BUPATI BATU BARA -...

30
BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATU BARA, Menimbang : a. bahwa air tanah merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat dalam menunjang kegiatan pembangunan, oleh karena itu harus dikelola secara adil dan bijaksana dengan melakukan pengaturan yang menyeluruh dan berwawasan lingkungan; b. bahwa hak atas air tanah adalah hak guna air yang pengelolaanya berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan, keserasian, keadilan, kemandirian, transparansi dan akuntabilitas; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah; Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Transcript of BUPATI BATU BARA -...

Page 1: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

BUPATI BATU BARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 3 TAHUN 2013

TENTANG

PENGELOLAAN AIR TANAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BATU BARA,

Menimbang : a. bahwa air tanah merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat dalam menunjang kegiatan pembangunan, oleh karena itu harus dikelola secara adil dan bijaksana dengan melakukan pengaturan yang menyeluruh dan berwawasan lingkungan;

b. bahwa hak atas air tanah adalah hak guna air yang pengelolaanya berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan, keserasian, keadilan, kemandirian, transparansi dan akuntabilitas;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

2. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Page 2: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 2 -

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Batu Bara di Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4681);

5. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

6. Undang–Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

7. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3955) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 7, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 5092) ;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4156);

Page 3: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 3 -

12. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859);

16. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1451.K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air Tanah;

17. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Batu Bara Nomor 1 Tahun 2009 Kabupaten Batu Bara tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Batu Bara (Lembaran Daerah Kabupaten Batu Bara Tahun 2009 Nomor 1);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Batu Bara Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Batu Bara Tahun 2010 Nomor 9);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Batu Bara Nomor 10 Tahun 2010 tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Batu Bara Tahun 2010 Nomor 10).

Page 4: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 4 -

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATU BARA

dan

BUPATI BATU BARA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH.

BAB 1

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Batu Bara. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah.

4. Kabupaten adalah Kabupaten Batu Bara. 5. Bupati adalah Bupati Batu Bara. 6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut

DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.

7. Dinas adalah Dinas Pekerjaan Umum Dan Pertambangan di Kabupaten Batu Bara.

8. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.

9. Mata Air adalah air tanah yang muncul ke permukaan tanah. 10. Akuifer atau Lapisan Pembawa Air adalah lapisan batuan

jenuh air di bawah permukaan tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis.

11. Cekungan Air Tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.

Page 5: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 5 -

12. Hidrogeologi adalah ilmu yang membahas mengenai air tanah yang bertalian dengan cara terdapat penyebaran, pengaliran, potensi dan sifat kimia serta fisika air tanah.

13. Daerah Imbuhan Air Tanah adalah suatu wilayah peresapan yang mampu menambah air tanah yang berlangsung secara ilmiah pada suatu cekungan air tanah.

14. Daerah Lepasan Air Tanah adalah suatu daerah keluaran air tanah yang berlangsung secara alamiah pada suatu cekungan air tanah.

15. Ketentuan Teknis adalah acuan teknis di bidang air tanah berupa, pedoman, norma, persyaratan, prosedur, kriteria dan standar.

16. Rekomendasi Teknis adalah persyaratan teknis yang wajib dipenuhi untuk melakukan kegiatan di bidang air tanah termasuk mata air.

17. Pengelolaan Air Tanah adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, mengendalikan, mengawasi dan mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan inventarisasi, konservasi, dan pendayagunaan.

18. Inventarisasi Air Tanah adalah kegiatan mengumpulkan, pencatatan, pengolahan serta penyimpanan data dan infomasi air tanah.

19. Konservasi Air Tanah adalah upaya melindungi dan memelihara keberadaan, kondisi, dan lingkungan air tanah guna mempertahankan kelestarian dan/atau kesinambungan fungsi, ketersediaan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai dalam memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik waktu sekarang maupun masa yang akan datang.

20. Perlindungan Air Tanah adalah kegiatan pengamanan kondisi dan lingkungan air tanah dari kerusakan yang ditimbulkan oleh ulah manusia maupun alam.

21. Pemeliharaan Air Tanah adalah kegiatan perawatan air tanah untuk menjamin kelestarian fungsi air tanah.

22. Pengawetan Air Tanah adalah kegiatan untuk menjaga keberadaan air tanah agar secara kuantitas tersedia sesuai dengan fungsinya.

23. Pengawasan Air Tanah adalah pengawasan terhadap kegiatan administrasi dan teknis pengelolaan air tanah agar sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

24. Pemulihan Air Tanah adalah kegiatan untuk memperbaiki atau merehabilitasi kondisi dan lingkungan air tanah agar lebih baik atau kembali seperti semula.

Page 6: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 6 -

25. Pemantauan Air Tanah adalah kegiatan pengamatan dan pencatatan secara menerus atas perubahan kuantitas, kualitas, dan lingkungan air tanah.

26. Pendayagunaan Air Tanah adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan air tanah dan pengusahaan air tanah secara optimal agar berhasilguna dan berdayaguna.

27. Penatagunaan Air Tanah adalah upaya untuk menentukan zona penggunaan air tanah.

28. Penggunaan Air Tanah adalah setiap kegiatan pemanfaatan air tanah untuk berbagai keperluan.

29. Pengambilan Air Tanah adalah setiap kegiatan untuk mengeluarkan air tanah melalui sumur gali, sumur bor, dan bangunan penurapan, atau dengan cara lainnya.

30. Pengembangan Air Tanah adalah upaya peningkatan kemanfaatan fungsi air tanah sesuai dengan daya dukungnya.

31. Meter Air adalah meter air yang berstandar SNI. 32. Badan Usaha adalah perusahaan berbentuk badan hukum

yang menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terus menerus dan didirikan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

33. Surat Izin Pengeboran Air Tanah (SIP) adalah izin yang dimiliki oleh perorangan atau Badan Usaha dalam melakukan pengeboran air tanah.

34. Surat Izin Pengambilan Air Tanah (SIPA) adalah Izin pengambilan dan atau penggunaan Air Tanah yang berasal dari sumur bor, sumur pasak, sumur gali serta mata air.

BAB II

TUJUAN, DASAR DAN HAK

Bagian Kesatu

Tujuan

Pasal 2

Pengelolaan air tanah diselenggarakan dengan tujuan untuk menjamin kesinambungan ketersediaan dan keberlanjutan pemanfaatan serta kelestarian air tanah bagi sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Page 7: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 7 -

Bagian Kedua

Dasar

Pasal 3

(1) Pengelolaan air tanah didasarkan pada cekungan air tanah yang utuh mencakup air fosil, air mineral, air panas.

(2) Cekungan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi cekungan air tanah lintas Daerah.

Bagian Ketiga

Hak

Pasal 4

(1) Hak atas air tanah merupakan hak guna air tanah yang terdiri dari hak guna pakai dan hak guna usaha air.

(2) Hak guna air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dipindahtangankan sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain.

Pasal 5

(1) Hak guna pakai air tanah diperoleh tanpa izin untuk memenuhi kebutuhan air minum dan rumah tangga serta kebutuhan lain yang non komersial sepanjang jumlah pemanfaatannya pada batas tertentu.

(2) Hak guna pakai air tanah memerlukan izin apabila : a. cara pengambilannya dapat menimbulkan kerusakan

akuifer; b. penggunaan air tanah atau air permukaan yang bersifat

komersial; c. ditujukan untuk memenuhi kebutuhan selain

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

BAB III

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 6

(1) Wewenang dan tanggung jawab Bupati meliputi : a. menetapkan kebijakan pengelolaan air tanah di wilayah

Kabupaten Batu Bara berdasarkan kebijakan air tanah nasional;

b. menetapkan kerangka dasar pengelolaan air tanah pada cekungan air tanah di Kabupaten Batu Bara;

Page 8: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 8 -

c. menetapkan rencana pengelolaan air tanah di Kabupaten Batu Bara;

d. mengatur dan menetapkan penyediaan, pengambilan, peruntukan, penggunaan air tanah, pada cekungan air tanah di Kabupaten Batu Bara;

e. menyediakan dukungan dalam pengembangan dan pemanfaatan air tanah;

f. menentukan cekungan air tanah skala lebih besar dari 1 : 250.000;

g. mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan air tanah dalam rangka inventarisasi, konservasi, dan pendayagunaan air tanah pada cekungan air tanah di Kabupaten Batu Bara;

h. memberikan rekomendasi teknis untuk penerbitan izin penggalian, pengeboran, penurapan, dan pengambilan air tanah termasuk mata air pada cekungan air tanah di Kabupaten Batu Bara;

i. mengelola dan memberikan pelayanan data dan informasi air tanah di Kabupaten Batu Bara;

j. menetapkan daerah imbuhan, dan daerah lepasan air tanah pada cekungan air di Kabupaten Batu Bara;

k. menetapkan dan mengatur jaringan sumur pantau pada cekungan air tanah di Kabupaten Batu Bara;

l. melaksanakan pengelolaan air tanah sesuai ketentuan teknis yang ditetapkan oleh Menteri;

m. melakukan pemantauan, pengendalian, dan pengawasan pengelolaan air tanah pada cekungan Air Tanah di Kabupaten Batu Bara;

n. melaksanakan kewewenangan tugas pembantuan di bidang pengelolaan air tanah dari Pemerintah;

o. mendatangkan bantuan teknis di bidang pengelolaan air tanah kepada Pemerintah Kabupaten Batu Bara.

(2) Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan Kabupaten Batu Bara.

(3) Dalam melaksanakan wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan Kabupaten Batu Bara berkoordinasi dengan instansi terkait dan Pemerintah Kabupaten Batu Bara.

Page 9: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 9 -

BAB IV

KEGIATAN PENGELOLAAN

Bagian Kesatu

Inventarisasi Air Tanah

Pasal 7

(1) Inventarisasi air tanah meliputi kegiatan pemetaan, penyelidikan dan penelitian, eksplorasi, serta evaluasi data air tanah untuk menentukan : a. sebaran cekungan air tanah; b. daerah imbuhan dan lepasan air tanah; c. geometri dan karakteristik akuifer; d. neraca dan potensi air tanah; e. perencanaan pengelolaan air tanah; f. pengambilan dan pemanfaatan air tanah; g. upaya konservasi air tanah.

(2) Kegiatan Inventarisasi air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dilaksanakan untuk penyusunan pengembangan terpadu air tanah yang disajikan pada peta skala 1 : 100.000 atau peta skala 1 : 50.000.

(3) Hasil Inventarisasi air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), digunakan sebagai dasar perencanaan konservasi dan pendayagunaan air tanah.

(4) Hasil inventarisasi air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan kepada Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral dengan tembusan kepada Dinas Pertambangan Provinsi Sumatera Utara.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara inventarisasi air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kedua

Konservasi

Pasal 8

(1) Konservasi air tanah dilakukan untuk menjaga kelestarian, kesinambungan, ketersediaan, daya dukung lingkungan, fungsi air tanah, dan mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan air tanah.

(2) Konservasi air tanah bertumpu pada asas kelestarian, kesinambungan ketersediaan dan kemanfaatan air tanah serta lingkungan keberdayaannya.

Page 10: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 10 -

(3) Pelaksanaan konservasi air tanah didasarkan pada : a. hasil inventarisasi, identifikasi dan evaluasi cekungan air

tanah; b. hasil kajian daerah imbuhan daerah lepasan air tanah; c. rencana pengelolaan air tanah pada cekungan air tanah; d. hasil pemantauan perubahan kondisi dan lingkungan air

tanah.

Pasal 9

(1) Konservasi dilakukan sekurang-kurangnya melalui : a. penentuan zona konservasi air tanah; b. perlindungan dan pelestarian air tanah; c. pengawetan air tanah; d. pemulihan air tanah; e. pengendalian pencemaran air tanah; f. pengendalian kerusakan air tanah.

(2) Konservasi air tanah dilaksanakan secara menyeluruh pada cekungan air tanah mencakup daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah.

(3) Konservasi air tanah harus menjadi salah satu pertimbangan dalam perencanaan pendayagunaan air tanah dan perencanaan tata ruang wilayah.

Pasal 10

(1) Untuk menjamin keberhasilan konservasi, dilakukan kegiatan pemantauan air tanah.

(2) Pemantauan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengetahui perubahan kualitas, kuantitas, dan dampak lingkungan akibat pengambilan dan pemanfaatan air tanah dan atau perubahan lingkungan.

(3) Pemantauan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. pemantauan perubahan kedudukan muka air tanah; b. pemantauan perubahan kualitas air tanah; c. pemantauan jumlah pengambilan dan pemanfaatan air

tanah; d. pemantauan pencemaran air tanah; e. pemantauan perubahan debit dan kualitas air mata air; f. pemantauan perubahan lingkungan air tanah.

(4) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan cara : a. membuat sumur pantau;

Page 11: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 11 -

b. mengukur dan mencatat kedudukan muka air tanah pada sumur pantau dan/atau sumur produksi terpilih;

c. mengukur dan mencatat debit mata air; d. memeriksa sifat fisika, komposisi kimia, dan kandungan

biologi air tanah pada sumur pantau, sumur produksi dan mata air;

e. memetakan perubahan kualitas dan/atau kuantitas air tanah;

f. mencatat jumlah pengambilan dan pemanfaatan air tanah; g. mengamati dan mengukur perubahan lingkungan fisik

akibat pengambilan air tanah. (5) Pemantauan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dilakukan secara berkala sesuai dengan jenis kegiatan pemantauan.

Pasal 11

(1) Bupati serta semua pihak yang berkaitan dengan kegiatan pendayagunaan air tanah melaksanakan konservasi air tanah.

(2) Kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan berpotensi mengubah atau merusak kondisi dan lingkungan air tanah wajib disertai dengan upaya konservasi air tanah.

(3) Bupati melakukan penetapan dan pelindungan daerah imbuhan air tanah di Kabupaten.

Bagian Ketiga

Perencanaan Pendayagunaan Air Tanah

Pasal 12

(1) Perencanaan pendayagunaan air tanah dilaksanakan sebagai dasar pendayagunaan air tanah pada cekungan air tanah.

(2) Kegiatan perencanaan pendayagunaan air tanah dilakukan dalam rangka pengaturan pengambilan dan pemanfaatan serta pengendalian air tanah.

(3) Perencanaan pendayagunaan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), didasarkan pada hasil inventarisasi dan konservasi air tanah.

(4) Dalam melaksanakan perencanaan pendayagunaan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melibatkan peran serta masyarakat.

(5) Hasil perencanaan pendayagunaan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan salah satu dasar dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah.

Page 12: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 12 -

Bagian Keempat

Peruntukan Pemanfaatan

Pasal 13

(1) Urutan prioritas peruntukan pemanfaatan air tanah ditetapkan sebagai berikut : a. air minum; b. air untuk rumah tangga; c. air untuk peternakan dan pertanian sederhana; d. air untuk irigasi; e. air untuk industri; f. air untuk pertambangan; g. air untuk usaha perkotaan; h. air untuk kepentingan lainnya.

(2) Urutan prioritas peruntukan pemanfaatan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah dengan memperhatikan kepentingan umum dan kondisi setempat.

(3) Peruntukan pemanfaatan air tanah untuk keperluan air minum merupakan prioritas utama di atas segala keperluan lain.

(4) Peruntukan pemanfaatan air tanah untuk keperluan selain air minum dapat ditentukan apabila tidak dipenuhi dari sumber air lainnya.

BAB V

REKOMENDASI TEKNIS

Pasal 14

(1) Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi meliputi pengeboran, penggalian, penurapan, dan pengambilan air tanah pada cekungan lintas Kabupaten hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh rekomendasi teknis dari Bupati.

(2) Rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk penerbitan izin yang mencakup : a. izin pengeboran eksplorasi air tanah; b. izin pengeboran eksploitasi air tanah; c. izin penurapan mata air; d. izin pengambilan air tanah; e. izin pengambilan air mata air; f. izin pengusahaan air tanah.

(3) untuk mendapatkan rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan oleh Pemerintah Kabupaten dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral.

Page 13: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 13 -

(4) Rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat mengikat untuk setiap perizinan di bidang air tanah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Persyaratan Permohonan Rekomendasi Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 15

(1) Bupati selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah diterimanya permintaan rekomendasi teknis dari Pemerintah mengeluarkan rekomendasi teknis yang bersifat mengikat, atau memberikan penjelasan kepada Pemerintah, bilamana rekomendasi teknis tidak dapat diberikan lagi.

(2) Pelaksanaan pengeboran dalam rangka eksplorasi dan eksploitasi air tanah hanya dilaksanakan oleh : a. instansi pemerintah yang memiliki tugas pokok dan fungsi

di bidang air tanah; b. perusahaan pengeboran air tanah yang telah memiliki izin.

(3) Perusahaan pengeboran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b harus merupakan Badan Usaha yang telah memperoleh Izin Jasa Pengeboran Air Tanah dan Sertifikat Badan Usaha Pengeboran Air tanah.

(4) Untuk jenis sumur gali dan sumur bor dengan debit pengambilan paling banyak 100 m3

per bulan, bagi keperluan air minum dan rumah tangga tidak diperlukan rekomendasi teknis.

Bagian Kesatu

Rekomendasi teknis pelaksanaan pengeboran Eksplorasi dan

Eksploitasi Air Tanah dan penurapan mata air

Pasal 16

(1) Pemegang rekomendasi teknis berkewajiban : a. melaporkan hasil kegiatan secara tertulis kepada

Pemerintah Kabupaten Batu Bara dengan Tembusan kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan, dan Direktur Jendral Geologi Sumberdaya Mineral;

b. melaporkan hasil kegiatan pengambilan air tanah dan hasil rekaman sumur pantau secara tertulis setiap bulan kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan dengan tembusan kepada Bupati Batu Bara.

(2) Pemegang rekomendasi teknis pengambilan air tanah dan pengambilan air mata air berkewajiban :

Page 14: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 14 -

a. memasang meter air atau alat pengukur debit pada setiap pengambilan air tanah sesuai ketentuan yang berlaku;

b. membayar pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah sesuai dengan tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah;

c. melaporkan pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

Pasal 17

(1) Kewajiban pembayaran pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b, hanya berlaku untuk titik pengambilan air tanah yang memiliki Izin.

(2) Pemberian rekomendasi teknis pengambilan dan pemanfaatan air tanah dipungut retribusi.

BAB VI

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 18

(1) Pengawasan dan pengendalian kegiatan pengelolaan air tanah dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan bersama-sama dengan pemerintah Kabupaten serta masyarakat.

(2) Pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. lokasi titik pengambilan air tanah; b. teknis konstruksi sumur bor dan uji pemompaan; c. pembatasan debit pengambilan air tanah; d. penataan teknis dan pemasangan alat ukur debit

pemompaan; e. pendataan volume pengambilan air tanah; f. teknis penurapan mata air; g. kajian hidrologi; h. pelaksanaan UKL, dan UPL atau AMDAL.

(3) Masyarakat dapat melaporkan kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan, apabila menemukan pelanggaran pengambilan air tanah serta merasakan dampak negatif sebagai akibat pengambilan air tanah.

Page 15: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 15 -

Pasal 19

(1) Setiap titik atau lokasi pengambilan air tanah yang telah mendapat izin harus dilengkapi dengan meter air atau alat pengukur debit air yang sudah ditera atau dikalibrasi oleh Instansi Teknis yang berwenang.

(2) Pengawasan dan pengendalian pemasangan meter air atau alat pengukur debit air dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten.

(3) Pemegang izin wajib memelihara dan bertanggung jawab atas kerusakan meter air.

Pasal 20

(1) Pemohon izin baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama wajib menyediakan sumur pantau berikut kelengkapannya untuk memantau kedudukan muka air tanah di sekitarnya.

(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. setiap keberadaan 1 (satu) sumur produksi dengan debit

pengambilan 50 (lima puluh) liter/detik atau lebih; b. setiap keberadaan lebih dari 1 (satu) sumur produksi pada

1 (satu) sistem akuifer dengan total debit pengambilan 50 (lima puluh) liter/detik atau lebih dalam areal pengambilan air tanah seluas kurang dari 10 (sepuluh) hektar;

c. setiap keberadaan lebih dari 5 (lima) sumur produksi pada 1 (satu) dalam areal pengambilan air tanah seluas kurang dari 10 (sepuluh) hektar.

(3) Pengelolaan sumur pantau berikut alat pantaunya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c yang kepemilikannya lebih dari 1 (satu) orang atau lebih dari 1 (satu) badan usaha, biaya pengadaan ditanggung bersama.

(4) Besarnya biaya pengadaan sumur pantau sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditanggung bersama yang jumlah penyertaanya disesuaikan dengan jumlah kepemilikan sumur produksi atau jumlah pengambilan air tanah.

(5) Pemilik sumur pantau sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib memelihara sumur pantau dan melakukan pemantauan kedudukan muka air tanah dan melaporkan hasilnya setiap 1 (satu) bulan kepada Bupati dengan tembusan kepada Gubernur dan Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral.

Page 16: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 16 -

(6) Pada tempat-tempat yang kondisi air tanahnya dianggap rawan, pemegang izin diwajibkan membuat sumur injeksi.

(7) Penetapan lokasi, jaringan dan konstruksi sumur pantau, sumur resapan dan sumur injeksi pada cekungan air tanah lintas Kabupaten ditentukan oleh Dinas atau Instansi berkoordinasi dengan Kabupaten tetangga.

(8) Pada daerah-daerah tertentu untuk keperluan pengendalian air tanah, Pemerintah Kabupaten membuat sumur pantau.

Pasal 21

(1) Untuk rencana pengambilan air tanah dengan debit kurang dari 50 (lima puluh) liter/detik pada satu sumur produksi wajib dilengkapi dokumen UKL dan UPL.

(2) Untuk rencana pengambilan air tanah dengan debit 50 (lima puluh) liter/detik atau lebih, dari beberapa sumur produksi pada 1 (satu) sistem akuifer dalam areal pengambilan air tanah kurang dari 10 (sepuluh) hektar wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL.

(3) Untuk rencana pengambilan air tanah dengan debit 50 (lima puluh) liter/detik atau lebih, dari satu sumur produksi, wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL.

(4) Hasil pelaksanaan UKL, UPL dan AMDAL wajib dilaporkan kepada Bupati dengan tembusan kepada Gubernur dan Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral.

BAB VII

PENGELOLAAN DATA AIR TANAH

Pasal 22

(1) Semua data dan informasi air tanah yang ada pada Instansi/Lembaga Pemerintah dan swasta yang belum pernah disampaikan kepada pemerintah Kabupaten dilaporkan kepada Bupati dengan tembusan disampaikan kepada Gubernur dan Direktur Jendral Geologi dan Sumber Daya Mineral.

(2) Semua data dan informasi hasil kegiatan inventarisasi, konservasi dan pendayagunaan air tanah wajib disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten.

(3) Bupati mengirim data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Gubernur dan Direktur Jendral Geologi dan Sumber Daya Mineral.

Page 17: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 17 -

(4) Semua data dan Informasi air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikelola oleh Bupati sebagai dasar pengelolaan air tanah di wilayahnya.

BAB VIII

PROSES ADMINISTRASI IZIN

Bagian Kesatu

Izin Pengeboran Air Tanah

Pasal 23

(1) Syarat-syarat : a. peta situasi berskala 1 : 10.000 atau lebih besar, dan peta

topografi, skala 1 : 50.000 yang memperlihatkan titik lokasi rencana Pengeboran Air Bawah Tanah;

b. informasi mengenai rencana Pengeboran Air Tanah; c. fotocopy Surat Izin Perusahaan Pengeboran Air Tanah

(SIPPAT), Surat Tanda Instalasi Bor (STIB) dan Surat Izin Juru Bor (SIJB) yang masih berlaku;

d. dokumen UKL dan UPL untuk pengambilan air tanah kurang dari 50 (Lima Puluh) L/detik, sedangkan untuk pengambilan air tanah atau lebih besar dari 50 (Lima Puluh) L/detik dari satu sumur produksi pada kawasan kurang dari 10 (sepuluh) hektar harus dilengkapi dokumen AMDAL;

e. tanda bukti kepemilikan 1 (satu) buah sumur pantau yang dilengkapi alat perekam otomatis muka air (Automatic Water Level Recorder – AWLR), bagi pemohon sumur kelima atau kelipatannya atau jumlah Pengeboran Air Tanah sama atau lebih besar dari 50 (Lima Puluh) L/detik dari satu sumur produksi pada kawasan kurang dari 10 (sepuluh) hektar.

(2) Apabila persyaratan lengkap maka Bupati : a. untuk rencana pengeboran yang berlokasi pada cekungan

air tanah dalam satu wilayah Kabupaten, memberikan Surat Izin Pengeboran (SIP) kepada pemohon atau menolak permohonan pengeboran disertai dengan alasannya dengan tembusan kepada Gubernur, dan Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral dan pelaksana pengeboran;

b. untuk rencana pengeboran yang berlokasi pada cekungan air tanah lintas Provinsi dan atau Kabupaten, memberikan Surat Izin Pengeboran (SIP) kepada pemohon berdasarkan persyaratan teknik untuk izin pengeboran yang telah

Page 18: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 18 -

disepakati oleh Bupati yang bersangkutan atau menolak permohonan pengeboran disertai dengan alasannya bahwa pengambilan air tanah tidak dimungkinkan lagi dengan tembusan kepada Gubernur, Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral dan pelaksana pengeboran.

(3) Dalam SIP dicantumkan persyaratan teknik untuk pengeboran air tanah dan ketentuan-ketentuan meliputi : a. Nomor Regristasi Sumur : b. Lokasi titik pengeboran :

Kampung : Desa/ Kelurahan : Kecamatan : Kabupaten : Provinsi : Koordinat (UIM)B/T :

U/S : Zona :

c. Pelaksana Pengeboran : a. Instansi/Lembaga/PT/CV : b. Alamat : c. No. Dan Tanggal SIPPAT : d. No. Dan Tanggal STIB : e. No. Dan Tanggal SIJB :

d. Kedalaman akuifer yang disadap; e. Rancang bangun konstruksi sumur, meliputi :

1. kedalaman sumur bor; 2. diameter dan panjang pipa jambang; 3. diameter dan panjang pipa saringan; 4. diameter dan panjang pipa naik; 5. diameter dan panjang pipa pisometer; 6. kedudukan pembalut kerikil; 7. kedudukan penyekat semen; 8. kedudukan pipa pisometer.

(4) Perusahaan pemohon wajib memberitahukan kepada Bupati tentang rencana pelaksanaan konstruksi sumur dan uji pemompaan dan pelaksanaanya harus disaksikan oleh petugas yang berwenang.

(5) Perusahaan pemohon wajib mengirimkan laporan hasil kegiatan pengeboran setelah pengeboran selesai kepada Bupati dengan tembusan kepada Gubernur dan Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral yang berisi : a. gambar penampang litologi / batuan dan hasil logging

sumur; b. gambar penampang penyelesaian konstruksi sumur;

Page 19: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 19 -

c. hasil analisis data uji pemompaan; d. hasil analisis fisika dan kimia air bawah tanah.

(6) Masa berlaku SIP Air Tanah selama 3 (tiga) tahun dan wajib daftar ulang setiap 1 (satu) Tahun sekali.

(7) Setelah masa berlaku SIP Air Tanah habis, maka pemegang IUP Air Tanah dapat memperpanjang IUP Air Tanahnya apabila masih memungkinkan.

Bagian Kedua

Izin Pengambilan Air Bawah Tanah

Pasal 24

(1) Syarat-syarat laporan penyelesaian pengeboran sumur harus dilampiri : a. surat izin pengeboran air tanah (SIP); b. gambar penampang litologi/ batuan dan hasil rekaman

logging sumur; c. gambar bagan penampang penyelesaian konstruksi sumur

bor; d. berita acara pengawasan pemasangan konstruksi sumur

bor; e. berita acara uji pemompaan; f. hasil analisis fisika dan kimia air bawah tanah.

(2) Apabila persyaratan lengkap maka Bupati : a. untuk rencana pengambilan air tanah yang berlokasi pada

cekungan air tanah dalam satu wilayah Kabupaten, memberikan Surat Izin Pengambilan Air Bawah Tanah (SIPA) kepada pemohon atau menolak permohonan disertai alasannya dengan tembusan kepada Gubernur dan Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral;

b. untuk rencana pengambilan air tanah yang berlokasi pada cekungan air tanah lintas Provinsi atau Kabupaten memberikan Surat Izin Pengambilan Air Bawah Tanah (SIPA) yang telah disepakati oleh Bupati yang bersangkutan atau menolak permohonan disertai alasannya dengan tembusan kepada Gubernur dan Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral.

(3) Dalam SIPA dicantumkan persyaratan teknik untuk pengambilan Air Tanah dan ketentuan - ketentuan, meliputi : a. Nomor registrasi sumur : b. Lokasi titik pengeboran :

Kampung : Desa/Kelurahan : Kecamatan : Kota/Kabupaten : Provinsi :

Page 20: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 20 -

Koordinat (UIM) B/T : U/S :

Zona : c. Jumlah maksimum pengambilan Air Tanah yang

diperbolehkan; d. Kapasitas dan kedudukan pompa; e. Jika pengambilan Air Tanah melebihi ketentuan jumlah

maksimum Air Tanah yang diizinkan maka perusahaan pemohon akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

f. Kewajiban perusahaan pemohon untuk : 1. memasang meter air; 2. melaporkan jumlah pengambilan air tanah setiap bulan

kepada bupati; 3. menyediakan air tanah kepada masyarakat apabila

diperlukan sebanyak-banyaknya 10% (sepuluh persen) dihitung dari jumlah maksimum air tanah yang diizinkan;

4. mendaftar ulang SIPA sebelum masa berlaku IPA berakhir.

g. Masa berlaku izin pengambilan Air Tanah selama 3 (tiga) tahun dengan ketentuan wajib daftar Ulang setiap 1 (satu) tahun sekali.

Bagian Ketiga

Daftar Ulang Izin Pengambilan Air Bawah Tanah

Pasal 25

(1) Syarat-syarat : a. salinan fotocopy SIPA yang terakhir; b. salinan fotocopy surat keterangan jumlah pengambilan Air

Tanah satu bulan sejak SIPA berlaku dan pengambilan 3 (tiga) bulan terakhir, sesuai surat ketetapan pajak pemanfaatan air bawah tanah;

c. hasil analisis fisika dan kimia Air Tanah yang terakhir pada saat sumur yang akan diperpanjang dari laboratorium rujukan;

d. persyaratan lain yang ditetapkan oleh Bupati. (2) Apabila persyaratan lengkap, maka Bupati :

a. untuk rencana perpanjangan pengambilan air tanah yang berlokasi pada cekungan air tanah dalam satu wilayah Kabupaten, memberikan perpanjangan SIPA atau menolak permohonan perpanjangan SIPA disertai alasannya dengan

Page 21: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 21 -

tembusan kepada Gubernur dan Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral;

b. untuk rencana perpanjangan pengambilan air tanah yang berlokasi pada cekungan air tanah lintas Provinsi dan atau Kabupaten, memberikan perpanjangan SIPA kepada pemohon berdasarkan persyaratan teknik untuk perpanjangan SIPA yang telah disepakati oleh Bupati yang bersangkutan atau menolak permohonan disertai alasannya dengan tembusan kepada Gubernur dan Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral.

(3) Dalam daftar ulang SIPA dicantumkan persyaratan teknik untuk pengambilan Air Tanah dan ketentuan-ketentuan, meliputi : a. Nomor registrasi sumur : b. Lokasi titik pengeboran :

Dusun/lingkungan : Desa/Kelurahan : Kecamatan : Kota/Kabupaten : Provinsi : Koordinat (UIM)B/T :

U/S : Zona :

c. Jumlah maksimum pengambilan Air Tanah yang diperbolehkan;

d. Jika pengambilan Air Tanah melebihi ketentuan jumlah maksimum Air Tanah yang diizinkan maka perusahaan pemohon akan dikenakan sanksi sesuai dngan ketentuan yang berlaku;

e. Kewajiban perusahaan pemohon untuk : 1. melaporkan pengambilan air tanah setiap bulan kepada

bupati; 2. menyediakan air tanah kepada masyarakat apabila

diperlukan sebanyak-banyaknya 10% dihitung dari jumlah maksimum air tanah yang diizinkan;

3. daftar ulang SIPA sebelum masa berlaku SIPA berakhir.

BAB IX

PELANGGARAN

Pasal 26

Setiap pemegang izin dinyatakan melakukan pelanggaran apabila: a. merusak, melepaskan, dan memindahkan meter air atau alat

ukur;

Page 22: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 22 -

b. mengambil air tanah dari pipa sebelum pemasangan meter air atau alat ukur debit air;

c. mengambil air tanah melebihi debit yang ditentukan dalam izin;

d. menyembunyikan titik pengambilan atau lokasi pengambilan air tanah;

e. memindahkan letak titik pengambilan atau lokasi pengambilan air tanah;

f. memindahkan rencana letak titik pengeboran dan/atau letak titik penurapan atau lokasi pengambilan air tanah;

g. mengubah kontruksi sumur bor atau penurapan mata air; h. tidak membayar pajak pengambilan dan pemanfaatan air

tanah; i. tidak menyampaikan laporan pengambilan laporan

pengambilan dan pemanfaatan air tanah atau melaporkan tidak sesuai dengan kenyataan;

j. tidak melaporkan hasil rekaman sumur pantau; k. tidak melaporkan pelaksanaan UKL dan UPL atau AMDAL; l. tidak melaksanakan ketentuan yang berlaku dalam izin.

BAB X

PENYIDIKAN

Pasal 27

(1) Penyidikan dan penuntutan terhadap pelanggaran atas ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan Penuntut sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

(2) Di samping Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khususnya sebagai Penyidik Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam Perundang-Undangan yang berlaku.

(3) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang

adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat

kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa

tanda pengenal dari tersangka; d. melakukan penyitaan benda dan atau surat;

Page 23: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 23 -

e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam

hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat

petunjuk dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya;

i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

(4) Penyidik pegawai negeri Sipil dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyidik dibawah koordinasi Penyidik POLRI.

BAB XI

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 28

(1) Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 berupa pencabutan izin sementara sampai dengan dikeluarkannya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika terbukti dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap maka dapat dilakukan pencabutan izin pengelolaan.

BAB XII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 29

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Pasal 26 diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), kecuali ditentukan lain berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap pelanggaran.

(3) Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tindak pidana kejahatan berupa pencurian dan/atau kerusakan kondisi alam dan lingkungan air tanah diancam pidana sesuai Peraturan Perundang-Undangan.

Page 24: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 24 -

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 30

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka izin yang telah diterbitkan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini masih Berlaku sampai dengan berakhirnya izin yang bersangkutan.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31

Ketentuan lebih lanjut dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 32

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatanya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Batu Bara.

Ditetapkan di Lima Puluh pada tanggal BUPATI BATU BARA, OK ARYA ZULKARNAIN

Diundangkan di Lima Puluh pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BATU BARA,

ERWIN, SE PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 19560424 198003 1 029

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2013 NOMOR

Page 25: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 25 -

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA

NOMOR 3 TAHUN 2013

TENTANG

PENGELOLAAN AIR TANAH

I. UMUM

Air tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa yang sangat

penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu menjadi kewajiban kita bersama untuk memanfaatkan sumber daya alam tersebut secara bijaksana bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3).

Pengambilan air tanah dalam rangka memenuhi kebutuhan air minum, rumah tangga, maupun pembangunan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan kegiatan pembangunan. Hal ini berpotensi menimbulkan berbagai masalah yang dapat merugikan apabila tidak dilakukan pengelolaan secara bijaksana.

Air tanah tersimpan dalam lapisan tanah pengandung air dan menjadi bagian dari komponen daur hidrologi. Secara teknis air tanah termasuk sumber daya alam yang dapat diperbaharui namun demikian waktu yang diperlukan sangat lama. Pengambilan air tanah yang melampaui kemampuan pengimbuhannya telah mengakibatkan pada beberapa daerah terjadi kritis air tanah terutama air tanah dalam. Bahkan pada beberapa daerah telah dijumpai gejala kemerosotan lingkungan antara lain penurunan muka air tanah dan penurunan permukaan tanah serta penyusupan air laut pada daerah pantai. Apabila kondisi tersebut tidak segera di atasi sangat memungkinkan timbulnya kerugian lain yang lebih besar, misalnya kelangkaan air, terhentinya kegiatan industri secara tiba-tiba, kerusakan bangunan dan meluasnya daerah banjir.

1. Asas Pengelolaan

Air tanah terdapat pada lapisan tanah dan batuan pada cekungan air tanah. Cekungan air tanah meliputi daerah-daerah dimana kejadian hidrogeologis berlangsung. Berdasarkan cakupan luasnya, maka batas cekungan air tanah tidak selalu sama dengan batas administrasi, bahkan pada satu cekungan air tanah dapat meliputi lebih dari satu daerah administrasi Kabupaten, maka pengelolaan air tanah pada satu cekungan harus dilakukan secara terpadu yaitu mencakup kawasan pengimbuhan, pengaliran dan pengambilan. oleh karena itu pengaturannya dilaksanakan oleh

Page 26: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 26 -

Pemerintah Provinsi bersama-sama Pemerintah Kabupaten agar terwujud kebijakan yang utuh dan terpadu dalam satu cekungan air tanah.

2. Kegiatan Pengelolaan

Pada prinsipnya kegiatan pengelolaan air tanah terbagi dalam kegiatan inventarisasi, konservasi, dan pendayagunaan air tanah. Inventarisasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi potensi air tanah pada setiap cekungan air tanah serta untuk mengetahui kondisi pengambilan air tanah diseluruh cekungan tersebut. Konservasi bertujuan untuk melakukan perlindungan terhadap seluruh tatanan hidrologis air tanah serta melakukan kegiatan pemantauan muka air tanah serta pemulihan terhadap cekungan yang sudah dinyatakan rawan atau kritis. Perencanaan pendayagunaan bertujuan untuk melaksanakan perencanaan terhadap pengambilan air tanah, pemanfaatan lahan didaerah resapan, daerah pengaliran dan daerah pengambilan. Pengawasan dan pegendalian bertujuan untuk mengawasi dan mengendalikan terhadap kegiatan pengambilan air tanah, baik dari aspek teknis maupun kuliatas dan kuantitas.

3. Perizinan

Perizinan pengambilan air tanah merupakan salah satu alat pengendali dalam pengelolaan air tanah. Pemberian perizinan pengambilan air tanah dikeluarkan oleh Bupati. Agar pelaksanaan pengelolaan secara terpadu dalam suatu cekungan air tanah yang meliputi lebih dari satu wilayah Kabupaten, maka perlu ditetapkan kebijakan yang sama. Dalam hal izin pengambilan air diberikan oleh Bupati setelah mempertimbangkan rekomendasi teknis dari Pemerintah Provinsi.

Sesuai dengan fungsinya, maka izin pengambilan air tanah merupakan dasar ditetapkannya pajak pengambilan air tanah.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan air tanah dilaksanakan secara terkoordinasi antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten. Sepanjang menyangkut hal-hal yang bersifat teknis Pemerintah Provinsi memberikan dukungan dan fasilitas sebagai dasar pelaksanaan pengelolaan administrative oleh Pemerintah Kabupaten.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, serta mengingat bahwa Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara tentang Pengelolaan Air Tanah sebagaimana telah diubah untuk pertama kalinya dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 1985 tentang Pembinaan, Pemboran Dan Pemakaian Air Tanah

Page 27: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 27 -

dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dewasa ini, oleh karenanya harus dicabut dan diganti dengan peraturan daerah yang lebih dapat memenuhi harapan kita.

Pengaturan kembali peraturan daerah ini adalah dalam rangka melaksanakan kewenangan di bidang pengelolaan air tanah sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 Dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007.

II. PASAL

Pasal 1 Cukup jelas

Pasal 2 Cukup jelas

Pasal 3 Cekungan air tanah lintas Kabupaten Batu Bara mengacu pada ketentuan teknis yang ditetapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Pasal 4 Cukup jelas

Pasal 5 Cukup jelas

Pasal 6 Cukup jelas

Pasal 7 Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Kegiatan inventarisasi yang dilaksanakan oleh Kabupaten dituangkan dalam peta dengan skala paling besar 1 : 100.000. dalam hal Kabupaten tidak atau belum dapat menyelenggarakan kegiatan inventarisasi, maka Bupati melaksanakan kegiatan inventarisasi dengan skala lebih besar dari 1 : 100.000.

Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4)

Cukup jelas Ayat (5)

Cukup jelas Ayat (5)

Cukup jelas

Page 28: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 28 -

Pasal 8 Cukup jelas

Pasal 9 Cukup jelas

Pasal 10 Cukup jelas

Pasal 11 Cukup jelas

Pasal 12 Cukup jelas

Pasal 13 Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Cukup jelas Ayat (3)

Cukup jelas Ayat (4)

Sumber air lain adalah air permukaan yang terdapat di sungai, waduk, telaga, danau, rawa, dan sejenisnya, dan air yang berasal dari perusahaan daerah air minum.

Pasal 14 Cukup jelas

Pasal 15 Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Cukup jelas Ayat (3)

Surat izin usaha jasa konstruksi pengeboran air tanah diberikan oleh Bupati sesuai dengan tempat domisili, yang berlaku diseluruh wilayah Republik Indonesia. Sertifikat Badan Usaha pengeboran air tanah diberikan oleh asosiasi pengeboran air tanah yang telah mendapat akreditasi dari lembaga pengembangan jasa konstruksi.

Ayat (4) Pengambilan air tanah dari sumur gali dan sumur bor dengan debit pengambilan paling besar 100 m3

Pasal 16

/bulan tidak diperlukan rekomendasi teknis, dimaksudkan untuk kelancaran pelayanan terhadap para pengambil air tanah yang dilakukan oleh pengusaha kecil.

Cukup jelas

Page 29: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 29 -

Pasal 17 Cukup jelas

Pasal 18 Cukup jelas

Pasal 19 Ayat (1)

Pemasangan meter air atau alat pengukur debit air harus sesuai dengan spesifikasi teknis sebagai berikut: • Memiliki akurasi pencatatan diatas 95%; • Menggunakan system pencatatan digitasi minimal 6

(enam) angka; • Memiliki daya tahan terhadap turbulensi; • Memiliki daya tahan tekanan sampai dengan 20 bar

baik insert maupun housing. Ayat (2)

Berkoordinasi dengan Provinsi dimaksudkan untuk menjamin kebenaran teknis pemasangan meter air, sehingga pencatatan volume pengambilan air sebagai dasar penetapan pajak pengambilan dan pemanfaatan air tanah tingkat akurasinya dapat dipertanggungjawabkan.

Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 20 Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Cukup jelas Ayat (3)

Cukup jelas Ayat (4)

Cukup jelas Ayat (5)

Cukup jelas Ayat (6)

Pemegang izin yang dimaksudkan adalah pemegang izin baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang jumlah pengambilan airnya cukup besar terutama untuk kegiatan industri.

Ayat (7) Cukup jelas

Ayat (8) Cukup jelas

Page 30: BUPATI BATU BARA - medan.bpk.go.idmedan.bpk.go.id/wp-content/uploads/2013/10/Perda-No.3-Tahun-2013... · BUPATI BATU BARA . PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA . NOMOR 3 TAHUN 2013

- 30 -

Pasal 21 Cukup jelas

Pasal 22 Cukup jelas

Pasal 23 Cukup jelas

Pasal 24 Cukup jelas

Pasal 25 Cukup jelas

Pasal 26 Cukup jelas

Pasal 27 Cukup jelas

Pasal 28 Cukup jelas

Pasal 29 Kerusakan kondisi alam yang dimaksudkan adalah timbulnya bencana alam akibat pengeboran yang dilakukan oleh pemegang izin

Pasal 30 Cukup jelas

Pasal 31` Cukup jelas

Pasal 32 Cukup jelas