Bunga Penghias Kesuksesan

12
Bunga Penghias Kesuksesan Bunga Penghias Kesuksesan Saat berkendara menuju dataran tinggi Puncak, dinginnya hawa akan segera terasa di kulit. Hawa dingin itulah yang konon cocok sebagai tempat tumbuh suburnya tanaman hias. Tak mengherankan bila di sepanjang jalan menuju Puncak, mata kita akan dimanjakan oleh hi- jaunya beragam tanaman hias, baik yang dijajakan oleh pedagang maupun yang sengaja ditanam oleh para pemilik hotel dan villa. 8 08_ciaNjur_OKE.indd 89 12/3/08 10:02:20 AM

Transcript of Bunga Penghias Kesuksesan

Page 1: Bunga Penghias Kesuksesan

89

Bunga Penghias Kesuksesan

Bunga PenghiasKesuksesan

Saat berkendara menuju dataran tinggi Puncak, dinginnya hawa akan segera terasa di kulit. Hawa dingin itulah yang konon cocok sebagai tempat tumbuh suburnya tanaman hias. Tak mengherankan bila di sepanjang jalan menuju Puncak, mata kita akan dimanjakan oleh hi-jaunya beragam tanaman hias, baik yang dijajakan oleh pedagang maupun yang sengaja ditanam oleh para pemilik hotel dan villa.

8

08_ciaNjur_OKE.indd 89 12/3/08 10:02:20 AM

Page 2: Bunga Penghias Kesuksesan

90

Puncak memang terkenal sebagai sentra tanaman hias terbe­sar di Indonesia, terutama sejak berdirinya Taman Bunga

Nusantara pada 10 September 1995. Kisah ini bukan tentang kiprah kebun bunga terbesar di kawasan puncak tersebut. Namun kisah kali ini adalah tentang keberhasilan seorang pengusaha wanita, yang jika dilihat dari latar belakang pendidikannya tak ada orang akan perca­ya. Dia adalah Neneng Soptiah (42), pendiri Gloria Farm, kelompok petani bunga potong di Kampung Babakan, Kecamatan Sukaresmi, Cianjur.

Riwayat Usaha Awal keterlibatan Neneng dalam usaha bunga potong tak bisa dilepaskan dari peran Dadang Sadili, kakak ipar Neneng yang juga pengusaha bunga potong di Cianjur. Pria yang sering dipanggil Haji Dadang adalah karyawan Taman Bunga Nusantara dengan jabatan manajer, yang bertugas membebaskan tanah para petani untuk diam­bil alih oleh perusahaan yang mengekspor bunga potongnya hingga ke Jepang dan Belanda itu. Tak cukup menjadi orang gajian, Da­dang yang belajar bertani bunga potong di perusahaannya dari para

Neneng membalik nasibnya dari seorang pedagang biasa menjadi se-orang pengusaha sukses. Ber awal dari tidak punya lahan sama sekali, kini ia menguasai 2,5 hektar lahan yang berlokasi di belakang rumahnya.

08_ciaNjur_OKE.indd 90 12/3/08 10:02:22 AM

Page 3: Bunga Penghias Kesuksesan

91

Bunga Penghias Kesuksesan

konsultan asing, ikut menularkan ilmunya di rumah sebagai petani bu nga. Salah seorang yang beruntung memperoleh pengetahuan di bidang bunga adalah Ucang Suparman, yang tak lain adalah suami Neneng sendiri. Dari Dadang inilah Neneng terinspirasi untuk ber­bisnis bunga potong, meninggalkan pekerjaan sebelumnya sebagai pemasar kredit barang­barang kelontong yang dirintisnya sejak ta­hun 1980­an.

Dibanding ketiga saudara iparnya, Neneng terbilang sebagai orang terakhir yang masuk ke bisnis bunga. Pekerjaan Neneng di bidang bunga potong bermula dari posisi sebagai pedagang bunga. Tugasnya adalah mengumpulkan produksi para petani bunga untuk kemudian dicarikan pembelinya. Berkat penguasaannya atas pasar Neneng bisa melebarkan sayapnya ke bidang produksi, padahal saat itu ia sama sekali belum memiliki lahan. Dengan sedikit uang dan lebih banyak bermodalkan tekad, ia mulai bertanam bunga dengan menggunakan sistem gadai lahan. Gadai lahan adalah praktik me­minjam lahan sebagai ganti sejumlah uang yang dititipkan kepada pemilik lahan selama periode tertentu, yang akan dikembalikan ke­pada pemiliknya masing­masing bila tiba batas waktunya.

Saat menjalankan usahanya Neneng memang tidak banyak ber­teori. Ia hanya bergerak cepat menangkap peluang yang datangnya seperti angin. “Dulu saya sih tidak punya bayangan bisa jadi seperti sekarang. Cuma saya percaya diri aja, bahwa saya harus berhasil. Ma-

sak orang lain bisa, saya tidak?” kenangnya. Perkataan Neneng me­mang bukan hanya isapan jempol. Terbukti, kendati tergolong paling akhir masuk di bisnis bunga potong, ia berhasil menyalip yang lain­nya. “Usaha Bu Neneng lebih berkembang maju. Hal itu disebabkan karena ia punya keberanian dan wawasan ke depan untuk maju,” tutur Anwaradi, Pemimpin Bank Jabar Banten KCP Cipanas. Anwar memang sangat mengenal baik bisnis keluarga Neneng, karena tiga dari empat kakak beradik tersebut telah dibiayai oleh bank milik Pemda Jabar.

08_ciaNjur_OKE.indd 91 12/3/08 10:02:23 AM

Page 4: Bunga Penghias Kesuksesan

92

Perkembangan Usaha Di awal produksinya tahun 1998, Neneng banyak memasarkan bu­nga potongnya ke Alam Asri, yang mengirimnya ke Jakarta. Omset­nya saat itu mencapai sekitar Rp 10 juta per bulan. Sepuluh tahun kemudian, usaha Neneng berkembang sangat pesat. Ia membalik nasibnya dari seorang pedagang biasa menjadi seorang pengusaha sukses. Ber awal dari tidak punya lahan sama sekali, kini ia berhasil menguasai 2,5 hektar lahan yang berlokasi di belakang rumahnya. Jika dulu ia bekerja seorang diri dibantu suaminya, kini ia bekerja sama dengan sekitar 20 petani, anggota kelompok tani yang diben­tuknya bernama Gloria Farm. Omsetnya kini pun berada pada kisa­ran Rp 40 juta sampai 60 juta per bulan. “Dengan adanya permintaan daun Pilo (Philodendron sp.) dan Pikok (Peacock) sejak 2005, ditambah Krisan (Chrisanthemum sp.), pendapatan memang agak meningkat,” tuturnya. Neneng memang baru saja menambah koleksinya yang se­mula hanya ditanami Krisan dan Peacock, ditambah dengan Piloden­dron.

Kemajuan usaha Neneng memang tak lepas dari dukungan per­bankan. Sebenarnya jauh sebelum memulai usaha di bidang bu nga potong, Neneng sudah berhubungan dengan perbankan. Sayang, se­bagian catatan di BRI Unit Cipanas, kreditur pertama Neneng, hilang akibat kebakaran di Pasar Cipanas akhir tahun 2007. Menurut catatan yang tersisa Neneng diketahui sudah menjadi debitur BRI sejak 1998 dengan pinjaman senilai Rp 25 juta. Pinjaman kembali me ngucur pada tahun 2001 sebanyak dua kali, masing­masing dengan nilai yang sama Rp 25 juta. Pada waktu itu Neneng menggunakan pin­jamannya untuk modal usaha barang­barang dagangan. Selanjutnya tahun 2002, Neneng harus berhubungan dengan BRI KCP (Kantor Cabang Pembantu) Cipanas karena pinjaman yang diajukan sudah di atas Rp 50 juta.

Pinjaman Neneng di BRI KCP Cipanas dimulai sejak tahun 2002, senilai Rp 125 juta, suku bunga 19% per tahun, dan pokok diangsur sebanyak tiga kali, dengan jangka waktu dua tahun. Pinjaman itu terus berkembang sampai Rp 300 juta. Hingga pada tahun 2004, 2005,

08_ciaNjur_OKE.indd 92 12/3/08 10:02:23 AM

Page 5: Bunga Penghias Kesuksesan

93

Bunga Penghias Kesuksesan

dan 2006 Neneng mengajukan permohonan perpanjangan atas masa jatuh temponya selama satu tahun. Pada tahun 2007 ia meminta tam­bahan pinjaman senilai Rp 100 juta, sementara pinjaman sebelumnya masih Rp 300 juta. Dengan total pinjaman Rp 400 juta itu, Neneng mendapatkan jadwal angsur pokok utang selama tiga tahun. Namun setahun kemudian (2008), ia justru kembali mengajukan pinjaman baru senilai Rp 100 juta. Untuk seluruh pinjamannya itu (Rp 500 juta) Neneng dikenakan suku bunga 15% per tahun, dengan pola angsur Rp 20 juta setiap bulan selama tiga tahun.

Saat pinjaman Neneng di BRI KCP Cipanas mencapai Rp 500 juta itulah, ia kembali meminta tambahan kredit untuk perluasan usaha. Sayang permintaan itu ditolak oleh BRI. Pada saat yang sama, Neneng yang sudah lama dilirik oleh Bank Jabar Banten ditawari untuk memperoleh kredit. Awalnya, Neneng ragu. Namun karena Neneng memang membutuhkan dana tersebut, akhirnya Neneng menerima tawaran kredit tersebut. Apalagi Neneng sudah cukup lama mengenal Bank Jabar Banten yang sebelumnya sudah menjadi bank referensi keluarga suaminya. Pendekatan yang sangat kekelu­argaan membuat akhirnya Neneng mengambil kesempatan tersebut. Apalagi Bank Jabar Banten bersedia menutup pinjaman Neneng di bank sebelumnya.

Bank Jabar Banten bersedia memberi pinjaman pada Neneng sebesar Rp 750 juta. Dari dana pinjaman tersebut digunakan untuk melunasi pinjaman di BRI sebesar Rp 500 juta dan sisanya untuk membeli modal kerja. Dengan tambahan dana sebesar Rp 250 juta itu, Neneng melakukan ekspansi dengan menambah koleksi bunga Kri­sannya dengan tanaman Pilodendron, perlengkapan green house, dan modal kerja lainnya. Untuk tanah seluas 2 ribu meter persegi dibu­tuhkan 50 ribu batang bibit Pilodendron. Dengan harga bibit Rp 3500 per batang, maka Neneng membutuhkan sekitar Rp 175 juta. Sisanya, sekitar Rp 75 juta digunakan Neneng untuk mengganti bibit Krisan, Peacock, dan membangun green house, rumah beratap plastik tembus pandang tempat membesarkan bunga. Dengan demikian, Neneng memiliki kesempat an untuk melakukan ekspansi usaha dari hanya

08_ciaNjur_OKE.indd 93 12/3/08 10:02:23 AM

Page 6: Bunga Penghias Kesuksesan

94

bunga Krisan dan Peacock, ke daun Pilodendron—salah satu kebutu­han pokok dalam tanaman hias yang memang menguntungkan.

Sebagai debitur, Neneng memang tergolong rajin meminjam ke bank. Dari catatan di atas terlihat, hampir setiap tahun ia melakukan pinjaman. “Saya pakai untuk beli lahan dan modal,” ujar Neneng. Seperti diceritakan di awal, Neneng memulai usaha bunga potong­nya tahun 1996, dengan tidak memiliki lahan sama sekali. Ia baru membeli lahan pertama kali pada tahun 2002 seluas 2.280 meter persegi. Lahan kedua dibelinya tahun 2003 seluas lebih dari 4.000 meter persegi setelah mendapat kucuran dana tambahan Rp 150 juta. Lahan ketiga ia beli tahun 2007 seluas 6.200 meter persegi. Dan akhir­nya pada pertengahan tahun 2008, ia kembali membeli lahan seluas 4.850 meter persegi dengan dana pinjaman dari Bank Jabar Banten.

Dukungan lain yang diterima Neneng selain dari pihak per bankan adalah pendampingan lapangan yang dilakukan oleh Departemen Pertanian. Para petugas penyuluh lapangan (PPL) biasanya melaku­kan kontrol secara berkala terhadap lahan bunga Neneng. Kedatang­an mereka tidak tentu, bisa satu bulan sekali, dua bulan sekali, bahkan tiga bulan sekali. Dan pada umumnya mereka sudah tidak terlalu ge­lisah dengan kondisi lahan Neneng. Agaknya tak berlebihan bila para petugas penyuluh lapangan cenderung mempercayai kelompok tani binaan Neneng. Pasalnya, dalam kelompok tani Gloria Farm sudah ada bagian yang menangani masalah produksi. “Kalau ada apa­apa, petani ingin belajar, biasanya datang kepada Kang Ade, Ke tua Seksi Produksinya, untuk dibimbing,” papar Neneng. Tak cuma petugas penyuluh lapangan yang memuji kerja kelompok tani dam pingan Neneng, bahkan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pun berke­nan memberi penghargaan Upakarti pada 2005 silam. Neneng dinilai bisa menjadi inspirasi bagi para pengusaha kecil dan mene ngah di bidang agribisnis pada tingkat nasional.

Kiat Usaha Omset bunga Neneng per tahun kini sudah mencapai lebih dari Rp 1 miliar. Suatu jumlah yang fantastis mengingat pendidikannya tidak

08_ciaNjur_OKE.indd 94 12/3/08 10:02:23 AM

Page 7: Bunga Penghias Kesuksesan

95

Bunga Penghias Kesuksesan

lebih dari sekolah dasar. Apa sebenarnya kunci keberhasilan Neneng, hingga usahanya maju sedemikian pesat? Dari hasil wawancara setidaknya terungkap beberapa keunggulan Neneng dibandingkan pengusaha bunga di daerahnya—bahkan pengusaha pada umum­nya.

Pertama, ia mau terlibat penuh dalam mengelola pasar. Jika ken­dala usaha kecil dan menengah pada umumnya adalah mencari pasar, beruntung Neneng memulai bisnisnya justru di bidang pe­masaran. Pesanan bunga potong Neneng selalu saja ada setiap mi­nggunya. Dengan demikian, ia memanen tanamannya secara rutin. Bila pesanan yang datang jumlahnya cukup banyak, mereka akan menyiapkannya mulai dari hari Rabu. Kalau dulu ia harus memasar­kan ke Alam Asri, kini para tengkulak yang aktif menyambangi ru­mahnya. Ia biasanya melayani permintaan untuk pesanan rangkaian bunga dan sisanya untuk dijual ke toko­toko bunga (florist) seperti di Rawabelong (Jakarta). Neneng pun rela untuk mencari produsen bunga lainnya—di saat ia tidak memiliki bunga tertentu untuk me­menuhi permintaan pasar.

Kedua, ia menguasai bidang penanaman bunga dengan memba­ngun jaringan kerja bersama (kemitraan) para petani bunga di seki­tarnya. Seperti telah disinggung di awal, Neneng merupakan pendiri kelompok tani yang diberi nama Gloria Farm. Sebagai penggagas kelompok tani, Neneng punya komitmen untuk memajukan petani yang belum mandiri. Mereka disediakan lahan, diberi bibit, dibantu proses produksinya, dan ditampung hasil produknya. Atas kerjanya para petani mendapatkan upah, dan sisa keuntungan dari penjualan bunga menjadi milik Neneng, selaku pemilik lahan. Bila para petani dampingan Neneng sudah cukup mandiri, mereka diperbolehkan menjual bunganya kepada pihak lain. Dari kelompok petani ini pula Neneng mendapatkan kepastian dalam pengadaan bunga potong­nya. Kepada petani yang sudah mandiri, ia bisa menjual bibit dan menarik sewa atas lahannya.

Ketiga, ia mengelola keuangan secara rapi dan menjalankan pola hidup sederhana. Keluarga Neneng bisa tergolong keluarga seder­

08_ciaNjur_OKE.indd 95 12/3/08 10:02:24 AM

Page 8: Bunga Penghias Kesuksesan

96

hana. Secara kasat mata kita akan bisa melihatnya dari kondisi rumah tinggalnya yang belum sempurna dibangun. Apalagi kalau melihat penampilan ibu beranak empat laki­laki ini dalam kesehariannya. Sebagai pengusaha beromset Rp 40 juta sebulan, ia tak canggung harus mondar­mandir melayani konsumen dengan membonceng sepeda motor. Kendaraan terbaiknya adalah mobil bak terbuka, itu pun digunakan untuk operasional usaha. Karena kesederhanaan dan kerajin annya itu, bank tetap memberikan pinjaman kepada Neneng.

Keempat, ia membuka kerja sama dengan perbankan. Awal ke­terlibatan Neneng dengan perbankan sebenarnya telah terjadi saat ia masih bekerja sebagai pemasar kredit barang­barang kelontong. Bermula dari pinjaman senilai Rp 200 ribu, kebutuhan akan dana pinjaman berangsur­angsur meningkat manakala ia beralih usaha di bidang bunga potong. Dengan dana pinjaman bank itu Neneng mem­beli, bibit, pupuk, dan peralatan. Dari kemampuannya me ngelola dana pinjaman tersebut, ia akhirnya dipercaya untuk mendapatkan pinjaman dari Bank Jabar Banten sebesar Rp 750 juta pada tahun 2008 untuk keperluan modal kerja.

Kendala Usaha Namun di atas semua prestasi yang diraih Neneng, ada beberapa kendala yang sebenarnya masih menjadi kendala usaha kecil dan mene ngah pada umumnya. Kendala tersebut adalah lemahnya ke­mampuan pencatatan keuangan. Pentingnya pencatatan keuangan dalam bisnis bahkan tidak disadari sepenuhnya oleh Neneng. “Ka­lau petani mah ngitungnya begini, asalkan kita nggak punya utang. Produksi jalan, modal ada, rumah beres, tabungan ada, sawah bisa terus tanam,” papar Neneng. Ungkapan polos Neneng tersebut agaknya bisa menjadi cerminan pemahaman pengusaha kecil dan menengah khususnya mikro akan keuntungan usaha. Bagi mereka, keuntungan bisa dihitung dari selisih pendapatan atas biaya­biaya kebutuhan lahan seperti bibit, pupuk, dan tenaga kerja.

Sebenarnya pencatatan keuangan tidak sekadar menghitung berapa keuntungan usaha. Dengan membuat laporan keuangan ber­

08_ciaNjur_OKE.indd 96 12/3/08 10:02:24 AM

Page 9: Bunga Penghias Kesuksesan

97

Bunga Penghias Kesuksesan

arti mencegah tercampurnya penggunaan uang untuk kebutuhan rumah tangga dengan kebutuhan usaha. “Yang bahaya, kalau ke­untungannya saja belum jelas, mereka sudah bikin rumah, lalu beli kendaraan untuk main,” tutur Anwar yang tahu benar masalah ini biasa dialami oleh pengusaha muda. Kendati tidak membuat laporan keuangan, Neneng sendiri sebenarnya punya strategi pengelolaan keuangan yang cukup rapi. Ia mengalokasikan pendapatannya dari jenis tanaman tertentu untuk keperluan usaha (termasuk membayar pinjaman) dan dari jenis tanaman lainnya untuk memenuhi keper­luan rumah tangga.

Kendati sudah cukup rapi, Neneng ternyata sempat tersandung oleh masalah piutang yang tak tertagih. Pesanan bunga potong dari

Lahan bunga milik Neneng yang cukup luas, dari pembibitan sampai bunga siap dipetik.

08_ciaNjur_OKE.indd 97 12/3/08 10:02:32 AM

Page 10: Bunga Penghias Kesuksesan

98

Bandung yang nilainya Rp 71,2 juta sudah tiga tahun ini tidak ada tanda­tanda bisa terlunasi. Neneng memang suka menunda penagih­an pembayaran dengan maksud agar jumlah pembayarannya bisa sekaligus besar. Namun nasi sudah menjadi bubur. Kesanggupan un­tuk membayar utang kini hanya tinggal secarik kuitansi kumal yang tak jelas kapan bisa terlunasi. Sejak itu Neneng menerapkan sistem pelunasan tagihan yang ketat setiap tiga bulan sejak pengiriman ba­rang. “Perhitungannya dilakukan setiap tanggal 30. Saya terapkan sejak tahun 2005,” ujar Neneng dengan wajah penuh penyesalan.

Tidak ada yang menyangkal kalau Neneng adalah pengusaha yang ulet. “Banyak perintis usaha di bidang bunga potong yang lebih dulu dari dia, tetapi tidak sedikit yang tumbang,” Bubun Bu­nyamin, account officer Bank Rakyat Indonesia KCP Cipanas mem­berikan gambaran. Masalah para pengusaha tersebut bukan terletak pada sisi produksi, melainkan di sisi pemasarannya. Neneng sendiri yang memang mengawali pekerjaannya di bidang pemasaran berha­

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono berkenan memberi penghar-gaan Upakarti kepada Neneng pada 2005. Neneng dinilai bisa menjadi inspirasi bagi para pengusaha kecil dan mene ngah di bidang agribisnis.

08_ciaNjur_OKE.indd 98 12/3/08 10:02:35 AM

Page 11: Bunga Penghias Kesuksesan

99

Bunga Penghias Kesuksesan

sil menjadi tiang penyangga bagi usahanya. Ia berperan besar dalam membuka celah­celah pasar. Berbekal karakter pribadi yang bagus, Neneng bisa dengan mudah membina relasi dengan berbagai pihak. Tak cuma kuat dalam hal pemasaran, Neneng juga memperkuat as­pek produksinya. Berkat bimbingan teknis dari Departemen Pertani­an, ia berhasil membentuk kelompok tani untuk menangani produk­si. Dengan demikian, berhektar­hektar area yang dimilikinya tidak dikelolanya sendiri.

Jika kita melihat latar belakang pendidikan Neneng, kita tidak menyangka keberhasilannya sedemikian rupa. Namun, Neneng me­nyadari kekurangannya itu. Dengan tekad menjadikan anak­anaknya lebih baik dari dirinya, kini ia berhasil menyekolahkan keempat anak laki­lakinya ke jenjang pendidikan yang jauh lebih tinggi. Agaknya keuletan Neneng dalam berusaha telah menjadi inspirasi bagi anak­

anaknya dalam menempuh pendidikan. Dua di antaranya memilih pertanian sebagai bidang studinya, sedang dua lainnya kini masih mencari masa depannya.

Meski separuh masa depan anak­anaknya telah berada di genggam an tangan, namun perempuan yang menikah sejak usia 15 tahun ini belum lagi merasa puas dengan prestasinya. Salah satu cita­citanya adalah adanya akses masuk yang lebih mudah menuju lahan usahanya. “Mudah­mudahan Allah memberikan rezeki­Nya, sehing­ga tanah di belakang rumah kami bisa terbeli. Jadi enak kalau masuk ke lokasi, kalau beli pupuk kandang atau pupuk kimia bisa gampang menurunkannya. Kalau sekarang kan dipikul sampai ke lokasi,” jelas

Berbekal karakter pribadi yang bagus, Neneng bisa den­gan mudah membina relasi dengan berbagai pihak. Tak cuma kuat dalam hal pemasaran, Neneng juga mem­perkuat aspek produksinya. Berkat bimbingan teknis dari Departemen Pertanian, ia berhasil membentuk ke­lompok tani untuk menangani produksi.

08_ciaNjur_OKE.indd 99 12/3/08 10:02:36 AM

Page 12: Bunga Penghias Kesuksesan

100

Neneng. Selain itu, Neneng juga ingin sekali membuat showroom di bagian depan rumahnya. Di tempat itu antara lain ia ingi n menye­diakan peralatan green house untuk memasok para petani anggota ke­lompok taninya, Gloria Farm. “Supaya mereka tidak kerepotan kalau mau membangun green house,” tutur Neneng. Sesederhana itu cita­citanya. Namun kesederhanaan itulah yang membawanya sampai ke gerbang kesuksesan, sesuatu yang kembali menjadi pijakan untuk mencapai cita­cita berikutnya. Pergi ke Mekah untuk menu naikan ibadah haji menjadi sepotong asa yang masih ia gantungkan tinggi­tinggi. [] dedes

08_ciaNjur_OKE.indd 100 12/3/08 10:02:36 AM