By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No...

24
By Muhammad Adi Rahman

Transcript of By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No...

Page 1: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

By Muhammad Adi Rahman

Page 2: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan
Page 3: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

Sekolah Swasta Berbiaya Rendah Sebuah Studi Kasus di Jakarta

Penulis:

Muhammad Adi Rahman

Center for Indonesian Policy Studies (CIPS)

Jakarta, Indonesia

Desember 2016

Hak Cipta © 2016 oleh Center for Indonesian Policy Studies

Page 4: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

4

Ringkasan Eksekutif

Hadirnya sekolah swasta dengan biaya rendah yang menyediakan akses terhadap pendidikan untuk keluarga berpenghasilan rendah di negara-negara berkembang telah menarik minat penelitian khusus untuk mengukur kehadiran sekolah tersebut di Indonesia. Biaya pendidikan yang terjangkau dan juga kualitas yang memuaskan tentu saja menjadi alternatif yang lebih baik bagi keluarga terpinggirkan untuk mendapatkan akses terhadap pendidikan formal karena inisiatif pemerintah untuk pendidikan kurang berhasil dalam menyediakan pendidikan berkualitas yang terjangkau. Makalah ini memaparkan kajian awal mengenai sekolah swasta berbiaya rendah di Indonesia dan mencakup lokasi, biaya, dan kualitas beberapa sekolah tersebut. Melalui makalah ini, pemerintah dianjurkan untuk mendorong pembangunan lebih banyak sekolah swasta berbiaya rendah sehingga sekolah tersebut dapat memberikan dorongan kompetitif bagi sekolah negeri untuk turut meningkatkan kinerja dan efektivitas operasional mereka.

Di tahun 2015, proporsi sekolah swasta di Jakarta mencapai 57,08% dari total 5.659 sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga menengah. Bertolak belakang dengan pendapat yang umum berkembang, sebetulnya tidak semua dari sekolah swasta tersebut merupakan sekolah eksklusif bagi keluarga kelas menengah atas. Beberapa sekolah tersebut bahkan memiliki peran penting dalam menyediakan akses pendidikan formal bagi keluarga miskin.

Sekolah swasta berbiaya rendah dianggap terjangkau oleh orang tua miskin karena biaya pendidikan yang murah, jarak dari rumah ke sekolah dan juga mudahnya persyaratan pendaftaran. Kebanyakan dari sekolah ini hanya memungut biaya pendidikan bulanan yang berkisar antara Rp30.000,00 hingga Rp130.000,00 per siswa. Selain itu, sekolah-sekolah ini terletak cukup dekat dengan rumah siswa sehingga orang tua tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk biaya transportasi dan tidak perlu khawatir akan keselamatan anak mereka saat pergi ke sekolah. Persyaratan pendaftaran seperti akta kelahiran dan nilai kelulusan minimum untuk sekolah menengah tidak sesulit atau ketat seperti di sekolah negeri dan kemudahan ini merupakan alasan lain mengapa sekolah swasta berbiaya rendah ini dianggap terjangkau oleh orang tua di Indonesia.

Sementara itu, rata-rata biaya operasional bulanan per anak di sekolah swasta berbiaya rendah sebesar 34% lebih rendah dari sekolah negeri dalam wilayah yang sama dan nyatanya sekolah swasta berbiaya rendah memberikan kualitas yang tidak kalah dengan sekolah negeri. Siswa yang belajar di sekolah-sekolah yang termasuk dalam cakupan kajian ini mendapatkan nilai Matematika yang lebih tinggi dalam ujian Nasional dan hanya memiliki kemampuan membaca yang sedikit lebih rendah dari siswa di sekolah negeri.

Page 5: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

5

Sekolah Swasta Berbiaya Rendah dalam Kajian Ini

Pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan penghasilan dan standar hidup masyarakat. Meskipun begitu, tidak ada konsensus yang menentukan siapa yang harus menjadi penyedia utama pendidikan sekolah. Beberapa pihak berargumen bahwa pemerintah sepenuhnya bertanggungjawab untuk menyediakan pendidikan sekolah secara nasional. Sementara itu, pihak-pihak lain lebih mengandalkan inisiatif individu dan masyarakat.

Statistik badan UNESCO menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dalam persentase PDB di beberapa negara telah meningkat 10 tahun belakangan ini1 tapi hal ini tidak serta merta meningkatkan pendidikan secara menyeluruh di negara-negara berkembang.2 Pemerintah berusaha untuk mengisi kesenjangan ini namun sekolah negeri hanya merupakan satu contoh penyedia pendidikan sekolah. Banyak warga miskin mengirim anak-anak mereka ke sekolah swasta yang terjangkau yang sering hanya memungut biaya sekolah sebesar sekitar Rp15.000,00 setiap minggu. Bahkan banyak negara telah menyaksikan peningkatan jumlah sekolah-sekolah swasta seperti ini beberapa tahun belakangan ini.3

Sekolah swasta berbiaya rendah didefinisikan sebagai sekolah yang umumnya memungut biaya ke orang tua untuk setidaknya biaya operasional dan pengembangannya dan sekolah ini bersifat independen dari biaya pemerintah.4 Karena sekolah ini melayani komunitas dengan rumah tangga berpenghasilan rendah, biaya yang mereka pungut haruslah rendah dan terjangkau. Individu, komunitas atau perusahaan biasanya membiayai sekolah-sekolah berbiaya rendah yang dengan latar belakang agama, latar belakang filantropis, maupun yang dijalankan untuk mendapatkan keuntungan. Beberapa sekolah ini secara resmi terdaftar atau terakreditasi. Sementara yang lain tidak terdaftar dan beroperasi secara tidak resmi. Sekolah yang terdaftar biasanya menerima subsidi pemerintah – hal ini yang mengaburkan batas yang membedakan sekolah swasta dan negeri.

James Tooley telah mengawali kajian-kajian mengenai sekolah swasta berbiaya rendah di beberapa negara di benua Afrika, India dan juga Tiongkok.5 Menurut penelitiannya, orang tua mengirim anak-anak mereka ke sekolah ini bukan hanya karena biaya pendidikan yang rendah dan dekatnya jarak ke sekolah dari rumah mereka, tapi juga karena sekolah-sekolah ini menyediakan kualitas pendidikan yang lebih baik dari sekolah negeri yang memiliki tingkat kehadiran guru yang rendah. Bank Dunia melaporkan bahwa di Afrika tingkat absensi guru sebesar 15-25%.6 Di Indonesia, absensi guru telah banyak berkurang beberapa tahun ini akan tetapi reratanya cukup tinggi di angka 10% di tahun 2013.7

Di tahun 2015, jumlah sekolah tingkat dasar dan menengah di ibukota Indonesia Jakarta tercatat sebesar 5.659 sekolah. Sekolah-sekolah ini menyediakan akses terhadap pendidikan bagi 1.783.652 siswa di Jakarta. Jumlah sekolah swasta sebesar 3.230 mengungguli jumlah sekolah negeri dan merupakan bagian 57,08% dari total keseluruhan sekolah. Angka ini menunjukkan bahwa inisiatif komunitas swasta telah memberikan akses terhadap pendidikan bagi banyak warga di Jakarta.

Banyak warga miskin mengirim anak-anak mereka ke sekolah swasta yang terjangkau yang sering hanya memungut biaya sekolah sebesar sekitar Rp15.000,00 setiap minggu.

Page 6: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

6

Figur 1Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta

No Kota/KabupatenJumlah Sekolah

Jumlah WargaUsia Sekolah

Negeri Swasta

1 Kab. Kepulauan Seribu 25 1 521

2 Jakarta Pusat 300 313 163.227

3 Jakarta Selatan 578 699 379.711

4 Jakarta Utara 307 567 305.841

5 Jakarta Barat 490 809 424.305

6 Jakarta Timur 729 841 510.047

Total 2.429 3.230 1.783.652

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 20158

Sebuah kajian awal oleh Center for Indonesian Policy Studies berfokus pada empat wilayah di Jakarta yaitu Tambora dan Kalideres di Jakarta Barat dan Cilincing dan Penjaringan di Jakarta Utara. Empat wilayah ini dipilih karena persentase warga dengan penghasilan di bawah garis kemiskinan lebih tinggi di wilayah ini yaitu sekitar 90.900 warga di Jakarta Utara dan 83.200 warga di Jakarta Barat.9

Sekolah swasta memainkan peranan penting dalam menyediakan akses terhadap pendidikan di empat wilayah ini. Dari keseluruhan jumlah 609 sekolah, 374 adalah sekolah swasta (61,94%) dan 235 sisanya adalah sekolah negeri (38,6%). Dengan kata lain, sekolah swasta merupakan penyedia utama pendidikan sekolah untuk mayoritas warga miskin.

Kebanyakan sekolah ini diawali oleh warga lokal untuk menyediakan pendidikan formal bagi komunitas mereka. SD Laksa Bhakti misalnya didirikan di tahun 1968 oleh beberapa guru privat yang mengajari anak-anak di lingkungan mereka di Jalan Bakti di Tambora, Jakarta Barat. Karena semakin meningkatnya jumlah murid di sesi mereka, guru-guru tersebut akhirnya terinspirasi untuk membuat sekolah yang dapat menyediakan pendidikan formal bagi anak-anak yang umumnya berasal dari keluarga berpenghasilan rendah.

Serupa dengan sejarah sekolah tersebut, MI Tunas Karya10 didirikan di tahun 1957 oleh tokoh agama terkemuka di wilayah Sawah Lio, di Tambora, Jakarta Barat yang merupakan wilayah miskin dan padat penduduk. Sekolah ini juga mengalami fase yang serupa dengan Laksa Bhakti yang kegiatan sekolahnya sangat dibantu oleh komunitas lokal. Walaupun mengalami naik turun, Tunas Karya telah menjadi salah satu SD swasta Islam terbesar dengan 327 siswa di Tambora.

Dalam komunitas ini biasanya

banyak individu yang memulai

proses dan hadirnya sekolah swasta berbiaya

rendah sangat berhubungan

erat dengan semangat yang

dibawa oleh pemrakarsa ini.

Page 7: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

7

Sekolah swasta di Indonesia umumnya sesuai dengan UU tentang Sistem Pendidikan nasional yang memberikan hak bagi komunitas lokal untuk mendirikan sekolah untuk menyediakan pendidikan formal bagi anak-anak mereka.11 Dalam komunitas ini biasanya banyak individu yang memulai proses dan hadirnya sekolah swasta berbiaya rendah sangat berhubungan erat dengan semangat yang dibawa oleh pemrakarsa ini. Wawancara dengan 64 pendiri sekolah yang tersebar di beberapa wilayah yang dianggap kumuh dan terpencil menunjukkan bahwa alasan penting yang melatarbelakangi tindakan mereka mendirikan sekolah adalah karena mereka ingin menyediakan pendidikan yang terjangkau untuk rumah tangga miskin di lingkungan mereka.

Kajian ini bertujuan untuk menganalisis peran sekolah swasta berbiaya rendah dalam menyediakan akses terhadap pendidikan, kualitas pendidikan yang diberikan oleh sekolah-sekolah ini dan efisiensi mereka dalam memanfaatkan sumber pendanaan. Temuan di Jakarta dibandingkan dengan kondisi 64 sekolah swasta berbiaya rendah di enam provinsi berbeda di Indonesia yang merupakan lokasi survei regional yang dilakukan oleh Center for Indonesian Policy Studies. Kebanyakan sekolah memungut biaya pendidikan bulanan yang berkisar antara Rp5.200,00 hingga Rp468.000,00 per siswa sementara beberapa sekolah menyediakan layanan pendidikan secara cuma-cuma. Kebanyakan sekolah swasta berbiaya rendah terdaftar secara resmi dan beberapa dari mereka pun terakreditasi.12

Figur 2Sekolah Swasta Berbiaya Rendah Tersurvei di Enam Provinsi

Provinsi Jumlah Sekolah

Aceh 12

Lampung 8

Jakarta 15

Jawa Tengah 7

Sulawesi Utara 12

Nusa Tenggara Timur 10

Sumber: Wawancara dengan kepala dan manajer sekolah, 2015

Berdasarkan wawancara CIPS dengan kepala sekolah SD Katolik St. Philipus Tanajea, sekolah tersebut diprakarsai oleh misionaris Belanda di tahun 1922, beberapa dekade sebelum kemerdekaan Indonesia. Beliau ingin memperkenalkan pendidikan formal pada masyarakat lokal Flores, Nusa Tenggara Timur. Pada masa itu, sekolah terdekat hanya bisa dicapai dengan berjalan dua hari lamanya dan bahkan sekarang sekolah negeri berjarak 7 km jauhnya satu sama lain. Tanpa SD St. Philipus Tanajea banyak orang tua tidak akan memiliki pilihan lain selain meminta anak mereka untuk membantu mereka di perkebunan. Tampaknya, permasalahan aksesibilitas merupakan suatu masalah penting bukan hanya bagi sekolah di Flores tapi juga yang lain seperti SD Bintang Timur di Lampung dan SMA Islam Darut Taqwa di Jawa Tengah.

Page 8: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

8

Sekolah Swasta di Indonesia

Menurut statistik yang disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada lebih banyak sekolah negeri dibandingkan sekolah swasta, terutamanya pada tingkat SD dan SMP. Akan tetapi, jumlah sekolah swasta melebihi sekolah negeri pada tingkat SMA dan sekolah kejuruan (lihat Figur 3). Sayangnya, statistik pemerintah tidak membedakan antara sekolah swasta yang mahal dan yang berbiaya rendah.

Figur 3Jumlah Sekolah di Indonesia

No Tingkat dan Status Sekolah Tahun

2009 2014

1Sekolah Dasar NegeriSwasta

144.228131.490

12.738

148.272133.874

14.398

2Sekolah Menengah Pertama NegeriSwasta

28.77716.89811.879

35.48822.35613.132

3Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan NegeriSwasta

18.3546.800

11.554

24.1359.177

14.958

4Jumlah keseluruhanNegeriSwasta

191.359155.188

36.171

207.895165.407

42.488

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 201513

Karena adanya prioritas pemerintah untuk SD, jumlah keseluruhan sekolah negeri tingkat SD jauh melebihi sekolah swasta. Jumlah sekolah swasta, meskipun begitu, meningkat lebih cepat dibanding jumlah sekolah negeri. Antara tahun 2009 dan 2014, SD negeri meningkat sebesar 1,81% dibandingkan dengan peningkatan sekolah swasta sebesar 13,03%.

Ada perbedaan situasi di tingkat sekolah menengah. Di tingkat ini, 31.533 sekolah negeri hanya sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 53% dari keseluruhan total dengan jumlah sekolah swasta sebesar 28.090 sekolah di tahun 2014. Pemerintah mengoperasikan jauh lebih banyak SMP sedangkan sektor swasta mendominasi di tingkat SMA dan sekolah kejuruan. Sekolah menengah negeri telah meningkat sebesar 33,06% sedangkan hanya ada 19,87% lebih banyak sekolah menengah swasta 5 tahun sebelumnya.

Secara ringkas, pertumbuhan sekolah negeri yang sebesar 6,58% berada jauh di belakang tingkat pertumbuhan sekolah swasta sebesar 17,46% (lihat Figur 4). Porsi sekolah swasta dalam jumlah keseluruhan sekolah di Indonesia meningkat dari 18,9% di tahun 2009 menjadi 20,4% di tahun 2014.

Page 9: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

9

Figur 4Tingkat Pertumbuhan Sekolah Negeri dan Swasta dari Tahun 2009 Hingga 2014

Sekolah Negeri

20

15

10

5

0

Sekolah Swasta

Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 201514

Statistik pemerintah tidak membedakan antara tipe sekolah swasta yang berbeda misalnya sekolah yang memungut biaya pendidikan yang tinggi atau rendah dan menyediakan layanan bagi masyarakat menengah atas atau masyarakat miskin. Untuk mendapatkan pemahaman khusus mengenai cara beroperasinya sekolah swasta berbiaya rendah, Center for Indonesian Policy Studies melaksanakan beberapa survei dan kunjungan lapangan ke sekolah-sekolah swasta berbiaya rendah. Fokus dari survei dan kunjungan ini adalah untuk memahami dampak dari akses umum terhadap pendidikan, kualitas pendidikan yang ditawarkan oleh sekolah ini dan juga efisiensi mereka dalam menggunakan dana sekolah.

Akses terhadap Pendidikan Kajian ini menemukan bahwa sekolah swasta berbiaya rendah memainkan peranan penting dalam menyediakan akses terhadap pendidikan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah di Tambora, Cilincing, Kalideres dan Penjaringan di Jakarta. Hal ini dikarenakan oleh terjangkaunya biaya pendidikan, dekatnya jarak sekolah ke rumah-rumah berpenghasilan rendah, dan lebih fleksibelnya persyaratan pendaftaran seperti akta kelahiran dan nilai kelulusan sekolah minimum.

Biaya Pendidikan Sekolah Swasta Berbiaya Rendah Walaupun ada kekhawatiran umum bahwa sekolah swasta akan membebani orang tua dengan biaya pendidikan yang mahal, 9 sekolah swasta di Jakarta yang disurvei dalam penelitian ini tidak memungut biaya pendidikan sama sekali atau hanya memungut biaya pendidikan bulanan sebesar antara Rp30.000,00 hingga Rp130.000,00 (lihat Figur 5). Jumlah ini dapat dianggap terjangkau bagi orang tua dari keluarga berpenghasilan rendah.

Beberapa sekolah swasta memungut biaya tapi juga menyediakan pendidikan gratis bagi yang membutuhkan. Menurut kepala sekolah MI Nurul Bahri di Muara Angke, daerah Penjaringan, sekolah yang dia pimpin memungut biaya pendidikan sebesar Rp130.000,00 bagi mereka yang mampu untuk membayar sementara siswa dari rumah tangga yang berpenghasilan rendah akan dapat belajar secara cuma-cuma.

9 sekolah swasta di Jakarta yang disurvei dalam penelitian ini tidak memungut biaya pendidikan sama sekali atau hanya memungut biaya pendidikan bulanan sebesar antara Rp30.000,00 hingga Rp130.000,00.

Page 10: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

10

Figur 5Biaya Pendidikan di 9 Sekolah Swasta Berbiaya Rendah di Jakarta

No Nama Sekolah Wilayah Biaya Pendaftaran (Rp) Biaya Pendidikan Bulanan

1 MI Al-Ifadah Penjaringan 25.000 40.000

2 MI Nurul Bahri Penjaringan Gratis 130.000

3 SD Islam At-Taufiq Cilincing 50.000 30.000

4 SD Islam Nurul Huda Cilincing 75.000 30.000

5SD Islam Rabiatul Adawiyah

Cilincing Gratis Gratis

6 MI Zahrotul Ummah Kalideres 10.000 30.000

7 SD Laksa Bhakti Tambora 200.000 60.000

8 SD Islam Al-Hurriyah Tambora 100.000 45.000

9 MI Tunas Karya Tambora Gratis Gratis

Sumber: Wawancara dengan staf sekolah, 2015

Biaya pendidikan bulanan yang dipungut oleh sekolah-sekolah yang disurvei di 6 provinsi lainnya di Indonesia menunjukkan variasi yang jauh lebih tinggi, mulai dari hanya Rp5.200,00 hingga Rp468.000,00 (lihat Figur 6).

Figur 6Biaya Pendidikan Bulanan di 13 Sekolah Swasta Berbiaya Rendah di Enam Provinsi

No Nama Sekolah Provinsi Biaya Pendidikan Bulanan (Rp)

1 SD Al-Alaq Dewantara Aceh 74,000

2 MAS Jabal Nur Aceh 468,000

3 SD Bintang Timur Lampung 5,200

4 SMK Yamaco Lampung 79,300

5 MI Zahrotul Ummah Jakarta 27,300

6 MI Nurul Bahri Jakarta 120,900

7 SDK Kenalan Jawa Tengah 41,600

8 MTs Hidayatul Athfal Jawa Tengah 23,400

9 MTs Nur Hidayah Sulawesi Utara 278,200

10 SD Viriya Kurana Sulawesi Utara 18,200

Page 11: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

11

No Nama Sekolah Provinsi Biaya Pendidikan Bulanan (Rp)

11 MTs Al-Inayah Sulawesi Utara 5,200-18,20015

12 SDK St. Philipus Tanjea NTT 11,700

13 SMA Swasta Karya Nangapanda NTT 157,300

Sumber: Wawancara dengan staf sekolah, 2015

Pungutan biaya pendidikan bulanan memang hal yang membedakan sekolah swasta dengan sekolah negeri yang secara resmi bebas dari pungutan biaya pendidikan. Akan tetapi, seringnya sekolah negeri pun juga memungut berbagai jenis biaya untuk menutup biaya operasional mereka16. Seperti yang dilaporkan di Kompas (2016), beberapa sekolah negeri di Jawa Timur diduga memungut pendanaan ilegal yang berkisar antara Rp200.000,00 hingga Rp1.770.000,00 tergantung pada tingkat pendidikannya. Terlebih lagi, karena sekolah negeri tidak terletak dekat dengan lingkungan warga miskin seperti sekolah swasta, orang tua juga membutuhkan biaya tambahan untuk biaya transportasi dan uang jajan bila mereka mengirimkan anak mereka ke sekolah negeri. Orang tua anak-anak di MTS Al-Inayah di Sulawesi Utara melaporkan bahwa mengirim anak mereka ke sekolah negeri justru membebani mereka dengan biaya bulanan sebesar Rp373.100,00. Dengan gaji bulanan yang hanya sebesar Rp928.200,00 tentu pengeluaran ini sangat tidak terjangkau.

Selain memungut biaya pendidikan, kebanyakan sekolah swasta di Indonesia juga menerima subsidi pemerintah untuk mendukung biaya operasional mereka. Bantuan Operasi Sekolah (BOS) telah diluncurkan di tahun 2005 dan ada beberapa subsidi lainnya dalam Dana Alokasi Khusus untuk infrastruktur sekolah.

Pemerintah Indonesia telah secara signifikan meningkatkan anggaran belanja untuk pendidikan sekolah sesuai dengan mandat yang diberikan dalam UUD 1945 yang menyebutkan bahwa pemerintah harus mengalokasikan 20% pengeluarannya untuk pendidikan.17 Dengan besarnya jumlah dana yang tersedia, pemerintah menyediakan subsidi bukan hanya untuk sekolah negeri tapi juga untuk sekolah swasta berbiaya rendah.

Figur 7Jumlah Subsidi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) per Tahun dalam Rupiah

Tingkat Pendidikan Jumlah dalam Rupiah

Sekolah dengan kurang dari 60 siswa

Sekolah Dasar Rp. 48.000.000/Sekolah

Sekolah Menengah Rp 60.000.000/Sekolah

Sekolah dengan minimum 60 siswa

Sekolah Dasar Rp 800.000/Siswa

Sekolah Menengah Rp. 1.000.000/Siswa

Sumber: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 201518

Page 12: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

12

Selain anggaran belanja oleh pemerintah pusat, pemerintah lokal juga berkontribusi pada pemberian subsidi untuk pendidikan. Di Jakarta, misalnya, dana bantuan untuk pendidikan dikeluarkan dalam bentuk semacam kupon. Kartu Jakarta Pintar (KJP) menjangkau langsung ke siswa dengan latar belakang keluarga miskin. Uang yang disediakan dalam KJP bisa digunakan untuk membayar tidak hanya biaya pendidikan bulanan tapi juga seragam, buku dan hal lain yang berkaitan dengan sekolah. Setiap bulannya, KJP memberikan subsidi sebesar Rp210.000,00 untuk siswa SD, Rp260.000,00 untuk siswa SMP, dan Rp375.000,00 untuk siswa SMA.

Apabila BOS diberikan untuk membantu biaya operasional bulanan sekolah, KJP merupakan subsidi pemerintah yang secara langsung diberikan pada keluarga berpenghasilan rendah. Dua jenis bantuan ini memberikan keleluasaan bagi sekolah swasta berbiaya rendah untuk memungut biaya pendidikan bulanan yang rendah atau menyediakan pendidikan sekolah dengan gratis. Beberapa sekolah juga menerima donasi baik dari individu maupun lembaga swadaya masyarakat.

Figur 8Sumber Pendanaan di 9 Sekolah Swasta Berbiaya Rendah di Jakarta

No Nama SekolahBiaya

Operasional Sekolah (BOS)

Donasi dari Institusi atau

Individu

Kontribusi Orang Tua dan KJP

1 MI Al-Ifadah 60% - 40%

2 MI Nurul Bahri 50% - 50%

3 SD Islam At-Taufiq 50% - 50%

4 SD Islam Nurul Huda 50% - 50%

5 SD Islam Rabiatul Adawiyah 60% Yayasan 40% -

6 MI Zahrotul Ummah 50% - 50%

7 SD Laksa Bhakti 40% - 60%

8 SD Islam Al-Hurriyah 40% - 60%

9 MI Tunas Karya 100% - -

Sumber: Wawancara dengan staf sekolah, 2015

Dimensi lain dari bantuan finansial dari pemerintah adalah mengenai elemen ketidakpastian. Saat subsidi diberikan, sekolah mempertimbangkan untuk menurunkan biaya pendidikan dan, sebagai gantinya, mengandalkan pendanaan yang diterima dari pemerintah. MI Al-Ifadah di Jakarta menggunakan subsidi BOS untuk 60% dari keseluruhan biaya operasionalnya dan telah mengurangi biaya pendidikan yang dibebankan ke siswa semenjak mendapatkan subsidi dari pemerintah. Akan tetapi, dari wawancara yang dilakukan oleh CIPS dengan Bapak Musthofa, kepala sekolah MI Al-Ifadah di bulan November 2015, diceritakan bahwa pembayaran BOS dapat tertunda karena halangan birokrasi dan kepala sekolah pun kesulitan untuk mengabarkan pada orang tua siswa bahwa mereka harus menaikkan biaya pendidikan bulanan lagi.19 Konsistensi

Page 13: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

13

dalam pembayaran subsidi semacam ini merugikan manajemen keuangan sekolah dan menangguhkan pembayaran yang harus dilakukan oleh sekolah seperti gaji guru.

Lokasi Sekolah Swasta Berbiaya Rendah Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa orang tua siswa di Jakarta, mereka melaporkan bahwa mereka mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah swasta berbiaya rendah karena lokasinya yang dekat dengan rumah mereka dan dapat dicapai dengan berjalan kaki.20 Mereka khawatir bila harus mengirimkan anak mereka ke sekolah negeri yang berlokasi lebih jauh dan harus dicapai dengan melewati kemacetan berat. Mengantar dan menjemput anak mereka di sekolah tidak bisa mereka lakukan karena mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka sebagai petugas pembersih, pedagang, penjaga keamanan, petugas sampah, dan sebagainya. Satu orang tua dari siswa SD Islam Al-Hurriyah mengatakan bahwa sekolah negeri terletak sangat jauh dan jika anaknya bersekolah di sana, dia akan terbebani dengan biaya transportasi tambahan dan uang jajan untuk anaknya.21

Dekatnya jarak sekolah swasta dengan rumah-rumah penduduk ini dikarenakan oleh tingginya kepadatan di empat daerah miskin di Jakarta yang disurvei. Sebanyak 61% dari 608 sekolah di tingkat dasar dan menengah di tahun 2015 merupakan sekolah swasta sedangkan hanya ada 39% sekolah negeri (lihat Figur 9). Jumlah sekolah negeri melebihi sekolah swasta hanya di tingkat SD di Kalideres dan Cilincing.

Figur 9Jumlah SD/MI, SMP/MTS, SMA dan SMK/MA di 4 Wilayah Jakarta Tahun 2015

Wilayah

Jumlah Sekolah

SD/MI SMP/MTSSMA dan SMK/

MATotal

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

Tambora 28 42 4 29 2 18 34 89

Kalideres 71 38 11 38 4 41 86 117

Penjaringan 38 34 6 32 2 30 46 96

Cilincing 60 34 7 25 7 7 74 66

Total 197 148 28 124 15 96 240 368

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 201522

Persyaratan Pendaftaran Persyaratan pendaftaran, seperti dokumen resmi dan nilai kelulusan minimum, dapat menjadi hambatan bagi siswa untuk mengakses pendidikan formal. Menurut Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 105 Tahun 201523, orang tua diwajibkan menyerahkan akta kelahiran dan kartu keluarga24 untuk mendaftarkan anak mereka. Kajian yang dilakukan oleh Australia Indonesia Partnership for Justice (AIJP) menunjukkan bahwa 46% dari siswa usia sekolah diharuskan untuk menunjukkan akta kelahiran mereka. Tanpa akta ini kemungkinan besar mereka tidak dapat mendaftar sekolah menengah. AIJP menemukan di 20 wilayah di Indonesia bahwa hampir semua sekolah mewajibkan adanya akta kelahiran sebagai persyaratan pendaftaran sekolah.25 Selain hambatan tersebut, Indonesia pada dasarnya

Page 14: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

14

tidak memiliki perbedaan signifikan dalam persyaratan pendaftaran bagi siswa laki-laki dan perempuan. Proporsi keseimbangannya bisa dilihat di tabel 10.

Di sekolah swasta yang merupakan bagian dari survei CIPS di Jakarta, manajer sekolah telah menyederhanakan persyaratan dan proses pendaftaran. MI Tunas Karya dan beberapa sekolah lain akan menerima siswa yang sesuai usianya baik dengan maupun tanpa akta kelahiran. Setelahnya, mereka membantu orang tua untuk mengikuti proses pembuatan akta kelahiran.

Figur 10Komposisi Gender Siswa di Sembilan Sekolah Swasta Berbiaya Rendah di Jakarta

No Nama SekolahProporsi Jenis Kelamin

TotalLaki-Laki Perempuan

1 MI Al-Ifadah 209 219 428

2 MI Nurul Bahri 218 205 423

3 SD Islam At-Taufiq 218 177 395

4 SD Islam Nurul Huda 203 141 344

5 SD Islam Rabiatul Adawiyah 47 51 98

6 MI Zahrotul Ummah 109 118 227

7 SD Laksa Bhakti 68 57 125

8 SD Islam Al-Hurriyah 64 66 130

9 MI Tunas Karya 165 162 327

Sumber: Wawancara dengan staf sekolah, 2015

Selain hambatan dengan persyaratan dokumen, di tingkat SMP dan SMA, calon siswa juga diwajibkan untuk memenuhi nilai kelulusan minimum untuk dapat diterima di sekolah negeri. Semakin popularnya sekolah tersebut, semakin tinggi pula persyaratan nilai minimumnya. Rata-rata nilai kelulusan minimum untuk dapat diterima di SMP negeri di Jakarta di tahun 2013 adalah 6,5.26

Menurut wawancara kami dengan orang tua, tiga alasan utama mereka menyekolahkan anak mereka di sekolah swasta adalah karena anak mereka tidak memiliki nilai kelulusan yang cukup untuk diterima di sekolah negeri, sekolah negeri yang lokasinya terlalu jauh dari rumah mereka, dan karena biaya pendidikan di sekolah swasta cukup terjangkau.

Page 15: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

15

Figur 11Tiga Alasan Utama Orang Tua Menyekolahkan Anak di Sekolah Swasta Berbiaya Rendah

Biaya sekolah yang terjangkau

Jarak sekolah dengan rumah

Persyaratan pendaftaran yang mudah

Kualitas Sekolah Swasta Berbiaya Rendah Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sekolah swasta berbiaya rendah yang kami kaji tidak memungut biaya pendidikan yang tinggi. Akan tetapi, hal ini membuat orang tua khawatir bahwa kualitas pendidikan di sekolah-sekolah tersebut tidak akan baik. Penelitian kami membuktikan bahwa kekhawatiran tersebut tidak benar.

Walaupun sekolah swasta dalam kajian kami memungut biaya pendidikan yang cukup terjangkau, sekolah tersebut tidak mengorbankan kualitas pendidikan demi biaya yang murah. Dengan menggunakan nilai matematika dan Bahasa Indonesia dalam Ujian Nasional sebagai patokan, nilai matematika dari mayoritas siswa sekolah swasta berbiaya rendah dalam survei kami mengungguli nilai siswa sekolah negeri dengan rata-rata 23,84 persen (lihat Figur 12). Nilai Bahasa Indonesia dari siswa sekolah swasta berbiaya rendah di Cilincing dan Penjaringan juga lebih tinggi dari siswa sekolah negeri. Akan tetapi, rata-rata nilai Bahasa Indonesia siswa sekolah negeri sedikit lebih tinggi, sebesar 4,27%, dari siswa sekolah swasta. Hal ini membuktikan hasil penelitian James Tooley yang menyatakan bahwa kualitas sekolah swasta berbiaya rendah umumnya lebih baik dari sekolah negeri.

Figur 12Perbandingan Nilai Ujian Nasional antara Sekolah Swasta Berbiaya Rendah dan Sekolah Negeri

No Wilayah Nama Sekolah

Nilai Ujian Nasional 2013/2014

Perbedaan antara Sekolah Swasta dan Sekolah Negeri

MatematikaBahasa

IndonesiaMatematika

Bahasa Indonesia

1 Kalideres

MI Zahrotul Ummah (Sekolah Swasta)

7,78 7,06

-11,09% -16,55%SD Negeri Semanan 09 Pagi (Sekolah Negeri)

8,75 8,46

2 Tambora

MI Tunas Karya (Sekolah Swasta)

7,28 5,75

21,74% -17,39%SD Negeri Tambora (Sekolah Negeri)

5,98 6,96

Page 16: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

16

No Wilayah Nama Sekolah

Nilai Ujian Nasional 2013/2014

Perbedaan antara Sekolah Swasta dan Sekolah Negeri

MatematikaBahasa

IndonesiaMatematika

Bahasa Indonesia

3 Cilincing

MI At-Taufiq (Sekolah Swasta)

7,07 7,36

49,47% 13,76%SD Negeri Cilincing 04 (Sekolah Negeri)

4,73 6,47

4 Penjaringan

MI Al-Ifadah (Sekolah Swasta)

7,14 6,99

35,23% 3,10%SD Negeri Penjaringan 07 (Sekolah Negeri)

5,28 6,78

Rata-rata 23,84% -4,27%

Fakta bahwa kebanyakan sekolah di Indonesia mulai menerima subsidi baik dari pemerintah pusat maupun lokal belum secara signifikan berdampak pada kualitas pendidikan di Indonesia. Menurut Al-Samarrai dan Cerdan-Infantes (2013), performa siswa Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan matematika tidak bertambah baik sedangkan performa dalam kemampuan membaca meningkat tinggi. Programme for International Student Assessment (PISA) membuktikan hal ini untuk hasil tahun 2003 hingga 2009 dan dua tes internasional lainnya yaitu, Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), untuk hasil tahun 2007 – 2011. Hasil ujian siswa sekolah di Indonesia secara umum jauh tertinggal dari rekan-rekan mereka di negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura.27

Kurangnya kualitas pendidikan secara umum ini tetap terjadi walaupun pemerintah telah menginvestasikan jumlah subsidi yang terus bertambah untuk gaji dan tunjangan guru. Tunjangan yang meningkat dilakukan dengan asumsi bahwa hal ini akan dapat membuat guru lebih termotivasi dan akan menyebabkan hasil pendidikan yang lebih baik. Meningkatnya tunjangan guru dan memberikan guru keamanan finansial yang lebih baik seharusnya membuat guru lebih fokus pada kegiatan mengajar di sekolah daripada mencari pekerjaan tambahan di tempat lain.

Antara tahun 2006 dan 2009, Bank Dunia menghitung bahwa pembelanjaan riil pemerintah untuk guru meningkat sebesar 7 Miliar Dollar Amerika Serikat dan sekitar setengah dari jumlah tersebut dialokasikan untuk pembayaran jumlah guru yang meningkat dan memberikan guru lebih banyak tunjangan.28 Akan tetapi, meningkatnya jumlah guru dan oleh karenanya menurun pula rasio guru dan murid di Indonesia tidak memberikan dampak yang signifikan dalam pembelajaran siswa.29

Terlebih lagi, program sertifikasi guru dimulai tahun 2005 dan ditujukan untuk meningkatkan kualitas guru. Akan tetapi, kajian yang dilakukan oleh De Ree et al. untuk Bank Dunia menunjukkan bahwa hingga tahun 2012 sertifikasi ini mungkin meningkatkan motivasi guru akan tetapi sayangnya hal ini tidak berdampak langsung pada hasil belajar siswa yang lebih baik. Pada waktu penelitian, program sertifikasi tersebut telah mencapai 35 persen guru dan menyerap sekitar 9 persen dari keseluruhan anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan dalam APBN.30

Page 17: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

17

Dalam kasus sekolah swasta berbiaya rendah, kajian kami menemukan bahwa subsidi pemerintah dapat memberikan dampak negatif pada manajemen keuangan sekolah. MI Al-Ifadah, misalnya, mengalami masalah yang serius saat pembayaran subsidi BOS tertunda 11 bulan.31 Masalah ini tentu saja berdampak serius terhadap keuangan sekolah karena sekolah harus menangguhkan pembayaran seperti gaji guru dan bahkan harus memotong sejumlah biaya operasional. Kepala sekolah MI Al-Ifadah bahkan menyatakan bahwa dia lebih baik tidak menerima subsidi BOS karena ketidakpastian yang disebabkan. Selama birokrasi masih bekerja dengan tidak efisien dan berdampak pada proses pembayaran subsidi, terlalu bergantung pada subsidi pemerintah justru akan merugikan sekolah.

Efisiensi dan Pendanaan Sekolah Suatu sekolah, baik negeri maupun swasta, merupakan institusi pendidikan yang mensyaratkan jumlah investasi dan dana operasional tertentu. Kemampuan sekolah dalam menggunakan sumber pendanaan mereka merupakan salah satu faktor penting yang akan menentukan kesuksesan (atau kegagalan) dalam menyediakan pendidikan untuk siswanya. Sekolah swasta berbiaya rendah yang termasuk dalam Figur 13 dapat menunjukkan penggunaan sumber dana yang lebih efisien bila dibandingkan dengan sekolah negeri yang terletak di wilayah yang sama.

Figur 13Biaya Operasional Bulanan

No Wilayah Nama Sekolah

Rata-rata Biaya Operasional Bulanan per

Siswa

Perbedaan pada Rata-rata Biaya

Operasional Bulanan per

Siswa (%)

1 KalideresMI Zahrotul Ummah (Sekolah Swasta) 52.862

-36,43%SD Negeri Semanan 09 Pagi (Sekolah Negeri) 83.150

2 TamboraMI Tunas Karya (Sekolah Swasta) 66.667

-43,28%SD Negeri Tambora (Sekolah Negeri) 117.545

3 CilincingMI At-Taufiq (Sekolah Swasta) 66.667

-23,08%SD Negeri Cilincing 04 (Sekolah Negeri) 86.667

4 PenjaringanMI Al-Ifadah (Sekolah Negeri) 58.411

-32,60%SD Negeri Penjaringan 07 (Sekolah Negeri) 86.667

Perbedaan dalam rata-rata -33,85%

Sumber: Wawancara dengan staf sekolah, 2015

Sekolah swasta berbiaya rendah yang merupakan bagian dari survei ini memiliki biaya operasional bulanan per siswa sebesar 33,85 persen lebih rendah dari sekolah negeri. Hal ini bisa dikarenakan oleh fasilitas mereka yang cukup sederhana atau karena mereka melakukan wanprestasi pembayaran biaya fasilitas. Akan tetapi, bahkan bila fasilitas mereka tidak sebaik sekolah negeri, kualitas sekolah swasta berbiaya rendah sebanding dengan, atau bahkan lebih baik dari, sekolah negeri seperti yang dijabarkan di bagian sebelumnya.

Page 18: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

18

Kesimpulan

Hadirnya sekolah swasta berbiaya rendah memberikan pilihan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah untuk mengakses pendidikan formal di Jakarta Barat dan Utara. Penelitian kami mengindikasikan bahwa tipe sekolah swasta ini menyediakan pendidikan bagi warga miskin yang tidak dapat memenuhi persyaratan pendaftaran yang rumit. Rendahnya biaya pendidikan membuat sekolah ini terjangkau bagi masyarakat yang membutuhkan pendidikan dasar. Menariknya, sekolah tipe ini juga menghasilkan siswa dengan nilai ujian yang sebanding dengan atau bahkan lebih baik dari sekolah negeri. Sekolah ini juga dapat menggunakan sumber pendanaan lebih efisien bila dibandingkan dengan sekolah negeri.

Dengan mempertimbangkan semua keuntungannya, hadirnya sekolah swasta berbiaya rendah ini menyediakan aksesibilitas terhadap pendidikan formal di Indonesia bagi rumah tangga berpenghasilan rendah.

Enam puluh empat (64) sekolah swasta berbiaya rendah dikunjungi oleh CIPS melalui penelitian lapangan yang dilakukan di enam provinsi yang berbeda yaitu Aceh, Lampung, Jakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini menemukan bahwa individu pribadi yang tinggal di wilayah miskin atau terpencil sering menjadi pemrakarsa di balik hadirnya sekolah swasta berbiaya rendah ini. Inisiatif pribadi ini berujung pada hadirnya pendidikan bagi anak-anak di daerah miskin. Pembuat kebijakan harus mulai mempertimbangkan untuk memperbesar akses terhadap pendidikan dengan mendorong insiatif pribadi dalam mendirikan lebih banyak sekolah swasta.

Kebanyakan siswa sekolah swasta berasal dari keluarga berpenghasilan rendah yang orang tuanya bekerja sebagai petani, asisten rumah tangga, pedagang pasar, penarik becak, dan lain-lain, dengan gaji bulanan yang besarnya kurang dari Rp800.000,00. Biaya pendidikan bulanan yang berkisar antara Rp5.200,00 hingga Rp468.000,00 per bulan dianggap terjangkau oleh orang tua, juga karena dekatnya sekolah dengan rumah mereka sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan uang tambahan untuk biaya transportasi dan biaya tak terduga lainnya.

Kualitas sekolah swasta berbiaya rendah juga sebanding dengan kualitas sekolah negeri. Nilai rata-rata matematika yang diraih oleh siswa sekolah swasta 23,8% lebih tinggi dari nilai yang diraih oleh siswa sekolah negeri. Sementara itu, rata-rata nilai kemampuan membaca mereka hanya sedikit lebih rendah dari siswa sekolah negeri.

Biaya operasional per siswa di sekolah swasta juga sekitar sepertiga lebih rendah dari sekolah negeri yang merupakan bagian dari survei penelitian ini. Sekolah swasta dapat menggunakan pendanaan yang mereka miliki dengan lebih efisien. Walaupun baik sekolah negeri dan swasta menerima subsidi lokal, subsidi ini ternyata dapat membawa dampak buruk terhadap keberlanjutan sekolah swasta berbiaya rendah saat pembayaran subsidi terhambat oleh masalah birokrasi. Tidak bergantung pada subsidi pemerintah membuat sekolah swasta tidak terlalu terpengaruh oleh kinerja badan pemerintah.

Page 19: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

19

Sebagai penutup, sekolah swasta berbiaya rendah tidak hanya berperan penting dalam sistem pendidikan di Indonesia tapi juga membuat standar baru dalam hal kualitas pendidikan dan efisiensi operasional. Apabila pemerintah mendorong dibangunnya lebih banyak sekolah seperti ini, sekolah-sekolah ini akan memberikan semangat kompetisi dan dorongan yang diperlukan untuk sekolah negeri sehingga tercapai suatu kinerja sistem pendidikan di Indonesia yang lebih baik.

Page 20: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

20

Catatan

1 Data dapat diakses di http://data.uis.unesco.org/?queryid=181 , diakses pada tanggal 19 April 2016 pukul 10:20

2 Menurut Laporan Pemantauan Pendidikan GLOBAL dari UNESCO, Youth and Skills: Put-ting Education To Work 2012, dua puluh persen dari anak muda di negera berkembang tidak dapat menyelesaikan pendidikan dasar, http://en.unesco.org/gem-report/report/2012/youth-and-skills-putting-education-work#sthash.UBLdd8dY.dpbs; diakses pada tanggal 17 Juni 2016. Juga lihat: http://www.economist.com/news/briefing/21660063-where-govern-ments-are-failing-provide-youngsters-decent-education-private-sector

3 The Economist, The $1-a-week school. Private education in poor countries takes off, August 1st-7th 2015. Versi daring bisa diakses di: http://www.economist.com/news/leaders/21660113-private-schools-are-booming-poor-countries-governments-should-either-help-them-or-get-out, diakses pada tanggal 17 Juni, 2016.

4 McLoughlin, C (2013) Low-Cost Private Schools: Evidence, Approaches and Emerging Issues, Uni-versity of Birmingham, September 2013, bisa diakses di http://www.enterprise-development.org/wp-content/uploads/Low-cost_private_schools.pdf diakses pada tanggal 17 Juni 2016.

5 Tooley, J.,(2013) The Beautiful Tree, A Personal Journey Into How the World’s Poorest People Are Educating Themselves, Washington, Cato Institute.

6 The Economist. Low-cost private schools: Learning Unleashed. Versi daring bisa diakses di http://www.economist.com/news/briefing/21660063-where-governments-are-failing-pro-vide-youngsters-decent-education-private-sector. Diakses pada tanggal 17 Juni 2016.

7 Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP), Study on Teacher Absenteeism in Indonesia 2014, Desember 2014, Versi daring bisa diakses di t https://www.adb.org/sites/default/files/publication/176315/ino-study-teacher-absenteeism-2014.pdf. Diakses pada tanggal 17 Juni 2016. Absensi guru dari sekolah sebesar 8,5% di sekolah negeri dan 12,8% di sekolah swasta. Akan tetapi, absensi dari kelas sebesar 14,9% di sekolah negeri dan 9,7% di sekolah swasta. Hal ini berarti lebih banyak guru absen di sekolah swasta tapi saat mereka hadir mereka hadir untuk mengajar.

8 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jumlah Data Satuan Pendidikan (Sekolah), Refe-rensi Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dapat diakses di http://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11.php. Diakses pada tanggal 19 Nov 2015

9 Badan Pusat Statistik Jakarta Utara, Jumlah Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota, 2013, dapat diakses di <http://jakutkota.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/8>. Diakses pada tanggal 22 Januari 2016.

Page 21: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

21

10 Madrasah Ibtidaiyah (MI) merupakan sekolah dasar Islam swasta.

11 UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, versi daring dapat diakses di http://sindikker.dikti.go.id/dok/UU/UU20-2003-Sisdiknas.pdf diakses pada tanggal 29 Novem-ber 2016 pukul 17.00.

12 Sekolah didaftarkan di database Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sekolah yang terakreditasi telah dievaluasi kemampuannya dalam melaksanakan pendidikan oleh Badan Akreditasi Nasional di Indonesia. Acuan pada Undang-undanag No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. versi daring dapat diakses di http://sindikker.dikti.go.id/dok/UU/UU20-2003-Sisdiknas.pdf, diakses pada tanggal 29 November 2016 pukul 17.00.

13 Kemendikbud. (2015). Perkembangan Pendidikan Tahun 2008/2009 - 2013/2014. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. Versi daring bisa diakses di http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_EF919B2F-4F87-4855-9FFF-5ABD8D2D62A2_.pdf diakses pada tanggal 14 Desember 2016 pukul 14.38. 14 Kemendikbud. (2015). Perkembangan Pendidikan Tahun 2008/2009 - 2013/2014. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/upload-Dir/isi_EF919B2F-4F87-4855-9FFF-5ABD8D2D62A2_.pdf diakses pada tanggal 14 Desember 2016 pukul 14.42. angka ini merupakan tabulasi dari jumlah keseluruhan sekolah yang dita-mpilkan di Tabel 3.

15 Sekolah ini tidak memungut biaya pendidikan dengan jumlah yang tetap per bulannya. Orang tua membayar uang kontribusi sebesar yang mereka mampu saat mereka mengambil rapor anak mereka.

16 Harian Kompas, (14 Juli 2016). DPRD Pasuruan Keluhkan Sekolah Lakukan Pungutan hingga Rp1,7 Juta, Jakarta.

17 The World Bank, (2014) World Bank and Education in Indonesia, September 1, 2014, versi dar-ing bisa diakses di http://www.worldbank.org/en/country/indonesia/brief/world-bank-and-ed-ucation-in-indonesia

18 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no. 161 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2015, versi daring bisa diakses di http://dikdas.bantulk-ab.go.id/filestorage/berkas/2015/01/Juknis%20BOS%202015.pdf diakses pada tanggal 15 Desember 2016 pukul 22.21.

19 Wawancara dengan Kepala Sekolah di Jakarta, 11 November 2015, Pewawancara: MA. Rah-man et al.

20 Wawancara dengan Orang tua siswa di Tambora, Jakarta, 11 November 2015, Pewawancara: MA. Rahman et al.

Page 22: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

22

21 Wawancara dengan Orang tua siswa di Tambora, Jakarta, 11 November 2015, Pewawancara: MA. Rahman et al.

22 Angka yang didapat untuk Tambora dan Kalideres, dua daerah di Jakarta Barat, didapat melalui tabulasi dari tabel yang dicetak oleh BPS Kota Jakarta Barat (2015), sementara angka untuk Penjaringan dan Cilincing, dua daerah di Jakarta Utara didapat melalui tabulasi dari tabel yang dicetak oleh BPS Kota Administrasi Jakarta Utara (2015)

23 Versi daring dari keputusan ini dapat diakses di http://disdik.jakarta.go.id/download/DATA/PPDB2015/01.%20Juknis%20PPDB%202015-2016.pdf diakses pada tanggal 14 Desember 2016 pukul 17.23.

24 Kartu Keluarga merupakan kartu identitas keluarga.

25 Australia Indonesia Partnership for Justice (AIJP), (2014) AIPJ Baseline Study on Legal Identity: Indonesia’s Missing Millions, Jakarta: DFAT, PEKKA, Puskappa UI. Versi daring dapat diakses di http://www.cpcnetwork.org/wp-content/uploads/2015/02/AIPJ-PUSKAPA-BASE-LINE-STUDY-ON-LEGAL-IDENTITY-Indonesia-2013.pdf diakses pada tanggal 14 Desember 2016 pukul 17.29.

26 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Passing Grade SMP Negeri DKI Jakarta, 2013, bisa diakses di https://disdikjakarta.wordpress.com/2013/06/07/passing-grade-smp-negeri-dki-jakarta/comment-page-1/ diakses pada tanggal 29 Maret 2016.

27 Al-Samarrai, S & P Cerdan-Infantes, ‘Where Did All the Money Go? Financing Basic Education in Indonesia’, in D Suryadarma & GW Jones (eds.), Education in Indonesia, Institute of Southeast Asian Studies, Singapura, 2013, halaman 119

28 World Bank, Spending more or spending better: improving education financing in Indonesia. Education public expenditure review, Jakarta, 2012, dikutip di: Al-Samarrai, Cerdan-Infantes 2013, halaman 121

29 Al-Samarrai, Cerdan-Infantes 2013, halaman 121

30 De Ree, J., K. Muralidharan, M. Pradhan and H. Rogers, Double for what? The effects of unconditional teacher salary increases on performance, World Bank, Jakarta, 2012, dikutip di: Al-Samarrai, Cerdan-Infantes 2013, halaman 123

31 Wawancara dengan Kepala Sekolah di Jakarta, (19 – 20 Oktober) and (2 – 3 November) 2016/ pewawancara: MA. Rahman et al.

Page 23: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

23

Page 24: By Muhammad Adi Rahman - CIPS...6 Figur 1 Jumlah Sekolah dan Warga Usia Sekolah di DKI Jakarta No Kota/Kabupaten Jumlah Sekolah Jumlah Warga Usia Sekolah Negeri Swasta 1 Kab. Kepulauan

Hak Cipta © 2016 oleh Center for Indonesian Policy Studies

TENTANG PENULISMuhammad Adi Rahman lulus dengan IPK tertinggi di Departemen Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014. Setelah lulus beliau menjadi asiten pengajar di departemennya terdahulu. Sebelumnya beliau bekerja sebagai rekan peneliti untuk projek sekolah swasta murah di Center for Indonesian Policy Studies. Selanjutnya ia akan melanjutkan studi di program Ekonomi Pembangunan dan Internasional di bawah Crawford School of Public Policy, Australia National University.

TENTANG CENTER FOR INDONESIAN POLICY STUDIESCenter for Indonesian Policy Studies (CIPS) merupakan lembaga pemikir non-partisan dan non profit yang bertujuan untuk menyediakan analisis kebijakan dan rekomendasi kebijakan praktis bagi pembuat kebijakan yang ada di dalam lembaga pemerintah eksekutif dan legislatif.

CIPS mendorong reformasi sosial ekonomi berdasarkan kepercayaan bahwa hanya keterbukaan sipil, politik, dan ekonomi yang bisa membuat Indonesia menjadi sejahtera. Kami didukung secara finansial oleh para donatur dan filantropis yang menghargai independensi analisis kami.

AREA FOKUS UTAMA:Perdagangan dan Kesejahteraan: CIPS menemukan adanya kerugian yang diakibatkan oleh pembatasan ekonomi, dan merumuskan pilihan kebijakan yang memungkinkan masyarakat Indonesia untuk hidup sejahtera dan mampu menjaga kelestarian lingkungan.

Sekolah Swasta Murah: CIPS mengkaji situasi sekolah swasta murah dan bagaimana mereka berkontribusi dalam penyediaan pendidikan berkualitas untuk anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah di Indonesia.

Migrasi Buruh Internasional: CIPS merekomendasikan kebijakan yang memfasilitasi migrasi buruh berkemampuan rendah karena keberadaan mereka sangat penting sebagai sumber pendapatan dan pengembangan kapasitas bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Indonesia.

www.cips-indonesia.org

facebook.com/cips.indonesia @cips_indonesia @cips_id

Grand Wijaya Center Blok G8 Lt. 3Jalan Wijaya IIJakarta Selatan, 12160IndonesiaTel: +62 21 27515135