BUKU RANGKAIAN ELEKTRIK -...
Embed Size (px)
Transcript of BUKU RANGKAIAN ELEKTRIK -...

Rangkaian Elektrik
1
RANGKAIAN ELEKTRIK
(Analisis Keadaan Mantab)
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
Oleh : Ir. HERY PURNOMO, MT
BUKU

Rangkaian Elektrik
2
KATA PENGANTAR
Buku ini disusun untuk menunjang matakuliah Rangkaian Elektrik jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang .Berdasarkan
pengalaman penulis sebagai Dosen makuliah Rangkaian Elektrik, buku ini
digunakan sebagai buku ajar makuliah penunjang dasar bidang keahlian, baik
Bidang Teknik Energi Elektrik, Teknik Elektronika, Teknik Telekomunikasi,
Bidang Teknik Kontrol maupunTeknik Rekayasa Komputer.
Rangkaian Elektrik disusun dalam lima bab, yang memberikan pengertian dasar
dan analisis rangkaian dalam keadaan tunak (Steady state), khusus nya untuk
rangkaian dengan sumber tegangan arus searah (Direct current) dan sumber
tegangan arus bolak-balik (Alternating current).
Dalam bab I diuraikan mengenai besaran elektrik, satuan system internasional
dan unsur-unsur rangkaian.Berikutnya pada bab II dibahas mengenai hokum
dasar rangkaian elektrik, rangkaian seri dan paralel, pembagian tegangan dan
pembagian arus serta transformasi sumber tegangan dan sumber arus.
Pada Bab III dibahas mengenai metode analisis rangkaian yang meliputi
metode arus mesh, metode tegangan node, superposisi , theorem Thevenindan
Theorema Norton.
Bab IV dibahas rangkaian arus bolak-balik dengan sumber tegangan berbentuk
gelombang sinusoida meliputi dasar- dasar sumber tegangan sinusoida,
pengaruh gelombang sinusoida pada unsure rangkaian, metode fasor, daya
nyata, daya reaktif dan daya semu.
Bab V merupakan bab terakhir dibahas mengenai rangkaian tiga fasa, yang
meliputi sumber tegangan tiga fasa hubungan bintang (Y), sumber tegangan
tiga fasa hubungan delta (Δ), beban elektrik tiga fasa hubungan bintang (Y) dan
beban elektrik tiga fasa hubungan delta (Δ), serta daya rangkaian tiga fasa
Pada buku ini penulis menekankan dasa rteori dan contoh persoalan serta soal-
soal, sehingga buku ini dapat digunakan belajar di ruang kuliah maupun
digunakan mahasiswa belajar secara mandiri untuk mempertajam analisis
rangkaian elektrik.
Akhirnya penulis menyadari keterbatasannya sebagai manusia, dan penulis
mohon saran dan kritik demi perbaikan buku ini.
Malang, Oktober 2017

Rangkaian Elektrik
3
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar isi BAB I. BESARAN ELEKTRIK DAN UNSUR RANGKAIAN 1.1. SatuanSistem Internasional
1.2. Besaran Elektrik
1.3. SumberTegangan Dan SumberArus
1.4. Unsur Rangkaian
BAB II. HUKUM DASAR RANGKAIAN ELEKTRIK 2.1.Hukum Dasar Rangkaian
2.2. Hubungan Seri Dan Hubungan Paralel
2.3. Penjumlahan Resistansi
2.4. Penjumlahan Induktansi
2.5. Penjumlahan Kapasitansi
2.6. PembagianTegangan Dan PembagianArus
2.7. Transformasi SumberTegangan Dan SumberArus
BAB III. METODE ANALISIS RANGKAIAN 3.1. Metode Analisis Arus Mesh
3.2. Metode AnalisisTegangan Node
3.3. Prinsip Superposisi
3.4. Theorema Thevenin
3.5. Theorema Norton
BAB IV. RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK 4.1. Gelombang Sinusoida
4.2. Pengaruh Gelombang sinusoida pada Unsur Rangkaian
4.3. Metode Fasor
4.3. Daya Rangkaian Arus Bolak-Balik
BAB V. RANGKAIAN TIGA FASA 5.1. SumberTeganganTigaFasa
5.2. Beban ElektrikTiga Fasa
5.3. Daya RangkaianTiga Fasa

Rangkaian Elektrik
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Simbol SumberTegangan Sempurna
Gambar 1.2. Simbol Sumber Arus Sempurna
Gambar 1.3. Simbol SumberTeganganTergantung
Gambar 1.4. Simbol Sumber ArusTergantung
Gambar1.5. Simbol Resistansi
Gambar1.6. Simbol Konduktansi
Gambar1.7.Bahan Batangan
Gambar 1.8. Simbol Induktansi
Gambar 1.9. Induktor
Gambar1.10. Simbol Kapasitor
Gambar 1.11. Kapasitor
Gambar 2.1. Rangkaian Resistansi
Gambar 2.2. Titik Sambung Rangkaian
Gambar 2.3. Tegangan pada RangkaianTertutup
Gambar 2.4. Hubungan Seri Unsur Rangkaian
Gambar2.5. Hubungan Paralel Unsur Rangkaian
Gambar 2.6. Resistansi Seri dan Rangkaian Ekuivalen
Gambar 2.7. Resistansi Paraleldan Rangkaian Ekuivalen
Gambar 2.8. Dua Resistansi Paralel
Gambar 2.9. Induktansi Seri dan Rangkaian Ekuivalen
Gambar 2.10 .Induktansi Paralel dan Rangkaian Ekuivalen
Gambar 2.11. Kapasitansi Seri dan Rangkaian Ekuivalen
Gambar 2.12. Kapasitansi Paralel dan Rangkaian Ekuvalen
Gambar 2.13. PembagianTegangan
Gambar 2.14. Pembagian Arus
Gambar 2.15. Transformasi Sumber Tegangan
Gambar 2.16. Transformasi Sumber Arus
Gambar 3.1. Rangkaian Elektrik Satu Mesh
Gambar 3.2. Rangkaian Elektrik Dua Mesh
Gambar 3.3. Rangkaian Elektrik Dua Node
Gambar 3.4. Rangkaian Elektrik Tiga Node
Gambar 3.5. Blok Diagram denganTiga Sumber

Rangkaian Elektrik
5
Gambar 3.6. Rangkaian Ekuivalen Sumber tegangn dan Sumber Arus
Dimatikan
Gambar 3.7. RangkaianTeoremaThevenin
Gambar 3.8. Rangkaian PerhitunganTegangandanTahananThevenin
Gambar 3.9. RangkaianTeorema Norton
Gambar 3.10. Rangkaian perhitungan Arus danTahanan Norton
Gambar 4.1. GelombangTegangan Sinusoida
Gambar 4.2. Nilai Efeftif Gelombang Sinusoida
Gambar 4.3. Rangkaian Resistansi dengan SumberTegangan Sinusoida
Gambar 4.4. GelombagTegangan dan Arus pada Resistansi
Gambar 4.5. Rangkaian Induktansi dengan SumberTegangan Sinusoida
Gambar 4.6. GelombangTegangan dan Arus pada Induktansi
Gambar 4.7. Rangkaian Kapasitansi dengan SumberTegangan Sinusoida
Gambar 4.8. GambarTegangan dan Arus pada Kapasitansi
Gambar 4.9. Rangkaian Impedansi
Gambar 4.10. Rangkaian RLC
Gambar 4.11. FasorTegangan pada Bidang Komplek
Gambar 4.12. Rangakaian dengan Impedansi Bersifat Induktif
Gambar 4.13. Gelombang Daya Sesaat
Gambar 4.14. Rangkaian dengan Impedansi Induktif Murni
Gambar 4.15. Gelombang Daya Sesaat pada Induktansi
Gambar 4.16. Rangkaian dengan Impedansi Kapasitif Murni
Gambar4.17 Gelombang Daya Sesaat pada Kapasitansi
Gambar 4.18. Rangkaian dengan Impedansi
Gambar 4.19. Tegangan dan Arus pada Bidang Komplek
Gambar 4.20. Segitiga Impedansi dan Segitiga Daya
Gambar 4.21. Sifat Rangkaian dengan Impedansi
Gambar 5.1.Konsep Generator SinkronTiga Fasa
Gambar 5.2. GelombangTeganganTiga Fasa
Gambar 5.3. SumberTeganganTiga Fasa Hubungan Bintang
Gambar 5.4. Diagram VektorTegangan Hubungan Bintang
Gambar 5.5. Hubungan Arus pada SumberTegangan Hubungan Bintang
Gambar 5.6. SumberTegangan Hubungan Delta
Gambar 5.7. Hubungan Arus pada SumberTegangan Hubungan Delta
Gambar 5.8. Beban ListrikTiga Fasa Hubungan Bintang

Rangkaian Elektrik
6
Gambar 5.9. Tegangan dan Arus pada Hubungan Bintang
Gambar 5.10. Beban ListrikTiga Fasa Hubungan Delta
Gambar 5.11. Tegangan dan Arus Hubungan Delta
Gambar 5.12. SumberTegangan dng Beban ListrikTiga Fasa Hubungan
Bintang
Gambar 5.13. SumberTegangan dengan Beban ListrikTiga Fasa Hubungan
Delta

Rangkaian Elektrik
7
BAB I
BESARAN ELEKTRIK DAN UNSUR RANGKAIAN
1.1 Satuan Sistem Internasional
Dalam teknologi setiap gejala fisis harus dapat diuraikan secara kuantitatif
dengan satuan yang sama, karena itu diperlukan suatu himpunan satuan baku yang
seragam dan dapat dipakai dimanapun. Sistem satuan yang digunakan dalam hal ini
adalah Satuan Sistem Internasional (SI).
Konferensi Internasional yang kesepuluh mengenai berat dan ukuran pada
tahun 1954 telah menetapkan enam satuan dasar, antara lain :
• Satuan panjang dalam meter (m)
• Satuan massa dalam kilogram (kg)
• Satuan waktu dalam second (s)
• Satuan arus listrik dalam ampere (A)
• Satuan suhu dalam kelvin (K)
• Satuan kuat cahaya dalam candela (cd)
Untuk mempermudah pemakaian, digunakan awalan satuan yang menunjukkan
kelipatan satuan, karena pada umumnya daerah yang dicakup oleh suatu satuan
tersebut sangat luas. Awalan satuan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.
Tabel. 1.1 Awalan Satuan
Awalan satuan Kelipatan Simbol
Exa 1018 E
Petra 1015 P
Tera 1012 T
Giga 109 G
Mega 106 M
Kilo 103 k
hekto 102 h
deca 10 da
deci 10-1 d
centi 10-2 c
milli 10-3 m
mikro 10-6 µ
nano 10-9 n
pico 10-12 p
femto 10-15 f
atto 10-18 a

Rangkaian Elektrik
8
Contoh :
4000 g = 4.103 g = 4 kg
3000 A = 3.103 g = 3 kA
2 A = 2000.10-3 A = 2000 mA
750 kV = 750.103 V = 750000 V
1.2. Besaran Elektrik
1. Arus Elektrik
Arus elektrik (arus listrik) adalah banyaknya muatan yang melewati luas
penampang tertentu per satuan waktu, apabila ditulis dalam bentuk rumus persamaan :
dt
dqi =
i : Arus elektrik dalam ampere (A) q : Muatan elektrik dalam coulomb (c) t : Waktu dalam detik (s)
Arus listrik dalam rangkaian harus digambarkan dengan arah anak panah, simbol
untuk arus elektrik ditulis i (huruf kecil) digunakan untuk arus yang merupakan fungsi
waktu, yang disebut arus sesaat (intantaneous current), sebagai contoh.
i = 100t A
i(t) = 100t A
i = 20 sin 80t A
Ditulis I (huruf besar) digunakan untuk arus yang besarnya konstan, bukan merupakan
fungsi waktu, sebagai contoh.
I = 10 A
I = 0,75 A
2. Tegangan Elektrik
Tegangan elektrik (tegangan listrik) disebut juga beda potensial adalah tenaga
yang diperlukan oleh satu satuan muatan elektrik untuk berpindah dari suatu titik ke
titik yang lain karena pengaruh gaya elektrik. Atau dengan kata lain beda potensial
adalah tenaga per satuan muatan, dan ditulis dalam bentuk rumus persamaan :
dq
dwv =
v : Tegangan elektrik dalam volt (V) w : Tenaga elektrik dalam joule (J) q : Muatan elektrik dalam coulomb (C)
i
i
Vs
+
-

Rangkaian Elektrik
9
Tegangan dalam rangkaian harus digambarkan dengan polaritas positif (+) dan negatif
(-), simbol untuk tegangan elektrik ditulis v (huruf kecil) digunakan untuk tegangan
yang merupakan fungsi waktu atau tegangan sesaat (intantaneuos voltage), sebagai
contoh:
v = 10 t volt
v(t) = 10t volt
v = 100 cos (10t +300)
V(huruf besar) digunakan untuk tegangan yang besarnya konstan, sebagai contoh :
V = 220 volt
V = 12 volt
3. Daya Elektrik
Daya elektrik (daya listrik) adalah besarnya tenaga elektrik setiap satuan waktu,
apabila ditulis dalam bentuk rumus persamaan .
dt
dwp =
p : Daya elektrik dalam Watt (W) w : Tenaga elektrik dalam joule (J) t : Waktu dalam detik (s)
Simbol untuk daya elektrik ditulis p (huruf kecil) digunakan untuk daya yang merupakan
fungsi waktu, atau disebut daya sesaat, sebagai contoh :
p = 10 sin 50t watt
p(t) = 10 cos 30t watt.
Ditulis P (huruf besar) digunakan untuk daya yang besarnya konstan, sebagai contoh :
P = 25 watt
P = 500 watt
ivdt
dq.
dq
dw
dt
dwp ===
Daya yang diserap resistor ivp =
1.3. Sumber Tegangan dan Sumber Arus
Sumber tegangan/sumber arus dibedakan menjadi dua , yaitu sumber tegangan
ideal (sempurna) dan sumber tegangan tergantung serta sumber arus ideal dan
sumber arus tergantung

Rangkaian Elektrik
10
1. Sumber tegangan sempurna
Sumber tegangan sempurna adalah sumber tegangan yang akan memberikan
tegangan yang tetap besarnya, lambang dari sumber tegangan sempurna seperti
terlihat pada gambar no. 1.1.
V
+
-
V+
-
Gambar 1.1. Simbol Sumber Tegangan Sempurna
2. Sumber Arus Sempurna
Sumber arus sempurna adalah sumber arus yang akan memberikan arus yang
tetap besarnya, simbol dari sumber arus sempurna terlihat pada gambar no. 1.2
berikut ini.
i i
Gambar 1.2. Simbol Sumber Arus Sempurna
3. Sumber Tegangan Tergantung.
Sumber tegangan tergantung adalah sumber tegangan yang besarnya tergantung
dari tegangan atau arus yang lain, simbol dari sumber tegangan tergantung
seperti terlihat pada gambar no. 1.3.
V = kV1 V = ki1
+
+
--
Gambar 1.3 Simbol Sumber Tegangan Tergantung
(a). Sumber tegangan tergantung, yang tergantung pada tegangan yang lain.
(b). Sumber tegangan tergantung yang tergantung pada arus yang lain.

Rangkaian Elektrik
11
4. Sumber Arus Tergantung.
Sumber arus tergantung adalah sumber arus yang besarnya tergantung pada
tegangan atau arus yang lain, simbol dari sumber arus tergantung diperlihatkan
pada gambar no. 1.4.
i = kV1 i = ki1
Gambar 1.4 Simbol Sumber Arus Tergantung
(a). Sumber arus tergantung, yang tergantung pada tegangan yang lain.
(b). Sumber arus tergantung, yang tergantung pada arus yang lain.
1.4. Unsur Rangkaian
Rangkaian elektrik adalah suatu rangkaian yang merupakan hubungan antara
sumber tegangan/sumber arus dengan konstanta rangkaian.
Unsur rangkaian merupakan bagian pembentuk rangkaian elektrik, yang terdiri dari
sumber-sumber dan konstanta rangkaian.
Konstanta rangkaian (parameter rangkaian) terdiri dari Resistansi, Induktansi dan
Kapasitansi.
1. Resistansi (R).
Resistansi (tahanan) adalah konstanta rangkaian yang memerlukan tegangan
sebanding dengan arus yang mengalir didalamnya, apabila ditulis dalam bentuk
rumus persamaan (Hukum Ohm), sebagai berikut :
i
vR =
R : Resitansi dalam Ohm (Ω) v : Tegangan dalam volt (V) i : Arus dalam ampere (A)
Simbol untuk resistansi terlihat pada gambar no. 1.5 berikut ini
Ri
V-+
Gambar 1.5 Simbol Resistansi

Rangkaian Elektrik
12
Kebalikan dari resistansi adalah konduktansi (daya hantar elektrik), simbol dari
konduktansi (G)
R
1G =
v.Gi =
G : Konduktansi dalam mho atau siement v : Tegangan dalam volt (V) i : Arus dalam ampere (A)
Gi
V+ -
Gambar 1.6 Simbol Konduktansi
Benda fisis yang mempunyai resistansi besar (resistif) disebut Resistor,
sedangkan benda fisis yang mempunyai konduktansi besar (konduktif) disebut
konduktor.
Besarnya resistansi (tahanan) dipengaruhi oleh adanya perubahan suhu, suhu
semakin naik maka tahanannya akan bertambah besar, persamaan resistansi yang
dipengaruhi oleh suhu sebagai berikut:
)tt(1RR 121t2t −+=
Rt2 : Resistansi pada suhu t2 Rt1 : Resistansi pada suhu t1 t1 : Suhu awal (0C) t2 : Suhu akhir (0C) α : Koefisien suhu tahanan Besarnya resistansi suatu bahan dengan panjang (L) dan luas penampang (A) yang
diperlihatkan pada gambar 1.7, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut ;
A
LR =
ρ : Tahanan jenis (resistivitas) satuan (Ω.m) L : Panjang bahan batangan (m) A : Luas penampang bahan batangan (m2)
Gambar 1.7. Bahan Batangan

Rangkaian Elektrik
13
Bahan logam yang yang mempunyai tahanan jenis rendah disebut konduktor, misalnya
aluminium, tembaga, perak dan sebagainya, logam ini baik sekali untuk mengalirkan
arus elektrik.
Bahan yang mempunyai tahanan jenis yang sangat tinggi disebut isolator, misalkan
glas, porselin, mika dan sebagainya, bahan ini digunakan untuk membatasi
(mengisolasi) agar arus elektrik tidak dapat mengalir.
Besarnya daya dalam resistansi dapat dihitung dengan rumus :
wattRii).Ri(i.vp 2===
Tenaga pada resistansi
=
=
dtpw
dt.pdw
jouletRiw 2=
Tenaga pada resistansi akan dikeluarkan dalam bentuk panas
2. Induktansi (L)
Induktansi adalah konstanta rangkaian yang memerlukan tegangan sebanding
dengan kecepatan perubahan arus yang melaluinya, apabila ditulis dalam bentuk
rumus persamaan sebagai berikut :
dt
diLv =
dt
di
vL =
L : Induktansi dalam Henry (H) v : Tegangan dalam volt (V)
i : Arus dalam ampere (A) t : Waktu dalam detik (s) Simbol dari induktansi terlihat pada gambar 1.8 berikut ini :
Li
V+ -
Gambar 1.8 Simbol Induktansi
-v
+
Li

Rangkaian Elektrik
14
dt
diLv =
=
=
vdtL
1di
dtvL
1di
t
0
)0(ivdtL
1)t(i
vdtL
1)0(i)t(i
+=
=−
Apabila i(0) = 0, maka :
= vdtL
1)t(i
Dari persamaan menunjukkan bahwa arus dalam induktansi tidak tergantung pada nilai
sesaat tegangan, melainkan pada nilai sejak awal sampai pada saat tegangan tersebut
diamati. Yaitu integral atau jumlah hasil kali volt .detik untuk seluruh waktu sampai
waktu pada saat diamati.
Daya pada induktansi dapat dihitung sebagai berikut :
wattdt
diiLi.
dt
diLivp ===
Tenaga pada induktansi dapat dihitung :
=
==
di.iLw
dt.dt
diiLdtpw
jouleiL2
1w 2=
Tenaga pada induktansi akan disimpan dalam bentuk medan maknet, benda fisis yang
mempunyai induktansi besar (induktif) disebut induktor, Gambar 1.9 memperlihatkan
induktor yang terdiri dari kumparan tembaga dan inti besi laminasi.

Rangkaian Elektrik
15
Inti besi
Kumparan tembaga A
dN
Gambar 1.9 Induktor
Besarnya induktansi dari induktor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
d
ANL
2=
L : Induktansi (H) N :Jumlah lilitan kumparan tembaga A : Luas penampang inti besi (m2) µ : Permeabilitas maknit inti besi d : Panjang jalur maknetik (m)
3. Kapasitansi
Kapasitansi adalah kontanta rangkaian yang memerlukan arus sebanding
dengan perubahan tegangan terhadap waktu, apabila dituliskan dalam bentuk rumus
persamaan sebagai berikut :
dt
dvCi =
dt
dv
iC =
C : Kapasitansi (F) i : Arus (A) v : Tegangan (V) t : Waktu (s)
Lambang untuk rangkaian kapasitansi terlihat pada gambar 1.10 berikut ini.
C
i
V
+ -
Gambar 1.10 Simbol Kapasitansi
C
+ -
v
i

Rangkaian Elektrik
16
dtiC
1dv
dt
dvCi
=
=
=−
=
idtC
1)0(v)t(v
idtC
1dv
t
0
)0(vidtC
1)t(v +=
Apabila tegangan awal v(0) = 0, maka :
= idtC
1)t(v
Daya pada kapasitansi dapat dihitung sebagai berikut :
wattdt
dvvCivp ==
Tenaga pada kapasitansi adalah :
=
==
dvvCw
dt.dt
dvvCdtpw
joulevC2
1w 2=
Dalam kapasitansi tenaga tersebut akan disimpan dalam bentuk Medan listrik, tenaga
ini akan dikeluarkan kembali pada rangkaian pada saat tegangan menjadi nol.
Benda fisis yang mempunyai kapasitansi besar (kapasitif) disebut Kapasitor,
gambar 1.11 memperlihatkan kapasitor.
+
-
d
Bahan dielektrik
Plat/keping
kapasitor
Gambar 1.11 Kapasitor

Rangkaian Elektrik
17
Besar kapasitansi dari kapasitor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
d
AC =
C : Kapasitansi (F)
A : Luas penampang keping kapasitor (m2) d : Jarak antara keping kapasitor (m) ε : Permitivitas bahan (konstanta dielektrik) 1.5. Soal-Soal
1. Pemanas listrik dengan data : daya 1 kW, tegangan 220 V, apabila pemanas
dihubungkan dengan sumber tegangan 180 V, hitung daya dan tenaga yang
diserap selama 6 jam.
2. Kapasitor 25 pF dialiri arus listrik i = 10 cos (5t + 300) A
Hitung tegangan pada kapasitor tersebut.
3. Dalam rangkaian elektrik berikut, diketahui sumber tegangan v(t) = 100 V,
hitung arus yang mengalir (i)
v(t)
+
-
40
10
1 H
10 Fi
4. Rangkaian elektrik praktis berikut, gambarkan dalam unsur rangkaian

Rangkaian Elektrik
18
BAB II
HUKUM DASAR DAN RANGKAIAN SEDERHANA
Dalam Bab ini akan dibahas bagaimana hukum dasar rangkaian mendasari
gabungan dan interkoneksi beberapa unsur rangkaian dalam suatu rangkaian elektrik,
akan dijumpai hukum dasar utama, yaitu Hukum Ohm yang merupakan hubungan
antara arus dan tegangan pada konstanta rangkaian, Kukum Kirchhoff yang akan
menguraiakan bagaimana hubungan arus apabila beberapa unsur rangkaian bertemu
dalam suatu titik sambung (node), serta bagaimana beberapa tegangan bergabung
apabila unsur rangkaian dihubungkan secara berurutan.
Dibahas pula pengembangan dari hukum-hukum dasar untuk menyelidiki
hubungan seri dan paralel beberapa unsur rangkaian, pembagian tegangan dan
pembagian arus serta transformasi sumber tegangan dan sumber arus.
2.1. Hukum Dasar Rangkaian
1. Hukum Ohm.
Hukum Ohm menyatakan bahwa tegangan pada ujung-ujung resistansi
berbanding langsung dengan besarnya arus yang mengalir dan besar resistansi yang
dilaluinya, secara matematik dituliskan dengan rumus persamaan sebagai berikut.
iRv =
v : Tegangan dalam volt (V) i : Arus dalam ampere (A) R: Resistansi dalam ohm (Ω)
Gambar 2.1. Rangkaian Resistansi Apabila arus mengalir masuk resistansi menjumpai polaritas positif (+), maka tegangan
pada resistansi adalah positif.
Apabila arus mengalir masuk resistansi menjumpai polaritas negatif (-), maka tegangan
pada resistansi adalah negative
iRv = iRv −=

Rangkaian Elektrik
19
2. Hukum Kirchhoff I
Hukum Kirchhoff I menyatakan jumlah arus yang menuju ketitik sambung (titik
simpul/node) adalah sama dengan nol, atau jumlah arus yang menuju titik sambung
sama dengan jumlah arus yang meninggalkan titik sambung.
=
=n
1k
k 0i
0i.........iiii n4321 =+++++
Gambar 2.2. Titik Sambung Rangkaian
0iiiii
0)i(i)i(ii
53421
54321
=−−++
=−++−++
Atau :
53421 iiiii +=++
(Jumlah arus yang menuju node sama dengan jumlah arus yang meninggalkan node)
Contoh : Hitung arus ia
1
2 A
18 A 3 A
2
4 A
ia
Solusi :
Pada rangkaian terdapat 2 titik sambung, titik sambung (1) dan titik sambung (2).
Ditinjau pada titik sambung (1) :
0i = , maka 18 – 2 – 3 – 4 – ia = 0
ia = 9 A Ditinjau pada titik sambung (2) :

Rangkaian Elektrik
20
-18 +2 +3 + 4 + ia = 0 ia = 9 A 3. Hukum Kirchhoff II
Hukum Kirchhoff II menyatakan bahwa dalam rangkaian tertutup jumlah
tegangan sama dengan nol.
=
=n
1k
k 0v
0v........vvv n321 =++++
Gambar 2.3. Tegangan pada Rangkaian Tertutup
Cara menentukan penjumlahan tegangan, terdapat 2 cara yang dapat
dilakukan, yaitu :
1). Menjumlahkan tegangan dengan cara melihat arah polaritas tegangan.
Arah polaritas tegangan dibaca dari polaritas negatif (-) ke polaritas positif (+),
dengan ketentuan :
Tegangan yang arah polaritas kekanan dalam rangkaian tertutup diberi tanda positif,
sedangkan, tegangan yang arah polaritas kekiri dalam rangkaian tertutup diberi tanda
negatif. Dari rangkaian elektrik gambar 2.3 diperoleh persamaan :
0vvvvv
0)v()v()v()v(v
c2ba1
c2ba1
=−−−−
=−+−+−+−+
2). Menjumlahkan tegangan dengan cara melihat arah arus.
Apabila arah arus masuk ke unsur rangkaian menjumpai polaritas positif (+),
maka tegangan pada unsur rangkaian diberi tanda positif, sedangkan apabila arah

Rangkaian Elektrik
21
arus masuk ke unsur rangkaian menjumpai polaritas negatif (-), maka tegangan pada
unsur rangkaian diberi tanda negatif
0vvvvv
0)v()v()v()v(v
c2ba1
c2ba1
=++++−
=++++++++−
Contoh : 1. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung tegangan (va)
+
150 V
30 VR1
Va
+
+
-
- -
+ -30 V
R2
2. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung arus Ix dan tegangan Vx
10 A
2
Vx
+ -
2 4 1 A
Ix 2 A
Pada titik sambung (3), berlaku 0i =
-10 + Ix + 2 + 1 = 0
-7 + Ix = 0
Ix = 7 A
V1 = 2x7 = 14 V, dan V2 = 4x2 = 8 V
Pada rangkaian tertutup berlaku 0v =
V1 – Vx – V2 = 0
Vx = V1 – V2
Vx = 14 – 8 = 6 V
0v =
150 – 30 – 30 – Va = 0 Va = 90 V
10 A
2
Vx
+ -
2 4 1 A
Ix 2 A
1 2
3
+ +
- -
V1 V2
Solusi :
Solusi :

Rangkaian Elektrik
22
2.2. Hubungan Seri dan Hubungan Paralel
1. Hubungan Seri
Dalam hubungan seri unsur rangkaian yang diperlihatkan pada gambar 2.4,
besarnya arus yang mengalir adalah sama.
54321 iiiii ====
i1 i2
i3
i4
i5
+
-
Vs
R
L2
C
L1
Gambar 2.4 Hubungan Seri Unsur Rangkaian
Apabila beberapa sumber arus dihubungkan seri, maka besarnya arus harus sama. 2. Hubungan Paralel
Dalam hubungan paralel unsur rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 2.5,
besarnya tegangan paralel sama.
321s vvvv ===
+
-
VsR LC
+ + +
- - -
V1 V2 V3
Gambar 2.5 Hubungan Paralel Unsur Rangkaian Apabila beberapa sumber tegangan dihubungkan paralel, maka besarnya tegangan
harus sama
2.3. Penjumlahan Resistansi.
1. Resistansi Seri
Rangkaian yang terdiri dari 3 resistansi yang dihubungkan seri, serta
rangkaian ekuivalenya terlihat pada gambar 2.6

Rangkaian Elektrik
23
Vs
R1
R2
R3
i +
+
+
-
-
-
V1
V2
V3
+
-
Gambar 2.6 Resistansi Seri dan Rangkaian Ekuivalen
Besarnya tegangan pada masing-masing resistansi adalah :
iRv
iRv
iRv
33
22
11
=
=
=
Dalam rangkaian tertutup, maka berlaku: 0v =
iRv
i)RRR(
iRiRiR
vvvv
0vvvv
ss
321
321
321s
321s
=
++=
++=
++=
=−−−
Dari hasil perhitungan diperoleh resistansi ekuivalen (resistansi seri):
321s RRRR ++=
Sehingga secara umum dapat dituliskan rumus persamaan sebagai berikut :
= RRs
1. Resistansi Paralel
Rangkaian yang terdiri dari 3 resistansi yang dihubungkan paralel, serta
rangkaian ekuivalenya terlihat pada gambar 2.7
+
-
VsR1 R2 R3
ii1 i2 i3
Gambar 2.7 Resistansi Paralel dan Rangkaian Ekuivalen
+
-
Vs Rp
i
+
-
Vs Rs
i

Rangkaian Elektrik
24
Besarnya arus pada masing-masing resistansi adalah :
3
3
2
2
1
1
R
vi
R
vi
R
vi
=
=
=
Menurut Hukum Kirchhoff I, maka berlaku : 0i =
321
321
321
R
v
R
v
R
vi
iiii
0iiii
++=
++=
=−−−
vR
1i
vR
1
R
1
R
1i
p
321
=
++=
Dari hasil perhitungan diperoleh resistansi ekuivalen (resistansi paralel):
321p R
1
R
1
R
1
R
1++=
Sehingga secara umum dapat dituliskan rumus persamaan sebagai berikut :
= GGp
Apabila terdapat dua resistansi yang paralel, untuk mempermudah dalam perhitungan,
maka digunakan rumus sebagai berikut :
R1 R2
Gambar. 2.8 Dua Resistansi Paralel
=R
1
R
1
p

Rangkaian Elektrik
25
21p R
1
R
1
R
1+=
21
12
p RxR
RR
R
1 +=
Jadi rumus khusus dua resistansi paralel :
21
12p
RR
RxRR
+=
2.4. Penjumlahan Induktansi
1. Induktansi Seri
Rangkaian yang terdiri dari 3 induktansi dihubungkan seri, serta rangkaian
ekuivalenya terlihat pada gambar 2.9
+
-
Vs
L1
L2
L3
i +
+
+
-
-
-
V1
V2
V3
Gambar 2.9 Induktansi Seri dan Rangkaian Ekuivalen
Besarnya tegangan pada masing-masing induktansi adalah :
dt
diLv
dt
diLv
dt
diLv
33
22
11
=
=
=
Dalam rangkaian tertutup, maka berlaku : 0v =
321s
321s
vvvv
0vvvv
++=
=−−−
dt
diLv
dt
diLLLv
dt
diL
dt
diL
dt
diLv
ss
321s
321s
=
++=
++=
+
-
Vs Ls
i

Rangkaian Elektrik
26
Dari hasil perhitungan diperoleh induktansi ekuivalen (induktansi seri):
321s LLLL ++=
Sehingga secara umum dapat dituliskan rumus persamaan sebagai berikut :
= LLs
2. Induktansi Paralel
Rangkaian yang terdiri dari 3 induktansi dihubungkan paralel, serta rangkaian
ekuivalenya terlihat pada gambar 2.10
+
-
Vs L1 L2 L3
ii1 i2 i3
Gambar 2.10 Induktansi Paralel dan Rangkaian Ekuivalen
Besarnya arus pada masing-masing induktansi adalah :
=
=
=
dtvL
1i
dtvL
1i
dtvL
1i
3
3
2
2
1
1
Menurut Hukum Kirchhoff I, maka berlaku : 0i =
321
321
iiii
0iiii
++=
=−−−
=
++=
++=
dtvL
1i
dtvL
1
L
1
L
1i
dtvL
1dtv
L
1dtv
L
1i
p
321
321
Dari hasil perhitungan diperoleh induktansi ekuivalen (induktansi paralel):
+
-
Vs Lp
i

Rangkaian Elektrik
27
321p L
1
L
1
L
1
L
1++=
Sehingga secara umum dapat dituliskan rumus persamaan sebagai berikut :
2.5. Penjumlahan Kapasitansi
1. Kapasitansi Seri
Rangkaian yang terdiri dari 3 kapasitansi dihubungkan seri, serta rangkaian
ekuivalenya terlihat pada gambar 2.11
+
-
Vs
C1 C2
C3
i+ +
+
- -
-
V1 V2
V3
Gambar 2.11 Kapasitansi Seri dan Rangkaian Ekuivalen Besarnya tegangan pada masing-masing kapasitansi adalah :
=
=
=
dtiC
1v
dtiC
1v
dtiC
1v
3
3
2
2
1
1
Dalam rangkaian tertutup, maka berlaku: 0v =
321s
321s
vvvv
0vvvv
++=
=−−−
=
++=
++=
dtiC
1v
dtiC
1
C
1
C
1v
dtiC
1dti
C
1dti
C
1v
s
s
321
s
221
s
=L
1
L
1
p
+
-
Vs Cs
i

Rangkaian Elektrik
28
Dari hasil perhitungan diperoleh kapasitansi ekuivalen (kapasitansi seri):
321s C
1
C
1
C
1
C
1++=
Sehingga secara umum dapat dituliskan rumus persamaan sebagai berikut :
=C
1
C
1
s
2. Kapasitansi Paralel
Rangkaian yang terdiri dari 3 kapasitansi dihubungkan paralel, serta rangkaian
ekuivalenya terlihat pada gambar 2.12
+
-
Vs C1 C2 C3
ii1 i2 i3
Gambar 2.12 Kapasitansi Paralel dan Rangkaian Ekuivalen
Besarnya arus pada masing-masing kapasitansi adalah :
dt
dvCi
dt
dvCi
dt
dvCi
33
22
11
=
=
=
Menurut Hukum Kirchhoff I, maka berlaku : 0i =
321
321
iiii
0iiii
++=
=−−−
dt
dvCi
dt
dvCCCi
dt
dvC
dt
dvC
dt
dvCi
p
321
321
=
++=
++=
+
-
Vs Cp
i

Rangkaian Elektrik
29
Dari hasil perhitungan diperoleh kapasitansi ekuivalen (kapasitansi paralel):
321p CCCC ++=
Sehingga secara umum dapat dituliskan rumus persamaan sebagai berikut :
Contoh Soal : 1). Hitung resistansi ekuivalen (Rab)
10 15
a
b
14 10
2). Hitung induktansi total (Lab)
a
6 H
4 H
2 H
10 H
b
a
6 H Ls
c10 H
b
d
3). Hitung kapasitansi total (Cab)
6 F
a
3 F
3 F
5 F
b
= CCp
=++=
=+
=
3061410R
61015
10x15R
ab
p
H13310L
H366
6x6L
H624L
ab
cd
s
=+=
=+
=
=+=

Rangkaian Elektrik
30
Cs
a
3 F
5 F
b
c
d
4). Diketahui rangkaian elektrik berikut ini. Hitung tahanan ekuivalen Hitung arus yang diberikan oleh sumber tegangan Hitung tegangan pada resistansi (10 Ω)
12 V
+
-
1
1
10 8
x
y
0,5
0,5
4
Solusi :
10 Rs
x
y
0,5
0,5
4
Rs1
x
y
4
Jadi resistansi ekuivalen Rxy = 2,4 Ω
F5,255
5x5C
F523C
F236
3x6C
ab
cd
s
=+
=
=+=
=+
=
=++= 10181Rs
Rp
x
y
0,5
0,5
4 =+
= 51010
10x10Rp
=+
=
=++=
4,246
4x6R
65,055.0R
xy
s

Rangkaian Elektrik
31
12 V
++
--
Va
I
Ia
Arus yang diberikan sumber tegangan : I = 5 A
Tegangan pada resistansi (10 Ω) : Va = 10 V (rangkaian paralel tegangannya sama)
2.6. Pembagian Tegangan dan Pembagian Arus.
` Dengan mengkombinasikan resistansi dan sumber-sumber maka dapat
diperoleh suatu metode yang dapat memperpendek kerja untuk menganalisis suatu
rangkaian elektrik, yaitu dengan konsep pembagian tegangan dan pembagian arus
1. Pembagian Tegangan
Pembagian tegangan digunakan untuk menyatakan tegangan pada salah satu
diantara beberapa resistansi yang terhubung seri, dapat dilihat pada gambar 2.13
321s RRRR ++=
s
s
R
vi
iRv
=
=
vR
R
R
vRiRv
s
1
s
111 ===
vR
R
R
vRiRv
s
2
s
222 ===
vR
R
R
vRiRv
s
3
s
333 ===
Dari ketiga persamaan mempunyai bentuk kesamaan, dan apabila dituliskan dalam
bentuk persamaan secara umum, diperoleh :
vR
Rv x
x
=
x : 1 s/d n Vx : Tegangan pada resistansi ke x
V1
V2
R1
R2
R3
i
V
+
+
+
+
-
-
-
-
V3
Gambar 2.13 Pembagian Tegangan
V102x5IRV
A26
12
R
12I
A54,2
12
R
12I
apa
s
a
xy
===
===
===

Rangkaian Elektrik
32
Contoh :
Hitung tegangan v1 dan v4
V1
150 V
+
+
+
-
-
-V4
5
10
15
20
2. Pembagian Arus
Pembagian arus digunakan untuk menyatakan arus yang mengalir melalui
salah satu diantara beberapa resistansi yang terhubung paralel, hal ini dapat dilihat
pada gambar 2.14
321p
321p
GGGG
R
1
R
1
R
1
R
1
++=
++=
p
p
G
iv
iRv
=
=
iG
G
G
iGvG
R
vi
p
1
p
11
1
1 ====
iG
G
G
iGvG
R
vi
p
2
p
22
2
2 ====
iG
G
G
iGvG
R
vi
p
3
p
33
3
3 ====
Dari ketiga persamaan mempunyai bentuk kesamaan, dan apabila dituliskan dalam
bentuk persamaan secara umum, diperoleh :
iG
Gi xx
=
x : 1 s/d n ix : Arus pada resistansi ke x
i3
-
R1 R2 R3
i
i2i1
V
+
Gambar 2.14 Pembagian Arus
v60150x2015105
20v
V15150x2015105
5v
4
1
−=+++
−=
=+++
=

Rangkaian Elektrik
33
Contoh : Hitung arus i2 dan i3
i3
+
-
V
i260 A
15 15 5
Apabila dua resistansi paralel, maka pembagian arusnya dapat disederhanakan
dengan rumus sebagai berikut
.
21
12p
RR
RxRR
+=
iRR
RxRiRv
21
12p
+==
iRR
Ri
iRR
RxRx
R
1
R
vi
21
21
21
12
11
1
+=
+==
iRR
Ri
iRR
RxRx
R
1
R
vi
21
12
21
12
22
2
+=
+==
2.7. Transformasi Sumber Tegangan dan Sumber Arus
Konsep sumber tegangan dan sumber arus telah dibahas pada bagian
sebelumnya, sumber nyata mungkin dapat mendekati keadaan sempurna tetapi tidak
akan pernah mencapainya.
Suatu sumber tegangan dapat ditransformasikan (setara) dalam bentuk sumber
arus, atau sebaliknya sumber arus mempunyai setara dalam bentuk sumber tegangan,
sumber tegangan dan sumber arus yang mempunyai setara, harus memenuhi syarat
yaitu :
Sumber tegangan harus mempunyai resistansi seri
Sumber arus harus mempunyai resistansi paralel
+
-
V R1 R2
i2
i
i1
A3660x
5
1
15
1
15
15
1
i
A1260x
5
1
15
1
15
115
1
i
3
2
=
++
=
−=
++
−=

Rangkaian Elektrik
34
1. Sumber tegangan dengan setaranya sumber arus.
Rs
Vs
+
-
Gambar 2.15 Transformasi Sumber Tegangan
Sumber tegangan dapat ditransformasikan ke sumber arus, besarnya arus dari sumber
arus adalah :
s
ss
R
vi =
2. Sumber arus dengan setaranya sumber tegangan
RpIs
Gambar 2.16 Transformasi Sumber Arus Sumber arus dapat ditransformasikan ke sumber tegangan, besarnya tegangan dari
sumber tegangan adalah :
sps iRv =
Contoh :
1). Hitung dan gambarkan rangkaian setaranya
RsIs
Rp
Vs
+
-
4
12 V
+
-
4 3 A

Rangkaian Elektrik
35
2). Pada rangkaian elektrik berikut ini, hitung tegangan Vx dengan menyederhanakan rangkaian
10 A
2
Vx
+ -
2 4 1 A
Solusi :
Disederhanakan dengan transformasi sember arus ke sumber tegangan.
20 V
2
Vx
+ -
2 4
4 V
Ia
+-
-+
+ +- -
0v =
A3I
24I8
04I4I2I220
a
a
aaa
=
=
=+−−−
V63x2I2V ax ===
5 10 A
5
50 V
+
-

Rangkaian Elektrik
36
3). Pada rangkaian elektrik berikut, hitung arus Ix dengan menyederhanakan rangkaian.
10 V
60 V
-
10
5 2 A
Ix
-
+
a b+-
5
Solusi :
Diselesaikan dengan transformasi sumber tegangan dan transformasi sumber arus
1 A
60 V
-
10
5
10 V
Ix
-
+
a b+-
5
=+
= 33,3510
5x10Rp
3.33 V
60 V
-
3,33 5
10 V
Ix
-+
+-
a b+-
+ +- -
Dalam rangkaian elektrik berlaku Hukum Kirchhoff : 0v =
A6,5I
066,46I33,8
010I560I33,333,3
x
x
xx
=
=+−
=−−+−−
2.8. Transformasi Hubungan Delta ke Hubungan Bintang
Dalam rangkaian elektrik ada hubungan yang bukan hubungan seri maupun
hubungan paralel, sehingga sukar untuk diselesaikan, maka hubungan ini dapat
dibawa ke transformasi hubungan delta (Δ) ke hubungan bintang (Y).

Rangkaian Elektrik
37
Terlihat pada rangkaian gambar 2.17, hubungan resistor tidak dapat dilihat mana yang
sri dan yang paralel.
Gambar 2.17 Rangkaian elektrik hubungan delta
Untuk menghitung resistansi total maka harus dilakukan transformasi hubungan delta
ke hubungan bintang, hal ini ditunjukan pada gambar 2.18, hubungan (Δ) dengan
resistansi (R1, R2, R3) ditransformasi ke hubungan (Y) dengan resistansi (Ra, Rb, Rc)
Gambar 2.18 Transformasi Hubungan Delta ke Bintang Hubungan resistansi pada hubungan (Y) dan hubungan (Δ ) sebagai berikut :
Apabila persamaan tersebut dijabarkan :

Rangkaian Elektrik
38
321
32
321
21
ba R+R+R
RR+
R+R+R
RR=R+R ............... (1)
321
32
321
31
RRR
RR
RRR
RRRR cb
+++
++=+ .................. (2)
321
31
321
21
RRR
RR
RRR
RRRR ac
+++
++=+ ................. (3)
Dari ketiga persamaan (1), (2), (3) apabila diselesaikan akan diperoleh besarnya Ra,
Rb, Rc sebagai berikut.
Dengan cara yang sama akan dapat diperoleh R1, R2, R3, sebagai berikut :
Contoh : Hitung resistansi ekivalen rangkaian elektik pada gambar berikut.

Rangkaian Elektrik
39
k6=6+18+12
18x12=Ra
k3=6+18+12
6x18=Rb
k2=6+18+12
6x12=Rc
k6=4+2=1Rs
k12=9+3=2Rs
k10=12+6
12x6+6=R t
SOAL - SOAL
1. Hitung resistansi/tahanan ekuivalen rangkaian elektrik berikut ini.

Rangkaian Elektrik
40
2. Dalam rangkaian elektrik berikut :
3. Pada rangkaian elektrik berikut ini :
Diketahui Va = 20 V
4. Pada rangkaian elektrik berikut ini :
20 Ω
8 Ω
2 Ω
1 Ω20 Ω
5 Ω
+
-
38 V3 Ω
6 Ω
a
b
1). Hitung tegangan Vab dan Vcd
2). Hitung daya yg diberikan oleh masing-masing sumber
1). Hitung tegangan Vab
2). Hitung tegangan Vs
1). Hitung arus Ix 2). Hitung tegangan Vs, dan daya yang diberikan sumber tegangan

Rangkaian Elektrik
41
5. Diketahui rangkaian elektrik, seperti berikut ini :
20 Ω
8 Ω
2 Ω
1 Ω20 Ω
5 Ω
+
-
38 V3 Ω
6 Ω
a
b
6. Pada rangkaian elektrik berikut ini :
1). Hitung besar tegangan Vx 2). Hitung besar arus Ia
20 Ω
8 Ω
2 Ω
1 Ω20 Ω
5 Ω
+
-
38 V3 Ω
6 Ω
a
b
7. Pada rangkaian elektrik berikut ini, diketahui tegangan VAB = 57 V
1). Hitung tegangan Va (Gunakan hukum dasar) 2). Hitung daya yang diserap masing-masing resistor 3). Hitung daya yang diberikan masing-masing sumber
1). Hitung tegangan Vx
2). Hitung arus Ia dan Ib

Rangkaian Elektrik
42
8. Pada rangkaian elektrik berikut ini :
20 Ω
8 Ω
2 Ω
1 Ω20 Ω
5 Ω
+
-
38 V3 Ω
6 Ω
a
b
9. Pada rangkaian elektrik berikut ini: (1). Hitung tahanan Ekivalen Rab
(2). Hitung arus yang mengalir pada masing-masing tahanan
20 Ω
8 Ω
2 Ω
1 Ω20 Ω
5 Ω
+
-
38 V3 Ω
6 Ω
a
b
10. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung arus Ix
1 Ω
6 Ω
12 Ω
1 Ω
2 Ω12 V
Ix
1). Hitung arus Ia dan Ib
2). Hitung tegangan Va
3). Hitung daya yang diberikan oleh sumber tegangan

Rangkaian Elektrik
43
11. Pada rangkaian elektrik berikut, terminal (a - b) dihubungkan dengan sumber tegangan 24 V. polaritas positif berada pada terminal (a), hitung arus dan daya yang diberikan oleh sumber tegangan.
12. Pada rangkaian elektrik berikut :
1). Hitung arus Ix 2). Hitung tegangan Vab
Va Vb
R1
R2 R3
I1
I
I1

Rangkaian Elektrik
44
BAB III
METODE ANALISIS RANGKAIAN
Dalam bab sebelumnya telah dibahas analisis rangkaian elektrik sederhana,
analisis rangkaian yang lebih umum akan memerlukan lebih banyak persamaan
apabila diselesaikan dengan konsep rangkaian elektrik sederhana.
Dalam bab ini akan dibahas cara sistematis untuk merumuskan dan menyelesaikan
model persamaan yang diperoleh dalam analisis rangkaian yang lebih komplek. Akan
ditinjau metode analisis yang lebih umum yaitu metode analisis arus mesh dan metode
analisis tegangan node.
Dibahas pula prinsip atau teorema Superposisi, teorema Thevenin dan
Teorema Norton, metode analisis akan efektif digunakan pada rangkaian yang rumit
dan komplek, sehingga apabila menggunakan hukum-hukum dasar akan diperoleh
banyak persamaan.
Pada awal untuk mempermudah memahami teori hanya digunakan untuk rangkaian
dengan sumber berbentuk gelombang arus searah, yaitu gelombang DC murni, namun
demikian nantinya metode analisis ini juga akan digunakan untuk sumber tegangan
berbentuk gelombang arus bolak-balik (gelombang sinusoida murni).
3.1. Metode Analisis Arus Mesh.
Metode arus mesh merupakan cara lain untuk menyelesaikan persoalan
rangkaian elektrik dengan persamaan hukum arus Kirchhoff terlukis secara implisit
pada rangkaiannya dan persamaan untuk tegangan ditulis secara eksplisit serta harus
diselesaikan untuk arus yang tidak diketahui. Dalam metode arus mesh mempunyai
konsep, yaitu :
Menentukan arus mesh
Didasarkan pada Hukum Kirchhoff tegangan.
Rangkaian dengan (N) mesh akan memberikan (N) persamaan
Dalam pembahasan analisis arus mesh akan dimulai dari rangkaian elektrik yang
mempunyai 1 mesh, 2 mesh, 3 mesh, dan 4 mesh yang berikutnya dapat
dikembangkan untuk (N) mesh.
1. Rangkaian Elektrik 1 Mesh.
Dalam menganalisis rangkaian elektrik 1 mesh, pada gambar 3.1 diperlihatkan
rangkaiannya dengan dua sumber tegangan dan tiga resistansi.

Rangkaian Elektrik
45
Va Vb
R1
R2 R3
I1
I
I1
Gambar 3.1 Rangkaian Elektrik 1 Mesh
Pada rangkaian tertutup berlaku hukum Kirchhoff II : = 0V
( ) )V(VIRRR
)V(VIRIRIR
0IRIRVIRV
ba1321
ba131211
1312b11a
−+=++
−+=++
=−−−−
1111 VIR =
Persamaan arus mesh :
1111 VIR:)1(Mesh =
1.nomeshpadategangansumberdariteganganJumlah:V
1.nomeshpadamesharus:I
1.nomeshpadasitanresisJumlah:R
1
1
11
2. Rangkaian Elektrik 2 Mesh.
Dalam menganalisis rangkaian elektrik 2 mesh, pada gambar 3.2 diperlihatkan
rangkaiannya dengan dua sumber tegangan dan tiga resistansi
.
Va Vb
R1 R2
R3
I1 I2
I3
I II
I1 I2
Gambar 3.2 Rangkaian Elektrik 2 Mesh
Pada mesh I dan mesh II berlaku Hukum Kirchhoff II : = 0V

Rangkaian Elektrik
46
Pada Mesh (I) :
a23131
21311a
2133311a
VIRI)RR(
0)II(RIRV
IIIdan0IRIRV
=−+
=−−−
−==−−
Pada Mesh (II) :
( ) b23213
b21322
3322b
VIRRIR
V)II(RIR
0IRIRV
−=++−
−=−−
=+−−
Apabila dituliskan kedua persamaan arus mesh tersebut, akan diperoleh :
( ) )1(.......VIRIRR a23131 =−+
( ) )2.(..........VIRRIR b23213 −=++−
Dari persamaan (1) dan (2) terdapat kesamaan, yaitu adanya arus I1 dan arus I2, dan
ruas kanan adalah tegangan, apabila kita susun notasinya akan menjadi persamaan
arus mesh :
2222121
1212111
VIRIR:)2(Mesh
VIRIR:)1(Mesh
=+−
=−
Dalam bentuk matrik dituliskan :
=
−
−
2
1
2
1
2221
1211
V
V
I
I
RR
RR
2.nomeshpadategangansumberdariteganganJumlah:V
1.nomeshpadategangansumberdariteganganJumlah:V
2.nomeshpadameshArus:I
1.nomeshpadameshArus:I
)RR(,2.nomeshpadasitanresisJumlah:R
)R(1.nomeshdan2.nomeshantarasitanresisJumlah:R
)R(2.nomeshdanI.nomeshantarasitanresisJumlah:R
)RR(,1.nomeshpadasitanresisJumlah:R
2
1
2
1
3222
321
312
3111
+
+
3. Rangkaian Elektrik 3 Mesh.
Pada rangkaian elektrik 3 mesh apabila dibuat persamaan arus mesh tinggal
mengembangkan dari persamaan 2 mesh, sehingga persamaannya menjadi :
3333232131
2323222121
1313212111
VIRIRIR:)3(Mesh
VIRIRIR:)2(Mesh
VIRIRIR:)1(Mesh
=+−−
=−+−
=−−

Rangkaian Elektrik
47
Dalam bentuk matrik dituliskan :
=
−−
−−
−−
3
2
1
3
2
1
333231
232221
131211
V
V
V
I
I
I
RRR
RRR
RRR
4. Rangkaian Elektrik 4 Mesh
Pada rangkaian elektrik 4 mesh apabila dibuat persamaan arus mesh tinggal
mengembangkan dari persamaan 3 mesh, sehingga persamaannya menjadi :
4444343242141
3434333232131
2424323222121
1414313212111
VIRIRIRIR:)4(Mesh
VIRIRIRIR:)3(Mesh
VIRIRIRIR:)2(Mesh
VIRIRIRIR:)1(Mesh
=+−−−
=−+−−
=−−+−
=−−−
5. Rangkaian Elektrik (N) Mesh
Secara umum persamaan arus mesh untuk (N) mesh dapat dituliskan :
NNNN44N33N22N11N
4NN4444343242141
3NN3434333232131
2NN2424323222121
1NN1414313212111
VIR............IRIRIRIR:)N(Mesh
**
**
**
VIR.........IRIRIRIR:)4(Mesh
VIR..........IRIRIRIR:)3(Mesh
VIR..........IRIRIRIR:)2(Mesh
VIR..........IRIRIRIR:)1(Mesh
=+−−−−
=−+−−−
=−−+−−
=−−−+−
=−−−−
Dalam membuat persamaan arus mesh, maka langkah-langkah yang harus
diperhatikan adalah :
1. Sumber harus merupakan sumber tegangan.
2. Dipilih arus mesh yang arahnya searah jarum jam (arah kekanan)
3. Arah polaritas sumber tegangan, apabila arahnya kekanan, teganganya
positif (+) dan apabila arahnya kekiri tegangannya negatif (-).

Rangkaian Elektrik
48
Contoh : 1. Pada rangkaian elektrik, tentukan persamaan arus mesh, hitung arus i1 dan arus i2
Solusi :
Mesh 1 :
1212111 VIRIR =−
Persamaan arus mesh :
Dengan subtitusi persamaan (1) dan persamaan (2), atau diselesaikan dengan determinan, akan diperoleh :
2. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung arus Ia, dengan metode arus mesh.
7 V
1 2
3
6 V
+
- +
-
1 2
Ia
( )
14ii3
42i3i9
42i3i36
21
21
21
=−
=−
=−+
( )( )2..........10i7i3
1.........14ii3
21
21
=+−
=−
A4i
A6i
2
1
=
=
Mesh 2 :
2222121 VIRIR =+− ( )
10i7i3
10i43i3
21
21
=+−
=++−

Rangkaian Elektrik
49
Solusi : Tentukan nomor mesh, arus dan arah arus mesh
7 V
1 2
3
6 V
I1
I
+
- +
-
I2
1 2
II
III
Ia
I3
1313212111 VIRIRIR:)1(Mesh =−−
67I.2I.1I)21( 321 −=−−+
2323222121 VIRIRIR:)2(Mesh =−+−
0I.3I)321(I.1 321 =−+++−
3333232131 VIRIRIR:)3(Mesh =+−−
6I)132(I.3I.2 321 =+++−−
Persamaan arus mesh :
Bentuk persamaan matrik :
23a III −=
6I6I3I2
0I3I6I
1I2II3
321
321
321
=+−−
=−+−
=−−
=
−−
−−
−−
6
0
1
I
I
I
632
361
213
3
2
1

Rangkaian Elektrik
50
6. Rangkaian dengan mesh palsu (Dummy Mesh) Apabila dalam rangkaian elektrik terdapat mesh yang sudah diketahui
besarnya arus mesh, karena terdapat sumber arus maka mesh tersebut dinamakan
sebagai mesh palsu (dummy mesh), sehingga dalam mesh tersebut tidak boleh dibuat
persamaan arus meshnya, pada mesh palsu hanya diambil pengaruhnya saja.
Contoh :
Pada rangkaian elektrik berikut, hitung arus i1 da arus i2
A239
78
301281
78
)15(x212)27(x3
6018I
32
61)2(
62
31)1(
63
363
62
13)3(
66
21)1(
632
361
213
662
301
213
I
2
2
==−−
=−−
+=
−−
−−+
−
−−−−
−
−
−−−
−−−
=
−−
−−
−−
−
−−
−
=
A339
117
301281
117
)15(x212)27(x3
10215I
32
61)2(
62
31)1(
63
363
61
136
32
611
632
361
213
632
061
113
I
3
3
==−−
=−−
+=
−−
−−+
−
−−−−
−
−
−
−+
−−
−
=
−−
−−
−−
−−
−
−
=
A123Ia =−=
I II

Rangkaian Elektrik
51
Solusi : Mesh 1 :
( )42i3i9
42i3i36
21
21
=−
=−+
……… (1) Mesh 2 : (hanya diambil pengaruhnya saja)
7. Rangkaian dengan mesh super (Super Mesh)
Apabila dalam rangkaian elektrik terdapat sumber arus yang memisahkan dua
mesh maka dua mesh tersebut dinamakan sebagai mesh super (super mesh),
sehingga dua mesh tersebut dianggap/diperlakukan sebagai satu mesh
Contoh :
Tentukan persamaan arus mesh dan hitung besar tegangan Vx
7 V
1
Vx+
2
3
7 A
+-
-
1 2
Solusi : Tentukan nomor mesh, arus dan arah arus mesh
1212111 VIRIR =−
)2(..............10I2 −=
A3
11
9
12I
3042I9
42)10(3i9
1
1
1
==
−=
=−−

Rangkaian Elektrik
52
7 V
1
Vx+
2
3
7 A
I1
I
+-
-
1 2
II
III
I2
I3
Mesh I dan Mesh III, merupakan super mesh, sehingga diperlakukan sebagai satu
mesh
(satu mesh diperlihatkan pada garis putus-putus)
Mesh 2 :
)1........(0I.3I.6I
0I.3I)321(I.1
321
321
=−+−
=−+++−
Mesh 1 dan mesh 3 : (super mesh)
)3.........(..........7II 31 =−
Persamaan arus mesh :
7II0I
7I4I4I
0I3I6I
321
321
321
=−+
=+−
=−+−
Apabila dihitung dengan subtitusi atau determinan, akan diperoleh :
)II.(3V 23X −=
A2I
A50,2I
3
2
=
=
V50,1)5,22(.3V
)II.(3V
X
23X
−=−=
−=
)2(...............7I4I4I
7I.3I.1I)13(I.1
321
2231
=+−
=−−++

Rangkaian Elektrik
53
3.2. Metode Tegangan Node
Metode tegangan node merupakan cara lain untuk menyelesaikan persoalan
rangkaian elektrik dengan persamaan hukum tegangan Kirchhoff terlukis secara
implisit pada rangkaiannya dan persamaan untuk arus ditulis secara eksplisit serta
harus diselesaikan untuk tegangan yang tidak diketahui. Dalam metode tegangan node
mempunyai konsep, yaitu :
Menentukan tegangan node
Didasarkan pada Hukum Kirchhoff arus
Rangkaian dengan (N) node akan memberikan (N-1) persamaan,
karena satu node digunakan sebagai node acuan (referensi)
Dalam pembahasan analisis tegangan node akan dimulai dari rangkaian elektrik yang
mempunyai 2 node, 3 node, 4 node, 5 node yang berikutnya dapat dikembangkan
untuk (N+1) node.
.
1. Rangkaian Elektrik 2 node
Dalam menganalisis rangkaian elektrik 2 node , pada gambar 3.3 diperlihatkan
rangkaiannya dengan dua sumber arus dan tiga resistansi.
R1 Ib
+
-
Ia R2 R3
IR1 IR2 IR3
1
2
V1
Gambar 3.3. Rangkaian Elektrik 2 Node
Pada node 1, berlaku Hukum Kirchhoff arus : = 0i
0IIIII 3R2Rb1Ra =−−−−
ba3R2R1R IIIII −=++
ba1
321
IIVR
1
R
1
R
1−=
++
( ) ba1321 IIVGGG −=++
Persamaan tegangan node : Node (1) : 1111 IVG =
G11 : Jumlah konduktansi yg terhubung pada node no. 1
V1 : tegangan pada node no. 1
I1 : Jumlah arus dari sumber arus yg terhubung pada node no. 1

Rangkaian Elektrik
54
1. Rangkaian Elektrik 3 Node
Dalam menganalisis rangkaian elektrik 3 node, pada gambar 3.4 diperlihatkan
rangkaiannya dengan dua sumber arus dan tiga resistansi
R1 Ib
+
-
Ia
R2
R3
IR1
IR2
IR3
1 2
V1
3
+
V2
V12
Gambar 3.4. Rangkaian Elektrik 3 Node
Pada node (1) dan node (2) berlaku Hukum Kirchhoff arus : = 0i
Pada Node 1 :
a2
2
1
21
a
2
2
2
1
1
1
2112a
2
12
1
1
a2R1R
IVR
1V
R
1
R
1
IR
V
R
V
R
V
)VVV(,IR
V
R
V
III
=
−
+
=−+
−==+
=+
( ) a22121 IVGVGG =−+
Pada node 2 :
b2
32
1
2
b
3
2
2
2
2
1
2112b
3
2
2
12
b3R2R
IVR
1
R
1V
R
1
IR
V
R
V
R
V
)VVV(,IR
V
R
V
III
−=
++−
−=+
−−
−=−=+−
−=+−
( ) b23212 IVGGVG −=++−

Rangkaian Elektrik
55
Apabila dituliskan kedua persamaan tegangan node tersebut, akan diperoleh :
( ) )1(.............IVGVGG a22121 =−+
( ) )2.(..........IVGGVG b23212 −=++−
Dari persamaan (1) dan (2) terdapat kesamaan, yaitu adanya tegangan V1 dan
tegangan V2, dan ruas kanan adalah arus, apabila disusun notasinya akan menjadi
persamaan tegangan node.
2222121
1212111
IVGVG:)2(Node
IVGVG:)1(Node
=+−
=−
Dalam bentuk matrik dituliskan :
=
−
−
2
1
2
1
2221
1211
I
I
V
V
GG
GG
2. Rangkaian Elektrik 4 Node
Pada rangkaian elektrik 4 node apabila dibuat persamaan tegangan node tinggal
mengembangkan dari persamaan 3 node, sehingga persamaannya menjadi :
3333232131
2323222121
1313212111
IVGVGVG
IVGVGVG
IVGVGVG
=+−−
=−+−
=−−
Dalam bentuk matrik dituliskan :
=
−−
−−
−−
3
2
1
3
2
1
333231
232221
131211
I
I
I
V
V
V
GGG
GGG
GGG
Terdapat 3 persamaan tegangan node, salah satu node digunakan sebagai node acuan.
G11 : Jumlah konduktansi yg terhubung pada node no. 1
G12 : Jumlah konduktansi antara node no. 1 dan node no. 2
V1 : tegangan node no. 1
V2 : tegangan node no. 2
I1 : Jumlah arus dari sumber arus yg terhubung pada node no. 1
G22 : Jumlah konduktansi yg terhubung pada node no. 2
G21 : Jumlah konduktansi antara node no. 2 dan node no. 1
V1 : tegangan node no. 1
V2 : tegangan node no. 2
I2 : Jumlah arus dari sumber arus yg terhubung pada node no. 2

Rangkaian Elektrik
56
3. Rangkaian Elektrik 5 Node
Pada rangkaian elektrik 5 node apabila dibuat persamaan tegangan node
tinggal mengembangkan dari persamaan 4 node, sehingga persamaannya menjadi :
4444343242141
3434333232131
2424323222121
1414313212111
IVGVGVGVG:)4(Node
IVGVGVGVG:)3(Node
IVGVGVGVG:)2(Node
IVGVGVGVG:)1(Node
=+−−−
=−+−−
=−−+−
=−−−
4. Rangkaian elektrik (N+1) node
Secara umum persamaan tegangan node untuk rangkaian elektrik yang terdiri
dari (N+1) node adalah sebagai berikut :
NNNN44N33N22N11N
4NN4444343242141
3NN3434333232131
2NN2424323222121
1NN1414313212111
IVG..............VGVGVGVG:)N(Node
*
*
*
*
IVG............VGVGVGVG:)4(Node
IVG...........VGVGVGVG:)3(Node
IVG...........VGVGVGVG:)2(Node
IVG...........VGVGVGVG:)1(Node
=+−−−−
=−+−−−
=−−+−−
=−−−+−
=−−−−
Dalam membuat persamaan tegangan node, maka langkah-langkah yang
harus diperhatikan adalah :
1. Sumber harus merupakan sumber arus.
2. Dipilih satu node sebagai node referensi (acuan)
3. Arah arus dari sumber arus, apabila arahnya menuju node yang
dianalisis arus bertanda positif (+) dan apabila arah arusnya
meninggalkan node yang dianalisis arus bertanda negatif (-)

Rangkaian Elektrik
57
Contoh : 1. Pada rangkaian elektrik berikut, tentukan persamaan tegangan node, serta hitung
tegangan pada resistansi 5Ω
5
1 2 - 1,4 A3,1 A
Solusi : Tentukan nomor node dan node referensi.
-1
5
+
1 2 - 1,4 A
Vx
3
2
3,1 A
Node 1 :
31V2V7
1,3V2,0V7,0
1,3V2,0V)5,02,0(
1,3V5
1V)
2
1
5
1(
IVGVG
21
21
21
21
1212111
=−
=−
=−+
=−+
=−
Node 2 :
7V6V
14V12V2
4,1V)2,1(V2,0
4,1V)12,0(V2,0
)4,1(V)1
1
5
1(V
5
1
IVGVG
21
21
21
21
21
2222121
=+−
=+−
=+−
=++−
−−=++−
=+−
Persamaan tegangan node :
)2(..........7V6V
)1(..........31V2V7
21
21
=+−
=−

Rangkaian Elektrik
58
Dari persamaan (1) dan persamaan (2), dapat dihitung besarnya tegangan :
V540
200
242
14186
61
27
67
231
V1 ==−
+=
−
−
−
=
V240
80
242
3149
61
27
71
317
V2 ==−
+=
−
−
−=
V325V
VVVV
X
2112X
=−=
−==
2. Pada rangkaian elektrik, tentukan persamaan tegangan node, dan hitung tegangan
dan arus pada tahanan (4Ω), (2Ω) dan (5Ω)
1
3
4
- 25 A- 8 A 5
-3A
2
Solusi :
Tentukan nomor node, serta node referensi.

Rangkaian Elektrik
59
1
3
4
- 25 A- 8A
1
5
-3A
2 3
4
2
Ia
Ib
Ic
Node 1 :
132V3V4V7
)3(8V4
1V
3
1V)
3
1
4
1(
321
321
−=−−
−+−=−−+
Node 2 :
18V3V11V2
)3(V2
1V)1
2
1
3
1(V
3
1
321
321
=−+−
−−=−+++−
Node 3 :
500V19V10V5
)25(V)5
1
2
1
4
1(V
2
1V
4
1
321
321
=+−−
−−=+++−−
Persamaan tegangan node :
)3(..........500V19V10V5
)2.(..........18V3V11V2
)1(..........132V3V4V7
321
321
321
=+−−
=−+−
−=−−
V99,0809
808
19105
3112
347
1910500
31118
34132
V 11 ==
−
−−
−−
−
−
−−−
=
=

Rangkaian Elektrik
60
V72,10809
8677
19105
3112
347
195005
3182
31327
V 22 ==
−
−−
−−
−
−−
−−
=
=
V41,32809
26220
19105
3112
347
500105
18112
13247
V 33 ==
−
−−
−−
−−
−
−−
=
=
Tegangan dan arus pada resistansi (4Ω) :
A85,74
42,31
4
VI
V42,3141,3299,0V
VVVV
aa
a
3113a
−=−
==
−=−=
−==
Tegangan dan arus pada resistansi (2Ω) :
A85,102
69,21
2
VI
V69,2141,3272,10V
VVVV
bb
b
3223b
−=−
==
−=−=
−==
Tegangan dan arus pada resistansi (5Ω) :
A48,65
41,32
5
VI
V41,32V
VVV
cc
c
334c
===
=
==
5. Rangkaian dengan node palsu (Dummy Node)
Apabila dalam rangkaian elektrik terdapat node yang sudah diketahui besarnya
tegangan node, karena terdapat sumber tegangan maka node tersebut dinamakan
sebagai node palsu (dummy node), sehingga dalam node tersebut tidak boleh dibuat
persamaan tegangan node, pada node palsu hanya diambil pengaruhnya saja.

Rangkaian Elektrik
61
Contoh :
Pada rangkaian berikut tentukan persamaan matrik tegangan node, serta hitung
tegangan pada tahanan (5Ω)
3 V
+
-
-
5
+
1 2 2 A
Vx
Solusi :
Tentukan nomor node, serta node referensi.
3 V
+
-1
-
5
+
1 2 2 A
Vx
3
2
Node 1 : (node palsu)
3V1 =
Node 2 :
2222121 IVGVG =+−
10V6V
2V2,1V2,0
2V)1
1
5
1(V
5
1
21
21
21
=+−
=+−
=++−
Persamaan tegangan node :
)2(.......10V6V
)1(.......3V.0V
21
21
=+−
=+

Rangkaian Elektrik
62
Persamaan matrik tegangan node :
=
− 10
3
V
V
61
01
2
1
6
12
6
13V
10V63
10V6V
2
2
21
==
=+−
=+−
V6
5
6
123V
VVVV
X
2112X
=−=
−==
6. Rangkaian dengan Node super (Super Node) Apabila dalam rangkaian elektrik terdapat sumber tegangan yang memisahkan
dua node maka dua node tersebut dinamakan sebagai node super (super node),
sehingga dua node tersebut dianggap/diperlakukan sebagai satu node
Contoh ;
Pada rangkaian elektrik berikut, tentukan persamaan tegangan node, serta hitung
tegangan node.
1
-3
4
- 25 A- 8A
+
5
-3A
1 V
Solusi :
Tentukan nomor node, serta node referensi

Rangkaian Elektrik
63
1
-3
4
- 25 A- 8A
+1
5
-3A
1 V
2 3
4
Node 1 :
)1.......(132V3V4V7
)3(8V4
1V
3
1V
3
1
4
1
321
321
−=−−
−+−=−−
+
Node (2) dan node (3) : (super node, node 2 dan 3 diperlakukan sebagai satu node)
)2.......(1680V27V80V35
)25()3(V5
1
4
1V
1
1
3
1V
4
1V
3
1
321
3211
=++−
−−−−=
++
++−−
)3.......(1VV 32 =−
Persamaan tegangan node :
1VV
1680V27V80V35
132V3V4V7
32
321
321
=−
=++−
−=−−
Apabila dihitung akan diperoleh tegangan node :
V33,13V
V33,14V
V95,4V
3
2
1
=
=
−=

Rangkaian Elektrik
64
3.3. Prinsip Superposisi
Pada setiap rangkaian elektrik, maka tegangan dan arus dalam suatu unsur
rangkaian adalah akibat yang ditimbulkan oleh adanya sumber yang dikenakan pada
rangkaian elektrik tersebut. Jika suatu rangkaian elektrik mempunyai beberapa
sumber, maka setiap tegangan atau arus pada unsur-unsur rangkaian merupakan
penjumlahan dari masing-masing sumber yang dikenakan pada rangkaian tersebut.
Prinsip superposisi jika diterapkan pada suatu rangkaian elektrik dengan resistansi
konstan, menyatakan bahwa tegangan atau arus disetiap cabang rangkaian yang
dihasilkan oleh beberapa sumber yang dikenakan secara serentak adalah jumlah
aljabar tegangan atau arus yang dihasilkan pada cabang itu oleh masing-masing
sumber tersebut secara tersendiri. Sehingga dikenal dalam prinsip superposisi,
terdapat superposisi tegangan dan superposisi arus.
Superposisi tegangan : Dalam suatu rangkaian elektrik yang komplek dan banyak
sumber, maka besarnya tegangan pada unsur rangkaian sama dengan penjumlahan
tegangan akibat masing – masing sumber secara tersendiri.
Superposisi arus : Dalam suatu rangkaian elektrik yang komplek dan banyak sumber,
maka besarnya arus pada unsur rangkaian sama dengan penjumlahan arus akibat
masing – masing sumber secara tersendiri.
Konsep superposisi secara umum dapat dituliskan dengan model matematik sebagai
berikut :
( ) ( ) ( ) ( )
0X0X0X
0X0X0X
XfXfXfX,X,Xf
233
112
321321
===
===
++=
Apabila digambarkan dengan blok diagram sebagai tertera pada gambar 3.5.
X3X1
X2
i = ?
v = ?
Gambar 3.5. Blok Diagram dengan Tiga Sumber

Rangkaian Elektrik
65
Untuk superposisi arus :
3X2X1X iiii ++=
1Xi - Arus akibat sumber X1, dengan sumber X2 dan X3 dimatikan
2Xi - Arus akibat sumber X2, dengan sumber X1 dan X3 dimatikan
3Xi - Arus akibat sumber X3, dengan sumber X1 dan X2 dimatikan
Untuk superposisi tegangan :
3X2X1X vvvv ++=
1Xv - Tegangan akibat sumber X1 , dengan sumber X2 dan X3 dimatikan
2Xv - Tegangan akibat sumber X2, dengan sumber X1 dan X3 dimatikan
3Xv -Tegangan akibat sumber X3, dengan sumber X1 dan X2 dimatikan
Suatu sumber tegangan yang dimatikan (V = 0), rangkaian dari sumber
tegangan diganti dengan rangkaian hubung singkat (short circuits), sedangkan sumber
arus yang dimatikan (I = 0), rangkaian dari sumber arus diganti dengan rangkaian
hubung buka (open circuits), hal ini dapat dilihat pada gambar 3.6
Gambar 3.6 Ekuivalen Sumber Tegangan dan Sumber Arus Dimatikan Contoh : 1. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung arus ix dengan superposisi
Solusi :
xxx ``iii +=

Rangkaian Elektrik
66
A5
1
15
3
96
3i'x ==
+=
A15
5
5
4
5
1iX ==+=
2. Pada rangkaian elektrik berikut, Hitung arus Io
12 V
+-
Io
4 mA
2 k
2 mA 1 k 2 k
Solusi :
Superposisi arus : 0302010 IIII ++=
Io1
2 k
2 mA 1 k 2 k
A10.3
410.2x
10).21(
10.2I 33
3
3
01
−− =+
−=
Io2
4 mA
2 k
1 k 2 k
A0I02 =
A5
4
15
122x
96
6i ''
X ==+
=

Rangkaian Elektrik
67
12 V+-
Io3
2 k
1 k 2 k
0302010 IIII ++=
mA3
15I
A10.3
15)10.4(010.
3
4I
0
333
0
−=
−=−++−= −−−
3.4. Teorema Thevenin
x
y
A B
Gambar 3.7 Rangkaian Teorema Thevenin
A : Rangkaian komplek dengan banyak sumber B : unsur rangkaian
Untuk menyederhanakan rangkaian yang komplek dan banyak sumber (A),
maka unsur rangkaian (B) sementara dilepas pada terminal (x-y), sehingga rangkaian
Thevenin terlihat pada gambar 3.7 (b).
Teorema Thevenin menyatakan bahwa dalam suatu rangkaian elektrik yang
komplek dan banyak sumber, maka dapat disederhanakan menjadi rangkaian
dengan satu sumber tegangan dan satu resistansi seri dengan sumber tegangan
tersebut. Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar 3.7. yaitu
penyederhanaan rangkaian elektrik menurut Thevenin
Rth
Voc
+
-
x
y
(a) (b)
A10.410).12(
12I 3
303
−−=+
−=

Rangkaian Elektrik
68
Besar tegangan thevenin (Voc), dihitung dari rangkaian yang komplek terminalnya
dibuka (open circuits), rangkaiannya dapat dilihat pada gambar 3.8 (a) .Besarnya
tahanan
thevenin sama dengan tahanan yang diukur pada terminal terbuka rangkaian tersebut
dengan seluruh sumber dimatikan, hal ini dapat dilihat pada gambar 3.8 (b)
Voc
x
+
-y
A
Gambar 3.8 Rangkaian Perhitungan Tegangan dan Tahanan Thevenin
Contoh :
100 V
5
R
IR
a
b
50 V
5
Solusi : Resistansi ( R) sementara dilepas, kemudian dihitung tegangan thevenin Voc
100 V
-
5
+
Voc
a
b
50 V
5
(terbuka)
I1
I1
1. Sederhanakan dengan Thevenin pada terminal (a-b) , hitung arus IR.
apabila R = 10 ohm, dan R = 5 ohm
Rth = Rxy
x
y
A
Sumber-sumber
dimatikan
V755x5100V
I5100VV
OC
1abOC
=−=
−==
A510
50I
50100I)55(:IMesh
1
1
==
−=+
(a) (b)

Rangkaian Elektrik
69
5
5
a
b
Rab (terbuka)
Rangkaian Thevenin :
2,5
75 V
+
-
a
b
R
IR
12 V
+-
Io
4 mA
2 k
2 mA 1 k 2 k
Solusi : Untuk menghitung tegangan thevenin, tahanan (1 kΩ), sementara dilepas terlebih
dahulu, seperti terlihat pada rangkaian berikut, kemudian dihitung tegangan Thevenin
dan tahanan Thevenin
2. Sederhanakan dengan Thevenin, dan hitung arus I0
5
5
a
b
Rab (terbuka)
A1055,2
75I
5R
A6105,2
75I
10R
R5,2
75I
R
R
R
=+
=
=
=+
=
=
+=

Rangkaian Elektrik
70
12 V
+-
4 mA
2 k
2 mA 2 k Voc
+
-
Rth
2 k
a
2 k
b
Rangkaian Thevenin :
2 k
-16 V
+
-
a
b
1 k
Io
V16412V
10.2x10.212V
OC
33
OC
−=−−=
−−= −
== 3
abTh 10.2RR
mA3
15I
10.3
16I
10)12(
16I
0
3
0
30
−=
−=
+
−=
−

Rangkaian Elektrik
71
3.5. Teorema Norton
x
y
A B
Gambar 3.9 Rangkaian Teorema Norton
A : Rangkaian komplek dengan banyak sumber B : unsur rangkaian
Untuk menyederhanakan rangkaian yang komplek dan banyak sumber (A),
maka unsur rangkaian (B) sementara dilepas pada terminal (x-y), sehingga rangkaian
Norton terlihat pada gambar 3.9(b).
Besar arus Norton (Isc), dihitung dari rangkaian yang komplek terminalnya dihubung
singkat (short circuits), rangkaiannya dapat dilihat pada gambar 3.10 (a) .Besarnya
tahanan norton sama dengan tahanan yang diukur pada terminal terbuka rangkaian
tersebut dengan seluruh sumber dimatikan, hal ini dapat dilihat pada gambar 3.10 (b)
Isc
x
y
A
Gambar 3.10 Rangkaian Perhitungan Arus dan Tahanan Norton
Teorema Norton menyatakan bahwa dalam suatu rangkaian elektrik yang
komplek dan banyak sumber, maka dapat disederhanakan menjadi rangkaian
dengan satu sumber arus dan satu resistansi paralel dengan sumber arus. Hal
ini dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar 3.9. yaitu penyederhanaan
rangkaian elektrik menurut Norton tersebut.
RnIsc
x
y
Rn = Rxy
x
y
A
Sumber-sumber
dimatikan
(a) (b)
(a) (b)

Rangkaian Elektrik
72
Contoh : Sederhanakan dengan teorema Norton pada terminal (a-b), serta hitung arus IR,
apabila R = 10 Ω dan R = 5 Ω
100 V
5
R
IR
a
b
50 V
5
Solusi :
100 V
5
a
b
50 V
5
I1
I2
ISC (tertutup)
A20I
5
100I
100I5:IMesh
1
1
1
=
=
=
A30I
)10(20I
III
SC
SC
21SC
=
−−=
−=
5
5
a
b
Rab (terbuka)
A10I
5
50I
50I5:IIMesh
2
2
2
−=
−=
−=
=+
== 5,255
5x5RR abn

Rangkaian Elektrik
73
Rangkaian Norton :
2,5 30 A
a
b
R
IR
A1030x55,2
5,2I
5R
A630x105,2
5,2I
10R
30xR5,2
5,2I
R
R
R
=+
=
=
=+
=
=
+=

Rangkaian Elektrik
74
SOAL-SOAL
1. Hitung arus (I), selesaikan dengan : Metode arus mesh, Metode tegangan node, Superposisi, Teorema Thevenin
DC7 voltDC1 volt
1 Ω 2 Ω
I
2 Ω 1 Ω
3
2. Hitung tegangan Vx dengan arus mesh dan teorema Thevenin.
DC
DC
8 A
1 Ω
2 Ω
4 Ω
3 Ω
5 volt
9 volt
Vx +-
3. Pada rangkaian elektrik, hitung tegangan Va, dengan metode arus mesh, superposisi dan Teorema Thevenin
40 Ω
50 Ω
30 Ω
20 V
10 Ω20 Ω
10 V
5 V
30 V Va
+
-

Rangkaian Elektrik
75
4. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ix dengan metode arus mesh dan superposisi.
12 V4 mA
2 k
1 k 2 k 6 V
Ix
5. Hitung tegangan Vx, arus Io dengan metode tegangan node, metode arus mesh
dan superposisi
6 V
Io
+
-
6 k
6 k
+ -
12 k
12 k
2 Vx
Vx
6. Hitung tegangan Vx, arus Io dengan metode tegangan node, metode arus mesh
dan superposisi
10 V
Io
+
-
1 k
2 k
1 k
+
-
2 k
Vx
Vx
5 V

Rangkaian Elektrik
76
7. Hitung tegangan Va, dengan metode tegangan node dan teorema Norton
40 Ω
50 Ω
30 Ω
20 V
10 Ω20 Ω
10 V
5 V
30 VVa
+
-
8. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ix dengan metode arus mesh , tegangan node dan superposisi.
40 Ω
50 Ω
30 Ω
20 V
10 Ω
Ix
10 V
30 V
9. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ix dengan metode tegangan node dan teorema Norton
1 Ω
6 Ω
12 Ω
1 Ω
2 Ω
12 V
20 Ω
4 Ω
12 V
Ix

Rangkaian Elektrik
77
10. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ia dengan metode tegangan node dan teorema Thevenin
7 V
1 2
3
6 V
1
2
Ia
11. Pada rangkaian elektrik, hitung tegangan Vx dengan metode tegangan node
dan superposisi.
7 V
1
Vx+
2
3
7 A
+-
-
1 2
12. Pada rangkaian elektrik, hitung arus Ix dengan metode arus mesh dan superposisi.

Rangkaian Elektrik
78
15 Ω
5 Ω
20 V
6 Ω
10 Ω
10 A
50 V
30 V
5 Ω
Ix
13. Pada rangkaian elektrik, sederhanakan dengan teorema thevenin, serta hitung tegangan VR
R
5 Ω
5 Ω
10 Ω10 A
50 V
30 V
5 Ω
VR
+
-
14. Pada rangkaian elektrik, hitung tegangan V0 dengan superposisi dan penyederhanaan Thevenin
12 V
4 mA
+
-
6 k
3 k
4 k
4 k
Vo2 k
8 k

Rangkaian Elektrik
79
BAB IV
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK
Pada bagian sebelumnya telah dipelajari suatu rangkaian dengan sumber
tegangan atau sumber arus yang konstan (DC murni), rangkaian yang mendapat
sumber tegangan konstan disebut rangkaian arus searah (rangkaian DC).
Rangkaian arus bolak-balik (rangkaian AC) adalah rangkaian dengan sumber
tegangan / sumber arus berbentuk gelombang arus bolak-balik, salah satu gelombang
arus bolak-balik adalah gelombang sinusoida. Sumber tegangan dengan gelombang
sinusoida banyak digunakan secara praktis dilapangan, sebagai sumber tenaga listrik
terbesar, misalnya : pada industri, perkantoran, perumahan laboratoriun, peralatan
transportasi, peralatan elektronik, dsb.
4.1. Gelombang Sinusoida
4.1.1 Persamaan Gelombang Sinusoida
Tegangan atau arus berbentuk gelombang arus bolak-balik (Alternating
Current/AC) yang banyak digunakan adalah gelombang sinusoida, persamaan umum
gelombang sinusoida untuk tegangan atau arus sebagai berikut :
)t(sinI)t(i
)t(sinV)t(v
m
m
+=
+=
v(t) : tegangan sesaat
i(t) : arus sesaat
Vm : tegangan maksimum (V)
Im : arus maksimum (A)
ω : kecepatan sudut (rad/sec)
α, α1 dan β, β1: sudut fasa (derajat)
Gambar 4.1 menggambarkan gelombang tegangan sinusoida, dengan sumbu
mendatar merupakan sudut (radian) atau waktu (detik)
)t(cosI)t(i
)t(cosV)t(v
1m
1m
+=
+=

Rangkaian Elektrik
80
Gambar 4.1 Gelombang Tegangan Sinusoida
Persamaan gelombang tegangan :
)0t(sinV)t(v
)t(sinV)t(v
0
m
m
+=
=
Kecepatan sudut :
T
1ffrekuensidan
T
2=
=
f2=
T : periode (det) f : frekuensi (Hz) Satu putaran penuh (cycle) adalah bentuk gelombang yang terdapat dalam satu
periode, frekuensi adalah banyaknya putaran setiap detik, dengan satuan cycle/detik
atau Hertz (Hz)
4.1.2 Sifat Gelombang Sinusoida Gelombang sinusoida mempunyai beberapa sifat antara lain :
1). Merupakan fungsi matematika yang sederhana
)t(cosV)t(v
)t(sinV)t(v
m
m
+=
+=

Rangkaian Elektrik
81
2). Merupakan fungsi yang berulang (periodik)
Gelombang sinusoida setiap satu periode akan sama dengan gelombang
semula, fungsi berulang harus memenuhi syarat :
f(t) = f(t + T) 3). Gelombang sinusoida mudah untuk dibangkitkan.
Tegangan sinusoida dibangkitkan oleh Generator arus bolak-balik (Generator
Sinkron) pada pusat pembangkit tenaga listrik.
Contoh : pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga
Gas (PLTG), dsb.
4.1.3 Nilai Rata-rata Gelombang Sinusoida
Misalkan gelombang tegangan sinusoida : )t(sinV)t(v m =
Nilai rata-rata Tegangan:
=
T
0
rt dt)t(vT
1V
)tT
2(dt
T
2sin
2
VV
2
Tx)t
T
2(dt
T
2sin
T
VV
dt)tsin(VT
1V
T
0
mrt
T
0
mrt
T
0
mrt
=
=
=
0V
)11(2
V
0cos2cos2
V
tT
2cos
2
VV
rt
m
0m
T
0
mrt
=
−
−=
−
−=
−
=
Dari hasil perhitungan maka tegangan rata-rata gelombang sinusoida adalah nol,
dengan cara yang sama untuk arus rata-rata gelombang sinusoida, apabila dihitung
akan diperoleh hasil :
Misalkan gelombang arus sinusoida : )t(sinI)t(i m =

Rangkaian Elektrik
82
Nilai rata-rata Arus :
=
T
0
rt dt)t(iT
1I
)tT
2(dt
T
2sin
2
II
2
Tx)t
T
2(dt
T
2sin
T
II
dt)tsin(IT
1I
T
0
mrt
T
0
mrt
T
0
mrt
=
=
=
0I
)11(2
I
0cos2cos2
I
tT
2cos
2
II
rt
m
0m
T
0
mrt
=
−
−=
−
−=
−
=
4.1.4 Nilai Efektif Gelombang Sinusoida
Misalkan gelombang tegangan sinusoida : )t(sinV)t(v m =
Nilai efektif gelombang sinusoida :
=
T
0
2
ef dt)t(vT
1V
2
2cos1sinkarena:dttsin
T
V
dttsinVT
1
dt)t(vT
1V
2
T
0
22
m
2
T
0
2
m
T
0
22
ef
−==
=
=

Rangkaian Elektrik
83
−=
−=
−=
T
0
T
0
2
m
T
0
T
0
2
m
T
0
2
m2
ef
tT
4dt
T
4cos
4
Tdt
T2
V
dttT
2.2cosdt
T2
V
dt2
t2cos1
T
VV
( ) ( )
( )
2
VV
TT2
V
0sin4sin4
T0T
T2
V
tT
4sin
4
Tt
T2
VV
2
m2
ef
2
m
02
m
T
0
T
0
2
m2
ef
=
=
−
−−=
−=
mm
ef V707,02
VV ==
Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya tegangan efektif sebesar 0,707 kali
tegangan maksimumnya, nilai tegangan efektif gelombang sinusoida merupakan nilai
searahnya gelombang sinusoida, hal ini diperlihatkan pada gambar 4.2 berikut ini :
Nilai efektifVef
Gambar 4.2 Nilai efektif Gelombang Sinusoida Untuk arus sinusoida apabila dihitung nilai efektifnya akan diperoleh :
)t(sinI)t(i m =
mm
ef I707,02
II ==

Rangkaian Elektrik
84
Nilai efektif disebut juga nilai rms (Root Mean Square), artinya akar dari nilai rata-rata
kuadrat, sehingga dalam pemakaiannya tegangan efektif atau arus efektif ditulis :
4.2. Pengaruh Gelombang Sinusoida pada Unsur Rangkaian 1). Rangkaian Resistansi Pada rangkaian resistansi (tahanan), apabila dihubungkan dengan sumber
tegangan gelombang sinusoida, diperlihatkan pada gambar 4.3 misalkan arus yang
mengalir :
)t(sinI)t(i m =
i(t)
v(t)
+
R
-
Gambar 4.3 Rangkaian Resistansi dengan sumber Tegangan Sinusoida Pada Gambar 4.3. (a) adalah rangkaian resistansi pada daerah waktu, sehingga besar
tegangan pada resistansi :
tsinV)t(v
tsinIR)t(v
)t(iR)t(v
m
m
=
=
=
Dimana :
efef
mm
mm
IRV
2
IR
2
V
IRV
=
=
=
III
VVV
rmsef
rmsef
==
==
Im
Vm
+
R
-
(a) (b)

Rangkaian Elektrik
85
Gambar 4.3. (b) merupakan rangkaian daerah frekuensi, dengan sumber tegangan
yang tegangannya dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya, begitu juga arus
yang mengalir dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya.
Gambar gelombang tegangan sinusoida dan gelombang arus sinusoida pada
resistansi diperlihatkan pada gambar 4.4.
v
i
Vm
Im
v
ωt0
Gambar 4.4 Gelombang Tegangan dan Arus pada Resistansi
Pada rangkaian resistansi, tegangan (v) dan arus (i) adalah sefasa, tidak ada beda
fasa (beda fasanya = 0), frekuensi sudut gelombang tetap, hanya amplitudonya yang
berubah.
2). Rangkaian Induktansi Pada rangkaian induktansi, apabila dihubungkan dengan sumber tegangan
gelombang sinusoida, diperlihatkan pada gambar 4.5 misalkan arus yang mengalir :
)t(sinI)t(i m =
v(t)
+
-
L
i(t)
Gambar 4.5 Rangkaian Induktansi
Pada Gambar 4.5. (a) adalah rangkaian induktansi pada daerah waktu, sehingga besar
tegangan pada induktansi :
Vm
0
Im
Vm
+
-
XL
Im
(a) (b)

Rangkaian Elektrik
86
)90t(sinV)t(v
)90t(sinIL)t(v
tcosIL)t(v
dt
tsinIdL)t(v
dt
)t(diL)t(v
o
m
o
m
m
m
+=
+=
=
=
=
Dimana :
efLef
mL
m
mLm
mm
IXV
2
IX
2
V
IXV
ILV
=
=
=
=
Gambar 4.5. (b) merupakan rangkaian daerah frekuensi, dengan sumber tegangan
yang tegangannya dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya, begitu juga arus
yang mengalir dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya.
Gambar gelombang tegangan sinusoida dan gelombang arus sinusoida pada
induktansi diperlihatkan pada gambar 4.6.
v
i
Vm
Im
v
ωt0
Gambar 4.6 Gelombang Tegangan dan Arus pada Induktansi Pada rangkaian Induktansi, tegangan (v) mendahului 900 terhadap arus (i) atau arus
tertinggal 900 terhadap tegangan, frekuensi sudut tetap, amplitudonya yang berubah.
3). Rangkaian Kapasitansi Pada rangkaian kapasitansi apabila dihubungkan dengan sumber tegangan
gelombang sinusoida, diperlihatkan pada gambar 4.7 misalkan arus yang mengalir :
)(Lf2LX
InduktifsitanakReX
L
L
==
−
90
Vm
0
Im

Rangkaian Elektrik
87
)t(sinI)t(i m =
v(t)
+
-
C
i(t)
Gambar 4.7 Rangkaian Kapasitansi denga Sumber Tegangan Sinusoida Pada Gambar 4.7. (a) adalah rangkaian kapasitansi pada daerah waktu, sehingga
besar tegangan pada kapasitansi :
=
=
=
)t(dtsinC
I
dttsinIC
1
dt)t(iC
1)t(v
m
m
( )
)90t(sinV)t(v
)90t(sinC
I
tcosC
I
0
m
0m
m
−=
−
=
−
=
Dimana :
efCef
mC
m
mCm
mm
IXV
2
IX
2
V
IXV
IC
1V
=
=
=
=
Gambar 4.7. (b) merupakan rangkaian daerah frekuensi, dengan sumber tegangan
yang tegangannya dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya, begitu juga arus
yang mengalir dapat berupa nilai maksimum atau nilai efektifnya.
Gambar gelombang tegangan sinusoida dan gelombang arus sinusoida pada
kapasitansi diperlihatkan pada gambar 4.8.
)(Cf2
1
C
1X
kapasitifsitanakReX
C
C
=
=
−
Vm
+
-
Xc
Im
(a) (b)

Rangkaian Elektrik
88
v
i
Vm
Im
v
ωt0
Gambar 4.8 Gelombang Tegangan dan Arus pada Kapasitansi Pada rangkaian kapasitansi, tegangan (v) tertinggal (900) terhadap arus (i) atau arus
mendahului (900) terhadap tegangan, frekuensi sudut tetap, amplitudo berubah.
4.3 Metode Fasor Suatu tegangan/arus berbentuk gelombang sinusoida dapat dinyatakan dalam
bentuk fasor, yaitu bilangan komplek yang merepresentasikan besaran dan fasa
gelombang sinusoida, atau disebut juga sebagai vektor dengan arah sudut fasa
dengan panjabaran sebagai berikut. Persamaan tegangan gelombang sinusoida :
)t(j
m
m
eVRe)t(v
)t(cosV)t(v
+=
+=
Dimana Re adalah bagian riel dari )t(je + dan selalu diingat bahwa gelombang
tegangan tersebut adalah bagian nyata, yang selanjutnya notasi (Re) tidak perlu ditulis
dalam persamaan gelombang tegangan. Sehingga persamaan tegangan menjadi :
tjj
m
jtj
m
)t(j
m
eeV)t(v
eeV)t(v
eV)t(v
+
=
=
=
tj
m
tjj
m
eV)t(v
eeV)t(v
=
=
Dari persamaan dapat diketahui bahwa tegangan sesaat dapat dinyatakan dengan
bentuk vektor dengan arah sudut fasanya
m
j
m
V)t(v
eV)t(v
- 90
Vm
0
Im

Rangkaian Elektrik
89
4.3.1. Impedansi (Z) dan Admitansi (Y) Dalam penyelesaian dengan menggunakan metode fasor, harus dipahami
terlebih dahulu pengertian impedansi dan admitansi, impedansi adalah perbandingan
antara tegangan (fasor) dan arus (fasor) diantara dua terminal. Apabila dinyatakan
dalam bentuk matematik sebagai berikut yang diperlihatkan pada gambar 4.9
+
-
V
I
Z
Gambar 4.9 Rangkaian Impedansi
Impedansi (Z) mempunyai satuan ohm, admitansi (Y) adalah kebalikan dari impedansi,
satuan dari admitansi adalah mho, yang dinyatakan dalam persamaan :
Z
1Y =
Pada rangkaian R,L,C yang dihubungkan seri, seperti diperlihatkan pada gambar 4.10 ,
maka fasor tegangan pada masing-masing unsur rangkaian dapat dihitung sebagai
berikut :
+
-
V
R
+I
XL
XC
+
+- -
-
VR VL
VC
Gambat 4.10 Rangkaian RLC
)(I
VZ =
IZV =
0
CC
0
LL
0
R
0
90IXV
90IXV
0IRV
0II
−=
=
=
=
VYI
V
IY
=
= (Ʊ)

Rangkaian Elektrik
90
Fasor tegangan pada masing-masing unsur rangkaian apabila digambarkan
pada bidang komplek, sebagai berikut
Gambar 4.11 Fasor Tegangan pada Bidang Komplek
Dari gambar 4.10 Rangkaian RLC dapat dilihat, apabila arus yang mengalir dalam
rangkaian mempunyai sudut fasa 00 maka tegangan pada resistansi akan sefasa
dengan arus, sedangkan pada induktansi tegangan akan mendahului 090 terhadap
arus dan tegangan pada kapasitansi akan tertinggal 090 terhadap arus. Apabila
digambarkan pada bidang komplek dapat diperlihatkan pada gambar 4.11.
Dari bidang komplek, diperoleh : 1). Pada Resistansi.
IRVR = maka diperoleh impedansi :
RZ
RI
V
R
R
=
=
2). Pada Induktansi
IXjV LL = maka diperoleh impedansi :
LL
LL
XjZ
XjI
V
=
=
3). Pada Kapasitansi
IXjV CC −= maka diperoleh impedansi :
CC
CC
XjZ
XjI
V
−=
−=
4.3.2 Syarat Penyelesaian dengan Metode Fasor

Rangkaian Elektrik
91
Hukum-hukum dasar, rangkaian sederhana dan metode analisis rangkaian
pada rangkaian arus searah yang pernah dibahas, berlaku untuk rangkaian arus bolak-
balik dengan sumber tegangan berbentuk gelombang sinusoida, dengan syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Unsur rangkaian (R,L,C) harus dinyatakan dalam bentuk impedansi (Z) atau
admitansi (Y).
Impedansi dan admitansi seperti diperlihatkan pada table berikut ini :
R L C
Z(Ω) R LXj
CXj−
Y(Ʊ) R
1
LXj
1
CjX
1
−
Cf2
1
C
1X
Lf2LX
C
L
=
=
==
2. Tegangan dan Arus harus dalam bentuk fasor
Tegangan sesaat : )t(sinV)t(vo
1m +=
Bentuk tegangan fasor : 1efef
1mm
VV
VV
=
=
Arus sesaat : )t(sinI)t(i 2m −=
Bentuk arus fasor : 2efef
2mm
II
II
−=
−=

Rangkaian Elektrik
92
Contoh : 1. Rangkaian R L seri, dicatu sumber tegangan sinusoida :
volt)t10(cos20)t(v =
+
-
V(t)
10
i(t)
1 H
1). Hitung tegangan efektif dan frekuensi tegangan
2). Hitung arus efektif dan arus sesaat yang mengalir dalam rangkaian
Solusi :
volt)t10(cos20)t(v = , maka : 10,20Vm ==
Tegangan efektif : V14,142
20
2
VV m
ef ===
maka frekuensi : .Hz59,128,6
10
2f ==
=
Rangkaian kawasan frekuensi :
+
-
V
ZR
I
ZL
0
0
0ef
ef 4514514,14
014,14
Z
VI −=
==
Jadi arus efektif Ief = 1 A
41,11x2Ix2Im ===
Arus sesaat : A)45t10cos(41,1)t(i 0−=
=
+=
+=
+=
+=
0
LR
4514,14Z
10j10
1x10j10
LjR
ZZZ

Rangkaian Elektrik
93
2. Dalam rangkaian elektrik, diketahui sumber tegangan :
volt)t3(sin5)t(v =
+
-
V(t)
1
i(t)
1/9 F
3
1 H
iC(t)
1). Hitung ars efektif (I) dan arus sesaat (i) 2). Hitung arus efektif Ic dan arus sesaat (ic)
Solusi :
Menghitung arus efektif dan arus sesaat i(t).
volt)t3(sin5)t(v = , maka : 3,5Vm ==
+
-
V
I
Z1
Ic
Z2
Z3a
b
3j33
9j9
3j33j
)3j3(x3j
ZZ
ZxZZ
21
21ab
−=−
=
++−
+−=
+=
9,365Z
3j413j3
ZZZ 3ab
−=
−=+−=
+=
0
0
90,361I
)9,36(01I
9,365
05
Z
VI
=
−−=
−
==
Arus efektif : A707,01x707,0I707,0I mef ===
1Z
3j3
1x3j3Lj3Z
3j
9/1x3
1j
C
1jXjZ
3
2
C1
=
+=
+=+=
−=
−=
−=−=

Rangkaian Elektrik
94
Arus sesaat : A)90,36t3(sin)t(i
)90,36t3(sin.1)t(i
0
0
+=
+=
Menghitung arus efektif Ic dan arus sesaat (ic)
0
00
0
abab
10,825,4
90,361x4525,4
90,361x)3j3(IZV
−=
−=
−==
0
0
0
0
1
abC
90,8141,1
903
0i,825,4
3j
10,825,4
Z
VI
=
−
−=
−
−==
Jadi arus sesaat : A)90,81t3(sin41,1)t(i 0
C +=
3. Pada rangkaian elektrik, diketahui sumber tegangan dengan tegangan efektif :
volt050V
volt050V
0
2
0
1
=
=
+
-
V1
+
-
2 a
Zab V2
3
3
5
8
b
1). Hitung tegangan pada impedansi Zab dengan metode arus mesh
2). Hitung tegangan pada impedansi Zab dengan metode tegangan node
3). Hitung tegangan pada impedansi Zab dengan teorema thevenin
Solusi :
1). Metode arus mesh

Rangkaian Elektrik
95
+
-
50 0I
+
-
b
2 a
50 0
3
3
j5
-j8
II
I1 I2Ib
I1 I2
Tegangan pada impedansi Zab :
21b
babab
III
IZV
−=
=
Dengan metode Arus mesh.
Mesh I : 1212111 ViZIZ =−
)1(...........050I)5j3(I)5j5(
050I)5j3(I)5j32(
0
21
0
21
=+−+
=+−++
Mesh II : 2222121 ViZIZ =+−
)2(...........050I)3j6(I)5j3(
050I)8j5j33(I)5j3(
0
21
0
21
−=−++−
=−++++−
Persamaan arus mesh :
0
21 050I)5j3(I)5j5( =+−+
0
21 050I)3j6(I)5j3( −=−++−
Persamaan (1) dan (2), dihitung dengan determinan
15j61
400j150
)5j3()5j3()3j6()5j5(
)5j3(50)3j6(50
)3j6()5j3(
)5j3(5j5
)3j6(050
)5j3(050
I0
0
1
−
−=
++−−+
+−−=
−+−
+−+
−−
+−
=
0
1
0
0
1
64,5580,6I
80,1382,62
44,6920,427I
−=
−
−=

Rangkaian Elektrik
96
0
2
0
0
0
0
2
80,1359,1I
80,1382,62
0100
15j61
100
)5j3()5j3()3j6()5j5(
)5j3(50)5j5(50
)3j6()5j3(
)5j3(5j5
050)5j3(
0505j5
I
−=
−
−=
−
−=
++−−+
+++−=
−+−
+−+
−+−
+
=
0
b
00
00
21b
18,4449,7I
22,5j57,5
38,0j54,160,5j83,3
80,1359,164,5580,6
)80,1359,1(64,5580,6
III
−=
−=
++−=
+−=
−−−=
−=
volt85,1466,43V
18,4449,7x03,5983,5
18,4449,7x)5j3(
IZV
ab
00
0
babab
=
−=
−+=
=
2). Metode tegangan node
Sumber tegangan V1 dan V2 ditransformasikan ke sumber arus Ia da Ib sebagai
berikut :
0
0
00
b
00
a
43,6985,543,6954,8
050
8j3
050I
0252
050I
=−
=
−
=
=
=
Sehingga rangkaian menjadi :

Rangkaian Elektrik
97
Ia
2
2
1
Ib
3 3
j5 - j8
Node 1 : 1111 IVY =
47,5j05,225)8j3()8j3(
)8j3(
)5j3()5j3(
)5j3(
2
1
43,6985,5025V)8j3(
1
)5j3(
1
2
1 00
1
++=
+−
++
−+
−+
+=
−+
++
47,5j05,27V73
)8j3(
34
)5j3(
2
1
47,5j05,225V83
)8j3(
53
)5j3(
2
1
1
12222
+=
++
−+
++=
+
++
+
−+
47,5j05,27V038,0j629,0
47,5j05,27V109,0j041,0147,0j088,050,0
1
1
+=−
+=++−+
0
1
0
0
1
89,1480,43V
46,363,0
42,1160,27
038,0j629,0
47,5j05,27V
=
−
=
−
+=
0
1ab 89,1480,43VV ==
3). Theorema Thevenin
Sementara impedansi Zab dibuka dari rangkaian, untuk menghitung tegangan
thevenin, sehingga rangkaian menjadi :
+
-
50 0
VR
+
+
-- b
2
a
Vab = Voc 50 0
3 -j8
I1
I1
I1
++
--
Vc
Tegangan thevenin Vab = Voc

Rangkaian Elektrik
98
0)8j5(
0I
0I)8j5(
050050I)8j32(
1
1
00
1
=−
=
=−
−=−+
0
ab
0
11
0
CROCab
050V
050I)8j(I3
050VVVV
=
+−+=
++==
Zab = Zth
b
2
a
3 -j8
Rangkaian Thevenin :
+
-
Voc = 50 0 V
+
-
b
Zth = 1,81 -11,45 a
3
j5
Vab
Impedansi Thevenin :
45,1181,1Z
99,5743,9
45,6908,17
8j5
16j6
8j32
)8j3(x2ZZ
ab
thab
−=
−
−=
−
−=
−=
−==
oc
abth
abab Vx
ZZ
ZV
+=
volt88,1476,43V
050x15,4466,6
03,5983,5
050x64,4j78,4
03,5983,5
050x5j336,0j78,1
03,5983,5
050x5j345,1181,1
5j3V
ab
0
0
0
00
00
0
ab
=
=
+
=
++−
=
++−
+=

Rangkaian Elektrik
99
4.4. Daya Dalam Rangkaian Arus Bolak-Balik Dalam rangkaian arus bolak–balik (gelombang sinusoida) terdapat 3 macam
daya, yaitu :
1. Daya nyata/daya aktif (Daya rata-rata) .
Daya nyata dengan notasi P dengan satuan watt (W), dalam rangkaian
merupakan daya yang diserap oleh resistansi
2. Daya Reaktif (Daya buta)
Daya reaktif dengan notasi Q dengan satuan Volt Ampere Reaktif (VAR),
merupakan daya yang diserap oleh reaktansi induktif atau reaktansi kapasitif
3. Daya Nampak (Daya komplek)
Daya Nampak dengan notasi S dengan satuan Volt Ampere (VA), merupakan
gabungan antara daya nyata dan daya reaktif
Dalam menghitung daya nyata dan daya reaktif dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu, dengan menghitung daya sesaat dari nilai tegangan dan arus sesaat atau
dengan daya riel dan daya imajiner pada bidang komplek.
4.4.1 Perhitungan Daya Sesaat 1). Daya Nyata
Dalam rangkaian elektrik yang diperlihatkan pada Gaambar 4.12, tegangan dan
arus adalah tegangan efektif dan arus efektif.
+
-
Vs
I
ZV
+
-
Gambar 4.12 Rangkaian dengan impedansi Z = R + jX Gambar 4.13 memperlihatkan gelombang tegangan sesaat, arus sesaat dan daya
sesaat
XjRZ +=
)t(sinV2)t(v
)t(sinI2)t(i
+=
=
I : Arus efektif V : Tegangan efektif D

Rangkaian Elektrik
100
v,i,p
t
i(t)v(t)
p(t)
0ϕ π 2π
Gambar 4.13 Gambar Gelombang Daya Sesaat
Daya sesaat :
)t(i).t(v)t(p =
)t2(coscosIV
)tt(cos)tt(cos2
1IV2
)t(sin.)t(sinIV2
)t(sinI2.)t(sinV2)t(p
+−=
++−−+=
+=
+=
Daya rata-rata (daya nyata):
=
T
0
dt)t(pT
1P
=
−=
−=
+−=
+−=
cosIVP
)0T(cosIVT
1
0t.cosIVT
1
dt)t2(cosIVT
1dtcosIV
T
1
dt)t2(cosVIcosVIT
1P
T
o
T
0
T
0
T
0

Rangkaian Elektrik
101
2). Daya Reaktif
1. Daya yang diserap oleh Reaktansi Induktif (XL)
+
-
Vs
I
ZLV
+
-
Gambar 4.14 Rangkaian dengan impedansi Z = j XL
Gambar 4.15 memperlihatkan gelombang tegangan sesaat, arus sesaat dan daya
sesaat pada rangkaian induktif murni
v,i,p
t
i(t)v(t)
p(t)
0 π 2π
Gambar 4.15 Gambar Gelombang Daya Sesaat pada induktansi
Daya sesaat :
)t(i.)t(v)t(p =
dt
)t(diL).t(i)t(i).t(v)t(p ==
)tcos(I2Lx)tsin(I2)t(p =
)tcos(x)tsin(2LI)t(p 2 =
)t2sin(XI)t(p
)t2sin(LI)t(p
L
2
2
=
=
Daya reaktif adalah daya maksimum dari daya sesaat pada induktor.
L
2
L XIQ =
LL XjZ =
dt
diL)t(v
)t(sinI2)t(i
=
=
I : Arus efektif V : Tegangan efektif

Rangkaian Elektrik
102
2. Daya yang diserap oleh Reaktansi Kapasitif (XC)
+
-
Vs
I
ZCV
+
-
Gambar 4.16 Rangkaian dengan Impedansi Z = -j Xc
Gambar 4.17 memperlihatkan gelombang tegangan sesaat, arus sesaat dan daya
sesaat pada rangkaian kapasitif murni
v,i,p
t
i(t)v(t)
p(t)
0 π 2π
Gambar 4.17 Gambar Gelombang Daya Sesaat pada Kapasitansi
CC XjZ −=
)tsin(I2)t(i =
= dt.iC
1)t(v
I : Arus efektif V : Tegangan efektif
Daya sesaat :
)t(i.)t(v)t(p =
== dt).t(iC
1).t(i)t(i).t(v)t(p
)tcos(I2C
1x)tsin(I2)t(p −
=
)tcos(x)tsin(2.C
1I)t(p 2 −
=
)t2sin(XI)t(p
)t2sin(C
1I)t(p
C
2
2
−=
−=
Daya reaktif adalah daya maksimum dari daya sesaat pada kapasitor
C
2
C XIQ −=

Rangkaian Elektrik
103
4.4.2 Perhitungan Daya Pada Bidang Komplek Menghitung daya nyata (Riel) dan daya buta (imajiner) pada bidang komplek.
+
-
Vs
I
ZV
+
-
Gambar 4.18 Rangkaian dengan impedansi Z = R + jX
Apabila fasor tegangan dan fasor arus digambarkan dalam bidang komplek, terlihat
pada gambar 4.19.
Gambar 4.19 Tegangan dan Arus pada Bidang Komplek
I
Icos a= maka : = scoIIa
I
Isin b= maka : = sinIIb
−=
=
II
0VV 0
I : Arus efektif V : Tegangan efektif

Rangkaian Elektrik
104
1. Daya Nyata (Riel)
Daya nyata dapat dihitung dari daya pada sumbu riel, yang besarnya sebagai
berikut :
)W(cosIVP
IVP a
=
=
V : Tegangan efektif
I : Arus efektif Cos ϕ : faktor daya ( power factor)
ϕ : beda fasa antara tegangan V dan arus I
2. Daya Reaktif (imajiner)
Daya reaktif dapat dihitung dari daya pada sumbu imajiner, yang besarnya sebagai
berikut :
)VAR(sinIVP
IVP b
=
=
V : Tegangan efektif
I : Arus efektif ϕ : beda fasa antara tegangan V dan arus I
Q (+) : Rangkaian bersifat induktif Q (-) : Rangkaian bersifat kapasitif
3. Daya Semu (Daya Komplek)
Daya semu merupakan gabungan antara daya nyata dan daya reaktif
Daya Komplek :
+=
+=
sinIVcosIVS
QjPS
Besarnya daya komplek :
( ) ( )
( ) ( )( )
)VA(IVS
IVS
sincosxIV
sinIVcosIVS
22
222
222
=
=
+=
+=
Besarnya daya komplek disebut daya semu , jadi daya semu dapat dituliskan :
)VA(IVS =

Rangkaian Elektrik
105
Dalam menghitung daya dalam rangkaian arus bolak-balik dapat diturunkan dari
segitiga impedansi ke segitiga daya, seperti tertera pada gambar 4.20
X
R
Z
ϕ
Gambar 4.20 Segitiga Impedansi dan Segitiga Daya
( )
QjPS
XIjRI
jXRI
ZIS
22
2
2
+=
+=
+=
=
Daya nyata : RIP 2=
Daya reaktif : XIQ 2=
Daya reaktif positif Q (+), apabila X = XL (reaktansi induktif), artinya menyerap daya reaktif Daya reaktif negatif Q (-), apabila X = Xc (reaktansi kapasitif), artinya memberikan daya reaktif. 4.4.3 Sifat Rangkaian Arus Bolak-Balik Rangkaian arus bolak-balik, gelombang sinusoida dapat bersifat resistif,
bersifat induktif dan bersifat kapasitif. Hal ini sangat tergantung dari besar unsur-unsur
rangkaian, suatu contoh yang diperlihatkan pada Gambar 4.21, suatu rangkaian yang
dapat diwakili oleh impedansi Z
+
-
Vs
I
ZV
+
-
Gambar 4.21 Rangkaian dengan impedansi
Q
P
S
ϕ
Segitiga Impedansi
Segitiga Daya
XjRZ +=
XjRZ +=
QjPS +=

Rangkaian Elektrik
106
1. Rangkaian bersifat Resistif.
Apabila impedansi (Z) mengakibatkan arus (I) sefasa dengan tegangan (V),
maka rangkaian tersebut bersifat resistif ( Z = R )
2. Rangkaian bersifat Induktif
Apabila impedansi (Z) mengakibatkan tegangan (V) mendahului (Leading)
terhadap arus (I), maka rangkaian tersebut bersifat induktif ( Z = R + j X )
3. Rangkaian bersifat Kapasitif
Apabila impedansi (Z) mengakibatkan tegangan (V) terbelakang (Lagging)
terhadap arus (I), maka rangkaian tersebut bersifat kapasitif ( Z = R – j X )
Pada rangkaian yang bersifat induktif, maka daya reaktif bernilai positif Q(+),berarti
rangkaian yang bersifat induktif selalu menyerap daya reaktif. Sedangkan pada
rangkaian yang bersifat kapasitif, bernilai negatif Q(-), berarti rangkaian yang bersifat
kapasitif selalu memberi daya reaktif
00=
00 090
00 090

Rangkaian Elektrik
107
Contoh : 1. Rangkaian elektrik, dengan sumber tegangan sinusoida :
)30t100(cos20)t(v 0+=
-
+
1
0,01 F
2 V(t)
0,02 H
Hitung daya nyata, daya reaktif dan daya semu yang diserap oleh unsur rangkaian. Solusi :
)30t100(cos20)t(v 0+= , maka fasor tegangan : 100
volt3020V 0
m
=
=
−=−=
−=
===
1.j01,0x100
1j
C
1jZ
2.j02,0x100jLjZ
C
L
Rangkaian daerah frekuensi :
-
+
1 2
- j1
I1
I2
I
VZ1Z2
j2
Besar arus yang mengalir :
00
2
2
0
0
1
1
3014,141
3014,14
Z
VI
44,334,656,2623,2
3014,14
Z
VI
=
=
=
==
Daya nyata : (Daya yang diserap oleh unsur resistansi)
1Z
56,2623,2Z
1j2)1.j(22.jZ
2
0
1
1
=
=
+=−++=
Fasor tegangan efektif :
V3014,14V
3020x707,0V
3020V
0
0
0
m
=
=
=

Rangkaian Elektrik
108
watt40,280P
20040,80
1x)14,14(2x)34,6(
1x)I(2x)I(
)1(P)2(PP
22
2
2
2
1
=
+=
+=
+=
+=
Daya reaktif : (daya yang diserap oleh unsur reaktansi)
VAR20,40Q
20,4040,80
1x)14,14(2x)34,6(
X)I(X)I(
)X(Q)X(QQ
22
C
2
1L
2
1
CL
=
−=
−=
−+=
+=
cara lain : Impedansi total (Z)
0
0
0
21
21
13,8707,0
40,1816,3
56,2623,2
1j3
1j2
11J2
1x)1j2(
ZZ
ZxZZ
=
=
+
+=
++
+=
+=
Besar arus yang diberikan oleh sumber tegangan :
0
0
0
87,2120I
13,8707,0
3014,14
Z
VI
=
==
watt280P
13,8cosx20x14,14cosIVP 0
=
==
VAR40Q
13,8sinx20x14,14sinIVQ 0
=
==
VA80,28220x14,14IVS ===
2. Lampu TL (neon), dengan data sebagai berikut : Daya = 20 W Tegangan = 220 V Frekuensi = 50 Hz. Cos ϕ = 0,35
Tentukan beban lampu TL dalam bentuk impedansi, serta gambar rangkaiannya. Solusi : Pada lampu TL terdapat induktor, sehingga merupakan rangkaian yang bersifat
induktif, jadi impedansinya :
ϕ
21,87
30
V
I
000 13,887,2130 =−=
Daya semu :
VA80,282S
20,4040,280
QPS
22
22
=
+=
+=

Rangkaian Elektrik
109
Z = R + j XL
A259,0
35,0x220
20
cosV
PI
:maka,cosIVP
==
=
=
0
1
0
50,69259,0I
35,0cos259,0I
0220V
−=
−=
=
−
0
0
0
50,6942,849Z
50,69259,0
0220
I
VZ
=
−
==
+= 60,795j40,297Z
Dihitung dengan cara lain :
Daya nyata : Daya reaktif :
10,298R
)259,0(
20
I
PR
:maka,RIP
22
2
=
==
=
+= 60,795j10,298Z
298,1
j.795,6
VAR37,53Q
50,69sinx259,0x220siniVQ 0
=
==
60,795X
)259,0(
37,53
I
QX
:maka,XIQ
L
22L
L
2
=
==
=

Rangkaian Elektrik
110
Soal-Soal
1. Sumber tegangan : V)t314(sin180)t(v = , Dikenakan pada rangkaian R L
seri, arus yang mengalir pada rangkaian : A)55t314(sin18)t(i 0−=
Hitung impedansi, resistansi dan induktansinya
2. Pada rangkaian elektrik berikut, diketahui sumber tegangan Vt20cos15)t(v = ,
hitung arus sesaat i(t)
-
+
4
i(t)
V(t)0,25 F
1 H
3. Dalam rangkaian berikut diketahui sumber tegangan :
V)30t10(cos50)t(v 0−=
-
+
V(t)
1 F
i(t)
0,50 H 2 H
2 H
1 F
ic(t)
+
-
Vc(t)
1). Hitung arus efektif dan arus sesaat (i dan ic)
2). Hitung tegangan sesaat vc(t)

Rangkaian Elektrik
111
4. Pada rangkaian elektrik, diketahui tegangan efektif dari sumber tegangan :
V0220V 0= , Hitung arus efektif : I, I1 , dan I2
-
+
V
I
j.10
I1 I2
10 10
10
5. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung impedansi (Z1) apabila arus maksimum :
volt0110V
ampere2530I
0
0
=
=
-
+
V
I
j.5
Z1
4
10
6. Dalam rangkaian elektrik, diketahui tegangan efektif dari sumber tegangan :
+
-
+
V1
Ix
j.2
4
2
5
V2
-
- j.2
Hitung arus Ix , dengan metode :
1). Metode arus mesh
2). Metode tegangan node
3). Metode superposisi
4). Teorema Thevenin
V9060V
V060V
0
2
0
1
=
=

Rangkaian Elektrik
112
7. Dalam rangkaian elektrik berikut, hitung arus (Ia) dan tegangan (Va) dan daya
yang diberikan oleh sumber arus.
+Ia
j5
Is
2 5
Va
-
- j2
8. Tiga buah beban listrik dihubungkan secara paralel, dengan sumber tegangan
diketahui tegangan efektif :
V03300V 0−=
Masing-masing beban mempunyai impedansi :
=
−=
=
0
3
0
2
0
1
9015Z
6015Z
1525Z
-
+
V Z1 Z2 Z3
1). Hitung daya yang diserap oleh masing-masing beban listrik
2). Hitung daya yang diserap oleh rangkaian
3). Hitung faktor daya (cos ϕ) dari rangkaian
A9010I 0
S =

Rangkaian Elektrik
113
9. Pada rangkaian diketahui sumber tegangan dengan tegangan maksimum :
V0100V 0=
-
+
V
10
3
j15
j4
Hitung daya nyata, daya reaktif dan daya komplek yang diberikan oleh sumber
tegangan.
10. Suatu beban listrik (Beban A), merupakan beban yang bersifat induktif dengan
data sebagai berikut :
Daya = 1500 watt Tegangan = 120 volt Cos ϕ = 0,85
Diketahui Zs = 0,20 + j 7,50 Ω
-
+
Vs
Zs
A
Apabila tegangan pada beban listrik diinginkan 120 V, hitung besar
tegangan sumber (Vs)

Rangkaian Elektrik
114
11. Pada rangkaian elektrik berikut, diketahui besar tegangan maksimum dan arus
maksimum dari sumber tegangan dan sumber arus, sebagai berikut :
amper405I
volt3010V
0
s
0
s
=
=
12. Pada rangkaian elektrik, hitung tegangan pada resistor (VR) dengan menggunakan :
1). Metode arus mesh 2). Metode tegangan node 3). Superposisi 4). Teorema Thevenin / Norton
+
VRV2V1
-
13. Hitung tegangan pada kapasitor (Vc), apabila diketahui besar tegangan
maksimum sumber tegangan sebagai berikut :
Vc
+
-
Vc
+
-
Hitung arus I1 dan I2 (arus maksimum dan arus efektif)
Tegangan efektif :
volt050V
volt3040V
0
2
0
1
=
=
Unsur rangkaian
besarnya tentukan sendiri

Rangkaian Elektrik
115
14. Hitung tegangan pada sumber arus v(t), pada rangkaian elektrik berikut.
15. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung tegangan maksimum dan tegangan
efektif pada induktor, diketahui sumber arus :
A)t10(cos100i
A)t10(sin50i
2s
1s
=
=
V(t)
+
-

Rangkaian Elektrik
116
BAB V
RANGKAIAN TIGA FASA
Rangkaian 3 fasa (Sistem 3 fasa) dalam praktisnya banyak digunakan pada
Pusat pembangkit tenaga listrik (Generator sinkron 3 fasa) di PLTA, PLTU, PLTD,
PLTG, dsb. Digunakan untuk transformator 3 fasa, motor listrik 3 fasa, serta peralatan
control atau pengatur putaran motor dalam bentuk 3 fasa (Elektronika daya).
Rangkaian 3 fasa secara garis besar terdiri dari dua, yaitu :
1. Sumber tegangan 3 fasa
2. Beban listrik 3 fasa
5.1. Sumber Tegangan 3 Fasa
Sumber tegangan 3 fasa (gelombang sinusoida) merupakan sumber tegangan
yang terdiri dari tiga buah sumber tegangan satu fasa yang besarnya sama dan
masing-masing tegangan mempunyai beda fasa 120 derajat.
Contoh sumber tegangan 3 fasa adalah generator sinkron 3 fasa, seperti
diperlihatkan pada gambar 5.1 konsep generator sinkron 3 fasa.
Gambar 5.1. Konsep Generator Sinkron 3 Fasa
Generator sinkron 3 fasa terdiri dari 3 buah belitan yang berbeda fasa 120 derajat,
yaitu :
1. Belitan (P1- N)
2. Belitan (P2- N)
3. Belitan (P3 –N)
P1, P2, P3 adalah ujung belitan, dan N adalah pangkal belitan.

Rangkaian Elektrik
117
Apabila rotor kutub N – S (Kutub magnet utara-selatan) diputar, maka pada masing-
masing belitan akan timbul tegangan terinduksi, sebagai sumber tegangan 3 fasa.
Belitan ( P1 – N), menghasilkan tegangan : )t(sinV)t(v ma =
Belitan ( P2 – N ) menghasilkan tegangan : )120t(sinV)t(v 0
mb −=
Belitan ( P3 – N ) menghasilkan tegangan )240t(sinV)t(v 0
mC −=
Dari persamaan tegangan, terlihat bahwa ketiga tegangan mempunyai amplitudo yang
sama dan masing-masing tegangan berbeda fasa 120 derajat.
Bentuk gelombang sumber tegangan 3 fasa terlihat pada gambar 5.2.
Va Vb VcVm
-Vm
v
ωt
Gambar 5.2. Gambar Gelombang tegangan 3 Fasa.
Apabila ketiga tegangan ditulis dalam bentuk fasor adalah sebagai berikut :
Dalam pemakaiannya sumber tegangan 3 fasa harus dihubungkan dalam
hubungan bintang (Y) atau hubungan delta (Δ)
0
C
0
b
0
a
240VV
120VV
0VV
−=
−=
=
Va
-120
VbVc
-120

Rangkaian Elektrik
118
4.1.1 Sumber Tegangan Hubungan (Y)
Sumber tegangan 3 fasa hubungan Y diperlihatkan pada Gambar 5.3. yang
terdiri dari tiga buah sumber tegangan 1 fasa.
A
B
C
VAn
VBn
VCn
n
+
+
-
-
+
-
Gambar 5.3 Sumber Tegangan 3 Fasa Hubungan Y
Pada Gambar 5.3.(a) Gambar diagram pengawatan sumber tegangan 3 fasa,
sedangkan Gambar 5.3.(b) adalah gambar diagram skematik sumber tegangan
hubungan Y.
1). Tegangan pada Sumber Tegangan hubungan (Y)
LCABCAB
pCnBnAn
VVVV
VVVV
===
===
saluranantarTegangan:V
fasaTegangan:V
L
p
0
pCn
0
pBn
0
pAn
240VV
120VV
0VV
−=
−=
=
Besarnya tegangan antar saluran dapat dihitung sebagai berikut :
BnnBnBAnAB VVdanVVV −=+=
( ) ( )( )00
pp
00
p
00
p
0
p
0
p
BnAnAB
120sinj120cosVV
)120(sinj)120(cosV0sinj0cosV
120V0V
VVV
−−=
−+−−+=
−−=
−=
+
+
+
-
-
-
A
BC
VAn
VBn
VCn
n
(a) (b)

Rangkaian Elektrik
119
+=
++=
2
3j
2
11V
V2
3jV
2
1VV
p
pppAB
( )
)1(......30V3V
303VV
0
pAB
0
pAB
=
=
Dengan cara yang sama, maka akan diperoleh :
( )( )2.......90V3V
903VV
VVVVV
0
pBC
0
pBC
CnBnnCBnBC
−=
−=
−=+=
( ))3(.....210V3V
2103VV
VVVVV
0
pBC
0
pBC
AnCnnACnCA
−=
−=
−=+=
Dari persamaan (1), (2) dan (3) diperoleh kesamaan :
Apabila digambarkan dalam diagram tegangan, diperlihatkan pada Gambar 5.4
sebagai berikut ini.
Van 0
-120
Vbn -120
VAB
-120
Vcn -240
-Vbn
-Vcn
-Van
VBC
VCA
Gambar 5.4. Diagram vektor tegangan hubungan Y
0
pCn
0
pBn
0
pAn
240VV
120VV
0VV
−=
−=
=
)V(VV
)V(VV
)V(VV
AnCnCA
CnBnBC
BnAnAB
−+=
−+=
−+=
pL V3V =

Rangkaian Elektrik
120
2). Arus pada Sumber Tegangan hubungan (Y)
Hubungan arus fasa dan arus saluran pada sumber tegangan hubunga Y,
diperlihatkan pada gambar 5.5, terlihat bahwa arus fasa besarnya sama dengan arus
saluran.
+
+
+
-
-
-
A
BC
VAn
VBn
VCn
n
IAA1
IBB1
ICC1
A1
B1
C1
InA
InB
InC
Gambar 5.5. Hubungan Arus Pada Sumber Tegangan Hubungan Y
Sumber tegangan hubungan Y, besarnya arus fasa sama denga arus saluran, yaitu :
pnCnBnA IIII ===
LCCBBAA IIII111===
saluranArus:I
fasaArus:I
L
p
4.1.2 Sumber Tegangan Hubungan (Δ)
Sumber tegangan 3 fasa hubungan Δ diperlihatkan pada Gambar 5.6. yang
terdiri dari tiga buah sumber tegangan 1 fasa.
A
B
C
VAB
VBC
VCA
+
+
-
-
+
-
Gambar 5.6 Sumber Tegangan Hubungan Δ
AB
C
+
+
+ -
-
-
VAB
VBCVCA
(a) (b)
pL II =

Rangkaian Elektrik
121
Pada Gambar 5.6.(a) Gambar diagram pengawatan sumber tegangan 3 fasa,
sedangkan Gambar 5.6.(b) adalah gambar diagram skematik sumber tegangan
hubungan Δ.
1). Tegangan pada Sumber Tegangan Hubungan (Δ)
Hubungan tegangan antar saluran dan tegangan fasa dapat dilihat pada
Gambar 5.7.
Sumber tegangan hubungan Δ, besarnya tegangan fasa dan tegangan antar saluran
adalah sama, yaitu :
pCABCAB VVVV ===
LACCBBA VVVV111111===
saluranantarTegangan:V
fasaTegangan:V
L
p
2). Arus pada Sumber Tegangan Hubungan (Δ)
Hubungan arus fasa dan arus saluran pada sumber tegangan hubunga Δ,
diperlihatkan pada gambar 5.7, terlihat bahwa arus fasa besarnya :
AB
C
+
+
+ -
-
-
VAB
VBCVCA
A1
B1
C1
IAA1
IBB1
ICC1
IAIB
IC
Gambar 5.7 Hubungan Arus Pada Sumber Tegangan Hubungan Δ
Besarnya arus fasa :
pCBA IIII ===
Besarnya arus saluran :
LCCBBAA IIII111===
Pada titik hubung (A), berlaku hukum Kirchhoff untuk arus : = 0I
0
pC
0
pB
0
pA
240II
120II
0II
−=
−=
=
pL VV =

Rangkaian Elektrik
122
+−−=
−−=
−+−−=
−−=
−=
=+−−
2
3j
2
1II
240sinj240cosII
)240sin(j)240cos(II
240I0I
III
0III
pp
00
pp
00
pp
0
p
0
p
CAAA
ACAA
1
1
3
1tanI3
2
32
3
tanI2
3
2
3
2
3j
2
3I
I2
3jI
2
1II
1
p
1
p
22
p
pppAA1
−
−
−=
−
+
=
−=
−+=
( )1..........30I3I 0
pAA1−=
Dengan cara yang sama diperoleh :
( )3..............270I3I
III
)2(............150I3I
III
0
pCC
BCCC
0
pBB
ABBB
1
1
1
1
=
−=
−=
−=
Dari persamaan (1), (2) dan (3), diperoleh :
Jadi besarnya arus saluran sama dengan akar tiga kali arus fasa
pL I3I =

Rangkaian Elektrik
123
5.2. Beban Listrik 3 Fasa Beban listrik 3 fasa, terdiri dari konstanta rangkaian (R,L,C) dan digambarkan dalam
bentuk impedansi (Z), untuk beban listrik 3 fasa yang seimbang besarnya impedansi
sama Z1 = Z2 = Z3.
Beban listrik 3 fasa dapat dihubungkan dalam hubungan bintang (Y) atau hubungan
delta (Δ).
5.2.1 Beban Listrik 3 Fasa Hubungan (Y) Beban listrik 3 fasa hubungan Y, diperlihatkan pada Gambar 5.8 (a) diagram
pengawatan dan Gambar 5.12 (b) diagram skematik.
A
B
C
Z1
Z2
Z3
Gambar 5.8 Beban listrik 3 fasa Hubungan (Y) 1. Tegangan pada Beban Listrik Hubungan (Y) Hubungan tegangan dan arus pada beban listrik 3 fasa hubungan (Y) diperlihatkan
pada Gambar 5.9.
BC
Z3
+
-
Z1
Z2
IpB
IpC
ILC
ILB
IpA
A
+
+
--
ILAA1
C1
B1
n
Gambar 5.9 Tegangan dan Arus pada Hubungan (Y)
)V(VV
)V(VV
)V(VV
AnCnCA
CnBnBC
BnAnAB
−+=
−+=
−+=
BC
Z3
Z1
Z2
A
(a) (b)

Rangkaian Elektrik
124
Tegangan tiap fasa :
0
pCn
0
pBn
0
pAn
240VV
120VV
0VV
−=
−=
=
LCABCAB
pCnBnAn
VVVV
VVVV
===
===
saluranantarTegangan:V
fasaTegangan:V
L
p
Tegangan antar saluran :
)1(.............30V3V
120V0V
)V(VV
0
pAB
0
p
0
p
BnAnAB
=
−−=
−+=
)2(............90V3V
240V120V
)V(VV
0
pBC
0
p
0
p
CnBnBC
−=
−−−=
−+=
)3(..........210V3V
0V240V
)V(VV
0
pCA
0
p
0
p
AnCnCA
−=
−−=
−+=
Dari persamaan (1), (2) dan (3) diperoleh kesamaan :
2. Arus pada Beban listrik 3 Fasa hubungan (Y)
Besarnya arus fasa dan arus saluran dapat dihitung sebagai berikut :
ppCpBpA IIII ===
LLCLBLA IIII ===
saluranArus:I
fasaArus:I
L
p
Dalam hubungan (Y) besarnya arus saluran sama dengan arus fasa
pL V3V =
pL II =

Rangkaian Elektrik
125
5.2.2 Beban Listrik 3 Fasa Hubungan (Δ) Beban listrik 3 fasa hubungan Δ, diperlihatkan pada Gambr 5.10 (a) diagram
pengawatan dan Gambar 5.10 (b) diagram skematik.
Z1
Z2
Z3
A
B
C
Gambar 5.10 Beban listrik 3 fasa Hubungan (Δ)
1. Tegangan pada Beban Listrik Hubungan (Δ) Hubungan tegangan dan arus pada beban listrik 3 fasa hubungan (Δ) diperlihatkan
pada Gambar 5.11.
A
BC
Z1
Z2
Z3
A1
C1
B1
IA
IBIC
IAA1
ICC1
IBB1
+
+
+
-
-
-
Gambar 5.11 Tegangan dan Arus pada Hubungan (Δ) Beban listrik hubungan Δ, besarnya tegangan phasa dan tegangan antar saluran
adalah sama, yaitu :
pCABCAB VVVV ===
LACCBBA VVVV111111===
saluranantarTegangan:V
fasaTegangan:V
L
p
A
BC
Z1
Z2
Z3
(a) (b)
pL VV =

Rangkaian Elektrik
126
2. Arus pada Beban Listrik Hubungan (Δ) Hubungan arus phasa dan arus saluran pada beban listrik hubungan Δ, diperlihatkan
pada gambar 5.11, terlihat bahwa arus phasa besarnya :
0
pC
0
pB
0
pA
240II
120II
0II
−=
−=
=
Besarnya arus fasa :
pCBA IIII ===
Besarnya arus saluran :
LCCBBAA IIII111===
Pada titik hubung (A), berlaku hukum Kirchooff untuk arus : = 0I
)1(...........30I3
240I0I
III
0III
0
p
0
p
0
p
CAAA
ACAA
1
1
−=
−−=
−=
=−+
Dengan cara yang sama diperoleh :
( )3..............270I3I
III
)2(............150I3I
III
0
pCC
BCCC
0
pBB
ABBB
1
1
1
1
=
−=
−=
−=
Dari persamaan (1), (2) dan (3), diperoleh :
Jadi besarnya arus saluran sama dengan akar tiga kali arus fasa 5.3. Daya Dalam Rangkaian 3 Fasa 5.3.1 Sumber tegangan 3 fasa dan beban listrik 3 fasa Hubungan (Y) Sumber tegangan 3 fasa dan beban listrik 3 fasa hubungan Y, diperlihatkan pada
Gambar 5.12.
pL I3I =

Rangkaian Elektrik
127
A
B
C
Z3
C
Vp
Ip+
-
+
+
+
-
-
-
B
VAn
n
A
VBn
VCn
Z1
Z2
IpIp
IL
IL
IL
Gambar 5.12 Sumber Teganagn dengan Beban Listrik 3 Fsa Hubungan (Y) Besarnya daya 3 fasa dapat dihitung dari daya 1 fasanya sebagai berikut : Daya nyata 3 fasa :
wattcosIV3)fasa3(P
)fasa1(Px3)fasa3(P
pp =
=
Atau dapat ditulis dengan tegangan antar saluran dan arus saluran : Beban hubungan (Y) :
pL V3V =
pL II =
wattcosIV3)fasa3(P
cosI3
V3
cosIV3)fasa3(P
LL
LL
pp
=
=
=
5.3.2. Sumber tegangan 3 Fasa dan Beban Listrik 3 Fasa Hubungan (Δ) Sumber tegangan 3 fasa dan beban listrik 3 fasa hubungan Δ, diperlihatkan pada
Gambar 5.13
A
C
Vp
Ip++
+
+
-
-
-
B
VAn
n
A
VBn
VCn
IL
BC
Z1
Z2
Z3
Ip
Ip
IL
IL
-
Gambar 5.13 Sumber Tegangan dengan Beban Listrik 3 Fasa Hubungan (Δ) Besarnya daya 3 fasa dapat dihitung dari daya 1 fasanya sebagai berikut :

Rangkaian Elektrik
128
Daya nyata 3 fasa :
wattcosIV3)fasa3(P
)fasa1(Px3)fasa3(P
pp =
=
Atau dapat ditulis dengan tegangan antar saluran dan arus saluran :
Beban hubungan (Δ) : pL VV =
pL I3I =
wattcosIV3)fasa3(P
cos3
IV3
cosIV3)fasa3(P
LL
LL
pp
=
=
=
Dengan cara yang sama untuk beban listrik hubungan (Y), maupun hubungan (Δ),
maka dapat dihitung besarnya daya reaktif dan daya semu.
Daya Reaktif :
VARsinIV3)fasa3(Q
VARsinIV3)fasa3(Q
)fasa1(Qx3)fasa3(Q
LL
pp
=
=
=
Daya Semu :
VAIV3)fasa3(S
VAIV3)fasa3(S
)fasa1(Sx3)fasa3(S
LL
pp
=
=
=

Rangkaian Elektrik
129
Contoh : 1. Suatu beban listrik 3 fasa yang seimbang, dihubungkan secara bintang (Y)
mempunyai impedansi tiap fasa = 0604Z . Beban listriktersebut dicatu dari
sumber tegangan 3 fasa, diketahui tegangan pada beban tiap fasa sebesar :
volt3020V 0=
1). Hitung tegangan tiap fasa (bentuk mfasor)
2). Hitung arus fasa (A) dan arus fasa (B)
3). Hitung tegangan antara fasa A dan fasa B
Solusi :
Impedansi beban listrik : === 0
321 604ZZZ
A
IpA
+
+
+
-
-
-
VAn
nVBn
VCn
IpB IpC
B
C
Z3
Z1
Z2
n
1). Tegangan tiap fasa:
volt21020
1209020V
volt9020
1203020V
volt3020V
0
00
Cn
0
00
Bn
0
An
−=
−−=
−=
−=
=
atau
volt15020V 0
Cn =
2). Arus fasa :
A1505604
9020
Z
VI
A305604
3020
Z
VI
0
0
0
2
BnpB
0
0
0
1
AnpA
−=
−==
−=
==
3). Tegangan antar saluran :
CnAn
CnAnAC
VV
)V(VV
−=
−+=

Rangkaian Elektrik
130
( ) ( )
volt064,34V
64,34
10j32,1710j32,17
150203020V
0
AC
00
AC
=
=
+−−+=
−=
2. Tiga impedansi yang sama dihubungkan delta (Δ) dan dicatu oleh sumber tegangan
3 fasa, salah satu tegangan antar saluran adalah volt60240V 0
AB = , dan arus
fasanya ampere2006I 0
pA =
1). Hitung ntegangan dan arus fasa yang lainnya
2). Hitung impedansi tiap fasanya
Solusi :
A
VAB
IpA++
+
+
-
-
-
VAn
nVBn
VCn
IL(A)
BC
Z1
Z2
Z3
IpB
IpC
IL(B)
IL(C)
-
+
+
-
-
VBC
VCA
1). Tegangan antar saluran.
volt60240V 0
AB =
volt180240V
volt180240
12060240V
volt60240
12060240V
0
CA
0
00
CA
0
00
BC
=
−=
−−=
−=
−=
Arus fasa :
A2006I 0
pA =
A406
120806I
A806
1202006I
0
00
pC
00
pB
−=
−=
=
−=

Rangkaian Elektrik
131
Arus saluran :
?806406
iII
?2006806
III
?4062006
III
00
pBpC)C(L
00
pApB)B(L
00
pCpA)A(L
=−−=
−=
=−=
−=
=−−=
−=
2). Impedansi tiap fasa :
−=
=== 0
0
0
pA
ABAB1 14040
2006
60240
I
VZZ
−=
−=== 0
0
0
pB
BCBC2 14040
806
60240
I
VZZ
−=−
−=== 0
0
0
pC
CACA3 14040
406
180240
I
VZZ
3. Tiga buah impedansi yang sama, masing-masing = 03020Z dihubungkan
secara bintang (Y), dan dicatu dengan sumber tegangan 3 fasa, tegangan antar
saluran 400 V.
1). Gambarkan impedansi dalam bentuk kontanta rangkaian
2). Hitng arus fasa dan arus saluran.
3). Hitung daya nyata, daya reaktif yang diserap oleh impedansi.
Solusi :
1) Hubungan impedansi 3 fasa dalam konstanta rangkaian
A
CB
n
IpA
IpC IpB
IL(A)
IL(C)
IL(B)
Z1
Z2Z3
Sumber
tegangan 3 fasa
17,32
17,32 17,32
j 10
j 10 j 10
+=
===
10j32,17
3020ZZZ 0
321

Rangkaian Elektrik
132
2). Tegangan antar saluran : volt400VL =
Tegangan fasa : volt2313
400Vp ==
volt240231V
volt120231V
volt0231V
0
Cn
0
Bn
0
An
−=
−=
=
Arus fasa :
A3055,113020
0231
Z
VI 0
0
0
1
AnpA −=
==
A15055,113020
120231
Z
VI 0
0
0
2
BnpB −=
−==
A27055,113020
240231
Z
VI 0
0
0
3
CnpC −=
−==
Arus saluran (Hubungan Y, arus saluran sama dengan arus fasa)
A3055,11iI 0
pA)A(L −==
A15055,11iI 0
pB)B(L −==
A27055,11iI 0
pC)C(L −==
3). Daya nyata 3 fasa :
watt80,6922
30cos.55,11.231.3
cosIV3)fasa3(P
0
pp
=
=
=
Daya Reaktif 3 fasa :
VAR88,3996
30sin.55,11.231.3
sinIV3)fasa3(Q
0
pp
=
=
=
- 30 VAn
IpA
ϕ

Rangkaian Elektrik
133
Soal-Soal 1. Diketahui beban listrik 3 fasa, hubungan Δ dengan impedansi tiap fasa :
dihubungkan dengan sumber tegangan 3 fasa hubungan Y, tegangan efektif fasa a:
1). Hitung arus fasa, arus saluran pada beban listrik 3 fasa
2). Hitung daya nyata, daya reaktif dan daya semu yang diserap beban listrik 3 fasa
2. Tiga buah impedansi, masing-masing terdiri dari kombinasi seri resistor 30 ohm,
kapasitor 1 mF, dan induktor 0,50 H diketahui frekuensi sudut 100 rad/s,
impedansi dihubungkan bintang (Y). Disuplai dari sumber tegangan 3 fasa
terhubung Y, dengan tegangan efektif tiap fasa :
volt90231V
volt150120V
volt30120V
0
Cn
0
Bn
0
An
=
−=
−=
1). Hitung arus fasa dan arus saluran (Fasor) pada impedansi
2). Hitung daya nyata, daya reaktif dan daya semu yang diserap oleh impedansi
3. Sumber tegangan 3 fasa dengan tegangan antar saluran 100 V (tegangan
maksimum), mensuplai daya ke beban 3 fasa hubungan Y, dengan impedansi tiap
fasa : Z = ( 8 +j 6) Ω
1). Hitung arus fasa dan arus saluran.
2). Hitung daya nyata dan daya reaktif yang diserap oleh beban.
4. Suatu beban 3 fasa seimbang yang dihubungkan Y, mempunyai impedansi
= 06004Z , dengan tegangan tiap fasa dari sumber tegangan 3 fasa adalah :
Tegangan efektif V15220V 0
p =
1). Hitung arus yang mengalir dalam masing-masing impedansi
2). Hitung tegangan antar saluran
3). Hitung daya yang diserap oleh beban 3 fasa
5. Tiga buah resistor masing-masing 100 Ω, dihubungkan secara Δ, disuplai oleh
sumber tegangan 3 fasa, tegangan efektif antar saluran pada resistor 220 V.
1). Hitung arus fasa dan arus saluran
2). Hitung daya yang diserap oleh resistor tersebut.
volt0020V 0
a =
−= 03020Z

Rangkaian Elektrik
134
DAFTAR PUSTAKA
1. Mismail, Budiono, Rangkaian Listrik , Jilid Pertama, Bandung, Penerbit
ITB, 1995
2. Irwin, J.D., Basic Engineering Circuit Analysis, Upper Saddle River,
Prentice Hall Internatinal Inc., 1996
3. Hayt, W.H, Kemmerly, J.E., Engineering Circuit Analysis, Terjemahan :
Rangkaian Listrik, 1990
4. Boylestad, Robert. Essential Of Circuit Analysis, Upper Saddle River,
New Jersey, Pearson Education Inc.,2004
5. Gisson , Tildon. Introduction to Circuit Analysisand Design, Amsterdam,
SpringerScience, 2011
6. Johnson D E. Electric Circuit Analysis . Upper Saddle River, Prentice Hall
International Inc.,1997
7. Naeem, Wasef. Concept in Electric Circuit. Wasef Naeem and Ventus
Publishing Aps., 2009

Rangkaian Elektrik
135
Pendidikan Magister Teknik Elektro di Fakultas Pasca Sarjana Universitas
Brawijaya dibidang Teknik Elektro Terapan.
Penulis bekerja sebagai dosen di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya sejak tahun 1982, pernah menjabat sebagai Kepala
Laboratorium Mesin Listrik, Kepala Laboratorium Dasar Elektro dan
Pengukuran, serta sebagai Sekretaris Jurusan Teknik Elektro.
Matakuliah yang diajarkan adalah Transmisi Daya Elektrik, Mesin Elektrik,
Penggunaan Mesin Elektrik, Sistem Pentanahan dan Proteksi Tenaga Elektrik,
Rangkaian Elektrik.
Penulis dilahirkan dikota Pacitan, kota kabupaten yang berada di pantai selatan pulau Jawa, yang merupakan perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dilahirkan Tanggal 8 Juli 1955. Pendidikan dasar sampai pendidikan menengah diselesaikan di Kota Pacitan, SD Negeri , SMP Negeri dan SMA Negeri Pacitan. Penulis menempuh sarjana (S1) Jurusan Teknik. Elektro ITS Surabaya. (Tahun 1975 s/d 1980)