Buku Panduan Mahasiswa Respi 2012

download Buku Panduan Mahasiswa Respi 2012

of 54

Transcript of Buku Panduan Mahasiswa Respi 2012

BUKU PANDUAN MAHASISWA

BLOK SISTEM RESPIRASI

Kode : KUB 235 Kredit : 5 SKS Semester : IV

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN 2012

TUTORIAL PBL BLOK SISTEM RESPIRASI

Tujuan tutorial PBL blok sistem respirasi adalah sebagai berikut: Melatih kemampuan untuk mengidentifikasi masalah yang berisi patient problem. Melatih kemampuan generic learning skills, dan memahami serta menghubungkan basic sciences dengan clinical sciences. Meningkatkan penguasaan soft skills yang meliputi kepemimpinan, masalah kesehatan dari skenario

profesionalisme, ketrampilan komunikasi, kemampuan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim, ketrampilan untuk berpikir secara kritis,serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi Melatih karakter student centred learning,self directed learning dan adult learning.

TEKNIS PELAKSANAAN

Dalam diskusi PBL, mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil dan setiap kelompok dipandu oleh seorang tutor sebagai fasilitator untuk memecahkan problem yang ada. Sebelum diskusi dimulai, tutor akan membuka dengan perkenalan sesama anggota kelompok dan tutor, menjelaskan tujuan pembelajaran, memimpin pemilihan moderator dan sekretaris diskusi, mengamati dan mengarahkan jalannya diskusi serta memberi komentar atau saran terhadap diskusi yang telah berlangsung.

Blok Sistem Respirasi 2012 melatih penalaran klinis mahasiswa melalui 3 seri tutorial PBL, yang masing-masing terdiri atas 2 pertemuan tutorial dengan sesi belajar mandiri di antaranya. Khusus seri pertama, tiap pertemuan digunakan untuk membahas penyusunan diagnosis diferensial berdasarkan temuan klinis/laboratoris.

Mahasiswa dapat menggunakan model 7-jump tutorial atau 4-jump tutorial atau model apa pun. Namun demikian secara esensial langkah-langkah diskusi/tutorial adalah sebagai berikut: Pertemuan tutorial I: 1. Klarifikasi istilah pada informasi 1 2. Identifikasi petunjuk / temuan dan penyusunan daftar masalah 3. Penyusunan daftar hipotesis/diagnosis diferensial 4. Penyusunan daftar kebutuhan informasi tambahan 5. Pengulangan langkah 1 dan 2 untuk informasi selanjutnya 6. Review dan penyempurnaan daftar hipotesis/diagnosis diferensial 7. Pengulangan langkah 4 dan 5 dan seterusnya.

Pertemuan tutorial II: 1. Mahasiswa memulai dengan review hasil diskusi sebelumnya. 2. Presentasi dan pembahasan hasil belajar mandiri. Dalam sesi ini mahasiswa presentan harus telah mempersiapkan presentasinya dalam gambar lembar balik atau transparansi OHP atau fotokopi yang dibagikan kepada seluruh anggota kelompok atau pun format presentasi lain yang dapat digunakan. Yang dipentingkan adalah tercapainya efisiensi waktu presentasi dan pembahasan karena tidak perlu menulis ulang di papan tulis. 3. Melanjutkan analisis skenario dengan pola seperti biasa.

Mahasiswa hendaknya melakukan curah pendapat terlebih dahulu setiap kali mendapatkan informasi baru, sebelum tutor membimbing dengan panduan pertanyaan panduan/pendukung yang telah tersedia pada buku panduan tutor.

Dalam melakukan curah pendapat pada tiap pertemuan, termasuk pada tutorial pertama, mahasiswa dapat mengakses sumber informasi cetak maupun elektronik. Diperkenankan browsing menggunakan laptop, tetapi tidak dengan HP. Namun demikian, mahasiswa

hendaknya melakukan curah pendapat terlebih dahulu sebelum mahasiswa membuka referensi yang tersedia. (Untuk tahap klarifikasi istilah, mahasiswa dapat langsung membuka referensi). Jika menggunakan metode 7 jumps, langkahnya adalah sebagai berikut: Langkah 1. Kejelasan istilah dan atau konsep masalah Dalam skenario ada beberapa istilah dan atau konsep masalah yang tidak jelas atau memungkinkan interpretasi yang berbeda. Semua istilah-istilah yang tidak jelas harus dimengerti dahulu dan penjelasan tersebut sebaiknya ditulis untuk menghindari kesalahpahaman di kemudian hari. Kadang-kadang perbedaan konsep bisa saja terjadi. Dalam langkah ini, perlu tersedia literatur awal minimal kamus kedokteran. Langkah 2. Identifikasi masalah. Temukan dahulu permasalahan-permasalahan dalam skenario. Biasanya letak

permasalahan adalah rangkaian cerita yang tidak jelas, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang maupun pengelolaan. Cerita-cerita ini harus diungkapkan kembali dengan istilahistilah yang jelas, apakah cerita tersebut merupakan masalah kesehatan, sebelum dapat dianalisa lebih lanjut. Langkah 3. Menganalisis masalah Analisa permasalahan dapat berupa suatu brainstorming (adu pendapat). Mahasiwa dapat memaparkan seluruh pengetahuan yang dimiliki kepada peserta diskusi sehingga diperoleh penjelasan yang mendekati kebenaran. Pengetahuan yang dimiliki mahasiwa menentukan arah diskusi. Perlu dicatat hal-hal yang belum diketahui atau kurang jelas. Langkah 4. Menyusun berbagai penjelasan mengenai permasalahan Setelah pemaparan pendapat dan pengetahuan akan diperoleh setumpuk gagasan. Gagasan ini harus disusun menurut pola tertentu yang merupakan rangkaian logis dari berbagai macam aspek yang saling berkaitan. Sebagai contoh misalnya disusun seperti pohon

dengan cabang-cabangnya atau dengan anak panah untuk setiap aspek yang berbeda. Dengan cara seperti ini, aspek-aspek yang memerlukan pengetahuan lebih lanjut dapat terlihat. Langkah 5. Merumuskan tujuan belajar Aspek-aspek yang memerlukan pengetahuan lebih lanjut dicatat sejelas mungkin sebagai tujuan-tujuan belajar (learning objectives). Tujuan-tujuan ini diberikan pada peserta diskusi untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Langkah 6. Belajar mandiri secara individual atau kelompok Anggota-anggota kelompok mulai mempelajari tujuan-tujuan belajar di perpustakaan (buku teks, buku referensi, jurnal, CD dan lain-lain), internet, berkonsultasi dengan ahli dan yang lainnya. Langkah 7. Menarik atau mengambil sistem informasi yang dibutuhkan dari informasi yang ada

PERSIAPAN TUTORIAL

Sebelum tiap pertemuan mahasiswa wajib memastikan kelengkapan tutorial sebagai berikut: 1. Whiteboard, spidol whiteboard yang berfungsi (jika ada lebih dari 1 warna) dan penghapus whiteboard. 2. Buku Referensi utama minimal 1 eksemplar untuk tiap item berikut: a. Atlas Anatomi Kedokteran b. Atlas Histologi c. Fisiologi Kedokteran d. Histopatologi Kedokteran (Patologi Anatomi) e. Patologi Klinik (Rujukan Hasil Pemeriksaan Laboratorium) f. Farmakologi Dan Terapi g. Ilmu Penyakit Dalam h. Ilmu Kesehatan Anak i. Ilmu Bedah j. Radiologi (Atlas)

3. OHP 4. Laptop dengan akses internet 5. T jack/extension jika diperlukan LAPORAN i. Setiap menyelesaikan 1 kasus, mahasiswa diwajibkan membuat laporan hasil PBL (kelompok) ii. Laporan dikumpulkan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Laporan kelompok berupa hard copy diserahkan ke sekretariat blok paling lambat 3 hari setelah PBL terakhir. Format : 1. Halaman judul, logo UNSOED disertai nama-nama anggota kelompok beserta nomor induk mahasiswa dan nama kelompoknya. 2. Isi dimulai dengan: PBL/CBL KASUS KE : ........................................... JUDUL SKENARIO KELOMPOK : ........................................... : ...........................................

HARI/TGL TUTORIAL : ........................................... 3. Diikuti resume hasil diskusi kelompok tutorial 1 & 2. Laporan harus menunjukkan alur pikir yang rasional, sesuai tahapan penegakan diagnosis dan tatalaksana kasus dalam kedua tutorial. Daftar pustaka Setiap tugas terstruktur harus dilengkapi dengan sumber-sumber informasi/kepustakaan minimal 10 referensi dan 3 diantaranya harus berupa jurnal ilmiah.Sumber-sumber informasi yang dianggap memenuhi syarat adalah buku teks, buku referensi, jurnal ilmiah dan sumber-sumber internet yang terpercaya dan terbaru (diambil dari website lembaga-lembaga yang dapat dipercaya dan informasinya bisa dipertanggungjawabkan). Sumber referensi yang berasal dari berita di surat kabar dianggap bukan sumber referensi yang valid. Laporan diketik dengan huruf time new roman, font 12 spasi 1,5.

4.

5.

BORANG PENILAIAN LAPORAN PBL

JUDUL/TEMA DISKUSI : KELOMPOK : ........................................................................... NAMA TUTOR: NILAI YANG DICAPAI

No.

ASPEK YANG DINILAI

SKOR

1

KETEPATAN WAKTU PENYERAHAN TUGAS Mengumpulkan tepat waktu Terlambat 1 hari Terlambat 2 hari Terlambat 3 hari atau lebih 30 20 10 0

2

PEMENUHAN ISI PENUGASAN SESUAI 7 JUMPS Memuat semua tujuan pembelajaran Memuat sebagian besar (minimal 75%) tujuan pembelajaran Memuat 60,0-74,9% tujuan pembelajaran Memuat 40,0-59,9% tujuan pembelajaran Memuat kurang dari 40% tujuan pembelajaran 60 45 35 25 15

3

JUMLAH REFERENSI YANG DIGUNAKAN DENGAN PENULISAN YANG KONSISTEN 5 referensi atau lebih 4 referensi 3 referensi 2 referensi 5 4 3 2

1 referensi Tidak ada referensi 4 JENIS REFERENSI YANG DIGUNAKAN Semua referensi terpercaya (textbook, buku referensi, jurnal ilmiah, website dari lembaga terpercaya) Sebagian besar (minimal 75%) referensi terpercaya 50% atau lebih referensi tidak terpercaya Semua referensi tidak terpercaya (koran atau majalah baik cetak maupun elektronik) atau tidak ada referensi

1 0

5

4 2,5 0

TOTAL NILAI

BORANG PERFORMA DISKUSI KELOMPOK PBL

KASUS KE-/PERTEMUAN KE- = .......................................................................... HARI,TGL KELOMPOK = ............................................................................. = ............................................................................

NAMA & TANDATANGAN TUTOR = ....................................... A. Hasil observasi terhadap performa mahasiswa PANDUAN B. (50 / 65/ 80/ 95) PERILAKU PROFESIONAL DALAM PERTEMUAN TUTORIAL* ASPEK1: MENGHARGAI ORANG LAIN ASPEK2: TANGGUNG JAWAB ASPEK 3: MAWAS DIRI DAN EVALUASI DIRI ASPEK 4: KETERAMPILAN KOMUNIKASI NILAI RATA RATA KEEMPAT ASPEK

PANDUAN PEMBERIAN SKOR: 50 = sangat kurang dari yang diharapkan, tutor perlu memberikan perhatian dan bimbingan segera 65 = kurang dari yang diharapkan, tutor perlu mengingatkan mahasiswa untuk memperbaikinya 80 = telah memenuhi harapan, tutor perlu mengingatkan untuk mempertahankannya 95 = melebihi dari yang diharapkan, tutor perlu memberi penghargaan dan menjadikan contoh bagi yang lain

* (Dimodifikasi dari Guide to Professional Behaviours in Tutorial Meetings, The Programme for Educational Research and Development, Faculty of Health Sciences, McMaster University 1997-2002) Keterangan mengenai apa yang dimaksud dalam tiap aspek: ASPEK 1: MENGHARGAI ORANG LAIN. YANG DIMAKSUD DI SINI DIANTARANYA: Berpenampilan fisik yang sopan Meminta maaf jika terlambat dan memberikan alasannya Baik perilaku verbal maupun verbal menunjukkan bahwa dirinya mendengarkan orang lain. Perilaku verbal dan non verbalnya tidak menunjukkan kekasaran, kesombongan maupun membela berlebihan terhadap seseorang. Tidak mencemooh atau pun merendahkan anggota kelompok lain karena pendapat atau informasi yang diberikan. Membedakan antara nilai seseorang dengan nilai suatu informasi (bersikap objektif) Menghargai kontribusi anggota kelompok yang lain. Tidak menginterupsi secara tidak sopan. ASPEK 2: TANGGUNG JAWAB. YANG DIMAKSUD DI SINI DIANTARANYA: Tepat waktu Memberikan pemberitahuan sebelumnya jika tidak dapat hadir dalam tutorial Menyelesaikan tugas yang menjadi kewajibannya. Menegosiasikan alternatif jika karena alasan yang tepat tidak dapat menyelesaikan tugas yang menjadi kewajibannya Memberikan informasi yang relevan Mengidentifikasi informasi yang tidak relevan atau berlebihan Mengambil inisiatif bilamana perlu untuk mempertahankan dinamika kelompok. Mengambil inisiatif untuk mendorong kelompok tetap terfokus pada tujuan diskusi. Mengembangkan diskusi dengan berespon terhadap atau mengembangkan isu relevan hasil kontribusi anggota yang lain. Mengidentifikasi faktor emosional dan fisik yang mempengaruhi perannya dalam diskusi Mendorong kontribusi anggota kelompok yang lain

Memberikan umpan balik konstruktif terhadap kontribusi anggota kelompok yang lain Mendorong anggota kelompok untuk mengevaluasi kemajuan proses diskusi kelompoknya. ASPEK 3: MAWAS DIRI DAN EVALUASI DIRI. YANG DIMAKSUD DI SINI DIANTARANYA: Mengidentifikasi kekurangan diri ( kesukaran dalam memahami sesuatu hal, kekurangan dalam suatu pengetahuan, dan sebagainya). Mengidentifikasi kelebihan diri Mengidentifikasi ketidaknyamanan yang dirasakan dalam berdiskusi atau membicarakan sesuatu hal. Mengidentifikasi cara untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan. Bereaksi sewajarnya terhadap komentar evaluatif negatif tanpa menjadi defensif atau pun menyalahkan orang lain. Menunjukkan perubahan perilaku baik secara nyata terhadap komentar evaluatif negatif dari anggota kelompok yang lain. ASPEK 4: KETERAMPILAN KOMUNIKASI. YANG DIMAKSUD DI SINI DIANTARANYA: Berbicara langsung kepada seluruh anggota kelompok (tidak berbisik-bisik). Menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh seluruh anggota kelompok. Mengutarakan ide dengan jelas Menggunakan pertanyaan terbuka dengan tepat. Menggunakan kalimat pertanyaan yang tidak bersifat menghakimi. Mengidentifikasi kesalahpahaman antara diri dan anggota kelompok yang lain, atau antar anggota kelompoknya. Mengusahakan untuk menyelesaikan kesalahpahaman. Menanyakan apakah anggapan pribadinya terhadap anggota kelompoknya adalah benar (mencegah kesalahpahaman). Mampu untuk mengekspresikan keadaan emosionalnya dalam situasi yang sesuai. Perilaku non verbalnya konsisten dengan tekanan dan isi dari ucapannya. Perilaku verbal dan non verbalnya mengindikasikan bahwa suatu pernyataan telah dipahami. Mengenali dan berespon sewajarnya terhadap perilaku non verbal anggota kelompok yang lain.

SKENARIO PBL

Skenario PBL 1 Seorang anak laki-laki umur 10 tahun datang ke UGD di antar oleh ibunya dengan keluhan mimisan . Ibunya menceritakan bahwa sang anak mengalami panas sejak kemaren pagi, pusing, pilek, bersin-bersin, batuk, dan tenggorokan sakit. Skenario PBL 2 Tn. Tralala (35 th) datang ke puskesmas matahari dengan keluhan batuk darah sejak 3 hari yang lalu. Batuk dahak berwarna merah segar, bercampur buih. Skenario PBL 3 An. Yokoi umur 4 tahun datang diantar ibunnya ke IGD, pada pukul 08.00 dengan keluhan sesak nafas. Tiga hari sebelumnya an. Yokoi mengalami panas, batuk, pilek.

Jadwal,Pembagian Kelompok dan Pembimbing JADWAL PBL RESPIRASI PBL JAM PBL KASUS 1 TUTORIAL 1 TUTORIAL 2 09.00-10.50 WIB 08.00 09.50 WIB PBL KASUS 2 TUTORIAL 1 TUTORIAL 2 10.00 11.50 WIB 10.00 11.50 WIB PBL KASUS 3 TUTORIAL 1 TUTORIAL 2 10.00 11.50 WIB 10.00 11.50 WIB SENIN, 19 MARET 2012 RABU, 21 MARET 2012 SENIN, 12 MARET 2012 RABU, 14 MARET 2012 RABU, 7 MARET 2012 KAMIS, 8 MARET 2012 HARI/TANGGAL

PANDUAN PRAKTEK LAPANGAN (ACTIVE CASE FINDING)

Semua komponen dalam pelayanan terhadap pasien dimulai dengan memberikan pengalaman langsung bertemu dengan pasien yang sesungguhnya. Mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan kemampuan dengan mengamati langsung bagaimana interaksi dokter dengan pasien. Pada outpatient Encounters ini mahasiswa diajak untuk mendapatkan pengalaman lapangan dalam pelayanan dokter kepada pasiennya yang mengalami gangguan atau penyakit pada sistim respirasi beserta aspek pencegahannya. Dengan proses PB lapangan ini, diharapkan mahasiswa kedokteran mempunyai : i. Kemampuan untuk mengenal permasalahan sistem respirasi di komunitas secara dini sehingga mahasiswa dapat memberikan feedback kepada preceptor tentang harapan-harapan yang dibutuhkan. ii. Kemampuan untuk melakukan clinical thinking : from data to plan setelah mengumpulkan informasi baik dari Catatan Medik, anamnesis pasien, pemeriksaan fisik dan laboratorium penunjang sederhana. iii. Kemampuan dalam mereview historical information dengan memperhatikan : o o o o The goal of the visit. Tujuan dari kunjungan rumah ke pasien dan lingkungan disekitarnya. Menilai issue yang aktif atau yang masih menjadi masalah kesehatan. Pengobatan yang sedang dijalankan Hasil pemeriksaan BTA

PERSIAPAN 1. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk menentukan 12 Puskesmas yang akan menjadi tempat kegiatan active case finding 2. Koordinasi dengan masing-masing Puskesmas yang telah ditunjuk oleh Dinas Kesehatan mengenai kegiatan active case finding a. Puskesmas menentukan pasien TB dengan BTA (+) yang akan menjadi sukarelawan kegiatan

b. Preceptor lapangan berdiskusi dengan mahasiswa mengenai hasil yang telah ditemukan dari kegiatan c. Puskesmas menerima laporan kegiatan mahasiswa (laporan kegiatan yang dibuat oleh mahasiswa bersifat sederhana/seperti laporan presentasi kasus) 3. Menentukan pembagian Puskesmas untuk kelompok kegiatan active case finding

PETUNJUK PELAKSANAAN DAN TEKNIS ACTIVE CASE FINDING A. Tugas Mahasiswa Umum 1) Mahasiswa mengisi daftar hadir 2) Mahasiswa mengenakan jas almamater saat di lapangan 3) Membawa tensi,stetoskop,dan lain-lain yang diperlukan 4) Mahasiswa menjaga sopan santun dan etika pergaulan dalam berinteraksi dengan semua pihak. 5) Mahasiswa mematuhi aturan-aturan yang berlaku baik di masyarakat, puskesmas, blok maupun jurusan dan peraturan lain yang lebih tinggi di UNSOED

Khusus 1). Mahasiswa dibagi menjadi 12 kelompok kecil yang terdiri dari 9-10 mahasiswa. 2). Selama kegiatan di lapangan, mahasiswa dibimbing oleh seorang perseptor lapangan (petugas puskesmas) sesuai lokasinya masing-masing (pembagian lokasi diberikan saat breefing Praktek Lapangan). 3). Sebelum melaksanakan kegiatan, setiap kelompok melakukan briefing dengan preceptor fakultas untuk memperkuat kembali pemahaman mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan di Puskesmas 4). Pada hari pertama (Senin, 26 Maret 2012), setiap kelompok datang ke Puskesmas dengan membawa surat pengantar dari Sekretariat Blok dan 10 pot pemeriksaan dari Laboratorium Mikrobiologi.

5). Dari Puskesmas, setiap kelompok akan mendapatkan 1 pasien BTA (+) (catat nama, alamat, diagnosis), kemudian mendatangi rumah pasien.

6). Mahasiswa mengumpulkan informasi tentang pasien dengan cara: a). Anamnesis selengkap-lengkapnya (termasuk riwayat pengobatan penderita) b). Pemeriksaan fisik c). Mengumpulkan sputum SPS (setiap pot diberi label) Hari ke-1 : Meminta sputum sewaktu ke -1 Meninggalkan pot untuk sputum pagi dan koleksi sputum Hari ke-2 : Meminta sputum sewaktu ke-2 sekaligus mengambil sputum pagi serta koleksi sputum 7). Selain memeriksa pasien, setiap kelompok juga melakukan skrining keluarga pasien yang mempunyai gejala batuk atau gejala lain yang mengarah kearah TB, dengan cara : a). Anamnesis b). Pemeriksaan fisik c). Mengumpulkan sputum SPS (setiap pot diberi label) prosedur sama dengan pengumpulan sputum pasien 8). Sputum diambil 1-2 ml dimasukkan dalam cup sampel atau botol steril 9). Pada hari pertama, setelah mendapatkan sampel sputum sewaktu 1 ( sputum sewaktu 1 pasien dan keluarga pasien) , sampel sputum tersebut disimpan di lemari es laboratorium mikrobiologi jurusan kedokteran FKIK 10). Hari ke-2, setelah breefing dengan preceptor fakultas, mahasiswa dengan nomer urut 1,2,3 di masing -masing kelompok,melakukan praktikum pemeriksaan sputum sewaktu 1. Anggota kelompok lainnya (mahasiswa dengan no urut 4,5,6,7,8,9,10),

mengambil sputum pagi dan koleksi sputum, serta tidak lupa meminta sputum sewaktu 2. 11). Setelah mendapatkan sampel sputum pagi, koleksi sputum, dan sputum sewaktu 2,mahasiswa dengan nomer urut 4,5,6,7,8,9,10 melakukan pemeriksaan sputum di laboratorium Mikrobiologi sesuai jadwal yang sudah diberikan.

Setiap mahasiswa mencatat hasil kegiatannya sebagai bahan laporan

No urut NAMA MAHASISWA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A B C D E F G F H I

TUGAS Memeriksa sputum sewaktu 1 (pasien) Memeriksa sputum sewaktu 1 (pasien) Memeriksa sputum sewaktu 1 ( keluarga pasien) Memeriksa sputum pagi pasien Memeriksa sputum pagi keluarga pasien Memeriksa koleksi sputum pasien Memeriksa koleksi sputum keluarga pasien Memeriksa sputum sewaktu 2 pasien Memeriksa sputum sewaktu 2 keluarga pasien Memeriksa sputum sewaktu 2 keluarga pasien

11). Membuat laporan kegiatan active case finding ,hasil sputum koleksi tidak perlu dimasukkan dalam hasil dan pembahasan (bukan sebagai dasar diagnosis) 12). Mempresentasikan hasil kegiatan Praktek lapangan sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

B. Tugas Perseptor lapangan (Puskesmas)

1) Puskesmas menentukan pasien TB dengan BTA (+) yang akan menjadi sukarelawan kegiatan 2) Mengarahkan dan membimbing mahasiswa melakukan kegiatan di lapangan sesuai lokasi dan pasien yang ditentukan 3) Preceptor lapangan berdiskusi dengan mahasiswa mengenai hasil yang telah ditemukan dari kegiatan 4) Puskesmas menerima laporan kegiatan mahasiswa (laporan kegiatan yang dibuat oleh mahasiswa bersifat sederhana/seperti laporan presentasi kasus) 5) Mengisi daftar hadir C. Tugas Pembimbing fakultas 1). Memberi pengarahan sebelum kegiatan lapangan dilaksanakan 2). Membimbing pembuatan laporan kegiatan mahasiswa setelah kegiatan lapangan dilakukan 3). Menandatangani lembar pengesahan laporan kegiatan mahasiswa 4). Menilai presentasi laporan kegiatan mahasiswa sesuai jadwal

D. Format Laporan 1). Laporan kelompok berupa hard copydidiskusikan sesuai jadwal dengan pembimbing kelompok 2). Format laporan: i. Halaman judul a. Judul kegiatan b. Logo c. Pembimbing d. Penyusun (kelompok dan anggota) e. Institusi

f. Bulan dan tahun pembuatan ii. iii. Pendahuluan: Latar belakang, tujuan dan manfaat penulisan Dasar Teori a. Definisi b. Etiologi c. Epidemiologi d. Penegakan diagnosis e. Penatalaksanaan (kategori) f. Prognosis dan komplikasi iv. v. vi. Kasus Pembahasan Kesimpulan

E. Presentasi Hasil Kegiatan a. b. c. d. e. Presentasi dilakukan oleh kelas besar Bagian pendahuluan, dasar teori dan kesimpulan dipresentasikan oleh perwakilan kelas Masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan bagian hasil dan pembahasan Waktu presentasi adalah 100 menit Presentasi sudah dalam bentuk kompilasi

E. Format penilaian laporan adalah sbb : NO. KETERANGAN WAKTU PENGUMPULAN LAPORAN Tepat waktu Tidak tepat waktu 2. ISI LAPORAN Komprehensif 10 5 10 10 10 0 SKOR MAKSIMAL SKOR TOTAL SKOR

1.

Keunikan gagasan Struktur gagasan Analisis dan sintesis Perumusan simpulan dan saran 3 CARA PENULISAN DAFTAR PUSTAKA Sesuai kaidah dan konsisten Tidak sesuai konsisten kaidah dan tidak

15 15 20 20

5 15 5 - 15 5 - 20 5 20

10 10 5

F. Tabel penilaian hasil pemeriksaan sputum (Penilaian BTA menurut IUAT) Penilaian Disebutkan jumlah kumannya Positif 1 (+) Positif 2 (++) Positif 3 (+++) Jumlah kuman yang ditemukan 1-9 BTA/ 100 LP 10-99 BTA/ 100 LP 1-10 TA/1 LP

Lebih dari 10 BTA/1 LP

PENGAMBILAN SPUTUM 1. Sputum dapat diambil setiap saat 2. Cara pengambilan sputum : Dapat dilakukan oleh penderita sendiri sputum yang berasal dari paru dan bukan ludah, berupa: (1). Sputum pagi, sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada waktu pagi hari ketika bangun tidur (2). Spot sputum, sputum yang dikeluarkan pada saat itu dan

(3). Collection sputum,sputum yang keluar dan ditampung selama 24 jam dalam 3 botol steril 3. Sputum diambil 1-2 ml dimasukkan dalam cup sampel atau botol steril 4. Sputum langsung diperiksa di laboratorium, atau dapat dimasukkan lemari es selama 2 minggu

PANDUAN LATIHAN KETERAMPILAN KLINIS Ada 3 keterampilan klinis yang akan dipelajari dalam blok sistem respirasi, meliputi: 1. Keterampilan anamnesis Dilaksanakan dalam kelas besar 2. Keterampilan pemeriksaan Hidung dan Tenggorokan Mahasiswa dibagi dalam 12 kelompok kecil dipandu oleh trainer skill lab. 3. Keterampilan pemeriksaan fisik paru Mahasiswa dibagi dalam 12 kelompok kecil dipandu oleh trainer skill lab.

Sebelum melaksanakan latihan, mahasiswa akan mengerjakan pretest terlebih dahulu, berbentuk soal essay. Di akhir latihan, mahasiswa mengerjakan post test, dimana mahasiswa diminta melakukan latihan keterampilan yang sudah dipelajari. Pembagian jadwal, dan buku petunjuk bisa dilihat di halaman selanjutnya.

PEMERIKSAAN PARU

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah menjalani praktikum fisik diagnostik paru, mahasiswa diharapkan mampu : 1. 2. 3. 4. Melakukan ketrampilan inspeksi pada pemeriksaan paru Melakukan ketrampilan palpasi pada pemeriksaan paru Melakukan ketrampilan perkusi pada pemeriksaan paru Melakukan ketrampilan auskultasi pada pemeriksaan paruTINJAUAN PUSTAKA

Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit diperlukan data yang berasal dari riwayat penyakit, tanda penyakit dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan seperti laboratorium rutin dan khusus, radiologi dan bermacam-macam tes diagnostik. Dalam pelajaran fisik diagnostik harus dimengerti dengan baik dan benar istilah yang sering dijumpai seperti gejala (symptom) dan tanda (sign). Gejala adalah segala sesuatu yang dirasakan oleh penderita dan menceritakannya kepada pemeriksa pada waktu anamnesis. Pada umumnya bersifat subyektif. Tanda adalah segala sesuatu yang dilihat dan diperiksa oleh pemeriksa pada penderita sebagai akibat perubahan anatomi, fisiologi maupun patologis oleh suatu penyakit. Tanda-tanda penyakit umumnya bersifat obyektif dan diketahui pada saat pemeriksaan fisik.

Penyakit paru dapat memberi manifestasi sebagai berikut : 1. Manifestasi pulmoner. a. Manifestasi primer : berasal dari kelainan setempat Keluhan/gejala : analisa keluhan dilakukan dengan anamnesis, dapat berupa ; batuk dengan atau tanpa dahak/darah, sesak nafas dengan atau tanpa nafas bunyi dan nyeri dada. Tanda :

perubahan-perubahan jaringan paru, pleura , dinding dada oleh penyakit, dapat dideteksi dengan inspeksi, palapasi, perkusi dan auskultasi. Perubahan-perubahan yang dapat terjadi berupa : perubahan bentuk / ukuran thoraks, perubahan pergerakan dan perubahan pengantaran getaran. b. Manifestasi sekunder : akibat penyakit terhadap fungsi paru : Gangguan pertukaran gas dan peningkatan tahanan pembuluh darah paru 2. Manifestasi ekstra pulmoner : perubahan-perubahan kelainan yang terjadi diluar paru. a. Non metastase. Gejala umum : panas badan, tidak suka makan, rasa capai dan lain-lain; Adanya ginekomasti : pembesaran kelenjar mamma pada pria; jari tabuh; osteoartropati : berupa nyeri sendi dan tulang; beberapa kelainan hormonal. b. Metastase. Penyebaran keganasan paru keluar paru; penyebaran infeksi paru (abses) keluar paru.

Pada penyakit paru ada 3 keluhan yang sering dijumpai yaitu batuk, sesak nafas dan nyeri dada. BATUK Batuk adalah salah satu sarana pertahanan tubuh yang secara fisiologis membersihkan saluran pernafasan dari lendir (mukus) dan bahan/benda asing , timbulnya pada umumnya secara reflektorik namun adakalanya dilakukan secara sengaja. Batuk dapat terjadi oleh karena kelainan pada paru maupun diluar paru. Walaupun batuk adalah salah satu gejala penyakit paru yang paling sering dan penting namun relatif tidak spesifik. Adanya batuk bersama-sama dengan gejala-gejala lain mungkin sangat membantu mengarahkan diagnosis. Jika batuk disertai dengan stridor inspirasi biasanya disebabkan oleh obstruksi intrinsik atau ekstrinsik di saluran nafas bagian atas. Batuk yang disertai dengan wheezing yang menyeluruh merupakan petunjuk adanya bronkospasme (penyempitan bronkus), meskipun kadang-kadang dapat pula disebabkan oleh kelainan endotrakea daerah carina . Terdapatnya wheezing lokal yang menetap dan terdengar pada saat ekspirasi disertai batuk mencurigakan adanya kemungkinan suatu karsinoma bronkogenik.

SESAK NAFAS Sesak nafas adalah salah satu gejala yang paling sering dan paling mencemaskan penderita sehingga ia terpaksa pergi ke dokter. Berbagai macam penjelasan atau definisi mengenai dyspnea

ini seperti sukar bernafas atau nafas tidak enak (kurang lega atau kurang puas) yang biasanya dilukiskan oleh pasie sebagai sesak nafas (shorthness of breath). Sesak nafas mungkin merupakan gejala berbagai gangguan patofisiologi : obstruksi jalan nafas, berkurangnya jaringan paru yang berfungsi, berkurangnya elastisitas paru, kenaikan kerja pernafasan, gangguan transfer oksigen (difusi), ventilasi tak seimbang dalam kaitannya dengan perfusi, campuran darah vena (venous admixture) atau right to left shunting, cardiac output yang tidak memadai, anemia dan gangguan kapasitas angkut oksigen dari hemoglobin. Pasien dispneu dapat digolongkan dalam 3 katagori utama yaitu pasien dengan dispneu akut, pasien dengan dispneu progresif menahun dan pasien dengan serangan dispneu paroksismal yang berulang.

DISPNEU AKUT Pada orang dewasa dipsnea akut dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti edema paru, tromboemboli paru akut, pneumonia dan pneumothoraks spontan Salah satu penyebab yang paling sering adalah sembab paru (edema paru) akut oleh karena kegagalan jantung kiri. Ini biasanya terjadi pada pasien jantung atau hipertensi, yang pada pemeriksaan fisik ditemukan ronki basah yang difus. Penderita mungkin mengeluarkan dahak kental, berwarna kemerahan dan berbuih. Dapat pula disertai batuk, wheezing, nyeri kardiovaskuler dan sembab pada kaki.

DISPNEU PROGRESIF MENAHUN Salah satu sebab yang paling sering dari dispneu ini adalah kegagalan jantung kongestif. Keluhan ini sering dimulai dengan sesak nafas waktu melakukan pekerjaan, yang lambat laun menjadi bertambah berat sehingga pasien merasa sesak nafas walaupun melakukan pekerjaan minimal atau bahkan waktu istirahat. Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) sering terbangun malam hari karena sesak nafas tetapi biasanya disertai dengan batuk dan pengeluaran dahak. Orthopnea seringkali didapatkan pada kegagalan jantung kiri yang lanjut, tetapi gejala ini juga mungkin terjadi pada pasien dengan asma dan bronkitis.

DISPNEU PAROKSISMAL BERULANG Jenis dispneu ini sering dijumpai pada pasien dengan asma bronkial, dimana pada waktu serangan disertai dengan wheezing dan batuk. Walaupun asma terjadi pada semua umur, tetapi seringkali terdapat pada anak dan dewasa muda. Dalam hal ini perlu ditanyakan tentang alergi

dan tes alergen. Keadaan ini perlu dibedakan dengan asma kardial yang disebabkan oleh kegagalan jantung kiri atau stenosis mitral.

NYERI DADA Nyeri dada merupakan gejala yang penting untuk penyakit thoraks (rongga dada), tetapi dapat pula berasal dari luar paru. Nyeri dada adalah salah satu gejala yang paling sukar dinilai dan membutuhkan klasifikasi yang sistematis. Untuk semua nyeri dada harus ditanyakan dalam anamnesis tentang hebatnya, sifat, lokalisasi, lamanya, menyebar atau menetap, terus menerus atau intermiten dan semua faktor yang menyebabkan nyeri bertambah atau berkurang. Nyeri dada dapat dibagi dalam golongan : 1. 2. 3. 4. 5. pleuropulmonal trakeobronkial kardiovaskuler oesophagial dan mediastinal neuromuskuloskeletal

Nyeri pleuropulmonal Nyeri pleuropulmonal biasanya akut, tajam dan lokal (setempat), intermiten dan diperhebat dengan bernafas serta seringkali juga makin hebat dengan gerakan. Penyebab paling sering dari nyeri pleuropulmonal adalah pnemonia bakteri terutama yang disebabkan oleh kokus gram negatif dan Klebsiella. Gejala-gejala lain seperti batuk, hemoptisis, demam atau malaise dapat menyertai pleuropulmonal.

Nyeri trakeobronkial Nyeri trakeobronkial seringkali disebabkan oleh tracheitis akut, tracheobronkitis akut aspirasi benda asing tajam, inhalasi gas iritan atau karsinoma yang menyerang trachea atau brokus besar. Nyeri berupa rasa terbakar disubsternal dan rasa tidak enak yang seringkali bertambah hebat dengan pernafasan dalam, batuk dan terutama bila bernafas di hawa dingin. Bila keradangan meluas ke bronchus utama nyeri terasa di parasternal.

Nyeri kardiovaskuler

Nyeri ini biasanya terasa substernal atau pada sisi kiri dan seringkali dirasakan oleh pasien sebagai menekan, menjepit atau mendesak atau perasaan berat dalam dada. Kerap kali rasa nyeri menjalar ke bahu kiri dan sepanjang sisi medial lengan kiri terus ke siku. Nyeri dapat menjalar ke leher atau ke rahang atau ke kedua bahu. Nyeri seperti ini bersifat paroksismal dan bertambah hebat dengan gerakan / latihan atau emosi dan cepat mereda bila istirahat atau pemberian nitrogliserin, hal ini khas pada angina pektoris. Jika nyeri demikian berlangsung selama > 20 menit dan tidak menghilang dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin harus diduga adanya infark miokard akut.

Nyeri esofagus dan mediastinal Nyeri esofagus adalah rasa nyeri dada yang dalam yang dapat dirasakan pula (referred) di tempat lain. Biasanya bila disertai gejala seperti kesukaran menelan (disfagia) yang progresif , regurgitasi makanan padat yang baru saja dimakan dan nyeri waktu menelan diduga adanya penyakit esofagus. Nyeri mediastinal amat jarang, biasanya disebabkan oleh penyebaran tumor ke mediastinum, aneurisma aorta atau pembesaran kelenjar limfe.

Nyeri muskuloskeletal Nyeri demikian mirip dengan jenis nyeri dada yang lain pada umumnya dan mungkin penyebabnya tak diketahui.nyeri tulang yang paling sering disebabkan oleh fraktur tulang rusuk yang berhubungan dengan riwayat rudapaksa. Nyeri tulang biasanya ringan pada permulaan namun kemudian menjadi kronis, terus menerus dan setempat. Penyebab lain adalah metastase dari suatu keganasan misal pada mieloma multipel dan sarkoma. Jenis kedua nyeri dada muskuloskeletal termasuk dalam kelompok mialgia misal pada otot-otot interkostal, pektoral maupun otot sekitar sendi bahu. Penyebab yang paling sering adalah trauma akibat suatu gerakan / latihan yang menggunakan otot-otot yang sebelumnya tak pernah digunakan atau akibat keradangan.

ALAT DAN BAHAN

Alat yang diperlukan adalah - stetoskop

- penunjuk waktu - bed / tempat tidur - penerangan yang cukup

PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN

Sebaiknya pasien dilepas bajunya sampai pinggang, dan harus cukup lampu/penerangan sebab kontur dan tekstur akan menonjol dengan penerangan yang baik. Selalu bandingkan dada kanan dan kiri di tempat yang simetris. A. INSPEKSI 1. Perhatikan irama dan frekuensi pernapasan. Dikenal berbagai tipe : Normal. Rate dewasa 8 16 x/menit dan anak maksimal 44 x /menit Tachypnoea.Cepat dan dangkal, penyebab : nyeri pleuritik, penyakit paru restriktif, diafragma letak tinggi karena berbagai sebab. Hyperpnoea hiperventilasi. Napas cepat dan dalam, penyebabnya: cemas, exercise, asidosis metabolik, pada kasus koma ingat gangguan otak (midbrain/pons). Pernapasan Kussmaul. Napas dalam dengan asidosis metabolik Bradypnoea. Napas lambat, karena depresi respirasi karena obat, tekanan intrakranial meninggi. Napas Cheyne Stokes. Ada perioda siklik antara napas dalam dan apnoe bergantian. Gagal jantung, uremi, depresi napas, kerusakan otak. Meskipun demikian dapat terjadi pada manula dana anak-anak. Pernapasan Biot. Disebut pernapasan ataxic, iramanya tidak dapat diramalkan, acap ditemukan pada kerusakan otak di tingkat medulla. Sighing. Unjal ambegan, menggambarkan sindrom hiperventilasi yang dapat berakibat pusing dan sensasi sesak napas, psikologik juga. Ekspirasi diperpanjang. Ini terjadi pada penyakit paru obstruktif, karena resistensi jalan napas yang meningkat. Gerakan paru yang tidak sama, dapat kita amati dengan melihat lapang dada dari kaki penderita, tertinggal, umumnya menggambarkan adanya gangguan di daerah dimana ada gerakan dada yang tertinggal. (tertinggal = abnormal) Dada yang lebih tertarik ke dalam dapat karena paru mengkerut (atelectasis, fibrosis) pleura mengkerut (schwarte) sedangkan dada mencembung karena paru mengembung (emfisema pulmo) pleura berisi cairan (efusi pleura)

2.

3.

Deformitas dan bentuk dada Dada normal anak. Dada normal dewasa Dada bentuk tong. Diameter antero-post memanjang usila, kifosis, emfisema paru disebut juga barrel chest Dada bentuk corong. Funnel chest, pectus excavatum, lekuk di sternum bawah yang dapat membuat kompresi jantung dan vasa besar --- bising Dada Burung. pigeon chest, pectus carinatum,dada menjorok ke depan Dada kifoskoliosis. Dada mengikuti deformitas punggung, terjadi distorsi alat dalam yang sering mengganggu interpretasi dapatan diagnosis fisik.

B. Palpasi 1. Dengan palpasi ini diharapkan kita dapat menilai semua kelainan pada dinding dada (tumor, benjolan, muskuloskeletal, rasa nyeri di tempat tertentu, limfonodi, posisi trakea serta pergeserannya, fraktur iga, ruang antar iga, fossa supraklavikuler, dsb) serta gerakan, excursion dinding dada 2. Lingkarkan pita ukur (ukur sampai 0.5 cm ketelitian) sekitar dada dan nilai lingkar ekspirasi dan lingkar inspirasi dalam, yang menggambarkan elastisitas paru dan dada. 3. Untuk ini diperlukan penggunaan dua tangan ditempatkan di daerah yang simetris, kemudian dinilai. Pada waktu pasien bernapas dalam : - tangan diletakkan di bagian depan dada) maka amati gerakan dada simetriskah, - (tangan ditaruh di dada samping) gerakan tangan kita naik turun secara simetris apa tidak, - (tangan ditaruh di dada belakang bawah) gerakan tangan ke lateral di bagian bawah atau tidak. Gerakan dinding dada maksimal terjadi di bagian depan dan bawah. 4. Pada waktu melakukan palapasi kita gunakan juga untuk memeriksa fremitus taktil. Dinilai dengan hantaran suara yang dijalarkan ke permukaan dada dan kita raba dengan tangan kita. Pasien diminta mengucapkan dengan suara dalam, misalnya mengucapkan sembilan puluh sembilan (99) atau satu-dua-tiga dan rasakan getaran yang dijalarkan di kedua tangan saudara. - Fremitus akan meninggi kalau ada konsolidasi paru (misal : pneumonia, fibrosis) - fremitus berkurang atau menghilang apabila ada gangguan hantaran ke dinding dada (efusi pleura, penebalan pleura, tumor, pneumothorax) Apabila jaringan paru yang berisi udara ini menjadi kurang udaranya atau padat,suara yang dijalarkan ke dinding dada lewat cabang bronkus yang terbuka ini melemah. Suara dengan nada tinggi (high-pitched sounds) yang biasanya tersaring terdengar lebih jelas.

5.

6.

Keadaan ini ditemukan di permukaaan dari jaringan paru yang abnormal. Perubahan ini dikenal sebagai : suara bronchial, bronchophonie, egophony dan suara bisikan (whispered pictoriloqui). Untuk mudahnya dikatakan : suara bronchial dan vesikuler mengeras. Hal ini dapat dirasakan dengan palpasi (fremitus taktil) atau didengar dengan auskultasi.

C. Perkusi 1. Tujuan perkusi dada dan paru ini ialah untuk mencari batas dan menentukan kualitas jaringan paru-paru. 2. Perkusi dapat cara : direk : langsung mengetuk dada atau iga - cara klasik Auenbrugger) atau indirek: ketukan pada jari kiri yang bertindak sebagai plessimeter oleh jari kanan 3. Di bagian depan mulai di fossa supraclav. Terus ke bawah, demikian juga pada bagian belakang dada. Ketukan perkusi dapat keras atau lemah. Makin keras makin dalam suara dapat tertembus. Misalnya untuk batas paru bawah yang jaringan parunya mulai menipis, dengan perkusi keras maka akan terkesan jaringan di bawahnya sedangkan dengan perkusi lemah maka masih terdeteksi paru yang tipis ini sehingga masih terdengar suara sonor. 4. Dengan perkusi dapat terdengar beberapa kemungkinan suara : Suara sonor (resonant) : suara perkusi jaringan paru normal (latihlah di paru anda). Suara memendek (suara tidak panjang)

5.

6.

7.

8.

Suara redup (dull), ketukan pada pleura yang terisi cairan, efusi pleura. Suara timpani (tympanic) seperti ketukan di atas lambung yang kembung Suara pekak (flat), seperti suara ketukan pada otot atau hati misalnya. Resonansi amforik, seperti timpani tetapi lebih bergaung, Metallklang Hipersonor (hyperresonant) disini justru suara lebih keras, contoh pada bagian paru yang di atas daerah yang ada cairannya, suara antara sonor dan timpani, karena udara bertambah misalnya pada emfisema pulmonum, juga pneumothorak. Perkusi dapat menentukan batas paru hati, peranjakan, batas jantung relatif dan batas jantung absolut. Kepadatan (konsolidasi) yang tertutup oleh jaringan paru lebih tebal dari 5 cm sulit dideteksi dengan perkusi. Kombinasi antara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi banyak mengungkap patologi paru. Perlu diingat bahwa posisi pasien (misalnya tidur miring) mempengaruhi suara perkusi meskipun sebenarnya normal Untuk menentukan batas paru bawah gunakan perkusi lemah di punggung sampai terdengar perubahan dari sonor ke redup, kemudian pasien diminta inspirasi dalam-tahan napas-perkusi lagi sampai redup. Perbedaan ini disebut peranjakan paru (normal 2 3 cm). Peranjakan akan kurang atau hilang pada emfisema paru, pada efusi pleura, dan asites yang berlebihan. Untuk menentukan batas paru-hati lakukan hal yang sama di bagian depan paru, linea medio clavicularis kanan. Dalam melakukan perkusi ingat selalu pembagian lobus paru yang ada dibawahnya, seperti diketahui paru kanan terdiri dari lobus superior, medius dan inferior dan lobus kiri terdiri hanya dari lobus superior dan lobus inferior . Perkusi hendaknya dimulai di tempat yang diduga sehat (dari inspeksi dan palpasi) menuju ke bagian yang diduga sakit. Untuk lebih meyakinkan, bandingkan dengan bagian yang kontra lateral. Batas-batas kelainan harus ditentukan.

9.

Perkusi untuk menentukan apek paru (Kronigs isthmus) dilakukan dengan cara melakukan perkusi di pundak mulai dari lateral ke arah medial. Suara perkusi dari redup sampai sonor, diberi tanda. Kemudian perkusi dari medial (leher) ke lateral sampai terdengar sonor, beri tanda lagi. Diantara kedua tanda inilah letaknya apek paru. Pada orang sehat lebarnya 4-6 cm. Pada kelainan di puncak paru (tuberculosis atau tumor) daerah sonor ini menyempit atau hilang (seluruhnya redup).

Pada perkusi efusi pleura dengan jumlah ciran kira-kira mengisi sebagian hemitoraks (tidak terlalu sedikit dan juga tidak terlalu banyak) akan ditemukan batas cairan (keredupan) berbentuk garis lengkung yang berjalan dari lateral ke medial bawah yang disebut garis Ellis-Damoiseau. 11. Pada perkusi di kiri depan bawah akan terdengar suara timpani yang berbentuk setengah lingkaran yang disebut daerah semilunar dari Traube. Daerah ini menggambarkan lambung (daerah bulbus) terisi udara.10.

D. Auskultasi 1. Untuk auskultasi digunakan stetoskop, sebaiknya yang dapat masuk antara 2 iga (dalam ruang antar iga). Urutan pemeriksaan seperti pada perkusi. Minimal harus didengar satu siklus pernapasan (inspirasi-ekspirasi). Bandingkan kiri-kanan pada tempat simetris. 2. Umumnya fase inspirasi lebih panjang dan lebih jelas dari ekspirasi. Penjelasan serta perpanjangan fase ekspirasi mempunyai arti penting. Kita mulai dengan melukiskan suara dasar dahulu kemudian melukiskan suara tambahannya. Kombinasi ini, bersama dengan palpasi dan perkusi memberikan diagnosis serta diferensial diagnosis penyakit paru. 3. Suara dasar : Vesikuler: Suara paru normal, inspirium > ekspirium serta lebih jelas Vesikuler melemah: Pada bronchostenose, emfisema paru, pneumothorak, eksudat, atelektase masif, infiltrat masif, tumor. Vesikuler mengeras: Terdengar lebih keras. Vesikuler mengeras dan memanjang: Pada radang Bronchial: Ekspirasi lebih jelas, seperti suara dekat trachea, dimana paru lebih padat tetapi bronchus masih terbuka (kompresi, radang) Amforik: Seperti bunyi yang ditimbulkan kalau kita meniup diatas mulut botol kososng sering pada caverne. Eksipirasi Jelas. 4. Suara tambahan : Ronchi kering (bronchitis geruis, sonorous, dry rales). Pada fase inspirasi maupun ekspirasi dapat nada tinggi (sibilant) dan nada rendah (sonorous) = rhonchi, rogchos berarti ngorok. Sebabnya ada getaran lendir oleh aliran udara. Dengan dibatukkan sering hilang atau berubah sifat. Rhonchi basah (moist rales). Timbul letupan gelembung dari aliran udara yang lewat cairan. Bunyi di fase inspirasi. o o o o ronkhi basah halus (suara timbul di bronchioli), ronkhi basah sedang (bronchus sedang), ronkhi basah kasar (suara berasal dari bronchus besar). ronkhi basah meletup. Sifatnya musikal, khas pada infiltrat, pneumonia, tuberculosis.

o Krepitasi. Suara halus timbul karena terbukanya alveolus secara mendadak, serentak terdengar di fase inspirasi. (contoh: atelectase tekanan) o Suara gesekan (wrijfgeruisen, friction-rub). Ada gesekan pleura dan gesek perikardial sebabnya adalah gesekan dua permukaan yang kasar (mis: berfibrin) Ronkhi basah sering juga disebut sebagai crackles, rhonchi kering disebut sebagai wheezes dan gesek pleura atau gesek perikard sebagai pleural dan pericardial rubs. Auskultasi suara Dapat dilaksanakan dengan auskultasi menggunakan dua cara: suara keras dan suara berbisik (gunakan suara S). Terdengar resonansi suara yang jelas makin kita auskultasi mendekati hilus. (depan di IC 2 dan 3 dekat sternum dan belakang interskapula dekat vertebra). Apabila suara tadi dijalarkan membaik Maka disebut ada bronchophoni (paling baik digunakan suara bisik). Diatas eksudat yang terlalu besar didengar egophoni suara ini jarang ditemukan.

Rekapitulasi Palpasi : Tertinggal di daerah yang ada lesi. Vocal fremitus mengeras kalau ada infiltrat, atelektase tekanan (kompresi). Vocal fremitus melemah pada emfisema, eksudat, schwarte, atelektase masif. Trakea tertarik pada fibrosisi paru, schwarte, atelektase masif. Trakea terdorong pada eksudat, pneumothorak, tumor. Perkusi : Sonor pada paru normal. Redup pada infiltrat, atelektase masif atau tekanan, tumor, eksudat, fibrosis, paru, efusi, schwarte. Hipersonor pada emfisema, pneumothorak. Auskultasi : Bronkofoni pada infiltrat, juga egofoni (jarang), suara normal vaskuler. bronkiial pada infiltrat, atelektase tekanan. Vesikuler melemah pada emfisema, pneumothorak, atelektasi masif, efusi. Schwarte, fibrosis. Amforik pada caverne. Ronkhi basah pada infiltrat, rhonchi kering pada bronchitis. gesek pleura (dengan gerak napas) dan gesek perikardium (irama jantung).

Tanda diagnosis fisik pada beberapa gangguan paru

Kelainan Normal

Deskripsi

Perkusi

Fremitus Normal

Suara Dasar

Suara Tambahan

Alveolus dan Sonor trakeobronhus bersih, pleura baik Selama Sonor ekspirasi basal paru mengembang, mukosa bronch udem Nyeri napas, Sonor ada fibrin sebab LE, rheuma, viral

Vesikuler, Tidak ada kecuali dekat bronchus besar

Gagal jantung kiri

Normal

Normal atau exp Rhonchi basah diperpanjang crepitasi basal

Pleuritis Sicca

Normal Vesikuler atau agak lemah sering gesek plera Lemah, intercostal akan teraba menyempi t Lemah hilang, bronkofon i, egofoni dapat terdengar pd eff >> gesek pleura +/Lemah hilang

Gesek pleura

Penebalan pleura (schwarte)

Terjadi pada Redup pleritis lama, sampai pus napas pekak tertinggal

Tidak ada

Efusi pleura Efusi sereus, (pleuritis darah, pus, jar exudativa) ikat nyeri napas dapat terjadi, napas tertinggal

Redup sampai pekak, Skodaic resonance

Vesikuler lemah-/hilang, bronchial dapat dipuncak pada efusi, gesek pleura +/-

Tidak ada, kecuali ada kelainan pada penyakit dasar, pada fase awal gesek pleura

Pneumonia (konsolidasi)

Meski redup, Redup tapi selama jalan napas besar terbuka, fremitus da suara seperti keluar dari trakea/laring sputa rufa Dapa terjadi Sonor obstruksi bronchus parsial karena sekresi atau obsruksi. Sering ada deflasi abn. Batuk, sutum pagi, foul sput, clubbing, sputum 3 lapis, faktor obstruksi dan infeksi Sering bersama dengan bronchitis. Adanya ventilasi kurang dan hiperventilasi mengarah ke sini

Meningkat Bronchial dengan bronchofo ni, egofonie

Rhinchi basah mulai crepitasi indux- tak ada suaracrepitasi redux (tergantung fase hepatisasi)

Bronchitis

Normal

Dapat normal Bervariasi dari tetapi seringkali tanpa ke rh. Bas exp memanjang atau expiratoir ada polyphonic wheezes, masih baru hilang dgn batuk, lama menetap Variabel, dapat Rhonchi basah bronchofoni sampai amforik

Bronchiectasi s

Normal Normal sampai atau timpani, mengeras dapat ada unsur fibrosis

Emfisema pulmonum

Normal ke Menguran hiper sonor, g sering menutupi keredupan jantung dan diafragma letak rendah

Vesikuler lemah Normal mengurang, dengan seringkali bronchitis dengan komponen ekspirasi memanjang

atau tanda

Pneumothora x

Udara bebas Normal ini serupa sampai COPD tetapi hipersonor unilateral

Berkurang hingga hilang

Berkurang hingga hilang

Tidak ada

trakea terdesak. Udara banyak hipersonor, suara napas lemah Fibrosis paru Infiltrat lama berubah fibrosis berkerut menarik trakea, mediastinum, dada Sulit, masif atau tidak, di permukaan atau tidak Redup/peka k kalau ada udara agak timpani Dapat mengeras dapat melemah Bronchovesic Tidak lemah, atau tergantung bronchial awal pasti lesi

Tumor paru

Tergantung Melemah besar dan jarak dari permukaan sulit kecuali dengan efusi pleura Berkurang hingga hilang

Melemah dan Tidak ada daerah yang crepitasi tertekan akan seperti atelektase tekanan

atau

Atelektasis

Paru kolaps redup atelektasis perkusi redup obstruksi bronchus < hantaran suara, trakea dapat tetarik

Vesikuler berkurang hilang

Tidak ada atau

Keterangan : COPD : Chronic Obstructive Pulmonary Disease / Penyakit Paru Obstruktif Kronik

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3. 4.

Bates B. A Guide to Physical Examination and History Taking. 1987. Delp dan Manning. Major Diagnosis Fisik edisi IX, EGC, terjemahan Adji Dharma,1986. Djokomoeljanto. Diagnosis Fisik. Kuliah PPS Undip. 1998. Rai IB, Mukty A, Alsagaff H, Widjaja A. Diagnostik Fisik Paru. Kuliah Clerkship Unair. 1986. 5. Talley NJ, OConnor S. Clinical Examination. APAC Publishers Service Pte Ltd, Singapore.

PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK PARU

Nama NIM No

: : Aspek Yang Dinilai 0 Nilai 1 2

1. 2. 3.

Memberi penjelasan tindakan yang akan dilakukan Meminta penderita untuk berbaring terlentang Meminta penderita untuk membuka baju seperlunya agar daerah pemeriksaan terbuka

4. 5.

Memperhatikan dan menghitung frekuensi pernafasan Melakukan inspeksi dari depan dan belakang penderita untuk menentukan bentuk thorak penderita

6.

Meletakkan kedua telapak tangan pada bagian dada dan punggung penderita kiri dan kanan untuk merasakan perbandingan gerak nafas

7.

Membandingkan fremitus paru kanan dan kiri dengan meletakkan kedua telapak tangan pada punggung penderita dan meminta penderita untuk mengucapkan sembilan puluh sembilan

8.

Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah, depan dan belakang, membandingkan kiri dan kanan

9. 10. 11.

Melakukan perkusi dalam di daerah supra klavikula Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru - hepar Melakukan perkusi untuk menentukan batas paru - jantung

12. 13.

Melakukan perkusi untuk menentukan peranjakan paru Melakukan auskultasi secara sistematis dari atas ke bawah, depan dan belakang, membandingkan kanan dan kiri

14.

Mendengarkan inspirasi dan ekspirasi pada tiap tempat yang diperiksa Jumlah

Keterangan : 0 = tidak dilakukan 1 = dilakukan tetapi kurang sempurna 2 = dilakukan dengan sempurna Purwokerto,..2011 Nilai = ( Jumlah/28 ) x 100% = % Evaluator,

FISIK DIAGNOSTIK HIDUNG TENGGOROK

A.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Untuk dapat menegakkan diagnosis suatu kelainan atau penyakit Hidung Tenggorok, diperlukan kemampuan dan keterampilan melakukan anamnesis dan pemeriksaan organ-organ tersebut.

Hidung Hidung memiliki fungsi yang penting sebagai jalan nafas, pengatur kondisi udara, penyaring udara, indra penghidu, resonansi suara, turut membantu proses bicara dan refleks nasal. Keluhan utama penyakit atau kelainan hidung dapat berupa sumbatan hidung, secret hidung dan tenggorok, bersin, rasa nyeri di daerah muka dan kepala, perdarahan hidung dan gangguan penghidu. Gangguan penghidu dapat berupa hilangnya penciuman (anosmia) atau berkurang (hiposmia), disebabkan karena adanya kerusakan pada saraf penghidu ataupun karena sumbatan pada hidung. Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal, sering dijumpai dengan tanda dan gejala nyeri di daerah dahi, pangkal hidung, pipi dan tengah kepala. Rasa nyeri dapat bertambah bila menundukkan kepala dan dapat berlangsung sampai beberapa hari. Sinusitis yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksilaris, kemudian sinusitis etmoidalis, sinusitis frontalis dan sinusitis sfenoidalis.

Tenggorok Tenggorok dibagi menjadi faring dan laring. Berdasarkan letaknya faring dibagi atas: 1. Nasofaring 2. Orofaring Dinding posterior faring Fossa tonsil Tonsil 3. Laringofaring (Hipofaring) Sedangkan fungsi faring terutama untuk respirasi, proses menelan, resonansi suara dan artikulasi. Keluhan di daerah faring umumnya berupa nyeri tenggorok (odinofagi), rasa penuh

dahak di tenggorok, rasa ada sumbatan dan sulit menelan (disfagi). Kelainan yang sering dijumpai pada faring yaitu tonsillitis, faringitis, tonsilofaringitis dan karsinoma nasofaring. Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta fonasi. Fungsi laring untuk proteksi ialah mencegah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima glottis secara bersamaan. Selain itu dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan keluar. Suara parau merupakan gejala penyakit yang khas untuk kelainan tenggorok khususnya laring terkait dengan fungsi fonasi dari laring. Sedangkan lainnya dapat berupa batuk, disfagi, dan rasa ada sesuatu di tenggorok. Kelainan yang sering dijumpai pada laring yaitu laryngitis, paralisa otot laring dan tumor laring.

B.

ALAT DAN BAHAN

1. 2. 3. 4. 5.

Lampu Kepala Spatel lidah Spekulum hidung Kaca laring Sumber cahaya khusus untuk pemeriksaan Sinus (transiluminasi)

C. PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN

1. Memakai lampu kepala Lampu kepala ditengah-tengah antara kedua mata kanan-kiri 20 25 cm (sekilan tangan) di depan objek. Fokus jatuh tepat pada organ/bagian yang ingin diperiksa. 2. Duduk berhadapan dengan penderita Kedua kaki penderita rapat, demikian juga kaki pemeriksa : kaki-kaki pemeriksa sejajar dengan kaki-kaki penderita. Kaki kanan pemeriksa bersebelahan dengan kaki kanan penderita, begitu juga sebaliknya. Jangan menjepit kaki penderita diantara kaki pemeriksa

Inspeksi muka Lihat muka penderita dari depan, kalau dipandang perlu juga dari samping kanan dan kiri. Perhatikan bentuk muka dan hidung. Palpasi sinus para nasal Pegang kepala penderita dengan kedua tangan di kanan dan kiri kepala penderita; ibu jari di depan, jari-jari lain di belakang kepala. Tekan dengan ibu jari kanan dan kiri. Bandingkan nyeri tekan kanan dengan kiri

3. Memangku penderita (anak kecil) Anak dipangku, tangan kiri memegang/menahan kepala (dagu) anak; tangan kanan memegang kedua tangan anak. Kedua kaki anak dijepit kaki pemangku. Teknik ini untuk melihat bagian depan dan bagian samping kanan. Untuk melihat bagian samping kiri, tangan kanan memegang dahi (sebaliknya). 4. Memeriksa faring Tangan kanan memegang spatel, tangan kiri memegang/menahan tengkuk/belakang kepala penderita. Spatel diletakkan untuk menahan lidah (jangan menekan keras). Memeriksa : cavum oris dan gigi, orofaring : tonsil, palatum molle, dinding belakang faring. Perhatikan warna, bengkak, tumor, gerakan. 5. Memeriksa hidung Pemeriksaan Hidung Luar dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi. Kelainan-kelainan yang mungkin didapat adalah Kelainan kongenital seperti agenesis hidung, hidung bifida, atresia nares anterior. Radang, misal selulitis, infeksi spesifik Kelainan bentuk, misal saddle nose, hidung betet (hump). Kelainan akibat trauma Tumor Rinoskopi Anterior adalah pemeriksaan rongga hidung dari depan dengan memakai spekulum hidung. Tangan kiri memegang speculum dengan ibu jari (di atas/depan) dan jari telunjuk (dibawah/belakang) pada engsel speculum. Jari tengah diletakan dekat hidung, sebelah kanan untuk fiksasi. Jari manis dan kelingking membuka dan menutup spekulum. Speculum dimasukkan tertutup ke dalam vestibulum nasi setelah masuk baru dibuka. Tangan kanan bebas : dapat membantu memegang alat-alat pinset dan kait dsb, menahan kepala dari belakang/tengkuk atau mengatur sikap kepala. Melebarkan nares anterior dengan meregangkan ala nasi. Melihat jelas dengan menyisihkan rambut hidung. Hal-hal yang harus diperhatikan pada rinoskopi anterior : Mukosa. Dalam keadaaan normal berwarna merah muda, pada radang berwarna merah, pada alergi pucat atau kebiruan (livid) Septum. Normalnya terletak ditengah dan lurus, perhatikan apakah terdapat deviasi, krista, spina, perforasi, hematoma, abses, dll.

Konka. Perhatikan apakah konka normal (eutrofi), hipertrofi, hipotrofi atau atrofi Sekret. Bila ditemukan sekret perhatikan jumlah, sfat dan lokalisasinya Massa. 6. Pemeriksaan Sinus Maksillaris dan sinus Frontalis a. Memalpasi sinus frontalis dengan menekan tulang sinus frontalis di daerah alis ke arah atas tanpa menekan bola mata dengan menggunakan ibu jari. b. Memalpasi sinus Maksilaris dengan menekan tulang sinus Maksilaris di daerah pipi dengan menggunakan ibua jari. c. Pemeriksaan transilluminasi: 1. Membuat ruangan menjadi gelap gulita. 2. Meletakkan sumber cahaya di bawah alis dekat hidung (cantus medialis), dan menutupi cahayanya dengan tangan yang lain. 3. Memeriksa adanya sinar merah redup pada dahi. 4. Meletakkan sumber cahaya pada bawah mata dengan arah ke bawah 5. Meminta penderita untuk membuka mulut 6. Memeriksa adanya sinar merah redup pada palatum durum.

E.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Ed.3.1998. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2. DeGowin RL, Donald D Brown.2000.Diagnostic Examination. McGraw-Hill.USA. 3. Lumbantobing SM.2000.Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Hidung-Tenggorok Nama : NIM : Nilai No 1. 2. Aspek Yang Dinilai Menyapa pasien dengan ramah Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan Mengatur posisi pemeriksa dan penderita (kaki kanan pemeriksa bertemu kaki kanan penderita atau sebaliknya) Memasang lampu kepala dengan benar Mengarahkan sumber cahaya ke daerah pemeriksaan Melakukan inspeksi hidung bagian luar Melakukan palpasi hidung bagian luar Melakukan rinoskopi anterior (memasukan spekulum hidung dengan lembut, saat masuk posisi tertutup & saat mengeluarkan posisi terbuka) Jumlah 0 1 2

3.

4. 5.

6. 7. 8.

0=tidak dilakukan 1=dilakukan tetapi kurang sempurna 2=dilakukan dengan sempurna Purwokerto, . Penguji

Nilai = ( Jumlah/16) x 100% ....................................

Penilaian Keterampilan Pemeriksaan Hidung-Tenggorok Nilai No 1. 2. Aspek Yang Dinilai Menyapa pasien dengan ramah Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan Mengatur posisi pemeriksa dan penderita (kaki kanan pemeriksa bertemu kaki kanan penderita atau sebaliknya) Memasang lampu kepala dengan benar Mengarahkan sumber cahaya ke daerah pemeriksaan Melakukan inspeksi daerah bibir Melakukan inspeksi mukosa bukal dan gigi geligi dengan bantuan spatula lidah & kaca larings Melakukan pemeriksaan orofarings (meminta penderita membuka mulut tanpa menjulurkan lidah) Menekan bagian lidah yang cembung dengan spatula lidah di linea mediana. Jumlah 0 1 2

3.

4. 5

6. 7

8

9

0 = tidak dilakukan 1 = dilakukan tetapi kurang sempurna 2 = dilakukan dengan sempurna Purwokerto, . Penguji

Nilai = ( Jumlah/18) x 100% ......................................

JADWAL BLOK RESPIRASI angkt 2010 (TA 2011/2012) MINGGU 1 : Senin, 5 Maret 2012 Selasa, 6 Maret 2012 Rabu, 7 Maret 2012 Kamis, 8 Maret 2012 Jumat, 9 Maret 2012

WAKT U 07.00 07.50

L1a. Anatomi 46system Respirasi atas (Anatomi : dr Anton BD,SpTHT) L1b.Anato mi system respi bawah (dr Nasid A) Kontrak pembelajar an (TIM BLOK)

L4. Diagnosis penyakit Hidung Tenggorokan (Anamnesis+pemeriks aan fisik) ( THT:dr Anton BD,SpTHT )

L8. Kelainan Hidung dan Sinus ( THT : drNurMei,,SpTH T)

L 11. Keseimbang an asam dan basa 1 (Anestesi :DrRudi,Sp An)

L13. Kelainan faring, laring, trachea ( THT: dr Supriyo, Sp THT )

08.00 08.50

PBL 1.2

09.00 09.50

10.00 10.50 11.00 11.50 L2.Kontrol pernafasan, ventilasi paru, pertukaran gas, mekanisme bernafas ( Fisiologi:dr Miko Ferine ) L3 Histologi 46system respirasi (Histologi : dr Evy S,MSc)

L5. L7. Mikrobiologi infeksi saluran nafas (Mikrobiologi :dra IDSAP Peramiarti,MKes)

PRAKTIKUM Anatomi kel 4,5,6 PBL 1.1 Histologi kel 1,2,3, 7,8,9 PRAKTIKU M Anatomi kel 1,2,3 L9. Histologi kel 4,5, 6,10,11,12 Mikrobiolog i kel,7,8,9 Istirahat istirahat Mikrobiologi kel 10,11,12

L6. Pengantar spirometri ( Fisiologi:dr Miko Ferine )

12.00 12.50

Istirahat

Istirahat

13.00 13.50 14.00 14.50 L 10.Infeksi paru (TBC) (dr. Indah R, Sp.P) L12. Farmakologi obat saluran nafas ( Farmakologi ;dr Setiawati ) L14. Diagnosis penyakit paru (Anamnesis+pemeriks aan fisik) (dr. Indah Rahmawati, Sp.P)

15.00 15.50

16.00 16.50 MINGGU 2 WAKTU 07.00 07.50 L15. Radiologi Hidung, Tenggorokan dan Dada (Radiologi : dr Ardi,SpRad) L.17.Patologi Anatomi lesi non neoplastik pada system respirasi ( PA : dr Dody Novrial,SpPA) L.19 Neoplasia sistem respirasi (Bedah) L22.Keseimbangan asam basa 2 (anestesi:Dr Rudi Sp An) Senin, 12 Maret 2012 Selasa, 13 Maret 2012 Rabu, 14 Maret 2012 Kamis, 15 Maret 2012 Jumat, 16 Maret 2012 Sabtu, 17 maret 2012 L.18 Penyakit asma dan status asmatikus (dr. Wanto, Sp.P)

08.00 08.50 09.00 09.50

UTK 1 (K1 K ).

L23.Pengenalan Ventilasi mekanik (anestesi :)

L16. Terapi nutrisi pada kelainan respirasi (Agus Prastowo, SST. MKes)

Pertukaran gas CO2 dan O2 (1) (Biokimia :dr Joko S,MSc )

Pertukaran gas CO2 dan O2 ( 2) (Biokimia :dr Joko S,MSc )

Praktikun Anatomi kel 10,11,12 Mikrobiologi kel 1,2,3

10.00 10.50 11.00 11.50 2.1 PBL Praktikun Anatomi kel 7,8,9 PBL 2.2

12.00 12.50 13.00 13.50 14.00 14.50

Istirahat

Istirahat

Istirahat

SKILL LAB PARU kel 4,5,6 THT kel 1,2,3 Praktikum spirometri Kel 7,8,9 Praktikum spirometri Kel 10,11,12 Istirahat

Istirahat Sholat jumat

Praktikum farmakologi kel 7,8,9, 10,11,12

SKILL LAB PARU kel 1,2,3 THT kel 4,5,6

L20. OAT dan permasalahnnya (dr. Indah, Sp.P)

L 21. Infeksi paru non TB (dr Wanto,Sp P)

L24. Penyakit paru akibat lingkungan (dr. Agung SDL, MScPH)

15.00 15.50 16.00 -

Praktikum Farmakologi kel 1,2,3,4,5,6

Rantai respirasi (Biokimia: dr Joko S,MSc )

16.50 MINGGU 3 WAKTU 07.00 07.50 08.00 08.50 09.00 09.50 Senin, 19 Maret 2012 L 26. Neoplasia paru (PA: dr Hidayat S,Sp PA) L25. Asfiksia (dr. Zaenuri, Sp.KF,MSi Med) PBL 3.1 Selasa, 20 Maret 2012 Rabu, 21 Maret 2012 Kamis, 22 Maret 2012 Jumat, 23 Maret 2012

PRAKTIKUM RADIOLOGI (pembacaan ro thorax :Penyakit -Penyakit Paru) (Dr Ardi Sp Rad L.27 Kelaian respirasi pada bayi dan anak 2 (TB,asma,bronkiolitis,dll) (IKA : dr Qodri Santosa,SpA,MSiMed)

L.28 Trauma dada ( Bedah )

L.29 Gagal nafas (Anestesi:Dr Rudi,SpAn)

L.30 PMO dan permasalahan di Puskesmas ( Dinkes: dr Misti ) PBL 3.2

LIBUR NYEPI

10.00 10.50 11.00 11.50 12.00 12.50 13.00 13.50 14.00 14.50 SKILL LAB PARU kel 7,8,9 THT kel 10,11,12 Praktikum spirometri Kel 4,5,6 Praktikum spirometri Kel 1,2,3 15.00 15.50 16.00 16.50 Istirahat

Istirahat

istirahat

SKILL LAB PARU kel 10,11,12 THT kel 7,8,9 PraktikumMikrobiologi Kel 4,5,6

REMEDIAL UTK 1

PRAKTIKUM PA Ruang smstr 6 &8 Kelp 1,2,3,4,5,6 PRAKTIKUM PA Ruang smstr 6 &8 Kelp 7,8,9,10,11,12

istirahat

L31. Peresepan obat (Farmakologi :dr Setiawati)

MINGGU 4 WAKTU 07.00 07.50 Senin, 26 Maret 2012 Selasa, 27 Maret 2012 Rabu, 28 Maret 2012 Kamis, 29 Maret 2012 Jumat, 30 Maret 2012 Pengumpulan laporan praktek lapangan (soft copy dan hard copy)

UTK 208.00 08.50

Breefing kelompok dengan perceptor PL ACTIVE CASE FINDING TB (mahasiswa dg nomer urut 4,5,6,7,8,9,10)

pemeriksaan BTA dan Konsultasi pembuatan laporan praktek lapangan

UJIAN PRAKTIKUM Di lab Anatomi: fisio,anatomi, mikro (kelp 1,2,3,4,5,6) Di lab Histo: PA,Farmako,Histo ( kelp 7,8,9,10,11,12)

UJIAN PRAKTIKUM

Di lab anatomi: fisio,anatomi,mikro ( kelp 7,8,9,10,11,12) Di lab Histo: PA,Farmako,Histo (kelp 1,2,3,4,5,6)

09.00 09.50

Jam 9.30 breefing kelompok dengan preceptor PL

10.00 10.50 ACTIVE CASE FINDING TB (semua mahasiswa) ( ke Puskesmas dan rumah pasien)

Praktikum mikrobiologi Pemeriksaan BTA (sputum sewaktu 1) (mahasiswa dg nomer urut 1,2,3 tiap kelompok) Praktikum mikrobiologi Pemeriksaan BTA (Sputum pagi ) (mahasiswa no urut 4,5) Praktikum mikrobiologi Pemeriksaan BTA (koleksi sputum) (mahasiswa no urut 6,7) Praktikum istirahat

11.00 11.50 12.00 12.50

istirahat

istirahat

Istirahat

13.00 13.50 14.00 14.50

REMEDIAL UTK 2

Presentasi praktek lapangan(dihadiri oleh dinkes SpP, dosen pembimbing )

15.00

15.50 16.00 16.50

mikrobiologi Pemeriksaan BTA (sputum sewaktu 2) (mahasiswa no urut 8,9,10)

MINGGU 5 WAKTU 07.00 07.50 08.00 08.50 09.00 09.50 10.00 -10.50 11.00 11.50 12.00 12.50 13.00 -13.50 14.00 -14.50 15.00 15.50 REMIDI OSCE REMEDIAL UJIAN PRAKTIKUM Di lab anatomi: Mikro,fisio,anatomi LIBUR PASKA Senin, 2 April 2012 Selasa, 3 April 2012 Rabu, 4 April 2012 Kamis, 5 April 2012 Jumat, 6 April 2012

OSCEgelb 1

SOCA

OSCEgelb 2

REMIDI SOCA

REMEDIAL UJIAN PRAKTIKUM Di lab Histo: PA,Farmako,Histo

16.00 16.50

DAFTAR PEMBAGIAN KELOMPOK PBL BLOK SISTEM RESPIRASI 2012

Kelompok 1 Tutor : dr. Mambodyanto SH (MMR)1 2 3 4 5 6 7 8 9 G1A010001 G1A010011 G1A010023 G1A010030 G1A010040 G1A010054 G1A010064 G1A010076 G1A010086 NAELIN NIKMAH DHITA HESTILANA A RATIH PARINGGIT PARTOGI ANDRES M WIDYA KUSUMASTUTI NURVITA PRANASARI META MUKHSININA P RHANI SHABRINA DESSRIYA AMBAR R 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kelompok 2 Tutor : dr. Dwi Arini ErnawatiG1A010005 G1A010015 G1A010025 G1A010033 G1A010041 G1A010057 G1A010067 G1A010079 G1A010088 TYASA BUDIMAN DEO RIZKI WINANDA ANDRIAN NOVATMIKO RINDA PUSPITA A MUTIARA CANDRA DEWI INDRAJATI LAKSANA AGISTA KHOIRUL M ELISABETH SERAFIYANI MASROMI HENDRIYA W

Kelompok 3 Tutor : dr. Afifah1 2 3 4 5 6 7 8 9 G1A010003 G1A010014 G1A010024 G1A010032 G1A010049 G1A010056 G1A010065 G1A010078 G1A010087 CAHYA CANDRA P OLGA CANTIKA PERMATA I LUTHFIA AULIA SAFITRI FIYA YANTI FAHMA ANGGITA SETIADI NR FEBRILIA MUTIARA SARI MEY HARSANTI TSALASA AGUSTINA DYAH RETNO YUS F 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kelompok 4 Tutor : dr. Amalia Muhaimin MScG1A010006 G1A010016 G1A010026 G1A010034 G1A010048 G1A010058 G1A010069 G1A010080 G1A010089 SOFIA KUSUMADEWI DANDHY DHARMA SP FIRDA SOFIA FANNY TRESTANITA B IMAN HENDRIANTO RAHMAT VANADI N ATEP LUTPIA PAHLEPI RIZKA DANA PRASTIWI CELESTIA WOHINGATI

Kelompok5: dr. Ika Murti Harini1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 G1A010004 G1A010009 G1A010013 G1A010036 G1A010042 G1A010044 G1A010045 G1A010047 G1A010062 G1A010066 NUR ASTUTI HARAHAP AJI SUANDANA KHOLIFAH ALHUDA WINDARTO GILANG RIDHA F RIDDA NURRAIDA S RISMA PRAMUDYA W NIKKO AULIA RACHMAN DASEP PADILAH NURVYNDA PRATIWI 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kelompok 6: dr. Dwi Adi NugrohoG1A010007 G1A010017 G1A010027 G1A010035 G1A010051 G1A010060 G1A010072 G1A010083 G1A010092 HIMATUN ISTIJABAH NUR FITRI MARGARETNA KHOZATIN ZUNI F SILVIA ROSYADA SHOFA SHABRINA H ZAFIR JEHAN ANDIKA SARAH SHAFIRA AULIA R SANIA NADIANISA MARUTO ULFAH IZDIHAR

Kelompok 7 : dr. Setiawati1 2 3 4 5 6 7 8 9 G1A010008 G1A010012 G1A010031 G1A010043 G1A010046 G1A010071 G1A010081 G1A010090 G1A010091 AYUSTIA FANI F RIZA REVINA NING MAUNAH MONA FADHILA I NGURAH ARDHI W MOCH.RISKI KURNIADI NOVITA LUSIANA SITI NURIKEN VICI MUHAMMAD AKBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kelompok 8 : dr. Ismiralda Oke P SpKKG1A010010 G1A010019 G1A010028 G1A010037 G1A010052 G1A010061 G1A010073 G1A010084 G1A010093 M CAHYA RIYADI S LILIANA YENI SAFIRA ORYZHA TRILIANY ANDIKA PRATIWI ALBERTUS ADITYA BUDIYANTO ZHITA WAHYU AGRINARTANTI ANISAH ASTIRANI NURUL APRILIANI PUTRI HAYUNINGTIAS

Kelompok 9 : dr. Viva Ratih Bening A1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kelompok 10 : dr. R Busono Boenjamin1 2 3 4 5 6 7 8 9

G1A010002 G1A010020 G1A010022 G1A010038 G1A010050 G1A010059 G1A010075 G1A010082 G1A010104

TESA AGRAWITA INDRASTI BANJARANSARI MAYUNDA RIANI A ANGKAT PRASETYA A.N DANNY AMANATI AISYA YUNI PURWATI LINA SUNAYYA PROVITA RAHMAWATI IRFANI RYAN ARDIANSYAH

G1A010021 G1A010095 G1A010098 G1A010101 G1A010105 G1A010108 G1A010112 G1A010063 G1A010053

ANNA RUMAISYAH A ARIA YUSTI KUSUMA NAHIYAH ISNANDA ELMA LAENI BAROKAH RIZKA AMALIA FULINDA YESSY DWI OKTAVIA EKA WIJAYA W EVIYANTI RATNA SUMINAR RHININTA ADISTYARANI

Kelompok 11: dr. Vidya Dewantari1 2 3 4 5 6 7 8 9 G1A010097 G1A010094 G1A010099 G1A010102 G1A010106 G1A010109 G1A010113 G1A010074 G1A010039 PRADANI EVA A RONA LINTANG HARINI HESTI PUTRI A HAYIN NAILA N KHOIRUL RIJAL A INTAN PUSPITA HAPSARI DICKY BRAMANTYO A.P KEYKO LAMPITA MARIANA S KHAIRISA AMRINA ROSYADA

Kelompok 12: dr. Wiwiek Fatchurohmah1 2 3 4 5 6 7 8 9 G1A010029 G1A010096 G1A010100 G1A010103 G1A010107 G1A010111 G1A010114 G1A010115 G1A010085 GALUH AJENG PARANDHINI TIARA DIAN PUSPI HANDIKA REZHA A YANITA GEA NURILLAH GRETTA AYUDHA EKA RIZKI FEBRYANTI TIKA WULANDARI DONI KRISTIYONO LILIS INDRI ASTUTI

JADWAL LATIHAN KETERAMPILAN KLINIS BLOK RESPIRASI 2012 Hari/Tangg al Selasa, 13 Maret 2012 Waktu 13.0014.50 Kegiatan Pemeriksaan Fisik Paru Pemeriksaan Hidung Tenggorok Pemeriksaan Fisik Paru Pemeriksaan Hidung Tenggorok Pemeriksaan Fisik Paru Pemeriksaan Hidung Tenggorok Pemeriksaan Fisik Paru Pemeriksaan Hidung Tenggorok AF Kelompok 4 5 6 7

1

2 DA

3 WF

8

9

10

11

12

JM

I J M S A F D A W F J M I M JS

Kamis, 15 Maret 2012

10.0011.50

Senin, 19 Maret 2012

13.0014.50

AF

DA

WF JM I J M S A F D A W F J M I M JS

Kamis, 22 Maret 2012

11.0012.50

AF JM DA IM JS WF

dr. Afifah dr. Joko Mulyanto, MSc dr. Dwi Arini Ernawati dr. Ika Murti dr. Joko Setyono, MSc. dr. Wiwik Fatchurohmah

TUTOR PBL BLOK RESPIRASIKelp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 NAMA dr. HM Mambodyanto SP, SH.MMR dr. Dwi Arini Ernawati dr. Afifah dr. Amalia Muhaimin MSc dr. Ika Murti Harini dr. Dwi Adi Nugroho dr. Setiawati dr. Ismiralda Oke P, Sp.KK dr. Viva Ratih Bening A dr. R.Busono Boenjamin dr. Vidya Dewantari dr. Wiwiek fatchurohmah NO TELPON 081 21570458 082 135776427 085 729156767 081 22664911 08156988853 081542897473 08122905576 081 22612273 081 327654034 081 1261404 085 727548888 08103276684