Buku Standardisasi Stasiun 2012

124

description

Standardisasi stasiun kereta api

Transcript of Buku Standardisasi Stasiun 2012

  • PEDOMAN STANDARDISASI STASIUN KERETA API

    Lampiran SK Direksi PT Kereta Api Indonesia (Persero)

    Nomor KEP.U/LL.104/I/1/KA-2012

    Tanggal 12 Januari 2012

    Tentang Pedoman Standardisasi Stasiun

    PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)

    B A N D U N G

    2 0 1 2

  • KEPUTUSAN DIREKSI PT. KERETA API INDONESIA (Persero) NOMOR : KEP.U/LL.104/I/1/KA-2012

    TENTANG

    STANDARDISASI STASIUN 2012 PT. KERETA API INDONESIA (Persero)

    DIREKSI PT. KERETA API INDONESIA (Persero)

    Menimbang : Bahwa untuk meningkatkan pelayanan jasa angkutan kereta api khususnya angkutan penumpang diperlukan pedoman atau acuan bagi pelaksanaaan penataan dan pelayanan stasiun, maka perlu disusun Pedoman Standardisasi Stasiun.

    Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722);

    2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 106. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587);

    3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

    Milik Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4297);

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1998 tentang Pengalihan

    Bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Kereta Api menjadi Perusahaan Persero (PERSERO);

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan

    Kedudukan Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) kepada Menteri Negara Badan Usahan Milik Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 nomor 82, Tambahan Lembaran Negara nomor 4305);

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang tentang

    pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara;

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang

    Penyelenggaraan Perkeretaapian;

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api.

    9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 9 Tahun 2011

    Tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api.

    10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api.

    11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 33 Tahun 2011

    Tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan Di Stasiun Kereta Api.

  • 12. Akta Pendirian PT. KERETA API INDONESIA (Persero) yang dibuat dihadapan Notaris Imas Fatimah, SH No. 2 tanggal 1 Juni 1999 dan Akta Perubahan Nomor 14 tanggal 13 September 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Nomor C-17171 RH.01 Tahun 1991 tanggal 1 Oktober 1999, yang telah dimuat dalam Berita Negara RI Nomor 240 Tahun 2000 da Tambahan Lembaran Berita Negara RI Nomor 4 tanggal 14 Januari 2000;

    13. Surat Keputusan Direksi PT. KERETA API INDONESIA (Persero) Nomor KEP.U/HK.215/VIII/1/KA-2005 tanggal 19 Agustus 2005 tentang Buku Panduan Good Corporate Governance (GCG) di Lingkungan (Persero);

    14. Surat Keputusan Direksi PT. KERETA API INDONESIA (Persero)

    Nomor KEP.U/OT.003/IV/1/KA-2007 tanggal 9 April 2007 tentang Susunan Klasifikasi Stasiun.

    MEMUTUSKAN

    MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKSI PT. KERETA API INDONESIA (Persero) TENTANG PEDOMAN STANDARDISASI STASIUN KERETA API.

    PERTAMA : Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api sebagaimana disebut dalam Lampiran keputusan ini maka diperlukan sebagai acuan yang harus dilakasanakan pada setiap penataan stasiun untuk semua kelas stasiun.

    KEDUA : Stasiun Kereta Api sebagaimana dalam Diktum PERTAMA adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api.

    KETIGA : Pembagian Kelas Stasiun Kereta Api sebagaimana dalam Diktum KEDUA meliputi:

    1. Stasiun Besar meliputi: a. Kelas A b. Kelas B c. Kelas C

    2. Stasiun Sedang yaitu Stasiun Kelas 1. 3. Stasiun Kecil meliputi:

    a. Kelas 2 b. Kelas 3

    KEEMPAT : Standardisasi sebagaimana yang disebut dalam Diktum PERTAMA

    meliputi: 1. Standardisasi Pelayanaan Stasiun (Besar, Sedang, Kecil) 2. Standardisasi Perangkat Stasiun (Besar, Sedang, Kecil) 3. Standardisasi Bangunan (Besar, Sedang, Kecil)

    KELIMA : Standardisasi Pelayanaan Stasiun (Besar, Sedang, Kecil) meliputi ;

    1. Pelayanan Informasi 2. Pelayanan Tiketing 3. Pelayanan Keselamatan 4. Pelayanan Keamanan 5. Pelayanan Kesehatan 6. Pelayanan Umum 7. Pelayanan Khusus 8. Pengaturan Zona Pelayanaan Stasiun dan Pengaturan Sirkulasi

    arus Penumpang.

  • KEENAM : Standardisasi Perangkat Stasiun (Besar, Sedang, Kecil) meliputi:

    1. Perangkat Media Informasi 2. Instalasi Mekanikal 3. Instalasi Elektrikal 4. Sanitair 5. Furnitur 6. Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran 7. Perangkat Keamanan

    KETUJUH : Standardisasi Bangunan (Besar, Sedang, Kecil) Meliputi ; 1. Azas Aksibilitas Pada Bangunan Umum 2. Ukuran Dasar Ruang 3. Pembagian Fungsi Ruang Stasiun. 4. Ukuran dan Kapasitas Ruang di Stasiun. 5. Warna Dinding Eksterior Bangunan 6. Peron 7. Jalur Pedestrian 8. Tangga 9. Ram 10. Pintu 11. Kamar Kecil 12. Tempat parkir Kendaaraan

    KEDELAPAN : Untuk Stasiun Kategori Heritage merupakan bangunan yang mempunyai gaya khas dan ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya dengan Perda.

    KESEMBILAN KESEPULUH

    : :

    Pada masa transisi, stasiun yang belum ada penataan baru atau belum direnovasi, diperbolehkan untuk belum memenuhi Pedoman Standardisasi Stasiun ini. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya.

    DITETAPKAN DI : BANDUNG

    PADA TANGGAL : 12 JANUARI 2012 A.n. DIREKSI PT. KERETA API INDONESIA (Persero)

    DIREKTUR UTAMA

    IGNASIUS JONAN

    NIPP. 63621

    Tembusan Yth : 1. Komisaris PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Jakarta 2. Para Managing Director PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung 3. Para EVP PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung 4. Komite Eksekutif PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung 5. Para VP Kepala Divisi PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung

  • ii

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI

    JUDUL

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL

    DAFTAR GAMBAR

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Maksud dan Tujuan

    1.2. Sistematika Penyusunan

    1.3. Ketentuan Penerapan

    BAB II PELAYANAN STASIUN

    2.1. Pelayanan Informasi

    2.2. Pelayanan Ticketing

    2.3. Pelayanan Keselamatan

    2.4. Pelayanan Keamanan

    2.5. Pelayanan Kesehatan

    2.6. Pelayanan Umum

    2.7. Pelayanan Khusus

    2.8. Pengaturan Zona Pelayanan dan Sirkulasi Penumpang

    di Stasiun

    BAB III PERANGKAT STASIUN

    3.1. Perangkat Media Informasi

    3.2. Media Informasi Berdasarkan Tujuan Pelayanan

    3.3. Instalasi Mekanikal

    3.4. Instalasi Elektrikal

    3.5. Instalasi Air

    Hal

    i

    ii

    iv

    v

    1

    1

    1

    2

    4

    4

    7

    8

    9

    9

    10

    13

    14

    19

    19

    26

    35

    42

    45

  • iii

    3.6. Furnitur

    3.7. Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran

    3.8. Perangkat Keamanan

    BAB IV BANGUNAN STASIUN

    4.1. Asas Aksesibilitas pada Bangunan Umum

    4.2. Ukuran Dasar Ruang

    4.3. Pembagian Fungsi Ruang di Stasiun

    4.4. Luas dan Kapasitas Ruang di Stasiun

    4.5. Warna Bangunan

    4.6. Peron

    4.7. Jalur Pedestrian

    4.8. Tangga

    4.9. Ramp

    4.10. Pintu

    4.11. Kamar Kecil

    4.12. Tempat Parkir Kendaraan

    BAB V PENUTUP

    DAFTAR PUSTAKA

    47

    49

    53

    56

    56

    57

    62

    65

    78

    81

    84

    87

    90

    96

    101

    105

    110

    x

  • iv

    DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 2-1. Penerapan Jenis Media Informasi pada Kelas Stasiun 5

    Tabel 2-2. Pelayanan Ticketing 8

    Tabel 2-3. Keamanan Stasiun 9

    Tabel 2-4. Jumlah Toilet dan Petugas Kebersihan Berdasarkan Kelas

    Stasiun

    10

    Tabel 2-5. Fasilitas Ruang Tunggu 11

    Tabel 2-6. Kapasitas Minimal untuk Parkir Kendaraan 12

    Tabel 3-1. Kombinasi Warna pada Media Informasi 22

    Tabel 3-2. Spesifikasi Warna pada Media Informasi 22

    Tabel 3-3. Level Iluminasi 43

    Tabel 3-4. Nilai LLF 44

    Tabel 4-1. Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di Stasiun 66

    Tabel 4-2. Standar Warna Dinding Eksterior Bangunan Stasiun Heritage

    dan Non Heritage

    78

    Tabel 4-3. Periode Pengecatan Kembali 80

    Tabel 4-4. Ukuran Teknis Peron 81

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Hal

    Gambar 2-1. Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona 16

    Gambar 2-2. Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona 17

    Gambar 3-1. Tipikal Neon Box Gantung 21

    Gambar 3-2. Tipikal Neon Box Tempel 21

    Gambar 3-3. Tipikal tanda Gambar dan Media Informasi 23

    Gambar 3-4. Tipikal Speaker Indoor 24

    Gambar 3-5. Tipikal Speaker Outdoor 24

    Gambar 3-6. Tipikal Media Audio Visual 25

    Gambar 3-7. Tipikal Media Audio Visual 25

    Gambar 3-8. Tipikal Neon Box Nama Stasiun (Tampak dari Jalan

    Raya/Samping dan Dalam Stasiun

    26

    Gambar 3-9. Tipikal Papan Nama Stasiun (di Ujung Peron Stasiun) 26

    Gambar 3-10. Tipikal Neon Box Pembagian Zona 27

    Gambar 3-11. Tipikal Neon Box Ruang Operasional Petugas 28

    Gambar 3-12. Tipikal Neon Box Ruang Pelayanan Publik 29

    Gambar 3-13. Tipikal Neon Box untuk Kegiatan Penunjang dan Pelayanan

    Khusus

    30

    Gambar 3-14. Tipikal Neon Box Arah Pintu Masuk dan Keluar 30

    Gambar 3-15. Tipikal Neon Box Arah Jalur Pemberangkatan KA 31

    Gambar 3-16. Tipikal Neon Box Arah Tempat Pelayanan Umum 31

    Gambar 3-17. Tipikal Neon Box Assembly Point 32

    Gambar 3-18. Tipikal Jam/Penunjuk Waktu 32

    Gambar 3-19. Tipikal Neon Box Nama dan Nomor KA 33

  • vi

    Gambar 3-20. Tipikal Neon Box Peringatan dan Larangan 34

    Gambar 3-21. Tipikal Ukuran lift yang Diijinkan 37

    Gambar 3-22. Tipikal Potongan dan Panel Kontrol Lift 38

    Gambar 3-23. Tipikal Simbol Panel Lift yang dibuat timbul 39

    Gambar 3-24. Tipikal indikator dan Denah Ruang Lift 40

    Gambar 3-25. Tipikal Perspektif Lift 41

    Gambar 3-26. Tipikal Furniture untuk Ruang Operasional KS 47

    Gambar 3-27. Tipikal Furniture untuk Ruang Operasional Staff 47

    Gambar 3-28. Tipikal Furniture untuk Ruang Tunggu Vip 48

    Gambar 3-29. Tipikal Furniture untuk Ruang Tunggu Eksekutif 48

    Gambar 3-30. Tipikal Furniture untuk Ruang Tunggu Umum 49

    Gambar 3-31. Tipikal Tabung Pemadam Kebakaran 49

    Gambar 3-32. Tipikal Sistem Hydrant Box Indoor 50

    Gambar 3-33. Tipikal Sistem Hydrant Box Outdoor 51

    Gambar 3-34. Tipikal Sistem Hydrant Pillar Satu 51

    Gambar 3-35. Tipikal Sistem Hydrant Pillar Dua 52

    Gambar 3-36. Tipikal Sistem springkler 52

    Gambar 3-37. Tipikal Sistem Fire Alarm 53

    Gambar 3-38. Tipikal Perangkat CCTV 54

    Gambar 3-39. Tipikal Metal Detector 54

    Gambar 3-40. Tipikal walkthrough Detector 55

    Gambar 3-41. Tipikal inspection mirror 55

    Gambar 4-1. Ukuran Umum Orang Dewasa 58

    Gambar 4-2. Ruang Gerak Bagi Tuna Netra 58

    Gambar 4-3. Ukuran Kursi Roda 59

  • vii

    Gambar 4-4. Ukuran Putar Kursi Roda 59

    Gambar 4-5. Belokan dan Papasan Kursi Roda 60

    Gambar 4-6. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Elektrifikasi dan

    Non Elektrifikasi

    60

    Gambar 4-7. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lengkung 61

    Gambar 4-8. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Jalur Ganda 61

    Gambar 4-9. Ruang Bebas pada Jalan Rel Jalur Lengkung untuk Jalur Ganda 62

    Gambar 4-10. Tipikal Ruang Kepala Stasiun 67

    Gambar 4-11. Tipikal Ruang Wakil Kepala Stasiun 67

    Gambar 4-12. Tipikal Ruang PPKA 68

    Gambar 4-13. Tipikal Ruang PAP 68

    Gambar 4-14. Tipikal Ruang Keuangan 69

    Gambar 4-15. Tipikal Ruang Serbaguna 69

    Gambar 4-16. Tipikal Ruang Peralatan 70

    Gambar 4-17. Tipikal Ruang UPT Kru KA 70

    Gambar 4-18. Tipikal Ruang Istirahat Kru KA 71

    Gambar 4-19. Tipikal Ruang Petugas Keamanan 71

    Gambar 4-20. Tipikal Ruang Petugas Kebersihan 72

    Gambar 4-21. Tipikal Ruang Hall 72

    Gambar 4-22. Tipikal Ruang Loket 73

    Gambar 4-23. Tipikal Ruang Informasi 73

    Gambar 4-24. Tipikal Ruang Tunggu VIP 74

    Gambar 4-25. Tipikal Ruang Tunggu Eksekutif 74

    Gambar 4-26. Tipikal Ruang Tunggu Umum 75

    Gambar 4-27. Tipikal Ruang Kesehatan 75

  • viii

    Gambar 4-28. Tipikal Ruang Toilet 76

    Gambar 4-29. Tipikal Musholla 76

    Gambar 4-30. Tipikal Ruang Ibu Menyusui/Laktasi 77

    Gambar 4-31. Potongan Melintang Peron Tinggi 82

    Gambar 4-32. Potongan Melintang Peron Rendah 82

    Gambar 4-33 . Prinsip Desain Jalur Pedestrian 86

    Gambar 4-34. Tipikal Tangga 88

    Gambar 4-35. Pegangan Rambat Pada Tangga 88

    Gambar 4-36. Desain Profil Tangga 89

    Gambar 4-37. Detail Pegangan Rambat Tangga 89

    Gambar 4-38. Detail Pegangan Rambat Pada Dinding 89

    Gambar 4-39. Tipikal Ramp 91

    Gambar 4-40. BentukBentuk Ramp 92

    Gambar 4-41. Kemiringan Ramp 92

    Gambar 4-42. Pegangan Rambat Pada Ramp 93

    Gambar 4-43. Kemiringan Melintang Ramp 93

    Gambar 4-44. Pintu di Ujung Ramp 93

    Gambar 4-45. Ramp untuk Trotoar 94

    Gambar 4-46. Detail Ramp pada Trootoar 94

    Gambar 4-47. Bentuk Ramp yang direkomendasikan 95

    Gambar 4-48. Pintu Gerbang Pagar 97

    Gambar 4-49. Ruang Bebas Pintu Satu Daun 98

    Gambar 4-50. Ruang Bebas Pintu Satu Daun dengan Posisi Berbelok 98

    Gambar 4-51. Ruang Bebas Pintu Dua Daun 99

    Gambar 4-52. Ruang Bebas Pintu Dua Daun 99

  • ix

    Gambar 4-53. Pegangan Pintu yang Direkomendasikan 100

    Gambar 4-54. Pintu pada Portal 100

    Gambar 4-55. Ukuran Sirkulasi Masuk 102

    Gambar 4-56. Tinggi Perletakan Kloset 103

    Gambar 4-57. Ruang Gerak di dalam Toilet 103

    Gambar 4-58. Simulasi Pergerakan di Toilet 104

    Gambar 4-59. Kran Wudlu bagi Penyandang Cacat 104

    Gambar 4-60. Ukuran Mobil Pribadi 106

    Gambar 4-61. Tipikal Layout Parkir 107

    Gambar 4-62. Palang dan Papan Bantalan 108

    Gambar 4-63. Tempat Parkir sesuai dengan Lingkungan dilengkapi

    Penghijauan

    108

    Gambar 4-64. Tipikal Tempat Penampungan Sampah Sementara 109

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Maksud dan Tujuan

    Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi kegiatan-kegiatan

    pembangunan dan pembenahan stasiun kereta api yang meliputi

    perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan pemanfaatan stasiun kereta

    api. Pedoman ini juga dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan

    keseragaman berbagai fasilitas pelayanan di stasiun kereta api yang

    disesuaikan dengan kelas masing-masing stasiun dengan berfokus pada

    pemenuhan terhadap aspek-aspek keselamatan, keamanan, kenyamanan

    dan kemudahan.

    Pedoman ini secara khusus ditujukan untuk meningkatkan kualitas

    pelayanan di stasiun sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas

    pelayanan jasa angkutan kereta api secara keseluruhan. Peningkatan kualitas

    pelayanan di stasiun diharapkan dapat meningkatkan citra PT Kereta Api

    Indonesia (Persero) di mata masyarakat dan meningkatkan daya saing di

    antara para kompetitor penyelenggara layanan transportasi umum.

    1.2. Sistematika Penyusunan

    Pedoman standardisasi stasiun ini disusun dengan sistematika sebagai

    berikut:

    Bab I Pendahuluan

    Bab ini menjelaskan maksud dan tujuan penulisan pedoman,

    sistematika penulisan pedoman, dan ketentuan umum penerapan.

    Bab II Pelayanan Stasiun

    Pada bab ini dijelaskan standar pelayanan yang harus tersedia di

    stasiun yang disesuaikan dengan kelas stasiun. Adapun fasilitas-

    1

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • fasilitas pelayanan berbentuk bangunan dan perangkat-perangkatnya

    masing-masing dijelaskan pada Bab III dan Bab IV.

    Bab III Perangkat Stasiun

    Perangkat yang dijelaskan pada bab ini adalah perangkat sebagai

    fasilitas pelayanan di stasiun, seperti perangkat media informasi,

    perangkat pemadam kebakaran dan lain-lain. Instalasi pendukung

    yang dijelaskan dalam bab ini adalah instalasi pendukung bangunan

    stasiun seperti instalasi air, instalasi elektrikal dan instalasi

    mekanikal.

    Bab IV Bangunan Stasiun

    Bab ini menjelaskan acuan-acuan yang harus diperhatikan dan

    dipenuhi dalam merencanakan, mendesain, membangun dan

    memanfaatkan bangunan stasiun sebagai ruang bagi berbagai

    kegiatan pelayanan di stasiun seperti yang telah dijelaskan

    sebelumnya pada Bab II.

    Bab V Penutup

    Pada bab penutup diuraikan beberapa hal yang dapat dijadikan

    kesimpulan dan saran yang diperlukan bagi penyempurnaan

    pedoman ini.

    1.3. Ketentuan Penerapan

    Ketentuan-ketentuan penerapan pedoman ini adalah sebagai berikut:

    a. Penerapan standar dalam pedoman ini secara khusus ditujukan pada

    stasiun-stasiun kereta api yang melayani angkutan penumpang.

    b. Penerapan pada stasiun-stasiun kereta api yang hanya melayani

    angkutan barang disesuaikan dengan kebutuhannya.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab I. Pendahuluan 2

  • c. Pembangunan stasiun-stasiun kereta api baru harus menerapkan standar

    dalam pedoman ini sebagai acuan perencanaan, perancangan,

    pelaksanaan dan pemanfaatan stasiun.

    d. Penerapan standar dalam pedoman ini untuk stasiun-stasiun kereta api

    eksisting dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pembenahan dan renovasi

    stasiun.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab I. Pendahuluan 3

  • BAB II

    PELAYANAN STASIUN

    2.1. Pelayanan Informasi

    Pelayanan Informasi adalah pelayanan stasiun yang fungsinya memberikan

    informasi kepada calon penumpang, penumpang dan atau pengantar yang

    berkaitan dengan operasional/perjalanan kereta api dan fasilitas yang ada di

    stasiun.

    2.1.1. Berdasarkan jenisnya media informasi di stasiun dibagi menjadi 3, yaitu :

    a. Visual

    Merupakan jenis media informasi yang disampaikan dengan

    gambar/visual saja tanpa suara berupa :

    Display

    Monitor

    Papan informasi Neon Box

    Papan Informasi Biasa

    Running Text

    b. Audio

    Merupakan jenis media informasi yang disampaikan dengan suara

    melalui pengeras suara/speaker.

    c. Audio Visual

    Merupakan jenis media informasi yang disampaikan dengan

    gambar/visual dan suara berupa :

    Monitor LCD + Speaker

    LCD TV

    Untuk penerapan Jenis media informasi sesuai dengan kelas stasiun dapat

    dilihat dalam tabel 2-1. berikut.

    4

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • Tabel 2-1. Penerapan Jenis Media Informasi Pada Kelas Stasiun

    No. Jenis Media Kelas Stasiun

    Besar Sedang Kecil

    1. Visual

    Led Display Ada ## ##

    Monitor Ada Ada ##

    Neon Box Ada Ada Ada

    Papan Informasi/Board Ada Ada Ada

    2. Audio Ada Ada Ada

    3. Audio Visual

    Monitor LCD + Speaker Ada Ada ##

    LCD TV Ada Ada ##

    Keterangan : ## ; disesuaikan dengan kebutuhan

    (Dimensi dan ukuran diseragamkan yang diatur dalam Bab III. Perangkat Stasiun)

    2.1.2. Berdasarkan tujuannya media pelayanan informasi di stasiun dibagi

    menjadi 5 macam yaitu :

    a. Media Pelayanan Informasi Penunjuk Lokasi

    Media pelayanan yang berisi informasi mengenai tempat, ruangan dan

    fasilitas yang ada didalamnya. Penunjuk lokasi ini meliputi nama

    ruangan yang ada di stasiun yang digunakan untuk kegiatan pokok

    opersional, kegiatan penunjang dan jasa pelayanan khusus, termasuk

    denah bangunan stasiun.

    b. Media Pelayanan Informasi Penunjuk Arah

    Media pelayanan informasi yang berisi informasi arah menuju ruang

    atau fasilitas yang ada di stasiun yang didesain sedemikian rupa

    sehingga penumpang dengan mudah mengetahui arah menuju fasilitas

    atau ruang atau rangkaian KA yang diinginkan.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 5

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • c. Media Pelayanan Informasi Penunjuk Waktu

    Media pelayanan yang dimaksud adalah informasi mengenai waktu atau

    jam yang ada pada saat penumpang di stasiun, sehingga berguna bagi

    penumpang untuk bisa merencanakan perjalanannya ke tempat tujuan

    sesuai waktu yang diinginkan. Penunjuk waktu tersebut merupakan

    waktu yang dipakai untuk jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta

    api yang telah sesuai dengan waktu setempat.

    d. Media Pelayanan Informasi Pelayanan Kereta Api

    Media pelayanan yang ada di stasiun berfungsi untuk memudahkan

    penumpang mendapatkan pelayanan yang diinginkan sesuai dengan

    kebutuhan dan kemampuannya, yang meliputi :

    Jadwal keberangkatan kereta api dan kedatangan kereta api

    Informasi nama dan nomor kereta api

    Informasi tarif kereta api

    Informasi stasiun kereta api pemberangkatan, stasiun

    pemberhentian dan stasiun tujuan

    Informasi letak/lokasi rangkaian kereta api

    Kelas pelayanan

    Peta jaringan jalur kereta api

    Informasi gangguan perjalanan kereta api

    e. Informasi Peringatan dan Larangan

    Media pelayanan informasi dan larangan merupakan informasi yang ada

    di stasiun yang berkaitan dengan keselamatan, keamanan, kenyamanan

    dan kebersihan di stasiun. Informasi peringatan dan larangan yang ada

    di stasiun meliputi :

    Peringatan hati-hati saat melintasi jalur kereta api

    Peringatan hati-hati saat naik kereta api (tunggu sampai kereta

    benar-benar berhenti)

    Peringatan untuk mendahulukan penumpang yang turun terlebih

    dahulu.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 6

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • Peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya.

    Larangan merokok

    Larangan masuk ke ruangan khusus petugas

    Larangan membawa senjata tajam, senjata api dan bahan peledak.

    Untuk Stasiun besar, sedang dan stasiun komuter harus menyediakan tempat

    atau ruangan khusus pelayanan informasi (Information Centre) yang dapat

    dimanfaatkan oleh penumpang, yang terdiri dari minimal 2 petugas informasi

    yang beroperasi tiap hari yang sesuai dengan jadwal operasional kereta api di

    stasiun, dengan kelengkapan meliputi minimal 1 set komputer dan brosur

    jadwal operasional kereta api.

    (Dimensi dan ukuran diseragamkan yang diatur dalam Bab IV. Perangkat Stasiun)

    2.2. Pelayanan Ticketing

    Pelayanan ticketing adalah pelayanan yang melayani calon penumpang dan

    memberikan informasi mengenai :

    Penjualan tiket

    Pemesanan tiket

    Pembatalan dan penukaran tiket

    Informasi harga tiket

    Informasi ketersediaan tempat duduk

    Layanan elektronic payment

    Pelayanan ticketing dapat dilayani di ruang/loket ticketing di dalam stasiun

    atau di drive thru ticketing yang telah disediakan untuk kemudahan

    penumpang dalam memperoleh tiket kereta api. Selain itu bisa ditempatkan

    Railbox untuk keperluan reservasi tiket secara mandiri oleh penumpang

    dengan menggunakan kartu (Rail Card). Ketersediaan drive thru dan Railbox

    meyesuaikan dengan kebutuhan yang ada di stasiun.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 7

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • Pelayanan ticketing di stasiun disesuaikan dengan jenis perjalanan kereta api

    yang terdiri dari ruang ticketing untuk perjalanan kereta api antar kota kelas

    eksekutif-bisnis, kelas ekonomi dan dalam kota/komuter, seperti dalam tabel

    pelayanan ticketing dibawah ini.

    Tabel 2-2. Pelayanan Ticketing

    No. Jenis Loket

    (Ruang Ticketing)

    Kelas Stasiun

    Besar Sedang Kecil

    1 Ka eksekutif-bisnis (antar kota) Min 3 org Min 1 org -

    2 Ka ekonomi (antar kota) Min 2 org Min 2 org Min 1 org

    3 Ka dalam kota (komuter) Min 3 org Min 3 org Min 3 org

    2.3. Pelayanan Keselamatan

    Pelayanan Keselamatan adalah pelayanan wajib yang ada distasiun yang

    berupa peringatan yang disampaikan kepada penumpang agar keselamatan

    terjamin, berupa peringatan melalui audio yang dilakukan petugas saat

    adanya sarana gerak atau kereta api yang melintas di stasiun dan berupa garis

    batas aman peron.

    Pelayanan gambar atau media visual jalur evakuasi saat terjadi

    bencana/kebakaran wajib ada di semua stasiun yang penempatannya di

    tempat yang mudah dibaca oleh penumpang yang disesuaikan dengan

    penempatan informasi penunjuk lokasi dan penunjuk arah di stasiun dengan

    jumlah untuk stasiun besar minimal 2 buah, untuk stasiun sedang dan kecil

    minimal 1 buah.

    Di stasiun harus ada penempatan assembly point yaitu papan informasi agar

    jika terjadi bencana, penumpang dapat langsung menuju tempat berkumpul

    darurat yaitu di assembly point. Penempatan assembly point menyesuaikan

    kondisi stasiun dimana dalam penempatannya harus memperhatikan :

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 8

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • Jauh dari bangunan.

    Jalur menuju lokasi dari dalam stasiun mudah dengan dilengkapi

    informasi penunjuk arah.

    Dari assembly point harus ditempatkan papan informasi penunjuk arah

    untuk keluar wilayah stasiun/tempat aman.

    Bisa ditempatkan di tanah lapang atau lapangan parkir stasiun

    menyesuaikan kondisi stasiun.

    2.4. Pelayanan Keamanan

    Pelayanan keamanan adalah pelayanan keamanan dari petugas keamanan

    yang ada di stasiun disamping kamera CCTV yang beroperasi selama 24 jam,

    sehingga mencegah adanya tindak kriminal di stasiun. Jumlah personil

    keamanan dan kamera CCTV di stasiun berdasarkan kepada kelas stasiun,

    seperti tabel 2-3.

    Tabel 2-3. Keamanan Stasiun

    No. Kebutuhan untuk Pelayanan

    Keamanan (per-shift)

    Kelas Stasiun

    Besar Sedang Kecil

    1 Petugas

    keamanan

    Komuter Min 13 org Min 10 org Min 3 org

    Non Komuter Min 10 org Min 8 org Min 2 org

    2 Kamera CCTV Komuter Min 4 buah Min 3 buah Min 2 buah

    Non Komuter Min 3 buah Min 2 buah Min 1 buah

    Untuk sterilisasi dari kemungkinan bahaya ancaman senjata tajam, senjata api

    dan bahan peledak, maka untuk stasiun kelas besar harus dilengkapi metal

    detector, walktrough detector dan inspection mirror.

    2.5. Pelayanan Kesehatan

    Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang diberikan oleh petugas

    kesehatan untuk penumpang dan pegawai operasional kereta api yang

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 9

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya darurat. Pelayanan ini dapat

    dimanfaatkan selama 24 jam dengan ruangan khusus untuk pelayanan

    kesehatan di stasiun. Pelayanan kesehatan di stasiun minimal 2 orang dan

    minimal menyediakan alat-alat standart P3K dan obat-obatan.

    2.6. Pelayanan Umum

    2.6.1. Layanan Toilet dan Mushola

    Pelayanan toilet merupakan pelayanan umum yang harus ada di stasiun

    tanpa dipungut biaya/jasa atas penggunaan pelayanan tersebut yang dapat

    dipakai untuk buang air kecil dan air besar dimana terpisah antara toilet pria

    dan wanita. Minimal jumlah ketersediaan jumlah toilet berdasarkan kelas

    stasiun seperti dalam tabel 2-4.

    Tabel 2-4. Jumlah Toilet dan Petugas Kebersihan Berdasarkan Kelas Stasiun

    No Keterangan Kelas Stasiun

    Besar Sedang Kecil

    1 Minimal Jumlah Toilet Normal

    Pria 6 kamar Wanita 6 kamar

    Pria 5 kamar Wanita 5 kamar

    Pria 2 kamar Wanita 2 kamar

    2 Minimal Jumlah Toilet untuk penyandang cacat

    Pria 2 kamar Wanita 2 kamar

    Pria 1 kamar Wanita 1 kamar

    Pria 1 kamar Wanita 1 kamar

    3 Minimal Jumlah wastafel 4 buah 2 buah 2 buah

    4 Minimal Jumlah urinoar 6 buah 4 buah 2 buah

    5 Minimal Petugas Kebersihan

    3 org 2 org 1 org

    Pelayanan mushola yaitu pelayanan tempat untuk beribadah bagi yang

    beragama islam dengan ketentuan minimal harus tersedia tempat wudlu

    untuk pria dan wanita. Mushola minimal harus dilengkapi pengeras suara,

    kipas angin/pendingin udara dan perangkat alat sholat. Mushola harus dapat

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 10

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • digunakan oleh minimal 4 orang pria dan 4 orang wanita untuk stasiun

    besar, 4 orang pria/wanita untuk stasiun sedang dan kecil.

    2.6.2. Pelayanan Ruang Tunggu

    Pelayanan ruang tunggu merupakan pelayanan umum yang dipakai

    penumpang untuk menunggu kedatangan kereta api. Pelayanan ini dibagi

    menjadi 3 macam yaitu :

    a. Pelayanan Ruang Tunggu Umum

    Pelayanan ini diperuntukkan bagi semua kelas penumpang kereta api.

    b. Pelayanan Ruang Tunggu Eksekutif

    Pelayanan ini diperuntukkan untuk penumpang kereta api kelas

    eksekutif.

    c. Pelayanan Ruang Tunggu VIP

    Pelayanan ini diperuntukkan untuk pejabat kereta api, dinas dari

    lembaga pemerintahan dan tamu khusus.

    Pelayanan ruang tunggu VIP, eksekutif dan umum hanya tersedia di stasiun

    besar, sedangkan untuk stasiun kelas sedang dilengkapi pelayanan ruang

    tunggu eksekutif dan umum serta stasiun kelas kecil hanya mempunyai

    pelayanan ruang tunggu umum. Dengan fasilitas didalamnya seperti dalam

    tabel 2-5 dibawah ini.

    Tabel 2-5. Fasilitas Ruang Tunggu

    No Keterangan Ruang Tunggu

    VIP Ruang Tunggu

    Eksekutif Ruang Tunggu

    Umum

    1 Kamar Mandi Ada - -

    2 Toilet, wastafel Ada Ada Ada

    3 Televisi Ada Ada Ada

    4 Tempat duduk Sofa Sofa Kursi biasa

    5 Meja Ada Ada -

    6 Pendingin udara Ada Ada -

    7 Kipas Angin - - ##

    Keterangan : ## ; disesuaikan dengan kebutuhan

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 11

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • 2.6.3. Pelayanan Parkir Kendaraan

    Pelayanan parkir merupakan pelayanan ketersediaan tempat parkir

    kendaraan yang dapat dimanfaatkan oleh penumpang untuk memarkirkan

    kendaraanya baik mobil, motor maupun sepeda roda dua yang ada di area

    stasiun.

    Area parkir mempunyai ketersediaan lahan untuk bisa menampung

    kendaraan umum seperti taxi dan bis dengan kapasitas seperti dalam tabel

    2-6 di bawah ini.

    Tabel 2-6. Kapasitas Minimal untuk Parkir Kendaraan

    No. Jenis Kendaraan Kelas Stasiun

    Besar Sedang Kecil

    1. Mobil pribadi 200 100 20

    2. Taksi 20 10 5

    3. Motor 300 150 100

    2.6.4. Pelayanan Restoran, Pertokoan, ATM, Money Changer, TITAM, Counter

    Hotel & Travel.

    Pelayanan restoran merupakan pelayanan yang ada di stasiun yang

    melayani penjualan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh

    penumpang dan menyediakan tempat untuk makan dan minum. Dimana jam

    operasionalnya dapat disesuaikan dengan jam operasional kereta api.

    Pertokoan adalah pelayanan yang menyediakan makanan dan minuman

    atau kebutuhan yang lain (misal : bacaan, obat-obatan, souvenir dan lain-

    lain) bagi penumpang tanpa disediakan tempat (meja dan kursi). Dengan jam

    operasionalnya dapat menyesuaikan jam operasional kereta api.

    Pelayanan ATM adalah pelayanan untuk dapat bertransaksi tunai atau non

    tunai yang ada distasiun selama 24 jam. Untuk stasiun besar dan sedang

    minimal harus ada 1 ATM Center dimana minimal harus ada 3 merchant

    bank, dengan jenis banknya disesuaikan dengan kebutuhan di stasiun. Untuk

    stasiun kecil pelayanan ATM disesuaikan dengan occupancy penumpang.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 12

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • Money Changer adalah tempat penukaran uang asing dimana layanan ini

    harus disesuaikan dengan kebutuhan stasiun sehingga pelayanan terhadap

    penumpang bisa optimal.

    TITAM adalah layanan Tiket terpadu antar moda dimana penumpang dapat

    menikmati layanan tiket tunggal yang dapat dipakai dua hingga tiga jenis

    transportasi sekaligus sehingga penumpang kereta api yang akan melanjutkan

    perjalanan dengan bus atau kapal tidak perlu membeli tiket berkali-kali.

    Counter Hotel & Travel adalah layanan di stasiun dimana penumpang dapat

    memilih layanan penginapan dan sarana transportasi yang diinginkan.

    Ketersediaan Titam, Counter & Travel di stasiun disesuaikan dengan kebutuhan

    masing-masing stasiun.

    2.6.5. Pelayanan Penitipan dan Pengantar Barang

    Pelayanan penitipan barang merupakan pelayanan tambahan yang harus

    ada di stasiun sedang dan stasiun besar, dimana fungsinya adalah untuk

    tempat penitipan barang sementara yang dapat dimanfaatkan oleh

    penumpang kereta api, dengan membayar tarif sesuai dengan ketentuan

    yang berlaku di stasiun.

    Pengantar barang merupakan jasa angkut barang dari luar kereta ke dalam

    kereta atau sebaliknya dengan tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    Pengantar barang di stasiun wajib diatur dan dikoordinasikan oleh Petugas

    stasiun agar keberadaannya dapat membantu penumpang dan

    memperlancar arus penumpang dari luar ke dalam stasiun atau sebaliknya.

    2.7. Pelayanan Khusus

    2.7.1. Pelayanan untuk Penyandang Cacat dan Lansia

    Pelayanan untuk penyandang cacat dan lansia yaitu pelayanan yang dapat

    dimanfaatkan bagi penyandang cacat (difabel) dan orang usia lanjut untuk

    kemudahan atau aksesibilitasnya didalam stasiun yang tentunya sampai

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 13

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • orang penyandang cacat dan lansia tersebut mendapatkan pelayanan yang

    diperlukan di dalam stasiun atau sampai masuk ke dalam kereta.

    Pelayanan ini dapat berupa kursi roda, dan prioritas untuk menggunakan lift

    pada stasiun. Ramp harus tersedia di semua kelas stasiun yang didesain

    sesuai dengan kebutuhan untuk membantu memudahkan penyandang cacat

    dan lansia naik peron sehingga bisa dengan mudah masuk ke dalam kereta.

    2.7.2. Pelayanan untuk Ibu Menyusui

    Pelayanan yang disediakan di stasiun untuk ibu menyusui adalah ruangan

    khusus yang bisa disatukan dengan ruangan eksekutif dengan ukuran

    minimal untuk 5 orang dengan dinding pembatas sehingga ibu yang

    menyusui merasa nyaman.

    2.7.3. Pelayanan Smoking Area

    Pelayanan smoking area adalah pelayanan tempat atau ruangan khusus di

    stasiun yang disediakan bagi penumpang yang merokok, sehingga tidak

    mengganggu penumpang yang lain yang tidak merokok.

    2.8. Pengaturan Zona Pelayanan dan Sirkulasi Penumpang di Stasiun

    2.8.1. Pengaturan Zona Pelayanan Stasiun

    Pembagian zona pelayanan stasiun ini dimaksudkan agar pengaturan orang

    di stasiun lebih mudah dan lebih teratur karena akan berdampak langsung

    terhadap kenyamanan penumpang.

    Zona pelayanan stasiun dibagi menjadi 3 yaitu :

    a. Zona Penumpang Bertiket atau Zona I

    b. Zona Calon Penumpang Bertiket atau Zona II

    c. Zona Umum atau Zona III

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 14

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • 2.8.1.1. Zona Penumpang Bertiket atau Zona I

    Zona I merupakan tempat steril yang khusus disediakan bagi penumpang

    bertiket yang telah siap memasuki kereta. Tempat ini adalah area peron

    dan jenis peron tinggi merupakan rekomendasi untuk standardisasi stasiun.

    2.8.1.2. Zona Calon Penumpang Bertiket atau Zona II

    Zona II merupakan tempat yang disediakan bagi calon penumpang bertiket

    yang menunggu datangnya kereta yaitu :

    Ruang tunggu (umum, eksekutif, vip).

    Semua ruang dalam yang ada di stasiun setelah calon penumpang

    melewati tempat pemeriksaan tiket/portir.

    2.8.1.3. Zona Umum atau Zona III

    Zona III merupakan tempat dimana calon penumpang, pengantar dan

    orang umum mendapatkan pelayanan sebelum masuk ke dalam zona II.

    Zona III dimaksud adalah zona calon penumpang dan umum sebelum

    diperiksa tiketnya atau sebelum masuk peron, yang termasuk zona I

    adalah:

    Hall

    Tempat parkir

    Halaman stasiun; dan semua ruang yang yang dibatasi oleh tempat

    pemeriksaan tiket/portir.

    2.8.2. Pengaturan Sirkulasi Penumpang di Stasiun

    2.8.2.1. Pengaturan Arah Sirkulasi Penumpang

    Pengaturan sirkulasi penumpang di stasiun harus memperhatikan hal-hal

    sebagai berikut :

    Tidak Terjadi Perpotongan Antara Akses masuk dan keluar

    penumpang baik yang akan naik KA maupun Turun dari KA.

    Pintu masuk dipisahkan dengan pintu keluar stasiun

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 15

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • Kapasitas/Ukuran pintu masuk dan keluar Penumpang sesuai

    dengan Volume penumpang yang ada.

    Berikut gambar alur sirkulasi dan pembagian zona di stasiun :

    Zona

    2

    Zona

    1

    Zona

    3

    Penumpang yang

    akan naik KA

    Gambar 2-1 Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona Stasiun

    Penumpang yang

    turun dari KA

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 16

    USERHighlight

  • Gambar 2-2 Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona Stasiun

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 17

  • 2.8.2.2. Pengaturan Arah Sirkulasi Kendaraan Maupun Pejalan Kaki di Area Parkir

    atau Depan Stasiun

    Area parkir maupun depan stasiun harus diatur arah sirkulasi kendaraan

    maupun pejalan kaki sedemikian rupa sehingga :

    Tidak Terjadi Perpotongan Antara Akses masuk dan keluar kendaraan di

    area parkir.

    Tidak Terjadi Perpotongan Antara Akses pejalan kaki dengan akses

    kendaraan .

    Ditempatkan Dropping Zone untuk Kendaraan.

    Pengaturan Sirkulasi Kendaraan di Depan Stasiun untuk mendukung

    Intermoda.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 18

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • BAB III

    PERANGKAT STASIUN

    Perangkat dan instalasi pendukung bangunan stasiun merupakan alat dan juga

    instalasi yang tersedia di stasiun sebagai sarana pendukung bangunan stasiun agar

    pelayanan kepada pengguna bisa optimal sesuai dengan fungsinya. Perangkat dan

    instalasi pendukung yang di maksud meliputi :

    a. Perangkat Media Informasi

    b. Media Informasi Berdasarkan Tujuan Pelayanan

    c. Instalasi Mekanikal

    d. Instalasi Elektrikal

    e. Instalasi Air

    f. Furnitur

    g. Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran

    h. Perangkat Keamanan

    3.1. Perangkat Media Informasi

    Perangkat media informasi di stasiun merupakan perangkat yang mendukung

    baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan pelayanan

    informasi jasa angkutan kereta api di stasiun. Perangkat media informasi

    didesain sedemikian rupa sehingga mempermudah pengguna jasa angkutan

    kereta api di stasiun dalam mengakses informasi yang dibutuhkan.

    Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesain perangkat media

    informasi adalah sebagai berikut:

    a. Tulisan dibuat dengan singkat, jelas, mudah terbaca dan mudah

    dimengerti.

    b. Tanda gambar harus jelas, seragam, dan sesuai dengan maksud dan

    tujuan informasi.

    19

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • c. Penempatan perangkat media informasi tidak mengganggu operasional

    kereta api di stasiun dan mempertimbangkan kenyamanan bagi pengguna

    jasa angkutan kereta api di stasiun.

    d. Ukuran perangkat media informasi harus proporsional dan

    mempertimbangkan aspek estetika bangunan.

    e. Pemanfaatan perangkat media informasi elektronik harus

    mempertimbangkan efisiensi pemakaian energi listrik.

    Media informasi berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3 bentuk yaitu :

    a. Media Informasi visual

    b. Media Informasi Audio

    c. Media Informasi Audio Visual

    3.1.1. Media Visual

    3.1.1.1. Spesifikasi dan Kombinasi Warna

    Spesifikasi media informasi meliputi :

    a. Ukuran sesuai gambar diatas/menyesuaikan banyaknya huruf.

    b. Bahan acrylic susu 3 mm

    c. Sticker oracal translucent gentian blue 051

    d. Warna tulisan/simbol putih, huruf Arial font untuk Indonesia, Italic

    untuk kata asing

    e. Khusus Neon box dan papan nama stasiun huruf Calibri font Bold

    f. Casing box stainless 0,8mm

    g. Rangka pipa hollow 2,5x2,5cm

    h. Neon TL Phillips 40 watt/setara

    i. Neon box bisa 1, 2 dan 4 muka menyesuaikan kebutuhan stasiun.

    j. Spesifikasi neon box seperti dalam gambar berikut :

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 20

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • Gambar 3-1. Tipikal Neon Box Gantung

    Gambar 3-2. Tipikal Neon Box Tempel

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 21

  • Warna yang digunakan untuk tulisan, tanda gambar, garis pembatas dan

    latar belakang pada media informasi dibedakan berdasarkan sifat informasi

    yang disampaikan seperti yang dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

    Tabel 3-1. Kombinasi Warna pada Media Informasi

    No. Media Informasi

    Kombinasi Warna

    Latar Belakang

    Tulisan, Tanda Gambar, Garis

    Pembatas

    1. Informasi yang Bersifat Umum (General), seperti nama gedung, nama ruang, penunjuk arah

    Biru Putih

    Putih Biru/Hitam

    Hijau Putih

    2. Informasi yang Bersifat Peringatan (Warning), seperti peringatan hati-hati saat melintas jalu KA

    Kuning Hitam

    3. Informasi yang Bersifat Larangan (Prohibition), seperti larangan merokok, larangan memasuki area tertentu

    Merah Hitam

    Putih Merah/Hitam

    4. Informasi yang Bersifat Khusus, seperti tabel informasi layanan KA, informasi komersial, sambutan, ucapan selamat hari raya.

    Disesuaikan dengan kebutuhan dengan kombinasi warna yang berbeda dengan informasi umum, peringatan dan larangan

    Tabel 3-2.

    Spesifikasi Warna pada Media Informasi

    No. Nama Warna Spesifikasi Warna

    dalam Format RGB

    1. Biru (0, 101, 170)

    2. Merah (218, 37, 29)

    3. Kuning (255, 192, 0)

    4. Hijau (0, 150, 70)

    5. Putih (255, 255, 255)

    6. Hitam (0, 0, 0)

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 22

  • 3.1.1.2. Tanda Gambar

    Standar tanda gambar yang digunakan pada perangkat media informasi di

    stasiun dapat terlihat pada Gambar 4-3. sebagai berikut:

    TOILET

    TOILET PRIA

    TOILET WANITA

    AKSESIBILITAS

    RUMAH MAKAN

    KAFETARIA

    AREA MEROKOK

    DILARANG MEROKOK

    BUANG SAMPAH

    AREA LAYANAN WIFI

    LAYANAN MEDIS

    MOSHOLA

    KEPALA STASIUN

    PPKA

    PETUGAS

    KEAMANAN

    Gambar 3-3. Tipikal Tanda Gambar pada Media Informasi

    Tanda gambar diatas merupakan tipikal yang akan dipakai sebagai media

    informasi yang ada di stasiun yang digunakan menurut kebutuhan stasiun.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 23

  • 3.1.2. Media Audio

    Dalam fungsinya sebagai media audio/pengeras suara di stasiun harus

    memenuhi beberapa hal berikut :

    Bisa menjangkau wilayah stasiun/emplasemen.

    Mudah dioperasikan oleh petugas stasiun.

    Suara yang dihasilkan jelas dan tidak mengganggu kenyamanan

    penumpang.

    Tidak mengurangi nilai estetika dalam pemasangannya/tidak terlalu

    besar disesuaikan kebutuhan stasiun.

    Gambar 3-4. Tipikal Speaker Indoor

    Gambar 3-5. Tipikal Speaker Outdoor

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 24

  • 3.1.3. Media Audio Visual

    Media audio visual yang digunakan di stasiun harus disesuaikan dengan

    kebutuhannya, agar lebih efisian dalam penggunaannya disarankan

    menggunakan media visual dan audionya dalam 1 perangkat sehingga tidak

    memerlukan ruangan khusus untuk penempatan audio/speaker.

    Gambar 3-6. Tipikal Media Audio Visual

    Gambar 3-7. Tipikal Media Audio Visual

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 25

  • 3.2. Media Informasi Berdasarkan Tujuan Pelayanan

    Berdasarkan tujuan pelayanannya, media informasi di stasiun secara umum

    terbagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut :

    3.2.1. Penunjuk Lokasi

    Media pelayanan informasi penunjuk lokasi meliputi :

    a) Informasi Nama Stasiun.

    Gambar 3-8. Neon Box Nama Stasiun

    (Tampak dari Jalan Raya/Samping dan Dalam Stasiun)

    Gambar 3-9. Papan Nama Stasiun ( di Ujung Peron Stasiun)

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 26

  • Untuk depan dan samping stasiun dipakai jenis neon box, sedang untuk diperon

    cukup papan nama stasiun. Tebal neon box depan stasiun 30 cm sedang samping

    stasiun 25 cm. Nilai x ditentukan untuk mencari panjang dan tinggi sehingga besar

    tulisan dan logo tetap proporsional. Panjang dan tinggi menyesuaikan kondisi dan

    besarnya bangunan stasiun. Misal x=5, maka tinggi= 3*5+6*5+4*5+3*5=80cm.

    b) Informasi nama pembagian area di stasiun

    Zona Khusus Penumpang Bertiket atau Zona I

    Zona Khusus Calon Penumpang atau Zona II

    Zona Area Umum atau Zona III

    Gambar 3-10. Tipikal Neon Box Pembagian Zona

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 27

    USERHighlight

  • c) Ruang operasional petugas stasiun :

    Gambar 3-11. Tipikal Neon Box Ruang Operasional Petugas

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 28

  • d) Ruang pelayan publik :

    Gambar 3-12. Tipikal Neon Box Ruang Pelayanan Publik

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 29

  • e) Informasi nama-nama ruangan untuk kegiatan penunjang dan

    pelayanan khusus :

    Gambar 3-13. Tipikal Neon Box untuk Kegiatan Penunjang dan Pelayanan Khusus

    3.2.2. Penunjuk Arah

    Media pelayanan informasi penunjuk arah meliputi :

    a) Arah pintu masuk dan keluar.

    Gambar 3-14. Tipikal Neon Box Arah Pintu Masuk dan Keluar

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 30

  • b) Arah menuju jalur pemberangkatan KA.

    Gambar 3-15. Tipikal Neon Box Arah Jalur Pemberangkatan KA (4 muka)

    c) Arah menuju tempat ibadah dan ke tempat pelayanan umum meliputi

    masjid, restoran, toilet, smoking room :

    Gambar 3-16. Tipikal Neon Box Arah ke Tempat Pelayanan Umum

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 31

  • d) Arah menuju tempat evakuasi/assembly point :

    Gambar 3-17. Tipikal Neon Box Assembly Point

    3.2.3. Penunjuk Waktu

    Media pelayanan informasi penunjuk waktu meliputi :

    a) Jam yang dipasang ditiap-tiap ruang.

    Gambar 3-18. Tipikal Jam/Penunjuk Waktu

    b) Informasi melalui pengeras suara dari petugas stasiun.

    c) Informasi dari perangkat visual (LCD TV) dan running text.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 32

  • 3.2.4. Informasi Layanan KA

    Media pelayanan informasi layanan KA meliputi :

    a) Tempat pemesanan/booking, pengembalian/retur tiket KA, tukar tiket

    (dari struk kode booking) dan layanan elektronic payment.

    b) Informasi gangguan perjalanan kereta api.

    c) Informasi stasiun pemberangkatan, stasiun pemberhentian dan stasiun

    tujuan.

    d) Informasi tarif dan kelas pelayanan kereta api.

    e) Peta jaringan jalur kereta api.

    f) Informasi nama dan nomor kereta api.

    Gambar 3-19. Tipikal Neon Box Nama dan Nomor KA

    3.2.5. Peringatan dan Larangan

    Media pelayanan informasi layanan KA meliputi :

    a) Peringatan hati-hati saat naik kereta api (tunggu sampai kereta benar-

    benar berhenti).

    b) Peringatan untuk mendahulukan penumpang yang turun terlebih

    dahulu.

    c) Peringatan hati-hati saat melintasi jalur kereta api.

    d) Peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya

    e) Larangan merokok di sembarang tempat.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 33

  • f) Larangan masuk ke ruangan khusus petugas.

    g) Larangan membawa senjata tajam.

    Gambar 3-20. Informasi Peringatan dan Larangan

    3.2.6. Informasi Umum

    Media informasi yang berisi tentang himbauan atau informasi umum

    kepada pembaca untuk agar maksud dan tujuannya tercapai. Misalnya

    ucapan selamat tahun baru, dll.

    Ukuran dan penempatan media informasi umum tidak boleh mengganggu

    operasional kereta api dan kenyamanan penumpang serta disesuaikan

    dengan kondisi stasiun.

    3.2.7. Informasi Komersial

    Media informasi yang berisi tentang iklan yang berupa media visual yang

    isinya mempengaruhi orang untuk menuruti maksud dari iklan tersebut.

    Informasi komersial PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yaitu mengenai Call

    center 121 dan Web site kereta -api.co.id.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 34

  • Call Center 121 adalah media informasi kereta api melalui telepon umum

    yang dilakukan secara terpusat .

    Untuk di stasiun cukup diberikan papan informasi dalam bentuk Display,

    Neon Box, atau Papan/Board yang memberikan informasi adanya pelayanan

    call center 121 dan web site kereta-api.co.id agar calon penumpang atau

    penumpang dapat mengaksesnya untuk memperoleh informasi tentang KA

    termasuk booking tempat duduk kereta api.

    Ukuran dan penempatan media informasi umum tidak boleh mengganggu

    operasional kereta api dan kenyamanan penumpang serta disesuaikan

    dengan kondisi stasiun.

    3.3. Instalasi Mekanikal

    3.3.1. Eskalator

    Eskalator atau tangga jalan adalah salah satu transportasi vertikal berupa

    konveyor untuk mengangkut orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang

    dapat bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti jalur yang berupa rail atau

    rantai yang digerakkan oleh motor.

    Eskalator harus disediakan di stasiun besar dengan bangunan minimal 2

    lantai dengan memperhatikan hal-hal :

    Eskalator harus mempunyai 2 jalur yaitu naik dan turun.

    Minimal lebar eskalator bisa untuk 2 orang.

    3.3.2. Lift

    Lift adalah alat mekanis elektris untuk membantu pergerakan vertikal di

    dalam bangunan, baik yang digunakan khusus bagi penyandang cacat

    maupun yang merangkap sebagai lift barang.

    a. Persyaratan pemakaian dan penempatan Lift :

    1) Untuk bangunan lebih dari 3 lantai paling tidak satu buah lift yang

    aksesibel harus terdapat pada jalur aksesibel dan memenuhi

    standar teknis yang berlaku.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 35

    http://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_vertikalhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Konveyor&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rantai&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/MotorUSERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • 2) Toleransi perbedaan muka lantai bangunan dengan muka lantai

    ruang lift maksimurn 1,25 mm.

    3) Koridor/lobby lift

    a) Ruang perantara yang digunakan untuk menunggu kedatangan

    lift, sekaligus mewadahi penumpang yang baru keluar dari lift,

    harus disediakan. Lebar ruangan ini minimal 185 cm, dan

    tergantung pada konfigurasi ruang yang ada.

    b) Perletakan tombol dan layar tampilan yang mudah dilihat dan

    dijangkau.

    c) Panel luar yang berisikan tombol lift harus dipasang di tengah-

    tengah ruang lobby atau hall lift dengan ketinggian 90-110 cm

    dari muka lantai bangunan.

    d) Panel dalam dari tombol lift dipasang dengan ketinggian 90-120

    cm dari muka lantai ruang lift.

    e) Semua tombol pada panel harus dilengkapi dengan panel huruf

    Braille, yang dipasang dengan tanpa mengganggu panel biasa.

    f) Selain terdapat indikator suara, layar/tampilan yang secara

    visual menunjukkan posisi lift harus dipasang di atas panel

    kontrol dan di atas pintu lift, baik di dalam maupun di luar lift

    (hall/koridor).

    4) Ruang lift

    a) Ukuran ruang lift harus dapat memuat pengguna kursi roda,

    mulai dari masuk melewati pintu lift, gerakan memutar,

    menjangkau panel tombol dan keluar melewati pintu lift.

    Ukuran bersih minimal ruang lift adalah 140cm x 140cm.

    b) Ruang lift harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail)

    menerus pada ketiga sisinya.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 36

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • 5) Pintu lift

    a) Waktu minimum bagi pintu lift untuk tetap terbuka karena

    menjawab panggilan adalah 3 detik.

    b) Mekanisme pembukaan dan penutupan pintu harus sedemikian

    rupa sehingga memberikan waktu yang cukup bagi penyandang

    cacat terutama untuk masuk dan keluar dengan mudah. Untuk

    itu lift harus dilengkapi dengan sensor photo-electric yang

    dipasang pada ketinggian yang sesuai.

    Gambar 3-21. Ukuran Minimal Lift yang Dijinkan

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 37

    USERHighlight

  • Gambar 3-22. Tipikal Potongan dan Panel Kontrol Lift

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 38

  • Gambar 3-23. Tipikal Simbol Panel Lift yang dibuat Timbul

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 39

  • Gambar 3-24. Tipikal Indikator dan Denah Ruang Lift

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 40

  • Gambar 3-25. Tipikal Perspektif Lift

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 41

  • 3.4. Instalasi Elektrikal

    Instalasi listrik merupakan peralatan, komponen dan instalasi kelistrikan yang

    berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi tenaga Iistrik dalam memenuhi

    kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.

    3.4.1. Sumber Energi Listrik PLN dan Genset

    Stasiun harus mempunyai sumber energi listrik utama untuk operasional

    alat-alat listrik yang didapat dari sumber listrik PLN. Jika terjadi padam aliran

    listrik PLN , stasiun harus mempunyai cadangan sumber listrik yaitu dari

    genset.

    Kriteria dalam penginstalasian genset harus memenuhi hal-hal berikut :

    Menyesuaikan dengan daya terpasang/yang dibutuhkan.

    Memiliki fondasi dan peredam getaran yang baik.

    Tingkat kebisingan rendah, dianjurkan genset type silent.

    Emisi gas buang rendah dan mudah dalam instalasi.

    Mudah dalam perawatan, jasa serta lokasi servis tersedia.

    Harga sesuai dengan kebutuhan daya terpasang.

    Irit bahan bakar, mesin memiliki unjuk kerja yang baik.

    Tahan korosi akibat udara lembab.

    Dilengkapi dengan panel penunjuk dan sistem keamanan.

    Rentang waktu servis yang panjang yang dihitung berdasarkan jam

    kerja.

    Dilengkapi dengan peredam getaran akibat gempa bumi.

    Dilengkapi alarm kebakaran, sensor temperatur oli, bahan bakar, air dan

    tekanan.

    Penempatan genset harus memperhatikan tingkat kebisingan yang

    ditimbulkan sehingga harus dipisahkan dengan bangunan utama dan

    memperhatikan ketersediaan lahan stasiun.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 42

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • 3.4.2. Panel dan Peralatan Listrik

    Panel dan peralatan listrik adalah material untuk mengalirkan energi listrik

    sehingga peralatan listrik yang ada dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

    Persyaratan panel dan peralatan listrik harus sesuai standar SNI.

    Kebutuhannya disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing kelas

    stasiun.

    3.4.3. Lampu Penerangan

    Kebutuhan lampu penerangan stasiun dihitung berdasarkan luas area

    stasiun dan kekuatan lampu yang distandarkan, dengan perhitungan :

    Dimana:

    N = jumlah lampu

    E = level illuminasi (lihat tabel X)

    A = luas working plane (m2)

    F = besarnya nilai lumens untuk sebuah lampu

    U = utility factor (ditetapkan 0,6 untuk wilayah stasiun)

    LLF= Loss Light Factor (maintenance-index ) lihat tabel

    Tabel 3-3. Level Illuminasi

    No Jenis Ruang Level Illuminasi

    (Lux)

    1 Ruang Operasional 200

    2 Ruang Publik 200

    3 Hall dan Ruang Tunggu Umum 250

    4 Emplasemen dan Tempat Parkir

    200

    N =

    ()

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 43

  • Tabel 3-4. Nilai LLF

    No Jenis Ruang Nilai LLF

    1 Kantor ber AC 0,8

    2 Industri Bersih 0,7

    3 Industri Kotor 0,6

    3.4.4. Pendingin Ruangan

    Pendingin ruangan adalah sebuah metode yang mengalirkan udara bersih

    pada sebuah area(ruangan) dengan temperatur dan kelembaban yang tepat.

    Pada stasiun kelas besar dan sedang pendingin udara wajib ada untuk

    ruangan-ruangan :

    Ruang KS

    Ruang tunggu VIP dan eksekutif

    Ruang loket dan operator

    Ruang customer service

    Dan ruangan dimana peralatan-peralatan listrik tertentu yang

    membutuhkan pendingin udara, misal ruang peralatan sinyal dan

    telekomunikasi.

    Dengan perhitungan kebutuhan pendingin udara :

    Dimana :

    Standar Panas Ruangan 1 m2 = 500 Btu/hr (British thermal Unit/hour)

    Tinggi rata-rata ruangan diambil 3 m

    pk setara dengan 5.000 Btu/hr

    pk setara dengan 7.000 Btu/hr

    1 pk setara dengan 9.000 Btu/hr

    1 pk setara dengan 12.000 Btu/hr

    2 pk setara dengan 18.000 Btu/hr

    2 pk setara dengan 24.000 Bru/hr

    =

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 44

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • Diambil kebutuhan pendingin udara mendekati X , tetapi diambil yang

    lebih besar sehingga pendingin udara tetap dapat bekerja secara

    optimal.

    3.5. Instalasi Air

    Instalasi air dalam bangunan stasiun harus direncanakan dengan baik agar

    dapat memenuhi kebutuhan yang ada di dalam bangunan stasiun. Instalasi air

    minimal harus terdapat :

    3.5.1. Pompa Air dan Penampungan Air

    Pompa air digunakan untuk mengangkat air dari dalam tanah ke permukaan

    tanah atau menaikkan air ke bak penampungan atau torn. Penggunaan

    pompa air disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di stasiun, apakah

    menggunakan penggerak motor diesel, bensin atau listrik.

    Untuk melindungi pompa air dari pencurian dan pengaruh cuaca harus

    dibuatkan rumah pompa yang besarnya bisa menyesuaikan dengan keadaan

    dan kebutuhan stasiun.

    Bak penampungan air yang ada di stasiun harus dibuat lebih tinggi agar

    kebutuhan air di semua bagian bangunan stasiun terpenuhi, sehingga juga

    perlu direncanakan besarnya kapasitas bak penampungan air sesuai dengan

    kebutuhan air yang ada di stasiun.

    3.5.2. Plumbing

    a. Sistem pemipaan air bersih

    Sistem perencanaan supply air bersih di stasiun yang digunakan untuk

    keperluan pelayanan penumpang dan petugas stasiun yang disesuaikan

    dengan standar SNI.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 45

    USERHighlight

    USERHighlight

    USERHighlight

  • b. Sistem pemipaan air kotor/ limbah

    Sistem pembuangan limbah yang berasal dari dari toilet atau kamar

    mandi sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap stasiun.

    c. Sistem pemipaan air hujan

    Sistem drainase dalam bangunan yang direncanakan harus bisa

    menampung air hujan sehingga jika terjadi hujan yang deras pun tidak

    meluap.

    d. Septic Tank

    Septic tank harus dibuat dengan perhitungan yang disesuaikan dengan

    jumlah WC yang ada agar kapasitasnya mampu menampung sesuai

    dengan kebutuhan.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 46

  • 3.6. Furnitur

    Pemilihan furnitur menggunakan bahan yang awet dan berdasarkan standar

    kelayakan bahan. Dimana dalam pemiliharaannya mudah dan tidak

    memerlukan banyak biaya. Berikut tipikal furnitur untuk ruang-ruang di

    stasiun.

    Gambar 3-26. Tipikal Furnitur untuk Ruang Operasional KS

    Gambar 3-27. Gambar Tipikal Furnitur untuk Ruang Operasional Staff

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 47

  • Gambar 3-28. Gambar Tipikal Furnitur untuk Ruang Tunggu VIP

    Gambar 3-29. Tipikal Furnitur untuk Ruang Tunggu Eksekutif

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 48

  • Gambar 3-30. Tipikal Furnitur untuk Ruang Tunggu Umum

    3.7. Intaslasi dan Perangkat Pemadam kebakaran

    3.7.1. Pemadam Api Ringan (Portable Fire Extinghuister)

    Merupakan alat pemadam api ringan berupa tabung pemadam yang

    didalamnya berisi dry chemical powder yang dapat memadamkan api yang

    tidak terlalu besar.

    Tabung pemadam harus ditempatkan pada bangunan dalam area

    100m2/buah.

    Gambar 3-31. Tipikal Tabung Pemadam Kebakaran

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 49

    USERHighlight

  • 3.7.2. Sistem Hydrant

    Merupakan sistem terminal air darurat yang dapat digunakan untuk

    mengatasi terjadinya kebakaran. Dalam penempatannya tidak boleh

    terhalang atau tergganggu oleh bangunan lain serta mudah terlihat dan

    segera dapat digunakan.

    Sistem hydrant dibagi menjadi 3 macam yaitu :

    a. Hydrant Box

    Hydrant Box ini dapat dibagi menjadi dua yaitu berupa Indoor Hydrant

    (terletak di dalam gedung) atau Outdoor Hydrant (terletak di luar

    gedung). Untuk pemasangan Hydrant Box di dalam ruangan pada bagian

    atasnya (menempel pada dinding) harus disertai pemasangan alarm

    bell. Pada Hydrant Box harus terdapat gulungan selang atau Hose Reel.

    Gambar 3-32. Tipikal Sistem Hydrant Box Indoor

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 50

  • Gambar 3-33. Tipikal Sistem Hydrant Box Outdoor

    b. Hydrant Pillar

    Alat ini memiliki fungsi untuk menyuplai air dari PAM dan GWR gedung

    disalurkan ke mobil Pemadam Kebakaran agar Pemadam Kebakaran

    dapat menyiram air mobil ke gedung yang sedang terbakar. Alat ini

    diletakkan di bagian luar gedung yang jumlahnya serta peletakannya

    disesuaikan dengan luas gedung stasiun.

    Gambar 3-34. Tipikal Sistem Hydrant Pillar Satu

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 51

  • Gambar 3-35. Tipikal Sistem Hydrant Pillar Dua

    3.7.3. Sistem Sprinkler Omomatik

    Sistem sprinkler otomatik adalah kombinasi dari deteksi panas dan

    pemadaman, ia bekerja secara otomatik penuh tanpa bantuan orang atau

    sistem lain. Sehingga system ini merupakan sistem penanggulangan/

    pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem

    hidrant dan lainnya.

    Pada stasiun besar jika dibutuhkan maka harus dilengkapi sistem pemadam

    kebakaran dengan sistem sprinkle agar kebakaran dapat diminimalkan dan

    mencegah kebakaran yang lebih besar.

    Gambar 3-36. Tipikal Sistem Sprinkler

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 52

  • 3.7.4. Sistem Fire Alarm

    Sistem fire alarm adalah metode alarm yang langsung dinyalakan dengan

    cara menarik saklar/handel box pemadam kebakaran dan saat itu juga alarm

    kebakaran akan berbunyi dan sistem sprinkler langsung menyala, alarm ini

    terkoneksi dengan kantor pemadam kebakaran sehingga petugas kebakaran

    bisa langsung mengetahui lokasi kebakaran.

    Gambar 3-37. Tipikal Sistem Fire Alarm

    3.8. Perangkat Keamanan

    Perangkat CCTV merupakan alat keamanan yang sangat membantu untuk

    operasional dalam stasiun. Dengan kamera CCTV kondisi di stasiun selalu

    terpantau sehingga memudahkan petugas stasiun untuk mengatur

    penumpang di stasiun.

    Perangkat CCTV harus disediakan di semua stasiun besar dan stasiun sedang.

    Sementara untuk stasiun kecil, perangkat CCTV harus disediakan jika stasiun

    tersebut merupakan stasiun komuter.

    Untuk menjamin keamanan terhadap ancaman benda-benda tajam, senjata

    api dan ancaman bom maka di stasiun besar harus dilengkapi alat-alat

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 53

    USERHighlight

    USERHighlight

  • keamanan minimum yang terdiri Metal Detector, Walkthrough Detector, dan

    Inspection Mirror.

    Berikut contoh tipikal perangkat keamanan yang di maksud :

    Gambar 3-38. Tipikal Perangkat CCTV

    Gb. Gambar 3-39. Tipikal Metal Detector

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 54

  • Gb. Gambar 3-40. Tipikal Walkthrough Detector

    Gb. Gambar 3-41. Tipikal Inspection Mirror

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 55

  • BAB IV

    BANGUNAN STASIUN

    4.1. Asas Aksesibilitas pada Bangunan Umum

    Bangunan stasiun merupakan tempat bagi penyelenggaraan angkutan publik

    dengan moda transportasi kereta api. Angkutan publik ini diperuntukan bagi

    masyarakat secara umum sehingga bangunan stasiun merupakan bangunan

    umum yang didesain, dibangun dan dimanfaatkan dengan memperhatikan

    aksesibilitas pada bangunan umum.

    Aksesibilitas pada bangunan umum adalah kemudahan yang disediakan bagi

    semua orang termasuk penyandang cacat untuk mengakses fasilitas pada

    bangunan umum.Terdapat 4 asas aksesibilitas pada bangunan umum, yaitu:

    a. Kemudahan, yaitu setiap orang dengan mudah dapat mencapai semua

    tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

    b. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua

    tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

    c. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu

    lingkungan terbangun harus memperhatikan keselamatan bagi semua

    orang.

    d. Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan

    mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum

    dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.

    56

  • 4.2. Ukuran Dasar Ruang

    Ukuran dasar ruang tiga dimensi yang meliputi panjang, lebar dan tinggi,

    digunakan sebagai pedoman untuk mendesain bangunan sehubungan dengan

    pemenuhan asas aksesibilitas pada bangunan.

    Ukuran dasar ruang di stasiun mengacu kepada dua ukuran dasar sebagai

    berikut:

    a. Ukuran Dasar Umum, yang meliputi ukuran tubuh manusia dewasa,

    peralatan yang digunakan, ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi

    pergerakannya.

    b. Ukuran Dasar Khusus, yang disesuaikan dengan ukuran sarana dan

    prasarana perkeretaapian, peralatan, perlengkapan dan ruang yang

    dibutuhkan untuk mewadahi pergerakan sarana sehubungan dengan

    kegiatan operasional kereta api di stasiun.

    4.2.1 Ukuran Dasar Umum

    Ukuran dasar umum diterapkan dengan mempertimbangkan fungsi ruang

    dan pengguna ruang. Ruang pelayanan dan publik harus menerapkan ukuran

    dasar bagi semua orang termasuk penyandang cacat. Sedangkan ruang-

    ruang seperti ruangan kantor, gudang peralatan dan ruangan petugas, dapat

    disesuaikan tanpa menerapkan ukuran dasar bagi penyandang cacat.

    Detail ukuran dasar umum dijelaskan pada gambar-gambar sebagai berikut.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 57

  • Gambar 4-1. Ukuran Umum Orang Dewasa

    Gambar 4-2. Ruang Gerak Bagi Tuna Netra

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 58

  • Gambar 4-3. Ukuran Kursi Roda

    Gambar 4-4. Ukuran Putar Kursi Roda

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 59

  • Gambar 4-5. Belokan dan Papasan Kursi Roda

    4.2.2 Ukuran Dasar Khusus

    Detail ukuran dasar khusus menyangkut ruang bebas bagi pergerakan kereta

    api dijelaskan pada gambar-gambar sebagai berikut.

    Gambar 4-6. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Elektrifikasi dan Non Elektrifikasi

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 60

  • Gambar 4-7. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lengkung

    Gambar 4-8. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Jalur Ganda

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 61

  • Gambar 4-9. Ruang Bebas pada Jalan Rel Jalur Lengkung untuk Jalur Ganda

    4.3. Pembagian Fungsi Ruang di Stasiun

    Ruang-ruang di stasiun adalah tempat untuk berbagai aktifitas dan fasilitas

    pelayanan jasa angkutan kereta api yang berada di stasiun. Ruang-ruang ini

    merupakan bagian dari bangunan stasiun yang berupa ruangan kerja, ruangan

    pelayanan, hall, teras, area terbuka, jalur kereta api, peron, jalur pejalan kaki,

    pelataran parkir dan lain-lain.

    Setiap ruang di stasiun mempunyai fungsi tertentu sesuai dengan aktifitas dan

    fasilitas pelayanan yang ditempatkan di ruang tersebut. Secara umum,

    pembagian ruang di stasiun berdasarkan fungsinya meliputi:

    a. Ruang untuk Kegiatan Pokok

    b. Ruang untuk Kegiatan Penunjang dan Jasa Pelayanan Khusus

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 62

  • 4.3.1 Ruang untuk Kegiatan Pokok

    Ruang untuk kegiatan pokok adalah ruang yang diperuntukan bagi kegiatan-

    kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan jasa angkutan

    kereta api di stasiun. Ruang untuk kegiatan pokok terbagi menjadi dua

    bagian utama, yaitu:

    a. Ruang Petugas Operasional, yang meliputi:

    1) Ruang Kepala Stasiun (KS), yaitu ruang yang diperuntukan bagi

    Kepala Stasiun untuk menjalankan tugasnya dalam mengatur

    kegiatan pelayanan yang ada di stasiun.

    2) Ruang Wakil Kepala Stasiun (WKS), yaitu ruang dinas Wakil Kepala

    Stasiun yang bertugas membantu tugas Kepala Stasiun.

    3) Ruang Pemimpin Perjalanan Kereta API (PPKA), yaitu ruangan

    khusus PPKA yang lokasinya harus memungkinkan bagi petugas

    untuk melihat kedatangan kereta api dan terlihat oleh masinis, serta

    bisa melihat area emplasemen di stasiun. Ruang ini harus memadai

    untuk penempatan peralatan operasional yang diperlukan oleh

    PPKA.

    4) Ruang Pengawas Peron (PAP), yaitu ruang pengawas petugas

    stasiun yang berada pada posisi bisa melihat arah datangnya kereta

    dan seluruh emplasemen yang fungsinya sebagai tempat untuk

    memberika layanan informasi melalui pengeras suara kepada calon

    penumpang kereta api.

    5) Ruang Keuangan, yaitu ruang yang mempunyai fungsi utama

    sebagai ruang administrasi dan perbendaharaan stasiun.

    6) Ruang Serbaguna, yaitu ruang yang disediakan untuk menunjang

    operasional stasiun atau bisa dijadikan tempat untuk keperluan

    petugas.

    7) Ruang Peralatan, yaitu ruang yang disediakan untuk menyimpan

    alat-alat yang digunakan untuk keperluan stasiun misal alat

    kebersihan, dan sebagainya.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 63

  • 8) Ruang UPT Kru KA, yaitu ruang yang disediakan bagi Kru KA yang

    berdinas untuk menggunakan fasilitas tersebut sesuai dengan

    kebutuhannya.

    9) Ruang Istirahat Kru KA, yaitu ruang khusus istirahat yang dilengkapi

    dengan fasilitas tempat tidur untuk kru KA yang akan atau selesai

    berdinas sehingga kondisinya selalu dalam keadaan siap tugas.

    10) Ruang Petugas Keamanan, yaitu ruang petugas keamanan stasiun

    yang disediakan untuk tempat koordinasi dan administrasi petugas

    keamanan termasuk tempat untuk istirahat petugas keamanan

    stasiun.

    11) Ruang Petugas Kebersihan, yaitu ruang yang disediakan bagi

    petugas kebersihan stasiun untuk menyiapkan dan melakukan

    tugasnya di stasiun.

    b. Ruang Pelayanan dan Publik,meliputi:

    1) Ruang Hall

    2) Ruang Loket

    3) Ruang Pelayanan Informasi

    4) Ruang Tunggu VIP

    5) Ruang Tunggu Eksekutif

    6) Ruang Tunggu Umum

    7) Ruang Peron

    8) Ruang Pelayanan Kesehatan

    9) Ruang Toilet Umum

    10) Ruang Mushola

    11) Ruang untuk Ibu Menyusui

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 64

  • 4.3.2. Ruang untuk Kegiatan Penunjang dan Jasa Pelayanan Khusus

    Ruang ini adalah ruang yang diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan komersial

    yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang kegiatan

    penyelenggaraan jasa angkutan kereta api di stasiun. Ruang ini meliputi:

    a. Ruang Pertokoan,

    b. Ruang Restoran,

    c. Ruang Parkir Kendaraan,

    d. Ruang Gudang,

    e. Ruang Penitipan Barang,

    f. Ruang Bongkar Muat Barang,

    g. Ruang ATM,

    h. Ruang Reservasi Hotel dan Travel.

    4.4. Luas dan Kapasitas Ruang di Stasiun

    Setiap ruang di stasiun memiliki ukuran tertentu sesuai dengan aktifitas dan

    fasilitas pelayanan yang berada di dalamnya. Penentuan ukuran ruang harus

    mempertimbangkan berbagai hal sehubungan dengan kapasitas, utilitas,

    aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi pengguna

    ruangan.

    Sehubungan dengan kapasitas ruang, luas ruang pelayanan dan publik dapat

    dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

    L = 0,64 m2/orang x V x LF

    L = luas ruang pelayanan dan publik (m2) V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun

    (orang) LF = load factor (100%) = 1

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 65

  • Standar minimum untuk luas ruang-ruang bagi kegiatan pokok di stasiun

    ditentukan pada Tabel 4-1.

    Penentuan luas ruang yang diperuntukan bagi kegiatan penunjang dan jasa

    pelayanan khusus di stasiun disesuaikan dengan kebutuhannya menyangkut

    jenis pelayanan, kapasitas dan utilitasnya serta tetap memenuhi aspek-aspek

    aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

    Tabel 4-1. Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di Stasiun

    Ruang Luas Ruangan (m2)

    BerdasarkanKelas Stasiun

    Besar Sedang Kecil

    Ruang KS 30 24 20

    Ruang WKS 15 15 -

    Ruang PPKA 25 18 18

    Ruang PAP 4 - -

    Ruang Keuangan 20 16 -

    Ruang Serbaguna 100 50 -

    Ruang Peralatan 16 12 8

    Ruang UPT Kru KA 24 - -

    Ruang Istirahat Kru KA 30 25 -

    Ruang Petugas Keamanan 15 12 9

    Ruang Petugas Kebersihan 9 9 6

    Ruang Hall 250 150 60

    Ruang Loket 25 12 60

    Ruang Pelayanan Informasi 15 12 9

    Ruang Tunggu VIP 90 - -

    Ruang Tunggu Eksekutif 75 60 -

    Ruang Tunggu Umum 600 160 40

    Ruang Layanan Kesehatan 25 15 15

    Ruang Toilet Umum 54 45 30

    Ruang Mushola 49 30 20

    Ruang Ibu Menyusui 15 10 -

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 66

  • Gambar 4-10. Tipikal Ruang Kepala Stasiun

    Gambar 4-11. Tipikal Ruang Wakil Kepala Stasiun

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 67

  • Gambar 4-12. Tipikal Ruang PPKA

    Gambar 4-13. Tipikal Ruang PAP

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 68

  • Gambar 4-14. Tipikal Ruang Keuangan

    Gambar 4-15. Tipikal Ruang Serbaguna

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 69

  • Gambar 4-16. Tipikal Ruang Peralatan

    Gambar 4-17. Tipikal Ruang UPT Kru KA

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 70

  • Gambar 4-18. Tipikal Ruang Istirahat Kru KA

    Gambar 4-19. Tipikal Ruang Petugas Keamanan

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 71

  • Gambar 4-20. Tipikal Ruang Petugas Kebersihan

    Gambar 4-21. Tipikal Ruang Hall

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 72

  • Gambar 4-22. Tipikal Ruang Loket

    Gambar 4-23. Tipikal Ruang Informasi

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 73

  • Gambar 4-24. Tipikal Ruang Tunggu VIP

    Gambar 4-25. Tipikal Ruang Tunggu Eksekutif

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 74

  • Gambar 4-26. Tipikal Ruang Tunggu Umum

    Gambar 4-27. Tipikal Ruang Kesehatan

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 75

  • Gambar 4-28. Tipikal Toilet

    Gambar 4-29. Tipikal Mushola

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 76

  • Gambar 4-30. Tipikal Ruang Ibu Menyusui/Laktasi

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 77

  • 4.5. Warna Bangunan

    Secara umum, warna bangunan ditentukan oleh warna dasar dinding

    bangunan. Warna elemen bangunan lainnya seperti kusen, pintu, lisplang

    disesuaikan sebagai kombinasi warna.

    4.5.1. Warna Eksterior Bangunan

    Standar warna dinding eksterior bangunan stasiun dibedakan antara standar

    warna untuk bangunan stasiun heritage dan non heritage.

    Tabel 4-2. Standar Warna Dinding Eksterior

    Bangunan Stasiun Heritage dan Non Hertage

    Jenis Warna Bangunan

    Non Heritage Bangunan Heritage

    Warna Dasar

    Putih (kode 2290M Brilliant White

    merk Dulux / setara); Krem

    (kode 44518 Ruby Sand merk Dulux / setara)

    Putih (kode 2290M Brilliant White

    merk Dulux / setara)

    Kombinasi Warna Gradasi Warna Abu Tua Gradasi Warna Abu Tua

    Aksen Warna (bila diperlukan)

    Oranye (kode 43044 Teracotta merk Dulux / setara);

    Abu Tua (kode 30GG 52/011 Frost Grey

    merk Dulux / setara)

    Oranye (kode 43044 Teracotta

    merk Dulux / setara)

    Khusus stasiun komuter yang bukan merupakan bangunan heritage, warna

    dinding bangunan disesuaikan dengan tema tertentu yang mengindikasikan

    identitas stasiun.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 78

  • Pengecatan dinding eksterior bangunan menggunakan cat yang diperuntukan

    secara khusus sebagai cat dinding eksterior, dengan spesifikasi umum sebagai

    berikut:

    - cat weathershield,

    - daya sebar teoritis 12-13 m2/liter/lapis,

    - masa pengeringan 2-3 jam sebelum lapisan berikutnya,

    - pengenceran 10% untuk permukaan acian.

    4.5.2. Warna Interior Bangunan

    Warna dasar yang digunakan untuk dinding interior bangunan adalah warna

    terang dengan spesifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan desain.

    Kombinasi warna untuk dinding dan elemen interior lainnya juga disesuaikan

    dengan kebutuhan desain.

    Pengecatan dinding interior bangunan menggunakan cat dengan spesifikasi

    umum sebagai berikut:

    - daya sebar teoritis 12-14 m2/liter/lapis;

    - masa pengeringan 1-2 jam sebelum lapisan berikutnya;

    - pengenceran 20% untuk permukaan acian;

    4.5.3. Warna Bangunan Overkaping

    Bentuk bangunan overkaping disesuaikan dengan keperluan desain

    arsitekturnya. Atap overkaping mengunakan material dengan warna abu-

    abu. Tiang dan rangka overkaping menggunakan cat dengan kombinasi

    warna abu-abu tua.

    4.5.4. Periode Pengecatan Kembali

    Bangunan stasiun perlu dicat kembali setiap periode waktu tertentu, seperti

    dijelaskan pada Tabel 4-3.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 79

  • Tabel 4-3.

    Periode Pengecatan Kembali

    Elemen

    Bangunan

    Periode Pengecatan Berdasarkan Kelas Stasiun

    Besar Sedang Kecil

    Dinding Eksterior 4 tahun 5 tahun 5 tahun

    Dinding Interior 4 tahun *) 5 tahun *) 5 tahun *)

    Overkaping Baja 5 tahun 5 tahun 5 tahun

    Overkaping Beton 4 tahun 5 tahun 6 tahun

    *) disesuaikan dengan kebutuhan

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengecatan kembali

    adalah sebagai berikut:

    a. Plesteran dinding yang rusak harus diperbaiki dulu, kemudian diplamir

    kembali sebelum dilakukan pengecatan.

    b. Material baja yang korosi harus diperbaiki dulu sebelum dilakukan

    pengecatan.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 80

  • 4.6. Peron

    Peron berfungsi sebagai tempat untuk aktifitas naik turun penumpang kereta

    api yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu peron tinggi, peron sedang dan peron

    rendah. Peron ditempatkan di tepi jalur kereta api (side platform) dan di

    antara dua jalur (island platform).

    4.6.1. Ukuran Teknis Peron

    Tabel 4-4. Ukuran Teknis Peron

    No. Uraian Jenis Peron

    Tinggi Sedang Rendah

    1 Tinggi Peron, diukur dari kepala rel sampai dengan lantai peron

    100 cm 43 cm 18 cm

    2 Jarak Tepi Peron dari As Jalan Rel Lurus 160 cm 135 cm 120 cm 3 Jarak Tepi Peron dari As Jalan Rel

    Lengkung 165 cm

    4 Lebar Minimal untuk Peron di Antara Dua Jalur KA (Island Platform)

    200 cm 250 cm 280 cm

    5 Lebar Minimal untuk Peron di Tepi Jalur KA (Side Platform)

    165 cm 190 cm 205 cm

    6 Jarak Garis Batas Aman, diukur dari sisi tepi luar peron ke arah as peron

    35 cm 600 cm 750 cm

    7 Panjang Peron disesuaikan dengan rangkaian terpanjang KA penumpang yang beroperasi

    Dengan mempertimbangkan kapasitas penumpang, lebar peron dapat

    dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

    b = 0,64 m2/orang x V x LF

    l

    b = lebar peron (meter) V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang) LF = load factor (80%) l = panjang peron sesui dengan rangkaian terpanjang KA penumpang

    yang beroperasi (meter)

    Pembangunan peron baru harus menggunakan jenis peron tinggi atau

    peron rendah. Peron sedang dipertimbangkan tidak memenuhi aspek

    efisiensi utilitas karena operasionalnya masih harus menggunakan tangga

    khusus(bancik) untuk naik turun penumpang.

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 81

  • Gambar 4-31.

    Potongan Melintang PeronTinggi

    Gambar 4-32. Potongan Melintang Peron Rendah

    Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 82

  • 4.6.2. Kelengkapan Peron

    Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan kelengkapan di area

    peron adalah sebagai berikut:

    a. Area peron harus dilengkapi dengan lampu penerangan yang memadai,

    papan nama peron, papan nama jalur KA, papan petunjuk arah,

    petunjuk waktu, tanda batas aman peron dan papan

    peringatan/larangan.

    b. Untuk memenuhi aspek kenyamanan, peron di stasiun besar, stasiun

    sedang dan stasiun komuter harus dilengkapi dengan overkaping.

    c. Untuk akses pergerakan vertikal, peron tinggi dan peron sedang harus