BUPATI MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN … · 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26...
Transcript of BUPATI MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN … · 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26...
BUPATI MUSI BANYUASINPROVINSI SUMATERA SELATAN
PERATURANBUPATI MUSI BANYUASINNOMOR C)~ TAHUN 2019
TENTANG
PENGELOLAANAREA SUMBER KOMODITI TERVERIFIKASI USAHAPERKEBUNAN KELAPA SAWlT DAN KARET DI WILAYAH
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MUSI BANYUASIN,
Menimbang
Mengingat
a. bahwa karet dan keIapa sawit merupakan komoditi
unggulan di Kabupaten Musi Banyuasin, sehingga perlu
dikembangkan secara optimal dan berkelanjutan sebagai
suatu industri hijau ramah lingkungan melalui pendekatan
kemitraan pengelolaan lanskap;
b. bahwa komoditi sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
perlu dikelola agar memberi manfaat sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat baik generasi sekarang maupun
generasi mendatang;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Bupati tentang Pengelolaan Sumber Area Komoditi
Terverifikasi Usaha Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet di
Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin;
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan
Undang-Undang Darurat No. 4 Tahun 1956 (Lembaran
Negara Tahun 1956 No. 55), Undang-Undang Darurat
No. 5 Tahun 1956 (Lembaran Negara Tahun 1956 No. 56)
dan Undang-Undang Darurat No.6 Tahun 1956 (Lembaran
Negara Tahun 1956 No. 57) ten tang Pembentukan Daerah
Tingkat II termasuk Kotapraja, Dalam Lingkungan Daerah
Tingkat I Sumatera Selatan, sebagai Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1821);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992
ten tang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3476);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
ten tang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diu bah
dengan Undang Undang Nomor 49 Tahun 2004 ten tang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang
Nomor 1 Tahun 2004 ten tang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4412);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007
Nomor 68, Tam bah an Lembaran Negara Nomor 4725);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
ten tang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009
ten tang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5068);
7. Undang Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
-2-
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014
tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5492);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana teIah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
RepubIik Indonesia Nomor 5679);
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014
tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 308, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5613);
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2016
ten tang Pengesahan Paris Agreement to The United NationsFrame Work Convention on Climate Change (Persetujuan
Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa
Bangsa mengenai Perubahan Iklim (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5939);
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
1997 ten tang Kemitraan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3718);
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2001 ten tang Pengendalian Kerusakan danjatau
Pencemaran Lingkungan Hidup berkaitan dengan
Kebakaran Hutan dan atau lahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 10, Tambahan
-3-
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4076);
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4814);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2009 ten tang
Perlindungan Wilayah Geografis Penghasil Produk
Perkebunan Spesifik Lokasi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 60, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4997);
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 47 Tahun
2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5305);
17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2013 ten tang Pelaksanaan Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 ten tang USaha Mikro, Kecil
dan Menengah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 93,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4866); (Lembaran
Negara Tahun 2013 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5404);
18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun
2014 ten tang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem
gambut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 209) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016 tentang
-4-
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2014 ten tang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem
Gambut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5957);
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun
2017 ten tang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
228, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6134);
20. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016
ten tang Badan Restorasi Gambut (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1);
59 Tahun
Tujuan
Republik
21. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
2017 ten tang Pelaksanaan Pencapaian
Pembangunan Berkelanjutan (Lembaran Negara
Indonesia Tahun 2017 Nomor 104);
22. Peraturan Presid en Republik Indonesia Nomor 77 Tahun
2018 ten tang Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
160);
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
29 Tahun 2008 ten tang Pengembangan Kawasan Strategis
Cepat Tumbuh di Daerah;
24. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 38/
Permentan/OT.140/1/2008 ten tang Pedoman Pengolahan
dan Pemasaran Bahan Olah Karet;
25. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 19/
Permentan/OT.140/3/20 11 ten tang Pedoman Perkebunan
Kelapa sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesia
Sustainable Palm Oil/ISPO);
26. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 98/
Permentan/OT.140/9/2013 ten tang Pedoman Perizinan
Usaha Perkebunan;
27. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
-5-
131/ Permentan/OT.140/12/2013 tentang Pedoman
Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) yang Baik;
28. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
132/ Permentan/OT.140/12/2013 ten tang Pedoman
Budidaya Karet (Hevea brasiliensis) yang Baik;
29. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah;
30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
9 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan Produk
Unggu1an Daerah (PUD);
31. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor
51/M-Ind/Per/6/ 2015 Tahun 2015 ten tang Pedoman
Penyusunan Standar Industri Hijau;
32. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 05/
Permentan/KBAlO/l/2018 ten tang Pembukaan dan/atau
Pengolahan Lahan Perkebunan Tanpa Bakar;
33. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 01/
Permentan/KB.120/l/2018 ten tang Pedoman Penetapan
Harga Pembelian TBS Produksi Pekebun Indeks "K";
34. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 1
Tahun 2018 ten tang Perlindungan
Ekosistem Gambut (Lembaran Provinsi
Tahun 2018 Nomor 1);
dan Pengelolaan
Sumatera Selatan
35. Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 16 Tahun
2017 ten tang ten tang Kelembagaan Green Growth dan
Kelembagaan Kemitraan Pengelolaan Lanskap Ekoregion
Provinsi Sumatera Selatan (Berita Daerah Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2017 Nomor 16);
36. Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 21 Tahun
2017 ten tang Rencana Induk Pertumbuhan Hijau Provinsi
Sumatera Selatan (Berita Daerah Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2017 Nomor 21);
37. Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 9
Tahun 2008 ten tang Rencana Pembangunan Jangka
-6-
Menetapkan
Panjang (RPJPD) Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2005-
2025 (Lembaran Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2008
Nomor 9);
38. Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 8
Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Musi Banyuasin (Lembaran Kabupaten Musi
Banyuasin Tahun 2016 Nomor 8);
39. Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 11
Tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMD) Kabupaten Musi Banyuasin Tahun
2017-2022 (Lembaran Kabupaten Musi Banyuasin Tahun
2017 Nomor 11);
40. Peraturan Bupati Musi Banyuasin Nomor 47 Tahun 2017
tentang Pembentukan Forum Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan Kabupaten Musi Banyuasin (Berita Daerah
Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2017 Nomor 47);
41. Peraturan Bupati Musi Banyuasin Nomor 51 Tahun 2017
tentang Prosedur Tetap Pencegahan Penanggulangan dan
Penanganan PascaKebakaran Hutan dan Lahan Kabupaten
Musi Banyuasin (Berita Daerah Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2017 Nomor 51);
42. Peraturan Bupati Musi Banyuasin Nomor 78 Tahun 2018
tentang Pedoman Umum Sistem Pembinaan Secara Terpadu
Terhadap Usaha Perkebunan Karet Rakyat di Wilayah
Kabupaten Musi Banyuasin (Berita Daerah Kabupaten Musi
Banyuasin Tahun 2018 Nomor 78);
43. Peraturan Bupati Musi Banyuasin Nomor Tahun 2019
tentang Pusat Unggulan Komoditi Lestari Kabupaten Musi
Banyuasin (Berita Daerah Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2019 Nomor );
MEMUTUSKAN :
PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN AREASUMBER KOMODITI TERVERIFIKASI USAHA PERKEBUNANKELAPA SAWIT DAN KARET DI WILAYAH KABUPATEN MUSIBANYUASIN.
-7-
BAB I
KETENTUANUMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
a. Kabupaten adalah Kabupaten Musi Banyuasin;
b. Bupati adalah Bupati Musi Banyuasin;
c. WakiI Bupati adalah Bupati Musi Banyuasin;
d. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
Kabupaten Musi Banyuasin;
e. Perangkat Daerah adalah organisasi atau lembaga pada
Pemerintah Kabupaten yang bertanggung jawab kepada
Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah
di daerah yang terdiri atas Sekretaris Daerah, Dinas,
Badan, Bagian dan Lembaga Teknis;
f. Tim Pendukung Program adalah Tim yang beranggotakan
Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah, Kepala
Dinas Perkebunan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup,
Kepala Dinas Penanaman Modal Terpadu Satu Pintu, dan
Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Musi
Banyuasin; \
g. Komite Pengarah/Dewan Pengawas adalah Komite yang
beranggotakan unsur perwakiIan Pemerintah Kabupaten
Musi Banyuasin, Perusahaan Kegiatan Produksi,
Perusahaan Industri Pengolahan, Perusahaan Pembeli,
Masyarakat KUD, NGO/LSM sebagai Anggota, dan
Peneliti/ Akademisi/ Surveyors;
h. Tim Pelaksana MASKoT adalah organisasi pelaksana di
lapangan yang dipimpin oleh seorang manajer
mengendalikan Divisi Produksi, Divisi Pengolahan, dan
Divisi Pemasaran;
i. Special Purpose Veehile adalah merupakan perusahaan
antara yang bertujuan untuk menjalankan fungsi khusus
tertentu untuk kepentingan pendirinya, seperti pembelian-8-
dan/atau pembiayaan investasi, dan tidak melakukan
kegiatan usaha aktif, dalam suatu Konsorsium Pengusaha
Komoditi Hijau, berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku;
j. Donor atau Trustee adalah penerima atau pengelola harta
trust, dalam hal ini sebagai dana amanah sejumlah
finansial untuk kegiatan pembangunan hijau, dalam suatu
Konsorsium Pembangunan Hijau, dititipkan atau
diserahkan untuk dikelola dengan baik oleh sebuah
Lembaga (Trustee) dan disalurkan atau dimanfaatkan
untuk kepentingan Penerima Manfaat (beneficiary)
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku;
k. Orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
hukum;
I. Pengelolaan adalah kegiatan usaha perkebunan yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian kegiatan,
pelaksanaan kegiatan dan pengawasan;
m. Usaha perkebunan adalah usaha yang meliputi kegiatan
budidaya komoditi perkebunan yang baik, industri
pengolahan, menciptakan kondisi pemasaran komoditi yang
efisien dan efektif pemasaran yang memberikan margin
keuntungan yang adil di an tara pelaku dalam rantai pasok;
n. Pengelolaan Sumber Area Komoditi Terverifikasi Usaha
Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet di Wilayah Kabupaten
Musi Banyuasin atau disingkat dengan MASKoT adalah
adalah sebuah model pengelolaan sumber daya alam, yang
menyatukan wilayah produksi suatu komoditi, aktor atau
pelaku rantai pasok, dan pembeli akhir yang berkomitmen
untuk menghasilkan produk yang lestari dengan
memperhatikan pengelolaan dan perlindungan lingkungan,
serta bebas konf1ik;
o. Komoditi lestari adalah komoditi
memenuhi Standar Komoditi
ditetapkan oleh para pembeli atau
Indonesia untuk komoditi kelapa
-9-
yang dihasilkan yang
Berkelanjutan yang
suatu negara, dan di
sawit mengacu pada
stan dar Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan untuk
karet mengacu pada standar Bahan Olah Karet Bersih
(Bokar), atau kebijakan lainnya yang terus berkembang
sesuai persyaratan yang dibutuhkan;
p. Pusat Unggulan Komoditi Lestari adalah adalah suatu
organisasi yang bekerja lintas unit bisnis atau unit kerja,
lintas bidang, lintas usaha atau lini produk dalam suatu
unit kerja atau unit bisnis dan memiliki pengetahuan dan
kompetensi terdepan di bidangnya, atau tempat di mana
standar tertinggi dipertahankan untuk memberikan
pelayanan prima kepada publik dalam pengusahaan dan
pengelolaan komoditi pertanian/perkebunan unggulan yang
lestari atau berkelanjutan dalam melindungi atau menjaga
kelestarian sumber daya alam;
q. Pendekatan lanskap adalah pendekatan yang bersifat multi
sektor dalam satuan dalam kawasan hidrologis gambut
atau kesamaan ekosistem;
r. Corporate Social Responsibility/ CSR adalah organisasi
khusus sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan
terhadap seluruh pemangku kepentingannya, termasuk
komunitas dan lingkungan yang mencakup aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku;
s. Indonesia Standar Palm Oil (ISPO) adalah Pedoman
perkebunan kelapa sawit berkelanjutan;
t. Standard Indonesia Rubber (SIR) adalah standar mutu karet
bongkah atau karet remah Indonesia yang telah
dikeringkan dan dikilang menjadi bandela bandela dengan
ukuran yang telah ditentukan;
u. Klaster adalah kumpulan/kelompok bisnis dan industri
yang terkait meJalui suatu rantai produk umum,
ketergantungan atas keterampilan tenaga kerja yang
serupa, atau penggunaan teknologi yang serupa at au
komplementer dengan fokal/ core industry yang saling
berhubungan secara intensif dan membentuk kemitraan,
baik dengan industri pendukung (supporting industry)
-10-
maupun dengan industri terkait (related industry);
v. Satu Desa Satu Produk atau One Village One Product
(OVOP) adalah pendekatan pengembangan potensi daerah
di suatu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas
global yang unik khas daerah dengan memanfaatkan
sumber daya lokal, mempromosikan produk inovatif dan
kreatif lokal dan sumber daya yang bersifat unik khas
daerah bernilai tambah tinggi dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan memiliki imajinasi dan daya saing
tinggi;
w. Kompetensi inti adalah suatu "pembelajaran kolektif di
dalam organisasi, terutama untuk mengkoordinasikan
beragam keterampilan dalam kegiatan produksi serta
mengintegrasikan aneka akses teknologi dengan
menyediakan akses potensial kepada berbagai pasar yang
luas, memberikan kontribusi signifikan terhadap manfaat
produk akhir yang diterima pelanggan, dan produk yang
dihasilkan sulit ditiru oleh pesaing.
Bagian KeduaAsas
Pasal 2
Asas Pengelolaan Areal Sumber Komoditi Terverifikasi atau
MASKoTadalah:
a. kemandirian;
b. kedaulatan;
C. keterpaduan;
d. kebersamaan;
e. keadilan;
f. keterbukaan;
g. efektifitas;
h. efisiensi;
i. kearifan lokal;
j. keberlanjutan.
-I 1.
Komite
Program
MASKoT
dan masyarakat
ekonomi dan
Bagian KetigaTujuan
Pasal3
(1)Tujuan dari MASKoT untuk Usaha Perkebunan Kelapa
Sawit dan Karet adalah untuk mendukung Prinsip Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan.
(2)Tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
dengan cara:
a. Meningkatkan koordinasi, konsolidasi, integrasi, dan
kinerja dalam pengelolaan sumber area komoditi
terverifikasi untuk usaha kelapa sawit dan karet sebagai
implementasi dari Pusat Unggulan Komoditi Lestari di
Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin;
b. Melaksanakan praktek budidaya perkebunan yang baik
(good agriculture practices), pengelolaan pasca panen dan
pemasaran untuk meningkatkan produktivitas, kUalitas,
nilai tambah, daya saing dan pendapatan dari komoditi
kelapa sawit dan karet lestari yang bersertifikat Standar
Komoditi Berkelanjutan;
c. Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam,
lingkungan dan keanekaragaman hayati secara lestari
terutama untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan,
pembalakan liar, pencemaran sungai dan air, dan
degradasi kesuburan lahan;
d. Menciptakan lapangan kerja dan memberikan peran
kepada pemuda atau generasi muda dalam melakukan
usaha dan mengelola perkebunan, dengan tidak
mengerjakan tenaga anak-anak dalam kegiatan
perkebunan;
e. Meningkatkan kesejahteraan petani
untuk mendukung pertumbuhan
penurunan kemiskinan;
f. Koordinasi kegiatan dengan Tim Pendukung
PUKL dilakukan oleh Manager Tim Pelaksana
setelah mendapat persetujuan dari
Pengarah/Dewan Pengawas PUKL.
-12-
Bagian Keempat
Fungsi
Pasal4
Fungsi dari MASKoTuntuk Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit
dan Karet mencakup aspek:
a. Ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani
dan masyarakat mendukung penguatan struktur ekonomi
daerah dan menurunkan jumlah penduduk miskin;
b. Sosial budaya adalah untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia dan harmonisasi yang berkearifan
lokal;
c. Ekologi adalah untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam melindungi, merehabilitasi dan
merestorasi sumberdaya alam dan hutan untuk menjaga
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dan
keberlanjutan.
Bagian Kelima
Ruang Lingkup
Pasal5
Ruang lingkup Pengelolaan Sumber Area Komoditi Terverifikasi
Usaha Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet di Wilayah
Kabupaten Musi Banyuasin ini meliputi:
a. Pengelolaan Area Sumber Komoditi Terverifikasi;
b. Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan;
c. Penanganan Konfiik;
d. Pembinaan dan Pengawasan.
BAB II
PENGELOLAANAREALSUMBER KOMODITITERVERIFlKASI
Pasal6
(1) Lembaga Pusat Unggulan Lestari bertugas melakukan
pengelolaan areal sumber komoditi terverifikasi di
Kabupaten Musi Banyuasin.
-13-
(2) Pengelolaan Pengelolaan areal sumber komoditi terverifikasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan
tahapan:
a. Perencanaan;
b. Kegiatan budidaya perkebunan;
c. Kegiatan pengolahan hasil;
d. Pemasaran.
Pasal 7
Perencanaan pengelolaan area sumber terverifikasi dilakukan
guna untuk memastikan:
a. Tersedianya data kewilayahan atau rayonisasi di tingkat
tapak sesuai dengan Tata Ruang Provinsi dan Kabupaten;
b. Tersedianya peta lokasi perkebunan yang terintegrasi dengan
Kebijakan Satu Peta Provinsi dan Kabupaten dengan
memperhatikan kesesuaian lahan, kemampuan lahan,
karekteristik dan tipologi ekosistem, nilai konservasi tinggi,
emisi dan serapan karbon, dan kearifan lokal;
c. Adanya aspek legalitas usaha dan izin dari Pejabat yang
berwenang untuk kepastian perusahaan dan pekebun;
d. Tersedianya data dari di tingkat tapak untuk mendukung
data base perkebunan kelapa sawit dan karet sebagai bagian
dari Pusat lnformasi Data Perkebunan dan website;
e. Tersedianya Standar Operasi Prosedur (SOP) sebagai
petunjuk untuk Pelayanan Prima untuk melakukan investasi
hijau, dan industri hjau yang menghasilkan produk yang
berstandar ekspor;
f. Koordinasi kegiatan dengan Tim Pendukung Program PUKL
dilakukan oleh Manager Tim Pelaksana MASKoT setelah
mendapat persetujuan dari Komite Pengarah/Dewan
Pengawas PUKL.
Pasal 8
Kegiatan budidaya perkebunan dilakukan guna memastikan:
a. Pekebun/petani mampu melaksanakan praktek budidaya
yang baik (good agricultural practice) sesuai kriteria dan
standar teknis budidaya perkebunan yang telah ditentukan
untuk mendapatkan produktivitas dan kualitas yang tinggi;
-14-
b. Lokasi usaha tidak berada di kawasan hutan, kawasan
gambut yang dilindungi, dan kawasan bernilai konservasi
tinggi;
c. Pekebunjpetani mampu melakukan sistem pengelolaan yang
berkelanjutan sesuai dengan yang ditentukan, khusus
kelapa sawit sesuai dengan Pedoman Budidaya Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis) yang baik dan Standard Indonesia
Sustainable Palm Oil (ISPO) dan khusus untuk karet sesuai
Pedoman Budidaya Karet (Hevea brasilensis) yang baik;
d. Lahan perkebunan pertanian dibuka dengan tanpa bakar;
e. Lahan terbebas dari konflik kepemilikan lahan;
f. Pekebunjpetani mampu melakukan pengumpulan dan
pengangkutan hasil panen dengan untuk memperkecil
susut;
g. Usaha perkebunan dilakukan secara terpadu dengan
pendekatan lanskap;
h. Terlaksananya koordinasi dengan mitra jika akan
melakukan kerjasama kegiatan pengembangan budidaya
yang berkelanjutan.
Pasal9
Kegiatan pengolahan hasil dilakukan guna memastikan:
a. Pekebunjpetani dan at au unit usaha untuk dalam
pengolahan produk primer mampu menerapkan stan dar,
kualitas atau grade yang telah ditetapkan;
b.Pekebunjpetani dan atau unit usaha mampu
mengaplikasikan inovasi-inovasi untuk menghasilkan produk
sampingan atau produk turunan, berpenampilanjkemasan
yang baik, memperpanjang waktu simpan, dan sesuai
standar sertifikasi produk yang dibutuhkan oleh konsumen;
c. Pekebunjpetani dan atau unit usaha sadar pentingnya
pembuangan limbah diolah secara sirkular ekonomi
pengolahan agar tidak mencemari lingkungan dan
menghasilkan pendapat;
d. Pekebunjpetani dan unit usaha mampu melakukan
transaksi yang berkeadilan disertai insentif perusahaan
industri pengolahan jika mensuplai produk yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan;
-15-
e. Produk yang dihasilkan pekebunjpetani berdasarkan hasil
uji laboratorium penguji hasil yang dilakukan secara berkala
minimal sebulan sekali.
f. Terlaksananya koordinasi dengan mitra jika akan melakukan
kerjasama kegiatan pengolahan hasil yang ramah
lingkungan;
g.Terlaksananya pertemuan berkala dengan pelakujmitra
industri pengolahan di lapangan disertai laporan rutin
minimal sekali dalam seminggu yang dilaporkan kepada
Manager;
h.Koordinasi kegiatan dengan Manajer dilakukan Kepala Divisi
Pengolahan.
Pasal 10
Pemasaran produk diarahkan untuk menjamin:
a. Tersedianya informasi perubahan harga komoditi dengan
cepat yang dibutuhkan pekebunjpetani, luasnya jaringan,
dan mampu mengakses calon pembeli produk, serta
mempertahankan pembeli yang ada sebagai pelanggan setia;
b.Pekebunjpetani telah memahami tentang persyaratan produk
yang dibutuhkan oleh konsumen internasional atau ekspor
produk, dan bersedia menghasilkan produk yang hijau (green
product) agar tidak mendapat claim internasional;
c. Tersedianya alat peraga sarana promosi pemasaran produk-
produk dan membina komunikasi yang intensif dan berkala
dengan para pembeli produk;
d.Memastikan harga Tandan Buah Segar (TBS) pekebunjpetani
sesuai dengan Penetapan Harga Pembelian TBS Produksi
Pekebun Indeks "K", dan harga Bahan Olah Karet (Bokar)
pekebunjpetani karet sesuai Kadar Karet Kering (kkk) hasil
uji laboratorium ;
e. Menyediakan minimal 1 (satu) unit outlet atau retailer untuk
produk yang dihasilkan oleh petanijpekebun dan produk
industri rumah tangga lainnya untuk penjualan kepada
konsumen langsung;
f. Terlaksananya pertemuan berkala dengan pembeli di
lapangan disertai laporan rutin minimal sekali dalam
seminggu yang dilaporkan kepada Manager;
-16-
g. Koordinasi kegiatan dengan Manajer dilakukan Kepala Divisi
Pemasaran.
BAB III
PENGELOLAANLlNGKUNGAN HIDUP DAN TANGGUNG
JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Pasal 11
(1) Tim pengelolaan kelembagaan area sumber komoditi
terverifikasi Kabupaten Musi Banyuasin bertugas
melakukan pengelolaan lingkungan hidup dengan prinsip
kelestarian ekologi, ekonomi, sosial dan budaya setempat;
(2) Tugas pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan berkoordinasi
dengan pihak perusahaan sebagai upaya pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan yang memanfaatkan dan
menggunakan lahan di Kabupaten Musi Banyuasin.
BABIV
KEMITRAAN DAN BENTUK USAHA
Pasal 12
Tim Pelaksana MASKoT daIam melaksanakan kegiatan di
lapang menjalin kemitraan dengan Para Pihak:
a. Perusahaan Special Purpose Vehicle;
b. Donor Trust Fund;
c. Perusahaan Corporate Social Responsibilty;
d. Koperasi, Kelompok Usaha Bersama, Kelompok Tani.
Pasal 13
Tim Pelaksana MASKoT dalam melaksanakan kegiatan di
lapangan dapat dalam bentuk:
a. Klaster;
b. One Village One Product (OVOP);
c. Lanskap;
d. Kompetensi.
-17-
BABV
PENANGANANKONFLIK
Pasal 14
(1) Bupati berwenang melakukan upaya pencegahan dan
penyelesaian konflik dalam pelaksanaan pengelolaan area
sumber komoditi terverifikasi dan perlakuan terhadap
tenaga kerja buruh harian di Kabupaten Musi Banyuasin;
(2) Upaya pencegahan penyelesaian konflik dilakukan melalui:
a. Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan;
b. Penyuluhan;
c. Sinkronisasi program dan kegiatan pembangunan lintas
sektor penggunaan lahan.
(3) Upaya penyelesaian konflik dilakukan melalui musyawarah
dan/atau penyelesaian sesuai dengan ketentuan
Perundang-undangan.
BABVI
PEMBINAANDANPENGAWASAN
Pasal15
(1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
peIaksanaan kegiatan pengelolaan area sumber komoditi
terverifikasi.
(2) Pembinaan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) ditujukan untuk memastikan:
a. kelancaran jalannya pekerjaan;
b. mencegah timbuInya kesalahan;
c. penggunaan anggaran sesuai dengan perencanaan;
d. pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program;
e. hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
BABVII
HAKKEUANGANDANFASILITAS
Pasal 16
(1) Pengelolaan area sumber komoditi terverifikasi diberi hak
keuangan dan fasilitas lainnya meIalui Organisasi Perangkat
Daerah;
-18-
(2) Dalam pelaksanaan tugas, PUKL dapat menerima program
dari Mitra atau Pemangku Kepentingan lainnya dalam
bentuk program berdasarkan kesepakatan antara Pemberi
Program dengan Bupati.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya
memerintahkan
penempatannya
Banyuasin.
setiap orang dapat mengetahuinya,
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan
dalam Berita Daerah Kabupaten Musi
Ditetapkan di Sekayu
pada tanggal .l'! Dt:. Ce.I-\blO- ~ 2019
rUPATl MUSI BANYUASINI
\i H. DODI REZA ALEX N;ERDIN
Diundangkan di Sekayu
pada tanggal II) D6rM&0-- 2019
SEKRETARIS DAERAH
KABU ATEN MUSI BANYUASIN,
BERITA DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2019 NOMOR ~!l
-19-