C7 Kalkun Diana Sari

download C7 Kalkun Diana Sari

of 47

description

tugas kuliah

Transcript of C7 Kalkun Diana Sari

PAPER

KEBUTUHAN NUTRISI KALKUN

Disusun untuk memenuhi paper mata kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Non Ruminansia II yang diampu oleh Dr.Ir. Osfar Sjofjan, M.Sc

Oleh :Kelompok C-7NoNAMANIMNILAI

1.

2.

3.

4.

5.Wachidatul Anisa

Arif Ridwan

Diana Sari (C.O)

Anik Fadlilah

Riska Alifia R.1250501001111181

1250501001111182

1250501011111002

1250501011111005

1250501011111010

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat Nya, penulis dapat menyelesaikan paper mata kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Non Ruminansia II yang berjudul Kebutuhan Nutrisi Kalkun dengan baik dan lancar.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Dr.Ir. Osfar Sjofjan, M.ScBerbagai upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan paper tentang Kebutuhan Nutrisi Kalkun, namun bukan mustahil masih terdapat kekurangan dan kelemahan, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, sehingga paper ini bisa sempurna.

Malang, 25 Juni 2015

PenulisDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

iDAFTAR ISI

iiDAFTAR TABEL

iiiBAB I PENDAHULUAN

11.1. Latar Belakang

11.2. Rumusan Masalah

31.3. Tujuan

31.4. Manfaat

3BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4

2.1 Ternak Kalkun

42.2 Klasifikasi Kalkun

52.3 Bangsa-bangsa Kalkun

52.4 Lingkungan dan Pakan Kalkun Secara Umun

82.5 Ciriciri Fisiologi Kalkun

92.6 Bibit kalkun

92.7 Kebutuhan Nutrisi Kalkun

112.8 Pakan dan Formulasi yang sesuai dengan kebutuhan Kalkun

152.9 Pengaruh Nutrisi Pakan terhadap Pertumbuhan Kalkun

192.10 Pemberian Pakan Kalkun

252.11 Tanda-tanda Defisiensi Zat Makanan pada Ayam dan Kalkun

272.12 Umur dan Perbandingan Jantan-Betina

282.13 Fertilitas

292.14 Susut Tetas (Weight Loss)

312.15 Daya Tetas

322.16 Bobot Tetas

352.17 Manejemen Penetasan

36BAB III PENUTUP

403.1. Kesimpulan

403.2. Saran

40DAFTAR PUSTAKA

41

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Kalkun

12Tabel 2. Laju Pertambahan Bobot Badan Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Kalkun

14Tabel 3. Susunan Ransum Kalkun

16Tabel 4. Persentase Bahan Pakan Pemberian untuk Kalkun pada Saat Fase Starter

17

Tabel 5. Konsumsi air oleh kalkun pada berbagai umur

25

Tabel 6. Persentase target susut tetas pada berbagai umur induk kalkun

32Tabel 7. Pengaruh kondisi telur terhadap fertilitas dan daya tetas

33Tabel 8. Hubungan bobot telur dengan bobot tetas kalkun

36BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Kondisi peternakan kalkun di Indonesia sangat jarang sekali ditemukan, sebagian besar para peternak di Indonesia lebih memilih jenis unggas lain seperti ayam dan lain-lain. Budidaya kalkun di Indonesia masih belum popular dikarenakanbelum disosialisasikan dan masyarakat umumnya masih banyakmengkonsumsi daging ayam dibandingkan daging kalkun. Daging kalkunmempunyai keunggulan disamping dagingnya yang sangat lezat juga berproteintinggi, kandungan lemak dan kolesterolnya sangat rendah. Kandungan asamoleat (minyak zaitun) dan omega 6 yang cukup tinggi akan bermanfaat bagikesehatan jantung. Minyak zaitun, selain menambah cita rasa juga memilikKalkun adalahternak yang masihjarang dibudidayakan.Pemeliharaan kalkun hanyasebagaikesenangan bagi pemeliharanya. Pakan yangdiberikan biasanyasama dengan pakan yangdikonsumsi olehunggas pada umumnya.Perlu adanyaransum khusus untukkalkun dan komposisinya disesuaikan dengan kebutuhan kalkun.Pakankalkunhampir sama dengan pakan unggas lainnya. Pakan yang yang diberikan harus memenuhikriteria yaitu a). Ketersediaan bahan pakan harus cukup dalamwaktu lama; b). Tidak bersaing denganmanusia; c). Tidak mengandungzat anti nutrisi atau racunyang dapat menghambat tujuan produksi.

Penggunaan bahan pakan yang mengandungzat anti nutrisi disesuaikan denganbataspengggunaanya. Agar tidakmengganggu proses pencernaan danpenyerapan zat zat pakan.Bahan pakan yangbiasa digunakanterdiridari jagung,gandum, tepung kedelai, tepung ikan,hijauan dan grit.Selain biji bijian kalkun mampu mengkonsumsi hijauan.Kemampuan mengkonsumsi hijauan disebabkan sekum kalkun lebih berkembang dibanding dengan unggas lainnya.

Pemeliharaan kalkun untuk produksi daging sebaiknya dipisah antarajantan dan betina, karena jantanlebih banyak makandan lebihaktif dalam perebutanpakandengan betina.Hal iniakanmengganggupertumbuhan kalkun betina serta pertumbuhan kalun jantan lebih cepat daripada betina

Kebutuhan nutrisiterpenting pada kalkun adalah keseimbangan protein dan energi.Kalkun membutuhkan protein lebih banyak daripada ayam broiler,terutama pada periode starter dan pertumbuhan.Kalkun betina mencapai dewasakelamin lebih dinidibandingkalkun jantan.Pemberian ransum dengan kandungan energi tinggi dan rendah protein pada kalkun betina umur 16 minggudan kalkun jantan umur 18 minggu lebih ekonomis dalammeningkatkan pertumbuhan).

Keseimbangan energi dan protein pada kalkun Umur 4 8 minggu dengan protein 22% & energi 2800,8-12 minggu dengan protein 19% & energi 3000, 12-20 minggu 14-16.5% protein dan 3100-3200. Ransum kalkun mengandung tambahan lemak2 8%.Kelebihan lemak dan karbohidrat akan disimpan sebagai lemak tubuh.Sedangkan konsumen kurang menyukai daging yang berlemak.

Menurut definisi,unggas(poultry) adalah jenis ternak bersayap dari kelasAvesyangtelahdidomestikasikandancarahidupnyadiaturolehmanusiadengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk barang(dagingdan telur) dan jasa(pendapatan). Termasuk kelompok unggas adalah ayam(petelur dan pedaging), ayam kampung,itik, kalkun, burung puyuh,burungmerpati, dan angsa yang sekarang sudah diusahakan secara kemersial.Sementara itu, burung mutiara, kasuari, dan burung unta masih dijajakikemungkinannya untuk diternakkan secara komersial.Hasil pokok dari unggas adalah daging dan telur, sementara hasilsampingan berupa bulu dan kotoran serta ornamental hasil khusus. Perananunggas dari tahun ke tahun semakin meningkat. Halini dapat dimengerti karenaunggas mampu memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pembangunanbidang pertanian,khususnya subbidang peternakan. Sebenarnya,semua makhluk hidupyang tergolong dalam bangsa unggasdapat menghasilkan telur dan memiliki daging yang dapat dinikmati. Hanyasaja, hal yang membedakan dari masing-masing unggas adalah ukuran tubuhdan jumlah daging maupun telur yang dihasilkan.

Pemberian pakan ayam kalkun sesuai kondisi dan umurnya itu sangat penting, karena untuk jenis ayam kalkun anakan dan ayam kalkun dewasa memiliki porsi pakan dan menu yang berbeda, karena kemampuan lambung ayam kalkun untuk menampung makanan dan kemampuan untuk mencerna makanan akan berbeda. Di masa pertumbuhan, biasanya ayam kalkun membutuhkan gizi dan nutrisi yang lebih tinggi.

Bagi peternak ayam kalkun yang sudah berpengalaman, tentunya sudah tahu atau setidaknya tidak perlu bingung untuk memberikan porsi pakan ayam kalkun. Tetapi bagi peternak ayam kalkun pemula atau yang masih ingin berencana memelihara ayam kalkun, akan sedikit kebingungan dalam hal ini. Oleh karena itu akan dijelaskan beberapa informasi mengenai kalkun.1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja bangsa-bangsa kalkun?

2. Apa saja kebutuhan nutrisi kalkun?

3. Bagaimana formulasi pakan yang sesuai dengan kebutuhan kalkun?

4. Bagaimana cara menyusun ransum?1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bangsa-bangsa kalkun.

2. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi kalkun.

3. Untuk mengetahui formulasi pakan yang sesuai dengan kebutuhan kalkun.

4. Untuk mengetahui cara menyusun ransum.1.4 Manfaat

1. Mengetahui bangsa-bangsa kalkun.

2. Mengetahui kebutuhan nutrisi kalkun.

3. Mengetahui formulasi pakan yang sesuai dengan kebutuhan kalkun.

Mengetahui cara menyusun ransum.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ternak Kalkun

Kalkun dalam bahasa internasional dikenal dengan turkey dan oleh orang Indonesia disebut ayam kalkun.Sebenarnya sebutan yang tepat adalah kalkun bukan ayam kalkun.Dikarenakan ayam dan kalkun mempunyai pengertian tersendiri kalkun tetap kalkun dan ayam tetap ayam.

Kalkun sebenarnya sudah akrab dalam kehidupan sehari-hari orang-orang Indian di benua Amerika jauh sebelum Columbus dating di benua itu.Kemudian di daratan Eropa mulai di kenal tahun 1523 atau 1524 dan menjadi menu di kalangan masyarakat Inggris pertama kali tahun 1585.

Di Indonesia sebenarnya nama kalkun telah lama di kenal pada abad ke-16 dan mulai banyak terlihat di lingkungan masyarakat pada abab ke-18 dengan semakin mengakarnya kekuasaan penjajah Belanda selain itu juga di Indonesia ada satu dua kota yang memeliharanya sebagai unggas hias dan ada pula yang mengusahakannya sebagai peternakan kalkun.Oleh biro Pusat Statistik Jakarta kalkun tidak dicatatnya sebagai data populasi unggas di Indonesia (juga puyuh dan merpati) dan oleh Direktorat Jendral peternakan kalkun dimasukkan ke dalam aneka unggas (bersama puyuh dan merpati). Sampai tahun 1979 memang kalkun puyuh dan merpati tidak menarik perhatian orang di Indonesia tetapi semenjak tahun 1980 dimana pemerintah benar-benar ingin membangun bidang peternakan dengan sungguh-sungguh (sedangkan peternakan ayam sudah memusingkan banyak pihak) dimulailah menggalakkan peternakan dan ternak aneka unggas dan aneka ternak.Kalakun mulai diperkenalkan dan di galakkan kembali.Pokoknya yang termasuk dalam aneka ternak dan aneka unggas diperkenalkan kembali dan di galakkan usaha beternaknya dengan berbagai cara.

Pada saat ini di Indonesia ada beberapa pengusaha yang sudah merintis peternakan kalkun,walaupun untuk itu harus terseok-seok karena kalkun yang ada di Indonesia bukan kalkun komerisal dan untuk mencari bibit kalkun komersial pun sulit.Wajarlah bila permintaan kecil akan membuahkan penawaran yang kecil pula atau bahkan tidak ada,

Di negara Barat kalkun digunakan waktu acara natal dan di Amerika pada acara Thanksgiving Day dan juga pada Tahun Baru Masehi. Sehingga wajar kalau kalkun kurang popular di Indonesia, padahal penyajian kalkun tidak ada kaitannya dengan unsure religious (walaupun dinegara barat disajikan pada hari-hari besar itu).

2.2 Klasifikasi KalkunKalkun tergolong jenis ungags yang dalam perkembangannya tidak sepesat ayam. Namun, akhir-akhir ini kalkun mulai diperhitungkan untuk diternakkan dengan mulai disajikan daging kalkun sebagai salah satu menu pada pesta-pesta (Susilorini, Tri Eko. 2007). Kalkun adalah hewan unggas (sejenis burung), asli Amerika Utara, yang sebenarnya telah dikonsumsi sehari-hari suku indian. Nenek moyang kalkun piaraan adalah Meleagris Galloparo.

Adapun taksonomi zoology kalkun sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Aves

Subkelas: Neornithes

Ordo

: Galliformes

Famili

: Meleagrididae

Genus

: Meleagris

Spesies: Meleagris galloparo(Susilorini, Tri Eko. 2007).2.3 Bangsa-bangsa KalkunAmerika terdapat banyak bangsa kalkun diantaranya Broad Breasted Bronze, Broad Breasted White, American Mammoth Bronze, White Beltsville dan Hybrid

Indonesia memiliki beberapa varietas kalkun yang dikembangkan yaitu jenis Broad Breasted Bronze, White Holland,dan kalkun cokelat. Varietas Broad Breasted Bronze merupakan hasil persilangan Broad Breasted Bronze Large dengan Broad Breasted White Hollanda. Kalkun broad breasted white

Kalkun Broad Breasted White, merupakan bangsa kalkun yang bulunya berwarna putih. Bobot badan betina antara 6,5-10 kg dan jantan 11-18 kg. Produksi telur 50-60 butir per musim.

b. Kalkun broad breasted bronze

Kalkun Broad Breasted Bronze memiliki warna bulu gelap dan warna perunggu pada ekor dan sayapnya, pertumbuhan yang baik ditandai dengan bobot tubuh jantan dicapai pada umur 24 minggu sebesar 4,8-5,0 kg dan pada betina pada umur 17 minggu sebesar 3,5 kg.c. Kalkun american mammoth bronze

Kalkun American Mammoth Bronze, karakteristiknya hampir sama dengan 2 bangsa diatas, tetapi ototnya berwarna putih dengan ukuran badan lebih kecil, bobot betina sekitar 4,5 kg dan jantan sekitar 6,5 kg. Produksi telur tinggi, yaitu 100-120 butir/tahun.d. Kalkun Belsville

Kalkun Broad Breasted White, merupakan bangsa kalkun yang bulunya berwarna putih. Bobot badan betina antara 6,5-10 kg dan jantan 11-18 kg. Dadanya kurang berkembang. e. Kalkun Cokelat

Merupakan jenis kalkun yang yang paling banyak peminatnya. Kalkun cokelat memiliki ciri-ciri warna bulu cokelat.f. White Holland (Kalkun Putih Atau Kalkun Albino)

Memiliki ciri--ciri warna bulu putih, kalkun jantan memiliki bobot tubuh mencapai 11--18 kg, sedangkan betina memiliki berat tubuh mencapai 6,5-8,0 kg (Maspul, 2012).g. Kalkun white hybrid

Merupakan hibrid dari berbagai bangsa yang disilangkan.2.4 Lingkungan dan Pakan Kalkun Secara Umun.Kalkun(Meleagris gallopavo) yang tersebar di Kanada sepanjang pesisir Timur Amerika sampai ke Mexico dan kalkun Ocellated(Agriocharis ocellato) adalah unggas tropis sebenarnya, yang banyak di jumpai di bagian utara Amerika Tengah dan Mexico.Kalkun hidup dalam kelompok-kelompok kecil di hutan dan makanannya berupa serangga, biji-bijian dan buah-buahan yang jatuh dari pohon. Kalkun mempunyai lima fase hidup yaitu 0--4 minggu (prestarter), 4--8 minggu (starter), 8--12 minggu (grower I), 12--16 minggu (grower II), 16--20 minggu (finisher II), dan 20 minggu keatas (finisher II). Dewasa kelamin kalkun pada umur 33 minggu dengan bobot dewasa sebesar 15,4 kg untuk jantan dan 8,4 kg untuk kalkun betina tipe ringan dapat dikawinkan pada umur 30 minggu dan pejantannya dapat mulai dikawinkan pada umur 34 minggu, sedangkan kalkun tipe berat baru dapat dikawinkan pada umur umur 36 minggu dan pejantannya pada umur 40 minggu. Kalkun jantan dan betina yang sudah dewasa kelamin akan menghasilkan telur tetas dan anak kalkun yang baik dibandingkan dengan kalkun yang belum dewasa kelamin. 2.5 Ciriciri Fisiologi Kalkun Kalkun mempunyai tubuh yang besar dua kali angsa bahakan bisa lebih.Wajahnya mirip ayam,kecuali badannya yang jauh lebih besar dari badan ayam dan bagian kepala mempunyai karakteristik yang khas kalkun karena mirip ayam itulahorang-orang banyak menyebutnya sebagai ayam kalkun.Kalkun juga memiliki bentuk khas pada ekornya disamping pada pial dan gelambirnya.Tubuhnya besar dan tinggi bahkan pada suatu kontes Inggris tampil seekor Kalkun sebagai pemenang yang besar dan tingginya melebihi tinggi seorang anak umur 4 tahun dan datangnya cukup untuk di makan 30 orang.

Sedangkan untuk membedakan kalkun jantan dan betina dapat dilihat dari ukuran tubuh. Kalkun jantan memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan kalkun betina.Selain tubuh yang besar, kalkun jantan memiliki bulu yang lebih indah dan memiliki snood yang lebih panjang di atas kepalanya, sedangkan betina memiliki snood tetapi kurang muncul dan warna bulu kurang berwarna-warni.Kalkun jantan juga diciri-cirikan memiliki suara yang lebih keras dibandingkan dengan kalkun betina.Perbedaan jantan dan betina2.6 Bibit kalkun

Sebagaimana layaknya pada unggas berbadan besar seperti angsa dan bebek kalkun juga di pelihara untuk diambil dagingnya.Untuk bibit kalkun betina di pelihara bersama jantan dan diambil telur tetasnya yang kelak akan menghasilkan anak kalkun.

Sama halnya pada ayam pada bibit kalkun akan kita pelihara dibagi atas 3 golongan yakni:

1.Tipe Barat

Sesuai dengan namanya kalkun ini memiliki badan yang besar sekali melebihi besar anak berusia 3 tahun.Tipe berat ini mengandung banyak daging dan lemak bertubuh besar dan pendek.Ada yang berbulu putih dan ada pula yang berbulu hitam.Kalkun pedaging tipe berat ini dagingnya cukup untuk dimakan oleh 30 orang.

2.Tipe sedang atau tipe medium.

Tipe ini tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan.Tipe ini umumnya banyak di gemari di negara-negara berkembang.Kalkun tipe medium ini mempunyai badan lebih padat dan kompak.Lemak yang dikandungnya lebih sedikit daripada tipe berat.Misalnya kalkun Australia Putih dan Kalkun Norfolk hitam.

3.Tipe ringan

Walaupun namanya tipe ringan tetapi besar tubuhnya tetap lebih besar dari pada bebek dan orang-orang menyukai tipe ringan ini di karenakan memiliki kadar lemak yang rendah.

Kalkun jantan tipe berat dapat mencapai berat badan lebih dari 13.6 kg pada umur 12 migggu.Tetapi biasanya jantan dipelihara sampai mencapai berat 5.4-6.4 kg,dan berat betina antara 3.2-4 kg pada umur 12-24 minggu.Hal ini dilakukan untuk mencegah merosotnya selerakonsumen dan untuk menghindari kemasan unggas yang terlalu besar.Pada kisaran berat itu pula karkas kalkun banyak di jual di pasar swalayan di Indonesia.Selain itu juga kalkun yang memiliki berat badan yang di sebutkan di atas paling digemari oleh peternak kalkun komersial untuk di pelihara.Dipeternakan kalkun tradisional di Inggris pernah dicapai kalkun dengan berat 34.93 kg.Di supermarket di Jakarta kalkun yang bebas bulu dan dan bebas kepala dan ceker(juga jeroan) memiliki berat sekitar 6 kg saja.Sehingga tidak heran bila kita melihat banyak kalkun di Indonesia ini tergolong tipe ringan karena yang paling layak untuk peternakan kalkun.

Dinegara-negara maju Kalkun ini sudah banyak di gemari dan banyak di pelihara orang.Sehingga para pembibit kalkun mendirikan usaha pembibitan kalkun bagaikan pada ayam ras saja.Di Indonesia memang agak sedikir sulit untuk mendapatkan bibit kalkun komersial tetapi melalui usaha bersama misalnya dalam wujud koperasi maka bibit kalkun komersial ini mudah diusahakan.Karena di beberapa tempat secara individual ada juga orang yang memelihara kalkun sampai tingkat suatu peternakan.

Dalam suatu peternakan Kalkun harus ditetapkan bibit mana yang akan di pelihara.Setelah ditetapkan bibit mana yang akan dipelihara dan sudah berniat membeli anak kalkun maka ada hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :a. Bila disentak kesana kemari, aktif menciap-ciap dan banyak bergerakb. Lihatlah matanya, anak kalkun yang sehat dan baik akan memperlihatkan mata yang tajam dan sinar matanya memancarc. Perhatikan paruhnya, jangan ada yang cross-beak atau paruh yang bersilang letak. Hindari paruh yang cacat, karena akan mengakibatkan sulitnya pada saat mencari makand. Pilih anak kalkun yang besar badannya, bulunya kering rata. Anak kalkun yang terlalu ringan hendaknya dipisahkane. Perhatikan kakinya, kaki harus terlihat normal dan anak kalkun itu harus mampu berdiri baik diatas kedua kakinyaf. Perhatikan juga duburnya, apakah ada letakan tinja di bagian tersebutPada umunya pembibitan yang baik dan penjual anak kalkun yang bertanggung jawab akan memberikan anak kalkun yang baik dan sudah diseleksi (bahkan di potong paruhnya) sehingga pembibitan secra komersial dapat tercapai.2.7 Kebutuhan Nutrisi Kalkun

Kalkun membutuhkan beberapa unsur nutrisi untuk kebutuhan hidupnya. Unsur- unsur tersebut adalah protein, vitamin, mineral dan air. Kekurangan unsur- unsur tersebut dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan menurunkan produktifitasnya. Kebutuhan nutrisi kalkun fase pertumbuhan dan akhir sama dengan kebutuhan broiler pada fase yang sama dan dapat diberikan pakan komplit untuk jenis unggas pedaging. Umumnya penggunaan pakan dengan perbedaan kandungan Protein kasar berdasarkan pada kalkun umur 4-8 minggu, 8-12 minggu, 12-16 minggu, 16-20 minggu dan diatas 20 minggu (Hooge dan Church 1998).

Perubahan pakan secara berkala dilakukan untuk mengefisienkan pakan dan meminimalkan biaya. Pertumbuhan lebih cepat dari pada ayam, agar dapat memenuhi permintaan lebih tinggi dari ayam. Kebutuhan protein menurun seiring bertambahnya umur, kebutuhan protein pada unggas berkisar mulai 28% pada fase starter sedangkan pada fase akhir dibutuhkan 18 %. Sedangkan pada kebutuhan energi semakin bertambahnya umur maka akan mengalami peningkatan. Kebutuhan energi pada unggas berkisar 2900 kcal/kg- 3300 kcal/kg pada fase grower (Hooge dan Church 1998). .

Pada pemeliharaan unggas sebaiknya diberikan air secara ad libidtum dan menggunakan pakan yang lebh berwarna agar meningkatkan konsumsi pakan pada ternak. Pemberian antibiotik pada kalkun sebaiknya dilakukan sedini mungkin dapat berupa pakan sebanyak 2.75 3.25 lb / produksi kalkun (Bobot badan) lb. Pada jantan diberikan pada umur 18-20 minggu dan bobot badan mencapai 23 - 35 lb. Sedangkan pada betina pada umur 14- 16 minggu dan bobot badan sekitar 14 lb (Hooge dan Church 1998).

Kebutuhan nutrisi kalkun dibagi menjadi 2 bagian yakni kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan dan kebutuhan nutrissi untuk reproduksi. Dua kategori ini perbedaan proporsi nutrisi sangat luas. Selain itu juga nutrisi dalam pakan dibutuhkan untuk produksi dan aktivitas hidup pokok. Penetuan kebutuhan nutrisi telah dilakukan para ilmuan terdahulu kemudian dipatenkan kedalam NRC (National Research Council). Berikut ini kebutuhan nutrisi untuk aktivias sehari-hari pada kalkun (lihat tabel 2.3.1) :Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Kalkun

NutrisiUnitUmur (minggu)

0 44 - 88-1212-1616-2020-24

Protein & Asam Amino

Protein %2826221916.514

Arginin%1.61.41.10.90.750.6

Glysin%10.90.80.70.60.5

Histidin%0.580.50.40.30.250.2

Isoleusine%1.110.80.60.50.45

Leusine%1.91.751.51.2510.8

Lysin%1.61.51.310.80.65

Metionin%0.550.450.40.350.250.25

Methionin + cystin%1.050.950.80.650.550.45

Penilalanin%10.90.80.70.60.5

Penilalanin + tirosin%1.81.61.210.90.9

Treonin%10.950.80.750.60.5

Triptofan%0.260.240.20.180.150.13

Valin%1.21.10.90.80.70.6

Fat

Asam Linoleat%110.80.80.80.8

Makro mineral

Kalsium%1.210.850.750.650.55

Pospor%0.60.50.420.380.320.28

Potasium%0.70.60.50.50.40.4

Sodium%0.170.150.120.120.120.12

Clorin%0.150.140.120.120.120.12

Magnesiummg500500500500500500

Mikro mineral

Manganmg606060606060

Zincmg706550404040

Besimg806060605050

Copermg886666

Iodinmg0.40.40.40.40.40.4

Seleniummg0.20.20.20.20.20.2

Vitamin Larut lemak

AIU500050005000500050005000

DICU110011001100110011001100

EIU121210101010

Kmg1.751.510.750.750.3

Vitamin Larut Air

B12mg0.0030.0030.0030.0030.0030.003

Biotinmg0.250.20.1250.1250.10.1

Clodinmg1600140011001100950800

Folacinmg110.80.80.70.7

Niacinmg606030304040

Asam Pantotenincmg1099999

Pyriudinmg4.54.53.53.533

Riboflavinmg443.6332.5

Thiaminmg222222

(NRC, 1994)

Pada fase pertumbuhan kalkun mengalami peningkatan sangat significant. Pertambahan bobot badan setiap pertambahan usia dipengaruhi oleh adanya konsumsi pakan, genetik ternak dan lingkungan pemeliharaan. Berikut ini laju pertambahan bobot badan berdasarkan jenis kelamin dan usia pada kalkun. :Tabel 2. Laju Pertambahan Bobot Badan Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Kalkun.

Pakan dalam bentuk pelet dapat meningkatkan konsumsi pakan, bagaimanapun hasil utama menunjukkan nutrisi pada pakan dalam bentuk pelet akan mudah tercerna karena secara fisik (mulut) unggas sangat sesuai apabila digunakan untuk mengambil pakan dalam bentuk pelet. Uumnya peleting dapat meningkatkan feed intake, net energy dari produksi metabolisme energi, dan mengurangi sisa atau ceceran pakan (Moran, 1989). Suhu lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan hidup pokok yang mana dapat dilihat dari naik tutunnya feed intake. Selama umur 32 60 hari membutuhkan energi 2.45 2.70 kcal/g bobot badan pada suhu 12 oC. Kebutuhan ini menurun progresive dari suhu 12 oC ke suhu 24 oC. Kemudian pada suhu 24oC dan suhu 28 oC akan meningkat kembali kebutuhannya sampai pada suhu 35oC. Dari penelitian ini diketahui bahwa produksi net energy akan meningkat apabila suhu mengalami peningkatan (Hurwitz et al. 1980).

Ransum yang diberikan pada ternak harus disesuaikan dengan umur kebutuhan tenak. Hal ini bertujuan untuk mengefisiensikan penggunaan ransum. Dan dalam mengkonsumsi ransum, ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : umur, palatabilitas ransum, kesehatan ternak, jenis ternak, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat produksi (Yuanita, I. 2003).

Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi ransum untuk memperoleh energi sehingga jumlah makanan yang dimakan tiap harinya berkecenderungan berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila persentase protein yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi ME tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas karena rendahnya jumlah makanan yang dikonsumsi dalam tubuh unggas. Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas akan mengkonsumsi makanan untuk mendapatkan lebih banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi protein yang berlebihan (Sudjarwo, E. 2001)2.8 Pakan dan Formulasi yang sesuai dengan kebutuhan KalkunPeningkatan produktivitas kalkun dapat dilakukan dengan perbaikan makanan seperti peningkatan kandungan zat-zat makanan tertentu dalam ransum. Makanan yang mencukupi untuk kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi bagi ternak yang baik adalah jika ternak tidak mengalami hambatan pertumbuhan dan defisiensi nutrisi yang dapat menghambat proses reproduksi baik pada pejantan maupun betina (Toelihere, 1993). Salah satu vitamin yang berperan dalam reproduksi yaitu vitamin E. Vitamin ini dikenal sebagai vitamin yang berperan dalam fertilitas dan penting untuk produksi sperma bagi kalkun jantan pembibit. Salah satu mineral yang penting dalam reproduksi yaitu mineral Zn. Mineral ini diketahui banyak berperan dalam banyak proses metabolik penting. Mineral Zn mempengaruhi pemasakan gonad dan stimulasi pelepasan hormon testosteron dari testis (Abbasi et al., 1980).Susunan ransum kalkun berdasarkan penelitian S. Suharyati (2006) sebagai berikut :Tabel 3. Susunan Ransum Kalkun

Bahan PakanPersentase (%)Protein (%)Energi (kkal/kg)

Tepung Ikan53,05154,00

Bungkil Kedelai83,75218,40

Bungkil Kelapa102,13254,00

Jagung251,78966,25

Tepung Rajungan81,110164,00

Premix1--

Bekatul404,72144,00

Zeolit3,05--

Jumlah100,516,532900,65

Susunan ransum diatas kemudian ditambahkan Vitamin E dan Zn. Vitamin E diberikan dalam bentuk tablet sebanyak 25 mg/ekor/hari. Mineral Zn diberikan dalam bentuk kapsul dengan dosis 25 mg/ekor/hari. Vitamin E dan mineral Zn masing-masing diberikan secara per oral. Berdasarkan hasil penelitian S tersebut dapat diketahui penambahan vitamin E, mineral Zn, serta vitamin E+mineral Zn secara bersamaan berpengaruh sangat nyata terhadap motilitas, konsentrasi dan abnormalitas spermatozoa serta berbeda nyata terhadap volume dan persentase spermatozoa hidup kalkun lokal. Penambahan vitamin E dan mineral Zn secara bersamaan memberikan kualitas semen yang paling baik. Penggunaan sperma dari pejantan yang diberi vitamin E dan mineral Zn secara bersamaan berbeda sangat nyata terhadap fertilitas dan daya tetas telur kalkun lokal. Penggunaan sperma dari pejantan yang diberi vitamin E dan mineral Zn secara bersamaan menghasilkan fertilitas dan daya tetas telur kalkun lokal yang terbaik

Pemberian pakan untuk kalkun pada saat fase starter, dapat diberikan ransum sebagai berikut :Tabel 4. Persentase Bahan Pakan Pemberian untuk Kalkun pada Saat Fase Starter.Bahan PakanPersentase bahan (%)

Jagung Kuing47.75

Tepung Kedelai (47.5 % CP)38.83

Meat Meal (56% CP)9.50

Animal-Vegetable fat0.31

Limestone (or oyster shell)0.81

Dicalcium phosphate1.54

Garam0.09

Sodium bicarbonat0.20

Copper sulfate0.005

Vitamin-mineral premix0.25

DL-methionin0.24

L-lysine HCL (78.4% lysine)0.23

Bacitracin-MD (50g/lb)0.05

Coban (monensin) 30 g/lb0.10

Liquid mold inhibitor0.05

Analisis kandungan ransum

Protein, % (N x 6.25)28.00

ME, (kcal/lb)1280

Lysine, (%)1.80

Methionine+cystine (%)1.10

Ca (%)1.45

Available P (%)0.83

Na (%)0.19

K (%)0.94

Cl (%)0.24

(Hooge dan Church, 1998) Protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan air mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Kekurangan salah satu nutrisi tersebut maka mengakibatkan kesehatan terganggu dan menurunkan produktivitas. Air dianggap sebagai salah satu zat makanan yang sangat penting bagi ternak unggas. Air digolongkan sebagai unsur anorganik yang merupakan zat yang penting yang ada di dalam tubuh. Fungsi air sebagai bahan dasar dalam darah, sel dan cairan antar sel, sebagai alat untuk tansport zat-zat makanan, membantu kerja enzim dalam proses metabolisme, pengatur suhu tubuh, membantu keseimbangan dalam tubuh (Anggorodi, 1994)

Tambahan vitamin dan mineral sangat dibutuhkan oleh kalkun. Mineral makro terdiri atas Kalsium, Phospor, Natrium, Magnesium, Klorida, dan Sulfur. Mineral makro selalu diperlukan dalam jumlah besar oleh tubuh ternak. Gerakan-gerakan ion mineral makro melintas membran tidak pernah dipisahkan dari gerakan proton dan anion. Terdapat hubungan kompeks antara pH, tekanan listrik lintas membran dan perbedaan kadarnya. Semua jenis ternak, termasuk kalkun sangat memerlukan mineral dalam ransumnya, baik berupa mineral makro (Ca, P, Na, K dan Cl) atau mineral mikro (Fe, Cu, I, Co, Zn, Mn, Se, dan Mo). Bahan pakan yang mengandung mineral antara lain adalah probiotik, tepung tulang, kulit kerang, biji-bijian, dan garam dapur. Bahan pakan yang umum diberikan pada ternak, yang disusun dalam ransum yaitu jagung, dedak halus, bungkil kedelai, tepung ikan, bungkil kelapa dan minyak nabati. (Annekov, B. N. 1974)

Protein terkandung dalam bahan pakan nabati dan hewani antara lain bungkil kedelai, tepung ikan, bungkil kacang tanah, tepung hati dan tepung cacing. Fungsi protein antara lain sebagai materi penyusun dasar semua jaringan tubuh yang dibentuk. Jaringan tubuh tersebut berupa otot, sel darah, kuku dan tulang. Selain itu, protein berfungsi untuk pertumbuhan jaringan baru, bahan pembuat telur, dan sperma. Bila kadar protein dalam pakan tidak cukup, pertumbuhan menjadi tidak normal. Bila keadaan tersebut dibiarkan berlarut-larut, kalkun dapat mengalami kematian (Orskov, E. R. 1992).

Karbohidrat dibutuhkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan energinya. Energi digunakan untuk kebutuhan hidup pokok, gerak otot, sintesa jaringan-jaringan baru, aktivitas kerja, serta memelihara temperatur tubuh. Karbohidrat terdapat dalam bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti jagung, dedak padi, minyak kelapa, minyak jagung dan minyak wijen. Diantara bahan pakan tersebut, jagung paling sering digunakan karena selain sebagai sumber karbohidrat, karoten yang terkandung di dalamnya berfungsi untuk memberi warna kuning pada telur dan bagian kuning lainnya pada organ tubuh burung kalkun. Ransum berenergi tinggi, biasanya mengandung minyak ikan, lemak hewan, atau minyak nabati, dapat mengakibatkan naiknya angka kematian. Namun hal tersebut dapat dihindari dengan meningkatkan kadar kholin, vitamin B12 dan vitamin E (Linder, M. C. 1992).

Lemak merupakan sumber karbohidrat, yang berarti pula sebagai sumber energi. Fungsi lemak adalah membantu penyerapan vitamin (A, D, E, dan K), menambah palatabilitas (rasa), menyediakan asam-asam lemak esensial, mempengaruhi penyerapan vitamin A dan karoten dalam saluran pencernaan, berpengaruh penting dalam penyerapan Ca (kalsium), serta menambah efisiensi penggunaan energi. Sumber lemak terdapat dalam bahan pakan seperti minyak kelapa, minyak kacang kedelai, minyak jagung, dan minyak biji kapas (Ranjhan, S. K. 1980)

Vitamin merupakan senyawa organik yang harus selalu tersedia walaupun dalam jumlah yang sangat kecil, untuk metabolisme jaringan normal. Secara langsung maupun tidak langsung, defisiensi vitamin pada kalkun mengakibatkan kerugian seperti lebih mudah terserang penyakit sehingga menurunkan produktivitas, bahkan menimbulkan kematian. Sumber pakan yang mengandung vitamin bermacam-macam, diantaranya jagung kuning, daundaunan, biji-bijian ( Lieberman, S and N. Bruning. 1990)2.9 Pengaruh Nutrisi Pakan terhadap Pertumbuhan KalkunPakan kalkun mempunyai dua komponen fisik, yaitu pakan bagian yang cair dan bagian yang padat. Bila bagian yang cair ini dihilangkan atau dikurangi dari bahan pakan, maka akan ditemukan bahan pakan yang telah kering. Bahan demikian itu bila dianalisa secara kimia akan ditentukan lagi unsur gizi sebagai berikut : protein, energy, vitamin, mineral dan unsur gizi tidak diketahui. Keseluruhannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalkun.

Pakan dan masalah dalam pakan merupakan pengembangan topic dari unsur-unsur gizi. Semua masalah tentang pakan yang dihadapi peternak bahkan dalam masalah produksipun dapat terselesaikan bila pengetahuan tentang unsur gizi diketahu. Sebagai langkah pertama dalam sub-bab pakan ini akan diuraikan tentang unsur gizi.

1. Protein

Protein merupakan komponen yang kompleks dan merupakan suatu makromolekul atau polymer dari asam-asam amino yang diikat satu sama lain dalam rangkaian peptide. Asam-asam amino yang penting bagi ungags (penting karena asam amino itutidak dapat dibuat sendiri) adalah phenylalanine, isoleucine, lysine, threonine, histidine, arginine, tryptophan, methionine, valine, leucine, dan glycine. Kemudian asam-asam amino yang tidak penting bagi ungags adalah (tidak penting karena dapat dibuat sendiri dengan menggunakan bahan lain) adalah alanine, aspantic acid, cysteine, cysteine, hydroxyproline, proline, dan glytamic acid (asam glutamate). Kesemua itu, baik jumlah protein dan komponen-komponennya (asam amino) harus sesuai antara yang ada di dalam ransum dengan yang dibutuhkan oleh kalkun.Protein dan asam amino digunakan oleh kalkun untuk :

a. Membangun jaringan-jaringan protein di tubuhnya

b. Membentuk system enzyme (enzyme merupakan bagian yang sangat berperan dalam pencernaan pakan yang dimakan oleh kalkun)

c. Dalam keadaan terdesak, protein dapat diubah menjadi energi

d. Lemak, translokasi lemak dan penyimpanannya

e. Pembentukan chelat mineral,mendistribusikan dan menyimpanannya

f. Sebagai buffer dan tekanan osmotic, dalam hal ini protein juga memegang peranan

g. Pembentukan telur, sperma dan organ-organ reproduksi lainnya.

Cukup banyak peranan protein ini bagi hidup kalkun dan juga untuk produksi. Sehingga wajarlah bila kekurangan protein itu akan terjadi kelainan-kelainan yang merugikan bagi peternak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan akan protein adalah

a. Umur. Anak kalkun akan membutuhkan protein yang lebih tinggi dari pada kalkun yang dewasa. Hal ini disebabkan karena anak kalkun makan lebih sedikit dari jaringan tubuhnya masih bertumbuh.

b. Pertumbuhan. Kalkun pedaging yang memerlukan pertumbuhan yang cepat, membutuhkan tingkat protein yang lebih tinggi dari pada kalkun bibit pada umur yang sama.

c. Reproduksi. Setelah kalkun dewasa kelamin maka kebutuhan akan protein akan meningkat kembali (pada masa kecil tinggi, lalu masuk remaja menjadi rendah dan memasuki masa dewasa kelamin yang siap untuk bertelur, kebutuhan akan protein akan tinggi kembali). Karena protein dibutuhkan untuk pembentukan telur dan sperma bagi kalkun jantan.

d. Iklim. Cuaca yang terlalu panas akan menyebabkan kalkun enggan untuk makan. Akibatnya protein yang masuk juga menjadi rendah. Pada cuaca panas, protein dalam ransum dibutuhkan lebih tinggi dari pada biasanya.

e. Tingkat energy. Energy yang tinggi akan mengurangi konsumsi dan akan mengurangi protein yang masuk ke dalam tubuh. Bila energy tinggi maka proteinpun juga harus tinggi dan bagitu masalah sebaliknya

f. Penyakit. Bila kalkun terserang penyakit sudah pasti ia tidak nafsu untuk makan dan bila penyakit itu pada bagian-bagian yang berperan dalam pencernaan maka konsumsi protein menjadi tidak efisien dan kurang.

g. Tipe dan bangsa kalkun. Tipe berat akan berbeda kebutuhan proteinnya dari pada tipe ringan atau medium. Karena semakin berat tipenya akan berbeda pertumbuhan dan konsumsi ransumnya.2. Energy

Energy yang pertama itu sebagai energy yang digunakan untuk menjaga temperature tubuh kalkun dan yang kedua baru sebagai energy bebas yang tersedia untuk produksi (menghasilkan telur, daging, dan bulu). Keduanya itu dinyatakan dalam satuan calori (satu calori adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperature dari 1 gram air 1 derajat celcius).

Pakan yang dimakan oleh kalkun itu mengandung energy yang disebut dengan energy total. Kemudian masuk ke dalam alat pencernaan, tetapi tidak semua energy itu digunakan dan ada yang dibuang dalam feses. Sisanya disebut energy yang dapat dicerna (Digested energy atau DE). Selain yang terbuang melalui feses tadi ada pula energy yang dibuang melalui feses dan urine dan sisanya itu disebut dengan metabolis energy. Bagian inilah yang digunakan oleh para ahli pakan unggas kini sebagai patokan kebutuhan dan penggunaan energy bagi unggas dan ternak umumnya. Kemudian bila energy metabolis tadi dikurangi lagi dengan energy yang hilang maka sisanya disebut dengan net energy (NE) dan net energy itulah yang tersedia untuk keperluan pembentukan telur, pertumbuhan dan reproduksi.3. Vitamin dan Mineral

Vitamin merupakan komponen-komponen organic yang dibutuhkan oleh kalkun, walaupun jumlahnya sangat kecil. Vitamin dibagi atas vitamin yang larut dalam lemak, yaitu A, D, E, dan Kdan vitamin yang larut dalam air seperti thiamin, riblovlavin, asam nicotin, folacin, biotin, asam pantho tenat, pyridoxine, vitamin B12 dan choline. Oleh beberapa ahli dari Negara Barat dikatakan vitamin C tidak dibutuhkan, tetapi untuk kondisi Indonesia vitamin C diperlukan untuk kalkun untuk mengurangi cekaman akibat panas.Perbedaan struktur kimia utama antara vitamin yang larut dalam lemak dengan yang larut dalam air adalah sebagai berikut, pada vitamin yang larut dalam air vitamin-vitaminnya mengandung karbon, oksigen, hydrogen, sulfur, cobalt atau nitrogen. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak hanya terdiri dari karbon, oksigen, dan hydrogen. Vitamin-vitamin ini dapat disimpan oleh tubuh kalkun bila di dalam tubuhnya tersedia cadangan lemak.

a. Vitamin A

Vitamin A atau sumber-sumber vitamin A dibutuhkan oleh semua ternak untuk menunjang kehidupan dan produksinya. Vitamin ini terkait dengan pembentukan unsur-unsur penting dari jaringan-jaringan ephitel tubuh kalkun, beberapa pigmen mata juga mengandung vitamin ini dan vitamin ini juga berguna untuk mencegah terjadinya kasus rabun senja. Bibit kalkun yang kekurangan vitamin A akan menghasilkan produksi telur lebih sedikit dan daya tetas yang rendah. Pertumbuhan terlambat, keluar exudat seperti keju pada mata dan bulu kusam merupakan akibat-akibat dari kekurangan vitamin A.b. Vitamin D

Vitamin D dibutuhkan oleh kalkun untuk absorbsi dan deposisi calcium. Pengaruh dari kekurangan vitamin D ini akan menyebabkan pertumbuhan terganggu dan tidak mau berjalan (untuk kalkun muda). Sedangkan untuk kalkun yang sedang bertelur akan menyebabkan kerabang telur menjadi tipis,pertumbuhan embrio akan terganggu dan anak kalkun mati sebelum menetas.Bila kalkun terkena sinar matahari yang mengandung ultraviolet maka kalkun tidak akan terkena gejala-gejala kekurangan vitamin D. karena itulah cahaya matahari sangat penting sekali dalam management kalkun dan unggas umumnya. Vitamin D dibagi menjadi vitamin D, vitamin D2, vitamin D3 dan vitamin D4. Vitamin D yang digunakan untuk kalkun adalah vitamin D3. Kebutuhan untuk anak kalkun akan vitamin D3 sebesar 900 ICU , untuk kalkun remaja sebesar 900 ICU dan untuk kalkun bibit sebesar 900 ICU pula. Sumber vitamin D diperoleh dari minyak ikan. Kdang kala vitamin D3 diperoleh melalui sintesa (buatan pabrik yang banyak dijual di took-toko unggas). Sudah pasti sinar matahari sumber alami yang utama harus dimanfaatkan.c. Vitamin E

Pertama-tama vitamin yang larut dalam lemak ini diketahui terdapat di tanaman dan berkaitan erat dengan reproduksi tikus. Dikemudian hari, kelak itu dikenal dengan vitamin E dan kini sudah dikenal tujuh vitamin E dan vitamin ini dikenal juga sebagai vitamin yang berperan dalam fertilitas. Jadi amat penting untuk kalkun pembibit.

Ransum yang deficient akan vitamin E ini akan menyebabkan daya tetas dari telur yang fertile berkurang. Oleh karena itu untuk mencegah hal ini semas remaja dan waktu bertelur kalkun diberikan vitamin E. vitamin ini dapat berasal dari vitamin E sintesa atau minyak nabati. Tetapi biji-bijian yang sering digunakan dalam ransum unggas umumnya, sudah merupakan sumber vitamin E alamiah. Kalkun masa awal (starter) membutuhkan vitamin E sebanyak 12 IU, untuk masa pertumbuhan 10 IU dan untuk kalkun bibit sebanyak 25 IU.d. Vitamin K

Vitamin K dibutuhkan oleh ternak agar hati dapat bekerja untuk menghasilkan beberapa protein darah yang berperan dalam pembentukan darah. Beberapa vitamin K yang dikenal adalah vitamin K1 terdapat dalam hijauan, vitamin K2 dalam tepung ikan (produk hewani) dan vitamin K3 yang merupakan hasil sintetic dengan nama menadione. Vitamin K3 ini larut dalam air yang panas. Tetapi vitamin K1 dan K2 larut dalam lemak. Untuk kalkun masa awal dibutuhkan vitamin K sebanyak 1.0 mg (milligram), masa remaja 0.8 mg dan untuk kalkun pembibit dibutuhkan 1.0 mg.

Sumber vitamin K antara lain adalah tepung ikan, tepung bungkil kedelai dan bahan litter yang telah bercampur feses. Vitamin K3 yang merupakan buatan pabrik, banyak pula dijual di toko-toko unggas, bila suatu saat diperlukan tambahan vitamin K dari yang telah ada pada sumber alamiah itu (vitamin K3 ini dua kali lebih aktif dari pada vitamin K1 dan K2). Memang agak jarang kasus mengenai kekurangan vitamin K ini terjadi. Tetapi tetap penting dalam kesuksesan produksi.

Mineral

Tidak beda dengan vitamin, mineral ini dibutuhkan tidak terlalu banyak tetapi penting sekali untuk kehidupan dan produksi kalkun (daging atau telur tetas). Mineral yang dibutuhkan itu adalah calcium, iodine, besi, mangan, copper, molypdenum, seng dan selenium. Di antaranya itu sebagai mineral penting yang selalu harus ada dalam ransum dan jumlahnya relative lebih bnayak dibutuhkan daripada mineral lainnya. Ini disebut dengan mineral makro atau mineral utama. Disebut utama karena juga sering menjadi masalah dalam penyusunan ransum.

Calcium dan phosphor digunakan untuk membentuk kerabang telur bagi kalkun bibit yang bertelur dan untuk pertumbuhan bagi kalkun remaja dan anak kalkun. Kedua mineral itu mempunyai peranan yang erat dalam produksi kalkun, bersama-sama dengan vitamin D. Demikian pula garam dapur (NaCl) juga merupakan bagian yang penting dalam ransum kalkun, tetapi pemberiannya tidak boleh terlalu banyak dan juga tidak boleh terlalu sedikit. NaCl ini berperan dalam reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh.

4. Air

Tubuh kalkun 60% adalah air. Besarnya kebutuhan minum untuk kalkun dari berbagai umur tiap 1000 ekor per hari ada pada tabel berikut

Tabel 5. Konsumsi air oleh kalkun pada berbagai umur (NRC, 1977)

Umur (minggu)1000 ekor/ hari

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

12

15

20

35Liter

37

75

113

151

189

227

283

359

434

473

567

Jantan 605

Bibit Betina 700

450

(Rasyaf, Muhammad. 1983)

2.10 Pemberian Pakan Kalkun

Beberapa istilah yang sering dipakai dalam permberian pakan kalkun erat sekali dengan periode pemeliharaannya dan tujuan akhirnya. Periode menyangkut umur dan tujuan berkenaan dengan hasil akhir baik daging atau telur dan bibit.a. Ad libitum

Kata ini berasal dari bahasa Latin yang berarti bahwa pakan tersedia setiap saat baik siang atau malam hari. Biasanya disingkat ad lib.b. Ransum Starter

Adalah ransum yang diberikan pada periode dimana anak kalkun masih membutuhkan pemanasan asal induk atau pemanasan buatan. Ransum starter diberikan pada umur hingga 8 mingguc. Ransum Grower

Ransum ini diberikan setelah kalkun berumur lebih dari 8 minggu hingga di pasarkan. Kadang-kadang disebut ransum Developersd. Ransum FinisherBeberapa minggu terakhir sebelum dipasarkan kalkun digemukkan dengan ransum finisher baik untuk yang muda atau menjelang dewasae. Ransum HoldingRansum ini diberikan sebelum kalkun memasuki periode bertelur. Gunanya untuk mencegah agar bibit jantan tidak terlalu besar sedangkan bibit betina telah cukup besar dan betul betul siap untuk dikawinkan dan berproduksi maksimalf. Ransum Petelur

Diberikan pada bulan-bulan pertama produksi hingga produksi tak diharapkan lagi dan siap diafkir. Umunya telur kalkun hanya untuk ditetaskan tetapi bukan dikonsumsiBegitu menetas anak kalkun langsung ditempatkan pada brooder yaitu kandang khusus yang dilengkapi alat pemanas. Batas akhir paling lambat penempatannya adalah 48 jam, tetapi sebaiknya diusahakan dalam 24 jam sudah berada pada kandang brooder. Kemudian air dan pakan segera diberikan. Tempat pakan diisi penuh dan sebagaian disebarkan di sekitarnya. Untuk memancing agar anak kalkun segera dapat mengetahui tempat pakan bisa ditempatkan anak kalkun yang berumur lebih tua yaitu 2-3 hari. Ini akan banyak menolong. Kdang-kadang air minum, susu atau pakan yang telah betul-betul halus diberikan dengan pipet. Biasanya setelah berumur 48 jam seorang pekerja yang terampil dapat memberi pakan 300 ekor anak kalkun per jam. Ini untuk menjaga agar pada periode awal yang kritis semua anak kalkun dijamin memperoleh pakan yang cukup.Kekurangan air minum seringkali membuat lambung otot atau rempelanya tidak bekerja sehingga angka kematian meningkat. Grit sudah dapat diberikan begitu pula dengan potongan-potongan hijauan telah dapat diletakkan di atas tempat pakan agar nantinya terbiasa. Hijauan yang diberikan diusahakan dalam bentuk yang segar.

Sebagian pakan dapat diberikan dalam bentuk butiran. Setelah umur 10 hari sebagian bijian dapat diberikan dalam bentuk remahan yaitu digiling agar kasar. Akhirnya pada periode pertumbuhan bijian utuh telah dapat diberikan. Dengan memberikan pakan sebagian berupa bijian maka biaya penggilingan dan pencampuran dapat dikurangi. Kejadian sering patuk bulu (feather picking) juga dapat dicegah. Jumlah pemberian bijian disesuaikan dengan proporsi bijian tersebut jika dicampur lengkap.2.11 Tanda-tanda Defisiensi Zat Makanan pada Ayam dan Kalkun

Kekurangan protein dalam pakan akan mengakibatkan defisiensi asam amino utamanya di hati dan saluran reproduksi (NRC, 1994). Akibat kekurangan nutrient tersebut terjadi penurunan produksi telur secara nyata. Beberapa asam amino yang penting dalam ransum unggas antara lain: a. Lysine, bila defisien mengakibatkan depigmentasi di bagian bulu sayap

b. Arginin, valin, leucine, tryptopan dan alanin, bila defisien akan mengakibatkan abnormalitas pertumbuhan buluc. Methionin, bila defisien akan mengakibatkan dermatitis di kaki Sedangkan pengaruh dari defisiensi beberapa vitamin dan mineral akan mengakibatkan :

a. Vitamin A : keratinisasi pada kulit, gangguan integrasi sistim saraaf,

penurunan kekebalan, gejala hypothyroidism, posporilasi terganggu b. Vitamin D : terjadi gangguan absorbsi kalsium (hipokalsemia), gangguan

osteocalsin (pembentukan protein tulang), menurunkan aktivitas

pengikatan protein di usus (intestinal protein binding), abnormalitas

pertumbuhan tulang kaki c. Vitamin E : berperan sebagai antioksidan (dengan Se sebagai kofaktor),

subdermal eksudative, miopati di lambung dan hati, infertile d. Vitamin K : gangguan pembekuan darah, anemia, osteocalsin

e. Vitamin B1 : aktivitas beberapa enzim dekarboxilasi terhambat

f. Vitamin B2 : proses reduksi-oksidasi terganggu, gangguan sistem saraf

g. Niacin : gangguan enzim untuk glikolisis, dermatitis, rontok bulu

h. Biotin : gangguan kulit, kematian embrio

i. Vitamin B12 : bulu tipis, kematian tinggi (karena luka di lambung), mengakibatkan konsumsi protein meningkat

j. Mineral Kalsium dan Pospor : abnormalitas penulangan, kerabang lembek

k. Mineral Magnesium : pertumbuhan terhambat, produksi telur turun dan hiperiritasi otot-saraf

l. Mineral K, Na, Cl : pertumbuhan terhambat, kerabang lembek, kematian

m. Mineral Fe (besi) : anemia2.12 Umur dan Perbandingan Jantan-BetinaMenurut Kurtini dan Riyanti (2003), umur induk merupakan salah satu faktor penting dalam menghasilkan telur tetas yang berkualitas. Dengan umur induk yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua akan menghasilkan telur tetas dengan fertilitas dan daya tetas yang tinggi, sehingga semakin tua umur induk maka fertilitas yang dihasilkan semakin menurun. Fertilitas yang baik diperoleh dari pejantan yang berumur 6 bulan dan tidak lebih dari 2 tahun.

Menurut Sudaryani dan Santosa (2000), bentuk telur terkait dengan umur induk, induk kalkun yang berumur 33 minggu umumnya baru pertama kali belajar memproduksi telur sehingga telur yang dihasilkan kecil dan cenderung lonjong, sedangkan induk yang berumur lebih dari 33 minggu telur yang dihasilkan besar dan cenderung bulat telur (oval). Meningkatnya umur induk menyebabkan kemampuan fungsi fisiologis alat reproduksi semakin menurun. Semakin tua umur induk maka semakin besar telur yang dihasilkan semakin berat (Romanoff dan Romanoff, 1975). Menurut Suprijatna (2008), telur pertama yang dihasilkan oleh induk lebih kecil daripada yang dihasilkan berikutnya. Ukuran telur tetas secara bertahap meningkat sejalan dengan mulai teraturnya induk bertelur. Namun, ukuran telur yang dihasilkan tidak merata. Umur induk memengaruhi besar telur, begitu umur induk bertambah, ukuran telur, bobot kering, dan persentase yolk meningkat. Sebaliknya, persentase kerabang, albumen, dan albumen padat berkurang. Menurut Rasyaf dan Amrullah (1983), kalkun jantan dan betina yang telah dewasa kelamin akan menghasilkan telur tetas dan anak kalkun yang memuaskan. Dengan pemeliharaan yang sempurna anak kalkun yang diperoleh bobot badan pada umur 16--24 minggu akan sama seperti yang dihasilkan oleh bibit yang lebih tua. Begitu juga dengan fertilitas dan daya tetasnya. Pejantan muda sanggup melayani 20 induk. Untuk tipe berat jumlahnya lebih sedikit yaitu berkisar dari 14--16 ekor, sedangkan untuk tipe medium dan tipe kecil berturut-turut adalah 18 ekor dan 20 ekor.

Umur induk sangat berpengaruh terhadap fertilitas. Berdasarkan penelitian dengan meningkatnya umur induk, akan mengakibatkan produksi telur menurun sehingga fertilitas ikut menurun. Telur tetas yang digunakan berasal dari induk yang masih produktif antara 26--60 minggu. Telur yang berasal dari induk yang terlalu muda tidak baik untuk ditetaskan karena akan menghasilkan DOT yang berkualitas rendah, hal ini disebabkan kondisi telur yang belum stabil pada saat awal bertelur (Suprijatna, et al., 2008).

2.13 FertilitasFertilitas adalah persentase telur yang memperlihatkan adanya perkembangan embrio dari sejumlah telur yang dieramkan tanpa memperhatikan apakah telur itu dapat atau tidak dapat menetas (Card dan Neshiem, 1979). Fertilitas adalah persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu penetasan (Suprijatna, et al., 2008). Fertilitas yang tinggi diperlukan untuk menghasilkan dan meningkatkan daya tetas, walaupun tidak selalu mengakibatkan daya tetas yang tinggi pula (North dan Bell, 1990). Menurut Nuryati et al. (2000), fertilitas adalah persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu penetasan. Agar telur dapat menetas jadi anak, telur tersebut harus dalam keadaan fertil yang disebut dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang telah dibuahi oleh sel kelamin jantan. Menurut Sutrisno (2012), faktor yang memengaruhi fertilitas yaitu sperma, ransum, hormon, respon cahaya, umur dan daya tetas :

a. Sperma : Sperma normal gerakannya lincah dan sanggup membuahi dengan fertilitas yang tinggi. Sperma yang tidak normal, bentuk dan gerakan tidak singkron, biasanya daya fertilitasnya rendah dan tidak dapat menurunkan genetik yang bagus. b. Ransum : Ransum kurang baik kwalitasnya akan memengaruhi mutu sperma. Diperlukan asupan Vitamin E dalam jumlah besar untuk menjaga kualitas sperma. c. Hormon : Kelenjar-kelenjar penghasil hormon endokrin, sangat mempertinggi fertilitas telur. Jika hormon endokrin tidak bisa diproduksi oleh kelenjar pituitari semaksimal mungkin, akan menurunkan fertilitas, d. Respon cahaya : 12 jam waktu yang di butuhkan seekor pejantan untuk mendapatkan cahaya terang/ paparan sinar matahari, agar menghasilkan sperma yang bagus. Induk betina untuk pembentukan sebutir telur memperlukan cahaya terang/ sinar matahari selama 16 jam. e. Umur : Pada periode tahun pertama biasanya waktu terbaik untuk terjadinya perkawinan. f. Daya bertelur : Induk betina yang produksi telurnya tinggi akan menghasilkan telur tetas yang fertilitasnya lebih tinggi, jika dibandingkan dengan induk betina yang produksi telurnya rendah. Berdasarkan hal ini maka pemuliabiakan untuk mempertinggi telur sekaligus berarti juga mempertinggi fertilitas telur.

Seperti pendapat Suprijatna, et al. (2008) faktor yang menentukan fertilitas antara lain yaitu perbandingan sex ratio, umur semakin tua fertilitas semakin rendah, lama penyimpanan telur, manajemen pemeliharaan, pakan dan musim. Untuk mengetahui telur yang fertil pada suatu penetasan dilakukan dengan cara meneropong telur pada suatu alat yang dilengkapi dengan sumber cahaya, alat ini disebut candler (Suprijatna, et al., 2008). Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006), untuk membedakan telur fertil dapat dengan candling setelah 27 jam telur dalam inkubasi. Telur yang fertil mempunyai spot yang gelap pada yolk dengan beberapa pembuluh darah yang tersebar dari area spot. Menurut Jull (1982), fertilitas telur kalkun tipe berat sebesar 74% sedangkan kalkun tipe medium sebesar 78%. Hasil penelitian Hale (1953) menyatakan bahwa fertilitas pada kalkun sangat dipengaruhi oleh sex ratio. Pada sex ratio 1:24 dengan kandang yang berukuran (10 x 16) m menghasilkan fertilitas sebesar 86,8%, sedangkan pada sex ratio 1:24 dengan kandang yang berukuran (20 x 16) m menghasilkan fertilitas sebesar 77,6%. Sex Ratio1:4 menunjukkan fertilitas yang tinggi 83,8% dengan kandang yang berukuran (10 x 16) m. Hasil penelitian Nugroho (2003) menunjukkan bahwa fertilitas pada perlakuan kisaran bobot telur kalkun dengan bobot telur (81,00--83,99 g) adalah sebesar (63,33%), bobot telur (75,00--77,99 g) fertilitas (60,00%) dan bobot telur (69,00-- 71,99 g) fertilitas (53,33%). Secara umum fertilitas yang dihasilkan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Slamet (2000) sebesar 67,50% dan hasil penelitian Sugiarsih, et al. (1985) sebesar 66,20%.

Hal ini diduga disebabkan oleh perbandingan jantan dan betina yang digunakan pada penelitian ini lebih tinggi yaitu 1:5 dibandingkan dengan hasil penelitian Slamet (2000) yaitu 1:4, sehingga kesempatan sperma pada 1:4 untuk membuahi sel telur yang lebih banyak dari pada 1:5 karena kesempatan betina untuk dikawinkan oleh pejantan lebih tinggi.2.14 Susut Tetas (Weight Loss) Susut tetas adalah berat telur yang hilang selama penetasan berlangsung sampai dengan telur menetas (Rusandih, 2001). Kehilangan berat telur yang terjadi selama penetasan disebabkan oleh adanya penyusutan telur. Penyusutan berat telur diakibatkan oleh pengaruh suhu dan kelembapan selama masa pengeraman yang dapat memengaruhi daya tetas dan kualitas anak ayam yang dihasilkan (Tullet dan Burton, 1982). Selanjutnya Suarez, et al. (1996) menjelaskan bahwa suhu yang tinggi di dalam mesin tetas mengakibatkan perbedaan suhu antara embrio dan mesin tetas. Imai, et al. (1986) menyatakan bahwa pada penyimpanan telur itik selama 0, 3, 7, 14, 21, dan 28 hari diperoleh penurunan berat telur berturut-turut 0; 0,94; 1,82; 2,99; 4,34 dan 5,90%. Penurunan berat tersebut adalah berbeda nyata dan dinyatakan juga terjadinya penurunan berat albumen, meningkatnya ruang udara telur dan menurunnya haugh unit telur. Menurut Romanoff dan Romanoff (1975), hilangnya CO2 melalui pori-pori kerabang telur menyebabkan turunnya konsentrasi ion bikarbonat dalam putih telur dan menyebabkan rusaknya sistem buffer sehingga kekentalan putih telur menurun. Persentase target susut tetas pada berbagai umur induk kalkun dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Persentase target susut tetas pada berbagai umur induk kalkunUmur Induk% Susut Tetas

7-8 bulan

8-11 bulan

> 11 bulan9-10

11-12

13-14

Telur tetas yang berukuran kecil (41,09--50,97g) dan berukuran besar (57,40-- 69,64 g) akan mendapatkan susut tetas sebesar 11,24% dan 11,57% (Abiola, et al. 2008).

2.15 Daya Tetas Daya tetas adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya kemampuan telur untuk menetas. Daya tetas dapat diukur dengan dua cara: pertama membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang dieramkan dinyatakan dalam persen, dan kedua membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang fertil. Cara pertama banyak digunakan pada perusahaan penetasan yang besar, sedangkan cara perhitungan kedua dilakukan terutama pada bidang penelitian (Suprijatna, et al., 2008). Daya tetas memiliki beberapa faktor yang memengaruhi daya tetas yaitu kesalahan-kesalahan teknis pada waktu memilih telur tetas/seleksi telur tetas (bentuk telur, bobot telur, keadaan kerabang, ruang udara dalam telur, dan lama penyimpanan) dan kesalahan-kesalahan teknis operasional dari petugas yang menjalankan mesin tetas (suhu, kelembapan, sirkulasi udara, dan pemutaran telur) serta faktor yang terletak pada ayam sebagai sumber bibit (Djanah, 1984 yang disitasi Iskandar 2003). Menurut North dan Bell (1990), daya tetas dipengaruhi oleh penyimpanan telur, suhu dan kelembapan mesin, umur induk, dan kebersihan telur : a. umur induk, karena semakin tua umur semakin rendah daya tetas dari telur; b. penyimpanan telur hendaknya tidak melebihi 1 minggu setelah telur dikeluarkan dari kloaka (Karnama,1996). Telur disimpan 3 hingga 4 hari untuk mendapatkan hasil penetasan yang baik. Makin lama disimpan, kesempatan pertukaran gas dan udara makin besar dan penguapan makin cepat sehingga terjadi penyusutan berat telur dan kantong udara makin besar; c. kebersihan telur : telur yang kotor dapat menyebabkan rendahnya daya tetas karena mikroorganisme dapat menyebabkan daya tetas jelek dan banyak telur busuk (Lyons, 1998). Menurut Setiadi, et al., (1992), tingginya tingkat kematian embrio salah satunya diduga karena faktor kebersihan telur selama proses penetasan. Selanjutnya menurut Setioko (1992), telur yang akan ditetaskan harus bersih dari berbagai kotoran yang melekat pada kerabang. Telur yang kotor akan mudah terkontaminasi oleh bakteri yang masuk melalui pori-pori kerabang yang menyebabkan kematian embrio; d. suhu yang berfluktuasi dapat menyebabkan kegagalan dalam penetasan. Suhu penetasan yang terlalu rendah akan menyebabkan telur terlambat menetas, sedangkan suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kematian pada embrio. Pengaruh kondisi telur terhadap fertilitas dan daya tetas dapat dilihat pada Tabel 7Tabel 7. Pengaruh kondisi telur terhadap fertilitas dan daya tetas Kondisi TelurFertilitas (%)Daya Tetas dari telur yang fertile (%)

Telur normalTelur abnormalKerabang burukTidak ada rongga udara

Rongga udara tidak normal82,3

69,1

72,5

72,3

81,187,2

48,9

47,3

32,4

68,1

Sumber : North dan Bell (1990) Pattison (1993) menyatakan bahwa nutrisi induk sangat memengaruhi daya tetas telur yang dihasilkan. Pakan induk yang kurang sempurna akan menyebabkan kematian embrio yang cukup tinggi (Nuryati, et al., 2000). Menurut Srigandono (1997), telur yang kotor banyak mengandung mikroorganisme sehingga akan mengurangi daya tetas.

Penurunan daya tetas dapat disebabkan oleh tingginya kematian embrio dini. Kematian embrio tidak terjadi secara merata selama masa pengeraman telur. Sekitar 65% kematian embrio terjadi pada dua fase masa pengeraman pada fase awal, puncaknya terjadi pada hari ke-4, fase akhir, puncaknya terjadi pada hari ke- 19 (Jassim, et al., 1996). Lebih lanjut Christensen (2001) melaporkan bahwa kematian embrio dini meningkat antara hari ke-2 dan ke-4 masa pengeraman. Menurut Sudaryani dan Santoso (1999), pertumbuhan embrio dapat digolongkan menjadi tiga periode. Periode pertama yaitu umur 1-5 hari untuk pertumbuhan organ-organ dalam, periode kedua yaitu umur 6-14 hari untuk pertumbuhan jaringan luar, dan periode ketiga yaitu umur 15 sampai dengan menetas untuk pembesaran embrio. Telur tetas yang dimasukkan langsung ke dalam mesin tetas memungkinkan terjadi kegagalan dalam penetasan. Selanjutnya, pengaruh suhu dan kelembapan yang tidak tepat, serta pemutaran telur yang tidak benar pada mesin tetas khususnya pada umur 1--10 hari menyebabkan kematian embrio. Gunawan (2001) menyatakan bahwa ukuran telur ada hubungannya dengan daya tetas. Telur yang terlalu besar atau terlalu kecil tidak baik untuk ditetaskan karena daya tetasnya rendah (Sainsbury, 1984). Telur yang terlalu kecil mempunyai luas permukaan telur per unit yang lebih besar dibandingkan dengan telur yang besar, akibatnya penguapan air di dalam telur akan lebih cepat sehingga telur cepat kering (North dan Bell, 1990). Menurut Nuryati, et al. (2000), telur yang terlalu besar mempunyai rongga udara yang terlalu kecil untuk ukuran embrio yang dihasilkan sehingga embrio kekurangan oksigen. Daya tetas dihitung dengan membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah seluruh telur yang fertil. Semakin tinggi jumlah telur yang fertil dari jumlah telur yang ditetaskan akan dihasilkan persentase daya tetas yang tinggi pula. Menurut North dan Bell (1990), fertilitas yang tinggi diperlukan untuk menghasilkan daya tetas yang tinggi, salah satu faktor yang memengaruhi fertilitas telur ialah sex ratio pejantan dan induk betina, daya tetas dihitung dengan membandingkan jumlah telur yang menetas dengan jumlah seluruh telur yang fertil. Semakin tinggi jumlah telur yang fertil dari jumlah telur yang ditetaskan akan dihasilkan persentase daya tetas yang tinggi pula.

Rumus daya tetas telur adalah persentase daya tetas (%) dihitung dengan cara jumlah telur tetas yang menetas (butir) dibagi dengan jumlah telur yang fertil (butir) kemudian dikali dengan 100% (Jull, 1982). Rendahnya daya tetas telur kalkun di Kabupaten Dati II Banyumas yang berkisar antara 10--93% dengan rata-rata 43,44 +6.8% (36,6 sampai dengan 50,2%) disebabkan oleh umur telur, tekstur telur, penyimpanan, pengaruh dari induknya, dan perbandingan jantan dan betina (Rosidi, et al., 1999). Aboleda (1975) berpendapat bahwa daya tetas akan menurun seiring dengan meningkatnya umur induk. Hal ini disebabkan oleh semakin tua umur induk maka kemampuan untuk berproduksi dan melakukan perkawinan semakin menurun.2.16 Bobot Tetas Menurut Kaharudin (1989), salah satu faktor yang memengaruhi bobot tetas adalah bobot telur tetas. Sudaryani dan Santoso (1994) menyatakan bobot telur tetas merupakan faktor utama yang memengaruhi bobot tetas, selanjutnya dikatakan bobot tetas yang normal adalah dua per tiga dari bobot telur dan apabila bobot tetas kurang dari hasil perhitungan tersebut maka proses penetasan bisa dikatakan belum berhasil.

Ukuran telur yang dihasilkan oleh satu induk berbeda dari induk yang lain dari jenis dan perkembangbiakan yang sama, bahkan dari satu individu dapat menghasilkan telur yang berbeda-beda ukurannya (Romanoff dan Romanoff, 1975). Menurut Srigandono (1997), bobot telur antara jenis unggas yang satu dengan yang lain berbeda, karena bobot telur dipengaruhi oleh jenis ternak, semakin besar ukuran ternak tersebut biasanya akan menghasilkan telur yang sangat besar, demikian pula sebaliknya. Hasil dari penelitian Sugiarsih, et al. (1985) menyatakan bahwa bobot tetas kalkun sangat dipengaruhi oleh bobot telurnya, karena ada pengaruh penguapan air dari telur yang ditetaskan oleh . Hal ini dimaksudkan agar anak kalkun yang dihasilkan setelah menetas nanti akan mempunyai bobot tetas yang hampir seragam besarnya. Hubungan antara bobot telur dengan bobot tetas dapat dilihat pada Tabel 8.Tabel 8. Hubungan bobot telur dengan bobot tetas kalkun Bobot telur (g per butir)Bobot tetas (g per DOT)

80,0-84,9

75,0-79,9

70,0-74,9

65,0-69,9

60,0-64,954,80

50,90

47,27

44,15

41,50

Hasil penelitian Hermawan (2000) menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat nyata antara bobot telur dan bobot tetas, semakin tinggi bobot telur yang ditetaskan akan menghasilkan bobot tetas yang lebih besar. Menurut Rasyaf dan Amrullah (1983), penguapan air yang terjadi dalam telur kalkun pada waktu pengeraman kurang lebih 66 %. Bobot telur yang berbeda dengan penguapan sekitar 66 % akan menghasilkan bobot anak kalkun yang berbeda pula. Bobot telur yang dianggap baik untuk menghasilkan anak kalkun yaitu antara 80,0--85,0 g. 2.17 Manejemen Penetasan Menurut Kholis dan Sitanggang (2002), ada dua cara penetasan telur yaitu dengan cara alami dan penetasan dengan menggunakan mesin tetas. Penetasan telur secara alami adalah penetasan dengan menggunakan bantuan induk ayam atau dengan mentok yang sedang mengeram (Nurcahyo dan Widyastuti, 2001). Salah satu keuntungan penetasan secara alami adalah proses penetasan berlangsung sederhana dan tidak membutuhkan perlakuan yang rumit.

Menurut Nurcahyo dan Widyastuti (2001), prinsip utama dalam menggunakan mesin tetas adalah memberikan panas dan kelembapan tertentu di dalam waktu yang terbatas. Hardjosworo dan Rukmiasih (2000) menyatakan keberhasilan dalam menggunakan mesin tetas ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan mengoperasikannya. Keuntungan menggunakan mesin tetas yaitu lebih praktis dan efisien karena pengaturan suhu dapat dibuat secara otomatis. Mesin tetas terdiri dari dua bagian yaitu mesin setter untuk proses pengeraman dan hatcher untuk proses penetasan. Telur tetas masuk ke dalam mesin setter mulai hari ke-1 sampai hari ke-24 dan dipindahkan ke mesin hatcher pada hari ke-25 sampai hari ke-28 atau sampai menetas (Sudaryani dan Santosa, 2000). Menurut Blakely dan Bade (1994), telur kalkun akan menetas pada hari ke-28. Sebelum mesin tetas digunakan peralatan-peralatan yang berada di dalam mesin tetas terlebih dahulu dicuci dan dijemur sampai kering, kemudian peralatan tersebut difumigasi untuk mencegah penularan penyakit, karena melalui mesin tetas penyakit mudah tersebar yang akan menyebar luas oleh anak ayam yang menetas (Srigandono, 1997). Menurut Hybro (2000), ada beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan penetasan di dalam mesin tetas yaitu suhu, kelembapan, sirkulasi udara, turning atau pemutaran telur, dan candling atau peneropongan telur tetas.1. Suhu Suhu setter selama telur berumur 1--24 hari yaitu 37,50C (Blakely dan Bade, 1994). Menurut Paimin (2003), suhu ideal pada setter berbeda-beda tergantung dari besar atau kecilnya telur yang akan ditetaskan. Suhu di dalam setter dan hatcher harus konstan dan dicek setiap jam. Suhu yang berfluktuasi dapat menyebabkan kegagalan dalam penetasan. Suhu penetasan yang terlalu rendah akan menyebabkan telur terlambat menetas, sedangkan suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kematian pada embrio. Suhu selama penetasan harus dipertahankan mulai hari pertama hingga hari terakhir. Pengawasan suhu pada ruang mesin tetas sangat penting, karena pertumbuhan embrio di dalam mesin tetas itu sangat sensitif terhadap suhu lingkungannya. Suhu yang optimum yang dibutuhkan untuk telur kalkun pada minggu ke-1 berkisar antara 99,4--101,9OF, minggu ke-2 100--102 OF, minggu ke-3 101,9--102,9 OF, dan minggu ke-4 102--103,5OF (Kurtini, et al., 2010). Untuk menjaga pengaruh suhu luar maka mesin tetas harus dalam keadaan tertutup rapat (Paimin, 2003). 2. Kelembapan Selama penetasan berlangsung diperlukan kelembapan yang sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan embrio. Kelembapan nisbi yang umum untuk penetasan telur ayam sekitar 60--70% (Paimin, 2003). Telur itik pada 24 jam pertama membutuhkan kelembapan 70% dan kemudian 69% (Suharno dan Amri, 2002). Kelembapan yang ideal dapat dijaga dengan meletakkan nampan yang berisi air pada lantai dasar mesin tetas. Nampan yang berisi air diletakan sehelai kain atau kapas yang mampu menahan dan menyimpan air, fungsinya agar suhu maupun 32 kelembapan tersebar merata dan isi air nampan terkontrol tidak sampai kering (Sarwono, 2002). Menurut Blakely dan Bade (1994), kelembapan yang baik untuk menetaskan telur kalkun adalah 62% selama 24 hari dan kemudian naik menjadi 75% selama 4 hari terakhir penetasan. Pernyataan ini didukung oleh Rasyaf dan Amrullah (1983) yang menyatakan kelembapan yang baik untuk menetaskan telur kalkun adalah 60% pada 24 hari pertama dan 70% pada 4 hari terakhir agar embrio mudah untuk keluar dari kerabang telur. 3. Sirkulasi udara Menurut Sudaryani dan Santosa (1994), fungsi ventilasi pada mesin tetas adalah mengirim O2 ke dalam mesin tetas kemudian membuang CO2 ke luar mesin tetas sehingga kadarnya di dalam mesin tetas tidak lebih dari 0,5 % dan mendisribusikan panas secara merata. Lubang ventilasi yang baik akan menjamin suplai O2 yang cukup dan membuang CO2 yang dihasilkan embrio. Gas CO2 ini muncul akibat metabolisme telur selama pengeraman sehingga untuk memperoleh imbangan yang sesuai perlu adanya pemasukkan gas O2 agar tidak terjadi akumulasi gas CO2 yang membahayakan embrio selama penetasan (Paimin, 2003). Nuryati, et al., (2000) menyatakan dalam mesin tetas dibutuhkan sekitar 21% O2, setiap penurunan 1% O2 dapat menurunkan hingga 5% daya tetas. Paimin (2003) menyatakan bahwa setiap 50 g telur membutuhkan 5 liter O2 untuk penetasan dan akan menghasikan 3 liter CO2. Penurunan O2 hingga 17,5 % akan 3 menurunkan daya tetas sebanyak 15 %. Kebutuhan CO2 tidak boleh kurang dari 21 %.4. Pemutaran telur Pemutaran telur ayam dilakukan 3 kali setelah peletakan telur tetas dan berakhir 3 hari sebelum telur menetas. Pemutaran telur dilakukan untuk menyeragamkan suhu di permukaan telur tetas dan untuk mencegah melekatnya embrio pada kulit telur (Nurcahyo dan Widyastuti, 2001). Paimin (2003) menyatakan tujuan dilakukan pemutaran telur adalah untuk menyeragamkan temperatur pada permukaan telur, mencegah pelekatan embrio pada kulit telur, mencegah melekatnya yolk dan allantois pada akhir penetasan agar memudahkan pemutaran, pada telur perlu diberikan tanda atau kode, misalnya pada salah satu sisi diberi tanda A, sisi yang lain adalah B. Pemutaran telur dilakukan secara horizontal dengan ujung tumpul tetap berada di bagian atas. Pada telur kalkun pemutaran telur tetas dilakukan hingga hari ke-22 sampai hari ke-24, tetapi jangan kurang dari 18 hari pertama. Pemutaran dilakukan mulai hari ke-4 sampai hari ke-24 masa penetasan (Rasyaf dan Amrullah, 1983). 5. Peneropongan telur tetas Selama masa penetasan berlangsung, peneropongan harus dilakukan. Peneropongan dilakukan untuk mengetahui fertilitas embrio, perbandingan putih dan kuning telur, luas kantung udara, dan perkembangan selama penetasan (Paimin, 2003). Menurut Nurcahyo dan Widyastuti (2001), peneropongan telur tetas dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan gulungan kertas dan telur didekatkan ke sinar yang terang.

Peneropongan dilakukan dua kali yaitu pada hari ke-14 dan hari ke-21 selama masa pengeraman untuk mengetahui perkembangan embrio (Wasito dan Rohaeni, 2003). Menurut Paimin (2003), telur yang kosong akan kelihatan jernih, telur yang mati akan terlihat ada lingkaran darah, telur yang hidup akan terlihat satu titik dengan beberapa cabang.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kalkun adalah hewan unggas (sejenis burung), asli Amerika Utara, yang sebenarnya telah dikonsumsi sehari-hari suku indian. Nenek moyang kalkun piaraan adalah Meleagris Galloparo.

Di negara Barat kalkun digunakan waktu acara natal dan di Amerika pada acara Thanksgiving Day dan juga pada Tahun Baru Masehi

Amerika terdapat banyak bangsa kalkun diantaranya Broad Breasted Bronze, Broad Breasted White, American Mammoth Bronze, White Beltsville dan Hybrid Indonesia memiliki beberapa varietas kalkun yang dikembangkan yaitu jenis Broad Breasted Bronze, White Holland,dan kalkun cokelat. Varietas Broad Breasted Bronze merupakan hasil persilangan Broad Breasted Bronze Large dengan Broad Breasted White Holland Anak kalkun akan membutuhkan protein yang lebih tinggi dari pada kalkun yang dewasa.

Pada periode tahun pertama biasanya waktu terbaik untuk terjadinya perkawinan.

Bila kalkun terserang penyakit sudah pasti ia tidak nafsu untuk makan dan bila penyakit itu pada bagian-bagian yang berperan dalam pencernaan maka konsumsi protein menjadi tidak efisien dan kurang.3.2 Saran

Perlu adanya pengembangan ternak kalkun mulai dari skala kecil hingga skala besar sehingga ternak kalkun dapat di produksi secara besar mengingat hasil dari produktivitasnya yang tinggi, selain itu perlu adanya pengolahan daging kalkun menjadi suatu produk makanan sehingga secara tidak langsung dapat mengubah kebiasaan masyarakat untuk beralih mengkonsumsi daging kalkun sehingga ternak kalkun dapat meningkat di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKAAbbasi, A.A., Y.S. Clarkson And H. Gebner. 1980. Experimental Zinc Deficiency, Effect On Testicular Function. J. Of Lab. Clin. Med. 96 : 544-550

Anggorodi, 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Annekov, B. N. 1974. Mineral Feeding Of Sheep In Mineral Nutrition Of Animal Studies In The Agric. And Food Sci. Butterworths, London - Toronto. P. 321-354.

DMello, J.P.F. 2003. Adverse Effects Of Amino Acids. In: DMello, J.P.F. (Ed) Amino Acids In Farm Animal Nutrition. CAB International, Wallingford, UK, Pp: 125-142. Desmayanti.2008. Strategi Pemanfaatan Pakan Sumberdaya Lokal Dan Perbaikan Manajemen Ayam Lokal. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal. Balai Penelitian Ternak.

Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Jombang. 2012. Data Statistik Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Jombang. Jombang.

Hooge Dan Church.1998. Dietary Nutrient Allowances For Chickens And Turkeys. Feedstuffs 73(29):56-65

Hurwitz Et Al. 1980. Hurwitz, S., M. Weiselberg, U. Eisner, I. Bartov, G. Riesenfeld, M. Sharvit, A. Niv, And S. Bornstein. 1980. The Energy Requirements And Performance Of Growing Chickens And Turkeys As Affected By Environmental Temperature. Poult. Sci. 59:2290.

Iskandar, S. Dan D. Zainuddin. 2004. Pengaruh Pola Ransum Terhadap Pertumbuhan Ayam Kampung Yang Diseleksi Untuk Mengurangi Sifat Mengeram. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Julian,Dkk. 2008. Nilai Energi Metabolis Ransum Ayam Broiler Periode Finisher Yang Disuplementasi Dengan Dl-Metionin. IPB.

Ketaren, P.P. 2001. Peranan Peternakan Bebek Dalam Pemberdayaaan Masyarakat Pedesaan. Bebek Mania, Edisi 09. September 2001.

Lieberman, S And N. Bruning. 1990. The Real Vitamin And Mineral Book. A Very Publishing Group Inc. Garden City Park, New York.

Linder, M. C. 1992. Nutrisi Dan Metabolisme Karbohidrat (Terjemahan). Linder (Ed) Biokimia Nutrisi Dan Metabolisme. Universitas Indonesia Press.

Moran.1989. Moran, E. T., Jr. 1989b. Effect Of Pellet Quality On The Performance Of Meat Birds. P. 87 In Recent Advances In Animal Nutrition--1989, W. Haresign And D. J. A. Cole, Eds. London: Butterworth.

Mulyantini. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

NRC National Research Council). 1994. Nutrient Requirements Of Poultry: Ninth Revised Edition. ISBN: 0-309-59632-7, 176 Pages, 8.5 X 11, (1994)

Orskov, E. R. 1992. Protein Nutrition In Ruminant. 2nd Ed. Academic Press, Harcout Brace Jovanovich Publisher, London.Ranjhan, S. K. 1980. Animal Nutrition In Tropics. 2nd Ed. Vikas Publishing House PVT Ltd., New Delhi.

Rasyaf, Muhammad. 1983. Beternak Kalkun. Jakarta: Penebar Swadaya.Rasyid. 2013. Evaluasi Pertambahan Bobot Badan Dan Efisiensi Penggunaan Pakan Pada Itik Pedaging Yang Diberi Level Ampas Tahu Yang Berbeda. Jurnal Galung TropikaS. Suharyati .2006. Telur Kalkun Lokal Pengaruh Penambahan Vitamin E Dan Mineral Zn Terhadap Kualitas Semen Serta Fertilitas Dan Daya Tetas. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 31 [3]. 179:183

Sudjarwo, E. 2001. Diktat Dasar Unggas. Fakultas Peternakan UB. Malang

Susilorini, Tri Eko. 2007. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Jakarta: Penebar Swadaya.Toelihere, M. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa. Bandung

Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Edisi Keempat. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Yuanita, I. 2003. Pengaruh Phase Feeding Menjelang Dewasa Dan Puncak Produksi Terhadap Kualitas Telur. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Zainuddin, D Dan E. Wakradihardja. 2002. Racikan Ramuan Tanaman Obat Dalam Bentuk Larutan Jamu Dapat Mempertahankan Dan Meningkatkan Kesehatan Serta Produktivitas Ternak Ayam Buras. Prosiding Seminar Nasional XIX Tumbuhan Obat Indonesia. Kerjasama Kelompok Kerja Nasional Dengan Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.

Zainuddin, D., B. Gunawan, S. Iskandar Dan E. Juarini. 2004. Pengujian Efisiensi Penggunaan Gizi Ransum Ayam Kampung (F-6) Periode Produksi Telur Secara Biologis Dan Ekonomis. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. Bogor.