Buletin Badak edisi-2

17
BERITA AKTUAL DARI UJUNG KULON ISSN 1979-1585 SEMESTER | EDISI 2 | 2013 Distribusi Penyebaran Macan Tutul (Panthera pardus m.) Di Taman Nasional Ujung Kulon MONITORING TERUMBU KARANG DI PERAIRAN TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Analisis Kepuasan Pengunjung Terhadap Pengelolaan Wisata Alam Di Taman Nasonal Ujung Kulon Ekplorasi Kupu-Kupu Di Pulau Panaitan | Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kawasan Konservasi Taman Nasional Ujung Kulon | Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kawasan Konservasi Taman Nasional Ujung Kulon

Transcript of Buletin Badak edisi-2

Page 1: Buletin Badak edisi-2

B e r i t a a k t u a l d a r i u j u n g k u l o n

issn 1979-1585

SEMESTER | EdiSi 2 | 2013

distribusi Penyebaran Macan tutul (Panthera pardus m.)di taman nasional ujung kulon

Monitoring teruMbu

Karang Di Perairan

taMan nasional

ujung Kulon

analisis kepuasan Pengunjung terhadap Pengelolaan Wisata alam di taman nasonal ujung kulon ekplorasi kupu-kupu di Pulau Panaitan | Pemberdayaan Masyarakat Sekitar kawasan konservasi taman

nasional ujung kulon | Pemberdayaan Masyarakat Sekitar kawasan konservasitaman nasional ujung kulon

Page 2: Buletin Badak edisi-2

berita Hati

Salam Badak Lestari,

Tidak terasa tahun telah berganti dan Buletin BADAK tetap setia menyapa Rimbawan dan Rimbawati. Di edisi kesatu di tahun 2012 ini, Buletin BADAK tetap hadir dengan rubrik Berita Utama, Jejak Berita, Berita Ringan dan Berita Hati.

Berita Utama kali ini secara khusus menampilkan hasil monitoring Badak Jawa oleh Video Trap. Sedangkan di Jejak Berita dikupas mengenai Analisis Kepuasan pengunjung terhadap pengelolaan wisata alam di TN. Ujung Kulon serta perakitan kerangka badak.

Ada pula gambaran singkat mengenai kegiatan budidaya kupu-kupu dan wisata goa serta kisah panjang perjalanan Lost adventure

teman-teman mahasiswa Universitas Indonesia ke Pulau Peucang. Jangan dilewatkan pula berita hati berupa coretan kecil mengenai jeritan hati seorang Pegawai Negeri. Spesial di edisi satu ini disajikan pula kuis untuk mengasah kemampuan di bidang konservasi.

Redaksi Buletin BADAK menerima karya berupa tulisan dan gambar yang bertemakan sumber daya alam dan lingkungan. Redaksi berhak menyunting tulisan yang dimuat tanpa mengubah substansinya. Naskah dilayangkan ke alamat :

Redaksi Buletin BADAKBalai Taman Nasional Ujung KulonJl. Perintis Kemerdekaan No. 51 Labuan, Pandeglang, Banten 42264Telp. (0253) 701831Fax. (0253) 804651

Website: www.ujungkulon.orgEmail : [email protected]

susunanredaksiPELINDUNG Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon | PEMBINA Kepala Sub Bagian Tata Usaha

PIMPINAN REDAKSI Amila Nugraheni, S.Si, M.Si | REDAKTUR M. Arif Junaidi, S.P, M.T. ;

Andri Novi Susdihanto, SP; Julianto, S. Hut ; Radityo Primayudhanto, SH.

SEKRETARIAT Egi Ridwan Ahmad; Irma Subchiyatin S.E; Solihah

BeritaREDAKSI DAFTARISI

Distribusi Penyebaran Macan tutul (Panthera Pardus m) Di taMan nasional ujung Kulon

Monitoring teruMbu Karang Di Perairan taMan nasional ujung Kulon

berita utaMa

jejaK berita

berita ringanANALISIS KePUASAN PeNgUNJUNg TeRHADAP PeNgeLoLAAN WISATA ALAmDI TAmAN NASoNAL UJUNg KULoN

eKPLoRASI KUPU-KUPU DI PULAU PANAITAN

PemBeRDAyAAN mASyARAKAT SeKITAR KAWASAN KoNSeRVASITAmAN NASIoNAL UJUNg KULoN

PeRAN SeRTA TAmAN NASIoNAL UJUNg KULoN DALAm Go4biodiv internationaL Youth Forum marine and CoastaL

BeLANTARA (beLajar di aLam terbuka) DI TAmAN BAcA RUmAH TUKIK UJUNgKULoN

meNcURI HATI PeNcURI

PULAU PeUcANg, dream isLand (PULAU ImPIAN)AKANKAH TINggAL ImPIAN

SAmPAH HILANg, UANg PUN DATANg

ALASAN PeNgHAPUS PIDANA DALAm KITAB UNDANg-UNDANg HUKUm PIDANA (KUHP)(JILID I)

KoNSeRVASI ALAm DALAm KeISLAmAN

2

6

9

1214

18

20

22232526

28

hal.

hal.

1Buletin Badak

Page 3: Buletin Badak edisi-2

Distribusi PenyebaranMacan tutul

(Panthera Pardus meLas)Di taman nasional ujung Kulon

Oleh Desy Satya chandradewi, SP. mP

Taman Nasional Ujung Kulon ternyata memiliki satwa lain selain Badak Jawa yang juga dilindungi yaitu macan tutul (Panthera pardus). Berdasarkan SK menhut No. 284/Kpts-II/1992 tentang

penunjukan Ujung Kulon sebagai Taman Nasional, salah satu dasar penunjukannya adalah adanya satwa yang dilindungi yaitu Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan macan Tutul (Panthera pardus). Keberadaan macan tutul di Taman Nasional Ujung Kulon belum banyak di ungkap. Bagaimana sebaran dan populasi saat ini di Taman Nasional Ujung Kulon belum diketahui secara pasti. Tulisan ini mengulas singkat mengenai macan tutul di Ujung Kulon.

Taksonomi Macan Tutulmacan Tutul Jawa termasuk binatang bertulang belakang dengan klasifikasi sebagai berikut :Kingdom : AnimaliaPhylum : chordataSub Phylum : Vertebrataclass : mamaliaordo : KarnivoraSub ordo : FissipediaFamily : FelidaeSub Family : Pantherinaegenus : PantheraSpesies : Panthera pardus Linnaeus, 1758Sub Spesies : Panthera pardus melas cuvier, 1890 untuk macan tutul jawa

Morfologimacan tutul seperti anggota keluarga kucing lainnya mengalami dimorfisme seksual yaitu perbedaan ukuran tubuh antara jenis kelamin yang berbeda. Pada kondisi yang normal dan usia yang sama, macan tutul jawa jantan akan memiliki tubuh yang relative lebih besar daripada macan tutul jawa betina.

macan tutul memiliki ekor panjang yang ujungnya membengkok ke atas dan pada ujung sisi bawahnya berwarna putih. macan tutul jawa juga mengalami dimorfisme rambut. Terdapat macan tutul jawa yang memiliki warna dasar rambut coklat kekuningan (macan tutul jawa biasa) dan hitam (macan kumbang). Banyak orang mengira macan kumbang adalah jenis yang berbeda dari macan tutul jawa biasa. Warna dasar macan tutul umumnya adalah kekuning-kuningan atau coklat kekuningan dengan banyak tutul-tutul hitam yang tersusun dalam bentuk kelembagaan (rosette). macan kumbang juga memiliki pola tutul-tutul akan tetapi hanya terlihat di bawah cahaya yang kuat (Lekagul dan mcNeely, 1977)

Populasi Macan Tutul di Taman Nasional Ujung KulonSampai saat ini, belum diketahui jumlah pasti populasi macan tutul di TN. Ujung Kulon karena belum pernah dilakukan inventarisasi populasi macan tutul. Dari tahun 2003 sampai dengan sekarang, keberadaan macan tutul di TN. Ujung Kulon hanya diketahui melalui kamera trap dan jejak-jejak keberadaan macan seperti cakaran di pohon, tapak, serta kotoran. Berdasarkan hasil

Berdasarkan hasil kegiatan video trap tahun 2008 – 2010, jumlah jejak macan tutul di

TN. Ujung Kulon hanya 12 temuan

BeritautamaBeritautama

2 3Buletin Badak Buletin Badak

Page 4: Buletin Badak edisi-2

Beritautama

kegiatan video trap tahun 2008 – 2010, jumlah jejak macan tutul di TN. Ujung Kulon hanya 12 temuan. Hasil ini berupa temuan tidak langsung berupa bekas cakaran dan jejak macan tutul.

Ketersediaan Satwa MangsaKeberadaan satwa mangsa merupakan factor yang sangat penting bagi kehidupan macan tutul jawa. Jenis mangsa yang dimakan antara lain Surili, kijang, ayam hutan, merak, pelanduk, dan kancil. Berdasarkan ukuran tubuh mangsa, macan tutul lebih sering memangsa satwa dengan ukuran berat badan antara 25-50 kg, yaitu satwa yang memiliki ukuran badan setengah hingga sama dengan ukuran badan macan tutul (Seidensticker 1976 dan gunawan 1988). Dari berbagai tipe habitat yang ada di TN. Ujung Kulon seperti hutan dataran rendah, hutan pantai, hutan mangrove, dan padang rumput, ketersediaan satwa mangsa bagi macan tutul lebih beragam di hutan dataran rendah dan hutan pantai. Akan tetapi jika di lihat dari kelimpahan tumbuhan pakan bagi satwa mangsa maka tipe ekosistem hutan pantai beragam karena banyaknya tumbuhan bawah. Jenis satwa mangsa macan tutul yang ada di TN. Ujung Kulon antara lain babi hutan, kancil, kijang, lutung, dan monyet ekor panjang (Afnan 2009). Dari hasil analisis kotoran macan tutul ditemukan banyak rambut kancil sehingga di duga macan tutul lebih menyukai kancil sebagai satwa mangsanya karena lebih mudah ditangkap (Afnan 2009).

Ketersediaan Covermacan tutul umumnya tinggal dekat perkampungan, menempati gua-gua, lubang yang di gali atau celah-celah batu (Sankhala 1977 dalam Sudiana 1991). mereka juga bersembunyi di semak-semak lebat, padang rumput dengan tegakan pohon berkelompok dan formasi batu-batuan atau gua-gua (anonym 1987 dalam Sudiana 1991). Tempat untuk memelihara anak biasanya di gua-gua, lubang atau rongga batu besar dan tempat bersembunyi lainnya yang memiliki ruangan gelap (Hoogerwerf 1970).Afnan (2009) menyebutkan bahwa macan tutul di Taman Nasional Ujung Kulon menggunakan tajuk, pohon banir, rumpun bamboo, gua, tegakan

langkap, dan rumpun pandan sebagai cover. Fungsi cover bagi macan tutul berbeda-beda, tajuk pohon digunakan sebagai thermal cover atau melindungi dari sinar matahari dan sebagai tempat bersembunyi saat memakan mangsa dan beristirahat. gua digunakan oleh macan tutul untuk tempat tinggal, membesarkan anak dan beristirahat. Rumpun bambu dan tegakan langkap

fungsinya hampir sama untuk beristirahat dan tempat bersembunyi dari musuh dan mangsa karena mempunyai sifat alelopati sehingga memiliki lantai hutan yang bersih. Sedangkan rumpun pandan digunakan sebagai tempat mengintai mangsa.

Wilayah Jelajah dan Teritori Macan Tutul JawaBooghey (1973) menyatakan bahwa wilayah jelajah merupakan wilayah yang dikunjungi secara tetap karena menyediakan pakan, air serta mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung atau bersembunyi,

tempat istirahat dan kawin. Hutan pantai dan dataran rendah merupakan tempat-tempat dimana banyak ditemukan jejak kaki, cakaran di tanah (scrape) dan kotoran. Hal ini menunjukan bahwa macan tutul di Taman Nasional Ujung Kulon menyukai daerah tersebut (Afnan 2009). Berdasarkan preferensi terhadap habitat yang ada di TN. Ujung Kulon, macan tutul paling menyukai habitat hutan pantai diikuti dengan habitat hutan dataran rendah (Afnan 2009).

Ahmad, g. 2007. Analisis Pola Sebaran Spatial Panthera pardus melaz cuvier 1809 di Taman Nasional Alas Purwo (Skripsi). Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan ekowisata. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (Tidak di publikasikan)Afnan e.m.A 2009 Studi Karakteristik dan Preferensi Habitat macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas cuvier, 1809) di Taman Nasional Ujung Kulon (skripsi). Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan ekowisata. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (Tidak dipublikasikan).Boughey, A.S. 1973. ecology of Population 2nd edition. The mac millan co. New yorkgunawan, H. 1988. Studi Karakteristik Habitat dan Daerah Penyebaran macan Tutul (Panthera pardus melas cuvier, 1809) di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa (Skripsi). Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.Hoogerwerf. 1970 . Ujung Kulon, The Land of The Last Javan Rhinoceros. e. j. Bril. LeidenLekagul, B. dan J.A. mcNeely. 1977. mammals of Thailand. Sahakarnbhat co. Bangkok.Sudiana, N. 1991. Studi Karakteristik Habitat dan Populasi macan Tutul (Panthera pardus Linnaeus, 1758) di Taman Nasional gede Pangrango. Skripsi. Jurusan Konsrvasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.

Sebaran Macan TutulPenyebaran macan tutul di Taman Nasional Ujung Kulon berdasarkan hasil kegiatan video trap selama tahun 2008 sampai dengan April 2010 menemukan 12 jejak keberadaan macan tutul. Jejak keberadaan macan tutul terlihat berada di wilayah cikarang, cigenter, cikeusik, citadahan hingga Karangranjang. Jejak terbanyak ditemukan di wilayah cikarang sebanyak 6 jejak, cikeusik 2 jejak, cigenter 2 jejak, dan wilayah citadahan 2 jejak. Berdasarkan hasil penelitian Afnan (2009), tiga jejak macan tutul ditemukan di cibunar sebanyak 2 jejak dan karangranjang sebanyak 1 jejak.Pengelolaan macan Tutul

Sampai saat ini, pengelolaan khusus untuk satwa macan tutul di Taman nasional Ujung Kullon belum ada. Inventarisasi jumlah populasi macan tutul juga belum dilakukan. Keberadaan dan jumlah individu serta penyebarannya diketahui melalui hasil rekaman video pada kegiatan Badak Jawa.

wilayah jelajah merupakan wilayah yang dikunjungi secara

tetap karena menyediakan pakan, air serta mempunyai

fungsi sebagai tempat berlindung atau bersembunyi,

tempat istirahat dan kawin

DAfTAR PUSTAKA

Beritautama

4 5Buletin Badak Buletin Badak

Page 5: Buletin Badak edisi-2

Beritautama Beritautama

Latar Belakangmengingat pentingnya peran, fungsi dan manfaat ekosistem terumbu karang yang terdapat di wilayah perairan Taman Nasional Ujung Kulon seluas 44,377 hektar tersebut, maka perlu dilakukan upaya-upaya kearah pengelolaan yang di lakukan secara bijaksana, terencana, terpadu dan terkendali untuk kepentingan perlindungan, pengawetan, pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta pemanfaatan yang sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat dengan tepat pada koridor azas lestari dan berkesinambungan.

Untuk mendukung upaya pengelolaan sumber daya perairan laut di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon diperlukan data-data yang akurat terutama menyangkut kondisi, sebaran, dan cakupan luasan terumbu karang di perairan Taman Nasional Ujung Kulon. guna mendapatkan data dan informasi tersebut maka perlu dilakukan monitoring terumbu karang yang ada, sebagai data terbaru yang selanjutnya untuk di jadikan sebagai data dan informasi bagi pengelolaan perairan selanjutnya.

Maksud dan Tujuanmaksud dari kegiatan ini adalah melakukan monitoring terumbu karang di sebagian perairan Taman Nasional Ujung Kulon khususnya di Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II P. Handeuleum yang berada di Semenanjung Ujung Kulon bagian Utara dan Barat Laut. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui tentang keberadaan fisik terumbu karang yang ada di Semenanjung Ujung Kulon sebagai plot permanen untuk monitoring yang selanjutnya untuk dijadikan sumber data dan informasi bagi kepentingan pengelolaan kawasan perairan laut khususnya ekosistem terumbu karang.

MetodologiKegiatan monitoring terumbu karang

dilakukan selama 5 (lima) hari yaitu dari tanggal 06 s/d 10 Juni 2012. Jumlah waktu yang di butuhkan tersebut disesuaikan dengan jumlah stasiun pengamatan yang akan diamati yaitu sebanyak 11 stasiun pengamatan dan disesuaikan jumlah personil serta anggaran yang ada.

Lokasi pengamatan (monitoring) berada di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II P. Handeuleum yaitu di sekitar P. Handeuleum dan P. Peucang mengikuti Plot yang telah ada sebanyak 11 plot pengamatan yaitu di Lalawangan Handeuleum, Karora Handeuleum, citelang, Tanjung Alang-alang, Nyiur, cimayang, citerjun, cihandarusa, Tanjunglayar, Rorah Kawung dan Nyiur.

Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran beberapa parameter fisik dan kimia lingkungan perairan serta parameter di terumbu karang yang meliputi suhu, kejernihan air, kedalaman, kecepatan arus, salinitas, dan pH adalah Thermometer

monitoringteruMbu Karang Di Perairan Taman nasional ujung Kulon

Hg, Secchi disk, Depth gauge, cross drough, Refraktometer dan Indikator universal. Sedangkan peralatan yang lain adalah : Peralatan dasar selam dan scuba diving, Papan tulis tahan air, dan pensil, Kertas kedap air ( New top),Roll meter sepanjang 50 meter, Kamera under-water , Kompas under-water , Pelampung tanda kegiatan, gPS (global Position System), Buku Katalog Terumbu Karang, Buku Katalog Ikan, Kompresor, catridge, oli Nabati, Alkohol, Botol sampel air, Alat pengukur kecepatan arus,Tambang, Besi Behel (untuk tanda plot di bawah air) dan Kapal motor serta Rubber Boat/Sampan

metode yang digunakan adalah metode Line intercept transect (LIT), metode ini adalah metode transek yang paling sederhana. Pengamat berenang (scuba diving) sepanjang transek garis dan mencatat kategori bentik (komponen biotic dan abiotik) yang terletak tepat di bawah transek pada titik-titik tertentu (poin) di sepanjang transek. metode ini digunakan untuk mendapatkan data persen tutupan komunitas terumbu karang dengan lebih akurat jika dibanding

dengan metode manta dan metode snorkel. Dalam pengambilan data setiap stasiun pengamatan dilakukan dengan transek garis (line intercept transect) sepanjang 50 meter sejajar dengan garis pantai mengikuti perubahan kontur kedalaman. Transek garis tersebut menggunakan meteran yang di letakan di atas koloni karang, koloni karang yang berbeda di bawah garis transek diukur dengan mengikuti pola pertumbuhan koloni karang dengan ketelitian mendekati per-centimeter. Koloni karang yang telah diketahui jenis atau pengelompokkannya dan bentuk pertumbuhannya langsung dicatat, sedangkan yang belum diketahui jenisnya diambil sampel untuk diidentifikasi lebih

lanjut dan diberikan kode tertentu. Setelah diketahui dari hasil identifikasi, dalam pengolahan data kode tersebut langsung diganti.

Dalam melakukan pencatatan satu koloni dianggap satu individu. Jika dalam satu koloni yang sama dipisahkan oleh individu yang hidup dalam koloni individu tersebut atau dipisahkan oleh yang mati, maka tiap bagian dianggap merupakan bagian koloni tersendiri. Panjang tumpang tindih koloni dicatat yang selanjutnya akan digunakan untuk menganalisa kelimpahan jenis, kondisi dasar perairan, keberadaan karang lunak, karang mati dan biota lainnya. Dari data yang dapat diambil dalam kegiatan ini kemudian dianalisis

6 7Buletin Badak Buletin Badak

Page 6: Buletin Badak edisi-2

berupa Persentase penutupan karang hidup, Indeks keanekaragaman dan Indeks dominansi.

Hasil PengamatanBeberapa hasil kegiatan monitoring terumbu karang adalah sebagai berikut :1. Kondisi fisika dan kimia perairan di stasiun

pengamatan masih tergolong baik atau layak untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan terumbu karang. Suhu permukaan perairan yang terukur di sepanjang pantai Utara Semenanjung Ujung Kulon yaitu sekitar Pulau Handeuleum dan sekitar Pulau Peucang berkisar antara 28.50 c – 29.50 c, rata-rata salitasi 350/00, tingkat kejernihan 90 – 100%, kecepatan arus antara 0,25-0,26 dan pH antara 7 – 7,5.

2. Persentase penutupan terumbu karang di kedalaman 5 meter berkisar antara 24,6% (Stasiun citerjun) dan 24,03% (Stasiun Tanjung Layar) dengan kategori Rusak, hingga kategori Baik yaitu stasiun Karora (70,66%) dan stasiun cihandarusa (74,07%

3. Pada kedalaman 10 meter diketahui bahwa persentase penutupan terumbu karang berkisar antara 24,33% (stasiun citelang) dan 23,00% (stasiun Nyiur) hingga kategori Baik pada stasiun Karora (73,08%) dan stasiun citerjun (69,91%)

4. Nilai indeks keanekaragaman (H′) pada stasiun pengamatan di kedalaman 5 meter berkisar antara 2,69 di stasiun 4 (Tj. Alang-alang) hingga 4.26 di stasiun 8 (cihandarusa). Nilai indeks keseragaman (e) bentuk pertumbuhan karang berkisar antara 0,69 di stasiun 3 (citelang) hingga 1.00 di stasiun 1 (Lalawangan), 6 (cimayang), dan 8 (cihandarusa). Indeks dominansi bentuk pertumbuhan karang berkisar antara 0,26 di stasiun 1 (Lalawangan) hingga 0.68 di stasiun 3 (citelang)

5. Nilai indeks keanekaragaman (H′) pada stasiun pengamatan di kedalaman 10 meter berkisar antara

1,14 di stasiun 1 (Lalawangan) hingga 4,59 di stasiun 8 (cihandarusa). Nilai indeks keseragaman (e) bentuk pertumbuhan karang berkisar antara 0,29 di stasiun 1 (Lalawangan) hingga 1.00 di stasiun 8 (cihandarusa). Indeks dominansi bentuk pertumbuhan karang berkisar antara 0,4 di stasiun 6 (cimayang) hingga › 1 di stasiun 1 (Lalawangan).

6. ekosistem terumbu karang yang mendekati stabil pada kedalaman 5 meter terdapat di stasiun 1 (Lalawangan), stasiun 2 (Karora), dan stasiun 8 (cihandarusa), memiliki nilai indeks keanekaragaman tinggi yaitu 4, 4, dan 4,26, nilai indeks keseragaman yaitu 1, 0,90 dan 1, nilai dominansi yaitu 0,26, 0,28 dan 0,32

7. ekosistem terumbu karang yang mendekati stabil pada kedalaman 10 meter terdapat di stasiun 2 (Karora) dan stasiun 8 (cihandarusa), memiliki nilai indeks keanekaragaman tinggi yaitu 3,74 dan 4,59, nilai indeks keseragaman yaitu 0,87 dan 1, nilai dominansi yaitu 0,5 dan 0,48.

8. Berdasarkan rata-rata dari nilai indeks keanekaragaman (H′) sebesar 3,29, nilai indeks keseragaman (e) sebesar 0,86, dan nilai indeks dominasi (c) sebesar 0.52, diketahui bahwa perairan di sepanjang pantai Utara Semenanjung Ujung Kulon, khususnya di stasiun-stasiun pengamatan pada kedalaman 5 dan 10 meter sekitar Pulau Handeuleum dan sekitar Pulau Peucang memiliki keanekaragaman yang tinggi dan keseimbangan ekosistem yang merata, dengan keseragaman yang tinggi sehingga komunitas menjadi stabil, serta tingkat dominansi yang sedang.

sumber : Laporan kegiatan monitoring terumbu karang di pantai utara semenanjung ujung kulon sekitar pulau handeuleum dan pulau peucang balai tnuk 2012

JejakBERItA

LATAR BELAKANGTaman Nasional Ujung Kulon yang didominasi oleh hutan hujan tropis merupakan salah satu taman nasional pertama yang diresmikan di Indonesia pada tahun 1992. Sebagai salah satu kawasan konservasi di Propinsi Banten, Taman Nasional Ujung Kulon memiliki daya tarik wisata yang cukup besar. Bahkan tahun 2011 ini marketeers yang didukung oleh Kementrian Pariwisata dan ekonomi Kreatif Republik Indonesia menetapkan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai salah satu ”the real Wonder of the World-travel top 50 2011/12” disamping taman nasional lainnya seperti Taman Nasional Bunaken, Taman Nasional Togean, Taman Nasional Betung Kerihun, Taman Nasional Taka Bonerate, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Wasur, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Taman

Nasional Karimun Jawa, dan Taman Nasional Kelimutu. Ada beberapa hal yang menjadi kriteria penetapannya yaitu (1) memiliki keunikan yang tak tertandingi dengan daerah lain (one of kind), (2) memiliki karakter budaya lokal

yang kuat sebagai sumbangan nilai-nilai Indonesia pada dunia (Local Wisdom) dan (3) menyimpan cerita yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan keberlanjutan (human spirit).

Disamping lansekap dan panoramanya yang indah, kawasan ini terkenal dengan keberadaan satwa langkanya yaitu Badak Bercula Satu (rhinoceros sondaicus). Pengunjung yang datang meningkat setiap tahunnya. Untuk tahun 2011 terdapat 6000 orang pengunjung yang mendatangi kawasan ini (Balai TN. Ujung Kulon, 2011).

Tingkat kepuasan pengunjung terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam mengembangkan sistem penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pengunjung, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan dampak pelayanan terhadap pengunjung. Untuk memberi kepuasan pada pengunjung maka pihak

analisis KePuasan Pengunjung terHaDaP Pengelolaan Wisata alaMDi taMan nasonal ujung Kulon

8 9Buletin Badak Buletin Badak

Page 7: Buletin Badak edisi-2

pengelola perlu meningkatkan pelayanan agar lebih berkualitas dan bermutu dalam memenuhi kebutuhan pengunjung. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pengunjung.

Hasil analisi kepuasan pengunjung merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, efisien dan efektif. Dengan mengetahui tingkat kepuasan pengunjung dan upaya perbaikan dalam memenuhi kebutuhan pengunjung maka diharapkan pengelolaan wisata alam di Taman Nasional Ujung Kulon akan lebih baik.

MAKSUD DAN TUJUAN maksud dari kegiatan Analisis kepuasan

pengunjung terhadap pengelolaan wisata di TN. Ujung Kulon adalah untuk memperoleh hasil analisis sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menyusun strategi dan peningkatan pelayanan terhadap pengunjung di Taman Nasional Ujung Kulon.

Tujuan kegiatan ini adalah mengetahui profil pengunjung, menganalisis kepuasan pengunjung terhadap pelayanan wisata alam di Taman Nasional Ujung Kulon dan merumuskan rekomendasi pengelolaan yang terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan wisata alam di Taman Nasional Ujung Kulon.

METODOLOGILokasi dan Waktu

Lokasi survey analisis kepuasan pengunjung bertempat di Taman Nasional Ujung Kulon. Kegiatan ini dilaksanakan pada tahun 2011.

Variabel OperasionalTingkat kepuasan pengunjung diukur melalui

kualitas pelayanan yang didasarkan pada lima dimensi yaitu tangibles (fisik), reliability (Kehandalan), responsiveness (Ketanggapan), assurance (Jaminan), dan empathy (Kepedulian). Jenis pelayanan wisata di Taman Nasional Ujung Kulon dibagi atas 19 jenis pelayanan (atribut) yang dikelompokkan ke dalam 5 dimensi pelayanan yang telah disebutkan di atas.

dimensi fisik berkenaan dengan fasilitas/sarana, perlengkapan dan penampilan karyawan. dimensi kehandalan berhubungan dengan kemampuan melakukan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan dan memuaskan pengunjung. dimensi ketanggapan yaitu kemampuan petugas/pemandu untuk melayani pengunjung dengan baik. dimensi

jaminan berhubungan dengan kemampuan petugas memberikan informasi dan kepercayaan terhadap pengunjung. Sedangkan dimensi kepedulian berkenaan dengan kepedulian petugas/pemandu untuk memberikan perhatian kepada pengunjung dan memahami kebutuhan pengunjung.

Metode Penarikan SampelSampel dalam kegiatan Survei Analisis Kepuasa

pengunjung ini adalah pengunjung yang berada di lokasi Taman Nasional Ujung Kulon. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik non probability sampling yaitu dengan teknik sampling kuota karena jumlah pengunjung pada saat penelitian belum diketahui dengan ukuran populasi ditetapkan sebanyak 100 orang.

Data dari pengunjung diperoleh melalui survei dengan membagikan kuesioner (daftar pertanyaan). Pengumpulan data dilakukan di enam lokasi yaitu:

1. Visitor centre Labuan2. Resort Legon Pakis 3. Resort Pulau Handeuleum 4. Resort Pulau Peucang5. Resort Pulau Panaitan 6. Resort cibadak

Analisis Dataanalisis deskriptifmetode ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon dan menyajikannya dalam sebuah profil pengunjung. Data yang diambil adalah jenis kelamin, usia, daerah tempat tinggal, pendidikan terakhir, pekerjaan, asal pegunjung, kegemaran, ferkuensi kunjungan, jumlah rombongan, tujuan kunjunga, jenis aktvitas yang dilakukan, jenis souvenir yang ingin dibawa, sumber informasi,lokasi pembelian tiket, alat transportasi yang digunakan.

analisis kepentingan-kinerja (Importance and

Performance Analysis)

Analisis ini disajikan dalam bentuk matriks yang terdiri dari empat kuadran. masing-masing kuadran mempunyai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yang berbeda. Tahapan-tahapan untuk menganalisis kuadran adalah menghitung rata-rata penilaian tingkat kepentingan dan kinerja untuk setiap produk/jasa. Lalu menghitung rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja untuk keseluruhan atribut. Dan terakhir memplotkan Bobot rata-rata

tingkat penilaian kinerja dan Bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan setiap atribut ke dalam matriks importance and Performance.

Customer Satisfaction Index (indeks kepuasan Pelanggan/Pengunjung)Customer satisfaction index digunakan untuk menganalisa tingkat kepuasan responden/pengunjung secara keseluruhan dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk/jasa.

HASILProfil Pengunjung

Dari hasil monev diketahui proporsi pengunjung nusantara terbesar berasal dari Pandeglang dan Jakarta dengan persentase masing-masing 37% dan 23%. Sedangkan untuk pengunjung mancanegara didominasi oleh pengunjung dari Jepang, Jerman dan Perancis.

Distribusi pengunjung berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan dan jenis

pekerjaan dapat dilihat pada gambar 1.2.Berdasarkan hasil survei, sebagian besar

pengunjung adalah pengunjung yang baru pertama kali datang ke TN. Ujung Kulon. Informasi mengenai keindahan dan keragaman daya tarik TN. Ujung Kulon sebagian besar mereka peroleh dari internet dan sebagian lainnya berasal dari pengalaman teman/saudara.

Pada umumnya pengunjung datang secara berkelompok dalam kelompok kecil yaitu antara 1-5 orang (36%) dan sebagian besar dari mereka datang menggunakan kendaraan pribadi (31%). Tujuan utama sebagian besar pengunjung ke Taman Nasional Ujung Kulon adalah untuk rekreasi (64%) dan sisanya untuk wisata budaya/spiritual, penelitian, pendidikan, dan peliputan media.

Berdasarkan hasil survey, menurut pengunjung objek wisata yang paling menarik di TN. Ujung Kulon adalah hamparan hutan hujan tropis dataran rendahnya yang masih alami dan belum terjamah oleh kegiatan illegal logging. Salah satu lokasi di TN. Ujung Kulon yang menjadi favorit pengunjung untuk kegiatan rekreasi adalah Pulau Peucang dan Pulau Handeuleum beserta daerah sekitarnya. Aktivitas pengunjung didominasi oleh kegiatan tracking (susur pantai/hutan), berenang dan fotografi (pemotretan).

Dari hasil survey diketahui pula bahwa souvenir merupakan hal penting yang tak luput pengunjung bawa saat pulang dari TN. Ujung Kulon. menurut pengunjung ada beragam jenis barang yang tepat

Tabel 1.2. Kriteria Customer Satisfaction Index

Nilai CSI Kriteria CSI

0,81 – 1,00 Sangat Puas

0,66 – 0,80 Puas

0,51 – 0,65 cukup Puas

0,35 – 0,50 Kurang Puas

0,00 – 0,34 Tidak Puas

sumber : ihsani (2005)

JejakBERItAJejakBERItA

Gambar 1.2. Distribusi pengunjung berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan

10 11Buletin Badak Buletin Badak

Page 8: Buletin Badak edisi-2

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan data tersebut, Balai Taman Nasional Ujung Kulon melaksanakan kegiatan eksplorasi Jenis Kupu – kupu. Pada tahun 2010 lalu, sebagai tahap awal Balai Taman Nasional Ujung Kulon telah melaksanakan kegiatan eksplorasi jenis kupu - kupu di wilayah gunung Honje dan sekitarnya, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan serupa sebagai Tahap II pada tahun 2011 di wilayah P. Peucang dan P. Handeuleum. Dari kegiatan eksplorasi tahap pertama dan kedua ini diperoleh data bahwa di wilayah gunung Honje, P.Peucang dan Kep.Handeuleum terdapat 81 species yang sudah teridentifikasi. Untuk melengkapi data tersebut maka pada tanggal 10 s.d. 14 Juli 2012, kegiatan eksplorasi jenis kupu – kupu dilanjutkan ke P. Panaitan. Diharapkan jenis kupu – kupu hasil kegiatan ini menjadi pembanding dari jenis yang terdapat di wilayah gunung Honje, P.Peucang dan Kep.Handeuleum yang akhirnya akan dapat disimpulkan tentang sebagian besar potensi jenis kupu – kupu di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Dan rencana kedepan untuk melengkapi data tersebut kegiatan eksplorasi perlu berlanjut ke wilayah Semenanjung Ujung Kulon.

Kegiatan eksplorasi jenis kupu – kupu merupakan kegiatan pengumpulan data lapangan tentang jenis kupu – kupu, habitat serta penyebarannya. Adapun tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut :1. Penyiapan alat dan bahan

Untuk melaksanakan kegiatan eksplorasi jenis kupu – kupu sangat diperlukan perlengkapan lapangan, baik perlengkapan untuk pengumpulan specimen seperti jaring penangkap kupu – kupu, kertas papilot, kotak penyimpanan specimen, dan lain sebagainya.

2. Pelaksanaan eksplorasi jenis kupu - kupu Kegiatan yang dilakukan berupa pengumpulan specimen kupu - kupu yang ditemukan di tiap lokasi kegiatan yang telah ditentukan. mengingat kegiatan eksplorasi yang dilakukan adalah lanjutan dari kegiatan tahu lalu, maka

pengambilan specimen kupu – kupu hanya dilakukan pada jenis – jenis yang belum tertangkap/ teridentifikasi pada kegiatan eksplorasi jenis tahun lalu. Pengambilan specimen dilakukan dengan cara menangkap kupu – kupu, diupayakan 2 specimen untuk tiap jenisnya. Kupu – kupu yang ditangkap kemudian dilipat dan dimasukan ke dalam kertas papilot kemudian disimpan kedalam kotak penyimpanan specimen. Di tiap specimen dicantumkan nomor specimen, lokasi pengambilan, tanggal pengambilan, dan kolektornya. Kemudian setiap specimen yang didapat dibawa untuk kemudian diidentifikasi lebih lanjut.

3. Identifikasi specimen kupu - kupu Kegiatan identifikasi specimen sangat penting dilakukan untuk dapat mengenali secara jelas tiap jenis kupu – kupu yang didapat. Untuk mendapatkan hasil identifikasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, identifikasi ini dilakukan bekerjasama dengan pihak LIPI – cibinong.

Dari hasil eksplorasi, jumlah kupu-kupu yang ditemukan di wilayah P. Panaitan sebanyak 34 jenis terdiri dari 29 species yang sudah teridentifikasi dan didapat 5 specimen yang belum teridentifikasi. Berdasarkan hasil identifikasi yang bekerjasama dengan pihak LIPI. Dari ke 5 specimen yang belum teridentifikasi terdiri dari 5 jenis, yaitu Famili Pieridae sebanyak 3 jenis, Famili Nymphalidae, sebanyak 1 jenis dan Famili Papilionidae sebanyak 1 jenis. Specimen kupu – kupu hasil eksplorasi tersebut kemudian diawetkan dan dikemas ke dalam bingkai, untuk kemudian disimpan sebagai alat data Balai Taman Nasional Ujung Kulon ataupun sebagai alat promosi kawasan.

sumber : Laporan ekplorasi jenis kupu-kupu di P. Panaitan 2012

dijadikan souvenir dari Taman Nasional Ujung Kulon seperti kaos, gantungan kunci, patung Badak, sticker, topi, pin/bros, ataupun mug/cangkir.

Hasil Importance and Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (Indeks Kepuasan Pengunjung)

Berdasarkan hasil importance and Performance analysis (IPA), atribut kepuasan yang kinerjanya menjadi prioritas utama untuk diperbaiki karena kinerjanya masih sangat rendah adalah kebersihan kawasan dan kelengkapan sarana interpretasi. Sedangkan atribut-atribut kepuasan yang memiliki prioritas rendah untuk dibenahi adalah akses menuju lokasi, ketersediaan sarana transportasi, ketersediaan sarana konsumsi, kebersihan sarana toilet dan ketersediaan air, kelengkapan fasilitas information center, kelengkapan sarana prasarana penunjang wisata, penampilan petugas dan kemudahan informasi.

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai cSI sebesar 0,6958 atau 69,58%. Nilai ini masuk dalam range 0,66 – 0,80 berdasarkan range indeks kepuasan pengunjung dan masuk dalam kriteria puas. Dibandingkan tahun 2010, nilai cSI di tahun 2011 sedikit mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,27%. Nilai cSI sebesar 69,58% menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengunjung puas terhadap kinerja atribut-atribut yang terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon. Namun pihak pengelola Taman Nasional Ujung Kulon harus tetap berusaha meningkatkan kinerjanya hingga pengunjung merasa lebih puas dan nilai indeks kepuasan pengunjungnya bisa meningkat dan mendekati 100%.

DAfTAR PUSTAKA Ihsani, Deden Wildan. 2005. analisis kepuasan

konsumen terhadap Wisata Cangkuang, Garut, jawa barat. Institut Pertanian Bogor.

oktaviani, Riandina Wahyu. 2006. analisis kepuasan Pengunjung terhadap kinerja kebun Wisata Pasirmukti dan implikasinya terhadap bauran Pemasaran. Institut Pertanian Bogor.

Balai Taman Nasional Ujung Kulon. 2010. Penilaian Pengunjung tn. ujung kulon. Labuan.

Balai Taman Nasional Ujung Kulon. 2010. statistik balai taman nasional ujung kulon. Labuan.

JejakBERItAJejakBERItA

eKPlorasi KuPu-KuPu Di Pulau Panaitan

Dari hasil eksplorasi, jumlah kupu-kupu yang ditemukan di wilayah P. Panaitan adalah sebanyak 34 jenis

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang memiliki peranan sangat penting bagi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

keanekaragaman jenis sumber daya alam dan pemanfaatan pelestariannya. Salah satu fungsi Taman Nasional yang tak kalah pentingnya adalah sebagai wahana sumber plasma nutfah baik flora maupun fauna, bahkan karena sedemikian pentingnya kawasan Taman Nasional Ujung Kulon telah ditetapkan sebagai “natural World heritage site” oleh UNeSco pada tahun 1992.

Diantara sekian banyaknya keanekaragaman yang terdapat di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon diantaranya adalah kupu – kupu. Kupu – kupu adalah termasuk serangga yang mudah dikenal karena memiliki sayap yang indah dan sering terlihat terbang di sekitar kita. Namun sampai saat ini Balai Taman Nasional Ujung Kulon belum mempunyai data yang cukup tentang potensi yang ada, khususnya tentang jenis kupu – kupu yang terdapat di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon serta penyebarannya.

12 13Buletin Badak Buletin Badak

Page 9: Buletin Badak edisi-2

Oleh Irawan Sugiarto, S.Hut

PendahuluanBalai Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan yang mendapat amanat dari Pemerintah dalam pengelolaan kawasan SK. menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992. Kawasan Taman Nasional Ujung kulon memiliki luas 122.956 Ha yang meliputi wilayah Semenanjung Ujung Kulon, P. Panaitan, P. Peucang, P. Handeuleum, dan gn. Honje. Taman Nasional Ujung Kulon dan ditetapkan pula sebagai the natural World heritage site oleh Komisi Warisan Alam Dunia dengan Surat Keputusan No. Sc/eco/5867.2.409 Tahun 1992.

Taman Nasional Ujung Kulon sebagaimana di atur dalam ketentuan Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan

ekosistemnya merupakan Kawasan Pelestarian Alam dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Dalam menjalankan pengelolaannya, Taman Nasional Ujung Kulon tidak terlepas dari berbagai tekanan baik dari dalam maupun dari luar yang mengakibatkan adanya perubahan fungsi kawasan.

Beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan Taman Nasional adalah :1. merusak kekhasan potensi sebagai

pembentuk ekosistem.2. merusak keindahan dan gejala alam.3. mengurangi luas kawasan yang telah ditentukan.4. melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai

dengan rencana pengelolaan dan atau rencana pengusahaan yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang.

Suatu kegiatan dapat dianggap sebagai tindakan permulaan yang dikategorikan kegiatan yang mengakibatkan perubahan fungsi kawasan adalah :1. memotong, memindahkan, merusak atau

menghilangkan tanda batas kawasan.2. membawa alat yang lazim digunakan untuk

mengambil, menangkap, berburu, menebang, merusak, memusnahkan dan mengangkut sumber daya alam ke dan dari dalam kawasan.

Sebuah contoh kasus tersebut di atas, terjadi di wilayah Taman Nasional Ujung Kulon yaitu wilayah gn Honje. Kawasan seluas 19.000 Ha tersebut di dalamnya terdapat pemanfaatan lahan oleh masyarakat berupa sawah, kebun, dan ladang. Hal ini terjadi sejak kawasan tersebut diserahterimakan dari Perum Perhutani pada tahun 1967 yang pada akhirnya seiring berjalannya waktu menimbulkan banyak konflik dan permasalahan pengelolaan kawasan konservasi.

Latar belakang lainnya yang menyebabkan timbulnya konflik dan permasalahan dalam pengelolaan kawasan konservasi Taman Nasional Ujung Kulon adalah lokasi kawasan yang berbatasan dengan 19 desa dimana 15 desa berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Di samping itu, faktor kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan menjadi alasan klasik pemanfaatan lahan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan terhadap lahan garapan. Dengan demikian, dapat dikatakan tingkat ketergantungan masyarakat sekitar sangat tinggi terhadap kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.

Untuk mengurangi tekanan masyarakat terhadap kawasan konservasi TNUK, maka Balai Taman Nasional Ujung Kulon melakukan Program Peningkatan Kesejahteraan masyarakat Sekitar Kawasan sejak tahun 1990-an. Hal ini tidak terlepas dari Pemerintah, dalam hal ini Balai TNUK yang memiliki peran sebagai ‘agen perubahan’ dalam pembangunan masyarakat. Program pemberdayaan masyarakat ini mempunyai dua tujuan, yaitu enabling dan empowering. enabling maksudnya menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk  berkembang. Sedangkan

empowering, bertujuan untuk memperkuat potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, yakni dengan menampung berbagai masukan dan menyediakan prasarana dan sarana yang diperlukan.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi sesuai dengan kebijakan Direktorat Jenderal PHKA didasarkan pada UU No. 5 Tahun 1990 Pasal 4 dan Pasal 37 menjelaskan bahwa pemerintah berkewajiban untuk mendorong peran serta rakyat dalam KSDAH & e, dan UU No. 41 Tahun 1999 Pasal 70 bahwa masyarakat turut berperan serta dalam pembangunan di bidang kehutanan. Sehingga Kegiatan Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi menjadi tugas pokok Balai Taman Nasional Ujung Kulon dalam rangka :• melakukan upaya-upaya konservasi sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya.• meningkatkan ekonomi masyarakat yang

tinggal di sekitar kawasan konservasi, melalui pendayagunaan potensi yang ada.

• menggali, mengembangkan, dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya yang mendukung upaya-upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosisemnya.

Program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Balai TNUK memiliki konsep berupa pemberian bantuan ekonomi. Sejak program ini digulirkan tahun 1990 hingga tahun 2008, program ini masih bersifat keproyekan sehingga banyak bantuan yang tidak terkelola dengan baik. Untuk mengoptimalkan program ini, maka pada tahun 2009 dibentuklah Urusan Pemberdayaan masyarakat (pada periode ini, diterapkan program Pengelolaan Hutan secara Partisipatif) yang pada akhirnya tahun 2012 kegiatan pemberdayaan masyarakat dilebur

menjadi bagian dari tugas dan fungsi Pengendali ekosistem Hutan (PeH) dengan nama Bina Daerah Penyangga yang bertugas merencanakan, mengelola, dan memonitor kegiatan penguatan kelembagaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan konservasi.

Kesepahaman dan Kesepakatan Pengelolaan Hutan Partisipatif (PHP)

Berikut ini diuraikan salah satu contoh dinamika program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon pada tahun 2008 sampai dengan saat ini, yaitu kesepahaman dan kesepakatan Pengelolaan Hutan Partisipatif. Untuk mewujudkan visi dan misi pengelolaan

JejakBERItAJejakBERItA

PeMberDayaan MasyaraKat seKitar KaWasan KonserVasitaMan nasional ujung Kulon

14 15Buletin Badak Buletin Badak

Page 10: Buletin Badak edisi-2

TNUK yang hubungannya dengan mengurangi tekanan masyarakat sekitar terhadap kawasan konservasi, maka dilakukan Program PHP melalui kesepahaman dan kesepakatan Pengelolaan Hutan Partisipatif. Diharapkan dengan program ini akan terjalin hubungan yang harmonis, serasi, seimbang dan adanya keadilan bagi masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya Taman Nasional Ujung Kulon dengan tetap berpedoman pada azas konservasi yaitu kelestarian yang berkesinambungan baik sumber daya alam yang ada maupun aspek ekologis yang terdapat didalamnya.

Strategi Kesepahaman, Kesepakatan Pengelolaan Hutan Partisipatif dilaksanakan secara seimbang, serasi dan simultan mencakup :• Pemanfaatan, konservasi dan rehabilitasi

sumber daya alam demi menjaga kelestarian sumber daya alam beserta ekosistemnya.

• Pelestarian nilai-nilai sosial budaya dan kearifan tradisional/lokal kaitannya dengan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam.

• memberikan akses kepada masyarakat untuk berpartisipasi dan berperan secara aktif dalam pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon.

• Kesepakatan masyarakat kaitannya dengan pengelolaan lahan garapan, sumber dan tata air, hasil hutan kayu non kayu dan sumber daya alam lainnya.

• Kepedulian masyarakat dalam menjaga dan melindungi sumber daya alam Taman Nasional Ujung Kulon karena keterlibatannya dalam pengelolaan dan pemanfaatan.

• melakukan pengamanan terhadap potensi Taman Nasional Ujung Kulon dan ikut membantu dalam proses penegakan hukum.

• melakukan monitoring dan evaluasi terhadap berjalannya kegiatan kesepahaman dan kesepakatan pengelolaan hutan partisipatif.

• Peningkatan kapasitas Sumber daya manusia (SDm) dalam pemahaman tentang Taman Nasional Ujung Kulon dan berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna.

Model Desa Konservasi dan Keberadaan Lembaga Konservasi Desa (LKD)

model Desa Konservasi (mDK) adalah desa yang dijadikan model dalam upaya pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan konservasi

bidang sosial, ekonomi dan budaya. Sedangkan Lembaga Konservasi Desa (LKD) adalah lembaga yang dibentuk secara partisipatif, merupakan motor penggerak dari mDK, yang berfungsi sebagai pelaksana kegiatan program-program mDK.

LKD merupakan lembaga masyarakat yang di dalamnya terdapat masyarakat dari berbagai unsur yang ada di desa tersebut, yang salah satunya adalah masyarakat yang menjadi penggarap sawah dan lahan/kebun yang berada di dalam kawasan konservasi. Keberadaan sawah dan lahan/kebun dalam kawasan konservasi merupakan permasalahan yang dihadapi oleh hampir seluruh kawasan konservasi di seluruh Indonesia, apabila tidak tepat dalam menerapkan kebijakan penyelesaian masalah penggarapan sawah dan lahan/kebun kawasan konservasi maka akan menimbulkan dampak negatif yang berlangsung cukup lama.

Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK)

telah memiliki pengalaman yang cukup panjang dalam menghadapi permasalahan penggarapan sawah dan lahan/kebun dalam kawasan, upaya relokasi ke luar kawasan konservasi, pengendalian akses masyarakat ke dalam kawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat, ternyata hanya malah menimbulkan ketidak-sukaan yang terpendam dan akhirnya meluap menjadi konflik terbuka dengan terjadinya pembakaran pos-pos jaga petugas BTNUK pada Tahun 2006.

Dampak sosial yang paling terasa dari peristiwa tersebut adalah berkurangnya hubungan yang harmonis antara masyarakat sekitar kawasan konservasi dengan BTNUK sebagai pengelola kawasan konservasi, sedangkan dampak ekologisnya adalah semakin luasnya sawah dan lahan/kebun dalam kawasan konservasi akibat dari sikap pembiaran terhadap kegiatan penggarapan sawah dan lahan/kebun dalam kawasan tanpa ada solusi/pemecahan permasalahan tersebut.

Dan pada Tahun 2009 terdapat kebijakan baru dari BTNUK dalam menyikapi permasalahan penggarapan sawah dan lahan/kebun dalam kawasan konservasi, yaitu :1. Penerapan Konsep Pengelolaan

Hutan secara Partipatif (PHP).2. Pembentukan dan penguatan kelembagaan

masyarakat desa yang berfungsi melaksanakan dan mengawal pelaksanaan konsep PHP.

3. Pemberian bantuan modal dan peningkatan usaha ekonomi masyarakat.

4. Peningkatan budaya dan spiritual.Hasil kebijakan yang diambil pihak

BTNUK pada Tahun 2009 tersebut berupa :1. Terbentuknya Lembaga Konservasi

Desa (LKD) di 9 (sembilan) desa yang berbatasan dengan kawasan konservasi.

2. Ditandatanganinya Kesepahaman dan Kesepakatan Pengelolaan Hutan secara Partisipatif pada 5 (lima) LKD di 5 (lima) desa.

3. Adanya kesadaran masyarakat untuk turut melindungi dan mengamankan kawasan TNUK.

4. Kontrol kegiatan perambahan lebih efesien dan efektif karena lembaga konservasi desa turut mengawasi kegiatan-kegiatan pelanggaran bidang kehutanan.

Situasi kondusif yang dapat dirasakan saat ini antara lain :1. Terjalinnya hubungan yang harmonis

antara masyarakat sekitar kawasan konservasi dengan BTNUK.

2. Dukungan dari masyarakat sekitar kawasan konservasi terhadap program-program kegiatan BTNUK.

3. Berkurangnya pelanggaran hukum dalam kawasan konservasi.

Pada tahun 2012 ini, dalam mewujudkan visi dan misi Balai Taman Nasional Ujung Kulon telah melaksanakan dan merencanakan program-program partisipatif yang terdiri dari:1. Pendampingan dan Penguatan terhadap

kelembagaan masyarakat desa meliputia. Pelatihan managemen dan tata organisasi.b. Penunjukan tenaga pendamping yang berasal

dari UPT dan masyarakat serta LSm.c. Pelatihan usaha-usaha pertanian,

perikanan, peternakan, dan perkebunan.d. Studi banding ke sentral produksi

pertanian, perikanan, dan peternakan.2. Pengembangan dan Peningkatan Usaha

ekonomi masyarakat, meliputia. Budidaya Ikan Lele, Bebek, dan Domba.b. Budidaya Pertanian organik.c. Kerajinan Tangan Anyaman Pandan. d. Kerajinan Tangan Anyaman Bambu/Bilik.e. Kerajinan Tangan Patung Badak.f. Pengembangan Jamu Tradisional.g. Pemanfaatan madu Lebah odeng. h. Budidaya Lebah madu (Stup).i. Pengembangan Usaha Pembakulan

(Simpan Pinjam Pedagang Keliling).j. Demplot tanaman obat-obatan.k. Demplot pengembangan

tanaman anggrek hutan.l. Demplot breeding-stock Rusa.m. Demplot budidaya Kupu-kupu.

3. Peningkatan Budaya Spiritual, meliputi: Bantuan material bangunan tempat ibadah dan Taraweh Keliling

4. Pemanfaatan potensi air bersih gn Honje, meliputi : a. Pemasangan instalasi air bersih bagi

masyarakat (cSR PT cibaliung Sumber Daya)b. Rehabilitasi lingkungan sumber air

bersih (cSR PT cibaliung Sumber Daya dan PT Reliance Securities Tbk)

5. Pengelolaan Terumbu Karang dengan melibatkan masyarakat, meliputi : a. Inventarisasi Terumbu Karang.b. monitoring dan Transplantasi

Terumbu Karang.c. Pelatihan Scuba-diving.d. Pembentukan Kelompok masyarakat

Karang Hias Lestari.

Dengan demikian, program Bina Daerah Penyangga yang muaranya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Ujung Kulon dapat diwujudkan dan motto “Leuweung Hejo masyarakat Ngejo” (Hutan Lestari masyarakat Sejahtera) dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

JejakBERItAJejakBERItA

16 17Buletin Badak Buletin Badak

Page 11: Buletin Badak edisi-2

oleh : maruti Giri mahesti (staf balai tn. ujung kulon)

Go4biodiv international Youth Forum merupakan kegiatan 2 (dua) tahun sekali yang bertujuan mengumpulkan para pemuda di bawah 30 tahun dari perwakilan situs warisan dunia untuk

berkumpul bersama dan saling berdiskusi atas permasalahan yang ada. go4BioDiv diadakan seiring dengan berlangsungnya Conferences of the Parties to the Convention on biological diversity (coP-cBD 11). Untuk tahun ini kegiatan tersebut diselenggarakan di Hyderabad, India.

Tahun 2012 merupakan kali ketiga go4BioDiv diadakan. Sebelumnya di tahun 2008 diadakan di Jerman dan di tahun 2010 diadakan di Jepang. Tahun ini go4BioDiv diikuti oleh 35 orang peserta yang berasal dari 28 negara di seluruh dunia. Dari Indonesia terpilih 2 orang perwakilan yaitu dari Taman

Nasional Ujung Kulon (sdr. maruti Giri mahesthi) dan Taman Nasional Komodo (sdr. hermansyah akbar).

Kegiatan go4BioDiv berlangsung selama 14 hari yaitu mulai tanggal 06 – 19 oktober 2012. Dari tanggal 06-14 oktober, rangkaian kegiatan berlangsung di Sundarbans National Park di West Bengal India dan pada tanggal 15-19 oktober para peserta go4BioDiv berkesempatan hadir di coP-cBD11 di Hyderabad India.

Sundarbans National Park merupakan taman nasional yang memiliki hutan mangrove terbesar didunia dan merupakan kawasan konservasi harimau. Peserta go4BioDiv berkesempatan untuk tinggal disana selama 9 hari dengan mengikuti kegiatan seperti seminar, workshop, latihan drama, dan berkunjung ke masyarakat lokal disekitar taman nasional. Kegiatan yang dilakukan di Sundarbans National Park bertujuan mempersiapkan peserta go4BioDiv untuk menghadiri coP-cBD 11 di Hyderabad. Selama 3 hari pertama peserta go4BioDiv mengikuti seminar yang berhubungan dengan marine and coastal (kelautan dan daerah pesisir) yang merupakan tema utama pada coP-cBD 11. Isi seminar antara lain peran go4BioDiv di coP-cBD 11, keberagaman hayati laut, kelautan di coP-cBD 11, World Heritage, dan pengenalan Sundarbans National Park. Setiap sore hari selama di Sundarbans, peserta

go4BioDiv mengikuti latihan drama yang nantinya akan dipentaskan di coP-cBD 11.

Ada 3 tema yang diusung dalam drama tersebut diantaranya Keberagaman Hayati Laut, mata Pencaharian Laut, Perikanan dan Pemerintah. Tujuannya adalah untuk menyampaikan pesan kepada setiap orang yang hadir di coP-cBD 11 untuk lebih memperhatikan lingkungan laut karena sangat penting menjaga keberlangsungan hidup bagi generasi mendatang.

Workshop yang diadakan di lima hari berikutnya merupakan diskusi bersama para peserta yang dibagi menjadi 4 kelompok diantaranya Kelompok science marine biodiversity ( ilmu pengetahuan mengenai keberagaman hayati laut ), Livelihoods ( mata pencaharaian penduduk di sekitar laut ), Fisheries and Governance ( perikanan dan peran pemerintah ), dan Communications ( komunikasi yang dibina kepada masyarakat sebagai penyampaian pesan).

Workshop yang dilakukan sebagai wadah diskusi para peserta untuk mendapatkan informasi tentang tema workshop yang diambil serta berbagi pengalaman yang pernah dialami di taman nasional dari berbagai dunia. Hasil workshop merupakan sebuah deklarasi yang dibawa ke coP-cBD 11.

Kegiatan terakhir yang dilakukan peserta go4BioDiv adalah menghadiri coP-cBD 11 di Hyderabad pada tanggal 15-19 oktober 2012. Banyak kegiatan yang dilakukan disana, diantaranya para peserta bergantian menjaga stan go4BioDiv sebagai pengenalan go4BioDiv kepada pengunjung, menghadiri beberapa event yang diadakan coP-cBD 11, mementaskan drama pada beberapa event di coP-

cBD 11, serta menghadiri High Level Segment dimana deklarasi yang telah dibuat go4BioDiv selama di Sundarbans dipaparkan. go4BioDiv yang merupakan perkumpulan pemuda dari seluruh dunia mengambil bagian pada coP-cBD11 dengan menyampaikan deklarasi yang berisikan :• Hilangnya keanekaragaman hayati laut dan

pesisir memiliki implikasi besar terhadap kemanusiaan.

• Kami ingin kebijakan yang didorong oleh pengetahuan ilmiah dan tradisional.

• Partisipasi yang luas dalam pengambilan keputusan memerlukan proses informasi yang transparan

• Kami mendesak untuk secara adil dan merata terhadap biaya dan manfaat dari penggunaan keanekaragaman hayati.

• Peraturan hukum yang kuat dan penegakannya yang diperlukan untuk melindungi laut kita dan alam pesisir di seluruh dunia.

• Kami ingin penekanan kuat pada pendidikan lingkungan dan komunikasi.

• Kami menyerukan untuk koordinasi, kerjasama dan persatuan di antara semua pemegang kepentingan.

Kehadiran perwakilan Balai TN. Ujung Kulon di rangkaian kegiatan Go4biodiv international Youth Forum menjadi bagian penting dalam menyampaikan aspirasi dan deklarasi yang telah disepakati dalam forum tersebut menjadi semangat tersendiri bagi Balai TN. Ujung Kulon untuk lebih menjaga keragaman hayati di kawasan TN. Ujung Kulon.

JejakBERItAJejakBERItA

Peran serta tn. ujung Kulon DalaM Go4BioDiv international Youth Forum marine anD Coastal

Peserta Go4BioDiv beserta panitia dan mentor berpose didepan Resort

Sajhnakali di Sundarbans National Park

Peserta Go4BioDiv berpose bersama perwakilan pihak sponsor dan perwakilan COP-CBD 11 setelah pesta kebun yang diadakan oleh Go4BioDiv di COP-CBD11

Perwakilan dari TN Ujung Kulon didepan Ikan yang dibuat dari kumpulan sampah plastik dari peserta Go4BioDiv

yang dikumpulkan dari masing-masing taman nasionalnya.

18 19Buletin Badak Buletin Badak

Page 12: Buletin Badak edisi-2

oleh : abdul rohman (masyarakat desa Penyangga tn. ujung kulon)

Alam memberikan sebuah gambaran bagi kehidupan manusia dan betapa besar arti yang terkandung didalamnya

Alam memberikan sebuah gambaran bagi kehidupan manusia dan betapa besar arti yang terkandung didalamnya. Belajar secara langsung melalui alam dan lingkungan sekitar akan memberikan banyak pelajaran

dan pengalaman bagi pengembangan pengetahuan serta penyadaran diri akan pentingnya menjaga lingkungan.

Sebuah komunitas kecil di sudut Desa Taman Jaya, salah satu daerah penyangga Taman Nasional (TN) Ujung Kulon, yaitu kelompok taman baca rumah tukik ujungkulon mencoba membangun kesadaran masyarakat khususnya anak-anak akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sekitar TN. Ujung Kulon.

Salah satu tema yang diusung oleh Rumah Baca tersebut adalah “Belantara” (belajar di alam terbuka). Kegiatan ini secara rutin dilakukan tiap bulannya. Dengan metode yang sederhana anak dikenalkan langsung dengan media alam terbuka mulai dari fungsi hutan, manfaat hutan dan bagaimana cara untuk

JejakBERItAJejakBERItA

menjaga kelangsungan kelestarian hutan itu sendiri. Hal tersebut bertujuan untuk membentuk karakter anak sehingga tercipta kesadaran sejak dini akan pentingnya kelestarian lingkungan bagi manusia yang tidak hanya berdasarkan teori kertas semata.

Sebuah metode yang diterapkan dengan konsep Belajar di Alam Terbuka ini teryata teramat banyak digemari, karena anak secara bebas bisa mengekspresikan dan mempelajari alam tanpa adanya batas ruang seperti halnya bila belajar di dalam ruangan. Namun tentunya tak lepas dari arahan dan bimbingan pendamping pada pelaksanaanya.. Walaupun sedikit melelahkan namun kepuasan tampak muncul di saat anak berinteraksi langsung dengan alam. Banyak pertanyaan dan keingintahuan anak ketika mereka melihat langsung terhadap fenomena alam itu sendiri.

Dalam kegiatan ini setiap anak diberi keleluasaan untuk menggambarkan arti dari tumbuhan, serasah, kayu, sampah, dan satwa yang mereka temukan di saat melakukan pengamatan. Kemudian semua dituangkan dalam tulisan berupa laporan yang mereka tulis pada akhir pengamatan.

Forum diskusi selalu diupayakan setelah kegiatan di alam ini selesai dilakukan. Dimana mereka akan adu pendapat dengan teman-teman yang lainnya. melalui diskusi mereka akan mengetahui dan mempunyai berbagai gambaran dan tanggungjawab setelah mereka diskusikan dengan hasil kegiatan pengamatnnya. Suasana menjadi ramai saling debat memepertahankan alasan masing-masing, keributan inilah yang kita katakan bahwa mereka akan dapat menyimpulkan secara sendirinya, terhadap kelestarian alam dengan cara melihat di media alam terbuka langsung, apa yang dimaksud alam itu sendiri. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini team pendamping selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan apa yang mereka perlukan, dalam merealisasikan hasil pengamatan mereka.

melalui Taman Bacaan ini diharapkan akan terbentuk kader-kader bangsa yang berkualitas dan mampu mengembangkan diri dan menumbuhkan semangat mencintai alam dan lingkungannya.

belantara(Belajar Di alam terBuka) Di taMan baca ruMaH tuKiK ujungKulon

20 21Buletin Badak Buletin Badak

Page 13: Buletin Badak edisi-2

Pulau PeuCang,Dream islanD (Pulau imPian)

aKanKaH tinggal imPian...

Pada dasarnya setiap individu manusia mengakui dan menginginkan setiap kebenaran, walaupun pada pelaksanaannya banyak orang yang berperilaku bertolak belakang

dengan nilai kebenaran itu sendiri. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang terjerumus melakukan kesalahan. Selain faktor keinginan, ada pula faktor kekurang tahuan atau bahkan karena lingkungan sosialnya. Itulah yang terjadi pada sebut saja Dudung, seorang pria warga wilayah gunung Honje.

gunung Honje merupakan wilayah penyangga Taman Nasional Ujung Kulon yang berbatasan langsung dengan masyarakat. Kehidupan masyarakat yang sulit dan berada jauh di bawah garis kemiskinan menjadikan wilayah gunung Honje sangat rentan terhadap pelanggaran baik itu perambahan, pencurian satwa dan tumbuhan maupun penebangan liar. Ditambah lagi kurangnya pemahaman akan fungsi dan keberadaan Taman Nasional membuat masyarakat berpikir jangka pendek sehingga nekad melakukan pelanggaran kawasan tanpa memperhitungkan resiko dari perbuatan yang dilakukannya. Seperti yang dilakukan Pak Dudung, karena desakan ekonomi dan kurangnya pemahaman terhadap Taman Nasional maka pria berumur 38 tahun ini pernah melakukan pelanggaran berupa penebangan kayu dalam kawasan dan kejadian itu berlangsung cukup lama tanpa tertangkap oleh petugas.

Sepandai- pandainya tupai meloncat toh pada akhirnya kan jatuh juga. Rupanya pribahasa tersebut berlaku juga bagi Pak Dudung. Sekitar tahun 2004 bapak dari tiga orang anak ini kena batunya. Ketika dia melakukan aksinya dengan menebang kayu mahoni dalam kawasan, dia tertangkap sehingga petualangannya dalam pencurian kayu berakhir dan dia mulai menikmati hari-hari barunya di balik jeruji besi. Setelah melalui proses yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya pak Dudung menjalani sidang di pengadilan. Berdasarkan putusan Hakim maka pak Dudung memperoleh vonis 8 bulan penjara karena telah melanggar Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam.

Delapan bulan penjara sudah

pak Dudung jalani dan tibalah saatnya kebebasan menghampiri. Rupanya dinginnya tembok penjara dan tinggal dibalik jeruji tanpa kebebasan telah mengubah segalanya, mengikis keegoisan dan menumbuhkan kesadaran atas sebuah kebenaran. Seiring dengan pendekatan personal yang dilakukan pihak manajemen Balai Taman Nasional Ujung Kulon, pak Dudung mulai mengalami perubahan dalam prinsip hidupnya. Dia bertekad untuk tidak mengulangi kesalahannya. Sehari-hari suami dari ibu Heriah ini bekerja sebagai petani, walaupun dengan hasil yang tidak seberapa tapi dia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi tergiur dengan menjamah kawasan.

melihat kesungguhan yang pak Dudung lakukan, maka sekitar tahun 2005 pihak manajemen Balai Taman Nasional Ujung Kulon mulai melibatkan Pak Dudung dalam kegiatan gRNHL yang ada di SPTN Wilayah III Sumur. Berawal dari situlah pria yang bertempat tinggal di kampung Kopi ini terlibat dalam berbagai kegiatan yang ada di Taman Nasional. Rupanya mulai dari saat itulah dia semakin mengenal dan memahami fungsi dari keberadaan Taman Nasional, yang pada akhirnya dia ikut terlibat dalam menjaganya. Dan disela-sela waktu senggangnya pria yang tinggal di rumah yang sederhana ini seringkali mengingatkan warga sekampungnya terutama mereka yang masih suka melakukan pelanggaran, agar segera berhenti agar tidak bernasib sama seperti dirinya dulu yaitu berakhir dibalik jeruji besi.

Sekitar tahun 2008 Taman Nasional membentuk kelompok kader konservasi dan Pak Dudung dilibatkan di dalamnya. Kader konservasi merupakan sekelompok masyarakat yang berperan membantu pihak Taman Nasional melakukan penyuluhan konservasi dan mengajak warga sekitar agar ikut serta menjaga dan memelihara kelestarian kawasan konservasi Taman Nasional Ujung Kulon. Dengan status barunya ini dia merasa dipercaya dan mempunyai tanggung jawab dalam upaya melestarikan kawasan konservasi yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat disekitarnya. Karena kontribusinya selama ini terhadap kawasan konservasi, di tahun 2010 Pak Dudung direkrut menjadi anggota pengamanan hutan yang berbasis masyarakat (Pamswakarsa) di wilayah SPTN III Sumur.

Ternyata kekerasan hati seseorang tidak perlu diatasi dengan kekerasan. Dengan melunakkan hati melalui penyadaran dan pendekatan individual maka seorang mantan pencuri kayu hutan akan tercuri hatinya

untuk berbalik melestarikan kawasan hutan.

Pulau Peucang dan keindahan Pulau Peucang hanya akan menjadi impian tanpa ada orang yang datang untuk menikmatinya

Hamparan laut biru kehijauan yang dihiasi dengan riak ombak kecil, ikan-ikan hias yang berlarian diantara keindahan terumbu karang, formasi hutan hujan tropis yang hijau, ceracau beragam jenis

burung, dan riuhnya suara monyet ekor panjang yang saling bersahutan menyambut kapal yang berlabuh di dermaga Pulau Peucang. Itulah yang dirasakan ketika kita pertama kali menginjakkan kaki di pulau seluas 450 Ha ini. Keindahan, keheningan, dan ketenangan Pulau Peucang seakan mengajak kita untuk larut dan menyatu dengan alam dan memberikan pengalaman berkesan yang tak terlupakan.

Pulau Peucang merupakan salah satu pulau yang masuk dalam kawasan konservasi Taman Nasional Ujung Kulon. Diantara pulau lainnya yang ada di dalam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, pulau ini paling ramai dikunjungi oleh pengunjung baik pengunjung domestik maupun mancanegara. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pengelolaan wisata alam tahun 2011 yang mengukur tingkat kepuasan pengunjung melalui kualitas pelayanan yaitu tangibles (fisik), reliability (Kehandalan), responsiveness (Ketanggapan), assurance (Jaminan), dan empathy (Kepedulian), diketahui bahwa Pulau peucang masih menjadi lokasi favourite bagi para wisatawan. Keindahan terumbu karang dan kehidupan

biota lautnya serta atraksi satwa liar lainnya menjadi magnet utama bagi wisatawan untuk berkunjung.

Sejak tahun 1988, Pulau ini dikelola oleh pihak ketiga yaitu PT. Wanawisata Alam Hayati (PT. WWAH). Izin pengusahaan kegiatan wisata alam di Taman Nasional Ujung Kulon diberikan kepada PT. Wanawisata Alam Hayati berdasarkan pada Keputusan menteri Kehutanan Nomor. 094/Kpts-IV/88 kemudian ditindaklanjuti dengan perjanjian antara Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) dengan PT. Wanawisata Alam Hayati. Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tersebut, PT. Wanawisata Alam Hayati melakukan penyesuaian dan mengajukan permohonan izin pengusahaan pariwisata alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Ujung Kulon kepada menteri Kehutanan dan diberikan Izin/ persetujuan Prinsip Pengusahaan Pariwisata Alam melalui Surat menteri Kehutanan Nomor. 06/menhut-II/1998 seluas ±410 hektar. Pada saat itu pengunjung dapat benar-benar merasakan nikmatnya surga dunia. Keindahan alam, kenyamanan sarana akomodasi, kemudahan konsumsi, pelayanan wisata yang memadai dan tersedianya sarana transportasi yang murah dapat dinikmati oleh para pengunjung.

BeritaRINGAN BeritaRINGAN

oleh : amila nugraheni, s.si, m.si(Pengendali ekosistem hutan muda)

MencuriHati PencuriOleh : Dani Hermawan

Dengan melunakkan hati melalui penyadaran dan pendekatan individual maka seorang mantan pencuri kayu hutan akan tercuri hatinya untuk berbalik melestarikan kawasan hutan.

22 23Buletin Badak Buletin Badak

Page 14: Buletin Badak edisi-2

Namun sejak 2004 pengusahaan wisata oleh PT. Wana Wisata di Taman Nasional Ujung Kulon seolah diam di tempat. Hal ini tentu saja menjadi kendala yang besar dalam pengelolaan wisata dan mengurangi jumlah kunjungan ke P. Peucang. Kapal reguler (dengan biaya relatif lebih murah) yang dahulu secara rutin (dua kali dalam sebulan) dapat membawa tamu ke P. Peucang, kini sudah tidak dapat dinikmati lagi oleh pengunjung. Kini para pengunjung yang ingin ke P. Peucang harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk transportasi terutama transportasi laut (kapal laut). Sebagai gambaran, bila keluarga kecil (5 orang) dalam waktu 3 hari berkunjung ke Pulau Peucang, maka dari perkiraan total biaya keseluruhan persentase biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi laut (slow boat dari Sumur) mencapai 53, 57%.

Selain kendala di bidang transportasi, sarana akomodasi pun banyak yang mengalami kerusakan sehingga sudah tidak nyaman lagi digunakan. meskipun sampai saat ini pesanggrahan Flora A dan Flora B (bangunan milik PT. WWAH) masih digunakan para tamu, namun pemeliharaan dan pengelolaannya sangat terbatas. Sebenarnya disamping pesanggrahan milik PT. WWAH, masih terdapat pesanggrahan Fauna milik Balai TN. Ujung Kulon yang dikelola oleh KPRI (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) “BADAK”, namun itu tampaknya belum cukup menampung tamu yang berkunjung ke Pulau Peucang khususnya pada weekend ataupun musim liburan. Harga sewa kamar pesanggrahan yang tinggi tampaknya tidak mampu mengurungkan niat pengunjung untuk menikmati eksotisme keindahan Pulau Peucang. Pada musim liburan, booking kamar pesanggrahan harus dilakukan 1 bulan sebelumnya bahkan kadang kunjungan dibatalkan karena terbatasnya ketersediaan penginapan

Selain keindahan dan kealamian alamnya, kelengkapan sarana dan prasarana wisata maupun pelayanan tentunya menjadi harapan setiap pengunjung yang datang ke Pulau Peucang. guna memenuhi kepuasan pengunjung, dalam menjual jasa maka diperlukan pelayanan yang berkualitas dan bermutu. menurut Zeithaml et al (1990), kualitas jasa tergantung pada beberapa hal, salah satu diantaranya adalah penampilan fisik (tangible) seperti kebersihan dan kenyamanan kawasan, kelengkapan sarana dan prasarana serta penampilan petugas.

Untuk penyesuaian dengan Peraturan Pemerintah yang baru yaitu PP No. 36 tahun 2010 dan Permenhut Nomor. P. 48/menhut-II/2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata

alam, PT. WWAH tengah berusaha menyelesaikan revisi RKPPA (Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam) di Pulau Peucang. Sudah hampir setahun ini, RKPPA tersebut belum juga selesai digarap yang berimbas pada belum keluarnya Izin Pengusahaan Sarana Wisata Alam bagi PT. WWAH.

Tidak adanya persaingan bisnis karena memang baru PT. WWAH yang memiliki ijin prinsip wisata alam di Pulau Peucang, menjadikan PT.WWAH kurang bersemangat untuk mengelola pesanggrahan sehingga pelayanan yang diberikan sangat minimal. menurut para pakar ekonomi, persaingan dalam dunia bisnis bukan hal yang yang tabu. Tanpa persaingan, bisnis tak akan maju, karena tak akan ada pacuan untuk memberikan yang terbaik kepada para pelanggan atau konsumen. Padahal tuntutan konsumen bukan saja terus berkembang dan bervariasi, melainkan akan lebih spesifik dan personal.

Untuk itu Balai TN. Ujung Kulon pun tidak berdiam diri, kini Balai TN. Ujung Kulon tengah serius menarik calon investor untuk berinvestasi di Pulau Peucang. Hal tersebut didukung dengan adanya zonasi TN. Ujung Kulon yang baru (Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor. SK.100/IV-SeT/2011 tentang Zonasi Taman Nasional Ujung Kulon) yang masih mencadangkan zona pemanfaatan di Pulau Peucang sebesar 50 Ha. Dengan telah disusunnya desain tapak pengelolaan pariwisata alam (meskipun belum memperoleh pengesahan dari Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung) akan makin membuka peluang para investor untuk melakukan pengusahaan pariwisata alam di Pulau Peucang. Semoga Pulau Peucang (dream island) tidak hanya menjadi impian….Namun menjadi wujud nyata yang memberikan kenyamanan sekaligus kenikmatan surga duniawi….

saMPaH Hilang, uang Pun Datang

Oleh Irma Subchiyatin, SE

Pengolahan sampah secara benar bisa menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis dan bernilai ekonomi tinggi

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan kawasan konservasi yang juga ditetapkan sebagai

natural World heritage site (Situs Warisan Alam Dunia) oleh badan PBB UNeSco dengan Surat Keputusan No. Sc/eco/5867.2.409 tanggal 1 Februari 1992, sebagai penghargaan atas potensi kawasan yang kaya dan luar biasa dalam keanekaragaman hayati, diantaranya keberadaan satwa fenomenal Badak Jawa dan lanskap hutan, pantai dan perairan lautnya yang indah dan kaya akan flora dan fauna.

Dengan keindahan alam yang eksotik dan natural, kawasan Taman Nasional Ujung Kulon terkenal bukan hanya di Indonesia bahkan mancanegara. Banyak turis asing yang datang berkunjung untuk menikmati keindahan alam yang masih terjaga kelestariannya tersebut.

Setiap tahunnya selalu ada peningkatan pengunjung yang datang ke kawasan Ujung Kulon, baik dari turis lokal maupun mancanegara, dengan berbagai macam perilaku. Ada yang benar-benar mencintai alam, ada pula yang tidak terlalu peduli dengan keberadaan lingkungan di sekitarnya. Banyak diantara mereka hanya sekedar ingin berwisata saja, menikmati keindahannya saja, tanpa ada keinginan untuk menjaga kelestariannya.

masalah yang mungkin sebagian orang dianggap hal yang biasa dan tidak terlalu penting adalah sampah. Belakangan sering dijumpai banyak sekali sampah plastik di sepanjang pantai kawasan Ujung Kulon. entah karena perilaku manusia yang sembarangan membuang sampah atau karena arus gelombang yang membawa sampah-sampah itu dan akhirnya bermuara

di sepanjang pantai Ujung Kulon. Sampah plastik dan sampah non organic lainnya memang menjadi masalah bagi lingkungan, terutama mencemari perairan sungai, laut dan tanah. Keadaan dan pemandangan seperti ini sangat tidak sehat karena bisa merusak lingkungan dan menghilangkan keindahan yang seharusnya tetap terjaga. Jika tidak diperhatikan dan dibersihkan maka tidak menutup kemungkinan akan ada gundukan-gundukan sampah sepanjang pantai yang tentu saja bisa merusak ekosistem pantai dan laut.

Keadaan seperti ini bisa kita manfaatkan sebagai suatu nilai ekonomis, dan bisa

menjadi sumber penghasilan untuk masyarakat, sampah merupakan

suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar, pengolahan sampah secara benar bisa

menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis

dan bernilai ekonomi tinggi.Antisipasi lain juga bisa

kita lakukan untuk menghindari penumpukan sampah, dimulai dari diri

sendiri dengan membuang sampah pada tempatnya, atau bisa juga setiap melihat sampah plastik kita pungut dan buang ke tempatnya, agar wisatawan yang melihat bisa mengikuti cara kita dan malu untuk membuang sampah sembarangan, selain itu pengarahan kepada setiap guide local yang membawa pengunjung agar selalu memberitahukan kepada wisatawan tentang pentingnya menjaga lingkungan.

cara seperti ini bisa diterapkan dan lama kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan sehingga kita tidak lagi melihat banyaknya sampah plastik bertebaran disekitar pantai Ujung Kulon.

Sebagai masukan dari penulis ada berbagai cara yang bisa kita tempuh, untuk mengatasi masalah sampah plastik disekitar kawasan, salah satunya kita bisa libatkan masyarakat sekitar kawasan untuk ikut memungut sampah plastik sekitar pantai dalam kurun waktu 3 bulan sekali, dari pihak pengelola kawasan hanya menyediakan akomodasi dan konsumsi saja, dan sampah plastik tersebut bisa dijual kepada penerima limbah plastik untuk di daur ulang, dan hasil penjualan tersebut bisa mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, dalam proses ini ada unsur simbiosis mutualisme dimana kedua belah pihak di untungkan, yaitu sekitar kawasan pantai bersih dan indah, dan masyarakat mendapatkan tambahan penghasilan. mari jaga dan lestarikan keindahan pantai sebagai anugerah yang diberikan Tuhan untuk kita.

BeritaRINGAN BeritaRINGAN

24 25Buletin Badak Buletin Badak

Page 15: Buletin Badak edisi-2

b. Umur yang masih muda (mengenai umur yang masih muda ini di Indonesia dan juga di negeri Belanda sejak tahun 1905 tidak lagi merupakan lasan penghapus pidana melainkan menjadi dasar untuk memperingan hukuman).

2. Alasan tidak dapat dipertanggungjawabkannya seseorang yang terletak di luar orang itu (uitwendig), yaitu:

a. Daya paksa atau overmacht (pasal 48);b. Pembelaan terpaksa atau

noodweer (pasal 49);c. melaksanakan Undang-

Undang (pasal 50);d. melaksanakan Perintah

Jabatan (pasal 51);

Selain perbedaan yang diterangkan dalam m.v.T, ilmu pengetahuan hukum Pidana juga mengadakan pembedaan sendiri yaitu :

1. Alasan penghapus pidana yang umum (starfuitingsgronden yang umum), yaitu yang berlaku umum untuk tiap-tiap delik dan disebut dalam pasal 44, 48, 49, 50 dan 51 KUHP;

2. Alasan penghapus pidana yang khusus (starfuitingsgronden yang khusus), yaitu yang hanya berlaku untuk delik-delik tertentu saja, misal :

a. Pasal 166 KUHP : “Ketentuan-ketentuan pasal 164 dan 165 KUHP tidak berlaku pada orang yang karena pemberitahuan itu mendapat bahaya untuk dituntut sendiri dst………………………………………” Pasal

164 dan 165 memuat ketentuan : bila seseorang mengetahui ada makar terhadap suatu kejahatan yang membahayakan Negara dan Kepala Negara, maka orang tersebut harus melaporkan.

b. Pasal 221 ayat (2) : menyimpan orang yang melakukan kejahatan dan sebagainya”. Disini ia tidak dituntut jika ia hendak menghindarkan penuntut dari istri, suami dan sebagainya (orang-orang yang masih ada hubungan darah).

Ilmu pengetahuan hukum pidana juga mengadakan pembedaan lain, sejalan dengan pembedaan antara dapat dipidananya perbuatan dan dapat dipidananya pembuat/pelaku. Penghapusan pidana dapat menyangkut perbuatan atau pembuat/pelakunya, maka dibedakan dua jenis alasan penghapus pidana yaitu :

a) Alasan pembenar (rechtvaardigingsgrond, fait justificatif, rechtfertigungsgrund). Alasan pembenar menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, meskipun perbuatan ini telah memenuhi rumusan delik dalam undang-undang. Kalau perbuatannya tidak melawan hukum maka tidak mungkin ada pemidanaan. Alasan pembenar yang terdapat dalam KUHP ialah pasal 48 (keadaan darurat), pasal 49 ayat (1) (pembelaan terpaksa), pasal 50 (peraturan perundang-undangan) dan pasal 51 (1) (perintah jabatan).

b) Alasan pemaaf atau alasan penghapus kesalahan (schulduitsluittingsgrond-fait d’excuse, entschuldigungsdrund, schuldausschliesungsgrund). Alasan pemaaf menyangkut pribadi si pembuat, dalam arti bahwa orang ini tidak dapat dicela (menurut hukum) dengan perkataan lain ia tidak bersalah atau tidak dapat dipertanggungjawabkan, meskipun perbuatannya bersifat melawan hukum. Jadi disini

ada alasan yang menghapuskan kesalahan si pembuat, sehingga tidak mungkin pemidanaan. Alasan pemaaf yang terdapat dalam KUHP ialah pasal 44 (tidak mampu bertanggungjawab), pasal 49 ayat (2) (noodweer exces), pasal 51 ayat (2) (dengan itikad baik melaksanakan perintah jabatan yang tidak sah). Sedangkan mengenai pasal 48 (daya paksa) ada dua kemungkinan, dapat merupakan alasan pembenar dan dapat pula merupakan alasan pemaaf.

Pembahasan lebih lanjut mengenai pasal-pasal dalam KUHP yang dapat menjadi alasan penghapus pidana akan dijelaskan pada tulisan berikutnya.

BeritaRINGAN BeritaRINGAN

alasan PengHaPus PiDana DalaM Kitab unDang-unDang HuKuM PiDana (KuHP)(jiliD i)

Penulis : radityo Primayudhanto, sh

Calon analis kepegawaian

Alasan atau Dasar Penghapusan Pidana merupakan hal-hal atau keadaan yang dapat mengakibatkan seseorang yang telah melakukan perbuatan

yang dengan tegas dilarang dan diancam dengan hukuman oleh Undang-Undang Pidana (KUHP), tidak dihukum, karena :

1. orangnya tidak dapat dipersalahkan;2. Perbuatannya tidak lagi merupakan

perbuatan yang melawan hukum.memorie van toelichting

(m.v.T) menyebutkan 2 (dua) alasan penghapus pidana yaitu :

1. Alasan tidak dapat dipertanggungjawabkannya seseorang yang terletak pada diri orang itu (inwendig), yakni :

a. Pertumbuhan jiwa yang tidak sempurna atau terganggu karena sakit (pasal 44 KUHP);

26 Buletin Badak

Page 16: Buletin Badak edisi-2

KonserVasi alaM DalaM KeislaManPeran manusia adalah sebagai sosok yang memakmurkan bumi termasuk memelihara alam dan lingkungan hidup

Alam dan lingkungan hidup tidak terpisahkan dari manusia. Dan peran manusia adalah sebagai sosok yang memakmurkan bumi termasuk memelihara alam dan lingkungan

hidup. Secara ekonomis alam dan lingkungannya sangat berharga dan penting. Telah banyak dicatat kerugian yang diakibatkan kerusakan alam dan lingkungan, baik secara langsung seperti permbalakan liar (ilegal logging), maupun segala bentuk pengrusakan alam.. Dalam Konverensi Tingkat Tinggi tentang lingkungan hidup di Kyoto, Jepang beberapa kesepakatan telah dicapai untuk mengurangi emisi setiap negara. Namun, Amerika Serikat tidak ikut menandatangani perjanjian penurunan emisi tersebut. Sebuah arogansi yang untuk kesekian kalinya ditampakkan. Dalam khasanah ilmu pengetahuan barat, konservasi merupakan cabang dari ilmu yang disebut ekologi. ekologi berasal dari akar kata yang sama dengan ekonomi, yaitu oikos (rumah tangga). Sehingga ekologi adalah ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup, yaitu mengenai hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan benda benda mati disekitarnya. Dalam perspektif Islam, menjaga lingkungan hidup adalah kewajiban, yaitu sebagai salah satu kewajiban manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sehingga menjaga lingkungan hidup bukan hanya didorong oleh pertimbangan ekonomis semata. Di sinilah perbedaan pandangan hidup Islam dengan yang lain. 

Institusi Konservasi Dalam Syariat Islam  1. hima’ Hima’ adalah kawasan hukum dimana dilarang untuk diolah dan dimiliki seseorang (pribadi), sehingga ia tetap menjadi wilayah yang dipergunakan bagi siapapun sebagai tempat tumbuhnya padang rumput dan tempat mengembalakan hewan. Al mawardi dalam Al Ahkaamus-sulthaaniyah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah menetapkan suatu tempat seluas 6 mil menjadi hima’ bagi kuda-kuda kaum muslimin dari kalangan muhajirin dan Anshar.

menurut As Suyuti dan para fuqoha, sebuah kawasan dapat menjadi hima’ dengan empat syarat, yaitu : 

- Ditentukan berdasarkan keputusan pemerintah 

- Dibangun berdasarkan ajaran Allah SWT – untuk tujuan-tujuan yang berkaitan dengan kesejahtraan umum 

- Tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi masyarakat sekitar 

- Harus mewujudkan manfaat yang nyata bagi masyarakat 

maka, hima’ adalah istilah yang paling tepat untuk mewakili istilah daerah konservasi dalam Islam. Berdasarkan kekhususannya ada 5 jenis Hima’ : 

- Wilayah dimana menggembalakan hewan tidak diperbolehkan 

- Wilayah dimana menggembalakan hewan diperbolehkan hanya pada musim tertentu 

- Wilayah perlindungan lebah; menggembalakan hewan dilarang pada musim bunga/semi 

- Wilayah hutan; dilarang menebang pohon - Wilayah suaka lingkungan untuk

daerah/komunitas tertentu (kota, desa, dusun atau suku tertentu), misalnya hutan kota, hutan adat dll 

Hima’ – yang telah diakui oleh FAo – memiliki ukuran berbeda-beda. Hima’ Al- Rabadha, yang dibangun oleh Khalifah Umar ibn Khatan dan kemudian diperluas oleh Khalifah Utsman, adalah salah satu yang terbesar. membentang dari Ar Rabadhah di barat Najd hingga ke daerah sekitar kampung Dariyah. Pada tahun 1965 ada kurang lebih 3000 hima’ di Arab Saudi. Sebagai peninggalan Islam, sampai sekarang banyak hima’-hima’ di Arab Saudi yang masih memiliki keanekaragaman hayati dan habitat-habitat biologi penting. 

2. iqta Iqta merupakan lahan (garap) yang dipinjamkan oleh negara kepada para investor atau pengembang dengan perjanjian kesanggupan untuk mengadakan reklamasi (perbaikan lahan yang digarap). oleh karena itu dalam menggarap Iqta, harus ada jaminan tanggung jawab dan keuntungan baik untuk investor penggarap maupun untuk masyarakat sekitarnya. Apabila penggarap telah membangun lahan tersebut menjadi produktif, maka dia tidak bisa memindahtangankan lahan tersebut kepada orang lain. Apabila lahan tersebut selama 3 tahun ditelantarkan, maka penguasa negara bisa mencabut hak pakai penggarap lahan dan mengalihkannya kepada pihak lain yang ingin menghidupkan tanah tersebut. Lahan yang digunakan untuk Iqta adalah lahan yang di dalamnya tidak ada kepentingan umum, misalnya sumber daya air, kepentingan ekosistem dan tidak menimbulkan masalah baru bagi daerah sekitar pada masa penggarapan. Dalam kawasan tersebut juga harus dipastikan tidak terdapat sumber daya mineral

atau keuntungan umum lain yang seharusnya dikuasai oleh pemerintah untuk kemaslahatan orang banyak. 

3. harim Harim adalah lahan atau kawasan yang sengaja dilindungi untuk melestarikan sumber-sumber air. Harim dapat dimiliki atau dicadangkan oleh kelompok atau individu ataupun kelompok. Biasanya harim terbentuk bersamaan dengan keberadaan ladang dan persawahan, tentu saja luas kawasan ini berbeda. Di dalam sebuah desa, harim dapat difungsikan untuk menggembalakan hewan ternak atau mencari kayu bakar. Akses masyarakat ke tempat ini pun dimudahkan; dapat ditempuh tidak lebih dari satu hari pada hari yang sama. yang penting dalam harim ini adalah adanya kawasan yang masih asli (belum dirambah), tidak dimiliki individu namun menjadi hak milik umum. Pemerintah dapat mengadministrasikan atau melegalisasi kawasan ini untuk keperluan bersama. Pada era Turki Utsmani harim digunakan untuk menunjukkan suatu area (di sekitar rumah) yang terlarang bagi laki-laki asing (untuk memasukinya). Kata harim sendiri berarti suatu hal yang pribadi, sangat dihormati dan dimulyakan. 

Ihya al-Mawat Tanah sebagai unsur lingkungan paling mendasar mendapat perhatian lebih dalam Islam. Semangat menghidupkan (Ihya) kawasan mati/tidak produktif (al mawat) merupakan anjuran kepada setiap muslim untuk mengelola lahan supaya tidak ada kawasan yang terlantar. menghidupkan di sini termasuk juga menjaga dan memelihara kawasan tertentu untuk kemaslahatan umum dan mencegah bencana. Semangat menghidupkan lahan ini penting sebagai landasan untuk memakmurkan bumi. Tentu saja pemerintah dan perundang-undangan harus akomadatif dalam mengelola dan menerapkan peraturan pemilikan lahan secara konsisten. 

Daya Dukung Lingkungan Sumber daya alam yang ada sebenarnya telah disediakan oleh Allah SWT lebih dari cukup untuk semua makhluk di muka bumi, termasuk manusia. Namun, berbagai pelanggaran dan ketamakan membuat sumber daya yang ada rusak dan tidak terdistribusikan dengan baik sehingga tidak bisa dimanfaatkan dengan adil dan maksimal. oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang matang dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada termasuk air, hutan, tanah, minyak dan gas dll. Daya dukung lingkungan terhadap semua bentuk aktifitas manusia mesti diperhatikan. Daya dukung lingkungan adalah total potensi lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk aktifitas produktif. misalnya, penggunaan tanah sebagai lahan penggembalaan, menunjukkan bahwa daya dukung lingkungan yang baik akan tercapai

pada tingkat penggunaan lahan sebesar 30 % - 70 % dari keseluruhan potensi yang ada. Dalam diagram 1, daya dukung lingkungan bisa digunakan hingga 100 %. Namun, bila digunakan maksimal hingga 100 % (Q1) maka kualitas lingkungan akan menjadi sangat buruk, karena lahan habis untuk penggembalaan, tidak ada saluran pengairan, putusnya rantai makanan karena species yang homogen dan akhirnya keseimbangan ekosistem pun rusak. sebaliknya. Sementara bila potensi lingkungan yang digunakan terlalu sedikit maka lahan yang ada tidak memberikan manfaat maksimal. oleh karena itu, penggunaan potensi lahan hingga 50 % dipandang sebagai pemakaian maksimal.

Penutup Syariat Islam mempunyai bentuk-bentuk dasar dan semangat konservasi yang jelas. Beberapa prinsip di atas dapat digunakan dalam usaha konservasi lingkungan dalam payung syariat Islam. Dewasa ini masalah konservasi lingkungan berkaitan dengan berbagai persoalan yang kompleks. oleh karena itu, 3 institusi tadi harus didukung oleh konsistensi pemerintah menerapkan kebijakan ekonomi yang adil, karena lingkungan selalu jadi korban ketika ekonomi masyarakat terpinggirkan. Peran politik dan penegakkan hukum juga tidak boleh ditinggalkan, terutama ketika harus menekan perusahaan-perusahaan multinasional untuk memenuhi kewajiban mereka memperbaiki lahan dan lingkungan yang telah mereka eksploitasi. 

Daftar Pustaka 

Al mawardi. 2000. Al Ahkaamus-sulthaaniyah wal-wilaayatud-diiniyah. Terj. Jakarta. gema Insani Pers  Soerjani, mohammad. 1987. Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta. UI Pers  majalah mangunjaya, Fachrudin majeri. Lingkungan Hidup dan Konservasi Alam dalam Perspektif Islam. majalah Islamia Vol. III No. 2

BeritaHAtI BeritaHAtI

28 Buletin Badak

Page 17: Buletin Badak edisi-2

Balai Taman nasional UjUng KUlonJl.perintis kemerdekaan No.51 Labuan - Pandeglang Banten 42264

Telp. (0253) 801731 Fax. (0253) 804651E-mail : [email protected]

Website : www.ujungkulon.org

Get Your Exciting Moment at