Buletin Santri Juni 2011 Edisi 37 Vol V

4
Buletin SANTRI Edisi 37, Vol 04, Juni 2011 Buletin SANTRI Edisi 37, Vol 04, Juni 2011 www.santri.alkhoirot.com www.santri.alkhoirot.com Oleh: Khoirul Anam Santri Al-Khoirot Khoirulanam.alkhoirot.net Secara lisan dua kata ini sangat berbeda, tapi dalam pengungkapan nya yang sering salah. Nafsu adalah keinginan manusia untuk memenuhi keinginan nya yang ada dalam hati manusia itu sendiri.nafsu sendiri terbagi menjadi dua bagian, pertama adalah nafsu Mutma`innah, yang mendominasi manusia melakukan pekerjaan yang baik. Dan kedua adalah nafsu Lawwamah yang mendominan orang melakukan pekerjaan yang dilarang, baik itu larangan secara umum atau larangan secara pribadi. Contoh larang secara umum seperti mencuri. Mencuri baik di Indonesia atau di luar negeri, baik itu agama Islam atau agama yang lainnya, tetap menamakan, mencuri itu adalah pekerjaan yang tidak baik. Dan larangan secara pribadi itu seperti meninggalkan sholat. Meninggalkan sholat hanya dilarang oleh agama islam, sedangkan dalam agama lain tidak ada larangan meninggalkan shoalat. Sekarang yang menjadi pertanyaan apakah cinta yang dijalani para remaja ( pacaran ) itu dinamakan cinta apa hanya nafsu saja? dan apa sebenar nya cinta itu sendiri kenapa semua orang tidak lepas dari yang namanya cinta? mari kita pelajari bersama–sama. Cinta, itu ada pada setiap manusia, baik tua maupun muda, pria maupun wanita, semuanya mempunyai cinta, karna cinta adalah anugerah yang diberikan Alloh pada setiap hambanya. Tapi kebanyakan remaja tidak menngerti dengan cinta itu sendiri, hingga membuat kaum hawa hamil diluar nikah. Cinta, adalah kata yang sangat simpel dan haya terdiri dari lima huruf, C.I.N.T.A. dan bisa dikatakan oleh siapa saja yang ingin mengungkapkannnya. Kata cinta bisa menghancurkan kaum adam dan hawa, jikalau mereka tidak mampu memahami cinta. Lebih – lebih bagi kaum hawa yang mudah terpengaruh oleh rayuan manis seorang pujangga. Keluguhan dan tipis nya iman dijadikan modal dasar dari rayuan manis para pujangga, dengan sedikit bumbu dan sedikit olesan bukti adanya cinta ditambah segenggam janji-janji manis, kaum hawapun jatuh dalam pelukan pujangga. Harus kita ketahui cinta dan mencintai bukanlah sekedar akting yang diperankan oleh selebritis di TV. Karena itu adalah peranan orang-orang bodoh, yang tidak mengerti cinta dan tidak paham dengan agama islam. Mereka OLEH: KH. A. FATIH SYUHUD PENGASUH PP. AL-KHOIROT Menjadi anak seorang kyai, khususnya kyai pesantren, itu tidak enak. Semakin besar pesantren seorang kyai, semakin besar ketidaknyamanan itu bagi anaknya. Ketidakenakan itu tentu saja bukan dilihat dari yang tampak di luar. Secara dzahir, menjadi anak kyai tentu saja sangat menguntungkan. Bayangkan, sejak kecil ia terbiasa dengan berbagai pemanjaan, penghormatan, dan pujian dari santri-santri ayahnya. Tiada kritik atau perlawanan apapun dari para santri saat anak kyai yang masih usia TK, SD atau SMP berperilaku bandel. Padahal hidup yang normal bagi seorang anak adalah apabila dia mendapat perlakuan reward and punishment (penghargaan dan sanksi) dari lingkungannya. Mendapat reward saat dia berperilaku baik dan punishment saat berperilaku buruk. Dari cara ini, seorang anak belajar mengenal akhlak, nilai, norma dan etika baik dan buruk. Baik akhlak islami, nilai universal dan etika sosial setempat. Dengan terbiasanya anak kyai menerima reward saja tanpa adanya punishment, maka tanpa disadari mental dan mindset-nya tidak tumbuh dengan sehat. Dampak negatif dari pemanjaan ini antara lain (a) anak tidak mandiri, (b) tidak mau menerima kritik, (c) tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan, (c) pemalas, tidak mau bekerja keras; (d) suka merendahkan orang lain, (e) tidak memiliki sensitivitas dan kapasitas kepemimpinan. Gus Jadzab dan Lora Helap Salah satu contoh nyata dari akibat pemanjaan santri pada anak kyainya yang terbukti merusak adalah adanya julukan jadzab atau helap pada gus (anak kyai Jawa) atau lora (anak kyai Madura) yang berperilaku menyimpang. Padahal jadzab adalah istilah yang dipakai aliran sufisme yang diperuntukkan bagi para murid tarikat yang sedang menjalani ritual pendekatan diri pada Allah menurut cara-cara sufi. Mungkin karena adanya kesamaan antara anak kyai bandel dan murid tarikat dalam segi sama-sama “aneh” atau karena santri percaya bahwa kebandelan anak kyai adalah dalam rangka proses “nglakoni”, maka anak kyai yang bandel disebut dengan istilah tersebut. Terlepas dari itu semua, faktanya adalah bahwa julukan jadzab atau helap ini semakin menghancurkan kepribadian anak kyai yang kenakalannya sedang tidak terkontrol itu. Tidak sedikit dari anak kyai yang tidak hanya melanggar nilai etika sosial, tapi juga syariah dan akhirnya menjadi sampah masyarakat. Lalu, apa langkah yang mesti diambil oleh orang tua dan para santri agar para putra-putri kyai dapat memaksimalkan potensinya dan dapat menjadi penerus pesantren yang egaliter, rendah hati, memiliki karakter kepemimpinan dan secara intelektual mumpuni? Pertama, sejak kecil anak kyai harus dididik menghormati yang lebih tua. Baik itu santri, tetangga maupun tamu pesantren. Salah satu indikasi penghormatan adalah dengan mencium tangan saat bersalaman, mengucapkan salam atau sekedar tersenyum saat berjumpa. Mencium tangan yang lebih tua boleh diakhiri saat putra kyai sudah dewasa dan mulai mengajar. Dalam Islam, penghormatan berdasarkan ilmu lebih didahulukan daripada umur sebagaimana imam salat yang lebih mendahulukan ahli ilmu daripada yang tua. Kedua, kyai harus menginstruksikan santrinya agar mengingatkan gus atau lora-nya kalau berperilaku kurang baik. Baik itu dalam bentuk malas belajar, kurang sopan, melanggar syariah atau melanggar disiplin pesantren. Santri jangan sampai membiarkan anak kyai bebas berbuat semaunya tanpa kritik karena ini akan sangat membahayakan kesehatan mentalnya. Begitu juga santri hendaknya memberikan apresiasi (reward) atas perilaku baik anak kyai. Tentu saja reward and punishment harus juga diberlakukan di rumah; dalam lingkungan keluarga. Ketiga, hilangkan mental feodalisme sejak dini. Ajarkan kerendahhatian, keseteraan antar-manusia, dan bahwa penghargaan Allah dan manusia akan didapat dengan keilmuan yang tinggi dan kesalihan perilaku (QS Al Mujadalah 58: 11); bukan karena faktor keturunan.[]

Transcript of Buletin Santri Juni 2011 Edisi 37 Vol V

Page 1: Buletin Santri Juni 2011 Edisi 37 Vol V

Buletin SANTRI Edisi 37, Vol 04, Juni 2011

Buletin S ANTRI Edisi 37, Vol 04, Jun i 2011

www.santri.alkhoirot.com www.santri.alkhoirot.com

Oleh: Khoirul Anam Santri Al-Khoirot

Khoirulanam.alkhoirot.net

Secara lisan dua

kata ini sangat berbeda, tapi dalam pengungkapan nya yang sering salah. Nafsu adalah keinginan manusia untuk memenuhi keinginan nya yang ada dalam hati manusia itu sendiri.nafsu sendiri terbagi menjadi dua bagian, pertama adalah nafsu Mutma`innah, yang mendominasi manusia melakukan pekerjaan yang baik. Dan kedua adalah nafsu Lawwamah yang mendominan orang melakukan pekerjaan yang dilarang, baik itu larangan secara umum atau larangan secara pribadi. Contoh larang secara umum seperti mencuri. Mencuri baik di Indonesia atau di luar negeri, baik itu agama Islam atau agama yang lainnya, tetap menamakan, mencuri itu adalah pekerjaan yang tidak baik. Dan larangan secara pribadi itu seperti meninggalkan sholat. Meninggalkan sholat hanya dilarang oleh agama islam, sedangkan dalam agama lain tidak ada larangan meninggalkan shoalat.

Sekarang yang menjadi pertanyaan apakah cinta yang dijalani para remaja ( pacaran ) itu dinamakan cinta apa hanya nafsu saja? dan apa sebenar nya cinta itu sendiri kenapa semua orang tidak lepas dari yang namanya cinta? mari kita pelajari bersama–sama.

Cinta, itu ada pada setiap manusia, baik tua maupun muda, pria maupun wanita, semuanya mempunyai cinta, karna cinta adalah anugerah

yang diberikan Alloh pada setiap hambanya. Tapi kebanyakan remaja tidak menngerti dengan cinta itu sendiri, hingga membuat kaum hawa hamil diluar nikah.

Cinta, adalah kata yang sangat simpel dan haya terdiri dari lima huruf, C.I.N.T.A. dan bisa dikatakan oleh siapa saja yang ingin mengungkapkannnya. Kata cinta bisa menghancurkan kaum adam dan hawa, jikalau mereka tidak mampu memahami cinta. Lebih – lebih bagi kaum hawa yang mudah terpengaruh oleh rayuan manis seorang pujangga. Keluguhan dan tipis nya iman dijadikan modal dasar dari rayuan manis para pujangga, dengan sedikit bumbu dan sedikit olesan bukti adanya cinta ditambah segenggam janji-janji manis, kaum hawapun jatuh dalam pelukan pujangga.

Harus kita ketahui cinta dan mencintai bukanlah sekedar akting yang diperankan oleh selebritis di TV. Karena itu adalah peranan orang-orang bodoh, yang tidak mengerti cinta dan tidak paham dengan agama islam. Mereka

OLEH: KH. A. FATIH SYUHUD PENGASUH PP. AL-KHOIROT

Menjadi anak seorang kyai, khususnya kyai pesantren, itu tidak enak. Semakin besar pesantren seorang kyai,

semakin besar ketidaknyamanan itu bagi anaknya. Ketidakenakan itu tentu saja bukan dilihat dari yang tampak di luar. Secara dzahir, menjadi anak kyai tentu saja sangat menguntungkan. Bayangkan, sejak kecil ia terbiasa dengan berbagai pemanjaan, penghormatan, dan pujian dari santri-santri ayahnya. Tiada kritik atau perlawanan apapun dari para santri saat anak kyai yang masih usia TK, SD atau SMP berperilaku bandel.

Padahal hidup yang normal bagi seorang anak adalah apabila dia mendapat perlakuan reward and punishment (penghargaan dan sanksi) dari lingkungannya. Mendapat reward saat dia berperilaku baik dan punishment saat berperilaku buruk. Dari cara ini, seorang anak belajar mengenal akhlak, nilai, norma dan etika baik dan buruk. Baik akhlak islami, nilai universal dan etika sosial setempat.

Dengan terbiasanya anak kyai menerima reward saja tanpa adanya punishment, maka tanpa disadari mental dan mindset-nya tidak tumbuh dengan sehat. Dampak negatif dari pemanjaan ini antara lain (a) anak tidak mandiri, (b) tidak mau menerima kritik, (c) tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan, (c) pemalas, tidak mau bekerja keras; (d) suka merendahkan orang lain, (e) tidak memiliki sensitivitas dan kapasitas kepemimpinan.

Gus Jadzab dan Lora Helap Salah satu contoh nyata dari akibat pemanjaan santri pada anak kyainya yang terbukti merusak adalah

adanya julukan jadzab atau helap pada gus (anak kyai Jawa) atau lora (anak kyai Madura) yang berperilaku menyimpang. Padahal jadzab adalah istilah yang dipakai aliran sufisme yang diperuntukkan bagi para murid tarikat yang sedang menjalani ritual pendekatan diri pada Allah menurut cara-cara sufi. Mungkin karena adanya kesamaan antara anak kyai bandel dan murid tarikat dalam segi sama-sama “aneh” atau karena santri percaya bahwa kebandelan anak kyai adalah dalam rangka proses “nglakoni”, maka anak kyai yang bandel disebut dengan istilah tersebut.

Terlepas dari itu semua, faktanya adalah bahwa julukan jadzab atau helap ini semakin menghancurkan kepribadian anak kyai yang kenakalannya sedang tidak terkontrol itu. Tidak sedikit dari anak kyai yang tidak hanya melanggar nilai etika sosial, tapi juga syariah dan akhirnya menjadi sampah masyarakat.

Lalu, apa langkah yang mesti diambil oleh orang tua dan para santri agar para putra-putri kyai dapat memaksimalkan potensinya dan dapat menjadi penerus pesantren yang egaliter, rendah hati, memiliki karakter kepemimpinan dan secara intelektual mumpuni?

Pertama, sejak kecil anak kyai harus dididik menghormati yang lebih tua. Baik itu santri, tetangga maupun tamu pesantren. Salah satu indikasi penghormatan adalah dengan mencium tangan saat bersalaman, mengucapkan salam atau sekedar tersenyum saat berjumpa. Mencium tangan yang lebih tua boleh diakhiri saat putra kyai sudah dewasa dan mulai mengajar. Dalam Islam, penghormatan berdasarkan ilmu lebih didahulukan daripada umur sebagaimana imam salat yang lebih mendahulukan ahli ilmu daripada yang tua.

Kedua, kyai harus menginstruksikan santrinya agar mengingatkan gus atau lora-nya kalau berperilaku kurang baik. Baik itu dalam bentuk malas belajar, kurang sopan, melanggar syariah atau melanggar disiplin pesantren. Santri jangan sampai membiarkan anak kyai bebas berbuat semaunya tanpa kritik karena ini akan sangat membahayakan kesehatan mentalnya. Begitu juga santri hendaknya memberikan apresiasi (reward) atas perilaku baik anak kyai. Tentu saja reward and punishment harus juga diberlakukan di rumah; dalam lingkungan keluarga.

Ketiga, hilangkan mental feodalisme sejak dini. Ajarkan kerendahhatian, keseteraan antar-manusia, dan bahwa penghargaan Allah dan manusia akan didapat dengan keilmuan yang tinggi dan kesalihan perilaku (QS Al Mujadalah 58: 11); bukan karena faktor keturunan.[]

Page 2: Buletin Santri Juni 2011 Edisi 37 Vol V

Buletin SANTRI Edisi 37, Vol 04, Juni 2011

Buletin S ANTRI Edisi 37, Vol 04, Jun i 2011

www.santri.alkhoirot.com www.santri.alkhoirot.com

meniru gaya orang luar negri yang ingin menghancurkan umat islam. Karena cinta dalam islam tidak ada pegangan tangan, ciuman, dan juga pelukan, sebelum antara lawan jenis ada ikatan yang menghalalkan mereka untuk saling bersentuhan.

Makna cinta yang sesungguh nya adalah orang yang mencintai orang lain tanpa ada iringan nafsu lawwmah, karena cinta sejati itu datang ketika melihat keimanan orang yang dicintai, bukan dari kecantikan,kesempurnaan dan kekayaan orang yang dicintai. Sebagaimana sabda Rosululloh

“ wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, kehormatannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang beragama maka kamu akan beruntung,” ( HR. Bukhori dan Muslim )

Dalam Hadits ini Rosululloh menjelaskan adanya kenyataan orientasi seseorang ketika hendak menikah sebagian besar pilihan mereka bersifat lahiriyah, pilihan cinta mereka datang dari sudut pandang nafsu saja. Maka Rosulpun megaskan pilihlah wanita karna agamanya biar kamu beruntung. Kenapa harus mencintai karna agama mereka? jelas mencintai karena lahiriyah ( fisik ) itu hanya bersifat sementara, ketika melihat yang lebih indah maka cinta itu bisa hilang. Lain dengan mencintai karena Alloh dan Rosul-Nya, jika mencintai orang lain karena Alloh dan Rosul-Nya maka cinta itu akan abadi di dunia dan akhirat, karena yang menjadi pedoman adalah yang bersifat abadi. Kalau mencintai karna kecantikannya, maka cinta itu akan hilang jika cantiknya hilang, sedangkan kecantikan itu tidak abadi.

Mungkin dari sini kita sudah mengerti apa sebenarnya cinta itu. Yang jelas dalam islam tidak ada pacaran sebelum pernikahan. Tidak ada sentuhan sebelum yang haram dihalalkan. Jadi jauhilah cinta tampa ikatan, karna sebenarnya cinta dalam masa muda itu hanya nafsu Lawwamah, bisikan setan yang mengtasnamakan cinta. Jangan sampai salah membedakan cinta dan nafsu karena bisa membuat anda hamil diluar nikah.

Oleh: Imam Syahrowardi Santri PP. Al-Khoirot http//imamsyah.alkhoirot.net

Menjaga kesehatan mulut tentubukan hal yang mudah. Setiap hari, begitu banyak jenis makanan dan zat yang masuk melalui mulut. Bakteri yang terdapat didalam rongga mulut dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti sariawan, gusi berdarah dan sakit gigi. Jika sedang mengalami sakit gigi, pasti merasa tidak nyaman baik ketika berbicara atau menikmati makanan menurut pengalaman saya, bagaimana menurut Anda ........?

Sakit gigi disebabkan oleh berbagai penyebab, mulai dari gusi berdarah atau kerusakan pada gigi yaitu munculnya lubang pada permukaan gigi. Jika terkena penyakit ini, mau tidak mau pergi kedokter spesialis gigi merupakan pilihan pertama. Tetapi pergi kedokter gigi tentu anda harus menyempatkan waktu dan menyiapkan uang yang tidak sedikit.

Berdasarkan pengalaman yang sudah saya alami banyak resep-resep yang diberikan orang kepada saya baik resep islami atau resep alami tradisiona yang insyaalloh ampuh untuk mengobati gigi yang sakit, berikut ini adalah beberapa resep sakit gigi islami yang tertera dalam hadist Nabi juga obat gigi alami tradisional yang dapat anda temukan bahannya disekitar anda.

Resep yang pertama adalah obat sakit gigi dari Nabi Muhammad yang mana hadistnya diriwayatkan oleh Dailami dari Ibnu Abbas caranya yaitu taruhlah telunjuk jari anda ke gigi

yang sakit kemudian bacakan akhiran dari surat yasin1 (ن����� ��ل ا�ى ��� ����ت آ� ��ء وا��� )

Resep yang kedua adalah resep alami tradisional dan insyaalloh tanpa efek samping diantaranya yaitu:

1. Cengkeh. Ambil 10 butir cengkeh, sangrai lalu tumbuk hingga halus. Setelah itu ambil bubuk tersebut dan oleskan pada gigi yang sakit kemudian tutup dengan menggunakan kapas. Cengkeh juga sangat baik untuk menghilangkan bau mulut.

2. Cabe Hijau. Potong ujung cabe hijau lalu bakar kemudian tempelkan pada gigi yang sakit.

3. Daun Kembang Sore. Ambil beberapa daun, rebus hingga matang dengan air. Tiriskan lalu diminum sambil dikumur.

4. Belimbing Wuluh. Ambil beberapa buah belimbing wuluh. Cuci bersih, makanlah dengan menggunakan garam. Kunyah dengan menggunakan gigi yang sakit.

5. Bawang putih dan bawang merah. Kunyah bawang putih dan bawang merah dengan menggunakan gigi yang sakit. Bawang sangat berguna untuk menghilangkan bakteri yang terdapat di rongga mulut.

6. Jeruk nipis. Banyak yang telah mengetahui khasiat jeruk nipis untuk menghilangkan sakit gigi. Caranya sangat sederhana, peras jeruk nipis kemudian tampung sari pati dengan menggunakan sendok.

7. Garam. Ini juga sangat ampuh untuk menghilangkan rasa sakit di gigi. Sediakan air hangat lalu berikan garam, aduk hingga merata. Minum air tersebut sambil kumur-kumur.

Itulah beberapa obat sakit gigi yang islami dan alami tradisional. Mungkin beberapa obat tersebut telah anda ketahui, semoga dengan artikel ini dapat menambah wawasan anda khususnya saya untuk menggunakan obat islami dan alami tradisional

1Hadist NabawiyToha Putra Hadist no 230 Hal 82

guna mengatasi gigi yang sedang sakit semoga bermanfaat amiiiiin.

MEMILIH JODOH SENDIRI “Inginnya Santri, Satu Yayasan”

ORANG TUA TIDAK KLIR….. (SREG)

(Analisa dari Pengajian Subuh “ Tafsir Jalalain” .)

kesimpulan dari surat -AR_RA’D:17- adalah “ Allah swt. Mengumpamakan yang benar

dan yang batil dengan air dan buih atau dengan logam yang mencair dan buihnya. Yang benar sama dengan air atau logam murni, dan yang

batil sama dengan buih air atau tahi logam yang lenyap tidak ada gunanya bagi manusia”.

Suami saleh sama dengan air atau logam murni. Sebaliknya suami bodoh sama dengan buih atau

tahi logam. Sudah barang tentu wanita saliha apabila berada dalam pelukan laki-laki bodoh

(fasik) akan mudah ternodai agamanya. Apabila sebaliknya ”suami berilmu salih” sudah tentu

akan membawa kebahagian dunia akhirat.

Memilih jodoh sendiri adalah hak anak, dalam tanda petik pilihannya harus tepat yaitu tentang kadar agama,kesalihan serta tanggung jawabnya. Orang tua sebagai wali hanya bersifat mengawasi dari belakang. Tugas orang tua adalah mengawasi kadar agama dan akhlak calon menantunya. Apakah termasuk anak durhaka apabila memilih sendiri sedangkan orang tua berkehendak lain? Dalam hal ini didalam syariat islam diperbolehkan asalkan penolakannnya dengan tepat dan benar serta dengan cara terhormat. Ada beberapa hadist nabi yang menyatakan anak boleh menolak atas pilihan orang tua.diantaranya adalah nabi bersabda: �� '�& ا% $�� و#�" !�ل(�س ان ا� :و$* ا�* $

�,���# ���� ��0/�� واذ-, .ا54 ا23 �)1�� �* و� واArtinya: diriwayatkan dari ibnu abbas

sesungguhnya nabi bersabda:“seorang janda lebih berhak atas dirinya dari pada

Page 3: Buletin Santri Juni 2011 Edisi 37 Vol V

Buletin SANTRI Edisi 37, Vol 04, Juni 2011

Buletin S ANTRI Edisi 37, Vol 04, Jun i 2011

www.santri.alkhoirot.com www.santri.alkhoirot.com

walinya.Sedangkan seorang gadist diminta pertimbangan. Adapun tanda izinnya adalah diamnya” (HR:Muslim).(Bulughul Maraam HL:205).

Dengan dasar hadist di atas, menurut ibnu Qoyyim: yang dimaksud anak perawan adalah sesorang yang telah balig dan pinter (mengetahui mana yang baik dan benar). Bagi orang tua tidak boleh memaksa putrinya untuk dinikahi sebelum ada persetujuan. Ini adalah pendapat mayoritas ulama salaf.( Bulughul maraam. Catatan kaki HL: 205-bab nikah-) Dalam hadist lain yang di riwayatkan oleh gadis yang bernama khansa’ binti khizam yang mengadu kepada nabi saw. Atas pernikahannya yang sepihak oleh orang tuanya. Lalu beliau mepersilahkan khansa’ apakah meneruskan atau membatalkan pernikahan itu. sekalipun akhirnya menerima, Khansa’ menyatakan “tetapi saya ingin memberi tahukan kepada kaum wanita, bahwa masalah pernikahan ini para bapak tidak ada hak sama sekali”. Hadist ini di riwayatkan imam ahmad, abu daud, ibnu majah, dan nasai. ( Subulussalam HL: 125 -Bab nikah- “Bairut Daarul fikri”). Hadis diatas bisa dijadikan dalil bahwa penolakan anak terhadap pilihan orang tua, apalagi pilihannya kurang tepat ini adalah tidak termasuk durhaka dan bisa dibenarkan serta tidak disalahkan oleh agama. misalnya calon menantu dalam hal agamanya sangat lemah, tidak berakhlah, tidak tanggung jawab dan tidak berilmu, sebab yang namanya orang bodoh (tidak mengerti agama) meskipun ia berusaha menjadi orang baik kemungkinan besar banyak salahnya. Bagaimana mungkin calon pemimpin rumah tanga bisa menciptakan keluarga sakinah yang telah diharap-harapkan oleh Rasulullah terhadap ummatnya, jika tidak di dasari ilmu dan keimanan yang kuat.

Terciptanya keluarga sakinah itu bisa terjadi apabila calon suami dan istri, terutama suami (sebagai calon pemimpin) harus

mempunyai tujuan mulia yakni ingin mejumpai Allah dan Rasulnya. Diantara Satu contah yang bisa kita ambil gambaran dalam alQur’an. Allah berfirman:

�,�$ ��788:ة وا��* -�ز!;,وأ�� اه�; �- �; رز!/�- @ , �� وا��A0ى B�!.

Artinya: dan perintahkannlah kepada keluargamu mendirikan solat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizqi kepadamu, kamilah yang membari rizqi kepadamu dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa (Qs: Taha :132).

Allah memerintahkan solat kepada keluarganya dan sabar dalam menjalaninya (mendidik). Mungkinkah calon pemimpin bisa melaksanakan dan menerapkan dengan benar, cara-cara solat yang tepat, dan sabar dalam arti yang sesungguhnya? Ya, Tentu tidak. Lalu bagai mana mungkin satu keluarga akan tercipta dan mendapatkat predikat “BAITII JANNATII” tanpa di dasari ilmu.

Memang benar apa yang disampaikan Rasulullah: tidak ada musibah paling besar kecuali apabila ada seorang perempuan salihah (santri) di nodai oleh suami fasik (non sdantri-red). Lelaki yang tidak mempunyai tangung jawab, serta tidak mengerti menjaga kehormatan dan kemulyaan istrinya. Bila seorang perempuan shalihah berada dalam pelukan lelaki fasik, sudah barang tentu dia akan kehilangan kontrol agama atau dia akan kehilangan kebahagiaan di dunia apabila tetap dan kuat berpegang teguh pada agama. kalau tidak? ya tentu akan melahirkan generasi berikutnya lebih buruk dan penuh kemusrikan. Tiang-tiang rumah tangga telah hancur dan rusak, sehingga sangat sulit melahirkan generasi berkualitas.

Dan disinilah pentingnya bagi anak perempuan mempunyai keberanihan untuk mengungkapkan (meluruskan) yang sebenarnya kepada kedua orang tua, sebelum terlanjur naik kejenjang pelamin, agar kita menjadi umat, yang telah di diharap-harapkan oleh Rasulullah.

”sesungguhnya aku (nabi) akan berbangga-bangga terhadap ummatku” yakni Rasulullah sangat senang apabila umatnya mempunyai keturunan banyak serta beriman dan bertakwa sekaligus berkualitas.

Sebagai anak perempuan jangan hanya bisanya patuh seperti halnya Siti nurbaya tanpa mempunyai dasar-dasar yang telah di garis bawahi oleh agama, agama adalah mudah tidak menyulitkan pasti memberi solusi, mana yang baik dan benar.

Didalam syariat memang di perbolehkan bagi wali memaksa putrinya (perawan) di nikahkan tanpa adanya sepertujuan karena seorang wanita tidak seperti kaum laki-laki, sebab seorang wanita sangat pemalu dengan dasar itulah seorang wali diperbolehkan memaksa, karena biasanya (mayoritas) anak perawan apabila berkeinginan ’mau’ sulit untuk mengungkapkannya “malu tapi mau”. Namun idealnya dengan dasar hadist diatas bagi orang tua harus toleransi (minta pertimbangan kepada putrinya) dan juga harus memenuhi syarat-syaratnya ijbar (pemaksaan) yang telah di jelaskan dalam kitab iqna’(H: 128 -Toha Putra- “Bab nikah”). Kendati demikian orang tua harus memiliki standar utama yaitu agamanya yang kuat, sebagaimana yang telah di ajarkan oleh nabi, dalam hadistnya “sangat beruntung apabila orang tua memilih menantu karena agamanya yang kuat”.

Memang Allah menciptakan seorang perempuan tidak sama dengan laki-laki, namun bukan berarti dengan adanya ketidak samaan (kelemahan) itu ia harus patuh dan tunduk tanpa adanya pertimbangan (menurut syariat) ya, tentu tidak “tidak ada kepatuhan kepada mahkluk apabila maksiat kepada sang khalik”. Kalau memang yaqin bahwa tindakan orang tua itu salah!. ya tentu ia harus berani mengambil tindakan serta bagimana caranya hal tersebut tidak akan terjadi, seperti halnya (hadist di atas) yang telah di lakukan oleh seorang gadis yang bernama Khansa’ yang mengadu kepada baginda Rasulullah. Wanita pemberani seperti ini adalah seorang wanita yang

mempunyai keperibadian baik, dan Rasulullah tidak menyalahkan hal terasebut meskipun orang tuanya sendiri.

Sangat disayangkan bahkan sangat tercela apabila orang tua menikahkan putrinya karena kadar kekayaan, tingginya mahar, dan ia tidak memikirkan bagaimana putrinya, setelah menikah apakah di didik dengan baik atau tidak oleh calon suaminya, baik berkenaan dengan cara ibadah, akhlak, keimanan dan senantiasa menimba ilmu dengan konsisten.

Sebuh catatan hati

“Ayah………!” Bukannkah sekarang ini, sudah bukannya

zaman Siti Nurbaya lagi…?” Abad Melinium”. Adakah hati ayah membukakan pintu, untuk

sang buah hati ayah.

Sebagai seorang santri, tentunya aku mengiginkan pendamping dari kalangan santri

pula ,lebih-lebih satu yayasan.

Ayah....! Aku ini bukanlah seorang wanita, sehebat, Dewi Masyithoh, Siti Khodijah,Ummu Salamah, Muthi’ah dan Rabi’ah Al Adawiyah. Tapi buah hatimu ini adalah seorang wanita,

akhir zaman yang mendambakan cinta dan kasih dari seorang Pangeran, yang dapat memelihara keimanan,dan sekaligus mendidik, bagiku dan

keluargaku sampai akhir hayat. Tangisanku ini bukan karena aku tidak rela atas

pilihanmu ayah.............!!!, namun yang aku kawatirkan adalah

keimanannku akan ternodai oleh pilihan ayah yang tidak mendidik.

Bukankah Rasulullah telah mengajarkan kepada semua orang tua, agar mereka mendidik buah hatinya dengan baik menurut ketentuan yang

telah di garis bawahi oleh Agama.

Seperti yang telah di kisahkan oleh Hasan bin Ali, ketika di tanyakan oleh seseorang “ Ya

Hasan, putriku akan di pinang. Kepada siapakah aku menikahkannya? Jawab Hasan bin Ali;

Page 4: Buletin Santri Juni 2011 Edisi 37 Vol V

Buletin SANTRI Edisi 37, Vol 04, Juni 2011

Buletin S ANTRI Edisi 37, Vol 04, Jun i 2011

www.santri.alkhoirot.com www.santri.alkhoirot.com

“Nikahkanlah putrimu dengan orang yang bertakwa. Sebab bila dia mencintai, pasti akan menghormati dan memuliakannya. Dan bila dia

tidak mencintai, pasti dia tidak akan mendzaliminya”.

Ayah...........!!!

Biarlah tangisanku ini mengikis semua kesedihanku.

Terlalu menakutkan untuk dirasa , terlalu sakit untuk dikenang, terlalu pilu untuk dikisahkan.

Bahkan sekedar membayangkannya pun sakitnya tidak karuan. Percaya atau tidak.........?.

Mungkin kata-kata itu telah tertanam pada hati yang salah, bahkan yang tak pernah salah pun

bisa ikut-ikutan bersalah. Kira-kira rumus apa yang bisa dipakai sekirannya

bisa kuat untuk menjalani keadaan seperti ini, dengan

penuh kesabaran ?

Sulit rasanya memikirkan hal yang sangat halus seperti itu. Kenapa?, Aku tidak tahu, karena tidak

kasat mata. Belajar sabar itu berat sekali, membutuhkan

waktu yang lama.

Hanya hati yang tahu dan hanya yang tulus yang bisa bertahan. Aku pasrah kepada Allah.

Dan rasa sakit itu biarlah kalimat Tuhan yang menyembuhkan...............!!!.

Tak perlu ada yang tahu , seberat apa hati dirundung pilu.

. Mungkin saat ini sang ayah, belum membukakan

pintu buatku. Namun ku berharap suatu saat,

Allah akan membukakan mata hatinya, dan mengerti atas keinginanku.

Oleh: Mahmudi Santri Al-Khoirot Hari ini sebelum kita mengeluh tentang rasa dari makanan kita, pikirkanlah tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan. Sebelum kita mengeluh tidak punya apa-apa, pikirkan tentang seseorang yang harus meminta-minta di jalanan. Sebelum kita mengeluh bahwa kita buruk, pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya. Sebelum kita mengeluh tentang pasangan kita, pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada tuhan untuk di berikan teman hidup. Sebelum kita mengeluh tentang nasip hidup kita, pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat. Sebelum kita mengeluh tentang anak-anak kita, pikirkan tentang seseoarng yang sangat ingin mempunyai anak tapi dirinya mandul. Sebelum kita mengeluh tentang jauhnya kita menyetir, pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang sama dengan berjalan kaki. Dan disaat kita lelah dan mengeluh tentang pekerjaan kita, pikirkan tentang pengangguran dan orang-orang cacat yang mencari pekerjaan seperti kita. Sebelum kita menunjukkan jari telunjuk kita untuk menyalahkan orang lain, pikirkanlah bahwa ke empat jari kita yang lain menunjuk pada kita dna tidak ada orang yang tidak pernah membuat ke salahan.

Jika kita mampu untuk berfikir dahulu sebelum kita mengeluh, maka ketika kita sedang bersedih dan hidup kita dalam kesusahan kita masih bisa bersukur kepada tuhan bahwa kita masih di beri kehidupan.

Pelindung: Pengasuh PP. Al-Khoirot Penasehat: Syamsul Arifin Pem Red : Nashiruddin Wakil Pem Red : Sholehuddin Sekretaris : Abd. Rohim Staf Redaksi : Mahfud, Khoirul Anam, Syahdi, Abd. Kholiq.

Alamat Redaksi: PP. Al-Khoirot. Jalan KH. Syuhud Zayyadi, Rt 09/01 Dsn Krajan Karangsuko Pagelaran Malang. Telp: (0341) 879730. Website : www.santri.alkhoirot.com Email : [email protected] Ket: Redaksi menerima kontribusi tulisan opini seputar santri, pesantren, islam dan problematika dunia islam secara umum.Tulisan hendaknya tidak lebih dari 500 kata.

�نCر� �(Dن و����� � ر�4 و��(�رك � ",� أDisebutkan bahwa pada kata Rajab, terdapat tiga buah huruf, yaitu; Ra’ yang

menunjukkan rahmat Allah, Jim menunjukkan jaram(dosa) hamba dan Ba’ menunjukan

kebajikan Allah swt. Berarti seakan-akan Allah Swt berfirman; wahai hambaku, Aku jadikan

dosa dan kesalahanmu berada diantara rahmat dan kebajikanKu. Maka tidak lagi tersisa

sebuah dosa atau kesalahan, bagimu yang mampu mencintai dan mengagungkannya serta

beramal sholih berkat kehormatan bulan Rojab, dan disebut Rajab juga karena orang-orang

Arab memuliakannya.

Dari kata Rajjabtuhu, yakni Adhdamtuhu artinya memuliakannya, bukti bahwa

orang Arab memuliakannya ialah bahwa juri kunci Ka’bah selalu membuka pintu ka’bah

pada bulan Rajab seluruhnya, sedangkan dalam bulan-bulan yang lain mereka hanya

membukanya pada hari senin dan kamis, para orang-orang Arab berkata; bulan ini adalah

bulan Allah, bait ini adalah bait Allah dan hamba adalah hamba Allah, karena itu janganlah

hamba Allah dihalangi untuk mengagungkan dan masuk rumah Allah dalam bulan Allah.

By: Redaksi