Buku SMK Modul Teknik Listrik Dasar Instalasi Listrik 2009 2010

download Buku SMK Modul Teknik Listrik Dasar Instalasi Listrik 2009 2010

of 81

description

keren

Transcript of Buku SMK Modul Teknik Listrik Dasar Instalasi Listrik 2009 2010

  • 1

    Modul

    Dasar Instalasi Listrik

    Tahun ajaran 2009/2010

    Oleh : Maryono

    NIP 19720517 200604 1 012

    SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA

    Jl. RW Monginsidi No 2 Yogyakarta 55223

  • 2

    Materi Dasar Instalasi Listrik 2009/2010 Oleh : Maryono

    a. PUIL 1. Keselamatan Kerja 2. Peraturan-peraturan 3. Simbol Keamanan Peralatan Listrik 4. Simbol Peralatan Instalasi Listrik 5. Gambar Instalasi Listrik

    b. Komponen-komponen Pokok Instalasi Listrik 1. Penghantar

    a. Jenis Bahan Penghantar b. Kabel Instalasi berselubung c. Macam-macam sambungan kabel

    2. Saklar a. Saklar Kotak b. Saklar Tumpuk c. Saklar Tuas

    3. Kontak Listrik a. Kotak kontak/stop kontak b. Kontak Tusuk c. Kontak Hubung bagi

    4. Fiting 5. Pengaman

    a. Pengaman Ulir b. Pengaman Pisau c. Pengaman otomatis

    6. Peralatan Pelindung dan hantaran listrik a. Pipa Instalasi b. Rol Sekat c. Sengkang d. Kotak sambung

    c. Merangkai Instalasi Listrik Sederhana d. Prosedur Pemasangan Instalasi Listrik

  • 3

    1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL)

    A. Sejarah PUIL

    Peraturan Instalasi Listrik di Indonesia pertama kali

    digunakan pada masa pemerintahan Belanda antara tahun 1924

    1937 dengan nama Algemene Voolschriften voor elechische

    sterkstroom instalaties (AVE).

    Kemudian tahun 1964 Yayasan Dana Normalisasi

    Indonesia telah menterjemahkan peraturan tersebut dan

    menerbitkannya untuk pertama kalinya dengan nama Peraturan

    Umum Instalasi Listrik disingkat PUIL 1964. Tahun 1977 direvisi

    dan diterbitkan untuk kedua kalinya dengan dengan nama

    Peraturan Umum Instalasi Listrik disingkat PUIL 1977. Sepuluh

    tahun kemudian PUIL 1977 mengalami revisi kembali dan

    diterbitkan tahun 1987 sebagai SNI No : 225 987 dengan nama

    Peraturan Umum Instalasi Listrik disingkat PUIL 1987.

    Pada tahun 2000, Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL

    1987) diubah menjadi Persyaratan Umum Instalasi Listrik disingkat

    PUIL 2000 yang berorientasi untuk instalasi tegangan rendah dan

    menengah di dalam bangunan, serta memuat sistem pengaman

    bagi keselamatam manusia secara teliti.

    PUIL 2000 yang merupakan revisi PUIL 1987 ini

    dilaksanakan oleh Panitia Revisi PUIL 1987 yang ditetapkan oleh

  • 4

    Menteri Pertambangan dan Energi dalam Surat Keputusan Menteri

    No:24-12/40/600.3/1999, tertanggal 30 April 1999 dan No:51-

    12/40/600.3/1999, tertanggal 20 Agustus 1999. Anggota Panitia

    Revisi PUIL tersebut terdiri dari wakil dari berbagai Departemen

    seperti DEPTAMBEN, DEPKES, DEPNAKER, DEPERINDAG,

    BSN, PT PLN, PT Pertamina, YUPTL, APPI, AKLI, INKINDO,

    APKABEL, APITINDO, MKI, HAEI, Perguruan Tinggi ITB, ITI, ISTN,

    UNTAG, STTY-PLN, PT Schneider Indonesia dan pihak pihak lain

    yang terkait.

    Sejarah PUIL dapat dilukiskan sebagai berikut:

    Sumber : dokumen pribadi

    Gambar. 1 . Iluistrasi Sejarah PUIL

    B. RUANG LINGKUP

    Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini berlaku untuk semua

    pengusahaan instalasi listrik tegangan rendah arus bolak-balik

    sampai dengan 1000 V, arus searah 1500 V dan tegangan

    menengah sampai dengan 35 kV dalam bangunan dan sekitarnya

    baik perancangan, pemasangan, pemeriksaan dan pengujian,

    pelayanan, pemeliharaan maupun pengawasannya dengan

    memperhatikan ketentuan yang terkait.

    Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) ini tidak berlaku

    untuk :

  • 5

    a. bagian instalasi listrik dengan tegangan rendah yang hanya

    digunakan untuk menyalurkan berita dan isyarat;

    b. bagian instalasi listrik yang digunakan untuk keperluan

    telekomunikasi dan pelayanan kereta rel listrik;

    c. instalasi listrik dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel listrik,

    dan kendaraan lain yang digerakkan secara mekanis;

    d. instalasi listrik di bawah tanah dalam tambang;

    e. instalasi listrik dengan tegangan rendah yang tidak melebihi 25 V

    dan dayanya tidak melebihi 100 W.

    C. Maksud dan Tujuan PUIL

    Maksud dan tujuan Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini

    ialah agar pengusahaan instalasi listrik terselenggara dengan baik,

    untuk menjamin keselamatan manusia dari bahaya kejut listrik,

    keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya, keamanan

    gedung serta isinya dari kebakaran akibat listrik, dan perlindungan

    lingkungan.

    D. Ketentuan yang terkait

    Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini, harus pula

    diperhatikan ketentuan yang terkait dalam dokumen berikut:

    1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

    Kerja, Beserta Peraturan Pelaksanaannya;

  • 6

    2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang

    Ketenagalistrikan;

    3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

    Lingkungan Hidup;

    4) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa

    Konstruksi;

    5) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah

    Daerah.

    6) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

    Kewenangan Pemerintah dan Kewenagan Propinsi sebagai

    Daerah Otonomi.

    7) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang

    Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik;

    8) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisa

    Mengenai Dampak Lingkungan;

    9) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1995 tentang Usaha

    Penunjang Tenaga Listrik;

    10) Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor

    01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi Ketenagalistrikan.

    11) Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor

    02.P/0322/M.PE/1995 tentang Standardisasi, Sertifikasi dan

    Akreditasi Dalam Lingkungan Pertambangan dan Energi

  • 7

    E. Syarat-Syarat Instalasi Listrik

    Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik dan

    peraturan mengenai kelistrikan yang berlaku, harus diperhatikan

    pula syarat-syarat dalam pemasangan instalasi listrik, antara lain :

    a) Syarat ekonomis

    Instalasi listik harus dibuat sedemikian rupa sehingga harga

    keseluruhan dari instalasi itu mulai dari perencanaan, pemasangan

    dan pemeliharaannya semurah mungkin, kerugian daya listrik harus

    sekecil mungkin.

    b) Syarat keamanan

    Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa, sehingga

    kemungkinan timbul kecelakaan sangat kecil. Aman dalam hal ini

    berarti tidak membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya

    peralatan dan bendabenda disekitarnya dari kerusakan akibat dari

    adanya gangguan seperti: gangguan hubung singkat, tegangan

    lebih, beban lebih dan sebagainya.

    c) Syarat keandalan (kelangsungan kerja)

    Kelangsungan pengaliran arus listrik kepada konsumen harus

    terjamin secara baik. Jadi instalasi listrik harus direncana

    sedemikian rupa sehingga kemungkinan terputusnya atau

    terhentinya aliran listrik adalah sangat kecil.

  • 8

    6. Keselamatan Kerja

    A. Peraturan Perundangan

    Keselamatan Kerja secara keilmuan adalah suatu ilmu

    pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah

    kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

    Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat

    dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri.

    Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka

    menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang

    mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan

    kerja. Sehingga tuntutan untuk mencegah terjadinya kecelakaan

    semakin tinggi.

    Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa

    setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh

    perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan

    kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat

    serta nilai-nilai agama.

    Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka

    dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang

    keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan tersebut adalah

    Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang

    ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat,

  • 9

    didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang

    berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

    Undang-undang tersebut dalam pasal 4 mengatur syarat-

    syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan,

    pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,

    penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang

    produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat

    menimbulkan bahaya kecelakaan.

    Perlu di ketahui, bahwa yang menjadi penyebab kecelakaan

    kerja ada dua hal antara lain :

    Perilaku yang tidak aman dan

    Kondisi lingkungan yang tidak aman

    Meski demikian, berdasarkan data dari Biro Pelatihan

    Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan yang pernah terjadi hingga

    menyebabkan keselamatan kerja terganggu, hingga saat ini lebih

    diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman dengan faktor sebagai

    berikut:

    1. Sembrono dan tidak hati - hati

    2. Tidak mematuhi peraturan

    3. Tidak mengikuti standar prosedur kerja

    4. Tidak memakai alat pelindung diri

    5. Kondisi badan yang lemah

  • 10

    Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan

    sebab yang tidak bisa dihindarkan, seperti bencana alam. Faktor lain

    yang mengganggu keselamatan kerja 24% disebabkan lingkungan

    atau peralatan yang tidak memenuhi syarat dan 73% karena perilaku

    yang tidak aman.

    Tentu saja, cara yang paling efektif untuk mencegah

    terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan menghindari terjadinya

    lima perilaku tidak aman yang telah disebutkan di atas. Oleh karena

    itu, harus diambil tindakan yang tepat terhadap tenaga kerja dan

    perlengkapan, agar tenaga kerja memiliki konsep keselamatan dan

    kesehatan kerja demi mencegah terjadinya kecelakaan.

    Jika demikian, pendidikan akan kesehatan dan keselamatan

    kerja sangat penting artinya. Tujuannya antara lain untuk melindungi

    kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja, mencegah

    terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit. Berikut berbagai arah

    keselamatan dan kesehatan kerja :

    1. Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan

    melakukan pencegahan sebelumnya.

    2. Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja

    3. Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja

    4. Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi.

    B. Syarat-Syarat Keselamatan Kerja

  • 11

    Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat

    keselamatan kerja untuk :

    1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

    2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

    3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

    4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada

    waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

    5. Memberi pertolongan pada kecelakaan;

    6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

    7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya

    suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan

    angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;

    8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja

    baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

    9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

    10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

    11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

    12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

    13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,

    lingkungan, cara dan proses kerjanya;

    14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,

    binatang, tanaman atau barang;

    15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

  • 12

    16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,

    perlakuan dan penyimpanan barang;

    17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

    18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada

    pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah

    tinggi.

    C. Peranan Keselamatan Kerja

    Adapun Peranan Keselamatan Kerja meliputi beberapa aspek:

    Tabel 1. Aspek Keselamatan Kerja

    No Aspek Fungsi

    1 Aspek teknis Upaya preventif utk mencegah timbulnya

    resiko kerja

    2 Aspek Hukum Sebagai perlindungan bagi tenaga kerja

    dan orang lain di tempat kerja

    3 Aspek ekonomi Untuk efisiensi

    4 Aspek sosial Menjamin kelangsungan kerja &

    penghasilan bagi kehidupan yang layak

    5 Aspek kultural

    Mendorong terwujudnya sikap & perilaku

    yang disiplin, tertib, cermat, kreatif,

    inovatif, & penuh tanggung jawab.

    Sasaran keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi tenaga kerja

    dan orang lain yg berada di tempat kerja, terjadinya kecelakaan

    kerja, peledakan, penyakit akibat kerja, kebakaran, & polusi yang

  • 13

    memberi dampak negatif terhadap korban, keluarga korban,

    perusahaan, teman sekerja korban, pemerintah, & masyarakat.

    D. Peralatan Keselamatan Kerja

    Peralatan kerja sangat di perlukan untuk keamanan diri atau

    Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib

    digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga

    keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.

    Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui

    Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia.Adapun bentuk dari

    alat tersebut adalah :

    Tabel. 2. Alat Pelindung diri

    No Nama Fungsi

    1 Safety Helmet sebagai pelindung kepala dari benda

    yang bisa mengenai kepala secara

    langsung

    2 Tali Keselamatan

    (safety belt)

    sebagai alat pengaman ketika

    menggunakan alat transportasi ataupun

    peralatan lain yang serupa

    (mobil,pesawat, alat berat, dan lain-lain

    3 Sepatu Karet

    (sepatu boot)

    sebagai alat pengaman saat bekerja di

    tempat yang becek ataupun berlumpur.

    Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk

    melindungi kaki dari benda tajam atau

    berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

    4 Sepatu pelindung Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit

  • 14

    (safety shoes)

    dilapisi metal dengan sol dari karet tebal

    dan kuat. Berfungsi untuk mencegah

    kecelakaan fatal yang menimpa kaki

    karena tertimpa benda tajam atau berat,

    benda panas, cairan kimia, dsb.

    5 Sarung Tangan

    sebagai alat pelindung tangan pada saat

    bekerja di tempat atau situasi yang dapat

    mengakibatkan cedera tangan. Bahan

    dan bentuk sarung tangan di sesuaikan

    dengan fungsi masing-masing pekerjaan.

    6 Tali Pengaman

    (Safety Harness)

    sebagai pengaman saat bekerja di

    ketinggian. Diwajibkan menggunakan

    alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.

    7 Penutup Telinga

    (Ear Plug / Ear

    Muff)

    sebagai pelindung telinga pada saat

    bekerja di tempat yang bising.

    8 Kaca Mata

    Pengaman

    (Safety Glasses)

    sebagai pelindung mata ketika bekerja

    (misalnya mengelas).

    9 Masker

    (Respirator)

    sebagai penyaring udara yang dihirup

    saat bekerja di tempat dengan kualitas

    udara buruk (misal berdebu, beracun,

    dsb).

    10 Pelindung wajah

    (Face Shield)

    sebagai pelindung wajah dari percikan

    benda asing saat bekerja (misal

    pekerjaan menggerinda)

  • 15

    11 Jas Hujan (Rain

    Coat)

    melindungi dari percikan air saat bekerja

    (misal bekerja pada waktu hujan atau

    sedang mencuci alat).

    Semua jenis APD harus digunakan

    sebagaimana mestinya, gunakan

    pedoman yang benar-benar sesuai

    dengan standar keselamatan kerja (K3L

    'Kesehatan, Keselamatan Kerja dan

    Lingkungan')

    E. Pertolongan pertama pada kecelakaan dan keselamatan kerja

    Penyebab nomor 3 terbesar kasus meninggal dunia di

    tempat kerja adalah karena listrik, pada saat pekerja melakukan

    pekerjaannya dan 12% dari semua kasus meninggal dunia terjadi

    pada pekerja pekerja yang masih muda. Listrik mengandung

    potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatan tenaga kerja

    dan orang lain yang berada di dalam lingkungan tempat kerja dan

    mengancam keamananan bangunan beserta isinya.

    Pada peristiwa kecelakaan terkena aliran listrik, biasanya

    penderita terjatuh setelah aliran listrik putus. Jika tempat kejadian

    itu membahayakan, misalnya di atas tiang, atap yang landai, atau

    kuda-kuda bangunan, sering orang mengalami kecelakaan yang

    lebih berat.

  • 16

    Dalam hal ini pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK)

    yang dilakukan oleh seorang ahli atau pembantu dokter, tidak

    dimaksudkan untuk mengambil alih tugas dokter melainkan

    semata-mata merupakan pertolongan darurat sampai dokter

    datang.

    Untuk memutuskan hubungan antara penderita dan

    penghantar, dilakukan cara seperti berikut:

    a) sedapat mungkin penghantar harus dibuat bebas tegangan

    dengan jalan memutuskan sakelar atau melepaskan gawai

    pengaman. Atau penghantar ditarik sampai terlepas dari

    penderita dengan menggunakan benda kering bukan logam,

    misalnya sepotong kayu atau seutas tali yang diikatkan pada

    penghantar;

    b) penderita ditarik dari tempat kecelakaan;

    c) penghantar dilepaskan dari tubuh penderita dengan tangan

    yang dibungkus dengan pakaian kering yang dilipat-lipat;

    d) penghantar dihubungpendekkan atau dibumikan.

    Penolong harus mengamankan diri dahulu untuk

    menghindarkan atau mengurangi pengaruh arus listrik. Ia harus

    menempatkan diri pada papan yang kering, kain kering, pakaian

    kering atau alas serupa itu yang bukan logam pakaian kering atau

    alas serupa itu yang bukan logam (kayu, karet). Jika hal itu tidak

    mungkin, kedua tangan penolong dibalut dengan kain kering,

  • 17

    pakaian kering atau bahan kering serupa itu (kertas, karet). Pada

    saat memberikan pertolongan, penolong harus menjaga diri agar

    tubuhnya jangan bersentuhan dengan benda logam.

    Tabel 3. Klasifikasi Kecelakaan kerja

    Menurut jenis kecelakaan

    Menurut media penyebab

    Menurut sifat cedera

    Menurut bagian tubuh yang

    cedera

    - Jatuh

    - Tertimpa benda

    - Jatuh

    - Menginjak,

    terantuk

    - Terjepit,terjempit

    - Gerakan

    berlebihan

    - Kontak suhu

    tinggi

    - Kontak aliran

    listrik

    - Kontak dengan

    bahan

    berbahaya/radiasi

    - Mesin

    - Alat angkut &

    alat angkat

    - Peralatan lain

    - Bahan,

    - substansi &

    radiasi

    Lingkungan

    kerja

    - Penyebab lain

    - Patah tulang

    - Keseleo

    - Memar

    - Amputasi

    - Luka bakar

    - Keracunan

    - Akut

    - Kematian

    - Kepala

    - Leher

    - Badan

    - Anggota gerak

    atas

    - Anggota gerak

    bawah

    Manfaat Klasifikasi dalam keselamatan kerja adalah :

    - dapat mencegah kecelakaan kerja yang berulang

    - Sebagai sumber informasi tentang faktor penyebab, keadaan

    pekerja, kompensasi

    - Meningkatkan kesadaran dalam bekerja.

  • 18

    Pencegahan kecelakaan kerja :

    - Peraturan perundangan

    - Standarisasi

    - Pengawasan

    - Penelitian teknik

    - Riset medis

    - Penelitian psikologis

    - Penelitian secara statistik

    - Pendidikan

    - Latihan-latihan

    - Penggairahan

    - Asuransi

    7. Simbol Keamanan Peralatan Listrik

    Semua Peralatan Listrik yang akan digunakan harus memenuhi

    ketentuan PUIL 2000 dan telah lulus uji oleh suatu lembaga dari

    Perusahaan Umum Listrik Negara yaitu Lembaga Masalah

    Ketenagaan (LMK) dengan simbol :

    Setiap negara mempunyai simbol pengujian tersendiri, simbol

    pengujian dari berbagai negara antara lain sebagai berikut:

  • 19

    Tabel 4. Simbol pengujian dari berbagai negara

    Simbol Negara Simbol Negara Simbol Negara

    Afrika Selatan

    Firlandia

    Kanada

    Australia

    Indonesia

    Norwegia

    Austria

    Inggris

    Perancis

    Belanda

    Italia

    Swedia

    Belgia

    Jepang

    Swiss

    Denmark

    Jerman

    USA

    Sumber : Sudarsono 1998

    Masih banyak lagi simbol pengujian dari berbagai negara.

  • 20

    3. Simbol Peralatan Instalasi Listrik

    Simbol atau lambang berfungsi untuk memudahkan dalam

    mengidentifikasi dalam gambar atau suatu peralatan.

    A. Simbol untuk listrik arus kuat sesuai PUIL 2000

    Tabel 5. Lambang gambar untuk diagram saluran arus kuat

  • 21

  • 22

  • 23

  • 24

    Tabel 6. Lambang gambar untuk diagram instalasi pusat dan gardu listrik

  • 25

  • 26

  • 27

  • 28

  • 29

    Tabel 7. Lambang gambar untuk diagram instalasi bangunan

  • 30

  • 31

  • 32

  • 33

  • 34

  • 35

  • 36

    B. Simbol-simbol yangdigunakan untuk berbagai jenis proteksi menurut EN 60529 Tabel 8. Sistem IP : Ingress Protection Berdasarkan DIN VDE 0470

  • 37

    Contoh:

    IP 24 : Peralatan yang tahan terhadap benda padat lebih besar 12

    mm dan tahan terhadap semprotan air dari segala arah.

    IP 06 : Peralatan yang tahan trhadap semprotan air bertekanan

    berat.

  • 38

    4. Gambar Instalasi Listrik

    Secara umum Gambar instalasi listrik dibagi menjadi dua bagian yaitu

    : menurut tujuan dan Cara menggambar.

    Pembagian gambar menurut tujuan meliputi :

    Diagram yang sifatnya menjelaskan : diagram dasar, diagram

    lingkaran arus, dan diagram instalasi

    Diagram Pelaksanaan, yaitu : diagram pengawatan dan diagram

    saluran

    Gambar Instalasi

    Gambar situasi

    Sedangkan pembagian menurut cara mengambar dibedakan

    berdasarkan kepada :

    - cara menggambar dengan garis tunggal dan

    - cara mengambar dengan garis ganda.

    Pembagian Gambar dapat dilukiskan sebagai berikut :

  • 39

    Cara menggambar

    Gambar instalasi listrik

    menurut tujuan

    Diagram yang

    sifatnya menjelaskan

    Diagram Pelaksanaan

    Gambar instalasi

    Gambar situasi

    diagram dasar

    diagram lingkaran arus

    diagram instalasi

    Diagram pengawatan

    diagram saluran

    dengan garis tunggal

    dengan garis ganda

    Sumber : Dokumen Pribadi

    Gambar 2. Pembagian Gambar Instalasi

    A. Diagram Dasar

    Diagram dasar dimaksudkan untuk menjelaskan cara

    kerja suatu instalasi secara elementar.

    Sumber: Dokumen Pribadi

    gambar 3. Diagram dasar PHB

  • 40

    Sumber: Dokumen Pribadi

    gambar 4. Diagram lengkap PHB

    Gambar 3. memperlihatkan diagram dasar suatu

    perlengkapan hubung bagi (PHB) yang digambar dengan cara

    disederhanakan. Gambar 4. memperlihatkan diagram yang sama

    diagram secara terperinci.

    B. Diagram Lingkaran Arus

    Diagram lingkaran arus adalah untuk menjelaskan cara

    kerja suatu rangkaian. Diagram lingkaran arus digambarkan

    dengan saklar selalu bergerak dari kiri ke kanan atau dari bawah

    ke atas, seperti yang digambarkan pada gambar 1.4.

  • 41

    Sumber: Dokumen Pribadi

    Gambar 4. Diagram aliran arus rangkaian kutub satu

    C. Diagram Instalasi

    Diagram instalasi menjelaskan dan memberikan gambaran

    hubungan dengan meter listrik, jumlah beban yang harus dilayani,

    jenis kabel, dan kapasitas pengaman yang harus dipasang pada

    instalasi sebenarnya serta rencana daya yang akan dipakai. Dari

    keterangan yang tercantum dalam diagram instalasi dapat

    ditentukan apakah instalasinya sesuai dengan peraturan atau tidak,

    secara sederhana lihat penjelasannya berikut :

  • 42

    Sumber : Ahmad Kusnandar 2002:18

    Gambar 6. Contoh gambar diagram instalasi

    D. Diagram Pengawatan

    Diagram pengawatan memperlihatkan cara pelaksanaan dalam

    suatu peralatan listrik, contohnya:

    Sumber: Dokumen Pribadi

    Gambar 7. Diagram pengawatan PHB 1 fasa 1 kelompok

    E. Diagram Saluran

    Diagram saluran memperlihatkan hubungan antara bagian-bagian

    instalasi. Diagram ini dapat digambarkan berupa diagram

  • 43

    topografis yang menggambarkan saluran sebebanrnya. Contoh

    doagram saluran dapat dilihat pada gambar berikut:

    Sumber : Ahmad Kusnandar 2002:17

    Gambar 8. Diagram saluran topografis

    F. Gambar Instalasi

    Gambar instalasi dapat berupa titik beban tanpa

    digambarkan saluran instalasinya, bagi seorang instalatir dapat

    menentukan sendiri letak saluran instalasinya tetapi dengan

    ketentuan harus aman dari bahaya kebakaran/hubung singkat.

    Untuk instalasi pada bangunan yang luas dan melayani beban yang

    banyak saluran-salurannya harus digambarkan secara jelas.

    Pada gambar instalasi harus disertai dengan diagram

    instalasi. Contoh gambar instalasi dapat dilihat pada gambar

    berikut:

  • 44

    Sumber: Basic Electrical Installation Work hal 67

    Gambar 9.Contoh gambar instalasi untuk suatu rumah

    G. Gambar Situasi

    Gambar situasi memberikan gambaran secara jelas letak

    gedung serta instalasi yang akan dihubungkan dengan jaringan

    PLN. Keterangan ini diperlukan oleh PLN untuk memudahkan

    menetukan kemungkinan penyambungan serta pembiayaanya.

    Data yang perlu ditulis pada gambar situasi ini adalah alamat

    lengkap, jarak terhadap sumber listrik terdekat (tiang

    listrik/bangunan yang sudah berlistrik) untuk daerah yang sudah

    ada jaringan listriknya. Bila belum ada jaringan listriknya, perlu

    digambarkan rencana pemasangan tiangtiang listrik.

    Keterangan: A : Lokasi bangunan B : Jarak bangunan ke tiang C : Kode tiang/transformator U : Menunjukkan arah utara

  • 45

    Sumber: Dokumen Pribadi

    Gambar 10. Gambar Situasi

    H. Diagram Garis Tunggal

    Diagarm garis tunggal biasanya disebut digram

    perencanaan instalasi listrik, sedangkan diagram garis ganda

    disebut diagram pelaksanaan. Diagram garis tunggal diterapkan

    pada instalasi rumah sederhana maupun instalasi gedung gedung

    sederhana hingga gedung besar/bertingkat dan juga pada diagram

    panel bagi dan rekapitulasi beban.

    Diagram garis tunggal menunjukan jumlah kabel, saklar

    yang digunakan dan penggunaan lampu. Contoh diagram garis

    tunggal dapat dilihat gambar 11.

    Sumber Dokumen Pribadi

    Gambar 11. Diagram garis tunggal

    I. Diagram Garis Ganda

  • 46

    Diagram garis ganda merupakan penjabaran dari diagram

    garis tunggal. Contoh diagram garis ganda dapat dilihat pada

    gambar 12 berikut ini.

    Sumber Dokumen Pribadi

    Gambar 12. Diagram garis ganda

    5. Komponen-komponen Pokok Instalasi Listrik

    7. Penghantar

    d. Jenis bahan penghantar

    Penghantar yang digunakan pada instalasi listrik pada

    umumnya digunakan bahan tembaga dan alumunium. Untuk

    penghantar tembaga kemurniannya minimal 99,9%. Tahanan

    jenis yang disyaratkan tidak melebihi 0,017241 ohm mm2/m

    padasuhu 200 C, atau sama dengan daya hantar 50 siemen

    =100% IACS (International Annealid Copper Standard). Koefisien

  • 47

    suhu pada suhu awal 200 C adalah 0,04% perderajat celcius.

    Bila terjadi kenaikan suhu 100 C akan terjadi kenaikan tahanan

    jenis4%. Luas penamapang penghantar teambaga harus

    memenuhi standar internasional, namun untuk keperluan praktis

    ukuran tersebut telah dibuat pada table seprti table 9. Tabel ini

    juga memuat luas penampang hantaran tembaga telanjang.

    Tabel 9. Luas penampang hantaran nominal

    Alumunium untuk penghantar kabel berisolasi harus juga

    alumunium murni. umumnya digunakan alumunium dengan

    kemurnian sekurang-kurangnya 99,9%. Tahanan jenis

    alumunium lunak untuk hantaran listrik telah dibakukan, yaitu

    tidak boleh melebihi 0,028264 ohm mm2 /m pada suhu 200 C;

    atau sama dengan daya hantar sekurang-kurangnya 61% IACS

  • 48

    (international Annealid Copper Standard).. Dayahantar

    alumunium juga dipengaruhi oleh keadaan kekerasannya ,tetapi

    tak sebesar daya hantar tembaga. Alumunium lunak dengan

    daya hantar 61% IACS, memiliki kekuattan tarik 60-70N/mm2.

    Alumunium keras dengan kekuatan tarik 150-159N/mm2 hanya

    kira-kira 1% lebih rendah daripada daya hantar alumunium lunak.

    Koefisien suhu pada suhu awal 200 C adalah 0,04% per derajat

    celcius dan berat jenisnya pada suhu tersebut 2,7 dan 8,9. Daya

    alumunium sama dengan 61% IAC, maka tahanan penghantar

    yang sama diperlukan luas penghantar : 100/60 x luas

    penghantar tembaga = 1,64 x luas penghantar tembaga atau jika

    memperhitungkan diameter penghantar = 1,64 x diameter

    tembaga. Berat alumunium juka dibanding dengan berat

    tembaga : 1,64 x (2,7/8,9) x 100% = 50% berat tembaga. Jadi

    penghantar alumunium dibanding dengan tembaga akan 50%

    lebih ringan, tetapi diameter akan 28% lebih besar. Hal berarti

    penggunaan kawat alumunium akan lebih hemat dan

    penggunaan isolasi lebih sedikit, karena diameternya lebih besar

    28%.

    e. Penghantar Instalasi berselubung

  • 49

    Penggunaan kabel instalasi berselubung jika

    dibandingkan dengan dalam pipa diantaranya :

    o Lebih mudah dibengkokan

    o Lebih tahan terhadap pengaruh asam dan uap atau gas

    tajam

    o Sambungan dengan alat pemakai dapat ditiup lebih rapat

    Beberapa pengertian huruf yang digunakan pada kode kabel

    adalah :

    Tabel 10. Nomenklatur kabel menurut SPLN

    Kode

    Arti

    N Kabel standar dengan inti tembaga

    NA Kabel standar dengan aluminium sebagai penghantar

    Y Isolasi PVC

    G Isolasi karet

    A Kawat berisolasi

    Y Selubung PVC Y. pada akhir nomenklatur

    M Selubung PVC

    R Kawat baja bulat (perisai)

    Gb Kawat pita baja (perisai)

    B Pita baja

    I Untuk isolasi tetap di luar jangkauan tangan

    re Penghantar padat bulat

    rm Penghantar bulat berkawat banyak

    Se Penghantar bentuk pejal (padat)

    Sm Penghantar dipilin bentuk sektor

  • 50

    F Pengharitar halus dipintal bulat

    Ff Penghantar sangat fleksibel

    Z Penghantar Z

    D Penghantar tiga jalur yang di tengah sebagai pelindung

    H Kabel untuk alat bergerak

    Rd Inti dlpilin bentuk bulat

    Fl Inti pipih

    -l Kabel dengan sistem pengenal warna urat dengan hijau

    kuning

    -O Kabel dengan sistem pengenal warna urat tanpa hijau kuning

    Contoh kabel : NYFGbY I 4 x 50 mm2 0,6/1 kV

    Arti kode penandaan

    N = Kabel jenis standar, dengan penghantar

    tembaga

    Y = solasi inti dari bahan PVC

    F = perisai/pelindung dari kawat baja pipih

    Gb = perisai pita baja

    Y = selubung luar dari bahan PVC

    -I = kabel dengan sistim pengenal warna urat

    hijau /kuning

    4 x 50 mm2 = jumlah inti dan luas penampang per inti

    0,6/1 kV = tegangan antara phasa dengan netral/bumi

    0,6 kV

    Tegangan antara phasa dengan phasa 1 kV

  • 51

    f. Macam-macam sambungan kabel

    Untuk menyambung atau mencabang kabel, harus

    selalu mengupas bagian isolasi kebel yang akan disambungkan

    atau dicabangkan, untuk mendapatkan hasil sambungan yang

    baik kabel yang telah dikupas dibersihkan terlebih dahulu.

    Cara penyambungan dan pencabangan ini

    bermacam-macam sesuai dengan keperluan. Syarat dalam

    penyambungan atau pencabangan adalah sambungan harus

    kuat, baik mekanis maupun kelistrikanya. Untuk kabel yang

    berdiameter besar sambungan harus di soldier.

    Macam-macam sambungan kabel antara lain :

    1. Menyambung cara ekor babi (Pig Tail)

    Menyambung cara ekor babi adalah cara yang paling

    sederhana dan mudah. Sambungan ini digunakan untuk

    menyambung atau mencabangkan beberapa kabel pada

    satu titik.penyambungan semacam ini sering dijumpai pada

    kotak sambung dan umumnya di isolasi dengan lasdop, yang

    berfungsi sebagai pengikat dan sekaligus sebagai isolasi.

    Adapun cara penyambungan kabel adalah semua kabel

    yang akan disambungkan dijadikan satu kemudian diputar

    dengan tang. Kemudian rapikanhasil sambungan dengan

    memotong kabel pada ujung sambungnnya.

  • 52

    Gambar 13. Sambungan cara ekor babi

    2. Manyambung cara puntir

    Ada dua macam penyambungan cara putir, yaitu bell

    hangers dan western union. Perbedaan bentuk kedua

    sambungan itu terletak pada jumlah puntiranya, tetapi cara

    dan bentuk penyambungannya sama.

    a. Cara mulai penyambungan

    b. Cara penyambungan bell hangers

    c. Cara penyambungan western union

    Gambar 14. Sambungan cara Puntir

    3. Menyambung cara bolak-balik (Turn Back)

    Menyambung cara bolak-balik ini dimaksudkan untuk

    mendapatkan sambungan yang lebih kuat terhadap

  • 53

    rentangan atau tarikan. Cara penyambungan dapat dilihat

    pada gambar berikut :

    Gambar 15. cara bolak-balik

    Sambungan cara ini umumnya digunakan untuk kabel yang

    mempunyai diameter 4 mm .

    4. Menyambung cara bolak-balik (Britania)

    Sambungan cara ini sering digunakan untuk kabel yang

    berdiameter lebih dari 4 mm yang hasil penyambungannya

    dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 16. Sambungan cara bolak-balik

  • 54

    5. Sambungan Scarf

    Sambungan ini mirip dengan sambungan britania,

    sambungan ini dimaksudkan untuk mendapatkan

    sambungan yang tebalnya tidak melebihi diameter kabel

    yang disambungkannya., lihat gambar :

    Gambar 17. Sambungan Cara Scarf

    6. Menyambung kabel bernadi banyak

    Gambar 18. Menyambung kabel bernadi banyak

    7. Mencabang datar (plaint joint)

    Percabangan ini dilakukan paa tengah kabel yang

    memanjang isolasinya dikupas, sedangkan kabel yang akan

  • 55

    dicabangkan ujungnya juga dikupas. Gambar percabangan

    itu sebagai berikut:

    Gambar 19. Sambungan Cara datar (plaint joint)

    Sedangkan untuk percabangan yang menyilang disebut

    plaint cross joint, gambarnya sebagai berikut:

    Gambar 20. Sambungan Cara datar plaint cross joint

    8. Mencabang Duplex cross Joint

    Percabangan dua buah kabel yang disatukan dalam satu

    empat dapat dilakukan dengan cara Duplex cross Joint,

    gambar penyambunganya sebagai berikut :

    Gambar 21. Sambungan Cara Duplex cross Joint

  • 56

    Sedangakan untuk kabel yang mempunyai nadi banyak

    dapat dilakukan seperti ini:

    Gambar 22. Sambungan Cara kabel bernadi banyak

    9. Menyambung simpul (knotted tap joint)

    Untuk mendapatkan percabangan yang lebih kuat dan kokoh

    pada percabangan datar dapat dilakukan dengan

    percabangan simpul, gambar percabangan simpul adalah:

  • 57

    Gambar 23. Sambungan Cara simpul

    6. Sakelar

    Sakelar berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan

    rangkaian listrik dari sumber ke beban. Sakelar dan pemisah harus

    memenuhi beberapa persyaratan antara lain :

    a. Dapat dilayani secara aman tanpa harus memerlukan alat bantu

    b. Jumlahnya harus sesuai hingga semua pekerjaan pelayanan,

    pemeliharaan, dan perbaikan instalasi dapat dilakukan dengan

    aman.

    c. Dalam keadaan terbuka, bagian sakelar atau pemisah bergerak

    harus tidak bertegangan

    d. Harus tidak dapat terhubungkan sendiri karena pengaruh gaya

    berat

    e. Kemampuan sakelar minimal sesuai dengan gaya daya alat yang

    dihubungkannya, tetapi tidak boleh kurang

  • 58

    Simbol atau lambang dari alat pemutus/penghubung yang

    sering digunakan dalam instalasi rumah tinggal dapat dilihat pada

    tabel dibawah ini.

    Tabel 11. Simbol saklar dan pengawatanya

    Nama Simbol Gambar pengawatan

    Saklar Tunggal

    Saklar Seri

    Saklar Tukar

    a. Sakelar kotak

    Sakelar ini pada umumnya untuk menyalakan dan

    mematikan lampu, dimana sakelar ini sering disebut sakelar kotak

    karena sering dipasang di atas sebuah kotak yaitu kotak normal.

    Contoh sakelar ini dapat dilihat pada gambar 24. yang

    memperlihatkan beberapa sakelar jungkit yang ditanam dalam

    dinding.

  • 59

    Gambar 24. Sakelar kotak

    b. Sakelar tumpuk

    Sakelar jenis ini mempunyai empat kedudukan yang dapat diputar

    ke kanan atau ke kiri dengan sudut masing-masing 900 , setiap

    hubungan mempunyai hubungan yang bertingkat.

    (a) (b)

    Gambar 25. Sakelar tumpuk

    c. Saklar sandung

    Saklelar jenis ini mempunyai hubungan tiga keadaan yaitu pada

    posisi nol (0) saklar dalam keadaan terbuka, pada posisi satu (1)

    dan dua (2) keadaan terhubung secara bergantian. Bentuk dan

    konstruksi saklar sandung dapat dilihat pada gambar 26.

    (a) Bentuk sakelar sandung

  • 60

    (b) Poros sakelar sandung

    Gambar 26. Sakelar sandung

    Pada sakelar sandung bagian yang berputar adalah porosnya,

    sedangkan kotakkontaknya tidak ikut berputar, sehingga usia dari

    sakelar ini adalah sangat panjang.

    d. Saklar tuas

    Sakelar tuas dilengkapi dengan pisau-pisau sebagai penghubung

    dan pemutus yang digerakkan secara mekanis satu arah.

    Konstruksi sakelar ini dapat dilihat pada gambar 27.

    Gambar 27. Bentuk sakelar tuas

    e. Saklar giling

    Sakelar ini mempunyai titik putar yang bergerak bagian tengahnya,

    dimana gerakannya bisa memutuskan atau menghubungkan kutub-

    kutub kontak. Contoh pemakaian pada pengontrolan pengisian bak

  • 61

    air oleh pompa, bila air berkurang mencapai titik tertentu, maka

    pompa akan jalan. Sebaliknya bila air mencapai titik permukaan

    tertentu maka pompa akan berhenti. Konstruksi sakelar giling dapat

    dilihat pada gambar 28.

    Gambar 28. Bentuk sakelar giling

    7. Kontak Listrik

    a. Kotak-kontak (stop kontak)

    Kotak kontak merupakan tempat untuk mendapatkan sumber

    tegangan listrik yang diperlukan untuk pesawat atau alat listrik.

    Tegangan Sumber listrik ini diperoleh dari hantaran fasa dan

    netaral yang berasal dari PLN.

    Gambar 28. Kotak kontak

    b. Kontak Tusuk

  • 62

    Kontak tusuk digunakan untuk menghubungkan pesawat atau alat

    listrik yang dipasang tetap ataupun dapat dipindah-pindahkan.

    Jenis kontak tusuk dapat dilihat pada gambar 29.

    Gambar 29. Jenis-jenis kontak tusuk

    Penggunaan dan pemasangan kontak ada beberapa ketentuan

    antara lain :

    1) Kotak-kontak dinding fasa satu harus dipasang hingga kontak

    netralnya ada disebelah kanan

    2) Kotak-kontak dinding yang dipasang kurang dari 1,25 meter di

    atas lantai harus dilengkapi dengan tutup .

    3) Kotan-kontak yang dipasang dilantai harus tertutup .

    4) Kotak-kontak dinding dengan pengaman harus dipasang

    hantaran pengaman .

    5) Ruangan yang dilengkapi dengan kotak kontak dengan kotak

    pengaman, tidak boleh dipasang kotak-kontak tanpa

    pengaman, kecuali kotak-kontak tegangan rendah dan untuk

    pemisahan pengaman .

  • 63

    6) Pada satu tusuk kontak, hanya boleh dihubungkan satu kabel

    yang dapat dipindahpindah .

    7) Kemampuan kotak-kontak harus sekurang-kurangnya sesuai

    dengan daya yang dihubungkan padanya, tetapi tidak boleh

    kurang dari 5 A.

    c. Kontak hubung bagi

    Kotak PHB harus dibuat dari bahan yang tidak dapat

    terbakar, tahan lembab dan kuat. Pada setiap hantaran fasa keluar

    suatu perlengkapan hubung bagi harus dipasang pengaman arus.

    Pada hantaran netral tidak boleh dipasang pengaman arus, kecuali

    bila potensial hantaran netralnya tidak selalu mendekati potensial

    tanah. Setiap peralatan listrik, kecuali kotak -kontak dengan

    kemampuan hantar arus nominal 16 A atau lebih, harus merupakan

    rangkaian akhir tersendiri kecuali jika peralatan tersebut bagian

    yang tidak terpisahkan dari suatu unit. Gambar 30.a.

    memperlihatkan diagram rangkaian akhir sederhana untuk satu

    fasa, dan gambar 30 b.menunjukkan bentuknya.

  • 64

    a b

    Gambar 30. Perlengkapan hubung bagi dan diagramnya

    Kontak hubung bagi juga harus memenuhi persyaratan antara lain :

    - Kontak hubung bagi harus kokoh, terbuat dari bahan yang tidak

    mudah terbakar dan tahan lembab

    - Pada kontak hubung bagi yang berdiri sendiri sekurang-

    kurangnya harus mempunyai satu saklar dengan kemampuan

    sakelar sekurang-kurangnya sama dengan kemampuan arus

    nominal pengaman tetapi tidak kurang dari 10A.

    - Sakelar masuk boleh ditiadakan kalau kontak hubung bagi

    merupakan suplai dari hubung bagi lainnya

    - Setiap hantaran fasa keluar harus dipasang pengaman arus.

    Komponen-komponen penting dari kontak hubung bagi adalah :

    - Kontak rel, (panel) berfungsi sebagai terminal untuk

    menyambungkan pada beberapa saluran ke beban

    - Kotak pengaman

    - Kotak Sakelar yang merupakan satu kesatuan dari kontak

    hubung bagi.

  • 65

    8. Fiting

    Fiting adalah tempat memasang bola lampu listrik, dan menurut

    penggunaannya dapat dibagi menjadi tiga jenis : fiting langit-langit,

    fiting gantung, dan fiting kedap air.

    a. Fiting langit-langit

    Pemasangan fiting langit-langit ditempelkan pada langit-langit

    (eternit) dan dilengkapi dengan roset. Roset diperlukan untuk

    meletakan/penyekerupan fiting supaya kokoh kedudukannya pada

    langit-langit.

    Gambar 31. Fiting langit-langit

    b. Fiting gantung

    Pada fiting gantung dilengkapi dengan tali snur yang berfungsi

    sebagai penahan beban bola lampu dan kap lampu, serta untuk

  • 66

    menahan konduktor dari tarikan beban tersebut. Konstruksi dari

    fiting gantung dapat dilihat pada gambar 32

    Gambar 32. Konstruksi fiting gantung

    c. Fiting kedap air

    Fiting kedap air merupakan fiting yang tahan terhadap

    resapan/rembesan air. Fiting jenis ini dipasang di tempat lembab

    atau tempat yang mungkin bisa terkena air misalnya fiting untuk di

    kamar mandi. Konstruksi fiting ini terbuat dari porselin, dimana

    bagian kontaknya terbuat dari logam kuningan atau tenbaga dan

    bagian ulirnya dilengkapi dengan karet yang berbentuk cincin

    sebagai penahan air. Konstruksi fiting kedap air dapat dilihat pada

    gambar 33

    Gambar 33. Konstruksi fiting kedap air

  • 67

    9. Pengaman

    Pengaman adalah suatu alat yang digunakan untuk melindungi

    sistem instalasi dari beban arus yang melebihi kemampuannya.

    Biasanya arus yang mengalir pada suatu penghantar akan

    menimbulkan panas, baik pada saluran penghantar maupun pada alat

    listriknya sendiri. Untuk mencegahnya digunakan pengaman lebur dan

    pengaman otomat. Alat ini digunakan untuk :

    a. Mengamankan system instalasi listrik (hantaran, perlengkapan

    listrik dan alat/ pesawat yang menggunakan listrik)

    b. Melindungi/membatasi arus lebih yang disebabkan oleh

    pemakaian beban yang berlebihan dan akibat hubung singkat

    antara fasa dengan fasa, fasa dengan netral atau fasa dengan

    badan (body).

    c. Melindungi hubung singkat dengan badan mesin atau

    perlengkapan lainnya.

    d. Pengaman lebur harus memutuskan rangkaian yang diamankan

    kalau arusnya menjadi terlalu besar. Bagian pengaman yang

    memutuskan rangkaian disebut patron lebur. Untuk aus nominal

    sampai dengan 25 A, menurut ayat 630 B15 harus digunakan

    patron lebur jenis D, yaitu berupa patron ulir dan biasanya

    digunakan maksimum 63 A.

    A. Pengaman ulir

  • 68

    Pengaman ulir ini terdiri dari rumah sekering, pengepas

    patron, dan patron lebur. Gambaran mengenai rumah sekering,

    tudung sekering dan pengepas patron dapat dilihat pada gambar 34

    Gambar 34. Pengaman ulir

    Pengaman jenis ini bekerja dengan cara memutuskan

    kawat leburnya apabila pada sistem terjadi kenaikan arus diluar

    batas nominalnya. Kenaikan arus ini disebabkan oleh beban lebih

    atau hubung singkat. Berkaitan dengan aptron lebur memiliki kawat

    lebur dari jenis bahan perak dengan campuran beberapa logam

    lain, seperti timbel, seng, dan tembaga. Untuk kawat lebur

    digunakan perak, karena logam ini hampir tidak berkarat dan daya

    hantar listriknya tinggi. Jadi diameter kawat leburnya bisa sekecil

    mungkin untuk menghidari timbulnya uap bila kawatnya melebur.

    Diameter luar ujung patron lebur berbeda-beda tergantung arus

    nominalnya, yaitu makin tinggi arus nominal makin besar diameter

  • 69

    ujung patronnya. Warna patron yang digunakan untuk menandai

    patron lebur dan pengepas patron, berasal dari warna-warna

    perangko Jerman, antara lain :

    Tabel 12. Kode sekring

    Batasan Warna

    2 A merah muda

    4 A cokelat

    6 A hijau

    10 A merah

    16 A kelabu

    20 A biru

    25 A kunig

    35 A hitam

    60 A Putih

    65 A warna tembaga

    Bagian-bagian dari sekring adalah sebagai berikut:

    Gambar 35. Bagian-bagian Sekering

  • 70

    B. Patron pisau

    Untuk mengamankan sistem instalasi diatas 65 A dapat

    menggunakan pengaman lebur jenis patron pisau. Konstruksi

    patron pisau dapat dilihat pada gambar 2.16.

    Gambar 36. Konstruksi patron pisau

    Gambar 36. memperlihatkan sebuah kotak pengaman untuk enam

    patron pisau. Supaya patronnya bisa masuk tepat pada tempatnya,

    di antara tempat patronnya dipasang sekat-sekat dari bahan isolasi.

    Arus patron pisau ini mulai dari 15 A hingga 100 A. Patron pisau

    jenis tahan hubungan singkat, dapat memutuskan arus hubung

    singkat yang sangat besar tanpa meledak. Karena konstruksinya

    yang tertutup, maka uap perak yang terbentuk kalau elemen

    leburnya putus tidak bisa keluar. Jadi di dalam patron akan timbul

    tekanan yang sangat tinggi, sehingga konstruksi patron untuk arus

    nominal yang besar harus kuat. Kadang-kadang nilai sesaat arus

  • 71

    hubung singkat dapatmencapai 100 kA, sehingga dapat merusak

    instalasinya. Oleh karena itu arus hubung singkat ini harus

    diputuskan sebelum mencapai nilai maksimumnya dan sebelum

    membahayakan instalasi.

    C. Pengaman otomatis

    Pengaman otomatis adalah pengaman yang digunakan

    untuk memutuskan hubungan rangkaian listrik secara otomatis

    apabila arus melebihi nilai tertentu, dan merupakan sebagai

    pengganti pengaman lebur. Cara kerjanya ada dua macam yaitu

    secara thermis dan secara elektromagnetik. Keuntungan pengaman

    otomatis adalah dapat digunakan kembali dengan segera setelah

    terjadi pemutusan.

    Secara thermis pemutus menggunakan dwi logam, bila arus

    yang melewati batas kemampuan pengaman, dwilogam akan

    mengalami panas kemudian merenggang dan akhirnya

    memutuskan rangkaian. Pemutus bekerja secara magnetic, apabila

    arus yang melewati pengaman melebihi kapasitasnya, maka

    kelebihan arus tersebut akan mengalir pada kumparan dan

    kumparan membentuk magnet dan menarik tuas penghubung,

    kemudian memutuskan rangkaian. Contoh bentuk sebuah otomat

    ulir dapat dilihat paga gambar 35.

    Berdasarakan waktu pemutusannya pengaman otomatis

    dibagi menjadi otomat-L, otomat-H, dan otomat-G.

  • 72

    1. otomat-L (untuk hantaran)

    Jenis pengaman ini menggunakan jenis pengaman

    dwilogam, bila terjadi pemanasan pada penghantar akibat

    beban tertentu maka otomat-L akan memutuskan rangkaian,

    tetapi bila terjadi hubung singkat maka pengaman

    elektomagnetik yang bekerja. Untuk arus bolak-balik yang sama

    dengan 4 Ln 6 Ln, dan arus yang sama dengan 8 Ln,

    pemutusan arusnya berlangsung dalam waktu 0,2 sekon.

    Gambar 37. Pengaman otomat ulir

    2. Otomat-H (untuk instalsi rumah)

    Pengaman ini sama dengan otomat-L, tetapi pengaman

    elektromagnetiknya memutuskan rangkaian dalam waktu 0,2

    sekon kalau arusnya sama dengan 2,5 Ln 3 Ln untuk arus

    bolak-balik atau sama dengan 4 Ln untuk arus searah. Jenis

    otomat ini digunakan untuk instalasi rumah, dimana arus

    gangguan yang rendah pun harus diputuskan dengan cepat.

    3. Otomat-G

    Jenis otomat ini mengamankan otomat-otomat rangkaian listrik

    arus bolak balik atau arus searah dan rangkaian akhir,

  • 73

    misalnya untuk penerangan bangsal pabrik. Pengaman

    elektromagnetiknya berfungsi pada 8 Ln 11 Ln untuk arus ac

    dan 14 Ln untuk arus dc. Konstruksi otomat - G dapat dilihat

    pada gambar 2.19. kecepatan pemutusannya sangat besar,

    karena konstruksi khusus mekanik pemutusan

    elektromahnetiknya, dan waktu antara terjadinya hubungan

    singkat dan pemutusan pendek sekali. Untuk arus hubung

    singkat 1200 A, waktu pemutusan hanya 0,0003sekon.

    Pemutusan cepat ini dicapai dengan menggunakan sebuah

    elektromagnet dengan angker pemukul.

    10. Peralatan Pelindung dan hantaran listrik

    Sebelum pemasangan instalasi listrik, terlebih dahulu

    diperlukan data teknis bangunan / objek yang akan dipasang,

    misalnya dinding dibuat dari papan kayu /bata merah; batako / asbes

    atau lainnya. Dan langit-langit berupa plafon atau beton dan

    sebagainya. Dengan demikian dalam perancangan instalasi dapat

    ditentukan jenis penghantar yang akan digunakan. Jika yang

    digunakan peghantar NYA, maka harus menggunakan pelindung pipa,

    sedangkan untuk jenis lain misalnya NYM atau NYY tidak diharuskan,

    tetapi jika menggunakan pipa akan diperoleh bentuk yang lebih baik

    dan rapi. Penggunaan pipa pada instalasi listrik dapat dipasang

    didalam tembok / beton maupun diluar dinding / pada permukaan

    papan kayu, sehingga terlihat rapi.

  • 74

    Pemasangan didalam tembok sangat bermanfaat disamping

    sebagai pelindung penghantar juga saat dilakukan penggantian

    penghantar dikemudian hari akan mudah dan efisien. Pengerjaan pipa

    ini meliputi memotong, membengkok dan menyambung.

    Untuk sementara ini jenis pipa yang digunakan pada instalasi listrik

    ada 3 macam, yaitu :

    1. Pipa Union

    2. Pipa paralon atau PVC

    3. Pipa fleksibel

    1. Pipa Union

    Pipa union adalah pipa dari bahan plat besi yang diproduksi

    tanpa menggunakan las dan biasanya diberi cat meni berwarna

    merah. Pipa union dalam pengerjaannya mudah dibengkok dengan

    alat pembengkok dan mudah dipotong dengan gergaji besi. Jika

    lokasi pemasangannya mudah dijangkau tangan, maka harus

    dihubungkan dengan pentanahan, kecuali bila digunakan

    untuk menyelubungi kawat pentanahan (arde). Umumnya dipasang

    pada tempat yang kering, karena untuk menghindari terjadi korosi

    atau karat.

  • 75

    Gambar 38. Pipa Union

    2. Pipa Paralon / PVC

    Pipa ini dibuat dari bahan paralon / PVC. Jika dibandingkan

    dengan pipa union, keuntungan

    pipa PVC adalah lebih ringan, lebih mudah pengerjaannya

    (dengan pemanasan) dan merupakan bahan isolasi, sehingga

    tidak akan mengakibatkan hubung singkat antar penghantar.

    Disamping itu penggunaannya sangat cocok untuk daerah lembab,

    karena tidak me-nimbulkan korosi. Namun demikian, pipa PVC

    memiliki kelemahan yaitu tidak tahan digunakan pada temperatur

    kerja diatas 60oC.

    Gambar 39. Pipa Paralon / PVC

    3. Pipa Fleksibel

    Pipa fleksibel dibuat dari potongan logam / PVC pendek

    yang disambung sedemikian rupa sehingga mudah diatur dan

    lentur. Pipa ini biasa digunakan sebagai pelindung kabel yang

    berasal dari dak standar ke APP, atau juga digunakan sebagai

  • 76

    pelindung penghantar instalasi tenaga yang menggunakan motor

    listrik, misalnya mesin press, mesin bubut,mesin skraf, dan lain-lain.

    Gambar 40. Pipa Fleksibel

    4. Tule / Selubung Pipa

    Pipa untuk instalasi listrik (khususnya union) pada bagian

    ujung pipa terdapat bagian yang tajam akibat bekas pemotongan dari

    pabrik maupun pada pelaksanaan pekerjaan. Agar tidak merusak

    kabel maka bagian yang tajam ini harus diratakan/ dihaluskan dan

    perlu waktu yang cukup lama. Untuk mengantisipasi masalah ini

    cukup dipasang tule pada bagian ujung pipa yang tajam tadi.

    Gambar 41. Tule

    5. Klem / Sengkang

    Klem atau sering disebut juga sengkang adalah komponen untuk

    menahan pipa yang dipasang pada dinding tembok atau dinding kayu

    atau pada plafon. Klem dibuat dari bahan besi atau PVC dan

  • 77

    mempunyai ukuran yang sesuai dengan pipa yang digunakan.

    Pemasangannya dengan menggunakan sekrup kayu.

    Gambar 42. Sengkang

    6. Sambungan Pipa (Sock)

    Pada pekerjaan instalasi dengan menggunakan pipa, sering

    diperlukan sambungan untuk menyesuaikan posisi. Sambungan pipa

    yang lurus disebut juga sock atau boch, dibuat dari bahan pelat atau

    PVC. Penyambung pipa lurus ini banyak tersedia di pasaran dengan

    berbagai macam ukuran dan bentuk sesuai dengan ukuran pipanya.

    Gambar 43. Sambungan pipa/Shock

    7. Sambungan Siku

    Selain sambungan pipa lurus, kadang kala dalam pekerjaan instalasi

    diperlukan juga sambungan siku, pada posisi yang berbelok.

  • 78

    Penggunaan sambungan siku ini akan memudahkan dan

    mempercepat pekerjaan, jika dibanding harus melakukan pekerjaan

    membengkok pipa sendiri, dan hasilnya pun akan lebih baik. Seperti

    sambungan pipa lurus, penyambung pipa siku ini terbuat dari bahan

    pelat maupun PVC. Dipasaran tersedia dengan berbagai macam

    ukuran sesuai dengan ukuran pipanya. Namun karena kondisi,

    adakalanya dalam keadaan terpaksa atau darurat, kita harus

    membuat lengkungan sendiri dengan cara membengkokkan pipa

    (seperti gambar didibawah ini).

    Gambar 44. Elbow

    8. Kotak Sambung

    Menurut peraturan, penyambungan kawat tidak boleh dilakukan

    didalam pipa. Oleh karena itu untuk pemasangan saklar / stop

    kontak, menyambung kawat atau untuk percabangan saluran

    diperlukan kotak sambung. Bentuk kotak sambung ada 4 macam,

    sesuai dengan keperluan sambungan yaitu :

  • 79

    Kotak sambung cabang satu untuk tempat penyambungan

    kawat dengan saklar atau stop kontak.

    Kotak sambung cabang dua untuk sambungan lurus

    Kotak sambung cabang tiga untuk sambungan percabangan

    sering disebut T dos.

    Kotak sambung cabang empat untuk sambungan cross dos /

    cabang empat

    Gambar 45. Kotak Sambung/kotak cabang

    9. Lasdop

    Berfungsi untuk penutup dan penguat pada sambungan atau

    cabangan kabel instalasi

    Gambar 46. Lasdop

  • 80

    10. Inbow dos

    Berfungsi untuk menempatkan saklar dan atau stop kontak dalam

    tembok

    Gambar 47. Inbow dos

  • 81

    Daftar Pustaka

    http://www.anneahira.com/artikel-umum/keselamatan-kerja.htm 12-1- 2010

    http://id.wikipedia.org/wiki/Alat_pelindung_diri

    http://hiperkes.wordpress.com/2008/03/03/keselamatan-kerja/

    http://www.anneahira.com/artikel-umum/keselamatan-kerja.htm

    Keselamatan Kerja Kelistrikan ( Electrical Safety )

    Kusnandar, Ahmad. (2002). Pemasangan Dasar Instalasi Listrik. Armico

    Bandung

    Linsley, Trevor. (2008). Basic Electrical Installation Work. Fifth

    Edition.Blackpool and The Fylde College

    Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000