BukuTataLaksanaBIPR NR
-
Upload
mukhtirili -
Category
Documents
-
view
24 -
download
4
Transcript of BukuTataLaksanaBIPR NR
Bersama Menata Ruang untuk Semua
PENGARAH:
Ir. Imam S. Ernawi, MCM, MSc.
Dr. Ir. Ruchyat Deni Djakapermana, M.Eng.
PENYUSUN:
DR. Ir. Nana Rukmana D. Wirapradja, MA
Dr. Ir. Doni Janarto W, M.Eng.Sc
Ir. Made Bagus Budiharjo, MA
NARASUMBER:
Ir. Iman Soedradjat, MPM
Ir. Joessair Lubis, CES
Dra. Lina Marlia, CES
Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT
Ir. Rido Matari Ichwan, MCP
TATA LETAK DAN DESAIN GRAFIS:
Catri Citraningtias, ST
KONSEP DASAR (GRAND DESIGN) DAN TATALAKSANA PENINGKATAN KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG ©Direktorat Jenderal Penataan Ruang 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk fotokopi, tanpa ijin tertulis dari penerbit
Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum saat ini tengah menghadapi tantangan terkait dengan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan penataan ruang sesuai amanat UU No. 26 tahun 2007. Penataan ruang dalam proses perjalanannya seringkali mengalami dinamika yang berlangsung secara terus menerus sehingga perlu disikapi dengan mengembangkan manajemen organisasi yang lebih efektif, efisien, sekaligus dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Di samping itu, sejalan dengan hakikat reformasi birokrasi untuk melakukan pembaharuan dan perubahan dasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, maka di samping kedua hal tersebut, perlu dikembangkan tata laksana dalam penyelenggaraan kegiatan penataan ruang. Buku yang ada di hadapan para pembaca merupakan salah satu bagian kecil dalam rangka memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan kompetensi sumber daya manusia di bidang penataan ruang serta tata laksana dalam penyelenggaraan peningkatan kompetensi sumber daya manusia. Upaya peningkatan kompetensi ini sangat penting untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh setiap pegawai Ditjen Penataan Ruang serta dalam upaya meningkatkan kemampuan dan kapasitas pegawai agar mampu menghadapi berbagai masalah dan tantangan dalam penyelenggaraan penataan ruang.
Pada prinsipnya pengembangan sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang dapat dilakukan melalui 3 (tiga) cara, yaitu mekanisme rekrutmen, mekanisme pendidikan dan pelatihan (diklat), serta mekanisme penataan jenjang karir pegawai. Mekanisme rekrutmen bertujuan untuk memperoleh pegawai-pegawai baru sesuai dengan kebutuhan kompetensi yang diperlukan sesuai amanat UU No. 26 tahun 2007 serta untuk mengisi kekurangan atau mengganti kehilangan berbagai keahlian yang melekat pada pegawai yang memasuki masa purnabhakti (pensiun) ataupun karena mutasi dan sebab lainnya.
Mekanisme pendidikan dan pelatihan (diklat) dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi atau kemampuan pegawai khususnya dalam hal penyusunan rencana tata ruang, program pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Diklat yang telah dan akan dikembangkan di lingkungan Ditjen Penataan Ruang mencakup Diklat Teknis bidang Penataan Ruang, Diklat Fungsional bidang Penataan Ruang, dan Kursus Kepemimpinan Teknik Bidang Penataan Ruang (Suspimtek).
Adapun mekanisme penataan jenjang karir pegawai terdiri dari proses rotasi, mutasi, dan promosi. Mekanisme ini bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi organisasi dengan mengalokasikan sumber daya manusia di unit-unit kerja yang sesuai dengan kompetensinya. Selain itu, mekanisme ini juga berguna untuk menghindari kejenuhan kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas Bersama Menata Ruang untuk Semua
SAMBUTAN DIRJEN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
SAMBUTAN DIRJEN
pegawai. Keseluruhan aspek tersebut secara garis besar dipaparkan dalam buku ini yang dikemas dalam dua bagian besar yakni konsep dasar (Grand Design) dan tata laksana peningkatan kompetensi sumber daya manusia di bidang penataan ruang.
Kami berharap kiranya buku ini dapat dijadikan pedoman bagi semua pihak, khususnya di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang dalam upaya meningkatkan kompetensi sumber daya manusia bidang penataan ruang baik di tingkat pusat maupun di daerah provinsi, kota, dan kabupaten. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan bimbingan dan kekuatan bagi kita semua dalam upaya merealisasikan berbagai perubahan sebagaimana diamanatkan dalam prinsip-prinsip reformasi birokrasi.
Jakarta, Maret 2011
Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum
Ir. Imam S. Ernawi, MCM, MSc
Bersama Menata Ruang untuk Semua
1
2
3
3
4
5
6
7
8
9
10
12
14
15
16
19
21
24
BAGIAN PERTAMA: KONSEP DASAR
1. Latar Belakang
2. Tantangan
3. Profil SDM DJPR
Komposisi Pegawai Secara Umum
Komposisi Pegawai Berdasarkan Usia
Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan Ruang
Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Komposisi Pegawai Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
4. Profil Organisasi DJPR
5. 7 Pilar Kebijakan Manajemen Organisasi
6. Kondisi Ideal Kompetensi SDM
Kisi-Kisi Bakuan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang
Postur Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang
Sistem Pengembangan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang
Peta Jenjang Karir Struktural dan Fungsional PNS Bidang Penataan Ruang
7. Konsep Integrasi Peningkatan Kompetensi SDM
8. Konsep Dasar Peningkatan Kompetensi SDM
9. Konsep Dasar Penataan Jenjang Karir
DAFTAR ISI
halaman
Bersama Menata Ruang untuk Semua
27
29
30
30
31
32
33
34
35
36
37
37
37
38
38
39
40
41
42
42
43
44
45
BAGIAN KEDUA: TATALAKSANA PENINGKATAN KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG
1. Langkah-Langkah Kegiatan
2. Bagan Alur Penyelenggaraan Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang
3. Identifikasi Kebutuhan Akan Peningkatan Kompetensi
Analisis Kinerja Organisasi
Analisis Kinerja Individu
Menyusun Daftar Kebutuhan Akan Peningkatan Kompetensi
4. Penetapan Daftar KAPK Pegawai Direktorat Jenderal Penataan Ruang
5. Penyusunan Usulan Program Diklat Teknis Penataan Ruang Jangka Menengah
6. Penyusunan Usulan Program Tahunan Diklat Teknis Penataan Ruang
7. Penyusunan Kurikulum/Silabus Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang
8. Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan
Penyiapan SK
Pembuatan Buku Panduan
Pendaftaran dan Pemanggilan Peserta
Penyiapan Bahan Serahan
Pengangkatan Tenaga Instruktur
9. Pelaksanaan Pelatihan Teknis Penataan Ruang
10. Pelaporan Hasil Pelaksanaan Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang
11. Evaluasi Purna Diklat Teknis Penataan Ruang
Penyusunan Program Evaluasi Purna DIklat
Persiapan Kegiatan Evaluasi Purna Diklat
Pelaksanaan Evaluasi Purna Diklat
12. Tatalaksana Penyelenggaraan Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang
DAFTAR ISI
halaman
Bersama Menata Ruang untuk Semua
57
58
59
60
BAGIAN KETIGA: TATALAKSANA PELATIHAN DASAR PERENCANAAN TATA RUANG
1. Pengantar
2. Metoda Pelatihan
3. Pendekatan dan Lingkup Materi
4. Langkah-Langkah Pemaparan Materi Pelatihan
DAFTAR ISI
halaman
Bersama Menata Ruang untuk Semua
BAGIAN PERTAMA
KONSEP DASAR 1. Latar belakang
2. Tantangan 3. Profil SDM DJPR
4. Profil Organisasi DJPR 5. 7 Pilar Kebijakan Manajemen Organisasi
6. Kondisi Ideal Kompetensi SDM 7. Konsep Integrasi Peningkatan Kompetensi SDM
8. Konsep Dasar Peningkatan Kompetensi SDM 9. Konsep Dasar Penataan Jenjang Karir
GRAND DESIGN
1
LATAR BELAKANG
Peringkatan kompetensi SDM sangat diperlukan dalam penyelenggaraan penataan ruang di tingkat pusat, provinsi, kabupaten, dan kota.
Agar peningkatan kompetensi SDM mencapai sasaran yang diharapkan, maka perlu dirumuskan konsep dasar (Grand Desain) pengembangan SDM dan tata laksana,nya,, baik terkait proses administrasi maupun teknis pelaksanaannya.
Peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) bidang penataan ruang sangat
diperlukan mengingat isu-isu terkait penyelenggaraan penataan ruang terus mengalami
perkembangan dan bersifat kompleks. Isu-isu dimaksud antara lain sebagai berikut:
• Rencana tata ruang belum sepenuhnya dijadikan acuan bagi pembangunan nasional dan pengembangan wilayah, padahal UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang telah mengamanatkan bahwa pemanfaatan ruang harus mengacu pada rencana tata ruang yang
dihasilkan. Muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.
• Rencana tata ruang belum sepenuhnya dijadikan upaya preventif dalam proses pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, padahal isu terkait lingkungan ini sangat penting demi menunjang keberlanjutan kehidupan di masa depan.
• Tumpang tindih kewenangan pemerintahan kerap kali terjadi akibat pengaruh kondisi SDM aparatur pemerintah di berbagai level.
• Lemahnya kepastian hukum dan koordinasi dalam pengendalian penyelenggaraan penataan ruang, khususnya di dalam penanganan konflik kepentingan sehingga kerapkali
terjadi pelanggaran dan penyimpangan pemanfaatan ruang.
• Rendahnya kualitas dan kapasitas SDM penyelenggara penataan ruang berdampak pada terhambat atau terganggunya proses penyelenggaraan penataan ruang.
Bersama Menata Ruang untuk Semua
1
2
TANTANGAN dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang
1. Belum terselesaikannya peraturan-peraturan
daerah (Perda) terkait dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW)
2. Belum terselesaikannya peraturan, standard,
pedoman, dan kriteria di bidang penataan ruang sesuai amanat UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang
3. Tingginya tingkat urbanisasi yang
mengakibatkan dinamika pertumbuhan kota dan wilayah yang sangat fluktuatif
4. Penyelenggaraan pembangunan/
pengembangan wilayah belum sepenuhnya mengacu pada RTRW setempat sehingga
banyak terjadi penyimpangan pemanfaatan ruang
5. Masih kuatnya ego sektoral sehingga
memicu konflik di dalam penyelenggaraan
penataan ruang
6. Lemahnya peran masyarakat dan
stakeholder lainnya dalam penyelenggaraan penataan ruang
7. Luasnya wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terdiri dari ruang daratan,
lautan, dan udara
8. Peletakan dan penguatan sektor pertanian
sebagai basis pembangunan utama
9. Perencanaan wilayah harus dilaksanakan
secara terpadu untuk menghindari terjadinya kesenjangan dan ketimpangan
antar daerah
10. Efisiensi dalam konteks skala ekonomi
(economic of scale)
11. Gelombang globalisasi yang semakin kuat
12. Kesenjangan dan ketimpangan wilayah
Dunia penataan ruang telah menghadapi perubahan yang cukup signifikan dalam berbagai bidang. Perubahan-perubahan tersebut seringkali menjadi tantangan dalam penyelenggaraan penataan ruang yang perlu dicermati dengan baik agar dapat dilakukan berbagai upaya tindakan yang tepat. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain:
Bersama Menata Ruang untuk Semua
2
3
PROFIL SDM DJPR Tahun 2010
Unit Kerja PNS CPNS PHP PTT Jumlah
Sekretariat Direktorat Jenderal Penataan Ruang 86 29 2 4 121
Direktorat Penataan Ruang Nasional 78 12 1 9 100
Direktorat Penataan Ruang Wilayah I 66 16 - 4 86
Direktorat Penataan Ruang Wilayah II 47 10 1 3 61
Direktorat Penataan Ruang Wilayah III 94 51 - 8 153
Direktorat Penataan Ruang Wilayah IV 53 10 - - 63
Grand Total 424 128 4 28 584
CPNS PNS
29
86
12
78
16
66
10
4751
94
10
53
Sekretariat Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Direktorat Penataan Ruang Nasional
Direktorat Penataan Ruang Wilayah I
Direktorat Penataan Ruang Wilayah II
Direktorat Penataan Ruang Wilayah III
Direktorat Penataan Ruang Wilayah IV
Gambar 1 Grafik Komposisi Pegawai
Direktorat Jenderal Penataan Ruang
KO
MP
OS
ISI P
EG
AW
AI S
EC
AR
A U
MU
M
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Status pegawai di Direktorat Jenderal Penataan Ruang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), Pegawai Harian Proyek (PHP), dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) dengan rincian komposisi pegawai seperti tertera pada tabel 1.
Komposisi pegawai yang berstatus CPNS dan PNS dapat dilihat pada grafik di bawah, yaitu sebanyak 115 orang ditempatkan di Sekretariat Direktorat Jenderal, 90 orang di Direktorat Penataan Ruang Nasional, 82 orang di Direktorat Penataan Ruang Wilayah I, 57 di Direktorat Penataan Ruang Wilayah II, 145 orang di Direktorat Penataan Ruang Wilayah III, dan 63 orang di Direktorat Penataan Ruang Wilayah IV.
Tabel 1 Rincian Komposisi Pegawai di Lingkungan
Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Sumber: Data Kepegawaian DJPR, 2010
3
4
KO
MP
OS
ISI P
EG
AW
AI B
ER
DA
SAR
KA
N U
SIA
Sekretariat D irektorat Jend eral Penataan
Ruang
D irektorat Penataan
Ruang Nas ional
D irektorat Penataan
Ruang Wilayah I
D irektorat Penataan
Ruang Wilayah II
D irektorat Penataan
Ruang Wilayah III
D irektorat Penataan
Ruang Wilayah IV
53
4136
29
58
23
3935
31
20
74
11
2924
19
12
21
29 < 35
35 S.D . 50
> 50
Gambar 2 Grafik Komposisi Pegawai Berdasarkan
Usia
Pengelompokkan usia pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu usia <35 tahun, usia 35—50 tahun, dan usia >50 tahun. Pengelompokkan ini dibentuk dengan pertimbangan untuk mengetahui jumlah pegawai yang akan pensiun selama 5 (lima) tahun ke depan, sehingga perlu secara bertahap mengganti sejumlah keahlian yang hilang/berkurang.
Berdasarkan hasil analisis, pegawai DJPR mayoritas berusia <35 tahun, yaitu sebanyak 240 orang. Jumlah terbanyak kedua adalah usia 35-50 tahun, yaitu sebanyak 210 orang. Sisanya adalah usia >50 tahun yang berjumlah sebanyak 134 orang.
Pegawai yang berusia <35 tahun memiliki peluang untuk mengikuti program pendidikan dalam rangka peningkatan kualifikasi jenjangnya. Sementara itu pegawai yang berusia antara 35—50 tahun dapat diikutsertakan dalam diklat-diklat untuk meningkatkan kompetensinya sesuai dengan unit kerja masing-masing. Lalu untuk pegawai yang berusia >50 tahun dapat dipersiapkan untuk mengikuti diklat purnabhakti agar dapat menjalani masa pensiun sebaik-baiknya.
Bersama Menata Ruang untuk Semua Sumber: Data Kepegawaian DJPR, 2010
KOMPOSISI PEGAWAI BERDASARKAN USIA
5
K
OM
PO
SIS
I PE
GA
WA
I BE
RD
AS
AR
KA
N
GO
LO
NG
AN
RU
AN
G
Sekretariat D irek torat Jend eral Penataan
Ruang
D irek torat Penataan
Ruang N as ional
D irektorat Penataan
Ruang Wilayah I
D irek torat Penataan
Ruang Wilayah II
D irek torat Penataan
Ruang Wilayah III
D irektorat Penataan
Ruang Wilayah IV
11 11 9 10 11 10
80 77
63
46
89
46
23
10 125
50
772 2 0 3 0
G o longan IV
G o longan III
G o longan II
G o longan I
Gambar 3 Grafik Komposisi Pegawai Berdasarkan
Golongan Ruang
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) golongan ruang, yaitu golongan I, II, III, dan IV. Pengklasifikasian ini didasarkan pada kualifikasi jenjang atau tingkat pendidikan pegawai. Komposisi pegawai berdasarkan golongan ruang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Golongan IV = 11% 2. Golongan III = 69% 3. Golongan II = 18% 4. Golongan I = 2%
Sumber: Data Kepegawaian DJPR, 2010
Dengan demikian, mayoritas pegawai DJPR merupakan golongan III. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai DJPR memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu Sarjana Strata I (S1).
KOMPOSISI PEGAWAI BERDASARKAN
GOLONGAN RUANG
6
KO
MP
OS
ISI P
EG
AW
AI B
ER
DA
SA
RK
AN
T
ING
KA
T P
EN
DID
IKA
N
Sekretariat D irektorat Jend eral
Penataan Ruang
Direktorat Penataan Ruang
Nas ional
D irektorat Penataan Ruang
Wilayah I
D irektorat Penataan Ruang
Wilayah II
D irektorat Penataan Ruang
Wilayah III
D irektorat Penataan Ruang
Wilayah IV
4 2 1 1
14
20 18 16 1613
58
44 43
36
74
30
1 13 2 3 16
1
33
27
18
6
52
12
52 2 2 1
4 2 1 1 3 5
S3
S2
S1
D.IV
D.III
SLTA
SLTP
SD
Gambar 4 Grafik Komposisi Pegawai Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Gambar di atas menunjukkan komposisi pegawai DJPR berdasarkan tingkat pendidikan di masing-masing unit eselon II yang diklasifikasikan menjadi 8 (delapan), yaitu S3, S2, S1, D4, D3, SLTA, SLTP, dan SD. Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa di tiap-tiap unit eselon II, mayoritas pegawainya merupakan lulusan Sarjana Strata I (S1).
Rincian jumlah pegawai DJPR berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:
1.S3 = 8 orang 2.S2 = 97orang 3.S1 = 285 orang 4.D4 = 2 orang
5.D3 = 16 orang 6.SLTA = 148 orang 7.SLTP = 12 orang 8.SD = 16 orang
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Sumber: Data Kepegawaian DJPR, 2010
Dengan demikian, sejalan dengan komposisi pegawai berdasarkan golongan ruang, maka sebagian besar pegawai di DJPR memiliki tingkat pendidikan sampai pada jenjang S1.
KOMPOSISI PEGAWAI BERDASARKAN
TINGKAT PENDIDIKAN
7
K
OM
PO
SIS
I PE
GA
WA
I BE
RD
AS
AR
KA
N
LA
TA
R B
EL
AK
AN
G P
EN
DID
IKA
N
0
20
40
60
80
100
120
140
160
114
3443 44
133
8 4 1 4 2 2 38
2
2030
16 6 5 4 4 1 1 1 1 1
14
1 1 1
143
1016
Gambar 5 Grafik Komposisi PNS dan CPNS Berdasarkan
Latar Belakang Pendidikan
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Rekapitulasi latar belakang pendidikan PNS dan CPNS di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang adalah sebanyak 32 bidang studi, SLTA, SLTP, dan SD. Rincian jumlah pegawai (PNS dan CPNS) berdasarkan bidang studi dapat dilihat pada gambar di atas.
Sumber: Data Kepegawaian DJPR, 2010
Gambar tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pegawai DJPR memiliki latar belakang pendidikan pada bidang studi Perencanaan Wilayah dan Kota, yaitu sebanyak 114 orang. Jumlah terbanyak kedua dan ketiga adalah pada bidang studi Ekonomi dan Administrasi dengan jumlah masing-masing sebanyak 44 dan 43 orang.
KOMPOSISI PEGAWAI BERDASARKAN
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
8
PROFIL ORGANISASI DITJEN PENATAAN RUANG
STR
UK
TU
R, V
ISI, D
AN
MIS
I OR
GA
NISA
SI VISI
MISI
Mewujudkan sinergi pembangunan wilayah berbasis penataan ruang dengan didukung institusi yang handal dan professional serta produk yang berkualitas
1. Mewujudkan penataan ruang sebagai acuan matra spasial dari pembangunan nasional dan daerah;
2. Mewujudkan keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum berbasis penataan ruang;
3. Melembagakan manajemen organisasi yang efektif, efisien, terpadu, dan konsisten Bersama Menata Ruang untuk Semua
Gambar 6 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal
Penataan Ruang
4
9
7 PILAR KEBIJAKAN MANAJEMEN ORGANISASI
ME
NG
EM
BA
NG
AN
SD
M P
RO
FE
SIO
NA
L
1. Mewujudkan organisasi yang handal 2. Mewujudkan perencanaan dan pemrograman yang sinergis
3. Mengembangkan SDM yang professional 4. Menghasilkan produk yang berkualitas 5. Menghasilkan informasi yang mutakhir
6. Menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik 7. Membangun citra organisasi yang positif
SDM
PRO
FESI
ON
AL
1. Bangga dengan profesinya 2. Menunjukkan komitmen personal terhadap kualitas 3. Mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan 4. Kreatif dan inisiatif dalam melaksanakan tugas 5. Menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas dan mau ikut terlibat di dalam
berbagai tugas di luar peranan yang ditugaskan kepadanya 6. Memiliki keinginan terus belajar untuk meningkatkan kemampuan 7. Berupaya meningkatkan kemampuan untuk melayani 8. Mau mendengar kebutuhan para pelanggannya dan mampu menjadi pemain
dalam suatu tim 9. Dapat dipercaya, jujur, terus terang, dan loyal 10. Terbuka terhadap kritik yang konstruktif dan mau meningkatkan dan
menyempurnakan dirinya Bersama Menata Ruang untuk Semua
5 Gambar 7
Grafik Pengembangan SDM Profesional
10
KONDISI IDEAL KOMPETENSI SDM B
ER
DA
SAR
KA
N U
U N
O. 2
6 T
AH
UN
20
07
ASPEK Pengaturan
ASPEK Pembinaan
• Menguasai dan memahami substansi penataan ruang, peraturan dan perundang-undangan, serta aspek penyelenggaraan penataan ruang pada lingkup yang bersangkutan (wilayah, kota, kawasan)
• Mampu mengimplementasikan rencana tata ruang ke dalam penyusunan program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya
• Memiliki sikap kepemimpinan yang kuat, yaitu kemampuan berkomunikasi, kemampuan sosial, kemampuan manajerial
• Memiliki pengetahuan dan kemampuan menerapkan nilai-nilai penataan ruang
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Kriteria mengenai kondisi ideal SDM Direktorat Jenderal Penataan Ruang selayaknya diukur berdasarkan peran, tugas, dan fungsi organisasi tersebut. Ruang lingkup Direktorat Jenderal Penataan Ruang adalah pada dimensi penyelenggaraan penataan ruang, dimana mengacu pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, aspek-aspek di dalam penyelenggaraan penataan ruang terdiri dari pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Oleh karena itu, kondisi ideal SDM yang dibutuhkan harus bertolak pada setiap aspek tersebut sehingga kemudian muncullah indikator-indikator kapasitas ideal yang harus dimiliki oleh SDM penataan ruang.
ASPEK Pelaksanaan
• Mempunyai kemampuan teknis perencanaan tata ruang; • Melakukan inventarisasi dan mampu menerapkan NSPMK dalam perencanaan
wilayah, kota, dan kawasan; • Mampu melakukan analisis komprehensif segenap unsur-unsur pembentuk
ruang wilayah, pulau, provinsi, kota/kabupaten, dan kawasan; • Merumuskan konsep, strategi, rencana, indikasi, dan pentahapan program
pengembangan wilayah dan kota; • Mengelola pertemuan dan merumuskan kesepahaman lintas sektoral dan lintas
pelaku kepentingan atas suatu permasalahan; • Mempunyai kemampuan untuk memimpin Tim Kerja multi-disiplin dan
menyampaikan pendapat dalam bentuk lisan dan tulisan secara baik.
Pere
nca
naa
n
6
11
BE
RD
ASA
RK
AN
UU
NO
. 26
TA
HU
N 2
00
7
ASPEK Pelaksanaan
• Mempunyai kemampuan teknis perencanaan yang berwawasan pemanfaatan; • Mempunyai pemahaman peraturan (misal membaca izin lokasi); • Mempunyai kepekaan terhadap lingkungan sekitar; • Mempunyai pemahaman terhadap pasar dan kebutuhan pemakai akhir (end
user); • Memahami kepentingan stakeholders lainnya. Pe
man
faat
an
• Mampu menyusun peraturan zonasi yang disesuaikan dengan tingkat kedalaman rencana tata ruangnya;
• Memahami semua peraturan tentang perizinan serta menguasai proses, prosedur, dan mekanisme berbagai jenis perizinan terkait dengan bidang penataan ruang, serta mengaplikasikannya untuk tujuan pengendalian penataan ruang;
• Mampu merumuskan insentif-disinsentif untuk tujuan pengendalian penataan ruang;
• Mampu merumuskan sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang.
Pen
gen
dal
ian
ASPEK Pengawasan
• Memahami proses, prosedur, dan mekanisme pengawasan penyelenggaraan penataan ruang;
• Mampu melakukan pengawasan terhadap kinerja fungsi, manfaat, dan pemenuhan SPM (Standar Pelayanan Minimal) penyelenggaraan penataan ruang;
• Melibatkan peran masyarakat dalam proses pengawasan penyelenggaraan penataan ruang secara luas. Bersama Menata Ruang untuk Semua
(Lanjutan)
KONDISI IDEAL KOMPETENSI SDM
13
KISI-KISI BAKUAN KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG
Bersama Menata Ruang untuk Semua
(Lanjutan)
14
POSTUR KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Gambar 8
Postur Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang
16
Bersama Menata Ruang untuk Semua
FUNGSIONAL
AhliUtama
STRUKTURAL
MatrikulasidanOrientasi
CPNSPNS
(Gol 3A)
Prajabatan Rotasi / on the job training
StafProfesional(Gol 3B)
Eselon IVIIIC
Eselon IIIIVA
Eselon IIIVC
Eselon IIVE
Penilaian danSertifikasi
Penilaian danSertifikasi
Penilaian danSertifikasi
Penilaian danSertifikasi
AhliPertama
AhliMuda
AhliMadya
Penilaian danSertifikasi
Penilaian danSertifikasi
Penilaian danSertifikasi
PurnaTugas
Penilaian danSertifikasi
Min IIID Min IVB Min IVD
Min 50th
Max 60th
Max 65th
25 th 30 th 40 th 50 th 60 th
1 ‐ 2 th 4 th 2 ‐ 4 th 6 ‐ 8 th 6 ‐ 8 th 6 ‐ 8 th 4 ‐ 8 th
Min IIIB
PNS(Gol II)
TrampilPenyelia
TrampilPelaksanaLanjutan
TrampilPelaksana
PelatihanTeknis dan
Kepemimpinan
PelatihanTeknis dan
Kepemimpinan
PelatihanTeknis dan
Kepemimpinan
PelatihanTeknis dan
Kepemimpinan
PelatihanFungsional TkLanjutan
PelatihanFungsional TkMenengah
PelatihanFungsional Tk
Tinggi
PelatihanFungsional Tk
Dasar
Pelatihan
Pengujian dan Sertifikasi
PETA JENJANG KARIR STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL PNS BIDANG PENATAAN RUANG
Gambar 9 Peta Jenjang Karir Struktural dan Fungsional PNS
Bidang Penataan Ruang
17
PETA JENJANG KARIR STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL PNS BIDANG PENATAAN RUANG
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Gambar 10
Grafik Jenjang Karir Struktural dan Fungsional PNS Bidang Penataan Ruang
Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kejelasan karir SDM PNS
bidang Penataan Ruang, secara umum perjalanan karir PNS melalui tahap-tahap penjenjangan sebagaimana tergambar pada gambar 9 dan gambar 10.
18
PETA JENJANG KARIR STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL PNS BIDANG PENATAAN RUANG
Selama kurang lebih 30—35 tahun, seorang PNS bidang Penataan Ruang akan melalui 5 (lima) tahap utama, yaitu: 1. Tingkat Bawah (Low):
• 4 – 8 tahun sebagai Staf Profesional
• 4 – 8 tahun sebagai pejabat setingkat Eselon IV / Pratama 2. Tingkat Menengah (Middle):
• 4 – 8 tahun sebagai pejabat setingkat Eselon III / Muda
• 4 – 8 tahun sebagai pejabat setingkat Eselon II / Madya 3. Tingkat Atas (Top):
• 3 – 6 tahun sebagai pejabat setingkat Eselon I / Utama Selain jenjang struktural, PNS bidang Penataan Ruang juga dapat melalui jenjang jabatan fungsional
dengan pola penjenjangan yang setara.Pada tingkat yang sama, dimungkinkan bagi pejabat fungsional untuk dialihtugaskan sebagai pejabat struktural selama memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Proses kenaikan pangkat dan jenjang PNS bidang Penataan Ruang, baik pada jalur struktural maupun fungsional dilakukan setelah yang bersangkutan mengikuti berbagai jenis pelatihan (diklat pimpinan, diklat teknis, diklat fungsional, Suspimtek, dan lain-lain) serta lulus dalam ujian dinas kenaikan jabatan dan persyaratan lainnya.
Pengujian dan pemberian sertifikat pelatihan dilaksanakan oleh unit diklat yang diberikan wewenang berdasarkan ketentuan organisasi dan kepegawaian yang berlaku. Penetapan kualifikasi pegawai dan promosi untuk jabatan struktural di masing-masing jenjang jabatan dilakukan oleh Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan). Sedangkan ujian kenaikan jenjang jabatan fungsional dilakukan oleh Panitia Penilai Angka Kredit.
Dengan demikian, setiap PNS bidang Penataan Ruang memiliki pilihan untuk menempuh jenjang karir struktural atau fungsional. Karir struktural akan lebih fokus pada aspek manajerial serta kemampuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan. Sedangkan karir fungsional akan lebih fokus pada aspek substansi teknis bidang Penataan Ruang terutama terkait perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, baik untuk ruang wilayah nasional, provinsi, kabupaten, maupun kota.
Bersama Menata Ruang untuk Semua
19
KONSEP INTEGRASI PENINGKATAN KOMPETENSI SDM
DIK
LA
T B
IDA
NG
PE
NA
TA
AN
RU
AN
G
Gambar 11 Integrasi Pendidikan dan Pelatihan
Bidang Penataan Ruang
DIKLAT PENJENJANGAN
STRUKTURAL
DIKLAT TFBidang Penataan Ruang
INTEGRASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BIDANG PENATAAN RUANG
PENDIDIKAN UMUM /
KEDINASAN
Proses Seleksi / Penempatan
STAF
ES. IV
ES. III
ES. II
ES. I
SUSPIMTEK
Kursus Orientasi Pratugas
PRAJABATAN
SUSPIMTEKPENATAAN RUANG
TINGKAT DASAR
SUSPIMTEKPENATAAN RUANG
TINGKAT LANJUTAN
SUSPIMTEKPENATAAN RUANG
TINGKAT MENENGAH
SUSPIMTEKPENATAAN RUANG
TINGKAT TINGGI
Kursus Reorientasi Persiapan Pensiun
ADUM
SPAMA
SPAMEN
SPATI / LEMHANNAS
MASA PURNABHAKTI
D. I
D. II
D. III
D. IV/ S.1
SP.1/ S.2
SP.2/ S.3
Sistem Modular
DiklatTeknis
DiklatFungsional
Tingkat Dasar
Tingkat Lanjutan
Tingkat Menengah
Tingkat Tinggi
Tingkat Pratama
Tingkat Muda
Tingkat Madya
Tingkat Utama
7
Pendidikan dan pelatihan bidang penataan ruang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Selain itu, pendidikan dan pelatihan juga merupakan salah satu metode dalam penggantian sejumlah keahlian yang hilang/berkurang akibat masa pensiun pegawai. Pendidikan dan pelatihan di DJPR terdiri dari diklat teknis dan diklat fungsional. Diklat teknis diperuntukkan bagi seluruh pegawai terkait dengan peningkatan kapasitasnya dalam mendukung kinerja organisasi di unit kerjanya masing-masing. Diklat teknis juga mengandung unsur-unsur pengembangan kepemimpinan di dalam berorganisasi (SUSPIMTEK). Sementara diklat fungsional lebih difokuskan ke proses pendidikan dan pelatihan bagi para pejabat fungsional. Bersama Menata Ruang untuk Semua
20
Diklat teknis terdiri dari 4 (empat) jenjang, yaitu tingkat dasar, tingkat lanjutan, tingkat menengah, dan tingkat tinggi. Keempat tingkat ini disesuaikan dengan sasaran atau peserta diklat. Diklat teknis meliputi diklat penjenjangan struktural maupun diklat kepemimpinan, yang semuanya merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualifikasi pegawai sehingga mampu membawa mereka mencapai posisi struktural yang lebih tinggi. Begitu pula dengan diklat fungsional, yang juga meliputi diklat penjenjangan struktural dan diklat kepemimpinan, yang membedakannya dengan diklat teknis hanyalah peserta diklat yang difokuskan hanya kepada para pejabat fungsional.
DIK
LA
T B
IDA
NG
PE
NA
TA
AN
RU
AN
G
Diklat teknis dan diklat fungsional di bidang penataan ruang pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Tujuan diklat ini adalah untuk meningkatkan kapasitas pegawai sehingga kinerja organisasi dapat meningkat pula. Setiap pegawai memiliki hak dan kewajiban untuk mengikuti setiap proses diklat yang diadakan selama masa baktinya di Direktorat Jenderal Penataan Ruang. Ketika pegawai telah mencapai posisi Eselon I, diklat yang diadakan merupakan suatu kursus reorientasi persiapan pensiun atau persiapan menuju masa purnabhakti pegawai. Bersama Menata Ruang untuk Semua
DIKLAT BIDANG PENATAN RUANG
21
KONSEP DASAR PENINGKATAN KOMPETENSI SDM
DIK
LA
T P
EN
YE
LE
NG
GA
RA
AN
PE
NA
TA
AN
RU
AN
G
Bersama Menata Ruang untuk Semua
8 Konsep pendidikan dan pelatihan di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang
dapat divisualisasikan dalam bentuk matriks seperti pada gambar 12 dan gambar 13 di halaman berikut. Pada konsep tersebut, dapat dilihat bahwa matriks pendidikan dan pelatihan memiliki 3 (tiga) komponen utama, yaitu strata peserta, strata diklat, dan substansi diklat. Gambar 8 dan gambar 9 dibedakan berdasarkan substansi diklat yang diberikan.
Substansi diklat pada matriks gambar 12 didasarkan pada muatan UU No. 26 tahun 2007 dan PP No. 15 Tahun 2010, yaitu terkait penyelenggaraan penataan ruang yang terdiri dari Pengaturan, Pembinaan, Pelaksanaan (Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pengendalian), dan Pengawasan. Sementara itu, matriks gambar 13 didasarkan pada lingkup substansi penataan ruang, yaitu National Planning, Regional Planning, Urban Planning, dan Urban Design.
Strata peserta ditentukan berdasarkan tingkatan pemerintah, yaitu pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kota/kabupaten. Selain tingkatan pemerintahan, matriks pendidikan dan pelatihan tersebut juga memasukkan unsur non aparatur pemerintah, namun dalam konteks manajemen kepegawaian di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang, maka strata peserta lebih difokuskan pada aparatur pemerintah saja.
Strata diklat terdiri dari 4 (empat) tingkatan yang pembagiannya didasarkan pada jenjang struktural (bakuan kompetensi) di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang, yaitu sebagai berikut:
1. Diklat tingkat Dasar untuk jenjang CPNS dan Staf Profesional 2. Diklat tingkat Lanjutan untuk jenjang Eselon IV 3. Diklat tingkat Menengah untuk jenjang Eselon III 4. Diklat tingkat Tinggi untuk jenjang Eselon II
22
SUBSTANSI DIKLAT TEKNIS BIDANG PENATAN RUANG
DIK
LA
T P
EN
YE
LE
NG
GA
RA
AN
PE
NA
TA
AN
RU
AN
G
Gambar 12 Matriks Kedudukan Diklat SDM DJPR dalam Konteks Penyelenggaraan Penataan Ruang
Konsep pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi SDM DJPR dalam penyelenggaraan penataan ruang terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu:
3. Substansi diklat dibagi berdasarkan muatan UU No. 26 Tahun 2007 dan PP No. 15 Tahun 2010.
Bersama Menata Ruang untuk Semua
1. Strata peserta ditentukan berdasarkan tingkatan pemerintah dan unsur non aparatur pemerintah.
GRAND DESIGN
2. Strata diklat terdiri dari 4 (empat) tingkatan yang pembagiannya didasarkan pada jenjang struktural (bakuan kompetensi) di lingkungan DJPR.
23
DIK
LA
T S
UB
STA
NS
I PE
NA
TA
AN
RU
AN
G
Gambar 13 Matriks Kedudukan Diklat SDM DJPR dalam
Lingkup Substansi Penataan Ruang
Sama halnya dengan konsep diklat SDM dalam konteks penyelenggaraan penataan ruang, konsep pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi SDM DJPR dalam lingkup substansi penataan ruang terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu strata peserta, strata diklat, dan substansi diklat. Yang membedakan antara keduanya hanyalah pada substansi diklat. Substansi diklat pada diklat ini dibagi berdasarkan lingkup substansi penataan ruang, yaitu terkait National Planning, Regional Planning, Urban Planning, dan Urban Design.
Bersama Menata Ruang untuk Semua
SUBSTANSI DIKLAT TEKNIS BIDANG
PENATAN RUANG
GRAND DESIGN
24
KONSEP DASAR PENATAAN JENJANG KARIR
JE
NJ
AN
G K
AR
IR
Bersama Menata Ruang untuk Semua
9 Selain metode pendidikan dan pelatihan, berdasarkan pilar kebijakan manajemen organisasi
Direktorat Jenderal Penataan Ruang, upaya membangun karakter SDM penataan ruang dapat diwujudkan melalui penataan jenjang karir pegawai yang terdiri dari mekanisme mutasi, rotasi, dan promosi. Mekanisme ini dianggap sebagai proses yang bertujuan untuk menghindari kejenuhan kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas pegawai.
Mutasi merupakan perpindahan pegawai keluar institusi (keluar daerah atau antar instansi), perpindahan pegawai antar instansi dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan pendayagunaan tenaga ahli atau untuk kepentingan dinas. Ketentuan mutasi pegawai diatur dalam PP No. 96 tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian PNS. Indikator kinerja dari penyelenggaraan mutasi pegawai ini adalah meningkatnya kinerja organisasi dan meningkatnya kualitas pegawai dalam melaksanakan tugas.
Rotasi merupakan perpindahan pegawai di internal institusi. Rotasi pegawai dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pegawai pada posisi tertentu. Tidak ada ketentuan khusus berupa UU ataupun PP yang mengatur penyelenggaraan rotasi, sifatnya hanya berupa kebijakan internal yang tetap berpedoman kepada ketentuan-ketentuan tertentu. Indikator kinerja dari penyelenggaraan rotasi pegawai adalah meningkatnya kinerja organisasi; meningkatnya wawasan, kemampuan, dan pengalaman baru pegawai; berkurangnya tingkat kejenuhan kerja pegawai.
Promosi jabatan merupakan bentuk penghargaan dan kepercayaan yang diberikan pimpinan kepada staf atau pejabat yang dianggap cakap dan mampu untuk menduduki suatu jabatan tertentu. Tahapan promosi pegawai melibatkan di dalamnya peran Komite Penilaian Kepegawaian. Beberapa prinsip yang dijadikan pedoman oleh Komite Penilaian Kepegawaian yaitu Daftar Urut Kepangkatan (DUK) digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan obyektif dalam melaksanakan pembinaan karir PNS; apabila ada lowongan jabatan maka PNS yang menduduki DUK yang lebih tinggi wajib dipertimbangkan lebih dahulu. Hasil penilaian Komite Penilaian Kepegawaian terhadap para calon pejabat Eselon IV cukup difinalkan pada tingkat komite saja. Sedangkan hasil penilaian Komite Penilaian Kepegawaian terhadap para calon pejabat Eselon III dibawa ke Baperjakat Kementerian Pekerjaan Umum untuk diperjuangkan semaksimal mungkin oleh Ketua Komite Penilaian Kepegawaian (Dirjen Penataan Ruang). Indikator kinerja dari penyelenggaraan promosi pegawai adalah meningkatnya kelancaran pelaksanaan tugas pada unit kerja; meningkatnya motivasi atau semangat pegawai dalam pelaksanaan tugas; meningkatnya kinerja organisasi.
25
KONSEP DASAR PENATAAN JENJANG KARIR
JE
NJ
AN
G K
AR
IR
Gambar 14 Pola Jalur Karir Pegawai Ditjen Penataan Ruang
Mutasi / Rotasi
Mutasi / Rotasi
Mutasi / Rotasi
Mutasi / Rotasi
Promosi
Promosi
Promosi
Promosi
Ketiga proses alih tugas tersebut (juga sebagai suatu pola jalur karir pegawai. Pola jalur karir dapat diilustrasikan seperti pada gambar di atas. Lingkaran paling bawah menandakan perputaran jalur karir pegawai CPNS. Lingkaran di atasnya adalah Eselon IV, lingkaran ketiga adalah Eselon III, lingkaran kedua adalah Eselon II, dan lingkaran paling atas adalah Eselon I. Proses yang terjadi di dalam tiap-tiap lingkaran adalah mutasi dan rotasi. Setiap pegawai memiliki kesempatan yang sama untuk mengalami mutasi ataupun rotasi. Dalam masa tugasnya (pada satu lingkaran yang sama), pegawai akan mendapatkan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kualifikasinya untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi pegawai, yaitu berupa diklat teknis substantif. Selanjutnya pegawai dapat mengikuti diklat kepemimpinan (SUSPIMTEK) dan diklat penjenjangan struktural (Adum, Spama, Spati, Spamen) sesuai dengan tingkatannya masing-masing. Ketika pegawai telah mengikuti diklat kepemimpinan dan penjenjangan struktural, pegawai memiliki kesempatan untuk mendapatkan promosi dan kenaikan pangkat. Perlu diingat bahwa pada setiap tingkatan, pegawai yang berusia >50 tahun dapat dipersiapkan untuk mengikuti kursus reorientasi persiapan masa purnabhakti. Bersama Menata Ruang untuk Semua
Bersama Menata Ruang untuk Semua
BAGIAN KEDUA
TATALAKSANA PENINGKATAN KOMPETENSI SDM BIDANG
PENATAAN RUANG 1. Langkah-Langkah Kegiatan
2. Bagan Alur Penyelenggaraan Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang 3. Tatalaksana Penyelenggaraan Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang
27
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
10 Kegiatan peningkatan kompetensi SDM bidang Penataan Ruang dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan (Diklat), pembinaan teknis, bantuan teknis dan sosialisasi atau diseminasi untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap (attitude).
Kegiatan penyelenggaraan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi SDM bidang Penataan Ruang ini mencakup rangkaian kegiatan berikut:
1. Identifikasi Kebutuhan Akan Peningkatan Kompetensi (KAPK) Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan untuk merumuskan KAPK ini yakni melakukan analisis kinerja organisasi (5 langkah), analisis kinerja individu/pegawai (8 langkah), dan menyusun daftar KAPK bidang Penataan Ruang (10 langkah).
2. Penetapan Daftar KAPK Pegawai Direktorat Jenderal Penataan Ruang Penetapan daftar KAPK ini dilakukan melalui 4 langkah dengan melibatkan Pusdiklat Kementerian Pekerjaan Umum.
3. Penyusunan Usulan Program Diklat Teknis Penataan Ruang Jangka Menengah Penyusunan usulan program Diklat Jangka Menengah ini dilakukan melalui 6 langkah yang melibatkan Direktur Bina Program dan Kemitraan, Sesditjen Penataan Ruang, Bagian Kepegawaian Setditjen Penataan Ruang, dan BIPR.
4. Penyusunan Usulan Program Tahunan Diklat Teknis Penataan Ruang Penyusunan program tahunan Diklat bidang Penataan Ruang dilakukan melalui 12 langkah yang melibatkan Direktur Bina Program dan Kemitraan, Sesditjen Penataan Ruang, Bagian Kepegawaian Setditjen Penataan Ruang, dan BIPR.
5. Penyusunan Kurikulum/Silabus Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang Penyusunan kurikulum dan silabus ini dilakukan melalui 9 langkah kegiatan dengan melibatkan Pusdiklat Kementerian Pekerjaan Umum, Sesditjen Penataan Ruang, Bagian Kepegawaian Setditjen Penataan Ruang, dan BIPR.
28
Bersama Menata Ruang untuk Semua
6. Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan
Persiapan pelaksanaan Diklat ini meliputi beberapa kegiatan, yaitu penyiapan SK (4 langkah), pembuatan buku panduan (2 langkah), pendaftaran dan pemanggilan peserta (6 langkah), pengangkatan tenaga instruktur (7 langkah), dan penyiapan bahan serahan (3 langkah). Seluruh langkah kegiatan ini melibatkan Sesditjen Penataan Ruang, Bagian Kepegawaian Setditjen Penataan Ruang, dan BIPR.
7. Pelaksanaan Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang Pelaksanaan Diklat teknis ini dilakukan melalui 11 langkah dengan melibatkan Bagian Kepegawaian Setditjen Penataan Ruang, BIPR, dan Panitia Pelaksana.
8. Pelaporan Hasil Pelaksanaan Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang Kegiatan pelaporan hasil pelaksanaan Diklat teknis bidang Penataan Ruang ini dilakukan melalui 8 langkah dengan melibatkan Bagian Kepegawaian Setditjen Penataan Ruang, BIPR, dan Panitia Pelaksana.
9. Evaluasi Purna Diklat Teknis Penataan Ruang Kegiatan evaluasi purna diklat ini dilakukan melalui 3 kegiatan, yaitu Penyusunan Program Evaluasi Purna Diklat (7 langkah), Persiapan Kegiatan Evaluasi Purna Diklat (7 langkah), dan Pelaksanaan Evaluasi Purna Diklat (9 langkah). Keseluruhan kegiatan evaluasi purna diklat ini melibatkan Pusdiklat Kementerian Pekerjaan Umum, Biro Kepegawaian dan Ortala Kementerian Pekerjaan Umum, Sesditjen Penataan Ruang, Bagian Kepegawaian Setditjen Penataan Ruang, dan BIPR. Keseluruhan langkah kegiatan tersebut dapat distrukturkan menjadi sebuah diagram yang
sistematis sebagai berikut (halaman berikut).
LANGKAH KEGIATAN (LANJUTAN)
29
BAGAN ALUR PENYELENGGARAAN
PENINGKATAN KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG
Tatalaksana penyelenggaraan peningkatan kompetensi SDM bidang Penataan Ruang terdiri dari 9 (sembilan) tahap seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Di dalam keseluruhan tahapan tersebut, perlu diperhatikan bahwa ada aspek-aspek lain yang berpengaruh di dalam penyelenggaraan peningkatan kompetensi SDM bidang Penataan Ruang, yaitu 7 Pilar Kebijakan Manajemen Organisasi DJPR yang menjadi input di dalam melakukan analisis kinerja organisasi dan individu. Bersama Menata Ruang untuk Semua
Gambar 15
Bagan Alur Penyelenggaraan Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang
30
I. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN PENINGKATAN KOMPETENSI
Bersama Menata Ruang untuk Semua
1. Mengumpulkan, mengolah, dan mengenali masalah dan/atau isu yang berkembang dalam pelaksanaan tugas bidang penataan ruang sesuai UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang.
2. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan kinerja organisasi dan mengidentifikasi ciri-ciri dan sebab-sebab terjadinya masalah.
3. Merumuskan dan menentukan alternatif cara pemecahannya.
4. Mengkaji dan menilai faKtor-faKtor yang berpengaruh terhadap perlunya peningkatan kinerja organisasi:
a. Peningkatan program pembangunan pertambahan volume beban tugas; b. Perubahan kebijakan dalam pola penanganan tugas bidang Penataan Ruang
sesuai UU No. 26/2007; c. Isu strategis dan tantangan dalam penyelenggaraan penataan ruang.
5. Mengkaji dan mengidentifikasi kebutuhan akan diklat dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi.
A. Analisis Kinerja Organisasi
31
I. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN PENINGKATAN KOMPETENSI
Bersama Menata Ruang untuk Semua
3. Merumuskan dan menyusun jenis diklat fungsional Penataan Ruang sebagai diklat yang dipersyaratkan bagi pegawai untuk dapat diangkat dalam jabatan fungsional.
4. Mengonsultasikan dan membahas jenis-jenis diklat teknis di bidang Penataan Ruang.
5. Mendata pegawai yang belum mengikuti diklat teknis Penataan Ruang untuk jabatan yang bersangkutan serta pegawai yang potensial, memiliki dedikasi, disiplin, dan prestasi kerja yang tinggi sehingga layak untuk dipromosikan pada suatu jabatan tertentu.
6. Mengkaji, mengidentifikasi, dan menentukan kelompok sasaran diklat tingkat organisasi atau jabatan/pegawai yang terkait dengan masalah yang dihadapinya oleh organisasi.
7. Mengkaji dan menilai kinerja pejabat/pegawai yang tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya berkaitan dengan masalah dan isu organisasi.
8. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kinerja pegawai serta menentukan ciri-ciri dan sebab-sebab terjadinya masalah sebagai dasar untuk menentukan kebutuhan diklat teknis Penataan Ruang.
1. Melakukan analisis jabatan yang ada dalam organisasi untuk memperoleh susunan jabatan yang telah ada terutama yang berkaitan dengan persyaratan jabatan.
2. Merumuskan dan menyusun jenis diklat teknis Penataan Ruang sebagai diklat yang dipersyaratkan bagi pegawai untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural bidang Penataan Ruang.
B. Analisis Kinerja Individu
32
I. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN PENINGKATAN KOMPETENSI
Bersama Menata Ruang untuk Semua
1. Merumuskan dan menyusun konsep daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang yang meliputi: a. Kebutuhan pendidikan formal (akademik dan diploma); b. Kebutuhan Diklat Teknis dan Fungsional; c. Kebutuhan Diklatpim.
2. Mengonsultasikan Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang kepada unit kerja terkait.
3. Menyampaikan konsep Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang kepada Sekretaris Direktorat Jenderal untuk konfirmasi tentang pembahasan dengan Direktur Jenderal Penataan Ruang.
4. Membahas Daftar KAPK untuk mendapatkan kesepakatan dari instansi terkait. 5. Menyempurnakan Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang dan menyusun konsep
Usulan Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang. 6. Mengirimkan Usulan Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang kepada Sekjen PU
dengan tembusan kepada: a. Biro Kepegawaian Kementerian PU; b. Pusdiklat pegawai Kementerian PU; c. Sekretaris Ditjen Penataan Ruang.
C. Menyusun Daftar Kebutuhan Akan Peningkatan Kompetensi
33
II. PENETAPAN DAFTAR KAPK PEGAWAI
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Bersama Menata Ruang untuk Semua
1. Menilai Daftar Kebutuhan Akan Peningkatan Kompetensi (KAPK) untuk pengkajian dan penyusunan konsep Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang sesuai prosedur yang berlaku.
2. Menetapkan Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang.
3. Mengirimkan Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang kepada Kepala Pusdiklat sebagai bahan acuan dalam penyusunan program diklat.
4. Mendistribusikan Daftar KAPK Pegawai Bidang Penataan Ruang kepada satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Penataan Ruang.
34
III. PENYUSUNAN USULAN PROGRAM DIKLAT TEKNIS PENATAAN RUANG JANGKA
MENENGAH
Bersama Menata Ruang untuk Semua
1. Merumuskan dan mengkaji usulan Daftar KAPK Bidang Penataan Ruang.
2. Menyusun usulan program diklat jangka menengah (5 tahun) bidang Penataan Ruang sesuai Daftar KAPK.
3. Melaporkan dan mengonsultasikan usulan program diklat teknis bidang Penataan Ruang jangka menengah kepada Sesditjen Penataan Ruang.
4. Menyempurnakan usulan program diklat teknis penataan ruang sesuai petunjuk Sesditjen Penataan Ruang.
5. Mengirimkan usulan program diklat teknis penataan ruang kepada Dirjen Penataan Ruang
6. Penetapan Program Diklat Teknis Penataan Ruang Jangka Menengah.
35
IV. PENYUSUNAN USULAN PROGRAM TAHUNAN DIKLAT TEKNIS PENATAAN
RUANG
Bersama Menata Ruang untuk Semua
1. Mempelajari kebijakan Pemerintah dalam penataan ruang (UU No. 26 tahun 2007). 2. Memperlajari dan memahami pokok-pokok kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya yang
berkaitan dengan SDM bidang Penataan Ruang. 3. Menelaah dan menilai kesesuaian program dan sasaran tahun anggaran ybs dalam Program Diklat
jangka menengah dengan kondisi situasi yang sedang berkembang. 4. Mempersiapkan dan menyusun Program Diklat Teknis Penataan Ruang. 5. Mengirimkan usulan Program Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang melalui Bagian Kepegawaian
kepada Direktur Bina Program dan Kemitraan dengan tembusan kepada Dirjen Penataan Ruang. 6. Mengonsultasikan dan/atau membahas konsep usulan program diklat teknis bidang Penataan Ruang
dengan Sekretaris Ditjen dan para direktur di lingkungan Ditjen Penataan Ruang. 7. Menyempurnakan konsep program diklat teknis bidang Penataan Ruang sesuai dengan hasil konsultasi
dan pembahasan tersebut. 8. Menyusun Memorandum Program dan DIP Diklat Teknis Bidang Penataan Ruang. 9. Penyerahan dan penerimaan DIP. 10. Menyusun Buku Kalender Diklat Teknis Penataan Ruang. 11. Membuat konsep surat pengantar untuk penyampaian buku kalender diklat teknis bidang Penataan
Ruang. 12. Mengirimkan buku Kalender diklat teknis bidang Penataan Ruang kepada para Direktur Penataan
Ruang dan Pemda Prov/Kota/Kabupaten.
36
V. PENYUSUNAN KURIKULUM/SILABUS DIKLAT TEKNIS BIDANG PENATAAN RUANG
Bersama Menata Ruang untuk Semua
7. Melakukan uji coba penerapan dan pelaksanaan kurikulum/silabus diklat yang telah disusun.
8. Memperbaiki/menyempurnakan kurikulum/silabus diklat teknis bidang Penataan Ruang sesuai hasil evaluasi.
9. Melaporkan dan/atau mengonsultasikan kurikulum/silabus diklat kepada Dirjen Penataan Ruang untuk proses pembakuan.
1. Merumuskan dan menyusun konsep kurikulum/silabus diklat sesuai petunjuk teknis yang berlaku.
2. Menyelenggarakan rapat pembahasan konsep kurikulum/silabus dengan instansi terkait.
3. Menyempurnakan kembali kurikulum/silabus diklat teknis bidang Penataan Ruang.
4. Melaporkan dan mengonsultasikan konsep kurikulum/silabus yang sudah disempurnakan kepada Sesditjen Penataan Ruang untuk petunjuk dan persetujuan pelaksanaan lokakarya.
5. Mempersiapkan dan melaksanakan rapat untuk membahas dan menilai konsep kurikulum/silabus diklat teknis bidang Penataan Ruang yang telah disempurnakan.
6. Menyempurnakan dan menyusun kembali konsep kurikulum/silabus sesuai kesepakatan rapat.
37
VI. PERSIAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Penyiapan SK 1. Menyusun konsep SK Dirjen Penataan Ruang tentang Penyelenggaraan dan
Pembentukan Panitia Pelaksanaan Diklat ybs. 2. Menetapkan SK Penyelenggaraan dan Pembentukan Panitia Pelaksanaan Diklat
Teknis Bidang Penataan Ruang. 3. Menggandakan SK penyelenggaraan diklat. 4. Mengirimkan SK Penyelenggaraan dan Pembentukan Panitia Pelaksanaan Diklat
Teknis Bidang Penataan Ruang ybs.
Pembuatan Buku Panduan 1. Menyiapkan dan menyusun konsep Buku Panduan Diklat
(BPD) Teknis Bidang Penataan Ruang. 2. Menyetujui dan menandatangani Buku Panduan Diklat Teknis
Bidang Penataan Ruang.
38
VI. PERSIAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Pendaftaran dan Pemanggilan Peserta 1. Menyusun daftar peserta dan membuat konsep Surat perihal Pendaftaran Peserta. 2. Mengirimkan Surat perihal Pendaftaran Calon Peserta kepada unit kerja yang telah
ditetapkan. 3. Pendaftaran dan seleksi calon peserta diklat teknis bidang Penataan Ruang. 4. Melaporkan hasil pendaftaran dan seleksi calon peserta kepada Sesditjen Penataan
Ruang. 5. Membuat surat panggilan peserta. 6. Mengirimkan surat panggilan kepada peserta.
Penyiapan Bahan Serahan 1. Kompilasi dan menggandakan materi diklat teknis bidang Penataan
Ruang dari para instruktur. 2. Menyiapkan dan mengadakan ATK untuk peserta dan pelaksanaan diklat
teknis bidang Penataan Ruang. 3. Menyiapkan bahan serahan bagi peserta diklat teknis bidang Penataan
Ruang.
39
VI. PERSIAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Pengangkatan Tenaga Instruktur 1. Membuat konsep surat permintaan bantuan tenaga instruktur beserta penyiapan
materi pelajaran (modul) kepada Widyaiswara/Pejabat Struktural. 2. Mengirimkan surat permintaan bantuan tenaga instruktur dan penyiapan materi
pelajaran dilampiri kurikulum/silabus dan rencana jadwal pelajaran kepada Widyaiswara/pejabat struktural atau tenaga pengajar lainnya.
3. Menghubungi tenaga instruktur untuk mendapatkan konfirmasi tentang kesediaan, beserta hari/waktu mengajar dan materi pelajaran.
4. Memperbaiki dan mengatur kembali jadwal pelajaran sesuai dengan hasil konfirmasi tenaga instruktur.
5. Melaporkan hasil perbaikan dan penyempurnaan jadwal pelajaran kepada Sesditjen.
6. Menyusun konsep SK Dirjen Penataan Ruang tentang Pengangkatan Tenaga Instruktur.
7. Menandatangani SK tentang Pengangkatan Tenaga Instruktur.
40
VII. PELAKSANAAN PELATIHAN TEKNIS PENATAAN RUANG
Bersama Menata Ruang untuk Semua
1. Menyiapkan akomodasi ruangan kelas dan fasilitas proses belajar mengajar. 2. Melakukan pendaftaran peserta, membuat tanda pengenal peserta, dan membagikan bahan
serahan kepada peserta. 3. Menyiapkan dan melaksanakan acara peresmian pembukaan diklat teknis bidang Penataan Ruang
ybs. 4. Melakukan absensi peserta diklat teknis bidang Penataan Ruang 3 kali sehari (pagi, siang, sesudah
pengajar malam terakhir setiap hari). 5. Memberikan penjelasan umum antara lain menyangkut hak dan kewajiban peserta selama
mengikuti diklat teknis bidang Penataan Ruang. 6. Membagikan formulir evaluasi pradiklat yang harus diisi oleh setiap peserta sebelum acara (session)
pelajaran dimulai. 7. Mengumpulkan dan menghitung rata-rata tentang tingkat pengetahuan peserta terhadap seluruh materi
pelajaran sebelum mengikuti pembekalan. 8. Membagikan formulir evaluasi instruktur dan materi pada setiap sesi mata pelajaran dan mengumpulkannya
setelah pembekalan materi pelajaran selesai untuk dibuat rekapitulasinya. 9. Membagikan formulir evaluasi akhir diklat yang harus diisi oleh setiap peserta setelah mengikuti
pembekalan. 10. Membagikan formulir evaluasi materi dan mengumpulkan setelah diisi oleh peserta serta membuat
rekapitulasinya. 11. Mempersiapkan dan melaksanakan acara peresmian penutupan diklat teknis bidang Penataan Ruang.
41
VIII. PELAPORAN HASIL PELAKSANAAN DIKLAT TEKNIS BIDANG PENATAAN RUANG
Bersama Menata Ruang untuk Semua
1. Membuat laporan hasil pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan Ruang. 2. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan Ruang kepada Sesditjen. 3. Membuat laporan triwulan hasil pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan Ruang. 4. Mempelajari dan paraf atas konsep laporan triwulan hasil pelaksanaan diklat teknis bidang
Penataan Ruang. 5. Mengirimkan laporan triwulan hasil pelaksanaan diklat bidang Penataan Ruang. 6. Menerima dan memeriksa laporan triwulan pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan Ruang. 7. Menyetujui dan menandatangani laporan triwulan hasil pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan
Ruang. 8. Mengirimkan laporan triwulan hasil pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan Ruang kepada
Kepala Bagian Kepegawaian dengan tembusan kepada Dirjen Penataan Ruang
42
IX. EVALUASI PURNA DIKLAT TEKNIS PENATAAN RUANG
Bersama Menata Ruang untuk Semua
A. Penyusunan Program Evaluasi Purna Diklat
1. Mengkaji dan mengidentifikasi jenis-jenis diklat yang perlu dievaluasi purna diklatnya. 2. Melaporkan daftar urutan prioritas nama jenis diklat yang perlu diadakan evaluasi purna
diklat. 3. Memeriksa daftar urutan prioritas nama jenis diklat untuk diadakan evaluasi purna diklat. 4. Melaksanakan rapat pembahasan kegiatan evaluasi purna diklat teknis bidang Penataan
Ruang. 5. Memimpin rapat pembahasan kegiatan evaluasi purna diklat teknis bidang Penataan
Ruang. 6. Menyusun urutan program dan anggaran pelaksanaan kegiatan evaluasi purna diklat
sesuai kesepakatan. 7. Menetapkan usulan program dan anggaran kegiatan evaluasi purna diklat dimasukkan
dalam usulan DUP
43
IX. EVALUASI PURNA DIKLAT TEKNIS PENATAAN RUANG
Bersama Menata Ruang untuk Semua
B. Persiapan Kegiatan Evaluasi Purna Diklat
1. Merumuskan tujuan, ruang lingkup, dan sasaran evaluasi purna diklat. 2. Membuat action plan yang memuat tujuan, sasaran, sampling, pembagian kerja dan
waktu, keanggotaan tim, biaya, hasil yang diharapkan. 3. Memeriksa dan menilai action plan. 4. Menyetujui dan menandatangani action plan. 5. Menyiapkan dan menyusun formulir yang memuat daftar pertanyaan yang menyangkut
aspek-aspek dari tujuan dan sasaran fakta-fakta yang diperoleh. 6. Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian daftar pertanyaan dengan tujuan dan sasaran
evaluasi. 7. Menetapkan daftar pertanyaan untuk pengumpulan data dan informasi untuk keperluan
evaluasi purna diklat teknis bidang Penataan Ruang.
44
IX. EVALUASI PURNA DIKLAT TEKNIS PENATAAN RUANG
Bersama Menata Ruang untuk Semua
C. Pelaksanaan Evaluasi Purna Diklat
1. Menyebarkan formulir kepada pegawai sebagai purna diklat dan atlas pegawai yang bersangkutan untuk dipelajari dan dipahami.
2. Melakukan wawancara dengan pegawai alumni diklat dan atlas pegawai ybs untuk mengisi dan menjawab pertanyaan dan formulir serta untuk mendapat data/informasi tambahan.
3. Mengolah data/informasi yang diperoleh berupa pembuatan tabulasi, penguraian isi materi dan bidang yang disoroti.
4. Mengidentifikasi masalah, penentuan ciri-ciri dan sebab-sebab kurang efisiennya hasil pelaksanaan diklat serta menentukan alternative pemecahannya dan penyempurnaan pelaksanaan diklat teknis bidang Penataan Ruang.
5. Menyusun laporan hasil evaluasi purna diklat. 6. Menyampaikan laporan hasil evaluasi purna diklat kepada Kepala Bagian Kepegawaian,
Sesditjen Penataan Ruang, dan unit pelaksana diklat sebagai umpan balik. 7. Menyusun konsep laporan tahunan penyelenggaraan diklat teknis bidang Penataan
Ruang. 8. Mengirimkan konsep surat laporan tahunan penyelenggaraan diklat kepada Sesditjen
untuk ditandatangani. 9. Mengirim laporan penyelenggaraan diklat kepada Dirjen Penataan Ruang.
45
TATALAKSANA PENYELENGGARAAN
PENINGKATAN KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG
Bersama Menata Ruang untuk Semua
11 Tatalaksana menunjukkan suatu proses/langkah kegiatan yang harus dilakukan serta siapa pelaku yang melakukan kegiatan tersebut. Dalam tatalaksana penyelenggaraan peningkatan kompetensi SDM bidang Penataan Ruang, terdapat 10 (sepuluh) pelaku yang berperan di dalamnya. Kesepuluh pelaku tersebut adalah : 1. Direktur Jenderal Penataan Ruang 2. Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang 3. Direktur Bina Program dan Kemitraan 4. Direktur Penataan Ruang Nasional 5. Direktur Penataan Ruang Wilaya 6. Pusat Pendidikan dan Pelatihan 7. Biro Kepegawaian Kementerian Pekerjaan Umum 8. Kepala Bagian Kepegawaian Direktorat Jenderal Penataan Ruang 9. Panitia Penyelenggara 10. Panitia Pelaksana
Pembagian peran siapa melakukan apa di dalam tatalaksana penyelenggaraan peningkatan kompetensi SDM bidang Penataan Ruang ini dapat dilihat secara sistematis pada tabel Tatalaksana Penyelenggaraan Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang (halaman berikut).
55
TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KOMPETENSI SDM BIDANG PENATAAN RUANG
A. Direktur Jenderal Penataan Ruang B. Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan
Ruang C. Direktur Bina Program dan Kemitraan D. Direktur Tata Ruang Nasional E. Direktur Tata Ruang Wilayah
F. Pusdiklat G. Biro Kepegawaian H. Kepala Bagian Kepegawaian DJPR I. Panitia Penyelenggara J. Panitia Pelaksana
Keterangan:
Bersama Menata Ruang untuk Semua
BAGIAN KETIGA
TATALAKSANA PELATIHAN DASAR
PERENCANAAN TATA RUANG 1. Pengantar
2. Metoda Pelatihan 3. Pendekatan dan Lingkup Materi
4. Langkah-Langkah Pemaparan Materi Pelatihan
57
PENGANTAR
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Pelatihan dasar perencanaan tata ruang ditujukan untuk meningkatkan knowledge, skill, dan attitude aparatur pemerintah (pusat, provinsi, dan daerah kota/kabupaten) dalam melakukan supervisi/pengawasan penyusunan tata ruang. Pada dasarnya pemerintah pusat (Direktorat Jenderal Penataan Ruang) sudah menyiapkan perangkat berupa peraturan perundang-undangan dan pedoman teknis untuk penyusunan rencana tata ruang, bahkan hampir semuanya sudah disosialisasikan kepada pemerintah daerah provinsi, kota, dan kabupaten. Namun pemahaman terhadap berbagai pedoman teknis ini tidak cukup hanya disosialisasikan, tetapi perlu secara intensif dilatihkan kepada aparatur di pusat dan daerah, agar mereka memahami produk dan muatan rencana tata ruang yang harus dibuat sesuai ketentuan dalam buku pedoman. Khusus dalam hal teknis analisis dalam penyusunan RTRW ini masih dimungkinkan untuk dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas RTRW sesuai dengan produk/muatan-muatan yang seharusnya ada dalam dokumen RTRW. Dalam rangka meningkatkan kualitas muatan Rencana Tata Ruang, maka pelatihan perencanaan tata ruang ini disusun sesuai dengan lingkup substansi penataan ruang, strata/jenjang diklat, serta kualifikasi peserta (Pusat, Provinsi, dan Pemda Kota/Kabupaten).
PE
NG
AN
TA
R
12
58
METODA PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Pelatihan ini dilaksanakan dengan menggunakan metoda Pembelajaran Berbasis Masalah atau yang lebih dikenal dengan metoda Problem-Based-Learning (penjelasan metode PBL ini dapat dilihat pada lampiran).
Empat masalah/persoalan penyusunan rencana tata ruang suatu kota akan digunakan untuk memicu kegiatan pembelajaran peserta. Peserta dalam kelompok diberikan kesempatan untuk merumuskan sendiri kebutuhan pembelajarannya, dan merencanakan kerja kelompok yang perlu dilakukan oleh peserta pelatihan. Peserta secara berkelompok akan diberi kesempatan untuk merumuskan sendiri kebutuhan pembelajarannya, merencanakan kerja kelompok yang perlu mereka lakukan untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Selanjutnya peserta akan melakukan riset mandiri dan kerja kelompok dengan memanfaatkan berbagai sumber (perpustakaan, kunjungan lapangan, maupun dari situs-situs terkait di internet). Kemudian setiap kelompok ditugaskan untuk merumuskan hasil akhir dalam penyelesaian persoalan (kasus) yang diberikan dalam pelatihan ini dan mempresentasikan dalam kelas besar. Dalam presentasi ini ditanggapi oleh peserta dari kelompok lainnya, dan terakhir
diberikan ulasan dan evaluasi oleh fasilitator-fasilitator yang mendampingi di masing-masing kelompok.
ME
TO
DA
PE
LA
TIH
AN
59
PENDEKATAN DAN LINGKUP MATERI
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Mengingat kondisi lingkungan yang terus berubah, maka untuk mengakomodir perubahan lingkungan dan meningkatkan kualitas rencana tata ruang, dalam pelatihan ini digunakan pendekatan manajemen strategik. Pendekatan Manajemen Strategik digunakan dalam perencanaan tata ruang tentu saja dengan dasar pemahaman terhadap pengertian manajemen strategik sebagaimana dikemukakan beberapa pakar organisasi yakni sebagai berikut: 1. Manajemen Strategik adalah proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang
bersifat mendasar dan menyeluruh disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya.
2. Manajemen Strategik adalah usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuannya yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang ditentukan.
3. Manajemen Strategik adalah arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada pengembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif untuk membantu mencapai tujuan organisasi.
4. Manajemen Strategik adalah perencanaan berskala besar (disebut Perencanaan Strategik) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut Visi), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut Misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan operasional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategik) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, menunjukkan bahwa Manajemen Strategik merupakan suatu sistem kesatuan yang memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak ke arah yang sama. Komponen pertama adalah Perencanaan Strategik dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan Strategik, dan Strategi Utama (Grand Strategic). Adapun komponen kedua adalah Perencanaan Operasional dengan unsur-unsurnya meliputi Sasaran atau Tujuan Operasional, dan Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen.
PE
ND
EK
AT
AN
DA
N L
ING
KU
P M
AT
ER
I
60
PENDEKATAN DAN LINGKUP MATERI
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Dalam Pelatihan Dasar Perencanaan Tata Ruang dengan menggunakan pendekatan ini, Spasial SWOT analysis digunakan untuk mengidentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan dalam pembangunan kota dan perencanaan tata ruang kota. Di samping itu, dalam upaya menetapkan visi kota dan tujuan penataan ruang kota digunakan analisis Network Scan. Analisis ini digunakan mengingat hampir semua kota-kota di Indonesia bahkan di dunia, perkembangannya sangat dipengaruhi bahkan dalam kasus-kasus tertentu justru sangat tergantung dengan faktor eksternal. Aspek yang dianalisis dalam Network Scan antara lain aspek politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, dan lain-lain (PESTO) yang ditenggarai mempengaruhi perkembangan wilayah/kota. Materi pelatihan dasar perencanaan tata ruang dengan pendekatan manajemen strategik secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai berikut:
PE
ND
EK
AT
AN
DA
N L
ING
KU
P M
AT
ER
I
Gambar 16 Manajemen Strategik dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
61
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah pemaparan/penjelasan substansi dalam pelatihan ini, dimana setiap tahap/langkah akan ditindaklanjuti dengan diskusi kelompok dan kemudian hasilnya dipaparkan dalam kelas besar (pleno), sebelum melanjutkan kepada langkah berikutnya. LANGKAH PERTAMA Yakinkan kepada peserta bahwa pendekatan Manajemen Strategik itu penting dalam pembangunan perkotaan dan penataan ruang kota. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Pembangunan kota sangat dipengaruhi kondisi eksternal yakni politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan lain-lain (PESTO), baik dalam dimensi regionel, nasional, maupun global;
• Kota-kota tumbuh dan berkembang tergantung pada kemampuannya dalam menyediakan sarana dan prasarana kota serta sebagai kemudahan bagi investor, pebisnis, dan pelaku pembangunan kota;
• Pembangunan kota harus mampu mengakomodasikan perkembangan dan kecenderungan eksternal yang berkembang pesat (regional, nasional, global);
• Diperlukan manajemen strategis dalam upaya mengantisipasi berbagai perubahan; • Manajemen strategis ini penting dalam upaya menterpadukan kegiatan fungsional secara
strategis untuk mencapai tujuan pembangunan dan penataan ruang kota. LANGKAH KEDUA Jelaskan kepada peserta tentang tujuan penggunaan pendekatan Manajemen Strategis, yakni sebagai berikut: 1. Memahami prinsip-prinsip dasar dan proses manajemen strategis dalam pembangunan kota dan
penataan ruang kota; 2. Mampu menyusun dan menganalisis aspek-aspek manajemen perkotaan dan menyusun strategi
pembangunan dan penataan ruang kota dengan mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
62
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
LANGKAH KETIGA Jelaskan tentang prinsip dasar manajemen strategis dalam penataan ruang, yakni dengan memperkenalkan Strategic Thinking dan Strategic Planning sebagaimana dapat dilihat pada diagram di samping. Diagram di samping menjelaskan tentang perubahan mindset seorang perencana tata ruang yakni: 1. Menetapkan dulu “Outcome/Impact”
yang akan dihasilkan di dalam pembangunan kota dan penataan ruang kota. Kemudian tetapkan visi kota dengan cara melakukan Network Scan. Prinsip Network Scan dapat dijelaskan sebagai berikut: • Memahami kota sebagai bagian integral dari suatu wilayah atau sebagai subsistem dari Sistem
Wilayah yang lebih luas; • Memahami hubungan, ketergantungan, dan dinamika antara subsistem kota dan sistem
wilayah; • Identifikasi PESTO (politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan lainnya seperti: natural environment, value shift, interdependencies)
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
NANA RUKMANA
TECHNOLOGIAND
OTHERS
.
SOSIALBUDAYA
EKONOMI
POLITIK
GLOBALNASIONALREGIONALLOKALDIMENSI
PESTO
NANA RUKMANA
C AP ITAL AS S E SMENT
ME AS UREMENT & AC C OUNTAB IL ITY
‘A NEW OR IE NTAT ION OF PL ANNING PROC E S S ’STRATEGIC THINKING AND PLANNNING
OUTC OME /IMPAC T
NetworkScan
PROSES
Vision SWOT
1
2
3 4
Critical success factors
SpatialFinansialHumanStructuralIdeasSocial, Relational
63
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Contoh Network Scan dalam wujud spasial untuk merumuskan visi kota, secara diagramatis dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar di atas menunjukkan posisi kota Pekanbaru dalam konstelasi wilayah yang lebih luas (regional, nasional, dan global). Dalam pelatihan ini dicoba diidentifikasikan faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kota Pekanbaru, mencakup aspek politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan lain-lain, dalam lingkup regional, nasional, dan global (internasional). Untuk menentukan visi kota Pekanbaru, semua aspek tersebut dibuat dalam matriks untuk mengetahui aspek-aspek yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan kota Pekanbaru, baik dalam lingkup internal maupun eksternal.
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
Singapura
Kuala Lumpur
Malaka
Batam
BengkalisIndrapura
PekanbaruPangkalan Kerinci
Tembilahan
Jambi
Medan
Dumai
Pasir Pangarayan
Bankinang
Bukittinggi
Padang
Teluk Kuantan
JakartaNETWORK SCAN UNTUK PERUMUSAN VISI KOTA
Lokal Reg Nas Global
P
E O O
S S
T O
O S T
NETWORK SCAN :
VISI
Contoh:“Menjadikan/Mewujudkan kota Pekanbaru sebagai pusat koleksi dan distribusi skala Nasional dan Regional”
“Mewujudkan Kota Pekanbaru sebagai kota perdagangan dan jasa skala Regional”
Keterangan:
PKN
PKW
Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalur Udara
Jalur Laut
64
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
2. Tetapkan beberapa indikator keberhasilan dalam mencapai visi pembangunan kota; 3. Identifikasikan modal/capital yang dimiliki kota antara lain: sumber daya manusia, modal
sosial, modal struktural, modal keuangan, modal hubungan (networking); 4. Menganalisis semua capital yang dimiliki kota dengan menggunakan metoda analisis
SWOT, yang kemudian menghasilkan strategi dan grand strategy untuk mencapai visi pembangunan kota/visi kota yang telah dirumuskan sebelumnya.
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
NANA RUKMANA
TABEL : PEMETAAN DAYA DUKUNG RUANG KOTA/WILAYAH
LEGAL/PERATURANPER-UU-AN
.SOSIAL
BUDAYA
EKONOMI
FISIKDAN
LINGK.
THREATSOPPORTUNITYWEAKNESSSTRENGTHSSWOT
ASPEKANALISIS
NANA RUKMANA
STRATEGI W-T:DEFENSIVE
Mengarahkan pada usaha memperkecil
kelemahan dan mengatasi ancaman
STRATEGI S-T:DIVERSIFICATION
Memperkecil dampak dari ancaman yang
datang dari luar (eksternal)
THREATS
STRATEGI W-O:TURN-AROUND
Memperbaiki kelemahan untukmemanfaatkan
peluang
STRATEGI S-O:AGRESSIVE
Menarik keuntungan dari peluang dan kekuatan
yang ada
OPPORTUNITIES
WEAKNESSES :STRENGTHS :
INTERNALSFACTORS
EXTERNALSFACTORS
65
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
LANGKAH KEEMPAT Tentukan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang. Tujuan penataan ruang harus sejalan dengan visi kota atau visi pembangunan kota. Visi kota tentu saja harus mengacu pada visi nasional pembangunan kota sebagai bagian dari proses Network Scan yang dilakukan. Kemudian kebijakan penataan ruang dirumuskan untuk mencapai tujuan penataan ruang sebagaimana telah dirumuskan sebelumnya. Oleh karena itu, sebelum menentukan tujuan dan kebijakan, pastikan bahwa semua peserta pelatihan telah tahu persis tentang posisi rencana tata ruang dalam sistem perencanaan secara keseluruhan, sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut.
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
66
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Masing-masing kebijakan kemudian dijabarkan dalam beberapa strategi. Secara diagramatis dapat dilihat pada gambar berikut.
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
NANA RUKMANA
MANDIRI, BERKELANJUTANKESEJAHHTERAAN MASYARAKATPERTUMBUHAN EK. LOKAL, REG., NASIONAL
KEBIJAKAN PR STRATEGI PRTUJUAN PR
VISI NASIONAL PEMBANGUNAN KOTA
8 KEBIJAKAN
VISI KOTA
SATUKEBIJAKANTERKAIT PR
67
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Secara terinci, hubungan tujuan, kebijakan, dan strategi dapat dilihat pada diagram berikut.
Perumusan Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang dengan mengacu pada visi kota yang dirumuskan dengan melakukan Network Scan. Tujuan penataan ruang wilayah kota berfungsi: 1. Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah
kota; 2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam Perencanaan Tata
Ruang Wilayah Kota; dan 3. Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kota.
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
Visi Pembangunan Kota
•Mandiri•Berkelanjutan•Kesejahteraan Masyarakat•Pertumbuhan Ekonomi Lokal, Regional, dan Nasional
Kebijakan :1. Mendorong pertumbuhan ekonomi
2. Mengatasi ketimpangan pembangunan antar wilayah
3. Pembangunan manusia dan sosial budaya
4. Mengembangkan ekonomi lokal5. Sarana, prasarana dan utilitas, penyediaan perumahan dan permukiman yang layak
6. Pemanfaatan ruang dan lahan perkotaan yang efisien dan penatagunaan tanah perkotaan yang berkeadilan
7. Kualitas kesehatan lingkungan, antisipasi terhadap perubahan iklim dan bencana
8. Kapasitas SDM, kelembagaan dan prinsip‐prinsip GG serta pemimpin yang visioner
Misi 1
Misi 2
Misi 3
Visi Kota
Misi Kota
Network Scan
Pemetaan Daya Dukung Ruang
•Lahan•Infrastruktur•Natural Resources•Aksesibilitas
Tujuan PR Kebijakan PR Strategi PR
S O
W
T
Standar Pelayanan Perkotaan (SPP)
Mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (kota kecil dan menengah)
Memiliki kelengkapan sarana dan prasarana untuk dapat bersaing di tingkat internasional (kota metropolitan dan besar)
SWOT
MERUMUSKAN TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
68
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Dasar Perumusan Tujuan: 1. Visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2. Karakteristik wilayah kota; dan 3. Isu strategis dan kondisi objektif yang diinginkan. Kriteria Perumusan Tujuan: 1. Mengakomodasi fungsi dan peran kota yang telah ditetapkan dalam RTRWN, RTRW
provinsi, dan rencana tata ruang kawasan metropolitan (untuk kota yang berada dalam kawasan metropolitan);
2. Tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi dan nasional; 3. Jelas dan dapat dicapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan 4. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
NANA RUKMANA
K E B IJ AK AN PE NATAAN RUANG
KR ITE R IA K E B E RHAS IL AN
PE NC APAIAN TUJ UAN
PE RUMUS AN TUJ UAN, K E B IJ AK AN DAN S TRATE G IPE NATAAN RUANG WIL AYAH KOTA
TUJ UAN PE NATAAN RUANG
NetworkScan
STRATEGI
VisionKarakteristik wil
SWOT
1
2
34
Critical success factors
Dasar:Kapasitas sumberdaya wilayah kotauntuk mencapaitujuan penataanruang wilayah kota
69
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Perumusan Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota: Kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota. Kebijakan penataan ruang wilayah kota berfungsi: 1. Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kota; 2. Sebagai dasar untuk merumuskan rencana struktur dan rencana pola ruang wilayah kota; 3. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kota; dan 4. Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kota. Dasar Penyusunan Kebijakan: 1. Tujuan penataan ruang wilayah kota dan ketentuan peraturan perundang-undangan; 2. Karakteristik wilayah kota; dan 3. Kapasitas sumber daya wilayah kota dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya. Kriteria Penyusunan Kebijakan: 1. Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan penataan
ruang wilayah provinsi yang berlaku pada wilayah kota bersangkutan; 2. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah kota bersangkutan; 3. Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan
akan timbul di masa yang akan datang; dan 4. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
70
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Merumuskan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota: Strategi penataan ruang wilayah kota merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kota ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi penataan ruang wilayah kota berfungsi: 1. Sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan
penetapan kawasan strategis kota; 2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kota; dan 3. Sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota. Dasar Penyusunan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota: 1. Kebijakan penataan ruang wilayah kota; 2. Ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 3. Kapasitas sumber daya wilayah kota dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya. Kriteria Penyusunan Strategi: 1. Memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang wilayah kota; 2. Tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah
nasional dan provinsi; 3. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah kota bersangkutan secara efisien dan efektif; 4. Harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang wilayah kota; dan 5. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
71
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Penjelasan Tentang Metoda FFA dan SWOT Kurt Lewin (1947) telah memperkenalkan suatu teknik untuk mendiagnosa situasi yakni Force-Field Analysis (FFA). Teknik ini sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang terkait dalam mendiagnosa kondisi suatu organisasi. Dalam pelatihan ini mencoba menggunakan metoda ini untuk mendiagnosa kondisi suatu kota/wilayah. Lewin mengasumsikan bahwa dalam situasi tertentu ada faktor pendorong (driving force) dan faktor penghambat (restraining force) yang mempengaruhi suatu keadaan organisasi atau kondisi suatu wilayah. Keseimbangan (equilibrium) akan dicapai apabila kekuatan faktor pendorong sama dengan kekuatan faktor penghambat. Menurut Hersye. P dan Blanchard K.H. (1994: 150-151): “This equilibrium, or present level of productivity, can be raised or lowered by changes in the relationship between the driving and the restraining forces” (lihat gambar). K o n d i s i k e s e i m b a n g a n sebagaimana dilihat pada gambar di samping d i p e n g a r u h i o l e h beberapa kekuatan p e n d o r o n g d a n beberapa kekuatan penghambat yang besar kekuatannya ditunjukkan oleh panjangnya anak p a n a h . P e r k i r a a n kekuatan faktor pendorong dan penghambat ini ditetapkan dengan cara brainstorming antara peserta pelatihan atau dalam praktik di lapangan merupakan hasil diskusi dengan stakeholders yang terkait dan mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapi dalam suatu kota/wilayah.
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
HIGHER
LOWER
PRESENT SITUATIONS
DRIVING FORCES
EQUILIBRIUM
-4 -3 -2 -1
+2 +3 +4
+1
RESTRAINING FORCES
72
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
Bersama Menata Ruang untuk Semua
Dalam menggunakan metode FFA, menurut Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1993: 151) ada beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk menyusun strategi pengembangan organisasi (baca: pembangunan kota/wilayah), yakni sebagai berikut: 1. If the driving forces far outweigh the restraining forces in power and frequency in a change
situation, managers interested in driving for change can often push on and overpower the restraining forces.
2. If the reverse is true and the restraining forces are much stronger than the driving forces, managers interested in driving for change have several choices. First, they can give up the change effort, realizing that it will be too difficult to implement. Second, they can pursue the change effort, but concentrate on maintaining the driving forces in the situation while attempting, one by one, to change each of the restraining forces into driving forces or somehow to immobilize each of the restraining forces so that they are no longer factors in the situation. The second choice is possible, but very time consuming.
3. If the driving forces and restraining forces are fairly equal in a change situation, managers probably will have to begin pushing the driving forces, while at the same time attempting to convert or immobilize some or all of the restraining forces.
Dalam upaya melakukan perubahan menurut Kreitner (1992: 728) perlu mengidentifikasikan berbagai kekuatan eksternal dan kekuatan internal yang dapat menjadi kekuatan pendorong maupun kekuatan penghambat, yakni (1) kekuatan eksternal, antara lain: kemajuan teknologi, perubahan pasar,
tekanan sosial politik, dll; (2) kekuatan internal, antara lain: permasalahan/prospek SDM, perilaku/keputusan manajerial, dll.
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
Kekuatan Internal
Permasalahan/ Prospek SDM
Perilaku/Keputusan Manajerial
Kebutuhan akan Perubahan
Kekuatan Eksternal
Kemajuan Teknologi
Perubahan Pasar
73
Bersama Menata Ruang untuk Semua
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
Metode yang lazim digunakan untuk analisis lingkungan internal dan eksternal adalah metode analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats). Analisis lingkungan internal terdiri dari faktor kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses), sedangkan analisis lingkungan eksternal meliputi faktor peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats). Selanjutnya melalui analisis SWOT akan diperoleh 4 (empat) buah strategi, yakni: 1. Strategi SO (Aggressive), yang dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam
lingkungan eksternal. 2. Strategi WO (Turn-around), yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal. 3. Strategi ST (Diversification), yang digunakan organisasi untuk menghindari paling tidak memperkecil
dampak dari ancaman yang datang dari lingkungan eksternal. 4. Strategi WT (Defensive), yang dipakai untuk mengarahkan pada usaha memperkecil kelemahan internal
dan menghindari ancaman eksternal.
Menurut Kurt Lewin, perubahan dibutuhkan karena munculnya tekanan-tekanan terhadap organisasi atau wilayah. Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengelola perubahan ini dilakukan melalui tahapan-tahapan Unfreezing, Changing, dan Refreezing. Tahap pertama dimaksudkan sebagai suatu proses penyadaran tentang perlunya suatu perubahan. Tahap kedua dimaksudkan sebagai tindakan, baik memperkuat driving forces maupun memperkecil resistences. Tahap ketiga dimaksudkan sebagai upaya untuk membawa kembali organisasi atau wilayah/kota kepada keseimbangan yang baru (a new dynamic equilibrium).
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
“UNFREEZING”
“CHANGING”
“REFREEZING”
Proses Penyadaran tentang perlunya perubahan sikap & perilaku sesuai visi & misi yang ditetapkan/disepakati
Langkah tindakan untuk menuju awal perubahan dengan memperkuat faktor pendorong.
Membawa organisasi/wilayah pada keseimbangan baru yang lebih efektif
LOWER
EQUILIBRIUM
HIGHER A NEW DYNAMIC
EQUILIBRIUM
74
Bersama Menata Ruang untuk Semua
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
LANGKAH KELIMA Merumuskan struktur ruang dan pola ruang berdasarkan arah pengembangan dan strategi yang telah dirumuskan sampai tahap keempat.
LANGKAH KEENAM Menjelaskan kaitan perencanaan tata ruang dengan praktek pemanfaatan dan pengendalian tata ruang. Dalam rangka pemanfaatan ruang tentu saja harus mengacu pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, sebagaimana dapat dilihat pada gambar di samping.
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
RENCANA TATA RUANG
RencanaSistem PusatPermukiman
RencanaSistem Jaringan
Prasarana
PeruntukanKawasanLindung
PeruntukanKawasanBudidaya
Sistem Wilayah
Sistem internal Perkotaan
Rencana Pola RuangRencana Struktur Ruang
Sistem JaringanTransportasi
Sistem JaringanEnergi
Sistem JaringanTelekomunikasi
SistemPersampahan &
Sanitasi
Sistem JaringanSDA, dll.
KegiatanPelestarian
Lingkungan Hidup
Kegiatan Sosial
Kegiatan Budaya
Kegiatan Ekonomi
KegiatanPertahanan &
Keamanan
Ps. 17 ayat (1)
Ps. 17 ayat (2) Ps. 17 ayat (3)
Ps. 17 ayat (4)
dalam RTRW ditetapkan kawasan hutanpaling sedikit 30 %dari luas DAS
Ps. 17 ayat (5)
BHK-DJPR/Presentasi/DR
NeracaPenatagunaan Tanah
PEMANFAATAN RUANG
Dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatanruang beserta pembiayaannya dgn memperhatikan SPM
dlm penyediaan sarana & prasarana
Dilaksanakan baik pemanfaatan ruang secara vertikalmaupun pemanfaatan ruang di dalam bumi
Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya, termasuk jabaran dari indikasi program utama yg
termuat di dlm RTRW
Diselenggarakan secara bertahap sesuai dgn jangkawaktu indikasi program utama pemanfaatan ruang yg
ditetapkan dlm RTR
Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayahdisinkronisasikan dgn pelaksanaan pemanfaatan ruang
wilayah administratif sekitarnya
Penatagunaan Tanah
dikembangkan
Penatagunaan Udara
Penatagunaan Air
Penatagunaan SDA lainnya
diselenggarakankegiatan penyusunan
dan penetapan
NeracaPenatagunaan Udara
NeracaPenatagunaan Air
Penatagunaan SDA lainnya
Pembangunan prasarana & sarana bagikepentingan umum memberikan hak
prioritas pertama bagi pemerintah utkmenerima pengalihan hak atas tanah dari
pemegang hak atas tanah
perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRW & RTR kawasan strategis
perumusan program sektoral dlm rangka perwujudanstruktur ruang & pola ruang wilayah & kawasan strategis
kawasan budi daya ygdikendalikan
kawasan budi daya ygdidorong pengembangannya
pengembangan kawasansecara terpadu
ditetapkan
SPM bidangpenataan ruang
standar kualitaslingkungan
daya dukung & dayatampung lingkunganhidup
dilaksanakan sesuai
pelaksanaan pembangunan sesuai dgn program pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan strategis
Ps. 32 ayat (1)
Ps. 32 ayat (2)
Ps. 32 ayat (3)
Ps. 32 ayat (4)
Ps. 32 ayat (5)
Ps. 33 ayat (1)Ps. 33 ayat (2)
Ps. 33 ayat (3)
dilakukan
melalui
Ps. 34 ayat (1) Ps. 34 ayat (2)
Ps. 34 ayat (3)
Ps. 34 ayat (4)
BHK-DJPR/Presentasi/DR
75
Bersama Menata Ruang untuk Semua
LANGKAH-LANGKAH PEMAPARAN MATERI PELATIHAN
LANGKAH KETUJUH Menjelaskan tentang kaitan rencana tata ruang dengan pengendalian pemanfaatan seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 sebagaimana dapat dilihat secara diagramatis dalam gambar berikut.
LANGKAH KEDELAPAN Presentasi hasil kelompok dalam kelas dan review hasil kerja kelompok.
LA
NG
KA
H-L
AN
GK
AH
PE
MA
PA
RA
N M
AT
ER
I PE
LA
TIH
AN
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
PenetapanPeraturan
ZonasiPerizinan
PemberianInsentif &
Disinsentif
Upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang Ps. 1 angka15
PengenaanSanksi
Ps. 36 Ps 37 Ps. 38 Ps. 62-63
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Ps. 35
Ps. 69-75
BHK-DJPR/Presentasi/DR