Buku Tak Sekedar Merah

download Buku Tak Sekedar Merah

of 92

description

IMM UGM's reflection

Transcript of Buku Tak Sekedar Merah

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 1 ~

    Tak Sekedar Merah MIM Indigenous School 2013 Diterbitkan oleh MIM Indigenous School Layout dan Penata Letak cm Gambar Sampul www.cdn-dailypainters-com Kerjasama

    Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

    AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 2 ~

    Saya melihat, dalam Muhammadiyah telah banyak orang yang larut untuk beramal shaleh dan menggunakan Muhammadiyah sebagai media beramal. Tetapi, ada satu hal yang tidak lazim ditemukan di Muhammadiyah yakni Muhammadiyah sebagai rumah intelektual (Moeslim Abdurrahman )

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 3 ~

    CATATAN AWAL

    Tahun 1964 puncak kaum muda Muhammadiyah bergejolak untuk melahirkan organisasi otonom yang bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Tidak hanya ditubuh kaum muda Muhammadiyah, melainkan juga secara kolektif kaum muda negeri ini. Pergulatan pada masa orde lama mengamanahkan bagaimana IMM harus dilahirkansebagai kehendak sejarah.

    Saat ini, IMM sudah menginjak usia 49 tahun atau menjelang setengah abad. Perjalanan yang tidak sebentar bagi sebuah organisasi gerakan mahasiswa dan ortom Muhammadiyah. Inilah dilema gerakan IMM yang berdiri diatas dua kaki yakni sebagai gerakan mahasiswa islam dan ortom Muhammadiyah hingga kadang tidak pernah selesai dengan urusan dirinya sendiri.

    Setelah IMM bangkit kembali dari kevakuman kepemimpinan pusat yang ditandai dengan diangkatnya Immawan Wahyudi oleh PP Muhammadiyah, perlahan IMM seperti mempunyai nafas baru dengan hadirnya karya-karya intelektual berbasis struktural. Namun, seperti ingin kembali mengulang masa kelam. Saat ini, IMM kembali mengalami kekisruhan struktural di tingkat pusat yang menyebabkan kegamangan gerakan dan ragam pertanyaan yang terus memburu, baik ditingkat pimpinan, kader hingga dunia jejaring sosial.

    Ditengah sebagian rasa pesimis yang melanda kader IMM belakangan ini. Makin maraknya kalangan yang ingin menumpang hidup di Muhammadiyah. Ataupun adanya upaya ingin memanfaatkan jaringan massa Muhammadiyah dan IMM untuk suksesi pemilu 2014. Maka, dibutuhkan sekumpulan orang yang keluar dari geladak Muhammadiyah untuk selanjutnya bergerilya menopang, membersihkan dan

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 4 ~

    membangun Muhammadiyah diluar komandodan itu hanya bisa dilakukan oleh gerakan kaum muda.

    Ya! IMM sebagai bagian kaum muda Muhammadiyah, harus mengambil peran aktif untuk keberlangsungan masa depan persyarikatan diabad kedua. Hal yang paling rasional bagi IMM saat ini adalah peningkatan kapasitas intelektual dan kemapanan ekonomi, hingga dikemudian hari kader IMM bukan hanya sekumpulan orang yang menggantungkan kebutuhan hidupnya terhadap Muhammadiyah. Cukuplah sirine Anies Baswedan yang memprediksi bahwa kedepan kepemimpinan nasional tidak lagi akan dipimpin oleh kaum aktivis, melainkan oleh kaum entrepreuner (wirausahawan). Tidak semua kader IMM akan dicetak sebagai sebagai pemimpin nasional, persyariatan atau bahkan para politikus. Sebab dilain tempat, ada yang ruang dimana kaum mustadhafin membutuhkan pembelaan dan harapan untuk membangun mimpinyadisinilah cara kita ber-Muhammadiyah akan terasa cukup berbeda.

    Buku ini merupakan kumpulan tulisan kader IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta melalui MIM Indegenous School. Tulisan yang berisi tentang harapan, proses dan kegelisahan mengenai IMM jelang setengah abad. Karenanya, kami menyebut buku ini sebagai pengakuan dan persaksian bahwa IMM tidak pernah kebal kritik dan protes. Lewat cara ini kami ingin menyampaikan kepada seluruh kader IMM, bahwa peringatan ritus kelahiran bukan hanya diperingati dengan cara euphoria, melainkan dengan cara bersikap reflektif dan kredo berfikir.

    Barangkali, buku ini masih jauh dari sempurna. Namun, setidaknya para penulis dalam buku ini, berani membuktikan sejarah perjalanan proses mereka dalam ber-IMMdengan cara menulis sejarah mereka sendiri. Sehebat apapun manusia jika tak memahat sejarahnya sendiri, maka ia akan

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 5 ~

    terlempar dari kubangan sejarahnya sendiri; termasuk kita dalam ber-IMM. Semoga buku ini bermanfaat bagi semuanya.

    Selamat Milad IMM ke-49 tahun

    MIM Indigenous School

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 6 ~

    DAFTAR ISI

    Catatan Awal (3) Daftar Isi (6)

    Refleksi Perjuangan, Langkah Awal Internalisasi Gen Pemikiran | Halim Sedyo Prasojo (8)

    Kader Butuh Berkarya | Hendri Suseno (15) Membaca Arus Gerakan Pemikiran IMM | Makhrus Ahmadi

    (18) Mengenal dan Memperbaharui Alam Pikiran Muhammadiyah

    Melalui IMM | Rijal Ramdhani (27) Gerakan 21 IMM PTM Menuju Kemandirian | Ahmad Janan

    Febrianto (34) Instruktur Sebagai Laboratorium Perkaderan Ikatan,

    Mungkinkah? | Ahmad Janan Febrianto (37) Surat Kepada Kawan | Cehar Mirza (48)

    Bukan Hanya Justifikasi | Khoirul Anam (51) No Title | Nailul Fauziah (54)

    101 Bingkisan IMM | IMMawan Apri Tri Nugroho (57) Sekbid IMMawati? Kok Bisa? | Immawan Ayub (67)

    Dilema Instruktur IMM | Husnuzzhan (73) Kala Aku Mengenalmu | Rizqi Nurjannah (79)

    Ikatan dan Sepak Bola | Rohmad Komaruddin (84) Catatan Akhir (92)

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 7 ~

    Me.mo.ar/memoar/ n 1 Kenangan-kenangan sejarah atau catatan peristiwa lampau menyerupai autobiografi yang

    ditulis dengan menekankan pendapat, kesan dan tanggapan pencerita atas peristiwa yang dialami dan tt tokoh-tokah yang

    berhubungan dengannya; 2 catatan atau rekaman tt pengalaman hidup seseorang

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 8 ~

    REFLEKSI PERJUANGAN, LANGKAH AWAL

    INTERNALISASI GEN PEMIKIRAN1

    Halim Sedyo Prasojo Mantan Ketua Umum PK IMM FE UMY | Mantan Ketua

    Umum PC. IMM A.R. Fakhruddin Kota Yogyakarta periode 2008-2009 | Mantan Sekbid Bidang Ekonomi dan

    Kewirausahaan DPD IMM DIY 2010-2012

    Seorang Intelektual bagaikan direktur film. Ia harus mengetahui, memahami, dan mengenal baik masyarakatnya.

    Apa yang ia katakan ada sangkut-pautnya dengan massa masyarakat dengan demikian tanggung jawab pokok cendekiawan adalah membangkitkan dan membangun

    masyarakat. Bila masyarakat dibangunkan secara benar, dia akan dapat melahirkan pahlawan-pahlawan yang cukup

    tangguh untuk memerintah dan membimbing masyarakat. ( Ali Syariati )

    Bahwasanya umat Islam diajak untuk tunduk kepada Allah SWT. dan didorong untuk memberontak melawan

    penindasan, ketidak-adilan, kebodohan, serta ketiadaan persamaan (ketimpangan).

    ( Ali Syariati )

    Assalamualaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh

    Segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan Semesta Alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang Menguasai hari Pembalasan. Dengan tidak bosan-bosannya kita selalu

    1 Tulisan ini diambil dari Pidato Iftitah Musyawarah Cabang VI-PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta Periode 2008/2009. Yogyakarta, 5-7 Agustus 2009

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 9 ~

    mengucapkan rasa syukur kehadirat-Nya yang telah senantiasa memberikan kenikmatan kepada kita berupa keimanan dan keislaman, sehingga kita masih mepunyai spirit nafas perjuangan hingga detik ini untuk Ikatan yang tercinta ini. Tak lupa, sholawat serta salam tetap kita haturkan kepada the best idol kita sang Revolusioner sejati baginda Rasulullah Muhammad SAW. Beliaulah contoh teladan terbaik kita yang patut kita teladani. Setelah beliau mendapat anugerah wahyu pertama dari Allah SWT. Di gua Hiro, beliau langsung terjun kedalam realitas sosial yang ada pada waktu itu karena beliau mengemban misi kenabian yang biasa kita kenal sebagai misi profetik.

    Islam berarti sebagai ketundukan kepada prinsip-prinsip kebenaran, kesetaraan sosial, dan prinsip-prinsip lain yang melandasi berdirinya suatu komunitas yang bebas dan setara. Islam bukanlah ide baku atau suatu sistem ritual-ritual, upacara-upacara dan lembaga-lembaga yang kaku, melainkan suatu prinsip progresif yang menghapuskan tatanan-tatanan yang lama. Musa menghapus tatanan sosial yang dibangun Ibrahim. Isa mencabut tatanan ekonomi Musa. Muhammad SAW menghapus lembaga-lembaga sosial dan ekonomi yang dibangun oleh nabi-nabi sebelumnya. Tetapi semuanya saling menegaskan kebenaran satu sama lain. Kebenarannya adalah bahwa semua manusia adalah setara. Mereka harus jujur, berkata benar, dan berjuang melawan kekuatan-kekuatan jahat, diskriminasi, penindasan, dan kepalsuan. Lembaga-lembaganya boleh berubah, adat-istiadatnya juga boleh bervariasi, tetapi kebenaran, kesetaraan dan persaudaraan tetap tinggal sebagai prinsip-prinsip masyarakat yang bebas, adil, dan egaliter.

    Sebagai organisasi gerakan mahasiswa yang selalu dituntut untuk pro-aktif terhadap kondisi bangsa, maka Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sudah sepantasnya menjadi

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 10 ~

    garda terdepan dalam mengawal sebuah pemerintahan yang ada. Fungsi sebagai agent of control merupakan tugas yang memang sudah diemban sejak lahir oleh sebuah gerakan mahasiswa. IMM cabang Abdul Rozaq Fakhruddin kota Yogyakarta selalu menjaga konsistensi sebagai gerakan mahasiswa yang tidak terkooptasi oleh kepentingan apapun. Artinya gerakan pengontrolan atau perlawanan terhadap sebuah kebijakan pemerintah tidak pernah berdasar atas pesanan kepentingan apapun atau siapapun, namun betul-betul atas kesadaran kita bersama dalam melihat sebuah kondisi riil di masyarakat.

    Merujuk kepada pandangan Ali Syariati bahwa para Intelektual Muslim hanya akan memiliki makna dan fungsi bila mereka selalu berada di tengah-tengah massa rakyat, menerangi massa, membimbing massa, dan bersama-sama massa melakukan pembaharuan ke arah kehidupan yang lebih baik, lebih Islami (Syariati : 1984). Ia mengingatkan bahwa Nabi Muhammad SAW. sendiri dibangkitkan oleh Allah SWT. dari tengah-tengah massa untuk kemudian bersama-sama massa keluar dari kegelap-gulitaan ke suasana terang-benderang.

    Ali Syariati pun membuat istilah roushanfikr yang mempunyai pengertian khusus seorang yang berpegang teguh pada ideologi yang telah dipilih secara sadar. Ideologi dan kesadaran itulah yang menolongnya mencapai kesadaran istimewa tentang kehidupan dan jalan bertindak yang jelas, jalan hidup, dan jalan berfikir, dengan cita-cita jelas yang membentuk filsafat hidupnya. Hal-hal ini membentuk kesadarannya, ia bersedia berkurban segala-galanya untuk membela kesadarannya itu. Ia akan menjadi pengejewantahan kesadarannya dan keyakinannya yang telah mendorong gerakan-gerakan progressif dalam sejarah dan

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 11 ~

    menyadarkan massa kemanusiaan terhadap fakta-fakta kehidupan mereka dalam masyarakat.

    Teringat sebuah cerita dari Sir Muhammad Iqbal ketika berbicara tentang peristiwa Miraj Nabi Muhammad SAW. Seandainya Nabi itu seorang mistikus atau sufi, kata Iqbal, tentu beliau tidak ingin kembali ke bumi karena telah merasa tenteram bertemu dengan Tuhan dan berada di sisi-Nya. Nabi Muhammad kembali ke bumi untuk menggerakkan perubahan social (transformasi), untuk mengubah jalannya sejarah. Beliau memulai suatu transformasi sosial budaya berdasarkan cita-cita profetik (Kuntowijoyo : 2008).

    Sebagai cendekiawan Muslim atau roushanfikr (pemikir yang tercerahkan) yang biasa disebut oleh Ali Syariati tentunya kita punya tanggung jawab besar untuk lebih membumi (dekat dengan massa). Karena, seorang Intelektual sudah seharusnya memahami persoalan yang dihadapi oleh massa. Kalau sebagai seorang Intelektual tidak memahami persoalan yang dihadapi, bagaimana akan menawarkan sebuah solusi untuk transformasi. Sudah sepatutnya para Intelektual yang satu dengan yang lain saling bersinergi menjadi sebuah gerakan kolektif. Saya fikir IMM adalah gerakan yang berbasis atas kaum Intelektual yang melek akan realitas sosial. Gen pimikiran itulah yang dibutuhkan oleh tiap-tiap kader untuk melihat persoalan secara komprehensif dan kolektif.

    Sebagai kaum Intelektual kita punya tugas untuk mengemban cita-cita profetik, Kuntowijoyo mengemukakan bahwa yang kita butuhkan sekarang adalah ilmu-ilmu sosial profetik, yaitu yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberi petunjuk ke arah mana transformasi itu dilakukan. Oleh karena itulah, Ilmu Sosial Profetik (ISP) tidak hanya sekadar mengubah demi perubahan, tapi mengubah berdasarkan cita-cita etik dan profetik. Dalam pengertian ini maka ilmu sosial profetik

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 12 ~

    secara sengaja memuat kandungan nilai dari cita-cita perubahan yang diidamkan masyarakatnya.

    Bagi kita itu berarti perubahan yang didasarkan pada cita-cita transendensi, liberasi dan humanisasi, suatu cita-cita profetik yang didasarkan dari misi historis Islam sebagaimana terkandung dalam QS Ali Imran 110 : Engkau adalah ummat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah. Tiga muatan nilai inilah yang mengkarakteristikkan ilmu sosial profetik. Dengan mengandung nilai-nilai humanisasi, liberasi, dan transendensi, ilmu sosial profetik diarahkan untuk rekayasa masyarakat menuju cita-cita sosio-etiknya pada masa depan (Kuntowijoyo : 2008).

    Dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah mempunyai tiga nilai ranah gerak (trilogi) yang menjadi arah pembentukan karakter kader. Nilai humanitas, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus peka terhadap kondisi masyarakat, ini dipahami karena terjadinya sebuah gejala dehumanisasi yang terjadi dalam masyarakat modern atau masyarakat industri. Adanya dehumanisasi ini, maka menuntut kita sebagai Organsasi gerakan Mahasiswa untuk merealisasikan humanisasi atau mengusahakan mengangkat kembali martabat manusia yang sudah terjatuh secara etik maupun sosial.

    Merujuk pada Al Quran Surat Al Tin ayat 56 di katakan bahwa orang dapat terjatuh ke tempat yang paling rendah. Kemudian ayat itu mengecualikan orang-orang yang beriman dan beramal sholeh. Kiranya ayat ini merujuk pada humanisasi, yaitu iman dan amal sholeh. Tentu bahwa implikasi dari iman dan amal sholeh sangat luas (termasuk mengangkat derajat manusia). Humanisasi ini bisa kita

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 13 ~

    sesuaikan dengan nilai humanitas yang terkandung dalam tipologi gerak Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.

    Nilai Intelektualitas, Sebagai kumpulan roushan fikr kata Ali Syariati atau Intelektual organik kalau kata Antonio Gramsci maka Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus dekat dengan persoalan yang sedang dihadapi ummat atau massa. Seperti halnya di Ilmu Sosial Profetik, LIberasi bisa kita sesuaikan dengan nilai intelektualitas. Kuntowijoyo menyatakan bahwa Ilmu Sosial Profetik sekarang ini lebih efektif liberasi dalam konteks ilmu, dan sebagai sasaran liberasi yaitu sistem pengetahuan, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem politik. Liberasi sistem pengetahuan berupa usaha-usaha untuk membebaskan orang dari sistem materialistis, dari dominasi struktur, misalnya dari struktur kelas (misal marxisme) dan seks (misal feminisme). Pembebasan (liberasi) dari belenggu sistem sosial amat penting, sebab pada umumnya ummat sedang keluar dari sistem sosial agraris ke sistem sosial industrial. Itulah yang dikatakan banyak tokoh sebagai the great transformation bagi umat manusia.

    Liberasi (pembebasan) dari belenggu sistem ekonomi perlu mendapat perhatian, sebab untuk melihat beberapa kesenjangan dan ketidakadilan sosial yang semakin menganga lebar. Terakhir liberasi politik berarti membebaskan sistem dari otoritarianisme, kediktatoran, dan neofeodalisme. Sepakat dengan Kuntowijoyo bahwa Intelektual Muslim tidak boleh takut bernahi munkar dan harus dilandasi dengan ilmu untuk mendorong kearah perubahan dan transformasi.

    Nilai Religiusitas, kalau disesuaikan dengan ilmu sosial profetik adalah transendensi. Transendensi keimanan inilah yang menjadi landasan atau pondasi dalam gen pemikiran nilai religiusitas. Ketauhidan juga menuntut ditegakkannya keadilan sosial, karena setiap gejala eksploitasi manusia baik

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 14 ~

    itu terhadap alam maupun manusia yang lainnya adalah pengingkaran terhadap derajat manusia dihadapan Allah SWT. Bahwa keadilan sosial merupakan realisasi tauhid Sosial. Atas dasar kesadaran nilai-nilai religius itu, aktivitas pergerakan yang dilakukan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah dalam rangka memperjuangkan dan keberpihakan terhadap orang-orang yang terpinggirkan dan tertindas serta kaum yang lemah (Mustadhafin).

    Berkenaan dengan adanya sebuah gen pemikiran yang telah dihembuskan pada periode yang lalu, ini bagi kami merupakan sebuah refleksi perjuangan yang sangat konstruktif buat IMM cabang AR. Fakhruddin kedepan. Maka Pimpinan Cabang IMM AR. Fakhruddin kota Yogyakarta mencoba fokus terhadap pengenalan dan pewacanaan gen pemikiran. Diharapkan pada periode Musyawarah Cabang ke VI ini kita beranjak pada tahapan yang lebih maju untuk memasukkan nilai-nilai yang terkandung atau internalisasi gen pemikiran. Seperti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah adalah bergerak bersama ummat dengan melalui proses internalisasi nilai yang diharapkan agar memiliki prinsip perjuangan yang sama.

    Mudah-mudahan kedepan bangunan paradigma yang dikonstruk menjadi sebuah perspektif gerakan yang satu, yang menjadikan penyatuan aksi gerakan yang berlandaskan atas nilai-nilai religius. Kepada seluruh kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Abdul Rozaq Fakhruddin Kota Yogyakarta, sekarang saatnya IMM membumikan cita-cita profetik perjuangan ikatan. Wahai para Cendekiawan berpribadi. Teruslah berjuang menuju puncak tak berujung

    Billahi Fii Sabiililhaq, Fastabiqul Khoirat Wassalamualaikum warohmatullaahi wabarokaatuh

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 15 ~

    KADER BUTUH BERKARYA

    Hendri Suseno. Mantan Mendagri BEM UMY | Mantan Kabid Kader PC IMM

    AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta periode 2006-2007

    Manusia merupakan insan yang di lengkapi dengan segala potensialitas. Potensialitas itu banyak ragamnya, ada yang menyebutnya sebagai insan yang berfikir bahkan ada juga yang memberi sebutan sebagai insan sosial. Bahkan sangat wajar manusia disebut sebagai makhluk sosial sebab manusia memang tidak pernah mampu hidup secara individu. manusia akan banyak memerlukan bantuan orang lain dalam menjalani kehidupanya. Oleh sebab itu manusia haruslah mampu menggunakan segala daya, budi dan potensi dalam rangka membina hubungan-hubungan sosial dengan masyarakat disekitarnya. Bahkan lebih unik lagi manusia sebagai insan yang menyejarah. Bahwa ia mampu mencipta, menggerakan, mengubah arah sejarah. Barangkali kita tidak akan mengenal Nabi Muhammad jika ia bukan seorang pelaku sejarah. yang mampu mengubah tatanan sosial masyarakat arab kala itu.

    Setiap individu itu memiliki jalan sejarahnya masing-masing. Sejarah yang penuh dengan dinamika kehidupan yang serat dengan misteri yang tak pernah mampu mengungkap makna apa yang ada di balik sebuah peristiwa. Bahkan Muhammad Iqbal sendiri mensinyalir bahwa gerakan sejarah masa lalu merupakan momentum untuk menciptakan sejarah masa depan tetepi manusia tidak tahu dan tidak akan pernah tahu seperti apa sejarah itu. Atau dengan ungkapan bahasa kita sehari-hari andai aku dapat mengubah dunia maka akan

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 16 ~

    aku ubah dunia itu dengan tangganku(kekuatan), dan aku tidak punya cukup kekuatan untuk dapat melakukaknya. Tetapi kau dapat mengubah dunia yang ada dalam fikiranku.

    Itulah yang coba saya tangkap makna yang tersirat dalam tulisan yang ada di hadapan pembaca sekalian. Sebuah sejarah kehidupan yang di coba di ungkap melalui kata-kata yang dianulir menjadi sebuah teks. Teks yang memiliki kekuatan untuk menggerakan pembacanya memahami peristiwa yang coba diungkap oleh penulis. Sebenarnya penulis sendiri ingin mengajak berdialog dengan pembaca melalui teks ini mengenai dinamika sosial serta kejadian yang menyertainya dan sesungguhnya sejarah akan terus terulang dalam bentuk yang baru.

    Tulisan yang ada di depan pembaca merupakan sebuah karya yang di hasilkan dari sebuah refleksi atas tindakan dan perbuatan yang telah di lakukan di masa lampau. Dengan menyajikan dalam sebuah cerita dan fakta sejarah mengenai dinamika kehidupan yang dilalui oleh penulis. Penyajian peristiwa ini pun diungkap dengan bahasa-bahasa yang begitu renyah, humoris penuh dengan ungkapan yang mengandung makna serta diketengahkan peristiwa secara lebih detil dan urut.

    Tulisan ini dihadirkan bukanlah tanpa sebuah maksud. Tulisan ini membantu para kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menyelami peristiwaperistiwa yang belum terungkap dan dan kronologi kejadianya sebagai sebuah fakta yang utuh. Seperti yang penulis bahas mengenai kronologi lahirnya Gen Pemikiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada masa kepemimpinan cabang 2007-2008. Kronologi lahirnya konflik gerakan dalam tubuh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah kala sebelum itu. semua itu disajika dengan begitu lengkap oleh penulis.

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 17 ~

    Saya mengarapkan agar seluruh kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang A.R Fakhruddin kota Yogyakarta membaca tulisan yang telah sampai pada para pembaca sekalian. Selama ini yang saya amati belum adanya kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah A.R Fakruddin kota Yogyakarta, baik itu senior maupun junior belum ada yang memelopori untuk menulis tentang dinamika gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang dituangkan dalam pengalaman penulis. Tetapi apa yang dilakukan ini telah memecahkan mitos dengan hadirnya tulisan ini di hadapan pembaca.

    Selamat mengarungi samudra sejarah dengan begitu banyak jalan dan saya ucapkan selamat membaca!

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 18 ~

    MEMBACA ARUS GERAKAN PEMIKIRAN IMM

    Makhrus Ahmadi

    Mantan Kabid Organisasi PC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta 2008-2009 | Mantan Sekretaris Umum DPD IMM

    DIY 2010-2012

    Sejak Rasulullah memproklamirkan pesan Allah, yang menyatakan bahwa islam telah sempurna. Pada saat itulah, keberadaan kaum muslimin semakin besar untuk tidak membicarakan keimanannya sendiri. Ada kemantapan ragawi dan ukhrawi. Islam menjadi wajah yang menyegarkan, damai tanpa peperangan dengan tanda haji wada. Pada haji wada inilah khotbah Rasulullah, dikemudian hari dikenal menjadi statuta penegakan Hak Asasi Manusia.

    Perlawanan atas ketimpangan sosial dan dominasi kaum Quraisy, menghasilkan para martir yang mengukuhkan dirinya sebagai pejuang. Begitulah cara pemeluk Islam pada awal kelahirannya yang begitu akrab dengan perjuangan, pengabdian dan gagasan progresif. Sebut saja Abu Dzar yang hingga akhir hayatnya masih tidak terikat dengan kemapanan. Bahkan ia berdemo di pintu gerbang rumah khalifah hanya untuk mengingatkan bahwa hidup dalam kemapanan tidak saja menyebabkan kelalaian melainkan pula penindasan pada yang lainhingga pada akhirnya, Abu Dzar pun harus diasingkan dan meninggal ditempat yang sunyi, persis seperti yang diramalkan Rasulullah.

    Spirit perjuangan Rasulullah dan para sahabat. Menggugah anak muda yang bernama Mohammad Darwis yang berumur 15 untuk memperdalam ajaran islam ke Mekkah. Disana ia

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 19 ~

    bergulat dengan pemikir besar hingga ia pun memustuskan kembali ke negerinya untuk meluruskan ajaran islam yang mulai bercampur aduk dengan budaya lokalkhsususnya dalam praktek ibadah. Berlalunya waktu, Darwis sadar bahwa ia tidak bisa berjuang sendirian ditengah kondisi negeri yang ditengah dijajah kolonial belanda. Ia pun membentuk organisasi Muhammadiyah. Ruang dimana untuk memperjuangkan islam dengan cara yang baru dan menempatkan anak muda dengan gagasan progresifnya.

    Saat ini, karya gagasan Mohammad Dawis atau Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah dan amal usahanya diabad kedua sudah mencapai ribuan buah yang tersebar dalam lembaga pendidikan, sosial, kesehatan dan kemanusiaan. Selain itu, Muhammadiyah juga ditopang oleh 7 lembaga otonomtermasuk Ikatan Mahasiswa Muhmmadiyah (IMM) sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah, sekaligus penerus gagasan Kyai Dahlan.

    IMM Ditengah Popularitas dan Kebimbangan Gerakan

    Jika ada orang yang bertanya tentang tujuan IMM, tentulah kita sebagai kader IMM akan menjawab mewujudkan tujuan Muhammadiyah sebagaimana tertuang dalam AD/ART IMM Bab II Pasal 6. Namun, apabila ditanya pola gerakan yang dipakai IMM untuk mencapai tujuan tersebut, disinilah kita akan mengalami perbedaan. Mayoritas menjawab dengan pendekatan agung trilogi yakni regiusitas, intelektualitas dan humanitas.

    Letak perbedaan jawaban tersebut mengarah kepada tiga alasan. Pertama, kader IMM masih terjebak dalam ruang pemikiran dan gerakan lama. Dimana format gerakan masih berada dalam bentuk doktrinasi. Efek yang ditimbulkan adalah adanya kesenjangan logika untuk bisa menafsir doktrin gerakan pada format gerakan. Kedua, kekakuan membaca

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 20 ~

    perkembangan dialektika gerakan dan perkembangan zaman. Pola gerakan IMM tidak mengalami evaluasi secara berjenjang untuk mengetahui sejauhmana level pimpinan dan kader mengatasi masalah yang ada disekitarnya. Ketiga, adanya disparitas pemikiran dan pemahaman kader. Sepanjang pengetahuan penulis, hampir semua level pimpinan mempunyai pola pemikiran yang berbeda. Ada yang progresif, liberal, Marxis maupun konservatif. Adanya disparitas pemikiran inilah yang kemudian berpengaruh pada format dan tafsir gerakan, sehingga antara kader atau evel pimpinan dari tingkat pusat sampai komisariat mengalami perbedaan.

    Dari sinilah, penulis tertarik untuk mengetahui sejauhmana popularitas IMM dan trilogi IMM. Cara yang digunakan adalah dengan men-searching di Google.com untuk mengetahui popularitas about IMM dan organisasi gerakan mahasiswa lainnya lewat alat penjelajah tersebut. Barangkali, cara ini merupakan metode sekunder dalam dunia penelitian. Tetapi, bagi penulis hal ini bukan sahih dan tidaknya metodelogi, melainkan dengan cara seperti kita bisa mengetahui akses kader IMM terhadap dunia internet, mengexsplore gagasannyamaupun tulisan yang mencantumkan IMM di mesin jelajah Google.com. Hasilnya, sebagai berikut :

    No Organisasi Indonesia English 1. HMI 333.000 1.880.000 2. PMII 137.000 1.470.000 3. IMM 139.000 512.000 4. KAMMI 279.000 10.100.000

    Akses searching di Google.com 12/3/2013 waktu 16.00

    Rupanya, tulisan yang berkaitan dengan IMM dalam tulisan bahasa Indonesia di about searching Google IMM berada dalam peringkat 2 terakhir. Sedangkan, dalam tulisan dalam

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 21 ~

    berbahasa Inggris menduduki peringkat terakhir. Jauh dibawah organisasi gerakan mahasiswa lainnya termasuk dengan KAMMI yang notabene organisasi gerakan mahasiswa yang lahir pasca reformasi.

    Ketidak-populeran IMM ketika menggunakan bahasa inggris bisa disebabkan oleh 3 hal. Pertama, terkait dengan sejarah kelahiran IMM yang tidak terlalu banyak mengalami dinamika eksternal. Kalaupun ada kaitannya dengan PKI ataupun rencana pembubaran HMI itupun tidak terlalu signifikan, sehingga mengakibatkan sedikit orang melakukan penelitian terhadap kelahiran IMM maupun pola gerakannya. Kedua, minimnya buku yang berkaitan dengan IMM. Barangkali, yang sering menjadi rujukan referensi terkait IMM saat ini masih mengacu pada karya dua orang kader IMM yakni Farid Fathoni dan Abdul Halim Sani.

    Ketiga, Muhammadiyah termanifestasi dalam tubuh IMM. Jika ada penelitian yang berkaitan dengan IMM maupun Muhammadiyah dengan sendirnya akan terbawa pada dua arus yang saling berkaitan. Keduanya mempunya posisi yang sama, sehingga tidak menutup kemungkinan jika ada peneliti yang ingin melakukan penelitian terkait IMM senantiasa akan melakukan rujukan pada Muhammadiyah. Padahal, dalam kenyataannya tidak selamanya dinamika yang ada di Muhammadiyah seirama dengan dinamika IMM.

    Itulah kenyataan yang harus diterima bahwa IMM membutuhkan banyak publikasi. Baik cetak mapun non cetak (internet). Publikasi ini dapat berkaitan dengan banyak hal seperti artikel, buku, resensi, jurnal, risetbahkan penggunaan media jejaring sosial. Pola ini harus dilakukan ditengah masyarakat yang multimendisional, dimana arus komunikasi cukup banyak dilakukan via internet. Maka hal iniah yang seringkali dilupakan oleh kita kader IMM.

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 22 ~

    Selanjutnya, kita lihat popularitas tentang trilogi dan demontrasi.

    Selanjutnya, kita lihat popularitas tentang trilogi dan demontrasi. Hal yang berbeda ternyata malah terjadi pada about trilogi dan aksi demontrasi. Demontrasi masih merupakan pola gerakan yang begitu populis dilakukan oleh IMM maupun gerakan mahasiswa lainnya.

    No Organisasi Religiusitas Intelektualitas Humanitas Demonstrasi 1. HMI 17.700 264.000 3.300.000 3.150.000 2. PMII 13.800 147.000 871.000 239.000 3. IMM 110.000 150.000 115.000 132.000 4. KAMMI 4.350 39.400 130.000 81.000

    Akses searching di Google.com 12/3/2013 waktu 16.14

    Dalam about tulisan di Google.com terkait religiusitas, IMM menempati posisi pertama. Barangkali, hal ini tidaklah berlebihan sebab tidak menutup kemungkinan dari berbadai daftar link tulisan di Google.com juga memuat masalah Muhammadiyah dan tidak berkaitan dengan IMM. Meski demikian IMM masih diuntungkan maka ada orang yang searching terkait regiusitas IMM.

    Keberadaan intelektualitas menempatkan IMM pada posisi kedua dengan about 150.000 tulisan yang berkaitan dengan intelektualitas IMM. Barangkali, dalam peringkat ini juga dipengaruhi oleh dominasi tema perkaderan yang lebih banyak menggunakan termenologi intelektualitas. Secara lebih jauh ternyata keberadaan SPI IMM begiitu mudah didapatkan di internet. Sedangkan, humanitas juga demontrasi IMM terpuruk diposisi ketiga. Tertinggal jauh dari HMI dan PMII.

    Dari hasil searching terkait publikasi about via Google.com tersebut, bukan kemudian menjadi vonis bahwa IMM tidak

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 23 ~

    mengalami kepopuleran dalam gerakannya. Hal ini masih perlu diuji kematangannya dilapangan mengingat hampir semua organisasi gerakan mahasiswa saat ini mulai terjebak pada arus besar wacana. Pola gerakan mahasiswa tidak bisa membendung arus hedonism dengan ragam derifasinya semakin tidak bisa dibendung. Maka, hadirnya kreativitas gerakan menjadi sebuah keniscayaan, jika gerakan mahasiswa tidak ingin mengalami stigmanisasi doyan demo tanpa solusi.

    Gen Pemikiran IMM

    Gen pemikiran yang selama ini menjadi perbincangan dan diskusi panjang di PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta sejak pertengahan 2007. Wacana pentingnya gen pemikira ini pun menjadi pembahasan serius di hampir periodesasi kepemimpinan cabang IMM AR Fakhruddin, bahkan pada saat Tanwir Banten IMM XXIV di Banten dan Muktamar XV IMM di Medan wacana gen pemikiran coba ditawarkan kepada kader IMM se-Indonesia. Namun, itu pun kurang mendapatkan respon positif.

    Gen pemikiran tidak memposisikan trilogi sebagai nilai agung yang tidak bisa menafsirkan realitas. Tapi, trilogi dalam mekanisme kerja gen pemikiran dijadikan metodelogi. Dengan cara seperti ini, trilogi menjadi lebih hidup dan dapat dipertanggung jawabkan secara akademik. Urgensi pentingnya gen pemikiran IMM AR. Fakhruddinjuga IMM secara keseluruhan, setidaknya dengan adanya 4 alasan seperti yang teruang dalam proposal gen pemikiran PC IMM AR Fakhruddin diantaranya :

    1. Menjawab disparitas pemahaman dan pemikiran antar kader

    2. Adanya pola pandang dan analisa yang sama ditingkat kader

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 24 ~

    3. Jembatan yang memudahkan dalam proses perkaderan

    4. Jalan tengah untuk membentuk karakter kader IMM 5. Bentuk identitas gerakan IMM khususnya PC IMM

    AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta

    Disadari atau tidak, timbulnya gejolak pemikiran dikalangan kaum muda Muhammadiyah (baca; termasuk di IMM) merupakan upaya ijtihad untuk menjawab permasalahan kontemporer yang tidak bisa hanya diselesaikan dengan formalisme sruktural-adiministratif. Terlebih beberapa pemikir yang lahir dalam embrio Muhammadiyah kemudian pecah kongsi menjadi 3 aliran (Sani : 88-89). Pertama, aliran puritan. Aliran ini mementingkan Muhammadiyah sebagai identitas yang dikemudian diwakili oleh kelompok tua dan muda yang belajar islam dari timur tengah. Ciri aliran ini lebih menekankan pada bentuk purifikasi dengan memahami al Quran dan Sunnah secara tektual dan mengenyampingkan ilmu-ilmu social dan hermeneutika.

    Kedua, aliran liberal. Aliran ini merupakan kelompok yang mengapresiasi prestasi yang dicapai Muhammadiyah dan tidak hanya mementingkan identitas belaka. Penggunaan ilmu social dan hermeneutika menemukan ruang dalam aliran ini disamping berkeinginan mengembalikan Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid agar tetap berkontribusi pada permasalahan kontemporer ditengah mulai kakunya gerakan Muhammadiyah karena masalah procedural-administratif. Aliran ini pun kemudian erat dengan kaum muda Muhammadiyahtak terkecuali di IMM. Ketiga, aliran dekonstruksi. Aliran yang mengangggap bahwa Muhammadiyah mempunyai solidaritas tinggi seperti yang dilakukan Kyai Dahlan. Mereka berpandangan bahwa Muhammadiyah saat ini sudah seperti ide awal didirikannya yang pro kaum marginal. Muhammadiyah cenderung

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 25 ~

    kapitalistik dengan kekuatan AUM-nya. Pendekatan kelompok ini menggunakan metode Karl Marx yang lahir dari kaum santri yang belajar keagamaan dari barat serta agamawan yang mengenal teori Marx.

    Pecahan aliran pemikiran di Muhammadiyah tak ayal juga merambat ke tubuh IMM. Setidaknya, dengan lahirnya Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) yang berada dalam posisi aliran kedua (liberal) ternyata tidak mampu menahan lama nafasnya. Terlebih, setelah wafatnya Moeslim Abdurrahman, hampir sebagian besar kader JIMM tiarap dengan masalahnya masing-masing. Sedangkan MIM Indigenous School yang lahir tidak begitu jauh pasca lahirnya JIMM, secara terang-terangan berada di dua arus liberal dan dekonstruktif. Meski pun secara perlahan mengakomodir kelompok puritan.

    Adanya arus ketegangan pemikiran dikalangan anak Muhammadiyah berimplikasi pada tidak terakomodirnya kaum muda Muhammadiyah di kursi struktur pimpinan Muhammadiyah. khsusunya aliran liberal dan dekonstuktif. Namun, golongan kaum muda ini ternyata berhasil membuat celah evaluasi-reflektif, bahwa sudah saatnya Muhammadiyah diabad kedua tidak hanya mengedepankan gerakan amal usaha, melainkan keberpihakan pada kaum mustadhafin seperti sejak organisasi ini didirikan.

    IMM jelang setengah abad ini, semestinya mampu mengumpulkan dan mengkonsolidasikan pandangan para kadernya, sehingga dapat menemukan formulasi yang tepat bagaimana seharusnya kader IMM berfikir, tanpa terjebak para beberapa kutub aliran. Pemikiran Rosyad Shaleh, Amien Rais atau bahkan Djazman Al Kindi juga belum banyak meninggalkan torehan pemikiran lewat karya pemikirannya, yang secara khusus membicarakan mengenai IMM. Oleh karena itu, diperlukan tidak sedikit kader untuk bisa

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 26 ~

    menerjemahkan pemikiran kader pendiri IMM tersebut dengan ragam pemikirannya sehingga dapat menghasilkan fomulasi cara berfikir ala IMMatau lebih tepat disebut gen pemikiran. itulah pekerjaan besar kita sebagai kader IMM. Semoga kita menjadi lebih reflektif di Milad IMM ke-49 ini.

    Wallahu Alam.

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 27 ~

    MENGENAL DAN MEMPERBAHARUI ALAM PIKIRAN MUHAMMADIYAH MELALUI IMM

    Rijal Ramdhani Mantan Wakil Presma UMY | Mantan Direktur MIM

    Indigenous School | Instruktur DPD IMM DIY

    Muqoddimah Secara sederhana, ada tiga kacamata yang bisa digunakan oleh kita untuk mengenal Muhammadiyah. Pertama, melihat Muhammadiyah dari aspek historisitasnya, bagaimana sebetulnya Muhammadiyah itu lahir? Apa sesungguhnya yang melatar belakangi Kyai Dahlan sehingga berpikir untuk mewujudkan pembumian risalah al-Maunnya dengan mendirikan organisasi Muhammadiyah? Kedua, memahami aspek ideologis sebagai keyakinan dan cita-cita besar yang menjadi pendorong Muhammadiyah dalam beramal. Dan yang ketiga, memahami Muhammadiyah dari aspek institusionalnya, hal-hal yang berkaitan dengan struktur kepengurusan Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah islam. Dan bagaiamana seharusnya pembaharuan pemikiran di dalam Muhammadiyah?

    Genealogi Tajdid Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah islam mempunyai cita-cita mulia dengan ingin kembali melakukan pembaharuan pemikiran, melalui gerakan tajdid, yang oleh Haidar Natsir (2010: 8) tajdid itu secara kebahasaan diartikan sebagai pengembalian sesuatu kepada asalnya, menghidupkan sesuatu yang mati atau jumud, dan memperbaiki atau membangun. Secara cerdas Muhammadiyah memahami tajdid dalam dua pengertian, yaitu pemurnian dan

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 28 ~

    pengembangan. Hal ini mempunyai pengertian bahwa, Muhammadiyah berusaha melakukan pemurnian terhadap ajaran islam yang dianggap menyimpang dari sumber aslinya. Dan Muhammadiyah berusaha melakukan pengembangan umat ke arah yang lebih baik dari kemarin, juga umat di hari esok jauh lebih baik dibanding saat ini.

    Sebetulnya gerakan tajdid di dalam islam yang dikumandangkan Muhammadiyah di abad XX genealoginya tidak bisa dilepaskan dari semangat gerakan tajdid yang dilakukan oleh pemikir-pemikir besar islam di abad sebelumnya. Dimana gerakan tajdid ini dimulai oleh Ibnu Taimiyyah (1263-1328 M), Abdul Wahab (1703-1782 M), Jamaludin Al-Afghani (1838-1892 M), Muhammad Abduh (1849-1905 M), dan Rasyid Ridha (1856-1935 M). Dengan mata rantai inilah semangat tajdid sampai kepada Kyai Dahlan sebagai pendiri Muahammadiyah untuk diwujudkan dalam kepribadian umat islam di Indonesia (khusunya Jawa pada waktu itu).

    Ibnu Taimiyayyah sebagai seorang ulama, yang bisa dikatakan pelopor gerakan tajdid, pemahaman keberagamannya tidak bisa dilepaskan keterkaitannya dengan madzhab Hambali yang dibangun pondasinya oleh Ahmad Ibnu Hambalmadzhab ini merupakan salah satu dari empat madzhab fikih yang ada dalam tradisi Suni. Mengingat Ibnu Taimiyah merupakan pemikir (ulama) pelanjut gagasan-gagasan yang diusung oleh Ahmad Ibnu Hambal. Bahkan salah seorang sarjana barat menyebutnya sebagai as professor of Hanbali law.

    Selanjutnya gagasan tajdid dilanjutkan oleh Abdul Wahab, yang mempunyai nama lengkap Muhammad Ibnu Abdul Wahab, seorang pemikir dari arab. Dimana menurutnya system ajaran islam harus ditekankan pada pengembalian

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 29 ~

    penyimpangan, persis kepada tata cara (amaliyah) seperti yang dituntunkan nabi Muhammad tanpa adanya tambahan yang aneh-aneh dan mengasingkan. (Pasha, 2003: 23)

    Di masa berikutnya gerakan tajdid kembali dikumandangan oleh Jalaludin Al-Afhgani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Ketiganya bisa dikatakan sebagai pembaharu tiga serangkai, tetapi terdapat perbedaan pemikiran mengenai makna tajdid antara Jalaludin Al-Afghani dengan Rasyid Ridha dan Muhammad Abduh. Menurut Afghani hal pertama yang harus diambil oleh umat islam ialah ijtihad, supaya dengan ijtihad yang dilakukan kekuasaan politik kenegaraan dapat direbut dari penjajah, pada saat itu Negara-negara islam merupakan Negara jajahan barat, yang terpecah satu sama lain. Berbeda dengan Abduh dan Rasyid Ridho, yang berpandangan disamping pentingnya merebut kekuasaan politik kenegaraan, perlu juga untuk melakukan pembahruan lembaga-lembaga pendidikan islam sebagai tempat digodoknya generasi-generasi mujtahid. Abduh menghendaki adanya modernisasi pendidikan dalam pengajaran, dimana model-model rasionalitas yang digunakan oleh barat dipakai dalam tradisi pembelajaran islam yang menurutnya jumud dalam tradisi keklasikannya. (Pasha, 2003: 22-31)

    Sebagai alat dalam penyebaran gagasannya, Afghani dan Abduh, ketika berdiam di Paris menerbitkan majalah Urwatul Wusta. Majalah ini sampai ke Indonesia, termasuk sampai ke tangan Ahmad Dahlan, dalam bentuk jilidan per tahun. Karena Abduh sering mengumandangkan pentingnya umat islam menguasai tekhnik-tekhnik kemajuan barat, maka wajar di kemudian hari Kyai Ahmad Dahlan dalam merealisasikan cara pembelajannya mengadopsi tata cara pembelajaran barat, sekalipun materi pembelajarannya menggabungkan antara ilmu-ilmu keislaman tradisional dengan ilmu-ilmu kemoderenan barat. Nampaknya pandangan Abduh dan

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 30 ~

    Rasyid Ridha jauh lebih berpengaruh terhadap Kyai Ahmad Dahlan dibandingkan dengan Afghani. Andai Afghani lebih berpengaruh tentunya pembumian tajdid yang dilakukan Kyai Dahlan akan lebih bersifat politis perlawanan.

    Rujukan Baru Dalam bentuk riilnya, andai dilihat dari genealoginya, kita bisa mengatakan bahwa keterlahiran Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid dilatar belakangi oleh empat pemikir, Ibnu Taimiyah, Muhammad Ibn Abdul Wahab, Muhammad Abduh, dan Kyai Ahmad Dahlan sendirisekalipun kata Dawam Raharjo tiga pemikir yang melatar belakangi, Abdul Wahab, Rasyid Ridho, dan Kyai Dahlantetapi dalam hemat saya, Ibnu Taimiyah pun sangat berpengaruh dalam kalakteristik piqhiyah Muhammadiyah.

    Keempat pemikir ini, merupakan para pembaharu di masanya, gagasan mereka sangat modern pada saat itu. Misalnya gagasan Muhammad Abduh dalam memandang pentingnya umat islam menoreh wilayah-wilayah politik yang saat itu sangat dijauhi oleh kalangan fuqaha dan kalangan sufi, karena kontek sosio-historinya bangsa-bangsa arab dan islam pada saat itu sedang berada pada cengkraman penjajahan barat.

    Apa yang digagas dan dilakukan oleh para pembaharu di masa lalu itu tentu tidak bisa tidak sangat terikat oleh ruang dan waktu. Apa yang pada saat itu dikatakan sebagai pembaharuan pemikiran tidak bisa dikatakan modern untuk konteks saat ini. Dunia sudah berubah dengan begitu cepat, teknologi berkembang, dan masyarakat masuk pada fase posmoderen. Apa yang kata pemikir-pemikir itu dikatakan baru, justru kita harus mengatakannya sebagai sesuatu yang usang untuk saat ini. Sekalipun tentunya dalam beberapa hal

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 31 ~

    masih bisa dianggap baru, karena masih sesuai dengan kontek kekinian.

    Andai kita mau jujur untuk mengatakan, sebetulnya lanjutan pembaharuan pemikiran islam itu telah dan sedang dilakukan dalam rentan waktu dekat-dekat ini oleh pemikir-pemikir islam yang kebanyakan dari mereka justru dikalangan kita dianggap sebagai penghancur tradisi islam. Mereka para pembaharu itu adalah semisal Hasan Hanafi, Muhammad Syahrur, Muhammad Arkoun, Muhammad Abeed Aljabiri, Naser Hamid Abu Zaid, Fazlurrahman, dan Asghar Ali Engginer dari India. Para pemikir ini merupakan mereka yang mengembangkan gagasan pembaharuan, dengan melakukan krtik atas nalar arab yang selama ini berkembang, mereka pun melakukan pegkajian intensif untuk merumuskan metodologi baru dalam memahami teks-teks kalam sebagai wahyu illahi. Apa yang mereka lakukan, merupakan bentuk pengejawantahan atas kesepakatan tidak akan pernah tertutupnya pintu ijtihad.

    Belum tertutupnya pintu ijtihad, tidak bisa hanya dipahami sebagai tindakan bolehnya untuk terus menerus melakukan pengambilan istimbat hukum dalam agama dengan hanya tetap berpegang pada metodologi ulama terdahulu, semisal ushul piqih dan Tafsir. Tetapi sesungguhnya yang sejati adalah, belum tertutupnya pintu ijtihad pun merupakan tindakan bolehnya melakukan pengambilan istimbat hukum dalam agama dengan tidak tetap berpegang teguh pada metodologi ulama terdahulu. Dalam pengertian, yang bisa diperbahrui tidak hanya kesimpulan hukumnya saja, melainkan metodologi dalam melakukan istimbatnya pun bisa diperbaharui dengan menggunakan metodologi baru. Dengan catatan yang dilakukan tetap berpegang teguh pada keikhlasan untuk mencari kebenaran sebagai alat dalam membebaskan umat manusia.

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 32 ~

    Di Muhammadiyah sendiri, saat ini bila dipetakan ada tiga gerbong kekuatan. Pertama, gerbong yang menganggap pintu ijtihad belum tertutup tetapi metodologi tetap tidak berubah, kedua gerbong yang berkeyakinan metodologi bisa berubah , dan ketiga gerbong yang tidak terlalu mempedulikan hal itu tetapi lebih mengedepankan amal-amal konkrit yang langsung berhubungan dengan kebutuhan umat. Gerbong pertama terejawantahkan dalam kelompok Din Syamsudin, Yunahar Ilyas, dkk, gerbong kedua adalah gerbong mereka yang tersingkir dari kepenguruan Muhammadiyah semisal Munir Mulkhan dan Amin Abdullah, yang jumlah pengikutnya sangat minim, hanya dari kalangan muda yang progresif2. Sedang gerbong ketiga adalah gerbong Amien Rais yang telah diletakkannya melalui istilah Tauhid Sosial. Dan gerbong kedualah yang gencar melakukan pembaharuan ulang itu.

    Penutup Maka sebagai penerus risalah pembaharuan islam, yang meyakini bahwa pembaharuan tidak hanya terletak pada istimbat hukum saja, tetapi metodologi pun bisa diperbaharui, sebagai syarat untuk bisa memahami nilai-nilai agama yang abstark sehingga bisa membumi dengan tercerhakannya umat, gerakan arruju ila Hasan Hanafi, Nasr Hamid Abu Zaid, Arkoun, Ashgar, dan Rahman, harus digalakan di kalangan kita. Mengingat dalam hemat saya, selain amaliyah merupakan hal yang terpenting untuk membebaskan umat islam dari kemiskinan dan

    2 Kritik saya untuk gerbong kedua adalah kurangnya beramal shaleh yang benar-benar langsung berhubungan dengan kebutuhan keseharian umat, terlalu banyak berwacana, minim aksi. Saya lebih setuju penggabungan gerbong kedua dan ketiga, berpikir sebagai pembaharu untuk kemudian beramal shaleh. Karena harus diakui, sebetulnya dalam gerbong ketiga pemahaman keagamannya cenderung mirip dengan gerbong pertama.

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 33 ~

    keterbelakangan, tetapi pemetaan pemahaman pun perlu terlebih dahulu harus diletakkan. Sehingga kelak, tindakan yang kita lakukan benar-benar mengarah pada apa yang dicita-citakan. Tidak bisa tidak, gagasan dan pemahaman, sangat erat kaitannya dengan tindakan dalam beramal. Sepertinya apa yang kita lakukan dalam merujuk gagasan tajdid terbaru itu, akan sama dengan apa yang dilakukan Ahmad Dahlan di masa pencariannya dahulu.

    Wallahu Alam.

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 34 ~

    GERAKAN 21 IMM PTM MENUJU KEMANDIRIAN

    (Sebuah Ikhtiar Memerdekakan Diri Sebelum Membebaskan orang lain)

    Ahmad Janan Febrianto

    Mantan Presiden Mahasiswa UMY | Instruktur DPD IMM DIY

    Selama ini tidak sedikit kader dari pergerakan lain yang berkata bahwa IMM adalah organisasi yang manja. Bagi IMM yang tumbuh di lahan subur PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) seperti di UMY, selentingan tersebut terdengar hampir setiap tahun. Panas telinga kita tentunya, ketika kerap kali mendengan ocehan itu. Tetapi, kita juga tidak bisa dengan serta merta menangkis kritik tersebut, sebab diri kita pun sebenarnya menyadari akan hal itu. Bagaimana tidak, peng-ilmu-an yang akan kita lakukan, gerakan social yang akan kita kerjakan hingga perkaderan yang berjalan akan tercukupi dengan membuat kantong duit (baca: proposal) yang akan berjalan ke atas mengetuk pintu dekanat.

    Berawal dari ingin menjadikan organisasi kita cerdik, maka sudah saatnya kita jadikan kritik sebagai tangga mencapai kesuksesan yang kolektif dengan menanggapinya dengan bijak. Sebenarnya jika kita melihat kembali AD/ART IMM yang ada, terdapat pasal yang dapat kita jadikan dasar untuk membawa kita pada kemandirian. Tentunya jika kita tafsirkan pasal tersebut. Pasal tersebut adalah pasal yang membahas tentang keuangan organisasi.

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 35 ~

    Dalam AD/ART IMM pada BAB Keuangan, telah mengatur bahwa keuangan IMM di tiap-tiap pimpinan diselenggarakan oleh pimpinan masing masing dengan membagi sumber menjadi dua. Sumber yang pertama adalah uang yang berasal dari uang pangkal anggota di tiap-tiap pimpinan. Yang dapat kita artikan sebagai uang mahasiswa yang telah dibayarkan oleh mahasiswa tiap tahunnya kepada pihak kampus dan kemudian didistribusikan melalui fakultas, hingga sampai pada komisariat. Sumber yang kedua adalah uang iuran dari seluruh anggota ditiap level pimpinan dengan besar iuran rutin sesuai kesepakatan masing-masing level pimpinan.

    Gerakan 21 merupakan gerakan menabung (kalau tidak mau dikatakan iuran rutin) untuk melepaskan belenggu ketergantungan komisariat dari ocehan Gerakan IMM gerakan anak manja. Gerakan ini tentunya gerakan jangka panjang, sebab tidak ada kemerdekaan (bc: kemandirian) yang dihasislkan secara instan

    Konsep Gerakan 21

    Gerakan ini adalah gerakan menabung tiap anggota komisariat sebesar Rp 1000 setiap 2 hari. Dengan pembagian teknis hari pertama untuk IMMawan sedangkan yang kedua IMMawati.

    Ilustrasi: Jika dalam komisariat terdapat 3 angktan (2010, 2011 dan 2012) dan masing-masing angkatan berturut-turut dengan jumlah 2010 berjumlah 10 orang, 2011 berjumlah 20 orang dan yang terakhir ambil saja misalkan 30 orang. Sehingga total kader komisariat aktif 60 orang yang misalkan terdiri dari IMMawan sebanyak 40 orang sedang IMMawati 20 orang. Berarti jika gerakan ini diadakan maka komisariat akan mendapat tabungan sebesar Rp 180.000 setiap minggunya. Jika hal seperti ini bisa di galangkan dengan menjadikannya sebagai salah satu RPJP (Rancangan Program

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 36 ~

    Jangka Panjang). Maka komisariat setiap tahunnya mempunyai tabungan sebesar Rp 8.640.000. dengan asumsi setiap tahun lengkap dan gerakan ini benar-benar menjadi program jangja panjang maka Rp 8.640.000 x RPJP (5 kali pelaksanaan muktamar= 10 tahun). Maka dalam 10 tahun tabungan komisariat hasil dari gerakan 21 ini sejumlah Rp 86.400.000 dana sebesar ini bisa digunakan untuk membuat sebuah unit Usaha Milik (UMK) Komisariat pada masanya sehingga memerdekakan kita (komisariat) dari ketergantungan dana.

    Gagasan ini menyelinap dalam pikiran penulis tentunya atas dasar kecintaan penulis kepada komisariat, yang berjuang di akar rumput. Tentunya bukan penulis yang akan menikmati hasilnya, tetapi kita semua serta komisariat masing2 pada masanya.

    Merdekakanlah diri sendiri sebelum membebaskan orang lain

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 37 ~

    INSTRUKTUR SEBAGAI LABORATORIUM PERKADERAN IKATAN, MUNGKINKAH?

    Ahmad Janan Febrianto Mantan Presiden Mahasiswa UMY | Instruktur DPD IMM

    DIY

    Pengertian Kader & Kaderisasi

    Secara etimologis kata kader merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa perancis cadre yang artinya (a) datar, (b) pangkat bintara dalam militer yang menjelma sebagai kata cadre dalam bahasa inggris yahni individu sebagai bakal calon dari warga perkumpulan, organisasi yang dilatih utnuk menduduki posisi yang penting. Sedangkan menurut istilah Kader dapat diartikan orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi yang berfungsi sebagai 'pemihak' dan atau membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut (Nano Wijaya).

    Dalam lingkungan Muhammadiyah, kader adalah anggota inti penggerak persyarikatan. Secara spesifik dan memiliki fungsi khusus kader muhammadiyah adalah mereka yang dipersiapkan menduduki suatu jabatan didalam unit-unit organisasi atau suatu kepengurusan di lingkungan persyarikatan (Dasron, 1994).

    Dengan menarik garis lurus bahwa IMM adalah eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kader IMM adalah mereka yang menjadi inti dan sangat mengerti azas serta tujuan organisasi IMM, siap menerima tugas dan siap di tempatkan

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 38 ~

    di manapun. Dalam organisasi kata kader kemudian meluas menjadi kaderisasi, yang merupakan proses dimana individu anggota organisasi ditempa agar menjadi kader yang militan. Kaderisasi dalam IMM bisa berbeda antar level pimpinan. Perbedaan ini dipicu oleh pengetahuan serta keberpihakan kader yang berbeda di tiap level pimpinan.

    Kaderisasi IMM secara makro

    Dalam Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) IMM menyebutkan bahwa tujuan dari perkaderan IMM ialah untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman yang berakhlakul karimah dengan proyeksi sikap individual yang mandiri, bertanggung jawab dan memiliki dan memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwah amar maruf nahi munkar. Hal tersebut menjadi tujuan ideal dari kaderisasi di setiap level, mulai dari akar rumput (komisariat-red) hingga tingkat pusat.

    Berbicara mengenai kaderisasi berarti kita harus siap bersinggungan dengan waktu (efektifitas) dari sebuah model pendidikan mulai dari awal perekrutan hingga yang terekrut selesai dari status mahasiswa, model pendidikan itu sendiri dan hasil dari pada model pendidikan serta tim pelaksana dalam yang paling tidak harus mendekati profil kader yang ideal.

    Ada beberapa hal yan perlu diperhatikan dalam menentukan model pendidikan kader dalam IMM antara lain:

    o Model pendidikan tidak boleh menyimpang dari sistem kaderisasi yang telah di gariskan oleh Muhammadiyah

    o Model pendidikan harus terintegrasi dengan ortom yang lain dan,

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 39 ~

    o Tiap level pimpinan harus melaksanakan apa yang telah dibaku kan oleh pusat.

    Gambar Interkoneksi Sistim Perkaderan IMM dalam Sistem perkaderan Muhammadiyah

    Dua hal terakhir penulis menilai seringnya luput dari perhatian sehingga menjadi problem tersendiri bagi jalannya sistem perkaderan di IMM.

    Hasil dari fase perekrutan, paling tidak kita bisa mengamati dari pola-pola gerakan di tingkat komisariat. Di level yang lebih tinggi (baca : cabang) keberhasilan kaderisasi bisa dilihat dari pola-pola kebijakan yang dikeluarkan dalam menyikapi isu-isu lokal. Sedangkan di tingkat pusat dan daerah , sikap terhadap problem kebangsaanlah yang bisa kita jadikan halaman utama guna melihat keberhasilan kaderisasi tersebut.

    SP. IMM

    SP. HW

    SP. TS

    SP. IPM

    SP. PM

    SP. NA

    Sistem Perkaderan Muhammadiyah

    SP. A

    Ortom

    Garis Koneksi

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 40 ~

    Pada level pertama, belum berhasilnya kaderisasi IMM dapat dilihat dari banyaknya pola-pola komisariat yang menjauh dari pola IMM sebagai sebuah gerakan dan bahkan cenderung pada event organizer. Sedangkan di tingkatan kedua (cabang), disibukkan dengan berbagai pembenahan internal, perebutan kekuasaan di tingkat daerah menghilangkan fokus ikatan pada isu-isu lokal yang keberadaan ikatan sebenarnya dinantikan oleh masyarakat setempat.

    Pada level selanjutnya godaan-godaan partai politik terkesan membenamkan asa profetik yang menjadi ghiroh perjuangan ikatan. Selain beberapa persoalan yang telah penulis kemukakan di atas, ada persoalan yang sangat serius yakni belum optimalnya peran dari instruktur di tiap level pimpinan.

    Kaderisasi (Mikro) IMM: Dari Akar Rumput Hingga Kader Umat

    Karena pembicaraanya berada pada sekitar kaderisasi, maka ada tiga wilayah besar kaderisasi yang perlu dibicarakan: Recruitment kader, proses perkaderan dan, pengorbitan kader. Wilayah pertama merupakan wilayah yang bersinggungan lansung dengan akar rumput ikatan. Pada wilayah ini, SPI hanya membicarakan satu metode yang disebut Masta (masa taaruf). Masta berfungsi untuk mengenalkan dan memasyarakatkan IMM, sekaligus sebagai wahana rekruitmen anggota serta sebagai persiapan untuk memasuki perkaderab Darul Arqam Dasar (SPI IMM).

    Sedangkan Perkaderan dalam tubuh IMM dapat penulis kategorikan dalam dua kelompok besar. Kategori yang pertama ialah kategori perkaderan formal sedangkan yang kedua ialah perkaderan non formal (hubungan antar individu, aktivitas (non training)). Perkaderan formal setidaknya terdiri dari beberapa pelatihan yang telah termaktub dalam SPI

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 41 ~

    IMM. Perkaderan non formal lebih menekankan pada interaksi antar individu. Sebenarnya perkaderan non formal lah yang memegang porsi yang cukup besar bagi perkembangan kader, namun sayangnya perencanaan yang dinilai sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan justru sangat sulit di terapkan pada model perkaderan ini. Perkaderan non formal juga memiliki ketergantungan pada tokoh yang dapat berperan sebagai pemberi. Karena banyaknya problem inilah SPI tidak membicarakannya. Gambar kaderisasi dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:

    Berbicara proses perkaderan pada IMM tidak akan pernah bisa lepas dari perkaderan Muhammadiyah itu sendiri. Salah satu tujuan dari perkaderan Muhammadiyah ialah membangun kekuatan dan kualitas pelaku gerakan serta peran dari ideologi gerakan Muhammadiyah dengan mengoptimalkan sistem (SPM 2007: 1).

    Maka, ada tiga kata kunci penting dalam proses perkaderan yaitu pelaku, ideologi gerakan dan sistem perkaderan. Pelaku perkaderan lebih kepada peran instruktur sebagai pelaksana perkaderan ikatan. Bagai mana dan di mana seharusnya posisi instruktur dalam proses perkaderan menjadi pertanyaan yang harus dijawab.

    Dalam sistem perkaderan setidaknya ada dua fase yang menjadi fase doktrinasi pasca perkaderan awal (DAD) yang sangat menentukan. Kedua fase tersebut ialah fase individuisasi dan fase differensiasi.

    Rekruitmen (MASTA)

    Proses perkaderan

    Pengorbitan/ Distribusi kader

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 42 ~

    Fase Individuisasi

    Pada tahap ini, kader baru akan ditanamkan semangat untuk menggali potensi yang ada pada diri mereka masing-masing. Pimpinan organisasi hanya berfungsi sebagai fasilitator, penyedia berbagai macam sarana dan prasarana untuk mengenali jatidiri mereka. Ini merupakan fase yang penting dan tidak boleh dianggap anggap sepele. Sebab keberhasilan dalam tahap ini merupakan tangga berjalan untuk mencapai sukses di tahap berikutnya. Salah satu ciri yang bisa diamati dari salah satu anggota yang berhasil pada tahap ini adalah tumbuhnya semangat belajar yang sangat tinggi untuk senantiasa memperbaiki dirinya sendiri. Biasanya gejala ini dipucu oleh meningkatnya rasa penasaran yang hadir dalam pikirannya setelah mengikuti proses awal perekrutan. Betapa banyaknya hal yang belum ia ketahui.

    Dalam fase ini yang juga menjadi penting adalah penanaman benih-benih keberpihakan terhadap ikatan yang dapat di picu melalaui kecintaannya terhadap komisariat. Penyediaan buku yang berisi sejarah mengenai komisariat masing-masing sangatlah penting. Buku bisa berisi tentang sejarah berdirinya komisariat, kronik permasalahan yang terjadi di beberapa periode, masa kejayaan serta program-program terdahulu. Hal ini menjadi penting mengingat kader yang baru bergabung akan membawa berbagai pengalaman organisasi yang bermacam-macam dan mereka cenderung membawa hal yang tidak sesuai kedalam ikatan.

    Fase Differensiasi

    Jika kader dianalogikan seperti benih atau biji yang sedang tumbuh, maka tahapan differensiasi pada proses kaderisasi sama dengan perjalanan biji ketika tumbuh. Pada pertumbuhan biji, Sel-sel di daerah differensiasi ini telah berubah bentuk sesuai fungsinya. Sebagian sel mengalami

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 43 ~

    diferensiasi menjadi epidermis, korteks, empulur, xilem, dan floem. Sebagian sel lagi mengalami diferensiasi menjadi jaringan parenkim (jaringan dasar), jaringan penunjang seperti kolenkim dan sklerenkim, dan sebagainya. Dengan terjadinya diferensiasi sel, maka terbentuklah berbagai jaringan tumbuhan yang menyusun organ tumbuhan.

    Kader di fase ini telah menemukan jatidirinya. Di fase inilah peran pimpinan organisasi (baca: pimpinan komisariat) sangat penting bahkan dominan. Kegagalan pembinaan di fase ini akan mengakibatkan hilangnya kader, mampatnya kader yang disebabkan rasa kecukupan dalam exploitasi diri. Penulis mengatakan peran pimpinan sangat dominan, sebab para pimpinanlah yang mempunyai wewenang dalam mengatur, membentuk atau membuat sebuah sistem yang bisa memahamkan mereka bahwa mereka adalah satu kesatuan.

    Kader yang telah sanggup memahami dirinya (meskipun penulis meyakini suatu individu tidak akan mencapai kesempurnaan dalammemahami dirinya) atau paling tidak mengetahui potensi yang ada pada dirinya akan membutuhkan bantuan dalam meningkatkan kesadaran individu kepada kesadaran yang lebih tinggi yaitu kesadaran kolektif. Kesadaran kolektif, merupakan kesadaran satu jiwa, satu pemahaman dan satu tujuan organisasi. Artinya jika individu mempunyai cita-cita, berarti organisasi yang ia tempati pun harus memiliki cita-cita yang luas dan jauh ke depan.

    Pengorbitan (Spora) kader yang setengah hati

    Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengorbitan kader yaitu siapa yang mengorbitkan dan siapa yang diorbitkan, kemana serta bagaimana cara pengorbitan. Untuk jawaban mengenai kemana kader harus diorbitkan, setidaknya bagan di bawah ini akan menjawab

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 44 ~

    Namun mengenai siapa yang akan mengorbitkan dan bagaimana ini menjadi pertanyaan yang belum terjawab. Mungkin dalam level komisariat, pimpinan bisa menjadi jawaban atas pertanyaan ini. Sebab ia mampu memegang kendali sepenuhnya. Salah menempatkan kader akan menyebabkan pincangnya jalan organisasi. Kesalahan yang sering dilakukan oleh pimpinan komisariat dalam tahap ini biasanya terjadi pada pimpinan itu sendiri. Mereka sibuk memikirkan regenerasinya, sedangkan kelangsunggan diri mereka (pimpinan) sendiri dalam melanjutkan ke organisasi yang lebih tinggi tingkatanya luput dari perhatian.

    Merasa telah selesai tugas adalah penyakit yang sering menimpa pimpinan. Dengan melihat kenyataan ini, berarti jawaban atas pertanyaan siapa cocok pengorbitan kader belumlah terjawab apa lagi jika dikaitkan dengan cakupan pimpinan yang lebih tinggi tingkatannya. Siapa yang harus bertanggung jawab melaksanakan?

    Instruktur Sebagai Laboratorium Perkaderan

    Instruktur merupakan output dari perkaderan ikatan secara khusus (LID, LIM dan LIP) yang bertugas mengelola perkaderan formal di masing level. Instruktur juga memegang kendali orientasi, materi dan kualitas secara perkaderan sebagai proses melahirkan kader yang ideal (SPI).

    Kader IMM

    Pimpinan

    Ortom Masyarakat

    AUM

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 45 ~

    Keberadaanya sangatlah penting dan merupakan jantungnya ikatan dalam hal perkaderan. Jelasnya instruktur merupakan kadernya kader ikatan yang berbeda dari kader biasa. Untuk menjelaskan posisi instruktur dibandingkan kader lain dapat di lihat pada bagan dibawah ini:

    Dalam SPI di jelaskan bahwa instruktur merupakan produk perkaderan khusus yang berfungsi sebagai pengelola perkaderan utama. Tidak berfungsi secara luas. Padahal jika instruktur di fungsikan secara optimal yang memungkinkan mengkaji serta mengoprasikan perkaderan non formal dari mulai proses perekrutan hingga pengorbitan kader maka ikatan bisa terbebas dari sifat perkaderan yang sekarang ini cenderung hanya dogma formalistik.

    Pertanyaan mengenai siapa dan bagai mana pembinaan instruktur secara keberlanjutan di tiap level muncul ketika penulis mengamati posisi dan tugas instruktur. Apakah dibalik keistimewaan ini (instruktur sebagai penggerak kaderisasi) ia tidak terpikirkan baha ia juga merupakan kader yang selayaknya di bina? Inilah persoalan utama yang mencoba penulis angkat, sebagai bahan kajian agar perkaderan ikatan lebih baik.

    Instruktur

    Kader

    Aktivis

    Simpatisan

    Umat

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 46 ~

    Pimpinan yang memiliki fungsi kebijakan yang lebih luas dibandingkan komisariat, maka penulis lebih menekankan pada pemaksimalan fungsi Instruktur baik ke atas atau pun ke bawah sebagai jaaban dari persoalan. Pembinaan kedalam internal pimpinan bisa bekerja sama dengan Instruktur pada level diatasnya dan alumni. Pembinaan keatas ini lebih kepada kajian terhadap isu lokal daerah serta pengorbitan Sedangkan dalam memaksimalkan fungsi instruktur ke bawah, ia bisa menjadi pendamping di tiap- tiap pimpinan agar tidak keluar jalur dalam menjalankan perkaderan yang menjadi ciri khas masing-masing.

    Dengan terjalinnya komunikasi yang efektif antar instruktur dari tingkat bawah hingga atas, maka sangatlah mungkin jika instruktur yang telah terintegrasi ini akan menjadi laboratorium ikatan. Laboratorium yang nantinya menjadi pemegang kendali jalanya perkaderan ikatan.

    Penutup

    Meluaskan peran dan fungsi instruktur dapat memudahkan ikatan dalam kaderisasi. Sehingga kaderisasi yang berjalan tidak hanya sebagai rutinitas yang minus makna. Penulis berhadap adanya laboratorium ikatan di setiap daerah yang menjadi fokus perkaderan baik ikatan atau pun Muhammadiyah. Laboratorium ini terdiri dari instruktur cabang serta daerah dengan dibina oleh instruktur-instruktur pusat.

    Referensi:

    o Sistem Perkaderan Ikatan o Sistem Perkaderan Muhammadiyah o Media Inovasi No 11 TH VI Desember 1994 o Kompas, 1 Abad Muhammadiyah

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 47 ~

    Testimony (testimoni) penyaksian; bukti. Tes.ti.mo.ni.um / testimonium/ n penyaksian; surat keterangan (yang dapat

    dipakai saksi)

    Kalian sudah bisa memutuskan sesuatu dengan dewasa maka hasilkanlah keputusan terbaik

    M. Sobar Johari

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 48 ~

    SURAT KEPADA KAWAN

    Cehar Mirza Mantan Ketua Umum PK IMM Fisipol UMY | Mantan Kabid IPTEK PC. IMM A.R. Fakhruddin Kota Yogyakarta | Mantan

    Direktur MIM Indigenous School Periode 2008-2009

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Bagaimana kabarnya kawan-kawan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah? Semoga kalian baik-baik saja dan tetap semangat dalam menjalankan khittah perjuangan bersama kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Sudah lama aku tidak berjumpa kawan-kawan seperjuangan. Sudah hampir 6 bulan aku tidak berjumpa dengan kawan-kawan, bercanda tawa. Tanpa rasa ingin membatasi silaturahmi dengan kawan-kawan. Mungkin dengan tulisan ini aku dapat bersilaturahmi dengan kawan-kawan yang sedang sibuk menjalani aktifitas bersama kader-kader ikatan saat ini.

    Saat ini, aku dalam kondisi rindu dengan kawan-kawan. Dengan kegiatan keaktifitasan bersama ikatan. Entah, kerinduan itu terlahir dari keasinganku terhadap gerakan saat ini. Merasakan kondisi gerakan yang saat ini tampak dirasakan. Memang agak subyektif perkataanku ini, mungkin karena periode kita berbeda dan ruang lingkup kita pun berbeda. Tapi tidak apa-apa. Aku yakin ikatan hari ini lebih baik dari sebelumnya.

    Kawan, dalam kondisi kerinduanku saat ini. Aku ingin berkecimpung kembali dengan nostalgia kegiatanku masa lalu bersama kawan-kawan terdahulu. Kerinduan untuk aktif kembali dengan melakukan infiltrasi gerakan-gerakan yang

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 49 ~

    dilakukan ikatan melalui aksi-aksi yang nyata dengan melalui protes-protes di jalanan maupun berdiskusi bersama kader-kader ikatan ataupun dengan gerakan lain, sebagai bentuk respect social atas sebuah realitas yang terjadi, yang tidak berpihak terhadap kaum yang tertindas.

    Dengan kata respect social aku teringat dengan Gen Pemikiran yang pernah direncanakan sebagai salah satu dasar yang dibangun untuk mencerminkan karakter gerakan ikatan khususnya cabang A.R Fakhruddin. Masih ingatkah kawan dengan gen pemikiran? Atau jangan-jangan hanya menjadi lembaran kertas yang tidak terpakai? Tapi tidak apa-apa jika gen pemikiran itu hanya menjadi lembaran kertas, aku pun memahami kesibukan yang sedang kawan-kawan jalani saat ini. Dengan kesibukan bersama kader-kader ikatan tapi harus di ingat kawan bahwa gen pemikiran merupakan salah satu tafsiran untuk menerjemahkan trilogi ikatan yang sering kader-kader baru pertanyakan. Karena didalam gen pemikiran terdapat referensi-referensi yang dapat dipakai oleh kader baru untuk mengenal arah gerakan ikatan khususnya Cabang A.R Fakhruddin.

    Ingat kawan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah khususnya cabang A.R Fakhruddin merupakan suatu karya yang besar yang selalu diperhitungkan oleh gerakan-gerakan ditingkat kota maupun nasional. Karena begitu kuatnya karakter yang dimiliki oleh gerakan IMM khususnya cabang A.R Fakhruddin dalam mempersepsikan gerakan mahasiswa sebagai gerakan kontrol sosial dan gerakan protes terhadap kaum-kaum yang tertindas. Terlahirnya cabang A.R Fakhruddin pun tidaklah lepas dari kebetulan belaka tetapi kelahiran penuh dengan perjuangan, keringat, tangis, impian dan harapan yang luhur dari pendahulu kita. Karena itu sudah semestinya ikatan (cabang A.R Fakhruddin) ini harus selalu direfleksikan ulang oleh setiap generasinya.

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 50 ~

    Kawan, mungkin tulisan ini suatu saat nanti dapat dibakar ataupun dibuang di tempat sampah tapi ingat kawan kehadiran tulisan ini merupakan buah pikiran dari seorang kader yang ingin menciptakan makna dari hasil refleksinya terhadap ikatan saat ini. tulisan ini pun dilahirkan langsung atas kesadaran kader yang gemar terhadap perubahan yang terjadi di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah khususnya cabang A.R Fakhruddin karena aku percaya bahwa tulisan memiliki ruh sehingga dapat hidup dimanapun tempat yang ada dalam ruang dan waktu yang terbatas sekalipun.

    Dan sebelum menutup tulisan ini aku ingin mengatakan tujuan dari tulisan ini adalah sederhana ; sesuatu keinginan untuk mengaktualisasikan kegelisahan diri kader yang ingin tidak dilupakan oleh sejarah. Selain itu, ini pun alternatif untuk menyadarkan kita bahwa sejarah adalah milik kita dan sejarah itupun untuk direfleksikan. Teruslah perjuangan kawan, jangan patah arah semoga iktiar perjuangan ini tetapi abadi dalam jejak perjuangan bersama kasih Tuhan.

    Wassalamualaikum Wr. Wb

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 51 ~

    BUKAN SEKEDAR JUSTIFIKASI

    Khoirul Anam

    Mantan Ketua Umum PK IMM PUTM Putra | Mantan Bidang Dakwah PC. IMM A.R. Fakhruddin Kota Yogyakarta periode 2009-2010 | Mantan Sekbid Kader DPD IMM DIY 2010-2012

    Assalamualaikum. Wr.Wb.

    Komisariat PUTM yang lahir tahun 2006 adalah termasuk komisarait terluar yang jauh dari Pimpinan Cabang AR. Fakhruddin dan komisariat-komisariat yang lain, harapan untuk mendirikan komisariat PUTM ternyata tidak berjalan mulus seperti yang diinginkan, bahkan keberadaan teritorial wilayah PUTM yang berada di Kabupaten Sleman sempat diperdebatkan di Musyda ke IV DPD IMM DIY karena secara geografis wilayah memang seharusnya PUTM ikut ke Pimpinan Cabang Sleman.

    Tantangan terbesar pada saat itu adalah wacana keilmuwan yang cenderung kekiri-kirian yang terus digencarkan pada peroide 2006-2008 itu ternyata sangat berdampak pada image yang melekat pada kader AR. Fakruddin yang cenderung lebih faham teori sosialis dari pada keagamaan. Sehingga secara tidak langsung kader PUTM pun imagenya juga seperti itu, sehingga pekerjaan berat kita adalah meyakinkan pimpinan PUTM dan teman-teman bahwa kader PUTM tidak berpola pikir seperti itu. Sehingga secara psikologi keberadaan IMM PUTM bisa diterima oleh mereka dan tidak dikucilkan.

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 52 ~

    Regenerasi kepemimpinan terus berjalan, pada periode 2008/2009 wacana keilmuwan agak meredup dan sudah diimbangi dengan wacana keagamaan. pada periode 2009/2010 justru malah kehilangan arah wacana gerakan sehingga identitas kader AR. Fakhruddin yang berbasis keilmuwan semakin pudar. Pembelajaran yang saya dapatkan adalah ternyata Ketua Umum Pimpinan Cabang sangat berpengaruh terhadap pola kepemimpinan yang sedang diembannya.

    Satu hal yang sangat saya rasakan adalah konsistensi seorang ketua sangat dipertaruhkan untuk menjaga kepercayaan pimpinan yang lain dan kader yang berada dibawahnya. Perkara-perkara kecil atau yang kita anggap sepele, seperti; datang tidak tepat waktu saat rapat, sering tidak menghadiri undangan komisarat, penampilan busana yang kurang pas, dll, ternyata menjadi bumerang yang akan menghilangkan kepercayaan pimpinan cabang yang lain dan kepercayaan kader sehingga pada giliranya nanti kader tidak menganggap lagi keberadaan pimpinan cabang secara keseluruhan atau dengan kata lain secara tidak langsung terjadi pemazukan kepemimpinan.

    Harapan dan keinginan saya yang belum percapai hingga saat ini adalah kompetensi dasar kader yang berbasis trilogi IMM. Saya menginginkan bahwa setiap kader harus mempunyai based yang seragam yang berlandaskan kepada trilogi IMM. Kemampuan dasar keagamaan apa, keilmuwan apa, dan kemasyarakatan apa. Sebagai contoh, cara beribadah shalat kader IMM AR. Fakhruddin sesuai HPT, keilmuwan kader mengetahui terori sosoial Karl Marx, basis sosial kader misalkan pendampingan ekomoni masyarakat miskin perkotaan. Dengan kemampuan dasar ini menjadi ciri khas kader IMM AR. Fakhruddin dalam setiap generasi. Dan ini harus konsisten selalu sama dalam setiap periode

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 53 ~

    kepemimpinan. Instrumen pendukung yang perlu kita pikirkan adalah menuntut adanya pedoman buku standar kompetensi dasar trilogi IMM AR. Fakhruddin dan perlu dibentuk semacam lembaga khusus atau dimasukkan ke Korps Instruktur atau bentuk yang lain yang secara berkesinambungan mengurusi masalah ini.

    Wassalamualaikum. Wr.wb.

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 54 ~

    NO TITLE

    Nailul Fauziah

    Mantan Kabid Organisasi PK IMM PUTM Putri | Musyrifah di PERSADA |Mahasiswa UAD

    Jika saya ditanya alasan masuk IMM, dengan tegas saya menjawab karena saya cinta Muhammadiyah.

    Banyak orang yang merasa kecewa saat pertama kali masuk IMM, termasuk saya, ada banyak hal yang berbeda dengan ortom perkaderan lain misalnya IPM, meskipun saya sadar secara ideologis dan visi misi memang beda dengan semua ortom lainnya.

    Kekecewaan itu justru semakin membangkitkan dan mengerahkan saya untuk bergerak, maka sampai saat ini sejujurnya saya merasa bersyukur karena pernah kecewa.

    Maka sejak itu, ada impian kecil yang terbangun. Saya ingin menjadikan IMM sebagai wadah yang mewarnai dinamika intelektual mahasiswa, tidak, tidak hanya intelektual, tapi juga spiritual dan sosial. Dan ternyata ide kecil itu sudah terbangun dalam trilogi IMM.

    Memang, sebagian orang masih memandang negatif tentang IMM, dari sisi pergerakannya, dari sisi orang-orang yang berada di dalamnya, dari sisi minim religiusitasnya, tapi justru itulah kelebihan dan kekurangan IMM, yang kurang harus diperbaiki dan yang lebih dipertahankan. Menjadi kelebihan karena itu artinya IMM tidak membedakan kelas dan ras, siapa saja yang mau masuk IMM silahkan, justru setelah dia

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 55 ~

    masuk itulah dia akan di kader jadi lebih baik, karena kalau hanya orang-orang baik saja yang masuk IMM, maka tugas dakwah amar maruf nahi mungkar kita sudah selesai.

    IMM, untuk saya pribadi sudah banyak mengajarkan banyak hal, bagaimana menyikapi perbedaan pemikiran dengan bijak, belajar lebih dewasa, mengajarkan akan pentingnya budaya baca tulis untuk mahasiswa, budaya diskusi yang mampu memberikan pengetahuan baru tanpa perlu kita membaca puluhan buku, juga peran sosial sebagai mahasiswa di kalangan masyarakat. Hal-hal kecil yang ternyata sangat penting pada saat kita berada di masyarakat.

    Kalau boleh berharap, tapi bukan hanya sekedar berharap saja sih, saya juga berusaha untuk menggerakkannya, saya berharap IMM tidak sekedar menjadi wadah berkumpul mahasiswa dengan seabreg kebijakan dan lomba paling banyak mengadakan kegiatan, tapi lebih kepada ruh, ruh rasa memiliki IMM, karena kalau sudah menganggap sesuatu milik sendiri, saya yakin rasa untuk menjaga, melindungi, mengembangkan akan jauh lebih maksimal dan pasti mau melakukan apa saja, karena sudah merasa memilikinya.

    Dan satu hal yang paling penting dan perlu kita ingat bersama, IMM adalah salah satu proses pengkaderan Muhammadiyah, maka sebagai kader, kita harus memaksimalkan diri kita untuk menjalankannya.

    Semoga IMM bisa lebih baik lagi, dan tugas kitalah untuk membuatnya jadi lebih baik, :)

    Terimakasih.

    Billahi Fisabili al Haq, Fastabiqul Khairaat

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 56 ~

    Indonesia saat ini termasuk salah satu negara yang sangat

    menghindari peperangan dalam penyelesaian sengketa dengan negara lain. Dalam tatanan hubungan antarnegara, perang pada dasarnya merupakan salah satu bentuk cara sebuah negara dalam melakukan hubungannya dengan

    negara lain. Dalam politik internasional yang anarki, di mana negara satu-satunya entitas berdaulat yang memiliki

    kekuatan dan kehendak ini, maka perang sangat mungkin terjadi di antara negara mana pun di dunia.

    Zain Maulana

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 57 ~

    1001 BINGKISAN IMM

    IMMawan Apri Tri Nugroho

    Ketua Bidang Hikmah PK IMM Fak. Teknik UMY | Instruktur PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta

    Hebat! Satu dua tahun ternyata bukanlah waktu yang lama. Apalagi jika dalam menjalani periode tersebut, kita berperan sebagai orang yang akan rugi jika menyiakan waktu barang sedetik pun. Peran sebagai seorang akademisi (mahasiswa), yang disibukkan dengan tugas-tugas kuliah, laporan praktikum sungguh menguras waktu, pikiran dan tenaga, menjadikan waktu seperti pedang yang akan menebas jika tak segera dimanfaatkan, pikiran dan tenaga pun sebagai harga untuk menebusnya, gila pikirku.

    Tapi itu adalah mahasiswa, bagaimana dengan mereka (akademisi/mahasiswa) yang juga aktif di luar jam dan kegiatan kuliahnya, mereka yang mempunyai kegiatan ekstra, dengan UKM-nya (Unit Kegiatan Mahasiswa) atau mereka yang tergabung ke dalam organisasi-organisasi mahasiswa ekstra kampus? Yang mana tidak ada hubungannya sama sekali dengan materi perkuliahan, bahkan mungkin mahasiswa eksakta (MIPA) karena mengikuti organisasi mahasiswa ekstra kampus ini, mereka kemudian dipertemukan dengan ilmu-ilmu sosial ditambah dengan pengaplikasiannya, imbas yang didapatkan dari itu jelas lebih dari sekedar apa yang didapatkan oleh mereka yang kampus oriented.

    Waktu, pikiran dan tenaga sudah pasti terkuras di kampus, dengan berorganisasi perhitungan sederhananya mungkin (waktu tenaga dan pikiran yang terkuras) cukup dua kalinya

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 58 ~

    dari yang kampus oriented. Inilah peranan yang ku jalani (menjadi akademisi jurusan eksakta dan berorganisasi) dalam kurun waktu yang aku sebutkan di awal alinea. Hanya saja, organisasi mahasiswa ekstra kampus yang aku bicarakan, IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), statusnya yang di kampus lain semisal PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dan PTS (Perguruan Tinggi Swasta) menjadi organisasi ekstra, akan tetapi di kampusku, UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) yang notabene adalah PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) maka statusnya menjadi organisaasi mahasiswa intra kampus. Senangnya.

    Tidak ku sangka, sudah 1,5 tahun aku menjadi kader IMM. Cukup banyak peristiwa dan kejadian yang seakan tidak rela jika terjadi kekosongan cerita dalam kurun waktu tersebut. Ya, baru 1,5 tahun, umur yang masih muda, akan tetapi sudah terlalu banyak peristiwa dan kejadian yang melingkupi perjalangan tersebut. Bahkan, ada saat-saat (yang kata mereka beberapa senior IMM) bahwa aku belum waktunya untuk mendapatkan hal-hal semacam itu. Belakangan, akibat dari hal-hal yang belum waktunya aku mendapatkan itu, aku memetik buahnya, yaitu buah simalakama, beberapa di antaranya sempat menimbulkan konflik, itu hanya sedikit kisah yang mengiringi perjalananku dalam ikatan.

    Satu hal yang selalu ku syukuri, semua hal itu sunnguh membuatku semakin dewasa, semua itu mendewasakanku, dewasa dalam sikap, dewasa dalam cara berpikir, disamping aku memang sudah memasuki usia kedewasaan, dan yang pasti dari berbagai kedewasaan itu adalah membuat aku dewasa dalam organisasi. Baru 1,5 tahun, masih muda kata orang, tapi di balik itu ingin ku tegaskan, bahwa semua ini bukan masalah waktu atau seberapa tua kita untuk mengetahui dan mengalami apa yang di dapatkan orang tua. Bahkan, IMM ketika baru saja dilahirkan pun langsung

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 59 ~

    dibenturkan dengan berbagai persoalan dan konflik yang wah (PKI/Partai Komunis Indonesia), dan itu mengakibatkan beberapa pihak (organisasi mahasiswa lain yang lebih tua) merasa iri pada kedewasaan yang terlalu cepat yang dialami IMM. Jadi, sekali lagi ku tegaskan, ini bukan soal waktu yang terlalu singkat dan muda, tapi ini adalah soal apa yang ku dapatkan dalam waktu tersebut, dan seberapa siap diriku untuk menerima berbagai hal yang aku dapatkan itu.

    Ingatan itu masih segar, entah di sudut sebalah mana dari memori di otakku. Membuka website UMY (umy.ac.id) untuk mencari tahu tentang seluk beluk kampus tersebut. Yang pertama hanya ingin tahu jurusan dan fakultas di mana aku akan menjadi salah satu orang baru untuk menempati salah satu kursi kuliahnya (Fakultas Teknik), akhirnya karena rasa ingin tahu yang tak terbendung ku buka kolom kegiatan kemahasiswaan, yang di sana sengaja aku mencari kegiatan olah raga semisal futsal, sepak bola dan karate (pada akhirnya tak satu pun yang aku ikuti) dan tak lupa kegiatan kerohanian, yang waktu itu aku temukan dua UKM; IMM dan Unit Kerohanian Kampus. Meski sempat beberapa kali mengikuti kegiatan Unit Kerohanian Kampus, namun pada akhirnya aku lebih memilih bergabung dengan IMM, dan beberapa waktu setelahnya aku ketahui bahwa Unit Kerohanian Kampus adalah salah satu kompetitor kuat IMM di kampus UMY dan kemudian hari ku ketahui juga UKM tersebut ditunggangi oleh salah satu organisasi mahasiswa ekstra kampus yang sudah berorientasi kepada politik praktis.

    Sebelum bergabung dengan IMM aku masih nol tentang Muhammadiyah, tapi alhamdulillah sudah cukup berisi tentang keorganisasian, tapi toh itu tidak menjadikan aku putus asa dan merasa rendah diri, karena pesan dari orang tua agar di samping aku tekun kuliah, aku juga harus belajar mendalami Muhammadiyah, mungkin itu salah satu faktor

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 60 ~

    yang membuat aku akhirnya bergabung dan istiqomah dengan IMM. Faktor lain mungkin karena kuatnya tarikan dari para anggota IMM waktu itu dalam menarik minatku. Ingatan itu masih segar dan seringkali membuatku tertawa, karena pada akhirnya aku juga berperan sebagai tukang tarik mahasiswa baru agar bergabung dengan IMM.

    Tukang tarik dan tarikannya. Daya tarik IMM sangat kuat dan rasanya rugi untuk meninggalkan satu kegiatan pun pada waktu itu (sekarang sebenarnya masih juga). Seakan daya tarik yang kuat itu didukung oleh mereka para kadernya yang bekerja sebagai tukang tariknya. Hingga tiba pada satu hari ada kegiatan yang akhirnya mempertemukan aku dengan para mahasiswa baru dari beberapa fakultas lain; makasa atau Masa Kasih Sayang (yang pada tahun berikutnya aku menjadi penanggung jawab dari kegiatan tersebut).

    Kegiatan itu berlangsung selama dua hari satu malam, di samping kemasan kegiatan itu yang cukup menarik satu hal lagi yang membuatku benar-benar tertarik dengan IMM adalah mereka para seniornya memperlakukan kami (mahasiswa baru) dengan sangat ramah dan santun, bagaikan sudah saling kenal dan menjadi anggota cukup lama. Lagi-lagi itu menjadi daya tarik dan daya pikat yang membuat aku semakin yakin saja bahwa aku akan dan harus bergabung dengan organisasi ini.

    Acara tersebut sempat diisi oleh mereka yang menduduki posisi penting dalam struktural IMM dan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa); antara lain Fharkhan Luthfi, Aditya Taruna M.S., dan Ahmad Janan F., yang pada akhirnya figur-figur tersebut menjadi teladan, dan dari mereka juga lah aku diperkenalkan kepada figur-figur dan sosok masa lalu yang belakangan ku ketahui bahwa jejak perjuangan atau karir mereka telah banyak menginspirasi kader-kader IMM di

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 61 ~

    cabang yang kemudian hari aku akan menjadi anggota cabang tersebut (Cabang Abdur Rozak Fakhruddin).

    Cukup lama terjadi kejemuan aktivitas, karena kegiatan sehari-hari setelah kuliah hanya nongkrong-kantin-rumah. Ya, hanya seperti itu kegiatanku waktu itu setelah kegiatan diluar perkuliahan terakhir, makasa. Hingga aku mendapatkan pesan singkat dari salah satu anggota IMM yang sudah cukup ku kenal, isi pesan itu adalah undangan untuk hadir di sekretariat IMM FT, untuk mengisi formulir data riwayat hidup, pendaftaran IMM. Selang beberapa hari setelah pengisian formulir tibalah hari di mana aku harus memper tanggung jawabkan isi formulir tersebut. Santai saja pikirku karena memang yang ku isikan di formulir itu adalah apa adanya, kolom data diri ya sesuai data diriku, kolom pertanyaan ya ku jawab hanya dengan setahuku. Sambil menunggu dapat giliran screening yang menurutku ini adalah wawancara pertanggung jawaban atas isi formulir, ku sempatkan ngobrol dengan beberapa anggota IMM (tujuanku adalah menghilangkan ketegangan).

    Ketika mendapat giliran, perasaanku sedikit lega karena yang akan mewawancaraiku adalah seniorku di jurusan (Teknik Elektro) yaitu Ady Wahyudianto. Meskipun sedikit lega, tapi masih berdebar juga jantung ini, mendapatkan pertanyaan apa motivasi bergabung dengan IMM, apa harapan setelah bergabung dengan IMM. Sempat terbesit dipikiran untuk sedikit menggombal, dengan harapan akan memuaskan yang sedang ada di depanku itu. Pertanyaan lainnya adalah sejak kapan mengenal IMM, yang ini tentu tak perlu menggombal pikirku.

    Saat mendapat pertanyaan, apa yang memotivasiku sehingga aku ingin bergabung dengan IMM, akhirnya pikiran sesaat yang akan memancing untuk menampilkan kemampuan gombal aku singkirkan pikiran itu jauh-jauh. Toh, jawaban

  • MIM Indigenous School |Tak Sekedar Merah

    ~ 62 ~

    apa adanya tak akan membuatku pusing-pusing harus mengatakan apa yang membuat orang lain senang. Jawaban apa adanya dan cara penuturan yang santun mungkin lebih baik. Motivasi untuk bergabung dengan IMM jelas adanya, bahwa untuk mencari ilmu dalam kaitannya mendalami Muhammadiyah. Seperti yang telah ku jelaskan sebelumnya, dan juga faktor orang tua terutama ayah, memberikan pesan khusus agar selain aku harus tekun kuliah, aku juga harus belajar untuk mendalami Muhammadiyah, cukup itu saja yang ku katakan kepada mas Ady. Kemudian ketika harus menjawab pertanyaan kedua, yaitu harapan setelah bergabung dengan IMM, bingung juga ketika harus menjawabnya, bukan bingung karena harus menjawab apa, tapi bingung untuk membedakan antara harapan dan motivasi.

    Pada akhirnya ku jawab sekenanya, dan jawaban inilah yang memang saat itu terlintas di pikiranku; menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Setelah selesai wawancara, aku dan mas Ady sempat ngobrol ngalor ngidul. Kemudian hari ku ketahui bahwa mas Ady adalah mantan ketua umum IMM FT periode 2010-2011.

    Setelah screening pada 21 Nopember 2011, tibalah saat-saat yang selalu ku tunggu yaitu DAD (Darul Arqam Dasar), di mana mereka yang sudah menjadi anggota IMM selalu mengatakan bahwa DAD adalah prosesi resmi yang harus kami (calon anggota IMM) jalani sebelum benar-benar menjadi anggota IMM. Selama empat hari tiga malam mulai dari tanggal 24 Nopember 2011, prosesi DAD itu ku jalani, banyak hal menarik yang aku dapatkan dalam proses tersebut, termasuk materi-materi dari DAD yang menyangkut tentang hal-hal yang memang sangat baru bagi aku sendiri seperti filsafat, gender, dll. Ku pikir bukan aku saja yang merasa asing dengan materi tersebut t