BULETIN PRIORITAS fileBPKP, dan cara penggunaan BPKP yang tepat. Peserta juga diberi kesempatan...

12
BULETIN PRIORITAS Daftar Isi: Sepenggal Cerita dari Kabupaten Yahukimo 1 Pelatihan Guru di Ibu Kota Yahukimo 2 Catatan Redaksi 2 Semangat Menimba Ilmu demi Berbagi Ilmu 3 Testimoni: Memiliki Kasih dan Setia dalam Mengajar Calistung 3 Proses Berkelanjutan Pelatihan- Pendampingan Guru 4 Testimoni: Konsistensi Membuat Disiplin dan Teratur 4 Kemampuan Pelatih Terus Diasah Melalui Pelatihan Rutin 5 Kesan tentang ToT 6 BPKP Menginspirasi Guru Menjadi Lebih Kreatif 6 STKIP Kristen Wamena Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa Calon Guru 7 Program PPL dan PKL untuk Mahasiswa STKIP KW 8 Penerapan Program di SD YPPK Bunda Maria Pikhe 9 Lensa Prioritas 10 GIDI, Melalui YASUMAT Ikut Peduli Calistung 12 Volume 2/I/2015 USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan Dasar yang Baik di Provinsi Papua Sepenggal Cerita dari Kabupaten Yahukimo J angan bayangkan sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Yahukimo sudah baik. Di beberapa daerah di Yahukimo, kita dapat dengan mudah menemukan bangunan lama yang sudah lapuk dijadikan sebuah sekolah. Untung saja semangat belajar tidak ikut lapuk. Salah satu contohnya adalah bangunan sekolah di Puldama yang terbuat dari kayu buah dan beratapkan alang-alang. Walaupun begitu, semangat belajar mereka sangat tinggi. Kita percaya tidak ada kata terlambat untuk belajar. Di Soya, banyak orang yang belum mendapat pendidikan layak di masa kecil mereka. Salah satu sekolah mitra Yasumat adalah SD Inpres Soya yang terletak di perbatasan Kabupaten Yahukimo dan Pegunungan Bintang. Banyak siswa SD Inpres Soya yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, namun mereka tetap semangat untuk belajar calistung. Berbeda halnya dengan yang terjadi di SD Paralel Ngergen. Saat tim Yasumat datang dan mengadakan tes membaca, kami menemukan sebagian besar anak kelas 1 SD sudah dapat membaca. Setelah kami amati, hal ini dapat terjadi karena keaktifan guru-guru di SD Paralel Ngergen yang rajin mengajar menggunakan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) yang telah diberikan pada kunjungan tim Yasumat sebelumnya. (Kayus) Masyarakat Puldama berkumpul di depan gedung sekolah.

Transcript of BULETIN PRIORITAS fileBPKP, dan cara penggunaan BPKP yang tepat. Peserta juga diberi kesempatan...

BULETIN PRIORITAS

Daftar Isi:

Sepenggal Cerita dari Kabupaten

Yahukimo 1

Pelatihan Guru di Ibu Kota

Yahukimo 2

Catatan Redaksi 2

Semangat Menimba Ilmu demi

Berbagi Ilmu 3

Testimoni: Memiliki Kasih dan

Setia dalam Mengajar Calistung 3

Proses Berkelanjutan Pelatihan-

Pendampingan Guru 4

Testimoni: Konsistensi

Membuat Disiplin dan Teratur 4

Kemampuan Pelatih Terus Diasah

Melalui Pelatihan Rutin 5

Kesan tentang ToT 6

BPKP Menginspirasi Guru Menjadi

Lebih Kreatif 6

STKIP Kristen Wamena

Meningkatkan Kompetensi

Mahasiswa Calon Guru

7

Program PPL dan PKL untuk

Mahasiswa STKIP KW 8

Penerapan Program di SD YPPK

Bunda Maria Pikhe 9

Lensa Prioritas 10

GIDI, Melalui YASUMAT Ikut

Peduli Calistung 12

Volume 2/I/2015

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,

Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan Dasar yang Baik di Provinsi Papua

Sepenggal Cerita dari Kabupaten

Yahukimo

J angan bayangkan sarana dan

prasarana pendidikan di

Kabupaten Yahukimo sudah

baik. Di beberapa daerah di

Yahukimo, kita dapat dengan

mudah menemukan bangunan

lama yang sudah lapuk dijadikan

sebuah sekolah. Untung saja

semangat belajar tidak ikut

lapuk. Salah satu contohnya

adalah bangunan sekolah di

Puldama yang terbuat dari

kayu buah dan beratapkan alang-alang. Walaupun begitu, semangat

belajar mereka sangat tinggi.

Kita percaya tidak ada kata terlambat untuk belajar. Di Soya, banyak

orang yang belum mendapat pendidikan layak di masa kecil mereka.

Salah satu sekolah mitra Yasumat adalah SD Inpres Soya yang

terletak di perbatasan Kabupaten Yahukimo dan Pegunungan

Bintang. Banyak siswa SD Inpres Soya yang sudah berkeluarga dan

memiliki anak, namun mereka tetap semangat untuk belajar

calistung.

Berbeda halnya dengan yang terjadi di SD Paralel Ngergen. Saat tim

Yasumat datang dan mengadakan tes membaca, kami menemukan

sebagian besar anak kelas 1 SD sudah dapat membaca. Setelah kami

amati, hal ini dapat terjadi karena keaktifan guru-guru di SD Paralel

Ngergen yang rajin mengajar menggunakan Buku Paket Kontekstual

Papua (BPKP) yang telah diberikan pada kunjungan tim Yasumat

sebelumnya. (Kayus)

Masyarakat Puldama berkumpul di depan

gedung sekolah.

2 Volume 2/I/2015

Catatan Redaksi

S aya sangat bersyukur atas buletin yang dipublikasikan oleh YKW secara

rutin. Informasi kegiatan-kegiatan pembangunan sumber daya manusia di

Papua, khususnya dalam bidang pendidikan dasar di Pegunungan Tengah ini

dapat tersebar luas melalui Buletin Prioritas.

Pada buletin edisi kedua ini, kita dapat melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan

Yayasan Kristen Wamena (YKW) dan Yayasan Untuk Masyarakat Terpencil

(Yasumat) dalam program pelatihan guru dan pendistribusian BPKP yang

bekerja sama dengan USAID PRIORITAS.

Program kerja sama seperti ini sangat penting dilakukan karena pendidikan bukan tanggung jawab satu

atau dua orang saja. Untuk mengembangkan pendidikan, ada pihak-pihak yang saling terkait, yaitu

pemerintah, organisasi nonpemerintah, tenaga pendidik, bahkan orang tua. Jika pihak-pihak tersebut saling

bergandeng tangan dan bekerja sama, pendidikan akan menjadi semakin baik.

Dalam hal ini YKW telah bekerja sama dengan berbagai pihak, baik tenaga pendidik di sekolah-sekolah

mitra, orang tua anak didik, pemerintah, dan organisasi nonpemerintah. Salah satunya kerja sama dengan

USAID PRIORITAS. Program kerja sama ini sejalan dengan visi YKW dan sangat mendukung dalam upaya

meningkatkan kemampuan calistung (baca, tulis, hitung) anak di kelas awal SD.

Program ini baru berjalan hampir satu tahun, dan tentu saja belum membuahkan hasil yang maksimal. Saya

berharap program ini dapat terus dilanjutkan untuk pengembangan pendidikan di Papua, khususnya di

Kabupaten Jayawijaya.

Pdt. Peres Nekwek, M.Th

Sekretaris Badan Pengurus

Yayasan Kristen Wamena

Pelatihan Guru di Ibu Kota Yahukimo

P ada 17 sampai 20 November 2014, tim

Yasumat mengadakan pelatihan guru dan

kepala sekolah di Dekai, Kabupaten Yahukimo.

Pelatihan yang diadakan di aula kantor Gereja Injili

di Indonesia (GIDI) wilayah Yahukimo ini diikuti

oleh guru dan kepala sekolah yang mengajar dalam

dan luar Kota Dekai.

Suasana menyenangkan terbentuk dalam pelatihan

tahap pertama ini. Peserta bersama-sama

menyanyikan lagu-lagu dan memainkan beberapa

permainan yang ada dalam Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP). Selain itu, peserta juga dibekali dengan

konsep pembiasaan Bahasa Indonesia dan Matematika (dinding Bahasa dan dinding Matematika), format

BPKP, dan cara penggunaan BPKP yang tepat. Peserta juga diberi kesempatan untuk praktik mengajar RPP

yang ada dalam BPKP agar bisa lebih paham.

Suasana serius tappi santai terbangung dengan baik selama lima hari pelatihan. Sudarsono dan Radja Doly

sebagai perwakilan dari USAID PRIORITAS dan Yayasan Kristen Wamena juga ikut hadir dalam pelatihan

ini. (Kayus)

Peserta praktik mengajar

Matematika menggunakan

buku cerita dari BPKP.

Peserta mendiskusikan RPP

yang akan diajarkan dalam

praktik mengajar.

3 BULETIN PRIORITAS

Semangat Menimba Ilmu demi Berbagi Ilmu

S emangat dan kemauan belajar menjadi motivasi guru-guru dan

kepala sekolah untuk berkumpul lagi di ruang pelatihan Yayasan

Kristen Wamena (YKW) pada 27 Oktober sampai 7 November

2014. Dalam pelatihan tahap kedua yang diadakan oleh YKW

PRIORITAS ini, guru-guru dan kepala sekolah terlihat lebih antusias

untuk saling berbagi dan belajar.

Di hari pertama pelatihan, peserta membagikan pengalaman

mengajar setelah mencoba menerapkan metode-metode yang telah

dipelajari di pelatihan tahap pertama dan penggunaan Buku Paket

Kontekstual Papua (BPKP). Setelah itu, peserta diberi kesempatan

untuk mengamati proses belajar mengajar di kelas 1, 2, dan 3 di SD

Koinonia yang menggunakan BPKP. Dari situ peserta diminta untuk

bersama-sama memberikan evaluasi dan umpan balik.

Pelatihan terasa semakin hidup saat peserta berbagi tentang keadaan

kelas masing-masing. Sebagian besar guru-guru belum menerapkan

peraturan kelas dengan konsisten, bahkan masih ada yang belum

memiliki peraturan kelas. Melihat itu, pelatih mengajak peserta

untuk bersama-sama memikirkan peraturan yang cocok untuk

masing-masing kelas dan menuliskannya di atas kertas A0. “Kami

berharap dengan membuat peraturan kelas bersama-sama dan

menulisnya, guru punya peraturan di kelas masing-masing dan

menerapkannya dengan konsisten,” ujar Agustina, pelatih dari YKW.

Selain itu, peserta juga diajak bersama-sama membuat alat peraga dari bahan-bahan yang ada. Alat peraga

itu kemudian dipakai untuk praktik mengajar di SD Koinonia. Seusai pelatihan, guru-guru boleh membawa

peraturan kelas dan alat peraga yang telah dibuat untuk digunakan di sekolah masing-masing. (JP)

“S ejak saya dapat pelatihan dari YKW, saya langsung pakai BPKP untuk

mengajar. Hasilnya sangat baik. Anak-anak lebih cepat paham cerita

dari bahasa dalam BPKP karena bahasa yang dipakai adalah bahasa sehari-hari

anak-anak. Dari 26 anak, sekarang tinggal 4 anak saja yang belum lancar baca,

tulis, hitung (calistung)

Saya sebagai guru berharap guru-guru lain paham pentingnya calistung untuk

anak-anak. Kalau anak-anak belum bisa calistung, berarti guru belum berhasil.

Bagaimana untuk berhasil? Kuncinya hanya dua: guru itu harus mengasihi anak-

anak didiknya, dan harus setia dalam mengajar.” (GR/JP)

Memiliki Kasih dan Setia dalam Mengajar Calistung

Aser Tabuni

Guru SD Inpres Siepkosi

Horsalina (SD Inpres Megapura) praktik

mengajar di dalam kelas SD Koinonia.

Peserta pelatihan membuat peraturan

kelas.

4 Volume 2/I/2015

Proses Berkelanjutan Pelatihan-Pendampingan Guru

“K ami berterima kasih sekali YKW mau datang ke sekolah. Kami bisa lihat BPKP lagi sama-sama.

Kami juga masih bingung cara pasang alat peraga yang diberikan, jadi waktu bapak dan ibu ini

datang, kami pasang sama-sama,” kata Yulianus Wilil dari SD YPPK Mulima saat tim pelatih YKW

mengunjungi sekolahnya untuk pendampingan.

Pendampingan menjadi satu bagian penting dalam program YKW PRIORITAS setelah melakukan

pelatihan guru dan kepala sekolah. “Jika tidak didampingi, guru-guru mungkin akan bingung dan lupa untuk

menerapkannya di dalam kelas,” ujar Nugroho, salah satu pelatih dari YKW. Melalui pendampingan yang

dilakukan tim pelatih YKW, dapat diketahui kendala dan kesulitan yang guru hadapi dalam menerapkan

materi pelatihan.

Di beberapa sekolah mitra, seorang guru harus mengajar kelas rangkap sehingga cukup menyulitkan

untuk fokus mengajar calistung di satu kelas. Untuk mengatasi hal ini, tim pelatih juga ikut membantu

mengajar supaya guru bisa lebih fokus mengajar di kelasnya.

Selain itu, tim pelatih melakukan in-house training dengan simulasi mengajar di dalam kelas menggunakan

BPKP dengan diamati oleh guru kelas. Setelah dirasa cukup, tim pelatih akan melihat guru-guru mengajar

menggunakan BPKP.

Seusai mengajar, guru-guru akan mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan pelatih. Guru dan pelatih

akan bersama-sama melihat kembali proses belajar mengajar yang baru saja selesai; hal apa saja yang

sudah baik dilakukan dan apa yang perlu

dikembangkan lagi.

Pendampingan ini akan terus dilakukan

sepanjang program YKW PRIORITAS

untuk membantu guru-guru mengajar

lebih baik. Hasil pendampingan dicatat

oleh tim pelatih sehingga akan terlihat

perkembangan yang dialami oleh guru-

guru yang telah dilatih. (JP)

Konsistensi Membuat Disiplin dan Teratur

“K ami baru punya SD kelas 1 tahun ini, dan di awal ajaran kami bingung

mau pakai buku apa. Kemudian ada pelatihan dari YKW yang

mengenalkan kami dengan BPKP. Kami langsung coba pakai BPKP untuk

mengajar kelas 1. Hasilnya anak-anak bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan

senang belajar.

Selain itu, pelatihan dari YKW sangat membantu terutama dalam penanganan

kelas. Kami baru sadar bahwa kami belum konsisten menerapkan peraturan

kelas, misalnya kebiasaan anak-anak angkat tangan saat mau bicara. Sekarang

kami mulai konsisten menerapkan itu supaya anak-anak disiplin dan

teratur.” (GR/JP)

Nerina Heluka

Kepala Sekolah Sinar Baliem

Proses pendampingan di SD YPPK

Mulima Proses pendampingan di SD Alfa

Agape

5 BULETIN PRIORITAS

Kemampuan Pelatih Terus Diasah Melalui Pelatihan Rutin

S ama seperti pisau, ilmu yang tidak teratur diasah akan menjadi

tumpul. Oleh karena itu, seorang pelatih perlu mendapatkan

pelatihan untuk mengembangkan dan menambah kemampuannya.

YKW PRIORITAS mengadakan training of trainers (pelatihan

pelatih) secara berkelanjutan. Training of trainers kedua diadakan

pada 24 sampai 30 September 2014. Pelatihan ini diikuti oleh

enam belas pelatih dari Yayasan Kristen Wamena (YKW), dan

Yayasan Untuk Masyarakat Terpencil (Yasumat) serta seorang

pelatih dari Yayasan Ob Anggen, Tolikara.

Peserta pelatihan mendapat kesempatan memperdalam konsep-

konsep penting yang digunakan dalam Buku Paket Kontekstual

Papua (BPKP). Selain itu, melihat bahwa para pelatih akan banyak

berkomunikasi dengan guru-guru, maka dalam pelatihan ini

mereka dibekali pengetahuan tentang cara berkomunikasi secara

dewasa.

Yohanes Elopere, salah satu pengawas Sekolah Dasar di

Kabupaten Jayawijaya, bergabung dalam pelatihan ini untuk

berdiskusi mengenai sistem penilaian terhadap kinerja guru.

Koordinator pengawas sekolah Kabupaten Jayawijaya, Jonat

Goris juga membagikan tentang supervisi akademik pada

peserta.

Kegiatan Training of trainers ketiga yang diadakan pada 8 sampai 12

Desember 2014 dan tidak hanya pelatih dari YKW dan Yasumat

saja yang ikut serta tetapi juga dua orang pendamping sekolah dari

Wahana Visi Indonesia (WVI). Beberapa guru dari SD Koinonia

juga mengikuti pelatihan ini untuk memperkaya pengetahuan

tentang kurikulum 2013 yang disampaikan oleh Ida C. Trisia

selaku anggota tim fasilitator kurikulum 2013 Kabupaten

Jayawijaya.

Paul Wetipo, seorang aktivis pendidikan juga diundang untuk

berbagi pengalamannya di dunia pendidikan, khususnya di Papua.

Dia berbicara tentang apa peran seorang pelatih dalam mempersiapkan aset yang berharga untuk masa

depan melalui pendidikan dan pentingnya sikap yang baik sebagai tenaga pendidik.

Selain itu, peserta juga diperkaya dengan teknik dasar fotografi untuk menghasilkan gambar yang baik dan

mampu bercerita. Setelah mengetahui teori fotografi, peserta diminta praktik mengambil foto. Dengan

demikian diharapkan peserta dapat membuat dokumentasi yang baik.

Para peserta juga mempelajari penyusunan materi presentasi dan modul yang baik sebagai pegangan dalam

pelatihan-pelatihan selanjutnya. Mereka membuat atau memperbaiki presentasi menggunakan PowerPoint

dan modul, kemudian mempresentasikannya di depan peserta lain. (JP)

Praktik komunikasi dengan orang dewasa

Praktik mengajar menggunakan RPP dalam

BPKP

Simulasi proses belajar mengajar menggunakan

kurikulum 2013 oleh Ida C. Trisia (tim

kurikulum 2013)

6 Volume 2/I/2015

“Materi training of trainers tahap ketiga sangat variatif. Tidak hanya melengkapi pengetahuan saja, tetapi juga menambah motivasi untuk

tetap membantu guru-guru mengembangkan pendidikan di Pegunungan

Tengah”

Kesan tentang ToT

Arniati Kogoya

Pelatih YKW

“Teman-teman pelatih dari YKW, Yasumat, dan WVI terlihat bersemangat untuk saling berbagi dan belajar. Saya mendapat pengetahuan lebih tentang kurikulum 2013 dan

mendapat suntikan semangat untuk terus melakukan pendampingan kepada guru-guru

sekolah mitra.”

Antoneta Maghonaga Koordinator Program

Yasumat

Boas Mabel Pendamping sekolah

WVI

“Saya belajar banyak dari training of trainers, seperti tentang perencanaan dan evaluasi kegiatan, cara pengambilan gambar yang benar dan terutama cara mengajar baca, tulis,

hitung (calistung) yang tepat. Saya harap pelatihan ini teratur diadakan karena YKW,

Yasumat, dan WVI merupakan pihak-pihak yang bisa membantu kemajuan pendidikan di Pegunungan Tengah.”

BPKP Menginspirasi Guru Menjadi Lebih Kreatif

P endidikan di Papua masih perlu dikembangkan dan diperbaiki. Kenyataan

bahwa masih banyak anak yang belum menguasai calistung bahkan hingga lulus

SD cukup memprihatinkan. Kegiatan belajar mengajar di kelas dilakukan satu arah

(anak-anak hanya mendengar guru ceramah) sehingga membuat siswa bosan, bikin

kacau, dan tidak suka belajar. Masalah-masalah tersebut membuat proses belajar

mengajar tidak optimal.

Banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan di kelas agar bisa mewujudkan

pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Namun masih

banyak guru yang sulit menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar. Ditambah

lagi guru-guru kesulitan menggunakan materi dari buku paket yang diberikan

pemerintah karena tidak sesuai dengan kondisi anak-anak di Papua.

Dengan adanya Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) yang disusun oleh YKW, guru-guru mendapat

bantuan yang diperlukan. BPKP menyediakan langkah-langkah pembelajaran dalam bentuk RPP di buku

panduan guru dengan sangat detail dan jelas. Dengan BPKP, guru tidak perlu lagi membuat RPP. Guru

tinggal menerapkan langkah-langkah tersebut di dalam kelas. Di BPKP juga sudah ada cara-cara yang

inovatif agar suasana kelas lebih menyenangkan. Motivasi terangkum dalam langkah pembukaan yang bisa

menarik minat belajar siswa dan sangat membantu guru dalam mengajar.

BPKP memberi inspirasi agar guru lebih kreatif dalam mengajar. Guru dibantu untuk bisa menciptakan

suasana belajar sambil bermain. Guru bisa mengajak anak-anak bernyanyi sesuai materi pembelajaran

karena di dalam BPKP sudah dilengkapi dengan berbagai lagu yang mudah diingat. Selain itu, ada permainan

-permainan kecil yang membuat anak-anak lebih antusias dalam belajar sehingga materi pembelajaran bisa

tersampaikan dengan baik. Dengan itu, anak-anak lebih lama mengingat apa yang dipelajarinya dan tujuan

pembelajaran bisa tercapai dengan baik. (Haritsah Salim)

Haritsah Salim

Guru SM3T di SD

YPPGI Hitigima

7 BULETIN PRIORITAS

STKIP Kristen Wamena Meningkatkan Kompetensi

Mahasiswa Calon Guru

S ekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Kristen Wamena

memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan yang mampu dan bersedia

untuk menjadi guru yang berkarakter dan berkomitmen untuk pendidikan di

Pegunungan Tengah Papua. Untuk mewujudkan tujuan ini, inti pembelajaran

di STKIP Kristen Wamena adalah program praktik lapangan (PPL). Program

kerja sama YKW dan USAID PRIORITAS mendukung pelaksanaan kegiatan

PPL di STKIP Kristen Wamena. Kegiatan PPL mampu meningkatkan

kemampuan mahasiswa yang akan menjadi guru.

Kegiatan PPL adalah salah satu keunggulan STKIP Kristen Wamena. Pada

semester 1 dan 2, mahasiswa belajar tentang prinsip-prinsip pendidikan

dan metode pembelajaran yang baik. Mahasiswa juga diajak untuk

menganalisis permasalahan-permasalahan pendidikan di Pegunungan

Tengah. Atas dasar ini, mahasiswa mulai saling mengajar dalam kelompok

(micro teaching) dengan bimbingan dosen.

Dari semester 3 sampai 6, mahasiswa ditempatkan di sekolah-sekolah mitra YKW PRIORITAS dan

sekolah-sekolah yang bukan mitra untuk mengajar. Jadi melalui kegiatan PPL STKIP Kristen Wamena,

jumlah sekolah yang menerima manfaat dari program kerja sama YKW dan USAID PRIORITAS lebih dari

20 sekolah mitra. Di semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 ini, STKIP Kristen Wamena mengirimkan

mahasiswa PPL ke 4 sekolah yang bukan merupakan mitra program YKW PRIORITAS.

Dalam kegiatan PPL, mahasiswa mengajar sesuai jadwal sekolah satu hari per minggu. Mahasiswa STKIP

KW dibekali untuk memakai BPKP dan menerapkan pengajaran kontekstual di sekolah setempat. Fokus

dari program PPL adalah menyiapkan mahasiswa untuk mengajar, bukan hanya sesuai bidangnya (jurusan

pendidikan Bahasa Inggris atau pendidikan Matematika), tapi juga di luar bidangnya khususnya di tingkat

SD, seperti IPS, IPA, Pendidikan jasmani dan kesehatan, Agama, dan Bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan

karena melihat kurangnya guru bidang studi di sekolah-sekolah. Keadaan ini mengakibatkan guru-guru yang

berada di sekolah untuk mengajar beberapa mata pelajaran, walaupun tidak sesuai dengan bidang mereka.

Setiap mahasiswa dibimbing oleh dosen pembimbing STKIP KW. Setiap minggu dosen pembimbing

mengamati mahasiswa saat mengajar. Setelah pengamatan, dosen pembimbing memberikan umpan balik

kepada mahasiswa, serta memberikan formulir penilaian. Setiap mahasiswa wajib untuk membuat

portofolio, terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), evaluasi oleh mentor dan dosen, dan

evaluasi diri. Portofolio ini diberikan kepada koordinator PPL setiap bulan untuk menjadi pertimbangan

dalam penilaian. Mahasiswa yang tidak memenuhi persyaratan PPL atau tidak memiliki kemampuan dan

keterampilan mengajar sesuai tingkat yang diharapkan, tidak diperbolehkan untuk melanjutkan PPL di

semester selanjutnya, tapi diharuskan mengulang PPL di semester awal. Aturan seperti ini sangat penting

untuk menjamin mutu lulusan STKIP KW yang akan menjadi guru. Oleh karena itu STKIP KW benar-

benar menggarisbawahi moto kampus: Dari STKIP Kristen Wamena kita membangun pendidikan di Papua.

(Pieter)

Pieter van der Wilt Pembantu Ketua 1

STKIP Kristen Wamena

8 Volume 2/I/2015

Kegiatan PPL dan PKL untuk Mahasiswa STKIP KW

U ntuk mencapai visinya, Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen

Wamena (STKIP KW) memiliki program praktik

lapangan (PPL) dan praktik kerja lapangan (PKL).

PPL dirancang bertahap mulai dari PPL 1 (semester

3) sampai PPL 4 (semester 6), dan PKL (semester

8). Sebelum mahasiswa melakukan PPL dan PKL di

sekolah mitra, mereka dibekali konsep dan

pemahaman LASTS (learner centered, action with

reflection, solving problem, team work and self

discovery) dan micro teaching di semester 1 dan 2.

Pada PPL 1 dan 2, mahasiswa mengajar SD kelas 1

sampai 3 dengan mata pelajaran yang disesuaikan

dengan kebutuhan masing-masing sekolah.

Densi Natasian

Koordinator PPL STKIP

Kristen Wamena

Sedangkan pada PPL 3, mahasiswa mengajar pokok

materi sesuai jurusan mereka (Matematika atau

Bahasa Inggris) di tingkat SD. Untuk PPL 4

mahasiswa mengajar di tingkat SMP dan SMA. Pada

semester 8 mahasiswa melakukan PKL di sekolah

mitra di kampung dan tinggal di kampung tersebut

selama 2 bulan penuh.

Dalam melakukan PPL dan PKL, mahasiswa akan

dibantu oleh dosen pembimbing untuk melakukan

pengamatan dan evaluasi dalam pengembangan

pengetahuan, sikap, moral, dan keterampilan

mahasiswa. Selain itu, mahasiswa diberi

kesempatan untuk belajar dari teman mahasiswa

lain saat mengajar.

Program PPL dan PKL ini, selain untuk

mengembangkan mahasiswa, juga memberi dampak

positif pada sekolah mitra. Guru kelas di sekolah

mitra merasa terbantu dalam mengajar, terutama

dalam mata pelajaran Bahasa Inggris dan

Matematika. Tim PPL berencana untuk PPL 1 dan 3

selanjutnya akan difokuskan pada sekolah mitra di

pinggiran dengan menggunakan BPKP sehingga

dapat memberi dampak yang lebih besar dalam

pendidikan di Pegunungan Tengah khususnya untuk

kemampuan calistung. (Densi)

Mahasiswa PPL dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen Wamena sedang

mengajar di SD Inpres Siepkosi (1 dan 2) dan SD YPPK St.

Yusuf (3).

1 2

3

Penerapan Program di SD YPPK Bunda Maria Pikhe

P ada November 2014, tim USAID PRIORITAS melakukan supervisi kepada

mahasiswa program praktik lapangan (PPL) dari STKIP Kristen Wamena

di beberapa sekolah di Wamena, salah satunya di SD YPPK Bunda Maria

Pikhe, Wamena. Supervisi ini dilaksanakan bersama dengan pengelola

program USAID PRIORITAS dari Yayasan Kristen Wamena. Ada banyak hal

menarik yang didapatkan, diantaranya penerimaan program di sekolah dan

fenomena penggunaan kurikulum dalam pembelajaran.

Ibu Selviana Ukago, Kepala SD YPPK Bunda Maria Pikhe Wamena

menuturkan tentang manfaat program yang dikembangkan YKW dalam

membantu perbaikan pendidikan di Jayawijaya. “Program ini sangat membantu

sekolah yang mau maju, terutama yang berkaitan dengan kebingungan para

guru menggunakan kurikulum 2013. Kita tidak bisa mengelola pembelajaran

seperti tahun-tahun yang sudah lewat, kita mesti berubah. YKW, yang mengembangkan kurikulum sesuai

situasi Papua, membantu para guru mengajarkan membaca secara cepat, dan terus terang saya sangat

senang.” Ibu Kepala Sekolah juga mengakui bahwa pelatihan yang dilaksanakan oleh YKW juga sangat

berkesan, terutama yang berkaitan dengan metode mengajar kelas awal, bahkan teman-teman guru kelas

tinggi yang mendengar cerita teman yang telah mendapatkan pelatihan ingin juga mendapatkan kesempatan

ikut dalam pelatihan.

Terhadap Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) yang dibagikan, sekolah ini merespons dengan sangat

baik. Pembelajaran mengikuti tahapan-tahapan yang sudah ditentukan dalam buku itu sehingga guru tinggal

menyiapkan kreasi mengajar dan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan.

Satu hal yang cukup baik ditemukan dari supervisi ini adalah kemampuan anak-anak kelas 2 dalam

membaca. “Memang belum semua anak kelas 2 bisa membaca, namun sudah banyak yang bisa. Kami akan

memberlakukan tahan kelas bila memang ada anak yang tidak bisa naik kelas,” demikian penjelasan Ibu

Selvi. (Sudarsono)

Selvina Ukago

Kepala Sekolah Dasar

YPPK Bunda Maria Pikhe

Mahasiswi PPL dari STKIP Kristen Wamena mengajar di SD

YPPK Bunda Maria Pikhe. Suasana belajar anak-anak SD YPPK Bunda Maria Pikhe.

9 BULETIN PRIORITAS

Lensa Prioritas

2

Simulasi mengajar oleh pelatih YKW sebagai bagian dari in-house training di

SD Inpres Minimo.

1

2

1

Penyaluran Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) ke SD YPPK Elagaima dan

SD Inpres Kulagaima. Haritsah Salim (Guru SM3T di SD YPPGI Hitigima)

praktik mengajar dalam pelatihan tahap 2.

(1) Anak-anak di SD YPPGI Pugima belajar Matematika; (2) Anak-anak kelas 2 SD Inpres Wesaput

menggunakan pion untuk belajar Matematika; (3) Kornelia Yuow mengajar bunyi huruf “b” kepada anak-anak kelas 1 SD YPPK Yiwika; (4) Horsalina mendampingi anak didiknya di SD Inpres

Megapura untuk menyelesaikan tugas; (5) Anak kelas 2 SD Inpres Megapura serius mengerjakan tugas yang diberikan.

4 5 3

2 1

Kegiatan dalam training of trainers tahap 3: (1) Menyusun modul dan bahan presentasi

dengan format yang telah disepakati, (2) Belajar teknik fotografi untuk menghasilkan foto dengan pencahayaan dan sudut pengambilan yang baik, (3) Martijn van Driel menjelaskan hubungan penerapan Kurikulum 2013 dan BPKP, (4) Membangun kerja sama tim melalui

permainan.

1 3 2 4

10 Volume 2/I/2015

Lensa Prioritas

1

5 6

2

4 3

Kegiatan dalam pelatihan guru tahap 1

di Dekai, Kabupaten Yahukimo oleh tim Yasumat: (1) Penjelasan cara

menggunakan kartu huruf, kata, dan gambar dalam dinding Bahasa, (2)

Diskusi materi yang akan disampaikan

dalam praktik mengajar menggunakan RPP dalam BPKP, (3) dan (4) Praktik

mengajar honai hari, salah satu materi dalam dinding Bahasa, (5) Praktik mengajar RPP dalam BPKP, (6)

Menggambar angka pada punggung

teman sebagai salah satu cara mengajar menulis angka pada anak-

anak.

2 1

3

SD Inpres Lolat: (1) Ruangan yang beralaskan batu menjadi tempat belajar, (2) dan (3) Suasana belajar dalam kelas, (4) Seorang anak mencoba

menjawab pertanyaan di papan tulis.

4

Pelatihan guru di Puldama: (1) Penataan BPKP yang akan dibagikan kepada peserta,

(2) Penjelasan tentang BPKP.

1

2

11 BULETIN PRIORITAS

Buletin PRIORITAS diterbitkan oleh YKW, Yasumat, dan USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. USAID PRIORITAS adalah program lima

tahun yang didanai oleh USAID, dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia.

USAID PRIORITAS bekerja sama dengan YKW dan Yasumat selama dua tahun (2014 s.d. 2016)

mengimplementasikan program peningkatan mutu pendidikan dasar di Provinsi Papua. Isi dari buletin ini bukan

mempresentasikan pendapat resmi dari USAID maupun pemerintah Amerika Serikat.

Informasi hubungi: Yayasan Kristen Wamena, Jalan Jenderal Sudirman, Potikelek, Wamena,

Kabupaten Jayawijaya, Papua. Kode Pos 99511

HP. 0821 9881 1655

email: [email protected] website: www.prioritaspendidikan.org

GIDI, Melalui YASUMAT Ikut Peduli Calistung

P rogram pelatihan guru yang berfokus pada kemampuan baca tulis

hitung (calistung) ini sangat bagus. Kami mendukung upaya yang

dilakukan oleh Yasumat bersama USAID PRIORITAS dan YKW. Gereja

Injili di Indonesia (GIDI) mempunyai perhatian untuk mempersiapkan

pendidikan bagi hamba-hamba Tuhan sampai ke tingkat Strata 1. Pada

tahun 2015 ini, GIDI memiliki program untuk mengirimkan 15 orang

untuk menempuh pendidikan sampai tingkat strata 1. Untuk mencapai hal

tersebut kita harus memperhatikan pendidikan dimulai dari awal (dasar).

Mau sekolah apapun, baik Teologia atau nonTeologia tetap harus bisa

baca tulis hitung. Oleh karena itu kami sangat mendukung dan

mengapresiasi program pelatihan guru kelas awal yang berfokus pada

calistung Yasumat bersama USAID PRIORITAS dan YKW. Buku Paket

Kontekstual Papua (BPKP) juga sangat baik karena dapat membantu guru-guru dengan bahasanya yang

sangat sederhana.

Selama ini GIDI selalu mendukung Yasumat di dalam berbagai macam programnya. Dalam hal ini, Yasumat

berperan sebagai perpanjangan tangan untuk menjangkau dan melayani masyakat Papua yang terpencil, baik

di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial. Melalui kerjasama program pendidikan yang dilakukan

Yasumat bersama dengan USAID PRIORITAS dan YKW sekarang ini bisa jadi harapan baru untuk

mempersiapkan anak-anak di Yahukimo dan Papua pada umumnya untuk masa depan. Dengan pendidikan

yang baik diharapkan nanti di Papua bisa muncul pemimpin-pemimpin masa depan yang baik dan

profesional.

Dalam pendidikan anak, guru-guru mempunyai peranan yang penting. Harapan kami bahwa guru-guru rajin

mengajar dan setia pada panggilannya untuk anak-anak. Moralitas guru harus dijaga dan jadi contoh. Kalau

guru baik, maka murid juga akan jadi baik. Selain itu orang tua juga harus mendukung pendidikan anak.

Pendidikan itu mulai dari keluarga. Orang tua harus setia mendidik anak dan memberi contoh yang baik.

Kami berpesan pada anak-anak, mereka harus rajin belajar dan jadi anak yang dengar-dengaran

(mendengarkan dan mengikuti nasihat atau perkataan) kepada guru dan orang tua. Kita juga harus bisa

menjaga pergaulan anak. Itu adalah salah satu tantangan. Misalnya, jangan sampai anak yang tidak biasa ucap

kata-kata kotor karena pergaulan yang salah jadi bisa ikut ucap kata-kata kotor. Kita harus memberi

contoh yang baik. Untuk itu, mari kita semua saling bekerjasama untuk mendidik anak-anak kita demi

generasi masa depan di Papua. (RD)

Ev. Aminus Bahabol, S.Th

Bendahara 1 GIDI

Wilayah Yahukimo

12 Volume 2/I/2015