BUKU SEJARAH KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA

200
EDISI 2010 Sejarah Kurikulum SD di Indonesia S.Belen Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta 2010

description

PENTING UNTUK DI KETAHUI UNTUK WAWASAN buku sejarah kurikulum pendidikan di indonesia. buku ini dapat di downlode disini mudah-mudahan bermanfaat

Transcript of BUKU SEJARAH KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA

  EDISI 2010 

Sejarah Kurikulum SD

di Indonesia

S.Belen

Pusat Kurikulum

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Pendidikan Nasional

Jakarta

2010

Sejarah Kurikulum SD di Indonesia: Dari Mengajar tradisional ke belajar

aktif

Penulis: Dr. S.Belen, S.Pd., B.Phil.

Kontributor:

A.F.Tangyong. M.A., M.A.

Wahyudi Suseloardjo

Drs. Sudyono. M.A.

Dr. Sediono Abdullah, M.Si.

Drs. Arief Sidharta, M.Pd.

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan

Departemen Pendidikan Nasional

Jalan Raya Gunung Sahari No. 4

Senen, Jakarta Pusat

Telepon: ...

Faximile: ...

Daftar Isi

Sejarah Kurikulum SD di Indonesia

Halaman

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A. Kurikulum di alam kemerdekaan

B. Definisi dan organisasi kurikulum

C. Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan proses

pengembangan kurikulum

1

Bab II Kurikulum SD pada Masa Hindia Belanda

A. Sekilas sistem persekolahan dan sekolah dasar pada

masa Hindia Belanda

B. Kurikulum SD pada masa Hindia Belanda

C. Foto-foto keadaan pendidikan pada masa Hindia

Belanda

Bab III Kurikulum SD pada Masa Pendudukan Jepang

A. Kebijakan pendidikan pada masa pendudukan

Jepang

B. Kurikulum SD pada masa pendudukan Jepang

Bab IV Kurikulum SD pada Masa Awal Kemerdekaan dan Masa

Pemerintahan Orde Lama

A. Landasan hukum perubahan / pengembangan

kurikulum

B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada awal

kemerdekaan s.d. masa pemerintahan Orde Lama

C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada awal

kemerdekaan s.d. masa Orde Lama

D. Perkembangan struktur program kurikulum pada

awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama

E. Perkembangan komponen kurikulum pada awal

kemerdekaan s.d. masa Orde Lama

F. Prinsip pengembangan kurikulum pada awal

kemerdekaan s.d. masa Orde Lama

Bab V Kurikulum SD pada Masa Pemerintahan Orde Baru

A. Landasan hukum perubahan / pengembangan

kurikulum

B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa

Orde Baru

C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa Orde

Baru

D. Perkembangan struktur program kurikulum pada

masa Orde Baru

E. Perkembangan komponen kurikulum pada masa

Orde Baru

F. Prinsip pengembangan kurikulum pada masa Orde

Baru

Bab VI Kurikulum SD pada Masa Reformasi

A. Landasan hukum perubahan / pengembangan

kurikulum

B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa

reformasi

C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa

reformasi

D. Perkembangan struktur program kurikulum pada

masa reformasi

E. Perkembangan komponen kurikulum pada masa

reformasi

F. Prinsip pengembangan kurikulum pada masa

reformasi

Bab VII

Perkembangan Mata pelajaran dari Masa ke Masa

Bab VIII Perkembangan Komponen Kurikulum dari Masa ke

Masa

Bab IX

Kronologi Perkembangan Kurikulum: Pengembang &

Ciri-ciri Kurikulum

Bab X

Refleksi Perkembangan Kurikulum SD di Indonesia

Daftar Pustaka

Daftar Tabel

Halaman

Tabel 2.1

Struktur program kurikulum pada sekolah

dasar dizaman Belanda

Tabel 3.1 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat

pada masa pendudukan Jepang

Tabel 4.1 Landasan hukum pengembangan

kurikulum pada awal kemerdekaan dan

masa Orde Lama

Tabel 4.2 Dasar pengambilan keputusan pada

Kurikulum 1947 dan 1964

Tabel 4.3 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat

yang berbahasa daerah sampai Kelas III

(Rencana Pelajaran 1947)

Tabel 4.4 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat

yang berbahasa pengantar Bahasa

Indonesia dari Kelas I (Rencana Pelajaran

1947)

Tabel 4.5 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat

yang diselenggarakan sore hari (Rencana

Pelajaran 1947)

Tabel 4.6 Struktur Program dan Pembagian Waktu

per Minggu bagi sekolah dasar yang

menggunakan bahasa pengantar bahasa

daerah di Kelas I s.d. Kelas III (Rencana

Pendidikan 1964)

Tabel 4.7 Struktur Program dan Pembagian Waktu

per Minggu bagi sekolah dasar yang

menggunakan bahasa pengantar bahasa

Indonesia dari Kelas I (Rencana

Pendidikan 1964)

Tabel 4.8 Bahan pengajaran mata pelajaran Ilmu

Hayat kelas IV SD Kurikulum 1952

Tabel 4.9 Bahan pengajaran mata pelajaran IPA

kelas IV Kurikulum 1964

Tabel 5.1 Landasan hukum pengembangan

kurikulum pada awal pada masa Orde

Lama

Tabel 5.2 Dasar pengambilan keputusan pada

Kurikulum pada masa Orde Baru

Tabel 5.3 Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar

(1968) (Bagi sekolah dasar yang

menggunakan bahasa pengantar bahasa

daerah sebagai bahasa pengantar)

Tabel 5.4 Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar

(1968) (Bagi sekolah dasar yang berbahasa

pengantar bahasa Indonesia dari kelas I)

Tabel 5.5 Struktur Program Kurikulum Sekolah

Dasar 1975

Tabel 5.6 Susunan Program Pengajaran Kurikulum

Sekolah Dasar (1984)

Tabel 5.7 Susunan Program Pengajaran Kurikulum

Sekolah Dasar 1994 *)

Tabel 5.8 Garis-garis Besar Program Pengajaran

Bidang Studi IPA SD Kelas IV

Tabel 6.1 Landasan hukum pengembangan

kurikulum pada masa reformasi

Tabel 6.2 Dasar pengambilan keputusan pada

Kurikulum 2004 dan 2006

Tabel 6.3 Struktur Kurikulum Sekolah Dasar &

Madrasah Ibtidaiyah

Tabel 6.4 Struktur Kurikulum SD/MI 2006

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP)

Tabel 6.5 Struktur Kurikulum SDN Pondok Bambu

14

Tabel 6.6 Tabel Kompetensi dasar Kurikulum

Berbasis Kompetensi (Kurikuum 2004)

Tabel 6.7 Tabel Contoh Kompetensi Dasar

Kurikulum 2004

Tabel 6.8 Standar kompetensi dan kompetensi dasar

IPA kelas IV Kurikulum 2006

Tabel 6.9 Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006

Tabel 7.1 Perkembangan nama serta pemisahan /

penggabungan olahraga dan kesehatan

dalam sejarah kurikulum serta alokasi

waktunya

Tabel 7.2 Perkembangan nama serta pemisahan /

penggabungan kesenian dalam sejarah

kurikulum serta alokasi waktunya

Tabel 7.3 Perkembangan nama serta pemisahan /

penggabungan keterampilan dalam sejarah

kurikulum serta alokasi waktunya

Tabel 8.2 Perbandingan komponen Kurikulum 1947

s.d. 2006

Tabel 8.1 Kecenderungan penekanan materi atau

kemampuan / kompetensi pada kurikulum

IPA

Tabel 9.1 Kronologi Perkembangan Kurikulum di

Indonesia

Tabel 9.2 Penyusun kurikulum-kurikulum di

Indonesia

Daftar Bagan & Gambar

Halaman

Bagan 2.1 Sistem Persekolahan Zaman Pemerintahan

Hindia Belanda Abad ke-20

Bagan 10.1 Perkembangan anutan pendekatan

pengembangan kurikulum di negara-negara

maju

Gambar 4. 1 Unsur kurikulum

Gambar 5.1 Langkah-langkah desain kurikulum

Gambar 5.2 Inti pengertian belajar aktif tampak pada

gambar ini

Gambar 5.3 Unsur-unsur belajar aktif

Gambar 5.4 Prinsip-prinsip belajar aktif

Gambar 6.1 Input, proses, dan outcome kompetensi

PENDAHULUAN

A. Kurikulum di alam kemerdekaan Sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945, paling tidak kita telah mengenal 9

kurikulum yang lengkap , yaitu kurikulum-kurikulum tahun 1947, 1952, 1964,

1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan terakhir 2006. Jeda waktu antara satu

kurikulum dan kurikulum berikutnya berkisar dari 5, 12, 4, 7, 9, 10, 10, dan 2

tahun. Pergantian kurikulum yang semakin cepat dipengaruhi perubahan politik

sehingga dalam kurun waktu 7 tahun setelah merdeka kita menerapkan 2

kurikulum. Dengan kata lain, turbulensi politik berdampak pergantian kurikulum.

Dari tahun 1952 – 1964, selama 12 tahun kita bertahan menerapkan Kurikulum

1952. Dari satu segi kenyataan ini dapat dipandang sebagai akibat kurang

diprioritaskannya pendidikan. Atau, karena konsistensi pemikiran pedagogis yang

dianut para pengambil keputusan di bidang pendidikan. Kurikulum 1964 hanya

diterapkan 4 tahun, lalu kita beralih ke Kurikulum 1968. Ini disebabkan oleh

peralihan dari kekuasaan Orde Lama ke Orde Baru.

Kurikulum 1968 dilaksanakan selama 7 tahun, kemudian terbit Kurikulum 1975

yang cukup komprehensif dari segi pengembangan kurikulum. Kurikulum 1975

lahir sebagai dampak semakin terbukanya negara kita terhadap pengaruh Barat

setelah PKI tersingkir dari arena perpolitikan Indonesia. Kurikulum ini lahir

sebagai hasil kerja sama internasional karena dunia politik dan ekonomi Indonesia

yang semakin terbuka terhadap Blok Barat. Kemudian, lahir Kurikulum 1984

sebagai dampak hasil riset pendidikan, inovasi kurikulum dan pendidikan di

Indonesia, serta perkembangan di negara-negara lain sejak awal 1970-an yang

perlu ditampung dalam kurikulum baru.

Pemberlakukan kurikulum baru dalam sejarah pendidikan di Indonesia itu penting

sebagai motor penggerak pembaharuan atau pengadaan berbagai komponen

pendidikan yang lain, seperti buku pelajaran, sarana belajar lain, metodologi

mengajar, penilaian dan ujian, dan kurikulum lembaga pendidikan guru.

Kemudian, lahir Kurikulum 1994 untuk menampung hasil inovasi kurikulum dan

pendidikan yang sudah cukup meyakinkan, pendekatan komunikatif dalam

1

bahasa, belajar aktif dalam IPA, IPS, dan mata pelajaran lain, serta perlunya

diterapkan mata pelajaran desain dan teknologi di sekolah. Walaupun pada

Kurikulum 1947, 1964, dan 1968, lalu kemudian pada Kurikulum 1984 dan 1994

pendekatan belajar aktif ditekankan, sejak kemerdekaan, mulai dari Kurikulum

1947 sampai dengan Kurikulum 1994, selama 47 atau hampir 50 tahun kita tetap

belum terlepas dari pendekatan pengembangan kurikulum berbasis materi atau

pengetahun (content-based curriculum development).

B. Definisi dan organisasi kurikulum Definisi kurikulum menurut tingkatan organisasi kurikulum yang digunakan

dalam penulisan ini dikemukakan berikut ini.

Definisi kurikulum

Curric

ulum is al

l of t

h...

Curric

ulum enco

mpa...

Curric

ulum is a

plan fo

...

33% 33%33%1. Kurikulum adalah

semua pengalaman yang diperoleh siswa di bawah bimbingan para guru.

2. Kurikulum mencakup semua kesempatan belajar yang diadakan oleh sekolah.

3. Kurikulum adalah sebuah rencana untuk semua pengalaman yang dihadapi siswa di sekolah.

Kurikulum …

semua

Kurikulum …

kese

mpatan

Kurikulum …

renca

na

Organisasi kurikulum

• Tingkat masyarakat…politisi, panitia khusus, ahli

• Tingkat institusi…ditetapkan di sekolah, kabupaten, universitas…biasanya disusun sejalan dengan disiplin mata pelajaran / kuliah

• Tingkat instruksional…perencanaan guru dan pengajaran siswa

• Tingkat ideologis…teoretisi belajar dan spesialis mata pelajaran

2

C. Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan proses

pengembangan kurikulum Prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan proses pengembangan kurikulum yang

berkenaan dengan desain, pengembangan, dan evaluasi dikemukakan berikut ini.

Prinsip 1: Keputusan tentang kurikulum harus dibuat berdasarkan alasan-alasan

pendidikan yang valid (sahih), bukan berdasarkan alasan-alasan yang kedengaran

bagus atau alasan bukan pendidikan.

Prinsip 2: Keputusan tentang kurikulum yang bersifat permanen harus dibuat

berdasarkan bukti (evidensi) terbaik yang tersedia.

Prinsip 3: Keputusan kurikulum harus dibuat dalam konteks tujuan pendidikan

yang bersifat umum.

3

Prinsip 4: Keputusan kurikulum harus dibuat dalam konteks keputusan yang

dibuat sebelumnya dan dalam konteks kebutuhan untuk pembuatan keputusan

tambahan sehingga keseimbangan dan pertimbangan kurikulum lainnya yang

penting dapat dijamin aman.

Prinsip 5: Keputusan kurikulum harus dibuat berdasarkan paduan kekuatan

yang berasal dari kodrat dan perkembangan pelajar, kodrat proses belajar,

tuntutan masyarakat umumnya, persyaratan dari masyarakat lokal, dan hakikat

dan struktur mata pelajaran yang akan dipelajari.

Prinsip 6: Keputusan kurikulum harus dibuat secara kooperatif oleh orang-

orang yang terlibat dalam dampak keputusan itu dan dengan partisipasi penuh

orang-orang yang amat terkena dampak keputusan itu.

4

Prinsip 7: Keputusan kurikulum harus memperhatikan fakta-fakta baru

tentang kehidupan manusia, seperti perkembangan pesat ilmu pengetahuan

dan kebutuhan akan rasa persatuan dalam keanekaragaman.

Prinsip 8: Keputusan kurikulum harus mempertimbangkan banyak perbedaan

antar-siswa, terutama yang berhubungan dengan potensi perkembangan siswa,

kemampuan intelektualnya, gaya berpikirnya, kemampuan menghadapi

tekanan teman sebaya, dan kebutuhan akan pendidikan nilai dan penghargaan.

Prinsip 9: Keputusan kurikulum harus dibuat berdasarkan pandangan realistis

tentang hal-hal pengorganisasian atau rekayasa yang dapat mempengaruhi

kualitas keputusan itu sendiri, seperti korelasi atau pemisahan mata pelajaran,

distingsi antara materi kurikulum dan pengalaman siswa, dan penggunaan

waktu.

5

Prinsip 10: Keputusan kurikulum harus dibuat berdadasarkan beberapa

pandangan mendahului (antisipatif) tentang cara-cara keputusan itu

dikomunikasikan dan dibagi.

Prinsip 11: Keputusan kurikulum harus dibuat hanya dalam hubungan dengan

mata pelajaran dan pengalaman siswa yang tidak dapat diberikan secara

memuaskan di luar sekolah.

6

KURIKULUM SD PADA MASA HINDIA BELANDA

A. Sekilas sistem persekolahan dan sekolah dasar pada masa

Hindia Belanda Pada masa penjajahan Belanda di tanah air berlaku tiga sistem pendidikan, yaitu

sistem pendidikan tradisional yang dilakukan di pondok dan padepokan, sistem

pendidikan Barat yang diperkenalkan penjajah Belanda, dan sistem pendidikan

yang berciri nasional yang dirintis para tokoh pergerakan nasional, terutama

sistem perguruan Taman Siswa yang dirintis dan dikembangkan Ki Hajar

Dewantara.

Pada pendidikan di padepokan seorang cantrik (murid) dididik oleh seorang

begawan (guru) untuk menguasai bidang atau hal tertentu. Kemudian, sistem

pendidikan seperti ini dilanjutkan dan dikembangkan menjadi sistem pendidikan

pondok pesantren. Para murid atau santri dididik oleh seorang ulama yang

menguasai ilmu Agama Islam secara mendalam. Ulama ini disebut kyai. Para

santri tinggal di pondok pesantren atau di pondok-pondok sekitar rumah kyai.

Sejak awal abad ke-20, sistem pendidikan tradisional ini terpengaruh sistem

pendidikan kolonial dan akhirnya ada yang mengadopsi sistem sekolah seperti

yang diperkenalkan Belanda sedangkan pelajaran Quran dan agama dijadikan

mata pelajaran wajib. Karena itu, pada tahun 1919 misalnya Sekolah Adabiyah di

Sumatera Barat amat menyimpang dari cara pendidikan tradisional dan

berkembang menjadi sekolah serupa HIS. Perbedaan dengan HIS adalah pelajaran

Quran dan Agama Islam dimasukkan sebagai mata pelajaran wajib. Selanjutnya,

sistem seperti ini berkembang menjadi madrasah. (Mahmud Yunus, 1979 dalam

Yasin Anwar, 1987).

Ciri utama sistem pendidikan kolonial adalah eksploitatif karena bertujuan

menghasilkan tenaga kerja rendahan untuk mendukung kebutuhan ekonomi

penjajah. Ciri yang kedua adalah diskriminatif rasial karena membeda-bedakan

perlakuan kepada anak-anak golongan Belanda atau Eropa, golongan Timur

Asing, dan pribumi. Anak-anak pribumi juga dibedakan antara anak-anak

7

keluarga ningrat atau bangsawan (aristokrat), pemimpin agama (ulama), dan anak-

anak rakyat biasa.

Bagan 2.1 Sistem Persekolahan Zaman Pemerintahan Hindia Belanda Abad ke-20 6

5

4

3

2

1

8

7

Pendidikan

tinggi

Technische

Hoogeschool

(Sekolah Tinggi

Teknik)

Geneeskundige

Hoogeschool

(Sekolah Tinggi

Kedokteran)

Rechts

Hoogeschool

(Sekolah Tinggi

Hukum)

6

5

4

Mid.Vak-

school

Kweekschool

(Sekolah

Guru)

AMS

(Sekolah

Menengah

Atas)

3

2

1

10

MULO

9

Pendidikan

menengah

LYCEA

HBS

V

HBS

III

Eur. Vak-school (Sek.

Kejuruan Eropa) Voorklas

8

7

6 Inlandsche-school

(Sekolah Bumiputera Kelas 1

5

Schakel-

School (Sek.

Peralihan)

Inl.

Vakschool

(Sekolah

Kejuruan)

3

Vervolg-

school

2

1

Pendidikan

rendah

ELS

(Sekolah

Rendah Eropa)

HCS

(Sekolah

Cina

Belanda)

HIS

(Sekolah

Bumiputera

Belanda

Volk-

school

(Sekolah

Desa) 2 de Inlandsche-

school

(SD Kelas II)

EROPA BELANDA BUMIPUTERA

Berikut ini dikemukakan tentang beragam jenis sekolah pada masa penjajahan

Belanda yang dapat dibedakan dalam tiga golongan.

8

1. Sekolah untuk anak pribumi yang terdiri dari Volksschool atau Sekolah Desa 3

tahun berbahasa pengantar bahasa daerah. Yang ditekankan pada sekolah desa

adalah pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Tamatan sekolah desa

dapat meneruskan ke sekolah sambungan (Vervolgschool) 2 tahun dengan

bahasa pengantar bahasa daerah serta Sekolah Peralihan (Schakelschool) yaitu

sekolah lanjutan untuk sekolah desa dengan lama belajar seluruhnya 5 tahun

dan berbahasa Belanda dalam kegiatan belajar-mengajar. Tamatan sekolah ini

dapat melanjutkan ke sekolah guru (CVO) dan Normal School atau ke MULO

(Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau sekolah rendah yang diperluas (kira-

kiara setara dengan SMP masa kini). Selain itu, dikenal pula Erste

Indlandscheschool (Sekolah Kelas I) dan Tweede Inlandscheschool (Sekolah

Kelas II).

2. Sekolah untuk anak keluarga ningrat atau bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka

atau pegawai negeri adalah HIS (Hollandsch Inlandscheschool) 7 tahun yang

sering juga disebut Sekolah Bumiputera Belanda yang berbahasa pengantar

bahasa Belanda. Sedangkan, untuk anak rakyat jelata dapat bersekolah di

Sekolah Bumiputera (Indlancsheschool) 5 tahun yang berbahasa pengantar

bahasa daerah. Kemudian, anak-anak pribumi tamatan MULO dapat masuk ke

Kweekschool (KS atau sekolah guru) atau Stovia (School Tot Opleiding van

Inlansche Artsen) yang sering disebut juga sebagai Sekolah Dokter Jawa

dengan masa belajar 7 tahun.

3. Sekolah-sekolah untuk golongan Timur Asing seperti Sekolah Cina 5 tahun

yang berbahasa pengantar bahasa Cina dan HCS (Hollandsch Chineeseschool)

7 tahun yang berbahasa pengantar bahasa Belanda. Selain itu ada pula sekolah

untuk anak keturunan Arab, yaitu Hollandsch Arabischeschool (HAS) dan

untuk anak-anak orang Ambon, yaitu Ambonsche Burgerschool dan untuk

anak-anak serdadu KNIL asal Ambon – Ambonsche Soldaten School (ASS)

yang terdapat di kota-kota garnisun besar, seperti Magelang, Jakarta atau

Padang. Selain itu, atas usaha swasta seperti Zending dan Missi didirikan pula

sekolah Jawa-Belanda atau Hollandsch Javaanscheschool (HJS). Untuk anak

bangsawan didirikan juga sekolah dasar khusus yang disebut Sekolah Raja

9

(Hoofden School). Sekolah ini semula didirikan di Tondano pada tahun 1865

dan 1872 tapi kemudian diintegrasikan ke ELS atau HIS. Tamatan sekolah-

sekolah ini dapat melanjutkan ke MULO dan seterusnya ke AMS (Algemeene

Middelbar School yang dapat disetarakan dengan SMA sekarang) 3 tahun

mirip HBS (Hoogere Burger School) atau sekolah menengah lanjutan dari

ELS.

4. Sekolah-sekolah untuk anak-anak Eropa, keturunan Timur Asing atau tokoh

pribumi terkemuka dari pendidikan dasar s.d. pendidikan tinggi, yaitu ELS

(Europesche Lagere School) 7 tahun yang berbahasa pengantar bahasa

Belanda. Tamatannya melanjutkan ke HBS (Hoogere Burger School) 3 tahun

dan 5 tahun atau Lyceum (Lycea) 6 tahun, Middelbare Meisjeschool 5 tahun,

Rechts Hoogeschool 5 tahun, atau Geneeskundige Hoogeschool atau Sekolah

Tinggi Kedokteran 8 setengah tahun dan Kedokteran Gigi 5 tahun.

Sekolah dan kursus pada strata yang lebih tinggi yang didirikan Belanda antara

lain GHS (Geneeskundige Hoogeschool), HAC (Hoofd Akte Cursus), RHS

(Rechts Hoogeschool), THS (Technische Hogeschool), HKS (Hogeere

Kweekschool), HIK (Hollandsch Inlandsche Kweekschool)

Di luar jalur resmi pemerintah Hindia Belanda, ada sekolah-sekolah partikelir

(swasta), seperti sekolah Taman Siswa, perguruan rakyat, Kristen dan Katolik.

Pada jalur pendidikan Islam ada pendidikan yang diselenggarakan oleh Perguruan

Muhammadiyah, madrasah, dan pondok pesantren.

Peraturan pendidikan dasar untuk masyarakat pada waktu Hindia Belanda pertama

kali dikeluarkan pada tahun 1848 dan disempurnakan pada tahun 1892. Peraturan

yang disempurnakan itu menetapkan bahwa pendidikan dasar harus ada pada

setiap karesidenan, kabupaten, kawedanan atau pusat-pusat kerajinan,

perdagangan, atau tempat yang dianggap perlu. Peraturan yang terakhir (1898)

diterapkan pada tahun 1901 setelah adanya Politik Etis atau Politik Balas Budi

dari Kerajaian Belanda, yang diucapkan pada pidato penobatan Ratu Belanda

Wilhelmina pada 17 September 1901. Inti pidato itu berisi tiga hal penting, yaitu

irigasi, transmigrasi, dan pendidikan.

10

Pembedaan sistem persekolahan ini didorong oleh politik penjajah untuk tetap

menjajah Indonesia melalui strategi divide et impera, memecah-mecah dan

menguasai. Anak-anak Belanda dan turunan Eropa mendapatkan privilese

istimewa agar tamatan perguruan ini tetap berperan sebagai pemimpin. Tamatan

sekolah-sekolah untuk turunan Timur Asing, seperti Cina, Arab, dan India dapat

menjadi penyanggah dalam beragam kegiatan perdagangan / ekonomi.

Sedangkan, tamatan sekolah untuk anak pribumi dapat menjadi tenaga rendahan

untuk mendukung administrasi Belanda sebagai juru tulis dan berbagai pekerjaan

rendah lainnya, terutama sebagai pegawai rendah dalam berbagai kantor

pemerintah, perusahaan, dan perkebunan pemerintah Belanda. Tenaga rendahan

ini dapat dibayar murah sehingga pemerintah Belanda tidak perlu mendatangkan

tenaga seperti ini dari negeri Belanda yang harus dibayar tinggi.

(Sumber: Jasin Anwar, 1987; Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan

Indonesia; http://www.ngobrolaja.com/showthread.php?t=119659, Wikipedia

bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas http://id.wikipedia.org/wiki/Hollandsch-

Inlandsche_School, dan M.Ryzki Wiryawan yang diambil dari P. Swantoro, Dari

Buku ke Buku, Gramedia : 2002, Keluarga EX-HIK Yogyakarta, Gema Edisi

Yubileum, Forum Komunikasi keluarga Ex-HIK: 1987).

B. Kurikulum SD pada masa Hindia Belanda Kurikulum adalah istilah yang dikenal kemudian di alam Indonesia merdeka yang

secara resmi digunakan untuk memberi nama kepada kurikulum yang lahir tahun

1968 sebagai Kurikulum 1968. Pada masa penjajahan Belanda digunakan istilah

leerplan atau rencana pelajaran yang memuat daftar mata pelajaran dan alokasi

(penjatahan) waktu per mata pelajaran. Sedangkan, istilah leervak atau vak yang

dipakai berarti mata pelajaran.

Dalam buku ini:

● Rencana Pelajaran 1947 disebut penulis dengan istilah Kurikulum SD

(Sekolah Dasar) 1947 atau disingkat Kurikulum 1947 yang berlaku untuk SD

sesuai dengan konteks bahasan, sedangkan jika disebut bersama-sama dengan

11

kurikulum sekolah pada jenjang menengah akan digunakan istilah Kurikulum

SD 1947, Kurikulum SMP 1947 atau Kurikulum SMA 1947;

● Rencana Pelajaran Terurai 1947 untuk Sekolah Rakyat dengan istilah

Kurikulum SD 1947 atau Kurikulum 1947;

● Rencana Pendidikan Dasar dengan 1964 dengan istilah Kurikulum SD 1964

atau Kurikulum 1964;

● Kurikulum SD 1968 atau Kurikulum 1968;

● Kurikulum SD 1975 atau Kurikulum 1975;

● Kurikulum SD 1994 atau Kurikulum 1994;

● Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dengan Kurikulum 2004; dan

● Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dengan Kurikulum 2006.

Tanpa merinci jumlah jam per minggu mata-mata pelajaran pada berbagai jenis

sekolah dasar pada zaman Belanda seperti dikemukakan Nasution (2995)

disajikan berikut ini.

Tabel 2.1 Struktur program kurikulum pada sekolah dasar di zaman Belanda ELS HIS HCS Eerste

Inlandscheschool

Tweede

Indlandschesc

hool

Volkschool

(Sekolah

Desa)

Pelajaran Wajib:

Membaca

Menulis

Berhitung

Bahasa Belanda

Sejarah

Ilmu Bumi

Pelajaran Tambahan:

Bahasa Prancis

Bahasa Jerman

Bahasa Inggris

Sejarah Dunia

Matematika *

Kesenian/Keterampilan

Pendidikan Jasmani

Membaca

Menulis

Berhitung

Bahasa Belanda

Ilmu Bumi

Bahasa Daerah

Bahasa Indonesia

Bahasa Jawa **

Bahasa Jerman

Bahasa Inggris

Sejarah Dunia

Matematika *

Kesenian/Keterampila

n

Pendidikan Jasmani

Bahasa Cina

Bahasa Inggris

Bahasa Prancis

Bahasa Belanda

Berhitung

Membaca

Menulis

Sejarah

Ilmu Bumi

Sejarah Dunia

Matematika *

Kesenian

Pendidikan

Jasmani

Membaca &

Menulis Bahasa

Daerah

Bahasa Indonesia

Berhitung

Ilmu Bumi

Indonesia

Bahasa Belanda

Ilmu Alam

Sejarah Lokal

Menggambar

Ukur Tanah

Menyanyi

Bahasa

Indonesia

Berhitung

Menggambar

Menyanyi

Ilmu Bumi

Ilmu Alam

Bahasa Daerah

Kesenian

Kelas I:

Alfabet &

Bahasa

Indonesia

Bercakap-

cakap

Berhitung

Kelas II:

Alfabet &

Tulisan Arab

Mendengar

Kelas III:

Ulangan

Berhitung

12

Diolah kembali oleh penulis dari Ramli Murni, 2010

Catatan tambahan penulis:

ELS: Europesche Lagere School atau Sekolah Rendah Eropa 7 tahun.

HIS: Hollandsch Inlandscheschool atau Sekolah Bumiputera Belanda 7 tahun.

HCS: Hollandsch Chineeseschool atau Sekolah Cina Belanda 7 tahun.

Eerste Inlandscheschool: Sekolah Bumiputera Kelas I.

Tweede Indlandsceschool: Sekolah Bumiputera Kelas II.

Matematika * : Pada masa ini istilah Matematika belum dikenal. Kemungkinan

mata pelajaran ini terdiri dari Aljabar dan Ilmu Ukur.

Bahasa Jawa **: Kemungkinan hanya berlaku di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan

Jawa Timur

C. Foto-foto keadaan pendidikan pada masa Hindia Belanda Berikut ini disajikan foto-foto yang menggambarkan keadaan pendidikan pada

masa Hindia Belanda.

Murid Vervolgschool, sekolah sambungan dari Sekolah Desa (Volksschool)

melakukan gimnastik atau senam kesegaran jasmani

13

Pada sekolah desa digunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar dan pada

foto ini tampak penulisan bukan dalam aksara Latin tapi aksara Jawa

Sekolah Taman Siswa di Bandung

14

Sekolah seperti ini menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar

Anak keluarga kaya dan terhormat ke sekolah naik dokar atau delman

15

Ini adalah dokar atau delman yang digunakan Bung Hatta ketika bersekolah di

Bukittinggi dahulu pada zaman penjajahan Belanda

Di ruang kelas sekolah untuk anak pribumi

16

Ibu Soerjoadipoetro sedang berbincang-bincang dengan siswi-siswi National

Onderwijs Instituut Lembaga Pengajaran Bangsa Taman Siswa di Bandung

Ijazah Meisjes Vervolgschool (Sekolah Sambungan khusus untuk wanita) di

Mojokerto, Jawa Timur, tahun1937

17

Ijazah Meisjes Vervolgschool di Garut, Jawa Barat, tahun 1937

Ijasah Sekolah Desa di Mojokerto tahun 1922

18

Ijasah MULO (setingkat SMP) tahun 1933

Kelas lima sekolah dasar Modjowarno di Jawa Timur. Seorang siswa calon guru

sedang mengajar, didampingi seorang guru pribumi

19

Tampak siswa turunan Belanda naik mobil sekolah di Pengalengan, Jawa Barat

Ruang menggambar sekolah guru di Jawa

20

Sekelompok siswa HIS sedang mengunjungi Cisarua di bawah pengawasan siswa

Hogeere Kweekschool (sekolah pendidikan guru) Bandung di tahun ajaran 1925-

1926

Sekolah pribumi di Barabai, Kalimantan Selatan

21

Sekolah pribumi (1915 – 1949) pada perusahaan Tanjung Morawa Senembah,

Sumatera Utara

Sekolah swasta pribumi di Bogor, Jawa Barat

22

Siswa dari Hogeere Kweekschool (HKS) di Bandung mengajar senam anak-anak

murid dari Hollands Inlandseschool (HIS) tahun ajaran 1925-1926

23

Rapor sekolah zaman Belanda dari Sekolah St. Ursula, Bandung, tahun ajaran

1933 – 1934

(Sumber foto: Diambil dari internet, terutama dari koleksi Tropenmuseum)

24

KURIKULUM SD PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG

A. Kebijakan pendidikan pada masa pendudukan Jepang Pada masa pendudukan Jepang, sekolah-sekolah berbahasa Belanda ditutup.

Seluruh sekolah dasar hanyalah berbentuk SR atau Sekolah Rakyat dengan lama

belajar 6 tahun. Dengan demikian, masa pendudukan Jepang menyediakan jalan

untuk menyederhanakan dan menyeragamkan sistem persekolahan yang

bermacam-macam yang berciri diskriminatif.

Keadaan sekolah dasar sebelum dan sesudah pendudukan Jepang di Indonesia

kurang jelas karena langkanya data otentik. Dokumen militer Jepang yang disebut

‘Jawa ni okeru bunkyō no gaikyō’ menjadi satu sumber yang penting tentang hal

ini. Jumlah sekolah dasar dan siswa dilaporkan menurun drastis. Namun dalam

artikel Murni Ramli (Pascasarjana Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia, Universitas Nagoya, Jepang) “Primary School System in Java Before

and Under Japanese Occupation (1940 – 1944)” dikemukakan bahwa jumlah

sekolah dasar tidak menurun secara signifikan, dan bahkan jumlah siswa

meningkat di Jawa. Sistem satu guru dua kelas dan satu ruang untuk dua kelas

diterapkan untuk menanggulangi kekurangan guru. Kurikulum “di-Jepang-kan”

melalui penerapan mata pelajaran baru, seperti bahasa Jepang, pendidikan mental,

pendidikan jasmani, dan kegiatan keterampilan. Sekolah dasar pada masa

pendudukan Jepang menekankan pendidikan praktis, tidak seperti sistem Belanda

yang berciri akademis.

Pendudukan Jepang hanya berlangsung tiga setengah tahun, namun muncul

kebijakan pendidikan penting yang berlangsung terus sampai sekarang. Misalnya,

sistem 6 tahun sekolah dasar, 3 tahun sekolah menengah pertama, dan 3 tahun

sekolah menengah atas (sistem 6 – 3 – 3). Pendidikan jasmani atau senam fisik

(disebut taisō) secara rutin dipraktikkan pagi hari pada waktu yang sama di

seluruh Indonesia dan ada yang berpendapat bahwa kebiasaan ini merupakan asal-

mula Senam Pagi yang diwajibkan di semua sekolah dan kantor pemerintah pada

salah satu hari dalam seminggu selama era pemerintahan Soeharto.

25

R.Thomas Murray (1966 seperti yang dikutip Murni Ramli) mengungkapkan

beberapa kebijakan oleh militer Jepang di Indonesia, yaitu:

● Menghapus bahasa Belanda di sekolah-sekolah;

● Melarang penggunaan dan pengajaran bahasa Inggris dan Prancis di sekolah

menengah dengan alasan itu adalah “bahasa musuh;

● Pengajaran bahasa Jepang di sekolah dasar dan menengah;

● Menetapkan bahasa Melayu / bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang

digunakan di sekolah dan pemerintahan.

● Menekankan kegiatan jasmani dan mengintensifkan latihan militer di sekolah

menengah;

● Menerapkan pekerjaan tangan atau kerja bakti untuk mendukung perang dan

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti menanam sayur, beternak ikan

atau hewan;

● Mereorganisasi beberapa sekolah menengah Belanda menjadi sekolah

kejuruan;

● Menghapus pengajaran sejarah Belanda dan Eropa dan menggantinya dengan

sejarah Asia dan Indonesia.

(Sumber: Murni Ramli pada International Journal of History Education No 1. Vol.

XI, June 2010)

Terbanyak literatur menyatakan bahwa semua jenis sekolah dasar disatukan

menjadi Sekolah Rakyat (Kokumingakkō). Namun, menurut bunkyō no gaikyō,

bab 2, dan gakkōkyouiku (pendidikan formal), bagian 2, kankōritsushokyōiku

(Sekolah Negeri dan Swasta), ada beberapa model Sekolah Rakyat. Pertama,

Sekolah Rakyat (Kokumingakō) yang memberikan pelajaran dasar (shotōka) dan

pelajaran lanjutan atau komprehensif (futsūka), masing-masing diselenggarakan

dalam 3 tahun. Kedua, Sekolah Pertama (otōkokumingakkō), yang hanya

memberikan pendidikan selama 3 tahun. Ketiga, Sekolah Rakyat yang hanya

memberikan pendidikan komprehensif (disebut Futsūka kokumingakkō). Sekolah

jenis ini memiliki tipe yang lain, yaitu sekolah 4 tahun dan sekolah 7 tahun. Pada

tahun ajaran 1944, semua sekolah jenis ini dijadikan sekolah 3 tahun dan semua

26

Sekolah Rakyat (Shotōkokumingakkō) dijadikan sekolah 6 tahun. (Sumber:

bunkyō no gaikyō : halaman 34-35 seperti dikutip Ramli Murni, 2010).

Kebanyakan sekolah rakyat 6 tahun di Jawa menggunakan bahasa daerah sebagai

bahasa pengantar, seperti bahasa Melayu, Jawa, Sunda, dan Madura. Siswa yang

menyelesaikan sekolah rakyat hanya sampai kelas V tidak menerima ijasah

kelulusan, tapi menerima semacam surat tanda tamat belajar yang dapat

digunakan untuk bekerja di masyarakat sedangkan siswa yang sampai kelas VI

atau sampai 7 tahun di sekolah rakyat mendapatkan ijasah kelulusan yang dapat

digunakan untuk melanjutkan ke sekolah menengah. Kedua sistem sekolah dasar

ini diadopsi oleh Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP)

dalam proposalnya pada tahun 1946 seperti dikutip Tilaar (1995:72). Namun,

Panitya Penyelidik Pengajaran pada tahun 1947 hanya menerima sekolah rakyat

6 tahun dan menghapuskan tipe sekolah yang lain.

B. Kurikulum SD pada masa pendudukan Jepang Literatur tentang kurikulum pada masa pendudukan Jepang amat langka. Karena

itu, pada bagian ini hanya dikemukakan tentang struktur program kurikulum

sekolah dasar yang berisi daftar mata pelajaran dan alokasi waktu tiap mata

pelajaran per minggu.

Tabel 3.1 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat

Pada masa pendudukan Jepang

No. Mata Pelajaran Kelas

I II III IV V VI

1 Pendidikan semangat 2 2 2 2 2 2

2 Bahasa Jepang 3 4 5 6 6 6

3 Bahasa Indonesia - - 4 4 5 5

4 Bahasa Daerah 6 6 4 3 3 2

5 Sejarah - - - 1 1 1

27

No. Mata Pelajaran Kelas

6 Ilmu Bumi - - - 1 2 1

7 Berhitung 4 5 5 4 4 4

8 Ilmu Alam - - - 1 1 2

9 Pendidikan Jasmani 3 3 3 3

10 Seni Suara

4

4 2 2 1 1

11 Kaligrafi 1 1 1 1 0 0

12 Pertukangan Kayu 2 2 2 2 2 2

13 Menggambar 2 2 1 1 1 1

14 Latihan Kerja - - 1 1 1 1

15 Ekonomi / Industri - - - 1 2 2

16 Pekerjaan Rumah Tangga - - - 1 2 3

Jumlah seluruhnya 24 26 30 34

(35)

36

(38)

36

(38)

Angka total dalam kurung adalah jumlah jam per minggu untuk sekolah anak

perempuan.

(Sumber: bunkyō no gaikyō seperti ditulis Ramli Murni, 2010)

28

KURIKULUM SD PADA AWAL KEMERDEKAAN DAN MASA

PEMERINTAHAN ORDE LAMA

A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum

Tabel 4.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan

dan masa Orde Lama

Kurikulum Pancasila &

UUD 1945

TAP MPR &

GBHN

UU Peraturan

Pemerintah

Keputusan Menteri

1947 Pancasila dan

UUD 1945

Instruksi Menteri

Pengajaran RI 29 Sept

1945 tentang pedoman

penyelenggaraan

pendidikan dan pengajaran,

a.l. agar segala usaha

pendidikan dan pengajaran

berlandaskan dasar

kebangsaan Indonesia,

memelihara dan

menguatkan “rasa cinta

Nusa dan Bangsa dalam

hati sanubari murid-murid

dan pelajar-pelajar dengan

memasukkan semangat

kebangsaan dalam segala

pelajaran, serta

menghapuskan segala isi

pengajaran yang dapat

melemahkan semangat

itu.”

1964 Manipol

(Manifesto

Politik) dan

Usdek (UUD

Tap MPRS No.

II / MPRS /

1960: Politik

dan sistem

UU POKOK

PENDIDIKAN No.

4 / 1950 (yo. No. 12

/ 1954 Pasal 10,

Terbit tanpa keputusan

Menteri tapi hanya dengan

kata pengantar Pembantu

Menteri

29

Kurikulum Pancasila &

UUD 1945

TAP MPR &

GBHN

UU Peraturan

Pemerintah

Keputusan Menteri

1945,

Sosialisme

Indonesia,

Demokrasi

Terpimpin,

Ekonomi

Terpimpin, dan

Kepribadian

Indonesia

dengan poros

Nasakom

(Nasional-

Agama-

Komunis)

sebagai

kekuatan

pelaksanaan

dalam

mencapai

tujuan revolusi

nasional.

Kebijakan:

Pancasila =

dasar

pendidikan

nasional dan

Pancawardhan

a = sistem

pendidikan

nasional.

pendidikan

nasional ...

supaya

melahirkan

warga negara

Indonesia yang

berjiwa

Pancasila ...,

yang berjiwa

patriot komplit,

supaya

melahirkan

tenaga-tenaga

kejuruan yang

ahli dan

berjiwa

revolusi

Agustus 1945,

suatu politik

dan sistem

pendidikan

yang

menitikberatka

n pendidikan

kejuruan.

Ayat 1: Semua

anak-anak yang

sudah berumur 6

tahun berhak dan

yang sudah berumur

8 tahun diwajibkan

belajar di sekolah,

sedikitnya 6 tahun

lamanya.

Bidang Teknis Pendidikan,

Depdikbud.

30

Tanggal 29 Desember 1945 Badan Pekerja KNIP (Komite Nasional Indonesia

Pusat) mengusulkan kepada Kementerian Pengajaran untuk segera menyusun

pedoman pendidikan dan pengajaran yang a.l.:

1) Sesuai dengan dasar susunan Negara Republik Indonesia,

2) Paham perseorangan haruslah diganti denganpahal kesusilaan dan rasa peri

kemanusiaan yang tinggi,

3) Sesuai dengan dasar keadilan sosial, semua sekolah harus terbuka untuk

tiap penduduk negara,

4) Untuk memperkuat kesatuan rakyat hendaklah diadakan satu macam

sekolah (yang lama belajarnya 6 tahun untuk tiap-tiap anak-anak

Indonesia) lambat laun harus dapat dilaksanakan secara merata.

(Sumber Jasin Anwar 1987 dari Soegarda Poerbakawatja, Pendidikan di Alam

Indonesia Merdeka, Jakarta: Gunung Agung, 1972).

Dalam rapat-rapat Panitia Penyelidik Pengajaran, Ki Hadjar Dewantara

menekankan pentingnya dasar kebangsaan yang dihubungukannya bukan hanya

dengan UUD 1945, Pasal 31, Ayat 2 (sistem pengajaran nasional), tetapi juga

dengan Pasal 32 (kebudayaan nasional Indonesia) Pasal 36 (Bahasa Indonesia),

Pasal 27 Ayat 1 (persamaan kedudukan segala warga negara di dalam hukum

pemerintahan) dan Ayat 2 (hak tiap-tiap warga negara atas pekerjaan dan

kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.

“Teranglah dari fatsal-fatsal dalam Undang-Undang Dasar tersebut itu, bahwa

pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia haruslah berdasarkan

kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia menuju ke arah kebahagiaan

hidup batin serta keselamatan hidup lahir.” (Notula rapat Panitia Penyelidik

Pengajaran, 12-5-1946) dan lampirannya).

Di samping dasar kebangsaan, sila-sila lain pun digunakan sebagai dasar untuk

menentukan isi pendidikan dan pengajaran. Misalnya, Sila Ketuhanan Yang Maha

Esa, dengan menunjuk Pasal 29 UUD 1945 sebagai dasar untuk mengusulkan

dimasukkannya pelajaran agama ke dalam rencana pelajaran sekolah-sekolah

negeri.

31

Dalam pembicaraan komisi-komisi Panita Penyelidik, dasar kebangsaan sangat

menonjol dalam menentukan isi dan susunan pendidikan dan pengajaran yang

sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan kebutuhan bangsa Indonesia. Tujuannya

adalah untuk menarik garis pemisah yang tegas antara pendidikan dan pengajaran

kolonial dan pendidikan dan pengajaran nasional. Ini adalah gambaran penerapan

Pancasila dan kondisi yang melahirkan Rencana Pelajaran (Kurikulum) 1947.

UU No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah

merumuskan tujuan kurikuler pendidikan rendah sebagai berikut:

Kurikulum pendidikan rendah ditujukan untuk menyiapkan anak agar memiliki

dasar-dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin,

serta mengembangkan bakat dan minat.

B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada awal

kemerdekaan s.d. masa pemerintahan Orde Lama Sesuai dengan paparan tentang dasar keputusan tentang kurikulum seperti telah

dikemukakan pada Bab I. Pendahuluan, berikut ini disajikan hasil kajian tentang

dasar-dasar yang digunakan para pengembang kurikulum dalam menyusun

Kurikulum 1947 Kurikulum 1964. Kurikulum 1952 tidak dimasukkan karena

sumber kepustakaannya amat terbatas, hanya satu buku tentang Rencana Pelajaran

Terurai untuk Sekolah Rakyat 3 dan 6 Tahun.

Tabel 4.2 Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum 1947 dan 1964

Dasar keputusan tentang

kurikulum

Kurikulum 1947 Kurikulum 1964

1. Alasan pedagogis yang sahih V Pengaruh psikologi

belajar & praktik sekolah

kebangsaan

# Dominan pengaruh politik

2. Bukti (evidensi) terbaik yang

tersedia

V Pengalaman zaman

penjajahan & sekolah

kebangsaan

V Bukti pengalaman transisi

dari penjajahan ke alam

merdeka

32

Dasar keputusan tentang

kurikulum

Kurikulum 1947 Kurikulum 1964

3. Konteks tujuan pendidikan yang

umum

V Pancasila, UUD 1945,

warga negara yang

humanis (Kepmen

PP&K 1946)

V Manusia sosialis Indonesia

(Tap MPRS No. II/1960)

4. Konteks keputusan sebelumnya

& kebutuhan keputusan tambahan

V V

5. Paduan kekuatan pelajar, proses

belajar, tuntutan masyarakat &

mata pelajaran

V Tuntutan pendidikan

di alam kemerdekaan

V Tuntutan Pancawardhana

& kerja tangan

6. Kerja sama orang yang terlibat &

orang yang paling terkena dampak

keputusan

X Hanya Panitia

Penyelidik Pengajaran

X Hanya lembaga struktural

Depdikdasbud

7. Fakta baru kehidupan seperti

perkembangan ilmu, rasa persatuan

& keanekaragaman

V Nasionalisme negara

baru merdeka

V Nasionalisme & tuntutan

perkembangan ilmu

8. Perbedaan individual siswa V Pengantar bahasa

daerah & bahasa

Indonesia

V Pengantar bahasa daerah &

bahasa Indonesia

9. Pandangan realistis

pengorganisasian: desain

kurikulum, pengalaman siswa,

pengaturan waktu

V Tampak dalam

struktur program, mata

pelajaran terpisah

V Mulai ide bidang studi

10. Pandangan tentang cara

komunikasi & diseminasi

kurikulum

X X

11. Pengalaman siswa yang tidak

dapat diperoleh dengan memuaskan

di luar sekolah

V V

33

C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada awal kemerdekaan

s.d. masa Orde Lama

Kurikulum 1947: ● Perasaan bakti kepada Tuhan YME

● Perasaan cinta kepada ibu dan bapak

● Perasaan cinta kepada alam, negara, bangsa, dan kebudayaan

● Perasaan berhak dan wajib ikut memajukan negaranya menurut

pembawaan dan kekuatannya

● Keyakinan bahwa orang menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga dan

masyarakat

● Keyakinan bahwa orang hidup dalam masyarakat harus tunduk pada tata

tertib;

● Keyakinan pada dasarnya manusia itu sama harganya karena itu harus

hormat-menghormati, berdasar rasa keadilan, dengan berpegang teguh atas

harga diri sendiri

● Keyakinan negara memerlukan warga negara yang rajin bekerja, tahu

kewajiban, judur dalam pikiran dan tindakan

(Keputusan Menteri PP&K 1946 No. 1186/Bahg.A)

Tujuan institusional sekolah dasar pada Kurikulum 1947:

Tujuan pendidikan di sekolah rendah itu, agar murid-murid lambat laun dengan

rasa tanggung jawab:

● makin dapat menyelenggarakan sendiri kesehatannya,

● rasa bahagia serta

● faham hidupnya bersama penyesuaian diri dengan corak kebangsaan

Indonesia (yang berdasar Ketuhanan YME dan kemanusiaan yang adil dan

beradab),

● dan makin tegas hasratnya untuk mengembangkan (dan mempergunakan)

jiwa-raganya ke arah keluhuran kebudayaan serta kemakmuran Republik

34

Indonesia (sebagai negara kesatuan yang berbentuk kedaulatan ra’yat dan

keadislan sosial).

(Sumber: Laporan Panitia Penyelidik Pengajaran, Bagian Pengajarana Rendah,

1946)

Kurikulum 1964: ● Semangat patriot

● Gotong royong

● Bersahaja

● Mengutamakan kejujuran

● Mendahulukan kewajiban daripada hak

● Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi

● Susila dan budi luhur

● Kerelaan berkorban

● Hidup hemat

● Disiplin

● Kepandaian untuk menghargai waktu

● Cara berpikir rasional dan ekonomis

● Kesadaran bekerja untuk membangun dengan kerja keras

(Sumber: Tap MPRS No. II/MPRS/1960: Gambaran manusia sosialis Indonesia

yang dimuat juga dalam Lampiran Pola Pembangunan Nasional Semesta

Berencana 1961).

35

D. Perkembangan struktur program kurikulum pada awal

kemerdekaan s.d. masa Orde Lama

Tabel 4.3 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat

Yang berbahasa daerah sampai Kelas III

(Rencana Pelajaran 1947)

No. Mata Pelajaran Kelas Keterangan

I II III IV V VI

1 Bahasa Indonesia - - 8 8 8 8

2 Bahasa Daerah 10 10 6 4 4 4

3 Berhitung 6 6 7 7 7 7

4 Ilmu Alam - - - - 1 1

5 Ilmu Hayat * - - - 2 2 2

6 Ilmu Bumi - - 1 1 2 2

7 Sejarah - - - 1 2 2

8 Menggambar - - - - 2 2

9 Menulis 4 4 3 3 - -

10 Seni Suara 2 2 2 2 2 2

11 Pekerjaan Tangan 1 1 2 2 2 2

12 Pekerjaan Keputrian ** - - - (1) (2) (2)

13 Gerak Badan *** 3 3 3 3 3 3

14 Kebersihan dan Kesehatan 1 1 1 1 1 1

15 Didikan Budi Pekerti

Jumlah ****

1

28

1

28

2

35

2

36

2

38

3

39

16 Pendidikan Agama *****

Jumlah seluruhnya

-

28

-

28

-

35

2

38

2

40

2

41

Di Kelas I

dan II lama

tiap jam

pelajaran: 30

menit; di

Kelas IV ke

atas: 40 menit

Ε. Mencakup Ilmu Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan tubuh manusia.

** Diadakan pada hari Jumat sesudah Pukul 11.

*** Termasuk juga tari dan pencak.

**** Berdasarkan Keputusan Menteri PP dan K 19 – 11-1946, No. 1153/A.

36

***** Berdasarkan Penetapan Bersama Menteri PP dan K dan Menteri

Agama.

Tabel 4.4 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat

Yang berbahasa pengantar Bahasa Indonesia dari Kelas I

(Rencana Pelajaran 1947)

No. Mata Pelajaran Kelas Keterangan

I II III IV V VI

1 Bahasa Indonesia 10 10 8 8 8 8

2 Berhitung 6 6 8 7 7 7

3 Ilmu Alam - - - - 1 1

4 Ilmu Hayat * - - - 2 2 2

5 Ilmu Bumi - - 1 1 2 2

6 Sejarah - - - 1 2 2

7 Menggambar - - - - 2 2

8 Menulis 4 4 4 4 - -

9 Seni Suara 2 2 3 3 3 3

10 Pekerjaan Tangan 1 1 3 3 3 3

11 Pekerjaan Keputrian ** - - - (1) (2) (2)

12 Gerak Badan *** 3 3 3 3 3 3

13 Kebersihan dan Kesehatan 1 1 1 1 1 1

14 Didikan Budi Pekerti

Jumlah ****

1

28

1

28

2

33

2

35

2

36

3

36

15 Pendidikan Agama *****

Jumlah seluruhnya

-

28

-

28

-

33

2

37

2

38

2

38

Di Kelas I

dan II lama

tiap jam

pelajaran: 30

menit; di

Kelas IV ke

atas: 40 menit

Ε. Mencakup Ilmu Tumbuh-tumbuhan, hewan, dan tubuh manusia.

** Diadakan pada hari Jumat sesudah Pukul 11.

*** Termasuk juga tari dan pencak.

**** Berdasarkan Keputusan Menteri PP dan K 19 – 11-1946, No. 1153/A.

37

***** Berdasarkan Penetapan Bersama Menteri PP dan K dan Menteri

Agama.

Tabel 4. 5 Daftar Jam Pelajaran bagi Sekolah Rakyat

Yang diselenggarakan sore hari

(Rencana Pelajaran 1947)

No. Mata Pelajaran

I

A B

II

A B

III

A B

IV

A B

1 Bahasa Indonesia 7 - 7 - 8 8 8 8

2 Bahasa Daerah - 7 - 7 - 6 - 4

3 Berhitung 5 5 5 5 9 8 8 7

4 Ilmu Alam - - - - - - - -

5 Ilmu Hayat - - - - - - - -

6 Ilmu Bumi - - - 1 1 1 1 1

7 Sejarah - - - - - - 1 1

8 Menggambar 3 3 3 3 4 3 4 3

9 Menulis - - - - - - - -

10 Seni Suara 2 2 2 2 3 2 2 2

11 Pekerjaan Tangan 1 1 1 1 3 2 2 2

12 Pekerjaan Keputrian - - - - - - 1 1

13 Gerak Badan 3 3 3 3 4 3 4 3

14 Kebersihan dan Kesehatan 1 1 1 1 1 1 1 1

15 Didikan Budi Pekerti

Jumlah **

1 1

23 23

1 1

23 24

2 1

35 35

2 2

36 36

16 Pendidikan Agama *****

Jumlah seluruhnya

- -

23 23

- -

23 24

- -

35 35

2 2

36 38

Ε. Kelas A = Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa Indonesia

dari kelas I.

38

Kelas B = Sekolah-sekolah yang berbahasa pengantar bahasa daerah

sampai kelas III.

** Berdasarkan Edaran Mengteri PP dan K 8-1-1947 No. 203/B.

39

Ijasah Sekolah Rakyat 6 tahun di alam kemerdekaan (tahun 1956). Di balik ijasah

ini tercantum nilai-nilai Ujian Negara

Susunan Rencana Pelajaran 1964 masih sederhana, yaitu mencakup unsur pokok:

dasar dan tujuan serta sistem pendidikan dasar, struktur program kurikulum, garis-

garis besar program pengajaran (GBPP) tiap wardhana, dan pedoman pelaksanaan

hari krida di sekolah dasar. Rencana Pelajaran ini membedakan 2 macam struktur

program, yaitu sebagai berikut:

1) Untuk sekolah-sekolah yang menggunakan pengantar bahasa daerah dari

kelas I sampai kelas III.

2) Untuk sekolah-sekolah yang menggunakan pengantar bahasa Indonesia

mulai kelas I.

Garis-garis besar susunan program pengajarannya adalah sebagai berikut:

40

Pertama, sesuai dengan struktur program yang disebutkan di atas, mata pelajaran

atau bidang studi dikelompokkan sesuai dengan Pancawardhana menjadi 5

kelompok bidang studi, yaitu perkembangan moral, kecerdasan, emosional-

artistik, keprigelan / keterampilan, dan jasmaniah.

Kedua, susunan tiap wardhana adalah:

1) Uraian Pendahuluan tentang komposisi bidang studi yang termasuk dalam

wardhana yang bersangkutan, tujuan kurikuler yang hendak dicapai,

kriteria pemilihan bahan, dan petunjuk praktis dalam memilih kegiatan

yang relevan;

2) Tiap bidang studi dibagi menurut kelas, dan urutan bahan yang

disesuaikan dengan tujuan kurikuler dan instruksional tiap bidang studi;

3) Tiap tujuan instruksional disertai bahan-bahan yang diajarkan dan

petunjuk praktiks dalam memilih dan menyelenggarakan kegiatan-

kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut; dan

4) Sistematika program pengajaran Pendidikan Agama belum disesuaikan

dengan susunan seperti tersebut pada butir (2) dan (3) dan kurikulum

Pendidikan Agama Islan disusun oleh Departemen Agama secara terpisah.

Demikian juga halnya dengan kurikulum-kurikulum agama-agama lain,

disusun oleh lembaga-lembaga keagamaan yang berwenang.

(Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud,

1996)

Tabel 4.6 Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu

Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah di Kelas I

s.d. Kelas III

(Rencana Pendidikan 1964)

No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan

I II III IV V VI

I PERKEMBANGAN MORAL:

1. Pendidikan Kemasyarakatan *

1

2

3

3

3

3

Kelas I dan

II, 1 jam

pelajaran:

41

No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan

2. Pend Agama / Budi Pekerti 1 2 2 2 2 2

II PERKEMBANGAN KECERDASAN

3. Bahasa Daerah

4. Bahasa Indonesia

5. Berhitung

6. Pengetahuan Alamiah

9

-

6

1

8

-

6

1

5

6

6

2

3

8

6

2

3

8

6

2

3

8

6

2

III PERKEMBANGAN EMOSIONAL /

ARTISTIK:

7. Pendidikan Kesenian **

2

2

4

4

4

4

IV PERKEMBANGAN KEPRIGELAN:

8. Pendidikan Keprigelan ***

2

2

4

4

4

4

V PERKEMBANGAN JASMANI:

9. Pendidikan Jasmani / Kesehatan

3

3

4

4

4

4

Jumlah 25 26 34 36 36 36

30 menit;

Kelas III

s.d. VI: 30

menit.

Ε. Integrasi Sejarah, Ilmu Bumi, dan Kewargaan Negara.

** Seni Suara / Musik, Seni Lukis / Rupa, Seni Tari, Seni Sastra / Drama.

*** Pertanian, Peternakan, Industri Kecil, Pekerjaan Tangan, Koperasi /

Tabungan, dan Keprigelan lain-lain

Tabel 4.7 Struktur Program dan Pembagian Waktu per Minggu

Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia dari

Kelas I

(Rencana Pendidikan 1964)

No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan

I II III IV V VI

I PERKEMBANGAN MORAL:

1. Pendidikan Kemasyarakatan *

2. Pend Agama / Budi Pekerti

1

1

1

2

4

2

4

2

4

2

4

2

II PERKEMBANGAN KECERDASAN

3. Bahasa Indonesia

4. Berhitung

9

6

8

6

9

6

9

6

9

6

9

6

Kelas I dan

II, 1 jam

pelajaran:

30 menit;

Kelas III

s.d. VI: 40

menit.

42

No. Wardhana / Bidang Studi Kelas Keterangan

5. Pengetahuan Alamiah 1 1 2 2 2 2

III PERKEMBANGAN EMOSIONAL /

ARTISTIK:

7. Pendidikan Kesenian **

2

2

4

4

4

4

IV PERKEMBANGAN KEPRIGELAN:

8. Pendidikan Keprigelan ***

2

2

5

5

5

5

V PERKEMBANGAN JASMANI:

9. Pendidikan Jasmani / Kesehatan

3

3

4

4

4

4

Jumlah 25 25 36 36 36 36

Ε. Integrasi Sejarah, Ilmu Bumi, dan Kewargaan Negara.

** Seni Suara / Musik, Seni Lukis / Rupa, Seni Tari, Seni Sastra / Drama.

*** Pertanian, Peternakan, Industri Kecil, Pekerjaan Tangan, Koperasi /

Tabungan, dan Keprigelan lain-lain

E. Perkembangan komponen kurikulum pada awal

kemerdekaan s.d. masa Orde Lama Pada bagian ini akan dikemukakan tentang perkembangan komponen kurikulum

dengan memilih mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai contoh dan

perbandingan umum sajian komponen kurikulum dalam dokumen kurikulum.

Komponen desain

• Tujuan – Apa yang harus dilakukan?• Mata pelajaran – Mata pelajaran apa

yang harus dimasukkan?• Metode & organisasi – Strategi

pengajaran, sumber, dan kegiatan apa yang akan digunakan?

• Evaluasi – Metode dan alat apa yang akan digunakan untuk menilai hasil?

43

Dari segi komponen, kurikulum paling tidak mengandung 6 komponen, yaitu

tujuan, materi atau bahan, metode atau kegiatan belajar, sumber belajar yang

terdiri dari alat, bahan, sumber, (alat) penilaian, dan alokasi waktu.

Sumber belajar

Alokasi waktu

Penilaian

Kegiatanbelajar

Materi

Tujuan

UNSUR KURIKULUM

Gambar 4. 1 Unsur kurikulum

Perkembangan komponen kurikulum Dari segi komponen kurikulum, dikemukakan komponen-komponen kurikulum

dari Kurikulum 1968 s.d. Kurikulum 2006. (Komponen Kurikulum 1947 dan 1964

tidak dikemukakan penulis dalam buku ini karena dokumen kurikulum yang dapat

diperoleh belum lengkap).

Kurikulum 1952 Dari 6 komponen kurikulum seperti terlihat pada gambar di atas, Kurikulum 1952

berisi 2 komponen, yaitu bahan pengajaran (materi) dan apa yang dipentingkan

dan peringatan, keindahan, dsb (kegitan belajar).

Penyajian kurikulum ini dalam bentuk matriks yang terdiri dari 4 kolom. Berikut

ini dikemukakan contoh dari Ilmu Hayat kelas IV SD sebagai berikut:

44

Tabel 4.8 Bahan pengajaran mata pelajaran Ilmu Hayat kelas IV SD Kurikulum

1952 No. Bahan

pengajaran

Apakah yang dipentingkan Peringatan, keindahan, dsb.

1a. Biji Bagian 1a:

1. kulit ari (kulit tipis)

2. pusat biji (asal tumbuh-

tumbuhan

3. keping (belahan), gunanya

1 - 3

1b. Biji yang sedang

tumbuh (kacang

tanah, kedelai,

jagung, dsb.)

Bagian 1b:

1. akar

2. batang

3. daun,

gunanya 1 - 3

1. Akar selalu menuju ke bawah, ke

dalam tanah.

2. Batang selalu tegak ke luar di atas

tanah.

3. Biji sedang tumbuh dapat

mengangkat segumpal tanah,

gunanya 1 – 3 (dengan tawakkal dan

ketabahan hati tercapailah cita-cita.

4. Keping selalu susut dan hilang

lenyap (ingatlah: manusia akan

lenyap juga).

2 Akar

(bandingkanlah

akar kacang tanah

dengan akar

jagung)

Bangsa akar:

1. akar tunggang

2. akar serabut

Bagian nomor 1

a. akar tunggang

b. akar cabang

c. akar rambut

d. bulu akar

e. tudung akar

Bagian nomor 2

a. akar serabut

b. – (tak ada)

c. – (tak ada)

d. bulu akar

e. tudung akar

1. Biji berkeping dua: berakar

tunggang.

2. Biji tunggal: berakar serabut

3. Bulu akar: pengisap makanan

4. Tudung akar: penjaga akar waktu

menembus tanah.

Tunjukkanlah: pembagian pekerjaan

alam.

45

Kurikulum 1964

Kurikulum 1964: Dari 6 komponen kurikulum, Kurikulum 1964 berisi 4 komponen, yaitu Tujuan,

Bidang / Bahagian (materi), Kegiatan / alat, dan Keterangan / Petunjuk bagi Guru

yang mengarah ke kegiatan belajar. Penyajian kurikulum ini dalam bentuk matriks

yang terdiri dari 4 kolom. Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Pengetahuan

Alamiah (IPA) kelas IV SD sebagai berikut:

Tabel 4.9 Bahan pengajaran mata pelajaran IPA kelas IV Kurikulum 1964 Tujuan Bidang /

Bahagian

Kegiatan / Alat Keterangan / Petunjuk bagi Guru

Lihat tujuan

pada kelas III

Sekolah:

(Lihat

petunjuk

kelas III dan

diperluas

Peristiwa-

peristiwa

alam: hujan,

sungai,

Lihat petunjuk kelas III.

Diperluas dan

diperdalam dengan

pengertian: Apa,

Mengapa, dan

Bagaimana.

Mempergunakan alat-

alat pembantu:

- Kartu-kartu catatan

atau buku-buku

- Pengukur hujan,

termometer,

barometer

- Higrometer

- Himpunan batu-

batuan; contoh tanah

- Gambar-gambar

anatomi dan model-

model

- Zat-zat penghilangan

hama (disinfeksi)

- Gambar-gambar

bakteri, dsb.

Untuk menjelaskan dan

melengkapkan pengertian

sebaiknya mempergunakan alat

peraga dengan seefisein-

efisiennya. (Kalau alat peraga

tidak ada, dibuat bersama dengan

anak-anak dalam waktu-waktu

lain).

Seandainya alat peraga tidak

dapat dibuat oleh anak-anak dan

guru, mintalah bantuan atau

penerangan dari Balai Pendidikan

Keperagaan dan Pengetahuan

Alam.

Kalau alat peraga tidak dapat

diciptakan, anak diberi tugas

untuk mengamati dan mencatat /

menggambar hasil tanggapannya

tentang sesuatu benda dalam

segala hubungannya. Misalnya:

bulan terang pada malam hari,

cuaca baik, bintang-bintang di

46

Tujuan Bidang /

Bahagian

Kegiatan / Alat Keterangan / Petunjuk bagi Guru

banjir, angin,

musim hijan /

kemarau

- Contoh-contoh

makanan berasal dari

tanam-tanaman

- Model matahari,

bulan, bumi (dibuat

dari kawat, kayu,

bola, ds.)

- Gambar-gambar dan

peta

- Model-model,

perkakas, dan mesin-

mesin

1. Mempergunakan

peristiwa-peristiwa

alam itu untuk

keperluan manusia.

2. Turut berusaha

mengatakan

kesulitan yang

ditimbulkan oleh

peristiwa atau

bencana alam.

Membuat herbarium.

Pemeliharaan aquarium.

Pemeliharaan terarium.

Mempelajari anatomi

sederhana badan

manusia.

langit waktu malam hendaklah

berdiri di tempat yang lapang

sehingga terlihat cakrawala.

Ini dibicarakan bila akibat

peristiwa-peristiwa itu terasa di

tempat itu.

Peristiwa-peristiwa tersebut akan

dibicarakan lebih menfdalam di

kelas V.

a. Guru memberi penerangan

tentang guna herbarium,

aquaarium, dan terarium.

b. Kegiatan-kegiatan ini hanya

merupakan tambahan kegiatan

pertanian, peternakan,

perikanan, dsb.

47

F. Prinsip pengembangan kurikulum pada awal kemerdekaan s.d.

masa Orde Lama Prinsip pengembangan kurikulum sering pula disebut sebagai asas pengembangan

kurikulum. Yang dimaksudkan dengan asas ini adalah prinsip pedagogis dan

didaktik pembaharuan kurikulum yang dijadikan pedoman untuk memilih bahan

dan kegiatan belajar, menentukan luas dan urutan bahan dan kegiatan, serta

menyusun metodologi pengajaran.

Kurikulum 1947 Ada 5 prinsip (asas) pembaharuan yang melahirkan Kurikulum 1947, yaitu:

2. Asas pendidikan dan pengajaran sebagai alat pembangunan bangsa dan negara

3. Perkembangan yang seimbang dan harmonis

4. Isi pengajaran yang praktis dan beban yang tidak terlalu berat

5. Belajar aktif, kreatif, dan produktif

6. Menyesuaikan pendidikan dan pengajaran dengan tingkat perkembangan anak

Kelima prinsip atau asas ini amat dipengaruhi oleh gagasan sekolah kerja

(Arbeitschule dalam bahasa Jerman, Doe-school dalam bahasa Belanda atau

Doing School dalam bahasa Inggris) yang diperbincangkan dalam rapat-rapat

Panitia Penyelidik Pengajaran, terutama dalam Komisi Penyelidik II (Sekolah

Kerja, Pekerjaan Tangan, Gerak Badan, dan Sekolah Partikelir). Gagasan ini

dilontarkan untuk mengganti model sekolah lama yang disebut sebagai ”lusiteren

praat-school” (sekolah ”dengar dan bicara”). Dalam laporan komisi tersebut

ditandfaskan bahwa pembaharuan pendidikan untuk bangsa Indonesia akan berarti

sebesar-besarnya jika pemgaharuan itu akan menghasilkan:

a) Cara mendidiki yang dapat membuat bangsa kita terlepas dari tradisi

kolonial, dan dapat membangkitkan serta mengembangkan kekuatan

kreatif sehingga bangsa kita dapat merupakan masyarakat yang kuat serta

sehat, baik lahir maupun batin, dan

48

b) Cara mendidik yang membawa kita kepada martabat perikemanusiaan

yang tinggi. Dalam sekolah kerja anak-anak dipimpin supaya produktif

dan berguna bagi masyarakat.

Melalui sekolah kerja anak dapat berkembang secara seimbang dan harmonis

karena ciri pendidikan kolonial adalah terlalu intelektualistik atau terlalu

menekankan perkembangan kecerdasan otak (intelek). Pendidikan nasional

hendaknya menekankan keseimbangan antara perkembangan kecerdasan otak dan

perkembangan watak, budi pekerti, jasmani dan rasa keindahan, antara

perkembangan manusia sebagai pribadi dan sebagai warga negara dan anggot

masyarakat, antara isi pelajaran teoritis dan yang praktis dan keterampilan tangan.

Untuk itu dalam memilih bahan pelajaran harus dijaga agar praktis atau relevan

dengan kebutuhan anak, masyarakat dan pembangunan bangsa dan tidak terlalu

berat bagi anak.

Gagasan sekolah kerja ini tampak juga pada prinsip belajar aktif, kreatif, dan

produktif. Melalui sekolah kerja anak dipimpin agar produktif dan berguna bagi

masyarakat. Untuk itu, sekolah harus berusaha agar:

a) Anak-anak bersifat aktif, kreatif, dan belajar atas dasar pengalaman,

b) Anak-anak bisa mencari, mendapat, dan mempergunakan pengetahuan dan

pengalamannya,

c) Perhatian dan usaha pendidikan dipusatkan pada keadaan dan jiwa anak,

d) Anak-anak dapat menghasilkan barang sesuatu dengan kemauan dan

kekuatan sendiri,

e) Anak-anak belajar menyediakan diri untuk keperluan masyarakat,

f) Anak-anak kelak menjadi anggota masyarakat yang bertabiat sosial, dan

g) Sekolah berwujud ’kuntum masyarakat’ dan kelas menjadi persekutuan

kerja.

Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan, pendidikan dan pengajaran di

sekolah rendah harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dengan

selalu mengindahkan pusat-pusat perhatian murid serta batas-batas kejayaan atau

kesanggupannya yang berhubungan dengan umur, corak jiwa, sifatnya (laki

perempuan), agamanya, dan suasana lingkungan lainnya.

49

(Laporan Komisi II dan Laporan Komisi Pekerja tentang Pengajaran Rendah, ,

Panitia Penyelidik Pengajaran, 1946).

Konsep sekolah kerja tampaknya dipengaruhi aliran psikologi belajar inkuiri yang

pada masa itu amat dipengaruhi pandangan-pandangan John Dewey tentang

pendidikan progresif. Ia menandaskan bahwa pendidikan warga negara yang

terlibat mengandung:

● Penghargaan terhadap keanekaragaman, dalam arti tiap individu harus diakui

kemampuannya, minat, ide, kebutuhan, dan identitas budayanya, dan

● Pengembangan kecerdasan kritis dan terlibat secara sosial yang

memampuakan individu untuk memahami dan berpartisipasi secara efektif

dalam urusan masyarakat setempat dalam upaya kerja sama untuk mencapai

kebaikan umum.

Belajar berbasis inkuiri berhubungan dengan:

● Pertanyaan: muncul dari pengalaman

● Bahan: bervariasi, otentik, menantang

● Kegiatan: melibatkan, pengalaman konkret menggunakan tangan (hands-on

experience), membuat kreasi, bekerja sama, menghidupi peran baru

● Dialog: mendengarkan orang lain; mengartikulasi pemahaman

● Refleksi: mengekspresikan pengalaman; bergerak dari konsep baru ke

tindakan.

John Dewey menandaskan bahwa dalam menghadapi sebuah dunia yang berubah,

gunakanlah metode ilmiah:

● Menyadari suatu masalah

● Rumuskan masalah itu

● Ajukan hipotesis untuk memecahkannya

● Selidiki konsekuensi hipotesis dalam cahaya pengalaman

● Tes solusi yang paling mungkin

50

Inti gagasan sekolah kerja digambarkan berikut ini.

Tampaknya para penyusun Kurikulum 1947 hendak meninggalkan konsepsi

tradisional kurikulum ini, yang amat menekankan konten atau isi ilmu

pengetahuan yang terlalu intelektualistis.

Tampaknya melalui gagasan sekolah kerja, mereka menghendaki agar siswa-lah

yang aktif mencari dan menemukan dalam dunia empirik dalam melakukan

kegiatan belajar melalui dialog atau kerja sama antar-siswa. John Dewey

mengatakan,“Education is life itself” (Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri).

51

Untuk itu, guru pun hendaknya melakukan hal yang sama dalam melakukan

pengajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered learning). John Dewey

mengatakan, “True learning is based on discovery guided by mentoring rather

than the transmission of knowledge” (Belajar yang benar lebih berdasarkan

penemuan yang dibimbing melalui mentoring daripada transmisi pengetahuan).

Siswa-lah yang melakukan aktivitas dalam siklus inkuiri ini

52

Kurikulum 1964 Pemikiran yang mendahului kelahiran Kurikulum 1964 menunjukkan keinginan

yang kuat agar penyusunan kurikulum selalu didasarkan atas pertimbangan

seberapa jauh program pengajaran atau kurikulum itu memberikan sumbangan

bagi:

1. Kesejahteraan anak-anak didik di sekolah

2. pembangunan masyarakat di sekitar sekolah, dan

3. pembangunan bangsa dan negara dalam rangka mencapai tingkat hidup yang

lebih tinggi bagi rakyat dan masyarakat Indonesia, lahir dan batin.

Keinginan tersebut tercermin pula dalam salah satu prinsip atau asas didaktik

Kurikulum 1964 yang menyatakan bahwa semua pengetahuan dan kegiatan yang

diajarkan haruslah fungsional praktis dalam arti berguna bagi anak dan

masyarakat, sekarang dan di masa yang akan datang, dalam mencapai tiga

kerangka tujuan revolusi nasional.

Sehubungan dengan gagasan sekolah kerja dan pendekatan inkuiri tampaknya

gagasan ini belum terwujud pada sekolah dasar. Namun, upaya pembaharuan

pendidikan dan pengajaran telah mulai dilembagakan secara struktural pada awal

tahun 1950-an. Kementerian PP dan K mulai mendirikan lembaga-lembaga yang

diserahi tugas membuat pembaharuan kurikulum, seperti:

● Balai Pendidikan Pengetahuan Alam (Science Learning Center – STC) yang

bertugas menatar guru dan mengembangkan kurikulum IPA.

● Urusan Pengajaran Bahasa Indonesia dan Balai Bahasa Daerah (UPBID) dan

Urusan Pengajaran Ilmu Kemasyarakatan (UPIK) yang bertugas mengawasi

dan membina mata pelajaran serta membantu mengembangkan dan

memperbaiki mata pelajaran yang bersangkutan.

● Urusan penyelidikan (research) yang melanjutkan tugas Balai Penyelidikan

dan Perancang Pendidikan dan Pengajaran (BP4) dalam menyelenggarakan

sekolah-sekolah percobaan, mengembangkan tes hasil belajar, dan

mengumpulkan statistik persekolahan. Kurikulum yang diujicoba merupakan

revisi rencana pelajaran Sekolah Dasar yang berlaku waktu itu.

53

● Urusan Kewajiban Belajar yang menyelenggarakan percobaan pelaksanaan

kewajiban belajar dan mengusahakan pembaharian isi pendidikan dan metode

pengajaran, terutama Pendidikan Keterampilan.

● Urusan Pendidikan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Rakyat (UPTK/SR)

sebagai bagian Jawatan Pendidikan Umum bertugas dan bertanggung jawab

dalam perencanaan, pengawasan, dan penilaian pendidikan, termasuk

perencanaan kurikulum dan penyelenggaraan ujian negara, yaitu Ujian Masuk

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama secara rutin. Ketika Menteri Pendidikan

Dasar dan Kebudayaan melalui Instruksi NO. 2 tahun 1961 memerintahkan

mengadakan pembaharuan kurikulum sesuai dengan sistem Pancawarhana,

UPTK/SR-lah yang melaksanakan penyusunan kurikulum sekolah dasar yang

baru (1961). Konsep kurikulum sekolah dasar yang baru kemudian diujicoba.

Akan tetapi, upaya itu hanya berjalan dua tahun (1962 – 1963) karena

perencanaan yang kurang sistematik dan matang serta biaya dan sarana yang

serba kurang. Setelah Jawatan Pendidikan Umum dihapuskan pada tahun

1963, dibentuk Direktorat Pendidikan Prasekolah, Sekolah Dasar, dan Sekolah

Luar Biasa. Direktorat baru ini meneruskan tugas UPTK/SR.

Upaya pembaharuan kurikulum yang mendahului Kurikulum 1964 tampaknya

kurang membuahkan hasil yang diharapkan berkenaan dengan konsepsi sekolah

kerja dan pendekatan inkuiri karena perencanaan yang kurang matang dan

keterbatasan dana dan sarana.

54

KURIKULUM SD PADA MASA PEMERINTAHAN ORDE

BARU A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum

Tabel 5.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada awal pada masa Orde

Lama

Kurikulum Pancasila &

UUD 1945

TAP MPR

& GBHN

UU Peraturan

Pemerintah

Keputusan Menteri

1968 Pancasila dan

UUD 1945

Tap MPRS

No.

XXVII/1966

tentang

tujuan dan isi

pendidikan

nasional.

Kurikulum harus

memberikan

kemungkinan

perkembangan maksimal

terhadap cipta, rasa, karsa,

dan karya anak yang

sedang berkembang

menjadi manusia yang

bermental-moral-budi

pekerti luhur dan kuat

keyakinan agamanya,

yang tinggi kecerdasan

dan terampil dalam

pembangunan dan yang

memiliki fisik yang sehat

dan kuat, sebagai manusia

Pancasila.

Terbit tanpa keputusan

Menteri tapi hanya

dengan kata pengantar

resmi Direktur Jenderal

Pendidikan Dasar.

1975 Pancasila dan

UUD 1945

TAP MPR

tahun 1973:

Dasar dan

Keputusan Mendikbud

(Sjarif Thajeb) No.

008c/U/1975 tentang

55

Kurikulum Pancasila &

UUD 1945

TAP MPR

& GBHN

UU Peraturan

Pemerintah

Keputusan Menteri

arah

pembanguna

n di bidang

pendidikan

GBHN 1973:

Pembanguna

n nasional

adalah

pembanguna

n manusia

Indonesia

seutuhnya

dan

pembanguna

n seluruh

masyarakat

Indonesia.

Pembakuan Kurikulum

Sekolah Dasar

1984 Pancasila dan

UUD 1945

Tap MPR

No.

IV/MPR/197

8 tentang

GBHN

(Agama dan

Kepercayaan

kepada

Tuhan Yang

Maha Esa,

Sosial-

budaya:

Dasar &

tujuan

pendidikan

nasional.

Undang-Undang

No. 2 Tahun 1989

tentang Sistem

Pendidikan

Nasional

Keputuran Mendikbud

No. 026/U/1985 tentang

Pelaksanaan GBPP

Pendidikan Sejarah

Perjuangan Bangsa pada

jenjang pendidikan dasar

dan menengah

56

Kurikulum Pancasila &

UUD 1945

TAP MPR

& GBHN

UU Peraturan

Pemerintah

Keputusan Menteri

Unsur dalam

GBHN 1983

tentang

Pendidikan

Sejarah

Perjuangan

Bangsa

dalam rangka

Pendidikan

Pancasila

1994 Pancasila dan

UUD 1945

1945:

Mencerdaskan

Kehidupan

bangsa

Mengusahaka

n &

menyelenggar

akan satu

sistem

pengajaran

nasional

TAP MPR

No.

II/MPR/1993

yang berisi

tujuan

pendidikan

nasional

UU No. 2 Tahun

1989 tentang

Sistem Pendidikan

Nasional:

Tujuan pend

nasional (Pasal 4)

Fungsi pend

nasional

Hak warga negara

memperoleh

pendidikan (Pasal

3, 5, 6).

Tanggung jawab

penyelenggaraan

pend: keluarga,

masyarakat,

pemerintah

(Penjelasan).

Isi kurikulum pend

dasar tentang

bahan kajian dan

pelajaran (Pasal 39

& Penjelasan)

PP No. 28 Tahun

1990 tentang

Pend Dasar:

Tujuan pend

dasar: bekal

kemampuan dasar

kepada siswa

untuk

mengembangkan

kehidupan &

mempersiapkan

siswa untuk

mengikuti pend

menengah.

Jabaran tujuan

SD: (Pasal 14)

Keputusan Mendikbud

(Fuad Hassan) No.

060/U/1993 tentang

Kurikulum Pendidikan

Dasar

57

Kurikulum SD 1968 terdiri dari 4 unsur pokok, yaitu dasar, tujuan, dan asas-asas

pelaksanaan pendidikan nasional Pancasila di sekolah dasar; struktur program atau

kerangka kurikulum sekolah dasar; bahan pendidikan atau GBPP; serta pedoman

evaluasi atau pengisian dan penggunaan buku rapor murid sekolah dasar.

Dasar, tujuan, dan asas pendidikan nasional Pancasila di sekolah dasar meliputi

prinsip-prinsip sebagai berikut:

Pertama, prinsip umum pelaksanaan pendidikan nasional Pancasila yang meliputi

3 hal, yaitu prinsip integritas, kontinuitas, dan sinkronisasi.

Kedua, landasaan idiil yang terdiri dari 3 ketentuan pokok, yaitu dasar pendidikan

nasional adalah falsafah negara Pancasila, tujuan pendidikan nasional adalah

membentuk manusia Pancasila sejati, dan isi pendidikan nasional terdiri dari 3 hal,

yaitu mempertinggi mental budi pekerti dan memperkuat keyakinan agama,

mempertinggi kecerdasan dan keterampilan serta membina / memperkembangkan

fisik yang kuat dan sehat.

Ketiga, prinsip umum pembinaan kurikulum meliputi 3 hal, yaitu kriteria

pemilihan bahan atau isi kurikulum, prinsip-prinsip didaktik-metodik, dan sistem

evaluasi yang meliputi prinsip-prinsip evaluasi yang bersifat menyeluruh, kontinu,

dan objektif. Adapun yang menjadi objek penilaian adalah program, proses dan

hasil, serta fungsi penilaian.

Keempat, prinsip-prinsip pendidikan sekolah dasar mencakup 2 hal, yaitu tujuan

pendidikan sekolah dasar dan garis besar kurikulum sekolah dasar yang dibagi

menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pembinaan jiwa Pancasila, kelompok

pembinaan pengetahuan dasar dan kelompok pembinaan kecakapan khusus.

Kelima, asas-asas didaktik-metodik sekolah dasar yang uraiannya sama dengan

yang tercantum di dalam rencana pendidikan tahun 1964.

Selama periode Repelita I sampai IV, sistem pendidikan nasional masih

didasarkan pada dua undang-undang yang belum mencerminkan adanya kesatuan

sistem pendidikan nasional. Masih berlakunya Undang-Undang No. 4 Tahun 1950

yo Undang-Undang No. 12 Tahun 1954 dan Undang-Undang No. 22 Tahun 1961

sering dipandang sebagai suatu kendala yang cukup mendasar bagi pembangunan

pendidikan yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Undang-undang tersebut

58

tidak mencerminkan landasan kesatuan sistem pendidikan nasional karena

didasarkan pada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat juga tidak

sebagaimana diamanatkan UUD 1945.

(Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud,

1996)

TAP MPR tahun 1973:

Pembangunan di bidang pendidikan didasarkan atas Falsafah Negara Pancasila

dan diarahkan untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan

untuk membentuk Manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya,

memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan

tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,

dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang

luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan

ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945. (Garis bawah: baru muncul).

Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN (Agama dan Kepercayaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa, Sosial-budaya): Dasar & tujuan pendidikan nasional.

Ditegaskan bahwa “Pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan

untuk:

meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

kecerdasan,

keterampilan,

mempertinggi budi pekerti,

memperkuat kepribadian dan

mempertebal semangat kebangsaan agar dapat

menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun

dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan

bangsa.

59

UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional:

Tujuan pend nasional (Pasal 4)

Fungsi pend nasional: mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu

kehidupan dan martabat manusia Indonesia.

Hak warga negara memperoleh pendidikan (Pasal 3, 5, 6).

Tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan: keluarga, masyarakat,

pemerintah (Penjelasan).

Isi kurikulum pendidikan dasar tentang bahan kajian dan pelajaran (Pasal

39 & Penjelasan)

PP No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar:

Tujuan pendidikan dasar: memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa

untuk mengembangkan kehidupan dan mempersiapkan siswa untuk mengikuti

pend menengah.

Jabaran tujuan SD: Memberikan bekal kemampuan dasar “Baca-Tulis-Hitung”,

pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai tingkat

perkembangan dan mempersiapkan mengikuti pendidikan di SLTP.

Isi kurikulum pendidikan dasar tentang bahan kajian dan pelajaran (Pasal 14)

Pendidikan dasar (basic education)

Berdasarkan Undang-Undang Pendidikan tahun 1950 yunto Tahun 1954,

pendidikan dasar dimaksudkan hanya mencakup sekolah dasar. Sejak diterbitkan

Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun, yang

diselenggarakan enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah lanjutan

tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat.

Tujuan pendidikan dasar adalah untuk memberikan bekal kemampuan dasar

kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi,

anggota masyarakat, warga negara dan umat manusia, serta mempersiapkan

peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Bentuk satuan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan program 6 tahun terdiri atas sekolah dasar (umum)

60

dan sekolah dasar luar biasa. Bentuk satuan pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan program 3 tahun sesudah program 6 tahun terdiri atas sekolah lanjutan

tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat pertama luar biasa. Selain itu,

terdapat pula bentuk satuan pendidikan dasar yang berciri khas agama Islam yang

diselenggarakan oleh Departemen Agama, yakni Madrasah Ibtidaiyah setingkat

sekolah dasar dan Madrasah Tsanawiyah setingkat sekolah lanjutan tingkat

pertama.

Berdasarkan PP NO. 28 / 1990, pendidikan dasar mempunyai ciri-ciri yang

berbeda dengan pendidikan dasar berdasarkan UU yang berlaku sebelumnya. Ciri-

ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan dasar merupakan pendidikan umum, yaitu pendidikan minimal

yang berlaku untuk semua warga negara tanpa kecuali.

2) Pendidikan dasar berlangsung 9 tahun yang meliputi 6 tahun di SD dan 3

tahun di SMP atau yang sederajat. Ini tidak berarti bahwa SD dan SMP

menjadi bentuk satu atap melainkan tetap terpisah meskipun keduanya

merupakan pendidikan dasar.

3) Pendidikan dasar tidak bersifat seragam, dan tidak berarti bahwa semua

peserta didik mendapatkan materi kurikulum yang sama seluruhnya secara

seragam, melainkan dimungkinkan adanya perbedaan di luar materi

muatan nasional sebanyak 20% dari seluruh bidang kahian di SD dan

SMP.

4) Pendidikan dasar diselenggarakan melalui jalur sekolah dan jalur luar

sekolah pada berbagai jenis dan bentuk satuan pendidikan.

5) Lulusan pendidikan dasar adalah setara baik untuk jalur sekolah maupun

luar sekolah beserta wahananya yang pada dasarnya sama dan diakui

sederajat sehingga perserta didik memiliki keleluasaan gerak untuk

memanfaatkan semua rumpun dan wahana dan bila perlu dapat berpindah

dari wahana satu ke wahana lainnya dengan mendapatkan perlakuan yang

sama.

(Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud,

1996)

61

B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa Orde

Baru

Tabel 5.2 Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum pada masa Orde Baru

Dasar keputusan tentang

kurikulum

Kurikulum

1968

Kurikulum

1975

Kurikulum

1984

Kurikulum 1994

1. Alasan pedagogis yang

sahih

# Dominan

pengaruh

politik

V V V

2. Bukti (evidensi) terbaik

yang tersedia

# Lebih

dipengaruhi

kepentingan

politis

V Berdasar

uji coba

inovasi,

terutama di

sekolah lab 8

IKIP yang

sedang

berjalan

V Berdasar

uji coba

inovasi

Proyek

CBSA &

supervisi SD

yang sedang

berjalan

V Berdasar hasil

inovasi Proyek

CBSA &

supervisi SD,

hasil penelitian &

perbandingan

kurikulum negara

lain

3. Konteks tujuan pendidikan

yang umum

V Manusia

Pancasilais

sejati dan

cerdas (Tap

MPRS No.

XXVII/1966)

V Manusia

pembanguna

n (Tap

MPRS 1973

dan

kemudian

dimasukkan

Tap MPR

1978 P4)

V Manusia

pembanguna

n Pancasilais

(Tap MPR

No.

IV/MPR/197

8 GBHN &

UU SPN)

V Manusia

Pancasila sbg

manusia

pembangunan

yang bermutu

tinggi (UU No. 2

Tahun 1989 SPN)

4. Konteks keputusan

sebelumnya & kebutuhan

keputusan tambahan

V V V V

5. Paduan kekuatan pelajar,

proses belajar, tuntutan

masyarakat & mata pelajaran

V Tuntutan

penggabunga

n mata

pelajaran

V V Tuntutan

memasukkan

PSPB &

keterampilan

V Tuntutan

belajar aktif &

pendekatan

komunikatif

62

Dasar keputusan tentang

kurikulum

Kurikulum

1968

Kurikulum

1975

Kurikulum

1984

Kurikulum 1994

proses bahasa

6. Kerja sama orang yang

terlibat & orang yang paling

terkena dampak keputusan

# Dilibatkan

pejabat

pendidikan di

lapangan &

unit-unit

departemen

lain yang

relevan

V Dilibatkan

intansi

pemerintah

yang relevan

& guru di

lapangan

V Dilibatkan

orang

lapangan

yang

merintis

inovasi

V Dilibatkan

pakar dan praktisi

lapangan yang

relevan

7. Fakta baru kehidupan

seperti perkembangan ilmu,

rasa persatuan &

keanekaragaman

# Pengaruh

konsep

Nasakom

V Tuntutan

kembali

kepada

Pancasila &

UUD 1945

V Tuntutan

belajar aktif

V Tuntuan hasil

inovasi belajar

aktif

8. Perbedaan individual siswa V Pengantar

bahasa

daerah &

bahasa

Indonesia

# Pengantar

hanya bahasa

Indonesia

# Mulai

masuk

muatan lokal

# Muatan lokal

makin bervariasi

9. Pandangan realistis

pengorganisasian: desain

kurikulum, pengalaman siswa,

pengaturan waktu

V Mulai

berbentuk

bidang studi

V Diterapkan

bidang studi

V GBPP:

Ada contoh

kegiatan

belajar aktif

V GBPP:

dominan kegiatan

belajar aktif

10. Pandangan tentang cara

komunikasi & diseminasi

kurikulum

X V V V

11. Pengalaman siswa yang

tidak dapat diperoleh dengan

memuaskan di luar sekolah

V V V V

C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa Orde Baru Kurikulum 1968 disusun pada awal Orde Baru untuk mengoreksi penyimpangan

tujuan dan dasar pendidikan pada Kurikulum 1964 di masa Orde Lama.

63

Kurikulum 1968: Tujuan pendidikan nasional adalah: “membentuk manusia Pancasilais sejati

berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan UUD

1945” (Tap MPRS No. XXVII/1966 Bab II Pasal 3).

Isi pendidikan nasional:

Untuk mencapai dasar dan tujuan pendidikan nasional, isi pendidikan adalah

sebagai berikut:

● Mempertinggi mental-moral-budi pekerti dan memperkuat keyakinan

agama

● Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan

● Membina / memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat

(Tap MPRS No. XXVII/1966 Bab II Pasal 4).

Prinsip pengembangan kurikulum sering pula disebut sebagai asas pengembangan

kurikulum. Yang dimaksudkan dengan asas ini adalah prinsip pedagogis dan

didaktik pembaharuan kurikulum yang dijadikan pedoman untuk memilih bahan

dan kegiatan belajar, menentukan luas dan urutan bahan dan kegiatan, serta

menyusun metodologi pengajaran.

Kurikulum 1975: Tujuan pendidikan nasional adalah:

● membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila, dan untuk

● membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya,

● memiliki pengetahuan dan keterampilan,

● dapat mengembangkan kreativitas dan

● tanggung jawab,

● dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,

● dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai

64

● budi pekerti yang luhur,

● mencintai bangsanya dan sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang

termaktub dalam UUD 1945

Tujuan umum pendidikan SD adalah agar lulusan:

● Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik;

● Sehat jasmani dan rohani;

● Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dasar yang

diperlukan untuk:

Melanjutkan pelajaran;

Bekerja di masyarakat;

Mengembangkan diri sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup.

(Sumber: Depdikbud, 1976. Kerangka Program dan Dasar Metodik Pendidikan

Moral Pancasila dalam Rangka Kurikulum 1975)

Kurikulum 1984: Tujuan pendidikan sekolah dasar mengacu pada tujuan pendidikan nasional

seperti digariskan dalam GBHN 1983, yaitu ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat

kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat

menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya

sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Berdasarkan acuan di atas, tujuan pendidikan pada sekolah dasar diuraikan

menjadi:

Pertama, mendidik para murid untuk menjadi manusia pembangunan sebagai

warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Kedua, memberikan bekal kemampuan yang diperlukan bagi murid yang akan

melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Ketiga, memberikan pula bekal dasar untuk hidup di masyarakat dan

mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, lingkungan, dan

kebutuhan pembangunan.

65

(Sumber: Kurikulum 1984 SD (Sekolah Dasar): Landasan, Program, dan

Pengembangan, Jakarta: Pusatbangkurrandik, Depdikbud, 1984).

Kurikulum 1994: Pendidikan dasar (SD dan SLTP atau sekolah lanjutan tingkat pertama) bertujuan

memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan

kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyrakat, warga negara dan anggota

umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah

(Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar).

Pendidikan dasar yang diselenggarakan di sekolah dasar (SD) bertujuan

memberikan bekal kemampuan dasar “Baca-Tulis-Hitung”, pengetahuan dan

keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat

perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di

SLTP. (Kurikulum Pendidikan Dasar: Landasan, Program, dan Pengembangan,

Jakarta: Depdikbud, 1993).

D. Perkembangan struktur program kurikulum pada masa Orde

Baru Kurikulum SD 1968 masih menggunakan 2 macam struktur program, yaitu

program untuk sekolah-sekolah yang menggunakan pengantar bahasa daerah

sampai kelas III dan program untuk sekolah yang menggunakan bahasa pengantar

bahasa Indonesia mulai dari kelas I.

Susunan program pengajaran berdasarkan Kurikulum 1968 adalah sebagai

berikut:

1) Program pengajaran tiap bidang studi diawali dengan tujuan-tujuan

kurikuler bidang studi yang bersangkutan, didaktik-metodik bidang studi

tersebut, termasuk kriteria pemilihan bahan- bahan yang akan diajarkan,

kegiatan belajar-mengajar, dan alat-alat pelajaran yang digunakan;

2) Bahan tiap bidang studi dibagi menurut kelas; dan

66

3) Susunan bahan tiap kelas, yaitu tujuan-tujuan instruksional yang akan

dicapai tiap kelas dengan jumlah berkisar antara 1 sampai 11 tujuan,

tergantung dari banyaknya bahan atau kemampuan yang akan dicapai oleh

kelas tertentu; dan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang disarankan.

(Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud,

1996)

Mulai tahun ajaran 1966 / 1967 diadakan perubahan sistem penilaian di dalam

buku rapor atau buku laporan pendidikan. Dalam buku laporan yang baru terdapat

2 jenis nilai atau sekor, yaitu berupa huruf a, b, c, dan d untuk semua nilai kelas I

dan II, dan berupa angka 10 s.d. 100 untuk kelas III sampai kelas VI. Selain itu,

mulai tahun ajaran tersebut juga digunakan 3 macam nilai, yaitu nilai untuk

prestasi, rara-rata kelas, dan usaha dalam mencapai prestasi.

(Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud,

1996)

Tabel 5.3 Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar (1968)

(Bagi sekolah dasar yang menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah sebagai

bahasa pengantar)

No. Kelompok / Segi Pendidikan Kelas Keterangan

I II III IV V VI

I Pembinaan Jiwa Pancasila:

1. Pendidikan Agama

2. Pendidikan Kewargaan Negara *

3. Pendidikan Bahasa Indonesia

4. Bahasa Daerah

5. Pendidikan Olahraga

2

2

-

8

2

2

2

-

8

2

3

4

6

2

3

4

4

6

2

3

4

4

6

2

3

4

4

6

2

3

II Pembinaan Pengetahuan Dasar:

6. Berhitung

7. Ilmu Pengetahuan Alam

8. Pendidikan Kesenian

9. Pend Kesejahteraan Keluarga

7

2

2

1

7

2

2

1

7

4

4

2

6

4

4

2

6

4

4

2

6

4

4

2

III Pembinaan Kecakapan Khusus:

Di kelas I

dan II, 1

jam

pelajaran =

30 menit.

Di kelas III

s.d. VI, 1

jam

pelajaran =

40 menit.

67

No. Kelompok / Segi Pendidikan Kelas Keterangan

I II III IV V VI

7. Pendidikan Kejuruan **

2

2

5

5

5

5

Jumlah 28 28 40 40 4 40

* Mencakup Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, dan Civics.

** Agraria (pertanian, peternakan, dan perikanan).

Teknik (pekerjaan tangan, perbengkelan)

Ketatalaksanaan / jasa (tabungan dan koperasi)

Tabel 5.4 Kerangka Kurikulum Sekolah Dasar (1968)

(Bagi sekolah dasar yang berbahasa pengantar bahasa Indonesia dari kelas I)

No. Kelompok / Segi Pendidikan Kelas Keterangan

I II III IV V VI

I Pembinaan Jiwa Pancasila:

1. Pendidikan Agama

2. Pendidikan Kewargaan Negara *

3. Pendidikan Bahasa Indonesia

4. Pendidikan Olahraga

2

2

8

2

2

2

8

2

3

4

8

3

4

4

8

3

4

4

8

3

4

4

8

3

II Pembinaan Pengetahuan Dasar:

5. Berhitung

6. Ilmu Pengetahuan Alam

7. Pendidikan Kesenian

8. Pend Kesejahteraan Keluarga

7

2

2

1

7

2

2

1

7

4

4

2

7

4

4

2

7

4

4

2

7

4

4

2

III Pembinaan Kecakapan Khusus:

7. Pendidikan Kejuruan **

2

2

5

5

5

5

Jumlah 28 28 40 40 4 40

Di kelas I

dan II, 1

jam

pelajaran =

30 menit.

Di kelas III

s.d. VI, 1

jam

pelajaran =

40 menit.

* Mencakup Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, dan Civics.

** Agraria (pertanian, peternakan, dan perikanan).

Teknik (pekerjaan tangan, perbengkelan)

68

Ketatalaksanaan / jasa (tabungan dan koperasi)

Tabel 5.5 Struktur Program Kurikulum Sekolah Dasar 1975

No Bidang Studi Kelas Keterangan

I II III IV V VI

1 Agama 2 2 2 3 3 3

2 Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2

3 Bahasa Indonesia 8 8 8 8 8 8

4 Ilmu Pengetahuan Sosial - - 2 2 2 2

5 Matematika 6 6 6 6 6 6

6 Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 3 4 4 4

7 Olahraga dan Kesehatan 2 2 3 3 3 3

8 Kesenian 2 2 3 4 4 4

9 Keterampilan Khusus 2 2 4 4 4 4

Di kelas I dan

II, 1 jam

pelajaran = 30

menit.

Di kelas III s.d.

VI, 1 jam

pelajaran = 40

menit.

Jumlah 26 26 33 36 36 36

Catatan:

1. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan Kependudukan

diintegrasikan ke dalam beberapa bidang studi yang relevan.

2. Bahasa daerah merupakan bagian bidang studi Bahasa Indonesia, khusus bagi

sekolah-sekolah yang memerlukan bahasa daerah. Khusus bagi daerah yang

memerlukan pendidikan bahasa daerah, disediakan waktu 2 jam pelajaran

seminggu dari kelas I sampai dengan kelas VI.

3. Di kelas I dan II, 1 jam pelajaran = 30 menit. Di kelas III ke atas, 1 jam

pelajaran = 40 menit.

69

Tabel 5.6 Susunan Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Dasar (1984)

No. Bidang Studi Kelas

I II III IV V VI

Jumlah

1 Pendidikan Agama 2 2 2 3 3 3 15

2 Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2 12

3 Pendidikan Sejarah Perjuangan

Bangsa 1)

1

1

1

1

1

1

6

4 Bahasa Indonesia 2) 8/7 8/7 8/7 8/7 8/7 8/7 48/42

5 Ilmu Pengetahuan Sosial - - 2 3 3 3 11

6 Matematika 6 6 6 6 6 6 36

7 Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 3 4 4 4 19

8 Olahraga dan Kesehatan 2 2 3 3 3 3 16

9 Pendidikan Kesenian 2 2 3 3 3 3 16

10 Keterampilan Khusus 2 2 4 4 4 4 20

11 Bahasa Daerah 3) (2) (2) (2) (2) (2) (2) (12)

Jumlah 26/

27

(28)

26/

27

(28)

33/

33

(35)

36/

37

(38)

36/

37

(38)

36/

37

(38)

193/

199

(205)

Catatan:

1) Diberikan setiap caturwulan III

2) Pada caturwulan I dan II diberikan 8 jam / minggu, caturwulan III

diberikan 7 jam / minggu

3) Daerah / sekolahyang memberikan bidang studi Bahasa Daerah

Menurut UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasionalm, sebagai

pendidikan umum, kurikulum pendidikan dasar wajib memuat sekurang-

kurangnya bidang-bidang kajian berikut:

pendidikan Pancasila

agama

kewarganegaraan

bahasa Indonesia

membaca dan menulis

70

matematika (termasuk berhitung)

pengantar sains dan teknologi

ilmu bumi

sejarah nasional dan sejarah umum

kerajinan tangan dan

kesenian

pendidikan jasmani dan kesehatan

menggambar serta

bahasa Inggris

Bidang-bidang itu bukan nama mata pelajaran tetapi nama kajian untuk

membentuk kepribadian dan unsur-unsur kemampuan yang diajarkan dan

dikembangkan melalui pendidikan dasar. Lebih dari satu unsur kajian dapat

digabung dalam satu mata pelajaran atau sebaliknya satu unsur kajian dapat dibagi

ke dalam lebih dari satu mata pelajaran.

Berdasarkan UU No. 2 / 1989 Pasal 39, selanjutnya diatur oleh Keputusan

Mendikbud No. 060/U/1993, secara rinci kurikulum pendidikan dasar memuat 10

mata pelajaran:

1) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

2) Pendidikan Agama

3) Bahasa Indonesia (termasuk membaca dan menulis)

4) Matematika (termasuk Berhitung)

5) Ilmu Pengetahuan Alam (pengantar sains dan teknologi)

6) Ilmu Pengetahuan Sosial (termasuk ilmu bumi, sejarah nasional dan

sejarah umum)

7) Kerajinan Tangan dan Kesenian (termasuk menggambar(

8) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

9) Bahasa Inggris, dan

10) Muatan lokal (sejumlah mata pelajaran).

(Sumber: 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia, Jakarta: Depdikbud,

1996).

71

Dengan mengacu kepada Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN (Agama

dan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sosial-budaya): Dasar & tujuan

pendidikan nasional, UU No. 2 / 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan

PP dan PP No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar serta hasil inovasi yang

telah dilakukan, tersusunlah struktur program Kurikulum 1994 berikut ini.

Tabel 5.7 Susunan Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Dasar 1994 *)

No. Mata Pelajaran Kelas

I II III IV V VI

1 Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan

2

2

2

2

2

2

2 Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2

3 Bahasa Indonesia 10 10 10 8 8 8

4 Matematika 10 10 10 8 8 8

5 Ilmu Pengetahuan Alam - - 3 6 6 6

6 Ilmu Pengetahuan Sosial - - 3 5 5 5

7 Kerajinan Tangan dan Kesenian 2 2 2 2 2 2

8 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 2 2 2 2 2 2

9 Muatan Lokal

(sejumlah mata pelajaran)

2 2 4 5 7 7

Jumlah 30 30 38 40 42 42

Keterangan:

a. Lamanya 1 jam pelajaran

1) Kelas I dan II SD 1 jam pelajaran = 30 menit

2) Kelas III s.d. VI SD 1 jam pelajaran = 40 menit

b. Jumlah jam pelajaran per minggu:

1) SD Kelas I dan II = 30 jam pelajaran

2) SD Kelas III = 38 jam pelajaran

3) SD Kelas IV = 40 jam pelajaran

4) SD Kelas V dan VI = 42 jam pelajaran

72

c. Jumlah jam pelajaran dalam satu minggu adalah jam pelajaran minimum

yang diselenggarakan secara klasikal.

d. Jatah waktu pada tabel di atas dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan

unsur-unsur yang terkandung dalam setiap mata pelajaran.

(Sumber: Kurikulum Pendidikan Dasar, Depdikbud, 1993)

*) Tabel ini diambil dari Tabel Susunan Program Pengajaran Kurikulum 1994

Pendidikan Dasar (SD dan SLTP)

E. Perkembangan komponen kurikulum pada masa Orde Baru

Kurikulum 1968: Dari 6 komponen kurikulum, Kurikulum 1968 berisi 4 komponen, yaitu alokasi

waktu, tujuan, bahan (materi), dan kegiatan.

Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SD

sebagai berikut:

KELAS IV: (4 jam)

A. Tujuan:

Memperdalam dan memperluas pengenalan serta mensistematisir

pengamatan anak didik mengenai tumbuh-tumbuhan.

B. Bahan:

Tanaman-tanaman yang ada di lingkungan seperti: jagung, padi, kacang

tanah, singkong (ubi kayu), ubi jalar, pohon pepaya, bawang, keladi, jeruk,

mangga, dsb. Yang dipelajari ialah: kehidupan (tempat tumbuhnya,

kebutuhan hidupnya, cara hidupnya, fungsi bagian-bagiannya,

hubungannya dengan manusia, pemeliharaan, kegunaan dan

pengolahannya bagi kehidupan manusia serta segi ekonominya.

C. Kegiatan:

1. Karyawisata, mengadakan kunjungan ke luar kelas, ke tempat

tumbuhnya tanam-tanaman, ke sawah, ladang, kebun, taman, hutan

73

dekat sekolah, dll., untuk mengadakan observasi (pengamatan) dan

penyelidikan.

2. Membaca buku-buku yang menuliskan tentang tanam-tanaman yang

sedang dipelajari.

3. Membuat laporan (karangan) dari hasil pengamatan murid-murid

disertai gambar-gambar atau ilustrasi.

4. Memelihara tanam-tanaman di sekolah, di rumah maupun di tempat-

tempat lain.

5. Mengadakan koleksi daun-daunan, bunga-bungaan, tanam-tanaman,

biji-bijian, dsb. (membuat herbarium).

A. Tujuan:

Mensistematisir pengamatan serta memperdalam dan memperluas

pengenalan anak-anak didik tentang hewan dan kegunaannya bagi

kehidupan manusia.

B. Bahan:

Ternak dan hewan yang ada di lingkungan sekolah yang banyak

hubungannya dengan kehidupan masyarakat di daerah itu, seperti: ayam,

kucing, lembu, kerbau, kuda, anjing, itik, merpati, burung-burung lain,

babi, tikus, musang, tupai, monyet, harimau, ikan, dsb. Mempelajari

kehidupan, lingkungan, gunanya / ruginya, pemeliharaan, pengolahan

(kalau hewan itu diolah menjadi makanan manusia, misalnya ikan dan

daging dalam kalenga) dan segi ekonominya bagi kehidupan manusia.

C. Kegiatan:

1. Karyawisata, mengadakan kunjungan ke luar kelas ke tempat

pemeliharaan ternak, kebun binatang, dll. untuk mengadakan

observasi.

2. Menggunakan kepustakaan mengenai hewan yang sedang dipelajari.

3. Membuat laporan (karangan) tentang hasil pengamatan anak yang

disertai dengan gambar-gambar atau ilustrasi.

4. Memelihara ternak: di sekolah baik diadakan pula kandang ayam,

kelinci, dll., dan kolam ikan yang mudah dapat diusahakan.

74

5. Mengadakan koleksi (membuat aquarium dan terarium).

A. Tujuan:

1. Mengembangkan daya berpikir kritis anak dan membiasakan anak-

anak ingin menyelidiki kejadian-kejadian alam yang sebenarnya.

2. Belajar mengeksploitir kekayaan alam dan mengatasi kejadian-

kejadian alam yang membahayakan / merugikan kehidupan manusia.

B. Bahan:

1. Peristiwa-peristiwa alam: hujan, sungai banjir, angin, cuaca, musim

hujan / kemarau. Mempelajari gunanya bagi kehidupan manusia serta

penyesuaian dan usaha manusia untuk mengatasinya.

2. Perumahan yang baik disesuaikan dengan keadaan daerahnya.

C. Kegiatan:

1. Mengamati alat pengukur hujan, barometer, arah angin, dan

termometer.

2. Mengadakan catatan-catatan, kesimpulan-kesimpulan, mencari

masalah-masalah dan pemecahannya.

3. Menggunakan perpustakaan.

A. Tujuan: Belajar menjaga kesehatan badan, kebersihan badan, dan

lingkungan hidup.

B. Bahan:

1. Meneruskan bahan kelas III.

2. Membandingkan tubuh dan hidup binatang dengan manusia.

3. Hidup sehat: makanan, pakaian, perumahan, udara, beberapa jenis

penyakit.

4. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK).

C. Kegiatan:

1. Meneruskan kegiatan-kegiatan pada kelas III.

2. Menggunakan kepustakaan.

75

3. Mengunjungi instansi-instansi kesehatan setempat.

4. Mengadakan diskusi dan membuat laporan (karangan) tentang hasil-

hasil pengamatan anak-anak.

Catatan:

1. Dalam melaksanakan kegiatan pada I, II, III, dan IV dapat diberi tugas

kelompok (kelas dibagi dalam beberapa kelompok).

2. Dapat pula diminta bantuan dari orang-orang atau instansi setempat dalam

memberikan penjelasan-penjelasan maupun fasilitas-fasilitas untuk

kelancaran belajar anak-anak.

3. Pameran kelas / sekolah diadakan secara berkala.

(Sumber: Kurikulum Sekolah Dasar 1968, Jakarta: Direktorat Pendidikan

Prasekolah / Sekolah Dasar / SLB, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1968).

Kurikulum 1975: Dari 6 komponen kurikulum, Kurikulum 1975 berisi 4 komponen, yaitu tujuan

(Tujuan Kurikuler, Tujuan Instruksional), materi (Pokok Bahasan & Subpokok

Bahasan; Bahan Pengajaran), sumber belajar (Sumber bahan), dan alokasi waktu.

Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SD

sebagai berikut:

76

77

78

79

80

81

82

Kurikulum 1984: Dari 6 komponen kurikulum, Kurikulum 1984 itu lengkap karena berisi 6

komponen, yaitu tujuan (Tujuan Kurikuler, Tujuan Instruksional), Bahan

Pengajaran (Pokok Bahasan dan Uraian yang mengarah kepada petunjuk kegiatan

belajar), alokasi waktu, metode, Sarana / Sumber, Penilaian, dan keterangan.

Berikut ini dikemukakan contoh dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SD

sebagai berikut:

83

IPA Kelas IV:

Tabel 5.8 GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN BIDANG STUDI: ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH: SEKOLAH DASAR (SD) KELAS: IV

BAHAN PENGAJARAN PROGRAM METODE SARANA /

SUMBER

PENIL

AIAN

KETERAN

GAN

TUJUAN

KURIKULER

TUJUAN

INSTRUKSIONAL

POKOK

BAHASAN

URAIAN KLS CA

WU

JAM

PEL

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1. Melalui

pengamatan,

mengkomunikasika

n hasil pengamatan

dan menarik

kesimpulan murid

memahami dan

dapat menerapkan

sifat-sifat dan

kegunaan air

1.1 Air

1.1.1 Sifat-

sifat air

Air mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

- mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat

yang rendah

- permukaannya selalu mendatar

- bentuknya sesuai dengan wadahnya

- dapat meresap melalui celah-celah kecil

- dapat berubah ujud jika dipanaskan /

didinginkan

- dapat melarutkan berbagai macam zat

Setiap konsep dapat dikembangkan dengan

cara melakukan percobaan, yang kemudian

melalui pengolahan dan pembahasan hasilnya

diambil kesimpulannya, juga dengan penerapan

konsep itu sendiri.

IV 1 24

Percobaan,

widyaiswara

, diskusi dan

pemberian

tugas.

Demonstrasi

,

widyaiswara

, diskusi dan

pemberian

tugas.

Buku paket

Kit IPA SD

Lingkungan

sekitar

Buku lain

yang sesuai

Tes

tertulis

Tes

lisan

84

BAHAN PENGAJARAN PROGRAM METODE SARANA /

SUMBER

PENIL

AIAN

KETERAN

GAN

TUJUAN

KURIKULER

TUJUAN

INSTRUKSIONAL

POKOK

BAHASAN

URAIAN KLS CA

WU

JAM

PEL

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Percobaan,

diskusi,

pemberian

tugas.

Ceramah,

diskusi dan

pemberian

tugas.

1.1.2

Kegunaan air

Air mempunyai kegunaan misalnya:

- untuk pengairan

- sebagai pembangkit tenaga listrik

- untuk pengangkutan

Percobaan,

widyaiswara

, diskusi.

Widyaiswar

Buku paket

Kit IPA SD

Lingkungan

sekitar

Buku lain

Tes

tertulis

Tes

lisan

85

BAHAN PENGAJARAN PROGRAM METODE SARANA /

SUMBER

PENIL

AIAN

KETERAN

GAN

TUJUAN

KURIKULER

TUJUAN

INSTRUKSIONAL

POKOK

BAHASAN

URAIAN KLS CA

WU

JAM

PEL

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Setiap kegunaan dapat dikembangkan melalui

percobaan sederhana, pengamatan langsung

atau mengamati demonstrasi yang dilakukan

guru dan disertai dengan diskusi.

a, diskusi yang sesuai

86

Kurikulum 1994: IPA Kelas IV Caturwulan 1:

Konsep-konsep yang dibahas di kelas IV adalah:

1. a. Air mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak kegunaannya.

b. Berbagai benda padat bila dimasukkan ke dalam air, benda itu akan

mengalami pristiwa yang berbeda

2. 6 dan 11. mutu suatu karya bergantung pada daya cipta, bahan, alat dan

keindahan.

3. Batuan merupakan bagian dari kerak bumi.

4. Tanah merupakan bagian dari kerak bumi.

5. Udara mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak kegunaannya bagi

kehidupan.

6. Pernapasan memerlukan udara dan berlangsung dalam alat-alat tertentu.

7. Dalam tubuh manusia dan hewan terdapat rangka dan organ-organ yang sudah

tertentu letaknya.

8. Pertumbuhan dialami oleh semua makhluk hidup.

9. Bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar dan mempunyai sifat-sifat tertentu.

Rambu-rambu

1. GBPP ini merupakan pedoman mengajar bagi guru yang mengandung tujuan

yang harus dicapai siswa, bahan kajian yang telah dirumuskan dalam konsep-

konsep, serta pembelajarannya.

2. Tujuan pelajaran menggambarkan hasil berlajar yang harus dimiliki siswa dan

cara siswa memperoleh hasil belajar tersebut. Hasil belajar meliputi

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.

3. Urutan materi telah disesuaikan dengan sistematika keilmuan mata pelajaran

IPA, tetapi apabila dalam pelaksanaannya dipandang perlu guru masih

diperkenankan mengubah urutan tersebut asal masih berada dalam caturwulan

yang sama.

4. Pembelajaran menggambarkan keluasan dan kedalaman bahan kajian,

kemampuan siswa yang dikembangkan atau kegiatan siswa dalam proses

87

belajar. Kegiatan siswa dalam pembelajaran merupakan saran untuk

melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.

5. Pengembangan dan penggunaan keterampilan proses harus dilaksanakan

dengan tuuan untuk memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah.

6. Program belajar-mengajar hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Belajar itu hendaknya bermakna

b. Belajar itu hendaknya dimulai dari yang:

- dekat ke yang jauh,

- sudah diketahui ke yang belum diketahui,

- konkret ke yang abstrak

- mudah ke yang sukar,

- sederhana ke yang rumit.

c. Memperhatikan perbedaan perorangan dalam minat dan kemampuan.

7. Penanaman dan penerapan konsep hendaknya dilakukan dengan cara

menyesuaikan dengan keadaan lingkungan dan kebutuhan daerah setempat.

8. Penilaian hasil belajar mencakup penilaian pemahaman konsep dan

penguasaan keterampilan proses.

II. PROGRAM PENGAJARAN

Kelas IV

Tujuan:

1. Siswa mampu melakukan percobaan dan menafsirkan hasilnya untuk

memahami sifat-sifat, kegunaan, dan daur air.

2. Siswa mampu melakukan percobaan dan menafsirkan hasilnya untuk

mengenali sifat-sifat, kegunaan, dan cara pelapukan batuan serta memahami

bagian-bagian tanah, penyuburan dan pengikisannya, sehingga menyadari

perlunya perlindungan dan pelestarian alam.

3. Siswa memahami susunan, sifat, dan kegunaan udara serta pengertian

atmosfer, dengan melakukan percobaan, pengamatan dan menafsirkan

informasi.

88

4. Siswa mengenali pernapasan, susunan tubuh, fungsi dan kekuatan rangka,

serta tanda-tanda pertumbuhan makhluk hidup, dengan menafsirkan informasi

dan hasil pengamatannya.

5. Siswa mampu melakukan percobaaan untuk memahami bunyi dan sifat-

sifatnya.

6. Siswa dapat mengembangkan kemampuan merancang dan membuat karya

berupa benda atau sistem sederhana dengan menerapkan pengetahuannya

tentang air, udara, dan bunyi.

Caturwulan: 1 (72 jam Pelajaran)

1. Siswa mampu melakukan percobaan untuk memahami sifat-sifat, kegunaan,

dan daur air serta peristiwa-peristiwa lainnya tentang air, dengan menafsirkan

informasi dan hasil pengamatannya.

Air

1.1 Air mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak kegunaannya.

1.1.1 Air menempati ruang dan mempunyai berat.

• Melakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa air

membutuhkan ruang dan memiliki berat.

1.1.2 Permukaan air yang tenang selalu datar.

• Mengamati permukaan air tenang pada kedudukan yang berbeda,

kemudian membandingkan kedataran permukaan air tenang dengan

air yang bergelombang.

• Membuat alat pengukur kedataran sebagai contoh penerapan

konsep ini.

1.1.3 Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.

• Melakukan percobaan sederhana dan membahas hasilnhya bahwa

air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.

• Memecahkan masalah bagaimana mengalirkan air dari tempat yang

rendah ke tempat yang tinggi menggunakan alat-alat sederhana.

1.1.4 Air dapat melarutkan berbagai zat.

o Melakukan percobaan untuk menentukan zat yang larut dan yang

tidak larut.

89

• Membahas manfaat kelarutan zat dalam air bagi makhluk hidup.

1.1.5 Air menekan ke segala arah.

• Melakukan percobaan yang menunjukkan bahwa air menekan ke

segala arah.

1.1.6 Air meresap melalui celah-celah kecil.

• Melakukan percobaan peresapan air dan membandingkan

kecepatan peresapannya pada bahan-bahan berserat.

• Membahas penerapan konsep ini, misalnya naiknya minyak tanah

pada pemeliharaan kompor / lampu tempel agar nyala apinya baik.

1.1.7 Air dapat berubah wujud jika dipanaskan atau didinginkan.

• Melakukan percobaan yang menunjukkan perubahan wujud air

(menguap, mengembun)

• Membahas peristiwa terjadinya hujan dan dauir air.

• Membahas bagaimana air dapat berubah menjadi zat padat

(membeku) dengan pendinginan, dan mengamati perubahan wujud

padat air (es) menjadi cair (mencair).

1.1.8 Air yang bergerak dapat digunakan untuk pembangkit tenaga listrik.

• Membahas (secara sederhana) tentang cara kerja pembangkit listrik

tenaga air (PLTA).

1.2 Berbagai benda padat bila dimasukkan ke dalam air, benda itu akan

mengalami peristiwa yang berbeda.

1.2.1 Benda dikatakan terapung jika benda itu berada di permukaan air dan

dikatakan tenggelam bila benda itu turun hingga ke dasar.

• Meramalkan benda-benda mana yang akan terapung atau

tenggelam, dan melakukan percobaan untuk mengujinya.

• Memecahkan masalah, membuat benda-benda yang tenggelam

menjadi terapung atau sebaliknya, misalnya dengan

menggabungkan gabus dengan kawat atau paku kecil.

1.1.2 Benda dikatakan melayang jika benda itu berada di antara permukaan

dan dasar.

90

• Membuat benda melayang, misalnya dengan menggabungkan

benda tenggelam dengan benda terapung.

(Sumber: Kurikulum Pendidikan Dasar: Garis-garis Besar Program Pengajaran

(GBPP) Kelas IV Sekolah Dasar (SD) Mata Pelajaran IPA, Jakarta: Depdikbud,

1993),

F. Prinsip pengembangan kurikulum pada masa Orde Baru Walaupun Kurikulum 1968 termasuk dalam kurikulum pada masa pemerintahan

Orde Baru, namun prinsip dan pendekatan pengembangannya masih sama dengan

kurikulum pada awal kemerdekaan s.d. masa Orde Lama.

Kurikulum 1975 Kurikulum 1975 dikembangkan dengan menggunakan prinsip dan pendekatan

pengembangan yang berbeda dengan era sebelumnya.

Kurikulum 1975 didahului oleh kondisi pembaharuan pendidikan dan kurikulum

sekolah dasar selama pelaksanaan Repelita I tahun 1969 - 1974 berikut ini.

1. Usaha pembaharuan kurikulum dan metode mengajar yang dilaksanakan

Proyek Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar (PKMM) yang

meliputi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah (Jawa dan Sunda),

IPA, IPS, dan Pendidikan Kesenian. Proyek PKMM Jakarta yang menangani

mata pelajaran Bahasa Indonesia berhasil menyusun satu seri buku pelajaran

yang menggunakan metode struktural-analitis-sintetis (SAS), baik untuk

pelajaran membaca (permulaan dan lanjutan) maupun untuk pelajaran bahasa.

Seri buku ini dicetak secara massal setelah menunjukkan hasil yang cukup

memuaskan dalam uji coba pada 50 SD di Jakarta. Proyek-proyek PKMM

yang lain berhasil juga menyusun seri buku pelajaran lain untuk diujicoba

tetapi tidak dicetak massal karena ada proyek Paket Buku SD yang menangani

penulisan buku-buku yang bersangkutan, terutama buku pelajaran Matematika

baru, IPA, dan IPS.

91

2. Sekolah Laboratorium IKIP Malang yang diikutsertakan dalam proyek ini

mengadakan percobaan pembaharuan pendidikan SD untuk seluruh mata

pelajaran.

3. Usaha penulisan dan pengadaan buku-buku pelajaran SD yang mulai dicetak

massal, yaitu seri Bahasa Indonesia (hasil Proyek PKMM), Matematika, IPA,

dan IPS (hasil Proyek Paket Buku SD). Langkah pembaharuan yang paling

maju adalah diperkenalkannya Matematika Baru. Dengan digunakannya buku-

buku pelajaran ini,m de facto Kurikulum 1968 mulai ditinggalkan dan

Kurikulum 1975 mulai dirintis.

4. Usaha identifikasi permasalahan pendidikan nasional melalui pengamatan

lapangan yang dilakukan Poryek Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP)

sekitar tahun 1970-an, melalui seminar seperti yang dilakukan di Cipayung,

Bogor.

5. Usaha mencari kerangka kerja dan mekanisme pembaharuan kurikulum

melalui lokakarya, seperti yang diadakan Lembaga Pengembangan Kurikulum

Badan Pengembangan Pendidikan (BPP) Agustus 1971 di Bandung.

6. Usaha identifikasi dan penyusunan tujuan kurikuler lembaga-lembaga

pendidikan (SD, SLTP, SLTA) pada tahun 1971 / 1972 yang dilakukan

sekelompok peserta latihan penggunaan pendekatan sistem (system approach)

dlam perencanaan pendidikan. Latihan ini dilakukan BPP bersama American

Institute for Research (AIR) yang disponsori Unesco. Latihan ini ternyata

menjadi titik awal usaha menyusun kurikulum peralihan yang dikenal sebagai

Kurikulum 1975 yang sebelumnya diujicoba pada sekolah-sekolah Proyek

Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) di 8 IKIP, yaitu IKIP Padang, Jakarta,

Bandung, Jogjakarta, Semarang, Malang, Surabaya, dan Ujung Pandang.

7. Pada sekolah-sekolah PPSP ini diperkenalkan Prosedur Pengembangan Sistem

Instruksional (PPSP) yang berorientasi tujuan yang kemudian berkembang

menjadi satuan pelajaran pada Kurikulum 1975.

Semua usaha ini dimungkinkan karena ada biaya pembangunan dan bantuan luar

negeri, dan bantuan Unesco.

92

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengembangkan Kurikulum 1975 adalah

sebagai berikut:

1. Prinsip fleksibilitas program: Penyelenggaraan pendidikan keterampilan di SD

misalnya harus mengingat faktor-faktor ekosistem dan kemampuan

menyediakan fasilitas bagi berlangsungnya program tersebut

2. Prinsip efisiensi dan efektivitas

3. Prinsip berorientasi pada tujuan

4. Prinsip kontinuitas

5. Prinsip pendidikan seumur hidup

(Kurikulum Sekolah Dasar 1975: Garis-garis Besar Program Pengajaran, Buku I:

Ketentuan-ketentuan Pokok, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976).

Prinsip berorientasi pada tujuan amat dipengaruhi model rasional Ralph Tyler

yang telah digunakan dalam pengembangan kurikulum di Amerika Serikat. Pada

tahun 1971 Depdikbud mengundang Ralph Tyler untuk memberikan saran-saran

pada tahap awal pengembangan Kurikulum 1975, terutama tentang bagaimana

mengidentifikasi kebutuhan tiap sektor kehidupan masyarakat yang penting dan

bagaimana menterjemahkan dan menjabarkan kebutuhan itu dalam tujuan

pendidikan dan kurikulum. Bertolak dari tujuan-tujuan itu, dikembangkan tujuan-

tujuan lain yang lebih spesifik, materi, sistem instruksional, metode belajar-

mengajar, dan sistem evaluasi.

Empat pertanyaan kunci dalam mendesain kurikulum menurut model teknologi

Tyler adalah:

1. Apa tujuan-tujuan pendidikan yang harus dicapai sekolah?

2. Pengalaman apa yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan-tujuan ini?

3. Bagaimana pengalaman belajar itu dipilih dan diorganisasi agar berguna

untuk mencapai tujuan itu?

4. Bagaimana mengevaluasi efektivitas pengalaman belajar atau ketercapaian

tujuan itu?

(Tyler R W, 1949)

93

Selanjutnya, proses mendesain kurikulum mengikuti langkah-langkah seperti

tertera pada gambar berikut ini.

Gambar 5.1 Langkah-langkah desain kurikulum

(Sumber: http://www.uni.edu/~bian/curri/day%20three%20curriculum.ppt)

Proses desain kurikulum sampai kepada persiapan mengajar guru kemudian

dirumuskan dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instuksional (PPSI) yang

diujicoba pada 8 sekolah PPSP pada 8 IKIP. Selanjutnya, PPSI ini dirumuskan

dalam bentuk satuan pelajaran yang diperkenalkan melalui Kurikulum 1975.

Tujuan introduksi satuan pelajaran ini adalah agar sebelum mengajar guru

hendaknya membuat persiapan mengajar.

Seluruh model Tyler sampai PPSI ini tampaknya membawa dampak

kecenderungan terlalu ditekankannya tujuan-tujuan instruksional yang berciri

behavioristik yang kurang sesuai dengan kecenderungan pola pikir deduktif-logis

dalam membentuk manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila. Selain itu, pola

pencapaian tujuan instruksional yang terlalu behavioristik cenderung melemahkan

upaya penerapan model sekolah kerja dan pendekatan inkuiri yang menjadi

harapan utama dalam pelaksanaan Kurikulum 1947, 1964, dan 1968.

94

Kurikulum 1984 Prinsip dan pendekatan pengembangan Kurikulum 1984 berbeda dengan yang

digunakan pada Kurikulum 1975.

Prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum 1984 dikemukakan berikut ini:

1. Pendekatan belajar lebih menekankan bagaimana anak belajar daripada apa

yang dipelajari, tanpa mengabaikan ketuntasan belajar yang memperhatikan

kecepatan belajar murid. Hal ini dapat dilaksanakan dengan kelompok.

Dengan kelompok tersebut murid dapat belajar sambil berbuat agar mampu

mengelola perolehannya. Pendekatan ini disebut keterampilan memproses

perolehan.

2. Kegiatan penilaian terutama diarahkan kepada upaya untuk menentukan

seberapa jauh tujuan-tujuan, baik yang bersifat proses maupun hasil belajar

yang diinginkan, telah terwujud. Penilaian dilakukan secara

berkesinambungan dan menyeluruh dalam rangka memperoleh umpan balik

secepat mungkin agar dapat meningkatkan kualitas belajar-mengajar dan

ketuntasan belajar.

3. Pengembangan kurikulum sekolah dasar berpedoman pada:

a. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945: Kurikulum dikembangkan

dengan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta

berpedoman pada GBHN yang berlaku dalam rangka mewujudkan cita-

cita pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pendidikan nasional

pada khususnya.

b. Relevansi: Kurikulum dikembangkan dengan mempertimbangkan baik

tuntutan kebutuhan murid pada umumnya maupun tuntutan kebutuhan

murid secara perorangan sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya,

serta kebutuhan lingkungan pada khususnya.

c. Pendekatan pengembangan: Pengembangan kurikulum dilakukan secara

terus-menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, kebijaksanaan pemerintah, dan hasil-hasil penilaian terhadap

95

pelaksanaan dan hasil-hasil yang telah dicapai untuk mengadakan

perbaikan dan pemantapanpengembangan lebih lanjut.

d. Pendidikan seumur hidup: Kurikulum dikembangkan untuk membuka

kemungkinan pelaksanaan pendidikan seumur hidup.

e. Keluwesan: Kurikulum dikembangkan dengan mempertimbangkan

keluwesan program dan pelaksanaannya.

(Sumber: Kurikulum 1984 SD (Sekolah Dasar): Landasan, Program, dan

Pengembangan, Jakarta: Pusatbangkurrandik, Depdikbud, 1984).

Pengembangan Kurikulum 1984 menggunakan pendekatan keterampilan proses

(process skill approach), yang diperkenalkan Wynne Harlen, seorang ahli sains

untuk sekolah dasar dari Inggris yang menjadi konsultan sains bagi Pusat

Kurikulum dalam rangka kerja sama antara Pemerintah Inggris dan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan yang diwakili Pusat Kurikulum BP3K. Konsultan

yang menjadi koordinator adalah Hugh Hawes dari Institute of Education

University of London, yang kemudian dilanjutkan oleh Roy Gardner. Kerja sama

ini diawali dengan kegiatan sains untuk SD dan kemudian dirintis Proyek

Supervisi bagi guru SD di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang dimulai pada

tahun 1979. Proyek ini kemudian dinamakan Active Learning through

Professional Support (ALPS) Project. Di Indonesia proyek ini dikenal sebagai

Proyek CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Selain itu, gagasan baru supervisi guru

melalui forum kerja sama guru melalui Kelompok Kerja Guru (KKG), kepala

sekolah melalui Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok Kerja

Penilik Sekolah (KKPS), dan Pusat Kegiatan Guru (PKG) secara resmi

dimasukkan ke dalam pedoman pembinaan guru pada Kurikulum 1984.

Keterampilan proses pada dasarnya adalah keterampilan ilmiah yang amat jelas

dilatih dalam pelajaran IPA. Contoh keterampilan proses disajikan berikut ini.

Dasar (basic):

- Melakukan observasi (dengan pancaindera)

- Membandingkan

- Membuat klasifikasi

96

- Mengukur dan menggunakan alat

- Mengkomunikasikan

- Membuat inferensi (kesimpulan sementara)

- Membuat prediksi

- Melakukan analisis

- Membuat generalisasi

- Melakukan evaluasi

- Membuat hipotesis

Terintegrasi (integrated):

- Memecahkan masalah secara kreatif

- Mengambil keputusan

- Menyelidiki

Karena pendekatan keterampilan proses dianut dalam pengembangan Kurikulum

1984, dirumuskan berbagai keterampilan proses dalam berbagai mata pelajaran.

Berikut ini disajikan ilustrasi sejumlah keterampilan proses yang pada dasarnya

dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran

97

98

99

100

101

102

Kurikulum 1994 Hasil-hasil dari Proyek Supervisi bagi guru SD yang kemudian dikenal dengan

sebutan populer “Proyek CBSA” yang dimulai di Cianjur pada tahun 1979

kemudian direplikasi di Kota Mataram di Provinsi Nusa Tenggara Barat,

Kabupaten Maros di Sulawesi Selatan, Kota Binjai di Sumatera Utara, Kota

Bandar Lampung di Lampung, Kabupaten Sidoarjo di Jawa Timur, dan

Kabupaten Tanah Laut di Kalimantan Selatan. Selain itu, Pusat Kurikulum juga

bekerja sama dengan beberapa daerah lain dalam upaya replikasi ini. Sejalan

dengan itu, direktorat sekolah dasar pada Ditjen Dikdasmen melakukan

melakukan diseminasi melalui penataran terpusat dan kantor-kantor wilayah

Depdikbud melakukan penataran tingkat provinsi yang dilanjutkan ke tingkat

kebupaten dan kecamatan. Di samping itu, ada juga inisiatif sejumlah perguruan

swasta yang bekerja sama dengan Pusat Kurikulum dan daerah-daerah binaan

replikasi untuk menerapkan cara belajar siswa aktif. Penerbit swasta juga ikut

mengupayakan introduksi atau integrasi pendekatan belajar aktif dalam buku

pelajaran yang diterbitkan.

Dasawarasa 1980-an adalah dasawarsa kegairahan mencoba dan menerapkan cara

belajar siswa aktif. Proyek Supervisi atau CBSA itu secara resmi diakhiri pada

tahun 1992 sejalan dengan keputusan ODA / DFID Pemerintah Inggris

mengakhiri bantuan kepada proyek ini. Hasil-hasil pengembangan cara belajar

siswa aktif dan supervisi guru ini dimasukkan ke dalam Kurikulum 1994 dan

pedoman-pedomannya.

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pada Kurikulum 1994 dikemukakan

berikut ini:

1. Kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan dengan sistem klasikal yang

mengelompokkan anak dengan usia dan kemampuan rata-rata hampir sama

menerima pelajaran dari seorang guru dalam mata pelajaran yang sama dalam

waktu dan tempat yang sama. Bila diperlukan dapat dibentuk penglompokan

sesuai dengan tujuan dan keperluan pengajaran.

103

2. Kegiatan belajar-mengajar pada dasarnya mengembangkan kemampuan psikis

dan fisik serta kemampuan penyesuaian sosial siswa secara utuh. Dalam

rangka mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

pendidikan menengah atau memasuki lapangan kerja, perlu diusahakan

pengembangan sikap bertanggung jawab dalam belajar dan mengemukakan

pendapat, serta kemandirian dalam mengambil keputusan.

3. Mengingat anekaragamnya mata pelajaran, cara penyajian pelajaran

hendaknya memanfaatkan berbagai sarana penunjang seperti kepustakaan, alat

peraga, lingkungan alam dan budaya, serta masyarakat dan narasumber.

4. Kegiatan belajar-mengajar sebagai pembelajaran tambahan dapat diberikan

kepada siswa baik yang akan melanjutkan ke pendidikan menengah maupun

yang akan memasuki lapangan kerja / masyarakat umum. Siswa dapat

mengikuti satu atau beberapa mata pelajaran sebagai pelajaran tambahan di

luar jam pelajaran pada susunan program pengajaran, dengan jatah waktu

yang sesuai dengan keadaan. Kegiatan pembelajaran tambahan dapat berupa

kegiatan perbaikan atau kegiatan pengayaan.

(Sumber: Kurikulum Pendidikan Dasar: Landasan, Program, dan Pengembangan,

Depdikbud, 1993).

Jika diamati secara teliti, dalam berbagai kurikulum (GBPP) mata pelajaran

pendekatan belajar aktif menjadi warna yang menonjol. Dari segi penyajian isi

kurikulum dalam GBPP, komponen kegiatan belajar amat ditekankan. Hal ini

terlihat dari uraian tentang kegiatan belajar yang aktif yang merupakan porsi

utama dan terbesar dalam keseluruhan GBPP. Khusus dalam kurikulum mata

pelajaran Bahasa Indonesia dikembangkan dengan menggunakan pendekatan

komunikatif (communicative approach) yang menekankan keterampilan

berbahasa mengganti pendekatan struktural (structural approach) yang

menekankan tatabahasa dalam kurikulum-kurikulum sebelumnya (Kurikulum

1947 s.d. Kurikulum 1984). Penerapan pendekatan komunikatif dalam Bahasa

Indonesia berdampak juga kepada pengembangan kurikulum Bahasa Inggris SMP

dan SMA yang menggunakan pendekatan yang sama.

104

Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa pendekatan belajar aktif merupakan

pendekatan pengembangan yang dianut dalam mengembangkan Kurikulum 1994.

Gagasan-gagasan utama pendekatan ini dikemukakan dalam gambar-gambar

berikut ini.

Gambar 5.2 Inti pengertian belajar aktif tampak pada gambar ini

Pendekatan belajar aktif adalah implementasi pandangan konstruktivisme dalam

belajar. Vygotsky (1978) menekankan konvergensi elemen-elemen sosial dan

praktis dalam belajar. Momen yang amat signifikan dalam lintasan perkembangan

intelektual terjadi ketika berbicara (speech) dan kegiatan praktik, dua jalur

perkembangan yang sebelumnya sepenuhnya tak saling tergantung (independen),

berkonvergensi. Melalui kegiatan praktik seorang anak mengkonstruksi makna

dalam dirinya (pada tingkat intrapribadinya), sedangkan berbicara

menghubungkan makna ini dengan dunia antar-pribadi yang di-share oleh anak

dan budayanya. Pandangan Vigotsky ini dapat digambarkan berikut ini.

105

Gambar 5.3 Unsur-unsur belajar aktif

Dalam penerapan belajar aktif unsur-unsur pendekatan belajar aktif ini

meruapakan ciri-ciri sejauh mana sebuah sekolah telah melaksanakan pendekatan

belajar aktif.

106

Gambar 5.4 Prinsip-prinsip belajar aktif

Inilah prinsip-prinsip operasional pendekatan belajar aktif.

107

KURIKULUM SD PADA MASA REFORMASI

A. Landasan hukum perubahan / pengembangan kurikulum

Tabel 6.1 Landasan hukum pengembangan kurikulum pada masa reformasi Kurikulum Pancasila &

UUD 1945

TAP MPR &

GBHN

UU Peraturan

Pemerintah

Keputusan Menteri

2004 UUD 1945

dan

perubahannya

Tap MPR No.

IV/MPR/1999

tentang GBHN

Undang-Undang

No. 20 Tahun

2003 tentang

Sistem

Pendidikan

Nasional

Undang-Undang

No. 22 Tahun

1999 tentang

Pemerintah

Daerah

Peraturan

Pemerintah No.

25 Tahun 2000

tentang

Kewenangan

Pemerintah dan

Kewenangan

Provinsi sebagai

Daerah Otonom

Terbit tanpa keputusan Menteri

tapi hanya dengan kata

pengantar Kepala Balibang dan

Direktur Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah, Depdiknas

2006 UUD 1945

dan

perubahannya

Undang-Undang

No. 20 Tahun

2003 tentang

Sistem

Pendidikan

Nasional

Peraturan

Pemerintah

Nomor 19 Tahun

2005 tentang

Standar Nasional

Pendidikan

Peraturan Mendiknas No. 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi

untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah, No. 23 tentang

Standar Kompetensi Lulusan

untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah, dan No. 24

tentang Pelaksanaan Kepmen

No. 22 dan 23

Pengembangan kurikulum pada masa reformasi amat ditentukan oleh:

● Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN

● Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

● Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

● Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan

Provinsi sebagai Daerah Otonom

● Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

108

B. Dasar pengambilan keputusan kurikulum pada masa reformasi

Tabel 6.2 Dasar pengambilan keputusan pada Kurikulum 2004 dan 2006

Dasar keputusan tentang

kurikulum

Kurikulum 2004 Kurikulum 2006

1. Alasan pedagogis yang sahih V # Alasan mengganti

kurikulum kurang kuat

2. Bukti (evidensi) terbaik yang

tersedia

V Berdasar perbandingan

kurikulum di negara lain

# Hanya modifikasi

Kurkulum 2004

3. Konteks tujuan pendidikan yang

umum

V Ciri-ciri manusia Indonesia

berdasarkan UU SPN 2002

V Sama dengan Kurikulum

2004

4. Konteks keputusan sebelumnya &

kebutuhan keputusan tambahan

V #

5. Paduan kekuatan pelajar, proses

belajar, tuntutan masyarakat & mata

pelajaran

V Tuntutan pendekatan

kompetensi pengembangan

kurikulum

# Terlalu cepat pergantian

kurikulum

6. Kerja sama orang yang terlibat &

orang yang paling terkena dampak

keputusan

V Dilibatkan pakar, praktisi,

konsultan, dan instansi yang

relevan

# Melibatkan praktisi

lapangan, hanya waktu amat

singkat

7. Fakta baru kehidupan seperti

perkembangan ilmu, rasa persatuan &

keanekaragaman

V Tuntutan perkembangan

ilmu & teknologi informasi &

komunikasi

X Belum ada perkembangan

baru

8. Perbedaan individual siswa # Belum tergambar dalam

iindikator kompetensi

# Kompetensi dasar tanpa

indikator

9. Pandangan realistis

pengorganisasian: desain kurikulum,

pengalaman siswa, pengaturan waktu

V Masuk ide guru membuat

silabus

V Sama dengan Kurikulum

2004

10. Pandangan tentang cara komunikasi

& diseminasi kurikulum

V V

11. Pengalaman siswa yang tidak dapat

diperoleh dengan memuaskan di luar

sekolah

V V

109

Tabel ini menunjukkan bahwa dasar-dasar pengambilan keputusan kurikulum

sebagaimana berlaku umum di dunia internasional semakin diikuti dalam

pengembangan kurikulum-kurikulum di Indonesia. Semakin lama semakin baik

dan sesuai dasar pengambilan keputusan yang digunakan.

C. Ciri-ciri manusia pada kurikulum pada masa reformasi

Kurikulum 2004: Penyelenggaraan pendidikan dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia;

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang

bertanggung jawab dan demokratis; dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan Dasar berlangsung selama 9 tahun, yaitu mulai dari kelas I hingga

kelas IX. Di jalur sekolah dan madrasah, Pendidikan Dasar dimulai dari kelas I

sampai kelas VI Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) atau

Madrasah Intidaiyah (MI), dan dilanjutkan mulai kelas VII smpai kelas IX di

Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa

(SMPLB) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). Di jlaur nonformal, Pendidikan

Dasar setara dengan Paket A dan B. Wajib belajar berlaku bagi peserta didik

berumur 7 tahun sampai menamatkan jenjang Pendidikan Dasar.

Kompetensi Lulusan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah adalah sebagai

berikut:

• Mengenali dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang diyakini.

• Mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, beretos kerja, dan peduli

terhadap lingkungan.

• Berpikir secara logis, kritis, dan kreatif serta berkomunikasi melalu berbagai

media.

• Menyenangi keindahan.

• Membiasakan hidup bersih, bugar, dan sehat.

• Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air.

(Sumber: Kurikulum 2004: Kerangka Dasar, Jakarta: Depdiknas, 2003).

110

Kurikulum 2006:

Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) dikembangkan

berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni:

1. Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan

SMP/MTs./SMPLB/Paket B bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Adapun Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) selengkapnya

adalah:

SD/MI/SDLB*/Paket A

1. Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap

perkembangan anak

2. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri

3. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya

4. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial

ekonomi di lingkungan sekitarnya

5. Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis,

dan kreatif

6. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan

bimbingan guru/pendidik

7. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya

8. Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam

kehidupan sehari-hari

9. Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan

sekitar

10. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan

111

11. Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan

tanah air Indonesia

12. Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya

lokal

13. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan

memanfaatkan waktu luang

14. Berkomunikasi secara jelas dan santun

15. Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong, dan menjaga diri sendiri

dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya

16. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis

17. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan

berhitung

(Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP); (Lampiran Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 Tanggal 23 Meil 2006.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR

23 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

(SKL)).

112

D. Perkembangan struktur program kurikulum pada masa

reformasi Kurikulum 2004:

Tabel 6.3 Struktur Kurikulum Sekolah Dasar & Madrasah Ibtidaiyah

Alokasi Waktu

Kelas I dan II III s.d. IV

A. Mata

Pelajaran

Pendidikan

Agama

3

Bahasa Indonesia

Pendekatan

TEMATIK 5

113

Alokasi Waktu

Kelas I dan II III s.d. IV

Matematika 5

Sains 4

Pengetahuan

Sosial

4

Kerajinan

Tangan dan

Kesenian

4

Pendidikan

Jasmani

4

B. Kegiatan

Belajar

Pembiasaan

Kegiatan

Pembiasaan

2

Jumlah 27 31

Penjelasan untuk Kelas I dan II

1) Pengelolaan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran dan kegiatan belajar

pembiasaan dengan menggunakan pendekatan tematik diorganisasikan

sepenuhnya oleh sekolah dan madrasah.

2) Penjelasan teknis pendekatan tematik diatur dalam pedoman tersendiri.

3) Alokasi waktu total yang disediakan adalah 27 jam pelajaran per minggu.

Daerah, sekolah atau madrasah dapat menambah alokasi waktu total atau

114

mengubah alokasi waktu mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa,

sekolah, madrasah atau daerah.

4) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 35 menit.

5) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 – 40

minggu dan jam tatap muka per minggu adalah 945 menit (16 jam), jumlah

jam tatap muka per tahun adalah 544 jam (32 640 menit).

6) Alokasi waktu sebanyak 27 jam pelajaran pada dasarnya dapat diatur dengan

bobot berkisar: (a) 15% untuk Agama; (b) 50% untuk Membaca dan Menulis

Permulaan serta Berhitung; dan (c) 35% untuk Sains, Pengetahuan Sosial,

Kerajinan Tangan dan Kesenian dan Pendidikan Jasmani.

7) Sekolah dan madrasah dapat mengenalkan teknologi informasi dan

komunikasi sesuai dengan kemampuannya.

Penjelasan untuk Kelas III, IV, V, dan VI:

1) Pengelolaan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran dan kegiatan belajar

pembiasaan diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah dan madrasah.

2) Penjelasan teknis kegiatan belajar pembiasaan diatur dalam pedoman

tersendiri.

3) Alokasi waktu total yang disediakan adalah 31 jam pelajaran per minggu.

Daerah, sekolah atau madrasah dapat menambah alokasi waktu toal tau

mengubah alokasi waktu mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa,

sekolah, madrasah atau daerah.

4) Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 40 menit. Minggu efektif

dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 – 40 minggu, dan jam tatap

muka per minggu adalah 21 jam ( 1 240 menit) jumlah jam tatap muka per

tahun adalah 714 jam (42 840 menit).

5) Sekolah dan madrasah dapat memberikan mata pelajaran Bahasa Inggris mulai

kelas IV sesuai dengan kemampuan.

115

6) Sekolah dan madrasah dapat mengenalkan teknologi informasi dan

komunikasi sesuai kemampuan.

7) Sekolah dan madrasah bertaraf internasional dapat menggunakan Bahasa

Inggris dan bahasa asing lain sebagai bahasa pengantar sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan.

(Sumber: Kurikulum 2004: Kerangka Dasar, Jakarta: Depdiknas, 2003)

Kurikulum 2006:

Tabel 6.4 Struktur Kurikulum SD/MI 2006 Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP)

Kelas dan Alokasi Waktu Komponen

I II

III IV, V, dan VI

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 3

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni Budaya dan Keterampilan 4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

Kesehatan

4

B. Muatan Lokal 2

C. Pengembangan Diri 2*)

Jumlah 26 27 28 32

*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

116

Penerapan struktur ini pada tingkat sekolah tampak sebagai berikut:

Tabel 6.5 STRUKTUR KURIKULUM SDN PONDOK BAMBU 14

Kelas dan Alokasi Waktu

Komponen I II III IV, V, DAN VI

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 3

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni Budaya dan Ketrampilan 4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 4

B. Muatan Lokal

1. Kesenian Jakarta 1

2. PLKJ 1

3. Bahasa Inggris 2

C. Pengembangan Diri

1. Pramuka 1

2. Komputer

1

Jumlah 30 31 32 36

E. Perkembangan komponen kurikulum pada masa reformasi

Kurikulum 2004:

Contoh Sains Kelas IV

A. Kerja Ilmiah

Standar Kompetensi: Siswa mampu melakukan pengamatan,

mendeskripsikan, menggunakan standar pengukuran sederhana, serta

mengembangkan sikap ilmiah.

117

Tabel 6.6 Tabel Kompetensi dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi

(Kurikuum 2004) Kompetensi

Dasar

Hasil Belajar Indikator Materi

Pokok

1.1 Mengajukan

pertanyaan penelitian

sederhana

* Mengemukakan pendapat

tentang suatu topik untuk

mendata yang telah diketahui.

* Membuat pertanyaan dengan

bantuan guru misalnya: “apa yang

ingin kita cari?”, “bagaimana cara

kita menemukan / menyelidiki?”

1.2 Menyusun

perencanaan kerja

ilmiah melalui

pengamatan atau

percobaan

* Mendiskusikan sesuatu yang

didengar atau dilihat

* Memberikan gagasan dalam

merencanakan suatu penyelidikan

1.3 Mengumpulkan

informasi / data

* Melakukan penyelidikan

sederhana dengan dua atau tiga

langkah, misalnya:

mengumpulkan hewan-hewan

kecil dan menggolongkannya.

* Melakukan pengamatan dan

pengukuran dengan menggunakan

alat.

* Membuat catatan hasil

pengamatan dan pengukuran.

1. Melakukan

penyelidikan

ilmiah

1.4 Mengolah

informasi / data

* Mengelompokkan informasi /

data.

* Menganalisis data.

* Menafsirkan hasil analisis.

Terintegrasi

dalam

pembelajaran

2. Berkomunikasi

ilmiah

2.1 Membuat laporan

ilmiah sederhana.

* Membuat kesimpulan dari hasil

penyelidikan.

* Mendeskripsikan hasil

Terintegrasi

dalam

pembelajaran

118

penyelidikan ilmiah sederhana

dalam bentuk laporan.

2.2 Menyajikan

informasi sains

* Menyusun informasi sains

dengan menggunakan sarana dan

sumber.

* Menyajikan informasi sains

dengan berbagai cara.

3. Menujukkan

kreativitas dalam

memecahkan

masalah

dst. dst. dst.

4. Bersikap ilmiah dst. dst. dst.

B. Pemahaman konsep dan Penerapannya

1. Makhluk hidup dan Proses Kehidupan

Standar Kompetensi: Siswa mampu memahami hubungan antara bagian alat

tumbuh makhluk hidup dengan fungsinya, dan memahami bahwa beragam

makhluk hidup memiliki daur hidup yang berbeda, serta memahami bahwa

interaksi terjadi antar-makhluk hiudp serta antara makhluk hidup dengan

lingkungannya.

Tabel 6.7 Tabel Contoh Kompetensi Dasar Kurikulum 2004

Kompetensi

Dasar

Hasil Belajar Indikator Materi

Pokok

1.1 Mendeskripsikan

rangka manusia, fungsi,

dan pemeliharaannya

* Menjelaskan kegunaan rangka.

* Mempraktikkan cara merawat

rangka, misal mengkonsumsi

makanan yang mengandung Vitamin

D, kalsium, fosfor serta sikap tubuh

sewaktu duduk, berdiri, tidur, dan

berjalan.

* Mencari informasi tentang

penyakit dankelainan yang

umumnya terjadi pada rangka.

* Rangka

manusia,

fungsi, dan

pemeliharaan

nya

1. Mencari

hubungan antara

bagian alat tubuh

makhluk hidup

dengan fungsinya

1,2 Mendekripsikan alat * Mengidentifikasi ala indera * Alat indera

119

Kompetensi

Dasar

Hasil Belajar Indikator Materi

Pokok

indera manusia, fungsi,

dan pemeliharaannya

manusia berdasarkan pengamatan.

* Menjelaskan kegunaan alat indera.

* Mencari informasi tentang

kelainan alat indera yang disebabkan

oleh kebiasaan buruk, misalna

membaca di tempat yang kurang

terang, dan minum air panas.

* Memberi contoh cara merawat alat

indera.

manusia,

fungsi, dan

pemeliharaan

nya.

1.3 Menggolongkan

hewan berdasarkan jenis

makanan

* Mengidentifikasi jenis makanan

hewan.

* Menggolongkan hewan-hewan

yang termasuk pemakan tumbuhan

(herbivora), pemakan daging

(karnivora), dan pemakan segala

(omnivora).

Jenis

makanan

hewan

1.4 Mendeskripsikan

bagian-bagian tubuh

tumbuhan dan fungsinya

bagi tumbuhan itu

sendiri

* Mengidentifikasi bagian tubuh

tumbuhan dan fungsinya bagi

tumbuhan itu sendiri.

* Membandingkan bagian-bagian

tumbuhan, seperti perakaran, bunga,

dan daun.

Bagian-

bagian

tumbuhan

2.1 Menjelaskan daur

hidup hewan

* Mendeskripsikan urutan daur

hidup hewan misalnya kupu-kupu,

nyamuk, dan kecoa secara

sederhana.

* Menyimpulkan berdasarkan

pengamatan bahwa tidak semua

hewan berubahnya bentuk pada

hewan menunjukkan adanya

p[ertumbuhan.

* Membuat laporan hasil

pengamatan daur hidup hewan yang

dipeliharanya.*)

Daur hidup

hewan

2. Menyajikan

informasi yang

menggambarkan

daur hidup

beberapa hewan

yang dikenalnya

secara sederhana

dan cara

memperlakukan

hewan.

2.2 Menerapkan cara * Mengidentifikasi cara merwat dan Perawatan

120

Kompetensi

Dasar

Hasil Belajar Indikator Materi

Pokok

memperlakukan hewan memelihara hewan peliharaan.

* Mendemonstrasikan cara merawat

dan memelihara hewan peliharaan

dan

pemeliharaan

hewan

peliharaan

3.1 Mendeskripsikan

jenis hubungan khas

antar-makhluk hidup

* Mengidentifikasi.hubungan khas

antarmakhluk hidup (simbiosis),

misalnya lebah / kupu-kupu dan

bunga, tumbuhan parasit dan

inangnya.

* Mengkomunikasikan manfaat dan

kerugian yang terjadi akibat

hubungan antar-makhluk hidup.

3. Menyimpulkan

adanya saling

ketergantungan

antar-makhluk

hidup dan antara

makhluk hidup

dengan

lingkungannya.

3.2 Menafsirkan

hubungan antara

makhluk hidup dan

lingkungannya

* Mengamati bentuk-bentuk saling

ketergantungan antara hewan dan

tumbuhan di lingkungan sekitar,

misalnya hewan memakan rumput,

cacaing, memakan daun-daun busuk

dan berguna bagi kesuburan tanah.

* Menggambarkan hbuungan antara

makan dan dimakan antar-makhluk

hidup melalui rantai makanan

sederhana.

* Memprediksi kemungkinan yang

akan terjadi bila lingkungan

berubah, misalnya akibat dari

pencemaran di sungai, kebakaran di

hutan, dan penebangan pohon.

Saling

ketergantunga

n

antarmakhluk

hidup

121

Kurikulum 2006: IPA Kelas IV, Semester 1

Tabel 6.8 Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA kelas IV Kurikulum

2006

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Makhluk Hidup dan

Proses Kehidupan

1. Memahami

hubungan antara

struktur organ tubuh

manusia dengan

fungsinya, serta

pemeliharaannya

1.1 Mendeskripsikan hubungan antara struktur

kerangka tubuh manusia dengan fungsinya

1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka

tubuh

1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca

indera dengan fungsinya

1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca

indera

2. Memahami hubungan

antara struktur bagian

tumbuhan dengan

fungsinya

2.1 Menjelaskan hubungan antara struktur akar

tumbuhan dengan fungsinya

2.2 Menjelaskan hubungan antara struktur batang

tumbuhan dengan fungsinya

2.3 Menjelaskan hubungan antara struktur daun

tumbuhan dengan fungsinya

2.4 Menjelaskan hubungan antara bunga dengan

fungsinya

3. Menggolongkan 3.1 Mengidentifikasi jenis makanan hewan

122

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

hewan, berdasarkan

jenis makanannya

3.2 Menggolongkan hewan berdasarkan jenis

makanannya

4. Memahami daur

hidup beragam jenis

makhluk hidup

4.1 Mendeskripsikan daur hidup beberapa hewan di

lingkungan sekitar, misalnya kecoa, nyamuk,

kupu-kupu, kucing

4.2 Menunjukkan kepedulian terhadap hewan

peliharaan, misalnya kucing, ayam, ikan

5. Memahami hubungan

sesama makhluk

hidup dan antara

makhluk hidup

dengan

lingkungannya

5.1 Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas

(simbiosis) dan hubungan “makan dan dimakan”

antar makhluk hidup (rantai makanan)

5.2 Mendeskripsikan hubungan antara makhluk hidup

dengan lingkungannya

Benda dan Sifatnya

6. Memahami beragam

sifat dan perubahan

wujud benda serta

berbagai cara

penggunaan benda

berdasarkan sifatnya

6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas

memiliki sifat tertentu

6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair

padat cair; cair gas cair; padat gas

6.3 Menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan

kegunaannya

123

Muatan Kurikulum di SDN Pondok Bambu 14

Muatan kurikulum meliputi 8 mata pelajaran, 3 muatan lokal, dan 2

pengembangan diri.

1. Mata Pelajaran

Mata Pelajaran di SDN Pondok Bambu 14 terdiri dari 8 mata pelajaran

yaitu :

1. Pendidikan Agama

2. Pendidikan Kewarganegaraan

3. Bahasa Indonesia

4. Matematika

5. Ilmu Pengetahuan Alam

6. Ilmu Pengetahuan Sosial

7. Seni Budaya dan Ketrampilan

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2. Muatan Lokal

Muatan Lokal di SDN Pondok Bambu 14 terdiri atas:

1. Kesenian Jakarta

2. Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta (PLKJ)

3. Bahasa Inggris

3. Pengembangan Diri

Pengembangan diri di SDN Pondok Bambu 14 terdiri atas :

1. Pramuka

2. Komputer

124

Contoh silabus dan RPP di sekolah:

3. SILABUS MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

KELAS IV SEMESTER 1

STANDAR

KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

MATERI

POKOK

Mahluk Hidup dan

proses kehidupan

1. Memahami

hubungan antara

struktur organ

tubuh manusia

dengan

fungsinya, serta

pemeliharaanya

• Mendeskripsikan hubungan

antara struktur kerangka tubuh

manusia dengan fungsinya.

• Menerapkan cara memelihara

kesehatan kerangka tubuh

• Mendeskripsikan hubungan

antara struktur panca indra

dengan fungsinya

• Menerapkan cara memelihara

kesehatan panca indra

• Menjelaskan kegunaan

rangka

• Mempraktikan sikap tubuh

yang baik untuk menjaga

bentuk rangka, misalnya cara

duduk, cara berdiri dan cara

tidur.

• Mencari penyakit yang

berhubungan dengan rangka

• Mengidentifikasikan panca

indra manusia berdasarkan

pengamatan.

• Menjelaskan kegunaan

panca indra (Mata, telinga,

hidung, lidah kulit).

• Mencari informasi tentang

kelainan panca indra yang

sebabkan oleh kebiasaan

buruk, misalnya membaca

ditempat yang kurang terang.

• Memberi contoh car

merawat panca indra (Mata,

telinga, hidung, lidah kulit).

Struktur organ

tubuh

manusia

2. Memahami

hubungan antara

struktur bagian

• Menjelaskan hubungan antara

struktur akar tumbuhan dengan

• Mengidentifikasi bagian

tumbuhan dan fungsinya

Struktur

bagian

tumbuhan

125

STANDAR

KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

MATERI

POKOK

tumbuhan

dengan

fungsinya

fungsinya

• Menjelaskan hubungan antara

struktur batang tumbuhan

dengan fungsinya

• Menjelaskan hubungan antara

struktur daun tumbuhan dengan

fungsinya

• Menjelaskan hubungan antara

bunga dengan fungsinya

bagi tumbuhan itu sendiri.

• Membandingkan bagian-

bagian tumbuhan, seperti

perakaran, bunga dan daun

3. Menggolong-kan

hewan,

berdasarkan

jenis makananya

• Mengidentifikasikan jenis

makanan hewan

• Menggolong-kan hewan

berdasarkan jenis makananya

• Mengidentifikasi jenis

makanan hewan

• Menggolongkan hewan-

hewan yang termasuk

pemakan tumbuhan

(herbivora), pemakan

daging (carnivora), dan

pemakan segala

(Omnivora).

Jenis

makanan

hewan

4. Memahami daur

hidup beragam

jenis makhluk

hidup

• Mendeskripsi-kan daur hidup

beberapa hewan dilingkungan

sekitar, misalnya kecoa,

nyamuk, kupu-kupu, kucing

• Menunjukan kepedulian

terhadap hewan peliharaan,

misalnya kucing, ayam, ikan

• Mendeskripsikan urutan

daur hidup kecoa, nyamuk,

kupu-kupu, kucing.

• Menyimpulkan berdasarkan

pengamatan bahwa tidak

semua hewan berubah

bentuk dengan cara yang

sama.

• Menyimpulkan bahwa

berubahnya bentuk pada

hewan menunjukan adanya

pertumbuhan

Daur hidup

hewan dan

cara

memelihara

hewan

126

STANDAR

KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

MATERI

POKOK

5. Memahami

hubungan

sesama makhluk

hidup dan antara

makhluk hidup

dengan

lingkunganya

• Mengidentifikasikan beberapa

jenis hubungan khas

(simbiosis) dan hubungan

”makan dan dimakan” antara

makhluk hidup (rantai

makanan)

• Mendeskripsikan hubungan

antara makhluk hidup dengan

lingkunganya.

• Mengidentifikasi hubungan

khas antar mahlukh hidup

(simbiosis), misalnya kupu-

kupu, lebah, bunga,

tumbuhan parasit dan

benalu.

• Mengkomunikasikan

manfaat dan kerugian yang

terjadi akibat hubungan

makhluk hidup.

• Mengamati bentuk-bentuk

salaing ketergantungan

antar hewan dan tumbuhan

yang terdekat dilingkungan,

misalnya cacing memakan

daun-daun busuk dan

berguna bagi kesuburan

tanah.

• Menggambarkan hubungan

makanan dan dimakan antar

makhluk hudup melalui

rantai makanan

• Memprediksi kemungkinan

yang akan terjadi jika

lingkungan berubah,

misalnya sebagai akibat

dari penebangan hutan

secara sembarangan

Benda dan sifatnya

6. Memahami

beragam sifat

dan perubahan

• Mengidentifikasi wujud benda

padat, cair, dan gas memiliki

sifat tertentu

• Mengidentifikasikan sifat

benda padat, cair dan gas.

• Mengelompokan benda-

benda berdasarkan

127

STANDAR

KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

MATERI

POKOK

wujud benda

berdasarkan

sifatnya

• Mendeskripsikan terjadinya

perubahan wujud

cair padat cair,cai gas ca

ir, padat gas

• Menjelaskan hubungan antara

sifat bahan dengan

kegunaannya

wujudnya.

• Mengidentifikasikan

perubahan wujud benda

yang dapat kembali ke

wujud semula.

• Menjelaskan faktor yang

mempengaruhi perubahan

wujud benda

• Memberi contoh perubahan

wujud benda

• Menghidentifikasi

kesesuaian sifat bahan

dengan kegunaannya,

misalnya plastik untuk

membuat payung.

• Membandingkan berbagai

bahan untuk menentukan

bahan yang paling cocok

untuk tujuan tertentu

• Membandingkan bahan

tertentu sesuai sifat dan

kegunaannya, misalnya

penyerapan air pada

berbagai jenis kertas.

• Membuat daftar berbagai

bahan kemasan suatu

produk makanan yang

dikaitkan dengan sifatnya,

misalnya pembungkus

permen coklat dari

alumunium foil.

• Membuat daftar berbagai

128

STANDAR

KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR

MATERI

POKOK

alat rumah tangga yang

dihubungkan dengan sifat

bahan dan kegunaannya.

129

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas/Semester : IV/Satu

Standar Kompetensi : Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan

Kompetensi Dasar : 1.1 Mendeskripsikan hubungan antara

struktur kerangka tubuh manusia

dengan fungsinya

1.2. Menerapkan cara memelihara

kesehatan kerangka tubuh.

Alokasi waktu : 4 x 35 menit

Materi

Pokok/

Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Indikator Penilaian

Alokasi

Waktu

Sumber

Belajar

Struktur tubuh

manusia

• Mengamati tulang-

tulang yang ada didalam

tubuh masing-masing

dengan cara memukul

dengan jari kebagian

anggota tubuh yang

keras

• Melaporkan hasil

pengamatan dan

membuat kesimpulan

• Mengamati dan

membandingkan rangka

manusia akan rangka

hewan dengan

menggunakan gambar

• Mengamati fungsi

rangka manusia dan

bagian-bagianya dengan

alat peraga atau gambar

• Membuat kesimpulan

• Menjelaskan

kegunaan rangka

• Membandingkan

fungsi rangka

manusia dan

rangka hewan

• Mempraktikkan

sikap tubuh yang

baik untuk

menjaga bentuk

rangka misalnya

cara duduk, cara

berdiri dan cara

tidur.

• Mencari

informasi tentang

penyakit yang

berkaitan dengan

rangka

• Lembar

pengama-tan

• Performan-ce

test

• Test tertulis

4 x 35’ • Kurikulu

m KTSP

• Buku

IPA

kelas IV

• Rangka

manu-sia

• Gam-bar

rangka

manu-sia

130

• Membuat sketsa

petunjuk

• Membuat denah rumah

sampai ke sekolah

• Menjelaskan

kembali isi

petunjuk untuk

mengecek

kebenaran

• Mengikuti

petunjuk untuk

menemukan

suatu tempat

• Tes Tertulis :

Membuat

denah rumah

ke sekolah

• Tes Perbuatan :

Berjalan ke

suatu tempat

berdasarkan

petunjuk

6 x 35’ Gambar

denah

sekolah ke

kelurahan

4. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ILMU

PENGETAHUAN

ALAM SDN PONDOK BAMBU 14

Mata Pelajaran

Kelas/Semester

Aspek

Standar Kompetensi

Waktu

: Ilmu Pengetahuan Alam

: IV / Satu

: Rangka Manusia, fungsi dan pemeliharaanya

: Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan

:

I. KOMPETENSI DASAR

1. Mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya serta cara

perawatanya.

2. Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka tubuh.

II. INDIKATOR

• Menjelaskan kegunaan rangka

• Membandingkan fungsi rangka manusia dan rangka hewan

• Mempraktikan sikap tubuh yang baik untuk menjaga bentuk rangka

misalnya cara duduk, cara berdiri dan cara tidur.

• Mencari informasi tentang penyakit yang berkaitan denganm rangka.

131

III. MATERI POKOK

Rangka manusia

IV. URAIAN MATERI

1. Kegunaan rangka

2. Membandingkan fungsi kerangka tubuh manusia dan kerangka tubuh

hewan

3. Sikap tubuh yang baik

4. Beberapa penyakit yang berkaitan dengan rangka

V. PENGALAMAN BELAJAR

A. Kegiatan awal (persepsi)

Siswa mengamati tulang-tulang yang ada di dalam tubuhnya masing-

masing dengan cara memukul dengan jari ke bagian anggota tubuh

yang keras.

B. Kegiatan inti

1. Siswa mengamati dan membandingkan rangka manusia dan rangka

hewan, dengan menggunakan gambar.

2. Siswa menyebutkan fungsi rangka.

3. Guru menjelaskan rangka manusia dan bagian-bagianya dengan

alat peraga atau gambar.

4. Dengan bantuan gambar rangka manusia siswa mengamati bentuk

tulang dan menunjukan contohnya.

5. Siswa mencari informasi tentang zat penyusun tulang.

6. Siswa mengamati sendi dan macam-macam persendian.

7. Siswa mengamati gangguan pertumbuhan yang dipengaruhi oleh

sikap duduk yang tidak benar.

8. Siswa mengamati rangka hewan dan membandingkannya dengan

rangka manusia.

132

9. Siswa mengamati bentuk rangka hewan yang ditiru oleh manusia

seperti pondasi cakar ayam, pesawat terbang dan kapal selam.

VI. PENUTUP (TINDAK LANJUT)

Siswa membuat kesimpulan tentang rangka manusia, fungsi rangka, dan

cara memulihkan kesehatan rangka.

VII. METODE/SUMBER BELAJAR

A. Metode

1. Informasi

2. Tanya jawab

3. Demonstrasi

4. Diskusi

5. Inkuiri (penemuan)

B. Sumber belajar

1. Kurikulum 2006

2. Buku IPA kelas IV

3. Rangka manusia

VIII. PENILAIAIAN

A. penilaian produk

1. Siswa mengamati rangka manusia dan hewan, apakah hewan

tersebut di bawah ini memiliki tulang kepala, tulang badan dan

tulang anggota gerak.

2. Siswa mengisi kolom yang kosong dengan membubuhkan tanda

No. NAMA HEWAN

MEMILIKI

TULANG

KEPALA

MEMILIKI

TULANG

BADAN

MEMILIKI

TULANG

ANGGOTA

GERAK

1.

2.

Manusia

Kucing

133

No. NAMA HEWAN

MEMILIKI

TULANG

KEPALA

MEMILIKI

TULANG

BADAN

MEMILIKI

TULANG

ANGGOTA

GERAK

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Katak

Kambing

Ikan

Burung

Belalang

Ayam

Laba-laba

Cicak

2. Menjawab pertanyaan

1. Di hewan yang tertulis pada tabel ada yang tidak memiliki tulang

kepala ?

2. Adakah hewan yang tertulis pada tabel adayang tidak mempunyai

tulang badan ?

3. Adakah hewan yang tertulis pada tabel yang tidak mempunyai

tulang anggota gerak ?

Buatkan kesimpulan

Prersentase penilaian

• Ketepatan dan kelengkapan pada pengisisan kolom

• Ketepatan menjawab pertanyaan

• Ketepatan membuat kesimpulan +

Jumlah

134

I. Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c, atau d didepan

jawaban yang paling benar !

1. Rangka yang berguna melindungi otak adalah ...

a. tulang tengkorak c. tulang pinggul

b. tulang dada d. tulang rusuk

2. Paru-paru dan jantung dilindungi oleh ...

a. tulang rusuk dan rahang c. tulang dada dan selangka

b. tulang pinggang dan punggung d. tulang rusuk dan dada

3. Persambungan tulang yang tidak dapat digerakkan terdapat pada ...

a. tulang leher c. tulang lengan

b. tulang kepala d. tulang paha

4. Di bawah ini adalah fungsi rangka, kecuali ...

a. melindungi bagian-bagian tubuh yang penting

b. tempat melekatnya otot dan daging

c. membentuk tubuh

d. membentuk daging

5. Berikut ini yang dinamakan tulang anggota gerak adalah ...

a. tungkai dan lengan

b. tungkai dan tulang belakang

c. lengan dan leher

d. kepala dan tungkai

6. Menurut bentuknya, tulang dapat dibedakan seperti di bawah ini,

kecuali ...

a. tulang pendek c. tulang pipih

b. tulang panjang d. tulang pipa

135

7. Hubungan dua tulang yang dapat digerakkan kesegala arah disebut

sendi ...

a. peluru c. engsel

b. putar d. pelana

8. Rangka hewan yang ditiru manusia karena kekuatannya menyangga

beban berat adalah ...

a. kaki gajah c. kaki ayam

b. kaki kuda d. kaki cicak

9. Di bawah ini kelompok hewan yang termasuk hewan berkerangka

dalam adalah ...

a. laba-laba, kepiting udang

b. kepiting, siput, ikan

c. burung, ayam, kambing

d. kambing, belalang, ikan

10. Kelainan akibat tulang punggung membungkuk ke belakang disebut ...

a. kifosis c. rahitis

b. skoliosis d. lordosis

II. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat !

1. Otak manusia dilindungi oleh rangka ...

2. Tulang rusuk berfungsi melindungi ...

3. Pesawat terbang dibuat berdasarkan tiruan rangka ...

4. Rangka anggota gerak bawah terdiri dari tulang ...

5. Berdasarkan zat penyusunnya tulang dibedakan menjadi tulang ... dan

...

6. Tulang rusuk berjumlah ...

7. Persambungan tulang yang tidak dapat digerakkan terdapat pada ...

136

8. Sisik dan sirip ikan merupakan rangka ... ikan.

9. Ikan berenang meliukkan badannya kearah yang dituju dengan

bantuan ...

10. Kelainan tulang akibat tulang punggung terlalu bongkok ke depan

disebut...

III. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar

!

1. Secara garis besar rangka manusia dapat dikelompokan menjadi 3

bagian sebutkan !

Jawab

_____________________________________________________

2. Sebutkan 3 macam sendi yang dapat digerakkan !

Jawab

_____________________________________________________

3. Sebutksn tiga macam kegunaan rangka !

Jawab

_____________________________________________________

4. Sebutkan 3 macam hewan yang bentuk rangkanya ditiru manusia

dalam karyanya membuat peralatan !

Jawab

_____________________________________________________

5. Sebutkan zat-zat yang menyusun tulang.

Jawab

_____________________________________________________

137

Mengetahui

Kepala Sekolah

SDN Pondok Bambu 14

Dra. Dwi Tyas Utami

NIP. 131 463 770

Jakarta, Juli 2006

Guru mata pelajaran

Dra. Eko Lestariyanti, MPd

NIP. 131438 274

F. Prinsip pengembangan kurikulum pada masa reformasi

Kurikulum 2004 Inovasi pendekatan belajar aktif kemudian digabungkan dan diintegrasikan ke

dalam inovasi melalui manajemen berbasis sekolah (MBS) yang diprakarsai

Unicef bekerja sama dengan Direktorat Sekolah Dasar Ditjen Dikdasmen dan

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas yang dirintis pada tahun 1999. Kemudian

inovasi ini dikenal dengan nama MBS-Pakem (Pakem adalah singkatan dari

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Semula yang konsepsi

Proyek MBS-Pakem ini dirintis pada Kabupaten Mojokerto di Jawa Timur,

Kabupaten Magelang dan .... di Jawa Tengah, dan Kabupaten Bantaeng di

Sulawesi Selatan. Dalam waktu singkat provinsi-provinsi lain ingin bergabung

dalam gerakan ini, seperti provinsi NTT, Maluku, dan Papua. Kemudian, Ditjen

Dikdasmen dan Unicef mengundang berbagai NGO yang berkiprah di sekolah

dasar untuk mendorong dan menerapkan MBS-Pakem. Berbagai dinas pendidikan

di daerah-daerah juga melibatkan diri dalam gerakan ini sehingga gagasan yang

diperkenalkan ini dapat dikatakan telah diadopsi dalam sistem pendidikan

nasional.

Berdasarkan pertimbangan kondisi MBS-Pakem di lapangan dan tuntutan otonomi

daerah sambil belajar dari studi banding dan penelusuran literatur tentang

pengembangan kurikulum di dunia internasional, akhirnya Pusat Kurikulum

138

bersama pimpinan Balitbang Depdiknas memilih pendekatan berbasis kompetensi

(competence-based curriculum development) dalam mengembangkan Kurikulum

Berbasis Kompetensi yang disebut pula Kurikulum 2004.

Dokumen nasional Kurikulum 2004 yang pada akhirnya diterapkan di lapangan

kembali menggunakan matriks atau tabel yang terdiri dari 4 kolom, yaitu standar

kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok. Berdasarkan

dokumen kurikulum nasional ini, tiap sekolah diberi otonomi untuk

mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri.

Pengertian kompetensi adalah kemampuan yang merupakan hasil belajar

(oucome) berupa karya siswa 2 dimensi (yang ditulis pada kertas / wadah yang

rata berdimensi panjang dan lebar) dan 3 dimensi (dimensi panjang, lebar, dan

tinggi), unjuk kerja (performance), dan perilaku. Kemampuan ini dikembangkan

dari proses belajar-mengajar yang mengolah dan memproses “air” pengetahuan,

keterampilan, serta sikap dan nilai (yang berasal dari “air” ‘anak sungai’

pengetahuan, ‘anak sungai’ keterampilan, dan ‘anak sungai’ nilai dan sikap

sedangkan dalam ‘sungai besar’ “air” dari tiga ‘anak sungai’ itu telah terintegrasi,

tidak dibeda-bedakan lagi dalam ‘sungai besar’ proses belajar-mengajar). Amati

gambar berikut ini!

Gambar 6.1 Input, proses, dan outcome kompetensi

139

Kemampuan yang dapat digolongkan sebagai kompetensi paling tidak memiliki 5

kriteria, yaitu demonstrable (dapat didemonstrasikan, ditunjukkan siswa),

observable (dapat diamati dengan pancaindera), consistent (konsisten atau ajek

atau cenderung telah menetap), specific (spesifik, khusus, tidak terlalu umum),

dan integrated (memadukan pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai).

Dalam mengembangkan silabus dan RPP, guru dapat menggunakan langkah-

langkah seperti ditunjukkan pada 2 gambar ini.

140

Dalam praktik bersama para guru ternyata pengembangan silabus dan RPP akan

lebih realistis dan mudah jika guru mulai dengan gagasan kreatif kegiatan belajar,

kemudian mengidentifikasi alat, sumber, bahan, lalu mengidentifikasi materi dan

jabarannya, barulah dicari dan diidentifikasi kompetensi dasar (standar

141

kompetensi dilihat sesudahnya). Terakhir, dari kegiatan belajar yang dirancang

dapat diperkirakan kegiatan mana yang akan menghasilkan kompetensi

(kemampuan yang telah memenuhi 5 kriteria tersebut) dan indikator kompetensi

(tanda-tanda tercapainya kompetensi) disusun setelah diyakini kemampuan mana

yang telah layak digolongkan sebagai kompetensi.

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengembangkan Kurikulum 2004 adalah

sebagai berikut:

1. Peningkatan keimanan, budi pekerti luhur, dan penghayatan nilai-nilai budaya.

2. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika.

3. Penguatan integritas nasional

4. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi.

5. Pengembangan kecakapan hidup.

6. Pilar pendidikan: belajar untuk memahami, belajar untuk berbuat kreatif,

belajar untuk hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk membangun dan

mengekspresikan jati diri yang dilandasi ketiga pilar sebelumnya.

7. Komprehensif dan berkesinambungan.

8. Belajar sepanjang hayat.

142

9. Diversifikasi kurikulum sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan

peserta didik.

Seluruh prinsip pengembangan kurikulum ini untuk mendukung pertumbuhan

siswa melalui proses belajar-mengajar ini dapat digambarkan pada gambar pohon

berikut ini.

Prinsip-prinsip pelaksanaan:

1. Kesamaan memperoleh kesempatan.

2. Berpusat pada anak.

3. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

4. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan.

(Sumber: Kurikulum 2004: Kerangka Dasar, Jakarta: Depdiknas, 2003).

Kurikulum 2006 Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP) disajikan

pada tabel berikut ini.

143

Tabel 6.9 Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006

ASPEK Kurikulum 2004 Kurikulum 2006 1. Format Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,

Hasil Belajar (SD), Indikator, Materi

Pokok

Standar Kompetensi +

Kompetensi Dasar

2. Definisi

kompetensi

Hasil belajar siswa yang berdampak

(outcome), berupa karya, unjuk kerja, dan

perilaku

Hasil belajar (dampaknya

kurang diperhatikan)

Definisi kompetensi tak jelas /

tak ada

3. Dasar pemilihan

kompetensi

Hasil inovasi, evaluasi kurikulum, studi

banding kurikulum + implementasi

negara2 lain, tradisi sekolah

Polesan dokumen Kurikulum

2004

4. Pendekatan

pengembangan

kurikulum

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK)

5. Contoh hasil

inovasi

● Proyek PPSP 8 IKIP

● CBSA: 1980 – 1994

● Pendidikan luar biasa

● Jaringan kurikulum

● MBS: 1999 – kini

● Pendidikan HAM

● Kurikulum muatan lokal

● Kerja sama dengan instansi &

lembaga internasional

Tidak merujuk ke hasil-hasil

berbagai inovasi

6. Contoh hasil riset Beragam riset Pusat Penelitian & Pusat

Kurikulum Balitbang, meta-analisis

Tidak merujuk ke hasil-hasil

riset

7. Silabus Unsur-unsur penting untuk PBM

Contoh-contoh lebih terinci

Unsur-unsur = Kurikulum

2004

Contoh seperti satpel

8. Kalender

pendidikan

220 hari belajar per tahun 204 – 228 hari per tahun

9. Penilaian Penentuan standar kelulusan

Ujian Nasional: Bahasa Indonesia, Bahasa

Inggris, Matematika. Bentuk soal: Pilihan

Masih sama

144

ASPEK Kurikulum 2004 Kurikulum 2006 ganda

10. Akuntabilitas Puskur Balitbang bekerja sama dengan

Ditjen Dikdasmen

“Panitia ad hoc” 15 orang

11. Ruang lingkup

kompetensi &

materi

Lebih jelas karena ada indikator

“Mengikat” komitmen pengembangan UN

Kabur karena tak ada

indikator

“Tak mengikat” komitmen

12. Materi

kurikulum

Sebagian besar materi

Kurikulum 2004 ada dalam

Kurikulum 2006

13. Pendekatan

tematik di SD

Kelas I dan II Kelas I – III

Data pada tabel ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan mendasar antara

Kurikulum 2004 dan Kurikulum 2006.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan

menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada

standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum

yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip

berikut.

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki

posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan

tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,

perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan

lingkungan.

145

2. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik

peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa

membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial

ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib

kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun

dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat

antarsubstansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat

dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan

memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni.

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku

kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan

kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,

dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan

pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik,

dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang

kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara

berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum

146

mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal

dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang

selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan

kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling

mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika

dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Seluruh prinsip pengembangan kurikulum ini untuk mendukung pertumbuhan

siswa melalui proses belajar-mengajar ini dapat digambarkan pada gambar pohon

berikut ini.

147

PERKEMBANGAN MATA PELAJARAN DARI MASA KE

MASA

Pada bab ini dikemukakan tentang perkembangan mata-mata pelajaran pada

umumnya selalu muncul pada kurikulum dari masa ke masa.

Pendidikan Moral:

Pendidikan moral dalam sejarah kurikulum Indonesia cenderung ditekankan dan

mengalami perubahan dari zaman ke zaman.

● Pada kurikulum pertama setelah kemerdekaan, yaitu Kurikulum 1947,

pendidikan moral berdiri sendiri sebagai satu mata pelajaran, yang diberi

nama “Didikan Budi Pekerti” yang diajarkan sejak kelas I SD. Isi atau

materinya bersumber pada nilai moral tradisional dalam tradisi atau adat-

istiadat, yang cenderung amat dipengaruhi sopan santun atau tata krama

masyarakat Jawa.

● Pada Kurikulum 1964, pendidikan budi pekerti digabungkan dengan

Pendidikan Agama dengan nama Pendidikan Agama / Budi Pekerti. Asumsi di

balik penggabungan ini adalah perlunya keserasian antara nilai-nilai moral

yang bersumber dari agama dan nilai-nilai moral yang bersumber dari tradisi

atau adat-istiadat. Diharapkan tidak terjadi konflik nilai antara nilai-nilai

moral yang berasal dari dua sumber ini.

● Namun, kemudian Departemen Agama tidak setuju dengan mengajukan

keberatan secara lisan. Nama mata pelajaran dengan garis miring dapat

diartikan Pendidikan Agama atau Budi Pekerti. Akibatnya, seakan-akan

sekolah dapat memilih Pendidikan Agama atau Budi Pekerti. Dikhawatirkan

Pendidikan Budi Pekerti dapat dianggap bisa menggantikan Pendidikan

Agama. Karena keberatan ini, dalam Kurikulum 1968 Pendidikan Agama

menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri sedangkan budi pekerti

dimasukkan sebagai bagian Pendidikan Kewargaan Negara yang dianggap

tidak sekadar mencakup Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia, dan Civics.

148

● Dalam Kurikulum 1975, pendidikan moral mengalami perkembangan baru

dengan menjadi bidang studi yang berdiri sendiri dengan nama Pendidikan

Moral Pancasila (PMP). Sebenarnya, PMP menjadi bidang studi tersendiri

hanya merupakan legitimasi dari perkembangan sebelumnya melalui

penerbitan buku pelajaran Pendidikan Moral Pancasila yang telah dipakai di

sekolah-sekolah dari SD s.d. sekolah menengah tingkat atas (SMA dan

sekolah kejuruan).

● Bidang Studi PMP dipertahankan pada Kurikulum 1984 dan Kurikulum 1994.

Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 nama bidang studi ini

menjadi Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

dan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 nama bidang

studi ini menjadi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang lebih

menekankan demokrasi, khususnya demokrasi Pancasila.

Pendidikan Agama

● Pada Kurikulum 1947 Pendidikan Agama menjadi satu mata pelajaran

tersendiri yang diajarkan dari kelas III s.d. kelas VI SD. Namun, di Sumatera

Pendidikan Agama diajarkan sejak kelas I SD.

● Pada Kurikulum 1964 Pendidikan Agama dagabungkan dengan Didikan Budi

Pekerti dengan nama mata pelajaran Pendidikan Agama / Didikan Budi

Pekerti yang diajarkan sejak kelas I SD.

● Pada Kurikulum 1968 unsur budi pekerti dimasukkan ke dalam Pendidikan

Kewargaan Negara dan Pendidikan Agama kembali menjadi mata pelajaran

tersendiri. Kedudukan Pendidikan Agama sebagai mata pelajaran yang berdiri

sendiri dipertahankan pada kurikulum-kurikulum selanjutnya s.d. KTSP 2006.

● Pada umumnya pada sistem SD di Indonesia Pendidikan Agama diajarkan

oleh guru khusus Pendidikan Agama, bukan oleh guru kelas. Kalau tak ada

guru khusus agama, Pendidikan Agama diajarkan oleh guru kelas.

149

Bahasa

● Dalam sejarah kurikulum Indonesia, bahasa Indonesia mendapatkan

kedudukan dan peran yang amat penting. Sejak Kurikulum 1947 s.d. KTSP

2006 bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri.

● Sejak Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 1968, sekolah dasar dibedakan menjadi

dua, yaitu sekolah yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

pengantar dari kelas I s.d. VI dan sekolah yang menggunakan bahasa daerah

sebagai bahasa pengantar pada kelas I s.d. kelas III sejak kelas I s.d. VI ada

tambahan mata pelajaran, yaitu mata pelajaran Bahasa Daerah. Pada golongan

sekolah yang terakhir ini, bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran tersendiri

sejak kelas III.

● Namun, sejak Kurikulum 1975 bahasa daerah sebagai mata pelajaran

tersendiri tidak dicantumkan lagi dalam struktur program kurikulum nasional.

Bahasa daerah merupakan bagian bidang studi Bahasa Indonesia, khusus bagi

sekolah-sekolah yang memerlukan bahasa daerah. Khusus bagi daerah yang

memerlukan pendidikan bahasa daerah, disediakan waktu 2 jam pelajaran

seminggu dari kelas I sampai dengan kelas VI.

● Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2002, ada

kebijakan baru mengenai penggunaan bahasa pengantar. Pada Kurikulum

1947 s.d. Kurikulum 1994 bahasa pengantar di sekolah adalah bahasa

Indonesia. Namun, sejak KBK 2004 dan kemudian dipertahankan pada KTSP

2006, selain bahasa Indonesia sekolah dapat memilih bahasa asing seperti

bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Kini banyak sekolah national plus

dan sekolah berstandar internasional di perkotaan memilih bahasa Inggris

sebagai bahasa pengantar. Gejala yang sama terjadi juga pada perguruan

tinggi. Universitas tertentu yang menetapkan kebijakan menggunakan bahasa

Inggris sebagai bahasa pengantar. Alasan utama penggunaan bahasa Inggris

sebagai bahasa pengantar tampaknya kepentingan siswa yang akan

melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Faktor pendorong lain adalah demi

membekali siswa dengan keterampilan berbahasa Inggris yang semakin

dibutuhkan perusahaan-perusahaan asing di Indonesia. Faktor umum lainnya

150

adalah semakin dibutuhkannya keterampilan berbahasa Inggris dalam dunia

kerja dan kehidupan sehari-hari.

Berhitung / Matematika

● Rencana Pelajaran 1947 yang disebut saja Kurikulum 1947 dan Rencana

Pelajaran Terurai atau disebut saja Kurikulum 1952 dalam mata pelajaran

Berhitung menekankan keterampilan berhitung lisan dan tertulis serta hafalan,

yaitu hitungan angka dan hitungan soal, dan pembentukan sikap hemat.

Kecuali pembentukan sikap hidup hemat penekanan pada Kurikulum 1947

pada dasarnya sama dengan rencana pelajaran atau kurikulum Holandsch

Inlandscheschool (HIS) pada zaman penjajahan Belanda.

● Rencana Pendidikan atau Kurikulum 1964 menekankan:

Sifat berhitung praktis fungsional bagi kehidupan dan keperluan

masyarakat

Memupuk dan mengembangkan sikap rasional dan ekonomis

Kemampuan berpikir rasional, logis, dan kritis dalam memecahkan soal-

soal yang dihadapi anak dalam kehidupan sehari-hari kini dan di masa

mendatang.

● Kurikulum 1968 menekankan sifat berhitung yang sama dengan Rencana

Pendidikan atau Kurikulum 1964. Pada kedua kurikulum ini masih ada

hitungan angka tetapi lebih ditekankan latihan penguasaan empat operasi

berhitung, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian yang

fungsional dalam kehidupan anak sehari-hari.

● Pada periode Pelita I tampaknya belum ada niat memperkenalkan Matematika

modern. Yang ditekankan adalah pembaharuan kurikulum dan metode

mengajar di sekolah dasar. Upaya meningkatkan penerapan metode yang

berorientasi kepada belajar aktif dilakukan oleh Ibu Dr Supartinah Pakasi dari

IKIP Malang di sekolah laboratorium IKIP Malang yang dikaitkan dengan

proyek Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar (PKMM) di sekolah

dasar. Dalam rangka upaya ini, Ibu Pakasi menyusun satu seri buku pelajaran

Berhitung dengan judul “Belajar berhitung dengan i-in dan a-an”. Dalam buku

151

ini digunakan metode yang relatif baru yang berbeda dengan buku-buku

pelajaran yang dipakai di sekolah-sekolah.

● Pada tahun 1970 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membeli hak

penerbitan buku ini untuk kelas I SD. Dalam kata pengantar Menteri P dan K

Mashuri, SH pada buku ini terdapat satu “kesalahan teknis” kecil melalui

pernyataan bahwa “Buku Berhitung ini sengaja disusun dengan maksud agar

dapat menjadi rintisan pengantar ke suasana pengajaran matematika modern.”

Sebenarnya yang disajikan dalam buku ini adalah pelajaran berhitung

tradisional dengan pendekatan belajar aktif tanpa ada hubungan apa pun

dengan matematika modern. Dalam kenyataan, “kesalahan teknis” ini menjadi

titik awal diperkenalkannya Matematika baru di sekolah dasar. Muncul

kecaman terhadap “kesalahan teknis” ini dan karena itu buku berhitung ini

tidak dilanjutkan untuk kelas-kelas berikutnya. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan menetapkan kebijakan menyusun seri baru buku pelajaran

matematika modern yang merupakan saduran Entebbe Mathematics Series”.

(Edisi awal seri buku ini disusun oleh “Entebbe Mathematics Workshop” dan

diterbitkan oleh Silver Burdett Company, Morristown, New Yersey untuk

“The African Education Program of Educational Services Inc.”, Watertown,

Massachusetts, 1964 – 1969).

● Karena buku Belajar Berhitung untuk kelas I telah terlanjur dicetak dalam

jumlah besar dan diedarkan, seri buku matematika baru dimulai dari kelas II

dan untuk kelas I disusun paling akhir setelah buku untuk kelas VI selesai.

Dengan digunakannya seri buku matematika baru ini, dalam praktik Berhitung

telah mulai ditinggalkan beberapa tahun sebelum lahir Kurikulum 1975.

● Kurikulum 1975 memberi legitimasi penerapan matematika modern.

Kebijakan memasukkan matematika modern ke dalam Kurikulum 1975

membuat Indonesia melangkah maju mengejar ketertinggalan dalam ilmu

pengetahuan modern. Lebih dari berhitung, melalui matematika modern ini,

anak-anak antara lain dapat:

Belajar berpikir matematis sehingga dapat ikut serta menemukan fakta dan

ide matematis, dalam arti mengetahui dan memahami unsur-unsur

152

matematika dalam lingkungannya, memahami ide-ide fundamental tentang

bilangan, pengukuran, dan bangun-bangun, serta memahami bahasa dan

hubungan matematika.

Menghargai matematika.

Terampil dalam komputasi.

Dalam penerapan matematika modern ini walaupun berhitung merupakan

salah satu unsur, peran berhitung yang praktis dan fungsional dalam

kehidupan sehari-hari bagi anak kian memudar.

● (Sumber: Anwar Jasin. 1987, Pembaharuan Kurikulum Sekolah Dasar Sejak

Proklamasi Kemerdekaan, Jakarta: Balai Pustaka, halaman 256 – 258).

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam sejarah kurikulum kita pada awalnya

terpisah-pisah dalam mata-mata pelajaran dengan nama Ilmu Tumbuh-

tumbuhan, Ilmu Hewan dan Tubuh Manusia, kemudian muncul dengan nama

Ilmu Hayat dan Ilmu Alam, lalu menjadi bidang studi (broad field of subject

matters) Pengetahuan Alamiah dan terakhir Ilmu Pengetahuan Alam.

● Kedudukan dan peran IPA dalam kurikulum kita cenderung mirip, bukan

hanya sebagai alat untuk mengembangkan pengetahuan tentang gejala-gejala

alam serta sikap ilmiah dan kritis, termasuk menghilangkan kepercayaan

tahyul tetapi juga sebagai alat untuk mengembangkan sikap kagum kepada

Sang Maha-Pencipta atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di

samping itu, IPA juga menekankan pentingnya segi praktis pengetahuan alam

dalam kehidupan sehari-hari guna membantu anak mengatasi masalah praktis

yang menyangkut gejala atau kejadian alam dalam kehidupan sehari-hari.

(Jasin Anwar, 1987).

● Pada Kurikulum 1968, kepada IPA diberikan peran atau beban yang lebih

berat karena di samping perannya pada kurikulum-kurikulum sebelumnya,

juga diberi peran memupuk dan mengembangkan rasa sayang kepada sesama

makhluk, alam sekitar, dan dengan demikian memupuk dan mengembangkan

rasa cinta kepada tanah air, serta memupuk dan mengembangkan kegiatan

153

kerja dan daya cipta dalam mengeksploitasi dan menguasai kekayaan alam

untuk kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya, peran-peran ini diteruskan

pada Kurikulum 1975 (Jasin Anwar, 1987) dan kurikulum selanjutnya.

● Pada Kurikulum 1947 IPA mulai diajarkan sejak kelas IV (Ilmu Hayat)

sedangkan Ilmu Alam sejak kelas V. Pada Kurikulum 1964 terjadi perubahan

penting karena IPA diajarkan dari kelas I s.d. kelas VI. Ini diteruskan pada

Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, dan Kurikulum 1984. Pada Kurikulum

1994 tradisi ini terputus karena pelajaran IPA kembali diajarkan sejak kelas

III, bukan kelas I, seperti pada Kurikulum 1947. Pada KTSP atau Kurikulum

2006 tradisi ini dikembalikan lagi karena IPA kembali diajarkan sejak kelas I

walaupun di kelas I – III IPA diajarkan bersama-sama dengan mata pelajaran

lain dengan pendekatan tematik.

● Dilihat dari segi alokasi waktu jam pelajaran per minggu tampak

kecenderungan penambahan jumlah jam pelajaran IPA dari kurikulum ke

kurikulum dan mencapai puncaknya pada Kurikulum 1994 (IPA diajarkan dari

kelas III – VI dengan alokasi waktu berturut-turut 3 – 6 – 6 – 6 - 6). Namun,

pada Kurikulum 2006 terjadi penurunan karena alokasi waktu untuk IPA pada

kelas IV – VI masing-masing turun menjadi 4 jam pelajaran.

● Dibandingkan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dapatlah dikatakan

bahwa ada kecenderungan memberi porsi jam pelajaran yang hampir sama

antara IPA dan IPS dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 1968. Namun, sejak

Kurikulum 1975 s.d. Kurikulum 2006 jatah jam pelajaran bagi IPA cenderung

sedikit lebih banyak daripada IPS. Hal ini menggambarkan pandangan bahwa

untuk mengejar ketertinggalan dalam perkembangan Iptek, mata pelajaran

IPA perlu lebih ditekankan daripada IPS.

● Pendekatan pengembangan kurikulum IPA menunjukkan perkembangan.

Kurikulum IPA 1947 s.d. 1975 dikembangkan dengan pendekatan materi atau

pendekatan konsep. Namun, dalam Kurikulum 1984 mulai diterapkan

pendekatan keterampilan proses (process skill approach) yang lebih

menekankan pengembangan keterampilan-keterampilan ilmiah daripada

materi atau konsep IPA dan sebagai konsekuensinya hanya dipilih konsep-

154

konsep esensial saja. Pendekatan keterampilan proses yang dimulai dari

rintisan dan uji coba mata pelajaran IPA pada Pusat Kurikulum Balitbang

Dikbud akhirnya diterima sebagai pendekatan umum dalam pengembangan

mata-mata pelajaran lain dalam Kurikulum 1984. Faktor lain yang mendukung

adopsi pendekatan pengembangan ini adalah mulai terlihat kemajuan dalam

proyek rintisan cara belajar siswa aktif dan supervisi guru yang dilakukan

Pusat Kurikulum yang dimulai di Cianjur lalu berkembang ke 8 daerah di

Indonesia dan akhirnya menyebar ke seluruh Indonesia.

● Dalam pengembangan KBK / Kurikulum 2004 pendekatan pengembangan

kurikulum IPA mengikuti pendekatan pengembangan yang ditempuh Pusat

Kurikulum, yaitu pendekatan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi

(competence-based curriculum development approach). Pendekatan yang

sama diteruskan dalam pengembangan KTSP / Kurikulum 2006.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam sejarah kurikulum kita pada awalnya

terpisah-pisah dalam mata-mata pelajaran dengan nama Ilmu Bumi, Sejarah,

dan kemudian muncul dengan nama Pendidikan Kemasyarakatan (Kurikulum

1968) yang terdiri dari Ilmu Bumi, Sejarah, dan kemudian berganti nama

menjadi Pendidikan Kewargaan Negara Negara yang mencakup Ilmu Bumi,

Sejarah Indonesia, dan Civics, lalu menjadi bidang studi (broad field of

subject matters) dengan nama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada Kurikulum

1975, yang menggabungkan aspek masa lampau, wilayah geografis, dan

kegiatan hidup manusia. Dasar penggabungan dalam IPS ini adalah karena

masalah yang dihadapi anak atau warga negara tidaklah terpisah-pisah secara

tegas seperti yang yang dilakukan dalam sistem kurikulum mata pelajaran

terpisah sebelumnya.

Pada Kurikulum 1975, Pendidikan Kewargaan Negara atau Civics dipisahkan

dari IPS dan menjadi bidang studi yang berdiri sendiri dengan nama

Pendidikan Moral Pancasila (PMP).

155

● Ada 2 fungsi IPS dalam Kurikulum 1975, yaitu: (1) membina pengetahuan,

kecerdasan, dan keterampilan yang bermanfaat bagi perkembangan dan

kelanjutan pendidikan siswa, terutama kemampuan menelaah masalah-

masalah kemasyarakatan secara ilmiah, dan (2) membina sikap-sikap yang

selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

● Pada Kurikulum 1947 IPS mulai diajarkan sejak kelas III (Ilmu Bumi)

sedangkan Sejarah sejak kelas IV. Pada Kurikulum 1964 terjadi perubahan

penting karena IPS diajarkan dari kelas I s.d. kelas VI. Ini diteruskan pada

Kurikulum 1968. Pada Kurikulum 1975 pelajaran IPS kembali diajarkan sejak

kelas III. Pada Kurikulum 1984 walaupun IPS tetap diajarkan sejak kelas III

namun terjadi perubahan penting karena Pendidikan Sejarah Perjuangan

Bangsa (PSPB) diajarkan sejak kelas I SD. Pada Kurikulum 1994, PSPB telah

dihapuskan dan IPS sebagai bidang studi tetap diajarkan sejak kelas III. Pada

KTSP atau Kurikulum 2006 IPS kembali diajarkan sejak kelas I walaupun di

kelas I – III IPS diajarkan bersama-sama dengan mata pelajaran lain dengan

pendekatan tematik.

● Pendekatan pengembangan kurikulum IPS menunjukkan perkembangan.

Kurikulum IPS 1947 s.d. 1975 dikembangkan dengan pendekatan materi.

Namun, dalam Kurikulum 1984 mulai diterapkan pendekatan keterampilan

proses (process skill approach) yang lebih menekankan pengembangan

keterampilan-keterampilan IPS daripada materi pokok IPS dan sebagai

konsekuensinya hanya dipilih materi pokok saja. Pada kurikulum ini gagasan-

gagasan IPS yang baik hasil pengemgangan melalui proyek rintisan cara

belajar siswa aktif dan supervisi guru yang dilakukan Pusat Kurikulum di

Cianjur mewarnai isi kurikulum IPS.

● Dalam pengembangan KBK / Kurikulum 2004 pendekatan pengembangan

kurikulum IPS mengikuti pendekatan pengembangan yang ditempuh Pusat

Kurikulum, yaitu pendekatan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi.

Pendekatan yang sama diteruskan dalam pengembangan KTSP / Kurikulum

2006. Dalam Kurikulum 2006 aspek kependudukan yang ada pada Kurikulum

2004 dihapuskan dalam mata pelajaran IPS.

156

Olahraga dan Kesehatan

Perkembangan mata pelajaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7.1 Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan olahraga dan

kesehatan dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya

Kurikulum

Tahun ...

Nama Mata Pelajaran Alokasi Waktu dari kelas I - VI

1947 Gerak Badan

Kebersihan dan Kesehatan

3-3-3-3-3-3

1-1-1-1-1-1

1964 Pendidikan Jasmani /

Kesehatan

3-3-4-4-4-4

1968 Pendidikan Olahraga 2-2-3-3-3-3

1975 Olahraga dan Kesehatan 2-2-3-3-3-3

1984 Olahraga dan Kesehatan 2-2-3-3-3-3

1994 Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan

2-2-2-2-2-2

2004 Pendidikan Jasmani Kelas I – II diajarkan secara tematik

dan kelas III - VI 2 jam. Kesehatan

masuk ke Sains

2006 Pendidikan Jasmani Kelas I – III diajarkan secara tematik

dan kelas IV - VI 4 jam. Kesehatan

masuk ke IPA

● Olahraga dan Kesehatan selalu ada dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 2006

dan diajarkan dari kelas I s.d. VI walaupun ada perubahan berupa pemisahan

atau penggabungan olahraga dan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa

157

olahraga dan kesehatan tetap dipandang penting dalam pendidikan anak untuk

mencapai keharmonisan antara perkembangan jasmani dan rohani.

● Pada Kurikulum 1975 fungsi olahraga pendidikan adalah meningkatkan

pertumbuhan biologis dan fisiologis, kesegaran jasmani dan kesehatan,

ketangkasan dan keterampilan, pengetahuan dan kecerdasan, serta

perkembangan emosi dan sosial.

● Pada Kurikulum 2006 fungsi Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

diperluas sampai kepada pembentukan dasar karakter moral seperti tampak

tujuan yang dijabarkan berikut ini. Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan

Kesehatan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan:

2. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya

pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup

sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih

3. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih

baik.

4. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar

5. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-

nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan

kesehatan

6. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerja

sama, percaya diri dan demokratis

7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri,

orang lain dan lingkungan

8. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang

bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang

sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap

yang positif.

158

Kesenian

● Perkembangan mata pelajaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7.2 Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan kesenian dalam

sejarah kurikulum serta alokasi waktunya

Kurikulum

Tahun ...

Nama Mata Pelajaran Alokasi Waktu dari kelas I - VI

1947 Menggambar

Seni Suara

Kelas V – VI 2 jam

2-2-3-3-3-3

1964 Pendidikan Kesenian 2-2-4-4-4-4 Unsur-unsur: Seni Suara

/ Musik, Seni Lukis / Rupa, Seni

Tari, Seni Sasra / Drama

1968 Pendidikan Kesenian 2-2-4-4-4-4

1975 Kesenian 2-2-3-4-4-4 Terdiri dari Seni Musik,

Seni Rupa, dan Seni Tari. Sastra

dimasukkan ke dalam mata pelajaran

Bahasa Indonesia.

1984 Pendidikan Kesenian 2-2-3-3-3-3

1994 Kerajinan Tangan dan

Kesenian

2-2-2-2-2-2

2004 Kerajinan Tangan dan

Kesenian

Kelas I – II diajarkan secara tematik

dan kelas III - VI 4 jam.

2006 Seni Budaya dan

Keterampilan

Kelas I – III diajarkan secara tematik

dan kelas IV - VI 4 jam.

● Kesenian selalu ada dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 2006 dan diajarkan

dari kelas I s.d. VI, kecuali pada Kurikulum 1947 hanya Menggambar yang

diajarkan pada kelas V dan VI, walaupun ada perubahan berupa pemisahan

159

atau penggabungan dengan Keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa

kesenian tetap dipandang penting dalam pendidikan anak.

● Tujuan Pendidikan Kesenian pada Kurikulum 1975 adalah memperkuat

kepribadian nasional, memperkuat kebangsaan nasional, memperkuat

kesatuan nasional, menggali kesenian daerah untuk memperkaya kesenian

Indonesia, dan menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang tidak cocok

dengan kebudayaan Indonesia.

● Tujuan Pendidikan Seni Budaya pada Kurikulum 2006 terangkum dalam

tujuan mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, yaitu agar peserta didik

memiliki kemampuan:

1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan

2. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan

3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan

4. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam

tingkat lokal, regional, maupun global.

Keterampilan

● Perkembangan mata pelajaran ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7.3 Perkembangan nama serta pemisahan / penggabungan keterampilan

dalam sejarah kurikulum serta alokasi waktunya

Kurikulum

Tahun ...

Nama Mata Pelajaran Alokasi Waktu dari kelas I - VI

1947 Pekerjaan Tangan

Pekerjaan Keputrian

1-1-3-3-3-3

- - - 1-2-2

1964 Pendidikan Keprigelan 2-2-5-5-5-5

1968 Pendidikan Kesejahteraan

Keluarga

Pendidikan Kejuruan

2-2-4-4-4-4

2-2-5-5-5-5 Agraria: pertanian,

peternakan, dan perikanan

160

Kurikulum

Tahun ...

Nama Mata Pelajaran Alokasi Waktu dari kelas I - VI

Teknik: pekerjaan tangan dan

perbengkelan

1975 Keterampilan Khusus 2-2-4-4-4-4

1984 Keterampilan Khusus 2-2-4-4-4-4

1994 Kerajinan Tangan dan

Kesenian

2-2-2-2-2-2 Digabungkan dengan

Kesenian

2004 Kerajinan Tangan dan

Kesenian

Kelas I – II diajarkan secara

tematik dan kelas III - VI 4 jam.

2006 Seni Budaya dan Keterampilan Kelas I – III diajarkan secara

tematik dan kelas IV - VI 4 jam.

Nama Kesenian menjadi Seni

Budaya

● Keterampilan selalu ada dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 2006 dan

diajarkan dari kelas I s.d. VI, walaupun ada perubahan berupa pemisahan atau

penggabungan dengan Kesenian. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan

tetap dipandang penting dalam pendidikan anak.

● Ruang lingkup Keterampilan dalam Kurikulum 1975 mencakup 6 bidang,

yaitu Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, pertanian, peternakan, perikanan,

teknik & kerajinan, dan jasa. Fungsinya adalah sebagai dasar untuk

pengembangan bakat dan kesukaan (hobi) serta dapat sekadar sarana

membantu orang tua untuk mencari nafkah.

● Tujuan Keterampilan pada Kurikulum 2006 terangkum dalam tujuan mata

pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan seperti yang telah dikemukakan

terdahulu.

161

Dari seluruh uraian pada bab ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

Terjadi penambahan mata pelajaran dalam sejarah kurikulum SD. Jumlah

mata pelajaran kemudian dikurangi pada Kurikulum 1975 s.d. Kurikulum

2006, namun jika diamati isi (volume) mata pelajaran tampak ada

penambahan materi yang amat meningkat pada Kurikulum 1975. Walaupun

Kurikulum 1984 dimaksudkan untuk mengurangi beban Kurikulum 1975,

tampaknya upaya mengurangi materi ini belum terjadi secara signifikan.

Kurikulum 1994 yang dimaksudkan untuk mengurangi beban materi

Kurikulum 1984 ternyata belum cukup berhasil. Materi masih terlalu banyak

sehingga pada tahun 1998 diterbitkan Suplemen Kurikulum 1994.

Kurikulum 2004 dan 2006 tampaknya cukup berhasil mengurangi materi

kurikulum melalui penekanan kompetensi siswa. Namun, tampaknya justru

terjadi peralihan ke ekstrim yang lain, yaitu terjadinya kepadatan kompetensi.

Padatnya materi atau padatnya kompetensi tetap membebani siswa dalam

belajar.

Walaupun terjadi perubahan nama mata pelajaran dan desain kurikulum,

mata-mata pelajaran yang selalu ada dan bertahan dalam sejarah kurikulum

SD di Indonesia adalah:

Pendidikan moral atau pendidikan kewarganegaraan

Pendidikan agama

Bahasa Indonesia

Berhitung / matematika

Ilmu pengetahuan alam

Ilmu pengetahuan sosial

Olahraga dan kesehatan

Kesenian

Keterampilan

162

PERKEMBANAN KOMPONEN KURIKULUM DARI MASA

KE MASA

Berdasarkan paparan tentang komponen kurikulum pada bab-bab sebelumnya,

terutama pada Bab IV s.d. Bab VI, pada bab ini dikemukakan tentang

perkembangan komponen kurikulum dari masa ke masa.

Seperti telah dikemukakan pada Bab IV, pada umumnya kurikulum paling tidak

mengandung 6 komponen, yaitu tujuan, materi atau bahan, metode atau kegiatan

belajar, sumber belajar yang terdiri dari alat, bahan, sumber, (alat) penilaian, dan

alokasi waktu.

Sumber belajar

Alokasi waktu

Penilaian

Kegiatanbelajar

Materi

Tujuan

UNSUR KURIKULUM

Belajar tentang dan belajar dari Dari pengamatan terhadap paparan komponen-komponen kurikulum pada

berbagai kurikulum ini, khususnya dari mata pelajaran IPA dari segi materi atau

belajar tentang apa (learning about) dan dari segi kompetensi atau kemampuan

yang diperoleh dari belajar tentang apa (learning from), kecenderungan umumnya

disajikan pada tabel berikut ini.

163

Tabel 8.1 Kecenderungan penekanan materi atau kemampuan / kompetensi pada

kurikulum IPA

Kurikulum Learning about Learning from

1968 Materi lebih dominan Kemampuan ilmiah ada tapi

kurang ditekankan

1975 Materi lebih

dominan

Kemampuan ilmiah ada tapi

kurang ditekankan

1984 Materi = konsep

esensial

Keterampilan proses

lebih ditekankan

1994 Materi masih padat Kemampuan

ditekankan melalui kegiatan

belajar yang lebih dominan

2004 Materi sedikit Kompetensi

ditekankan

2006 Materi lebih sedikit Kompetensi

ditekankan

= Simbol ini menggambarkan keluasan atau sebesar apa penekanan (aksentuasi)

Perbandingan komponen kurikulum Amatilah tabel berikut ini yang menggambarkan komponen kurikulum dalam

sejarah kurikulum di Indonesia!

Tabel 8.2 Perbandingan komponen Kurikulum 1947 s.d. 2006 No Kurikulum Tujuan Materi Desain Metode /

kegiatan

belajar

Sumber

belajar

Penilaian Bentuk

penyajian

1 Kurikulum

1947

Nasional Tersendiri Separated Didaktik-

metodik

- - Naratif

2 Kurikulum Nasional Tersendiri Separated Didaktik- Alat - Naratif

164

No Kurikulum Tujuan Materi Desain Metode /

kegiatan

belajar

Sumber

belajar

Penilaian Bentuk

penyajian

1952 &

institusion

al

metodik

3 Kurikulum

1964

Nasional

&

institusion

al

Tersendiri Separated Didaktik-

metodik

- - Naratif

4 Kurikulum

1968

Nasional,

institusion

al,

kurikuler,

instruksion

al

Tersendiri

(“Bahan”)

Separated Gambaran

KBM

Alat - Naratif

5 Kurikulum

1975

Ibid Tersendiri

(Pokok

Bahasan &

Sub-Pokok

Bahasan)

Broad-fields Hanya

sebutkan

metode

mengajar

Alat,

sumber

bahan

Teknik &

alat

penilaian;

pedoman

penilaian

Matriks:

GBPP

(kata /

konsep)

6 Kurikulum

1984

Ibid Tersendiri

(Pokok

Bahasan &

Sub-Pokok

Bahasan) &

dalam contoh

kegiatan

belajar

Broad-fields;

konsep

esensial

Metode

mengajar

& contoh

kegiatan

belajar

Alat,

bahan,

sumber

Alat

penilaian;

pedoman

penilaian

Matriks:

GBPP

(contoh

kegiatan:

naratif)

7 Kurikulum

1994

Ibid Tersendiri

(Pokok

Bahasan &

Sub-Pokok

Bahasan) &

dalam daftar

kegiatan

belajar

Broad-fields

& integrated

Daftar

kegiatan

belajar

- - Matriks:

GBPP,

terutama

Daftar

kegiatan:

naratif

165

No Kurikulum Tujuan Materi Desain Metode /

kegiatan

belajar

Sumber

belajar

Penilaian Bentuk

penyajian

8 Kurikulum

2004

Nasional,

institusion

al,

kelompok

mapel,

kurikuler,

instruksion

al

Dalam

kompetensi

dasar, hasil

belajar,

indikator,

materi pokok

Broad-fields

/ strand &

integrated

- - Indikator

kompetens

i

Silabus

(pengganti

GBPP)

disusun

guru

9 Kurikulum

2006

Ibid Dalam

kompetensi

dasar

Broad-fields

/ strand &

integrated

- - - Silabus

disusun

guru

Tabel ini menunjukkan hal-hal berikut ini.

• Kurikulum 1947 s.d. 1968 berisi 3 komponen, yaitu tujuan, materi, dan

metode atau kegiatan belajar dalam rumusan didaktik-metodik. Pada

Kurikulum 1952 terkadang komponen alat dimasukkan dalam kolom

Contoh dan Penjelasan sedangkan pada Kurikulum 1968 terkadang alat

digabungkan dengan kegiatan. Komponen sumber belajar dan penilaian

tak dicantumkan.

• Kurikulum 1975 s.d. 1984 berisi 5 komponen, yaitu tujuan, materi, metode

/ kegiatan belajar, dan sumber belajar (alat, bahan, dan / atau sumber), dan

alat penilaian..

• Kurikulum 1994 berisi 3 komponen, kecuali sumber belajar yang

dimasukkan ke dalam pedoman proses belajar-mengajar dan alat penilaian

yang dibahas dalam pedoman penilaian.

• Sebagai kurikulum berbasis kompetensi, komponen Kurikulum 2004

terdiri dari 4 komponen, yaitu tujuan dan materi yang terkandung dalam

standar kompetensi, kompetensi dasar (dan hasil belajar untuk SD), dan

materi pokok serta indikator kompetensi yang menggambarkan ruang

lingkup materi dan dapat dijadikan acuan membuat alat penilaian. Sebagai

166

suatu kurikulum yang lengkap, komponen-komponen kurikulum, yaitu

tujuan (kompetensi), materi (kompetensi dasar), dan indikator tinggal

diambil dari dokumen kurikulum nasional, sedangkan kegiatan belajar,

alat penilaian, dan sumber belajar ditentukan oleh guru. Semua komponen

yang lengkap tersebut tercantum dalam silabus yang disusun guru.

• Kurikulum 2006 pada prinsipnya sama dengan Kurikulum 2004.

Perbedaannya adalah pada Kurikulum 2006, indikator dan materi pokok

tidak dicantumkan. Indikator harus disusun oleh guru dalam penyusunan

silabus.

Tabel ini menunjukkan pula hal-hal lain berikut ini.

• Dari segi tujuan, sejarah kurikulum memperlihatkan pencantuman hirarki

tujuan yang semakin lengkap, mulai dari tujuan pendidikan nasional,

tujuan institusional (jenjang sekolah), tujuan kurikuler per kelompok mata

pelajaran dan tujuan mata pelajaran sampai dengan tujuan instruksional

(pengajaran).

• Dari segi materi, dari Kurikulum 1947 – 1975 materi yang harus diajarkan

dicantumkan tersendiri di bawah topik “Bahan” dan kemudian topik

“Pokok Bahasan & Sub-Pokok Bahasan, terlepas dari tujuan dan kegiatan

belajar. Pada Kurikulum 1984, materi dicantumkan tersendiri pada topik

“Pokok Bahasan & Sub-Pokok Bahasan, yang dijabarkan dalam kolom

Uraian. Pada kolom Uraian ini materi dijabarkan dan diuraikan dan

disertai pula dengan gambaran atau contoh kegiatan belajar. Pada

Kurikulum 1994, materi dicantumkan tersendiri pada topik “Pokok

Bahasan & Sub-Pokok Bahasan serta terjabarkan pada daftar kegiatan

belajar. Pada Kurikulum 2004, materi tergambar dalam kompetensi dasar,

hasil belajar (SD), indikator, dan materi pokok. Sedangkan, pada

Kurikulum 2006, materi tergambar dalam kompetensi dasar.

• Dari segi bagaimana kurikulum didesain, kita mengenal tahapan ciri mata

pelajaran yang unsur-unsur materinya diajarkan secara terpisah (separated

subject matters) tanpa dikaitkan satu sama lain. Misalnya, untuk Bahasa

167

Indonesia pada Kurikulum SD 1968, Bercakap-cakap, Mengarang,

Membaca, Pengetahuan Bahasa, dan Menulis diajarkan secara terpisah

tanpa saling dikaitkan atau dihubungkan. Untuk IPA, Ilmu Hayat, Ilmu

Alam, dan Ilmu Kimia diajarkan secara terpisah tanpa saling dikaitkan.

Desain separated subject matters ini tampak menonjol dari Kurikulum

1947 s.d. Kurikulum 1968. Sejak Kurikulum 1975, mulai diterapkan

desain broad-fields of subject matters atau bidang studi untuk menampung

semakin banyak mata pelajaran yang dituntut masuk ke dalam kurikulum.

Dengan demikian, bidang studi IPA terdiri dari Ilmu Hayat dan Ilmu

Alam. Bidang studi IPS terdiri dari Ilmu Bumi, Sejarah Indonesia,

Ekonomi, Kependudukan, dan Politik. Matematika terdiri dari Berhitung

(Aritmatika), Aljabar, Ilmu Ukur, dan Statistik. Di SD unsur-unsur materi

tiap bidang studi mulai diintegrasikan, meskipun masih tampak ciri unsur

materi.

• Pada Kurikulum 1984 desain broad-fields lebih diintegrasikan melalui

upaya pemilihan dan penentuan konsep esensial atau materi pokok. Pada

Kurikulum 1994 desain broad-fields masih dominan namun semakin

diintegrasikan melalui rincian kegiatan belajar. Ciri desain integrated of

subject matters (terintegrasi, terpadu) mulai tampak menonjol pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dan relatif tampak pula

pada mata pelajaran IPA dan IPS di SD. Pada Kurikulum 2004 desain

broad-fields lebih diintegrasikan melalui penerapan strand (unsur-unsur

pokok suatu mata pelajaran) dan penekanan kompetensi dasar, bukan

materi, serta untuk SD penerapan pendekatan tematik di kelas I dan II. Ciri

integrated tampak jelas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa

Inggris, dan bahasa asing lainnya, dan secara relatif pada mata pelajaran

Matematika, IPA, dan IPS di SD. Desain Kurikulum 2006 tak berbeda

dengan desain Kurikulum 2004. Penyebutan mata pelajaran IPA Terpadu

dan IPS Terpadu belum mencerminkan desain integrated.

• Dari segi metode mengajar atau kegiatan belajar, dari Kurikulum 1947 s.d.

Kurikulum 1964 metode mengajar tak dicantumkan secara eksplisit tetapi

168

tercermin dalam ketentuan didaktik-metodik atau contoh dan penjelasan,

sedangkan pada Kurikulum 1968 dalam gambaran kegiatan belajar-

mengajar. Pada Kurikulum 1975 metode mengajar dicantumkan pada

kolom tersendiri, sedangkan pada Kurikulum 1984 metode mengajar

dicantumkan pada kolom tersendiri dan tercermin pula pada contoh

kegiatan belajar yang disarankan. Pada Kurikulum 1994, metode mengajar

tak dicantumkan dalam kolom tersendiri, namun tergambar jelas pada

contoh kegiatan belajar. Pada Kurikulum 2004, metode mengajar dan

kegiatan belajar tak dicantumkan karena dokumen kurikulum nasional

hanya terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar, hasil belajar,

indikator, dan materi pokok dan standar isi. Demikian pula, pada

Kurikulum 2006, metode mengajar dan kegiatan belajar tak dicantumkan

karena dokumen nasional hanya terdiri dari standar kompetensi dan

kompetensi dasar.

• Dari segi sumber belajar, Kurikulum 1947 – 1964 tak mencantumkan

sumber belajar. Pada Kurikulum 1968 terkadang dicantumkan pula alat

yang perlu digunakan pada judul Kegiatan / Alat, pada Kurikulum 1975

dicantumkan alat dan sumber bahan, pada Kurikulum 1984 dicantumkan

alat, bahan, dan sumber. Pada Kurikulum 1994, alat, bahan, dan sumber

tak dicantumkan secara eksplisit tapi tergambar dalam kegiatan belajar.

Pada Kurikulum 2004 dan 2006 sumber belajar tak dicantumkan karena

harus ditentukan guru dalam silabus.

• Dari segi (alat) penilaian, Kurikulum 1947 – 1968 tak mencantumkan alat

penilaian. Pada Kurikulum 1975 dicantumkan teknik dan alat penilaian dan

dijabarkan pada pedoman penilaian. Pada Kurikulum 1984 dicantumkan alat

penilaian dan dijabarkan pada pedoman penilaian. Pada Kurikulum 1994, alat

penilaian tak dicantumkan. Seluruh penilaian dibahas dalam pedoman penilaian.

Pada Kurikulum 2004 alat penilaian tak dicantumkan karena harus

ditentukan guru dalam silabus berdasarkan indikator kompetensi yang

dicantumkan dalam kurikulum nasional. Pada Kurikulum 2006, indikator

kompetensi dihapuskan dan diserahkan kepada guru untuk menyusunnya.

169

• Dari segi penyajian, Kurikulum 1947 – 1968 disajikan secara naratif

berupa uraian vertikal ke bawah. Sejak Kurikulum 1975 mulai

diperkenalkan penyajian kurikulum dalam bentuk matriks, dalam format

GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran). Bentuk sajian ini

diteruskan ke Kurikulum 1984. Penyajian Kurikulum 1994 mulai kembali

lagi ke bentuk naratif. Namun pada Kurikulum 2004, penyajian kembali ke

bentuk matriks, bukan dalam format GBPP, tapi dalam format Kompetensi

Dasar, Hasil Belajar (SD), Indikator, dan Materi Pokok. Format GBPP

secara tak langsung tercermin dalam format silabus yang harus diisi oleh

guru. Pada Kurikulum 2004 format tersebut disederhanakan ke dalam

matriks 2 kolom, yaitu Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

170

KRONOLOGI PERKEMBANGAN KURIKULUM:

PENGEMBANG & CIRI-CIRI KURIKULUM

Dilihat dari segi landasan hukum pengembangan kurikulum dapatlah disimpulkan

berikut ini.

Landasan hukum perubahan kurikulum cenderung mengacu kepada Pancasila

dan UUD 1945, kecuali pada Kurikulum 1964 yang amat dipengaruhi

pandangan politik Nasakom dan Manipol Usdek pada masa itu. Namun,

kemudian terjadi koreksi pada Kurikulum 1968 dan dimantapkan pada

Kurikulum 1975 dan kurikulum-kurikulum selanjutnya.

Kurikulum 1947 lahir melalui instruksi menteri, namun Kurikulum 1964 dan

1968 hanya melalui kata pengantar. Kurikulum 1975, 1984, dan 1994 lahir

melalui keputusan menteri, namun Kurikulum 2004 lahir melalui kata

pengantar. Kurikulum 2006 lahir melalui keputusan menteri.

Kurikulum 1984 dan 2004 lahir atas tuntutan baru dalam undang-undang

pendidikan yang baru.

Kurikulum 1994, 2004, dan 2006 mengacu juga kepada peraturan pemerintah,

di samping mengacu pula kepada undang-undang.

Dalam sejarah kurikulum tampaknya landasan hukum dari konstitusi s.d.

keputusan menteri cenderung semakin lengkap.

Perubahan kurikulum merupakan keputusan politik karena kurikulum

dipandang sebagai salah satu wahana strategis untuk merealisasi keputusan

politik.

Dilihat dari segi unsur-unsur kurikulum, pada prinsipnya tampak pendekatan

pengembangan kurikulum pada 5 kurikulum berorientasi kepada kegiatan belajar

sedangkan hanya 3 kurikulum yang berorientasi kepada tujuan. Amati diagram

berikut ini!

171

Setelah ditelaah berbagai aspek kurikulum dari Bab I s.d. Bab VIII, dapatlah

disimpulkan tentang kronologi perkembangan kurikulum di Indonesia, dalam hal

ini ditinjau dari kurikulum SD sebagai fokus bahasan, yaitu tentang pengembang

dan ciri-ciri kurikulum.

Tabel 9.1 Kronologi Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Tahun Kurikulum Keterangan

1947 Rencana

Pelajaran 1947

Kurikulum pertama di Indonesia setelah

kemerdekaan. Pada dasarnya masih ada

kemiripan dengan kurikulum HIS.

Istilah kurikulum masih belum digunakan.

Sementara istilah yang digunakan adalah

Rencana Pelajaran

1954 Rencana

Pelajaran 1954

Masih sama dengan kurikulum sebelumnya,

yaitu Rencana Pelajaran 1947

1964 Rencana

Pendidikan

Dasar pendidikan nasional: Pancasila &

Manipol Usdek dan introduksi sistem

172

Tahun Kurikulum Keterangan

1964 Pancawardhana

1968 Kurikulum

1968

Kurikulum terintegrasi pertama di Indonesia.

Beberapa mata pelajaran, seperti Sejarah,

Ilmu Bumi, dan beberapa cabang ilmu sosial

mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahuan

Sosial. Beberapa mata pelajaran, seperti

Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya

mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahun

Alam (IPA) atau yang terkadang disebut

Sains.

1975 Kurikulum

1975

Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom

yang sangat rinci.

1984 Kurikulum

1984

Kurikulum ini merupakan penyempurnaan

dari kurikulum 1975

1994 Kurikulum

1994

Kurikulum ini merupakan penyempurnaan

dari kurikulum 1984

2004 Kurikulum

Berbasis

Kompetensi

(KBK)

Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh

sekolah di Indonesia. Beberapa sekolah telah

dijadikan uji coba dalam rangka proses

pengembangan kurikulum ini.

2008 Kurikulum

Tingkat Satuan

Pendidikan

(KTSP)

KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP,

karena KTSP sesungguhnya telah

mengadopsi KBK.

Kurikukulum ini dikembangkan oleh BSNP

(Badan Standar Nasional Pendidikan).

(Sumber: Rosita Oktaviani pada

http://rositaoktavianirusma.blogdetik.com/2009/11/07/sejarah-kurikulum-

indonesia/)

173

Pengembang / penyusun kurikulum

Tabel 9.2 Penyusun kurikulum-kurikulum di Indonesia

Tahun Kurikulum Pengembang / penyusun kurikulum

1947 Rencana

Pelajaran 1947

Panitia Penyelidik Pengajaran (Ketua

Menteri Ki Hadjar Dewantara dan sekretaris

Soeganda Poerbakawatja). Anggota: para

ahli pendidikan, pejabat Kementerian PP dan

K, guru berpengalaman, wakil perguruan

swasta, PGRI, dan lembaga pemerintah

lainnya. Jumlah 50 orang. Hampir semuanya

tokoh pendidikan di Yogyakarta, kecuali

beberapa tokoh dari Jakarta, a.l. Prof

Sarwono dan Prof Soepomo. Dalam

pelaksanaan tuas panitia ini terdiri dari 2

komisi, yaitu Komisi Penyelidik dan Komisi

Pekerja yang anggotanya tumpah tindih bisa

pada kedua komisi.

1954 Rencana

Pelajaran 1954

Tak disebut di sini karena belum ditemukan

dokumen pendukung.

1964 Rencana

Pendidikan

1964

Bagian Isi Pendidikan pada Direktorat

Pendidikan Prasekolah, Sekolah Dasar, dan

Sekolah Luar Biasa sebagai koordinator

memanfaatkan lembaga-lembaga struktural

Departemen Pendidikan Dasar dan

Kebudayaan. Untuk mengintegrasikan

semua bahan kurikulum yang disusun

dibentuk satu kelompok kerja beranggota

sekitar 30 orang yang anggotanya mewakili

174

Tahun Kurikulum Pengembang / penyusun kurikulum

lembaga yang bersangkutan dan secara ex

officio diketuai Kepala Bagian Isi

Pendidikan. Turut dilibatkan pula Inspeksi

Pendidikan Taman Kanak-kanak dan

Sekolah Dasar dari provinsi Jawa Barat,

Jawa Tengah, dan Jawa Timur, beberapa

Kepala Inspeksi TK/SD kabupaten yang

berpengalaman dalam pembaharuan

pendidikan keterampilan di daerah

percontohan kewajiban belajar (Pasuruan

dan Tasikmalaya), Departemen Olahraga,

Direktorat Pendidikan Kesenian, dan

Departemen Agama.

1968 Kurikulum

1968

Direktorat Pendidikan Prasekolah, Sekolah

Dasar, dan Sekolah Luar Biasa, dalam hal

ini Dinas Pendidikan Sekolah Dasar. Untuk

pengolahan menjadi draft terakhir dibentuk

kelompok kerja yang sebagian besar

anggotanya terdiri dari mantan anggota

kelompok kerja penyusun Rencana

Pendidikan 1964.

1975 Kurikulum

1975

Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana

Pendidikan BP3K (Balitbang Dikbud)

Depdikbud. Dibentuk Tim Penyusunan

Kurikulum (sekitar 50 orang) yang terdiri

dari 3 komponen, yaitu Tim Pengarah, Tim

Pengembang Bidang Studi, dan Tim

Sanctioning.

1984 Kurikulum Pengembangan Pengembangan Kurikulum

175

Tahun Kurikulum Pengembang / penyusun kurikulum

1984 dan Sarana Pendidikan Balitbang Dikbud

Depdikbud

1994 Kurikulum

1994

Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana

Pendidikan Balitbang Dikbud Depdikbud

2004 Kurikulum

Berbasis

Kompetensi

(KBK)

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas

2008 Kurikulum

Tingkat Satuan

Pendidikan

(KTSP)

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

yang pada dasarnya sama dengan KBK

2004; hanya membuat perbaikan / perubahan

seperlunya.

176

Ciri Utama Kurikulum

Tabel 9.3 Ciri Utama Kurikulum-kurikulum di Indonesia

Kurikulum Ciri Utama

Rencana Pelajaran

1947

Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia

yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.

Rencana

Pendidikan 1964

Pelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu

pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan

jasmani.

Kurikulum 1968 Perubahan struktur kurikulum dari Pancawardhana menjadi

pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan

kecakapan khusus. Pelajaran diarahkan pada kegiatan

mempertinggi kecerdasan dan keterampilan serta

pengembangan fisik yang sehat dan kuat .

Kurikulum 1975 Menekankan tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan

efektif. Metode dan materi dirinci dalam Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI, yang dikenal

dengan istilah satuan pelajaran.

Kurikulum 1984 Menekankan pendekatan keterampilan proses dalam cara

belajar siswa aktif. Walaupun kurikulum ini menekankan

pendekatan proses tapi tujuan tetap penting.

Kurikulum 1994 1) Penerapan sistem caturwulan.

2) Berorientasi kepada materi pelajaran/isi.

3) Bersifat populis: Memberlakukan satu sistem

kurikulum inti untuk semua siswa di seluruh Indonesia.

Daerah dapat mengembangkan kurikulum muatan lokal

sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat

sekitar.

4) Pendekatan belajar aktif dalam proses belajar-

177

Kurikulum Ciri Utama

mengajar.

5) Menekankan pengembangan konsep dan

keterampilan memecahkan masalah.

Kurikulum

Berbasis

Kompetensi 2004

• Menekankan ketercapaian kompetensi siswa baik secara

individual maupun seluruh kelas.

• Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.

• Pendekatan belajar aktif dalam proses belajar-mengajar.

• Penggunaan lingkungan dan beragam sumber belajar.

• Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber

belajar

• Penilaian menekankan proses dan hasil belajar dalam

pengembangan kompetensi.

Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan

(KTSP) 2006

Kelanjutan KBK 2004. Perbedaannya, sekolah diberi

kewenangan penuh dalam menyusun rencana pendidikannya

dengan mengacu pada standar yang ditetapkan, mulai dari

tujuan, visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban

belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan silabus.

(Sumber: ephanlazok.wordpress.com/2010/01/14/perkembangan-kuriklum-

indonesia-dari-1947-2006/)

178

REFLEKSI PERKEMBANGAN KURIKULUM SD DI

INDONESIA

Berdasarkan paparan dan uraian dari Bab I s.d. Bab IX, dikemukakan sejumlah

kesimpulan dan pandangan yang dapat dijadikan sebagai bahan refleksi tentang

perkembangan kurikulum sekolah dasar di Indonesia.

Pendidikan pada zaman penjajahan Belanda tampak berciri diskriminatif dan

eksploitatif, membedakan-bedakan sistem persekolahan dan anak-anak sesuai

dengan garis keturunan sesuai dengan strategi penjajah untuk melanggengkan

kekuasaan di tanah jajahan melalui politik divide et impera. Pada masa

pendudukan Jepang, walaupun singkat sistem persekolahan disederhanakan dan

sistem sekolah dasar dijadikan satu dengan lama belajar 6 tahun. Di alam

kemerdekaan, sistem pendidikan terus diperbaiki dan diperbaharui. Dari segi

kurikulum telah dilakukan pergantian kurikulum dalam kurun waktu yang

berbeda; ada yang panjang dan ada yang amat singkat.

Perubahan kurikulum tampaknya ditentukan oleh faktor perubahan politik

(khususnya yang bersifat ideologis), faktor pembangunan dan ekonomi, faktor

perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan dan kebutuhan

masyarakat, faktor adaptasi dengan tuntutan baru, dan faktor perlunya

menerapkan hasil-hasil pembaharuan atau inovasi.

Dari segi jumlah mata pelajaran secara sepintas tampak ada pengurangan jumlah

mata pelajaran dari Kurikulum 1947 s.d. Kurikulum 2006 karena diterapkannya

desain bidang studi atau broad fields of subject matters. Namun, jika dilihat dari

keluasan dan kedalaman isi berbagai mata pelajaran tampaknya ada

kecenderungan bertambahnya beban belajar bagi siswa.

Kurikulum 1975 menandainya melonjaknya beban belajar per mata pelajaran

dibandingkan dengan isi Kurikulum 1947, 1964, dan 1968 yang relatif sesuai

dengan kemampuan “pikul” siswa SD. Prinsip beban belajar yang tidak terlalu

berat bagi siswa yang dipertahankan pada tiga kurikulum terdahulu ternyata

“jebol” pada Kurikulum 1975. Salah satu faktor yang mungkin menjadi penyebab

179

adalah kurangnya antisipasi dan perkiraan para pengembang kurikulum waktu

menyusun pokok dan subpokok bahasan yang berciri judul atau topik tanpa

rincian. Faktor penyebab lainnya adalah perasaan para pengembang seolah-olah

“wajib” memasukkan materi yang telah ada pada buku-buku pelajaran yang telah

terbit selama Repelita I dalam kurun waktu pelaksanaan Kurikulum 1968.

Sejarah perkembangan kurikulum memperlihatkan bahwa perubahan dan tuntutan

zaman mengakibatkan meningkatnya materi yang diajarkan kepada siswa.

Walaupun telah ditempuh kiat penerapan desain broad-fields, penerapan

pendekatan tematik pada kelas I s.d. III, penekanan kegiatan belajar dan

kompetensi, materi pelajaran cenderung masih banyak, mengakibatkan semakin

padatnya materi. Walaupun materi tampak berkurang pada Kurikulum 2004 dan

2006, terlihat kecenderungan masih padatnya kompetensi yang harus

dikembangkan dalam diri siswa. Kecenderungan ini menuntut hal-hal yang

melebihi kapasitas belajar siswa, dan membebani siswa secara berlebihan.

Masalah ini melanggar hak asasi anak untuk beristirahat, bermain, berekreasi, dan

berkarya seni budaya. (Lihat UU Perlindungan Anak).

Non multa sed multum. Yang lebih penting adalah mutu belajar, bukan banyaknya

materi yang dipelajari.

180

Tampaknya pengembang kurikulum belum berani memangkas materi pelajaran

dan kompetensi yang tak terlalu urgen dan relevan. Tampaknya pengembang

kurikulum masih menganut pandangan keliru, bahwa semakin banyak dan

semakin sering anak belajar semakin cerdas anak. Pandangan ini bertolak

belakang dengan hasil riset, terutama tes internasional, yang menandaskan bahwa

semakin lama anak belajar ternyata anak tidak semakin cerdas. Prestasi belajar

anak justru tergantung dari ketepatan metode mengajar atau kegiatan belajar yang

diterapkan. Karena itu, pendekatan belajar aktiflah yang seharusnya digalakkan

dalam melaksanakan tiap kurikulum baru. Anekaragam kompetensi siswa tak

mungkin bertumbuh-kembang dalam diri siswa melalui pola mengajar satu arah

yang didominasi ceramah, pengerjaan soal, dan tes tertulis. Anekaragam

kompetensi siswa hanya dapat dicapai melalui penerapan belajar aktif.

Dua gambar ini memperlihatkan perbedaan guru yang masih mengajar secara

tradisional dan guru yang telah pendekatan belajar aktif. Apa makna perbedaan

antara kedua guru ini, dilihat dari perbedaan bentuk dan besarnya mulut, telinga,

dan mata?

181

Pembinaan profesional guru dalam menerapkan pendekatan belajar aktif selalu

terkendala oleh masih dominannya penerapan bentuk tes tertulis, terutama pilihan

ganda (multiple choice test) yang diterapkan sejak tengah 1980-an dalam

EBTANAS dan diteruskan sampai dengan Ujian Nasional dewasa ini. Selama 40

tahun kita berpilihan ganda ria tanpa menyadari bahwa faktor inilah yang

memerosotkan mutu pendidikan kita. Guru-guru di seluruh dunia cenderung

menganut prinsip kerja teaching to test (mengajar sesuai dengan tuntutan tes,

tuntutan ujian nasional). Jika kita tidak menggunakan faktor penggertak (trigger

factor) melalui penerapan alat penilaian praktik unjuk kerja dan alat penilaian

karya (hasil kerja) siswa, seperti English conversation, berpidato, memimpin lagu,

percobaan / eksperimen IPA, penulisan karya ilmiah, problem-solving dalam

matematika, dan portofolio dalam ujian nasional, upaya “raksasa” membina guru

menerapkan belajar aktif sama seperti menggantang asap. Apalagi, jika kita

terpeleset mengikuti usul penghapusan ujian nasional oleh para penentang ujian

nasional, guru-guru, terutama guru berstatus PNS akan “tidur”, dan mimpi kita

meningkatkan mutu pendidikan hanyalah tinggal mimpi untuk 50 tahun ke depan.

182

Jika evaluasi melalui UN hanya mengandalkan bentuk tes tertulis terutama pilihan

ganda, terjadi pengurangan atau reduksi penilaian kompetensi yang dituntut

kurikulum.

183

Jika evaluasi melalui UN mengadopsi juga bentuk penilaian yang berciri belajar

aktif seperti penilaian unjuk kerja (praktik) dan hasil karya siswa, terjadi

peningkatan kompetensi yang dituntut kurikulum.

Kurikulum berbasis kompetensi akhirnya diterapkan Setelah mengkaji perkembangan literatur, kurikulum, buku panduan, dan buku

pelajaran negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan

Singapura, perkembangan anutan pendekatan pengembangan kurikulum di

negara-negara maju dapat digambarkan berikut ini.

Bagan 10.1 Perkembangan anutan pendekatan pengembangan kurikulum di

negara-negara maju Kurun Waktu Pendekatan Pengembangan Kurikulum

1910-an s.d. tengah 1960-an 1. Pendekatan berbasis materi (content-based approach)

Akhir 1960an s.d tengah 1980-an 2. Pendekatan berbasis kompetensi (competence - based

approach) dan pendekatan belajar tuntas (mastery

learning approach)

Akhir 1980-an s.d. awal 1990-an 3. Pendekatan berbasis outcome (outcome - based

approach)

Tengah 1990-an s.d. sekarang 4. Pendekatan berbasis standar (standard - based

approach)

Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia memperlihatkan bahwa

pendekatan berbasis materi dilaksanakan sejak masa penjajahan Belanda,

diteruskan sampai ke alam kemerdekaan, dan baru ditinggalkan pada tahun 2004.

184

Padahal, negara-negara maju telah meninggalkan pendekatan berbasis materi pada

tengah 1960-an (pada waktu di Indonesia terjadi G30S/PKI). Baru pada tahun

2004 kita beralih ke pendekatan berbasis kompetensi setelah ketinggalan selama

sekitar 40 tahun. Pendekatan berbasis kompetensi ini dianut Pusat Kurikulum

Balitbang Depdiknas setelah melewati pengalaman panjang pengembangan

kurikulum secara profesional sejak awal 1970-an sampai awal 2000-an.

Dengan diterapkannya pendekatan ini, dapatlah ditampung berbagai hasil inovasi

kurikulum yang dilakukan Pusat Kurikulum, seperti eksperimentasi model PPSP

(Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) pada tahun 1975 s.d. 1984 di 8 IKIP

(Padang, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Malang, Surabaya, dan Ujung

Pandang), inovasi pendidikan IPA, inovasi Pembinaan Profesional dan CBSA

(Cara Belajar Siswa Aktif) di SD di sejumlah kabupaten/kota di berbagai provinsi,

pengembangan pendidikan luar biasa, TK, dan anak berbakat, pengembangan

jaringan kurikulum di berbagai provinsi, dan keterlibatan Pusat Kurikulum dalam

pengembangan muatan lokal keterampilan di Lampung, serta pengembangan dan

diseminasi MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) SD, yang mencakup manajemen

sekolah, PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan),

serta partisipasi masyarakat.

Pada awalnya, ada pengembang kurikulum yang tertarik pada gagasan untuk

langsung meloncat ke menerapkan kompetensi berupa outcome (hasil belajar

siswa yang berdampak) atau pendekatan berbasis outcome. Namun, gagasan itu

belum dilanjutkan dengan uji coba di lapangan. Dalam penerapan kurikulum

berbasis kompetensi masih diterapkan standar kelulusan belajar minimal atau

kriteria kelulusan minimal untuk menentukan seorang siswa lulus ulangan suatu

mata pelajaran atau harus menempuh tes remedial. Dalam penerapan sistem

evaluasi seperti ini, seorang siswa yang tak lulus tes harus diajarkan guru dengan

metode atau kegiatan belajar yang berbeda (remedial teaching) sebelum siswa itu

mengikuti tes remidial. Dalam pelaksanaan di sekolah tampaknya pengajaran

remidial ini tidak dilakukan dan guru langsung memberi tes remedial setelah jeda

waktu tertentu.

185

Sistem evaluasi seperti ini pernah diterapkan pada sekolah-sekolah PPSP pada 8

IKIP yang menerapkan sistem modul dengan pendekatan belajar tuntas (mastery

learning). Jika seorang siswa tidak lulus tes, ia mengikuti pengajaran remidial dan

kemudian tes remidial. Namun, pendekatan seperti ini tampaknya cocok dengan

kurikulum berbasis materi yang lebih dominan menekankan ranah kognitif atau

pengetahuan. Pengetahuan yang dipelajari siswa dapat langsung dites untuk

mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap pengetahuan itu. Namun,

untuk pengembangan kompetensi diperlukan waktu yang lebih panjang dan guru

membimbing siswa sambil memberikan umpan balik. Selain itu, dalam penilaian

digunakan portofolio hasil kerja siswa. Hasil penilaian akhir pendekatan

kompetensi adalah melaporkan posisi siswa dalam rentang penguasaan

kompetensi. Karena itu, penggunaan standar atau kriteria ketuntasan minimal

tidak relevan diterapkan dalam kurikulum berbasis kompetensi. (Lihat juga Belen

S, Kompetensi, Indikator & Penilaian dalam Belajar Aktif KTSP, 2008).

Dari learning about ke learning from yang tidak hanya berakhir pada kompetensi

tapi bertransformasi kepada kebijaksanaan yang amat penting dalam hidup

186

Belajar aktif dalam pendekatan kompetensi lebih menekankan know how daripada

know what, namun pada era ledakan Iptek dan perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi, tampaknya know where akan lebih menuntut perhatian dan

penekanan. Ledakan informasi yang luar biasa melalui jaringan internet menuntut

pembekalan siswa mencari di mana terdapat informasi itu (know where) untuk

meningkatkan know what dan know how. Selain itu belajar know where berarti

juga pentingnya konteks belajar yang mendorong siswa gemar belajar.

Roda-roda dalam “weker” kita belum semuanya berputar Sistem pendidikan itu ibarat weker yang berfungsi dengan lancar dan efektif jika

semua rodanya berputar untuk menggerakkan jarum jam. Salah satu kelemahan

strategis yang selalu terulang dalam pembenahan sistem pendidikan Indonesia dan

peningkatan mutu pendidikan adalah dibenahinya “roda-roda” tertentu tetapi

dilalaikan perbaikan “roda-roda” yang lain. Kita membenahi “roda” kurikulum.

“roda” pengadaan jumlah guru yang memadai, “roda” pembangunan gedung dan

prasarana sekolah lainnya, serta “roda” pengadaan alat peraga dan alat praktikum.

Namun, kita melalaikan perbaikan “roda” pengembangan kemampuan profesional

guru, kepala sekolah, dan pengawas, “roda” pendanaan kebutuhan proses belajar-

187

mengajar, “roda” kesejahteraan guru, “”roda” peningkatan mutu lembaga

pendidikan guru.

Untuk mensinergikan perputaran “roda-roda weker” pendidikan, diperlukan

konsistensi kebijakan, profesionalisme dalam mengurus pendidikan, keberanian

melakukan terobosan, dan kerendahan hati mengikuti panggilan hati untuk

berpihak kepada anak didik.

188

Daftar Pustaka

1. Belen S (2005). Apa, Mengapa, dan Bagaimana Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK), Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas

2. Belen S (2005). Silabus dalam KBK (Kurikulum 2004), Jakarta: Ditjen

Dikdasmen Depdiknas

3. Belen S (2008). “Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia: Masih

menyisakan sederet masalah”, artikel pada Buku Agenda Penerbit Erlangga

2008, Jakarta: Penerbit Erlangga

4. Belen S (2008). Kompetensi, Indikator & Penilaian dalam Belajar Aktif

KTSP, Jakarta: Kegiatan Peningkatan Wawasan Keagamaan (PWK) Ditjen

Mandikdasmen Depdiknas

5. BSNP (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: BSNP

6. Depdikbud (1976). Kurikulum Sekolah Dasar 1975: GBPP, Buku I: Ketentuan-

ketentuan Pokok, Jakarta: Balai Pustaka

7. Depdikbud (1976). Kurikulum Sekolah Dasar 1975: GBPP, Buku II.F: Bidang

Studi Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Balai Pustaka

8. Depdikbud (1976). Kurikulum Sekolah Dasar 1975: GBPP, Buku III.A.2: Model

Satuan Pelajaran, Jakarta: Balai Pustaka

9. Depdikbud (1976). Kurikulum Sekolah Dasar 1975: GBPP, Buku III.A.1:

Pedoman Khusus, Jakarta: Balai Pustaka

10. Depdikbud (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar: GBPP Kelas IV Sekolah

Dasar (SD), Jakarta: Depdikbud (Lapiran II Kepmendikbud No. 060/U/1993

Tanggal 25 Februari 1993)

11. Depdikbud (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar: Landasan, Program, dan

Pengembangan, Jakarta: Depdikbud

12. Depdiknas (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Kebijaksanaan Umum

Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Depdiknas

13. Depdiknas (2003). Kurikulum 2004: Kerangka Dasar, Jakarta: Depdiknas

14. Depdiknas (2003). Kurikulum 2004: Naskah Akademik, Jakarta: Depdiknas

15. Depdiknas (2003). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Sains Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta: Depdiknas

189

16. Depdiknas (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun

2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri

No. 24 Tahun 2006 – Pelaksanaan Permen No. 22 dan 23, Jakarta: Depdiknas

17. Direktorat Pendidikan Dasar / Prasekolah, Departemen Pendidikan Dasar dan

Kebudayaan (1964). Rencana Pendidikan Sekolah Dasar 1964, Jakarta.

18. Direktorat Pendidikan Prasekolah / Sekolah Dasar / SLB Ditjen Pendidikan Dasar

Depdikbud (1968). Kurikulum Sekolah Dasar 1968, Jakarta

19. Djojonegoro Wardiman (1996). Lima Puluh Tahun Perkembangan

Pendidikan Indonesia, Jakarta: Balitbang Depdikbud

20. Dokumen-dokumen yang relevan dari Kurikulum 1952, Kurikulum 1968,

Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004,

Kurikulum 2006 pada Pusat Dokumentasi Pusat Kurikulum Balitbang

Kemdiknas, Jakarta

21. ephanlazok.wordpress.com/2010/01/14/perkembangan-kurikulum-

indonesia-dari-1947-2006/

22. Foto-foto dari Tropenmuseum yang diambil dari internet

23. Hasibuan YY & Belen S (1979). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,

Buku I Teori & Praktik, Buku II Studi Analisa Kurikulum SD 1968, Buku

III Studi Analisa Kurikulum SD 1975, IKIP Malang

24. http://singlawas.blogspot.com/2008_11_01_archive.htmlhttp://www.ngobr

olaja.com/showthread.php?t=119659

25. http://www.uang-kuno-indonesia.com/2010_04_01_archive.html

26. http://www.uni.edu/~bian/curri/day%20three%20curriculum.ppt: R.W.

Tyler, Basic principles and instruction. (Chicago: University of Chicago

Press, 1949.

27. Jasin Anwar (1987). Pembaharuan Kurikulum Sekolah Dasar sejak

Proklamasi Kemerdekaan, Jakarta: Balai Pustaka

28. Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (1952). Rencana

Pelajaran Terurai untuk Sekolah Rakyat III dan VI Tahun, Jakarta.

29. Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (1954). Dasar

Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta.

190

30. Marzano Robert J & Kendall John S (1996). A Comprehensive Guide to

Designing Standards-Based Districts, Schools, and Classroonms, Virginia:

ASCD & Colorado: McRel.

31. National Institute for Educational Research (NIER) (1999). An International

Comparative Study of School Curriculum, Tokyo : NIER.

32. Pusat Kurikulum Balitbang Depdikbud (1984). Kurikulum 1984 SD

(Sekolah Dasar): Landasan, Program, dan Pengembangan, Jakarta.

33. Pusat Kurikulum Balitbang Depdikbud (1985). Kurikulum 1984:

Pedoman Proses Belajar-Mengajar, Jakarta.

34. Pusat Kurikulum Balitbang Depdikbud (1986). Kurikulum Sekolah Dasar (SD):

Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Bidang Studi Ilmu

Pengetahuan Alam, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

35. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2001). Kurikulum 2004 (Kurikulum

Berbasis Kompetensi), Edisi Agustus 2003, Jakarta.

36. Ramli Murni, “Primary School System in Java Before and Under

Japanese Occupation (1940 – 1944)”, Bandung: International Journal of

History Education No 1. Vol. XI, June 2010.

37. Ryzki Wiryawan M yang diambil dari P. Swantoro, Dari Buku ke Buku,

Gramedia : 2002, Keluarga EX-HIK Yogyakarta, Gema Edisi Yubileum,

Forum Komunikasi keluarga Ex-HIK: 1987

38. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

39. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas http:

//id.wikipedia.org/wiki/Hollandsch-Inlandsche_School

191