BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP...

74
BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 17 ayat (6), Pasal 21, Pasal 24 ayat (3), Pasal 25 ayat (7), Pasal 27 ayat (3), dan Pasal 28 ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655 ); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3029); 4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3091) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

Transcript of BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP...

Page 1: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

BUPATI LOMBOK TIMUR

PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR

NOMOR 1 TAHUN 2013

TENTANG

KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK TIMUR,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 17 ayat (6), Pasal 21, Pasal 24 ayat (3), Pasal 25 ayat (7), Pasal 27 ayat (3), dan Pasal 28 ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655 );

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3029);

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3091) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

Page 2: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4049);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179);

Page 3: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

14. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintahan Kabupaten Lombok Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 1);

15. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah di Kabupaten Lombok Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 4);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 11).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lombok Timur. 2. Bupati adalah Bupati Lombok Timur. 3. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset yang

selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Lombok Timur atau Dinas yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pendapatan dan pengelolaan keuangan Daerah.

4. Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset yang selanjutnya disebut Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Kabupaten Lombok Timur atau Kepala Dinas pada Dinas yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pendapatan dan pengelolaan keuangan Daerah.

Page 4: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

5. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan peraturan perundang-undangan, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

6. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

7. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

8. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang selanjutnya disingkat SPPT PBB adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada Wajib Pajak.

9. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas umum daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.

10. Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administratif berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-udangan perpajakan.

11. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah berdasarkan Surat Perintah Membayar.

12. Tempat Pembayaran adalah tempat yang ditetapkan Bupati sebagai tempat pembayaran untuk menerima pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

13. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah.

Page 5: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

14. Bank Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh Bupati untuk menerima dan menatausahakan setoran penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

15. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

16. Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil pemerintah Kabupaten Lombok Timur atau Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan pajak.

17. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir.

18. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (Closing Conference) adalah pembahasan yang dilakukan antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak atas temuan selama pemeriksaan, dan hasil bahasan temuan tersebut baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak.

19. Kertas Kerja Pemeriksaan adalah catatan secara rinci dan jelas yang diselenggarakan oleh Pemeriksa Pajak mengenai prosedur pemeriksaan yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, bukti dan keterangan yang dikumpulkan dan kesimpulan yang diambil sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan.

20. Bukti permulaan adalah keadaan dan/atau bukti-bukti, baik berupa keterangan, tulisan, perbuatan, atau benda-benda yang dapat memberikan petunjuk bahwa suatu tindak pidana sedang atau telah terjadi yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang dapat menimbulkan kerugian pada Negara/Daerah.

21. Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan pajak untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.

Page 6: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

22. Tim Pembahas adalah tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lombok Timur, bertugas untuk membahas perbedaan antara pendapat Wajib Pajak dengan Hasil Pembahasan atas Tanggapan Wajib Pajak oleh Tim Pemeriksa Pajak.

23. Surat Ketetapan Pajak Daerah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang selanjutnya disingkat SKPD PBB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.

24. Surat Tagihan Pajak Daerah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,yang selanjutnya disingkat STPD PBB, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

25. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Surat Tagihan Pajak Daerah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.

26. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

27. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

Page 7: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Bupati ini yaitu: a. tata cara pendataan dan pelaporan Objek Pajak; b. Tata cara penerbitan SPPT, SKPD, SKPDN; c. tata cara pengisian dan penyampaian SPOP, SPPT, SKPD,

SKPDN; d. tata cara pembayaran, penyetoran, angsuran dan penundaan

pembayaran pajak; e. tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan; f. tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi administratif

dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak; g. tata cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak; h. tata cara penghapusan piutang Pajak yang sudah

kadaluwarsa; dan i. tata cara pemeriksaan Pajak.

BAB III TATA CARA PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN

OBJEK PAJAK DAN SUBJEK PAJAK

Bagian kesatu Pendaftaran

Pasal 3

(1) Pendaftaran objek pajak PBB-P2 dilakukan oleh subjek Pajak dengan cara mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP).

(2) SPOP dan LSPOP diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan ke Dinas, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak atau kuasanya.

(3) Formulir SPOP disediakan dan dapat diperoleh di Dinas atau ditempat-tempat lain yang ditunjuk.

Bagian kedua Pendataan

Pasal 4

(1) Pendataan subjek dan objek PBB-P2 dilakukan oleh Dinas dengan menggunakan formulir SPOP dan LSPOP, dengan ketentuan :

Page 8: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

a. setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPOP dan LSPOP; b. SPOP dan LSPOP sebagaimana pada huruf a, harus diisi

dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya disertai dengan lampiran-lampiran yang diperlukan dan disampaikan kepada Dinas;

c. sepanjang tidak ada perubahan data objek pajak, subjek pajak maupun Wajib Pajak maka data SPOP dan LSPOP dapat digunakan untuk penetapan PBB-P2 tahun selanjutnya; dan

d. bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam lampiran I (satu) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan Bupati ini;

(2) Pendataan subjek dan objek PBB-P2 sebagaimana dimaksud dalam ayat dapat dilakukan dengan alternatif : a. penyampaian dan pemantauan pengembalian SPOP,

adalah pendataan yang hanya dilaksanakan pada wilayah desa yang belum mempunyai peta, merupakan wilayah terpencil dan mempunyai potensi PBB-P2 relatif kecil, penyebaran SPOP dilakukan alternatif secara perseorangan berdasarkan sket/ peta blok yang ada kepada wajib pajak atau kuasanya atau secara kolektif melalui aparat desa dengan terlebih dahulu membuat sket / peta blok;

b. identifikasi objek pajak, adalah pendataan yang dilaksanakan pada wilayah desa, sudah mempunyai peta yang dapat menentukan posisi relatif objek pajak dan merupakan hasil pendataan secara lengkap tiga tahun terakhir tetapi belum mempunyai data administrasi PBB-P2;

c. verifikasi data objek pajak, adalah pendataan yang dilakukan pada wilayah desa yang sudah mempunyai peta dan data administrasi PBB-P2 secara lengkap dalam tiga tahun terakhir; dan

d. pengukuran bidang objek pajak, adalah pendataan yang dilakukan pada wilayah desa yang hanya mempunyai sket peta desa dan atau peta tetapi tidak dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif objek pajak.

Pasal 5

(1) Setiap objek pajak diberi NOP. (2) Struktur NOP terdiri dari 18 (delapan belas) digit, dengan

urutan : a. digit ke-1 dan ke-2 merupakan kode propinsi;

Page 9: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

b. digit ke-3 dan ke-4 merupakan kode kabupaten; c. digit ke-5 sampai dengan digit ke-7 merupakan kode

kecamatan; d. digit ke-8 sampai dengan digit ke-10 merupakan kode

kelurahan/ desa; e. digit ke-11 sampai dengan digit ke-13 merupakan kode

nomor urut blok; f. digit ke-14 sampai dengan digit ke-17 merupakan kode

urut objek pajak; dan g. digit ke-18 merupakan kode tanda khusus;

(3) Pemberian NOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 6

(1) Pendataan terhadap mutasi utuh tidak menghilangkan NOP induk.

(2) Pendataan terhadap mutasi pecah, masing-masing penerima pecahan mendapatkan NOP baru, sisa tanah tetap menggunakan NOP lama.

(3) Pendataan terhadap mutasi pecah tanpa ada sisa maka NOP diberikan kepada salah satu penerima mutasi pecah.

(4) Terhadap NOP yang hilang diberikan NOP baru.

Pasal 7

Persyaratan dikeluarkannya NOP : a. melampirkan copy bukti kepemlikan (sertifikat) dan atau

penguasaan atau pemanfaatan; b. surat keterangan kepemilikan, warisan, hibah dan sejenisnya

dari desa/ kelurahan yang diketahui oleh Camat; dan c. mengisi formulir SPOP dan LSPOP disertai tanda tangan Wajib

Pajak atau kuasanya.

Bagian ketiga Penilaian

Pasal 8 (1) Penilaian adalah kegiatan Dinas terhadap Objek PBB-P2

untuk menetapkan NJOP. (2) Kegiatan penilaian dapat dilaksanakan melalui :

a. Penilaian massal, dimana nilai jual objek bumi dihitung berdasarkan nilai indikasi rata-rata yang terdapat pada setiap Zona Nilai Tanah (ZNT) sedangkan NJOP Bangunan dihitung berdasarkan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB); dan/ atau

Page 10: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

b. Penilaian individu diterapkan pada objek umum yang bernilai tinggi atau objek pajak khusus.

(3) Objek Pajak yang dinilai dalam kegiatan penilaian terdiri atas:

a. Objek Pajak standar yaitu Objek Pajak dengan kriteria luas tanah paling banyak 5.000 m2 (lima ribu meter persegi), jumlah lantai bangunan paling banyak 3 dan luas bangunan paling banyak 1.000 m2 (seribu meter persegi);dan

b. Objek Pajak non standar adalah Objek Pajak dengan kriteria luas tanah lebih dari 5.000 m2 (lima ribu meter persegi), jumlah lantai bangunan lebih dari 3 dan luas bangunan lebih dari 1.000 m2 (seribu meter persegi).

(4) Kegiatan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan tiga pendekatan penilaian, meliputi : a. pendekatan data pasar; b. pendekatan biaya; dan/ atau c. pendekatan kapitalisasi pendapatan.

(5) Penilaian dengan pendekatan data pasar dilakukan dengan objek pajak lain yang sejenis yang nilai jualnya sudah diketahui dengan melakukan beberapa penyesuaian.

(6) Penilaian dengan pendekatan biaya dilakukan untuk penilaian bangunan dengan cara memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membangun baru dikurangi dengan penyusutan.

(7) Pendekatan kapitalisasi pendapatan dilakukan pada objek-objek yang menghasilkan (komersil) dengan cara menghitung atau memproyeksikan seluruh pendapatan atau sewa dalam satu tahun terhadap objek pajak dikurangi dengan kekosongan, biaya operasional, dan hak pengusaha.

(8) Pelaksanaan kegiatan teknis penilaian menjadi kewenangan Kepala Dinas.

(9) Dalam melakukan kegiatan pendaftaran, pendataan, dan penilaian Objek dan Subjek Pajak dalam rangka pembentukan dan/atau pemeliharaan basis data, Dinas dapat bekerja sama dengan Kantor Pertanahan, dan/atau instansi lain yang terkait.

(10) Pendataan dan penilaian Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan dalam rangka pembentukan dan/atau pemeliharaan basis data dapat dilakukan oleh pihak ketiga yang memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan dan ditunjuk oleh Dinas.

Page 11: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

BAB IV TATA CARA PENERBITAN SPPT, SKPD, DAN SKPDN

Pasal 9

(1) SPPT diterbitkan pada setiap tahun pajak. (2) Penerbitan SPPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

didasarkan pada SPOP. (3) SPOP disampaikan oleh wajib pajak kepada Bupati melalui

Kepala Dinas paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOP oleh wajib pajak.

(4) Penerbitan SPPT dilakukan oleh Kepala Dinas.

Pasal 10

(1) Penerbitan SPPT dilakukan secara massal atau secara individual.

(2) Penerbitan SPPT secara massal dilaksanakan pada awal tahun pajak untuk semua objek pajak.

(3) Penerbitan SPPT secara individual dilakukan atas permohonan wajib pajak.

Pasal 11

SPPT secara individual dapat berbentuk: a. salinan SPPT; b. SPPT Objek Pajak Baru; c. SPPT Mutasi; atau d. SPPT Pembetulan.

Pasal 12

SPPT bukan merupakan bukti kepemilikan hak atas tanah dan/ atau bangunan.

Pasal 13

Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi, dan petunjuk pengisian SPPT diatur oleh Kepala Dinas.

Pasal 14

Salinan SPPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a diterbitkan apabila SPPT wajib pajak rusak atau hilang.

Pasal 15

(1) SPPT Objek Pajak Baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b diterbitkan apabila dilakukan pendaftaran objek pajak baru yang belum terdaftar pada administrasi Dinas.

Page 12: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(2) Kondisi Objek Pajak belum terdaftar pada administrasi Dinas disebabkan karena: a. adanya perubahan alam; b. adanya perubahan peruntukan objek pajak yang menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat; atau c. adanya perubahan administrasi pemerintahan.

Pasal 16

SPPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) diterbitkan sesuai dengan tahun perolehan hak.

Pasal 17

(1) SPPT mutasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c diterbitkan apabila terdapat perubahan data objek pajak dan/atau subjek pajak.

(2) Perubahan data objek pajak disebabkan adanya pemecahan dan/atau penggabungan objek pajak.

(3) Perubahan data subjek pajak disebabkan adanya peralihan hak antara lain karena waris, jual beli, atau hibah.

Pasal 18

SPPT pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf d diterbitkan apabila terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

Pasal 19

Kepala Dinas atas permohonan wajib pajak dapat menerbitkan Surat Keterangan NJOP apabila SPPT dalam tahun pajak berjalan belum diterbitkan.

Pasal 20

(1) Kepala Dinas atas permohonan wajib pajak dapat membatalkan ketetapan SPPT sebagai akibat dari penerbitan SPPT yang tidak benar.

(2) Penerbitan SPPT yang tidak benar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebabkan antara lain: a. SPPT ganda; b. objek pajak tidak ada; c. objek pajak/subjek pajak yang dinyatakan batal demi

hukum; dan/atau d. penetapan sebagai wajib pajak atas suatu objek pajak

yang belum diketahui wajib pajaknya.

Page 13: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 21 (1) SPPT ditandatangani Kepala Dinas dalam bentuk:

a. tanda tangan basah; b. cap tanda tangan; atau c. cetakan tanda tangan.

(2) Penandatanganan SPPT yang diterbitkan secara massal dilakukan dengan: a. cap tanda tangan atau cetakan tanda tangan untuk

objek pajak dengan ketetapan pajak sampai dengan Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah); dan

b. tanda tangan basah untuk objek pajak dengan ketetapan pajak lebih dari Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah).

(3) Penandatanganan SPPT yang diterbitkan secara individual dapat dilakukan dengan: a. cap tanda tangan atau cetakan tanda tangan untuk

objek pajak dengan ketetapan pajak sampai dengan Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); dan

b. tanda tangan basah untuk objek pajak dengan ketetapan pajak lebih dari Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Pasal 22 (1) SPPT yang diterbitkan disampaikan secara langsung kepada

Wajib Pajak atau dapat melalui petugas tingkat kecamatan, desa/kelurahan, dusun/ lingkungan.

(2) Wajib pajak menandatangani tanda bukti penerimaan SPPT dan mencantumkan tanggal diterimanya SPPT tersebut.

Pasal 23 (1) Tanggal jatuh tempo pembayaran pajak yang terutang

ditentukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya SPPT.

(2) Tanggal jatuh tempo pembayaran pajak yang terutang dituangkan dalam SPPT.

BAB V TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN

SPOP, SPPT, SKPD, DAN SKPDN

Pasal 24

Wajib pajak mengajukan permohonan penerbitan SPPT secara individual, surat keterangan NJOP, dan pembatalan ketetapan SPPT secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas dengan mengisi formulir yang telah disediakan.

Page 14: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 25

Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dilampiri dengan persyaratan administrasi sebagai berikut: a. penerbitan SPPT secara indiviual:

1. salinan SPPT: a) fotokopi identitas pemohon; b) surat kuasa bagi yang diberi kuasa; c) Fotokopi SPPT tahun sebelumnya; d) Surat keterangan SPPT rusak atau hilang dari

Kepala Desa setempat; e) Bukti pembayaran PBB 5 (lima) tahun sebelumnya.

2. SPPT objek pajak baru: a) fotokopi identitas pemohon; b) surat kuasa bagi yang diberi kuasa; c) SPOP yang telah diisi dengan benar, jelas,

lengkap dan ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya;

d) fotokopi bukti kepemilikan hak atas tanah; e) denah lokasi objek pajak yang berbatasan langsung; f) surat keterangan dari pihak yang berwenang mengenai

alasan/penyebab pendaftaran objek pajak baru; g) surat pengantar dari Kepala Desa setempat.

3. SPPT mutasi objek/subjek pajak: a) fotokopi identitas pemohon; b) surat kuasa bagi yang diberi kuasa; c) SPOP yang telah diisi dengan benar, jelas,

lengkap dan ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya;

d) fotokopi SPPT tahun pajak yang bersangkutan dan bukti pelunasan pajak 5 (lima) tahun terakhir;

e) fotokopi bukti kepemilikan hak atas tanah; f) fotokopi dokumen perolehan hak; g) denah lokasi objek pajak yang berbatasan langsung; h) SSPD BPHTB yang sudah divalidasi.

4. SPPT pembetulan: a) fotokopi identitas pemohon; b) surat kuasa bagi yang diberi kuasa; c) SPOP yang telah diisi dengan benar, jelas,

lengkap dan ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya;

d) SPPT asli tahun pajak yang bersangkutan dan bukti pelunasan pajak 5 (lima) tahun terakhir; dan

e) fotokopi bukti kepemilikan hak atas tanah.

Page 15: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

b. surat keterangan NJOP: 1. fotokopi identitas pemohon; 2. surat kuasa bagi yang diberi kuasa; 3. fotokopi bukti kepemilikan hak atas tanah; 4. fotokopi SPPT tahun sebelumnya dan bukti pelunasan

pajak 5 (lima) tahun terakhir.

c. pembatalan ketetapan SPPT: 1. fotokopi identitas pemohon; 2. surat kuasa bagi yang diberi kuasa; 3. SPPT asli tahun yang bersangkutan; 4. surat pengantar dari Kepala Desa setempat.

Pasal 26

(1) Dinas melakukan pemeriksaan berkas permohonan paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal diterimanya berkas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.

(2) Dinas dalam melaksanakan pemeriksaan berkas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan peninjauan ke lokasi dan/atau meminta dokumen penunjang selain yang dipersyaratkan.

(3) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaskud pada ayat (1) digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan Kepala Dinas untuk mengabulkan atau menolak permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.

(4) Keputusan atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan:

a. paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal diterimanya permohonan secara lengkap dan benar bagi permohonan salinan SPPT dan surat keterangan NJOP;

b. paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya permohonan secara lengkap dan benar bagi permohonan pendaftaran objek pajak baru;

c. paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal diterimanya permohonan secara lengkap dan benar bagi permohonan mutasi objek pajak/subjek pajak, dan pembetulan SPPT;

d. paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya permohonan secara lengkap dan benar bagi permohonan pembatalan SPPT.

(5) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah terlampaui dan tidak ada suatu keputusan, maka permohonan dianggap dikabulkan.

Page 16: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 27

(1) Dalam hal Keputusan Kepala Dinas mengabulkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) digunakan sebagai dasar: a. pembenahan/pemutakhiran basis data pajak pada Dinas; b. penerbitan SPPT secara individual.

(2) Keputusan Kepala Dinas mengabulkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) huruf a, diwujudkan dalam bentuk penerbitan salinan SPPT atau surat keterangan NJOP.

(3) Kepala Dinas mengabulkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) huruf b, huruf c, dan huruf d ditetapkan dengan keputusan Kepala Dinas.

Pasal 28 Kepala Dinas dapat menerbitkan SKPD dalam hal-hal sebagai berikut: a. SPOP tidak disampaikan wajib pajak dalam jangka waktu 30

(tiga puluh) hari dan setelah wajib pajak ditegur secara tertulis oleh Kepala Dinas; atau

b. berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak.

Pasal 29 (1) Penerbitan SKPD dalam hal sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 28 huruf a dilaksanakan paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran diterima wajib pajak.

(2) Penerbitan SKPD dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 uruf b didasarkan laporan hasil pemeriksaan kantor atau lapangan yang dilakukan oleh Dinas.

Pasal 30 Penandatanganan SKPD dilakukan oleh Kepala Dinas dengan tanda tangan basah.

Pasal 31 SKPD disampaikan kepada wajib pajak secara langsung atau dapat melalui petugas tingkat kecamatan, desa/kelurahan, dusun/lingkungan.

Pasal 32 (1) Tanggal jatuh tempo pembayaran pajak yang terutang

ditentukan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterbitkan SKPD.

(2) Tanggal jatuh tempo pembayaran pajak yang terutang dituangkan dalam SKPD.

Page 17: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

BAB VI TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN ANGSURAN, DAN

PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK

Bagian Kesatu Pembayaran

Pasal 33

Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.

Pasal 34

(1) Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

(2) Hari libur nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah, termasuk pula hari libur dalam rangka penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Pasal 35

Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dapat dilakukan ke Kas Umum Daerah, melalui Petugas Pemungut, Petugas Penerima Setoran (PPS) PBB Kecamatan, Bendahara Penerimaan Dinas, Petugas Online Payment System (OPS), atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk dengan menggunakan SPPT, SKPD dan STPD.

Pasal 36

(1) Wajib Pajak yang melakukan pembayaran melalui Petugas Pemungut memperoleh Tanda Terima Sementara (TTS) dan pembayaran diangap sah apabila Wajib Pajak telah menerima SSPD sebagai pengganti TTS dari petugas pemungut.;

(2) SSPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) divalidasi/ dicap oleh pejabat yang berwenang, aslinya disertai SPPT dikembalikan ke Wajib Pajak yang bersangkutan.

(3) SSPD dibuat rangkap 4 (empat) yang terdiri dari : a. lembar ke-1 diberikan kepada Wajib Pajak; b. lembar ke-2 dan ke-3 diberikan kepada Kas Umum Daerah; c. lembar ke-4 untuk petugas penerima setoran.

Page 18: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Bagian Kedua Penyetoran

Pasal 37

(1) Petugas Pemungut dalam waktu 1 x 24 jam wajib menyetorkan hasil pungutan PBB-P2 kepada Petugas Penerima Setoran Kecamatan.

(2) Penyetoran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan oleh Petugas Penerima Setoran Kecamatan dilakukan ke Kas Umum Daerah paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterima dari Petugas Pemungut maupun dari Wajib Pajak dengan menggunakan Daftar Penerimaan Harian (DPH).

(3) Apabila waktu penyetoran bertepatan dengan hari libur, maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya.

(4) Bank pemegang Kas Umum Daerah mencatat penerimaan PBB-P2 dalam rekening penerimaan daerah.

(5) Bank pemegang Kas Umum Daerah melaporkan penerimaan PBB-P2 kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas setiap hari Senin pada minggu berikutnya setelah PPS Kecamatan menyetor penerimaan PBB-P2 dengan melampiri SSPD lembar ke-3.

Bagian Ketiga

Angsuran

Pasal 38 (1) Wajib Pajak dapat mengajukan Surat Permohonan Angsuran

Pembayaran secara tertulis untuk mengangsur pembayaran pajak yang masih harus dibayar kepada Bupati melalui Kepala Dinas.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diajukan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah SPPT diterima Wajib Pajak disertai alasan dan jumlah pembayaran yang dimohon untuk diangsur.

(3) Apabila batas waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dipenuhi oleh Wajib Pajak karena keadaan di luar kekuasaannya, permohonan Wajib Pajak masih dapat dipertimbangkan oleh Kepala Dinas sepanjang Wajib Pajak dapat membuktikan kebenaran keadaan di luar kuasanya tersebut.

(4) Bentuk format surat permohonan angsuran pembayaran oleh wajib pajak adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran III dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Page 19: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 39

(1) Atas dasar Surat Permohonan Angsuran dari Wajib Pajak, Kepala Dinas menugaskan Staf terkait untuk melakukan penelitian sebagai bahan pertimbangan disetujui atau tidaknya permohonan angsuran.

(2) Berdasarkan hasil pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas atas nama Bupati menerbitkan Keputusan berupa menerima seluruhnya, sebagian atau penolakan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak berkas permohonan diterima dengan lengkap.

(3) Terhadap utang pajak yang telah diterbitkan Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), tidak dapat lagi diajukan permohonan untuk mengangsur pembayaran.

(4) Wajib Pajak yang masih punya tunggakan utang pajak tahun sebelumnya, tidak dapat mengajukan angsuran pembayaran.

(5) Masa angsuran utang pajak tidak melebihi jangka waktu 12 (dua belas) bulan.

(6) Bentuk format Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran V dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Bagian Keempat

Penundaan Pembayaran

Pasal 40

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan Surat Permohonan Penundaan Pembayaran secara tertulis untuk menunda pembayaran pajak yang masih harus dibayar kepada Bupati melalui Kepala Dinas.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diajukan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah SPPT diterima Wajib Pajak dengan disertai alasan penundaan.

(3) Apabila batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dipenuhi oleh Wajib Pajak karena keadaan di luar kekuasaannya, permohonan Wajib Pajak masih dapat dipertimbangkan oleh Kepala Dinas sepanjang Wajib Pajak dapat membuktikan kebenaran keadaan di luar kekuasaannya tersebut.

(4) Bentuk format permohonan penundaan pembayaran oleh wajib pajak adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Page 20: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 41 (1) Atas dasar Surat Permohonan Penundaan, Kepala Dinas

menugaskan Staf terkait untuk melakukan penelitian sebagai bahan pertimbangan disetujui atau tidaknya permohonan penundaan;

(2) Berdasarkan hasil pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas menerbitkan Keputusan berupa menerima atau penolakan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak berkas permohonan diterima dengan lengkap.

(3) Terhadap utang pajak yang telah diterbitkan Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dapat lagi diajukan permohonan untuk menunda pembayaran.

(4) Wajib Pajak yang masih punya tunggakan utang pajak tahun sebelumnya, tidak dapat mengajukan penundaan pembayaran.

(5) Masa penundaan utang pajak tidak melebihi jangka waktu 12 (dua belas) bulan.

(6) Bentuk format Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran VI dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB VII

TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN

Pasal 42 Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Bupati melalui Kepala Dinas atas: a. SPPT PBB; b. SKPD PBB; dan c. SKPDLB PBB.

Pasal 43 (1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 42 jika: a. wajib pajak berpendapat bahwa luas objek pajak bumi

dan/atau bangunan atau nilai jual objek pajak bumi dan/atau bangunan tidak sebagaimana mestinya; dan/atau

b. terdapat perbedaan penafsiran peraturan perundang-undangan PBB.

(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan secara : a. perorangan atau kolektif untuk SPPT PBB; atau b. perorangan untuk SKPD PBB dan SKPDLB PBB.

Page 21: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 44 (1) Pengajuan keberatan SPPT PBB secara kolektif sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf a dilakukan untuk setiap SPPT PBB yang bernilai sampai dengan Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut: a. asli SPPT PBB, SKPD PBB, SKPDLB PBB yang diajukan

keberatan; dan b. surat keterangan Lurah/ Kepala Desa setempat.

(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT PBB, SKPD PBB, dan SKPDLB PBB, kecuali apabila Wajib Pajak atau kuasanya dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(3) Surat Keberatan yang diajukan harus ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasa yang ditunjuk.

(4) Dalam hal surat keberatan ditandatangani oleh Kuasa yang ditunjuk Wajib Pajak, maka harus dilampiri dengan: a. surat kuasa, untuk Wajib Pajak orang pribadi dengan PBB

yang terutang lebih dari Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);

b. surat kuasa, untuk Wajib Pajak Badan.

Pasal 45 (1) Pengajuan keberatan untuk SPPT PBB secara perorangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf a dilakukan untuk setiap SPPT PBB lebih dari Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

(2) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut :

a. asli SPPT PBB yang diajukan keberatan; b. penghitungan jumlah PBB yang terutang menurut Wajib

Pajak disertai dengan alasan yang mendukung pengajuan keberatannya;

c. fotocopy identitas Wajib Pajak dan fotocopy identitas kuasa Wajib Pajak dalam hal dikuasakan;

d. fotocopy bukti kepemilikan tanah dan sejenisnya; e. fotocopy Izin Mendirikan Bangunan atau surat keterangan

dari Lurah/ Kepala Desa setempat; dan f. fotocopy pembayaran rekening listrik bulan terakhir.

Page 22: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(3) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT PBB, kecuali apabila Wajib Pajak melalui Lurah/ Kepala Desa setempat dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(4) Tanggal Penerimaan surat keberatan yang dijadikan dasar untuk memproses surat keberatan adalah : a. tanggal terima surat keberatan, dalam hal disampaikan

secara langsung oleh Wajib Pajak atau kuasanya kepada Dinas; atau

b. tanggal tanda pengiriman surat keberatan, dalam hal disampaikan melalui pos dengan bukti pengiriman surat.

Pasal 46 (1) Pengajuan keberatan yang tidak memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 atau Pasal 45, dianggap bukan sebagai surat keberatan sehingga tidak dapat dipertimbangkan.

(2) Dalam hal pengajuan keberatan tidak dapat dipertimbangkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wajib Pajak masih dapat mengajukan keberatan kembali sepanjang memenuhi jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) atau Pasal 45 ayat (3).

Pasal 47 Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar PBB yang terutang dan pelaksanaan penagihannya.

Pasal 48 Keputusan atas pengajuan keberatan SPPT PBB, SKPD PBB, dan SKPDLB PBB diberikan oleh : a. Kepala Dinas, dalam hal jumlah PBB yang terutang bernilai

sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah); dan b. Bupati, dalam hal jumlah PBB yang terutang lebih dari

Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 49 (1) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ditetapkan

berdasarkan hasil penelitian pada Dinas dan apabila diperlukan, dapat dilanjutkan dengan penelitian di lapangan.

(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan surat tugas dan hasilnya dituangkan dalam laporan hasil penelitian.

(3) Dalam hal dilakukan penelitian di lapangan, Kepala Dinas terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis mengenai waktu pelaksanaan penelitian di lapangan kepada Wajib Pajak.

Page 23: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(4) Dalam hal kewenangan memberikan keputusan berada pada Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf a, penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas.

Pasal 50

(1) Keputusan Kepala Dinas atas pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf a disertai laporan hasil penelitian keberatan diberikan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya Surat Keberatan.

(2) Kepala Dinas meneruskan berkas pengajuan Keberatan kepada Bupati atas pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf b dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak tanggal diterimanya Surat Keberatan.

Pasal 51

(1) Bupati sesuai kewenangannya dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat keberatan, harus memberikan keputusan atas pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf b.

(2) Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya jumlah PBB yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan Keputusan belum diterbitkan, pengajuan Keberatan dianggap dikabulkan dan diterbitkan Keputusan sesuai dengan pengajuan Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak jangka waktu dimaksud berakhir.

(4) Dalam hal Keputusan keberatan menyebabkan perubahan data dalam SPPT PBB, SKPD PBB, dan SKPDLB PBB, Dinas menerbitkan SPPT PBB, SKPD PBB, SKPDLB PBB baru berdasarkan keputusan Keberatan tanpa mengubah saat jatuh tempo pembayaran.

(5) SPPT PBB, SKPD PBB, SKPDLB PBB baru sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak bisa diajukan Keberatan.

Pasal 52

Bentuk formulir yang digunakan dalam rangka pengajuan dan penyelesaian keberatan PBB ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Dinas.

Page 24: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

BAB VIII TATA CARA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN

SANKSI ADMINISTRATIF DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK

Pasal 53

(1) Bupati karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat mengurangi atau membatalkan SPPT PBB, SKPD PBB atau STPD PBB.

(2) Pengurangan atau pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Wajib Pajak dalam hal penerbitan SPPT PBB, SKPD PBB atau STPD PBB memang tidak benar.

(3) Permohonan pembatalan SPPT PBB, SKPD PBB atau SPTD PBB yang tidak benar sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) diajukan secara perseorangan, kecuali SPPT PBB dapat juga diajukan secara kolektif.

(4) Permohonan pengurangan atau pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. Surat permohonan pengurangan atau pembatalan; b. Fotocopy identitas Wajib Pajak, atau kuasa Wajib Pajak

dalam hal dikuasakan; c. nama dan alamat wajib pajak; d. dokumen pendukung yang dapat menunjukkan bahwa

objek pajak tersebut termasuk objek pajak yang dapat dibatalkan; dan

e. dokumen pendukung lainnya.

Pasal 54

Tanggal penerimaan surat permohonan pengurangan atau pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (3) adalah: a. tanggal terima surat permohonan, dalam hal permohonan

disampaikan langsung oleh Wajib Pajk atau kuasanya kepada petugas Tempat Pelayanan Terpadu atau petugas yang ditunjuk;

b. tanggal tanda pengiriman surat permohonan, dalam hal permohonan disampaikan melalui pos dengan bukti pengiriman surat.

Pasal 55

Bentuk formulir pengurangan atau membatalkan SPPT PBB, SKPD PBB atau STPD PBB ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Dinas.

Page 25: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 56 Kepala Dinas atas nama Bupati berwenang memberikan Keputusan atas permohonan pengurangan atau pembatalan SPPT PBB, SKPD PBB, atau STPD PBB yang tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1).

Pasal 57 (1) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ditetapkan

berdasarkan hasil penelitian di kantor, dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan dengan penelitian di lapangan;

(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) dilakukan berdasarkan surat tugas dan hasilnya dituangkan dalam laporan hasil penelitian;

(3) Dalam hal dilakukan penelitian di lapangan, pejabat serendah-rendahnya setingkat eselon III terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis waktu pelaksanaan penelitian di lapangan kepada Wajib Pajak.

Pasal 58 (1) Kepala Dinas dalam jangka waktu paling lama 6 (enam ) bulan

sejak tanggal penerimaan surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, harus memberi keputusan atas permohonan Wajib Pajak.

(2) Keputusan Kepala Dinas atas permohonan pengurangan atau pembatalan SPPT PBB, SKPD PBB, atau STPD PBB yang tidak benar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa mengabulkan sebagian atau seluruhnya, atau menolak permohonan Wajib Pajak.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan Kepala Dinas tidak memberi suatu keputusan, permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan Kepala Dinas harus menerbitkan keputusan sesuai dengan permohonan Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak jangka waktu dimaksud berakhir.

(4) Atas permintaan tertulis dari Wajib Pajak, Kepala Dinas harus memberikan keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian atau seluruhnya permohonan Wajib Pajak sebagimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 59 (1) Bupati karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak

dapat mengurangi atau menghapuskan Sanksi Administrai yang tercantum dalam SKPD PBB atau STPD PBB.

Page 26: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(2) Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Wajib Pajak dalam hal sanksi administrasi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahan Wajib Pajak.

(3) Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. surat permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi

administrasi; b. fotocopy identitas Wajib Pajak, atau kuasa Wajib Pajak

dalam hal dikuasakan; c. nama dan alamat wajib pajak; d. alasan pengurangan atau penghapusan sanksi

administrasi; dan e. dokumen pendukung lainnya yang dapat menunjukkan

bahwa pengenaan sanksi administrasi bukan karena kesalahan Wajib Pajak.

Pasal 60

Tanggal penerimaan surat permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (3) adalah : a. tanggal terima surat permohonan, dalam hal permohonan

disampaikan langsung oleh Wajib Pajk atau kuasanya kepada petugas Tempat Pelayanan Terpadu atau petugas yang ditunjuk;

b. tanggal tanda pengiriman surat permohonan, dalam hal permohonan disampaikan melalui pos dengan bukti pengiriman surat.

Pasal 61

Ketentuan mengenai bentuk formulir pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi PBB atas SKPD PBB atau STPD PBB ditetapkan oleh Kepala Dinas.

Pasal 62

(1) Kepala Dinas atas nama Bupati dapat memberikan Keputusan atas permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2), dalam hal besarnya sanksi administrasi paling banyak Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

Page 27: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(2) Bupati dapat memberikan Keputusan atas permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2), dalam hal besarnya sanksi administrasi lebih dari Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

Pasal 63

(1) Dalam hal kewenangan memberikan keputusan berada pada Kepala Dinas sebagimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1), Kepala Bidang Pajak dan Bagi Hasil meneruskan berkas permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi yang tercantum dalam SKPD PBB atau STPD PBB kepada Kepala Dinas dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal penerimaan surat permohonan.

(2) Dalam hal kewenangan memberikan keputusan berada pada Bupati sebagimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2), Kepala Dinas meneruskan berkas permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi yang tercantum dalam SKPD PBB atau STPD PBB kepada Bupati dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal penerimaan surat permohonan.

Pasal 64

(1) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ditetapkan berdasarkan hasil penelitian di kantor, dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan dengan penelitian di lapangan.

(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan surat tugas dan hasilnya dituangkan dalam laporan hasil penelitian.

(3) Dalam hal dilakukan penelitian di lapangan, pejabat serendah-rendahnya setingkat Eselon III terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis waktu pelaksanaan penelitian di lapangan kepada Wajib Pajak.

Pasal 65

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam ) bulan sejak tanggal penerimaan surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, harus memberi Keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi.

(2) Keputusan Bupati atas permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi yang tercantum dalam SKPD PBB atau STPD PBB sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), dapat berupa mengabulkan sebagian atau seluruhnya, atau menolak permohonan Wajib Pajak.

Page 28: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan Bupati tidak memberikan suatu Keputusan, permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan Bupati harus menerbitkan Keputusan sesuai dengan permohonan Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak jangka waktu dimaksud berakhir.

(4) Atas permintaan tertulis dari Wajib Pajak, Bupati harus memberikan keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian atau seluruhnya permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

BAB IX TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN

PEMBAYARAN PAJAK

Pasal 66

Kelebihan pembayaran PBB terjadi apabila: a. PBB yang dibayar ternyata lebih besar dari yang seharusnya

terutang; dan b. dilakukan pembayaran PBB yang tidak seharusnya terutang.

Pasal 67

(1) Untuk memperoleh pengembalian kelebihan pembayaran PBB, Wajib Pajak mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas dalam Bahasa Indonesia disertai alasan yang jelas dengan mencantumkan besarnya pengembalian yang dimohon.

(2) Tanda terima surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diberikan oleh Dinas atau Pejabat yang ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman surat permohonan melalui pos tercatat, menjadi tanda bukti penerimaan surat permohonan.

Pasal 68

(1) Kelebihan pembayaran PBB diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang pajak.

(2) Atas dasar persetujuan Wajib Pajak yang berhak atas kelebihan pembayaran PBB, kelebihan tersebut dapat diperhitungkan dengan pajak yang akan terutang atau dengan utang pajak atas nama Wajib Pajak lain.

(3) Perhitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan pemindahbukuan.

Page 29: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 69

(1) Berdasarkan hasil penelitian atau pemeriksaan terhadap surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67, maka dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya surat permohonan secara lengkap, Kepala Dinas atas nama Bupati menerbitkan :

a. SKPDLB PBB, apabila jumlah PBB yang dibayar ternyata lebih besar dari yang seharusnya terutang;

b. Surat Pemberitahuan, apabila jumlah PBB sama dengan jumlah PBB yang seharusnya terutang;

c. SKPD PBB, apabila jumlah PBB yang dibayar ternyata kurang dari jumlah PBB yang seharusnya terutang.

(2) Apabila setelah jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Dinas atas nama Bupati tidak memberikan Keputusan, mak a dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak berakhirnya jangka waktu tersebut, Kepala Dinas atas nama Bupati menerbitkan SKPDLB PBB.

Pasal 70

(1) Kelebihan pembayaran PBB yang masih tersisa dikembalikan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya SKP DL B PBB hasil pemeriksaan Dinas atas nama Bupati.

(2) SKPDLB dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan peruntukan sebagai berikut : a. lembar ke-1 untuk Wajib Pajak yang bersangkutan; b. lembar ke-2 untuk Bidang Perbendaharaan; dan c. lembar ke-3 untuk Arsip.

(3) Kepala Dinas atas nama Bupati wajib menerbitkan SP2D paling lama 5 (lima) hari kerja sejak SKPDLB diterima.

(4) Bentuk SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Dinas.

(5) Jika pengembalian kelebihan pembayaran dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas keterlambatan pengembalian.

Pasal 71

(1) Bidang perbendaharaan setelah menerima lembar ke-2 SKPDLB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (2) huruf b, selanjutnya membuat SP2D.

Page 30: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(2) SP2D dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan peruntukan sebagai berikut : a. lembar ke-1 untuk Kas Umum Daerah; b. lembar ke-2 untuk bidang yang menerbitkan SKPDLB; dan c. lembar ke-3 untuk Arsip.

(3) Kas Umum Daerah melakukan pengurangan penerimaan PBB tahun berjalan untuk dikembalikan ke Wajib Pajak dengan pemindahbukuan.

BAB X TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK

YANG SUDAH KADALUWARSA

Pasal 72

(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah.

(2) Kedaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila: a. diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa; atau b. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung

maupun tidak langsung. (3) Dalam hal diterbitkannya Surat Teguran dan Surat Paksa

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa.

(4) Pengakuan utang Pajak secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Pajak.

Pasal 73

(1) Bupati dapat menghapuskan Piutang Pajak Daerah dikarenakan tidak bisa tertagih dan sudah kedaluwarsa.

(2) Penghapusan Piutang Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Bupati berdasarkan permohonan penghapusan piutang pajak oleh Kepala Dinas.

(3) Permohonan penghapusan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat:

Page 31: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

a. nama dan alamat wajib pajak; b. jumlah piutang pajak; c. tahun pajak; d. alasan penghapusan piutang pajak .

(4) Piutang Pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. SPPT PBB; b. SKPD PBB; c. STPD PBB; d. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan

dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah; atau

e. Obyek pajak yang berdasarkan penelitian tidak termasuk kriteria Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

(5) Piutang Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang menurut data tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi disebabkan karena: a. wajib pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat

ditemukan atau meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan;

b. wajib pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi;

c. tidak ditemukan alamat pemiliknya karena objek pajak sudah tutup dan alih manajemen;

d. hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa; atau e. wajib pajak tidak dapat ditagih lagi karena sebab lain,

seperti wajib pajak yang tidak dapat ditemukan lagi atau dokumen-dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak lengkap atau tidak dapat ditelusuri lagi disebabkan keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam, kebakaran dan lain sebagainya; dan

f. sebab lain sesuai hasil penelitian. (6) Piutang pajak Wajib Pajak Badan yang menurut data

tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi disebabkan karena: a. Wajib Pajak bubar, likuidasi atau pailit dan pengurus,

direksi, komisaris, pemegang saham, pemilik modal atau pihak lain yang dibebani untuk melakukan pemberesan atau likuidator atau kurator tidak dapat ditemukan;

b. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak memiliki harta kekayaan lagi;

Page 32: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

c. penagihan pajak secara aktif telah dilaksanakan dengan penyampaian Salinan Surat Paksa kepada pengurus, direksi, likuidator, kurator, pengadilan negeri, pengadilan niaga, baik secara langsung maupun dengan menempelkan pada papan pengumuman atau media massa;

d. hak untuk melakukan penagihan pajak sudah kedaluwarsa; atau

e. sebab lain sesuai hasil penelitian.

Pasal 74

Untuk memastikan keadaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73, wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi oleh Dinas yang hasilnya dilaporkan dalam Laporan Hasil Penelitian.

(1) Laporan Hasil Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus menggambarkan keadaan Wajib Pajak atau piutang pajak yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi dan diusulkan untuk dihapus.

Pasal 75

Piutang pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 hanya dapat diusulkan untuk dihapus setelah adanya Laporan Hasil Penelitian.

Pasal 76

(1) Dinas menyusun daftar usulan penghapusan piutang pajak berdasarkan Laporan Hasil Penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 setiap akhir tahun takwin.

(2) Daftar usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Dinas setiap awal tahun berikutnya.

(3) Kepala Dinas menyampaikan daftar usulan yang telah diteliti kepada Bupati.

Pasal 77 (1) Formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan usulan

penghapusan piutang pajak adalah daftar rekapitulasi piutang pajak yang diperkirakan tidak dapat atau tidak mungkin lagi untuk dilakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi tentang kedaluwarsa penagihan pajak.

(2) Buku yang dipergunakan untuk pelaksanaan usulan penghapusan piutang pajak adalah buku register usulan penghapusan piutang pajak.

(3) Bentuk formulir dan buku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Dinas.

Page 33: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 78 (1) Berdasarkan permohonan penghapusan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 73 ayat (5) dan ayat (6), dengan persetujuan Bupati, Kepala Dinas menetapkan penghapusan piutang pajak yang besarannya sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Penghapusan piutang pajak Wajib Pajak Badan sebagaimana dalam Pasal 73 ayat (6) yang besarannya lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) ditetapkan oleh Bupati.

BAB XI TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK

Pasal 79

(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

(2) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh Kepala Dinas.

Pasal 80

(1) Tujuan Pemeriksaan adalah untuk: a. menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib Pajak; dan

b. tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat dilakukan dalam hal Wajib Pajak: a. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan

lebih bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak;

b. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi;

c. tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak tetapi melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat Teguran;

d. melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; atau

Page 34: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

e. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis risiko (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka: a. Wajib Pajak mengajukan keberatan; b. pengumpulan bahan guna penyusunan Norma

Penghitungan Penghasilan Neto; c. pencocokan data dan/atau alat keterangan; d. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil; e. pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak; f. penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang

jangka waktu kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan; dan/atau

g. memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.

Pasal 81

(1) Ruang lingkup Pemeriksaan terdiri dari: a. pemeriksaan lapangan yang dilakukan di tempat Wajib

Pajak; b. pemeriksaan kantor yang dilakukan di Dinas.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat dilaksanakan dengan Pemeriksaan Lengkap atau Pemeriksaan Sederhana Lapangan.

(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dilaksanakan dengan Pemeriksaan Sederhana Kantor atau Pemeriksaan dengan korespondensi.

(4) Apabila dalam pelaksanaan Pemeriksaan Kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditemukan indikasi transaksi yang mengandung unsur transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan, maka pelaksanaan Pemeriksaan Kantor diubah menjadi Pemeriksaan Lapangan.

Pasal 82

(1) Pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) huruf a, dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor atau Pemeriksaan Lapangan.

(2) Pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan.

Page 35: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(3) Dalam hal tertentu, Pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, dapat dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor.

Pasal 83 (1) Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling

lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

(2) Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

(3) Apabila dalam Pemeriksaan Lapangan ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan yang memerlukan pengujian yang lebih mendalam serta memerlukan waktu yang lebih lama, Pemeriksaan Lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun.

(4) Dalam hal Pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (2) huruf a, jangka waktu pemeriksaan harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Pasal 84 (1) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 79 harus dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan.

(2) Standar Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi standar umum, standar pelaksanaan Pemeriksaan, dan standar pelaporan hasil Pemeriksaan.

Pasal 85 (1) Standar umum Pemeriksaan merupakan standar yang bersifat

pribadi dan berkaitan dengan persyaratan Pemeriksa Pajak dan mutu pekerjaannya.

(2) Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang : a. telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang

cukup serta memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak, dan menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama;

Page 36: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

b. jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara; dan

c. taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk taat terhadap batasan waktu yang ditetapkan.

(3) Dalam hal diperlukan, Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dari Dinas yang ditunjuk oleh Bupati.

Pasal 86

Pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan Pemeriksaan, yaitu : a. pelaksanaan Pemeriksaan harus didahului dengan persiapan

yang baik, sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang seksama;

b. luas Pemeriksaan (audit scope) ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh yang harus dikembangkan melalui pencocokan data, pengamatan, permintaan keterangan, konfirmasi, teknik sampling, dan pengujian lainnya berkenaan dengan Pemeriksaan;

c. temuan Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

d. pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari seorang supervisor, seorang ketua tim serta seorang atau lebih anggota tim;

e. tim Pemeriksa Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf d dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu yang bukan merupakan Pemeriksa Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (2), baik yang berasal dari Dinas maupun yang berasal dari instansi di luar Dinas yang telah ditunjuk oleh Bupati sebagai tenaga ahli seperti penerjemah bahasa, ahli di bidang teknologi informasi, dan pengacara;

f. apabila diperlukan, Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain;

g. pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Dinas, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, tempat tinggal Wajib Pajak, atau ditempat lain yang dianggap perlu oleh pemeriksa Pajak;

h. pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam kerja;

Page 37: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

i. pelaksanaan Pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan;

j. laporan Hasil Pemeriksaan digunakan sebagai dasar penerbitan surat ketetapan pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak.

Pasal 87

Kegiatan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 huruf i dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Kertas Kerja Pemeriksaan wajib disusun oleh Pemeriksa Pajak

dan berfungsi sebagai : 1) bukti bahwa Pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai

standar pelaksanaan Pemeriksaan; 2) bahan dalam melakukan Pembahasan Akhir Hasil

Pemeriksaan dengan Wajib Pajak mengenai temuan Pemeriksaan;

3) dasar pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan; 4) sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan

atau banding yang diajukan oleh Wajib Pajak; dan 5) referensi untuk Pemeriksaan berikutnya.

b. Kertas Kerja Pemeriksaan harus memberikan gambaran mengenai: 1) prosedur Pemeriksaan yang dilaksanakan; 2) data, keterangan, dan/atau bukti yang diperoleh; 3) pengujian yang telah dilakukan; dan 4) simpulan dan hal-hal lain yang dianggap perlu yang

berkaitan dengan Pemeriksaan.

Pasal 88

Kegiatan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilaporkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan yang disusun sesuai standar pelaporan hasil Pemeriksaan yaitu : a. laporan Hasil Pemeriksaan disusun secara ringkas dan jelas,

memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat kesimpulan Pemeriksa Pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan Pemeriksaan.

Page 38: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

b. laporan Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan antara lain mengenai: 1) penugasan Pemeriksaan; 2) identitas Wajib Pajak; 3) pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak; 4) pemenuhan kewajiban perpajakan; 5) data/informasi yang tersedia; 6) buku dan dokumen yang dipinjam; 7) materi yang diperiksa; 8) uraian hasil Pemeriksaan; 9) ikhtisar hasil Pemeriksaan; 10) penghitungan pajak terutang; dan 11) simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.

Pasal 89

(1) Dalam hal Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksa Pajak wajib : a. menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tentang akan

dilakukan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak; b. memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan

Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu melakukan Pemeriksaan;

c. menjelaskan alasan dan tujuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;

d. memperlihatkan Surat Tugas kepada Wajib Pajak apabila susunan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;

e. menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;

f. memberikan hak hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam batas waktu yang telah ditentukan;

g. melakukan pembinaan kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

h. mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan; dan

i. merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak, segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan.

Page 39: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(2) Dalam hal Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak wajib : a. memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan

Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu Pemeriksaan;

b. menjelaskan alasan dan tujuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa;

c. memperlihatkan Surat Tugas kepada Wajib Pajak apabila susunan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;

d. memberitahukan secara tertulis hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;

e. melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan apabila Wajib Pajak hadir dalam batas waktu yang telah ditentukan;

f. memberi petunjuk kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya agar pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;

g. mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan;dan

h. merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan.

Pasal 90

(1) Dalam hal Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksa Pajak berwenang: a. melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen

yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;

b. mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;

c. memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang dan/atau barang yang

Page 40: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;

d. meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa : 1) menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya

Wajib Pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;

2) memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak;dan/atau

3) menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Dinas.

e. melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak;

f. meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak;dan

g. meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari Pihak Ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui Kepala Dinas.

(2) Dalam hal Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak berwenang: a. memanggil Wajib Pajak untuk datang ke kantor Dinas

dengan menggunakan surat panggilan; b. melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen

yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;

c. meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;

d. meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak;

e. meminjam kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik melalui Wajib Pajak;dan

f. meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari Pihak Ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui Kepala Dinas.

Page 41: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 91

(1) Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak : a. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan

Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;

b. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;

c. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;

d. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;

e. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; f. menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam

jangka waktu yang telah ditentukan; g. mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan

oleh Tim Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan

h. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir kuesioner Pemeriksaan.

(2) Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak: a. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan

Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;

b. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;

c. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan Pemeriksa Pajak mengalami pergantian;

d. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; e. menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam

jangka waktu yang telah ditentukan; f. mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan

oleh Tim Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;dan

Page 42: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

g. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.

Pasal 92

(1) Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib : a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau

catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;

b. memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;

c. memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak atau objek yang terutang pajak serta meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak;

d. memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa : 1) menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya

Wajib Pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;

2) memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan/atau

3) menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Dinas.

e. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;dan

f. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Page 43: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(2) Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak wajib: a. memenuhi panggilan untuk datang menghadiri

Pemeriksaan sesuai dengan waktu yang ditentukan; b. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau

catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;

c. memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan; d. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat

Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; e. meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh

Akuntan Publik; dan f. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang

diperlukan. Pasal 93

Untuk keperluan pelaksanaan pemeriksaan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak, Pemeriksa Pajak dapat meminjam dokumen yang diperlukan kepada Wajib Pajak.

Pasal 94 (1) Dalam hal Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

81 dilaksanakan dengan Pemeriksaan Lapangan, maka : a. buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola

secara elektronik serta keterangan lain yang diperlukan dan diperoleh/ditemukan pada saat pelaksanaan pemeriksaan ditempat Wajib Pajak, dipinjam pada saat itu juga dan Pemeriksa Pajak membuat bukti peminjaman.

b. dalam hal buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diperlukan dan belum diperoleh/ditemukan pada saat pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a, Pemeriksa Pajak membuat surat permintaan peminjaman.

c. buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain sebagaimana dimaksud pada huruf b, wajib diserahkan kepada Pemeriksa Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak surat permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen disampaikan kepada Wajib Pajak.

Page 44: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(2) Dalam hal Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 dilaksanakan dengan Pemeriksaan Kantor, maka: a. buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola

secara elektronik serta keterangan lain yang diperlukan oleh Pemeriksa Pajak, harus dicantumkan pada surat panggilan.

b. buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain sebagaimana dimaksud pada huruf a, wajib dipinjamkan pada saat Wajib Pajak memenuhi panggilan dan Pemeriksa Pajak membuat bukti peminjaman.

c. dalam hal buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diperlukan belum dipinjamkan pada saat Wajib Pajak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud pada huruf b, Pemeriksa Pajak membuat surat permintaan peminjaman.

d. buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain sebagaimana dimaksud pada huruf c, wajib diserahkan kepada Pemeriksa Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak surat panggilan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang memuat permintaan peminjaman diterima oleh Wajib Pajak.

(3) Dalam hal buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain belum dipenuhi dan jangka waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c atau ayat (2) huruf d belum terlampaui, Pemeriksa Pajak dapat menyampaikan peringatan secara tertulis paling banyak 2 (dua) kali.

Pasal 95 (1) Setiap penyerahan buku, catatan, dokumen, termasuk data

yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain dari Wajib Pajak, Pemeriksa Pajak harus membuat bukti peminjaman.

(2) Dalam hal buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam berupa fotocopy dan/atau data yang dikelola secara elektronik, Wajib Pajak yang diperiksa harus membuat surat pernyataan bahwa fotocopy dan/atau data yang dikelola secara elektronik yang dipinjamkan kepada Pemeriksa Pajak adalah sesuai dengan aslinya.

Page 45: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(3) Dalam hal jangka waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (1) huruf c atau ayat (2) huruf d terlampaui dan surat permintaan peminjaman tidak dipenuhi sebagian atau seluruhnya, Pemeriksa Pajak harus membuat berita acara mengenai hal tersebut.

(4) Dalam hal buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain perlu dilindungi kerahasiannya, Wajib Pajak dapat mengajukan permintaan agar pelaksanaan Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat Wajib Pajak dengan menyediakan ruangan khusus.

Pasal 96

(1) Dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak tidak memenuhi sebagian atau seluruh permintaan peminjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (3) sehingga besarnya penghasilan kena pajak tidak dapat dihitung, Pemeriksa Pajak dapat menghitung penghasilan kena pajak secara jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(2) Dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak Badan, dan Wajib Pajak tidak memenuhi sebagian atau seluruh permintaan peminjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 ayat (3) sehingga besarnya penghasilan kena pajak tidak dapat dihitung, Pemeriksa Pajak mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Pasal 97

(1) Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan, Wajib Pajak harus menandatangani surat pernyataan penolakan Pemeriksaan.

(2) Dalam hal Wajib Pajak menolak menandatangani surat pernyataan penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemeriksa Pajak membuat berita acara penolakan Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak.

(3) Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi panggilan Pemeriksa Pajak dalam rangka Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak membuat berita acara tidak dipenuhinya panggilan Pemeriksaan oleh Wajib Pajak.

Page 46: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(4) Apabila pada saat dilakukan Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak tidak ada di tempat, maka :

a. pemeriksaan tetap dapat dilaksanakan sepanjang ada pihak yang dapat dan mempunyai kewenangan untuk mewakili Wajib Pajak, terbatas untuk hal yang ada dalam kewenangannya, dan selanjutnya pemeriksaan ditunda untuk dilanjutkan pada kesempatan berikutnya;

b. guna keperluan pengamanan pemeriksaan, sebelum dilakukan penundaan Pemeriksaan Lapangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, Pemeriksa Pajak dapat melakukan penyegelan;

c. apabila pada saat Pemeriksaan Lapangan dilanjutkan setelah dilakukan penundaan sebagaimana dimaksud pada huruf a, Wajib Pajak tetap tidak ada di tempat, pemeriksaan tetap dilaksanakan dengan terlebih dahulu meminta pegawai Wajib Pajak yang bersangkutan untuk mewakili Wajib Pajak guna membantu kelancaran Pemeriksaan;

d. dalam hal pegawai Wajib Pajak yang diminta mewakili Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf c menolak untuk membantu kelancaran Pemeriksaan, pegawai Wajib Pajak tersebut harus menandatangani surat pernyataan penolakan membantu kelancaran pemeriksaan;

e. dalam hal pegawai Wajib Pajak menolak untuk menandatangani surat pernyataan penolakan membantu kelancaran pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf d, Pemeriksa Pajak membuat berita acara penolakan membantu kelancaran pemeriksaan yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak.

(5) Surat pernyataan penolakan pemeriksaan, berita acara penolakan Pemeriksaan, berita acara tidak dipenuhinya panggilan Pemeriksaan, surat pernyataan penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan, dan berita acara penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) huruf d dan huruf e, dapat dijadikan dasar untuk penetapan pajak secara jabatan atau diusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Page 47: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 98

Pemeriksa Pajak berwenang melakukan penyegelan dalam hal Wajib Pajak :

a. tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan/atau

b. tidak memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan yang antara lain berupa tidak memberikan kesempatan untuk mengakses data yang dikelola secara elektronik dan/atau membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak.

Pasal 99

(1) Untuk memperoleh penjelasan yang lebih rinci, Pemeriksa Pajak melalui Kepala Dinas dapat memanggil Wajib Pajak.

(2) Penjelasan Wajib Pajak yang diberikan kepada Pemeriksa Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam berita acara pemberian keterangan Wajib Pajak.

Pasal 100

(1) Pemeriksa Pajak melalui Kepala Dinas, dapat meminta keterangan dan/atau bukti yang berkaitan dengan Pemeriksaan yang sedang dilakukan terhadap Wajib Pajak kepada pihak ketiga secara tertulis.

(2) Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keterangan paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya surat permintaan keterangan atau bukti atau surat izin dari pihak yang berwenang.

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dipenuhi oleh pihak ketiga, Pemeriksa Pajak segera menyampaikan Surat Peringatan pertama.

(4) Apabila Surat Peringatan pertama tidak dipenuhi oleh pihak ketiga, Pemeriksa Pajak segera menyampaikan Surat Peringatan kedua.

(5) Apabila Surat Peringatan kedua tidak juga dipenuhi oleh pihak ketiga, Pemeriksa Pajak segera membuat berita acara tidak dipenuhinya permintaan keterangan atau bukti dari pihak ketiga.

Page 48: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 101

(1) Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak dengan memberikan hak kepada Wajib Pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir.

(2) Pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilakukan apabila Pemeriksaan dilanjutkan dengan Pemeriksaan Bukti Permulaan.

(3) Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta lampirannya disampaikan oleh Pemeriksa Pajak melalui Kurir, Faksimili, Pos, atau jasa pengiriman lainnya.

(4) Wajib Pajak wajib memberikan tanggapan tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan berhak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan paling lama : a. 3 (tiga) hari kerja sejak Surat Pemberitahuan Hasil

Pemeriksaan diterima oleh Wajib Pajak untuk Pemeriksaan Kantor; dan

b. 7 (tujuh) hari kerja sejak Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan diterima oleh Wajib Pajak untuk Pemeriksaan Lapangan.

Pasal 102

(1) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (4) Wajib Pajak menyampaikan surat tanggapan hasil Pemeriksaan yang berisi tentang persetujuan atas seluruh hasil Pemeriksaan dan hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak menggunakan tanggapan tersebut sebagai dasar untuk membuat risalah pembahasan dan berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, yang ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak.

(2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (4) Wajib Pajak menyampaikan surat tanggapan hasil Pemeriksaan yang berisi tentang persetujuan atas seluruh hasil Pemeriksaan namun tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak menggunakan surat tanggapan tersebut sebagai dasar untuk membuat risalah pembahasan dan berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak.

Page 49: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (4) Wajib Pajak menyampaikan surat tanggapan hasil Pemeriksaan yang berisi tentang ketidaksetujuan atas sebagian atau seluruh hasil Pemeriksaan dan hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak menggunakan surat tanggapan tersebut sebagai dasar untuk melakukan pembahasan akhir denganWajib Pajak dan hasil pembahasannya dituangkan dalam risalah pembahasan dan berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, yang ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak.

(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (4) Wajib Pajak menyampaikan surat tanggapan hasil Pemeriksaan yang berisi tentang ketidaksetujuan atas sebagian atau seluruh hasil Pemeriksaan namun tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak menggunakan surat tanggapan tersebut sebagai dasar untuk membuat risalah pembahasan dan berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak.

(5) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (4) Wajib Pajak tidak menyampaikan surat tanggapan hasil Pemeriksaan dan tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak.

(6) Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan Pemeriksa Pajak telah membuat dan menandatangani berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (4), atau ayat (5), Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dianggap telah dilaksanakan.

(7) Dalam hal Wajib Pajak menolak menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (3), Pemeriksa Pajak membuat catatan tentang penolakan tersebut dalam berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.

(8) Dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Wajib Pajak dapat mengajukan permintaan agar perbedaan tersebut dibahas lebih dahulu oleh Tim Pembahas.

(9) Hasil pembahasan oleh Tim Pembahas sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dituangkan dalam risalah Tim Pembahas yang merupakan bagian dari Kertas Kerja Pemeriksaan.

Page 50: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(10) Jangka Waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor harus diselesaikan paling lama 3 (tiga) minggu.

(11) Jangka Waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan harus diselesaikan paling lama 1 (satu) bulan.

Pasal 103

(1) Risalah pembahasan dan berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Hasil Pemeriksaan.

(2) Pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak dihitung sesuai dengan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, kecuali: a. Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan

akhir tetapi menyampaikan tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (2) atau ayat (4), pajak yang terutang dihitung berdasarkan hasil Pemeriksaan yang telah diberitahukan kepada Wajib Pajak dengan memperhatikan tanggapan tertulis dari Wajib Pajak;

b. Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan akhir dan tidak menyampaikan tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (5), pajak yang terutang dihitung berdasarkan hasil Pemeriksaan yang telah diberitahukan kepada Wajib Pajak.

Pasal 104

(1) Hasil Pemeriksaan atau surat ketetapan pajak dari hasil Pemeriksaan dilaksanakan tanpa: a. Penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;

atau b. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dapat dibatalkan

secara jabatan atau berdasarkan permohonan Wajib Pajak oleh Bupati.

(2) Dalam hal dilakukan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), proses Pemeriksaan harus dilanjutkan dengan melaksanakan prosedur penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan/atau Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.

Page 51: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(3) Dalam hal pembatalan dilakukan karena Pemeriksaan dilaksanakan tanpa penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan, berdasarkan surat keputusan pembatalan hasil Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak melanjutkan Pemeriksaan dengan memberitahukan hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak dan melakukan pembahasan akhir dengan prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 dan Pasal 102.

Pasal 105

(1) Meskipun telah dilakukan Pemeriksaan dan Bupati belum menerbitkan surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan Pemeriksaan tetap dilanjutkan.

(2) Pengungkapan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya dapat dilakukan sebelum Pemeriksa Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan.

(3) Pengungkapan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh Pemeriksa Pajak diperlakukan sebagai tambahan informasi atau data dan menjadi bahan pertimbangan bagi Pemeriksa Pajak sebelum menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak.

Pasal 106 (1) Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan dapat diusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan apabila: a. pada saat pelaksanaan Pemeriksaan ditemukan adanya

indikasi tindak pidana di bidang perpajakan; b. pada saat Wajib Pajak Badan diperiksa memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (5); atau

c. Wajib Pajak menolak untuk dilakukan Pemeriksaan, tidak memenuhi panggilan Pemeriksaan Kantor, menolak membantu kelancaran Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97.

(2) Dalam hal Pemeriksaan yang dilakukan merupakan Pemeriksaan Lapangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (2), usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Page 52: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(3) Dalam hal usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui, pelaksanaan Pemeriksaan dihentikan dengan membuat Laporan Hasil Pemeriksaan sumir, kecuali usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan terkait dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, penyelesaian Pemeriksaan ditangguhkan sampai dengan:

a. pemeriksaan bukti permulaan diselesaikan dan tidak dilanjutkan dengan penyidikan;

b. penyidikan dihentikan dan tidak dilakukan penuntutan; c. diterimanya putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap yang menyatakan Wajib Pajak bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum.

Pasal 107

(1) Pemeriksaan yang ditangguhkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) dilanjutkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, apabila:

a. pemeriksaan bukti permulaan tidak dilanjutkan dengan penyidikan;

b. penyidikan dihentikan karena tidak dilakukan penuntutan

c. diterima putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang menyatakan Wajib Pajak bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum.

(2) Dalam hal Pemeriksaan dilanjutkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jangka waktu Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan.

Pasal 108

(1) Pemeriksaan Ulang hanya dapat dilakukan berdasarkan instruksi atau persetujuan Bupati.

(2) lnstruksi atau persetujuan Bupati untuk melaksanakan Pemeriksaan Ulang dapat diberikan : a. apabila terdapat data baru yang semula belum terungkap;

atau b. berdasarkan pertimbangan Kepala Dinas.

(3) Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan harus didahului dengan Pemeriksaan Ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal sebelumnya terhadap kewajiban perpajakan yang sama telah diterbitkan surat ketetapan pajak berdasarkan hasil Pemeriksaan.

Page 53: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 109

(1) Ruang lingkup Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat meliputi penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan.

(2) Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dilakukan dengan kriteria antara lain sebagai berikut: a. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan; b. penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak; c. pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha

Kena Pajak; d. wajib Pajak mengajukan keberatan; e. pengumpulan bahan guna penyusunan Norma

Penghitungan Penghasilan Neto; f. pencocokan data dan/atau alat keterangan; g. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil; h. penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak

Pertambahan Nilai; i. pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak; j. penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang

jangka waktu kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan; dan/atau

k. memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.

Pasal 110

(1) Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 dapat dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor atau Pemeriksaan Lapangan.

(2) Jangka waktu Pemeriksaan Kantor terkait dengan Pemeriksaan untuk tujuan lain adalah paling lama 7 (tujuh) hari dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 14 (empat belas) hari yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

(3) Jangka waktu Pemeriksaan Lapangan terkait dengan Pemeriksaan untuk tujuan lain adalah paling lama 2 (dua) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 4 (empat) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

Page 54: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

(4) Dalam hal Pemeriksaan untuk tujuan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 ayat (2) huruf b dilakukan berdasarkan permohonan Wajib Pajak, jangka waktu Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau ayat (3) harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

(5) Dalam hal Pemeriksaan untuk tujuan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 ayat (2) huruf c dilakukan berdasarkan permohonan Pengusaha Kena Pajak, jangka waktu Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau ayat (3) harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Pasal 111

(1) Pemeriksaan untuk tujuan lain harus dilaksanakan sesuai dengan standar Pemeriksaan.

(2) Standar Pemeriksaan untuk tujuan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi standar umum, standar pelaksanaan Pemeriksaan, dan standar pelaporan hasil Pemeriksaan.

Pasal 112

Pemeriksa Pajak yang melaksanakan Pemeriksaan untuk tujuan lain juga harus memenuhi standar umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1) dan ayat (2).

Pasal 113

Pelaksanaan pemeriksaan untuk tujuan lain harus dilakukan sesuai dengan standar pelaksanaan pemeriksaan, yaitu: a. pelaksanaan Pemeriksaan harus didahului dengan persiapan

yang baik, sesuai dengan tujuan Pemeriksaan dan mendapat pengawasan yang seksama;

b. luas Pemeriksaan disesuaikan dengan kriteria dilakukannya Pemeriksaan untuk tujuan lain;

c. pemeriksaan dilakukan oleh tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari seorang supervisor, seorang ketua tim, dan seorang atau lebih anggota tim;

d. pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Dinas, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, tempat tinggal Wajib Pajak, atau di tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak;

e. pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam kerja;

Page 55: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

f. pelakasanaan Pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan; dan

g. laporan Hasil Pemeriksaan untuk tujuan lain digunakan sebagai dasar penerbitan surat keputusan atau sebagai bahan masukan untuk pembuatan keputusan.

Pasal 114

Kegiatan Pemeriksaan untuk tujuan lain harus didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 huruf i dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. kertas kerja pemeriksaan wajib disusun oleh Pemeriksa Pajak

dan berfungsi sebagai: 1) bukti bahwa Pemeriksa Pajak telah melaksanakan

Pemeriksaan berdasarkan standar Pemeriksaan; dan 2) dasar pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan;

b. kertas kerja pemeriksaan harus memberikan gambaran mengenai: 1) data, keterangan, dan/ atau bukti yang diperoleh; 2) prosedur Pemeriksaan yang dilaksanakan; dan 3) simpulan dan hal-hal lain yang dianggap perlu yang

berkaitan dengan Pemeriksaan.

Pasal 115

Kegiatan pemeriksaan untuk tujuan lain harus dilaporkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan yang disusun sesuai standar pelaporan hasil Pemeriksaan, yaitu: a. laporan hasil pemeriksaan disusun secara ringkas dan jelas,

memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat simpulan Pemeriksa Pajak dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait;

b. laporan hasil pemeriksaan untuk tujuan lain antara lain mengenai: 1) penugasan pemeriksaan; 2) identitas wajib pajak; 3) dasar (tujuan) pemeriksaan; 4) buku dan dokumen yang dipinjam; 5) materi yang diperiksa; 6) uraian hasil pemeriksaan; 7) simpulan dan usul pemeriksa.

Page 56: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 116

(1) Dalam hal Pemeriksaan untuk tujuan lain dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksa Pajak wajib: a. memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan

Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu Pemeriksaan;

b. memberitahukan secara tertulis tentang dilakukannya Pemeriksaan untuk tujuan lain kepada Wajib Pajak;

c. menjelaskan alasan dan tujuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa;

d. menunjukkan Surat Tugas kepada Wajib Pajak apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;

e. membuat Kertas Kerja Pemeriksaan sebagai dasar penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan;

f. mengembalikan buku, catatan, dan dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan; dan/atau

g. merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan.

(2) Dalam hal Pemeriksaan untuk tujuan lain dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak wajib: a. menyampaikan surat panggilan tentang dilakukannya

Pemeriksaan untuk tujuan lain kepada Wajib Pajak; b. memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan

Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu Pemeriksaan;

c. menjelaskan alasan dan tujuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa;

d. memperlihatkan Surat Tugas kepada Wajib Pajak apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak;

e. membuat Kertas Kerja Pemeriksaan sebagai dasar penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan;

f. mengembalikan buku, catatan, dan dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan; dan/atau

g. merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan.

Page 57: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 117

(1) Dalam hal Pemeriksaan untuk tujuan lain dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksa Pajak berwenang:

a. meminjam dan memeriksa buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain yang berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan;

b. mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;

c. memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, dan/atau barang yang berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan;

d. meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak; dan/atau

e. meminta keterangan dan/atau data yang diperIukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui Kepala Dinas.

(2) Dalam hal pemeriksaan untuk tujuan lain dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak berwenang:

a. meminjam dan memeriksa buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak atau objek yang terutang pajak;

b. meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak; dan/atau

c. meminta keterangan dan/atau data yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui Kepala Dinas.

Page 58: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 118

(1) Dalam pelaksanaan pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak:

a. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu Pemeriksaan;

b. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;

c. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;

d. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak; dan/atau

e. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.

(2) Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak:

a. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperIihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu Pemeriksaan;

b. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;

c. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila terdapat perubahan Susunan Tim Pemeriksa Pajak; dan/atau

d. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.

Pasal 119

(1) Dalam pelaksanaan pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib : a. memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan,

dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain, yang berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan;

Page 59: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

b. memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;

c. memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang penyimpanan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, dan/atau barang, yang berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan serta meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak; dan/atau

d. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis serta memberikan data dan/atau keterangan lain yang diperlukan.

(2) Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berkewajiban: a. memperlihatkan dan meminjamkan buku atau catatan,

dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain, yang berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan; dan/atau

b. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis serta memberikan data dan/atau keterangan lain yang diperlukan.

Pasal 120

(1) Buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi dan keterangan lain yang dipinjam harus disesuaikan dengan tujuan dan kriteria Pemeriksaan untuk tujuan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109.

(2) Peminjaman buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan keterangan lain harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 dan Pasal 94.

Pasal 121

(1) Apabila dalam Pemeriksaan untuk tujuan lain Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119, Wajib Pajak harus menandatangani surat pernyataan penolakan Pemeriksaan.

(2) Dalam hal terjadi penolakan untuk menandatangani surat pernyataan penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemeriksa Pajak membuat berita acara penolakan Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak.

Page 60: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Pasal 122

(1) Berdasarkan surat pernyataan penolakan Pemeriksaan atau berita acara penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121, permohonan Wajib Pajak tidak dapat diproses atau dipertimbangkan dalam hal Pemeriksaan untuk tujuan lain dilakukan dalam rangka: a. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil; b. penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak

Pertambahan Nilai;dan/atau c. penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang

jangka waktu kompensasi kerugian; dan d. sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan.

(2) Berdasarkan surat pernyataan penolakan Pemeriksaan atau berita acara penolakan Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121, Wajib Pajak akan diberi Nomor Pokok Wajib Pajak dan dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan dalam hal Pemeriksaan untuk tujuan lain dilakukan dalam rangka: a. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;

dan/atau b. pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.

(3) Berdasarkan surat pernyataan penolakan Pemeriksaan atau berita acara penolakan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121, permohonan Wajib Pajak tidak dikabulkan dalam hal pemeriksaan untuk tujuan lain dilakukan dalam rangka: a. penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak; dan/atau b. pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Wajib Pajak

Kena Pajak. Pasal 123

(1) Dalam pelaksanaan pemeriksaan untuk tujuan lain, Pemeriksa Pajak melalui Kepala Dinas juga dapat memanggil Wajib Pajak untuk memperoleh penjelasan yang lebih rinci atau meminta keterangan dan/atau bukti yang berkaitan dengan Pemeriksaan kepada pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah ketiga kali dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.

(2) Permintaan keterangan kepada Wajib Pajak atau kepada pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 dan Pasal 88.

Page 61: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

BAB XII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 124

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Lombok Timur.

Ditetapkan di Selong pada tanggal 9 Januari 20132

Agustus 2012

BUPATI LOMBOK TIMUR,

Ttd

M. SUKIMAN AZMY

Diundangkan di Selong pada tanggal 10 Januari 2013

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR,

Ttd

USMAN MUHSAN

BERITA DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2013 NOMOR 1

Page 62: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BENTUK, ISI FORMULIR, DAN PETUNJUK PENGISIAN SPOP DAN LSPOP

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK

DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET

Page 63: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam
Page 64: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam
Page 65: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

BUPATI LOMBOK TIMUR,

Ttd

M. SUKIMAN AZMY

Page 66: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

STRUKTUR NOMOR OBJEK PAJAK (NOP)

Terdiri dari 18 (delapan belas) digit.

Digit ke-1 dan ke-2 : kode propinsi;

Digit ke-3 dan ke-4 : kode kabupaten;

Digit ke-5 sampai dengan digit ke-7 : kode kecamatan;

Digit ke-8 sampai dengan digit ke-10 : kode kelurahan/ desa;

Digit ke-11 sampai dengan digit ke-13 : kode nomor urut blok;

Digit ke-14 sampai dengan digit ke-17 : kode urut objek pajak; dan

Digit ke-18 : tanda khusus;

BAGAN STRUKTUR NOP

Kode Wilayah Administrasi Pemerintah

5 2 0 3 0 7 0 0 0 2 0 1 0 0 0 8 1 0

Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa/Kelurahan Nomor Urut Blok Nomor Urut Tanda Objek Khusus

Contoh penulisan : Kode propinsi : (52) – Nusa Tenggara Barat

Kode kabupaten : (03) – Lombok Timur

Kode kecamatan : (070) – Selong

Kode kelurahan/ desa : (002) _ Pancor

Kode nomor urut blok : (010) – Urutan Blok

Kode urut objek : (0081) _ Urutan Objek Pajak

Tanda khusus : (0) – Objek Pajak yang sudah dilakukan pendataan

SISMIOP

BUPATI LOMBOK TIMUR, Ttd

M. SUKIMAN AZMY

Page 67: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

CONTOH SURAT PERMOHONAN ANGSURAN PEMBAYARAN PBB

Lampiran : 1 (satu) set Hal : Permohonan Angsuran Pembayaran PBB Yth. Bupati Lombok Timur Cq. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Kabupaten Lombok Timur. Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : .................................................................................... NPWP : .................................................................................... Alamat : .................................................................................... .................................................................................... Desa/Kelurahan*) : .................................................................................... Kecamatan : .................................................................................... Kabupaten/Kota*) : .................................................................................... Nomor Telepon : .................................................................................... mengajukan permohonan angsuran pembayaran PBB sebesar .................... (.........kali angsuran) dari PBB yang terutang, atas objek pajak: NOP : .................................................................................... Alamat : .................................................................................... .................................................................................... Desa/Kelurahan*) : .................................................................................... Kecamatan : .................................................................................... Kabupaten/Kota*) : .................................................................................... Alasan mengajukan permohonan: 1. ................................................................................... 2. ................................................................................... 3. st. Bersama ini dilampirkan: 1. fotokopi SPPT/SKP/PBB*) Tahun Pajak ...................; 2. Surat Kuasa Khusus/surat kuasa*) dalam hal surat permohonan tidak ditandatangani Wajib Pajak; 3. dokumen pendukung: a. .................................................................................... b. .................................................................................... c. dst. Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

....................,.....................20..........

.. Wajib Pajak/Kuasa Wajib Pajak*) (...................................................)

Keterangan : *) coret yang tidak perlu

BUPATI LOMBOK TIMUR,

Ttd

M. SUKIMAN AZMY

Page 68: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

LAMPIRAN IV PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

CONTOH SURAT PERMOHONAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PBB

Lampiran : 1 (satu) set Hal : Permohonan Penundaan Pembayaran PBB Yth. Bupati Lombok Timur Cq. Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Kabupaten Lombok Timur. Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : .................................................................................... NPWP : .................................................................................... Alamat : .................................................................................... .................................................................................... Desa/Kelurahan*) : .................................................................................... Kecamatan : .................................................................................... Kabupaten/Kota*) : .................................................................................... Nomor Telepon : .................................................................................... mengajukan permohonan Penundaan pembayaran PBB yang terutang, atas objek pajak: NOP : .................................................................................... Alamat : .................................................................................... .................................................................................... Desa/Kelurahan*) : .................................................................................... Kecamatan : .................................................................................... Kabupaten/Kota*) : .................................................................................... Alasan mengajukan permohonan: 1. ................................................................................... 2. ................................................................................... 3. st. Demikian disampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

....................,.....................20..........

.. Wajib Pajak/Kuasa Wajib Pajak*) (...................................................)

Keterangan : *) coret yang tidak perlu

BUPATI LOMBOK TIMUR,

Ttd

M. SUKIMAN AZMY

Page 69: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

LAMPIRAN V PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

FORMAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS TENTANG PENGANGSURAN PEMBAYARAN PBB

(KOP DINAS)

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET

KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR : ...........................(1)

TENTANG

PENGANGSURAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET KABUPATEN LOMBOK TIMUR,

Menimbang : a. bahwa membaca surat permohonan pengangsuran pembayaran Utang PBB yang diajukan atas nama Wajib Pajak/kuasa dari Wajib Pajak *), ......................(2) nomor .............................. (3) tanggal ................... (4) atas SPPT/SKP PBB/STP PBB*) nomor .................... (5) Tahun Pajak .......................... (6) besarnya Utang PBB sebesar Rp..................... (7) (............... rupiah (8) (yang diterima KPP Pratama ................................... (9) berdasarkan tanda terima nomor ................................. (10) tanggal ................................ (11);

b. bahwa sesuai surat permohonan pengangsuran pembayaran Utang PBB yang diajukan atas nama Wajib Pajak/kuasa dari Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, telah dilakukan penelitian sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Penelitian Permohonan Pengangsuran Pembayaran Utang PBB nomor .................... (12) tanggal ..............(13);

c. bahwa bedasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Dinas tentang Pengangsuran Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak;

5. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Kabupaten Lombok Timur;

6. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

7. Peraturan Bupati Lombok Timur Nomor 1 Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

Page 70: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET KABUPATEN LOMBOK TIMUR TENTANG PENGANGSURAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

KESATU : Menerima seluruhnya/Menerima sebagian/Menolak*) permohonan pengangsuran pembayaran Utang PBB yang tercantum dalam SPPT/SKP PBB/STP PBB*) nomor .................................. (14) Tahun Pajak .............................. (15) : a. Wajib Pajak

nama : ............................................................... (16) NPWP : ................................................................(17)

alamat : ................................................................(18) b. Objek Pajak

NOP : ............................................................... (19) Utang PBB : ............................................................... (20) Jatuh Tempo : ............................................................... (21) Alamat : ............................................................... (22) Desa/Kelurahan*) : ............................................................... (23) Kecamatan : ............................................................... (24) Kabupaten/Kota*) : ............................................................... (25)

KEDUA : Sesuai dengan diktum KESATU, kepada Wajib Pajak tersebut ditetapkan untuk mengangsur pembayaran Utang PBB sebesar Rp ......................... (26) sebanyak ........... (27) kali.

KETIGA : Ketentuan penghitungan besarnya angsuran sebagaimana dimaksud pada diktum KEDUA adalah sebagai berikut :

Angsuran ke Besarnya Angsuran

Jatuh Tempo Pembayaran

Denda Administrasi

1 2 3 4 .......................(28)

....................(30)

....................(31)

......................(32)

Denda Administrasi sebagaimana tercantum pada kolom 4 ditagih dengan menggunakan STP PBB.

KEEMPAT : Pembayaran angsuran sebagaimana dimaksud pada diktum KETIGA dilakukan di ................ (32)

KELIMA : Keputusan Kepala Dinas ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di ................. (33) pada tanggal .................. (34) a.n. BUPATI LOMBOK TIMUR

Kepala Dinas,

...................................... (35)

Keterangan: *) Coret yang tidak perlu

Page 71: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Petunjuk Pengisian Lampiran V Angka 1 : diisi nomor keputusan Pengangsuran Pembayaran PBB; Angka 2 : diisi nama Wajib Pajak atau kuasa Wajib pajak; Angka 3 : diisi nomor surat permohonan pengangsuran pembayaran PBB; Angka 4 : diisi tanggal surat permohonan pengangsuran pembayaran PBB; Angka 5 : diisi Nomor Objek Pajak (NOP) atau nomor SKP PBB atau nomor STP PBB; Angka 6 : diisi tahun SPPT atau SKP PBB atau STP PBB; Angka 7 : diisi besarnya utang PBB yang tercantum dalam SPPT atau SKP PBB atau STP PBB; Angka 8 : diisi besarnya utang PBB yang tercantum dalam SPPT atau SKP PBB atau STP PBB dengan

huruf; Angka 9 : diisi nama KPP pratama yang menerima permohonan pengangsuran pembayaran PBB; Angka 10 : diisi nomor tanda terima permohonan pengangsuran pembayaran PBB; Angka 11 : diisi tanggal tanda terima permohonan pengangsuran pembayaran PBB; Angka 12 : diisi nomor Laporan Hasil Penelitian Pengangsuran Pembayaran PBB; Angka 13 : diisi tanggal Laporan Hasil Penelitian Pengangsuran Pembayaran PBB; Angka 14 : diisi nomor SPPT atau SKP PBB atau STP PBB; Angka 15 : diisi tahun penerbitan SPPT atau SKP PBB atau STP PBB; Angka 16 : diisi nama Wajib Pajak; Angka 17 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); Angka 18 : diisi alamat Wajib Pajak; Angka 19 : diisi Nomor Objek Pajak (NOP); Angka 20 : diisi utang PBB yang tercantum dalam SPPT, SKP PBB, atau STP PBB ditulis dengan angka; Angka 21 : diisi tanggal jatuh tempo SPPT, SKP PBB, atau STP PBB; Angka 22 : diisi alamat objek pajak; Angka 23 : diisi nama Desa/Kelurahan letak objek pajak; Angka 24 : diisi nama Kecamatan letak objek pajak; Angka 25 : diisi nama Kabupaten letak objek pajak; Angka 26 : diisi dengan jumlah utang PBB yang diangsur; Angka 27 : diisi dengan jumlah masa angsuran; Angka 28 : diisi nomor angsuran; Angka 29 : diisi dengan besarnya angsuran; Angka 30 : diisi dengan tanggal jatuh tempo pembayaran pengangsuran; Angka 31 : diisi dengan besarnya denda administrasi sesuai dengan ketentuan Pasal 107 ayat (2) UU No

28 Tahun 2009 tentang PDRD; Angka 32 : diisi dengan bank/pos persepsi tempat pembayaran angsuran; Angka 33 : diisi kota tempat diterbitkannya surat keputusan pengangsuran pembayaran PBB; Angka 34 : diisi tanggal diterbitkannya keputusan pengangsuran pembayaran PBB; Angka 35 : diisi nama pejabat yang menerbitkan keputusan pengangsuran pembayaran PBB tanpa gelar.

BUPATI LOMBOK TIMUR,

Ttd

M. SUKIMAN AZMY

Page 72: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

LAMPIRAN VI PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

FORMAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN PBB

(KOP DINAS)

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET

KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR : ...........................(1)

TENTANG

PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET KABUPATEN LOMBOK TIMUR,

Menimbang : a. bahwa membaca surat permohonan penundaan pembayaran Utang PBB

yang diajukan atas nama Wajib Pajak/kuasa dari Wajib Pajak*) .................. (2) nomor ....................... (3) tanggal ............ (4) atas SPPT/SKP PBB/STP PBB*) nomor ..................... (5) Tahun Pajak ..................... (6) besarnya Utang PBB sebesar Rp .................. (7) (............................... rupiah (8)) yang diterima KPP Pratama ............................. (9) berdasarkan tanda terima nomor ......................................... (10) tanggal ...................... (11);

b. bahwa sesuai surat permohonan penundaan pembayaran Utang PBB yang diajukan atas nama Wajib Pajak/kuasa dari Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, telah dilakukan penelitian sebagaimana dituangkan dalam Laporan Hasil Penelitian Permohonan Penundaan Pembayaran Utang PBB nomor ...................... (12) tanggal ................... (13);

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Dinas tentang Persetujuan Penundaan Pembayaran Utang Pajak Bumi dan Bangunan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak;

5. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Kabupaten Lombok Timur;

6. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

7. Peraturan Bupati Lombok Timur Nomor 1 Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

Page 73: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

MEMUTUSKAN :

Menentukan : KEPUTUSAN KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET KABUPATEN LOMBOK TIMUR TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

KESATU : Menerima seluruhnya/Menerima sebagian/Menolak*) permohonan

penundaan pembayaran Utang PBB yang tercantum dalam SPPT/SKP PBB/STP PBB*) nomor ........................... (14) Tahun Pajak ....................... (15) :

a. Wajib Pajak nama : ............................................................... (16)

NPWP : ............................................................... (17) alamat : ............................................................... (18)

b. Objek Pajak NOP : ............................................................... (19) Utang PBB : ............................................................... (20) Jatuh Tempo : ............................................................... (21) Alamat : ............................................................... (22) Desa/Kelurahan*) : ............................................................... (23) Kecamatan : ............................................................... (24) Kabupaten/Kota*) : ............................................................... (25)

KEDUA : Sesuai dengan diktum KESATU, kepada Wajib Pajak tersebut ditetapkan untuk menunda pembayaran Utang PBB sebesar Rp ............................. (26) dengan ketentuan sebagai berikut : 1. ditunda sampai dengan tanggal ............................. (27); dan 2. dikenai sanksi administrasi berupa denda administrasi sebesar

Rp. .......................... (28) yang ditagih dengan STP PBB. KETIGA : Pelunasan Utang PBB yang ditunda pembayarannya sebagaimana dimaksud

pada diktum KEDUA dilakukan di ........................................ (29) KEEMPAT : Keputusan Kepala Dinas ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di ................. (30) pada tanggal .................. (31) a.n. BUPATI LOMBOK TIMUR

Kepala Dinas,

...................................... (32)

Keterangan: *) Coret yang tidak perlu

Page 74: BUPATI LOMBOK TIMUR - Audit Board of Indonesia · bentuk, isi formulir, dan petunjuk pengisian SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagamana tercantum dalam

Petunjuk Pengisian Lampiran VI Angka 1 : diisi nomor Surat Keputusan Penundaan Pembayaran PBB; Angka 2 : diisi nama Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak; Angka 3 : diisi nomor surat permohonan penundaan pembayaran PBB; Angka 4 : diisi tanggal surat permohonan penundaan pembayaran PBB; Angka 5 : diisi Nomor Objek Pajak (NOP), nomor SKP PBB, atau nomor STP PBB; Angka 6 : diisi tahun SPPT, SKP PBB, atau STP PBB; Angka 7 : diisi besarnya utang PBB yang tercantum dalam SPPT, SKP PBB, atau STP PBB; Angka 8 : diisi besarnya utang PBB yang tercantum dalam SPPT, SKP PBB, atau STP PBB dengan huruf; Angka 9 : diisi nama KPP Pratama yang menerima permohonan penundaan pembayaran PBB; Angka 10 : diisi nomor tanda terima permohonan penundaan pembayaran PBB; Angka 11 : diisi tanggal tanda terima permohonan penundaan pembayaran PBB; Angka 12 : diisi nomor Laporan Hasil Penelitian Penundaan Pembayaran PBB; Angka 13 : diisi tanggal Laporan Hasil Penelitian Penundaan Pembayaran PBB; Angka 14 : diisi nomor SPPT, SKP PBB, atau STP PBB; Angka 15 : diisi tahun penerbitan SPPT, SKP PBB, atau STP PBB; Angka 16 : diisi nama Wajib Pajak; Angka 17 : diisi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); Angka 18 : diisi alamat Wajib Pajak; Angka 19 : diisi Nomor Objek Pajak (NOP); Angka 20 : diisi utang PBB yang tercantum dalam SPPT, SKP PBB, atau STP PBB ditulis dengan angka; Angka 21 : diisi tanggal jatuh tempo SPPT, SKP PBB, atau STP PBB; Angka 22 : diisi alamat objek pajak; Angka 23 : diisi nama Desa/Kelurahan letak objek pajak; Angka 24 : diisi nama Kecamatan letak objek pajak; Angka 25 : diisi nama Kabupaten/Kota letak objek pajak; Angka 26 : diisi dengan jumlah utang PBB yang ditunda; Angka 27 : diisi dengan tanggal jatuh tempo penundaan pembayaran PBB; Angka 28 : diisi dengan besarnya denda administrasi sesuai dengan ketentuan Pasal 62 ayat (1) Perbup

Lotim No 1 Tahun 2013; Angka 29 : diisi dengan bank/pos persepsi atau bank/pos tempat pembayaran yang digunakan untuk pembayaran penundaan Utang PBB; Angka 30 : diisi kota tempat diterbitkannya surat keputusan penundaan pembayaran PBB; Angka 31 : diisi tanggal diterbitkannya surat keputusan penundaan pembayaran PBB; Angka 32 : diisi nama pejabat yang menerbitkan surat keputusan penundaan pembayaran PBB tanpa

gelar.

BUPATI LOMBOK TIMUR,

Ttd

M. SUKIMAN AZMY