Buku Rukun Makaryo

33
KATA PENGANTAR uku ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan edisi-edisi yang lalu, tetapi bagi kami sangat perlu karena menyangkut pada kehidupan makhluk Tuhan yang mestinya harus diselamatkan. B Kalau dahulu mendengarkan nyanyian katak di sawah di waktu malam, indahnya bagaikan musik alam. Burung-burung berkicau di pagi hari bagaikan nyanyian yang merdu dan indah, tetapi sekarang tinggal suara tangis, siang dan malam tinggal menunggu kapan giliran kena racun / pestisida. Ikan- ikan di kali, belut di sawah setiap hari diobati dan lain sebagainya. Padahal sebenarnya hanyalah ulah manusia yang berusaha untuk kepentingan pribadi dan sesaat. Inilah yang mendorong kami untuk menulis dan menulis. Mohon maaf segala kekurangan. Terima kasih.

description

Pertanian

Transcript of Buku Rukun Makaryo

KATA PENGANTAR

uku ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan edisi-edisi

yang lalu, tetapi bagi kami sangat perlu karena

menyangkut pada kehidupan makhluk Tuhan yang mestinya

harus diselamatkan.

B

Kalau dahulu mendengarkan nyanyian katak di sawah di

waktu malam, indahnya bagaikan musik alam.

Burung-burung berkicau di pagi hari bagaikan nyanyian

yang merdu dan indah, tetapi sekarang tinggal suara tangis,

siang dan malam tinggal menunggu kapan giliran kena racun /

pestisida. Ikan-ikan di kali, belut di sawah setiap hari diobati

dan lain sebagainya. Padahal sebenarnya hanyalah ulah

manusia yang berusaha untuk kepentingan pribadi dan sesaat.

Inilah yang mendorong kami untuk menulis dan menulis.

Mohon maaf segala kekurangan.

Terima kasih.

Petani Kolot

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Untuk mendukung program pemerintah tentang Pertanian

Go Organik tahun 2010, sekarang tinggal 2 tahun lagi.

Ternyata yang kami rasakan sampai sekarang belum banyak

perubahan. Yang jelas, karena terdapat beberapa kepentingan

dan permasalahan.

Sebenarnya latar belakang Go Organik jelas sekali. Dalam

rangka revitalisasi pertanian untuk menuju ke produktifitas

yang sehat dan ramah lingkungan.

Tetapi kenapa yang telah diprogramkan hampir 5 tahun

dan 2 tahun lagi sudah pencanangan sampai kini belum ada

tanggapan yang serius. Maka kami sebagai petani kolot ingin

menyumbangkan pikiran dan ingin berpartisipasi dalam

permasalahan ini, menurut kemampuan dan pikiran secara

manual.

DUA SUDUT PANDANG YANG BERBEDA

Program Revilatisasi Pertanian

Dalam rangka melaksanakan program revitalisasi

pertanian ternyata terdapat dua sudut pandang yang berbeda,

diantaranya Berpandang pada suatu kecukupan produksi

dengan alasan karena lajunya peningkatan penduduk yang

setiap tahun meningkat lebih banyak sehingga khawatir kalau

kekurangan pangan.

1. Revitalisasi pertanian dilihat pada pola pikir tentang

kerusakan ekosistem / degradasi lahan pertanian yang kian

semakin mengancam / membahayakan tentang kehidupan

semua makhluk hidup.

Keduanya memang mempunyai alasan yang masuk akal.

Tetapi di sini kami ingin mengupas satu per satu dari dua

bentuk pemikiran yang berbeda.

SUDUT PANDANG YANG PERTAMA

Pemikiran yang pertama banyak orang mulai dari petani

kalangan bawah sampai menengah atas, berpihak pada satu

pemikiran tentang kecukupan. Sehingga pedoman yang

digunakan CEPAT, TEPAT, HASIL MELIMPAH. Sistem pertanian

ini memang sangat menggiurkan. Betapa tidak? Coba kita

menengok ke belakang tentang sistem Revolusi Hijau.

Hasil pertanian pada waktu itu sangat menjanjikan luar

biasa, sehingga kepercayaan masyarakat merasa bangga dan

benar-benar meyakini bahwa suatu bukti yang tidak bisa

dibantah, suatu kenyataan keberhasilan petani. Sampai bisa

ekspor ke luar negeri. Apa latar belakang dari permasalahan

ini? Satu-satunya hanya memandang pada satu sisi tentang

kekhawatiran pemerintah kalau sampai terjadi krisis pangan.

Sebab ditinjau dari lajunya perkembangan penduduk.

Sistem yang digunakan adalah satu komando, antara lain :

1. Penyubur tanah menggunakan pupuk kimia

2. PemberantaSan haman menggunakan pestisida (racun)

yang mematikan

3. Benih yang ditanam sudah ditentukan oleh pemerintah

yang merupakan benih unggul. Tahan wereng, yang

berpotensi Genetika Rekayasa. Benih yang usianya pendek,

sampai benih lokal habis, tapi dimanfaatkan oleh negara

lain.

Memang semuanya serba menguntungkan.

1. Tidak aneh bahwa tanah yang masih subur dipacet dengan

pupuk kimia

2. Serangan hama diatasi dengan racun yang mematikan

3. Usia padi yang biasanya 4-5 bulan dipercepat hanya 3

bulan lebih sedikit.

Siapa yang tidak tergiur dengan permasalahan ini. Bahkan

sampai sekarang mayoritas petani dan sebagian besar

birokrasi masih bertahan pada sistem tersebut. Sampai banyak

orang yang mengatakan dari berbagai kalangan bahwa

pemerintah sekarang tidak seperti ORDE BARU. Murah

sandang, pangan, aman tidak ada orang demo. Semua manut

diperintah. Ini yang merupakan alasan dan bukti kongkrit dari

SUDUT PANDANG yang pertama. Sekarang apa yang terjadi?

1. Benarkah usia manusia semakin pendek disebabkan kimia?

2. Benarkah lahan pertanian tandus karena kimia?

3. Benarkah ikan-ikan di kali, burung, satwa, dan lain-lain yang

merupakan kekayaan dan keindahan alam hampir punah

karena pestisida / racun?

4. Benarkah lahan pertanian tidak bisa menyimpan air karena

kimia yang berlebihan?

Jawabnya adalah sangat terletak pada budaya. Apa sebabnya?

Bahwa budaya saat sekarang ini sudah berubah, dari budaya

SOSIAL berubah menjadi budaya BISNIS. Jadi hanya mengejar

keuntungan sesaat, sehingga tidak mau memikirkan jangka

panjang.

Kelestarian alam, anak cucu sama sekali kurang mendapat

perhatian untuk diperhitungkan. Yang penting adalah

sekarang. Semuanya itu kurang disadari bahkan tidak sedikit

yang menghalalkan segala cara, yang harusnya tidak boleh

terjadi.

SUDUT PANDANG YANG KEDUA

Revitalisasi yang dipandang pada kelestarian lingkungan

yang berjangka panjang. Karena dua bentuk sudut pandang

yang berbeda maka pasti bertolak belakang dengan

pandangan yang pertama. Sangatlah tidak mudah di dalam

perbedaan pendapat karena masing-masing mempunyai

alasan yang kuat.

Sudut pandang yang pertama banyak yang berorientasi

pada kepentingan pribadi, golongan yang didukung oleh

permodalan yang kuat. Apalagi yang juga didukung oleh petani

yang sudah tergiur oleh sistem pertanian yang sudah berjalan.

Sedangkan sudut pandang yang kedua ini hanya mengacu

pada pandangan yang tidak mendapat dukungan dari banyak

orang.

Tetapi kalau semua pihak akan memikirkan kelestarian

alam yang sehat berjangka panjang dan sayang anak cucu

tidaklah sulit untuk perubahan ini. Dengan demikian kami

mencoba untuk mengupas satu persatu dari beberapa materi

yang menjadi problema saat sekarang.

USIA MANUSIA SEMAKIN PENDEK KARENA KIMIA

Dari kaca mata kami sebagai petani kolot, yang tidak tahu

penelitian, tetapi saya bisa mengatakan dengan tegas usia

manusia semakin pendek karena kimia yang berlebihan.

Menurut pengamatan kami, kimia untuk penyubur,

penggemukan, percepatan produksi, tetapi dampak yang

kami rasakan banyak sekali. Akibat yang sangat tidak

menguntungkan. Kami bisa menyimpulkan kalau semua

tanaman, ternak hanya dipandang pada satu sisi

percepatan produksi dan kesuburannya, hasil yang

melimpah. Padahal semua hasil produksi diharapkan untuk

kecukupan konsumsi, padahal semuanya itu tercemar oleh

residu kimia, tidaklah usia manusia juga ikut dipercepat

seperti yang diperlakukan terhadap tanaman dan ternak.

Suatu kenyataan bahwa dari tahun ke tahun, usia manusia

semakin pendek. Hanya sangatlah ironis permasalahan ini

bayak orang yang tidak mau tahu.

LAHAN PERTANIAN TANDUS KARENA KIMIA

Tentang lahan pertanian tandus karena kimia memang

menjadi permasalahan yang serius dalam rangka pro dan

kontra.

Banyak orang tidak mau menerima kalau lahan pertanian

dituduh tandas / kritis karena kimia. Mereka punya alasan

yang kongkrit dan masuk akal. Kalau sistem pertanian

tanpa kimia tidak mungkin petani akan mendapat hasil

produksi yang cukup. Yang kakekatnya akan mencetak

kelaparan dan bisa terjadi krisis ekonomi.

Bahkan ada yang mengatakan apakah akan dikembalikan

ke SISTEM ORDE LAMA. Jadi banyak orang makan gaplek

dan jagung, sampai termasuk batang pisang dimakan

karena krisis ekonomi.

Sekarang jamannya sudah maju, coba lihat bagaimana

pemerintahan SOEHARTO, karena pupuk kimia Indonesia

bisa surplus di bidang pertanian sampai dikagumi dunia.

Jadi jelas bahwa pupuk kimia merupakan penopang

keberhasilan pertanian Indonesia. Jadi tidak dibenarkan

kalau tanah tandus / kritis karena kimia.

Tetapi suatu hal yang tidak bisa dibantah menurut

kacamata petani kolot. Sebelum ada kimia, tanah pertanian

Indonesia betul-betul tanah subur. Suatu bukti tanam padi,

jagung, singkong, sayuran tanpa menggunakan pupuk

kimia sudah bisa panen yang baik, hanya kalau perlu dan

petani kreatif, hanya menambahkan pupuk kandang atau

abu. Tetapi sekarang penggunaan pupuk kimia oleh petani

setiap tahun harus menambah dosisnya.

Jadi jelas sekali, semakin penggunaan pupuk kimia semakin

banyak, otomatis kandungan residu kimia semakin tinggi.

Jadi kesimpulannya, tanah pertanian kita sudah tandus

karena kimia. Suatu bukti sekarang tanam padi, jagung,

sayuran tanpa menggunakan pupuk tidak mungkin

tanaman tersebut bisa panen, mungkin tanaman untuk

hidup saja sudah enggan.

IKAN DI KALI, BURUNG / SATWA, dll HAMPIR PUNAH

KARENA PESTISIDA SINTETIS

Sangatlah memprihatinkan kalau kita berbicara masalah

kekayaan alam seperti ikan-ikan di kali, belut di sawah, taka

hijau, burung-burung berkicau, satwa-satwa dan lain-lain.

Yang begitu indahnya yang sekarang sudah hampir punah

tidak banyak kelihatan di sekitar kita. Benarkah semuanya

itu disebabkan karena pestisida / racun. Bukan hanya itu

termasuk limbah pabrik sebagai penyebabnya. Anehnya

banyak orang yang tidak mau tahu, atau yang tahu dan

mengerti hanya tinggal diam. Apalagi yang senang

mengobati kali sawah mengobati tanamannya, dan

pengusaha pabrik besar yang limbahnya masuk ke jaringan

irigasi petani. Yang penting sekarang bisa panen dan untuk

besar. Masalah hari depan anak cucu biar dipikir besok.

Semuanya itu adalah urusan besok. Tidak usah dipikir

sekarang. Pemikiran seperti ini adalah sudah menjadi

masalah umum, karena budaya sosial, kebersamaan,

gotong royong hanya merupakan slogan atau tinggal

ucapan. Budaya yang ada sekarang telah bergeser ke

budaya bisnis. Jadi semua langkah harus untung dan

untung.

Dengan demikian para petani dalam penggunaan obat tidak

terkendali, dan tidak ada aturan yang pasti. Pencemaran

limbah pabrik yang masuk jaringan irigasi kurang ada

kepedulian oleh yang berwajib. Maka sekarang bisa kita

rasakan dan kita lihat bahwa punahnya ikan-ikan di kali,

satwa, burung, dll. Karena residu pestisida dan pencemaran

limbah pabrik.

Meskipun demikian banyak orang tidak mau tahu alasannya

tanaman tanpa diobati tidak bisa panen pencemaran limbah

pabrik sudah diusahakan tidak bahaya dan tidak mencemari

lingkungan, sudah melalui aturan sesuai dengan prosedur

dan sudah membayar pajak yang mahal. Jadi tidak bisa

hanya dibebankan oleh pabrik dan petani.

Alasan itu bisa masuk akal, tetapi suatu kenyataan juga

tidak bisa dibantah, bahwa peristiwa tersebut memang

betul-betul terjadi. Masalah racun memang tidak bisa

kompromi. Limbah pabrik harus diusahakan tidak masuk

jaringan irigasi. Karena jaringan irigasi merupakan napas

petani yang menyangkut kehidupan orang banyak.

Semuanya itu pasti bisa diatasi asal ada kemauan dan

kepedulian terhadap kesehatan manusia. Memang tidak

mudah seperti yang kita bayangkan. Masalah pro dan

kontra sebagian besar orang memilih yang tidak tahu atau

tidak mau peduli, karena banyak pertimbangan tentang

untuk dan rugi. Tetapi kami yakin masalah ini sifatnya

hanya sementara. Untuk jangka panjang tidak ada tempat

bagi mereka.

Karena perkembangan dunia tetap berpijak pada ramah

lingkungan. Dalam arti lingkungan yang sehat, sejuk dan

bersahabat. Yang jauh dari pencemaran, yag hakekatnya

berdampak pada usia manusia kesehatan, dan lain-lain.

LAHAN PERTANIAN TIDAK BISA MENYIMPAN AIR

KARENA KIMIA

Kalimat ini dari pertanyaan ke-1 s.d. ke-4 semuanya

menuding bahwa kimia yang sebagai penyebab utama.

Padahal dalam era orde baru kimia merupakan proses

keberhasilan. Dunia mengakui bahwa Indonesia merupakan

lautan pangan dan peningkatan perekonomian yang luar

biasa.

Bisa dilihat bahwa bangunan sarana transportasi, pabrik-

pabrik berdiri, rumah-rumah mewah berdiri begitu megah,

yang sebelumnya masyarakat secara umum makan nasi

dalam satu tahun hanya 3-4 bulan, yang 8-9 bulan makan

nasi jagung atau gaplek. Setelah masuknya kimia

masyarakat bisa panen 2-3 kali dalam kurun waktu 1 tahun.

Kok masih saja dituding sebagai penyebab kerusakan

lingkungan.

Banyak orang tidak mau menerima masalah tudingan ini.

Apalagi sampai masalah LAHAN PERTANIAN TIDAK BISA

MENYIMPAN RESAPAN AIR, KARENA KIMIA. Inikah tudingan

yang sangat tidak mendasar.

Tetapi KACAMATA PETANI KOLOT BERBEDA PENDAPAT. Ini

tidak ada dorongan atau pengaruh dari politik apapun, ini

suatu bentuk penyesalan yang timbul dari ketukan pintu

hati. Karena mengambil pengalaman bertani sejak kecil.

Benar-benar lahir di tengah-tengah kalangan petani.

Sampai saat buku ini ditulis usia 67 tahun. Jadi mengambil

sejarah pertanian sejak kecil diamati dari tahun ke tahun.

Apalagi kalau ditinjau dari kepercayaan apa saja, bahwa

TUHAN Menciptakan Alam Semesta beserta isinya termasuk

manusia. Manusia yang diberi wewenang untuk mengelola

dan menyelamatkan jagat seisinya, tidak ada perintah

untuk merusak. CINTAILAH DUNIA SAYANGILAH UMATNYA.

Kembali kepada pokok permasalahan, sebelum ada kimia

tanah pertanian kita bisa menyimpan air. Suatu bukti

bahwa waktu dahulu tanaman di sawah tidak digenangi air

waktu kemarau selama 15 hari tanaman masih bertahan

hidup. Tetapi sekarang tanaman tidak diairi 5 hari saja,

tanaman sudah layu dan tanah kelihatan pecah-pecah

(basa Jawa : Nelo).

Karena semakin banyak penggunaan kimia yang tidak

disertai pupuk kompos berakibat tanah menjadi ketat atau

pliket. Padahal yang bisa menyimpan air adalah bahan

organik yang dihasilkan dari kompas. Apalagi bagi petani

yang masih menggunakan Furadan dan obat gulma, tanah

semakin tambah keras dan alot. Karena tanah

membutuhkan bakteri, kalau di Furadan atau obat gulma

jelas bakteri tidak bisa hidup. Jadi tidak aneh kalau LAHAN

PERTANIAN TIDAK BISA MENYIMPAN AIR KARENA KIMIA.

Karena lahan pertanian tidak bisa menyimpan air, pada

waktu musim kemarau, suhu panas tambah luar biasa yang

akhirnya tanah cepat kering dan tanaman pun juga cepat

layu. Sehingga lingkungan kurang bersahabat karena

panas, gerah dan gersang.

JATI DIRI TANAH PERTANIAN

Dalam rangka revitalisasi bidang pertanian, berarti

dikembalikan pada vitalnya atau jati dirinya. Jati diri pertanian

mestinya harus dipelajari dari sejarah atau aslinya dahulu. Jati

diri pertanian Indonesia jaman dahulu, kemudian dalam

keadaan sekarang.

PERTANIAN ADALAH SUMBER KEHIDUPAN PERTANIAN BUKAN

SUMBER MALAPETAKA

Banyak orang pasti membantah dan tidak membenarkan kalau

pertanian sumber malapetaka. Bahwa masyarakat Indonesia

sehat-sehat dan gagah-gagah. Jadi sangat tidak benar kalau

pertanian menjadi sumber malapetaka. Pendapat ini pendapat

yang sangat tidak mendasar. Boleh saja, mari kita mengupas

permasalahan ini secara pikiran yang jernih dan tidak

emosional. Saya juga menyadari bahwa tidak ada 1 orang pun

yang tidak makan hasil dari produksi pertanian. Tapi nyatanya

pertumbuhan penduduk juga pesat / banyak dan sehat-sehat.

Tetapi 10 tahun yang lalu di lingkungan kita masih banyak

orang tua yang usianya 80 – 100 tahun. Sekarang hampir tidak

ada, kalau toh masih, tinggal beberapa orang saja. Dan 20

tahun yang lalu masih banyak burung-burung seperti burung

elang, gagak, kuntul, jalak, glatik, dan lain-lain. Sekarang

sudah tidak terlihat di sekeliling kita. 20 tahun yang lalu pada

waktu musim kemarau mencari ikan di kali masih ada,

sekarang sudah tinggal namanya, yang ada ikan tinggal yang

dipelihara di kolam-kolam ikan.

Kalau mau jujur setiap orang mempunyai keluhan yang

bermacam-macam yang dideritanya tentang kesehatan.

Bukankah ini merupakan malapetaka? Apa hubungannya

dengan pertanian? Ini tertulis di materi no. 3 tentang IKAN DI

KALI BURUNG, SATWA HAMPIR PUNAH KARENA PESTISIDA. Jati

diri lahan merupakan sumber kehidupan bukan sumber

malapetaka. Permasalahan pertanian seharusnya merupakan

skala prioritas dalam penanganannya. Masalahnya, pertanian

merupakan penyangga ekonomi negara. Kalau petani lumpuh,

negara jatuh pertanian tercemar, kesehatan masyarakat

menderita yang sangat untung rumah sakit.

Kelihatannya masalah pestisida sintetis sangat menakut-

nakuti. Ini sangat benar. Penggunaan masalah pestisida harus

benar-benar diperhitungkan untung dan ruginya. Bagi

kepentingan masyarakat banyak, tidak hanya memandang

pada kepentingan sesaat dan pribadi. Kurangnya sosialisasi

kepada masyarakat secara umum, sehingga banyak orang

yang tidak sadar masalah penggunaan pestisida dan pupuk.

Dosis pupuk kimia saat sekarang pada umumnya petani sudah

melampaui batas kewajaran, yang mestinya 2 – 2,5 kuintal/ha,

sekarang sudah mencapai 1 ton/ha bahkan tidak sedikit petani

yang menggunakan pupuk kimia lebih dari 1 ton/ha.

Sedangkan hasilnya pun semakin berkurang. Kalau toh ada

yang terdapat peningkatan hasil biasanya sudah mau

menggunakan pupuk organik, ini saja hanya sebagian kecil

petani.

Oleh sebab itu, dalam rangka revitalisasi pertanian menuju

kepada pertanian yang sehat dan ramah lingkungan,

berjangka panjang memang tidak mudah dan tidak bisa

secepatnya. Harus melalui beberapa tahapan. Tetapi ini semua

merupakan keharusan bagi petani Indonesia.

PETANI TERNAK

Menunjuk semua permasalahan di depan, merupakan kunci

utama dan yang pertama, adalah ternak. Mulai dari ternak

sapi, domba, kerbau, dan lain-lain. Ternak bukan hanya

kecukupan kebutuhan daging, susu, telur, tetapi lebih daripada

itu, merupakan jalan keluar untuk MENARIK BENANG MERAH

yang menjadi permasalahan pokok yang kemelut di kalangan

petani adalah LIMBAH TERNAK. Cair maupun padat banyak

sekali pengaruh dan menyoroti kepada petani supaya petani

tidak maju untuk memberdayakan masalah pupuk organik,

antara lain petani diberi wawasan kalau petani tidak

menggunakan pupuk kimia, mampukah petani mencukupi

pupuknya dari organik. Coba bayangkan kebutuhan pupuk

berapa juta ton mampukah petani untuk menagdakan. Kalau

petani tidak mau menggunakan pupuk kimia tidaklah

mencetak kelaparan.

Dari kalimat juta ton dan kelaparan memang sangat masuk

akal, tetapi pandangan semacam itu hanya terdapat pada

orang-orang yang kontra terhadap perubahan sistem.

Pandangan ini hanya kepentingan pribadi tidak mewakili

kepentingan umum, yang pro dengan kelestarian lingkungan

sehat berjangka panjang. Padahal kalau petani dan

pemerintah sudah saling mendukung, apa sulitnya. Tidakkah

petani juga untung ganda. Nilai tambah dari pendapatan

petani.

1. Petani mendapat keuntungan dari penjualan ternak

2. Petani mendapat keuntungan dari penjualan limbah

3. Petani mendapat keuntungan dari tanahnya semakin subur

dan hasil produksinya berkualitas baik, sehingga nilai jual

pun meningkat.

Kendalanya memang kurangnya kesadaran dan pengertian,

yang saling mendukung tentang usaha tani. Karena kurangnya

sosialisasi dari beberapa pihak. Adapun pengaruh yang banyak

adalah yang kontra terhadap perubahan sistem.

Kami juga konsekuen terhadap pikiran kami. Kami

berkelompok yang beranggota 64 orang terdiri dari pria dan

wanita. Terdiri dari 4 sub seksi, dan sudah berkoperasi dan

P3A.

Adapun kegiatan kelompok yang pertama membuat jamur

metarizium untuk pengendalian hama kelapa. Pupuk bokashi

yang mulanya digunakan anggota sendiri, dimulai pada tahun

2002. Pupuk cair dari urine. Diawali dari mikul menggunakan

alat keranjang kemampuan produksi pertama 2 ton. Kemudian

menggunakan tenaga kerja dari anggota yang dibayar harian 2

orang. Lalu mendapat pesanan 4 ton seharga Rp. 200,-/kg.

Selang 1 bulan mendapat pesanan 8 ton. Karena kekurangan

modal akhirnya patungan anggota 42 orang. Tiap orang Rp.

50.000,- masuk uang Rp. 2.100.000,-. Untuk pembuatan

gudang kelompok sejumlah Rp. 1.250.000,- sisa uang Rp.

850.000,-.

Tahun 2003 mendapat bantuan traktor mini, membeli grobak

Rp. 500,- untuk angkutan yang ditarik dengan traktor.

Tahun 2005 membagi SHU Rp. 1.250.000,-

Tahun 2006 membagi SHU Rp. 1.300.000,-

Sampai saat buku ini saya tulis 15 Desember 2007 kelompok

mempunyai pupuk sudah siap pakai ± 30 ton dengan harga

per ton Rp. 400.000,- yang belum jadi ± 15 ton.

Bahan baku kecuali dari limbah ternak anggota mendapat

gaduhan ternak dari Dinas Pertanian lewat Subdin Peternakan

mulai tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007. Sebagian besar

mengambil bahan baku dari luar.

Adapun gudang ada 3 unit. Gudang 1, 2 dan 3.

Gudang 1 usaha pribadi ± 60 ton

Gudang 2 kelompok ± 45 ton

Gudang 3 pengembangan ± 50 ton.

Padahal pesanan akhir tahun 2007 mencapai 200 ton. Untuk

mencukupi bahan baku memang sangat kurang.

Pengembangan usaha dari pembuatan pupuk organik menuju

ke beras organik. Budi daya beras organik dimulai dari

mengadakan pelatihan pertanian organik, yang

diselenggarakan dari kelompok dengan biaya swadaya.

Dengan materi sebagai berikut :

1. Cara pembuatan pupuk organik padat

2. Cara pembuatan pupuk organik cair / urine

3. Cara pembuatan pupuk organik cair nitrogen

4. Cara pembuatan APH

5. Cara pembuatan perangsang buah

6. Cara pembuatan Pesnab

7. Cara pembuatan penggemukan ternak

8. Cara pemeliharaan ternak

9. Cara budidaya ikan, dan masih banyak yang lain.

Dengan waktu 6 bulan, sekali dalam seminggu. Pelatihan

dilaksanakan teori praktek, termasuk SRI. Sistem tanam

legowo, dan lain-lain. Hasil produksi beras organik konversi

sekarang sudah produksi dan pasarnya lewat koperasi

kelompok.

Permintaan konsumen semakin bulan semakin bertambah

banyak. Ternak sapi dan kambing merupakan mata rantai

(lingkaran emas). Limbahnya dibuat pupuk, untuk memupuk

sawah, jeraminya untuk cadangan pakan. Rumen diproses

merupakan induk bakteri, merupakan bahan baku fermentasi

pupuk dan jerami. Jadi jelas sekali bahwa ternak merupakan

sumber pertama dan yang paling utama, untuk menarik

benang merah tentang pro dan kontra dalam melaksanakan

revitalisasi. Kami tetap komitmen pada pendirian, bertani

dengan wawasan ramah lingkungan.

KESAKSIAN

Nama : Tukiman

Pekerjaan : PNS

Alamat : Pereng, Mojogedang, Karanganyar

Semenjak kecil aku dibesarkan di lingkungan petani. Orang

tuaku petani kolot, tetapi aku sangat kagum dan bangga akan

keuletan dan ketekunannya. Dari hasil jerih payahnya ia dapat

membesarkan aku dan ketiga adikku menjadi orang.

Maka tidak aneh kalau aku sampai sekarang tidak dapat

meninggalkan bertani, walaupun punya pekerjaan tetap

sebagai pendidik. Seusai bertugas, langsung terjung ke sawah

untuk menambah penghasilan keluarga, menggarap sawah

hitung-hitung sambil olahraga.

Bertani jaman dahulu dengan sekarang sudah sangat jauh

berbeda. Alat-alat menggunakan alat sederhana, sekarang

mesin. Hanya tanam dan menyiangi sawah saja oleh tenaga

manusia. Macam pupuk yang digunakan juga berbeda. Pada

jaman nenek moyang saya, pupuk yang dipakai pupuk

kompos, pupuk kandang, kotoran ternak. Tanah sangat

gembur, kadang ada yang disebut embel, yaitu tanah yang

kegemburannya dalam. Lumpurnya kadang mencapai 1 meter,

bahkan ada yang sebatas leher orang dewasa.

Sekitar tahun 1970-an ada pupuk kimia buatan dari pabrik.

Misalnya DSP, TSP, Urea dan sebagainya. Hasil memang dapat

melimpah, tetapi dampaknya tanah menjadi keras. Obat

pemberantasan hama pun beragam adanya, mulai dari

Furadan, Obat Semprot, bahkan obat rumput digunakan juga

oleh kebanyakan petani.

Selama lebih dari tiga dasa warsa petani sudah tidak pernah

menggunakan pupuk organik (kotoran dan sampah daun).

Yang diinginkan mudah, hasilnya meruah tanpa mengingat

kondisi tanah.

Bila saya amati secara cermat kesuburan tanah banyak

berkurang. Musim kemarau tanaman mudah layu, karena

kandungan unsur hara dan pH tanah sangat rendah. Gagal

panen akan terjadi. Air tidak bisa bertahan lebih lama. Setiap

debit air mulai berkurang dan petani mulai gelisah. Keringat

yang dicucurkan, mengharapkan hasil panen untuk penopang

kehidupan kerancam gagal.

Hal tersebut di atas sering kali aku alami, karena lokasi

garapan kami nyaris di ujung saluran kwarter. Mau tidak mau

jatah giliran air paling banyak berkurang. Beruntunglah aku

bergabung dengan Kelompok Tani Rukun Makaryo yang

letaknya di Dukuh Dani, Desa Pereng, Kecamatan Mojogedang,

Kabupaten Karanganyar. Kelompok tani yang masa pengurus

lama sudah pasif, diganti dengan pengurus yang baru mulai

bangkit. Diketuai oleh Bapak Paiman HS, petani yang

berwawasan luas, sangat jeli dalam memahami keadaan

lingkungan.

Dengan modal semangat dan tekad yang kuat, kelompok

mulai membuat pupuk organik bokashi. Bahan dari campuran

kotoran ternak lembu / kambing, sekam, bekatul dan isolat

induk bakteri, alkohol tetes, ditambah pengendali jamur

metharizium, beveria, trichoderma.

Sejak tahun 2002 sampai sekarang aku menggunakan pupuk

bokashi. Baru satu tahun menggunakan sempat aku terkejut.

Mengapa? Ketika musim garapan pertama / rendengan tiba

mulailah mencangkul. Seharian bekerja di sawah seakan tidak

terasa / tidak mudah lelah. Tanah sangat mudah dicangkul dan

licin bila kena air, tanda-tanda kegemburan sudah mulai

tampak kembali.

Tahun-tahun berikutnya sampai saat ini aku tidak absen

menggunakan pupuk bokashi. Dari sedikit pupuk pabrik

dikurangi, walaupun demikian kondisi tanah semakin

membaik. Hasil panen waktu MT 3 tahun ini sangat baik,

walaupun kekurangan air. Tiap tahun selalu bertambah

produksinya.

Pengendalian hama selama hampir 5 tahun tidak pernah

menggunakan pestisida kimia / buatan pabrik. Bila ada hama,

kelompok tani sudah menyediakan pestisida NABATI, ramah

lingkungan, dan harganya murah.

MT 1 tahun 2003 hama wereng menyerang sawah di desa

kami, tetapi sawah kami aman. Radius 1 kilometer dapat

panen dengan baik. Yang lainnya gagal. Mengapa demikian?

Karena pupuk bokashi telah dilengkapi dengan penangkal

wereng yaitu jamur metharizium. Wereng yang terkena jamur

mati beku, bila ada wereng lain yang datang maka akan

tertular jamur akibatnya fatal.

Demikian upaya pertanian padi yang kami usahakan sehingga

dapat memperoleh hasil yang memuaskan. Yang tidak kalah

penting beras hasil panen bebas kandungan residu kimia,

merupakan beras sehat disebut BERAS KONVERSI ORGANIK.

Motto : “Makanlah setelah lapar, berhentilah sebelum

kenyang, niscaya akan menyehatkan.”

KESAKSIAN

Nama : Rubani

Alamat : Dani, Pereng, Mojogedang, Karanganyar

Saya anggota Kelompok Tani Rukun Makaryo. Tahun 2005

saya mendapat gaduhan dari peternakan lewat kelompok

sejumlah 2 ekor sapi. Penggemukan dengan sistem bagi hasil

keuntungan 70% - 30%. Saya mendapat keuntungan Rp.

4.300.000,- saya belikan bibitan kurus Rp. 4.000.000,- saya

nambah Rp. 300.000,-.

Sampai Desember 2007 sudah 2x beranak, jadi menjadi 3

ekor. Hasil perkawinan 1B. Saya merasa senang, sebelumnya

saya tidak punya ternak. Kecuali itu limbahnya dibuat pupuk

bokashi, jadi mendapat keuntungan ganda.

KESAKSIAN

Nama : Sutrisno Kadus Bedoyo Desa Pereng

Saya anggota Kelompok Tani Rukun Makaryo. Setelah saya

mengikuti pertemuan kelompok setiap malam Rabu Pon,

banyak sekali keuntungan pengalaman pertanian. Selama ini

saya sudah tidak menggunakan obat pestisida. Untuk

pengendalian hama dan penyakit cukup dengan obat-obatan

ramuan sendiri. Antara lain biji mahoni, gadung dan tembakau.

Penggunaan pupuk organik saya sudah memproses sendiri

bersama-sama dengan 5 orang petani. Hasilnya setelah pupuk

jadi lalu dibagi rata lebihnya dijual untuk modal berikutnya.

KESAKSIAN

Nama : Hadi Mijo

Alamat : Dukuh Sidodadi, Desa Pereng, Mojogedang

Saya angota Kelompok Tani Rukun Makaryo. Setelah saya

mengikuti kelompok banyak pengalaman. Ajakan saya semua

anggota supaya rajin mengikuti kegiatan kelompok.

Sudah begitu saja, terima kasih.

KESAKSIAN

Nama : Citro

Alamat : Miri, Celep, Kedawung, Sragen

Pemakai pupuk organik Pesnab. Setelah 2 tahun menggunakan

pupuk organik MURNI ALAMI produksi Kelompok Tani Rukun

Makaryo keuntungannya :

1. Tanah menjadi gembur dan garapannya ringan

2. Penggunaan pupuk kimia biasanya 3 kuintal/1.500 m,

sekarang hanya 75 kg. Hasilnya bisa meningkat, semua

hasil panen sisa yang dikonsumsi dibeli Kelompok Tani

Rukun Makaryo. Harga berasnya juga meningkat minimal

Rp. 200,-/kg lebih mahal dibanding beras yang tidak

organik. Hanya saya heran di sekitar saya, petani saya ajak

belum ada yang mau.

KESAKSIAN

Nama : Haris Sri Harjanto

Alamat : Tanggalan Kulon Rt. 02/06 Harjosari,

Karangpadan, Karanganyar

Kelompok Tani : Setyo Tani

Setelah saya menggunakan pupuk organik jenis tanaman padi

IR 64 pupuk organik dari kelompok tani Rukun Makaryo,

hasilnya imbang dengan pupuk kimia, biaya lebih murah,

tenaga lebih ringan, dimusim penghujan lebih tahan serangan

hama. Dan pada tanaman jenis koro buncis hidup lebih lama,

rasa lebih manis, demikian pengalaman saya, terima kasih.

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO

Sistem tanam jajar legowo ini sebenarnya sangat

menguntungkan. Tetapi pada umumnya petani belum begitu

tertarik atau memahami, karena beberapa alasan :

1. Banyak baris-baris tanam yang digangi / lowong berarti

mengurangi jumlah bibit

2. Yang tanam belum pengalaman jadi bingung

3. Bibit terlalu muda jadi riwin yang tanam ngeluh.

Alasan ini semua sebenarnya masuk akal, tapi sebenarnya

mereka belum tahu saja. Alasan yang pertama bahwa baris

yang kosong dipindahkan ke sebelahnya.

Contoh gambar Sistem Tanam Jajar Legowo 4 – 1

1 V V V V V V V V V V V V V V

2 V V V V V V V

3 V V V V V V V

4 V V V V V V V V V V V V V V

1 V V V V V V V V V V V V V V

2 V V V V V V V

3 V V V V V V V

4 V V V V V V V V V V V V V V

PELATIHAN PERTANIAN ORGANIK

Maka pentingnya kami mengadakan pelatihan pertanian

organik, yang mana petani untuk bersama sama memahami

tentang pertanian yang berwawasan kepada hasil produksi

pertanian yang sehat dan ramah lingkungan.

Pelatihan ini kami adakan dengan inisiatif kelompok dan tidak

mengikat. Adapun pelaksanaan paket pertama, kami

laksanakan pada tanggal 23 Januari 2008 selama 1 minggu

secara berkelanjutan menurut kebutuhan bersama-sama

dengan instansi terkait dari Kabupaten Karanganyar. Peserta

30 orang petani materi yang kami sediakan sebagai berikut :

Tanggal 23 Januari dibuka oleh PO Pertanian Mojogedang

dilanjutkan pandangan umum, adapun materi dan jadwal,

narasumber yang kami persiapkan selama 1 minggu

PENGENALAN DAN PENGEMBANGAN

AGENSI PENGENDALIAN HAYATI (APH)

I. Pengenalan APH

Agensi hayati merupakan salah satu alternatif yang lebih

insentif untuk pengendalian hama dan penyakit, sebab

agensi hayati ini lebih efektif dbandingkan dengan pesnab.

Dari sekian banyak agensia hayat, sementara yang bisa

dikembangkan oleh kelompok tani Rukun Makaryo adalah :

1. Jamur BEAUVERIA BASIANA

2. Jamur METHARIZIUM

3. Jamur TRICHODIRMA

Adapun dari ketiga jenis APH tersebut mempunyai peranan

masing-masing untuk pengendalian hama dan penyakit.

II. Jenis-Jenis APH

1. JAMUR BEAUVERIA BASIANA

Jamur ini merupakan salah satu agensia hayati yang

mempunyai peran untuk pengendalian hama jenis

serangga.

Contoh :

Belalang, ulat, hama sundep, wereng dan serangga jenis

baunya.

Adapun penyebaran jamur ini bisa lewat air, angin dan

kontak langsung antar serangga (lewat perkawinan)

2. JAMUR METHARIZIUM

Agensia hayati ini mempunyai peran aktif dalam

pengendalian hama wereng dan wang-wung (oritos).

Penyebarannya pun juga sama dengan beauveria (lewat

air, angin, perkawinan)

3. JAMUR TRICHODIRMA

Agensia hayati yang satu ini sangat efektif sekali dalam

pengendalian penyakit busur akar/batang pada jenis

tanaman sayuran, horticultura, dan tanaman-tanaman

jenis lainnya, serta dapat mencegah segala penyakit

pada tanaman yang di sebabkan oleh jamur.

Adapun penyebabnya lewat air dan angin.

PENUTUP

Bagi masyarakat yang bertempat di tengah perkotaan saya

yakin pasti tidak tau RATAPAN TANGIS BURUNG DAN KATAK,

karena terkecoh oleh gemuruhnya mobil dan motor, yang di

pabrik gemuruhnya suara mesin, apalagi yang bertempat

diperumahan elit, karena terhibur dengan apa saja yang

diinginkan.

Tetapi bagi saya yang hidup di kampung yang merasakan

sunyinya dimalan hari oleh teriknya panas disiang hari yang

kelihatan hanya hijaunya daun dan tanah gersang. Apa lagi

kalu melihat begitu kejamnya penggunaan racun/pestisida

sintetis yang di semprotkan dan ditaburkan disawah, dan di

kali sangatlah terdengar tangisnya burung, katak, dan ikan

menyentuh dalam hati sanubari.

**** SEKIAN ****

Petani Kolot