Buletin RMI Edisi III

25
Bulletin RMI edisi III Antara Perempuan & Air: MEDIA INFORMASI PUBLIK “Tanpa Batas” Fokus ; Skema Pembayaran Jasa Lingkungan Air Opini ; Privatisasi Air dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Perempuan

description

Antara Perempuan & Air: “Tanpa Batas”

Transcript of Buletin RMI Edisi III

Page 1: Buletin RMI Edisi III

Bulletin RMI

edisiIII

Antara Perempuan & Air:

MEDIA INFORMASI PUBLIK

“Tanpa Batas”

Fokus ; Skema Pembayaran Jasa Lingkungan Air

Opini ; Privatisasi Air dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Perempuan

Page 2: Buletin RMI Edisi III

Dari Redaksi

Selamat Hari Perempuan dan Hari Air Sedunia !

Bulan Maret selalu menjadi momentum berharga khususnya bagi penggerak lingkungan dan keadilan gender. Momentum yang biasanya dimanfaatkan untuk menggelar aksi, penyadaran publik, bahkan mendesakkan perubahan kebijakan agar lebih pro rakyat. Karena kondisi di tingkat basis masih jauh dari harapan, bahkan dikatakan bahwa kondisi Indonesia kini tidak seperti yang diimpikan para pejuang kemerdekaan. Ambil contoh air, yang merupakan kebutuhan utama bagi semua makhluk hidup, terjadi pergeseran makna yang awalnya public goods (barang publik) menjadi economic goods (barang ekonomis), yang tentu saja akan mempengaruhi pengelolaan sumber daya airnya. Terkait mengenai bahasan ini, dikemas dalam rubrik Opini yang mengangkat soal privatisasi air dan dampaknya terhadap perempuan. Karena perempuan tidak dapat dipungkiri merupakan pihak yang paling berurusan dengan air dan paling rentang jika terjadi kerusakan (seperti pencemaran atau kekeringan) air. Dalam salah satu rubrik Catatan Kaki pun diulas tentang krisis air di salah satu lokasi belajar RMI yakni di Kampung Padajaya Desa Purwabakti Kabupaten Bogor, yang berdampak pada kondisi kesehatan perempuan. Terkait dengan pengelolaan sumber daya air, ada skema pembayaran jasa lingkungan air yang marak diperbincangkan sejak tahun 2000-an. Pada rubrik Fokus dibahas mengenai skema ini dengan dibenturkan pada kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Kehutanan yang mengeluarkan Permenhut Nomor P.64/Menhut-II/2013 tentang Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Relevan dengan ini pada rubrik Catatan Kaki yang lain mengangkat soal kisruhnya penataan ruang di hulu DAS Cisadane yang berdampak terhadap pengelolaan daerah tangkapan air yang tentu saja pada akhirnya akan berdampak jauh hingga ke Tangerang. Demikian sajian e-bulletin RMI yang ketiga ini. Jangan lewatkan pula rubrik Tips yang mengupas soal manfaat air putih bagi tubuh, rubrik Sosok yang mengangkat tokoh muda penggerak lokal dari Desa Muara Jaya Kabupaten Bogor, juga rubrik Event dan Cerita Bergambar. Kami haturkan banyak terima kasih pada semua kontributor tulisan pada edisi ketiga ini juga pada tim desain, tata letak dan sirkulasi yang membuat e-bulletin ini tampak menarik dan terdistribusi pada publik. Selamat membaca!

Tim Redaksi

• Fokus ; Skema Pemba-yaran Jasa Lingkungan Air

• Opini ; Privatisasi Air dan Dampaknya Terha-dap Kehidupan Perem-puan

• Catatan Kaki ; Krisis Air di Kampung Padajaya

• Tips ; Manfaat Serta Pentingnya Air Putih Bagi Tubuh Kita

• Suara Muda; Trip Ekspe-disi yang Pertama

2

Penanggung JawabNia Ramdhaniaty

Pemimpin RedaksiRatnasari

Redaktur PelaksanaFahmi Rahman

Anggota RedaksiLukmi atie, Mardha Tillah, Indra N Hatasura, Eman

Sulaeman, Asep Suryana, Rojak Nurhawan, Siti

Nursolihat

DesainLasti Fardilla

& Tata LetakErik Suhana, S. Widodo

SirkulasiSiti Nursolihat, Candra

Tresna

Daftar Isi

Catatan:• Bulletin elektronik ini bisa diperbanyak untuk kepentingan penyebaran pengetahuan

danbukanuntukkepentingankomersil.• Isitulisanmerupakantanggungjawabmasing-masingpenulis.

Page 3: Buletin RMI Edisi III

Fokus

SKEMA PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN AIR

Oleh: Oleh : Ratnasari1

3

Selain itu, komponen penting lainnya dalam skema ini yakni jasa yang diperjanjikan terdefinisi dengan jelas dan adanya mekanisme kompensasi yang menjamin keadilan distribusi. Untuk itu dalam pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan diperlukan adanya keseimbangan antara kesediaan menerima imbalan (willingness to accept) dari penyedia jasa lingkungan dengan kemampuan membayar imbalan (willingness to pay) dari pemanfaat jasa lingkungan. Lalu bagaimana implementasi skema Pembayaran Jasa Lingkungan khususnya air di Indonesia ? Salah satu contoh yakni di Pulau Lombok; kerjasama antara Kabupaten Lombok Barat dengan Kota Mataram yang prosesnya dimulai sejak tahun 2002-an. Latar belakangnya bahwa hampir 90% pengguna air ada di kota Mataram sedangkan sumber airnya ada di kawasan Sesaot-Lombok Barat dimana kawasan hutannya mengalami degradasi serius akibat kebakaran hutan, illegal logging, dan konversi hutan. Setelah melalui proses diskusi multi pihak yang cukup panjang, akhirnya PDAM Menang Mataram bersepakat untuk mengimplementasi-kan pembayaran jasa lingkungan air sejak tahun 2007. Teknisnya yaitu 40.000 pelanggan air PDAM menyisihkan Rp 1.000/bulan (bagi rumah tangga) atau Rp 2.000/bulan (bagi institusi/kantor) yang tertera dalam rekening tagihan pemakaian air PDAM tiap bulan, kemudian dana ini dikumpulkan oleh PDAM dan disalurkan melalui IMP (Institusi Multi Pihak)2 , digunakan untuk restorasi hutan di Rinjani. Regulasi untuk implementasi skema pembayaran jasa lingkungan air ini tertuang dalam Perda No. 4 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan di Lombok.

Tidak terbantahkan lagi bahwa air merupakan kebutuhan penting bagi makhluk hidup. Namun perlu dipahami bahwa ketersediaan air di bumi yang masuk dalam kategori freshwater (air tawar) hanya 2,5% sisanya 97,5% masuk kategori salt water (air asin). Apalagi dengan peningkatan jumlah penduduk maka bisa dipastikan kebutuhan air makin tinggi. Untuk itu perlu adanya pengaturan tentang sumber daya air ini. Dalam UUD 45 diamanatkan dalam Pasal 33 ayat 3 bahwa “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. PES (Payment for Environmental Services) atau Pembayaran Jasa Lingkungan yang mulai dikenal di negara-negara berkembang khususnya di Asia pada tahun 2000-an, diyakini merupakan salah satu inovasi untuk memperkecil dampak menurunnya daya dukung bumi sekaligus untuk mengurangi kemiskinan. Karena ada kecenderungan pemanfaatan sumber daya dengan cara melampaui potensi pemulihan alami dan jika terus berlangsung maka dapat dipastikan sumber daya yang selama ini masih bisa diperoleh dengan cuma-cuma akan hilang ataupun menjadi berbiaya mahal. ICRAF (2009) menyebutkan bahwa Pembayaran Jasa Lingkungan merupakan pemberian imbal jasa berupa pembayaran finansial dan non finansial kepada pengelola lahan atas jasa lingkungan yang dihasilkan. Maka ketika berbicara mengenai skema pembayaran jasa lingkungan, paling tidak ada dua pihak yang berurusan yaitu penyedia jasa lingkungan dan pemanfaat jasa lingkungan.

Page 4: Buletin RMI Edisi III

Hingga kini, skema pembayaran jasa lingkungan air ini masih terus dibahas dan coba di-implementasikan di berbagai lokasi di Indonesia. Di tengah pembicaraan mengenai skema ini, dari sisi regulasi hadir Permenhut No. P.64/Menhut-II/2013 tentang tentang Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam yang ditetapkan di Jakarta pada 3 Desember 2013. Permenhut ini lahir sebagai amanat dari PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, dimana dalam Pasal 40 ayat 2 disebutkan bahwa “Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam untuk penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, serta energi air, panas, dan angin diatur dengan peraturan Menteri”. P.64/2013 ini mengatur mengenai pemanfaatan massa air dan energi air, baik secara komersial maupun non komersial di dalam kawasan Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Pemanfaatan air ini dituangkan dalam bentuk perijinan yakni Izin Pemanfaatan Air atau Energi Air (IPA/IPEA) untuk penggunaan non komersial dan Izin Usaha Pemanfaatan Air atau Energi Air (IUPA/IUPEA) bagi penggunaan komersial. Sebagai acuan dan pedoman bagi UPT Lingkup Dirjen PHKA dalam pelayanan IPA/IPEA serta pertimbangan teknis untuk permohonan IUPA/IUPEA dikeluarkan Surat Edaran Dirjen PHKA No. SE.1/IV-PJLKKHL/2014. Kemudian dikeluarkan pula PP No. 12 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan, yang mengatur tentang besarnya iuran pemanfaatan air (IUPA/IUPEA) dan pungutan usaha pemanfaatan air (PUPA/PUPEA) yang berlaku di kawasan konservasi. Belum dapat dipastikan apakah hadirnya P.64/2013 berikut PP 12/2014 ini dapat berkontribusi positif terhadap perkembangan skema Pembayaran Jasa Lingkungan Air atau malah mematikan inisiatif lokal yang berkembang secara voluntary karena adanya aturan ini membuat skema yang dibangun menjadi mandatory. Memang implementasi P.64/2013 ini belum teruji di lapangan, namun kritisi membangun berdasarkan data/informasi dari lapangan tetap diperlukan. Karena P.64/2013

1 RatnasariadalahManajerDivisiPengelolaanPengetahuanRMI

2Semacambadanpengeloladanakonservasi.IMPterdiriatasperwakilandariPemda,AsosiasiPelangganPDAM,WWFIndonesia,masyarakathuludanPDAM(DataWWF,2012).

4

ini mestinya dikeluarkan untuk melindungi sumber daya air dan berkeadilan bagi rakyat.

Referensi:

Hariadi K. 2014. Kelembagaan PES: Permasalahan, Konsep dan Implementasi. Presentasi dalam Kuliah Singkat RMI edisi Februari 2014. Bogor. Leimona B, Munawir dan Roffandi N. 2009. Konsep Jasa Lingkungan dan Pembayaran Jasa Lingkungan di Indonesia. Gagasan Kebijakan. ICRAF, IFAD, dan LP3ES. Bogor. Rooswiadji TA. 2012. Jasa Ekosistem dan Pembayaran Jasa Ekosistem Air. Presentasi pada April 2012. WWF. Jakarta.

Page 5: Buletin RMI Edisi III

5

CeritaBergambar

Oleh: Indra N Hatasura1

1 IndraNHatasuraadalahManajerDivisiUsaha

Page 6: Buletin RMI Edisi III

6O

pini

Privatisasi Air dan Dampaknya

Oleh : Nining Erlina Fitri2

Air merupakan kebutuhan dasar dan kebutuhan vital untuk menunjang kehidupan, terutama untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan minum, memasak, mencuci dan mandi. Bagi Negara seperti Indonesia yang sebagian besar penduduknya mengantungkan hidup dari pertanian maka air menjadi kebutuhan penting untuk berproduksi. Lahan pertanian memerlukan air dalam jumlah yang sangat besar. Manusia membutuhkan air sebanyak 3.600 km3 per tahun dan 69 % diantaranya digunakan untuk sektor pertanian ( air telapak 2009). Untuk keperluan minum, memasak dan mencuci manusia membutuhkan minimal 50 liter air dalam sehari. Air juga merupakan kebutuhan penting dalam dunia industri dan usaha. Air pada awalnya merupakan barang publik (public goods) yang bisa diakses oleh semua pihak yang membutuhkan (open access). Beberapa dekade belakangan terjadi kelangkaan air (krisis air) yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan pengrusakan sumberdaya alam yang dilakukan oleh manusia yang ingin memanfaatkan dan mengeksploitasi sumberdaya alam tersebut. Untuk menghindari kerusakan dan kelangkaan sumberdaya air yang lebih parah, maka dimunculkan wacana di tingkat global yang sangat menekankan pada prinsip pengelolaan dan penggunaan sumberdaya air secara efisien dan seimbang, dimana air tidak lagi dipandang sebagai barang publik (public goods) tapi sebagai barang ekonomi/komoditi (economic goods), yang tercantum dalam prinsip keempat deklarasi Dublin “Water has an economic value in all its competing uses and should be recognized as an economics goods” (UN, 1992)3. Untuk itu maka pengelolaan sumberdaya air perlu diserahkan kepada swasta (pivat), yang dianggap merupakan solusi dari kegagalan publik mengelola sumber daya air secara efektif dan efisien (Rees 1998). Pada perkembangan selanjutnya air kemudian dianggap sebagai emas biru (golden blue) yang diperdagangkan dan di eksploitasi secara bebas (Shiva 2002). Di Indonesia praktek privatisasi air di legalkan dengan disahkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 2004. Dalam undang-undang ini secara gamblang di tuliskan bahwa air tidak saja memiliki fungsi sosial tapi juga fungsi ekonomi, sehingga air dapat di usahakan untuk mendapatkan keuntungan (profit), bukan lagi seperti yang tercantum dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dimana seluruh sumberdaya alam dan kekayaaan yang ada di bumi Indonesia di dedikasikan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Beberapadekadebelakanganterjadi

kelangkaanair(krisisair)yangdisebabkanoleh

terjadinyapeningkatanjumlahpendudukdanpengrusakansumberdayaalam

yangdilakukanolehmanusiayanginginmemanfaatkandan

mengeksploitasisumberdayaalam

tersebut

Terhadap Kehidupan Perempuan1

Page 7: Buletin RMI Edisi III

7

Sebelumdikuasaiolehperusahaan,masyarakatsekitarsumberairmemanfaatkanmataairkubanguntukkeperluansehari-haridankeperluanpengairansawah-sawahyangberadadisekitarmataairterutamapadasaatmusimkemarau

Namun praktek privatisasi air yang semula di dedikasikan untuk menjaga kelestarian air, jauh panggang dari api. Pengelolaan sumberdaya air kepada swasta justru semakin memperparah kondisi kelangkaan air dan berakibat sangat fatal pada hilangnya sumber penghidupan masyarakat sekitar sumber air yang di kuasai oleh perusahaan. Dampak dari privatisasi air terutama sangat dirasakan oleh perempuan pedesaan yang kesehariannya bergelut dengan air. Berkaca dari desa Babakan Pari, yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Cidahu, yang sangat kaya akan sumberdaya air. Potensi sumberdaya air ini, sejak tahun 1980an menarik minat perhatian investor untuk ikut serta menggeruk keuntungan. Potensi sumberdaya air ini pulalah yang kemudian mengubah wajah desa Babakan Pari dari desa Agraris, penghasil padi no.1 di kecamatan Cidahu berubah menjadi desakota (periurban). Memasuki desa Babakan Pari dari simpang Talang, kita akan di suguhi dengan pemandangan luar biasa, deretan toko swalayan seperti alfamart, indomart dan toko-toko lain berjejeran di gerbang utama desa. Berdampingan dengan kantor kepala desa, berdiri sekolah dan sebuah pabrik Garmen milik pengusaha Korea. Jalanan masuk ke dalam desa/perkampungan yang terletak di bagian dalam desa terlihat basah, dengan batu-batu dan kerikil yang bertebaran kemana-mana. Bukan pemandangan aneh, jika di tengah jalan kita bertemu dengan lubang besar yang di penuhi air, bak kubangan kerbau di musim hujan. Rumah-rumah penduduk berjajar di kiri kanan jalan, berdempetan dengan rumah-rumah kos yang di bangun untuk para karyawan pabrik. Begitulah kondisi Babakan Pari, desa yang setiap tahunnya menyumbang pendapatan lumayan besar kepada Kabupaten Sukabumi dari potensi sumberdaya air yang dimilikinya. Di desa ini terdapat 4 perusahaan air minum dalam kemasan yang mengeksploitasi sumberdaya air. Keberadaan perusahaan-perusahaan tersebut di Babakan Pari dimulai sejak tahun 1985, dengan masuknya PT. Aqua/PT. Tirta Investama, tahun 1994 di susul oleh PT. Agrawira Tirta Mitra dan PT. Tri Banyan Tirta

(Alto). Perusahaan-perusahaan ini mengeksploitasi sumberdaya air dari mata air – mata air yang berada pada kawasan kubang, kampung kubang jaya, desa Babakan Pari. Dari data DPESDM kabupaten Sukabumi tahun 2012 perusahaan-perusahaan ini di izinkan untuk mengambil air sejumlah 10.437,6 m3/hari atau setara dengan 3.809.724 m3 pertahun. Dalam operasinya perusahaan-perusahaan ini memanfaatkan mata air dan air bawah tanah dengan sistem pengeboran ke dalam tanah sedalam 100 m atau lebih, air kemudian disalurkan ke pabrik dengan pipa-pipa berukuran 10 inchi. Sebelum dikuasai oleh perusahaan, masyarakat sekitar sumber air memanfaatkan mata air kubang untuk keperluan sehari-hari dan keperluan pengairan sawah-sawah yang berada disekitar mata air terutama pada saat musim kemarau. Setelah dikuasai oleh perusahaan, masyarakat sekitar tidak bisa lagi mengakses sumberdaya air tersebut, karena pihak perusahaan memagari wilayah tersebut dengan pagar beton setinggi 3 meter. Kekeringan dan kesulitan untuk mendapatkan air mulai di rasakan, tidak saja pada saat musim kemarau, tapi juga pada saat musim hujan. Sumur-sumur masyarakat yang dulunya hanya sedalam 5-7 meter berubah menjadi sedalam 15-17 meter. Masyarakat Babakan pari, setiap tahun harus menambah kedalaman sumur mereka untuk tetap mendapatkan air, namun tetap saja di musim kemarau sumur itu saat (kering) sehingga masyarakat khususnya ibu-ibu harus mencari sumber air lain ke tempat yang lebih jauh terkadang harus menuruni tebing yang terjal.

Page 8: Buletin RMI Edisi III

Di kampung kuta, ibu-ibu harus berjalan lebih kurang satu kilometer ke sumber mata air, sedangkan di kampung Babakan Pari Atas masyarakat menggunakan air sawah yang keruh dan tercemar pestisida untuk mandi, mencuci, mencuci piring dan berwudhu. Air sawah ini disaring terlebih dahulu di bak-bak untuk mengendapkan kotoran kotoran yang terbawa bersama air tersebut. Untuk keperluan minum dan memasak, ibu-ibu menggunakan air galon yang mereka beli dari perusahaan perusahaan yang memproduksi air minum tersebut, khususnya dari Tri Banyan Tirta (Alto). Di musim hujan, kesulitan yang dirasakan untuk mendapatkan air memang tidak sesulit di musim kemarau, namun ibu-ibu tetap harus berupaya untuk menghemat pemakaian air sedemikian rupa agar tidak kekurangan. Air sumur hanya berair di pagi hari sedangkan di sore hari, air sumur kembali menyusut. Ibu-ibu di desa Babakan Pari terpaksa harus melakukan berbagai strategi untuk menghemat air, misalnya dengan mengatur pakaian yang akan di cuci, meminta air kepada tetangga yang sumurnya masih berair dsbnya. Sementara itu kegiatan pertanian jauh berkurang dengan kehadiran perusahaan-perusahaan. Exploitasi air di

tenggarai telah menyebabkan keringnya/hilangnya air – air nyusu yang dulunya menjadi sumber pengairan untuk sawah-sawah masyarakat. Ketiadaan air menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan dari lahan sawah menjadi areal perkebunan/kering dan areal perumahan. Hal ini secara otomatis menyebabkan petani kehilangan mata pencahariannya dan untuk melangsungkan kehidupannya petani harus banting stir menjadi tukang ojek.4 Hasil/keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan

berbanding terbalik dengan hasil dan dampak yang dirasakan masyarakat. Jutaan meter kubik air pertahun di sedot dari bumi Babakan Pari yang menghasilkan keuntungan trilyunan rupiah untuk para pengusaha sementara masyarakatnya sebagian

Dikampungkuta,ibu-ibuharusberjalanlebihkurang

satukilometerkesumbermataair,sedangkandikampung

BabakanPariAtasmasyarakatmenggunakanairsawahyangkeruhdantercemarpestisida

untukmandi,mencuci,mencucipiringdanberwudhu

8

Foto:BakpenampunganairdiMushallakampungBabakanPariAtasyangdimanfaatkanwargauntukmandi,danmencuci(sumber:penulis)

Page 9: Buletin RMI Edisi III

besar hidup dalam kemiskinan, dengan pendidikan maksimal SLTP dan kekurangan air. KahieumanBangkong5 demikian ujar salah seorang warga masyarakat Babakan Pari untuk menggambarkan kondisi mereka di tengah-tengah kekayaan sumberdaya air yang dimiliki desanya, sedangkan mereka hanya bisa gigit jari melihat jutaan kubik air di ambil setiap harinya untuk keuntungan orang lain dan merasakan dampak negatif yang di timbulkan karena eksploitasi air yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan air dalam kemasan tersebut.

Daftar Pustaka :

Air Telapak. Integrated Water Resources Management. 2009. Air Untuk Lahan Pertanian. DPESDM Kabupaten Sukabumi. 2013. Daftar Pengguna Air Tanah Di Kabupaten Sukabumi. DPESDM Kabupaten Sukabumi. Rees, A. Judith.1998. Regulation and Private Participation in The Water and Sanitation Sector. Technical Advisory Committee (TAC) Papers No.1 : Global Water Patnership. Shiva, Vandana. 2002. Water Wars : Privatisasi, Profit dan Polusi. Yogyakarta : Insist Press United Nation, 1992. International Conference on Water and Environment. 31 Januari 1992. Dublin. Irlandia.

9

1 Tulisan ini adalah sebagian hasil penelitian yang dilakukan penulispada bulan April – September 2013 di desa Babakan Pari, CaringindanMekarSari,KecamatanCidahudanCicurug,KabupatenSukabumi,JawaBarat. 2 Penulis saat ini bekerjadiBinaDesadan sedang belajarbersamapetani dan perempuan pedesaan untuk mewujudkan cita-citaperubahanbersama. 3Deklarasi Dublin, Irlandia merupakan kesepakatan yang dihasilkanpada Konferensi Internasional Tentang Air dan Lingkungan padatanggal26-31Januari1992dengan isuutamakelangkaanair (waterscarcity). 4 DataProfildesaBabakanParimenyebutkan jumlahpengangguranterbesarberasaldariangkatankerjalaki-laki,yangtidakbisabekerjalagisebagaipetanikarenaketiadaanlahansawahdantidakmemilikikeahlian dan keterampilan untuk mengakses kerja yang tersedia dipabrikairminumdalamkemasan. 5 KahieumanBangkongataudalambahasalainayammatidilumbungpadi.

Page 10: Buletin RMI Edisi III

10

CatatanKaki

Krisis Air di Kampung

Padajaya Desa Puwabakti

Kabupaten Bogor

Oleh: Rojak Nurhawan1

“Yeuhh,ongkohCicingdiGunungTapiSusahCainyahhh” tinggal digunung tapi susah air. Demikian ungkapan yang kerap terlontar

dari warga Kampung Padajaya Desa Purwabakti Pamijahan Kabupaten Bogor.

Kampung Padajaya adalah satu kampung yang terletak dikaki Koridor Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Jarak dari kampung kemata air sejauh 2.5 Km letak mata air berada dibawah Kampung secara otomatis akses untuk mengalirkan dari sumber mata air ke kampung sangat mahal karena tidak dapat mengandalkan elevasi. Pagi itu disambut kicauan burung bersahutan, meski matahari enggan menapkan wujud keperkasaanya langit mendung terhampar awan hitam. Nampak perempuan usia setengah baya berjalan perlahan menapaki jalanan tanah yang licin bekas hujan semalam. Menenteng ember berisi pakaian dan sebelah tangan menenteng piring, gelas serta wajan yang akan dicuci serta jerigen tempat untuk menggangkut air. Meski repot dengan barang yang dibawa namun ciri khas kehidupan kampung yang ramah terlihat dari Wajahnya sumeringah dan menyapa hangat. “Selamat pagi pa, pulang dari tampaianya?” (tampian adalah istilah sunda yaitu jamban). Iya bu jawab ku singkat. Tampian atau jamban adalah satu-satunya tempat bagi penduduk di kampung Padajaya untuk mandi, cuci dan kakus. fungsi tampian pun bertambah sebagai tempat untuk saling bersosialisasi antar pengguna, berbagi cerita tentang keseharian mereka. Fungsi jamban atau tampian sebagai salah satu ruang publik pada satu sisi bersifat positif sebagai media sosialisasi namun ada dampak negatif dari kondisi ini adalah terkait dengan kondisi kesehatan perempuan yang rentan. Stigma yang lekat dengan tugas perempuan dalam rumah tangga yang berkutat pada aktifitas domestik seperti dapur , kasur dan sumur jadi beban tersendiri bagi perempuan. Salah satu cara untuk mengatasi hambatan ini adalah penyedian saluran air bersih menggunakan pipa mesin penyedot dengan daya listrik yang lumayan besar serta biaya yang tinggi. Masalah kesulitan air ini menjadi tambahan beban masalah masyarakat di Purwabakti. Masalah yang paling mendasar bagi masyarakat adalah jaminan keberlangsungan ruang hidup berupa pengakuan terhadap tanah yang dimanfaatkan sebagai pemukiman dan lahan garapan mereka. Dengan demikian penyelamtan atas kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dengan menjaga serta melestarikan kawasan menjadi langkah efektif untuk dilakukan masyrakat. Sehingga inisiatif masyarakat melalui program GreenCoridorinitiative adalah pintu masuk untuk membuktikan bahwa masyarakat mampu menjaga mengelola serta memanfaatkan kawasan secara lestari. Kelestarian kawasan Hutan di Koridor Halimun Salak bukan semata untuk menyelamatkan lintas satwa pada koridor tapi upaya mengembalikan kesuburan air sebagai sumber penghidupan bagi masyarakat.

1 RojakNurhawanadalahManajerDivisiPemberdayaanMasyarakatRMI

Page 11: Buletin RMI Edisi III

11Tata Ruang, Tata Ulang.

“Yang saya tahu tanah itu dulu milik kehutanan, tapi kalau sekarang mah ga tau punya siapa,” tutur Jajat. Masyarakat Kampung Cipeucang boleh menggarap di lahan milik kehutanan tersebut, namun ada iuran yang harus dibayarkan tiap tahunnya. Skemanya, presentasi berdasarkan luas lahan yang di garap. Jajat (45) adalah ketua RT Kampung Cipeucang, Desa Pasir Buncir, Bogor. Kampung Cipeucang merupakan salah satu kampung paling ujung dibagian hulu Sungai Cisadane. Kampung dengan 78 kepala keluarga ini, berbatasan dengan lahan konsesi perkebunan swasta. Juga lahan kehutanan (Perhutani) yang sejak tahun 2003 sudah alih kelola kepada Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Namun tanaman “warisan” Perum Perhutani yang dominan Pinus dan Mahoni ini masih terlihat tegak, belum diganti oleh tanaman yang bisa memiliki fungsi konservasi. Sehingga masih banyak masyarakat yang tetap menggarap di lahan tersebut, meski statusnya telah berubah menjadi kawasan konservasi. Penambahan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tersebut seluas 7.655 ha, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003. Karena mayoritas penduduk di Kampung Cipeucang ini berpendidikan rendah, maka banyak diantaranya hanya menjadi pekerja kasar sebagai mata pencaharian utamanya. Kaum lelakinya, mayoritas bekerja sebagai buruh tani. Kalaupun toh ada petani penggarap, mereka bukan menggarap di lahan sendiri, tapi menyewa kepada PT Pengembangan Agro Prima dan PT Panggung. Ini juga dilakukan oleh masyarakat lain yang berada di luar Kp. Cipeucang. Pihak perusahaan memungut biaya sewa sebesar Rp. 300.000 untuk satu hektar lahan garapan. Tidak pernah disebutkan pungutan tersebut berlaku setiap tahun atau bukan, namun kenyataannya, pajak tersebut dipungut setiap masa tanam (sekitar dua sampai tiga kali masa tanam per tahun). Sedangkan kaum perempuan, lebih banyak menjadi ibu rumah tangga. Namun saat ini, generasi mudanya, baik laki-laki maupun perempuan, lebih banyak menjadi buruh pabrik sebagai pilihan utama mencari nafkah. Di tiga desa wilayah hulu Cisadane, yaitu Desa Wates Jaya, Pasir Buncir dan Srogol, tata ruang wilayahnya lebih dominan dikuasai oleh pihak swasta. Baik perkebunan, pertambangan, maupun objek wisata. Sebut saja PT Pengembangan Agro Prima seluas 680 ha, PT Panggung 46,8 ha dan CV Kertajaya seluas 40 ha yang secara administratif berada di Desa Wates Jaya dan Desa Pasir Buncir. Sedangkan Desa Srogol yang memiliki luas wilayah 131,985 ha, hanya sekitar 25 hektar saja yang merupakan lahan milik masyarakat dengan peruntukan sebagai lahan pertanian dan pemukiman. Lahan desa untuk kepentingan umum (seperti mesjid, pemakamam, sekolah, dll.) diperoleh dari sumbangan masyarakat dan dengan membeli tanah dengan pihak lain. Sementara subjek lain yang memiliki hak kelola paling luas di daerah ini adalah Sekolah Polisi Negara (SPN) Lido dan Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan luas areal mencapai ± 18 ha. Serta pesantren Al-Kahfi dengan luas area ± 20 ha.

Saat Cisadane Belum Banjir

Bumidanairdankekayaanalamyangterkandungdidalamnya

dikuasaiolehnegaradandipergunakanuntuksebesarbesar

kemakmuranrakyat

-UUD 1945 Bab XIV Ayat 33 Pasal 3 -

Oleh:FahmiRahman1

Page 12: Buletin RMI Edisi III

Berikut adalah bagan penguasaan di wilayah hulu Cisadane (Desa Wates Jaya, Desa Pasir Buncir dan Desa Srogol)

Nama Luas (ha)PT Pengembangan Agro Prima 680

PT Panggung 46,8

CV Kertajaya 40

Sekolah Polisi Negara (SPN) Lido 18

Pesantren Al-Kahfi 20

Pemukiman 453

Persawahan 159

TN Gunung Gede Pangrango 100

Lain-lain 32,3

Total 1549,1

Berdasarkan bagan diatas, dari total lahan seluas 1549,1 hektar, kurang lebih 51% dikuasai oleh pihak swasta. Sedangkan yang bisa diakses masyarakat sekitar, hanya sebesar 39% atau seluas 612 hektar. Apabila luas tersebut dibagikan dengan jumlah jiwa di tiga desa yang mencapai20.737, maka setiap jiwa hanya akan kebagian 0.029 hektar.

Bagan1sumber;Datamonografidesatahun2009dancatatanlapangpendampingRMI

12

Page 13: Buletin RMI Edisi III

Ekspedisi Cisadane

Saat ini saya dan beberapa orang rekan sedang melakukan ekspedisi, menyusuri Sungai Cisadane. Dari tiga hulu utama Cisadane, kami memulai perjalanan dengan objek aliran utama Sungai Cisadane yang berhulu di Gunung Pangrango. Dalam kegiatan ini, kami akan memotret kondisi Sungai Cisadane. Dari segi fisik sungai, keanekaragaman hayati (flora dan fauna) sekitar sungai, dan kondisi sosial masyarakat yang ada di sekitar sungai. Secara fisik, kondisi sungai di wilayah hulu ini masih sangat baik. Air jernih, tidak berbau dan berasa. Masyarakat di kampung-kampung wilayah ini, memanfaatkan air sungai untuk aktifitas mencuci, mandi dan kakus. Meski sebagian sudah memiliki fasilitas MCK di rumah, dan ada juga beberapa fasilitas MCK umum, namun tidak sedikit warga yang melakukan aktifitas mandi, cuci dan kakus di sungai. Di Kampung Ciwaluh, sungai ini sempat dimanfaatkan juga sebagai sumber energi listrik. Meski energi tersebut kalah pamor dengan energi dari PLN. Saat ini bangunan mikrohydro hanya dibiarkan begitu saja. Menurut penuturan warga, mereka lebih praktis menggunakan listrik dari PLN daripada dari mikrohydro. Sempadan sungai sepanjang kurang lebih sepuluh kilometer hasil perjalanan perdana ekspedisi, terlihat cukup bagus. Beragam jenis pohon, seperti Nangka, Kopi, Durian, Sengon serta rumpun-rumpun Bambu, menghiasi pinggiran-pinggiran sungai. Dari jenis pohon yang ditanam, menggambarkan hubungan timbal balik positif antara upaya konservasi sungai dengan penghidupan masyarakat. Di Kampung Lengkong Girang, warga malah memiliki aturan apabila menebang satu pohon, maka harus menanam sepuluh pohon. “Orang yang akan nikah juga wajib menanam pohon,” ungkap Sayuti, salah satu warga Lengkong Girang. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, setidaknya terdapat tidak kurang dari dua puluh jenis burung yang ditemukan. Termasuk jenis Elang, yang keberadaanya semakin sulit akhir-akhir ini. Bahkan beberapa dari jenis ini merupakan burung yang dilindungi. Wilayah hulu Sungai Cisadane menjadi sangat penting, karena aliran sungai dari wilayah ini

merupakan sumber air utama bagi warga Bogor dan Tangerang. Namun ini tidak sejalan dengan perlakuan negara terhadap daerah ini. Sejak dari Kampung Sungapan sampai ke Kampung Ciwaluh, pembangunan infrastuktur belum pernah dilakukan. Duleh, warga Kampung Sungapan mengatakan “kita ini sebenarnya tidak begitu jauh jaraknya dari Jakarta (ibukota negara), tapi sampai sekarang tidak pernah diperhatikan. Kita baru terasa diperhatikan saat mau pemilu saja, karena ada pendataan dari desa.”. Bahkan kondisi lebih miris lagi saat akan menuju kampung Cipeucang dan Ciwaluh. Akses jalan hanya bisa dilewati kendaraan roda dua, itupun dengan kondisi jalan yang berlubang dan turun naik. Apabila turun hujan akan lebih mengkhawatirkan karena kondisi jalan menjadi licin. Kebijakan yang cenderung lebih memihak golongan atau korporasi juga memberi dampak buruk, yang sebagian besar merugikan dan menakutkan bagi warga. Dampak dari adanya perkebunan monokultur dan pertambangan galian C di wilayah ini, dirasakan sangat merugikan warga. “ Sedimen akibat dari tambang pasir dan perkebunan bikin air sungai jadi kotor. Akibatnya kualitas sawah jadi jelek, karena airnya bercampur lumpur,” ungkap Solah, warga Kampung Lengkong. Sedangkan Mira, anak muda Kampung Ciwaluh menuturkan “saya takut kehilangan rumah. Kalau Disneyland itu jadi, terus rumah-rumah digusur, saya mau tinggal dimana?”. Hal ini menanggapi isu yang beredar bahwa akan ada pembangunan taman rekreasi terbesar se-Asia Tenggara yang dilakukan oleh pihak Lido yang merupakan pengembangan dari kawasan resort dan lapangan golf dibawah kepemilikan MNC Group (sebelumnya Bakrie Land). Akan sangat tidak relevan apa yang tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar Pasal 33, yang dikutip diatas, menilik kondisi yang terjadi di wilayah hulu Daerah Aliran Sungai Cisadane ini. Proporsi penguasaan yang lebih dari 50% dikuasai korporasi, tentu akan sangat susah bagi pemerintah untuk mengoptimalkan daerah ini sebagai catchment area, yang airnya akan menghidupi ratusan ribu warga. Meski mungkin ini hanya pikiran yang dangkal dalam menafsirkan ayat tersebut, namun semoga saja Cisadane tidak bernasib seburuk Ciliwung, yang menjadi momok menakutkan warga ibukota.

1 FahmiRahmanadalahStaffDivisiKampanyedanAdvokasiRMI

13

Page 14: Buletin RMI Edisi III

Tips

Yuk lanjut membaca......!!1. Membuat Kulit Sehat: Anda akan terlihat lebih muda saat kulit

anda terhidrasi dengan baik. Air membantu untuk mengisi jaringan kulit, melembabkan kulit dan meningkatkan elastisitas kulit.

2. Produktivitas yang lebih baik di Tempat Kerja: Otak Anda sebagian besar terdiri dari air, sehingga minum air membantu Anda berpikir lebih baik, menjadi lebih waspada dan lebih terkonsentrasi.

3. Latihan yang lebih baik: Minum air mengatur suhu tubuh anda. Itu berarti anda akan merasa lebih energik ketika melakukan latihan. Air juga membantu untuk bahan bakar otot anda.

4. Dapat Menurunkan Berat Badan: Minum air mengurangi kelaparan, itu adalah penekan nafsu makan yang efektif sehingga anda akan makan lebih sedikit. Plus, air memiliki kalori nol. Berikut adalah rincian lebih lanjut tentang cara untuk mencapai kehilangan lemak dengan minum air.

5. Obat Alami untuk Sakit Kepala: Membantu meringankan rasa sakit sakit kepala dan punggung karena dehidrasi. Meskipun banyak alasan berkontribusi terhadap sakit kepala, dehidrasi adalah salah satunya.

6. Membantu Pencernaan dan Sembelit: Minum air meningkatkan metabolisme anda karena membantu dalam pencernaan. Serat dan air bergandengan tangan sehingga anda dapat memiliki gerakan usus harian anda.

7. Mengurangi Kram dan Terkilir: Hidrasi yang tepat untuk membantu menjaga sendi dan otot dilumasi, sehingga anda akan mengurangi kemungkinan terjadinya kram dan keseleo.

8. Merasa Sehat dan Mengurangi Kemungkinan Sakit: Minum banyak air membantu melawan penyakit flu dan lainnya seperti batu ginjal dan serangan jantung. Air yang ditambahkan dengan lemon digunakan untuk penyakit seperti penyakit pernapasan, masalah usus, rematik dan arthritis dll Dalam kata lain salah satu manfaat air minum adalah bahwa hal itu dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh anda.

9. Menghilangkan Racun: Air digunakan oleh tubuh untuk membantu membuang racun dan produk limbah dari tubuh. Jika tubuh anda kekurangan air, jantung anda, misalnya, perlu bekerja lebih keras untuk memompa keluar darah beroksigen ke semua sel, begitu juga sisa organ vital, organ-organ anda akan habis dan begitu juga anda.

10. Kurangi Risiko Kanker: Terkait dengan sistem pencernaan, beberapa studi menunjukkan bahwa minum air dapat mengurangi risiko kanker kandung kemih dan kanker usus besar. Air mencairkan konsentrasi agen penyebab kanker dalam urin dan memperpendek waktu di mana mereka berada dalam kontak dengan lapisan kandung kemih.

11. Membuat Suasana Hati yang Baik: Tubuh anda terasa sangat baik dan itulah mengapa anda merasa bahagia.

Itulah ulasan mengenai Manfaat Serta Pentingnya Air Putih Bagi Tubuh Kita. Jadi ayolah dari sekarang kita mulai untuk meminum air putih untuk menjaga kesehatan tubuh kita. Karena dengan meminum air putih kita dapat mencegah gejala-gejala yang tidak baik dari tubuh kita.

Man

faat

Ser

ta

Pe

ntin

gnya

Air

Putih

Ba

gi T

ubuh

Kita

Kebutuhanairmemangsangatpentingbagikehidupankita.

Kitasangatdianjurkanminum8gelasairdalamseharikarenaadabanyakalasanuntukminumair.Bahkan,minumair(baikpolosataudalambentukcairanlainataumakanan)sangatpenting

untukmemberikanmanfaatkesehatanbagitubuhanda.

Denganbanyakmeminumairakanmenghindaritubuhkitadaridehidrasiakankekurangancairan

didalamtubuh.

14

Sumber:www.tips-caramudah.com/2014/02/manfaat-serta-pentingnya-air-putih-bagi.html

Page 15: Buletin RMI Edisi III

15SosokPerempuan Muda : Pejuang Lingkungan

Oleh: Lukmy Atie1

Wajahnya manis berbalut kerudung. Tutur sapanya lembut dan santun. Namun semangatnya membara bagai api yang tak pernah padam. Gadis ini biasa di panggil “Rahma”. Dia tinggal di salah satu hulu DAS Cisadane. Keadaan lingkungan yang menurutnya semakin tak bersahabat membuatnya berpikir bagaimana bisa menggugah pemuda-pemudi seusianya untuk menjaga lingkungan di sekitarnya. “Saya bersyukur masih bisa menikmati air yang bersih, dan masih banyak menemui biota dan flora pinggiran sungai yang masih rimbun menyangga sungai. Namun kondisi ini sudah sangat menurun di bandingkan ketika saya masih kecil”, begitu ungkap dara kelahiran Bogor yang menilai Cisadane. Sungai sudah banyak mengalami perubahan mulai dari kualitas maupun debit airnya. Saat ini sungai sudah sangat tercemar karena banyaknya pabrik yang di bangun. Kebanyakan mereka (pabrik) membuang limbahnya ke sungai dan menghilangkan daerah resapan di sepadan sungai. Belum lagi pabrik itu juga mengambil air dari mata air di gunung, mereka membuat masyarakat yang masih tinggal di daerah kaki gunung mengalami kekeringan saat musim kemarau tiba. Padahal 5 tahun yang lalu hal ini tidak pernah terjadi. Saat ini sebagian masyarakat masih mengandalkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi disaat musim kemarau, karena mata air banyak yang kering mau gak mau masyarakat mengandalkan air sungai. Padahal kondisi sungai saat ini sangat kotor. “Kalau untuk mencuci saya gak yakin bisa bersih dan jika untuk mandi malah menimbulkan penyakit kulit terutama pada anak-anak”, begitulah suara hati perempuan manis ini yang prihatin terhadap kondisi sungai di daerahnya. Selain berbicara masalah sungai, sampah juga menjadi konsen keprihatinannya. Dia menganggap bahwa sampah selama ini turut berperan merusak bumi ini dan mencemari sungai. Dia berupaya bagaimana bisa mengelola minimal mengurangi volume sampah yang ada di kampungnya. Bersama-sama dengan para remaja di kampungnya, Rahma membentuk sebuah kelompok yang di beri nama Lindalang (Lingkungan Daur Ulang). Kelompok ini konsentrasi terhadap pengolahan limbah sampah (industri kreatif) dan aktif terhadap kegiatan-kegiatan lingkungan. Pengolahan limbah kain flanel menjadi pernak pernik yang indah telah mendukung anggota Lindalang secara ekonomi. Selain bisa mengurangi sampah, industri kreatif ini mampu menambah penghasilan anggota. “Lumayanlah Mba hasilnya, paling tidak untuk jajan mereka gak minta orang tua lagi, bahkan bisa menambah biaya sekolah kami, dan menurutku industri ini cukup berprospek ke depan. Tinggal bagaimana menyentuh marketing yang lebih luas” begitu uraian gadis yang bercita-cita jadi guru ini. Mimpinya sangat indah, bahwa sampah mampu di kendalikanmulaidarilevelindividuhinggalevelmasyarakatluas.Mulaidaridirisendiriyangmemberi contohkepadaorang lain, selanjutnyakeluarga, temandanlingkungan sekitar. Kemudian berupaya mengkampanyekan ke khalayak dengan modal tanpa bosan dan tetap istqomah. Karena manusia itu tipenya memang banyak lupanya, jadi kita harus sering-sering mengingatkan dengan kampanye-kampanye yang bisa mengena di hati mereka.

“Sampahmampudikendalikanmulaidarilevelindividuhinggalevelmasyarakatluas.Mulaidaridirisendiriyangmembericontohkepadaoranglain,selanjutnyakeluarga,temandanlingkungansekitar”.

Page 16: Buletin RMI Edisi III

Hihihi...jadimalusendirimendengarstatementRahmaini,secarakita kan memang sering “lupa” yah..entah lupa beneran ataupura-puralupa? Tetapi semua yang di sampaikan Rahma adalah benar adanya. Semangatnya membara dan penuh pesan terutama kepada generasi muda – “Kita sebagai generasi penuh semangat dan potensi, ayo sadarilah... bumi ini sudah mulai sakit parah, kalau kita tidak berpartisipasi untuk memperbaiki atau memperlambat kerusakan ini, artinya kita membantu mempercepat rusaknya bumi. Dampak dari aksi kecil memang tidak terlihat namun jika di lakukan bersama akan terlihat dan berdampak besar!! Pemuda itu penuh energi dan berani mencoba, penuh semangat, kreatif dan pemikirannya masih jernih, sehingga apabila potensi dari pemuda itu di kelola atau dilibatkan untuk kegiatan pelestarian lingkungan maka akan sangat berdampak”. Menurutnya anak muda juga mampu membuat suatu trend yang bisa di ikuti oleh orang lain di sekitarnya. Ketika pola fikir, pola sikap dan pola hidup sudah mulai di rubah terutama untuk menjaga dan melestarikan alam dan keberlangsungan air, maka dia yakin hal itu akan menular ke orang lain. Dan ketika ia tumbuh dewasa hal-hal tersebut akan terus menempel dalam benak mereka, begitu suara lembut perempuan muda yang selalu bersemangat dan optimis. “Saya berharap di kalangan pemuda/pemudi terbangun kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan, dan mampu menjadi pembaharu dalam bidang apapun namun tetap menyeimbangkan dengan aspek lingkungan karena bagaimanapun kita amat sangat membutuhkan keberadaan dan keberlanjutan mereka. Mereka bisa berpartisipasi sekecil apapun dan apapun bentuknya” begitu tuturnya ketika ditanya apa harapannya terhadap pemuda/pemudi seusianya. Apa yang di sampaikan Rahma memang tidak hanya di tutur saja, dia telah membuktikannya dengan kegiatan yang menggerakkan dan mengajak para pemuda/pemudi di kampungnya untuk melakukan aksi-aksi perubahan demi menjaga dan melestarikan lingkungan. Otak Rahma memang penuh dengan ide-ide yang luar biasa. Dia tidak hanya berbicara masalah lingkungan, sungai maupun sampah. Menurutnya masalah pendidikan juga tidak

kalah menjadi pemikirannya. “Saya mengharapkan bahwa bagaimana pendidikan menjadi prioritas, karena dengan pendidikan yang cukup kita bisa merubah pola pikir dan pola sikap masyarakat. Sikap acuh terhadap lingkungannya menurutnya di pengaruhi juga oleh faktor pendidikan. Luar biasa pemikirannya bukan?? Di sisi yang lain dia juga mengintip perilaku orang tua atau orang dewasa agar mampu memberikan ruang kepada anak untuk ‘bermain’, belajar dan berkreasi, karena hal itu berpengaruh terhadap karakter

anak. Baginya orang tua turut berperan t e r h a d a p pembentukan karakter anak yang bisa b e r p e n ga r u h terhadap masa d e p a n n y a ” . U m u r n y a memang belum genap 21 tahun, tetapi luar biasa bukan tingkat dan cara berpikirnya???

“Menurutmu apa sih yang perlu kita lakukan untuk menyelamatnya lingkungan khususnya sungai?” Rahma menjawab, “Pertama dengan berbagi pengetahuan tentang pengelolaan air dan sampah, kenapa sampah? Karena sampah menjadi salah satu penyumbang pencemaran terbesar pada sungai. Dengan berbekal pengetahuan yang kita berikan kepada masyarakat, kita berharap dapat meningkatkan kepedulian masyarakat lingkungan khususnya sungai. Idealnya lagi kalau kita bisa merubah pola pikir, pola sikap serta pola hidup pada setiap individu di masyarakat. Dengan demikian mereka juga akan menularkannya kepada

16

foto;RahmaNovianti

Page 17: Buletin RMI Edisi III

1LukmyAtieadalahDeputiKantorRMI

Biodata:Nama Lengkap : Rahma NoviantiTempat dan Tanggal Lahir : Bogor, 9 Nopember 1993Anak ke : 11 dari 12 bersaudaraNama Ayah &Ibu : E.kosasih, HamidiahHobby : nulis, baca,Nyanyi, buat handy craft, nontonMakanan kesukaan : pepes tahu ala umiCita-Cita : Guru, penulisPendidikanterakhir : SMK Triwijaya Motto Hidup : I think can so i can (Man jadda wajada)Idola : Muhammad Al-Fatih

Prestasi yang pernah di raih:1. Membentuk kelompok sahabat lindalang Tahun

20122. Ashoka Young Change Maker Tahun 20133. Finalis wwf Bumiku Rumahku Tahun 2013

Training/kegiatan yang pernah di ikuti : 1. Pelatihan aktivis, fasilitator tahun 20112. Sekolah lapang pemuda/i tahun 20123. Media campaign tahun 20134. Workshop social enterpreneur tahun 20135. Pelatihan education for sustanaible development

untuk tahun 20136. Tdh Nasioanl Partner meeting 20137. Biomonitoring Tahun 20148. Workshop tentang Right to water and virtual

water tahun 20149. Internatioanl youth summit for right to water and

virtual water10. Sea youth river tour

Kegiatan yang aktif di ikuti saat ini : 1. Melatih kepramukaan di 3 sekolah sejak tahun

20122. Aktif dalam kegiatan organisasi Lindalang

(pendidikan lingkungan dan pengelolaan sampah) sejak tahun 2012

3. Magang /part time di RMI sejak tahun 20124. Mengorganisir kelompok kecil di sekolah di luar

lindalang ( industri kreatif )5. Ekspedisi Cisadane sejak tahun 20136. Usaha queen flanel sejak tahun 2010

pihak lain juga. Kita semua berharap tingkah laku manusia dapat seimbang dengan keberlanjutan dan kelestarian lingkungan terutama air atau sungai. Tetapi kita tetap harus memulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar kita baru masyarakat secara umum. Bagaimana kita mengurangi penggunaan plastik secara berlebihan, mengelola sampah di tingkat rumah tangga, tidak buang sampah ke sungai, membersihkan sampah di sungai, dan jika memungkinkan menanam pohon di sepadan sungai sebagai penyangga”. Dalam upaya menularkan ilmunya dan mengkampanyekan ide-ide nya ini Rahma aktif di kegiatan mengajar di sekolah-sekolah. Kegiatannya yang banyak memberikan dorongan dan motivasi bagi orang lain ini tebukti dengan penghargaan yang di perolehnya. Pada tahun 2013 Rahma memperoleh penghargaan “AshokaYoungChangeMaker” dan “Finalis Bumiku Rumahku yang di support oleh WWF”. Di bulan Maret 2014 ini, Rahma juga terpilih untuk mengikuti “Youth Water Conference” di Osnabrueck, Germany selama 10 hari. Dalam ajang ini Rahma terpilih sebagai delegasi Asia Tenggara bersama satu pemuda dari Thailand. Usaha dan kerja kerasnya telah membawa banyak hasil. Semua pihak mengakuinya. Banyak media cetak maupun elektronik yang sering meliputnya. Kata terakhir yang disampaikan “Idealnya sampah bisa enyah dari bumi ini, jadi biar semua nampak indah” begitu selorohnya sambil tersenyum getir. Selamat berjuang Rahma... semoga cita-cita dan harapanmu dalam upaya menyelamatkan bumi ini bisa terwujud... Amin.

17

foto;FahmiRahmanaanRMI

Page 18: Buletin RMI Edisi III

18EV

ENT

Page 19: Buletin RMI Edisi III

19

Page 20: Buletin RMI Edisi III

20

Inilah langkah pertama kami memulai ekspedisi yang sudah di rencanakan sejak akhir tahun 2013 lalu. Setelah lama tak mengadakan diskusi karna sedang sibuk segala macem halnya, akhirnya dengan diskusi singkat menjelang magrib di senin sore, kami sepakat memutuskan untuk memulainya di kamis ini... Kamis malam kami gunakan untuk briefing jadwal mengenai trip selama 2 hari ke depan di hulu Cisadane di Gunung Pangrango. Setelah re-check alat dan meyakinkan segala kebutuhan, kamipun beristirahat. Untuk perjalanan luar biasa yang baru akan dimulai.Waktu melorot setengah jam. Hari Jum’at Jam 6 pagi kami baru berangkat menuju titik awal dari hulu Cisadane ini. Tapi tak mengapa, dengan di bekali sekeresek pisang goreng ala uminya Mahmud, kami berjalan dengan bismillah. Kaki ini menapaki jalan tembok, kemudian tanah, sawah, lumpur, batu dan air sungai. Lucunya aku melihat sepatu “ikan Lele” ku ini kotor bersih-kotor bersih,, sepertinya dia pasrah pada tuan yang membawanya kali ini... aku selalu senang saat harus menyeberang sungai karna pasti kaki dan celana yang kotor bisa bersih kembali, padahal medan di depannya tetap akan membuatnya kotor lagi. Tapi sejenak menghibur diri tak masalah-lah.. hehe Semakin jauh, semakin bersih saja air sungai ini.. namun aku salut pada petani di sini... padahal kami sudah sangat jauh dari pemukiman, tapi ujungnya sawah masih belum terlihat. Lantas “kalau panen bagaimana angkutnya? pasti mahal bingits biaya angkutnya pun!.. kereeen” Pinggiran sungai mayoritas berbatasan langsung dengan sawah masyarakat, dan sisi lain berbatasan dengan tebing curam dari bukit hutan... kita sudah masuk pada kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango atau disingkat dengan TNGGP. Setelah 2 jam perjalanan kita bertemu dengan cabang sungai yang sama besar. Jika kita lihat dari cabang sebelah kiri masih terlihat hamparan sawah membentang yang membelah dua bukit di sampingnya. Dan akhirnya kami mengambil jalur sungai sebelah kanan.. di sinilah titik pertama GPS perjalanan ekspedisi. Disini pula titik terakhir sawah yang kami lihat dan aku terkagum melihat ke arah hulu sungai yang masih sangat jernih yang di sekelilingnya terdapat pohon Kopi merimbuni sungai... batu-batu di sungai sangat terlihat jelas dan memiliki banyak warna -- “subhanallah, ruginyaMahmud dan Dewitidakikutdiperjalananperdanaini”. Walau perjalan ku sudah hampir 3 jam aku masih bisa bernafas mengeluarkan asap seperti Naga.. ! “haaaah “. Kami mencoba untuk terus berjalan ke ke depan.. dan pinggiran sungai tak ada jalan setapak karna langsung berbatasan dengan pohon-pohon berakar besar dan banyak akar liana.. batunya penuh lumut, licin... sampai akhirnya kami berhenti di jalur dimana

Suara Muda

Trip Ekpedisi yang Pertama

Oleh: Rahma Novianti1

Page 21: Buletin RMI Edisi III

ada pohon Kopi yang menutupi sungai dan itu sebagai penanda bahwa hanya sampai sini kami berjalan. Aku sedikit kecewa, karna sepertinya akan lebih menantang dan lebih seru jika kami terus berjalan sampai benar-benar menuju hulu sungainya. Aku tak ragu me-refill botol minumku yang sudah kosong. Kami bertistirahat sejenak untuk mengagumi keindahan ini... “pisang goreng yangsedaripagidianggurinakhirnyajadiprimadonadisini.Habisdengancepat” Tak lama, kami kembali untuk mencari tempat beristirahat untuk mengisi perut dan melakukan kegiatan bird watching, disini banyak suara burung namun mereka tak banyak memunculkan diri, ada yang seperti ambulan suaranya.. karna aku sadar penglihatanku kurang baik sepertinya menguatkan kepekaan pendengaran akan lebih baik, jika sudah mendengar suaranya saja sudah tahu.. uhh keren“akankah nanti kita seperti itu?” Sebenarnya ada sangat banyak hal menarik yang kita temui dan alami di perjalanan pertama ini. mulai dari momen jatuh, sepatu yang terus-terusan nemplok di sawah, dalam bahasa sunda ”nyeblok” namanya, yang membuat sepatu sulit tarangkat. Dan yang aku aneh adalah setiap kali ada yang jatuh, dimanapun itu, semua orang mendahulukan tertawa di banding menolongnya, termasuk aku... hehe Yang membuatku tertarik di sepanjang aliran sungai adalah bunga terompet atau cubluk berwarna putih, sejak dari hulu tadi dia menghiasi pinggiran sungai, cantik. Tumbuhan liar ini ternyata memiliki banyak manfaat, dan bisa hidup di semua musim, jadi tergolong tumbuhan liar nakal yang cantik. Namun saat di hari kedua aku tak menemuinya kenapa bisa begitu?Dan saat kami masih berada di daerah atas, yang masih jauh dari pemukiman, kami menemukan di bantaran sungai terdapat area yang di bangun oleh manusia, namun memang sudah tidak terpakai, dari bangunan bentuknya sepertinya itu bak penampungan air dari semen, aku pernah melihat bangunan yang sama di daerahku namanya kobak, namun sayang sekarang sudah tidak ada,karna sudah di bangun jadi rumah, kobak itu tempat penampungan mata air yang di semen agar dapat memudahkan masyarakat untuk menggunakannya, aku tak mau berasumsi, namun sejak kapan dan untuk apa ada tempat seperti kobak ini? padahal jauh dari pemukiman masyarakat sekarang.... Riset sosial dan ekonomi (sosek) yang pertama di lakukan di Kampung Cipeucang, aku masih terpaku

pada pertanyaan yang ada di list, jadi masih terasa kaku, kurang mengalir rasanya... tapi karena di kampung pertama pula aku harus belajar lebih baik lagi untuk kampung-kampung berikutnya, memperbaiki komunikasi, dan menggali lebih banyak informasi. Dari semua kegiatan ekspedisi yang masih belum biasa aku lakukan adalah mengidentifikasi herpetafauna, aku masih belum bisa melawan ketakutanku ini.. aku ingin, tapi rasa takut ini masih lebih besar di banding tekadku. Bahkan karna takut ini aku menjadi tak takut pada jalan sempit yang gelap. Rasa takut yang satu dapat menyembuhkan rasa takut yang lain ya. Pelajaran lagi yang kami dapat di hari pertama adalan menyusuri sungai di malam hari amat sangat tidak baik, dan bahaya. Jadi lebih baik momen itu di gunakan khusus untuk herpetafauna, dan sebelum istirahat kami sempatkan untuk mengevaluasi kegiatan, itu menjadi andalan agar terus lebih baik segalanya. Di hari kedua, Dewi dan Mahmud mulai bergabung untuk mulai menyusur sungai dari titik terakhir di hari pertama. Kegiataanya tak jauh berbeda denga hari pertama, marking, birdwatching, sosek, herpetafauna, dan tambahan biomonitoring, karna di hari pertama kami tak sempat melakukan biomonitoring, karna arus sungai kencang yang menyebabkan kami sulit melakukan biomonitoring. Di hari kedua, ada 2 kampung yang kami lewati. Memang tidak se-menarik hari pertama, mungkin karna daerahnya sudah biasa kami lalui. Tapi tetap ada yang baru aku temui, yaitu pos pengamatan arus sungai milik BPDAS Citarum-ciliwung, serta ada iptek milik PT Agro, sejenis bendungan yang di gunakan untuk menyiram rumput di lapangan golf. Teryata dari 4 kampung yang kami lewati selama perjalanan ekspedisi pertama ini, kebergantungan masyarakat dari dulu sampai sekarang terhadap sungai masih sangat tinggi. Seperti dari hasil sosekpun, sejak dulu sungai menjadi bagian yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Aku jadi semakin penasaran akan ada hal mengejutkan apa lagi antara hubungan masyarakat dengan sungai cisadane. Apa masih?

21

1RahmaNovianti,KoordinatorLindalangLindalang(LingkunganDaurUlang)adalahkelompokanakmudayangaktifdalamdaurulangsampah

Page 22: Buletin RMI Edisi III

Esai

Foto

22

Perempuan & Air

foto;Intan(pemenanglombaesaifotoRMI)kaanRMI

foto;DokRMI/Mhd

Page 23: Buletin RMI Edisi III

23

Perempuan seringkali tidak diberikan ruang dalam perencanaan pembangunan, termasuk dalam wilayah yang paling kecil, wilayah komunitas. Padahal tata ruang merupakan seni men-gelola, memanfaatkan, mengoptimalkan ruang, berdasarkan asas keadilan bagi semua pihak, tak terkecuali perempuan. Perempuan harus terlibat dalam setiap proses pembangunan dan wajib diikutsertakan sejak awal.

Peran perempuan dalam keterkaitannya dengan air, memiliki porsi lebih besar dibanding laki-laki. Aktivitas memasak, mencuci dan memandikan anak, serta menyediakan air konsumsi di be-berapa daerah yang mengalami kekurangan air, lebih banyak dilakukan oleh kaum perempuan. Pengetahuan mereka, tentu saja lebih banyak karena memiliki intensitas yang cukup tinggi.

Sudah saatnya, keadilan hubungan antara perempuan dan air menjadi prioritas. Keterlibatan mereka dalam perencanaan kelola wilayah, termasuk tata air, harus memiliki porsi yang sama besar. Bukan hanya perempuan dewasa, namun juga kaum muda perempuan harus didengar-kan aspirasinya. Libatkan sekarang !

foto;DokRMI/FR foto;DokRMI/FR

Oleh:FahmiRahman

Page 24: Buletin RMI Edisi III

24

Page 25: Buletin RMI Edisi III

Yayasan RMIBogor Baru, Blok. C 1, No. 12AKel. Tegallega, Kec. Bogor Tengah, Bogor 161127

Phone: + 62-251-8311097, 8320253Fax: +62-251-8320253E-mail: [email protected]

Website : http//rmi-bogor.orgBlog : http//cisadaneupdate. blogspot.com

Rimbawan Muda Indonesia (RMI) The Indonesian Institute for Forest and Environment adalah sebuah lembaga nirlaba yang memfokuskan diri pada isu sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Didirikan di Bogor pada 18 September 1992. RMI bertujuan mengembangkan konservasi sumberdaya alam, melalui studi dan program aksi yang berkaitan dengan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk kesejahteraan.

25

VisiKedaulatan rakyat, perempuan & laki-laki atas tanah dan kekayaan alam untuk mewujudkan sistem penghidupan

berkelanjutan

Misi1. Memberdayakan kelompok petani, perempuan dan laki-laki dalam memperjuangkan hak-hak atas tanah dan ke-

kayaan alam untuk penghidupan berkelanjutan2. Mengawal proses-proses penyusunan kebijakan menuju kebijakan pengelolaan tanah dan kekayaan alam yang

berkeadilan dan menjamin penghidupan berkelanjutan bagi masyarakat miskin, perempuan dan laki-laki3. Menggalang aksi kolektif untuk mengakui dan menjamin hak-hak rakyat, perempuan dan laki-laki atas tanah dan

kekayaan alam4. Mengembangkan sistem pengelolaan pengetahuan (Knowledge Management System) melalui proses-proses

pembelajaran akseleratif yang mampu melintasi batas-batas antara pengetahuan dan aksi