Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan...

24
Buletin INFO KRISIS KESEHATAN Manajemen Bencana dalam Kurikulum Mata Kuliah Poltekkes Karakteristik Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008-2011 Dahsyatnya Bencana di Indonesia Buletin INFO KRISIS KESEHATAN Edisi i • FEBRUARi 2012

Transcript of Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan...

Page 1: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Manajemen Bencana dalam KurikulumMata Kuliah Poltekkes

Karakteristik Krisis Kesehatan Akibat Bencana

Tahun 2008-2011

Dahsyatnya Bencana di Indonesia

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Edisi i • FEBRUARi 2012

Page 2: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Daftar Isi

Susunan Redaksi

Redaksi.....Redaksi.....

Manajemen Bencana Dalam Kurikulum Mata Kuliah Poltekes

Laporan Kesiapsiagaan Darurat Gunung Api Lokon

Kesiapsiagaan Gunung Ijen

Latihan Teknis Penanggulangan Bencana Bersama TNI

Dahsyatnya Bencana Di Indonesia

Karakteristik Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008-2011

l Penanggung Jawab : Mudjiharto, SKM, M.M. l Redaktur : Maryani SKM, M.M. l Penyunting : Dodi Irianto l Desain Grafis : Antonius Sunar Wahyudi l Fotografer : dr. Adi Sopiandi M.Kes l Sekretariat : Dra. Titik Nurhaeraty l Penulis Artikel : Palupi Widyastuti, SKM.

03 14

04 1706 2008 2109 2211 23

02

dariPuji syukur ke hadirat Allah SWT bahwa atas seizin-Nya Buletin INFO KRISIS KESEHATAN dapat diwujudkan. Di awal penerbitan buletin ini kami selaku Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan mengharapkan saran dan kritik yang bermanfaat guna penyempurnaan tulisan dan tampilannya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan informasi.

Sebagaimana dimaklumi bencana masih menjadi bagian yang belum dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, berdasarkan data yang berhasil dihimpun Pusat Penanggulangan Krisis menegaskan bahwa pada tahun 2010 telah terjadi 315 kejadian bencana dengan korban meninggal 1.385 orang, luka berat 4.085 orang, luka ringan 98.235 orang, korban hilang 247 orang dan pengungsi sebanyak 618.880 orang, sementara sepanjang tahun 2011 bencana yang terjadi sebanyak 211 , dengan korban meninggal 565 orang, luka berat 1.164 orang, luka ringan 12.429 orang, korban hilang 232 orang dan pengungsi sebanyak 96.082 orang.

Pada setiap kejadian bencana banyak ditemui berbagai permasalahan kesehatan sebagai dampak kerusakan yang ditimbulkannya. Kerusakan tempat tinggal, ketersediaan air bersih yang minim, hilangnya mata pencaharian dan lain-lainnya sehingga menimbulkan ketidakmampuan korban untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, terutama kebutuhan pangan dan air bersih. Masalah kesehatan akan semakin banyak pada saat dihadapkan pada ketersediaan fasilitas pengungsian dengan daya tampung terbatas dan sanitasi yang buruk. Ini akan mempermudah menyebarnya penyakit menular sehingga menimbulkan masalah sekunder pasca bencana yang apabila tidak ditangani akan menyebabkan meningkatnya angka kesakitan dan bahkan kematian. Di awal tahun ini, gunung Ijen yang berada di perbatasan antara dua Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi Provinsi Jawa Timur dan gunung Lokon di Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara menggeliat, dengan menyemburkan material abu dan lahar panas, akibat letusan itu ribuan masyarakat diungsikan untuk menghindari kemungkinan jatuhnya korban. Kejadian tersebut tidak luput dari pemantauan jajaran kesehatan setempat maupun regional Jawa Timur, Regional Sulawesi Utara dan PPKK Kemkes. Sesuai prediksi Badan Metereologi dan Geofisika, di awal tahun 2012 sebagian besar wilayah di

Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana

Tips Menghadapi Gempa Bumi

Tips Menghadapi Banjir

PNS PNS Lupa Waktu

Buletin ; kilas balik kegiatan PPKK Sub Regional Sumbar Tahun 2011

Indonesia mengalami musim hujan, Kementerian Kesehatan telah melakukan kesiapsiagaan penanggulangan bencana banjir melalui pertemuan Koordinasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana banjir di wilayah Jabodetabek dan wilayah Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo. Kegiatan ini merupakan suatu langkah antisipatif jajaran kesehatan untuk menyiapkan sumber daya yang dimiliki untuk menghadapi terjadinya bencana banjir.

Di Indonesia, bencana masih merupakan ancaman bagi kita semua, namun tidak berarti kita pasrah untuk menerima keadaan ini tanpa berbuat pada upaya pengurangan risiko. Upaya penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab bersama, dan salah satu peran yang dilakukan oleh kementerian kesehatan pada tahun 2012 dalam membangun kemandirian masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan, adalah dengan membangun kemandirian masyarakat melalui lembaga pendidikan Politeknik Kesehatan seluruh Indonesia yang berada di bawah pembinaan Badan PPSDM, dengan memasukkan Manajemen Bencana sebagai salah satu mata kuliah. Untuk mendukung terlaksananya kegiatan tersebut pada tahun 2012 dilaksanakan penyusunan Pedoman Teknis Kader Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan.

Dari kegiatan itu diharapkan kecepatan dalam merespon kejadian bencana dapat ditingkatkan, dan tentu dengan ditambah berbagai pengalaman yang sudah diperoleh selama penanganan bencana di berbagai daerah, dapat menjadi informasi yang sangat berguna bagi pengelola program penanggulangan krisis kesehatan, karena pengalaman merupakan guru yang paling baik.

Dari berbagai pengalaman tersebut Pusat Penanggulangan Krisis Kesehaan mencoba untuk menuangkannya dalam media buletin yang diberi nama INFO KRISIS KESEHATAN, yang materinya diperoleh dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional dan Sub Regional terkait penanggulangan krisis kesehatan, dan sumber lainnya.

Dengan terbitnya buletin INFO KRISIS KESEHATAN ini, diharapkan dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk memperbaiki upaya penanggulangan krisis kesehatan di masa yang akan datang.

Page 3: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Manajemen Bencana dalam KurikulumMata Kuliah Poltekkes

Tak ada yang bisa menolak bencana, kita sebagai manusia hanya bisa mengurai resikonya saja -Jusuf Kalla-

Oleh : Aditya R. Manggala, S.Psi

Berangkat dari banyaknya bencana diIndonesia, mulai dari tsunami di Aceh pada tahun 2004 sampai meletusnya gunung merapi pada tahun 2010, menjadikan indonesia matang dalam

menghadapi bencana, hal ini terbukti dengan terpilihnya Bapak Presiden Susilo Bambang Yudoyono sebagai Global For Disaster Risk Ruduction dari Perserikatan Bangsa-bangsa (UN) pada tahun 2011 hal ini mengilhamkan bahwa manajemen bencana untuk pengurangan resiko sangat penting, Maka dari itu bangsa-bangsa lain banyak yang datang ke Indonesia untuk belajar manajemen penaggulangan bencana dengan cara seminar, pelatihan singkat, dll.

Bidang Kesehatan

Kesehatan sebagai vocal point jika terjadi bencana pun fokus terhadap issue ini, Pusat Penaggulangan Krisis Kesehatan telah membuat pelatihan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam manajemen Penanggulangan bencana dibidang kesehatan dan sudah melatih sebanyak 117 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, tidak hanya itu pada tanggal 8-10 Desember 2011 bertempat di Hotel Holiday Inn Baruna Kuta Bali, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, melaksanakan Pertemuan Koordinasi Peningkatan Kapasitas Mahasiswa Politeknik Kesehatan (poltekes) Kemenkes dalam penanggulangan bencana yang dibuka secara langsung oleh Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Mudjiharto, SKM, MM dan Kepala Pusat Perencananan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan, hasil dari pertemuan ini adalah untuk memasukan materi manajemen bencana bidang kesehatan agar bisa diapikasikan oleh mahasiswa.

Kenapa Manajemen Bencana Untuk Politekkes?

Kita ketahui bersama jika bencana terjadi tenaga kesehatan yang ada bisa menjadi korban bencana tersebut, sehingga kita sering sekali kekurangan tenaga kesehatan, dan pada saat itu kita sangat memerlukan tenaga kesehatan dalam jumlah yang besar. Poltekkes sebagai institusi pendidikan dibidang kesehatan dibawah kementerian kesehatan diharapkan bisa menjadi lini terdepan yang dapat memberikan bantuan dukungan kesehatan penanggulangan bencana, maka dari itu mahasiswa politekkes harus memiliki pengetahuan manajemen

bencana di samping pengetahuan teknis dibidangnya sehingga dapat berperan aktif jika bencana terjadi.Disamping itu kegiatan ini dilaksanakan untuk agar tersosialisasikannya upaya pengintegrasian pengetahuan dan keterampilan penanggulangan bencana pada proses pendidikan formal (perkuliahan) bagi para mahasiswa Politeknik Kesehatan (Poltekkes) kepada seluruh Direktur Poltekkes Kementerian Kesehatan

Terus Kapan Eksekusinya?

Hasil dari Pertemuan Koordinasi Peningkatan Kapasitas Mahasiswa Politeknik Kesehatan (poltekes) Kemenkes dan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan antara lain adalah masuknya materi Manajemen Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana di poltekes, mata kuliah ini akan diberikan pada semester 4 atau 5 dengan bobot 2 SKS. Mata Kuliah ini akan segera dimulai pada semester genap tahun 2012/2013. Untuk persiapannya Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan akan mengadakan pelatihan bagi tenaga pengajar mata kuliah Manajemen Kesehatan Pada Penanggulangan Bencana. Masing-masing Poltekkes mengirimkan 2 orang Guru/Dosen Poltekkes, yang

direncanakan pada tanggal 1-5 Maret 2012 dijakarta.

Poltekes yang akan dilatih dikegiatan inipun adalah poltekkes-poltekkes di lokasi daerah rawan bencana dan dekat dengan sub regional Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, pertimbangan ini antara lain jika terjadi bencana akan lebih mudah dalam berkoordinasinya

Kenapa Hanya Kesling, Gizi, dan Keperawatan?

Pada Perdana mata kuliah ini (tahun ajaran 2012/2013) sementara masih dilaksanakan di jurusan kesehatan lingkungan, Gizi dan keperawatan, dan karena itulah banyak pertanyaan yang muncul kenapa hanya jurusan itu saja? Apakah yang lainya tidak penting?

Mudjiharto selaku Kepala Pusat penanggulangan Krisis Kesehatan menjawab “bukannya tidak penting, semua sangat penting disaat bencana, cuma kita harus melihat skala prioritasnya, karena ju tetapi di tahun depan kita akan segera mengkaji materi yang bisa dimasukan kejurusan lainnya yang ada di poltekes.

03

Pembukaan disambut oleh tarian bali Diskusi sedang berlangsung

KesIapsIagaan

Page 4: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Gunung Api Lokon adalah gunung api bertipe stratovolcano yang terletak di Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara

padaposisi 1.358 LU dan 124.792 BT. Gunung ini memiliki ketinggian 1.580 m dari permukaan laut. Puncak Gunung Lokon berjarak sekitar 5.300 meter di sebelah barat laut dari kota Tomohon dan sekitar 6.700 meter di sebelah barat daya dari kota kecamatan Pineleng. Dari ibukota provinsi Manado hanya berjarak sekitar 20 km di barat daya kota Manado. Gunung ini pernah beberapa kali meletus antara lain pada tahun 1951, 1991 dan 2011.

Pada letusan tahun 2011 Gunung Lokon mulai menunjukkan aktivitas sejak 18 Juni 2011. Pada hari Minggu, 10 Juli 2011 status gunung ini telah ditingkatkan dari Siaga menjadi Awas oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi.

Pada Kamis, 14 Juli 2011 pukul 22:45 WITA gunung Lokon di kawah Tompaluan meletus dengan lontaran material pijar, pasir, dan hujan abu setinggi sekitar 1.500 meter. Selanjutnya, letusan kembali terjadi pada Jumat dini hari sekitar pukul 01.30 Wita dengan lontaran material vulkanik setinggi 600 meter. Letusan ini mengakibatkan lebih dari 10.000 warga di beberapa desa, di antaranya Kinilow, Tinoor, dan Kakaskasen mengungsi ke Tomohon atau Manado. Sedikitnya dalam sehari setelah letusan telah mengakibatkan dua warga meninggal sebagai akibat tidak langsung dari letusan.

Sejak tanggal 24 Juli 2011 Gunung Lokon ditetapkan berstatus Siaga (Level III) oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Pada tanggal 10 Februari 2012 pukul 08. 20 WITA Gunung Lokon kembali meletus, mengeluarkan erupsi diikuti suara gemuruh, abu letusan berwarna kelabu tebal, tinggi kolom asap letusan 2000 m dari Kawah Tompaluan, tertiup angin kearah Tenggara. Direkomendasikan tidak ada aktivitas masyarakkat dalam radius 2.5

km dari Kawah Tompaluan. Dampak letusan ini mengenai 14 desa di Kota Tomohon. Masyarakat dihimbau untuk terus waspada dan mempersiapkan segala hal jika ada peningkatan aktivitas gunung Lokon. Pada tanggal 11 Februari 2011 aktivitas Gunung lokon kembali menurun, masyarakat tetap beraktivitas normal dan tidak ada pengungsian.

Populasi Beresiko/Terancam

Berdadaskan informasi dari Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Tomohon daerah yang terkena debu letusan Gunung Lokon adalah : Desa Matani I : : 1948 jiwa, Desa Matani II : 2858  jiwa Desa Matani III : 2280 jiwa, Desa Kolongan I  dan II : 3502 jiwa, Desa Kakaskasaen III : 2683 jiwa,     Desa Paslaten II : 2885 jiwa, Desa Walian I  : 1928 jiwa, DesaWalian II : 1459 jiwa, DesaTinoorI : 1500 jiwa, Desa Tinoor  II : 1464 jiwa, DesaKamasi : 2396 jiwa, DesaTumatangtang: 3150 jiwa, DesaUluindano : 1534 jiwa dan Desa

Laporan Kesiapsiagaan DaruratGunung Api Lokon

Lansot : 2116 Jiwa.

Permasalahan kesehatan

Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan dan laporan dari PPK Regional Sulawesi Utara dan Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Tomohon tidak ada korban

Oleh : dr. Eko Medistianto

meninggal, luka berat dan luka ringan serta tidakterjadi pengungsian.

Kesiapsiagaan Daerah

1. Kesiapan Sarana dan Prasarana Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatanyang disiagakan di Kota Tomohon antara lain 7 puskesmas, 5 dari 7 puskesmas tersebut merupakan puskesmas rawat inap, 2 rumah sakit juga disi agakanya itu RS Gunung Maria dan RS Bethesda. Untuk rumah sakit rujukan disiapkan RSUP Dr. Kandow Manado.

04

KesIapsIagaan

Page 5: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Sarana dan logistik kesehatan yang telah disiapkan oleh Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Tomohon adalah 8 unit ambulans/mobil puskesmas kelliling lengkap dengan stretcher, 23 unit tempat tidur pasien, 10 unit veltbed, alat kesehatan, obat dan bahan habis pakai, 5 unit alat fogging, vaksin dan 4000 masker.

2. Kesiapan Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang telah disiapkan oleh Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Tomohon sebanyak 345 orang yang berasal dari Dinkessos, 7 puskesmas dan 2 Rumah Sakit. Selain itu sebanyak 14 tenaga kesehatan jiwa yang berasal dari 7 puskesmas dan RS Jiwa Ratumbuisang Mando juga disiapkan untuk mengantisipasi adanya masalah kesehatan jiwa apabila ada warga yang mengungsi di pengungsian.

Sistem Informasi

Penyampaian Data/Informasidan pelaporan menggunakan Sistem Informasi Penanggulangan Krisis sesuai dengan Kepmenkes No. 064/MENKES/SK/II/2006.

Upaya Yang Telah Dilakukan

Dinas Kesehatan Kota Tomohon mendistribusikan masker sebanyak 6000 buah kepada warga yang terkena debu letusan Gunung Lokonserta menyiagakan 7 puskesmas di Kota Tomohon untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga yang terkena penyakit akibat debu letusan Gunung Lokon.

Kementerian Kesehatan melalui Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan memberi bantuan masker sebanyak 4000 buah untuk kesiapsiagaan darurat letusan Gunung Lokon.Badan Nasional Penanggulangan Bencana segera meresponletusan Gunung Lokon dengan membentuk dan mengirimkan Tim Kesiapsiagaan

Darurat Peningkatan aktivitas Vulkanik Gunung ApiLokon yang beranggotakan 7 orang berasal dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Pekerjaan Umum dan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Tim kesiapsiagaan darurat tersebut terdiri dari :

NO NAMA JABATAN INSTANSI

1 Yus Rizal, DCN, M.Epid Kasubdit. Penyelamatan dan Evakuasi BNPB

2 Suwignyo, SH Kasubdit. Pengerahan dan Distribusi BNPB

3 Budi Sunarso, S.Si,M.Si Kasubdit. PeringatanDini BNPB4 HadiPurnomo Staf Kementerian PU

5 dr. Eko Medistianto Staf Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan

PPKK, Kementerian Kesehatan

6 Setiawan Cahya Purnama Staf Deputi II BNPB7 TeguhPratama Staf Deputi II BNPB

Kegiatan yang dilakukan antara lain :

Melakukan koordinasi dengan Jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Utara dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tomohon dan Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Tomohon.

Melakukan pemantauan aktivitas Gunung Api Lokon dan mengumpulkan data aktifitas Gunung dari Pusat Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kota Tomohon.

Tim bersama-sama dengan BPBD Kota Tomohon dan Dinkessos Kota Tomohon mereview ulang Rencana Kontinjensi Kota Tomohon dengan skenario Letusan Gunung Api Tomohon dan menentukan kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan dan inventarisasi kebutuhan sumberdaya dan logistik dari berbagai sektor termasuk sektor kesehatan.

Penyerahan Dana Siaga Darurat Bencana Letusan 3 GunungApi (Gunung Lokon, Gunung Karangetang dan Gunung Soputan) di Provinsi

Sulawesi Utara dari BNPB kepada BPBD Provinsi Sulawesi Utara.]

Rencana Tindak Lanjut

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan bersama-sama dengan Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Tomohondan PPK Regional Sulawesi Utara tetap melakukan pemantauan terhadap aktifitas Gunung Lokon.

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan akan mengirim bantuan 6000 masker untuk memperkuat Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dalam kesiapsiagaan menghadapi ancaman letusan Gunung Lokon.

05

Page 6: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Sejak bulan Oktober hingga Desember 2011 telah terjadi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Ijen ditandai oleh peningkatan aktivitas vulkanik baik secara visual, jumlah per bulan Gempa Vulkanik Dalam (VA), Vulkanik Dangkal (VB) dan Gempa Tremor menerus). Didasarkan pada peningkatan aktivitas kegempaannya, sejak tanggal 15 Desember 2011, Gunung Ijen mengalami peningkatan status dari Normal (Level I) menjadi WASPADA (Level II). Dalam periode tanggal 15 – 17 Desember 2011 telah terjadi peningkatan aktivitas yang signifikan yang ditandai oleh lonjakan tajam jumlah.

Gempa Vulkanik Dalam dan Gempa Vulkanik Dangkal serta diikuti juga oleh menguatnya gas SO2 di sekitar danau kawah G. Ijen. Berdasarkan hasil pengamatan visual dan kegempaan serta analisis data tersebut maka  terhitung  tanggal 18 Desember 2011  pukul 04:00 WIB status kegiatan G. Ijen dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga  (Level III). Potensi bahayanya di kawasan rawan bencana 1, 2 dan 3 antara lain aliran awan panas, lahar letusan, lahar hujan, hujan abu lebat, kemungkinan longsoran puing vulkanik dan lontaran batu pijar.

Sejak 8 Februari 2012 pukul 13.00 WIB, status Gunung Ijen telah diturunkan menjadi status waspada. Gunung Ijen merupakan gunungapi aktif yang memiliki danau kawah di puncak, dengan panjang dan lebar danau masing-masing sebesar 800 m dan 700 m serta kedalaman danau mencapai 180 m. Secara geografis G. Ijen berada pada posisi 8º 03’ 30” LS dan 114º 14’ 30” BT dengan tinggi puncaknya 2386 meter dari permukaan laut. Secara administratif Gunung Ijen terletak di dua

Kabupaten, yaitu Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.

Populasi Beresiko/Terancam

Berdasarkan keterangan Pusat Vulkanologi, Mitigasi Bencana Geologi (PMVBG) daerah rawan bencana Gunung Ijen meliputi di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Bondowoso (Kecamatan Sempol), Kabupaten Banyuwangi (Kecamatan Licin, Kecamatan Kalipuro, Kecamatan Wongsorejo) serta Kabupaten Situbondo (Kecamatan Asembagus) dengan jumlah penduduk yang mencapai 18.377 orang.

Permasalahan kesehatan

Berdasarkah hasil pemantauan yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan dan laporan dari PPK Regional Jawa Timur, Dinkes Kabupaten Bondowoso, Dinkes Kabupaten Situbondo dan Dinkes Kabupaten Banyuwangi serta BBTKL PPM Surabaya, yaitu terjadi peningkatan risiko kesehatan dari beberapa parameter media lingkungan seperti udara, air serta badan

air sejalan dengan penetapan status Gunung Ijen dari waspada menjadi siaga. Hingga status siaga diturunkan menjadi status waspada tidak ada tidak ada korban jiwa dan korban luka-luka serta tidak terjadi pengungsian.

Kesiapsiagaan Daerah

1. Kesiapan Sarana dan Prasarana Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan yang disiagakan untuk Kabupaten Bondowoso 7 Puskesmas (Sempol, Sumber Wringin, Sukosari, Tapen, Klabang, Prajekan, Botolinggo), 3 Ponkesdes, RSUD serta RS Elisabeth. Kabupaten Situbondo telah menyiapkan fasilitas kesehatan yaitu 2 Puskesmas rawat inap (Asembagus, Banyu putih ) dan 15 Ponkesdes, RSUD, RS Elisabeth. Fasilitas kesehatan yang telah disiapkan oleh Kabupaten Banyuwangi yaitu 7 Puskesmas (Licin, Songgon, Mojopanggung, Paspan, Wongsorejo, Bajulmati, Klatak), RSUD, RS Fatimah, RS Yasmin.

Sarana dan logistik kesehatan yang telah disiapkan untuk Kabupaten Bondowoso adalah 5 ambulans (1 unit 4 WD dan 4 unit 2 WD), 10 kendaraan roda dua, 1 HT dan obat-obatan. Kabupaten Situbondo telah menyiagakan 21 ambulans, 34 Roda dua, 1 UnitTenda Posko, obat-obatan dan MP ASI serta alat komunikasi. Kabupaten Banyuwangi telah menyiagakan 68 unit kendaraan roda dua, 19 unit kendaraan roda empat, 12 unit ambulans, 15 unit truk (POLRI, TNI, Pemkab), 8 unit perahu karet, 3 unit kapal patroli, 2 unit helikopter dan 5 unit peralatan selam.

Kesiapsiagaan Gunung IjenOleh : dr. Jaya Supriyanto

06

KesIapsIagaan

Page 7: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

2. Kesiapan Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang telah disiapkan untuk Kabupaten Bondowoso sebanyak 1.267 orang yang terdiri dokter 78 orang, perawat/bidang 846 orang, tenaga lain-lain 343 orang. Kabupaten Situbondo telah menyiagakan tenaga sebanyak 1.037 orang dengan rincian dokter 118 orang, perawat/bidan 783 orang, tenaga lain-lain 136 orang. Kabupaten Banyuwangi telah menyiagakan tenaga sebanyak 2.045 dengan rincian dokter 50 orang, perawat/bidan 100 orang, tenaga lain-lain sebanyak 1.895 orang.

Sistem Informasi

Penyampaian Data/Informasi dan pelaporan menggunakan Sistem Informasi Penanggulangan Krisis sesuai dengan Kepmenkes No. 064/MENKES/SK/II/2006.

Upaya Yang Telah Dilakukan

1. Pemantauan Kualitas Lingkungan

BBTKL Surabaya melakukan Surveilens Faktor Risiko dan Antipasi Kesiapsiagaan Menghadapi Erupsi Gunung Ijen. Fokus pemantauan dilakukan pada beberapa lokasi yang dekat dengan kawah Gunung Ijen yaitu Dusun Giri Mulyo Desa Sumberrejo, Dusun Sempol Desa Sempol dan Pos Pengamatan I di Paltuding. Pada lokasi ini dilakukan pengujian kualitas udara, dan kualitas air bersih yang menunjukkan gambaran sebagai berikut :

Dari hasil pemantauan kualitas udara menunjukkan kadar debu PM10 pada 3 lokasi pemantauan terdeteksi, namun untuk Dusun Giri Mulyo dan Pos Paltuding melebihi ambang batas sebagai mana ditetapkan pada Baku Mutu Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 10 tahun 2009. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti penyakit saluran pernafasan terutama pada kelompok penduduk rentan.

Hasil pemantauan menunjukkan beberapa parameter seperti Florida, Nitrat dan pH melebihi ambang batas berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 tahun tahun 1990 tentang Persyaratan Kesehatan Air Bersih.

2. Mobilisasi SDM Kesehatan

Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan mengirimkan 2 tim yaitu Tim I berangkat pada 28 Desember 2011 yang terdiri dari 3 petugas PPKK untuk melakukan pertemuan siaga darurat di Kabupaten Situbondo yang dihadiri oleh pejabat dari: PPKK, PPK Reg Jawa Timur, Dinkes Kab Bondowoso, Dinkes Kab

Situbondo, Dinkes Kab Banyuwangi, RS Soetomo, RS Saiful Anwar dan Lintas Sektor di 3 Kabupaten terdampak.

Sedangkan Tim 2 berangkat pada tanggal 3 Januari 2011 yang terdiridari 5 orang dari PPKK, 2 orang PPK Regional dan 2 orang BBTKL Surabaya. Kegiatan tim meliputi : Tim PPKK dan PPK Reg melakukan pemantauan di lokasi bencana, melalukan koordinasi dengan 3 Dinas Kesehatan Kabupaten terdampak, menginventarisasi kebutuhan, melakukan pendampingan dalam pengelolaan data dan informasi ke 3 Dinas Kesehatan Kabupaten sampai ke puskesmas, Tim BBTKL melakukan pemeriksaan perkembangan kualitas udara dan air.

3. Mobilisasi Logistik Kesehatan :

PPKK melalui PPK Reg Jatim telah mengirimkan bantuan ke 3 Kabupaten terdampak yaitu MP ASI 300 koli, Back Pack 5 buah (pinjam pakai), Tenda Weimann 4 buah (2 bondowoso, 2 Situbondo) pinjam pakai, Masker 200.000 pieces, Sepatu boot 30 pasang, Obat 8 Koli (4 Bondowoso, 4 Situbondo), Feld Bed 20 buah (pinjam pakai), Tiang infuse 20 buah (pinjam pakai), Infus set anak 200, Abocath anak 200, Radio Komunikasi (pinjam pakai), Mobil double gardan untuk puskesmas sempol (pinjam pakai). BBTKL PP Surabaya memberikan bantuan Logistik yaitu Hygiene Personal Kit 50 paket, Penjernih Air Cepat 1000 shase, Masker (kain) 1500 buah, Aquatabs 500 tablet.

4. Upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan Bondowoso telah melakukan upaya mengaktifkan Pos kesehatan di Puskesmas Sempol, mendirikan Tenda untuk pos kesehatan di Lapangan Hasanudin dan Pos Kesehatan Pasanggrahan, membentuk Tim Reaksi Cepat, membuat Rencana kontigensi bidang kesehatan, melakukan koordinasi lints sektor (BPBD akan membantu menyediakan masker untuk gas beracun sebanyak

200 buah), membuat jadwal untuk melakukan pemantauan perkembangan situasi dan kondisi gunung Ijen.

Dinas Kesehatan Banyuwangi telah melakukan membuat Posko Bidang Kesehatan di Kantor Dinas Kesehatan Kab. Banyuwangi, mengaktifkan Pos Kesehatan di Balai Diklat Tamansari dengan jadwal piket jaga on call, melakukan RHA, melakukan Rapat Koordinasi lintas program dan lintas sektor, membentuk Tim Reaksi Cepat, membuat Rencana kontigensi bidang kesehatan, membagikan masker kepada masyarakat.

Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo telah melakukan pengaktifan pos kesehatan 24 Jam di Puskesmas Asembagus dan Puskesmas Banyuputih, menyusun rencana kontigensi bidang kesehatan Kabupaten Situbondo bersama lintas sektor, menyiagakan 7 pos kesehatan untuk 7 lokasi pengungsian yang disiapkan, menyiagakan Rumah Sakit Rujukan.

07

Page 8: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Untuk meningkatkan kemampuan personil Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana TNI, pada tanggal 18 –19 Januari 2012 bertempat di desa Ciwidew, Ranca Upas

Kabupaten Bandung, Pusat Kesehatan TNI menyelenggarakan latihan gabungan yang diikuti 61 orang peserta terdiri dari unsur Dinas Kesehatan TNI AD, Dinas Kesehatan TNI AL dan Dinas Kesehatan TNI AU.

Latihan Teknis Penanggulangan Bencana Bersama TNI

Pada kesempatan itu 10 orang staf Penanggulangan Krisis Kesehatan dan 5 orang dari Komunitas Peduli Indonesia ikut serta dalam latihan gabungan tersebut . Kegiatan ini dibuka oleh Kolonel CKM Heri D, dalam sambutannya disampaikan bahwa kegiatan yang diselenggarakan Pusat Kesehatan TNI merupakan kegiatan rutin yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas teknis satuan TNI dalam penanggulangan bencana dan menginventarisir kemampuan

sumber daya manusia dan peralatan pendukung yang dimiliki masing-masing satuan, sedangkan keikutsertaan unsur Kementerian Kesehatan dan organisasi masyarakat adalah untuk lebih meningkatkan kerjasama yang selama ini sudah terjalin, agar dapat dilakukan lebih baik lagi dimasa mendatang. Materi yang diberikan pada latihan tersebut lebih menekankan pada penanganan evakuasi korban di dalam jurang yang diakibatkan bencana hujan dan tanah longsor,

dengan menggunakan alat bantu tali. Narasumber untuk pelatihan ini adalah Kapten Simbolon dari Paskas TNI Angkatan Udara, Divisi Search & Resque.

Oleh : Aditya R. Manggala, S.Psi

08

KesIapsIagaan

Page 9: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Mungkin ada diantara kita yang belum mengetahui bencana di Indonesia telah menyebabkan malapetaka di dunia, yang mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan dalam jumlah besar. Kesadaran masyarakat Indonesia tentang pengetahuan bencana, dewasa ini dirasakan semakin

meningkat, hal ini mungkin tidak lepas dari kejadian bencana gempa bumi dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 yang telah meluluh lantakkan sebagian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara. Kekuatan gempa memiliki kekuatan 8,9 skala richter di Samudera India atau tepatnya di ujung pulau Sumatera di hari Minggu pagi waktu Indonesia bagian barat telah menyebabkan dunia terhenyak. Gempa yang terjadi sekitar pukul 08.00 berpusat di lokasi 2,9ºLU dan 95,6ºBT, telah menyebabkan jumlah korban tewas di Indonesia cukup besar dan diperkirakan sedikitnya 230.000 orang tewas dan ribuan lainnya mengalami luka-luka.

Gempa yang terjadi tersebut menurut Julie Martinez dari US Geological Survey AS merupakan gempa terdahsyat sejak 1964.

Apa yang terjadi dengan gempa di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tersebut yang kemudian disusul dengan tsunami setinggi 10 meter, juga menerjang sebagian negara Asia meliputi Srilangka dengan jumlah korban tewas diperkirakan 30.000 jiwa, India, Thailand, Malaysia, Myanmar dan Maladewa. Di Afrika bagian selatan juga tak luput terkena dampak bencana seperti Somalia dan Tanzania.

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara paling rawan terhadap bencana, hal ini tidak lepas dari kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis Indonesia yang memungkinkan terjadinya bencana. Tercatat dalam sejarah bahwa bencana yang pernah terjadi di Indonesia telah menyebabkan duka bagi dunia. Stephen J. Spignesi seorang penulis buku

100 Bencana Terbesar Sepanjang Sejarah dari Amerika Serikat, mencatat selain bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Provinsi NAD dan Sumut ada dua bencana besar di Indonesia yaitu Letusan Gunung Tambora tanggal 5 April 1815 dan Gunung Krakatau 26-27 Agustus 1883Letusan Gn. Tambora.

Pada tanggal 5 April 1815, geliat gunung Tambora di Pulau Sumbawa, setinggi tiga belas ribu kaki (±3.960 m ), memuntahkan material batu-batuan dan abu keangkasa raya. Suara gemuruhnya terdengar hingga ribuan kilometer, abu tebal menghalangi cahaya matahari sehingga para penduduk di pulau itu boleh dikatakan tidak mampu melihat tangan di hadapan wajah mereka sendiri. Tanggal 10 April, letusan memuncak dengan gumpalan api yang sangat besar membelit satu sama lain. Kejadian ini kemudian diikuti oleh angin topan, yang mungkin serupa dengan fenomena metereologis badai api. Dampak yang ditimbulkan tentu sudah dapat kita bayangkan, hawa panas yang

Dahsyatnya Bencana di Indonesia yang Mendunia.

Gunung Tambora ( Foto Franzbonbon.blogSpot.com )

Oleh : Drs. Dodi Iriyanto

mencapai ± 700º – 800º Fahrenheit ( 371º-426º C ) membuat mahluk hidup terpotong-potong dan terbakar ; benda-benda hancur tercabik-cabik menjadi potongan-potongan yang tidak terhitung banyaknya. Kekuatan letusan gunung

Tambora melebihi kemampuan gunung dan pulau dimana gunung itu berdiri. Material yang dimuntahkan berton-ton jumlahnya, lava, dan abu, gunung itu mulai menyusut, dari semula tiga belas ribu kaki (3.960 m) menjadi sembilan ribu kaki ( 2.740 m). Abu telah mematikan semua sayuran dan wabah kelaparan yang segera menyusul, penyakit epidemik kolera muncul menyebabkan 80.000 orang tewas, dengan 12.000 orang diantaranya mati seketika selama letusan. Awan letusan gunung Tambora yang sangat besar ini telah menyebabkan turunnya temperatur bumi, dan kehancuran tanaman pangan musim panas di belahan Eropa dan Amerika. Temperatur pada bulan Juni jauh di bawah normal, menyebabkan

09

ragaM InfO

Page 10: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

kekeringan berkepanjangan. Di Swiss, orang-orang mulai kelaparan telah menkonsumsi anjing dan kucing. Hal yang sama dirasakan oleh petani di New York. Kelaparan dan penyakit telah menambah jumlah korban meninggal nyaris mencapai 50.000 orang. Seorang pengamat letusan gunung Tambora merenungkan bahwa abu yang dikeluarkan oleh gunung api ini tidak turun ke bumi, tetapi tetap berada di atmosfer, dan berkelana ke seluruh dunia di bawa angin.

Pada Tahun 1816, Negara Bgian timur laut Amerika Serikat telah melakukan kajian tentang sesuatu yang berhubungan dengan musim salju nuklir saat daerah pesisir Inggris dan Atlantik menderita akibat satu tahun tanpa diselingi oleh musim panas.

Ledakan Nuklir bisa menghasilkan temperature berkisar 5400-7200 Fahrenheit ( 5.126º- 6.926º C). Semua benda akan terbakar pada temperatur ini, dan jika materi yang terbakar itu bersifat organik (manusia, pohon), maka asap yang dihasilkan , tebal dan tidak sehat bagi pernapasan. Namun demikian, jika materi yang terbakar itu plastik, atau bahan kimia atau bahan sintetis, maka gas yang dihasilkan dan muncul dalam bentuk asap mungkin bersifat cukup mematikan. Musim dingin nuklir – penggelapan dan pendinginan atmosfer di seluruh dunia, akan terjadi saat asap dari satu atau lebih ledakan nuklir, menghalangi sinar matahari mencapai tanah, menyebabkan menurunnya temperature secara drastis, mematikan tanaman padi di mana-mana, begitu pula halnya dengan cuaca aneh yang bisa berupa badai salju, musim panas, dan kabut

tebal yang tercemar. Musim dingin nuklir juga akan menghancurkan bentuk-bentuk kehidupan tak terhingga banyaknya, dan hal itu telah diperkirakan para ahli bila terjadi perang nuklir sesungguhnya antara Amerika Serikat, Rusia dan China, akan mematikan satu milyar orang seketika. Namun, apa sesungguhnya yang terjadi satu tahun setelah

letusan gunung Tambora 1816 tidak pernah ada yang memikirkan, sampai akhirnya hasil kajian Negara Bagian Timur laut Amerika Serikat memperoleh jawabannya ; Mengapa bulan Juni 1816 ( seharusnya musim panas) salju telah turun di Connecticut?; Mengapa terdapat embun beku pada bulan Juli di New Hampshire?, Jawabnya adalah karena gunung Api Tambora yang telah meletus satu tahun sebelumnya, memuntahkan abu gunung api dalam jumlah terbesar ke udara, dalam sejarah. Butuh 104 tahun bagi para ilmuwan untuk memahami kaitan tentang penjelasan tahun tanpa musim panas dengan efek yang bisa ditimbulkan oleh letusan gunung api terhadap cuaca bumi. Pada tahun1920 akhirnya berhasil menjawab fenomena alam tahun tanpa musim panas.

Letusan Gn. Krakatau .

Gunung Krakatau terletak di Selat Sunda , di antara Pulau Jawa dan Sumatera, Letusan Krakatau yang tercatat pertama kali terjadi pada tahun 1680, kemudian tidur selama hampir dua ratus tahun sampai akhirnya pada tanggal 26 Agustus 1883 terjadi letusan besar memancar dari Krakatau, abu dan batu mulai menghujani Selat Sunda. Hal ini berlangsung selama dua puluh empat jam, hingga hari berikutnya ketika empat letusan sangat besar. Letusan-letusan ini telah mengguncangkan dunia, yakni membangunkan orang-orang Australia Selatan yang jaraknya lebih dari 2.500 mil ( lebih 4.000 km). Awan abu Krakatau naik setinggi lima puluh mil ( 80 km) ke udara, dan debu gunung api telah mengelilingi bumi berkali-kali, tumpukan debu nyaris terdapat di mana-mana di planet ini. Letusan

ini juga mengakibatkan tsunami, sebuah gelombang raksasa yang mendatangkan kerusakan terbesar, hingga sejauh Tanjung Horn di Amerika Selatan.Gelombang raksasa Krakatau setinggi 100-120 kaki ( 30-36 m) telah menelan nyaris 30 desa pesisir dan pelabuhan, juga menewaskan lebih dari 36.000 orang. Krakatau telah mengirim lebih dari delapan kilometer kubik debu ke atmosfer dan bertahan di sana selama dua tahun penuh. Material ini telah membuat matahari tengah hari tampak berwarna biru di Amerika Selatan, dan matahari terbit tampak berwarna hijau di Hawaii selama berbulan-bulan setelah letusan. Debu ini juga menciptakan pemandangan matahari terbenam yang spektakuler di seluruh dunia selama berbulan-bulan setelah letusan. Dua bulan kemudian, pada bulan Oktober 1883, banyak orang di New Haven, Connecticut, terkecoh dan memanggil pemadam kebakaran karena mengira bahwa nyala merah matahari terbenam adalah kebakaran sangat besar yang tak terkendali. Pemandangan tersebut juga dapat disaksikan di banyak tempat di sepanjang pesisir timur Amerika Serikat.

Krakatau akhirnya tenggelam ke dalam laut, energinya telah habis. Di tempatnya sekarang terdapat Anak Krakatau, Sangat kecil kemungkinannya Anak Krakatau dapat mencapai kekuatan bencana layaknya Krakatau. Sebuah letusan dengan kekuatan setara atau lebih besar tentu saja dimungkinkan terjadi di tempat lain di muka bumi. Tetapi sejauh ini, Krakatau telah memegang rekor sebagai letusan gunung berapi terbesar sepanjang masa.

(Sumber : 100 Bencana Terbesar Sepanjang Sejarah, Stephen J Spignesi, Kumpulan Bencana Indonesia, Gramedia 2010)

10

Page 11: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Krisis kesehatan akibat bencana di Indonesia terjadi hampir setiap hari dengan jenisnya yang beraneka ragam. Berdasarkan data PPKK Kemenkes tahun 2008-2011 menunjukkan bahwa rata-rata setiap hari terdapat 2 – 3 korban tewas akibat bencana. Selain itu + 5 orang/hari

mengalami luka berat/dirawat inap serta sekitar 1.000 orang/hari harus mengungsi. Tinggal di sebuah negara dengan kondisi demikian, tidak ada pilihan lain kecuali berusaha menurunkan risiko kesehatan akibat terjadinya krisis kesehatan tersebut. Salah satu upaya untuk mengelola risiko krisis kesehatan, yaitu dengan mengenali karakteristik krisis kesehatan yang terjadi.

Penulis mencoba menganalisis karakteristik krisis kesehatan akibat bencana yang terjadi di Indonesia pada tahun 2008 hingga 2011 berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan oleh PPKK Kemenkes. Karakter yang dinilai meliputi jenis bencana dan wilayah yang sering terpapar dinilai dari frekuensi maupun dampak krisis kesehatan yang terjadi. Indikator yang digunakan adalah jumlah total keseluruhan selama 4 tahun serta konsistensi terjadinya setiap tahun. Sedangkan indikator untuk dampak krisis kesehatan meliputi jumlah korban meninggal, dirawat inap/luka berat serta pengungsi. Standar tinggi dan rendah dalam pembahasan ini dengan membandingkan antar variabel yang sejenis.

Jenis Bencana

Jumlah total kejadian krisis kesehatan akibat bencana (KKAB) selama 4 tahun yaitu 1.233 kejadian. Ini berarti, setiap tahunnya terjadi 308 kali KKAB atau nyaris setiap hari. Lima besar yang kerap terjadi yaitu banjir, tanah longsor, angin siklon tropis, banjir bandang dan konflik sosial. Kelima jenis bencana tersebut menempati proporsi 81% dari seluruh kejadian KKAB (lihat grafik 1). Namun dari 5 jenis bencana tersebut, hanya banjir, tanah longsor dan angin siklon

Karakteristik Krisis Kesehatan Akibat Bencana Di IndonesiaTahun 2008 – 2011Oleh : Ina Agustina Isturini, MKM

PeringkatTahun

2008 2009 2010 2011

1 Banjir Banjir Banjir Banjir

2 Angin siklon tropis Tanah longsor Tanah longsor Tanah Longsor

3 Tanah longsor

Angin siklon tropis

Angin siklon tropis

Kecelakaan Transportasi

4 Banjir bandang

Banjir bandang Kebakaran Banjir

Bandang

5 Gelombang pasang Gempa Bumi Konflik Angin Siklon

Tropis

Grafik 1 Proporsi Kejadian Krisis Kesehatan Akibat BencanaTahun 2008 - 2011

Tabel 1 Jenis Bencana Peringkat 5 Besardengan Frekuensi Tertinggi

Tahun 2008-2011

tropis yang secara konsisten berada dalam peringkat 5 besar setiap tahunnya, disusul oleh banjir bandang yang selama 3 tahun berada dalam peringkat 5 besar (lihat tabel 1).

11

ragaM InfO

Page 12: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Bila ditinjau dari dampak krisis kesehatan, letusan/peningkatan aktivitas gunung api serta gempa bumi merupakan jenis bencana yang menimbulkan jumlah korban tewas dan luka berat/rawat inap tertinggi (lihat grafik 2). Kedua jenis bencana tersebut juga masuk sebagai lima besar untuk jumlah pengungsi tertinggi bersama banjir, banjir bandang dan konflik (lihat grafik 3). Dilihat dari konsistensi

Grafik 2 Proporsi Korban Meninggal dan Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana

Tahun 2008 - 2011

Grafik 3 Proporsi Jumlah PengungsiBerdasarkan Jenis Bencana

Tahun 2008-2011

Tabel 2 Jenis Bencana Peringkat 5 Besar dengan Jumlah Korban meninggal dan rawat inap Tertinggi

PeringkatMeninggal + Rawat Inap/Luka Berat

2008 2009 2010 2011

1 Banjir Gempa bumi Letusan gunung api

Kecelakaan transportasi

2 Banjir bandang

Banjir bandang

Gempa dan tsunami

Keracunan makanan

3 Tanah Longsor

Tanah Longsor

Banjir bandang Konflik

4 Gempa Bumi Ledakan Konflik Tanah Longsor

5 Kecelakaan Industri Konflik Keracunan Banjir

bandang

Tabel 3 Jenis Bencana Peringkat 5 Besar dengan Jumlah Pengungsi Tertinggi

terjadinya, banjir bandang merupakan yang paling konsisten tiap tahun menjadi 5 besar penyumbang angka meninggal dan rawat inap/luka berat tertinggi, disusul oleh konflik dan tanah longsor (lihat tabel 2). Banjir bandang bersama banjir juga paling konsisten menempati peringkat 5 besar tiap tahun terkait jumlah pengungsi diikuti oleh konflik yang selama 3 tahun menempati peringkat 5 besar. (lihat tabel 3).

PeringkatPengungsi

2008 2009 2010 2011

1 Banjir Banjir Letusan gunung api Banjir

2 Banjir bandang

Gempa bumi Banjir Letusan/Peningkatan

aktivitas gunung api

3 Gempa bumi

Banjir bandang Konflik Banjir lahar dingin

4 Tanah Longsor Kebakaran Banjir

bandang Banjir bandang

5 Konflik Tanah Longsor

Banjir dan tanah longsor

Konflik

Wilayah Terpapar

Selama tahun 2008 – 2011, terdapat 1 Provinsi yang sama sekali belum pernah mengalami krisis kesehatan yaitu Bangka Belitung. Sedangkan untuk Provinsi dengan frekuensi kejadian tertinggi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat dan DKI Jakarta (lihat grafik

4). Empat provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan secara konsisten selalu berada dalam peringkat 5 besar selama 4 tahun berturut-turut. Sedangkan DKI Jakarta dan Sumatera Barat masing-masing hanya 2 tahun berada dalam peringkat 5 besar.

Grafik 4 Proporsi KKAB Berdasarkan ProvinsiTahun 2008-2011

Grafik 5 Proporsi Korban Meninggal dan Rawat Inap Berdasarkan Provinsi Tahun 2008 - 2011

12

Page 13: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Ditinjau dari dampak krisis kesehatan, Provinsi Sumatera Barat memiliki jumlah korban meninggal dan luka berat/rawat inap tertinggi, diikuti oleh Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur (lihat grafik 5). Namun bila dilihat dari konsisten tingginya krisis kesehatan tiap tahun, Provinsi Jawa Tengah adalah yang paling konsisten berada di peringkat 5 besar tiap tahunnya untuk korban rawat inap dan meninggal. Selanjutnya

Tabel 4 Provinsi dengan Jumlah Korban Meninggal danLuka Berat Tertinggi Tahun 2008 - 2011

PeringkatMeninggal + Rawat Inap/Luka Berat

2008 2009 2010 2011

1 DKI Jakarta Sumatera Barat DI Yogyakarta Jawa Barat

2 Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur

3 Sulawesi Selatan Banten Sumatera

Barat Jawa Tengah

4 Jawa Barat DKI Jakarta Papua Barat Kalimantan Selatan

5 Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Timur Gorontalo

Untuk jumlah pengungsi, Jawa Tengah memegang angka paling tinggi disusul oleh Jawa Barat, Aceh, DKI Jakarta dan DI Yogyakarta (lihat grafik 6). Jawa Tengah pun konsisten setiap tahun masuk dalam 5 besar jumlah pengungsi terbanyak, disusul oleh Provinsi Jawa Barat (lihat tabel 5).

Kesimpulan

1. Tingginya frekuensi kejadian suatu jenis bencana tidak selalu berbanding lurus dengan besarnya dampak terhadap krisis kesehatan. Contohnya angin siklon tropis, sekalipun frekuensinya tinggi, namun krisis kesehatan yang ditimbulkan tidak terlalu besar dibandingkan jenis bencana lainnya.

2. Beberapa jenis bencana yang memerlukan perhatian khusus yaitu sebagai berikut :

a. Banjir bandang. Frekuensinya cukup tinggi setiap tahun. Selain itu krisis kesehatan yang ditimbulkan baik jumlah korban meninggal dan rawat inap maupun pengungsi juga tinggi setiap tahunnya.

b. Gempa bumi dan Letusan/Peningkatan Aktivitas gunung Api. Sekalipun frekuensi kejadian keduanya relatif tidak tinggi, namun permasalahan kesehatan yang ditimbulkan cukup serius karena hampir di setiap kejadiannya menimbulkan jumlah korban meninggal dan rawat inap serta pengungsi yang tinggi.

c. Konflik sosial. Jenis bencana ini selalu terjadi setiap tahun namun hanya sekali masuk dalam 5 besar dengan jumlah frekuensi tertinggi yaitu pada tahun 2010. Dampak yang ditimbulkan tergolong serius karena pada setiap kejadiannya menimbulkan jumlah korban meninggal dan rawat inap serta pengungsi yang tinggi.

adalah Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur (lihat tabel 4).

Grafik 6 Proporsi Jumlah Pengungsi Berdasarkan ProvinsiTahun 2008 - 2011

Tabel 5 Provinsi dengan Jumlah Korban Pengungsi TertinggiTahun 2008 - 2011

PeringkatPengungsi

2008 2009 2010 2011

1 DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Sumatera Barat

2 Aceh Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Tengah

3 Gorontalo Jambi Kalimantan Timur Aceh

4 Riau Papua Barat Jawa Barat Sulawesi

Utara

5 Jawa Tengah Aceh Sumatera

Utara Jawa Timur

d. Banjir. Frekuensinya selalu tinggi setiap tahun. Meskipun demikian, bencana ini tidak banyak menimbulkan korban meninggal dan rawat inap. Namun banjir paling tinggi menyumbang angka pengungsian setiap tahun.

3. Tingginya frekuensi kejadian di suatu provinsi tidak selalu berbanding lurus dengan besarnya dampak terhadap krisis kesehatan. Contohnya Sulawesi Selatan, sekalipun frekuensinya tinggi, namun krisis kesehatan yang ditimbulkan tidak terlalu besar dibandingkan beberapa provinsi lainnya.

4. Beberapa provinsi yang memerlukan perhatian khusus berturut-turut dari yang paling serius, yaitu sebagai berikut : a. Jawa Tengah. Provinsi ini selalu tinggi frekuensi kejadian

bencananya setiap tahun. Selain itu krisis kesehatan akibat bencana yang terjadi selalu tinggi setiap tahunnya.

b. Jawa Barat. Tidak jauh berbeda dengan Jawa Tengah namun dengan dampak krisis kesehatan yang relatif lebih rendah dibandingkan Jawa Tengah.

c. Jawa Timur. Frekuensi kejadian bencana di wilayah ini selalu tinggi setiap tahun. Selain itu korban meninggal dan rawat inap di wilayah ini hampir selalu tinggi setiap tahun. Namun untuk jumlah pengungsi, provinsi ini relatif lebih rendah dibanding beberapa provinsi lainnya.

d. Sumatera Barat. Provinsi ini memiliki kekerapan kejadian bencana yang cukup tinggi walau hanya 2 tahun menempati peringkat 5 besar. Dampak krisis kesehatan yang ditimbulkan pun cukup serius terutama untuk korban meninggal dan dirawat inap.

Keterbatasan Penelitian

Analisis hanya menggunakan hasil pemantauan dari PPKK Kemenkes saja sehingga KKAB yang terjadi namun tidak dilaporkan oleh PPKK Kemenkes tidak menjadi bahan analisis. Selain itu, indikator KKAB yang digunakan hanya terdiri dari frekuensi, korban meninggal, rawat inap dan pengungsi. Indikator lainnya seperti rawat jalan/luka ringan , korban hilang dan fasilitas kesehatan yang rusak diabaikan.

13

Page 14: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

Rumah sakit sebagai unit pelayanan kesehatan rujukan memiliki peran yang sangat penting dalam pelayanan kegawatdaruratan terutama pada kejadian bencana atau kejadian yang menimbulkan korban massal.

Bahaya (Hazard)

a. Potensi bahaya (Hazard) eksternal

Perlu dilakukan analisis terhadap jenis bencana yang dapat terjadi sesuai dengan lokasi rumah sakit tersebut, misalnya rumah sakit yang terletak di daerah rawan bencana gempa bumi, banjir, letusan gunung api, konflik sosial, kegagalan teknologi. Kejadian bencana tersebut dapat mengakibatkan terjadinya korban massal yang datang ke rumah sakit serta juga dapat menimbulkan kerusakan fasilitas rumah sakit yang akan menganggu fungsi pelayanan kesehatan di rumah sakit.

b. Potensi bahaya (Hazard) Internal

Selain bencana dari luar rumah sakit, potensi bencana juga dapat berasal dari dalam rumah sakit itu sendiri, seperti potensi bahaya kebakaran, ledakan.

2. Pemetaan Sumber daya rumah sakit

Harus dilakukan pemetaan sumber daya rumah sakit yang meliputi pemetaan sumber daya manusia baik tenaga kesehatan maupun non kesehatan serta pemetaan sarana dan prasarana rumah sakit. Pemetaan ini dilakukan guna mengetahui kemampuan sebuah rumah sakit dalam mendukung setiap upaya/kegiatan operasional rumah sakit dalam penanggulangan bencana. Pemetaan ini dilaksanakan pada masa pra bencana

Oleh: dr. Eko Medistianto

Pada keadaan normal pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan kapasitas rumah sakit tersebut, tetapi apabila terjadi kejadian bencana atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya korban massal dimana jumlah pasien yang datang ke rumah sakit melebihi kapasitas normal yang dapat ditampung di rumah sakit tersebut, baik kapasitas tempat pelayanan maupun sumber daya kesehatan yang tersedia dapat menimbulkan terjadinya kekacauan (chaos) di rumah sakit sehingga pelayanan yang diberikan menjadi tidak efektif dan efisien. Semakin rendah tingkat kesiapan rumah sakit maka akan semakin lama periode kekacauan terjadi, oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk membangun kesiapan rumah sakit dalam menghadapi bencana supaya respon menjadi efektif dan efisien.

Rumah sakit harus mempunyai perencanaan dan prosedur untuk penanggulangan bencana, sehingga dapat menangani korban dalam jumlah yang sangat banyak dalam tahap tanggap darurat situasi bencana, bahkan dapat mengidentifikasi potensial terjadinya bencana di lingkungan rumah sakit.

Perencanaan rumah sakit dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana mencakup hal-hal penting antara lain :

1. Analisis Resiko /Pemetaan Potensi

14

KesIapsIagaan

Page 15: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

3. Pengorganisasian saat keadaan darurat

Rumah sakit harus memiliki struktur organisasi yang diaktifkan pada saat kejadian bencana/korban massal melalui sistem komando yang dikendalikan oleh seorang incident commander. Pengorganisasian keadaan darurat tersebut tidak membentuk struktur organisasi baru tetapi memanfaatkan struktur organisasi yang sudah ada dan disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dengan jenis bencana. Dilakukan proses yang disebut minimal staffing yaitu dengan membuat dengan metode crosswalk.

Pada pengorganisasian keadaan darurat ini seorang staf rumah sakit dapat memiliki jabatan tambahan yang hanya berlaku pada keadaan darurat saat sistem komando diaktifkan.

Setiap staf memiliki kartu tugas (job sheet) sesuai jabatannya masing-masing yang memuat semua uraian tugas pada saat terjadi keadaan darurat.

guna mengetahui kemampuan bagian logistik sebuah rumah sakit dalam mendukung setiap upaya/kegiatan operasional rumah sakit dalam penanggulangan bencana. Mulai dilakukan pada masa pra – bencana

Perencananan kebutuhan logistik dilakukan berdasarkan daftar kebutuhan yang diterima dari semua bagian. Dibagi menjadi OLM (obat logistik medik) dan NLM (non-logistik medik). Bahan habis pakai harus dikelompokkan, dimulai dari bahan yang paling sering digunakan sampai yang jarang digunakan agar prioritas perencanaan kebutuhan logistik dapat terlihat dan memudahkan bagian logistik untuk kembali melakukan pengadaan sebelum jenis barang tersebut habis

Dalam proses perencanaan juga diperhitungkan agar seluruh kebutuhan logistik disiapkan untuk mampu mendukung upaya pelayanan medis saat terjadi peningkatan pasien hingga 100 % dari BOR rumah sakit selama 72 jam. Karena banyak rumah sakit pada akhirnya tidak mampu memenuhi kebutuhan logistik saat bencana (internal/eksternal) meskipun bagian logistik rumah sakit sudah mempersiapkannya, disebabkan skala bencana yang terjadi biasanya bisa lebih besar dari yang diperkirakan. Bagian logistik juga harus mulai mengusahakan agar stok logistiknya mampu memenuhi kebutuhan rumah sakit hingga 60 hari ke depan

Pada prakteknya, perencanaan kebutuhan logistik dapat dibagi/dikelompokkan berdasarkan Jenis bencana dan luas bencana dan jumlah korban

5. Fasilitas Rumah Sakit Dalam Penanganan Bencana

Fasilitas rumah sakit yang digunakan dalam penanganan

bencana terdiri dari :

A. Fasilitas Umum: Pusat Komando, Pusat Informasi, Ruang Humas/Media, Alat komunikasi dan informasi, Dapur umum, Denah rumah sakit, Tanda/Rambu evakuasi, Tanda/papan nama ruangan, Alur evakuasi, Gudang Logistik, Pos relawan dan Tempat untuk keluarga korban

B. Fasilitas penanganan pasien: Tempat untuk melakukan Triase, Tempat registrasi pasien, Mobil Ambulans, Kartu triase (merah, kuning, hijau, hitam), Ruang Dekontaminasi, Ruang Isolasi Instalasi Gawat Darurat dengan ruang tindakan dan peralatan medis, Kamar operasi dan peralatan operasi, Laboratorium, Ruang rawat inap, Intensive Care Unit (ICU), Kamar Jenazah

IncidentCommander

Safety andSecurityOfficer

LiaisonOfficer

MedicalOfficer

PIO

4. Manajemen Logistik • Dilakukan guna mengetahui kemampuan bagian logistik sebuah

rumah sakit dalam mendukung setiap upaya/kegiatan operasional rumah sakit dalam penanggulangan bencana

• Mulai dilakukan pada masa pra – bencana • Penanggung jawab bagian logistik harus mampu membuat jadwal

piket setiap personel, baik saat terjadi bencana maupun tidak • Pada setiap jadwal ditempatkan tenaga – tenaga dengan

kapasitasnya masing – masing yang akan mewakili setiap bidang keahlian yang berbeda (misal : teknisi kelistrikan, staf pergudangan makanan, obat – obatan, dsb)

• Dilakukan pengecekan uji fungsi pada semua alat – alat baik medis maupun non – medis secara berkala sesuai SOP

• Memastikan semua sarana dan prasarana yang ada siap digunakan kapan pun dibutuhkan

• Perencananan kebutuhan logistik dilakukan berdasarkan daftar kebutuhan yang diterima dari semua bagian

• Dibagi menjadi OLM (obat logistik medik) dan NLM (non-logistik medik)

• Bahan habis pakai harus dikelompokkan, dimulai dari bahan yang paling sering digunakan sampai yang jarang digunakan agar prioritas perencanaan kebutuhan logistik dapat terlihat dan memudahkan bagian logistik untuk kembali melakukan pengadaan sebelum jenis barang tersebut habis

• Dalam proses perencanaan juga diperhitungkan agar seluruh kebutuhan logistik disiapkan untuk mampu mendukung upaya pelayanan medis saat terjadi peningkatan pasien hingga 100 % dari BOR rumah sakit selama 72 jam

• Karena banyak rumah sakit pada akhirnya tidak mampu memenuhi kebutuhan logistik saat bencana (internal/eksternal) meskipun bagian logistik rumah sakit sudah mempersiapkannya, disebabkan skala bencana yang terjadi biasanya bisa lebih besar dari yang diperkirakan

• Bagian logistik juga harus mulai mengusahakan agar stok logistiknya mampu memenuhi kebutuhan rumah sakit hingga 60 hari ke depan

• Pada prakteknya, perencanaan kebutuhan logistik dapat dibagi/dikelompokkan berdasarkan :

1. Jenis bencana 2. Luas bencana dan jumlah korban

4. Manajemen Logistik

Manajemen logistik dilakukan

C. Fasilitas Pendukung: instalasi listrik, Instalasi farmasi, Instalasi gizi, Instalasi air bersih, instalasi gas medis, Instalasi penyimpanan bahan bakar, Sistem komunikasi dan informasi, instalasi pembuangan limbah, sistem

15

Page 16: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

ventilasi udara, adanya protap-protap pelayan

dan no telp. sumber informasi, lokasi bencana dan tingkat kerusakan, penyebab bencana serta jumlah korban

Informasi ini segera disampaikan ke resepsionis /bagian telekomunikasi yang kemudian dilaporkan kepada direktur /komandan bencana / pejabat yang ditunjuk ( diluar jam kerja).

Pejabat yang berwenang memberlakukan rencana penanggulangan bencana (hospital disaster plan) secara penuh atau sebagian, sesuai situasi bencana

Bila ada informasi tentang kemungkinan bencana, Komandan Bencana melakukan “Immediate Action” yaitu dengan melakukan penambahan kapasitas RS, pengorganisasian area penerimaan pasien, pengaturan transportasi, arus informasi yang terorganisir serta menyatakan bahwa Rumah Sakit dalam keadaan “Waspada “ atau “Stand By”

Keseluruhan aktivitas dikoordinasikan oleh Komandan Bencana (INCIDENT COMMANDER)

7. Monitoring dan Evaluasi

Keberhasilan dalam penanggulangan keadaan darurat diukur dengan kinerja seluruh komponen dan unsur unsur yang ada di rumah sakit.

Dokumen Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Bencana

yang sudah tersusun harus diuji coba, dan seluruh unsur rumah sakit harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan perencanaan tersebut pada bidang dan kewenangan masing masing secara terkoordinir.

Hal ini bisa dicapai melalui program pelatihan yang baku.

Latihan atau simulasi kondisi bencana dirancang untuk menghasilkan kondisi rumah sakit yang responsif terhadap bencana,pemanfaatan sumber daya secara efisien dengan hasil yang maksimal, serta kesempatan untuk menguji rencana, prosedur, serta kebijakan, yang sudah ada.

Program gladi yang efektif mengevaluasi kinerja terhadap kriteria standar, rencana, prosedur,serta analisis kebijakan dan berfokus pada identifikasi area yang memerlukan perbaikan disertai rekomendasi tindakan korektif, sehingga akan meningkatkan kemampuan rumah sakit untuk mencegah, mempersiapkan,merespon, dan memulihkan diri dalam kondisi bencana.

Bentuk – bentuk pelatihan yang dapat digunakan dalam mengevaluasi perencanaan rumah sakit dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana antara lain seminar, lokakarya/Workshop, Table Top Exercise, gladi Lapangan, gladi Posko, drills, latihan fungsional (Functional Exercise), dan full scale exercise.

D. Kapasitas Lebih (Surge Capacity)

Tempat/lokasi di dalam rumah sakit yang dapat digunakan untuk menampung pasien yang jumlahnya melebihi kapasitas normal rumah sakit. Dapat berupa selasar/gang, ruang pertemuan, ruang aula, halaman rumah sakit yang memenuhi syarat dari segi kemudahan akses dan keamanan.

6. Sistim Informasi dan Komunikasi

Karyawan rumah sakit yang menerima informasi tentang terjadinya bencana harus berusaha mengklarifikasi antara lain nama

16

Page 17: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Secara geologis letak wilayah Indonesia yang dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif dan rawan terjadi bencana.

Bencana alam yang sering terjadi di wilayah Indonesia antara lain : banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa bumi, gunung berapi dan tanah longsor. Masih jelas dalam ingatan kita rentetan kejadian bencana alam yang banyak menyebabkan terjadinya korban jiwa, seperti tragedi tsunami di Aceh dan Nias, gempa bumi dahsyat di Tasikmalaya serta Padang, tanah longsor di Cianjur, bahkan banjir di berbagai daerah yang kerap datang setiap musim hujan. Banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam mengantisipasi terjadinya bencana alam. Mulai dari persiapan peralatan untuk mendeteksi terjadinya bencana seperti misalnya pada bencana tsunami dan gunung meletus, pembuatan jenis bangunan yang tahan terhadap bencana gempa, pengelolaan tata kota dan kesadaran warga masyarakat untuk menanggulangi bencana banjir ataupun pemeliharaan daerah hulu sungai dan pegunungan serta hutan untuk mencegah terjadinya tanah longsor. Salah satu yang harus diperhatikan apabila terjadi bencana adalah Manajemen Logistik bantuan.

Siagian : 1992, menyatakan manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain, sedangkan logistik adalah bahan untuk kegiatan operasional yang sifatnya habis pakai. Pengertian Manajemen Logistik adalah rangkaian kegiatan yang meliputi fungsi-fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, pemeliharaan, penghapusan dan inventarisasai serta penatausahaannya. Manajemen logistik dalam penanggulangan bencana di Indonesia penting dipelajari dan dipahami karena merupakan sesuatu yang penting dan untuk menambah wawasan. Sesuai amanat Pasal 4 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Penanggulangan bencana bertujuan untuk :

a. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;

b. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;

c. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;

Manajemen LogistikDalam Penanggulangan BencanaOleh: Viki Sahrial, SH

d. menghargai budaya lokal;

f. mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan; dan

g. menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Diharapkan pelaksanaan manajemen logistik dan peralatan dapat berjalan secara efektif dan efisien dan terkoordinasi dengan baik. Sistem manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana, merupakan suatu sistem yang menjelaskan tentang logistik dan peralatan yang dibutuhkan untuk menanggulangi bencana pada masa pra bencana, pada saat terjadi bencana dan pada pasca bencana. Sistem manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana merupakan suatu sistem yang memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut :

1. Dukungan logistik dan peralatan yang dibutuhkan harus tepat waktu, tepat tempat, tepat jumlah, tepat kualitas, tepat kebutuhan dan tepat sasaran, berdasarkan skala prioritas dan standard pelayanan.

2. Sistem transportasi memerlukan improvisasi dan kreatifitas di lapangan, baik melalui darat, laut, sungai, danau maupun udara.

3. Distribusi logistik dan peralatan memerlukan cara-cara penyampaian yang khusus karena keterbatasan transportasi, penyebaran kejadian, keterisolasian ketika terjadi bencana.

4. Inventarisasi kebutuhan, pengadaan, penyimpanan dan penyampaian sampai dengan pertanggungan jawab logistik dan peralatan kepada yang terkena bencana memerlukan sistem manajemen khusus.

5. Memperhatikan dinamika pergerakan masyarakat korban bencana.

6. Koordinasi dan prioritas penggunaan alat transportasi yang terbatas.

7. Kemungkinan bantuan dari pihak militer, kepolisian, badan usaha, lembaga swadaya masyarakat maupun instansi terkait lainnya baik dari dalam maupun luar negeri, atas komando yang berwenang.

8. Memperhatikan rantai pasokan yang

17

KesIapsIagaan

Page 18: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

efektif dan efisien. Faktor utama yang dapat mendukung berjalannya sistem logistik dan peralatan untuk penanggulangan bencana adalah : Kemampuan infrastruktur, ketersediaan dan jumlah alat transportasi penanggulangan bencana baik secara nasional, regional, lokal maupun setempat. Perlu dipertimbangkan faktor politis dan konflik di masyarakat. Efektifitas sistem logistik dan peralatan ini sangat dipengaruhi oleh sistem informasi dan pengendaliannya. Rantai pasokan dalam peralatan dan sistem manajemen logistik berdasar kepada :a. Tempat atau titik masuknya

logistikb. Gudang utamac. Gudang penyalurd. Gudang penyimpanan terakhir di

pos komando

Dalam Manajemen Logistik sering terjadi masalah dalam pelaksanaannya. Berikut masalah yang sering terjadi dalam pelaksanaan Manajemen Logistik adalah :

1. Kesalahan dalam rencana dan pengadaan kebutuhan• Kesalahan dalam penetapan 

kebutuhan logistik•    Kurang cermat

dalam menganalisis, kurang memperhatikan lingkungan

•  Kesalahan berkitan dengan jenis logistik metode pengadaan logistik, jumlah logistik,waktu pengadaan

2. Kesalahan Peletakan Logistik•    Kesalahan peletakan logistik

sehingga mengangu kelanjaran aktifitas secara keseluruhan.

3. Kesalahan Pakai •    Kekliruan dalam pengunaan

barang karena tanpa di sertai rasa tanggung jawab baik secara teknis fungsional maupun hak pemakaian barang.

4 Kealpaan dalam pencatatan •    Alpa dalam pencatatan logistik

baik menyangkut kegiatan, waktu, jumlah, harga, kondisi maupun data pencatatan lainya.

5 Lalai perawatan

•    Ketidak teraturan dan kesalahan dalam perawatan logistik sehingga menimbulkan kerusakan yang dapat berdampak pada menurunya kuantitas output.

6 Lalai penyimpanan

•    Tidak di tempatkannya barang pada tempat yang semestinya.

7 Lalai kontrol

•    Alpa dalam pengawasan baik terhadap barangnya, waktu pengawasan, maupun metode pengawasan.

Semuanya harus didukung oleh fasilitas pendukung dan peralatan yang memadai untuk mengangkut atau memindahkan secara fisik logistik yang akan disampaikan ke lokasi bencana. Tujuan manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana adalah untuk agar bantuan logistik dan peralatan dapat didistribusikan kepada korban bencana secara efektif dan efisien. Maksud Manajemen Logistik adalah agar pengelolaan logistik dan peralatan dalam rangka penanggulangan bencana dapat dilaksanakan secara cepat, tepat, terpadu dan akuntabel. Dalam upaya menanggulangi bencana alam yang terjadi di negeri ini tentunya akan membutuhkan berbagai peralatan logistik, berikut ini beberapa kebutuhan logistik yang dibutuhkan dan siap pakai saat bencana terjadi :

a) Alat transportasi baik darat, laut, dan udara

b) Alat-alat berat

c) Tenda yang berukuran besar maupun kecil

d) Peralatan medis dan obat-obatan

e) Makanan instant

f ) Alat penyedia air bersihg) Dll

Peralatan diatas merupakan suatu yang vital karena tanpa adanya peralatan-peralatan tersebut, penanggulangan bencana akan sangat sulit dilakukan. Proses Manajemen logistik dalam penanggulangan bencana ini meliputi delapan tahapan terdiri dari :

A. Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan

1. Proses Inventarisasi Kebutuhan adalah langkah-langkah awal untuk mengetahui apa yang dibutuhkan, siapa yang membutuhkan, di mana, kapan dan bagaimana cara menyampaikan kebutuhannya.

2. Inventarisasi ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan serta kemampuan untuk mengetahui secara pasti kondisi korban bencana yang akan ditanggulangi.

3. Inventarisasi kebutuhan dihimpun dari :

a. Laporan-Laporan;b. Tim Reaksi Cepat;c. Media Massa;d. Instansi terkait;

4. Perencanaan Inventarisasi kebutuhan terdiri dari :

a. Penyusunan standar kebutuhan minimal.

b. Penyusunan kebutuhan jangka pendek, menengah dan panjang.

B. Pengadaan dan/atau Penerimaan

1. Proses penerimaan dan/atau pengadaan logistik dan peralatan penanggulangan bencana dimulai dari pencatatan atau inventarisasi termasuk kategori logistik atau peralatan, dari mana bantuan diterima, kapan diterima, apa jenis bantuannya, seberapa banyak jumlahnya, bagaimana cara menggunakan atau mengoperasikan logistik atau peralatan yang disampaikan, apakah ada permintaan untuk siapa bantuan ini ditujukan.

2. Proses penerimaan atau pengadaan logistik dan peralatan untuk penanggulangan bencana dilaksanakan oleh penyelenggara penanggulangan bencana dan harus diinventarisasi atau dicatat. Pencatatan dilakukan sesuai dengan contoh formulir dalam lampiran.

3. Maksud dan Tujuan Penerimaan dan/atau Pengadaan :

a. Mengetahui jenis logistik dan peralatan yang diterima dari berbagai sumber.

18

Page 19: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

b. Untuk mencocokkan antara kebutuhan dengan logistik dan peralatan yang ada.

c. Menginformasikan logistik dan peralatan sesuai skala prioritas kebutuhan.

d. Untuk menyesuaikan dalam hal penyimpanan.

4. Sumber Penerimaan dan/atau Pengadaan

5. Proses Penerimaan dan/atau Pengadaan

a. Proses pengadaan logistik dan peralatan penanggulangan bencana dilaksanakan secara terencana dengan memperhatikan jenis dan jumlah kebutuhan, yang dapat dilakukan melalui pelelangan, pemilihan dan penunjukkan langsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Penerimaan logistik dan peralatan melalui hibah dilaksanakan berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku dengan memperhatikan kondisi pada keadaan darurat.

C. Pergudangan dan Penyimpanan

1. Proses penyimpanan dan pergudangan dimulai dari data penerimaan logistik dan peralatan yang diserahkan kepada unit pergudangan dan penyimpanan disertai dengan berita acara penerimaan dan bukti penerimaan logistik dan peralatan pada waktu itu.

2. Pencatatan data penerimaan antara lain meliputi jenis barang logistik dan peralatan apa saja yang dimasukkan ke dalam gudang, berapa jumlahnya, bagaimana keadaannya, siapa yang menyerahkan, siapa yang menerima, cara penyimpanan menggunakan metoda barang yang masuk terdahulu dikeluarkan pertama kali (first-in first-out) dan atau menggunakan metode last-in first-out.

3. Prosedur penyimpanan dan pergudangan, antara lain pemilihan tempat, tipe gudang, kapasitas

dan fasilitas penyimpanan, sistem pengamanan dan keselamatan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

D. Pendistribusian

1. Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah perencanaan pendistribusian logistik dan peralatan dengan disertai data pendukung : yaitu yang didasarkan kepada permintaan dan mendapatkan persetujuan dari pejabat berwenang dalam penanggulangan bencana.

2. Perencanaan pendistribusian terdiri dari data : siapa saja yang akan menerima bantuan, prioritas bantuan logistik dan peralatan yang diperlukan, kapan waktu penyampaian, lokasi, cara penyampaian, alat transportasi yang digunakan, siapa yang bertanggung jawab atas penyampaian tersebut.

3. Maksud dan Tujuan Pendistribusian adalah :

a. Mengetahui sasaran penerima bantuan dengan tepat.

b. Mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan peralatan yang harus disampaikan.

c. Merencanakan cara penyampaian atau pengangkutannya.

E. Pengangkutan

1. Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka dilaksanakan pengangkutan.

2. Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah : jenis logistik dan peralatan yang diangkut, jumlah, tujuan, siapa yang bertanggung jawab dalam perjalanan termasuk tanggung jawab keamanannya, siapa yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penerima.

3. Penerimaan oleh penanggung jawab pengangkutan disertai dengan berita acara dan bukti penerimaan logistik dan peralatan yang diangkut.

4. Maksud dan Tujuan Pengangkutan :

a. Mengangkut dan atau memindahkan logistik

dan peralatan dari gudang penyimpanan ke tujuan penerima

b. Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan logistik dan peralatan dari gudang ke tujuan.

c. Mempercepat penyampaian.

5. Jenis Pengangkutan

a. Jenis pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai, danau dan udara, baik secara komersial maupun non komersial yang berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.

b. Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan

F. Penerimaan di Tempat Tujuan

Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penerimaan di tempat tujuan adalah:

a. Mencocokkan antara data di manifest pengangkutan dengan jenis bantuan yang diterima.

b. Men-check kembali, jenis, jumlah, berat dan kondisi barang.

c. Mencatat tempat pemberangkatan, tanggal waktu kedatangan, sarana transportasi, pengirim dan penerima barang.

d. Membuat berita acara serah terima dan bukti penerimaan.

G. Pertanggungjawaban

1. Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang telah dilaksanakan harus dibuat pertanggung jawabannya.

2. Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan maupun kinerja, dilakukan pada setiap tahapan proses untuk seluruh proses, dalam bentuk laporan oleh setiap pemangku proses secara berjenjang dan berkala sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi.

19

Page 20: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.

Gempa Bumi dapat terjadi karena adanya proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi, aktivitas sesar di permukaan bumi, pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah, aktivitas gunung api dan ledakan Nuklir. Gempabumi dapat mengakibatkan getaran atau guncangan tanah (ground shaking), likuifaksi (liquifaction), longsoran tanah, tsunami dan bahaya Sekunder (arus pendek,gas bocor yang menyebabkan kebakaran, dll)

Beberapa tips apabila terjadi gempa bumi:

A. Jika Anda berada di dalam bangunan Lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja dll. Jika memiliki meja, lindungi kepala dengan menggunakan bantal.

Jika sedang Cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan goncanganenyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah terjadinya kebakaran Lari ke luar apabila masih dapat dilakukan

Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi

atau kebakaran. Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah

B. Jika berada di luar bangunan atau area terbuka Menghindari dari bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung, tiang listrik, pohon, dll Perhatikan tempat Anda berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah

Di daerah perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan reklame, lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.

C. Jika Anda sedang mengendarai mobill Jauhi persimpangan,

pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan berhentilah. Keluar, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran.

D. Jika Anda sedang mengendarai mobill Jauhi persimpangan,

pinggirkan mobil anda di

Tips... Menghadapi Gempa Bumi

kiri jalan dan berhentilah. Keluar, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran.

E. Jika Anda berada di daerah Gunung/Pantai

Ada kemungkinan longsor

terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.

Sumber: http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Geofisika/Gempabumi.bmkg. http://www.bnpb.go.id/website/asp/content.asp?id=48Pocket Guide To Staying Safe In Natural Disasters, WHO

20

Page 21: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Sebagai akibat meluapnya air sungai/danau/laut (besarnya volume air yang dialirkan oleh sungai maupun badan-badan air melebihi besarnya kapasitas daya tampung atau kapasitas pengalirnya) yang menimbulkan kerugian baik materi maupun non materi terhadap manusia dan lingkungan.

Banjir dapat disebabkan karena peristiwa alam maupun karena kegiatan manusia. Peristiwa alam seperti curah hujan yang tinggi, pasang air laut, erosi dan menumpuknya sedimen yang mengakibatkan pendangkalan dan penyempitan serta sungai membentuk delta di muara dan kapasitas air sungai tidak sebanding dengan debit. Kegiatan manusia yang dapat menyebabkan banjir seperti penebangan hutansecara liar, perubahan dan pemanfaatan tata ruang yang tidak terkendali, kesadaran masyarakat yang kurang seperti membuang sampah sembarang tempat, pemukiman di bantaran dan pemeliharaan drainase yang kurang.

Dampak dari banjir dapat dibagi menjadi 3 yaitu dampak primer, dampak sekunder dan dampak tersier. Dampak primer yaitu dampak langsung dari banjir yang menyebabkan terjadinya kerusakan fisik seperti rusaknya jembatan, rumah, gedung-gedung. Dampak sekunder seperti persedian air bersih yang terbatas karena terkontaminasinya air bersih, timbulnya berbagai penyakit, kelangkaan hasil pertanian karen gagal panen, jalur tranportasi yang rusak sehingga sulit untuk mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan dan lain-lain. Dampak tersier adalah yang berdampak terhadap perekonomian karena biaya pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dan lain-lain.

Penyakit yang sering ditimbulkan akibat banjir antara lain Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare, penyakit kulit, leptospirosis dan konjungtivitis. Untuk mengurangi resiko dan dampak penyakit yang disebabkan oleh banjir maka perlu dilakukan upaya-upaya pada sebelum banjir, saat banjir dan pasca banjir oleh petugas kesehatan dan masyarakat.

Upaya-upaya yang dilakukan sebelum banjir antara lain: A. PETUGAS KESEHATAN

• Membuat peta rawan dan jalur evakuasi

• Menyusun rencana kontijensi (perencanaan kegiatan penanggulangan bencana yanng g disusun sebelum bencana terjadi)

• Meningkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan

• Membentuk tim kesehatan disetiap jejang administrasi

• Menyiapkan obat dan logistik kesehaas tan lain (PAC, Kaporit, Kantong sampah, dll)

• Meningkatkan kemampuan petugas dengan pelatihan

• Menyiapkan sarana komunikasi dan transportasi

• Menyiapakan perlengkapan lapangan (tenda velbed , genset, dll)

B. MASYARAKAT• Kerja bakti membersihkan saluran

air• Melaksanakan kegiatan 3M

(Menguras, Menutup dan Menimbun) benda-benda yang dapat menjadi sarang nyamuk

• Membuang sampah pada tempatnya

• Menyediakan bak penyimpanan air bersih

• Menyiapkan bahan makanan mudah saji dan persediaan air bersih.

• Menyiapkan obat-obatan darurat seperti: oralit, anti diare, anti influenza.

Upaya yang dilakukan pada saat terjadi banjir, antara lain:A. PETUGAS KESEHATAN

• Mengaktifkan unit pelayanan kesehatan dan membuka Pos

Kesehatan di lokasi bencana• Memberikan pelayanan

kesehatan dan rujukan • Melakukan Penilaian Cepat

Kesehatan (Rapid Health Assessment)

• Membuat pencatatan dan pelaporan dampak banjir

B. MASYARAKAT• Mengungsi ke daerah aman

sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk diseberangi.

• Mematikan peralatan listrik dan aliran listrik di dalam murah.

• Amankan barang-barang berharga dan dokumen penting ke tempat yang aman.

• Menghindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus air.

• Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum

• Terlibat dalam pendistribusian bantuan

• Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan

• Menggunakan air bersih dengan efisien

Upaya-upaya yang dilakukan pasca banjir banjir, antara lain:

A. PETUGAS KESEHATAN• Melakukan perbaikan kualitas

air bersih• Melakukan surveilans penyakit

potensi KLB• Membantu perbaikan

kualitas jamban dan saluran pembuangan air limbah

B. MASYARAKAT• Membersihkan tempat tinggal

dan lingkungan rumah• Melakukan pembrantasan

sarang nyamuk ( PSN )• Terlibat dalam kaporitisasi

sumur gali• Terlibat dalam perbaikan

jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL)

Sumber : Leaflet Set BAKORNAS PBP, Federal Emergency Management Agency

Tips... Menghadapi Banjir

21

Page 22: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Oleh: dr. M. Imran

Sayup terdengar suara kokok ayam. Jam dinding menunjukkan pukul 05.45 pagi. Tidak. Terlalu siang bagi seekor ayam untuk berkokok. Kokoknya kembali terdengar. Bukan. Iramanya terlalu teratur untuk seekor ayam kampung yang tidak pernah menginjak lantai sekolah. Itu dering ponsel yang saya atur sebagai nada panggil dari kantor. Dahi mulai mengkerut. Jangan. Ini seharusnya hari buat keluarga.

Kantor tempat saya bekerja memang menjadwalkan piket setiap hari untuk memantau kejadian tak terduga yang tidak diinginkan terjadi. Piket malam mulai dari pukul 16.00 sampai 08.00 pagi keesokan harinya. Piket siang mulai pukul 08.00 sampai 16.00.

“Assalamu alaikum.. Pak”

“Waalaikum salam. Mas, diminta ke kantor sekarang. Ada gempa di Jogja. Sekalian siap-siap berangkat ke sana” terdengar suara dari seberang sana.

Klik! Televisi dihidupkan. Mencoba mencari berita gempa dini hari di Yogyakarta. Tanpa menunggu diminta dua kali, saya dibantu istri mulai mengemas pakaian dan perlengkapan lain seperlunya. “Ayah, ke apotik dulu. Obat kuret kemaren belum ditebus”. Istri mengingatkan. “Oke, Say...” jawabku sambil berharap semoga ada apotek dekat rumah yang sudah buka sepagi ini.

Sehari sebelumnya, istri saya harus dikuret setelah didiagnosa keguguran, mungkin akibat kandungannya yang belum kuat karena jarak kehamilannya terlalu dekat dengan anak pertama kami yang masih menyusui eksklusif. Kami belum sempat KB dan istri masih menunggu untuk mendapat haid pertama setelah melahirkan, dan akhirnya niat KB pun urung dilaksanakan karena hasil tes kehamilan menunjukkan dua garis. Setelah kuret, dokter memberikan resep yang obatnya tidak ada di rumah sakit dan apotek sekitarnya.

Suasana di kantor sudah ramai saat saya tiba. Sesibuk Senin, bukan hari Sabtu yang semestinya sepi layaknya di kantor pemerintah dengan lima hari

kerja. Sebagian sibuk mencari informasi seperti mencari jarum ditengah jerami. Bukan karena teman daerah yang belum memberikan informasi tetapi nyaris tidak ada yang dapat dihubungi karena jalur komunikasi terputus total. Sebagian lagi sibuk mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa.

Selepas shalat dzuhur, berbekal informasi seadanya, kami berangkat ke lokasi bencana dengan kendaraan darat karena Bandara Adi Sutjipto ditutup untuk sementara waktu. Kami tidak boleh menunggu sampai bandara dinyatakan aman untuk didarati.

Tentu dibelakang kami ada doa keluarga yang mengiringi.

Sepenggal cerita diatas memang diangkat berdasarkan kisah nyata saat terjadi gempa di wilayah Provinsi DI Yogyakarta pada Sabtu 27 Mei 2006.

Menjadi staf di Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) adalah anugerah sekaligus tantangan. Anugerah karena banyak yang ingin menjadi PNS namun hanya sedikit yang terpilih. Tantangan karena pekerjaannya yang menantang. Tantangan itu bagai seni. Seni mengkolaborasi dan mengharmonisasi. Bagai seorang chef, cita rasa masakannya terasa dari kemampuan meracik bumbu (mengkolaborasi) dan moodnya (mengharmonisasi bumbu dan suasana hatinya) saat memasak.

Memiliki kemampuan teknis tidaklah cukup bagi seorang staf di PPKK. Menyenangi pekerjaannya, baik di kantor maupun saat berada di lokasi bencana - disaat semua berada dalam tekanan dan nyaris putus asa - adalah hal yang tidak mudah. Selain itu, harus mampu meracik antara waktu dengan pekerjaan dan waktu dengan keluarga agar tidak terlalu asin atau terlalu hambar di salah satu sisi. Hasilnya akan dirasakan baik oleh pekaryanya maupun oleh orang-orang disekitarnya.

Kalau diperbolehkan, saya mencirikan seorang staf di PPKK, minimal harus:1. memiliki ponsel yang hidup 24

jam bahkan saat baterainya habis - agar dapat dikontak setiap saat oleh siapa saja dan dimanapun dia berada;

2. memiliki pakaian siap bawa dalam laci meja kantor - agar tidak membuang waktu pulang ke rumah. Izin keluarga diperoleh melalui telepon atau sms;

3. memiliki talent untuk siap show di

bandara – mengejar keberuntungan mendapatkan tiket pesawat dengan langsung ke bandar udara;

4. memiliki kalender tanpa tanggal merah di dinding rumahnya – agar bisa melingkari tanggal jadwal piket meski di hari libur;

5. memiliki jam tangan tanpa jarum penunjuk dipergelangan tangannya.

Mungkin karena itu, bahkan ada yang menyebut staf yang bekerja di PPKK, hanyalah ‘orang-orang gila’. Gila karena mereka bekerja menerobos aturan waktu kerja dan menerabas pakem demi melaksanakan tugas menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan dalam merespon krisis kesehatan. Tetapi tidak semua sisi kehidupan staf PPKK bisa dibilang ‘gila’, tentu masih ada sisi ‘waras’nya.

Kegilaan itu tidak berarti negatif. Bencana dapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, luka-luka dan pengungsian. Pelayanan kesehatan bagi korban bencana tidak dapat menunggu atau ditunda karena petugas dibatasi oleh jam kerja atau hari libur. Pemberian pelayanan kesehatan bagi korban luka dalam jumlah banyak dalam satu waktu selain kecepatan juga membutuhkan sumber daya yang lebih besar dari kondisi normal. Salah satu tugas PPKK saat terjadi krisis kesehatan adalah memastikan pelayanan kesehatan bagi korban berjalan cepat dan tepat dengan memberikan dukungan kepada dinas kesehatan dan rumah sakit melalui koordinasi lintas program dan lintas sektor.

Kembali. Sayup terdengar bunyi sirene. Membungkam suara lainnya di langit-langit ruang PPKK pada sore 30 September 2009. Tidak. Ini bukan suara sirene mobil pasukan Cakra Birawa dalam film G30S/PKI. Masih terlalu sore untuk menonton film itu. Jangan. Ini adalah suara alarm peringatan dini gempa dan tsunami. Semua menanti kabar dari ruang pemantauan. Gempa 7,6 SR di kedalaman 87 km mengguncang Kota Padang dan sekitarnya. Suasana kembali riuh. Sebagian mencari informasi, sebagian mempersiapkan sumber daya yang akan dimobilisasi, beberapa orang menghubungi keluarganya meminta izin pulang telat atau pulang satu minggu kemudian, beberapa orang mengambil tas berisi baju di laci meja dan bersiap show di bandara.

Semuanya – melupakan batas jam kerja yang semestinya sudah berada di rumah bersama keluarga. Time is live saving.

Dan kami tetap bersyukur.

PNS PNS LUPA WAKTU

22

Page 23: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

BuletinInfO KrIsIs Kesehatan

Buletin ; kilas balik kegiatan PPKK Sub Regional Sumbar Tahun 2011

Secara geografis dan topografis Provinsi Sumatera Barat berada pada daerah yang rawan bencana, baik bencana alam maupun bencana karena ulah manusia seperti gempa potensi tsunami, banjir, longsor, gunung meletus, angin puting beliung, kebakaran dan lain sebagainya

Dampak dari bencana dapat menyebabkan berbagai ma-salah baik fisik, psikologis, sosial dan spiritual masyarakat termasuk didalamnya masalah krisis kesehatan.

Melihat dampak bencana tersebut, maka jajaran kesehatan provinsi Sumatera Barat baik melalui Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat melakukan berbagai program dan kegiatan yang meliputi Pra Bencana, Tanggap Darurat dan Pasca Bencana

Kegiatan pada prabencana dilakukan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, untuk tanggap darurat bidang kese-hatan dilakukan berbagai kegiatan untuk menanggulangi masalah kesehatan dan untuk pasca bencana dilakukan pemulihan baik fisik maupun mental korban akibat bencana

Dalam kegiatan tersebut Dinas Kesehatan Provinsi Suma-tera Barat sebagai Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Subregional Provinsi Sumatera Barat telah melakukan ber-bagai kegiatan yaitu peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota serta Rumah Sakit baik Pemerintah maupun Swasta, demikian juga pada tanggap darurat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat bersama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota telah melaksanakan koordinasi untuk menanggulangi masalah kesehatan yang terjadi akibat kejadian bencana.

Semua kegiatan tersebut tidak akan dapat terlaksana jika dukungan dari berbagai pihak untuk kegiatan tidak dimiliki oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, maka Peme-rintah Daerah Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Pusat dalam hal ini Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2011 telah mendu-kung menganggarkan untuk kegiatan tersebut.

Dengan terlaksananya kegiatan tersebut, maka Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Subregional Provinsi Sumatera Barat telah melaporkan seluruh kegiatan yang dilaksanakan tahun 2011 ini.

Kejadian bencana di Provinsi Sumatera Barat yang tercatat di Posko dan telah dilakukan pemantauan serta bantuan dilapangan sebagai berikut (terlampir) ;

Sumatera Barat sebagai salah satu Propinsi yang rawan terhadap Bencana alam, baik gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir dan letusan gunung api, perlu menyikapi secara sistematis dan persiapan terhadap penanggulangan bencana secara terkoordinasi antara pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah ( Provinsi , Kab./kota), semuanya telah dilaksanakan sesuai aturan dan pedoman yang ada antara lain berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 145/Kepmenkes/2007 tentang Pedoman Penanggulangan Krisis Bidang Kesehatan, Kepmenkes No. 1227 tahun 2007 tentang regionalisasi dan 1228 tahun 2007 tentang subregional Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan.

PENYELENGGARAAN DAN KEGIATAN.

Program kerja dan kegiatan Penanggulangan Masalah akibat Bencana PPKK Sub Regional Sumbar pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Program dan Kegiatan APBN PPKK KEMENKES RI

1. Pendidikan dan Pelatihan Teknis: - Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) - Gladi Posko dan Gladi Lapang Bidang Kesehatan - Pelatihan Rencana Kontijensi Bidang Kesehatan - Pelatihan Tim Reaksi Cepat (TRC) Gabungan Bidang Kesehatan - Rapat Koordinasi - Operasional/Bimbingan Tekhnis

Program Kerja, Kegiatan dan Sasaran lainnya Tahun 2011.

No Program Kerja Kegiatan Sasaran

Rencana Realisasi

1 Peningkatan SDM 1 Rencana Kontijensi 45 org 38 org

     2 Tim Reaksi Cepat (TRC) Gabungan 60 org 66 org

2 Pertemuan Koordinasi 1 Pertemuan Subregional 44 org 44 org

2 Kedaruratan Banjir 44 org 44 org

Kegiatan yang dibiayai APBD Provinsi Sumatera Barat sbb ;

No Program Kerja Kegiatan Sasaran

Rencana Realisasi

1 Peningkatan SDM 1 Radio Komunikasi 44 org 32 org

    2 Peralatan Medik dan Non medik 44 org 40 org

    3 Perahu karet 44 org 33 org

    4 Awam khusus 44 org 44 org

    5 Sopir ambulance 44 org 41 org

2 Pertemuan Koordinasi 8 Pertemuan Subregional 44 org 44 org

23

regIOnal & sub regIOnal

Page 24: Buletin - pusdatin.kemkes.go.id...Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Manajemen Logistik Dalam Penanggulangan Bencana Tips Menghadapi Gempa

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATANKEMENTERIAN KESEHATANJl. HR. Rasuna Said Blok X5, Kav. No. 4-9, Blok A Lantai VIBlok A Ruang 601, Jakarta 12950Telp. (021) 5265043, 5210411, 5210394Fax. (021) 5271111, 5210395E-mail : [email protected]