BUPATI JEMBRANA TENTANG - jdihjembranakab.baliprov.go.id · 19.Garis Sempadan adalah garis batas...

135
www.jdihjembranakab.baliprov.go.id BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 109 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5252);

Transcript of BUPATI JEMBRANA TENTANG - jdihjembranakab.baliprov.go.id · 19.Garis Sempadan adalah garis batas...

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

BUPATI JEMBRANAPROVINSI BALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANANOMOR 3 TAHUN 2017

TENTANG

BANGUNAN GEDUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 109 ayat (1)Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun2002 tentang Bangunan Gedung, perlu membentuk PeraturanDaerah tentang Bangunan Gedung.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentangPembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam WilayahDaerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat danNusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 1655);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang BangunanGedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4247);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentangPerumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5234);

6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang RumahSusun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5252);

2

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubahbeberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5679);

8. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang JasaKonstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2017 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 6018);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);

10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 Tahun 2006tentang Syarat Teknis Bangunan Gedung;

11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6 Tahun 2007tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

12. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2005tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung(Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2005 Nomor 5,Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 4);

13. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun2009 – 2029 (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2009Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi BaliNomor 15);

14. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 11 Tahun2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenJembrana Tahun 2012 - 2032 (Lembaran Daerah KabupatenJembrana Tahun 2012 Nomor 27, Tambahan LembaranDaerah Kabupaten Jembrana Nomor 27);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

dan

BUPATI JEMBRANA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG.

3

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Jembrana.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah KabupatenJembrana.

3. Bupati adalah Bupati Jembrana.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnyadisingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan RakyatDaerah Kabupaten Jembrana.

5. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaankonstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau didalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagaitempat manusia melakukan kegiatannya, baik untukhunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupunkegiatan khusus.

6. Bangunan Gedung Umum adalah Bangunan Gedungyang fungsinya untuk kepentingan publik, baik berupafungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun fungsi sosialdan budaya.

7. Bangunan Gedung Tertentu adalah Bangunan Gedungyang digunakan untuk kepentingan umum danBangunan Gedung fungsi khusus, yang dalampembangunan dan/atau pemanfaatannya membutuhkanpengelolaan khusus dan/atau memiliki kompleksitastertentu yang dapat menimbulkan dampak pentingterhadap masyarakat dan lingkungannya.

8. Bangunan Gedung adat adalah Bangunan Gedung yangdidirikan berdasarkan kaidah-kaidah adat atau tradisimasyarakat sesuai budayanya, misalnya bangunanrumah dan/atau bangunan adat.

9. Bangunan Gedung dengan gaya/langgam tradisionalmerupakan Bangunan Gedung yang didirikanmenggunakan kaidah/norma tradisional masyarakatsetempat sesuai dengan budaya yang diwariskan secaraturun temurun, untuk dimanfaatkan sebagai wadahkegiatan masyarakat sehari-hari selain dari kegiatanadat.

10. Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatumasyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasamasyarakat itu sendiri, diwariskan secara turuntemurun dari satu generasi ke generasi melalui ceritadari mulut ke mulut.

4

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

11. Arsitektur adalah seni yang dibuat oleh masing-masingindividu untuk berimajinasikan diri dan ilmu merancangbangunan yang mencakup desain dari total dibangunlingkungan, dari tingkat makro, yaitu perencanaan kota,desain perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke tingkatmikro, yaitu desain bangunan, desain perabot dandesain produk.

12. Klasifikasi Bangunan Gedung adalah klasifikasi darifungsi Bangunan Gedung berdasarkan pemenuhantingkat persyaratan administratif dan persyaratanteknisnya.

13. Bangunan Gedung Cagar Budaya adalah BangunanGedung yang sudah ditetapkan statusnya sebagaibangunan Cagar Budaya sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan tentang Cagar Budaya.

14. Bangunan Gedung Hijau adalah Bangunan Gedung yangmemenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan memilikikinerja terukur secara signifikan dalam penghematanenergy, air dan sumberdaya lainnya melalui penerapanprinsip Bangunan Gedung Hijau sesuai dengan fungsidan klasifikasi dalam setiap tahapanpenyelenggaraannya.

15. Keterangan Rencana Kabupaten adalah informasitentang persyaratan tata bangunan dan lingkungan yangdiberlakukan oleh Pemerintah Daerah pada lokasitertentu.

16. Izin Mendirikan Bangunan Gedung yang selanjutnyadisingkat IMB adalah perizinan yang diberikan olehPemerintah Daerah kepada pemilik untuk membangunbaru, mengubah, memperluas, mengurangi dan/ataumerawat Bangunan Gedung sesuai dengan persyaratanadministratif dan persyaratan teknis.

17. IMB berjangka adalah perijinan yang diberikanPemerintah Kabupaten yang bangunannya telah berdirisesuai dengan peruntukan tata ruang tetapi tidakmemenuhi persyaratan teknis bangunan berlaku selama5 (lima) tahun dan wajib diperpanjang.

18. Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung adalahpermohonan yang dilakukan Pemilik Bangunan Gedungkepada Pemerintah Daerah untuk mendapatkan izinmendirikan Bangunan Gedung.

19. Garis Sempadan adalah garis batas luar pengaman yangditetapkan dalam mendirikan bangunan dan atau pagaryang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as jalan,tepi luar kepala jembatan, tepi sungai, tepi saluran,kaki tanggul, tepi situ/rawa, tepi waduk, tepi mata air,as rel kereta api, jaringan tenaga listrik dan pipa gas,tergantung jenis garis sempadan yang dicantumkan.

5

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

20. Garis Sempadan Bangunan Gedung adalah garis mayapada persil atau tapak sebagai batas minimumdiperkenankannya didirikan Bangunan Gedung,dihitung dari garis sempadan jalan, tepi sungai atau tepipantai atau tepi danau atau jaringan tegangan tinggiatau garis sempadan pagar atau batas persil atau tapak.

21. Koefisien Dasar Bangunan, yang selanjutnya disingkatKDB adalah angka persentase perbandingan antara luasseluruh lantai dasar Bangunan Gedung dan luaslahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yangdikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tatabangunan dan lingkungan.

22. Koefisien Lantai Bangunan, yang selanjutnya disingkatKLB adalah angka persentase perbandingan antara luasseluruh lantai Bangunan Gedung dan luas tanahperpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuairencana tata ruang dan rencana tata bangunan danlingkungan.

23. Koefisien Daerah Hijau, yang selanjutnya disingkat KDHadalah angka persentase perbandingan antara luasseluruh ruang terbuka di luar Bangunan Gedung yangdiperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luastanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasaisesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunandan lingkungan.

24. Koefisien Tapak Basemen, yang selanjutnya disingkatKTB adalah angka persentase perbandingan antara luastapak basmen dan luas lahan/tanah perpetakan/daerahperencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruangdan rencana tata bangunan dan lingkungan.

25. Pedoman Teknis adalah acuan teknis yang merupakanpenjabaran lebih lanjut dari peraturan pemerintahdalam bentuk ketentuan teknis penyelenggaraanBangunan Gedung.

26. Standar Teknis adalah standar yang dibakukan sebagaistandar tata cara, standar spesifikasi, dan standarmetode uji baik berupa Standar Nasional Indonesiamaupun standar internasional yang diberlakukan dalampenyelenggaraan Bangunan Gedung.

27. Rencana Tata Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupatenyang selanjutnya disebut RTRW adalah hasilperencanaan tata ruang wilayah kabupaten yang telahditetapkan dengan Peraturan Daerah.

28. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan yangselanjutnya disebut RDTR adalah rencana secaraterperinci tentang tata ruang wilayah KabupatenJembrana ke dalam rencana pemanfaatan kawasanperkotaan.

6

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

29. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengaturtentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuanpengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zonaperuntukan yang penetapan zonanya dalam rencanarinci tata ruang.

30. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan selanjutnyadisingkat RTBL adalah panduan rancang bangun suatukawasan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yangmemuat rencana program bangunan dan lingkungan,rencana umum dan panduan rancangan, rencanainvestasi, ketentuan pengendalian rencana dan pedomanpengendalian pelaksanaan.

31. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalurdan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebihbersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baikyang tumbuh secara alamiah maupun yang sengajaditanam.

32. Ruang terbuka hijau pekarangan selanjutnya disingkatRTHP adalah ruang yang berhubungan langsung dengandan terletak pada persil yang sama dengan BangunanGedung, berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman,peresapan air, sirkulasi, unsur estetik, sebagai ruanguntuk kegiatan atau ruang fasilitas (amenitas).

33. Bangunan Gedung adalah kegiatan pembangunan yangmeliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaankonstruksi serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian danpembongkaran.

34. Perencanaan Teknis adalah proses membuat gambarteknis Bangunan Gedung dan kelengkapannya yangmengikuti tahapan prarencana, pengembangan rencanadan penyusunan gambar kerja yang terdiri atas: rencanaarsitektur, rencana struktur, rencana mekanikal/elektrikal, rencana tata ruang luar, rencana tata ruang-dalam/interior serta rencana spesifikasi teknis, rencanaanggaran biaya, dan perhitungan teknis pendukungsesuai pedoman dan Standar Teknis yang berlaku.

35. Pertimbangan Teknis adalah pertimbangan dari Tim AhliBangunan Gedung yang disusun secara tertulis danprofesional terkait dengan pemenuhan persyaratanteknis Bangunan Gedung baik dalam prosespembangunan, pemanfaatan, pelestarian, maupunpembongkaran Bangunan Gedung.

36. Pemanfaatan Bangunan Gedung adalah kegiatanmemanfaatkan Bangunan Gedung sesuai dengan fungsiyang telah ditetapkan, termasuk kegiatan pemeliharaan,perawatan, dan pemeriksaan secara berkala.

37. Pemeriksaan Berkala adalah kegiatan pemeriksaankeandalan seluruh atau sebagian Bangunan Gedung,komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dansarananya dalam tenggang waktu tertentu gunamenyatakan kelaikan fungsi Bangunan Gedung.

7

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

38. Laik Fungsi adalah suatu kondisi Bangunan Gedungyang memenuhi persyaratan administratif danpersyaratan teknis sesuai dengan fungsi BangunanGedung yang ditetapkan.

39. Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung yangselanjutnya disingkat SLF adalah sertifikat yangditerbitkan oleh pemerintah daerah kecuali untukBangunan Gedung fungsi khusus oleh Pemerintah untukmenyatakan kelaikan fungsi suatu Bangunan Gedungbaik secara administratif maupun teknis, sebelumpemanfaatannya.

40. Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalanBangunan Gedung beserta prasarana dan sarananyaagar selalu Laik Fungsi.

41. Perawatan adalah kegiatan memperbaiki dan/ataumengganti bagian Bangunan Gedung, komponen, bahanbangunan, dan/atau prasarana dan sarana agarBangunan Gedung tetap Laik Fungsi.

42. Pelestarian adalah kegiatan perawatan, pemugaran,serta pemeliharaan Bangunan Gedung danlingkungannya untuk mengembalikan keandalanbangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuaidengan keadaan menurut periode yang dikehendaki.

43. Pemugaran Bangunan Gedung yang dilindungi dandilestarikan adalah kegiatan memperbaiki, memulihkankembali Bangunan Gedung ke bentuk aslinya.

44. Pembongkaran adalah kegiatan membongkar ataumerobohkan seluruh atau sebagian Bangunan Gedung,komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dansarananya.

45. Pemilik Bangunan Gedung adalah orang, badan hukum,kelompok orang, atau perkumpulan, yang menuruthukum sah sebagai Pemilik Bangunan Gedung.

46. Pengguna Bangunan Gedung adalah Pemilik BangunanGedung dan/atau bukan Pemilik Bangunan Gedungberdasarkan kesepakatan dengan Pemilik BangunanGedung, yang menggunakan dan/atau mengelolaBangunan Gedung atau bagian Bangunan Gedungsesuai dengan fungsi yang ditetapkan.

47. Tim Ahli Bangunan Gedung, yang selanjutnya disingkatTABG adalah tim yang terdiri dari para ahli yang terkaitdengan penyelenggaraan Bangunan Gedung untukmemberikan Pertimbangan Teknis dalam prosespenelitian dokumen rencana teknis dengan masapenugasan terbatas, dan juga untuk memberikanmasukan dalam penyelesaian masalah penyelenggaraanBangunan Gedung Tertentu yang susunan anggotanyaditunjuk secara kasus perkasus disesuaikan dengankompleksitas Bangunan Gedung Tertentu tersebut.

48. Pengkaji Teknis adalah orang perorangan, atau badanhukum yang mempunyai sertifikat keahlian untukmelaksanakan pengkajian teknis atas kelaikan fungsiBangunan Gedung sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

8

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

49. Pengawas adalah orang yang mendapat tugas untukmengawasi pelaksanaan mendirikan bangunan sesuaidengan IMB.

50. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badanhukum atau usaha, dan lembaga atau organisasi yangkegiatannya di bidang Bangunan Gedung, termasukmasyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yangberkepentingan dengan penyelenggaraan BangunanGedung.

51. Dengar Pendapat Publik adalah forum dialog yangdiadakan untuk mendengarkan dan menampungaspirasi masyarakat baik berupa pendapat,pertimbangan maupun usulan dari masyarakat umumsebagai masukan untuk menetapkan kebijakanPemerintah/Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraanBangunan Gedung.

52. Gugatan Perwakilan adalah gugatan yang berkaitandengan penyelenggaraan Bangunan Gedung yangdiajukan oleh satu orang atau lebih yang mewakilikelompok dalam mengajukan gugatan untukkepentingan mereka sendiri dan sekaligus mewakilipihak yang dirugikan yang memiliki kesamaan faktaatau dasar hukum antara wakil kelompok dan anggotakelompok yang dimaksud.

53. Pembinaan Penyelenggaraan Bangunan Gedung adalahkegiatan pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasandalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baiksehingga setiap penyelenggaraan Bangunan Gedungdapat berlangsung tertib dan tercapai keandalanBangunan Gedung yang sesuai dengan fungsinya, sertaterwujudnya kepastian hukum.

54. Pengaturan adalah penyusunan dan pelembagaanperaturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk,dan Standar Teknis Bangunan Gedung sampai didaerahdan operasionalisasinya di masyarakat.

55. Pemberdayaan adalah kegiatan untuk menumbuh-kembangkan kesadaran akan hak, kewajiban, dan peranpara Penyelenggara Bangunan Gedung dan aparatPemerintah Kabupaten dalam penyelenggaraanBangunan Gedung.

56. Pengawasan adalah pemantauan terhadap pelaksanaanpenerapan peraturan perundang-undangan bidangBangunan Gedung dan upaya penegakan hukum.

57. Standar Nasional Indonesia selanjutnya disingkat SNIadalah norma, standar, pedoman dan manual sebagaipetunjuk teknis untuk melaksanakan penyelenggaraankegiatan.

58. Standar Teknik adalah serangkaian eksplisit persyaratanyang harus dipenuhi oleh bahan, produk, atau layanan.

9

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

59. Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalamjangka waktu pendek atau lama, sesuai dengankebutuhan pengendara. Parkir merupakan salah satuunsur prasarana transportasi yang tidak terpisahkandari sistem jaringan transportasi,

BAB IIRUANG LINGKUP

Pasal 2

(1) Lingkup Peraturan Daerah ini meliputi ketentuanmengenai fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung,Persyaratan Bangunan Gedung, penyelenggaraanBangunan Gedung, TABG, Peran Masyarakat,Pembinaandalam penyelenggaraan Bangunan Gedung,sanksi administratif, penyidikan, pidana, dan peralihan.

(2) Untuk Bangunan Gedung fungsi khusus, dalam halpersyaratan, penyelenggaan dan pembinaan tidak diaturdalam Peraturan Daerah ini, maka harus mengikutiPeraturan Pemerintah yang mengaturnya.

BAB IIIFUNGSI DAN KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG

Pasal 3

(1) Fungsi Bangunan Gedung merupakan ketetapanmengenai pemenuhan persyaratan teknis BangunanGedung ditinjau dari segi tata bangunan dan lingkunganmaupun keandalannya serta sesuai dengan peruntukanlokasi yang diatur dalam RTRW dan RDTR dan/atauRTBL.

(2) Fungsi Bangunan Gedung meliputi :a. Bangunan Gedung fungsi hunian;b. Bangunan Gedung fungsi keagamaan;c. Bangunan Gedung fungsi usaha;d. Bangunan Gedung fungsi sosial dan budaya;e. Bangunan Gedung fungsi khusus; danf. Bangunan Gedung lebih dari satu fungsi.

Pasal 4

(1) Bangunan Gedung fungsi hunian sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dengan fungsiutama sebagai tempat manusia tinggal dapat berbentuk :a. bangunan rumah tinggal tunggal;b. bangunan rumah tinggal deret;c. bangunan rumah tinggal susun; dand. bangunan rumah tinggal sementara.

10

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Bangunan Gedung fungsi keagamaan sebagamanadimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b dengan fungsiutama sebagai tempat manusia melakukan ibadahkeagamaan dapat berbentuk :a. bangunan masjid termasuk mushalla, langgar, surau;b. bangunan gereja termasuk kapel;c. bangunan pura;d. bangunan vihara; dane. bangunan kelenteng.

(3) Bangunan Gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksuddalam Pasal 3 ayat (2) huruf c dengan fungsi utamasebagai tempat manusia melakukan kegiatan usahadapat berbentuk :a. Bangunan Gedung perkantoran seperti bangunan

perkantoran non-pemerintahan;b. Bangunan Gedung perdagangan seperti bangunan

pasar swalayan, pertokoaan, pusat perbelanjaan, mall;c. Bangunan Gedung perindustrian seperti bangunan

pabrik, bangunan home industri;d. Bangunan Gedung akomodasi wisata seperti hotel,

motel, hostel, penginapan;e. Bangunan Gedung wisata dan rekreasi seperti tempat

rekreasi, bioskop;f. Bangunan Gedung terminal seperti bangunan terminal

bus angkutan umum, halte bus, terminal peti kemas,pelabuhan laut, pelabuhan perikanan stasiun keretaapi;

g. Bangunan Gedung tempat penyimpanan sementaraseperti bangunan gudang, gedung parkir, dansejenisnya;

h. Bangunan Gedung tempat penangkaran ataubudidaya seperti bangunan sarang burung walet,bangunan peternakan sapi;

i. Bangunan Gedung hunian yang disewakan sepertipemondokan; dan

j. Bangunan Gedung usaha lainnya yang tidakbertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Bangunan Gedung fungsi sosial dan budayasebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf ddengan fungsi utama sebagai tempat manusiamelakukan kegiatan sosial dan budaya dapat berbentuk:a. Bangunan Gedung pelayanan pendidikan seperti

bangunan sekolah taman kanak kanak, pendidikandasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi,kursus;

b. Bangunan Gedung pelayanan kesehatan sepertibangunan puskesmas, poliklinik, rumah bersalin,rumah sakit termasuk panti-panti;

c. Bangunan Gedung kebudayaan seperti bangunanmuseum, gedung kesenian, bale banjar, BangunanGedung adat;

11

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

d. Bangunan Gedung laboratorium seperti bangunanlaboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratoriumgeofisika dan laboratorium lingkungan; dan

e. Bangunan Gedung pelayanan umum seperti pasarrakyat, bangunan stadion, gedung olahraga.

(5) Bangunan Gedung fungsi khusus sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e dengan fungsiutama sebagai tempat melakukan kegiatan yangmempunyai tingkat kerahasiaan tinggi tingkat nasionalatau yang penyelenggaraannya dapat membahayakanmasyarakat di sekitarnya dan/atau mempunyai risikobahaya tinggi seperti :a. Bangunan Gedung untuk nuklir;b. instalasi pertahanan dan keamanan;c. bangunan meliter;d. bangunan saluran udara tengangan ekstra tinggi; dane. bangunan sejenis yang ditetapkan oleh Menteri

Pekerjaan Umum.

(6) Bangunan Gedung lebih dari satu fungsi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf f dengan fungsiutama kombinasi lebih dari satu fungsi dapat berbentuk:a. bangunan rumah dengan toko (ruko);b. bangunan rumah dengan kantor (rukan);c. Bangunan Gedung mal-apartemen-perkantoran; dand. Bangunan Gedung mal-apartemen-perkantoran-

perhotelan.

Pasal 5

(1) Klasifikasi Bangunan Gedung menurut klasifikasi fungsibangunan didasarkan pada pemenuhan syaratadministrasi dan persyaratan teknis Bangunan Gedung.

(2) Fungsi Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 diklasifikasikan berdasarkan :a. klasifikasi tingkat kompleksitas;b. klasifikasi tingkat permanensi;c. klasifikasi tingkat risiko kebakaran;d. klasifikasi zonasi gempa;e. klasifikasi lokasi;f. klasifikasi ketinggian; dang. klasifikasi kepemilikan.

(3) Klasifikasi tingkat kompleksitas sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf a meliputi :a. Bangunan Gedung sederhana berupa Bangunan

Gedung dengan karakter sederhana serta memilikikompleksitas dan teknologi sederhana dan/atauBangunan Gedung yang sudah memiliki desainprototip;

b. Bangunan Gedung tidak sederhana berupa BangunanGedung dengan karakter tidak sederhana serta

12

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

memiliki kompleksitas dan teknologi tidak sederhana;dan

c. Bangunan Gedung khusus berupa Bangunan Gedungyang memiliki penggunaan dan persyaratan khusus,yang dalam perencanaan dan pelaksanaannyamemerlukan penyelesaian/teknologi khusus.

(4) Klasifikasi tingkat permanensi sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf b meliputi :a. bangunan sementara atau darurat merupakan

Bangunan Gedung yang karena fungsinyadirencanakan mempunyai umur layanan sampaidengan 5 (lima) tahun;

b. bangunan semi permanen merupakan BangunanGedung yang karena fungsinya direncanakanmempunyai umur layanan di atas 5 (lima) tahunsampai dengan 10 (sepuluh) tahun; dan

c. bangunan permanen merupakan Bangunan Gedungyang karena fungsinya direncanakan mempunyaiumur layanan di atas 20 (dua puluh) tahun.

(5) Klasifikasi tingkat risiko kebakaran sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:a. Bangunan Gedung dengan tingkat resiko kebakaran

rendah berupa Bangunan Gedung yang karenafungsinya, disain, penggunaan bahan dan komponenunsur pembentuknya, serta kuantitas dan kualitasbahan yang ada di dalamnya tingkat mudahterbakarnya rendah sebagaimana angka klasifikasirisiko bahaya kebakaran 7 (tujuh);

b. Bangunan Gedung dengan tingkat risiko kebakaransedang berupa Bangunan Gedung yang karenafungsinya, disain, penggunaan bahan dankomponen unsur pembentuknya, serta kuantitas dankualitas bahan yang ada di dalamnya tingkat mudahterbakarnya sedang sebagaimana angka klasifikasirisiko bahaya kebakaran 5 (lima) dan 6 (enam);

c. Bangunan Gedung dengan tingkat risiko kebakarantinggi berupa Bangunan Gedung yang karenafungsinya, disain, penggunaan bahan dankomponen unsur pembentuknya, serta kuantitas dankualitas bahan yang ada di dalamnya tingkat mudahterbakarnya tinggi hingga sangat tinggi sebagaimanaangka klasifikasi risiko bahaya kebakaran 3 (tiga) dan4 (empat); dan

d. angka klasifikasi risiko bahaya kebakaransebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b danhuruf c mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Klasifikasi berdasarkan zonasi gempa sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf d meliputi tingkat zonasigempa berdasarkan tingkat kerawanan bahaya gempa.

(7) Klasifikasi berdasarkan lokasi sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf e meliputi :

13

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

a. Bangunan Gedung di lokasi renggang, terletak padadaerah pinggiran/luar daerah perkotaan atau daerahyang berfungsi sebagai daerah resapan;

b. Bangunan Gedung di lokasi sedang, terletak di daerahpermukiman; dan

c. Bangunan Gedung di lokasi padat, di daerahperdagangan/pusat kota.

(8) Klasifikasi tingkat ketinggian Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f meliputi :a. Bangunan Gedung bertingkat rendah, dengan jumlah

lantai sampai dengan 2 (dua) lantai;b. Bangunan Gedung bertingkat sedang, dengan jumlah

lantai mulai dari 3 (tiga) lantai sampai dengan 4(empat) lantai; dan

c. Bangunan Gedung bertingkat tinggi, sampai dengan 5(lima) lantai.

(9) Klasifikasi Kepemilikan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf g meliputi :a. kepemilikan oleh negara, pemerintah provinsi dan

pemerintah kabupaten sebagai Bangunan Gedunguntuk keperluan dinas yang menjadi/akan menjadikekayaan milik negara dan diadakan dengan sumberpembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan/atauAPBD, dan/atau sumber pembiayaan lain, seperti :gedung kantor dinas, gedung sekolah, gedung rumahsakit, gudang, rumah negara;

b. kepemilikan oleh perorangan adalah BangunanGedung yang merupakan kekayaan milik pribadi atauperorangan dan diadakan dengan sumber pembiayaandari dana pribadi atau perorangan; dan

c. kepemilikan oleh badan usaha adalah BangunanGedung yang merupakan kekayaan milik badan usahanon pemerintah dan diadakan dengan sumberpembiayaan dari dana badan usaha non pemerintah.

(10) Selain klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)Bangunan Gedung diklasifikasikan atas :a. Bangunan Gedung dengan masa pemanfaatan

sementara jangka pendek paling lama 6 (enam) bulanseperti Bangunan Gedung untuk anjungan pamerandan mock up (percontohan skala 1 : 1);

b. Bangunan Gedung dengan masa pemanfaatansementara jangka menengah paling lama 3 (tiga)tahun seperti Bangunan Gedung kantor dan gudangproyek; dan

c. Bangunan Gedung tetap dengan masa pemanfaatanlebih dari 3 (tiga) tahun selain dari sebagaimanadimaksud pada huruf a dan huruf b.

14

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 6

(1) Penentuan klasifikasi Bangunan Gedung atau bagiandari gedung ditentukan berdasarkan fungsi yangdigunakan dalam perencanaan, pelaksanaan atauperubahan yang diperlukan pada Bangunan Gedung.

(2) Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi BangunanGedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harussesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalamRTRW, RDTR dan/atau RTBL.

(3) Fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung diusulkan olehPemilik Bangunan Gedung dalam bentuk rencana teknisBangunan Gedung melalui pengajuan permohonan IMB.

(4) Penetapan fungsi Bangunan Gedung dilakukan olehPemerintah Kabupaten melalui penerbitan IMBberdasarkan RTRW, RDTR dan/atau RTBL, kecualiBangunan Gedung fungsi khusus oleh Pemerintah.

Pasal 7

(1) Fungsi dan klasifikasi Bangunan Gedung dapat diubahdengan mengajukan permohonan IMB baru.

(2) Perubahan fungsi dan klasifikasi Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan olehpemilik dalam bentuk rencana teknis Bangunan Gedungsesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalamRTRW, RDTR dan/atau RTBL.

(3) Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi BangunanGedung wajib diikuti dengan pemenuhan persyaratanadministratif dan persyaratan teknis Bangunan Gedungyang baru.

(4) Perubahan fungsi dan/atau klasifikasi BangunanGedung wajib diikuti dengan perubahan data fungsidan/atau klasifikasi Bangunan Gedung.

(5) Perubahan fungsi dan klasifikasi Bangunan Gedungditetapkan oleh Pemerintah Daerah dalam izinmendirikan Bangunan Gedung, kecuali BangunanGedung fungsi khusus ditetapkan oleh Pemerintah.

BAB IVPERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG

Bagian KesatuUmum

Pasal 8

(1) Setiap Bangunan Gedung harus memenuhi persyaratanadministratif dan persyaratan teknis sesuai denganfungsi Bangunan Gedung.

(2) Persyaratan administratif Bangunan Gedung meliputi :a. status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari

pemegang hak atas tanah;

15

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

b. status kepemilikan Bangunan Gedung; danc. IMB.

(3) Persyaratan teknis Bangunan Gedung meliputi :a. persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang

terdiri atas :1. persyaratan peruntukan lokasi;2. intensitas Bangunan Gedung;3. arsitektur Bangunan Gedung;4. pengendalian dampak lingkungan untuk Bangunan

Gedung tertentu; dan5. rencana tata bangunan dan lingkungan, untuk

kawasan yang termasuk dalam Peraturan Bupatitentang RTBL.

b. persyaratan keandalan Bangunan Gedung terdiri atas:1. persyaratan keselamatan;2. persyaratan kesehatan;3. persyaratan kenyamanan; dan4. persyaratan kemudahan.

Bagian KeduaPersyaratan Administratif

Paragraf 1Status Kepemilikan Hak Atas Tanah

Pasal 9

(1) Setiap Bangunan Gedung harus didirikan di atas tanahyang jelas kepemilikannya, baik milik sendiri atau milikpihak lain dengan bentuk dokumen keterangan statustanah lainnya yang sah.

(2) Dalam hal tanahnya milik pihak lain, Bangunan Gedunghanya dapat didirikan dengan izin pemanfaatan tanahdari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dalambentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atastanah atau pemilik tanah dengan pemilik BangunanGedung, memuat paling sedikit hak dan kewajiban parapihak, luas, letak, dan batas-batas tanah, serta fungsiBangunan Gedung dan jangka waktu pemanfaatantanah.

(3) Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)memuat paling sedikit hak dan kewajiban para pihak,luas, letak, dan batas-batas tanah, serta fungsiBangunan Gedung dan jangka waktu pemanfaatantanah.

(4) Bangunan Gedung yang karena faktor budaya atautradisi setempat harus dibangun di atas air sungai, airlaut, air danau harus mendapatkan izin dari Bupati.

16

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(5) Bangunan Gedung yang akan dibangun di atas tanahmilik sendiri atau di atas tanah milik orang lain yangterletak di kawasan rawan bencana alam harusmengikuti persyaratan yang diatur dalam KeteranganRencana Kabupaten.

Paragraf 2Status Kepemilikan Bangunan Gedung

Pasal 10

(1) Status kepemilikan Bangunan Gedung dibuktikandengan surat bukti kepemilikan Bangunan Gedung yangdikeluarkan oleh Pemerintah Daerah, kecuali BangunanGedung fungsi khusus oleh Pemerintah.

(2) Penetapan status kepemilikan Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan padasaat proses IMB dan/atau pada saat pendataanBangunan Gedung, sebagai sarana tertib pembangunan,tertib pemanfaatan dan kepastian hukum ataskepemilikan Bangunan Gedung.

(3) Status kepemilikan Bangunan Gedung adat padamasyarakat hukum adat ditetapkan oleh masyarakathukum adat bersangkutan berdasarkan norma dankearifan lokal yang berlaku di lingkunganmasyarakatnya.

(4) Kepemilikan Bangunan Gedung dapat dialihkan kepadapihak lain.

(5) Pengalihan hak kepemilikan Bangunan Gedung kepadapihak lain harus dilaporkan kepada Bupati untukditerbitkan surat keterangan bukti kepemilikan baru.

(6) Pengalihan hak kepemilikan Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (5) oleh PemilikBangunan Gedung yang bukan pemegang hak atastanah, terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuanpemegang hak atas tanah.

(7) Status kepemilikan Bangunan Gedung adat padamasyarakat hukum adat ditetapkan oleh masyarakathukum adat bersangkutan berdasarkan norma dankearifan lokal yang berlaku di lingkunganmasyarakatnya.

(8) Tata cara pembuktian kepemilikan Bangunan Gedungkecuali sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) diatursesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

17

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Paragraf 3IMB

Pasal 11

(1) Setiap orang atau badan wajib memiliki IMB denganmengajukan permohonan IMB kepada Bupati untukmelakukan kegiatan :a. pembangunan Bangunan Gedung dan/atau prasarana

Bangunan Gedung;b. rehabilitasi/renovasi Bangunan Gedung dan/atau

prasarana Bangunan Gedung meliputi perbaikan/perawatan, perubahan, perluasan/pengurangan; dan

c. pemugaran/pelestarian dengan mendasarkan padasurat keterangan rencana kabupaten (advis planning)untuk lokasi yang bersangkutan.

(2) IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan olehPemerintah Daerah, kecuali Bangunan Gedung fungsikhusus oleh Pemerintah.

(3) Pemerintah Daerah memberikan Surat KeteranganRencana Kabupaten (SKRK) sebagaimana dimaksudpada ayat (1) paling lama 14 (empat belas) hari kerjasejak permohonan SKRK diterima oleh instansi yangberwenang untuk lokasi yang bersangkutan kepadasetiap orang yang akan mengajukan permohonan IMBsebagai dasar penyusunan rencana teknis BangunanGedung.

(4) Surat Keterangan Rencana Kabupaten sebagaimanadimaksud pada ayat (3) merupakan ketentuan yangberlaku untuk lokasi yang bersangkutan dan berisi :a. fungsi Bangunan Gedung yang dapat dibangun pada

lokasi bersangkutan;b. ketinggian maksimum Bangunan Gedung yang

diizinkan;c. jumlah lantai/lapis Bangunan Gedung di bawah

permukaan tanah yang diizinkan;d. garis sempadan dan jarak bebas minimum Bangunan

Gedung yang diizinkan;e. KDB, KLB, KDH dan KTB maksimum yang diizinkan;

danf. jaringan utilitas kabupaten.

(5) Dalam Surat Keterangan Rencana Kabupatensebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat jugadicantumkan ketentuan-ketentuan khusus yang berlakuuntuk lokasi yang bersangkutan.

18

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Paragraf 4IMB di Atas dan/atau di Bawah Tanah, Air

dan/atau Prasarana/Sarana Umum

Pasal 12

(1) Permohonan IMB untuk Bangunan Gedung yangdibangun di atas dan/atau di bawah tanah, air, atauprasarana dan sarana umum harus mendapatkanpersetujuan dari instansi terkait.

(2) IMB untuk pembangunan Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatpertimbangan teknis TABG dan denganmempertimbangkan pendapat masyarakat.

(3) Pembangunan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus mengikuti standar teknisdan pedoman yang terkait.

Paragraf 5Kelembagaan

Pasal 13

(1) Dokumen Permohonan IMB disampaikan/diajukankepada instansi yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang perizinan.

(2) Pemeriksaan dokumen rencana teknis dan administratifdilaksanakan oleh instansi teknis pembina yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangBangunan Gedung.

(3) Bupati dapat melimpahkan sebagian kewenanganpenerbitan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2) kepada Camat.

(4) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimanadimaksud pada ayat (3) mempertimbangkan faktor :a. efisiensi dan efektifitas;b. mendekatkan pelayanan pemberian IMB kepada

masyarakat;c. fungsi bangunan, klasifikasi bangunan, luasan tanah

dan/atau bangunan yang mampu diselenggaraan dikecamatan; dan

d. kecepatan penanganan penanggulangan darurat danrehabilitasi Bangunan Gedung pascabencana.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan sebagiankewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diaturdengan Peraturan Bupati.

19

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Bagian KetigaPersyaratan Teknis Bangunan Gedung

Paragraf 1Umum

Pasal 14

(1) Persyaratan teknis Bangunan Gedung meliputi :a. persyaratan tata bangunan dan lingkungan; danb. persyaratan keandalan Bangunan Gedung.

(2) Persyaratan tata bangunan dan lingkungan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :a. persyaratan peruntukan dan intensitas Bangunan

Gedung;b. persyaratan arsitektur Bangunan Gedung;c. persyaratan pengendalian dampak lingkungan; dand. rencana tata bangunan dan lingkungan.

(3) Persyaratan keandalan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:a. persyaratan keselamatan Bangunan Gedung;b. persyaratan kesehatan Bangunan Gedung;c. persyaratan kenyamanan Bangunan Gedung; dand. persyaratan kemudahan Bangunan Gedung.

Paragraf 2Persyaratan Peruntukan danIntensitas Bangunan Gedung

Pasal 15

(1) Bangunan Gedung wajib diselenggarakan sesuai denganperuntukan lokasi yang telah ditetapkan dalam RTRW,RDTR dan/atau RTBL.

(2) Pemerintah Daerah memberikan informasi mengenaiRTRW, RDTR dan/atau RTBL sebagaimana dimaksudpada ayat (1) kepada masyarakat.

(3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berisiketerangan mengenai peruntukan lokasi, intensitasbangunan yang terdiri dari kepadatan bangunan,ketinggian bangunan, dan garis sempadan bangunan.

(4) Bangunan Gedung yang dibangun :a. di atas prasarana dan sarana umum;b. di bawah prasarana dan sarana umum;c. di bawah atau di atas air;d. di daerah jaringan transmisi listrik tegangan tinggi;

dane. di daerah yang berpotensi bencana alam,wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan memperoleh pertimbangan sertapersetujuan dari Pemerintah Daerah dan/atau instansiterkait lainnya.

20

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(5) Ketentuan mengenai peruntukan lokasi yang belumditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diaturdalam Peraturan Bupati.

Pasal 16

(1) Dalam hal terjadi perubahan RTRW, RDTR dan/atauRTBL yang mengakibatkan perubahan peruntukanlokasi, fungsi Bangunan Gedung yang tidak sesuaidengan peruntukan yang baru wajib disesuaikan.

(2) Terhadap kerugian yang timbul akibat perubahanperuntukan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)Pemerintah Daerah memberikan penggantian yang layakkepada Pemilik Bangunan Gedung sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 17

(1) Bangunan Gedung yang akan dibangun wajib memenuhipersyaratan intensitas Bangunan Gedung yang meliputipersyaratan kepadatan, ketinggian dan jarak bebasBangunan Gedung, berdasarkan ketentuan yang diaturdalam RTRW, RDTR, dan/atau RTBL.

(2) Kepadatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputiketentuan KDB, dan KDH pada tingkatan tinggi, sedangdan rendah.

(3) Ketinggian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputiketentuan tentang KLB, dan ketinggian BangunanGedung dan KLB pada tingkatan KLB tinggi, sedang danrendah.

(4) Ketinggian Bangunan Gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (3) tidak boleh melebihi 15 (lima belas) meterdihitung dari level titik nol dengan toleransi diijinkanadalah 1,2 meter dari permukaan jalan dan selanjutnyamengikuti kontur tanah dihitung dari titik tanahhorizontal bangunan, kecuali bangunan khusus, setelahmendapat persetujuan dari Pemerintah Daerah.

(5) Cara mengukur ketinggian bangunan dimaksud padaayat (4) sebagaimana tercantum dalam lampiran yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanDaerah ini.

(6) Jarak bebas Bangunan Gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (1) meliputi ketentuan tentang GarisSempadan Bangunan Gedung dan jarak antaraBangunan Gedung dengan batas persil, jarak antarbangunan, dan jarak antara as jalan dengan pagarhalaman.

(7) Dalam hal ketentuan mengenai persyaratan intensitasBangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)belum ditetapkan, maka ketentuan mengenaipersyaratan intensitas Bangunan Gedung diatur dalamPeraturan Bupati yang berpedoman pada peraturanperundang-undangan yang lebih tinggi denganmemperhatikan pendapat TABG.

21

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 18

(1) KDB ditentukan atas dasar kepentingan daya dukunglingkungan, pencegahan terhadap bahaya kebakaran,kepentingan ekonomi, fungsi, fungsi bangunan,keselamatan dan kenyamanan bangunan.

(2) Ketentuan besarnya KDB sebagaimana dimaksud padaayat (1) disesuaikan dengan ketentuan dalam RTRW,RDTR, RTBL.

Pasal 19

(1) KDH ditentukan atas dasar kepentingan daya dukunglingkungan, fungsi peruntukan, fungsi bangunan,kesehatan dan kenyamanan bangunan.

(2) Ketentuan besarnya KDH sebagaimana dimaksud padaayat (1) disesuaikan dengan ketentuan dalam RTRW,RDTR, RTBL.

Pasal 20

(1) KLB ditentukan atas dasar kepentingan pelestarianlingkungan/resapan air permukaan dan pencegahanterhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi,fungsi peruntukan, fungsi bangunan, keselamatan dankenyamanan bangunan, keselamatan dan kenyamananumum.

(2) Jumlah lantai Bangunan Gedung ditentukan atas dasarpertimbangan lebar jalan, fungsi bangunan, keselamatanbangunan, keserasian dengan lingkungannya; dan

(3) Ketentuan besarnya KLB sebagaimana dimaksud padaayat (1) disesuaikan dengan ketentuan dalam RTRW,RDTR dan RTBL.

Pasal 21

(1) Jumlah lantai Bangunan Gedung dan tinggi BangunanGedung ditentukan atas dasar pertimbangan lebar jalan,fungsi bangunan, keselamatan bangunan, keserasiandengan lingkungannya serta keselamatan lalu lintaspenerbangan.

(2) Bangunan Gedung dapat dibuat bertingkat ke bawahtanah sepanjang memungkinkan untuk itu dan tidakbertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

(3) Ketentuan besarnya jumlah lantai Bangunan Gedungdan tinggi Bangunan Gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (1) disesuaikan dengan ketentuan dalamRTRW, RDTR, RTBL.

Pasal 22

(1) Garis sempadan bangunan ditentukan ataspertimbangan keamanan, kesehatan, kenyamanan dankeserasian dengan lingkungan dan ketinggianbangunan.

22

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Garis Sempadan Bangunan Gedung meliputi ketentuanmengenai jarak Bangunan Gedung dengan as jalan,lebar telajakan atau jarak pagar pekarangan dengan tepiluar got, tepi sungai, tepi pantai, jaringan listriktegangan tinggi, dengan mempertimbangkan aspekkeselamatan dan kesehatan.

(3) Garis sempadan bangunan meliputi garis sempadanbangunan untuk bagian muka, samping, dan belakang.

(4) Penetapan garis sempadan bangunan berlaku untukbangunan di atas permukaan tanah maupun di bawahpermukaan tanah (besmen).

(5) Ketentuan besarnya garis sempadan bangunansebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikandengan ketentuan dalam RTRW, RDTR, RTBL.

(6) Bupati dapat menetapkan kawasan-kawasan tertentudan spesifik dengan Peraturan Bupati.

Pasal 23

(1) Letak garis sempadan muka bangunan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 22 ayat (3), bilamana tidakditentukan lain adalah sama dengan lebar daerah milikjalan (damija) dihitung dari as jalan.

(2) Untuk lebar jalan yang kurang dari 6 (enam) meter, letakgaris sempadan bangunan adalah sama dengan lebardaerah milik jalan dihitung dari as jalan, tetapi tidakboleh kurang dari 2,5 (dua koma lima) meter dihitungdari tepi daerah milik jalan.

(3) Untuk Bangunan Gedung fungsi usaha, letak garissempadan samping dan belakang bangunan yangberbatasan dengan tetangga adalah minimal 2 (dua)meter dari batas kavling untuk bangunan satu lantai,minimal 2,5 (dua koma lima) meter untuk bangunan dualantai, minimal 3 (tiga) meter untuk bangunan tigalantai, serta minimal 3,5 (tiga koma lima) meter untukbangunan 4 (empat) lantai.

(4) Untuk Bangunan Gedung fungsi hunian dengan luaslahan kurang dan atau sama dengan 200 (dua ratus) m2(2 are) wajib memiliki satu sempadan samping kiri ataukanan bangunan untuk kebutuhan evakuasi. Letak garissempadan samping dan belakang bangunan yangberbatasan dengan tetangga adalah paling sedikit 1(satu) meter dari batas persil untuk bangunan satulantai, paling sedikit 1,5 (satu koma lima) meter untukbangunan dua lantai sampai tiga lantai, paling sedikit 2(dua) meter untuk bangunan empat lantai atau lebih.

(5) Untuk Bangunan Gedung fungsi sosial dan budaya,letak garis sempadan samping dan belakang bangunanyang berbatasan dengan tetangga adalah paling sedikit 2(dua) meter dari batas persil untuk bangunan satulantai, paling sedikit 2,5 (dua koma lima) meter untukbangunan dua lantai, paling sedikit 3 (tiga) meter untukbangunan tiga lantai, serta paling sedikit 3,5 (tiga komalima) meter untuk bangunan 4 (empat) lantai.

23

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(6) Untuk Bangunan Gedung lebih dari satu fungsi, denganjumlah unit paling banyak 3 (tiga) unit pada setiap blokbangunan harus menyediakan sempadan antar blokBangunan Gedung, letak garis sempadan samping danbelakang bangunan yang berbatasan dengan tetanggaadalah paling sedikit 2 (dua) meter dari batas persiluntuk bangunan satu lantai, paling sedikit 2,5 (duakoma lima) meter untuk bangunan dua lantai, palingsedikit 3 (tiga) meter untuk bangunan tiga lantai, sertapaling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter untukbangunan 4 lantai.

(7) Lebar telajakan atau jarak pagar pekarangan dengan tepiluar got dengan ketentuan sebagai berikut :a. untuk lebar jalan sampai 6 (enam) meter minimum 0,5

(nol koma lima) meter;b. untuk lebar jalan diatas 6 (enam) meter sampai 8

(delapan) meter minimum 0,75 (nol koma tujuh puluhlima) meter;

c. untuk lebar jalan diatas 8 (delapan) meter sampai 12(dua belas) meter minimum 1 (satu) meter;

d. untuk lebar jalan diatas 12 (dua belas) sampai 18(delapan belas) meter minimum 1,5 ( satu koma lima)meter; dan

e. untuk lebar jalan diatas 18 (delapan belas) meterminimum 2 (dua) meter.

(8) Penetapan garis sempadan bangunan berlaku untukbangunan di atas permukaan tanah maupun di bawahpermukaan tanah (besmen).

(9) Ketentuan mengenai bangunan di sekitar garissempadan sungai, sempadan pantai, sempadan mata air,sempadan kesucian pura diatur dalam RTRW.

Paragraf 3Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung

Pasal 24

Persyaratan arsitektur Bangunan Gedung meliputipersyaratan penampilan Bangunan Gedung, tata ruangdalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasanBangunan Gedung dengan lingkungannya, sertamemperimbangkan adanya keseimbangan antara nilai-nilaiadat/tradisional sosial budaya setempat terhadappenerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.

Pasal 25

(1) Persyaratan penampilan Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 disesuaikandengan kaidah arsitektur tradisional Bali berkarakterarsitektur setempat (local genius) dan penetapan temaarsitektur bangunan di dalam peraturan zonasi dalamRDTR dan Peraturan Bupati tentang RTBL.

24

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Penampilan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus memperhatikan kaidah estetika bentuk,karakteristik arsitektur tradisional Bali, dan lingkunganyang ada di sekitarnya serta dengan mempertimbangkankaidah pelestarian terhadap arsitektur lokal.

(3) Penampilan Bangunan Gedung yang didirikanberdampingan dengan Bangunan Gedung yangdilestarikan, harus dirancang denganmempertimbangkan kaidah estetika bentuk dankarakteristik dari arsitektur Bangunan Gedung yangdilestarikan.

(4) Penampilan Gedung yang termasuk dalam golonganBangunan Cagar Budaya harus disetujui oleh TACByang selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(5) Ketentuan mengenai arsitektur tertentu diatur dalamPeraturan Bupati.

Pasal 26

(1) Bentuk denah Bangunan Gedung sedapat mungkinsimetris dan sederhana guna mengantisipasi kerusakanakibat bencana alam gempa.

(2) Bentuk Bangunan Gedung harus dirancang denganmemperhatikan bentuk dan karakteristik arsitekturtradisional Bali setempat dengan mempertimbangkanterciptanya ruang luar bangunan yang nyaman danserasi terhadap lingkungannya.

(3) Bentuk denah Bangunan Gedung adat atau tradisionalharus memperhatikan karakteristik arsitekturtradisional Bali, sistem nilai dan kearifan lokal yangberlaku di lingkungan masyarakat adat bersangkutan.

(4) Atap dan dinding Bangunan Gedung harus dibuat darikonstruksi dan bahan yang aman dari kerusakan akibatbencana alam.

Pasal 27

(1) Persyaratan tata ruang dalam Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 harusmemperhatikan fungsi ruang, arsitektur BangunanGedung, dan keandalan Bangunan Gedung.

(2) Bentuk Bangunan Gedung harus dirancang agar setiapruang dalam dimungkinkan menggunakan pencahayaandan penghawaan alami, kecuali fungsi BangunanGedung diperlukan sistem pencahayaan danpenghawaan buatan.

(3) Ruang dalam Bangunan Gedung harus mempunyaitinggi yang cukup sesuai dengan fungsinya danarsitektur bangunannya.

25

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(4) Perubahan fungsi dan penggunaan ruang BangunanGedung atau bagian Bangunan Gedung harus tetapmemenuhi ketentuan penggunaan Bangunan Gedungdan dapat menjamin keamanan, keselamatan bangunandan kebutuhan kenyamanan bagi penghuninya.

Pasal 28

(1) Persyaratan keseimbangan, keserasian dan keselarasanBangunan Gedung dengan lingkungannya sebagaimanadimaksud dalam Pasal 24 harus mempertimbangkanterciptanya ruang luar dan ruang terbuka hijau yangseimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannyayang diwujudkan dalam pemenuhan persyaratan daerahresapan, akses penyelamatan, sirkulasi kendaraan danmanusia serta terpenuhinya kebutuhan prasarana dansarana luar Bangunan Gedung.

(2) Persyaratan keseimbangan, keserasian dan keselarasanBangunan Gedung dengan lingkungannya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi :a. persyaratan ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP);b. persyaratan ruang sempadan Bangunan Gedung;c. persyaratan tapak besmen terhadap lingkungan;d. ketinggian pekarangan dan lantai dasar bangunan;e. daerah hijau pada bangunan;f. tata tanaman;g. sirkulasi dan fasilitas parkir;h. pertandaan (signage); dani. pencahayaan ruang luar Bangunan Gedung.

Pasal 29

(1) Persyaratan RTHP ditetapkan dalam RTRW, RDTRdan/atau RTBL, secara langsung atau tidak langsungdalam bentuk Garis Sempadan Bangunan, KDB, KDH,KLB, sirkulasi dan fasilitas parkir dan ketetapan lainnyayang bersifat mengikat semua pihak berkepentingan.

(2) Dalam hal ketentuan mengenai persyaratan RTHPsebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum ditetapkan,maka ketentuan mengenai persyaratan RTHP dapatdiatur sementara untuk suatu lokasi dalam PeraturanBupati sebagai acuan bagi penerbitan IMB.

Pasal 30

(1) Persyaratan ruang sempadan depan Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf bharus mengindahkan keserasian lansekap pada ruasjalan yang terkait sesuai dengan ketentuan rencana rincitata ruang kabupaten Jembranadan/atau rencana tatabangunan dan lingkungan yang mencakup pagar dangerbang, tanaman besar/pohon dan bangunanpenunjang.

26

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Terhadap persyaratan ruang sempadan depan bangunansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditetapkankarakteristik lansekap jalan atau ruas jalan denganmempertimbangkan keserasian tampak depanbangunan, ruang sempadan depan bangunan, pagar,jalur pajalan kaki, jalur kendaraan dan jalur hijaumedian jalan dan sarana utilitas umum lainnya.

Pasal 31

(1) Persyaratan tapak besmen terhadap lingkungansebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf cberupa kebutuhan besmen dan besaran KTB ditetapkanberdasarkan rencana peruntukan lahan RTRW danRDTR, ketentuan teknis dan kebijakan daerah.

(2) Untuk penyediaaan RTHP yang memadai, lantai besmenpertama tidak diperkenankan melanggar batassempadan dan keluar dari tapak bangunan di atas tanahdan atap besmen kedua harus berkedalaman sekurangkurangnya 2 (dua) meter dari permukaan tanah.

Pasal 32

(1) Persyaratan ketinggian pekarangan dan lantai dasarbangunan sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 ayat (2)huruf d apabila tinggi tanah pekarangan berada dibawah titik ketinggian (peil) bebas banjir yang ditetapkanoleh Balai Sungai atau instansi berwenang setempatatau terdapat kemiringan yang curam atau perbedaantinggi yang besar pada tanah asli suatu perpetakan,maka tinggi maksimal lantai dasar ditetapkan tersendiri.

(2) Tinggi lantai dasar suatu Bangunan Gedungdiperkenankan mencapai maksimal 1,20 (satu koma duanol) meter di atas tinggi rata-rata tanah pekarangan atautinggi rata-rata jalan, dengan memperhatikan keserasianlingkungan;

(3) Apabila tinggi tanah pekarangan berada di bawah titikketinggian (peil) bebas banjir atau terdapat kemiringancuram atau perbedaan tinggi yang besar pada suatutanah perpetakan, maka tinggi maksimal lantai dasarditetapkan tersendiri.

(4) Permukaan atas dari lantai denah (dasar):a. minimal 15 (lima belas) cm dan maksimal 45 (empat

puluh lima) cm di atas titik tertinggi dari pekaranganyang sudah dipersiapkan;

b. sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) cm di atastitik tertinggi dari sumbu jalan yang berbatasan; dan

c. dalam hal-hal yang luar biasa, ketentuan dalam hurufa, tidak berlaku untuk tanah-tanah yang miring.

Pasal 33

(1) Daerah hijau pada bangunan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 28 ayat (2) huruf e dapat berupa taman atapatau penanaman pada sisi bangunan.

27

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Daerah hijau pada bangunan merupakan bagian darikewajiban pemohon IMB untuk menyediakan RTHPdengan luas minimum 25% (dua puluh lima perseratus)dari luas persil.

Pasal 34

Tata Tanaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat(2) huruf f meliputi aspek pemilihan karakter tanaman danpenempatan tanaman dengan memperhitungkan tingkatkestabilan tanah/wadah tempat tanaman tumbuh dantingkat bahaya yang ditimbulkannya.

Pasal 35

(1) Setiap bangunan bukan rumah tinggal harusmenyediakan fasilitas parkir sebagaimana dimaksuddalam Pasal 28 ayat (2) huruf g yang proporsionaldengan jumlah luas lantai bangunan sesuai standarteknis yang telah ditetapkan.

(2) Fasilitas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tidak boleh mengurangi daerah hijau yang telahditetapkan dan harus berorientasi pada pejalan kaki,memudahkan aksesibilitas dan tidak terganggu olehsirkulasi kendaraan.

(3) Sistem sirkulasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 28ayat (2) huruf g harus saling mendukung antarasirkulasi ekternal dan sirkulasi internal BangunanGedung serta antara individu pemakai bangunan dengansarana transportasinya.

Pasal 36

(1) Pertandaan (Signage) sebagaimana dimaksud dalamPasal 28 ayat (2) huruf h yang ditempatkan padabangunan, pagar, kavling dan/atau ruang publik tidakboleh mengganggu karakter yang akan diciptakan/dipertahankan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pertandaan (signage)Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diatur dalam Peraturan bupati.

Pasal 37

(1) Pencahayaan ruang luar Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf iharus disediakan dengan memperhatikan karakterlingkungan, fungsi dan arsitektur bangunan, estetikaamenitas dan komponen promosi.

(2) Pencahayaan yang dihasilkan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus memenuhi keserasian denganpencahayaan dari dalam bangunan dan pencahayaandari penerangan jalan umum.

28

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Paragraf 4Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan

Pasal 38

(1) Setiap kegiatan dalam bangunan dan/ataulingkungannya yang mengganggu atau menimbulkandampak besar dan penting terhadap lingkungan hidupharus dilengkapi dengan dokumen lingkungan hidupdan/atau izin lingkungan.

(2) Dokumen lingkungan hidup dan/atau izin lingkungansebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi KajianLingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis MengenaiDampak Lingkungan (Amdal), Upaya PengelolaanLingkungan (UKL) dan/atau Upaya PemantauanLingkungan (UPL).

(3) Persyaratan dokumen lingkungan hidup dan/atau izinlingkungan disesuaikan dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 39

(1) Setiap kegiatan dalam bangunan dan/ataulingkungannya yang mengganggu atau menimbulkandampak besar dan penting terhadap lalu lintas harusdilengkapi dengan dokumen Analisis Dampak LaluLintas (Andalalin).

(2) Persyaratan dokumen Andalalin disesuaikan denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 40

(1) Setiap Bangunan Gedung dan persilnya wajib mengelolaair hujan sebagai upaya dan kegiatan untukmempertahankan kondisi hidrologi alami, dengan caramemaksimalkan pemanfaatan air hujan, infiltrasi airhujan, dan menyimpan sementara air hujan untukmenurunkan debit banjir melalui optimasi pemanfaatanelemen alam dan pemanfaatan elemen buatan.

(2) Instrumen pelaksanaan pengelolaan air hujan padaBangunan Gedung dan persilnya meliputi :a. informasi karakteristik wilayah terkait dengan

karakteristik tanah, topografi, muka air tanah, danjenis sarana pengelolaan air hujan;

b. instrumen pelaksanaan pengelolaan air hujan padaBangunan Gedung baru; dan

c. instrumen pelaksanaan pengelolaan air hujan padaBangunan Gedung eksisting.

(3) Tahapan penyelenggaraan pengelolaan air hujan padaBangunan Gedung dan persilnya terdiri atas :a. tahapan penyelenggaraan untuk gedung baru; danb. tahapan penyelenggaraan untuk gedung eksisting.

29

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(4) Status Wajib Kelola Air Hujan pada Bangunan Gedungdan persilnya ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.

(5) Ketetapan Status Wajib Kelola Air Hujan pada BangunanGedung dan persilnya disampaikan kepada pemohonIMB bersamaan dengan penerbitan surat KeteranganRencana Kabupaten.

(6) Pemenuhan ketetapan Status Wajib Kelola Air Hujandalam dokumen rencana teknis Bangunan Gedungmerupakan bagian dari prasyarat diterbitkannya IMB.

(7) Status Wajib Kelola Air Hujan pada Bangunan Gedungdan persilnya, meliputi :a. status Wajib Kelola Air Hujan persentil 95; danb. status Wajib Kelola Air Hujan berdasarkan analisis

hidrologi spesifik.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan air hujanpada Bangunan Gedung dan persilnya diatur dalamPeraturan Bupati.

Paragraf 5RTBL

Pasal 41

(1) RTBL memuat program bangunan dan lingkungan,rencana umum dan panduan rancangan, rencanainvestasi dan ketentuan pengendalian rencana danpedoman pengendalian pelaksanaan.

(2) Program bangunan dan lingkungan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) memuat jenis, jumlah, besaran,dan luasan Bangunan Gedung, serta kebutuhan ruangterbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial, prasaranaaksesibilitas, sarana pencahayaan, dan saranapenyehatan lingkungan, baik berupa penataanprasarana dan sarana yang sudah ada maupun baru.

(3) Rencana umum dan panduan rancangan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) merupakan ketentuan-ketentuantata bangunan dan lingkungan pada suatulingkungan/kawasan yang memuat rencana peruntukanlahan makro dan mikro, rencana perpetakan, rencanatapak, rencana sistem pergerakan, rencana aksesibilitaslingkungan, rencana prasarana dan sarana lingkungan,rencana wujud visual bangunan, dan ruang terbukahijau.

(4) Rencana investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan arahan program investasi Bangunan Gedungdan lingkungannya yang disusun berdasarkan programbangunan dan lingkungan serta ketentuan rencanaumum dan panduan rencana yang memperhitungkankebutuhan nyata para pemangku kepentingan dalamproses pengendalian investasi dan pembiayaan dalampenataan lingkungan/kawasan, dan merupakan rujukanbagi para pemangku kepentingan untuk menghitungkelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataanatau pun menghitung tolok ukur keberhasilan investasi,

30

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

sehingga tercapai kesinambungan pentahapanpelaksanaan pembangunan.

(5) Ketentuan pengendalian rencana sebagaimana dimaksudpada ayat (1) merupakan alat mobilisasi peran masing-masing pemangku kepentingan pada masa pelaksanaanatau masa pemberlakuan RTBL sesuai dengankapasitasnya dalam suatu sistem yang disepakatibersama, dan berlaku sebagai rujukan bagi parapemangku kepentingan untuk mengukur tingkatkeberhasilan kesinambungan pentahapan pelaksanaanpembangunan.

(6) Pedoman pengendalian pelaksanaan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) merupakan alat untukmengarahkan perwujudan pelaksanaan penataanbangunan dan lingkungan/kawasan berdasarkandokumen RTBL, dan memandu pengelolaan kawasanagar dapat berkualitas, meningkat, dan berkelanjutan.

(7) RTBL disusun berdasarkan pada pola penataanBangunan Gedung dan lingkungan yang ditetapkan olehPemerintah Daerahdan/atau masyarakat dan dapatdilakukan melalui kemitraan Pemerintah Daerah denganswasta dan/atau masyarakat sesuai dengan tingkatpermasalahan pada lingkungan/kawasan bersangkutandengan mempertimbangkan pendapat para ahli danmasyarakat.

(8) Pola penataan Bangunan Gedung dan lingkungansebagaimana dimaksud pada ayat (7) meliputipembangunan baru, pembangunan sisipan parsial,pembangunan kembali wilayah perkotaan,pembangunan untuk menghidupkan kembali wilayahperkotaan, dan pelestarian kawasan.

(9) RTBL yang didasarkan pada berbagai pola penataanBangunan Gedung dan lingkungan sebagaimanadimaksud pada ayat (8) ditujukan bagi berbagai statuskawasan seperti kawasan baru yang potensialberkembang, kawasan terbangun, kawasan yangdilindungi dan dilestarikan, atau kawasan yang bersifatgabungan atau campuran dari ketiga jenis kawasanpada ayat ini.

(10) RTBL ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 6Persyaratan Keselamatan Bangunan Gedung

Pasal 42

Persyaratan keselamatan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) huruf a meliputi:a. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap

beban muatan;b. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap

bahaya kebakaran; danc. persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap

bahaya petir.

31

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 43

(1) Persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadapbeban muatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42huruf a meliputi :a. persyaratan struktur Bangunan Gedung;b. pembebanan pada Bangunan Gedung;c. struktur atas Bangunan Gedung;d. struktur bawah Bangunan Gedung;e. pondasi langsung;f. pondasi dalam;g. keselamatan struktur;h. keruntuhan struktur; dani. persyaratan bahan.

(2) Struktur Bangunan Gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a harus kokoh, stabil dalam memikulbeban dan memenuhi persyaratan keselamatan,persyaratan pelayanan selama umur yang direncanakandengan mempertimbangkan :a. fungsi Bangunan Gedung, lokasi, keawetan dan

kemungkinan pelaksanaan konstruksi BangunanGedung;

b. pengaruh aksi sebagai akibat dari beban yang bekerjaselama umur layanan struktur baik beban muatantetap maupun sementara yang timbul akibat gempa,angin, korosi, jamur dan serangga perusak;

c. pengaruh gempa terhadap substruktur maupunstruktur Bangunan Gedung sesuai zona gempanya;

d. struktur bangunan yang direncanakan secara daktailpada kondisi pembebanan maksimum, sehingga padasaat terjadi keruntuhan, kondisi strukturnya masihmemungkinkan penyelamatan diri penghuninya;

e. struktur bawah Bangunan Gedung pada lokasi tanahyang dapat terjadi likulfaksi; dan

f. keandalan Bangunan Gedung.

(3) Pembebanan pada Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b, harus dianalisis denganmemeriksa respon struktur terhadap beban tetap, bebansementara atau beban khusus yang mungkin bekerjaselama umur pelayanan dengan menggunakan SNItentang Tata cara perencanaan ketahanan gempa untukrumah dan gedung, atau edisi terbaru, SNI tentang Tatacara perencanaan pembebanan untuk rumah dangedung, atau edisi terbaru, atau standar baku dan/ataupedoman teknis.

32

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(4) Struktur atas Bangunan Gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c meliputi konstruksi beton,konstruksi baja, konstruksi kayu, konstruksi bambu,konstruksi dengan bahan dan teknologi khususdilaksanakan dengan menggunakan standar sebagaiberikut:a. konstruksi beton : SNI tentang Tata cara perencanaan

beton dan struktur dinding bertulang untuk rumahdan gedung, atau edisi terbaru, SNI tentang Tata carapenghitungan struktur beton untuk BangunanGedung, atau edisi terbaru, SNI tentang Tata caraperencanaan dinding struktur pasangan balok betonberongga bertulang untuk bangunan rumah dangedung, atau edisi terbaru, SNI tentang Tata carapengadukan pengecoran beton, atau edisi terbaru, SNItentang Tata cara pembuatan rencana campuranbeton normal, atau edisi terbaru, SNI tentang Tatacara rencana pembuatan campuran beton ringandengan agregat ringan, atau edisi terbaru; tata caraperencanaan dan palaksanaan konstruksi betonpracetak dan prategang untuk Bangunan Gedung,metode pengujian dan penentuan parameterperencanaan tahan gempa konstruksi beton pracetakdan prategang untuk Bangunan Gedung danspesifikasi sistem dan material konstruksi betonpracetak dan prategang untuk Bangunan Gedung;

b. konstruksi baja : SNI tentang Tata cara pembuatandan perakitan konstruksi baja, dan tata carapemeliharaan konstruksi baja selama masakonstruksi;

c. konstruksi kayu: SNI tentang Tata cara perencanaankonstruksi kayu untuk Bangunan Gedung, dan tatacara pembuatan dan perakitan konstruksi kayu;

d. konstruksi bambu: mengikuti kaidah perencanaankonstruksi berdasarkan pedoman dan standar yangterkait; dan

e. konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus,mengikuti kaidah perencanaan konstruksi bahan danteknologi khusus berdasarkan pedoman dan standaryang terkait.

(5) Struktur bawah Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi pondasilangsung dan pondasi dalam.

(6) Pondasi langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf e, harus direncanakan sehingga dasarnya terletakdi atas lapisan tanah yang mantap dengan daya dukungtanah yang cukup kuat dan selama berfungsinyaBangunan Gedung tidak mengalami penurunan yangmelampaui batas.

(7) Pondasi dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf f, digunakan dalam hal lapisan tanah dengan dayadukung yang terletak cukup jauh di bawah permukaantanah sehingga pengguna pondasi langsung dapatmenyebabkan penurunan yang berlebihan atauketidakstabilan konstruksi.

33

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(8) Keselamatan struktur sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf g, merupakan salah satu penentuan tingkatkeandalan struktur bangunan yang diperoleh dari hasilpemeriksaan berkala oleh tenaga ahli yang bersertifikatsesuai dengan ketentuan dalam Peraturan MenteriPekerjaan Umum tentang Pedoman Teknis PemeriksaanBerkala Bangunan Gedung.

(9) Keruntuhan struktur sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf h, merupakan salah satu kondisi yang harusdihindari dengan cara melakukan pemeriksaan berkalatingkat keandalan Bangunan Gedung sesuai denganPeraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang PedomanTeknis Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung.

(10) Persyaratan bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf i harus memenuhi persyaratan keamanan,keselamatan lingkungan dan pengguna BangunanGedung serta sesuai dengan SNI terkait.

Pasal 44

(1) Persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadapbahaya kebakaran meliputi sistem proteksi aktif, sistemproteksi pasif, persyaratan jalan ke luar dan aksesibilitasuntuk pemadaman kebakaran, persyaratanpencahayaan darurat, tanda arah ke luar dan sistemperingatan bahaya, persyaratan komunikasi dalamBangunan Gedung, persyaratan instalasi bahan bakargas dan manajemen penanggulangan kebakaran.

(2) Setiap Bangunan Gedung kecuali rumah tinggal tunggaldan rumah deret sederhana harus dilindungi daribahaya kebakaran dengan sistem proteksi aktif yangmeliputi sistem pemadam kebakaran, sistem diteksi danalarm kebakaran, sistem pengendali asap kebakaran danpusat pengendali kebakaran.

(3) Setiap Bangunan Gedung kecuali rumah tinggal tunggaldan rumah deret sederhana harus dilindungi daribahaya kebakaran dengan sistem proteksi pasif denganmengikuti SNI tentang Tata cara perencanaan sistemproteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaranpada Bangunan Gedung, atau edisi terbaru dan SNItentang Tata cara perencanaan dan pemasangan saranajalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahayakebakaran pada Bangunan Gedung, atau edisi terbaru.

(4) Persyaratan jalan ke luar dan aksesibilitas untukpemadaman kebakaran meliputi perencanaan aksesbangunan dan lingkungan untuk pencegahan bahayakebakaran dan perencanaan dan pemasangan jalankeluar untuk penyelamatan sesuai dengan SNI tentangTata cara perencanaan bangunan dan lingkungan untukpencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumahdan gedung, atau edisi terbaru, dan SNI tentang Tatacara perencanaan sistem proteksi pasif untukpencegahan bahaya kebakaran pada Bangunan Gedung,atau edisi terbaru.

34

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(5) Persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah ke luardan sistem peringatan bahaya dimaksudkan untukmemberikan arahan bagi pengguna gedung dalamkeadaaan darurat untuk menyelamatkan diri sesuaidengan SNI tentang Tata cara perancangan pencahayaandarurat, tanda arah dan sistem peringatan bahaya padaBangunan Gedung, atau edisi terbaru.

(6) Persyaratan komunikasi dalam Bangunan Gedungsebagai penyediaan sistem komunikasi untuk keperluaninternal maupun untuk hubungan ke luar pada saatterjadi kebakaran atau kondisi lainnya harus sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undanganmengenai telekomunikasi.

(7) Persyaratan instalasi bahan bakar gas meliputi jenisbahan bakar gas dan instalasi gas yang dipergunakanbaik dalam jaringan gas kabupaten maupun gas tabungmengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh instansi yangberwenang.

(8) Setiap Bangunan Gedung dengan fungsi, klasifikasi,luas, jumlah lantai dan/atau jumlah penghuni tertentuharus mempunyai unit manajemen proteksi kebakaranBangunan Gedung.

Pasal 45

(1) Persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadapbahaya petir dan bahaya kelistrikan meliputipersyaratan instalasi proteksi petir dan persyaratansistem kelistrikan.

(2) Persyaratan instalasi proteksi petir harusmemperhatikan perencanaan sistem proteksi petir,instalasi proteksi petir, pemeriksaan dan pemeliharaanserta memenuhi SNI tentang Sistem proteksi petir padaBangunan Gedung, atau edisi terbaru dan/atau standarteknis lainnya.

(3) Persyaratan sistem kelistrikan harus memperhatikanperencanaan instalasi listrik, jaringan distribusi listrik,beban listrik, sumber daya listrik, transformatordistribusi, pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaandan memenuhi SNI tentang tegangan standar, atau edisiterbaru, SNI tentang Persyaratan umum instalasi listrik,atau edisi terbaru, SNI tentang Sistem pasokan dayalistrik darurat dan siaga, atau edisi terbaru dan SNItentang Sistem pasokan daya listrik daruratmenggunakan energi tersimpan, atau edisi terbarudan/atau standar teknis lainnya.

Pasal 46

(1) Setiap Bangunan Gedung untuk kepentingan umumharus dilengkapi dengan sistem pengamanan yangmemadai untuk mencegah terancamnya keselamatanpenghuni dan harta benda akibat bencana bahanpeledak.

35

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Sistem pengamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) merupakan kelengkapan pengamanan BangunanGedung untuk kepentingan umum dari bahaya bahanpeledak, yang meliputi prosedur, peralatan dan petugaspengamanan.

(3) Prosedur pengamanan sebagaimana dimaksud dalamayat (2) merupakan tata cara proses pemeriksanaanpengunjung Bangunan Gedung yang kemungkinanmembawa benda atau bahan berbahaya yang dapatmeledakkan dan/atau membakar Bangunan Gedungdan/atau pengunjung di dalamnya.

(4) Peralatan pengamanan sebagaimana dimaksud dalamayat (2) merupakan peralatan detektor yang digunakanuntuk memeriksa pengunjung Bangunan Gedung yangkemungkinan membawa benda atau bahan berbahayayang dapat meledakkan dan/atau membakar BangunanGedung dan/atau pengunjung di dalamnya.

(5) Petugas pengamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) merupakan orang yang diberikan tugas untukmemeriksa pengunjung Bangunan Gedung yangkemungkinan membawa benda atau bahan berbahayayang dapat meledakkan dan/atau membakar BangunanGedung dan/atau pengunjung di dalamnya.

(6) Persyaratan sistem pengamanan sebagaimana dimaksudpada ayat (2) yang meliputi ketentuan mengenai tatacara perencanaan, pemasangan, pemeliharaan instalasisistem pengamanan disesuaikan dengan pedoman danstandar teknis yang terkait.

Paragraf 7Persyaratan Kesehatan Bangunan Gedung

Pasal 47

Persyaratan kesehatan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) huruf b meliputi :a. sistem penghawaan;b. pencahayaan;c. sanitasi; dand. penggunaan bahan bangunan.

Pasal 48

(1) Sistem penghawaan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 47 huruf a, dapat berupaventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatansesuai dengan fungsinya.

(2) Bangunan Gedung tempat tinggal dan BangunanGedung untuk pelayanan umum harus mempunyaibukaan permanen atau yang dapat dibuka untukkepentingan ventilasi alami dan kisi-kisi pada pintu danjendela.

36

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(3) Persyaratan teknis sistem dan kebutuhan ventilasi harusmengikuti SNI tentang Konservasi energi sistem tataudara pada Bangunan Gedung, atau edisi terbaru, SNItentang Tata cara perancangan sistem ventilasi danpengkondisian udara pada Bangunan Gedung, atau edisiterbaru, standar tentang tata cata perencanaan,pemasangan dan pemeliharaan sistem ventilasidan/atau standar teknis terkait.

Pasal 49

(1) Sistem pencahayaan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 47 huruf b, dapat berupa sistempencahayaan alami dan/atau buatan dan/ataupencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.

(2) Bangunan Gedung tempat tinggal dan BangunanGedung untuk pelayanan umum harus mempunyaibukaan untuk pencahayaan alami yang optimaldisesuaikan dengan fungsi Bangunan Gedung dan fungsitiap-tiap ruangan dalam Bangunan Gedung.

(3) Sistem pencahayaan buatan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:a. mempunyai tingkat iluminasi yang disyaratkan sesuai

fungsi ruang dalam dan tidak menimbulkan efeksilau/pantulan;

b. sistem pencahayaan darurat hanya dipakai padaBangunan Gedung fungsi tertentu, dapat bekerjasecara otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaanyang cukup untuk evakuasi; dan

c. harus dilengkapi dengan pengendali manual/otomatisdan ditempatkan pada tempat yang mudahdicapai/dibaca oleh pengguna ruangan.

(4) Persyaratan teknis sistem pencahayaan harus mengikutiSNI tentang Konservasi energi sistem pencahayaanbuatan pada Bangunan Gedung, atau edisi terbaru, SNItentang Tata cara perancangan sistem pencahayaanalami pada Bangunan Gedung, atau edisi terbaru, SNItentang Tata cara perancangan sistem pencahayaanbuatan pada Bangunan Gedung, atau edisi terbarudan/atau standar teknis terkait.

Pasal 50

(1) Sistem sanitasi Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 47 huruf c, dapat berupa sistemair minum dalam Bangunan Gedung, sistem pengolahandan pembuangan air limbah/kotor, persyaratan instalasigas medik, persyaratan penyaluran air hujan,persyaratan fasilitasi sanitasi dalam Bangunan Gedung(saluran pembuangan air kotor, tempat sampah,penampungan sampah dan/atau pengolahan sampah).

37

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Sistem air minum dalam Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusdirencanakan dengan mempertimbangkan sumber airminum, kualitas air bersih, sistem distribusi danpenampungannya.

(3) Persyaratan air minum dalam Bangunan Gedung harusmengikuti :a. kualitas air minum sesuai dengan peraturan

perundang-undangan mengenai persyaratan kualitasair minum dan pedoman teknis mengenai sistemplambing;

b. SNI tentang Sistem Plambing 2000, atau edisi terbaru;dan

c. pedoman dan/atau pedoman teknis terkait.

Pasal 51

(1) Sistem pengolahan dan pembuangan air limbah/kotorsebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 harusdirencanakan dan dipasang dengan mempertimbangkanjenis dan tingkat bahayanya yang diwujudkan dalambentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan danpenggunaan peralatan yang dibutuhkan dan sistempengolahan dan pembuangannya.

(2) Air limbah beracun dan berbahaya tidak boleh digabungdengan air limbah rumah tangga, yang sebelum dibuangke saluran terbuka harus diproses sesuai denganpedoman dan standar teknis terkait.

(3) Persyaratan teknis sistem air limbah harus mengikutiSNI tentang Sistem Plambing 2000, atau edisi terbaru,SNI tentang Tata cara perencanaan tangki septik dengansistem resapan, atau edisi terbaru, SNI tentangSpesifikasi dan pemasangan perangkap bau, atau edisiterbaru dan/atau standar teknis terkait.

(4) Setiap Bangunan Gedung baik fungsi usaha, pelayananmedis, fungsi tertentu dan komplek perumahan harusmemiliki pengolahan limbah terintegrasi, sesuai denganpersyaratan dan standar teknis yang berlaku.

Pasal 52

(1) Persyaratan instalasi gas medik sebagaimana dimaksuddalam Pasal 50 diberlakukan di fasilitas pelayanankesehatan di rumah sakit, rumah perawatan, fasilitashiperbank, klinik bersalin dan fasilitas kesehatanlainnya.

(2) Potensi bahaya kebakaran dan ledakan yang berkaitandengan sistem perpipaan gas medik dan sistem vacumgas medik harus dipertimbangkan pada saatperancangan, pemasangan, pengujian, pengoperasiandan pemeliharaannya.

38

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(3) Persyaratan instansi gas medik harus mengikuti SNItentang Keselamatan pada bangunan fasilitas pelayanankesehatan, atau edisi terbaru dan/atau standar baku/pedoman teknis terkait.

Pasal 53

(1) Sistem air hujan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50harus direncanakan dan dipasang denganmempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah,permeabilitas tanah dan ketersediaan jaringan drainaselingkungan Bangunan Gedung.

(2) Setiap Bangunan Gedung dan pekarangannya harusdilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan baikdengan sistem peresapan air ke dalam tanah pekarangandan/atau dialirkan ke dalam sumur resapan sebelumdialirkan ke jaringan drainase lingkungan.

(3) Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untukmencegah terjadinya endapan dan penyumbatan padasaluran.

(4) Persyaratan penyaluran air hujan harus mengikutiketentuan SNI tentang Sistem plambing 2000, atau edisiterbaru, SNI tentang Tata cara perencanaan sumurresapan air hujan untuk lahan pekarangan, atau edisiterbaru, SNI tentang Spesifikasi sumur resapan airhujan untuk lahan pekarangan, atau edisi terbaru, danstandar tentang tata cara perencanaan, pemasangan danpemeliharaan sistem penyaluran air hujan padaBangunan Gedung atau standar baku dan/ataupedoman terkait.

Pasal 54

(1) Sistem pembuangan kotoran, dan sampah dalamBangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal50 harus direncanakan dan dipasang denganmempertimbangkan fasilitas penampungan danjenisnya.

(2) Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalambentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dansampah pada Bangunan Gedung denganmemperhitungkan fungsi bangunan, jumlah penghunidan volume kotoran dan sampah.

(3) Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkandalam bentuk penempatan pewadahan dan/ataupengolahannya yang tidak mengganggu kesehatanpenghuni, masyarakat dan lingkungannya.

(4) Pengembang perumahan harus menyediakan wadahsampah, alat pengumpul dan tempat pembuangansampah sementara, sedangkan pengangkatan danpembuangan akhir dapat bergabung dengan sistem yangsudah ada.

39

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(5) Potensi reduksi sampah dapat dilakukan denganmendaur ulang dan/atau memanfaatkan kembalisampah bekas.

(6) Sampah beracun dan sampah rumah sakit, laboratoriundan pelayanan medis harus dibakar dengan insineratoryang tidak menggangu lingkungan.

Pasal 55

(1) Bahan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalamPasal 47 huruf d, harus aman bagi kesehatan penggunaBangunan Gedung dan tidak menimbulkan dampakpenting terhadap lingkungan serta penggunannya dapatmenunjang pelestarian lingkungan.

(2) Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan dan tidakmenimbulkan dampak penting harus memenuhi kriteria:a. tidak mengandung bahan berbahaya/beracun bagi

kesehatan pengguna Bangunan Gedung;b. tidak menimbulkan efek silau bagi pengguna,

masyarakat dan lingkungan sekitarnya;c. tidak menimbulkan efek peningkatan temperatur;d. sesuai dengan prinsip konservasi; dane. ramah lingkungan.

Paragraf 8Persyaratan Kenyamanan Bangunan Gedung

Pasal 56

Persyaratan kenyamanan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) huruf c meliputikenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang,kenyamanan kondisi udara dalam ruang, kenyamananpandangan, serta kenyamanan terhadap tingkat getaran dankebisingan.

Pasal 57

(1) Kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruangsebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 merupakantingkat kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruangdan tata letak ruang serta sirkulasi antar ruang yangmemberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan; dan

(2) Kenyamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus mempertimbangkan fungsi ruang, jumlahpengguna, perabot/furnitur, aksesibilitas ruang danpersyaratan keselamatan dan kesehatan.

Pasal 58(1) Persyaratan kenyamanan kondisi udara di dalam ruang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 merupakantingkat kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dankelembaban di dalam ruang untuk terselenggaranyafungsi Bangunan Gedung.

40

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Persyaratan kenyamanan kondisi udara sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus mengikuti SNI tentangKonservasi energi selubung bangunan pada BangunanGedung, atau edisi terbaru, SNI tentang Konservasienergi sistem tata udara pada Bangunan Gedung, atauedisi terbaru, SNI tentang Prosedur audit energi padaBangunan Gedung, atau edisi terbaru, SNI tentang Tatacara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisianudara pada Bangunan Gedung, atau edisi terbarudan/atau standar baku dan/atau pedoman teknisterkait.

Pasal 59

(1) Persyaratan kenyamanan pandangan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 56 merupakan kondisi dari hakpribadi pengguna yang di dalam melaksanakankegiatannya di dalam gedung tidak terganggu BangunanGedung lain di sekitarnya.

(2) Persyaratan kenyamanan pandangan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus mempertimbangkankenyamanan pandangan dari dalam bangunan, ke luarbangunan, dan dari luar ke ruang-ruang tertentu dalamBangunan Gedung.

(3) Persyaratan kenyamanan pandangan dari dalam ke luarbangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harusmempertimbangkan:a. gubahan massa bangunan, rancangan bukaan, tata

ruang dalam dan luar bangunan dan rancanganbentuk luar bangunan; dan

b. pemanfaatan potensi ruang luar Bangunan Gedungdan penyediaan RTH.

(4) Persyaratan kenyamanan pandangan dari luar ke dalambangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harusmempertimbangkan:a. rancangan bukaan, tata ruang dalam dan luar

bangunan dan rancangan bentuk luar bangunan;b. keberadaan Bangunan Gedung yang ada dan/atau

yang akan ada di sekitar Bangunan Gedung danpenyediaan RTH; dan

c. pencegahan terhadap gangguan silau dan pantulansinar.

(5) Persyaratan kenyamanan pandangan pada BangunanGedung sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat(4) harus memenuhi ketentuan dalam standar teknisterkait.

Pasal 60(1) Persyaratan kenyamanan terhadap tingkat getaran dan

kebisingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56merupakan tingkat kenyamanan yang ditentukan olehsatu keadaan yang tidak mengakibatkan pengguna danfungsi Bangunan Gedung terganggu oleh getarandan/atau kebisingan yang timbul dari dalam BangunanGedung maupun lingkungannya.

41

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Untuk mendapatkan kenyamanan dari getaran dankebisingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)penyelenggara Bangunan Gedung harusmempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaanperalatan dan/atau sumber getar dan sumber bisinglainnya yang berada di dalam maupun di luar BangunanGedung.

(3) Persyaratan kenyamanan terhadap tingkat kenyamananterhadap getaran dan kebisingan pada BangunanGedung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harusmengikuti persyaratan teknis, yaitu standar tata caraperencanaan kenyamanan terhadap getaran dankebisingan pada Bangunan Gedung.

Paragraf 9Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung

Pasal 61

Persyaratan kemudahan sebagaimana dimaksud dalamPasal 14 ayat (3) huruf d meliputi kemudahan hubungan ke,dari dan di dalam Bangunan Gedung serta kelengkapansarana dan prasarana dalam pemanfaatan BangunanGedung.

Pasal 62

(1) Kemudahan hubungan ke, dari dan di dalam BangunanGedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 meliputitersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, amandan nyaman termasuk penyandang cacat dan lanjutusia.

(2) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus mempertimbangkantersedianya hubungan horizontal dan vertikal antarruang dalam Bangunan Gedung, akses evakuasitermasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia.

(3) Bangunan Gedung umum yang fungsinya untukkepentingan publik, harus menyediakan fasilitas dankelengkapan sarana hubungan vertikal bagi semuaorang termasuk manusia berkebutuhan khusus.

(4) Setiap Bangunan Gedung harus memenuhi persyaratankemudahan hubungan horizontal berupa tersedianyapintu dan/atau koridor yang memadai dalam jumlah,ukuran dan jenis pintu, arah bukaan pintu yangdipertimbangkan berdasarkan besaran ruangan, fungsiruangan dan jumlah pengguna Bangunan Gedung.

(5) Ukuran koridor sebagai akses horizontal antar ruangdipertimbangkan berdasarkan fungsi koridor, fungsiruang dan jumlah pengguna.

(6) Kelengkapan sarana dan prasarana harus disesuaikandengan fungsi Bangunan Gedung dan persyaratanlingkungan Bangunan Gedung.

42

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 63

(1) Setiap bangunan bertingkat harus menyediakan saranahubungan vertikal antar lantai yang memadai untukterselenggaranya fungsi Bangunan Gedung berupatangga, ram, lif, tangga berjalan (eskalator) atau lantaiberjalan (travelator).

(2) Jumlah, ukuran dan konstruksi sarana hubunganvertikal harus berdasarkan fungsi Bangunan Gedung,luas bangunan dan jumlah pengguna ruang sertakeselamatan pengguna Bangunan Gedung.

(3) Bangunan Gedung dengan ketinggian di atas 2 (dua)lantai harus menyediakan lif penumpang.

(4) Setiap Bangunan Gedung yang memiliki lif penumpangharus menyediakan lif khusus kebakaran, atau lifpenumpang yang dapat difungsikan sebagai lifkebakaran yang dimulai dari lantai dasar BangunanGedung.

(5) Persyaratan kemudahan hubungan vertikal dalambangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mengikuti SNI tentang Tata cara perancangan sistemtransportasi vertikal dalam gedung (lif), atau edisiterbaru, atau penggantinya.

Bagian KeempatPersyaratan Bangunan Gedung Hijau

Pasal 64

Prinsip Bangunan Gedung hijau meliputi:a. perumusan kesamaan tujuan, pemahaman serta rencana

tindak;b. pengurangan penggunaan sumber daya, baik berupa

lahan, material, air, sumber daya alam maupun sumberdaya manusia (reduce);

c. pengurangan timbulan limbah, baik fisik maupun non-fisik;

d. penggunaan kembali sumber daya yang telah digunakansebelumnya (reuse);

e. penggunaan sumber daya hasil siklus ulang (recycle);f.perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup

melalui upaya pelestarian;g. mitigasi risiko keselamatan, kesehatan, perubahan iklim,

dan bencana;h. orientasi kepada siklus hidup;i.orientasi kepada pencapaian mutu yang diinginkan;j. inovasi teknologi untuk perbaikan yang berlanjut; dank. peningkatan dukungan kelembagaan, kepemimpinan dan

manajemen dalam implementasi.

43

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 65

(1) Bangunan Gedung yang dikenai persyaratan BangunanGedung hijau meliputi Bangunan Gedung baru danBangunan Gedung yang telah dimanfaatkan;

(2) Bangunan Gedung yang dikenai persyaratan BangunanGedung hijau dibagi menjadi kategori :a. wajib (mandatory);b. disarankan (recommended); danc. sukarela (voluntary).

(3) Bangunan Gedung yang dikenakan persyaratanBangunan Gedung hijau diatur lebih lanjut dalamPeraturan Bupati.

Pasal 66

(1) Setiap Bangunan Gedung hijau harus memenuhipersyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuaidengan fungsi dan klasifikasi Bangunan Gedung.

(2) Selain persyaratan teknis sebagaimana dimaksud padaayat (1), Bangunan Gedung hijau juga harus memenuhipersyaratan Bangunan Gedung hijau.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan BangunanGedung hijau diatur dalam Peraturan Bupati.

Bagian KelimaPersyaratan Bangunan GedungCagar Budaya Yang Dilestarikan

Pasal 67

Setiap Bangunan Gedung cagar budaya yang dilestarikanharus memenuhi persyaratan :a. administratif; danb. teknis.

Pasal 68

(1) Persyaratan administratif Bangunan Gedung cagarbudaya yang dilestarikan sebagaimana dimaksud dalamPasal 67 huruf a meliputi:a. status Bangunan Gedung sebagai Bangunan Gedung

cagar budaya;b. status kepemilikan; danc. perizinan

(2) Penetapan status Bangunan Gedung sebagai BangunanGedung cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat(1) huruf a dilakukan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan tentang cagar budaya.

44

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(3) Status kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b meliputi status kepemilikan tanah dan statuskepemilikan Bangunan Gedung cagar budaya yangdikeluarkan oleh instansi yang berwenang.

(4) Tanah dan Bangunan Gedung cagar budaya dapatdimiliki oleh negara, swasta, badan usaha miliknegara/daerah, masyarakat hukum adat, atauperseorangan.

Pasal 69

(1) Persyaratan teknis Bangunan Gedung cagar budayayang dilestarikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67huruf b meliputi:a. persyaratan tata bangunan;b. persyaratan keandalan Bangunan Gedung cagar

budaya; danc. persyaratan pelestarian.

(2) Persyaratan tata bangunan sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a terdiri atas :a. peruntukan dan intensitas Bangunan Gedung;b. arsitektur Bangunan Gedung; danc. pengendalian dampak lingkungan.

(3) Persyaratan keandalan Bangunan Gedung cagar budayasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiriatas:a. keselamatan;b. kesehatan;c. kenyamanan; dand. kemudahan.

(4) Persyaratan pelestarian sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf c meliputi :a. keberadaan Bangunan Gedung cagar budaya; danb. nilai penting Bangunan Gedung cagar budaya.

(5) Persyaratan keberadaan Bangunan Gedung cagarbudaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf aharus dapat menjamin keberadaan Bangunan Gedungcagar budaya sebagai sumber daya budaya yang bersifatunik, langka, terbatas, dan tidak membaru.

(6) Persyaratan nilai penting Bangunan Gedung cagarbudaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf bharus dapat menjamin terwujudnya makna dan nilaipenting yang meliputi langgam arsitektur, teknikmembangun, sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,agama, dan/atau kebudayaan, serta memiliki nilaibudaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan BangunanGedung cagar budaya yang dilestarikan diatur dalamPeraturan Bupati.

45

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Bagian KeenamPembangunan Bangunan Gedung di Atas atau di Bawah

Tanah, Air atau Prasarana/Sarana Umum, dan pada DaerahHantaran Udara Listrik Tegangan Tinggi/Ekstra Tinggi/

Ultra Tinggi dan/atau Menara Telekomunikasidan/atau Menara Air

Pasal 70

(1) Pembangunan Bangunan Gedung di atas prasaranadan/atau sarana umum harus memenuhi persyaratansebagai berikut :a. sesuai dengan RTRW, RDTR dan/atau RTBL;b. tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang

berada di bawahnya dan/atau di sekitarnya;c. tetap memperhatikan keserasian bangunan terhadap

lingkungannya;d. mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang;

dane. mempertimbangkan pendapat TABG dan pendapat

masyarakat.

(2) Pembangunan Bangunan Gedung di bawah tanah yangmelintasi prasarana dan/atau sarana umum harusmemenuhi persyaratan sebagai berikut :a. sesuai dengan RTRW, RDTR dan/atau RTBL;b. tidak untuk fungsi hunian atau tempat tinggal;c. tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang

berada di bawah tanah;d. memiliki sarana khusus untuk kepentingan

keamanan dan keselamatan bagi pengguna bangunan;e. mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang;

danf. mempertimbangkan pendapat TABG dan pendapat

masyarakat.

(3) Pembangunan Bangunan Gedung di bawah dan/atau diatas air harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:a. sesuai dengan RTRW, RDTR dan/atau RTBL;b. tidak mengganggu keseimbangan lingkungan dan

fungsi lindung kawasan;c. tidak menimbulkan pencemaran;d. telah mempertimbangkan faktor keselamatan,

kenyamanan, kesehatan dan kemudahan bagipengguna bangunan;

e. mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang;dan

f. mempertimbangkan pendapat TABG dan pendapatmasyarakat.

(4) Pembangunan Bangunan Gedung pada daerah hantaranudara listrik tegangan tinggi/ekstra tinggi/ultra tinggidan/atau menara telekomunikasi dan/atau menara airharus memenuhi persyaratan sebagai berikut:a. sesuai dengan RTRW, RDTR dan/atau RTBL;

46

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

b. telah mempertimbangkan faktor keselamatan,kenyamanan, kesehatan dan kemudahan bagipengguna bangunan;

c. khusus untuk daerah hantaran listrik tegangan tinggiharus mengikuti pedoman dan/atau standar teknistentang ruang bebas udara tegangan tinggi dan SNINomor tentang Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) -Nilai ambang batas medan listrik dan medan magnet;

d. khusus menara telekomunikasi harus mengikutiperaturan yang berlaku;

e. mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang;dan

f. mempertimbangkan pendapat TABG dan pendapatmasyarakat.

Bagian KetujuhPersyaratan Bangunan Gedung Adat, Bangunan Gedung

Tradisional, Pemanfaatan Simbol dan Unsur/Elemen Tradisional serta Kearifan Lokal

Paragraf 1Bangunan Gedung Adat

Pasal 71

(1) Bangunan Gedung adat dapat berupa bangunan ibadah,kantor lembaga masyarakat adat, balai/gedungpertemuan masyarakat adat, atau sejenisnya.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung adat dilakukan olehmasyarakat adat sesuai ketentuan hukum adat yangtidak bertentangan dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(3) Penyelenggaraan Bangunan Gedung adat dilakukandengan mengikuti persyaratan administratif danpersyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal7 ayat (1).

(4) Pemerintah Daerah dapat mengatur persyaratanadministratif dan persyaratan teknis lain yang besifatkhusus pada penyelenggaraan Bangunan Gedung adatdalam Peraturan Bupati.

Pasal 72

Ketentuan mengenai kaidah/norma adat dalampenyelenggaraan Bangunan Gedung adat terdiri dariketentuan pada aspek perencanaan, pembangunan, danpemanfaatan, yang meliputi :a. penentuan lokasi; danb. gaya/langgam Arsitektur Bali.

47

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 73

Penentuan lokasi pada Bangunan Gedung adat memilikiketentuan sebagai berikut :a. penentuan lokasi Bangunan Gedung adat dilakukan

dengan mengikuti ketentuan hukum adat yang tidakbertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

b. lokasi bangunan adat lainnya dapat menjadi satukesatuan dengan lokasi bangunan ibadah dan ataudisesuaikan dengan nilai-nilai serta norma tradisi denganmempertimbangkan aspek hulu-hilir (hulu teben) danmengutamakan aspek fungsi dan efisiensi.

Pasal 74

Gaya/langgam arsitektur Bali pada Bangunan Gedung adatmemiliki ketentuan sebagai berikut :a. arsitektur bangunan ibadah dirancang sesuai dengan

aturan-aturan dan tata nilai tradisi yang menyangkutbentuk, proporsi, ukuran, bahan, struktur dan aspekarsitektur lainnya;

b. gaya/langgam arsitektur Bangunan Gedung adat harusmengekspresikan identitas arsitektur Bali, baik eksteriormaupun interior bangunan;

c. selain bangunan ibadah, bangunan adat harusmencerminkan sosok bangunan Bali dan sedapatmungkin menerapkan prinsip-prinsip tata bangunantradisional;

d. penggunaan bahan bangunan lokal tradisional sangatdianjurkan pada bangunan adat untuk kelestarian danpengembangan budaya Bali; dan

e. unsur, elemen dan komponen bangunan tradisionalharus melestarikan dan mengembangkan prinsipbangunan adat sesuai dengan perkembangan teknologiyang ada.

Paragraf 2Arsitektur Bangunan Gedung dengan Gaya/

Langgam Arsitektur Bali

Pasal 75

(1) Arsitektur Bangunan Gedung dengan gaya/langgamarsitektur bali dapat berupa fungsi hunian, fungsikeagamaan, fungsi usaha, fungsi perkantoran, dan/ataufungsi sosial dan budaya.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dengan gaya/langgam arsitektur Bali dilakukan oleh perseorangan,kelompok masyarakat, lembaga swasta atau lembagapemerintah sesuai ketentuan kaidah/norma tradisionalyang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

48

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(3) Sosok bangunan harus secara kuat menunjukkan sosokbangunan Bali dengan ciri tropis yang meliputi elemenatap limas/pelana yang khas, badan bangunan dengankolom vertikal ataupun dinding pemikul, dan peninggianlantai ataupun umpak sehingga menyiratkan adanyakepala, badan dan kaki secara kuat dan jelas.

(4) Bentuk atap dominan adalah atap limasan/pelana yangkhas Bali.

(5) Menggunakan bahan-bahan alam/lokal/tradisionaluntuk eksterior bangunan.

(6) Menggunakan karakter warna alam/lokal/tradisionalBali.

(7) Menggunakan ornamen dan elemen bangunantradisional sesuai dengan fungsi dan nilai yangterkandung didalamnya dan mempertimbangkan konseparsitektur bangunan yang dirancang.

(8) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dengangaya/langgam tradisional dilakukan dengan mengikutipersyaratan administratif dan persyaratan teknissebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).

(9) Ketentuan mengenai persyaratan administratif danpersyaratan teknis lain yang besifat khusus padapenyelenggaraan Bangunan Gedung dengan gaya/langgam tradisional diatur lebih lanjut dalam PeraturanBupati.

Pasal 76

Simbol Bangunan Gedung dengan gaya/langgam ArsitekturBali memiliki ketentuan sebagai berikut :a. perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga swasta

atau lembaga pemerintah dapat menggunakan simbolatau unsur tradisional yang terdapat pada BangunanGedung adat untuk digunakan pada Bangunan Gedungyang akan dibangun atau direhabilitasi atau direnovasi;dan

b. penggunaan simbol atau unsur tradisional yang terdapatpada Bangunan Gedung adat sebagaimana dimaksudpada huruf a harus tetap sesuai dengan makna simboltradisional yang digunakan dan sistem nilai yang berlakupada pemanfaatan Bangunan Gedung.

Pasal 77

Tata ruang luar dan dalam pada Bangunan Gedung dengangaya/langgam arsitektur Bali memiliki ketentuan sebagaiberikut : diatur selaras dengan nilai-nilai dalam budaya Baliyang memperhatikan hulu-teben atau utama, madya, dannista mandala dan diwujudkan untuk sekaligus mendukungpemenuhan persyaratan keselamatan, kesehatan,kenyamanan, dan keindahan Bangunan Gedung, disampinguntuk mewadahi kegiatan pendukung fungsi BangunanGedung dan daerah hijau di sekitar bangunan. Fungsi-

49

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

fungsi bangunan diluar yang diatur dalam norma-normaarsitektur tradisional Bali disusun hirarkinya berdasarkankesepadaannya dengan nilai-nilai fungsi tradisional.

Pasal 78

Ketentuan teknis dan prinsip-prinsip pembangunanBangunan Gedung dengan gaya/langgam tradisional Balidiatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Paragraf 3Penggunaan Simbol dan Unsur/Elemen Tradisional

Pasal 79

(1) Perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga swastaatau lembaga pemerintah dapat menggunakan simboldan unsur/elemen tradisional untuk digunakan padaBangunan Gedung yang akan dibangun, direhabilitasiatau direnovasi.

(2) Penggunaan simbol atau unsur tradisional yang terdapatpada Bangunan Gedung adat sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus tetap sesuai dengan makna simboltradisional yang digunakan dan sistem nilai yangberlaku pada pemanfaatan Bangunan Gedung.

(3) Penggunaan unsur/elemen Bangunan Gedungtradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 76 huruf b.

(4) Penggunaan simbol dan unsur/elemen tradisionalsebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untukmelestarikan simbol dan unsur/elemen tradisional sertamemperkuat karakteristik lokal pada Bangunan Gedung.

(5) Penggunaan simbol dan unsur/elemen tradisionalsebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuaidengan makna dan filosofi yang terkandung dalamsimbol dan unsur/elemen tradisional yang digunakanberdasarkan budaya dan sistem nilai yang berlaku.

(6) Penggunaan simbol dan unsur/elemen tradisionalsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan denganpertimbangan aspek penampilan dan keserasianBangunan Gedung dengan lingkungannya.

(7) Penggunaan simbol dan unsur/elemen tradisionalsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwajibkanuntuk Bangunan Gedung milik Pemerintah Daerahdan/atau Bangunan Gedung milik Pemerintah di Daerahdan dianjurkan untuk Bangunan Gedung milik lembagaswasta atau perseorangan.

(8) Ketentuan dan tata cara penggunaan simbol danunsur/elemen tradisional diatur lebih lanjut dalamPeraturan Bupati.

50

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Paragraf 4Kearifan Lokal

Pasal 80

Penyelenggaraan bangunan rumah dan/atau bangunan adatselain memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 71 harus memperhatikan kaidah arsitekturtradisional Bali, kearifan lokal dan sistem nilai yang berlakudi lingkungan masyarakat hukum adatnya.

Pasal 81

(1) Kearifan lokal merupakan petuah atau ketentuan ataunorma yang mengandung kebijaksanaan dalam berbagaiperikehidupan masyarakat setempat sebagai sebagaiwarisan turun temurun dari leluhur.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dilakukan denganmempertimbangkan kearifan lokal yang berlaku padamasyarakat setempat yang tidak bertentangan denganketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Ketentuan dan tata cara penyelenggaraan kearifan lokalyang berkaitan dengan penyelenggaraan BangunanGedung diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Bagian KedelapanPersyaratan Bangunan Gedung Semi Permanen

dan Bangunan Gedung Darurat

Pasal 82

(1) Bangunan Gedung semi permanen dan daruratmerupakan Bangunan Gedung yang digunakan untukfungsi yang ditetapkan dengan konstruksi semipermanen dan darurat yang dapat ditingkatkan menjadipermanen.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus tetap dapat menjaminkeamanan, keselamatan, kemudahan, keserasian dankeselarasan Bangunan Gedung dengan lingkungannya.

(3) Tata cara penyelenggaraan Bangunan Gedung semipermanen dan darurat diatur lebih lanjut dalamPeraturan Bupati.

51

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Bagian KesembilanPersyaratan Bangunan Gedung di Kawasan

Rawan Bencana Alam

Paragraf 1Umum

Pasal 83

(1) Kawasan rawan bencana alam meliputi kawasan rawantanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang,kawasan rawan banjir, kawasan rawan angin topan dankawasan rawan bencana alam geologi.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawanbencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan memenuhi persyaratan tertentu yangmempertimbangkan keselamatan dan keamanan demikepentingan umum.

(3) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dalam RTRW, RDTR, peraturanzonasi dan/atau penetapan dari instansi yangberwenang lainnya.

Paragraf 2Persyaratan Bangunan Gedung di Kawasan

Rawan Tanah Longsor

Pasal 84

(1) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksuddalam Pasal 83 ayat (1) merupakan kawasan berbentuklereng yang rawan terhadap perpindahan materialpembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,tanah, atau material campuran.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawantanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuan dalamRTRW, RDTR, peraturan zonasi dan/atau penetapan dariinstansi yang berwenang lainnya.

(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) belum ditetapkan, Pemerintah Daerah dapatmengatur mengenai persyaratan penyelenggaraanBangunan Gedung di kawasan rawan tanah longsordalam Peraturan Bupati.

(4) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawantanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (2)harus memiliki rekayasa teknis tertentu yang mampumengantisipasi kerusakan Bangunan Gedung akibatkejatuhan material longsor dan/atau keruntuhanBangunan Gedung akibat longsoran tanah pada tapak.

52

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Paragraf 3Persyaratan Bangunan Gedung di Kawasan

Rawan Gelombang Pasang

Pasal 85

(1) Kawasan rawan gelombang pasang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) merupakan kawasansekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasangdengan kecepatan antara 10 (sepuluh) sampai dengan100 (seratus) kilometer per jam yang timbul akibat anginkencang atau gravitasi bulan atau matahari.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawangelombang pasang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuan dalamRTRW, RDTR, peraturan zonasi dan/atau penetapan dariinstansi yang berwenang lainnya.

(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) belum ditetapkan, Pemerintah Daerah dapatmengatur mengenai peryaratan penyelenggaraanBangunan Gedung di kawasan rawan gelombang pasangdalam Peraturan Bupati.

(4) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawangelombang pasang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus memiliki rekayasa teknis tertentu yang mampumengantisipasi kerusakan dan/atau keruntuhanBangunan Gedung akibat hantaman gelombang pasang.

Paragraf 4Persyaratan Bangunan Gedung di Kawasan

Rawan Banjir

Pasal 86

(1) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud dalamPasal 83 ayat (1) merupakan kawasan yangdiidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggimengalami bencana alam banjir.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawanbanjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemenuhi persyaratan sesuai ketentuan dalam RTRW,RDTR, peraturan zonasi dan/atau penetapan dariinstansi yang berwenang lainnya.

(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) belum ditetapkan, Pemerintah Daerah dapatmengatur mengenai peryaratan penyelenggaraanBangunan Gedung di kawasan rawan banjir dalamPeraturan Bupati.

(4) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawanbanjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemiliki rekayasa teknis tertentu yang mampumengantisipasi keselamatan penghuni dan/ataukerusakan Bangunan Gedung akibat genangan banjir.

53

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Paragraf 5Persyaratan Bangunan Gedung di Kawasan

Rawan Bencana Angin Topan

Pasal 87

(1) Kawasan rawan bencana angin topan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) merupakan kawasanyang diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggimengalami bencana alam angin topan.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawanbencana angin topan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuandalam RTRW, RDTR, peraturan zonasi dan/ataupenetapan dari instansi yang berwenang lainnya.

(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) belum ditetapkan, Pemerintah Daerah dapatmengatur mengenai peryaratan penyelenggaraanBangunan Gedung di kawasan rawan bencana angintopan dalam Peraturan Bupati.

(4) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawanbencana angin topan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus memiliki rekayasa teknis tertentu yang mampumengantisipasi keselamatan penghuni dan/ataukerusakan Bangunan Gedung akibat angin putingbeliung.

Paragraf 6Persyaratan Bangunan Gedung di Kawasan

Rawan Bencana Alam Geologi

Pasal 88

Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) meliputi:a. kawasan rawan letusan gunung berapi;b. kawasan rawan gempa bumi;c. kawasan rawan gerakan tanah;d. kawasan yang terletak di zona patahan aktif;e. kawasan rawan tsunami;f. kawasan rawan abrasi; dang. kawasan rawan bahaya gas beracun.

Pasal 89

(1) Kawasan rawan letusan gunung berapi merupakankawasan yang terletak di sekitar kawah atau kalderadan/atau berpotensi terlanda awan panas, aliran lava,aliran lahar lontaran atau guguran batu pijar dan/ataualiran gas beracun.

54

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawanletusan gunung berapi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuandalam RTRW, RDTR, peraturan zonasi dan/ataupenetapan dari instansi yang berwenang lainnya.

(3) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) belum ditetapkan, Pemerintah Daerah dapatmengatur mengenai peryaratan penyelenggaraanBangunan Gedung di kawasan rawan letusan gunungberapi dalam Peraturan Bupati.

(4) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawanletusan gunung berapi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus memiliki rekayasa teknis tertentu yang mampumengantisipasi keselamatan penguni secara sementaradari bahaya awan panas, aliran lava, aliran laharlontaran atau guguran batu pijar dan/atau aliran gasberacun.

Pasal 90

(1) Kawasan rawan gempa bumi merupakan kawasan yangberpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumidengan skala VII sampai dengan XII Modified MercallyIntensity (MMI).

(2) Kawasan rawan gempa bumi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) ditetapkan dalam Peta Zonasi GempaKabupaten Jembrana.

(3) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawangempa bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemenuhi persyaratan sesuai ketentuan dalam SNItentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untukrumah dan gedung atau edisi terbarunya.

(4) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawangempa bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemiliki rekayasa teknis tertentu yang mampumengantisipasi kerusakan dan/atau keruntuhanBangunan Gedung akibat getaran gempa bumi dalamperiode waktu tertentu.

Pasal 91

(1) Kawasan rawan gerakan tanah merupakan kawasanyang memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah tinggi.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawangerakan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuan dalamRTRW, RDTR, peraturan zonasi dan/atau penetapan dariinstansi yang berwenang lainnya.

(3) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawangerakan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus memiliki rekayasa teknis tertentu yang mampumengantisipasi kerusakan dan/atau keruntuhanBangunan Gedung akibat gerakan tanah tinggi.

55

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 92

(1) Kawasan yang terletak di zona patahan aktif merupakankawasan yang berada pada sempadan dengan lebarpaling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter dari tepijalur patahan aktif.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan yangterletak di zona patahan aktif sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sesuaiketentuan dalam RTRW, RDTR, peraturan zonasidan/atau penetapan dari instansi yang berwenanglainnya.

(3) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan yangterletak di zona patahan aktif sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus memiliki rekayasa teknis tertentuyang mampu mengantisipasi kerusakan dan/ataukeruntuhan Bangunan Gedung akibat patahan aktifgeologi.

Pasal 93

(1) Kawasan rawan tsunami merupakan kawasan pantaidengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernahmengalami tsunami.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawantsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemenuhi persyaratan sesuai ketentuan dalam RTRW,RDTR, peraturan zonasi dan/atau penetapan dariinstansi yang berwenang lainnya.

(3) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawantsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemiliki rekayasa teknis tertentu yang mampumengantisipasi keselamatan penghuni dan/ataukeruntuhan Bangunan Gedung akibat gelombangtsunami.

Pasal 94

(1) Kawasan rawan abrasi merupakan kawasan pantai yangberpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawanabrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemenuhi persyaratan sesuai ketentuan dalam RTRW,RDTR, peraturan zonasi dan/atau penetapan dariinstansi yang berwenang lainnya.

(3) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawanabrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemiliki rekayasa teknis tertentu yang mampumengantisipasi kerusakan dan/atau keruntuhanBangunan Gedung akibat abrasi.

56

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 95

(1) Kawasan rawan bahaya gas beracun merupakankawasan yang berpotensi dan/atau pernah mengalamibahaya gas beracun.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawanbahaya gas beracun sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuandalam RTRW, RDTR, peraturan zonasi dan/ataupenetapan dari instansi yang berwenang lainnya.

(3) Penyelenggaraan Bangunan Gedung di kawasan rawanbahaya gas beracun sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus memiliki rekayasa teknis tertentu yang mampumengantisipasi keselamatan penghuni BangunanGedung akibat bahaya gas beracun.

Pasal 96

Tata cara dan persyaratan penyelenggaraan BangunanGedung di kawasan rawan bencana alam sebagaimanadimaksud dalam Pasal 83 diatur lebih lanjut dalamPeraturan Bupati.

BAB VPENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG

Bagian KesatuUmum

Pasal 97

(1) Penyelenggaraan Bangunan Gedung terdiri atas kegiatanpembangunan, pemanfaatan, pelestarian, danpembongkaran.

(2) Kegiatan pembangunan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diselenggarakan melalui prosesperencanaan teknis dan proses pelaksanaan konstruksi.

(3) Kegiatan pemanfaatan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan pemeliharaan,perawatan, pemeriksaan secara berkala, perpanjanganSertifikat Laik Fungsi, dan pengawasan pemanfaatanBangunan Gedung.

(4) Kegiatan pelestarian Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan penetapan danpemanfaatan termasuk perawatan dan pemugaran sertakegiatan pengawasannya.

(5) Kegiatan pembongkaran Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penetapanpembongkaran dan pelaksanaan pembongkaran sertapengawasan pembongkaran.

57

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(6) Di dalam penyelenggaraan Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (1) penyelenggaraBangunan Gedung wajib memenuhi persyaratanadministrasi dan persyaratan teknis untuk menjaminkeandalan Bangunan Gedung tanpa menimbulkandampak penting bagi lingkungan.

(7) Penyelenggaraan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan olehperorangan atau penyedia jasa di bidangpenyelenggaraan gedung.

Bagian KeduaKegiatan Pembangunan

Paragraf 1Umum

Pasal 98

Kegiatan pembangunan Bangunan Gedung dapatdiselenggarakan secara swakelola atau menggunakanpenyedia jasa di bidang perencanaan, pelaksanaan dan/atau pengawasan.

Pasal 99

(1) Penyelenggaraan pembangunan Bangunan Gedungsecara swakelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98menggunakan gambar rencana teknis sederhana ataugambar rencana prototip.

(2) Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan tekniskepada pemilik Bangunan Gedung dengan penyediaanrencana teknik sederhana atau gambar prototip.

(3) Pengawasan pembangunan Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan olehPemerintah Daerah dalam rangka kelaikan fungsiBangunan Gedung.

Paragraf 2Perencanaan Teknis

Pasal 100

(1) Setiap kegiatan mendirikan, mengubah, menambah danmembongkar Bangunan Gedung harus berdasarkanpada perencanaan teknis yang dirancang oleh penyediajasa perencanaan Bangunan Gedung yang mempunyaisertifikasi kompetensi di bidangnya sesuai dengan fungsidan klasifikasinya.

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) perencanan teknis untuk BangunanGedung hunian tunggal sederhana, Bangunan Gedunghunian deret sederhana, dan Bangunan Gedung darurat.

58

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(3) Pemerintah Daerah dapat menetapkan jenis BangunanGedung lainnya yang dikecualikan dari ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diatur didalam Peraturan Bupati.

(4) Perencanaan Bangunan Gedung dilakukan berdasarkankerangka acuan kerja dan dokumen ikatan kerja denganpenyedia jasa perencanaan Bangunan Gedung yangmemiliki sertifikasi sesuai dengan bidangnya.

(5) Perencanaan teknis Bangunan Gedung harus disusundalam suatu dokumen rencana teknis BangunanGedung.

Paragraf 3Dokumen Rencana Teknis

Pasal 101

(1) Dokumen rencana teknis Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (5) dapatmeliputi:a. gambar rencana teknis berupa: rencana teknis

arsitektur, struktur dan konstruksi, mekanikal/elektrikal;

b. gambar detail;c. syarat-syarat umum dan syarat teknis;d. rencana anggaran biaya pembangunan; dane. laporan perencanaan.

(2) Dokumen rencana teknis sebagaimana dimaksud padaayat (1) diperiksa, dinilai, disetujui dan disahkan sebagaidasar untuk pemberian IMB dengan mempertimbangkankelengkapan dokumen sesuai dengan fungsi danklasifkasi Bangunan Gedung, persyaratan tatabangunan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan dankemudahan;

(3) Penilaian dokumen rencana teknis Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (2) harusmempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:a. pertimbangan dari TABG untuk Bangunan Gedung

yang digunakan bagi kepentingan umum;b. pertimbangan dari TABG dan memperhatikan

pendapat masyarakat untuk Bangunan Gedung yangakan menimbulkan dampak penting;

c. pertimbangan dari TABG untuk Bangunan Gedungdengan luasan lebih besar atau sama dengan 500(lima ratus) m2; dan

d. koordinasi dengan Pemerintah Daerah, danmendapatkan pertimbangan dari TABG sertamemperhatikan pendapat masyarakat untukBangunan Gedung yang diselenggarakan olehPemerintah.

59

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(4) Persetujuan dan pengesahan dokumen rencana teknissebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan secaratertulis oleh pejabat yang berwenang.

(5) Dokumen rencana teknis yang telah disetujui dandisahkan dikenakan biaya retribusi IMB yang besarnyaditetapkan berdasarkan fungsi dan Klasifikasi BangunanGedung.

(6) Berdasarkan pembayaran retribusi IMB sebagaimanadimaksud pada ayat (5) Bupati menerbitkan IMB.

Paragraf 4Pengaturan Retribusi IMB

Pasal 102

Pemberian IMB dikenakan retribusi sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan di bidangretribusi.

Paragraf 5Tata Cara Penerbitan IMB

Pasal 103

(1) Permohonan IMB disampaikan kepada Bupati dengandilampiri persyaratan administratif dan persyaratanteknis sesuai dengan fungsi dan klasifikasi BangunanGedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4,Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7.

(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud padaayat (1) terdiri dari:a. tanda bukti status hak atas tanah, atau tanda bukti

perjanjian pemanfaatan tanah;b. data Pemilik Bangunan Gedung;c. rencana teknis Bangunan Gedung;d. hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi

Bangunan Gedung yang menimbulkan dampakpenting terhadap lingkungan; dan

e. dokumen/surat surat lainnya yang terkait.

(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri dari:a. data umum Bangunan Gedung; danb. rencana teknis Bangunan Gedung.

(4) Data umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berisiinformasi mengenai:a. fungsi dan klasifikasi Bangunan Gedung;b. luas lantai dasar Bangunan Gedung;c. total luas lantai Bangunan Gedung;d. ketinggian/jumlah lantai Bangunan Gedung; dane. rencana pelaksanaan.

60

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(5) Rencana teknis Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (3) terdiri dari:a. gambar pra rencana Bangunan Gedung yang terdiri

dari gambar rencana tapak atau situasi, denah,tampak dan gambar potongan;

b. spesifikasi teknis Bangunan Gedung;c. rancangan arsitektur Bangunan Gedung;d. rencangan struktur secara sederhana/prinsip;e. rancangan utilitas Bangunan Gedung secara prinsip;f. spesifikasi umum Bangunan Gedung;g. perhitungan struktur Bangunan Gedung 2 (dua) lantai

atau lebih dan/atau bentang struktur lebih dari 6meter;

h. perhitungan kebutuhan utilitas (mekanikal danelektrikal); dan

i. rekomendasi instansi terkait.

(6) Rencana teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (5)disesuaikan dengan penggolongannya, yaitu :a. rencana teknis untuk Bangunan Gedung fungsi

hunian meliputi :1. bangunan hunian rumah tinggal tunggal

sederhana (rumah inti tumbuh, rumah sederhanasehat, rumah deret sederhana);

2. bangunan hunian rumah tinggal tunggal danrumah deret sampai dengan 2 lantai; dan

3. bangunan hunian rumah tinggal tunggal tidaksederhana atau 2 lantai atau lebih dan gedunglainnya pada umumnya.

b. rencana teknis untuk Bangunan Gedung untukkepentingan umum;

c. rencana teknis untuk Bangunan Gedung fungsikhusus; dan

d. rencana teknis untuk Bangunan Gedung kedutaanbesar negara asing dan Bangunan Gedung diplomatiklainnya.

Pasal 104

Permohonan IMB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103ayat (1) diajukan dengan persyaratan sebagai berikut :a. salinan KTP/surat keterangan domisili/surat keterangan

kewarganegaraan (bagi WNA);b. surat kuasa bermaterai Rp.6.000,- (jika di urus orang

lain);c. surat Keterangan Rencana Kabupaten (SKRK);d. salinan akte pendirian badan usaha/badan hukum dan

atau perubahannya yang telah disahkan oleh pejabatyang berwenang, apabila yang mengajukan permohonanadalah badan usaha/badan hukum;

e. salinan bukti penguasaan hak atas tanah;

61

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

f. gambar rancang bangun/bestek ditandatangani olehpenanggung jawab (pemilik, perencana, pengawas danpelaksana) yang terdiri dari:1. Gambar situasi (skala 1:1000/1 : 500 );2. Gambar layout/denah, tampak, potongan (skala 1 :

100/1 : 200); dan3. Gambar rencana pondasi, sanitasi dan rencana atap

(skala 1:100/1:200) disertai softcopy gambar;g. surat pernyataan penegasan batas kepemilikan;h. surat pernyataan pertanggungjawaban konstruksi dari

penanggung jawab bangunan;i. dokumen lingkungan (Amdal, UKL/UPL) bila diperlukan;j. salinan izin penggunaan dan pemanfaatan tanah (untuk

luas lahan minimal 15 are) serta bukti penyerahanfasilitas sosial/fasilitas umum;

k. gambar detail konstruksi ditandatangani oleh penanggungjawab, pemilik, pengawas dan pelaksana khusus untukbangunan yang belum berdiri yang bertingkat ataubentang lebih dari 6 (enam) meter (disertai softcopygambar);

l. perhitungan konstruksi kayu atau beton bertulang,baja/besi (untuk bangunan belum berdiri yang bertingkatatau bentang lebih dari 6 (enam) meter);

m. surat rekomendasi dari Dinas Kesehatan khusus untukklinik dan rumah sakit, Dinas Pariwisata (hotel bintang,hotel non-bintang dan villa), Dinas Perdagangan (pasartradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern);

n. formulir permohonan bermaterai Rp. 6.000,-; dan

Pasal 105

(1) Jenis Bangunan Gedung terdiri dari :a. Bangunan Gedung; danb. prasarana Bangunan Gedung.

(2) Jenis pelayanan IMB Bangunan Gedung antara lain :a. bangunan non-rumah tinggal;b. bangunan rumah tinggal yang dibangun oleh

pengembang (real estate);c. bangunan rumah tinggal bertingkat;d. bangunan rumah tinggal non-tingkat dengan luas

lebih dari 100 (seratus) m2;

e. bangunan rumah tinggal non-tingkat dengan luassampai dengan 100 (seratus ) m2;

f. pembuatan duplikat/copy dokumen IMB yangdilegalisasikan sebagai dokumen IMB yang hilangatau rusak dengan melampirkan keterangan hilangtertulis dari Kepolisian;

g. pemecahan dokumen IMB sesuai dengan perubahanpemecahan dokumen IMB atas permohonan yangbersangkutan;

62

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

h. balik nama dokumen IMB sesuai dengan perubahankepemilikan tanah atau lahan atas permohonan yangbersangkutan;

i. IMB perubahan fungsi atau kegunaan;j. IMB menambah luas bangunan; dank. IMB berjangka.

(3) Jenis pelayanan IMB prasarana Bangunan Gedungantara lain :a. konstruksi pembatas/penahan/pengaman;b. konstruksi penanda masuk lokasi;c. konstruksi perkerasan;b. konstruksi penghubung;c. konstruksi kolam/reservoir bawah tanah;d. konstruksi menara;e. konstruksi monumen;f. konstruksi instalasi/gardu;g. konstruksi reklame/papan nama;h. konstruksi Anjungan Tunai Mandiri (ATM); dani. konstruksi pos jaga.

Pasal 106

(1) Bupati memeriksa dan menilai permohonan IMB yang diajukan oleh pemohon sesuai dengan persyaratanadministrasi, teknis dan lingkungan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 103.

(2) Permohonan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diterbitkan selama 15 (lima belas) hari kerja setelahpermohonan diterima lengkap dan benar.

Pasal 107

Permohonan IMB perubahan fungsi atau kegunaansebagaimana dimaksud dalam Pasal 105 ayat (2) huruf imemuat sekurang-kurangnya:a. nama pemohon (sebagai perorangan atau pemilik/

pengguna);b. alamat pemohon;c. perubahan fungsi bangunan yang diinginkan dari dan

menjadi apa;d. salinan IMB;e. salinan Surat Keterangan Rencana Kabupaten; danf.dokumen lingkungan (Amdal/UKL/UPL) bila diperlukan.

Pasal 108

Permohonan IMB menambah luas bangunan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 105 ayat (2) huruf j sekurang-kurangnya berisi keterangan :a. nama pemohon;b. alamat pemohon;

63

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

c. rekomendasi dari Dinas Periwisata untuk bangunan hotelberbintang, non bintang dan villa, Dinas Kesehatanuntuk rumah sakit dan klinik dan Dinas Perdaganganuntuk pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan tokomodern, Dinas Pendidikan untuk fasilitas pendidikan;

d. salinan Surat Keterangan Rencana Kabupaten;e. salinan IMB yang dimiliki;f.gambar perencanaan perubahan luas bangunan;g. rekomendasi gambar teknis dari DTRP; danh. dokumen lingkungan (Amdal/UKL/UPL) bila diperlukan.

Pasal 109

(1) IMB berjangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105ayat (2) huruf k diberikan untuk jangka waktu 5 (lima)tahun dan wajib diperpanjang.

(2) Penerbitan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikenakan denda dengan ketentuan sebagai berikut :a. IMB berjangka pertama dikenakan denda 25% (dua

puluh lima per seratus) dari tarif retribusi IMB;b. IMB berjangka kedua dikenakan denda 50% (lima

puluh per seratus) dari tarif retribusi IMB;c. IMB berjangka ketiga dikenakan denda 75% (tujuh

puluh lima per seratus) dari tarif retribusi IMB; dand. IMB berjangka berikutnya dikenakan denda 100%

(seratus per seratus) dari tarif retribusi IMB.

(3) Permohon IMB berjangka selain memenuhi persyaratansebagai mana dimaksud dalam Pasal 109 wajibmemenuhi ketentuan sebagai berikut:a. surat pernyataan bangunan yang sudah berdiri

sebelum peraturan daerah ini berlaku diketahuikelihan dinas/lingkungan dan Perbekel;

b. surat pernyataan bersedia menata bangunan sesuaidengan prinsip – prinsip arsitektur bali;

c. surat pernyataan tidak melakukan perubahan fungsidan menambah luas bangunan; dan

d. surat pernyataan kesiapan untuk dibongkar tanpamenuntut ganti rugi apabila diperlukan olehPemerintah Daerah.

Paragraf 5Penyedia Jasa Perencanaan Teknis

Pasal 110

(1) Permohonan IMB ditolak apabila dalam permohonanIMB bertentangan dengan :a. peraturan perundang-undangan;b. kepentingan umum;c. ketertiban umum;d. kelestarian, kelerasian dan keseimbangan lingkungan;

64

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

e. hak pihak ketiga; danf. RTRW, RDTR, RTBL.

(2) Permohonan IMB dibatalkan apabila :a. yang berkepentingan meninggal dunia;b. ternyata permohonan tersebut tersangkut suatu

sengketa perdata atau pidana; danc. keterangan yang diberikan oleh pemohon tidak benar.

(3) Permohonan IMB ditunda apabila :a. apabila Pemerintah Daerah masih memerlukan waktu

tambahan untuk penilaian, khususnya persyaratanteknis serta nilai lingkungan yang direncanakan; dan

b. pemberian kesempatan tambahan kepada pemohonuntuk melengkapi permohonan IMB yang diajukan.

Pasal 111

(1) Bupati mencabut IMB apabila :a. pekerjaan Bangunan Gedung yang sedang dikerjakan

terhenti selama 3 (tiga) bulan dan tidak dilanjutkanlagi berdasarkan pernyataan dari pemilik bangunan;

b. dalam jangka 6 (enam) bulan sejak IMB diterbitkanmasih belum dilakukan permulaan pekerjaan yangmengarah pada penyelesaian keseluruhan bangun-bangunan yang diberikan ijin untuk dibangun;

c. IMB diberikan berdasarkan data dan informasi yangtidak benar; dan

d. pelaksanaan pembangunan menyimpang daridokumen rencana teknis yang telah disahkan dan/atau persyaratan yang tercantum dalam izin.

(2) Sebelum pencabutan IMB sebagaimana dimaksud padaayat (1) kepada pemegang IMB diberikan peringatansecara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turutdengan tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari dandiberikan kesempatan untuk mengajukan tanggapannya.

(3) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)tidak diperhatikan dan ditanggapi dan/atautanggapannya tidak dapat diterima, Bupati dapatmencabut IMB yang bersangkutan.

(4) Pencabutan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (3)dituangkan dalam bentuk surat Keputusan Bupati yangmemuat alasan pencabutannya.

Pasal 112

Ketentuan mengenai tata cara dan prosedur permohonanIMB diatur dalam Peraturan Bupati.

65

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Bagian KetigaPelaksanaan Konstruksi

Paragraf 1Pelaksanaan Konstruksi

Pasal 113

(1) Pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung meliputikegiatan pembangunan baru, perbaikan, penambahan,perubahan dan/atau pemugaran Bangunan Gedungdan/atau instalasi dan/atau perlengkapan BangunanGedung.

(2) Pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung dimulaisetelah pemilik Bangunan Gedung memperoleh IMB dandilaksanakan berdasarkan dokumen rencana teknisyang telah disahkan.

(3) Pelaksana Bangunan Gedung adalah orang atau badanhukum yang telah memenuhi syarat menurut peraturanperundang-undangan kecuali ditetapkan lain olehPemerintah Daerah.

(4) Dalam melaksanakan pekerjaan, pelaksana bangunanwajib mengikuti semua ketentuan dan syarat-syaratpembangunan yang ditetapkan dalam IMB.

Pasal 114

Untuk memulai pembangunan, pemilik IMB mengisilembaran permohonan pelaksanaan bangunan, yangberisikan keterangan mengenai :a. nama dan alamat;b. nomor IMB;c. lokasi bangunan; dand. pelaksana atau penanggungjawab pembangunan.

Pasal 115

(1) Pelaksanaan konstruksi didasarkan pada dokumenrencana teknis yang sesuai dengan IMB.

(2) Pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) berupa pembangunan BangunanGedung baru, perbaikan, penambahan, perubahandan/atau pemugaran Bangunan Gedung dan/atauinstalasi dan/atau perlengkapan Bangunan Gedung.

Pasal 116

(1) Kegiatan pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 terdiri ataskegiatan pemeriksaan dokumen pelaksanaan olehPemerintah Daerah, kegiatan persiapan lapangan,kegiatan konstruksi, kegiatan pemeriksaan akhirpekerjaan konstruksi dan kegiatan penyerahan hasilakhir pekerjaan.

66

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Pemeriksaan dokumen pelaksanaan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi pemeriksaankelengkapan, kebenaran dan keterlaksanaan konstruksidan semua pelaksanaan pekerjaan.

(3) Persiapan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi penyusunan program pelaksanaan,mobilisasi sumber daya dan penyiapan fisik lapangan.

(4) Kegiatan konstruksi meliputi kegiatan pelaksanaankonstruksi di lapangan, pembuatan laporan kemajuanpekerjaan, penyusunan gambar kerja pelaksanaan dangambar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang telahdilaksanakan serta kegiatan masa pemeliharaankonstruksi.

(5) Kegiatan pemeriksaaan akhir pekerjaan konstruksimeliputi pemeriksaan hasil akhir pekerjaaan konstruksiBangunan Gedung terhadap kesesuaian dengandokumen pelaksanaan yang berwujud BangunanGedung yang Laik Fungsi dan dilengkapi dengandokumen pelaksanaan konstruksi, gambar pelaksanaanpekerjaan, pedoman pengoperasian dan pemeliharaanBangunan Gedung, peralatan serta perlengkapanmekanikal dan elektrikal serta dokumen penyerahanhasil pekerjaan.

(6) Berdasarkan hasil pemeriksaan akhir sebagaimanadimaksud pada ayat (5), pemilik Bangunan Gedung ataupenyedia jasa/pengembang mengajukan permohonanpenerbitan SLF Bangunan Gedung kepada PemerintahDaerah.

Paragraf 2Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi

Pasal 117

(1) Pelaksanaan konstruksi diawasi oleh petugas pengawaspelaksanaan konstruksi.

(2) Pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung meliputipemeriksaan kesesuaian fungsi, persyaratan tatabangunan,keselamatan, kesehatan, kenyamanan dankemudahan, dan IMB.

Pasal 118

Petugas pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117berwenang :a. memasuki dan mengadakan pemeriksaan di tempat

pelaksanaan konstruksi setelah menunjukkan tandapengenal dan surat tugas;

b. menggunakan acuan peraturan umum bahan bangunan,rencana kerja syarat-syarat dan IMB;

c. memerintahkan untuk menyingkirkan bahan bangunandan bangunan yang tidak memenuhi syarat, yang dapatmengancam kesehatan dan keselamatan umum; dan

67

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

d. menghentikan pelaksanaan konstruksi, dan melaporkankepada instansi yang berwenang.

Paragraf 4Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung

Pasal 119

(1) Pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedungdilakukan setelah Bangunan Gedung selesaidilaksanakan oleh pelaksana konstruksi sebelumdiserahkan kepada pemilik Bangunan Gedung.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud ada ayat (1) dapatdilakukan oleh pemilik/pengguna Bangunan Gedungatau penyedia jasa atau Pemerintah Daerah.

(3) Segala biaya yang diperlukan untuk pemeriksaankelaikan fungsi oleh penyedia jasa pengkajian teknisBangunan Gedung menjadi tanggung jawab pemilik ataupengguna.

(4) Pemerintah daerah dalam melakukan pemeriksaankelaikan fungsi Bangunan Gedung dapatmengikutsertakan pengkaji teknis profesional, danpenilik bangunan yang bersertifikat sedangkan pemiliktetap bertanggung jawab dan berkewajiban untukmenjaga keandalan Bangunan Gedung.

(5) Dalam hal belum terdapat pengkaji teknis BangunanGedung, pengkajian teknis dilakukan oleh pemerintahdaerah dan dapat bekerja sama dengan asosiasi profesiyang terkait dengan Bangunan Gedung.

Pasal 120

(1) Pemilik/pengguna bangunan yang memiliki unit teknisdengan sumber daya manusia yang memiliki sertifikatkeahlian dapat melakukan pemeriksaan berkala dalamrangka pemeliharaan dan perawatan.

(2) Pemilik/pengguna bangunan dapat melakukan ikatankontrak dengan pengelola berbentuk badan usaha yangmemiliki unit teknis dengan sumber daya manusia yangbersertifikat keahlian pemeriksaan berkala dalam rangkapemeliharaan dan parawatan Bangunan Gedung.

(3) Pemilik perorangan Bangunan Gedung dapat melakukanpemeriksaan sendiri secara berkala selama yangbersangkutan memiliki sertifikat keahlian.

Pasal 121

(1) Pelaksanaan pemeriksaan kelaikan fungsi BangunanGedung untuk proses penerbitan SLF Bangunan Gedunghunian rumah tinggal tidak sederhana, BangunanGedung lainnya atau Bangunan Gedung tertentudilakukan oleh penyedia jasa pengawasan ataumanajemen konstruksi yang memiliki sertifikat keahlian.

68

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Pelaksanaan pemeriksaan kelaikan fungsi BangunanGedung untuk proses penerbitan SLF Bangunan Gedungfungsi khusus dilakukan oleh penyedia jasa pengawasanatau manajemen konstruksi yang memiliki sertifikat dantim internal yang memiliki sertifikat keahlian denganmemperhatikan pengaturan internal dan rekomendasidari instansi yang bertanggung jawab di bidang fungsikhusus tersebut.

(3) Pengkajian teknis untuk pemeriksaan kelaikan fungsiBangunan Gedung untuk proses penerbitan SLFBangunan Gedung hunian rumah tinggal tidaksederhana, Bangunan Gedung lainnya pada umumnyadan Bangunan Gedung tertentu untuk kepentinganumum dilakukan oleh penyedia jasa pengkajian tekniskonstruksi Bangunan Gedung yang memiliki sertifikatkeahlian.

(4) Pelaksanaan pemeriksaan kelaikan fungsi BangunanGedung untuk proses penerbitan SLF Bangunan Gedungfungsi khusus dilakukan oleh penyedia jasa pengkajianteknis konstruksi Bangunan Gedung yang memilikisertifikat keahlian dan tim internal yang memilikisertifikat keahlian dengan memperhatikan pengaturaninternal dan rekomendasi dari instansi yangbertanggung jawab di bidang fungsi dimaksud.

(5) Hubungan kerja antara pemilik/pengguna BangunanGedung dan penyedia jasa pengawasan/manajemenkonstruksi atau penyedia jasa pengkajian tekniskonstruksi Bangunan Gedung dilaksanakanberdasarkan ikatan kontrak.

Pasal 122

(1) Pemerintah Daerah khususnya instansi teknis pembinapenyelenggaraan Bangunan Gedung dalam prosespenerbitan SLF Bangunan Gedung, melaksanakanpengkajian teknis untuk pemeriksaan kelaikan fungsiBangunan Gedung hunian rumah tinggal tunggaltermasuk rumah tinggal tunggal sederhana dan rumahderet dan pemeriksaan berkala Bangunan Gedunghunian rumah tinggal tunggal dan rumah deret.

(2) Dalam hal di instansi Pemerintah Daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidak terdapat tenaga teknisyang cukup, Pemerintah Daerah dapat menugaskanpenyedia jasa pengkajian teknis kontruksi BangunanGedung untuk melakukan pemeriksaan kelaikan fungsiBangunan Gedung hunian rumah tinggal tunggalsederhana dan rumah tinggal deret sederhana.

(3) Dalam hal penyedia jasa sebagaimana dimaksud padaayat (2) belum tersedia, instansi teknis pembinapenyelenggara Bangunan Gedung dapat bekerja samadengan asosiasi profesi di bidang Bangunan Gedunguntuk melakukan pemeriksaan kelaikan fungsiBangunan Gedung.

69

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Paragraf 5Tata Cara Penerbitan SLF Bangunan Gedung

Pasal 123

(1) Penerbitan SLF Bangunan Gedung dilakukan atas dasarpermintaan pemilik/pengguna Bangunan Gedung untukBangunan Gedung yang telah selesai pelaksanaankonstruksinya atau untuk perpanjangan SLF BangunanGedung yang telah pernah memperoleh SLF.

(2) SLF Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud padaayat (1) diberikan dengan mengikuti prinsip pelayananprima dan tanpa pungutan biaya.

(3) SLF Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud padaayat (1) diberikan setelah terpenuhinya persyaratanadministratif dan persyaratan teknis sesuai denganfungsi dan klasifikasi Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, danPasal 7.

(4) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud padaayat (1) :a. pada proses pertama kali SLF Bangunan Gedung:

1. kesesuaian data aktual dengan data dalamdokumen status hak atas tanah;

2. kesesuaian data aktual dengan data dalam IMBdan/atau dokumen status kepemilikan BangunanGedung; dan

3. kepemilikan dokumen IMB.b. pada proses perpanjangan SLF Bangunan Gedung:

1. kesesuaian data aktual dan/atau adanyaperubahan dalam dokumen status kepemilikanBangunan Gedung;

2. kesesuaian data aktual (terakhir) dan/atau adanyaperubahan dalam dokumen status kepemilikantanah; dan

3. kesesuaian data aktual (terakhir) dan/atau adanyaperubahan data dalam dokumen IMB.

(5) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1):a. pada proses pertama kali SLF Bangunan Gedung :

1. kesesuaian data aktual dengan data dalamdokumen pelaksanaan konstruksi termasuk asbuilt drawings, pedoman pengoperasian danpemeliharaan/perawatan Bangunan Gedung,peralatan serta perlengkapan mekanikal danelektrikal dan dokumen ikatan kerja; dan

70

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

2. pengujian lapangan dan/atau laboratorium untukaspek keselamatan, kesehatan, kenyamanan dankemudahan pada struktur, peralatan danperlengkapan Bangunan Gedung serta prasaranapada komponen konstruksi atau peralatan yangmemerlukan data teknis akurat sesuai denganpedoman teknis dan tata cara pemeriksaankelaikan fungsi Bangunan Gedung.

b. pada proses perpanjangan SLF Bangunan Gedung :1. kesesuaian data aktual dengan data dalam

dokumen hasil pemeriksaan berkala, laporanpengujian struktur, peralatan dan perlengkapanBangunan Gedung serta prasarana BangunanGedung, laporan hasil perbaikan dan/ataupenggantian pada kegiatan perawatan, termasukperubahan fungsi, intensitas, arsitektrur dandampak lingkungan yang ditimbulkan; dan

2. pengujian lapangan dan/atau laboratorium untukaspek keselamatan, kesehatan, kenyamanan dankemudahan pada struktur, peralatan danperlengkapan Bangunan Gedung serta prasaranapada struktur, komponen konstruksi danperalatan yang memerlukan data teknis akurattermasuk perubahan fungsi, peruntukan danintensitas, arsitektur serta dampak lingkunganyang ditimbulkannya, sesuai dengan pedomanteknis dan tata cara pemeriksaan kelaikan fungsiBangunan Gedung.

(6) Data hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud padaayat (4) dicatat dalam daftar simak, disimpulkan dalamsurat pernyataan pemeriksaan kelaikan fungsiBangunan Gedung atau rekomendasi pada pemeriksaanpertama dan pemeriksaan berkala.

Bagian KeempatKegiatan Pemanfaatan Bangunan Gedung

Paragraf 1Umum

Pasal 124

Kegiatan Pemanfaatan Bangunan Gedung meliputipemanfaatan, pemeliharaan, perawatan, pemeriksaan secaraberkala, perpanjangan SLF, dan pengawasan pemanfaatan.

Pasal 125

(1) Pemanfatan Bangunan Gedung sebagaimana dimaksuddalam Pasal 124 merupakan kegiatan memanfaatkanBangunan Gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkandalam IMB setelah pemilik memperoleh SLF.

71

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan secara tertib administrasi dan tertib teknisuntuk menjamin kelaikan fungsi Bangunan Gedungtanpa menimbulkan dampak penting terhadaplingkungan.

(3) Pemilik Bangunan Gedung untuk kepentingan umumwajib mengikuti program pertanggungan terhadapkemungkinan kegagalan Bangunan Gedung selamaPemanfaatan Bangunan Gedung.

Paragraf 2Pemeliharaan

Pasal 126

(1) Kegiatan pemeliharaan gedung sebagaimana dimaksuddalam Pasal 124 meliputi pembersihan, perapian,pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/ataupenggantian bahan atau perlengkapan BangunanGedung dan/atau kegiatan sejenis lainnya berdasarkanpedoman pengoperasian dan pemeliharaan BangunanGedung.

(2) Pemilik atau pengguna Bangunan Gedung di dalammelakukan kegiatan pemeliharaan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan penyediajasa pemeliharaan gedung yang mempunyai sertifikatkompetensi yang sesuai berdasarkan ikatan kontrakberdasarkan peraturan perundang-undangan.

(3) Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan oleh penyedia jasasebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib menerapkanprinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

(4) Hasil kegiatan pemeliharaaan dituangkan ke dalamlaporan pemeliharaan yang digunakan sebagaipertimbangan penetapan perpanjangan SLF.

Paragraf 3Perawatan

Pasal 127

(1) Kegiatan perawatan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 124 meliputi perbaikan dan/ataupenggantian bagian Bangunan Gedung, komponen,bahan bangunan dan/atau prasarana dan saranaberdasarkan rencana teknis perawatan BangunanGedung.

(2) Pemilik atau pengguna Bangunan Gedung di dalammelakukan kegiatan perawatan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dapat menggunakan penyedia jasaperawatan Bangunan Gedung bersertifikat dengan dasarikatan kontrak berdasarkan peraturan perundang-undangan.

72

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(3) Perbaikan dan/atau penggantian dalam kegiatanperawatan Bangunan Gedung dengan tingkat kerusakansedang dan berat wajib dilakukan setelah dokumenrencana teknis perawatan Bangunan Gedung disetujuioleh Pemerintah Daerah.

(4) Hasil kegiatan perawatan dituangkan ke dalam laporanperawatan yang akan digunakan sebagai salah satudasar pertimbangan penetapan perpanjangan SLF.

(5) Pelaksanaan kegiatan perawatan oleh penyedia jasasebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus menerapkanprinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Paragraf 4Pemeriksaan Berkala

Pasal 128

(1) Pemeriksaan berkala Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 124 dilakukan untuk seluruhatau sebagian Bangunan Gedung, komponen, bahanbangunan, dan/atau sarana dan prasarana dalamrangka pemeliharaan dan perawatan yang harus dicatatdalam laporan pemeriksaan sebagai bahan untukmemperoleh perpanjangan SLF.

(2) Pemilik atau pengguna Bangunan Gedung di dalammelakukan kegiatan pemeriksaan berkala sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan penyediajasa pengkajian teknis Bangunan Gedung atauperorangan yang mempunyai sertifikat kompetensi yangsesuai.

(3) Lingkup layanan pemeriksaan berkala BangunanGedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. pemeriksaan dokumen administrasi, pelaksanaan,

pemeliharaan dan perawatan Bangunan Gedung;b. kegiatan pemeriksaan kondisi Bangunan Gedung

terhadap pemenuhan persyaratan teknis termasukpengujian keandalan Bangunan Gedung;

c. kegiatan analisis dan evaluasi; dand. kegiatan penyusunan laporan.

(4) Dalam hal belum terdapat penyedia jasa pengkajianteknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pengkajianteknis dilakukan oleh pemerintah daerah dan dapatbekerja sama dengan asosiasi profesi yang terkaitdengan Bangunan Gedung.

Paragraf 5Perpanjangan SLF

Pasal 129

(1) Perpanjangan SLF Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 124 diberlakukan untukBangunan Gedung yang telah dimanfaatkan dan masaberlaku SLF-nya telah habis.

73

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Ketentuan masa berlaku SLF sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) yaitu:a. untuk Bangunan Gedung hunian rumah tinggal

tunggal sederhana dan rumah deret sederhana tidakdibatasi (tidak ada ketentuan untuk perpanjanganSLF);

b. untuk Bangunan Gedung hunian rumah tinggaltunggal, dan rumah deret sampai dengan 2 (dua)lantai ditetapkan dalam jangka waktu 20 (dua puluh)tahun; dan

c. untuk untuk Bangunan Gedung hunian rumah tinggaltidak sederhana, Bangunan Gedung lainnya padaumumnya, dan Bangunan Gedung tertentu ditetapkandalam jangka waktu 5 (lima) tahun.

(3) Pengurusan perpanjangan SLF Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukanpaling lambat 60 (enam puluh) hari kalender sebelumberkhirnya masa berlaku SLF dengan memperhatikanketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Pengurusan perpanjangan SLF dilakukan setelahpemilik/pengguna/pengelola Bangunan Gedungmemiliki hasil pemeriksaan/kelaikan fungsi BangunanGedung berupa:a. laporan Pemeriksaan Berkala, laporan pemeriksaan

dan perawatan Bangunan Gedung;b. daftar simak pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan

Gedung; danc. dokumen surat pernyataan pemeriksaan kelaikan

fungsi Bangunan Gedung atau rekomendasi.

(5) Permohonan perpanjangan SLF diajukan oleh pemilik/pengguna/pengelola Bangunan Gedung dengan dilampiridokumen :a. surat permohonan perpanjangan SLF;b. surat pernyataan pemeriksaan kelaikan fungsi

Bangunan Gedung atau rekomendasi hasilpemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung yangditandatangani di atas meterai yang cukup;

c. as built drawings;d. fotokopi IMB Bangunan Gedung atau perubahannya;e. fotokopi dokumen status hak atas tanah;f. fotokopi dokumen status kepemilikan Bangunan

Gedung;g. rekomendasi dari instansi teknis yang bertanggung

jawab di bidang fungsi khusus; danh.dokumen SLF Bangunan Gedung yang terakhir.

(6) Pemerintah Daerah menerbitkan SLF paling lama 30(tiga puluh) hari setelah diterimanya permohonansebagaimana dimaksud pada ayat (5).

(7) SLF disampaikan kepada pemohon selambat-lambatnya7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal penerbitanperpanjangan SLF.

74

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 130

Tata cara penebitan dan perpanjangan SLF diatur lebihlanjut dalam Peraturan Bupati.

Paragraf 6Pengawasan Pemanfaatan Bangunan Gedung

Pasal 131

Pengawasan pemanfaatan Bangunan Gedung dilakukan olehPemerintah Daerah :a. pada saat pengajuan perpanjangan SLF;b. adanya laporan dari masyarakat; danc. adanya indikasi perubahan fungsi dan/atau Bangunan

Gedung yang membahayakan lingkungan.

Paragraf 7Pelestarian

Pasal 132

(1) Pelestarian Bangunan Gedung meliputi kegiatanpenetapan dan pemanfaatan, perawatan dan pemugaran,dan kegiatan pengawasannya sesuai dengan kaidahpelestarian.

(2) Pelestarian Bangunan Gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan secara tertib dan menjaminkelaikan fungsi Bangunan Gedung dan lingkungannyasesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 8Penetapan dan Pendaftaran

Bangunan Gedung yang Dilestarikan

Pasal 133

(1) Bangunan Gedung dan lingkungannya dapat ditetapkansebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi dandilestarikan apabila telah berumur paling sedikit 50(lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggapmempunyai nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan,dan kebudayaan termasuk nilai arsitektur danteknologinya, serta memiliki nilai budaya bagi penguatankepribadian bangsa.

(2) Pemilik, masyarakat, Pemerintah Daerah dapatmengusulkan Bangunan Gedung dan lingkungannyayang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud padaayat (1) untuk ditetapkan sebagai bangunan cagarbudaya yang dilindungi dan dilestarikan.

75

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(3) Bangunan Gedung dan lingkungannya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) sebelum diusulkanpenetapannya harus telah mendapat pertimbangan daritim ahli pelestarian Bangunan Gedung dan hasil dengarpendapat masyarakat dan harus mendapat persetujuandari pemilik Bangunan Gedung.

(4) Bangunan Gedung yang diusulkan untuk ditetapkansebagai Bangunan Gedung yang dilindungi dandilestarikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan sesuai dengan klasifikasinya yang terdiri atas:a. klasifikasi utama yaitu Bangunan Gedung dan

lingkungannya yang bentuk fisiknya sama sekali tidakboleh diubah;

b. klasifikasi madya yaitu Bangunan Gedung danlingkungannya yang bentuk fisiknya dan eksteriornyasama sekali tidak boleh diubah, namun tata ruangdalamnya sebagian dapat diubah tanpa menguranginilai perlindungan dan pelestariannya; dan

c. klasifikasi pratama yaitu Bangunan Gedung danlingkungannya yang bentuk fisik aslinya boleh diubahsebagian tanpa mengurangi nilai perlindungan danpelestariannya serta tidak menghilangkan bagianutama Bangunan Gedung tersebut.

(5) Pemerintah Daerah melalui Dinas terkait mencatatBangunan Gedung dan lingkungannya yang dilindungidan dilestarikan serta keberadaan Bangunan Gedungdimaksud menurut klasifikasi sebagaimana dimaksudpada ayat (4).

(6) Keputusan penetapan Bangunan Gedung danlingkungannya yang dilindungi dan dilestarikansebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikansecara tertulis kepada pemilik.

Paragraf 9Penyelenggaraan Bangunan Gedung

Cagar Budaya yang Dilestariakn

Pasal 134

(1) Penyelenggaraan Bangunan Gedung cagar budaya yangdilestarikan harus mengikuti prinsip:a. sedikit mungkin melakukan perubahan;b. sebanyak mungkin mempertahankan keaslian; danc. tindakan perubahan dilakukan dengan penuh kehati-

hatian.

(2) Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada ayat (2)terdiri atas :a. Pemerintah, Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah

Kabupaten dalam hal Bangunan Gedung cagar budayadimiliki oleh Negara/Daerah;

b. pemilik Bangunan Gedung cagar budaya yangberbadan hukum atau perseorangan;

76

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

c. pengguna dan/atau pengelola Bangunan Gedungcagar budaya yang berbadan hukum atauperseorangan; dan

d. penyedia jasa yang kompeten dalam bidang BangunanGedung.

(3) Penyelenggaraan Bangunan Gedung cagar budaya yangdilestarikan meliputi kegiatan:a. persiapan;b. perencanaan teknis;c. pelaksanaan;d. pemanfaatan; dane. pembongkaran.

(4) Kegiatan persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)huruf a dilakukan melalui tahapan:a. kajian identifikasi; danb. usulan penanganan pelestarian.

(5) Perencanaan teknis Bangunan Gedung cagar budayayang dilestarikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)huruf b dilakukan melalui tahapan:a. penyiapan dokumen rencana teknis pelindungan

Bangunan Gedung cagar budaya; danb. penyiapan dokumen rencana teknis pengembangan

dan pemanfaatan Bangunan Gedung cagar budayasesuai dengan fungsi yang ditetapkan.

(6) Pelaksanaan Bangunan Gedung cagar budaya yangdilestarikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hurufc meliputi pekerjaan:a. arsitektur;b. struktur;c. utilitas;d. lanskap;e. tata ruang dalam/interior; danf. pekerjaan khusus lainnya.

(7) Pelaksanaan pemugaran Bangunan Gedung cagarbudaya yang dilestarikan wajib dilakukan sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

(8) Bangunan Gedung cagar budaya yang dilestarikan dapatdimanfaatkan oleh pemilik, pengguna dan/ataupengelola setelah bangunan dinyatakan laik fungsidengan wajib melakukan pemeliharaan, perawatan, danpemeriksaan berkala berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(9) Pembongkaran Bangunan Gedung cagar budayasebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e dapatdilakukan apabila terdapat kerusakan strukturbangunan yang tidak dapat diperbaiki lagi sertamembahayakan pengguna, masyarakat, dan lingkungan.

77

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 135

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraanBangunan Gedung cagar budaya diatur dalam PeraturanBupati.

Bagian KelimaPembongkaran

Paragraf 1Umum

Pasal 136

(1) Pembongkaran Bangunan Gedung meliputi kegiatanpenetapan pembongkaran dan pelaksanaanpembongkaran Bangunan Gedung, yang dilakukandengan mengikuti kaidah-kaidah pembongkaran secaraumum serta memanfaatkan ilmu pengetahuan danteknologi.

(2) Pembongkaran Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan secara tertibdan mempertimbangkan keamanan, keselamatanmasyarakat dan lingkungannya.

(3) Pembongkaran Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan ketetapanperintah pembongkaran atau persetujuanpembongkaran oleh Pemerintah Daerah, kecualiBangunan Gedung fungsi khusus oleh Pemerintah.

Paragraf 2Penetapan Pembongkaran

Pasal 137

(1) Pemerintah Daerah mengidentifikasi Bangunan Gedungyang akan ditetapkan untuk dibongkar berdasarkanhasil pemeriksaan dan/atau laporan dari masyarakat.

(2) Bangunan Gedung yang dapat dibongkar sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi :a. Bangunan Gedung yang tidak laik fungsi dan tidak

dapat diperbaiki lagi;b. Bangunan Gedung yang pemanfaatannya

menimbulkan bahaya bagi pengguna, masyarakat,dan lingkungannya;

c. Bangunan Gedung yang tidak memiliki IMB; dan/ataud. Bangunan Gedung yang pemiliknya menginginkan

tampilan baru.

(3) Pemerintah Daerah menyampaikan hasil identifikasisebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepadapemilik/pengguna Bangunan Gedung yang akanditetapkan untuk dibongkar.

78

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(4) Berdasarkan hasil identifikasi sebagaimana dimaksudpada ayat (3), pemilik/pengguna/pengelola BangunanGedung harus melakukan pengkajian teknis danmenyampaikan hasilnya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Apabila hasil pengkajian tersebut sesuai denganketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)Pemerintah Daerah menetapkan Bangunan Gedungtersebut untuk dibongkar dengan surat penetapanpembongkaran atau surat pesetujuan pembongkarandari Bupati, yang memuat batas waktu dan prosedurpembongkaran serta sanksi atas pelanggaran yangterjadi.

(6) Dalam hal pemilik/pengguna/pengelola BangunanGedung tidak melaksanakan perintah pembongkaransebagaimana dimaksud pada ayat (5), pembongkaranakan dilakukan oleh Pemerintah Daerah atas bebanbiaya pemilik/pengguna/pengelola Bangunan Gedung,kecuali bagi pemilik bangunan rumah tinggal yang tidakmampu, biaya pembongkarannya menjadi bebanPemerintah Daerah.

Paragraf 3Rencana Teknis Pembongkaran

Pasal 138

(1) Pembongkaran Bangunan Gedung yang pelaksanaannyadapat menimbulkan dampak luas terhadap keselamatanumum dan lingkungan harus dilaksanakan berdasarkanrencana teknis pembongkaran yang disusun olehpenyedia jasa perencanaan teknis yang memilikisertifikat keahlian yang sesuai.

(2) Rencana teknis pembongkaran sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus disetujui oleh Pemerintah Daerah,setelah mendapat pertimbangan dari TABG.

(3) Dalam hal pelaksanaan pembongkaran berdampak luasterhadap keselamatan umum dan lingkungan, pemilikdan/atau Pemerintah Daerah melakukan sosialisasi danpemberitahuan tertulis kepada masyarakat di sekitarBangunan Gedung, sebelum pelaksanaanpembongkaran.

(4) Pelaksanaan pembongkaran mengikuti prinsip-prinsipkeselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Paragraf 4Pelaksanaan Pembongkaran

Pasal 139

(1) Pembongkaran Bangunan Gedung dapat dilakukan olehpemilik dan/atau pengguna Bangunan Gedung ataumenggunakan penyedia jasa pembongkaran BangunanGedung yang memiliki sertifikat keahlian yang sesuai.

79

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Pembongkaran Bangunan Gedung yang menggunakanperalatan berat dan/atau bahan peledak harusdilaksanakan oleh penyedia jasa pembongkaranBangunan Gedung yang mempunyai sertifikat keahlianyang sesuai.

(3) Pemilik dan/atau pengguna Bangunan Gedung yangtidak melaksanakan pembongkaran dalam batas waktuyang ditetapkan dalam surat perintah pembongkaran,pelaksanaan pembongkaran dilakukan oleh PemerintahDaerah atas beban biaya pemilik dan/atau penggunaBangunan Gedung.

Paragraf 5Pengawasan Pembongkaran Bangunan Gedung

Pasal 140

(1) Pengawasan pembongkaran Bangunan Gedung tidaksederhana dilakukan oleh penyedia jasa pengawasanyang memiliki sertifikat keahlian yang sesuai.

(2) Pembongkaran Bangunan Gedung tidak sederhanasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukanberdasarkan rencana teknis yang telah memperolehpersetujuan dari Pemerintah Daerah.

(3) Hasil pengawasan pembongkaran Bangunan Gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan kepadaPemerintah Daerah.

(4) Pemerintah Daerah melakukan pemantauan ataspelaksanaan kesesuaian laporan pelaksanaanpembongkaran dengan rencana teknis pembongkaran.

Bagian KeenamPendataan Bangunan Gedung

Paragraf 1Umum

Pasal 141

(1) Pendataan Bangunan Gedung harus dilakukanPemerintah Daerah untuk keperluan tertib administratifPenyelenggaraan Bangunan Gedung.

(2) Sasaran pendataan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (1) adalah seluruh BangunanGedung, yang meliputi Bangunan Gedung baru danBangunan Gedung yang telah ada.

(3) Bupati wajib menyimpan secara tertib data BangunanGedung sebagai arsip Pemerintah Daerah.

(4) Pendataan Bangunan Gedung fungsi khusus dilakukanoleh Pemerintah Daerah dengan berkoordinasi denganPemerintah.

80

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 142

Pendataan dan/atau pendaftaran Bangunan Gedungdilakukan pada saat :a. permohonan IMB;b. permohonan Perubahan IMB, yaitu pada waktu

penambahan, pengurangan atau perubahan BangunanGedung, yang telah memenuhi persyaratan IMB,perubahan fungsi Bangunan Gedung, dan pelestarianBangunan Gedung;

c. penerbitan SLF pertama kali;d. perpanjangan SLF; dane. pembongkaran Bangunan Gedung.

Pasal 143

(1) Pemutakhiran data dilakukan oleh Pemerintah Daerahsecara aktif dan berkala dengan melakukan pendataanulang Bangunan Gedung secara periodik yaitu :a. setiap 5 (lima) tahun untuk Bangunan Gedung fungsi

non-hunian; danb. setiap 10 (sepuluh) tahun untuk Bangunan Gedung

fungsi hunian.

(2) Selain dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1), pemutakhiran data juga oleh pemerintah daerahpada masa peralihan yaitu selama 1 (satu) tahunterhitung sejak peraturan daerah ini ditetapkan.

Paragraf 2Proses Pendataan Bangunan Gedung

Pasal 144

(1) Proses pendataan Bangunan Gedung merupakankegiatan memasukan dan mengolah data BangunanGedung oleh pemerintah daerah sebagai proses lanjutandari pemasukan dokumen/pendaftaran BangunanGedung baik pada proses IMB ataupun pada proses SLFdengan prosedur yang sudah ditetapkan.

(2) Hasil pendataan Bangunan Gedung dapat menjadi dasarpertimbangan diterbitkannya Surat Bukti KepemilikanBangunan Gedung (SBKBG), sebagai bukti telahterpenuhinya semua persyaratan kegiatanpenyelenggaraan Bangunan Gedung.

Pasal 145

(1) Pendataan Bangunan Gedung dibagi dalam tiga tahappenyelenggaraan Bangunan Gedung yaitu:a. tahap perencanaan;b. tahap pelaksanaan; danc. tahap pemanfaatan.

81

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Pendataan Bangunan Gedung pada tahap perencanaansebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukanpada saat permohonan IMB, hasil akhir dari kegiatanpendataan Bangunan Gedung pada pra konstruksi inibisa menjadi dasar penerbitan IMB.

(3) Pendataan Bangunan Gedung pada tahap pelaksanaansebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukanpada akhir proses pelaksanaan konstruksi yang menjadidasar diterbitkannya SLF sebelum bangunandimanfaatkan.

(4) Pendataan Bangunan Gedung pada tahap pemanfaatansebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:a. pendataan Bangunan Gedung pada saat proses

perpanjangan SLF, yaitu pada saat jatuh tempo masaberlakunya SLF dan pemilik/pengelola BangunanGedung mengajukan permohonan perpanjangan SLF;dan

b. pendataan Bangunan Gedung pada saatpembongkaran Bangunan Gedung, yaitu pada saatBangunan Gedung akan dibongkar akibat sudah tidaklayak fungsi, membahayakan lingkungan, dan/atautidak memiliki IMB.

Paragraf 3Sistem Pendataan Bangunan Gedung

Pasal 146

(1) Sistem yang digunakan dalam pendataan BangunanGedung merupakan sistem terkomputerisasi.

(2) Sistem pendataan Bangunan Gedung merupakan bagianyang tidak terpisahkan dalam seluruh tahapanpenyelenggaraan Bangunan Gedung.

(3) Aplikasi yang digunakan dalam pendataan BangunanGedung diarahkan untuk dapat dimanfaatkan padaseluruh tahap penyelenggaraan Bangunan Gedung, yangmeliputi perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan danpembongkaran.

Pasal 147

(1) Data Bangunan Gedung terdiri atas:a. data umum Bangunan Gedung;b. data teknis Bangunan Gedung;c. data status Bangunan Gedung;d. data terkait proses IMB;e. data terkait proses SLF; danf. data terkait proses pembongkaran/pelestarian.

(2) Data umum Bangunan Gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a meliputi:a. data perorangan;b. data badan usaha;

82

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

c. data negara;d. data tanah; dane. data Bangunan Gedung.

(3) Data teknis Bangunan Gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b meliputi:a. data teknis struktur;b. data teknis arsitektur;c. data teknis utilitas; dand. data penyedia jasa.

(4) Data status Bangunan Gedung sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf c meliputi:a. data perorangan;b. data badan usaha;c. data negara; dand. data status administrasi Bangunan Gedung.

(5) Data terkait proses IMB sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf d meliputi:a. data kelengkapan administrasi pemohon IMB; danb. data terkait kemajuan permohonan IMB.

(6) Data terkait proses SLF sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf e meliputi:a. data kelengkapan administrasi pemohon SLF; danb. data kemajuan proses permohonan SLF.

(7) Data terkait proses pembongkaran/pelestariansebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi:a. data kelengkapan administrasi pemohon

pembongkaran/pelestarian; danb. data kemajuan proses permohonan pembongkaran/

pelestarian.

Pasal 148

Ketentuan lebih lanjut mengenai pendataan BangunanGedung diatur dalam Peraturan Bupati.

Bagian KetujuhPenyelenggaraan Bangunan Gedung Untuk Kebencanaan

Paragraf 1Penanggulangan Darurat

Pasal 149

(1) Penanggulangan darurat merupakan tindakan yangdilakukan untuk mengatasi sementara waktu akibatyang ditimbulkan oleh bencana alam yang menyebabkanrusaknya Bangunan Gedung yang menjadi hunian atautempat beraktifitas.

(2) Penanggulangan darurat sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerahdan/atau kelompok masyarakat.

83

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(3) Penanggulangan darurat sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan setelah terjadinya bencana alamsesuai dengan skalanya yang mengancam keselamatanBangunan Gedung dan penghuninya.

(4) Bupati menetapkan untuk bencana alam skalakabupaten.

(5) Di dalam menetapkan skala bencana alam sebagaimanadimaksud pada ayat (4) berpedoman pada peraturanperundang-undangan.

Paragraf 2Bangunan Gedung Umum Sebagai Tempat Penampungan

Pasal 150

(1) Pemerintah Daerah melakukan upaya penanggulangandarurat berupa penyelamatan jiwa dan penyediaanBangunan Gedung umum sebagai tempat penampungan.

(2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung umum sebagaitempat penampungan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan pada lokasi yang aman dari ancamanbencana dalam bentuk tempat tinggal sementara selamakorban bencana mengungsi berupa tempatpenampungan massal, penampungan keluarga atauindividual.

(3) Bangunan Gedung umum yang digunakan sebagaitempat penampungan sementara harus memenuhipersyaratan administratif dan teknis Bangunan Gedung.

(4) Bangunan Gedung umum sebagai tempat sementarasebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikitdilengkapi dengan fasilitas penyediaan air bersih,fasilitas sanitasi dan penerangan yang memadai.

(5) Penyelenggaraan Bangunan Gedung umum sebagaitempat penampungan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) ditetapkan dalam Peraturan Bupati berdasarkanpersyaratan teknis sesuai dengan lokasi bencananya.

Paragraf 3Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bangunan Gedung

Pascabencana

Pasal 151

(1) Bangunan Gedung yang rusak akibat bencana dapatdiperbaiki atau dibongkar sesuai dengan tingkatkerusakannya.

(2) Bangunan Gedung yang rusak tingkat sedang dan masihdapat diperbaiki, dapat dilakukan rehabilitasi sesuaidengan ketentuan yang ditetapkan oleh PemerintahDaerah.

(3) Rehabilitasi Bangunan Gedung yang berfungsi sebagaihunian rumah tinggal pascabencana dapat berbentukpemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.

84

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(4) Bantuan perbaikan rumah masyarakat sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dapat meliputi dana, peralatan,material, dan/atau sumber daya manusia.

(5) Persyaratan teknis rehabilitasi Bangunan Gedung yangrusak disesuaikan dengan karakteristik bencana yangmungkin terjadi di masa yang akan datang dan denganmemperhatikan standar konstruksi bangunan, kondisisosial, adat istiadat, budaya dan ekonomi.

(6) Pelaksanaan pemberian bantuan perbaikan rumahmasyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (5)dilakukan melalui bimbingan teknis dan bantuan teknisoleh instansi/lembaga terkait.

(7) Tata cara dan persyaratan rehabilitasi BangunanGedung pascabencana diatur lebih lanjut dalamPeraturan Bupati.

(8) Dalam melaksanakan rehabilitasi Bangunan Gedunghunian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) PemerintahDaerah memberikan kemudahan kepada PemilikBangunan Gedung yang akan direhabilitasi berupa :a. pengurangan atau pembebasan biaya IMB;b. pemberian desain prototip yang sesuai dengan

karakter bencana;c. pemberian bantuan konsultansi penyelenggaraan

rekonstruksi Bangunan Gedung; dand. pemberian kemudahan kepada permohonan SLF.

(9) Untuk mempercepat pelaksanaan rehabilitasi BangunanGedung hunian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)bupati dapat menyerahkan kewenangan penerbitan IMBkepada pejabat pemerintahan di tingkat paling bawah.

(10) Rehabilitasi rumah hunian sebagaimana dimaksud padaayat (2) dilaksanakan melalui proses Peran Masyarakatdi lokasi bencana, dengan difasilitasi oleh Pemerintahdan/atau Pemerintah Daerah.

(11) Tata cara penerbitan IMB Bangunan Gedung hunianrumah tinggal pada tahap rehabilitasi pascabencana,dilakukan dengan mengikuti ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 104, Pasal 105, Pasal 106, danPasal 107.

(12) Tata cara penerbitan SLF Bangunan Gedung hunianrumah tinggal pada tahap rehabilitasi pascabencana,dilakukan dengan mengikuti ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 123.

Pasal 152

Rumah tinggal yang mengalami kerusakan akibat bencanadapat dilakukan rehabilitasi dengan menggunakankonstruksi Bangunan Gedung yang sesuai dengankarakteristik bencana.

85

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

BAB VITABG

Bagian KesatuPembentukan TABG

Pasal 153

(1) TABG dibentuk dan ditetapkan oleh Bupati.

(2) TABG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sudahditetapkan oleh Bupati selambat-lambatnya 6 (enam)bulan setelah Peraturan Daerah ini dinyatakan berlakuefektif.

Pasal 154

(1) Susunan keanggotaan TABG terdiri dari :a. pengarah;b. ketua;c. wakil Ketua;d. sekretaris; dane. anggota

(2) Keanggotaan TABG terdiri dari unsur-unsur :a. asosiasi profesi;b. masyarakat ahli di luar disiplin Bangunan Gedung

termasuk masyarakat adat;c. perguruan tinggi; dand. instansi pemerintah.

(3) Keterwakilan unsur-unsur asosiasi profesi, perguruantinggi, dan masyarakat ahli termasuk masyarakat adat,minimum sama dengan keterwakilan unsur-unsurinstansi Pemerintah Daerah.

(4) Keanggotaan TABG tidak bersifat tetap.

(5) Setiap unsur diwakili oleh 1 (satu) orang sebagaianggota.

(6) Nama-nama anggota TABG diusulkan oleh asosiasiprofesi, perguruan tinggi dan masyarakat ahli termasukmasyarakat adat yang disimpan dalam database daftaranggota TABG.

Bagian KeduaTugas dan Fungsi

Pasal 155

(1) TABG mempunyai tugas :a. memberikan pertimbangan teknis berupa nasehat,

pendapat, dan pertimbangan profesional padapengesahan rencana teknis Bangunan Gedung untukkepentingan umum; dan

86

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

b. memberikan masukan tentang program dalampelaksanaan tugas pokok dan fungsi instansi yangterkait.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a, TABG mempunyai fungsi:a. pengkajian dokumen rencana teknis yang telah

disetujui oleh instansi yang berwenang;b. pengkajian dokumen rencana teknis berdasarkan

ketentuan tentang persyaratan tata bangunan; danc. pengkajian dokumen rencana teknis berdasarkan

ketentuan tentang persyaratan keandalan BangunanGedung.

(3) Disamping tugas pokok sebagaimana dimaksud padaayat (1), TABG dapat membantu :a. pembuatan acuan dan penilaian;b. penyelesaian masalah; danc. penyempurnaan peraturan, pedoman dan standar.

Pasal 156

(1) Masa kerja TABG ditetapkan 2 (dua) tahun anggaran.

(2) Masa kerja TABG dapat diperpanjang sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali masa kerja sebagaimanadimaksud pada ayat (1).

Bagian KetigaPembiayaan TABG

Pasal 157

(1) Biaya pengelolaan database dan operasional anggotaTABG dibebankan pada Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah.

(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi :a. biaya pengelolaan database.b. biaya operasional TABG yang terdiri dari:

1. biaya sekretariat;2. persidangan;3. honorarium dan tunjangan; dan4. biaya perjalanan dinas.

(3) Pelaksanaan pembiayaan sebagaimana dimaksud padaayat (2) mengikuti peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaansebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalamPeraturan Bupati.

87

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

BAB VIIPERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN

BANGUNAN GEDUNG

Bagian KesatuLingkup Peran Masyarakat

Paragraf 1Umum

Pasal 158

Peran Masyarakat dalam penyelenggaraan BangunanGedung dapat terdiri atas:a. pemantauan dan penjagaan ketertiban penyelenggaraan

Bangunan Gedung.b. pemberian masukan kepada Pemerintah dan/atau

Pemerintah Daerah dalam penyempurnaan peraturan,pedoman dan standar teknis di bidang BangunanGedung;

c. penyampaian pendapat dan pertimbangan kepadainstansi yang berwenang terhadap penyusunan RTBL,rencana teknis bangunan tertentu dan kegiatanpenyelenggaraan Bangunan Gedung yang menimbulkandampak penting terhadap lingkungan; dan

d. pengajuan gugatan perwakilan terhadap BangunanGedung yang mengganggu, merugikan dan/ataumembahayakan kepentingan umum.

Pasal 159

(1) Objek pemantauan dan penjagaan ketertibanpenyelenggaraan Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam Pasal 158 huruf a meliputi kegiatanpembangunan, kegiatan pemanfaatan, kegiatanpelestarian termasuk perawatan dan/atau pemugaranBangunan Gedung dan lingkungannya yang dilindungidan dilestarikan dan/atau kegiatan pembongkaranBangunan Gedung.

(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemenuhi persyaratan:a. dilakukan secara objektif;b. dilakukan dengan penuh tanggung jawab;c. dilakukan dengan tidak menimbulkan gangguan

kepada pemilik/pengguna Bangunan Gedung,masyarakat dan lingkungan; dan

d. dilakukan dengan tidak menimbulkan kerugiankepada pemilik/pengguna Bangunan Gedung,masyarakat dan lingkungan.

88

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(3) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdilakukan oleh perorangan, kelompok, atau organisasikemasyarakatan melalui kegiatan pengamatan,penyampaian masukan, usulan dan pengaduanterhadap:a. Bangunan Gedung yang ditengarai tidak laik fungsi;b. Bangunan Gedung yang pembangunan, pemanfaatan,

pelestarian dan/atau pembongkarannya berpotensimenimbulkan tingkat gangguan bagi penggunadan/atau masyarakat dan lingkungannya;

c. Bangunan Gedung yang pembangunan, pemanfaatan,pelestarian dan/atau pembongkarannya berpotensimenimbulkan tingkat bahaya tertentu bagi penggunadan/atau masyarakat dan lingkungannya;dan

d. Bangunan Gedung yang ditengarai melanggarketentuan perizinan dan lokasi Bangunan Gedung.

(4) Hasil pantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)dilaporkan secara tertulis kepada Pemerintah Daerahsecara langsung atau melalui TABG.

(5) Pemerintah Daerah menanggapi dan menindaklanjutilaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) denganmelakukan penelitian dan evaluasi secara administratifdan secara teknis melalui pemeriksaan lapangan danmelakukan tindakan yang diperlukan sertamenyampaikan hasilnya kepada pelapor.

Pasal 160

(1) Penjagaan ketertiban penyelenggaraan BangunanGedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf adapat dilakukan oleh masyarakat melalui :a. pencegahan perbuatan perorangan atau kelompok

masyarakat yang dapat mengurangi tingkat keandalanBangunan Gedung; dan

b. pencegahan perbuatan perseorangan atau kelompokmasyarakat yang dapat menggangu penyelenggaraanBangunan Gedung dan lingkungannya.

(2) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) masyarakat dapat melaporkan secara lisan dan/atautertulis kepada:a. pemerintah daerah melalui instansi yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangkeamanan dan ketertiban; dan

b. pihak pemilik, pengguna atau pengelola BangunanGedung.

(3) Pemerintah Daerah wajib menanggapi danmenindaklanjuti laporan sebagaimana dimaksud padaayat (2) dengan melakukan penelitian dan evaluasisecara administratif dan secara teknis melaluipemeriksaan lapangan dan melakukan tindakan yangdiperlukan serta menyampaikan hasilnya kepadapelapor.

89

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 161

(1) Objek pemberian masukan atas penyelenggaraanBangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal158 huruf b meliputi masukan terhadap penyusunandan/atau penyempurnaan peraturan, pedoman danstandar teknis di bidang Bangunan Gedung dilingkungan Pemerintah Daerah.

(2) Pemberian masukan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat dilakukan dengan menyampaikannya secaratertulis oleh :a. perorangan;b. kelompok masyarakat;c. organisasi kemasyarakatan;d. masyarakat ahli; dan/ataue. masyarakat hukum adat.

(3) Masukan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dijadikan bahan pertimbangan bagi PemerintahDaerah dalam menyusun dan/atau menyempurnakanperaturan, pedoman dan standar teknis di bidangBangunan Gedung.

Pasal 162

(1) Penyampaian pendapat dan pertimbangan kepadainstansi yang berwenang terhadap penyusunan RTBL,rencana teknis bangunan tertentu dan kegiatanpenyelenggaraan Bangunan Gedung yang menimbulkandampak penting terhadap lingkungan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 158 huruf c bertujuan untukmendorong masyarakat agar merasa berkepentingan danbertanggung jawab dalam penataan Bangunan Gedungdan lingkungannya.

(2) Penyampaian pendapat dan pertimbangan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh:a. perorangan;b. kelompok masyarakat;c. organisasi kemasyarakatan;d. masyarakat ahli; dan/ataue. masyarakat hukum adat.

(3) Pendapat dan pertimbangan masyarakat untuk RTBLyang lingkungannya berdiri Bangunan Gedung tertentudan/atau terdapat kegiatan Bangunan Gedung yangmenimbulkan dampak penting terhadap lingkungandapat disampaikan melalui TABG atau dibahas dalamforum dengar pendapat masyarakat yang difasilitasi olehPemerintah Daerah, kecuali untuk Bangunan Gedungfungsi khusus difasilitasi oleh Pemerintah melaluikoordinasi dengan Pemerintah Daerah.

(4) Hasil dengar pendapat dengan masyarakat dapatdijadikan pertimbangan dalam proses penetapanrencana teknis oleh Pemerintah atau PemerintahDaerah.

90

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Paragraf 2Forum Dengar Pendapat

Pasal 163

(1) Forum dengar pendapat diselenggarakan untukmemperoleh pendapat dan pertimbangan masyarakatatas penyusunan RTBL, rencana teknis BangunanGedung tertentu atau kegiatan penyelenggaraan yangmenimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

(2) Tata cara penyelenggaraan forum dengar pendapatmasyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan tahapankegiatan yaitu :a. penyusunan konsep RTBL atau rencana kegiatan

penyelenggaraan Bangunan Gedung yangmenimbulkan dampak penting bagi lingkungan;

b. penyebarluasan konsep atau rencana sebagaimanadimaksud pada huruf a kepada masyarakatkhususnya masyarakat yang berkepentingan denganRTBL dan Bangunan Gedung yang akan menimbulkandampak penting bagi lingkungan; dan

c. mengundang masyarakat sebagaimana dimaksudpada huruf b untuk menghadiri forum dengarpendapat.

(3) Masyarakat yang diundang sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf c adalah masyarakat yang berkepentingandengan RTBL, rencana teknis Bangunan Gedungtertentu dan penyelenggaraan Bangunan Gedung yangakan menimbulkan dampak penting bagi lingkungan.

(4) Hasil dengar pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat(3) dituangkan dalam dokumen risalah rapat yangditandatangani oleh penyelenggara dan wakil daripeserta yang diundang.

(5) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berisisimpulan dan keputusan yang mengikat dan harusdilaksanakan oleh penyelenggara Bangunan Gedung.

(6) Tata cara penyelenggaraan forum dengar pendapatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjutdalam Peraturan Bupati.

Paragraf 3Gugatan Perwakilan

Pasal 164

(1) Gugatan perwakilan terhadap penyelenggaraanBangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal158 huruf d dapat diajukan ke pengadilan apabila hasilpenyelenggaraan Bangunan Gedung telah menimbulkandampak yang mengganggu atau merugikan masyarakatdan lingkungannya yang tidak diperkirakan pada saatperencanaan, pelaksanaan dan/atau pemantauan.

91

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(2) Gugatan perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat dilakukan oleh perseorangan atau kelompokmasyarakat atau organisasi kemasyarakatan yangbertindak sebagai wakil para pihak yang dirugikanakibat dari penyelenggaraan Bangunan Gedung yangmengganggu, merugikan atau membahayakankepentingan umum.

(3) Gugatan perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) disampaikan kepada pengadilan yang berwenangsesuai dengan hukum acara gugatan perwakilan.

(4) Biaya yang timbul akibat dilakukan gugatan perwakilansebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibebankankepada pihak pemohon gugatan.

(5) Dalam hal tertentu Pemeritah Daerah dapat membantupembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)dengan menyediakan anggarannya di dalam AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah.

Paragraf 4Bentuk Peran Masyarakat Dalam Tahap

Rencana Pembangunan

Pasal 165

Peran masyarakat dalam tahap rencana pembangunanBangunan Gedung dapat dilakukan dalam bentuk :a. penyampaian keberatan terhadap rencana pembangunan

Bangunan Gedung yang tidak sesuai dengan RencanaTata Ruang Wilayah Rencana Rinci Tata Ruang, RencanaDetail Tata Ruang dan/atau RTBL;

b. pemberian masukan kepada Pemeritah KabupatenJembrana dalam rencana pembangunan BangunanGedung; dan

c. pemberian masukan kepada Pemeritah KabupatenJembrana untuk melaksanakan pertemuan konsultasidengan masyarakat tentang rencana pembangunanBangunan Gedung.

Paragraf 5Bentuk Peran Masyarakat dalam Proses

Pelaksanaan Konstruksi

Pasal 166

Peran masyarakat dalam pelaksanaan konstruksi BangunanGedung dapat dilakukan dalam bentuk :

a. menjaga ketertiban dalam kegiatan pembangunan;

b. mencegah perbuatan perseorangan atau kelompok yangdapat mengurangi tingkat keandalan Bangunan Gedungdan/atau mengganggu penyelenggaraan BangunanGedung dan lingkungan;

92

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

c. melaporkan kepada instansi yang berwenang atau kepadapihak yang berkepentingan atas perbuatan sebagaimanadimaksud pada huruf b;

d. melaporkan kepada instansi yang berwenang tentangaspek teknis pembangunan Bangunan Gedung yangmembahayakan kepentingan umum; dan

e. melakukan gugatan ganti rugi kepada penyelenggaraBangunan Gedung atas kerugian yang dideritamasyarakat akibat dari penyelenggaraan BangunanGedung.

Paragraf 6Bentuk Peran Masyarakat dalam Pemanfaatan

Bangunan Gedung

Pasal 167

Peran masyarakat dalam pemanfaatan Bangunan Gedungdapat dilakukan dalam bentuk:

a. menjaga ketertiban dalam kegiatan pemanfaatanBangunan Gedung;

b. mencegah perbuatan perorangan atau kelompok yangdapat mengganggu pemanfaatan Bangunan Gedung;

c. melaporkan kepada instansi yang berwenang atau kepadapihak yang berkepentingan atas penyimpanganpemanfaatan Bangunan Gedung;

d. melaporkan kepada instansi yang berwenang tentangaspek teknis pemanfaatan Bangunan Gedung yangmembahayakan kepentingan umum; dan

e. melakukan gugatan ganti rugi kepada penyelenggaraBangunan Gedung atas kerugian yang dideritamasyarakat akibat dari penyimpangan pemanfaatanBangunan Gedung.

Paragraf 7Bentuk Peran Masyarakat dalam Pelestarian

Bangunan Gedung

Pasal 168

Peran masyarakat dalam pelestarian Bangunan Gedungdapat dilakukan dalam bentuk:

a. memberikan informasi kepada instansi yang berwenangatau pemilik Bangunan Gedung tentang kondisiBangunan Gedung yang tidak terpelihara, yang dapatmengancam keselamatan masyarakat, dan yangmemerlukan pemeliharaan;

b. memberikan informasi kepada instansi yang berwenangatau pemilik Bangunan Gedung tentang kondisiBangunan Gedung bersejarah yang kurang terpeliharadan terancam kelestariannya;

93

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

c. memberikan informasi kepada instansi yang berwenangatau pemilik Bangunan Gedung tentang kondisiBangunan Gedung yang kurang terpelihara danmengancam keselamatan masyarakat dan lingkungannya;dan

d. melakukan gugatan ganti rugi kepada pemilik BangunanGedung atas kerugian yang diderita masyarakat akibatdari kelalaian pemilik di dalam melestarikan BangunanGedung.

Paragraf 8Bentuk Peran Masyarakat dalam Pembongkaran

Bangunan Gedung

Pasal 169

Peran masyarakat dalam pembongkaran Bangunan Gedungdapat dilakukan dalam bentuk:

a. mengajukan keberatan kepada instansi yang berwenangatas rencana pembongkaran Bangunan Gedung yangmasuk dalam kategori cagar budaya;

b. mengajukan keberatan kepada instansi yang berwenangatau pemilik Bangunan Gedung atas metodepembongkaran yang mengancam keselamatan ataukesehatan masyarakat dan lingkungannya;

c. melakukan gugatan ganti rugi kepada instansi yangberwenang atau pemilik Bangunan Gedung atas kerugianyang diderita masyarakat dan lingkungannya akibat yangtimbul dari pelaksanaan pembongkaran BangunanGedung; dan

d. melakukan pemantauan atas pelaksanaan pembangunanBangunan Gedung.

Paragraf 9Tindak Lanjut

Pasal 170

Instansi yang berwenang wajib menanggapi keluhanmasyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 165, Pasal166, Pasal 167, Pasal 168, dan Pasal 169 denganmelakukan kegiatan tindak lanjut baik secara teknismaupun secara administratif untuk dilakukan tindakanyang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

94

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

BAB VIIIPEMBINAAN

Bagian KesatuUmum

Pasal 171

(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaanpenyelenggaraan Bangunan Gedung melalui kegiatanpengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)bertujuan agar penyelenggaraan Bangunan Gedungdapat berlangsung tertib dan tercapai keandalanBangunan Gedung yang sesuai dengan fungsinya, sertaterwujudnya kepastian hukum.

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditujukan kepada penyelenggara Bangunan Gedung.

Bagian KeduaPengaturan

Pasal 172

(1) Pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 171ayat (1) dituangkan ke dalam Peraturan Daerah atauPeraturan Bupati sebagai kebijakan Pemerintah Daerahdalam penyelenggaraan Bangunan Gedung.

(2) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdituangkan ke dalam pedoman teknis, standar teknisBangunan Gedung dan tata cara operasionalisasinya.

(3) Di dalam penyusunan kebijakan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus mempertimbangkan RTRW, RDTRdan/atau RTBL serta dengan mempertimbangkanpendapat tenaga ahli di bidang penyelenggaraanBangunan Gedung.

(4) Pemerintah Daerah menyebarluaskan kebijakansebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepadapenyelenggara Bangunan Gedung.

Bagian KetigaPemberdayaan

Pasal 173

(1) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 171ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Daerah kepadapenyelenggara Bangunan Gedung.

(2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan melalui peningkatan profesionalitaspenyelenggara Bangunan Gedung dengan penyadaranakan hak dan kewajiban dan peran dalampenyelenggaraan Bangunan Gedung terutama di daerahrawan bencana.

95

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(3) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilakukan melalui pendataan, sosialisasi,penyebarluasan dan pelatihan di bidangpenyelenggaraan Bangunan Gedung.

Pasal 174

Pemberdayaan terhadap masyarakat yang belum mampumemenuhi persyaratan teknis Bangunan Gedung dilakukanbersama-sama dengan masyarakat yang terkait denganBangunan Gedung melalui :a. forum dengar pendapat dengan masyarakat;b. pendampingan pada saat penyelenggaraan Bangunan

Gedung dalam bentuk kegiatan penyuluhan, bimbinganteknis, pelatihan dan pemberian tenaga teknispendamping;

c. pemberian bantuan percontohan rumah tinggal yangmemenuhi persyaratan teknis dalam bentuk pemberianstimulan bahan bangunan yang dikelola masyarakatsecara bergulir; dan/atau

d. bantuan penataan bangunan dan lingkungan yang serasidalam bentuk penyiapan RTBL serta penyediaanprasarana dan sarana dasar permukiman.

Pasal 175

Bentuk dan tata cara pelaksanaan forum dengar pendapatdengan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal174 huruf a diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Bagian KeempatPengawasan

Pasal 176

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadappelaksanaan Peraturan Daerah di bidangpenyelenggaraan Bangunan Gedung melalui mekanismepenerbitan IMB, SLF, dan surat persetujuan danpenetapan pembongkaran Bangunan Gedung.

(2) Dalam pengawasaan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang penyelenggaraan BangunanGedung, Pemerintah Daerah dapat melibatkan peranmasyarakat:a. dengan mengikuti mekanisme yang ditetapkan oleh

Pemerintah Daerah;b. pada setiap tahapan penyelenggaraan Bangunan

Gedung; danc. dengan mengembangkan sistem pemberian

penghargaan berupa tanda jasa dan/ atau insentifuntuk meningkatkan peran masyarakat.

96

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

BAB IXSANKSI ADMINISTRATIF

Bagian KesatuUmum

Pasal 177

(1) Pemilik dan/atau pengguna Bangunan Gedung yangtidak memenuhi persyaratan yang tercantum dalam IMBdan/atau SLF dikenakan sanksi administrasi berupa :a. peringatan tertulis;b. pembatasan kegiatan pembangunan;c. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan

pelaksanaan pembangunan;d. penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan

Bangunan Gedung;e. pembekuan IMB;f. pencabutan IMB;g. pembekuan SLF;h. pencabutan SLF; ataui. perintah pembongkaran Bangunan Gedung.

(2) Selain pengenaan sanksi administratif sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi dendapaling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilaibangunan yang sedang atau telah dibangun.

(3) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2)disetor ke rekening kas Pemerintah Daerah.

(4) Jenis pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2) didasarkan pada berat atauringannya pelanggaran yang dilakukan setelahmendapatkan pertimbangan TABG.

Bagian KeduaSanksi Administratif Pada Tahap Pembangunan

Pasal 178

(1) Pemilik Bangunan Gedung yang melanggar ketentuanPasal 7 ayat (3), Pasal 15 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 17ayat (1), Pasal 113 ayat (4), Pasal 127 ayat (5) dan Pasal134 ayat (7) dikenakan sanksi peringatan tertulis.

(2) Pemilik Bangunan Gedung yang tidak mematuhiperingatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turutdalam tenggang waktu masing-masing 7 (tujuh) harikalender dan tetap tidak melakukan perbaikan ataspelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dikenakan sanksi berupa pembatasan kegiatanpembangunan.

97

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(3) Pemilik Bangunan Gedung yang telah dikenakan sanksisebagaimana dimaksud pada ayat (2) selama 14 (empatbelas) hari kalender dan tetap tidak melakukanperbaikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dikenakan sanksi berupa penghentiansementara pembangunan dan pembekuan IMB.

(4) Pemilik Bangunan Gedung yang telah dikenakan sanksisebagaimana dimaksud pada ayat (3) selama 14 (empatbelas) hari kelender dan tetap tidak melakukanperbaikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dikenakan sanksi berupa penghentiantetap pembangunan, pencabutan IMB, dan perintahpembongkaran Bangunan Gedung.

(5) Dalam hal Pemilik Bangunan Gedung tidak melakukanpembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4)dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender,pembongkarannya dilakukan oleh Pemerintah Daerahatas biaya Pemilik Bangunan Gedung.

(6) Dalam hal pembongkaran dilakukan oleh PemerintahDaerah, Pemilik Bangunan Gedung juga dikenakandenda administratif yang besarnya paling banyak 10 %(sepuluh per seratus) dari nilai total Bangunan Gedungyang bersangkutan.

(7) Besarnya denda administratif ditentukan berdasarkanberat dan ringannya pelanggaran yang dilakukan setelahmendapat pertimbangan dari TABG.

Pasal 179

(1) Pemilik Bangunan Gedung yang melaksanakanpembangunan Bangunan Gedungnya melanggarketentuan Pasal 14 ayat (1) dikenakan sanksipenghentian sementara sampai dengan diperolehnyaIMB.

(2) Pemilik Bangunan Gedung yang tidak memiliki IMBdikenakan sanksi perintah pembongkaran.

Bagian KeduaSanksi Administratif Pada Tahap Pemanfaatan

Pasal 180

(1) Pemilik atau Pengguna Bangunan Gedung yangmelanggar ketentuan Pasal 7 ayat (4), Pasal 16 ayat (1),Pasal 125 ayat (3), 126 ayat (3), Pasal 129 ayat (3), danPasal 134 ayat (8) dikenakan sanksi peringatan tertulis.

(2) Pemilik atau Pengguna Bangunan Gedung yang tidakmematuhi peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kaliberturut-turut dalam tenggang waktu masing-masing 7(tujuh) hari kalender dan tidak melakukan perbaikanatas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dikenakan sanksi berupa penghentian sementarakegiatan Pemanfaatan Bangunan Gedung danpembekuan SLF.

98

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(3) Pemilik atau Pengguna Bangunan Gedung yang telahdikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)selama 30 (tiga puluh) hari kalender dan tetap tidakmelakukan perbaikan atas pelanggaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupapenghentian tetap pemanfaatan dan pencabutansertifikat Laik Fungsi.

(4) Pemilik atau Pengguna Bangunan Gedung yangterlambat melakukan perpanjangan sertifikat LaikFungsi sampai dengan batas waktu berlakunya sertifikatLaik Fungsi, dikenakan sanksi denda administratif yangbesarnya 1 % (satu per seratus) dari nilai total BangunanGedung yang bersangkutan.

BAB XKETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 181

(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan PemerintahDaerah diberi wewenang melaksanakan penyidikanterhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan dalamPeraturan Daerah ini.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berwenang :a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang

tentang adanya pelanggaran Peraturan Daerah;b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat

kejadian dan melakukan pemeriksaan;c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan

memeriksa tanda pengenal diri tersangka;d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat;e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi;g. mendatangkan saksi ahli dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;h. mengadakan penghentian penyidikan karena tidak

terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukanmerupakan tindak pidana dan selanjutnyamemberitahukan hal tersebut kepada penuntutumum, tersangka atau keluarganya; dan

i. melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapatdipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memberitahukan dimulainya penyidikan danmenyampaikan hasil penyidikannya kepada PenuntutUmum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara RepublikIndonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamUndang-Undang Hukum Acara Pidana.

99

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

BAB XIKETENTUAN PIDANA

Pasal 182

(1) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuanPasal 11 ayat (1) dipidana dengan pidana kurunganpaling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyakRp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah pelanggaran.

BAB XIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 183

(1) Bangunan Gedung yang sudah dilengkapi dengan IMBsebelum Peraturan Daerah ini berlaku, dan IMB yangdimiliki sudah sesuai dengan ketentuan dalamPeraturan Daerah ini, maka IMB yang dimilikinyadinyatakan tetap berlaku.

(2) Bangunan Gedung yang sudah dilengkapi IMB sebelumPeraturan Daerah ini berlaku, namun IMB yang dimilikitidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah inimaka Pemilik Bangunan Gedung wajib mengajukanpermohonan IMB baru.

(3) Permohonan IMB yang telah masuk/terdaftar sebelumberlakunya Peraturan Daerah ini, tetap diproses dengandisesuaikan pada ketentuan dalam Peraturan Daerahini.

(4) Bangunan Gedung yang pada saat berlakunya PeraturanDaerah ini belum dilengkapi IMB, maka PemilikBangunan Gedung wajib mengajukan permohonan IMB.

(5) Bangunan Gedung yang pada saat berlakunya PeraturanDaerah ini belum dilengkapi IMB, dan bangunan yangsudah berdiri tidak sesuai dengan ketentuan dalamPeraturan Daerah ini, maka Pemilik Bangunan Wajibmengajukan permohonan IMB baru dan melakukanperbaikan secara bertahap.

(6) Bangunan Gedung pada saat berlakunya PeraturanDaerah ini belum dilengkapi SLF, maka pemilik/Pengguna Bangunan Gedung wajib mengajukanpermohonan SLF.

(7) Permohonan SLF yang telah masuk/terdaftar sebelumberlakunya Peraturan Daerah ini, tetap diproses dengandisesuaikan pada ketentuan dalam Peraturan Daerahini.

(8) Bangunan Gedung yang sudah dilengkapi SLF sebelumPeraturan Daerah ini berlaku, namun SLF yang dimilikitidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerahini, maka pemilik/Pengguna Bangunan Gedung wajibmengajukan permohonan SLF baru.

100

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

(9) Bangunan Gedung yang sudah dilengkapi SLF sebelumPeraturan Daerah ini berlaku, namun kondisi BangunanGedung tidak Laik Fungsi, maka pemilik/PenggunaBangunan Gedung wajib melakukan perbaikan secarabertahap.

(10) Bangunan Gedung yang sudah dilengkapi SLF sebelumPeraturan Daerah ini berlaku, dan SLF yang dimilikisudah sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerahini, maka SLF yang dimilikinya dinyatakan tetapberlaku.

(11) Pemerintah Daerah melaksanakan penertibankepemilikan IMB dan SLF dengan ketentuan pentahapansebagai berikut:a. untuk Bangunan Gedung selain dari fungsi hunian,

penertiban kepemilikan IMB dan SLF harus sudahdilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejakdiberlakukannya Peraturan Daerah ini;

b. untuk Bangunan Gedung fungsi hunian denganspesifikasi non-sederhana, penertiban kepemilikanIMB dan SLF harus sudah dilakukan selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun sejak diberlakukannyaPeraturan Daerah ini;

c. untuk Bangunan Gedung fungsi hunian denganspesifikasi sederhana, penertiban kepemilikan IMBdan SLF harus sudah dilakukan selambat-lambatnya4 (empat) tahun sejak diberlakukannya PeraturanDaerah ini.

(12) Pemilik Bangunan Gedung yang pada saat berlakunyaPeraturan Daerah ini belum memiliki IMB wajibmengajukan permohonan IMB paling lambat 2 (dua)tahun sejak diberlakukannya Peraturan Daerah inidengan dilengkapi SLF.

(13) Dalam hal Bangunan Gedung yang sudah memiliki IMBnamun tidak sesuai dan/atau tidak memenuhipersyaratan tata bangunan dan keandalan BangunanGedung sebagaimana ditentukan dalam peraturan ini,maka Bangunan Gedung tersebut perlu dilakukanperbaikan.

(14) Dalam hal Bangunan Gedung yang sudah memiliki IMBnamun tidak memiliki SLF, secara bertahap perlumengajukan permohonan SLF.

BAB XIII

101

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 184

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, PeraturanDaerah Kabupaten Jembrana Nomor 3 Tahun 2004 tentangBangunan (Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Tahun2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah KabupatenJembrana Nomor 2), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 185

Peraturan daerah ini mulai berlaku setelah 1 (satu) tahunterhitung sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Daerah KabupatenJembrana.

Ditetapkan di Negarapada tanggal 13 Juli 2017

BUPATI JEMBRANA,

ttd

I PUTU ARTHA

Diundangkan di Negarapada tanggal 13 Juli 2017SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBRANA,

ttd

I MADE SUDIADA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2017 NOMOR 71.

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA, PROVINSI BALI(3,15/2017)

102

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANANOMOR 3 TAHUN 2017

TENTANG

BANGUNAN GEDUNG

I. UMUM

Bangunan Gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak,perwujudan produktivitas, dan jati diri manusia. Penyelenggaraan BangunanGedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatankehidupan serta penghidupan masyarakat, serta untuk mewujudkanBangunan Gedung yang andal, berjati diri, serta seimbang, serasi, danselaras dengan lingkungannya.

Bangunan Gedung merupakan salah satu wujud fisik daripemanfaatan ruang yang karenanya setiap penyelenggaraan BangunanGedung harus berlandaskan pada pengaturan penataan ruang.

Untuk menjamin kepastian hukum dan ketertiban penyelenggaraanBangunan Gedung, setiap Bangunan Gedung harus memenuhi persyaratanadministratif dan teknis Bangunan Gedung.Peraturan Daerah ini berisi ketentuan yang mengatur berbagai aspekpenyelenggaraan Bangunan Gedung meliputi aspek fungsi BangunanGedung, aspek persyaratan Bangunan Gedung, aspek hak dan kewajibanpemilik dan pengguna Bangunan Gedung dalam tahapan penyelenggaraanBangunan Gedung, aspek peran masyarakat, aspek pembinaan olehpemerintah, aspek sanksi, aspek ketentuan peralihan, dan ketentuanpenutup.Peraturan daerah ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraanBangunan Gedung yang berlandaskan pada ketentuan di bidang penataanruang, tertib secara administratif dan teknis, terwujudnya Bangunan Gedungyang fungsional, andal, yang menjamin keselamatan, kesehatan,kenyamanan, dan kemudahan bagi pengguna, serta serasi dan selarasdengan lingkungannya. Pengaturan fungsi Bangunan Gedung dalamPeraturan Daerah ini dimaksudkan agar Bangunan Gedung yang didirikandari awal telah ditetapkan fungsinya sehingga masyarakat yang akanmendirikan Bangunan Gedung dapat memenuhi persyaratan baikadministratif maupun teknis Bangunan Gedungnya dengan efektif danefisien, sehingga apabila bermaksud mengubah fungsi yang ditetapkan harusdiikuti dengan perubahan persyaratan administratif dan persyaratanteknisnya. Di samping itu, agar pemenuhan persyaratan teknis setiap fungsiBangunan Gedung lebif efektif dan efisien, fungsi Bangunan Gedung tersebutdiklasifikasikan berdasarkan tingkat kompleksitas, tingkat permanensi,tingkat risiko kebakaran, zonasi gempa, lokasi, ketinggian, dan/ataukepemilikan.

103

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pengaturan persyaratan administratif Bangunan Gedung dalamPeraturan Daerah ini dimaksudkan agar masyarakat mengetahui lebih rincipersyaratan administratif yang diperlukan untuk mendirikan BangunanGedung, baik dari segi kejelasan status tanahnya, kejelasan statuskepemilikan Bangunan Gedungnya, maupun kepastian hukum bahwaBangunan Gedung yang didirikan telah memperoleh persetujuan dariPemerintah Daerah dalam bentuk izin mendirikan Bangunan Gedung.Kejelasan hak atas tanah adalah persyaratan mutlak dalam mendirikanBangunan Gedung, meskipun dalam Peraturan Daerah ini dimungkinkanadanya Bangunan Gedung yang didirikan di atas tanah milik orang/pihaklain, dengan perjanjian. Dengan demikian kepemilikan Bangunan Gedungdapat berbeda dengan kepemilikan tanah, sehingga perlu adanya pengaturanyang jelas dengan tetap mengacu pada peraturan perundang-undangantentang kepemilikan tanah.

Dengan diketahuinya persyaratan administratif Bangunan Gedung olehmasyarakat luas, khususnya yang akan mendirikan atau memanfaatkanBangunan Gedung, akan memberikan kemudahan dan sekaligus tantangandalam penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik.Pelayanan pemberian izin mendirikan Bangunan Gedung yang transparan,adil, tertib hukum, partisipatif, tanggap, akuntabilitas, efisien dan efektif,serta profesional, merupakan wujud pelayanan prima yang harus diberikanoleh Pemerintah Daerah.

Peraturan Daerah ini mengatur lebih lanjut persyaratan teknis tatabangunan dan keandalan Bangunan Gedung, agar masyarakat di dalammendirikan Bangunan Gedung mengetahui secara jelas persyaratan-persyaratan teknis yang harus dipenuhi sehingga Bangunan Gedungnyadapat menjamin keselamatan pengguna dan lingkungannya, dapat ditempatisecara aman, sehat, nyaman, dan aksesibel, sehinggga secara keseluruhandapat memberikan jaminan terwujudnya Bangunan Gedung yang fungsional,layak huni, berjati diri, dan produktif, serta serasi dan selaras denganlingkungannya.

Dengan dipenuhinya persyaratan teknis Bangunan Gedung sesuaifungsi dan klasifikasinya, maka diharapkan kegagalan konstruksi maupunkegagalan Bangunan Gedung dapat dihindari, sehingga pengguna bangunandapat hidup lebih tenang dan sehat, rohaniah dan jasmaniah di dalamberkeluarga, bekerja, bermasyarakat dan bernegara.Pengaturan Bangunan Gedung dilandasi oleh asas kemanfaatan,keselamatan, keseimbangan, dan keserasian Bangunan Gedung danlingkungannya, berperikemanusiaan dan berkeadilan. Oleh karena itu,masyarakat diupayakan terlibat dan berperan aktif, positif, konstruktif danbersinergi bukan hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatanBangunan Gedung untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalammeningkatkan pemenuhan persyaratan Bangunan Gedung dan tertibpenyelenggaraan Bangunan Gedung pada umumnya.

104

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pengaturan peran masyarakat dimaksudkan untuk mendorongtercapainya tujuan penyelenggaraan Bangunan Gedung yang tertib,fungsional, andal, dapat menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan,kemudahan bagi pengguna dan masyarakat di sekitarnya, serta serasi danselaras dengan lingkungannya. Peran masyarakat yang diatur dalamPeraturan Daerah ini dapat dilakukan oleh perseorangan atau kelompokmasyarakat melalui sarana yang disediakan atau melalui gugatanperwakilan.

Pengaturan penyelenggaraan pembinaan dimaksudkan sebagai arahpelaksanaan bagi Pemerintah Daerah dalam melakukan pembinaanpenyelenggaraan Bangunan Gedung dengan berlandaskan prinsip-prinsiptata pemerintahan yang baik. Pembinaan dilakukan untuk pemilik BangunanGedung, pengguna Bangunan Gedung, penyedia jasa konstruksi, maupunmasyarakat yang berkepentingan dengan tujuan untuk mewujudkan tertibpenyelenggaraan dan keandalan Bangunan Gedung yang memenuhipersyaratan administratif dan teknis, dengan penguatan kapasitaspenyelenggara Bangunan Gedung.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung oleh penyedia jasa konstruksi baiksebagai perencana, pelaksana, pengawas, manajemen konstruksi maupunjasa-jasa pengembangannya, penyedia jasa pengkaji teknis BangunanGedung, dan pelaksanaannya juga dilakukan berdasarkan peraturanperundang-undangan di bidang jasa konstruksi.Penegakan hukum menjadi bagian yang penting dalam upaya melindungikepentingan semua pihak agar memperoleh keadilan dalam hak dankewajibannya dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung. Penegakan danpenerapan sanksi administratif perlu dimasyarakatkan dan diterapkansecara bertahap agar tidak menimbulkan ekses di lapangan, dengan tetapmempertimbangkan keadilan dan ketentuan perundang-undangan lain.Pengenaan sanksi pidana dan tata cara pengenaan sanksi pidanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (5) dan Pasal 47 ayat (3)Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedungdilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum AcaraPidana.

Peraturan Daerah ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok dannormatif mengenai penyelenggaraan Bangunan Gedung sedangkanketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan BupatiJembrana dengan tetap mempertimbangkan peraturan perundang-undanganlainnya yang terkait dengan pelaksanaan Peraturan Daerah ini.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2Cukup jelas

Pasal 3Ayat (1)

Cukup jelas

105

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Ayat (2)huruf a.

Cukup jelas.huruf b.

Cukup jelas.huruf c.

Cukup jelas.huruf d.

Cukup jelas.huruf e.

Cukup jelas.huruf f.

Yang dimaksud dengan “lebih dari satu fungsi” adalah apabilasatu Bangunan Gedung mempunyai fungsi utama gabungan darifungsi-fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya,dan/atau fungsi khusus.

Pasal 4Ayat (1)

huruf aYang dimaksud dengan bangunan rumah tinggal tunggaladalah bangunan dalam suatu perpetakan/persil yang sisi-sisinya mempunyai jarak bebas dengan Bangunan Gedungdan batas perpetakan lainnya.

huruf bYang dimaksud dengan bangunan rumah tinggal deretadalah bangunan dalam suatu perpetakan/persil yang sisi-sisinya tidak mempunyai jarak bebas samping dandinding-dindingnya digunakan bersama.

huruf cYang dimaksud dengan bangunan rumah tinggal susunadalah bangunan dalam suatu perpetakan/persil yangmemiliki lebih dari satu lantai tersusun ke atas atau kebawah tanah.

huruf dYang dimaksud dengan bangunan rumah tinggalsementara adalah bangunan yang dibangun untuk huniansementara waktu sambil menunggu selesainya bangunanhunian yang bersifat permanen, misalnya bangunan untukpenampungan pengungsian dalam hal terjadi bencanaalam atau bencana sosial

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Huruf c yang dimaksud “Bangunan Gedung Adat dan sejenisnya”termasuk Pasar Tradisional.

Ayat (5)Yang dimaksud dengan “bangunan dengan tingkat kerahasiaantinggi” antara lain bangunan militer dan istana kepresidenan,wisma negara, Bangunan Gedung fungsi pertahanan, dangudang penyimpanan bahan berbahaya.Yang dimaksud dengan “bangunan dengan tingkat risiko bahayatinggi” antara lain bangunan reaktor nuklir dan sejenisnya,gudang penyimpanan bahan berbahaya.

106

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Penetapan Bangunan Gedung dengan fungsi khusus dilakukanoleh Menteri dengan mempertimbangkan usulan dariinstansiberwenang terkait.

Ayat (6)huruf a.

Cukup jelas.huruf b.

Cukup jelas.huruf c.

Cukup jelas.huruf d.

Yang dimaksud dengan “Bangunan Gedung mal-apartemen-perkantoran-perhotelan” adalah Bangunan Gedung yang didalamnya terdapat fungsi sebagai tempat perbelanjaan, tempathunian tetap/apartemen, tempat perkantoran dan hotel.

Pasal 5Ayat (1)

Klasifikasi Bangunan Gedung merupakan pengklasifikasian lebihlanjut dari fungsi Bangunan Gedung, agar dalam pembangunandan pemanfataan Bangunan Gedung dapat lebih tajam dalampenetapan persyaratan administratif dan teknisnya yang harusditerapkan.Dengan ditetapkannya fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedungyang akan dibangun, maka pemenuhan persyaratanadministratif dan teknisnya dapat lebih efektif dan efisien.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Ayat (7)Cukup jelas

Ayat (8)Cukup jelas

Ayat (9)Kepemilikan atas Bangunan Gedung dibuktikan antara laindengan IMB atau surat keterangan kepemilikan bangunan padabangunan rumah susun.

Ayat (10)Cukup jelas

Pasal 6Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Pengusulan fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedungdicantumkan dalam permohonan IMB. Dalam hal PemilikBangunan Gedung berbeda dengan pemilik tanah, maka dalamPermohonan IMB harus ada persetujuan pemilik tanah.

107

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Usulan fungsi dan Klasifikasi Bangunan Gedung diusulkan olehpemilik dalam bentuk rencana teknis Bangunan Gedung.

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 7Ayat (1)

Perubahan fungsi misalnya dari Bangunan Gedung fungsihunian menjadi Bangunan Gedung fungsi usaha. Perubahanklasifikasi misalnya dari Bangunan Gedung milik negara menjadiBangunan Gedung milik badan usaha, atau Bangunan Gedungsemi permanen menjadi Bangunan Gedung permanen.Perubahan fungsi dan klasifikasi misalnya Bangunan Gedunghunian semi permanen menjadi Bangunan Gedung usahapermanen.

Ayat (2)Perubahan dari satu fungsi dan/atau klasifikasi ke fungsidan/atau klasifikasi yang lain akan menyebabkan perubahanpersyaratan yang harus dipenuhi, karena sebagai contohpersyaratan administratif dan teknis Bangunan Gedung fungsihunian klasifikasi permanen jelas berbeda dengan persyaratanadministratif dan teknis untuk Bangunan Gedung fungsi hunianklasifikasi semi permanen; atau persyaratan administratif danteknis Bangunan Gedung fungsi hunian klasifikasi permanenjelas berbeda dengan persyaratan administratif dan teknis untukBangunan Gedung fungsi usaha (misalnya toko) klasifikasipermanen.Perubahan fungsi (misalnya dari fungsi hunian menjadi fungsiusaha) harus dilakukan melalui proses IMB baru.Sedangkan untuk perubahan klasifikasi dalam fungsi yang sama(misalnya dari fungsi hunian semi permanen menjadi hunianpermanen) dapat dilakukan dengan revisi/perubahan pada IMByang telah ada.

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Perubahan fungsi atau klasifikasi Bangunan Gedung harusdilakukan melalui proses perizinan baru karena perubahantersebut akan mempengaruhi data kepemilikan BangunanGedung bersangkutan.

Pasal 8Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

huruf a angka 5Dalam hal Pemerintah Daerahbelum memiliki RTBL makapersyaratan tersebut tidak perlu diikuti.

huruf bCukup jelas

108

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 9Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Dokumen sertifikat hak atas tanah dapat berbentuk sertifikatHak Milik (HM), sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB), sertifikatHak Guna Usaha (HGU), sertifikat Hak Pengelolaan (HPL),sertifikat Hak Pakai (HP), atau dokumen perolehan tanah lainnyaseperti akta jual beli, kuitansi jual beli dan/atau buktipenguasaan tanah lainnya seperti izin pemanfaatan daripemegang hak atas tanah, surat keterangan tanah darilurah/kepala desa yang disahkan oleh camat.Ketentuan mengenai keabsahan hak atas tanah disesuaikandengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidangpertanahan.Dalam mengajukan permohonan IMB, status hak atas tanahnyaharus dilengkapi dengan gambar yang jelas mengenai lokasitanah bersangkutan yang memuat ukuran dan batas-bataspersil.

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Perjanjian tertulis ini menjadi pegangan dan harus ditaati olehkedua belah pihak sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang mengatur hukum perjanjian.

Ayat (5)Yang dimaksud dengan persyaratan yang telah diatur antara lainadalah Peraturan Daerah Kabupaten JEMBRANA tentang RTRWKabupaten Jembrana, Peraturan Daerah Kabupaten JEMBRANAtentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Daerah, PeraturanDaerah Kabupaten Jembrana tentang Peraturan Zonasi Daerah,Peraturan Bupati Kabupaten Jembrana tentang Rencana TataBangunan dan Lingkungan (RTBL) dan peraturan bangunansetempat.

Pasal 10Ayat (1)

Bukti kepemilikan Bangunan Gedung dapat berupa buktikepemilikan Bangunan Gedung atau dokumen bentuk lainsebagai bukti awal kepemilikan.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Yang dimaksud dengan “persetujuan pemegang hak atas tanah”adalah persetujuan tertulis yang dapat dijadikan alat bukti telahterjadi kesepakatan pengalihan kepemilikan Bangunan Gedung.

Ayat (7)Cukup jelas

109

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Ayat (8)Cukup jelas

Pasal 11Ayat (1)

IMB merupakan satu-satunyaperizinan yang diperbolehkandalam penyelenggaraan Bangunan Gedung, yang menjadi alatpengendali penyelenggaraan Bangunan Gedung.

Ayat (2)Proses pemberian IMB harus mengikuti prinsip-prinsippelayanan prima dan murah/terjangkau.Permohonan IMB merupakan prosesawal mendapatkan IMB.Pemerintah daerah menyediakan formulir Permohonan IMB yanginformatif yang berisikanantara lain:

status tanah (tanah milik sendiri atau milik pihak lain), data pemohon/Pemilik Bangunan Gedung (nama, alamat,

tempat/tanggal lahir, pekerjaan, nomor KTP, dll.), datalokasi (letak/alamat, batas-batas, luas, status kepemilikan,dll.);

data rencana Bangunan Gedung (fungsi/klasifikasi, luasBangunan Gedung, jumlah lantai/ketinggian, KDB, KLB,KDH, dll.); dan

data Penyedia Jasa Konstruksi (nama, alamat,penanggungjawab penyedia jasa perencana konstruksi),rencana waktupelaksanaan mendirikan Bangunan Gedung,dan perkiraanbiaya pembangunannya.

Persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam KeteranganRencana Kabupaten, selanjutnya digunakan sebagaiketentuanoleh pemilik dalam menyusun rencana teknis BangunanGedungnya, di samping persyaratan-persyaratan teknislainnyasesuai fungsi dan klasifikasinya.

Ayat (3)Sebelum mengajukan permohonan IMB, setiap orang harussudah memiliki surat Keterangan Rencana Kabupaten yangdiperoleh secara cepat dan tanpabiaya.Surat Keterangan Rencana Kabupaten diberikan oleh PemerintahKabupaten berdasarkan gambar peta lokasi tempat BangunanGedung yang akan didirikan oleh pemilik.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku padasuatulokasi/kawasan, seperti keterangan tentang:

daerah rawan gempa/tsunami; daerah rawan longsor; daerah rawan banjir; tanah pada lokasi yang tercemar (brown field area); kawasan pelestarian; dan/atau kawasan yang diberlakukan arsitektur tertentu.

Pasal 12Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “persetujuan dari instansi terkait” adalahrekomendasi teknis yang diberikan oleh intansi terkait yangberwenang, baik dari Pemerintah Kabupaten maupunPemerintah.

110

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 13Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Yang dimaksud dengan “instansi teknis pembina yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang BangunanGedung” di daerah yaitu Dinas Pekerjaan Umum atau Dinas TataRuang atau Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah atauDinas Tata Ruang dan Permukiman atau Dinas Cipta Karya ataudengan sebutan lain.

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Pasal 14Cukup jelas

Pasal 15Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Cukup jelasAyat (4)

Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan” yaituperaturan perundang-undangan mengenai pengelolaanprasarana umum, sumber daya air, jaringan tegangan tinggi,kebencana-alaman, dan perhubungan serta peraturanturunannya yang berkaitan.

Ayat (5)Cukup jelas

Pasal 16Ayat (1)

Fungsi Bangunan Gedung yang tidak sesuai dengan peruntukanlokasi sebagai akibat perubahan RTRW, RDTR, dan/atau RTBLdilakukan penyesuaian paling lama 5 (lima) tahun, kecualiuntuk rumah tinggal tunggal paling lama 10 (sepuluh) tahun,sejak pemberitahuan penetapan RTRW oleh PemerintahKabupaten kepada Pemilik Bangunan Gedung.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan”yaituperaturan perundang-undangan mengenai ganti rugi ataukeperdataan, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

111

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 17Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Penetapan KDB untuk suatu kawasan yang terdiri atas beberapakaveling/persil dapat dilakukan berdasarkan pada perbandingantotal luas Bangunan Gedung terhadap total luas kawasan dengantetap mempertimbangkan peruntukan atau fungsi kawasan dandaya dukung lingkungan.Penetapan KDB dibedakan dalam tingkatan KDB tinggi (lebihbesar dari 60% sampai dengan 100%), sedang (30% sampaidengan 60%), dan rendah (lebih kecil dari 30%). Untukdaerah/kawasan padat dan/atau pusat kota dapat ditetapkanKDB tinggi dan/atau sedang, sedangkan untuk daerah/kawasanrenggang dan/atau fungsi resapan ditetapkan KDB rendah.

Ayat (3)Penetapan KLB untuk suatu kawasan yang terdiri atas beberapakaveling/persil dapat dilakukan berdasarkan pada perbandingantotal luas Bangunan Gedung terhadap total luas kawasan dengantetap mempertimbangkan peruntukan atau fungsi kawasan dandaya dukung lingkungan.Penetapan ketinggian bangunan dibedakan dalam tingkatanketinggian: bangunan rendah (jumlah lantai Bangunan Gedungsampai dengan 2 lantai), bangunan sedang (jumlah lantaiBangunan Gedung 3 lantai sampai dengan 4 lantai), danbangunan tinggi (jumlah lantai bangunan sampai dengan 5lantai).

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Ayat (6)Yang dimaksud dengan “diatur sementara” adalah peraturanBupati mengenai ketentuan intensitas Bangunan Gedungdiberlakukan sebagai dasar pemberian persetujuan mendirikanBangunan Gedung sampai RTRW, RDTR dan/atau RTBL untuklokasi bersangkutan ditetapkan.Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan” yaituperaturan perundang-undangan mengenai penataan ruang, yaituUU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, PP No. 15Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, PP No.26 Tahun 2008 tentang RTRWN, Perpres tentang RTR KawasanMetropolitan, Perpres tentang RTR Pulau dan Kepulauan, Perprestentang RTR Kawasan Strategis, Perda Provinsi tentang RTRWProvinsi, Perda Provinsi tentang RTR Kawasan Strategis Provinsi,Perda Daerah tentang RTRW Kabupaten, Perda Daerah tentangRTR Kawasan Strategis Perkotaan, dan Perda Daerah tentangRDTR Kawasan.

Ayat (7)Cukup jelas

112

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 18Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “daya dukung lingkungan” adalahkemampuan lingkungan untuk menampung kegiatan dan segalaakibat/dampak yang ditimbulkan yang ada di dalamnya, antaralain kemampuan daya resapan air, ketersediaan air bersih,volume limbah yang ditimbulkan, dan transportasi.Penetapan KDB dimaksudkan untuk memenuhi persyaratankeandalan Bangunan Gedung; keselamatan dalam hal bahayakebakaran, banjir, air pasang, dan/atau tsunami; kesehatandalam hal sirkulasi udara, pencahayaan, dan sanitasi;kenyamanan dalam hal pandangan, kebisingan, dan getaran;kemudahan dalam hal aksesibilitas dan akses evakuasi;keserasian dalam hal perwujudan wajah perkotaan; ketinggianbahwa makin tinggi bangunan jarak bebasnya makin besar.Penetapan KDB dimaksudkan pula untuk memenuhi persyaratankeamanan misalnya pertimbangan keamanan pada daerah istanakepresidenan, sehingga ketinggian Bangunan Gedung disekitarnya tidak boleh melebihi ketinggian tertentu. Juga untukpertimbangan keselamatan penerbangan, sehingga untukBangunan Gedung yang dibangun di sekitar pelabuhan udaratidak diperbolehkan melebihi ketinggian tertentu.Dalam hal pemilik tanah memberikan sebagian area tanahnyauntuk kepentingan umum, misalnya untuk taman atauprasarana/sarana publik lainnya, maka pemilik bangunan dapatdiberikan kompensasi/insentif oleh Pemerintah Kabupaten.Kompensasi dapat berupa kelonggaran KLB (bukan KDB),sedangkan insentif dapat berupa keringanan pajak atauretribusi.

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 19Cukup jelas

Pasal 20Cukup jelas

Pasal 21Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Yang dimaksud dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait antara lain berkenaan dengan penetapanbesaran persentase ruang terbuka hijau sebagaimana diaturdalam Peraturan Zonasi kawasan untuk permukiman.

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 22Ayat (1)

Cukup jelas

113

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Ayat (2)Letak Garis Sempadan Bangunan Gedung terluar untuk daerahdi sepanjang jalan, diperhitungkan berdasarkan lebar daerahmilik jalan dan peruntukan lokasi, serta diukur dari batasdaerah milik jalan.Letak Garis Sempadan Bangunan Gedung terluar untuk daerahsepanjang sungai/danau, diperhitungkan berdasarkan kondisisungai, letak sungai, dan fungsi kawasan, serta diukur dari tepisungai. Penetapan Garis Sempadan Bangunan Gedungsepanjang sungai, yang juga disebut sebagai garis sempadansungai, dapat digolongkan dalam: garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan,

perhitungan besaran garis sempadan dihitung sepanjang kakitanggul sebelah luar.

garis sempadan sungai bertanggul dalam kawasan perkotaan,perhitungan besaran garis sempadan dihitung sepanjang kakitanggul sebelah luar.

garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasanperkotaan, perhitungan garis sempadan sungai didasarkanpada besar kecilnya sungai, dan ditetapkan ruas per ruasdengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungaipada ruas yang bersangkutan.

garis sempadan sungai tidak bertanggul dalam kawasanperkotaan, perhitungan garis sempadan sungai didasarkanpada kedalaman sungai.

garis sempadan sungai yang terletak di kawasan lindung,perhitungan garis sempadan sungai didasarkan pada fungsikawasan lindung, besar-kecilnya sungai, dan pengaruhpasang surut air laut pada sungai yang bersangkutan.

Letak Garis Sempadan Bangunan Gedung terluar untuk daerahpantai, diperhitungkan berdasarkan kondisi pantai, dan fungsikawasan, dan diukur dari garis pasang tertinggi pada pantaiyang bersangkutan.Penetapan Garis Sempadan Bangunan Gedung yang terletak disepanjang pantai, yang selanjutnya disebut sempadan pantai,dapat digolongkan dalam: kawasan pantai budidaya/non-lindung, perhitungan garis

sempadan pantai didasarkan pada tingkatkelandaian/keterjalan pantai.

kawasan pantai lindung, garis sempadan pantainya minimal100 m dari garis pasang tertinggi pada pantai yangbersangkutan.

Letak Garis Sempadan Bangunan Gedung terluar untuk daerahsepanjang jalan kereta api dan jaringan tegangan tinggi,mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh instansi yangberwenang.Pertimbangan keselamatan dalam penetapan garis sempadanmeliputi pertimbangan terhadap bahaya kebakaran, banjir, airpasang, tsunami, dan/atau keselamatan lalu lintas.Pertimbangan kesehatan dalam penetapan garis sempadanmeliputi pertimbangan sirkulasi udara, pencahayaan, dansanitasi.

Ayat (3)Cukup jelas

114

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Pasal 23Cukup jelas

Pasal 24Cukup jelas

Pasal 25Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Pertimbangan terhadap estetika bentuk dan karakteristikarsitektur dan lingkungan yang ada di sekitar Bangunan Gedungdimaksudkan untuk lebih menciptakan kualitas lingkungan,seperti melalui harmonisasi nilai dan gaya arsitektur,penggunaan bahan, warna dan tekstur eksterior BangunanGedung, serta penerapan penghematan energi pada BangunanGedung.Pertimbangan kaidah pelestarian yang menjadi dasarpertimbangan utama ditetapkannya kawasan tersebut sebagaicagar budaya, misalnya kawasan cagar budaya yang BangunanGedungnya berarsitektur cina, kolonial, atau berarsitekturmelayu.

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Misalnya suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasanberarsitektur melayu, atau suatu ditetapkan sebagai kawasanberarsitektur modern.Tim ahli misalnya pakar arsitektur,pemuka adat setempat, budayawan.Pendapat publik, khususnya masyarakat yang tinggal padakawasan yang bersangkutan dan sekitarnya, dimaksudkan agarikut membahas, menyampaikan pendapat, menyepakati, danmelaksanakan dengan kesadaran serta ikut memiliki. Pendapatpublik diperoleh melalui proses Dengar Pendapat Publik, atauforum dialog publik.

Pasal 26Cukup jelas

Pasal 27Cukup jelas

Pasal 28Ayat (1)

Persyaratan daerah resapan berkaitan dengan pemenuhanpersyaratan minimal koefisien daerah hijau yang harusdisediakan, sedangkan akses penyelamatan untuk bangunanumum berkaitan dengan penyediaan akses kendaraanpenyelamatan, seperti kendaraan pemadam kebakaran danambulan, untuk masuk ke dalam tapak Bangunan Gedung yangbersangkutan.

Ayat (2)Cukup jelas

115

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 29Cukup jelas

Pasal 30Cukup jelas

Pasal 31Cukup jelas

Pasal 32Cukup jelas

Pasal 33Cukup jelas

Pasal 34Cukup jelas

Pasal 35Cukup jelas

Pasal 36Cukup jelas

Pasal 37Cukup jelas

Pasal 38Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan”yaituperaturan perundang-undangan mengenai lingkungan hidup,yaitu UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup, PP No. 27 Tahun 2012 tentangIzin Lingkungan, serta peraturan turunannya yang berkaitan.Yang dimaksud dengan “instansi yang berwenang” adalahinstansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalambidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Pasal 39Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “dampak besar dan penting “adalahpembangunan yang menimbulkan dampak yang luar biasa baiksecara ekonomi,social dan trutama terkait dengan lingkunganhidup.

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 40Cukup jelas

116

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 41Cukup jelas

Pasal 42Cukup jelas

Pasal 43Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Yang dimaksud dengan “kuat/kokoh” adalah kondisi strukturBangunan Gedung yang kemungkinan terjadinya kegagalanstruktur Bangunan Gedung sangat kecil, yang kerusakanstrukturnya masih dalam batas-batas persyaratan teknis yangmasih dapat diterima selama umur bangunan yangdirencanakan.Yang dimaksud dengan “stabil” adalah kondisi strukturBangunan Gedung yang tidak mudah terguling, miring, atautergeser selama umur bangunan yang direncanakan.Yang dimaksud dengan “persyaratan kelayanan” (serviceability)adalah kondisi struktur Bangunan Gedung yang selainmemenuhi persyaratan keselamatan juga memberikan rasaaman, nyaman, dan selamat bagi pengguna.Yang dimaksud dengan “keawetan struktur” adalah umurstruktur yang panjang (lifetime) sesuai dengan rencana, tidakmudah rusak, aus, lelah (fatigue) dalam memikul beban.Dalam hal Bangunan Gedung menggunakan bahan bangunanprefabrikasi, bahan bangunan prefabrikasi tersebut harusdirancang sehingga memiliki sistem sambungan yang baik danandal, serta mampu bertahan terhadap gaya angkat pada saatpemasangan.Perencanaan struktur juga harus mempertimbangkan ketahananbahan bangunan terhadap kerusakan yang diakibatkan olehcuaca, serangga perusak dan/atau jamur, dan menjaminkeandalan Bangunan Gedung sesuai umur layanan teknis yangdirencanakan.Yang dimaksud dengan beban muatan tetap adalahbebanmuatan mati atau berat sendiri Bangunan Gedung danbebanmuatan hidup yang timbul akibat fungsi BangunanGedung.Yang dimaksud dengan beban muatan sementara selaingempadan angin, termasuk beban muatan yang timbul akibatbenturanatau dorongan angin, dan lain-lain.Daktail merupakan kemampuan struktur Bangunan Gedunguntuk mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup,sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri walaupun sudahberada dalam kondisi di ambang keruntuhan.Yang dimaksud dengan “likuifaksi “adalah proses berubahnyastruktur tanah.

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

117

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Ayat (7)Cukup jelas

Ayat (8)Cukup jelas

Ayat (9)Cukup jelas

Ayat (10)Cukup jelas

Pasal 44Ayat (1)

Sistem proteksi pasif merupakan proteksi terhadap penghuni danharta benda berbasis pada rancangan atau pengaturankomponen arsitektur dan struktur Bangunan Gedung sehinggadapat melindungi penghuni dan harta benda dari kerugian saatterjadi kebakaran.Pengaturan komponen arsitektur dan struktur BangunanGedung antara lain dalam penggunaan bahan bangunan dankonstruksi yang tahan api, kompartemenisasi dan pemisahan,dan perlindungan pada bukaan.Sistem proteksi aktif merupakan proteksi harta benda terhadapbahaya kebakaran berbasis pada penyediaan peralatan yangdapat bekerja baik secara otomatis maupun secara manual,digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam dalammelaksanakan operasi pemadaman.Penyediaan peralatan pengamanan kebakaran sebagai sistemproteksi aktif antara lain penyediaan sistem deteksi dan alarmkebakaran, hidran kebakaran di luar dan dalam BangunanGedung, alat pemadam api ringan, dan/atau sprinkler.Dalam hal pemilik rumah tinggal tunggal bermaksud melengkapiBangunan Gedungnya dengan sistem proteksi pasif dan/atauaktif, maka harus memenuhi persyaratan perencanaan,pemasangan, dan pemeliharaan sesuai pedoman dan StandarTeknis yang berlaku.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan”yaituperaturan perundang-undangan mengenai telekomunikasi, yaitu UUNo. 32 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan PP No. 53 Tahun2000 tentang Telekomunikasi Indonesia, serta serta peraturanturunannya yang berkaitan.

Ayat (7)Cukup jelas

Ayat (8)Yang dimaksud dengan fungsi, klasifikasi, luas, jumlah lantaidan/atau jumlah penghuni tertentu harus mempunyai unitmanajemen proteksi kebakaran Bangunan Gedung adalah:

118

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

a. bangunan umum termasuk apartemen, yang berpenghuniminimal 250 orang, atau yang memiliki luas minimal 2.500M², atau mempunyai ketinggian Bangunan Gedung lebihdari 2 lantai;

b. khusus bangunan rumah sakit yang memiliki lebih dari 40tempat tidur rawat inap, terutama dalam mengidentifikasidan mengimplementasikan secara proaktif prosespenyelamatan jiwa manusia;

c. khusus bangunan industri yang menggunakan,menyimpan, atau memroses bahan berbahaya dan beracunatau bahan cair dan gas mudah terbakar, atau yangmemiliki luas bangunan minimal 2.500 M², atau bebanhunian minimal 250 orang, atau dengan luas areal/siteminimal 5.000 M².

Pasal 45Cukup jelas

Pasal 46Cukup jelas

Pasal 47Cukup jelas

Pasal 48Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Bukaan permanen adalah bagian pada dinding yang terbukasecara tetap untuk memungkinkan sirkulasi udara.

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 49Cukup jelas

Pasal 50Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Huruf a.Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan”yaitu peraturan perundang-undangan mengenaipersyaratan kualitas air minum, yaitu PP No. 1 Tahun 2005tentang Pengembangan Sistem Pengolahan Air Minum danPermen Kesehatan No. 907 tahun 2002 tentang Syarat-syaratdan Pengawasan Kualitas Air Minum.

Huruf b.Cukup jelas.

Huruf c.Cukup jelas.

Pasal 51Cukup jelas

Pasal 52Cukup jelas

119

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 53Cukup jelas

Pasal 54Cukup jelas

Pasal 55Cukup jelas

Pasal 56Cukup jelas

Pasal 57Cukup jelas

Pasal 58Cukup jelas

Pasal 59Cukup jelas

Pasal 60Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Yang dimaksud dengan “manusia berkebutuhan khusus” antaralain adalah manusia lanjut usia, penderita cacat fisik tetap,wanita hamil, anak-anak, dan penderita cacat fisik sementara.

Pasal 61Cukup jelas

Pasal 62Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Yang dimaksud dengan manusia berkebutuhan khusus antaralain adalah manusia lanjut usia, penderita cacat fisik tetap,wanita hamil, anak-anak, penderita cacat fisik sementara, dansebagainya.

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Pasal 63Cukup jelas

Pasal 64Cukup jelas

120

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 65Cukup jelas

Pasal 66Cukup jelas

Pasal 67Cukup jelas

Pasal 68Cukup jelas

Pasal 69Cukup jelas

Pasal 70Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “prasarana dan/atau sarana umum” sepertijalur kanal atau jalur hijau atau sejenisnya.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan “di bawah air” yaitu Bangunan Gedung yangdibangun berada di bawah permukaan air.Yang dimaksud dengan “di atas air” yaitu Bangunan Gedung yangdibangun berada di atas permukaan air, baik secara mengapung(mengikuti naik-turunnya muka air) maupun menggunakanpanggung (tidak mengikuti naik-turunnya muka air).

Ayat (4)Yang dimaksud dengan “daerah hantaran udara listrik tegangantinggi atau ekstra tinggi atau ultra tinggi” adalah area di sepanjangjalur SUTT, SUTET atau SUTUT termasuk batas jalur sempadannya.huruf a.

Cukup jelas.huruf b.

Cukup jelas.huruf c.

Cukup jelas.huruf d.

Cukup jelas.huruf e.

Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan” yaituperaturan perundang-undangan mengenai pembangunan danpenggunaan menara telekomunikasi, yaitu Surat KeputusanBersama 4 Menteri (Menteri Dalam Negeri nomor 18 Tahun 2009,Menteri Pekerjaan Umum nomor 07/PRT/M/2009, MenteriKomunikasi dan Informatika nomor 3/P/2009 dan Kepala BadanKoordinasi Penanaman Modal nomor 3/P/2009) tentangPedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama MenaraTelekomunikasi.

huruf f.Cukup jelas.

121

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 71Cukup jelas

Pasal 72Cukup jelas

Pasal 73Cukup jelas

Pasal 74Cukup jelas

Pasal 75Cukup jelas

Pasal 76Cukup jelas

Pasal 77Cukup jelas

Pasal 78Cukup jelas

Pasal 79Cukup jelas

Pasal 80Cukup jelas

Pasal 81Cukup jelas

Pasal 82Cukup jelas

Pasal 83Cukup jelas

Pasal 84Cukup jelas

Pasal 85Cukup jelas

Pasal 86Cukup jelas

Pasal 87Cukup jelas

Pasal 88Cukup jelas

122

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 89Cukup jelas

Pasal 90Cukup jelas

Pasal 91Cukup jelas

Pasal 92Cukup jelas

Pasal 93Cukup jelas

Pasal 94Cukup jelas

Pasal 95Cukup jelas

Pasal 96Cukup jelas

Pasal 97Cukup jelas

Pasal 98Cukup jelas

Pasal 99Cukup jelas

Pasal 100Cukup jelas

Pasal 101Cukup jelas

Pasal 102Cukup jelas

Pasal 103Cukup jelas

Pasal 104Cukup jelas

Pasal 105Cukup jelas

Pasal 106Cukup jelas

Pasal 107Cukup jelas

123

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 108Cukup jelas

Pasal 109Cukup jelas

Pasal 110Cukup jelas

Pasal 111Cukup jelas

Pasal 112Cukup jelas

Pasal 113Cukup jelas

Pasal 114Cukup jelas

Pasal 115Cukup jelas

Pasal 116Cukup jelas

Pasal 117Cukup jelas

Pasal 118Cukup jelas

Pasal 119Cukup jelas

Pasal 120Cukup jelas

Pasal 121Cukup jelas

Pasal 122Cukup jelas

Pasal 123Cukup jelas

Pasal 124Cukup jelas

Pasal 125Cukup jelas

Pasal 126Cukup jelas

124

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 127Cukup jelas

Pasal 128Cukup jelas

Pasal 129Cukup jelas

Pasal 130Cukup jelas

Pasal 131Cukup jelas

Pasal 132Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan” yaituperaturan perundang-undangan mengenai cagar budaya, yaituUU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya serta peraturanturunannya yang berkaitan.

Pasal 133Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Cukup jelasAyat (4)

Cukup jelasAyat (5)

Yang dimaksud dengan “instansi terkait” adalah instansi yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang BangunanGedung yang dilindungi dan dilestarikan.

Ayat (6)Cukup jelas

Pasal 134Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan” yaituPeraturan perundang-undangan mengenai cagar budaya, yaituUU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya serta peraturanturunannya yang berkaitan.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Ayat (7)Cukup jelas

125

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Ayat (8)Cukup jelas

Ayat (9)Cukup jelas

Pasal 135Cukup jelas

Pasal 136Cukup jelas

Pasal 137Cukup jelas

Pasal 138Cukup jelas

Pasal 139Cukup jelas

Pasal 140Cukup jelas

Pasal 141Cukup jelas

Pasal 142Cukup jelas

Pasal 143Cukup jelas

Pasal 144Cukup jelas

Pasal 145Cukup jelas

Pasal 146Cukup jelas

Pasal 147Cukup jelas

Pasal 148Cukup jelas

Pasal 149Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Cukup jelasAyat (4)

Cukup jelas

126

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Ayat (5)Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan” antaralain adalah UU Nomor 24 tahun 2007 tentang PenanggulanganBencana, PP Nomor 21 tahun 2008 tentang PenyelenggaraanPenangulangan Bencana, Keputusan Presiden Nomor 3 tahun2001 tentang Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana danPenanganan Pengungsiserta peraturan turunannya yangberkaitan.

Pasal 150Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Cukup jelasAyat (4)

Yang dimaksud dengan fasilitas penyediaan air bersih adalahpenyediaan air bersih yang kualitasnya memadai untuk diminumserta digunakan untuk kebersihan pribadi atau rumah tanggatanpa menyebabkan risiko bagi kesehatan.Yang dimaksud dengan fasilitas sanitasi adalah fasilitaskebersihan dan kesehatan lingkungan yang berkaitan dengansaluran air (drainase), pengelolaan limbah cair dan/atau padat,pengendalian vektor dan pembuangan tinja.

Ayat (5)Cukup jelas

Pasal 151Ayat (1)

Penentuan kerusakan Bangunan Gedung dilakukan olehPengkaji Teknis.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan rehabilitasi adalah perbaikan danpemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakatsampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca-bencanadengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannyasecara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupanmasyarakat pada wilayah pascabencana.

Ayat (3)Yang dimaksud rumah masyarakat adalah rumah tinggal beruparumah individual atau rumah bersama yang berbentukBangunan Gedung dengan fungsi sebagai hunian wargamasyarakat yang secara fisik terdiri atas komponen BangunanGedung, pekarangan atau tempat berdirinya bangunan danutilitasnya.Yang dimaksud dengan pemberian bantuan perbaikan rumahmasyarakat adalah bantuan Pemerintah atau PemerintahKabupaten sebagai stimulan untuk membantu masyarakatmemperbaiki rumahnya yang rusak akibat bencana agar dapatdihuni kembali.

Ayat (4)Bantuan perbaikan disesuaikan dengan kemampuan anggaranPemerintah Kabupaten.

Ayat (5)Cukup jelas.

Ayat (6)Cukup jelas.

127

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Ayat (7)Cukup jelas.

Ayat (8)Cukup jelas.

Ayat (9)Yang dimaksud dengan pejabat pemerintahan di tingkat palingbawah adalah Kepala Kecamatan atau Kepada Kelurahan/Desa.

Ayat (10)Proses Peran Masyarakat dimaksudkan agar:

a. masyarakat mendapatkan akses pada proses pengambilankeputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan rehabilitasirumah di wilayahnya;

b. masyarakat dapat bermukim kembali ke rumah asalnyayang telah direhabilitasi;

c. masyarakat membangun rumah sederhana sehat dengandilengkapi dokumen IMB.

Ayat (11)Cukup jelas.

Ayat (12)Cukup jelas

Pasal 152Yang dimaksud dengan “bencana” adalah peristiwa atau rangkaianperistiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan danpenghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alamdan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehinggamengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Pasal 153Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Dalam hal di daerah bersangkutan tidak tersedia tenaga ahliyang berkompeten untuk ditugaskan sebagai anggota TABG,maka dapat diangkat tenaga ahli dari daerah lain.

Pasal 154Cukup jelas

Pasal 155Cukup jelas

Pasal 156Cukup jelas

Pasal 157Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan” yaituperaturan perundang-undangan mengenai keuangan negara dankeuangan daerah, yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara, PP No. 58 Tahun 2005 tentang PengelolaanKeuangan Daerah serta peraturan turunannya yang berkaitan.

Ayat (4)Cukup jelas

128

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 158Yang dimaksud dengan “pengajuan Gugatan Perwakilan” adalahgugatan perdata yang diajukan oleh sejumlah orang (dalamjumlah tidak banyak misalnya satu atau dua orang) sebagaiperwakilan kelas mewakili kepentingan dirinya sekaligussekelompok orang atau pihak yang dirugikan sebagai korbanyang memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum antar wakilkelompok dan anggota kelompok dimaksud.

Pasal 159Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “menjaga ketertiban” adalah sikapperseorangan untuk ikut menciptakan ketenangan, kebersihan dankenyamanan serta sikap mencegah perbuatan kelompok yangmengarah pada perbuatan kriminal dengan melaporkannya kepadapihak yang berwenang.Yang dimaksud dengan “mengurangi tingkat keandalan BangunanGedung” adalah perbuatan perseorangan atau kelompok yangmenjurus pada perbuatan negatif yang dapat berpengaruhkeandalan Bangunan Gedung seperti merusak, memindahkandan/atau menghilangkan peralatan dan perlengkapan BangunanGedung.Yang dimaksud dengan “mengganggu penyelenggaraan BangunanGedung” adalah perbuatan perseorangan atau kelompok yangmenjurus pada perbuatan negatif yang berpengaruh pada prosespenyelenggaraan Bangunan Gedung seperti menghambat jalanmasuk ke lokasi atau meletakkan benda-benda yang dapatmembahayakan keselamatan manusia dan lingkungan.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Pasal 160Cukup jelas

Pasal 161Cukup jelas

Pasal 162Cukup jelas

Pasal 163Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Masyarakat yang diundang dapat terdiri atas perseorangan,kelompok masyarakat, organisasi kemasyarakatan, masyarakatahli, dan/atau masyarakat hukum adat.

Ayat (4)Cukup jelas

129

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Pasal 164Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Cukup jelas.Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “hukum acara Gugatan Perwakilan” yaituSurat Edaran Makamah Agung Nomor 1 tahun 2002 tentangHukum Acara Gugatan Perwakilan Kelompok.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Bantuan pembiayaan oleh Pemeritah Daerah pada GugatanPerwakilan dapat dilakukan misalnya apabila gugatan tersebutmewakili rakyat miskin yang menggugat kelompok tertentu yangsecara ekonomi lebih kuat.

Pasal 165Cukup jelas

Pasal 166Cukup jelas

Pasal 167Cukup jelas

Pasal 168Cukup jelas

Pasal 169Cukup jelas

Pasal 170Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan” yaituperaturan perundang-undangan mengenai tindak lanjut keluhanmasyarakat secara administratif dan teknis.

Pasal 171Cukup jelas

Pasal 172Cukup jelas

Pasal 173Cukup jelas

Pasal 174Cukup jelas

Pasal 175Cukup jelas

130

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pasal 176Cukup jelas

Pasal 177Cukup jelas

Pasal 178Cukup jelas

Pasal 179Cukup jelas

Pasal 180Cukup jelas

Pasal 181Cukup jelas

Pasal 182Cukup jelas

Pasal 183Cukup jelas

Pasal 184Cukup jelas

Pasal 185Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 57.

131

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

LAMPIRANPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANANOMOR 3 TAHUN 2017TENTANGBANGUNAN GEDUNG

GAMBAR PENENTUAN KETINGGIAN BANGUNAN DIHITUNG DARIPERMUKAAN TANAH ASAL

Pertemuan antara ring balokdengan kaki kuda kuda

132

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pertemuan antara ring balokdengan kaki kuda kuda

133

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pertemuan antara ring balokdengan kaki kuda kuda

134

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

Pertemuan antara ring balokdengan kaki kuda kuda

135

www.jdihjembranakab.baliprov.go.id

BUPATI JEMBRANA,

ttd

I PUTU ARTHA

Pertemuan antara ring balokdengan kaki kuda kuda