Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam...

69
Marco Kusumawijaya, Efisiensi Pemanfaatan Ruang di Masa Depan Marco Kusumawijaya merupakan seorang urbanis yang memiliki pengalaman yang panjang sebagai seorang arsitek. Pria lulusan Universitas Katolik Parahyangan ini juga dikenal sebagai perancang kota dan perencana, selain dirinya juga menjadi konsultan manajemen perkotaan bagi Pemerintah Kota. Tak hanya sebatas itu, Seorang Marco pun dikenal sebagai jurnalis dengan banyak menelurkan karya-karya tentang issue arsitektur dan perkotaan di Jakarta. Bahkan dalam waktu 10 tahun belakangan, pria berkacamata ini juga aktif terhadap pengembangan lingkungan perkotaan, studi budaya, dan seni. Pemikiran-pemikirannya yang revolusioner memberikan pemahaman multidisiplin urbanisme dan arsitektur, sehingga dirinya banyak berkolaborasi dengan berbagai orang dengan disiplin ilmu guna mengembangkan ide-ide terbaru guna menata ruang kota dengan menekankan pada lingkungan dan kebutuhan jangka panjang. Begitu juga dengan beranjaknya waktu yang tidak memberikan tambahan terhadap ruang hidup. Namun beranjaknya waktu ke masa depan lebih memberikan persoalan tersendiri, karena pada masa yang akan datang jumlah manusia yang menghuni ruang semakin bertambah dan menimbulkan segala permasalahan baru. Meskipun, hingga saat ini pengambil kebijakan atau Pemerintah Kota belum mampu mengatasi permasalahan mendasar yang terjadi di kota- kota besar. Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas dari faktor bagaimana mereka dapat memanfaatkan ruang secara maksimal. Lantas bagaimana visi dari seorang Marco melihat permasalahan kota, lebih kepada kurang efisiennya dalam pemanfaatan ruang. Sehingga pemanfaatan ruang saat ini lebih kepada ekspansi yang berjangka pendek dari pada langkah efisiensi yang berjangka panjang. Bagaimana pandangan dan pemikiran seorang Marco Kusumawijaya dalam memanfaatkan ruang, berikut petikan wawancara antara tim Buletin Tata Ruang dengan Marco Kusumawijaya selaku Director RUJAK Center for Urban Studies: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam memanfaatkan ruang pada masa yang akan datang? Marco : Saya pikir selama ini pemanfaatan ruang di Indonesia sudah tidak efisien. Kalau kita ditanya bagaimana visi kita kedepan, tentunya pertama kali kita harus mengoreksi apa yang sudah lama yang memang seharusnya telah dikoreksi. Meski demikian, saat ini kita harus bisa memanfaatkan ruang dengan cara-cara yang lestari untuk di masa depan. Jadi maksud saya coba menekankan, jangan selalu berpikir seolah-olah ada hal baru yang akan terjadi pada masa yang akan datang, padahal ada hal mendasar yang tidak pernah dibereskan, salah satunya adalah pemanfaatan ruang yang efisien. Beberapa contoh pemanfaatan ruang yang tidak efisien itu berupa, kita terus menerus memperlebar kota tanpa meningkatkan kapasitas kota atau ruang yang ada. Jadi kita terus ekspansif tanpa meningkatkan ruang yang ada. Seharusnya orientasi pemanfaatan ruang kita ini ada pada intesifikasi bukan ekspansi. Memang intensifikasi ini lebih sulit karena membutuhkan pengorganisasian yang baik, membutuhkan reinvestasi yang terus menerus, tapi justru itu yang harus kita lakukan. Kalau bicara tata ruang dengan pemanfaatan ruang yang lestari bukan sekedar memanfaatkan tetapi juga terus memperbaiki atau meningkatkan ruang itu sendiri. Harus dipaksa jadi memanfaatkan ruang yang intensif tanpa melebar-lebarkan ruang, justru mendorong kita melakukan reinvestasi ke dalam ruang yang ada. Butaru : Bagaimana caranya untuk mewujudkan visi kota lestari tersebut? Marco : Kita bisa lihat dari berbagai segi. Pertama kita tentunya harus memperkecil eksplotasi ekologi berarti mengurangi penggunaan energi, mengurangi modus transportasi dengan mesin dan bahan bakar, meningkatkan transportasi dengan modus tanpa mesin, berarti jalan kaki dan naik sepeda. Juga mengurangi kebutuhan untuk transportasi itu sendiri. Itu berarti membutuhkan tata ruang yang kompak, yang nyaman untuk jalan kaki dan nyaman untuk kendaraan tidak bermesin. Dalam hal ini sepeda. Selain itu tentu menyeimbangkan kembali penggunaan air dengan penyimpanan air, menyeimbangkan kembali emisi polusi dengan penyerapan polusi, saya rasa itu intinya.

Transcript of Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam...

Page 1: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Marco Kusumawijaya, Efisiensi Pemanfaatan Ruang di Masa Depan

Marco Kusumawijaya merupakan seorang urbanis yang memiliki pengalaman yang panjang sebagai seorang arsitek. Pria lulusan Universitas

Katolik Parahyangan ini juga dikenal sebagai perancang kota dan perencana,

selain dirinya juga menjadi konsultan manajemen perkotaan bagi Pemerintah

Kota. Tak hanya sebatas itu, Seorang Marco pun dikenal sebagai jurnalis

dengan banyak menelurkan karya-karya tentang issue arsitektur dan

perkotaan di Jakarta.

Bahkan dalam waktu 10 tahun belakangan, pria berkacamata ini juga aktif

terhadap pengembangan lingkungan perkotaan, studi budaya, dan seni. Pemikiran-pemikirannya yang revolusioner memberikan pemahaman

multidisiplin urbanisme dan arsitektur, sehingga dirinya banyak

berkolaborasi dengan berbagai orang dengan disiplin ilmu guna

mengembangkan ide-ide terbaru guna menata ruang kota dengan

menekankan pada lingkungan dan kebutuhan jangka panjang.

Begitu juga dengan beranjaknya waktu yang tidak memberikan tambahan terhadap ruang hidup. Namun beranjaknya

waktu ke masa depan lebih memberikan persoalan tersendiri, karena pada masa yang akan datang jumlah manusia

yang menghuni ruang semakin bertambah dan menimbulkan segala permasalahan baru. Meskipun, hingga saat ini pengambil kebijakan atau Pemerintah Kota belum mampu mengatasi permasalahan mendasar yang terjadi di kota-

kota besar. Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas dari faktor bagaimana mereka dapat

memanfaatkan ruang secara maksimal.

Lantas bagaimana visi dari seorang Marco melihat permasalahan kota, lebih kepada kurang efisiennya dalam

pemanfaatan ruang. Sehingga pemanfaatan ruang saat ini lebih kepada ekspansi yang berjangka pendek dari pada

langkah efisiensi yang berjangka panjang. Bagaimana pandangan dan pemikiran seorang Marco Kusumawijaya

dalam memanfaatkan ruang, berikut petikan wawancara antara tim Buletin Tata Ruang dengan Marco Kusumawijaya selaku Director RUJAK Center for Urban Studies:

Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam memanfaatkan ruang pada masa yang akan datang?

Marco : Saya pikir selama ini pemanfaatan ruang di Indonesia sudah tidak efisien. Kalau kita ditanya bagaimana

visi kita kedepan, tentunya pertama kali kita harus mengoreksi apa yang sudah lama yang memang seharusnya telah dikoreksi. Meski demikian, saat ini kita harus bisa memanfaatkan ruang dengan cara-cara yang lestari untuk di masa

depan. Jadi maksud saya coba menekankan, jangan selalu berpikir seolah-olah ada hal baru yang akan terjadi pada

masa yang akan datang, padahal ada hal mendasar yang tidak pernah dibereskan, salah satunya adalah pemanfaatan

ruang yang efisien. Beberapa contoh pemanfaatan ruang yang tidak efisien itu berupa, kita terus menerus

memperlebar kota tanpa meningkatkan kapasitas kota atau ruang yang ada. Jadi kita terus ekspansif tanpa

meningkatkan ruang yang ada. Seharusnya orientasi pemanfaatan ruang kita ini ada pada intesifikasi bukan ekspansi.

Memang intensifikasi ini lebih sulit karena membutuhkan pengorganisasian yang baik, membutuhkan reinvestasi

yang terus menerus, tapi justru itu yang harus kita lakukan.

Kalau bicara tata ruang dengan pemanfaatan ruang yang lestari bukan sekedar memanfaatkan tetapi juga terus

memperbaiki atau meningkatkan ruang itu sendiri. Harus dipaksa jadi memanfaatkan ruang yang intensif tanpa

melebar-lebarkan ruang, justru mendorong kita melakukan reinvestasi ke dalam ruang yang ada.

Butaru : Bagaimana caranya untuk mewujudkan visi kota lestari tersebut?

Marco : Kita bisa lihat dari berbagai segi. Pertama kita tentunya harus memperkecil eksplotasi ekologi berarti

mengurangi penggunaan energi, mengurangi modus transportasi dengan mesin dan bahan bakar, meningkatkan

transportasi dengan modus tanpa mesin, berarti jalan kaki dan naik sepeda. Juga mengurangi kebutuhan untuk transportasi itu sendiri. Itu berarti membutuhkan tata ruang yang kompak, yang nyaman untuk jalan kaki dan

nyaman untuk kendaraan tidak bermesin. Dalam hal ini sepeda. Selain itu tentu menyeimbangkan kembali

penggunaan air dengan penyimpanan air, menyeimbangkan kembali emisi polusi dengan penyerapan polusi, saya

rasa itu intinya.

Page 2: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Butaru : Karena ruang itu tidak bertambah, pada kondisi masa yang akan datang akan terjadi kepadatan

penduduk, lalu seperti apakah penataan ruang yang baik?

Marco : Karena ruang tidak bertambah, maka kita tidak bisa terus menerus memperlebar penggunaan ruang. Tapi

kita harus berusaha menggunakan ruang yang ada dengan lebih banyak orang melalui cara reinvestasi dan penataan

kembali. Sehingga ruangan yang sama dapat menampung lebih banyak orang, bukan semakin sedikit menampung

orang seperti yang terjadi pada saat ini.

Butaru : Langkah apa saja yang harus diambil untuk memperbaiki keadaan ini?

Marco : Kalau dari segi tata ruang, kita harus balik kepada prinsip yang tadi saya sebutkan, kita harus

mengembalikan kota sebagai tempat hunian, bukan hanya sebagai tempat kerja, baik dalam pengertian harus

dikembalikan pada satu tingkat yang nyaman, bukan seperti sekarang yang selalu membagi-bagi secara horisontal.

Kita bisa membagi penggunaan ruang secara vertikal. Jadi pengertian land use ini terlalu simple, seolah-olah

dibaginya horisontal dan tidak vertikal. Saya rasa jangan dilupakan soal disiplin. Tetapi disiplin yang kurang itu

menurut saya dapat ditingkatkan kalau memang penataan ruang itu lebih serius dalam pengertian lebih berdasar

pada perhitungan-perhitungan. Menurut saya sekarang itu orang mudah mengubah tata ruang karena dua hal,

pertama karena tidak diketahui oleh masyarakat secara luas, dan kedua tidak ada dasar-dasar perhitungan yang tegas.

Sehingga seolah-olah kalau diubah sedikit nggak apa-apa deh, sederhananya seperti itu. Kedua mungkin tidak

diketahui oleh masyarakat, saya rasa diperlukan partisipasi, karena godaan untuk tidak disiplin itu mudah sekali

kalau tidak ada pengawasan bersama.

Butaru : Bagaimana dengan masalah transportasi yang dihubungkan dengan konsep lestari tadi?

Marco : Masalah transportasi itu penting, karena kita mengeluarkan banyak energi pada transportasi, karena itu

harus hati-hati dalam merencanakan transportasi, yang mulai harus diarahkan kepada ramah lingkungan. Tidak mudah memilih, karena sering menemui kontradiksi seperti yang sering ditemui oleh Kementrian Pekerjaan Umum

(PU) yang terus membangun jalan tol, padahal secara prinsip kita tahu penambahan jalan tidak menyelesikan

masalah. Tapi mengapa itu dilakukan terus menerus karena berpikiran jangka pendek, karena tekanan harus

menyenangkan masyarakat dalam jangka pendek, tapi kita tidak mampu melakukan yang jangka panjang. Karena

perencanaan yang jangka panjang itu lebih sulit. Menata ruang itu lebih sulit, saya pikir harus hati-hati juga dalam

pengertian membangun jalan tol tidak apa-apa asal itu dilakukan sebagai langkah sementara. Tapi harus yakin

sesudah itu ada langkah –langkah jangka panjang yang harus dilakukan.

Butaru : Bagaimana pandangan Bapak tentang kondisi Jakarta yang diprediksi akan tenggelam?

Marco : Tenggelam itu dalam arti kalau kita tidak melakukan apa-apa sekarang. Dan itu terjadinya perlahan,

meskipun tanda- tanda itu sudah sangat nyata. Jadi sebenarnya kita masih punya waktu, tetapi waktu akan sia-sia

kalau kita tidak mulai dari sekarang dengan langkah-langkah yang jelas. Langkah-langkah apa itu? Kita harus

melihat tenggelamnya karena apa?, tentu ada faktor perubahan iklim, faktor ini kita bisa menyumbang pengurangan

polusi bersama-sama diseluruh dunia. Tapi ada faktor lain, seperti penyedotan air yang tak terkendali, nah itukan

sebenarnya bisa dilakukan dengan mengurangi. Saya pikir pemerintah harus bisa berhenti mengeluh ‘susah pak

dengan masyarakat’ saya rasa itu tidak masuk akal.

Butaru : Menurut Bapak, peran apa saja yang dapat diambil Pemerintah untuk mengatasi hal tersebut?

Marco : Saya ingin mengutip teman saya, salah satu staf khusus gubernur pada salah satu propinsi. Apa sih yang

tidak dapat dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah punya uang, punya wewenang, punya orang, jadi jangan bilang

‘susah mengatur masyarakat’. Tidak bisa mereka bilang seperti itu, anda (pemerintah, red) punya wewenang, anda

punya polisi, anda punya Pamong Praja, yang susah itu adalah memiliki pemikiran yang jernih dan mengambil keputusan tanpa kepentingan politis diri sendiri. Saya juga ingat Ali Sadikin ketika ditanya ‘Kok gampang

mengambil keputusan yang sulit’, dia jawab ‘karena memang saya tidak punya kepentingan’. Jadi kita harus curiga

kalau pemerintah sulit mengambil keputusan, punya kepentingan apa?. Asal jelas untuk kepentingan umum dan

jangka panjang, dan saya rasa itu mendesak juga, kemendesakan juga penting, memang kita mau tenggelam bareng-

bareng. Dari pada tenggelam bareng-bareng, lebih baik memang harus ada yang dikorbankan, tapi yang dikorbankan

juga harus adil. Dengan memberikan kompensasi dan sebagainya, bukan digusur. Lalu secara prinsip

Page 3: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

kepemerintahan, saya mau mengatakan persoalannya bukan mau melakukan apa, tapi kemampuan kita untuk

melakukan apa itu penting.

Ada dua hal pertama perombakan dalam birokrasi dan kepemimpinan dalam politik, dan kedua ada keterlibatan

masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pengertian yang didasarkan pada pemahaman yang mendalam mengapa

ini harus dilakukan. Keterlibatan bukan hanya memberikan saran, tapi lebih banyak berbuat dan mengambil

tindakan. Detailnya sih banyak, seperti meningkatkan serapan air, melindungi hulu, memerlukan tata ruang yang

terpadu antara hilir dan hulu.

Butaru : Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan pemerintah dilihat dari sisi penataan ruang kota?

Marco : Tata ruang pada masa depan sangat penting, dengan melihatnya pada kesatuan hilir dan hulu, barangkali

kesadaran itulah yang kurang. Kalau para perencana itu melihat ruang lebih administrasi, dan lebih ekonomi. Tetapi

sekarang tata ruang kita harus memberdayakan reintegrasi hulu dan hilir dari ekologi. Secara sederhana dapat kita

katakan penataan ruang harus sesuai dengan nalar bumi, yang disebut ecologos. Ekologi itu berasal dari kata ecos

dan logos, jadi nalar rumah, rumah kita ini ya bumi, dan ini lebih tinggi dari economos, yang menjadi asal kata

ekonomi yang artinya norma rumah, norma harus tunduk pada prinsip logika. Tata ruang juga harus kembali

menurut pada nalar bumi atau rumah kita antara lain integrasi hulu dan hilir, mengembalikan investasi kepada bumi

supaya dia kembali pada daya dukung yang lebih besar.

Butaru : Lantas bagaimana dengan adanya rencana pemindahan Ibukota

Jakarta?

Marco : Karena kita sibuk mengekploitasi ruang tanpa memikirkan kalau ruang itu

harus di rawat dan di investasikan. Karena kalau ruang hanya dipakai terus maka

lama-lama daya dukungnya juga menurun. Makanya kita juga harus hati-hati ketika mengatakan daya dukung Jakarta tidak mencukupi, pengertian itu sebenarnya

karena menurun, tapi kalau kita harus berpikir sebetulnya daya dukung itu bisa

menurun maupun meningkat jadi tidak begitu saja terjadi. Jadi nggak bisa serta

merta kita bilang daya dukung Jakarta tidak cukup, tidak menyelesaikan masalah,

lalu kita pindah. Nanti daya dukung tempat lain juga sama. Jadi kita mesti

menyelesaikan masalah ditempat, soalnya kalau kita tidak mempunyai disiplin

untuk menyelesaikan masalah ditempatnya kita hanya akan menimbulkan masalah

ditempat lain. Itu sebabnya saya tidak setuju kita pindah ibukota.

Butaru : Banyaknya permasalah dikota besar seperti banjir dan kemacetan,

bagaimana anda melihatya dari sisi penataan kota?

Dari pengalaman kita mengadvokasi RTRW yang gagal karena respon Bappeda lambat. Maka lebih baik saya

menjawab langsung seperti saya bicara kepada Kementerian PU. Ada hal yang serius yang harus dikerjakan

Kementrian PU, menuntut dan membina kapasitas yang cukup kepada tiap-tiap Pemerintah Daerah untuk melakukan

penataan ruang yang sungguh-sungguh. Dengan data yang jelas, ilmiah, bukan asumsi-asumsi atau paradigma yang

kadang-kadang salah. Dulu tata ruang saya pikir tidak serius karena tidak terasa adanya ancaman-ancaman

kerusakan, lalu ada tekanan perekonomian harus tumbuh. Soalnya tata ruang rusak pertama itu bukan fisiknya tapi kredibilitasnya. Karena tata ruang selalu dilanggar sering kali oleh perijinan, dan Pemerintah Daerah sendiri yang

melanggar. Kedua karena para perencana berkolusi terhadap pelanggaran-pelanggaran tersebut. Sehingga saya

melihat bukan hanya masyarakat, tetapi masyarakat malah merasa Pemerintah Daerah sendiri dan perencana sendiri

yang menganggap tata ruang tersebut nggak penting. Itu satu-satunya alat kita untuk mengatur pemanfaatan yang

paling penting yaitu ruang.

Jadi segala sesuatu yang dibiarkan di dalam ruang itu bisa saling merusak. Padahal kita ingin makin lama makin

baik. Jadi perlu sekali kementrian PU serius memperhatikan gejala menurunnya kredibilitas perencanaan ruang. Perbaikannya gimana, perubahan paradigma dengan perencanaan tata ruang, dengan keseriusan data, pembahasan

yang cukup, dan asumsi yang diperjelas, dan kembali pada nalar rumah atau bumi.

Butaru : Bagaimana tanggapan anda secara lebih detail tentang pemindahan Ibukota Jakarta ?

Page 4: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Marco : Pegangan saya ada pernyataan presiden bahwa pemindahan ibukota untuk mengurangi kemacetan.

Presiden itu ngomong seperti itu. Hanya itu yang bisa saya tanggapi. Jelas kalau tujuannya itu salah. Pasalnya

kemacetan sama sekali tidak ada hubungan dengan fungsi kepemerintahan. Kalau asumsinya fungsi kepemerintahan

menyebabkan kemacetan maka tentunya ibukota propinsi harus pindah dong. Seperti juga Yogyakarta, Bandung,

Surabaya, Medan yang banyak mengalami masalah kemacetan. Bahkan kota-kota propinsi yang tidak terlalu besar

juga mengalami gejala yang sama.

Tapi kalau SBY menyebabkan macet itu iya. Karena fungsi dia sebagai Presiden dan ia tinggal di luar kota. Dan dia

terlalu sering comuting. Jadi maksud saya Presiden salah satu contoh 3 juta komuter di Jabodetabek. Menurut sensus

terakhir, kita punya 3 juta komuter dan terus meningkat, meningkatnya ini separarel dengan penduduk Jabodetabek.

Sebetulnya penduduk Jakarta makin stabil, bahkan penduduk Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan menurun. Jadi

penyebab macet bukan hanya semata-mata fungsi pemerintahan, tapi yang paling mendasar karena komuter. Karena

sebagian besar pegawai pemerintahan pusat termasuk presiden itu komuter.

Tapi presiden bagian dari komuter sehingga tertimpa macet. Kalau argumennya adalah supaya pemerintah pusat bisa

berfungsi lebih baik. Itu sih tergantung anda membuatnya seperti apa, kota anda bikinnya seperti apa, kota baru, atau

memindahkan pusat pemerintahannya saja. Dan itu juga harus hati-hati, karena ada potensial macet, kalau PNS juga

tidak disediakan rumah-rumah yang dekat dengan kantor, maka sama saja akan terjadi masyarakat komuter.

Argumen yang mengatakan betapa ilusionalnya ide untuk memindahkan ibukota menyelesaikan masalah kemacetan,

bahkan kita tidak tahu pola tempat tinggal dan perjalanan PNS, saya tahu kamu tinggal di bogor, dan tiap hari pulang pergi ke Jakarta dan menyebabkan macet, saya tidak tahu 200.000 PNS kita tinggal di mana, apa betul

mereka komuter, berapa persen sih dari mereka yang naik mobil. Mungkin ada beberapa Kementerian yang saya

rasa memang sebagian PNS-nya naik mobil. Karena saya rasa Kementrian tertentu menuntut kualifikasi tertentu. Di

PU itu persentase PNS yang sarjana itu tinggi. Karena kita lihat tingkat Doktor yang paling banyak itu mungkin di

Bapenas dan PU, dan itu jelas dengan tingkat seperti itu mereka mampu menbeli mobil. Tapi saya rasa pada

Kementrian lain belum tentu sebanyak itu. Jadi kita harus hati-hati dengan angka itu, dan itu tentunya juga nggak

jelas. Pastinya yang menyebabkan macet di Jakarta itu adanya 3 juta komuter.

Butaru : Apa sih yang membuat Bapak tertarik dengan tata ruang kota?

Marco : Pada waktu saya hampir lulus, tahun 1980-an, kota menjadi penting karena disadari kembali kota sebagai

pemberi alasan untuk arsitektur hidup. Kalau arsitektur tanpa kota itu tidak punya pegangan. Karena itu pada tahun

itu, analisa perkotaan menjadi sangat penting. Dan pada saat yang sama muncul pandangan yang kuat kalau kota itu

sendiri itu arsitektur, karena kota mempunyai yang kita sebut nalar bentuk morfologic, artinya bentuk tertentu dari

suatu kota mencerminkan nilai-nilai tertentu, bagaimana masyarakat hidup dan masyarakat diorganisasikan. Mulai

saat itu saya tertarik pada kota, dan saat itu memang sedang penting. Tentu saja kalau sekarang minat saya dibidang

perkotaan sama dengan orang lain, karena itu menghadapi tantangan, tetapi juga sebagai peluang untuk mengubah paradigma sehingga kita bisa hidup dalam kota yang lestari.

Butaru : Langkah apa sih yang akan diambil untuk menyelamatkan Jakarta?

Marco : Langkah pertama yang harus dilakukan secara garis besar, pertama ada prinsip bahwa harus ada visi yang

penting untuk menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat, seperti, banjir dan transportasi. Kedua mengembangkan potensi Jakarta yang muncul dari survey dari koalisi warga.

Paling utama banjir dan transportasi dan itu memang benar dan sangat penting untuk kelangsungan kota baik secara

ekonomi, sosial, dan budaya. Secara ekonomi kita sudajh mengetahuinya, secara sosial saat ini kita tidak bisa

berpergian ke Jakarta hanya untuk bersosial saja, sedangkan secara budaya juga gitu, di luar negeri di Berlin saya

kesana saya bisa nonton dua kegiatan dalam satu malam dan bisa menghadiri acara penutupan juga. Tapi kalau di

Jakarta kita harus mikir untuk menonton.

Kedua untuk mengembangkan potensi keberagaman, sosial, budaya, dan ekonomi, kenapa orang ingin hidup di

Jakarta karena memang ada potensi itu. Di Jakarta banyak sekali pekerjaan dan banyak pergaulan dan kebudayaan.

Visi tersebut harus masuk dalam rencana kerja lima tahun. Rencana kerja lima tahun ini harus disiapkan secara

sekaligus. Sekarangkan APBD dibikin tiap tahun, dan itu mencerminkan kalau Pemerintah Daerah tidak memiliki

Page 5: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

visi untuk lima tahun yang jelas. Kalau ada tentu harus di jalankan selama lima tahun sekaligus. Menurut saya

wewenang penuh untuk menyusun rencana kerja lima tahun berturut-turut pada awal kerja. Jadi dari awal telah

dirancang dengan mencari kesepakatan dengan DPRD, tentu ada perubahan tapi secara prinsip itu bisa diperkirakan.

Meningkatkan kemampuan birokrasi itu sangat penting. Apa pun visi gubernur kalau birokrasi tak bisa

menerjemahkannya celaka sekali. Ada beberapa untuk memperbaikinya, pertama kemampuan mengantisipasi,

maksudnya para birokrat itu mengeluh dengan kemacetan, padahal lima tahun yang lalu mereka kan sudah tahu

dengan kondisi sekarang ini. masa tahu akan ada pertumbuhan ekonomi masa tidak antisiapsi. Berarti ada

kelemahan birokrasi kita dalam hal antisiapasi. Dan itu harus dimampukan dengan bimbingan atas dasar visi yang

jelas pada pimpinan politik.

Yang kedua peningkatan kemampuan dengan pelatihan-pelatihan teknis dan subtansi dan yang ketiga peningkatan kemampuan berinteraksi dengan masyarakat. Secara teoritis ini gampang, dan banyak birokrat yang meremehkan

ini. Keterlibatan masyarakat dalam pengertian itu berupa pengawasan. Awalnya memang sulit, tapi makin lama

makin biasa. Kalau secara subtansi dan teknis ada banyak pilihan. Sementara dalam hal transportasi ada 3 langkah.

Butaru : Bagaimana memperbaiki masalah transportasi yang ada di Jakarta sekarang ini?

Marco : Pertama perbaiki jaringan jalan dan tidak boleh berdiri sendiri dan itu hanya jangak pandek. Kedua Sistem

angkutan hukum yang baik, dan rombak tata ruang supaya mengurangi komuter. Dan ini kalau boleh saya

mengkritik 17 langkah yang dilakukan Wakil Presiden dalam mengatasi transportasi tidak membahas soal tata

ruang. Tata ruang satu-satunya cara yang lestari dalam arti jangka panjang dan bertahan.

Butaru : Untuk memperbaiki hal ini tentunya memerlukan pendanaan yang tidak sedikit, lantas sumber

dana dari manakah untuk memperbaiki masalah transportasi?

Marco : Bagaimana menyelenggarakan itu, satu dari segi pendanaan kita harus memaksimalkan biaya dari pajak

tertentu untuk keperluan tertentu. Seperti pajak kendaraan mobil dan kendaraan motor, ada pendapatan parkir. Kalau

ini dikhususkan untuk membangun sistem angkutan umum tidak perlu meminjam uang dari Jepang. Dan itu hanya

memerlukan kemauan politik.

Pilihan saya tumpuanya pada bus. Kalau bikin MRT itu pertama tidak fleksibel dan biayanya mahal sekali. Kalau kita lihat Cina, Thailand, India saja mulai kewalahan untuk memberikan subsidi sarana tersebut. Transportasi kalau

Jakarta sudah bisa di tata maka harus dihubungkan dengan kota sekitarnya, karena memang kota-kota Jabodetabek

menjadi kota pendukung ekonomi Jakarta.

Page 6: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Bangka Menuju Agro-Minapolitan Pasca Pertambangan

Berkunjung ke Pulau Bangka pastinya akan terbayang pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Banyaknya daerah pertambangan yang tersebar pasti memberikan manfaat dan permasalahan tersendiri bagi pengelola Pemerintah Daerah. Begitu juga dengan Pemerintah Kabupaten Bangka yang saat ini tengah menyusun rancangan bagaimana mengelola wilayah Kabupaten Bangka menjadi daerah agropolitan dan minapolitan, setelah habis masa kejayaan sebagai penghasil timah terbesar. Kabupaten Bangka memiliki luas 2.958.68 Km atau 295.068 hektar dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 mencapai 244.162 jiwa, dengan Kota Sungailiat sebagai Ibukota Kabupaten Bangka. Wilayah ini memiliki kontur geografi terdiri dari 4% berbentuk perbukitan, seperti Bukit Maras, Bukit Pelawan, dan Bukit Rebo. Kemudian 51% wilayah ini memiliki kontur wilayah berombak dan bergelombang. Hampir 20% membentuk lembah datar, dan sisanya sekitar 25% terdiri dari daerah berair atau rawa. Sedangkan secara administratif wilayah Kabupaten Bangka berbatasan langsung dengan daratan wilayah Kota Pangkal Pinang sebagai Ibukota Propinsi Bangka-Belitung (Babel), Kabupaten Bangka Tengah, dan Kabupaten Bangka Barat. Sementara itu, Kabupaten Bangka terdiri dari 8 Kecamatan, 9 Keluruhan, dan 60 desa yang merupakan desa defenitif dan

didukung oleh 119 dusun. Satu hal yang paling menonjol dari wilayah Pulau Bangka secara keseluruhan mempunyai keasaman tanah dibawah 5, dan didalamnya mengandung mineral biji timah dan bahan galian

seperti, pasir Kwarsa, Kaolin, Batu Gunung, dan bahan galian lainnya. Pada dasarnya di daerah Kabupaten Bangka ini tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas, hingga menjadikannya seperti danau buatan yang disebut “kolong”. Melihat Pulau Bangka dari atas ketinggian tentunya kita disuguhkan oleh banyaknya kolong-kolong yang belum direklamasi. Bahkan masih ada 1.000 hektar areal bekas pertambangan di sejumlah wilayah kerja PT. Timah Tbk akan di reklamasi menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI). Bahkan mereka juga telah menyiapkan sekitar 600 hektar lahan bekas tambang untuk dijadikan sebagai hutan regular. Ekplorasi dan Reklamasi Pertambangan Timah

Pertambangan merupakan kegiatan pembukaan lahan untuk mengambil mineral yang terkandung dalam satu lahan. Dalam penambangan timah ada dua tipe metode yang dilakukan.

Page 7: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Untuk didarat, tambang semprot atau tambang terbuka, sedangkan untuk penambangan dilaut menggunakan kapal keruk atau kapal hisap.

Untuk penambangan didarat biasanya dilakukan dengan cara membuka vegetasi yang ada dipermukaan dan melakukan penggalian sampai pada lapisan mineral yang dituju, untuk kemudian dilakukan penambangan dengan cara disemprot atau terbuka (open pit). Pembukaan

vegetasi dalam kegiatan penambangan menyebabkan perubahan komposisi ekosistem yang berada di areal pertambangan. Kegiatan ini tentunya menyebabkan terjadinya perubahan struktur sifat fisik dan kimia tanah. Bahkan limbah dari sisa kegiatan ini memberikan dampak buruk bagi lingkungan disekitarnya. Karena hal itulah pemerintah membuat aturan untuk revegetasi kembali lahan pasca hasil

tambang diambil. Proses ekplorasi pertambangan timah di wilayah Kabupaten Bangka ini selain memberikan

manfaat berupa Pemasukan Asli Daerah (PAD) juga menimbulkan berbagai persoalan lingkungan. Lahan-lahan yang telah di ekplorasi hampir tak dapat dipergunakan lagi. Sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk mereklamasi sisa pertambangan (kolong) timah menjadi lingkungan yang asri kembali. Secara garis besar Kuasa Pertambangan yang ada di Kabupaten Bangka dipegang oleh PT. Timah Tbk. Dimana perusahaan ini hampir menguasai seluruh pertambangan timah yang ada di Pulau Bangka. Meski demikian, saat ini banyak muncul tambang-tambang yang dikelola oleh masyarakat, atau dikenal dengan istilah tambang rakyat. Menghadapi permasalahan pertambangan dan dampaknya, Kepala Bappeda Kabupaten Bangka, Abu Bakar, menjelaskan saat ini Pemerintah Daerah telah menetapkan jaminan berupa deposito bersama bagi perusahaan yang ingin melakukan kegiatan penambangan di wilayah Bangka Belitung. Jumlah nilai deposito yang harus disetor pun mencapai Rp 15.000.000 per hektar. Sehingga uang tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai jaminan bagi perusahaan untuk kegiatan reklamasi daerah tambang yang telah di ekplorasi

Page 8: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Bahkan, ia juga menerangkan, saat ini Kuasa Pertambangan yang banyak mengelola pertambangan timah di Pulau Bangka di pegang oleh PT. Timah Tbk, yang rata-rata masa kontrak perusahaan tersebut akan berakhir pada tahun 2025 hingga 2027. Meski demikian, bagi Pemerintah Kabupaten Bangka permasalahan muncul bukan pada saat areal pertambangan di kelola oleh PT. Timah Tbk. Tetapi hal itu malah muncul pada saat PT. Timah tidak berperan lagi pada galian strategis. Menurutnya, PT. Timah Tbk saat ini telah memiliki struktur dan program kerja bagaimana mereklamasi areal pertambangan setelah melakukan ekplorasi. Hingga saat ini PT. Timah Tbk tetap melakukan proses perencanaan reklamasi pada sejumlah lokasi bekas tambang timah

yang harus didahului dengan melakukan pemerataan atau menguruk lahan yang berlubang. Pekerjaan perataan lahan bekas tambang akan dilakukan di sejumlah wilayah, diantaranya dikawasan Romodong seluas 14,7 hektar, Kawasan Air Meranti Desa Gunung Muda seluas 21,7 hektar, Kawasan Air Kanti Desa Bintet pun akan dilakukan pemerataan lahan seluas 24,2 hektar, hingga Kawasan Air Baung Desa Gunung Pelawan seluas 48,1 hektar. Bahkan menurut rencana, mereka akan melakukan penanaman bibit pohon di sejumlah lahan bekas tambang di wilayah Kecamatan Riausilip, Dusun Air Layang Desa Berbura, Tirus, dan dilingkungan Kampung Air Asam Belinyu. Walau demikian, kegiatan ini berjalan bukan tanpa masalah. Pasalnya pada beberapa daerah reklamasi ada bibit tanaman yang mati karena tidak

cocok dengan lokasi areal yang ditanami. Bagi Pemerintah Kabupaten, kesulitan dalam mengatur pertambangan timah ini muncul pada saat penambang-penambang rakyat muncul untuk melakukan penambangan pada bekas lokasi tambang, bahkan ada juga wilayah yang telah di reklamasi oleh Pemerintah Kabupaten dan PT. Timah Tbk, di tambang kembali oleh para penambang rakyat. Sehingga program reklamasi

yang dilakukan pemerintah terkadang mengalami kegagalan. Sementara itu, dari pihak PT. Timah Tbk, mengaku kalau pihaknya tidak pernah membiarkan atau memberikan ijin penambangan di lahan reklamasi. Bahkan Kepala Bappeda Kabupaten

Bangka sendiri juga mengakui penambangan yang dilakukan oleh masyarakat pada lahan reklamasi telah sering terjadi. Hingga tak jarang mereka telah mengimbau agar masyarakat tidak menambang pada lahan yang telah di reklamasi. Selain reklamasi areal pertambangan dengan melakukan pemerataan dan menanami kembali (reboisasi) areal tersebut dengan tanaman Sengon, Akasia, Jambu Mete, hingga tanaman hutan. Ada beberapa wilayah bekas kolong yang dirubah fungsi menjadi lokasi penampungan

air yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum di Kabupaten Bangka, yang tentunya dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Tak hanya sebagai pemasok kebutuhan air minum, kolong yang banyak menampung air juga

dipergunakan untuk memasok kebutuhan air yang ada pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) guna memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Bangka. Beberapa alternatif lainnya, kolong digunakan sebagai daerah rekreasi dengan merubah fungsinya menjadi lokasi wisata air. Kabupaten Bangka Menuju Agropolitan

Sebelum Pulau Bangka di kenal sebagai penghasil bijih timah terbesar di dunia. Penduduk asli pulau tersebut pada dasarnya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Bahkan Pulau Bangka pada jaman kolonial Belanda di kenal sebagai daerah penghasil lada. Namun seiring

Page 9: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

dengan ditemukannya mineral timah yang terkandung ditanahnya, maka sektor pertanian sedikit tersisih dan mulai berlomba untuk mengekplorasinya, sehingga saat ini terkenal dengan penghasil timah terbesar. Lantas akan seperti apakah pasca bijih timah dipulau tersebut habis di ekplorasi? Kepala

Bappeda Kabupaten Bangka pun menjelaskan saat sektor pertanian masih memiliki peranan yang strategis, yakni menjadi sumber utama kehidupan dan pendapatan masyarakat petani, sehingga tak heran kedepannya Kabupaten Bangka akan menjadi kota Agropolitan.

Kabupaten Bangka kedepannya ingin menjadi penghasil pangan bagi masyarakat, sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku industri pengolahan, sebagai penyedia lapangan pekerjaan dan lapangan usaha, sebagai sumber penghasil devisa negara. Karena itulah unsur pelestarian lingkungan hidup menjadi hal yang mendesak. Lahan-lahan yang ada pun akan difungsikan untuk menanam tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Tanaman Pangan

Kabupaten Bangka memiliki program kerja Sub Sektor Tanaman Pangan, yang pada saat ini program pembangunan dan pengembangan yang diprioritaskan pada:

1. Peningkatan mutu intensifikasi pemantapan pola tanam

2. Perluasan areal melalui pencetakan sawah baru dan pembukaan lahan kering 3. Pembinaan daerah transmigrasi (bantuan sarana produksi padi) 4. Penyediaan benih/bibit unggul 5. Perlindungan tanaman dengan mengembangkan pengendalian hama dan penyakit

secara terpadu 6. Menyebarkan teknologi tepat guna pra dan pasca panen

Dari luas wilayah Kabupaten Bangka 295.068 hektar, pemanfaatan lahan yang dipergunakan untuk sawah mencangkup 427 hektar dan wilayah bukan sawah seluas 1.227 hektar. Sementara itu, untuk padi ladang memiliki luas hingga 1.640 hektar dan luas penanaman baru 1.227 hektar yang mampu menghasilkan produksi padi mencapai 3.750 ton. Tanaman palawija dan holtikultura di Kabupaten Bangka pun memberikan kontribusi terhadap ekonomi daerah, dengan luas 174 hektar kebun jagung, Kabupaten Bangka mampu memproduksi jagung hingga 522 ton. Sedangkan untuk tanaman ketela Kabupaten Bangka mampu menghasilkan 3.290 ton dalam lahan seluas 329 hektar. Tak hanya kedua tanaman tersebut, wilayah Kabupaten Bangka juga banyak ditanami ubi jalar seluas 145 hektar mampu memberikan kontribusi hingga 725 ton. Sementara itu, masyarakat Kabupaten Bangka ternyata lebih suka menanami lahannya dengan tanaman sayur-sayuran, dengan total keseluruhan mencapai 1.290 hektar dan mampu menyuplai kebutuhan sayuran hingga 10.188 ton. Tapi sayangnya untuk tanaman buah-buahan masyarakat Kabupaten Bangka kurang menaruh perhatian yang banyak. Hal itu dapat dilihat dari luas lahan yang hanya 107,76 hektar dan hanya mampu memproduksi buah-buahan hingga 2.504,72 ton. Perkebunan

Selain konsentrasi untuk meningkatkan hasil pertanian, Kabupaten Bangka juga membangun sub sektor perkebunan sebagai kelanjutan dan peningkatan dari semua usaha yang telah dilaksanakan pada pembangunan sebelumnya. Bagi kabupaten ini perkebunan menjadi salah

Page 10: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

satu program strategis karena memiliki kendali yang cukup penting dalam perekonomian masyarakat.

Perkebunan di Kabupaten Bangka terbagi atas perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Untuk produksi komoditi perkebunan rakyat terdiri dari lada, karet, kelapa, cengkeh, dan coklat. Sedangkan perkebunan besar dikelola oleh delapan perusahaan perkebunan swasta dengan tanaman utama kelapa sawit yang memiliki lahan cadangan mencapai 29.649,65 hektar dari areal tanam seluas 41.977, 96 hektar. Selain sebagai penghasil timah, Bangka juga dikenal dengan penghasil lada. Menurut data tahun 2008, perkebunan lada menempati areal lahan seluas 3.533,58 hektar dengan produksi mencapai 1.659,22 ton. Belakangan ini masyarakat kabupaten ini juga mulai beralih menjadi petani karet, sehingga tak heran jika perkebunan karet menempati posisi pertama dengan mencangkup lahan seluas 19.211,30 hektar dan mampu memanen karet hingga 14.643,77 ton. Hasil bumi yang coba ditingkatkan oleh Kabupaten Bangka juga berupa tanaman kelapa yang menempati lahan hingga mencapai 4.442,30 hektar dan menghasilkan 4.146,59 ton. Sementara itu, untuk tanaman coklat dan cengkeh yang menempati lahan 281,88 hektar mampu menghasilkan 467,14 ton. Melihat data-data yang ada tentu saja kebijakan Kabupaten Bangka yang ingin menjadikan kabupaten ini sebagai agropolitan bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Bahkan arah menuju Kabupaten Bangka sebagai agropolitan semakin dekat. Kabupaten Bangka sebagai Minapolitan

Kabupaten Bangka yang masuk dalam propinsi Bangka Belitung (Babel) merupakan sebuah wilayah kepulauan yang pastinya tak bisa lepas dari kehidupan masyarakat yang bermata

Page 11: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

pencaharian sebagai nelayan. Karena hal itulah Pemerintah Kabupaten Bangka juga memiliki kebijakan kedepannya Kabupaten Bangka sebagai daerah minapolitan. Sub sektor perikanan, khususnya pada perikanan laut sangat dominan di Kabupaten Bangka mengingat Pulau Bangka yang dikelilingi oleh lautan dan berbatasan dengan laut Cina Selatan yang memiliki sumber daya laut yang sangat besar untuk dikembangkan. Komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi berupa, ikan kerapu, kakap merah, udang, cumi-cumi, sirip ikan, dan masih banyak lagi. Keseriusan Kabupaten Bangka untuk menjadi kota minapolitan juga didorong dengan produksi ikan yang mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Saat ini produksi ikan laut hanya mencapai 19.699,83 ton, turun dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai 21.096,03 ton. Sedangkan untuk ikan air tawar tercatat 193.955 ton. Sehingga Pemerintah Kabupaten mencoba meningkatkan kembali hasil tangkapan para nelayan dengan membantu sarana dan prasarana. Tetapi guna mencapai Kabupaten Bangka sebagai daerah minapolitan, pastinya membutuhkan sarana dan prasarana penangkapan ikan laut berupa perahu atau kapal. Jumlah kapal atau perahu sebanyak pada tahun 2008 mencapai 2.691 unit, di mana tahun sebelumnya hanya

memiliki 2.574 unit. Sementara jumlah rumah tangga perikanan tangkap sebanyak 2.884, perikanan budidaya sebanyak 508, pengolahan sebanyak 32 dan pengumpul sebanyak 207.

Guna menunjang rencana Kabupaten Bangka menjadi daerah agropolitan dan

minapolitan tentunya membutuhkan sarana penunjang yang mendukung mobilitas

masyarakat untuk berpindah dari satu daerah dengan daerah lainnya. Pertambahan

sarana dan prasarana yang cenderung meningkat menjadi prioritas pembangunan di

Kabupaten Bangka untuk memperlancar arus barang dan jasa antar kecamatan.

Perhubungan udara merupakan sebuah sarana yang strategis dan teramat penting

untuk wilayah Bangka Belitung. Dapat dipastikan kehadiran Bandar Udara Depati Amir

menjadi pintu gerbang keluar masuknya kehidupan di Propinsi Babel. Bahkan menurut

data, jumlah pesawat yang berangkat dan datang dari bandara ini mencapai 3.534

penerbangan.

Selain mengunakan sarana pesawat, untuk menuju Kabupaten Bangka juga dapat

ditempuh dengan jalur laut. Bahkan pada pelabuhan yang terdapat di Kota Sungailiat,

tercatat sebanyak 363 kapal yang hilir mudik dan berlabuh untuk melakukan kegiatan

bongkar barang yang mencapai 3.719 ton dan melakukan pemuatan barang yang

mencapai 12.238 ton.

Page 12: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Tak hanya di Kota Sungailiat, pada pelabuhan yang ada di Kota Balinyu juga ramai

dikunjungi oleh kapal yang tercatat hingga 495 melakukan kegiatan. Sementara jumlah

penumpang yang turun di Pelabuhan Belinyu sebanyak 23.849 orang.

Sarana transportasi penduduk Kabupaten Bangka sehari-hari pada umumnya lebih

banyak menggunakan transportasi darat. Secara umum kondisi jalan Kabupaten

Bangka di bawah pengawasan Dinas PU sepanjang 652,71 kilometer, yang terdiri

465,60 di aspal dan sisanya berupa tanah.

Bahkan dari panjangnya jalan yang ada di Kabupaten Bangka, sepanjang 365,74

kilometer kondisi dalam keadaan baik dan mulus sehingga memperlancar laju distribusi

barang. Sedangkan jalan sepajang 181,79 kilometer memiliki kondisi sedang,

sementara sisanya masuk dalam kategori rusak dan rusak berat, dan hal ini biasanya

terdapat pada jalan menuju desa-desa dipedalaman.

Dengan ruas jalan yang terbilang bagus ini, fasilitas jalan telah dimanfaatkan oleh 350

armada angkutan umum yang ada di seluruh Kabupaten Bangka yang dikelola oleh 17

Perusahaan Otobis (PO). Walaupun pada umumnya angkutan umum di Ibukota

Kabupaten Sungailiat berhenti beroperasi menjelang petang.

Page 13: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Komersialisasi Ruang Kota

Haryo Winarso1

Prolog

Public spaces di negara-negara yang sedang berkembang seperti di Jakarta, Indonesia, hampir

selalu kurang dan bahkan ada yang mulai diinvasi oleh private sector, dijadikan ruang publik

milik privat. Tapi itulah kenyataan yang terjadi, lihatlah mall yang menyediakan ruang publik,

demikian juga perumahan mahal yang menyediakan taman dan hutan kota yang orang mesti

bayar jika ingin menggunakannya.

Tapi hal berbeda terdapat di Hanoi, Vietnam. Kota ini mempunyai lima danau besar, dan yang

mengejutkan danau-danau itu memiliki kebersihan yang terjaga, pinggirannya tertata dengan

taman-taman dan pavement yang terpelihara.

Demikian juga bagian kota lain yang

mempunyai pathway yang besar hingga 5

meter dan digunakan untuk berkumpul banyak

orang. Pada bagian yang tidak mempunyai

pathway yang besar, banyak orang yang

menggunakan jalan sebagai tempat berkumpul

Apa yang terlihat kemudian adalah suasana

vibrant, manusiawi dan sangat sehat, pada pagi

dan sore hari orang tua, pemuda dan anak-anak

akan memenuhi bagian public spaces tersebut.

Kemudian, lihatlah di hari Minggu di depan gereja katolik tua di Hanoi, sekelompok anak muda

dengan baju ala mode barat saat ini, kaos hitam, dengan bandega bagi yang laki-laki, sedangkan

celana super short dan baju kaos ketat yang sering kali terlihat tidak cukup bahan menjadi trend

bagi anak perempuannya. Memasang sound system mahal bikinan Jepang atau Korea, memutar

musik Michael Jackson, kemudian, secara serentak mereka melakukan moon walk, menunjukkan

bahwa mereka berlatih untuk pertunjukkan gratis dimuka umum di hari itu.

Sementara itu, pada sore hari dipinggir danau-danau, atau pinggir jalan utama yang mempunyai

pathway besar, orang tua berdansa tanggo atau waltz. Sedangkan tidak jauh darinya yang lebih

muda melakukan senam dengan wajah ceria dan segar terlihat. Di pojok lain, walaupun agak

mengganggu pejalan kaki, pathway dipasangi net dan mereka bermain badminton di jalan itu,

yang lain melihat dan duduk di pinggir.

1 Ketua ASPI, Dosen di Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung

Page 14: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Di sisi lain, didepan Musoleum Paman Ho, yang terlihat seperti miniaturnya Tianamen di Negeri

Cina, orang tua muda dengan anak-anaknya yang masih kecil juga "tumplek blek" di sana berlari

dan bermain layang-layang. Di Taman Lenin, tempat berdirinya patung besar Lenin, terlihat anak

kecil bermain mobilan dengan baterai yang bisa mereka tumpangi. Sedangkan yang lebih besar

bermain mobil dengan remote control. Agak lebih malam, tepatnya pada malam Minggu, di

pinggir jalan muncul tempat makan seperti lesehan di Yogya. tetapi mereka tidak benar-benar

lesehan, tetapi duduk di bangku plastik pendek. Dan ini tidak hanya di satu tempat saja - hampir

disemua tempat yang dilewati dengan menggunakan sepeda motor. Mereka makan pho - mie

rebus ala Vietnam yang sangat enak, dan minum kopi atau teh vietnam.

Nah, tempat inilah yang menjadikan suasana vibrant, tua muda, kaya miskin kumpul dengan

suasana gembira. Tentu gaya bebas baju dan relasi anak muda di sana bukan sesuatu yang bisa di

tiru di Indonesia. Namun, keberadaan public spaces inilah yang mesti ditiru dan ditambahkan di

kota-kota seperti Jakarta dan Bandung.

Taman yang membebaskan kita dari perbedaan sosial, gender dan ras, bukan taman publik di

lahan privat yang hanya dinikmati oleh anggota masyarakat tertentu saja, tentu saja bagi mereka

yang memiliki strata ekonomi yang tinggi atau mereka yang hanya menunjukkan polesan luar

saja, yang merasa malu jika mesti memakai baju bukan bermerek. Tetapi taman yang

memberikan suasana manusiawi tempat ‘manusia merasa menjadi manusia’ setelah seharian di

perbudak waktu dan uang.

Hanoi pada lokasi public space sangat memberikan kenyamanan yang terbaik. Tetapi sangat

disayangkan, kini mulai terlihat akan segara terkalahkan dengan masuknya pemikiran pasar yang

kapitalistik. menghilangkan public spaces hanya untuk kepentingan uang.

Henry Lefebvre dan ruang

Prolog di atas memberikan gambaran bagaimana keberadaan ruang kota yang baik terutama

ruang publik, ruang yang dapat diakses oleh penduduk kota secara bebas, dapat membentuk

suasana vibrant yang hangat dan egaliter, sama bagi semua penduduk kota. Sayang keadaan

ruang publik seperti itu telah jarang dijumpai di kota-kota besar di Indonesia. Kenyataannya

sering ditemui adalah ruang kota yang terdegradasi dan digunakan secara segmented.

Ada ruang kota yang diklaim sebagi ruang publik di perempatan jalan yang digunakan oleh

banyak penduduk dan jualan-jualan oleh sektor informal, sayangnya keadaan ini mengganggu

lalu lintas. Sementara di Mall yang mahal tersedia tempat berkumpul dalam bentuk cafe yang

tentu saja dinikmati oleh segmen lain dari penduduk kota secara exclusive. Mengapa semua itu

terjadi?

Dalam buku Production of Space (1991) . Henry Lefebvre sudah menyampaikan kegundahan

hatinya dan menenggarai bahwa ruang kota saat ini telah dipakai sebagai ruang-ruang konsumsi.

Suatu pemikiran yang sangat kritis mengenai penggunaan ruang perkotaan, lebih jauh Lefebvre

Page 15: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

menyatakan penggunaan ruang perkotaan saat ini menunjukkan berbagai kontradiksi: 1)

Kontradiksi antara Domination dan appropriation; 2) kontradiksi antara Perceived space dan

conceived space; 3) kontradiksi antara representational spaces dan representation of space dan

4) kontradiksi antara fixed capital dengan variable capital.

Walaupun semua kontradiksi itu sangat dirsakan pada kota-kota di Indonesia, namun barangkali

kontradiski ke-empat lebih terasa mewakili apa yang saat ini dirasakan oleh banyak orang

sebagai komersialisasi ruang kota. Pada dasarnya ruang kota seharusnya diciptakan untuk

digunakan oleh semua orang, karena memang itulah nilai guna (use value) suatu ruang kota

yang alamiah. Tetapi pandangan seperti ini telah bergeser dengan munculnya pemikiran ruang

kota sebagai faktor produksi, yang dilihat adalah nilai tukarnya (exchange value). Ruang kota

telah tereduksi nilai gunanya dan secara sempit dilihat sebagai faktor produksi yang jika dipakai

sedemikian rupa dapat memberikan keuntungan finansial yang besar bagi seorang investor.

Dalam pemikiran ekonomi neoclassic, keadaan ini terlihat sebagai hal yang wajar karena

permintaan terus meningkat sementara pasokan terbatas. Pertambahan penduduk perkotaan yang

sangat besar, bahkan menurut data terakhir di Indonesia 70% penduduknya akan tinggal di

perkotaan, maka ruang kota akan segara diinvasi oleh pertambahan penduduk. Pasokan ruang

kota menjadi “terbatas”, sementara permintaan terus menerus meningkat, akibatnya adalah

benturan pada penggunaan ruangnya.

Ruang kota akan dilihat sebagai konsumsi karena diperlukan oleh masyarakat, dilihat sebagai

komoditi yang bisa diperjual belikan, yang mampu membeli, kemudian memberi nilai tambah

dengan mengembangkannya menjadi mall, atau tempat leisure lain, akan mendapatkan

keuntungan yang sangat besar.

Aktor yang terlibat

Lefebvre menenggarai bahwa ruang yang dahulunya telah digunakan secara tetap untuk

kegunaan publik seperti, kantor pemerintah, terminal, jalan dan taman umum. (yang disebutnya

sebagai fixed capital) akan berbenturan dengan keinginan sebagian pemilik modal, untuk

menciptakan ruang baru yang akan digunakan untuk mencari keuntungan, misalnya ruang untuk

mall, perkantoran dsb-nya, yang sifatnya adalah temporal dan mengikuti keinginan pasar (ruang-

ruang ini disebutnya sebagai variable capital).

Di sini lah peran pengembang sangat besar dalam mencari variable capital dan memproduksinya

untuk digunakan mendapatkan nilai tambah yang pada akhirnya memberikan keuntungan

finansial yang besar. Jika sudah terasakan bahwa keuntungan dari ruang yang diproduksinya

menurun, maka dengan sigap pengembang akan mengalihkan penggunaannya untuk

mendapatkan nilai tukar yang lebih tinggi lagi, misalnya perubahan penggunaan di Ratu Plaza

Jakarta dari mall yang umum menjadi spesifik, Hotel Indonesia yang berubah menjadi Grand

Indonesia. Bagi investor yang menginginkan quick yield keuntungan yang cepat, maka bisa saja

Page 16: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

mereka akan membuat rumah yang segera

terjual, dan seringkali menjadi masalah di

kemudian hari.

Bagi pengembang yang menginginkan

mendapatkan keuntungan lebih lama, dibuatlah

ruang publik di ruang yang sudah menjadi

miliknya tersebut. Tentu saja, publik harus

mengeluarkan uang untuk menikmati

keberadaan ruang kota di ruang privat tersebut, ruang dalam mall adalah salah satu contohnya,

hanya dipakai publik ketika mall buka. Dalam keadaan seperti itu besar kemungkinan kota-kota

akan terdegradasi secara spasial. Ruang-ruang kota akan diambil alih oleh kepentingan pasar

dijadikan mall atau taman-taman yang tertutup milik privat. Misalnya taman-taman dalam

pengembangan perumahan baru yang dijual sebagai daya tarik sebenarnya hanya dinikmati oleh

sangat sedikit orang.

Danau atau situ yang dimiliki oleh pengembang seringkali dijadikan daya tarik dan dibuat

tertutup karena disekelingnya dibangun perumahan yang mahal, sehingga taman-taman itu akan

dinikmati oleh yang membeli rumah di sekeliling danau saja. Sementara masyarakat umum yang

tetap memerlukan ruang kota akan menginvasi juga perempatan dan ruang uang marginal dalam

kota untuk digunakan. Jika tidak ada kebijakan yang baik dalam keadaan seperti maka segregasi

spasial akan segera terlihat.

Pemerintah akan menjadi aktor yang sangat penting agar tidak terjadi konflik penggunaan

sumber daya ruang kota yang memang terasa menjadi semakin terbatas, kebijakan yang tepat

mesti dipegang oleh Pemerinatah Daerah. Pemerintah berkewajiban menyediakan ruang kota

yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat dengan mudah.

Epilog

Keberadaan ruang dalam suatu kota adalah keniscayaan, kota berkembang sejalan dengan

petumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduknya, yang akan mengakibatkan bertambahnya

kebutuhan ruang kota. Baik untuk kepentingan privat atau dipakai sendiri ataupun untuk di

perjual-belikan. Kebutuhan ruang publik untuk dipakai penduduk kota secara bebas adalah

kewajiban Pemerintah Kota untuk selalu menyiapkan ruang-ruang kota yang dapat di akses oleh

seluruh penduduk kota.

Keberadaan ruang publik yang baik akan dapat memberikan suasana nyaman vibrant, hidup dan

memberikan kenikmatan bagi peduduk kota. Sementara itu, UU Tata Ruang di Indonesia telah

menetapkan bahwa 20 persen dari ruang kota haruslah ruang yang terbuka. Namun sayang

peraturan ini belum menegaskan bahwa ruang terbuka itu haruslah ruang publik, ruang yang

bisa di akses oleh semua lapisan masyarakat dengan bebas.

Page 17: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Keberadaan dan produksi ruang publik tidak boleh dilepaskan kepada pasar, harus ada intervensi

pemerintah dengan jelas dan tegas. Pemerintah berkewajiban menyediakan ruang publik yang

baik, dimana dalam memproduksinya tentu saja dapat bekerjasama dengan pengembang swasta.

Boleh saja swasta menyediakan ruang publik tetapi tidak boleh ekslusif karena eklusivitas ruang

kota, apalagi keberadaan ruang tersebut terlihat oleh semua lapisan masyarakat, sehingga dapat

menimbulkan kecemburuan yang membahayakan ketentraman kehidupan kota.

Pemerintah harus dapat menyediakan ruang publik dalam bentuk taman kota. Taman yang

membebaskan penduduk kota dari perbedaan sosial, gender dan ras, bukan taman publik di lahan

privat yang hanya dinikmati oleh anggota masyarakat tertentu saja, yang kaya dan yang bergaya

kaya. yang hanya menunjukkan polesan luar saja, yang merasa malu jika mesti memakai baju

bukan bermerek. Tetapi taman yang memberikan suasana manusiawi tempat „manusia merasa

menjadi manusia‟ setelah seharian di perbudak waktu dan uang.

Page 18: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

PASAR TRADISIONAL:

RUANG UNTUK MASYARAKAT TRADISIONAL YANG SEMAKIN

TERPINGGIRKAN

Pasar Tradisional, Ruang Masyarakat Tradisional Yang Terpinggirkan

Oleh : Ir.H.M. Djumantri, MSi

Pengaruh Perkembangan Pasar Terhadap Kawasan

Penduduk sebagai salah satu komponen dalam system wilayah atau kawasan. Perkembangan wilayah tergantung

dari kegiatan sosial ekonomi penduduk suatu wilayah, yang kegiatan itu sendiri ditentukan oleh permintaan barang

dan jasa. Sehingga kegiatan ekonomi erat kaitannya untuk mempertemukan permintaan dan penawaran, dan tempat

kegiatannya dapat di jumpai dalam bentuk fisik yang disebut pasar.

Pada awalnya, kegiatan pasar dilaksanakan hanya seminggu sekali. Sebutan nama pasar seperti Pasar Senen,

Pasar Rebo, Pasar Kemis, Pasar Jum’at, Pasar Minggu, menunjukkan bahwa semula kegiatannya hanya seminggu

sekali, dan tentu saja the origin of pasar ini bersifat tradisional dengan ciri-ciri sebagai berikut: jual-beli barang

kebutuhan primer dan sekunder, tempat usahanya berupa kios, warung, los, tenda, gerai, dan lapak, yang

dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dengan skala kecil, modal yang kecil, dan dengan proses jual-beli barang

dagangan melalui tawar menawar.

Dengan semakin pesatnya perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan akan pasar baik

secara kuantitas maupun kualitas. Seiring kemajuan teknologi dan manajemen maka berkembanglah pusat

Page 19: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

perbelanjaan, pusat perdagangan, department store, mall, hypermarket, supermarket. Menurut survey AC Nielsen,

pertumbuhan pasar modern (termasuk hypermarket, supermarket, supermall, minimarket, dll) sebesar 31,4 %,

sedangkan pertumbuhan pasar tradisional minus 8,1 %.

Beberapa situasi di Pasar Tradisional

Kondisi penduduk yang tidak tersebar secara merata, membuat para pelaku kegiatan perdagangan mencari lokasi untuk kegiatan usahanya. Hal ini mendorong pengelompokan kegiatan pada tempat-tempat tertentu. Pada suatu wilayah/kawasan yang kondisi sosial ekonomi penduduknya baik, maka akan semakin banyak pasar dan membawa perkembangan, dan tentunya menarik penduduk baru. Dalam ilmu ekonomi wilayah (regional economy) hal ini sering dijelaskan dengan teori pertumbuhan kegiatan ekonomi yang akumulatif.

Adanya mekanisme pasar tersebut cenderung menguntungkan kawasan yang menjadi tempat pengelompokan kegiatan perdagangan tersebut. Proses ini apabila berlangsung terus dapat menyebabkan kawasan yang baik makin berkembang, sedangkan yang kurang baik makin ketinggalan.

Dalam pengembangan wilayah harus diupayakan agar kemajuan suatu kawasan tidak mengakibatkan kemunduran kawasan yang lainnya. sehingga secara totally wilayah berkembang secara optimal (pareto optima) yang dicirikan dengan terjadinya keselarasan dan keseimbangan antar kawasan, koordinasi antar kegiatan serta keserasian antar sektor.

Page 20: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Di samping mekanisme pasar, faktor yang mempengaruhi persebaran kegiatan sosial ekonomi adalah faktor lokasi/ruang. Kawasan yang letaknya berdekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan dan kemudahan transportasi berimbas pada pertumbuhan. Sementara itu kebijakan Pemerintah seperti penentuan lokasi pusat perdagangan (pasar), kegiatan produksi, kebijakan ekspor-impor, kebijakan fiskal dan moneter sangat mempengaruhi perkembangan suatu wilayah.

DUALISME PASAR MODERN vs PASAR TRADISIONAL

Mekanisme pasar ternyata menimbulkan dualisme kegiatan ekonomi khususnya perdagangan yang selanjutnya akan menunjuk pula pada dualisme aspek-aspek lainnya seperti, distribusi penggunaan lahan, kondisi lingkungan, dan sosial budaya. Pada kegiatan perdagangan biasanya muncul kelompok superior yang mendominasi kelompok inferior. Muncul pasar/toko modern di tengah keberadaan pasar-pasar tradisional.

Dualisme (dualism) berasal dari terminologi Regional Economy yakni terjadinya coexistency (hadir secara bersamaan) dalam suatu waktu atau dalam suatu wilayah yang sama dari situasi atau kondisi. Biasanya yang satu dikehendaki yang lainnya tidak atau yang satu merupakan komponen superior, yang lainnya inferior, yang kedua-duanya eksklusif/ penting bagi kelompok masyarakat yang berbeda-beda. Misalnya sektor ekonomi modern dengan sektor ekonomi tradisional, aktifitas perdagangan formal dengan perdagangan informal, gaya hidup kontemporer dengan tradisional, yang menunjukkan pada dualisme aspek-aspek lainnya (fisik, lingkungan, guna lahan, sosial budaya, dan sebagainya). Dualisme (pasar modern vs pasar tradisional) ini, salah satu akibat dalam perkembangan wilayah perdagangan Adanya perbedaan dalam pengelolaan dan pengaturan pertanahan atau pengaturan zonasi seringkali tidak terhitungkan dalam penyediaan ruang (pola ruang) yang direncanakan yang akhirnya menimbulkan friksi serta sikap pro dan kontra terhadap kehadirannya.

Fenomena diatas membuat kita memperhitungkan pengembangan suatu wilayah dari masa perencanaannya agar co-exsistency dari kedua situasi ini tidak bersifat opposite atau antagonist, melainkan bersifat complementary atau interdependency. Karena itu diperlukan intervensi Pemerintah yang dituangkan dalam berbagai kebijakan seperti kebijakan penataan ruang, peraturan zonasi, rencana pembangunan sektor-sektor produksi, pengaturan sarana prasarana ekonomi (termasuk pengaturan fungsi dan penetapan lokasi pasar), perizinan, fiskal dan moneter, dan sebagainya.

Kebijakan di bidang penataan ruang dimaksudkan agar terjadi keseimbangan, keselarasan dan keterpaduan antar wilayah kawasan. Dalam menetapkan kebijakan pembangunan sarana prasarana ekonomi, Pemerintah telah mengeluarkan PP No.112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Sebagai penjabarannya dari aspek penataan ruang diperlukan juknis Penetapan Fungsi Dan Lokasi Pasar Tradisional Dan Toko Modern yang memberikan arahan operasional atau petunjuk teknis mengenai pembangunan pasar tradisional dan toko modern yang sesuai rencana tata ruang wilayah dan rencana rinci tata ruang kawasan, peraturan zonasi, rencana tata bangunan dan lingkungan.

BEBERAPA ISU UTAMA Perkembangan pasar tradisional semakin terdesak oleh perkembangan pasar modern dalam bentuk pusat-pusat perbelanjaan/perdagangan (hypermarket, supermarket, department store, mall, minimarket, dsb) baik yang melayani perkulakan, grosiran, maupun retail. Tabel 1 berikut ini menunjukkan perkembangan penjualan perusahaan retail dan perkembangan outlet perusahaan retail tahun 2007. Meski tidak diperoleh data mutahir, dapat dipastikan selama tiga tahun terakhir ini perkembangannya meningkat tajam dengan rata-rata pertumbuhan 30 % pertahun.

Page 21: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

) peningkatan jumlah outlet hypermarket dan supermarket cukup tajam (Tabel 2), dengan persebaran supermarket

sebagai berikut: Jakarta 38,6 %, Surabaya 11,8%, Bandung 11,6 %, Botabek 10,2 %, Medan 6,5 %, Semarang 4,4

%, Makasar 4,3 %, Palembang 3,5 %, Denpasar 3,1 %, Yogyakarta 2,9 %, Padang 1,6 %, dan Solo 1,5 % (AC

Nielsen, 2004). Tujuh tahun yang lalu hampir semua supermarket berada di Jabotabek, namun sekarang hanya 50

% karena pembangunan supermarket meluas ke pulau-pulau lainnya, ke secondary cities dan tertiary cities bahkan

kawasan perdesaan yang cukup luas di Pulau Jawa. Pada tahun 2010 supermarket melayani lebih dari 50 % food

retail Indonesia. Selama dekade 2003 – 2005 jumlah minimarket (yang dimiliki pengelola jaringan) meningkat tajam

(Tabel 3) dan melakukan penetrasi ke kawasan/blok-blok permukiman. Di balik itu semua perkembangan pasar

tradisional mengalami stagnasi, bahkan berdasarkan hasil kajian AC Nielsen teridentifikasi bahwa peranan pasar

tradisional menurun 2,0 % setiap tahunnya (Tabel 4) (AC Nielsen, 2005). Isu lainnya adalah penerapan berbagai macam

syarat perdagangan oleh retail modern yang memberatkan pemasok barang.

Tabel 1. PENINGKATAN JUMLAH OUTLET PASAR MODERN DI INDONESIA 1997 s/d 2003

Tabel 2. JUMLAH PUSAT PERDAGANGAN DI INDONESIA 2003 s/d 2005

Tabel 3. Estimate: 2% per year Drop in market share of Traditional Retail

PASAR/TOKO MODERN dan PASAR TRADISIONAL

2000

2001

2002

2003

2004

MINIMARKET

3,6 %

4,7 %

5,0 %

5,4 %

7,6 %

SUPERMARKET

18,0 %

20,3 %

20,4 %

21,1 %

22,0 %

PASAR TRADISIONAL

78,3 %

74,9 %

74,6 %

73,4 %

70,5 %

TOTAL

100,0 %

100,0 %

100,0 %

100,0 %

100,0 %

Salah satu kemunduran dari pasar tradisional karena adanya persaingan aspek yang tidak seimbang. Seperti

terlihat pada Tabel 5, pasar tradisional bermodal kecil, skala kecil, manajemen sederhana, harus bersaing pada

PASAR/TOKO

MODERN

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

HYPERMARKET 442 346 448 492 730 858 872

SUPERMARKET 282 285 316 501 538 573 598

MINIMARKET 6 6 10 16 35 40 49

PUSAT PERDAGANGAN 2003 2004 2005

HYPERMARKET 43 68 83

PASAR PERKULAKAN 24 22 23

SUPERMARKET 896 956 961

MINIMARKET 4.038 5.604 6.272

CONVENIENCE STORE 102 154 131

TOKO TRADISIONAL 1.745.589 1.745.589 1.874.472

Sumber: FAO (2006)

Sumber: AC Nielsen (2005)

Sumber: AC Nielsen (2005)

Page 22: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

kegiatan retail dengan toko modern, mini market, mall, plaza, pusat perdagangan/perbelanjaan, departement store,

supermarket, hypermarket. Sementara tidak ada perbedaan segmen antara pasar modern dengan pasar tradisional.

Tentu saja konsumen cenderung berbelanja ke tempat yang bersih, sehat, aman, nyaman, bahkan harganya lebih

murah daripada membeli di pasar tradisional yang mempunyai kesan semerawut, gerah, becek, bau got, banyak

copet, tapi akrab bergaul dan bisa bernostalgia. Namun bagaimanapun ada juga yang sudah cukup berhasil seperti

misalnya pasar tempo doeloe, Pasar Pagi dan Pasar Tanah Abang di Jakarta, Pasar Bringhardjo di Yogya, Pasar

Klewer di Solo, Pasar Tunjungan di Surabaya, Pasar Sukowati di Bali, dll.

Sebenarnya masih banyak pasar tradisional yang dapat ditingkatkan daya saingnya, misalnya dengan sedikit

sentuhan gaya arsitektur tradisional, promosi barang-barang souvenir, keramah-tamahan pramuniaga, kekhasan

dialek setempat, kandungan komponen lokal, panggung kesenian lokal, kearifan lokal, dan sebagainya. Contoh

pasar tradisional yang mempunyai potensi seperti ini adalah pasar tradisional di Bukit tinggi, Pasar Apung di Sungai

Mahakam Kalimantan Selatan, Pasar Gembrong di Bogor Jawa Barat (kalau masih ada), Pasar Jalanan di

Kebayoran Lama Jakarta Selatan, Pasar Ular di Jakarta Utara, Pasar Seni (Barang-barang Antik) di Jln. Surabaya

Jakarta, Pasar Kaget. Barangkali lebih tepat bila pengembangan pasar tradisional ini diimplementasikan melalui

pendekatan (berbasis) pusat budaya atau cagar budaya. Kita tunggu saja bagaimana nanti Pemda dapat menyiasati

hal ini. Yang jelas, pembinaan pasar tradisional tidak mungkin berhasil bila dilakukan sendiri, harus dilaksanakan

secara terintegrasi dan komperhensif dengan pembinaan pasar modern, dengan pembinaan sektor lainnya

khususnya kebudayaan dan kepariwisataan.

Tabel 5. Jenis Pasar Dan Skala Pelayanannya

JJEENNIISS PPAASSAARR

SSKKAALLAA WWIILLAAYYAAHH

((GGRROOSSIIRR))

SSKKAALLAA IINNTTEERRNNAALL PPEERRKKOOTTAAAANN

((RREETTAAIILL))

PPAASSAARR MMOODDEERRNN

((MMaannaajjeemmeenn MMooddeerrnn,, TTeekknnoollooggii

MMooddeerrnn,,HHaarrggaa PPaassttii,, PPeellaayyaannaann

MMaannddiirrii))

PPeerrkkuullaakkaann BBeessaarr PPeerrkkuullaakkaann

SSeeddaanngg PPeerrkkuullaakkaann kkeecciill

HHyyppeerrmmaarrkkeett ((>>66000000 mm22

))

SSuuppeerrmmaarrkkeett //DDeepptt..SSttoorree ((220000 –– 66000000 mm22

))

MMiinnii MMaarrkkeett ((<<220000mm22

)) MMaallll// PPllaazzaa//PPuussaatt PPeerrddaaggaannggaann ((SSkkaallaa

BBeessaarr)) TTookkoo

PPAASSAARR TTRRAADDIISSIIOONNAALL

((SSkkaallaa KKeecciill,, MMooddaall KKeecciill,,

TTaawwaarr MMeennaawwaarr))

PPaassaarr TTrraaddiissiioonnaall sskkaallaa kkeecciill

((TTookkoo,,KKiiooss,,LLooss,,LLaappaakk,,TTeennddaa)) PPaassaarr TTrraaddiissiioonnaall sskkaallaa sseeddaanngg

BAGAIMANA KEBIJAKAN PEMERINTAH? Lantas bagaimana kebijakan Pemerintah dalam upaya pemberdayaan pasar tradisional agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling membutuhkan/memerlukan, saling memperkuat dan simbiosis mutualistis; memberikan pedoman bagi penyelenggara pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern; memberikan norma-norma keadilan, saling menguntungkan dan tanpa tekanan dalam hubungan antara pemasok barang dengan toko modern, serta bagaimana pengembangan kemitraan dengan UK (Usaha Kecil), sehingga tercipta tertib persaingan dan keseimbangan kepentingan produsen, pemasok, took modern, dan konsumen.

Page 23: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Upaya mengimplementasikan kebijakan dimulai dengan merevisi beberapa peraturan perundang-undangan yang dianggap sudah kadaluwarsa, diantaranya adalah, Perpres No.112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern sebagai pengganti Perpres No. 118/2000 yang berisi non pembatasan ritail kepemilikan asing (skala besar); Permen Perdag No. 53/MDAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern; Permendagri No. 42 tahun 2007 tentang Pengelolaan Pasar Desa, dan Kepmen Kesehatan No. 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat. Beberapa hal penting yang diatur dalam PP No.112 tahun 2007 dan PermenDag No. 53/MDAG/PER/12/2008 tersebut yakni:

a. Batas luas lantai penjualan took modern: minimarket < 400 m2, supermarket 400 m2 s/d 5.000 m2, hypermarket di atas 5.000 m2, department store di atas 400 M2, perkulakan di atas 5.000 M2.

b. Pengaturan lokasi: 1. Perkulakan: hanya boleh berlokasi pada atau pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder. 2. Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan, hanya boleh berlokasi pada atau pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor, dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan. 3. Supermarket dan Departement Store: Tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan; dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota. 4. Pasar Tradisional: boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan.

c. Perizinan: Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional (IUP2T) untuk Pasar Tradisional, Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP) untuk pertokoan, mall, plaza, dan pusat perdagangan, Izin Usaha Toko Modern (IUTM) untuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket & perkulakan Kelengkapan Permintaan IUP2T, IUPP, dsan IUTM: Studi Kelayakan termasuk AMDAL serta Rencana Kemitraan dengan UK (Usaha Kecil). IUP2T, IUPP dan IUTM diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Pemprov DKI Jakarta. Pedoman Tata-cara Perizinan ditetapkan oleh Menteri Perdagangan.

d. Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik secara sendiri0sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing melakukan pembinan dan pengawasan Pasar dan Toko Modern.

e. Pemberdayaan

Pasar Tradisional Mengupayakan sumber-sumber alternative pendanaan untuk pemberdayaan, meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola, memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang pasar tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi, serta mengevaluasi pengelolaan.

Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Memberdayakan pusat perbelanjaan dan took modern dalam membina pasar tradisional, serta mengawasi pelaksanaan kemitraan.

Sayang sekali kedua peraturan perundang-undangan tersebut belum sepenuhnya disosialisasikan kepada masyarakat, apalagi diemplementasikan.

Page 24: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

TANGGAPAN ASPEK PENATAAN RUANG

Pasar merupakan salah satu unsur pembentuk ruang atau implementasi dari pemanfaatan ruang. Karena itu dalam

proses pembangunannya harus mengacu kepada rencana tata ruangnya. Rencana tata ruang pada hakikatnya

wujud struktur ruang dan pola ruang yang diinginkan atau yang direncanakan.

Pembangunan Pasar Tradisional dan Pasar Modern harus mengacu kepada rencana tata ruang dari wilayah dimana

pasar tersebut akan dibangun, dengan kata lain pembangunannya diorientasikan dalam rangka mendukung stuktur

ruang dan pola ruang yang direncanakan. Oleh karena itu sebelum melakukan penilaian (assessment) dan

persetujuan (approvement) terhadap usulan pembangunan Pasar Modern maupun Pasar Tradisional, terlebih dahulu

harus dilakukan identifikasi rencana pola ruang yang termuat di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan

Rencana Rinci Tata Ruangnya atau Rencana Detail Tata Ruangnya (RDTR-nya). Rencana Tata Ruang mana yang

akan diacu sangat tergantung pada lokasi, besaran, fungsi/skala-pelayanan dari pasar yang akan dibangunnya,

Gambar berikut memperlihatkan hirarki rencana tata ruang.

Penentuan Hirarki Pasar Tradisional Dan Pasar Modern

Setiap tingkat rencana tata ruang menentukan fungsi dan skala pelayanan pasar yang perlu dibangun untuk

mendukung terwujudnya struktur ruang dan pola ruang pada tingkat rencana tertentu. Karena itulah pasar perlu

diklasifikasikan menurut fungsinya.

Sistem pusat kegiatan terbentuk dari adanya hubungan keterkaitan fungsional di antar pusat-pusat kegiatan secara

berhirarki yang mana hubungan itu terbentuk oleh sistem jaringan prasarana wilayah terutama jaringan transportasi

yang berhirarki pula (sistem primer dan sistem sekunder).

Pada tingkat nasioal, hirarki dari pusat-pusat kegiatan tersebut telah ditetapkan di dalam PP No.26 tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) sebagai berikut:

1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yakni kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala

internasonal, nasional atau beberapa provinsi, dengan kriteria:

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor impor atau pintu

gerbang menuju kawasan internasional.

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat ekonomi perkotaan, pusat kegiatan

industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi.

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau

melayani beberapa provinsi.

2) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yakni kawasan pekotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala

propinsi atau beberapa kabupaten/kota, dengan kriteria:

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa

yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor

impor yang mendukung PKN.

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala

propinsi atau beberapa kabupaten.

3) Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yakni adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani

Page 25: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan, dengan kriteria:

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat ekonomi perkotaan, kegiatan industri dan

jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

● Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala

kabupaten atau beberapa kecamatan.

Pada tingkat propinsi, hirarki dari pusat-pusat kegiatan tersebut dapat ditetapkan dalam bentuk sistem orde.

berdasarkan:

1) Sistem kota-kota propinsi (provinsial system of cities) berdasarkan hirarki besaran/ukuran jumlah penduduk

sebagai berkut:

Metropolitan/Megapolitan dengan penduduk di atas 1000.000 jiwa.

Kota Besar dengan penduduk 500.000 sampai dengan 1.000.000 jiwa.

Kota Sedang dengan penduduk 100.000 sampai dengan 500.000 jiwa.

Kota Kecil dengan penduduk di bawah 100.000 jiwa.

2) Sistem kota-kota menurut pandangan kota sebagai simpul jasa distribusi yang berhirarki berdasarkan

kelengkapan sarana transportasi.

3) Adanya hubungan keterkaitan fungsional di antara pusat-pusat kegiatan secara berhirarki yang terbentuk oleh

sistem jaringan prasarana wilayah dan sistem jaringan transportasi wilayah yang berhirarki pula (sistem primer

dan sistem sekunder).

Hirarki Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk

Pada tingkat kabupaten, hirarki dari pusat-pusat kegiatan tersebut dapat ditetapkan dalam bentuk sistem orde.

berdasarkan:

1) Sistem kota-kota kabupaten (regencial system of cities) berdasarkan besaran/ukran jumlah penduduk dan

sistem sarana prsarana wilayah yang mendukungnya.

Hirarki besaran kota adalah sebagai berkut:

Kota Sedang dengan penduduk 100.000 sampai dengan 500.000 jiwa.

Kota Kecil dengan penduduk 20.000 sampai dengan 100.000 jiwa.

Kawasan Terpadu Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) atau Desa-Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dengan

penduduk di bawah 20.000 jiwa.

2) Adanya hubungan keterkaitan fungsional di antara pusat-pusat kegiatan secara berhirarki yang terbentuk oleh

sistem jaringan prasarana wilayah dan sistem jaringan transportasi wilayah yang berhirarki pula (sistem primer

dan sistem sekunder).

Berdasarkan pengertian pasar sebagaimana dijelaskan di atas serta mempertimbangkan fungsi yang diembannya

untuk mendukung sistem pelayanan eksternal (inter kawasan wide) dan sistem pelayanan internal (kawasan wide),

maka pasar mempunyai jenjang (hirarki) sebagaimana diperlihatkan pada tabel di bawah.

Tabel 6. Hirarki Pasar Berdasarkan Skala Pelayanan

Page 26: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Skala

Pelayanan

Jenis

Pasar

SKALA WILAYAH (GROSIR)

SKALA INTERNAL

(RETAIL)

Perkulakan Besar

Perkulakan Sedang

Perkulakan Kecil

Eceran

MODERN

(manajemen modern, teknologi modern, harga pasti, pelayanan mandiri)

PMKB

■ Pusat Perdagang

skala besar

PMKS

■ Pusat Perdagangan

Skala sedang

PMKK

■ Pusat Perdagangan

skala kecil

■ Pusat Perbelanjaan

skala kecil

PME

■ Mal, Plaza

■ Hypermarket

(> 600 m2)

■ Supermarket,

Department

Store (200 s/d

6000 m2)

■ Pertokoan

■ Minimarket

(< 200 m2)

TRADISIONAL

(modal kecil, skala kecil, tawar mena-war)

PTKK

■ Pasar Tradisional perkulakan skala kecil

PTE

■ PasarTradisional

eceran berskala

kecil

■ Pertokoan, Kios,

■ Los, Lapak,

■ KumpulanTenda

Keterangan: PMKB : Pasar modern perkulakan besar

PMKS : Pasar modern perkulakan sedang

PMKK : Pasar modern perkulakan kecil PTKK : Pasar tradisional perkulakan kecil

PME : Pasar modern eceran PTE : Pasar tradisional eceran

Berikut ini disajikan penjelasan mengenai hirarki pasar berdasarkan skala pelayanan:

1). Pasar Modern Perkulakan Besar (PMKB)

Page 27: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala nasional (PKN) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara eksternal pada tingkat nasional

2). Pasar Modern Perkulakan Sedang (PMKS)

Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala wilayah/propinsi (PKW) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara eksternal di tingkat wilayah.

3). Pasar Modern Perkulakan Kecil (PMKK)

Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala kabupaten/kota/lokal (PKL) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara eksternal pada tingkat lokal atau tingkat kota/kabupaten. Hanya melayani kegiatan perdagangan perkulakan skala kecil.

4). Pasar Modern Eceran (PME)

Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung sistem pelayanan kegiatan ekonomi secara internal kawasan/lokal (kabupaten/kota). Hanya melayani kebutuhan penduduk/kegiatan perdagangan secara eceran di dalam kabupaten/kota yang bersangkutan .

7). Pasar Tradisional Perkulakan Kecil (PTKK)

Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala kabupaten/kota/lokal (PKL) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara eksternal pada tingkat lokal atau tingkat kota/kabupaten. Hanya melayani kegiatan perdagangan perkulakan skala kecil.

8). Pasar Tradisional Eceran (PTE)

Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung sistem pelayanan kegiatan ekonomi secara internal kawasan/lokal (kabupaten/kota). Hanya melayani kebutuhan penduduk/kegiatan perdagangan secara eceran di dalam kabupaten/kota yang bersangkutan .

Page 28: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

RUANG PUBLIK : ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN

Oleh: Ir. James Siahaan, MA

1. Pengantar

Setiap kota-kota lama yang terbentuk pada masa colonial (colonial Town) pastinya memiliki Masjid

Agung dan Alun-alun. Periode pembentukan kota pada masa 1914 hingga 1945 tersebut

meninggalkan kenangan terhadap rancangan kota-kota di Eropa. Kota-kota ini mendapat sentuhan

dari seorang arsitek sekaligus perancang kota Ir. Thomas Karsten, sehingga keberadaan alun-alun,

keraton atau masjid agung menjadi ciri yang sangat kental (The Indonesian City, 1986).

Di alun-alun ini warga berinteraksi, berdiskusi, berolahraga, atau sekadar menghabiskan waktu di

waktu senggang. Kota Yogyakarta, Bandung, Semarang, atau kota-kota kecil seperti Pandeglang,

Lebak, Serang, Cilegon, dan Tangerang juga memiliki alun-alun. Bahkan di tempat yang jauh dari

Jawa, seperti Sibolga (pusat keresidenan di Tapanuli) dan Pematang Siantar (pusat

perkebunan/tembakau zaman kolonial) memiliki alun-alun yang cukup luas.

Begitu juga dengan kota-kota di Belanda seperti Rotterdam, Den Haag, dan Amsterdam, juga

banyak ditemukan alun-alun di pusat kota. Bahkan hampir di depan apartemen atau kompleks

perumahan selalu bisa ditemukan tempat-tempat terbuka yang lebih kecil dari alun-alun tapi

biasanya digunakan untuk tempat kumpul-kumpul, bermain skate board, bersepeda, atau bermain

basket.

Demikian pula halnya di Paris, Perancis, kita bisa melihat ruang-ruang terbuka persis di depan

warung kopi (coffe shop/café) di sepanjang Jalan Boulevard Champs E’lyse’s, yang merupakan

jaringan utama menuju monumen Arc de Triumph. Keadaan yang sama bisa ditemui di Jerman, di

Cologne, disana kita bisa menemukan banyak ruang-ruang kosong berupa lapangan rumput dimana

masyarakat bisa mengisi waktu luangnya. Kota-kota di Eropa dan Amerika selalu memiliki ruang-

ruang seperti di atas atau saat ini dikenal dengan ruang publik.

Ruang publik di Eropa dan Amerika telah berkembang sebagai icon kota (image of the city). Kota-

kota di Asia seperti Singapura dengan Boulevard Orchard Road mengambil contoh ruang publik

seperti jalan boulevardnya Champs E’lyse’s di atas. Orchard Road telah menjadi icon kota

Singapura dan menjadi pengangkat citra kota. Kita bisa melihat bagaimana pemerintah Singapura

menciptakan harmonisasi antara kawasan niaga internasional (kompleks Takasimaya), apartemen

mewah, hotel berbintang, serta restauran (shop/cafe) dengan ruang publik (dalam bentuk

jaringan pejalan kaki/pedestrian). Pemandangan yang sangat menyentuh di ruang publik Singapura

terjadi pada saat hari Sabtu dan Minggu. Kita bisa melihat para TKW yang berasal dari berbagai

Page 29: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

negara (Indonesia, Filipina, dan Thailand) serta ABK yang sedang berlabuh di pelabuhan Singapura

dapat berbaur dengan bangsa lain (Eropa dan Amerika)secara multi ras tanpa terlihat perbedaan

yang begitu menonjol.

Ruang publik menurut Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dapat berupa

Ruang Terbuka Hijau Publik atau Ruang Terbuka Non Hijau Publik yang secara institusional harus

disediakan oleh pemerintah di dalam peruntukan lahan di kota-kota di Indonesia.

2. Terminologi Ruang Publik

Istilah ruang publik (public space) pernah dilontarkan Lynch dengan menyebutkan bahwa ruang

publik adalah nodes dan landmark yang menjadi alat navigasi didalam kota (Lynch, 1960).

Gagasan tentang ruang publik kemudian berkembang secara khusus seiring dengan munculnya

kekuatan civil society. Dalam hal ini filsuf Jerman, Jurgen Habermas, dipandang sebagai

penggagas munculnya ide ruang publik (Sulfikar, 2010). Jurgen Habermas memperkenalkan

gagasan ruang publik pertama kali melalui bukunya yang berjudul The Structural Transformation

of the Public Sphere: an Inquire Into a Category of Bourjuis Society yang diterbitkan sekitar tahun

1989.

Ruang publik diartikan sebagai ruang bagi diskusi kritis yang terbuka bagi semua orang. Pada ruang

publik ini, warga privat (private person) berkumpul untuk membentuk sebuah publik dimana nalar

publik ini akan diarahkan untuk mengawasi kekuasaan pemerintah dan kekuasaan negara. Ruang

publik mengasumsikan adanya kebebasan berbicara dan berkumpul, pers bebas, dan hak secara

bebas berpartisipasi dalam perdebatan politik dan pengambilan keputusan. Lebih lanjut, ruang

publik dalam hal ini terdiri dari media informasi seperti surat kabar dan jurnal. Disamping itu, juga

termasuk dalam ruang publik adalah tempat minum dan kedai kopi, balai pertemuan, serta ruang

publik lain dimana diskusi sosio-politik berlangsung.

Ruang publik ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis, dan bermakna. Responsif dalam

arti ruang publik adalah ruang yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan

luas. Demokratis, artinya ruang publik dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar

belakang sosial, ekonomi, dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia.

Bermakna memiliki arti kalau ruang publik harus memiliki tautan antara manusia, ruang, dan dunia

luas dengan konteks sosial.

Mall atau pusat-pusat perbelanjaan tidak akan pernah menjadi ruang publik utuh, meski belakangan ini tempat tersebut dijadikan sebagai lokasi bertemu, bertukar informasi, atau sekedar tempat rekreasi melepas kepenatan, mall tetap menampilkan wajah yang privat dimana orang yang ada disana cenderung berasal dari kalangan ekonomi tertentu. Tidak adanya kontak dan interaksi sosial sebagai prasyarat bagi penguatan kapital sosial merupakan alasan utama mengapa ruang publik tidak dapat tergantikan oleh mall atau pusat perbelanjaan.

Sementara itu, secara spasial ruang publik didefinisikan sebagai tempat dimana setiap orang memiliki hak untuk memasukinya tanpa harus membayar uang masuk atau uang lainnya. Ruang publik dapat berupa jalan (termasuk pedestrian), tanah perkerasan (pavement), public squares, dan taman (park). Hal ini berarti bahwa ruang terbuka hijau (open space) publik seperti jalan dan taman serta ruang terbuka non-hijau publik seperti tanah perkerasan (plaza) dan public squares dapat difungsikan sebagai ruang publik.

Page 30: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

3. Arti Penting Ruang Publik

Karakteristik ruang publik sebagai tempat interaksi warga masyarakat sangat penting dalam menjaga dan meningkatkan kualitas kawasan perkotaan. Ruang publik di Indonesia

memiliki arti yang sangat penting dan strategis secara hukum yaitu dengan ditetapkannya Undang Undang No. 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Sedangkan dalam Pasal 28 ditegaskan perlunya penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) didalam suatu kota. Terkait dengan ruang publik maka RTH Publik dan RTNH Publik yang disediakan untuk publik dapat dikategorikan sebagai ruang publik.

Ruang Terbuka Hijau dan

Ruang Terbuka Non Hijau Publik

Bentuk RTH yang akan dikembangkan di kota sebagai ruang publik:

1. Taman Lingkungan 2. Taman RW 3. Taman Kelurahan 4. Taman Kecamatan 5. Taman Kota 6. RTH Pemakaman 7. RTH Lingkungan Perumahan Kecil 8. RTH pada Jalan Lingkungan yang Sempit 9. RTH pada Sempadan Sungai 10. Hutan Kota

Page 31: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Bentuk RTNH yang dapat digunakan sebagai ruang publik:

Perancangan dan pengembangan ruang publik merupakan hal yang signifikan untuk kota maupun

perkotaan karena:

a. Ruang publik merupakan konstruksi sosial dari ruang Ruang di sekitar kita, baik ruang tempat bermukim hingga ruang yang kita kunjungi ketika

berpergian, merupakan bagian dari realitas sosial. Perilaku spasial yang ditentukan dan

menentukan ruang sekitar kita merupakan bagian yang terintegrasi dengan eksistensi sosial

kita.

b. Ruang publik menciptakan batasan spasial Pembentukan batasan spasial menjadi prasyarat utama dalam perancangan kota (Cullen, 1971).

Sebagai nodal dan landmark, ruang publik berguna untuk menavigasi kota (Lynch, 1960). Jalan

dan ruang terbuka seperti lapangan menjadi huruf-huruf yang akan digunakan untuk membaca

dan merancang ruang perkotaan (Krier, 1979). Menciptakan batasan ruang-ruang yang hidup

dan aktif dilihat sebagai kondisi yang penting untuk keberhasilan penyediaan ruang publik. Hal

ini menjadi sangat penting bagi perancangan kota untuk menciptakan ruang publik positif,

Secara Hirarkis Secara Linier Secara Fungsional

RTNH pada Wilayah

Kota / Kawasan

Perkotaan

Alun-Alun Kota,

Plaza Bangunan

Ibadah, dll

RTNH pada

bangunan-bangunan

fungsional di setiap

skala pelayanannya

(skala kota,

kecamatan,

kelurahan,

lingkungan RW dan

RT), seperti:

a. Bangunan

Hunian b. Bangunan

Komersial c. Bangunan Sosial

Budaya d. Bangunan

Pendidikan e. Bangunan

Olahraga f. Bangunan

Kesehatan g. Bangunan

Transportasi

RTNH pada Kawasan

Kecamatan

RTNH pada Jalan Arteri

RTNH pada Kawasan

Kelurahan

RTNH pada Jalan

Kolektor

RTNH pada

Lingkungan RW

RTNH pada Jalan Lokal

RTNH pada Jalan

Lingkungan

RTNH pada

Lingkungan RT

Alun-Alun

Kecamatan,

Plaza Bangunan

Ibadah, dll

Alun-Alun Kelurahan,

Plaza Bangunan

Ibadah, dll

Taman dan Lapangan

RW, dll

Taman dan Lapangan

RT, dll

Page 32: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

dimana ruang dibatasi oleh bangunan, bukan dibatasi oleh apa yang tertinggal dari suatu

pembangunan (Alexander et al, 1987).

c. Adanya reintegrasi dari pembagian sosio-spasial Ruang publik menjadi mediator antara ruang privat yang mendominasi wilayah kota dan

memainkan peran penting dalam pembagian sosiospasial. Tanpa adanya proses mediasi, maka

pergerakan spasial di dalam kota menjadi sangat terbatas. Sama seperti kondisi yang

berkembang di abad pertengahan di kota-kota Mediterania dimana permukiman dipisahkan oleh

dinding dan gerbang. Kondisi saat ini pun memperlihatkan banyaknya permukiman yang dijaga

keamanannya serta jaringan jalan yang ada banyak dikotak-kotakkan dan dibatasi aksesnya.

d. Adanya integrasi kota menuju fragmentasi fungsional

Pada Jaman modern, integrasi fungsional kota cenderung menghilang dan memudar.

Perkembangan ukuran ruang kota telah membawa pada spesialisasi ruang, dimana terjadi

pemisahan hubungan simbolis dan fungsional dari lingkungan publik dan privat.

Teknologi transportasi telah memungkinkan masyarakat untuk hidup dan bekerja di luar

kota serta ruang pusat kota dapat dihindari dari tingginya jumlah penduduk. Kemampuan

untuk menjangkau seluruh ruang perkotaan telah mengurangi kontak fisik antara

penduduk kota dan lingkungan terbangunnya, seperti yang telah berlangsung sepanjang

sejarah (Sennett, 1994).

Ruang publik kota cenderung menjadi ruang residual yang digunakan untuk parkir kendaraan

atau untuk kegiatan pariwisata dan perdagangan. Lebih lanjut, sejumlah tempat di kota dibuka

untuk publik dan dilihat sebagai milik publik, seperti restoran, museum, perpustakaan, dan

bioskop. Tempat-tempat ini memegang peranan yang penting dan signifikan. Dengan cara yang

sama seperti pusat perbelanjaan berfokus pada perdagangan dan restoran memiliki fungsi

tertentu serta jam operasional yang dibatasi oleh aturan tersendiri.

4. Kondisi Ruang Publik Saat Ini

Sayangnya, arti penting keberadaan ruang publik pada kota di Indonesia semakin lama diabaikan oleh pembuat dan pelaksana kebijakan tata ruang wilayah, sehingga ruang yang sangat penting ini semakin berkurang. Ruang-ruang publik yang selama ini menjadi tempat warga melakukan interaksi, seperti lapangan olahraga, taman kota, arena wisata, arena kesenian, lama-kelamaan menghilang digantikan oleh mal, pusat-pusat perbelanjaan, dan ruko-ruko.

Kecenderungan terjadinya penurunan kuantitas ruang publik, terutama ruang terbuka hijau (RTH)

pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan

Bandung, luasan RTH telah berkurang dari 35% pada awal tahun 1970-an menjadi kurang dari 10%

pada saat ini. RTH yang ada sebagian besar telah dikonversi menjadi infrastruktur perkotaan

seperti jaringan jalan, gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan kawasan permukiman

baru.

Disamping itu, kondisi ruang publik juga menghadapi masalah kualitas. Menurut William H. Whyte dalam tulisannya yang berjudul “Why Many Public Spaces Fail” menyatakan bahwa ruang publik sering terlihat rapi, bersih dan sepi/kosong. Kondisi ini terkesan seolah-olah hendak mengatakan “no people, no problem”. Tetapi buat kita sebenarnya ketika ruang publik kosong/sepi atau dirusak maka ruang publik tersebut mungkin ada yang salah dengan design dan manajemennya.

Page 33: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Banyak ruang publik yang disediakan hanya untuk enak dipandang tapi tidak untuk disentuh apalagi digunakan oleh masyarakat.

Gambar-gambar berikut menunjukkan sejumlah masalah yang umum dijumpai di ruang publik:

a. Minimnya tempat duduk

Banyak ruang publik yang tidak menyediakan tempat duduk membuat orang cenderung bertindak sesukanya untuk memperoleh kenyamanan. Kadangkala mereka tidur-tiduran atau terpaksa duduk di atas tas yang dibawanya. Hal ini merupakan isu yang sangat penting, contohnya pilihan untuk duduk di bawah teriknya sinar matahari atau berlindung di balik bayangan gedung dapat membuat perbedaan keberhasilan atas keberadaan tempat tersebut.

b. Minimnya tempat berkumpul

Paris' Parc de la Villette memiliki tempat duduk yang memaksa orang untuk duduk di tempat yang ada serta rambu/tanda larangan memanjat patung yang ada. Walaupun terletak di sepanjang Jalan Raya Pacific Coast, taman yang ada di Pantai Laguna ini memiliki banyak aktivitas, menyediakan tempat untuk makan, serta menyediakan tempat duduk yang memadai.

c. Akses jalan masuk yang buruk secara visual

Jika suatu ruang dapat digunakan, maka orang harus dapat melihat dan memasukinya. Jalan masuk yang gelap dan sempit seperti di New York City's Bryant Park dapat membuat orang enggan mengunjunginya. Lain halnya dengan jalan masuk pada gambar kedua dimana terdapat kios penjual kopi dan makanan, serta interior taman dapat terlihat dengan jelas dari bagian luar taman.

Page 34: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

d. Fitur yang Disfungsional

Seringkali sejumlah fitur dirancang untuk menunjukkan kekhasan suatu ruang dan cenderung hanya untuk visualisasi semata. Seharusnya fitur-fitur khas yang ada dapat merangsang tumbuhnya aktivitas di tempat tersebut.

e. Jalan setapak yang berliku-liku

Jalan setapak yang berliku dan tidak memiliki tujuan akhir seperti di Taman Phoenix, Arizona tidaklah berguna. Sementara itu, Taman Luxembourgs di Paris menunjukkan jalan yang dapat menarik orang yang melewatinya untuk dapat berhenti dan beristirahat sejenak melalui penyediaan bangku-bangku taman.

f. Dominasi ruang oleh kendaraan

Ruang publik ini pada umumnya minim sarana penyeberangan, bidang jalan yang terlalu lebar, atau minimnya jalur pejalan kaki. Pengguna jalan seharusnya tidak perlu takut untuk menyeberang jalan dan dapat dilakukan dengan mudah serta nyaman.

Dinding kosong atau dead zones

Page 35: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Area di sekitar ruang publik juga merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan penyediaan ruang tersebut, sama halnya seperti desain maupun manajemen ruang tersebut. ing kosong tidak memberikan peran yang berarti bagi aktivitas di sekelilingnya.

g. Lokasi halte yang sulit dijangkau

Halte bus yang salah dalam penempatan sehingga tidak orang yang memanfaatkannya merupakan suatu kegagalan dalam perencanaan. Sebaliknya, halte yang berada di tempat yang

ramai dan memiliki aktivitas tinggi dapat meningkatkan fungsi ruang publik tersebut dan meningkatkan penggunaan transportasi umum.

5. Ruang Publik Ideal Ruang publik yang ideal seyogianya memenuhi kriteria berikut:

a. Image and Identity Berdasarkan sejarah, ruang terbuka adalah pusat dari aktivitas masyarakat dan secara

tradisional membentuk identitas dari suatu kota. Hal ini dapat dilihat dari bentuk dan

ukurannya yang paling menonjol dari bangunan yang ada berdekatan dengannya.

Kondisi Ruang Terbuka di Copenhagen, Denmark

Page 36: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

b. Attractions and Destinations Ruang terbuka memiliki tempat-tempat yang kecil yang di dalamnya memiliki suatu daya tarik

tertentu yang memikat orang banyak, misalkan kafetaria, air mancur,atau patung.

Ghirardelli Square, San Fransisco

c. Ketenangan (Amenities) Ruang terbuka seharusnya memiliki bentuk ketenangan yang membuat orang merasa nyaman

bagi yang menggunakannya. Penempatan ruang terbuka dapat menentukan bagaimana orang

memilih untuk menggunakan suatu lokasi. Selain itu, ruang terbuka menjangkau seluruh umur

dari anak-anak hingga orang dewasa.

Rockefeller Center, New York

d. Flexible Design Ruang terbuka digunakan sepanjang hari, dari pagi, siang, dan malam. Untuk merespon kondisi

ini ruang terbuka menyediakan panggung-panggung yang mudah untuk ditarik keluar-masuk,

mudah dibongkar pasang, dan mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lainnya.

Page 37: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Tennis on the square, Copenhagen, Denmark

e. Seasonal Strategy Keberhasilan ruang terbuka bukan hanya fokus pada salah satu desain saja, atau pada stategi

manajemennya. Tetapi dengan memberikan tampilan yang berubah-ubah yang berbeda dari

satu musim ke musim lainnya.

Pasar Liburan di New York’s Union Square

f. Akses Ruang terbuka memiliki kedekatan dan kemantapan aksesibilitas, mudah dijangkau dengan

jalan kaki, kedekatan dengan jalan besar, tidak dilalui kendaraan padat, atau kendaraan yang

lewat dengan kecepatan lambat.

Page 38: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Plaza Santa Ana, Madrid, Spanyol

6. Keberlangsungan Ruang Publik Ada beberapa ruang terbuka (RTH dan RTNH) yang dikategorikan sebagai ruang publik yang sangat

penting dijaga keberlangsungannya dalam suatu lingkungan permukiman kota, diantaranya sebagai

berikut:

a. taman dan pekarangan, seperti taman perkotaan, taman hutan raya, dan pekarangan rumah; b. fasilitas olahraga luar ruang (dengan permukaan alami atau buatan, baik dimiliki oleh publik

maupun privat), seperti lapangan tenis, lapangan golf, sekolah, dan lapangan bermain; c. RTH untuk amenitas (pada umumnya berada di perumahan), seperti ruang rekreasi informal,

RTH komunal di dalam dan sekitar perumahan, serta perdesaan; d. penyediaan fasilitas untuk anak dan remaja, seperti taman bermain, lapangan basket, dll; e. koridor hijau, seperti sungai, jalur pejalan kaki, dan jalur sepeda; f. RTH yang bersifat alami dan semi-alami, seperti hutan kota, lapangan rumput, dll; g. pemakaman; dan h. ruang publik, seperti pasar dan area perkerasan yang dirancang untuk pejalan kaki.

Dalam Undang-Undang Tentang Penataan Ruang juga ditegaskan pentingnya ruang terbuka, baik

RTH maupun RTNH yang dijadikan sebagai salah satu muatan RTRW Kota. Kita tahu bahwa RTH dan

RTNH memuat 2 (dua) komponen yaitu RTH dan RTNH Publik dan Privat. RTH Publik dan RTNH

Publik menjadi bagian utama yang penting disediakan untuk menjamin keberlangsungan

tersedianya ruang publik di kota-kota di Indonesia. Perda RTRW Kota seyogianya menyediakan pasal

khusus tentang penyediaan RTH Publik dan RTNH Publik.

Tetapi perlu diperhatikan pula kalau ruang publik tidak otomatis dapat dikategorikan sebagai RTH

atau RTNH. Ruang publik yang baik harus dapat berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk

berkumpul, berinteraksi, dan beraktivitas dengan aman dan nyaman. Tanpa adanya aktivitas dan

interaksi sosial manusia di dalamnya, maka suatu ruang publik telah gagal mengemban misinya.

Lain halnya dengan RTH ataupun RTNH dimana ketika tidak ada aktivitas manusia dan interaksi

sosial pun di dalamnya, fungsi RTH dan RTNH masih dapat berlangsung dengan baik.

Satu faktor yang perlu diperhatikan adalah melibatkan peran serta masyarakat didalam penyediaan

ruang publik. Hal ini dapat ditawarkan kepada pihak swasta dengan melakukan kerjasama

pemerintah dan swasta (public private partnership). Dalam hal ini swasta dapat diberikan insentif

dengan menyediakan iklan di arena ruang publik sebagai pendorong bagi pembangunan fasilitas

yang harus disediakan dalam ruang publik.

Page 39: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Disamping itu, pemerintah kota harus memperhatikan aspek arsitektural dan estetika (termasuk

penerangan ruang publik). Ketika merancang harus memenuhi kebutuhan masyarakat kota dan

menjamin keamanan serta kenyamanan masyarakat penggunanya.

Di Indonesia, pengembangan ruang publik sedang digalakkan secara intensif. Contoh pengembangan

ruang publik yang berhasil adalah ruang publik di Pantai Losari, Makassar, dimana interaksi sosial

masyarakat dapat berlangsung dengan baik. Sementara itu, RTH Taman Suropati, Jakarta

merupakan contoh pengembangan ruang publik yang kurang berhasil mengingat lokasinya yang

berada di lingkungan yang berpolusi udara dan tidak nyaman untuk aktivitas masyarakat.

Daftar Pustaka

Alexander C, Neis H, Anninou A, King 1. 1978. A New Theory of Urban Design. Oxford University Press.

New York.

Cullen, G. 1971. The Concise Townscape. Butterworth. Sevenoaks, Kent.

Krier, R. 1979. Urban Space. Academy Editions. London.

Lynch, K. 1960. The Image of City. MIT Press. Cambridge, MA.

Madanipour, A. 1999. Why are The Design and Development of Public Spaces Significant for Cities ?

Environment and Planning B: Planning and Design Volume 26 Pages 879-891.

Sennett, R. 1994. Flesh ans Stone. Faber and Faber. London.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau di Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan.

Page 40: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Kota Kekerabatan Maja dan Masa Depan

Oleh : Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar)

Persoalan perumahan masih menjadi salah satu issue penting dalam pembangunan ekonomi mengingat

sektor perumahan memiliki peran sebagai salah satu motor penggerak perekonomian dan memiliki

multiplier effect pertumbuhan suatu daerah. Persoalan perumahan sampai saat ini adalah bagaimana

mengatasi jumlah backlog perumahan yang pada tahun 2009 sudah mencapai 7,4 juta.

Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian kita dalam menangani persoalan perumahan tersebut

adalah tersedianya lahan untuk perumahan permukiman. Dalam kaitan ini tentunya peran pemerintah

daerah untuk memastikan tersedianya lahan untuk perumahan dan permukiman menjadi sangat

penting. Upaya pemerintah daerah untuk mencari lahan untuk dijadikan kawasan permukiman yang

strategis, layak dan nyaman serta sesuai dengan tata ruang menjadi faktor kunci keberhasilan

pembangunan perumahan.

Jakarta sebagai kota inti Metropolitan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) dengan

tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan memiliki daya tarik tinggi bagi pencari kerja dan

urbanisasi membutuhkan perumahan yang layak bagi masyarakatnya. Karena kelangkaan lahan dan

tingginya harga lahan di Jakarta menyebabkan penyediaan perumahan khususnya bagi masyarakat

berpenghasilan bawah menjadi kendala. Upaya mendorong pengembangan kawasan perumahan yang

berada disekitar Jakarta menjadi satu kesatuan sistem pembangunan dengan Metropolitan

Jabodetabek merupakan salah satu langkah untuk mengatasi kendala kebutuhan lahan tersebut.

Demikian juga dukungan yang diberikan Pemerintah untuk mengatasi hal ini akan membantu upaya

Pemerintah Daerah dalam mengatasi persoalan kebutuhan perumahan.

Guna menjawab permasalahan tersebut, salah satu lokasi yang potensial untuk mendukung sebagian

kebutuhan perumahan wilayah Jabodetabek adalah Maja. Berada pada koridor barat dari sisi Kota

Jakarta, sedangkan secara administrasi Maja ini terletak pada 3 kabupaten yaitu Kabupaten Lebak,

Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang. Maja berpotensi sebagai salah satu penyangga

Metropolitan Jakarta. Guna meningkatkan dan mendorong pembangunannya Maja ditetapkan sebagai

Page 41: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Kota Kerabatan Maja berdasarkan Surat Kemenpera No.02/KPTS/M/1998. Maja merupakan kawasan

permukiman skala besar guna menampung kebutuhan perumahan kedepan. Bahkan pada tahun 1996

pengembangan Maja menjadi agenda pembahasan pada sidang kabinet dan rapat kerja DPR. Tak hanya

itu, pengembangan Maja sebagai pusat pertumbuhan baru akan memberikan kontribusi dalam

menanggulangi kebutuhan perumahan di Jabodetabek khususnya Jakarta.

Gambaran Umum Kota Kekerabatan Maja

Kota Kekerabatan Maja diproyeksikan menjadi salah satu penyangga di bagian barat Metropolitan

Jakarta. Kedudukannya dalam konteks wilayah yang lebih luas, cukup strategis dan terletak di 2 propinsi

(Jawa Barat dan Banten) seperti terlihat pada gambar 1 (satu). Beberapa area Bodetabek yang saat ini

menjadi penyangga kota Jakarta untuk beberapa tahun yang akan datang akan menjadi sangat padat.

Sementara, saat ini disisi barat Jabodetabek terdapat lahan yang masih luas dan memiliki potensi yaitu

Maja, yang terletak pada 3 kabupaten yaitu Lebak, Tangerang dan Bogor. Luas area Maja secara

keseluruhan mencapai 10.900 Ha dengan rincian Kecamatan Maja di Kabupaten Lebak seluas 5250 Ha,

Kecamatan Cisoka dan Tigaraksa di Kabupaten Tangerang seluas 2650 Ha, dan Kecamatan Tenjo di

Kabupaten Bogor seluas 3000 Ha. Hingga sekarang terdapat 17 develepor yang memiliki sekitar 3.565 Ha

dan telah mulai membangun dan kemudian berhenti semenjak Indonesia mengalami krisis pada tahun

1997 – 1998.

Page 42: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Potensi yang ada disekitar maupun yang dimiliki Maja sangat mendukung langkah agar Maja menjadi

pusat kegiatan baru di bagian barat Jabodetabek. Tak hanya itu, tidak jauh dari Maja, tepatnya sebelah

utara terdapat kawasan atau Zona Industri Banten (Tangerang), dengan pusat kota di daerah Balaraja.

Keberadaan kawasan industry ini tentunya sangat membantu dengan member peluanbg bagi Kota Baru

Maja menjadi sebuah pusat pertumbuhan yang dapat difokuskan pada kegiatan agro-industri.

Sementara itu, salah satu program andalan yang memiliki nilai strategis pemerintah berada di sisi barat

Jabodetabek, tepatnya di lokasi Bojonegoro, dengan dibangunnya pelabuhan curah kering dalam

kapasitas dan skala internasional.

Dengan adanya pembukaan pelabuhan ini pastinya akan memberikan dorongan terhadap berbagai

kegiatan sehingga akan banyak menyerap tenaga kerja dalam menjalankan operasionalnya. Tak hanya

itu, pengembangan Kota Baru Maja dengan prioritas keunggulan yang memanfaatkan posisi (dari segi

wilayah), dapat diarahkan untuk mendukung tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menunjang aktivitas

tersebut.

JAKARTABOGOR

BANDUNG

MAJA

SERANGJAKARTAJAKARTA

BOGORBOGOR

BANDUNGBANDUNG

MAJA

SERANGSERANG

Page 43: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Maja yang terletak di 3 (tiga) wilayah Kabupaten meliputi 4 Kecamatan, yaitu: Kecamatan Maja

(Kabupaten Lebak); Kecamatan Cisoka dan Solear (dulu Tigaraksa, Tangerang); dan Kecamatan Tenjo

(Kabupaten Bogor). Deliniasi Kasiba Maja dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini:

Gambar 2 Deliniasi Wilayah

Kota

Kekerabatan Maja merupakan salah satu terobosan dan menjadi alternative counter magnet bagi Kota

Metropolitan Jabodetabek. Setelah adanya konsep Maja bagi masyarakat tentunya, hal yang paling

diperhatikan selanjutnya adalah masalah akses. Saat ini pintu masuk utama Maja dapat dilalui melalui

dua jalan bebas hambatan. Pertama melalewati jalan Tol Jakarta-Tangerang sepanjang 16 Kilometer

atau menggunakan jalan Tol Tangerang-Merak sepanjang 77 Kilometer seperti yang terdapat pada

gambar 2.

Gambar 2 Tol Jakarta – Merak

Page 44: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Jalan raya yang digunakan sebagai aksesibilitas inter dan antar Kota Maja dapat dilalui melalui

kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Transportasi lokal disediakan oleh transportasi “semi private”

seperti ojek (kendaraan beroda dua) dan taksi gelap. Angkutan Bus Antar Kota (Jurusan Maja – Kalideres

via Kopo – Cikande – Balaraja – Tol Tangerang); serta angkutan dalam Kawasan (Ojek, dan Omprengan);

serta Angkutan Umum (Taman Adiyasa – Balaraja).

Gambar 3 Moda Transportasi Publik yang melayani Maja

Untuk masalah transportasi yang mendukung Kota Jakarta sepertinya tidak terlalu mengalami

kendala. Pasalnya, selain transportasi darat berupa angkutan umum, daerah ini juga dilewati oleh

transportasi massal seperti angkutan kereta api yang menjadi pilihan moda transportasi Jakarta-

Maja PP (Pulang-Pergi) sebanyak 16 trip per hari. Untuk mendukung pengembangan Kota Baru

Page 45: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Maja sebagai dormitory Jakarta, saat ini juga tengah dibangun kereta api double track menuju

Maja oleh Kementerian Perhubungan.

Gambar 4 Jalur Double Track yang sedang dalam konstruksi dan Stasiun Maja

Gambar 5 Stasiun kereta api yang telah terbangun dengan prasarana jalan yang baru

Page 46: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Perkembangan Pembangunan Rumah

Proyek pengembangan hunian baru guna mendukung Kota Jakarta ternyata telah dilakukan jauh-jauh

waktu. Pembangunan perumahan di Kota Maja telah dilaksanakan sejak tahun 2006 oleh Pengembang

untuk pembangunan RSS tipe 21/60 dan tipe 21/72. Perkembangan selanjutnya, pada tahun 2009 silam,

telah berdiri sekitar 7511 unit rumah, dengan kondisi beberapa rumah mengalami kerusakan sehingga

dalam perencanaan kedepannya akan ditata kembali. Sementara pada tahun yang sama, perkembangan

pembangunan rumah baru berkisar 100 unit rumah. Karena itulah, pembangunan rumah-rumah

tersebut perlu didorong terus agar pembangunan Kota Baru Maja bisa maksimal. Berdasarkan rencana,

pengembangan Kota Maja akan dapat menampung total 304.110 unit rumah

Gambar 7 Kondisi rumah saat ini dan akan direncanakan ulang

Page 47: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Rencana Pengembangan Kota Maja

Kota Metropolitan Jabodetabek pada tahun-tahun mendatang telah mengalami permasalahan

menyangkut perumahan. Karena itulah Kota Maja ini diproyeksikan menjadi alternatif lokasi tempat

tinggal bagi masyarakat menengah-bawah. Selain itu, Kota Maja ini juga menjadi lokasi rumah tinggal

bagi pekerja industri. Seperti kita ketahui bersama, untuk pengembangan perumahan dan kota baru

yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan menengah-atas di sisi barat Jabodetabek sudah

dikembangkan pada lokasi Serpong dan Karawaci (Tangerang).

Rencana pengembangan terhadap Kota Maja merupakan upaya untuk mewujudkan harapan agar salah

satu peran Kota Baru Maja dapat berkontribusi dalam mengurangi beban kota Jakarta, melalui

pembangunan perumahan dan penciptaan lapangan pekerjaan. Perkembangan pusat kegiatan baru di

Maja kedepannya diharapkan mampu memberikan dan menyediakan lebih banyak pekerjaan dan

pembangunan perumahan, terutama untuk golongan masyarakat menengah ke bawah, begitu juga

dengan pembangunan kawasan industri yang tepat dan sesuai tentunya akan menyerap banyak tenaga

kerja.

Rencana kedepan, Kota Maja memiliki visi agar dapat menjadi kota yang Friendly city, Integrated

Housing, dan Green development. Kota Baru Maja dengan luas total 10.900 Ha, mempunyai asumsi

dalam satu unit rumah diisi oleh 5 (lima) orang, maka daya tampung penduduk di kawasan Maja dapat

mencapai total 1.520.550 jiwa, dengan rincian untuk Kasiba Maja sebanyak 632.375 jiwa, Kasiba Cisoka-

Tigaraksa sebanyak 369.675 jiwa, serta Kasiba Tenjo sebanyak 418.500 jiwa. Pengembangannya akan

diprioritaskan pada Kabupaten Lebak seluas 5250 Ha, sebagai tahap pertama pembangunan.

Dengan tujuan pembangunan Maja yang berkesinambungan, maka tahap awal pembangunan Kota Maja

akan difokuskan pada pengembangan dan peningkatan aksesibilitas, infrastruktur dan fasilitas kota baru

untuk melayani masyarakat menengah bawah. Selain itu akan dibangun infrastruktur dan utilitas yang

terhubung dengan infrastruktur regional. Keberhasilan pembangunan tahap awal tersebut merupakan

daya tarik bagi pembangunan tahap berikutnya yang pada gilirannya menjadi percepatan pembangunan

Kota Kekerabatan Maja seutuhnya

Page 48: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

PENATAAN RUANG DAN PENGENTASAN KEMISKINAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH

Oleh: Dr. Ir. Sujana Royat, DEA2

Sejak otonomi daerah digulirkan pada tahun 1999, muncul harapan baru dalam pembangunan di

daerah. Harapan tersebut tidak hanya dalam bidang politik, dimana masyarakat berpartisipasi dalam

memilih kepala daerah, tetapi juga dalam bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Melalui otonomi

daerah, diharapkan Pemerintah Daerah dan masyarakat lebih banyak memainkan peran strategis dalam

penyusunan perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan di daerah.

Walaupun demikian, selama kurang lebih 10 tahun penerapan otonomi daerah, masih banyak kendala

yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk menuju kesejahteraan yang dicita-citakan.

Salah satu aspek penting dalam kaitannya antara otonomi daerah dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat adalah aspek perencanaan pengembangan wilayah. Kewenangan yang dimiliki dalam

otonomi, Pemerintah Daerah dapat mendayagunakan potensi daerah guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sehingga tidak terjeremus pada kemiskinan. Namun dalam realitasnya, pengembangan

potensi wilayah bukannya memberikan manfaat bagi masyarakat malah seringkali menimbulkan konflik

antara Pemerintah Daerah, swasta, serta masyarakat.

Kemiskinan hingga kini masih menjadi problem utama berbagai pemerintah. Persoalannya,

penanggulangan kemiskinan setiap daerah berbeda. Karakteristik kemiskinan masyarakat perkotaan dan

perdesaan memiliki perbedaan. Kemiskinan di perdesaan lebih banyak disebabkan persoalan kurangnya

infrastruktur pelayanan dasar, keterbatasan akses, serta keterjangkauan dan kemampuan masyarakat

dalam mendapatkan pelayanan dasar seperti kesehatan, pendidikan, serta sanitasi dasar. Sedangkan

kemiskinan di perkotaan lebih didominasi oleh kesenjangan penghasilan, terbatasnya lapangan

pekerjaan, serta kemampuan masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan dasar yang sesuai dan

bermartabat.

Bicara karakteristik kemiskinan tentu berhubungan pada pemetaan dan tata ruang, agar menjadi jelas

arah penanganannya. Dalam regulasi, definisi ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,

dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan

makhluk hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Sedangkan penataan

ruang dipahami sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan

pengendalian pemanfaatan ruang.

Dari pengertian itu, jelaslah bahwa ruang tidak didefinisikan dalam arti fisik dan material semata, tetapi

ruang merupakan suatu wadah interaksi sosial manusia dan mahkluk hidup lainnya dalam

menyelenggarakan aktivitas yang terkait dengan kelangsungan hidupnya. Untuk menhindari konflik

dalam pemanfaatan ruang, maka pengelolaan dan pemanfataan ruang harus direncanakan dan

dikendalikan.

Sehubungan dengan ini, terdapat 3 permasalahan besar di Indonesia terkait dengan penataan ruang,

yakni; 1) Konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang; 2) Penurunan daya dukung atau degradasi

2 Dr. Ir.Sujana Royat, DEA adalah Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat

Page 49: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

lingkungan; serta 3) inkonsistensi dalam pengembangan kebijakan penataan ruang. Karena itulah

muncul regulasi tentang pentingnya penataan ruang dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang.

Setidaknya ada argumentasi yang mendasari pentingnya pengaturan ruang dalam kehidupan manusia.

Pertama, keterbatasan ruang yang dimiliki sehingga diperlukan perencanaan dalam pemanfaatan ruang.

Kedua, posisi geografis Indonesia yang terletak pada ring of fire serta rawan bencana alam. Ketiga,

perkembangan jumlah penduduk membutuhkan ketersediaan ruang yang cukup untuk mengembangkan

kehidupan yang bermartabat.

Terkait argumentasi tersebut, maka diperlukan perencanaan tata ruang pada tingkat nasional, propinsi,

serta kabupaten/kota yang harus saling terkait dan terkoordinasi. Dalam regulasi penataan ruang

disebutkan bahwa penyusunan perencanaan tata ruang suatu wilayah baik pada tingkat nasional,

propinsi, serta kabupaten/kota setidaknya memperhatikan beberapa aspek, diantaranya perkembangan

permasalahan global, pemerataan pembangunan, pertumbuhan, serta stabilitas ekonomi.

Perencanaan tata ruang tidak hanya memperhatikan kondisi sosial-ekonomi yang terjadi di wilayah

tersebut, tetapi juga memperhatikan rencana strategis penataan ruang secara terintegrasi pada tingkat

nasional maupun tingkat propinsi. Selain itu, juga perlu memperhatikan perencanaan tata ruang yang

dibuat oleh daerah yang berbatasan dengan wilayahnya. Oleh sebab itu diperlukan koordinasi

perencanaan ruang antar wilayah, sehingga tidak menimbulkan konflik pemanfaatan ruang antar

wilayah.

Pengembangan Wilayah

Ilmu ekonomi wilayah merupakan suatu cabang ilmu ekonomi, yang dalam pembahasannya

memasukkan unsur perbedaan potensi wilayah satu dengan wilayah lainnya. Ilmu ekonomi regional

tidak membahas kegiatan-kegiatan ekonomi secara individual melainkan menganalisis suatu wilayah

secara keseluruhan atau melihat berbagai potensi wilayah yang beragam dan bagaimana mengatur

suatu kebijakan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut.

Ilmu ini tidak mungkin dilepas dari induknya (makroekonomi dan ekonomi pembangunan). Karena itu,

dalam pembahasan ekonomi regional, materi-materi ilmu ekonomi umum perlu dikembangkan sehingga

sesuai dengan karakteristiknya. Misalnya dalam makroekonomi menyatakan bahwa tujuan utama

kebijakan ekonomi adalah: 1) full-employment; 2) economic growth; dan 3) price stability. Ketiga

kebijakan ekonomi ini tidak mungkin seluruhnya dimasukkan ke dalam kajian ekonomi regional, apabila

kajian tersebut berkaitan dengan wilayah di dalam suatu negara tertentu.

Dalam hal ini, yang dapat dimasukkan ke dalam kajian ekonomi regional hanyalah full-employment dan

economic growth, sedangkan price stability di luar jangkauan pemerintah daerah, mengingat instrumen

kebijakan price stability ada pada pemerintah pusat.

Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar

pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis. Dengan kata lain, konsep ini merupakan

penggabungan dari berbagai teori dan model yang senantiasa berkembang dan telah diujiterapkan

untuk dirumuskan kembali menjadi suatu pendekatan sesuai kondisi dan kebutuhan pembangunan.

Page 50: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Pada era 90-an, konsep pengembangan diarahkan untuk mengatasi kesenjangan wilayah, misal antara

KTI dan KBI, antar kawasan dalam wilayah pulau, maupun antara kawasan perkotaan dan perdesaan.

Sedangkan perkembangan terakhir, mengarahkan konsep pengembangan wilayah sebagai alat untuk

mewujudkan integrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada dekade tahun 50-an, muncul teori yang menyatakan pentingnya peranan pusat-pusat

pertumbuhan, seperti: (1) teori kutub pertumbuhan (growth pole theory) oleh Franςois Perrox, (2) teori

kutub pembangunan yang terlokalisasi (localized development theory) oleh Boudeville, dan (3) teori titik

pertumbuhan (growth point theory) oleh Albert Hirschman. Menurut Perrox (Adisasmita, 2005),

terdapat elemen yang menentukan pertumbuhan, yaitu pengaruh yang tidak dapat dielakkan dari suatu

unit ekonomi terhadap unit-unit ekonomi lainnya. Perrox menganggap bahwa industri pendorong

sebagai titik awal dan merupakan elemen esensial untuk pembangunan selanjutnya.

Pertumbuhan regional intinya menggunakan konsep pertumbuhan ekonomi secara agregat. Hanya saja

titik tekanan analisis diletakkan pada perpindahan faktor (movements factor). Arus modal dan tenaga

kerja yang mengalir dari satu daerah ke daerah lain membuka peluang bagi perbedaan tingkat

pertumbuhan antar daerah. Dalam analisis dinamik, tingkat pertumbuhan dapat jauh lebih tinggi

daripada tingkat normal yang dicapai oleh perekonomian nasional ataupun sebaliknya. Dalam kaitan

perpindahan faktor antar wilayah, model pertumbuhan Harrod-Domar dapat digunakan untuk analisis

pertumbuhan regional.

Pertumbuhan dan Pemerataan

Hubungan pertumbuhan dan pemerataan hingga kini masih menjadi kontroversi. Di satu pihak, ada

pendapat pertumbuhan dan pemerataan saling bertentangan, tetapi ada juga yang berpendapat

sebaliknya. Kelompok terakhir ini di dunia internasional tergolong minoritas, sebab jumlah negara yang

berhasil memadukan pertumbuhan dan pemerataan tidak banyak.

Dalam literatur, paling sedikit ada tiga konsep distribusi pendapatan, yakni: (1) distribusi fungsional, (2)

distribusi fungsional yang diperluas, dan (3) distribusi personal. Menurut Ismail (1995) teori neo-

keynesien dan juga teori distribusi pendapatan yang lainnya, lebih menitikberatkan pada masalah

distribusi fungsional.

Teori tak selamanya relevan sebagai landasan untuk merumuskan kebijakan distribusi pendapatan di

negara berkembang. Hal itu disebabkan karena, pertama penggolongan penerima pendapatan dalam

teori distribusi fungsional terlalu sederhana, yaitu terbatas pada buruh dan pemilik modal, dan

umumnya hanya meliputi mereka yang tergabung dalam sektor formal. Pembagian ini mengabaikan

aspek penting dari problem kemiskinan dan ketimpangan di negara berkembang. Umumnya kelompok

miskin di negara berkembang bekerja pada sektor tradisonal dan informal, dan kegiatan mereka tidak

dimasukkan ke dalam perhitungan pendapatan nasional. Karena itu didasarkan pada teori distribusi

fungsional hanya menyentuh lapisan menengah dan lapisan atas dari kelompok pendapatan.

Kedua, teori distribusi fungsional tidak banyak membahas konflik sosial-politik-ekonomi. Biasanya

konflik semacam ini menonjol berkaitan dengan startegi pembangunan yang dipilih. Distribusi fungsional

dapat mengungkap kepentingan politik jika konflik itu bersumber dari pemilik faktor produksi.

Ketidakmampuan teori ini karena konflik sosial-ekonomi di negara berkembang tidak pada konflik antara

upah dan modal. Misalnya antara desa dan kota, antara industri dan pertanian, antara sektor yang

Page 51: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

dilindungi dan sektor yang tidak dilindungi, antara industri substitusi impor dan industri untuk ekspor.

Karena itu, teori ini mempunyai kemampuan yang terbatas untuk menjelaskan proses dan fenomena

jangka panjang dari ketimpangan pendapatan di negara berkembang.

Keterbatasan ini mendorong para ahli mencari alternatif lain sebagai dasar analisa kaitan pertumbuhan

dan pemerataan di negara berkembang. Salah satu alternatifnya adalah mengaitkan distribusi personal

dengan pertumbuhan. Landasan ini dikenal dengan hipotesis U (U hypothesis) yang dikemukakan

pertama kali oleh Simon Kuznets pada tahun 1955.

Hipotesis ini mengatakan pembangunan ekonomi diawali oleh semakin buruknya pembagian

pendapatan, hingga pada titik tertentu pembangunan akan diikuti oleh membaiknya pemerataan.

Beberapa ekonom berusaha membuktikan keabsahan hipotesis U. Umumnya mereka menggunakan

model ekonometrik yang menghubungkan proporsi pendapatan nasional yang diterima oleh 40 persen

penduduk pendapatan rendah (sebagai variabel yang dijelaskan) dengan pendapatan per kapita dan

variabel struktural lainnya (sebagai variabel penjelas). Hasilnya, umumnya membuktikan kebenaran

hipotesis U dalam pembangunan.

Pertumbuhan utamanya berasal dari sektor moderen, dimana tingkat pertumbuhannya lebih cepat

daripada sektor tradisional. Tetapi ada hambatan bagi orang masyarakat miskin untuk memperoleh

manfaat pertumbuhan. Hambatan itu berupa rendahnya tingkat pendidikan, sempitnya lahan yang

dimiliki, rendahnya modal, dan beberapa kebijakan ekonomi (fiskal dan moneter) yang melemahkan

posisi mereka.

Indikator kemiskinan relatif yang lain adalah ukuran Bank Dunia. Dalam kaitan ini mereka membagi

penduduk suatu wilayah ke dalam tiga kelompok, yaitu: 40 persen penduduk berpendapatan rendah; 40

persen penduduk berpendapatan menengah; dan 20 persen penduduk berpendapatan tinggi. Bila 40

persen penduduk berpendapatan rendah menerima kurang dari 12 persen dari total pendapatan berarti

ketidakmerataan pendapatan adalah tinggi; 12 persen sampai dengan 17 persen ketidakmerataan

pendapatan adalah sedang; dan menerima lebih dari 17 persen berarti ketidakmerataan pendapatannya

rendah.

Hal ini terjadi karena rumah tangga miskin adalah kelompok masyarakat dengan kepemilikan modal

terbatas, hal itu menyebabkan mereka menjadi kurang mampu menangkap hasil-hasil pembangunan

ekonomi. Mereka kalah bersaing dengan pengusaha yang memiliki banyak modal, akibat keadaan ini

membuat sebagian besar ekonomi rakyat menjadi tergusur, dan sebagian besar hak-hak rumah tangga

menjadi hilang.

Pelayanan Masyarakat

Untuk stabilitas ekonomi dan politik selama ini pemerintah memegang kendali yang lebih besar

terhadap sumber-sumber penerimaan dan berbagai kebijaksanaan pelayanan masyarakat. Hal ini

dilakukan mengingat kebutuhan dasar masih sangat kurang, resiko investasi masih sangat besar, dan

tingkat pendidikan rata-rata manusia di daerah masih rendah.

Dengan meningkatnya kemampuan kelembagaan dan kualitas aparat di daerah, saatnya untuk

memperbesar kewenangan daerah dalam menata pembangunan di daerah. Keterlibatan swasta sebagai

Page 52: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

mitra kerja perlu diperbesar. Sejalan dengan kewenangan daerah yang semakin besar maka pelayanan

kepada masyarakat menjadi lebih efisien dan efektif.

Ada tiga indikator keberhasilan pengembangan wilayah. Indikator pertama adalah produktivitas, yang

dapat di ukur dari perkembangan kinerja suatu institusi beserta aparatnya. Kedua adalah efisiensi, yang

terkait dengan meningkatnya kemampuan teknologi/sistem dan kualitas SDM dalam pelaksanaan

pembangunan. Terakhir adalah partisipasi masyarakat, yang dapat menjamin kesinambungan

pelaksanaan suatu program di suatu wilayah.

Ketiga indikator tersebut berkaitan dengan faktor yang menjadi ciri sebuah wilayah, dan

membedakannya dengan wilayah lainnya, seperti kondisi politik dan sosial, struktur kelembagaan,

komitmen aparat dan masyarakat, dan tingkat kemampuan/pendidikan aparat dan masyarakat.

Sehingga keberhasilan itu bergantung pada kemampuan berkoordinasi, mengakomodasikan dan

memfasilitasi semua kepentingan, serta kreativitas yang inovatif.

Dari pemahaman dan pengalaman, maka secara konseptual pengertian pengembangan wilayah berupa

rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya,

merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan wilayah nasional,

meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan melalui proses

penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan dalam wadah NKRI.

Pengembangan Wilayah dan Kualitas Hidup

Perkembangan kawasan perkotaan sangat pesat, jika dilihat dari pertumbuhan penduduk perkotaan

yang mencapai 2,8 % per tahun, maka pada tahun 2025 diperkirakan jumlah penduduk perkotaan

mencapai 68,3 % dari total penduduk Indonesia. Selain permasalahan kependudukan, permasalahan

lain meliputi permasalahan sosial, ekonomi, penataan kota, serta kualitas hidup masyarakat. Karena

itula diperlukan basis data yang akurat dalam perencanaan kawasan perkotaan.

Daerah perkotaan memiliki daya tarik tersendiri bagi penduduk di perdesaan. Daya tarik ini bukan hanya

karena faktor pekerjaan yang lebih baik , tetapi juga karena kemudahan sarana dan prasarana yang ada

di kota. Seperti diketahui perkembangan penyedian fasilitas dasar dari pedesaan masih minim. Aspek

itulah yang menjadi alasan utama gelombang urbanisasi, yang setiap tahunnya meningkat.

Peningkatan penduduk kota tentu mempengaruhi berbagai aspek. Seperti penyediaan ruang yang cukup

untuk permukiman, peningkatan sarana dan prasarana, dan kompleksitas permasalahan sosial dan

ekonomi. Permasalahan ini tentu memiliki keterkaitan dan membutuhkan penyelesaian secara

komprehensif dan terintegrasi. Jika ruang hidup tidak tersedia maka akan menimbulkan permasalahan

sosial, begitu juga penduduk urban yang tidak memiliki keterampilan kerja akan menimbulkan

pengangguran, kriminalitas, dan permasalahan sosial lainnya.

Bahkan meningkatnya penduduk urban di kota dapat memberikan dampak peningkatan jumlah

penduduk miskin. Struktur pekerjaan yang berbasis pada jasa di perkotaan menuntut sejumlah

kualifikasi dalam pendidikan dan pengalaman yang seringkali sulit dipenuhi oleh penduduk yang berasal

dari perdesaan yang struktur pekerjaannya berbasis pada pertanian.

Page 53: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Tingginya angka kemiskinan menekan ruang, dan mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi kota.

Sumber konflik Pemerintah Kota dengan penduduk miskin adalah perebutan ruang. Telah jadi

pandangan harian kalau masyarakat miskin seringkali melakukan okupasi terhadap ruang terbuka.

Bahkan kerap dilakukan pada daerah bahaya seperti bantaran sungai. Munculnya tempat tinggal

diwilayah ini tentu membahayakan, dan menyebabkan penyempitan badan sungai yang mengakibatkan

banjir.

Selain itu, perebutan juga terjadi pada sektor ekonomi. Seperti di Kota Bukittinggi, dimana jalan raya

penghubung antara Benteng Pasar Atas dan Benteng Pasar Bawah telah diokupasi oleh pedagang kaki

lima. Hasilnya muncul sebuah pasar yang dinamakan Pasar Lereng, dimana para PKL sangat

mendominasi. Kondisi serupa juga terdapat di Manado yang akhirnya menimbulkan kesemerawutan dan

menganggu aktivitas masyarakat.

Kebijakan Pemerintah Daerah untuk menata kawasan pun hampir sama. Umumnya Pemda akan

merelokasi peduduk, penggusuran, dan penataan kawasan kumuh. Meski kebijakan hampir sama tapi

pendekatan kebijakan tersebut berbeda. Seperti Walikota Solo yang melakukan pendekatan persuasif.

Hasilnya PKL dapat diatur karena adanya kesepakatan diantara mereka.

Penataan ruang ekonomi diperlukan agar terjadi keseimbangan para pelaku ekonomi pada skala besar

maupun kecil. Selama ini, kebijakan Pemerintah Kota ramah terhadap pelaku ekonomi skala besar,

tetapi brtindak sebaliknya bagi pelaku ekonomi kecil. Padahal penduduk miskin diperkotaan banyak

bekerja di sektor informal, seperti menjadi buruh, pedagang kaki lima, juru parkir, pengemudi becak,

serta berbagai usaha ekonomi kreatif lainnya. Dimana dalam menjalankan aktivitasnya mereka banyak

menggunaan daerah yang dilarang atau tidak berijin.

Kemudian permasalahan juga muncul dari aspek sosial budaya masyarakat. Masyarakat kota

terfragmentasi secara sosial budaya dalam penguasaan ruang. Munculnya perumahan mewah,

diubahnya lahan-lahan startegis untuk perdagangan, semakin menguatkan fragmentasi sosial budaya.

Fragmentasi ruang secara sosial budaya seringkali menimbulkan diskriminasi pelayanan publik pada

masyarakat miskin.

Dari data Tabel 1, terlihat bahwa persentase pengeluaran masyarakat miskin untuk memenuhi

kebutuhan pokok (makanan) rata-rata berada di atas 60 %. Artinya hampir 60 % penghasilannya

dibelanjakan buat memenuhi kebutuhan makanan. Sisanya 40 % baru dapat digunakan oleh rumah

tangga miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar lainnya, seperti pendidikan, kesehatan. Secara rinci

terdapat pada table 2.

Kondisi itu menggambarkan masyarakat miskin sulit membenahi lingkungan disekitarnya. Seperti

penyediaan air bersih, jamban keluarga, serta rumah yang layak huni. Untuk membenahi ini Pemda

banyak menyelenggarakan program rehabilitasi dan perbaikan lingkungan. Misalnya program bedah

rumah, serta penyediaan jamban keluarga.

Program ini seringkali bersifat dilematis dalam penataan ruang atau kawasan. Jika menunggu kesadaran

tentang jamban tentu dalam waktu yang panjang. Sementara penataan ruang memerlukan waktu cepat

untuk meminimalisir dampak negatif yang muncul. Misalnya jika pembangunan jamban keluarga tidak

segera dilakukan, maka feces rumah tangga mengakibatkan pencemaran lingkungan yang berujung pada

timbulnya endemik penyakit.

Page 54: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Berdasarkan hasil analisis kehidupan masyarakat miskin dalam perencanaan tata ruang dan

pengembangan kawasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. pertama, perencanaan tata ruang dan pengembangan kawasan di daerah masih berorientasi

pada pembangunan aspek fisik semata, dan belum mempertimbangkan aspek-aspek yang

terkait dengan kondisi sosial-budaya.

2. kedua, pendekatan dalam perencanaan tata ruang dan pengembangan kawasan masih

berorientasi pada pendekatan regulasi dalam penyelesaian masalah, ketimbang menggunakan

proses partisipasi yang menghasilkan konsensus dengan masyarakat, dan perencanaan tata

ruang dan pengembangan kawasan di perkotaan belum banyak merespon perencanaan ruang

dalam kontek mengafirmasi pemenuhan hak dasar bagi masyarakat dan masyarakat miskin.

Tabel 1 Proyeksi Jumlah dan Persentase Penduduk Indonesia berdasarkan Desa dan Kota

Tahun Kota Desa

Total (orang) (persen) (orang) (persen)

2000 86.406,6 42% 119.436,6 58% 205.843,2

2005 106.158,6 48% 113.739,7 52% 219.898,3

2010 126.855,5 54% 107.283,9 46% 234.139,4

2015 147.683,9 60% 100.496,1 40% 248.180,0

2020 167.932,3 64% 93.607,3 36% 261.539,6

2025 186.932,1 68% 86.719,3 32% 273.651,4

Sumber: BPS dan Bappenas,

Sumber: BPS dan Bappenas,

Page 55: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Tabel 2

Garis Kemiskinan berdasarkan Jenis Pengeluaran Makanan dan Non-Makanan Tahun 2005-2010

Tahun Makanan Bukan Makanan Total Rp/Kapita/Bln % Rp/Kapita/Bln %

2005 91,072 71% 38,036 29% 129,108

2006 114,125 75% 37,872 25% 151,997

2007 123,992 74% 42,704 26% 166,697

2008 135,270 74% 47,366 26% 182,636

2009 147,339 74% 52,923 26% 200,262

2010 155,615 73% 56,111 27% 211,726

Sumber: BPS, dari berbagai tahun

Tabel 3 Daftar Komoditas Kebutuhan Dasar Bukan Makanan Tahun 2010

No, Jenis Komoditi Nilai

Rp/Kap/Bln %

1 Perumahan 10,311,03 25,46

2 Listrik 3,259,93 8,05

3 Air 214,53 0,53

4 Minyak tanah 1,249,87 3,09 5 Kayu bakar 3,261,31 8,05

6 Obat nyamuk, korek api, baterai 870,83 2,15

7 Pos dan benda pos 1,79 0,00

8 Perlengkapan mandi 2,122,04 5,24

9 Barang kecantikan 767,65 1,90

10 Perwatan kulit/muka 477,71 1,18

11 Sabun cuci 1,805,72 4,46

12 Pendidikan 1,906,08 4,71

13 Kesehatan 1,480,39 3,65

14 Bahan pemeliharaan pakaian 106,02 0,26

15 Pemeliharaan kesehatan 56,57 0,14

16 Bensin 1,541,79 3,81

17 Angkutan 2,408,36 5,95

18 Foto 51,81 0,13

19 Pakaian jadi laki-laki dewasa 1,543,13 3,81

20 Pakaian jadi perempuan dewasa 1,699,34 4,20

21 Pakaian jadi anak-anak 1,683,33 4,16

22 Keperluan menjahit 45,49 0,11 23 Alas kaki 1,021,43 2,52

24 Tutup kepala 217,83 0,54

25 Handuk/ikat pinggang 101,31 0,25

26 Perlengkapan perabot rumah tangga 87,97 0,22

27 Perkakas rumah tangga 188,57 0,47

28 Alat dapur/makan 485,37 1,20

29 Arloji/jam 5,76 0,01

Page 56: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

30 Tas 65,68 0,16

31 Mainan anak 86,80 0,21

32 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 213,95 0,53

33 Pajak kendaraan bermotor 443,81 1,10

34 Pungutan lain 158,66 0,39

35 Perayaan hari raya agama 128,91 0,32

36 Upacara agama 432,38 1,07

JUMLAH 40,503,16 100,00

Konsultasi Publik Para Pedagang yg akan direalokasi dengan Kepala Daerah Kota Surakarta

Page 57: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan

Dr. Ir. Ruchyat Deni Djakapermana M.Eng3

(Pengamat Penataan Ruang dan Pengembangan)

Indonesia sebagai negara maritim mempunyai garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat,

Kanada, dan Rusia dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Wilayah Laut dan pesisir Indonesia mencapai

¾ wilayah Indonesia (5,8 juta km2 dari 7.827.087 km2). Hingga saat ini wilayah pesisir memiliki sumberdaya dan

manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan peradaban dan kegiatan sosial

ekonominya, manusia memanfatkan wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan. Konsekuensi yang muncul adalah

masalah penyediaan lahan bagi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.

Agar mendapatkan lahan, maka kota-kota besar menengok daerah yang selama ini terlupakan, yaitu pantai

(coastal zone) yang umumnya memiliki kualitas lingkungan hidup rendah. Fenomena ini bukan saja dialami di

Indonesia, tapi juga dialami negara-negara maju, sehingga daerah pantai menjadi perhatian dan tumpuan harapan

dalam menyelesaikan penyediaan hunian penduduk perkotaan. Penyediaan lahan di wilayah pesisir dilakukan

dengan memanfaatkan lahan atau habitat yang sudah ada, seperti perairan pantai, lahan basah, pantai berlumpur

dan lain sebagainya yang dianggap kurang bernilai secara ekonomi dan lingkungan sehingga dibentuk menjadi

lahan lain yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan lingkungan atau dikenal dengan reklamasi.

Gambar. Skema Batas Wilayah Pesisir

Reklamasi

3 Ruchyat Deni Djakapermana, DR, Ir., M.Eng adalah pengamat penataan ruang dan pengembangan wilayah, saat

ini menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian PU

Page 58: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau bantaran sungai. Sesuai dengan definisinya,

tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan

bermanfaat. Kawasan baru tersebut biasanya dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan

pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, serta objek wisata.

Dalam teori perencanaan kota, reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran kota. Biasanya

reklamasi dilakukan oleh negara atau kota besar dengan laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat

pesat, tetapi mengalami kendala keterbatasan lahan. Kondisi ini tidak lagi memungkinkan untuk melakukan

pemekaran ke daratan, sehingga diperlukan daratan baru. Alternatif lainnya berbentuk pemekaran vertikal dengan

membangun gedung-gedung pencakar langit dan rumah-rumah susun.

Gambar. Foto Satelit Shenzen, Hongkong - Reklamasi yang menyambung dengan daratan.4

Gambar. Rencana Palm Island, Dubai – Reklamasi yang terpisah dari daratan utama.

4 Foto dari berbagai sumber

Page 59: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Gambar 3. Gabungan bentuk Fisik (menyambung dan terpisah dengan daratan)

Secara umum bentuk reklamasi ada dua, yaitu reklamasi menempel pantai dan reklamasi lahan terpisah dari pantai

daratan induk. Cara pelaksanaan reklamasi sangat tergantung dari sistem yang digunakan. Menurut Buku Pedoman

Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005) dibedakan atas 4 sistem, yaitu :

Sistem Timbunan Reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai muka lahan berada di atas muka air laut

tinggi (high water level).

Sistem Polder Reklamasi dilakukan dengan cara mengeringkan perairan yang akan direklamasi dengan memompa air yang

berada didalam tanggul kedap air untuk dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi.

Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan Reklamasi ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem timbunan, yaitu setelah lahan diperoleh dengan

metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian tertentu sehingga perbedaan elevasi

antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar.

Sistem Drainase Reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah di sekitarnya

tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi dari elevasi muka air laut.

Sistem timbunan cocok dilakukan pada daerah tropis yang mempunyai curah hujan yang sangat tinggi dan metode

ini yang paling popular di Indonesia. Sistem polder dilakukan pada lokasi dengan kondisi drainase yang baik.

Reklamasi sistem polder kurang cocok untuk daerah yang mempunyai curah hujan yang sangat tinggi seperti di

Indonesia

Pembangunan reklamasi di Indonesia harus mengacu pada berbagai pedoman dan undang-undang yang mengatur

tentang reklamasi pantai, antara lain:

Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai (Peraturan Menteri PU No. 4/PRT/M/2007) yang mencakup penjelasan tentang faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam tahapan-tahapan pelaksanaan kegiatan reklamasi, yaitu aspek fisik, ekologi, sosial ekonomi dan budaya, tata lingkungan dan hukum, aspek kelayakan, perencanaan dan metode yang digunakan.

Page 60: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Pedoman ini juga memberikan batasan, persyaratan dan ketentuan teknis yang harus dipenuhi agar suatu wilayah dapat melakukan reklamasi pantai.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang memberi wewenang kepada daerah untuk mengelola wilayah laut dengan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal.

Undang-undang No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang merupakan guide line bagi daerah untuk mengatur, mengendalikan dan menata wilayahnya dalam satu-kesatuan matra ekosistem,

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang mengamanatkan wilayah pesisir diatur secara komprehensif mulai dari perencanaan, pengelolaan, pengawasan dan pengendalian.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana yang mengatur tentang perlindungan terhadap aset baik berupa jiwa, raga, harta sehingga ancaman bencana yang ada di wilayah pesisir dapat diminimalisir.

Dua Sisi Koin Reklamasi

Reklamasi pantai merupakan subsistem dari sistem pantai (Suharso 1996). Perubahan pantai dan dampak akibat

adanya reklamasi tidak hanya bersifat lokal, tetapi meluas. Reklamasi memiliki dampak positif maupun negatif bagi

masyarakat dan ekosistem pesisir dan laut. Dampak ini pun mempunyai sifat jangka pendek dan jangka panjang

yang dipengaruhi oleh kondisi ekosistem dan masyarakat disekitar.

Dampak positif kegiatan reklamasi antara lain tentunya pada peningkatan kualitas dan nilai ekonomi kawasan

pesisir, mengurangi lahan yang dianggap kurang produktif, penambahan wilayah, perlindungan pantai dari erosi,

peningkatan kondisi habitat perairan, perbaikan rejim hidraulik kawasan pantai, dan penyerapan tenaga kerja

Reklamasi banyak memberikan keuntungan dalam mengembangkan wilayah. Praktek ini memberikan pilihan

penyediaan lahan untuk pemekaran wilayah, penataan daerah pantai, menciptakan alternatif kegiatan dan

pengembangan wisata bahari. Pulau hasil reklamasi dapat menahan gelombang pasang yang mengikis pantai,

Selain itu juga dapat menjadi semacam bendungan untuk menahan banjir rob di daratan.

Namun perlu diingat pula, reklamasi adalah campur tangan manusia terhadap alam dan semua kegiatan ini juga

membawa dampak buruk. Sementara, dampak negatif dari reklamasi pada lingkungan meliputi dampak fisik

seperti perubahan hidro-oseanografi, erosi pantai, sedimentasi, peningkatan kekeruhan, pencemaran laut,

perubahan rejin air tanah, peningkatan potensi banjir dan penggenangan di wilayah pesisir. Sedangkan, dampak

biologis berupa terganggunya ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun, estuaria dan penurunan

keaneka ragaman hayati.

Adanya kegiatan ini, wilayah pantai yang semula merupakan ruang publik bagi masyarakat akan hilang atau

berkurang karena dimanfaatkan untuk kegiatan privat. Keanekaragaman biota laut juga akan berkurang, baik flora

maupun fauna, karena timbunan tanah urugan mempengaruhi ekosistem yang sudah ada. Sistem hidrologi

gelombang air laut yang jatuh ke pantai akan berubah dari alaminya. Berubahnya alur air akan mengakibatkan

daerah diluar reklamasi akan mendapat limpahan air yang banyak sehingga kemungkinan akan terjadi abrasi,

tergerus atau mengakibatkan terjadinya banjir atau rob.

Page 61: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Ketiga, aspek sosialnya, kegiatan masyarakat diwilayah pantai sebagian besar adalah petani tambak, nelayan dan

buruh, sehingga adanya reklamasi akan mempengaruhi hasil tangkapan dan berimbas pada penurunan

pendapatan mereka.

Kondisi ekosistem di wilayah pantai yang kaya akan keanekaragaman hayati sangat mendukung fungsi pantai

sebagai penyangga daratan. Ekosistem perairan pantai sangat rentan terhadap perubahan sehingga apabila terjadi

perubahan baik secara alami maupun rekayasa akan mengakibatkan berubahnya keseimbangan ekosistem.

Terganggunya ekosistem perairan pantai dalam waktu yang lama, pasti memberikan kerusakan ekosistem wilayah

pantai, kondisi ini menyebabkan kerusakan pantai. Untuk reklamasi biasanya memerlukan material urugan yang

cukup besar yang tidak dapat diperoleh dari sekitar pantai, sehingga harus didatangkan dari wilayah lain yang

memerlukan jasa angkutan. Pengangkutan ini berakibat pada padatnya lalu lintas, penurunan kualitas udara, debu,

bising yang akan mengganggu kesehatan masyarakat.

Tak hanya itu, kegiatan reklamasi juga mengakibatkan perubahan sosial ekonomi seperti, kesulitan akses publik

menuju pantai dan hilangnya mata pencaharian nelayan. Sehingga untuk meminimalkan dampak fisik, ekologis,

sosial ekonomi dan budaya negatif serta mengoptimalkan dampak positif, maka kegiatan rekalamasi harus

dilakukan secara hati-hati dan berdasar pada pedoman yang ada dengan melibatkan stakeholder. Pada prinsipnya,

reklamasi harus menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu memperhatikan aspek sosial,

ekonomi dan lingkungan dengan orientasi pada jangka panjang.

Agar dapat meminimalisir dampak buruk tersebut, diperlukan kajian mendalam terhadap proyek reklamasi dengan

melibatkan banyak pihak dan interdisiplin ilmu serta didukung teknologi. Kajian yang cermat dan komprehensif

tentu bisa menghasilkan area reklamasi yang aman dan melestarikan lingkungan. Sementara itu, karena lahan

reklamasi berada di daerah perairan, maka prediksi dan simulasi perubahan hidrodinamika saat pra, dalam masa

pelaksanaan proyek dan pasca reklamasi serta sistem drainasenya juga harus diperhitungkan. Perubahan unsur ini

biasanya berdampak negatif secara langsung terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah sumber material reklamasi/urugan. Pemilihan material urugan akan

mempengaruhi keputusan lokasi sumber material dan sistem transportasi yang dibutuhkan untuk membawa

material ke lokasi reklamasi. Sumber urugan pada umumnya dipilih dengan melakukan pemapasan bukit atau

pemapasan pulau tak berpenghuni. Hal ini tentunya akan mengganggu lingkungan di sekitar tempat galian

(quarry). Cara lain yang relatif lebih aman dapat dilakukan dengan cara mengambil material dengan melakukan

pengerukan (dredging) dasar laut di tengah laut dalam. Pilihlah kawasan laut dalam yang memiliki material dasar

yang memenuhi syarat gradasi dan kekuatan bahan sesuai dengan yang diperlukan oleh kawasan reklamasi.

Reklamasi di negara lain

Reklamasi di Cao Fe Dian, Tian Jin – Cina

Cao Fe Dian merupakan satu kawasan di pantai timur Beijing yang mengalami pertumbuhan cukup pesat. Berada

pada posisi pesisir timur negara Cina atau di pantai barat laut Kuning. Laut Kuning menjadi kawasan perairan yang

berkembang karena meningkatkannya aktivitas transportasi dan kegiatan ekonomi yang terjadi pada sisi-sisi

pantainya (pantai barat : daratan dan pantai timur Cina), sehingga menjadi sebuah kawasan yang mendunia karena

intensitas perkembangan kegiatan ekonominya.

Page 62: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Penyelenggaraan reklamasi di kawasan Cao Fe Dian, Tian Jin dinilai strategis karena selain sebagai perluasan

daratan yang ada, juga dinilai akan mampu bersaing dalam perkembangan kawasan Asia Pasifik.

Reklamasi di Cina diprioritaskan di pantai timur Tian Jin sebagai pengganti lokasi Kawasan Industri di Beijing.

Pemerintah Cina ingin sukses dalam penyelenggaraan Olimpiade Beijing 2008, sehingga dilakukan pengaturan

kembali (bahkan relokasi) kawasan-kawasan yang dinilai mengganggu transportasi dan potensial menimbulkan

polusi. Pada sisi lain, pengaturan ruang yang lebih efisien (kompak). Kebijakan pengaturan ruang pada kawasan-

kawasan tertentu menjadi bagian dari upaya menyukseskan Olimpiade Beijing 2008.

Pemindahan ke pantai dengan mereklamasi, sekaligus pembuatan kawasan industri, berikat, pelabuhan dan

FTZnya, sehinga pemindahan ini juga akan memberikan nilai ekonomis. Total luas reklamasi sekitar 2.000 hektar,

termasuk untuk seluruh kegiatan tersebut. Hal-hal yang menonjol dari penyelenggaraan reklamasi di Cina adalah :

1. Reklamasi dilakukan berdasar perencanaan yang matang, sistimatis, dan jelas pentahapan

pembangunannya.

2. Dukungan studi dari berbagai bidang kajian : sosial, ekonomi, budaya, teknis, lingkungan, dan lain-lain,

agar tidak menimbulkan konflik berbagai kepentingan.

3. Pembangunan elemen-elemen pembentuk ruang yang memiliki daya tarik kuat diprioritaskan

pembangunannya, seperti kawasan pelabuhan dengan fasilitasnya, jalan raya, jaringan listrik, jalur

kereta api, apartemen, dan lain sebagainya.

4. Teknik pelaksanaannya terkesan sederhana dan efisien, karena menggunakan sistem polder dan

pengurugan, menggunakan material pasir dari perairan laut setempat (dipindahkan dari sebelahnya,

dengan demikian ada bagian (“pergerakan”) yang dalam dan ada pengurangan/pengisian).

5. Pemanfaatan ruang hasil reklamasi diutamakan sebagai kawasan industri, pelabuhan, kawasan berikat,

FTZ, dan permukiman dengan berbagai fasilitasnya.

Page 63: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Gambar. Kawasan yang sedang dalam proses reklamasi*

Gambar. Kegiatan pengisian pasir di area yang akan dijadikan daratan

Foto kloleksi pribadi

Page 64: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Gambar. saluran pembuangan air dalam proses pengeringan lahan reklamasi

Reklamasi di Song Do – Korea Selatan

Song Do terletak di pantai barat semenanjung Korea, di tepi sebelah timur laut Kuning, pada posisi yang nyaris

berhadapan dengan kawasan reklamasi Cina, Cao Fe Dian, Tian Jin. Posisi ini strategis karena berada pada jalur

sibuk dan zona pertumbuhan yang sedang berkembang, tidak hanya untuk Korea dan sekitarnya saja, akan tetapi

kawasan Asia-Pasifik.

Lokasi reklamasi ini berdampingan (dipisahkan oleh perairan teluk) dengan lokasi Bandara Inchion, salah satu

bandara internasional di Korea Selatan, yang terus berbenah.

Lokasi reklamasi di Song Do ini memiliki luas keseluruhan 38.000 hektar, dan dibagi kedalam 3 (tiga) zona, yaitu :

1. Song Do untuk resort area, perkantoran, perhotelan, dan permukiman, seluas : 24.000 hektar,

2. Bandar Udara Internasional Incheon, seluas : 4.000 hektar,

3. Kawasan industri dan Free Trade Zone (IDFTZ), seluas : 10.000 hektar.

Foto kloleksi pribadi

Page 65: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Gambar. Peta Rencana Reklamasi di Korea Selatan

Gambar. Lahan Reklamasi yang belum dimanfaatkan

Hal-hal yang menonjol dari penyelenggaraan reklamasi di Korea Selatan ini adalah :

1. Reklamasi ini dilakukan dalam skala besar (sebagai Kota Baru) dengan berdasar pada perencanaan yang

matang, sistimatis, jelas pentahapan pembangunannya, informatif karena ditampilkan dalam bentuk

maket.

Foto kloleksi pribadi

Page 66: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

2. Dukungan studi dari berbagai bidang kajian : sosial, ekonomi, budaya, teknis, lingkungan, dan lain-lain,

agar tidak menimbulkan konflik berbagai kepentingan.

3. Pembangunan elemen-elemen pembentuk ruang yang memiliki daya tarik kuat diprioritaskan

pembangunannya, seperti kawasan pelabuhan dengan fasilitasnya, jalan raya, jaringan listrik, jalur kereta

api yang langsung ke Bandara internasional Inchion, apartemen, dan lain sebagainya.

4. Teknik pelaksanaannya terkesan sederhana dan efisien, karena menggunakan sistem polder dan

pengurugan menggunakan material berupa pasir dari perairan laut setempat

5. Pemanfaatan ruang hasil reklamasi antara lain sebagai area perkantoran, pendidikan, industri, pelabuhan,

permukiman penduduk dengan berbagai fasilitasnya.

Reklamasi di Kansai – Jepang.

Kawasan reklamasi yang terakhir dikunjungi adalah Kansai di Kyoto, Jepang. Kawasan reklamsi ini sebagian besar

sudah jadi, antara lain telah dimanfaatkan sebagai perluasan pelabuhan laut, dan perluasan bandara internasional

Kansai. Dukungan prasarana, seperti : jaringan jalan raya telah dibangun dengan sangat baik menghubungkan

antara Kansai ke Kyoto dan kota-kota di sekitarnya.

Kawasan Kansai memiliki luas kira-kira 10 kilometer persegi (panjang 4 km dan lebar 2,5 km), sebenarnya memiliki

potensi kegempaan dan serangan badai (thypoons). Namun para ahli berusaha meminimalkan dampak dengan

melakukan rekayasa teknologi.

Gambar. Foto Satelit Kansai International Airport5

5 Sumber: http://www.damninteresting.com/your-own-man-made-private-island

Page 67: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Kawasan bandara Kansai dibangun untuk menghindarkan keberatan-keberatan dari warga atas kebisingan suara

pesawat udara, mengingat bandara ini memiliki kesibukan yang sangat tinggi.

Gambar. Terlihat di ujung jembatan adalah Kansai Airport dan perkotaan yang merupakan hasil reklamasi lahan

Page 68: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

Reklamasi di Pantai Utara Jakarta

Reklamasi tidak hanya dilakukan di luar negeri, namun juga di Indonesia, salah satunya di Pantai Utara Jakarta.

Proyek reklamasi dan revitalisasi yang dikembangkan oleh Pemda DKI terhadap kawasan itu bermaksud untuk

membangun kawasan tersebut menjadi daerah kawasan aktifitas bisnis dan perekonomian maupun pemukiman

elit. Dengan prakarsa itu juga Pemda DKI dan beberapa perusahaan mitra kerjanya ingin mengubah predikat

Jakarta pada sebutan Water front City. Hal ini akan secara menyeluruh mengubah daerah tersebut dari

keadaannya yang kumuh dan ditempati oleh masyarakat menengah kebawah kepada kawasan elit yang menurut

Pemda sebagai solusi untuk menekan laju petumbuhan penduduk sekitar 2,7% per tahun dan untuk mengatasi

kesulitan penyediaan ruang untuk mengatasi perubahan-perubahan tersebut.

Pantura Jakarta adalah kawasan yang meliputi teluk Jakarta yang terletak di sebelah utara kota Jakarta, pada

umumnya merupakan perairan dangkal yang memiliki kedalaman rata-rata 15 meter dengan luas sekitar 514 KM2.

Teluk ini merupakan muara 13 sungai yang melintasi kawasan metropolitan Jakarta dan daerah penyangga

Bodetabek yang berpenduduk sekitar 20 juta jiwa.

Salah satu tujuan reklamsi ini untuk menekan laju pertumbuhan, dimana tempat yang baru tersebut akan dijadikan

pemukiman yang mampu menampung sekitar 1,5 juta penduduk Jakarta. Namun permasalahan yang timbul

kemudian adalah kondisi topografi yang landai dari muara ke teluk Jakarta dan panjangnya aliran sungai akan

menjadikan aliran lambat sehingga mudah terjadi banjir. Oleh karena itu, reklamasi teluk Jakarta harus sangat

memperhatikan persyaratan teknisnya.

Selain Undang-undang dan Pedoman yang ada, rencana penyelenggaraan reklamasi di Jakarta juga mendapat

dukungan aspek legal berupa Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2008 tentang Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur) yang di dalamnya memperbolehkan mengadakan

kegiatan reklamasi dengan persyaratan yang ketat. Perpres tersebut juga menyebutkan beberapa persyaratan

dalam reklamasi, antara lain yaitu:

1. Bukan merupakan lahan rawa, 2. Merupakan zona perairan pantai yang memiliki potensi reklamasi 3. Koefisien terbangun paling tinggi 45% 4. Jarak dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200-300 meter, dan sampai dengan garis yang

menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan kedalaman laut 8 (delapan) meter 5. Rencana reklamasi telah melalui proses kajian mendalam dan komprehensif setelah mendapat

rekomendasi dari ketua badan yang tugas dan fungsinya mengkoordinasikan penataan ruang nasional (BKPRN)

Reklamasi sebagai alternatif pengembangan kawasan

Reklamasi dapat memberikan manfaat ekonomis, sekaligus memberikan nilai tambah pada pelestarian lingkungan.

Reklamasi yang dilaksanakan di Cina, Korea Selatan, maupun Jepang, adalah pekerjaan besar yang telah melalui

proses perencanaan dan dukungan studi yang akurat dan teliti, dan tetap selalu mempertimbangkan kajian

dampak lingkungan, untuk mencegah kerusakan lingkungan akibat proses abrasi. Manajemen pelaksanaan

pembangunannya terkesan rapi, dan konsisten pada rencana yang telah dibuat, termasuk dalam pentahapan

pembangunannya. Hal ini bisa terlaksana, karena memang negara-negara tersebut memiliki kemampuan Hi-tech

dan dukungan perekonomian yang kuat, dan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Sistem (jaringan) infrastruktur di ketiga Negara tersebut selalu menjadi prioritas pertama untuk dibangun pada

kawasan reklamasi, dan jaringan ini selalu menghubungkan kawasan baru ke kawasan yang telah lebih dulu

Page 69: Butaru : Seperti apakah visi Bapak Marco dalam ...tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_buletin/butaru4a.pdf · Ternyata apa yang terjadi saat ini dan masa depan tak lepas

berkembang, sehingga terkesan membentuk satu sistem dalam kawasan yang lebih besar (tidak secara eksklusif

memisahkan diri menjadi kawasan tersendiri).

Reklamasi bukan praktek yang sempurna. Selain membawa keuntungan, reklamasi juga bisa mengakibatkan

berbagai dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan kawasan. Oleh karena itu, sebelum kegiatan reklamasi

dilaksanakan, mutlak diperlukan dukungan studi dari berbagai aspek kajian, seperti aspek sosial budaya, aspek

ekonomi, aspek lingkungan, aspek teknis, aspek transportasi, dan lain sebagainya. Rencana reklamasi seyogyanya

masuk dalam dokumen penataan ruang yang memiliki kekuatan hukum yang kuat dan mengikat (Perda, Peraturan

Presiden, atau PP). Tahapan pembangunan harus jelas dan konsisten. Reklamasi pantai bukan praktek yang

”terlarang/haram”, karena reklamasi dapat direkomendasikan sebagai salah satu alternatif pembangunan,

khususnya untuk mencari ruang yang sesuai dan layak (appropiate).