Buku Standardisasi Stasiun 2012
description
Transcript of Buku Standardisasi Stasiun 2012
-
PEDOMAN STANDARDISASI STASIUN KERETA API
Lampiran SK Direksi PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Nomor KEP.U/LL.104/I/1/KA-2012
Tanggal 12 Januari 2012
Tentang Pedoman Standardisasi Stasiun
PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)
B A N D U N G
2 0 1 2
-
KEPUTUSAN DIREKSI PT. KERETA API INDONESIA (Persero) NOMOR : KEP.U/LL.104/I/1/KA-2012
TENTANG
STANDARDISASI STASIUN 2012 PT. KERETA API INDONESIA (Persero)
DIREKSI PT. KERETA API INDONESIA (Persero)
Menimbang : Bahwa untuk meningkatkan pelayanan jasa angkutan kereta api khususnya angkutan penumpang diperlukan pedoman atau acuan bagi pelaksanaaan penataan dan pelayanan stasiun, maka perlu disusun Pedoman Standardisasi Stasiun.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722);
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 106. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587);
3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4297);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1998 tentang Pengalihan
Bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Kereta Api menjadi Perusahaan Persero (PERSERO);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan
Kedudukan Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) kepada Menteri Negara Badan Usahan Milik Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 nomor 82, Tambahan Lembaran Negara nomor 4305);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang tentang
pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api.
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 9 Tahun 2011
Tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api.
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api.
11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 33 Tahun 2011
Tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan Di Stasiun Kereta Api.
-
12. Akta Pendirian PT. KERETA API INDONESIA (Persero) yang dibuat dihadapan Notaris Imas Fatimah, SH No. 2 tanggal 1 Juni 1999 dan Akta Perubahan Nomor 14 tanggal 13 September 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Nomor C-17171 RH.01 Tahun 1991 tanggal 1 Oktober 1999, yang telah dimuat dalam Berita Negara RI Nomor 240 Tahun 2000 da Tambahan Lembaran Berita Negara RI Nomor 4 tanggal 14 Januari 2000;
13. Surat Keputusan Direksi PT. KERETA API INDONESIA (Persero) Nomor KEP.U/HK.215/VIII/1/KA-2005 tanggal 19 Agustus 2005 tentang Buku Panduan Good Corporate Governance (GCG) di Lingkungan (Persero);
14. Surat Keputusan Direksi PT. KERETA API INDONESIA (Persero)
Nomor KEP.U/OT.003/IV/1/KA-2007 tanggal 9 April 2007 tentang Susunan Klasifikasi Stasiun.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKSI PT. KERETA API INDONESIA (Persero) TENTANG PEDOMAN STANDARDISASI STASIUN KERETA API.
PERTAMA : Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api sebagaimana disebut dalam Lampiran keputusan ini maka diperlukan sebagai acuan yang harus dilakasanakan pada setiap penataan stasiun untuk semua kelas stasiun.
KEDUA : Stasiun Kereta Api sebagaimana dalam Diktum PERTAMA adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api.
KETIGA : Pembagian Kelas Stasiun Kereta Api sebagaimana dalam Diktum KEDUA meliputi:
1. Stasiun Besar meliputi: a. Kelas A b. Kelas B c. Kelas C
2. Stasiun Sedang yaitu Stasiun Kelas 1. 3. Stasiun Kecil meliputi:
a. Kelas 2 b. Kelas 3
KEEMPAT : Standardisasi sebagaimana yang disebut dalam Diktum PERTAMA
meliputi: 1. Standardisasi Pelayanaan Stasiun (Besar, Sedang, Kecil) 2. Standardisasi Perangkat Stasiun (Besar, Sedang, Kecil) 3. Standardisasi Bangunan (Besar, Sedang, Kecil)
KELIMA : Standardisasi Pelayanaan Stasiun (Besar, Sedang, Kecil) meliputi ;
1. Pelayanan Informasi 2. Pelayanan Tiketing 3. Pelayanan Keselamatan 4. Pelayanan Keamanan 5. Pelayanan Kesehatan 6. Pelayanan Umum 7. Pelayanan Khusus 8. Pengaturan Zona Pelayanaan Stasiun dan Pengaturan Sirkulasi
arus Penumpang.
-
KEENAM : Standardisasi Perangkat Stasiun (Besar, Sedang, Kecil) meliputi:
1. Perangkat Media Informasi 2. Instalasi Mekanikal 3. Instalasi Elektrikal 4. Sanitair 5. Furnitur 6. Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran 7. Perangkat Keamanan
KETUJUH : Standardisasi Bangunan (Besar, Sedang, Kecil) Meliputi ; 1. Azas Aksibilitas Pada Bangunan Umum 2. Ukuran Dasar Ruang 3. Pembagian Fungsi Ruang Stasiun. 4. Ukuran dan Kapasitas Ruang di Stasiun. 5. Warna Dinding Eksterior Bangunan 6. Peron 7. Jalur Pedestrian 8. Tangga 9. Ram 10. Pintu 11. Kamar Kecil 12. Tempat parkir Kendaaraan
KEDELAPAN : Untuk Stasiun Kategori Heritage merupakan bangunan yang mempunyai gaya khas dan ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya dengan Perda.
KESEMBILAN KESEPULUH
: :
Pada masa transisi, stasiun yang belum ada penataan baru atau belum direnovasi, diperbolehkan untuk belum memenuhi Pedoman Standardisasi Stasiun ini. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya.
DITETAPKAN DI : BANDUNG
PADA TANGGAL : 12 JANUARI 2012 A.n. DIREKSI PT. KERETA API INDONESIA (Persero)
DIREKTUR UTAMA
IGNASIUS JONAN
NIPP. 63621
Tembusan Yth : 1. Komisaris PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Jakarta 2. Para Managing Director PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung 3. Para EVP PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung 4. Komite Eksekutif PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung 5. Para VP Kepala Divisi PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung
-
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
JUDUL
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan
1.2. Sistematika Penyusunan
1.3. Ketentuan Penerapan
BAB II PELAYANAN STASIUN
2.1. Pelayanan Informasi
2.2. Pelayanan Ticketing
2.3. Pelayanan Keselamatan
2.4. Pelayanan Keamanan
2.5. Pelayanan Kesehatan
2.6. Pelayanan Umum
2.7. Pelayanan Khusus
2.8. Pengaturan Zona Pelayanan dan Sirkulasi Penumpang
di Stasiun
BAB III PERANGKAT STASIUN
3.1. Perangkat Media Informasi
3.2. Media Informasi Berdasarkan Tujuan Pelayanan
3.3. Instalasi Mekanikal
3.4. Instalasi Elektrikal
3.5. Instalasi Air
Hal
i
ii
iv
v
1
1
1
2
4
4
7
8
9
9
10
13
14
19
19
26
35
42
45
-
iii
3.6. Furnitur
3.7. Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran
3.8. Perangkat Keamanan
BAB IV BANGUNAN STASIUN
4.1. Asas Aksesibilitas pada Bangunan Umum
4.2. Ukuran Dasar Ruang
4.3. Pembagian Fungsi Ruang di Stasiun
4.4. Luas dan Kapasitas Ruang di Stasiun
4.5. Warna Bangunan
4.6. Peron
4.7. Jalur Pedestrian
4.8. Tangga
4.9. Ramp
4.10. Pintu
4.11. Kamar Kecil
4.12. Tempat Parkir Kendaraan
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
47
49
53
56
56
57
62
65
78
81
84
87
90
96
101
105
110
x
-
iv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2-1. Penerapan Jenis Media Informasi pada Kelas Stasiun 5
Tabel 2-2. Pelayanan Ticketing 8
Tabel 2-3. Keamanan Stasiun 9
Tabel 2-4. Jumlah Toilet dan Petugas Kebersihan Berdasarkan Kelas
Stasiun
10
Tabel 2-5. Fasilitas Ruang Tunggu 11
Tabel 2-6. Kapasitas Minimal untuk Parkir Kendaraan 12
Tabel 3-1. Kombinasi Warna pada Media Informasi 22
Tabel 3-2. Spesifikasi Warna pada Media Informasi 22
Tabel 3-3. Level Iluminasi 43
Tabel 3-4. Nilai LLF 44
Tabel 4-1. Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di Stasiun 66
Tabel 4-2. Standar Warna Dinding Eksterior Bangunan Stasiun Heritage
dan Non Heritage
78
Tabel 4-3. Periode Pengecatan Kembali 80
Tabel 4-4. Ukuran Teknis Peron 81
-
v
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2-1. Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona 16
Gambar 2-2. Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona 17
Gambar 3-1. Tipikal Neon Box Gantung 21
Gambar 3-2. Tipikal Neon Box Tempel 21
Gambar 3-3. Tipikal tanda Gambar dan Media Informasi 23
Gambar 3-4. Tipikal Speaker Indoor 24
Gambar 3-5. Tipikal Speaker Outdoor 24
Gambar 3-6. Tipikal Media Audio Visual 25
Gambar 3-7. Tipikal Media Audio Visual 25
Gambar 3-8. Tipikal Neon Box Nama Stasiun (Tampak dari Jalan
Raya/Samping dan Dalam Stasiun
26
Gambar 3-9. Tipikal Papan Nama Stasiun (di Ujung Peron Stasiun) 26
Gambar 3-10. Tipikal Neon Box Pembagian Zona 27
Gambar 3-11. Tipikal Neon Box Ruang Operasional Petugas 28
Gambar 3-12. Tipikal Neon Box Ruang Pelayanan Publik 29
Gambar 3-13. Tipikal Neon Box untuk Kegiatan Penunjang dan Pelayanan
Khusus
30
Gambar 3-14. Tipikal Neon Box Arah Pintu Masuk dan Keluar 30
Gambar 3-15. Tipikal Neon Box Arah Jalur Pemberangkatan KA 31
Gambar 3-16. Tipikal Neon Box Arah Tempat Pelayanan Umum 31
Gambar 3-17. Tipikal Neon Box Assembly Point 32
Gambar 3-18. Tipikal Jam/Penunjuk Waktu 32
Gambar 3-19. Tipikal Neon Box Nama dan Nomor KA 33
-
vi
Gambar 3-20. Tipikal Neon Box Peringatan dan Larangan 34
Gambar 3-21. Tipikal Ukuran lift yang Diijinkan 37
Gambar 3-22. Tipikal Potongan dan Panel Kontrol Lift 38
Gambar 3-23. Tipikal Simbol Panel Lift yang dibuat timbul 39
Gambar 3-24. Tipikal indikator dan Denah Ruang Lift 40
Gambar 3-25. Tipikal Perspektif Lift 41
Gambar 3-26. Tipikal Furniture untuk Ruang Operasional KS 47
Gambar 3-27. Tipikal Furniture untuk Ruang Operasional Staff 47
Gambar 3-28. Tipikal Furniture untuk Ruang Tunggu Vip 48
Gambar 3-29. Tipikal Furniture untuk Ruang Tunggu Eksekutif 48
Gambar 3-30. Tipikal Furniture untuk Ruang Tunggu Umum 49
Gambar 3-31. Tipikal Tabung Pemadam Kebakaran 49
Gambar 3-32. Tipikal Sistem Hydrant Box Indoor 50
Gambar 3-33. Tipikal Sistem Hydrant Box Outdoor 51
Gambar 3-34. Tipikal Sistem Hydrant Pillar Satu 51
Gambar 3-35. Tipikal Sistem Hydrant Pillar Dua 52
Gambar 3-36. Tipikal Sistem springkler 52
Gambar 3-37. Tipikal Sistem Fire Alarm 53
Gambar 3-38. Tipikal Perangkat CCTV 54
Gambar 3-39. Tipikal Metal Detector 54
Gambar 3-40. Tipikal walkthrough Detector 55
Gambar 3-41. Tipikal inspection mirror 55
Gambar 4-1. Ukuran Umum Orang Dewasa 58
Gambar 4-2. Ruang Gerak Bagi Tuna Netra 58
Gambar 4-3. Ukuran Kursi Roda 59
-
vii
Gambar 4-4. Ukuran Putar Kursi Roda 59
Gambar 4-5. Belokan dan Papasan Kursi Roda 60
Gambar 4-6. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Elektrifikasi dan
Non Elektrifikasi
60
Gambar 4-7. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lengkung 61
Gambar 4-8. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Jalur Ganda 61
Gambar 4-9. Ruang Bebas pada Jalan Rel Jalur Lengkung untuk Jalur Ganda 62
Gambar 4-10. Tipikal Ruang Kepala Stasiun 67
Gambar 4-11. Tipikal Ruang Wakil Kepala Stasiun 67
Gambar 4-12. Tipikal Ruang PPKA 68
Gambar 4-13. Tipikal Ruang PAP 68
Gambar 4-14. Tipikal Ruang Keuangan 69
Gambar 4-15. Tipikal Ruang Serbaguna 69
Gambar 4-16. Tipikal Ruang Peralatan 70
Gambar 4-17. Tipikal Ruang UPT Kru KA 70
Gambar 4-18. Tipikal Ruang Istirahat Kru KA 71
Gambar 4-19. Tipikal Ruang Petugas Keamanan 71
Gambar 4-20. Tipikal Ruang Petugas Kebersihan 72
Gambar 4-21. Tipikal Ruang Hall 72
Gambar 4-22. Tipikal Ruang Loket 73
Gambar 4-23. Tipikal Ruang Informasi 73
Gambar 4-24. Tipikal Ruang Tunggu VIP 74
Gambar 4-25. Tipikal Ruang Tunggu Eksekutif 74
Gambar 4-26. Tipikal Ruang Tunggu Umum 75
Gambar 4-27. Tipikal Ruang Kesehatan 75
-
viii
Gambar 4-28. Tipikal Ruang Toilet 76
Gambar 4-29. Tipikal Musholla 76
Gambar 4-30. Tipikal Ruang Ibu Menyusui/Laktasi 77
Gambar 4-31. Potongan Melintang Peron Tinggi 82
Gambar 4-32. Potongan Melintang Peron Rendah 82
Gambar 4-33 . Prinsip Desain Jalur Pedestrian 86
Gambar 4-34. Tipikal Tangga 88
Gambar 4-35. Pegangan Rambat Pada Tangga 88
Gambar 4-36. Desain Profil Tangga 89
Gambar 4-37. Detail Pegangan Rambat Tangga 89
Gambar 4-38. Detail Pegangan Rambat Pada Dinding 89
Gambar 4-39. Tipikal Ramp 91
Gambar 4-40. BentukBentuk Ramp 92
Gambar 4-41. Kemiringan Ramp 92
Gambar 4-42. Pegangan Rambat Pada Ramp 93
Gambar 4-43. Kemiringan Melintang Ramp 93
Gambar 4-44. Pintu di Ujung Ramp 93
Gambar 4-45. Ramp untuk Trotoar 94
Gambar 4-46. Detail Ramp pada Trootoar 94
Gambar 4-47. Bentuk Ramp yang direkomendasikan 95
Gambar 4-48. Pintu Gerbang Pagar 97
Gambar 4-49. Ruang Bebas Pintu Satu Daun 98
Gambar 4-50. Ruang Bebas Pintu Satu Daun dengan Posisi Berbelok 98
Gambar 4-51. Ruang Bebas Pintu Dua Daun 99
Gambar 4-52. Ruang Bebas Pintu Dua Daun 99
-
ix
Gambar 4-53. Pegangan Pintu yang Direkomendasikan 100
Gambar 4-54. Pintu pada Portal 100
Gambar 4-55. Ukuran Sirkulasi Masuk 102
Gambar 4-56. Tinggi Perletakan Kloset 103
Gambar 4-57. Ruang Gerak di dalam Toilet 103
Gambar 4-58. Simulasi Pergerakan di Toilet 104
Gambar 4-59. Kran Wudlu bagi Penyandang Cacat 104
Gambar 4-60. Ukuran Mobil Pribadi 106
Gambar 4-61. Tipikal Layout Parkir 107
Gambar 4-62. Palang dan Papan Bantalan 108
Gambar 4-63. Tempat Parkir sesuai dengan Lingkungan dilengkapi
Penghijauan
108
Gambar 4-64. Tipikal Tempat Penampungan Sampah Sementara 109
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan
Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi kegiatan-kegiatan
pembangunan dan pembenahan stasiun kereta api yang meliputi
perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan pemanfaatan stasiun kereta
api. Pedoman ini juga dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan
keseragaman berbagai fasilitas pelayanan di stasiun kereta api yang
disesuaikan dengan kelas masing-masing stasiun dengan berfokus pada
pemenuhan terhadap aspek-aspek keselamatan, keamanan, kenyamanan
dan kemudahan.
Pedoman ini secara khusus ditujukan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan di stasiun sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan jasa angkutan kereta api secara keseluruhan. Peningkatan kualitas
pelayanan di stasiun diharapkan dapat meningkatkan citra PT Kereta Api
Indonesia (Persero) di mata masyarakat dan meningkatkan daya saing di
antara para kompetitor penyelenggara layanan transportasi umum.
1.2. Sistematika Penyusunan
Pedoman standardisasi stasiun ini disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan maksud dan tujuan penulisan pedoman,
sistematika penulisan pedoman, dan ketentuan umum penerapan.
Bab II Pelayanan Stasiun
Pada bab ini dijelaskan standar pelayanan yang harus tersedia di
stasiun yang disesuaikan dengan kelas stasiun. Adapun fasilitas-
1
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
fasilitas pelayanan berbentuk bangunan dan perangkat-perangkatnya
masing-masing dijelaskan pada Bab III dan Bab IV.
Bab III Perangkat Stasiun
Perangkat yang dijelaskan pada bab ini adalah perangkat sebagai
fasilitas pelayanan di stasiun, seperti perangkat media informasi,
perangkat pemadam kebakaran dan lain-lain. Instalasi pendukung
yang dijelaskan dalam bab ini adalah instalasi pendukung bangunan
stasiun seperti instalasi air, instalasi elektrikal dan instalasi
mekanikal.
Bab IV Bangunan Stasiun
Bab ini menjelaskan acuan-acuan yang harus diperhatikan dan
dipenuhi dalam merencanakan, mendesain, membangun dan
memanfaatkan bangunan stasiun sebagai ruang bagi berbagai
kegiatan pelayanan di stasiun seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya pada Bab II.
Bab V Penutup
Pada bab penutup diuraikan beberapa hal yang dapat dijadikan
kesimpulan dan saran yang diperlukan bagi penyempurnaan
pedoman ini.
1.3. Ketentuan Penerapan
Ketentuan-ketentuan penerapan pedoman ini adalah sebagai berikut:
a. Penerapan standar dalam pedoman ini secara khusus ditujukan pada
stasiun-stasiun kereta api yang melayani angkutan penumpang.
b. Penerapan pada stasiun-stasiun kereta api yang hanya melayani
angkutan barang disesuaikan dengan kebutuhannya.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab I. Pendahuluan 2
-
c. Pembangunan stasiun-stasiun kereta api baru harus menerapkan standar
dalam pedoman ini sebagai acuan perencanaan, perancangan,
pelaksanaan dan pemanfaatan stasiun.
d. Penerapan standar dalam pedoman ini untuk stasiun-stasiun kereta api
eksisting dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pembenahan dan renovasi
stasiun.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab I. Pendahuluan 3
-
BAB II
PELAYANAN STASIUN
2.1. Pelayanan Informasi
Pelayanan Informasi adalah pelayanan stasiun yang fungsinya memberikan
informasi kepada calon penumpang, penumpang dan atau pengantar yang
berkaitan dengan operasional/perjalanan kereta api dan fasilitas yang ada di
stasiun.
2.1.1. Berdasarkan jenisnya media informasi di stasiun dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Visual
Merupakan jenis media informasi yang disampaikan dengan
gambar/visual saja tanpa suara berupa :
Display
Monitor
Papan informasi Neon Box
Papan Informasi Biasa
Running Text
b. Audio
Merupakan jenis media informasi yang disampaikan dengan suara
melalui pengeras suara/speaker.
c. Audio Visual
Merupakan jenis media informasi yang disampaikan dengan
gambar/visual dan suara berupa :
Monitor LCD + Speaker
LCD TV
Untuk penerapan Jenis media informasi sesuai dengan kelas stasiun dapat
dilihat dalam tabel 2-1. berikut.
4
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
Tabel 2-1. Penerapan Jenis Media Informasi Pada Kelas Stasiun
No. Jenis Media Kelas Stasiun
Besar Sedang Kecil
1. Visual
Led Display Ada ## ##
Monitor Ada Ada ##
Neon Box Ada Ada Ada
Papan Informasi/Board Ada Ada Ada
2. Audio Ada Ada Ada
3. Audio Visual
Monitor LCD + Speaker Ada Ada ##
LCD TV Ada Ada ##
Keterangan : ## ; disesuaikan dengan kebutuhan
(Dimensi dan ukuran diseragamkan yang diatur dalam Bab III. Perangkat Stasiun)
2.1.2. Berdasarkan tujuannya media pelayanan informasi di stasiun dibagi
menjadi 5 macam yaitu :
a. Media Pelayanan Informasi Penunjuk Lokasi
Media pelayanan yang berisi informasi mengenai tempat, ruangan dan
fasilitas yang ada didalamnya. Penunjuk lokasi ini meliputi nama
ruangan yang ada di stasiun yang digunakan untuk kegiatan pokok
opersional, kegiatan penunjang dan jasa pelayanan khusus, termasuk
denah bangunan stasiun.
b. Media Pelayanan Informasi Penunjuk Arah
Media pelayanan informasi yang berisi informasi arah menuju ruang
atau fasilitas yang ada di stasiun yang didesain sedemikian rupa
sehingga penumpang dengan mudah mengetahui arah menuju fasilitas
atau ruang atau rangkaian KA yang diinginkan.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 5
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
c. Media Pelayanan Informasi Penunjuk Waktu
Media pelayanan yang dimaksud adalah informasi mengenai waktu atau
jam yang ada pada saat penumpang di stasiun, sehingga berguna bagi
penumpang untuk bisa merencanakan perjalanannya ke tempat tujuan
sesuai waktu yang diinginkan. Penunjuk waktu tersebut merupakan
waktu yang dipakai untuk jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta
api yang telah sesuai dengan waktu setempat.
d. Media Pelayanan Informasi Pelayanan Kereta Api
Media pelayanan yang ada di stasiun berfungsi untuk memudahkan
penumpang mendapatkan pelayanan yang diinginkan sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya, yang meliputi :
Jadwal keberangkatan kereta api dan kedatangan kereta api
Informasi nama dan nomor kereta api
Informasi tarif kereta api
Informasi stasiun kereta api pemberangkatan, stasiun
pemberhentian dan stasiun tujuan
Informasi letak/lokasi rangkaian kereta api
Kelas pelayanan
Peta jaringan jalur kereta api
Informasi gangguan perjalanan kereta api
e. Informasi Peringatan dan Larangan
Media pelayanan informasi dan larangan merupakan informasi yang ada
di stasiun yang berkaitan dengan keselamatan, keamanan, kenyamanan
dan kebersihan di stasiun. Informasi peringatan dan larangan yang ada
di stasiun meliputi :
Peringatan hati-hati saat melintasi jalur kereta api
Peringatan hati-hati saat naik kereta api (tunggu sampai kereta
benar-benar berhenti)
Peringatan untuk mendahulukan penumpang yang turun terlebih
dahulu.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 6
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
Peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Larangan merokok
Larangan masuk ke ruangan khusus petugas
Larangan membawa senjata tajam, senjata api dan bahan peledak.
Untuk Stasiun besar, sedang dan stasiun komuter harus menyediakan tempat
atau ruangan khusus pelayanan informasi (Information Centre) yang dapat
dimanfaatkan oleh penumpang, yang terdiri dari minimal 2 petugas informasi
yang beroperasi tiap hari yang sesuai dengan jadwal operasional kereta api di
stasiun, dengan kelengkapan meliputi minimal 1 set komputer dan brosur
jadwal operasional kereta api.
(Dimensi dan ukuran diseragamkan yang diatur dalam Bab IV. Perangkat Stasiun)
2.2. Pelayanan Ticketing
Pelayanan ticketing adalah pelayanan yang melayani calon penumpang dan
memberikan informasi mengenai :
Penjualan tiket
Pemesanan tiket
Pembatalan dan penukaran tiket
Informasi harga tiket
Informasi ketersediaan tempat duduk
Layanan elektronic payment
Pelayanan ticketing dapat dilayani di ruang/loket ticketing di dalam stasiun
atau di drive thru ticketing yang telah disediakan untuk kemudahan
penumpang dalam memperoleh tiket kereta api. Selain itu bisa ditempatkan
Railbox untuk keperluan reservasi tiket secara mandiri oleh penumpang
dengan menggunakan kartu (Rail Card). Ketersediaan drive thru dan Railbox
meyesuaikan dengan kebutuhan yang ada di stasiun.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 7
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
Pelayanan ticketing di stasiun disesuaikan dengan jenis perjalanan kereta api
yang terdiri dari ruang ticketing untuk perjalanan kereta api antar kota kelas
eksekutif-bisnis, kelas ekonomi dan dalam kota/komuter, seperti dalam tabel
pelayanan ticketing dibawah ini.
Tabel 2-2. Pelayanan Ticketing
No. Jenis Loket
(Ruang Ticketing)
Kelas Stasiun
Besar Sedang Kecil
1 Ka eksekutif-bisnis (antar kota) Min 3 org Min 1 org -
2 Ka ekonomi (antar kota) Min 2 org Min 2 org Min 1 org
3 Ka dalam kota (komuter) Min 3 org Min 3 org Min 3 org
2.3. Pelayanan Keselamatan
Pelayanan Keselamatan adalah pelayanan wajib yang ada distasiun yang
berupa peringatan yang disampaikan kepada penumpang agar keselamatan
terjamin, berupa peringatan melalui audio yang dilakukan petugas saat
adanya sarana gerak atau kereta api yang melintas di stasiun dan berupa garis
batas aman peron.
Pelayanan gambar atau media visual jalur evakuasi saat terjadi
bencana/kebakaran wajib ada di semua stasiun yang penempatannya di
tempat yang mudah dibaca oleh penumpang yang disesuaikan dengan
penempatan informasi penunjuk lokasi dan penunjuk arah di stasiun dengan
jumlah untuk stasiun besar minimal 2 buah, untuk stasiun sedang dan kecil
minimal 1 buah.
Di stasiun harus ada penempatan assembly point yaitu papan informasi agar
jika terjadi bencana, penumpang dapat langsung menuju tempat berkumpul
darurat yaitu di assembly point. Penempatan assembly point menyesuaikan
kondisi stasiun dimana dalam penempatannya harus memperhatikan :
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 8
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
Jauh dari bangunan.
Jalur menuju lokasi dari dalam stasiun mudah dengan dilengkapi
informasi penunjuk arah.
Dari assembly point harus ditempatkan papan informasi penunjuk arah
untuk keluar wilayah stasiun/tempat aman.
Bisa ditempatkan di tanah lapang atau lapangan parkir stasiun
menyesuaikan kondisi stasiun.
2.4. Pelayanan Keamanan
Pelayanan keamanan adalah pelayanan keamanan dari petugas keamanan
yang ada di stasiun disamping kamera CCTV yang beroperasi selama 24 jam,
sehingga mencegah adanya tindak kriminal di stasiun. Jumlah personil
keamanan dan kamera CCTV di stasiun berdasarkan kepada kelas stasiun,
seperti tabel 2-3.
Tabel 2-3. Keamanan Stasiun
No. Kebutuhan untuk Pelayanan
Keamanan (per-shift)
Kelas Stasiun
Besar Sedang Kecil
1 Petugas
keamanan
Komuter Min 13 org Min 10 org Min 3 org
Non Komuter Min 10 org Min 8 org Min 2 org
2 Kamera CCTV Komuter Min 4 buah Min 3 buah Min 2 buah
Non Komuter Min 3 buah Min 2 buah Min 1 buah
Untuk sterilisasi dari kemungkinan bahaya ancaman senjata tajam, senjata api
dan bahan peledak, maka untuk stasiun kelas besar harus dilengkapi metal
detector, walktrough detector dan inspection mirror.
2.5. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang diberikan oleh petugas
kesehatan untuk penumpang dan pegawai operasional kereta api yang
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 9
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya darurat. Pelayanan ini dapat
dimanfaatkan selama 24 jam dengan ruangan khusus untuk pelayanan
kesehatan di stasiun. Pelayanan kesehatan di stasiun minimal 2 orang dan
minimal menyediakan alat-alat standart P3K dan obat-obatan.
2.6. Pelayanan Umum
2.6.1. Layanan Toilet dan Mushola
Pelayanan toilet merupakan pelayanan umum yang harus ada di stasiun
tanpa dipungut biaya/jasa atas penggunaan pelayanan tersebut yang dapat
dipakai untuk buang air kecil dan air besar dimana terpisah antara toilet pria
dan wanita. Minimal jumlah ketersediaan jumlah toilet berdasarkan kelas
stasiun seperti dalam tabel 2-4.
Tabel 2-4. Jumlah Toilet dan Petugas Kebersihan Berdasarkan Kelas Stasiun
No Keterangan Kelas Stasiun
Besar Sedang Kecil
1 Minimal Jumlah Toilet Normal
Pria 6 kamar Wanita 6 kamar
Pria 5 kamar Wanita 5 kamar
Pria 2 kamar Wanita 2 kamar
2 Minimal Jumlah Toilet untuk penyandang cacat
Pria 2 kamar Wanita 2 kamar
Pria 1 kamar Wanita 1 kamar
Pria 1 kamar Wanita 1 kamar
3 Minimal Jumlah wastafel 4 buah 2 buah 2 buah
4 Minimal Jumlah urinoar 6 buah 4 buah 2 buah
5 Minimal Petugas Kebersihan
3 org 2 org 1 org
Pelayanan mushola yaitu pelayanan tempat untuk beribadah bagi yang
beragama islam dengan ketentuan minimal harus tersedia tempat wudlu
untuk pria dan wanita. Mushola minimal harus dilengkapi pengeras suara,
kipas angin/pendingin udara dan perangkat alat sholat. Mushola harus dapat
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 10
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
digunakan oleh minimal 4 orang pria dan 4 orang wanita untuk stasiun
besar, 4 orang pria/wanita untuk stasiun sedang dan kecil.
2.6.2. Pelayanan Ruang Tunggu
Pelayanan ruang tunggu merupakan pelayanan umum yang dipakai
penumpang untuk menunggu kedatangan kereta api. Pelayanan ini dibagi
menjadi 3 macam yaitu :
a. Pelayanan Ruang Tunggu Umum
Pelayanan ini diperuntukkan bagi semua kelas penumpang kereta api.
b. Pelayanan Ruang Tunggu Eksekutif
Pelayanan ini diperuntukkan untuk penumpang kereta api kelas
eksekutif.
c. Pelayanan Ruang Tunggu VIP
Pelayanan ini diperuntukkan untuk pejabat kereta api, dinas dari
lembaga pemerintahan dan tamu khusus.
Pelayanan ruang tunggu VIP, eksekutif dan umum hanya tersedia di stasiun
besar, sedangkan untuk stasiun kelas sedang dilengkapi pelayanan ruang
tunggu eksekutif dan umum serta stasiun kelas kecil hanya mempunyai
pelayanan ruang tunggu umum. Dengan fasilitas didalamnya seperti dalam
tabel 2-5 dibawah ini.
Tabel 2-5. Fasilitas Ruang Tunggu
No Keterangan Ruang Tunggu
VIP Ruang Tunggu
Eksekutif Ruang Tunggu
Umum
1 Kamar Mandi Ada - -
2 Toilet, wastafel Ada Ada Ada
3 Televisi Ada Ada Ada
4 Tempat duduk Sofa Sofa Kursi biasa
5 Meja Ada Ada -
6 Pendingin udara Ada Ada -
7 Kipas Angin - - ##
Keterangan : ## ; disesuaikan dengan kebutuhan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 11
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
2.6.3. Pelayanan Parkir Kendaraan
Pelayanan parkir merupakan pelayanan ketersediaan tempat parkir
kendaraan yang dapat dimanfaatkan oleh penumpang untuk memarkirkan
kendaraanya baik mobil, motor maupun sepeda roda dua yang ada di area
stasiun.
Area parkir mempunyai ketersediaan lahan untuk bisa menampung
kendaraan umum seperti taxi dan bis dengan kapasitas seperti dalam tabel
2-6 di bawah ini.
Tabel 2-6. Kapasitas Minimal untuk Parkir Kendaraan
No. Jenis Kendaraan Kelas Stasiun
Besar Sedang Kecil
1. Mobil pribadi 200 100 20
2. Taksi 20 10 5
3. Motor 300 150 100
2.6.4. Pelayanan Restoran, Pertokoan, ATM, Money Changer, TITAM, Counter
Hotel & Travel.
Pelayanan restoran merupakan pelayanan yang ada di stasiun yang
melayani penjualan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh
penumpang dan menyediakan tempat untuk makan dan minum. Dimana jam
operasionalnya dapat disesuaikan dengan jam operasional kereta api.
Pertokoan adalah pelayanan yang menyediakan makanan dan minuman
atau kebutuhan yang lain (misal : bacaan, obat-obatan, souvenir dan lain-
lain) bagi penumpang tanpa disediakan tempat (meja dan kursi). Dengan jam
operasionalnya dapat menyesuaikan jam operasional kereta api.
Pelayanan ATM adalah pelayanan untuk dapat bertransaksi tunai atau non
tunai yang ada distasiun selama 24 jam. Untuk stasiun besar dan sedang
minimal harus ada 1 ATM Center dimana minimal harus ada 3 merchant
bank, dengan jenis banknya disesuaikan dengan kebutuhan di stasiun. Untuk
stasiun kecil pelayanan ATM disesuaikan dengan occupancy penumpang.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 12
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
Money Changer adalah tempat penukaran uang asing dimana layanan ini
harus disesuaikan dengan kebutuhan stasiun sehingga pelayanan terhadap
penumpang bisa optimal.
TITAM adalah layanan Tiket terpadu antar moda dimana penumpang dapat
menikmati layanan tiket tunggal yang dapat dipakai dua hingga tiga jenis
transportasi sekaligus sehingga penumpang kereta api yang akan melanjutkan
perjalanan dengan bus atau kapal tidak perlu membeli tiket berkali-kali.
Counter Hotel & Travel adalah layanan di stasiun dimana penumpang dapat
memilih layanan penginapan dan sarana transportasi yang diinginkan.
Ketersediaan Titam, Counter & Travel di stasiun disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing stasiun.
2.6.5. Pelayanan Penitipan dan Pengantar Barang
Pelayanan penitipan barang merupakan pelayanan tambahan yang harus
ada di stasiun sedang dan stasiun besar, dimana fungsinya adalah untuk
tempat penitipan barang sementara yang dapat dimanfaatkan oleh
penumpang kereta api, dengan membayar tarif sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di stasiun.
Pengantar barang merupakan jasa angkut barang dari luar kereta ke dalam
kereta atau sebaliknya dengan tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pengantar barang di stasiun wajib diatur dan dikoordinasikan oleh Petugas
stasiun agar keberadaannya dapat membantu penumpang dan
memperlancar arus penumpang dari luar ke dalam stasiun atau sebaliknya.
2.7. Pelayanan Khusus
2.7.1. Pelayanan untuk Penyandang Cacat dan Lansia
Pelayanan untuk penyandang cacat dan lansia yaitu pelayanan yang dapat
dimanfaatkan bagi penyandang cacat (difabel) dan orang usia lanjut untuk
kemudahan atau aksesibilitasnya didalam stasiun yang tentunya sampai
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 13
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
orang penyandang cacat dan lansia tersebut mendapatkan pelayanan yang
diperlukan di dalam stasiun atau sampai masuk ke dalam kereta.
Pelayanan ini dapat berupa kursi roda, dan prioritas untuk menggunakan lift
pada stasiun. Ramp harus tersedia di semua kelas stasiun yang didesain
sesuai dengan kebutuhan untuk membantu memudahkan penyandang cacat
dan lansia naik peron sehingga bisa dengan mudah masuk ke dalam kereta.
2.7.2. Pelayanan untuk Ibu Menyusui
Pelayanan yang disediakan di stasiun untuk ibu menyusui adalah ruangan
khusus yang bisa disatukan dengan ruangan eksekutif dengan ukuran
minimal untuk 5 orang dengan dinding pembatas sehingga ibu yang
menyusui merasa nyaman.
2.7.3. Pelayanan Smoking Area
Pelayanan smoking area adalah pelayanan tempat atau ruangan khusus di
stasiun yang disediakan bagi penumpang yang merokok, sehingga tidak
mengganggu penumpang yang lain yang tidak merokok.
2.8. Pengaturan Zona Pelayanan dan Sirkulasi Penumpang di Stasiun
2.8.1. Pengaturan Zona Pelayanan Stasiun
Pembagian zona pelayanan stasiun ini dimaksudkan agar pengaturan orang
di stasiun lebih mudah dan lebih teratur karena akan berdampak langsung
terhadap kenyamanan penumpang.
Zona pelayanan stasiun dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Zona Penumpang Bertiket atau Zona I
b. Zona Calon Penumpang Bertiket atau Zona II
c. Zona Umum atau Zona III
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 14
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
2.8.1.1. Zona Penumpang Bertiket atau Zona I
Zona I merupakan tempat steril yang khusus disediakan bagi penumpang
bertiket yang telah siap memasuki kereta. Tempat ini adalah area peron
dan jenis peron tinggi merupakan rekomendasi untuk standardisasi stasiun.
2.8.1.2. Zona Calon Penumpang Bertiket atau Zona II
Zona II merupakan tempat yang disediakan bagi calon penumpang bertiket
yang menunggu datangnya kereta yaitu :
Ruang tunggu (umum, eksekutif, vip).
Semua ruang dalam yang ada di stasiun setelah calon penumpang
melewati tempat pemeriksaan tiket/portir.
2.8.1.3. Zona Umum atau Zona III
Zona III merupakan tempat dimana calon penumpang, pengantar dan
orang umum mendapatkan pelayanan sebelum masuk ke dalam zona II.
Zona III dimaksud adalah zona calon penumpang dan umum sebelum
diperiksa tiketnya atau sebelum masuk peron, yang termasuk zona I
adalah:
Hall
Tempat parkir
Halaman stasiun; dan semua ruang yang yang dibatasi oleh tempat
pemeriksaan tiket/portir.
2.8.2. Pengaturan Sirkulasi Penumpang di Stasiun
2.8.2.1. Pengaturan Arah Sirkulasi Penumpang
Pengaturan sirkulasi penumpang di stasiun harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
Tidak Terjadi Perpotongan Antara Akses masuk dan keluar
penumpang baik yang akan naik KA maupun Turun dari KA.
Pintu masuk dipisahkan dengan pintu keluar stasiun
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 15
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
Kapasitas/Ukuran pintu masuk dan keluar Penumpang sesuai
dengan Volume penumpang yang ada.
Berikut gambar alur sirkulasi dan pembagian zona di stasiun :
Zona
2
Zona
1
Zona
3
Penumpang yang
akan naik KA
Gambar 2-1 Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona Stasiun
Penumpang yang
turun dari KA
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 16
USERHighlight
-
Gambar 2-2 Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona Stasiun
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 17
-
2.8.2.2. Pengaturan Arah Sirkulasi Kendaraan Maupun Pejalan Kaki di Area Parkir
atau Depan Stasiun
Area parkir maupun depan stasiun harus diatur arah sirkulasi kendaraan
maupun pejalan kaki sedemikian rupa sehingga :
Tidak Terjadi Perpotongan Antara Akses masuk dan keluar kendaraan di
area parkir.
Tidak Terjadi Perpotongan Antara Akses pejalan kaki dengan akses
kendaraan .
Ditempatkan Dropping Zone untuk Kendaraan.
Pengaturan Sirkulasi Kendaraan di Depan Stasiun untuk mendukung
Intermoda.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 18
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
BAB III
PERANGKAT STASIUN
Perangkat dan instalasi pendukung bangunan stasiun merupakan alat dan juga
instalasi yang tersedia di stasiun sebagai sarana pendukung bangunan stasiun agar
pelayanan kepada pengguna bisa optimal sesuai dengan fungsinya. Perangkat dan
instalasi pendukung yang di maksud meliputi :
a. Perangkat Media Informasi
b. Media Informasi Berdasarkan Tujuan Pelayanan
c. Instalasi Mekanikal
d. Instalasi Elektrikal
e. Instalasi Air
f. Furnitur
g. Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran
h. Perangkat Keamanan
3.1. Perangkat Media Informasi
Perangkat media informasi di stasiun merupakan perangkat yang mendukung
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan pelayanan
informasi jasa angkutan kereta api di stasiun. Perangkat media informasi
didesain sedemikian rupa sehingga mempermudah pengguna jasa angkutan
kereta api di stasiun dalam mengakses informasi yang dibutuhkan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesain perangkat media
informasi adalah sebagai berikut:
a. Tulisan dibuat dengan singkat, jelas, mudah terbaca dan mudah
dimengerti.
b. Tanda gambar harus jelas, seragam, dan sesuai dengan maksud dan
tujuan informasi.
19
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
c. Penempatan perangkat media informasi tidak mengganggu operasional
kereta api di stasiun dan mempertimbangkan kenyamanan bagi pengguna
jasa angkutan kereta api di stasiun.
d. Ukuran perangkat media informasi harus proporsional dan
mempertimbangkan aspek estetika bangunan.
e. Pemanfaatan perangkat media informasi elektronik harus
mempertimbangkan efisiensi pemakaian energi listrik.
Media informasi berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3 bentuk yaitu :
a. Media Informasi visual
b. Media Informasi Audio
c. Media Informasi Audio Visual
3.1.1. Media Visual
3.1.1.1. Spesifikasi dan Kombinasi Warna
Spesifikasi media informasi meliputi :
a. Ukuran sesuai gambar diatas/menyesuaikan banyaknya huruf.
b. Bahan acrylic susu 3 mm
c. Sticker oracal translucent gentian blue 051
d. Warna tulisan/simbol putih, huruf Arial font untuk Indonesia, Italic
untuk kata asing
e. Khusus Neon box dan papan nama stasiun huruf Calibri font Bold
f. Casing box stainless 0,8mm
g. Rangka pipa hollow 2,5x2,5cm
h. Neon TL Phillips 40 watt/setara
i. Neon box bisa 1, 2 dan 4 muka menyesuaikan kebutuhan stasiun.
j. Spesifikasi neon box seperti dalam gambar berikut :
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 20
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
Gambar 3-1. Tipikal Neon Box Gantung
Gambar 3-2. Tipikal Neon Box Tempel
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 21
-
Warna yang digunakan untuk tulisan, tanda gambar, garis pembatas dan
latar belakang pada media informasi dibedakan berdasarkan sifat informasi
yang disampaikan seperti yang dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3-1. Kombinasi Warna pada Media Informasi
No. Media Informasi
Kombinasi Warna
Latar Belakang
Tulisan, Tanda Gambar, Garis
Pembatas
1. Informasi yang Bersifat Umum (General), seperti nama gedung, nama ruang, penunjuk arah
Biru Putih
Putih Biru/Hitam
Hijau Putih
2. Informasi yang Bersifat Peringatan (Warning), seperti peringatan hati-hati saat melintas jalu KA
Kuning Hitam
3. Informasi yang Bersifat Larangan (Prohibition), seperti larangan merokok, larangan memasuki area tertentu
Merah Hitam
Putih Merah/Hitam
4. Informasi yang Bersifat Khusus, seperti tabel informasi layanan KA, informasi komersial, sambutan, ucapan selamat hari raya.
Disesuaikan dengan kebutuhan dengan kombinasi warna yang berbeda dengan informasi umum, peringatan dan larangan
Tabel 3-2.
Spesifikasi Warna pada Media Informasi
No. Nama Warna Spesifikasi Warna
dalam Format RGB
1. Biru (0, 101, 170)
2. Merah (218, 37, 29)
3. Kuning (255, 192, 0)
4. Hijau (0, 150, 70)
5. Putih (255, 255, 255)
6. Hitam (0, 0, 0)
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 22
-
3.1.1.2. Tanda Gambar
Standar tanda gambar yang digunakan pada perangkat media informasi di
stasiun dapat terlihat pada Gambar 4-3. sebagai berikut:
TOILET
TOILET PRIA
TOILET WANITA
AKSESIBILITAS
RUMAH MAKAN
KAFETARIA
AREA MEROKOK
DILARANG MEROKOK
BUANG SAMPAH
AREA LAYANAN WIFI
LAYANAN MEDIS
MOSHOLA
KEPALA STASIUN
PPKA
PETUGAS
KEAMANAN
Gambar 3-3. Tipikal Tanda Gambar pada Media Informasi
Tanda gambar diatas merupakan tipikal yang akan dipakai sebagai media
informasi yang ada di stasiun yang digunakan menurut kebutuhan stasiun.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 23
-
3.1.2. Media Audio
Dalam fungsinya sebagai media audio/pengeras suara di stasiun harus
memenuhi beberapa hal berikut :
Bisa menjangkau wilayah stasiun/emplasemen.
Mudah dioperasikan oleh petugas stasiun.
Suara yang dihasilkan jelas dan tidak mengganggu kenyamanan
penumpang.
Tidak mengurangi nilai estetika dalam pemasangannya/tidak terlalu
besar disesuaikan kebutuhan stasiun.
Gambar 3-4. Tipikal Speaker Indoor
Gambar 3-5. Tipikal Speaker Outdoor
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 24
-
3.1.3. Media Audio Visual
Media audio visual yang digunakan di stasiun harus disesuaikan dengan
kebutuhannya, agar lebih efisian dalam penggunaannya disarankan
menggunakan media visual dan audionya dalam 1 perangkat sehingga tidak
memerlukan ruangan khusus untuk penempatan audio/speaker.
Gambar 3-6. Tipikal Media Audio Visual
Gambar 3-7. Tipikal Media Audio Visual
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 25
-
3.2. Media Informasi Berdasarkan Tujuan Pelayanan
Berdasarkan tujuan pelayanannya, media informasi di stasiun secara umum
terbagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
3.2.1. Penunjuk Lokasi
Media pelayanan informasi penunjuk lokasi meliputi :
a) Informasi Nama Stasiun.
Gambar 3-8. Neon Box Nama Stasiun
(Tampak dari Jalan Raya/Samping dan Dalam Stasiun)
Gambar 3-9. Papan Nama Stasiun ( di Ujung Peron Stasiun)
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 26
-
Untuk depan dan samping stasiun dipakai jenis neon box, sedang untuk diperon
cukup papan nama stasiun. Tebal neon box depan stasiun 30 cm sedang samping
stasiun 25 cm. Nilai x ditentukan untuk mencari panjang dan tinggi sehingga besar
tulisan dan logo tetap proporsional. Panjang dan tinggi menyesuaikan kondisi dan
besarnya bangunan stasiun. Misal x=5, maka tinggi= 3*5+6*5+4*5+3*5=80cm.
b) Informasi nama pembagian area di stasiun
Zona Khusus Penumpang Bertiket atau Zona I
Zona Khusus Calon Penumpang atau Zona II
Zona Area Umum atau Zona III
Gambar 3-10. Tipikal Neon Box Pembagian Zona
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 27
USERHighlight
-
c) Ruang operasional petugas stasiun :
Gambar 3-11. Tipikal Neon Box Ruang Operasional Petugas
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 28
-
d) Ruang pelayan publik :
Gambar 3-12. Tipikal Neon Box Ruang Pelayanan Publik
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 29
-
e) Informasi nama-nama ruangan untuk kegiatan penunjang dan
pelayanan khusus :
Gambar 3-13. Tipikal Neon Box untuk Kegiatan Penunjang dan Pelayanan Khusus
3.2.2. Penunjuk Arah
Media pelayanan informasi penunjuk arah meliputi :
a) Arah pintu masuk dan keluar.
Gambar 3-14. Tipikal Neon Box Arah Pintu Masuk dan Keluar
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 30
-
b) Arah menuju jalur pemberangkatan KA.
Gambar 3-15. Tipikal Neon Box Arah Jalur Pemberangkatan KA (4 muka)
c) Arah menuju tempat ibadah dan ke tempat pelayanan umum meliputi
masjid, restoran, toilet, smoking room :
Gambar 3-16. Tipikal Neon Box Arah ke Tempat Pelayanan Umum
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 31
-
d) Arah menuju tempat evakuasi/assembly point :
Gambar 3-17. Tipikal Neon Box Assembly Point
3.2.3. Penunjuk Waktu
Media pelayanan informasi penunjuk waktu meliputi :
a) Jam yang dipasang ditiap-tiap ruang.
Gambar 3-18. Tipikal Jam/Penunjuk Waktu
b) Informasi melalui pengeras suara dari petugas stasiun.
c) Informasi dari perangkat visual (LCD TV) dan running text.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 32
-
3.2.4. Informasi Layanan KA
Media pelayanan informasi layanan KA meliputi :
a) Tempat pemesanan/booking, pengembalian/retur tiket KA, tukar tiket
(dari struk kode booking) dan layanan elektronic payment.
b) Informasi gangguan perjalanan kereta api.
c) Informasi stasiun pemberangkatan, stasiun pemberhentian dan stasiun
tujuan.
d) Informasi tarif dan kelas pelayanan kereta api.
e) Peta jaringan jalur kereta api.
f) Informasi nama dan nomor kereta api.
Gambar 3-19. Tipikal Neon Box Nama dan Nomor KA
3.2.5. Peringatan dan Larangan
Media pelayanan informasi layanan KA meliputi :
a) Peringatan hati-hati saat naik kereta api (tunggu sampai kereta benar-
benar berhenti).
b) Peringatan untuk mendahulukan penumpang yang turun terlebih
dahulu.
c) Peringatan hati-hati saat melintasi jalur kereta api.
d) Peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya
e) Larangan merokok di sembarang tempat.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 33
-
f) Larangan masuk ke ruangan khusus petugas.
g) Larangan membawa senjata tajam.
Gambar 3-20. Informasi Peringatan dan Larangan
3.2.6. Informasi Umum
Media informasi yang berisi tentang himbauan atau informasi umum
kepada pembaca untuk agar maksud dan tujuannya tercapai. Misalnya
ucapan selamat tahun baru, dll.
Ukuran dan penempatan media informasi umum tidak boleh mengganggu
operasional kereta api dan kenyamanan penumpang serta disesuaikan
dengan kondisi stasiun.
3.2.7. Informasi Komersial
Media informasi yang berisi tentang iklan yang berupa media visual yang
isinya mempengaruhi orang untuk menuruti maksud dari iklan tersebut.
Informasi komersial PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yaitu mengenai Call
center 121 dan Web site kereta -api.co.id.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 34
-
Call Center 121 adalah media informasi kereta api melalui telepon umum
yang dilakukan secara terpusat .
Untuk di stasiun cukup diberikan papan informasi dalam bentuk Display,
Neon Box, atau Papan/Board yang memberikan informasi adanya pelayanan
call center 121 dan web site kereta-api.co.id agar calon penumpang atau
penumpang dapat mengaksesnya untuk memperoleh informasi tentang KA
termasuk booking tempat duduk kereta api.
Ukuran dan penempatan media informasi umum tidak boleh mengganggu
operasional kereta api dan kenyamanan penumpang serta disesuaikan
dengan kondisi stasiun.
3.3. Instalasi Mekanikal
3.3.1. Eskalator
Eskalator atau tangga jalan adalah salah satu transportasi vertikal berupa
konveyor untuk mengangkut orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang
dapat bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti jalur yang berupa rail atau
rantai yang digerakkan oleh motor.
Eskalator harus disediakan di stasiun besar dengan bangunan minimal 2
lantai dengan memperhatikan hal-hal :
Eskalator harus mempunyai 2 jalur yaitu naik dan turun.
Minimal lebar eskalator bisa untuk 2 orang.
3.3.2. Lift
Lift adalah alat mekanis elektris untuk membantu pergerakan vertikal di
dalam bangunan, baik yang digunakan khusus bagi penyandang cacat
maupun yang merangkap sebagai lift barang.
a. Persyaratan pemakaian dan penempatan Lift :
1) Untuk bangunan lebih dari 3 lantai paling tidak satu buah lift yang
aksesibel harus terdapat pada jalur aksesibel dan memenuhi
standar teknis yang berlaku.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 35
http://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_vertikalhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Konveyor&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rantai&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/MotorUSERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
2) Toleransi perbedaan muka lantai bangunan dengan muka lantai
ruang lift maksimurn 1,25 mm.
3) Koridor/lobby lift
a) Ruang perantara yang digunakan untuk menunggu kedatangan
lift, sekaligus mewadahi penumpang yang baru keluar dari lift,
harus disediakan. Lebar ruangan ini minimal 185 cm, dan
tergantung pada konfigurasi ruang yang ada.
b) Perletakan tombol dan layar tampilan yang mudah dilihat dan
dijangkau.
c) Panel luar yang berisikan tombol lift harus dipasang di tengah-
tengah ruang lobby atau hall lift dengan ketinggian 90-110 cm
dari muka lantai bangunan.
d) Panel dalam dari tombol lift dipasang dengan ketinggian 90-120
cm dari muka lantai ruang lift.
e) Semua tombol pada panel harus dilengkapi dengan panel huruf
Braille, yang dipasang dengan tanpa mengganggu panel biasa.
f) Selain terdapat indikator suara, layar/tampilan yang secara
visual menunjukkan posisi lift harus dipasang di atas panel
kontrol dan di atas pintu lift, baik di dalam maupun di luar lift
(hall/koridor).
4) Ruang lift
a) Ukuran ruang lift harus dapat memuat pengguna kursi roda,
mulai dari masuk melewati pintu lift, gerakan memutar,
menjangkau panel tombol dan keluar melewati pintu lift.
Ukuran bersih minimal ruang lift adalah 140cm x 140cm.
b) Ruang lift harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail)
menerus pada ketiga sisinya.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 36
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
5) Pintu lift
a) Waktu minimum bagi pintu lift untuk tetap terbuka karena
menjawab panggilan adalah 3 detik.
b) Mekanisme pembukaan dan penutupan pintu harus sedemikian
rupa sehingga memberikan waktu yang cukup bagi penyandang
cacat terutama untuk masuk dan keluar dengan mudah. Untuk
itu lift harus dilengkapi dengan sensor photo-electric yang
dipasang pada ketinggian yang sesuai.
Gambar 3-21. Ukuran Minimal Lift yang Dijinkan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 37
USERHighlight
-
Gambar 3-22. Tipikal Potongan dan Panel Kontrol Lift
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 38
-
Gambar 3-23. Tipikal Simbol Panel Lift yang dibuat Timbul
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 39
-
Gambar 3-24. Tipikal Indikator dan Denah Ruang Lift
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 40
-
Gambar 3-25. Tipikal Perspektif Lift
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 41
-
3.4. Instalasi Elektrikal
Instalasi listrik merupakan peralatan, komponen dan instalasi kelistrikan yang
berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi tenaga Iistrik dalam memenuhi
kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.
3.4.1. Sumber Energi Listrik PLN dan Genset
Stasiun harus mempunyai sumber energi listrik utama untuk operasional
alat-alat listrik yang didapat dari sumber listrik PLN. Jika terjadi padam aliran
listrik PLN , stasiun harus mempunyai cadangan sumber listrik yaitu dari
genset.
Kriteria dalam penginstalasian genset harus memenuhi hal-hal berikut :
Menyesuaikan dengan daya terpasang/yang dibutuhkan.
Memiliki fondasi dan peredam getaran yang baik.
Tingkat kebisingan rendah, dianjurkan genset type silent.
Emisi gas buang rendah dan mudah dalam instalasi.
Mudah dalam perawatan, jasa serta lokasi servis tersedia.
Harga sesuai dengan kebutuhan daya terpasang.
Irit bahan bakar, mesin memiliki unjuk kerja yang baik.
Tahan korosi akibat udara lembab.
Dilengkapi dengan panel penunjuk dan sistem keamanan.
Rentang waktu servis yang panjang yang dihitung berdasarkan jam
kerja.
Dilengkapi dengan peredam getaran akibat gempa bumi.
Dilengkapi alarm kebakaran, sensor temperatur oli, bahan bakar, air dan
tekanan.
Penempatan genset harus memperhatikan tingkat kebisingan yang
ditimbulkan sehingga harus dipisahkan dengan bangunan utama dan
memperhatikan ketersediaan lahan stasiun.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 42
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
3.4.2. Panel dan Peralatan Listrik
Panel dan peralatan listrik adalah material untuk mengalirkan energi listrik
sehingga peralatan listrik yang ada dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Persyaratan panel dan peralatan listrik harus sesuai standar SNI.
Kebutuhannya disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing kelas
stasiun.
3.4.3. Lampu Penerangan
Kebutuhan lampu penerangan stasiun dihitung berdasarkan luas area
stasiun dan kekuatan lampu yang distandarkan, dengan perhitungan :
Dimana:
N = jumlah lampu
E = level illuminasi (lihat tabel X)
A = luas working plane (m2)
F = besarnya nilai lumens untuk sebuah lampu
U = utility factor (ditetapkan 0,6 untuk wilayah stasiun)
LLF= Loss Light Factor (maintenance-index ) lihat tabel
Tabel 3-3. Level Illuminasi
No Jenis Ruang Level Illuminasi
(Lux)
1 Ruang Operasional 200
2 Ruang Publik 200
3 Hall dan Ruang Tunggu Umum 250
4 Emplasemen dan Tempat Parkir
200
N =
()
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 43
-
Tabel 3-4. Nilai LLF
No Jenis Ruang Nilai LLF
1 Kantor ber AC 0,8
2 Industri Bersih 0,7
3 Industri Kotor 0,6
3.4.4. Pendingin Ruangan
Pendingin ruangan adalah sebuah metode yang mengalirkan udara bersih
pada sebuah area(ruangan) dengan temperatur dan kelembaban yang tepat.
Pada stasiun kelas besar dan sedang pendingin udara wajib ada untuk
ruangan-ruangan :
Ruang KS
Ruang tunggu VIP dan eksekutif
Ruang loket dan operator
Ruang customer service
Dan ruangan dimana peralatan-peralatan listrik tertentu yang
membutuhkan pendingin udara, misal ruang peralatan sinyal dan
telekomunikasi.
Dengan perhitungan kebutuhan pendingin udara :
Dimana :
Standar Panas Ruangan 1 m2 = 500 Btu/hr (British thermal Unit/hour)
Tinggi rata-rata ruangan diambil 3 m
pk setara dengan 5.000 Btu/hr
pk setara dengan 7.000 Btu/hr
1 pk setara dengan 9.000 Btu/hr
1 pk setara dengan 12.000 Btu/hr
2 pk setara dengan 18.000 Btu/hr
2 pk setara dengan 24.000 Bru/hr
=
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 44
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
Diambil kebutuhan pendingin udara mendekati X , tetapi diambil yang
lebih besar sehingga pendingin udara tetap dapat bekerja secara
optimal.
3.5. Instalasi Air
Instalasi air dalam bangunan stasiun harus direncanakan dengan baik agar
dapat memenuhi kebutuhan yang ada di dalam bangunan stasiun. Instalasi air
minimal harus terdapat :
3.5.1. Pompa Air dan Penampungan Air
Pompa air digunakan untuk mengangkat air dari dalam tanah ke permukaan
tanah atau menaikkan air ke bak penampungan atau torn. Penggunaan
pompa air disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di stasiun, apakah
menggunakan penggerak motor diesel, bensin atau listrik.
Untuk melindungi pompa air dari pencurian dan pengaruh cuaca harus
dibuatkan rumah pompa yang besarnya bisa menyesuaikan dengan keadaan
dan kebutuhan stasiun.
Bak penampungan air yang ada di stasiun harus dibuat lebih tinggi agar
kebutuhan air di semua bagian bangunan stasiun terpenuhi, sehingga juga
perlu direncanakan besarnya kapasitas bak penampungan air sesuai dengan
kebutuhan air yang ada di stasiun.
3.5.2. Plumbing
a. Sistem pemipaan air bersih
Sistem perencanaan supply air bersih di stasiun yang digunakan untuk
keperluan pelayanan penumpang dan petugas stasiun yang disesuaikan
dengan standar SNI.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 45
USERHighlight
USERHighlight
USERHighlight
-
b. Sistem pemipaan air kotor/ limbah
Sistem pembuangan limbah yang berasal dari dari toilet atau kamar
mandi sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap stasiun.
c. Sistem pemipaan air hujan
Sistem drainase dalam bangunan yang direncanakan harus bisa
menampung air hujan sehingga jika terjadi hujan yang deras pun tidak
meluap.
d. Septic Tank
Septic tank harus dibuat dengan perhitungan yang disesuaikan dengan
jumlah WC yang ada agar kapasitasnya mampu menampung sesuai
dengan kebutuhan.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 46
-
3.6. Furnitur
Pemilihan furnitur menggunakan bahan yang awet dan berdasarkan standar
kelayakan bahan. Dimana dalam pemiliharaannya mudah dan tidak
memerlukan banyak biaya. Berikut tipikal furnitur untuk ruang-ruang di
stasiun.
Gambar 3-26. Tipikal Furnitur untuk Ruang Operasional KS
Gambar 3-27. Gambar Tipikal Furnitur untuk Ruang Operasional Staff
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 47
-
Gambar 3-28. Gambar Tipikal Furnitur untuk Ruang Tunggu VIP
Gambar 3-29. Tipikal Furnitur untuk Ruang Tunggu Eksekutif
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 48
-
Gambar 3-30. Tipikal Furnitur untuk Ruang Tunggu Umum
3.7. Intaslasi dan Perangkat Pemadam kebakaran
3.7.1. Pemadam Api Ringan (Portable Fire Extinghuister)
Merupakan alat pemadam api ringan berupa tabung pemadam yang
didalamnya berisi dry chemical powder yang dapat memadamkan api yang
tidak terlalu besar.
Tabung pemadam harus ditempatkan pada bangunan dalam area
100m2/buah.
Gambar 3-31. Tipikal Tabung Pemadam Kebakaran
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 49
USERHighlight
-
3.7.2. Sistem Hydrant
Merupakan sistem terminal air darurat yang dapat digunakan untuk
mengatasi terjadinya kebakaran. Dalam penempatannya tidak boleh
terhalang atau tergganggu oleh bangunan lain serta mudah terlihat dan
segera dapat digunakan.
Sistem hydrant dibagi menjadi 3 macam yaitu :
a. Hydrant Box
Hydrant Box ini dapat dibagi menjadi dua yaitu berupa Indoor Hydrant
(terletak di dalam gedung) atau Outdoor Hydrant (terletak di luar
gedung). Untuk pemasangan Hydrant Box di dalam ruangan pada bagian
atasnya (menempel pada dinding) harus disertai pemasangan alarm
bell. Pada Hydrant Box harus terdapat gulungan selang atau Hose Reel.
Gambar 3-32. Tipikal Sistem Hydrant Box Indoor
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 50
-
Gambar 3-33. Tipikal Sistem Hydrant Box Outdoor
b. Hydrant Pillar
Alat ini memiliki fungsi untuk menyuplai air dari PAM dan GWR gedung
disalurkan ke mobil Pemadam Kebakaran agar Pemadam Kebakaran
dapat menyiram air mobil ke gedung yang sedang terbakar. Alat ini
diletakkan di bagian luar gedung yang jumlahnya serta peletakannya
disesuaikan dengan luas gedung stasiun.
Gambar 3-34. Tipikal Sistem Hydrant Pillar Satu
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 51
-
Gambar 3-35. Tipikal Sistem Hydrant Pillar Dua
3.7.3. Sistem Sprinkler Omomatik
Sistem sprinkler otomatik adalah kombinasi dari deteksi panas dan
pemadaman, ia bekerja secara otomatik penuh tanpa bantuan orang atau
sistem lain. Sehingga system ini merupakan sistem penanggulangan/
pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem
hidrant dan lainnya.
Pada stasiun besar jika dibutuhkan maka harus dilengkapi sistem pemadam
kebakaran dengan sistem sprinkle agar kebakaran dapat diminimalkan dan
mencegah kebakaran yang lebih besar.
Gambar 3-36. Tipikal Sistem Sprinkler
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 52
-
3.7.4. Sistem Fire Alarm
Sistem fire alarm adalah metode alarm yang langsung dinyalakan dengan
cara menarik saklar/handel box pemadam kebakaran dan saat itu juga alarm
kebakaran akan berbunyi dan sistem sprinkler langsung menyala, alarm ini
terkoneksi dengan kantor pemadam kebakaran sehingga petugas kebakaran
bisa langsung mengetahui lokasi kebakaran.
Gambar 3-37. Tipikal Sistem Fire Alarm
3.8. Perangkat Keamanan
Perangkat CCTV merupakan alat keamanan yang sangat membantu untuk
operasional dalam stasiun. Dengan kamera CCTV kondisi di stasiun selalu
terpantau sehingga memudahkan petugas stasiun untuk mengatur
penumpang di stasiun.
Perangkat CCTV harus disediakan di semua stasiun besar dan stasiun sedang.
Sementara untuk stasiun kecil, perangkat CCTV harus disediakan jika stasiun
tersebut merupakan stasiun komuter.
Untuk menjamin keamanan terhadap ancaman benda-benda tajam, senjata
api dan ancaman bom maka di stasiun besar harus dilengkapi alat-alat
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 53
USERHighlight
USERHighlight
-
keamanan minimum yang terdiri Metal Detector, Walkthrough Detector, dan
Inspection Mirror.
Berikut contoh tipikal perangkat keamanan yang di maksud :
Gambar 3-38. Tipikal Perangkat CCTV
Gb. Gambar 3-39. Tipikal Metal Detector
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 54
-
Gb. Gambar 3-40. Tipikal Walkthrough Detector
Gb. Gambar 3-41. Tipikal Inspection Mirror
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 55
-
BAB IV
BANGUNAN STASIUN
4.1. Asas Aksesibilitas pada Bangunan Umum
Bangunan stasiun merupakan tempat bagi penyelenggaraan angkutan publik
dengan moda transportasi kereta api. Angkutan publik ini diperuntukan bagi
masyarakat secara umum sehingga bangunan stasiun merupakan bangunan
umum yang didesain, dibangun dan dimanfaatkan dengan memperhatikan
aksesibilitas pada bangunan umum.
Aksesibilitas pada bangunan umum adalah kemudahan yang disediakan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat untuk mengakses fasilitas pada
bangunan umum.Terdapat 4 asas aksesibilitas pada bangunan umum, yaitu:
a. Kemudahan, yaitu setiap orang dengan mudah dapat mencapai semua
tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
b. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua
tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
c. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan terbangun harus memperhatikan keselamatan bagi semua
orang.
d. Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan
mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum
dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.
56
-
4.2. Ukuran Dasar Ruang
Ukuran dasar ruang tiga dimensi yang meliputi panjang, lebar dan tinggi,
digunakan sebagai pedoman untuk mendesain bangunan sehubungan dengan
pemenuhan asas aksesibilitas pada bangunan.
Ukuran dasar ruang di stasiun mengacu kepada dua ukuran dasar sebagai
berikut:
a. Ukuran Dasar Umum, yang meliputi ukuran tubuh manusia dewasa,
peralatan yang digunakan, ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi
pergerakannya.
b. Ukuran Dasar Khusus, yang disesuaikan dengan ukuran sarana dan
prasarana perkeretaapian, peralatan, perlengkapan dan ruang yang
dibutuhkan untuk mewadahi pergerakan sarana sehubungan dengan
kegiatan operasional kereta api di stasiun.
4.2.1 Ukuran Dasar Umum
Ukuran dasar umum diterapkan dengan mempertimbangkan fungsi ruang
dan pengguna ruang. Ruang pelayanan dan publik harus menerapkan ukuran
dasar bagi semua orang termasuk penyandang cacat. Sedangkan ruang-
ruang seperti ruangan kantor, gudang peralatan dan ruangan petugas, dapat
disesuaikan tanpa menerapkan ukuran dasar bagi penyandang cacat.
Detail ukuran dasar umum dijelaskan pada gambar-gambar sebagai berikut.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 57
-
Gambar 4-1. Ukuran Umum Orang Dewasa
Gambar 4-2. Ruang Gerak Bagi Tuna Netra
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 58
-
Gambar 4-3. Ukuran Kursi Roda
Gambar 4-4. Ukuran Putar Kursi Roda
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 59
-
Gambar 4-5. Belokan dan Papasan Kursi Roda
4.2.2 Ukuran Dasar Khusus
Detail ukuran dasar khusus menyangkut ruang bebas bagi pergerakan kereta
api dijelaskan pada gambar-gambar sebagai berikut.
Gambar 4-6. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Elektrifikasi dan Non Elektrifikasi
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 60
-
Gambar 4-7. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lengkung
Gambar 4-8. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Jalur Ganda
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 61
-
Gambar 4-9. Ruang Bebas pada Jalan Rel Jalur Lengkung untuk Jalur Ganda
4.3. Pembagian Fungsi Ruang di Stasiun
Ruang-ruang di stasiun adalah tempat untuk berbagai aktifitas dan fasilitas
pelayanan jasa angkutan kereta api yang berada di stasiun. Ruang-ruang ini
merupakan bagian dari bangunan stasiun yang berupa ruangan kerja, ruangan
pelayanan, hall, teras, area terbuka, jalur kereta api, peron, jalur pejalan kaki,
pelataran parkir dan lain-lain.
Setiap ruang di stasiun mempunyai fungsi tertentu sesuai dengan aktifitas dan
fasilitas pelayanan yang ditempatkan di ruang tersebut. Secara umum,
pembagian ruang di stasiun berdasarkan fungsinya meliputi:
a. Ruang untuk Kegiatan Pokok
b. Ruang untuk Kegiatan Penunjang dan Jasa Pelayanan Khusus
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 62
-
4.3.1 Ruang untuk Kegiatan Pokok
Ruang untuk kegiatan pokok adalah ruang yang diperuntukan bagi kegiatan-
kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan jasa angkutan
kereta api di stasiun. Ruang untuk kegiatan pokok terbagi menjadi dua
bagian utama, yaitu:
a. Ruang Petugas Operasional, yang meliputi:
1) Ruang Kepala Stasiun (KS), yaitu ruang yang diperuntukan bagi
Kepala Stasiun untuk menjalankan tugasnya dalam mengatur
kegiatan pelayanan yang ada di stasiun.
2) Ruang Wakil Kepala Stasiun (WKS), yaitu ruang dinas Wakil Kepala
Stasiun yang bertugas membantu tugas Kepala Stasiun.
3) Ruang Pemimpin Perjalanan Kereta API (PPKA), yaitu ruangan
khusus PPKA yang lokasinya harus memungkinkan bagi petugas
untuk melihat kedatangan kereta api dan terlihat oleh masinis, serta
bisa melihat area emplasemen di stasiun. Ruang ini harus memadai
untuk penempatan peralatan operasional yang diperlukan oleh
PPKA.
4) Ruang Pengawas Peron (PAP), yaitu ruang pengawas petugas
stasiun yang berada pada posisi bisa melihat arah datangnya kereta
dan seluruh emplasemen yang fungsinya sebagai tempat untuk
memberika layanan informasi melalui pengeras suara kepada calon
penumpang kereta api.
5) Ruang Keuangan, yaitu ruang yang mempunyai fungsi utama
sebagai ruang administrasi dan perbendaharaan stasiun.
6) Ruang Serbaguna, yaitu ruang yang disediakan untuk menunjang
operasional stasiun atau bisa dijadikan tempat untuk keperluan
petugas.
7) Ruang Peralatan, yaitu ruang yang disediakan untuk menyimpan
alat-alat yang digunakan untuk keperluan stasiun misal alat
kebersihan, dan sebagainya.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 63
-
8) Ruang UPT Kru KA, yaitu ruang yang disediakan bagi Kru KA yang
berdinas untuk menggunakan fasilitas tersebut sesuai dengan
kebutuhannya.
9) Ruang Istirahat Kru KA, yaitu ruang khusus istirahat yang dilengkapi
dengan fasilitas tempat tidur untuk kru KA yang akan atau selesai
berdinas sehingga kondisinya selalu dalam keadaan siap tugas.
10) Ruang Petugas Keamanan, yaitu ruang petugas keamanan stasiun
yang disediakan untuk tempat koordinasi dan administrasi petugas
keamanan termasuk tempat untuk istirahat petugas keamanan
stasiun.
11) Ruang Petugas Kebersihan, yaitu ruang yang disediakan bagi
petugas kebersihan stasiun untuk menyiapkan dan melakukan
tugasnya di stasiun.
b. Ruang Pelayanan dan Publik,meliputi:
1) Ruang Hall
2) Ruang Loket
3) Ruang Pelayanan Informasi
4) Ruang Tunggu VIP
5) Ruang Tunggu Eksekutif
6) Ruang Tunggu Umum
7) Ruang Peron
8) Ruang Pelayanan Kesehatan
9) Ruang Toilet Umum
10) Ruang Mushola
11) Ruang untuk Ibu Menyusui
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 64
-
4.3.2. Ruang untuk Kegiatan Penunjang dan Jasa Pelayanan Khusus
Ruang ini adalah ruang yang diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan komersial
yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang kegiatan
penyelenggaraan jasa angkutan kereta api di stasiun. Ruang ini meliputi:
a. Ruang Pertokoan,
b. Ruang Restoran,
c. Ruang Parkir Kendaraan,
d. Ruang Gudang,
e. Ruang Penitipan Barang,
f. Ruang Bongkar Muat Barang,
g. Ruang ATM,
h. Ruang Reservasi Hotel dan Travel.
4.4. Luas dan Kapasitas Ruang di Stasiun
Setiap ruang di stasiun memiliki ukuran tertentu sesuai dengan aktifitas dan
fasilitas pelayanan yang berada di dalamnya. Penentuan ukuran ruang harus
mempertimbangkan berbagai hal sehubungan dengan kapasitas, utilitas,
aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi pengguna
ruangan.
Sehubungan dengan kapasitas ruang, luas ruang pelayanan dan publik dapat
dihitung dengan formulasi sebagai berikut:
L = 0,64 m2/orang x V x LF
L = luas ruang pelayanan dan publik (m2) V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun
(orang) LF = load factor (100%) = 1
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 65
-
Standar minimum untuk luas ruang-ruang bagi kegiatan pokok di stasiun
ditentukan pada Tabel 4-1.
Penentuan luas ruang yang diperuntukan bagi kegiatan penunjang dan jasa
pelayanan khusus di stasiun disesuaikan dengan kebutuhannya menyangkut
jenis pelayanan, kapasitas dan utilitasnya serta tetap memenuhi aspek-aspek
aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
Tabel 4-1. Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di Stasiun
Ruang Luas Ruangan (m2)
BerdasarkanKelas Stasiun
Besar Sedang Kecil
Ruang KS 30 24 20
Ruang WKS 15 15 -
Ruang PPKA 25 18 18
Ruang PAP 4 - -
Ruang Keuangan 20 16 -
Ruang Serbaguna 100 50 -
Ruang Peralatan 16 12 8
Ruang UPT Kru KA 24 - -
Ruang Istirahat Kru KA 30 25 -
Ruang Petugas Keamanan 15 12 9
Ruang Petugas Kebersihan 9 9 6
Ruang Hall 250 150 60
Ruang Loket 25 12 60
Ruang Pelayanan Informasi 15 12 9
Ruang Tunggu VIP 90 - -
Ruang Tunggu Eksekutif 75 60 -
Ruang Tunggu Umum 600 160 40
Ruang Layanan Kesehatan 25 15 15
Ruang Toilet Umum 54 45 30
Ruang Mushola 49 30 20
Ruang Ibu Menyusui 15 10 -
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 66
-
Gambar 4-10. Tipikal Ruang Kepala Stasiun
Gambar 4-11. Tipikal Ruang Wakil Kepala Stasiun
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 67
-
Gambar 4-12. Tipikal Ruang PPKA
Gambar 4-13. Tipikal Ruang PAP
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 68
-
Gambar 4-14. Tipikal Ruang Keuangan
Gambar 4-15. Tipikal Ruang Serbaguna
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 69
-
Gambar 4-16. Tipikal Ruang Peralatan
Gambar 4-17. Tipikal Ruang UPT Kru KA
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 70
-
Gambar 4-18. Tipikal Ruang Istirahat Kru KA
Gambar 4-19. Tipikal Ruang Petugas Keamanan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 71
-
Gambar 4-20. Tipikal Ruang Petugas Kebersihan
Gambar 4-21. Tipikal Ruang Hall
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 72
-
Gambar 4-22. Tipikal Ruang Loket
Gambar 4-23. Tipikal Ruang Informasi
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 73
-
Gambar 4-24. Tipikal Ruang Tunggu VIP
Gambar 4-25. Tipikal Ruang Tunggu Eksekutif
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 74
-
Gambar 4-26. Tipikal Ruang Tunggu Umum
Gambar 4-27. Tipikal Ruang Kesehatan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 75
-
Gambar 4-28. Tipikal Toilet
Gambar 4-29. Tipikal Mushola
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 76
-
Gambar 4-30. Tipikal Ruang Ibu Menyusui/Laktasi
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 77
-
4.5. Warna Bangunan
Secara umum, warna bangunan ditentukan oleh warna dasar dinding
bangunan. Warna elemen bangunan lainnya seperti kusen, pintu, lisplang
disesuaikan sebagai kombinasi warna.
4.5.1. Warna Eksterior Bangunan
Standar warna dinding eksterior bangunan stasiun dibedakan antara standar
warna untuk bangunan stasiun heritage dan non heritage.
Tabel 4-2. Standar Warna Dinding Eksterior
Bangunan Stasiun Heritage dan Non Hertage
Jenis Warna Bangunan
Non Heritage Bangunan Heritage
Warna Dasar
Putih (kode 2290M Brilliant White
merk Dulux / setara); Krem
(kode 44518 Ruby Sand merk Dulux / setara)
Putih (kode 2290M Brilliant White
merk Dulux / setara)
Kombinasi Warna Gradasi Warna Abu Tua Gradasi Warna Abu Tua
Aksen Warna (bila diperlukan)
Oranye (kode 43044 Teracotta merk Dulux / setara);
Abu Tua (kode 30GG 52/011 Frost Grey
merk Dulux / setara)
Oranye (kode 43044 Teracotta
merk Dulux / setara)
Khusus stasiun komuter yang bukan merupakan bangunan heritage, warna
dinding bangunan disesuaikan dengan tema tertentu yang mengindikasikan
identitas stasiun.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 78
-
Pengecatan dinding eksterior bangunan menggunakan cat yang diperuntukan
secara khusus sebagai cat dinding eksterior, dengan spesifikasi umum sebagai
berikut:
- cat weathershield,
- daya sebar teoritis 12-13 m2/liter/lapis,
- masa pengeringan 2-3 jam sebelum lapisan berikutnya,
- pengenceran 10% untuk permukaan acian.
4.5.2. Warna Interior Bangunan
Warna dasar yang digunakan untuk dinding interior bangunan adalah warna
terang dengan spesifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan desain.
Kombinasi warna untuk dinding dan elemen interior lainnya juga disesuaikan
dengan kebutuhan desain.
Pengecatan dinding interior bangunan menggunakan cat dengan spesifikasi
umum sebagai berikut:
- daya sebar teoritis 12-14 m2/liter/lapis;
- masa pengeringan 1-2 jam sebelum lapisan berikutnya;
- pengenceran 20% untuk permukaan acian;
4.5.3. Warna Bangunan Overkaping
Bentuk bangunan overkaping disesuaikan dengan keperluan desain
arsitekturnya. Atap overkaping mengunakan material dengan warna abu-
abu. Tiang dan rangka overkaping menggunakan cat dengan kombinasi
warna abu-abu tua.
4.5.4. Periode Pengecatan Kembali
Bangunan stasiun perlu dicat kembali setiap periode waktu tertentu, seperti
dijelaskan pada Tabel 4-3.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 79
-
Tabel 4-3.
Periode Pengecatan Kembali
Elemen
Bangunan
Periode Pengecatan Berdasarkan Kelas Stasiun
Besar Sedang Kecil
Dinding Eksterior 4 tahun 5 tahun 5 tahun
Dinding Interior 4 tahun *) 5 tahun *) 5 tahun *)
Overkaping Baja 5 tahun 5 tahun 5 tahun
Overkaping Beton 4 tahun 5 tahun 6 tahun
*) disesuaikan dengan kebutuhan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengecatan kembali
adalah sebagai berikut:
a. Plesteran dinding yang rusak harus diperbaiki dulu, kemudian diplamir
kembali sebelum dilakukan pengecatan.
b. Material baja yang korosi harus diperbaiki dulu sebelum dilakukan
pengecatan.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 80
-
4.6. Peron
Peron berfungsi sebagai tempat untuk aktifitas naik turun penumpang kereta
api yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu peron tinggi, peron sedang dan peron
rendah. Peron ditempatkan di tepi jalur kereta api (side platform) dan di
antara dua jalur (island platform).
4.6.1. Ukuran Teknis Peron
Tabel 4-4. Ukuran Teknis Peron
No. Uraian Jenis Peron
Tinggi Sedang Rendah
1 Tinggi Peron, diukur dari kepala rel sampai dengan lantai peron
100 cm 43 cm 18 cm
2 Jarak Tepi Peron dari As Jalan Rel Lurus 160 cm 135 cm 120 cm 3 Jarak Tepi Peron dari As Jalan Rel
Lengkung 165 cm
4 Lebar Minimal untuk Peron di Antara Dua Jalur KA (Island Platform)
200 cm 250 cm 280 cm
5 Lebar Minimal untuk Peron di Tepi Jalur KA (Side Platform)
165 cm 190 cm 205 cm
6 Jarak Garis Batas Aman, diukur dari sisi tepi luar peron ke arah as peron
35 cm 600 cm 750 cm
7 Panjang Peron disesuaikan dengan rangkaian terpanjang KA penumpang yang beroperasi
Dengan mempertimbangkan kapasitas penumpang, lebar peron dapat
dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
b = 0,64 m2/orang x V x LF
l
b = lebar peron (meter) V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang) LF = load factor (80%) l = panjang peron sesui dengan rangkaian terpanjang KA penumpang
yang beroperasi (meter)
Pembangunan peron baru harus menggunakan jenis peron tinggi atau
peron rendah. Peron sedang dipertimbangkan tidak memenuhi aspek
efisiensi utilitas karena operasionalnya masih harus menggunakan tangga
khusus(bancik) untuk naik turun penumpang.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 81
-
Gambar 4-31.
Potongan Melintang PeronTinggi
Gambar 4-32. Potongan Melintang Peron Rendah
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 82
-
4.6.2. Kelengkapan Peron
Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan kelengkapan di area
peron adalah sebagai berikut:
a. Area peron harus dilengkapi dengan lampu penerangan yang memadai,
papan nama peron, papan nama jalur KA, papan petunjuk arah,
petunjuk waktu, tanda batas aman peron dan papan
peringatan/larangan.
b. Untuk memenuhi aspek kenyamanan, peron di stasiun besar, stasiun
sedang dan stasiun komuter harus dilengkapi dengan overkaping.
c. Untuk akses pergerakan vertikal, peron tinggi dan peron sedang harus