Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

202

description

 

Transcript of Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

Page 1: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-
Page 2: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

-Pandangan Pakar-

Dalam hal JKN, perlu perbaikan secara mendasar dan sistimatis yang menyangkut: 1. Peran dan tata hubungan antar pemangku kepentingan utama yaitu BPJS, Presiden (Pemerintah/Kemkes), Dewan pengawas, pemberi pelayanan kesehatan (RS, Puskesmas, dokter dll), peserta dan daerah, 2. Kepesertaan terutama sektor informal harus diupayakan dengan pendekatan berbeda, 3. Penyempurnaan cara pembayaran pada fasilitas Kesehatan di sesuaikan dengan harga keekonomian, 4. Perbaikan proses monitoring dan evaluasi yang ketat melibatkan banyak pihak untuk menghindari fraud. 5. Peningkatan sosialisasi dan edukasi yang masif

kesemua pihak. Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D

Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Semangat akademik yg pantang menyerah dan berbasiskan pada kebebasan intelektual adalah kunci pembuka innovasi-innovasi baru. Ini akan

membuka kemandirian yg sejati dalam swasembada bahan baku obat. Prof. Umar Anggara Jenie, Apt. M.Sc. Ph.D

Kepala LIPI (2002-2010), Anggota AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), Anggota KIN (Komite Inovasi Nasional)

Masalah pemerataan kesehatan saat ini menjadi poin penting dalam

pembangunan kesehatan di Indonesia, khususnya dalam implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan pencapaian MDG’s. Diperlukan komitmen dan keseriusan pemerintah untuk menciptakan keadilan dan pemerataan kesegatan bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai amanah

Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dr. drg. Julita Hendrartini, M.Kes

Direktur Administrasi dan Keuangan di Gadjah Mada Medical Centre

Page 3: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

Goresan Pena yang Kami Persembahkan untuk Indonesia

Dari Kampus Kerakyatan

Page 4: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-
Page 5: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

Goresan Pena yang Kami Persembahkan untuk Indonesia

Dari Kampus Kerakyatan

Desain cover dan layout:

Ahmad Jauhar Hilmy

Page 6: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

i

PENGANTAR

Membaca sepak terjang mahasiswa tentu tak bisa dilepaskan

dengan karakter asasi yang mereka miliki. Di belahan daerah

Indonesia manapun, mahasiswa tampil memukau sebagai ruh

pembaharu dan memainkan narasi istimewa sejarah bangsa dari waktu

ke waktu. Ya, mahasiswa Indonesia sejak kemunculannya senantiasa

memberi respon terhadap problematika yang hadir di tengah

masyarakat. Hal itulah yang kemudian memberangkatkan kami aktivis

mahasiswa gadjah mada, untuk bergerak mengawal isu kepemimpinan

nasional, khususnya Pemilihan Presiden 2014.

Selain sebagai satu upaya untuk memelihara semangat

pergerakan mahasiswa di atas, “Buku Emas” karya Serikat Mahasiswa

Kerakyatan (Semarak) UGM ini merupakan bentuk komitmen kami

mempertahankan tradisi intelektual mahasiswa yang perlahan padam.

Sebetulnya hasrat untuk membukukan tulisan aktivis mahasiswa

gadjah mada, telah terwujud dalam beberapa kurun belakangan.

Namun, hal itu tak menguncupkan semangat kami untuk menyajikan

kompilasi gagasan sebab tema “sensitif” tahun ini; Pemilihan Presiden

2014. Agenda besar bangsa ini memang menjadi momen indah untuk

menyuarakan dan terlibat ide secara intelektual ala aktivis mahasiswa,

terhadap apa yang akan terjadi pada bangsa minimal lima tahun

kedepan.

Page 7: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

ii

Relasi atas banyak hal di atas, buku ini menyajikan karya

suntingan dengan beragam tajuk sektoral yang kami pilih dan

kumpulkan. Sumber tulisan tak lain dipetik dari hasil tempat kami

menyemai dan meninginternalisasi gagasan, baik diskusi publik

maupun kajian bidang. Tulisan yang terkumpul merentang dalam

waktu singkat, tidak lebih dari dua bulan. Itu yang kemudian membuat

kami berkejar dengan waktu pada tahap perampungan-nya.

Akhirnya, seiring mobilitas negara yang tengah bersiap

menyongsong fase baru melalui presiden baru pasca Pemilu 2014,

adalah satu keniscayaan untuk semakin mengokohkan “iklim peduli”

kepada masyarakat Indonesia melalui “Prakata” ini. Serta secara

sederhana, kami berharap “Buku Emas” Semarak UGM mampu

menjadi referensi siapapun presiden terpilih nanti dalam berbagai

sektoral dan bidangnya. Dan tentunya menjalankan amanah sebagai

“imam” negara sebagaimana solusi yang kami tawarkan dalam buku

ini dan banyak pihak.

Yogyakarta, 3 Juli 2014

Serikat Mahasiswa

Kerakyatan (Semarak) UGM

Page 8: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

1

DAFTAR ISI

PENGANTAR ........................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................ii

Kajian Tertulis BEM/DEMA/LM Fakultas

Arah Prioritas Pembangunan Indonesia

BEM Fakultas Geografi .................................................................... 1

Menggagas Kedaulatan Nuklir di Indonesia 2014-2019

Kajian Strategis BEM KM Fakultas MIPA ....................................... 18

Koperasi Energi: Menyongsong Optimalisasi Energi Terbarukan

Indonesia Berlandaskan Ekonomi Kerakyatan yang

Berkedaulatan

Kajian Strategis BEM KM UGM ...................................................... 31

Suara Teknik Untuk Presiden

BEM KM Fakultas Teknik ................................................................ 41

Quo Vadis Perjalanan Hukum di Indonesia ?

Kajian Strategis Dewan Mahasiswa Justicia Fakultas Hukum .. 67

Korupsi: Permasalahan Klasik yang Menjadi Modern

“Quo Vadis Pemberantasan Korupsi Modern ?”

Ketua Dewan Mahasiswa Justicia Fakultas Hukum……………... 80

Page 9: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

2

Surat Cinta Untuk Presiden

BEM Fakultas Ekonomika dan Bisnis ............................................... 88

ASEAN Vision 2020: Bersatu dalam Kepentingan

Ketua Bidang Kajian Intelektual & Hubungan Eksternal BEM FEB 93

Problematika Perubahan Kurikulum Pendidikan Indonesia

Lembaga Mahasiswa Fakultas Psikologi ......................................... 98

JKN Untuk Indonesia Sehat

BEM Fakultas Kedokteran ............................................................... 108

Solusi Problema Maldistribusi Tenaga Kesehatan Berkaitan

Dengan Globalisasi Sektor Kesehatan: Usulan Langkah

Strategis Bagi Pasangan Presiden-Wakil Presiden Terpilih

BEM KM Fakultas Kedokteran Gigi .............................................. 118

Pembangunan Negara Melalui Industri Farmasi Terintegrasi

dan Swasembada Bahan Baku Obat

BEM KM Fakultas Farmasi ........................................................... 136

Melawan Hegemoni (Industri) Rokok: Jalan Terjal Menuju

Indonesia Sehat (Analisis Kebijakan Rokok di Indonesia)

Mahasiswa Fisipol, Kepala Kastrat & Advokasi 9cm…………... 142

Menggagas Kedaulatan Biodiversitas dan Kearifan Lokal

Indonesia Indonesian Movement for Biodiversity (I-Mob),

BEM Fakultas Biologi ................................................................... 157

Melawan Asap Riau

BEM Fakultas Biologi…………………………………………….. 168

Polemik dan Potensi Implementasi Program Swasembada

Page 10: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

3

Daging

BEM Fakultas Peternakan & BEM Fakultas Teknologi Pertanian

.......................................................................................................... 176

Referensi ....................................................................................... 184

Page 11: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

4

Page 12: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

5

Arah Prioritas Pembangunan Indonesia

BEM Fakultas Geografi

Pendahuluan

Indonesia merupakan daerah yang kaya akan sumber daya

alamnya dan sumber daya manusianya. Kekayaan di Indonesia

tersebut meliputi kekayaan hayati dan non hayati. Potensi tambang di

Indonesia Indonesia berdasarkan data Indonesian Mining Asosiation

menduduki peringkat ke-6 terbesar untuk negara yang kaya akan

sumber daya tambang. Cadangan batubara Indonesia hanya 0,5% dari

cadangan dunia, namun produksi Indonesia posisi ke-6 sebagai

produsen dengan jumlah produksi mencapai 246 juta ton, peringkat 25

sebagai negara dengan potensi minyak terbesar yaitu sebesar 4.3

milyar barrel. cadangan emas Indonesia berkisar 2,3% dari cadangan

emas dunia. Cadangan emas Indonesia berkisar 2,3% dari cadangan

emas dunia. Menduduki peringkat ke-7 yang memiliki potensi emas

terbesar didunia. Menduduki peringkat ke-6 dalam produksi emas di

dunia sekitar 6,7%. Menduduki peringkat ke-5 untuk cadangan timah

terbesar di dunia sebesar 8,1% dari cadangan timah dunia dan juga

menduduki peringkat ke-2 dari sisi produksi sebesar 26% dari julah

produksi dunia. Peringkat ke-7 untuk cadangan tembaga dunia sekitar

4,1% dan peringkat ke-2 dari sisi produksi sebesar 10,4% dari

produksi dunia. Peringkat ke-8 cadangan nikel dunia (cadangan nikel

Indonesia sekitar 2,9% dari cadangan nikel dunia), dengan peringkat

Page 13: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

6

ke-4 dunia dari sisi produksi sebesar 8,6% (Association Of Indonesian

Environmental Observers, 2005).

Hanya saja fakta yang ada, Indonesia tidak mampu mengolah

sumber daya alam yang ada ini dikarenakan sumber daya manusianya

yang kurang mampu. Masalah kependudukan yang berkait dengan

kualitas sumberdaya manusia atau SDM bisa ditelaah dari berbagai

segi. Dalam hal ini yang akan diuraikan adalah dari sisi indeks

pembangunan manusia (IPM), tingkat pendidikan, tingkat kematian

bayi, kemiskinan dan pengangguran. Laporan dari United Nations

Development Program (2012) menunjukkan IPM Indonesia Indeks

Pembangunan Manusia Indonesia sangat rendah. Pada tahun 2011

IPM Indonesia berada di urutan 124 dari 187 negara yang disurvei,

dengan skor 0,617. Hal ini cukup menghawatirkan karena urutan ini

turun dari peringkat 108 pada tahun 2010. Posisi ini tidak bergeser di

kawasan ASEAN. Peringkat pertama IPM adalah Singapura dengan

nilai 0,866 dan disusul Brunei dengan nilai IPM 0,838, disusul

Malaysia (0,761), Thailand (0,682,) dan Filipina (0,644). Indonesia

hanya unggul dari Vietnam yang memiliki nilai IPM 0,593, Laos

dengan nilai IPM 0,524, Kamboja dengan nilai IPM 0,523, dan

Myanmar dengan nilai IPM 0,483, katanya. Hal yang menarik untuk

diungkapkan adalah rendahnya IPM Indonesia ini menunjukkan

pengaruh alokasi 20 persen anggaran sektor pendidikan dari APBN

belum signifikan. Kondisi gambaran IPM di atas sekaligus

menunjukkan kemampuan daya saing SDM Indonesia. Data terakhir

Page 14: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

7

menunjukkan peringkat daya saing SDM Indonesia merosot tajam dari

44 pada tahun 2011 menjadi 46 pada tahun 2012 (UNDP dalam

Puzzleminds).

Melimpahnya kekayaan di Indonesia yang tidak diiringi oleh

penngkatan kualitas SDM yang baik, akan menimbulkan ketidak

jelasan pangolahan sumber daya alam yang ada. Secara umum, SDA

yang ada akan mampu menjadi fasilitator pergerakan masyarakat

dalam memajukan bangsa ini. Sudah tercantum jelas pada amanat

UUD 1945 pasal 33 ayat 3, yakni: bumi dan air dan kekayaan alam

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain itu Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai negara berkembang dan

berada pada zaman tinggal landas yang ditandai dengan transisi zaman

agraris ke era industri memerlukan kebijakan pengembangan untuk

mengiringi perubahan zaman yang ada. Hanya saja, ketidak jelasan

kemana bangsa ini muncul mau di bawa kemana bangsa ini, karena

tambang tidak jelas majunya, industri juga tidak tau pergerakankan,

atau agraris dan maritim yang juga sudah entah kemana. Maka dari

itu, perlunya mengkaji permasalahna yang ada dengan kemabali

kepada kesadaran geopolitik dan geostrategi bangsa ini dengan

menggunaka metode persebaran spasial data permaslahan yang ada

untuk membantu perencanaan pembangunan negara.

Analisis dan Pandangan

Page 15: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

8

Keadaan diatas dapat di uraikan dari beberapa asumsi yang

dapat di kaji untuk menemukan strategi penyelsaiannya. Keterkaitan

antara SDA, kualitas SDM, kasus korupsi yang ada, serta fakta

persebaran derah tertinggal dapat di uraikan secara komprehensif.

Secara tidak langsung tetap akan menuju kualitas SDM negara ini

dalam pengelolaan melalui kebijakan-kebijakan yang ada. Hanya saja

kabijakan saat ini, tidak berpihak untuk kemajuan dan kesejahteraan

rakyat akibat dari tidak mampunya SDA dalam menghadapi arus

globalisasi. Maka dari itu, untuk mengawali pemerintahan baru ini,

perlu adanya pandangan baru mengenai strategi untuk memperkokoh

ketahanan negra secara merata pada masyarakatnya dan perangkat

pemerintahannya.

Realita dan Arah Prioritas Pembangunan

1. Keterkaiatan potensi sumberdaya dengan data persebaran

daerah tertinggal

Secara teori, daerah yang memilik SDA tinggi,mampu menjadi

daerah yang maju dengan diiringi SDM yang tinggi. Permasalahan di

atas juga terkait dengan pembangunan daerah (otonomi daerah).

Pengembangan suatu daerah perlu dilakukan secara terus-menerus

dan berkesinambungan. Hal tersebut melibatkan berbagai potensi

sumber daya yang dimiliki dan dapat menjadi sentra yang akan

memberikan kontribusi bagi perkembangan daerah-daerah sekitarnya.

Potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber pengembangan antara

Page 16: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

9

lain: sumber daya alam (natural resources), sumber daya manusia

(human resources). Sumber daya alam (SDA). Di samping itu juga

perlu memperhatikan keterlibatan pemerintah – masyarakat/lembaga

swadaya masyarakat – pihak swasta dalam mendukung

pengimplementasian kebijakan perencanaan pengembangan daerah

yang dimaksudkan. Hal ini dilakukan dalam upaya membangun

sinergisitas untuk mencapai hasil yang optimal.

Potensi sumberdaya manusia adalah potensi yang dimiliki oleh

penduduk yang menempati wilayah tertentu. Potensi sumberdaya

diambil dari angka ketergantungan tiap wilayah yaitu angka yang

diambil dari membandingkan banyaknya usia kerja (15-64 tahun)

dengan usia non-kerja (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas). Unit analisis

potensi sumberdaya adalah dalam lingkup provinsi yang dalam hal ini

Indonesia dibagi menjadi 33 provinsi. Kategori potensi sumberdaya

ini dalam kata lain ditentukan dari kuantitasnya karena untuk kualitas

mengukurnya cukup sulit dan umumnya bersifat perkiraan.

Page 17: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

10

Dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia, telah terkategorikan

daerah yang memiliki potensi sumberdaya manusia rendah dengan

Rasio Ketergantungan lebih tinggi dari 55,95% sebanyak 9 Provinsi

yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Nusa Tenggara

Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku

dan Maluku Utara. Provinsi yang memiliki potensi sumberdaya

manusia sedang dengan Rasio Ketergantungan antara 49,64% hingga

55,95% sebanyak 14 Provinsi yaitu, Provinsi Riau, Jambi, Sumatera

Selatan, Lampung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah,

Gorontalo, Papua dan Papua Barat. Sedangkan, potensi sumberdaya

manusia tinggi dengan Rasio Ketergantungan < dari 49,64%

sebanyak 10 Provinsi yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Bangka

Page 18: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

11

Belitung, Banten, DKI Jakarta, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,

Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara (BPS,

2010).

Beragamnya kondisi yang dialami setiap daerah dalam hal

rasio ketergantungan tentu memberikan dampak terhadap

kesejahteraan penduduk di daerah tersebut. Kesejahteraan penduduk

yang rendah merupakan salah satu indikator dalam menentukan

apakah daerah tersebut tergolong sebagai daerah yang maju atau justru

tertinggal. Berikut adalah gambaran spasial terkait maju atau

tertiggalnya kondisi kesejahteraan suatu daerah yang cenderung

tersebar pada daerah di luar Jawa.

Idealnya, dengan rasio ketergantungan yang rendah, potensi

penduduk untuk melakukan strategi penghidupan akan semakin

Page 19: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

12

meningkat bila dibandingkan daerah lain, sehingga kesejahteraan

dalam pembangunan pun akan turut terdorong. Namun yang terjadi

terdapat Provinsi yang memilki rasio ketergantungan yang tinggi

sehingga mengakibatkan pembangunan berlangsung lesu. Provinsi

yang tercatat memilki rasio ketergantungan penduduk yang tinggi dan

tergolong sebagai daerah tertinggal di antaranya adalah Provinsi Nusa

Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan

Maluku Utara.

Mengacu pada data rasio ketergantungan di atas, dapat

disimpulkan pada daerah dengan SDM yang rendah selalu diiringi

dengan fakta bahwa daerah tersebut merupakan daerah tertinggal. Hal

ini menyatakan bahwa peran SDM dalam pembangunan sangatlah

penting. Tingginya rasio ketergantungan penduduk perlu diatasi

dengan upaya peningkatan produktivitas penduduk sehingga beban

penduduk usia produktif untuk mensejahterakan anggota keluarganya

dapat diringankan. Upaya peningkatan produktivitas penduduk

terjabarkan dalam rangkaian solusi yang kami tawarkan sebagai

berikut.

Solusi

1. Membangun kembali kesadaran geopolitik dan geostrategi

Indonesia

Hal ini dapat dilakukan dengan pengenalan wilayah dan

kekayaan Indonesia kepada masyarakat Indonesia itu sendiri dari

Page 20: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

13

berbagai kalangan. Hal ini dapat didukung dengan ilmu geografi

lingkungan dan sosial yang di kembangkan sesuai penerapannya.

2. Mengatur strategi meningkatan kualitas penduduk lewat

pendidikan dan kesehatan. Hal ini dapat dilakukan dengan

mengacu pada data persebaran spasial tingkat pendidikan, ratio

umur ketergantungan, dan keadaan geografis setiap daerah,

terutama di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sualawesi Barat,

Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Maluku Utara.

3. Mewujudkan upaya peningkatan produktivitas penduduk.

Kebijakan ini dapat dilakukukan dengan membuka peluang

pekerjaan seluas-luasya maupun dengan mengoptimalkan usaha

kecil menengah dari masyarakat. Hal tersebut dinilai cukup

ampuh dalam mengurangi jumlah pengangguran dari penduduk

usia produktif, sehingga beban ketergantungan dapat berkurang.

2. Keterkaitan antara kekayaan SDA dan peluang korupsi

dengan faktor rendahnya kualitas SDM

Tindakan korupsi merupakan permasalah yang sudah mengakar

di Indonesia. Banyak faktor yang melatar belakangi tindakan ini.

Salah satunya adalah kelimpahan sumber daya alam di suatu daerah

tidak seimbang dengan proses peningkatan kualitas sumber daya

manusia di daerah tersebut. Data pemetaan persebaran kasus korupsi

dan nilai SDA dapat di ketahui fakta yang terjadi diatas. Secara

umum, apabila suatu daerah memiliki SDA tinggi, maka suatu daerah

Page 21: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

14

tersebut mampu menjadi daerah yang maju dan SDM yang ada

semestinya memilki kualitas yang baik. Hanya saja hasil pengolahan

SDA yang ada tidak teralokasikan dengan baik untuk pembangunan

daerah. Sehingga tidak heran apabila fakta yang terjadi seperti di

daerah Papua maupun dimana pada daerah tersebut merupakan daerah

tertinggal dengan SDA melimpah.

Potensi SDA yang menjadi dasar pemetaan merupakan

sumberdaya yang memilki pengaruh besar terhadap pendapatan

daerah dan keberlangsungan lingkungakan hidup. Sumberdaya Alam

tersebut meliputi luas hutan produktif dan hasil tamabang yang

diterima dari setiap provinsi di Indonesia. Berikut adalah peta potensi

kekayaan SDA yang dimilki setiap provinsi.

Page 22: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

15

Indonesia memang negara yang melimpah SDA-nya. Hanya

saja, kelimpahan tersebut tidak memberikan dampak yang seharusnya

baik bagi SDM-nya. Pemetaan data SDA dan SDM menunjukkan

pada daerah yang memiliki SDA melimpah tidak menunjukkan

kualitas SDM yang tinggi. Hal tersebut menjadi salah satu indikasi

tersendiri pada kasus korupsi dalam pengelolaan SDA maupun proses

pembangunan di daerah tersebut. Misalnya pada Provinsi Papua,

secara gamblang, dapat kita ketahui bahwa Papua merupakan daerah

dengan sumber daya tambang sangat melimpah dan luas hutan yang

begitu besar. Ironisnya, Papua merupakan daerah tertinggal dengan

kualitas SDM rendah. Padahal, hasil dari SDA yang ada apabila di

kelola dengan baik dan benar akan mampu membiayai pembangunan

daerah di segala sektor/bidang dengan baik dan fasilitas infrastruktur

yang sangat memadahi. Bukankah sangat disayangkan apabila

masyarakat yang memilki SDA tidak dapat menikmati hasilnya secara

layak. Memang kondisi riil di lapangan, SDA yang ada belum mampu

diurus oleh SDM dalam negri secara optimal. Hanya saja paling tidak

dalam pengembalian manfaat SDA layak bagi masyarakat sekitar dan

mampu meningkatan kualitas SDM-nya dan menjadikan daerah

tersebut sebagai daerah maju.

Page 23: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

16

Banyaknya kekayaan alam yang tersedia, mampu menjadi

sumber dana dalam pembangunan daerah seluruh negeri. Hanya saja

kualitas SDM dalam pengeloaan kekayaan melimpah tersebut juga

turut ambil bagian dalam mempertanggung jawabkan wujudnya di

lapangan. Sebab sudah terlihat fakta dari data yang di dapat, kasus

korupsi di daerah dengan SDA melimpah memiliki intensitas tinggi.

Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalah Keterkaitan antara

kekayaan SDA dan peluang korupsi dengan faktor rendahnya kualitas

SDM, terdapat beberapa solusi yang kami tawarkan:

Solusi

1. Pembentukan aparatur pemerintahan yang bersih dan ahli di

bidangnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan

mekanisme pembentukan aparatur yang terbebas dari KKN

Page 24: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

17

terutama pada daerah yang jauh dari pengawasan pemerintah

pusat dan rentan untuk terjadi tindakan korupsi seperti Provinsi

Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi

Selatan, Sulawesi Tenggara, NAD, dan Sumatera Utara.

2. Penegakan hukum yang tegas pada setiap tindak pidana korupsi.

Kebijakan ini diberlakuakan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku tanpa pandang bulu kepada setiap

pemangku kepentingan yang ada.

3. Perumusan kebijakan yang mengarah kepada bagi hasil

pengelolaan kekayaan SDA yang berkeadilan. Dengan demikian,

pemerintah daerah tidak perlu membatasi dalam mendatangkan

para investor asing, namun yang dibutuhkan adalah penegakan

hukum sehingga pemerintah tetap dapat melakukan kontrol

penuh terhadap setiap hasil dari pengelolaan SDA. Hasil

pengelolaan tersebut dapat dijadikan sebagai sumber pembiayaan

pembangunan untuk peningkatan kualitas SDM, perbaikan

infrastruktur, dan lain sebagaianya.

Page 25: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

14

Page 26: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

15

Page 27: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

16

Page 28: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

17

Page 29: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

18

Sektor Energi dan Infrastruktur

Menggagas Kedaulatan Nuklir di Indonesia 2014-2019

Kastrat BEM KM Fakultas MIPA

Energi Nuklir menjadi Energi yang menjadi perhatian besar

bagi dunia dengan efisiensi yang dihasilkan dari Nuklir terhadap

supply kebutuhan energi masyarakat. Belgia, Bulgaria, Republik

Ceko, Finlandia, Perancis, Hungaria, Jepang, Korea Selatan, Slovakia,

Slovenia, Swedia, Swiss dan Ukraina semua mendapatkan 30% atau

lebih dari listrik dari reaktor nuklir. Amerika Serikat memiliki lebih

dari 100 operasi reaktor, memasok 20% dari listrik. Perancis

mendapat tiga perempat dari listrik dari uranium. Lebih dari 14% dari

listrik dunia dihasilkan dari uranium dalam reaktor nuklir.

Program Nuklir Indonesia merupakan program Indonesia

untuk membangun dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan

teknologi nuklir baik di bidang non-energi maupun di bidang energi

untuk tujuan damai. Pemanfaatan non-energi di Indonesia sudah

berkembang cukup maju. Sedangkan dalam bidang energi

(pembangkitan listrik), hingga tahun 2011 Indonesia masih berupaya

mendapatkan dukungan publik, walaupun sudah dianggap kalangan

internasional bahwa Indonesia sudah cukup mampu dan sudah saatnya

menggunakannya.

Indonesia memiliki beberapa alasan untuk membangun reaktor

tersebut:

Page 30: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

19

1. Konsumsi energi Indonesia yang besar dengan jumlah

penduduk 237 juta (sensus 2010).

2. Nuklir akan mengurangi ketergantungan akan petroleum.

3. Jika konsumsi energi dapat disediakan dengan nuklir,

Indonesia dapat memproduksi lebih banyak minyak bumi.

4. Memproduksi energi yang dapat diperbaharui lainnya, seperti

angin dan tenaga matahari lebih mahal.

5. Jepang, seperti Indonesia, sering terkena gempa bumi, tetapi

memiliki reaktor nuklir.

6. Emisi gas dapat dikurangi.

Kedaulatan Energi Nuklir di Indonesia seakan menjadi

dilema, keresahan akan fenomena yang terjadi di Chernobyl, Ukraina,

dan Fukushima, Jepang menjadi hantu yang membuat takut

masyarakat Indonesia akan dibangunnya reactor nuklir dan kebijakan

pemerintah tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.

Kondisi pembangunan PLTN di Indonesia

1. Rencana Pembangunan PLTN di Bangka Belitung

Kepala Bidang Pengkajian Kelayakan Tapak PLTN Pusat

Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Kurnia Anzhar

menyebutkan studi kelayakan calon tapak PLTN di Bangka Barat dan

Bangka Selatan telah dilaksanakan selama tiga tahun dan berakhir

pada tahun 2013. Studi tersebut meliputi berbagai kajian seperti

meteorologi, seismografi, oseanografi, demografi dan kependudukan

Page 31: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

20

serta berbagai aspek lainnya yang merupakan syarat layak atau

tidaknya suatu lokasi menjadi calon tapak PLTN. Menurutnya hasil

resmi studi kelayakan calon tapak akan segera diumumkan dalam

waktu dekat. Setelah selesai kegiatan studi calon tapak PLTN ini,

seluruh fasilitas akan diserahkan kepada BATAN untuk dikelola dan

dilakukan monitoring secara berkala langsung oleh BATAN, seperti

halnya lokasi calon tapak sebelumnya di Semenanjung Muria (Pusat

Diseminasi IPTEK Nuklir, 2013). Menurut Kepala BATAN, Djarot S.

Wisnubroto, kesimpulan sementara studi tapak yang dilakukan

BATAN, di Pulau Bangka cukup layak untuk dibangun PLTN. Selain

geografis daerah yang cukup stabil, juga mempertimbangkan

permintaan energy (demand) di wilayah tersebut. Djarot

menambahkan, masa pembangunan PLTN sekitar 8 hingga 10 tahun

Untuk investasi pembangunan PLTN berkapasitas 150 MW mencapai

sekitar Rp 10 triliun. Mantan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir

(Bapeten), As Natio Lasman mengatakan, terkait perizinan PLTN, ada

5 tahap perizinan. Antara lain, site (lokasi/tapak), konstruksi,

commissioning (uji coba), operasi dan decommissioning. "Selain dari

Bapeten, perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup sebagai

syarat utama pembangunan," ujarnya (RR/SK, 2013).

Manajer Studi Kelayakan PT. Surveyor Indonesia, Ilman

Bustaman, menyatakan bahwa hasil survei menunjukkan kapasitas

dari tapak berdasarkan geografi dapat didirikan 10 unit reaktor nuklir,

tetapi masih menunggu keputusan dari Bapeten.Daerah yang

Page 32: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

21

berpotensi adalah Kab. Bangka Selatan (Basel) dan Kab. Bangka

Barat (Babar) layak dibangun PLTN dengan kapasitas 6 unit di Babar

dan 4 unit di Basel. Hal tersebut berdasarkan aspek Geografi.

Meskipun demikian yang berhak memeberikan izin adalah Bapeten

(RL, 2013). masing-masing unit berkapasitas 1.000 MegaWatt

sehingga total 10.000 MegaWatt (ea/EA/bd-ant, 2013). Selain studi

fisik tapak, setiap tahun pihak BATAN juga melakukan jajak pendapat

untuk mengetahui trend penerimaan masyarakat terhadap PLTN

sebagai pemasok listrik nasional. Jajak yang dilakukan lembaga survei

independen PT Iconesia Solusi Prioritas (ISP) pada akhir 2013

menyimpulkan sebanyak 60,4% masyarakat menyetujui pembangunan

PLTN. Suvei ini menurut Direktur PT ISP, Suhermin Ari Pujiati,

melibatkan 3000 responden tingkat nasional dan 1000 responden di

Jawa, Madura, dan Bali dengan menggunakan metode “Multistage

Cluster Random Sampling” (ea/EA/bd-ant, 2013). Gusti Hatta,

Menteri Riset dan Teknologi, mengaku bahwa sebelumnya hamper 65

persen warga mendukung pembangunan PLTN, namun karena adanya

kejadian PLTN Fukushima Jepang, ternyata berdampak pada

menurunnya dukungan warga masyarakat terhadap rencana pendirian

PLTN (IDB, 2013).

Di sisi lain, Koordinator Laskar Barisan Tolak Nuklir dan

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (BETON) Bangka, Kurnia Mulya,

mengatakan bahwa selama ini banyak warga Bangka menolak

pembangunan PLTN di wilayahnya. Penolakan juga datang dari

Page 33: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

22

penduduk di Kabupaten Bangka Barat yang menjadi lokasi tapak

PLTN tersebut. Bahkan, menurut survei BETON, sekitar 70%

penduduk menolak pembangunan PLTN di Bangka. Laskar BETON

meminta pemerintah bersama-sama dengan masyarakat Bangka

menyelenggarakan kembali survei persetujuan PLTN secara

transparan dan terbuka. Hal ini dimaksudkan agar hasil survei dapat

benar-benar mencerminkan secara objektif pendapat penduduk

Bangka, terutama Kabupaten Bangka Barat. Menurut Kurnia, alasan

penolakan pembangunan PLTN di Bangka disebabkan tingginya

ancaman dari nuklir. Apalagi lokasi tapak tak terlalu jauh dari

permukiman padat penduduk sehingga dapat mengancam kehidupan

warga. Hal ini berarti mengancam hak

masyarakat untuk hidup bebas dari ancaman (Sarwindaningrum, I.,

dan Aziz, N., A., 2012).

2. Rencana Pembangunan PLTN di Kalimantan Barat

Kartius, Asisten Administrasi dan Umum Sekretaris Daerah

Kalbar, menyatakana bahwa seluruh gubernur di Kalimantan telah

melakukan rapat kordinasi dengan Kementerian Energi dan

Sumberdaya Mineral (ESDM) di Jakarta pada 2011 yang membahas

pentingnya kehadiran PLTN di Kalimantan. Kementerian ESDM

kemudian merekomendasikan tahap pertama PLTN akan dibangun di

Kalbar, kendati pun tidak ditentukan tahun berapa mulai dibangun.

Page 34: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

23

Pemerintah Kalbar telah menetapkan dua lokasi PLTN, yakni

di Ngabang, Ibukota Kabupaten Landak, dan di Nanga Pinoh, Ibukota

Kabupaten Melawi. Berkaitan dengan persiapan teknis, Pemprov

Kalbar telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU)

dengan BATAN di Jakarta pada 2012. Tindak lanjut dari MoU

Pemprov Kalbar-BATAN, kemudian digelar seminar: “Skenario

Kebijakan Energi Indonesia Menuju Tahun 2050” di Pontianak, 22

Februari 2013. Seminar digelar Dewan Energi Nasional, bekerjasama

dengan Pemprov Kalbar dan BATAN. Menurut Prof. Dr. Ismail

Yusuf, Pakar Fisika Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura,

pembangunan PLTN di Kalbar mendesak, karena Sungai Kalan,

Kecamatan Ellahilir, Kabupaten Melawi, memiliki cadangan uranium

yang sangat baik. Cadangan terukur uranium sebagai bahan baku

reaktor PLTN di Sungai Kalan mencapai 900 ton, cadangan

terindikasi 6.961 ton, cadangan tereka 1.734 ton, sedangkan cadangan

hipotetik 14.517 ton dengan total cadangan keseluruhan 24.112 ton

(Aju, 2013).

3. Rencana Pembangunan PLTN di Serpong

Mentri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta,

mengatakan bahwa akan dibangun PLTN 30 MW di Serpong, Banten

pada tahun 2014 yang akan digunakan sebagai pembangkit listrik di

wilayah setempat (Maruli, A., 2014).

Page 35: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

24

Analisis dan Pandangan

Setelah memperoleh informasi mengenai perkembangan

pembangunan PLTN di Indonesia saat ini, kami menganalisa bahwa

beberapa masalah yang timbul pada rencana pembangunan PLTN di

Bangka Belitung diantaranya adalah ketidaksesuaian hasil survei yang

dilaksanakan oleh BATAN melalui PT Inconesia Solusi Prioritas

(ISP) dengan hasil survei Laskar BETON. Hal ini disebabkan kurang

tepatnya survei yang dilakukan oleh Pemerintah melalui PT ISP.

Menurut kami yang seharusnya disurvei adalah setuju/tidaknya

masyarakat apabila dibangun PLTN di Bangka Belitung, bukan

setuju/tidaknya masyarakat apabila dibangun PLTN secara umum.

Selain itu, responden yang harus diutamakan adalah masyarakat yang

tinggal di daerah Bangka Belitung dan sekitarnya, bukan masyarakat

nasional secara umum dan yang tinggal di daerah yang berjauhan dari

Bangka Belitung, seperti Jawa, Bali, dan Madura. PLTN yang akan

dibangun berlokasi di Bangka Belitung. Mengingat PLTN yang

hendak dibangun lokasinya di Bangka Belitung, seharusnya yang

diutamakan adalah suara masyarakat Bangka Belitung itu sendiri

karena merekalah yang hidup langsung di daerah tersebut. Mereka

yang akan merasakan hidup tidak terlalu jauh dengan PLTN. Jika

survei dilaksanakan dengan respondennya adalah seluruh masyarakat

se-Indonesia namun PLTN yang hendak dibangun adalah di Bangka

Belitung, hal itu akan menyebabkan suara yang dihasilkan tidak

Page 36: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

25

mewakili suara masyarakat Bangka Belitung yang nantinya akan

merasakan hidup tidak jauh dari PLTN.

Dukungan masyarakat tentang dibangunnya PLTN akan

berbeda-beda tergantung kondisi yang mereka akan alami nantinya.

Masyarakat yang berada di Jakarta bisa saja lebih mendukung

dibangunnya PLTN di Bangka Belitung karena mereka tidak begitu

khawatir akan dampaknya apabila terjadi suatu masalah yang

ditimbulkan PLTN Bangka dikarenakan lokasi Jakarta yang cukup

jauh dari Bangka Belitung. Oleh karena itu juga, masyarakat Jakarta

mungkin akan lebih memperhatikan keunggulan yang akan dihasilkan

PLTN Bangka nantinya daripada mengkhawatirkan resikonya. Akan

tetapi, beda halnya dengan masyarakat Bangka Belitung. Meskipun

sesungguhnya masyarakat Bangka Belitung telah mengetahui

keunggulan PLTN, mereka pasti akan lebih khawatir dengan

pembangunan PLTN di daerahnya karena apabila terjadi masalah yang

disebabkan PLTN tersebut, maka mereka akan lebih rawan terkena

masalah tersebut dibandingkan masyarakat yang ada di Jakarta. Oleh

karena itu dirasa perlu dilakukan survei kembali dengan respondennya

adalah hanya masyarakat Bangka Belitung.

Untuk dapat membangun PLTN di Indonesia, harus ada

keadilan. Kita boleh melihat keunggulan PLTN dibandingkan

pembangkit listrik tenaga lain karena memang faktanya PLTN lebih

efisien, sedikit emisi, dan berumur panjang. Namun kenyamanan dan

ketentraman menjadi alasan untuk belum menerima nuklir. Batas

Page 37: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

26

tindakan yang dapat diambil Pemerintah adalah melakukan sosialisasi

mengenai kebermanfaatan dan keamanan PLTN. Jika sudah dilakukan

sosialisasi namun masyarakat tetap keberatan apabila dibangun PLTN

di daerahnya, Pemerintah harus mencari lokasi lain. Jadi, apabila

dilakukan survey kembali kepada masyarakat Bangka Belitung dan

hasilnya masyarakat Bangka Belitung setuju dengan pembangunan

PLTN di Bangka Belitung, barulah BATAN dan jajarannya dapat

membangun PLTN dengan tenang tanpa ada kesalahpahaman lagi.

Jika ternyata masyarakat Bangka Belitung tidak setuju, BATAN dan

jajarannya hendaknya mencari lokasi lain yang dari awalnya

masyarakat di daerah tersebut menerima apabila di daerahnya akan

dibangun PLTN.

Tujuan dibangunnya PLTN adalah untuk menyejahterakan

rakyat Indonesia. Namun, hal itu akan percuma apabila kesejahteraan

secara nasional meningkat akan tetapi masyarakat di suatu daerah

menjadi hidup terancam dan tidak tenang. Kita harus bisa mengambil

solusi yang tidak merugikan pihak manapun.

Solusi

Dari hasil diskusi dan kajian kami menemukan beberapa

Solusi yang dapat dilakukan BATAN ataupun lembaga lainnya yang

terlibat dalam pembangunan PLTN di Indonesia untuk mengatasi

masalah pembangunan PLTN di Bangka Belitung terutama dalam hal

sosialisasi, Lembaga survey yang dipilih Pemerintah bersama dengan

Page 38: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

27

Laskar BETON seharusnya melakukan survey bersama mengenai

setuju atau tidaknya masyarakat Bangka Belitung apabila akan

dibangun PLTN di Bangka Belitung. Respondennya cukup dari

masyarakat Bangka Belitung. Jika memang mayoritas masyarakat

Bangka Belitung setuju dengan pembangunan PLTN di Bangka

Belitung, BATAN dan jajarannya meneruskan pembanguan PLTN di

Bangka Belitung. Akan tetapi, apabila mayoritas masyarakat Bangka

Belitung tidak setuju dengan pembangunan PLTN di Bangka

Belitung, BATAN dan jajarannya hendaknya menghentikan proses

pembangunan PLTN di Bangka Belitung dan mencari daerah lain

yang dari awalnya masyarakat daerah tersebut telah setuju untuk

dibangun PLTN di daerahnya.

Solusi yang dapat dilakukan Pemerintah melalui BATAN dan

jajarannya untuk melancarkan pembangunan PLTN di Indonesia

secara umum adalah :

1. melakukan pendataan terlebih dahulu daerah-daerah mana

saja yang menurut analisis secara kasar berpotensi untuk

dijadikan lahan PLTN.

2. melakukan sosialisasi mengenai kebermanfaatan dan

keamanan PLTN khusus kepada masyarakat yang tinggal di

daerah-daerah yang berpotensi tersebut.

3. melakukan survei dengan respondennya adalah hanya

masyarakat yang tinggal di daerah-daerah berpotensi tersebut

Page 39: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

28

mengenai setuju atau tidaknya masyarakat daerah tersebut

apabila dibangun PLTN di daerah mereka.

4. melakukan pendataan daerah-daerah berpotensi mana saja

yang masyarakatnya setuju apabila dibangun PLTN di daerah

tersebut.

5. melakukan pengujian kelayakan secara langsung ke daerah-

daerah yang dimaksud pada point keempat di atas.

6. melakukan pembangunan PLTN di daerah-daerah, yang

berdasarkan pengujian pada poin kelima di atas, merupakan

daerah yang cocok untuk dibangun.

Tawaran Kedaulatan Nuklir untuk Capres-Cawapres 2014-2019

Kami mengajukan permohonan kepada Capres Cawapres

Indonesia 2014 apabila terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden

Republik Indonesia untuk masa jabatan 2014-2019 segera

mewujudkan :

1. Survei objektif yang dilaksanakan oleh Lembaga Survey

pilihan Pemerintah dan Laskar Barisan Tolak Nuklir dan

Pembangkit Tenaga Nuklir (BETON) dengan respondennya

adalah hanya masyarakat Bangka Belitung mengenai setuju

atau tidaknya masyarakat Bangka Belitung apabila dibangun

PLTN di lokasi PLTN Bangka Belitung yang telah ditetapkan.

Page 40: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

29

2. Sosialisasi potensi kebermanfaatan dan keamanan PLTN

kepada masyarakat yang tinggal di daerah Ngabang, Ibukota

Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.

3. Survei objektif yang dilaksanakan oleh Lembaga Survey

pilihan Pemerintah dengan respondennya adalah hanya

masyarakat yang tinggal di daerah Ngabang, Ibukota

Kabupaten Landak, Kalimantan Barat mengenai setuju atau

tidaknya masyarakat Ngabang apabila dibangun PLTN di

Ngabang.

4. Sosialisasi potensi kebermanfaatan dan keamanan PLTN

kepada masyarakat yang tinggal di daerah Nanga Pinoh,

Ibukota Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.

5. Survei objektif yang dilaksanakan oleh Lembaga Survey

pilihan Pemerintah dengan respondennya adalah hanya

masyarakat yang tinggal di daerah Nanga Pinoh, Ibukota

Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat mengenai setuju atau

tidaknya masyarakat Nanga Pinoh apabila dibangun PLTN di

Nanga Pinoh.

6. Sosialisasi potensi kebermanfaatan dan keamanan PLTN

kepada masyarakat yang tinggal di daerah Serpong.

7. Survei objektif yang dilaksanakan oleh Lembaga Survey

pilihan Pemerintah dengan respondennya adalah hanya

masyarakat yang tinggal di daerah Serpong mengenai setuju

Page 41: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

30

atau tidaknya masyarakat Serpong apabila dibangun PLTN di

Serpong.

8. Sosialisasi potensi kebermanfaatan dan keamanan PLTN

kepada masyarakat

yang tinggal di daerah yang menurut analisa scara kasar layak

untuk dijadikan PLTN

9. Survei objektif yang dilaksanakan oleh Lembaga Survey

pilihan Pemerintah dengan respondennya adalah hanya

masyarakat yang tinggal di daerah yang dimaksud pada saran

nomor 8 di atas mengenai setuju atau tidaknya masyarakat

daerah tersebut apabila dibangun PLTN di daerah tersebut.

Page 42: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

31

Koperasi Energi: Menyongsong Optimalisasi Energi Terbarukan

Indonesia Berlandaskan Ekonomi Kerakyatan yang

Berkedaulatan

Kastrat BEM KM UGM

Indonesia Menuju Titik Nadir Kedaulatan Energi

Perjalanan panjang Indonesia sejak memproklamasikan diri

menjadi bangsa yang merdeka sudah mencapai usia 68 tahun. Selama

itu pula bangsa Indonesia jatuh bangun mempertahankan

kedaulatannya termasuk dalam hal ini, kedaulatan energi. Barangkali

lazim untuk mempertanyakan kembali, apakah Indonesia telah meraih

kedaulatan energi-nya? Atau justru semakin menjauh dari kedaulatan?

Hal ini merupakan suatu urgensi mengingat salah satu prasyarat

kedaulatan bangsa berada ditangan kedaulatan energinya.

Segepok data yang kami peroleh, satu per satu mencoba

menjawab pertanyaan tersebut. Dari aspek kebutuhan energi, Outlook

Energi Indonesia 2013 memaparkan kebutuhan energi Indonesia

dalam rentang 2011-2030 diperkirakan akan meningkat rata-rata

sebesar 4,7% per tahun. Hal itu berarti proyeksi kebutuhan energi

Indonesia akan mengalami peningkatan 94% sampai tahun 2030. Lalu,

sektor dengan laju pertumbuhan konsumsi energi per tahun (2000-

2011) terbesar adalah transportasi 6,47% (26,6% total konsumsi 2011)

diikuti komersial 4,32% (3,2% total konsumsi 2011), industri 3.05%

(37,2% total konsumsi 2011), rumah tangga 0,7% (30,7% total

Page 43: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

32

konsumsi 2011), dan lainnya -1,47% (2,4% total konsumsi 2011).

Pemenuhannya masih didominasi oleh bahan bakar fosil seperti

minyak bumi, gas, dan batu bara. Kontributor terbesar ialah minyak

bumi yang notabene produksi nasional terus menurun sehingga

Indonesia telah menjadi nett importer sejak tahun 2004. Penyebabnya

antara lain peningkatan secara masif kepemilikan kendaraan bermotor

berbahan bakar minyak, dan aspek pengelolaan sumber daya energi

yang lemah. Menurut Ketua KPK Abraham Samad, 70% blok migas

yang beroperasi di Indonesia dikuasai oleh kepemilikan asing. Selain

itu, BBM (Bahan Bakar Minyak) menjadi penyumbang terbesar

subsidi energi yang totalnya 20% dari APBN 2014 dan

mengakibatkan defisit anggaran. Sedangkan dari aspek ketersediaan,

berdasarkan pernyataan sekretaris SKK Migas yaitu Gde Pradnyana,

cadangan minyak bumi Indonesia sendiri (tanpa eksplorasi)

diperkirakan akan habis dalam jangka waktu 12 tahun lagi.

Kebutuhan energi akan terus meningkat pesat sedangkan

ketergantungan yang masih sangat tinggi terhadap minyak bumi

ditambah produksi yang terus menurun dan cadangan yang semakin

menipis menjadi ancaman. Kondisi tersebut merupakan sebuah lampu

kuning bagi Indonesia agar memperhatikan secara serius solusi

pemenuhan energinya. Walaupun pemerintah telah menyetujui RPP

Kebijakan Energi Nasional, namun belum terlihat langkah yang jelas

untuk mencapai target diversifikasi energi. Jika dibiarkan terus

berlarut-larut, dapat diasumsikan Indonesia akan semakin mendekati

Page 44: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

33

titik nadir kedaulatan energi. Padahal, Indonesia merupakan negara

megabiodiversitas yang secara otomatis memiliki potensi sumber daya

energi yang sangat besar, khususnya energi terbarukan.

Energi Terbarukan: Sebuah Harapan

Dalam definisi yang terdapat dalam RPP Energi Baru dan

Energi Terbarukan, energi terbarukan adalah energi yang berasal dari

sumber terbarukan mencakup energi terbarukan hayati dan non-hayati.

Biomass, bioethanol, biogas, biodiesel, dan biooil termasuk bentuk

energi terbarukan hayati. Sedangkan yang termasuk bentuk energi

terbarukan non-hayati yaitu panas bumi, angin, energi surya, tenaga

air, serta gerakan dan perbedaan suhu air laut.

Potensi energi terbarukan di Indonesia dapat dikatakan tidak

terbatas dan sangat besar. Berdasarkan data dari Ditjen EBTKE

Kementrian ESDM tahun 2013 yang dipresentasikan dalam Indonesia

EBTKE CONEX 2013, Indonesia memiliki potensi tenaga air sebesar

75.000 MW sedangkan kapasitas yang terpasang baru mencapai 7.059

MW, mini-mikro hidro memiliki potensi sebesar 769,7 MW

sedangkan kapasitas terpasang 512 MW, potensi panas bumi sebesar

16.502 MW kapasitas terpasang baru 1.341 MW, potensi biomassa

untuk kelistrikan sebesar 13.662 Mwe kapasitas yang terpasang ke

grid baru 75.5 Mwe, begitu pula dengan tenaga surya dan angin yang

memiliki potensi cukup tinggi yaitu 4,8 KWh/m2/hari dan kecepatan

angin 3-6 m/s sedangkan kapasitas terpasang masing-masing baru

Page 45: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

34

42,78 MW dan 1,33 MW. Secara garis besar, potensi energi

terbarukan belum dioptimalkan pemanfaatannya.

Sebagai negara maritim, potensi energi terbarukan terbesar

Indonesia adalah tenaga air yaitu 75 GW tetapi potensi yang

dimanfaatkan belum mencapai 10%. Adapun permasalahan lain yang

berkaitan yaitu pemenuhan pasokan energi listrik dimana belum

terjangkaunya daerah-daerah terpencil oleh jaringan PLN. Statistik

PLN 2012 memaparkan rasio elektrifikasi telah mencapai 76% secara

nasional tetapi masih terjadi ketimpangan elektrifikasi. Masih terdapat

daerah-daerah pedesaan dan pedalaman yang memiliki rasio

elektifikasi di bawah 5% bahkan 0%. Kondisi itu menyebabkan

pengelolaan sumber daya alam di daerah pedesaan tidak optimal dan

menyebabkan penjualan dalam bentuk bahan mentah yang belum

memiliki nilai tambah. Hal ini menyebabkan pertumbuhan

perekonomian pedesaan juga tidak optimal. Padahal, daerah pedesaan

kaya akan sumber energi terbarukan untuk menghasilkan listrik

khususnya tenaga air yang berasal dari sungai-sungai. Plus, potensi

energi tersebut belum dioptimalisasikan secara komersil. Ini adalah

sebuah harapan dan kesempatan untuk meraih kembali momentum

kedaulatan energi dengan mengoptimalkan energi terbarukan yang

belum dimanfaatkan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan, seperti

koperasi.

Page 46: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

35

Koperasi: Secercah Harapan

Wacana menghidupkan kembali koperasi dalam

perekonomian nasional telah mencuat belakangan ini. Hal itu karena

sistem ekonomi kapitalisme-liberal yang membumi di Indonesia

menyebabkan kesenjangan semakin melebar. Maka dari itu perlu

adanya sistem ekonomi kerakyatan yang melindungi pemodal-

pemodal kecil agar dapat bersaing dengan kapitalis negeri ini.

Koperasi sebagai bentuk badan hukum usaha adalah usaha yang

disusun bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan. Koperasi

merupakan secercah harapan dalam problematika ketimpangan kelas

ekonomi dalam masyarakat Indonesia. Salah satu pendiri republik ini,

Dr. Drs. H. Mohammad Hatta, telah melihat koperasi menjadi sebuah

solusi perekonomian bangsa jauh sebelum kapitalisme menyerang

Indonesia. Koperasi merupakan bagian penting dari sistem ekonomi

kerakyatan yang sangat membela kepentingan rakyat dan tentu saja

hal ini sangat baik dan tepat dikembangkan di Indonesia.

Koperasi Energi: Sebuah Solusi

Pengembangan energi terbarukan di Indonesia saat ini masih

terhambat dengan beberapa permasalahan seperti kebijakan dari

pemerintah dan kurang berminatnya investor untuk mengembangkan

energi terbarukan karena masih murahnya bahan bakar fosil di

Indonesia sehingga para investor takut untuk mengembangkan EBT

(Energi Baru dan Terbarukan) di Indonesia karena takut kalah

Page 47: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

36

bersaing oleh bahan bakar fosil. Lebih lagi, optimalisasi sumber daya

energi fosil yang telah terjadi di Indonesia tidak mencerminkan

manifestasi dari pelaksanaan pasal 33 UUD 1945. Yang terjadi adalah

optimalisasinya tidak dimanfaatkan sebesar-besar untuk kemakmuran

rakyat, tidak berdasarkan atas azas kekeluargaan, dan tidak

berkedaulatan. Mengikuti pernyataan Abraham Samad, sumber-

sumber migas di Indonesia 70% telah dikuasai oleh kepemilikan

asing. Hal tersebut merupakan bukti bahwa optimalisasi sumber daya

energi tidak memperhatikan aspek demokrasi ekonomi dimana

ekonomi kerakyatan seharusnya menjadi fondasi keekonomian.

Optimalisasi berdasarkan sistem kapitalistik liberal terbukti

menggerus kedaulatan energi bangsa Indonesia yang sangat

merugikan seluruh rakyat.

Oleh karena itu, menghidupkan koperasi sebagai solusi utama

pengoptimalisasian basis-basis sumber energi terbarukan yang

menjadi harapan pemenuhan kebutuhan energi di masa mendatang

adalah suatu hal yang mendesak untuk menyelamatkan kedaulatan

energi. Jargon kapitalistik “yang punya modal yang menguasai

kapita” sudah saatnya diubah menjadi “yang punya kapita yang

menguasai modal” agar kedaulatan energi dan kesejahteraan rakyat

terwujud. Koperasi energi harus segera diwujudkan untuk

mengamankan optimalisasi energi terbarukan demi kepentingan

masyarakat.

Page 48: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

37

Koperasi Energi: Tonggak Optimalisasi Energi Terbarukan yang

Berkedaulatan

Di beberapa negara, koperasi energi menjadi pilihan untuk

mengembangkan energi terbarukan. Di Amerika misalnya, terdapat

900 koperasi yang mengusahakan listrik dan menerangi lebih dari 43

juta penduduk di 49 negara bagian. Sementara di Indonesia koperasi

energi masih sulit untuk ditemukan dan pengembanganya masih

lambat. Hal ini dapat dibuktikan dengan sedikitnya jumlah koperasi

yang mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

(PLTMH) untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah pedesaan dan

daerah terpencil. Sejauh ini hanya ada 9 koperasi, terdata pada tabel1

di bawah ini, yang berkecimpung pada pengembangan PLTMH.

1 Diambil dari Website Kementrian KUKM,

http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=

1425:pembangkit-listrik-tenaga-mikro-hidro-tingkatkan-ekonomi-

masyarakat&catid=50:bind-berita&Itemid=97, diakses pada 21 Juni 2014

Page 49: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

38

Nama Wilayah Provinsi

Gempoeng Pucuk Pidie Nangroe Aceh Darussalam

Sabana Sumbawa NTB

Betteng Enrakang Sulawesi Selatan

Liki Solok Sumaetra Barat

Napajoring Tobasa Sumaetra Utara

Apui Alor NTT

Rondowoing Manggarai NTT

Marsiurupan Angkola-

Mandailing Sumatera Utara

Pepana Mamasa Sulawesi Barat

Perkembangan koperasi dalam pengembangan energi dapat

membuat dampak yang baik bagi suatu negara karena koperasi energi

lebih banyak mengembangkan energi terbarukan daripada energi fosil.

Hal ini disebabkan pengembangan energi terbarukan masih terjangkau

oleh biaya dari koperasi, seperti contoh pengembangan PLTMH

memakan biaya 20 juta rupiah/KW dengan masa operasi selama 9

tahun. Di beberapa koperasi yang ada di Indonesia seperti

pembangunan PLTMH Sabana di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat,

mampu menerangi sekitar 80 rumah tangga dan pelaku usaha mikro

dan kecil tarif per bulan dikenakan sebesar Rp 20.000,- dan bagi

rumah tangga yang menggunakan televisi lebih besar, yakni Rp

Page 50: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

39

30.000,- sementara di PLTMH Betteng di Enrekang, Sulawesi Selatan

berhasil mengaliri sebanyak 115 rumah tangga dengan kapasitas 200

watt, sedangkan tarif yang diberlakukan antara Rp 15.000,- hingga Rp

30.000,-. Hasil produksi di desa Betteng adalah kopi sehingga mampu

meningkatkan aktivitas usaha masyarakat UMK (ESDM, 2014). Hal

tersebut selain menguntungkan bagi kesejahteraan anggota koperasi

juga menguntungkan daerah di sekitar koperasi karena daerah di

sekitar koperasi energi menjadi memiliki sumber energi listrik yang

dapat didistribusikan ke lingkungan sekitarnya. Koperasi energi

diperuntukan untuk memberi manfaat dari listrik bagi daerah yang

terisolir dan terpencil serta membantu masyarakat sekitar

menikmatinya dengan tarif yang murah.

Pemerintah melalui kerja sama antara Kementrian ESDM dan

Kementrian KUKM telah menandatangani MoU mengenai

kesepakatan pengembangan energi baru dan terbarukan pada tanggal

17 Juni 2014. Dengan munculnya kesepakatan ini, pemerintah

berupaya untuk lebih meningkatkan pengembangan EBT di Indonesia

sekaligus menggandeng koperasi sebagai mitra pelaksana dan sistem

pengembangan. Hal ini tentu saja sangat baik bagi keberlangsungan

EBT terutama pengembangan PLTMH di Indonesia dan lebih jauh

lagi akan meningkatkan ketahanan energi nasional. Namun hal yang

paling penting adalah adanya sosialisasi dari pemerintah melalui

kepala daerah masing-masing kepada desa-desa berpotensi agar

program ini dapat terlaksana dengan baik.

Page 51: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

40

Sosialisasi merupakan hal sangat perlu dilakukan oleh

pemerintah, namun apakah kita hanya akan diam saja? Sebagai civitas

akademika, pengabdian masyarakat merupakan hal pokok yang harus

kita lakukan. Kita tidak boleh hanya menjadi penonton dan pengkritik

atas apa yang dilakukan pemerintah. Melalui program yang sangat

baik ini, marilah kita semua turut berperan melalui berbagai cara,

salah satunya adalah penyebarluasan informasi. Sangat penting bagi

kita untuk berpikir, mendampingi, dan mengkritisi program EBT ini,

namun hal yang lebih penting adalah apa tindakan yang kita lakukan

untuk bersama-sama mengembangkan program ini.

Penutup

Peran kerjasama antara pemerintah ,masyarakat,dan mahasiswa sangat

diperlukan untuk pengembangan koperasi energi.Mahasiswa dapat

menggunakan sarana pembelajaran seperti KKN (Kuliah Kerja Nyata)

untuk mengembangkan koperasi energi,masyarakat dapat membantu

mensosialisasikan koperasi energi lewat pelatihan atau pengarahan di

desa sekitar, dan pemerintah dapat membuat program-program yang

dapat menunjang pengadaan koperasi energi. Jadi, kerjasama antara

pemerintah, masyarakat, dan mahasiswa diharapkan dapat

mewujudkan kedaulatan energi Indonesia melalui pembangunan dan

pengembangan EBT melalui koperasi energi.

Page 52: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

41

Suara Teknik Untuk Presiden

BEM KM Fakultas Teknik

Rangkaian pentas demokrasi Indonesia telah dimulai.

Pemilihan umum legislatif telah dilaksanakan 9 April 2014 lalu.

Beberapa hari lagi nasib Bangsa Indonesia akan ditentukan

dengan pemilihan presiden dan wakil presiden. Satu dari dua

pasang calon presiden dan wakilnya akan menjadi pemimpin

tertinggi di Indonesia. Berbagai strategi, kunjungan, kegiatan,

kampanye telah dilancarkan oleh masing-masing kubu untuk

mendapatkan suara dari seluruh lapisan masyarakat di

Indonesia, termasuk dari kalangan mahasiswa.

Mahasiswa adalah barisan intelektual yang

berkedudukan di tengah dan memiliki peran strategis yaitu

mampu turun ke bawah mengumpulkan aspirasi yang ada di

masyarakat dan bisa menaikkan aspirasi tersebut ke pihak

pemerintah. Termasuk juga Mahasiswa Teknik Universitas

Gadjah Mada yang memiliki tanggung jawab untuk mengawal

jalannya pemilihan presiden 2014. Bentuk dari pengawalan

tersebut adalah kajian dan diskusi Mahasiswa Teknik UGM dan

selanjutnya dirumuskan suatu harapan dan solusi untuk presiden

yang terpilih.

Page 53: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

42

Fakultas Teknik UGM sendiri terdiri atas delapan

jurusan dengan dua belas program studi yang kemudian

dikelompokkan ke dalam tiga klaster yaitu infrastruktur,

manufaktur, dan energi. Setiap klaster memiliki permasalahan

yang berbeda dengan prioritas yang beragam pula. Berdasarkan

hal tersebut, kami menguraikan masalah tersebut dalam rilis

kajian umum keluarga mahasiswa dan atau himpunan

mahasiswa teknik, “Suara Teknik untuk Presiden”

Infrastruktur

Jika dibuat skala prioritas terhadap masalah yang

dihadapi indonesia mendatang dalam kacamata keteknikan,

masalah infrastruktur adalah masalah yang paling urgent karena

berkaitan dengan pemerataan pembangunan seluruh wilayah

NKRI dan keutuhan kedaulatan Negara.

Dalam bidang ini ada enam sub pokok permasalahan

utama yang kami paparkan yang harus dapat diselesaikan

presiden mendatang, yaitu :

1. Batas teritorial Negara harus dipertegas

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan memiliki

wilayah lautan yang sering menimbulkan konflik masalah batas

wilayah dengan negara tetangga yang mengakibatkan wilayah

Indonesia lepas seperti konflik Ambalat, Sipadan, Ligitan, dan

Page 54: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

43

sebagainya. Posisi geografisnya yang berdekatan dengan negara

lain, Indonesia memiliki klaim maritim yang tumpang tindih

dengan sepuluh negara tetangga yaitu India, Thailand, Malaysia,

Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia

dan Timor Leste (Arsana, 2014).

Penyegeraan proses delimitasi atau penetapan batas

maritim merupakan salah satu solusi untuk mempertegas batas

teritorial negara ini. Tanpa proses delimitasi, maka tidak ada

gunanya suatu negara menyerukan sebuah klaim terhadap suatu

wilayah maritim. Delimitasi batas maritim dilakukan secara

bilateral melalui negosiasi, mediasi, arbitrasi atau melalui

pengadilan internasional seperti International Court of Justice

(ICJ) atau International Tribunal for the Law of the Sea (ITLOS)

(Arsana, 2014).

Mengenai wilayah Indonesia memanglah harus

mendapatkan perhatian pula agar tidak terulang kasus-kasus

yang pernah terjadi. Tidak sekedar masalah perebutan wilayah,

hal ini dapat juga menjadi celah bagi negara lain untuk

memanfaatkan wilayah tersebut baik sumber daya alamnya

maupun manusianya bahkan yang lebih buruk lagi bisa-bisa hal

tersebut menjadi celah negara lain untuk menyerang Indonesia.

Page 55: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

44

2. Nasionalisasi perusahaan tambang (Renegosiasi Kontrak

yang Merugikan Negara)

Indonesia berdasarkan data Indonesia Mining Asosiation

(dalam situs www.hpli.org/tambang.php) menduduki peringkat

ke-6 terbesar untuk negara yang kaya akan sumber daya

tambang. Namun, potensi tambang yang sedemikian besar

tersebut 75% dikuasi oleh asing seperti yang diungkapkan

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Migas Indonesia (KSPMI)

Faisal Yusra, dalam seminar Menegakan Kedaulatan Energi

Nasional, di Wisma Antara, Jakarta, Rabu (20/2/2013).

(Akhir,2013) “Penguasaan cadangan migas oleh perusahaan

asing masih dominan. Dari total 225 blok migas yang di kelola

Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) non-Pertamina, 120

blok dioperasikan perusahaan asing, 28 blok dioperasikan

perusahaan nasional serta sekira 77 blok dioperasikan

perusahaan patungan asing dan nasional.”

Selain penguasaan asing terhadap dunia pertambangan

Indonesia, kontrak yang mereka lakukan cenderung memberikan

keuntungan yang kecil untuk negara, misalnya pada kasus

Freeport. Dalam kasus Freeport, akhir Juni lalu pemerintah telah

melakukan renegosiasi dan membuat sebuah MoU baru dengan

Page 56: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

45

Freeport. Berikut adalah rangkuman isi MoU terbaru pemerintah

dengan Freeport dalam bentuk tabel,

Hasil Renegosiasi Pemerintah dan Freeport

Klausul strong>Sebelumnya strong>Kesepakatan

1. Luas Lahan 212.950 ha 125.000 ha

2. Pembangunan

smelter Tak bersedia

Bersedia bersama

Newmont

3. Divestasi

Saham 20 persen 30 persen

4. Perpanjangan

Kontrak 2021 2041

5. Pemenuhan

kandungan lokal 100 persen 100 persen

6. Royalti 1 persen 3,75 persen

Sumber: Wawancara dan Kementerian ESDM

Sumber : tabel “Hasil Renegosiasi Pemerintah dan Freeport” diakses http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/06/06/0809471/Freeport.Akhir

nya.Setuju.Melepas.30.Persen.Saham pada 3 Juli 2014.

Tidak hanya Freeport yang menjadi perusahaan asing

penikmat sumber daya alam Indonesia, masih ada banyak lagi

perusahaan asing yang bergerak dibidang minyak dan gas yang

berada di Indonesia dan bahkan merugikan Indonesia karena

menunggak pajak. Berikut 33 perusahaan migas penunggak

pajak dan besar utang pajak yang belum dibayar:

1. VICO (US$ 42,9)

2. BP West Java Ltd (US$ 35,12)

Page 57: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

46

3. Total E&P Indonesie (US$ 4.245)

4. Star Energy (US$ 17.095)

5. Petrichina International Indonesia Ltd Block Jabung

(US$ 62.9)

6. ConocoPhillips South Jambi Ltd US$ (3.45)

7. Chevron Makassar Ltd Blok Makassar Strait.(US$ 16.7)

8. JOB Pertamina-Golden Spike Indonesia Ltd (US$ 11.45)

9. Chevron Pacific Indonesia- Blok MFK (US$ 185.699,97)

10. Exxon Mobil Oil Indonesia Inc. (US$ 41.763)

11. Mobil Exploration Indonesia Inc. Nortg Sumatera

Offshore Block. (US$ 59.9)

12. Premier Oil Sea BV (US$ 9.278)

13. CNOOC SES Ltd (US$ 94.23)

14. BOB PT BSP-Pertamina Hulu (US$ 1.523)

15. CPI (Area Rokan) (US$ 4.145)

16. Kondur Petroleum (Area Malacca Strait) (US$ 165.334)

17. Conocophillips (Grissik) Area Corridor-PSC

(US$ 84.774)

18. JOB PSC Amerada Hess (area Jambi Merang)

(US$ 480.648)

Page 58: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

47

19. JOB PSC Golden Spike (Area Raja Pendopo)

(US$ 628.162)

20. JOB (PSC) Petrochina Int'l (Area Tuban) (US$ 7.679)

21. JOB (PSC) Talisman-OK (Area Ogan Komering)

(US$ 233.425)

22. JOA (PSC) KODECO (Area West Madura) (US$ 6.229)

23. Chevron Ind (Area East Kalimantan) (US$ 8.703)

24. Kalrez Petroleum (Area Bula Seram) (US$ 290.000)

25. Petrochina Int'l Bermuda Ltd

(Area Salawati Basin, Papua) (US$ 2.961)

26. JOB PSC Medco E&P Tomori

(Area Senoro Toili, Sulawesi) (US$ 1.863)

27. PT Pertamina EP (Area Indonesia) (US$ 16.921)

28. BOB PT BSP Pertamina Hulu (Area CPP) (US$ 1.206)

29. Premier Oil (Area Natuna Sea) (US$ 38.368)

30. Phe Ogan Komering -JOB P TOKL (US$ 2.105)

31. BP Berau Ltd (Area off Berau Kepala Burung Irian Jaya)

(US$ 4.619)

32. BP Muturi Ltd (Area Ons Off Murturi, Irian Jaya)

(US$ 19.376)

Page 59: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

48

33. BP Wiriagar Ltd (Area Wiriagar, Papua) (US$ 501.451)

(sumber: ICW mengutip audit BPK dalam Republika Online , 2011)

Oleh karena itu negara seyogyanya menasionalisasi

perusahaan tersebut untuk mensejahterakan rakyat Indonesia. Proses

nasionalisasi tidaklah mudah sehingga kita tidak bisa langsung

menguasai seluruh saham perusahaan tersebut, Pemerintah bisa

memulainya dengan negosiasi ulang kontrak yang sudah ada untuk

memperbaiki kontrak tersebut sehingga memberikan banyak

keuntungan bagi Negara Indonesia, lalu adanya ketegasan pemerintah

untuk menjalankan undang – undang dan konstitusi yang telah

ditetapkan, seperti kasus pada perusahaan Freeport dan Newmount

yang hangat sekarang ini.

Misalnya menurut Perpres Nomor 24 Tahun 2012 Pasal 97

ayat 1 menyatakan bahwa “Pemegang IUP dan IUPK dalam rangka

penanaman modal asing, setelah 5 (lima) tahun sejak berproduksi

wajib melakukan divestasi sahamnya secara bertahap, sehingga

pada tahun kesepuluh sahamnya paling sedikit 51% (lima puluh

satu persen) dimiliki peserta Indonesia.” Ada juga UU dan konstitusi

lain yang seharusnya ditaati dalam pembuatan kontrak terhadap

perusahaan asing. Sekali lagi kami tidak mengharamkan kerja sama

dengan asing, melainkan tidak mengapa bekerja sama dengan asing

asalkan tidak merugikan bangsa ini.

Page 60: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

49

3. Ketegasan kepemilikan tanah di Indonesia

Masalah ini penting karena banyak kasus dan konflik di

masyarakat yang berkaitan dengan masalah kepemilikan tanah yang

berkelanjutan menghambat pembangunan Indonesia seperti masalah

jalan layang ring road, Jombor, Yogyakarta yang terhambat karena

masalah tanah.

Sumber data: Deputi Sengketa Konflik Perkara - BPN RI (s/d

September 2013). Diakses melalui: http://www.bpn.go.id/Publikasi-

/Data-Pertanahan/Kasus-Pertanahan/Nasional pada 2 Juli 2014

Page 61: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

50

Dari tabel tersebut terlihat bahwa kasus yang terselasaikan

baru menyentuh sekitar 50% dari kasus yang terjadi. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa tingkat penyelesaian kasus sengketa ini masih

belum optimal.

4. Kepastian dan Transparansi proyek Pembangunan

Program pembanguan jembatan selat Sunda terkesan jalan di

tempat. Diperlukan suatu kepastian tegas dari pemerintah tentang

proyek ini. Selain itu, masalah transparansi program pembangunan

Jembatan Selat Sunda atau program infrastruktur lainnya juga menjadi

poin penting karena akan menjadi kontrol bagi rakyat dan pemerintah

mengenai perkembangan dan kendala-kendala yang menyebabkan

pembangunan tersebut tidak sesuai rencana.

Dalam hal ini, seharusnya birokrasi untuk program

pembangunan Infrastruktur jangan berlapis-lapis karena itu akan

mempersulit kemajuan-kemajuan program dan memperlama waktu

pengerjaan. Pemerintah juga perlu melakukan monitoring dan evaluasi

secara berkala pada pengerjaan proyek-proyek infrastruktur dengan

menjunjung tinggi nilai kejujuran sehingga tidak terjadi tindakan

korupsi yang dapat menguntungkan pihak-pihak elite.

Adapun contoh kasus korupsi yang berkenaan dengan

pembangunan infrastruktur, ACC (Anti Corruption Committee)

Sulawesi menyebutkan ada 54 kasus korupsi mandek di Kejaksaan

Sulawesi.

Page 62: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

51

Press release acara Diskusi Publik USAID-KPPOD-SEADI

yang berjudul “Korupsi Menggerus Anggara Belanja Infrastruktur

Daerah” (diakses melalui, stranasppk.bappenas.go.id) menyebutkan

terdapat temuan pokok yang menyatakan bahwa Peningkatan

anggaran daerah tidak mampu meningkatkan kualitas infrastruktur di

daerah. Hal tersebut dibuktikan dengan Dalam kurun waktu 2007 dan

2010 anggaran belanja Pemda di kabupaten/kota di Indonesia untuk

pembangunan infrastruktur berkisar antara 11% - 13%. Namun

ternyata peningkatan pada sisi anggaran tidak secara signifikan

menyebabkan peningkatan kualitas infrastruktur (khususnya jalan),

bahkan malah semakin tinggi tingkat kerusakannya. Hal tersebut dapat

dijadikan indikasi adanya anggaran dana yang tak sampai pada proyek

pembangunan yang akan dilaksanakan.

Selain masalah korupsi, pemerataan pembangunan di

Indonesia juga perlu diperhatikan. Pembangunan di wilayah timur

Indonesia sangatlah lambat dikarenakan pembangunan hanya terpusat

di kota-kota besar khususnya di pulau Jawa yang hingga mencapai

80%. Seharusnya pemerintah dapat melaksanakan pembangunan

sarana dan prasarana publik yang merata di daerah-daerah dan

mengembangkan sektor ekonomi sehingga daerah tersebut dapat

mandiri dalam mengembangkan perekonomian daerah mereka melalui

prinsip otonomi daerah.

5. Pembangunan transportasi untuk menghubungkan

kepulauan Indonesia diperjelas

Page 63: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

52

Pembanguan jembatan yang menghubungkan antar pulau di

Indonesia akan memakan biaya yang fantastis yang seyogyanya bisa

digunakan untuk memperbaiki sektor lain seperti kesehatan,

pendidikan dan lain-lain. Seperti pembangunan jembatan suramadu

yang memakan biaya 4,5 Triliun. Sebaiknya untuk membuat jalur

transportasi seluruh wilayah di Indonesia lebih baik dengan

menggunakan sistem transportasi udara.

Dilihat dari segi biaya, untuk membuat jembatan antar pulau

dan apabila dibandingkan dengan biaya pembuatan transportasi

udara, jelas akan lebih murah menggunakan transportasi udara

mengingat wilayah indonesia kepulauan tentu perlu berapa jembatan

untuk menghubungkan itu semua.

Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut di

atas, harus ada suatu skala prioritas yang ditetapkan oleh Pemerintah

sehingga rencana pembangunan ini tidak terbentur karena terbatasnya

anggaran dana. Selain itu pemerintah juga harus tepat dalam

membentuk regulasi dan mengambil kebijakan, sehingga

pembangunan Infrastruktur dan masalah teritorial kedaulatan negara

dapat terselesaikan untuk menjamin kesejahteraan rakyat Indonesia.

Manufaktur

Manufaktur di negara Indonesia sebenarnya hanya memiliki

satu masalah utama yakni masalah produk lokal dan nasional. Namun

masalah pokok tersebut terbagi menjadi dua fokus permasalahan yaitu

Page 64: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

53

1. Sistem Distribusi

Sistem distribusi di Indonesia yang terlalu panjang

menyebabkan kesenjangan harga antara produsen primer dengan

konsumen akhir dimana produsen akan menjual dengan harga rendah

dan pembeli akan membeli dengan harga tinggi. Selain itu wilayah

geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang terkendala dalam

hal sarana dan prasarana transportasi juga menyebabkan aksesibilitas

suatu daerah sangat minim. Sehingga, karena sulitnya aksesibilitas

suatu daerah tersebut menyebabkan biaya transportasi yang tinggi

yang akan berdampak langsung pada kenaikan harga barang-barang

disana. Contohnya terdapat kesenjangan harga barang-barang

kebutuhan pokok di Papua, Sumatera, Sulawesi, dll.

Penyebab yang lain adalah karena pemerintah kurang

memaksimalkan potensi-potensi daerah untuk memenuhi kebutuhan

daerah tersebut. Hal itu disebabkan karena adanya kesenjangan

pembangunan antar daerah di Indonesia. Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) meyatakan bahwa kegiatan

ekonomi Indonesia terpusat di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.

Wilayah tersebut menyumbang lebih dari 82 persen dalam

perekonomian nasional tahun 2010. Tidak hanya itu, dalam distribusi

investasi wilayah Jawa-Bali menyumbang 84 persen PMDN

(Penanaman Modal Dalam Negeri) dan 88 persen PMA (Penanaman

Modal Asing). Sedangkan berdasarkan data riset Ekonomi Kebijakan

Publik pada Pusat Pengkajian Pengolahan data dan Informasi

Page 65: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

54

Sekretarian Jenderal DPR RI menyebutkan bahwa pembangunan

industri manufaktur yang didirikan di Indonesia lebih dari 80%

berlokasi di Jawa, sekitar 12%-13% di Sumatera dan sisanya yang

kurang dari 10% berada di wilayah lainnya. Sehingga adanya

ketergantungan yang mendasar antara daerah-daerah lain terhadap

pasokan dari pulau Jawa yang menyebabkan kesenjangan harga bahan

pokok di daerah tersebut menjadi sangat drastis. Untuk menyelesaikan

permasalahan ini, pemerintah dapat lebih mengembangkan koperasi

sebagai kontrol sistem dari pemerintah untuk menjaga harga tetap

stabil dan juga sebagai sarana untuk memberikan added-value dari

produk yang berasal dari pengusaha kecil.

2. Tahap riset produk

2.1 Pendanaan Riset yang Minim

Pendanaan riset untuk mendukung sistem inovasi di Indonesia

menjadi salah satu isu yang krusial. Saat ini anggaran belanja litbang

terhadap PDB di Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan

beberapa Negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan

Brunei Darussalam yang memiliki dana riset di atas 1% dari PDB.

(sumber: “Pendanaan Riset di Indonesia Masih Minim”-

beritasatu.com, Kamis 12 September 2013, diakses pada 2 Juli 2014)

Negara Malaysia mengeluarkan anggaran untuk litbang sudah

di atas 0.5% yang berbeda kondisinya dengan Indonesia dengan

anggaran belanja litbang terhadap PDB berada di angka 0.08%. Hal

ini sangat berbeda jauh dari rekomendasi Conference on the

Page 66: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

55

Application of Science and Technology for Development of Asia I

(CASTASIA I) di New Delhi pada tahun 1968 yang telah

merekomendasikan belanja litbang terhadap GDP untuk negara Asia

minimal 1%. Perbandingan belanja litbang terhadap PDB di Indonesia

dengan negara lainnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Anggaran Belanja Litbang terhadap PDB

(Sumber: UNESCO 2012, dalam Jurnal “Kaji Ulang Sistem

Pendanaan Riset Pemerintah untuk Mengurai Stagnasi Inovasi di

Bidang Kesehatan” oleh Dini Oktaviyanti,dkk dari Pusat Penelitian

Perkembangan Iptek-LIPI, Hal.3)

Page 67: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

56

Pada dasarnya anggaran untuk iptek termasuk didalamnya

untuk belanja litbang haruslah berbanding lurus dengan pertumbuhan

ekonomi. Berikut gambar grafik anggaran belanja litbang pemerintah

Indonesia yang dibagi berdasarkan kementerian dari tahun 2006-2009.

Gambar 2. Belanja Litbang Pemerintah Berdasarkan Kementerian

(Sumber: Kementerian Keuangan, 2010, dalam Jurnal “Kaji Ulang

Sistem Pendanaan Riset Pemerintah untuk Mengurai Stagnasi Inovasi

di Bidang Kesehatan” oleh Dini Oktaviyanti,dkk dari Pusat Penelitian

Perkembangan Iptek-LIPI, hal.4)

Dapat dilihat bahwa anggaran belanja litbang pemerintah pada

LPNK dan Ristek jumlahnya masih sedikit.

Page 68: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

57

Pendanaan riset di Indonesia saat ini hampir 80% berasal dari

pemerintah, namun jumlahnya hanya 0,08 % dari PDB. Indonesia

menargetkan anggaran riset 1% di tahun 2014, namun dikhawatirkan

hal itu sulit tercapai. Diperkirakan anggaran di 2014 hanya Rp 4

triliun sampai Rp 5 triliun dari total APBN yang mencapai Rp 1.000

triliun lebih. Di Finlandia, alokasi dana riset mencapai 3,9 persen dari

produk doomestik bruto. Sedangkan Australia mencapai dua persen.

(Sumber: “Pendanaan Riset di Indonesia Masih Minim”-

beritasatu.com, Kamis 12 September 2013, diakses pada 2 Juli 2014).

Menurut Profesor Yudi Pawitan dari Karo-linska Institutet

Stock holm Swedia, dalam sebuah sarasehan ilmiah untuk para

mahasiswa Indonesia di negeri itu pada akhir 2011, menunjukkan

bahwa jumlah anggaran research and development (RnD) sebuah

negara berbanding lurus dengan jumlah paten yang dihasilkan. Jepang

adalah negara dengan penghasil paten terbanyak pada tahun 2008

dengan lebih dari 500 ribu aplikasi paten. Anggaran RnD yang

disediakan negeri itu mencapai sekitar US$ 144 miliar disusul oleh

Amerika Serikat dengan jumlah paten lebih dari 400 ribu aplikasi, dan

anggaran RnD lebih dari US$ 400 miliar USD. Sedangkan Indonesia

hanya memiliki anggaran RnD US$ 0,72 miliar dan hanya

menghasilkan aplikasi paten sebanyak 23 buah saja. Jumlah ini jauh

tertinggal dibanding dengan negara tetangga Malaysia yang

menghasilkan 1.312 paten, dengan anggaran RnD US$ 2,3 miliar,

ataupun Thailand sebanyak 986 aplikasi paten, dengan anggaran RnD

Page 69: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

58

US$ 1,46 miliar. (Sumber : “Riset dan Daya Saing Bangsa”-

ristek.go.id, Hari Susanto Profesor Riset Ekonomi Regional pada

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jumat 15 Juni 2012,

diakses pada 2 Juli 2014).

Pada tahun 2012 dana sebesar Rp 670 miliar diberikan pada

LIPI, 40% digunakan untuk kegiatan riset dan teknologi, sementara

60% lainnya untuk anggaran rutin. Ini berarti dana untuk anggaran

riset ilmu pengetahun dan teknologi di Indonesia hanya 0,03% dari

PDB Indonesia yang mencapai Rp 6.300 triliun, atau terbesar ke 16 di

dunia. Dari angka tersebut, Indonesia berada di peringkat bawah dunia

dalam hal riset dan teknologi. Padahal, di negara-negara berkembang

lainnya, seperti Tiongkok, anggaran riset sudah lebih dari 1% dan

menargetkan 2% dari PDB di tahun-tahun mendatang. Anggaran riset

Jepang jelas jauh di atas Tiongkok, dan kini menjadi nomor dua di

bawah AS. Begitu pula Korea, yang mencapai 3% untuk anggaran

riset ilmu pengetahuan dan teknologi dan akan meningkatkan menjadi

4% di tahun mendatang. (Sumber : “Riset dan Daya Saing Bangsa”-

ristek.go.id, Hari Susanto Profesor Riset Ekonomi Regional pada

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jumat 15 Juni 2012,

diakses pada 2 Juli 2014)

2.2 Proses Pendanaan Riset yang Birokratis

Pendanaan riset lembaga riset pemerintah belum terintegrasi

dengan baik sehingga banyak potensi yang tidak tergali lebih jauh.

Belanja litbang pemerintah adalah realisasi anggaran pemerintah yang

Page 70: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

59

dibelanjakan untuk membiayai kegiatan litbang. Berdasarkan laporan

survei Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KRT, 2007), pada

tahun 2003 total belanja litbang di sektor pemerintah berjumlah Rp.

1.164,2 miliar meningkat menjadi Rp. 1.829,8 miliar pada tahun 2006

(KRT, 2007). Dari total belanja litbang sebanyak ini, sebanyak 76,8%

adalah belanja litbang di lembaga penelitian kementerian (LPK) dan

sisanya (21%) adalah belanja litbang di lembaga penelitian non

kementerian (LPNK), dan belanja litbang di Balitbangda (2,1%).

Dilihat dari jenis kegiatannya, pada tahun 2003 litbang sektor

pemerintah sebagian besar ditujukan untuk penelitian terapan

(67,48%) menurun menjadi 46,03% pada tahun 2005 dan meningkat

kembali menjadi 57,41% pada tahun 2006. Penegmabangan

eksperimental cenderung naik, pada tahun 2003 berjumlah 20,46%

menjadi 43,04% pada tahun 2005 dan 32,93% tahun 2006. Sedangkan

untuk penelitian dasar pada tahun 2003 menyerap belanja sebesar

11,2% meningkat menjadi 15,2% tahun 2006 (indikator iptek LIPI,

2011).

Dari catatan diatas dapat terlihat bahwa pendanaan masih

didominasi oleh pemerintah, namun ketika penelitian di lapangan

birokrasi yang ada untuk mendapatkan bantuan dana tersebut

sangatlah sulit. Sedangkan pendanaan yang ideal adalah adanya

keseimbangan antara proporsi pendanaan dari pihak pemerintah,

perguruan tinggi, maupun industri. (Sumber: Jurnal “Kaji Ulang

Sistem Pendanaan Riset Pemerintah untuk Mengurai Stagnasi Inovasi

Page 71: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

60

di Bidang Kesehatan” oleh Dini Oktaviyanti,dkk dari Pusat Penelitian

Perkembangan Iptek-LIPI, Hal.9)

Berikut ini merupakan beberapa masalah yang muncul akibat

keterlambatan pendanaan riset karena proses pendanaan yang

birokratis:

a. ITD UNAIR – Pengembangan Sel Punca (Stem Cell)

Pendanaan riset sel punca ini ditujukan untuk melakukan riset

mulai tahap clinical trial. Pihak UNAIR bersama-sama dengan mitra

internasional membuat proposal bersama untuk mendapatkan

pendanaan riset, seperti kepada KNAW dan kerajaan/pemerintah

Belanda, atau industri. Pendanaan tersebut dipergunakan untuk riset

bersama maupun untuk pendidikan. Pendanan yang terkait dengan

pemerintah biasanya sulit dan tidak utuh. Seperti misalnya yang

terjadi di ITD UNAIR ketika mengajukan pendanaan riset kepada

pemerintah birokrasinya dipersulit, dan turunnya dana pun terbagi-

bagi menjadi beberapa tahun dengan persyaratan yang menyukitkan.

Ketika mengajukan dana ke Ristek dananya lebih jelas dibandingkan

dengan mengajukan pendanaan terhadap Dikti. Keterlambatan

pendanaan adalah salah satu implikasi yang kadang terjadi.

b. UNHAS – Pencegahan Penyakit Malaria

Pendanaan riset ini adalah contoh pendanaan riset pada tahap

clinical trial. Pendanaan didapatkan melalui pengajuan proposal

kepada beberapa lembaga pendanaan riset, termasuk kepada yayasan

Gates disamping pendanaan dari mitra riset yakni Novartis (90%

Page 72: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

61

dana). Diharapkan melalui pengajuan pendanaan terhadap sumber-

sumber dana lainnya ini bisa menambah pembiayaan untuk riset agar

lebih dinamis. Kesulitan mendapatkan dana pendamping dari institusi

maupun pemerintah mendorong UNHAS mencari dana kepada pihak

asing. Mengapa pihak asing? Pihak peneliti melihat bahwa pendanaan

yang diberikan oleh pihak asing lebih bersifat fleksibel berupa grant

sehingga tidak membutuhkan proses pertanggungjawaban yang

berbelit-belit. Berbanding terbalik dengan kondisi pendanaan di

Indonesia, sehingga peneliti Unhas merasa tidak fokus dengan

penelitian karena disibukkan dengan persyaratan administrasi.

c. Biofarma dalam Pengembangan Vaksin

Pada dasarnya Biofarma telah menggulirkan konsep tripple

helix dalam melakukan riset menuju inovasi. Namun Biofarma

menilai beberapa hal tetap harus diperhatikan terutama terkait dengan

birokrasi pada level pemerintahan. Dalam hal ini lembaga pemerintah

yang terkait langsung adalah Dikti dan Bappenas. Sistem

penganggaran di Biofarma sangatlah fleksibel, bahkan mereka telah

menyediakan dana hingga ratusan milyar untuk menyokong proses

inovasi dari hulu hingga ke hilir. Namun hal ini kembali terbentur

dengan sistem pendanaan riset di lembaga litbang pemerintah yang

tidak dapat bergerak fleksibel sehingga menyulitkan industri untuk

bergerak ketika dilakukan kerjasama. Permasalahan terjadi ketika

mereka ingin menjalin kerjasama dengan pemerintah adalah terbentur

dengan sistem penganggaran pemerintah yang sangat birokratis dan

Page 73: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

62

tidak fleksibel. Seperti dikatakan sebelumnya, untuk mencapai inovasi

dibutuhkan waktu yang sangat panjang, untuk menghasilkan vaksin

saja misalnya membutuhkan waktu paling sedikit 12 tahun. (Sumber:

Jurnal “Kaji Ulang Sistem Pendanaan Riset Pemerintah untuk

Mengurai Stagnasi Inovasi di Bidang Kesehatan” oleh Dini

Oktaviyanti,dkk dari Pusat Penelitian Perkembangan Iptek-LIPI,

Hal.8-9).

Dari kedua hal diatas dapat diambil poin pentingnya yaitu

pemerintah harus melakukan kontrol terhadap stabilitas harga dan

mendukung riset-riset yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

produk lokal dan nasional sehingga dapat bersaing dengan produk-

produk asing yang mulai menjamur di pasar Indonesia. Selain itu juga

harus ada ketegasan dari pemerintah untuk menjaga pasar produk

lokal dan nasional sehingga kita tidak terjajah oleh perusahaan-

perusahaan asing yang memasarkan produk mereka di negara kita.

Energi

Dalam bidang energi, banyak sekali masalah pelik yang

menjadi tantangan Negara Indonesia karena kekayaan sumber daya

alam Indonesia yang menyimpan sumber daya energi yang sangat

melimpah. Namun, pengelolaan sumber daya energi tersebut menjadi

terhambat karena regulasi dari Pemerintah yang tidak tepat dalam

mengelola energi tersebut dan minimnya kualitas sumber daya

manusia yang ada. Diantara berbagai masalah tersebut, ada dua

Page 74: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

63

masalah yang mendesak yang harus menjadi salah satu fokus bagi

Presiden dan kepemrintahan yang akan datang. Diantaranya :

1. Inovasi energi terbarukan yang belum dapat

menyelesaikan permasalahan energi tak terbarukan

yang stoknya mulai minim

Inovasi ini dianggap penting karena sumber-sumber energi

tak terbarukan seperti minyak dan gas yang sudah dieksplorasi dan

dieksploitasi puluhan tahun sudah barang pasti akan habis jika

dieksplorasi terus-menerus dengan jumlah yang meningkat setiap

tahunnya. Padahal pembentukan sumber-sumber energi tersebut

memerlukan waktu jutaan tahun. Dalam hal ini pemerintah harus

mengembangkan energi-energi lain yang dapat dimanfaatkan selain

minyak bumi dan gas, yaitu dengan program “Energy

Diversification”. Energy Diversification atau dalam Bahasa Indonesia

Diversifikasi Energi, menurut Perpres Nomor 5 Tahun 2006 Bab I

Pasal I Ayat 6, adalah penganekaragaman penyediaan dan

pemanfaatan berbagai sumber energi dalam rangka optimasi

penyediaan energi. Sumber energi lain di Indonesia ada beberapa

macam misalnya nuklir, geothermal dan inovasi energi terbarukan

lainnya.

Untuk program nuklir sendiri, pemerintah seharusnya tidak

menunggu minyak bumi dan gas benar-benar habis untuk memulai

pengembangan nuklir. Diversifikasi Energi memberikan peluang

kepada Pemerintah untuk mengembangkan nuklir beriringan dengan

Page 75: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

64

eksplorasi minyak bumi dan gas sehingga kebutuhan energi nasional

dapat terpenuhi dan stok sumber energi dapat terkontrol.

Dalam Perpres Nomor 5 tahun 2006 tersebut juga dijelaskan

mengenai porsi bauran energi yang harus dicapai pada tahun 2025

sebagai rencana jangka panjang pemerintahan. Berikut adalah porsi

bauran energi 2025 yang kami sajikan dalam bentuk tabel,

JENIS BAHAN BAKAR PORSI DALAM BAURAN

ENERGI

1 Minyak Bumi < 20%

2 Gas Bumi > 30%

3 Batu Bara > 33%

4 Biofuel > 5%

5 Panas Bumi > 5%

6 Energi Baru dan Energi

Terbarukan

> 5%

7 Batu Bara yang dicairkan > 2%

Page 76: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

65

Sumber: Tabel Konsumsi energi final per jenis, Outlook Energi Indonesia

2013, BPPT, H.13

Untuk pengembangan energi terbarukan ini diperlukan riset

yang terus berkembang, penelitian lebih lanjut dan komersialisasi

hasil riset tersebut. Hal riset inilah yang juga akan menjadi bagian dari

permasalahan kedua dalam bidang energi ini. Selain itu diperlukan

pula konsistensi pengembangan yang berkelanjutan tiap tahunnya agar

pada 2025 nantinya target pemerintah tersebut dapat tercapai dan tidak

menjadi sekedar wacana belaka.

2. Perkembangan teknologi dalam ekplorasi minyak bumi

dan gas yang masih tertinggal dengan negara-negara lain.

Perkembangan teknologi yang dipakai dalam eksplorasi

minyak bumi dan gas sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas

hasil eksplorasi tersebut. Faktanya, teknologi di Indonesia belum

Page 77: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

66

cukup canggih untuk mengelola eksplorasi tersebut. Sehingga pihak

swasta dianggap lebih mampu mengelola sumber daya energi tersebut.

Di sektor hulu, dari sekitar 137 perusahaan migas di indonesia,

perusahan nasional hanya sebanyak 20(14,6%), sisanya perusahaan

multinasional. Hal ini merupakan hambatan bagi perusahaan nasional

untuk berkontribusi dalam pengelolaan migas nasional. Hal tersebut

tidak terlepas dari lemahnya dukungan sektor perbankan nasional

terhadap kegatan migas di dalam negeri. Selain terkait pendanaan,

perijinan (pembebasan lahan).

Itulah yang menjadi alasan mengapa pemerintah harus

mendukung penuh riset-riset yang dilakukan oleh kaum cendekia di

Indonesia dan memperbaiki sumbr daya manusia melalui program

pendidikan yang tepat. sehingga dengan adanya teknologi yang

canggih dan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi akan

mengurangi ketergantungan energi kita dengan perusahaan-

perusahaan swasta asing.

Dari kedua masalah diatas, dapat diambil suatu fokus bagi

kinerja pemerintah yaitu mensukseskan program Energi

Diversification dan pengembangan riset dan teknologi untuk

pengelolaan eksplorasi sumber daya energi di Indonesia. Selain

mengembangkan, pemerintah juga harus dapat mengoptimalkan

program-program tersebut sehingga mencapai pembangunan yang

merata dan berkelanjutan.

Page 78: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

67

Berdasarkan uraian masalah dari tiga klaster yaitu

infrastruktur, manufaktur, dan energi di atas dapat kita kerucutkan lagi

fokus-fokus permasalahan yang harus diselesaikan presiden dan

jajaran kabinetnya yaitu :

1. Pengembangan dan realisasi dana riset untuk produk lokal

dan teknologi energi,

2. Keseriusan dalam program diversifikasi energi dan

pengembangan energi terbarukan,

3. Investasi di bidang energi khususnya eksplorasi migas dan

renegosiasi kontrak-kontrak yang merugikan bangsa,

4. Perbaikan birokrasi pemerintah dalam proyek

pembangunan dan ketegasan dalam pelaksanaan Undang-

Undang dalam pembentukan kerja sama dengan pihak

luar,

5. Ketegasan pemerintah dalam batas teritorial dan

kepemilikan tanah,

6. Pemberdayaan koperasi lebih optimal dan merata,

7. Transparansi dana pembangunan,

8. Pemberdayaan sumber daya manusia melalui pendidikan.

Muncul sebuah pertanyaan karena beragamnya masalah diatas

dan APBN kita yang terbatas, yaitu permasalahan manakah yang

harus menjadi prioritas? Jawaban adalah pembangunan infrastruktur.

Karena hal itu terkait dengan akses pendidikan, transportasi,

pelayanan kesehatan dan pendukung sektor ekonomi dari masing-

Page 79: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

68

masing daerah. Dengan infrastruktur yang optimal, kesejahteraan

penduduk di daerah-daerah akan juga akan optimal. Hal itulah yang

menjadi dasar dari pembangunan yang merata dan berkelanjutan.

Dalam kurun waktu lima tahun mendatang, program-program

pembangunan jalan, bandara dan pelabuhan seharusnya dapat

diselesaikan. Dengan tetap ada kontrol atas penggunaan APBN untuk

pembangunan tersebut sehingga pembangunan dapat sesuai rencana

dan uang negara yang digunakan benar-benar tepat sasaran.

Kita sebagai mahasiswa juga harus turut andil mendampingi

dan membantu pemerintah dalam mewujudkan program-program

pembangunan tersebut diatas. Pemerintah diharapkan dapat lebih

melibatkan mahasiswa dalam perumusan-perumusan kebijakan

sehingga pemerintah dan mahasiswa dapat bergerak secara sinergis

untuk mensukseskan program pembangunan. Selain itu mahasiswa

diharapkan juga berkontribusi dengan cara peka terhadap

permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah, mencari tahu data yang

tepat, menganalisis permasalahan dan memberikan solusi yang tepat

bagi kemajuan bangsa dan negara. Karena kita, mahasiswa wajib

berkontribusi untuk tanah air kita, untuk Indonesia lebih baik

Page 80: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

69

Sektor Hukum

Quo Vadis Perjalanan Hukum di Indonesia ?

Kastrat Dewan Mahasiswa Justicia Fakultas Hukum

Menurut Sajipto Rahardjo dalam teorinya yaitu “Progresivitas

Hukum” menyatakan bahwa “hukum harus berkembang mengikuti

zaman”, oleh karena hal tersebut kebutuhan akan perubahan-

perubahan dalam sistem hukum di Indonesia sangat dibutuhkan guna

menjawab kebutuhan masyarakat yang semakin modern seiring

perkembangan zaman. Hukum yang selalu berkembang (progresif)

dapat membuktikan bahwa hukum tidak selalu tertinggal dengan

peristiwanya seperti yang dikatakan ahli-ahli hukum di masa lampau

dimana dahulu hukum atau aturan selalu muncul setelah terjadi suatu

peristiwa tertentu. Fungsi hukum yang konserfatif sudah seharusnya

dirubah, pada masa modern seperti saat ini hukum seharusnya bisa

dugunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan negara demi

menjamin kesejahteraan rakyatnya.

Melihat betapa pentingnya hukum dalam mewujudkan

pemerintahan Indonesia yang lebih baik ke depannya, maka diharap

calon Presiden kita ke depan dapat membuat pondasi-pondasi hukum

yang progresif guna menjawab tantangan yang dihadapi bangsa ini.

Sebuah berita positif dapat kita dengar dimana kedua calon Presiden

kita sama-sama memberikan gambaran tentang visi dan misi tentang

Page 81: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

70

hukum yang dapat dibilang cukup memberikan angin harapan untuk

mewujudkan Indonesia yang lebih baik ke depannya.

Dalam penyampaian visi misi yang dapat kita akses di website

resmi KPU dapat di lihat bahwa ada suatu irisan tentang hal-hal apa

yang akan kedua calon Presiden ini lakukan guna memperbaiki

masalah di bidang hukum. Terdapat point-point yang hampir serupa

dan hanya penjabarannya saja yang sedikit berbeda gaya. Walaupun

fokus yang diangkat masih terkesan klasik, namun cukup bisa

diacungi jempol bila memang benar dapat diimplementasikan dengan

baik. Menurut penulis ada tiga fokus utama yang sama-sama diangkat

yaitu perbaikan penegakan, pemberantasan korupsi, dan reformasi

birokrasi.

Melihat kebutuhan masyarakat tentang hukum yang semakin

tinggi, maka apa yang menjadi fokus pembenahan kedua calon

presiden ini belumlah cukup untuk menjawab kebutuhan. masih perlu

suatu penjabaran-penjabar dan pengkonkritan sehingga fokus-fokus

pembenahan tersebut dapat direalisasikan. Dalam hal ini penulis

memberikan pandangan bahwa setidaknya ada 5 fokus penting di

bidang hukum yang harus dibenahi, yaitu Penegakan hukum dan

perlindungan HAM, Reformasi Birokrasi, Modernisasi Pengadilan,

Legalisasi peraturan perundang-undangan, efisiensi lembaga-lembaga

negara, pemberantasan korupsi.

Page 82: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

71

1. Penegakan Hukum dan Perlindungan HAM

Sejatinya, dalam konstitusi telah ditegaskan bahwa Indonesia

adalah negara hukum yang kedaulatannya berada di tangan rakyat

berdasarkan Undang-Undang Dasar (pasal 1 ayat (2) dan (3) UUD

NRI 1945). Bangsa ini sudah cukup mengalami pasang-surut

pemerintahan yang tidak sedikit telah mengambil hak sipil dan hak

politik warga negaranya. Bahkan sampai sekarang, masih banyak

terjadi diskriminasi terhadap golongan tertentu yang kemudian

mengkebiri hak-hak dari orang yang berada dalam golongan tersebut.

“Bagai pedang yang ujungnya tumpul”, itulah ungkapan yang

sering orang-orang ucapkan ketika menggambarkan bagaimana

penegakan hukum di Indonesia saat ini. Ungkapan tersebut ternyata

bukan hanya pepesan kosong belaka, hal tersebut telah terjadi nyata

dalam beberapa kasus hukum yang terjadi di Indonesia. Ambil saja

contoh kasus nenek minah ataupun kasus bocah yang dihukum karena

hanya mencuri sandal padahal pejabat kita yang mencuri kekayaan

negara dan mencuri hak – hak rakyat justru terkadang dihukum sangat

ringan. Banyak yang mengatakan “enak ya jadi gayus” dimana

korupsi hingga milyaran namun dihukum ringan bahkan bisa plesiran

ke Bali, ditambah hukuman ganti rugi yang tidak sepadan sehingga

dimungkinkan setelah bebas nanti tetap bisa menikmati hasil uang

korupsinya. Belum lagi jika menengok penegakan hukum di Indonesia

yang berkaitan dengan HAM. Banyak kasus pelanggaran yang belum

Page 83: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

72

terselesaikan. Oleh karena banyak orang atapun aktivis yang berteriak

“menolak lupa”.

a. Rekruitmen

Tidak bisa dipungkiri bahwa permasalahan penegakan hukum

timbul karena para penegak hukum sendirilah yang belum memiliki

kesadaran hukum dalam menjalankan tugasnya. SDM aparat penegak

hukum sangat berpengaruh dalam proses penegakan hukum. Semakin

rendah SDM aparat penegak hukum maka akan semakin rendah nilai

mental dan moral yang dimilikinya. Akibatnya aparat penegak hukum

kita sering dipertanyakan integritas dan kredibelitasnya. Salah satu

upaya dalam meningkatkan SDM aparat penegak hukum kita adalah

dengan memperbaiki sistem rekruitmennya. Sistem rekruitmen yang

selama ini tertutup dan masalah nepotisme sering kali membuat terjadi

kecurangan-kecurangan dalam proses rekruitmennya. Sistem

rekruitmen harus terbuka dan transparan dimana publik harus tahu

bagaimana prosedur pendaftarannya sampai berapa biaya yang harus

dikeluarkan untuk pendaftaran.

b. Pendidikan

Selain rekruitmen yang dipenuhi praktek kecurangan, sistem

pendidikan karir yang dijalani aparat penegak hukum juga

bermasalah. Kita lihat saja Akademi Kepolisian (AKPOL), dimana

sering kali kita mendengar bahwa untuk bisa menempuh pendidikan di

AKPOL haruslah mengeluarkan biaya tinggi dan harus punya orang

dalam yang berpangkat tinggi baru bisa masuk dengan mudah. Itulah

Page 84: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

73

yang menyebabkan sistem pendidikan calon aparat penegak hukum

kita bermasah. Sekali lagi letak permasalahan ada pada rekruitmen,

baik rekruitmen ketika menjadi aparat penegak hukum bahkan

maupun rekruitmen ketika akan menempuh pendidikan sebagai calon

aparat penegak hukum.

c. Kesejahteraan

Selain masalah rekruitmen dan pendidikan, masalah

kesejahteraan aparat penegak hukum juga perlu kita cermati. Salah

satu faktor penyebab aparat kita menjadi curang ataupun korupsi

adalah karena alasan ekonomi yang klasik, yaitu kesejahteraannya

masih kurang. Salah satu cara meningkatkan kesejahteraan adalah

dengan mekanisme penggajian yang lebih layak dan memenuhi

tunjangan-tunjangan yang diperlukan. Maka apabila kesejahteraan ini

dapat dipenuhi maka secara perlahan perilaku curang ataupun korup

akan hilang. Pola remunerasi yang selama ini telah diterapkan harus

diperbaiki lagi sehingga benar-benar bisa menjadi penunjang bagi

pegawai negeri yang memiliki semangat dalam membangun bangsa.

2. Modernisasi Pengadillan

Masih berkaitan dengan fokus yang pertama yaitu penegakan

hukum, trobosan selanjutnya untuk dapat memperbaiki hukum di

Indonesia adalah dengan melakukan Modernisasi Pengadilan.

Modernisasi disi adalah melalui penggunaan teknologi terapan dalam

proses pengadilan. Dengan sifat peradilan yang sifatnya terbuka oleh

Page 85: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

74

umum maka setiap orang harus mengetahui bagaimana proses atau

prosedur tata cara berperkara di pengadilan dengan benar secara

transparan. Kemudian penggunaan teknologi seperti “onlinenisasi”

juga sangat dapat membantu mempercepat proses peradilan sekaligus

dapat memberikan kesan bahwa setiap orang dapat mengawasi proses

peradilan yang ada. Selama ini proses pengadilan kita terkesan lama

karena segala hal diurus secara manual. Walaupun sekarang sudah

mulai digunakan alat-alat yang dapat membantu di pengadilan, namun

juga harus ditingkatkan. Sehingga pengadilan kita semakin modern

dan terhormat. Hal yang paling diharapkan adalah agar proses

peradilan kita menjadi cepat. Selama ini proses beracara di pengadilan

yang lama dipercaya menimbulkan celah bagi mafia peradilan untuk

saling berbuat curang seperti suap-menyuap. Dengan modernisasi

yang dapat mempercepat proses peradilan maka asas yang selama ini

dipercaya bahwa peradilan kita harus “sederhana, cepat,dan bebiaya

murah” dapat benar-benar tercapai. Pengadilan yang modern,

transparan, dan proses cepat maka diharap mafia-mafia pengadilan

dapat diberantas.

3. Reformasi Birokrasi

“Kalau bisa dipersulit, mengapa dipermudah?”, itulah pameo

yang sering diungkapkan orang terhadap birokrasi di Indonesia.

Birokrasi yang berbelit-belit dan lama telah mengakar di sistem

birokrasi kita. Dengan berbagai alasan seperti demi keteraturan

Page 86: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

75

administrasi, laporan pertanggung jawaban, dll membuat seolah

birokrasi yang berbelit dan lama mendapat alasan pembenar ataupun

pemaaf. Padahal hal sedemikian dapat diatasi dan diobati jika seluruh

elemen birokrasi mau berbuat lebih. Sebagai negara yang menjunjung

sistem welfare maka seharusnya birokratlah yang harus berbuat dan

bekerja keras guna menjamin kenyamanan masyarakatnya bukan

justru masyarakatnya yang harus dipersulit. Yang terjadi masyarakat

malah dioper kesana-kemari, harus dilempar kesana-kemari guna

mengurus birokrasi. Birokrasi yang buruk diduga menjadi alasan

mengapa korupsi di Indonesia tumbuh subur bak jamur yang tumbuh

di musim penghujan.

Indonesia butuh payung hukum yang komprehensif dan

berkesinambungan guna melakukan reformasi birokrasi. Perlu usaha

yang luar biasa guna memperbaiki sistem birokrasi. Salah satu usaha

luar biasa itu adalah dengan melalui modernisasi birokrasi. Dengan

sistem yang lebih modern dan transaparan diharap birokrasi menjadi

lebih efektif. Dengan modernisasi upaya pemangkasan birokrasi dapat

dilakukan. Birokrasi yang lama dapat dipercepat dengan penggunaan

database elektronik. Penggunaan sarana online diyakini dapat

mempermudah masyarakat, selain itu layanan satu atap yang

terintegrasi dengan instansi-instansi pemerintah juga diyakini dapat

semakin mempermudah masyarakat dalam mengurus birokrasi.

Dengan reformasi dan modernisasi birokrasi maka ranta-ranta korupsi

dapat diputus.

Page 87: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

76

4. Efesiensi lembaga-lembaga negara

Berkaitan dengan reformasi birokrasi, yang mengakibatkan

kurang efisiennya sistem birokrasi kita adalah banyaknya lembaga-

lembaga negara yang saling bersinggungan dalam menjalankan

tugasnya. Salah satu contoh adalah masalah terhadap perokok anak

jalanan. Dimana terdapat beberapa instansi yang saling berkaitan,

seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial bukannya saling kerjasama

yang ada adalah saling lempar tanggung jawab. Begitu pulalah yang

terjadi dalam lembaga-lembaga negara kita. Belum lagi kasus cicak vs

buaya yang sempat membuat rakyar prihatin. Lembaga-lembaga ini

saling berbenturan tugas dan fungsinya tanpa ada aturan hukum yang

jelas yang dapat digunakan sebagai separator atau pemisah terhadap

tugas pokok dan fungsi masing-masing

Tumbuhnya lembaga-lembaga negara baru tidak dibarengi

dengan aturan mengenai integrasi dan kerja sama antar lembaga. Yang

tejadi adalah tumpang tindih kebijakan dan ketidak efisienan dalam

bertugas, belum lagi jika saling lempar tanggung jawab. Semakin

banyak lembag negara maka semakin besar pula pengeluaran negara

dalam membiayai lembaga –lembaga negara tersebut. Oleh karena itu

perlu direncanakan ulang bahkan direformasi lembag-lembaga negara

kita agar lebih efisien dalam melayani masyarakat.

Page 88: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

77

5. Legalisasi Perundang-Undangan yang Berkualitas

Menengok lemahnya produktifitas DPR kita pada tahun ini

atapun tahun-tahun sebelumnya, dapat mengisyaratkan bahwa proses

legislasi di lembaga legislatif kita yaitu DPR tidak bisa dikatan baik-

baik saja. Anggota DPR yang merupakan representatif dari rakyat

melalui mekanisme PEMILU seharusnya dapat lebih produktif dalam

melakukan legislatif mengingat kebutuhan masyarakat akan kepastian

hukum juga tinggi. Tidak hanya produktifitas saja yang perlu

dicermati namun dari kualitas legislasinyalah yang merupakan sasaran

utama dari pembenahan. DPR boleh kurang produktif secara kuantitas

namun harus mengedepankan kualitas dalam membuat UU.

Legislasi atau kita sebut pembuatan UU yang baik haruslah

melalui mekanisme yang baikn pula. UU harus dibuat berdasarkan

kebutuhan masyarakat dan untuk sebesar-besarnya manfaat bagi

rakyat. UU harus bersumber pada nilai dan norma yang ada dalam

masyarakat. Pembuatan UU harus dijauhkan dari kepentingan bisnis

para kaum kapitalis. Jangan sampai UU kita memberikan legalisasi

bagi pihak tertentu untuk melakukan perbuatan yang merugikan

negara. Contoh UU yang syarat kepentingan bisnis misalnya UU

Minerba, ataupun UU lain yang mengalami berbagai hambatan dalam

pengundangannya karena terhambat dela-deal dari pihak lain.

Kongkalikong dalam pembuatan UU adalah salah satu jenis

kejahatan moral terbear yang dapat mengakibatkan runtuhnya rule of

law. UU ataupun pasal-pasal pesanan yang acapkali terselip

Page 89: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

78

mengakibatkan kerugian negara namun menguntungkan pihak lain.

kualitas legislasi yang buruk mungkin akibat kurang baiknya

pendidikan politik kita. Dimana orang-orang berbondong-bondong

ingin menjadi anggota DPR dengan hanya mengincar keuntungan

materiil saja. Seringkali ketika menjabat mereka lupa dengan tugasnya

dan hanya mementingkan kepentingan pribadi saja. Hanya sedikit

anggota DPR yang mengerti bagaimana seharusnya hakekat hukum,

mereka hanya memikirkan hakekat dan kepentingan politik yang

notabene politik itu tidak boleh menciptakan hukum.

6. Pemberantasan korupsi

Pemberantasan korupsi adalah menu klasik yang selalu

digembor-gemborkan calon pemimpin kita, begitu pula kedua calon

presiden kita. Hal yang dibutuhkan untuk pemberantasan korupsi

sebenarnya sudah terbahas baik dari poin 1 sampai poin 5 pembahasan

diatas. Dimana ketika lima poin tersebut dilaksanakan maka kecil

kemungkinan korupsi bisa diloakukan dengan mudah di negara kita.

Jika ke 5 poin tersebut terlaksana secara apik dan komprehensif –

integral maka pemberantasan korupsi akan semakin mudah dilakukan.

Namun demikian ada sebagian hal yang harus dipenuhi agar

pemberantasan korupsi bisa berjalan. Paling penting adalah

optimalisasi lembaga penegak hukum sebagai garda terdepan

pemberantasan korupsi. KPK, Polisi dan Kejaksaan adalah lembaga

yang harus diperkuat dalam pemberantasan korupsi. Survei Kompas

Page 90: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

79

pada tahun 2013 masih menunjukan bahwa Kepolisian dan Kejaksaan

masih memiliki tingkat kepercayaan publik yang rendah. KPK tidak

bisa optimal dalam melakukan pemberantasan korupsi jika tidak

diimbangi dengan lembaga yang lain dalam hal ini adalah Kejaksaan

dan Kepolisian karena tidak semua kasus korupsi diselesaikan oleh

KPK.

Permasalahan korupsi tidak hanya cukup dengan diberantas

namun juga dicegah. Dalam konsteks inilah seharusnya KPK

memaksimalkan peran pencegahan bagi masyarakat untuk menekan

tindak korupsi yang ada di Indonesia. Salah satunya dapat dilakukan

dengan cara pendidikan anti korupsi dan integritas diri yang

dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan dasar maupun

pendidikan tinggi. Dengan pencegahan dini maka akan berdampak

juga pada pemberantasan korupsi.

Page 91: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

80

Korupsi: Permasalahan Klasik yang Menjadi Modern

“Quo Vadis Pemberantasan Korupsi Modern ?”

Yuris Rezha Kurniawan

(Ketua Dewan Mahasiswa Justicia Fakultas Hukum UGM)

“Sejatinya, dalam konstitusi telah sangat nyata bahwa

Indonesia adalah negara hukum yang kedaulatannya berada di

tangan rakyat. Tuntutan rakyat pada Reformasi 1998 menyatakan

bahwa supremasi hukum harus ditegakkan, penghormatan hak asasi

manusia, serta pemberantasan korupsi. Namun sejumlah persoalan

belum terselesaikan, bahkan si pembuat persoalan baru adalah

mereka yang dulu gencar meneriakkan tuntutan. Siapapun pemimpin

bangsa ini, pekerjaan rumah yang sangat berat sedang menanti

anda!”

Permasalahan korupsi adalah permasalahan klasik yang

belum terselesaikan. Bahkan korupsi bukan lagi virus yang

menggerogoti masalah sektoral namun menjadi virus yang telah

merusak tatanan global. Kaum pesimisme akan mengatakan bahwa,

tidak ada ladang yang tumbuh tanpa korupsi. Dulu, korupsi banyak

diidentikan dengan sistem kekuasaan, otoritarian dan sentralistik.

Reformasi kemudian dianggap sebagai antivirus permasalahan

korupsi yang banyak terjadi pada masa orde baru. Namun faktanya,

pasca reformasi hingga kini ternyata demokrasi belum ampuh

melawan korupsi karena yang terjadi adalah metamorfosa dari

Page 92: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

81

korupsi sentralistik menjadi korupsi desentralistik, korupsi terang-

terangan menjadi korupsi tahu sama tahu, korupsi untuk satu

golongan menjadi korupsi yang dilakukan oleh golongan-golongan.

Apa masalahnya ?

Berdasarkan survey Transparency Internasional, pada tahun

2012 Indonesia memiliki skor indeks persepsi korupsi 32 dan berada

pada peringkat 118 dari 177 Negara. Jauh dibawah negara tetangga

yaitu Singapura (5) dan Malaysia (54). Pada tahun 2013, meskipun

naik 4 peringkat namun skor Indonesia masih stagnan dan masih

berada dibawah Thailand (102). Temuan Global Corruption

Barometer 2013 (GCB 2013) menempatkan parlemen dan partai

politik sebagai lembaga yang korup dalam persepsi dan pengalaman

masyarakat. Parlemen menduduki peringkat kedua terkorup (setelah

Kepolisian) dari 12 lembaga publik yang dinilai. Sementara partai

politik berada pada peringkat ke-4 terkorup.

Perilaku koruptif, sebagai bibit dari tindakan korupsi

semakin mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Pertama,

karena degradasi nilai-nilai sosial yang menempatkan kepentingan

pribadi atau golongan disbanding kepentingan umum. Kedua, sistem

yang tidak transparan dan akuntabel senantiasa menggiring manusia

untuk masuk dalam kubangan korup. Yakinlah, negara ini tidak akan

bertahan lama tanpa revitalisasi dan restrukturisasi lahir maupun

batin.

Reformasi birokrasi untuk menutup celah korupsi

Page 93: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

82

Kita ingat bahwa tahun 1997 Indonesia mengalami krisis

yang tidak terelakkan. Dalam waktu sekejap negara ini goyah dan

tidak berdaya. Pada dasarnya pada saat seperti inilah sistem birokrasi

diuji. Pemenuhan hak masyarakat melalui pelayanan publik yang

baik adalah hal utama demi membangkitkan bangsa ini dari

reruntuhan perekonomian negara.

Harus diakui bahwa peralihan dari sistem otoritarian ke

sistem demokratik dewasa ini merupakan periode yang sangat sulit

bagi proses reformasi birokrasi. Perpindahan kekuasaan dari sentral

menuju ke daerah menyebarkan perilaku korup dan penyalahgunaan

wewenang pada birokrasi pemerintahan bahkan hingga ke pelosok.

Pemerintah sendiri telah memiliki grand design reformasi

birokrasi dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 81

Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025.

Dari Perpres tersebut terdapat lima agenda besar yang ditargetkan

tercapai pada tahun 2014. Lima agenda tersebut adalah,

pemerintahan yang bebas dari KKN, SDM yang berintegritas,

mengurangi penyalahgunaan kewenangan dalam pelayanan publik,

meningkatkan mutu pelayanan publik dan meningkatkan efisiensi

dalam pelaksanaan tugas. Namun, agenda tersebut masih belum

mencapai sasaran yang maksimal. Hasil Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instanti Pemerintah (LAKIP) menunjukan jumlah instansi di

Indonesia yang mendapatkan nilai A dan B baru 32,2 persen. Hasil

laporan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

Page 94: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

83

tahun 2012, yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian baru

27 persen dari total 415 LKPD yang diaudit.

Reformasi birokrasi harus dimulai dari tiga hal yaitu

transparansi, profesionalisme dan akuntabilitas. Setiap lembaga

pelayanan publik harus memilki tiga poin penting tersebut. Pola

rekruitmen yang baik bagi calon pelayan publik menjadi kunci

penting. Keboborokan dalam rekruitmen berdampak buruk karena

birokrat yang ada adalah hasil dari nepotisme, penyuapan dll.

sehingga mereka bukanlah pelayan publik yang bisa diandalkan.

Didalam sistem, oknum birokrat dengan rekruitmen jalur belakang

akan cenderung memikirkan kepentingan pribadi daripada

kepentingan melayani masyarakat.

Selain itu, perbaikan dalam pelayanan publik harus

ditingkatkan mengingat korupsi dapat semakin berkembang akibat

dari sistem birokrasi yang ruwet dan “syarat amplop”. Pemerintah

Daerah terutama harus segera dibekali dengan konsep pelayanan

publik yang cepat, transparan dan professional seperti misalnya

menggunakan pelayanan satu atap atau sistem yang saling

terintegrasi. Kemudahan yang diberikan tersebut akan mengurangi

potensi terjadinya penyalahgunaan kewenangan

Optimalisasi lembaga penegak hukum

Penegakkan hukum menjadi upaya represif bagi para pelaku

tindak pidana korupsi. Kepolisian, Kejaksaan dan Kekuasaan

Yudikatif atau badan peradilan yang independen merupakan pilar

Page 95: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

84

utama penegakan hukum di Indonesia. Sejak dibentuknya Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2002 menambah daya

gedor bagi pemberantasan korupsi di Indonesia.

Pemberantasan korupsi harus dilakukan oleh penegak

hukum dengan mengintegrasikan kebijakan penindakan, pencegahan

dan partisipasi publik. Selain itu integrasi antar lembaga penegak

hukum juga diperlukan mengingat fakta yang terjadi saat ini adalah

banyaknya kasus penegak hukum yang bermasalah. Padahal sebagai

negara hukum, para penegak hukum tidak sekedar menjadi alat

pengadil bagi hukum itu sendiri namun juga menciptakan

kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial.

Tindak pidana korupsi adalah kejahatan teroganisir dan

bersifat transnasional. Pelakunya selalu berkembang diikuti dengan

pola modus operandinya. Berdasarkan analisis dari Bambang

Widjojanto (Wakil Ketua KPK RI) pada seminar pemberantasan

korupsi dan penegakkan hukum di Indonesia, setidaknya ada tiga

tantangan besar yang dihadapi oleh lembaga penegak hukum.

Pertama, perlawanan dari para koruptor sangat besar dengan

melibatkan jaringan yang telah meluas. Sehingga tidak jarang aparat

penegak hukum yang seharusnya menjadi tulang punggung utama

memberantas koruptor jatuh dalam gelimang suap dan gratifikasi.

Kedua, teknologi yang berkembang pesat menjadikan modus

operandi yang digunakan semakin canggih. Konsolidasi kejahatan

semakin solid dengan menggabungkan uang, kekuasaan dan jaringan

Page 96: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

85

sumber daya yang lain. Tanpa disadari, koruptor juga melakukan

“pengkaderan”, infiltrasi dan proses hegemoni. Ketiga, politisasi

penanganan kasus sering menjadi hambatan bagi penegak hukum

untuk bekerja dengan optimal. Kasus yang menyangkut anggota

dewan dianggap sebagai upaya “pembusukan” partai tertentu

sedangkan penegak hukum selalu ditekan untuk menangani kasus

tertentu yang menyangkut kelompok partai tertentu

(Survei Kompas 2009-2013)

Survei yang dilakukan oleh Kompas selama tahun 2009-

2013 menunjukan pengelolaan opini publik penegak hukum kasus

tindak pidana korupsi. Berdasarkan survey tersebut menunjukan

bahwa lembaga selain KPK yaitu Kejaksaan, Kepolisian dan

Kehakiman masih belum mencapai 50% kepercayaan publik. Dalam

pemberantasan korupsi, KPK tidak bisa sendiri. Perlu adanya

optimalisasi lembaga lain sehingga pemberantasan korupsi di

Indonesia semakin bertaring. Kita tahu bahwa KPK tidak bisa

menangani seluruh kasus korupsi di Indonesia, sehingga peran

kejaksaan sebagai penyidik kasus korupsi di daerah-daerah menjadi

sangat penting. Hakim pengadilan tipikor di setiap provinsi juga

harus diperhatikan dengan cara pemantauan yang ketat sehingga

menutup celah untuk berbuat korupsi.

Upaya pemberantasan korupsi tidak akan selesai hanya

dengan menangkap koruptor. Peran pencegahan dan pengawasan

kepada masyarakat juga harus dioptimalkan. KPK sebagai lembaga

Page 97: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

86

yang memiliki fungsi pencegahan seharusnya lebih bisa menekan

lahirnya koruptor baru dari masyarakat.

Pendidikan sebagai basis membangun integritas

Praktik-praktik korupsi yang kian masif memerlukan itikad

kolaboratif dari Pemerintah beserta segenap pemangku kepentingan.

Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah pencegahan perilaku

koruptif berkembang dalam masyarakat. Mengingat bahwa aspek

pemberantasan korupsi salah satunya terdiri dari partisipasi publik.

Pemberantasan korupsi akan berhasil apabila menyentuh

akar permasalahannya. Upaya untuk menanamkan nilai-nilai dan

budaya integritas kepada masyarakat luas adalah salah satu cara

pemberantasan korupsi melalui pencegahan. Ditengah krisis moral

yang dialami bangsa ini, pendidikan berbasis integritas menjadi

tawaran solutif untuk mengembalikan pendidikan yang bermartabat.

Perubahan sosial perlu dicapai oleh segenap bangsa

Indonesia. Perubahan sosial tersebut akan mencapai tujuan sebagai

berikut pertama, tumbuhnya semangat integirtas pada setiap individu

akan mematikan akar dari perilaku korupsi sehingga membentuk

budaya dan karakter yang sesuai dengan cita-cita bangsa. Kedua,

akan tumbuh kesadaran dalam masyarakat bahwa upaya

pemberantasan korupsi tidak bisa hanya dilakukan oleh penegak

hukum tetapi upaya ini menjadi tanggungjawab bersama sebagai

masyarakat bangsa Indonesia.

Page 98: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

87

Secara normatif, pendidikan di Indonesia melalui Undang-

Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

telah menegaskan landasan moral pendidikan untuk membangun

manusia Indonesia secara utuh baik aspek akademik maupun moral.

Namun dilihat dari fakta yang terjadi saat ini, sistem pendidikan

masih belum menyentuh ranah moral. Pendidikan hanya dielu-

elukan sebagai penggojlokan intelektual akademik tanpa

memperhatikan pendidikan moral dan nilai. Dengan demikian tak

jarang ditemui adalah proses komersialisasi sampai dengan

industrialisasi lembaga pendidikan yang ujungnya hanya

menghasilkan buruh-buruh yang akan menyokong para elit kapital di

bangsa ini.

Pakar pendidikan, Mochtar Buchori pendidikan nilai bukan

memupuk kemahiran beretorika tentang nilai atau ideologi. Namun

yang jauh lebih penting adalah ketaatan terhadap nilai untuk

memupuk kemampuan membimbing bangsa ke pembaruan cara

hidup sesuai realitas yang ada serta aspirasi tentang masa depan

yang masih hidup dalam diri bangsa.

Maka dari itu penting adanya penanaman nilai-nilai

integritas dalam sistem pendidikan formal di Indonesia. Dengan

penanaman nilai tersebut maka manusia akan akan diarahkan untuk

kebal terhadap korupsi. Manusia akan sadar betul tentang sanksi

sosial karena korupsi adalah proses pemiskinan yang memerosotkan

kemanusiaan dan bangsa Indonesia.

Page 99: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

88

Sektor Ekonomi

Surat Cinta untuk Presiden

BEM Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Kepada Bapak Capres dan Bapak Cawapres,

Terlintas di pikiran kami bahwa Indonesia masih memiliki

berbagai macam permasalahan. Kami pun berkumpul untuk

mendiskusikan apa saja yang masih belum sempurna di negara kita

tercinta ini. Apa saja yang masih harus dicapai bersama, oleh

masyarakat dan pemerintah. Banyaknya permasalahan yang ada

membuat kami sepakat untuk hanya membahas empat topik untuk

kami persembahkan kepada Bapak. Perdagangan, inklusi keuangan,

pembangunan manusia, dan APBN pun menjadi hal-hal yang akan

kami persembahkan kepada Bapak. Berikutlah sedikit isi hati kami

untuk Bapak.

Sudah siapkah kita untuk bersaing secara global di pasar bebas

ASEAN? Apakah di tahun 2015 nanti kita akan menjadi pemain atau

hanya menjadi lahan permainan asing? Pertanyaan-pertanyaan itu

muncul disaat kami memikirkan mengenai ASEAN Economic

Community (AEC) tahun depan, terlebih lagi untuk menghadapi

ASEAN Vision 2020. Masyarakat banyak yang belum tau apa itu

AEC dan ASEAN Vision, tapi mereka harus menghadapi kedua hal

tersebut. UMKM, sebagai salah satu pilar perekonomian kita, sudah

siapkah mereka? Apakah Bapak mampu mempersiapkan kami, calon

Page 100: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

89

rakyatmu, untuk kedua hajatan besar di ASEAN? Butuh daya saing

yang tinggi untuk mampu menjadi pemain dalam kedua hajatan besar

tersebut. Kualitas produk UMKM butuh untuk distandardisasi agar

kualitasnya terjamin, agar masyarakat percaya akan produknya dan

mau membeli. Tenaga kerja terlatih juga perlu difasilitasi agar mampu

memiliki daya saing yang tinggi. Dan permasalahan-permasalahan

perdagangan Indonesia dengan negera lain: masalah impor

holtikultura dengan AS, masalah CPI di Eropa dan Malaysia, masalah

pertambangan, dan beberapa masalah penetapan harga komoditas

ekspor unggulan, yang kami rasa solusinya tidak hanya pada

penyusunan substansi tetapi dapat dicapai dengan maksimal dengan

negosiasi.

Kami juga mengkhawatirkan mengenai akses masyarakat

terhadap lembaga keuangan. Pada survey yang dilakukan Bank

Indonesia pada tahun 2010 menunjukkan bahwa 62% rumah tangga

Indonesia tidak memiliki tabungan sama sekali. Pengetahuan

masyarakat juga masih minim Pak, menurut survey OJK bulan

November lalu, hanya sekitar 21,84 persen penduduk Indonesia yang

memiliki pengetahuan tentang lembaga serta produk jasa keuangan.

Pemerintah seharusnya lebih mengedukasi masyarakat mengenai

lembaga keuangan serta produk jasanya ini. Untuk menjangkau

lapisan masyarakat menengah kebawah, diperlukan pula optimalisasi

kinerja bank daerah, bank tani, bank pasar, dan koperasi yang lebih

dapat menjangkau mereka. Bank kelas menengah kebawah ini akan

Page 101: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

90

lebih baik jika dikonsolidasikan ataupun diakuisisi oleh bank besar

agar layanannya benar-benar sehat dan terpercaya, sehingga tidak

menimbulkan ketakutan masyarakat untuk menggunakan produk jasa

keuangan. Selain itu, kami juga mengharapkan akses UMKM menuju

kredit usaha dipermudah Pak, agar UMKM mampu berkembang.

Namun, Bapak juga membantu bank melalui pengelolaan profil resiko

nasabah, sehingga bank pun terhindar dari terjadinya gagal bayar.

Hal lain yang kami khawatirkan adalah mengenai pembangunan

manusia. Akses terhadap pendidikan di negara kita ini masihlah

minim, Pak. Masih banyak pula terjadi diskriminasi di kalangan

masyarakat kita. Berdasarkan laporan UNESCO 2011, tingginya putus

sekolah menyebabkan angka Indeks Pembangunan Manusia

rendah.Faktor utama penyebab putus sekolah adalah tingginya biaya

pendidikan. Pemerintahtelahmemberikan subsidi untuk bidang

pendidikan, namun subsidi tersebut dirasa kurang terdistribusi dengan

baik. Anak yang benar-benar tidak mampu tidak mendapatkan

keringanan, namun anak yang mampu mendapatkan keringanan.

Perlupendataan yang tepat untuk subsidi pendidikan. Selain itu,

kurikulum kita yang terus berubah, belum menunjukkan keberhasilan

yang signifikan. Kita terus mencontoh negara asing yang telah sukses

dengan kurikulumnya, tapi mengapa tidak berhasil di negara kita?

Kami pun berpendapat bahwa bangsa ini memiliki karakter tersendiri.

Jadi sesuatu yang baik untuk bangsa lain belum tentu baik untuk kami.

Kurikulum yang sesuai dengan karakter kami lah yang kami butuhkan.

Page 102: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

91

Seiring dengan perkembangan jaman pula, pendidikan karakter tidak

hanya terjadi di rumah, namun di sekolah. Bahkan, untuk mereka yang

orang tuanya bekerja, PAUD ataupun TK menjadi sarana paling

penting pendidikan karakter. Dibutuhkan pengawasan khusus untuk

PAUD dan TK agar mampu memfasilitasi pendidikan karakter. Selain

itu, terjadi juga pergeseran peran politeknik dan universitas di negara

kita ini, Pak. Universitas yang seharusnya menghasilkan ilmuan-

ilmuan, malah mengambil peran politeknik, yaitu menghasilkan

pekerja. Perlunya pendidikan vokasional untuk para calon pekerja ini,

membuat Indonesia seharusnya membangun lebih banyak politeknik.

Selain dari bidang pendidikan, pembangunan manusia juga dapat

dilihat dari gizinya. Penjaminan hasil pangan akan berpengaruh pada

tingkat gizi dan kesehatan masyarakat. Dengan teknologi yang

berkembang, masyarakat mampu memenuhi kebutuhan nasional

dengan mengurangi impor, distribusi pangan yang baik, produksi dan

pengolahan di Indonesia akan lebih optimal sehingga dapat

mengurangi angka kemisikinan.

Hal terakhir yang kami khawatirkan adalah mengenai APBN.

APBN negara kita cenderung mengikuti APBN tahun-tahun

sebelumnya, ini kami rasa kurang tepat karena kurang sesuai dengan

keadaan di tahun tersebut. APBN kita juga masih bersifat teknokratis

Pak, belum bersifat ideologis, sehingga pembelanjaan ini tidak

memiliki pencapaian jangka panjang yang konkrit. Masa penyusunan

APBN yang singkat juga kami anggap tidak cukup untuk mampu

Page 103: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

92

mengoreksi ketidaktepatan yang ada. Otorisator dan ortodinator

APBN kita juga merupakan badan yang sama, yaitu Kementerian

Keuangan. Hal ini tentunya rawan penyelewengan karena satu badan

melakukan tugas pengawasan sekaligus pelaksanaan. Masalah lain

adalah penerimaan APBN kita yang masih lebih besar bersumber dari

pajak dibandingkan dari sumber daya alam. Padahal, pengeluaran

untuk membayar bunga utang dan belanja pemerintah lebih besar

dibandingkan pembangunan infrastruktur. Menurut INDEF, dengan

sistem yang seperti itu, APBN ini masih kurang pro rakyat. Kami

mengharapkan APBN kita dapat lebih responsif terhadap trend

masalah yang ada di Indonesia, tidak hanya sekedar berkaca dari

APBN tahun sebelumnya. Penerimaan pemerintah juga harus lebih

digencarkan lagi dari sumber daya alam maupun dari sektor jasa agar

tidak membebankan belanja pemerintah kepada masyarakat. Dengan

begitu, pajak bukan sumber pendapatan utama kita.

Suara kami ini hanya mencakup sedikit dari banyaknya

permasalahan di negeri kita tercinta ini Pak. Kami berharap Bapak

mampu untuk menyelesaikan satu per satu permasalahan di negeri ini

bersama kami, rakyat Bapak kelak. Kami akan selalu ada untuk

membantu Bapak mewujudkan Indonesia yang sejahtera, adil, dan

makmur, sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945. Balaslah surat

kami ini dengan bukti nyata kinerja Bapak. Terimakasih.

Page 104: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

93

ASEAN Vision 2020: Bersatu dalam Kepentingan

Putu Yunartha P. P

(Ketua Bidang Kajian Intelektual & Hubungan Eksternal BEM FEB)

Sepuluh negara ASEAN semakin didekatkan pada pencapaian

visi integrasi regional pada tahun 2020. Berlangsungnya ASEAN

Economic Community (AEC) 2015 adalah salah satu mid-point dari

perjalanan impelementasi ASEAN Vision 2020. Pembangunan

ekonomi yang seimbang antar negara dan pengurangan kesenjangan

sosial adalah poin visi yang terdapat dalam deklarasi dan rencana aksi

yang telah dibuat satu dekade lalu. Arus bebas barang, jasa, dan modal

adalah agenda-agenda penting yang merupakan bagian dari visi

tersebut. Pasar bebas yang berbasis produksi diharapkan tidak

membatasi negara-negara dengan letak geografis berbeda untuk

mengoptimalkan potensi dan peluang pertumbuhan ekonomi yang

lebih baik. Indonesia yang merupakan negara dengan puluhan ribu

pulau dapat memanfaatkan peluang ini dengan menjadi negara yang

dilalui oleh arus pasokan dan lalu lintas barang. Tentu saja prinsip

efektivitas dan efisiensi adalah kondisi wajib yang harus dipenuhi

sebelum mengambil keuntungan dan mengantisipasi ancaman dari

diberlakukannya program-program pada visi ASEAN 2020.

Integrasi ekonomi adalah salah satu poin penting yang

dinyatakan dalam Visi ASEAN 2020. Pembangunan ekonomi,

infrastruktur, teknologi, dan sumber daya manusia oleh sepuluh

Page 105: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

94

negara ASEAN tidak semata-mata dilakukan untuk kepentingan

regional, namun juga peningkatan kesejahteraan negara-negara

anggota. Pemerintahan baru yang akan terpilih pada tahun 2014 ini

harus memperhatikan dan fokus terhadap pembangunan ekonomi yang

diikuti dengan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh warga negara.

Sektor industri dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

harus mampu bergerak seimbang dan dapat menjadi tonggak

perjalanan bangsa yang bermatabat di kancah global.

Pertumbuhan industri dan UMKM terdiri dari beberapa sektor

yang pertumbuhannya dipantau oleh Pemerintah. Sektor agrikultur,

manufaktur, dan pelayanan jasa adalah fondasi-fondasi industri dan

usaha yang ikut menopang pendapatan utama masyarakat Indonesia

saat ini. Investasi yang dilakukan pelaku usaha baik berupa tenaga

kerja dan modal belum berjalan secara optimal. Tenaga kerja yang ada

cenderung tidak dibekali dengan pelatihan dan peningkatan skill

sehingga efisiensi yang diharapkan pelaku usaha menjadi terhambat.

Modal yang digunakan oleh pelaku usaha dan industri juga tidak

ditempatkan sesuai potensi perkembangan usaha. Tantangan untuk

calon RI 1 5-6 tahun ke depan adalah bagaimana menyeimbangkan

pertumbuhan usaha yang berlandaskan efisiensi disaat harga-harga

barang komoditas juga dapat terkendalikan. Menyalahkan tingkat

konsumsi masyarakat yang tinggi tidak akan memecahkan masalah

disaat peningkatan produksi barang-barang dan jasa berkualitas tidak

diupayakan.

Page 106: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

95

Produksi barang dan jasa tidak pernah lepas dari kebijakan

nasional yang turut mengatur fase-fase yang terjadi sebelum

melakukan ekspor dan impor. Kebijakan yang dibuat Pemerintah

seharusnya dapat disesuaikan dengan inovasi teknologi yang ikut

mendukung pertumbuhan dan penguatan industri dan usaha di sektor-

sektor penopang devisa nasional. Dukungan atas penemuan dan

penelitian teknologi yang bermanfaat sangat dibutuhkan mengingat

motivasi inovator dan pengusaha juga dipengaruhi oleh insentif dan

penghargaan atas karya-karya anak bangsa. Produksi barang final

maupun dalam olahan Indonesia seperti metal goods di industri

manufaktur masih jauh tertinggal dari beberapa negara tetangga yang

menaruh perhatian khusus pada pengembangan teknologi dan

informasi. Jaringan internasional untuk produksi barang dan jasa pada

negara berkembang harus bisa seimbang sehingga gap yang ada pada

setiap negara bisa berkurang.

Pembangunan suatu negara khususnya yang sedang

berkembang dan memiliki daya saing menengah hingga tinggi

memerlukan aspek medasar yang dijadikan indikator dan arah

pencapaiannya. Kelompok-kelompok produksi dalam negeri juga ikut

dipengaruhi oleh tenaga kerja yang terampil dalam merancang

maupun menciptakan barang dan jasa. 7 tahun sejak ditetapkannya

visi ASEAN 2020, tenaga kerja tidak terampil yang bekerja di

lingkungan usaha dan industri di Indonesia mencapai angka 50,8%

(Un Comtrade Database, diperoleh dari Narjoko, Dionisius, dan

Page 107: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

96

Wicaksono, 2009). Global Competitiveness Index (GCI) yang sering

dijadikan pedoman setiap negara juga memiliki aspek penilaian

terhadap kemajuan sumber daya manusia yang bekerja di setiap

sektor. Tingginya jumlah tenaga kerja tidak terampil di negara

berkembang yang diikuti demografi penduduk dengan usia produktif

tinggi akan menjadi ancaman bagi pemerataan kesejahteraan dalam

jangka panjang. Hal inilah yang membutuhkan perencanaan matang

dari Pemerintahan yang diberi amanah untuk membuat sebuah grand

design pengembangan sumber daya manusia yang berbasis skill.

Sumber daya manusia terampil bukanlah sebuah alat standar untuk

menentukan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa,

melainkan merupakan hak dasar yang harus diperoleh oleh seluruh

masyarakat Indonesia. Hal ini telah tercantum dengan jelas pada

amanah UUD 1945 yang harus dijunjung dan dicapai.

Sebuah visi integrasi regional seperti dua sisi mata uang.

Peluang dan keuntungan bisa saja didapat ketika ancaman mampu

diantisipasi dan dicegah dengan kebijakan-kebijakan Pemerintah yang

tepat. Pemerintahan baru 5 tahun ke depan tidak seharusnya

melepaskan perencanaan jangka panjang yang telah ditetapkan, namun

menyesuaikannya dengan program-program inovatif yang memiliki

pengaruh terhadap kemajuan bangsa. Menggambarkan sebuah visi

adalah tidak sulit untuk negara-negara region dengan kemiripan di

setiap bagian. Hal yang paling sulit adalah pada tataran implementasi,

Page 108: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

97

ketika sebuah visi ditetapkan dan tuntutan keberhasilan dibatasi oleh

berbagai kepentingan.

Page 109: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

98

Sektor Pendidikan

Problematika Perubahan Kurikulum Pendidikan Indonesia

Lembaga Mahasiswa Fakultas Psikologi

Telah 68 tahun lamanya bangsa yang besar ini telah lepas dari

belenggu penjajahan. Sebagai bangsa yang cukup lama merdeka,

permasalahan-permasalahan yang mendasar tak kunjung lepas dari

kemelut bangsa ini. Permasalahan korupsi, asset negara yang dikuasai

asing, banyaknya masyarakat yang masih hidup dibawah garis

kemiskinan, degradasi moral, & pendidikan yang belum optimal,

menjadi permasalahan yang seakan berlarut-larut tak tertuntaskan.

Semua permasalahan ini ketika ditarik benang merah akan terlihat

bahwa masalah utamanya adalah bangsa Indonesia mengalami

disorientasi. Padahal telah jelas termaktub pada pembukaan UUD

1945 bahwa kesejahteraan, kemerdekaan (dari belenggu asing.red),

mencerdaskan kehidupan bangsa, & keadilan sosial, merupakan tujuan

dari terbentuknya pemerintahan bangsa Indonesia. Namun pada

nyatanya permasalahan yang telah jelas di tuliskan sebelumnya masih

juga tak menemui jalan akhir.

Permasalahan disorientasi disebabkan karena adanya masalah

pada proses orientasi pembentukan bangsa. Proses orientasi yang

dimaksud di sini tidak lain tidak bukan yaitu pendidikan bangsa.

Pendidikan merupakan proses pembentukan orientasi yang akan

menentukan arah pembentukan bangsa pada generasi setelahnya. Apa

Page 110: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

99

yang dihasilkan pada masyarakat usia produktif sekarang adalah hasil

pendidikan pada masa sebelumnya. Ketika muncul budaya korup,

kualitas sumber daya manusia rendah, dan berbagai masalah pada

masyarakat usia produktif lainnya , maka itu disebabkan dari hasil

pendidikan generasi sebelumnya. Sehingga bisa kita ambil kesimpulan

bahwa permasalahan mendasar bangsa Indonesia yang tak kunjung

menemui jalan akhir, hal itu disebabkan karena pendidikan yang

membentuk orientasi dan kualitas sumber daya manusianya.

Dalam pendidikan terdapat beberapa hal yang menjadi

komponen, yaitu peserta didik, tenaga pendidik, sarana prasarana

pendidik, serta yang paling penting adalah kurikulum. Kurikulum

merupakan sebuah perangkat pendidikan yang menjadi pedoman

proses untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Kurikulum menjadi

arah yang menentukan wajah pendidikan bangsa. Ketika sebuah

kurikulum tidak dirancang dengan baik dan matang maka akan

menyebabkan permasalahan yang global dan sistemik pada sumber

daya manusia bangsa Indonesia. Sumber daya manusia yang

diharapkan dapat melanjutkan perkembangan pembangunan bangsa,

akan menjadi tidak optimal ketika salah dalam penerapan

kurikulumnya. Ketika kurikulum tidak mengedepankan aspek nilai,

maka yang didapati adalah sumber daya manusia yang tidak memiliki

orientasi yang jelas, tidak berkarakter, dan cenderung pragmatis.

Sedangkan ketika kurikulum tidak memperhatikan aspek psikomotor,

maka yang terjadi adalah terbentuknya sumber daya manusia yang

Page 111: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

100

kurang berkualitas secara teknis, dan tidak dapat bersaing dengan

bangsa lain.

Sejarah Perkembangan Kurikulum Pendidikan Indonesia

Dalam sejarah perkembangan pendidikan bangsa Indonesia

perubahan kurikulum menjadi seperti hal yang lumrah dilakukan.

Tercatat sejak kemerdekaan bangsa Indonesia perubahan kurikulum

telah mencapai 11 kali, yaitu tahun 1947, 1952, 1964, 1968,

1975,1984, 1994, 1999, 2004 , dan 2006, serta terakhir pada tahun

2013.

Kurikulum pertama yaitu kurikulum Rancana Pelajaran pada

tahun 1947, adalah sistem kurikulum pertama yang digunakan. Pada

masa itu belum dikenal istilah kurikulum, sehingga menggunakan kata

Rentjana Pelajaran. Kurikulum Rencana Pelajaran mengubah orientasi

pendidikan belanda menjadi ke arah kepentingan nasional. Pada

kurikulum tersebut masih berfokus pada pembentukan karakter

masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan

bangsa lain.

Setelah kurikulum Rencana Pelajaran, 5 tahun kemudian,

tahun 1952, kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan yang

kemudian diberi nama Rentjana Pembelajaran Terurai. Kurikulum ini

menekankan pada rencana pelajaran yang memperhatikan isi pelajaran

yang dhubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Page 112: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

101

Pada akhir era Soekarno, pemerintah kembali mengubah

rencana pendidikan menjadi Rencana Pendidikan 1964. Kurikulum ini

menekankan pada konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif,

dan produktif, yang membuat anak terampil dalam melakukan

pemecahan permasalahan. Kurikulum ini juga menitik beratkan pada

pengembangan daya cipta , rasa, karsa, karya, dan moral, yang

selanjutnya dikenal dengan Pancawadhana.

Empat tahun kemudian, tahun 1968, kurikulum kembali diubah

strukturnya dari pendidikan pancawardhana menjadi pembinaan jiwa

pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968

adalah wujud dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945.

Disamping itu ternyata perubahan kurikulum kali ini dilandasi latar

belakang politik dimana untuk mengganti Rencana Pendidikan 1964

yang dicitrakan produk orde lama.

Setelah memasuki masa Orde Baru , arah gerak kurikulum

berubah dari rencana pelajaran menuju kurikulum berbasis pada

pencapaian tujuan. Kurikulum 1975 pun kembali dibuat atas dasar

berbagai latar belakang seperti lajunya pembangunan nasional pada

era Suharto, adanya kebijaksanaan permerintah di bidang pendidikan

yang dituangkan dalam GBHN, adanya analisis dari Diknas untuk

meninjau ulang pendidikan nasional, serta keluhan dari masyarakat

terhadap mutu lulusan pendidikam sebelumnya.

Selama hampir sekitar 8 tahun kurikulum 1975 dijalankan,

kurikulum ini dianggap tak mampu lagi memenuhi kebutuhan

Page 113: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

102

masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini

diperkuat dengan sidang umum MPR 1983 yang tertuang dalam

GBHN yang menghendaki kurikulum 1975 diubah menjadi kurikulum

1984. Disamping itu secara teknis perubahan kurikulum ini

disebabkan oleh beberapa hal seperti, terlalu padatnya isi kurikulum,

kesenjangan antara kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.

Kurikulum 1984 menekankan pada kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Pada tahun 1994 kurikulum 1984 kembali disempurnakan

dalam rangka melaksanakan UU no. 2 tahun 1989 tentang sistem

pendidikan nasional. Pada kurikulum 1994 pembagian waktu belajar

diubah dari yang awalnya menggunakan sistem semester, kemudian

diganti menggunakan sistem catur wulan yang membagi satu tahun

menjadi tiga tahap.

Evaluasi dari kurikulum 1975-1994 adalah terbentuknya

lulusan yang lebih dominan menguasai aspek kognitif dibanding

aspek keterampilan. Hal ini menyebabkan banyak lulusan yang tidak

memiliki yang bersifat aplikatif. Sehingga sejak saat itulah arah

kurikulum diubah menjadi kearahyang holistik. Pada tahun 2004

muncullah kurikulum baru yang popular disebut dengan KBK

(kurikulum berbasis kompetensi) yang lahir sebagai respon atas

tuntutan reformasi yang tertuang pada UU no 2 tahun 1999, UU no 25

tahun 2000, dan Tap MPR no IV/MPR/1999. KBK berfokus pada

sejauh mana peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan.

Page 114: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

103

Pada tahun 2003 terbentuk UU no 20 tentang sistem

pendidikan nasional yang mengamanatkan agar terbentuknya

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang kemudia sering dikenal

dengan KTSP. KTSP mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar

Kompetensi Lulusan (SKL).

Permasalahan

Jika kita melihat sejarah perubahan kurikulum di atas dapat

kita jumpai permasalahan-permasalahan yang mendasar dalam proses

perubahannya. Pertama, pemerintah terlalu mudah mengubah sebuah

kurikulum yang menyangkut arah pembelajaran ratusan juta peserta

didik dan tenaga pendidik di seluruh Indonesia. Perubahan itu

sebagian besar disebabkan karena perubahan arus politik dan ideologi

yang dituangkan dalam landasan yuridis, serta proses penyempurnaan

dan evaluasi dari kurikulum sebelumnya. Dapat kita lihat pada

kurikulum 1950, 1975, 1994, 2004 , 2006 lahir dari tuntutan karena

perubahan undang-undang atau GBHN. Selain itu juga terdapat

perubahan kurikulum dalam rangka penyempurnaan atau penyesuaian

seperti pada kurikulum 1958, 1964, 1984.

Permasalahan kedua, setiap pergantian tidak berdasarkan pada

kepada basis evaluasi dan penelitian yang jelas dan matang. Seperti

yang tertulis sebelumnya perubahan kurikulum sebagian besar

disebabkan adanya perubahan undang-undang/GBHN dan dalam

rangka penyempurnaan. Padahal sebagai kaum terdidik, kita

Page 115: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

104

menyadari betapa pentingnya evaluasi yang berbasis penelitian dalam

mengambil kebijakan. Ketika pemerintah tidak melakukan penelitian,

maka yang terjadi yang dijadikan bahan penelitian adalah peserta

didik itu sendiri yang harus merasakan percobaan perubahan

kurikulum yang berulang-ulang.

Dampak

Pada kesempatan ini juga akan kami sampaikan dampak dari

perubaham kurikulum yang terlalu sering dan ditambah rentang waktu

yang terlalu dekat.

Permasalahan pertama, adalah masalah penyesuaian dan

angkatan percobaan. Ketika kurikulum baru diterapkan maka yang

terjadi adalah akan ada sebuah angkatan yang menjadi angkatan yang

diujikan pertama kali untuk menjalankan kurikulum tersebut. Hal itu

menyebabkan angkatan tersebut akan mendapatkan kualitas

pengajaran yang tidak optimal, dikarenakan masih dalam proses

penyesuaian dari pihak pengajar sendiri. Selain itu akan terdapat

kesenjangan dengan angakatan setelahnya yang memakai kurikulum

yang sama, karena angkatan selanjutnya tentu telah melakukan

evaluasi dan penyesuaian dalam penerapan kurikulum baru tersebut.

Hal ini sangatlah merugikan peserta didik pada angkatan percobaan

karena dia akan menanggung beban beratnya menyesuaikan

kurikulum baru.

Page 116: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

105

Permasalahan kedua, adalah beratnya proses penyesuaian

tenaga pendidik dan buku terutama pada seluruh wilayah di Indonesia.

Mirip halnya dengan masalah yang pertama, namun pada kesempatan

kali ini lebih menekankan pada tenaga pendidik dan sarana prasarana.

Ketika kurikulum baru diterapkan tentu tidak hanya siswa yang perlu

menyesuaikan, melainkan juga yang paling penting adalah guru.

Dalam penyesuaiannya tentu guru perlu memahami lebih dalam

kurikulum seperti apa yang dibawa, mulai dari tujuan dari kurikulum,

hingga materi kurikulum. Sehingga oleh karena itu perlu sosialisasi

yang komprehensif agar guru mampu mengajar dengan baik. Kendala

selanjutnya adalah memastikan tenaga pendidik di seluruh wilayah

mendapatkan hal yang sama . Tentu ketika ini tidak dipenuhi akan

terjadi kesenjangan pendidikan di berbagai wilayah di Indonesia.

Permasalahan terakhir yang masi berkaitan adalah, setelah tenaga

pendidik tentu sarana prasarana yaitu buku yang sesuai dengan

kurikulum. Sering kali ditemukan di beberapa wilayah ada sekolah

yang masih menggunakan buku kurikulum lama, padahal kurikulum

baru sudah dijalankan.

Terakhir secara umum dapat kita simpulkan perubahan

kurikulum yang terlalu sering akan membuat masyarakat Indonesia

tidak mengetahui tujuan utama dari bangsa Indonesia sendiri. Ketika

pada suatu kurikulum menekankan pada aspek moral, lalu pada

kurikulum lain diubah kepada aspek kompetensi ilmiah, maka para

Page 117: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

106

pelajar akan tidak dapat mengetahui arah tujuan dari pendidikan

bangsa yang sebenarnya.

Dari berbagai macam permasalahan dan dampak dari

perubahan kurikulum diatas, kami menyampaikan tuntutan agar sistem

kurikulum di Indonesia diperbaiki berdasarkan :

1. Keajegan kurikulum atau perubahan kurikulum yang tidak

signifikan

2. Pengambilan kebijakan pergantian atau penyempurnaan kurikulum

berdasarkan penelitian yang valid reliabel, dan representatif

3. Kebijakan penerapan kurikulum yang tepat sasaran dan mampu

diimplementasikan di seluruh Indonesia

4. Proses sosialisasi kurikulum yang komprehensif dan merata agar

kurikulum dapat dijalankan dengan optimal di seluruh wilayah

Penjelasan:

1. Kami menuntut agar kurikulum dibuat, ajeg dan tidak mudah

diubah hanya karena perubahan arus politik atau landasan

yuridis. Jikapun ada proses penyesuaian ataupun

penyempurnaan maka tidak dilakukan secara signifikan

hingga harus mengubah kurikulum secara keseluruhan.

2. Kami menuntut agar pengambilan kebijakan pergantian atau

penerapan kurikulum berdasarkan penelitian yang valid,

reliabel, dan representatif. Agar kurikulum yang diterapkan

benar-benar kurikulum yang terbaik dan memiliki visi jangka

Page 118: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

107

panjang. Hal ini berkaitan dengan tuntutan pertama karena

agar kurikulum tidak perlu diganti terlalu sering maka

solusinya adalah dengan diterapkannya kurikulum yang

benar-benar matang, berdasar penelitian, dan memiliki visi

jangka panjang.

3. Kami menuntut agar kurikulum yang diterapkan bisa tepat

sasaran baik secara jenjang pendidikan dan juga tepat

diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia. Sehingga oleh

karena itu tentu perlu penelitian yang representatif yang dapat

menggambarkan kondisi pendidikan di seluruh wilayah di

Indonesia.

4. Kami menuntut kurikulum baru di sosialisasikan secara

komprehensif di seluruh wilayah di Indonesia. Sosialisasi

merupakan hal yang penting karena hal tersebut akan

menentukan apakah tenaga pendidik mampu menjalankan

kurikulum sesuai dengan yang diinstruksikan kementerian

pendidikan. Ketika sosialisasi tidak dilaksanakan dengan baik

ke semua daerah maka yang terjadi adalah akan terdapat

daerah-daerah yang belum menjalankan kurikulum baru.

Page 119: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

108

Sektor Kesehatan

JKN Untuk Indonesia Sehat

BEM KM Fakultas Kedokteran

Kesehatan merupakan salah satu permasalahan yang

memerlukan perhatian yang lebih dari pemerintah. Di Indonesia

kesehatan merupakan salah satu hak yang harus didapatkan oleh setiap

Warga Negara Indonesia karena falsafah dan dasar negara Pancasila

terutama sila ke-5 mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini

juga termaktub dalam UUD 45 pasal 28H dan pasal 34, dan diatur

dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 yang kemudian diganti dengan UU

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam UU Nomor 36

Tahun 2009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang

sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan

dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan

terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut

serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Tidak hanya di

Indonesia yang menjamin hak kesehatan atas warga negaranya pada

tataraan internasional, dalam sidang ke-58 tahun 2005 di Jenewa,

World Health Assembly (WHA) menggarisbawahi perlunya

pengembangan sistem pembiayaan kesehatan yang menjamin

tersedianya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan

memberikan perlindungan kepada mereka terhadap risiko keuangan.

WHA ke-58 mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa

Page 120: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

109

pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan melalui Universal Health

Coverage diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan

sosial. WHA juga menyarankan kepada WHO agar mendorong

negara-negara anggota untuk mengevaluasi dampak perubahan sistem

pembiayaan kesehatan terhadap pelayanan kesehatan ketika mereka

bergerak menuju Universal Health Coverage.

Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas,

pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan

masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi

kesehatan perorangan. Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis

pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial

di bidang kesehatan, di antaranya melalui PT Askes (Persero) dan PT

Jamsostek (Persero) yang melayani pegawai negeri sipil, penerima

pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan

tidak mampu, pemerintah memberikan jaminan melalui skema

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan

Daerah (Jamkesda). Namun demikian, skema-skema tersebut masih

terfragmentasi. Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit

terkendali.

Dalam pelaksanaannya yang sudah berjalan selama enam bulan

ini masih banyak sekali bahan evaluasi yang harus diperbaiki untuk ke

depannya. JKN merupakan sistem yang bersifat sentralisasi, yang

merupakan produk dari Kementerian Kesehatan dan bergerak atas

perintah dari pusat. Sementara Indonesia yang dengan sistem

Page 121: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

110

desentralisasi, tidak bekerja atas perintah pusat. Sehingga,

pelaksanaan JKN dalam sistem desentralisasi masih banyak

mengalami kendala. Menurut Rozuli (2008) dalam konteks

masyarakat, ada beberapa mekanisme sistem pelayanan publik yang

perlu diperhatikan dalam era otonomi daerah. yaitu:

(i) Perlu standar pelayanan publik.

(ii) Sanksi bagi pejabat publik yang tidak mampu memenuhi

standar pelayanan.

(iii) Peningkatan profesionalisme pejabat publik.

(iv) Rakyat berhak mengajukan keluhan atas pelayanan publik yang

buruk.

(v) Rakyat melakukan kontrol terhadap penyelesaian atas keberatan

yang diajukan.

(vi) DPRD melakukan pengawasan atas pelayanan publik dan

keberatan yang diajukan rakyat.

(vii) Rakyat mengajukan keberatan kepada DPRD dan pemerintah

daerah atas perbaikan keluhan yang dilakukan pemerintah

daerah.

Pelaksanaan JKN dalam era otonomi daerah dinilai belum

memenuhi mekamisme sistem pelayanan publik dalam masyarakat.

Dalam pelaksanaan JKN yang baru berjalan 6 bulan ini, belum terlihat

adanya keterlibatan dari dinas kesehatan daerah sebagai pemegang

otoritas utama dalam pengaturan pelayanan kesehatan daerah.

Sehingga dibutuhkan adanya kerja sama antar pelaksana BPJS-JKN

Page 122: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

111

dan Dinkes Daerah dalam regulasi serta monitoring dan evaluasi

pelaksanaan JKN di daerah sehingga sesuai dengan tujuan utama dari

desentralisasi kesehatan dan JKN.

Selain itu, dalam memajukan kesehatan daerah, perlu adanya

kerja sama antara daerah dan pusat dalam pemberian bantuan dana.

Daerah tertinggal harus lebih diutamakan daripada kota-kota besar di

Indonesia. Dalam hal ini, kami berbicara tentang beberapa daerah

dengan fasilitas kesehatan yang minim dan anggaran APBD yang

rendah. Untuk mencapai keadilan antar daerah, pemerintah pusat

seharusnya ikut membantu dan menyokong daerah-daerah yang

tertinggal tersebut agar mampu mengembangkan dan memberdayakan

daerahnya. Hal ini dapat dilakukan denga cara sebagai berikut.

(i) Pembangunan infrastruktur di daerah – daerah yang terpencil.

(ii) Pembangunan rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilias

kesehatan yang memadai.

(iii) Persebaran tenaga medis yang merata, dan

(iv) Jaminan terhadap kesejahteraan tenaga medis yang berada di

daerah Indonesia yang masih terpencil agar dapat bekerja secara

maksimal aman, nyaman, dan membantu masyarakat sekitar

agar tetap sehat, sehingga tercapai kesehatan dan kesejahteraan

nasional.

Bahan evaluasi lain yang menjadi permasalahan dalam

pelaksanaan JKN adalah masalah kepesertaan. Seperti yang

ditargetkan oleh pemerintah, pada tahun 2019 diharapkan seluruh

Page 123: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

112

Warga Negara Indonesia telah masuk ke dalam sistem ini. Namun

pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang bingung untuk

menjadi peserta JKN, bahkan masih ada sebagian masyarakat yang

tidak mengetahui tentang program ini.

Sebenarnya pemerintah telah membuat sistem pengurusan data

melalui website sehingga masyarakat dapat dengan mudah mendaftar

dan membayar iuran melalui bank. Namun umumnya masyarakat

Indonesia tidak terbiasa melakukan hal-hal seperti ini akibat

keterbatasan akses internet, kemampuan yang tidak dimiliki, dan

sebagainya. Selain itu pemahaman atau persepsi masyarakat terhadap

manfaat dari sistem JKN ini masih kurang, khususnya masyarakat

kalangan menengah ke bawah yang tidak tergolong ke dalam

Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan diharuskan untuk membayar iuran.

Mereka memilih tidak ingin tergabung dalam sistem JKN karena

menurut mereka lebih penting membeli makanan atau kebutuhan

pokok lainnya daripada harus membayarkan iuaran untuk JKN.

Melihat kondisi di lapangan saat ini, pemerintah perlu

melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara lebih massive.

Sosialisasi harus dilakukan hingga ke pelosok – pelosok daerah di

seluruh wilayah Indonesia, bila perlu dilakukan sosialisasi dan survei

dari rumah ke rumah untuk dapat mengontrol siapa saja yang dapat

menjadi peserta PBI ataupun Non-PBI. Sejauh ini, peserta yang telah

banyak mendaftar adalah masyarakat golongan swasta, PNS, TNI,

POLRI yang sebelumnya telah tergabung dalam jaminan kesehatan

Page 124: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

113

seperti ASKES, JAMSOSTEK dan sebagainya serta masyarakat yang

dapat mengakses informasi dengan mudah lewat pemberitaan media

dan juga dikarenakan faktor sakit. Mayoritas pendaftar ini adalah

mereka yang sakit berat. Dalam sistem JKN ini, seluruh fasilitas

diberikan selama sebulan. Obat juga diberikan dan bisa diambil di

rumah sakit atau pelayanan tingkat primer seperti puskesmas atau

dokter keluarga. Peserta dengan penyakit berat kronis yang

membutuhkan perawatan dan pengobatan intensif tentunya merasa

diuntungkan dengan sistem ini karena mereka hanya membayar

sedikit namun mendapatkan fasilitas yang lengkap. Padahal anggaran

pemerintah untuk peserta swasta Non-PBI ini hanya sekitar 7 triliun,

sedangkan untuk PBI 19 triliun dan PNS, TNI, POLRI sebesar 13

triliun. Jika dilihat dari pembagian alokasi dana tersebut, dapat

menjadi sebuah pertanyaan besar melihat fakta di lapangan bahwa

penggunaan terbanyak dilakukan untuk pasien dengan subsidi yang

kecil yaitu peserta Non-PBI yang memeliki riwayat penyakit berat

kronis. Padahal mereka menghabiskan banyak uang untuk

pembiayaan perawatan dan penyembuhan penyakitnya. Hal ini

tentunya harus ditindaklanjuti lebih jauh agar terjadi keadilan

sehingga tidak merugikan negara dan masyarakat.

Masalah yang juga perlu mendapatkan perhatian dari

pemerintah maupun pihak penyelenggara JKN atau Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah penggunaan sistem INA

CBG’s (Indonesia Case Based Groups) dalam proses pembayaran

Page 125: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

114

JKN. INA CBG’s adalah sistem case mix, yaitu sistem yang

mengklasifikasikan pasien-pasien yang mempunyai karakter penyakit

yang sama (dan ciri-ciri pribadi yang sama/mirip) dalam satu episode

pelayanan kesehatan yang dikaitkan dengan biaya pelayanan yang

akan dikeluarkan. Kekurangan dari sistem INA CBG’s sebagai

metode pembayaran JKN sendiri cukup banyak dikarenakan oleh

beberapa hal, seperti penipuan oleh pihak Penyedia Pelayanan

Kesehatan (PPK) sendiri dan problematika sistem kapitasi BPJS

dimana para tenaga medis merasa tidak diperlakukan dengan adil.

Kapitasi adalah metode pembayaran untuk pelayanan kesehatan

dimana penyedia layanan dibayar dalam jumlah tetap per pasien tanpa

memperhatikan jumlah atau sifat layanan yang sebenarnya diberikan.

Tarif kapitasi tersebut dihitung berdasarkan jumlah peserta terdaftar

tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang

diberikan. Sistem kapitasi yang diberlakukan untuk dokter layanan

primer yang menandatangani kontrak dengan BPJS Kesehatan saat ini

membuat pendapatan para dokter tersebut akan bergantung pada sisa

biaya kapitasi yang diberikan. Tindakan ini sebenarnya secara tidak

langsung, mencoba untuk memberlakukan paradigma sehat dimana

tindakan preventif lebih baik dibandingkan tindakan kuratif. Namun

Jika jumlah pasien banyak, maka biaya kapitasi tersebut akan banyak

digunakan untuk melakukan pengobatan sehingga sisanya yang bisa

diberikan untuk jasa medik dokter makin sedikit. Oleh karena itu,

diharapkan BPJS dapat memperbaiki sistem agar para tenaga medis

Page 126: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

115

mendapatkan pendapatan yang sesuai tanpa mengurangi kualitas

layanan kesehatan terhadap pasien. IDI mengusulkan agar pemerintah

bisa memberi insentif kepada para tenaga medis tersebut agar

menghindari kekhawatiran mereka.

Penipuan yang dilakukan oleh PPK diakibatkan kurangnya

fungsi badan audit di dalam BPJS. Badan audit tersebut hanya bekerja

dengan memantau apakah jumlah paket sebuah PPK pakai sesuai

dengan uang yang akan mereka terima dari pemerintah. Tetapi badan

tersebut tidak memantau apakah paket yang PPK tersebut pakai sesuai

dengan keadaan pasien sesungguhnya atau tidak sehingga pemerintah

bisa mengalami kerugian yang besar. Ini dikarenakan badan tersebut

belum mempunyai cukup pelatihan, sehingga staf badan tersebut

sungkan untuk berhadapan dengan penangungh jawab INA CBG’s RS

yang banyak punya latar belakang dokter dan dokter spesialis. Pihak

RS dengan mudah dapat mempengaruhi bahwa semua tindakan pada

klaim RS adalah sudah benar dan sesuai dengan standar pelayanan

medis. Hal ini membuat badan audit BPJS sulit untuk

mempertanyakan atau berdebat dengan pihak RS karena pada posisi

inferior baik pengetahuan dan skill. Ada beberapa jenis fraud yang

dilakukan rumah sakit yang melakukan pelanggaran seperti ini tetapi

tujuan tetap satu yaitu dengan mengelabui pemerintah.

Sistem INA CBG’s di JKN juga tidak tanpa cela. Menurut para

pengamat, INA CBG’s ini hanya mengkategorikan penyakit

berdasarkan gejalanya saja. INA CBG’s menyebabkan penanganan

Page 127: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

116

pasien didasari oleh penyembuhan abnormalitas yang terdeteksi,

bukan bertujuan untuk menyembuhkan penyakit tersebut secara

keseluruhan (dari awal sampai sembuh), padahal hal seperti inilah

yang kita harapkan.

Sistem JKN ini harus lebih dievaluasi lagi untuk perbaikan dan

meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia. Dan kami

berharap agar calon pemimpin selanjutnya dapat lebih memperhatikan

kesehatan masyarakat Indonesia dan segera melakukan tindakan untuk

membenahi masalah kesehatan yang ada di Indonesia. Karena ketika

sesorang itu sakit seketika itu pula orang akan menjadi miskin, atau

dengan kata lain sakit adalah alat yang paling cepat untuk

memiskinkan. Sehat adalah kunci pertumbuhan ekonomi bangsa untuk

menuju masyarakat yang sejahtera.

Masyarakat sangatlah menaruh harapan besar terhadap system

ini sehingga meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Harapan

yang juga disampaikan oleh Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. dr. Ali

Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D. adalah dalam hal JKN perlu perbaikan

secara mendasar dan sistematis yang menyangkut :

1. Peran dan tata hubungan antarpemangku kepentingan utama

yaitu BPJS, Presiden, (Pemerintah/Kemenkes), Dewan

Pengawas, pemberi pelayanan kesehatan (RS, Puskesmas,

dokter, dll), peserta dan daerah.

2. Kepesertaan terutama sektor informal harus diupayakan dengan

pendekatan berbeda.

Page 128: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

117

3. Penyempurnaan cara pembayaran pada fasilitas kesehatan

disesuaikan dengan harga keekonomian.

4. Perbaikan proses monitoring dan evaluasi yang ketat serta

melibatkan banyak pihak untuk menghindari fraud

(kecurangan/penipuan).

5. Peningkatan sosialisasi dan edukasi yang massive kepada semua

pihak.

Suatu sistem yang baru diterapkan pastilah dibutuhkan adaptasi.

Oleh karena itu pembenahan ke arah yang lebih baik harus selalu

diupayakan. Semoga Jaminan Kesehatan Nasional ini benar-benar bisa

menjamin tersedianya akses masyarakat Indonesia terhadap pelayanan

kesehatan dan memberikan perlindungan kepada mereka terhadap

risiko keuangan.

Page 129: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

118

Solusi Problema Maldistribusi Tenaga Kesehatan Berkaitan

Dengan Globalisasi Sektor Kesehatan: Usulan Langkah Strategis

Bagi Pasangan Presiden-Wakil Presiden Terpilih 2014

BEM KM Fakultas Kedokteran Gigi

Jelang pesta demokrasi terbesar di negara ini, yakni pemilihan

umum presiden dan wakil presiden Republik Indonesia 2014, sebagian

besar dari masyarakat kita masih dihadapkan pada dilema dalam

menentukan pemimpin pilihannya. Di sisi lain, masyarakat juga

menaruh harapan besar pada kedua pasangan calon presiden dan wakil

presiden lima tahun ke depan agar dapat menuntaskan krisis

multidimensional yang sedang dihadapi bangsa ini. Salah satu krisis

terjadi pada sektor vital yang sayangnya terkesan masih dianaktirikan

yaitu sektor kesehatan. Tak bisa dipungkiri, sektor ini menyimpan

banyak problematika yang tak kunjung terselesaikan dan berakibat

pada ketertinggalan kualitas kesejahteraan sumber daya manusia jika

dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

Apabila kita cermati, visi dan misi yang diusung oleh kedua

pasangan calon belum mengakomodir sektor kesehatan sebagai salah

satu isu utama yang diangkat sebab sektor ini seolah “hanya”

dicantumkan sebagai kata derivasi dalam misi peningkatan kualitas

sumber daya manusia yang sama-sama disusung kedua pasangan

calon. Padahal, sebagaimana kita ketahui, kesehatan adalah prasyarat

Page 130: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

119

utama bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat, disamping

pendidikan dan ekonomi.

Permasalahan utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

adalah adanya penyebaran kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan

yang tidak merata. Berdasarkan data Badan Pengembangan dan

Pemberdayaan SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan, jumlah SDM

kesehatan yang terdata sampai saat ini sebanyak 891.897 orang.(2)

Namun sebaran SDM kesehatan per wilayah masih terdapat

ketimpangan antar pulau seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Sumber: http://bppsdmk.depkes.go.id/sdmk/

Ditinjau dari asal penyebabnya, permasalahan ini muncul

karena pantikan dari dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal berupa minimnya upaya pemerintah dalam menitik

beratkan dalam sektor kesehatan, minimnya infrastruktur pelayanan

dan pendidikan kesehatan, susahnya akses menuju pelayanan

kesehatan, rendahnya jaminan kesejahteraan dari pemerintah bagi

tenaga kesehatan di wilayah cilgaltas (terpecil, tertinggal dan

Page 131: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

120

perbatasan) serta belum stabilnya JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).

Faktor internal ini berpotensi menimbulkan keengganan tenaga

kesehatan untuk mengabdi di pelosok. Sedangkan faktor eksternal

sendiri berangkat dari adanya globalisasi yang menyebabkan

tantangan profesionalisme dalam jangka panjang.

FAKTOR INTERNAL

Salah satu permasalahan dalam negeri yang menyebabkan

terjadinya ketidakmerataan tersebut adalah karena rendahnya upaya

pemerintah dalam melakukan pengangkatan dan penempatan tenaga

kesehatan. Pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan kebijakan

untuk mengatasi masalah distribusi dokter dan dokter gigi dengan

pengangkatan dan penempatan dokter dan dokter gigi. Kebijakan yang

diambil oleh pemerintah adalah dengan mendorong peningkatan

jumlah lulusan pendidikan dokter dan dokter gigi serta menetapkan

kebijakan Dokter Inpres sejak tahun 1974 sampai dengan 1992

berdasarkan Instruksi Presiden. Pada periode tersebut, sebagian besar

lulusan dokter dan dokter gigi diangkat sebagai Dokter Inpres dengan

status Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan diharuskan bekerja di

Puskesmas untuk jangka waktu 3 sampai dengan 5 tahun.

Pada tahun 1992, pemerintah mengubah kebijakan

Pengangkatan Dokter Inpres dengan status Pegawai Negeri Sipil

(PNS) dan menggantinya dengan kebijakan pengangkatan dokter dan

dokter gigi dengan status Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang ditetapkan

Page 132: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

121

berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 37 tahun 1991 tentang

Pengangkatan Dokter Sebagai Pegawai Tidak Tetap Selama Masa

Bakti.(5) Namun, seiring perkembangan politik, ekonomi, teknologi

dan informasi, maka kebijakan pengangkatan Dokter dan Bidan

sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) dalam perjalanannya telah banyak

mengalami berbagai perubahan pendekatan. Pendekatan kebijakan

yang dilakukan adalah pendekatan geografis dan pendekatan

motivasional. Pendekatan geografis dilakukan dengan penempatan

dokter pada fasilitas pelayanan kesehatan dengan kriteria terpencil dan

sangat terpencil serta penempatan Bidan di desa. Sementara itu,

pendekatan motivasional dilakukan dengan menyediakan insentif dan

pengurangan lama penugasan.

Perubahan kebijakan terakhir tertuang dalam Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 683/Menkes/SK/III/2011 tentang Pedoman

Pengangkatan dan Penempatan Dokter Spesialis/Dokter Gigi

Spesialis/Dokter/Dokter Gigi/Bidan sebagai Pegawai Tidak tetap.(6)

Beberapa masalah muncul sehubungan dengan kebijakan ini antara

lain kesinambungan pelaksanaan program kesehatan berkaitan dengan

penetapan lama penugasan bagi dokter PTT selama 1 tahun di seluruh

fasilitas pelayanan kesehatan kriteria terpencil dan sangat terpencil,

belum adanya pedoman terkait seleksi pengangkatan Bidan PTT,

beban administrasi, dan efektivitas pelayanan kesehatan di tempat

penugasan. Sebagai upaya menyempurnakan hal tersebut, pemerintah

kemudian mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Page 133: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

122

Indonesia Nomor 7 tahun 2013 tentang Pedoman Pengangkatan dan

penempatan Dokter dan Bidan sebagai Pegawai Tidak tetap.(12)

Dengan regulasi PTT yang sudah berjalan beberapa tahun

belakangan ini, masih banyak hal yang perlu dievaluasi terutama

terkait kesejahteraan para dokter dan dokter gigi yang diangakat

sebagai Pegawai Tidak Tetap.(7) Sebagaimana telah menjadi rahasia

umum, status sebagai Pegawai Tidak Tetap di daerah terpencil dengan

tunjangan yang sedikit, serta fasilitas dan perlindungan keamanan di

daerah perifer yang minim, menjadi kondisi dilematis yang harus

dijalani para dokter dan dokter gigi muda. Selain itu, tidak sedikit dari

dokter dan dokter gigi yang menjalani pengabdian sebagai PTT di

daerah mengeluhkan pembayaran tunjangan yang seringkali tidak

tepat waktu. Meskipun berstatus sebagai profesi yang bergerak pada

bidang pelayanan, para dokter dan dokter gigi tentulah memiliki

kebutuhan pribadi yang harus tercukupi. Pemerintah seharusnya bisa

memberikan jaminan kesejahteraan kepada dokter dan dokter gigi

PTT di daerah.

Kedua, terkait infrastruktur pelayanan kesehatan di Indonesia

yang masih minimal dan tidak merata. Seperti kita ketahui, jumlah

instalasi kesehatan primer terutama di daerah cilgaltas masih sangat

minim, rasio perjumlah penduduk maupun perluas area pun mayoritas

sangat rendah. Ditambah lagi dengan susahnya akses menuju ke

instalasi tersebut dari wilayah tempat tinggal penduduk maupun dari

pusat kota. Hal tersebut menyebabkan tenaga kesehatan enggan

Page 134: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

123

mengabdi di sana karena susahnya mendapatkan akses ke pusat obat

maupun alat-alat yang dibutuhkan. Supplier alat kesehatan indonesia

dihrapkan mampu menjadi penopang laju perekonomian di Indonesia.

Sayangnya, impor industri alat kesehatan di Indonesia masih cukup

tinggi. Sehingga industri alat kesehatan yang diharapkan mendukung

terciptanya banyak lapangan pekerjaan di Indonesia kurang

maksimal.(1) Dalam peningkatan kesehatan Indonesia dipengaruhi juga

kualitas laboratorium (contoh : lab rontgent, cek darah, dll) yang

memadai untuk meningkatkan kualitas pelayanan dari seluruh sumber

daya yang ada, Oleh karena itu, selayaknya pemerintah memenuhi

kewajibannya dalam memberikan hak kesehatan masyarakat dengan

memaksimalkan infrastruktur dan mempermudah akses instalasi

kesehatan yang ada. Pemerintah pusat sebaiknya berkoordinasi dengan

pemerintah daerah agar mengefektifkan program kesehatan daerahnya

dalam segi infrastruktur maupun akses.

Ketiga, jumlah perguruan tinggi dengan pendidikan

kedokteran di Indonesia yang masih terpusat di pulau Jawa dan

Sumatera. Pendidikan kedokteran di wilayah timur masih terhitung

rendah dalam segi kuantitas maupun kualitas. Seperti kita ketahui ,

jumlah perguruan tinggi negeri maupun swasta di wilayah Indonesia

timur masih sangat sedikit dan dengan nilai akreditasi yang belum

maksimal . Selain itu , program pendidikan dokter/dokter gigi

spesialis di wilayah timur pun masih sangat minim, bahkan tidak ada.

Sedangkan banyak mahasiswa dengan domisili Indonesia timur yang

Page 135: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

124

menempuh pendidikan kesehatan di Jawa enggan untuk kembali

mengabdi ke daerah asalnya karena sudah nyaman dengan lingkungan

di Jawa. Menanggapi hal tersebut, pemerintah seharusnya

berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan, Kementerian

Kesehatan, Pemerintah Daerah dan organisasi profesi terkait untuk

meningkatkan kuantitas dan kualitas perguruan tinggi dengan fakultas

kedokteran/ kedokteran gigi dengan program spesialis. Uji sertifikasi,

uji kompetensi, pelatihan, magang, tugas lapangan dan lainnya yang

sudah ada dapat digunakan sebagai alat pengukur seberapa jauh

kualitas dan kompetensi tenaga kesehatan. Dengan dilaksanakannya

hal tersebut, diharapkan makin banyak lulusan tenaga kesehatan

terampil dan kompeten serta memiliki dedikasi tinggi pada daerah

asalnya. Pemberian beasiswa bagi anak daerah untuk menempuh

pendidikan kesehatan-pun sebaiknya disertai dengan persyaratan

wajib mengabdi di daerah asal selama jangka waktu tertentu.

Keempat, dilema tenaga kesehatan untuk mengabdi di daerah

pelosok / perifer kemungkinan besar dapat disebabkan oleh rendahnya

jaminan kesejahteran ekonomi maupun sosial dari pemerintah . Kita

ambil contoh, seorang dokter pemerintah yang di tempatkan di satu

daerah terpencil di daerah Sanggau, Kaimantan Barat. Dimana

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sendiri menetapkan gaji pokok

yang sama untuk dokter atau dokter gigi yang berstatus PTT yakni Rp

1,752.500 per bulan. Ditambah dengan tunjangan untuk daerah

terpencil sebesar Rp 3.250.000 per bulan dan daerah sangat terpencil

Page 136: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

125

mencapai Rp 5.800.000, sehingga total penghasilan berkisar antara Rp

5 – 7,5 juta per bulan.(13) Hal ini akan berbeda dengan daerah yang

ditempati. Cukup atau tidaknya tergantung dari medan yang ditempuh

di masing- masing daerah. Medan di Kalimantan tentu berbeda dengan

Papua atau NTT. Jika dengan penghasilan yang sama, seorang tenaga

kesehatan di Papua pasti akan merasa sangat kurang tercukupi karena

biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi jauh lebih tinggi. Jika

dibandingkan dengan tenaga kerja yang bekerja di perusahaan-

perusahaan besar (contoh : Freeport) di daerah terpencil seperti papua,

para pelamar bahkan berlomba-lomba bekerja disana karena gaji yang

ditawarkan sangatlah besar ditambah lagi dengan fasilitas-fasilitas

yang diberikan walaupun mereka hanya bekerja sebagai buruh asing.

Menanggapi permasalahan kesejahteraan, pemerintah

seharusnya dapat mengutip dari apa yang dilakukan negara lain

misalnya Australia, mereka membedakan gaji antara dokter yang

diperkotaan dengan daerah terpencil. Kebijakan disana, barangsiapa

yang mau bekerja di daerah akan diberikan gajinya dua kali lipat

dibanding yang bekerja di perkotaan.(12) Sehingga di Australia tidak

punya masalah dengan para dokter yang ditempatkan di daerah

terpencil. Dengan begitu, diharapkan para tenaga medis tidak khawatir

dan mau bekerja di daerah terpencil dan persebaran tenaga kesehatan

di Indonesia bisa merata.

Kelima, berkaitan dengan sistem Perundang-Undangan yang

mengatur persebaran lulusan tenaga kesehatan. Terpusatnya tenaga

Page 137: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

126

kesehatan hanya pada Pulau Jawa dan kurangnya jumlah tenaga

kesehatan pada daerah perifer sedikit banyak juga turut dipengaruhi

oleh ketiadaan Undang-Undang atau peraturan yang mengatur

mengenai kewajiban tenaga kesehatan untuk mengabdi pada daerah

perifer. Sebelumnya, tenaga kesehatan dibebaskan untuk membuka

praktik dimana saja setelah mereka lulus dari institusinya dan

mendapatkan STR serta SIP. Hal ini tentu membuat tenaga kesehatan

yang baru lulus memilih untuk membuka praktik ditempat yang lebih

mudah aksesnya, baik dari sisi transportasi maupun sarana-prasarana

lain. Hingga pada tahun 2010, Kementrian Kesehatan menetapkan

Peraturan Menteri Kesehatan No 299 Tahun 2010 yang mengatur

mengenai program internship bagi dokter umum yang baru lulus.

Undang-Undang ini mewajibkan dokter baru untuk menjalankan

program internship selama 1 tahun di puskesmas dan rumah sakit

dengan pengawasan dokter pendamping sebagai syarat untuk

mendapatkan STR dan SIP. Bila dokter baru tidak menjalankan

program internship, maka STR dan SIP nya tidak akan terbit. (15)

Pemberlakuan Peraturan Menteri Kesehatan ini kemudian

diperbarui dengan disahkannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2013

tentang Pendidikan Kedokteran. Undang-Undang ini selain bertujuan

untuk memperbaiki sistem pendidikan kedokteran dari sisi biaya

pendidikan kedokteran dan sarana-prasarana sebagai syarat pengadaan

pendidikan, juga mengatur pemerataan persebaran lulusan.(15) Namun

efektivitas Undang-Undang ini masih dipertanyakan. Di satu sisi,

Page 138: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

127

Undang-Undang ini dipandang mampu mengatasi masalah persebaran

lulusan dokter dan dokter gigi dengan diwajibkannya program

internship bagi dokter umum dan dokter gigi baru. Hal ini tidak

menimbulkan masalah bagi dokter umum baru karena program

internship ini sama seperti program internship yang telah mereka

jalankan sesuai Permenkes tahun 2010.(4) Namun bagi lulusan

pendidikan dokter gigi, dilaksanakannya program internship setelah

mahasiswa kedokteran gigi lulus dengan gelar dokter gigi yaitu

setelah menempuh pendidikan profesi/co-ass dirasa tidak efektif

karena pendidikan profesi dokter gigi telah diberi kewenangan untuk

menangani pasien, berbeda dengan pendidikan profesi bagi dokter

umum.

Keenam, pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional. Sampai

saat ini, program JKN yang dijalankan oleh BPJS telah berlangsung

selama satu semester namun masih terdapat berbagai kendala dan

kekurangan di berbagai sektor. Hal ini bisa dicermati dengan kurang

memadainya infrastruktur serta permasalahan tarif maupun

pemerintah daerah yang masih belum mampu untuk bergabung.

Padahal dengan diberlakukannya skema universal health coverage

dalam sistem kesehatan Indonesia yang dijalankan oleh BPJS ini

mampu untuk melindungi baik pasien maupun tenaga kesehatan yang

mau untuk bekerjasama dalam mengantisipasi arus globalisasi. Hal ini

bisa dicermati karena dengan adanya BPJS mampu menjadi barrier

karena telah meng-cover seluruh pelayanan kesehatan primer bagi

Page 139: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

128

Warga Negara Indonesia, sehingga tentunya masyarakat sudah tidak

perlu lagi untuk pergi berobat pada tingkat primer ke klinik individu

kecuali menginginkan untuk membayar biaya tambahan secara

mandiri. Selain itu, dengan skema rujukan berjenjang mampu

melayani kebutuhan pasien secara utuh, meskipun ada beberapa

batasan yang tidak dijamin oleh JKN. Bagi tenaga kesehatan, dengan

adanya JKN maka akan memberikan keuntungan berupa terhindar dari

persaingan bebas dalam memperebutkan pasien, hal ini tentu karena

setiap dokter maupun dokter gigi telah memiliki jatah untuk

menanggung sejumlah pasien secara langsung dengan dibayar secara

kapitasi.(9)

Tentu dengan dilangsungkannya JKN ini memberikan beragam

keuntungan, namun dalam pelaksanaannya yang terhitung sejak 1

Januari 2014 lalu , masih ada beberapa kendala dan kekurangan

sehingga masih belum berjalan optimal. Diantaranya adalah kapitasi

bagi dokter gigi yang sampai saat ini baru mencapai Rp 2.000, tentu

ini masih beelum ideal. Selain itu, sistem kapitasi juga belum mampu

menjamin honor dokter secara tetap untuk setiap bulannya, karena

mekanismenya diserahkan pada tingkat utilisasi pasien, sehingga perlu

adanya evaluasi dan kontrol ketat terhadap tingkat utilisasi pasien

terhadap pelayanan dokter maupun dokter gigi. BPJS juga diharapkan

mampu meningkatkan infrastruktur pada Pusat Pelayanan Kesehatan

tingkat Pertama, misalnya Puskesmas untuk menjadi lebih baik lagi.

Bahkan, Menteri Kesehatan senantiasa mendorong agar Puskesmas ini

Page 140: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

129

mampu berkembang menjadi Rumah Sakit Tipe D. Dalam hal

distribusi tenaga kesehatan, BPJS diharapkan juga mampu dan

memiliki wewenang penuh untuk menempatkan tenaga kesehatan

secara merata pada daerah – daerah yang masih kekurangan dan

sangat membutuhkan. Sehingga, tentu mendukung dalam upaya

pemerataan serta mempermudah akses kesehatan bagi seluruh lapisan

masyarakat.

Keenam faktor tersebut merupakan permasalahan membumi

yang selayaknya harus segera diformulasi solusinya. Kebijakan-

kebijakan yang riil dan efektif perlu dilaksanakan sebelum

permasalahan ketidak merataan kuantitas serta kualitas tenaga

kesehatan semakin dihadang dengan permasalahan dari eksternal.

FAKTOR EKSTERNAL

Jika ketidakmerataan persebaran kuantitas dan kualitas tenaga

kesehatan dari faktor internal tidak segera dirumuskan dan

direalisasikan kebijakannya, dalam jangka panjang dikhawatirkan

akan muncul ancaman baru berupa tantangan profesionalisme dalam

sektor kesehatan akibat adanya globalisasi. Program globalisasi

terdekat adalah ASEAN Community 2015 yang mulai diberlakukan

pada 1 Januari 2015. ASEAN Community 2015 akan menjadi sejarah

bagi negara-negara ASEAN dengan ‘berbagi halaman’ untuk berbagai

sektor yang dicakup dalam tiga pilar utama ASEAN Community 2015,

yaitu Asean Political-Security Community, Asean Economic

Page 141: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

130

Community, dan Asean Socio-Cultural Community.(3) Setelah

memasuki Asean Community 2015, nantinya batas-batas antarnegara

menjadi imajiner sehingga arus yang mengalir di sektor-sektor yang

telah disebut diatas akan semakin bebas.

Dapat diperkirakan bahwa dengan adanya Asean Community

2015, Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar di ASEAN akan

menjadi ‘pasar’ yang sangat menggiurkan bagi para tenaga kesehatan

asing untuk kemudian membuka praktik di Indonesia. Dengan

penambahan tenaga kesehatan dari luar negeri, rasio tenaga kesehatan

per jumlah penduduk dipastikan akan meningkat. Di satu sisi , hal

tersebut mestinya dapat menjadi peluang untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat Indonesia. Akan tetapi, di sisi lain, muncul

tantangan lain yang harus segera dirumuskan solusinya , di antaranya

adalah :

1. Tenaga kesehatan asing dikhawatirkan akan semakin

memperkuat episentrum kesehatan di Pulau Jawa sehingga

persebaran tenaga kesehatan di wilayah Indonesia akan semakin

tidak merata.

2. Tenaga kesehatan dalam negeri dikhawatirkan kalah dalam

persaingan dengan tenaga medis asing dalam bidang pendidikan

dan teknologi . Berdasarkan data Centre for Internasional

Trade Thailand (2012), kualitas tenaga medis masih Indonesia

ditempatkan pada kualitas menengah. Adapun dalam hal

teknologi, pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi di

Page 142: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

131

Indonesia dapat dikatakan tertinggal dibandingkan dengan

Malaysia, Filipina dan Singapura. Yang menjadi kendala adalah

dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk meningkatkan

teknologi yang ada sementara pemerintah hanya

mengalokasikan 2,2 % dari total health expenditure, jauh

tertinggal dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Filipina

bahkan Vietnam yang telah mengalokasikan dana sebesar

6,6%.(8) Hal ini menjadi tantangan bagi sektor jasa praktisi

medis untuk mengupayakan level kompetensi dokter Indonesia

yang setara dengan dokter / dokter gigi / perawat/ perawat gigi

dari negara tetangga/ASEAN lainnya.

3. Belum masifnya sosialisasi dari pemerintah (khususnya

Indonesia) kepada tenaga medis ( dokter/ dokter gigi / dokter

spesialis / dokter gigi spesialis/ perawat / perawat gigi ) dalam

negeri mengenai adanya ASEAN Community 2015 . Jika hal ini

tidak segera ditangani, dikhawatirkan baik tenaga kesehatan

maupun calon tenaga kesehatan akan tertinggal jauh dalam

persiapan menghadapi ASEAN Community 2015.

Dalam menjawab tantangan diatas, ada beberapa hal yang idealnya

dapat dilakukan presiden dan wakil presiden yang terpilih. Pertama,

akses masuk untuk tenaga kesehatan asing dalam hal ini dari wilayah

Asia Tenggara harus disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Portal

masuk hanya dibuka untuk tenaga kesehatan spesialis (dokter dan

dokter gigi spesialis), bukan General Practitioners. Selain itu, tenaga

Page 143: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

132

kesehatan asing yang masuk harus dipusatkan di wilayah perifer

terutama daerah Indonesia Timur untuk meningkatkan status

kesehatan masyarakat Indonesia di wilayah perifer ke level yang lebih

baik dan untuk melindungi tenaga kesehatan dalam negeri dengan

mempertimbangkan stigma bahwa secara hakiki, pelayanan medis

bertumpu pada kesehatan pasien. Peningkatan jumlah tenaga

kesehatan di daerah perifer secara mutlak perlu disertai dengan

peningkatan infrastruktur serta akses pelayanan kesehatan. Pengisian

posisi oleh tenaga kesehatan asing-pun seharusnya perlu dilakukan

adanya penawaran oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan lokal ,

apakah mau mengisi posisi tersebut . Jika iya, maka posisi tersebut

diutamakan untuk tenaga kesehatan lokal . Jika tidak , posisi tersebut

ditawarkan pada tenaga asing.

Kedua, maksimalisasi efektivitas pelaksanaan JKN (Jaminan

Kesehatan Nasional) oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) mutlak perlu dilaksanakan . Ketika sistem ini berjalan dengan

baik , JKN dapat menjadi suatu selective barrier bagi masuknya

tenaga kesehatan asing. Jika sistem ini berjalan maksimal , general

practitioner asing yang ingin bekerja di Indonesia dan dijamin

pemerintah harus mengikui prosedur registrasi dan sistem pembayaran

sesuai dengan tarif yang ditentukan oleh JKN . Sedangkan untuk

tenaga kesehatan spesialis , dapat membuka praktik pribadi setelah

memenuhi perizinan dan persyaratan dari Konsil serta organisasi

profesi terkait . (5) Menurut Dr. drg. Julita Hendrartini , M.Kes. , efek

Page 144: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

133

jangka panjang yang mungkin akan paling terasa akibat Asean

Community 2015 ini adalah meningkatnya persaingan antara tenaga

kesehatan spesialis di kota-kota besar . Menanggapi ancaman tersebut

, perlu adanya regulasi dan pengawasan yang ketat pada tenaga

kesehatan spesialis asing . Hal ini dapat diwujudkan dengan

mempertegas dan memperjelas Mutual Recognition Arrangement.

MRA masih harus disertai dengan harmonisasi kebijakan antarnegara

anggota ASEAN serta transparan memaparkan kualifikasi yang harus

dipenuhi.

Ketiga, terkait perlunya peningkatan daya saing tenaga medis

Indonesia melalui peningkatan standar kompetensi sehingga terlahir

tenaga medis yang berkualitas, profesional dan kompetitif. Dalam hal

ini, pasangan presiden – wakil presiden terpilih harus

menginstruksikan adanya koordinasi antara IDI, PDGI, PPGI,

Kemenkes, Kemendiknas dan stakeholders lainnya agar terbentuk

regulasi yang memadai untuk standar kompetensi tenaga medis

Indonesia. Diperlukan sistem kurikulum dengan standar baku secara

nasional bagi institusi pendidikan tenaga medis di Indonesia yang

mampu menghasilkan lulusan baru dengan kualitas tinggi, profesional

dan siap bersaing secara kompetitif di dunia internasional.

Keempat, pemberian sosialisasi secara luas dan menyeluruh

kepada seluruh tenaga kesehatan dan masyarakat melalui media

massa, media sosial maupun secara langsung sebagai langkah awal

persiapan dalam menghadapi ASEAN Community 2015 yang sudah

Page 145: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

134

semakin dekat pelaksanaanya, tetapi sejauh ini masih belum masif

sosialisasinya.

Bagaimanapun status kesiapan Indonesia, Asean Community 2015

tetap akan menjadi babak baru yang harus kita masuki dan harus kita

hadapi. Keempat tawaran solusi di atas hanyalah tolak awal bagi

siapapun pasangan presiden dan wakil presiden terpilih nantinya,

untuk memajukan kesehatan Indonesia dalam upaya peningkatan

kesejahteraan Indonesia.

Usaha perlindungan tenaga kesehatan lokal sebagai salah satu

komponen untuk mencapai ratio persebaran yang merata demi

terciptanya keadaan masyarakat Indonesia yang sehat dan merata

wajib terus dilakukan, karena pada dasarnya kesehatan merupakan hak

seluruh rakyat. Hal tersebut dengan pasal 5 Undang-Undang No 36

Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa semua orang berhak untuk

mendapatkan akses dan pelayanan kesehatan yang aman , bermutu dan

terjangkau . Kemudian Pasal 16 menegaskan bahwa pemerintah

bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan

yang adil dan merata.(14)

Kami titipkan mandat kami pada calon pasangan presiden-wakil

presiden yang selanjutnya akan mengambil peran eksekutif negara .

Harapan kami , mungkin dari strategi ini sektor kesehatan tidak akan

lagi menjadi bidang yang terkesan di-anaktirikan demi pemerataan

kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan serta kualitas kesehatan.

Page 146: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

135

“Masalah pemerataan kesehatan saat ini menjadi poin penting

dalam pembangunan kesehatan di Indonesia , khususnya dalam

implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan pencapaian

MDG’s. Diperlukan komitmen dan keseriusan pemerintah untuk

menciptakan keadilan dan pemerataan kesegatan bagi seluruh rakyat

Indonesia sesuai amanah Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan”

Dr. drg. Julita Hendrartini, M.Kes.

Dosen bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan dan Ilmu Kesehatan

Gigi Masyarakat FKG UGM

Direktur Administrasi dan Keuangan di Gadjah Mada Medical Centre

Page 147: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

136

Pembangunan Negara Melalui Industri Farmasi Terintegrasi

dan Swasembada Bahan Baku Obat

BEM KM Fakultas Farmasi

Pasal 34 ayat 2

Negara mengembangkan sistem jaringan sosial bagi seluruh rakyat

dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai

dengan martabat kemanusiaan

Pasal 34 ayat 3

Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak

Indonesia negara menyimpan ribuan potensi untuk menjadi

negara yang maju sepertinya masih harus terseok-seok hingga saat ini.

Negara ini bahkan bak singa yang tengah terantai yang bahkan untuk

menangkap seekor kelinci pun tak mampu. Negara yang 68 tahun

silam harus berjuang menjadikan dirinya sebagai sebuah negara yang

berdaulat seperti dihujam oleh berbagai permasalahan lama yang

berlarut-larut dan hingga saat ini belum mampu teratasi. Salah satu

masalah yang kompleks saat ini adalah masalah kesehatan di negeri

ini. Kita ketahui sebuah negara yang berdaulat wajib menjamin

kesehatan seluruh rakyatnya, hal tersebut telah tercantum pula dalam

Undang-undang Dasar 1945 pasal bahwa seluruh warga negara

Indonesia.

Page 148: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

137

Kesehatan yang notabene merupakan hak setiap warga negara

memiliki berbagai unsur yang harus dipenuhi untuk menunjangnya,

salah satunya adalah obat-obatan. Saat ini obat-obatan yang beredar di

pasaran Indonesia kita ketahui 70 sampai 80 % komponen biaya itu

digunakan untuk bahan baku, sementara 20 % sisanya untuk biaya

manufaktur (tenaga kerja, listrik, bahan bakar, dll). Jadi bahan baku

obat sangat menentukan harga suatu obat di pasaran. Namun apakah

sahabat semua tahu, bahwa di negeri makmur ini 95 % bahan baku

obat diimpor dari negara lain. Hal ini dikarenakan walaupun sebagian

besar kebutuhan obat sudah dapat dipenuhi oleh perusahaan yang

berada di Indonesia, namun ketergantungan terhadap bahan baku

impor masih sangat tinggi sekitar 95%. Penggunaan BBO di Indonesia

meningkat sekitar 10-12% pertahunnya. Pasar BBO di Indonesia pada

akhir tahun 2012 diperkirakan sebesar 11,4 T (ISFI,2007). Bahan baku

yang digunakan tersebut 60% diimpor dari China, 30% dari India dan

sisanya dari Eropa. Berarti ada sekitar 90% lebih bahan baku obat

yang masih di Import oleh Indonesia (Anonim, 2011).

Bahan Baku Obat sebenarnya mampu dibuat oleh Indonesia

sendiri, namun produksi BBO harus ditopang oleh industri hulu

seperti industri Kimia dasar yang kuat. Namun pada kenyataannya di

Indonesia sangat rendah minat investor pada industri kimia yang ada

di Indonesia. Rendahnya minat investor dalam menanamkan modal di

bidang industri Kimia Hulu Karena tidak terlalu besarnya nilai

keuntungan yang ditawarkan pada industri ini, selain itu berbagai

Page 149: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

138

macam kendala sering ditemui investor ketika hendak menanamkan

modalnya dalam industri kimia hulu. Hal ini semakin sulit ketika

harga bahan baku akan berubah akibat kurs mata uang rupiah,

sehingga tidak dapat diprediksikan kenaikan maupun penurunan dari

bahan baku tersebut. Padahal ketika kita melihat bila kita mampu

eksis dalam sistem BBO ini, maka pangsa pasar yang cukup

menjanjikan telah menanti di pasar Internasional. Hal ini mengapa

demikian, karena saat ini pasar internasional BBO masih didominasi

oleh 2 negara yakni india dan Cina. Bahkan hanya BBO dari India

saja yang menjadi suplai utama kebutuhan BBO di Eropa dan

Amerika. Melihat hal tersebut seharusnya Indonesia tidak hanya

berbenah tapi juga harus bersiap-siap menjadi power baru dalam pasar

BBO.

Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang cukup besar untuk

menjadi the new power dalam pasar BBO, kita lihat saja Indonesia

saat ini menduduki posisi kedua keanekaragaman biodiversity setelah

Brazil, dan tidak bisa dipungkiri lagi hal tersebut selain itu mulai

tumbuhnya industri-indusrti dan cukup stabilnya ekonomi Indonesia

yang dilansir oleh world bank dimana tetap terjadi pertumbuhan

ekonomi di Indonesia di atas 6% saat Eropa dan Amerika mengalami

krisis 2012 (Anonim, 2012). Selain itu munculnya industri-industri

baru yang mulai tumbuh merupakan sebuah angin segar di

perindustrian Indonesia. Melihat dari aspek tersebut memang

Indonesia memiliki potensi besar dalam bersaing di pasar BBO.

Page 150: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

139

Angin segar ini seharusnya dibarengi dengan kualitas penelitian

dan birokrasi yang baik antara Induri farmasi dan penopangnya,

Perguruan Tinggi Farmasi, dan Pemerintah sebagai pengambil

kebibjakan. Langkah strategis ini harus kita kita lihat sebagai sebuah

momentum kebangkitan industry kefarmasian di Indonesia. Namun

menilik dari aspek tersebut masih perlu banyak pembenahan yang

harus kita lakukan yakni salah satunya saja tentang masih minimnya

penelitian dan jumlah jurnal publish di Indonesia yang hanya

mencapai 0,8%. Hal ini perlu kita pandang sebagai masalah bersama

mengapa peneliti Indonesia ataupun kaum intelektual kita terlihat

sangat lesu dalam mengeksplorasi kekayaan kita. Sistem birokrasi ini

seharusnya tidak terlalu rumit, namun tetap transparan karena

penelitian tersebut berbeda dengan sebuah kegiatan non penelitian.

Penelitian tersebut memiliki kemungkinan yang gagal yang sangat

tinggi sehingga bila tidak memiliki modal yang kuat, akan sulit untuk

mampu melakukan penelitian baru. Di sinilah letak strategis

pemerintah dalam membuat kebijakan yang dapat mengakomodasi

kelemahan itu.

Sistem yang cepat dan transparan dalam sistem penanganan

penelitian dapat didesain oleh pemerintah karena memajukan

penelitian merupakan langkah awal dalam menarik minat investor

untuk menanamkan modal di Indonesia. Semakin kuat dukungan

research dari pemerintah akan membuat semakin tinggi minat peneliti

dalam mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan. Kerja sama ini

Page 151: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

140

dapat melibatkan sistem 2 pintu antara perguruan tinggi dalam hal ini

APTFI (untuk kefarmasian) dan Pemerintah. Diamana terjadi saling

sinergis dan saling memahami keperluan dan kelemahan dari masing-

masing pihak. Selain mendesain sebuah sistem yang membangkitkan

minat peneliti, di sini akan terbentuk pula calon-calon peneliti baru

yang telah di buat oleh sistem pendidikan yang ada. Tentunya hal ini

bukan merupakan sebuah hal dengan skala waktu yang singkat, namun

butuh kerja yang berkala dan berkelanjutan. Di sini perlu konsistensi

kedua belah pihak dalam membangun grand design Industri Farmasi

Indonesia (Novian, 2012).

Selain melihat dari aspek negara dan Perguruan tinggi, kita

sangat membutuhkan andil dari swasta sebagai pembantu modal dan

aplikasi desaim yang telah di buat dan digodog oleh pemerintah serta

perguruan tinggi. Kerjasama antar tiap sistem ini semakin

memperkokoh pondasi swasembada bahan baku obat. Semakin

dilibatkannya peneliti dan perguruan tinggi dalam pengambilan

kebijakan yang terkait akan mempermudah analisi masalah yang

dihadapi oleh sistem penelitian kita. Hal ini akan semakin

meningkatkan penelitian yang ada di Indonesia, hal ini juga akan

berdampak pada kemampuan Indonesia dalam bersaing di pasar BBO

internasional.

Hal ini akan menjadi sebuah sistem domino effect dimana ketika

kita mampu memegang swasembada obat, maka akan membuat

fluktuasi harga obat yang ada di Indonesia hilang, selain itu pengaruh

Page 152: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

141

perubahan kurs mata uang dan biaya impor yang dibutuhkan dapat di

tekan sehingga harga obat yang stabil akan dapat menopang sistem

kesehatan Indonesia. Memang hal ini tidak boleh hanya sekedar

wacana saja, hal ini butuh implementasi yang kongkret dan sistem

yang kuat. Perlu komitmen dari setiap elemen yang ada agar hal ini

dapat terwujud dan tidak hanya idealisme semata. Semakin gencarnya

desakan kebutuhan kita akan swasembada BBO akan menyebabkan

semakin cepatnya implementasi ini dapat terwujud.

Page 153: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

142

Melawan Hegemoni (Industri) Rokok:

Jalan Terjal Menuju Indonesia Sehat

Analisis Kebijakan Rokok di Indonesia

Satria Triputra W.

(Mahasiswa Fisipol, Kepala Kastrat & Advokasi 9cm )

Kebijakan mengenai rokok di Indonesia masih menjadi salah

satu isu yang dominan diantara masyarakat kesehatan, masyarakat

tembakau dan industri rokok. Walaupun titik puncak dominasi isu ini

hanya terjadi dalam satu tahun sekali yaitu pada tanggal 31 Mei, Hari

Tanpa Tembakau se-dunia, namun dampak dari bahaya rokok ini

dirasakan oleh seluruh masyarakat dimanapun berada di setiap hari

dalam satu tahun. Ketimpangan puncak dominasi dengan dampak

yang dirasakan setiap hari oleh masyarakat ini tidak lain karena

adanya kepentingan industri yang dinilai jauh lebih besar dari sekedar

inginnya masyarakat mendapatkan udara yang baik.

Hal ini terlihat jelas dalam kebijakan yang masih menjadi

perdebatan, terutama dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor

109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat

Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan yang sudah sah dan

masih dalam proses implementasi, serta hadirnya RUU Pertembakuan

yang saat ini masuk dalam daftar Prolegnas urutan ke 51. Untuk yang

terakhir, dalam proses pengajuannya menjadi sebuah RUU masih

memiliki banyak catatan yang dinilai cacat prosedur.

Page 154: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

143

Dua produk kebijakan di atas semakin menguatkan adanya

penilaian bahwa pemerintah tidak pernah serius dalam mengurusi

kebijakan ini. Pertama, peraturan apapun dalam negeri ini baik

undang-undang, peraturan pemerintah hingga peraturan daerah

senantiasa akan diberlakukan sejak peraturan tersebut diketok palu.

Namun PP No 109 Tahun 2012 ini unik, baru diberlakukan dua tahun

sejak diputuskannya kebijakan ini. Kedua, sejak tahun 2006

diperjuangkannya RUU Pengendalian Dampak Produk Tembakau

oleh aktivis-aktivis kesehatan namun pada tahun 2013 ini dirubah

menjadi RUU Pertembakauan oleh industri-industri rokok yang penuh

dengan cacat prosedural dalam pengajuannya menjadi RUU, terlepas

dari tuduhan yang mengatakan bahwa RUU ini merupakan titipan dari

industri rokok.

PP No. 109 Tahun 2012 ini memunculkan pro dan kontra.

Kelompok yang pro terhadap peraturan ini jelas mengangkat tema

mengenai kesehatan warga negara, bagaimana negara harus hadir

memastikan kesehatan warga negaranya termasuk dari bahaya asap

rokok. Karena dalam PP ini, kelompok yang pro memiliki harapan

untuk kebijakan rokok yang lebih baik dan memihak kepada

kesehatan masyarakat. Sementara kelompok yang kontra selalu

mengambil perspektif ekonomi dan budaya, bagaimana tembakau ini

telah menghidupi banyak elemen masyarakat dan rokok telah menjadi

budaya bangsa ini, misalkan rokok kretek. Perspektif ekonomi akan

selalu memiliki argumen bahwa dalam industri ini telah menghidupi

Page 155: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

144

banyak orang dan memberikan pajak yang sangat besar kepada

negara, namun perspektif ini akan senantiasa redup jika dibandingkan

dengan jumlah pengeluaran negara bagi para korban rokok. Dalam

perspektif budaya, kelompok ini mempertahankan rokok dengan

argumen kebudayaan yang mengklaim bahwa rokok kretek

merupakan budaya asli Indonesia, namun perspektif inipun akan

memicu banyak perdebatan utamanya dalam pendefinisian arti dari

kebudayaan. Dalam RUU ini pun ada dugaan dari kelompok kontra

bahwa peraturan tersebut merupakan pesanan asing karena regulasi

yang ada di dalamnya memang berpotensi membuka impor tembakau

seluas-luasnya dan menutup potensi tembakau lokal serapat-rapatnya.

Merencanakan Kebijakan Rokok

Analisa agenda setting dalam kebijakan ini perlu adanya

menggunakan logika politis yang mengimani model analisa tiga arus

Kingdon sebagai metode untuk memunculkan isu ini menjadi isu

publik yang urgent untuk segera diselesaikan oleh pemerintah. Analisa

tiga arus ini terdiri dari arus problematika, arus politik dan arus

kebijakan. Dari setiap arus yang ada nantinya akan mengkonfirmasi

ciri-ciri dari analisa kebijakan dengan logika politis yang secara

konsisten digunakan. Pada aspek pertama yaitu arus problematika,

tidak dapat dipungkiri lagi bahwa merokok merugikan kesehatan

seluruh elemen masyarakat dan jelas mengancam kesehatan generasi

muda yang notabene menjadi generasi yang memastikan jalannya

negara di masa yang akan datang. Tidak perlu memperdebatkan lagi

Page 156: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

145

mengenai benda yang mengandung 4000 zat kimia, 69 diantaranya

adalah karsinogenik (pencetus kanker) dan beberapa zat berbahaya

yang terkandung dalam rokok antara lain tar, sianida, arsen, formalin,

karbon monoksida dan nitrosamin (TCSC-IAKMI, 2012), kiranya

semua orang telah bersepakat dalam hal ini. Sementara sudah sangat

jelas bahwa tugas paling dasar sebuah negara yang dijalankan oleh

pemerintah adalah memastikan kesehatan warga negaranya dapat

terjaga dengan baik. Pelayanan dasar ini setara dengan pelayanan

dasar seperti pendidikan dan juga keamanan.

Tentu masih ingat dalam ingatan ketika Lampung menjadi

sorotan dunia, namun yang menjadi keprihatinan dan miris bagi

negara ini adalah bukan karena wisata atau sumber daya alamnya,

namun karena terdapat perokok paling terkenal di dunia yaitu perokok

balita yang sudah sangat fasih menggunakan jari-jemarinya untuk

memelintir dan memeragakan berbagai jenis teknik merokok. Menurut

pemberitaan yang ada, dalam sehari ia mampu menghabiskan dua pak

rokok yang ketika hal itu tidak dapat dipenuhi maka ia akan merengek

seharian.

Tentu kejadian di atas hanyalah puncak gunung es dari

permasalahan rokok yang ada di negara ini. Balita ini hanya delegasi

dari permasalahan rokok yang muncul di permukaan, hanya masalah

umurnya-lah yang menjadikannya begitu masif menjadi basis

perlawanan gerakan anti rokok. Mari argumen ini diturunkan menjadi

data-data spesifik, menurut data Riskesdas pada tahun 2007,

Page 157: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

146

prevalensi merokok warga negara ini telah mencapai setengah lebih

dari jumlah warga laki-laki di negara ini, yaitu 65,6% dan perempuan

menyentuh angka 5,2%. Sementara pada penelitian GATS pada tahun

2011 yang meneliti pada kisaran umur 15 tahun ke atas menemukan

data yang lebih memprihatinkan bahwa 67% laki-laki merokok dan

2,7% perempuan merokok (TCSC-IAKMI).

Selain itu, dampak permasalahan yang jauh lebih serius

terletak kepada bagaimana bangsa ini mempersiapkan generasi

penerusnya jika 68,8% anak sekolah usia 13-15 tahun terpapar asap

rokok di dalam rumah, 78,1% terpapar di luar rumah dan 72,4%

mempunyai orang tua yang merokok (GYTS : 2009). Sungguh

menjadi hal yang sangat miris ketika generasi penerus ini memiliki

masalah kesehatan nantinya di saat umur-umur produktif

berkontribusi bagi bangsa. Tidak hanya sekedar permasalahan

kesehatan, berbicara mengenai aksesibilitas, anak-anak usia sekolah

13-15 tahun sangat mudah mendapatkan rokok di toko/warung

sebanyak 51,1% dan 59% dapat membeli tanpa penolakan dari penjual

(GYTS : 2009). Hal ini semakin memperumit keadaan karena kondisi

ini jelas menjadi lingkungan yang tidak baik dengan permisif terhadap

hal-hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Data-data di atas

setidaknya telah memberi gambaran dan deskripsi singkat bagaimana

masalah rokok ini merupakan permasalahan serius yang menguatkan

argumen dari advokat-advokat pembela kesehatan.

Page 158: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

147

Pada arus politik yang membicarakan permasalahan aktor-

aktor yang terlibat di dalamnya sebenarnya akan merujuk kepada

aktor-aktor pemilik modal industri rokok dengan para pembela

generasi masa datang yang senantiasa menyuarakan keberlanjutan dan

kesehatan generasi mendatang. Kekuatan industri rokok telah

menghegemoni kehidupan dalam masyarakat, bagaimana industri ini

telah merasuki ke seluruh elemen masyarakat. Hal ini diperparah

dengan regulasi negara ini yang masih sangat permisif dengan iklan

rokok, tidak seperti negara tetangga Laos dan Selandia Baru yang

sudah melarang segala bentuk rupa iklan rokok. Dengan adanya

regulasi yang sangat permisif ini, berbagai bentuk rupa iklan rokok

merebak di masyarakat, mulai dari iklan di media elektronik, cetak

dan baliho yang memenuhi segala ruang publik yang ada. Bahkan,

untuk memperluas jangkauan pengaruh, industri rokok masuk dalam

bentuk sponsor berbagai kegiatan masyarakat dan pemerintah.

Kegiatan tersebut mulai dari tingkat lokal desa, hiburan rakyat

seperti dangdut dan kompetisi sepak bola antar kampung hingga

festival prestisius tingkat internasional seperti turnamen bulu tangkis

internasional. Pernah seorang dokter yang menuliskan event-event

yang disponsori rokok pada tahun 1994 pada bulan November,

1. Lucky Strike International Motocross Championship 1994

di Cibubur, tanggal 12-13 November (Catatan : tanggal 12

November adalah Hari Kesehatan Nasional)

Page 159: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

148

2. Bentoel Super Motocross Worldclass Action di Surabaya,

tanggal 10-11 November (Catatan : tanggal 10 November

adalah Hari Pahlawan)

3. Djarum Kretek Dutch Super Football, TP tiap hari

Minggu

4. Marlboro World Championship Bike Contest 1994. TV, 6

dan 20 November

5. Liga Dunhill. Mulai 27 November

6. Alfred Dunhill’s Master Golf Tournament, Bali 7

November

7. Wismilak Ladies Open Tennis Tournament, Surabaya, 6

November

8. Ardath National Badminton Championship 1994,

Denpasar 28 November (Hutapea, 2013)

Dari data di atas mencerminkan betapa mengerikannya

hegemoni rokok dalam negara ini yang memberikan peluang begitu

besar bagi cengkeraman industri yang lebih luas.

Tidak hanya berkutat pada aktor yang menghegemoni, namun

juga berkutat kepada pertentangan isu dimana isu rokok ini kemudian

diperluas dengan isu kebudayaan yang menganggap kretek sebagai

budaya. Hal ini tergambar jelas dengan berdirinya Komite Nasional

Penyelamat Kretek (KNPK) yang dengan sangat getol mengajukan

RUU Pertembakuan (Tempo, 2013). Perdebatan rokok yang pada

awalnya berkutat kepada permasalahan ekonomi dan kesehatan,

Page 160: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

149

nampaknya industri rokok telah menyadari habisnya argumentasi

ekonomi ketika dibenturkan dengan anggaran negara yang begitu

besar untuk korban rokok sehingga mengambil perspektif alternatif

melalui kebudayaan. Kretek diciptakan oleh H. Djamhari di Kudus

pada tahun 1880 yang bereksperimen memberikan cengkih pada

lintingan rokoknya ternyata sangat disukai oleh para perokok. Rokok

yang dibakar dan berbunyi “kretek.. kretek...” yang kemudian menjadi

cikal bakal nama rokok ini memiliki TAR yang sangat tinggi dan

sangat berbahaya bagi kesehatan. Jenis rokok inilah yang dianggap

oleh KNPK sebagai sebuah kebudayaan bangsa Indonesia. Namun

para aktivis anti rokok menentangnya dengan berbagai definisi

kebudayaan yang tidak tepat disematkan dalam jenis rokok ini.

Sekiranya inilah agenda setting paling besar saat ini yang dimiliki oleh

industri rokok.

Dua agenda setting besar industri rokok di atas sekiranya

dapat diredam dengan arus kebijakan dengan hadirnya dinamika

kebijakan yang ada di daerah. Ada harapan bagi penyelesaian

permasalahan ini di dalam daerah yang dapat menjadi acuan bagi

kebijakan rokok di tingkat nasional. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok

(KTR) yang mulai masif di Yogyakarta dengan hadirnya Peraturan

Daerah Kabupaten Kulonprogo Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Kawasan Anti Rokok ini telah mendapat apresiasi yang luar biasa dari

kalangan dalam negeri dan bahkan dunia, seperti dalam pemberitaan

terakhir, WHO yang hadir khusus ke Kulonprogo untuk mendukung

Page 161: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

150

kebijakan ini (ROL, 2014). Dampak dari hadirnya Perda ini benar-

benar dapat dirasakan dengan ditunjuknya Bupati Kulonprogo, Hasto

Wardoyo menjadi Ketua Aliansi Bupati dan Walikota untuk

mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok di seluruh Indonesia. Perda

inipun juga mengatur larangan kegiatan apapun yang disponsori oleh

industri rokok dan larangan berbagai macam iklan rokok dalam

bentuk apapun di Kabupaten Kulonprogo.

Selain itu, pada arus kebijakan yang lain, hal yang menjadi

dasar bagi pergerakan anti rokok adalah hadirnya Framework

Convention of Tobacco Control (FCTC) yang merupakan kerangka

kerja bagi negara di seluruh dunia dalam pengendalian tembakau..

Indonesia merupakan negara satu-satunya di kawasan Asia Pasifik

yang belum meratifikasi maupun mengaksesi Konvensi ini. Hal ini

sekali lagi menunjukkan adanya kelemahan negara dalam berhadapan

dengan industri rokok yang seharusnya merupakan kewajiban dasar

negara menyediakan ruang yang sehat bagi warganya. Hal ini menjadi

konsen di negara-negara tetangga, selain Laos dan Selandia Baru,

Australia telah menunjukkan keseriusannya dalam gerakan anti rokok

ini dengan mengeluarkan peraturan tampilan bungkus rokok yang

harus menampilkan penyakit-penyakit akibat rokok.

Agenda setting kebijakan sebenarnya dapat mengikuti agenda

FCTC yang berarti telah sepakat dalam meleburkan bersama gerakan

anti rokok seluruh dunia. Sehingga akan semakin menguatkan

perlawanan terhadap rokok dengan berjejaring seluruh negara yang

Page 162: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

151

ada di dunia. Selain itu, kebijakan-kebijakan anti rokok luar negeri

seperti di atas dapat menjadi rujukan bagi pertimbangan dalam meng-

agenda setting-kan kebijakan rokok di Indonesia ini.

Rumusan Kebijakan

Mencari kebijakan rokok di Indonesia dan dimanapun berada

senantiasa berada dalam posisi yang sangat sulit, dihadapkan pada dua

kepentingan besar yaitu industri dan kesehatan. Dua kepentingan

inilah yang senantiasa ada dan paling berkepentingan dalam isu ini.

Formulasi kebijakan yang akan diambil tidak dapat menafikan dua

kepentingan tersebut dan senantiasa menyadari dua kekuatan besar

yang hadir dalam proses perumusan kebijakan ini. Analisa di atas

membantu untuk memetakan dua kutub besar kepentingan yang ada,

namun proses perumusan kebijakan tidak mungkin mengadopsi pola

pikir rational comprehensive. Hal ini dikarenakan banyaknya

kepentingan dan konteks pemahaman besarnya kekuatan ekonomi

industri rokok. Sehingga akan menjadi sangat kontekstual ketika

proses perumusan dan pengambilan kebijakan ini menggunakan

model mixed scanning.

Model yang membangun kompromi antara substansi rasional

dari proses kebijakan dengan konteks anarkis yang meliputi proses

kebijakan ini dipandang sebagai sebuah bingkai untuk mengarahkan

proses tawar menawar, adaptasi, akomodasi, yang terjadi secara terus-

menerus dalam proses kebijakan (Santoso, 2010:120). Model ini tepat

dengan hadirnya dua kepentingan besar yang ada yaitu kesehatan dan

Page 163: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

152

industri. Hal pertama yang perlu dipetakan untuk mengambil

keputusan ini adalah menemukan substansi rasional dari tiap

kepentingan. Kedua, menemukan titik negosiasi dan tawar-menawar.

Ketiga, merumuskan kebijakan yang paling tepat bagi kedua

kepentingan ini.

Substansi rasional dari aspek kesehatan adalah adanya

kepastian jaminan kesehatan bagi seluruh warga negara tanpa

terkecuali. Jaminan kesehatan di sini adalah bersifat kontemporer dan

futuristik. Kontemporer dalam hal tersedianya udara yang sehat bagi

warga negara dan bersifat futuristik adalah dengan terselamatkannya

generasi muda dari bahaya merokok. Hal ini diperkuat dengan

argumentasi industri rokok yang mengatakan bahwa “remaja hari ini

adalah calon pelanggan tetap hari esok karena mayoritas perokok

memulai merokok ketika remaja. Pola merokok remaja sangatlah

penting bagi Philip Morris” (Morris, 1981). Hal inilah yang dengan

sangat jelas ditentang oleh para kelompok pro kesehatan. Sementara

substansi rasional dari perspektif industri adalah bagaimana kelompok

ini terus berjuang agar industri ini tetap bertahan untuk mendapatkan

keuntungan ekonomi sebesar-besarnya. Walaupun kepentingan ini

selalu bersembunyi dibalik alasan ekonomi berupa tenaga kerja dan

sumbangan devisa negara.

Titik negosiasi dari kedua argumen ini adalah terletak pada

derajat perwujudan dari masing-masing kepentingannya. Untuk saat

ini hal itulah yang paling mungkin dapat terwujud, bagaimana

Page 164: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

153

hadirnya ruang-ruang yang mampu mengakomodasi dari dua

kepentingan tersebut. Ruang yang dapat mewujudkan udara yang baik

dengan tanpa ancaman untuk merokok, namun di sisi lain tidak

langsung secara radikal membunuh industri rokok. Kebijakan yang

dapat diambil adalah dengan jalan mewujudkan kebijakan Kawasan

Tanpa Rokok (KTR). KTR menurut Peraturan Bersama Menteri

Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2011 adalah

kawasan yang terbebas dari rokok, bebas dari asap rokok, tidak ada

penjualan rokok, tidak ada iklan rokok, tidak ada promosi rokok dan

tidak ada sponsor rokok. Kawasan ini merupakan kawasan yang steril

dari perihal apapun bentuk dari rokok. Tujuan hadirnya dari KTR ini

adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat rokok,

meningkatkan produktivitas kerja yang optimal, mewujudkan kualitas

udara yang sehat dan bersih,bebas dari asap rokok, menurunkan angka

perokok dan mencegah perokok pemula serta mewujudkan generasi

muda yang sehat.

Dari pengertian KTR di atas telah mampu memenuhi

substansi rasional dari kepentingan kesehatan yang bersifat

kontemporer dan futuristik. Hadirnya KTR ini disertai dengan

kewajiban pemerintah untuk menyediakan kawasan khusus merokok,

menurut PP No. 109 Tahun 2012, kawasan khusus merokok adalah

tempat khusus untuk merokok yang merupakan ruang terbuka yang

berhubungan langsung dengan udara luar. Di sinilah letak negosiasi

itu muncul, bagaimana substansi rasional dari kepentingan industri

Page 165: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

154

tetap terakomodasi walaupun dipersempit. Hal ini pula yang

meyakinkan kelompok pembela kepentingan kesehatan bahwa

optimisme untuk mewujudkan generasi muda yang sehat tanpa asap

rokok dapat terwujud dengan cara mempersempit ruang gerak industri

rokok.

Analisa untuk Kebijakan

Selayaknya analysys for policy, analisa ini akan tetap

memberikan sebuah usulan kebijakan yang didorong untuk dapat

segera diwujudkan. Hadirnya KTR telah mampu mewujudkan

optimisme kelompok pro kesehatan untuk membebaskan Indonesia

dari asap rokok. Namun hingga saat ini, hanya beberapa daerah yang

konsen terhadap perwujudan KTR ini. Sepanjang sepengetahuan

penulis, hanya di Yogyakarta yang memiliki semangat untuk segera

mewujudkan hadirnya KTR. Penunjukan bupati Kulonprogo sebagai

Ketua Aliansi Bupati dan Walikota untuk mengembangkan Kawasan

Tanpa Rokok di seluruh Indonesia telah memastikan adanya

sekelompok orang yang menjaga dan merawat semangat perlawanan

terhadap rokok. Hal yang harus ditindaklanjuti berikutnya adalah

perumusan strategi mengembangkan KTR di seluruh Indonesia.

Ada banyak sumber daya yang dapat digunakan dalam strategi

pengembangan KTR ini. Dalam analisa ini dapat menggunakan

metode optimalisasi kekuatan untuk mendapatkan kesempatan atau

yang lazim disebut sebagai maximizing gain. Kekuatan yang dimiliki

adalah semakin banyaknya aktor yang mulai konsen terhadap isu ini

Page 166: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

155

baik aktor swasta maupun masyarakat. Sementara kesempatan yang

dimiliki dalam konteks ini adalah munculnya PP No.109 Tahun 2012

yang mewajibkan pemda untuk mewujudkan KTR serta munculnya

potensi kerjasama antar daerah. Pada titik inilah maximizing gain itu

dapat diwujudkan, daerah-daerah di Yogyakarta menjalin kerjasama

untuk mewujudkan KTR secara bersama-sama. Kerjasama dalam

pendirian KTR selain untuk mewujudkan kewajiban daerah, di sisi

lain mampu melakukan efektivitas dan efisiensi kebijakan dengan

adanya role model kebijakan KTR di daerah yang lainnya untuk dapat

dipelajari dan diterapkan di daerah satunya. Selain itu, menjalin

kerjasama antar pemerintah, pemerintah-swasta, maupun pemerintah-

masyarakat dengan persyaratan KTR di dalamnya. Hal ini merupakan

strategi yang efektif dalam pertukaran sumber daya untuk

mewujudkan kepentingan kesehatan.

Pun dalam hal ini dapat meminjam strategi yang lazim dalam

militer, yaitu strategi lompat kodok. Strategi yang membayangkan

adanya beberapa daerah yang dikuasai untuk mengapit daerah yang

belum dikuasai sehingga daerah yang diapit itu dapat dikuasai dengan

mudah. Pemda yang telah menerapkan KTR menjalin kerjasama

dengan satu atau beberapa daerah disekitarnya untuk mengapit daerah

yang sulit mewujudkan KTR, sehingga dengan hal ini daerah tersebut

akan mengalami ketertutupan akses kerjasama yang kemudian

memaksa daerah tersebut untuk menerapkan KTR demi keberlanjutan

kerjasama yang telah dijalin untuk kepentingan daerahnya. Hingga

Page 167: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

156

pada akhirnya tetaplah political will dari para pemimpin ini yang akan

memegang kunci pembuka bagi hadirnya kebijakan rokok yang

berpihak kepada kesehatan masyarakatnya.

Page 168: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

157

Sektor Lingkungan

Menggagas Kedaulatan Biodiversitas dan

Kearifan Lokal Indonesia

Indonesian Movement for Biodiversity (I-Mob), BEM Fakultas

Biologi

Hingga saat ini, Indonesia masih terkenal sebagai negara

dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa setelah Brazil dan

Zaire. Predikat sebagai negara mega biodiversitas yang terletak di

zamrud khatulistiwa begitu melekat pada bangsa Indonesia

(Wahyuningsih et al., 2008; Dewi, 2011). Sebagai negara kepulauan,

Indonesia menyimpan kekayaan hayati yang melimpah baik di darat

maupun di lautnya. Kekayaan tersebut begitu beragam dan tersebar

dengan luas dari Sabang sampai Merauke. Tidak berhenti di

biodiversitas, negara dengan luas wilayah mencapai 1.904.569 km2 ini

juga memiliki kekayaan yang luar biasa berupa kebudayaan

masyarakat daerah. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia

memiliki ciri khas yang menjadikannya unik dan berbeda dari suku-

suku yang lain. Keunikan tersebut berasal dari pengalaman hidup yang

didasarkan dari tempat dimana mereka berada. Itulah yang seringkali

kita sebut dengan local wisdom atau kearifan lokal. Kearifan lokal

menurut Nurma Ali Ridwan adalah nilai-nilai yang berlaku dalam

suatu masyarakat (Suripto, 2010).

Page 169: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

158

Baik biodiversitas maupun kearifan lokal yang dimiliki

Indonesia merupakan komoditas yang sangat potensial untuk

dikembangkan dan dikonservasi. Sesuai dengan amanat konstitusi

sebuah negara, bahwa sebagai pemegang status negara mega

biodiversitas Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan apa yang ada

di tanah nya untuk mensejahterakan negara dan rakyat Indonesia.

Mengapa demikian? Saat ini sumber daya hayati memiliki prospek

yang sangat tinggi. Keberadaan sumber daya hayati yang dimiliki oleh

Indonesia dapat diolah menjadi berbagai macam produk baik di

bidang pangan, pertanian, farmasi, peternakan, kosmetik dan lain

sebagainya. Nilai dari sumber daya hayati Indonesia tersebut bahkan

bisa mencapai 3,8 trilliun USD. Nilai tersebut bahkan lebih tinggi dari

nilai penjualan minyak bumi yang ada di Indonesia (RAFI/Rural

Advancement Foundation International, 2001).

Pada dasarnya sejak dulu masyarakat Indonesia telah

melakukan eksplorasi terhadap biodiversitas yang ada di sekeliling

mereka namun hal tersebut belum tertuliskan sehingga belum banyak

yang menyadari bahwa pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan

yang sangat mahal harganya. Pada tahun 2000 sebuah perusahaan di

Jerman memproduksi obat herbal yang berasal tumbuhan geranium

(Pelargonium sidoides) yang memiliki khasiat menyembuhkan

bronchitis dan penyakit pernapasan. Obat tersebut mendapat paten dan

perusahaan tersebut memperoleh keuntungan yang signifikan dari

penjualan obat herbal tersebut. Padahal penduduk lokal di Afrika

Page 170: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

159

Selatan sudah menggunakan geranium untuk menyembuhkan penyakit

tersebut sejak berabad-abad silam. Namun perusahaan tersebut tidak

memberikan pembagian keuntungan pada penduduk lokal di Afrika

Selatan tersebut. Pada tahun 2010, paten atas obat herbal tersebut

dicabut atas permohonan dari African Centre for Biosafety di Afrika

Selatan (Anonim, 2013).

Apa kabar biodiversitas dan local wisdom di Indonesia?

Pemerintah sepertinya tidak menjadikan sains dan teknologi sebagai

fokus utama pembangunan Indonesia. Boleh dibilang di bidang sains

kita belum memiliki kedaulatan secara penuh. Hal ini terbukti dari

belum terkelolanya semua data penelitian dan penemuan yang ada.

Kalaupun data tersebut ada sifatnya masih menyebar dan belum

terintegrasi menjadi satu sistem data yang sifatnya terpusat. Selain itu,

banyak sekali peneliti asing yang dengan sedikit “modal” dapat

melakukan eksplorasi terhadap alam Indonesia dan melakukan

serangkaian riset selama puluhan tahun. Tidak sedikit penelitian

kolaboratif antara peneliti asing dan peneliti Indonesia yang telah

ditelurkan; tetapi dapat dipastikan lebih banyak lagi sampel

biodiversitas Indonesia yang telah diambil secara diam-diam oleh

peneliti asing untuk dikembangkan di negaranya. Beberapa

“kecolongan” itu mungkin baru terkuak, seperti kasus Prof. Rosichon

Ubaidillah mengenai penemuan spesies tawon baru Megalara garuda

di Mekongga, Sulawesi Tenggara (JPNN, 2012; Kompas, 2012)

ataupun kasus Dr. Siti Fadilah Supari mengenai penemuan vaksin

Page 171: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

160

virus flu burung (H5N1) oleh WHO yang sampelnya berasal dari

Indonesia tetapi tidak mencantumkan kontribusi Indonesia (Detik,

2008; Kompasiana, 2012). Salah satu penyebab banyaknya penelitian

kolaborasi di bidang penelitian biodiversitas, baik secara morfo-

ekologis maupun genetik di Indonesia adalah minimnya perhatian

pemerintah untuk menggalakkan penelitian di bidang inventarisasi

keanekaragaman hayati atau studi biodiversitas dari berbagai

perspektif. Hal ini terbukti dengan “tidak lakunya” proposal-proposal

penelitian untuk biodiversitas di ranah hibah penelitian dalam negeri.

Kearifan lokal yang tertanam dalam jiwa masyarakat Indonesia

sebenarnya memegang peran penting dalam upaya penjagaan dan

konservasi sumber daya hayati. Layaknya sebuah konsep Natural

Resources Triangle Security (NRTS) peranan masyarakat, pemerintah

setempat, dan pemerintah pusat tidak dapat dipisahkan. Ketiganya

harus saling bersinergi dan memiliki sistem terintegrasi, yang pada

akhirnya mampu menjaga dan mempertahankan kedaulatan hayati

negeri ini. Menurut Rahyono (2009), pembelajaran kearifan lokal

mempunyai posisi yang strategis. Posisi strategis itu, antara lain (1)

kearifan lokal salah satu pembentuk identitas, (2) kearifan lokal bukan

merupakan sebuah nilai yang asing bagi pemiliknya, (3) keterlibatan

emosional masyarakat dalam penghayatan kearifan lokal kuat, (4)

kearifan lokal mampu menumbuhkan harga diri, dan (5) kearifan lokal

mampu meningkatkan martabat bangsa dan negara. Jika hal ini

diterapkan dalam konservasi, tentu posisi strategis itu tidak hanya

Page 172: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

161

berdampak pada masyarakat pemilik budaya tetapi dapat juga

berdampak pada pembelajarnya.

Banyak masyarakat lokal berinisiatif melindungi komunitas

hayati di sekitar mereka baik hutan, sungai dan pantai beserta

kehidupan keseharian mereka. Di dalam masyarakat lokal upaya

perlindungan lingkungannya adalah dengan dasar agama dan agama.

Sedangkan pemerintah dan organisasi konservasi dapat membantu

upaya perlindungan sekitar engan memberikan kepemilikan legal

terhadap wilayah tersebut, serta memberikan akses penelitian dan

bantuan dana untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan. Upaya

yang berasal dari masyarakat ini disebut juga sebagai community

based intiatives (Indrawan dkk. 2012). Dari hal ini terlihat bahwa

konservasi adalah ilmu yang interdisipliner yang membutuhkan

pengetahuan dan pergerakan dari berbagai bidang untuk terciptanya

lingkungan yang sustainable.

Berdasar hasil kajian, diskusi, serta survei yang telah kami

lakukan, kami memberikan beberapa rekomendasi kepada Capres dan

Cawapres 2014. Berikut rekomendasi dari kami :

Perkuat Database dan Penelitian

Dalam National Report on the Implementation Convention on

Biological Diversity, Indonesia telah menunjuk Kementrian

Lingkungan Hidup sebagai National Focal Point keanekaragaman

hayati. Dalam implementasinya, NFP kemudian akan bekerjasama

dengan institusi utama, yaitu:

Page 173: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

162

1. Kementrian Kehutanan (Direktorat Jenderal Perlindungan

Hutan & Konservasi Alam)

2. Kemetrian Pertanian (Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian dan Komisi Nasional Sumber Daya Genetik)

3. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) - bertugas untuk

mengembangkan database keanekaragaman hayati nasional

4. Universitas – Pendidikan dan Penelitian

Dapat kita lihat bahwa pemain utama dalam implementasi

Protokol Nagoya adalah institusi pemerintah dan pendidikan. Kedua

sektor ini sudah sepantasnya menggaet masyarakat dalam upaya

penjagaan biodiversitas dan kearifan lokal Indonesia mengingat

biodiversitas dan kearifan lokal di Indonesia sangatlah melimpah dan

tersebar dengan luas sedangkan jumlah mahasiswa maupun peneliti

sangat terbatas.

Database dalam hal ini tidak hanya bicara keanekaragaman

hayati dalam lingkup jenis spesies tapi juga bisa terkait database

genetik, senyawa bioaktif bahkan pengolahan tradisional dalam kajian

etnobotani. Sebagai contoh konkret, kita dapat meniru negara-negara

tetangga yang wilayah geografisnya dekat dengan Indonesia. India,

Pemerintahnya telah menerbitkan TDKL (Traditional Knowledge

Digital Library) sejak tahun 2005 yang dapat diakses langsung dari

situsnya di www.tdkl.res.in yang memuat 250.000 juta resep medis

tradisional yang terdaftar secara resmi dan terdapat perlindungan

hukum dan memiliki hak paten. Filipina, dalam situs

Page 174: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

163

http://www.grain.org/docs/philippines-ipra-1999-en.pdf merupakan

The Indigenous Peoples’ Rights Act yang bertujuan melindungi

kekayaan intelektual penduduk lokal Filipina dan diinjeksi dalam

hukum Filipina sejak 1997.

Perkuat SDM dan Teknologi

Kualitas SDM dan Teknologi perlu ditingkatkan sebagai upaya

untuk mengatasi kasus biopiracy. Peningkatan kualitas pendidikan

dapat dicapai dengan pemerataan pendidikan di seluruh wilayah

Indonesia, sedangkan peningkatan teknologi dapat dicapai melalui

peningkatan dana riset dan penelitian. Selain pemerataan pendidikan

bagi masyarakat umum, peningkatan pendidikan juga diberikan

kepada para pemegang kekuasaan di Indonesia, seperti Kementrian

Kehutanan, Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA),

Pengolahan dan Pemasaran hasil Perikanan (P2HP), serta Badan

Standardisasi Nasional (BSN) agar senantiasa mengkawal pelaksanaan

UU No 11 tahun 2013 serta meningkatkan penjagaan sumber daya

alam di Indonesia.

Q: “Bagaimana mungkin kualitas sumber daya manusia

Indonesia bisa ditingkatkan jika sekolah pun belum terjamin untuk

semua anak Indonesia?”

H: “Indonesia kan punya banyak sekali sumber daya alam.

Harusnya SDA itu yang dimanfaatkan sebaik mungkin untuk

kemajuan otak manusianya”

Page 175: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

164

Pada dasarnya segala percepatan harus berjalan secara

beriringan, tidak saling tunggu satu sama lain. Sebagai contoh adalah

dalam hal teknologi. Sekarang ini ternyata banyak komunitas-

komunitas kreatif yang tumbuh di masyarakat namun sayangnya

kreatifitas tersebut kurang dilihat oleh pemerintah sebagai inovasi

yang sangat potensial untuk dikembangkan. Do-It-Yourself Biology

(DIYbio) dan Do-It-With-Others (DIWO) merupakan alternatif

pengembangan penelitian yang sangat cocok diterapkan di Indonesia.

Keduanya merujuk pada konsep “Open Source”, dimana tiap orang

dapat mempelajari dan saling berbagi teknologi secara gratis.

Komunitas Hackteria (www.hackteria.org) telah berhasil membuat

beberapa produk DIY dengan harga yang sangat murah seperti

mikroskop, spektrofotometer, nanodrop, sentrifuge, thermocycler,

hingga Laminar Air Flow (LAF) buatan tangan yang dapat dibuat

dengan murah dan mudah, dengan seluruh petunjuk tersedia secara

Open Source. Hal ini memungkinkan seseorang untuk dapat

melakukan riset molekuler di dapur rumah (Kera, 2013; Ledford,

2010). Dengan adanya inovasi ini diharapkan tidak akan ada lagi

sumpah serapah teradap mundurnya teknologi dibidang riset di

Indonesia. Teknologi murah ini harus dikembangkan untuk

memfasilitasi kebutuhan riset Indonesia dengan tanpa bergantung

pada pihak asing yang mungkin saja berkepintingan khusus terhadap

sumber daya genetik dan kearifan lokal Indonesia.

Perkuat Kelembagaan

Page 176: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

165

Kelembagaan menjadi sangat penting, karena kita berdiri di

negara hukum sehingga tata kelola sumber daya hayati harus diatur

secara hukum. Kelembagaan tersebut harus melibatkan berbagai pihak

dari mulai petani, sumber materi genetik, pembentukan koperasi,

penanganan hama penyakit, institusi pendidikan dan instansi

penelitian serta disokong penuh dari segi dana. Jika kita melihat

contoh di negara tetangga seperti Taiwan, Thailand dan Malaysia,

mereka dapat menjadi negara yang maju dalam pengelolaan sumber

daya hayati, misal: anggrek, karena kelembagaannya sangat

terintegrasi antara berbagai pihak sehingga biaya produksi bisa

ditekan. Penelitian untuk persilangan baru, peningkatan waktu

pertumbuhan dan produksi, penanganan hama penyakit juga terkelola

dengan baik oleh instansi penelitian maupun institusi pendidikan, serta

pemerintah dan lembaga swasta yang senantiasa mendorong dari segi

pendanaan.

Perkuat Regulasi dan Tata Kelola

Seringkali peneliti Indonesia karena terlalu senangnya dengan

tawaran kerjasama penelitian tidak lagi memikirkan perjanjian hitam

di atas putih terkait hasil penelitian dan kreditnya. Banyak penelitian

kolaboratif yang tidak memiliki Memorandum of Understanding

(MoU) atau kontrak mengikat ataupun Material Transfer Agreement

(MTA) untuk pengambilan sampel ke luar negeri. Akibatnya saat hak

peneliti Indonesia tersebut dirampas, tidak ada bukti otentik yang

dapat menguatkan posisi peneliti tersebut.

Page 177: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

166

Pernahkah tersiar kabar bahwasanya salah seorang peneliti LIPI

(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) berang dengan IBRC

(Indonesian Biodiversity Research Center). Sebuah institusi riset yang

dikelola oleh beberapa Universitas di Indonesia dan satu universitas di

Amerika serta Smithsonian Museum yang berdomisili di Bali. Konflik

tersebut bermula dari sampel spesimen yang dibawa ke luar negeri

untuk diteliti material genetiknya, hal ini dikhawatirkan oleh peneliti

LIPI tersebut akan berpotensi untuk terjadinya biopiracy. Padahal

selama ada material transfer agreement yang dapat diawasi dengan

ketat maka kekhawatiran tersebut tidak perlu terjadi. Secara garis

besar implementasi UU No.11 tahun 2013 memang belum benar-

benar dapat diimplementasikan secara utuh sehingga di lapangan

banyak ditemukan misunderstanding, bahkan di tingkatan internal

negara sendiri. Di dunia pendidikan kode etik penelitian serta

pengetahuan-pengetahuan umum mengenai perlindungan biodiversitas

dan kearifan lokal Indonesia pun masih jarang diberikan. Hal ini

berpotensi menimbulkan kebodohan dan kesalahan yang sama dengan

apa yang sekarang terjadi.

Libatkan Masyarakat dan Kenalkan pada Citizen Science

Pelajar dan mahasiswa masuk golongan masyarakat yang harus

dilibatkan dalam penjagaan biodiversitas dan kearifan lokal Indonesia.

Keduanya merupakan SDM yang murah dan berkualitas yang siap

menjadi agen penjagaan kedaulatan Indonesia khususnya penjagaan

sumber daya hayati dan kearifan lokal Indonesia. Sudah waktunya

Page 178: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

167

keduanya dirangkul untuk memasifkan perannya sebagai intelektual

muda dengan penelitiannya, sebagai innovator, agen penyebaran virus

“self-preventer” kepada masyarakat dan sesama intelek muda, serta

yang terakhir bergerak sebagai inspirator bagi masyarakat.

Dan kenapa harus citizen science? Indonesia terlalu luas untuk

dieksplor dan dikonservasi oleh pelajar dan mahasiswa yang

jumlahnya hanya sekitar 2% dari total penduduk Indonesia. Citizen

science yang dipadukan dengan fasilitas berupa citizen laboratorium

merupakan trobosan yang dinilai mampu mempercepat proses

pendataan, pemanfaatan, dan pengkonservasian sumber daya genetik

di Indonesia.

“Gagasan ini kami persembahkan untuk Kedaulatan

Biodiversitas dan Kearifan Lokal Indonesia”

Page 179: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

168

Melawan Asap Riau

BEM Fakultas Biologi

Indonesia adalah pemilik hutan hujan tropis terluas ke-3 di

dunia, setelah Brasil dan Kongo dengan luas hutan sekitar 115.507

ribu hektar (2012). Tapi dari luasan hutan yang tersisa itu, hampir

setengahnya terdegradasi karena sejak tahun 1970 marak terjadi

penggundulan hutan di Indonesia. Tahun 1997-2000, laju kehilangan

dan kerusakan hutan Indonesia mencapai 2,8 juta hektar/tahun dan

tahun 2009 diperkirakan luas hutan alam yang tersisa hanya 28%.

Provinsi di Indonesia dengan kebakaran hutan tertinggi adalah

Riau. Riau terdiri dari 2 kota dan 11 kabupaten dengan tingkat

kebakaran terbesar adalah kabupaten Bengkalis. Bencana asap yang

telah terjadi di Riau mengakibatkan banyak aktivitas masyarakat

terganggu terutama di bidang pendidikan. Sekolah TK hingga SMA

sering diliburkan hingga beberapa minggu karena adanya kebakaran

hutan. Bandara di Pekanbaru lumpuh berhari-hari, diikuti dengan

provinsi Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Jambi yang terpapar

asap dari Riau. Kualitas udara memburuk di Riau, rata-rata di atas 300

PSI masuk kategori sangat berbahaya, bahkan Riau tidak layak huni

lagi. Presiden SBY kemudian memberi ultimatum kepada Pemerintah

Provinsi Riau untuk mengatasi darurat kabut asap akibat kebakaran

hutan dan lahan ini, dan siap mengambil alih jika daerah tak mampu.

Page 180: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

169

Kelompok masyarakat sipil dan warga memberikan tekanan melalui

media sosial untuk melindungi jutaan warga di Sumatera.

Bulan Februari 2014, dalam catatan koalisi pegiat pemantauan

deforestasi di Riau, Eyes on the Forest, ada 6937 titik panas (hotspot)

yang terdeteksi dari satelit milik NASA Modis Fires. Akumulasi terus

bertambah pada bulan Maret. Selayaknya hutan gambut tidak boleh

dibuka, namun izin telah digelontorkan untuk mengkonversi ratusan

ribu hektar hutan di Riau baik untuk perkebunan kayu bubur kertas,

perkebunan sawit, maupun industri kayu.

Riau adalah provinsi di Indonesia dengan lahan gambut

tertebal di dunia. Adanya kebakaran hutan di Riau merupakan hal

biasa apabila dilihat dari segi manajemen hutan, karena dengan

adanya kebakaran hutan akan mendukung suksesi hutan. Namun

apabila volume kebakaran berlebih maka akan menimbulkan bahaya

bagi aktivitas dan kesehatan manusia. Hutan di Riau diprediksi tersisa

sekitar 2 juta hektar, mungkin saja jauh di bawah angka itu. Sisa hutan

alam yang tersisa hanya pada kawasan lindung dan konservasi, itupun

sudah digerogoti oleh perambahan berkedok masyarakat namun yang

memberi modal adalah cukong. Pembuatan surat ijin kepemilikan

lahan hanya membutuhkan 3,5 juta/hektar, merupakan nominal yang

sangat kecil bagi pengusaha untuk selanjutnya membuka lahan sawit.

Peraturan Kementerian yang membatasi kepemilikan lahan hingga

50.000 hektar per grup di setiap provinsi, fakta di lapangan saat ini

satu grup saja bisa menguasai 1 juta hektar lahan konsesi dan rata –

Page 181: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

170

rata kebun yang dimiliki tiap individu mencapai 50 hektar, jauh lebih

besar daripada yang dimiliki oleh petani. Hal ini mengindikasikan

bahwa pemilik lahan adalah orang yang bermodal besar. Artinya

pembukaan lahan gambut berkontribusi besar bagi kejahatan kabut

asap dan pembunuhan masal terhadap anak-anak, orang tua, dan

warga di Sumatera umumnya.

Sebenarnya kebakaran tidak hanya di Riau namun juga di

Sumatra Barat. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Riau

bertahun-tahun dalam sengketa kepentingan, sehingga belum juga bisa

dipaduserasikan. Akibatnya, konflik lahan dan tumpang tindih konsesi

menjadi cerita lazim di provinsi Riau. Oleh karena itu media lebih

banyak memberitakan pembakaran hutan di Riau.

WALHI menyatakan bahwa keuntungan pembukaan hutan

untuk lahan sawit mencapai 3,3 Trilyun setiap tahunnya. Mirisnya,

bencana asap yang terjadi di Riau saat ini ditangani hanya dengan 1,

sekian Milyar. Tidak lebih dari 0,1% dari keuntungan yang didapat

oleh pemerintah dari lahan sawit tersebut. Penanaman kelapa sawit

secara intensif akan menyerap nutrien dari tanah kemudian dijual ke

daerah lain dalam bentuk olahannya. Nutrien tanah terus menerus

terambil sehingga tanah menjadi tidak subur. Dengan kondisi tanah

yang seperti itu akan mendorong penanaman kelapa sawit terus

menerus karena tanaman ini dapat tumbuh di tanah yang miskin

nutrien. Indonesia tanpa disadari telah menukar nutrien tanah berupa

Nitrogen, Phospor, Karbon, dan hara tanah lainnya ke negara lain

Page 182: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

171

bernilai trilyunan rupian dengan membuat rakyat Riau mengidap ISPA

karena bisnis ini bertahun – tahun.

Banyak lahan sawit illegal ditengah Taman Nasional Tesso

Nilo Riau. Taman nasional seharusnya diperuntukkan bagi

perlindungan satwa dan flora yang ada di dalamnya. Kebun kelapa

sawit di Taman nasional ini dikelola oleh 524 orang yang

mendominasi 73% (26.298 Ha) dari total perambahan yang telah

dikonversi menjadi lahan sawit, sementara sisanya dikelola oleh 20

kelompok. Dari beberapa provinsi di Indonesia sebagai penghasil

kelapa sawit, Riau merupakan provinsi penyumbang kelapa sawit

yang terbanyak. Riau merupakan provinsi sentra penghasil kelapa

sawit pada tahun 2012 mencapai 6.421.228 ton per tahun.

Riau memiliki lahan gambut terbesar di Indonesia. Gambut

merupakan tumpukan dari banyak materi, terdapat jenuh air dibawah

gambut tersebut karena proses pendekomposisian di lahan gambut

yang lambat, sehingga gambut akan tebal karena tumpukan materi

yang sulit terdekomposisi tersebut. Adanya saluran kanal air ditengan

hutan yang merupakan lahan gambut akan membuat jenuh air yang

terjebak dibawah gambut mengalir di kanal tersebut. Kanal tersebut

dialirkan keluar dari hutan. Apabila gambut kehilangan airnya akan

kering dan ekosistem gambut yang dibuka untuk konversi semakin

mengering dan melepaskan karbon sehingga sangat mudah terbakar.

Ground fire, api di atas hutan tampak padam, namun api dibawah

masih membakar dikarenakan karakteristik lahan gambut ini. Api

Page 183: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

172

yang ada dibawah ini akan membakar akar tumbuhan yang lainnya

sehingga hutan akan habis. Kebakaran di lahan gambut ini pasti akan

terus terjadi, dengan cuaca kering apalagi disertai minimnya turun

hujan, memadamkan api dan asap menjadi sesuatu yang hampir

mustahil, kecuali menunggu hujan turun.

Indonesia merupakan negara terbesar penghasil kelapa sawit

di dunia yaitu mencapai 28%. Malaysia adalah negara kedua dengan

27%. Hanya selisih 1%. Namun pernahkah kita mendengar terjadi

kebakaran hutan di Malaysia? Atau luaskah lahan kelapa sawit di

Malaysia? Tidak. Malaysia mencapai negara kedua penghasil kelapa

sawit terbesar didunia karena bahan baku berasal dari Indonesia yang

selanjutnya diolah di negaranya.

Bahan baku minyak yang diperoleh dari minyak nabati ada

pada minyak kelapa sawit belum dapat tergantikan. Bahan baku

minyak dapat diperoleh dari minyak hewani pada hewan – hewan.

Tetapi tidak mungkin kita memanfaatkan hewan dalam jumlah yang

besar untuk pemenuhan kebutuhan akan minyak. Oleh karena itu

minyak kelapa sawit belum dapat digantikan. Produk turunan dari

minyak kelapa sawit sangat banyak diantaranya sabun, materian

kertas, margarin, minyak dan lain – lain. Namun sebenarnya ada

alternatif pengganti yaitu minyak dari kulit pinus dan minyak akasia.

Namun pinus dan akasia merupakan gymnospermae yang

mengandung resin, suatu senyawa yang JUGA rawan terbakar.

Page 184: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

173

Dunia seakan dibuat bergantung kepada kelapa sawit. Namun

yang disayangkan adalah mengapa penanaman kelapa sawit di

Indonesia harus di lahan gambut. Lahan gambut merupakan karbon

sink yaitu penyimpan karbon. Ini berasal dari hasil fotosintesis

tumbuhan yang mengandung karbon didalam prosesnya, selanjutnya

tanaman ini akan mati, karena proses dekomposisi sulit maka banyak

karbon yang tersimpan. Apabila terjadi kebakaran hutan pada lahan

gambut maka banyak sekali karbon yang dilepaskan ke udara. Negara

Indonesia, yang telah menyetujui komitmen REDD untuk mengurangi

emisi hingga 26%, sementara lahan gambutnya terus dibakar. 74%

dari total emisi gas rumah kaca Indonesia (tahun 1994) dihasilkan dari

kegiatan penebangan dan kebakaran hutan.

Menurut riset pemerintah, lahan gambut tidak masalah apabila

ditanami kelapa sawit. Karena setelah 3 tahun emisi yang dihasilkan

kelapa sawit akan semakin kecil. Namun data dari WWF, penelitian

yang dilakukan goverment scientist bahwa memang penanaman

kelapa sawit setelah 3 tahun emisi akan turun, dengan catatan apabila

kelapa sawit ditanam di hutan biasa. Apabila kelapa sawit ditanam di

lahan gambut, yang terjadi adalah sebaliknya. Laju emisi yang

dihasilkan oleh kelapa sawit akan terus meningkat setiap tahunnya.

Hai ini karena terjadi oksidasi organik oleh organisme yang

menghasilkan CO2. Emisi lahan gambut yang baru akan menambah

emisi di lahan gambut yang ada di bawahya. Emisi yang dihasilkan

kelapa sawit yang telah mencapai umur lebih dari 25 tahun akan

Page 185: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

174

mencapai 10 kali lipat dari emisi sebelum berumur 25 tahun. Apabila

emisi ini terjadi terus menerus akibatnya adalah climate change,

global warming, hujan di bukan musimnya, kemarau berkepanjangan

di beberapa daerah, dan lain – lain.

Kelapa sawit memiliki banyak produk turunan yang

bermanfaat bagi kehidupan sehari – hari manusia. Namun sangat tidak

disarankan ditanam dilahan gambut. Penyebab penanaman di lahan

gambut Riau mungkin dikarenakan lahan gambut apabila ditanami

tanaman yang lain sulit subur, air yang berasal dari daerah dekat lahan

gambut bau dan berwarna kemerahan. Hal itulah yang mungkin

menjadi alasan penggunaan lahan gambut untuk menaman kelapa

sawit. Seharusnya yang dipikirkan bangsa Indonesia bukan hanya soal

profit saat ini untuk memanfaatkan lahan gambut dengan kondisi

seperti diatas, namun kebermanfaatan seterusnya bahkan kerugian

yang akan ditimbulkan di masa depan.

Masalah hutan di Riau tidak hanya masalah pembakaran hutan

untuk lahan kelapa sawit, namun juga adanya ilegal logging yang

tinggi, tidak berbeda dengan Kalimantan. Ilegal logging sebenarnya

juga merupakan sarana untuk pembukaan lahan karena pengusaha

tidak mau merugi banyak. Solusi yang dapat dilakukan dalam

penganganan kabut asap:

1. Stop perijinan untuk pembukaan lahan sawit baru.

2. Rewatering : pengembalian air di lahan gambut dengan pengaliran

air kembali.

Page 186: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

175

3. Stop pembuatan kanal air sebagai saluran irigasi.

4. Reboisasi hutan dengan spesies tumbuhan asli hutan – hutan di Riau.

5. Alokasikan dana lebih untuk penanggulangan bencana saat ini.

Perlu adanya badan usaha pengolah kelapa sawit milik

Indonesia sehingga kita tidak melulu di eksploitasi oleh negara lain.

Perbaiki gaya hidup dengan menghemat penggunaan kertas,

meminimalisir penggunaan produk kelapa sawit seperti sampo, sabun,

dan kosmetik lainnya. Gunakan secara efisien barang – barang yang

berbahan pokok dari hutan.

Salam, hidup mahasiswa Indonesia ! hidup rakyat Indonesia ! –emil-

Page 187: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

176

Sektor Pangan

Polemik dan Potensi Implementasi Program Swasembada Daging

BEM Fakultas Peternakan dan BEM Fakultas Teknologi Pertanian

Bagi kami, tahun 2014 ini bukan hanya sekadar tahun pemilu.

Bahkan mungkin, Pemilu 2014 hanya kami anggap sebagai intermezo

pelipur lara. Intermezo untuk sekadar mencoba menstimulus asa,

mencari harapan kembali lewat pemimpin baru ditengah semua

polemik yang mendera Republik ini.

Demokrasi kita adalah lima tahun kedepan. Bukan lima menit

ketika kita berada di bilik suara. Pemimpin bangsa kedepan kami

yakin akan dihadapkan pada banyak permasalahan. Ini bukan tahun

untuk menghabiskan semua konsentrasi untuk ikut mengurusi tetek

bengek pemilu. Masih banyak peer yang musti dirampungkan

Republik ini untuk sektor pangan, khususnya subsektor peternakan.

Lewat tulisan ini kami ingin menyajikan pandangan kami terkait

program utama pembangunan peternakan di republik ini Program

Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PPSDSK) 2014.

Pencapaian 14 tahun Program Swasembada Daging

Tahun ini hasil rilis pemerintah akan kita simak bersama

mengenai capaian Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau

(PPSDSK) 2014. Capaian tentang harapan 90% pemenuhan daging

nasional dari dalam negeri. Namun, ada hal yang patut kita simak

Page 188: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

177

bersama bahwa kondisi dilapangan saat ini masih jauh dari harapan.

Menurut rilis BPS per September 2013, Populasi sapi dan kerbau 2013

sebanyak 14,2 juta ekor, turun dibandingkan dengan hasil Pendataan

Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 sebanyak 16,7 juta

ekor[3].

Itu artinya tahun ini kita dihadapkan pada ancaman kondisi

kegagalan pencapaian program ini (lagi). Sama seperti yang terjadi

pada tahun 2005 dan 2009 lalu. Terhitung sejak pertama kali program

ini dicanangkan pada tahun 2000. Tahun ini bukan hanya sekadar

tahun politik. Sisihkanlah konsentrasi untuk ikut berperan

mengevaluasi dan memberi solusi untuk program ini.

Salah satu program penunjang pencapaian PPSDKS 2014

adalah munculnya aturan pelarangan pemotongan sapi betina

produktif. Dasar hukum larangan pemotongan sapi betina produktif

adalah Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan pasal 18ayat (2) bahwa ternak ruminansia betina

produktif dilarang disembelih karena merupakan penghasil ternak

yang baik, kecuali untuk keperluan penelitian, pemuliaan atau untuk

keperluan pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan[2].

Dalam dokumen Blue Print PSDS 2014 dinyatakan bahwa

penyembelihan sapi betina produktif (SBP) di Indonesia telah

mencapai tingkat yang membahayakan bagi keberlangsungan

pengembangan populasi sapi nasional, yaitu sekitar 150-200 ribu

ekor/tahun yang terjadi terutama di NTT, NTB, Bali, dan Jawa.

Page 189: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

178

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan RI juga menunjukkan

data bahwa penyembelihan SBP pada tahun 2010 telah mencapai

204.196 ekor atau 11,8 % dari jumlah sapi yang disembelih secara

nasional[6].

Fakta tersebut seakan membawa kami pada sebuah hipotesa

awal. Program ini (pelarangan pemotongan sapi betina produktif)

tidak efektif untuk dijalankan kembali untuk kedepannya. Tidak

efektif bukan dari segi cita-citanya namun lebih kepada

pelaksanaannya. Program ini seakan hanya memberikan larangan

(punishment), namun tidak memberikan reward yang kongkrit bagi

peternak yang tidak melakukan pemotongan sapi betina produktif.

Bagaimanapun juga, permintaan daging dipasaran yang selalu

meningkat pada akhirnya membawa peternak kita pada pilihan untuk

melakukan pemotongan sapi besar-besaran termasuk sapi betina

produktif.

Kewenangan impor

Polemik swasembada memberi multiplier effect terhadap

sektor lain di Republik ini. Mari kita coba simak kembali kasus impor

daging sapi yang terjadi beberapa saat lalu. Kasus tersebut disinyalir

akibat rendahnya tata kelola koordinasi antar Kementerian. Khususnya

antara Kementerian Pertanian pemberi kuota impor dan Kementerian

Perdagangan selaku pelaksana impor. Menurut Rilis BPK per April

2013, pada periode sejak Oktober 2011 Menteri Perdagangan telah

Page 190: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

179

menerbitkan 2 (dua) Surat Persetujuan Impor (PI) yang melebihi dari

rekomendasi Menteri Pertanian, yaitu :

1) Surat PI No. 04.PI-52.12.0130 a.n. PT. Bina Mentari Tunggal

dengan kuantitas 260 ton padahal. Surat Rekomendasi Persetujuan

Impor (RPP) hanya 240 ton sehingga kelebihan sebanyak 20 ton;

2) Surat PI No. 04.PI-52.12.0255 a.n PD. Dharma Jaya dengan

kuantitas 369 ton padahal RPP hanya 110 ton sehingga kelebihan

259 ton [1].

Namun pada akhirnya kami tidak ingin memberi kesimpulan

apapun terhadap pertanyaan diawal. Kami hanya akan coba

memberikan stimulus terhadap isu ini. Agar isu ini tidak hanya

menjadi milik orang-orang yang bergerak di sektor peternakan.

Harapannya semua orang tahun dan ikut memikirkan gagasan terbaik

terhadap isu ini. Kedepan mekanisme koordinasi antar kementerian

harus kembali diperbaiki. Pelangsingan kabinet atau menambah unit

kementerian baru adalah wewenang penuh presiden kedepan. Namun

yang pasti, hal ini harus segera disikapi secara serius.

Polemik dan potensi tata guna lahan peternakan

Pengembangan sektor peternakan di Indonesia erat kaitannya

dengan masalah ketersediaan lahan yang berorientasi kepada

penyediaan hijauan pakan ternak. Belum teraturnya tata ruang maupun

tata guna lahan yang terjadi di Indonesia sering kali mengakibatkan

alih fungsi lahan pertanian karena alasan ekonomi jangka pendek.

Page 191: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

180

Alih fungsi lahan tersebut lebih menuju kearah pemanfaatan lahan

untuk pertambangan, hutan industri, pemukiman atau perkebunan[2].

Pergeseran fungsi lahan dari padang penggembalaan umum

dan atau lahan pertanian yang menghasilkan hasil samping atau

limbah pakan ternak, pada akhirnya akan berdampak pada masalah

menurunnya kapasitas daya tampung ternak dan ketersediaan pakan.

Ketersediaan hijauan pakan di Indonesia merupakan tema utama yang

menjadi pembatas perkembangan pembibitan sapi, karena hijauan

merupakan bahan pakan utama (>80% dari total bahan kering) untuk

usaha pembibitan.

Perbincangan masalah ketersediaan lahan ini juga pada 2013

lalu direspon oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan dengan sebuah

gagasan “kontroversial”, membeli perusahaan dengan 1 juta hektar

lahan pertanian di Australia hanya khusus untuk melahirkan atau

melakukan pembibitan sapi[9]. Sebuah ironi, melihat luas daratan

yang dimiliki oleh Indonesia saat ini seakan masih belum cukup untuk

memberikan ketersedian lahan untuk pengembangan peternakan.

Alih fungsi lahan di wilayah kantong ternak

Pada dasarnya Indonesia sudah memiliki road-map tata kelola

lahan untuk sektor peternakan dengan mencanangkan beberapa daerah

sebagai wilayah kantong ternak. Wilayah-wilayah tersebut kemudian

diorientasikan untuk pengembangan padang penggembalaan untuk

mencukupi ketersediaan lahan ternak. Wilayah kantong ternak ini

Page 192: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

181

meliputi antara lain NTB, NTT, dan sebagian wilayah Sulawesi

(Sulawesi Selatan).

Namun disisi lain, seakan mengingkari harapan, beberapa data

menampilkan penurunan fungsi atau alih fungsi lahan yang terjadi di

wilayah-wilayah kantong ternak tersebut. Misalnya di Sulawesi

Selatan tercatat terjadi penurunan 23,13% selama kurun waktu 10

tahun (1996-2005) dari luas 236.434 ha menjadi hingga 192.008

ha[2]. Selain itu di NTT, luas padang penggembalaan di NTT pada

tahunn 1998 tercatat 1,8 juta ha[7]. Namun pada tahun 2002 mencatat

luasan 793.000 ha dengan rata-rata kapasitas tampung ternak kurang

dari 0,25 – 1,0 ST/ha/tahun[4]. Seakan kembali menambah debu di

salah satu bagian kaca yang sudah coba dibersihkan. Kondisi alih

fungsi lahan yang seyogyanya sebagai wilayah kantong ternak ini

pada akhirnya hal tersebut akan menyebabkan penurunan kapasitas

daya tampung populasi ternak dan ketersediaan pakan hijauan.

Integrasi Sapi-Sawit belum optimal

Selain potensi wilayah kantong ternak yang terdapat

dibeberapa daerah, Industri kelapa sawit di Indonesia juga ikut

memberi peluang yang besar bagi pengembangan komoditas

peternakan sapi potong. Tahun 2011 luas areal kelapa sawit mencapai

8.908.399 ha, memberikan daya dukung pakan (vegetasi bawah

tanaman sawit dan pelepah sawit) sejumlah 9.987.429 ton BKC

(bahan kering tercerna)/tahun. Selanjutnya dapat dihitung bahwa daya

Page 193: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

182

dukung tersebut dapat memberikan pakan yang cukup bagi 7.823.176

ST (satuan ternak) atau sekitar 11.175.966 ekor sapi dewasa[5].

Namun realitanya tidak demikian, upaya pengembangan di

atas dihadapkan pada berbagai masalah sehingga aras idealita tidak

sejalan dengan aras realita. Salah satu kendalanya adalah belum cukup

terlibatnya masyarakat yang ada di sekitar kebun. Masyarakat ini

sebenarnya sudah lama memelihara ternak sapi potong dengan

memanfaatkan rumput/tumbuhan alami di bawah pohon kelapa sawit,

walaupun belum mendapatkan izin resmi dari pemilik kebun.

Umumnya pihak perkebunan kelapa sawit melarang masyarakat

sekitar menggembalakan ternak mereka di kebun kelapa sawit dengan

alasan sekuritas terhadap kebun sawit[5]. Kembali pada akhirnya

membuat sistem integrasi sapi-sawit ini dirasa oleh beberapa pihak

belum berjalan maksimal.

Epilog

Belum banyak hal yang bisa diuraikan dalam tulisan ini.

Namun, paling tidak lewat tulisan ini kami ingin coba menyajikan

evaluasi dan hitung-hitungan potensi yang dimiliki oleh Republik ini

terkait pengembangan sektor peternakan dari sudut pandang kajian

pelaksanaan PPSDSK 2014 dan deret angka potensi lahan peternakan.

Banyak yang bilang bahwa Indonesia saat ini sedang

mengalami serangan penyakit. Ibarat manusia, Indonesia mungkin

sedang mengalami sejenis penyakit kanker atau jantung yang terkenal

Page 194: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

183

mematikan. Semakin lama semakin mengganas. Akibat dari penyakit

yang diderita sudah terlanjur kronis, bahkan hanya untuk sekedar

membuka mulut menunjukkan taringnya pun bangsa ini tidak mampu.

Dampaknya, bangsa ini terkesan lamban untuk bergerak, dan

sulit untuk menjadi bangsa yang mandiri. Potensi adalah fitrah yang

melekat pada republik ini. Namun, masih banyak hal yang harus kita

lakukan bersama untuk sekedar membangun asa untuk Republik ini.

Semoga tahun ini bukan seperti anggapan kami sebagai intermezo

untuk sekadar mencoba menstimulus asa, mencari harapan kembali

lewat pemimpin baru ditengah semua polemik yang mendera Republik

ini.

Page 195: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

184

REFERENSI

Aju, 2013, Indonesia Jangan Gentar Bangun PLTN. Diakses dari

http://sinarharapan.co/index.php/news/read/24134/indonesia-

jangan-gentarbangun-pltn.html pada 27-5-2014

Akhir, D. J, 2013, 75% Sektor Pertambangan RI Dikuasai Asing.

Diakses dari http://economy.okezone.com/read/2013-

/02/20/19/764574/75-sektor-pertambangan-ri-dikuasai-asing

Anonim, 2011, Impor Bahan Obat Tembus Rp 11 T. Diakses dari

http://www.kemenperin.go.id/artikel/2808/Impor-Bahan-Obat-

Tembus-Rp-11-T

Anonim, 2012, Dari Riset Menghasilkan Inovasi. Diakses dari

http://wapresri.go.id /index/preview/berita/2471

Anonim, 2012, Pertumbuhan Ekonomi 2012 Hanya 6.23 Persen.

Diakses dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/-

02/05/12192140/Pertumbuhan.Ekonomi.2012.Hanya6.23Persen

Anonim, 2013, Tiga Masalah Penyerap APBN Terbanyak. Diakses

dari http://m.liputan6.com/bisnis/read/518416/3-masalah-

penyerap-apbn-terbanyak

Badan Pemeriksa Keuangan, 2013, Siaran Pers: Hasil Pemeriksaan

BPK Semester II Tahun 2012 Atas Program Swasembada

Daging Sapi Tahun 2010 s.d. 2012

______, 2012, Ikhtisar Hasil Pemerikasaan Semester II Tahun 2011,

Jakarta

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), 2012, Teknologi

Dukung Kemandirian Bahan Baku Obat Antibiotik. Diakses

Page 196: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

185

dari http://w1.bppt.go.id/index.php/home/56-bioteknologi-

dan-farmasi/1154-kembangkan-teknologi-ciptakan-

kemandirian-bahan-baku-obat-antibiotik

Badan Pusat Statistik, 2010, Dependency Ratio Menurut Provinsi.

Diakses dari http://bps.go.id/tab_sub/view.php?-

kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=13

______, 2013, Hasil Sensus Pertanian 2013 (Angka Sementara). No.

62/09/ Th. XVI, 2 September 2013

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, Panduan Penyusunan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan

Dasar dan Menengah, BSNP, Jakarta

Bappenas, 2012, Pembangunan Daerah dalam Angka, Jakarta

Darjono, 2009, Pengalaman Penegakan Hukum yang Berkaitan

dengan Kebakaran di Areal Perkebunan dan HTI Rawa

Gambut

Dennis, R, 1999, Tinjauan Projects Kebakaran Indonesia. Pusat

Penelitian Kehutanan Internasional, Bogor

Departemen Kehutanan, 2002, Rekalkulasi Penutupan Lahan Pada

Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain. Departemen

Kehutanan Republik Indonesia, Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003, Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Depdiknas, Jakarta

______, 2004, Manajemen Berbasis Sekolah Jakarta, Dirjen

Dikdasmen, Jakarta

Page 197: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

186

Dimyati, V., 2013, Bahan Baku Obat Masih Impor. Jurnal Nasional,

22 Maret 2013 hlm 11. [Internet]. Diakses dari

http://www.jurnas.com/halaman/11/2013-03-22/237487

Fischer, R. and Nail E, 2000, Molecular Farming in Pharmaceutical

Proteins. Transgenic Research 9: 279–299

Hafil, M dan Arief, J, 2011, Ini Dia 33 Perusahaan Migas Asing

Penunggak Pajak, Rugikan Negara Rp 6 Triliun. Diakses

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/07/

18/loix8j-ini-dia-33-perusahaan-migas-asing-penunggak-

pajak-rugikan-negara-rp-6-triliun

Harefa, M, Kebijakan Pembangunan dan Kesenjangan Ekonomi

Antarwilayah. Diakses dari http://berkas.dpr.go.id/-

pengkajian/files/buku_tim/buku-tim-16.pdf

Hariyanti, D, 2011, Bahan Baku Obat Melimpah, Perusahaan Farmasi

Masih Suka Mengimpor. Jurnal Nasional, 30 November

2011, [Internet]. Diakses dari http://www.jurnas.com

/news/46539

HPLI, 2005, Indonesian Oil Reserves-Resources. Diakses dari

http://www.hpli.org/tambang.php

Ibrahim, Tatang M, 2013, Sapi - Sawit: Kok Bisa Lelet Sih?-

Agroinovasi, Litbang Pertanian. Edisi 21 - 27 Juli 2013

No.3520 Tahun XLIII

ISFI (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Strategi Pengembangan

Bahan Baku Obat Indonesia, Naskah Akademis Ikatan Sarjana

Farmasi Indonesia, disampaikan kepada Menteri Negara

Hortikultura dan Obat, 2007

Page 198: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

187

Kemenegpdt, 2012, Daftar 183 Daerah Tertinggal di Indonesia.

Diakses dari http://www.kemenegpdt.go.id/hal/300027/183-

kab-daerah-tertinggal

Kemenhut, 2013, Statistik Kehutanan Indonesia 2012, Kementerian

Kehutanan Indonesia, Jakarta

Kementerian Pertanian, 2010, Blue Print Pedoman Umum Program

Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014 (Peraturan

Menteri Pertanian Nomor: 19/Permentan/OT.140/2/2010

Tanggal: 5 Pebruari 2010)

Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia, 2006, Buku

Putih Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi Bidang Kesehatan dan Obat

2005 -2025, Jakarta

_______, 2013, Pedoman Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional

(SINas) Tahun 2014, Jakarta

Mikail, B., 2012, Kemandirian Bahan Baku Obat Terus Ditingkatkan,

Kompas, 4 Mei 2012. [Internet]. Diakses dari

http://health.kompas.com/read/2012/05/04/17434182Kemandi

rian.Bahan.Baku.Obat.Terus.Ditingkatkan

Mulyasa, E, 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu

Panduan Praktis, PT Remaja Rosdakary, Bandung

Nullik, J, dan A. Bamualim, 1998, Pakan Ruminansia Besar di Nusa

Tenggara. BPTP, Naibonat dan EIVSP AusAID, Kupang

Potter, L. and Lee, J, 1998, Kelapa Sawit di Indonesia: Peranan

Konversi dan Kebakaran hutan 1997/1998, Laporan WWF-

Indonesia, Jakarta

Page 199: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

188

Pusat Diseminasi IPTEK Nuklir, 2013, Jurnalis Media Nasional

Pelajari Calon Tapak PLTN. http://www.batan.go.id/-

view_news.php?idx=2434&Jurnalis%20Media%20Nasional%

20Pelajari%20Calon%20Tapak%20PLTN. Diakses pada 27-

5-2014

Rustiarini, Wayan, N, Gama, S, Wahyudi, A., 2012, Modal Intelektual

dan Kinerja Perusahaan: Strategi Menghadapi Asean

Economic Community. Diakses dari http://eprints.unisbank.-

ac.id/

Sarwindaningrum, I., dan Aziz, N., A., 2012, Pernyataan Menristek

Soal PLTN Dipertanyakan. http://nasional.kompas.com-

/read/2012/04/24/21332577/Pernyataan.Menristek.soal.PLTN.

Dipertanyakan. Diakses pada 27-5-2014

Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia. Diambil dari

http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Revisi_Ba

han_Ajar_Cetak/BAC_Pengkur_SD/UNIT-4_PERKEM-

BANGAN_KURIKULUM_.pdf. Diakses pada 30 Juni 2014

Sudjana, N, 1989, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di

Sekolah Kejuruan, PT SInar Baru, Bandung

______, 1989, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, PT Sinar Baru,

Bandung

Sutrisno, J., 2012, Standardisasi produk usaha mikro kecil dan

menengah dalam menghadapi pasar bebas. Infokop Vol. 21 pp.

131—158, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,

Jakarta

Page 200: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

189

Yulianti, Tya Eka – detikfinance, 2013, Ide Dahlan Iskan Beli 1 Juta

Hektar Lahan Peternakan di Australia. Diakses dari

http://finance.detik.com/read/2013/09/11/123506/2355604

/4/1/ide-dahlan-iskan-beli-1-juta-hektar-lahan-peternakan-di-

australia pada 04 April 2014

Zein, Novian. 2012, Pengembangan Bahan Baku Obat Dan Obat

Tradisional Di Indonesia. Disampaikan pada Seminar

Nasional 2012 “Menuju Kemandirian Bangsa Indonesia dalam

Bidang Kefarmasian melalui Swasembada Bahan baku Obat”

Yogyakarta, 17 November 2012

Lembaran Negara

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan

Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan

Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006

tentang Standar Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan

Peraturan Menteri Pendidikan nasional Nomor 23 Tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan

Menengah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan

Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan

Kesehatan Hewan

Page 201: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-

190

Page 202: Buku semarak -{Cinta Gadjah Mada untuk Indonesia}-