pada klienDikutip dari Asmadi. 2009. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Depok: Salemba Medika

Tabel 2-4 Penilaian derajat dehidrasi menurut WHO

Tabel 2-5 Penilaian derajat dehidrasi pada dewasa dan anak Dikutip dari Widya W. Hartanto. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi Klinik dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Page 16: cairan dan elektrolit

Pembahasan :

Seorang klien membutuhkan terapi cairan saat :

- Pembedahan

Prosedur pembedahan menyebabkan perubahan keseimbangan cairan pada hari

kedua sampai hari kelima setelah pembedahan karena respon stress tubuh terhadap

trauma pembedahan. Peningkatan sekresi ADH menyebakan penurunan haluaran

urine. Selama fase retensi cairan, mekanisme dan respon sistem saraf simpatik

membantu mempertahankan volume sirkulasi darah dan tekanan darah setelah

pembedahan. Setelah hari kedua pasca operasi, dimulailah fase diuretic : kadar

hormon kembali ke nilai normal sehingga kelebihan natrium dan air diekskresikan.

Setelah pembedahan, klien dapat memperlihatkan banyak perubahan dalam asam-

basa. Klien yang enggan mengambil napas dalam dan batuk dapat mengalami

asidosis respiratorik akibat tertahannya CO2 sehingga terjadi peningkatan PaCO2.

Pengisapan melalui selang nasogastric pada klien dapat menyebabkan alkalosis

metabolik akibat kehilangan asam lambung, cairan, dan elektrolit.

- Luka Bakar

Klien yang menderita luka bakar parah derajat dua atau tiga, akan kehilangan cairan

tubuh. Semakin luas permukaan tubuh yang terbakar, semakin besar kehilangan

cairan. Klien yang menderita luka bakar mengalami kehilangan cairan tubuh

melalui salah satu dari lima rute berikut. Pertama, plasma meninggalkan ruang

intravascular dan terperangkap menjadi edema. Kondisi ini juga disebut sebagai

perpindahan cairan plasma ke ruang interstisial. Hal ini diikuti dengan hilangnya

protein serum. Kedua, plasma dan cairan interstisial hilang sebagai eksudat luka

bakar. Ketiga, uap air dan panas hilang sesuai dengan proporsi besarnya daerah

kulit yang terbakar. Keempat, darah bocor dari kapiler yang sudah rusak, sehingga

menambah kehilangan volume cairan intravascular. Terakhir, perpindahan natrium

dan air masuk ke dalam sel, yang lebih jauh membuat volume cairan ekstrasel

semakin berkurang.

- Gangguan Kardiovaskular

Kegagalan jantung membuat penurunan curah jantung. Akibatnya, perfusi ke ginjal

menurun dan haluaran urine berkurang. Klien yang mengalami peningkatan natrium

dan air, menyebabkan beban kerja sirkulasi berlebih, sehingga menyebabkan edema

paru. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan gagal

jantung, dapat dikendalikan untuk sementara dengan obat-obatan dengan

16

Page 17: cairan dan elektrolit

pembatasan asupan cairan dan natrium. Tujuan pengurangan cairan ini adalah untuk

menurunkan kerja ventrikel kiri jantung dengan cara mengurangi volume cairan

sirkulasi yang berlebihan.

- Gangguan Pernapasan

Banyak perubahan fungsi pernapasan yang menjadi faktor predisposisi bagi klien

untuk mengalami asidosis respiratorik. Misalnya, perubahan yang terkait dengan

pneumonia, kelebihan sedative, dan penyakit paru obstruktif menahun, akan

mengganggu eliminasi karbondioksida.

10. Jelaskan apa perbedaan rehidrasi atau resusitasi dan maintenance cairan.

Pembahasan:

Cairan rehidrasi atau resusitasi

Merupakan cairan yang digunakan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dengan

jumlah yang cukup besar dan kecepatan yang tinggi tergantung kebutuhan sehingga

dapat meresortasi cairan. Tujuan resusitasi cairan adalah untuk memperbaiki volume

sirkulasi, agar tidak terjadi gangguan perfusi jaringan dan oksigenasi sel, sehingga

dapat mencegah iskemi jaringan dan gagal organ. Kategori paling umum yang

digunakan untuk terapi cairan resusitasi adalah kristaloid isotonik dan koloid, yang

terdiri dari larutan garam tanpa tambahan dextrose. Kristaloid isotonik memiliki

kandungan garam/Na+ relative tinggi (>100 mEq/L), tujuannya agar bertahan lama di

ekstraseluler (intravaskuler). Dextrose dikecualikan sehingga tidak menaikkan output

urine secara artifisial. Cairan kristaloid dan koloid mengandung elektrolit yang sesuai

dengan osmolalitas plasma, sehingga dapat diberikan dalam waktu cepat dengan jumlah

yang banyak. Contoh cairan kristaloid adalah RL, Ringer asetat, Normal Saline atau

NaCl 0,9%. Contoh cairan koloid adalah hidroksi, gelatin, albumin 5%, dan hesteril.

Namun jenis kristaloid untuk resusitasi yang paling umum digunakan dalam perawatan

kritis bedah adalah RL. Selain itu, jenis cairan yang juga digunakan untuk resusitasi

adalah PlasmaLyte A, PlasmaLyte 56, dan PlasmaLyte 148.

Cairan maintenance

Sedangkan cairan maintenance merupakan cairan yang dibuat untuk mengganti

kekurangan cairan yang dapat diukur maupun yang tidak dapat diukur dengan volume

cairan yang normal selama 1-2 hari. Sebaliknya, cairan maintenance menggunakan

elektrolit dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan harian (Na+ dan K+) atau

17

Page 18: cairan dan elektrolit

menggunakan elektrolit komposisi lengkap (Na, Cl, K, Mg, Zn), atau cairan bernutrisi

seperti dextrose, xylitol, asam amino, lipid, dan lain-lain. Contoh cairan yang

digunakan adalah 2,5% dekstrose dalam 0,45% NaCl, KNMY, KNIB, KN, 3A,

triofulsin, dan lain-lain. Jika tujuan pemberian cairan resusitasi adalah untuk

memperbaiki gangguan hemodinamik, maka tujuan dari pemberian cairan maintenance

adalah memelihara homeostatis pada klien.

11. Jelaskan alasan seseorang diberikan terapi cairan dan elektrolit.

Pembahasan :

Alasan seseorang diberikan terapi cairan dan elektrolit adalah untuk memenuhi

kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengkonsumsi cairan secara adekuat,

menambah asupan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit, menyediakan

glukosa untuk kebutuhan energy dalam proses metabolisme, memenuhi kebutuhan

vitamin larut air, serta menjadi media untuk pemberian obat. Yang perlu diperhatikan

adalah jenis cairan yang digunakan dalam terapi cairan dan elektrolit, dimana pemilihan

jenis cairan harus berdasarkan pertimbangan kompartemen yang terganggu atau yang

mengalami defisit.

12. Jelaskan apa yang dimaksud dengan cairan isotonis, hipotonis, dan hipertonis!

Kapan disertagunakan dan berikan contoh cairan tersebut?

Pembahasan:

Cairan isotonis

Adalah cairan yang konsentrasi atau kepekatannya sama dengan cairan tubuh atau

dengan kata lain mempunyai osmolalitas total yang mendekati cairan ekstraseluler dan

tidak menyebabkan sel darah merah mengkerut atau mengembang. Cairan isotonik ini

meningkatkan volume cairan ekstraseluler, dimana satu liter pemberian cairan isotonis

meningkatkan satu liter cairan ekstraseluler. Namun, cairan ini hanya meningkatkan ¼

liter plasma karena cairan isotonis merupakan cairan kristaloid yang berdifusi dengan

cepat ke dalam kompartemen CES. Untuk alasan yang sama, 3 liter cairan isotonis

dibutuhkan untuk menggantikan 1 liter darah yang hilang.

18

Page 19: cairan dan elektrolit

Cairan hipotonis

Adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut atau kepekatannya kurang dari cairan

tubuh. Salah satu tujuan dari pemberian larutan hipotonis adalah untuk menggantikan

cairan seluler, karena larutan ini bersifat hipotonis terhadap plasma. Tujuan lainnya

adalah untuk menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh.

Cairan hipertonis

Adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut atau kepekatannya melebihi cairan tubuh.

Sehingga, larutan ini akan menarik air dari kompartemen intraseluler ke kompartemen

ekstraseluler dan menyebabkan sel-sel menjadi mengkerut. Jika diberikan dengan cepat

dan atau dalam jumlah yang besar, hal ini bisa menyebabkan kelebihan volume

ekstraseluler. Sehingga, pemberian cairan ini harus lebih berhati-hati dan biasanya

diberikan hanya jika osmolalitas serum menurun sampai ke batas rendah yang

berbahaya.

Jenis cairan berdasarkan tujuan terapi adalah sebagai berikut:

i. Cairan pengganti (rehidrasi atau resusitasi), tonisitas 275 – 295 mOsm/L

Bersifat isotonis karena konsentrasi partikel terlarut sama dengan cairan

intraseluler, sehingga menyebabkan air berdifusi ke dalam sel. Contoh cairan

isotonis, seperti NaCl 0,9%, Lactate Ringer’s atau RL, dan koloid.

ii. Cairan rumatan (maintenance), tonisitas < 270 mOsm/L

Bersifat hipotonis karena konsentrasi partikel terlarut lebih kecil daripada

konsentrasi cairan intraseluler (CIS) atau dengan kata lain cairan hipotonis

mempunyai osmolaritas yang lebih rendah dibandingkan dengan serum (kadar Na+

lebih rendah) sehingga pemberian cairan hipotonis ini akan menurunkan

osmolaritas serum. Maka cairan akan ditarik dari dalam pembuluh darah ke

jaringan sekitar sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Contoh cairan

hipotonis, seperti dekstrosa 5%, dekstrosa 5% dalam Salin 0,25%, 0,45% larutan

saline, 2,5% dekstrosa dalam air, dan 0,33% larutan saline.

iii. Cairan khusus, tonisitas > 295 mOsm/L

Bersifat hipertonis karena konsentrasi partikel terlarut lebih besar daripada CIS,

sehingga menyebabkan air keluar dari sel dan menuju daerah dengan konsentrasi

yang lebih tinggi. Contoh cairan hipertonis, seperti NaCl 3%, NaCl 7,5%,

mannitol, sodium bikarbonat, dan natrium laktat hipertonik.

19

Page 20: cairan dan elektrolit

13. Pada klien dehidrasi atau hipovolemia, cairan yang digunakan untuk resusitasi

adalah RL. Jelaskan apa alasannya!

Pembahasan:

Cairan yang digunakan untuk resusitasi umumnya bersifat isotonis atau tergantung

kompartemen yang akan diresusitasi. Dalam prakteknya, RL merupakan cairan

golongan kristaloid yang paling sering digunakan sebagai terapi cairan pengganti

(resusitasi atau replacement therapy), misalnya pada dehidrasi atau syok hipovolemia.

Hal ini dikarenakan cairan ini mempunyai komposisi yang mirip dengan cairan

ekstraseluler (CES=CEF). Cairan ini akan diam di dalam intrasvaskuler dan mengganti

cairan yang hilang. Selain itu, keuntungan dari cairan ini antara lain karena factor

finalsial, yaitu harganya yang cukup murah, tersedia dengan mudah di setiap pusat

kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, tidak menimbulkan alergi atau syok

anafilaktik, penyimpanannya yang sederhana, dan dapat disimpan lebih lama.

14. Pada pengkajian keperawatan yang berhubungan dengan kelebihan dan

kekurangan volume cairan dan elektrolit, apa saja yang perlu ditanyakan dan

pemeriksaan fisik apa saja yang perlu dilakukan?

Pembahasan:

Hal yang perlu ditanyakan dalam proses pengkajian keperawatan yang berhubungan

dengan kelebihan dan cairan adalah:

- Apakah klien ada perubahan berat badan?

- Apakah klien sering mengalami sakit kepala atau kepala pening/pusing?

- Apakah klien ada riwayat anokreksia atau kram abdomen?

- Berapa gelas kira-kira klien minum cairan dan porsi makan klien berapa?

Pemeriksaa fisik yang perlu dilakukan adalah:

- Observasi apakah klien mengalami iritabilitas, latergi, dan konfusi atau disorientasi.

- Inspeksi fontanel (pada bayi), mata, tenggorokan dan mulut.

- Periksa sistem kardiovaskular dengan menginspeksi vena dan bagian-bagian tubuh

yang tertekan pada saat berbaring, seperti tungkai, sakrum, dan punggung. Palpasi

denyut nadi, jika terdapat edema, atau distrimia. Serta auskultasi apakah ada bunyi

jantung ketiga.

- Periksa sistem pernapasan dengan menginspeksi frekuensi napas dan auskultasi

apakah ada krekels.

20

Page 21: cairan dan elektrolit

- Periksa sistem gastrointestinal dengan menginspeksi abdomen serta apakah klien

ada muntah atau diare, dan auskultasi peristaltik klien.

- Periksa sistem ginjal dengan menginspeksi kondisi urine serta menimbang berat

jenis urine.

- Periksa sistem neuromuscular dengan menginspeksi apakah klien ada mengalami

kram otot, kesemutan, atau koma. Palpasi apakah klien hipotonisitas atau

hipertonisitas. Dan perkusi tendon untuk mengetahui reflex tendon.

- Periksa kulit dengan mengukur suhu tubuh, inspeksi apakah kering atau ada

kemerahan atau tidak. Palpasi kulit untuk mengetahui tekanan turgor, suhu, dan

kelembaban.

15. Apa diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan kelebihan

maupun kekurangan cairan dan elektrolit, apa tujuan dan rencana tindakan

Anda (bisa menggunakan acuan NANDA, NOC dan NIC).

Pembahasan:

Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan kelebihan maupun kekurangan

cairan dan elektrolit adalah:

- Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan mekanisme regulasi yang

terganggu

- Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kelebihan asupan cairan

- Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kelebihan asupan natrium

- Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

- Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kegagalan mekanisme

regulasi

- Resiko penurunan perfusi jaringan jantung karena hipovolemia

- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema

- Kerusakan membran mukosa mulut yang berhubungan dengan dehidrasi

Tujuan: klien memiliki keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa dalam 48 jam.

Hasil yang diharapkan, misalnya pada klien yang didiagnosa kekurangan volume cairan

yang berbuhungan dengan kehilangan aktif cairan gastrointestinal melalui muntah:

- Tanda-tanda vital kembali normal dalam 24 jam.

- Berat badan stabil

21

Page 22: cairan dan elektrolit

- Haluaran urine meningkat (70 ml/jam)

- Berat jenis urine menurun

- Klien memiliki turgor kulit yang elastis

- Klien memiliki membran mukosa yang lembab

Intervensi yang bisa dilakukan oleh perawat, misalnya pada klien yang didiagnosa

kekurangan volume cairan yang berbuhungan dengan kehilangan aktif cairan

gastrointestinal melalui muntah:

- Dorong dan ukur sejumlah kecil asupan cairan yang mengandung elektrolit.

Rasionalnya, menelan cairan yang sedikit dapat mencegah keinginan untuk muntah

yang lebih lanjut. Cairan yang mengandung elektrolit mencegah kehilangan cairan

lebih lanjut.

- Anjurkan klien untuk tidak meminum air murni. Rasionalnya, menelan air murni

menyebabkan peningkatan natrium di dalam lambung karena tubuh berupaya untuk

membuat air isotonik sehingga dapat terjadi absorpsi.

- Beri antiemetic parenteral per program dokter.

- Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan stimulus yang dapat merangsang

muntah, misalnya meminimalkan aroma yang tidak sedap.

- Perbanyak lirah baring. Hal ini dapat mencegah stimulasi muntah pada otak.

- Ukur jumlah haluaran cairan dan banyaknya diuresis. Hal ini memungkinkan cairan

dan elektrolit yang hilang digantikan dengan jumlah yang tepat.

- Implementasikan program yang telah ditetapkan oleh dokter untuk memberikan

cairan parenteral yang mengandung elektrolit jika klien muntah dalam jangka waktu

yang lama.

16. Ny. D 28 tahun berat 48 kg dirawat dengan vertigo dengan keluhan utama mual

muntah. Klien mampu untuk makan dan minum tapi tidak maksimal. Keluarga

mengatakan klien bisa makan ¼ porsi dan minum yang habis dalam sehari 1 botol

aqua tanggung. Tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Klien terpasang infuse

glukosa dan kadang diganti dengan RL dan mendapat obat metronidazol infuse 3

x 500 mg. Sediaan metronidazol 500 mg dalam 100 cc aquabides. Jelaskan berapa

kebutuhan cairan klien dalam sehari dan bagaimana cara pemberiannya dan

berapa yang harus di berikan?

22

Page 23: cairan dan elektrolit

Pembahasan:

Note:

Decrease fluid: 20-25ml/kgBB

Normal fluid: 25-30ml/kgBB

Increase fluid: 30-35ml/kgBB

Kebutuhan cairan harian: 30-35 ml/kgBB

Kebutuhan minimal: 30 ml/kg x 48 kg = 1440 ml

Kebutuhan maksimal: 35 ml/kg x 48 kg = 1680 ml

Intake:

- Makanan: ¼ x 700 ml = 175 ml

- Minuman: = 600 ml

- Metronidazol 3 x 100 cc = 300 ml +

1075 ml

Jadi, kebutuhan/asupan cairan klien dalam sehari adalah berikut, yang dapat diberikan

secara oral maupun melalui intravena.

- Minimal: 1440 ml – 1075 ml = 365 ml

- Maksimal: 1680 ml – 1075 ml = 605 ml

- Rata-rata: (365 ml + 605 ml) : 2 = 485 ml

Cairan infus yang diberikan : jumlah cairan yang dimasukkan x faktor tetes

17. Tn. A 40 tahun, berat 58 kg masuk ke ruang UGD dengan keluhan diare sejak

kemarin pagi. Klien mengeluh pusing, rasa haus, mulut kering dan tidak kencing

dari 8 jam yang lalu. Berapa cc cairan yang di butuhkan untuk melakukan

rehidrasi klien tersebut dan bagaimana cairan itu di berikan. Apa yang harus di

evaluasi saat pemberian cairan tersebut? Jelaskan apa diagnose keperawatan

yang mungkin muncul serta tindakan yang di lakukan untuk mengatasi hal

tersebut!

23

lama pemberian x 60 mnt

24 jam x 60 mnt

= 6,7 tts/mnt = 7 tts/mnt485 cc x 20 tts/mnt

Page 24: cairan dan elektrolit

Pembahasan:

Note:

Decrease fluid: 20-25ml/kgBB

Normal fluid: 25-30ml/kgBB

Increase fluid: 30-35ml/kgBB

Kebutuhan cairan harian: 30-35 ml/kgBB

Kebutuhan minimal: 30 ml/kg x 58 kg = 1740 ml

Kebutuhan maksimal: 35 ml/kg x 58 kg = 2030 ml

Kebutuhan rata-rata: (1740 + 2030) : 2 = 1885 ml

Cairan bisa diberikan melalui intravena dan terutama melalui oral karena klien

menunjukkan gejala rasa haus.

Hal yang perlu dievaluasi saat pemberian cairan adalah:

- Posisi lengan, posisi lengan klien terkadang bisa menurunkan aliran infus.

Sedikit pronasi, supinasi, ekstensi, atau elevasi lengan dengan bantal dapat

meningkatkan aliran.

- Posisi dan kepatenan selang infus (aliran akan lebih cepat melalui kanula dengan

diameter besar, berlawanan dengan kanula kecil).

- Posisi botol infus, menaikkan ketinggian wadah infus dapat memperbaiki aliran

yang tersendat-sendat.

- Larutan/cairan yang dialirkan, larutan intravena yang kental, seperti darah

membutuhkan kanula yang lebih besar dibandingkan dengan air atau larutan

salin.

- Cek TTV

Diagnosa yang mungkin muncul:

- Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan pengeluaran aktif cairan

gastrointestinal melalui diare.

Tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah:

- Pantau dan catat tanda-tanda vital setiap 2 jam atau sesering mungkin sesuai

keperluan sampai stabil. Kemudian panyau dan catat tanda-tanda vital setiap 4

jam.

24

Page 25: cairan dan elektrolit

- Selimuti klien hanya dengan kain yang tipis. Hindari terlalu panas untuk

mencegah vasodilatasi, terkumpulnya darah di ekstremitas, dan mencegah

berkurangnya volume darah sirkulasi.

- Ukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan laporkan perubahan

yang signifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase luka, dranase

nasogastric, drainase slang dada, dan haluaran yang lain. Rasionalnya, haluaran

urine yang rendah dan berat jenis urine yang tinggi mengindikasikan

hipovolemia.

- Berikan cairan untuk mengganti cairan serta mempermudah pergerakan cairan

ke ruang intravaskuler. Pantau dan catat keefektifan dan semua efek yang tidak

diharapkan.

- Timbang pasien pada waktu yang sama setiap hari untuk memberikan data yang

lebih akurat dan konsisten karena berat badan merupakan indicator yang baik

untuk status cairan.

- Kaji turgor kulit dan membran mukosa mulut setiap 8 jam untuk memeriksa

dehidrasi. Berikan perawatan mulut dengan cermat setiap 4 jam untuk

menghindari dehidrasi membran mukosa.

- Jelaskan alasan kehilangan cairan dan ajarkan klien untuk memantau volume

cairan, misalnya dengan mencatat berat badan setiap hari dan mengukur asupan

dan haluaran bila memungkinkan. Tindakan ini dapat mendorong keterlibatan

klien dlam perawatan personal.

18. Tn. S 66 kg di Ruang instalasi penyakit neurologi dengan diagnosa stroke hari ke-

6. Klien terpasang kateter, NGT dan infuse. Dari catatan keperawatan, produksi

urine kemarin dalam sehari sebanyak 1600 cc, klien mendapatkan makanan

enteral (sonde feeding susu 3 x 250 cc dan buah 1 x 200 cc). Klien mendapatkan

injeksi Neurotam IV 3 x 1 gr dan furosemide 2 x 1 ampul. Sediaan neurotam 1

ampul; 500 mg dalam 10 cc aquabides dan furosemide 2 cc/ampul. Jelaskan

bagaimana menghitung kebutuhan balance cairan klien dan beberapa cairan

infuse yang diberikan!

Pembahasan:

Intake:

- Makanan enteral:

Sonde feeding susu: 3 x 250 cc = 750 cc

25

Page 26: cairan dan elektrolit

Buah : 1 x 200 cc = 200 cc

- Neutoram IV: 3 x 1 gr (1 gr = 1000 mg). 1 ampul = 500 mg (klien membutuhkan 2

ampul). 3 x 20 cc = 60 cc

- Furosemide: 2 x 1 ampul (1 ampul = 2 cc). 2 x 2 cc = 4 cc

Jadi total intake: 750 cc + 200 cc + 60 cc + 4 cc = 1014 cc

Output: urine + IWL = 1600 cc + (15 cc x kgBB)

Balance cairan dapat tercapai apabila intake sama dengan output. Dengan output yang

mencapai 2590 cc dan intake sebesar 1014 cc, maka klien membutuhkan intake

tambahan sebesar 1536 cc (2590 cc – 1014 cc).

Cairan infus yang diberikan: jumlah cairan yang dimasukkan x faktor tetes

26

= 1600 cc + 990 cc= 2590 cc

lama pemberian x 60 mnt

= 1536 cc x 20 tts/mnt

24 jam x 60 mnt

= 21,3 tts/mnt = 22 tts/mnt

Page 27: cairan dan elektrolit

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia

dalam menjaga keseimbangan, baik secara fisiologis maupun psikologis. Hal ini

bertujuan untuk mempertahankan kehidupan serta kesehatannya. Salah satu kebutuhan

dasar manusia adalah cairan karena cairan memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh

dengan 60% dari total berat badan.

Seluruh cairan tubuh tersebut didistribusikan ke dalam kompartemen intraseluler dan

kompartemen ekstraseluler. Kompertemen ekstraseluler dibagi menjadi cairan interstisial

dan intravaskuler. Selain air, cairan tubuh juga mengandung elektrolit (Na+, K+, Cl-,

HCO3-, dan PO43-) dan nonelektrolit (kreatinin dan albumin). Proses pergerakan cairan

tubuh antarkompartemen dapat berlangsung secara osmosis, difusi, filtrasi, dan transpor

aktif dan dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik, tekanan osmotik koloid, tekanan kapiler,

dan tekanan cairan interstisial. Perubahan dalam cairan tubuh sendiri dapat berubah

karena perubahan volume (deficit volume seperti dehidrasi atau kelebihan volume

cairan), perubahan konsentrasi elektrolit, dan perubahan komposisi (asidosis dan

alkalosis).

27

Page 28: cairan dan elektrolit

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Aquilino, M.L., et al. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourt Edition.

Missouri: Mosby Elsevier.

Asmadi. 2009. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Depok: Salemba Medika.

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2007. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

McCloskey, J.C. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). Third Edition. Missouri:

Mosby Elsevier.

Mubarak, W.I., dan Chayatin, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.

NANDA International. 2010. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Potter, P.A., dan Perry, A.G. 2005. Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Volume 2. Jakarta:

EGC.

Saputra, Lyndon. Keterampilan Dasar untuk Perawat dan Paramedis. Tengerang: Karisma

Publishing Group.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC.

Tamboyang, Jan. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Taylor, C.M., dan Ralph, S.S. 2010. Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Online

Caleb A. Rogovin. 2005. Electrolytes: A Review and Refresher. Assistant Director-Nurse

Anesthesia Program. University of Maryland School of Nursing.

Ery Leksana. 2010. Terapi Cairan dan Darah. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif.

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.

28

Page 29: cairan dan elektrolit

Lyon Lee. 2006. Fluid & Electrolyte Terapi. Veterinary Surgery I, VMED 7412. Oklahoma

State University – Center for Veterinary Health.

M. Anwari Irawan. 2007. Cairan Tubuh, Elektrolit & Mineral. Volume 01.

Widya W. Hartanto. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi

Klinik dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

29