Buku Panduan - IRE Yogyaireyogya.org/uploads/Buku Panduan Pengembangan dan...Buku Panduan...

192

Transcript of Buku Panduan - IRE Yogyaireyogya.org/uploads/Buku Panduan Pengembangan dan...Buku Panduan...

Buku PanduanPelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

IRE Yogyakarta

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahateraan Masyarakat

Hak cipta © Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta

Pertama kali diterbitkan dalam bahasa IndonesiaOleh Penerbit IRE, Yogyakarta. 2019dengan dukungan PT. Pertamina Hulu Mahakam (PHM)

Cetakan Pertama, Juli 2019

Kata Pengantar: Direktur Eksekutif IREPenulis: Dina Mariana, SukasmantoEditor: Titok HariyantoDesain Sampul & Layout: SuparmoIlustrator: Srintil Dokumentasi: IRE & PHM

Institute for Research and Empowerment (IRE)Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 9,5Dusun Tegalrejo RT 01/RW 09Desa Sariharjo, Kec. Ngaglik, Sleman, D.I. Yogyakarta 55581Phone: 0274 - 867686, 7482091E-mail: [email protected], Website: www.ireyogya.org

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit.

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)Desa: , Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat, Cetakan. 1Yogyakarta: IRE Yogyakarta, 2019xiv+174 hlm.; 14,8 x 21cmISBN: 978-623-91597-0-2

iii

Daftar Isi

Pengantar Sunaji Zamroni ....................................................... vDirektur Eksekutif IRE

Pengantar ................................................................................ ixTim Penulis

Pengantar Suripno ................................................................... xiiiDivision Head of Sustainable Development and Societal Relation

I. Kewenangan Lokal Dalam Pengelolaan Aset dan Potensi Ekonomi ....................................................................... 1A. Konteks dan Relevansi .................................................. 2B. Desentralisasi dan Distribusi Kewenangan ................... 3C. Aset Desa Untuk Kemandirian Desa ............................. 9

II. Pelayanan Dasar di Desa dan Kelurahan Serta Problematikanya .............................................................. 15A. Infrastruktur dan Kebutuhan Dasar Masyarakat Desa .. 16B. Akses Layanan Dasar Di Desa dan Kelurahan ................ 17C. Peran Lembaga Ekonomi Lokal Dalam Penyediaan Layanan Dasar .............................................................. 19

III. Pengembangan Ekonomi Lokal Yang Inklusif .................... 23A. Pengantar...................................................................... 24B. Pengertian ..................................................................... 25C. Prinsip ........................................................................... 30D. Kemanfaatan ................................................................. 32E. Integrasi PEL dalam Pembangunan Desa dan Kelurahan 33F. Instrumen Pemetaan ..................................................... 38

IV. Model-Model Kelembagaan Ekonomi Lokal dan Model yang Ditawarkan UU Desa ................................................ 41

A. Pengantar ..................................................................... 42B. Pengertian .................................................................... 43

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

iv

C. Jenis Aktivitas Ekonomi dan Model Kelembagaan ........ 45D. Kerjasama dengan Pihak Lain ....................................... 48E. Instrumen (Alat Bantu) Identifikasi Lembaga Ekonomi Lokal .............................................................................. 51

V. Pelembagaan BUMDesa ................................................... 53A. Pengertian dan Konsep BUMDesa ................................ 54B. Dasar Hukum dan Aspek Hukum Bumdesa ................... 57C. Orientasi ....................................................................... 59D. Proses Pendirian BUMDesa .......................................... 59E. Organisasi dan Tata Kelola BUMDesa ............................ 71

VI. Pengembangan Usaha Berbasis Kebutuhan, Aset, dan Potensi Lokal ..................................................................... 83

A. Kewirausahaan dan kewirausahaan Sosial.................... 85B. Penentuan Jenis Usaha ................................................. 87C. Studi Kelayakan Usaha .................................................. 91D. Perencanaan Usaha ...................................................... 102

Daftar Pustaka ........................................................................ 117Lampiran .................................................................................. 118

v

PengantarDirektur Eksekutif IRE

Pembangunan terus menghadirkan perubahan di sekitar kita. Sayang-nya, perubahan yang terjadi justru sering mengganti rupa bentang lahan (land scape) dan bentang kehidupan (life scape) secara eks-ploitatif. Cara pandang, rasa dan pilihan perubahan lebih dibimbing oleh nilai-nilai modernitas, yang belum tentu ramah terhadap loka-litas, ketimbang mengoptimalkan nilai-nilai lokal yang sudah teruji oleh perjalanan sejarah. Pembangunanisme, memakai istilah Sritua Arief (1998), meski awalnya dipuja bangsa ini pada awal dan paruh waktu orde baru, akhirnya dikukuhkan sebagai biang utama krisis ekonomi politik di tahun 1997/1998. Orde baru yang mengusung pembangunan isme pun rontok, dianggap gagal mengembangkan struktur ekonomi politik negara ini.

Selepas bangsa ini mengarungi era reformasi, 21 tahun, bangu-nan ekonomi dan politik negara mengalami perubahan yang nya-ta. Bahkan perubahan revolusioner terjadi pada relasi negara de-ngan desa, melalui UU No 6/2014 tentang Desa (UU Desa). Negara mengakui dan menghormati desa untuk mengatur dan mengurus kepentingan masya rakat setempat. Dalam konteks ini, kepentingan masyarakat desa dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik, sejauh memenuhi unsur “hak asal usul” dan “lokal berskala desa”, maka pemenuhan nya menjadi kewenangan desa. Singkat kata, bah-wa desa sekarang ini memiliki kekuasaan dan tanggung jawab untuk menerbitkan tata cara dan tata kelola ekonomi desa, terutama berba-sis pada aset-aset desa yang dikuasainya dan nilai-nilai lokalitas yang sudah teruji.

Pengembangan ekonomi lokal (PEL) di desa menemukan momentum yang tepat melalui jalan UU Desa. Bagaimana dengan pengemba-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

vi

ngan ekonomi lokal (PEL) di kelurahan? Desain sistem pemerintahan daerah kabupaten/kota menganut asas desentralisasi dan otonomi daerah. Urusan pemerintahan sudah dibagi habis antara pemerin-tah, pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat da e-rah kabupaten/kota (Pasal 1 huruf 5 PP No 73/2005 tentang Kelura-han). Artinya, kepentingan ekonomi masyarakat di kelurahan men-jadi kekuasaan dan tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota (kewenangan daerah), sesuai urusan pemerintahan konkuren di bidang perekonomian. Pertanyaan menariknya adalah ketika ren-ta ng kendali pelayanan di bidang ekonomi ini cukup berjarak secara geografis dari kabupaten/kota ke kelurahan maupun politik anggaran daerah yang tidak berpihak, bagaimana pemenuhan kepentingannya di masyarakat?

Dalam cara pandang “New Public Services” yang hadir untuk me-ng oreksi cara pandang lama “Old Public Administration” atau “New Public Management”, (Denhardt and Denhardt, 2003), masyarakat bukan lagi dipandang sebagai client atau konsumen, tetapi negara harus menposisikan masyarakat sebagai citizens (warga negara) yang berhak atas layanan dasar. Selain itu, cara pandang “New Public Ser-vices” ini juga menganut prinsip layanan negara kepada masyarakat bukan lagi monopoli pemerintah. Masyarakat memungkinkan untuk berkontribusi dalam pemenuhan layanan dasar, sebagai wujud par-tisipasi, pada saat layanan pemerintah berlangsung. Cara pandang, kedudukan dan posisi masing-masing pihak dalam pelayanan dasar maupun pelayanan publik pada desain pemerintahan yang terdesen-tralisasi ini (UU No 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah), IRE Yog-yakarta mengambil peluang untuk berkontribusi dalam eksperimen-tasi pengembangan ekonomi lokal di 2 kelurahan wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

vii

IRE Yogyakarta sebagai salah satu lembaga riset kebijakan di Indo-nesia meyakini, bahwa perubahan struktural di tingkat negara pada saat ini akan memberikan peluang bagi perbaikan ekonomi di tingkat lokal (desa, kelurahan dan masyarakat). Masyarakat lokal memiliki aset-aset yang melekat pada diri mereka (aset sosial, aset manusia, aset alam) dan aset-aset yang dikuasainya karena beragam skema akses yang tersedia (aset fisik, aset uang). Dalam cara pandang Robert Chambers (1992) maupun lembaga bantuan pembangunan DFID, keyakinan aset yang melekat pada diri manusia maupun suatu wilayah teritorial inilah yang diperkenalkan sebagai cara pandang penthagon asset. IRE Yogyakarta telah mengembangkan lebih lan-jut cara pandang penthagon aset ini, baik melalui praktik lapangan, produksi pengetahuan maupun pelembagaannya ke dalam kebijakan resmi pemerintah.

Walhasil, berbekal cara pandang dan pengalaman dalam mengem-bangkan pendekatan pengembangan ekonomi berbasis aset lokal secara berkelanjutan di beberapa daerah maupun kebijakan, buku modul ini disusun. Tim penulis buku ini telah menyusun alur berpikir yang sedemikian rupa dan melakukan penyesuaian dengan situasi pembaca buku yang disasar. Atas kerja kerasnya, mewakili lembaga, saya mengucapkan apresiasi dan terima kasih. Harapannya buku ini betul-betul menjadi panduan yang praktis, tentu tanpa meninggal-kan perspektif, terhadap laku pengembangan ekonomi lokal di lokasi program kerjasama IRE dengan Pertamina Hulu Mahakam Kalimantan Timur. Kritik atau masukan atas buku ini, tentu senantiasa kami nan-tikan.

Salam Hormat,

Sunaji Zamroni

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

viii

ix

Kata Pengantar

Desa dan kelurahan memiliki sejarah panjang sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Meskipun keberadaan keduanya secara administratif diakui sebagai bagian dari pemerintahan daerah (pada saat itu), namun desa dan kelurahan tidak memiliki kewenangan yang luas dalam mengatur “rumah tangga” secara mandiri, termasuk dalam merancang pengembangan ekonomi lokal.

Kondisinya mulai berbeda saat ini, topik mengenai Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) sudah mulai ramai dibicarakan menjadi diskursus publik pasca lahirnya UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Ada nya UU Desa tersebut, saat ini desa telah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola aset yang dimiliki, disertai kemampuan keuangan yang mendukung. Banyak praktik yang sudah mulai dilakukan oleh desa dalam kerangka PEL, mulai dari mengelola sumber daya alam yang ada hingga memperkuat proses produksi dan distribusi produk lokal.

Beda posisinya dengan kelurahan, di mana kelurahan hingga saat ini belum memiliki kewenangan sebagaimana desa. Namun demikian, tidak berarti kelurahan tidak dapat berbuat banyak atas sumber daya yang mereka miliki. Kelurahan tetap dapat menyusun perencanaan pembangunan dengan pendekatan PEL yang inklusif untuk selanjutnya dapat diusulkan secara berjenjang mulai dari musrenbang kecamatan hingga ke tingkat kabupaten/kota.

Tidak ada praktik yang harus sempurna dalam PEL dan semua upa -ya yang telah dan akan dilakukan memberikan pembelajaran pen-ting dalam dinamika lokal. Mulai dari proses yang dilakukan secara demokratis, kemitraan yang kuat antar aktor, hingga pengelolaaan

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

x

sumber daya lokal yang keseluruhannya bertujuan untuk pertumbuhan dan pemerataan ekonomi menuju kesejahteraan masyarakat.

Buku ini memberikan perspektif dan panduan bagi desa dan kelurahan yang saat ini sedang tumbuh dalam upaya mengembangkan potensi yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan sustainable development (pembangunan berkelanjutan). Dalam pendekatan ini aspek lingkungan, sosial dan ekonomi berjalan saling bersinergi dalam kerangka PEL yang inklusif. Setidaknya, beberapa poin penting yang ingin disampaikan dalam buku ini mampu menjadi peta jalan bagi desa dalam mendesain kebijakan dan implementasi PEL baik di desa maupun kelurahan.

Pertama, buku ini memberikan gambaran tentang ruang lingkup kewenangan lokal, baik desa maupun kelurahan. Meski berbeda, tetapi ada peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan dalam rangka pengembangan ekonomi yang inklusif serta menunjukkan peluang dan tantangan pelayanan dasar baik di desa maupun kelurahan serta problematikanya. Kedua, mengenalkan perspektif dan panduan PEL sebagai strategi alternatif pembangunan berkelanjutan dalam skala lokal desa atau kelurahan. Hal ini dimaksudkan agar desa atau kelurahan dapat memahami dulu tentang apa sebenarnya PEL itu dan bagaimana cara kerjanya sehingga dapat membantu dalam upaya pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Ketiga, buku ini juga membantu mencari model kelembagaan dan pelembagaan ekonomi lokal baik di desa maupun kelurahan yang sesuai dengan konteks lokal. Mulai dari dukungan kebijakan yang tepat hingga lembaga yang disiapkan untuk mendukung pelaksanaan PEL. Keempat, memberikan panduan dalam pengembangan usaha berbasis sumber daya lokal.

Buku ini memang tidak mungkin mampu menyelesaikan semua persoalan dan tantangan yang ada di tingkat lokal baik desa maupun kelurahan. Namun setidaknya membantu dalam menemukan peta

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

xi

jalan pengembangan ekonomi yang lebih inklusif di desa dalam rangka menciptakan bukan hanya pertumbuhan ekonomi, tetapi yang le bih penting juga adalah pemerataan dan keadilan ekonomi khususnya bagi mereka yang selama ini mengalami marginalisasi.

Pada akhirnya, desa atau kelurahan lah yang harus secara aktif memanfaatkan peluang yang dimilikinya dengan caranya sendiri serta dengan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Pemerintah supradesa serta pihak lain berperan memfasilitasi dengan dukungan kebijakan, anggaran hingga peningkatan kapasitas dan jaringan yang dibutuhkan dalam rangka menciptakan kemandirian desa atau kelurahan.

Tim Penulis

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

xii

xiii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas terbitnya buku Panduan Pelembagaan dan Pengemban-gan Ekonomi Lokal (PEL) untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kese-jahteraan Masyarakat. Buku ini memberikan perspektif dan panduan bagi desa dan kelurahan yang saat ini sedang tumbuh dalam upaya mengembangkan potensi yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan pembangunan berkelanjutan (sustainable development)

PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) berada dalam naungan PT Per-tamina Hulu Indonesia (PHI) yang merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero), berkomitmen mewujudkan visi Perusahaan (PHM) untuk “Menjadi Perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas nasional kelas dunia dan menjadi salah satu pusat keunggu-lan Pertamina”, berpedoman pada tata nilai 6C (Clean, Competitive, Confident, Costumer Focus, Commercial dan Capable), Menjalankan kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas yang aman, berke-lanjutan, handal, efisien dan ramah lingkungan dengan mengede-pankan penciptaan nilai, menggunakan teknologi berbasis inovasi, prinsip komersial yang kuat dan karyawan berklelas dunia. Semua faktor tersebut berhasil menjadikan Wilayah Kerja Mahakam sebagai penghasil gas terbesar di Indonesia yang memberikan kontribusi penting, baik dari sisi penerimaan negara maupun ketahanan ener-gi Indonesia. Dalam mengelola aspek sosial, PHM sangat memper-hatikan adanya social license dari masyarakat di lokasi perusahaan ber operasi. License seperti itu tidak berupa dokumen kertas, namun hanya bisa diperoleh melalui usaha merangkul masyarakat setempat untuk bekerjasama dalam mewujudkan nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang disepakati bersama.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

xiv

Dalam pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertami-na Hulu Mahakam bekerjasama dengan para institusi/ lembaga/ orga nisasi masyarakat seperti BUMDes, LPM, Karang Taruna, Kelom-pok Tani dan Kelompok Nelayan, dan lembaga lainnya baik dalam ke-giatan pembangunan infrastruktur, penyelenggaraan pelatihan dan program pemberdayaan berbasis potensi lokal. Melalui kerjasama ini rasa kepemilikan dan tanggung jawab masyarakat lebih tinggi sehing-ga keberlanjutan dan kemandirian masyarakat dapat tercapai.

Kebutuhan dasar masyarakat pesisir diantaranya adalah belum terse-dianya air bersih, belum tersedianya akses terhadap energi, akses yang remote dengan minimnya fasilitas transportasi yang memadai. Diten-gah masih minimnya akses pada kebutuhan dasar tersebut, kondisi tata kelola lembaga ekonomi lokal dan BUMDes yang belum profe-sional juga menjadi permasalahan tersendiri dalam memenuhi kebu-tuhan dasar tersebut. Beberapa kendala tata kelola lembaga ekonomi lokal dan BUMDes yang ditemui di area pesisir Delta Mahakam ter-letak pada kapasitas kelembagaan dan kemampuan dalam pengelo-laan organisasi, administrasi, keuangan serta pengemba ngan usaha. Mempertimbangkan pentingnya pengembangan sumber daya manu-sia dan lembaga lokal sebagai unsur penting dalam pengemba ngan ekonomi wilayah Desa atau Kelurahan, PHM bekerjasama de ngan Yayasan IRE Flamma Yogyakarta melaksanakan Program Penguat an kelembagaan kelompok ekonomi lokal (pengelola) dan BUMDesa di wilayah pesisir Delta Mahakam khususnya Kelura han Dondang, Kelu-rahan Muara Kembang, Desa Sepatin dan Desa Tani Baru.

Serangkaian kegiatan pendampingan telah dilaksanakan sejak tahun 2018 mencakup kegiatan peningkatan kapasitas tata kelola kelambagaan, pengelolaan keuangan dan uji petik. Penerapan strategi pendampingan dilakukan dengan memberdayakan pendamping lokal yang dilatih untuk secara bersama memberikan pendampingan intensif di lokasi program. Penguatan pendampingan dilakukan

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

xv

melalui monitoring program oleh tim ahli Yayasan IRE Flamma Yogyakarta setiap 3 bulan.

Saat ini Lembaga Ekonomi Lokal dan BUMDes telah memiliki legali-tas resmi dari Pemerintah Kelurahan atau Desa dalam bentuk Surat Keputusan dan Struktur Organisasi, memiliki AD ART dan SOP (Stan-dard Operating Procedure) yang telah disetujui oleh Pemerintah dan masyarakat sebagai stakeholdernya serta mampu mengembangkan usaha yang berorientasi pada kemanfaatan sosial dan ekonomi, mam-pu menggali potensi lokal yang ada serta mengembangkannya sesuai dengan model bisnis yang berkelanjutan.

Adanya pendampingan pada kelembagaan kelompok ekonomi lokal (pengelola) dan BUMDesa telah mampu menguatkan pengetahuan terhadap regulasi, kelembagaan dan pengelolaan administrasi usa-ha. Sehingga lembaga dapat menentukan jenis usaha apa yang harus dikembangkan dan menyusun rencana tindak lanjut untuk mewu-judkannya. Dengan BUMDes yang profesional, partisipasif, akuntabel dan transparan telah mendorong Pemerintah desa untuk bersinergi mendorong BUMDes melakukan kegiatan ekonomi desa berbasis po-tensi lokal melalui dana desa. Sinergi ini dapat memicu peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

SuripnoDivision Head of Sustainable Development and Societal Relation

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

xvi

1

I. Kewenangan Lokal Dalam Pengelolaan Aset dan Potensi Ekonomi

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

2

A. Konteks dan Relevansi

Pengelolaan aset dan potensi desa menjadi agenda penting yang harus terus dikawal dalam pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Seperti kita ketahui bersama, tujuan lahirnya UU Desa adalah untuk mewujud-kan demokrasi dan mendorong adanya transformasi ekonomi politik desa agar desa menjadi semakin sejahtera. Dengan kata lain, tujuan lahirnya UU Desa adalah mendorong terwujudnya desa yang berdaulat, mandiri, dan sejahtera.

Tujuan dari pengaturan desa da-lam bidang ekonomi sebagaima-na Pasal 4 UU Desa, yaitu: (1) mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat desa untuk pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama; butir (2) meningkat-kan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna memper-cepat perwujudan kesejahteraan umum; butir (3) memajukan per-ekonomian masyarakat desa ser-ta mengatasi kesenjangan pem-

bangunan nasional; dan butir (4) memperkuat masyarakat desa sebagai subjek pembangunan. Tujuan tersebut sangat relevan dengan problem besar yang saat ini masih melingkupi bangsa In-donesia yaitu kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Desa dengan kewenangan berskala lo-kal yang dimilikinya dapat meng-ambil berperan strategis dalam pengelolaan aset dan potensi ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat desa.

Berbeda dengan desa, kelurahan adalah pembagian wilayah ad-ministratif di Indonesia di bawah kecamatan. Kelurahan memiliki hak mengatur wilayahnya le bih terbatas terutama dalam ke-wenangan mengelola aset dan potensi ekonomi yang ada di wilayah kelurahan. Hal ini terjadi karena menurut UU No. 23 Ta-hun 2014 tentang Pemerintah-an Daerah, kelurahan dibentuk dengan Perda Kabupaten/Kota berpedoman pada peraturan pemerintah. Kelurahan dipim-pin oleh seorang kepala kelura-han yang disebut lurah selaku perangkat kecamatan dan ber-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

3

tanggung jawab kepada camat. Sehingga kewenangan kelurahan untuk mengatur dan mengelola aset dan potensi lokal sangat di-tentukan oleh kebijakan dan ang-garan dari pemerintah daerah melalui kecamatan.

B. Desentralisasi dan Distribusi Kewenangan

Saat ini pemerintah terus be-rupaya menekan angka kemis-kinan dan ketimpangan dengan menempatkannya sebagai pri-oritas utama yang harus segera diselesaikan. Diantaranya de-ng an pemerataan pembangu-nan infrastruktur berupa jalan, jaringan listrik yang berkualitas, fasilitas layanan kesehatan, dll. Dengan infrastruktur yang ma-kin memadai diharapkan dapat mengurangi kesenjangan akses antara kawasan pedesaan dan perkotaan, serta mempermu-dah akses masyarakat terhadap layanan-layanan dasar.

Selain program-program pemba-ngunan infrastruktur untuk mem-permudah akses dan mobilitas

masyarakat, sejak reformasi 1998 rancang bangun hubungan pusat daerah juga mengalami perubah-an yang fundamental, terutama sejak berlakunya UU No. 22 Ta-hun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diganti dengan UU No. 32 Tahun 204 dan ter akhir diganti dengan UU No. 23 Ta-hun 2014 tentang pemerintahan daerah. Regulasi tentang peme-rintahan daerah memberlakukan skema desentralisasi. Artinya, negara mengakui dan menye-rahkan sebagian kewenangannya untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setem-pat kepada daerah. Pendek kata, pada era desentralisasi, semua nya tidak lagi diurus oleh pemerin tah di Jakarta, melain kan ada kewenangan-kewena ngan yang pengurusannya diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota.

Dalam hal ini desentralisasi ti-dak bisa dimaknai sebagai sema-ta-mata hubungan pemerintah-an. Lebih dari itu, desentralisasi adalah pengakuan atas hak, iden-titas, budaya, dan sumberdaya ekonomi atau aset yang dimiliki

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

4

oleh daerah. Dengan demikian desentralisasi politik juga berarti pemberian kewenangan kepada daerah untuk merencanakan, memilih, serta melaksanakan program pembangunan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi daerah. Asas desen-tralisasi hanya untuk mengatur hubungan dan kedudukan pe-merintah dengan pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. Karena itu, kewenangan desa didasarkan pada asas re-ko g ni si dan subsidiaritas, bukan pada asas desentralisasi.

Kewenangan desa tidak lagi mengikuti skema penyerahan atau pelimpahan sebagian ke-wenangan dari kabupaten/kota, melainkan dengan skema penga-kuan (rekognisi) dan subsidiaritas atas kepentingan masyarakat se-tempat, secara langsung dari Un-dang-Undang Desa. Bagaimana posisi desa dalam skema terse-but? Kehadiran UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa sejatinya adalah pemberian kewenangan pada desa untuk mengelola ke-wenangannya sendiri. Melalui UU tersebut, desa didorong un-

tuk terus memperkuat posisinya sebagai self governing communi-ty1 dan sebagai local self govern-ment2 . Asas pengaturan dalam UU Desa adalah asas rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak asal usul dan asas subsidiaritas, yaitu pe netapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat desa.

Dengan demikian, perencanaan pembangunan desa yang disu-sun dalam forum musyawarah desa, musyawarah perencanaan pembangunan desa, dst., tidak perlu lagi dibawa dan dieksekusi oleh pemerintah supradesa (ka-bupaten/kota, provinsi, dan pu-sat). Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan desa merupakan kewenangan desa itu sendiri tanpa intervensi yang

1 Desa sebagai pemerintahan otonom di tingkat lokal yang memperoleh pembagian kewenangan dan keu­angan dari negara sehingga desa mempunyai kewenangan untuk mengelola pemerintahannya.

2 Desa sebagai pemerintahan lokal dengan basis sosio kultural sangat kuat yang mekanisme serta pelem­ba gaannya mengikuti adat istiadat yang berlaku.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

5

kaku dari pemerintah supra desa. Inilah sebenarnya cermin kemandirian desa dalam pemba ngunan (Su-toro Eko, 2005).

Asas rekognisi dan subsidiaritas tersebut tidak akan memberikan perubahan mendasar jika desa tidak memiliki anggaran untuk melaksanakan pembangu-nan yang telah direncanakan. Karena itu desentra-lisasi kewenangan harus diikuti dengan pemberian anggaran kepada desa dan kewenangan kepada desa

Istri para nelayan di Desa Sepatin sedang memotong kepala udang hasil tangkapan untuk di jual ke pengepul.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

6

untuk mengelola aset-aset yang ada di desa.

Secara normatif, pemberian ang garan kepada desa tersebut sudah terwadahi dalam skema Dana Desa dan Alokasi Dana Desa. Sedangkan dalam hal pe-ngelolaan aset, UU Desa sudah memberikan legitimasi yang sa-ngat kuat kepada desa untuk menata dan mengelola aset yang dimiliki. Sebagaimana tercantum dalam butir (a) Pa sal 4 UU Desa, disebutkan bahwa salah satu tu-juan lahirnya UU Desa adalah untuk mendorong prakarsa, ge-rakan, dan partisipasi masyarakat desa untuk pengembangan po-tensi dan aset desa guna kese-jahteraan bersama. Untuk pena-taan aset tersebut sehingga bisa dimanfaat secara optimal bagi desa, ayat (4) Pasal 116 UU Desa menyebutkan paling lama dua tahun sejak UU Desa berlaku, pemerintah daerah bersama pe-merintah desa melakukan inven-tarisasi aset desa.

Dari dua pasal yang didalamnya terdapat butir tentang penge-lolaan aset desa tersebut, ter-kandung makna bahwa aset desa

merupakan komponen penting untuk mensejahterakan desa. Sedangkan komponen berikut-nya adalah bagaimana cara me-ngelola aset tersebut. Dalam UU Desa disebutkan bahwa musya-warah desa merupakan per-musyawaratan yang diikuti oleh pemerintahan desa dan seluruh unsur masyarakat desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penye-lenggaraan pemerintahan desa (ayat (1) Pasal 54 UU Desa). Hal-hal yang dimaksud strategis pada bunyi ayat tersebut adalah pe-nataan desa, perencanaan desa, kerjasama desa, rencana investa-si yang masuk ke desa, pemben-tukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa), penambahan dan pelepasan aset desa, serta keja-dian luar biasa.

Merujuk pada pasal di atas ar-tinya dalam pengelolaan aset desa tidak bisa diputuskan se-cara sepihak oleh pemerintah desa. Keputusan aset desa akan dikelola untuk apa, siapa yang mengelola, dan bagaimana mo-del pelembagaannya, mesti dipu-tuskan melalui forum permusya-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

7

waratan yang demokratis yang disebut dengan musyawarah desa. Dengan demikian, desen-tralisasi kewenangan kepada desa sebagaimana mandat UU Desa sebenarnya mengandung makna pengembalian kedaula-tan kepada rakyat. Benar, bah-wa pemerintah desa memiliki kewenangan, namun dalam pe-manfaatannya pemerintah desa tidak bisa melakukannya sendi-ri. Kewenangan yang dimiliki mesti dikelola secara partisipa-tif, akuntabel, dan melibatkan seluruh unsur masyarakat desa. Kesejahteraan yang hendak ditu-ju-pun bukan kesejahteraan un-tuk individu-individu melainkan kesejahteraan yang mencermin-kan keadilan sosial dan kebersa-maan masyarakat desa.

Posisi kelurahan berbeda de-ngan desa. Pasal 25 PP No. 17 Tahun 2018 tentang kecamatan menjelaskan bahwa kelurahan sebagai perangkat kecamatan yang mempunyai tugas dan fung-si melaksanakan penyelengga-raan pemerintahan di wilayah kelurahan yang dipimpin lurah. Selain melaksanakan tugas dan

fungsi tersebut, lurah dibantu oleh perangkat kelurahan untuk melaksanakan tugas yang diberi-kan oleh camat. Tugas lurah meliputi pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan, pelak-sanaan pemberdayaan masya-rakat, pelaksanaan pelayanan masyarakat, pemeliharaan keten-teraman dan ketertiban umum, dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.

Pendanaan kelurahan dialokasi-kan oleh Pemerintah Daerah ka-bupaten/kota dari APBD kabu-paten/kota untuk pembangunan sarana dan prasarana kelurahan dan pemberdayaan masyarakat di kelurahan. Alokasi anggaran dimasukkan ke dalam anggaran kecamatan pada bagian angga-ran kelurahan. Penentuan kegia-tan pembangunan sarana dan prasarana kelurahan dan pem-berdayaan masyarakat di kelura-han dilakukan melalui musyawa-rah pembangunan kelurahan. Sedangkan, pelaksanaan angga-ran untuk pembangunan sarana dan prasarana lokal kelurahan dan pemberdayaan masya rakat di kelurahan melibatkan kelom-

Ibu-ibu nelayan di Sepatin sendang menjemur udang papay di tempat penjemuran milik desa.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

9

pok masyarakat dan/ atau orga-nisasi kemasyarakatan. PP No. 17 Tahun 2018 PP ini membe rikan peluang bagi kelurahan untuk meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana lokal dan pem berdayaan masyarakat kelu-rahan. PP (Peraturan Pemerin-tah) ini juga menegaskan tentang alokasi anggaran bagi daerah kota yang tidak memiliki desa, paling sedikit 5% (lima persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus. Sedangkan untuk daerah kabupaten yang memiliki kelurahan dan kota yang memiliki desa, alokasi anggaran kelurahan pa ling sedikit sebesar dana desa terendah yang diteri-ma oleh desa di kabupaten/kota

C. Aset Desa Untuk Kemandirian Desa

UU Desa yang sekarang ini ber-laku memiliki watak, nilai, dan semangat yang berbeda dengan UU No. 5 tahun 1979 tentang Pe-merintahan Desa. Jika UU 5/1979 dinilai sebagai penaklukan dan penyeragaman yang dilakukan negara terhadap desa, sebalik-

nya UU No. 6 Tahun 2014 justru memberikan kedaulatan kepada desa. Penaklukan yang dilakukan negara kepada desa tidak hanya terjadi secara politik, namun juga secara ekonomi. Secara politik, desa tidak diberi kewenangan apapun selain menggantungkan dirinya kepada supra desa. Se-cara ekonomi, desa tidak memili-ki kewenangan untuk mengelola aset yang ada. Pengelolaan aset yang ada di desa sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah supra desa. Akibatnya, sampai saat ini banyak aset desa yang dikuasai oleh individu maupun perusa-haan yang notabene pemiliknya orang dari luar desa.

Asas rekognisi (pengakuan) dan subsidiaritas yaitu pemberian kewenangan kepada desa un-tuk menentukan masa depan-nya sendiri adalah semangat dan nilai utama yang terkandung da-lam UU Desa yang saat ini ber-laku. Dengan kedua asas terse-but desa yang dulunya dijadikan obyek pembangunan sekarang ini sudah bisa mengambil peran sebagai subyek pembangunan. Termasuk di dalamnya adalah

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

10

mengelola aset yang ada di desa. Aset yang dimaksud di sini adalah kekayaan yang dimiliki oleh desa. Dalam perspektif pembangunan, aset dapat berupa kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, maupun sumber daya manusia dan seluruh potensi yang dimi-liki oleh manusia tersebut yang dapat berupa pikiran, akal budi, budaya, kesenian, ketrampilan, dsb.

Bagaimana langkah-langkah yang mesti dilakukan desa untuk meng optimalkan aset yang ada di desa? Mengingat pentingnya aset sebagai komponen pen-ting peningkatan kesejahteraan desa, UU Desa mengamanatkan kepada desa dan kabupaten un-tuk melakukan inventarisasi aset yang dimiliki yang berada di desa. Inilah langkah pertama yang mes-ti dilakukan desa bersama kabu-paten. Pelaksanaan inventarisasi tersebut selambat- lambatnya dilaku kan dua tahun sejak UU Desa diberlakukan. Inventarisa-si aset ini dapat pula sekaligus digunakan untuk melakukan pe-metaan potensi ekonomi desa.

Dalam pelaksanaannya, peme-rintah desa dan pemerintah kabupaten bisa bekerjasama dengan pihak ketiga sehing-ga pemetaan aset dan potensi menghasilkan dokumen yang obyektif dan komprehensif. Mes-ki demikian, prinsip partisipasi tetap penting dikedepankan agar masyarakat desa ikut serta me-ngenali potensi dan aset yang di-miliki sehingga rasa kepemilikan kepada desa menjadi tertanam kuat. Pemetaan aset dan po-tensi desa tersebut tentu bukan sebuah pekerjaan mudah. Kare-na realitasnya terdapat tipologi geografis dan sosio kultural yang berlangsung secara dinamis.

Demikian pula ketika desa hen-dak memanfaat potensi tersebut untuk kepentingan desanya. Di desa-desa kawasan hutan dan kawasan perkebunan upaya un-tuk memanfaatkan aset serta po-tensi yang ada tersebut kerap kali bersentuhan dengan kepenti-ngan ekonomi politik aktor-aktor yang ada di desa itu sendiri mau-pun aktor yang berasal dari luar desa. Bahkan tidak jarang terjadi konflik yang mengarah pada tin-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

11

dak kekerasan. Pada konteks de-mikian peran pemerintah daerah menjadi strategis sebagai me-diator aktor-aktor yang berkon-flik yang berpijak pada prinsip keadilan.

Aset dan kekayaan desa yang su-dah terdata tersebut selanjutnya dijadikan sebagai pijakan bagi desa untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) untuk jangka

Peserta lokakarya sedang merumuskan visi perubahan pengembangan ekonomi desa yang akan dicapai dalam satu tahun ke depan

waktu enam tahun. Isi RPJM Desa adalah peta jalan yang akan di-tempuh desa untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Misal nya menjadi desa mandiri energi, desa mandiri pangan, desa yang mengembangan wisata desa ber-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

12

basis potensi alam, desa yang sensitif terhadap penghidupan berkelanjutan berbasis sawit, dsb. Prinsip penting dalam pe-nyusunan RPJMDesa ini adalah dilakukan secara partisipatif dan tujuan yang hendak dicapai ada-lah suatu kondisi tertentu yang berpijak pada potensi atau ma-salah yang dihadapi desa.

Setelah RPJMDesa tersusun lang-kah berikutnya adalah menjabar-kannya dalam program pemba-ngunan desa yang dilaksanakan setahun sekali ke dalam doku-

men Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Dua dokumen terse-but adalah pijakan legal yang memandu desa melaksanakan program pembangunan tahunan. Selain sebagai dokumen pemba-ngunan, RKPDesa dan APBDesa adalah cermin keberpihakan pe-merintah desa. Jika tantangan terbesar sebuah desa adalah pengentasan kemiskinan, ideal-nya sasaran pembangunan yang diselenggarakan  pemerintah desa juga berpihak kepada war-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

13

ga miskin. Bagaimana kelompok miskin tersebut diberdayakan se hingga kehidupan ekonominya menjadi semakin baik.

Demikian pula dengan peman-faatan aset desa. Warga miskin sebaiknya mendapatkan kebi-jakan afirmasi untuk mengelo-la aset yang ada agar mereka memiliki sumber penghidupan alternatif atau sumber peng-hidupan yang lebih layak sebagai penopang ekonominya. Dengan kata lain, terkait dengan penge-lolaan aset ini pemerintah desa penting untuk mengembangkan strategi penghidupan yang berke-lanjutan, memperkuat institusi lokal, serta memperbaiki tata kelola pemerintahan desa agar program-program pembangunan desa bisa memberikan jaminan penghidupan yang mensejah te-rakan bagi masyarakat desa.

Lalu bagaimana pengembangan ekonomi lokal dilakukan sebagai penopang penting kemandi-rian desa? Apa bentuk-bentuk pelembagaan dalam pengem-bangan ekonomi lokal tersebut? Jika menggunakan cara pandang UU Desa, maka semangat dalam

mengembangkan ekonomi lokal mesti ditempuh dengan cara-cara demokratis. Artinya, subyek utama dalam pengelolaannya ada lah masyarakat desa. Dengan demikian mata rantai ekonomi yang dikembangkan mulai dari produksi, pengelolaan, kontrol dan pengawasan, serta penerima manfaat utamanya adalah ma s-ya rakat desa.

Jadi, tata kelola ekonomi desa diharapkan dapat berlangsung melalui kelembagaan desa yang terbuka, di samping terus meng-akui dan menghormati prak-tik-praktik ekonomi yang dige-rakkan oleh masyarakat dalam bentuk lain. Dalam UU Desa, meskipun pelembagaan ekonomi lokal dalam bentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) tidak di-wajibkan, namun kami memiliki keyakinan kesejahteraan desa akan lebih mudah dicapai keti-ka pelembagaannya dalam ben-tuk BUMDesa. Pengembangan BUMDesa berpotensi untuk lebih memajukan perekonomian war-ga sehingga desa menjadi lebih mandiri dengan aset dan potensi yang dimiliki oleh desa.

Air menjadi kebutuhan pokok bagi semua orang. Hal itu berlaku pula bagi warga Kelurahan Dondang. Melalui badan pengelola air bersih didistribusikan kepada warga kelurahan.

II. Pelayanan Dasar di Desa dan Kelurahan Serta Problematikanya

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

16

A. Infrastruktur dan Kebutuhan Dasar Masyarakat Desa

Layanan dasar publik dapat dipahami sebagai kewajiban pemerintah pusat hingga desa dan swasta untuk menjamin hak dan kebutuhan warga negara. Tujuan pengaturan desa dalam UU Desa antara lain meningkat-kan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna memper-cepat perwujudan kesejahteraan umum. UU Desa Pasal 78 Ayat (1) menegaskan pembangunan desa bertujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia ser-ta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pe-manfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Pasal 80 UU Desa juga menem-patkan peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar sebagai yang pertama dalam penentuan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan pemba-ngunan desa yang dirumuskan di

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

17

dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa.

Pelayanan dasar publik harus di-jamin dan diberikan oleh badan publik dan bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Ada tiga bentuk pelayanan dasar pu-blik di desa yakni barang publik, jasa publik dan layanan adminis-tratif. Ketiganya didasarkan pada prinsip terbuka, dapat dipertang-gungjawabkan, dan melibatkan masyarakat. Pemenuhan layanan dasar merupakan esensi dari pembangunan desa. Kebutuhan pembangunan meliputi, tetapi tidak terbatas pada kebutuhan primer, pelayanan dasar, lingku-ngan, dan kegiatan pember-dayaan masyarakat desa. Yang di-maksud dengan “tidak terbatas” adalah kebutuhan pembangunan di luar pelayanan dasar yang dib-utuhkan masyarakat desa. Se-dang “kebutuhan primer” adalah kebutuhan pangan, sandang, dan papan. “Pelayanan dasar” adalah antara lain pendidikan, keseha-tan, dan infrastruktur dasar. In-frastruktur dasar di desa meliputi perumahan, air dan sanitasi, dan listrik.

Infrastuktur dasar merupakan kebutuhan dasar dan strategis bagi masyarakat desa. Kebutu-han strategis dapat dimaknai sebagai kebutuhan yang mempu-nyai pengaruh atau dampak yang besar menguntungkan terhadap suatu tujuan tertentu dalam jangka panjang. Ketersediaan pelayanan dasar yang di dalam-nya terdapat infrastruktur dasar akan mempengaruhi taraf hi dup, penghidupan, dan kehidupan masyarakat pedesaan.

B. Akses Layanan Dasar Di Desa dan Kelurahan

Ketersediaan dan kualitas laya-nan dasar, terutama infrastruktur dasar seperti perumahan, air dan sanitasi, dan listrik di tiap desa/kelurahan berbeda-beda. Keter-sediaan dan kualitasnya sangat ditentukan oleh tingkat kesuli-tan geografis, infrastruktur, jarak dan keterjangkauan dari suatu wilayah. Sebagai contoh masalah listrik dan air bersih di beberapa wilayah masih harus mendapa-tkan perhatian yang serius dari

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

18

pemerintah karena kedua hal tersebut merupakan masalah yang sangat penting karena menyangkut masalah dasar mas-yarakat. Masyarakat di desa-desa yang termasuk wilayah 3T (ter-depan, terluar, dan tertinggal) masih gelap gulita ketika malam tiba. Desa-desa tersebut selama ini gelap gulita lantaran belum teraliri listrik.

Selain infrastruktur dasar listrik, ketersediaan dan kualitas air dan sanitasi di beberapa wilayah di In-donesia juga masih terbatas. Per-tumbuhan penduduk yang terus meningkat menyebabkan peng-gunaan air semakin tinggi. Ke-butuhan terhadap kuantitas juga kualitas air pun turut meningkat. Survei Sosial Ekonomi Nasio-nal (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya peningkatan rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumber air minum layak di Indonesia na-mun masih banyak daerah yang masih belum memiliki sumber air minum layak. Rendahnya akses terhadap air bersih dikarenakan permasalahan dalam keterse-diaan sumber dan penyeleng-

garaan air minum dan sanitasi. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk mengadakan perilaku hi-dup bersih dan sehat juga masih rendah.

Pemenuhan kebutuhan layanan dasar menjadi satu hal yang penting untuk segera dilakukan mengingat dampaknya yang be-gitu besar bagi kesejahteraan masyarakat. Selain berkaitan dengan kelangsungan hidup, ke-tersediaan layanan dasar juga berhubungan dengan peng-hidupan warga masyarakat. De-ngan ada nya pemenuhan layanan dasar, peluang untuk mengem-bangkan kegiatan ekonomi lokal semakin terbuka. Akses terhadap air bersih dan energi mo dern memungkinkan masyarakat un-tuk melakukan aktivitas yang menghasilkan atau meningkat-kan peng hasilan mereka. Sebagai contoh, di luar kebutuhan men-dasar untuk aktivitas sehari-hari yang cenderung bersifat konsum-tif, ketersediaan energi merupa-kan penggerak aktivitas produktif dalam skala rumah tangga, usaha kecil menengah, maupun skala besar.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

19

Kesempatan merasakan pendi-dikan dan kesehatan yang lebih baik juga mampu membuka pe-luang-peluang lainnya, termasuk peluang mendapatkan pekerjaan atau berwirausaha. Indonesia, dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat, hingga saat ini masih menghadapi tantangan untuk penyediaan akses energi yang merata dan inklusif. Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan publik yang menyasar pemenu-han dan penyediaan akses air bersih dan energi yang merata, berkeadilan, dan mampu men-dorong kegiatan produktif de-ngan penggunaan energi terba-rukan yang berkelanjutan dan inklusif di Indonesia.

C. Peran Lembaga Ekonomi Lokal Dalam Penyediaan Layanan Dasar

Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penang-gulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasa-rana desa, pengembangan po-tensi ekonomi lokal, serta pe-manfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berke-lanjutan. Dengan demikian, ke-tika desa hendak menggunakan kewenangannya dalam memba-ngun infrastruktur sebaiknya desa mempertimbangkan dan

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

20

memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang mendukung akses masyarakat terhadap layanan dasar dan infrastruktur yang bisa mendrong produktivi-tas masya rakat desa.

Berdasarkan UU Desa, desa dapat menyelenggarakan penyediaan layanan dasar dengan mendi-rikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa). BUMDesa merupa-kan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modal-nya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Berdasarkan definisi tersebut BUMDesalah yang diharapkan mengelola aset dan jasa pe-layanan, terutama layanan dasar yang baik untuk meningkat-kan kesejahteraan masyarakat. BUMDesa diharapkan mengelola

layanan dasar untuk kebutuhan strategis bagi masyarakat yang pada ujungnya dapat meningkat-kan kegiatan ekonomi produktif bagi masyarakat desa.

Bagaimana pemenuhan dan penyediaan layanan dasar di kelurahan? UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa pe-menuhan air bersih bagi masya-rakat merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah sebagai ba-gian dari pelayanan publik yang harus mereka lakukan. Pelayan dasar publik harus dijamin dan diberikan oleh badan publik yang dibentuk oleh pemerintah kelu-rahan dengan dukungan dana dari pemerintah daerah. Badan publik atau badan pengelola ini harus bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat berdasarkan prinsip terbuka, dapat dipertang-gungjawabkan, dan melibatkan masyarakat.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

21

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

22

Warga desa di RT 13 Muara Pegah yang tidak mempunyai akses listrik masih bisa menikmati listrik energi alternatif (SHS) yang di kembangkan oleh CSR PT PHM

III. Pengembangan Ekonomi Lokal Yang Inklusif

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

24

”PEL merupakan pendekatan al-ternatif yang dipilih dalam upaya mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, dimana aspek lingkungan, sosial dan ekonomi saling bersinergi dalam pembangunan berskala lokal. PEL yang berproses secara demokratis dengan dukungan kemitraan multipihak yang kuat, diharapkan mampu mengelola sumber daya lokal yang ada guna menciptkan bukan hanya per-tumbuhan ekonomi melainkan juga keadilan ekonomi, teruta-ma bagi kelompok marginal, dan inilah yang disebut sebagai wajah PEL yang inklusif yang akan diurai pada bagian ini”

A. PengantarDesa dikenal sebagai arena tum-buhnya usaha ekonomi baik ska-la kecil maupun menengah, di mana pelaku utamanya adalah masyarakat lokal. Usaha itu di-pilih karena sesuai dengan kapa-sitas pengetahuan masyarakat dan keberadaan sumber daya alam yang ada. Begitu juga de-ngan kelurahan. Sehubungan dengan posisinya yang dekat

dengan kota, maka tidak jarang kelura han menjadi penyumbang tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan industri di kota. Na-mun sayangnya, barang/jasa yang dihasilkan dari lokal desa/kelurahan ini seringkali dibayar dengan harga murah. Sehingga, barang/jasa yang dihasilkan tidak banyak membawa perubahan bagi dinamika ekonomi lokal.

Hal tersebut dapat dimaknai bahwa aktivitas ekonomi yang dilakukan tidak berkontribusi terhadap peningkatan kesejahte-raan masyarakat lokal. Persoalan utamanya ada beberapa hal se-perti: pertama, seluruh aktivitas ekonomi tersebut tidak teror-ganisir dengan baik dan tidak terfasilitasi oleh kebijakan yang mendukung di tingkat lokal. Hal ini berdampak pada posisi tawar individual yang lemah. Kedua, proses produksi dan tenaga ker-ja tidak didukung oleh kapasitas yang optimal dalam memenuhi kebutuhan pasar modern yang terus berkembang pesat.

Di sis i lain, pembangunan ekonomi dengan pendekatan sektoral dan sentralistik ternya-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

25

ta tidak mampu membawa pe-rubahan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal itu-lah yang menjadi latar belakang pentingnya penerapan Local Eco-nomic Development (LED) atau Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) sebagai strategi alterna-tif yang dapat digunakan untuk melihat peluang-peluang yang ada di desa/keluruhan dalam rangka menciptakan pertumbu-han, kesejahteraan, dan keadilan ekonomi.

Oleh karena itu, bagian ini ingin menceritakan dua sub bahasan penting yakni terkait upaya untuk membangun desain PEL yang berwatak inklusif serta meng-integrasikan ide tentang PEL dalam kebijakan pembangunan desa.

B. PengertianPengembangan Ekonomi Lo-kal (PEL) merupakan salah satu pendekatan yang banyak digu-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

26

nakan untuk melihat dinamika ekonomi di tingkat lokal berbasis kewilayahan. Pendekatan terse-but berfungsi sebagai alterna-tif untuk menjawab kegagalan strategi pembangunan sektoral yang bersifat spesifik dan top-down. Tidak hanya itu, pendeka-tan sektoral atau kewilayahan juga tidak banyak berkontribu-si pada penyelesaian masalah peng angguran dan kemiskinan. Kritik atas pendekatan tradision-al inilah yang menghasilkan al-ternatif pendekatan PEL berbasis kewilayahan dengan proses yang lebih partisipatif (Roberts: 1993).

Sejumlah literatur menyam-paikan beberapa pengertian tentang PEL. Pada dasarnya, PEL mengacu pada strategi pemba-ngunan yang berbasis teritorial (kewilayahan), dimiliki dan dike-lola secara lokal, dan terutama ditujukan untuk meningkatkan lapangan kerja dan pertumbu-han ekonomi (Rodríguez-Pose: 2002). Ada juga yang melihat PEL sebagai proses partisipatif yang mendorong dan memfasi-litasi kemitraan antara para pe-mangku kepentingan lokal dalam

menyusun desain dan strategi implementasi bersama terutama berdasarkan pada penggunaan sumber daya lokal yang kom-petitif dengan tujuan akhir untuk menciptakan pekerjaan yang la-yak dan kegiatan ekonomi berke-lanjutan (Canzanelli 2001: 9). PEL juga dinilai sebagai proses di mana pemerintah lokal atau or-ganisasi berbasis masyarakat ter-libat untuk mendorong aktivitas ekonomi dengan tujuan mencip-takan peluang kerja lokal melalui pemberdayaan masyarakat, pe-manfaatan sumber daya manu-sia, alam, dan kelembagaan yang ada (Blakely: 1994).

Selain itu, ada pula yang me-nyebut kan PEL sebagai proses yang menyatukan berbagai aktor lokal untuk bekerja bersama-sa-ma dan memanfaatkan sumber daya lokal dalam rangka men-ciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (CLGF Asia: 2014). World Bank (2005) me-mandang PEL sebagai proses yang dilakukan secara bersama oleh pemerintah, usahawan, dan organisasi non pemerin-tah untuk menciptakan kondisi

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

27

yang lebih baik untuk pertum-buhan ekonomi dan penciptaan lapa ngan kerja di tingkat lokal. Sedangkan bagi A. H. J. Helm-ing (2003) PEL diartikan sebagai suatu proses di mana ada kemi-traan yang mapan antara pemer-intah daerah, kelompok berbasis masyarakat, dan dunia usaha dalam mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan men-dorong pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah tertentu. Helming me nyatakan bahwa PEL menekankan pada kontrol lokal, dan penggunaan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik.

Pengertian yang lebih kompre-hensif disampaikan ILO (2005). Secara lebih detail, ILO melihat PEL sebagai proses partisipatif yang mendorong kemitraan an-tara dunia usaha dan pemerintah dan masyarakat pada wilayah tertentu yang memungkinkan kerjasama dalam perencanaan dan pelaksanaan strategi pem-bangunan secara umum. Pro-ses tersebut dilakukan dengan menggunakan sumber daya lokal

dan keuntungan kompetitif da-lam konteks global. Hal ini ber-tujuan untuk menciptakan lapa-ngan pekerjaan yang layak dan meningkatkan kegiatan ekonomi.

PEL setidaknya memiliki empat kata kunci. Pertama, kegiatan PEL dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan para pihak dalam relasi yang setara. Kedua, ada aktor-aktor yang terlibat, di mana para aktor tersebut sa-ling terhubung dan mengambil perannya masing-masing. Siapa aktor tersebut? Bisa jadi aktor terdiri atas pelaku usaha lokal, kelompok usahanya, pemerintah desa maupun pihak swasta. Keti-ga, ada sumber daya atau potensi lokal yang dikelola dalam rangka menjalankan aktivitas ekonomi, baik memproduksi barang mau-pun jasa. Keempat, memili-ki tujuan untuk me ningkat kan pertumbuhan ekono mi menuju kesejahteraan masya rakat yang berkeadilan.

Hal itulah yang membedakan pendekatan pembangunan ekonomi dengan strategi sek-toral yang banyak berorientasi pada penguatan sektor indus-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

28

tri tertentu dengan PEL yang mengambil pendekatan teritori-al (kewilayahan) yang berfokus pada pengembangan wilayah atau lokalitas daripada sektor in-dustri.

Bila meminjam kerangka kerja penghidupan berkelanjutan, di-kenal yang namanya pentagon aset, dimana PEL juga penting untuk memperhatikan kebera-daan berbagai jenis aset ini di tingkat lokal, sebagaimana ter-gambar sebagai berikut:

PROSES PARTISIPATIF

AKTOR/PARA PIHAK TERHUBUNG DALAM KEMITRAAN

ADANYA SUMBER DAYA LOKAL YANG DIKELOLA

MEMILIKI TUJUAN KESEJAHTERAAN DAN KEADILAN EKONOMI

Gambar 3.1Kata Kunci dalam Pengembangan

Ekonomi Lokal (PEL)

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

29

Berikutnya, PEL juga harus diper-kuat dengan mainstreaming atau pengarusutamaan pers pektif so-cial inclusion (inklusi sosial). Prin-sip inklusi sosial menjadi penting dalam PEL di mana PEL yang diga-gas dan dilaksanakan membuka peluang keterlibatan masyarakat desa, termasuk kelompok mar-ginal mulai dari proses peren-canaan, implementasi hingga evaluasi. Hal ini ditujukan untuk men jawab kebutuhan kelompok mar ginal yang selama ini kurang

men dapatkan akses terhadap sumber daya yang ada sehing-ga ber dampak pada kemiskinan (Pierson, John: 2002).

Pilihan soal isu, arena, dan aktor pun menjadi penting dalam men-dorong PEL yang inklusif. Per-tama, terkait isu, apakah isu yang dipilih sudah mencerminkan ke-penti ngan kelompok marginal? Seberapa besar pilihan isu terse-but mampu menolong kelompok marginal menyelesaikan per-

Aset alam meliputi

sumber daya alam

dan layanan

lingkungan

Aset fisik meliputi

infrastruktur

(bangunan, jalan,

alat produksi, dan

teknologi)

Aset sosial

meliputi jaringan

sosial, dan asosiasi

sosial

Aset ekonomi

atau finansial

meliputi sumber-

sumber ekonomi

seperti kredit, uang

tunai, dan sumber

ekonomi lain.

Aset manusia

terdiri atas

keahlian,

pengetahuan, dan

tenaga kerja

Gambar 3.2Diagram Pentagon Aset

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

30

soalannya? Inilah yang penting menjadi perhatian dalam pilihan isu yang akan menjadi fokus PEL. Kedua, arena berhubungan den-gan ruang-ruang apa yang akan digunakan untuk memfasilita-si kelompok marginal? Mereka harus terfasilitasi untuk turut berpartisipasi dalam berbagai arena baik formal maupun in-formal yang ada di desa, mulai dari proses perumusan kebijakan yang membicarakan tentang PEL hingga terlibat dalam implemen-tasi dan pengawasannya. Keti-ga, aktor yang dimaksud ialah kelompok marginal yang harus menjadi bagian penting dalam PEL de ngan segala potensi yang mereka miliki.

C. PrinsipPEL tidak hanya bertujuan un-tuk mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi lebih jauh dari itu. Ada upaya untuk meningkat-kan kesejahteraan dan keadilan ekonomi, khususnya bagi kelom-pok rentan dan marginal yang se-lama ini membutuhkan afirmasi kebijakan.

Dalam rangka mewujudkan PEL yang inklusif, pengelolaannya harus memperhatikan beberapa prinsip:

1. Inklusif: memperhatikan kepentingan kelompok mar-ginal dan memberikan ke-bijakan yang tepat. Hal ini dimaksudkan agar kelom-pok tersebut berdaya dalam melakukan aktivitas ekonomi dan menerima manfaat dari pengelolaan sumber daya yang ada di tingkat lokal.

2. Demokratis: pengelolaan harus di lakukan secara demo kratis dan mampu men-dorong partisipasi semua kalangan mulai dari peren-canaan hingga implementasi dan monitoring evaluasi pro-gram yang dijalankan. Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk menyam-paikan ide perubahannya. Selain itu, pemerintah lokal juga memiliki peran mem-fasilitasi dan menciptakan iklim kebijakan yang inklusif.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

31

3. Kolektifitas: PEL dikelola oleh para aktor yang memili-ki peran beragam dan saling bersinergi, sehingga terba-ngun kolektifitas (kebersa-maan).

4. Akuntabilitas sosial: per-tanggungjawaban kepada publik terkait pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang ada di tingkat lo-kal. Publik yang dimaksud

adalah masyarakat secara lebih luas, guna membangun kepercayaan publik.

5. Keberlanjutan: PEL berorien-tasi pada upaya mendorong keberlanjutan baik aktivitas produksi maupun ekologi, di mana PEL dikembangkan dari kegiatan ekonomi yang legal dengan memperhatikan aspek sosio kultural.

Sumber Daya Pengelolaan Kesejahteraan

PU

AM

S

Gambar 3.3 Alur PEL

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

32

D. Kemanfaatan• Pertumbuhan ekonomi

Salah satu tujuan PEL yang penting adalah meningkat-kan produksi dan diversi-fikasi produk lokal dalam rangka mengejar pertumbu-han ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditunjuk-kan dengan adanya pening-katan kapasitas produksi di suatu wilayah dari waktu ke waktu yang menggam-barkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat.

• Pemerataan dan keadilan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu wilayah selan-jutnya harus dinikmati secara merata dan adil, terutama bagi kelompok marginal dan rentan. Dalam konsep PEL, dibutuhkan peran pemerin-tah lokal dalam mendistri-busikan pengelolaan sumber daya lokal secara adil melalui kebijakan yang afirmatif bagi kelompok rentan dan mar-ginal.

Gambar 3.4Keberlanjutan PEL

Status Hukum

dan

Kelembagaan

Kelestarian

Lingkungan

Dampak

Ekonomi

Kondisi sosial

dan budaya

masyarakat

lokal

Legalitas

Sosio

Kultural

Ekonomi

(Produksi)

Ekologi

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

33

• Penanggulangan Kemiski­nan dan Kesejahteraan

Peningkatan kapasitas pro-duksi dalam desain PEL akan berdampak pada peningka-tan pendapatan masyarakat (termasuk kelompok mar-ginal). Sehingga, diharap-kan akan berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, khususnya mereka yang selama ini ber-penghasilan kecil.

• Pemanfataan sumber daya alam yang berkelanjutan

PEL memiliki tujuan penting untuk mengelola sumber daya yang ada di lokal bu-kan dalam kerangka eks plo-itasi, tetapi sebagai sumber penghidupan yang berke-lanjutan. Artinya, pe man fa-atan sumber daya yang ada harus mem perhatikan as-pek keber lanjutan, di mana prinsip -prinsip ekologi dan peng hidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) men-jadi syarat mutlak dalam PEL.

• Pemberdayaan Masyarakat

PEL sesungguhnya memiliki semangat pemberdayaan di-mana desain PEL yang ber-basis pada kemampuan lokal dalam mengelola sumber daya.

E. Integrasi PEL dalam Pembangunan Desa dan Kelurahan

Ide dan kerangka PEL yang in-klusif penting untuk disuarakan dalam proses penyusunan kebi-jakan pembangunan di desadan kelurahan. Berbicara soal pemba-ngunan, ada fase-fase yang harus dilalui, yaitu: tahap perencanaan pembangunan, tahap pelaksa-naan pembangunan serta tahap monitoring dan evalusi pemban-gunan. Maka, ide terkait PEL ini, haruslah menjadi perbincangan dalam proses perencanaan pem-bangunan se hingga pada dapat terakomodir dalam kebijakan desadan kelura han. Konsekuen-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

34

sinya adalah harus ada komit-men yang serius dari aktor yang terkait untuk mendorong peran-nya masing-masing dalam men-dukung PEL yang inklusif.

Pe m e r i n t a h   d e s a   m e l a l u i kebijakan nya dapat menyusun ber bagai peraturan yang men-dukung upaya PEL serta mem-fasilitasinya baik melalui angga-

ran, pendampingan, pembinaan dan pengawasan.

Berikut ini adalah alur penyusu-nan RKPDesa yang diselenggara-kan oleh desa setiap tahunnya yang dimulai dari bulan Juni hing-ga Desember.

Desa memiliki kewenangan yang lebih besar dalam menentukan arah pembangunan desanya, se-

Gambar 3.5Pengintegrasi PEL dalam Pembangunan

Desa dan Kelurahan

Terlibat dalam proses perencanaan pembangunan desa

RPJM Desa/RKP Desa/APB Desa

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

35

hingga internalisasi PEL dalam kebijakan pembangunan desa akan lebih mudah dan memberik kepastian, karena forum musdes lah yang akan memutuskan.

Berikut adalah alur musrenbang mulai dari tingkat kelurahan hingga kabupaten. Kelurahan merupakan bagian wilayah dari kecamatan sebagai perangkat kecamatan. Di mana, kecamatan sendiri merupakan wilayah dari kabupaten/kota, sehingga sistem

perencanaan pembangunannya pun berbeda dengan desa yang me miliki kewenangan lebih be-sar.

Usulan program pembangunan kelurahan termasuk terkait de -ng an PEL, sangat tergantung pada proses perencanaan dan peng anggaran yang ada di kabu-paten. Akan tetapi sejak lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2018 tentang Kecamatan, ada angin segar yang sekarang

Desember

Pengajuan daftar

usulan RKP Desa

September

Penetapan

RKP Desa

Agustus

Penyusunan

Rancangan RKP Desa

melalui

Musrenbangdes

Juli

Juni

Penyusunan

Rancangan RKP Desa

melalui

Musrenbangdes

Pencermatan Pides

dan Penyelarasan

Program Masuk Desa

Musrenbangdes

Pencermatan

ulang Dokumen

RPJM Desa

Musdes

Penyusunan

Perencanaan

Pembangunan Desa

Pembentukan Tim

Penyusun RKP Desa

Gambar 3.6Perencanaan Pembangunan Desa

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

36

dimiliki oleh kelurahan. PP ini memposisikan kelurahan ada-lah bagi wilayah dari kecamatan sebagai perangkat kecamatan yang memiliki tugas dan fung-si melaksanakan penyelengga-raan kelurahan yang dipimpin oleh lurah. Di mana disebutkan juga tugas lurah meliputi: pelak-sanaan kegiatan pemerintahan kelurahan, pelaksanaan pem-berdayaan masyarakat, pelak-sanaan pelayanan masyarakat, pemeliharaan ketentraman dan

ketertiban umum, pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum, pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh camat, ser-ta pelaksanaan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan pe-rundang-undangan. Selain itu, di tingkat kelurahan juga dilaku-kan program pemberdayaan dan pendampingan masyarakat yang dilaksanakan sesuai den-gan ketentuan peraturan perun-dang-undangan.

Lurah:

Validasi kegiatan

menambahkan kegiatan

(bila perlu)

Dilakukan oleh Tim

Teknis Kecamatan dan

UKPD Teknis

Camat:

Validasi kegiatan

berdasarkan pertimbangan

tim teknis

Ketua RW input foto

usulan kegiatan fisik

(didampingi pendamping

Kelurahan)

Dilakukan oleh ketua RW:

Input Permasalahan

Memilih template Kegiatan

Input volume dan lokasi

Dilakukan oleh

berbagai pihakPenyampaian

informasi

Rembug RW

Input

Kelengkapan

Musrenbang

Kelurahan

Survey

Teknis

Musrenbang

Kecamatan

Musrenbang

Provinsi

Forum

SKPD

RKPD

Forum

UKPD

Hasil Reses

DPRD

Hasil Reses

DPRD

Musrenbang

Kota/Kab.

Gambar 3.7 Perencanaan Pembangunan Kelurahan

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

37

Dalam rangka melaksanakan tu-gasnya, pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan angga-ran dalam APBD untuk pem-bangunan sarana dan prasarana kelurahan serta pemberdayaan masyarakat di kelurahan. Keten-tuan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kelurahan dan pem berdayaan masyarakat di kelurahan dilakukan melalui musyawarah pembangunan kelu-rahan. Adapun alokasi anggaran yang harus disiapkan oleh APBD untuk kelurahan yaitu: untuk daerah kota yang tidak memiliki desa, alokasi anggarannya pal-ing sedikit 5% (lima persen) dari APBD setelah dikurangi dana alokasi khusus. Sedangkan untuk daerah kabupaten yang memiliki kelurahan dan kota yang memili-ki desa, alokasi anggaran kelura-han paling sedikit sebesar dana desa terendah yang diterima oleh desa di kabupaten/kota.

Sehubungan dengan adanya ke-wenangan dan keuangan yang di-alokasikan ke desa dan kelurahan untuk menjalankan kewenangan

atau tugasnya, termasuk dalam PEL, maka dukungan kebijakan di tingkat lokal dibutuhkan sebagai bentuk pelembagaan PEL. Uku-ran yang dapat digunakan untuk melihat keberpihakan kebijakan dalam mengakomodir konsep PEL yang inklusif, antara lain:

1. Dokumen perencanaan pem-bangunan: Apakah konsep tentang PEL sudah menjadi prioritas/isu strategis dalam dokumen perencanan pem-bangunan desa/kelurahan, yang tercermin juga dalam program dan kegiatan yang disusun?

2. Kecukupan anggaran: Apa-kah pemerintah desa/kelu-rahan mengalokasikan ang -ga ran yang cukup dalam men du kung PEL yang inklu-sif?

3. Kebijakan afirmatif: Apakah ada kebijakan yang memberi-kan afirmasi bagi kelompok rentan dan marginal turut terlibat dalam PEL?

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

38

F. Instrumen Pemetaan

Dalam rangka mendorong PEL yang inklusif, perlu dilakukan pemetaan terlebih dahulu ten-tang aktor, persoalan, dan sum-ber daya yang ada di tingkat

lokal. Instrumen atau alat yang dapat digunakan, misalnya de-ngan melakukan pemetaan se-bagaimana contoh berikut:

1. Peta Aktor

Contoh tabel peta aktor

No Aktor Peran saat ini

Peluang Peran Tantangan Kebutuhan

1 Reino N e l a y a n laut

Kepemimpinan untuk

menggerakkan nelayan

lain memperkuat pro­

duksi

Tidak memiliki pengetahuan dan alat produksi yang mendukung diver­sifikasi produk

Pelatihan terkait produksi, pendam­pingan, membangun kemitraan dengan pihak lain

2 Syahrini Istri ne­layan

Memperkuat produksi

olahan hasil laut

Tidak memiliki alat produksi

Pelatihan terkait Produksi, pendam­pingan, membangun kemitraan dengan pihak lain

3 Luna K e p a l a Desa

Menyusun kebijakan

mendukung PEL dan

membangun kemitraan

dengan Pihak Perusa­

haan

Belum memiliki desain PEL

Pendampingan ter­kait PEL, berkomu­nikasi dengan pihak swasta, membentuk forum bersama de­ngan warga dan pi­hak lain

4 Seterusnya...

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

39

2. Peta Sumber Daya

Contoh tabel peta sumber daya

No Persoalan Desa

Sumber Daya Rencana Pengelolaan

SDA SDM Keua-ngan

Sosial Keuan-gan

1 Tidak ada listrik

Air, angin, gelom-bang laut, matahari, pasang surut

Banyak tenaga manusia di desa meski belum terampil

APBDesa, CSR

Gotong royong

Belum tersedia in-frastruktur pendukung

1. Pelatihan terkait pengelolaan energi terbarukan

2. Pengaturan kebijakan PEL dalam perenca-naan pembangunan

3. Pelaksanaan program penyediaan listrik dari energi terbarukan

2 Seterusnya...

(Peta awal ini selanjutnya akan dikembangkan menjadi perencanaan bisnis dalam desain yang lebih aplikatif dan teknis)

Penanaman bakau di tujukan untuk menjaga ekosistem pantai dari kerusakan yang mengancam usaha tambak masyarakat

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

40

41

IV. Model-Model Kelembagaan Ekonomi Lokal dan Model yang Ditawarkan UU Desa

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

42

”Kelembagaan ekonomi lo-kal memiliki makna yang luas, bukan sekedar bicara tentang organisasinya saja tetapi juga bicara lebih jauh tentang sistem pendukung-nya. Khusus untuk bab ini, akan diurai tentang lembaga ekonomi yang memiliki arti penting dalam PEL yang in-klusif. Lembaga-lembaga ini dapat memainkan perannya masing-masing dan saling bersinergi dalam memperce-pat pencapaian tujuan PEL yang inklusif”

A. PengantarTeori ekonomi terus mengalami perkembangan, salah satunya yang cukup menarik kaitannya dengan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) adalah kritik atas pa-ham ekonomi klasik dan neoklasik yang selama ini menganggap campur tangan pemerintah yang berlebihan dalam perencanaan pembangunan dikhawatirkan menimbulkan persoalan seper-ti peran dan intervensi birokrasi

yang berlebihan, adanya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, dan lain sebagainya.

Hal ini berbeda dengan PEL se-bagaimana diulas pada bab se-belumnya. Perbincangan tentang PEL tidak dapat dipisahkan dari kelembagaan ekonomi. Kelem-bagaan ekonomi merupakan salah satu faktor yang berpen-garuh terhadap pertumbuhan ekonomi, di mana kelembagaan ekonomi yang dimaksud bu-kan sebatas pada kelembagaan ekonomi saja, melainkan lebih luas termasuk yang non ekonomi, seperti: aturan-aturan formal dan informal yang menjadi faktor penentu. Akan tetapi, kaitannya dengan PEL di desa dan kelura-han, ruang lingkup bahasan ini akan kita batasi hanya pada lem-baga ekonomi di desa/kelurah-an yang memiliki peran penting dalam PEL. Pertama, akan diba-has tentang apa saja lembaga ekonomi yang ada di desa dan perannya dalam mendorong PEL yang inklusif. Kedua, bagaiaman relasi antar lembaga tersebut.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

43

B. PengertianLembaga ekonomi lokal secara sederhana dapat diartikan se-bagai lembaga yang ada di ting-kat lokal yang melakukan ke-giatan-kegiatan ekonomi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup manusia guna mencapai suatu tingkat kesejahteraan atau kemakmuran. Adapun kegiatan ekonomi yang dimaksud meliputi kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Masing-masing kegia-tan tersebut saling terkait dan tidak terpisahkan satu dengan lainnya.

Pertama, kegiatan produksi ada-lah suatu aktivitas atau peker-jaan yang dapat menghasilkan suatu produk, baik itu barang maupun jasa. Dengan adanya kegiatan produksi maka dihara-pkan barang/jasa yang dihasil-kan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Kegiatan produksi ini contohnya sangat banyak di desa/kelurahan, mulai dari per-tanian, kelautan, dan kerajinan.

Kedua, kegiatan distribusi ada-lah kegiatan menyalurkan suatu produk, baik itu barang atau jasa,

dari produsen ke konsumen se-hingga produk tersebut tersebar luas ke masyarakat yang membu-tuhkan. Contohnya adalah per-dagangan yang banyak diperan-kan oleh berbagai jenis unit usaha pertokoan, koperasi dan lain-lain.

Ketiga, kegiatan konsumsi ada-lah aktivitas penggunaan atau memakai barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen. Tujuan dari kegiatan konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan ma-nusia dalam hidupnya.

Apabila melihat dinamika ke-hidupan ekonomi di tingkat lokal desa/kelurahan, bisa kita lihat ada banyak lembaga-lembaga lokal yang melakukan aktivi-tas ekonomi atau bahkan ada pula lembaga sosial yang sudah bertransformasi menjadi lem-baga ekonomi. Misalnya, PKK atau posyandu dulunya kita ke-nal sebagai lembaga sosial yang memiliki peran pemberdayaan keluarga, sekarang ini sudah mu-lai banyak yang bertransformasi sebagai lembaga ekonomi yang melakukan aktivitas simpan pin-jam maupun produksi dan dis-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

44

tribusi. Tumbuh kembangnya ber bagai lembaga ekonomi yang ada di tingkat lokal ini adalah pertanda positif hidupnya aktivi-tas ekonomi di tingkat lokal.

Studi IRE dan Pemda Gunung-kidul (2012) menemukan bah-wa keberadaan institusi lokal (termasuk lembaga ekonomi), terutama dalam bentuk organi-sasi atau kelompok, terbukti berkontribusi positif bagi pem-bangunan desa terutama dalam

hal penanggulangan kemiskinan yang pro penumbuhan lapangan kerja. Oleh karena itu, desa dan kelurahan penting untuk terus di-dorong sebagai arena pertumbu-han ekonomi inklusif guna men-dorong percepatan penyelesaian persoalan seperti kemiskinan, pengangguran, kesenjangan dan masih banyak lagi masalah lain-nya.

Dalam bukunya tentang Pemba-ngunan Perdesaan, Singh (2009)

Modal

Tekhnologi

Lembaga/

Organisasi

PD

Sumber

Daya Alam

Sumber

Daya

Manusia

Gambar 4.1Faktor Penentu Pembangunan Pedesaan (PD)

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

45

menyebutkan pembangunan per desaan salah satunya ditentu-kan oleh kehadiran institusi dan organisasi yang turut menjadi bagian dari desain besar pemba-ngunan perdesaan, di luar faktor penentu lain, sebagaimana ter-gambar sebagai berikut.

Seluruh komponen ini memili-ki peran yang strategis dalam pembangunan perdesaan, di-mana semua komponen saling terkait dan saling memperkuat dalam menopang pembangunan di tingkat lokal. Organisasi atau institusi yang ada pastinya tidak sekedar bicara tentang bagaima-na menghimpun keuntungan se-mata. Lebih dari itu adalah mem-pertemukan kepentingan pada anggotanya serta memperkuat partisipasi lokal.

C. Jenis Aktivitas Ekonomi dan Model Kelembagaan

Pada tingkat desa/kelurahan su-dah banyak bermunculan lem-baga ekonomi lokal yang tumbuh dan berkembang dengan pesat,

baik yang pembentukannya atas inisiatif warga sendiri maupun yang lahir atas kehendak pe-merintah maupun pihak swas-ta. Kehadiran lembaga-lembaga tersebut selama ini telah banyak berkontribusi terhadap sema-ngat membangun ekonomi lokal.

Di desa misalnya, kehadiran BUMDesa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir telah memberikan warna positif dalam perkemban-gan ekonomi lokal, meski keha-dirannya di awal terkesan “di-paksakan” oleh negara. Banyak desa berlomba-lomba mendiri-kan BUMDesa dengan berbagai unit usaha, yang terkadang juga tidak pas dengan semangat yang diusung oleh UU Desa. Akan tetapi, sebuah niat positif ini harus dilihat dan diapresiasi se-bagai upaya dalam menggerakan dan mengembangkan dinamika ekonomi di tingkat lokal.

Berbeda dengan desa, kelurah-an memiliki posisi yang berbeda, terlebih pasca pemberlakukan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Kelurahan merupakan street level bureau-crat yang bertanggung jawab

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

46

memberikan pelayanan secara langsung kepada masyarakat. Padahal kelurahan idealnya me-miliki kewenangan yang jelas dan luas guna meningkatkan ki-nerja khususnya dalam melayani masya rakat. Status kelurahan yang bukan lagi sebagai perang-kat daerah berarti pemerintah (termasuk kabupaten/kota) tidak lagi mendesentralisasikan ke-wenangannya kepada kelurahan. Fungsi kelurahan sebagai instansi yang memiliki kewenangan men-gorganisasikan masyarakat juga sudah tidak ada lagi (Harsanto, et al.: 2016).

Hal ini membawa konsekuensi semakin sempitnya ruang bagi kelurahan dalam rangka men-dorong penguatan lembaga-lem-baga ekonomi di tingkat lokal dalam kerangka pemberdayaan masyarakat. Namun demikian,

masih terdapat berbagai lemba-ga ekonomi yang biasanya tum-buh dan berkembang di tingkat kelurahan, seperti pasar, asosiasi pedagang, asosiasi buruh/tani/nelayan/pekebun/peternak, ko-perasi, bahkan ada juga bebe-rapa kelurahan yang mendirikan Badan Usaha Ekonomi Kelurahan (BUEK). Artinya regulasi bukan penghalang bagi kelurahan untuk dapat berinovasi mengembang-kan sumber daya lokal, sepan-jang masyarakat dan pasar mem-butuhkan kehadiran lembaga ekonomi tersebut dalam rangka pemenuhan kebutuhan hi dup manusia baik berupa barang maupun jasa.

Bila diklasifikasikan secara seder-hana, beberapa bentuk lembaga ekonomi yang biasa hadir di ting-kat desa dan kelurahan, dapat di-lihat pada tabel berikut:

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

47

Tabel 4.1 Tipologi Lembaga Ekonomi Desa/Kelurahan

Jenis Deskripsi Contoh

Berdasarkan Proses pembentukan

1 Negara Diinisiasi pembentukannya oleh negara, baik melalui instrumen regulasi maupun instruksi Pemerintah/Pemerintah Lokal

GAPOKTAN, BUMDesa

2 Pasar Lahir dari kebutuhan pasar dalam rangka pemenuhan kebutuhan pasar

Pasar tradisional

3 Inisiatif warga Lahir dari inisiatif warga Kelompok simpan pinjam kampung, kelompok perajin batik

4 Pihak lain Proses pembentukannya diinisiasi oleh pihak luar, seperti: Perguruan Tinggi, Perusahaan melalui Program CSR, program NGO, dan lain­lain.

SPP PNPM Pedesaan/Perkotaan

Berdasarkan Managemen kelembagaan

1 Formal Berbentuk badan hukum dan memiliki aturan kelembagaan yang berupa AD/ART

Koperasi, BUMDesa

2 Informal Berbasis komunitas, meski memiliki aturan main, tetapi tidak mengikat secara kuat

Kelompok nelayan, kelompok ternak

Berdasarkan Aktivitas Ekonomi

1 Produksi Lembaga yang melakukan aktivitas memproduksi barang atau jasa

KWT, Kelompok Perajin Tenun

2 Distribusi Lembaga yang melakukan aktivitas distribusi barang atau jasa

Koperasi, Agen LPG, TPI

3 Konsumsi Lembaga yang melakukan aktivitas konsumsi

Pasar Desa

Berdasarkan Tujuan Pembentukan

1 Profit Lembaga yang berorientasi pada mencari keuntungan/laba dalam proses pembentukannya

Koperasi, Bank Perkreditan Rakyat

2 Non profit Lembaga yang proses pembentukannya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa berorientasi pada keuntungan/laba

Asosiasi Perempuan Usaha Kecil (ASPUK)

3 Pelayanan Publik

Lembaga yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan

Pengelola Sampah

4 Hybrid Lembaga yang bertujuan selain untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, juga dalam praktiknya menjalankan bisnis untuk mendapatkan keuntungan.

Kelompok Pengelola Air Bersih (PAB) Desa/Kelurahan

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

48

D. Kerjasama dengan Pihak Lain

PEL sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, men syaratkan adanya kerjasama multipihak dalam rangka memaksimalkan peran para aktor dalam men-dorong per cepatan pencapaian tujuan pembangunan ekonomi di tingkat lokal, termasuk dengan melibat kan pemerintah lokal, pi-hak swasta maupun aktor-aktor ekonomi lainnya.

Di tingkat pusat, pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang Kerjasama Pemerintah dan Swas-ta (KPS) dalam kerangka pemba-ngunan berupa Peraturan Presi-den RI No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur yang telah beber-apa kali diubah dan perubahan terakhir adalah Peraturan Pres-iden RI No 66 Tahun 2013. Ker-

jasama pemerintah dan swasta KPS adalah bentuk perjanjian jangka panjang (biasanya lebih dari 20 tahun) antara pemerintah baik pusat ataupun daerah de-ngan mitra swasta. Melalui per-janjian ini, keahlian dan aset dari kedua belah pihak (pemerintah dan swasta) bekerjasama dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Dalam melakukan kerjasama ini risiko dan manfaat potensial dalam menyediakan pelayanan ataupun fasilitas di-pilah/dibagi kepada pemerintah dan swasta. Sayangnya kebija-kan tersebut belum secara kuat mengatur peran masyarakat turut terlibat aktif dalam kelem-bagaan tersebut. Peluang ini di tingkat lokal dapat dikembang-kan secara lebih luas lagi dengan menghadirkan lembaga ekonomi maupun sosial dalam penguatan kemitraan tersebut, sebagaima-na konsep PEL yang melibatkan kepentingan para aktor.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

49

Gambar 4.2Kemitraan antar Aktor/Lembaga

PEMERINTAH

LOKAL

SWASTALEMBAGA

EKONOMI

Melalui kemitraan antar aktor/lembaga ini, diharapkan para pihak dapat bersinergi dalam me rencanakan desain PEL yang inklusif di tingkat lokal se suai dengan kapasitas perannya masing -masing. Sebagai gamba-ran, berikut adalah peran yang dapat dimainkan oleh para pihak baik di desa maupun kelurahan:

Peran Pemerintah Lokal1. Memfasilitasi tumbuh dan

berkembangnya lemba-ga-lembaga ekonomi yang berpotensi muncul dan ada di tingkat desa/kelurahan.

2. Melakukan pemetaan dan inventarisasi/pendataan aset

maupun sumber daya lokal.3. Membuat kebijakan perenca-

naan pembangunan yang berorientasi pada pengem-bangan ekonomi lokal yang inklusif dengan mem perkuat peran lembaga ekonomi tersebut sebagai motor peng gerak PEL.

4. Menyiapkan fasilitas yang memadai, mulai dari perang-kat kebijakan/regulasi, pena-taan kelem bagaan lokal hing-ga pening katan kapasitas dan mencipta kan pasar serta infrastruktur pendukung.

Peran Swasta1. Menciptakan dan meng-

hubungkan lembaga lokal dengan pasar yang lebih luas;

2. Penguatan lembaga ekonomi lokal agar dapat berkompeti-si sesuai dengan standar atau kebutuhan pasar;

Peran Lembaga Ekonomi Lokal1. Menciptakan iklim lokal yang

kondusif untuk hidupnya aktivitas ekonomi berbasis sumber daya lokal

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

50

2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (kapasi-tas) baik produksi, distribusi dan konsumsi dalam rang-ka pemenuhan kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa;

3. Menguatkan partisipasi ang-gota dalam mendukung pe-ngu atan kelembagaan.

Secara sederhana, kemitraan bagi pengembangan ekonomi lokal adalah suatu pendeka-tan untuk mendorong aktivitas ekonomi melalui pembentukan kemitraan masyarakat-swas-ta-pemerintah dan memfokus-kan pada pembangunan aktivitas kluster ekonomi, sehingga terba-ngun keterkaitan (linkage) antara pelaku-pelaku ekonomi dalam satu wilayah atau region de ng-an market(pasar lokal, nasional dan pasar internasional) (UNDP, UN-HABITAT & BAPPENAS, 2002).

Gambar 4.3 Tiga Pilar PEL

Ekonomi

SosialLingkungan

Kemitraan ini juga tidak boleh lepas dari semangat pembangu-nan berkelanjutan yang secara bersama-sama mengusung 3 pilar penting dalam PEL, yaitu: menjaga kelestarian lingkungan, memanfaatkan dan memperkuat modal sosial, serta penguatan dan kemandirian ekonomi.

Rp

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

51

E. Instrumen (Alat Bantu) Identifikasi Lembaga Ekonomi Lokal

Tabel 4.2Contoh Peta Pelembagaan Ekonomi di Tingkat Desa/Kelurahan

No Lembaga Ekonomi Jumlah Peran

I Lembaga Ekonomi dan Unit Usaha Desa/Kelurahan

Koperasi Nelayan 2

Pengelola Sampah 1

BUMDesa 1

II Jasa Lembaga Keuangan

BPR 1

III Industri Kecil dan Menengah

Industri pengolahan makanan

7

Industri kerajinan 2

Industri alat rumah tangga 1

Rumah makan dan restoran 4

IV Dan lain­lain

Dalam rangka membantu meng identifikasi kehadiran berbagai lem-baga ekonomi yang ada di tingkat desa atau kelurahan, berikut adalah contoh instrumen yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui apa saja lembaga ekonomi yang ada serta perannya dalam melakukan ak-tivitas ekonomi dan PEL.

Salah satu alur yang harus di tempuh dalam mengembangkan lembaga ekonomi lokal ialah melembagakan lembaga yang dibentuk.

53

V. Pelembagaan BUMDesa

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

54

Pendirian dan pengelolaan BUM-Desa pada dasarnya mem bangun tradisi ber demo krasi ekonomi di desa untuk meningkatkan der-ajat ekonomi masyarakat desa. Pendirian BUMDesa merupakan strategi untuk mendorong pra-karsa, gerakan, dan partisipasi masya rakat desa untuk pengem-bangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama. Pendiriannya harus dikelola melalui mekanisme musyawarah desa dengan didukung dengan upaya untuk melakukan inventa-risasi aset dan potensi desa yang memiliki peluang pasar.

A. Pengertian dan Konsep BUMDesa

Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUMDesa, adalah:

“Badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimili-ki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pe-layanan, dan usaha lainnya untuk

sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.”

BUMDesa sebagai Badan Usaha

BUMDesa merupakan badan usa ha. Badan usaha adalah ke-satuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Badan usaha sangat sering disa-makan dengan perusahaan, na-mun sebenarnya memiliki per-bedaan yang sangat mendasar.

Badan

Usaha

TujuanKepemilikan

oleh Desa

Jenis

Usaha

Pemisahan

Kekayaan

BUMDesa

Gambar 5.1 Kata Kunci Definisi BUMDesa

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

55

Badan usaha adalah lembaga sementara perusahaan adalah tempat di mana badan usaha itu mengelola faktor-faktor produk-si. Badan usaha memiliki ruang lingkup yang lebih besar karena sebuah badan usaha bisa memili-ki satu atau beberapa unit usaha atau perusahaan. BUMDesa ada-lah lembaga yang mengelola fak-tor-faktor produksi di desa dalam satu atau beberapa unit usaha atau perusahaan.

Kepemilikan BUMDesa

BUMDesa adalah badan usaha yang dimiliki oleh desa yang di-tunjukkan oleh penyertaan modal seluruh atau sebagian besar dari desa kepada BUMDesa. Penyer-taan modal desa tersebut berasal dari kekayaan desa yang dipisah-kan. Walaupun, masyarakat juga dapat menyertakan modalnya kepada BUMDesa. Penyertaan modal dari masyarakat ini perlu didorong agar rasa memiliki dari masyarakat meningkat dan mem-peroleh manfaat ekonomi secara langsung dari BUMDesa.

Pemisahan Kekayaan Desa

BUMDesa memiliki salah satu ciri badan usaha yang berbadan hu-kum di mana terdapat pemisahan kekayaan pemilik (desa) dengan kekayaan badan usaha, se hingga pemilik, dalam hal ini Desa, ha-nya bertanggung jawab sebatas kekayaan yang disertakan ke-pada BUMDesa. Kekayaan desa yang dipisahkan bertujuan agar ketika kekayaan tersebut disetor-kan sebagai modal BUMDesa, bukan lagi bagian dari kekayaan desa sehingga ketika BUMDesa mengalami kerugian maka bukan merupakan kerugian desa.

Kekayaan desa yang dipisahkan berarti kekayaan desa yang dile-paskan dari penguasaan umum yang dipertanggung jawabkan melalui anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa) dan dimaksudkan untuk dikuasai dan dipertangungjawabkan tersendi-ri. Hal ini sesuai dengan kedudu-kan BUMDesa sebagai badan hukum, yang harus mempunyai kekayaan sendiri terlepas dari-pada kekayaan umum desa dan

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

56

dengan demikian dapat dipeliha-ra terlepas dari pengaruh APB-Desa tetap masuk dalam neraca kekayaan desa.

Jenis Usaha BUMDesa

Jenis usaha yang dijalankan oleh BUMDesa meliputi pengelolaan aset, jasa pelayanan, dan usa-ha lainnya. Kehadiran BUMDesa diharapkan dapat memaksimal-kan pengelolaan aset-aset yang dimiliki oleh desa maupun aset-aset lain yang ada di desa agar memberikan manfaat bagi kese-jahteraan masyarakat. Pengelo-laan jasa pelayanan meliputi pe-layanan publik di desa misalnya pelayanan air bersih, listrik, dll. BUMDesa juga dapat menjalan-kan usaha lainnya.

Tujuan BUMDesa

Tujuan dari BUMDesa adalah untuk sebesar-besarnya kesejah-teraan masyarakat desa melalui tujuan khusus sebagaimana Pa-sal 3 Permendesa, PDT dan Trans-migrasi No. 4/2015, yaitu:

a. meningkatkan perekonomi-an desa;

b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kese-jahteraan desa;

c. meningkatkan usaha ma-syarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa;

d. mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak keti-ga;

e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang men-dukung kebutuhan layanan umum warga;

f. membuka lapangan kerja;g. meningkatkan kesejahte-

raan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerata-an ekonomi desa; dan

h. meningkatkan pendapa-tan masyarakat desa dan Pendapatan Asli Desa.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

57

B. Dasar Hukum dan Aspek Hukum Bumdesa

Sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 6 Tahun 2014 (UU Desa) pembentukan BUMDesa ditetap-kan dengan Peraturan Desa (Per-des). Di mana perdes mengacu kepada UU Desa dan peraturan perundang-undangan turunan dari UU Desa adalah:

- PP 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Un-dang -undang Nomor 6 Ta-hun 2014 tentang Desa se-bagai mana diubah dengan Peraturan Pemerintah No-mor 47 Tahun 2015 tentang Per ubahan atas Peraturan Peme rintah Nomor 43 Ta-hun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

- Permendesa PDTT No. 4 Tahun 2015 tentang Pendi-rian, Pengurusan dan Pen-gelolaan, dan Pem bu ba ran Badan Usaha Milik Desa.

Hingga saat masih terjadi per-debatan tentang pentingnya le-galitas BUMDesa. Apakah cukup menggunakan perdes ataukah dengan badan hukum yang su-dah ada seperti perseroan ter-batas (PT), CV, Firma, atau yang lainnya. Penjelasan UU No. 6 Tahun 2014 menyatakan bahwa BUMDesa dibentuk oleh pemer-intah desa untuk mendayagu-nakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahter-aan masyarakat desa.

BUMDesa secara spesifik tidak dapat disamakan dengan badan hukum seperti perseroan ter-batas, CV, atau koperasi. Oleh karena itu, BUMDesa merupakan suatu badan usaha bercirikan desa yang dalam pelaksanaan kegiatannya disamping untuk membantu penyelenggaraan pemerintahan desa, juga untuk memenuhi kebutuhan masya-rakat desa. BUMDesa juga dapat melaksanakan fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan pengem-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

58

bangan ekonomi lainnya. Dalam meningkatkan sumber pendapa-tan desa, BUMDesa dapat meng-himpun tabungan dalam skala lo-kal masyarakat desa, antara lain melalui pengelolaan dana ber-gulir dan simpan pinjam.

BUMDesa dalam kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan bisnis, tetapi juga berorientasi untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masya rakat desa. BUMDesa di-harapkan dapat mengembang-kan unit usaha dalam mendaya-gunakan potensi ekonomi. Dalam hal kegiatan usaha dapat berjalan dan berkembang dengan baik, sa ngat dimungkinkan pada saat-nya BUMDesa mengikuti badan hukum yang telah ditetapkan da-lam ketentuan peraturan perun-dang-undangan. Oleh karena itu, pemerintah berhati-hati untuk membadanhukumkan BUMDesa karena berisiko terjadi penyim-pangan dari falsafah BUMDesa sebagai badan usaha milik (ma-syarakat) desa – dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masya rakat.

Permendesa PDTT No. 4 Tahun 2015 Pasal 7 menegaskan badan hukum BUMDesa, sbb:

a. BUMDesa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang ber-badan hukum.

b. Unit usaha yang berbadan hukum dapat berupa lemba-ga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUM-Desa dan masyarakat.

c. Dalam hal BUMDesa tidak mempunyai unit-unit usa-ha yang berbadan hukum, bentuk organisasi BUMDesa didasarkan pada Peratur-an Desa tentang Pendirian BUMDesa.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

59

C. OrientasiBerbeda dengan badan usa-ha lainnya, BUMDesa harus mengedepankan ciri ke wira -usahaan sosial (social entre ­preneurship) dalam mencapai tujuannya yaitu dengan meng-utamakan manfaat (benefit) di atas keuntungan bisnis (profit).

Semua pihak berharap bahwa gerakan pengembangan BUMDe-sa ini bukan program “latah” dan instan. Program yang tidak hanya mengejar jumlah BUMDesa yang terbentuk tetapi yang berdiri kemudian tumbuh dan berkem-bang.

Banyak hal yang penting untuk dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum mendirikan BUMDesa, yaitu:

1. Adanya inisiatif dari peme-rintah desa dan/atau mas-yarakat desa untuk mendiri-kan BUMDesa.

2. Potensi yang dibutuhkan baik potensi usaha ekonomi desa, sumberdaya alam di desa, maupun sumberdaya manu-sia yang mampu menge lola BUMDesa.

3. Kesediaan dan ketersediaan modal dari pemerintah desa yang akan disertakan da-lam bentuk pembiayaan dan kekayaan desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUMDesa.

Kewirausahaan

Sosial

Ekonomi

(Keuntungan

- Profit)

Sosial

(Manfaat

- Benefit)

Pelayanan

Publik Desa

Orientasi BUMDesa

D. Proses Pendirian BUMDesa

Saat ini gerakan pengemban-gan BUMDesa sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh desa dan/atau kerja sama antar-desa semakin menguat.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

60

Setelah beberapa hal yang penting untuk dipertim-bangkan sebelum mendiri-kan BUMDesa terpenuhi, bagaimana desa dapat mendirikan BUMDesa? Mu-dah saja. Cukup dengan me-netapkan Peraturan Desa (Perdes) tentang pendirian BUMDesa. Artinya, pemerin-tahan desa harus menyusun dan menetapkan Perdes tentang Pendirian BUMDesa sebagai langkah awal pendi-rian BUMDesa. Namun per-lu dipahami bahwa Perdes tentang Pendirian BUMDesa merupakan dokumen legal hasil kesepakatan dari pro ses musyawarah desa. Proses musyawarah dan hasil kese-pakatan merupakan hal yang penting dalam pendirian BUMDesa.

Pendiriannya harus disepakati melalui musyawarah desa (mus-des) karena pendirian BUMDesa pada dasarnya adalah masalah atau isu strategis di desa yang ha-rus diputuskan oleh pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan masyarakat

melalui musdes secara bersa-ma-sama. Jadi, mengembangkan BUMDesa sebenarnya memba-ngun kesepakatan masyarakat desa untuk mendirikan, menum-buhkan, dan mengembangkann-ya.

Musdes tentang pendirian BUM-Desa idealnya adalah musdes yang terencana dengan baik. Musdes akan terselenggara jika ada inisiatif untuk mengembang-kan BUMDesa. Inisiatif musdes dapat berasal dari pemerintah desa atau dari masyarakat desa melalui BPD. Pemerintah desa atau BPD dapat membentuk tim kajian BUMDesa yang akan mem-persiapkan bahan pembahasan musdes pendirian BUMDesa. Ba-han pembahasan ini perlu diper-siapkan agar musdes lebih terar-ah dan memiliki target hasil yang diharapkan.

Pokok bahasan yang disiapkan dan dibahas dalam musdes me-liputi (a) pendirian BUMDesa se-suai dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat; (b) or-ganisasi pengelola BUMDesa; (c) modal usaha BUMDesa; dan (d) Anggaran Dasar dan Anggaran

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

61

1 Sosialisasi BUMDesa kepada Masyarakat Desa

Sosialisasi BUMDesa kepada masyarakat desa perlu dilakukan agar semakin banyak masyarakat yang mengetahui dan memaha-mi kebutuhan dan manfaat dari BUMDesa. Sosialisasi juga untuk persiapan agar dalam musdes sudah banyak yang mengetahui tentang BUMDesa. Sosialisasi juga berfungsi untuk memper-banyak peluang munculnya ini-siator (warga aktif) yang dapat terlibat dalam Tim Kaji/Perumus BUMDesa.

Rumah Tangga (AD/ART) BUM-Desa. Musdes diselenggarakan oleh BPD dengan fasilitasi penye-lenggaraan oleh pemerintah desa. Alur pendirian BUMDesa secara runtut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Hasil kese-pakatan musdes tersebut men-jadi pedoman bagi peme rintah desa dan BPD untuk mene tapkan Peraturan Desa tentang Pendi-rian BUMDesa.

Alur proses pendirian BUMDesa secara runtut adalah sebagai berikut:

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

62

Musdes tentang pendirian BUM-Desa menjadi sarana untuk membangun kesepakatan dari masyarakat desa tentang pendi-rian BUMDesa. BUMDesa akan mengelola aset dan potensi desa yang menyangkut hajat hidup masyarakat desa untuk mening-katkan kesejahteraan masyarakat sehingga perlu disepakati oleh masyarakat desa. Keputusan tersebut juga mengandung risiko, oleh karena itu risiko ini perlu dipahami dan diputuskan untuk ditanggung bersama.

Musdes ini diselenggarakan oleh BPD dengan fasilitasi pemerin-tah desa. Musdes adalah musdes pertama dalam rangka pendirian

BUMDesa dengan agenda untuk menyepakati rencana pendirian BUMDesa oleh peserta musdes (perwakilan masyarakat). Peserta musdes harus ada keterwakilan pemangku kepentingan ekonomi dan pelayanan publik di desa. Se-lain itu, kelompok marginal juga harus dilibatkan. Hal ini perlu dilakukan karena pendirian BUM-Desa adalah upaya membangun demokrasi untuk kesejahteraan masyarakat.

Jika masyarakat melalui mus-des ini tidak atau belum menye-pakati tentang rencana pendirian BUMDesa maka proses pendirian BUMDesa berhenti sampai di proses ini. Belum adanya kese-pakatan bukan berarti pengem-bangan ekonomi lokal ini GAGAL.

2 Musyawarah Desa

• Penyepakatan masyarakat tentang pendirian BUMDesa

• Pembentukan Tim Kaji/Pengurus

Tim dibentuk dengan SK Kades

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

63

Bel um adanya kesepakatan bisa jadi karena masyarakat lebih memilih cara lain untuk pengem-bangan ekonomi lokal. Proses ini bisa diulang kembali.

Jika masyarakat menyetujui ten-tang rencana pendirian BUMDe-sa maka perlu dibentuk Tim Kaji/Tim Perumus yang akan bertugas menyiapkan materi pembaha-san musdes pendirian BUMDesa. Tim Kaji/Tim Perumus dapat ter-diri dari perwakilan pemerintah desa, BPD, maupun masyarakat. Perlu diprioritaskan wakil dari

kelompok marginal terutama kelom pok perempuan dalam keanggo taan tim ini. Tim ini perlu dibentuk dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa (SK Kades) yang memuat susunan or-ganisasi tim, tugas, hak, dan ke-wajiban Tim Kaji/Perumus. Sela in itu, melalui SK Kades maka tim dapat bekerja menggunakan an-ggaran pendirian BUMDesa yang ada di APBDesa (rencana pendi-rian BUMDesa harus ada dalam dokumen RPJMDesa dan RKPDe-sa).

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

64

3 Kajian Rencana Pendirian BUMDesa

Berdasarkan SK Kades tentang Tim Kaji/Perumus, tim melaku-kan kajian rencana pendirian BUM Desa yang meliputi kajian tentang:1. Pemilihan jenis usaha mela-

lui kajian aset, potensi, dan kebu tuhan di desa.

2. Muatan isi rancangan pera-turan desa tentang BUMDe-sa

3. Muatan isi rancangan AD/ART

4. Tata cara pemilihan Pengu-rus BUMDesa

Pada tahapan ini hasil utama dari Tim Kaji adalah hasil kajian usaha yang akan dibahas dalam musdes. Kajian usaha ini mer-

upakan tahapan penting karena tanpa hasil kajian jenis usaha ini BUMDesa yang nanti berdiri ti-dak dapat langsung bisa mulai beroperasi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan adalah:a. Pendirian BUMDesa sesuai

dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat;

b. Organisasi pengelola BUM-Desa;

c. Modal usaha BUMDesa; d. Hasil kajian rencana pendi-

rian BUMDesa dan unit usa-ha sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat; dan

e. Anggaran Dasar dan Angga-ran Rumah Tangga (AD/ART) BUMDesa.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

65

5 Penyerahan Laporan Hasil Kajian kepada Kepala Desa

Hasil-hasil kajian Tim Kaji/Peru-mus ini kemudian disusun dalam satu dokumen hasil kajian ten-tang BUMDesa. Dokumen ha-sil kajian ini merupakan output yang akan diserahkan kepada Kepala Desa.

4 Penyusunan Laporan Hasil Kajian

Tim perumus menyusun laporan hasil kajian tentang BUMDesa

Tim Kaji/Perumus menyerahkan laporan hasil kajian kepada Kepa-la Desa sebagai bentuk pertang-gungjawaban atas tugas yang diberikan oleh pemerintah desa. Waktu penyerahan hasil kajian menyesuaikan dengan masa tu-gas dari Tim Kaji/Perumus

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

66

6 Penyerahan Laporan Hasil Kajian kepada BPD

Selanjutnya, kepala desa me-nyerah kan kopi laporan hasil kaji-an ini kepada BPD untuk diba has secara internal di BPD.

Kerja sama antara pemerintah desa dengan BPD ini merupakan perwujudan dari kemitraan strat-egis dalam pemerintahan desa.

Pembahasan Laporan Hasil Kajian7

BPD membahas hasil kajian ini dalam sidang BPD dengan out-put poin-poin yang akan disam-paikan oleh BPD sebagai panda-ngan umum BPD atas hasil kajian pendirian BPD dalam musdes. Pemerintah desa juga melaku-kan pembahasan atas hasil kaji-an BUMDesa untuk disampaikan dalam musdes tentang pendirian BUMDesa.

Pembahasan baik oleh BPD maupun pemerintah desa ha-rus dilakukan karena pendirian BUMDesa merupakan salah satu keputusan strategis yang di ambil

oleh pemerintahan desa dan mendapat persetujuan dari mas-yarakat desa. Proses pembaha-san ini dilanjutkan dengan proses saling komunikasi dan koordinasi antara BPD sebagai pihak yang akan menyelenggarakan musdes dengan pemerintah desa sebagai pihak yang akan memfasilitasi musdes.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

67

Setelah adanya kesepakatan an-tara BPD dan pemerintah desa maka BPD menyelenggarakan musdes dengan fasilitasi dari pe-merintah desa.

Tata cara penyelenggaraan mus-des tentang pendirian BUMDesa sesuai dengan pedoman penye-lenggaraan musyawarah Desa yang ada pada Permendesa, PDT dan Transmigrasi No. 2/2015 ten-tang Musyawarah Desa.

Persiapan Penyelenggaraan Musdes Pendirian BUMDesa

8 Penyelenggaraan Musdes Pendirian BUMDesa

9

BPD menyelenggarakan Mus-des tentang pendirian BUMDesa dengan agenda:1. Pemaparan hasil kajian ren-

cana pendirian BUMDesa (kajian usaha serta draft Per-des dan AD/ART).

2. Penyampaian pandangan umum BPD atas hasil kajian rencana pendirian BUMDe-sa.

3. Penyampaian pandangan umum atas rencana pendi-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

68

rian BUMDesa oleh pemerin-tah desa, terutama kebijakan tentang komitmen modal awal dan rencana penyerta-an modal pada BUMDesa.

4. Penyampaian usulan dan pendapat masyarakat ten-tang hasil kajian rencana pendirian BUMDesa.

5. Musyawarah desa menyepa-kati (bisa dengan beberapa catatan) atau tidak menyepa-kati rencana pendirian BUM-Desa.

6. Jika musdes menyepakati tentang rencana pendirian BUMDesa maka dapat dilan-jutkan pada agenda pemi-lihan pengurus organisasi pengelola BUMDesa.

Hasil kesepakatan musya warah desa menjadi pedoman bagi pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk me netapkan Peraturan Desa ten-tang Pendirian BUMDesa.

Penetapan Legalitas BUMDesa10

Pemerintahan desa berdasar-kan hasil kesepakatan musdes menyu sun dan menetapkan:1. Perdes tentang pendirian

BUMDesa yang selanjutnya dimasukkan dalam lembaran desa.

2. Peraturan Kepala Desa ten-tang AD/ART BUMDesa.

SK Kepala Desa tentang Susunan Pengurus Organisasi Pengelola BUMDesa.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

69

Pemerintah desa melantik Pe ng-urus BUMDesa.

Pengurus BUMDesa mulai men-jalankan usaha BUMDesa ber-dasarkan Perdes tentang BUM-Desa, AD/ART BUMDesa, dan rencana usaha hasil dari Tim Kaji/Perumus

Menjalankan BUMDesa11

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

70

Kerjasama antar BUMDesa

BUMDesa dapat melakukan kerjasama antar 2 (dua) BUM-Desa atau lebih dalam satu kecamatan atau antar kecamatan dalam satu kabupaten/kota. Kerja sama ini harus mendapat persetujuan masing-masing pemerintah desa. Kerjasama an-tar 2 (dua) BUMDesa atau lebih dibuat dalam naskah perjan-jian kerjasama. Naskah perjanjian kerjasama paling sedikit memuat subyek kerjasama, obyek kerjasama, jangka waktu, hak dan kewajiban, pendanaan, keadaan memaksa, penga-lihan aset, danpenyelesaian perselisihan. Naskah perjanjian kerjasama ini ditetapkan oleh Pelaksana Operasional dari masing-masing BUMDesa yang bekerjasama.

BUMDesa Bersama.

Beberapa desa juga dapat membentuk BUMDesa yang dise-but sebagai BUMDesa Bersama. Kebutuhan untuk memben-tuk BUMDesa Bersama akan muncul ketika jenis usaha yang akan dijalankan menyangkut pengelolaan aset, potensi, dan kebutuhan strategis beberapa desa. Misalnya pasar desa, ka-wasan wisata, pengelolaan air bersih, dll. Proses membangun kesepakatannya tentu saja lebih kompleks karena melibatkan kepentingan beberapa desa. Jika BUMDesa yang akan didiri-kan adalah BUMDesa Bersama yang merupakan kerja sama antar-desa dan pelayanan usaha antar - desa maka pendi-riannya disepakati melalui Musyawarah antar-Desa (MAD) se-bagaimana ketentuan mengenai musyawarah desa. BUMDesa Bersama ditetapkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa tentang Pendirian BUMDesa Bersama.

TO O LB O X

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

71

E. Organisasi dan Tata Kelola BUMDesa

Penyusunan organisasi pengelola BUMDesa mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:a. BUMDesa adalah nomenkla-

tur dari badan usaha yang dimiliki oleh desa;

b. BUMDesa bukanlah sebuah holding company (perusa-haan induk) terhadap unit-unit usaha desa;

c. Organisasi pengelola BUM-Desa adalah organisasi yang bersifat tumbuh, artinya or-ganisasi pengelola BUMDesa dapat dimulai dari bentuk se-derhana pada awal pemben-tukan dan akan berkembang sesuai dengan kebutuhan usa hanya; dan

d. Organisasi pengelola BUM-Desa secara umum terdiri dari penasehat, pelaksana operasional, dan unsur pen-gawas.

Organisasi Pengelola BUMDe-sa terpisah dari organisasi pe-merintahan desa (Permendesa No. 4/2015, Pasal 9). Organisasi pemerintahan desa terdiri dari pemerintah desa dan Badan Per-musyawaratan Desa (BPD). Arti-nya, semua unsur pemerintahan desa tidak dapat menjadi pengu-rus BUMDesa terkecuali kepala desa. Penasihat BUMDesa secara ex officio oleh kepala desa. Ex-of-ficio adalah jabatan seseorang pada lembaga tertentu karena tugas dan kewenangannya pada lembaga lain.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

72

Gambar di samping adalah gam-bar struktur organisasi BUM-Desa. Susunan kepeng urusan organisasi penge lola BUMDesa terdiri dari:

1. Penasihat;

2. Pelaksana operasional; dan

3. Pengawas.

Penamaan susunan kepeng-urusan organisasi dapat meng-gunakan penyebutan nama se-tempat yang dilandasi semangat kekeluargaan dan kegotong-royongan. Susunan ke peng u-rusan BUMDesa dipilih oleh masyarakat melalui musya warah desa sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Susunan kepengurusan BUMDesa ditetap-kan dengan keputusan kepala desa.

Penasihat(ex officio Kades)

Pengawas

Bendahara

Kepala/Manajer

Unit Usaha A

Sekretaris

Kepala/Manajer

Unit Usaha B

Ketua/Direktur

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

73

Tugas Pokok dan Fungsi Pengu-rus BUMDesa

Tugas pokok dan fungsi pengurus BUMDesa adalah sebagai beri-kut:

a. Penasihat

Penasihat dijabat secara ex offi-cio oleh kepala desa. Penasihat berkewajiban:1) Memberikan nasihat kepada

pelaksanaan operasional da-lam melaksanakan pengelo-laan BUMDesa.

2) Memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan BUMDesa.

3) Membina pelaksanaan kegia-tan pengelolaan BUMDesa.

Penasihat berwenang:1) Meminta penjelasan dari

pelaksana operasional me-ngenai persoalan yang me-nyangkut pengelolaan usaha Desa.

2) Melindungi usaha desa ter-hadap hal-hal yang dapat menurunkan kinerja BUM-Desa.

b. Pelaksana Operasional

Pelaksana operasional dijabat dari unsur masyarakat desa se-tempat. Pelaksana operasion-al mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUMDesa sesuai dengan Anggaran Desa (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). Pelaksana operasional sebagaia-mana berkewajiban:1) Melaksanakan dan mengem-

bangkan BUMDesa agar menjadi lembaga yang me-layani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum masyarakat desa;

2) Menggali dan memanfaat-kan potensi usaha ekonomi desa untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PA Desa);

3) Membuat laporan keuan-gan seluruh unit-unit usaha BUMDesa setiap bulan; dan

4) Membuat laporan perkem-bangan kegiatan unit-unit usaha BUMDesa kepada masyarakat desa melalui musyawarah desa seku-rang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

74

Pelaksana Operasional berwenang:

1) Melakukan kerjasama de-ngan lembaga-lembaga per-ekonomian desa lainnya;

2) Menunjuk anggota pengurus dengan persetujuan dari pe-nasihat; dan

3) Mengangkat karyawan ses-uai dengan kebutuhan den-gan persetujuan dari penasi-hat.

Persyaratan, masa bakti, dan alasan pemberhentian pelaksa-na operasional akan diatur lebih lanjut dalam AD/ART BUMDesa. Dalam melaksanakan kewajiban pelaksana operasional dapat menunjuk anggota pengurus sesuai dengan kapasitas bidang usaha, khususnya dalam mengu-rus pencatatan dan administra-si usaha dan fungsi operasional bidang usaha. Pelaksana opera-sional dapat dibantu karyawan sesuai dengan kebutuhan dan harus disertai dengan uraian tu-gas berkenan dengan tanggung jawab, pembagian peran dan as-pek pembagian kerja lainnya.

Sebaiknya organisasi tidak boleh “gemuk” dulu tetapi harus ramp-ing dan efektif. Pada tahap awal dimungkinkan pengurus BUM-Desa tanpa kepala/manajer unit usaha jika BUMDesa masih men-jalankan satu unit usaha yang dapat ditangani oleh pelaksana operasional inti. Ketika berkem-bang unit usaha baru maka pelaksana operasional dengan persetujuan penasihat dan pen-gawas dapat mengangkat kepa-la/manajer unit usaha.

c. Pengawas

Pengawas mewakili kepenti-ngan masyarakat. Oleh karena itu, pengawas berasal dari unsur masyarakat. Susunan kepenguru-san pengawas terdiri dari:

1) Ketua;

2) Wakil Ketua merangkap ang-gota;

3) Sekretaris merangkap anggo-ta; dan

4) Anggota

Jadi idealnya pengawas berjum-lah ganjil dan minimal 5 orang untuk menghindari kebuntuan

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

75

jika harus melakukan pemu ngu-tan suara.

Pengawas mempunyai kewa-jiban menyelenggarakan rapat umum untuk membahas kinerja BUM Desa sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali. Pengawas ber wenang menyelenggarakan rapat umum pengawas untuk:1) Pemilihan dan pengangkatan

pengurus (susunan kepengu-rusan pengawas)

2) Penetapan kebijakan pengembangan kegiatan us-aha dari BUMDesa, dan

3) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kiner-ja pelaksana operasional.

4) Persyaratan, masa bakti, dan alasan pemberhentian pen-gawas akan diatur lebih lan-jut dalam AD/ART BUMDesa.

F. Pengelolaan BUMDesa

Pengelolaan BUMDesa ber-pedoman pada Perdes tentang BUMDesa serta AD/ART BUM-Desa. Perdes tentang BUMDesa merupakan dokumen kebijakan yang harus diacu oleh pedoman, prosedur dan instruksi kerja

BUMDesa. Jika Peraturan Desa merupakan kebijakan tentang BUMDesa maka AD/ART adalah pedoman bagi pengurus BUM-Desa untuk menjalankan BUM-Desa.

Pengurus sudah harus menyusun dan menetapkan AD/ART BUM-Desa sebagai pedoman penge-lolaan BUMDesa sebelum BUM-Desa menjalankan usahanya. AD/ART BUMDesa me ru pakan pengaturan lebih lanjut dan lebih rinci dari apa yang sudah diatur dalam Peraturan Desa tentang BUMDesa.

Pengelolaan BUMDesa harus di-dasarkan pada asas-asas yang merupakan prinsip dasar sebagai acuan berfikir pengurus dalam mengambil keputusan-keputu-san yang penting dalam men-jalankan BUMDesa, antara lain:a. Pengelolaan kegiatan BUM-

Desa dilakukan secara trans-paran;

b. Pengelolaan kegiatan dilaku-kan secara akuntabel;

c. Warga masyarakat terlibat secara aktif;

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

76

d. Pengelolaan kegiatan perlu berkelanjutan;

e. Pengelolaan yang profesio-nal; dan

f. Berorientasi memperoleh keuntungan dengan meng-utamakan manfaat bagi ma-syarakat.

Pengelola dapat menambahkan asas-asas lain yang sesuai de-ngan kearifan lokal yang hidup dan berkembang di lingkungan setempat.

Pengelolaan BUMDesa harus membangun dan memiliki visi dan misi yang jelas dan terarah. Pendirian dan pengembangan BUMDesa hanya akan terjadi jika para pendiri “berani memiliki

impian”. Saat impian dan keiingi-nan untuk mendirikan BUMDesa menguat namun masih terbe-lenggu oleh diri sendiri maupun oleh orang lain maka memompa semangat para pendiri BUMDe-sa merupakan keharusan. Kare-na dengan memompa semangat diri (memotivasi) maka BUMDe-sa dapat berdiri dan mulai men-jalankan usahanya. Para pendiri BUMDesa harus berani berpikir besar dengan membangun visi dari BUMDesa. Visi BUMDesa inilah yang akan menjadi energi penggerak agar para pendiri dan pengelola BERANI untuk segera memulai. Secara sederhana Visi dan Misi BUMDesa dapat digam-barkan sbb.:

Perempuan sedang membuat kerajinan sebagai alternatif kegiatan untuk mengisi waktu luang.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

77

Visi BUMDesa adalah tujuan atau gambaran masa depan yang akan diraih oleh BUMDesa dalam wak-tu telah ditentukan. Visi adalah “apa yang dipercaya kita bisa” (what be believe we can be). Visi BUMDesa adalah gambaran situ-asi dan karakteristik menge nai yang ingin dicapai oleh BUMDe-sa dalam suatu waktu yang jauh kedepannya. Jadi visi BUMDe-sa adalah impian, ambisi, dan kondisi masa depan yang diingin-kan oleh BUMDesa.

Visi dan Misi BUMDesa

BUMDesa ingin

menjadi apa

Apa Usaha

BUMDesa?

Pernyataan V I S IMenjawab Pertanyaan

Pernyataan M I S IMenjawab Pertanyaan

Sedangkan pengertian misi ada-lah apa yang kita lakukan un-tuk mencapai visi tersebut. Misi BUMDesa adalah rumusan per-nyataan tentang niat dan tujuan dasar yang melatar belakangi BUMDesa termasuk bagaimana dan dengan berpijak pada keyak-inan apa visi itu akan dicapai.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

78

Pernyataan V I S I

“Menjadi Badan Usaha Milik Desa yang Ung-

gul dalam Pengelolaan Aset dan Potensi Desa, Pelayanan Publik, dan

Usaha Lainnya”

Pernyataan M I S IMenjawab Pertanyaan

• Menyelenggarakan pengelolaan aset-aset dan potensi Desa sesuai penugasan, secara profesional dan inovatif guna memberikan pelayanan prima untuk seluruh masyarakat Desa.

• Menyelenggarakan pengelolaan kebutuhan dasar masyarakat Desa berdasarkan prinsip kewirausahaan sosial.

• Menyelenggarakan pengelolaan bisnis berdasarkan prinsip pengelo-laan usaha yang baik dan bertang-gung jawab sosial.

• Menyelenggarakan pengusahaan dengan optimalisasi sumber daya Desa berdasarkan prinsip badan usaha yang sehat dan bertanggung jawab.

• Mengoptimalkan pendapatan asli desa (PADes) dari hasil usaha desa tanpa mengabaikan kesejahteraan pengurus dan masyarakat Desa.

Visi dan Misi BUMDesa

BUMDesa ingin

menjadi apa

Apa Usaha

BUMDesa?

Contoh:

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

79

G. Administrasi, Pertanggung-jawaban, dan Kerugian/Ke-pailitan BUMDesa

1. Administrasi Keuangan dan Umum BUMDesa

Alokasi Hasil Usaha BUMDesa se-bagaimana diatur dalam pasal 26 Permendesa PDTT No. 4 Tahun 2014 tentang BUMDesa dilaku-kan dengan cara:

- Hasil usaha BUMDesa mer-upakan pendapatan yang diperoleh dari hasil transak-si dikurangi dengan penge-luaran biaya dan kewajiban pada pihak lain, serta penyu-sutan atas barang-barang in-ventaris dalam 1 (satu) tahun buku.

- Pembagian hasil usaha BUM-Desa ditetapkan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)BUMDesa.

- Alokasi pembagian hasil us-aha dapat dikelola melalui sistem akuntansi sederhana.

Oleh karena itu pelaksana ope-

rasional wajib menyelenggara-kan administrasi keuangan dan umum dalam pengelolaan BUM-Desa. Kelengkapan administrasi keuangan dan umum disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Pertanggungjawaban

Ketua/Direktur sebagai pelaksa-na operasional BUMDesa me-laporkan pertanggungjawaban pelaksanaan BUMDesa kepada penasehat. Proses pertanggung-jawaban pelaksana operasional BUMDesa diatur sebagai berikut:

a. Laporan pertanggung jawa-ban untuk disampaikan da-lam forum musya warah desa yang meng hadirkan elemen pemerintahan desa, elemen masyarakat serta seluruh kelengkapan organi sas i BUMDesa setiap akhir tahun anggaran;

b. Laporan pertanggungjawa-ban paling sedikit memuat:

1) Laporan kinerja Pengelola BUMDesa selama 1 (satu) ta-hun;

2) Kinerja usaha yang menyang-kut realisasi kegiatan usaha,

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

80

upaya pengembangan, dan indikator keberhasilan;

3) Laporan keuangan termasuk rencana pembagian laba us-aha;

4) Rencana-rencana pengem-bangan usaha yang belum terealisasi.

c. Proses pertanggungjawaban dilakukan sebagai upaya un-tuk evaluasi tahunan serta pengembangan usaha kede-pan; dan

d. Mekanisme dan tata tertib pertanggungjawaban dise-suaikan dengan AD/ART BUMDesa.

e. Kepala desa melaporkan per-tanggungjawaban BUMDesa kepada BPD dalam forum musyawarah desa.

3. Kerugian dan Kepailitan BUMDesa

Kerugian BUMDesa terjadi ketika pengeluaran biaya dan kewajiban pada pihak lain, serta penyu-sutan atas barang-barang inven-taris tidak dapat ditutup dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil transaksi dalam 1 (satu) ta-

hun buku. Sebagai badan usaha yang profesional maka kerugian ini harus ada yang bertanggung jawab. Siapa yang menanggung kerugian BUMDesa?

Berdasarkan pasal 27 Permende-sa PDTT No. 4/2014,kerugian yang dialami oleh BUMDesa menjadi beban BUMDesa. Me-kanisme yang digunakan meng-gunakan ketentuan bahwa ketika BUMDesa tidak dapat me-nutup kerugian dengan aset dan kekayaan yang dimilikinya, dinya-takan rugi melalui musya warah desa. Kerugian hanya dapat di-tutup dengan aset dan kekayaan yang dimiliki oleh BUMDesa kare-na modal BUMDesa seluruhnya atau sebagian besar dimilki oleh desa melalui penyertaan modal dari kekayaan desa yang dipi-sahkan. Jadi aset dan kekayaan yang dapat digunakan untuk me-nutup kerugian sebatas aset dan kekayaan yang diserahkan saja. Hal ini untuk melindungi aset dan kekayaan desa lainnya dan juga melindu ngi aset dan kekayaan pribadi dari penasehat, penga-was, dan pelaksana opera sional

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

81

BUMDesa. Per nyataan rugi BUM-Desa dilakukan melalui musy-awarah desa.

Pengertian dari bangkrut atau pailit menurut Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdaga ngan antara lain, keadaan di mana seseorang yang oleh suatu pe-ngadilan dinyatakan bangkrut dan yang aktivanya atau warisan-nya telah diperuntukkan untuk membayar utang-utangnya. Se-dangkan, kepailitan menurut UU Kepailitan diartikan sebagai sita umum atas semua kekayaan de-bitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

Bagaimana kepailitan BUMDesa? Kepailitan BUMDesa diatur da-lam pasal 140 PP No. 43/2014 jo PP No. 47/2015 tentang Peratur-an Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.Berdasakan ketentuan tersebut yang berhak mengajukan kepailitan BUM-Desa adalah kepala desa yang menjadi penasihat BUMDesa (ex

officio). Pelaksana operasional ti-dak dapat mengajukan kepailitan BUMDesa. Penyelesaian kepaili-tan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang No. 37 Ta-hun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pemba-yaran Utang.

“Jenis-jenis usaha yang dapat dikembangkan dalam pengem-bangan ekonomi lokal harus menyesuaikan dengan kebutu-han, aset, dan potensi ekonomi lokal di desa/kelurahan yang memiliki peluang pasar yang menjanjikan. Sehingga unit usa-ha tersebut mampu memberikan keuntungan lembaga ekonomi lo-kal melalui nilai tambah ekonomi dan pasar dari bisnis tersebut. Selain memberikan keuntungan ekonomi, unit usaha tersebut juga harus dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan memberikan manfaat sosial dan menyejahterakan seluruh ma-syarakat.”

83

VI. Pengembangan Usaha Berbasis Kebutuhan, Aset, dan Potensi Lokal

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

84

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

85

A. Kewirausahaan dan kewirausahaan Sosial

Pengembangan ekonomi lokal ti-dak dapat dilepaskan dari konteks pengembangan kewira usahaan. Kewirausahaan adalah suatu ke-beranian untuk melaku kan ber-bagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan oleh seseorang, ber dasarkan ke-mampuan dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk menghasilkan sesuatu yang ber-manfaat bagi dirinya dan orang lain.

Kata “kewirausahaan” berasal dari kata wira dan usaha. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, wira berarti; pejuang, berani dan berwatak agung, berbudi luhur. Sedangkan kata usaha berarti; bekerja, berbuat amal, berbuat sesuatu. Bisnis atau usaha adalah kegiatan individu atau lembaga yang terorganisasi untuk meng-hasilkan dan menjual barang dan jasa yang dibutuhkan oleh ma-syarakat serta semua hal yang mencakup berbagai usaha yang dilakukan pemerintah maupun

swasta tidak peduli mengejar laba ataupun tidak. Laba sering-kali menjadi tujuan utama dari semua bisnis dengan mempro-duksi barang dan jasa yang dibu-tuhkan oleh masyarakat. Namun, terdapat beberapa tujuan bisnis lainnya yaitu untuk:- Memperoleh keuntungan

dari kegiatan bisnis.- Pengadaan barang ataupun

jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

- Mencapai kesejahteraan pemilik faktor produksi dan masyarakat.

- Menciptakan lapangan pe-kerjaan bagi masyarakat.

- Menunjukkan eks isten-si suatu perusahaan dalam jangka panjang.

- Meningkatkan kemajuan dan pertumbuhan ekonomi ma-syarakat secara umum.

- Menunjukkan prestise dan prestasi.

Saat ini berkembang kewira-usahaan sosial (social entrepre-neurship). Kewira usahaan sosial adalah tentang bagaimana me-nerapkan pendekatan yang prak-tis, inovatif, dan ber kelan jutan

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

86

untuk mem berikan dampak positif pada masya rakat. Khusus-nya masyarakat kelas ekonomi bawah dan yang terpinggirkan. Konsep kewira usahaan sosial lebih sesuai diterapkan dalam pengembangan ekonomi lokal karena kewirausahaan sosial bi-asanya bertujuan untuk menga-tasi masalah-masalah ekonomi atau sosial.

Setiap wirausahawan sosial memiliki nilai-nilai dan pendeka-tan tersendiri tentang masalah yang ingin mereka selesaikan. Masalah yang umumnya ingin diselesaikan oleh wirausahawan sosial berkisar pada bidang pen-didikan, kesehatan, kesejahte-raan sosial, hak asasi manusia, hak pekerja, lingkungan, pening-katan perekonomian, pertanian, dll.

Seorang wirausahawan sosial bi-asanya:- Mempunyai mis i untuk

meng hasilkan dampak sosial (bukan hanya keuntungan pribadi).

- Menyadari dan dengan gigih mengejar peluang-pelu-

ang untuk mewujudkan misi tersebut.

- Selalu berinovasi, beradapta-si, dan belajar.

- Bertindak secara berani, tan-pa merasa dibatasi dengan sumber daya yang mereka miliki.

- Dapat diandalkan dalam menghadapi berbagai pe-mangku kepentingan (stake-holder).

Wirausahawan sosial umum nya membuat usaha sosial untuk mencapai tujuan untuk:- M e n c i p ta ka n   l a p a n ga n

pekerjaan atau memberikan kesempatan dalam mempe-lajari keterampilan tertentu bagi masyarakat.

- Memberikan solusi yang dib-utuhkan masyarakat namun belum tersedia, seperti kebu-tuhan energi, kebutuhan air bersih, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, dll.

- Menghasilkan pendapatan yang akan digunakan untuk mendukung keberlangsu-ngan dampak positif dari usa ha sosial yang dijalankan.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

87

B. Penentuan Jenis Usaha

Keberhasilan suatu usaha untuk mencapai tujuannya sangat di-tentukan oleh ketepatan dalm menentukan jenis usaha yang akan dijalankannya. Pemilihan dan penentuan jenis usaha yang akan dijalankan harus dilakukan dengan seksama dan pertim-bangan yang matang. Jenis-jenis usaha yang dapat dikembang-kan oleh masyarakat, kelompok, atau BUMDesa harus menye-suaikan dengan kebutuhan, aset, dan potensi ekonomi lokal yang memiliki peluang pasar yang menjanji kan. Sehingga jenis us-aha tersebut mampu member-ikan keuntungan melaui nilai tambah ekonomi dan pasar serta dari bisnis tersebut. Selain mem-berikan keuntungan ekonomi, jenis usaha tersebut juga harus dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan memberikan manfaat sosial dan mensejahter-akan seluruh masya rakat.

1. Identifikasi Kebutuhan, Po-tensi, dan Aset Desa/Kelura-han

Potensi lokal adalah segenap sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada sebagai faktor produksi yang perlu dike-lola dan dikembangkan bagi ke-langsungan dan perkembangan ekonomi lokal. Potensi lokal ter-diri atas:

Potensi fisik yang meliputi:

- Tanah. Merupakan sumber daya alam, termasuk bahan tambang dan mineral serta hasil pertanian sebagai mata pencaharian dan bahan pan-gan.

- Air. Termasuk sumber air, tata air, dan keadaan air untuk kepentingan hidup manusia, misalnya irigasi, perikanan, pertanian, dan kebutuhan sehari-hari.

- Iklim. Termasuk di dalamnya suhu udara serta curah hujan yang besar pengaruhnya ter-hadap usaha pertanian dan daerah objek wisata.

- Peternakan dan perikanan. Merupakan sumber tenaga, bahan makanan (sumber protein), dan sumber mata

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

88

pencaharian bagi penduduk desa.

- Manusia. Merupakan sum-ber daya manusia atau sum-ber tenaga kerja yang me-ng olah dan memanfaatkan sumber daya alam tersebut.

Potensi nonfisik ialah potensi yang berkaitan erat dengan sum-ber daya budaya dan sosial, an-tara lain sebagai berikut:

- Sikap gotong royong, ialah suatu tradisi kerja sama sal-ing membantu dalam masya-rakat desa yang merupakan kekuatan produksi dan pem-bangunan desa/kelurahan.

- Lembaga-lembaga sosial, an-tara lain LKMD, LMD, PKK, Karang Taruna, dan organisa-si sosial lainnya.

- Lembaga-lembaga budaya yang ada di desa/kelurahan, misalnya kelompok kesenian kuda lumping, kethoprak, ludruk, paduan suara, dan sangar-sanggar atau padepo-kan budaya yang ada di desa/kelurahan.

- Lembaga-lembaga ekonomi

yang ada di desa/kelurahan, misalnya kelompok simpan pinjam, koperasi, dan kelom-pok usaha lainnya.

- Inovasi dan kreativitas apara-tur desa/kelurahan yang mampu mengelola adminis-trasi dan pemerintahan desa secara tertib dan lancar.

Keadaan potensi desa/kelurah-an di setiap daerah tidak sama karena dipengaruhi oleh fak-tor-faktor keadaan lingkungan geografi, jumlah penduduk, luas tanah, jenis serta tingkat kesu-buran tanah. Keragaman inilah yang mengakibatkan kebutuhan, kemampuan produksi, dan laju perkembangan ekonomi antara satu desa/kelurahan dan desa/kelurahan yang lainnya berbe-da. Oleh karena itu, penggalian potensi lokal dalam rangka PEL harus memperhatikan hal-hal se-bagai berikut:

- Kebutuhan masyarakat yang belum terlayani terutama da-lam pemenuhan kebutuhan pokok atau hajat hidup orang banyak

- Tersedia sumberdaya lokal

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

89

yang belum dimanfaatkan secara optimal terutama kekayaan desa/kelurahan dan terdapat permintaan di pasar.

- Tersedia sumberdaya manu-sia yang mampu mengelola badan usaha sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat.

- Adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi.

Hambatan dalam memetakan potensi desa/kelurahan biasanya muncul karena pemerintah desa/kelurahan dan masyarakatnya belum mampu memetakan apa saja potensi yang dimilikinya. Hambatan lainnya adalah kuran-gnya kapasitas untuk mengger-akkan sumber daya yang dimi-likinya. Setelah potensi berhasil dipetakan persoalannya adalah kemampuan permodalan desa/kelurahan dan mayarakat untuk menggarap sumberdaya yang di-milikinya.

2. Langkah Identifikasi Potensi Lokal

Identifikasi potensi lokal membu-tuhkan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1. Mencatat sumber daya alam yang dimiliki oleh desa/kelurahan. Pada langkah ini sebaiknya diabaikan terlebih da-hulu bagaimana kondisinya saat ini, misalnya air terjun, mata air, hutan, sungai, sampah, dll.

Langkah 2. Mencatat seluruh aset yang ada di desa/kelurah-an. Aset ini dapat disebut pula sebagai sumber daya buatan se-perti kios desa, tanah kas desa, TPA, lapangan bola, pasar desa, embung desa, bak penampung air, dll.

Langkah 3. Mencatat seluruh sumberdaya seni dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat lo-kal.

Langkah 4. Menguraikan ber-bagai alternatif yang dapat dilakukan oleh desa/kelurah-an melalui BUMDesa, badan pengelola, kelompok, dll untuk mengembangkan sumber daya tersebut.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

90

3. Langkah­Langkah Pengem-bangan

Beberapa langkah perlu dilaku-kan agar pelaksanaan pengem-bangan potensi desa/kelurahan bisa berjalan lancar, efektif dan efisien sesuai dengan visi dan misi pengembangan ekonomi

lokal berdasarkan potensi yang ada dan kebutuhan masyarakat. Kertas kerja penentuan jenis usa-ha di bawah ini dapat digunakan untuk mulai menyusun lang-kah-langkah dalam pengemban-gan ekonomi lokal berbasis aset dan potensi desa/kelurahan.

Kebutuhan

Masyarakat

Desa/Kelurahan

Kebutuhan

Masyarakat

yang belum

terlayani

Lembaga dan

kegiatan

Ekonomi di

Desa/Kelurahan

Aset dan

Potensi

Desa/Kelurahan

1

2

3

Jenis-jenis

Usaha

Gambar 6.1 Kertas Kerja Penentuan Jenis­Jenis Usaha

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

91

Dalam melakukan pengemba-ngan potensi lokal perlu melibat-kan partisipsi masyarakat secara proporsional. Hal ini diperlukan agar setiap program pengemba-ngan potensi mendapatkan per-hatian dan dukungan penuh dari masyarakat, mulai dari pendata-an, pengkajian, pelaksanaan, pe-manfaatan hingga pemeliharaan. Pengembangan partisipasi ma-syarakat perlu dilakukan agar im-plementasinya lebih efektif dan efisien karena masyarakat akan lebih bertanggungjawab ter-hadap keberlangsungannya dan merasa ikut memiliki setiap hasil usaha tersebut.

C. Studi Kelayakan Usaha

1. Pentingnya Studi Kelayakan Usaha

Sebelum bisnis baru dimulai atau dikembangkan, harus diadakan kajian tentang apa-kah usaha atau bisnis yang akan dirintis atau dikem-bangkan menguntungkan atau tidak. Bila mengun-tungkan, apakah keuntu ngan

tersebut mencukupi dan dapat diperoleh secara jang-ka panjang? Suatu ide usaha mungkin saja secara teknis layak dilakukan, tetapi secara ekonomis dan sosial kemung-kinan kurang memberikan manfaat. Studi kela yakan us-aha dapat digunakan untuk mengetahui layak atau tidak-nya suatu bisnis untuk dimu-lai dan dikembangkan.

Studi kelayakan usaha (SKU) adalah kajian tentang layak atau tidaknya suatu bisnis dilaksanakan karena menguntungkan secara terus-menerus.SKU ber-kaitan dengan keputusan dan proses pemilihan bisnis yang mampu memberikan manfaat ekonomis dan sosial sepanjang waktu. Pertimbangan ekonomis dan teknis sangat penting karena digunakan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan usaha atau bisnis.

Tujuan studi kelayakan usaha menghindari risiko kerugian, memudahkan perencanaan, memudahkan pelaksanaan

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

92

pekerjaan, memudahkan pengawasan, dan memu-dahkan pengendalian. Hasil studi kelayakan usaha pada umum nya digunakan antara lain untuk:1. Merintis usaha baru,

misalnya membuka toko nelayan, membangun pabrik es, membuka us-aha listrik desa/kelura-han, mendirikan peru-sahaan jasa, membuka usaha dagang, dan lain sebagainya.

2. Mengembangkan usa­ha yang sudah ada, misalnya untuk menam-bah kapasitas pabrik, menambah produk baru, membuka cabang usaha, mengganti peralatan/mesin, menambah me-sin baru, dan sebagainya.

3. Memilih jenis usaha yang paling mengun-tungkan, misalnya pili-han usaha dagang, pili-han usaha barang atau jasa, dan lain sebagainya.

Pihak-pihak yang memer-lukan dan berkepentingan

dengan studi kelayakan usa-ha antara lain :1. Wirausahawan (Pemilik

Perusahaan) Wirausahawan memer-

lukan studi kelayakan usaha (SKU) untuk me-ngurangi ketidakpastian atau meyakinkan ketika memulai bisnis baru atau mengembangkan bisnis yang sudah ada. SKU perlu dilakukan agar ke-giatan usaha tidak meng-alami kegagalan dan memberi keuntungan sepanjang waktu.

2. Investor dan Penyan-dang Dana

Bagi investor dan pe-nyandang dana, SKU dibutuh kan untuk memi-lih jenis investasi yang paling menguntungkan dan sebagai jaminan atas modal yang ditana-mkan atau dipinjamkan, apakah investasi yang dilakukan memberi ja-minan pengembalian investasi yang memadai atau tidak. SKU sering di-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

93

gunakan sebagai bahan pertimbangan layak atau tidaknya investasi dilaku-kan oleh investor.

3. Masyarakat dan Pemer-intah

Masyarakat dan pemer-intah (desa/kelurahan) menggunakan studi ke-layakan sebagai bahan kajian apakah usaha yang didirikan atau dikem-bangkan bermanfaat bagi masyarakat sekitar atau sebaliknya justru merugikan. Bagi peme-rintah (desa/kelurahan), studi kelayakan sangat penting dalam memper-timbangkan izin usaha, penyertaan modal, atau penyediaan fasilitas lain-nya.

2. Tahap dan Proses Studi Ke-layakan

Studi kelayakan usaha dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:1. Tahap Penemuan Ide

atau Gagasan Usaha. Tahapan di mana wirausaha

mendapatkan ide untuk me-rintis usaha baru. Ide terse-but kemudian dirumuskan dan diidentifikasi, misalnya kemungkinan-kemungkinan bisnis yang paling memberi peluang untuk dilakukan dan menguntungkan dalam jang-ka panjang.

2. Tahap Memformulasikan Tujuan.

Tahap ini merupakan tahap perumusan visi dan misi bisnis. Apa visi dan misi bisnis yang hendak diem-ban setelah bisnis tersebut diidentifikasi? Apakah misal-nya untuk menciptakan ba-rang dan jasa yang berkua-litas dan dibutuhkan oleh masyarakat sepanjang waktu ataukah untuk menciptakan keuntungan jangka panjang. Visi dan misi dirumuskan da-lam bentuk tujuan.

3. Tahap Kajian.

Tahap kajian, yaitu proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara sistematis tentang kelayakan suatu bisnis untuk dilaksanakan.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

94

Tahap ini dilakukan seperti prosedur proses penelitian ilmiah. Proses dimulai de-ngan mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menarik kesimpulan. Kesim-pulan dalam studi kelayakan usaha hanya ada dua, yai-tu dilaksanakan atau tidak dilaksanakan. Adapun as-pek-aspek yang harus diama-ti dan dicermati dalam tahap analisis tersebut, meliputi:a. Aspek pasar, mencakup

produk yang akan di-pasarkan, peluang, per-mintaan dan penawaran, harga, segmentasi, pasar sasaran, ukuran, perkem-bangan, dan struktur pasar serta strategi pe-saing.

b. Aspek teknik produksi atau operasi, meliputi lo-kasi, gedung bangunan, mesin dan peralatan, bahan baku dan bahan penolong, tenaga kerja, metode produksi, loka-si dan tata letak pabrik atau tempat usaha.

c. Aspek manajemen atau

pengelolaan, meliputi organisasi, aspek pe-ngelolaan tenaga kerja, kepemilikan, yuridis, l ingkungan, dan se-bagainyan. Aspek yuridis dan lingkungan perlu di-kaji karena perusahaan harus mendapat pe-ngakuan dari berbagai pihak dan harus ramah lingkungan.

d. Aspek keuangan (finan-cial), meliputi sumber dana atau penggunaan-nya, proyeksi biaya, pendapatan, keuntu-ngan, dan arus kas.

4. Tahap Keputusan.

Setelah dievaluasi, dipelajari, dianalisis, dan hasilnya me-yakinkan, langkah berikut-nya adalah tahap pengam-bilan keputusan. Keputusan apakah bisnis tersebut layak dilakasanakan atau tidak. Karena menyangkut keper-luan investasi yang berisiko maka keputusan bisnis bi-asanya perlu didasarkan pada beberapa kriteria keuangan, seperti Periode Pembayaran

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

95

Kembali (Pay Back Peri-od, PBP), Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value, NPV), Tingkat Pengem-balian Internal (Internal Rate of Return, IRR), dan sebagainya.

Proses studi kelayakan di sam-ping dapat digambarkan se-cara ringkas sebagai berikut:

IDE/GAGASAN USAHA

TUJUAN

(Visi dan Misi)

1. PASARPRODUKSI/OPERASI2.MANAJEMEN3.KEUANGAN4.ASPEK-ASPEK LAIN (SOSIAL,5.BUDAYA, LINGKUNGAN,HUKUM, DLL

KAJIAN/ANALISIS:

LAYAK DIJALANKAN TIDAK LAYAK DIJALANKAN

KEPUTUSAN

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

96

3. Analisi Kelayakan Usaha

Layak tidaknya suatu bisnis di-tentukan oleh hasil kajian dari berbagai aspek. Bagaimana cara mengetahui bahwa aspek-aspek tersebut layak atau tidak? Beri-kut ini akan dibahas beberapa kriteria yang dapat dijadikan as-pek penilaian.

1. Analisis Aspek Pemasa-ran

Untuk menganalisis aspek pemasaran, wirausaha ter-lebih dahulu harus melaku-kan penelitian pemasaran dengan menggunakan sys-tem informasi pemasaran yang memadai berdasarkan analisis dan prediksi apakah bisnis yang akan dirintis atau dikembangkan memiliki pe-luang pasar yang memadai ataukah tidak. Dalam analisis pasar biasanya terdapat be-berapa komponen yang ha-rus dianalisis dan dicermati, diantaranya:1) Kebutuhan dan keingi-

nan konsumen. Barang dan jasa apa yang banyak dibutuhkan dan diingin-

kan konsumen? Berapa banyak yang mereka bu-tuhkan? Bagaimana daya beli mereka? Kapan me-reka membutuhkan? Jika kebutuhan dan keingi-nan mereka teridentifi-kasi dan memungkinkan untuk dipenuhi berarti peluang pasar bisnis kita terbuka dan layak bila dilihat dari kebutuhan/keinginan konsumen.

2) Segmentasi pasar. Pe-langgan dikelompokkan dan diidentifikasi, misal-nya berdasarkan geogra-fi, demografi, dan sosial budaya. Jika segmen-tasi pasar teridentifikasi maka pasar sasaran (tar-get pasar) akan dapat terwujud dan tercapai.

3) Target. Target pasar menyangkut banyaknya konsumen yang dapat diraih. Berapa target yang ingin dicapai? Apa-kah konsumen loyal ter-hadap bisnis? Apakah produk yang ditawarkan dapat memberi kepua-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

97

san atau tidak? Jika kon-sumen loyal, maka po-tensi pasar tinggi.

4) Nilai tambah. Wirausaha harus mengetahui apa nilai tambah produk dan jasa pada setiap rantai pemasaran, mulai dari pemasok, agen, hingga konsumen akhir. Nilai tambah barang dan jasa biasanya diukur dengan harga dalam tata niaga, misalnya berapa harga dari pabrik/pemasok, harga setelah di agen, dan harga sampai ke ta-ngan konsumen.

5) Daur hidup produk. Produk harus dianalisis apakah masa hidupnya bertahan lama atau ti-dak. Apakah lama masa produk lebih dari waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba sam-pai modal kembali atau tidak. Jika masa produk lebih lama, berarti po-tensi pasar tinggi. Selain itu harus dianalisis apa-kah produk berada da-

lam industri baru, indus-tri lama sudah mapan, atau dalam industri yang justru sedang menurun. Jika produk dalam indus-tri sedang bertumbuh, maka potensi pasarnya tinggi.

6) Struktur pasar. Anali-sis apakah produk akan dipasarkan pada pasar persaingan tidak sem-purna (seperti mono-poly, oligopoly dan mo-nopolistic), atau pasar persaingan sempurna. Jika produk masuk da-lam pasar persaingan tidak sempurna, berar-ti potensi pasar tinggi dibanding bila produk termasuk pasar persain-gan sempurna.

7) Persaingan dan strategi pesaing. Analisis apa-kah bisnis berada pada tingkat persaingan tinggi atau rendah. Jika per-saingan tinggi, berarti peluang pasar rendah. Wirausaha harus mem-bandingkan keunggu-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

98

lan pesaing dilihat dari strategi produk, harga, jaringan industri, promo-si, dan tingkat penggu-naan teknologi.

8) Ukuran pasar. Ukuran pasar dapat dianalisis dari volume penjualan. Jika volume penjualan tinggi, berarti pasar po-tensial.

9) Pertumbuhan pasar. Per-tumbuhan pasar dapat dianalisis dari pertumbu-han volume penjualan. Jika pertumbuhan pasar tinggi (misalnya lebih dari 20 persen), berarti potensi pasar tinggi.

10) Laba kotor. Apakah perkiraan margin laba kotor tinggi atau rendah. Jika margin laba kotor lebih dari 20 persen, ber-arti pasar potensial.

11) Pangsa pasar. Pangsa pasar dapat dianalisis dengan melihat selisih jumlah permintaan dan penawaran produk. Jika pangsa pasar menurut proyeksi meningkat,

bahkan setelah lima ta-hun mencapai 40 persen, berarti bisnis yang akan dilakukan atau dikem-bangkan memiliki pang-sa pasar yang tinggi.

Bila aspek pemasaran layak, maka analisis beri-kutnya adalah aspek pro-duksi atau operasi.

2. Analisis Aspek Produksi atau Operasi

Unsur-unsur dari aspek pro-duksi atau operasi yang ha-rus dianalisis adalah:1) Lokasi operasi. Lokasi

bisnis hendaknya pada lokasi yang strategis dan efisien, baik bagi peru-sahaan maupun bagi pe-langgan. Apakah dekat ke pemasok, ke konsumen, ke akses transportasi, atau diantara ketiganya. Selain itu, lokasi bisnis harus menarik bagi kon-sumen.

2) Skala/kapasitas opera-si. Skala operasi harus se suai dengan potensi pasar dan prediksi per-mintaan sehingga tidak

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

99

terjadi kelebihan atau kekurangan kapasitas produksi Kelebihan kap-asitas produksi (over ca-pacity) akan menimbul-kan masalah baru dalam pe nyimpanan/pergu-dangan yang berdampak pada kenaikan harga pokok penjualan.

3) Mesin dan peralatan. Mesin dan peralatan harus sesuai dengan perkembangan teknologi masa kini dan yang akan datang serta harus dise-suaikan dengan kebutu-han produksi agar tidak terjadi kelebihan kapasi-tas.

4) Bahan baku dan bahan penolong. Bahan baku dan bahan penolong ser-ta sumber daya lain yang diperlukan harus terse-dia dalam jumlah yang cukup untuk menjaga keberlanjutan produk-si. Persediaan tersebut harus sesuai dengan ke-butuhan sehingga biaya bahan baku menjadi

ekonomis dan efisien.5) Tenaga kerja. Kebutuhan

tenaga kerja baik dalam jumlah maupun kualifi-kasi yang diperlukan ha-rus sesuai dengan kebu-tuhan operasi/produksi perusahaan.

6) Lay–out. Tata ruang atau tata letak berbagai fasilitas operasi/produk-si harus tepat sehingga pro sesnya praktis dan efisien

Bila aspek pemasaran dan ope-rasi layak, maka selanjutnya menganalisis aspek manajemen

3. Analisis Aspek Manajemen

Unsur-unsur yang perlu di-analisis dalam aspek-aspek manajamen, seperti:1) Kepemilikan. Apakah

unit bisnis yang akan di-dirikan merupakan milik pribadi atau milik ber-sama. Apa saja keuntu-ngan dan kerugian dari kepemilikan unit bisnis yang dipilih tersebut? Hendaknya dipilih yang tidak berisiko terlalu

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

100

tinggi dan menguntung-kan.

2) Organisasi. Jenis organi-sasi apa yang diperlu-kan? Struktur Organisa-si merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi atau perusahaan, baik or-ganisasi tersebut ber-skala kecil maupun be-sar tetap memerlukan struktur organisasi yang jelas untuk mencapai sasaran organisasi yang ditetapkan. Struktur or-ganisasi menunjukkan sistem tugas, alur kerja, hubungan pelaporan dan saluran komunikasi yang dikaitkan secara bersa-ma dalam pekerjaan in-dividual maupun kelom-pok. Struktur organisasi dalam sebuah organisasi biasanya digambarkan dalam bentuk Bagan Struktur Organisasi. Apa-kah organisasi fungsio-nal, devisional, matriks, atau organisasi lainnya. Tentukan jenis yang pa-ling efektif dan efisien

untuk mencapai tujuan bisnis. Struktur organisa-si sebaiknya kaya fungsi walaupun miskin struk-tur.

3) Tim manajemen. Apa-kah bisnis akan dikelola sendiri atau melibatkan orang lain secara pro-fesional. Hal ini bergan-tung skala usaha dan ke-mampuan yang dimiliki wirausaha.

4) Karyawan. Karyawan harus disesuaikan, baik dalam jumlah maupun kualifikasinya.

Bila dari analisis ketiga aspek tersebut layak maka analisis bisnis dapat diteruskanpada analisis aspek keuangan

4. Analisis Aspek Keuangan

Aspek analisis keuangan me-liputi komponen-komponen sebagai berikut:1) Kebutuhan dana, yaitu

kebutuhan dana untuk operas ional perusa-haan, misalnya besarnya dana untuk aktiva tetap, mo dal kerja, dan pem-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

101

biayaan awal.2) Sumber dana. Ada be-

berapa sumber dana yang layak digali, yaitu sumber dana internal (misalnya modal disetor dan laba ditahan) dan modal eksternal (misal-nya penerbitan obligasi dan pinjaman).

3) Proyeksi neraca. Sanat penting untuk meng-etahui kekayaan peru-sahaan serta kondisi keuangan nya, misal-nya saldo lancar, aktiva tetap, kewajiban jangka pendek, kewajiban jang-ka panjang dan kekayaan bersih.

4) Proyeks i  laba rug i . Proyeksi laba atau rugi di masa yang akan datang. Komponennya meliputi proyeksi penjualan, bi-ayadan laba rugi bersih.

5) Proyeksi arus kas. Dari arus kas dapat dilihat ke-mampuan perusahaan untuk membayar kewa-jiban-kewajiban keua-ngannya. Ada tiga jenis

arus kas, yaitu:- Aliran kas masuk (cash

in flow), merupakan penerimaa-peneri-maan yang berupa hasil penjualan atau pendapatan

- Aliran kas keluar (cash out flow), merupakan biaya-biaya, termasuk pembayaran bunga dan pajak.

- Aliran kas bersih (net cash flow), merupa-kan selisih dari Aliran kas masuk dan Aliran kas keluar ditambah penyusutan dengan diperhitungkan bunga setelah pajak.

5. Analisis Aspek Lain

Aspek lain yang perlu dianali-sis meliputi:1) Aspek sosial­budaya.

Bisnis yang akan dikem-b a n g k a n   s e b a i k n y a mem perhatikan sosial dan budaya masyarakat setempat karena setiap masyarakat memiliki ciri khas sosial dan budaya yang berbeda-beda.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

102

Kepedualian dan perha-tian pada aspek sosial budaya penting untuk kelangsungan bisnis jangka panjang.

2) Aspek hukum. Mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebe-lum menjalankan usaha. Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha ber-beda, tergantung pada kompleksitas bisnis (je-nis badan usahanya). Kajian meliputu legalitas usaha, ketepatan badan hukum, dan persyaratan perijinan. Berdasarkan aspek hukum, suatu bisnis dikatakan layak apabila memenuhi se-gala persyaratan perizin-an di wilayahnya. Selain itu perlu diperhatikan tanggapan dan persetu-juan masyarakat seki-tar, ketentuan hukum dan perjinan yang harus dipenuhi.

3) Aspek ekologi. Analisis mengenai dampak suatu bisnis yang direncanakan

dan diperkirakan mem-punyai dampak penting terhadap lingkungan hi-dup. Dampak adalah pe-rubahan lingkungan yang amat mendasar diakibat-kan oleh kegiatan. Bisnis yang layak secara ekolo-gi akan terlindungi dari tuduhan pelanggaran ekologi dan melihat dan menjamin keberlang-sungan jangka panjang.

D. Perencanaan Usaha

1. Bisnis Model Kanvas

Memulai atau mengembang-kan bisnis atau usaha yang sudah ada dalam usaha per-orangan, kelompok/koperasi maupun Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) memang memerlukan keberanian. Tetapi keberanian saja tidak cukup, namun memerlukan perencanaan dan perhitu-ngan bisnis yang matang. Se-hingga resiko bisnis apapun yang muncul dapat dikelola dengan baik.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

103

Salah satu cara termudah menyiapkan rencana bisnis atau menganalisa unit bisnis adalah membuat “kerangka” atau pondasi bisnis (build-ing block) yang terintegrasi dengan baik. Dalam bukun-ya “Business Model Gener-ation” – Alex Osterwalder & Yves Pigneur menuliskan 9 buildingblock yang dapat dijadikan acuan untuk mem-buat rencana bisnis yang akan dijalankan atau dikem-bangkan dengan Bisnis Mo-del Kanvas (BMK). Bisnis Model Kanvas menjadi alter-natif terbaik dalam menyu-sun perencanaan usaha (bisnis plan) karena: Sederhana, mudah pem-

buatannya, dan efektif khususnya dalam memu-lai usaha.

Hemat waktu. Jika sebel-umnya dibutuhkan wak-tu beberapa hari, beber-apa minggu atau bahkan beberapa bulan untuk membuat perencanaan

usaha maka dengan BMK ini hanya dibutuhkan be-berapa jam saja.

Efisien. Jika sebelum-nya dibutuhkan belasan, puluhan bahkan ratusan halaman untuk sebuah p e re n ca n a a n   u s a h a maka dengan BMK han-ya dibutuhkan selembar kanvas saja.

Fleksibel dan dinamis. BMK mudah diubah dan disesuaikan sesuai perkembangan rencana bisnis.

Bisnis Model Kanvas (BMK) bukan hanya sebagai strate-gi, tetapi menjadi panduan teknis dan praktis karena ter-diri dari sembilan blok yang disusun dalam selembar Kan-vas. Kesembilan blok bangu-nan yang tergambar dalam kanvas, disusun berdasarkan cara kerja otak kita. Blok se-belah kanan, didasarkan atas alur kerja otak kanan. De-mikian sebaliknya. Kesembi-lan blok itu ditunjukkan pada gambar 6.3.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

104

BMK ini sangat cocok diterapkan untuk: Usaha baru Usaha yang sudah mulai

berjalan dan ingin sema-kin berkembang.

Bagaimana cara membuatnya?

2. Penyusunan Bisnis Model Kanvas (BMK)

Mulai merencanakan usaha de-ngan otak kanan

Gambar 6.3 Bisnis Model Kanvas

Sumberdaya Utama ( )Key Resources

( )Aktivitas Utama Key Activities

( )Kemitraan Utama Key Partnership

( )Struktur Biaya Cost Structure

Proposisi Nilai ( )Value Proposition

( )Segmen Pelanggan Customer Segmen

( )Saluran Distribusi Channel

( )Hubungan Pelanggan Customer Relationship

( )Pendapatan Revenue Stream

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

105

BLOK 1: Proposisi Nilai

Konsumen pada dasarnya ada-lah setiap orang pemakai pro-duk (barang dan/atau jasa) yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, ke luarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan kemba-li. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali atau diperdagangkan, maka dia disebut pengecer atau distri-

butor. Setiap bisnis menjalankan usaha untuk untuk memperoleh keuntungan dari memenuhi ke-butuhan konsumen. Konsumen akan mengkonsumsi atau meng-gunakan suatu produk jika me-reka memperoleh nilai dari suatu produk.

Apa nilai yang disampaikan ke-pada konsumen? Merupakan pertanyaan pertama yang ha-rus dijawab oleh para pelaku usaha. Untuk menentukan nilai

Gambar 6.4 Perencanaan Usaha dengan Otak Kanan

1. Proposisi Nilai

( )Value Proposition2. Hubungan

Pelanggan

( )Customer Segmen

3. Segmen Pelanggan

( )Customer Segmen

4. Saluran Distribusi

( )Channel

5. Aliran Pendapatan

( )Revenue Stream

Sumber: tipssehatonline.web.id

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

106

yang akan diberikan kepada kon-sumen maka pelaku usaha harus dapat menjawab pertanyaan di bawah ini:

• Apa masalah konsumen/masyarakat yang akan diatasi oleh bisnis Anda?

• Apa pekerjaan konsumen/masyarakat yang akan Anda bantu menyelesaikan?

• Apakah kebutuhan kon-sumen/masyarakat yang akan Anda penuhi?

• Produk dan jasa apa yang memberi nilai bagi segmen konsumen/masyarakat ter-tentu?

Jawaban atas sebagian atau seluruh pertanyaan-pertanyaan di atas akan memperjelas propo-sisi nilai dari usaha yang dijalank-annya. Jawabannya merupakan gambaran produk atau jasa yang kita tawarkan untuk memenuhi

kebutuhan konsumen. Untuk itu perlu ditemu kenali “Apa nilai tambah produk/jasa kita sehing-ga pelanggan rela membeli pro-duk/jasa kepada kita dan bukan kepada yang lain?”

Untuk mendapatkan nilai tambah yang “menjual” dari produk/jasa pada dasarnya ada 3 cara, yaitu: (1) produk Anda adalah yang PER-TAMA di bidang tersebut; (2) pro-duk Anda adalah yang TERBAIK (kualitas, layanan dll) di bidang tersebut; dan (3) produk Anda memiliki KEUNIKAN dibanding pesaing. Jadi berusalah menjadi YANG PERTAMA atau YANG TER-BAIK atau YANG TERUNIK untuk memenangkan persaingan.

Sekarang coba cek produk/jasa yang Anda jual. Apakah produk/jasa Anda adalah YANG PERTAMA atau YANG TERBAIK atau YANG TERUNIK?

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

107

Proposisi Nilai dari Usaha BUMDesa

Proposisi nilai yang ditawarkan oleh BUMDesa tentu berbeda dengan perusahaan atau bisnis pada umumnya karena BUMDe-sa mengemban mandat untuk mengelola aset dan potensi desa, kebutuhan masyarakat, dan usaha lainnya untuk meningkatkan perekonomian desa dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Jawabannya merupakan hal utama yang ditawarkan oleh BUM-Desa kepada pelanggan/masyarakat. Bisnis yang dijalankan ha-nya akan berjalan dengan baik jika mampu memenuhi masalah yang dihadapi konsumen. Preposisi nilai dari usaha yang dijalan-kan oleh BUMDesa ini yang akan menunjukkan jati diri BUMDesa

Apa jenis usaha dari BUMDesa yang dapat menjawab kebutu-han konsumen/masyarakat?

Contoh jawaban misalnya, jika petani sawit skala kecil di bawah dua hektar membutuhkan kepastian pasar tandan buah segar (TBS) hasil panennya, BUMDesa dapat menjalankan usaha men-jadi pengumpul (pengepul) untuk hasil panen petani sawit skala kecil. Dengan begitu petani kecil memiliki kepastian pasar dan BUMDesa bisa bersaing dengan pengepul besar atau tengkulak yang sudah ada. Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Karya Mak-mur, Desa Pangkalan Tiga, Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupa-ten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah merupakan contoh BUMDesa yang memiliki jenis usaha yang menjawab kebutuhan petani sawit skala kecil.

Jika masyarakat membutuhkan tempat untuk menjual dan mem-beli berbagai kebutuhan sementara jarak ke pasar terdekat san-gat jauh, maka BUMDesa dapat membuka unit usaha Pasar Desa. Jika di desa memiliki potensi perkebuan misalnya, durian namun potensi tersebut belum diusahakan dengan skala ekonomi yang

TO O LB O X

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

108

cukup, maka BUMDesa dapat mengembangkan unit usaha agribisnis durian secara terpadu.

Beberapa contoh BUMDesa sukses di atas menunjukkan bah-wa kesuksesan bisnis BUMDesa tersebut ditentukan oleh ke-berhasilannya dalam menyampaikan “nilai” yang bermanfaat kepada masyarakat. “Nilai” yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat desa setempat. Nilai yang memihak kepada kelom-pok rentan di desa menjadi strategis bagi BUMDesa.

BLOK 2: Segmen Pasar

Setiap perusahaan atau orga-nisasi pasti memiliki kelompok orang atau organisasi yang ber-beda yang hendak dijangkau dan dilayani (segmen pasar). Segmen pasar adalah target pelanggan yang Anda sasar.

• Untuk siapa nilai kita ciptakan?

• Siapa yang akan membeli produk atau jasa yang Anda jual?

• Siapa pelanggan utama Anda?

Untuk lebih mudahnya kita sebut dengan istilah “Pasar Ideal”, yaitu orang yang mau membeli produk atau jasa yang Anda jual sesuai dengan syarat dan ketentuan

yang Anda berikan. Semakin detil Anda bisa mendefinisikan pasar ideal semakin mudah Anda men-jual produk atau jasa Anda kepa-da orang tersebut.

Mengenali atau mengetahui pe-langgan merupakan cara termu-dah untuk menentukan segmen pasar dari usaha Anda. Apakah Anda sudah mengetahui dengan persis siapa calon pelanggan? Jika belum mengetahui dengan per-sis siapa calon pelanggan Anda maka jawablah pertanyaan-per-tanyaan di bawah ini:

1. Berapa umur mereka?

Arahkan jawaban Anda ke-pada kelompok umur yang menjadi konsumen utama produk atau jasa yang di-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

109

tawarkan. Misalnya semua petani tanaman keras.

2. Apa jenis kelamin mereka?

Fokuskan jawaban Ada pada jenis kelamin tertentu jika produk yang ditawarkan memiliki konsumen untuk je-nis kelamin tertentu. Misal-nya laki-laki dan perempuan atau kelompok marginal ter-tentu

3. Di mana mereka tinggal?

Arahkan jawaban Anda pada suatu wilayah/derah tertentu jika produk yang ditawarkan memang dikhususkan untuk wilayah tertentu.

4. Apa yang menjadi kebutu-han mereka?

Sebutkan kebutuhan khu-sus yang mereka butuhkan berdasarkan umur, jenis ke-lamin, dan tempat tinggal-nya. Misalnya kebutuhan akan air bersih dengan kuali-tas yang baik dan harga ter-jangkau.

5. Berapa pengeluaran mereka perbulan?

Arahkan jawaban Anda ke-pada kelompok pendapatan tertentu yang menjadi target konsumen. Misalnya warga desa dengan penghasilan di atas Rp 2.000.000 per bulan.

Jika Anda bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas berarti Anda sudah siap menjawab pertanyaan pen-ting berikut: produk atau layanan apa yang akan Anda sediakan bagi calon pelang-gan Anda?

INGAT! Kesalahan yang bi-asa dilakukan oleh pengu-saha adalah langsung me-nentukan bisnis dan baru kemudian memutuskan siapa yang akan menjadi pelanggannya.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

110

BLOK 3: Hubungan dengan Kon-sumen

Setiap perusahaan atau organisa-si yang sukses pasti berhasil men-jalin hubungan yang baik dengan para konsumen atau pelang-gannya. Pengusaha harus dapat mengidentifikasi jenis hubungan dengan setiap kelompok kon-sumen yang diharapkan diban-gun dan dijaga, hubungan seperti apa yang telah dibangun, bera-pa biaya yang dibutuhkan untuk membangun hubungan tersebut, dan bagaimana mereka menyatu dengan seluruh model bisnis.

Biaya mendapatkan pelanggan jauh lebih besar daripada mem-pertahankan pelanggan. Mem-pertahankan pelanggan merupa-kan salah satu strategi yang tepat untuk membesarkan bisnis. Salah satu cara untuk mempertahank-an pelanggan adalah dengan terlibat interaksi atau berkomu-nikasi dengan para pelanggan. Bagaimana cara kita untuk ber-hubungan dan berkomunikai dengan para pelanggan dalam rangka menjaga pelanggan itu-lah hubungan dengan konsumen (customer relationships).

Anda dapat menggunakan ber-bagai cara supaya Anda makin mudah berkomunikasi dengan para pelanggan. Permudahlah cara untuk berinteraksi dengan pelanggan agar mereka menjadi setia dan melakukan pembelian ulang. Sekarang cek kondisi usa-ha Anda. - Bagaimana cara pelang-

gan berhubungan dengan anda???

- Apakah mereka mudah menghubungi anda???

- Melalui media apa mereka paling banyak menghubungi anda???

Perusahaan dapat menjalin hubungan dengan berbagai cara. Hubungan transaksional berarti tidak ada hubungan nyata antara perusahaan dengan konsumen. Perusahaan berinteraksi dengan konsumen berdasarkan tran-saksi. Misalnya toko di terminal, biasanya toko seperti ini tidak membangun hubungan dengan konsumennya.

Hubungan jangka panjang mer-upakan hubungan yang menda-lam antara perusahaan dan kon-sumen. Perusahaan berinteraksi

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

111

dengan konsumen berdasarkan pembelian berulang. Perusahaan dapat juga membangun hubun-gan membantu secara personal kepada konsumen. Konsumen dapat berkomunikasi dengan perusahaan untuk mendapat bantuan selama proses transaksi maupun setelah transaksi. Ser-ingkali perusahaan juga menjalin hubungan khusus (prioritas) den-gan konsumen/klien istimewa atau penting. Namun, ada juga perusahaan yang tidak perlu ber-hubungan langsung dengan kon-sumennya (swalayan). Pengusa-ha dapat memilih jenis hubungan dengan konsumen yang paling sesuai dengan model bisnisnya.

BLOK 4: Cara Menjangkau Kon-sumen

Apapun bisnis yang Anda jalan-kan, Anda harus menentukan sal-uran penjualan, yaitu bagaimana cara agar produk/layanan sampai ke pelanggan atau masyarakat pengguna. Cara menjangkau konsumen adalah memilih dan menentukan saluran distribu-si yang akan digunakan oleh perusahaan. Menjawab per-tanyaan-pertanyaan berikut ini

akan membantu pengusaha da-lam memilih dan menentuan cara menjangkau konsumen yang paling efektif dan efisien. Per-tanyaan tentang:

1. Apakah Anda akan memba-ngun tim penjualan sendiri? Atau akan memberikan ba-gian penjualan kepada orang lain seperti distributor?

2. Apakah Anda akan membuka toko sendiri? Atau membuka counter kecil di dalam toko besar seperti mall?

3. Apakah Anda akan menjual secara online atau membuka toko (offline)?

Analisa kelebihan dan kekura-ngan dari setiap pilihan jawaban pertanyaan di atas, lalu pilih yang terbaik.

Saluran distribusi pada prin-sipnya menujukkan saluran apa yang kita gunakan untuk men-jangkau kelompok konsumen atau masyarakat. Tentu saja de-ngan cara yang terbaik dan biaya yang paling efisien sesuai dengan rutinitas pelanggan atau ma-syarakat.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

112

BLOK 5: Aliran Pendapatan

Dari semua blok kanvas pemo-delan bisnis di atas, blok ini yang paling penting. Blok ini meng-arahkan pada bagaimana rencana untuk memperoleh penghasilan? Banyak bisnis yang dibuat tanpa tahu bagaimana memperoleh penghasilannya dan ini sangat berbahaya bagi keberlanjutan usahanya.

Pengusaha dapat mengetahui aliran pendapatan dengan cara mengetahui nilai apakah yang benar-benar ingin dibayar oleh pelanggan/masyarakat, cara pembayaran yang lebih disukai oleh masyarakat, dan kontribusi masing-masing jenis pendapa-tan terhadap total pendapatan usaha. Jangan pernah membuat bisnis tanpa memikirkan rencana pendapatan dan berpikir untuk “Dapat duit dari mana?”

Jangan tergantung hanya dari satu aliran pendapatan saja, coba temu kenali apakah ada kemung-kinan aliran pendapatan yang lainnya. Aliran pendapatan di an-taranya: biaya, sewa/pemakaian/service bulanan, pemeliharaan

bulanan, penjualan barang, dsb. Bisa jadi di satu sisi Anda memberikan gratis tapi disisi lain berbayar. CARILAH ALIRAN PENDAPATAN TAMBAHAN dari bisnis yang Anda jalankan, bukan tidak mungkin ternyata banyak peluang tambahan di sana.

Setelah Anda dapat meren-canakan pernyataan nilai, seg-men pelanggan, saluran distribu-si, hubungan pelanggan dan arus pendapatan dari usaha dengan otak kanan selanjutnya Anda dapat menggunakan otak kiri un-tuk memikirkan hal-hal berikut ini:

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

113

BLOK 6: Sumber Daya Utama

Setiap bisnis pasti membutuh-kan sumber daya dalam men-jalankan kegiatan-kegiatan uta-ma untuk menghasilkan barang atau jasa untuk konsumen dan menghasilkan uang bagi perusa-haan. Setiap usaha memiliki dan menggunakan sumber daya uta-ma untuk menjalankan aktivitas utama masing-masing. Sumber daya yang digunakan sangat ter-

gantung kepada proposisi nilai, saluran distribusi, hubungan kon-sumen, aliran pendapatan, dan lain sebagainya. Sumber daya utama yang digunakan berupa modal, bahan baku (material), manusia, teknologi (peralatan/mesin), dan informasi.

Sumber daya utama yang dibutuh kan oleh suatu bisnis sangat ditentukan oleh jenis usa-ha. Sumber daya utama ini jika

9. Struktur Biaya

( )Cost Structure

8. Kemitraan Utama

( )Key Partnership

6. Sumberdaya Utama

( )Key Resources

7. Aktivitas Utama

( )Key Activities

Gambar 6.5 Perencanaan Usaha dengan Otak Kiri

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

114

tidak dimiliki dan tersedia akan menyebabkan aktivitas utama ti-dak dapat berjalan dengan efek-tif. Jadi pengusaha harus dapat menentukan kebutuhan, memi-liki/menyewa, dan menggunakan sumber daya utama untuk meng-hasilkan barang dan jasa untuk menghasilkan pendapatan dan keuntungan bagi usaha.

BLOK 7: Aktivitas Utama

Setiap bisnis pasti menjalankan kegiatan-kegiatan utama untuk menghasilkan barang atau jasa untuk konsumen dan menghasil-kan uang bagi perusahaan. Ke-giatan-kegiatan utama tersebut disebut sebagai aktivitas kunci. Setiap perusahaan memiliki akti-vitas kunci masing-masing. Akti-vitas kunci yang dibutuhkan sa-ngat tergantung pada:

1. Proposisi nilai.

2. Saluran distribusi.

3. Hubungan konsumen.

4. Aliran pendapatan.

Selain aktivitas utama tersebut tentu saja perusahaan men-jalankan beberapa kegiatan atau aktivitas tambahan misalnya ra-

pat rutin, pelatihan untuk staff, penataan arsip, dan lain-lain. Manajemen perusahaan harus fokus pada aktivitas utama terse-but tanpa mengabaikan aktivitas pendukung karena melalui aktivi-tas utama tersebut perusahaan dapat memberikan layanan (jasa) yang menghasilkan pendapatan.

BLOK 8: Jaringan Pemasok dan Rekanan

Pengusaha agar sukses dalam berbisnis tidak bisa sendirian, mereka harus bekerjasama de-ngan banyak pihak lainnya. Ten-tukan dari awal apakah bisnis Anda memerlukan investor un-tuk permodalan atau tidak. Apa-kah Anda perlu mengadakan per-janjian kerjasama khusus dengan distributor? Menggandeng mitra atau partner yang melengkapi kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan peluang keberha-silan bisnis Anda.

BLOK 9: Struktur Biaya

Semua hal yang dilakukan dari blok 1 hingga 8 memerlukan bi-aya, lakukan perhitungan secara seksama, lalu putuskan apakah rencana-rencana bisnis Anda

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

115

mengntungkan? Mengetahui menguntungkan atau tidak se-benarnya sederhana saja. Cara-nya dengan memastikan bahwa penghasilan lebih besar dari pengeluaran. Jika tidak berarti usaha akan merugi dan bisnis ini tidak layak dijalankan atau dikembangkan. Oleh karena itu, mengenali biaya yang harus dikeluarkan dalam menjalankan usaha merupakan keharusan. Struktur biaya dari bisnis dapat diketahui secara mudah de ngan menjawab pertanyaan-perta-nyaan berikut ini:

1. Biaya apa yang paling pen-ting dalam bisnis Anda?

2. Sumber daya utama yang mana paling mahal?

3. Aktivitas utama yang mana paling mahal?

Pengusaha akan sukses ketika menjalankan unit bisnis yang “menguntungkan di atas kertas”. Namun satu hal yang paling pen-ting, bisnis Anda tidak berjalan di atas kertas. Bertindak dan ber-usaha! Langkah nyata pertama yang harus Anda ambil oleh pe-ngusaha yang akan menentukan berjalan/tidaknya bisnis Anda.

Gambar 6.6 Pengambilan Keputusan terhadap Rencana Usaha

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

116

Setelah ke sembilan blok berhasil Anda rumuskan langkah berikut-nya adalah mengecek sekali lagi apakah semua aliran pendapa-tan sudah diperhitungkan dan semua biaya juga sudah diper-hitungkan. Langkah selanjutnya adalah membandingkan aliran pendapatan dengan biayanya. Jika pendapatan dari usaha Anda melebihi biaya yang di keluarkan maka model bisnis yang Anda buat layak dilaksanakan. Sebalik-nya jika pendapatan dari usaha Anda tidak mampu menutup bi-aya yang dikeluarkan maka model

bisnis yang Anda buat belum la-yak dilaksanakan. Namun, ja ngan buru-buru membuang bisnis model kanvas yang Anda buat. Jangan sampai Anda menyesal ketika mengetahui model bisnis yang pernah Anda buat dijalan-kan oleh orang lain dan sukses. Oleh karena itu, periksa sekali lagi dan pikirkan ulang model bisnis Anda.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

117

Daftar Pustaka

Roberts P, 1993, Managing the strategic planning and development of regions: lessons from a European perspective, Regional Studies 27.

Andrés Rodríguez-Pose, 2002, The role of the ILO in implementing local economic development strategies in a globalised world, International Labour Organization, Geneva.

Blakely, Edward J., 1994, Planning Local Economic Development, The-ory and Practice, Second edition. California: SAGE Publication.

Andrés Rodríguez-Pose andSylvia Tijmstra, 2005, Local Economic Development as an alternative approach to economic develop-ment in Sub-Saharan Africa, a report for the World Bank.

A.H. J. Helming, 2003, Local Economic Development: New Genera-tions of Actors, Polices and Instruments for Africa. Public Ad-ministration and Development.

ILO, 2005, Local Economic Development in Post­Crisis Opertioonal Guide, Geneva.

John Pierson, 2002, Tackling Social Exclusion, London and New York: Routledge.

Sunaji Zamroni, dkk, 2012, Desa mengembangkan Penghidupan Berkelanjutan, IRE Yogyakarta.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

118

43Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

Kertas Kerja SML 2.2.a

PEMERINTAH KABUPATEN .......................KECAMATAN .......................

DESA .......................

Alamat: Kode Pos No. Tlp.

PERATURAN DESA ……NOMOR ……… TAHUN ……

TENTANGPEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAKEPALA DESA …..,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah desa dalam penyelenggaraan pelayanan publik, dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha ekonomi masyarakat desa untuk mencapai desa mandiri dan sejahtera maka perlu membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang ditetapkan dalam Peraturan Desa melalui Musyawarah Desa;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a di atas, perlu menetapkan Peraturan Desa tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa;

Lampiran 1

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

119

44 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perse-roan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pem-bentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No-mor 5234);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lem-baga Keuangan Mikro (Lembaran Negara Republik In-donesia Tahun 2013 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5394);

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 No-mor 7, Tambahan Lembaran Lembaran Negara Repub-lik Indonesia Nomor 5495);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik In-donesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Repu-blik Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Ta-hun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 No-mor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo-nonesia Nomor 5717);

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

120

45Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapa-tan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lem-baran Negara Republik Indonesia Nomor 5558), seb-agaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lem-baran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864);

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Per-aturan Di Desa (Berita Negara Republik Indonesia Ta-hun 2014 Nomor 2091);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 611);

11. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Ter-tinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Kewenangan Ber-dasarkan Hak Asal Usul Dan Kewenangan Lokal Ber-skala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 158);

12. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Ter-tinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 ten-tang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 296);

13. Peraturan Daerah Kabupaten .......................

14. Peraturan Bupati Kabupaten .......................

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

121

46 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

Memperhat i -kan :

Hasil Keputusan Musyawarah Desa …………….. yang di-hadiri oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan masyarakat yang dilaksanakan pada tanggal …… bulan….. tahun …. tentang persetujuan untuk pendirian BUM Desa.

Dengan Kesepakatan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA .......................

dan

KEPALA DESA .......................

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DESA ………… TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK DESA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten .......................

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Bupati adalah Bupati .......................

4. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabu-paten .......................

5. Camat adalah Camat .......................

6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

122

47Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisionalyang diakui dan dihormati dalam system Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

9. Kepala Desa adalah Pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai we-wenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas pemerintahan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

10. Perangkat Desa adalah unsur pembantu Kepala Desa dalam tugas dan tanggung jawab Pemerintah Desa.

11. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggot-anya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang diba-has dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetap-kan dengan Peraturan Desa.

13. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musy-awarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan un-sur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.

14. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa.

15. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa me-lalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya un-tuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

16. Anggaran Dasar yang selanjutnya disingkat AD adalah peraturan ter-tulis yang memuat dan terdiri dari aturan-aturan pokok organisasi yang berfungsi sebagai pedoman dan kebijakan untuk mencapai tujuan organisasi serta menyusun aturan-aturan lain.

17. Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat ART adalah aturan

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

123

48 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

tertulis sebagai bentuk operasional yang lebih terinci dari aturan-aturan pokok dalam Anggaran Dasar (AD) dalam melaksanakan tata kegiatan or-ganisasi.

BAB II

MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN PEMBENTUKAN BUM DESA

Pasal 2

Pendirian BUM Desa dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.

Pasal 3

Pembentukan BUM Desa bertujuan untuk :

a. Meningkatkan perekonomian Desa.

b. Mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa.

c. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekono-mi Desa.

d. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar Desa dan/atau dengan pihak ketiga.

e. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutu-han layanan umum warga.

f. Membuka lapangan kerja.

g. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelay-anan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa

h. Meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

124

49Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

Pasal 4

Sasaran pembentukan BUM Desa adalah :

a. terlayaninya masyarakat di desa dalam mengembangkan usaha produktif; dan

b. terlayaninya kebutuhan dasar masyarakat desa; dan

c. tersedianya wadah usaha dalam menunjang perekonomian masyara-kat desa sesuai dengan potensi desa dan kebutuhan masyarakatnya.

d. dll

BAB III

NAMA, PENDIRIAN, TEMPAT KEDUDUKAN, DAN WILAYAH USAHA

Pasal 5

(1) Nama Badan Usaha Milik Desa adalah …………………………………….

(2) Badan Usaha Milik Desa didirikan atas dasar inisiatif pemerintah desa dan warga masyarakat melalui musyawarah desa pada tanggal …………………………

(3) Tempat kedudukan Badan Usaha Milik Desa beralamat di ......................., Desa ......................., Kecamatan ......................., Ka-bupaten .......................

(4) Wilayah Usaha Badan Usaha Milik Desa adalah di Desa ......................., Kecamatan ....................... Kabupaten .......................

(5) BUM Desa ......... dapat melakukan perluasan usaha yang berlokasi di luar Desa .............

BAB IV

BENTUK ORGANISASI BUM DESA

Pasal 6

(1) BUM Desa ............. dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum dan belum berbadan hukum.

(2) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

125

50 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

dari BUM Desa dan masyarakat.

(3) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk:

a. Perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk ber-dasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan mod-al yang sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa, sesuai dengan per-aturan perundang- undangan tentang Perseroan Terbatas; dan

b. Lembaga Keuangan Mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60 (enam puluh) persen, sesuai dengan peraturan perundang-un-dangan tentang lembaga keuangan mikro.

(4) Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha yang ber-badan hukum, bentuk organisasi BUM Desa didasarkan pada Per-aturan Desa tentang Pendirian BUM Desa.

BAB V

ASAS, FUNGSI DAN JENIS USAHA

Pasal 7

(1) BUM Desa berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik lndonesia Tahun 1945.

(2) BUM Desa ....... dalam melaksanakan usahanya dilandasi semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.

Pasal 8

Fungsi dibentuknya BUM Desa adalah untuk memberdayakan usaha eko-nomi masyarakat yang dilakukan melalui :

a. Meningkatkan ekonomi masyarakat Desa ………

b. Menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan usaha di desa, yang mencakup aspek regulasi dan perlindungan usaha;

c. Menciptakan sistem penjaminan untuk mendukung kegiatan ekono-mi produktif;

d. Menyediakan bantuan teknis dan pendampingan secara manajerial guna meningkatkan status dan kapasitas usaha;

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

126

51Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

e. Membuka kesemptan berusaha bagi masyarakat Desa …………, dan

f. Menggali dan memanfaatkan potensi yang ada di Desa .................

Pasal 9

(1) Bidang Usaha Badan Usaha Milik Desa ......................., Kecamatan ......................., Kabupaten ....................... adalah : (disesuaikan den-gan hasil kajian di desa)

a. Pasar Desa

b. Pengelolaan Wisata Desa.

c. Pemasaran Produk Industri Kecil Dan Rumah Tangga.

d. Pelayanan Air Irigasi.

e. Pelayanan Air Bersih

f. Penyewaan Kios Desa.

g. Jasa Keuangan.

h. Jasa Konstruksi.

i. Penyediaan kebutuhan petani seperti: pembibitan, alat-alat per-tanian, kebutuhan pupuk, obat-obat pertanian, peternakan dan jasa perkreditan untuk usaha-usaha keluarga petani.

(2) Jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikembang-kan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada di wilayah Desa.

Pasal 10

BUM Desa .......... dilarang menjalankan usaha:

a. Bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Bertentangan dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat Desa …….

c. Merugikan kepentingan dan/atau menyaingi usaha masyarakat Desa …….

BAB VI

KEPEMILIKAN BUM DESA

Pasal 11

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

127

52 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

(1) BUM Desa ......... dimiliki oleh Desa ............. melalui penyertaan modal secara langsung, baik seluruhnya atau sebagian besar, yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan.

(2) Badan Usaha Milik Desa dimiliki oleh Pemerintah Desa dan masyara-kat dengan komposisi kepemilikan mayoritas oleh Pemerintah Desa. Dalam perkembangannya, masyarakat dapat berperan dalam kepe-milikan BUMDesa melalui penyertaan modal masyarakat maksimal 40%.

(3) Kepemilikan Desa atas BUM Desa ............... diwakili oleh Kepala Desa ......

BAB VII

PERMODALAN

Pasal 12

(1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa.

(2) Modal BUM Desa terdiri atas:

a. Penyertaan Modal Desa, dan;

b. Penyertaan Modal Masyarakat

Pasal 13

(1) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (2) huruf a merupakan kekayaan pemerintah Desa yang diinvestasikan dalam BUM Desa untuk meningkatkan pendapatan Desa atau pelay-anan kepada masyarakat.

(2) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kekayaan Desa yang dipisahkan yang dianggarkan dari pengeluaran pembiayaan dalam APB Desa.

(3) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam ben-tuk tanah kas Desa dan bangunan tidak dapat dijual.

(4) Penyertaan modal pada BUM Desa melalui proses analisis kelayakan sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

(5) Tata cara penyertaan modal diatur berdasarkan Peraturan Bupati/Wali Kota mengenai pengelolaan keuangan Desa.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

128

53Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

(6) Penyertaan Modal Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. Bantuan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten yang disalurkan melalui me-kanisme APB Desa;

b. Hibah dari Pihak Swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau lembaga donor dan yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;

c. Kerja sama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi ke-masyarakatan dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai kekayaan kolektif Desa dan disalurkan melalui mekanisme APB Desa;

d. Aset Desa yang pengelolaannya diserahkan kepada BUM Desa sesuai dengan ketentutan peraturan perundangan-undangan ten-tang Desa.

(7) Penyertaan modal masyarakat Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (2) huruf b berasal dari tabungan masyarakat dan/atau simpanan masyarkat.

(8) Modal BUM Desa selain sebagaimana dimaksud pada pasal 12 ayat (2) huruf a, dapat berasal dari dana bergulir program pemerintah dan pemerintah daerah yang diserahkan kepada desa dan/atau masyara-kat melalui pemerintah desa.

Pasal 14

(1) Untuk mengembangkan kegiatan usahanya, BUM Desa dapat mener-ima pinjaman dan/atau bantuan yang sah dari pihak lain.

(2) Modal BUM Desa ............... yang berasal dari pinjaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan setelah mendapat persetujuan dari BPD.

(3) Persetujuan dari BPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meru-pakan persetujuan tertulis dari BPD setelah diadakan rapat khusus untuk membahas pinjaman.

BAB VIII

ORGANISASI PENGELOLA BUM DESA

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

129

54 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

Bagian Kesatu

Pengelola

Pasal 15

(1) Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari organisasi pemerintah-an desa.

(2) Pengelola BUM Desa berasal dari masyarakat.

Pasal 16

(1) Susunan kepengurusan organisasi pengelola BUM Desa terdiri dari:

a. Penasihat;

b. Pelaksana Operasional; dan

c. Pengawas

(2) Penasihat sebagaimana dimaksud pada pasal 15 huruf a dijabat se-cara ex officio oleh Kepala Desa.

(3) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dijabat dari unsur masyarakat desa setempat dengan tugas men-gurus dan mengelola BUM Desa sesuai dengan Anggaran Desa (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).

(4) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) huruf c me-wakili kepentingan masyarakat untuk melaksanakan pengawasan BUM Desa yang berasal dari unsur masyarakat.

(5) Susunan kepengurusan BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipilih oleh masyarakat melalui Musyawarah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

(6) Susunan kepengurusan BUM Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa.

Bagian Kedua

Penasihat

Pasal 17

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

130

55Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

(1) Penasihat sebagaimana dimaksud pada pasal 16 ayat (1) huruf a berkewajiban:

a. Memberikan nasihat kepada Pelaksanaan Operasional dalam melaksanakan pengelolaan BUM Desa.

b. Memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang diang-gap penting bagi pengelolaan BUM Desa.

c. Membina pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa.

(2) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:

a. Meminta penjelasan dari Pelaksana Operasional mengenai per-soalan yang menyangkut pengelolaan usaha Desa.

b. Melindungi usaha Desa terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kinerja BUM Desa.

Bagian Ketiga

Pelaksana Operasional

Pasal 18

(1) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud pada pasal 15 huruf b, terdiri atas:

a. Direktur/Ketua;

b. Sekretaris;

c. Bendahara; dan

d. Kepala Unit Usaha.

(2) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dijabat dari unsur masyarakat desa setempat.

(3) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf b mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUM Desa sesuai dengan Anggaran Desa (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).

(4) Pelaksana Operasional sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) berke-wajiban:

a. Melaksanakan dan mengembangkan BUM Desa agar menjadi lembaga yang melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

131

56 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

umum masyarakat Desa;

b. Menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Desa untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PA Desa);

c. Membuat laporan keuangan seluruh unit-unit usaha BUM Desa setiap bulan; dan

d. Membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha BUM Desa kepada masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun.

(5) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ber-wenang:

a. Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian Desa lainnya;

b. Menunjuk Anggota Pengurus dengan persetujuan dari penasihat; dan

c. Mengangkat karyawan sesuai dengan kebutuhan dengan per-setujuan dari penasihat.

(6) Tugas dan wewenang masing-masing pelaksana operasional akan diatur lebih lanjut dalam AD/ART BUM Desa

Pasal 19

(1) Dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (4) Pelaksana Operasional dapat menunjuk Anggota Pengu-rus sesuai dengan kapasitas bidang usaha, khususnya dalam mengu-rus pencatatan dan administrasi usaha dan fungsi operasional bidang usaha.

(2) Pelakasana Operasional dapat dibantu karyawan sesuai dengan ke-butuhan dan harus disertai dengan uraian tugas berkenan dengan tanggung jawab, pembagian peran dan aspek pembagian kerja lain-nya.

(3) Persyaratan, masa bakti, dan alasan pemberhentian pelaksana op-erasional akan diatur lebih lanjut dalam AD/ART BUM Desa

Bagian Ketiga

Pengawas

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

132

57Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

Pasal 20

(1) Susunan Kepengurusan Pengawas terdiri dari:

a. Ketua;

b. Wakil Ketua merangkap anggota;

c. Sekretaris merangkap anggota; dan

d. Anggota

(2) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai ke-wajiban menyelenggarakan Rapat Umum untuk membahas kinerja BUM Desa sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

(3) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang meny-elenggarakan Rapat Umum Pengawas untuk:

a. Pemilihan dan Pengangkatan Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

b. Penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari BUM Desa, dan

c. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Pelak-sana Operasional.

(4) Persyaratan, masa bakti, dan alasan pemberhentian pengawas akan diatur lebih lanjut dalam AD/ART BUM Desa

BAB IX

HAK PENGURUS ORGANISASI PENGELOLA BUM DESA

Pasal 21

Penasehat, Pengawas, Pelaksana Operasional berhak atas penghasilan yang sah sebagai penghargaan dari pelaksanaan tugas-tugasnya.

BAB X

TAHUN BUKU DAN PENETAPAN BAGI HASIL BUM DESA

Pasal 22

Tahun buku dan tahun anggaran BUM Desa menggunakan sistem kal-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

133

58 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

ender yaitu dimulai tanggal 1 Januari dan berakhir sampai dengan 31 Desember tahun berjalan.

Pasal 23

(1) Hasil usaha BUM Desa merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil transaksi dikurangi dengan pengeluaran biaya dan kewajiban pada pihak lain, serta penyusutan atas barang barang inventaris dalam 1 (satu) tahun buku.

(2) Pendapatan bersih atau Sisa Hasil Usaha BUM Desa ”_________________” disampaikan oleh Direktur kepada Kepala Desa untuk mendapatkan persetujuan dalam musyawarah desa.

(3) Penyampaian pendapatan bersih atau sisa hasil usaha, dilaksanakan pada saat pelaksanaan penyampaian Rancangan APB Desa.

(4) Proporsi pembagian Hasil Usaha BUM Desa diatur lebih lanjut dalam AD/ART

BAB XI

KERJASAMA

Bagian Kesatu

Kerjasama dengan Pihak Ketiga

Pasal 24

(1) BUM Desa …………… dapat membuat kerja sama dengan pihak ketiga dengan ketentuan:

a. Kerjasama tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perun-dang-undangan.

b. Kerjasama yang memerlukan jaminan harta benda yang dimil-iki atau dikelola BUM Desa, yang mengakibatkan beban hutang, maka rencana kerja sama tersebut harus mendapat persetujuan Kepala Desa dan BPD; dan

c. Kerjasama dimaksud tidak memerlukan jaminan aset/harta ben-da yang dimiliki atau dikelola BUM Desa dan tidak mengakibatkan beban hutang maka rencana kerja sama tersebut cukup dilapor-kan secara tertulis kepada Kepala Desa dan BPD.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

134

59Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

d. Kerjasama tersebut menganut prinsip kemitraan yang menguta-makan kepentingan masyarakat desa dan saling menguntungkan.

(2) Kerjasama BUM Desa ..........… dengan pihak ketiga sebagaimana di-maksud pada ayat (1) dibuat dalam naskah perjanjian kerja sama.

Bagian Kedua

Kerjasama BUM Desa antar-Desa

Pasal 25

(1) BUM Desa ....... dapat melakukan kerjasama dengan 1 (satu) atau lebih BUM Desa.

(2) Kerjasama sebagaimana disebutkan pada ayat (1) dapat dilakukan dalam satu kecamatan atau antar kecamatan dalam satu kabupaten/kota.

(3) Kerjasama sebagaimana disebutkan pada ayat (1) dibuat dalam nas-kah perjanjian kerjasama.

(4) Naskah perjanjian kerjasama sebagaimana disebutkan pada ayat (1) paling sedikit memuat:

a. subyek kerjasama;

b. obyek kerjasama;

c. jangka waktu;

d. hak dan kewajiban;

e. pendanaan;

f. keadaan memaksa;

g. pengalihan aset; dan

h. penyelesaian perselisihan

(5) Naskah perjanjian kerjasama BUM Desa ……… dengan 1 (satu) atau lebih BUM Desa ditandatangani oleh Pelaksana Operasional dari masing-masing BUM Desa yang bekerjasama setelah mendapat per-setujuan dari pemerintahan Desa masing-masing.

(6) Kegiatan kerjasama sebagaimana disebutkan pada ayat (1) diper-tanggungjawabkan kepada masing-masing Desa.

(7) Dalam hal kegiatan kerjasama antar unit usaha BUM Desa yang ber-badan hukum diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-unda-ngan.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

135

60 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

BAB XII

PERTANGGUNGJAWABAN

Pasal 26

(1) Ketua/Direktur melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan BUM Desa kepada Kepala Desa selaku Penasehat.

(2) Kepala Desa melaporkan pertanggungjawaban BUM Desa kepada BPD dalam forum musyawarah yang menghadirkan elemen pemerin-tahan desa, elemen masyarakat serta seluruh kelengkapan organisasi BUM Desa setiap akhir tahun anggaran;

(3) laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit memuat:

a. laporan kinerja Pengelola BUM Desa selama 1 (satu) tahun;

b. kinerja usaha yang menyangkut realisasi kegiatan usaha, upaya pengembangan, dan indikator keberhasilan;

c. laporan keuangan termasuk rencana pembagian laba usaha; dan

d. rencana-rencana pengembangan usaha yang belum terealisasi.

(4) Mekanisme dan tata tertib pertanggungjawaban diatur dalam AD/ART.

BAB XIII

ADMINISTRASI KEUANGAN DAN UMUM BUM DESA

Pasal 27

(1) Pelaksana operasional wajib menyelenggarakan administrasi keuan-gan dan umum dalam pengelolaan BUM Desa.

(2) Kelengkapan administrasi keuangan dan umum disesuaikan dengan kebutuhan.

BAB XIV

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA BUM DESA

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

136

61Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

Pasal 28

(1) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) bersifat mengikat bagi organisasi pengelola BUM Desa.

(2) Penyusunan AD/ART dilakukan oleh tim perumus dengan menggali aspirasi dan merumuskan pokok-pokok aturannya dalam bentuk rancangan AD/ART.

(3) Rancangan AD/ART dibahas dalam musyawarah desa.

(4) Hasil kesepakatan Musyawarah Desa tentang rancangan AD/ART menjadi pedoman bagi Kepala Desa untuk menetapkan AD/ART BUM Desa.

(5) Anggaran Dasar (AD) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), paling sedikit memuat:

a. Nama,

b. Tempat kedudukan,

c. Maksud dan tujuan,

d. Modal,

e. Kegiatan usaha,

f. Jangka waktu berdirinya BUM Desa,

g. Organisasi pengelola, dan

h. Tata cara penggunaan dan pembagian keuntungan.

(6) Anggaran Rumah Tangga (ART) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), paling sedikit memuat:

a. Hak dan kewajiban,

b. Masa bakti,

c. Tata cara pengangkatan dan pemberhentian personel organisasi pengelola,

d. Penetapan jenis usaha, dan

e. Sumber modal.

(7) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagaimana dimak-sud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

BAB XV

RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

137

62 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

Pasal 29

(1) Ketua/Direktur bertugas menyampaikan Rencana kegiatan dan Ang-garan Pembiayaan kepada Kepala Desa dengan persetujuan Badan Pengawas untuk mendapatkan Pengesahan paling lambat dalam waktu 3 (tiga) bulan sebelum Tahun Buku berakhir.

(2) Apabila sampai dengan permulaan Tahun Buku belum ada penge-sahan sebagaimana dimaksud ayat (1), maka Rencana Kegiatan dan Anggaran pembiayaan dinyatakan berlaku.

(3) Setiap Perubahan Rencana Kegiatan dan Anggaran Pembiayaan yang terjadi dalam Tahun Buku yang bersangkutan harus mendapatkan pengesahan Kepala Desa.

BAB XVI

KEPAILITAN DAN PEMBUBARAN

Pasal 30

(1) Kerugian yang dialami BUM Desa menjadi beban BUM Desa;

(2) Dalam hal BUM Desa tidak dapat menutupi kerugian dengan aset dan kekayaan yang dimilikinya, dinyatakan rugi melalui Musyawarah Desa;

(3) Unit usaha milik BUM Desa yang tidak dapat menutupi kerugian den-gan aset dan kekayaan yang dimilikinya dinyatakan pailit sesuai den-gan ketentutan dalam peraturan perundangan-undangan mengenai kepailitan.

Pasal 31

(1) BUM Desa dibubarkan melalui musyawarah desa dan ditetapkan dengan peraturan desa;

(2) Semua akibat yang timbul sebagai akibat pembubaran BUM Desa se-bagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemer-intah Desa.

(3) Segala aset Desa yang disertakan dalam BUM Desa setelah pem-bubaran BUM Desa akan dikembalikan kepada Pemerintah Desa dan menjadi aset milik Desa.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

138

63Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

(4) Tata cara serta ketentuan lain tentang pembubaran BUM Desa diatur lebih lanjut dalam AD/ART BUM Desa

BAB XVII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 32

(1) Kepala Desa sebagai penasihat wajib melakukan pembinaan kepada Pelaksana Operasional.

(2) BPD mengawasi kinerja pemerintah desa dalam pembinaan pengelo-laan BUM Desa.

(3) Pemerintah Desa mempertanggungjawabkan tugas pembinaan ter-hadap pengelolaan BUM Desa kepada BPD yang disampaikan melalui Musyawarah Desa.

BAB XVIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 33

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Desa ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur kemudian oleh Kepala Desa.

Pasal 34

Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Per-aturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa…….. Ke-camatan………

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

139

64 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

Ditetapkan di …………….

Pada tanggal ...............................

KEPALA DESA …………….

…………….…………….

Diundangkan di Desa ……………..

Pada tanggal ...............................

SEKRETARIS DESA …………….

…………….…………….

LEMBARAN DESA …………….TAHUN 20..... NOMOR ......

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

140

68 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

KABUPATEN .......................

KEPUTUSAN KEPALA DESA .......................

NOMOR .......... TAHUN 20__

TENTANG

ANGGARAN DASAR – ANGGARAN RUMAH TANGGA

BADAN USAHA MILIK DESA

DESA ......................., KECAMATAN ......................., KABUPATEN .......................

KEPALA DESA .......................

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjalankan kegiatan operasioal

Badan Usaha Milik Desa di Desa ......................., Kecamatan .......................dipandang perlu adanya anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;

b. bahwa anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud huruf a di atas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);

Lampiran 2

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

141

69Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pemben-tukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lem-baran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta-hun 2013 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5394);

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lem-baran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerin-tahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah tera-khir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Per-aturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Ta-hun 2014 Nomor 123) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Pe-rubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indononesia Nomor 5717);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Be-lanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Repub-lik Indonesia Nomor 5558), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No-mor 5864);

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

142

70 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Ta-hun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lem-baran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No-mor 111 Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Repub-lik Indonesia Tahun 2018 Nomor 611);

11. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul Dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita Negara Re-publik Indonesia Tahun 2015 Nomor 158);

12. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 296);

13. Peraturan Daerah Kabupaten .......................

14. Peraturan Desa ………. Nomor Tahun …..tentang Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa);

Memperhatikan : 1. Berita Acara Rapat Musyawarah Desa ………………,Nomor ....... Tanggal ..........;

2. dan seterusnya............................................................;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : Keputusan Kepala Desa Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Usaha Milik Desa, Desa ......................., Kecamatan ......................., Kabupaten .......................

KESATU : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Usaha Milik Desa ..................... di Desa ......................., Kecamatan ......................., Kabupaten .......................disusun sebagaima-na tersebut dalam lampiran Keputusan ini.

KEDUA Lampiran sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU, merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

143

71Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

KETIGA : Semua biaya yang timbul akibat ditetapkan keputusan ini dibe-bankan pada APBDes Desa ………………, Kecamatan ………………, Kabupaten ………………, Sumbangan Pihak Ketiga dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

KEEMPAT : Keputusan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : ………………

Pada tanggal :

KEPALA DESA ………………

………………

Tembusan disampaikan Kepada Yth:

1. Camat ……………… (sebagai laporan);

2. Ketua BPD Desa ………………;

3. Yang bersangkutan.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

144

72 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

Lampiran : Keputusan Kepala Desa .

Nomor : / Kep./Ds. /20 .

Tanggal : .

Tentang : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Desa Kecamatan ________

ANGGARAN DASAR

BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDesa) ……………….

DESA ………………, KECAMATAN ………………, KABUPATEN ………………

PEMBUKAAN

[sesuaikan dengan kebutuhan]

Bahwa pada hakikatnya pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Untuk itu, sebagai konsekuensinya, Desa menyusun perencanaan pembangunan sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten. Pembangunan Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan masyarakat Desa dengan semangat gotong royong serta memanfaatkan kearifan lokal dan sumber daya alam Desa. Sejalan dengan tuntutan dan dinamika pembangunan bangsa, perlu dibentuk suatu badan yang menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh desa.

Bentuk partisipasi masyarakat dapat dihimpun secara terorganisasi melalui suatu wadah yang disebut Badan Usaha Milik Desa. BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa untuk mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. BUM Desa secara spesifik tidak dapat disamakan dengan badan hukum seperti

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

145

73Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

perseroan terbatas, CV, atau koperasi. Oleh karena itu, BUM Desa merupakan suatu badan usaha bercirikan Desa yang dalam pelaksanaan kegiatannya di samping untuk membantu penyelenggaraan Pemerintahan Desa, juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Desa. BUM Desa juga dapat melaksanakan fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan pengembangan usaha lainnya.

BAB I

NAMA, JANGKA WAKTU, DAN KEDUDUKAN

Pasal 1

(1) Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUM Desa ini bernama BUM Desa …………

(2) BUMDesa……….. dibentuk pada tanggal ……………… dan didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan.

(3) Tempat kedudukan Badan Usaha Milik Desa beralamat di ......................., Desa ......................., Kecamatan ......................., Kabupaten .......................

(4) Wilayah Usaha Badan Usaha Milik Desa adalah di Desa ......................., Kecamatan ....................... Kabupaten .......................

(5) BUM Desa ......... dapat melakukan perluasan usaha yang berlokasi di luar Desa .............

BAB II

AZAS, VISI, MISI, MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Pengelolaan BUMDesa, didasarkan pada azas:

a. pengelolaan kegiatan BUMDesa dilakukan secara transparan;

b. pengelolaan kegiatan dilakukan secara akuntabel;

c. warga masyarakat terlibat secara aktif;

d. pengelolaan kegiatan perlu berkelanjutan;

e. pengelolaan yang profesional; dan

f. berorientasi memperoleh keuntungan dengan mengutamakan manfaat bagi masyarakat.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

146

74 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

Pasal 3

(1) Visi BUMDesa ………………… Desa ………………, adalah “Menjadi Badan Usaha Milik Desa yang Unggul dalam Pengelolaan Aset dan Potensi Desa, Pelay-anan Publik, dan Usaha Lainnya” (contoh).

(2) Misi BUMDesa ……………… Desa ………………adalah : (contoh)

a. Menyelenggarakan pengelolaan aset-aset dan potensi Desa sesuai penugasan, secara profesional dan inovatif guna memberikan pelay-anan prima untuk seluruh masyarakat Desa.

b. Menyelenggarakan pengelolaan kebutuhan dasar masyarakat Desa berdasarkan prinsip kewirausahaan sosial.

c. Menyelenggarakan pengelolaan bisnis berdasarkan prinsip pengelo-laan usaha yang baik dan bertanggung jawab sosial.

d. Menyelenggarakan pengusahaan dengan optimalisasi sumber daya Desa berdasarkan prinsip korporasi yang sehat dan bertanggung jawab.

e. Mengoptimalkan pendapatan asli desa (PADes) dari hasil usaha desa tanpa mengabaikan kesejahteraan pengurus dan masyarakat Desa.

Pasal 4

Pembentukan BUMDesa dimaksudkan untuk mengkoordinir dan memfasilitasi seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerja sama antar-Desa.

Pasal 5

Tujuan pendirian BUMDesa ……… meliputi:

a. Meningkatkan perekonomian Desa ……………;

b. Mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;

c. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa;

d. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga

e. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga;

f. Membuka lapangan kerja

g. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan

h. Meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

147

75Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

BAB III

MODAL

Pasal 6

(1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa.

(2) Modal BUM Desa terdiri atas:

a. Penyertaan Modal Desa, dan;

b. Penyertaan Modal Masyarakat

(3) Badan Usaha Milik Desa dimiliki oleh Pemerintah Desa dan masyarakat dengan komposisi kepemilikan mayoritas oleh Pemerintah Desa. Dalam perkembangannya, masyarakat dapat berperan dalam kepemilikan BUM-Desa melalui penyertaan modal masyarakat maksimal 40%.

(4) Penyertaan modal Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) huruf a merupakan kekayaan pemerintah Desa yang diinvestasikan dalam BUM Desa untuk meningkatkan pendapatan Desa atau pelayanan kepada masyarakat.

(5) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan kekayaan Desa yang dipisahkan yang dianggarkan dari pengeluaran pem-biayaan dalam APB Desa.

(6) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam bentuk tanah kas Desa dan bangunan tidak dapat dijual.

(7) Penyertaan modal pada BUM Desa melalui proses analisis kelayakan ses-uai ketentuan peraturan perundang- undangan.

(8) Tata cara penyertaan modal diatur berdasarkan Peraturan Bupati/Wali Kota mengenai pengelolaan keuangan Desa.

(9) Penyertaan Modal Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. Bantuan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerin-tah Daerah Kabupaten yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;

b. Hibah dari Pihak Swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau lembaga donor dan yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;

c. Kerja sama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kema-syarakatan dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai kekayaan kolektif Desa dan disalurkan melalui mekanisme APB Desa;

d. Aset Desa yang pengelolaannya diserahkan kepada BUM Desa sesuai

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

148

76 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

dengan ketentutan peraturan perundangan-undangan tentang Desa.

(10) Penyertaan modal masyarakat Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) huruf b berasal dari tabungan masyarakat dan/atau simpanan masyarkat.

(11) Modal BUM Desa selain sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (2) hur-uf a, dapat berasal dari dana bergulir program pemerintah dan pemerintah daerah yang diserahkan kepada desa dan/atau masyarakat melalui pemerintah desa.

BAB IV

KEGIATAN USAHA

Pasal 7

(1) Jenis-jenis usaha yang dijalankan oleh BUM Desa ________________ meliputi:

a. Pasar Desa

b. Pengelolaan Wisata Desa.

c. Pemasaran Produk Industri Kecil Dan Rumah Tangga.

d. Pelayanan Air Irigasi.

e. Pelayanan Air Bersih

f. Penyewaan Kios Desa.

g. Jasa Keuangan.

h. Jasa Konstruksi.

i. Penyediaan kebutuhan petani seperti: pembibitan, alat-alat pertanian, kebutuhan pupuk, obat-obat pertanian, peternakan dan jasa perkredi-tan untuk usaha-usaha keluarga petani.

(2) Jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada di wilayah Desa.

Pasal 8

Kegiatan usaha dari jenis-jenis usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) antara lain

a. Kegiatan usaha dari Pasar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a meliputi ………….

b. Penjelasan kegiatan usaha ayat 1 huruf b;

c. Penjelasan kegiatan usaha ayat 1 huruf c;

d. dst

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

149

77Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

BAB V

ORGANISASI PENGELOLA

Pasal 9

(1) Organisasi pengelola BUM Desa terpisah dari organisasi pemerintahan desa.

(2) Pengelola BUM Desa berasal dari masyarakat.

Pasal 10

(1) Susunan kepengurusan organisasi pengelola BUM Desa terdiri dari:

a. Penasihat;

b. Pelaksana Operasional; dan

c. Pengawas

(2) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dijabat secara ex officio oleh Kepala Desa.

(3) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dijabat dari unsur masyarakat desa setempat dengan tugas mengurus dan mengelola BUM Desa.

(4) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud pada pasal 15 huruf b, terdiri atas:

a. Direktur/Ketua;

b. Sekretaris;

c. Bendahara; dan

d. Kepala Unit Usaha.

(5) Pelaksana operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dijabat dari unsur masyarakat desa setempat.

(6) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) huruf b mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUM Desa.

(7) Kepala unit usaha sebagaimana disebutkan pada ayat (4) huruf d dipilih dan diangkat oleh Direktur/Ketua BUM Desa dengan persetujuan dari penasihat dan pengawas.

(8) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) huruf c mewakili kepentingan masyarakat untuk melaksanakan pengawasan BUM Desa yang berasal dari unsur masyarakat.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

150

78 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

(9) Susunan Kepengurusan Pengawas terdiri dari:

a. Ketua;

b. Wakil Ketua merangkap anggota;

c. Sekretaris merangkap anggota; dan

d. Anggota

(10) Susunan kepengurusan BUM Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipilih oleh masyarakat melalui Musyawarah Desa sesuai dengan keten-tuan peraturan yang berlaku.

(11) Susunan kepengurusan BUM Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa.

BAB VI

TATA CARA PENGGUNAAN DAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA

Pasal 20

(1) Pendapatan BUM Desa ....................... adalah pendapatan kotor (bruto) dari seluruh hasil usaha BUM Desa.

(2) Pengeluaran (biaya) BUM Desa …….. adalah semua biaya operasional, biaya administrasi dan umum, serta serta penyusutan atas barang barang inventaris dalam 1 (satu) tahun buku.

(3) Pendapatan bersih (netto) BUM Desa ....................... adalah pendapatan kotor dikurangi pengeluaran (biaya) BUM Desa …………sebagaimana di-maksud pada ayat (2).

(4) Sisa hasil usaha BUM Desa ....................... adalah pendapatan bersih di-kurangi bunga dan pajak.

Pasal 21

(1) Sisa hasil usaha BUM Desa ……….sebagaimana dimaksud pada pasal 20 ayat (4) disampaikan oleh Ketua/Direktur BUM Desa kepada Kepala Desa untuk mendapatkan persetujuan dalam musyawarah desa.

(2) Sisa hasil usaha sebagaimana dimaksud pada pasal 20 ayat (4) setelah di-kurangi dengan pembayaran pendapatan atas penyertaan modal masyara-kat atau pihak ketiga dibagi berdasarkan proporsi sebagai berikut:

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

151

79Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

a. Kas Desa sebagai Pendapatan Asli Desa (APB Desa) : %

b. Pengurus BUM Desa (Penasihat, Pengawas, Pelaksana Operasional) : %

c. Penambahan modal usaha BUM Desa : %

d. Peningkatan SDM Pengurus dan Pengelola Usaha : %

e. Pendidikan dan Sosial : %

f. Cadangan : %

Pasal 22

(1) Pembagian sisa hasil usaha BUM Desa untuk kas Desa sebagai pendapatan asli desa diserahkan melalui Kas Desa selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah perhitungan dan pembagian keuntungan usahanya.

(2) Pembagian sisa hasil usaha BUM Desa untuk pengurus BUM Desa sebagai penghargaan dari pelaksanaan tugas-tugasnya ditentukan sebagai berikut:

a. Penasihat : %

b. Pelaksana opersional : %

c. Pengawas : %

(3) Pembagian sisa hasil usaha BUM Desa untuk pelaksana operasional seb-agaimana dimaksud pada pasal 22 ayat (2) huruf b ditentukan melalui musy-awarah pengurus BUM Desa.

(4) Pembagian sisa hasil usaha BUM Desa untuk pengawas sebagaimana dimak-sud pada pasal 22 ayat (2) huruf c diputuskan melalui rapat pengawas.

BAB VI

PERATURAN PERALIHAN

Pasal 23

Hal -hal yang belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini sepanjang mengenai tek-nis pelaksanaannya akan diatur kemudian dalam Surat Keputusan Ketua/Direktur BUM Desa ………. dalam rapat Pengurus Organisasi BUM Desa.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

152

80 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

BAB VII

PENUTUP

Pasal 24

Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan di : ………………

Padatanggal : ………………

Kepala Desa ………………

(____________________________)

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

153

81Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDesa) ……….

DESA ………………, KECAMATAN ………………, KABUPATEN ………………

BAB I

KEWAJIBAN DAN HAK PENGELOLA

Bagian Kesatu

Penasihat

Pasal 1

(1) Penasihat berkewajiban:

a. Memberikan nasihat kepada Pelaksanaan Operasional dalam melaksanakan pengelolaan BUM Desa.

b. Memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan BUM Desa.

c. Membina pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa.

(2) Penasihat berwenang:

a. Meminta penjelasan dari Pelaksana Operasional mengenai persoalan yang menyangkut pengelolaan BUM Desa.

b. Melindungi usaha Desa terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kinerja BUM Desa.

(3) Penasihat berhak atas:

a. Pembagian sisa hasil usaha BUM Desa…….. yang sah sebagai penghargaan dari pelaksanaan tugas-tugasnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar.

b. Menggunakan fasilitas srana/prasarana yang dimiliki oleh BUM Desa untuk kelancaran pengelolaan BUM Kamp.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

154

82 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

Bagian Kedua

Pelaksana Operasional

Pasal 2

(1) Pelaksana operasional terdiri atas:

a. Direktur/Ketua;

b. Sekretaris;

c. Bendahara; dan

d. Kepala Unit Usaha.

(2) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUM Desa.

(3) Pelaksana Operasional sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban:

a. Melaksanakan dan mengembangkan BUM Desa agar menjadi lembaga yang melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum masyarakat Desa;

b. Menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Desa untuk mening-katkan Pendapatan Asli Desa (PA Desa);

c. Membuat laporan keuangan seluruh unit-unit usaha BUM Desa setiap bulan; dan

d. Membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha BUM Desa kepada masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun.

(4) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:

a. Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian Desa lain-nya;

b. Mewakili Badan Usaha Milik Desa ______________ di dalam dan di luar pengadilan.

c. Menunjuk Anggota Pengurus dengan persetujuan dari penasihat; dan

d. Mengangkat karyawan sesuai dengan kebutuhan dengan persetujuan dari penasihat.

(5) Pelaksana operasional berhak atas pembagian sisa hasil usaha BUM Desa…….. yang sah sebagai penghargaan dari pelaksanaan tugas-tugasnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

155

83Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

Pasal 3

(1) Dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) Pelaksana Operasional dapat menunjuk Anggota Pengurus sesuai dengan kapa-sitas bidang usaha, khususnya dalam mengurus pencatatan dan administrasi usaha dan fungsi operasional bidang usaha.

(2) Pelaksana Operasional dapat dibantu karyawan sesuai dengan kebutuhan dan harus disertai dengan uraian tugas berkenan dengan tanggung jawab, pemba-gian peran dan aspek pembagian kerja lainnya.

Bagian Ketiga

Pengawas

Pasal 4

(1) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai kewajiban me-nyelenggarakan Rapat Umum untuk membahas kinerja BUM Desa sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

(2) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang menyelenggarakan Rapat Umum Pengawas untuk:

a. Pemilihan dan Pengangkatan Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

b. Penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari BUM Desa, dan

c. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Pelaksana Opera-sional.

(3) Penasihat berhak atas:

a. Pembagian sisa hasil usaha BUM Desa…….. yang sah sebagai penghargaan dari pelaksanaan tugas-tugasnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar.

b. Menggunakan fasilitas srana/prasarana yang dimiliki oleh BUM Desa untuk kelancaran pengelolaan BUM Kamp.

Bagian Keempat

Tugas dan Wewenang Pelaksana Operasional

Paragraf 1

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

156

84 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

Ketua/Direktur

Pasal 5

Direktur utama mempunyai tugas:

a. Menyusun perencanaan, melakukan koordinasi dan pengawasan seluruh keg-iatan operasional BUM Desa ..................

b. Membina kepala unit usaha.

c. Mengurus dan mengelola kekayaan BUM Desa ..............

d. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan BUM Desa ..............

e. Menyusun rencana strategis usaha 5 (lima) tahunan yang disahkan oleh Kepala Desa ............. melalui usul Pengawas

f. Menyusun dan menyampaikan Rencana Usaha Tahunan dan Rencana Ang-garan Tahunan yang merupakan penjabaran tahunan dari Rencana Strategis Usaha kepada Kepala Desa melalui Pengawas; dan

g. Menyusun dan menyampaikan laporan seluruh kegiatan BUM Desa ...........

Pasal 6

(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf g terdiri dari Laporan Tri-wulan, Semester, dan Laporan Tahunan.

(2) Laporan Triwulan dan Laporan Semester sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari laporan kegiatan operasional dan keuangan yang disampaikan ke-pada Pengawas.

(3) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari laporan keuangan dan laporan manajemen yang ditandatangani bersama Direktur dan Pengawas BUM Desa disampaikan kepada Kepala Desa.

(4) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan paling lam-bat 3 bulan setelah tutup buku tahunan BUM Desa..........untuk disahkan oleh Kepala .......... paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah diterima.

Pasal 7

Direktur dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 mem-punyai wewenang :

a. Mengangkat dan memberhentikan kepala/manajer unit usaha berdasarkan AD dan ART;

b. Menetapkan Standar Operational Prosedur Unit Usaha dan Tata Kerja BUM Desa ……… dengan persetujuan Pengawas

c. Mewakili BUM Desa …………. di dalam dan di luar pengadilan;

d. Menunjuk kuasa untuk melakukan perbuatan hukum mewakili BUM Desa ………..;

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

157

85Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

e. Menandatangani laporan triwulan, semester dan laporan tahunan;

f. Menjual, menjaminkan atau melepaskan aset milik BUM Desa ………. berdasar-kan persetujuan Kepala Desa dan atas pertimbangan Pengawas; dan

g. Melalkukan ikatan perjanjian dan kerjasama dengan pihak lain.

Paragraf 2

Sekretaris

Pasal 8

Sekretaris mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Melaksanakan kegiatan administrasi perkantoran;

b. Mengusahakan kelengkapan organisasi;

c. Memimpin dan mengarahkan tugas-tugas karyawan unit usaha;

d. Menghimpun dan menyusun laporan kegiatan bersama Direktur dan Pengawas;

e. Menyusun rencana program kerja organisasi.

Pasal 9

Sekretaris dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 mempunyai wewenang :

a. Mengambil keputusan di bidang kesekretariatan dan operasional kantor;

b. Menandatangani surat-menyurat;

c. Penatausahaan administrasi perkantoran.

Paragraf 3

Bendahara

Pasal 10

Bendahara mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Melaksanakan pembukuan keuangan;

b. Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja BUM Desa ………….. ;

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

158

86 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

c. Menyusun laporan keuangan;

d. Melaporkan posisi keuangan kepada Direktur secara sistematis, dapat diper-tanggungjawabkan dan menunjukan kondisi keuangan dan kelayakan BUM Desa yang sesungguhnya

e. Mengendalikan dan mengoptimalkan anggaran.

Pasal 11

Bendahara dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 mempunyai wewenang :

a. Menerima, menyimpan dan membayar uang berdasarkan bukti-bukti yang sah.

b. Mengambil keputusan dibidang pengelolaan keuangan dan usaha;

c. Bersama dengan Direktur menandatangani surat yang berhubungan dengan bidang keuangan dan usaha.

d. Mengeluarkan uang berdasarkan bukti-bukti yang sah

e. Menyetorkan uang ke Bank setelah mendapat persetujuan dari Direktur

Paragraf 4

Kepala/Manajer Unit Usaha

Pasal 12

Kepala/Manajer Unit Usaha mempunyai tugas:

a. Menyusun perencanaan, melakukan koordinasi, dan pengawasan seluruh kegiatan operasional unit usaha dari BUM Desa .................. yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Menjalankan Standar Operational Prosedur Unit Usaha dan Tata Kerja BUM Desa.

c. Membina karyawan unit usaha

d. Mengurus dan mengelola kekayaan unit usaha BUM Desa .............. yang menjadi tanggung jawabnya.

e. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan unit usaha BUM Desa .............. yang menjadi tanggung jawabnya.

f. Menyusun rencana strategis usaha 5 (lima) tahunan unit usaha yang disahkan oleh direktur/ketua BUM Desa ……….

g. Menyusun dan menyampaikan Rencana Usaha Tahunan dan Rencana

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

159

87Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

Anggaran Tahunan Unit Usaha yang merupakan penjabaran tahunan dari Rencana Strategis unit usaha kepada direktur/ketua BUM Desa ……….; dan

h. Menyusun dan menyampaikan laporan seluruh kegiatan unit usaha BUM Desa ........... yang menjadi tanggung jawabnya.

Pasal 13

1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf g terdiri dari Laporan Tri-wulan, Semester, dan Laporan Tahunan.

(2) Laporan Triwulan dan Laporan Semester sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari laporan kegiatan operasional dan keuangan unit usaha yang disam-paikan kepada direktur/ketua.

(3) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari laporan keuangan dan laporan manajemen yang disampaikan kepada direktur/ketua Bum Desa .............

(4) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan paling lam-bat 1 bulan setelah tutup buku tahunan BUM Desa..........untuk disahkan oleh direktur/ketua BUM Desa .......... paling lambat dalam waktu 15 (lima belas hari setelah diterima.

Pasal 14

Kepala/Manajer Unit Usaha dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 mempunyai wewenang :

a. Mengangkat dan memberhentikan karyawan unit usaha berdasarkan AD dan ART;

b. Menandatangani laporan triwulan, semester dan laporan tahunan;

c. Melalkukan ikatan perjanjian dan kerjasama dengan pihak lain dengan per-setujuan direktur/ketua BUM Desa ……..

BAB II

KARYAWAN UNIT USAHA

Pasal 15

(1) Untuk dapat diangkat menjadi Karyawan Unit Usaha BUM Desa ............ harus

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

160

88 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

memenuhi persyaratan:

a. Warga Negara Republik Indonesia;

b. Penduduk Desa ……………. yang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk (KTP);

c. Sekurang-kurangnya berijazah pendidikan SLTP dan diutamakan SLTA;

d. Berkelakuan baik

e. Mempunyai pendidikan, kecakapan dan keahlian yang diperlukan;

f. Dinyatakan sehat oleh dokter negeri ;

g. Usia paling rendah 23 (dua puluh tiga) tahun dan paling tinggi 35 (tiga puluh lima) tahun, dan

h. Lulus seleksi.

(2) Batas usia pensiun Karyawan Unit Usaha BUM Desa adalah 65 (enam puluh lima) tahun.

Pasal 16

Karyawan Unit Usaha BUM Desa …………. wajib:

a. Memegang teguh, mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Mendahulukan kepentingan BUM Desa ………. di atas kepentingan lainnya;

c. Mematuhi segala kewajiban dan larangan; dan

d. Memegang teguh rahasia BUM Desa …………… dan rahasia jabatan.

Pasal 17

Karyawan Unit Usaha BUM Desa …………. dilarang:

a. Melakukan kegiatan yang merugikan BUM Desa ……….

b. Menggunakan kedudukannya untuk memberikan keuntungan bagi diri sendiri dan/atau orang lain yang merugikan BUM Desa ………. ; dan

c. Mencemarkan nama baik BUM Desa ………..

Pasal 18

(1) Karyawan Unit Usaha BUM Desa ………. dapat dikenakan sanksi.

(2) Jenis sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

161

89Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

a. Teguran lisan;

b. Teguran tertulis;

c. Pemberhentian sementara;

d. Pemberhentian dengan hormat; dan

e. Pemberhentian dengan tidak hormat.

(1) Pelaksanaan penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetap-kan dengan Keputusan Direkur/Ketua BUM Desa ..............

Pasal 19

(1) Karyawan Unit Usaha BUM Desa .............. diberhentikan sementara apabila telah melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dan/atau tin-dak pidana.

(2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 6 (enam) bulan atau adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

BAB III

TATA CARA PEMBENTUKAN KEPENGURUSAN

Pasal 20

(1) Pembentukan pengurus BUM Desa .............. dilaksanakan melalui musyawarah desa yang dihadiri oleh segenap unsur pemerintah desa, Badan Permusy-awaratan Desa (BPD), unsur dari kelembagaan kemasyarakatan di desa, dan masyarakat Desa.

(2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh BPD dipimpin oleh Ketua BPD ………..untuk memimpin sidang penyusunan dan/atau pemilihan pengurus BUM Desa .............. secara demokratis.

(3) Pengurus BUM Desa .............. sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berasal dari masyarakat yang memiliki kemampuan, kemauan, dan kepedulian terha-dap kemajuan pembangunan desa.

(4) Calon pengurus BUM Desa ..............harus memenuhi syarat:

a. Warga Desa .............. yang mempunyai jiwa wirausaha;

b. Bertempat tinggal dan menetap di Desa .............. sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;

c. Sekurang-kurangnya telah bemmur 25 (dua puluh lima) tahun dan seting-

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

162

90 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

gi-tingginya 55 (lima puluh enam) tahun;

d. Berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, berwibawa, dan penuh pengabdian terhadap perekonomian desa;

e. Pendidikan sekurang-kurangnya SMU/Madrasah Aliyah/SMK atau sedera-jat ; dan

f. Sehat jasmani dan rohani.

Pasal 21

Pengurus BUM Desa …….. dilarang:

a. Lalai dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sehingga merugikan kepentin-gan umum dan atau kepentingan BUM Desa;

b. Menyalahgunakan wewenang sebagai Pengurus BUM Desa;

c. Melakukan hal hal yang dapat menurunkan martabat dan kehormatan baik pribadi maupun organisasi;

d. Melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain;

e. Menerima hadiah atau pemberian dari seseorang yang berakibat menyalahgu-nakan tugas dan wewenang serta kewajibannya sebagai pengelola BUM Desa;

f. Mengadakan persekutuan dengan pengurus BUM Desa lainnya dan atau Pengawas, dan atau Kepala Desa dalam menentukan kebijakan untuk tujuan kepentingan pribadi yang mengakibatkan kerugian bagi BUM Desa;

g. Merongrong dan atau mensponsori masyarakat untuk berbuat yang merusak/merugikan pengembangan usaha BUM Desa.

Pasal 22

Pengurus BUM Desa …… dapat dikenakan sanksi :

a. Teguran lisan;

b. Peringatan secara tertulis;

c. Pemberhentian sementara (skorshing);

d. d. Pemberhentian dengan hormat; dan

e. Pemberhentian dengan tidak hormat yang ditetapkan dalam forum musy-awarah desa.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

163

91Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

Pasal 23

Pengurus BUM Desa .............. berhenti atau diberhentikan apabila :

a. Meninggal dunia;

b. Mengundurkan diri

c. Pindah tempat tinggal di luar Desa ……… ;

d. Telah selesai masa bakti sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan Ang-garan Rumah Tangga BUM Desa;

e. Tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik; dan

f. Terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan sebagai tersangka.

Pasal 24

Pengurus BUM Desa .............. dilarang mengambil keuntungan pribadi baik secara langsung maupun tidak langsung dari kegiatan BUM Desa selain penghasilan yang sah.

BAB IV

MASA BAKTI PENGURUS

Pasal 25

(1) Masa bakti penasihat mengikuti masa jabatan kepala desa.

(2) Masa bakti pelaksana operasional dan pengawas ..... (......) tahun, dan sesu-dahnya dapat diangkat kembali.

(3) Batas usia pelaksana operasional dan pengawas paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun.

BAB V

PENETAPAN JENIS USAHA

Pasal 26

(1) Bidang Usaha Badan Usaha Milik Desa ......................., Kecamatan ......................., Kabupaten ....................... adalah : (disesuaikan dengan hasil kajian di desa)

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

164

92 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

a. Pasar Desa

b. Pengelolaan Wisata Desa.

c. Pemasaran Produk Industri Kecil Dan Rumah Tangga.

d. Pelayanan Air Irigasi.

e. Pelayanan Air Bersih

f. Penyewaan Kios Desa.

g. Jasa Keuangan.

h. Jasa Konstruksi.

i. Penyediaan kebutuhan petani seperti: pembibitan, alat-alat pertanian, kebu-tuhan pupuk, obat-obat pertanian, peternakan dan jasa perkreditan untuk usaha-usaha keluarga petani.

(2) Jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada di wilayah Desa.

Pasal 27

BUM Desa .......... dilarang menjalankan usaha:

a. Bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Bertentangan dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat Desa …….

c. Merugikan kepentingan dan/atau menyaingi usaha masyarakat Desa …….

BAB VI

FORUM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN RAPAT-RAPAT BUM DESA

Bagian Kesatu

Forum Pengambilan Keputusan

Pasal 28

Forum pengambilan keputusan terdiri dari:

a. Musyawarah Desa, sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi, forum ini dapat memilih dan memberhentikan pengurus BUM Desa maupun menetap-kan pembubaran BUMDes atau kebijakan lain yang bersifat strategis.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

165

93Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

b. Rapat Umum Pengawas, untuk membahas kinerja BUM Desa, pemilihan dan pengangkatan pengurus Pengawas, penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari BUM Desa; dan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Pelaksana Operasional, serta sebagi forum laporan pertang-gung jawaban pengurus dan penyusunan rencana strategis pengembangan BUMDes.

c. Rapat pengurus, sebagi forum pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan operasional pengelolaan dan pengembangan BUM Desa maupun usaha.

Bagian Kedua

Rapat Rapat BUM Desa

Pasal 29

(1) Pengelola BUM Desa mengadakan rapat secara berkala sekurang kurangnya 2 (dua) kali dalam satu tahun dan atau melihat sesuai kebutuhan.

(2) Kecuali yang dimaksud ayat (1), atas permintaan sekurang kurangnya 2 (dua) orang angota BUM Desa atau atas permintaan Penasihat atau Ketua Pengawas, Direktur BUM Desa dapat mengundang Pengelola BUM Desa untuk mengada-kan rapat khusus/luar biasa jika memang hal tersebut dianggap perlu selambat-lambatnya satu mingu setelah permintaan itu diterima oleh Direktur BUM Desa.

(3) BUM Desa mengadakan rapat atas undangan Direktur, atau Penasihat/Kepala Desa atau Ketua Pengawas.

(4) Pengurus dan anggota BUM Desa wajib memelihara ketertiban dan kelancaran jalannya rapat.

BAB VII

PERMODALAN

Pasal 30

(1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa.

(2) Modal BUM Desa terdiri atas:

a. Penyertaan Modal Desa, dan;

b. Penyertaan Modal Masyarakat

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

166

94 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

Pasal 31

(1) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (2) huruf a merupakan kekayaan pemerintah Desa yang diinvestasikan dalam BUM Desa untuk meningkatkan pendapatan Desa atau pelayanan kepada masyarakat.

(2) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kekayaan Desa yang dipisahkan yang dianggarkan dari pengeluaran pembiayaan dalam APB Desa.

(3) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk tanah kas Desa dan bangunan tidak dapat dijual.

(4) Penyertaan modal pada BUM Desa melalui proses analisis kelayakan sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

(5) Tata cara penyertaan modal diatur berdasarkan Peraturan Bupati/Wali Kota mengenai pengelolaan keuangan Desa.

(6) Penyertaan Modal Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. Bantuan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;

b. Hibah dari Pihak Swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau lembaga donor dan yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa;

c. Kerja sama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyara-katan dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai kekayaan kolektif Desa dan disalurkan melalui mekanisme APB Desa;

d. Aset Desa yang pengelolaannya diserahkan kepada BUM Desa sesuai den-gan ketentutan peraturan perundangan-undangan tentang Desa.

(7) Penyertaan modal masyarakat Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (2) huruf b berasal dari tabungan masyarakat dan/atau simpanan masyar-kat.

(8) Modal BUM Desa selain sebagaimana dimaksud pada pasal 30 ayat (2) huruf a, dapat berasal dari dana bergulir program pemerintah dan pemerintah daerah yang diserahkan kepada desa dan/atau masyarakat melalui pemerintah desa.

Pasal 32

(1) Untuk mengembangkan kegiatan usahanya, BUM Desa dapat menerima pinja-man dan/atau bantuan yang sah dari pihak lain.

(2) Modal BUM Desa ............... yang berasal dari pinjaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan setelah mendapat persetujuan dari BPD.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

167

95Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

(3) Persetujuan dari BPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) merupakan persetujuan tertulis dari BPD setelah diadakan rapat khusus untuk membahas pinjaman.

BAB VI

PERATURAN PERALIHAN

Pasal 33

Hal hal yang belum cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur kemudian dalam Surat Keputusan Ketua/Direktur BUM Desa ………. dalam rapat Pengurus Organisasi BUM Desa.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : ………………

Padatanggal : .....

Kepala Desa ………………

……….………………

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

168

96 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

KABUPATEN .......................

KEPUTUSAN KEPALA DESA .......................

NOMOR .......... TAHUN 20__

TENTANG

PENETAPAN SUSUNAN PENGURUS

BADAN USAHA MILIK DESA

DESA ......................., KECAMATAN ......................., KABUPATEN .......................

KEPALA DESA .......................

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjalankan kegiatan opera-

sioal Badan Usaha Milik Desa di Desa ......................., Kecamatan .......................dipandang perlu adanya pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang cakap, jujur, profesional, dan bertangung jawab;

b. bahwa susunan pengurus Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud huruf a di atas, perlu ditetap-kan dengan Keputusan Kepala Desa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pem-bentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5394);

Lampiran 3

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

169

97Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Lembaran Negara Re-publik Indonesia Nomor 5495);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lem-baran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) seb-agaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Un-dang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lemba-ran Negara Republik Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Repub-lik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indononesia Nomor 5717);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapa-tan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lem-baran Negara Republik Indonesia Nomor 5558), seb-agaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lem-baran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864);

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

170

98 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 611);

11. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul Dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 158);

12. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 296);

13. Peraturan Daerah Kabupaten .......................

14. Peraturan Desa ………. Nomor Tahun …..tentang Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa);

15. Memperhatikan : 1. Berita Acara Rapat Musyawarah Desa ………………,No-

mor ....... Tanggal ..........;

2. dan seterusnya............................................................; MEMUTUSKAN:

Menetapkan : Keputusan Kepala Desa Tentang Susunan Pengurus Badan Usaha Milik Desa, Desa ......................., Keca-matan ......................., Kabupaten .......................

Pertama : Susunan pengurus Badan Usaha Milik Desa ..................... di Desa ......................., Kecamatan ......................., Kabupaten .......................disusun seb-agaimana tersebut dalam lampiran Keputusan ini.

KEDUA Masa jabatan pengurus adalah ..... (.......) tahun terhi-tung sejak tanggal ditetapkan.

KETIGA Lampiran sebagaimana dimaksud dalam Diktum Per-tama, merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputu-san ini.

KEEMPAT : Semua biaya yang timbul akibat ditetapkan keputusan ini dibebankan pada APBDes Desa ………………, Keca-matan ………………, Kabupaten ………………, Sumbangan Pihak Ketiga dan sumber lain yang sah dan tidak mengi-kat.

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

171

99Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)www.ireyogya.org

KELIMA : Keputusan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila terdapat kekeliru-an akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : ………………

Pada tanggal :

KEPALA DESA ………………

………………

Tembusan disampaikan Kepada Yth:

1. Camat ……………… (sebagai laporan);

2. Ketua BPD Desa ………………;

3. Yang bersangkutan.

4. Arsip

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

172

100 Modul Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) www.ireyogya.org

Lampiran : Keputusan Kepala Desa .

Nomor : / Kep./Ds. /20 .

Tanggal : .

Tentang : Susunan Pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Desa Kecamatan .

SUSUNAN PENGURUS BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA)“______________________”

DESA ______________ KECAMATAN ___________KABUPATEN _______________

I. Penasihat : Kepala Desa _________

II. Pengawas :

1. Ketua :

2. Wakil Ketua merangkap anggota :

3. Sekretaris merangkap anggota :

4. Anggota :

III. Pelaksana Operasional :

1. Direktur/Ketua :

2. Sekretaris :

3. Bendahara :

4. Kepala/Manajer Unit Usaha :

Ditetapkan di : ………………

Pada tanggal :

Kepala Desa ………………

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

173

Buku Panduan Pelembagaan dan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)untuk Perbaikan Layanan Dasar dan Kesejahteraan Masyarakat

174