Buku Rencana Rtrwp Ntt 2006-2020_2

download Buku Rencana Rtrwp Ntt 2006-2020_2

of 135

Transcript of Buku Rencana Rtrwp Ntt 2006-2020_2

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

i

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR . DAFTAR ISI DAFTAR TABEL . DAFTAR GAMBAR BAB. I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 BAB. II 2.1 2.2 Latar Belakang Kedudukan Sistimatika Rencana Tata Ruang Letak Geografis Wilayah Kondisi Fisik Dasar 2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 2.2.5 2.2.6 2.2.7 2.2.8 2.3 2.3.1 2.3.2 2.4 2.4.1 2.4.2 2.4.3 2.5 2.5.1 2.5.2 2.5.3 2.6 2.6.1 2.6.2 2.6.3 2.7 BAB. III Topografi, Kemiringan Lereng dan Geologi Jenis dan Kemampuan Tanah Kedalaman dan Tekstur Tanah Drainase dan Erosi Tanah Iklim Hidrologi Flora dan Fauna Kondisi Laut dan Pesisir Pola dan Struktur Pemanfaatan Lahan Status Penggunaan Lahan Jumlah dan Perkembangan Penduduk Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten Struktur Penduduk Perkembangan Struktur Ekonomi Laju Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan PDRB dan Pendapatan Perkapita Kegiatan Pertanian Sektor Pertambangan Pariwisata i ii vi ix I1 I1 I1 I2 II 1 II 1 II 1 II 1 II 4 II 4 II 4 II 5 II 5 II 7 II 8 II 10 II 10 II 10 II 10 II 10 II 10 II 10 II 10 II 11 II 14 II 14 II 16 II 16 II 27 II 29 II 29 III 1 III 1 III 1 III 1 III 2 III 3 III 1

GAMBARAN UMUM WILAYAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Pola Penggunaan Lahan

Kondisi Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Kondisi Perekonomian

Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam

Pembiayaan Pembangunan

KEBIJAKAN RENCANA STRUKTUR DAN POLA TATA RUANG WILAYAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR 3.1 Kebijakan Tata Ruang Wilayah Nasional 3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.1.4 3.2 Kawasan Lindung Kawasan Budidaya Kawasan Tertentu Percepatan Pembangunan Daerah

Pokok-pokok Permasalahan Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

ii

3.2.1 3.2.2 3.3 3.4

Permasalahan Eksternal

Struktur

Tata

Ruang

Dalam

Lingkup

III 4 III 5 III 6 III 6 III 7 III 8 III 10 III 11 III 12 III 12 III 12 III 13 III 14 III 14 IV 1 IV 1 IV 1 IV 1 IV 2 IV 5

Permasalahan Internal

Tujuan Pengembangan Tata Ruang Pendekatan Konseptual Pengembangan Tata Ruang Nusa Tenggara Timur 3.4.1 3.4.2 Konsepsi Pengembangan Tata Ruang Propinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Konteks Eksternal Konsepsi Pengembangan Tata Ruang Propins Nusa Tenggara Timur Dalam Konteks Internal Strategi Pengembangan Eksternal Strategi Pengembangan Secara Internal (Intra Wilayah) 3.5.2.1 3.5.2.2 3.5.2.3 3.5.2.4 3.5.2.5 Strategi Pengembangan Kawasan Lindung Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Strategi Pengembangan Kota-kota Strategi Pengembangan Prasarana Wilayah Strategi Pengembangan Kawasan Prioritas

3.5

Strategi Pengembangan Tata Ruang Propinsi NTT 3.5.1 3.5.2

BAB. IV

ARAHAN PENGEMBANGAN RENCANA STRUKTUR DAN POLA TATA RUANG WILAYAH 4.1 Arahan Spasial Pembangunan 4.1.1 Arahan Pemantapan Kawasan Lindung 4.1.1.1 4.1.1.2 4.1.1.3 4.1.1.4 4.1.1.5 4.1.1.6 4.1.1.7 4.1.2 4.1.2.1 4.1.2.2 4.1.2.3 4.1.2.4 4.1.2.5 4.1.2.6 4.1.2.7 4.1.2.8 4.1.2.9 4.1.2.10 4.1.2.11 Cakupan Kawasan Lindung Kriteria dan Prinsip Pengelolaan Kawasan Lindung Luasan Kawasan Lindung Kawasan yang Bawahannya Memberi Perlindungan

IV 6 IV 6 IV 7 IV 7 IV 9 IV 9 IV 9

Arahan Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Kawasan Rawan Bencana Klasifikasi Kawasan Budidaya Kriteria dan Sasaran Kawasan Budidaya Arahan Pengembangan Produksi Kawasan Hutan

Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya

IV 12 IV 13 IV 13 IV 18 IV 18 IV 19 IV 19 IV 21 IV 24

Arahan Pengembangan Kawasan Pertanian Lahan Kering dan Perkebunan Arahan Pengembangan Kawasan Pertanian Lahan Basah Arahan Pengembangan Kawasan Peternakan Arahan Pengembangan Kawasan Kelautan dan Perikanan Arahan Pengembangan Kawasan Peridustrian Arahan Pengembangan Kawasan Pariwisata Arahan Pengembangan Pertambangan Kawasan

Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

iii

4.1.3 4.1.4

Pola Pengembangan Kota-Kota Pola Pengembangan Sistem Prasarana 4.1.4.1 4.1.4.2 4.1.4.3 4.1.4.4 Sistem Prasarana Transportasi Pola Pengembangan Transportasi Darat Pengembangan Transportasi Laut Pola Pengembangan Transportasi Udara Pengairan Prasarana Perdagangan/Pasar

IV 25 IV 27 IV 28 IV 29 IV 31 IV 34 IV 37 IV 37 IV 37 IV 38 IV 38 IV 43 IV 47 IV 47 IV 48 IV 48 IV 51 IV 1 V1 V1 V2 V2 V3 V3 V4 V4 V5 V5 VI 1 VI 1 VI 1 VI 1 VI 1 VI 6 VI 8 VI 8 VI 9 VI 9 VI 12 VI 12 VI 15 VI 15 VI 15

4.1.5

Sistem Prasarana Ekonomi 4.1.5.1 4.1.5.2

4.2

Arahan Pengembangan Kawasan Prioritas 4.2.1 4.2.2 Penentuan Kawasan Prioritas Kebijaksanaan Pengembangan Kawasan Prioritas Kebijaksanaan Penunjang Yang Bersifat Spasial Kebijaksanaan Penunjang Yang Bersifat Bukan Spasial 4.3.2.1 4.3.2.2 Kebijaksanaan Kependudukan Kebijaksanaan Pengelolaan Lingkungan

4.3

Kebijaksanaan Penunjang Penataan Ruang 4.3.1 4.3.2

BAB. V

MEKANISME PENGELOLAAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 Aspek Legalisasi dan Kelembagaan Penetapan dan Pengesahan RTRWP Pemasyarakatan RTRWP Tindak Lanjut Penyusunan RTRW Kabupaten/Kota Aspek Kelembagaan Pemantauan Dan Penggendalian Pemanfaatan Ruang 5.6.1 5.6.2 5.6.3 5.6.4 Pemantauan Pemanfaatan Ruang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Peninjauan Kembali RTRWP Pembiayaan Pelaksanaan dan Pengendalian Pemafaatan Ruang

BAB. VI

INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN SESUAI RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2006 2020 6.1 6.2 Umum Indikasi Program Pembangunan Sektoral 6.2.1 6.2.2 6.2.3 6.2.4 6.2.5 6.2.6 6.2.7 6.2.8 6.2.9 6.3 6.3.1 6.3.2 Tanaman Pangan dan Hortikultura Tanaman Perkebunan dan Kehutanan Perikanan dan Kelautan Pembangunan Sumberdaya Air dan Irigasi Pertambangan dan Energi Infrastuktur Ekonomi Industri Pariwisata Perumahan dan Permukiman Kawasan Pertanian Terpadu dan Kawasan Cepat Tumbuh Kawasan Pesisir dan Laut Terpadu

Kawasan Prioritas

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

iv

6.3.3 6.3.4 6.3.5 6.3.6

Kawasan DAS Kritis Kawasan Lindung Strategis Kawasan Terbelakang

VI 16 VI 16 VI 17 VI 21

Kawasan Perbatasan Negara

Daftar Tabel ,

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

v

DAFTAR TABEL

Nomor II.1 II.2 II.3 II.5 II.6 II.7 II.8 II.9 II.10 II.11 II.12 II.13 II.14 II.15 II.16 II.17 II.18 II.19 II.20 II.21 II.22 II.23 II.25 II.26 IV.1

Judul Tabel Luas Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur di Rinci Perkabupaten Tahun 2004 Sistem Drainase di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur Sungai Yang Menimbulkan Rawan Banjir di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai Tahun 2004 Pola Penggunaan Lahan di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2004 Jumlah Penduduk, Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk Nusa Tenggara Timur Tahun 2003 Distribusi Persentase PDRB Nusa Tenggara Timur Atas Harga Berlaku Tahun 2000 2003 Laju Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Timur Tahun 2000 2003 PDRB Perkapita NTT dan PDB Perkapita Indonesia Tahun 200 2003 Pendapatan Regional Perkapita Nusa Tenggara Timur dan Pendapatan Nasional Perkapita 2000 2003 Peranan Sektor Pertanian Terhadap Pembentukan PDRB Nusa Tenggara Timur Luas Wilayah Potensial Menurut Kecocokan Umum Komoditas Pangan di Propinsi Nusa Tenggara Timur Pengembangan

Hal. II 3 II 5 II 6 II 12 II 13 II 14 II 15 II 16 II 16 II 16 II 17 II 19 II 20 II 20 II 21 II 22 II 23 II 25 II 26 II 26 II 27 II 28 II 25 II 32 IV 3

Luas Areal Panen Tanaman Pangan Tiap Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2004 Produksi Tanaman Pangan Tiap Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2004 Komoditi Unggulan Tiap Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2004 Potensi Lahan Basah di Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2004 Populasi Peternakan di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2002 Luas Areal, Produksi dan Productivitas Komoditi Perkebunan di Propinsi Nusa Tenggara Timar Tahun 2004 Luas Padang Pengembalaan di Kabupaten se-NTT Produksi Perikanan Tiap Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2001 Rata-rata Produksi Perikanan, Potensi Lestari dan Tingkat Pemanfaatan di Nusa Tenggara Timur Jumlah Volume dan Nilai Ekspor Perikanan Jenis Mineral dan Penyebarannya di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timar Tahun 2004 Keunggulan Produk Wisata Propinsi Nusa Tenggara Timur Realisasi Penerimaandan Pengeluaran Daerah NTT 2000 2003 Kriteria Penetapan Kawasan Lindung di Propinsi Nusa Tenggara Timur

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

vi

Tahun 2004 IV.2 IV.3 IV.4 IV.5 IV.6 IV.7 IV.8 IV.9 IV.10 IV.11 IV.12 IV.13 IV.14 IV.15 IV.16 IV.17 IV.18 IV.19 IV.20 IV.21 IV.23 VI.1 VI.2 VI.3 VI.4 Presentase Luas Kawasan Lindung menurut Kelompok Pulau di Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2004 Keriteria Penetapan Kawasan Budidaya Rekapitulasi Kawasan Budidaya di Propinsi Nusa Tenggara Timur Sasaran Optimalisasi Pengembangan Lahan Basah pada SWS Timor Sasaran Optimalisasi Pengembangan Lahan Basah pada SWS Flores Sasaran Optimalisasi Pengembangan Lahan Basah pada SWS Sumba Kawasan dan Indikasi Kegiatan Pembangunan Kelautan dan Perikanan di Propinsi Nusa Tenggara Timar sampai Tahun 2020 Satuan Wilayah Pengembangan Pesisir Laut Terpadu di Propinsi Nusa Tenggara Timar samapai tahun 2020 Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Industri di Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai Tahun 2020 Satuan Wilayah Pengembangan Pariwisata di Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2020 Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertambangan dan Energi di Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2020 Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Propinsi Nusa Tenggara Timar samapai Tahun 2020 Sistem Pengembangan Kota-kota di Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2020 Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Jalan dan Perhubungan Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai Tahun 2020 Rencana Pengembangan Status Pelabuhan Laut di Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai Tahun 2020 Rencana Pengembangan Bandar Udara di Propinsi Nusa Tenggara Timur samapai Tahun 2020 Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Sumber Daya Air dan Irigasi di Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai Tahun 2020 Arahan Kebijaksanaan Pengembangan Kawasan Prioritas di Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2020 Kawasan Cepat Tumbuh di Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai Tahun 2020 Kawasan Lindung Strategis di Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2020 Perkiraan Jumlah Penduduk Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2020 Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Tanaman Pangan dan Horticultura di propinsi Nusa Tenggara Timar sampai 2020 Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Tanaman Perkebunan dan Hutan Produksi di Propinsi Nusa Tenggara Timar sampai 2020 Indikasi Kegiatan Pembangunan Perikanan dan Kelautan di Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai 2020 Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Sumber Daya Air dan Irigasi di Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai 2020 IV 5 IV 11 IV 15 IV 15 IV 16 IV 16 IV 18 IV 20 IV 21 IV 23 IV 24 IV 24 IV 27 IV 30 IV 33 IV 36 IV 37 IV 40 IV 41 IV 42 IV 50 VI 3 VI 5 VI 7 VI 8

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

vii

VI.5 VI.6 VI.7 VI.8 VI.9 VI.10 VI.11 VI.12 VI.14

Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertambangan dan Energi di Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai 2020 Indikasi Kegiatan Prioritas Infrastruktur di Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai 2020 Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Industri dai Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai Satuan Wilayah Pengembangan Pariwisata di Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai 2020 Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai 2020 Kota Pusat Kegiatan dan Fungsi Utamanya di Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai 2020 Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Pertanian terpadu di Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai 2020 Indikasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Pariwisata di Propinsi Nusa Tenggara Timar sampai 2020 Indikasi Kegiatan Prioritas kawasan Lindung di Propinsi Nusa Tenggara Timar sampai 2020

VI 10 VI 10 VI 11 VI 13 VI 14 VI 14 VI 18 VI 18 VI 20

Daftar Peta ,

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

viii

DAFTAR PETA

Nomor II.1 II.2 II.3 II.4 IV.1 IV.2 IV.3 IV.4 IV.5 IV.6 IV.7 IV.8 IV.9 IV.10 IV.11 IV.12 IV.13 IV.14

Judul Peta Wilayah Administrasi Propinsi Nusa Tenggara Timur Kondisi Geologi Propinsi Nusa Tenggara Timur Hidrologi Propinsi Nusa Tenggara Timur Pola Penggunaan Lahan Rencana Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Rencana Kawasan Hutan Satuan Pengembangan Wilayah Pesisir dan Laut Pariwisata dan Industri di Propinsi Nusa Tenggara Timur Potensi Pertambangan dan Energi di Propinsi Nusa Tenggara Timur Pusat Kegiatan Nasional dan Pusat Kegiatan Wilayah Kota-kota Pantai di Propinsi Nusa Tenggara Timur Jaringan Transportasi Darat di Propinsi Nusa Tenggara Timur Jaringan Transportasi Penyeberangan di Propinsi Nusa Tenggara Timur Jaringan Transportasi Laut Perintis di Propinsi Nusa Tenggara Timur Jaringan Transportasi Feri Cepat di Propinsi Nusa Tenggara Timur Jaringan Transportasi Udara di Propinsi Nusa Tenggara Timur Kawasan Daerah Irigasi di Propinsi Nusa Tenggara Timur Kawasan Prioritas di Propinsi Nusa Tenggara Timur

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

ix

PENDAHULUAN PENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANG Rencana Tata Ruang sebagai manifestasi acuan pelaksanaan pembangunan wilayah mempunyai peranan sangat strategis dalam pembangunan daerah mengingat fungsi-fungsinya, antara lain : a. sebagai penyelaras kebijakan penataan ruang Nasional, wilayah Propinsi dan wilayah Kabupaten/Kota; b. sebagai matra ruang dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD); c. sebagai dasar kebijaksanaan pokok tentang pemanfaatan ruang Daerah; d. mewujudkan keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah serta keserasian antar sektor; e. sebagai arahan lokasi investasi yang dilakukan Pemerintah, masyarakat dan swasta; Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) sebagai acuan pembangunan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan harus mampu memperkirakan perkembangan yang akan datang dengan mempertimbangkan daya dukung lahan, potensi sumber daya yang ada, berikut batasan dan kendala yang dihadapi. Demikian juga dengan perkembangan kondisi sosial ekonomi yang berkembang sangat dinamis karena adanya pengaruh faktorfaktor internal maupun faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berupa pengaruh politik dan/atau ekonomi regional, nasional dan atau internasioanal terhadap suatu wilayah/daerah. Sedangkan faktor internal dapat berupa pergeseran nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat, peningkatan kemampuan masyarakat, aspek sosial-ekonomi dan perkembangan ekonomi suatu wilayah/daerah. Berdasarkan aspek-aspek tersebut terdapat beberapa perubahan kebijakan Nasional dan regional yang berpengaruh terhadap Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah Propinsi yang akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) 2006 2020 diantaranya yaitu : a. Terbentuknya Negara Timor Leste yang berdampak terhadap wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang berbatasan darat dan tambahan wilayah berbatasan laut; b. Adanya pemekaran Kota/Kabupaten yaitu: Kota Kupang dari Kota Administratif Kupang, Kabupaten Lembata, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Manggarai Barat dan dalam proses pengusulan yaitu Kabupaten Sumba Tengah dan Kabupaten Nagakeo; c. Adanya kebijakan perubahan status beberapa hutan cagar alam menjadi Hutan Taman Nasional (HTN); d. Adanya perubahan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang menetapkan kota-kota Nasional, regional dan lokal; e. Adanya perubahan kebijakan dalam pengelolaan Potensi Sumberdaya Alam pesisir dan laut melalui Gerakan Masuk Laut (GEMALA); f. Adanya usulan perubahan status jalan dari jalan Kabupaten, Propinsi dan jalan non status ke jalan Nasional; g. Adanya kebijakan kebijakan Nasional tentang pengembangan Pulau-Pulau Kecil dan Pulau terluar wilayah Nasional; h. Adanya pengembangan wilayah resetlement baru untuk masyarakat eks pengungsi Timor Timur yang cukup besar di Timor Barat; i. Adanya pembangunan prasarana wilayah yang cukup vital yang berdampak pada perubahan fungsi-fungsi ruang antara lain; pembangunan Bendungan Tilong, pembangunan Bendungan Benanain, pembangunan Mall Flobamora, rencana pembangunan PLTG Mataloko, Pembangunan KAPET Mbay di Flores dan lainnya. 1.2. KEDUDUKAN Rencana Tata ruang sebagi wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan sebagaimana diarahkan dalam Undang-undang Nomor : 24 Tahun 1999 Tentang Penataan Ruang (UUPR). Pengertian wujud struktural dan pemanfataan ruang ini menunjukan adanya hirarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang. Sedangkan Rencana Tata Ruang itu sendiri diartikan sebagai hasil perencanaan tata ruang, berupa strategi dan arahanRTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

BAB.. I BAB I

I-1

kebijakan dan memperuntukkan (alokasi) pemanfaatan ruang yang secara struktural menggambarkan ikatan fungsi lokasi terpadu bagi berbagai kegiatan. Menurut UUPR tersebut, Rencana Tata Ruang tersusun secara hirarkis, mulai dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) untuk tingkat Propinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) untuk wilayah kabupaten/kota, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) untuk bagian wilayah kabupaten/kota yang tidak masuk dalam kelompok wilayah perkotaan, serta Rencana Tata Ruang yang lebih rinci. Berdasarkan hal tersebut, maka Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020 merupakan wujud Penyempurnaan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Nusa Tenggara Timur 1994-2006 yang akan menjadi pedoman dalam proses pembangunan untuk mencapai suatu pemanfataan ruang secara optimal, berkualitas, berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan. Kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur sebagai berikut : a. Merupakan penjabaran strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah Nasional; b. Acuan kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota; c. Pedoman bagi pelaksanaan perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang Daerah. 1.3 SISTEMATIKA RENCANA TATA RUANG Sistematika Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur sebagai berikut : Bab. I Pendahuluan; Bab. II Gambaran Umum Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur; Bab. III Kebijakan Rencana Struktur dan Pola Tata Ruang Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur; Bab. IV Arahan Pengembangan Rencana Struktur dan Pola Tata Ruang Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur; Bab. V Mekanisme Pengelolaan Tata Ruang Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur; Bab. VI Indikasi Program Pembangunan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020.

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

I-2

GAMBARAN UMUM WILAYAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR2.1. Letak Geografis Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur terletak di belahan Selatan Indonesia dan berdampingan dengan Benua Australia, membentang antara 80 120 Lintang Selatan (LS) dan 1180 1250 Bujur Timur (BT). Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 566 (lima ratus enam puluh enan ) pulau, 411 (empat ratus sebelas) pulau diantaranya sudah mempunyai nama dan 188 (seratus delapan puluh delapan) saat ini belum mempunyai nama. Dari seluruh pulau yang ada, 69 (enam puluh sembilan) pulau diantaranya telah berpenghuni sedangkan 530 (lima ratus tiga puluh) pulau belum berpenghuni. Terdapat tiga pulau besar, yaitu pulau Flores, Sumba dan Timor, serta pulau Alor, Lembata dan Rote, dan selebihnya adalah pulau-pulau kecil yang letaknya tersebar. Dilihat dari letak geografis Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur sebagian wilayahnya berbatasan dengan Negara Timor Leste, seperti Kabupaten Belu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Kupang dan Kabupaten Alor yang hanya dipisahkan oleh laut Sawu. Selain hal tersebut, wilayah propinsi ini dikelilingi oleh lautan yang tentunya terdapat wilayah-wilayah pesisir dengan karakteristik yang berlainan. Luas wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu untuk daratan seluruhnya 4.734.991 Ha ( 47.349,9 Km2) atau 2.50 % dari luas Indonesia, dan luas perairan 18.311.539 Ha. Secara fisik batas wilayah propinsi ini adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Flores - Sebelah Selatan : berbatasan dengan Samudera Indonesia (Negara Australia) - Sebelah Timur : berbatasan dengan Negara Timor Leste dan Laut Timor - Sebelah Barat : berbatasan dengan Selat Sape (Propinsi Nusa Tenggara Barat) Propinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari 15 (lima belas) Kabupaten dan 1 (satu) Kota sebagaimana Tabel II.1 dan Gambar II.1.

BAB. II

2.2 Kondisi Fisik Dasar 2.2.1 Topografi, Kemiringan Lereng dan Geologi Ditinjau berdasarkan ketinggiannya, 48,78 % dari luas Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur berada pada rentang ketinggian 100 500 meter dari atas permukaan air laut atau sekitar 2.309.747 Ha. Sedangkan wilayah dengan ketinggian di atas 1000 m hanya sebagian kecinya saja, yaitu sebesar 3,65 %. Berdasarkan kemiringan tanahnya, Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur didominasi oleh tanah dengan kemiringan lereng 15 40 %. Bagian terbesar lainnya adalah tanah dengan kemiringan lebih dari 40%, yaitu sebesar 1.678.948 Ha atau 35,46% dari luas Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur. Besar kecilnya kemiringan lereng menentukan kemudahan penggarapan tanah dan dapat tidaknya alat mekanis digunakan dalam pengelolaan tanah. Selain itu kemiringan lereng ini juga mempengaruhi tingkat erosi. Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur termasuk dalam kawasan Circum Pasifik sehingga daerah ini, terutama sepanjang Pulau Flores, memiliki struktur tanah yang labil (sering terjadi patahan). Pulau pulau seperti Pulau Flores, Alor, Komodo, Solor, Lembata dan pulau pulau sekitarnya terbentuk secara vulkanik, sedangkan pulau Sumba, Sabu, Rote, Semau, Timor, dan pulau sekitarnya terbentuk dari dasar laut yang terangkat ke permukaan. Dengan kondisi ini maka jalur pulau pulau yang terletak pada jalur vulkanik dapat dikategorikan subur namun sering mengalami bencana alam yang dapat mengancam kehidupan penduduk yang menetap di daerah tersebut. Dibalik kondisi geologi tersebut ternyata propinsi ini memiliki berbagai macam deposit, baik mineral maupun sumber sumber energi lainnya. Hampir 100 lokasi di daerah ini mengandung mineral dari sumber energi bumi/bahan bakar minyak, seperti di Pulau Sumba, Timor dan disepanjang pantai Flores bagian timur. Sumber energi dapat dikembangkan dari sungai-sungai besar, seperti Noelmina, Benanain, Aesesa dan sungai Kambaniru. Mineral yang terkandung di propinsi ini adalah: Pasir Besi (Fe), Mangan (Mn), Emas (Au), Flourspor (Fs), Barit (Ba), Belerang (S), Posfat (Po), Zeolit (Z), Batu Permata (Gs), Pasir Kwarsa (Ps), Pasir (Ps), Gipsum (Ch), Batu Marmer (Mr), Batu Gamping, GranitRTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 1

(Gr), Andesit (An), Balsitis, Pasir Batu (Pa), Batu apung (Pu), Tanah Diatomea (Td) Lempung/Clay (Td). Sebaran struktur batuan geologi yang ada di wilayah propinsi ini, adalah : a. Batuan Silicic (acid) Rock (batuan berasam kersi asam), terdapat di Kabupaten Alor, Kabupaten Lembata, sebagian besar Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Sikka, Kabupaten Ende, sebagian besar Kabupaten Ngada, sebagian Kabupaten Manggarai, sebagian besar Manggarai Barat dan sebagian kecil Kabupaten Kupang; b. Batuan Matic Basic Rocks (batuan basa); c. Batuan Intermediate Basic (basa menengah); d. Batuan Pre Tertiare Undivideo (pra tersier tak dibedakan); e. Batuan Paleagene (pleogen); f. Alluvial Terrace Deposit and Coral Reets (alluvium undak dan berumba koral); g. Batuan Neogene (neogen); h. Batuan Kekneno Series (deret kekneno); i. Batuan Sonebait Series (deret sonebait); j. Batuan Sonebait and Ofu Series Terefolde (deret sonebait dan deret terlipat bersama); k. Batuan Ofu Series (deret ofu); l. Batuan Silicic Efusives (efusiva berasam kersik); m. Batuan Triassic (trias); n. Batuan Crystalline Shist (sekis hablur). Untuk lebih jelasnya keadaan kondisi geologi di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada Gambar II.2.

Tabel II.1 .,RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 2

Tabel II.1 Luas Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur di Rinci Perkabupaten Tahun 2004

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

Kabupaten /Kota Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kota Kupang NTT

Luas Wilayah (Km) 4.051,92 7.000,50 5.898,26 3.947,00 2.669,66 2.445,57 2.864,60 1.266,38 1.812,85 1.731,92 2.046,62 3.037,88 4.553,42 1.280,00 2.582,98 160,34 47.349,90

Kecamatan 15 15 22 21 9 17 12 8 13 11 16 14 12 6 5 4 197

Desa 182 126 164 203 126 153 153 112 196 147 152 142 227 73 116 2.272

Kelurahan 10 16 22 12 33 12 12 5 17 13 20 31 27 7 5 45 287

Jumlah 192 142 186 215 159 165 165 117 213 160 172 173 245 80 121 45 2.559

Sumber: BPS Propinsi NTT

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 3

2.2.2

Jenis dan Kemampuan Tanah Adanya perbedaan iklim, cuaca geologi dan lainlain menghasilkan adanya perbedaan jenis tanah yang terdapat di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur. Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai jenis tanah, keadaan kemiringan tanah, tekstur tanah, drainase tanah, dan tingkat erosi tanah. Berdasarkan jenis tanahnya, sebagian besar adalah tanah dengan jenis mediteran, yaitu seluas 2.415.420 Ha atau 51% dari luas Propinsi NTT, kemudian tanah kompleks seluas 1.527.569 Ha. Sedangkan sisanya memiliki jenis tanah latosol, grumusol, andosol, aluvial, dan legosol. Uraian di bawah ini hanya berupa uraian secara kualitas saja. 1. Pulau Timor Jenis tanah di Pulau Timor adalah tanah tanah kompleks dengan bentuk wilayah pegunungan kompleks, mediteran dengan bentuk wilayah daratan, latosol dengan bentuk wilayah plato/volkan. Tanah tanah kompleks dengan bentuk wilayah pegunungan kompleks merupakan jenis tanah yang paling luas penyebarannya. 2. Pulau Sumba Tanah di Pulau Sumba terdiri dari jenis tanah mediteran dengan bentuk wilayah pegunungan lipatan dan dataran serta bentuk wilayah volkan dan latosol dengan bentuk wilayah plato/volkan, Grumosol dengan bentuk wilayah pelembaban. Tanah mediteran dengan bentuk wilayah pegunungan lipatan adalah merupakan jenis tanah yang paling luas penyebarannya, yaitu terletak di bagian Pulau Sumba memanjang dari barat ke timur. 3. Pulau Alor dan Pantar Jenis tanah di pulau ini adalah mediteran kambisol dengan bentuk tanah volkanik. 4. Pulau Flores dan Sekitarnya Tanah di Pulau Flores terdiri dari jenis tanah mediteran dengan bentuk wilayah pegunungan kompleks, latosol dengan bentuk volkan, andosol dengan bentuk wilayah volkan, aluvial dengan bentuk wilayah dataran. Tanah mediteran dengan bentuk wilayah volkan mempunyai penyebaran paling luas. Pulau Lembata, Adonara dan Solor mempunyai tanah dengan jenis mediteran dengan bentuk volkan, sedangkan pulau Rinca mempunyai tanah jenis mediteran dengan bentuk wilayah daratan dan pulau Komodo mempunyai jenis tanah tanah kompleks dengan bentuk wilayah pegunungan. Kedalaman dan Tekstur Tanah Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman efektif dimana akar akar tanaman masih dapat dengan leluasa mengambil unsur hara bagi pertumbuhannya. Pada umumnya kedalaman efektif tanah dapat di bagi menjadi 4 (empat) kelas, yaitu 0 30 cm, 30 60 cm, 60 90 cm dan >90 cm. Propinsi ini sebagian besar tanahnya memiliki kedalaman efektif tanah 0 30 cm, yaitu sebesar 40,94 % dari luas wilayah NTT atau seluas 1.938.403 Ha. Sedangkan kelas kedalaman 30 60 cm memiliki sebaran sebesar 25,06% dari luas wilayah atau sebesar 1.186.801 Ha, kelas 60 90 cm, sebesar 10,555 atau 499.707 Ha dan sisanya 21,03% atau 995.489 Ha memiliki kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm. Tekstur tanah adalah kasar halusnya tanah yang ditentukan atau dinilai berdasarkan perbandingan fraksi fraksi pasir, debu dan liat. Berdasarkan kandungan masing masing fraksi tersebut dapat dibuat klasifikasinya, yang akan berpengaruh terhadap pengolahan pengelolahan tanah dan pertumbuhan tanaman, terutama dalam hal mengatur kandungan udara dalam rongga tanah dan persediaan serta kecepatan peresapan air di daerah tersebut. Tekstur tanah juga berpengaruh terhadap umur lapisan tanah tersebut. Berdasarkan tekstur tanahnya, wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur sebagian besar memiliki tekstur kasar, yaitu sekitar 47% dari luas total wilayah, tekstur sedang 39% dan tekstur halus 11,33%. Drainase dan Erosi Tanah Drainase tanah adalah kecepatan air berpindah dari suatu bidang tanah, baik berupa run off maupun peresapan air kedalam tanah. Drainase dibedakan ke dalam empat kelas, yaitu tergenang priodik, tergenang terus menerus, tidak pernah tergenang dan II - 4

2.2.3

2.2.4

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

poros. Berdasarkan drainase, kondisi tanah di wilayah propinsi ini 96%-nya berdrainase tidak tergenang. Untuk lebih jelasnya kondisi drainase di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada Tabel II-2. Berdasarkan tingkat erosi tanahnya, hampir 60% dari luas tanah di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur ini mengalami erosi. Tanah yang tererosi ini banyak di jumpai pada tanah tanah dengan jenis penggunaan tanah untuk ladang, alangalang atau semak belukar dan memiliki kemiringan lereng di atas 40 %.Tabel II.2 Sistem Drainase di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur No 1. 2. 3. 4. 5. Drainase Tergenang periodik Tergenang terus menerus Tidak pernah targenang Porous Belum di ketahui Jumlah Luas ( Ha ) 53.597 7.656 4.558.359 61.728 53.291 4.734.991 %tase (%) 1,14 0,15 96,27 1,15 1,13 100.00

Sumber: RTRW Tahun 1992-2004/Disesuaikan

2.2.5

Iklim

Keadaan iklim di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur dikenal dengan 2 (dua) musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada Bulan Juni September arah angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember Maret arah angin yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April Mei dan Oktober Nopember, walaupun demikian mengingat Nusa Tenggara Timur dekat dengan Australia, arah angin yang banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudera Pasifik sampai di wilayah NTT kandungan uap airnya sudah berkurang yang mengakibatkan hari hujan di wilayah ini berkurang. Hal inilah yang menjadikan propinsi ini sebagai wilayah yang tergolong kering dimana 4 (empat) bulan (Januari s/d Maret, dan Desember) yang keadaannya relatif basah dan 8 (delapan) bulan sisanya relatif kering. Suhu udara rata rata maksimum berkisar pada 30 sampai 36 derajat Celcius dan rata-rata suhu minimum antara 21 derajat sampai 24,5 derajat Celcius, dengan curah hujan rata rata adalah 1.164 mm/ tahun. Tingkat curah hujan ini berbeda beda tiap daerah, seperti Wilayah Flores bagian barat, yang meliputi Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Ngada, merupakan daerah yang cukup basah, hal ini disebabkan curah hujan rata ratanya lebih tinggi dari rata rata total, yaitu 3. 849 mm/tahun. Dengan kondisi tersebut, maka daerah ini dapat dikatakan sangat cocok untuk pengembangan kawasan pertanian dan perkebunan yang berumur pendek. Salah satu unsur penting pembentuk iklim di atas adalah curah hujan. Curah hujan di Nusa Tenggara Timur sangat bervariasi. Keadaan curah hujan di wilayah ini pada umumnya sulit untuk diramalkan, datangnya hujan dan mulainya bulan kering kadang kadang terlalu cepat dan kadang kadang terlalu lambat. Hidrologi Secara umum keadaan hidrologi di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, terutama air permukaan, agak kurang. Hal ini disebabkan karena musim hujan dalam satu tahun hanya berlangsung selama 3 bulan. Kondisi ini mengakibatkan sulitnya eksploitasi sumber air permukaan oleh penduduk. Daerah Aliran Sungai (DAS) dibentuk dari beberapa sungai dan danau. Di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur terdapat 27 DAS dengan luas keseluruhan 1.527.900 Ha. Sungai yang terpanjang di wilayah Nusa Tenggara Timur adalah Sungai Benanain (100 Km), yang terdapat di Kabupaten Belu. DAS terluas adalah DAS Benain, seluas 329.841 Ha (21,58%), dan DAS terkecil adalah DAS Oka, seluas (0,27%). Selain data tentang keberadaan DAS tersebut di atas, juga terdapat data dan telah teridentifikasi sungai-sungai yang sering menimbulkan bencana alam banjir, yang dapat dilihat pada Tabel II.3. Gambaran kondisi hidrologi di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada Gambar II.3. II - 5

2.2.6

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

Tabel II.3 Sungai Yang Menimbulkan Rawan Banjir di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai 2004 NO 1. KABUPATEN/ NAMA SUNGAI Kodya Kupang Sungai Oebobo Sungai Oesapa Kecil Sungai Oesapa Besar Sungai Sefbano Sungai Namosain Sungai Dendeng Kabupaten Alor Sungai Bone Sungai Buona Sungai Bukapiting Sungai Waesika 3. Sungai Kamot Kabupaten Belu Sungai Benanain Sungai Motaderok Sungai Talau Sungai Baukama Sungai Malibalak Sungai Rusan Kabupaten Timor Tengah Utara Sungai Nain Sungai Ponu Kabupaten Timor Tengah Selatan Sungai Noelmina Sungai Muke Sungai Tomutu Sungai Baus Kabupaten Kupang Sungai Sungai Sungai Sungai Manikin Nunkurus Oepoli Amabi JENIS KERUSAKAN AKIBAT BANJIR Meluapnya Sungai Gua Lordes, sehingga menggenangi 9 ( sembilan ) Wilayah Permukiman Perkotaan di Kota Kupang Rusaknya Pantai dan Prasarana seperti : Kawasan Wisata Lasiana, Oesapa Besar ( 3 Km ) dan Tempat Ibadah ( Pura ) di Pantai Oeba, Pelabuhan Perahu.

2.

Meluapnya Sungai Bone dan Buaona serta beberapa Sungai Lainnya yang mengakibatkan : hanyutnya 15 buah Jembatan, 144 rumah rusak, Jalan 5 Km , ratusan ternak, tergenangnya 1400 buah rumah. Terjadi kerusakan Pantai Kota Kalabahi 1 KM Rusaknya Bendung dan Saluran Induk DI Bukapiting (365 Ha), DI Waesika ( 250 Ha ), DI Kamot ( 200 Ha ) dan terancam Rusaknya Embung Lantoka. Tergenangnya komplek Pasar dan Pertokoan Kota Atambua Terancam Jalan dan Jembatan Baukama Pemukiman, Sawah, Perkebunanan tergenang Daerah Irigasi (900 Ha) dan Batas Wilayah Negara Rusaknya sayap Bendung dan Saluran Primer Daerah Irigasi Haikesak, Daerah Irigasi Holeki / Haleleki, Motadelek, Weliman Tergenagnya Areal Sawah dan ladang 5000 Ha, 2200 KK ( DI Malaka / Besikama ), Ancaman terhadap Jembatan dan jalan raya Sungai Benanain Kerusakan pada Bendung dan Saluran Induk DI. Nain, Ponu, Mauritsu dan Daerah Irigasi Haekto Kerusak Free Intake, Bendung dan Saluran Induk DI. Linamnutu, Bena, Oebobo, Noemeto, Muke, Koa, Tuasene, Tepas, Nenas dan Baus

4.

5.

6.

Tergenangnya komples Pengungsi Tim Tim dan Angkatan Darat Naibonat, Tuapukan dan Tarus. Genangan kawasan permukiman dan kawasan persawahan Rusaknya Bendung dan Saluran Primer DI. Nifoloam, DI. Babau, DI. Air Bak, DI. Detamanu, DI. Manikin, DI. Manumuti, DI. Manubulu, DI. Lokopehapo, DI. Netemenanu, Rusaknya Spillway Embung Babau, Sumlili, Oemasi, Oeltua

7.

Sungai Nifoluam Sungai Manubulu Sungai Ledeana Kabupaten Manggarai Sungai Waebobp Sungai Waepesi Sungai Waemese Kabupaten Ngada Sungai Aisesa Sungai Anakoli Sungai Waewutu Sungai Kolpenu Kabupaten ENDE Sungai Wolowona Sungai Loworea Sungai Nangapanda Sungai Wolowaru Sungai Ndondo Kabupaten Sikka Sungai Kaliwajo

Tergenangnya sawah pemukiman Kecamatan Mborong, Kota Labuhan Bajo, Kota Reo. Rusaknya Bendung dan Saluran Primer DI. Mborong, DI. Waemese, DI. Air Lembor. Tergenangnya Kota Mbay dan sawah DI. Mbay 1000 Ha, DI. Anakoli Rusaknya DI. Tiwubele, Kuruboko, Sua, DI. Panondiwal dan DI. Hobotopo

8.

9.

Kerusakan pada Bendung dan Saluran Induk DI. Dettusoko, DI. Ekoleta, DI. Mautenda I, II, III, IV dan VIII, DI. Wolo feo DI. Wolowaru dan DI. Ratebobi

10.

Kerusaknya Pantai Kota Maumere, Bola. Tergenangnya Bandar Udara Waeoti dan Maumere.

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 6

NO

KABUPATEN/ NAMA SUNGAI Sungai Ijura Sungai Waeoti Sungai Nebe Sungai Waegete Sungai Manunaing Sungai Waerklau Sungai Batikwaer Kabupaten Flores Timur Sungai Lembata Sungai Konga Sungai Waekomo Kabupaten Sumba Timur Sungai Kambaniru Sungai Payeti Sungai Melolo Sungai Petawang Sungai Tawui Sungai Kadaha

JENIS KERUSAKAN AKIBAT BANJIR Rusaknya DI. Nebe, Kolesia, Pruda, Kali Wajo, Ijura dan DI. Koro

11.

Rusaknya Bendung dan saluran Primer DI. Konga, DI. Waekomo

12.

Rusaknya Tanggul, Sayap dan Saluran Primer DI. Kambaniru, DI. Melolo, DI. Petawang, DI. Mataiyang, dan DI. Mangili Sawah tergenang, Permukiman tergenang.

Sumber: Bappeda Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2004

2.2.7

Flora dan Fauna Jenis flora di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur diidentifikasi menurut jenis dan tingkat keragamannya, yaitu jenisnya flora yang berhubungan dengan faktor lingkungan. Tipe hutan yang ada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah tipe hutan hujan dan hutan payau. Tipe hutan hujan terdapat di puncak-puncak gunung yang beriklim basah seperti di Gunung Mutis, Timau dan Lakaan. Sedang hutan payau terdapat di bagian pantai pulau Timor, antara lain terdapat di Atapupu dan Bena. Berdasarkan tipe hutan tersebut, terdapat jenis flora antara lain: Hue (Eucalytus alba), Pilang (Acacialeocophloea), Linggua (Pterrocarpus indukus), Asam (Tamarindus indica), Bungur (Lagerstromeia speciosa), Cendana (Santalum album), Tekik (Albizzia saponaria), Lanan (Dysoxylum spesiosum), Leban (Vitex pubesceusn), Wangkal (Albizzia procera), Bentawes (Wrightiaa calycina), Delinsem (Homalium tomentosum), Pulai (Alstonia scholaris), Kesambi (Schileiceira aleosa), Bidara (Zizyphus timorensis), Ampupu (Eucalyptus urophylla). Jenis tumbuhan yang tumbuh pada kelompok hutan bagian yang bertipe hujan adalah : Kolaka (Parinaria Crymbosum), Medang (Cinnamomum Burnanii), Membacang (Mangifera Longipes), Lanan (Dysoxyhum Canlostachyum), Kaai (Pametia Tomentosa), Jenitri (Elacoecopus Imbricatus), Jamujun (Padocarpus Imbricatus). Jenis flora yang tumbuh pada hutan payau adalah jenis bakau (Rhizopana spp) dan jenis lain Bruguiera spp. Vegetasi yang berbentuk savana terdiri dari Borassus Flabellifer, Casuarina junghuhniana, Acasia leucaphloea, Eucalyptus alba dan Zizyphus Mauritamia. Sedangkan vegetasi berbentuk padang rumput terdapat di berbagai lokasi, baik di luar maupun di dalam kawasan hutan. Kelompok hutan yang memiliki padang rumput luas adalah Mutis, Timau, Bifemnasi, Sanmahole, Lakaan, Mandeau dan Laob Tunbesi. Pohon Cendana (Santalun album) merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Pada saat sekarang jumlah pohon cendana di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur sudah berkurang, hal ini sangat mempengaruhi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selain itu keberadaan pohon ini banyak menimbulkan permasalahan di masyarakat, seperti terjadinya penebangan liar yang akan diperjualbelikan secara ilegal; Jenis fauna yang terdapat di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu jenis mamalia, aves, reptilia, amphibi dan ikan. Pada umumnya dari beberapa fauna tersebut sifat hidup kebanyakan di dalam hutan. Dari data tahun 1999 tercatat 190 spesies aves, 56 spesies mamalia, 71 spesies reptilia, sedangkan jenis amphibi dan ikan jumlah spesiesnya belum diketahui; Jumlah spesies aves yang dilindungi karena kelangkaannya 31 spesies dan 34 spesies mendapat quota, antara lain jenis Kakatua jambul putih, Betet, Bayam Kelapa,

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 7

Perkici Kupang, Perkici Dada Kuning, Betet Timor, Srindit Flores, Cucak Rawa, Parkit Timor dan Decu; Jenis mamalia terdiri dari 56 spesies, diantaranya 22 spesies yang dilindungi karena jenis tersebut merupakan langka, namun belum tergolong sebagai spesies yang hampir punah. Dari jumlah tersebut terdapat 3 species yang mendapat quota penangkapan karena tidak dilindungi yaitu Bajing Kelapa, Kalong dan Mencit; Dari 71 spesies reptilia terdapat 7 spesies yang dilindungi karena jenis tersebut merupakan jenis langka dan tergolong sebagai spesies yang hampir punah. Jenis yang dilindungi seperti Komodo sering disumbangkan bagi pengisi Kebun Binatang. Dengan demikian terdapat 64 spesies yang tidak dilindungi dan 19 spesies dari yang tidak dilindungi tersebut dapat ditangkap secara bebas. 2.2.8 Kondisi Laut dan Pesisir Karakteristik laut dan pesisir setiap pulau yang ada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya tidak sama, hal ini disebabkan oleh tipe lautan dan kondisi topografi setiap pesisir. Dilihat dari posisi wilayahnya yang berbatasan dengan Australia dan dipisahkan oleh laut lepas, akan sangat berpengaruh terhadap kondisi perairan dan pesisir pantainya. Saat ini garis pantai dipergunakan antara lain untuk penangkapan ikan, budidaya laut (teripang, mutiara, rumput laut, penampungan ikan hidup), penangkapan nener dan penangkapan ikan hias serta wisata bahari. Lokasi yang potensial untuk budidaya laut meliputi Kabupaten Kupang, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ngada dan Sumba Timur. Sumber daya pesisir dan laut di NTT sangat beraneka ragam sehingga memberikan peluang ekonomis yang cukup tinggi untuk kegiatan perikanan, pariwisata bahari serta jasajasa lingkungan laut. Sumberdaya alam pesisir dan laut yang terdapat di wilayah NTT adalah sebagai berikut : 1. Perikanan Tangkap Potensi sumber daya ikan laut Propinsi NTT, berdasarkan hasil survey Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut pada tahun 1999, cukup besar yaitu sekitar 365,7 metrik ton/tahun, dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 292,2 metrik ton/tahun sedangkan tingkat pemanfaatan baru sekitar 30 %. Potensi perikanan laut terdiri dari: (a) Ikan pelagis besar meliputi Tuna, Cakalang, Paruh Panjang, Tongkol, Tenggiri; (b) Ikan pelagis kecil meliputi Tembang, Teri, Terbang, Kombong, Layang, Selar, (c) Ikan demersal meliputi Kakap, Bambangan, Lencam, Pari dll, (d) Udang yang meliputi Lobster, dan jenis udang Penaid, (e) Cumi-cumi, dan (f) Ikan karang seperti Kerapu, Beronang dan Ekor Kuning. Jenis Ikan Pelagis Kecil, berpotensi besar dan bernilai ekonomis tinggi adalah Kembung, Lemuru, Teri, Laying, Terbang dan Selar. Ikan-ikan Pelagis Kecil ini terutama dipasarkan untuk konsumsi lokal, sebagian untuk pasar regional dan umpan hidup penangkapan Ikan Pelagis Besar. Jenis Ikan Pelagis Besar, antara lain terdiri dari Cakalang, Tongkol, Tuna Madidihang; Mata Besar, Albacore dan Cucut. Ikan Pelagis Besar merupakan hasil perikanan laut utama yang diekspor. Ikan Pelagis Besar banyak terdapat di perairan laut dalam. Semua jenis Tuna hampir terdapat di perairan Nusa Tenggara Timur, terkecuali Tuna Sirip Biru Utara (Thunnus Thynnus) dan Tuna Sirip Biru Selatan (Thunnus Atlanticus). Jenis Ikan Demersal, Ikan-ikan Demersal merupakan kelompok ikan yang tinggal di dasar atau dekat dasar perairan. Ikan Demersal tersebar di seluruh perairan dengan kecenderungan kepadatan populasi dan potensi yang tinggi pada daerah sekitar pantai. Ikan Demersal menurut kategori nilai ekonomis terdiri dari kelompok utama sebanyak 24 % (Kerapu, Bambangan, Bawal Putih, Kakap, Manyung, Kuwe dan Nomei) kelompok komersial kedua sebanyak 17 % (Bawal Hitam, Gerot-gerot, Cucut), kelompok komersial ketiga 37 % (Pepetek, Beloso, Mata Merah, Kerong-kerong, Gabus Laut, Besot dan Sidat) dan kelompok Ikan Rucah sebanyak 22 % (Srinding, Lidah, Sebelah, Kapas-kapas, Wangi Batu dan Kipper). Jenis-jenis Ikan Demersal tersebar di seluruh perairan Nusa Tenggara Timur terutama sepanjang pantai utara Flores, perairan pulau-pulau kecil dan

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 8

kawasan perairan terumbu karang, ikan-ikan demersal ini dijual untuk konsumsi domestik dan pasar ekspor. 2. Udang Kepiting. Jenis-jenis Udang Penaeid, Borong, Windu dan jenis Crustecea lain seperti Kepiting, Rajungan merupakan komoditas perikanan bernilai ekonomis tinggi dan banyak terdapat di Kabupaten Kupang, Ngada, Belu, Alor dan Flores Timur. Komoditas kelompok ini umumnya ditangkap dengan perangkap (bubu) dan jaring. 3. Komoditas Perikanan Jenis Lainnya. Hasil perikanan lain seperti Cumi-cumi, Kerang-kerangan, Teripang, Ikan hias laut dan Rumput Laut merupakan komoditas bernilai ekonomis tinggi juga. Cumi-cumi banyak terdapat di Kabupaten Manggarai, Flores Timur, Sumba Timur, Ende dan Ngada. Kerang-kerangan terutama Kerang Mutiara hasil budidaya, Batu Loa, Japing-japing dan Mata Tujuh (Abolan) merupakan komoditas berpotensi untuk dipasarkan. Kerangkerangan kecuali Mutiara, Teripang dan Rumput Laut terdapat pada sebagian besar perairan Nusa Tenggara Timur, sedangkan Mutiara, sebagai induk alam budidaya, terdapat di perairan Kabupaten Kupang, Flores Timur, Alor, Lembata, Sikka dan Manggarai. Potensi lainnya adalah budidaya laut yang mulai dikembangkan di pantai pulau-pulau di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Panjang pantai keseluruhan mencapai 5.700 Km memiliki kualitas perairan pantai relatif masih baik. Dasar pantai umumnya berpasir dan ditumbuhi karang sampai berlumpur bercirikan tanaman Mangrove dan bentuk pantai yang berteluk serta terlindungi. 4. Perikanan Budidaya Termasuk Darat. a. Budidaya Laut. Potensi pengembangan budidaya laut diperkirakan sekitar 5.150 Ha, dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 8,74% atau sekitar 450 Ha. Jenis produksi dan sebarannya adalah sebagai berikut : Mutiara : pengembangan usaha budidaya mutiara terdapat pada lokasi - lokasi perairan pantai di Kabupaten Sumba Timur, Ende, Alor, Flores Timur, Lembata, Manggarai dan Ngada; Rumput laut : potensi pengembangan budidaya rumput laut pada lokasi-lokasi; perairan pantai di Kabupaten Belu, Kupang, Sumba Timur, Timor Tengah Utara, Ngada, Pantai Utara Kabupaten Ende, Lembata, Tanjung Karoso Bangedo, Kabupaten Manggarai, Pulau Pemana, Pantai Pulau Damhila, Perairan Pantai Pangabatang (Sikka); Teripang : potensi pengembangan usaha budidaya teripang terdapat pada lokasi-lokasi perairan di Pantai Utara dan Selatan Ngada, Manggarai, perairan Pantai Utara Kabupaten Sikka, perairan Pantai Kabupaten Flores Timur dan Alor. b. Budidaya Tambak. Lahan yang tersedia adalah 35.455 Ha dan lahan yang telah diusahakan adalah 284,5 Ha atau tingkat pemanfaatan baru 1,23 % dengan produksi : Bandeng 463,4 ton, Belanak 39,9 ton dan Udang Windu 275,8 ton dan potensi tambak garam yang baru sebagian kecil dimanfaatkan. c. Budidaya Kolam. Lahan yang tersedia 8.375 Ha dan yang telah diusahakan adalah 284,5 Ha atau tingkat pemanfaatan lahan baru 3,40 % dengan kemampuan produksi : Ikan Mas 91,6 ton, Mujair 53,9 ton, Tawas 23,0 ton dan Nila produksi 49,5 ton. d. Budidaya Ikan di Sawah (Mina Padi). Lahan yang tersedia 185 Ha dengan tingkat pemanfaatan lahan baru 75 % atau seluas 138,7 Ha. Kemampuan produksi yaitu : Ikan Mas 10,6 ton, Nila 5,2 ton dan Lele 1,5 ton. e. Hutan Mangrove. Potensi Hutan Mangrove di NTT cukup besar, hasil survey Dinas Kehutanan yang bekerjasama dengan Perguruan Tinggi pada tahun 1995 berhasil mengidentifikasi 11 Species Mangrove di Pulau Timor, Rote, Sabu dan Semau dengan luas 19.603,12 Ha dan 17.251,71 Ha di Pulau Flores dan Solor. Luas Hutan Mangrove di Sumba Timur sekitar 15.000 Ha dengan jumlah tegakkan yang telah diidentifikasi seluas 1.359 Ha. f. Terumbu Karang. Perairan NTT diperkirakan memiliki 160 jenis terumbu karang dari 15 famili dengan 350 jenis ikan yang mendiaminya. Lokasi penyebaran terumbu karang di NTT disekitar wilayah Teluk Kupang, Teluk Maumere, Riung 17RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 9

Pulau, Pantai Utara, Timur dan Selatan Pulau Sumba, Alor, Lembata dan Labuan Bajo. g. Mineral. Perairan Nusa Tenggara Timur mempunyai potensi mineral yang potensial di perairan, seperti cadangan minyak, batu gamping dan lainnya. 2.3 Pola Penggunaan Lahan Pola penggunaan lahan di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur dibedakan atas pola dan struktur pemanfaatan lahan serta status penggunaan lahan. Tinjauan ini dilakukan untuk melihat penggunaan ruang yang terjadi hingga saat ini di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur. Pola dan Struktur Pemanfaatan Lahan Pola dan struktur pemanfaatan lahan di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur di pengaruhi oleh kondisi alam dan jenis kegiatan di setiap Kabupaten/ Kota. Pada umumnya lahan yang ada sekarang belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar masih didominasi lahan kering dan dan hanya sebagain kecil lahan untuk kegiatan pertanian lahan basah (sawah) meliputi potensi seluas 284.103 Ha. Secara garis besar penggunaan lahan di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur diuraikan perkawasan sebagai berikut : 1. Kawasan Non Budidaya, antara lain : Hutan Lindung : - Kawasan yang memberikan perlindungan bawahannya; - Kawasan yang memberikan perlindungan setempat. Suaka Alam dan Cagar Alam; Cagar Budaya. 2. Kawasan Budidaya, antara lain : Kegiatan Pertanian; lahan kering dan lahan basah; Kegiatan Peternakan; Kawasan Perikanan; Kawasan Perindustrian; Kawasan Pertambangan; Kawasan Pariwisata; Kawasan Permukiman : Perkotaan - Perdesaan. 3. Pengembangan sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya luasan pola penggunaan lahan di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada Tabel II.5 dan Gambar II.4.

2.3.1

2.4 Kondisi Kependudukan dan Ketenagakerjaan 2.4.1 Jumlah dan Perkembangan Penduduk Penduduk Nusa Tenggara Timur menurut hasil registrasi penduduk tahun 2003 (Tabel II.5) berjumlah 4.088.058 jiwa, dengan kepadatan 86,58 jiwa/kilometer persegi. Bila dilihat penyebarannya dari total penduduk NTT, yang terbesar berada di Kabupaten Manggarai (16,08%), disusul Kabupaten Timor Tengah Selatan (10 %), Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Kupang, dan Kabupaten Belu. Sedangkan tingkat penyebaran penduduk yang paling sedikit berada pada Kabupaten Lembata (2,42%). Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2000, laju pertumbuhan periode 1990 - 2000 sebesar 1,6%/tahun. Keadaan ini sudah menurun jika dibandingkan dengan dua periode sebelumnya, dimana pada periode 1971 - 1980 laju pertumbuhan sebesar 1,95%/tahun, dan periode 1980 - 1990 sebesar 1,79%/tahun. 2.4.2 Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten Kepadatan penduduk terbesar di Kota Kupang (1.731,93 jiwa/km2) dan terendah di Kabupaten Sumba Timur (28,31 jiwa/km2). Kabupaten lain yang juga cukup padat penduduknya (di atas 100 jiwa/km2) adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan, Belu, Flores Timur, Sikka dan Ende. Sedangkan kabupaten sisanya kepadatan penduduknya berkisar 56 90 jiwa/km2.

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 10

2.4.3

Struktur Penduduk Struktur penduduk meliputi tinjauan penduduk berdasarkan komposisinya menurut umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan dan ketenagakerjaan. Sebagian besar penduduk Nusa Tenggara Timur pada tahun 2002 berada dalam kelompok usia 15 54 tahun, yaitu sekitar 52,72% dari total penduduk propinsi. Bila melihat struktur penduduk menurut jenis kelaminnya, secara umum jumlah penduduk wanita (50,82%) relatif lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk pria (49,18%). Pada tahun 2002 sebagian besar penduduk Nusa Tenggara Timur memeluk agama Katolik (54,91%). Dilihat dari tingkat pendidikannya, tercatat sampai tahun 2002 jumlah penduduk yang tidak/belum tamat SD sebesar 44,47% dan 33,85% sudah tamat SD dan sisanya minimal telah menamatkan pendidikan sampai SLTP. Pada tahun 2002, jumlah angkatan kerja sebesar 1.878.387 jiwa (48% dari total penduduk), yang terdiri dari 126.135 jiwa sedang mencari pekerjaan dan 1.752.252 jiwa telah bekerja. Jika dilihat struktur penduduk menurut lapangan perkerjaannya, maka dalam tahun 2002 sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian (78,68%) diikuti sektor perdagangan, angkutan, keuangan dan jasa (15,02%) serta sektor pertambangan, industri dan listrik menyerap sekitar 6,28%. Jumlah Penduduk, Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk dapat dilihat pada Tabel II.6.

2.5 Kondisi Perekonomian 2.5.1 Perkembangan Struktur Ekonomi Berdasarkan perkembangan peranan masing-masing sektor ekonomi dalam kurun 2000 2003 seperti disajikan pada Tabel II.5 dapat dilihat bahwa sektor-sektor ekonomi yang dominan dalam perekonomian Nusa Tenggara Timur adalah sektor pertanian, sektor hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Peranan dari ketiga sektor ini pada kurun 2000 2003 merupakan yang terbesar yaitu sekitar 88,34 % dari seluruh PDRB Nusa Tenggara Timur masing-masing tahun pada kurun waktu tersebut. Meskipun cenderung terus menurun peranannya dalam kurun 2000 2003, namun sektor pertanian masih merupakan yang paling besar sumbangannya terhadap PDRB Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2000 peranan nilai tambah bruto sektor pertanian sebesar 43,36 % dari seluruh nilai PDRB harga berlaku. Peranan tersebut kemudian terus menurun hingga menjadi hanya sekitar 39,24 % pada tahun 2003. Gambaran ini memperlihatkan bahwa sektor pertanian meskipun cenderung melemah tetapi masih memegang peranan penting dalam perekonomian di wilayah ini. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan prospek yang cukup menggembirakan. Pada tahun 2000 peranan sektor ini sebesar 17,55 % terhadap perekonomian Nusa Tenggara Timur. Kemudian pada tahun 2001 peranan sektor ini sedikit menurun menjadi sebesar 17,51 %. Akan tetapi kembali meningkat pada tahun-tahun berikutnya, hingga akhirnya mencapai 17,93 % pada tahun 2003. Demikian halnya peranan sektor jasa-jasa dalam perekonomian Nusa Tenggara Timur juga terlihat semakin meningkat pada kurun 2000 2003. Meskipun pada tahun 2000 sektor ini hanya mampu menyumbang 16,47 % terhadap PDRB Nusa Tenggara Timur bahkan kedudukannya lebih rendah dan tergeser oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai penyumbang kedua terbesar setelah sektor pertanian, namun sejak diberlakukannya otonomi daerah sampai dengan tahun 2001 dan berlanjut hingga tahun 2003 sumbangan sektor ini terhadap PDRB Nusa Tenggara Timur kembali menduduki urutan kedua terbesar dengan sumbangan sebesar 18,51% hingga 21,17 %. Uraian singkat tersebut memperlihatkan bahwa peran dominan sektor pertanian dalam perekonomian Nusa Tenggara Timur tetap tidak bergeser pada kurun 2000 2003. Sedangkan untuk sektor dominan lain telah terjadi pergeseran posisi. Dominasi ketiga sektor tersebut secara gabungan terhadap perekonomian Nusa Tenggara Timur tampaknya cenderung menguat. Hal ini ditunjukkan oleh semakin kecilnya peranan sektor lain terhadap pembentukan PDRB Nusa Tenggara Timur dalam kurun 2000 2002 meskipun peranan sektor lain ini mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2003 menjadi 21,66 %.

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 11

Tabel II-5 Pola Penggunaan Lahan di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2004PEMUKIMAN NO KABUPATEN / KOTA PERUMAHAN JASA SAWAH IRIGASI KAWAPERKEKEBUN PERU- SAN BUNAN CAMSAHA- INDUSRAKPURAN AN TRI YAT HUTAN BELUKAR PENGGUNAAN TANAH KHUSUS SA PA WAH DANG GALI LAINPA RUM AN LAINSANG PUT SURUT

SAWAH TADAH HUJAN

TEGALAN

LADANG

LEBAT

PERAI SEMAK TANAH TANAH BELU RAN/ KO RUSAK / KAR RAWA / SESONG TANDUS DANAU JENIS

JUMLAH

KETERANGANAN

11 KUPANG 2 TTS 3 TTU 4 BELU 5 ALOR 6 FLOTIM 7 SIKKA 8 ENDE 9 NGADA

2

348225 5347 3748 4856 2165 1616 4430 1667 2525 3790 2760 7305 2557 726 1716

4

5

66960 747 500 1700 1779 6951 130 245 493 12 1385

718018 84879 13716 31155 18738 18438 22325 24210 19899 76238 27352 15712

811839

910069 13718 9051 5412 13026 17096 16381 13920 19840 55242 23846 7616

10658 1580 80 3582 1020 7542 6020 5404 13930 4382 1540 1846

11

12

1344244 27038 50641 650 1490 14546 2650 40210 14790 123404 44610 66728

14275656 108213 81701 32571

15

16

17

181426 1753 280 593 1664

193733

20

21110488

22

23

24881215 394473 266970 244560 286470 181282 164020 204660 303790 713640 411995 691215

25

72144 277755 81605 442 62555

67846 47 210 10 30 104822 96225 50100 62377 39 20 59106 67531 134280 1640 6 277962 269389 466835 145 51731

78176 119438 41406 48724 36866 17384 2953 11511 91500 493 146670 21321 107092 2050 870 13095 294

326 7 510 186 20

1800 4180 12800 8835

1011 2660 10999 10286 16786

10 MANGGARAI 11 SUMBA BARAT 12 SUMBA TIMUR 13 KOTA KUPANG 14 LEMBATA 15 ROTE NDAO 16 MANGGARAI BARAT TOTAL

208

217

758 48 4785 4370 8175 3082 1660 8245 53395 3584 997

572

900 423 28862 43412 7872 4979 17695 32335

18027 126638 183413 Belum ada Data

339

1080

30540

93433

758

29237

65855

383225

16581 266857

52165

572

900

431424

904493 621973 328079

13095

7312

6985

1849232 47

145

5072368

Sumber : BPN Propinsi NTT

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 12

Tabel II.6 Jumlah Penduduk, Luas Daerah Dan Kepadatan Penduduk Nusa Tenggara Timur 2003 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kabupaten Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Manggarai Barat Rote Ndao Kota Kupang NTT Laki-laki (jiwa) 196.190 102.251 171.340 198.989 88.785 161.396 82.583 44.437 102.166 129.933 111.734 118.098 237.763 88.820 52.162 128.256 2.014.903 Perempuan (jiwa) 190.367 95.935 161.079 205.527 89.133 170.016 86.382 53.296 113.710 146.657 126.752 126.144 243.716 91.038 50.489 122.941 2.073.155 Jumlah (jiwa) 386,557 198,186 332,419 404,516 177,918 331,412 168,965 97,733 215,876 276,590 238,486 244,242 481,479 179,858 102,651 251,170 4.088.058 Luas Daerah (km2) 4.454,72 7.000,50 5.898,22 3.933,80 2.655,28 2.725,08 2.864,64 1.266,39 1.812,85 1.631,92 2.046,59 3.100,42 6.136,40 1280,10 160,34 47.349,90 Kepa-datan (jiwa/km2) 86,77 28,31 56,36 102,83 67,01 121,62 58,98 77,17 119,08 169,49 116,53 78,78 103,27 80,19 1.731,97 86,58 % Kab. Thd NTT 9,58 4,91 8,23 10,02 4,41 8,21 4,19 2,42 5,15 6,77 5,91 6,05 16,18 2,54 6,22 100,00

Sumber : BPS NTT (Hasil SUSENAS 2003)

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 13

2.5.2

2.5.3

Laju Pertumbuhan Ekonomi Setelah sempat terpuruk dengan pertumbuhan negatif pada tahun 1998, perekonomian Nusa Tenggara Timur tampak kembali membaik dengan laju pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat. Laju pertumbuhan pada kurun 2000 2003 memberi pertumbuhan positif dengan kecenderungan yang relatif menguat. Bermula pada laju pertumbuhan 4,17 % pada tahun 2000 meningkat hingga mencapai 5,96 % pada tahun 2002. pada tahun 2003 laju pertumbuhan Nusa Tenggara Timur sedikit melemah dengan pencapaian 5,87 %. Sektor jasa-jasa selalu menempati sektor dengan laju pertumbuhan paling tinggi pada kurun 2000 2003 yaitu berkisar antara 9.31 % sampai dengan 13,39%. Selain itu, peran sektor ini merupakan sektor yang memberi sumbangan kedua terbesar dalam perekonomian Nusa Tenggara Timur sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2003. Sektor bangunan dan sektor pertambangan dan penggalian mnerupakan sektor yang mangalami kemunduran ekonomi paling parah pada tahun 1998 dengan pertumbuhan masing-masing sebesar minus 20,47 % dan minus 19,46 %. Akan tetapi pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 kedua sektor tersebut telah mampu bangkit dan mengalami pertumbuhan yang cukup menyakinkan. Pada kurun 2000 2003 pertumbuhan sektor bangunan adalah berkisar antara 0,48 % hingga 2,00 %, sedangkan pertumbuhan di sektor pertambangan dan penggalian berkisar antara 7,02 % hingga 2,50%. Keduanya memiliki pola yang serupa yakni cenderung memiliki pertumbuhan yang menguat antara tahun 2000 sampai 2002, kemudian sedikit mengalami penurunan pada tahun 2003. Pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor dominan langsung disamping sektor jasa-jasa pada kurun 2000 2003 ternyata juga cukup menggembirakan. Sektor pertanian terus mengalami pertumbuhan yang menguat mulai dari 2,35 % pada tahun 2000 hingga mencapai pertumbuhan sebesar 3,14 % pada tahun 2003. Sektor perdagangan, hotel dan restoran meskipun pertumbuhannya sedikit melemah menjadi sebesar 6,38 % pada tahun 2003, tetapi pertumbuhan ini tercipta setelah mengalami kenaikan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dari sebesar 4,18 % pada tahun 2000 hingga tumbuh sebesar 6,50 % pada tahun 2002. Perkembangan PDRB dan Pendapatan Perkapita PDRB perkapita merupakan besaran yang menunjukkan rata-rata nilai PDRB untuk setiap penduduk suatu wilayah. Ukuran ini secara kasar menunjukkan tingkat kemakmuran penduduk suatu wilayah. Dalam kurun 2000 2003, PDRB perkapita Nusa Tenggara Timur telah mengalami pertumbuhan yang menggembirakan dapat lihat Tabel II.7. Pada tahun 2000 PDRB perkapita Nusa Tenggara Timur sekita 1,6 juta rupiah dan telah menjadi jumlah semula dengan jangka waktu 3 tahun.Tabel II.7 Distribusi %tase PDRB Nusa Tenggara Timur Atas Harga Berlaku Tahun 2000 2003

LAPANGAN USAHA 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkenbunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian 3. Pertambangan & Penggalian 4. Pertambangan & Penggalian a. Listrik b. Air Bersih 5. Bangunan / Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel, Restoran a. Perdagangan Besar & Eceran b. Perhotelan

2000 43.36 24.36 4.89 10.72 0.32 3.07 1.50 1.95 0.63 0.38 0.25 7.56 17.55 16.95 0.24

2001 42.07 23.72 5.20 9.72 0.29 3.14 1.46 1.85 0.60 0.34 0.26 7.33 17.50 16.94 0.21

2002 40.49 23.02 5.01 8.89 0.29 3.28 1.43 1.87 0.59 0.31 0.28 7.14 17.66 17.11 0.20

2003 39.24 22.22 4.67 8.71 0.28 3.36 1.44 1.89 0.58 0.29 0.29 7.21 17.93 17.39 0.20

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 14

LAPANGAN USAHA c. Restoran / Rumah Makan 7. Pengangkutan Dan Komunikasi a. Pengangkutan 1. Jalan Raya 2. L a u t 3. Sungai, Danau & Penyeberangan 4. Udara 5. Jasa Penunjang Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Sewa Bangunan d. Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan dan Rumah Tangga Produk Domestik Regional Bruto

2000 0.36 7.60 6.67 5.05 0.78 0.06 0.16 0.62 0.93 3.36 1.21 0.96 1.10 0.09 16.47 15.39 1.08 0.69 0.01 0.38 99.98

2001 0.35 7.42 6.47 4.80 0.87 0.06 0.14 0.61 0.95 3.24 1.28 0.86 1.01 0.09 19.52 18.51 1.01 0.60 0.02 0.39 100.99

2002 0.35 7.39 6.41 4.67 0.96 0.07 0.13 0.58 0.98 3.14 1.33 0.78 0.94 0.09 21.23 20.29 0.94 0.53 0.02 0.39 100.94

2003 0.34 7.45 6.38 4.51 1.05 0.07 0.14 0.61 1.07 3.09 1.32 0.78 0.91 0.08 21.17 20.22 0.95 0.54 0.02 0.39 100.00

Sumber : BPS NTT

Ada sementara pihak yang beranggapan bahwa PDRB kurang tepat digunakan sebagai ukuran tingkat kemakmuran penduduk suatu wilayah. Argumen yang sering dikemukakan adalah bahwa pada kenyataannya nilai PDRB mencakup pula penyusutan barang modal dan pajak tak langsung netto (pajak tak langsung dikurang subsidi), yang tidak secara langsung dapat dinikmati oleh penduduk. Dengan demikian untuk melihat tingkat kemakmuran yang lebih mendekati kenyataan, seharusnya nilai penyusutan barang modal dan pajak tak langsung netto dikeluarkan terlebih dahulu dari PDRB. Ukuran baru yang diperoleh dengan cara inilah yang disebut sebagai pendapatan regional dan selanjutnya digunakan untuk menghitung pendapatan regional perkapita. Gambaran perkembangan pendapatan regional perkapita Nusa Tenggara Timur dan pendapatan nasional perkapita adalah seperti yang disajikan dalam Tabel II.8.Tabel II.8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Timur 2000 2003 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Restoran, Hotel Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Jasa-jasa Produk Domestik Regional Bruto Lapangan Usaha 2000 2.35 1.02 3.51 2.72 0.48 4.18 4.29 2.38 9.31 4.17 2001 2.53 1.13 3.89 2.99 0.53 4.52 4.64 2.62 12.39 5.10 2002 3.01 2.50 4.80 4.48 2.00 6.50 6.76 3.00 11.79 5.96 2003 3.14 2.43 4.66 4.36 1.94 6.38 6.86 2.91 10.83 5.87

(%)

Sumber : BPS NTT

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 15

Pendapatan regional perkapita Nusa Tenggara Timur pada tahun 2000 adalah sebesar 1,6 juta rupiah dan terus meningkat menjadi 2,2 juta rupiah pada tahun 2003. Sama halnya dengan gambaran PDRB perkapita, pendapatan regional perkapita NTT pun masih sangat rendah dibandingkan dengan pendapatan Nasional perkapita Indonesia. Pada tahun 2000 pendapatan perkapita Nasional sudah 3,6 kali lipat dari pendapatan regional NTT perkapita. Sedangkan pada tahun 2003 perbandingan tersebut sudah menurun menjadi 3,2 kali lipat.Tabel II-9 PDRB Perkapita NTT dan PDB Perkapita Indonesia 2000 2003

(Rupiah)No 1. 2. 3. 4. Tahun 2000 2001 2002 2003 *) PDRB Perkapita NTT a) 1,637,322.00 1,902,110.00 2,163,377.00 2,359,693.00 PDB Perkapita Indonesia 6,145,065.00 7,025,600.00 7,596,897.00 8,304,319.00

Sumber : BPS NTTTabel II.10 Pendapatan Regional Perkapita Nusa Tenggara Timur dan Pendapatan Nasional Perkapita 2000 2003

(Rupiah)No 1. 2. 3. 4. Tahun 2000 2001 2002 2003 *) Pendapatan Regional Perkapita NTT a) 1,559,344.00 1,811,238.00 2,062,388.00 2,248,333.00 Pendapatan Nasional Perkapita 5,652,732.00 6,231,635.00 6,624,139.00 7,122,674.00

Sumber : BPS NTT

Pemanfaatan Potensi Sumber Daya ALam Pada bagian ini akan diuraikan kegiatan-kegiatan yang berdasarkan upaya-upaya pemanfaatan sumber daya alam. Bahasan akan terdiri dari tinjauan terhadap kegiatan pertanian, pertambangan dan pariwisata. 2.6.1 Kegiatan Pertanian Pertanian merupakan sektor yang paling dominan di Nusa Tenggara Timur. Hampir 90% penduduknya terlibat dalam kegiatan sektor pertanian. Meskipun total kontribusi pertanian dalam pembentukan nilai PDRB mengalami penurunan dari tahun ke tahun, tetapi tetap merupakan sektor yang dominan, dalam arti bahwa persentase sektor ini tetap besar. Sektor pertanian ini meliputi sektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Perkembangan besarnya persentase sumbangan masingmasing sub sektor tersebut terhadap nilai PDRB pertanian di Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada Tabel II.11.TabeL II.11 Peranan Sektor Pertanian Terhadap Pembentukan PDRB Nusa Tenggara Timur URAIAN 01. Tanaman bahan makanan 02. Tanaman perkebunan 03. Peternakan 04. Perikanan 05. Kehutanan Jumlah 1999 24.73 4.50 11.52 3.22 0.34 44.31 2000 24.36 4.89 10.72 3.07 0.32 43.36 2001 23.72 5.20 9.72 3.14 0.29 42.05 2002 23.03 5.01 8.89 3.29 0.26 40.49

2.6

Sumber : BPS NTT

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 16

Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilainya menunjukkan kecenderungan penurunan sumbangan pertanian dari tahun ke tahun. Hampir seluruh subsektor pertanian mengalami penurunan, kecuali subsektor perkebunan dan perikanan. Perikanan mengalami peningkatan sebagai akibat meningkatnya produktivitas usaha penangkapan. Penurunan produksi dan produktivitas pertanian diakibatkan tingkat produktivitas tenaga kerja di sektor ini rendah sehubungan dengan kualitas tenaga kerja itu sendiri dimana sebagian besar buta huruf, tingkat kesehatan rendah, pemahaman teknologi produksi rendah, pengusahaan usaha tani yang belum optimal dimana masih ada pengangguran musiman akibat pengaruh musim kemarau yang panjang pada setiap tahunnya. A. Tanaman Pangan Pembangunan tanaman pangan dapat dilakukan pada lahan basah dan lahan kering yang luas dan kemampuannya potensinya bervariasi antar wilayah kabupaten/kota. Berdasarkan kajian potensi lahan pertanian terdapat potensi pertanian kering seluas 1.528.308 Ha sebagaimana Tabel II.12. Produksi dan luas panen beberapa komoditi penting tanaman pangan di Propinsi NTT tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel II.13 dan Tabel II.14. Produksi padi (padi sawah dan padi ladang) tahun 2003 sebesar 509,4 ribu ton menurun menjadi 495,5 ribu ton dalam bentuk gabah kering giling. Penurunan tersebut memang sejalan dengan penurunan luas panen sekitar 2000 hektar dari tahun sebelumnya. Penurunan produksi juga terjadi pada komoditas jagung dan kacang hijau, dimana pada tahun 2003. - Padi Sawah : Kabupaten Manggarai dengan luas panen 43.447 Ha dan produksi 143.679 ton. - Padi Ladang : Berdasarkan luas panen, yang terbesar adalah Kabupaten Sumba Barat yaitu 12.424 Ha, tetapi berdasarkan jumlah produksinya, yang terbesar adalah Kabupaten Manggarai. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa produktivitas di Manggarai lebih tinggi daripada Sumba Barat. - Jagung : Kabupaten Timor Tengah Selatan - Ubi-ubian : Kabupaten Timor Tengah Selatan - Kacang-kacangan : Kabupaten Kupang Produksi jagung sebesar 583,4 ribu ton menurun menjadi 568,4 ribu ton pada tahun 2004. Hal ini juga sejalan dengan penurunan luas panen 13.000 hektar. Sedangkan komoditi kacang hijau pada tahun 2003 mampu menghasilkan produksi sebesar 20,1 ribu ton dan menurun menjadi 16,2 ribu ton pada tahun 2004.Lain halnya dengan komoditi tanaman pangan lainnya, seperti kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan sorghum, dalam dua tahun terakhir ini mengalami peningkatan baik luas panen maupun produksinya. Berdasarkan luas panen dan jumlah produksinya pada tahun 2004, maka dapat ditentukan wilayah-wilayah penghasil utama jenis-jenis tanaman pangan, pada Tabel II- 15. Sedangkan berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi NTT, terdapat beberapa komoditi unggulan setiap kabupaten di Propinsi NTT, antara lain seperti tertera pada Tabel II.16. Dalam upaya pengembangan padi sawah Nusa Tenggara Timur didukung dengan daerah irigasi dengan kemampuan layanan dikatagorikan menjadi 3 yaitu > 3000 Ha, 1000 3.000 Potensial (Ha) 13.774 16.465 22.950 4.464 3.115 3.133 2.007 13.752 7.328 6.156 11.253 5.750 9.073 14.722 Fungsional (Ha) 3.768 5.852 3.526 1.421 1.171 714 431 3.006 1.893 1.638 2.444 1.107 2.418 2.572 Termasuk 1.000 - < 1.000 Potensial (Ha) 1.174 2.403 1.552 1.747 2.538 1.027 150 2.811 2.682 599 1.075 1.007 1.080 2.001 Fungsional (Ha) 2.512 3.901 2.351 947 781 476 287 2.004 1.262 1.092 1.629 738 1.612 1.714 Termasuk < 1.000 Potensial (Ha) 13.331 25.056 1.964 4.454 3.139 1.200 1.075 6.000 4.198 5.541 6.016 1.553 7.995 2.580 Fungsional (Ha) 6.279 9.753 5.877 2.368 1.952 1.190 718 5.010 3.155 2.730 4.073 1.845 4.030 4.286 Total Luas Fungsional (Ha) 12.558 19.506 11.753 4.736 3.904 2.380 1.435 10.020 6.310 5.461 8.146 3.690 8.059 8.572

No.

Propinsi/ Kabupaten/ Kota

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Manggarai Barat Manggarai Ngada Ende Sikka Flores Timur Lembata Sumba Timur Sumba Barat Alor Kupang Rote Ndao Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 21

No.

Propinsi/ Kabupaten/ Kota

Total Luas Potensial (Ha) 44.213 284.103

Termasuk > 3.000 Potensial (Ha) 32.415 166.357 Fungsional (Ha) 5.890 37.850

Termasuk 1.000 - < 1.000 Potensial (Ha) 1.798 23.644 Fungsional (Ha) 3.927 25.234

Termasuk < 1.000 Potensial (Ha) 10.000 94.102 Fungsional (Ha) 9.817 63.084

Total Luas Fungsional (Ha) 19.635 126.168

15

Belu Total

Sumber : Hasil Olahan Bappeda NTT

Tabel II.17 POPULASI PETERNAKAN Di WILAYAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2002 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Kabupaten Sumba Barat Sumba Timur Kab. Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Sapi 6.085 38.800 142.510 111.176 54.848 89.085 1.196 1.328 1.470 4.533 6.271 Kerbau 30.460 31.245 17.613 529 656 2.337 5 30 461 2.339 Kuda 16.008 26.195 16.461 4.826 2.164 3.543 135 1.435 2.347 3.025 2.419 Babi 51.701 31.910 121.333 194.801 55.982 88.228 58.695 42.688 111.381 86.463 59.943 Kambing 9.159 33.810 96.502 30.661 14.226 10.623 22.202 26.944 48.080 31.640 17.935 Domba 878 48.781 34 23 6 452 2.073 197 47 Ayam Buras 583.202 478.607 2.023.404 724.695 129.434 717.046 344.603 175.963 464.105 459.403 2.400.864 Ayam Ras 0 0 79.297 0 0 0 0 0 0 0 0 Itik 2.309 2.213 19.455 8.808 8.113 18.217 10.414 16.173 9.792 40.356 51.526

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 22

No 12. 13. 14.

Kabupaten Ngada Manggarai Kota Kupang Jumlah

Sapi 32.238 9.838 3.176 503.154

Kerbau 11.087 35.701 34 132.497

Kuda 7.691 6.857 51 93.157

Babi 127.874 123.296 16.178 1.170.473

Kambing 38.045 37.418 3.590 420.835

Domba 3.061 91 33 55.631

Ayam Buras 564.278 570.323 0 9.635.927

Ayam Ras 0 0 452.500 531.797

Itik 15.590 7.326 0 210.292

Sumber : NTT Dalam Angka 2002

Tabel II.18 Luas Areal, Produksi Dan Produktivitas Komoditi Perkebunan di Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2004 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Komoditi Kelapa Jambu Mete Kopi Kakao Kemiri Kapuk Cengkeh Pinang Vanili Lada Jarak Pala Tembakau Sirih Lontar NTT TBM 54.192,00 83.097,76 27.328,26 17.073,17 46.426,08 6.420,65 6.053,95 4.265,38 1.180,12 177,84 130,90 298,06 8,00 614,12 2.665,00 259.931,28 Luas Areal (Ha) TM TT/TR 96.685,44 8.499,77 47.272,35 13.725,07 33.566,71 3.362,78 16.271,84 600,99 30.044,97 3.453,30 9.419,52 1.727,44 4.788,92 1.159,15 20.612,52 3.767,40 256,57 225,00 147,40 1.457,15 243,38 472,84 1.230,09 807,55 5.497,50 830,60 268.968,18 41.159,05 JUMLAH 159.377,21 144.096,17 67.257,74 33.946,00 79.924,35 17.567,61 12.002,02 38.545,29 2.661,69 325,24 1.588,05 541,44 480,84 2.651,76 8.993,10 570.058,51 Produksi (Ton) 53.529,60 19.367,17 15.990,86 9.383,09 14.713,97 2.745,02 1.079,77 7.132,99 513,07 104,67 249,97 60,13 77,93 451,76 2.632,00 128.031,99 Produktivitas (Kg/Ha) 553,65 409,68 476,39 576,65 489,73 291,42 225,47 346,05 408,31 710,12 171,55 247,07 164,81 367,26 478,76 476,01

Sumber : Dinas Perkebunan Prop. NTT, 2004

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 23

B. Perkebunan Tanaman perkebunan merupakan komoditi strategi dalam pembangunan perekonomian Nusa Tenggara Timur, karena merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap total ekspor. Seperti telah disinggung di atas bahwa peranan subsektor perkebunan ini terhitung masih begitu kecil peranannya terhadap PDRB Nusa Tenggara Timur. Walaupun begitu kecil produksi dari sektor ini dapat menunjang pendapatan, terutama dalam rangka memenuhi bahan baku sektor industri. Data selengkapnya mengenai tanaman perkebunan dapat dilihat pada Tabel II.18. Berdasarkan Tabel II.17 dapat dilihat daerah-daerah yang merupakan penghasil utama perkebunan. Penentuan daerah penghasil utama didasarkan pada jumlah produksi dan luas areal perkebunan, yaitu : - Kelapa : Kabupaten Sikka, Flotim dan Ende - Kopi : Kabupaten Manggarai, Kabupaten Ngada - Kapok,Pinang : Kabupaten Sumba Barat - Cengkeh : Berdasarkan luas panen terbesar adalah Kabupaten Manggarai, tetapi berdasarkan produksinya adalah Kabupaten Sikka. - Coklat, lada : Kabupaten Sikka - Kapas : Kabupaten Ende - Vanili : Kabupaten Manggarai, Kabupaten Alor - Tembakau : Kabupaten Sumba Barat Seperti telah diuraikan di atas bahwa tanaman perkebunan telah dimanfaatkan untuk ekspor ke luar negeri, terutama dalam bentuk diolah. Berdasarkan jalur pemasaran yang telah dirintis, disamping untuk kebutuhan masyarakat atau perdagangan dalam wilayah, beberapa komoditas telah menjadi komoditas ekspor seperti Kopi, Kakao, Jambu Mente, biji Kapas dan Cassiavera. C. Kehutanan Propinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai areal kawasan hutan seluas 1.808.981,21 Ha yang terdiri dari hutan lindung 713.216,97 Ha, hutan produksi tetap 428.357,98 Ha, hutan produksi terbatas 197.249,73 Ha, hutan yang dapat dikonversi 101.827,03 Ha. Berdasarkan penyebaran hutannya, terlihat bahwa Pulau Flores merupakan terbanyak terdapat hutan produksi. roduksi kayu cendana di Propinsi Nusa Tenggara Timur selama tahun 2002 sebesar 261,26 ton yang berasal dari 5 kabupaten yaitu : Sumba Barat 50,02 ton, Sumba Timur 30,09 ton, Timor Tengah Selatan 72,58 ton, Timor Tengah Utara 17,10 ton, dan terbesar di Belu 91,48 ton. Produksi kayu jenis lainnya yang paling menonjol adalah Kayu Jati. Selama tahun 2002 produksinya mencapai sekitar 3,10 ribu meter kubik. D. Peternakan Sebagai salah satu gudang ternak di Indonesia, peranan subsektor peternakan di propinsi ini adalah kedua terbesar setelah tanaman pangan. Populasi ternak besar di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2002 tercatat untuk Sapi sebanyak 503.154 ekor, Kerbau 132.497 ekor dan Kuda 93.157 ekor. Untuk populasi Sapi sebagian besar berada di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, sementara untuk Kerbau dan Kuda sebagian besar berada di Kabupaten Sumba Barat, Sumba Timur, Kupang, Ngada dan Manggarai. Populasi ternak kecil yang menonjol di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah babi yakni tercatat sekitar 1,17 juta ekor pada tahun 2002, disusul kambing 420,8 ribu ekor, dan terendah domba dengan populasi 55,6 ribu ekor. Untuk kelompok unggas, populasi ayam kampung tahun 2002 tercatat sekitar 9,64 juta ekor yang sebagian besar berada di Kabupaten Kupang dan Ende. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas andalan dari sub sektor peternakan karena telah menjadi komoditas perdagangan antar pulau dengan peluang pasar cukup prospektif. Dalam upaya meningkatkan peluang usaha peternakan terdapat peluang padang pengembalaan yang kualitas padangnya perlu ditingkatkan dalam upaya percepatan populasi ternak sapi dan ternak kecil sebagaimana Tabel II.19.

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 24

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kupang

Tabel II.19. Luas Padang Pengembalaan di Kabupaten se-NTT Kabupaten Luas Padang (Ha) 208.705 68.550 104.822 87.580 48.708 518.365 48.708 130.616 58.904 70.518 134.280 278.762 721.788 269.389 478.967 748.356 1.988.509

Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Rote Ndao Kota Kupang WP I Timor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Manggarai Barat WP II Flores-Lembata Sumba Barat Sumba Timur WP III Sumba NTT

Sumber: Dinas Peternakan Propinsi NTT Tahun 2004

E. Perikanan Produksi perikanan di daerah ini meliputi perikanan darat dan perikanan laut. Untuk perikanan darat di usahakan di perairan umum, perikanan budidaya tambak, kolam dan sawah. Perkembangan produksi perikanan menunjukkan arah yang menggembirakan, yaitu cenderung meningkat dari tahun ke tahun, terutama untuk perikanan darat. Peningkatan produksi perikanan darat ini sebagai akibat berkembangnya luas areal kolam di desa-desa dan kegiatan penebaran benih di perairan umum. Produksi perikanan laut sebagian besar masih dihasilkan oleh nelayan kecil (armada perikanan rakyat) yang pada umumnya beroperasi di daerah pantai, sedangkan penangkapan ikan di daerah lepas pantai dan Zona Ekonomi Eksklusif belum diusahakan. Biasanya usaha tersebut dilakukan oleh perusahaan perikanan skala menengah atau besar. Tingkat perkembangan usaha perikanan baik usaha penangkapan maupun budidaya masih rendah dan lamban disebabkan keterbatasan modal/sarana produksi, ketrampilan nelayan/petani ikan yang masih rendah, penyediaan prasarana pasca panen yang masih rendah dan terjaminnya pemasaran hasil perikanan. Disamping hal tersebut, tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan di propinsi ini masih tergolong rendah dibandingkan dengan potensi yang dimilikinya. Produksi perikanan pada tahun 2001 sebesar 85.329 ton. 83.991 ton diantaranya atau sekitar 98,43% merupakan hasil perikanan laut dan selebihnya sekitar 1,57% merupakan hasil dari perikanan darat. Untuk lebih jelas lihat pada Tabel II.20. Dilihat dari daerahnya, hampir seluruh kabupaten yang ada menghasilkan perikanan laut. Kabupaten-kabupaten yang paling banyak memproduksi ikan (perikanan laut) adalah Kabupaten Kupang (19,6%), Sikka (18,8%), Flores Timur dan Ende. Yang terkecil produksi perikanan lautnya adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sementara itu, kabupatenkabupaten yang tidak memproduksi perikanan darat adalah Kabupaten Sikka dan Ende. Untuk lebih jelas produksi perikanan di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada Tabel II.21.

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 25

Tabel II.20 Produksi Perikanan Tiap Kabupaten di Nusa Tenggara Timur Tahun 2001 (Ton) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Kabupaten Sumba Barat Sumba Timur Kab. Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Kota Kupang Jumlah Perikanan Laut 1.868,8 4.459,5 16.867,8 37,0 369,7 2.131,0 6.930,2 5.428,2 7.680,2 7.892,6 7.345,1 4.296,9 5.630,8 13.052,8 83.990,6 Perikanan Darat Perairan Umum 43,4 212,4 14,5 5,6 25,5 28,3 426,5 Tambak 1,0 1,2 96,0 32,0 44,5 2,4 350,2 93,2 620,5 Kolam 32,2 25,0 104,7 5,4 6,2 1,4 1,1 24,5 57,7 258,2 Sawah 7,2 1,1 6,8 1,1 4,2 12,5 32,9 Jumlah 1.952,6 4.699,2 17.172,1 51,5 407,1 2.181,7 6.934,0 5.428,2 7.680,2 7.892,6 7.352,9 4.701,3 5.882,5 13.052,8 85.328,7

Sumber : NTT Dalam Angka 2002

Tabel II.21 Rata-Rata Produksi Perikanan, Potensi Lestari Dan Tingkat Pemanfaatan Di Nusa Tenggara Timur Wilayah Usaha Perikanan I. Perikanan Laut - Ikan laut - Nener - Rumput laut - Kerang mutiara II. Perikanan Darat - Kolam - Sawah - Tambak - Perairan umum Rata-rata Produksi/tahun (ton) 50146.9 88270000 493.38 20000 68.3 15.2 396.8 158.6 Potensi Lestari /thn (ton) 240000 680 juta ekor 50000 1 juta ekor 297 85 18000 ha 9450 Tingkat Pemanfaatan (%) 20.89 12.98 0.99 20 23 17.8 2.2 1.7

Sumber : Dinas Perikanan Propinsi NTT

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 26

II.22.

Disamping untuk memenuhi kebutuhan penduduk sendiri, komoditi perikanan merupakan salah satu komoditas ekspor. Yang termasuk komoditas ekspor pada tahun 2003 adalah ikan Tuna dan Cakalang, Mutiara, Rumput Laut, Lobster, Udang Windu matang, sirip ikan Hiu, minyak hati ikan Hiu. Besarnya volume ekspor dan nilainya dapat dilihat pada TabelTabel II.22 Jumlah Volume Dan Nilai Ekspor Perikanan Komoditi Volume (ton) 761.008 0.595 0.227 0.01943 240 0.821 48.96 Nilai (US $) 471.393,2 539.908 7.390.188 419.838 164.700 10.017 376.567

01. Ikan Tuna dan Cakalang 02. Lobster 03. Sirip Ikan Hiu 04. Mutiara 05. Rumput laut 06. Udang Windu Matang 07. Minyak Hati Ikan Hiu

Sumber : Dinas Perikanan Propinsi NTT

2.6.2

Sektor Pertambangan Peranan sektor pertambangan di dalam struktur ekonomi wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur terlihat masih kecil. Berdasarkan data PDRB 1999 2002 tercatat peranan sektor ini di dalam pembentukan nilai PDRB masih di bawah 1% atau rata-rata peranan tiap tahunnya 0,5%. Jika dilihat dari potensi geologisnya, sebenarnya di propinsi ini banyak mengandung bahan-bahan mineral yang terdiri dari bahan galian seperti: logam mulia, logam dasar besi dan bahan galian industri seperti batu kapur, tanah liat, gypsum, pasir, silica, belerang, barit sesuai dengan jumlah dan kadarnya masing-masing. Tetapi dari sumber daya pertambangan yang ada hanya beberapa mineral yang telah dieksploitasi. Beberapa jenis bahan tambang yang telah dilaksanakan penambangannya adalah batu kapur, tanah liat, logam mulia, mangan, barit, marmer, bahan galian C dan fosfat. Luas penggunaan lahan pertambangan untuk masing-masing lokasi dan hasil tambang adalah sebagai berikut : Penambangan pasir, batu dan kerikil luas arealnya mencapai 48 Ha; Penambangan batu kapur dan tanah liat seluas 17 Ha masing-masing di Kabupaten Kupang seluas 15 ha dan di Kabupaten Timor Tengah Selatan seluas 2 Ha; Penambangan marmer di Kabupaten Belu, Kecamatan Malaka Timur Desa Sanleo seluas 25 Ha; Penambangan bahan galian phospat di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kecamatan Amanuban Selatan 137 Ha. Sistem penambangan yang dilakukan untuk bahan galian seperti pasir, batu, kerikil, batu kapur dan tanah liat adalah sistem terbuka, sedangkan untuk bahan penambangan batu kapur dan tanah liat, khususnya oleh PT. Semen Kupang dilakukan secara terbuka dan menggunakan alat berat. Ada tiga macam kegiatan penambangan yang dilakukan yaitu kegiatan kontrak karya penambangan, kuasa penambangan dan penambangan oleh rakyat. Penambangan oleh rakyat biasanya terbatas pada bahan galian C, yang lokasinya tersebar dengan jumlah kecil. Lokasi penambangan mangan terletak di daerah Reo dan Cibal Kabupaten Manggarai. Perusahaan yang mengeksploitasi adalah PT. Aneka Tambang dengan hasil yang diekspor ke Jepang sebagai teknik Grade. Pada akhir tahun 1986 suatu kontrak Kerja antara Pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan patungan PT. Nusa Lontar Mining telah ditandatangani untuk eksplorasi emas epithermal di Kabupaten Manggarai, Ngada, Ende, Sikka, Flores, Timor dan Alor. Kemudian pada tahun 1987 menyusul suatu kontrak kerja serupa dengan PT. Flores Indah Mining di lokasi sebelah utara Pulau Rinca Kabupaten Manggarai. Sebenarnya sektor pertambangan di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur akan dapat berkembang sebagai sektor penting, apabila hasilnya sudah dapat berperan dalam meningkatkan derajat kesejahteraan, ditinjau dari tingkat pendapatan masyarakat daerah ini. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel II.23 dan Tabel II.24. II - 27

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

Tabel II.23 Jenis Mineral Dan Penyebarannya di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2004 Jumlah Potensi (Ton) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jenis Mineral Pasir Besi (Fe) Mangan (Mn) Emas (AU) Flourspor (Fs) barait (Ba) Belerang (S) Posfat (Po) Zeolit (Z) Batu permata (Gs) Kabupaten Sumba Barat: Mamboro Manggarai: Reo, Lambaleda Manggarai, Ngada, Ende, Skka, Flotim Sumba Barat: Laratama Flores Timur: P. Lomblen Sikka: Gunung Egon Kupang, Sikka, manggarai Ende: Nangapanda, Sumba Timur, Sumba Barat Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), Ngada, Sumba Timur 10 11 12 13 14 Pasir Kwarsa (Ps) Pasir (Ps) Gipsum (Ch) Batu Marmer (Mr) Batu Gamping Ende, Alor 16 Kabupaten/Kota Ende, Alor, TTU, Flotim, Kupang, Belu Kupang, Belu, Ngada Kupang, TTS, TTU, Belu, Alor, Flotim, Sikka, Ngada, Manggarai, Sumba Timur, Sumba Barat Sumba Barat, Alor, Ende Alor, Ende, Sumba Barat Alor, Ende, Sumba Barat 16 kabupaten/Kota Ngada, Sikka, Kupang, TTU 16 kabupaten/Kota Kupang, TTS, TTU, Belu, Sumba Timur, Ende, Ngada 544.698,0 112.560,0 200.000-1.000.000 21.000,0 4.400.000.000,0 100.000.000,0 Sudah dieksplorasi Belum dieksploitasi Belum dieksloitasi Belum dieksloitasi Belum dieksloitasi Belum dieksloitasi Terukur Cadangan terindikasi 464.860,0 350.000,0 Cadangan Terekam Cadangan Hip. Awal Keterangan Belum diekploitasi dieksploitasi 27.000 ton

360.000,0 (30 Ha) 16.000.000,0 67.000.000,0 -

252.000.000,0 52.000.000,0 (39.000 Ha) 68.000.000,0 6.000.000.000,0 1.000.000.000,0 732.800.000,0 (39.000 Ha) 7.500.000,0 65.000.000 (180 Ha) 80.000.000,0 (1.755 Ha)

52.000.000,0 100.000.000,0 7.555.000.000,0 -

1.000.000,0 6.000.000.000,0 3.222.500.000 (baru) 4.700.000,0 -

Eksploitasi telah dirintis masyarakat setemapt 300 ton Belum dieksloitasi Terekploitasi

Belum dieksloitasi Belum dieksloitasi Belum dieksloitasi Belum dieksloitasi Tereklpoitasi 1.200 Ha Belum dieksloitasi Belum dieksloitasi Tereklpoitasi 243Ha

15 16 17 18 19 20 21

Granitis (Gr) Andesit (An) Balsitis Pasir Batu (Pa) Batu apung (Pu) Tanah Diatomea (Td) Lempung/Clay (Td)

Sumber : Dinas Pertambangan Propinsi NTT tahun 2004

RTRW Propinsi Nusa Tenggara Timur 2006-2020

II - 28

2.6.3

Sektor Pariwisata Bagi wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, pariwisata dapat berlangsung di mana-mana. Variasi alamiah dan kebudayaannya merupakan daya tarik yang berbeda satu dengan yang lain. Namun demikian di tempat-tempat tertentu dijumpai daya tarik khusus, yaitu obyek-obyek yang memiliki ciri khas yang unik dan merupakan pusat daya tarik karena alasan-alasan tertentu. Pusat-pusat daya tarik ini memiliki skala yang berbeda-beda tergantung kepada tingkat keunikan dan juga jumlah serta jenis obyek-obyek wisata lain yang terletak dalam jangkauan jarak yang berdekatan, sehingga saling menunjang dalam menciptakan daya tarik bersama, membentuk suatu kawasan wisata atau Satuan Pengembangan Pariwisata (SPP). Kawasan-kawasan wisata atau Satuan Pengembangan Pariwisata tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing, yang sesuai dengan daya tarik yang terdapat di lokasi tersebut. Sektor pariwisata di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu penghasil devisa non-migas yang potensial. Memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi salah satu tulang punggung pengembangan perekonomian wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, karena ditunjang oleh sumber daya manusia (human resources), sumber alam (natural resources), sumber daya buatan yang beraneka ragam dan faktor keindahan lainnya. Bila sektor non migas ini berkembang dengan baik, akan merangsang dan mendorong pertumbuhan pembangunan setiap Kabupaten/ Kota, pelestarian dan pemanfaatan potensi sumber daya alam dengan manusia dan kebudayaan serta meningkatkan devisa/pendapatan daerah. Disamping itu sektor ini mampu menumbuhkan sektor-sektor lainnya, seperti industri kerajinan rakyat, perluasan kesempatan kerja, agrowisata, pelayanan jasa perhubungan, perdagangan, pengembangan budaya dan sebagainya. Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur masuk dalam Wilayah Tujuan Wisata (WTW) D, dengan keunggulan produk wisata sebagai berikut : 1. Wisata Alam; 2. Wisata Sejarah/Budaya; 3. Wisata Minat Khusus; 4. Wisata bahari. Untuk lebih jelas keunggulan produk wisata daerah tujuan wisata Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada Tabel II.25. Pembiayaan Pe