Burma

3
Gerakan Demokrasi Myanmar & Kegagalan Menjatuhkan Junta Militer Demonstrasi para Biksu Buddha Myanmar yang dipicu oleh kenaikan BBM, telah secara brutal ditembaki oleh Pemerintahan Junta Militer Myanmar dan kini tengah menjadi perhatian masyarakat Internasional. Sesungguhnya Myanmar, negara yang dahulu bernama Burma, adalah sebuah negara dengan penduduk multi etnis yang saling berkonflik. Perjalanan sejarah Myanmar sejak meraih kemerdekaannya dari Inggris, memang diwarnai sejarah konflik etnis dalam kungkungan nasionalisme lokal kesukuan. Etnis mayoritas, yakni Burma yang mencapai sekitar 68% dari total jumlah penduduk, adalah etnis dominan yang menduduki tampuk pemerintahan. Sementara etnis minoritas, diantaranya adalah etnis Mons, Karen, Karenni, Arakan, Naga, Shan, Kachin, Pyu juga pernah berkonflik satu sama lain. Keberadaan sejumlah etnis tersebut tersebar sepanjang perbatasan Myanmar dengan Thailand, Cina, Laos, Bangladesh dan India. Paska pendudukan Jepang di Myanmar tahun 1945, Inggris masuk kembali ke Myanmar. Myanmar kemudian merdeka dari Inggris tepatnya pada tanggal 4 Januari 1948 atas sebuah kesepakatan damai antara Pemerintahan Kolonial Inggris dan kaum nasionalis Burma dipimpin Thakin Nu, penerus Jendral Aung San yang tewas terbunuh. Jendral Aung San, tokoh nasionalis Burma tersebut adalah ayah dari Aung San Suu Kyi. Ia dibunuh oleh rival politiknya lantaran dituduh berkhianat dengan melakukan kesepakatan dengan pihak Inggris dalam proses meraih kemerdekaan Burma. Berdirilah Republic Union of Burma atau Republik Persatuan Birma yang terdiri atas Pemerintahan Shan, Pemerintahan Kachin, Pemerintahan Karenni dan Pemerintahan Pusat. Sistem pemerintahan Federasi semacam ini jelas telah semakin melanggengkan perbedaan etnis di Myanmar. Berbagai konflik etnis dan nasionalisme kesukuan ini tentu menjadi penghalang dalam upaya membangun persatuan nasional yang kuat di Myanmar, termasuk juga penghalang penguatan radikalisme gerakan rakyat dan gerakan demokrasi di Myanmar yang lumpuh sekian lama, sampai sekarang. Indonesia juga pernah mengalami fase pemerintahan Federal atas paksaan Belanda, paska Jepang kalah pada tahun 1945 dan Belanda akhirnya masuk kembali ke Indonesia. Strategi semacam ini

Transcript of Burma

Page 1: Burma

Gerakan Demokrasi Myanmar&

Kegagalan Menjatuhkan Junta Militer

Demonstrasi para Biksu Buddha Myanmar yang dipicu oleh kenaikan BBM, telah secara brutal ditembaki oleh Pemerintahan Junta Militer Myanmar dan kini tengah menjadi perhatian masyarakat Internasional. Sesungguhnya Myanmar, negara yang dahulu bernama Burma, adalah sebuah negara dengan penduduk multi etnis yang saling berkonflik. Perjalanan sejarah Myanmar sejak meraih kemerdekaannya dari Inggris, memang diwarnai sejarah konflik etnis dalam kungkungan nasionalisme lokal kesukuan. Etnis mayoritas, yakni Burma yang mencapai sekitar 68% dari total jumlah penduduk, adalah etnis dominan yang menduduki tampuk pemerintahan. Sementara etnis minoritas, diantaranya adalah etnis Mons, Karen, Karenni, Arakan, Naga, Shan, Kachin, Pyu juga pernah berkonflik satu sama lain. Keberadaan sejumlah etnis tersebut tersebar sepanjang perbatasan Myanmar dengan Thailand, Cina, Laos, Bangladesh dan India.

Paska pendudukan Jepang di Myanmar tahun 1945, Inggris masuk kembali ke Myanmar. Myanmar kemudian merdeka dari Inggris tepatnya pada tanggal 4 Januari 1948 atas sebuah kesepakatan damai antara Pemerintahan Kolonial Inggris dan kaum nasionalis Burma dipimpin Thakin Nu, penerus Jendral Aung San yang tewas terbunuh. Jendral Aung San, tokoh nasionalis Burma tersebut adalah ayah dari Aung San Suu Kyi. Ia dibunuh oleh rival politiknya lantaran dituduh berkhianat dengan melakukan kesepakatan dengan pihak Inggris dalam proses meraih kemerdekaan Burma. Berdirilah Republic Union of Burma atau Republik Persatuan Birma yang terdiri atas Pemerintahan Shan, Pemerintahan Kachin, Pemerintahan Karenni dan Pemerintahan Pusat. Sistem pemerintahan Federasi semacam ini jelas telah semakin melanggengkan perbedaan etnis di Myanmar. Berbagai konflik etnis dan nasionalisme kesukuan ini tentu menjadi penghalang dalam upaya membangun persatuan nasional yang kuat di Myanmar, termasuk juga penghalang penguatan radikalisme gerakan rakyat dan gerakan demokrasi di Myanmar yang lumpuh sekian lama, sampai sekarang.

Indonesia juga pernah mengalami fase pemerintahan Federal atas paksaan Belanda, paska Jepang kalah pada tahun 1945 dan Belanda akhirnya masuk kembali ke Indonesia. Strategi semacam ini dilakukan oleh negara-negara kolonialis, tak lain untuk memecah belah persatuan nasional di negara-negara jajahan sebagai taktik untuk memperlambat upaya penyatuan dan persatuan nasionalisme masyarakat bangsa-bangsa jajahan.

Agama Buddha dan Nasionalisme Burma

Kemunculan Nasionalisme Burma sendiri terinspirasi oleh nasionalisme di India. Hal ini wajar mengingat Burma sewaktu dalam cengkraman Kolonialisme Inggris, pernah disatukan dengan India dengan tujuan agar memudahkan pengontrolan Inggris terhadap Burma, maka tak heran bila nasionalisme India juga menyebar ke Burma. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya “The General Council of Buddhist Associations” di Burma pada tahun 1919 yang meniru “All Indian National Congress” di India pada tahun 1885 yang menuntut kemerdekaan penuh dari Inggris.

Namun berbeda dengan India, dimana Hindu adalah agama dominan dalam masyarakat India, Agama Buddha adalah agama dominan dalam masyarakat Myanmar, bahkan susunan masyarakat Burma tersusun atas ajaran dan konsepsi agama Buddha, baik di desa maupun di kota-kota, dimana selalu terdapat Biara. Bahkan dalam masyarakat Burma, setiap anak yang telah memasuki usia akil balig diharuskan menyerahkan tenaganya utuk mengabdi didalam biara untuk beberapa waktu tertentu. Pendeta Buddha sendiri adalah sosok-sosok yang berpengaruh dalam masyarakat Burma secara keseluruhan. Tidak heran bila peran para Biksu begitu signifikan perannya menentang Kolonialisme Inggris di Burma. Penentangan ini dipicu oleh sikap

Page 2: Burma

pemerintahan Inggris yang mengabaikan betapa masyarakat Burma begitu setia dan patuh dalam menerapkan kesucian ajaran agama Buddha.

Bagaimanakah sejarah kemunculan dan kebangkitan awal Burma?

Kebangkitan Burma Jaman Kerajaan

Pada waktu Burma masih dalam jaman kerajaan, Raja Anawratha dari Kerajaan Pagan berhasil melakukan penaklukan sosial atas kerajaan kecil-kecil. Raja AnaWratha menguasai hampir seluruh wilayah Burma. Namun kerajaan Pagan yang berkuasa sejak 1044-1287, diserbu oleh Tiongkok dipimpin oleh Ku Bhilai Khan dan menghancurkan kerajaan Pagan pada tahun 1287. Burma akhirnya terpecah kedalam kerajaan-kerajan kecil kembali. Salah satu kerajaan, yakni Kerajaan Toungoo, muncul dan kembali menguasai seluruh Burma, bahkan pernah menguasai Siam (Thailand). Namun perlawanan dan pemberontakan bangsa Siam telah menghabiskan seluruh enerji Kerajaan Toungoo hingga akhirnya Toungoo tenggelam setelah berkuasa sejak tahun 1280-1600 dan Siam kembali merdeka. Muncullah kemudian Kerajaan Burma yang berkuasa sejak tahun 1753-1886. Adalah Raja Alaungpaya, peletak kerajaan dan kejayaan Burma. Ia bahkan pernah melakukan ekspansi sampai ke daerah teritori India dan Siam sehingga menimbulkan Perang melawan Inggris selama 3 periode. Hal ini jelas menunjukkan bahwa para pendahulu bangsa Burma adalah kaum pemberani yang selama beratus-ratus tahun telah menunjukkan kemampuannya melakukan penaklukan sosial atas seluruh Burma dan ini adalah cerminan semangat nasionalisme Burma untuk menjadi bangsa yang kuat.

Burma Dalam Junta Militer

Junta Militer Myanmar yang berkuasa sejak melakukan kudeta pada tahun 1962 dipimpin Jendral Ne win, sesungguhnya pernah mengadopsi sistem ekonomi campuran antara Sosialisme dan Kapitalisme. Para pejabat militer yang sesungguhnya menguasai pemerintahan, menerapkan sistem permintahan Sosialis ala Stalin yang otoriter, namun paska kejatuhan Uni Soviet, para pejabat pemerintahan Militer Myanmar berpindah haluan ke Cina, dimana Pemerintahan Komunis dibawah kepemipinan Mao Tse Tung berkuasa. Perekonomian Cina paska Mao kemudian bergerak ke arah ekonomi Kapitalisme. Jendral Ne Win pernah melakukan sejumlah Nasionalisasi dalam bidang Industri, Perdagangan bahkan juga Tanah, meniru pola pemerintah Komunisme ala Cina tersebut. Hingga kini hubungan ekonomi Cina dan Myanmar terjalin erat. Namun peningkatan ekonomi Cina ternyata sama sekali tidak ikut berdampak positif terhadap perekonomi Myanmar yang kini tengah dalam kondisi kritis sehingga membuat Junta Militer Myanmar sampai harus menaikkan harga BBM sampai 500%.

Nampaknya bangsa Myanmar memiliki banyak sekali sejumlah persoalan kebangsaan yang belum terselesaikan, diantaranya persoalan kepemimpinan Militer yang masih berkuasa, kehancuran dan krisis ekonomi dan juga Nasionalisme Kebangsaan dan Persatuan Myanmar yang masih terfragmentasi.