Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

38

Transcript of Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

Page 1: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade
Page 2: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

Diterbitkan Oleh:

Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

Ditjen KPI/BK/13/III/2011

Page 3: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

i

Sambutan Menteri Perdagangan R.I.

Indonesia memegang peranan yang penting sejak berdirinya ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967.

Peranan Indonesia menjadi semakin penting karena kepemimpinan Indonesia di ASEAN pada tahun

2011. Untuk mendukung kesuksesan Indonesia sebagai Ketua ASEAN, khususnya di bidang perdagangan

dan investasi, maka prakarsa penerbitan serangkaian booklet mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN

dilakukan oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Harapan kami agar para pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan manfaat atas rencana-rencana

ASEAN ke depan dan Indonesia sebagai Ketua. Semoga seluruh stakeholders yang ada di Indonesia

mampu memaksimalkan kesempatan yang ada melalui peningkatan kerja sama perdagangan dan

investasi dalam kerangka kerja ASEAN menuju suatu Masyarakat Ekonomi ASEAN yang kuat dan mandiri

serta mengacu pada semboyan ASEAN Community in a Global Community of Nations.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada Sekretariat ASEAN yang telah bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan sehingga

terjemahan publikasi ini dapat diterbitkan.

Mari Elka Pangestu

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Desember 2010

Page 4: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

ii

Kata Pengantar Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

Sehubungan dengan kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN, Kementerian Perdagangan mengambil

prakarsa untuk menerbitkan serangkaian publikasi terkait dengan Perdagangan dan Investasi dalam

rangka turut mendukung kesuksesan serangkaian pertemuan penting ASEAN pada umumnya dan

pertemuan di bidang ekonomi pada khususnya yang akan dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2011.

Publikasi tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN ini bertujuan untuk memberikan informasi singkat dan

padat kepada masyarakat tentang perkembangan penting, karakteristik dan pola integrasi ekonomi

ASEAN dalam rangka mendukung terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015. Publikasi

ini merupakan terjemahan dari buku “ASEAN Economic Community” yang diterbitkan oleh Sekretariat

ASEAN yang membahas mengenai isu-isu kerja sama ekonomi ASEAN antara lain perdagangan barang,

fasilitasi perdagangan, jasa, investasi, pertanian, kebijakan persaingan usaha, pelindungan konsumen,

hak kekayaan intelektual, pariwisata, usaha kecil dan menengah, perdagangan bebas ASEAN, dan isu

terkait lainnya. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada Sekretariat ASEAN yang telah

bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan sehingga terjemahan publikasi ini dapat diterbitkan.

Semoga pembaca dapat memperoleh pemahaman umum tentang isu-isu ekonomi yang dibahas dalam kerangka kerja ASEAN sehingga

dapat mendukung peranan dan posisi Indonesia di ASEAN.

Gusmardi Bustami

Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

Kementerian Perdagangan

Desember 2010

Page 5: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

iii

Daftar Isi

Halaman

Sambutan Menteri Perdagangan RI ………………………………………………………………………. i Kata Pengantar Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional …………………… ii Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………………. iii Perdagangan Barang ………………………………………………………………………………………….. 1 Inisiatif Standar dan Kesesuaian di ASEAN ……………………………………………………………… 3 Jasa ……………..…………………..…………………..…………………..…………………..………………... 4 Investasi................................................................................................................................... 6 Pertanian, Industri, dan Sumber Daya Alam ……………………………………………………………. 8

Kebijakan Persaingan Usaha ………………………………………………….….…………………………. 10 Perlindungan Konsumen ………………………………..…………………..………………….…..……….. 12 Hak Kekayaan Intelektual ……………………………………………………………….………………….. 14 Pariwisata .............................................................................................................................. 17 Usaha Kecil dan Menengah ……………………………………………….……………………..………….. 19 Keterlibatan Sektor Pemerintah dan Swasta …………………………………………………….…….. 21 Prakarsa Untuk Integrasi ASEAN dan Mempersempit Kesenjangan dalam Pembangunan … 23 Hubungan Ekonomi Eksternal ASEAN …………………………………………………………………….. 26 Kantor Pengawasan Ekonomi Makro dan Keuangan ………………………………………………….. 30

Page 6: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

1

Perdagangan Barang

Tanya (T): Apa yang ASEAN lakukan untuk mendorong

perdagangan intra ASEAN, meskipun tarif untuk

perdagangan intra ASEAN sebagian besar telah

dihilangkan?

Jawab (J): Tarif Intra ASEAN telah dikurangi secara bertahap

sejak 1993 ketika skema CEPT dilaksanakan. ASEAN Free

Trade Area akhirnya direalisasikan oleh 6 Negara ASEAN pada

tanggal 1 Januari 2010. Rata-rata tarif intra ASEAN untuk

negara pelopor seperti Brunei Darussalam, Indonesia,

Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand telah berkurang dari

12,76% tahun 1993 menjadi 0,05% pada 1 Januari 2010.

Rata-rata tarif intra ASEAN sebesar 4,43% pada tahun 2000 –

tahun ketika sepuluh negara anggota ASEAN melaksanakan

CEPT-AFTA dan tarif ini turun menjadi 1,06% pada tahun

2010.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa upaya ASEAN untuk

meningkatkan perdagangan intra ASEAN sudah selesai.

Meskipun upaya ASEAN terhadap penghapusan tarif yang

hampir terselesaikan, fokus berikutnya ditujukan kepada

prosedur fasilitasi perdagangan yang mencakup penghapusan

hambatan non tarif terhadap produk pertanian, produk

makanan dan makanan olahan, dan teknik kepabeanan yang

modern sehingga barang-barang dapat dikeluarkan dengan

cepat.

T: Apakah yang dimaksud dengan kesepakatan

perdagangan barang ASEAN (ASEAN Trade in Goods

Agreement – ATIGA) dan bagaimana hubungannya

dengan ASEAN Free Trade Area?

J: Kesepakatan perdagangan Barang ASEAN (ATIGA) berlaku

pada tanggal 17 Mei 2010. Tidak hanya menggantikan

kesepakatan CEPT-AFTA, cakupannya lebih luas dari pada

pendahulunya, apalagi ATIGA juga berisi ketentuan

wilayah seperti fasilitasi perdagangan, kepabeanan,

prosedur sanitary dan phytosanitary, dan hambatan teknis

perdagangan.

ATIGA menyatukan semua dokumen terkait persetujuan

perdagangan barang selama beberapa tahun ini menjadi

satu dokumen. Hal ini membuat ATIGA sebagai acuan

untuk persetujuan perdagangan barang.

Page 7: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

2

Di dalam Annex terdapat jadwal tarif tunggal bagi masing

- masing negara anggota ASEAN untuk setiap tahun

hingga tahun 2015. Hal ini meningkatkan transparansi dan

memberikan tingkat kepastian usaha yang lebih tinggi

dalam membuat keputusan investasi.

T: ASEAN telah memposisikan dirinya sebagai

gerbang untuk ASEAN. Bagaimana liberalisasi dan

prosedur fasilitasi perdagangan barang

berkontribusi terhadap pencapaian hal ini?

J:

Memposisikan ASEAN sebagai gerbang Asia berarti

berupaya meningkatkan investasi dalam rangka

mendirikan basis manufaktur untuk ekspor ke negara lain

dalam kawasan. Upaya liberalisasi dan fasilitasi

perdagangan telah dilakukan untuk mendukung hal

tersebut dengan beragam cara.

Upaya dimulai pada usaha manufaktur, khususnya industri

yang berteknologi tinggi, yang membutuhkan suku cadang

dan komponen yang bersumber dari dalam dan luar

ASEAN. Dengan membuat komponen dan suku cadang

yang lebih murah dan lebih cepat diproduksi dapat

menciptakan ASEAN sebagai tempat yang lebih kondusif

untuk basis produksi sehingga dapat menarik investasi

sektor manufaktur.

Upaya pengaturan

ketentuan asal barang

(rules of origin)

bertujuan untuk

mendorong basis

produksi suku cadang

dan komponen di

ASEAN, sehingga

membentuk jejaring

kerja produksi di ASEAN. Selain penetapan kriteria 40%

kandungan lokal regional, ASEAN telah memperkenalkan

metode alternatif dalam pencapaian ASEAN perihal

ketentuan asal barang untuk barang yang diproduksi di

kawasan. Hal ini memberikan produsen pilihan yang lebih

luas dan sama dalam memastikan keberhasilan produk

tersebut untuk dapat menikmati tarif preferensi intra

ASEAN.

Page 8: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

3

Inisiatif Standar dan Kesesuaian di ASEAN

T: Kenapa harmonisasi standar merupakan hal yang

penting bagi ASEAN?

J: Standar memainkan peranan penting dalam memastikan

keamanan dan kesesuaian tujuan produk tersebut.

Perbedaaan standar nasional di antara negara-negara

anggota dapat menjadi hambatan teknis perdagangan.

ASEAN menangani hambatan perdagangan tersebut

melalui harmonisasi standar nasional antara negara-

negara anggota dengan mengacu pada standar

internasional. Harmonisasi standar di ASEAN berarti setiap

negara anggota ASEAN memiliki persyaratan dan

perlakuan yang sama ketika menempatkan produknya di

kawasan ASEAN. Dengan demikian, harmonisasi standar

memiliki peran yang penting dalam fasilitasi perdagangan

di ASEAN dan pada saat bersamaan memastikan bahwa

kualitas dan keamanan produk tidak berkurang.

T:

Apakah arti Mutual Recognition Arrangements

(MRA) untuk pengujian kelayakan di ASEAN?

J: Mutual Recognition Arrangements (MRAs) merupakan suatu

kesepakatan pengakuan oleh dua pihak atau lebih untuk

secara bersama-sama mengakui atau menerima sebagian

atau seluruh aspek dari hasil penilaian kesesuaian yang

dilakukan oleh negara lain. Dengan demikian, MRAs di

ASEAN akan mengurangi kebutuhan akan produk untuk

menjalani beberapa tes untuk barang tersebut dapat dijual

atau digunakan di negara ASEAN lainnya sehingga dapat

mengurangi biaya pengujian dan meningkatkan kepastian

akses pasar untuk produk tersebut. Konsumen di ASEAN

juga terjamin kualitas produknya karena telah diuji sesuai

dengan ketentuan MRAs.

Page 9: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

4

Jasa

T: Apa yang dilakukan ASEAN di bidang jasa menuju

integrasi ASEAN?

J:

ASEAN sedang membahas pengurangan hambatan

progresif di bidang penyediaan dan perdagangan jasa.

Pada tahun 2015, ASEAN berharap dapat mencapai

liberalisasi substansial dalam bidang jasa yang

memungkinkan banyak jasa penting di ASEAN yang akan

dipasok baik melalui lintas batas atau melalui

pembentukan perusahaan lintas batas negara untuk

menyediakan jasa tersebut. ASEAN juga bekerja

memfasilitasi mobilitas yang lebih besar dari profesional

ASEAN agar dapat menyediakan jasa mereka di daerah

melalui Mutual Recognition Arrangements (MRAs).

T: Bagaimana penghapusan hambatan di sektor jasa

dilaksanakan di ASEAN dan sejauh mana

penghapusan hambatan tersebut dilakukan?

J: Penghapusan hambatan jasa di ASEAN dilakukan melalui

beberapa putaran negosiasi, di mana setiap putaran

menghasilkan kemajuan dengan makin banyaknya sektor

yang semakin diliberalisasi dan mengurangi pembatasan

untuk penyediaan jasa lintas batas nasional. Saat ini,

ASEAN melakukan Negosiasi Putaran ke-6, yang

menghasilkan paket 8 komitmen. ASEAN berharap dapat

tercapainya liberalisasi secara substansial yang mengarah

ke pergerakan jasa yang bebas hambatan pada tahun

2015, sebagaimana diamanatkan dalam Cetak Biru

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

T: Apa pentingnya jasa bagi ASEAN?

J: Jasa merupakan komponen yang sangat penting dalam

perekonomian ASEAN dengan kontribusi antara 40 - 70%

dari GDP / Pendapatan Nasional Bruto. Perdagangan Jasa

ASEAN memiliki pangsa 5% dari perdagangan dunia dalam

layanan komersial senilai US$ 343 miliar pada 2009.

Selanjutnya PMA di sektor jasa telah mencapai lebih dari

50% dari total PMA ASEAN.

Page 10: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

5

T: Mengapa pemerintah ASEAN membuka pasar jasa

mereka untuk kompetisi asing?

J: Dengan membuka pasar jasa untuk persaingan luar

negeri, negara-negara ASEAN (sama halnya dengan

negara lain di dunia yang memulai upaya penghapusan

hambatan) berharap untuk mendorong persaingan di

pasar dalam negeri dan memastikan kuantitas yang lebih

tinggi serta kualitas penyediaan di berbagai sektor jasa.

Sektor jasa yang sehat seperti jasa keuangan,

telekomunikasi dan transportasi merupakan masukan

strategis untuk semua sektor lain dalam perekonomian,

baik barang dan jasa. Liberalisasi juga memungkinkan

untuk kebijakan yang lebih transparan dan dapat

diprediksi. Oleh karena itu akan mendorong tingkat PMA

yang lebih tinggi. Hal tersebut akan meningkatkan dan

memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi.

Page 11: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

6

Investasi

T: Langkah apa yang ditempuh oleh ASEAN untuk

membuat sebuah wilayah lebih menarik sebagai

tempat investasi?

J: ASEAN adalah wilayah yang dinamis dan berkembang.

Perkembangan PDB untuk tahun 2010 diprediksi dapat

melampaui 6%, salah satu wilayah dengan tingkat

pertumbuhan tertinggi di dunia. Populasinya yang

mendekati 600 juta orang menarik perhatian yang besar

bagi investor dan bisnis. Namun, mengingat lingkungan

global yang tidak menentu, ASEAN telah melakukan

langkah-langkah untuk membuat wilayahnya menjadi

tempat yang lebih menarik bagi investasi.

Langkah-langkah ini termasuk tinjauan terhadap dua

perjanjian investasi, Perjanjian untuk Promosi dan

Perlindungan Investasi 1987 (dikenal sebagai Perjanjian

Jaminan Investasi atau "ASEAN IGA"), dan Kerangka

Perjanjian tentang ASEAN Investment Area 1998 (AIA)

atau "Perjanjian AIA", serta dua Protokol terkait. Kedua

perjanjian ini kemudian digabungkan menjadi satu

perjanjian yang dikenal sebagai ASEAN Comprehensive

Investment Agreement (ACIA). ACIA dirampungkan pada

tahun 2008 dan ditandatangani pada Februari 2009.

Berdasarkan ACIA, ASEAN akan memulai program

peninjauan dan mengurangi pembatasan yang ada,

mengadopsi praktik terbaik dan meningkatkan kegiatan

promosi.

Selain itu, ASEAN telah menyelesaikan sejumlah perjanjian

investasi dengan mitra dialog seperti, Cina,

Australia/Selandia Baru dan Korea. Saat ini sedang

dilaksanakan negosiasi perjanjian serupa dengan India

dan Jepang.

Sebagai tambahan, langkah-langkah menuju integrasi

ASEAN pada tahun 2015, mengarah pada terciptanya

pasar tunggal dan berbasis produksi, dan diharapkan

dapat meningkatkan ASEAN sebagai tujuan utama

investasi.

Page 12: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

7

T: Bagaimana kawasan ASEAN diposisikan dalam hal

arus PMA dan sumber-sumber utama untuk

investasi?

J: Kawasan ASEAN biasanya menarik banyak penanam

modal asing karena dinamis dan pertumbuhan

perekonomian yang cepat di kawasan ini. ASEAN

menyumbang lebih dari 10% pada PMA yang mengalir ke

negara-negara berkembang selama dekade ini dan sekitar

4% dari arus PMA global. Para investor tertinggi adalah

Uni Eropa, Jepang dan Amerika Serikat, namun investor

ASEAN meningkat dengan pesat, terhitung lebih dari 10%

dari total PMA ASEAN dalam beberapa tahun terakhir.

T: Apa saja tantangan bagi ASEAN dalam rangka

mempertahankan statusnya sebagai tujuan

investasi utama?

J: ASEAN berhadapan dengan persaingan dari kawasan lain

untuk arus modal yang semakin langka pada saat kondisi

ekonomi global sedang tidak menentu. Selain itu,

munculnya Brazil, Rusia, India dan China (BRICs) bisa

menggeser pusat investasi ke kawasan tersebut dan

kebijakan investasi ASEAN akan perlu proaktif agar dapat

bersaing untuk memperoleh arus modal tersebut.

ASEAN perlu terus mendesain ulang untuk menarik

investasi bernilai tambah yang lebih tinggi, seperti

teknologi intensif termasuk teknologi hijau untuk dapat

terus bersaing.

Komitmen terhadap upaya integrasi ekonomi ASEAN juga

perlu dipertahankan sebagai pasar tunggal yang

terintegrasi, karena akan memberikan dorongan lebih

besar untuk arus masuk PMA.

Page 13: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

8

Pertanian, Industri, dan Sumber Daya Alam

T: Bagaimana upaya ASEAN untuk mencapai

ketahanan pangan di kawasan ini?

J: Ketahanan pangan telah menjadi agenda terdepan ASEAN.

Berdasarkan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN dan

Masyarakat Sosio-Budaya ASEAN, Pemimpin ASEAN

mengadopsi Kerangka Ketahanan Pangan Terintegrasi

ASEAN/ASEAN Integrated Food Security (AIFS) dan

Rencana Aksi Strategis untuk Ketahanan Pangan atau

Strategic Plan of Action for Food Security di ASEAN (SPA-

FS) ( tahun 2009-2013). Tujuan dari kerangka AIFS dan

SPA-FS adalah untuk mencapai ketahanan pangan dalam

jangka panjang dan penghidupan yang berkelanjutan bagi

petani di ASEAN. Ketahanan pangan terjadi saat semua

orang, dapat mengakses makanan yang aman dan bergizi

yang memenuhi kebutuhan makanan mereka dan

preferensi makanan untuk kehidupan yang aktif dan sehat

serta cukup secara fisik dan ekonomi. Hal ini dapat dicapai

dengan memperkuat kebijakan ketahanan pangan

nasional, inisiatif, dan cadangan ketahanan pangan

regional, mempromosikan perdagangan makanan pasar

yang kondusif, meningkatkan sistem informasi ketahanan

pangan sebagai dasar bagi kebijakan nasional dan regional

dan pengambilan keputusan, mempromosikan inovasi

pertanian, investasi lebih besar terhadap produktivitas

yang lebih tinggi, kemitraan publik-swasta, dan isu-isu

yang muncul yang secara langsung berhubungan dengan

ketahanan pangan (contoh: pengembangan bio-energi,

adaptasi dan imitasi terhadap perubahan iklim).

T: Bagaimana ASEAN menanggulangi dampak

perubahan iklim dalam konteks ketahanan pangan?

J: Dengan keprihatinan yang semakin besar atas dampak

perubahan iklim (contoh, iklim yang ekstrem, kenaikan air

laut, hilangnya keanekaragaman hayati, munculnya dan

kemunculan kembali penyakit dan hama, dan hal lainnya),

ASEAN sedang mengembangkan Prakarsa Perubahan Iklim

ASEAN atau ASEAN Climate Change Initiative (ACCI). Di

bidang pertanian dan kehutanan, Kerangka Kerja Multi-

sektoral ASEAN tentang Perubahan Iklim: Pertanian dan

Kehutanan terhadap Keamanan Pangan/Agriculture and

Forestry towards Food Security (AFCC) telah

dikembangkan sejak 2009. Melalui kerja sama dan

koordinasi di pertanian (tanaman, perikanan, peternakan),

kehutanan, lingkungan, energi dan sektor kesehatan

publik,

Page 14: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

9

AFCC dipersiapkan untuk berkontribusi pada ketahanan

pangan melalui pemanfaatan efisiensi sumber daya air

tanah dengan meminimalkan dampak dan kontribusi

terhadap perubahan iklim. Hal ini akan dicapai melalui

penguatan informasi regional, komunikasi dan sistem

pengetahuan dan jaringan pada perubahan iklim dan

ketahanan pangan; kompilasi, pengembangan dan

pelaksanaan tindakan mitigasi dan adaptasi;

mengintegrasikan mitigasi perubahan iklim dan strategi

adaptasi ke dalam kerangka pembangunan ekonomi dan

sosial kebijakan, dan pengembangan kerangka strategis

multi-sektoral yang lebih komprehensif dan pelaksanaan

roadmap, termasuk tendensi AFCC dalam ACCI secara

keseluruhan. Selain kerja sama multi-sektoral, AFCC

berupaya menyediakan landasan regional untuk pemangku

kepentingan yang relevan (yaitu, sektor swasta, organisasi

masyarakat sipil, petani, dan lain sebagainya) untuk

terlibat dalam pelaksanaan kerangka kerja tersebut.

T: Dengan meningkatnya permintaan akan produk-

produk hewani, bagaimana ASEAN memastikan

keamanan produk dan pengendalian perubahan

penyakit hewan lintas batas, khususnya zoonosis

alam yang dapat mengancam kesehatan publik?

J: Pada saat memperluas pengembangan sektor peternakan,

ASEAN juga berupaya untuk memastikan produk hewan

yang aman dan berkualitas melalui peningkatan kesehatan

hewan dan pengawasan yang lebih baik, juga

pemberantasan penyakit hewan lintas batas khususnya

yang bersifat zoonosis, yang dapat mengancam kesehatan

publik. Dalam memajukan usaha tersebut, ASEAN

mengadopsi empat pendekatan khusus tetapi saling

berkaitan, yaitu: i) meningkatkan kesehatan hewan dalam

negeri, terutama layanan kesehatan hewan melalui

pengaturan yang baik dengan dukungan hukum dan

kelembagaan; ii) memperkuat koordinasi regional pada

kesehatan hewan dan zoonosis; iii) penguatan kerja sama

multi-sektoral mengenai isu-isu yang berhubungan dengan

kesehatan sesuai dengan konsep "One World, One

Health"; dan iv) meningkatkan pengaturan kemitraan dan

kerja sama dengan mitra pembangunan dan lembaga

donor, berdasar keunggulan komparatif mereka. Harus

ditekankan bahwa menjaga kesehatan dan pengendalian

penyakit hewan pada sumbernya sangat penting. Belajar

dari pengalaman masa lalu, telah dikembangkan dan

diimplementasikan roadmap untuk pengendalian dan

pemberantasan penyakit zoonosis (yaitu avian influenza

yang sangat patogen, rabies, dll).

Page 15: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

10

Kebijakan Persaingan Usaha

T:

Negara-negara mana saja di ASEAN yang memiliki

hukum persaingan usaha dan otoritas yang

berwenang di bidang persaingan usaha?

J: Saat ini baru Indonesia, Singapura, Thailand dan Vietnam

yang memiliki undang-undang persaingan usaha dan

otoritas yang berwenang di bidang persaingan usaha.

Kamboja dan Filipina sedang dalam proses penyusunan

undang-undang persaingan usaha. Negara-negara lainnya

Brunei Darussalam, Laos dan Myanmar masih pada tahap

awal rancangan kebijakan tentang persaingan dan hukum

pembangunan. Saat ini, Malaysia’s Competition Bill

disahkan oleh Parlemen pada bulan Mei 2010 dan sedang

menunggu persetujuan Kerajaan untuk dapat berlaku

sebagai hukum.

T: Apa tanggung jawab badan sektoral ASEAN atas

kebijakan persaingan usaha dan apa fokus utama

dari kegiatan-kegiatannya?

J. Pada Agustus 2007, Menteri Ekonomi ASEAN menyetujui

pembentukan Kelompok Ahli ASEAN di Bidang Persaingan

Usaha atau the ASEAN Experts Group on Competition

(AEGC) sebagai forum regional untuk membahas dan

bekerja sama dalam kebijakan persaingan usaha dan

hukum. AEGC pertama kali diadakan pada tahun 2008 dan

untuk tiga sampai lima tahun ke depan, telah sepakat

untuk fokus pada kemampuan pembangunan kebijakan

persaingan usaha yang berhubungan dan praktik terbaik di

Negara Anggota ASEAN; mengembangkan Pedoman

ASEAN Regional untuk Kebijakan Persaingan Usaha dan

menyusun Buku Panduan tentang Kebijakan dan Hukum

Persaingan Usaha di ASEAN untuk Bisnis. Pedoman dan

Buku Pegangan Cetak Biru MEA ditargetkan selesai pada

tahun 2010.

Page 16: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

11

T:

Apa tantangan di tahun 2015 dan selanjutnya

dalam kebijakan persaingan usaha dan hukum di

ASEAN?

J: Tantangannya antara lain: (i) cara yang efisien dan sarana

pengalokasian sumber daya untuk mencapai tingkat

kompetisi minimum yang komprehensif pada Negara

Anggota ASEAN atau ASEAN Member States karena

tingkat kemampuan yang beragam dan implementasi

kebijakan dan hukum persaingan usaha di antara

negara anggota ASEAN; (ii) mendefinisikan dan

mengadopsi komponen konvergensi dalam perkembangan

kebijakan dan hukum persaingan usaha atau suatu

rezim yang komprehensif di antara kebijakan dan

hukum persaingan usaha negara anggota ASEAN; dan

(iii) merancang mekanisme kerja sama antar otoritas

persaingan di ASEAN.

Page 17: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

12

Perlindungan Konsumen

T: Negara mana saja di ASEAN yang memiliki undang-

undang perlindungan konsumen?

J: Saat ini, enam negara anggota ASEAN - yaitu Indonesia,

Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam telah

memiliki perangkat hukum perlindungan konsumen.

Negara-negara lainnya seperti Brunei Darussalam,

Kamboja, Laos dan Myanmar belum memiliki perangkat

peraturan tersebut. Negara-negara ini, kecuali Myanmar,

dalam proses penyusunan undang-undang perlindungan

konsumen mereka. Sementara itu untuk beberapa negara,

unsur perlindungan konsumen telah tercakup dalam

legislasi terpisah di berbagai sektor dan industri untuk

mencapai tujuan perlindungan konsumen.

T: Badan sektoral ASEAN manakah yang bertanggung

jawab atas perlindungan konsumen dan apa yang

menjadi fokus utama kegiatannya?

J: Perlindungan konsumen merupakan wilayah baru pada

kerja sama regional. Ketika memulai Cetak Biru

Masyarakat Ekonomi ASEAN, kerja sama antar pemerintah

dalam Komite Koordinasi ASEAN di Bidang Perlindungan

Konsumen atau ASEAN Coordinating Committee on

Consumer Protection, kemudian berganti nama menjadi

Komite ASEAN di Bidang Perlindungan Konsumen atau

ASEAN Committee on Consumer Protection (ACCP),

dilakukan mulai bulan Agustus 2007. Komite ASEAN di

Bidang Perlindungan Konsumen, dan tiga Kelompok Kerja

(Rapid Alert System & Information Exchange, Cross Border

Consumer Redress, and Training & Education), menjadi

titik fokus untuk pelaksanaan dan pemantauan terhadap

pengaturan dan mekanisme regional, dan untuk

mendorong pembangunan yang berlanjut pada

perlindungan konsumen di ASEAN.

Dalam rangka mengarahkan pelaksanaan inisiatif dan

komitmen Cetak Biru MEA, pendekatan strategis terhadap

perlindungan konsumen telah diadopsi oleh Komite ASEAN

di Bidang Perlindungan Konsumen. Pendekatan ini berisi

langkah-langkah kebijakan dan rincian prioritas kegiatan

pelaksanaan dengan jangka waktu spesifik, termasuk

pengembangan pada: (i) pemberitahuan dan mekanisme

pertukaran informasi pada tahun 2010; (ii) mekanisme

ganti rugi untuk konsumen lintas batas pada tahun 2015;

dan (iii) strategi roadmap untuk capacity building pada

tahun 2010.

Page 18: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

13

T: Apa tantangan pada tahun 2015 dan kedepannya

untuk perlindungan konsumen dan hukum di

ASEAN?

J: Area utama dari peningkatan kapasitas di tingkat regional

dan nasional harus diidentifikasi, diprioritaskan dan

ditangani. bantuan teknis dan keuangan substansial dari

Mitra ASEAN Dialog dan organisasi akan diperlukan dalam

proses mengembangkan dan mempromosikan kebijakan

nasional, hukum dan pengaturan kelembagaan tentang

perlindungan konsumen. Selain itu, globalisasi dan

integrasi regional menimbulkan tambahan kompleksitas

dan kesulitan dalam perlindungan konsumen yang harus

dikelola oleh semua Negara Anggota ASEAN. Khususnya,

peningkatan volume dan nilai perdagangan dalam negeri

dan lintas batas, serta kemajuan dan cepatnya

perkembangan dalam teknologi komunikasi, produksi dan

e-commerce.

Dengan dukungan dari Sekretariat ASEAN, Komite ASEAN

di Bidang Perlindungan Konsumen perlu bekerja sama

dengan mitra dialog, organisasi internasional dan sektor

swasta untuk berkolaborasi dalam pelaksanaan kegiatan

dan program. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan dan

mendiversifikasi keahlian teknis negara anggota ASEAN,

kapasitas kelembagaan dan pengalaman kebijakan.

Terkait dengan hal tersebut, pelajaran dan pengetahuan

yang diperoleh oleh pemrakarsa sebelumnya menjadi

relevan untuk pertimbangan kebijakan di eegara anggota

ASEAN, terutama terkait dengan desain dan pelaksanaan

kegiatan penegakan hukum serta jangkauan masalah lain

yang bersifat legislatif dan operasional.

Page 19: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

14

Hak Kekayaan Intelektual

T: Apakah tanggung jawab badan sektoral ASEAN

bagi Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) dan apa

sajakah fokus-fokus dalam setiap kegiatannya?

J:

Kelompok Kerja ASEAN untuk Bidang Kerja Sama

Kekayaan Intelektual atau ASEAN Working Group on

Intellectual Property Cooperation (AWGIPC) telah

bertindak sebagai badan koordinasi untuk pengembangan

sistem Kekayaan Intelektual (KI) di dalam ASEAN dan juga

pengembangan profil umum secara regional dalam lingkup

HKI. Kegiatan kerja sama terus menerus dilanjutkan agar

tercipta simplifikasi, harmonisasi, pendaftaran, dan

perlindungan terhadap HKI di berbagai daerah.

AWGIPC juga menyediakan suatu landasan untuk

pertukaran informasi dan pandangan terhadap

pengembangan KI baik secara regional maupun

internasional, serta bertindak sebagai focal point dalam

mempersatukan pengembangan secara eksternal dan

mitra dialog dalam kegiatan kerja sama kekayaan

intelektual. Kegiatan AWGIPC berpedoman pada Rencana

Aksi HKI ASEAN atau ASEAN Intellectual Property Right

Action Plan 2004 – 2010, Rencana Kerja untuk Kerja Sama

ASEAN atau Work Plan for ASEAN Cooperation untuk hak

cipta tahun 2005, dan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi

ASEAN tahun 2007.

T: Apa sajakah program-program dan aktivitas yang

telah diimplementasikan oleh AWGIPC dalam

kerangka kerja sama regional di lingkup HKI

(sesuai dengan yang dimaksud dalam Cetak Biru

MEA)?

J: Yang termasuk dalam kegiatan untuk memastikan

gambaran umum regional dan pengertian mengenai HKI

dalam konteks Cetak Biru MEA adalah: Pertama, peraturan

suatu negara dan kajian regional mengenai kontribusi

secara ekonomi pada industri hak cipta dalam Negara

Anggota ASEAN. Pertemuan-pertemuan tentang aksesi

yang telah disesuaikan dengan sistem Madrid untuk

pendataan merek dagang secara pendataan internasional;

dan menyediakan proyek percontohan untuk ASEAN

Patent Examination Co-Operation (ASPEC) dan ASEAN “IP

Direct”. Kedua, upaya-upaya yang sudah berjalan tersebut

dibuat dengan maksud untuk bertukar pengalaman

tentang kebijakan-kebijakan di antara anggota-anggota

yang sudah ada dan melanjutkan aksesi yang sudah

disetujui ke dalam perjanjian umum kekayaan intelektual

Page 20: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

15

untuk membangun suatu simplifikasi dan harmonisasi dari

berbagai prosedur dan regulasi menyangkut HKI; dan

memonitor pelaksanaan TRIPs pada sektor hukum dan

regulasi di dalam Negara Anggota ASEAN secara rutin.

Ketiga, adanya suatu program aktif di bidang

pembangunan kapasitas regional dengan fokus, antara

lain, fleksibilitas sesuai dengan perjanjian TRIPs, arbitrasi,

dan mediasi dalam mengatasi sengketa mengenai

kekayaan intelektual, Protokol Madrid, penguatan, dan

manajemen hak cipta serta hak-hak terkait lainnya dalam

lingkungan digital. Sekitar 3000 pakar profesional ASEAN

telah berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan ini dalam

kurun beberapa tahun terakhir.

T:

Apakah yang menjadi tantangan dan kesempatan

bagi kekayaan intelektual di ASEAN?

J: Adanya keterbatasan sumber daya manusia yang terampil

dan berpengalaman serta adanya keterbatasan

kemampuan masing-masing institusi di Sekretariat ASEAN

(ASEC) dan di negara anggota ASEAN. Untuk peningkatan

kapasitas dan tujuan-tujuan lainnya, ASEC dan ASEAN

sangat perlu untuk mengeksplorasi secara lebih intensif

dan dengan sebaik mungkin untuk mendapatkan sumber-

sumber dan modalitas serta keahlian baru yang dapat

diperoleh dari mitra dialog dan donor-donor lainnya.

Berbagai upaya telah dibuat untuk mengimplementasikan

pendekatan “ASEAN – helps - ASEAN” di mana pun

memungkinkan, termasuk pertukaran informasi dari

pembelajaran suatu kebijakan dan peningkatan wawasan

yang didapat oleh negara anggota ASEAN dalam aksesi

perjanjian internasional dan implementasi hak kekayaan

intelektual-kegiatan dan program yang terkait dengan hal

itu.

Sebagai tambahan, kekayaan intelektual atau intellectual

property (KI) dan hak kekayaan intelektual atau

intellectual property rights (HKI) serta hal-hal lain terkait

dengannya saat ini secara teknis menjadi sangat kompleks

dan mencakup area yang luas. KI dan HKI juga mencakup

wilayah yang lebih luas lagi seperti indikasi geografi,

pengetahuan tradisional, sumber daya genetik, dan

kebebasan kesenian tradisional. Infrastruktur dan keahlian

di bidang KI sangat bervariasi dalam ASEAN, terutama

disebabkan adanya perbedaan yang signifikan antara

ASEAN-6 dan ASEAN-4. Beberapa perbedaan berimplikasi

pada keadaan sebenarnya sehingga intensitas pola kerja

sama regional, dan bantuan teknik tersebut diperlukan

oleh negara ASEAN serta sedapat mungkin sesuai dengan

subgroup dalam negara anggota ASEAN.

Page 21: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

16

Secara umum, pembangunan kapasitas dan

peningkatannya membutuhkan upaya-upaya berkelanjutan

dari kedua belah pihak baik, pihak donor atau penerima

bantuan untuk jangka waktu panjang. ASEAN perlu

bermitra lebih dekat kepada mitra dialog, organisasi-

organisasi internasional, dan sektor swasta untuk

memprioritaskan kegiatan bersama yang saling

menguntungkan dan menjadi perhatian bersama.

Page 22: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

17

Pariwisata

T: Bagaimana upaya ASEAN untuk mensukseskan

promosi dan pemasaran pariwisata pada satu

kawasan tersebut?

J: Promosi dan pemasaran pariwisata telah menjadi agenda

paling depan dalam kerja sama pariwisata ASEAN.

Kampanye “Visit ASEAN” telah menjadi fokus utama pada

pemasaran regional melalui kegiatan bersama-sama dan

juga promosi bersama di pasar utama, seperti China, ROK

dan Australia sebagai implementasi oleh ASEAN

Promotional Chapter for Tourism (APCT), melalui

perwakilan Operator Nasional Pariwisata ASEAN. Sesuai

ketentuan Roadmap for Integration of Tourism Sector

(RITS) 2004-2010, pemasaran wilayah ASEAN sebagai

tujuan utama wisatawan dengan berbagai macam atraksi

dan dilengkapi dengan fasilitas berstandar dunia telah

diimplementasikan sebagai strategi pemasaran yang

secara aktif melibatkan pihak swasta yang diwakili oleh

ASEANTA (ASEAN Tourism Association). Dengan moto

baru “Southeast Asia feel the Warmth” dan website

pemasaran yang baru yaitu www.southeastasia.org yang

menyoroti betapa beragamnya daerah tujuan wisata di

negara anggota ASEAN telah diluncurkan di ITB Berlin

pada bulan Maret 2010. Hal ini akan menjadi sebuah co-

brand bersamaan dengan kampanye pemasaran ASEAN

lainnya yang sudah ada.

T: Dengan melihat pertumbuhan permintaan

pengelolaan pariwisata yang profesional, bagaimana

cara ASEAN memastikan kualitas dan kapasitas

sumber daya manusia di wilayah ini?

J:

Untuk memastikan kualitas dari pemberian pelayanan

pariwisata di wilayah ini, The ASEAN Tourism Ministers telah

menyepakati sebuah Mutual Recognition Arrangement

(MRA) di bidang tenaga profesional kepariwisataan pada

bulan Januari 2009. MRA direncanakan guna memfasilitasi

mobilitas dari profesionalitas pariwisata dalam satu wilayah

dan juga untuk meningkatkan kesetaraan sumber daya

manusia bidang pariwisata di satu wilayah, dengan

menggunakan standar kompetensi minimum untuk

pariwisata di lingkungan ASEAN. MRA akan meningkatkan

kepercayaan diri wilayah ini melalui pelatihan pariwisata dan

kualifikasi yang akan menstimulasi investasi antar wilayah

dan juga untuk melihat perputaran sumber daya manusia

pada sektor ini. Dalam rangka melihat implementasi yang

telah ditentukan oleh MRA, Komite Pengawasan Profesional

Pariwisata ASEAN atau ASEAN Tourism Professional

Page 23: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

18

Monitoring Committee telah melakukan pertemuan pada

bulan Juni 2010

T: Bagaimana komitmen ASEAN dalam rangka

meningkatkan pariwisata pelayaran di kawasan

tersebut?

J: Untuk pariwisata pelayaran, Kelompok Kerja Pelayaran

ASEAN (ASEAN Cruise Working Group) telah menetapkan

untuk meningkatkan fasilitasi pariwisata pelayaran di

ASEAN, melalui konsultasi rutin antara petugas pariwisata

pelayaran dan Kelompok Kerja Transportasi Maritim.

Negara-negara anggota ASEAN telah membuat komitmen

yang kuat untuk mengembangkan industri pelayaran dan

membentuk suatu wadah yang menyediakan informasi

yang dibutuhkan, sehingga dapat memenuhi nilai

penjualan dan mitra industri. Data yang informatif dan

terpadu tentang informasi pelabuhan seperti operasional

pelabuhan, pelayanan pelabuhan, pabean dan imigrasi,

serta informasi bagi wisatawan yang membantu para

wisatawan membuat keputusan untuk menentukan tujuan

berlayar dapat dilihat

pada www.cruiseasean.com. Kelompok Kerja Pelayaran

ASEAN telah sukses mempromosikan pariwisata pelayaran

ASEAN dalam beberapa kegiatan internasional seperti

pada peluncuran website ASEAN Cruise saat Seatrade

pada bulan Maret 2007 di Miami dan mempromosikan

pariwisata pelayaran ASEAN pada kegiatan China

International Travel Mart di Kunming. Data statistik

mengenai pariwisata pelayaran menunjukkan hasil yang

baik, dan diperkirakan akan terus tumbuh.

Page 24: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

19

Usaha Kecil Dan Menengah T:

Badan sektoral ASEAN manakah yang bertanggung

jawab terhadap Usaha Kecil dan Menengah atau

Small and Medium Enterprises (UKM) dan apakah

fokus utama dari setiap kegiatannya?

J: Beranggotakan perwakilan dari Badan UKM ASEAN atau

ASEAN SME Agencies, kelompok kerja UKM ASEAN telah

menetapkan untuk mempertahankan gambaran

menyeluruh kerja sama dan pengembangan UKM di

wilayah ASEAN. Kelompok kerja UKM memformulasikan

beberapa kebijakan, program, dan kegiatan serta

pelayanan sebagai suatu forum konsultasi dan koordinasi

bagi kerja sama UKM negara anggota ASEAN. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan status UKM di seluruh

negara anggota melalui pendekatan yang beragam

meliputi peningkatan kapasitas, fasilitasi perdagangan,

dan perdagangan lintas batas demi memastikan

pengembangan UKM sesuai dengan proses yang telah

berlangsung dari integrasi ASEAN melalui pendirian

Masyarakat Ekonomi ASEAN.

T:

Apa sajakah program dan kegiatan kerja sama

sektor UKM di lingkup regional yang telah

diimplementasikan oleh kelompok kerja UKM

(sesuai dengan Cetak Biru MEA)?

J:

Kerja sama regional di sektor UKM berpedoman pada

Cetak Biru Kebijakan ASEAN untuk pengembangan UKM

2004-2014. Rencana aksi strategis untuk pengembangan

UKM di wilayan ASEAN tahun 2010-2015, diadopsi pada

tahun 2010 yang dibangun berdasarkan hasil yang telah

direalisasikan sesuai dengan ASEAN Policy Blueprint for

SMEs Development (APBSD) dan menggabungkan seluruh

SME yang terkait dengan komitmen regional.

Secara khusus, lima hal penting yang ditujukan untuk

sektor UKM sesuai dengan Cetak Biru MEA adalah

pembentukan: (a) sebuah kurikulum bersama bagi para

pelaku usaha di wilayah ASEAN, di mana Indonesia dan

Singapura sebagai Negara pemimpin (2008-2009); (b)

pusat pelayanan UKM yang komprehensif dengan

menghubungkan regional dan sub-regional di antara

negara-negara anggota, di mana Thailand dan Vietnam

sebagai Negara pemimpin (2010-2011); (c) fasilitas

keuangan UKM di masing-masing Negara anggota, di

mana Malaysia dan Brunei Darussalam sebagai negara

Page 25: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

20

pemimpin (2010-2011); (d) sebuah program regional

dengan skema magang untuk pertukaran dan kunjungan

para staf dalam rangka pelatihan, di mana Myanmar dan

Filipina sebagai negara pemimpin (2012-2013); dan (e)

sebuah pengembangan pendanaan untuk UKM agar dapat

digunakan sebagai sumber pendanaan bagi UKM yang

merupakan unit bisnis di ASEAN, dimana Laos dan

Thailand sebagai Negara pemimpin (2014-2015).

T:

Apa sajakah tantangan UKM di wilayah ASEAN

untuk tahun 2015 dan seterusnya?

J: UKM tetap menjadi sumber utama lapangan kerja dan

pendapatan di banyak negara ASEAN. Program terbaru

yang diimplementasikan di negara anggota ada kaitannya

dengan: (a) pembentukan kurikulum bersama bagi para

pelaku usaha di ASEAN; (b) identifikasi praktek terbaik

dalam pembentukan fasilitas keuangan SME; dan (c)

sistem nasional e-commerce dan penggunaannya untuk

meningkatkan efisiensi dan daya saing. Kerja sama ASEAN

untuk pengembangan UKM, yang dimulai sejak 1995, telah

memberikan dorongan yang besar melalui pengembangan

jaringan produksi secara global dan regional.

Namun, pendanaan kegiatan UKM tetap menghadapi

berbagai tantangan. Sampai saat ini, beberapa prakarsa

dari UKM telah diimplementasikan berdasarkan

pengembangan sendiri atau melalui pendekatan ASEAN-

helps-ASEAN di mana masing-masing Negara anggota

memobilisasi sumber daya mereka masing-masing guna

mengimplementasikan proyek pengembangan UKM atau

memfasilitasi partisipasi dari negara anggota lainnya

dalam proyek tersebut.

Page 26: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

21

Keterlibatan Sektor Pemerintah dan Swasta T:

Mengapa keterlibatan sektor pemerintah dan

swasta sangat penting?

J: Kita hidup pada zaman pemerintahan yang lebih “efisien

dan kejam”. Dengan demikian, masyarakat bisnis

seharusnya lebih penting sebagai kekuatan pendorong

dalam integrasi regional dan pembentukan masyarakat

ekonomi ASEAN (MEA). Keterlibatan sektor pemerintah

dan swasta akan membawa sinergi yang baik dan

eksternalitas yang positif. Untuk memastikan dan

mengembangkan perpaduan, praktek, dan transparansi

dari kinerja pemerintahan yang sama baiknya seperti

prakarsa bisnis melalui industri-industri, perekonomian

masing-masing individu, dan AEC itu sendiri.

T: Apakah peran utama sektor swasta dalam

pembangunan AEC dan integrasi East Asian?

J: Sektor swasta adalah salah satu pemangku kepentingan

utama dan telah memainkan peran yang sangat krusial

dalam pengembangan, pengintegrasian, dan

pengglobalisasian di banyak aspek. Kebijakan, masukan

dan kemitraan sektor swasta merupakan hal yang sangat

penting dalam pembuatan prakarsa dan strategi regional

yang berprinsip pada efektifitas biaya. Selain itu juga

membantu dalam mengidentifikasi masalah yang muncul

dalam pengimplementasian integrasi regional dan

pembentukan MEA. Industri-industri dan usaha-usaha di

wilayah ASEAN adalah kunci dan pemain utama dalam

rantai pasokan dan jaringan produksi untuk berbagai

produk baik secara regional maupun secara global.

Sebagai contoh, entitas sektor bisnis tidak tidak hanya

memastikan realisasi penuh perdagangan dan kesempatan

investasi seperti yang telah dibuka oleh ASEAN FTAs,

khususnya negara-negara yang termasuk dalam ASEAN

Plus Three. Mereka juga menjadi pedoman dalam

arsitektur perkonomian baru yang saling tergantung di

Asia Timur, sama halnya seperti Asia Timur dan ekonomi

global secara umum.

Page 27: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

22

T: Bagaimana keterlibatan sektor pemerintah dan

swasta dioperasionalisasikan di dalam ASEAN?

J: Sekitar 35% dari sekitar 100 (seratus) badan sektoral

ASEAN yang terkait dengan MEA, telah terkait dengan

asosiasi sektor swasta dan menjadi perwakilan dalam

lingkup rutin atau ad-hoc. Secara khusus, perwakilan

sektor swasta juga telah berpartisipasi secara aktif dalam

diskusi mengenai MRA, dan dalam pertemuan pada Dewan

Pembuat Peraturan Telekomunikasi ASEAN atau ASEAN

Telecommunication Regulators Council. Sektor swasta juga

telah membantu kelompok kerja ASEAN di bidang kerja

sama kekayaan intelektual.

Pada tingkat regional, yang termasuk dalam alat utama

bagi Public Private Engagement (PPE) adalah Consultative

Meeting on Priority Sectors (COPS), Coordinating

Conference on AEC (ECOM), dan ASEAN Business Advisory

Council (ABAC). ABAC secara aktif menyelenggarakan KTT

Bisnis dan Investasi secara tahunan dan selalu memberi

masukan untuk pemimpin-pemimpin ASEAN dan Menteri-

menteri bidang ekonomi di negara ASEAN. Pemangku

kepentingan lainnya dalam PPE adalah ASEAN Chamber of

Commerce and Industry (ASEAN CCI), dengan catatan

banyak anggota ASEAN CCI yang juga sebagai anggota

ABAC.

Baru-baru ini, PPE telah ditingkatkan perannya melalui

dialog rutin antara Menteri bidang Ekonomi di ASEAN dan

ASEAN BAC plus perwakilan dari asosiasi industri. Yang

termasuk dalam asosiasi ini adalah ASEAN Federation of

Textile Industries dan ASEAN Automotive Federation.

Beberapa rekomendasi penting telah muncul pada

konsultasi-konsultasi dan berada dibawah pertimbangan

dari badan sektoral ASEAN yang bersangkutan.

Page 28: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

23

Prakarsa Untuk Integrasi ASEAN dan Mempersempit Kesenjangan dalam Pembangunan

T: Apakah yang ASEAN lakukan untuk membantu

negara-negara anggota yang baru berintegrasi

dengan negara anggota ASEAN lainnya?

J: Pemimpin ASEAN menyadari bahwa dalam memajukan

pembangunan suatu masyarakat, maka kesenjangan

pembangunan yang ada di antara anggota ASEAN perlu

dijembatani, terutama dalam hal pembangunan ekonomi

dan sumber daya manusia. Banyak upaya dalam

menjembatani kesenjangan pembangunan yang telah

dilakukan oleh ASEAN dengan dukungan dari banyaknya

Mitra Dialog dan organisasi internasional. Mitra Dialog

memahami sepenuhnya, bahwa jika kesenjangan tidak

ditangani dengan benar maka akan sulit bagi negara-

negara anggota untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) pada tahun 2015.

Dalam menuju pelaksanaan Cetak Biru MEA, terdapat

banyak isu yang berkaitan dengan realisasi MEA yang

perlu dipertimbangkan. Salah satu tantangan utama

adalah menemukan keseimbangan dalam hal keterpaduan

dan dukungan di antara negara Anggota ASEAN menuju

integrasi ekonomi. Hal ini bertujuan untuk mempersempit

kesenjangan pembangunan dan meningkatkan daya saing

ASEAN. Para pemimpin ASEAN pada Konferensi Tingkat

Tinggi (KTT) ASEAN pada tahun 2000 meluncurkan

Prakarsa untuk Integrasi ASEAN (IAI) dengan tujuan

mempersempit kesenjangan pembangunan dan

mempercepat integrasi ekonomi di ASEAN, khususnya bagi

anggota-anggota baru ASEAN yaitu Kamboja, Laos,

Myanmar, dan Vietnam (CLMV).

Upaya untuk mempersempit kesenjangan pembangunan

terutama didorong oleh Rencana Kerja IAI. Rencana kerja

IAI yang pertama didukung oleh para Pemimpin pada KTT

ASEAN ke-8 di Phnom Penh, November 2002. Saat ini IAI

sudah dalam Rencana Kerja Tahap Dua (2009-2015) yang

didasarkan pada wilayah program kunci dalam tiga Cetak

Biru Komunitas: (i) Cetak Biru Masyarakat Ekonomi

ASEAN; (ii) Cetak Biru Masyarakat Sosial Budaya ASEAN;

dan (iii) Cetak Biru Masyarakat Politik dan Keamanan

ASEAN.

Rencana Kerja II IAI ini disahkan oleh para Pemimpin

pada Maret 2009.

Page 29: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

24

T: Apakah kemajuan yang telah dicapai?

J: Pengembangan Sumber Daya Manusia tetap menjadi

wilayah kunci kemajuan di bawah IAI, yang bertujuan

untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia

melalui pembangunan kapasitas sektor publik, tenaga

kerja dan kesempatan kerja produktif, pendidikan tinggi,

dan pelatihan keterampilan berbagai bidang

transportasi, energi, ICT, investasi, perdagangan dan

jasa, kebiasaan dan standar. Selain itu pelajaran bahasa

Inggris juga menjadi prioritas.

Rencana Kerja IAI juga khusus ditujukan untuk

infrastruktur lunak. Sedangkan, pembangunan fisik

transportasi dan infrastruktur jaringan komunikasi,

penyelesaian fisik jalan, rel, udara dan jaringan laut

dalam ASEAN seperti Singapura Rail Link-Kunming;

yang merupakan upaya dalam membangun infrastruktur

fisik menjadi kegiatan utama dalam Rencana Kerja.

T: Isu atau perkembangan apa yang menghadapi

tantangan terbesar?

J: IAI disusun untuk mempercepat pembangunan sosial

ekonomi di negara-negara melalui strategi fokus untuk

memajukan pembangunan yang adil, mengurangi

kemiskinan dan mengarahkan perbedaan pembangunan.

Dengan demikian pelaksanaan proyek IAI akan lebih

efektif, jika proyek-proyek IAI selaras atau menjadi bagian

dari kebijakan dan prioritas kerja sama pembangunan

nasional, guna menciptakan sinergi dalam proyek-proyek

dan kegiatan bilateral negara dengan donor mereka yang

sejalan dengan agenda ASEAN di bawah IAI dan Cetak

Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Hal ini akan membantu mempertajam fokus proyek-

proyek terhadap manusia sebagai individu dan pada

masyarakat tertentu, serta di negara tertentu secara

keseluruhan, sebagai subjek utama dari IAI.

Sementara IAI dimaksudkan untuk membantu terutama

negara-negara CLMV, upaya yang sama dari tujuan

Perkembangan Nasional sedang dilakukan untuk wilayah

Page 30: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

25

yang ditentukan di kawasan ASEAN lainnya. Termasuk di

dalamnya adalah Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippina

East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA), Indonesia-

Malaysia-Singapura Growth Triangle (IMS-GT), dan

sepanjang wilayah antar negara West East Corridor

(WEC) dari Mekong Basin di Vietnam, Laos, Kamboja dan

Thailand Utara-Timur dalam skema kerja sama

pembangunan ASEAN-Mekong Basin. Kerja sama di

antara program-program ekonomi sub-regional ini

memainkan peran penting dan sebagai fasilitator dalam

melaksanakan mandat regional yang akan membantu

mengidentifikasi kebutuhan yang tepat dari negara-

negara anggota dalam hal bantuan eksternal dan

memastikan efektivitas dalam membangun kapasitas

untuk berpartisipasi dalam program-program ASEAN.

Secara keseluruhan, hal tersebut akan membantu negara-

negara yang bersangkutan untuk memenuhi target dan

komitmen ASEAN secara luas.

Page 31: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

26

Hubungan Ekonomi Eksternal ASEAN

T: Bagaimana gambaran ASEAN dalam perekonomian

regional dan global?

J: ASEAN telah meningkat menjadi pemain penting dalam

ekonomi regional dan global, yang dapat dikaitkan

dengan langkah berani wilayah ini untuk mendirikan

Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015. Semakin

ASEAN bergerak lebih dekat untuk menjadi "satu pasar

tunggal dan basis produksi", semakin menjadi menarik

bagi mitra dagang yang ingin menjalin perdagangan

bebas (FTA) atau kemitraan ekonomi komprehensif (CEP)

dengan ASEAN. Hal ini menghasilkan dua cabang

pendekatan ASEAN untuk integrasi ekonomi: (i) Integrasi

internal, di mana tujuan akhirnya adalah untuk

mewujudkan AEC pada tahun 2015; dan (ii) Integrasi ke

dalam ekonomi global, di mana strateginya adalah

negosiasi FTA dan CEPs dengan perdagangan

utama/mitra dialog.

ASEAN sekarang adalah pusat untuk empat (4) FTA dan

satu (1) CEP:

ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) dilaksanakan

pada tahun 2004 (Early Harvest Program) dan

direalisasikan pada tanggal 1 Januari 2010.

ASEAN-Korea Free Trade Area (AKFTA) dilaksanakan

pada tahun 2007 dan direalisasikan pada tanggal 1

Januari 2010.

ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership

(AJCEP) dilaksanakan di 2009.

ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area

(AANZFTA) dilaksanakan pada tanggal 1 Januari

2010.

ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA) dilaksanakan

pada 1 Oktober 2010 (Perjanjian Perdagangan

Barang).

T: Apa yang mendorong ASEAN untuk melakukan FTA

dan CEP?

J: Ada tiga (3) alasan utama yang mendorong ASEAN untuk

melakukan FTA dan CEP dengan mitra dagang penting

yaitu: (i) untuk memasuki pasar potensial, (ii) untuk

meningkatkan akses pasar, dan (iii) agar negara/blok vis-

à-vis tetap kompetitif bersaing secara langsung dengan

ASEAN.

Page 32: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

27

T: Apakah prinsip-prinsip utama yang ASEAN ikuti

dalam melaksanakan FTA dan CEPs?

J: FTA dan CEP ASEAN secara umum berpedoman pada

prinsip-prinsip utama sebagai berikut:

(i). WTO konsisten, misalnya liberalisasi tarif secara

substansial harus mencakup semua perdagangan

dan liberalisasi perdagangan jasa harus GATS Plus;

(ii). Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN (ATIGA),

Kerangka Kerja Perjanjian Perdagagan Jasa ASEAN

(AFAS) dan Perjanjian Komprehensif Investasi

ASEAN (ACIA) harus dijadikan sebagai dasar untuk

FTA / CEP;

(iii). Kerja sama ekonomi harus merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari FTA/CEP; dan

(iv). Perlakuan khusus dan berbeda sebagai upaya

pengakuan atas tingkat perkembangan yang

berbeda, tidak hanya di antara negara-negara

anggota ASEAN tetapi juga di antara ASEAN dan

mitra potensial FTA.

T: Bagaimana FTA/CEP ASEAN dinegosiasikan?

J: Negosiasi untuk lima (5) FTA/CEP ASEAN menggunakan

dua (2) pendekatan yang berbeda:

(i) Pendekatan sekuensial: pendekatan yang digunakan

untuk ACFTA, AKFTA dan AIFTA. Dalam pendekatan

sekuensial, ASEAN dan mitra potensial FTA, pertama

menegosiasikan kerangka kerja perjanjian yang

menjadi dasar bagi perundingan selanjutnya, untuk

setidaknya empat (4) perjanjian: perdagangan

barang, perdagangan jasa, investasi dan

penyelesaian sengketa. Perjanjian perdagangan

barang dan perjanjian penyelesaian sengketa adalah

dua perjanjian pertama yang akan dinegosiasikan,

diikuti dengan perdagangan jasa dan investasi.

(ii) Single-undertaking: pendekatan ini digunakan

untuk AJCEP dan AANZFTA. Dalam pendekatan ini,

perundingan antara lain untuk perdagangan barang,

perdagangan jasa, investasi, aktivitas kegiatan yang

terkait dengan perdagangan, penyelesaian

sengketa, antara lain, yang dinegosiasikan secara

bersamaan dapat memberikan fleksibilitas lebih dan

pengaruh bagi negosiator untuk berkompromi di

seluruh sektor.

Page 33: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

28

Tanggung jawab utama dari negosiasi FTA/CEP ini

diberikan kepada Komite Negosiasi Perdagangan (TNC)

yang didukung oleh para ahli teknis terutama antara lain

di bidang aturan-aturan asal; sanitary dan phytosanitary

(SPS); standar, peraturan teknis dan prosedur penilaian

kesesuaian; prosedur kepabeanan, perdagangan jasa,

investasi, dan hukum dan masalah kelembagaan.

T: Bagaimana sektor bisnis, terutama

eksportir/produsen mengambil manfaat dari

FTA/CEP ASEAN?

J: Eksportir/produsen di wilayah ASEAN akan memiliki akses

pasar lebih besar yang diwujudkan oleh liberalisasi tarif

untuk perdagangan barang dan liberalisasi di sektor jasa.

FTA/CEP ASEAN diharapkan dapat menarik penanaman

modal asing yang pada gilirannya membuka kesempatan

kerja dan alih teknologi, peningkatan kegiatan komersial

dan peningkatan kerja sama antara operator ekonomi di

ASEAN dan mitra FTA. FTA/CEP juga menciptakan

lingkungan bisnis yang mempromosikan kepastian, dapat

diprediksi dan transparan, yang semuanya diperlukan

untuk memastikan bahwa kegiatan komersial tidak perlu

terputus atau terganggu.

T: Mengingat perbedaan tingkat ambisi FTAs/CEPs

ASEAN, bagaimana pihak-pihak menjamin

kelancaran implementasi dari ketentuan dan

komitmen yang sudah diatur di dalamnya,

terutama untuk Anggota ASEAN yang kurang

berkembang?

J: Implementasi FTAs/CEPs ASEAN, terutama bagi negara-

negara yang kurang berkembang, didukung oleh

ketentuan-ketentuan kerja sama ekonomi di berbagai

macam perjanjian. Ketentuan-ketentuan kerja sama

ekonomi secara efektif memberikan dimensi

pembangunan FTAs/CEPs dimana mereka tidak hanya

dirancang untuk memastikan kelancaran pelaksanaan dari

komitmen spesifik yang dibuat, tetapi juga berkontribusi

untuk mempersempit kesenjangan pembangunan di

pihak yang terlibat FTAs/CEPs. Program-program kerja

sama ekonomi mencakup bantuan teknis dan kegiatan

peningkatan kapasitas.

Page 34: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

29

T: Mengingat perdebatan saat ini dalam

mengembangkan arsitektur wilayah di kawasan

Asia Timur/Asia Pasifik, bagaimana FTAs/CEPs

ASEAN diharapkan dapat berkontribusi pada

integrasi ekonomi regional yang lebih luas?

J: FTAs/CEPs ASEAN sebenarnya dirancang untuk

membangun blok untuk integrasi ekonomi regional di

kawasan Asia Timur/Pasifik atau bentuk lainnya. ASEAN

memiliki FTA atau CEP dengan pemain utama di wilayah

ini (yaitu Australia, RRT, India, Jepang, Korea dan

Selandia Baru). Negara-negara tersebut sudah mencapai

lebih dari 50% perdagangan global. Konsolidasi dari

FTAs/CEP ke dalam suatu pengaturan yang koheren tidak

hanya akan baik bagi wilayah ASEAN, tetapi juga sistem

perdagangan global.

Page 35: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

30

Kantor Pengawasan Ekonomi Makro dan Keuangan T: Apa itu Macroeconomic and Financial Surveillance

Office (MFSO)?

J: Macroeconomic and Financial Surveillance Officer (MFSO)

adalah unit yang baru dibuat di bawah Kantor Wakil

Sekretaris Jenderal/Deputy Secretary-General (DSG)

untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC). Tugas utama

MFSO adalah untuk memantau perekonomian negara-

negara anggota ASEAN dan integrasi ekonomi ASEAN.

MFSO dipimpin oleh seorang direktur, yang juga

menjabat sebagai kepala ekonomi untuk Departemen

AEC dari Sekretariat ASEAN. Direktur dibantu oleh tiga

Asisten Direktur, yang bertindak sebagai ekonom senior

yang bertanggung jawab atas tiga bidang utama: (i)

bidang moneter, fiskal, dan analisis eksternal; (ii)

perdagangan dan analisis investasi; serta (iii) produksi

dan analisis tenaga kerja.

T: Apa alasan MFSO didirikan?

J: Sejak Pemimpin ASEAN menegaskan kembali komitmen

mereka untuk integrasi ekonomi yang lebih dalam melalui

Bali Concord pada tahun 2005, ASEAN telah berada di

garis depan berdiri Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun

2015. Ini berarti bahwa sebagai sebuah komunitas yang

terintegrasi, pendekatan untuk integrasi telah menjadi

lebih strategis, yang membutuhkan input lebih analitis dan

saran yang tidak hanya dari Negara Anggota, tetapi juga

dari Sekretariat ASEAN sebagai koordinator berbagai

inisiatif integrasi. Secara khusus, ada kebutuhan bagi

ASEC untuk lebih proaktif dan berwawasan ke depan

dalam menganalisis isu-isu regional dan merumuskan

saran kebijakan untuk memastikan AEC berfungsi dengan

baik pada 2015.

Aspek penting lain dari membangun suatu masyarakat

adalah kebutuhan untuk pemantauan sistematis dan

komprehensif ekonomi di kawasan itu, guna memastikan

bahwa negara anggota mematuhi berbagai inisiatif di

wilayah ini, dan mematuhi elemen dasar stabilitas

ekonomi makro yang akan memperkuat integrasi

ekonomi ASEAN. Para pemimpin ASEAN pada bulan

Oktober 2008 telah menyetujui untuk memperkuat

kapasitas analisis dan pemantauan Sekretariat ASEAN

dengan mendirikan makroekonomi tingkat tinggi baru

dan Kantor Pengawasan Keuangan (MFSO).

Page 36: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

31

T: Apa fungsi dari MFSO?

J: MFSO memiliki dua fungsi utama: (i) untuk meningkatkan

proses evaluasi di bawah Proses Pengawasan ASEAN, dan

(ii) memanfaatkan pengawasan untuk menilai

peningkatan kemajuan integrasi ekonomi di ASEAN.

Fungsi pertama yang bertujuan untuk membuat isi dan

format dari proses pengawasan berjalan lebih efektif,

dapat dipercaya dan relevan dengan kondisi daerah.

Fungsi kedua bertujuan untuk memastikan relevansi,

efektivitas, dan pelaksanaan tepat waktu dari berbagai

inisiatif yang berkaitan dengan integrasi regional. Untuk

menjalankan fungsi-fungsi ini, MFSO diharapkan untuk

melakukan lebih dari sekedar berbagi informasi dan

penyebaran informasi. Sebagai kantor pengawasan

khusus berfokus pada ASEAN, MFSO akan memimpin

dalam menghasilkan output kualitas dari pengawasan;

memfasilitasi diskusi regional mengenai pengawasan dan

pemantauan integrasi ekonomi melalui AEC Scorecard.

Page 37: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade

32

Informasi Lebih Lanjut: Subdit Masyarakat Ekonomi ASEAN I; Subdit Masyarakat Ekonomi ASEAN II. Direktorat Kerja Sama ASEAN Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Jalan M.I.Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat 10110 Gedung 2 Lantai 7 Telp : (62 21) 3858203 Fax : (62 21) 3858203 Website : http://ditjenkpi.depdag.go.id E-mail : [email protected] The ASEAN Secretariat Public Outreach and Civil Society Division 70A Jalan Sisingamangaraja Jakarta 12110 Telp : (62 21) 724-3372, 726-2991 Fax : (62 21) 739-8234, 724-3504 Website : www.asean.org E-mail : [email protected] Kementerian Perdagangan Mengucapkan Terima Kasih Kepada Sekretariat ASEAN.

One Vision, One Identity, One Community

Page 38: Buku Tanya Jawab Umum ASEAN Trade