BURNOUT PADA RELAWAN KESEHATAN PALANG MERAH...
Transcript of BURNOUT PADA RELAWAN KESEHATAN PALANG MERAH...
BURNOUT PADA RELAWAN KESEHATAN PALANG MERAH INDONESIA yang
TERGABUNG DALAM PELAYANAN REHABILITASI MEDIK UNTUK
GEMPABUMI YOGYAKARTA & JAWA TENGAH 27 MEI 2006
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
INDAH SARI KENCONO PUTRI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PADA RELAWAN KESEHATAN PALANG MERAH INDONESIA yang
TERGABUNG DALAM PELAYANAN REHABILITASI MEDIK UNTUK
GEMPABUMI YOGYAKARTA & JAWA TENGAH 27 MEI 2006
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Di susun oleh:
INDAH SARI KENCONO PUTRI
NIM: 009114077
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PADA RELAWAN KESEHATAN PALANG MERAH INDONESIA yang
TERGABUNG DALAM PELAYANAN REHABILITASI MEDIK UNTUK SURVIVOR
GEMPABUMI YOGYAKARTA & JAWA TENGAH 27 MEI 2006
BURNOUT PADA RELAWAN KESEHATAN PALANG MERAH INDONESIA
yang TERGABUNG DALAM PELAYANAN REHABILITASI MEDIK
UNTUK SURVIVOR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PADA RELAWAN KESEHATAN PALANG MERAH INDONESIA
yang TERGABUNG DALAM PELAYANAN REHABILITASI MEDIK
GEMPABUMI YOGYAKARTA & JAWA TENGAH 27
MEI 2006
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Di susun oleh:
INDAH SARI KENCONO PUTRI
NIM: 009114077
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PADA RELAWAN KESEHATAN PALANG MERAH INDONESIA
yang TERGABUNG DALAM PELAYANAN REHABILITASI MEDIK
GEMPABUMI YOGYAKARTA & JAWA TENGAH 27
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
iv
“…….Saat seseorang benar-benar menginginkan sesuatu,
segenap alam semesta bersatu untuk membantu orang itu
mewujudkan mimpinya…”
--Paulo Coelho--
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini Kupersembahkan bagi:
Bapa, Tukang Kayu Bapa, Tukang Kayu Bapa, Tukang Kayu Bapa, Tukang Kayu dan Bunda yang Muliadan Bunda yang Muliadan Bunda yang Muliadan Bunda yang Mulia
“Dengan kasih sayang-Nya selalu mempersiapkanku dengan kekuatan
sebelum aku jatuh dalam pencobaan”
Sang Pedagang Kosmetik, Alm Babeh tersayangSang Pedagang Kosmetik, Alm Babeh tersayangSang Pedagang Kosmetik, Alm Babeh tersayangSang Pedagang Kosmetik, Alm Babeh tersayang yang selalu menjadi sahabat
terbaikku
SSSSang Penjual Underwearang Penjual Underwearang Penjual Underwearang Penjual Underwear, Ibu terhebat di dunia, Ibu terhebat di dunia, Ibu terhebat di dunia, Ibu terhebat di dunia yang selalu kuat menghadapi
apapun
---dari toko-toko kecil kalianlah karya ini lahir---
Mamas, Bowo, Lia & WulanMamas, Bowo, Lia & WulanMamas, Bowo, Lia & WulanMamas, Bowo, Lia & Wulan
Yang Membuatku bahagia terlahir dalam keluarga ini
Kangmas OgebKangmas OgebKangmas OgebKangmas Ogeb
Yang selalu membuatku menjadi diriku sendiri
vii
ABSTRAK
BURNOUT PADA RELAWAN KESEHATAN PALANG MERAH INDONESIA
yang TERGABUNG DALAM PELAYANAN REHABILITASI MEDIK
UNTUK SURVIVOR GEMPABUMI YOGYAKARTA & JAWA TENGAH 27
MEI 2006
Indah Sari Kencono Putri
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Berbagai Macam tekanan yang diterima oleh relawan yang bekerja dalam
situasi bencana baik yang berasal dari dalam diri mereka sendiri maupun dari luar
berpotensi untuk menimbulkan burnout bagi mereka. Fokus dalam penelitian ini
adalah untuk mengukur tingkat burnout yaitu kondisi dimana seseorang mengalami
kelelahan yang luar biasa dalam pekerjaannya yang ditandai dengan menurunnya
produktifitas kerja serta munculnya kesinisan dalam diri seseorang mengenai
pekerjaannya baik sinis terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain
disekitarnya.
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan burnout yang dialami subyek penelitian. Subyek dalam penelitian
ini sebanyak 33 orang relawan kesehatan Palang Merah Indonesia cabang Bantul &
Klaten yang tergabung dalam pelayanan rehabilitasi medik untuk survivor
gempabumi yang melanda Yogyakarta dan Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 2006.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala, yaitu dengan menggunakan
skala burnout yang terdiri dari 51 item. Analisis data penelitian dilakukan dengan
menggunakan program SPSS for Windows 13.00 serta menggunakan kategorisasi
skor subyek.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa secara umum subyek
dalam penelitian ini sebagian besar memiliki tingkat burnout yang masuk dalam
kategori tinggi. Hal ini tampak dari nilai mean yang jauh lebih rendah daripada nilai
median. Hal ini diperkuat dengan jumlah prosentase skor subyek yang berada dalam
tingkat burnout tinggi sejumlah 54,54 %, sementara untuk subyek yang berada dalam
kategori tingkatan burnout yang sedang sebanyak 36,36 % dan prosentase subyek
yang berada dalam kategori tingkatan burnout rendah sebanyak 9,1 %. Dari hasil
penelitian juga bisa dilihat bahwa bahwa prosentase tenaga professional yang terdiri
dari dokter, fisioterapis dan perawat yang mengalami burnout dalam kategori tinggi
cukup besar, yaitu sebanyak 57,14 % dari sejumlah 21 orang.
Kata Kunci: Burnout, Relawan, Kelelahan Emosional
viii
ABSTRACT
BURN OUT OF INDONESIAN RED CROSS HEALTH VOLUNTEERS WHO
WORK FOR THE MEDICAL REHABILITATION SERVICE FOR THE
SURVIVOR OF YOGYAKARTA & CENTRAL JAVA EARTHQUAKE MAY
27th 2006
Indah Sari Kencono Putri
Sanata Dharma University
Yogyakarta
Various of internal and external pressure to the volunteers who worked in the
disaster situation are potential to be the cause of the burnout for them. The focus of
this study is to measure the grade of burnout: the condition where the individual faced
the extraordinary exhaustion on their job which indicate by the decreasing of the
productivity and the synical feeling to themselves as well as to others.
This is a quantitative-descriptive study that intends to describe the burnout
faced by the subject. The subject of this study are 33 volunteers of Indonesian Red
Cross Societies health volunteers in Bantul & Klaten branches who worked for the
medical rehabilitation services for the Yogyakarta & DIY earthquake survivor who
was hit by the earthquake on the May 27th 2006. The instrument of this study is a
burnout scale consists of 51 items. The data of this study are analyzed with SPSS for
Windows 13.00 program and also use the subject’s score categorization.
The result of the study indicates that most of the subject is in the high grade of
the burnout. It is shown by the mean score that lower than the median score. It is also
shown by the percentage of the score. There are 54,54 % of the subject who are in the
high grade of the burnout, 36,36 % in the middle grade and only 9,1 % of the subject
who are in the low grade of the burnout. The result of this study also indicates that the
percentage of the professionals; medical doctor, physiotherapist and nurse who has
the high grade of the burnout is quiet high: 57,14% from total 21 people.
Keywords: Burnout, Volunteers, Emotional Exhaustion
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah Bapa yang maha kasih,
karena dengan bimbingan-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Proses
penyusunan skripsi ini melibatkan banyak pribadi dan instansi yang berkenan
memberikan dukungan-dukungan yang sangat berarti dari awal hingga berakhirnya
penelitian ini. Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang tulus
kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Bapak P. Eddy
Suhartanto, S.Psi.,M.Si. yang juga selaku dosen penguji, terimakasih banyak
atas segala masukannya.
2. Dosen pembimbing Akademik Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si
3. Kaprodi Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si. yang telah banyak
memberikan bantuannya.
4. Dosen pembimbing Skripsi Ibu ML. Anantasari, S.Psi.,M.Si. yang dengan
penuh kesabaran membimbing serta memberikan banyak masukan kepada
penulis, Terimakasih bu karena selalu mau menerima saya kembali setelah
beberapakali ‘menghilang’.
5. Bapak Y. B. Cahya Widiyanto, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan.
x
6. Seluruh dosen & karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang
telah membantu selama proses belajar saya di fakultas ini, terutama untuk mas
Gandung, Bu Nanik, mas Muji dan Pak Gi.
7. Relawan PMI khususnya cabang Bantul & Klaten yang telah membantu dalam
pengumpulan data penelitian dan telah bekerja sama dengan baik selama ini.
Great job guys!!!
8. IFRC yang telah menjadi tempat belajar untukku, mulai dari hal kecil seperti
menggunakan mesin fotocopy sampai hal besar seperti project management.
9. Rekan-rekan PSP yang mengenalkanku pada dunia psikologi bencana, my great
teachers: Justin, dr. Joe, Pernille Hansen, Anne-Maree Delaney serta para
relawan PSP yang tanpa mengenal lelah mengabdikan diri untuk kemanusiaan.
As we always said that PSP people is always fun!!!
10. Kawan-kawan Psikologi yang mewarnai hidupku: Dony (thank’s karena dah mau
diganggu berkali-kali bro ;) ), Bayu, Kak Dian, Mbak Ana serta semua teman-
teman kelas B yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
11. Keluarga besar MAPASADHA…dan slamanya jaya…
12. Teman-teman IIWC yang telah membuka jalanku untuk melanglang buana.
13. My ‘baka’ friends: Sebastian, Barbora & Kuba, thank you for the great time
that we had in UK, will always miss you all guys.
14. Mbakku Anne Schoonstein yang selalu memberikan semangat dari jauh.
15. My backpacking friends: Maria & Mbak Ci’, thank you for all the journeys we
had.
xi
16. Sahabat-sahabatku yang selalu cerewet menanyakan skripsiku: Trini, Ama,
Fang-fang dan Dita terimakasih atas semua support kalian. Serta orang-orang
terkasih mereka: Mas Wicak, Kukuh, Koh Agung (terimakasih atas kursus
singkatnya) dan Ernest kalian para lelaki paling beruntung di dunia. Tidak lupa
para malaikat-malaikat kecil mereka yang telah memberikanku keceriaan: Angel,
Sandra dan Eleanor.
17. Babeh almarhum, maaf tidak bisa memberikan karya ini langsung ke tangan
Babeh, semoga tenang disisi-Nya.
18. Ibu tersayang, terimakasih karena selalu sabar menghadapi pemberontakanku.
19. Mamas, Bowo, Lia, Wulan yang membuatku merasa berarti.
20. Kangmasku, terimakasih sudah membiarkanku menjadi diriku sendiri.
Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan yang tidak terlepas dari
kekurangan yang dimiliki penulis, untuk itu penulis meminta maaf. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, serta dapat memberikan inspirasi.
Yogyakarta, Maret 2009
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ....................................................................... ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................. iii
Halaman Motto ...................................................................................................... iv
Halaman Persembahan .......................................................................................... v
Pernyataan Keaslian Karya.................................................................................... vi
Abstrak ................................................................................................................ vii
Abstract ............................................................................................................... viii
Kata Pengantar ...................................................................................................... ix
Daftar Isi ................................................................................................................ xii
Daftar Tabel ........................................................................................................... xv
Daftar Lampiran .................................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
xiii
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Burn out
1. Pengertian Burn Out ............................................................................ 10
2. Penyebab Burn Out ............................................................................. 11
3. Dimensi Burn Out ............................................................................... 14
B. Relawan Rehabilitasi Medis Palang Merah Indonesia
1. Relawan ............................................................................................... 16
2. Relawan Palang Merah Indonesia ...................................................... 16
3. Rehabilitasi Medis ............................................................................... 17
4. Relawan Rehabilitasi Medis Palang Merah Indonesia cabang
Bantul & Klaten .................................................................................. 19
C. Burn out pada relawan Palang Merah Indonesia yang bekerja di bidang
rehabilitasi medis ....................................................................................... 21
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 25
B. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................. 25
C. Definisi Operasional .................................................................................. 26
D. Subyek Penelitian ...................................................................................... 28
E. Metode Pengambilan Data ........................................................................ 28
F. Validitas, Reliabilitas dan Seleksi Item
1. Validitas ............................................................................................... 30
xiv
2. Reliabilitas ........................................................................................... 31
3. Seleksi Item ......................................................................................... 32
G. Metode Analisis Data ................................................................................ 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian .............................................................. 33
2. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian .................................................... 33
B. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 35
C. Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas ...................................................................................... 35
2. Kategorisasi Subyek ............................................................................. 36
D. Pembahasan ................................................................................................ 39
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................. 46
B. Saran ........................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 49
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor Untuk Setiap Respon Item Burnout ........................................... 29
Tabel 2. Kisi-kisi Sebaran Item Skala Burnout Sebelum Uji Coba .................. 30
Tabel 3. Kisi-kisi Sebaran Item Skala Burnout Setelah Uji Coba .................... 34
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 36
Tabel 5. Norma Kategori Skor ......................................................................... 36
Tabel 6. Kategori Skor Burnout ....................................................................... 37
Tabel 7. Prosentase Tingkat Burnout ............................................................... 37
Tabel 8. Prosentase Tingkat Burnout pada tenaga profesional......................... 38
Tabel 9. Prosentase Tingkat Burnout pada tenaga umum ................................ 38
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Uji Coba .............................................................................. 51
Lampiran 2. Data Uji Coba ............................................................................... 58
Lampiran 3. Reliabilitas Skala .......................................................................... 62
Lampiran 4. Skala Penelitian ............................................................................. 64
Lampiran 5. Data Penelitian .............................................................................. 71
Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini kita banyak mendengar mengenai bencana yang terjadi.
Jutaan orang meninggal dan tidak sedikit yang menderita setiap tahunnya karena
bencana. Selama ini, bencana selalu dipahami sebagai suatu peristiwa alam seperti
gempa bumi, banjir, gunung meletus, dan sebagainya. Padahal peristiwa-peristiwa
yang terjadi akibat perilaku manusia seperti terorisme, kerusuhan dan perang juga
merupakan suatu bencana. WHO (2002) secara umum mendefinisikan bencana
sebagai suatu kejadian yang mengganggu keadaan normal dan mengakibatkan
penderitaan yang melampaui kapasitas penyesuaian komunitas yang
mengalaminya.Bencana dibagi ke dalam dua jenis. Jenis yang pertama adalah
bencana alam yaitu bencana yang sifatnya diluar kendali manusia, disebabkan
oleh kekuatan alam dan seringkali terjadi tanpa adanya peringatan. Jenis bencana
yang kedua adalah bencana sosial yaitu kejadian yang menyebabkan kerusakan
parah pada kehidupan dan harta benda yang diakibatkan oleh karena kecerobohan,
kelalaian, bahkan kesengajaan manusia. Berdasarkan hasil beberapa penelitian,
dampak kehidupan akibat bencana sosial dirasakan lebih mendalam daripada
akibat bencana alam pada komunitas (PMI, 2005).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan bencana alam terbanyak di
dunia dengan julukannya sebagai ‘supermarket’ bencana. Indonesia terletak di
titik rawan yaitu berada pada 3 piringan tektonik kontinental yang menyebabkan
2
banyaknya bencana gempa bumi. Tercatat beberapa bencana gempa bumi terjadi
di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya yaitu gempa bumi yang terjadi di
DIY dan Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 2006 yang lalu dengan kekuatan 6,3
SR. Tercatat 127.000 rumah hancur, lebih dari 450.000 rusak dengan total sekitar
1.173.742 orang kehilangan tempat tinggal mereka. Selain itu dilaporkan
sebanyak 5.749 orang meninggal dan lebih dari 38.000 orang terluka (IFRC
Operations Update, 2006). Dari jumlah orang yang terluka, dilaporkan sejumlah
5000 orang mengalami luka paska operasi dan 1.500 orang mengalami
kelumpuhan yang semuanya membutuhkan pelayanan rehabilitasi medik untuk
jangka waktu yang cukup panjang. Menurut laporan tim mobile clinic Palang
Merah Indonesia sampai dengan bulan September 2006 ditemukan sekitar 400
pasien yang belum mendapatkan perawatan sama sekali.
Besarnya skala bencana gempabumi yang menimpa Yogyakarta dan Jawa
Tengah tersebut mengundang hadirnya banyak organisasi-organisasi yang
melakukan respon bencana. Palang Merah Indonesia (PMI) yang merupakan
organisasi kemanusiaan lokal yang berbasis kerelawanan merupakan salah satu
organisasi yang melakukan respon bencana tersebut. Berbagai macam pelayanan
untuk survivor bencana gempabumi tersebut diberikan oleh PMI baik respon
gawat darurat maupun respon jangka panjang, salah satu respon bencana untuk
jangka panjang yang dilakukan PMI cabang Bantul dan Klaten adalah pelayanan
rehabilitasi medik kepada penyandang cacat survivor gempa bumi Yogyakarta &
Jawa Tengah 2006. Sampai dengan Desember 2007, tidak kurang dari 700 pasien
yang telah ditangani oleh unit pelayanan kesehatan ini. Sebanyak 33 relawan yang
3
terdiri dari 12 fisioterapis, 5 perawat, 2 dokter dan 14 tenaga umum mengabdikan
diri mereka untuk pelayanan ini, walaupun sebagian besar dari mereka juga
merupakan survivor dari bencana ini. Para relawan ini telah bekerja sejak masa
gawat darurat bencana. Sampai saat ini sekitar 2 tahun setelah bencana, mereka
dengan setia masih memberikan pelayanan kepada survivor gempa yang
mengalami kelumpuhan jangka panjang atau permanen dikarenakan patah tulang
terutama tulang belakang (Spinal Cord Injury) yang memang membutuhkan
pelayanan rehabilitasi medik jangka panjang. Rencananya program ini masih akan
terus berjalan sampai dengan Maret 2009.
Setelah hampir dua tahun melakukan terapi, masih banyak pasien yang
masih berharap untuk dapat berjalan normal kembali, padahal mereka yang
menjalani terapi rehabilitasi medik jangka panjang ini merupakan pasien dengan
kelumpuhan jangka panjang atau permanen. Target dari program rehabilitasi ini
sendiri bukanlah menyembuhkan pasien dari kelumpuhan mereka, namun lebih
kepada mempersiapkan pasien untuk dapat mandiri dan tidak sepenuhnya
bergantung pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-harinya. Pasien
yang belum bisa menerima keadaan mereka selalu menunjukkan emosi yang
negatif: takut, cemas, sedih, marah kecewa dan sebagainya dan bahkan mulai
malas-malasan dalam menjalankan terapi.
Menjadi pekerja kemanusiaan atau bekerja di daerah pasca bencana alam
atau konflik sosial dengan kondisi masyarakat yang trauma bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah. Pekerjaan-pekerjaan ini sangat beresiko tinggi mengalami
masalah psikologis yang cukup serius. Biasanya tekanan-tekanan kerja yang
4
dihadapi para pekerja kemanusiaan ini cukup tinggi. Salah satunya adalah terus-
menerus berhadapan dengan orang-orang yang mengalami berbagai perasaan
negatif: takut, cemas, sedih, marah, kecewa sebagai akibat dari pengalaman
traumatis (Cordes & Doherty, 1993).
Kasuya (2000) menyatakan bahwa pemberi jasa kesehatan yang
menyediakan perawatan kepada orang yang menderita jangka panjang karena
penyakitnya selalu mengharapkan dan diharapkan menjalankan tugasnya tanpa
memperhatikan konsekuensi emosi, fisik dan keuangan mereka. Selanjutnya
Kasuya (2000) mengatakan bahwa seringkali pemberi pelayanan menggunakan
kekuatan emosi, fisik serta sumber-sumber keuangan mereka secara tidak
proporsional, dan seiring berjalannya waktu dimana pasien tidak menunjukkan
perkembangan kesehatan yang signifikan pemberi pelayanan pun sangat mungkin
mengalami penurunan antusiasme, penurunan emosi, bahkan mereka akan merasa
marah atau kecewa terhadap diri mereka sendiri.
Para relawan kesehatan Palang Merah Indonesia yang tergabung dalam
pelayanan rehabilitasi medik untuk survivor gempabumi Yogyakarta & Jawa
Tengah tersebut telah bekerja selama 2 tahun, mereka bekerja 6 hari dalam satu
minggu. Sebagian besar pasien masih belum dapat menerima keadaan mereka
(menjadi lumpuh) sepenuhnya. Setiap hari para relawan tersebut terus menerus
berhadapan dengan pasien yang mengalami ketakutan, kecemasan, sedih, marah,
kecewa dan sebagainya sebagai akibat dari pengalaman traumatis mereka,
sehingga yang didengar oleh para relawan setiap memberikan pelayanan kepada
para pasien adalah keluhan dan terkadang para relawan tersebut menjadi
5
pelampiasan amarah pasien karena kondisi mereka. Hal ini merupakan suatu
tekanan bagi para relawan palang merah tersebut.
Selain tekanan dari pasien, para relawan tersebut juga mengalami tekanan
dari dalam diri mereka sendiri. Keinginan untuk berbuat lebih terhadap
masyarakat yang didampingi dan selalu siap membantu dalam kondisi apapun
biasanya dialami oleh para relawan (Antares Foundation, 2006). Menyadari
kelemahan diri sendiri sangatlah sulit. Seringkali pekerja kemanusiaan
beranggapan bahwa merasakan perasaan negatif yang mendalam seperti:
ketakutan, kemarahan dan perasaan ketidakmampuan akan nampak seperti tanda-
tanda kelemahan. Menampilkan perasaan-perasaan negatif tersebut juga dianggap
sesuatu yang memalukan khususnya terhadap rekan-rekan sekerja. Akibatnya
pekerja kemanusiaan seringkali memaksakan diri untuk menolong meskipun
sebenarnya diri sendiri berada dalam kondisi yang perlu ditolong. Memang bagi
para pekerja kemanusiaan lebih mudah untuk menempatkan diri sebagai
penolong/pendamping daripada menyadari bahwa diri sendiri perlu
bantuan/dukungan (PSP guideline, 2004).
Griekspoor (2001) mengungkapkan bahwa tekanan untuk selalu berbuat
lebih baik selain datang dari diri para pekerja kemanusiaan itu sendiri biasanya
juga datang dari pihak donor dan juga media. Ada anggapan yang kurang tepat
tentang pekerja kemanusiaan baik seperti staf LSM, peliput berita, guru, tenaga
kesehatan maupun tentara. Mereka dianggap memiliki kualitas yang sangat luar
biasa yang akan membuat mereka secara emosi dan psikologis sangat kuat.
Anggapan kualitas luar biasa ini dilihat sebagai penyebab anggapan bahwa
6
mereka tidak akan mengalami masalah meskipun bekerja di situasi yang tidak
wajar dengan orang-orang dengan pengalaman khusus. Akibat dari anggapan ini
adalah kurang dipedulikannya kebutuhan para pekerja kemanusiaan.
Berbagai tekanan yang diterima menyebabkan para relawan PMI yang
bekerja di bidang pelayanan rehabilitasi kesehatan untuk survivor gempabumi
Yogyakarta & Jawa Tengah merasa marah dan putus asa, merasa tidak mampu,
sinis atau sebaliknya, membutukan perasaan aman. Pengalaman-pengalaman ini
merupakan tampilan dari pengalaman kelelahan yang luar biasa terkait dengan
pekerjaan kemanusiaan yang dijalankan. Kelelahan yang luar biasa ini dikenal
dengan istilah burnout.
Istilah burnout pertama kali diperkenalkan oleh Freudenberger pada tahun
1974 untuk menggambarkan perasaan kegagalan dan kelesuan akibat tuntutan
yang terlalu membebankan tenaga dan kemampuan seseorang. Stamm (2005)
dalam ProQUOL Manual menjelaskan burnout dalam perspektif penelitian, yaitu
diasosiasikan dengan perasaan tanpa harapan dan kesulitan untuk melakukan
pekerjaan atau kesulitan mengerjakan pekerjaan secara efektif. Selanjutnya
Stamm menjelaskan bahwa biasanya perasaan negatif itu muncul secara perlahan-
lahan. Pekerja akan merasa bahwa usaha yang dilakukan tidak membawa
perubahan apapun. Pada tahun 1981 Christina Maslach mengembangkan konsep
burnout ini dengan mengidentifikasi 3 aspek pada burnout, yaitu: kelelahan
emosional, depersonalisasi dan kurangnya pencapaian pribadi.
Maslach dan Jackson (1981) lebih lanjut menerangkan bahwa kelesuan
emosional menunjuk pada fisik dan emosi serta perasaan bosan yang disebabkan
7
tekanan kerja yang dialami setiap hari. Depersonalisasi menunjuk pada
pembentukan sikap yang negatif dan respon yang dingin terhadap orang lain
seperti kolega atau teman sejawat di tempat bekerja. Pencapaian pribadi yang
kurang menunjuk pada perasaan kehilangan harga diri dan perasaan kurang
mencapai sesuatu yang memuaskan dalam pekerjaannya.
Kasuya (2000) mengemukakan bahwa orang-orang yang bekerja dalam
bidang pelayanan kesehatan, yang mengabdikan dirinya pada pelayanan pada
orang yang menderita sakit jangka panjang atau kecacatan tanpa bayaran yang
memadai sangat cenderung mengalami burnout.
Selama ini perhatian dan pemenuhan kebutuhan para pekerja kemanusiaan
dianggap kurang penting dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan orang-
orang yang trauma, dampingan para pekerja kemanusiaan. Padahal sangatlah
penting untuk memulai memperhatikan kondisi para pekerja kemanusiaan. Jika
burnout yang dialami oleh para relawan ini tidak segera diidentifikasi dan diatasi,
maka akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi bagi relawan tersebut ataupun
organisasi tempatnya bekerja. Secara individu dampak yang mungkin timbul
adalah kepuasan kerja yang rendah, perkembangan moral yang rendah, kelelahan
secara emosional, menarik diri dari pekerjaan, perasaan rendah diri serta perasaan
tidak berdaya. Organisasi sendiri secara langsung maupun tidak langsung akan
mendapatkan dampak dari keadaan burnout yang dialami relawan, yaitu pada
level produktivitas organisasi yang menurun seiring menurunnya tingkat kepuasan
kerja dan juga penurunan perkembangan moral dimana dalam kasus ini penurunan
level produktivitas dapat berupa penurunan mutu pelayanan rehabilitasi medik,
8
dan hal ini lebih jauh akan menyebabkan pasien akan merasa tidak puas dengan
pelayanan yang diberikan oleh relawan PMI sehingga mungkin mereka akan
mencari sumber pelayanan yang lain dan kredibilitas organisasipun akan
terpengaruh karenanya.
Penjabaran diatas membuat kita dapat melihat dengan jelas betapa
pentingnya untuk memulai memperhatikan aspek psikologis dari pekerja
kemanusiaan, dan untuk itulah penelitian ini dibuat. Mengidentifikasikan seberapa
besar tingkat burnout yang dialami relawan PMI yang bekerja di bidang pelayanan
rehabilitasi kesehatan untuk survivor Gempa Bumi Yogyakarta & Jawa Tengah 27
Mei 2006 akan membuat pihak-pihak yang berkepentingan seperti organisasi
tempat mereka bekerja, pihak donor maupun manajer program dapat
menjadikannya sebagai dasar untuk memberikan tindakan lebih lanjut untuk
mengatasinya.
Topik mengenai burnout ini belum banyak diangkat di fakultas psikologi
Universitas Sanata Dharma, sehingga topik penelitian ini cukip orisinil untuk
diangkat.
B. Rumusan Masalah
Seberapa besarkah tingkat burn out para relawan PMI yang bekerja di
bidang pelayanan rehabilitasi kesehatan untuk survivor gempa Bumi Yogyakarta
27 Mei 2006.
9
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui tingkat burn-out yang dialami
para relawan PMI yang bekerja di bidang pelayanan rehabilitasi kesehatan untuk
survivor Gempa Bumi Yogyakarta 27 Mei 2006.
D. Manfaat Penelitian
Maanfaat penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan teoritis dibidang
kesehatan mental bencana tentang burn-out pada pekerja kemanusiaan
2. Maanfaat praktis
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan praktis yang
memberikan informasi yang berkaitan dengan burn-out yaitu pada:
a. Pekerja kemanusiaan agar mereka dapat mengenali yang terjadi
pada dirinya serta dapat mencari cara untuk mengatasinya dan juga
lebih lanjut sebagai wacana agar mereka dapat mempersiapkan diri
jika akan menghadapi situasi yang serupa.
b. Bagi organisasi Palang Merah pada khususnya dan organisasi-
organisasi kemanusiaan lainnya secara umum sebagai dasar untuk
mulai menindak lanjuti isu mengenai kesehatan psikologis para
relawan/ pekerjanya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Burnout
1. Pengertian Burnout
Pengertian burnout dalam istilah psikologi yaitu merupakan kondisi
kelelahan jangka panjang dan berkurangnya ketertarikan (depersonalisasi atau
kesinisan) biasanya terjadi pada konteks pekerjaan (wikipedia, 2007). Maslach &
Leiter (1997) mengungkapkan bahwa burnout adalah ketika seseorang merasa
kehilangan energi, antusiasme dan kepercayaan diri. Maslach & Leiter (1997)
juga memaparkan bahwa seseorang yang mengalami burn out merasakan
kelelahan dan stress serta overwhelmed yang berkepanjangan, selain itu orang
tersebut juga bersikap sinis yang negatif serta merasa kehilangan energi dan
keaktivan dalam pekerjaan.
Istilah burnout pertama kali diperkenalkan oleh Freudenberger pada tahun
1974 untuk menggambarkan perasaan kegagalan dan kelesuan akibat tuntutan
yang terlalu membebankan tenaga dan kemampuan seseorang (Cordes Dougherty,
1993). Stamm, B (2005) dalam ProQUOL Manual menjelaskan burnout dalam
perspektif penelitian, yaitu diasosiasikan dengan perasaan tanpa harapan dan
kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau kesulitan mengerjakan pekerjaan secara
efektif. Stamm lebih lanjut juga menjelaskan bahwa biasanya perasaan negatif itu
muncul secara perlahan-lahan. Pekerja akan merasa bahwa usaha yang dilakukan
tidak membawa perubahan apapun.
11
Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Maslach & Jackson (1981)
ditemukan hubungan antara tingginya role conflict dengan aspek kelelahan
emosional dalam burnout yang ditandai dengan gejala sakit kepala, sakit perut dan
rasa khawatir berlebihan. Penelitian Maslach (1982) menghasilkan temuan adanya
hubungan antara tingginya role ambiguity dan role overload dengan pengurasan
energi dan kelelahan mental yang berakibat pada meningkatnya tingkat emosional
seseorang. Jackson dan Schuler (1986) menguatkan temuan tersebut dengan
menyatakan bahwa emotially draining memunculkan perasaan sinis, acuh dan
tidak peka terhadap lingkungan.
Kasuya (2000) mengemukakan bahwa orang-orang yang bekerja dalam
bidang pelayanan kesehatan, yang mengabdikan dirinya pada pelayanan pada
orang yang menderita sakit jangka panjang atau kecacatan tanpa bayaran yang
memadai sangat cenderung mengalami burnout.
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa burnout
adalah kondisi dimana seseorang mengalami kelelahan yang luar biasa dalam
pekerjaannya yang ditandai dengan menurunnya produktifitas kerja serta
munculnya kesinisan dalam diri seseorang mengenai pekerjaannya baik sinis
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain disekitarnya.
2. Penyebab Burnout
Burnout dalam pemahaman konvensional lebih disebabkan oleh individu,
dimana ketika seseorang mengalami burnout hal tersebut lebih disebabkan karena
kesalahan dari karakter, tingkah laku dan produktifitas individu tersebut (Maslach
12
& Leiter, 1997). Menurut perspektif ini, masalahnya ada pada individu tersebut,
dan solusinya adalah mengubah atau melepaskan mereka.
Penelitian lebih lanjut tentang burnout berargumen sebaliknya, bahwa
burnout bukan disebabkan oleh individu tersebut, namun lebih kepada lingkungan
sosial tempat individu bekerja (Maslach & Leiter, 1997). Struktur dan fungsi yang
berlaku di tempat kerja membentuk cara individu berinteraksi dan bagaimana
mereka melaksanakan tugas mereka.
Maslach & Leiter (1997) lebih spesifik menjelaskan bahwa burnout dapat
muncul akibat dari ketidak cocokan antara individu dengan enam aspek dalam
pekerjaan yaitu: beban kerja (workload), kontrol kerja (work control),
penghargaan (reward), perpecahan dalam komunitas (breakdown in community),
ketidakadilan (absence of fairness) dan nilai-nilai yang bertentangan (conflicting
values).
a. Beban kerja. Beban kerja merupakan dimensi kunci dari kelangsungan
organisasi. Workload dari perspektif organisasi berarti produktivitas, sementara
dari perspektif individu berarti waktu dan energi. Kompromi antara dua perspektif
tersebut merupakan tantangan yang fundamental untuk memelihara keseimbangan
hubungan dalam pekerjaan. Transisi besar yang dialami organisasi biasanya
diasosiasikan dengan mengutamakan perampingan dan restrukturisasi target dari
beban kerja. Poin dari perampingan dan restrukturisasi untuk meningkatkan
produktifitas adalah jumlah orang yang lebih sedikit untuk melakukan pekerjaan
yang lebih banyak. Keadaan ini menimbulkan efek dalam beban kerja dengan tiga
cara, yaitu pekerjaan menjadi lebih intensif, menuntut waktu lebih, serta menjadi
13
lebih kompleks. Pekerja akan menghabiskan lebih banyak energi untuk
mengantisipasi permasalahan oranisasi tersebut dan hal ini menimbulkan
kelelahan yang berujung pada burnout.
b. Kontrol kerja. Setiap pekerja memiliki kapasitas untuk mengatur
prioritas pekerjaannya sehari-hari, memilih cara atau pendekatan untuk melakukan
pekerjaannya, dan membuat keputusan untuk menggunakan sumber dayanya. Hal
tersebut merupakan kunci utama untuk menjadi profesional. Kebijakan organisasi
yang mengintervensi kapasitas ini, yang biasanya melalui manajemen mikro akan
mengurangi otonomi serta keterlibatan individu dengan pekerjaannya, sehingga
individu tidak bisa menyeimbangkan ketertarikannya pada organisasi, mereka
kehilangan ketertarikan karena mereka tidak merasa bahwa mereka yang membuat
segala sesuatunya berjalan.
c. Kurangnya penghargaan. Pekerja selalu berharap bahwa pekerjaan
mereka akan memberikan mereka penghargaan materi, pengaruh dan keamanan.
Ketiga hal tersebut terkadang tidak tercapai sepenuhnya walaupun mereka telah
bekerja keras. Kehilangan reward mendasar dari pekerjaan yaitu menikmati
pekerjaannya, dan juga meningkatkan keahlian bersama dengan rekan kerja yang
saling menghargai, dapat menjadi penyebab terbesar bagi seseorang mengalami
burnout.
d. Perpecahan dalam komunitas. Aspek keempat yang menjadi
penyebab dari burnout adalah perpecahan dalam komunitas kerja. Kehidupan
sosial dalam pekerjaan merupakan sesuatu yang penting bagi karyawan, hal
tersebut mempengaruhi pikiran dan perasaan seseorang. Perpecahan yang terjadi
14
dalam kehidupan sosial pekerjaan akan menjadikan pekerja merasakan tekanan
dalam pekerjaannya yang menyebabkan timbulnya burnout.
e. Ketidakadilan. Tempat kerja dapat dikatakan adil jika tiga elemennya
telah terpenuhi: kepercayaan, keterbukaan dan respek. Ketika organisasi dapat
membentuk suatu komunitas kerja maka para pekerja dapat saling percaya satu
sama lain untuk melaksanakan tugas masing-masing dalam menjalankan sebuah
program, mengkomunikasikan secara terbuka tentang intensi mereka dan
menunjukkan sikap saling menghargai. Organisasi yang tidak dapat bersikap adil
dapat menyebabkan individu tidak merasa penting dalam berjalannya organisasi,
perasaan tersebut dapat berkembang menjadi bur out.
f. Nilai-nilai yang bertentangan. Nilai yang dianut seseorang sangat
mempengaruhi hubungan antara orang tersebut dengan pekerjaannya. Nilai yang
berbeda antara pekerja dengan organisasi maupun dengan pekerja yang lain akan
menimbulkan konflik yang berujung pada burnout.
3. Dimensi Burnout
Maslach & Leiter (1997) mendeskripsikan burnout sebagai gabungan dari
tiga dimensi, yaitu kelelahan (exhaustion), kesinisan (cynicism) dan
ketidakefektifan (ineffectiveness).
Kelelahan merupakan reaksi pertama dari stress yang muncul akibat
tuntutan kerja atau perubahan besar. Ketika orang merasa kelelahan mereka akan
merasa emosi dan fisiknya tersita. Mereka akan merasa energi mereka terkuras
dan merasa tidak mampu keluar dari kesulitan yang dihadapi, tidak dapat merasa
15
santai serta merasa tidak mampu untuk pulih kembali. Orang yang mengalami
kelelahan ini akan merasa lelah seperti sebelum tidur ketika mereka bangun tidur
di pagi hari.
Ketika seseorang merasakan kesinisan, mereka akan menjadi dingin serta
mengambil menjaga jarak terhadap pekerjaannya serta orang-orang yang terlibat
dalam pekerjaannya. Mereka meminimalisir keterlibatan mereka dalam pekerjaan
dan menyerah pada idealisme mereka. Kesinisan dapat menjadi usaha untuk
melindungi seseorang dari kelelahan dan kekecewaan. Seseorang merasa bahwa
akan merasa lebih aman jika ia menunjukkan sikap tidak peduli atau berasumsi
sesuatu tidak akan berjalan dengan baik khususnya jika masa depan tidak pasti.
Pikiran negatif semacam itu dapat merusak keselamatan dan kapasitas seseorang
untuk bekerja secara efektif.
Ketidakefektifan merupakan perasaan dimana seseorang merasa adanya
ketidakselarasan dalam diri mereka. Setiap pekerjaan yang mereka lakukan seperti
membebani mereka. Dunia seakan-akan berkonspirasi untuk menentang setiap
usaha mereka untuk membuat kemajuan, dan apa saja yang mereka lakukan
sepertinya tidak berarti. Orang yang mengalaminya akan kehilangan kepercayaan
diri mereka akan kemampuan mereka untuk membuat perubahan. Ketika
seseorang tersebut kehilangan kepercayaan diri mereka, orang lainpun akan
kehilangan kepercayaan kepada mereka.
Penelitian ini nantinya akan melihat gejala-gejala burnout yang timbul
berdasarkan ketiga dimensi burnout yang dijabarkan oleh Maslach & Leiter
(1997) yaitu kelelahan , kesinisan dan ketidak efektifan.
16
B. Relawan Rehabilitasi Medik PMI
1. Relawan
Relawan adalah seseorang yang memberikan pelayanan di masyarakat atau
untuk keuntungan lingkungan karena keinginan mereka, kebanyakan melalui
organisasi non-profit, baik secara formal maupun kurang formal baik secara
individu maupun secara kelompok (wikipedia, 2008).
Berdasarkan definisi tersebut, sukarelawan tidak mendapatkan bayaran
atau kompensasi dari pelayanan yang mereka berikan.
2. Relawan Palang Merah Indonesia
Salah satu prinsip palang merah adalah kerelawanan. Federasi palang
merah dan bulan sabit merah internasional mengemukakan bahwa relawan palang
merah adalah seseorang yang melakukan kegiatan kerelawanan untuk gerakan
palang merah pada satu kesempatan ataupun secara regular (www.ifrc.org, 2007).
Kerelawanan dalam gerakan palang merah adalah kegiatan yang:
a) Dimotivasi oleh keinginan yang tidak dipaksakan dari orang yang menjadi
relawan, dan tidak berdasarkan keinginan untuk mendapatkan materi atau
pendapatan keuangan atau oleh tekanan sosial, ekonomi atau politik dari
pihak manapun.
b) Berintensi untuk keuntungan orang-orang rentan dan masyarakatnya yang
sesuai dengan prinsip fundamental dari palang merah
c) Diorganisir oleh representative palang merah setempat yang resmi.
17
3. Rehabilitasi Medik
a. Pengertian
Rehabilitasi medik adalah perawatan untuk memfasilitasi proses
pemulihan dari luka, sakit atau penyakit agar kondisi orang yang dirawat menjadi
normal kembali atau paling tidak mendekati normal
(www.answers.com/topic/rehabilitation). Program rehabilitasi yang layak dan
memadai dapat memulihkan kondisi ketidakmampuan atau dapat membantu
pasien mengatasi kekurangan yang tidak dapat disembuhkan secara medik.
Rehabilitasi mengatasi kebutuhan pasien akan fisik, psikologi serta okupasi.
Milto (1991) menjelaskan bahwa program rehabilitasi yang layak dan tepat
dapat membantu pasien untuk dapat mengatasi ketidak mampuannya atau dapat
menyesuaikan diri dengan penurunan kemampuan yang tidak dapat disembuhkan
dengan perawatan kedokteran. Rehabilitasi bertujuan untuk melayani kebutuhan
pasien akan dalam terapi fisik, psikologis serta lingkungan. Hal-hal tersebut
dicapai dengan cara mengembalikan fungsi, psikologis atau lingkungan seperti
semula atau memodifikasi fisik dan lingkungan sosial pasien. Tipe rehabilitasi
yang utama adalahfisik (fisioterapi), okupasi, dan terapi bicara.
Setiap program rehabilitasi disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasien
dan dapat dilakukan satu atau lebih jenis terapi pada satu waktu. Ahli terapi
biasanya akan mengkoordinasikan usaha rehabilitasi pada tim rehabilitasi yang
terdiri dari terapi fisioterapi, okupasi, bicara atau terapist lainnya seperti perawat,
orthotics, prosthetists, serta terapis-terapis khusus lainnya. Anggota keluarga
18
seringkali terlibat secara aktif dalam program rehabilitasi pasien.
(www.answers.com/topic/rehabilitation)
b. Rehabilitasi Medik PMI Cabang Bantul dan Klaten
Salah satu kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh PMI cabang Bantul
dan Klaten dalam rangka respons terhadap bencana gempabumi yang melanda
DIY dan Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 2006 yang lalu adalah rehabilitasi
medik. Rehabilitasi medik yang dilakukan oleh PMI Cabang Bantul & Klaten
terdiri dari dua jenis yaitu fisioterapi dan wound care.
Kegiatan Fisioterapi memberikan pelayanan kepada para pasien yang
memiliki cedera tulang yang telah mendapatkan perawatan sebelumnya dari
rumah sakit. Berdasarkan hasil laporan tim fisioterapi PMI cabang Bantul dan
Klaten, kasus yang paling banyak ditangani adalah kasus patah tulang, paraplegi
dan paraparese serta dislokasi tulang. Para fisioterapis PMI cabang Bantul &
Klaten membantu para pasien untuk melatih fisik mereka sehingga keadaan
mereka tidak memburuk. Selain itu, para fisioterapis juga memberikan para pasien
occupational theraphy berupa latihan untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehari-
hari seperti pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, memakai pakaian,
makan, dll sehingga para pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
penyesuaian pada kondisi mereka sekarang tanpa bergantung sepenuhnya pada
orang lain.
Kegiatan wound care atau perawatan luka memberikan pelayanan untuk
penyembuhan luka yang dialami pasien pasca operasi ataupun luka tekan
19
(decubitus) agar penyembuhannya berjalan lebih cepat serta mencegah infeksi
tambahan yang muncul akibat kesalahan metode perawatan. Pasien juga diberi
pelatihan untuk pencegahan munculnya luka tekan yang lain.
Kedua perawatan tersebut melibatkan anggota keluarga pasien. Para
fisioterapis dan perawat memberikan pelatihan pada keluarga pasien agar mereka
dapat memberikan perawatan, sehingga pasien dan keluarganya tidak bergantung
pada pelayanan yang diberikan oleh Palang Merah Indonesia serta mencegah
terjadinya luka ataupun cedera tambahan. Keterlibatan keluarga ini juga
bermaksud untuk menjaga agar pasien tidak disisihkan dari keluarga dan
masyarakat.
4. Relawan Rehabilitasi Medik Palang Merah Indonesia cabang Bantul &
Klaten
Relawan rehabilitasi medik adalah tenaga ahli yang terdiri dari fisioterapis,
perawat, dokter yang biasa disebut sebagai tenaga profesional, serta tenaga umum
yang terdiri dari pengemudi ambulans dan kendaraan operasional serta
administrator dan juga asisten perawat dan fisioterapis, yang kesemuanya
memberikan pelayanan rehabilitasi berupa fisioterapi dan perawatan luka bagi
pasien paska operasi survivor gempabumi Yogyakarta dan Jawa Tengah 27 Mei
2006. Relawan yang tergabung dalam rehabilitasi medik ini berjumlah 33 orang
yang terdiri dari 2 dokter, 12 fisioterapis, 7 perawat dan 12 tenaga umum. Mereka
terdiri dari 15 wanita dan 18 pria. Usia para relawan tersebut berkisar antara 20 –
34 tahun.
20
Setiap relawan melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan keahlian dan
profesinya yang terdefinisikan dalam deskripsi tugas mereka. Para dokter,
fisioterapis dan perawat yang biasa disebut sebagai tenaga profesional adalah
mereka yang paling banyak berkontak langsung dengan pasien. Dokter dalam
pelayanan ini bertugas sebagai manajer teknis untuk pelayanan rehabilitasi medik
ini. Selain bertugas untuk mengecek kondisi pasien secara berkala serta
memberikan resep dan juga memberikan suntikan antibiotik, kedua doketer
tersebut juga memiliki tanggung jawab untuk memberikan rujukan bagi pasien
yang memerlukan pelayanan yang lebih intensif di rumah sakit. Fisioterapis
bertugas sesuai dengan keahlian mereka, yaitu membantu dan mendampingi
pasien dalam latihan gerak yang bertujuan untuk melatih fisik mereka yang
bertujuan untuk mencapai fungsi mobilitas dan kemandirian yang maksimal bagi
pasien serta mencegah munculnya resiko cedera yang mungkin muncul paska
operasi. Selain itu, fisioterapis juga bertugas memberikan pelatihan bagi pasien
dan anggota keluarga pasien untuk dapat melakukan latihan-latihan tersebut
secara mandiri. Para perawat bertugas untuk memberikan perawatan luka yang
timbul pasca operasi dan juga luka tekan yang timbul sebagai akibat dari
kesalahan metode perawatan yang biasanya muncul pada pasien yang mengalami
paraplegi. Seperti halnya fisioterapis, para perawatpun memiliki tugas
memberikan pelatihan bagi pasien dan keluarganya untuk merawat luka pasien
serta bagaimana mencegah timbulnya luka baru. Tenaga umum memiliki tugas
berbeda-beda, sebagian dari mereka bertugas sebagai pengemudi ambulans dan
mobil antar jemput pasien yang mengantar dan menjemput pasien dari rumah
21
mereka ke klinik rehabilitasi medik PMI maupun mengantar pasien ke rumah sakit
bagi mereka yang membutuhkan rujukan. Sebagian dari tenaga umum ini lebih
berfungsi sebagai tenaga administratif untuk operasional klinik rehabilitasi medik,
seperti merekap laporan yang dibuat oleh para tenaga profesional tersebut,
membuat laporan keuangan, serta hal-hal administratif lainnya.
Sebagian besar dari relawan tersebut yaitu sejumlah 30 orang berasal dari
daerah yang terkena dampak bencana, yang berarti mereka juga merupakan
survivor dari gempabumi tersebut. Beberapa dari mereka juga kehilangan anggota
keluarga mereka karena gempabumi yang melanda tersebut.
C. Burnout pada relawan PMI yang bekerja di bidang pelayanan rehabilitasi
medik untuk survivor gempa bumi Yogyakarta 27 Mei 2006
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, tugas seorang terapis dalam
rehabilitasi medik adalah membantu seseorang untuk kembali pulih dan atau dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi fisiknya yang baru. Hal ini merupakan tugas
yang sangat berat mengingat kondisi para pasien yang mereka tangani tidak dapat
sembuh secara total padahal harapan para pasien untuk sembuh secara total sangat
besar dan mereka membebankan harapan mereka tersebut pada para relawan yang
melayani mereka.
Beban berupa tanggung jawab dan harapan yang dipikul oleh relawan
rehabilitasi tersebut salah satunya datang dari pasien yang mengharapkan
kesembuhan total mereka, walaupun sebagian besar dari pasien tidak dapat
kembali ke keadaan mereka seperti sedia kala. Beban lain yang dipikul relawan
22
bukan saja muncul dari pasien-pasien mereka, namun juga pada organisasi yang
menuntut mereka untuk bekerja secara profesional dan maksimal. Padahal
terkadang tuntutan tersebut tidak diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan para
relawan tersebut secara memadai. Masyarakat luas juga banyak memberikan
tuntutan kepada para relawan tersebut untuk dapat bekerja secara sempurna.
Tuntutan dari dalam diri para relawan sendiri yang menginginkan untuk berbuat
lebih terkadang membuat mereka siap membantu tanpa memperhatikan keadaan
mereka.
Beberapa kondisi diatas, baik secara langsung ataupun tidak langsung
dapat menyebabkan stres berkepanjangan yang berujung pada burnout pada para
relawan yang bekerja di rehabilitasi medik.
Bernardin (dalam Rosyid, 1996) menyatakan bahwa burnout terjadi pada
orang yang bekerja pada bidang pelayanan kemanusiaan (human services) dan
bekerja erat dengan masyarakat, salah satunya adalah relawan PMI yang bekerja
di bidang pelayanan rehabilitasi kesehatan untuk survivor gempabumi Yogyakarta
27 mei 2006.
Cordes & Dougherty (1993) menyatakan bahwa burnout adalah penyebab
penurunan performance seseorang. Seperti yang telah dijabarkan dalam Bab I
bahwa para relawan PMI yang bekerja dalam pelayanan rehabilitasi medik
tersebut telah mengalami penurunan kinerja yang ditandai dengan sikap tidak
kooperatif, banyaknya konflik internal maupun external dalam tim, serta kekurang
terbukaan mereka akan masalah yang dihadapi.
23
Burnout pada relawan PMI yang bekerja di bidang pelayanan rehabilitasi
kesehatan untuk survivor gempabumi Yogyakarta 27 mei 2006 mengacu pada
seberapa besar tingkat kelelahan kerja mereka yang didasarkan pada tiga dimensi
dalam burnout yang telah dijabarkan sebelumnya.
Gambaran penelitian ini dapat dilihat melalui skema berikut:
24
Berbagai macam tekanan yang
dialami subyek:
1. Pasien yang belum bisa
menerima keadaan mereka
dan menunjukkan emosi-
emosi negatif
2. Lamanya waktu bekerja serta
ketidakpastian mengenai
rentang waktu bekerja
mereka.
3. Keinginan relawan untuk
berbuat lebih
4. Keputusan-keputusan
organisaasi yang tidak sesuai
dengan keinginan mereka
Kelelahan Emosional Kesinisan Ketidakefektifan
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif-deskriptif adalah penelitian yang
berusaha mendeskripsikan secara sistematik akurat fakta dan karakteristik
mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu yang menekankan analisisnya
pada data-data numerikal yang diolah menggunakan metode statistika (Azwar,
1999).
Subana (2001) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif-deskriptif
dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variable dan fenomena-fenomena
yang terjadi saat sekarang dan menyajikannya apa adanya. Penelitian deskriptif
menjelaskan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi dan
dialami sekarang, sikap dan pandangan yang menggejala saat sekarang, hubungan
antar variabel, pengaruh terhadap suatu kondisi dan lain-lain.
B. Identifikasi variable penelitian
Dalam penelitian ini hanya digunakan satu variable sebagai variable
utama, yaitu burnout.
26
C. Definisi Operasional
Burnout yaitu kondisi dimana seseorang mengalami kelelahan yang luar
biasa dalam pekerjaannya yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu kelelahan, kesinisan
dan ketidakefektifan. Indikator dari ketiga dimensi tersebut adalah:
a. Perasaan bahwa emosi dan fisik tersita
b. Merasa energi terkuras
c. Merasa tidak mampu keluar dari kesulitan yang dihadapi
d. Tidak dapat merasa santai
e. Merasa tidak dapat pulih kembali
f. Merasa lelah walaupun setelah istirahat
g. Menjadi dingin dan mengambil jarak terhadap pekerjaan dan
orang-orang yang terlibat didalamnya
h. Meminimalisir keterlibatan dalam pekerjaan
i. Menyerah pada idealisme atau standard diri yang tertinggi
j. Terbebani dengan pekerjaan
k. Merasa setiap usaha yang dilakukan untuk membuat kemajuan
terhadap pekerjaan ditentang oleh semua pihak
l. Merasa apapun yang dilakukan tidak berarti
m. Kehilangan kepercayaan diri akan kemampuan untuk membuat
perubahan
Indikator a, b, c, d, e dan f merupakan indikator untuk mengungkap
dimensi burnout kelelahan. Indikator point g, h, dan i mengungkap dimensi
27
burnout kesinisan. Indikator j, k, l dan m mengungkap dimensi burnout
ketidakefektifan.
Faktor-faktor penyebab terjadinya burnout muncul dalam beberapa situasi
riil yang dialami oleh subyek sebagai situasi yang menstimulasi terjadinya
burnout, situasi-situasi tersebut yaitu:
a. Pasien yang belum bisa menerima keadaan mereka, para pasien tersebut
menunjukkan emosi-emosi negatif seperti takut, cemas, sedih, marah,
kecewa, tidak semangat dalam menjalankan terapi, dll.
b. Lamanya waktu bekerja yaitu sejak bencana terjadi, serta
ketidakpastian mengenai rentang waktu bekerja mereka.
c. Keinginan relawan untuk berbuat lebih dengan selalu siap melayani
masyarakat tanpa memperhatikan kondisi mereka
d. Keputusan-keputusan organisaasi yang tidak sesuai dengan keinginan
mereka dalam memberikan pelayanan kepada para pasien.
Burnout yang dialami subyek dalam penelitian ini akan diukur dengan
skala burnout sesuai dengan pengalaman responden pada situasi-situasi riil yang
telah dijabarkan diatas, burnout tersebut diukur dengan menggunakan skala
frekuensi yang berjenjang 5 (lima) mulai dari ‘tidak pernah’ hingga ‘sering
sekali’. Skor tinggi mengindikasikan tingginya tingkat burnout yang dialami oleh
subyek, sebaliknya skor rendah mengindikasikan rendahnya tingkat burnout yang
dialami oleh subyek.
28
D. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah para relawan PMI yang tergabung
dalam pelayanan rehabilitasi medik untuk survivor gempabumi Yogyakarta &
Jawa Tengah 27 Mei 2006. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 33 orang yang
terdiri dari 12 fisioterapis, 7 perawat, 2 dokter dan 12 tenaga umum. Para
fisioterapis, perawat dan dokter adalah mereka yang biasa disebut dengan tenaga
profesional. Subyek terdiri dari 15 wanita dan 18 pria. Usia para relawan tersebut
berkisar antara 20 – 36 tahun.
E. Metode Pengambilan Data
Metode pengumpulan data dari penelitian ini adalah melalui skala Likert untuk
mengungkap variable tingkat burnout. Skala yang digunakan adalah skala burnout
yang berisi lima tingkat jawaban atau respon yang akan mengukur tingkat burnout
subyek. Lima tingkat respon yang dimaksud adalah TP (tidak pernah), HTP
(hampir tidak pernah), KD (kadang-kadang), S (sering), dan SS (sangat sering).
Pemberian skor terhadap setiap item burnout dimulai dari skor 0 untuk
tidak pernah sampai skor 4 untuk sangat sering. Untuk memudahkan dalam
melakukan intepretasi skor, pemberian skor terhadap setiap item ditentukan
sebagai berikut:
29
Tabel 1:
Skor untuk setiap respon item burnout
Respon atau jawaban Skor tingkat burnout
TP (Tidak Pernah) 0
HTP (Hampir Tidak Pernah) 1
KD (Kadang-kadang) 2
S (Sering) 3
SS (Sangat Sering) 4
Item dalam skala burnout ini disusun secara jelas, ringkas dan terfokus
sehingga mampu menampakkan kecenderungan burnout yang hendak diukur
sesuai dengan pengalaman responden (relawan). Penyusunan item-item burnout
ini didasarkan pada tiga dimensi dari burnout yaitu kelelahan, kesinisan dan
ketidakefektifan. Kesatuan dari tiga dimensi tersebut akan mengindikasikan
tingkatan burnout yang bersifat rendah atau tinggi.
Dalam memberikan interpretasi terhadap penilaian individual, maka
penilaian dapat dilihat dari skor yang diperoleh subyek penelitian dari keseluruhan
item. Skala bentuk final yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 51 item,
maka skor individual akan bergerak antara (0 x 51 = 0) sampai dengan (4 x 51 =
204). Jika skor subyek makin mendekati 0 maka subyek dapat diintepretasikan
tidak mengalami atau tingkatan burnout yang dialami subyek semakin rendah.
Sebaliknya jika skor subyek semakin mendekati 204 maka subyek mengalami
burnout dalam tingkatan semakin tinggi.
30
Dalam penyajian skala ini, item disusun secara acak dengan
pertimbangan agar subyek menjawab pertanyaan secara spontan tanpa ada
pengaruh dari item-item yang lain yang mungkin disebabkan oleh adanya
pengelompokan.
Tabel 2:
Kisi-kisi sebaran aitem skala burnout sebelum uji coba
No Aspek Nomor Aitem Jumlah
1. Kelelahan 2, 4, 7, 9, 11, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 27,
30, 32, 34, 36, 38, 40, 43, 45, 47, 50, 52
24
2. Kesinisan 3, 6, 10, 16, 20, 22, 28, 31, 35, 41, 46, 48 12
3. Ketidakefektifan 1, 5, 8, 12, 15, 18, 24, 26, 29, 33, 37, 39, 42,
44, 49, 51
16
TOTAL 52
F. Validitas , Reliabilitas dan Seleksi Item
1. Validitas
Validitas merupakan tingkat ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1999). Hal ini juga berarti sejauh mana
sebuah instrumen penelitian mampu mengungkapkan sasaran pokok pengukuran
yang dilakukan dengan alat tersebut. Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas
yang tinggi jika mampu memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya penelitian (Azwar, 1999); atau mampu mengukur apa yang hendak
diukur, mampu mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan (Hadi, 2001).
31
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi merupakan validasi yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisis rasional. Validasi isi mencakup sejauh mana instrumen penelitian
Pengukuran ini dilakukan dengan melihat kecocokan indikator-indikator yang
digunakan dengan definisi konseptualnya caranya yaitu melalui analisis rasional
dan professional judgement.
Dalam hal ini, skala burnout memiliki validitas isi yang baik, item-item
dalam skala ini dibuat langsung terfokus pada karakteristik-karakteristik yang
mendefinisikan burnout yang dimaksud. Item-item dalam skala ini mencakup
pertanyaan-pertanyaan yang mengungkap frekuensi dari perasaan-perasaan,
tindakan-tindakan dan pikiran-pikiran yang mencerminkan aspek dari burnout.
2. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil pengukuran. Reliabilitas
dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, yaitu
mengandung makna kecermatan pengukuran. Dalam penelitian ini skala cukup
diujicobakan satu kali saja. Pelaksanaan uji coba yang tidak berulang-ulang selain
memiliki nilai kepraktisan dan efisiensi juga dapat menghindari perubahan yang
didapat individu sebagai hasil belajar (Azwar, 1999).
Tinggi rendahnya suatu reliabilitas ditunjukkan oleh koefisien
reliabilitas. Semakin tinggi koefisien reliabilitas atau semakin mendekati 1,00
berarti semakin tinggi pula reliabilitasnya. Dalam penelitian ini, pendekatan
32
reliabilitas yang digunakan adalah dengan menggunakan koefisien reliabilitas
alpha-cronbach.
3. Seleksi Item
Seleksi Item digunakan untuk memperoleh item-item yang memiliki
kelayakan untuk digunakan dalam penelitian. Seleksi item diambil dari data hasil
uji coba item pada subyek, dimana hasilnya ditunjukkan oleh koefisien korelasi
item total ( )ixr . Semakin tinggi koefisien korelasi positif yang didapatkan oleh
item berarti semakin tinggi pula konsistensi item dengan skala secara keseluruhan
(Azwar, 1999).
Batasan item yang lolos seleksi item atas item yang memiliki koefisien
korelasi item total ( )ixr = 0,3. Item yang memiliki ixr ≥ 0,3 dianggap memiliki
daya beda yang memuaskan, sedangkan item yang memiliki ixr ≤ 0,3 dapat
dikatakan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah sehingga tidak
dapat digunakan dalam penelitian (Azwar, 1999).
G. Metode Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui tingkat
burnout para relawan kesehatan PMI, maka metode analisis data dalam penelitian
ini menggunakan statistik deskriptif yang meliputi penyajian data dengan tabel
untuk perhitungan kategori data. Penjelasan mengenai keadaan kelompok
didasarkan pada kategori data.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengadakan uji
coba alat ukur penelitian. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan
skala penelitian ketika dipergunakan dalam pengambilan data sesungguhnya. Alat
ukur dalam penelitian ini berupa skala yang terdiri dari 52 item. Jumlah subyek
dalam uji coba penelitian berjumlah 33 orang dan alat ukur penelitian di uji coba-
kan pada tanggal 26 November 2008.
2. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian
Hasil uji coba penelitian ini digunakan untuk memperoleh validitas dan
reliabilitas alat ukur sehingga alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini akan
lebih akurat dan dapat dipercaya (Azwar, 1999).
a. Estimasi Validitas
Skala penelitian ini menggunakan validitas isi yang diperoleh melalui
analisis rasional dan professional judgement yang dilakukan oleh dosen
pembimbing skripsi selama proses bimbingan skripsi.
34
b. Estimasi Reliabilitas
Reliabilitas skala burnout diuji dengan menggunakan teknik alpha-
cronbach. Hasil perhitungan memunculkan hasil 0,971. Berarti reliabilitas
skala burnout ini dianggap memuaskan.
c. Seleksi Item
Seleksi Item dilakukan dengan melakukan pengukuran daya beda atau
daya diskriminasi item dengan analisis statistik menggunakan SPSS 13.00 for
windows. Dari hasil perhitungan ditemukan besaran koefisien korelasi
bergerak dari 0,255 sampai 0,789. Dengan kriteria 0,3 (koefisien korelasi item
total yang kurang dari 0,3 dinyatakan gugur) ditemukan 1 item gugur. Butir
item gugur tersebut adalah item nomor 2. Butir item yang gugur selanjutnya
tidak disertakan dalam analisis berikutnya.
Dari hasil pemilihan item tersebut maka didapatkan komposisi jumlah
item sebagai berikut:
Tabel 3:
Kisi-kisi sebaran aitem skala burnout setelah uji coba
No Aspek Nomor Aitem Jumlah
1. Kelelahan 1, 3, 6, 8, 12, 13, 17, 19, 21, 22, 24, 27, 30,
32, 34, 36, 38, 40, 43, 45, 47, 49, 51
23
2. Kesinisan 2, 5, 10, 14, 16, 23, 26, 33, 37, 39, 42, 48 12
3. Ketidakefektifan 4, 7, 9, 11, 15, 18, 20, 25, 28, 29, 31, 35,
41, 44, 46, 50
16
TOTAL 51
35
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 – 11 Januari 2009 di kantor PMI
daerah DIY yang beralamat di Jl. Ring Road Barat No. 3 Banyuraden, Gamping,
Sleman, Yogyakarta. Jumlah keseluruhan responden yang digunakan sejak uji
coba alat pengumpul data adalah 33 orang, kesemuanya sekaligus digunakan
sebagai subyek dalam pengumpulan data penelitian.
C. Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas
Sebelum data diuji dengan uji statistik deskriptif, terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi normalitas untuk mengetahui apakah sebaran skor burnout
memenuhi asumsi distribusi normal atau tidak. Normalitas berarti bentuk
distribusi variabel dalam populasi berbentuk distribusi normal atau kurve normal
(Hadi, 2001).
Uji normalitas dilakukan dengan teknik Kolmogorov-Smirnov dalam
program SPSS for Windows 13.00. Jika p > 0,05 maka sebaran skor dikatakan
normal, tetapi jika p < 0,05 maka sebaran skor dikatakan tidak normal. Hasil uji
normalitas yang dilakukan adalah sebagai berikut:
36
Tabel 4:
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TotalSkor
N 33
Normal Parameters(a,b) Mean 123,64
Std. Deviation 32,426
Most Extreme Differences
Absolute ,194
Positive ,106
Negative -,194
Kolmogorov-Smirnov Z 1,114
Asymp. Sig. (2-tailed) ,167
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Dari hasil uji normalitas diatas, diketahui nilai p sebesar 0,167 yang berarti
p > 0,05, maka sebaran skor burnout dalam penelitian ini normal.
2. Kategorisasi Subyek
Kategorisasi tingkat burnout untuk subyek dapat digolongkan dalam
beberapa kelompok skor kecemasan sosial yaitu dengan menetapkan kriteria
kategori sebagai berikut:
Tabel 5:
Norma Kategori Skor
Skor Kategori
X < )0,1( σµ − Rendah
)0,1( σµ − <≤ X )0,1( σµ + Sedang
)0,1( σµ + X≤ Tinggi
37
Dimana µ merupakan mean teoritis yang didapat dari perkalian antara
jumlah item dengan skor tengah dari skala yaitu 3 yang menghasilkan angka µ =
102. Sementara σ merupakan standar deviasi teoritis yang didapatkan dengan
cara mengurangi skor tertinggi yang bisa dicapai individu dengan skor terendah
yang bisa dicapai individu dan membaginya dengan 6 yang menghasilkan angka
σ = 34. Dari hasil perhitungan diatas maka dapat dibuat norma kategori dengan
angka-angka sebagai berikut:
Tabel 6:
Kategori Skor Burnout
Skor Kategori
X < 68 Rendah
68 <≤ X 136 Sedang
136 X≤ Tinggi
Kemudian untuk mengetahui jumlah dan prosentase subyek pada masing-
masing kategori tingkat burnout maka dilakukan perhitungan dan hasilnya adalah
sebagai berikut:
Tabel 7:
Prosentase Tingkat Burnout
Kategori Jumlah Prosentase
Rendah 3 9,1 %
Sedang 12 36,36 %
Tinggi 18 54,54 %
TOTAL 33 100%
38
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar subyek berada dalam
tingkat burnout kategori tinggi yaitu sejumlah 54,54 %. Diagnosa ditentukan
berdasarkan norma kategori yang telah dirumuskan sebelumnya. Diagnosa
ditinjau dari skor total setiap subyek.
Peneliti tertarik untuk melihat prosentase tingkat burnout pada tenaga
profesional dan tenaga umum dengan menggunakan kategori skor yang sama.
Berdasarkan penghitungan, maka didapatkan jumlah dan prosentase tingkat
burnout yang dialami tenaga profesional dan tenaga umum sebagai berikut:
Tabel 8:
Prosentase Tingkat Burnout pada tenaga profesional
Kategori Jumlah Prosentase
Rendah 1 4,76 %
Sedang 8 38,1 %
Tinggi 12 57,14 %
TOTAL 21 100%
Tabel 9:
Prosentase Tingkat Burnout pada tenaga umum
Kategori Jumlah Prosentase
Rendah 2 16,7 %
Sedang 4 33,3 %
Tinggi 6 50 %
TOTAL 12 100%
39
D. Pembahasan
Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa sebagian besar (sejumlah
54,54 %) relawan PMI yang tergabung dalam rehabilitasi medik untuk survivor
gempabumi DIY & Jateng mengalami burnout yang termasuk dalam kategori
tinggi.
Subyek dalam penelitian ini dapat dikatakan memiliki tekanan yang cukup
tinggi yang datang baik dari dalam diri mereka sendiri maupun dari masyarakat
dan organisasi. Tekanan-tekanan ini membuat mereka ada dalam kondisi
kelelahan yang luar biasa yang disertai dengan perasaan sinis baik terhadap diri
sendiri maupun orang-orang sekitar mereka termasuk pekerjaan mereka, serta
munculnya ketidakefektifan dalam melakukan pekerjaan mereka, dimana
ketiganya merupakan dimensi-dimensi dari burnout.
Kondisi kelelahan luar biasa yang dialami subyek termanifestasikan dalam
perasaan emosi dan fisik yang tersita, energi yang terkuras serta merasa tidak
mampu pulih kembali yang ditandai dengan merasa lelah setiap saat bahkan ketika
mereka bangun tidur atau telah istirahat. Kondisi kelelahan emosional ini juga
membuat subyek kehilangan kepercayaan baik terhadap diri mereka sendiri
maupun terhadap orang-orang sekitar mereka. Subyek juga merasa tidak bisa
santai dalam menjalankan tugas-tugas mereka termasuk ketika mereka harus
berhadapan dengan pasien, mereka merasa kekurangan energi untuk menghadapi
tugas-tugas mereka dan orang lain. Kondisi kelelahan emosional ini merupakan
reaksi pertama dari stress yang diakibatkan oleh tuntutan kerja atau perubahan
besar yang terjadi dalam pekerjaan (Maslach & Leiter, 1997).
40
Perasaan sinis yang muncul dari subyek ditandai dengan sikap mereka
yang menjadi dingin dan mengambil jarak terhadap pekerjaan mereka dan orang-
orang yang terlibat didalamnya baik rekan-rekan relawan yang lain, organisasi,
maupun pasien. Sikap sinis yang mereka tunjukkan merupakan usaha mereka
untuk melindungi diri mereka dari kelelahan dan kekecewaan yang mereka
rasakan (Maslach & Leiter, 1997). Banyak orang merasa bahwa akan jauh lebih
aman jika mereka menjadi tidak peduli, khususnya dengan kondisi yang berubah-
ubah dan tidak pasti. Sikap sinis ini menunjukkan bahwa subyek memilih untuk
berpikir bahwa suatu hal akan gagal, hal ini lebih baik daripada ketika mereka
membangun harapan dan harapan mereka jatuh (Maslach & Leiter, 1997).
Ketidakefektifan yang muncul ditandai dengan subyek yang merasa
terbebani dengan pekerjaan mereka. Subyek merasa bahwa segala usaha yang
mereka lakukan untuk membuat kemajuan terhadap pekerjaan ditentang oleh
semua pihak, sehingga mereka merasa tidak berarti yang pada akhirnya hal
tersebut berujung pada subyek yang kehilangan kepercayaan diri akan
kemampuan mereka untuk membuat perubahan. Jackson dan Schuler (1986)
menyatakan bahwa perasaan sinis dan acuh tidak acuh ini merupakan akibat dari
emotially draining yang muncul dalam diri subyek.
Gempabumi yang terjadi pada bulan Mei 2006 menyebabkan kerusakan
yang cukup parah. Sebagian besar relawan yaitu 30 orang dari mereka juga
merupakan survivor dari bencana tersebut. Selama masa gawat darurat, tercatat
5000 orang mengalami luka paska operasi dan 1.500 orang mengalami
kelumpuhan yang semuanya membutuhkan pelayanan rehabilitasi medik untuk
41
jangka waktu yang cukup panjang dan memakan biaya yang tidak sedikit.
Hadirnya klinik rehabilitasi medik Palang Merah Indonesia merupakan hal yang
sangat membantu para penerima manfaat untuk mendapatkan perawatan
rehabilitasi medik tersebut dengan gratis.
Ribuan orang datang untuk meminta pelayanan jangka panjang,
sementara kapasitas yang dimiliki oleh Palang Merah Indonesia sendiri tidak
cukup memadai untuk memberikan pelayanan kepada semua penerima manfaat
yang datang untuk mencari pertolongan. Palang Merah Indonesia sebagai
organisasi mengeluarkan kebijakan untuk membuat skala prioritas dari para
penerima manfaat yang datang, hal ini bertentangan dengan keinginan para
relawan yang ingin membantu semua orang yang datang kepada mereka. Konflik
antara kebijakan organisasi dan relawan ini sangat mempengaruhi kinerja relawan.
Skala prioritas yang dilakukan organisasi akhirnya menyaring sekitar 700
orang pasien dengan kasus yang cukup berat seperti paraplegi, paraparese, serta
pasien dengan luka dekubitus yang cukup parah yang membutuhkan perawatan
dalam jangka waktu yang panjang. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa
sebagian besar subyek tenaga profesional mengalami burnout dalam kategori
tinggi dengan subyek yang berada dalam tingkatan burnout yang rendah sangat
sedikit. Para profesional tersebut dalam pekerjaan ini merupakan orang-orang
yang berkontak langsung dengan pasien. Tuntutan pasien yang tinggi akan
kesembuhan mereka merupakan beban bagi para subyek. Mereka menyadari
bahwa para pasien yang mereka rawat tidak dapat sembuh seperti sedia kala
karena tujuan dari pelayanan rehabilitasi medik yang mereka berikan bagi pasien
42
adalah untuk mengatasi ketidakmampuan mereka dan membantu pasien dalam
menyesuaikan diri dengan penurunan kemampuan mereka yang tidak dapat
disembuhkan dengan perawatan kedokteran (Milto, 1991), hal tersebut
berlawanan dengan harapan pasien untuk dapat sembuh seperti sedia kala. Hal ini
menimbulkan konflik antara pasien dengan para profesional. Pasien cenderung
menyalahkan para profesional karena menganggap mereka tidak bekerja dengan
baik untuk kesembuhan mereka .
Pemberi pelayanan seringkali menggunakan kekuatan emosi dan fisik
mereka secara tidak proporsional, dan seiring berjalannya waktu dimana pasien
tidak menunjukkan perkembangan kesehatan yang signifikan pemberi pelayanan
pun sangat mungkin mengalami penurunan antusiasme, penurunan emosi, bahkan
mereka akan merasa marah atau kecewa terhadap diri mereka sendiri (Kasuya,
2000). Terus-menerus berhadapan dengan orang-orang yang mengalami berbagai
perasaan negatif: takut, cemas, sedih, marah, kecewa sebagai akibat dari
pengalaman traumatis akan menimbulkan tekanan bagi individu (Cordes &
Doherty, 1993). Menurut Kasuya (2000) orang-orang yang bekerja dalam bidang
pelayanan kesehatan, yang mengabdikan dirinya pada pelayanan pada orang yang
menderita sakit jangka panjang atau kecacatan tanpa bayaran yang memadai
sangat cenderung mengalami burnout.
Selain faktor pasien, hal lain yang menjadi penyebab tingginya tingkat
burnout sebagian besar relawan ini yaitu jangka waktu keterlibatan mereka dalam
program ini yang dinilai cukup lama. Sebagian besar relawan telah terlibat dalam
program ini sejak awal bencana, yang artinya mereka terlibat dalam masa-masa
43
peralihan dan perubahan bentuk pelayanan yang diberikan dimulai dari masa
gawat darurat, masa rekonstruksi dan kemudian masa rehabilitasi. Menurut
Maslach & Leiter (1997) keabsenan waktu jeda bagi pekerja untuk beristirahat
akan menumpuk kelelahan yang dialami, sehingga hal tersebut dapat berujung
pada kelelahan yang sangat.
Jangka waktu program yang selalu berubah-ubah juga sedikit banyak
memberikan pengaruh kepada pasien. Perubahan jangka waktu tersebut
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya ketidaksiapan pemerintah untuk
melanjutkan pelayanan yang telah dilakukan Palang Merah Indonesia dan juga
organisasi-organisasi lain yang memberikan pelayanan rehabilitasi medik.
Ketidakpastian dari organisasi dan pihak donor mengenai kapasitas untuk
melanjutkan program juga mempengaruhi perubahan jangka waktu pelayanan.
Faktor internal berupa keinginan untuk berbuat lebih untuk para pasien
dapat dilihat juga sebagai salah satu hal yang memicu munculnya burnout pada
subyek. Tuntutan dari berbagai pihak yang mengharapkan bantuan mereka
membuat para relawan ini secara tidak sadar memiliki perasaan bahwa relawan
adalah pahlawan. Tuntutan dari para pasien untuk kesembuhan mereka menjadi
salah satu penyebab munculnya keinginan untuk terus berbuat lebih untuk
masyarakat yang mereka layani. Ketika keinginan itu tidak terpenuhi, relawan
akan merasa frustasi yang dapat berujung pada burnout.
Pekerja kemanusiaan seringkali memaksakan diri untuk menolong
meskipun dirinya sendiri berada dalam kondisi yang perlu ditolong, hal ini
disebabkan karena mereka beranggapan bahwa perasaan negatif seperti takut,
44
marah dan perasaan tidak mampu adalah hal negatif yang jika mereka tunjukkan
akan membuat mereka tampak lemah (PSP guideline, 2004). Berdasarkan hasil
pengamatan, peneliti menemukan bahwa relawan menjadi pihak yang berada
diantara kebijakan organisasi dan tuntutan pasien serta tuntutan dari dalam diri
mereka sendiri. Hal ini membuat relawan dalam hal tertentu menjadi tidak
profesional. Seringkali mereka memberikan pelayanan kepada pasien-pasien yang
datang ke mereka walaupun pasien-pasien tersebut bukan termasuk dalam daftar
pasien prioritas yang harus diberi pelayanan. Secara tidak sadar relawan
menambah beban kerja mereka sendiri sehingga mereka merasakan kelelahan
yang luar biasa.
Dari data penelitian ini, dapat kita lihat bahwa ada sebagian relawan yang
mengalami burn out dalam tingkatan yang sedang. Mereka yang ada dalam
kategori ini telah menunjukkan gejala-gejala burnout, namun masih dalam
tingkatan yang sedang. Mereka yang ada dalam kategori ini kemungkinan besar
memiliki daya koping yang lebih baik dari pada mereka yang mengalami burnout
dengan kategori tinggi. Selain itu, mereka yang ada dalam kategori sedang ini
juga memiliki intensitas kontak dengan relawan yang lebih sedikit daripada
mereka yang ada dalam kategori tinggi.
Untuk mereka yang ada dalam kategori rendah bukan berarti tidak
mengalami burnout. Mereka juga mengalami beberapa gejala burnout, hanya saja
intensitasnya lebih rendah dibandingkan mereka yang ada dalam kategori tinggi
dan sedang.
45
Kondisi subyek ini patut mendapatkan perhatian khusus dari berbagai
pihak, agar segera dilakukan tindakan-tindakan untuk mengatasinya. Kondisi ini
dapat menjadi masalah yang besar jika tidak segera ditangani dengan baik.
46
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa secara umum,
subyek dalam penelitian ini yaitu relawan PMI yang tergabung dalam pelayanan
rehabilitasi medik untuk survivor gempa bumi DIY & Jateng mengalami burnout
dimana jumlah terbanyak mengalami burn out dalam tingkatan yang tinggi (54,54
%), lalu yang lain (sebanyak 36,36 %) mengalami burnout dalam tingkatan yang
sedang dan sisanya (sebanyak 9,1 %) dalam tingkatan yang rendah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut diatas, maka dapat
diajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Subyek Penelitian:
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relawan PMI yang tergabung
dalam program rehabilitasi medik secara umum mengalami burnout dengan
jumlah terbanyak berada dalam tingkatan burnout yang tinggi. Kondisi ini harus
segera diatasi karena dapat mempersulit mereka untuk menjalankan tugas-tugas
mereka. Subyek penelitian ini diharapkan memiliki kemampuan koping untuk
mengatasi permasalahan-permasalahn yang muncul dari pekerjaan yang dihadapi,
mengurangi keinginan untuk berbuat lebih dan berusaha menyadari bahwa
relawan bukanlah super hero yang bisa melakukan segalanya serta kuat dan tidak
47
boleh terlihat lemah. Selain itu juga pro aktif kepada pihak atasan untuk dapat
mencari bantuan ketika menemukan masalah atau ketika indikasi-indikasi menuju
ke arah stress dan burnout mulai muncul kembali. Selain itu menemui profesional
untuk dapat mengatasi masalah juga sangat dibutuhkan.
2. Bagi Organisasi Palang Merah Indonesia
Bagi Palang Merah Indonesia khususnya PMI cabang Bantul dan cabang
Klaten agar dapat memberikan perhatian khusus bagi para relawan rehabilitasi
medik tersebut. Pelatihan-pelatihan seperti pelatihan Manajemen Stress Relawan
dan pelatihan Peduli Diri akan sangat berguna bagi relawan untuk dapat mengatasi
burnout yang mereka rasakan secara individu. Kegiatan debriefing bagi relawan
secara berkelompok juga dapat menjadi sarana bagi para relawan tersebut untuk
dapat melepaskan beban mereka sehingga mereka akan dapat melanjutkan tugas-
tugas mereka baik dalam kegiatan PMI maupun pekerjaan yang lain secara baik
tanpa ada sisa-sisa beban yang mereka tanggung dari tugas yang mereka jalankan
selama mereka bergabung dalam pelayanan rehabilitasi medik tersebut.
3. Bagi Organisasi Kemanusiaan secara Umum
Bagi Organisasi kemanusiaan secara umum hendaknya memperhatikan
manajemen relawan secara baik, sehingga para relawan yang bekerja untuk
kemanusiaan dapat diperhatikan kondisinya. Dengan menyadari bahwa relawan
merupakan ujung tombak organisasi, serta penyadaran bahwa mereka juga
kelompok rentan yang membutuhkan perhatian maka kondisi-kondisi yang bisa
48
menjadi tekanan bagi relawan dapat diminimalisir. Sosialisasi bagi masyarakat
umum mengenai pemahaman bahwa relawan yang bekerja untuk kemanusiaan
bukanlah super hero yang bisa melakukan segalanya sangatlah penting, agar
masyarakat umum tidak mengharapkan kesempurnaan dari para relawan
kemanusiaan. Dengan mengharapkan kesempurnaan mereka maka masyarakatpun
telah memberikan beban pada para relawan dimana hal itu akan menjadi stressor
tersendiri bagi relawan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan dalam mengungkap
burnout relawan PMI yang tergabung dalam pelayanan rehabilitasi Medik.
Penelitian ini kurang mengungkap faktor-faktor sosial lain dari subyek yang juga
dapat mempengaruhi munculnya burnout. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian mengenai burnout sebaiknya juga memperhatikan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi munculnya burnout, seperti perbedaan jenis kelamin,
perbedaan usia, dan lain-lain. Hal tersebut dibutuhkan agar hasil yang diperoleh
dapat lebih mengungkap tingkat burnout.
Selain faktor sosial tersebut, penelitian ini juga memiliki keterbatasan
dalam hal batasan frekuensi dalam respon subyek. Peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian mengenai burnout sebaiknya bisa membuat batasan yang
jelas mengenai respon subyek.
49
DAFTAR PUSTAKA
Antares Foundation, 2006. Managing Stress in Humanitarian Workers. Second
Edition. Amsterdam: Chamber of Comerse Amsterdam.
Anonim. 2007. Psychological Support Program. Diakses tanggal 3 Januari 2008
dari http://pmi.org/PSP.
Anonim. 2007. International Statistical Classification of Diseases and Related
Health Problems 10th Revision. Diakses tanggal 3 Januari 2008 dari
http://who.int/classification/apps/icd/icd10online.
Anonim. 2007. Red Cross Volunteers. Diakses tanggal 17 Mei 2008 dari
http://www.ifrc.org/volunteer/role.asp.
Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Edisi I. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Burnout Psychology in free encyclopedia.
http://en.wikipedia.org/wiki/Talk:Burnout_Psychology. Diakses tanggal
2 Februari 2008.
Cordes, C and Dougherty, T. 1993. A Review and Integration of Research on Job
Burnout. Academy of Management Review. Vol. 18: 621-656.
Freudenberger, H. J. 1974. Staff Burnout. Journal of Social Issues, Vol 30. pp
159-165.
Griekspoor, A. 2001. Enhancing the Quality of Humanitarian Assisstance: Taking
Stock and Future Initiatives. Diakses tanggal 19 Februari 2008 dari
http://pdm.medicine.wisc.edu
Hadi. 1991. Analisis Butir Untuk Instrumen. Yogyakarta: Andi Offset.
50
International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies. 2004.
Guidelines for the Implementation of A Psychological Support
Programme in Emergencies. Geneva: IFRC.
Jackson, S and Schuler, R. 1986. A Meta Analysis and Conceptual Critique and
Research on Role Ambiguity and Role Conflict in Work Settings.
Organizational Behaviour and Human Performance. Vol. 36. pp 16-78.
Kasuya, A. 2000. The Conflict of Care Giver. New York: John Wiley and Sons.
Maslach, C and Jackson, S. 1981. Burnout in Organizational Settings. Applied
Social Psychology Annual. Vol 5. pp 133-153.
Maslach, C and Leiter, M.P. 1997. The Truth About Burnout. San
Fransisco:Jossey-Bass.
Milto, L. 1991. Medical Encyclopedia: Rehabilitation. Diakses tanggal 24 Juni
2008 dari http://answers.com/topic/rehabilitation.
Rosyid, H.F. 1996. Burnout: Penghambat Produktivitas yang Perlu Dicermati.
Bulletin Psikologi.IV (1): 19-25.
Stamm, B. H. 2005. Measuring Compassion Satisfaction As well as Fatigue:
Developmental History of the Compassion Satisfaction and Fatigue. New
York: Brunner-Routledge.
Subana. 2001. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.
Sugiyono. 2000. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Lampiran
Lampiran 1.
Skala Uji Coba
51
SKALA BURN OUT RELAWAN REHABILITASI MEDIS
PALANG MERAH INDONESIA
Posisi :……………………………...………………………… Usia :……………………………...………………………… Jenis Kelamin :……………………………...………………………… Lama waktu bergabung :……………………………...…………………………
52
SKALA BURN OUT
Dibawah ini terdapat 52 pernyataan mengenai burn out relawan. Pilihlah jawaban
dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia
pada bagian kanan pernyataan tersebut. Tidak ada jawaban yang salah. Semua pilihan
jawaban adalah benar, karena itu pilihlah jawaban yang sesuai dengan diri anda sendiri.
Arti pilihan jawaban yang tersedia adalah:
TP : Bila pernyataan tersebut Tidak Pernah anda alami,
HTP : Bila pernyataan tersebut Hampir Tidak Pernah anda alami,
KD : Bila pernyataan tersebut Kadang-kadang anda alami,
S : Bila pernyataan tersebut Sering anda alami,
SS : Bila pernyataan tersebut Sangat Sering anda alami, dengan frekuensi
satu kali atau lebih dalam seminggu
� Ketika menghadapi pasien yang belum bisa menerima keadaan mereka serta
menunjukkan sikap negatif terhadap anda, seberapa sering anda mengalami
hal-hal dibawah ini:
1. Kehilangan kepercayaan diri akan kemampuan anda untuk membuat perubahan akan kondisi pasien.
TP HTP KD S SS
2. Merasa energi terkuras TP HTP KD S SS
3. Menyerah pada idealisme anda untuk meyakinkan pasien bahwa mereka bisa bangkit dari keadaan mereka.
TP HTP KD S SS
4. Merasa tidak mampu membantu pasien yang memiliki harapan besar tersebut
TP HTP KD S SS
5. Merasa terbebani dengan pekerjaan anda ketika menghadapi pasien yang menunjukkan sikap negatif mereka
TP HTP KD S SS
6. Berusaha meminimalisir keterlibatan anda dalam pekerjaan TP HTP KD S SS
53
7. Merasa tidak dapat pulih dari kondisi-kondisi kelelahan yang anda rasakan TP HTP KD S SS
8. Merasa usaha yang anda lakukan untuk membuat kemajuan terhadap kondisi pasien tidak berarti.
TP
HTP
KD
S
SS
9. Merasa lelah ketika bangun tidur di pagi hari dan memikirkan bahwa hari itu anda akan bertemu dengan para pasien yang memiliki sikap negatif tersebut.
TP
HTP
KD
S
SS
10. Merasa menjadi dingin dan mengambil jarak terhadap pekerjaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya
TP
HTP
KD
S
SS
11. Tidak dapat merasa santai ketika menghadapi pasien ataupun pekerjaan lain
TP
HTP
KD
S
SS
12. Merasa setiap usaha yang anda lakukan untuk membuat kemajuan terhadap kondisi pasien ditentang oleh pasien tersebut
TP
HTP
KD
S
SS
13. Merasa bahwa emosi dan fisik tersita TP
HTP
KD
S SS
� Berkenaan dengan keterlibatan anda dalam pelayanan rehabilitasi medis ini
semenjak awal bencana, seberapa sering anda mengalami hal-hal berikut ini:
14. Merasa bahwa emosi dan fisik tersita karena terlalu lama terlibat dalam pelayanan ini
TP HTP KD S SS
15. Merasa usaha yang anda lakukan dalam pekerjaan tidak berarti.
TP HTP KD S SS
16. Berusaha meminimalisir keterlibatan anda dalam pekerjaan
TP HTP KD S SS
17. Merasa lelah ketika bangun tidur di pagi hari dan menyadari ketidakpastian waktu anda bergabung dalam pelayanan ini.
TP HTP KD S SS
54
18. Merasa setiap usaha yang anda lakukan untuk membuat kemajuan terhadap pekerjaan anda ditentang oleh banyak pihak
TP HTP KD S SS
19. Merasa tidak dapat pulih dari kondisi-kondisi kelelahan yang anda rasakan TP HTP KD S SS
21. Merasa menjadi dingin dan mengambil jarak terhadap pekerjaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya karena telah lama terlibat dalam pelayanan ini
TP HTP KD S SS
21. Merasa energi terkuras karena kurangnya waktu istirahat dikarenakan pekerjaan yang terus menerus
TP
HTP
KD
S
SS
22. Menyerah pada idealisme anda untuk menyelesaikan program ini sampai tuntas.
TP
HTP
KD
S
SS
23. Merasa tidak mampu untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang anda hadapi
TP
HTP
KD
S
SS
24. Merasa terbebani dengan pekerjaan anda karena perasaan bosan.
TP
HTP
KD
S
SS
25. Tidak dapat merasa santai ketika memikirkan berapa lama lagi anda akan terlibat dalam pelayanan ini
TP
HTP
KD
S
SS
26. Kehilangan kepercayaan diri akan kemampuan anda untuk membuat perubahan dalam pekerjaan.
TP
HTP
KD
S SS
� Ketika anda memikirkan keinginan anda untuk berbuat lebih untuk masyarakat
yang anda layani, seberapa sering anda merasakan hal-hal dibawah ini:
27. Merasa bahwa emosi dan fisik tersita karena memikirkan keinginan untuk berbuat lebih
TP HTP KD S SS
55
28. Merasa menjadi dingin dan mengambil jarak terhadap pekerjaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya karena merasa belum bisa mewujudkan keinginan anda untuk berbuat lebih untuk masyarakat yang anda layani
TP HTP KD S SS
28. Merasa usaha yang anda lakukan untuk berbuat lebih bagi masyarakat yang anda tangani tidak berarti.
TP HTP KD S SS
30. Merasa tidak mampu untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang anda hadapi berkenaan dengan keinginan untuk berbuat lebih bagi masyarakat yang anda layani
TP HTP KD S SS
31. Berusaha meminimalisir keterlibatan anda dalam pekerjaan karena menyadari anda tidak bisa berbuat lebih kepada masyarakat yang anda layani
TP HTP KD S SS
32. Merasa tidak dapat pulih dari kondisi-kondisi kelelahan yang anda rasakan TP HTP KD S SS
33. Merasa setiap usaha yang anda lakukan untuk berbuat lebih untuk masyarakat yang anda layani ditentang oleh banyak pihak
TP HTP KD S SS
34. Merasa lelah ketika bangun tidur di pagi hari dan menyadari ketidakpastian waktu anda bergabung dalam pelayanan ini
TP
HTP
KD
S
SS
35. Menyerah pada idealisme anda untuk berbuat lebih bagi masyarakat yang anda layani.
TP
HTP
KD
S
SS
36. Merasa energi terkuras karena kurangnya kemampuan untuk berbuat lebih terhadap masyarakat yang anda layani
TP
HTP
KD
S
SS
37. Merasa terbebani dengan pekerjaan karena memikirkan keinginan anda untuk berbuat lebih bagi masyarakat yang anda layani.
TP
HTP
KD
S
SS
56
38. Tidak dapat merasa santai ketika memikirkan bahwa anda belum bisa berbuat lebih bagi masyarakat yang anda layani
TP
HTP
KD
S
SS
39. Kehilangan kepercayaan diri akan kemampuan anda untuk membuat lebih bagi masyarakat yang anda layani.
TP
HTP
KD
S SS
� Ketika organisasi dan pihak donor membuat keputusan-keputusan yang tidak
sesuai dengan keinginan anda dalam memberikan pelayanan kepada para
pasien, seberapa sering anda merasakan hal-hal berikut ini:
40. Merasa tidak mampu untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang anda hadapi dalam menjalankan keputusan-keputusan tersebut
TP HTP KD S SS
41. Merasa menjadi dingin dan mengambil jarak terhadap pekerjaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya karena merasa keputusan-keputusan tersebut tidak sesuai dengan keinginan anda.
TP HTP KD S SS
42. Kehilangan kepercayaan diri akan kemampuan anda untuk memberikan pelayanankepada pasien sesuai dengan keinginan anda.
TP HTP KD S SS
43. Merasa lelah ketika bangun tidur di pagi hari dan menyadari bahwa anda tidak menginginkan keputusan-keputusan tersebut.
TP HTP KD S SS
44. Merasa usaha yang anda lakukan untuk melayani masyarakat yang anda tangani tidak berarti.
TP HTP KD S SS
45. Merasa tidak dapat pulih dari kondisi-kondisi kelelahan yang anda rasakan karena menjalankan keputusan-keptusan tersebut
TP HTP KD S SS
46. Berusaha meminimalisir keterlibatan anda dalam pekerjaan karena merasa terpaksa dalam melakasanakan keputusan-keputusan tersebut.
TP HTP KD S SS
57
47. Merasa energi terkuras karena keputusan tersebut tidak sesuai dengan yang anda inginkan
TP
HTP
KD
S
SS
48. Menyerah pada idealisme anda untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan keinginan anda.
TP
HTP
KD
S
SS
49. Merasa terbebani dengan pekerjaan karena harus menjalani keputusan-keputusan yang tidak sesuai dengan keinginan anda.
TP
HTP
KD
S
SS
50. Merasa bahwa emosi dan fisik tersita karena harus melaksanakan keputusan-keputusan tersebut
TP
HTP
KD
S
SS
51. Merasa setiap usaha yang anda lakukan untuk memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan keinginan anda ditentang oleh banyak pihak.
TP
HTP
KD
S
SS
52. Tidak dapat merasa santai ketika memikirkan bahwa anda harus melaksanakan keputusan-keputusan tersebut
TP
HTP
KD
S SS
Lampiran 2.
Data Uji Coba
58
Hasil Uji Coba
Subyek Posisi Usia Jenis
Kelamin
Lama
Bergabung
(dalam
bulan)
Item
1 2 3 4 5 6
1 Umum 22 Laki-laki 28 0 2 2 0 0 0
2 Fisioterapis 25 Laki-laki 26 1 1 2 2 1 2
3 Fisioterapis 23 Perempuan 26 2 2 2 2 3 2
4 Fisioterapis 24 Perempuan 26 1 1 1 2 1 1
5 Umum 26 Laki-laki 26 2 3 2 3 3 2
6 Fisioterapis 26 Perempuan 26 3 2 2 2 2 2
7 Fisioterapis 26 Laki-laki 26 1 1 3 2 2 2
8 Perawat 27 Perempuan 28 2 1 2 1 2 2
9 Perawat 28 Perempuan 28 1 2 3 3 3 2
10 Fisioterapis 23 Laki-laki 26 2 1 4 3 4 4
11 Perawat 25 Perempuan 26 1 2 3 2 3 3
12 Perawat 24 Perempuan 26 2 2 2 3 4 4
13 Perawat 25 Perempuan 28 2 2 0 2 3 3
14 Fisioterapis 24 Laki-laki 26 3 2 2 3 3 3
15 Dokter 29 Laki-laki 24 3 2 4 2 3 3
16 Fisioterapis 27 Perempuan 26 3 3 3 3 1 2
17 Fisioterapis 26 Laki-laki 26 3 2 1 2 1 1
18 Umum 20 Perempuan 26 2 3 2 3 2 2
19 Umum 20 Laki-laki 26 1 1 1 3 2 2
20 Umum 21 Perempuan 26 1 3 2 1 3 2
21 Umum 33 Perempuan 26 1 2 1 0 1 1
22 Fisioterapis 27 Perempuan 15 0 1 0 0 1 1
23 Umum 28 Laki-laki 26 1 3 2 1 2 2
24 Umum 28 Laki-laki 26 3 1 3 1 2 1
25 Perawat 27 Perempuan 21 3 3 3 2 4 3
26 Umum 28 Laki-laki 26 4 3 3 2 3 3
27 Umum 29 Laki-laki 28 4 1 3 3 3 2
28 Umum 34 Laki-laki 28 0 1 2 4 2 2
29 Perawat 23 Perempuan 26 3 2 2 4 3 3
30 Umum 24 Laki-laki 26 1 3 1 3 3 3
31 Fisioterapis 29 Laki-laki 15 1 2 1 2 1 2
32 Dokter 34 Laki-laki 15 1 2 3 3 3 3
33 Fisioterapis 23 Laki-laki 26 2 3 0 4 2 2
59
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 2 0 0
3 3 2 3 1 3 2 3 3 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2
2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3
2 2 1 1 1 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 1 1 1 1
2 2 2 2 1 1 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 1 1 2
3 2 3 2 2 2 1 1 1 3 3 2 2 3 3 3 1 1 1
2 1 1 2 1 2 2 3 3 3 2 1 2 1 3 3 2 3 2
2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 1 2
1 0 1 2 1 1 1 2 2 3 2 1 2 3 3 3 3 2 3
4 3 3 2 3 4 3 2 2 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2
3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 2 2 2 3 3 4 3 4 3 3 4 3 2 2 2 3 3
3 2 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2 3 3 2 2 3 3 2
3 3 2 2 2 2 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 2 1 1
3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 4 4 4 3 3
3 2 1 2 2 3 2 1 1 2 2 3 2 1 1 2 2 3 2
1 0 0 0 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 0 0 0 1
2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 2 2 2 3
2 2 2 1 1 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2 2 2 1 1
3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 4
1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1
1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 0 0 0 0 0
3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2
1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 1 1 2 3 3
3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3
3 4 3 3 2 2 3 4 3 2 2 3 3 4 3 3 2 2 3
3 4 3 2 3 4 3 2 3 3 4 3 1 2 3 3 3 4 3
2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 4 3
4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4
3 4 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 3 3 3
2 2 3 3 3 3 2 2 0 0 1 1 1 2 1 2 2 2 3
4 4 3 3 3 2 4 3 4 2 3 4 3 3 3 4 4 4 2
3 3 4 3 2 1 1 2 2 3 3 4 4 4 3 3 2 2 2
60
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
0 0 2 2 2 0 0 0 2 0 0 0 2 0 2 2 2 2 2
2 2 3 3 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 3 2
1 1 3 3 2 3 3 3 2 1 1 1 2 2 2 3 3 3 2
1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 3 3 3 1 2 2 3 3 3
3 0 2 2 1 1 3 3 2 4 3 2 1 1 3 3 2 2 3
2 2 2 4 3 3 2 0 2 3 2 3 2 1 1 3 2 1 1
1 2 3 3 3 2 1 3 3 3 2 2 1 2 3 2 1 2 3
2 2 1 1 2 3 2 2 1 0 1 2 3 3 3 2 1 2 1
3 2 2 3 2 3 1 1 2 3 1 3 2 2 2 2 2 3 3
3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4 3 3
3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4
4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 2
2 2 3 3 3 3 2 2 1 1 1 2 2 3 1 1 2 3 3
1 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 1 3 4
2 2 2 3 4 4 3 3 2 2 1 1 2 3 2 4 1 2 2
1 1 3 3 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1
2 1 0 1 2 1 0 1 2 2 3 2 2 1 1 2 1 1 2
4 3 2 2 2 2 3 4 4 3 2 2 3 3 4 3 2 2 3
2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 1 2 3 2 3 2
3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2
1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2
0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1
2 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 4 3 2
2 3 1 1 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2
3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
4 3 3 2 2 2 3 4 3 3 2 2 2 3 4 4 4 3 3
3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2
3 2 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3
3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4
4 3 3 2 3 4 3 3 3 2 2 2 3 4 4 4 4 3 2
2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 3 2 1 2 2 1 2 2 1
2 3 4 3 2 3 4 3 2 3 2 2 2 2 4 3 3 2 2
3 3 4 4 4 3 4 3 3 2 1 1 0 1 1 2 2 2 1
61
Total 45 46 47 48 49 50 51 52
3 0 2 0 2 3 3 3 46
3 2 2 2 2 2 3 2 114
2 3 2 3 3 2 3 2 123
3 3 1 1 1 1 1 2 95
2 3 2 2 2 3 3 3 117
2 2 3 3 3 3 3 3 113
3 3 3 2 2 1 1 1 108
2 1 1 2 2 3 2 3 95
2 3 3 3 3 3 3 3 115
3 2 2 3 4 4 4 4 155
4 4 3 3 3 3 3 3 157
2 2 3 3 3 2 3 3 157
3 2 3 3 3 2 2 3 117
3 2 2 3 3 3 2 2 130
3 3 3 3 3 2 2 3 137
1 2 3 2 2 3 3 3 102
2 2 0 0 0 1 1 0 59
3 3 3 3 4 3 3 4 145
2 2 3 2 3 2 1 1 108
2 3 3 3 3 2 2 2 136
2 2 2 2 2 1 1 1 73
1 2 2 1 1 1 1 1 52
2 2 1 1 2 4 3 3 149
3 2 3 2 2 2 2 2 122
4 3 4 3 3 3 3 3 167
4 3 4 3 4 3 3 3 155
3 3 3 2 3 3 3 3 144
3 3 4 3 3 3 3 3 146
4 4 4 4 4 4 4 4 182
3 3 4 3 3 4 4 4 141
1 2 2 2 3 3 3 3 101
2 2 3 3 4 3 2 3 150
1 1 2 2 3 3 4 4 128
Lampiran 3.
Reliabilitas Skala
62
HASIL UJI COBA SKALA BURNOUT
RELIABILITAS
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 33 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total 33 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.971 52
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
item1 120,58 1044,814 ,325 ,971
item2 120,42 1055,814 ,255 ,971
item3 120,36 1038,364 ,441 ,971
item4 120,18 1028,153 ,574 ,971
item5 120,09 1017,085 ,789 ,970
item6 120,21 1024,172 ,783 ,970
item7 119,97 1020,468 ,772 ,970
item8 119,91 1014,585 ,747 ,970
item9 120,09 1022,773 ,678 ,970
item10 120,09 1024,648 ,692 ,970
item11 120,30 1026,343 ,667 ,970
item12 120,09 1029,710 ,572 ,971
item13 120,03 1026,843 ,649 ,970
item14 119,94 1035,621 ,522 ,971
item15 120,03 1028,218 ,589 ,971
item16 120,06 1041,184 ,455 ,971
item17 120,03 1022,655 ,716 ,970
item18 119,97 1032,468 ,574 ,971
item19 120,06 1027,059 ,609 ,971
item20 119,91 1015,648 ,751 ,970
item21 120,06 1021,934 ,667 ,970
item22 120,12 1016,360 ,718 ,970
item23 120,15 1025,070 ,673 ,970
63
item24 120,24 1015,127 ,720 ,970
item25 120,18 1019,278 ,748 ,970
item26 120,15 1018,070 ,717 ,970
item27 120,24 1018,002 ,783 ,970
item28 119,97 1026,905 ,643 ,970
item29 119,67 1034,354 ,559 ,971
item30 119,91 1042,898 ,475 ,971
item31 119,97 1023,343 ,658 ,970
item32 120,06 1015,121 ,769 ,970
item33 119,97 1017,030 ,754 ,970
item34 119,91 1033,898 ,617 ,970
item35 119,85 1028,383 ,582 ,971
item36 120,21 1043,672 ,387 ,971
item37 120,18 1045,216 ,439 ,971
item38 120,18 1044,466 ,433 ,971
item39 120,06 1028,496 ,626 ,970
item40 119,94 1032,059 ,561 ,971
item41 119,79 1027,860 ,703 ,970
item42 120,06 1023,809 ,640 ,970
item43 119,91 1033,585 ,623 ,970
item44 120,06 1039,559 ,483 ,971
item45 119,88 1041,297 ,483 ,971
item46 120,00 1038,563 ,562 ,971
item47 119,82 1031,966 ,583 ,971
item48 120,06 1022,809 ,770 ,970
item49 119,73 1024,017 ,749 ,970
item50 119,82 1035,466 ,567 ,971
item51 119,85 1034,758 ,556 ,971
item52 119,76 1030,127 ,596 ,971
Lampiran 4.
Skala Penelitian
64
SKALA BURN OUT RELAWAN REHABILITASI MEDIS
PALANG MERAH INDONESIA
Posisi : ………………………...………………………… Usia : ……………………………...…………………… Jenis Kelamin : …………………………...……………………… Lama waktu bergabung : …………………………...………………………
65
SKALA BURN OUT
Dibawah ini terdapat 52 pernyataan mengenai burn out relawan. Pilihlah jawaban
dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia
pada bagian kanan pernyataan tersebut. Tidak ada jawaban yang salah. Semua pilihan
jawaban adalah benar, karena itu pilihlah jawaban yang sesuai dengan diri anda sendiri.
Arti pilihan jawaban yang tersedia adalah:
TP : Bila pernyataan tersebut Tidak Pernah anda alami,
HTP : Bila pernyataan tersebut Hampir Tidak Pernah anda alami,
KD : Bila pernyataan tersebut Kadang-kadang anda alami,
S : Bila pernyataan tersebut Sering anda alami,
SS : Bila pernyataan tersebut Sangat Sering anda alami, dengan frekuensi
satu kali atau lebih dalam seminggu
� Ketika menghadapi pasien yang belum bisa menerima keadaan mereka serta
menunjukkan sikap negatif terhadap anda, seberapa sering anda mengalami
hal-hal dibawah ini:
1. Merasa bahwa emosi dan fisik tersita TP HTP KD S SS
2. Menyerah pada idealisme anda untuk meyakinkan pasien bahwa mereka bisa bangkit dari keadaan mereka.
TP HTP KD S SS
3. Tidak dapat merasa santai ketika menghadapi pasien ataupun pekerjaan lain
TP HTP KD S SS
4. Merasa terbebani dengan pekerjaan anda ketika menghadapi pasien yang menunjukkan sikap negatif mereka
TP HTP KD S SS
5. Berusaha meminimalisir keterlibatan anda dalam pekerjaan TP HTP KD S SS
6. Merasa tidak dapat pulih dari kondisi-kondisi kelelahan yang anda rasakan TP HTP KD S SS
66
7. Kehilangan kepercayaan diri akan kemampuan anda untuk membuat perubahan akan kondisi pasien.
TP HTP KD S SS
8. Merasa tidak mampu membantu pasien yang memiliki harapan besar tersebut
TP
HTP
KD
S
SS
9. Merasa usaha yang anda lakukan untuk membuat kemajuan terhadap kondisi pasien tidak berarti.
TP
HTP
KD
S
SS
10. Merasa menjadi dingin dan mengambil jarak terhadap pekerjaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya
TP
HTP
KD
S
SS
11. Merasa setiap usaha yang anda lakukan untuk membuat kemajuan terhadap kondisi pasien ditentang oleh pasien tersebut
TP
HTP
KD
S
SS
12. Merasa lelah ketika bangun tidur di pagi hari dan memikirkan bahwa hari itu anda akan bertemu dengan para pasien yang memiliki sikap negatif tersebut.
TP
HTP
KD
S
SS
� Berkenaan dengan keterlibatan anda dalam pelayanan rehabilitasi medis ini
semenjak awal bencana, seberapa sering anda mengalami hal-hal berikut ini:
13. Merasa energi terkuras karena kurangnya waktu istirahat dikarenakan pekerjaan yang terus menerus
TP HTP KD S SS
14. Merasa menjadi dingin dan mengambil jarak terhadap pekerjaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya karena telah lama terlibat dalam pelayanan ini
TP HTP KD S SS
15. Merasa usaha yang anda lakukan dalam pekerjaan tidak berarti.
TP HTP KD S SS
16. Berusaha meminimalisir keterlibatan anda dalam pekerjaan
TP HTP KD S SS
17. Tidak dapat merasa santai ketika memikirkan berapa lama lagi anda akan terlibat dalam pelayanan ini
TP HTP KD S SS
67
18. Kehilangan kepercayaan diri akan kemampuan anda untuk membuat perubahan dalam pekerjaan.
TP HTP KD S SS
19. Merasa lelah ketika bangun tidur di pagi hari dan menyadari ketidakpastian waktu anda bergabung dalam pelayanan ini.
TP HTP KD S SS
20. Merasa setiap usaha yang anda lakukan untuk membuat kemajuan terhadap pekerjaan anda ditentang oleh banyak pihak
TP HTP KD S SS
21. Merasa bahwa emosi dan fisik tersita karena terlalu lama terlibat dalam pelayanan ini
TP
HTP
KD
S
SS
22. Merasa tidak dapat pulih dari kondisi-kondisi kelelahan yang anda rasakan
TP
HTP
KD
S
SS
23. Menyerah pada idealisme anda untuk menyelesaikan program ini sampai tuntas.
TP
HTP
KD
S
SS
24. Merasa tidak mampu untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang anda hadapi
TP
HTP
KD
S
SS
25. Merasa terbebani dengan pekerjaan anda karena perasaan bosan.
TP
HTP
KD
S
SS
� Ketika anda memikirkan keinginan anda untuk berbuat lebih untuk masyarakat
yang anda layani, seberapa sering anda merasakan hal-hal dibawah ini:
26. Merasa menjadi dingin dan mengambil jarak terhadap pekerjaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya karena merasa belum bisa mewujudkan keinginan anda untuk berbuat lebih untuk masyarakat yang anda layani
TP HTP KD S SS
27. Merasa lelah ketika bangun tidur di pagi hari dan menyadari ketidakpastian waktu anda bergabung dalam pelayanan ini
TP HTP KD S SS
28. Kehilangan kepercayaan diri akan kemampuan anda untuk membuat lebih bagi masyarakat yang anda layani.
TP HTP KD S SS
68
29. Merasa terbebani dengan pekerjaan karena memikirkan keinginan anda untuk berbuat lebih bagi masyarakat yang anda layani.
TP HTP KD S SS
30. Merasa bahwa emosi dan fisik tersita karena memikirkan keinginan untuk berbuat lebih
TP HTP KD S SS
31. Merasa usaha yang anda lakukan untuk berbuat lebih bagi masyarakat yang anda tangani tidak berarti.
TP HTP KD S SS
32. Merasa tidak mampu untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang anda hadapi berkenaan dengan keinginan untuk berbuat lebih bagi masyarakat yang anda layani
TP HTP KD S SS
33. Berusaha meminimalisir keterlibatan anda dalam pekerjaan karena menyadari anda tidak bisa berbuat lebih kepada masyarakat yang anda layani
TP HTP KD S SS
34. Merasa energi terkuras karena kurangnya kemampuan untuk berbuat lebih terhadap masyarakat yang anda layani
TP
HTP
KD
S
SS
35. Merasa setiap usaha yang anda lakukan untuk berbuat lebih untuk masyarakat yang anda layani ditentang oleh banyak pihak
TP
HTP
KD
S
SS
36. Merasa tidak dapat pulih dari kondisi-kondisi kelelahan yang anda rasakan
TP
HTP
KD
S
SS
37. Menyerah pada idealisme anda untuk berbuat lebih bagi masyarakat yang anda layani.
TP
HTP
KD
S
SS
38. Tidak dapat merasa santai ketika memikirkan bahwa anda belum bisa berbuat lebih bagi masyarakat yang anda layani
TP
HTP
KD
S
SS
69
� Ketika organisasi dan pihak donor membuat keputusan-keputusan yang tidak
sesuai dengan keinginan anda dalam memberikan pelayanan kepada para
pasien, seberapa sering anda merasakan hal-hal berikut ini:
39. Merasa menjadi dingin dan mengambil jarak terhadap pekerjaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya karena merasa keputusan-keputusan tersebut tidak sesuai dengan keinginan anda.
TP HTP KD S SS
40. Merasa tidak mampu untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang anda hadapi dalam menjalankan keputusan-keputusan tersebut
TP HTP KD S SS
41. Merasa setiap usaha yang anda lakukan untuk memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan keinginan anda ditentang oleh banyak pihak.
TP HTP KD S SS
42. Berusaha meminimalisir keterlibatan anda dalam pekerjaan karena merasa terpaksa dalam melakasanakan keputusan-keputusan tersebut.
TP HTP KD S SS
43. Merasa tidak dapat pulih dari kondisi-kondisi kelelahan yang anda rasakan karena menjalankan keputusan-keputusan tersebut
TP HTP KD S SS
44. Kehilangan kepercayaan diri akan kemampuan anda untuk memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan keinginan anda.
TP HTP KD S SS
45. Merasa bahwa emosi dan fisik tersita karena harus melaksanakan keputusan-keputusan tersebut
TP HTP KD S SS
46. Merasa usaha yang anda lakukan untuk melayani masyarakat yang anda tangani tidak berarti.
TP HTP KD S SS
47. Merasa energi terkuras karena keputusan tersebut tidak sesuai dengan yang anda inginkan
TP
HTP
KD
S
SS
48. Menyerah pada idealisme anda untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan keinginan anda.
TP
HTP
KD
S
SS
70
49. Merasa lelah ketika bangun tidur di pagi hari dan menyadari bahwa anda tidak menginginkan keputusan-keputusan tersebut.
TP
HTP
KD
S
SS
50. Merasa terbebani dengan pekerjaan karena harus menjalani keputusan-keputusan yang tidak sesuai dengan keinginan anda.
TP
HTP
KD
S
SS
51. Tidak dapat merasa santai ketika memikirkan bahwa anda harus melaksanakan keputusan-keputusan tersebut
TP
HTP
KD
S
SS
Lampiran 5.
Data Penelitian
71
DATA PENELITIAN
Subyek Posisi Usia Jenis Kelamin
Lama Bergabung
(dalam bulan)
Item
1 2 3 4
1 Fisioterapis 23 Perempuan 26 3 2 3 3
2 Fisioterapis 24 Laki-laki 26 3 3 2 3
3 Fisioterapis 25 Laki-laki 26 2 2 1 1
4 Perawat 24 Perempuan 26 3 2 2 4
5 Umum 24 Perempuan 26 3 1 1 1
6 Dokter 34 Laki-laki 15 4 3 3 3
7 Umum 33 Perempuan 26 1 2 2 1
8 Fisioterapis 27 Laki-laki 26 2 3 1 2
9 Perawat 23 Perempuan 26 4 2 4 3
10 Umum 21 Perempuan 26 3 2 2 3
11 Fisioterapis 23 Laki-laki 26 3 4 3 4
12 Fisioterapis 23 Laki-laki 26 1 3 2 3
13 Perawat 28 Perempuan 28 1 3 1 3
14 Perawat 25 Perempuan 28 3 0 3 3
15 Fisioterapis 26 Perempuan 26 1 2 2 2
16 Fisioterapis 24 Laki-laki 26 1 1 2 3
17 Fisioterapis 28 Perempuan 26 3 3 3 4
18 Umum 26 Laki-laki 26 4 2 3 3
19 Fisioterapis 20 Perempuan 26 2 2 3 2
20 Umum 20 Laki-laki 26 2 1 1 2
21 Umum 28 Laki-laki 26 3 3 3 2
22 Perawat 25 Perempuan 26 3 3 2 3
23 Umum 27 Perempuan 15 2 0 1 1
24 Umum 28 Laki-laki 26 3 3 2 3
25 Fisioterapis 29 Laki-laki 15 2 1 3 1
26 Perawat 27 Perempuan 21 3 3 3 4
27 Perawat 27 Perempuan 28 2 2 1 2
28 Umum 30 Laki-laki 28 3 3 3 3
29 Umum 34 Laki-laki 28 3 2 2 2
30 Umum 22 Laki-laki 28 0 2 0 0
31 Fisioterapis 26 Laki-laki 26 1 1 1 1
32 Dokter 29 Laki-laki 24 2 4 3 3
33 Umum 28 Laki-laki 26 4 2 4 2
72
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 1 3 3 3 2 2
3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 1 2 2 2 4 3 3
2 3 1 2 3 3 3 2 2 1 3 2 2 2 3 2 3 1 2
4 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 4 3 4 3 3 4 4 2
1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 3 2 1 1 2 3 3 2 1
3 4 1 3 4 3 2 3 3 3 4 2 2 2 3 4 3 3 4
1 1 1 0 2 2 1 2 0 1 2 2 1 1 1 1 2 1 0
2 2 1 2 1 2 2 1 3 1 3 3 2 1 2 1 3 2 3
3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3
2 3 2 2 3 2 3 2 4 4 3 3 4 3 3 2 3 3 4
4 4 2 3 3 2 4 3 3 4 2 3 2 3 4 4 2 4 3
2 3 2 4 3 3 1 4 3 4 2 3 2 3 3 4 2 4 3
2 1 1 3 0 2 1 1 3 3 2 3 3 3 2 1 2 2 3
3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 1 2 2 1 3 2 3 2
2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 1 3 1 2 3 2 1 2 3
3 3 1 3 4 4 1 4 2 3 1 1 3 4 1 1 1 1 2
2 3 3 3 4 2 3 4 3 1 4 2 3 1 3 3 3 2 4
2 2 3 3 3 2 1 2 3 3 4 3 2 3 2 3 4 3 2
2 2 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2
2 2 1 3 2 1 2 2 2 1 3 3 1 2 2 2 3 1 2
1 1 3 1 3 3 3 3 1 3 2 2 3 2 3 3 3 3 1
3 3 1 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3
1 1 0 0 2 1 1 2 0 1 2 2 0 0 1 1 2 1 0
3 3 4 2 4 3 2 3 3 4 3 2 3 4 2 3 4 3 3
2 2 1 2 2 3 3 3 1 2 0 0 3 2 1 1 2 1 2
3 3 3 2 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3
2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3
2 3 4 3 4 2 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 1 3
2 2 0 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2
0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0
1 1 3 2 0 0 2 0 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 0
3 3 3 2 3 3 2 3 4 3 2 2 3 3 2 3 2 2 4
4 3 1 1 3 4 4 3 3 4 4 4 2 2 3 3 4 3 3
73
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
3 2 3 2 2 1 2 3 2 3 2 3 3 1 2 3 2 3 3
4 1 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 4 3 2 3
2 2 3 3 3 3 2 3 1 1 3 2 3 3 3 2 2 3 2
2 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 2
1 1 1 1 1 3 2 2 3 1 3 2 2 3 3 2 2 1 3
4 4 4 2 2 2 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 4 2 2
1 3 2 2 2 1 1 3 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2
2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 1 3 1 2 3 1 3
4 3 3 2 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4
3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3
3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 4 2
2 2 4 3 1 3 3 4 4 3 1 3 4 2 2 2 2 4 1
3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 1 2 1 3 2 2 2 3 3
3 3 3 1 3 2 4 3 3 3 1 2 2 1 2 1 1 2 2
1 1 2 2 1 3 2 4 3 3 2 0 2 3 2 3 1 3 2
3 3 3 3 4 2 3 2 3 4 2 3 3 2 3 4 3 4 3
2 3 3 4 2 2 3 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 3 3
1 4 3 4 2 2 3 2 1 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3
2 2 2 4 3 2 3 2 2 2 2 4 3 3 3 3 4 3 3
2 1 3 2 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 1 2
2 3 1 3 3 2 3 1 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2
3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4
0 0 0 1 2 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2
2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 2 4 4 3 3
2 2 2 3 2 2 2 3 2 1 3 2 2 3 1 1 2 3 2
2 2 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3
2 1 1 1 3 2 2 1 2 3 1 2 2 0 3 2 3 2 1
3 4 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3
3 4 3 3 3 3 2 4 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3
2 0 2 2 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 2 2 2 3 0
0 0 0 2 1 2 1 1 2 1 3 1 0 2 2 2 1 1 2
4 3 2 3 3 1 4 3 4 4 1 3 3 2 2 4 2 2 3
3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 4 3 3 4 3 3 2 3 2
74
Skor Total Kategori 43 44 45 46 47 48 49 50 51
2 3 2 2 3 3 3 3 2 124 S
3 1 3 4 2 3 4 3 2 136 T
3 2 2 3 2 2 3 2 3 116 S
2 3 2 2 3 3 3 3 3 155 T
3 3 1 3 1 1 3 1 2 95 S
2 3 3 2 3 3 2 4 3 148 T
3 1 1 2 2 2 1 2 1 76 S
3 1 1 3 3 2 2 2 1 107 S
4 3 4 4 4 4 3 4 4 179 T
2 2 2 2 3 4 3 3 2 137 T
3 4 4 3 2 3 3 4 4 154 T
3 2 3 1 3 2 3 3 4 138 T
2 2 3 3 3 3 3 3 3 114 S
3 2 2 3 3 3 3 3 3 118 S
2 2 3 1 3 3 1 3 3 111 S
3 4 4 2 3 4 3 3 4 137 T
1 3 3 4 3 2 4 2 3 137 T
2 2 3 3 2 2 3 3 3 136 T
3 2 3 3 3 3 2 4 4 141 T
2 2 2 2 3 2 3 3 1 107 S
3 2 2 2 3 2 3 2 2 121 S
4 4 3 4 3 3 4 3 3 155 T
1 1 1 1 2 1 1 1 1 51 R
4 4 3 3 4 3 3 4 3 154 T
1 2 3 1 2 2 2 3 3 99 S
4 4 3 4 4 3 4 3 3 164 T
2 1 3 1 1 2 2 2 3 94 S
3 2 3 2 3 2 2 3 3 143 T
3 4 3 3 4 3 4 3 3 145 T
3 2 3 2 2 0 2 2 3 44 R
2 1 1 2 0 0 1 0 0 57 R
3 1 2 2 3 3 2 3 3 139 T
2 4 4 2 1 1 3 2 3 148 T
Lampiran 6.
Hasil Uji Normalitas
75
HASIL UJI NORMALITAS
NPar Tests Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
TotalSkor 33 123,64 32,426 44 179
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TotalSkor
N 33
Normal Parameters(a,b) Mean 123,64
Std. Deviation 32,426
Most Extreme Differences
Absolute ,194
Positive ,106
Negative -,194
Kolmogorov-Smirnov Z 1,114
Asymp. Sig. (2-tailed) ,167
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.