Buku master-plan-pertanian

179
Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana ii KATA PENGANTAR Kabupaten Kaimana terbentuk berdasarkan Undang Undang No. 26 Tahun 2002 dengan ibukota Kaimana. Peran sektor pertanian sangat nyata, sampai 58,31% dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Diberlakukannya Undang Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang Undang No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah menjamin sepenuhnya pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan sektor pertanian. Untuk mendukung pembangunan sektor pertanian tersebut telah disusun kerangka kerja yang terencana dan terarah yang tertuang dalam Masterplan Pertanian Kabupaten Kaimana. Masterplan Pertanian merupakan suatu rencana strategis untuk menempatkan pertanian yang tangguh sebagai core bussiness suatu daerah. Adanya suatu penataan pemanfaatan ruang pertanian yang terencana dengan baik, lebih terarah dan lebih optimal. Oleh karena itu, Masterplan Pertanian berisikan pedoman pembangunan pertanian sebagai acuan penataan ruang pertanian melalui pengembangan komoditas unggulan untuk menciptakan sistem pertanian yang lebih produktif, aman dan berkelanjutan. Hasil penelitian pustaka, lapang dan analisis data secara keseluruhan telah disampaikan dalam Laporan Akhir yang menyajikan arah dan strategi pengembangan pertanian di Kabupaten Kaimana, baik percepatan ketahanan pangan dan diversifikasi pangan lokal, percepatan pertumbuhan perekonomian rakyat maupun percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. Kepada seluruh anggota Tim Peneliti dan semua pihak yang telah bekerja keras dalam penyelesaian Laporan Akhir ini disampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih. Semoga laporan ini bermanfaat, khususnya dalam mendukung pembangunan pertanian di wilayah Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Desember 2007 Direktur, AGATHIS ALBA JAYA pt.

Transcript of Buku master-plan-pertanian

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana ii

KATA PENGANTAR

Kabupaten Kaimana terbentuk berdasarkan Undang Undang No. 26

Tahun 2002 dengan ibukota Kaimana. Peran sektor pertanian sangat

nyata, sampai 58,31% dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Diberlakukannya Undang Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

Daerah dan Undang Undang No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan

keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah menjamin sepenuhnya

pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan sektor pertanian.

Untuk mendukung pembangunan sektor pertanian tersebut telah

disusun kerangka kerja yang terencana dan terarah yang tertuang dalam

Masterplan Pertanian Kabupaten Kaimana. Masterplan Pertanian

merupakan suatu rencana strategis untuk menempatkan pertanian yang

tangguh sebagai core bussiness suatu daerah. Adanya suatu penataan

pemanfaatan ruang pertanian yang terencana dengan baik, lebih terarah

dan lebih optimal. Oleh karena itu, Masterplan Pertanian berisikan

pedoman pembangunan pertanian sebagai acuan penataan ruang

pertanian melalui pengembangan komoditas unggulan untuk menciptakan

sistem pertanian yang lebih produktif, aman dan berkelanjutan.

Hasil penelitian pustaka, lapang dan analisis data secara

keseluruhan telah disampaikan dalam Laporan Akhir yang menyajikan

arah dan strategi pengembangan pertanian di Kabupaten Kaimana, baik

percepatan ketahanan pangan dan diversifikasi pangan lokal, percepatan

pertumbuhan perekonomian rakyat maupun percepatan pertumbuhan

ekonomi daerah.

Kepada seluruh anggota Tim Peneliti dan semua pihak yang telah

bekerja keras dalam penyelesaian Laporan Akhir ini disampaikan

penghargaan dan ucapan terimakasih. Semoga laporan ini bermanfaat,

khususnya dalam mendukung pembangunan pertanian di wilayah

Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat.

Desember 2007

Direktur,

AGATHIS ALBA JAYA pt.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................... iii

DAFTAR TABEL.......................................................................... vii

DAFTAR PETA............................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR....................................................................... x

DAFTAR FOTO........................................................................... xi

RINGKISAN............................................................................... xii

SUMMARY................................................................................. xix

BAB I. PENDAHULUAN......................................................... 1

1.1. Latar Belakang................................................ 1

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran............................. 3

1.3. Ruang Lingkup................................................ 4

1.3.1. Lingkup Masalah................................... 5

1.3.2. Lingkup Area....................................... 5

BAB II. METODOLOGI DAN PENDEKATAN................................ 6

2.1 Teknik Pengumpulan Data................................. 6

2.1.1. Data Primer......................................... 6

2.1.2. Data Sekunder..................................... 9

2.2. Teknik Analisis Data......................................... 9

2.2.1. Analisis Kesesuaian Lahan..................... 10

2.2.2. Analisis Usahatani................................ 11

2.2.3. Analisis Pengembangan Kawasan

Budidaya.............................................

12

2.2.4. Analisis Kependudukan.......................... 12

2.2.5. Analisis Sosial Ekonomi dan Budaya........ 13

2.2.6. Penyusunan Masterplan Pertanian........... 13

2.3. Keluaran Penelitian.......................................... 14

2.4. Sistematika Pelaporan...................................... 15

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana iv

BAB III. KEBIJAKAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA

18

3.1. Tinjauan Perundang Undangan.......................... 18

3.1.1. Pembentukan Kabupaten Kaimana.......... 18

3.1.2. Otonomi Daerah................................... 19

3.1.3. Lingkungan Hidup................................. 19

3.1.4. Kawasan Lindung................................. 20

3.2. Kebijakan Pembangunan Kabupaten Kaimana...... 21

3.2.1. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Kaimana..............................................

21

3.2.2. Kebijakan Bidang Pertanian................... 24

BAB IV. KARAKTERISTIK WILAYAH KABUPATEN KAIMANA.......... 29

4.1. Karakteristik Biofisik Wilayah............................. 29

4.1.1. Luas dan Letak Geografi........................ 29

4.1.2. Karakteristik Iklim dan Hisrologi............. 31

4.1.3. Geologi dan Bahan Induk Tanah............. 37

4.1.4. Fisiografi dan Bentuk Wilayah................ 45

4.1.5. Tanah................................................. 58

4.1.6. Penggunaan Lahan............................... 66

4.1.7. Status Penggunaan Lahan..................... 69

4.2. Karakteristik Sosial Kependudukan..................... 73

4.2.1. Jumlah dan Distribusi Penduduk............. 73

4.2.2. Dinamika Penduduk.............................. 74

4.2.3. Struktur Penduduk............................... 74

4.2.4. Proyeksi Jumlah Penduduk..................... 75

4.2.5. Ketenagakerjaan.................................. 76

4.2.6. Tingkat Pendidikan............................... 77

4.3. Karakteristik Sosial Budaya............................... 78

4.4. Karakteristik Sosial Ekonomi............................. 79

4.4.1. Pendapatan Daerah Kabupaten Kaimana.. 80

4.4.2. Struktur Perekonomian Kabupaten Kaimana..............................................

80

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana v

4.5. Karakteristik Sarana dan Prasarana Perhubungan Wilayah..........................................................

81

4.5.1. Perhubungan Darat............................... 81

4.5.2. Perhubungan Laut dan Sungai................ 81

4.5.3. Perhubungan Udara.............................. 83

4.6. Karakteristik Fasilitas Perekonomian................... 83

4.6.1. Pasar.................................................. 83

4.6.2. Lembaga Keuangan.............................. 84

BAB V. ANALISIS WILAYAH KABUPATEN KAIMAN..................... 85

5.1. Analisis Kependudukan, Sosial Budaya dan

Ekonomi.........................................................

85

5.1.1. Analisis Kependudukan.......................... 85

5.1.2. Analisis Sosial Budaya........................... 87

5.1.3. Analisis Sosial Ekonomi......................... 89

5.2. Analisis Potensi Sumberdaya Lahan.................... 91

5.2.1. Analisis Kesesuaian Lahan..................... 91

5.2.2. Analisis Usahatani................................ 99

5.3. Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana........... 105

BAB VI. MASTERPLAN PERTANIAN UNTUK PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN KAIMANA............

110

6.1. Kawasan Budidaya........................................... 110

6.1.1. Kawasan Budidaya Pertanian................. 110

6.1.2. Kawasan Budidaya Perikanan................. 114

6.2. Kawasan Non Budidaya Pertanian...................... 115

6.3. Pengembangan Pertanian Berbasis Desa............. 115

BAB VII. ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG DAN ANCAMAN PEMBANGUNAN PERTANIAN KABUPATEN

KAIMANA.................................................................

124

7.1. Kekuatan........................................................ 124

7.2. Kelemahan..................................................... 125

7.3. Peluang.......................................................... 126

7.4. Ancaman........................................................ 127

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana vi

BAB VIII. STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN MELALUI PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN

KAIMANA.................................................................

128

8.1. Visi dan Misi Pembangunan Pertanian Kabupaten Kaimana.........................................................

128

8.2. Strategi Pembangunan Pertanian....................... 130

8.2.1. Percepatan Ketahanan Pangan dan Diversifikasi Pangan Lokal......................

130

8.2.2. Percepatan Pertumbuahan Ekonomi Kerakyatan..........................................

144

8.2.3. Percepatan Pertumbuahan Ekonomi

Daerah................................................

145

BAB IX. KESIMPULAN DAN SARAN 148

9.1. Kesimpulan..................................................... 148

9.2 Saran-saran.................................................... 151

DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 153

LAMPIRAN................................................................................ 155

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Nama distrik, ibu kota, jumlah kampung/desa dan

luasannya di Kabupaten Kaimana....................................

29

4.2. Nama sungai/anak sungai yang terdapat di Kabupaten

Kaimana......................................................................

36

4.3. Nama danau yang terdapat di Kabupaten Kaimana............ 37

4.4. Fisiografi dan bentuk wilayah Kabupaten Kaimana............. 52

4.5. Bentuk wilayah Kabupaten Kaimana................................ 55

4.6. Luas, bentuk wilayah masing-masing distrik di Kabupaten

Kaimana......................................................................

57

4.7. Tanah-tanah yang dijumpai di Kabupaten Kaimana

menurut Keys to Soil Taxonomy (2003)...........................

59

4.8. Penggunaan lahan dan luasannya di Kabupaten Kaimana.... 68

4.9. Kawasan hutan dan kawasan budidaya pertanian

Kabupaten Kaimana......................................................

71

4.10. Karakateristik penduduk masing-masing distrik di Kabupaten Kaimana pada tahun 2005..............................

73

4.11. Penduduk Kabupaten Kaimana menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2005.........................................

75

4.12. Proyeksi jumlah penduduk masing-masing distrik di

Kabupaten Kaimana tahun 2007-2017.............................

76

4.13. Tingkat pendidikan penduduk masing-masing distrik di Kabupaten Kaimana......................................................

77

5.1a. Laju pertumbuhan sektoral Kabupaten Kaimana atas dasar

harga konstan sampai tahun 2005...................................

90

5.1b. Hasil evaluasi komoditas tanaman pangan di Kabupaten

Kaimana......................................................................

92

5.2. Hasil evaluasi komoditas tanaman sayuran di Kabupaten Kaimana......................................................................

94

5.3. Hasil evaluasi komoditas tanaman buah-buahan di

Kabupaten Kaimana......................................................

95

5.4. Hasil evaluasi komoditas tanaman perkebunan di Kabupaten Kaimana......................................................

96

5.5. Hasil analisis usahatani komoditas tanaman pangan di

Kabupaten Kaimana......................................................

100

5.6. Hasil analisis usahatani komoditas tanaman sayuran di

Kabupaten Kaimana......................................................

102

5.7. Hasil analisis usahatani komoditas tanaman buah-buahan 103

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana viii

di Kabupaten Kaimana...................................................

5.8. Hasil analisis usahatani komoditas tanaman perkebunan di Kabupaten Kaimana......................................................

104

6.1. Masterplan Pertanian untuk pengembangan komoditas

unggulan Kabupaten Kaimana.........................................

112

6.2. Pengembangan pertanian desa di Kabupaten Kaimana beserta komoditas unggulannya......................................

117

8.1. Tingkat konsumsi pangan lokal di Kabupaten Kaimana....... 131

8.2. Proyeksi kebutuhan konsumsi masing-masing komoditas pangan dan luas lahan untuk mencapai tingkat

kemandirian (self sufficiency) di Kabupaten Kaimana tahun 2008-2032...................................................................

132

8.3. Luas lahan pengembangan masing-masing komoditas

tnaman pangan pokok di Kabupaten Kaimana...................

134

8.4. Kebutuhan lahan tahun 2012, 2017, 2022, 2027 dan 2032

untuk mencapai tingkat kecukupan pangan 100%, lahan

potensial dan cadangan lahan komoditas pangan lokal.......

136

8.5. Strategi pengembangan tanaman pangan untuk

percepatan ketahanan pangan dan diversifikasi pangan lokal di Kabupaten Kaimana............................................

138

8.6. Strategi pengembangan komoditas perkebunan rakyat untuk mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat di

Kabupaten Kaimana......................................................

145

8.7. Strategi pengembangan komoditas perkebunan besar untuk mendorong pertumbuhan perekonomian daerah di

Kabupaten Kaimana......................................................

147

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana ix

DAFTAR PETA

Peta Halaman

4.1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Kaimana.................. 30

4.2. Peta Zona Agroklimat Kabupaten Kaimana........................ 35

4.3. Peta Formasi Geologi Kabupaten Kaimana........................ 46

4.4. Peta Fisiografi Kabupaten Kaimana.................................. 54

4.5. Peta Bentuk Wilayah Kabupaten Kaimana......................... 56

4.6. Peta Tanah Kabupaten Kaimana...................................... 65

4.7. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Kaimana.................... 70

4.8. Peta Kawasan Hutan dan Perairan di Kabupaten Kaimana... 72

6.1. Peta Masterplan Pertanian untuk Pengembangan

Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana.........................

116

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1. Pola penyebaran hujan A............................................... 32

4.2. Pola penyebaran hujan C. a) menyebar di bagian utara dan b) menyebar di sepanjang pantai Kabupaten Kaimana

32

4.3. a) Klasifikasi zona agroklimat (Oldeman, 1975) dan b) type hujan menurut Schmidt dan Fergusson (1951)..........

33

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xi

DAFTAR FOTO

Foto Halaman

4.1. Batuliat pada Formasi Audina (Pa) yang dijumpai di daerah

Distrik Buruway............................................................

39

4.2. Batupasir gunung api pada Formasi Tipuna (Rjt) yang

dijumpai di daerah Gariau..............................................

40

4.3. Batupasir kuarsa pada Formasi Granit Kuartisore (Prk) yang dijumpai di daerah Hauma......................................

40

4.4. Batupasir di Distrik Teluk Arguni..................................... 41

4.5. Batugamping pada Formasi Batugamping Lengguru (Tpmr)

yang dijumpai di Tanjung Nambina Distrik Buruway...........

42

4.6. Batugamping pada Formasi Batugamping Lengguru (Tpmr) yang dijumpai di Pegunungan Wandai di Distrik Teluk Etna.

42

4.7. Kapur pada Formasi Batugamping Inskin (KTi) yang

dijumpai di Gunung Nafarua...........................................

43

4.8. Batunapal pada Formasi Warifi (KTwe) yang dijumpai di Distrik Teluk Etna..........................................................

43

4.9. Endapan sungai pada Formasi Aluvium (Qa) bantai Sungai

Omba Distrik Teluk Etna.................................................

44

4.10. Hutan yang dijumpai di jalur aliran sungai Distrik Teluk

Etna terkadang juga berupa hutan sagu...........................

67

4.11. Hutan mangrove yang dijumpai di salah satu sungai di Distrik Teluk Etna..........................................................

67

4.12. Danau Jamur di Distrik Teluk Etna merupakan danau

terbesar di Kabupaten Kaimana.......................................

69

4.13. Salah satu SMP di Distrik Buruway................................... 78

4.14. Salah satu SMK di Distrik Kaimana.................................. 78

4.15. Hutan sagu menyediakan pangan berlimpah masyarakat Papua..........................................................................

78

4.16. Pelabuhan Kaimana....................................................... 82

4.17. Pelabuhan Ruara, Teluk Arguni........................................ 82

4.18. Pelabuhan Kambala, Buruway......................................... 82

4.19. Darmaga Werippi.......................................................... 82

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xii

RINGKASAN

Kabupaten Kaimana terbentuk berdasarkan Undang Undang No. 26

Tahun 2002 dengan ibukota Kaimana. Di Kabupaten Kaimana peran sektor

pertanian sangat nyata, sampai 58,31% dari Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB). Diberlakukannya Undang Undang No. 22 Tahun 1999

tentang Otonomi Daerah dan Undang Undang No. 25 Tahun 1999 tentang

perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah menjamin

sepenuhnya pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan sektor

pertanian.

Untuk mendukung pembangunan sektor pertanian tersebut telah

disusun kerangka kerja yang terencana dan terarah yang tertuang dalam

Masterplan Pertanian Kabupaten Kaimana. Penyusunan Masterplan

Pertanian ini terlaksana berkat kerjasama penelitian antara Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Kaimana

dengan PT. Agathis Alba Jaya, Jakarta Tahun Anggaran 2007 dalam

kegiatan “Penyusunan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan

Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat”.

Masterplan Pertanian merupakan suatu rencana strategis untuk

menempatkan pertanian yang tangguh sebagai core bussiness suatu

daerah. Adanya suatu penataan pemanfaatan ruang pertanian yang

terencana dengan baik, lebih terarah dan lebih optimal. Oleh karena itu,

Masterplan Pertanian berisikan pedoman pembangunan pertanian sebagai

acuan penataan ruang pertanian melalui pengembangan komoditas

unggulan untuk menciptakan sistem pertanian yang lebih produktif, aman

dan berkelanjutan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Kaimana

mempunyai luas 2.070.370 ha, sekitar 32,90% dari luas kabupaten atau

sekitar 681.250 ha potensial untuk pertanian. Lahan-lahan potensial

tersebut, sesuai dengan potensi sumberdaya lahannya dibedakan ke

dalam kawasan-kawasan budidaya, yaitu: sekitar 43.469 ha untuk

budidaya pertanian tanaman pangan lahan basah (LB), sekitar 139.935 ha

untuk budidaya pertanian tanaman pangan lahan kering (LK), untuk

budidaya pertanian tanaman pangan dan tahunan dengan sistem kebun

campuran sekitar 40.019 ha (Kc), budidaya pertanian tanaman

perkebunan yang terdiri dari perkebunan rakyat sekitar 111.313 ha (TPr),

dan perkebunan besar sekitar 310.074 ha (TPb). Budidaya perikanan air

payau (tambak) sekitar 36.440 ha (Ip).

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xiii

Dari lahan potensial tersebut sekitar 104.646 ha diantaranya

merupakan prioritas utama rencana pengembangan pertanian dalam

mendukung visi dan misi pembangunan pertanian di kabupaten ini. Secara

ringkas luas masing-masing kawasan budidaya dan komoditas

unggulannya pada masing-masing kawasan disajikan pada tabel berikut.

L u a s Simbol Arahan/Komoditas

Ha %

I. Kawasan budidaya pertanian

A. Kawasan budidaya pertanian

� Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan

� Tanaman pangan lahan basah

-LB Sagu dan padi sawah 43.469 2,10

� Tanaman pangan lahan kering

- LK Tanaman pangan: jagung, ubi jalar, padi gogo,

kacang tanah, ubi kayu dan talas

Tanaman sayuran: cabe, bayam, terung dan kacang panjang

Tanaman tahunan/hortikultura: pepaya, rambutan,

jeruk, pisang, durian, pala, kopi robusta, vanili, cengkeh dan kelapa

139.935 6,76

� Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan tahunan (kebun campuran)

- Kc Tanaman pangan/sayuran: jagung, ubi jalar, padi

gogo, kacang tanah, ubi kayu, talas, cabe, bayam, terung dan kacang panjang

Tanaman tahunan/hortikultura : pepaya, rambutan, jeruk, pisang, durian, pala, kopi robusta, vanili, cengkeh dan kelapa

40.019 2,08

� Kawasan budidaya pertanian tanaman perkebunan

� Tanaman perkebunan rakyat

- TPr Pala, kopi robusta, vanili, cengkeh dan kelapa. 111.313 5,38

� Tanaman perkebunan besar

-TPb Kakao, kelapa sawit dan kelapa 310.074 14,98

� Kawasan hutan produksi

- HP Tanaman hutan produksi 275.987 13,33

B. Kawasan budidaya perikanan

- Ip Tambak/perikanan air payau 36.440 1,76

II. Kawasan non budidaya pertanian

- KL Hutan lindung dan kawasan suaka alam 1.098.124 52,89

Badan air (danau dan sungai) 14.898 0,72

Kota/pemukiman 112 0,01

T o t a l 2.070.370 100

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xiv

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pertanian

merupakan sektor penggerak roda perekonomian Kabupaten Kaimana.

Terbukti dengan besarnya sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB

Kabupaten Kaimana. Namun potensi sumberdaya lahan yang dimiliki yang

merupakan kekuatan utama kabupaten ini belum dikelola bahkan belum

dimanfaatkan dengan optimal, sehingga belum memberikan hasil yang

maksimal. Kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia sebagai

pelaku pembangunan pertanian merupakan sumber kelemahan

pengembangan pertanian, selain keterbatasan sarana dan prasarana

penunjang.

Analisis kependudukan menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten

Kaimana tumbuh sebesar 6,39%/tahun. Implikasinya bahwa untuk

mengolah lahan potensial sebesar 32,90% ini dibutuhkan waktu hingga

tahun 2065, dengan kata lain bahwa jumlah penduduk yang dibutuhkan

untuk mengelola lahan potensial tersebut baru terpenuhi pada tahun 2065,

hal ini jika seluruh (100%) penduduk bekerja pada sektor pertanian. Jika

hanya 70% yang bekerja pada sektor pertanian, maka jumlah penduduk

yang diperlukan baru dapat terpenuhi pada tahun 2070.

Di sisi lain, tuntutan pembangunan yang terus berkembang untuk

meningkatkan fungsi dan peran serta Kabupaten Kaimana pada skala

nasional maupun regional, terutama dalam sektor pertanian

mengharuskan Kabupaten Kaimana melakukan percepatan pembangunan

dalam sektor tersebut. Peluang pembangunan pertanian melalui

pengembangan komoditas unggulan daerah cukup besar dengan adanya

kebijakan otonomi daerah serta perimbangan keuangan Pemerintah Pusat

dan Daerah yang memberikan porsi lebih banyak kepada masyarakat dan

pemerintah daerah untuk dapat lebih mengaktualisasikan aspirasi daerah

untuk melaksanakan pembangunan dengan sebaik-baiknya.

Untuk itu telah ditetapkan visi yang dapat membingkai pelaksanaan

pembangunan pertanian ke depan, sehingga tujuan dan sasaran

pembangunan pertanian dapat tercapai. Visi pembangunan pertanian

yang diharapkan dapat membingkai pelaksanaan pembangunan pertanian

adalah: “Menuju Kaimana yang Mandiri dan Bermartabat melalui

Penciptaan Ketahanan Pangan dan Ekonomi Kerakyatan”.

Makna yang terkandung dari visi tersebut adalah menciptakan Kaimana sebagai kabupaten yang mampu

memenuhi kebutuhan pangan sendiri (mandiri pangan)

tanpa bergantung kepada daerah lain, sebaliknya dapat

menjadi penyumbang pangan bagi daerah lain di Papua. Mengembalikan kejayaan masa lalu sebagai sentra rempah-

tempah untuk Indonesia bagian timur merupakan kekuatan

ekonomi kerakyatan, selain mandiri pangan.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xv

Tujuan visi ini adalah untuk meletakkan kerangka dasar tinggal

landas pada tahun 2032. Untuk mewujudkan visi tersebut, telah

ditetapkan 3 misi, yaitu: 1) Percepatan ketahanan pangan dan diversifikasi

pangan lokal, 2) Percepatan pertumbuhan ekonomi kerakyatan, 3)

Percepatan pertumbuhan perekonomian daerah. Pelaksanaan ketiga misi

ini diatur dalam strategi pembangunan pertanian Kabupaten Kaimana

yang merupakan program pembangunan pertanian jangka panjang

(selama 25 tahun, 2008-2032) yang dilaksanakan secara bertahap 5

tahunan, tahap I (2008-2012), tahap II (2012-2017), tahap III (2027-

2022), tahap IV (2022-2027) dan tahap V (2027-2032).

Pengembangan tanaman pangan lokal dalam rangka percepatan

ketahanan pangan di Kabupaten Kaimana bertujuan: 1) ketahanan

pangan, dan 2) diversifikasi produk untuk peningkatan ekonomi rakyat.

Prioritas pengembangan pertama dalam 25 tahun pertama mencapai

51.021 ha, terdiri dari 47.494 lahan kering dan 3.528 ha lahan basah.

Matriks strategi pengembangan tanaman pangan untuk percepatan

ketahanan pangan dan diversifikasi pangan lokal di Kabupaten Kaimana di

sajikan pada tabel berikut.

Aspek Tahap I

2008-2012

Tahap II 2017-2022

Tahap III 2017-2022

Tahap IV 2022-2027

Tahap V 2027-2032

Tujuan 1. Ketahanan pangan

2. Diversifikasi produk sagu untuk untuk peningkatan ekonomi rakyat

1. Ketahanan pangan dan

2. Diversifikasi produk untuk peningkatan ekonomi rakyat

Potensi pasar

Rumah tangga

petani, pasar lokal /dalam kabupaten

Rumah tangga petani, pasar lokal/dalam kabupaten dan antar kabupaten

Komoditas Sagu, ubi jalar, padi gogo, ubi kayu dan talas

Padi sawah, sagu, ubi jalar, padi gogo, ubi kayu dan talas

Strategi 1. Intensifikasi dan optimalisasi lahan pertanian

2. Ekstensifikasi lahan pertanian tanaman pangan lahan kering

3. Peningkatan SDM untuk mengembangkan potensi TK lokal

� Pelatihan (training)

� Membangun proyek-proyek percontohan (demplot)

� Pengembangan pasca panen dan pengolahan hasil (sagu)

4. Pembentukan dan penguatan kelembagaan yang mendukung ketahanan

� Pengembangan lembaga penyuluhan

� Pembentukan kelompok-kelompok tani

1. Intensifikasi dan optimalisasi lahan pertanian

2. Ekstensifikasi lahan pertanian tanaman

pangan lahan kering dan pencetakan lahan sawah

3. Peningkatan SDM untuk mengembangkan potensi TK lokal

� Pelatihan

� Membangun proyek-proyek percontohan

� Pengembangan pasca panen dan pengolahan hasil (sagu)

4. Pembentukan dan penguatan kelembagaan yang mendukung ketahanan

� Pengembangan lembaga penyuluhan

� Pembentukan kelompok-kelompok tani

5. Perbaikan dan pengadaan infrastruktur (bendungan, jaringan irigasi, pasar dan jalan)

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xvi

Strategi 5. Perbaikan dan pengadaan infrastruktur (pasar dan jalan)

Pelaku Petani, Kepala suku, Pemda, Dinas Pertanian Litbangtan, LSM

Target luas

pembukaan lahan

Lahan kering = 6.270 Ha

Lahan basah

= 0

Lahan kering = 10.306 Ha

Lahan basah =

0

Lahan kering = 10.306 Ha

Lahan basah

= 500 ha

Lahan kering = 10.306 Ha

Lahan basah

= 1.514 ha

Lahan kering = 10.306 Ha

Lahan basah

= 1.514 ha

Pengembangan komoditas unggulan perkebunan rakyat bertujuan

mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat. Komoditas unggulan yang

potensial dikembangkan adalah pisang, kakao, pala, kopi robusta, vanili,

cengkeh, dan kelapa. Hasil analisis, lahan potensial yang diarahkan

sebagai kawasan pengembangan tanaman perkebunan rakyat (TPr)

mencapai 147.931 ha, sekitar 36.618 ha menjadi prioritas utama

pengembangan 25 tahun pertama.

Aspek Tahap I

2008-2012

Tahap III 2017-2022

Tahap III 2017-2022

Tahap IV 2022-2027

Tahap V 2027-2032

Tujuan Mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat

Potensi pasar

Rumah tangga petani, pasar lokal / dalam kabupaten, antar kabupaten dan antar propinsi

Komoditas Pisang, kakao, pala, kopi robusta, vanili, cengkeh, dan kelapa

Strategi

1. Peningkatan SDM

untuk mengembangkan potensi TK lokal

� pelatihan

� pengembangan pasca panen

dan produk turunan

2. pembentukan dan penguatan kelembagaan pendukung

� pengembangan

lembaga penyuluhan

� lembaga keuangan

3. perbaikan dan pengadaan infrastruktur (pasar dan jalan)

1. Intensifikasi dan optimalisasi lahan perkebunan

2. Ekstensifikasi lahan perkebunan rakyat

3. Peningkatan SDM untuk mengembangkan potensi TK lokal

� pelatihan

� pengembangan pasca panen dan produk turunan pembentukan dan penguatan kelembagaan pendukung

� pengembangan lembaga penyuluhan

4. Perbaikan dan pengadaan infrastruktur (pasar dan jalan)

Pelaku Petani, Kepala suku, Pemda, Dinas Pertanian Litbangbun, LSM

Target luas

pembukaan lahan

- 10.959 ha 10.606 ha 10.261 ha 4792 ha

Komoditas unggulan pendorong pertumbuhan perekonomian daerah

adalah kakao, kelapa sawit, dan kelapa. Selain nilai ekspor yang tinggi,

potensi sumberdaya lahan Kabupaten Kaimana mendukung

pengembangan komoditas tersebut. Hasil analisis potensi lahan seluas

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xvii

310.074 ha atau 14,98% sesuai untuk perkebunan besar. Sekitar 195.441

ha atau 63,03% pontensial untuk kelapa sawit, 99.110 ha atau 31,96%

potensial untuk kelapa dan 15.522 ha atau 5,01% potensial untuk kakao.

Ini menunjukkan bahwa peluang investasi di bidang perkebunan besar

terutama kelapa sawit sangat besar.

Kendala utama pengembangan perkebunan besar adalah masih

terbatasnya infrastruktur yang diperlukan, pemasaran terbatasnya jumlah

dan keterampilan masyarakat (terutama penduduk asli), rendahnya

kepastian hukum berkenaan dengan penguasaan lahan/hak guna usaha,

dan masih tidak sinkronnya peraturan perundang-undangan berkenaan

dengan investasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten, serta adanya perbedaan interpretasi tentang

investasi antara pemerintah daerah dengan investor.

Faktor yang menjadi pendorong investasi adalah semakin

meningkatnya permintaan pasar dan tingginya potensi lahan untuk

pengembangan. Strategi pengembangan menitikberatkan kepada

pentingnya pembangunan infrastruktur, dilakukannya deregulasi

perangkat hukum yang merupakan disinsentif bagi investor, dilakukannya

peningkatan kapasitas petani melalui magang dan pelatihan dan

peningkatan jumlah petani. Dalam jangka pendek perlu disiapkan data

potensi sumberdaya lahan pada tingkat yang lebih detil (skala 1:25.000

atau lebih besar) sebagai bahan pertimbangan para investor untuk

menanamkan modalnya di Kabupaten Kaimana.

Jangka waktu Aspek

Jangka Pendek (5 tahun) Jangka Panjang (25 tahun)

Infrastruktur Pembangunan jalan akses

ke lokasi/calon lokasi perkebunan

Pembangunan jalan akses ke

calon lokasi perkebunan

Agroindustri/

pascapanen

Studi kelayakan dan

pengadaan peralatan

pengolahan

Penyesuaian kapasitas pabrik

dengan produksi

SDM Perbandingan penduduk

asli dengan pendatang

70:30, pembinaan keterampilan melalui magang dan pelatihan

Perbandingan penduduk asli

dengan pendatang 95:5,

pembinaan keterampilan melalui magang dan pelatihan

Kelembagaan Pengkajian minat

masyarakat, sinkronsasi

perangkat hukum (HGU, retribusi), deregulasi

Law enforcement, perbaikan PERPU/deregulasi

Investasi Promosi kepada swasta, BUMN, PMA

Promosi BUMD, BUMN, swasta

Pemasaran Perbaikan pelabuhan,

gudang dsb.

Perbaikan pelabuhan, gudang

dsb.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xviii

Beberapa saran-saran perbaikan yang perlu dipertimbangkan oleh

penentu kebijakan di daerah, terutama berkaitan dengan rendahnya

sumberdaya manusia, baik kualitas maupun kuantitas yang merupakan

penghambat utama pembangunan pertanian Kabupaten Kaimana.

Peningkatan sumberdaya manusia ini, perlu mendapat perhatian serius

dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Tidak saja petani,

perbaikan kualitas dan kuantitas aparat penyuluh juga perlu dilakukan.

Aparat penyuluh pertanian perlu ditambah sehingga satu unit WKPP dapat

dilayani oleh seorang penyuluh. Tenaga penyuluh pertanian lapangan yang

diangkat sebaiknya dari masyarakat lokal setempat, sedangkan penyuluh

pertanian spesialis dapat saja berasal dari daerah lain di luar kabupaten.

Untuk menyiapkan tenaga penyuluh lapangan yang langsung turun ke

lapangan membina petani, diperlukan adanya atau menambah sekolah-

sekolah menengah khusus (SMK) pertanian.

Selain perbeikan sumberdaya manusia, infrastruktur wilayah seperti

sarana dan prasarana perhubungan yang menghambat jangkauan pelayanan

pemerintah merupakan kendala pembangunan pertanian pada berbagai skala

juga perlu ditingkatkan. Karena adanya sentra-sentra komoditas pertanian

unggulan yang baru sangat memerlukan prasarana yang memadai untuk

mendukung pengembangan perekonomian daerah. Selain itu pembenahan

prasarana perekonomian ini sekaligus membuka daerah-daerah terisolir.

Percepatan pembangunan pertanian Kabupaten Kaimana tidak saja

terkendala oleh rendahnya sumberdaya manusia dan ketersediaan

infrastruktur, juga status hak ulayat dan adat. Untuk itu pemerintah dan

investor dan pemangku adat perlu membicarakan jalan keluar yang

terbaik terhadap pengalihan hak pengusahaan lahan untuk keperluan

investasi karena ketidakjelasan pengalihan hak atas lahan akan

menghambat masuknya investasi bukan hanya dalam bidang pertanian

tetapi juga terhadap sektor lainnya. Untuk itu perlu peraturan daerah

(Perda) yang mengatur hak penguasaan lahan yang disepakati oleh semua

pihak tetapi tetap sejalan dengan peraturan perundangan yang terkait

pada tingkat nasional.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xix

SUMMARY

Kaimana Regency formed based on the Decree No.26 (2002) with

the capital Kaimana. In Kaimana Regency the role of agriculture is distinc-

tively important, exhibit up to 58.31% of the Gross Regional Domestic

Product. Since the effectiveness of the Decree No.22 (1999) about Local

Autonomy and the Decree No.25 (1999) about financial balance between

Central and Local Government, the development in agriculture sector is

guaranteed.

To support the agricultural development, the planned and focused

framework have been arranged and incorporated into the Agriculture Mas-

ter Plan of Kaimana Regency. The arrangement of the Agricultural Master

Plan has been implemented through the cooperation between Develop-

ment Planning Agency of Kaimana Regency and PT. Agathis Alba Jaya, Ja-

karta in the fiscal year 2007, in the “The Arrangement of Agricultural Mas-

ter Plan for Superior Agricultural Commodities Development in Kaimana

Regency, West Papua Province” activity.

The agricultural master plan is a strategic planning to put the strong

agriculture as the core business of a certain area. The ordered and well

planned agricultural lay out is considered necessary. So the agricultural

master plan contains directives of agricultural development as the

reference for agricultural lay out through the superior agricultural

commodities to create more productive, safe and sustainable agriculture

system.

The results show Kaimana Regency have 681,250 Ha (or 32.90%)

of the total 2,070,370 Ha are potential for agricultural development. The

potential areas divided into different cultivation zones: 43,469 Ha for wet

agricultural crops, 139,935 Ha for dry land agricultural crops, 40,019 Ha

for mixed crops (food crops and annual crops), 111,313 Ha for smallholder

plantation crops and 310,074 Ha for estate crops and for fish pond occupy

36,440 Ha.

From the total potential area, 104,646 Ha is the main priority of the

agricultural development planning to support the agricultural development

vision and mission. Concisely, the table below shows the division of every

cultivation zones.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xx

A r e a Symbol Direction / Commodities

Ha %

I. Cultivation area

A. Cultivation area

� Food crops cultivation area

� Wet land food crops

- LB Sago and paddy rice 43,469 2.10

� Dry land food crops

- LK Food crops: maize, sweet potato, upland rice,

ground nut, cassava and taro;

Vegetables: chili, spinach, egg plant, string bean

Annual crops/horticulture: papaya, rambutan, orange, banana, durian, nutmeg, Robusta coffee,

vanilla, clove and coconut

139,935 6.76

� Mixed of food crops and annual crops (mixed garden)

- Kc Food crops/Vegetables: maize, sweet potato, upland

rice, ground nut, cassava, taro, chili, spinach, egg plant and string bean

Annual crops/horticulture: papaya, rambutan,

orange, banana, durian, nutmeg, Robusta coffee, vanilla, clove and coconut

40,019 2.08

� Plantation crops

� Smallholder plantation crops

- TPr Nutmeg, Robusta coffee, vanilla, clove and coconut. 111,313 5.38

� Estate crops

-TPb Cacao, oil palm and coconut 310,074 14.98

� Production forest

- HP Forestry 275,987 13.33

B. Fish pond cultivation

- Ip Brackish fish pond 36,440 1.76

II. Non agricultural cultivation area

- KL Protective forest and natural sanctuary 1,098,124 52.89

Water bodies (lake and river) 14,898 0.72

Municipality 112 0.01

T o t a l 2,070,370 100

As mentioned before, agriculture is the activator of the economic

development in Kaimana Regency, and proved thru the huge support of

the agricultural sector to the Gross Domestic Revenues. But the land re-

sources potency have not been managed and even utilized optimally then

have not give maximal revenues. The less quantity and quality of the hu-

man resources as the actor of agricultural development is the weak point

in agricultural developments, as well as limited supportive tools.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xxi

The population analysis shows the annual growth of 6.39% in Kai-

mana Regency. So to manage potential areas of 32.90% the time needed

up to year 2065, or in other word the amount of the people to manage the

potential areas is well satiable in the year of 2065, if only 100% people

works in the agricultural sector. If only 70% of the people work in agricul-

tural sector, then the amount of people is satiable in the year of 2070.

In the other side, the development necessity to increase the func-

tion and taken part of Kaimana Regency in national or regional scale,

make Kaimana Regency have to accelerate especially in agricultural sector.

The chance of agricultural development thru the locally superior commodi-

ties development is adequately big with the existence of local autonomy

policies also financial balance between Central and Local Government,

which give bigger portion to the people and local government to actualize

local aspiration to perform genially nation-building.

For that reason, they have established a vision which can frame the

implementation of agriculture development in the future, so it’s target

achieved. The vision which can be expected to frame the implementation

the agriculture development is: “To be autonomous and prestigious Kai-

mana thru food security and social economics developments”

The meaning of this vision is establishing Kaimana as the regency which can fulfill its food requirement (food

autonomous) without depends to the other area, on the

contrary can supply the other area’s food requirement. Bringing back to the past glory as the center of spices in

eastern Indonesia is the power of social economics, as well as food autonomous.

The aim of the vision is to laying down the basic foundation of take

of in year 2032. In order to fulfill the target, three missions have been

established: 1) accelerating the food security and locally food

diversification, 2) accelerating the social economics growth, 3) accelerating

the local economics growth. The implementations of these three missions

dealt with the agriculture developments strategy of Kaimana regency,

which is the long term agriculture development program (25 years, 2008-

2032), and carried out in 5 years stage, first stage (2008-2012), second

stage (2012-2017), third stage (2027-2022), fourth stage (2022-2027)

and fifth stage (2027-2032).

The development of locally food crops in order to accelerate food security in

Kaimana regency, head for: 1) food security, and 2) product diversification to

increase social economics. The first priority in the first 25 year attained

51.021 ha, consist of 47.494 Ha upland and 3.528 Ha lowland. The

strategy matrix of the food crops development to accelerate food security

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xxii

and locally food crops diversification in Kaimana Regency lay out on the

table.

Aspect Stage I

2008-2012

Stage II

2017-2022

Stage III

2017-2022

Stage IV

2022-2027

Stage V

2027-2032

Direction 3. Food security

4. Product diversification

to increase the mass economic

4. Food security and

5. Product diversification to increase the masses economic

Market potency

Farmer household, local market

Farmer household, local market (local and inter local)

Commodity Sago, sweet potato, upland rice, cassava and taro

Paddy rice, sago, sweet potato, upland rice, cassava and taro

Strategy 4. Intensification and

optimalization of agricultural land

5. Extensification of dry land agriculture

6. Human resources improvement to develop local manpower

� training

� demo plot construction

� post harvest and yield management of sago

4. Building and strengthening supportive institutional

� counseling institutional development

� small farmer group formation

5. improvement and procurement of infrastructure (market and road)

1. Intensification and optimalization of agricultural land

2. Extensification of dry land agriculture and new opening of paddy rice land

3. Human resources improvement to develop local manpower

� training

� demo plot construction

� post harvest and yield management of sago

4. Building and strengthening supportive institutional

� counseling institutional development

� small farmer group formation

5. Improvement and procurement of infrastructure (market and road)

Actor farmer, chieftain, local government, agricultural services, agricultural R & D, NGO

Land clearing and area target

Upland = 6.270 ha

Wet land = 0

Upland = 10.306 ha

Lowland = 0

Upland = 10.306 ha

Lowland = 500 ha

Upland = 10.306 ha

Lowland=

= 1.514 ha

Upland = 10.306 ha

Lowland = 1.514 ha

The superior commodities development in small holder plantation

has a purpose to boost the social economics growth. The potential superior

commodities for small holder plantation are: banana, cacao, nutmeg,

Robusta coffee, vanilla, clove, and coconut. From the result of analysis, the

potential land purposed for small holder plantation developments zone

achieved 147,931 Ha, and about 36.618 Ha become main priority in the

first 25 years developments.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xxiii

Aspect Stage I

2008-2012

Stage III 2017-2022

Stage III 2017-2022

Stage IV 2022-2027

Stage V 2027-2032

Purpose Encouraging the people economic growth

Market potency Farmer household, local market (local, inter local, inter regency, inter province)

Commodities Banana, cacao, nutmeg, Robusta coffee, vanilla, clove, and coconut

Strategy

1. Human resources improvement to develop local manpower

� training

� post harvest and derivative products development

2. building and strengthening supportive institutional

� counseling institutional development

� financial institutional

6. improvement and procurement of

infrastructure (market and road)

1. Intensification and optimalization plantation land

2. Extensification small holder plantation

3. Human resources improvement to develop local manpower

� Training

� post harvest and derivative products development

� building and strengthening supportive institutional

� counseling institutional development

4. improvement and procurement of infrastructure (market and road)

Actor farmer, chieftain, local government, agriculture services, agriculture R & D, NGO

Land clearing and

area target

- 10.959 ha 10.606 ha 10.261 ha 4792 ha

The superior commodities for boosting the locally economics growth

are cacao, oil palm, and coconut. Besides high export value, the land

resources potency in Kaimana regency supports the development of these

commodities. The results of land potency analysis achieved 310,074 Ha or

14.98% and suitable for estate plantation. About 195.441 ha or 63.03%

are potential for oil palm plantation, 99,110 ha or 31.96% are potential for

coconut and 15,522 ha or 5.01% are potential for cacao. This shows the

big investment chance in estate plantation especially in oil palm.

The main constraint for estate plantation developments is the limit-

ing infrastructure, marketing, limited human resources (for local tribes),

the low law-assurance regarding to land utilization rights and the not syn-

chronized investment laws and regulations between Central, Province and

Local Governments, and the last is the different investment interpretation

of local governments and the investors.

The investment boosting factor is the higher market demand and

high land development potency. The developing strategy focused to the

importance of infrastructure assembly, deregulation laws implication which

has been the disincentive for the investors, farmer capacity increment thru

apprenticeship and training also increasing the farmer quantity. In the

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xxiv

short term, the availability of the data on the land resources potency in

the detailed scale (scale 1:25,000 or bigger) have to be satisfied as the

consideration basis for the investors who will plant their capitals in Kai-

mana regency.

Time span

Aspect Short term (5

years)

Long term (25

years)

Infrastructure Access road con-

struction to plantation loca-tion

Access road con-

struction to plantation location

Agro-industry/ post harvest

Feasibility study and post harvest tools supplying

Factory capacity

adjustment to the pro-duction

Human re-sources

The ratio of local and

new comer is 70:30, skill

training thru apprenticeship and training

The ratio of local

and new comer is 95:5,

skill training thru ap-

prenticeship and train-ing

Institutional Investigation of peo-

ple interest, synchronization

of the law forces (HGU, ret-ribution), law deregulation

Law enforce-

ment, PERPU improve-

ment / deregulation

Investment Promotion to private

sectors, BUMN, PMA

Promotion to

BUMD, BUMN, private sectors

Marketing Port and warehouse

rehabilitation

Port and ware-

house rehabilitation

Several considerable suggestions for the decision maker, relating

with the low human resources, qualitatively and quantitatively, is the main

constraint to the agriculture development in Kaimana regency. The im-

provement of the human resources requires serious attention from the lo-

cal government, as well as central government. Not only had the farmers,

the improvements implied to the quality and quantity of the agricultural

informant. The local agriculture informant could be indigenous, and the

specialist agriculture informants originate from the other area. To prepare

the agriculture informant required the special agriculture school.

Beside the human resources improvement, the local transportation

infrastructure restrains the reach of government services is the constraint of

agricultural development in every scales which need to be solved, because of

the center of superior agricultural commodities need excellent infrastructure to

support the local economics development. Besides the improvement of

economic infrastructure also unlock the isolated areas.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana xxv

The agricultural development acceleration in Kaimana Regency is

not limited with the low human resource and infrastructure availability, as

well as customary law and community rights. Then the local government

and investor and the chieftain need to negotiate the best solution to the

transfer of the land utilization rights for investment necessities. The

indistinctly transfer of the land utilization right restrain the investment

admission not only in the agriculture sector but all sectors. Therefore the

local regulation for land utilization right, which is compromised by all party

is required as long as parallel with the national laws.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Kaimana merupakan salah satu kabupaten di Provinsi

Papua Barat yang terbentuk berdasarkan Undang Undang No. 26 Tahun

2002 dengan ibukota Kaimana. Pada awalnya kabupaten baru ini terdiri

dari empat distrik, yaitu Distrik Kaimana, Distrik Teluk Etna, Distrik Teluk

Arguni dan Distrik Buruway dengan luas total 18.500 km2 (Kaimana Dalam

Angka, 2004). Pada tahun 2006 Kabupaten Kaimana memekarkan diri

menjadi tujuh distrik yaitu Distrik Kaimana, Distrik Kambrauw, Distrik

Teluk Arguni, Distrik Yerusi, Distrik Teluk Etna, Distrik Yamor serta Distrik

Buruway.

Sebagai kabupaten baru yang mempunyai kawasan yang sangat

luas menyimpan potensi yang dapat diandalkan untuk pengembangan

sektor pertanian pada skala regional. Regionalisasi pertanian diharapkan

mampu meningkatkan pendapatan petani, sekaligus memberikan

kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD) melalui penciptaan

investasi dan arus perdagangan antar pulau. Di Kabupaten Kaimana peran

sektor pertanian dalam menopang roda perekonomian sangat nyata,

tercatat bahwa sektor pertanian menyumbang 58,31% terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kaimana (Kaimana Dalam

Angka, 2006).

Selain itu dengan adanya pemekaran wilayah dan diberlakukannya

Undang Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang

Undang No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan Pemerintah

Pusat dan Daerah yang menjamin sepenuhnya pelaksanaan reformasi

otonomi daerah yang lebih luas dan stabil, maka semangat reformasi

otonomi daerah tersebut perlu diterjemahkan ke dalam berbagai aspek

pembangunan antara lain adalah pembangunan sektor pertanian, karena

sektor pertanian merupakan salah satu pilar pembangunan yang terbukti

mampu bertahan terhadap deraan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun

1997/1998, bahkan sektor pertanian mampu memberikan sumbangan

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 2

yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Hal ini menunjukkan

bahwa sektor pertanian dapat dijadikan sebagai sektor andalan daerah,

seperti halnya Kabupaten Kaimana di masa yang akan datang.

Pada era perdagangan yang semakin bebas, arah dan aliran

komoditas pertanian akan sangat ditentukan oleh tingkat keunggulan

kompetitifnya. Keunggulan kompetitif menunjukkan tingkat efisiensi suatu

komoditas pertanian di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah

lainnya yang merupakan hasil interaksi keunggulan komparatif dan distorsi

pasar. Keunggulan komparatif merupakan hasil interaksi kesesuaian

biofisik lahan, penguasaan teknologi dan kemampuan mengelola sistem

usahatani. Dengan keunggulan komparatif ini suatu wilayah/daerah dapat

menonjol bahkan memonopoli suatu produk pertanian.

Untuk mendukung pembangunan pertanian tersebut perlu disusun

kerangka kerja yang terencana dan terarah dan hal ini memerlukan

landasan yang kuat dalam pelaksanaanya. Kesesuaian penggunaan lahan

atau kecocokan suatu tipe lahan untuk penggunaan tertentu merupakan

dasar perencanaan penggunaan lahan karena akan menempatkan

sumberdaya lahan ke dalam penggunaan yang lebih produktif dan pada

waktu yang sama melestarikannya untuk kepentingan generasi yang akan

datang. Rencana pembangunan pertanian Kabupaten Kaimana tertuang

dalam Masterplan Pertanian Kabupaten Kaimana. Masterplan Pertanian ini

berisikan pedoman pembangunan pertanian sebagai acuan penataan

ruang pertanian untuk pengembangan komoditas unggulan Kabupaten

Kaimana.

Di Kabupaten Kaimana Masterplan Pertanian belum tersusun,

sehingga pembangunan pertanian yang terencana dan terarah belum

sepenuhnya dapat dilakukan. Masterplan Pertanian perlu disusun sebagai

suatu rencana strategis untuk menempatkan pertanian yang tangguh

sebagai core bussiness suatu daerah. Adanya suatu penataan

pemanfaatan ruang pertanian yang terencana dengan baik, lebih terarah

dan lebih optimal akan menciptakan sistem pertanian yang lebih produktif,

aman dan berkelanjutan.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 3

Berkaitan dengan hal di atas, pada tahun anggaran 2007 telah

disepakati kerjasama penelitian antara Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Kaimana dengan PT. Agathis Alba Jaya,

Jakarta dalam kegiatan “Penyusunan Masterplan Pertanian untuk

Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua

Barat”.

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran

Maksud penyusunan Masterplan Pertanian Kabupaten Kaimana

adalah:

1) Membantu Pemerintah Kabupaten Kaimana menyelesaikan

permasalahan yang ada di sekitar pelaksanaan pembangunan

pertanian di daerah

2) Menyusun suatu kerangka kerja bagi pemenuhan akan kebutuhan

pemanfaatan ruang pertanian dalam rangka pelaksanaan

pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Kabupaten Kaimana,

dan

3) Menetapkan suatu arahan alokasi pemanfaatan ruang untuk

pengembangan komoditas pertanian unggulan Kabupaten Kaimana

Tujuan penyusunan Masterplan Pertanian Kabupaten Kaimana

adalah:

1) Menetapkan suatu kerangka kerja atau acuan pembangunan

pertanian wilayah Kabupaten Kaimana. Dengan kerangka kerja ini

diharapkan pembangunan pertanian yang akan dilaksanakan di

Kabupaten Kaimana dapat terencana dengan baik dan lebih terarah,

sehingga pembangunan pertanian berjalan lebih optimal

2) Menanggapi tuntutan pembangunan yang terus berkembang dari

waktu ke waktu, terutama pembangunan pertanian yang efektif di

wilayah Kabupaten Kaimana di masa yang akan datang

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 4

3) Meningkatkan fungsi dan peran serta Kabupaten Kaimana pada

skala nasional maupun regional, terutama dalam sektor pertanian

4) Mewujudkan suatu tatanan ruang pertanian Kabupaten Kaimana

yang serasi dan seimbang serta bermanfaat sesuai dengan potensi

sumberdaya lahannya

5) Memberikan rumusan untuk pengembangan komoditas pertanian

unggulan Kabupaten Kaimana

Sasaran yang ingin dicapai melalui penyusunan Masterplan

Pertanian adalah:

1) Menata pemanfaatan ruang pertanian yang terencana dan terarah

berdasarkan potensi sumberdaya lahan wilayah Kabupaten Kaimana

2) Menempatkan pertanian yang tangguh sebagai core bussiness

wilayah Kabupaten Kaimana

3) Menciptakan sistem pertanian yang produktif, aman dan

berkelanjutan di wilayah Kabupaten Kaimana.

1.3. Ruang Lingkup

Beberapa kendala dihadapi oleh tim penyusun dalam pengumpulan

data di lapangan, dan hal ini menyulitkan kerja tim secara keseluruhan.

Pembatas utama penyusunan Masterplan Pertanian adalah terbatasnya

sarana dan prasarana perhubungan. Hal lain yang lebih pokok dan muncul

pada saat proses penyusunan laporan adalah keterbatasan data yang

tersedia pada tiap instansi dan kecamatan di wilayah Kabupaten Kaimana.

Keterbatasan tersebut sangat mempengaruhi proses penyusunan laporan

selanjutnya.

Untuk itu penyusunan Masterplan Pertanian Kabupaten Kaimana

hanya melingkup dalam dua hal, yaitu lingkup masalah dan lingkup area.

Berikut diuraikan masing-masing ruang lingkup tersebut.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 5

1.3.1. Lingkup Masalah

Penyusunan Masterplan Pertanian mengikuti ketentuan-ketentuan

yang terdapat dalam Undang Undang No. 24 Tahun 1992 dan Pedoman

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten yang

disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum Tahun 1999.

Belum lengkapnya data-data yang dapat memandu para

pengembang (developer) dalam mengembangkan Kabupaten Kaimana

merupakan kendala utama pelaksanaan Undang Undang No. 22 Tahun

1999 tentang pelaksanaan otonomi daerah yang diterjemahkan ke dalam

berbagai aspek pembangunan termasuk pembangunan sektor pertanian.

Penyusunan Masterplan Pertanian memerlukan kajian-kajian yang

komprehensif yang mengakomodir segenap aspek kehidupan, seperti

potensi sumberdaya lahan, kelayakan usahatani, sosial budaya

masyarakat, aksesibilitas yang ada dan lain-lain, sehingga Masterplan

Pertanian yang tersusun bersifat kondisional dan efisien serta efektif

dalam aplikasinya.

1.3.2. Lingkup Area

Area penyusunan Masterplan Pertanian untuk pengembangan

komoditas unggulan adalah seluruh wilayah Kabupaten Kaimana yang

terbentuk berdasarkan Undang Undang No. 26 Tahun 2002. Kabupaten

Kaimana terdiri atas 7 (tujuh) distrik, yaitu Distrik Kaimana, Distrik

Kambrauw, Distrik Teluk Arguni, Distrik Yerusi, Distrik Teluk Etna, Distrik

Yamor serta Distrik Buruway.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 6

BAB II

METODOLOGI DAN PENDEKATAN

Penyusunan Masterplan Pertanian Kabupaten Kaimana dibagi dalam

dua kelompok kegiatan utama, yaitu pengumpulan data dan analisis data.

Berikut diuraikan teknik pengumpulan data, analisis data dan pendekatan-

pendekatan yang digunakan.

2.1. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penyusunan Masterplan Pertanian

Kabupaten Kaimana meliputi data primer dan sekunder. Data primer

adalah data yang dikumpulkan secara langsung, baik di lapangan maupun

di laboratorium. Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan

dari instansi-instansi terkait.

2.1.1. Data Primer

Penelitian Lapangan

Penelitian lapang meliputi pengecekan batas satuan lahan dan

penggunaan lahan hasil interpretasi, karakterisasi tanah dan

lingkungannya serta pengumpulan data iklim, sosial ekonomi dan budaya

masyarakat. Pengecekan batas satuan lahan dan penggunaan lahan hasil

interpretasi dilakukan untuk memverifikasi dan memvalidasi hasil

interpretasi. Hasil pengecekan lapangan digunakan sebagai dasar

perbaikan peta satuan lahan dan peta penggunaan lahan.

Peta satuan lahan yang digunakan adalah skala 1:50.000 yang

disusun dari pendetilan Peta Satuan Lahan Kabupaten Kaimana skala

1:100.000 (Hasil penelitian Pengkajian Teknologi Pertanian Irian Jaya

Barat, 2006 dan PT Agathis Alba Jaya, Bekasi, 2007) melalui pendekatan

analisis terrain pada Shuttle Radar Topography Mission (NASA, 2004),

peta kontur, peta rupabumi dan peta geologi. Interpretasi citra Shuttle

Radar Topography Mission (NASA, 2004) dilakukan menggunakan software

Global Mapper versi 7.2 dan ArcView versi 3.2. Penyimbolannya mengacu

pada Pedoman Klasifikasi Landform (Marsoedi et al., 1997).

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 7

Penggunaan lahan digunakan sebagai bahan masukan dalam

penyusunan Masterplan Pertanian agar tidak terjadi tumpang tindih

(overlapping) penggunaan lahan. Penggunaan lahan disusun melalui

interpretasi citra landsat 7 ETM+ path 104 row 63 akuisisi 10 Pebruari

2004, path 105 row 062 akuisisi tanggal 17 Agustus 2004 dan row 063

akuisisi tanggal 7 Desember 2004 dan path 106 row 063 akuisisi tanggal

21 April 2005 menggunakan software ER Mapper versi 6.4 dan ArcView

versi 3.2. Selanjutnya kedua peta tersebut dipindahkan ke peta dasar

yang telah disusun. Peta dasar yang digunakan adalah skala 1:50.000,

peta ini digunakan untuk menggambarkan peta-peta tematik hasil

penelitian yang disusun menggunakan peta kontur skala 1:50.000 dan

peta rupa bumi skala 1:250.000 lembar Kambala (2912), S. Omba (3011),

Kaimana (3012), Windesi (3013), Waaghete (3111) dan Nabire (3112)

(Bakosurtanal, 2004).

Data dan peta lainnya yang menjadi bahan masukan penyusunan

Masterplan Pertanian Kabupaten Kaimana adalah peta land system skala

1:250.000 lembar Obome (2912), S. Omba (3011), Kaimana (3012),

Windesi (3013), Waaghete (3111) dan Nabire (3112) (Bakosurtanal,

1986). Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan

Kawasan Lindung dan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.

891/Kpts-II/99, tanggal 15 Oktober Tahun 1999 tentang kawasan hutan

dan perairan Provinsi Irian Jaya yang terliput dalam 5 (lima) lembar peta

skala 1:250.000, yaitu lembar Obome (2912), S. Omba (3011), Kaimana

(3012), Windesi (3013), Waaghete (3111) dan Nabire (3112).

Karakterisasi lahan bertujuan untuk mengetahui jenis dan sifat

tanah serta penyebarannya yang dilakukan melalui penjelajahan pada

setiap satuan lahan representatif. Pengamatan tanah dilakukan dengan

membuat profil, minipit dan pemboran. Profil tanah dibuat sampai

kedalaman 180 cm atau sampai lapisan pembatas perakaran. Minipit

dibuat untuk mengetahui penyebaran tanahnya dengan cara menggali

tanah sampai kedalaman 50 cm, selanjutnya dilakukan pemboran sampai

kedalaman 180 cm atau sampai lapisan pembatas perakaran. Sedangkan

pemboran dilakukan hanya pada kondisi dimana pengamatan profil dan

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 8

minipit tidak memungkinkan dilakukan. Semua data pengamatan di lapang

dicatat dalam formulir isian yang meliputi sifat morfologi dan fisika tanah,

yaitu: tekstur, warna tanah, struktur meliputi bentuk, ukuran dan tingkat

perkembangan, batas horison, kedalaman tanah, ketebalan solum,

drainase, permeabilitas, batuan dalam penampang serta sifat fisik

lingkungan. Pengamatan sifat tanah di lapang mengacu pada Soil Survey

Division Staff (1993). Tanah diklasifikasi sampai tingkat subgrup menurut

Keys to Soil Taxonomy (2003).

Pengambilan contoh tanah profil dan komposit dilakukan pada

satuan lahan representatif. Contoh tanah profil diambil pada setiap lapisan

atau horison sebanyak + 1 kg. Sedangkan contoh tanah komposit

dikumpulkan dari beberapa tempat secara random, kemudian dicampur

dan diambil + 1 kg. Selanjutnya contoh tanah dianalisis di laboratorium

untuk mengetahui sifat fisika dan kimia tanahnya.

Selain pengecekan batas satuan lahan dan penggunaan lahan hasil

interpretasi, karakterisasi tanah dan lingkungannya serta pengumpulan

data iklim juga diamati kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

Data sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuisioner dan

wawancara dengan petani atau petugas pertanian di lapangan pada setiap

tipe penggunaan lahan (TPL). Setiap TPL mempunyai 3-6 responden. Data

yang dikumpulkan meliputi jenis komoditas yang sudah atau akan

dikembangkan, input yang digunakan, seperti jumlah dan jenis pupuk,

tenaga kerja, harga produk pertanian persatuan harga, aksesibilitas

seperti keberadaan pasar, sarana dan prasarana transportasi dan lain-lain.

Analisis Contoh Tanah di Laboratorium

Analisis contoh tanah di laboratorium meliputi penetapan sifat fisik

dan kimia tanah yang terdiri tekstur 3 fraksi (pasir, debu dan liat), pH (pH

H2O dan KCl), C organik, N total, P potensial (P2O5 HCl 25%), K potensial

(K2O HCl 25%), P tersedia (P Olsen atau P Bray I), basa-basa dapat tukar

(Ca, Mg, K dan Na), kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB)

dan Al dapat tukar (Al-dd). Metode analisis contoh tanah mengacu kepada

Soil Survey Laboratory Staff (1991).

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 9

Data hasil analisis tanah di laboratorium digunakan untuk klasifikasi

tanah, interpretasi kesuburan tanah, penilaian kesesuaian lahan dan

kendala pengembangannya serta penyusunan Masterplan Pertanian

Kabupaten Kaimana. Status kesuburan tanah diketahui dengan cara

membandingkan karakteristik tanah hasil analisis laboratorium dengan

kriteria penilaian kesuburan tanah (Lembaga Penelitian Tanah, 1984).

Pengumpulan Data Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Data sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuisioner dan

wawancara dengan petani atau petugas pertanian di lapangan pada setiap

tipe penggunaan lahan (TPL). Setiap TPL mempunyai 3-6 responden. Data

yang dikumpulkan meliputi: jenis komoditas, input yang digunakan,

seperti bibit, jumlah, jenis dan harga pupuk, jumlah tenaga kerja, harga

produk pertanian persatuan harga. Aksesibilitas seperti keberadaan pasar,

lembaga permodalan seperti bank, sarana dan prasarana transportasi dan

lain-lain yang mempengaruhi terhadap analisis sosial ekonomi dan budaya

masyarakat.

2.1.2. Data Sekunder

Data sekunder dikumpulkan dari instansi-instansi terkait, seperti

data iklim, uraian mengenai keadaan wilayah kabupaten secara

keseluruhan, kecamatan, desa/kampung, karakteristik penduduk,

kelembagaan, pemerintahan dan faktor-faktor lain yang terkait dengan

penyusunan Masterplan Pertanian Kabupaten Kaimana.

2.2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan penilaian terhadap berbagai

keadaan yang dilakukan berdasarkan pendekatan dan metode serta teknik

analisis data. Berikut disajikan teknik analisis pada masing-masing data

yang digunakan dalam penyusunan Masterplan Pertanian.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 10

2.2.1. Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan dilakukan dalam keadaan aktual

(kesesuaian lahan aktual) dan kesesuaian lahan setelah dilakukan

perbaikan (improvement) atau kesesuaian lahan potensial. Penilaian

dilakukan dengan cara mencocokkan (matching) antara karakteristik lahan

(land characteristics) dengan persyaratan tumbuh tanaman (land use

requirement). Karakteristik lahan yang dinilai adalah temperatur (t),

ketersediaan air (w), media perakaran (r), retensi hara (n), bahaya

sulfidik (x), bahaya erosi (e) dan bahaya banjir (f). Hasil evaluasi

menghasilkan 4 kelas kesesuaian lahan, yaitu: sangat sesuai (S1), cukup

sesuai (S2), sesuai marginal (S3) dan tidak sesuai (N). Penilaian

kesesuaian lahan mengacu kepada Kriteria Kesesuaian Lahan untuk

Komoditas Pertanian yang disusun oleh Djaenudin et al., tahun 1994;

2003).

Sangat sesuai (S1) : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang

berarti atau nyata terhadap penggunaan

secara berkelanjutan, atau faktor pembatas

yang bersifat minor dan tidak akan mereduksi

produktivitas lahan secara nyata.

Cukup sesuai (S2) : Lahan mempunyai faktor pembatas, dan

faktor pembatas ini akan berpengaruh

terhadap produktivitasnya, memerlukan

tambahan masukan (input). Pembatas

tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani

sendiri.

Sesuai marginal (S3) : Lahan mempunyai faktor pembatas yang

berat, dan faktor pembatas ini akan

berpengaruh terhadap produktivitasnya,

memerlukan tambahan masukan yang lebih

banyak dari pada lahan yang tergolong S2.

Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3

memerlukan modal tinggi, sehingga perlu

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 11

adanya bantuan atau campur tangan

(intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

Tanpa bantuan tersebut petani tidak bisa

mengatasinya.

Tidak sesuai (N) : Lahan yang tidak sesuai (N) karena

mempunyai faktor pembatas yang berat

dan/atau sulit diatasi.

Hasil penilaian kesesuaian lahan disajikan dalam bentuk peta-peta

kesesuaian lahan yang menyajikan distribusi, luas dan kendala

pengembangan suatu komoditas pertanian unggulan Kabupaten Kaimana,

baik komoditas tanaman pangan maupun komoditas tanaman

tahunan/perkebunan.

2.2.2. Analisis Usahatani

Suatu usahatani dikatakan layak secara ekonomi, apabila komoditas

pertanian tersebut memenuhi persyaratan dari parameter-paremeter

ekonomi yang ditetapkan. Parameter ekonomi yang digunakan untuk

menilai kelayakan usahatani tanaman semusim adalah rasio penerimaan

dengan total biaya produksi Revenue Cost Ratio (R/C). Tanaman semusim

dikatakan layak bila R/C lebih besar atau sama dengan suatu nilai yang

ditetapkan. Semakin besar nilai R/C-nya, maka semakin tinggi tingkat

kelayakannya. Sedangkan untuk komoditas tanaman tahunan kelayakan

ekonomi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of

Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C) dan Gross Margin (GM). Suatu

komoditas tahunan dikatakan layak secara ekonomi apabila NPV, IRR, B/C

dan GM lebih besar atau sama dengan suatu nilai yang ditetapkan.

Kedua analisis di atas digunakan untuk menentukan komoditas

unggulan. Komoditas unggulan adalah komoditas yang mempunyai nilai

unggul baik secara kompetitif maupun komparatif. Keunggulan kompetitif

menunjukkan tingkat efisiensi suatu komoditas pertanian di suatu wilayah

dibandingkan dengan wilayah lainnya yang merupakan hasil interaksi

keunggulan komparatif dan distorsi pasar. Unggul secara kompetitif dapat

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 12

dikatakan sebagai komoditas yang unggul atau layak secara ekonomi.

Sedangkankan unggul secara komparatif merupakan hasil interaksi

kesesuaian biofisik lahan, penguasaan teknologi dan kemampuan

mengelola sistem usahatani atau dapat dikatakan komoditas yang sesuai

dengan kondisi fisik lahannya. Dengan keunggulan komparatif suatu

wilayah dapat menonjol bahkan memonopoli suatu produk pertanian.

Selain unggul secara kompetitif dan komparatif, keunggulan suatu

komoditas juga perlu dilihat dari komoditas yang umum dibudidayakan

masyarakat. Karena selain masyarakat sudah mengenal komoditas

tersebut, sehingga teknologi sumberdaya lahan lebih mudah diterapkan,

juga diversifikasi produk atau produk turunan dari komoditas tersebut

lebih mudah diintroduksikan. Hal ini merupakan pertimbangan utama

dalam menetapkan komoditas unggulan daerah.

2.2.3. Analisis Pengembangan Kawasan Budidaya

Analisis pengembangan kawasan budidaya ditujukan untuk

pengembangan komoditas pertanian unggulan, baik komoditas tanaman

pangan maupun tanaman tahunan/perkebunan, perikanan dan

peternakan. Selain kesesuaian lahan dan kekayakan ekonomi, dianalisis

pula kebutuhan pengembangan komoditas-komoditas tersebut, seperti

sarana dan prasarana perekonomian, meliputi perhubungan, pasar dan

lembaga permodalan dan tenaga kerja.

2.2.4. Analisis Kependudukan

Penduduk sebagai pelaku pertanian memegang peranan penting

dalam keberhasilan suatu usaha pertanian. Karakteristik penduduk yang

penting dianalisis adalah jumlah dan perkembangan penduduk, tingkat

pendidikan, dinamika, distribusi, struktur, proyeksi jumlah penduduk dan

lapangan pekerjaan. Karakteristik penduduk terutama jumlah dan

perkembangan penduduk serta tingkat pendidikan sangat penting untuk

mengetahui kemampuan penduduk mengadopsi teknologi sumberdaya

lahan dan penduduk sebagai pengguna teknologi sumberdaya lahan

tersebut untuk pengembangan komoditas unggulan.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 13

2.2.5. Analisis Sosial Ekonomi dan Budaya

Analisis sosial ekonomi ditujukan untuk melihat perkembangan

ekonomi regional, pendapatan perkapita dan ekonomi kerakyatan. Dan

analisis sosial budaya bertujuan untuk menilai kondisi kemasyarakatan

serta pergeseran nilai-nilai budaya yang ada di Kabupaten Kaimana, baik

pada saat sekarang maupun yang akan datang.

2.2.6. Penyusunan Masterplan Pertanian

Masterplan Pertanian disusun berdasarkan potensi sumberdaya

lahan dengan mempertimbangkan penggunaan lahan saat ini (present

landuse), kawasan lindung, kelayakan usahatani, ketersediaan tenaga

kerja, sosial ekonomi dan budaya masyarakat, sarana dan prasarana

transportasi serta sarana dan prasarana perekonomian lainnya.

Penyusunan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas

Unggulan, diawali dengan pemisahan Kawasan Budidaya dengan Kawasan

non Budidaya (Kawasan Lindung). Kawasan Lindung mengacu pada

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan Kawasan

Lindung dan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 891/Kpts-

II/99, tanggal 15 Oktober Tahun 1999 tentang kawasan hutan dan

perairan Provinsi Irian Jaya. Selain dua sumber di atas, kawasan lindung

juga ditetapkan berdasarkan kondisi fisik lahan, seperti lereng >40% dan

tanah sangat dangal (<25 cm).

Sesuai Keppres, Kepmen dan kondisi fisik lahannya, maka bentuk-

bentuk kawasan lindung tersebut adalah: 1) Kawasan yang memberikan

perlindungan pada kawasan di bawahnya, 2) kawasan perlindungan

setempat, 3) kawasan suaka alam dan cagar budaya dan 4) kawasan

rawan bencana.

Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan di

bawahnya meliputi: kawasan hutan lindung, kawasan gambut dalam

(ketebalan >200 cm) dan kawasan resapan. Kawasan perlindungan

setempat meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar

danau dan kawasan sekitar mata air. Kawasan suaka alam meliputi

kawasan suaka alam, pantai berhutan bakau, kawasan suaka alam laut

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 14

dan perairan lainnya, taman nasional, taman hutan raya, dan taman

wisata alam. Keberadaan kawasan lindung di Kabupaten Kaimana perlu

dipertahankan, termasuk dari kegiatan pengembangan pembangunan.

Oleh karena itu, kawasan lindung menjadi bahan pertimbangan dalam

penyusunan Masterplan Pertanian.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka Kabupaten

Kaimana dibedakan menjadi Kawasan Budidaya Pertanian dan Kawasan

Non Budidaya Pertanian. Selengkapnya pembagian masing-masing

kawasan tersebut adalah sebagai berikut:

I. Kawasan Budidaya

A. Kawasan Budidaya Pertanian

� Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Pangan

• Budidaya tanaman pangan lahan basah (LB)

• Budidaya tanaman pangan lahan kering (LK)

� Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Pangan dan Tahunan

(tanaman perkebunan rakyat dan hortikultura), sistem budidaya

kebun campuran (Kc)

� Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Tahunan

• Budidaya tanaman perkebunan skala kecil atau rakyat (TPr)

• Budidaya tanaman perkebunan skala besar (TPb)

� Kawasan Hutan Produksi (HP)

B. Kawasan Budidaya Perikanan (Ip)

II. Kawasan Non Budidaya Pertanian (Kawasan Lindung)

2.3. Keluaran Penelitian

Hasil dari penelitian akan disajikan dalam bentuk:

1) Naskah Laporan Penelitian yang berisikan rencana pembangunan

pertanian Kabupaten Kaimana untuk pengembangan komoditas

unggulan.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 15

2) Naskah Ringkasan Laporan Penelitian yang disajikan dalam bentuk

Ringkasan Eksekutif

3) Peta Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas

Unggulan Kabupaten Kaimana skala 1:100.000 dan skala 1:50.000

pada wilayah pengembangan potensial yang disajikan dalam bentuk

Atlas. Peta ini menyajikan luas, penyebaran, jenis komoditas dan

tahun rencana pengembangan.

4) Secara visual kondisi areal pengembangan komoditas unggulan

Kabupaten Kaimana disajikan dalam bentuk CD (Compact Disc).

2.4. Sistematika Pelaporan

Laporan penenelitian disajikan dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang

lingkup baik lingkup masalah maupun lingkup area.

BAB II. METODOLOGI DAN PENDEKATAN

Berisikan teknik pengumpulan data meliputi data primer dan data

sekunder; teknis analisis data meliputi analisis kesesuaian lahan,

usahatani, analisis pengembangan kawasan budidaya,

kependudukan, sosial ekonomi dan budaya, penyusunan Masterplan

Pertanian, keluaran penelitian dan sistematika pelaporan

BAB III. KEBIJAKAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN

KAIMANA

Berisikan tinjauan perundang-undangan tentang pembentukan

Kabupaten Kaimana, otonomi daerah, lingkungan hidup, kawasan

lindung, kebijakan pembangunan Kabupaten Kaimana, visi dan misi

pembangunan dan kebijakan bidang pertanian, perkebunan dan

perhutanan serta perikanan.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 16

BAB IV. KARAKTERISTIK WILAYAH KABUPATEN KAIMANA

Berisikan karakteristik biofisik wilayah meliputi luas dan letak

geografi, iklim dan hidrologi, geologi dan bahan induk tanah,

fisiografi dan bentuk wilayah, tanah, penggunaan lahan serta status

penggunaan lahan; karakteristik sosial kependudukan meliputi

jumlah, dinamika, struktur, proyeksi jumlah penduduk,

ketenagakerjaan dan tingkat pendidikan; karakteristik sosial

budaya; karakteristik sosial ekonomi meliputi pendapatan daerah

dan struktur perekonomian; karakteristik sarana dan prasarana

perhubungan baik perhubungan darat, laut dan sungai maupun

udara; karakteristik fasilitas perekonomian, seperti keberadaan

pasar dan lembaga keuangan.

BAB V. ANALISIS WILAYAH KABUPATEN KAIMANA

Berisikan analisis kependudukan, sosial budaya dan ekonomi;

analisis potensi sumberdaya lahan meliputi analisis kesesuaian

lahan dan analisis usahatani; analisis komoditas unggulan

Kabupaten Kaimana.

BAB VI. MASTERPLAN PERTANIAN UNTUK PENGEMBANGAN KOMODITAS

UNGGULAN KABUPATEN KAIMANA

Berisikan pengembangan kawasan budidaya pertanian, perikanan;

kawasan non budidaya pertanian; pengembangan pertanian

berbasis desa.

BAB VII. ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN ANCAMAN

PEMBANGUNAN PERTANIAN KABUPATEN KAIMANA

Berisikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

pengembangan pertanian di Kabupaten Kaimana

BAB VIII. STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN MELALUI

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN KAIMANA

Berisikan visi dan misi pembangunan pertanian; trategi

pengembangan pertanian, meliputi percepatan ketahanan pangan dan

diversifikasi pangan lokal, percepatan pertumbuhan perekonomian rakyat

dan percepatan pertumbuhan ekonomi daerah.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 17

BAB IX. KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan kesimpulan hasil penelitian penyusunan Masterplan

Pertanian Kabupaten Kaimana, dan saran-saran perbaikan untuk

keberhasilan pelaksanaan Masterplan Pertanian Kabupaten Kaimana.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 18

BAB III

KEBIJAKAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN KAIMANA

3.1. Tinjauan Perundang Undangan

3.1.1. Pembentukan Kabupaten Kaimana

Kabupaten Kaimana dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 26

Tahun 2002. Pada tahun yang sama juga terbentuk kabupaten lain, seperti

Kabupaten Sarmi, Kerom, Sorong Selatan, Raja Ampat, Pegunungan

Bintan, Yahukimo, Tolikara, Waropen, Boven Digoel, Mappi, Asmat, Teluk

Bintuni dan Wondama. Peresmian Kabupaten Kaimana dilaksanakan

bersamaan dengan pelantikan Bupati Kepala Daerah pada tanggal 12 April

2003 dengan ibukota Kaimana.

Kaimana yang baru menyandang predikat kabupaten, semula

merupakan salah satu distrik di Kabupaten Fak Fak. Setelah menjadi

daerah otonom, kabupaten ini memiliki empat distrik, dan pada tahun

2006 kabupaten ini dimekarkan menjadi tujuh distrik, yaitu distrik Distrik

Teluk Arguni, Kaimana, Teluk Etna, Buruway, Kamrauw pemekaran dari

Kaimana, Yerusi pemekaran dari Teluk Arguni dan Yamor pemekaran dari

Teluk Etna. Jumlah kampung/desa juga bertambah menjadi 82 (Kaimana

dalam Angka, 2006).

Sebagai kabupaten baru, Kaimana masih perlu banyak berbenah.

Pemanfaatan potensi sumberdaya yang dimiliki, baik sumberdaya manusia

maupun sumberdaya alam guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dan pembangunan yang berkelanjutan merupakan kerangka dasar yang

perlu ditetapkan oleh pemerintah daerah. Penyusunan Masterplan

Pertanian dalam rangka pengembangan komoditas unggulan Kabupaten

Kaimana merupakan dukungan terhadap Pemerintah Daerah dalam

melaksanakan pengelolaan tata kepemerintahan, termasuk pembangunan

sektor pertanian serta pembinaan kemasyarakatan.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 19

3.1.2. Otonomi Daerah

Berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

Daerah, bahwa daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan

ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk,

luas daerah dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya

otonomi daerah.

Dengan terbentuknya Kabupaten Kaimana, kewenangan daerah

sebagai Daerah Otonomi mencakup seluruh kewenangan bidang

pemerintahan, termasuk kewenangan wajib, kecuali bidang politik luar

negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama,

serta kewenangan lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kewenangan wajib meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan

kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan,

penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga

kerja.

Dalam bidang pertanian, Kabupaten Kaimana mempunyai

kewenangan sendiri dalam mengembangkan bidang tersebut karena

Kabupaten Kaimana mempunyai karakteristik wilayah sendiri, artinya

bahwa Kabupaten Kaimana mempunyai kemampuan untuk

mengembangkan komoditas pertanian sendiri, bergantung pada kualitas

sumberdaya lahan, keterampilan sumberdaya manusia dan ketersediaan

modal. Oleh karena itu, penyusunan Masterplan Pertanian diharapkan

mampu memberikan kerangka acuan untuk pengembangan pertanian

sehingga terbentuk suatu sistem usahatani dengan wilayah-wilayah

kelompok (clusters) yang mampu berproduksi secara optimal,

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

3.1.3. Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan hidup ditujukan untuk mewujudkan

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dalam rangka

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan

masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa seperti yang tertera dalam Undang Undang No. 23 Tahun 1997.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 20

Kabupaten Kaimana yang mempunyai potensi sumberdaya

kehutanan yang besar, untuk itu dalam mengelola sumberdaya hutan

tersebut perlu berazaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan,

kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan, sehingga perlu

memperhatikan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerusakan hutan.

Karena itu, penyusunan Masterplan Pertanian dapat lebih menjabarkan

pelaksanaan Undang Undang tersebut.

3.1.4. Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi

utama melindungi kelestarian lingkungan hidup, yang mencakup

sumberdaya alam serta sumberdaya buatan guna pembangunan pertanian

berkelanjutan. Kawasan lindung di Kabupaten Kaimana ditetapkan

berdasarkan Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan

Kawasan Lindung.

Bentuk-bentuk kawasan lindung sesuai dengan Keppres tersebut

adalah : 1) kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan

bawahannya, 2) kawasan perlindungan setempat, 3) kawasan suaka alam

dan cagar budaya, dan 4) kawasan rawan bencana.

Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan

bawahannya meliputi kawasan hutan lindung, kawasan bergambut,

kawasan resapan air. Kawasan perlindungan setempat meliputi sempadan

pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar

mata air. Kawasan suaka alam dan cagar budaya meliputi kawasan suaka

alam, pantai berhutan bakau, kawasan suaka alam laut dan perairan

lainnya, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, serta

kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

Keberadaan kawasan lindung di Kabupaten Kaimana harus tetap

dipertahankan, termasuk dari kegiatan pembangunan pertanian. Oleh

karena itu keberadaan kawasan lindung menjadi pertimbangan utama

dalam perencanaan penataan ruang pertanian di Kabupaten Kaimana.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 21

3.2. Kebijakan Pembangunan Kabupaten Kaimana

Kabupaten Kaimana yang baru terbentuk kurang lebih empat tahun

telah melaksanakan berbagai kegiatan pengelolaan tata kepemerintahan,

termasuk di dalamnya tata kelola pembangunan, serta pembinaan

kemasyarakatan. Dalam melaksanakan roda kepemerintahan setelah

berubah status pemerintahannya menjadi kabupaten dihadapkan pada

sejumlah kendala, antara lain: 1) lemahnya kapasitas sumberdaya

manusia, 2) terbatasnya infrastruktur wilayah, dan 3) terbatasnya

infrastruktur serta jangkauan pelayanan pemerintahan. Kendala tersebut

dapat menjadi indikator penyebab kemiskinan dab ketertinggalan di

Kabupaten Kaimana. Hasil temuan Pemerintah Kabupaten Kaimana (2006)

sebagian besar penduduk, yaitu 76% dikategorikan sebagai penduduk

miskin yang tersebar di wilayah-wilayah pedalaman dan terpencil serta

sebagian mendiami wilayah sekitar Kota Kaimana.

Berbagai upaya telah, sedang, dan akan terus dilakukan oleh

Pemerintah Daerah dan seluruh komponen masyarakat Kaimana guna

mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus

meminimalkan angka kemiskinan yang diimplementasikan dalam berbagai

program dan kegiatan pembangunan dalam kurun waktu lima tahun.

Upaya implementasi dalam bentuk program dan kegiatan pembangunan

dimaksud di-design secara sistematis dalam dokumen perencanaan lima

tahunan yang disebut dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten Kaimana Tahun 2005-2010. Masterplan

Pertanian Kabupaten Kaimana ikut mendukung pelaksanaan pembangunan

sektor pertanian yang lebih terencana dan terarah di Kabupaten Kaimana,

sehingga pembangunan pertanian yang dilaksanakan dapat optimal dan

berkelanjutan.

3.2.1. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Kaimana

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa terdapat tiga masalah

utama penyebab ketertinggalan Kabupaten Kaimana. Analisis lanjut

menunjukan bahwa ditemukan beberapa isu pokok yang merupakan

akumulasi dari sejumlah masalah. Isu pokok ini perlu menjadi perhatian

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 22

serta menjadi fokus kebijakan pemerintah daerah, yaitu: 1) rendahnya

kemampuan sumberdaya manusia karena rendahnya tingkat pendidikan

dan keterampilan masyarakat, serta rendahnya derajat kesehatan

masyarakat, 2) rendahnya tingkat perekonomian masyarakat, terutama

berkaitan dengan kemampuan produktivitas ekonomi masyarakat,

terbatasnya penguasaan terhadap sumberdaya ekonomi dan aksesibilitas

pasar serta rendahnya kemampuan daya beli masyarakat, 3) terbatasnya

kemampuan pelayanan Pemerintahan Daerah, termasuk lemahnya upaya

penegakkan hukum, 4) terbatasnya kemampuan manajemen pengelolaan

sumberdaya alam yang ditandai dengan mulai terjadinya degradasi

lingkungan, 5) terjadinya penurunan kualitas kehidupan sosial yang

mempengaruhi keharmonisan interaksi sosial dalam masyarakat serta

lemahnya daya tangkal terhadap timbulnya gejala penyakit sosial.

Berdasarkan permasalahan, tantangan, peluang dan ketersediaan

sumberdaya yang dimiliki Kabupaten Kaimana dan untuk menjalankan

roda pemerintahan Kepala dan Wakil Kepala Daerah terpilih, maka

ditetapkanlah visi pembangunan Kabupaten Kaimana Tahun 2005-2010,

yaitu: “Percepat Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Menuju Kaimana

sebagai Kabupaten Termaju di Selatan Papua pada Tahun 2010”.

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka pemerintah Kabupaten

Kaimana menetapkan lima misi pembangunan sebagai wujud pelaksanaan

visi yang ditetapkan. Kelima misi tersebut adalah:

1) Peningkatan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia yang

dicapai melalui peningkatan pendidikan, kualitas kesehatan dan

produktivitas masyarakat Kaimana

2) Pengembangan struktur perekonomian yang tangguh, hal ini

diperlukan untuk peningkatan dan pemerataaan kesejahteraan

ekonomi masyarakat Kaimana, agar memiliki kemandirian,

kemampuan dan daya saing dalam menghadapi persaingan antar

daerah serta dalam rangka pengetasan kemiskinan

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 23

3) Pemantapan kinerja pemerintah daerah, termasuk di dalamnya

pengelolaan aspek politik, hukum, dan HAM. Melalui kinerja ini

diharapkan pemerintah daerah dapat menjadi pendorong bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat

4) Peningkatan implementasi pembangunan berkelanjutan, terutama

berkaitan dengan isu daya dukung lingkungan, keseimbangan

ekosistem, jumlah dan persebaran penduduk, serta mitigasi

bencana

5) Peningkatan kualitas kehidupan sosial yang berlandasan agama,

adat dan budaya daerah.

Sasaran yang ingin dicapai dalam meningkatkan mutu dan

pemerataan pelayanan pendidikan, kesehatan dan produktivitas untuk

peningkatan daya saing sumberdaya manusia Kaimana adalah

terwujudnya rata-rata lama sekolah, meningkatkan angka melek huruf,

tercapainya angka partisipasi murni SLTP minimal 70%, tercapainya angka

harapan hidup 71 tahun dan meningkatnya serapan tenaga kerja per

sektor. Misi tersebut akan berhasil dengan mengoptimalkan komitmen

pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas

sumberdaya manusia Kaimana.

Pengembangan struktur perekonomian yang tangguh bertujuan

untuk meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi dan sasaran

yang ingin dicapai adalah meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi,

jumlah orang miskin berkurang, mengurangi pengangguran, tumbuh minat

dan realisasi investasi baru di Kaimana, meningkatkan peran koperasi,

usaha kecil dan menengah terhadap PDRB dan meningkatkan kualitas

infrastruktur wilayah.

Pemantapan kinerja pemerintah daerah bertujuan untuk

meingkatkan sinergitas, produktivitas dan akuntabilitas manajemen

pemerintah daerah dan sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya

penegakan hukum dan HAM, meningkatnya efektifitas dan efesiensi

pemanfaatan APBD, meningkatnya akuntabilitas kinerja pelayanan publik

perangkat daerah, meningkatnya kompetensi aparatur, meningkatnya

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 24

sinergitas antara tingkat pemerintah, meningkatnya peran dan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan daerah, tertatanya kelembagaan dan

rasionalisasi PNS pemerintah daerah dan meningkatnya kapasitaas DPRD.

Peningkatan implementasi pembangunan berkelanjutan bertujuan

meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan dan sasaran

yang ingin dicapai adalah terkendalinya laju pertumbuhan penduduk,

tercapainya kawasan lindung sebesar 65%, terwujudnya struktur tata

ruang Kaimana, terdiri dari pengembangan PKN dan PKW serta

insfrastruktur wilayah dalam rangka pengembangan kawasan andalan,

terlaksananya pengelolaan lingkungan dengan pendekatan DAS dan

Ecoregion dan meningkatnya pelaksanaan kualitas managemen

pencegahan dan penanggulangan (Miggitasi) bencana alam.

Peningkatan kualitas kehidupan sosial yang berlandasan agama,

adat dan budaya daerah bertujuan untuk meningkatkan pengamalan

ajaran agama, keharmonisan sosial dan apresiasi terhadap adat dan

budaya dan sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya pemberdayaan

peran lembaga kemasyarakatan dan pemimpin informal, terpeliharanya

kerukunan umat beragama, tumbuhnya kondisi yang kondusif bagi

perkembangan aktifitas keagamaan, sosial, politik adat dan budaya

ditengah masyrakat, tegaknya kehidupan berdemokrasi yang taat hukum

dan menjunjung tinggi HAM, dan terpeliharanya ketentraman dan

ketertiban sosial.

Selanjutnya dalam mendukung perwujudan visi dan misi atau

tujuan-tujuan pembangunan Kabupaten Kaimana terutama dalam

pembangunan pertanian, maka ditetapkan kebijakan bidang pertanian

3.2.2. Kebijakan Bidang Pertanian

Sebagian besar masyarakat Kaimana menggantungkan hidupnya

pada kekayaan sumberdaya alam, khususnya bidang pertanian yang

secara turun temurun telah memberikan manfaat bagi kehidupan dan

penghidupan masyarakat, sehingga sebagian besar aktivitas sosial

ekonominya terfokus pada bidang pertanian. Ketergantungan sistem dan

pola budidaya pertanian yang mengandalkan potensi kesuburan tanah

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 25

serta daya dukung alam yang memungkinkan masyarakat untuk bertahan

hidup dan berproduksi dari generasi ke generasi. Sistem dan pola

budidaya seperti ini juga belum terarah pada eksploitasi sumberdaya

alam/pertanian secara besar-besaran atau dengan kata lain belum

berorientasi pada skala investasi secara sistematis yang lebih

mengandalkan modal, keahlian, peralatan, dan akses pasar. Dengan

demikian sistem dan pola pertanian masyarakat Kaimana lebih bersifat

subsisten, yakni sebagian besar hasil produksi pertanian lebih diutamakan

untuk mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga.

Potensi tanah yang subur dengan luas lahan pertanian yang sangat

luas belum dimanfaatkan atau dikelola secara optimal untuk meningkatkan

pendapatan ekonomi masyarakat, mengingat ketidakmampuan

masyarakat mengelola sumberdaya pertanian disamping minat investasi

masih sangat terbatas. Di sisi lain, kebutuhan konsumsi masyarakat kota

atau kebutuhan pasar akan hasil produksi pertanian terus meningkat.

Orientasi produksi dari subsisten mulai mengalami pergeseran ke

arah produksi yang berorientasi pasar, namun hal ini masih dalam skala

yang terbatas, sehingga beberapa komoditas masih didatangkan dari luar

daerah Kaimana guna memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.

Berdasarkan Kaimana Dalam Angka (2006) bahwa pada tahun

2005, sektor pertanian menyumbang 58,31% terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kaimana, dimana sektor pertanian

tumbuh sebesar 1,97%. Pertumbuhan tersebut berasal dari sub sektor

tanaman pangan yang tumbuh sebesar 10,87%, sub sektor tanaman

perkebunan 8,61%, sub sektor peternakan 7,70%, sub sektor perikanan

tumbuh sebesar 10,14%.

Mengingat pentingnya sektor pertanian dalam pertumbuhan

perekonomian Kabupaten Kaimana, maka sudah selayaknya segala upaya

yang dapat memajukan sektor pertanian perlu dilakukan. Berikut

dijelaskan kebijakan pemerintah daerah dalam berbagai sektor pertanian

dan peternakan.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 26

Sektor pertanian dan peternakan

a. Meningkatnya kemampuan petani untuk menghasilkan komoditas

pangan termasuk pengembangan budidaya komoditas pangan

lokal seperti sagu, umbi-umbian, pisang, dan lain-lain guna

mengisi ketergantungan pada beras.

b. Meningkatnya skala produk produksi pertanian dan peternakan

terutama komoditas pertanian berdaya saing tinggi.

c. Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap protein hewani dari

ternak.

d. Tersedianya akses masyarakat terhadap sumber-sumber produksi

yang meliputi modal, akses pasar dan informasi.

e. Tersedianya akses dan jaringan distribusi pemasaran dari dan ke

Kaimana.

f. Meningkatnya kapasitas kelembagaan pertanian dan peternakan.

Sektor Kehutanan dan Perkebunan

Pengembangan sumberdaya hutan masih terfokus pada

eksploitasi kayu, yakni kayu gelondongan dan belum dikembangkan

industri kayu olahan. Sementara pengembangan sumberdaya

hutan non kayu masih sangat terbatas. Pengembangan usaha

perkebunan mengalami peningkatan yang cukup baik yang dikelola

oleh masyarakat maupun investasi berskala besar. Pengembangan

usaha perkebunan oleh masyarakat seperti tanaman kelapa, pala dan

tanaman campuran lainnya berkembang pesat disamping tanaman

kakao, vanili yang sudah mulai dikembangkan. Sedangkan investasi

berskala besar dalam pengembangan tanaman kakao beberapa waktu

lalu berkembang cukup baik, namun saat ini mengalami

hambatan atau terhenti . Hal ini tentu menuntut pengembangan

secara intensif, disamping beberapa jenis komoditas baru yang

akan dikembangkan sesuai potensi lahan seperti tanaman kelapa

sawit.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 27

Kebijakan pemerintah dalam percepatan pengembangan sektor

kehutanan dan perkebunan adalah:

a. Bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan

sumberdaya hutan dan perkebunan.

b. Terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat guna peningkatan

penghasilan masyarakat.

c. Terwujudnya kenyamanan iklim berusaha di bidang kehutanan

dan perkebunan.

d. Ditetapkannya kawasan hutan sesuai peruntukannya.

e. Berkembangnya kawasan konservasi hingga 65% serta

optimalisasi pengelolaannya.

f. Berkembangnya usahajasa lingkungan.

g. Terwujudnya kerjasama kemitraan antara pengusaha dan

masyarakat dalam meningkatkan hasil produksi kehutanan

dan perkebunan.

h. Meningkatnya sarana dan prasarana bidang kehutanan dan

perkebunan.

i. Meningkatnya kapasitas penyuluh.

j. Berkembangnya kelompok usaha masyarakat

dalampengelolaan hasil hutan dan perkebunan.

k. Meningkatnya sistem pengawasan peredaran hasil hutan dan

perkebunan.

l. Tersedianya akses masyarakat terhadap sumber-sumber

produksi yang meliputi modal, akses pasar dan informasi.

Sektor Perikanan

Kabupaten Kaimana memiliki wilayah laut seluas 17.500 km2

(Pemerintah Kabupaten Kaimana, 2006) dengan kepadatan dan

keragaman populasi lebih dari 80%. Potensi kekayaan laut ini menjadi

tumpuan mata pencarian sebagian masyarakat yang tinggal di daerah

pesisir. Namun, bila dilihat dari produksinya masih terbatas karena akses

terhadap pasar dan sumber-sumber produksi terbatas.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 28

Penyusunan Masterplan pertanian bertujuan mendukung kebijakan

Pemerintah Daerah Kabupaten Kaimana, terutama dalam pengembangan

sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan. Dalam hal ini

Masterplan Pertanian menyediakan informasi tentang komoditas pertanian

yang potensial dikembangkan, kendala pengembangannya, luas dan

distribusi pengembangan.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 29

BAB IV

KARAKTERISTIK WILAYAH KABUPATEN KAIMANA

4.1. Karakteristik Biofisik Wilayah

4.1.1. Luas dan Letak Geografi

Secara geografis Kabupaten Kaimana terletak pada 03°25'01”-

04°23'19” LS dan 134°15'30”-135°32'08” BT. Kabupaten ini terbentuk

berdasarkan Undang Undang No. 26 tahun 2002 yang merupakan

pemekaran dari Kabupaten Fak Fak dengan ibukota Kaimana. Pada awal

pembentukan Kabupaten Kaimana terdiri dari empat distrik dengan 79

kampung/desa. Keempat distrik tersebut adalah Distrik Teluk Arguni,

Kaimana, Teluk Etna dan Distrik Buruway dengan luasan total 18.500 km2

atau 1.850.000 ha (Kaimana Dalam Angka, 2006). Hasil digitasi Balai

Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (2007), luas keempat distrik

tersebut mencapai 20.703,70 km2 atau 2.070.370 ha.

Pada tahun 2006 kabupaten ini dimekarkan menjadi tujuah distrik.

Distrik pemekaran adalah Distrik Kamrauw dari Distrik Kaimana, Distrik

Yerusi dari Distrik Teluk Arguni dan Distrik Yamor dari Distrik Teluk Etna.

Jumlah kampung/desa bertambah menjadi 82 (Kaimana Dalam Angka,

2006). Pada kegiatan penelitian tahun anggaran 2007 ini, baik nama

distrik, luasan maupun batas spasialnya masih mengacu pada batas distrik

yang lama (empat distrik), seperti yang disajikan pada Peta 4.1,

sedangkan luas masing-masing distrik tersebut disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Nama distrik, ibukota, jumlah kampung/desa dan luasannya di Kabupaten Kaimana

L u a s No. Distrik Ibukota

Jumlah

Kampung/ desa Ha %

1.

2.

3.

4.

Buruway

Teluk Arguni

Kaimana

Teluk Etna

Kambala

Funiara

Kaimana

Kiruru

10

37

22

13

453.920

429.821

439.145

747.484

21,92

20,76

21,21

36,11

T o t a l 82 2.070.370 100,00

Sumber: Hasil digitasi Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (2007)

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 30

Peta 4.1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Kaimana

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 31

Berdasarkan Tabel 4.1, Distrik Teluk Etna merupakan distrik

terluas di Kabupaten Kaimana mencapai 36,11% dari luas kabupaten,

kemudian diikuti Distrik Buruway yang mencapai 21,92%, Distrik Kaimana

dan Teluk Arguni, masing-masing 21,21% dan 20,76% dari luas

kabupaten.

Dengan posisi geografis tersebut, menempatkan Kabupaten

Kaimana berbatasan dengan:

- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Teluk Bintuni dan

Teluk Wondama

- Sebelah selatan dengan Laut Arafura

- Sebelah barat dengan Kabupaten Fak Fak dan

- Sebelah timur dengan Kabupaten Nabire dan Mimika.

Kabupaten Kaimana mempunyai ketinggian wilayah 10–1.640 m

dpl. Daerah terendah berada di sepanjang garis pantai Laut Arafura,

sedang daerah tertinggi berada di bagian selatan Distrik Buruway yang

merupakan kawasan Antiklin Kumawa. Daerah tinggi lainnya juga dijumpai

di Distrik Teluk Arguni dan Kaimana yang merupakan daerah kawasan

perbukitan kapur. Kawasan perbukitan kapur ini membujur dari utara

sampai ke selatan hingga Laut Arafura. Sedangkan Kota Kaimana terletak

pada ketinggian 15 m dpl.

4.1.2. Karakteristik Iklim dan Hidrologi

Karakteristik Iklim

Hasil analisis karakteristik iklim menunjukan bahwa daerah

penelitian termasuk ke dalam tipe iklim Koppen Afa dan tipe hujan A

(Schmidt dan Ferguson, 1951). Tipe iklim ini memberikan gambaran

bahwa daerah penelitian termasuk daerah tropika basah dengan curah

hujan cukup tinggi (>2.000 mm/tahun) dan merata sepanjang tahun.

Pola penyebaran hujan tergolong A dan C (Trojer, 1976). Pola

curah hujan ini menggambarkan fluktuasi rata-rata curah hujan bulanan

dalam setahun.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 32

242

158

254

210

283

377

308

209

265

222

176 175

17 13 20 18 15 21 17 13 17 16 14 150

40

80

120

160

200

240

280

320

360

400

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Curah hujan (mm)

Hari hujan

Gambar 4.1. Pola penyebaran hujan A.

Pola A atau pola tunggal (simple

wave) memberikan gambaran

bahwa terdapat perbedaan yang

jelas antara curahan di musim

penghujan dengan curahan di

musim kemarau. Pada pola ini

curahan tertinggi sebesar 377

mm terjadi pada bulan Juni,

sedangkan curahan terendah

sebesar 150 mm terjadi pada

bulan Pebruari.

Pola ini menyebar di sebagian wilayah Distrik Teluk Arguni, Kaimana

dan Teluk Etna. Pola C memberikan gambaran bahwa dalam setahun

terjadi 2 kali puncak curahan tertinggi atau 2 kali puncak curahan

terendah. Pada pola ini puncak curah hujan tertinggi I terjadi pada bulan

Maret-Mei dan puncak II terjadi pada bulan Agustus dan Oktober-

Nopember. Pola hujan C terdapat di bagian utara dan selatan daerah

penelitian.

299319

421403

423

309

335

391

367354

216

269

16 15 17 16 18 16 16 16 15 14 11 130

40

80

120

160

200

240

280

320

360

400

440

480

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Curah hujan (mm)Hari hujan

193199

249243 245

201

135128 130

171 172

145

19 18 20 20 19 16 16 15 14 15 1321

0

40

80

120

160

200

240

280

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Curah hujan (mm)Hari hujan

Gambar 4.2. Pola penyebaran hujan C. Gambar 4.2 (a) menyebar di bagian

utara dan Gambar 4.2 (b) menyebar di sepanjang pantai Kabupaten Kaimana.

Curah hujan rata-rata tahunan Kabupaten Kaimana berkisar dari

2.000-4.000 mm dengan jumlah hari hujan 180-210. Curah hujan sebesar

2.000 mm/tahun menyebar di sepanjang pantai selatan, meliputi hampir

seluruh wilayah Distrik Buruway, Kaimana dan Teluk Etna. Curah hujan

(a) (b)

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 33

2.000-3.000 mm/tahun dijumpai di sebagian besar wilayah Distrik

Kaimana dan menyebar sempit di Distrik Teluk Arguni dan Teluk Etna.

Sedangkan curah hujan 3.000-4.000 mm terdapat di bagian utara Distrik

Teluk Arguni, Teluk Etna.

Berdasarkan curah hujan bulanannya Oldeman et al, (1980)

membagi wilayah Kabupaten Kaimana menjadi 3 zone agroklimat, yaitu

zona A, B1 dan C1. Kriteria iklim disajikan pada Gambar 4.3. Sedangkan

penyebaran zona agroklimat di Kabupaten Kaimana dan sekitarnya

disajikan pada Peta 4.2.

Berdasarkan kriteria tersebut zona A adalah kawasan yang

mempunyai bulan basah (curah hujan >200 mm) >10 bulan berturut-turut

dengan bulan kering (curah hujan <100 mm) <2 bulan berturut-turut.

Zona A menyebar di bagian utara daerah penelitian yang meliputi sebagian

wilayah kecamatan Teluk Arguni dan Teluk Etna.

Gambar 4.3. (a) Klasifikasi zona agroklimat (Oldeman, 1975) dan (b) tipe hujan

menurut Schmidt dan Ferguson (1951)

Zona B1 adalah kawasan yang mempunyai bulan basah 7-9 bulan

berturut-turut dan bulan kering 3-5 bulan berturut-turut. Zona ini

menyebar di bagian tengah daerah penelitian, mulai dari bagian selatan

wilayah Teluk Arguni sampai ke Teluk Etna. Sedangkan zona C1 adalah

kawasan yang mempunyai bulan basah 5-6 bulan berturut-turut dan bulan

kering 5-7 bulan berturut-turut. Zona ini menyebar di sepanjang pesisir

pantai Kabupaten Kaimana.

(a) (b)

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 34

Menurut Oldeman et al, (1980) menjelaskan bahwa curah hujan

sebesar 200 mm atau lebih per bulan dapat ditanami padi sawah. Untuk

palawija dapat diusahakan pada curah hujan 100 mm atau lebih.

Berdasarkan hal tersebut, pada zona A padi sawah dapat diusahakan 3 kali

setahun, pada zona B1 2 kali dalam setahun, sedangkan pada zona C1

padi sawah dapat diusahakan 1 kali dalam setahun. Tanaman palawija

dapat diusahakan sepanjang tahun. Pola tanam diketiga zona tersebut,

berturut-turut adalah padi-padi-padi; padi-padi-palawija dan padi-

palawija-palawija.

Suhu udara minimum rata-rata bulanan hasil pencatatan Stasiun

Meteorologi Kaimana (2005) adalah 24,38°C dan maksimum rata-rata

bulanan 30,57°C. Kondisi ini menunjukkan bahwa suhu udara di daerah

penelitian cukup berfluktuatif, dimana perbedaan suhu udara minimum

dan maksimum mencapai 4,4-7,6°C, dan perbedaan suhu ini cenderung

meningkat dari tahun ke tahun artinya suhu udara minimum semakin

rendah (dingin) dan suhu udara maksimum semakin tinggi (panas). Hal ini

disebabkan oleh pengaruh iklim global.

Kelembaban udara rata-rata bulanan mencapai 84,08% yang

menunjukkan bahwa daerah penelitian cukup lembab. Penyinaran

matahari rata-rata bulanan 53,17% artinya hanya 53,17% sinar matahari

yang sampai ke bumi, hal ini disebabkan tingginya konsentrasi uap air

(awan) di udara, sehingga menghalangi jalannya sinar matahari untuk

sampai ke bumi. Hal ini terlihat dari tingginya curah hujan daerah

penelitian.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 35

Peta 4.2. Peta Zona Agroklimat Kabupaten Kaimana.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 36

Hidrologi

Di Kabupaten Kaimana mengalir sekitar 30 sungai/anak sungai,

sebagian besar sungai/anak sungai tersebut berada di Distrik Buruway dan

Distrik Teluk Etna. Tabel 4.2 menyajikan nama-nama sungai/anak sungai

yang terdapat di Kabupaten Kaimana.

Tabel 4.2. Nama sungai/anak sungai yang terdapat di Kabupaten Kaimana

No. Disrik Nama Sungai/anak sungai

1. Buruway S. Feria, S. Karufa, S. Besiri, S. Buruai, S. Garawa,

S. Kamrau, S. Gobo. S. Rauna, S. Megera, S.

Junusura, S. Mandewa dan S. Penera

2. Teluk Arguni A. Arbora, S. Gobo, S. Magera, S. Rauna, S. Karora

dan S. Naoni.

3. Kaimana S. Lengguru dan S. Wariabia

4. Teluk Etna S. Murowalar, S. Japre, S. Erega S. Omba, S. Kupai,

S. Timari, S. Urema, S. Buru, S. Petawai, S. Aiduna,

S. Kogou dan Yapakopare

Sumber: Peta rupa bumi skala 1:250.000 lembar Kambala (2912), Kaimana (3012) dan Windesi (3013) (Bakosurtanal, 2004).

S. Kamrau merupakan salah satu sungai terbesar di Distrik

Buruway. Pada sungai ini bermuara 3 anak sungai, yaitu S. Megera, S.

Gobo dan S. Rauna sebelum akhirnya mengalir ke laut. Di Distrik Teluk

Arguni terdapat S. Karora dan di Distrik Kaimana terdapar S. Lengguru

tempat bermuaranya S. Wariabia. Sedang di Teluk Etna, terdapat S. Omba

yang merupakan sungai utama di distrik tersebut. Pada S. Omba ini

bermuara S. Kupai dan S. Timari. Sungai cukup besar lainnya di Distrik

Teluk Etna adalah S. Urema, S. Buru dan S. Yapakopare. Banyaknya

sungai/anak sungai di Kabupaten Kaimana menjadi alasan transportasi air

merupakan transportasi utama di kabupaten ini.

Selain sungai/anak sungai di Kabupaten Kaimana juga terdapat

sekitar 11 danau, baik besar maupun kecil. Diantara danau-danau tersebut

D. Jamur merupakan danau terbesar, danau ini berada di wilayah Distrik

Teluk Etna. Tabel 4.3 menyajikan nama-nama danau yang terdapat di

Kabupaten Kaimana.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 37

Tabel 4.3. Nama danau yang terdapat di Kabupaten Kaimana

No. Disrik Nama Sungai/anak sungai

1. Buruway -

2. Teluk Arguni D. Sewiki

3. Kaimana D. Kamawula, D. Aiwasu dan D. Laamora

4. Teluk Etna D. Kamkabif, D. Mbuta, D. Jamur, D. Nanami, D.

Mutapo, D. Anaputu dan D. Manami.

Sumber: Peta rupa bumi skala 1:250.000 lembar Kambala (2912), Kaimana (3012) dan Windesi (3013) (Bakosurtanal, 2004).

4.1.3. Geologi dan Bahan Induk Tanah

Geologi

Berdasarkan peta geologi lembar Pulau Karas/Pulau Adi (2911,

2912), Sungai Omba (3011), Kaimana (3012), Steenkool (3013),

Waaghete (3111) dan Enarotali (3112) skala 1:250.000 (Puslitbang

Geologi, 1989 dan 1990), dan hasil pengamatan lapang menunjukkan

bahwa Kabupaten Kaimana terbentuk pada Era Paleozoikum, Mesozoikum,

Tersier dan Kuarter. Stratigrafi geologi berdasarkan umur

pembentukkannya diuraikan sebagai berikut:

Era Paleozoikum

Batuan yang terbentuk pada era ini berumur paling tua, terdiri dari

Kelompok Batuan Paleozoikum dan Mesozoikum Tidak Dibedakan (Pzmu)

terdapat di hulu sungai Wagani dan Formasi Audina (Pa) berumur Perem/

Permian, terdapat di hulu sungai Omba dan sungai Aria.

Era Mesozoikum

Batuan yang terbentuk pada era ini berumur cukup tua, terdiri dari

Kelompok Formasi Kopai (JKo) berumur Jura tengah disekitar G.Armatoa

dan G.Kamandiroi, Batupasir Woniwogi (Jkw) berumur Kapur bawah

sampai Jura atas di bantaran S.Muri, Kelompok Kembelangan (JKk)

berumur Kapur sampai Jura disebelah timur dan timur laut D.Jamur dan di

timur Narore, Batulumpur Piniya (Kp) berumur Kapur tengah di sela Peg.

Armatoa dan hulu S.Noam di Teluk Arguni. Batupasir Ekmai (Kue)

berumur Paleosen sampai Kapur Atas, penyebarannya dijumpai di bagian

barat dan barat daya D.Manami, sekitar Weripi, di lereng bawah

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 38

Peg.Armatoa, sebelah timur Tel.Arguni dan diantara Sungai Nuam dan

Karora. Granit Kwatisore (PRk) berumur Trias terdapat di wilayah sisi barat

S. Wami, di bagian utara Teluk Arguni. dan Formasi Tipuma (RJt) berumur

Jura bawah sampai trias memanjang ke utara antara S.Urema dan

S.Buam.

Era Tersier

Batuan yang terbentuk pada era ini umumnya berumur tua terdiri

dari Formasi Steenkool (TQs dan TQsm), Diorit Pariri (Tmpp), Diorit Utawa

(Tmu), Batugamping Kumawa Anggota Berlapis (Temkb), Batugamping

Kumawa Anggota Koral (Temkc), Batugamping Lengguru (Tpml) dan

Batugamping Imskin (KTi), Batugamping Yawee (Temy), Formasi Klasafet

(Tmk), Formasi Buru (TQbu), Formasi Waripi (Ktew), Kelompok Paniai

(KTmp), Batuan Gunungapi Wanggar (Qpw), Monzonit Timepa (Tmpt) dan

Batuan Malihan Derewo (Td).

Formasi Steenkool (TQs dan TQsm) banyak dijumpai di bagian barat

Distrik Buruway dan Teluk Arguni. Batugamping Kumawa (Temkb dan

Temkc) penyebarannya terutama di selatan Distrik Buruway. Formasi

Klasafet (Tmk) banyak dijumpai di pinggiran Teluk Arguni. Batugamping

Lengguru (Tpml) berumur Miosen tengah sampai Paleosin terdapat di

daerah perbukitan/pegunungan bagian selatan Distrik Buruway, Peg.

Banama, Peg. Wandai dan Peg. Armatoa di wilayah Distrik Etna dan Yamor

serta sebagian besar wilayah Distrik Kaimana. Batugamping Imskin (KTi)

berumur Miosen tengah sampai Paleosin dijumpai di bagian timur laut

Distrik Teluk Arguni dan Teluk Etna.

Era Kuarter

Batuan yang terbentuk pada era ini umumnya relatif muda.

Sebagian besar terdapat di pinggiran pantai timur Distrik Buruway dan

Teluk Arguni serta di daratan antara Teluk Etna dan S. Omba, sepanjang

S.Maraukara, S.Erega, S.Muri dan S.Omba sampai Usukuno, tepi D.Mbuta,

D. Jamur, D.Manami dan D.Timimi di Distrik Etna tersusun dari Batuan

Aluvium (Qa) yang komposisi mineralnya sangat dipengaruhi oleh hasil

pelapukan batuan sekitarnya. Terumbu koral terangkat (Qc), Aluvium

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 39

Terbiku (Qt), Fanglomerat (Qf), Batuan Gunung Api Wanggar (Qpw) serta

Batuan Gunungapi Jamur (Qpj).

Terumbu koral terangkat (Qc) hanya dijumpai di kawasan lepas

pantai. Batuan sedimen yang mengandung koral sebagai akibat proses

pengangkatan daerah pesisir laut (teras marin) ditemukan dalam jumlah

sedikit di sekitar Distrik Buruway. Aluvium Terbiku (Qt), Fanglomerat (Qf)

terdapat di wilayah sekitar Ure dan Erega, Batuan Gunung Api Wanggar

(Qpw) di sekitar wilayah Erega serta Batuan Gunungapi Jamur (Qpj)

dijumpai di sebelah selatan Danau Jamur di Distrik Teluk Etna.

Bahan Induk Tanah

Stratigrafi bahan induk tanah di daerah penelitian berdasarkan

umur dikelompokkan menjadi 4 era, yaitu: Batuan Palezoikum, Batuan

Mesozoikum, Batuan Tersier dan Batuan Kuarter. Uraian masing-masing

bahan induk tanah tersebut adalah sebagai berikut:

Batuan Paleozoikum

Batuan ini terbentuk pada era Kapur Atas sampai Silur, tersusun

dari serpih, batusabak, filit, batulanau, batulanau malih, batupasir,

batupasir malih, kuarsit, setempat-setempat batuhijau. Batuan Palezoikum

Kelompok Batuan Paleozoikum dan Mesozoikum Tidak Dibedakan (Pzmu)

Foto 4.1. Batuliat pada formasi Audina

(Pa) yang dijumpai di daerah distrik Buruway.

menurunkan bahan induk tanah

didominasi oleh batupasir dan

batusabak, sehingga tanah yang

terbentuk mempunyai tingkat

kesuburan tergolong rendah. Batuan

Paleozoikum Formasi Audina (Pa)

tersusun dari batulempung lanauan

dan setempat-setempat pasiran

serta sedikit batupasir.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 40

Batuan ini menurunkan bahan induk tanah yang didominasi oleh batuliat

halus sampai sedang dan menurunkan tanah dengan tingkat kesuburan

rendah.

Batuan Mesozoikum

Foto 4.2. Batupasir gunung api pada

formasi Tipuna (Rjt) yang dijumpai di

daerah Gariau.

Batuan pada era ini meliputi

Kelompok Kembelangan (JKk) yang

terdiri dari Batupasir Woniwogi

(Jkw), Batulumpur Piniya (Kp),

Batupasir Ekmai (Kue), Formasi

Kopai (Jko), Formasi Tipuna (Rjt)

dan Granit Kwatisore (Prk).

Batupasir Woniwogi (Jkw) tersusun

dari ortokuarsit glokonitan, lapisan

tipis batulumpur dan serpih.

Batulumpur Piniya (Kp) tersusun atas batulumpur mikaan, batupasir

dan batulanau lumpuran serta serpih.Sedangkan Batupasir Ekmai (Kue),

terdiri dari batupasir kuarsa dan batulanau pejal sampai berlapis tebal,

batulumpur dan serpih. Formasi Tipuna (Rjt) terdiri dari batulumpur,

Foto 4.3. Batupasir kwarsa pada

formasi Granit Kwatisore (Prk) yang

dijumpai di daerah Hauma

batupasir sela, batupasir gunungapi,

tufa, batugamping mikritan, arkosa,

batupasir kuarsa, sedikit

konglomerat aneka bahan berwarna

merah dan hijau. Batuan dari

kelompok ini menurunkan bahan

induk tanah batupasir dan batuliat/

batulumpur/batulanau yang

mempunyai tingkat kesuburan tanah

tergolong rendah.

Formasi Kopai (Jko) tersusun dari batupasir kuarsa glokognitan,

batulanau, batulumpur gampingan, batupasir mikaan, sedikit konglomerat,

kalkarenit, kalsilutit dan batupasir glokognitan, batuan ini menurunkan

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 41

bahan induk tanah batupasir berkapur, tanah yang terbentuk mempunyai

tingkat kesuburan tergolong sedang. Granit Kwatisore (Prk) tersusun dari

granit berwarna merah muda sampai kelabu muda, menurunkan bahan

induk tanah yang didominasi oleh granit. Tanah yang dihasilkan

mempunyai tingkat kesuburan yang tergolong rendah

Batuan Tersier

Foto 4.4. Batupasir di Distrik Teluk

Arguni

Batuan Tersier yang terdapat di

daerah penelitian adalah Formasi

Steenkool (TQs dan TQsm). Batuan

ini tersusun dari batulumpur

gampingan dan serpih mikaan,

batupasir sela, sedikit konglomerat,

berkarbon dan lignit. Batuan induk

ini menurunkan bahan induk tanah

yang didominasi oleh batuliat dan

batupasir.

Tanah yang berkembang dari bahan induk ini mempunyai tingkat

kesuburan tanah tergolong rendah, peka terhadap erosi dan relatif mudah

longsor (land slide). Untuk usaha pertanian melalui pengelolaan yang baik,

potensial untuk pengembangan tanaman tahunan/perkebunan. Formasi

lain yang termasuk batuan induk berumur tersier adalah Formasi Klasafet

(Tmk), bersusunan napal, batulumpur gampingan, dan sedikit

batugamping. Batuan ini menurunkan bahan induk tanah batukapur lunak

(napal). Tingkat kesuburan tanah tergolong sedang, peka terhadap erosi

dan rawan longsor. Setempat-setempat lahan kurang potensial untuk

pertanian karena solum dangkal (< 50 cm) dan banyak dijumpai

singkapan batuan induk (rock out crop/ROC). Lahan ini dijadikan hutan

konservasi untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 42

Foto 4.5. Batu gamping pada formasi

Batu gamping Lengguru (Tpml) yang

dijumpai di Tanjung Nambina Distrik

Buruway.

Foto 4.6. Batu gamping pada formasi

Batu gamping Lengguru (Tpml) yang

dijumpai Pegunungan Wandai Ddistrik

Teluk Etna.

Formasi lainnya adalah Batugamping Lengguru (Tpml) tersusun dari

kalkarenit, kalsilutit dan batupasir gampingan. Batugamping Imskin (KTi)

tersusun dari batugamping pelagos berlapis baik, sisipan kapur, napal,

batugamping piritan dan mikrokristal. Kelompok Paniai (KTmp) terdiri dari

kalkarenit, biokalkarenit, kalsilutit, kalkarenit pasiran, batupasir, batulanau

dan sedikit batukapur.

Batugamping Yawee (Temy) tersusun dari kalkarenit, biokalkarenit,

mikrit, biomikrit, kalsirudit, sedikit batukapur, kalkarenit oolit dan

kalkarenit pasiran.Formasi Waripi (KTewe) tersusun dari kalkarenit

pasiran, biokalkarenit, batupasir kuarsa, batulanau gampingan, sedikit

batunapal, kalsilutit, batugamping oolit. Kelompok batuan ini menurunkan

bahan induk tanah batukapur, batupasir berkapur dan batuliat berkapur

dengan tingkat kesuburan tanah tergolong sedang.

Lahan kurang potensial untuk pertanian karena solum dangkal dan

banyak dijumpai singkapan batuan induk. Disarankan sebagai kawasan

hutan konservasi untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 43

Foto 4.7. Kapur pada formasi

Batugamping Imskin (KTi) yang dijumpai

di Gn. Nafarua

Diorit Pariri (Tmpp) merupakan

batuan tersier berumur Pliosen

tersusun dari diorit, diorit kuarsa

dan diorit porfir. Dibeberapa

tempat, tanah mempunyai solum

dangkal dan banyak dijumpai

singkapan batuan induk. Pada

wilayah ini sebaiknya dijadikan

hutan konservasi untuk menjaga

kelestarian lingkungan.

Foto 4.8 Batu Napal pada formasi

Waripi (KTewe) yang dijumpai di Distrik

Teluk Etna.

Batugamping Kumawa anggota

berlapis (Temkb) dan anggota koral

(Temkc) bersusunan batugamping

pejal lempengan sampai terhablur

halus, kalkarenit, sedikit

batugamping kapuran dan

dolomitan.

Monzonit Timepa (Tmpt) terdiri dari diorit kuarsa, monzonit, diorit

porfir, andesit kuarsa dan granit muskovit-biotit. Diorit Utawa (Tmu)

tersusun dari diorit, diorit kuarsa, monzonit, granodiorit, gabro, granit

terdaunkan. Batuan ini menurunkan bahan induk tanah diorit, granit dan

granodiorit. Tanah yang dihasilkan mempunyai tingkat kesuburan yang

tergolong rendah.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 44

Batuan Gunungapi Wanggar (Qpw) tersusun dari lava basal olivin,

porfiran, kacaan, dengan sedikit biotit dan hornblende. Batuan ini

menurunkan bahan induk tanah lava basal dan tanah yang terbentuk

mempunyai tingkat kesuburan sedang sampai tinggi. Tanah ini potensial

untuk pengembangan tanaman pangan hortikultura (sayuran).

Batuan Malihan Derewo (Td) tersusun dari batusabak dan filit,

sisipan arenit malih kuarsa-feldsfar dan batupasir malih kuarsa, batuan

gunungapi malih basa sampai menengah, konglomerat malih, pualam dan

batuan kalksilikat. Batuan ini menurunkan bahan induk tanah batusabak

dan batupasir berkapur, sehingga tanah yang dihasilkan mempunyai

tingkat kesuburan yang tergolong sedang. Formasi Buru (TQbu) terdiri dari

batulumpur dan napal, perselingan dengan batupasir sela. Formasi ini

menurunkan bahan induk tanah batulumpur dan napal serta batupasir

bernapal. Tanah yang dihasilkan mempunyai tingkat kesuburan yang

tergolong sedang.

Batuan Kuarter

Batuan berumur kuarter terdiri dari 1)Aluvium (Qa) dengan

ketebalan mencapai 20 m, secara litologis tersusun dari kerikil, pasir,

lumpur dan gambut. Aluvium ini dijumpai pada lingkungan sungai, danau

dan tepi laut. 2)Terumbu koral terangkat (Qc) dengan ketebalam 5 m,

tersusun dari batugamping koral, dijumpai pada lingkungan terumbu koral.

Foto 4.9 Endapan sungai pada formasi

Aluvium (Qa) , bantaran Sungai Omba,

Distrik Teluk Etna.

3) aluvium terbiku (Qt) terdiri dari

bongkah kerikil dan batupasir

kasar,Bahan induk tanah dominan

batuan berumur kuarter ini adalah

aluvium yang membentuk tanah-

tanah muda, seperti Entisols dan

Inceptisols. 4) Konglomerat (Qf)

dengan ketebalan 15 m, secara

litologis tersusun dari konglomerat

aneka bahan, serta sedikit

batupasir dan batulumpur,

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 45

5) Batuan Gunungapi Danau Jamur (Qpj) yang terdiri dari lava menengah

biotit. Tingkat kesuburan tanah tergolong sedang sampai tinggi

tergantung pada bahan yang diendapkannya. Tanah-tanah yang terbentuk

dari aluvium, terutama aluvium sungai sangat potensial untuk

pengembangan pertanian tanaman pangan lahan basah (padi sawah) dan

tanaman pangan lainnya. Formasi geologi daerah penelitian disajikan

pada Peta 4.3.

4.1.4. Fisiografi dan Bentuk Wilayah

Fisiografi

Hasil analisis terrain pada Shuttle Radar Topography Mission (NASA,

2004) yang dikompilasi dengan peta kontur, peta rupabumi dan peta

geologi menghasilkan peta satuan fisiografi yang selanjutnya diverifikasi

dan diamati di lapang menunjukkan bahwa daerah penelitian terdiri atas 5

Grup Fisiografi, yaitu: Grup Fisiografi Marin (M), Gambut (G) Aluvial (A),

Tektonik/Struktural (T) dan Karst (K). Berikut ini disajikan Grup Fisiografi

dan pembagiannya yang dijumpai di daerah penelitian.

Grup Marin (M)

Fisiografi Marin (M) merupakan landform yang terbentuk akibat

aktivitas marin/laut, baik yang bersifat konstruktif (pengendapan) maupun

destruktif (abrasi). Bentuk wilayah datar sampai agak datar dengan lereng

0–3%. Di daerah penelitian fisiografi ini menurunkan punggung dan

cekungan pesisir (M.1.1), dataran pasang surut lumpur (M.2.2), rawa

belakang pasang surut (M.2.3), dan atol (M.4.3).

Punggung dan cekungan pesisir merupakan bentukan tanggul pantai

dan cekungan sejajar garis pantai yang terbentuk akibat gelombang laut,

dengan penyebaran mencapai 3.779 ha (0,18%) di jumpai di Distrik

Buruway. Dataran pasang surut lumpur merupakan wilayah pesisir terdiri

dari bahan lumpur yang dipengaruhi oleh air pasang.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 46

Peta 4.3. Peta Formasi Geologi Kabupaten Kaimana

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 47

Di daerah penelitian landform ini dijumpai di tepian S. Karufa, S.

Besiri, S. Buruway, S. Kamrau, S. Megara di Distrik Buruway. Di Distrik

Teluk Arguni dijumpai sekitar pesisir Tanusan sampai Tiwara, S. Karora,

pesisir Wainaga sampai Seraran. Fisiografi ini juga dijumpai di sekitar

pesisir pantai Distrik Teluk Etna. Luas landform ini mencapai 63.845 ha

(3,08%).

Rawa belakang pasang surut merupakan daerah belakang tanggul

sungai yang rendah dan dipengaruhi pasang surut air laut. Di daerah

penelitian fisiografi ini mencapai luas 36.053 ha (1,74%). Fisiografi atol

merupakan pulau karang yang melingkar atau melingkari laggoon.

Landform ini di jumpai di Distrik Teluk Etna dengan luas 173 ha (0,01%).

Grup Gambut (G)

Grup Gambut (G) yang merupakan landform yang terbentuk di

daerah rawa (baik rawa pedalaman maupun di daerah dataran pantai)

dengan akumulasi bahan organik yang cukup tebal dan dapat berupa

kubah gambut (dome) ataupun bukan kubah. Grup Kubah Gambut

terbentuk karena bentuk topografi daerah yang cekung (gambut

eutropik), sehingga air yang menggenang tidak mudah hilang dan

terbentuk rawa-rawa yang relatif dangkal, dipengaruhi oleh lingkungan

khususnya luapan banjir dan umumnya mempunyai tingkat kesuburan

yang baik.

Di daerah penelitian Grup Gambut pada tingkat lebih rendah

menurunkan gambut topogen pasang surut (G.1.2) yaitu gambut topogen

yang terbentuk didaerah rawa-rawa yang dipengaruhi oleh air asin/payau.

Bentuk wilayah agak cekung dengan luasan 4.975 ha (0,24%) dijumpai di

Distrik Teluk Etna.

Grup Aluvial (A)

Fisiografi Aluvial (A) merupakan landform muda (resen dan

subresen) yang terbentuk akibat proses fluvial (aktivitas sungai), koluvial

(gravitasi) atau gabungan dari proses fluvial dan koluvial.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 48

Di daerah penelitian fisiografi aluvial dapat dikelompokkan menjadi

dataran banjir pada sungai braiding (A.1.1.1), dataran banjir pada sungai

bermeander (A.1.1.2), rawa belakang (A.1.1.2.2), dataran aluvial (A.1.3),

jalur aliran sungai (A.1.5), kipas aluvial (A.2.1), dataran koluvial (A.2.2.1),

basin tertutup/lakustrin (A.3.1), dan depresi aluvial (A.3.2).

Dataran banjir pada sungai braiding (A.1.1.1) merupakan wilayah

sepanjang sungai dengan banyak alur yang dipisahkan oleh pulau-pulau

kecil. Bentuk wilayah datar, lereng 0-3%. Landform ini dijumpai di Distrik

Teluk Etna dengan luas sekitar 3.052 ha atau 0,15% dari luas total daerah

penelitian.

Dataran banjir sungai bermeander (A.1.1.2) merupakan bagian dari

lembah sungai yang berbatasan dengan aliran sungai, secara periodik

dipengaruhi banjir dan atau wilayah sepanjang sungai dengan bentuk

aliran yang berkelok-kelok. Bentuk wilayah datar sampai agak datar,

lereng 0-3%. Landform ini dijumpai di sekitar S. Buruway di Distrik

Buruway dan S. Ombora di Distrik Teluk Arguni dengan luas 20.367 ha

(0,98%).

Rawa belakang (A.1.1.2.2) merupakan lahan cekungan dibelakang

tanggul sungai. Bentuk wilayah datar sampai agak datar dengan lereng 0-

3%. Landform ini dijumpai di Distrik Teluk Etna dengan luas sekitar 9.934

ha (0,48%). Fisiografi dataran aluvial (A.1.3) merupakan dataran luas

yang terbentuk karena pengendapan bahan aluvial oleh air, terdiri dari

lumpur, pasir atau kerikil, umumnya termasuk agak tua (subresen) dan

sungai yang membentuk wilayah ini sudah tidak jelas. Fisiografi ini di

jumpai di Distrik Teluk Etna dengan bentuk wilayah datar sampai agak

datar, lereng 0-3%, dan luasnya sekitar 26.978 ha atau 1,30% dari total

daerah penelitian.

Jalur aliran sungai (A.1.5) merupakan wilayah sepanjang aliran

sungai di wilayah yang relatif datar dan tersusun oleh bahan–bahan baru

dari sungai tersebut dan pada umumnya berlapis-lapis. Landform ini

menyebar hampir di seluruh daerah penelitian dengan luas 10.949 ha

(0,53%).

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 49

Fiografi kipas aluvial (A.2.1) merupakan daerah endapan fluvio

koluvial berbentuk kipas yang terjadi karena aliran dari wilayah

pegunungan atau perbukitan yang terdapat alur sungai. Aliran tersebut

melalui celah sempit di daerah pelembahan atau pinggir dataran. Di

daerah penelitian, fisiografi ini dapat dijumpai di Distrik Teluk Etna dengan

luas sekitar 21.470 ha (1,03%).

Dataran koluvial (A.2.2.1) merupakan lahan koluvial dengan relief

datar di kaki lereng tanpa bentuk tertentu. Di daerah penelitian, fisiografi

ini dijumpai di Distrik Teluk Etna dengan bentuk wilayah datar sampai

berombak, lereng 0-8%, dan luas sekitar 73.549 ha atau 3,4% dari luas

total daerah penelitian.

Basin tertutup atau lakustrin (A.3.1) merupakan bagian dari

basin aluvial yaitu daerah rendah (basin) dimana air mengalir ke tempat

tersebut. Landform ini terbentuk akibat pengendapan sedimen halus,

biasanya di danau yang kemudian muncul ke permukaan karena

penurunan permukaan air atau pengangkatan daratan. Landform ini

sebagian besar dijumpai di D. Sewiki dengan luas 6.205 ha (0,30%).

Fisiografi aluvial lainnya yang dijumpai adalah depresi aluvial (A.3.2).

Merupakan basin aluvial dengan wilayah cekung, adanya genangan air dan

terjadi pengendapan bahan-bahan kasar dan halus karena adanya aliran

masuk dan keluar. Landform ini di jumpai di Distrik Teluk Etna dengan

penyebaran mencapai 8.616 ha (0,42%).

Grup Tektonik/Struktural (T)

Fisiografi Tektonik/Struktural merupakan landform yang terbentuk

akibat proses tektonik (orogenesis dan epigenesis) berupa angkatan,

lipatan dan atau patahan. Umumnya landform ini mempunyai bentuk

wilayah yang dipengaruhi oleh litologinya. Fisiografi ini di daerah penelitian

menurunkan landform Perbukitan Paralel Lipatan (T.9.2) yang terdiri dari

Punggung Antiklin (T.9.2.1) dan Depresi Sinklin (T.9.2.2), Dataran

Berombak (T.10) yaitu Peneplain Berombak (T.10.2) sampai

Bergelombang (T.10.3), Perbukitan Tektonik (T.12.1) dan Pegunungan

Tektonik (T.12.2). Fisiografi ini menyebar sampai 35,61% dari luas total

daerah penelitian atau 801.424 ha.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 50

Perbukitan paralel lipatan (T.9.2) merupakan wilayah berupa

punggung-punggung perbukitan paralel/sejajar yang memanjang dan atau

berkelok sebagai akibat dari proses pelipatan-pelipatan dari strata batuan

sedimen. Di daerah penelitian fisiografi ini menurunkan punggung antiklin

(T.9.2.1) dan depresi sinklin (T.9.2.2). Punggung antiklin merupakan

bagian dari perbukitan paralel lipatan yang berupa punggung-punggung

memanjang. Bentuk wilayah berbukit kecil (15-25%) sampai berbukit (25-

40%) dengan luas 63.882 ha atau 3,1% dari total luas daerah penelitian.

Depresi sinklin merupakan bagian dari perbukitan paralel lipatan

yang berupa lembah-lembah memanjang sinklin. Bentuk wilayah datar

dengan lereng 0-3% dan luas mencapai 696 ha (0,03%). Peneplain (T.10)

merupakan wilayah yang terbentuk akibat proses pendataran oleh erosi

yang cukup lama. Peneplain terdapat pada daerah yang relatif tua yang

mungkin terangkat kembali setelah pendataran. Peneplain yang dijumpai

di daerah penelitian berupa peneplain datar (T.10.1), berombak (T.10.2),

dan bergelombang sampai berbukit kecil (T.10.3).

Perbukitan/Pegunungan Tektonik (T.12) merupakan landform

dengan bentuk wilayah berbukit dan bergunung, terbentuk akibat proses

tektonik. Pembentukan landform ini sangat dipengaruhi oleh batuan

induk/litologi. Lanform ini di daerah penelitian menurunkan perbukitan

tektonik (T.12.1) dan pegunungan tektonik (T.12.2). Perbukitan tektonik

merupakan landform tektonik dengan bentuk wilayah berbukit, berlereng

15-25% dan luas mencapai 84.508 ha (4,08%). Pegunungan tektonik

adalah landform tektonik dengan wilayah bergunung dan lereng dominan

>40%. Di daerah penelitian landform ini dijumpai dengan luas 252.284 ha

(12,19%).

Grup Karst (K)

Fisiografi Karst didaerah penelitian meliputi luas 964.009 ha atau

46,56%. Karst merupakan landform yang terbentuk dari batugamping

keras dan masif dengan bentuk wilayah tidak teratur. Landform ini

terbentuk terutama karena proses pelarutan batuan penyusun, terlihat

dengan terbentuknya sungai bawah tanah, gua-gua dengan stalagtit dan

stalagmit, sinkhole, doline, uvala, poljes dan tower karst.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 51

Fisiografi ini di daerah penelitian menurunkan punggung dataran

karst (K.2.1), punggung perbukitan karst (K.3.1), punggung pegunungan

karst (K.4.1), dan pelembahan pegunungan karst (K.4.4).

Punggung dataran karst (K.2.1) merupakan karst dengan bukit-

bukit kecil yang mempunyai ketinggian relatif sama, dijumpai di wilayah

yang elevasinya relatif rendah dan tidak terdapat tebing di sekitarnya.

Pada fisiogarafi ini dijumpai punggung dan pelembahan dengan luasan

mencapai 12.954 ha (0,63%) yang menyebar di Distrik Teluk Etna.

Punggung perbukitan karst (K.3.1) merupakan wilayah dengan lungur dan

bukit-bukit kecil, lereng 25-40%, dimana beda tinggi antara titik terendah

(pelembahan) dengan puncak bukit < 300 m. Penyebaran fisiografi ini

terluas dijumpai di sekitar Maimai sampai Lobo di Distrik Kaimana dan di

sekitar Nusawulan di Distrik Buruway serta di sekitar Tiwara di Distrik

Teluk Arguni dengan luas 163.379 ha atau 7,89%.Sama halnya dengan

perbukitan karst, punggung pegunungan karst (K.4.1) merupakan lungur

dan bukit-bukit kecil, lereng >40%, dimana beda tinggi antara titik

terendah (pelembahan) dengan puncak bukit > 300 m.

Diantara pegunungan karst dijumpai pelembahan pegunungan karst

(K.4.4) yaitu bagian bawah punggung pegunungan karst. Bentuk

wilayahnya bergunung dengan lereng >40%. Punggung pegunungan karst

menyebar di sekitar Pegunungan Kumawa di Distrik Buruway dan di

sekitar Pegunungan Fudi, dengan luas 701.898 ha atau 33,90%.

Sedangkan pelembahan pegunungan karst menyebar dengan luas

85.778 ha atau 4,14%, dan bentuk wilayah datar (0-3%), berombak (3-

8%) dan bergelombang (8-15%). Luas masing-masing fisiografi di daerah

penelitian disajikan pada Tabel 4.4, penyebarannya disajikan pada

Peta 4.4 berikut ini.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 52

Tabel 4.4. Fisiografi dan bentuk wilayah Kabupaten Kaimana

L u a s Sistem fisiografi Bentuk wilayah

Lereng

(%) Ha %

Fisiografi Marin (M)

Punggung dan cekungan

pesisir (M.1.1)

Datar 0 - 3 3.779 0,18

Dataran pasang surut

lumpur (M.2.2)

Datar 0 - 3 63.845 3,08

Rawa belakang pasang

surut (M.2.3)

Datar 0 - 3 36.053 1,74

Atol (M.4.3) Datar 0 - 3 173 0,01

Fisiografi Aluvial (A)

Dataran banjir pada sungai

braiding (A.1.1.1)

Datar 0 - 3 3.052 0,15

Dataran banjir pada sungai

meander (A.1.1.2)

Datar 0 - 3 20.367 0,98

Rawa belakang (A.1.1.2.2) Datar 0 - 3 9.934 0,48

Dataran aluvial (A.1.3) Datar 0 - 3 26.978 1,30

Jalur aliran sungai (A.1.5) Datar 0 - 3 10.949 0,53

Datar 0 - 3 16.288 0,78 Kipas Aluvial (A.2.1)

Berombak 3 - 8 5.182 0,25

Datar 0 - 3 49.363 2,38

Berombak 3 - 8 21.086 1,02 Dataran Koluvial (A.2.2.1)

Bergelombang 8 - 15 3.100 O,15

Basin tertutup/Lakustrin (A.3.1) Cekung 0 - 3 6.205 0,30

Depresi aluvial (A.3.2) Cekung 0 - 3 8.616 0,42

Fisiografi Gambut (G)

Gambut topogen pasang surut (G.1.2) Cekung 0 - 3 4.975 0,24

Fisiografi Tektonik/Struktural (T)

Perbukitan paralel lipatan (T.9.2)

Berbukit kecil 15 - 25 15.763 0,77 Punggung Antiklin (T.9.2.1)

Berbukit 25 - 40 48.119 2,33

Depresi sinklin (T.9.2.2) Datar 0 - 3 696 0.03

Dataran Tektonik (T.10)

Dataran Tektonik Datar (T.10.1) Datar 0 - 3 42.352 2,05

Peneplain berombak (T.10.2) Berombak 3 - 8 89.169 4,31

Bergelombang 8 – 15 167.395 8,09 Peneplain bergelombang (T.10.3)

Berbukit kecil 15 - 25 101.138 4,89

Perbukitan/Pegunungan Tektonik (T.12)

Perbukitan tektonik (T.12.1) Berbukit 25 – 40 84.508 4,08

Pegunungan tektonik (T.12.2) Bergunung >40 252.284 12,19

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 53

Tabel 4.4. (lanjutan)

L u a s Sistem fisiografi Bentuk wilayah

Lereng

(%) Ha %

Fisiografi Karst (K)

Punggung dataran karst (K.2.1) Berombak-

bergelombang

15 - 25 12.954 0,63

Punggung perbukitan karst (K.3.1) Berbukit 25 – 40 163.379 7,89

Punggung pegunungan karst (K.4.1) Bergunung >40 701.898 33,90

Datar 0 - 3 36.864 1,78

Berombak 3 - 8 25.343 1,22 Pelembahan pegunungan karst (K.4.4)

Bergelombang 8 - 15 23.571 1,14

Pemukiman/kota (X2) - - 112 0,01

Badan air (danau dan sungai/X3) - - 14.940 0,72

T o t a l 2.070.370 100,00

Sumber: Hasil analisis terrain pada Shuttle Radar Topography Mission (NASA, 2004)

Bentuk Wilayah

Berdasarkan analisis terrain pada Shuttle Radar Topography Mission

(NASA, 2004) dilanjutkan dengan verifikasi lapang, bahwa 60,45%

Kabupaten Kaimana adalah berbukit sampai bergunung dengan lereng 25-

>40%, kemudian diikuti oleh bentuk wilayah cekung sampai datar, lereng

0-3% mencapai 16,32% dari luas kabupaten. Bentuk wilayah berbukit

kecil, lereng 15-25% mencapai 6,30%, bentuk wilayah berombak, lereng

3-8% sekitar 6,82% dan bentuk wilayah bergelombang, lereng 8-15%

mencapai 9,38% dari luas kabupaten. Tabel 4.5 menyajikan bentuk

wilayah Kabupaten Kaimana beserta luasannya. Penyebarannya yang

terliput dalam Shuttle Radar Topography Mission (NASA, 2004) disajikan

pada Peta 4.5.

Bentuk wilayah cekung sampai datar, lereng 0-3% paling luas

dijumpai di Distrik Teluk Etna dan Buruway umumnya menempati fisiografi

Marin dan Aluvial baik di sekitar sungai/anak sungai maupun danau.

Secara keseluruhan bentuk wilayah ini menyebar sekiar 16,32%. Di Distrik

Buruway bentuk wilayah ini dijumpai sekitar Tanggiri, Kambala, Yarona,

Edor, Tairi, Esania, Siwunah dan Ubia. Di Teluk Etna dijumpai di Petawai,

Omba, Lakahia, Tarera, Mayo, Kiruru, Manami, Erega sampai ke Ure. Di

Distrik Kaimana dijumpai di sekitar D. Aiwasa, dan D. Sewiki di Teluk

Arguni dan beberapa tempat lainnya sekitar Sawatawera.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 54

Peta 4.4. Peta Fisiografi Kabupaten Kaimana

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 55

Tabel 4.5. Bentuk wilayah Kabupaten Kaimana

Sumber : Hasil analisis terrain dan pengecekan lapang

Bentuk wilayah berombak dengan lereng 3-8% mencapai 6,82%

dari luas kabupaten atau sekitar 141.276 ha. Bentuk wilayah ini umumnya

berada pada fisiografi tektonik, dan pelembahan karst serta kipas aluvial.

Bentuk wilayah ini dijumpai di Karufa dan Varsionda di Distrik Buruway,

Werafuta, Rauna, Waho, Nagura, Mandiwa, Tanusan, Urisa, Bofuer dan

Wetaf di Distrik Teluk Arguni. Di Distrik Kaimana dijumpai di Tanggarami,

Trikora, Marsi, Sisir 2, Jarwar, Sara dan Narore. Di Teluk Etna dijumpai di

Pamuku Gariau dan Yapima.

Bentuk wilayah bergelombang, lereng 8-15% menyebar sekitar

9,38% atau 194.272 ha. Hampir semua bentuk wilayah bergelombang

menyebar di Distrik Buruway terus ke utara menuju Distrik Teluk Arguni,

antara lain di Gaka, Egarwara, Manggera, Maskur dan Kensi. Di Kaimana

dijumpai di Krooy, Matua, Tarwata, Orai Atas dan Asuara. Sedangkan di

Teluk Etna dijumpai di Urubika.

Sama halnya dengan bentuk wilayah bergelombang, bentuk wilayah

berbukit kecil, lereng 15-25% juga banyak dijumpai di Distrik Buruway

dan Teluk Arguni, sebagian kecil di Kaimana, yaitu disekitar Wanggatnao.

Di Distrik Teluk Arguni dijumpai di sekiar Wanoma ke arah timur dan

sekitar Nagura.

L u a s Bentuk wilayah

Lereng

(%) Ha %

• Datar 0-3% 337.799 16,32

• Berombak 3-8% 141.276 6,82

• Bergelombang 8-15% 194.272 9,38

• Berbukit Kecil 15-25% 130.438 6,30

• Berbukit 25-40% 294.208 14,21

• Bergunung >40% 957.367 46,24

• Badan air (danau, sungai) - 14.898 0,72

• Kota Kaimana - 112 0,01

T o t a l 2.070.370 100,00

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 56

Peta 4.5. Peta Bentuk Wilayah Kabupaten Kaimana

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 57

Bentuk wilayah berbukit sampai bergunung meliputi 60,45% dari

luas wilayah, yang terluas terdapat di Distrik Kaimana. Sekitar 82,75%

Distrik Kaimana adalah berbukit sampai bergunung. Selanjutnya diikuti

oleh Distrik Teluk Etna dan Teluk Arguni masing-masing 63,57% dan

60,48%. Di Distrik sekitar 33,71% dari luas daerahnya adalah berbukit

sampai bergunung. Tabel 4.6 menyajikan luas bentuk wilayah masing-

masing distrik di Kabupaten Kaimana.

Tabel 4.6. Luas bentuk wilayah masing-masing distrik di Kabupaten

Kaimana

Sumber : Hasil analisis terrain dan pengecekan lapang

Tabel tersebut menunjukkan bahwa Distrik Buruway mempunyai

lahan potensial untuk budidaya pertanian (lereng 0-25%) terluas

mencapai 66,19% dari luas wilayahnya. Kemudian diikuti oleh Distrik

Teluk Arguni yang mencapai 40,16% dan Teluk Etna mencapai 35,20%.

Sedangkan Distrik Kaimana hanya memiliki lahan potensial untuk

budidaya pertanian sekitar 15,37% dari luas wilayahnya.

Distrik (%) Bentuk wilayah

Buruway Teluk Arguni Kaimana Teluk Etna

• Datar (0-3%) 18,11 8,46 4,68 26,64

• Berombak (3-%) 13,15 7,49 1,55 5,69

• Bergelombang (8-15%) 22,31 14,34 4,56 1,48

• Berbukit Kecil (15-25%) 12,62 9,87 4,58 1,39

• Berbukit (25-40%) 3,93 10,01 17,62 20,90

• Bergunung (>40%) 29,88 49,82 65,37 42,65

• Badan air (danau, sungai) 0,01 0,004 1,61 1,05

• Kota Kaimana - - 0,01 -

T o t a l 453.920 429.821 439.145 747.484

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 58

4.1.5. Tanah

Tanah merupakan hasil pembentukan faktor-faktor pembentuk

tanah, seperti bahan induk, iklim, topografi, waktu dan organisme (Buol et

al., 1980). Bahan induk dan topografi merupakan faktor pembentuk tanah

dominan di daerah penelitian. Tanah yang terbentuk bersama-sama

dengan faktor iklim ikut menentukan jenis dan penyebaran tanaman.

Kedua faktor pembentuk tanah tersebut mempengaruhi sifat-sifat fisik-

kimia dan mineralogi tanah.

Berdasarkan hasil pengamatan lapang dan analisis tanah di

laboratorium, tanah-tanah yang dijumpai di daerah penelitian

digolongkan ke dalam 5 ordo tanah, yaitu: Entisols, Inceptisols, Alfisols,

Ultisols, dan Histosols. Pada tingkat Grup dibedakan menjadi

Fluvaquents, Udorthents, Sulfaquents, Udipsamments, Endoaquepts,

Dystrudepts, Eutrudepts, Hapludalfs, Hapludults, dan Sulfihemists (Keys to

Soil Taxonomy, 2003). Tanah-tanah yang dijumpai di daerah penelitian

disajikan pada Tabel 4.7 dan penyebarannya disajikan pada Peta 4.6.

Entisols

Entisols adalah tanah yang belum berkembang. Di daerah penelitian

ordo tanah ini menurunkan 3 Great Grup dan 4 Grup dan Sub Grup, yaitu

Typic Fluvaquents, Typic Sulfaquents, Typic Udipsamments dan Typic

Udorthents. Berikut ini disajikan karakterisrik Ordo Entisols pada masing-

masing Grup.

Fluvaquents

Tanah terbentuk dari bahan induk endapan halus pada dataran

banjir sungai braiding (A.1.1.1). Solum tebal (>100 cm), drainase agak

terhambat dan tekstur pasir berlempung, pH agak alkalis, C organik

rendah pada lapisan atas dan sangat rendah pada lapisan bawah. Hara

tersedia seperti N rendah baik pada lapisan atas maupun lapisan bawah,

P2O5 potensial sangat tinggi, sedangkan ketersediaanya sangat rendah.

K2O potensial tinggi. Kemampuan tanah mempertukarkan kation sangat

rendah, dan kejenuhan basa sangat tinggi. Berdasarkan sifat kimia

tersebut, Fluvaquents mempunyai tingkat kesuburan rendah di lapisan

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 59

atas maupun lapisan bawah. Pada tingkat Sub Grup, Fluvaquents hanya

menurunkan Typic Fluvaquents. Tanah ini sangat potensial untuk

pengembangan pertanian lahan basah (padi sawah). Selain air irigasi,

tanah ini masih memerlukan pemupukan yang berimbang untuk

meningkatkan dan menjaga kesuburan tanahnya.

Tabel 4.7. Tanah-tanah yang dijumpai di Kabupaten Kaimana menurut

Keys to Soil Taxonomy (2003)

Ordo Tanah Great Grup Grup Sub Grup Tingkat

kesuburan tanah

Fluvaquents Typic Fluvaquents Rendah Aquents

Sulfaquents Typic Sulfaquents Sedang

Psamments Udipsamments Typic Udipsamments Sangat rendah Entisols

Udorthents Udorthents Typic Udorthents Rendah

Fluvaquentic

Endoaquepts

Sedang- tinggi

Aquepts Endoaquepts

Typic Endoaquepts Sedang- tinggi

Oxic Dystrudepts Rendah - sangat

rendah Dystrudepts

Typic Dystrudepts Rendah - sangat rendah

Fluvaquentic Eutrudepts

Rendah - sedang

Lithic Eutrudepts Rendah - sedang

Inceptisols

Udepts

Eutrudepts

Typic Eutrudepts Rendah - sedang

Lithic Hapludalfs Rendah - sedang Alfisols Udalfs Hapludalfs

Typic Hapludalfs Rendah - sedang

Ultisols Udults Hapludults Typic Hapludults

Rendah - sangat rendah

Histosols Hemists Sulfihemists Typic Sulfihemists Sedang - tinggi

Sumber: Hasil klasifikasi lapangan didukung analisis laboratorium.

Sulfaquents

Tanah terbentuk dari bahan induk endapan halus dan kasar pada

dataran pasang surut lumpur (M.2.2). Solum tebal, drainase sangat

terhambat, tekstur lempung sampai lempung berliat. pH sangat masam, C

organik tinggi dan N total sedang. P2O5 potensial sedang sampai tinggi,

demikian juga ketersediaanya. K2O potensial sangat tinggi, kemampuan

tanah mempertukarkan kation sedang sampai tinggi dan kejenuhan basa

sangat tinggi. Berdasarkan sifat kimia tersebut, Sulfaquents tergolong

tanah yang mempunyai tingkat kesuburan sedang.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 60

Pada tingkat Sub Grup, Sulfaquents hanya menurunkan Typic

Sulfaquents. Adanya pirit (Fe2S) pada kedalaman <50 cm menjadi faktor

penghambat bila dalam keadaan teroksidasi. Pirit yang teroksidasi akan

menghasilkan asam sulfat (H2SO4) yang dapat meracuni tanaman. Dengan

faktor penghambat tersebut, sebaiknya Sulfaquents dikondisikan selalu

tergenang, seperti sekarang ini sebagai hutan mangrove. Budidaya yang

dapat dikembangkan adalah perikanan air payau (tambak).

Udipsamments

Tanah terbentuk dari endapan pasir marin. Bersolum tebal, drainase

cepat, tekstur pasir berlempung sampai lempung berpasir, pH masam, C

organik dan N total sangat rendah. P2O5 potensial sedang dan

ketersediaannya rendah sampai sangat rendah. K2O potensial sangat

rendah, demikian juga kemampuan tanah mempertukarkan kation dan

kejenuhan basa sangat tinggi sampai tinggi. Berdasarkan karakteristik

kimia tanah tersebut, Udipsamments mempunyai tingat kesuburan tanah

sangat rendah. Udipsamments menurunkan Typic Udipsamments pada

fisiografi pesisir pasir (M.1.1). Potensi tanah untuk pengembangan

pertanian, khususnya tanaman semusim adalah rendah atau tidak sesuai

(N). Tanaman tahunan yang dapat dikembangkan tertentu saja, seperti

kelapa. Kawasan ini sebaiknya diarahkan dan dipertahankan sebagai

kawasan wisata.

Udorthents

Tanah terbentuk dari bahan induk batukapur pada pegunungan

karst (K.4.1). Solum tipis (<25 cm), drainase baik, tekstur lempung

berpasir. Tanah ini mempunyai tingkat kesuburan tanah tergolong rendah

ditunjukkan oleh pH agak alkalis sampai agak masam, C organik sangat

rendah sampai rendah, demikian juga N total. P2O5 potensial rendah

sampai sedang, sedangkan ketersediaannya dan K2O potensial sangat

rendah. Kemampuan tanah mempertukarkan kation rendah, sedangkan

kejenuhan basa sangat tinggi.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 61

Pada tingkat Sub Grup Udorthents menurunkan Typic Udorthents.

Tanah sangat dangkal dan lereng yang sangat curam, tanah ini tidak

sesuai untuk budidaya pertanian, sebaiknya dijadikan hutan konservasi

untuk menjaga dan melindungi ekosistem di bawahnya.

Inceptisols

Inceptisols adalah tanah yang tergolong muda. Di daerah penelitian

ordo tanah ini menurunkan 3 Great Grup dan 7 Sub Grup, yaitu

Fluvaquentic Endoaquepts, Typic Endoaquepts, Oxic Dystrudepts, Typic

Dystrudepts, Fluvaquentic Eutrudepts, Lithic Eutrudepts dan Typic

Eutrudepts. Uraian karakterisrik Ordo Inceptisols pada masing-masing

Grup adalah .

Endoaquepts

Endoaquepts di daerah penelitian terbentuk dari bahan induk

endapan halus pada dataran banjir sungai bermeander (A.1.1.2), rawa

belakang (A.1.1.2.2), dataran aluvial (A.1.3), jalur aliran sungai (A.1.5),

basin tertutup/lakustrin (A.3.1), dan depresi aluvial (A.3.2). Bersolum

tebal, drainase terhambat sampai sangat terhambat, tekstur tanah liat

berdebu. Kesuburan tanah sedang sampai tinggi ditunjukkan oleh pH

masam sampai netral, kandungan C-organik dan N total tinggi di lapisan

atas sampai rendah di lapisan bawah. P2O5 potensial tinggi sampai sedang,

sedangkan ketersediaannya sedang sampai rendah. K2O potensial tinggi,

demikian juga kapasitas tanah mempertukarkan kation.

Pada tingkat Sub Grup, tanah ini menurunkan Fluvaquentic

Endoaquepts dan Typic Endoaquepts. Tanah ini sangat potensial untuk

pengembangan pertanian lahan basah (padi sawah). Selain air irigasi,

tanah ini masih memerlukan pemupukan yang berimbang untuk

meningkatkan dan menjaga kesuburan tanahnya.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 62

Dystrudepts

Di daerah penelitian Dystrudepts terbentuk dari batupasir dan

batuliat, solum tebal, berdrainase baik dan tekstur tanah agak kasar pada

lapisan atas dan agak halus pada lapisan bawah. Kesuburan tanah rendah

sampai sangat rendah ditunjukkan oleh pH masam sampai agak masam,

kandungan C-organik dan N total rendah sampai sangat rendah. P2O5

potensial sedang sampai rendah, sedangkan ketersediaannya rendah. K2O

potensial rendah, demikian juga kapasitas tanah mempertukarkan kation.

Pada tingkat Sub Grup, tanah ini menurunkan Oxic Dystrudepts dan

Typic Dystrudepts. Tanah-tanah ini dijumpai pada Fisiografi

Tektonik/Struktural (T), mulai dari bentuk wilayah berombak,

bergelombang sampai bergunung, lereng 8-40%. Tanah ini potensial untuk

pengembangan tanaman tahunan/perkebunan. Faktor kendala karena

tingkat kesuburan tanah yang rendah dapat diatasi melalui pemupukan,

sesuai dengan komoditas yang diusahakan. Karena tanah ini umumnya

dijumpai pada daerah berlereng dan berkembang dari bahan induk yang

peka terhadap erosi, maka usahatani konservasi sangat disarankan.

Eutrudepts

Di daerah penelitian Eutrudepts terbentuk dari bahan induk

batukapur dan batuliat berkapur menurunkan Lithic Eutrudepts yang

bersolum tipis (<50 cm), Fluvaquentic Eutrudepts dan Typic Eutrudepts

yang bersolum tebal, berdrainase baik dan bertekstur lempung liat

berdebu sampai liat, pH agak masam sampai agak alkalis, C organik

rendah sampai sedang di lapisan atas dan sangat rendah di lapisan bawah,

demikian juga dengan N total. P2O5 dan K2O potensial sedang sampai

rendah, sedangkan ketersediaannya sangat rendah. Kemampuan tanah

mempertukarkan kation sedang sampai rendah, sedangkan kejenuhan

basa sangat tinggi. Berdasarkan karakteristik kimia tersebut, Eutrudepts

tergolong tanah yang mempunyai tingkat kesuburan rendah sampai

sedang.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 63

Penyebarannya dijumpai pada Fisiografi Tektonik/Struktural mulai

dari peneplain berombak, bergelombang sampai pegunungan tektonik, dan

Fisiografi Karst mulai dari perbukitan, pegunungan sampai pelembahan

karst, lereng 3->40%. Sebagian tanah ini (Fluvaquentic Eutrudepts dan

Typic Eutrudepts) potensial untuk pengembangan tanaman pangan

maupun tahunan. Tanah dangkal (Lithic Eutrudepts) disarankan untuk

hutan konservasi. Faktor penghambat karena rendahnya tingkat

kesuburan tanah dapat diatasi melalui pemupukan. Karena sebagian tanah

berkembang dari bahan induk batuliat berkapur, curah hujan yang tinggi

akan sangat berpotensi terjadinya longsor, maka usahatani konservasi

sangat disarankan sesuai dengan karakteristik tanahnya.

Alfisols

Alfisols adalah tanah yang sudah cukup berkembang, ditandai

dengan dijumpainya horison akumulasi liat (argilik). Alfisols di daerah

penelitian hanya menurunkan Haludalfs, pada tingkat Sub Grup

menurunkan Lithic Hapudafs yang bersolum tipis dan Typic Hapludalfs

yang bersolum agak tebal-tebal 75->100 cm). Tanah berkembang dari

batukapur dan batuliat berkapur, drainase baik, tekstur tergolong sedang

pada lapisan atas dan agak halus sampai halus pada lapisan bawah. pH

masam sampai agak masam, C organik umumnya sedang sampai tinggi di

lapisan atas dan rendah sampai sangat rendah pada lapisan bawah,

demikian juga dengan N total. Hara tersedia lainnya berupa P dan K

sangat rendah sampai rendah. Kemampuan tanah mempertukarkan kation

rendah sampai sedang dan kejenuhan basa sangat tinggi. Berdasarkan

karakteristik kimia tersebut, Hapludalfs mempunyai tingkat kesuburan

tanah yang tergolong rendah.

Lithic Hapludalfs dijumpai di pelembahan pegunungan karst pada

lereng 25-40%. Sehingga lahan ini disarankan untuk hutan konservasi.

Typic Hapludalfs menyebar mulai dari daerah berombak (3-8%) dan

bergunung (>40%) pada Fisiografi Tektonik/Struktural dan Karst.

Berdasarkan sifat fisik dan kimianya, tanah ini potensial untuk

pengembangan tanaman pangan dan tahunan. Kendala kesuburan tanah

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 64

dapat diatasi melalui pemupukan sesuai dengan tanaman yang

diusahakan. Penerapan teknik Teknik konservasi yang diterapkan perlu

disesuaikan dengan karakteristik tanahnya.

Ultisols

Ultisols adalah tanah telah mengalami pelapukan lanjut (tua).

Akibat pelapukan lanjut tersebut tanah sangat miskin unsur hara. Tanah

berkembang dari batupasir yang menurunkan Typic Rhodudults dan Typic

Hapludults. Berikut ini disajikan karakteristik Ordo Ultisols pada masing-

masing Grup.

Hapludults

Tanah ini dijumpai pada Fisiografi Tektonik/Struktural, mulai dari

Peneplain berombak, bergelombang sampai berbukit, lereng 3-25%.

Tanah dalam, drainase baik, tekstur sedang sampai agak halus. Tingkat

kesuburan tanah rendah yang ditunjukkan oleh pH tanah masam, C

organik dan N total rendah sampai sangat rendah. P2O5 potensial sedang

sampai tinggi, sedangkan ketersediaannya (P tersedia) dan K2O potensial

rendah sampai sangat rendah dan kemampuan tanah mempertukarkan

kation rendah.

Tanah ini potensial untuk pengembangan tanaman

tahunan/perkebunan dengan perbaikan kesuburan tanah melalui

pemupukan. Penerapan konservasi tanah perlu disesuaikan dengan

karakteristik tanahnya. Teras bangku sangat tidak dianjurkan untuk

diterapkan.

Rhodudults

Tanah ini hanya dijumpai pada Pegunungan Tektonik, lereng >40%.

Karakteristik tanahnya adalah bersolum tebal, penampang tanah berwarna

merah, drainase baik, tekstur agak kasar. Tingkat kesuburan tanah rendah

sampai sangat rendah yang ditunjukkan oleh pH sangat masam sampai

masam, C organik dan N total sangat rendah sampai rendah, demikian

juga hara lainnya (P dan K). Kemampuan tanah mempertukarkan kation

dan kejenuhan basa rendah sampai sangat rendah.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 65

Peta 4.6. Peta Tanah Kabupaten Kaimana

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 66

Histosols

Histosols adalah tanah yang berkembang dari bahan organik. Tanah

ini dikenal juga sebagai Organosols. Di daerah penelitian hanya

menurunkan Typic Sulfihemists pada landform Basin Tertutup/Lakustrin

dari D. Sewiki di Distrik Teluk Arguni, tersusun dari bahan organik dengan

tingkat kematangan sedang dan mempunyai bahan sulfidik di dalam

kedalaman 50 cm dari permukaan tanah mineral. Solum sangat tebal

(>150 cm) dan drainase sangat terhambat, pH masam. Tanah ini

mempunyai tingkat kesuburan tanah yang tergolong sedang sampai tinggi,

ditunjukkan oleh K2O potensial, kemampuan tanah mempertukarkan

kation dan kejenuhan basa tergolong sangat tinggi. Sedangkan P2O5

potensial dan ketersediaannya (P tersedia) sedang sampai rendah. Potensi

tanah untuk pengembangan pertanian sangat rendah. Penggunaan lahan

sekarang berupa hutan rawa, sebaiknya tetap dipertahankan.

4.1.6. Penggunaan Lahan

Hasil interpretasi citra landsat dilanjutkan dengan verifikasi lapang

menunjukkan bahwa penggunaan lahan daerah penelitian dapat

dikelompokkan menjadi 11 tipe penggunaan lahan, yaitu: hutan primer

(Hp), hutan sekunder (Hs), hutan jalur aliran sungai (Hj), hutan mangrove

(Hm), hutan rawa (Hr), rumput rawa (Rr), perkebunan (Pk), lahan

terbuka/rumput dan alang-alang (Ra), belukar (Sb), pemukiman/kota (X2)

dan badan air (sungai dan danau/X3). Tipe dan luasannya disajikan pada

Tabel 4.8.

Berdasarkan tabel tersebut sebagian besar daerah penelitian masih

berupa hutan primer, yaitu 79,23% (1.640.396 ha) dan hutan sekunder

11,63% atau 240.810 ha. Hutan primer ini paling luas di jumpai di Distrik

Buruway, Teluk Arguni, dan Teluk Etna. Hutan lainnya, seperti hutan jalur

aliran menyebar sekitar 32.898 ha (1,59%), paling luas dijumpai di

sepanjang sungai di Distrik Teluk Etna, selain itu juga dijumpai di

sepanjang sungai S. Penera, S. Mandewa, S. Buruai dan S. Jamusura di

Distrik Buruway.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 67

Foto 4.10. Hutan yang dijumpai di jalur aliran sungai di Distrik Teluk Etna,

terkadang juga berupa hutan sagu.

Foto 4.11. Hutan mangrove yang dijumpai di salah satu sungai di Distrik Teluk

Etna.

Selain di sungai-sungai besar tersebut, hutan mangrove juga

dijumpai di Kambala, Tanggiri di Distrik Buruway, di pesisir Teluk Arguni,

Bahumia, Sisir 2, dan Saria di Distrik Kaimana. Penyebarannya 63.735 ha

atau 3,08% dari total luas daerah penelitian.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 68

Tabel 4.8. Penggunaan lahan dan luasannya di daerah penelitian

L u a s Simbol Tipe Penggunaan lahan

Ha %

Hp

Hs

Hj

Hm

Hr

Rr

Sb

Ra

Pk

X2

X3

Hutan Primer

Hutan Sekunder

Hutan Jalur Aliran

Hutan Mangrove

Hutan Rawa

Rumput Rawa

Belukar

Lahan terbuka/rumput dan alang-alang

Perkebunan

Pemukiman/kota

Badan air (sungai dan danau)

1.640.396

240.810

32.898

63.735

49.365

4.279

12.129

3.900

7.420

112

14.940

79,23

11,63

1,59

3,08

2,38

0,21

0,59

0,19

0,36

0,01

0,72

T o t a l 2.070.370 100,00

Sumber: Hasil interpretasi citra landsat dilanjutkan pengecekkan lapang

Hutan rawa sebagian besar dijumpai di bagian belakang hutan

mangrove dengan penyebaran paling luas terdapat di Distrik Teluk Etna,

selain itu juga dijumpai di Hua Distrik Buruway dan jalur aliran S. Ombora

di Distrik Teluk Arguni. Penyebarannya 49.365 ha atau 2,38% dari luas

total daerah penelitian.

Belukar dijumpai terutama di Distrik Kaimana, seperti di Krooy, Coa,

Marsi, Sisir 2, Murano, Jarwar, P. Syirnusu dengan luasan 12.129 ha atau

0,59% dari luas total daerah penelitian. Lahan terbuka/rumput dan alang-

alang dijumpai di Distrik Teluk Arguni dan Kaimana. Tutupan lahan ini

menyebar sekitar 3.900 ha atau 0,19% dari luas total daerah penelitian.

Lahan yang telah dibuka untuk budidaya perkebunan dijumpai di P.

Adi, yaitu perkebunan kelapa dan kakao. Penggunaan lahan ini mencapai

luas 7.420 ha atau 0,36% dari total daerah penelitian.

Pemukiman secara mengelompok dijumpai di ibukota distrik.

Berdasarkan hasil interpretasi dan pengecekkan lapang, pemukiman yang

cukup luas baru dijumpai di Kaimana, Krooy, Utarom dan Trikora.

Tutupan lahan ini menyebar sekitar 112 ha.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 69

Foto 4.12. D. Jamur di Distrik Teluk Etna merupakan danau terbesar

di Kabupaten Kaimana.

Badan air berupa danau yang dijumpai di daerah penelitian

berjumlah 11 danau, dengan luasan 14.940 ha atau 0,72% dari total

daerah penelitian. Danau-danau tersebut adalah: D. Aiwasa, D. Laamora,

D. Kamakawalar, D. Perenusu, D. Sewiki, D. Kawakara, D. Mokesise, D.

Kamkabif, D. Mbuta, D. Jamur dan D. Manami. Secara spasial,

penggunaan lahan di daerah penelitian disajikan dalam bentuk Peta

Penggunaan Lahan pada Peta 4.7.

4.1.7. Status Penggunaan Lahan

Status penggunaan lahan sangat penting dalam pembangunan

pertanian yang berkelanjutan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan

dan Perkebunan No. 891/Kpts-II/99, tanggal 15 Oktober 1999, kawasan

hutan daerah penelitian mencapai 566.93 ha atau 27,36% yang terdiri

dari kawasan hutan lindung dan kawasan suaka alam. Kawasan budidaya

terdiri area penggunaan lain (APL), hutan produksi konversi (HPK), hutan

produksi terbatas (HPTb) dan hutan produksi tetap (HPT) dengan luas

mencapai 1.489.036 ha (71,92%). Secara rinci luas masing kawasan

hutan dan kawasan budidaya disajikan pada Tabel 4.9, sedangkan

penyebarannya disajikan pada Peta 4.8.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 70

Peta 4.7. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Kaimana

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 71

Tabel 4.9. Kawasan hutan dan kawasan budidaya pertanian Kabupaten

Kaimana

L u a s No. Simbol Jenis penggunaan lahan

Ha %

Kawasan budidaya

1. APL Area Penggunaan Lain 82.953 4,01

2. HPK Hutan produksi konversi 326.575 15,77

3. HPTb Hutan produksi terbatas 648.264 31,31

4. HPT Hutan produksi tetap 431.244 20,83

Kawasan Hutan

5. HL Hutan lindung 439.754 21,24

6. KSA Kawasan suaka alam 126.639 6,12

Badan air Danau dan sungai 14.940 0,72

T o t a l 2.070.370 100,00

Sumber: Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 891/Kpts-II/1999

Kawasan budidaya area penggunaan lain (APL) menyebar di

sekitar P. Adi, P. Korawatu, P. Kilimala, Karufa, Kambala dan Waho

wilayah Distrik Buruway, Utorom, Warangara, Tanggaromi, Krooy,

Nanggaromi, Namatota, dan Newarisa wilayah Distrik Kaimana, Pulau

Kayumerah wilayah Distrik Teluk Etna, dan P. Fretrenusu, P. Susunu,

Urisa, Wanggita, Fudima, Tiwara, Sumun, Wainaga, dan Bofuer wilayah

Distrik Teluk Arguni. Luasnya mencapai 82.953 ha (4,01%)

Kawasan budidaya hutan produksi konversi (HPK) dengan luas

mencapai 326.575 ha (15,77%), hutan produksi terbatas seluas 648.264

ha (31,31%), hutan produksi tetap seluas 431.244 ha (20,83%).

Kawasan hutan terdiri dari hutan lindung seluas 439.754 ha (21,24%)

dan kawasan suaka alam seluas 126.639 ha (6,12%).

Hutan lindung berada di pinggiran pantai mulai dari Varsionda,

Yarona sampai ke Hia di Distrik Buruway, Warroma sampai ke utara

mengelilingi Teluk Arguni, perbukitan dan pegunungan karst di Distrik

Teluk Arguni, Teluk Etna dan Kaimana. Hutan produksi terbatas

menyebar luas di sebagian besar wilayah Distrik Teluk Etna, Kaimana dan

Teluk Arguni. Sedangkan hutan produksi tetap sebagian besar terdapat di

Distrik Teluk Etna dan Buruway. Kawasan suaka alam sebagian besar

terdapat di Distrik Buruway. Kawasan ini merupakan Antiklin Kumawa.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 72

Peta 4.8. Peta Kawasan Hutan dan Perairan di Kabupaten Kaimana

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 73

4.2. Karakteristik Sosial Kependudukan

4.2.1. Jumlah dan Distribusi Penduduk

Berdasarkan Kaimana Dalam Angka (2006), rumah tangga yang

mendiami kabupaten ini pada tahun 2005 berjumlah 10.304 dengan total

penduduk 37.400 jiwa. Tingkat kepadatan rata-rata sekitar 2,02 jiwa/km2.

Jika dibandingkan dengan tahun 2004 jumlah penduduk pada tahun 2005

meningkat sebesar 6,39%. Karakteristik penduduk masing-masing distrik

di Kabupaten Kaimana pada tahun 2005 disajikan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Karakteristik penduduk masing-masing distrik di Kabupaten

Kaimana pada tahun 2005

Jumlah Penduduk

(Jiwa) No. Distrik

Jumlah

Rumah

Tangga Laki-laki Perempuan

Tingkat

Kepadatan Penduduk

(Jiwa/Km2)

Rasio

Jenis Kelamin

1.

2.

3.

4.

Buruway

Teluk Arguni

Kaimana

Teluk Etna

1.463

1.719

5.274

1.848

2.653

3.032

10.898

3.372

2.360

2.878

9.048

3.158

1,89

1,18

7,00

0,81

1,12

1,05

1,20

1,06

Jumlah 10.304 19.956 17.444 2,02 1,14

Sumber: Kaimana Dalam Angka (2006)

Penyebaran penduduk di Kabupaten Kaimana belum tersebar secara

merata. Dari empat distrik di wilayah Kabupaten Kaimana, jumlah

penduduk terbanyak dijumpai di Distrik Kaimana dengan jumlah penduduk

sebanyak 19.946 jiwa atau 53,33% dari total penduduk Kabupaten

Kaimana (Tabel 4.10), demikian juga dengan tingkat kepadatan

penduduknya yang mencapai 7,00 jiwa/km2. Jumlah penduduk paling

rendah terdapat di Distrik Buruway sekitar 5.013 jiwa atau 13,40% dari

seluruh penduduk kabupaten.

Berdasarkan Tabel 4.10, secara umum tingkat kepadatan

penduduk di Kabupaten Kaimana tergolong sangat rendah rata-rata <2

jiwa/km2, dimana tingkat kepadatan terendah terdapat di Distrik Teluk

Etna.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 74

4.2.2. Dinamika Penduduk

Pelaksanaan Undang Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi

Daerah yang memberikan kewenangan yang lebih luas kepada daerah

untuk mengelola potensi sumberdaya alam yang ada, menuntut adanya

pemikiran yang dapat memanfaatkan potensi daerah sebagai sumber

pendapatan daerah yang dapat membiayai proses pembangunan di daerah

itu sendiri. Dengan demikian diharapkan adanya kerjasama antara

pemerintah daerah dengan pihak investor pada masing-masing bidang

termasuk bidang pertanian.

Sektor pertanian yang mengandalkan subsektor perkebunan dan

subsektor kehutanan sebagai andalan utama akan dapat menyerap tenaga

kerja dalam jumlah besar baik dari dalam maupun luar daerah. Walapun

jumlah penduduk Kabupaten Kaimana menunjukkan adanya peningkatan

dari tahun ketahun, tetapi pada saat ini peningkatan tersebut belum

mampu mendukung pembangunan pertanian di kabupaten tersebut.

Keterbatasan jumlah penduduk menjadi salah satu faktor penghambat

pembangunan pertanian, tidak saja di Kabupaten Kaimana akan tetapi

juga di kabupaten-kabupaten lainnya di Pulau Papua.

Keberhasilan pembangunan pertanian memerlukan kecukupan

penduduk, baik jumlah maupun kualitas hubungannya dengan tenaga

kerja. Untuk itu dalam mendukung pembangunan pertanian di Kabupaten

Kaimana, pemerintah daerah perlu melakukan pembenahan pada bidang

kependudukan salah satunya dengan cara penambahan penduduk dari

daerah lain.

4.2.3. Struktur Penduduk

Struktur penduduk Kabupaten Kaimana pada tahun 2005 (Kaimana

dalam Angka, 2006) rata-rata didominisi oleh penduduk usia muda, yaitu

penduduk usia 0-19 tahun yang mencapai 44,86% dari total penduduk

Kabupaten Kaimana. Secara umum struktur penduduk Kabupaten Kaimana

terdiri atas penduduk usia 0-14 tahun sebesar 36,96%, penduduk usia

15-19 tahun sebesar 7,90%, penduduk usia 20-54 tahun sebesar 52,25%

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 75

dan penduduk usia > 55 tahun sebesar 2,89%. Jumlah penduduk pada

masing-masing kelompok umur disajikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Penduduk Kabupaten Kaimana menurut kelompok

umur dan jenis kelamin tahun 2005

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 -4

5 - 9

10 - 14

15 - 19

20 - 24

25 - 29

30 - 34

35 - 39

40 - 44

45 - 49

50 - 54

55 - 59

60 - 64

> 65

1.958

3.375

2.000

1.875

1.417

2.375

2.125

1.417

1.042

1.000

625

375

208

167

1.458

2.586

2.445

1.081

1.317

1.881

2.116

1.693

1.175

799

564

235

47

47

3.416

5.961

4.445

2.956

2.733

4.255

4.241

3.109

2.217

1.799

1.189

610

255

214

19 956 19.956 17.444 37.400

Sumber : Kaimana dalam Angka (2006)

Komposisi penduduk Kabupaten Kaimana pada tahun 2005

berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki-laki sebanyak 19.956 (53,36%)

dan perempuan sebanyak 17.444 (46,64%) dengan rasio jenis kelamin

1,14 artinya bahwa 114 orang penduduk laki-laki berbanding 100 orang

penduduk perempuan.

4.2.4. Proyeksi Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Kaimana pada tahun 2005 adalah

37.400 jiwa, meningkat sebesar 6,39% dibandingkan pada tahun 2004

yang jumlah penduduknya hanya 35.152 jiwa. Tingkat pertumbuhan

penduduk tersebut digunakan sebagai dasar untuk memproyeksi jumlah

penduduk Kabupaten Kaimana pada 10 tahun yang akan datang, seperti

yang disajikan pada Tabel 4.12.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 76

Tabel 4.12. Proyeksi Jumlah Penduduk masing-masing distrik di

Kabupaten Kaimana Tahun 2007-2017.

Distrik

Tahun Buruway

Teluk

Arguni Kaimana Teluk Etna

Total

2007 5.718 6.741 22.749 7.448 42.332

2008 6.083 7.172 24.202 7.924 45.037

2009 6.472 7.630 25.749 8.430 47.915

2010 6.885 8.118 27.394 8.969 50.977

2011 7.325 8.637 29.145 9.542 54.235

2012 7.793 9.188 31.007 10.152 57.700

2013 8.291 9.776 32.988 10.801 61.387

2014 8.821 10.400 35.096 11.491 65.310

2015 9.385 11.065 37.339 12.225 69.483

2016 9.984 11.772 39.725 13.006 73.923

2017 10.622 12.524 42.264 13.837 78.647

Jika pertumbuhan penduduk setiap distrik sama untuk setiap

tahunnya, maka diperkirakan 10 tahun yang akan datang jumlah

penduduk Kabupaten Kaimana berjumlah 78.647 jiwa. Jumlah penduduk

terbanyak dijumpai di Distrik Kaimana sekitar 42.264 jiwa, jumlah

penduduk terkecil dijumpai di Distrik Buruway.

4.2.5. Ketenagakerjaan

Jumlah penduduk berhubungan dengan ketersediaan tenaga kerja.

Pada tahun 2005 (Kaimana dalam Angka, 2006), tingkat partisipasi

angkatan kerja (TPAK) Kabupaten Kaimana masih 60,16% dari tingkat

kesempatan kerja (TKK) yang mencapai 86,91%. Dari jumlah penduduk

yang bekerja tersebut, sekitar 88,86% bekerja di sektor primer, yaitu

sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan.

Jika dilihat dari rasio jenis kelamin antara penduduk laki-laki dan

penduduk perempuan, ketersediaan tenaga kerja mempunyai komposisi

cukup potensial untuk suatu usahatani. Namun hal tersebut terkendala

oleh jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan luas lahan yang

tersedia, sehingga diperlukan penambahan penduduk dari tempat lain.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 77

4.2.6. Tingkat Pendidikan

Peningkatan kapasitas manusia salah satunya melalui pendidikan.

Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Kaimana diperlukan untuk

mengetahui kemajuan pembangunan sumberdaya manusia di Kaimana.

Data tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Kaimana disajikan pada

Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Tingkat pendidikan penduduk masing-masing distrik di

Kabupaten Kaimana

Tingkat pendidikan (jiwa)

Distrik Belum

sekolah

Tidak

Tamat SD Tamat SD

Tamat

SLTP

Tamat

SLTA

Tamat

PT

Kaimana 1.753 2.459 1.730 1.455 594 57

Buruway 884 1.026 1.091 696 395 27

T. Arguni 1.548 2.272 1.539 947 539 277

T. Etna 1.135 298 840 769 608 74

T o t a l 5.320 6.055 5.200 3.867 2.136 435

Sumber: Kaimana Dalam Angka (2006)

Berdasarkan Tabel 4.13 bahwa tingkat pendidikan penduduk

Kabupaten Kaimana masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh

jumlah penduduk yang belum sekolah dan yang putus sekolah mencapai

49,43%, sedangkan yang tamat sekolah dasar saja mencapai 22,6% dan

hanya 1,8% yang tamat pendidikan tinggi terutama program diploma

sekitar 90%.

Ditinjau dari fasilitas pendidikan, di Kabupaten Kaimana fasilitas

pendidikan cukup memadai, seperti bangunan sekolah dan ketersediaan

tenaga pengajar menjadi modal utama upaya mencerdaskan masyarakat

Kabupaten Kaimana. Dalam hal mencerdaskan kehidupan masyarakat,

pemerintah daerah Kabupaten Kaimana mengeluarkan kebijakan antara

lain: program pendidikan luar sekolah serta pengembangan

ekstrakurikuler bagi anak-anak putus sekolah, peningkatan Program

Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) dan pembebasan biaya

pendidikan bagi yang tidak mampu. Hal ini perlu dukungan semua pihak

agar upaya mencerdaskan kehidupan masyarakat Kaimana khususnya dan

masyarakat Papua umumnya dapat tercapai.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 78

Foto 4.13. Salah satu SMP di Distrik

Buruway

Foto 4.14. Salah satu SMK di Distrik

Kaimana

4.3. Karakteristik Sosial Budaya

Masyarakat etnis Papua baik yang berada di Kabupaten Kaimana

maupun di kabupaten-kabupaten lain pada umumnya menyelenggarakan

kegiatan usahatani secara taradisional, bersifat subsisten untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarga. Sangat jarang ditemui kegiatan usahatani

dipacu untuk menghasilkan pendapatan keluarga guna memenuhi

kebutuhan yang semakin meningkat. Kekurangan untuk memenuhi

kebutuhah pangan keluarga seringkali dilakukan dengan memanfaatkan

bahan pangan yang telah tersedia di alam, sebagaimana yang dilakukan

oleh etnis Papua yang tinggal di wilayah rawa atau dataran rendah. Hutan

sagu dan umbi-umbian yang berada di hutan merupakan tujuan utama.

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dilakukan melalui

berburu dan penangkapan ikan di sungai.

Foto 4.15. Hutan sagu menyediakan pangan berlimpah masyarakat Papua

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 79

Budaya bertahan hidup karena kemurahan alam ini menyebabkan

kegiatan produktif berjalan secara mendatar (tidak ada peningkatan),

produktivitas rendah, namun dengan keberlajutan (sustainabilitas) dan

kemerataan (ekuitabilitas) kegiatan tinggi. Setiap anggota masyarakat

mampu melaksanakan kegiatan serupa dan mampu bertahan dalam

kondisi subsisten. Manifestasi sosial dan kondisi ini adalah etos kerja yang

rendah. Masyarakat cenderung hidup bermalas-malasan karena seluruh

kebutuhan dasar telah terpenuhi dari alam. Disamping itu standar hidup

yang rendah, sehingga keinginan untuk berusaha lebih keras lagi untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik adalah kurang.

4.4. Karakteristik Sosial Ekonomi

Kabupaten Kaimana merupakan salah satu kabupaten di wilayah

Provinsi Papua Barat yang berada di sebelah selatan Pulau Papua.

Kabupaten ini praktis baru definitif pada 3 tahun terakhir. Sebelumnya

masih berada di bawah Kabupaten Induk Kaimana, yaitu Fak Fak.

Walaupun Kabupaten Kaimana baru terbentuk namun perekonomian

Kabupaten Kaimana selama beberapa tahun terakhir terus menunjukan

pertumbuhan ekonomi yang cukup menggembirakan. Pada tahun 2005

pertumbuhan riilnya sebesar 6,28% melebihi pertumbuhan tahun 2004

yang hanya 5,97%. Walaupun pertumbuhan masih berfluktuasi namun

besaran PDRB terus menunjukan perkembangan yang cukup

menggembirakan.

Perkembangan Ekonomi Kabupaten Kaimana tidak terlepas dari

adanya dampak positif dari pemberlakuan otonomi khusus di Provinsi

Papua dan Papua Barat yang menarik minat banyak investor untuk

berlomba-lomba menanamkan modalnya. Disamping itu pula ditunjang

oleh situasi politik, keamanan yang cukup kondusif.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 80

4.4.1. Pendapatan Daerah Kabupaten Kaimana

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun

2000 (sebagai tahun dasar) hingga tahun 2005 (Kaimana Dalam Angka,

2006) berkembang cukup pesat. Pada tahun 2000 PDRB Kabupaten

Kaimana atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp. 195.26 milyar

sedangkan pada tahun 2005 angka tersebut telah mencapai Rp. 386.10

milyar. Jadi selama kurun waktu 6 tahun (2000 – 2005) PDRB Kabupaten

Kaimana atas dasar harga berlaku telah mengalami perkembangan

sebesar 1,98 kali lipat dan atas dasar harga konstan 2000 berkembang

sebanyak 1,39 kali lipat yaitu dari angka sebesar Rp. 195.26 milyar pada

tahun 2000 mencapai angka sebesar Rp. 270.71 pada tahun 2005.

Besarnya perbedaan perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku

dengan atas dasar harga konstan mencerminkan besarnya perkembangan

harga-harga (inflasi) dari tahun 2000 – 2005.

4.4.2. Struktur Perekonomian Kabupaten Kaimana.

Sebagaimana lazimnya kabupaten-kabupaten di Provinsi Papua dan

Papua Barat, maka perekonomian di Kabupaten Kaimana masih bercorak

agraris dimana peranan sektor pertanian masih sangat dominan karena

memberikan sumbangan terhadap perekonomian Kabupaten Kaimana.

Lebih dari setengahnya perekonomian Kaimana disumbangkan oleh sektor

pertanian ini. Walaupun sumbangannya sangat besar, namun sektor ini

masih dikelola dengan cara tradisional.

Peranan sektor pertanian masih sangat dominan, dimana pada

tahun 2005 sektor pertanian menyumbang 58,31% terhadap PDRB

Kabupaten Kaimana. Sumbangan terbesar kedua adalah sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9,43% dan ketiga adalah sektor

industri pengolahan sebesar 8,73%, peringkat keempat dan kelima

masing-masing adalah sektor jasa sebesar 8,48% dan sektor kontruksi

sebesar 8,04%. Mengingat sektor pertanian merupakan penyumbang

utama terhadap PDRB Kabupaten Kaimana, maka perubahan sedikit saja

yang terjadi pada sektor tersebut berpengaruh nyata terhadap PDRB

secara keseluruhan.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 81

4.5. Karakteristik Sarana dan Prasarana Perhubungan Wilayah

Salah satu prasarana ekonomi adalah prasarana perhubungan, baik

perhubungan darat, air maupun udara. Ketiga jenis perhubungan tersebut

memegang peranan penting dalam perkembangan wilayah Kabupaten

Kaimana.

4.5.1. Perhubungan Darat

Perhubungan darat merupakan kendala utama hampir seluruh

kabupaten di Pulau Papua termasuk Kabupaten Kaimana. Topografi daerah

yang bergunung dan berlembah yang ditumbuhi hutan lebat, menjadi

kendala dibukanya jalan darat secara cepat. Jalan darat dijumpai secara

terbatas di ibu kota distrik dan antar desa dalam distrik dan di Pulau Adi

dengan kondisi jalan yang sangat terbatas.

Di Distrik Teluk Etna terdapat akses jalan darat yang

menghubungkan Erega dan Tanjung Ogama yang dibangun oleh

perusahaan PT. Centrico dan PT. Kaltim Hutama.

4.5.2. Perhubungan Laut dan Sungai

Kondisi Kabupaten Kaimana yang banyak teluk dan sungai dan

terdapatnya pemukiman penduduk di sekitar teluk dan tepian sungai

menjadikan transportasi air sebagai sarana perhubungan utama di

Kabupaten Kaimana, terutama perhubungan antar distrik dengan

menggunakan kapar motor dan speedboat. Selain itu, perekonomian

Kaimana umumnya digerakkan melalui perhubungan laut. Di Distrik

Kaimana terdapat pelabuhan laut yang mampu disinggahi kapal

penumpang, seperti KM Bukit Siguntang, KM Tatamailau dan kapal PT.

PELNI yang melayari Pantai Selatan Papua, serta menjadi tempat

bongkar muat bahan kebutuhan pokok dan bahan kebutuhan lainnya dari

luar Kabupaten Kaimana. KM Bukit Siguntang melayani rute Dumai–

Kijang–Tanjung Priok – Surabaya – Makassar – Baubau – Ambon – Tual –

Kaimana. Rute lain menggunakan Kapal Perintis dari Surabaya–Makasar–

Balikpapan–Bitung–Ternate–Sorong–Kaimana.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 82

Untuk penghubung antar distrik tersedia pelabuhan-pelabuhan kecil,

seperti Pelabuhan Ruara di Distrik Teluk Arguni, Pelabuhan Kambala di

Distrik Buruway. Khusus menuju Kiruru ibukota Distrik Teluk Etna dari

Kaimana hanya dapat di tempuh dengan menggunakan kapal motor pada

saat kondisi ombak tenang (kecil). Selain melalui Kaimana, Kiruru dapat

dicapai melalui Kabupaten Nabire. Dari Nabire ke Distrik Etna dapat

ditempuh dengan menggunakan speedboat sampai Tanjung Ogama

(Logpond HPH PT. KALTIM HUTAMA) atau Teluk Kwatisore (Logpond HPH

PT. CENTRICO), perjalanan selanjutnya menggunakan kendaraan darat

milik Perusahaan HPH sampai di Basecamp, selanjutnya perjalanan

dilakukan melalui S. Omba–Tanjung Nariki–Laut Arafuru–Teluk Etna–

Kiruru menggunakan kapal motor.

Foto 4.16. Pelabuhan Kaimana Foto 4.17. Pelabuhan Ruara, Teluk

Arguni

Foto 4.18. Pelabuhan Kambala,

Buruway

Foto 4.19. Dermaga Weripi

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 83

4.5.3. Perhubungan Udara

Perhubungan udara di Kabupaten Kaimana menghubungkan

Kaimana dengan Kota Ambon melalui Bandar Udara Utarum yang terdapat

di Kota Kaimana. Bandar udara tersebut dapat didarati pesawat jenis

Boeing. Untuk dapat mencapai Kaimana melalui udara dapat

menggunakan jasa Maskapai Penerbangan Lion Air, Merpati Airlines,

Mandala Airlines untuk rute Jakarta-Ambon. Kemudian dilanjutkan Wing

Air untuk rute Ambon-Kaimana. Penerbangan ini hanya tersedia 2 kali

dalam seminggu.

Kondisi prasarana dan sarana perhubungan ini kurang mendukung

upaya pembangunan pertanian di Kabupaten Kaimana, sehingga perlu

penyediaan prasarana perhubungan yang memadai untuk menjadikan

pertanian sebagai core bussiness di kabupaten tersebut.

4.6. Karakteristik Fasilitas Perekonomian

4.6.1. Pasar

Selain prasarana perhubungan, pasar memegang peranan penting

dalam perekonomian. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan

pembeli untuk melakukan aktivitas jual beli. Di Kaimana dijumpai pasar

(Pasar Baru) yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok (sembako).

Selain kebutuhan pokok, pasar ini juga menjual hasil pertanian, seperti

sayur-sayuran dan buah-buahan serta ikan yang merupakan hasil

tangkapan nelayan setempat. Keberadaan pasar ini sangat penting, dalam

memasarkan produk pertanian nantinya, terutama tanaman

pangan/semusim.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 84

4.6.2. Lembaga Keuangan

Selain prasarana perhubungan dan pasar, prasarana perekonomian

lainnya yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung pembangunan

perekonomian suatu wilayah adalah keberadaan lembaga keuangan,

seperti bank. Menurut Kaimana Dalam Angka (2006), lembaga keuangan

berupa bank yang dijumpai adalah Bank Papua dan BRI dengan transaksi

masih terbatas karena masih menginduk ke Bank Indonesia yang berada

di Jayapura.

Disamping bank, lembaga keuangan penting lainnya dalam

memajukan perekonomian suatu wilayah adalah koperasi. Berdasarkan

catatan Kaimana Dalam Angka (2006), bahwa terdapat 4 jenis koperasi di

daerah ini, terdiri dari Koperasi Serba Usaha, Koperasi Simpan Pinjam,

Koperasi Unit Desa (KUD) dan Koperasi Perikanan/Pertanian. Namun

sebagian besar dari koperasi tersebut tidak aktif. Hal ini perlu mendapat

perhatian dari pemerintah setempat mengingat koperasi sebagai

badan/lembaga usaha yang berbadan hukum yang berfungsi memajukan

perekonomian para anggotanya/ masyarakat pedesaan. Pengembangan

komoditas pertanian unggulan nantinya menuntut peran serta badan

usaha ini.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 85

BAB V

ANALISIS WILAYAH KABUPATEN KAIMANA

5.1. Analisis Kependudukan, Sosial Budaya dan Ekonomi

5.1.1. Analisis Kependudukan

Penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan

pembangunan pertanian dan akan mempengaruhi tingkat perkembangan

pertanian tersebut di masa yang akan datang. Faktor perubahan penduduk

perlu mendapat perhatian karena memegang peran penting dalam

perencanaan pembangunan pertanian suatu wilayah. Perubahan penduduk

ini antara lain: 1) Pertambahan dan pengurangan penduduk alamiah atau

perubahan penduduk alamiah, yaitu selisih antara jumlah kelahiran

dengan kematian; dan 2) Migrasi masuk (imigrasi) dan migrasi keluar

(emigrasi), yaitu pertambahan jumlah penduduk migrasi masuk dikurangi

migrasi keluar.

a) Pertumbuhan Penduduk

Sebagai kabupaten yang baru, keberadaaan penduduk merupakan

salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan pembangunan

Kabupaten Kaimana terutama pembangunan pertanian. Jumlah penduduk

Kabupaten Kaimana pada tahun 2005 adalah 37.400 jiwa dengan tingkat

pertumbuhan sekitar 6,39 % jika dibandingkan dengan tahun 2004.

Rendahnya jumlah penduduk di Kabupaten Kaimana disebabkan

antara lain karena merupakan kabupaten baru dan rendahnya aksesibilitas

yang tersedia. Rendahnya aksesibilitas ini mempengaruhi arah pergerakan

penduduk, baik ke dalam, ke luar maupun internal Kabupaten Kaimana.

Rendahnya aksesibilitas ini juga menyebabkan penyebaran penduduk di

Kabupaten Kaimana tidak merata. Umumnya penduduk terkonsentrasi di

Distrik Kaimana khususnya di ibu kota kabupaten yang memiliki

aksesibilitas cukup memadai di bandingkan tempat-tempat lainnya.

Berdasarkan tingkat pertumbuhan saat ini (2004-2005), proyeksi

penduduk Kabupaten Kaimana pada tahun 2012 mencapai 57.700 jiwa

dan pada tahun 2017 mencapai 78.647 jiwa (Tabel 4.12). Jumlah ini

masih belum memadai untuk mengembangkan lahan pertanian yang ada.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 86

Tingkat kepadatan penduduk suatu daerah sangat dipengaruhi oleh

jumlah pertumbuhan penduduk dan luas wilayah daerah tersebut. Tingkat

kepadatan penduduk bermanfaat untuk mengetahui daya tampung dari

suatu daerah dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakatnya serta

untuk menentukan strategi pembangunan pertanian yang dapat

dikembangkan di masa yang akan datang.

Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Kaimana pada tahun 2004

sebesar 1,92 jiwa/Km2 dan mengalami peningkatan pada tahun 2005

menjadi 2,02 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten

Kaimana masih tergolong rendah jika di bandingkan dengan tingkat

kepadatan penduduk kabupaten lain di Provinsi Papua Barat yang

mencapai 6 jiwa/km2 pada tahun 2006. Berdasarkan analisis proyeksi

penduduk, diperkirakan tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Kaimana

pada tahun 2012 sekitar 3,12 jiwa/km2 dan pada tahun 2017 mencapai

4,25 jiwa/km2.

Bila dilihat dari komposisi penduduk Kabupaten Kaimana yang

tergolong usia produktif atau usia angkatan kerja (kelompok umur 15-54

tahun) mencapai 60,16% dari total jumlah penduduk Kabupaten Kaimana.

Kondisi ini diperkirakan tidak akan banyak mengalami perubahan di masa

yang akan datang. Perkiraan ini terjadi apabila jumlah penduduk

Kabupaten Kaimana banyak dipengaruhi oleh besarnya tingkat migrasi

masuk dibanding dengan migrasi keluar ataupun pertumbuhan penduduk

alami. Daya tarik Kabupaten Kaimana sebagai kabupaten baru terbentuk,

yang sedang berpacu dalam pertumbuhan, merupakan alasan logis yang

mengakibatkan besarnya migrasi masuk ke Kabupaten Kaimana.

b) Ketenagakerjaan dan Angkatan Kerja

Penduduk angkatan kerja merupakan penduduk usia produktif

dengan usia 15-54 tahun. Berdasarkan Tabel 4.11, penduduk Kabupaten

Kaimana yang tergolong usia produktif atau usia angkatan kerja sebesar

60,16% dari total jumlah penduduk Kabupaten Kaimana. Dengan asumsi

bahwa komposisi penduduk tetap, penduduk usia produktif pada tahun

2012 diperkirakan berjumlah 34.712 jiwa dan pada tahun 2017

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 87

diperkirakan berjumlah 47.314 jiwa. Persentase angkatan kerja dan

ketersediaan tenaga kerja ini mempunyai komposisi cukup potensial untuk

suatu usahatani. Namun hal tersebut terkendala oleh jumlah penduduk

yang tidak sebanding dengan luas lahan yang tersedia, sehingga

diperlukan penambahan penduduk dari tempat lain.

Permasalahan lain dalam ketenagakerjaan adalah tingkat

pendidikan petani yang rendah pada umumnya tidak tamat SD, hal ini

sangat menyulitkan dalam mengadopsi teknologi yang akan

dikembangkan. Selain permasalahan jumlah dan tingkat pendidikan

petani, banyaknya penduduk berusia sekolah (terutama SD) yang masuk

ke pasar kerja untuk membantu perekonomian keluarga, terutama di

sektor informal. Dalam hal ini Pemerintah Daerah berusaha meningkatkan

dan mendistribusikan bantuan-bantuan beasiswa, baik dari pihak swasta

maupun luar negeri. Selain itu mengembalikan dan memperkuat basis

ekonomi pertanian dan sektor industri pada industri kerakyatan yang

berbasis pertanian (agroindustri).

Kebijakan pokok Pemerintah Daerah dalam hal ketenagakerjaan

adalah memperluas lapangan kerja guna meningkatkan TPAK serta

mengurangi tingkat pengangguran. Kabijakan tersebut diterjemahkan

melalui pemberian tambahan pengetahuan (diklat) kepada angkatan kerja

yang ada, disesuaikan dengan spesifikasi lapangan kerja yang tersedia.

Disamping itu perlu pula dilakukan upaya-upaya diversifikasi lapangan

pekerjaan agar memungkinkan angkatan kerja yang ada dapat bekerja.

5.1.2. Analisis Sosial Budaya

Analisis sosial budaya diarahkan untuk mengetahui pengaruh

norma-norma sosial budaya atau sistem nilai yang dianut terhadap pola

pikir dan pola perilaku masyarakat. Ditinjau dari karakteristik sosial

budaya masyarakat yang ada di Kabupaten Kaimana, masyarakat

sebenarnya telah mengalami perubahan budaya. Pada umumnya

masyarakat telah mengetahui dunia luar walaupun tinggal di daerah

pedalaman. Masyarakat di daerah aliran sungai-sungai merupakan

masyarakat dengan tingkat perubahan yang relatif cepat karena lebih

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 88

mudah mendapatkan informasi. Hal ini dimungkinkan sarana perhubungan

sungai hingga saat ini masih lebih dominan.

Masyarakat Papua pada umumnya termasuk masyarakat Kaimana

sangat kental sekali dengan lembaga adatnya dan adat istiadat yang

berlaku sangat berpengaruh terhadap roda pembangunan wilayah.

Kelembagaan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di

Kaimana adalah kelembagaan adat. Salah satu hukum adat yang berkaitan

dengan penguasaan lahan adalah hak ulayat atau hak pertuanan atas

tanah yang biasanya dimiliki bersama dan diatur oleh hukum adat. Dan

yang menjadi kekuatan dari hak ulayat adalah diakuinya oleh pemerintah

sepanjang tanah tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan umum.

Budaya bertani penduduk setempat berorientasi pada kegiatan

subsisten dan sebenarnya sudah mulai mengalami pergeseran ke arah

produksi yang berorientasi pasar, namun hal ini masih dalam skala yang

terbatas, motivasi ekonomi masih rendah, bersifat komunal yang dikontrol

oleh norma dan tata adat setempat, dan keterkaitan yang kuat antara

individu petani dengan lahan serta kelembagaan adat.

Tanah yang menjadi hak ulayat masyarakat adat dimanfaatkan

untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Tanah yang masih berupa

hutan oleh masyarakat adat atau masyarakat lokal ditebang dan dikelola

untuk ditanami dengan tanaman yang menjadi makanan pokok mereka

seperti ubi jalar, talas, singkong dan jagung. Model usahatani di Kaimana

adalah ladang berpindah, dimana hutan belukar yang masih lebat mereka

tebang pohon-pohonnya kemudian dibakar sisa-sisa belukarnya dan

kemudian diolah dan ditanami dengan jenis-jenis tanaman yang menjadi

makanan pokok. Setelah kegiatan tanam selesai, masyarakat (petani)

meninggalkan ladangnya sampai tanaman tersebut menghasilkan dan

pergi untuk membuka ladang baru serta berburu. Setelah ladang pertama

menghasilkan petani akan kembali untuk memanen hasilnya.

Kegiatan usahatani di Kaimana sangat sederhana sekali yaitu hanya

kegiatan pembersihan lahan, penanaman dan panen saja. Tidak ada

kegiatan pemupukan, penyemprotan bahkan pemeliharaan. Jadi tanaman

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 89

dibiarkan tumbuh dengan sendirinya sampai menghasilkan. Tenaga yang

digunakan untuk usahatani ini hanya tenaga kerja keluarga. Tenaga laki-

laki bertugas untuk melakukan kegiatan tebang, tebas, bakar sampai siap

tanam sedangkan tenaga wanita untuk kegiatan tanam dan panen.

Berkaitan dengan pembangunan wilayah Kaimana maka hak ulayat

dan sistem usahatani yang sangat sederhana ini merupakan sebagian dari

kendala dalam pengembangan sektor pertanian. Pemerintah perlu

mengatur hak ulayat, sehingga lahan-lahan yang benar-benar potensial

dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan ketahanan

pangan masyarakat. Pola usahatani yang selama ini berlaku perlu

diperbaiki antara lain dengan pola pertanian menetap.

5.1.3. Analisis Sosial Ekonomi

Sesuai dengan hasil perhitungan yang dilakukan, tampak bahwa

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kaimana pada tahun 2005 yang diukur

berdasarkan harga konstan mengalami kenaikan sebesar 6,28%,

dibandingkan dengan tahun 2004 sebesar 5.97%.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kaimana sampai dengan tahun

2005 mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif sesuai dengan

kemampuan dari setiap sektor PDRB dalam mempertahankan

eksistensinya. Pada tahun 2003 misalnya pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Kaimana mencapai 7,56%, pada tahun 2004 pertumbuhannya

menurun dan kembali naik pada tahun 2005.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kaimana menurut harga berlaku

sampai dengan tahun 2005 kelihatan cukup baik karena selalu positif

dengan nilai 13-15%, namun dalam pertumbuhannya masih terdapat

inflasi atau masih adanya gejolak harga yang terjadi pada tahun tersebut,

misalnya jika terjadi penurunan produksi dan harga tinggi, maka nilai

tambahnya juga tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kaimana tidak selalu dikatakan dari

kenaikan produksi, akan tetapi dapat terjadi dari naiknya harga suatu

produk.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 90

Besaran laju pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran

dari keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan khususnya

pembangunan ekonomi. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya

peningkatan perekonomian, sebaliknya bila negatif menunjukkan

terjadinya penurunan. Tabel 5.1 menyajikan laju pertumbuhan berbagai

sektor ekonomi di Kabupaten Kaimana.

Tabel 5.1. Laju pertumbuhan sektoral Kabupaten Kaimana atas dasar

harga konstan sampai tahun 2005

% No Sektor

2001 2002 2003 2004 2005

1. Pertanian 7,64 3,60 7,28 1,13 1,97

2. Pertambangan dan penggalian 7,75 6,47 7,87 8,52 8,78

3. Industri pengolahan 13,26 8,31 -16,71 4,52 9,15

4. Listrik dan air bersih 9,29 8,21 3,79 8,70 9,99

5. Bangunan 6,88 7,22 9,86 9,65 11,05

6. Perdagangan, hotel dan restoran 12,92 11,22 37,01 13,75 9,33

7. Pengankutan dan komunikasi 7,90 10,65 16,42 27,40 17,13

8. Keuangan, persewaan dan jasa

perusahan

-19,27 9,39 11,33 4,90 16,87

9. Jasa-jasa 10,36 11,94 14,27 38,73 25,48

T o t a l 8,37 5,61 7,56 5,97 6,28

Berdasarkan Tabel 5.1, pertumbuhan sektor pertanian pada tahun

2005 sebesar 1,97%. Pertumbuhan tersebut disumbangkan dari

pertumbuhan subsektor tanaman pangan yang tumbuh sebesar 10,87%,

subsektor tanaman perkebunan 8,61%, subsektor peternakan 7,70%,

subsektor perikanan tumbuh sebesar 10,14%. Sedangkan subsektor

kehutanan pertumbuhannya minus 8,46% (-8,46%). Pertumbuhan minus

sub sektor kehutanan ini diakibatkan oleh banyak perusahaan HPH yang

tidak beroperasi lantaran izin operasinya bermasalah.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 91

5.2. Analisis Potensi Sumberdaya Lahan

5.2.1. Analisis Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu tipe lahan untuk

penggunaan tertentu (FAO, 1976). Kesesuaian lahan ditunjukkan oleh

keragaan (performance) tanaman yang dinilai dengan cara mencocokan

(matching) persyaratan tumbuh tanaman (Land Use Requirement) dengan

kualitas (Land Quality) atau karakteristik lahan (Land Characteristics).

Berikut disajikan hasil evaluasi lahan pada setiap kelompok komoditas

yang dianalisis.

1) Komoditas Tanaman Pangan

Hasil evaluasi lahan komoditas tanaman pangan disajikan pada

Tabel 5.1. Tanaman pangan yang potensial dikembangkan di Kabupaten

Kaimana selain sagu adalah padi sawah, jagung, ubi jalar, padi gogo,

kacang tanah, ubi kayu dan talas.

Sagu merupakan tanaman pangan pokok utama masyarakat

Kabupaten Kaimana. Tanaman ini sudah terdapat hampir di sepanjang

sungai, rawa-rawa dan sekitar danau berupa hutan sagu. Selain pada

daerah-daerah tersebut sagu juga potensial dikembangkan di dataran

aluvial dengan luas 149.787 ha.

Untuk padi sawah, lahan yang sesuai (S) mencapai 530.564 ha

atau 30,58% dari luas kabupaten, sisanya 1.437.206 ha (69,42%) tidak

sesuai (N). Lahan yang sesuai tersebut terdiri dari lahan cukup sesuai (S2)

seluas 225.644 ha atau 10,90% dan lahan sesuai marginal (S3) seluas

304.919 ha atau 14,73% dari total luas kabupaten. Lahan-lahan yang

potensial untuk kedua komoditas pangan lahan basah tersebut umumnya

berada di sekitar S. Omba di Distrik Teluk Etna.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 92

Tabel 5.1. Hasil evaluasi komoditas tanaman pangan di Kabupaten Kaimana

Jenis Tanaman Kelas

Kes. Lahan Sagu

Padi sawah

Padi gogo Jagung Ubi kayu Ubi jalar Talas Kacang tanah

Sangat Sesuai (S1)

S1 39.764 - 694 694 32.538 3.404 - -

Cukup Sesuai (S2)

S2-e - - 30.439 30.439 34.344 1.191 8.151 5.168

S2-n - - 38.675 38.675 87.748 - 109.280 81.760

S2-r 9.906 84.383 - - - - - -

S2-t - - - - - 35.271 - -

S2-te - - - - - 24.080 - -

S2-ne - - 8.151 8.151 52.791 - 80.299 92.974

S2-re - 29.247 - - - - - -

S2-rn - 49.222 - - - - - -

S2-rne - 58.011 - - - - - -

S2-tn - 186 - - - 82.454 - -

S2-tr - 3.404 - - - - - -

S2-tre - 1.191 - - - - - -

S2-trn - 33.047 - - - - - -

S2-tne - - - - - 34.344

Sesuai Marginal (S3)

S3-e - 142.456 20.320 20.320 138.023 137.357 138.023 137.357

S3-n - 29.177 168.832 168.832 79.959 106.637 89.093 106.921

S3-ne - 49.881 173.192 173.192 55.489 56.155 54.314 54.980

S3-r 50.894 16.182 43.083 43.083 26.901 26.901 26.901 26.901

S3-rn 49.222 32.444 24.409 24.409 - - - -

S3-t - 421 - - - - - -

S3-te - 1.176 - - - - - -

S3-tr - 138 - - - - - -

S3-tn - - - - - - 558 558

S3-tne - - - - - - 1.176 1.176

Tidak sesuai (N)

N-e 1.717.561 652.846 679.793 679.793 389.758 652.846 652.846 652.846

N-gx 4.961 4.961 4.961 4.961 4.961 4.961 4.961 4.961

N-r 49.170 3.940 26.710 26.710 26.710 26.710 26.710 26.710

N-re - 676.093 676.093 676.093 935.340 676.093 676.093 676.093

N-rn 34.269 - - - - - - -

N-rnf - 34.269 34.269 34.269 34.269 34.269 34.269 34.269

N-rx - - 99.613 99.613 99.613 99.613 99.613 99.613

N-te - 53.075 26.128 26.128 56.916 53.075 53.075 53.075

N-x 99.613 99.613 - - - - - -

X2 112 112 112 112 112 112 112 112

X3 14.898 14.898 14.898 14.898 14.898 14.898 14.898 14.898

Total 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370

Keterangan: S1=sangat sesuai, S2=cukup sesuai, S3=sesuai marginal, N=tidak sesuai, t=temperatur rata-rata tahunan rendah, w=curah hujan tinggi, r=tekstur kasar, tanah dangkal, drainase jelek, g=gambut dalam, n=hara

tersedia rendah, x=bahaya bahan sulfidik, e=bahaya erosi, dan f=bahaya banjir.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 93

Komoditas tanaman pangan lahan kering yang dievaluasi adalah

padi gogo, jagung, ubi kayu, ubi jalar, talas, kacang tanah. Berdasarkan

hasil penilaian sekitar 507.794 ha atau 24,53% dari luas total kabupaten

adalah sesuai untuk pengembangan komoditas-komoditas tersebut. Lahan

yang sesuai tersebut mulai dari sangat sesuai sampai sesuai marginal.

2) Komoditas Hortikultura

Tanaman Sayuran

Tanaman sayuran yang umum dibudidayakan masyarakat adalah

kacang panjang, cabe, terung, tomat dan bayam. Hasil evaluasi lahan

tanaman sayuran disajikan pada Tabel 5.2. Berdasarkan hasil penilaian

sekitar 507.794 ha atau 24,53% dari luas kabupaten sesuai untuk

tanaman sayuran.

Komoditas Buah-buahan

Kelompok tanaman buah-buahan yang potensial dikembangkan di

Kabupaten Kaimana, terutama sebagai tanaman pekarangan adalah:

pisang, pepaya, rambutan, durian, duku, manggis dan jeruk. Hasil

evaluasi lahan komoditas buah-buahan tersebut disajikan pada Tabel 5.3.

Berdasarkan tabel dan lampiran tersebut sekitar 637.811 ha lahan di

Kabupaten Kaimana sesuai untuk pengembangan komoditas buah-buahan

tersebut.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 94

Tabel 5.2. Hasil evaluasi komoditas tanaman sayuran di Kabupaten Kaimana

Jenis Tanaman Kelas Kes.

Lahan Kacang panjang

Bawang merah

Cabe Terung Tomat Bayam

Cukup Sesuai (S2)

S2-e 1.195 1.195 30.526 30.526 30.526 1.195

S2-n - - 696 696 696

S2-t - 696 - - - -

S2-ne - - 8.174 8.174 8.174

S2-te 29.331 29.331 - - - 29.331

S2-tn 696 - - - - 696

S2-tne 29.260 - - - - 29.260

Sesuai Marginal (S3)

S3-e 20.378 20.378 20.378 20.378 20.378 20.378

S3-r 58.293 58.293 58.293 58.293 58.293 58.293

S3-n 201.321 250.581 222.407 222.407 222.407 201.321

S3-rn 27.530 27.530 27.530 27.530 27.530 27.530

S3-ne 173.688 173.688 173.688 173.688 173.688 173.688

Tidak sesuai (N)

N-e 675.814 675.814 702.016 702.016 702.016 675.814

N-r 28.708 28.708 28.708 28.708 28.708 28.708

N-te 26.202 26.202 - - - 26.202

N-gx 4.975 4.975 4.975 4.975 4.975 4.975

N-rx 99.898 99.898 99.898 99.898 99.898 99.898

N-re 678.028 678.028 678.028 678.028 678.028 678.028

X2 112 112 112 112 112 112

X3 14.898 14.898 14.898 14.898 14.898 14.898

T o t a l 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370

Keterangan: S1=sangat sesuai, S2=cukup sesuai, S3=sesuai marginal, N=tidak sesuai, t=temperatur rata-rata tahunan rendah, w=curah hujan tinggi, r=tekstur kasar, tanah dangkal, drainase jelek, g=gambut dalam, n=hara

tersedia rendah, x=bahaya bahan sulfidik, e=bahaya erosi, dan f=bahaya banjir.

3) Komoditas Perkebunan

Komoditas perkebunan yang dikembangkan di Kabupaten Kaimana

meliputi komoditas perkebunan rakyat dan perkebunan skala besar.

Komoditas-komoditas tersebut adalah kelapa, pala, cengkeh, vanili, kopi

robusta, kelapa sawit dan kakao. Hasil evaluasi lahan kelompok komoditas

tersebut disajikan pada Tabel 5.4.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 95

Tabel 5.3. Hasil evaluasi komoditas tanaman buah-buahan di Kabupaten

Kaimana

Tanaman Kelas

Kes.

Lahan Pisang Manggis Durian Pepaya Duku Jeruk Rambutan

Sangat sesuai (S1)

S-1 29.331 - 46.684 - 111.254 38.700 111.254

Cukup sesuai (S2)

S2-e 16.412 - 70.056 20.378 117.372 20.378 117.372

S2-n 29.956 1. 195 123.514 190.442 67.968 83.330 67.968

S2-t 1. 195 111.254 - - - - -

S2-rn - - - 16.228 - - 16.228

S2-ne 3.100 67.694 67.694 39.076 5.878 39.076

S2-te - 117.372 - - - - -

S2-tn - 67.968 1.195 4.608 1.195 - 1.195

S2-tne - 39.076 - 5.114 - - -

Sesuai marginal (S3)

S3-e 21.824 26.974 26.974 18.583 26.974 18.583 26.974

S3-r 58.293 58.293 58.293 58.293 58.293 58.293 58.293

S3-n 392.635 102.776 128.759 157.341 101.038 332.061 101.038

S3-t 1.739 - - - - - -

S3-rn 3.052 43.758 43.758 12.771 43.758 3.052 27.530

S3-ne 114.012 25.633 25.633 101.459 25.633 111.272 25.633

S3-tn - - 1.739 1.739 1.739 - 1.739

S3-rne - 77.248 77.248 40.071 77.248 - 77.248

Tidak sesuai (N)

N-e 545.959 288.041 288.041 522.784 288.041 314.244 288.041

N-r 28.708 28.708 28.708 28.708 28.708 28.708 28.708

N-te 26.202 26.202 26.202 26.202 26.202 - 26.202

N-gx 4.975 4.975 4.975 4.975 4.975 4.975 4.975

N-rx 99.898 99.898 99.898 99.898 99.898 99.898 99.898

N-re 678.028 935.945 935.945 678.028 935.945 935.945 935.945

X2 112 112 112 112 112 112 112

X3 14.898 14.898 14.898 14.898 14.898 14.898 14.898

Total 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370

Keterangan: S1=sangat sesuai, S2=cukup sesuai, S3=sesuai marginal, N=tidak sesuai, t=temperatur rata-rata tahunan rendah, w=curah hujan tinggi, r=tekstur kasar, tanah dangkal, drainase jelek, g=gambut dalam, n=hara

tersedia rendah, x=bahaya bahan sulfidik, e=bahaya erosi, dan f=bahaya banjir.

Berdasarkan Tabel 5.4 tersebut terlihat bahwa lahan yang sesuai

(S) untuk kelapa seluas 728.646 ha (35,19%), kopi seluas 610.203 ha

(29,47%). Lahan yang sesuai untuk cengkeh mencapai 653.743 ha

(31,58%), sedangkan lahan yang sesuai untuk kelapa sawit, kakao,

melinjo, pala dan vanili mencapai 671.547 ha atau 31,58% dari luas

kabupaten.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 96

Tabel 5.4. Hasil evaluasi komoditas tanaman perkebunan di Kabupaten

Kaimana

Jenis Tanaman Kelas

Kes.

Lahan Kelapa sawit Kakao Melinjo Pala Vanili Kelapa Cengkeh Kopi

Sangat sesuai (S1)

S1 139.602 5.182 145.353 145.353 - 120.140 - -

Cukup sesuai (S2)

S2-e 137.750 20.378 137.750 138.418 - 26.256 - -

S2-n 43.070 32.323 34.564 35.759 - 59.778 - 2.374

S2-rn - - - - - - - 90.808

S2-ne 50.023 - 19.366 18.698 - 112.162 - 17.279

S2-te - - - - - - - 5.878

S2-tn - 1.195 1.195 - - - - 49.363

S2-tne - - - - - - - 115.261

Sesuai marginal (S3)

S3-e 52.607 18.583 52.607 129.855 - 104.222 - 11.646

S3-r 44.845 58.293 58.293 58.293 - 58.293 - -

S3-n 67.457 380.563 101.413 125.891 - 159.078 - 159.313

S3-w - - - - 59.078 - 345.934 -

S3-rn 57.207 43.758 43.758 19.280 - 3.052 - 40.707

S3-re 77.248 - 77.248 - - - - -

S3-ne - 34.052 - - - 25.633 - 38.587

S3-tn 1.739 - - - - 1.739 - 1.739

S3-we - - - - 18.583 - 18.892 -

S3-wr - - - - 58.293 58.293 58.293 -

S3-wn - - - - 378.824 - 82.246 -

S3-rne - 77.248 - - - - - 77.248

S3-tne - - - - - - - -

S3-twn - - - - 1.739 - 1.739 -

S3-wre - - - - - - 77.248 -

S3-wrn - - - - 121.006 - 43.758 -

S3-wne - - - - 34.025 - 25.633 -

Tidak sesuai (N)

N-e 261.017 261.017 261.017 261.017 261.017 261.017 124.447 261.017

N-r 28.708 28.708 28.708 28.708 28.708 28.708 28.708 90.053

N-t - 53.226 53.226 53.226 53.226 - 17.804 53.226

N-te 53.226 4.975 4.975 4.975 4.975 53.226 189.796 -

N-gx 4.975 99.898 98.898 98.898 98.898 4.975 4.975 4.975

N-rx 99.898 935.945 935.945 935.945 935.945 99.898 99.898 99.898

N-re 935.945 - - - - 935.945 276.578 935.945

N-tre - - - - - - 659.367 -

X2 112 112 112 112 112 112 112 112

X3 14.898 14.898 14.898 14.898 14.898 14.898 14.898 14.898

T o t a l 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370 2.070.370

Keterangan: S1=sangat sesuai, S2=cukup sesuai, S3=sesuai marginal, N=tidak sesuai, t=temperatur rata-rata

tahunan rendah, w=curah hujan tinggi, r=tekstur kasar, tanah dangkal, drainase jelek, g=gambut dalam, n=hara tersedia rendah, x=bahaya bahan sulfidik, e=bahaya erosi, dan f=bahaya banjir.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 97

Berdasarkan potensi sumberdaya lahannya, budidaya pertanian

dapat dilakukan sampai lereng 25%, pada lereng 25-40% diperuntukan

untuk hutan produksi (HP) dan > 40% merupakan kawasan lindung.

Evaluasi lahan yang dilakukan di kawasan budidaya menunjukkan bahwa

faktor penghambat budidaya pertanian di Kabupaten Kaimana adalah:

temperatur rata-rata tahunan rendah (t), curah hujan tinggi (w), tekstur

kasar, tanah dangkal, drainase jelek (r), gambut dalam (g) hara tersedia

rendah (n), bahaya bahan sulfidik (x), bahaya erosi (e) dan bahaya

banjir (f).

Faktor penghambat, terutama iklim (temperatur udara rata-rata

rata-rata tahunan dan curah hujan) membatasi produktivitas tanaman

tahunan, tidak untuk tanaman pangan jika pengaturan pola dan masa

tanam diterapkan. Untuk itu, bagi komoditas tanaman tahunan perlu

pemilihan komoditas yang sesuai dengan karakteristik iklim Kabupaten

Kaimana untuk meminimalkan pengaruh iklim ini. Temperatur udara

sangat berhubungan dengan ketinggian suatu tempat dari permukaan

laut. Berdasarkan hal tersebut padi sawah, talas, kedelai dan kacang

tanah dapat berproduksi optimal pada ketinggian < 400 m dpl sedangkan

jagung, ubi kayu dan ubi jalar berproduksi optimal sampai ketinggian 700

m dpl.

Tanaman sayur-sayuran, seperti cabe dapat berproduksi optimal

pada ketinggian <700 m dpl, kacang panjang optimum pada ketinggian

> 400 m dpl. Pisang, pepaya, rambutan, durian, duku merupakan

kelompok tanaman buah-buahan dataran rendah yang dapat berproduksi

optimal pada ketingggian < 400 m dpl.

Tanaman tahunan, seperti durian, duku, kelapa, kelapa sawit,

kakao, cengkeh dan pala merupakan komoditas tahunan dataran rendah

yang tumbuh optimal pada ketinggian <400 m dpl dengan suhu >25°C

(Djaenudin et al., 2003). Produktivitasnya akan terhambat bila diusahakan

pada ketinggian > 400 m dpl, sebaliknya kopi robusta justeru terhambat

pada ketinggian < 400 m dpl. Kopi robusta tumbuh optimal pada

ketinggian 400-700 m dpl dengan suhu rata-rata tahunan 22-25°C.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 98

Faktor penghambat ketersediaan air (w) karena tingginya curah

hujan tahunan membatasi produktivitas kelapa sawit, kakao dan melinjo.

Komoditas kelapa sawit, kakao dan melinjo terhambat pada zona A dan

B1, curah hujan > 2.500 mm/tahun. Komoditas ini tumbuh optimal pada

curah hujan rata-rata tahunan 2000-2500 mm.

Faktor penghambat media perakaran (r) karena tekstur tanah agak

kasar membatasi produktivitas hampir semua kelompok tanaman pada

Peneplain (berombak sampai bergelombang) yang berkembang dari

batupasir. Tekstur tanah berhubungan dengan kemampuannya

menyediakan air dan hara untuk tanaman. Tekstur tanah kasar

menunjukkan kemampuan tanah menyediakan air dan hara rendah. Untuk

meningkatkan kemampuan tanah menyediakan air dan hara perlu

pemberian bahan organik. Pemberian bahan organik ke dalam tanah

memberikan dua keuntungan, yaitu 1) memperbaiki sifat fisika dengan

memperbaiki kemampuan tanah mengikat air dan menyediakannya untuk

tanaman, 2) memperbaiki sifat kimia tanah dengan meningkatkan

kemampuan tanah mempertukarkan kation-kation pupuk.

Faktor penghambat ketersediaan hara (n) karena rendahnya hara

tersedia, seperti N, P dan K dijumpai hampir di semua jenis tanah yang

dijumpai di Kabupaten Kaimana. Faktor penghambat hara tersedia lainnya

seperti rendahnya pH, kapasitas tanah mempertukarkan kation dan

kejenuhan basa, umumnya dijumpai pada tanah-tanah yang berkembang

dari batupasir dan batuliat. Untuk mengatasi faktor penghambat ini perlu

penambahan pupuk, baik organik (pupuk kandang dan kompos) maupun

pupuk anorganik (N, P dan K) serta pengapuran (dolomit) untuk

memperbaiki pH dan meningkatkan basa-basa.

Teknik konservasi untuk mengurangi bahaya erosi (e) pada

kelompok tanaman pangan lahan kering diterapkan pada lereng >3%,

teknik konservasi tersebut adalah pemberian mulsa, pengelolaan bahan

organik, penanaman menurut kontur dan strip rumput. Untuk komoditas

tanaman tahunan, teknik konservasi diterapkan pada lereng >8%, antara

lain penanaman menurut kontur, pembuatan teras, dan tanaman penutup

tanah (cover crop).

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 99

Teknik konservasi bertujuan menekan laju erosi, penerapannya

perlu memperhatikan jenis tanaman yang diusahakan, lereng,

karakteristik tanah (fisik dan kimia tanah) serta sosial budaya masyarakat.

Teknik konservasi ditujukan untuk usahatani lahan kering tanaman pangan

maupun tanaman tahunan.

5.2.2. Analisis Usahatani

Analisis usahatani dibutuhkan dalam perencanaan mulai dari

pembukaan lahan sampai suatu komoditas pertanian siap dipasarkan.

Dengan analisis usahatani dapat diketahui nilai ekonomi suatu komoditas

serta dapat diperkirakan besarnya modal/biaya yang diperlukan, besarnya

keuntungan, dan besarnya bunga kredit yang layak digunakan.

Jumlah biaya dan pendapatan yang diperoleh sangat tegantung

pada kondisi lahan, harga bahan dan alat, upah tenaga kerja, dan harga

suatu komoditas. Berikut diuraikan hasil analisis usahatani berbagai

komoditas yang potensial dikembangkan di Kabupaten Kaimana.

1) Komoditas Tanaman Pangan dan Sayuran

Tanaman Pangan

Hasil analisis usahatani komoditas tanaman pangan disajikan pada

Tabel 5.5. Suatu usahatani tanaman pangan dikatakan layak, apabila nilai

R/C-nya lebih besar atau sama dengan suatu nilai yang ditetapkan.

Apabila terdapat lebih dari satu tanaman yang layak berdasarkan nilai R/C

tersebut, maka digunakan indikator biaya produksi terkecil.

Berdasarkan Tabel 5.5, hasil analisis usahatani terhadap beberapa

komoditas tanaman pangan pada berbagai kelas kesesuaian lahan, untuk

komoditas padi sawah (1x setahun dan 2x setahun), jagung, kacang

tanah, ubi jalar dan kacang hijau akan memperoleh keuntungan dan layak

apabila diusahakan pada lahan dengan kesesuaian lahan S1, S2 dan S3.

Sedangkan komoditas ubi kayu dan talas layak dan akan memperoleh

keuntungan apabila diusahakan pada lahan dengan kesuaian lahan S1 dan

S2. Hasil analisis menunjukkan usaha tani tanaman jagung mempunyai

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 100

nilai BCR paling tinggi yaitu 3,38 yang diusahakan pada lahan dengan

tingkat kesesuaian lahan S1, artinya dari setiap modal Rp. 1,00 (Satu

Rupiah) yang dikeluarkan untuk usahatani jagung diperoleh keuntungan

sebesar Rp. 3,38 (Tiga rupiah koma tiga puluh delapan rupiah), hal ini

berarti usaha tani jagung mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi dibanding

tanaman lain, kemudian diikuti padi sawah 2x dengan nilai BCR 3,06, padi

sawah 1x (2,93), ubi jalar (2,55) , padi gogo (2,18), kacang tanah (2,03),

ubi kayu (1,24) dan talas (1,23).

Tabel 5.5. Hasil analisis usahatani komoditas tanaman pangan di

Kabupaten Kaimana

Tanaman Parameter

Padi sawah 1x Padi sawah 2x Padi gogo Jagung

Input (Rp) 6.530.000,- 13.060.000,- 6.580.000,00 6.690.000,-

Output (Rp) 22.000.000,- 46.000.000,- 16.500.000,00 26.000.000,-

RCR 3,37 3,52 2,51 3,89

GM (Rp) 15.470.000,- 32.940.000,- 9.920.000,00 19.310.000,-

BCR 2,93 3,06 2,18 3,38

Output (Rp) 17.600.000,- 36.800.000,- 13.200.000,00 20.800.000,-

RCR 2,70 2,82 2,01 3,11

GM (Rp) 11.070.000 23.740.000,- 6.620.000,00 14.110.000,-

BCR 2,34 2,45 1,74 2,70

Output (Rp) 13.200.000,- 27.600.000,- 9.900.000,00 15.600.000,-

RCR 2,02 2,11 1,50 2,33

GM (Rp) 6.670.000,- 14.450.000,- 3.320.000,00 8.910.000,-

BCR 1,76 1,84 1,31 2,03

Output (Rp) 5.500.000,- 9.200.000,- 4.125.000,00 6.500.000,-

RCR 0,84 0,70 0,63 0,97

GM (Rp) -1030.000,- -3.860.000,- -2.455.000,00 -190.000,-

BCR 0,73 0,61 0,55 0,84

Keterangan: Analisis untuk 1 ha. RCR= Revenue Cost Ratio, GM= Gross margin, BCR = Benefit cost ratio((discount rate 15%)

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 101

Tabel 5.5. Lanjutan

Tanaman Parameter

Ubi kayu Talas Kacang tanah Ubi jalar

Input (Rp) 15.840.000,- 35.375.000,- 4.715.000,- 26.500.000,-

Lahan sangat sesuai (S1)

Output (Rp) 22.500.000,- 50.000.000,- 11.000.000,- 75.000.000,-

RCR 1,42 1,41 2,33 2,93

GM (Rp) 6.660.000,- 14.625.000,- 6.285.000,- 49.400.000,-

BCR 1,24 1,23 2,03 2,55

Lahan cukup sesuai (S2)

Output (Rp) 18.000.000,- 40.000.000,- 8.800.000,- 60.000.000,-

RCR 1,14 1,13 1,87 2,34

GM (Rp) 2.160.000,- 4.625.000,- 4.085.000,- 34.400.000,-

BCR 0,99 0,98 1,62 2,04

Lahan sesuai marginal (S3)

Output (Rp) 13.500.000,- 30.000.000,- 6.600.000,- 45.000.000,-

RCR 0,85 0,85 1,40 1,76

GM (Rp) -2.340.000,- -5.375.000,- 1.885.000,- 19.400.000,-

BCR 0,74 0,74 1,22 1,53

Lahan tidak sesuai (N)

Output (Rp) 5.625.000,- 12.500.000,- 2.750.000,- 18.750.000,-

RCR 0,36 0,35 0,58 0,73

GM (Rp) -10.215.000,- -22.875.000,- -1.965.000,- -6.850.000,-

BCR 0,31 0,31 0,51 0,64

Keterangan: Analisis untuk 1 ha. RCR= Revenue Cost Ratio, GM= Gross margin, BCR = Benefit cost ratio((discount rate 15%)

Tanaman Sayuran

Hasil analisis usahatani komoditas tanaman sayuran disajikan pada

Tabel 5.6. Berdasarkan tabel tersebut tanaman sayuran akan layak

apabila diusahakan pada lahan dengan kesuaian lahan S1, S2, dan S3.

Untuk usahatani tanaman sayuran yang dianalisis, berdasarkan nilai BCR

tanaman cabe mempunyai nilai ekomomi paling tinggi, kemudian diikuti

tanaman bayam, terung dan kacang panjang.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 102

Tabel 5.6. Hasil analisis usaha tani komoditas tanaman sayuran di

Kabupaten Kaimana

Tanaman Parameter

Kacang panjang Cabe Terung Bayam

Input (Rp) 6.992.500,- 14.110.000,- 5.530.000,- 5.755.000,-

Lahan sangat sesuai (S1)

Output (Rp) 18.000.000,- 55.000.000,- 16.500.000,- 18.000.000,-

RCR 2,57 3,90 2,98 3,13

GM (Rp) 11.007.500,- 40.890.000,- 10.970.000,- 12.245.000,-

BCR 2,24 3,39 2,59 2,72

Lahan cukup sesuai (S2)

Output (Rp) 14.400.000,- 44.000.000,- 13.200.000,- 14.400.000,-

RCR 2,06 3,12 2,39 2,50

GM (Rp) 7.407.500,- 29.890.000,- 7.670.000,- 8.645.000,-

BCR 1,79 2,71 2,08 2,18

Lahan sesuai marginal (S3)

Output (Rp) 10.800.000,- 33.000.000,- 9.900.000,- 10.800.000,-

RCR 1,54 2,34 1,79 1,88

GM (Rp) 3.807.500,- 18.890.000,- 4.370.000,00 5.045.000,00

BCR 1,34 2,03 1,56 1,63

Lahan tidak sesuai (N)

Output (Rp) 4.500.000,- 13.750.000,- 4.125.000,- 4.500.000,-

RCR 0,64 0,97 0,75 0,78

GM (Rp) -2.492.500,- -360.000,- -1.405.000,- -1.255.000,-

BCR 0,56 0,85 0,65 0,68

Keterangan: Analisis untuk 1 ha. RCR= Revenue Cost Ratio, GM= Gross margin, BCR =

Benefit cost ratio((discount rate 15%)

2) Komoditas Tanaman Tahunan

Kelayakan investasi, dengan analisis finansial, digunakan sebagai

parameter kelayakan penggunaan lahan untuk tanaman tahunan, seperti

kelapa sawit, karet, kopi, dan kakao. Indikator yang diperhatikan untuk

analisis kelayakan ekonomi pengelolaan usahatani adalah “net present

value (NPV)”, “internal rate of return (IRR)”, dan “benefit cost ratio

(BCR)”. Suatu investasi untuk usaha tanaman tahunan tertentu dikatakan

layak, apabila nilai-nilai indikator tersebut lebih besar atau sama dengan

suatu nilai yang ditetapkan. Komoditas yang dianalisis ekonominya

sebagai komoditas tunggal, tetapi dipertimbangkan datanya berupa

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 103

komoditas dalam satu sistem usahatani, paling tidak diusahakan setahun

pada suatu pola tanam.

Komoditas Buah-buahan

Hasil analisis usahatani komoditas buah-buahan disajikan pada

Tabel 5.7. Berdasarkan tabel dan lampiran tersebut, tanaman pisang

yang diusahakan selama 4 tahun dengan input sedang akan memperoleh

keuntungan apabila diusahakan pada lahan dengan kesesuaian lahan S1

dan S2. Sedangkan durian yang diusahakan selama 30 tahun, jeruk 10

tahun, rambutan 25 tahun dan pepaya 7 tahun layak dan akan

memperoleh keuntungan apabila diusahakan pada lahan dengan kesesuian

lahan S1, S2 dan S3. Tanaman buah-buahan yang mempunyai nilai

ekonomi paling tinggi berdasarkan nilai parameter BCR nya adalah

tanaman pepaya diikuti rambutan, jeruk, pisang dan durian.

Tabel 5.7. Hasil analisis usaha tani tanaman buah-buahan di Kabupaten Kaimana

Tanaman Parameter

Pisang Durian Pepaya Jeruk Rambutan

Sangat sesuai (S1)

GM (Rp) 3.198.000,- 17.601.500,- 18.577.142,-6 55.886.500,- 16.956.800,-

BCR 1,32 2,57 6,94 5,79 6,89

IRR 33,60 23,04 62,30 61,07 52,68

NPV 5.505.895,- 35.347.321,16 62.404.953,17 215.810.154,07 49.211.973,33

Cukup sesuai (S2)

GM (Rp) 1.548.000,- 14.474.583,- 14.427.142,- 43.216.500,- 13.401.600,-

BCR 1,05 2,06 5,55 4,63 5,51

IRR 13,59 30,19 61,27 59,43 50,07

NPV 943.991,- 23.775.707,47 47.822.020,55 163.629.489,04 37.697.940,72

Sesuai marginal (S3)

GM (Rp) -777.000,- 9.241.250,00 7.727.142,- 25.506.500,- 9.126.400,-

BCR 0,69 1,33 3,06 2,78 3,54

IRR - 14,72 54,40 50,85 41,09

NPV 5.404.785,62 7.439.675,39 21.697.526,33 80.197.164,50 21.202.941,03

Tidak sesuai (N)

GM (Rp) -2.989.500,- 1.732.916,- 3.014.642,- 8.374.000,- 3.624.800,-

BCR 0,33 0,64 1,73 1,45 1,72

IRR - - 45,90 35,94 25,89

NPV -11.601.247,18 (8.046.230,18) 7.718.955,84 20.132.660,23 6.034.351,04

Keterangan: GM =Gross Margin, BCR= Benefit Cost Ratio, IRR = Internal Rate of, NPV = Net Present Value

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 104

Komoditas Perkebunan

Hasil analisis usaha tani tanaman perkebunan disajikan pada

Tabel 5.8. Berdasarkan tabel tersebut, tanaman karet, kelapa sawit,

kelapa, cengkeh yang diusahakan selama 30 tahun dan vanili yang

diusahakan selama 12 tahun dengan input sedang dapat dikatakan layak

dan akan memperoleh keuntungan apabila diusahakan pada lahan dengan

kesesuaian lahan S1, S2 dan S3. Tanaman kopi robusta yang diusahakan

selama 8 tahun, kakao selama 25 tahun, dan pala selama 30 tahun layak

dan akan memperoleh keuntungan apabila diusahakan pada lahan dengan

tingkat kesesuaian lahan sampai kelas N. Sedangkan tanaman rami yang

diusahakan selama 4 tahun dan mete selama 15 tahun dapat dikatakan

layak dan memperoleh keuntungan pada lahan dengan kelas kesesuaian

lahan S1 dan S2. Berdasarkan nilai BCR, usaha tani tanaman kakao

mempunyai nilai ekonomi paling tinggi kemudian diikuti pala, kopi robusta,

kelapa sawit, vanili, cengkeh, dan kelapa.

Tabel 5.8. Hasil analisis usaha tani tanaman perkebunan di Kabupaten

Kaimana

Tanaman Parameter

Sawit Kelapa Cengkeh Kopi Robusta

Lahan sangat sesuai (S1)

GM (Rp) 37.510.916,- 4.490.333,- 14.187.500,- 18.757.142,-

BCR 3,10 2,20 2,34 4,65

IRR 48,03 28,57 32,20 58,94

NPV 132.169.527,89 8.391.082,33 30.779.952,43 57.467.865,-

Lahan cukup sesuai (S2)

GM (Rp) 28.189.016,- 3.482.333,- 10.950.000,- 14.392.857,-

BCR 2,48 1,76 1,87 3,72

IRR 43,88 22,62 26,38 56,81

NPV 93.120.431,18 5.318.354,26 20.020.048,75 42.821.707,-

Lahan sesuai marginal (S3)

GM (Rp) 18.021.866,67 2.338.333,- 7.292.500,- 6.685.714,-

BCR 1,61 1,14 1,21 1,94

IRR 28,62 6,17 9,55 42,97

NPV 38.458.230,- 989.671,- 4.884.271,- 14.794.943,-

Lahan tidak sesuai (N)

GM (Rp) 2.553.791,67 710.333,33 2.046.875,00 2.391.071,-

BCR 0,77 0,55 0,58 1,16

IRR -! - - 19,42

NPV -14.264.584,76 -3.131.647,93 -9.569.686,37 2.544.774,10

Keterangan: GM =Gross Margin, BCR= Benefit Cost Ratio, IRR = Internal Rate of, NPV = Net Present Value

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 105

Tabel 5.8. Lanjutan

Tanaman Parameter

Kakao Pala Vanili Rami

Lahan sangat sesuai (S1)

GM (Rp) 26.677.800,- 31.908.333,- 32.279.166,- 9.975.000,-

BCR 5,85 5,00 2,71 1,35

IRR 58,64 43,59 57,96 27,95

NPV 111.247.609,- 65.416.334,- 143.448.384,- 19.618.085,-

Lahan cukup sesuai (S2)

GM (Rp) 20.616.420,- 24.987.500,- 23.112.500,- 4.575.000,-

BCR 4,68 4,00 2,16 1,08

IRR 56,64 40,62 55,05 20,12

NPV 84.408.159,- 49.065.082,- 97.937.847,- 4.335.893,-

Lahan sesuai marginal (S3)

GM (Rp) 13.806.240,00 16.966.666,- 11.445.833,- -1.050.000,-

BCR 3,03 2,58 1,35 0,76

IRR 47,96 31,54 35,65 -

NPV 46.571.820,- 25.882.122,- 29.742.999,- -13.351.950,-

Lahan tidak sesuai (N)

GM (Rp) 3.947.625,- 5.955.208,- -2.095.833,- 10.275.000,00

BCR 1,46 1,25 0,68 0,34

IRR 31,80 11,87 -! -

NPV 10.599.670,96 4.099.138,57 -27.216.131,96 -37.690.135,74

Keterangan: GM =Gross Margin, BCR= Benefit Cost Ratio, IRR = Internal Rate of, NPV = Net Present Value

5.3. Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana

Pemilihan komoditas unggulan dalam rangka pengembangan

pertanian untuk mendorong pertumbuhan perekonomian daerah,

pertumbuhan perekonomian rakyat, serta pertumbuhan ketahanan dan

diversifikasi pangan lokal di Kabupaten Kaimana, dilakukan berdasarkan 3

kriteria, yaitu: 1) Komoditas tersebut secara teknis sesuai dengan keadaan

sumberdaya alam, 2) Secara ekonomis layak dan dapat menunjang

pertumbuhan perekonomian daerah dan pertumbuhan perekonomian

rakyat Kabupaten Kaimana, dan 3) telah dibudidayakan oleh masyarakat

Kaimana. Pengembangan komoditas ini diharapkan dapat mendorong

pertumbuhan perekonomian Kabupaten Kaimana. Hasil kajian komoditas

unggulan yang potensial dikembangkan di Kabupaten Kaimana

berdasarkan kriteria tersebut diatas disajikan sebagai berikut:

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 106

1) Komoditas Tanaman Pangan dan Sayuran

Tanaman Pangan

Komoditas tanaman pangan yang menjadi komoditas unggulan

yang potensial dikembangkan di Kabupaten Kaimana diantaranya adalah

sagu, padi sawah, jagung, ubi jalar, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu

dan talas, jagung dan kacang tanah.

Sagu, ubi jalar, ubi kayu dan talas merupakan jenis tanaman

pangan lokal yang terdapat di Kabupaten Kaimana. Sagu adalah bahan

makanan pokok masyarakat Kaimana khususnya masyarakat yang berada

di pesisir pantai seperti di distrik Teluk Etna. Sebagian besar tanaman

sagu masih merupakan tanaman liar yang tumbuh dengan sendirinya dan

belum dibudidayakan atau hutan sagu. Budidaya tanaman sagu

berpeluang besar untuk dikembangkan di Kabupaten Kaimana dalam

rangka mendukung diversifikasi pangan melalui program intensifikasi dan

ekstensifikasi termasuk penanaman bibit unggul.

Ubi jalar termasuk salah satu bahan makanan pokok masyarakat

kaimana dan masyarakat Papua pada umumnya. Ubijalar dibudidayakan

secara tradisional dengan menanam berbagai jenis dengan umur panen

yang berbeda. Umbi dipanen secara bertahap sehingga sangat membantu

sistem pertanian subsistence. Pada saat ini peluang agribisnis ubi jalar

sangat menjanjikan. Teknologi budidaya yang sederhana, genotipe yang

berlimpah, dan pasar yang luas menyebabkan ubi jalar layak mendapat

perhatian khusus dalam rangka pengembangan komoditas spesifik lokal di

Kabupaten Kaimana.

Ubi kayu dan talas juga termasuk bahan makanan pokok

masyarakat Kaimana disamping sagu dan ubi jalar. Selain dikonsumsi

langsung oleh masyarakat, produk turunan talas dan ubi kayu seperti

keripik mempunyai pasar yang luas dan cenderung terus meningkat,

sehingga tanaman ini mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan

sebagai upaya diversifikasi pangan spesifik lokasi dalam rangka memenuhi

kebutuhan pasar.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 107

Selain sagu dan ubi-ubian, jagung merupakan tanaman pangan

yang mulai di kembangkan di Kabupaten Kaimana. Komoditas ini potensial

untuk dikembangkan dan menjadi komoditas unggulan daerah karena

tersedianya lahan yang sesuai dalam jumlah yang cukup luas serta

komoditas tersebut mempunyai nilai ekonomi.

Sejak terbukanya hubungan Kaimana dengan dunia luar,

masyarakat Kaimana lambat laun mulai mengenal beras dan

menjadikannya sebagai makanan pokok menggantikan sagu dan ubi-

ubian. Perubahan pola konsumsi pangan tersebut terutama terjadi di

kawasan perkotaan dan di kalangan generasi muda. Seiring dengan

berjalannya waktu, tingkat pertambahan penduduk dan laju pembangunan

Kaimana yang terus meningkat, tingkat konsumsi beras juga mengalami

peningkatan. Pada saat ini di Kabupaten Kaimana belum di lakukan

budidaya padi sawah maupun padi gogo, sehingga kebutuhan akan beras

didatang dari luar Kaimana. Tersedianya lahan yang potensial untuk

pengembangan padi sawah maupun padi gogo di Kabupaten Kaimana,

maka budidaya padi sawah dan padi gogo potensial dikembangkan di

daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kaimana yang

mengkonsumsi beras.

Tanaman sayuran

Komoditas sayuran yang dapat menjadi komoditas unggulan di

Kabupaten Kaimana potensial untuk dikembangkan berdasarkan hasil

analisis sumberdaya lahan dan analisis ekonomi diantaranya adalah cabe,

bayam, terung dan kacang panjang. Komoditas tersebut sudah mulai di

budidayakan di Kabupaten Kaimana. Produksi kacang panjang dan terung

di Kabupaten Kaimanan pada tahun 2005 tercatat sekitar tercatat sekitar 5

ton dan 4,5 ton (Kaimana Dalam Angka, 2006). Pengembangan komoditas

sayuran ini sangat potensial dalam rangka memenuhi kebutuhan

masyarakat Kaimana terhadap komoditas tersebut.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 108

2) Komoditas Tanaman Tahunan

Tanaman buah-buahan

Berdasarkan hasil analisis, komoditas buah-buahan yang potensial

dikembangkan di Kabupaten Kaimana serta dapat menjadi komoditas

unggulan daerah tersebut adalah pepaya, rambutan, jeruk, pisang dan

durian.

Untuk komoditas buah-buahan, pisang merupakan salah satu

komoditas spesifik lokal Kabupaten Kaimana karena Kaimana dikenal

dengan produksi pisangnya. Kaimana Dalam Angka (2006) mencatat

produksi pisang di Kabupten Kaimana pada tahun 2005 sekitar 23 ton

dengan produksi terbesar berasal dari Distrik Kaimana yaitu sekitar 20

ton. Komoditas pisang sangat potensial dikembangkan di kabupaten

Kaimana, karena selain dikonsumsi langsung pisang juga dapat dijadikan

bahan industri rumah tangga untuk dijadikan keripik dan produk lainnya

sehingga menambah nilai ekonominya.

Selain pisang, komoditas buah-buahan yang telah dibudidayakan di

Kabupaten Kaimana dan berproduksi diantaranya adalah jeruk, rambutan

dan pepaya. Dengan tersedianya sumberdaya lahan yang sesuai untuk

pengembangannya maka komoditas ini potensial untuk dikembangkan

lebih lanjut. Menurut catatan Kaimana Dalam Angka (2006), Kabupaten

Kaimana pada tahun 2005 menghasilkan jeruk sekitar 0,5 ton, sedangkan

rambutan dan pepaya sekitar 2 ton dan 0,25 ton.

Tanaman Perkebunan

Tanaman perkebunan yang dapat dijadikan komoditas unggulan dan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan Kabupaten Kaimana

diantaranya adalah kakao, pala, kopi robusta, kelapa sawit, vanili,

cengkeh, dan kelapa.

Tanaman pala merupakan komoditas perkebunan yang utama dan

cukup banyak dijumpai di Kabupaten Kaimana. Area perkebunan pala Di

Kabupaten Kaimana pada tahun 2005 mencapai sekitar 1.649 ha dengan

produksi 3.225 ton (Kaimana Dalam Angka, 2006).

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 109

Tanaman kelapa termasuk komoditas yang cukup banyak dijumpai

di Kabupaten Kaimana setelah pala. Luasan perkebunan kelapa yang

diusahakan oleh masyarakat Kaimana pada tahun 2005 mencapai 440 ha

dengan produksi dengan produksi 42.632 ton. Selain pala dan kelapa,

komoditas perkebunan yang telah diusahakan oleh masyarakat Kaimana

adalah kakao, kopi, cengkeh dan vanili. Menurut Kaimana Dalam Angka

(2006), pada tahun 2005 tercatat luasan tanaman kakao yang diusahakan

di Kabupaten Kaimana mencapai 534 ha, tanaman kopi seluas 40,

tanaman cengkeh seluas 30 dan tanaman vanili seluas 13 ha. Tanaman

perkebunan tersebut berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut di

Kabupaten Kaimana, baik dalam bentuk perkebunan rakyat maupun

perkebunan besar karena tersedianya sumberdaya lahan potensial.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang sama

sekali belum dikembangkan di Kabupaten Kaimana. Kelapa sawit sangat

potensial untuk dikembangkan khususnya yang diusahakan oleh

perkebunan besar dan hasilnya diekspor keluar daerah, mengingat

tersedianya lahan yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit dalam jumlah

yang besar di Kabupaten Kaimana dan kebutuhan dunia akan CPO (crude

palm oil) terus meningkat.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 110

BAB VI

MASTERPLAN PERTANIAN UNTUK PENGEMBANGAN KOMODITAS

UNGGULAN KABUPATEN KAIMANA

Pada era perdagangan yang semakin bebas, arah dan aliran

komoditas pertanian akan sangat ditentukan oleh tingkat keunggulan

kompetitifnya. Keunggulan kompetitif menunjukkan tingkat efisiensi suatu

komoditas pertanian di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah

lainnya yang merupakan hasil interaksi keunggulan komparatif dan distorsi

pasar. Keunggulan komparatif merupakan hasil interaksi kesesuaian

biofisik lahan, penguasaan teknologi dan kemampuan mengelola sistem

usahatani.

Rencana pembangunan pertanian Kabupaten Kaimana tertuang

dalam Masterplan Pertanian Kabupaten Kaimana berisikan pedoman

pembangunan pertanian sebagai acuan penataan ruang pertanian untuk

pengembangan komoditas unggulan Kabupaten Kaimana. Hasil analisis

potensi sumberdaya lahannya menunjukkan bahwa sekitar 681.249 ha

atau 32,90% dari luas total Kabupaten Kaimana potensial untuk

pengembangan pertanian. Tabel 6.1 menyajikan Masterplan Pertanian

untuk pengembangan komoditas unggulan Kabupaten Kaimana dan

penyebarannya berdasarkan kawasan pengembangan disajikan pada

Peta 6.1.

Berdasarkan tabel tersebut Kabupaten Kaimana dibagi menjadi dua

kawasan yaitu kawasan budidaya pertanian dengan kawasan budidaya non

pertanian (kawasan lindung). Berikut disajikan uraian masing-masing

kawasan di Kabupaten Kaimana.

6.1. Kawasan Budidaya

6.1.1. Kawasan Budidaya Pertanian

Masterplan Pertanian untuk pengembangan kawasan budidaya

pertanian dapat dibedakan menjadi kawasan budidaya pertanian tanaman

pangan lahan basah (LB), kawasan budidaya pertanian tanaman pangan

lahan kering (LK), kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan

tahunan (tanaman perkebunan rakyat dan hortikultura), sistem budidaya

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 111

kebun campuran (Kc), kawasan budidaya tanaman perkebunan skala kecil

atau rakyat (TPr), kawasan budidaya tanaman perkebunan skala besar

(TPb), budidaya perikanan (Ip) dan kawasan hutan produksi (HP). Uraian

masing-masing kawasan disajikan sebagai berikut.

Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah (LB)

Kawasan ini merupakan kawasan yang diperuntukkan untuk

pengembangan tanaman sagu. Selain sagu, kawasan ini potensial untuk

pengembangan padi sawah. Kawasan ini dijumpai di Distrik Teluk Etna

yang berada pada rawa belakang S. Urema dan S. Kogou, dataran aluvial

S. Buru, S. Kupai dan S. Kogou, basin lakustrin D.Yamor, D. Manami, D.

Timimi, D. Mutapo, D. Anapuyu, D. Sewiki di Distrik Teluk Arguni,

cekungan/depresi aluvial S. Omba mulai Rumah Tiga sampai Hairapara,

bagian barat S. Omba mulai Hairapara sampai Erega, bagian timur

Gariau dan sebelah selatan D. Ketenarifi. Luas kawasan budidaya

pertanian tanaman pangan mencapai 43.469 ha atau 2,10% dari luas

Kabupaten Kaimana.

Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan lahan kering (LK)

Kawasan ini berada pada ketinggian 0-400 m dpl dengan lereng

datar (0-3%), luas mencapai 139.935 ha atau 6,76%. Kawasan ini

dijumpai di sekitar Kiruru, Mur, Ombapamuku, dan Ure wilayah Distrik

Teluk Etna, sekitar Ambur, Erigara, Kasira, Maskur, Kensi, Inaribaru,

Sawetawena dan Wainaga wilayah Distrik Teluk Arguni, sekitar Tahiri, Hia,

Ubia, Yarona, Bahumia, Esania, Kambala dan Tanggiri wilayah Distrik

Buruway, dan di Distrik Kaimana sekitar Asiraja, Namorre, Oia, Sarifana,

Semblangin, Sembulan, Wariabi, Coa dan Utarom. Komoditas tanaman

pangan/hortikultura yang potensial dikembangkan adalah jagung, ubi

jalar, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu, talas, cabe, bayam, terung dan

kacang panjang. Untuk kawasan yang terdapat sekitar perkampungan

juga dapat dikembangkan tanaman tahunan/hortikultura seperti pepaya,

rambutan, jeruk, pisang, durian, pala, kopi robusta, vanili, cengkeh dan

kelapa sebagai tanaman pekarangan dengan perbandingan 75% untuk

tanaman pangan dan 25% untuk tanaman tahunan.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 112

Tabel 6.1. Masterplan Pertanian untuk pengembangan komoditas

unggulan Kabupaten Kaimana

L u a s Simbol Arahan/Komoditas

Ha %

I. Kawasan budidaya pertanian

A. Kawasan budidaya pertanian

� Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan

� Tanaman pangan lahan basah

-LB Sagu dan padi sawah 43.469 2,10

� Tanaman pangan lahan kering

- LK Tanaman pangan: jagung, ubi jalar, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu dan talas

Tanaman sayuran: cabe, bayam, terung dan kacang panjang

Tanaman tahunan/hortikultura: pepaya, rambutan, jeruk, pisang, durian, pala, kopi robusta, vanili,

cengkeh dan kelapa

139.935 6,76

� Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan tahunan (kebun campuran)

- Kc Tanaman pangan/sayuran: jagung, ubi jalar, padi

gogo, kacang tanah, ubi kayu, talas, cabe, bayam, terung dan kacang panjang

Tanaman tahunan/hortikultura: pepaya, rambutan, jeruk, pisang, durian, pala, kopi robusta, vanili, cengkeh dan kelapa

40.019 2,08

� Kawasan budidaya pertanian tanaman perkebunan

� Tanaman perkebunan rakyat

- TPr Pala, kopi robusta, vanili, cengkeh dan kelapa. 111.313 5,38

� Tanaman perkebunan besar

-TPb Kakao, kelapa sawit dan kelapa 310.074 14,98

� Kawasan hutan produksi

- HP Tanaman hutan produksi 275.987 13,33

B. Kawasan budidaya perikanan

- Ip Tambak/perikanan air payau 36.440 1,76

II. Kawasan non budidaya pertanian

- KL Hutan lindung dan kawasan suaka alam 1.098.124 52,89

Badan air (danau dan sungai) 14.898 0,72

Kota/pemukiman 112 0,01

T o t a l 2.070.370 100

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 113

Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan tahunan/kebun

campuran (Kc)

Kawasan ini berada pada ketinggian 0-700 m dpl, lerang 3-25%

dengan luas mencapai 40.019 ha (2,08%). Kawasan ini merupakan

kawasan untuk pengembangan tanaman pangan, hortikultura dan

perkebunan rakyat dengan persentase yang berbeda berdasarkan kondisi

lereng. Komoditas tanaman pangan/hortikultura yang potensial di

kembangkan pada kawasan ini adalah jagung, ubi jalar, padi gogo kacang

tanah, ubi kayu, talas, kacang panjang, cabe, bayam, terung dan kacang

panjang. Sedangkan komoditas perkebunan rakyat yang potensial

dikembangkan pada kawasan ini adalah pepaya, rambutan, jeruk, pisang,

durian, pala, kopi robusta, vanili, cengkeh dan kelapa.

Kebun campuran yang berada pada lereng 3-8% dapat

dikembangkan 50% untuk tanaman pangan/hortikultura dan 50%

perkebunan rakyat. Kawasan pengembangan ini berada sekitar Gariau,

Pamuka dan Yapima wilayah Distrik Teluk Etna, sekitar Jarwar, Narore,

Trikora, Marsi dan Sisir wilayah Distrik Kaimana, sekitar Urisa, Rauna,

Wetuf, Bofuer, Nagura, Mandiwa, Tanusan, Sumun, Tugugawa, Wanoma

dan Werafuta wilayah Distrik Teluk Arguni.

Kawasan kebun campuran yang berada pada lereng 8-15%

merupakan kawasan untuk pengembangan tanaman pangan/hortikultura

sekitar 25% dan 75% untuk perkebunan rakyat. Kawasan ini dapat

dijumpai sekitar Urubika wilayah Distrik Teluk Etna, sekitar Ansuara,

Maimai, Matua, Oraiatas, Oyaton, Sembulan, Makki, Tartawa, Krooy dan

Tanggarome wilayah Distrik Kaimana, dan di Distrik Teluk Arguni sekitar

Fuduma, Egerwara, Menggera dan Borogerba.

Kawasan kebun campuran yang berada pada lereng 15-25%

diperuntukkan pengembangan tanaman pangan/hortikultura sebanyak

15% dan perkebunan rakyat sebanyak 85%, dan dijumpai sekitar

Boregerba, Weswasa, Ukiara, Furnusu dan Inarilama wilayah Distrik Teluk

Arguni dan di Distrik Kaimana sekitar Sara, Umsial, Wafu, Wanggatnao

dan Oraibawah.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 114

Kawasan Perkebunan Rakyat (TPr)

Kawasan perkebunan rakyat merupakan kawasan yang diarahkan

untuk pengembangan komoditas perkebunan rakyat, seperti pala, kopi

robusta, vanili, cengkeh dan kelapa. Kawasan ini berada pada fisiografi

kipas aluvial (A.2.1), dataran koluvial (A.2.2.1), pelembahan karst (K.4.4),

punggung perbukitan paralel lipatan (T.9.2.1), peneplain datar (T.10.1),

peneplain berombak (T.10.2) dan peneplain bergelombang (T.10.3),

ketinggian 0-700 m dpl dengan lereng 3-25%. Kawasan ini menyebar di

seluruh distrik dengan luas 111.313 ha atau 5,38% dari luas total

Kabupaten Kaimana.

Kawasan Perkebunan Besar (TPb)

Kawasan pengembangan ini berada mulai dari dataran aluvial

sampai perbukitan tektonik (T.12.1) dengan lereng 3-25%. Kawasan ini

berada pada ketinggian 0-400 m dpl, dengan luas total mencapai 310.074

ha atau 14,98% dari luas kabupaten dan penyebaran terluas dijumpai di

Distrik Buruway. Komoditas unggulan yang potensial dikembangkan pada

kawasan ini adalah kakao, kelapa sawit, dan kelapa.

Kawasan Hutan Produksi (HP)

Berdasarkan hasil analisis sumberdaya alam, kawasan hutan yang

dapat dijadikan untuk pengembangan hutan produksi mencapai luas

275.987 ha atau 13,33% dari luas kabupaten. Kawasan ini umumnya

berada pada lereng 25-40%, dan ketinggian 0-1200 m dpl. Penyebaran

kawasan hutan produksi dijumpai di seluruh distrik dengan penyebaran

paling luas terdapat di Distrik Teluk Etna.

6.1.2. Kawasan Budidaya Perikanan (Ip)

Hasil analisis sumberdaya lahan menunjukkan, kawasan yang

diarahkan untuk pengembangan budidaya perikanan terutama perikanan

air payau (tambak) mencapai luas 36.440 ha atau 1,76% dari luas

kabupaten. Kawasan perikanan ini menempati rawa belakang pasang

surut. Penyebarannnya dijumpai bagian pantai timur Distrik Buruway

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 115

mulai dari Edor sampai Siwunah dan di pantai selatan Distrik Teluk Etna

sekitar Petawai, S. Urema, Lakahia dan Tarera.

6.2. Kawasan Non Budidaya Pertanian (KL)

Kawasan non budidaya pertanian merupakan kawasan hutan

lindung dan suaka alam. Kawasan hutan lindung dan suaka alam

merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup, yang mencakup sumberdaya alam serta

sumberdaya buatan guna pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan analisis potensi sumberdaya alam di Distrik Kaimana,

sebagian besar wilayah Kabupaten Kaimana merupakan kawasan hutan

lindung dan suaka alam dengan luas mencapai 1.098.124 ha atau 52,89%

dari luas kabupaten dan menyebar di seluruh distrik. Kawasan hutan

lindung dan suaka alam paling luas dijumpai di Distrik Teluk Etna dan

paling sedikit di Distrik Buruway dengan luas masing-masing 381.973 ha

(18,52%) dan 187.661 ha (8,29%). Sedangkan di Distrik Teluk Arguni dan

Kaimana mencapai luas masing-masing 234.277 ha (12,32%) dan

294.212 ha (8,29%).

Kawasan hutan lindung dan suaka alam yang terdapat di Kabupaten

Kaimana saat ini adalah Cagar Alam Pegunungan Kumawa, Hutan Lindung

Teluk Arguni, Hutan Lindung Kambrau-Kambala, Hutan Lindung Teluk

Arguni-Manggai dan Suaka Margastwa Pulau Venu.

6.3. Pengembangan Pertanian Berbasis Desa

Kawasan budidaya pertanian Kabupaten Kaimana seperti yang telah

dijelaskan di atas, lebih lanjut dijabarkan dalam bentuk pegembangan

pertanian berbasis desa. Tabel 6.2 menyajikan pengembangan pertanian

pada masing-masing desa yang terdapat di Kabupaten Kaimana serta

komoditas unggulan yang potensial untuk dikembangkan. Hal ini

selanjutnya menjadi prioritas rencana pengembangan pertanian di

Kabupaten Kaimana. Berdasarkan tabel tersebut, lahan budidaya yang

menjadi prioritas utama untuk dikembangkan mencapai luas 104.646 ha

atau 5,05% dari luas total Kabupaten Kaimana.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 116

Peta 6.1. Masterplan Pertanian

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 117

Tabel 6.2. Pengembangan pertanian berbasis desa di Kabupaten Kaimana

beserta komoditas unggulannya

Luas Arahan

pengembangan Desa Komoditas

Ha %

I. Pangan Lahan

Basah (LB)

Erega Sagu dan padi sawah 3.527 0,17

Ambur Jagung, ubi jalar, padi gogo,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, rambutan, pala, vanili, cengkeh dan kelapa

662 0,03

Erigara Jagung, ubi jalar, padi gogo,

cabe, bayam, terung, kacang panjang, pepaya, rambutan,

pala, vanili, cengkeh dan kelapa

5.708 0,28

Inaribaru Kacang tanah, ubikayu, cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pisang, rambutan, pala, vanili, cengkeh dan kelapa

296 0,01

Kasira Jagung, ubi jalar, padi gogo,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, rambutan,

pala, vanili, cengkeh dan kelapa

1.916 0,09

Maskur + Kensi Jagung, ubi jalar, padi gogo,

cabe, bayam, terung, kacang panjang, pepaya, rambutan,

pala, vanili, cengkeh dan kelapa

694 0,03

Sawatawena Jagung, ubi jalar, padi gogo,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, rambutan,

pala, vanili, cengkeh dan kelapa

5.492 0,27

Wainaga Jagung, ubi jalar, padi gogo,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, rambutan,

pala, vanili, cengkeh dan kelapa

975 0,05

Asiraja Jagung, ubi jalar, padi gogo,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, rambutan, pala, vanili, cengkeh dan kelapa

96 0,00

II. Pangan Lahan

Kering (LK)

Coa Kacang tanah, ubikayu, cabe,

bayam, terung, kacang

panjang, pisang, rambutan,

pala, vanili, cengkeh dan kelapa

107 0,01

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 118

Tabel 6.2. Lanjutan

Luas Arahan

pengembangan Desa Komoditas

Ha %

Namorre Jagung, ubi jalar, padi gogo,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, rambutan,

pala, vanili, cengkeh dan kelapa

1.407 0,07

Oia Jagung, ubi jalar, padi gogo,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, rambutan,

pala, vanili, cengkeh dan kelapa

174 0,01

Sarifana Jagung, ubi jalar, padi gogo,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, rambutan,

pala, vanili, cengkeh dan kelapa

1.191 0,06

Semblangin Jagung, ubi jalar, padi gogo,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, rambutan,

pala, vanili, cengkeh dan kelapa

1.971 0,10

Sembulan Jagung, ubi jalar, padi gogo,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, rambutan,

pala, vanili, cengkeh dan kelapa

130 0,01

Utarom Kacang tanah, ubikayu, cabe,

bayam, terung, kacang panjang,

pisang, rambutan, pala, vanili,

cengkeh dan kelapa

174 0,01

Wariabi Jagung, ubi jalar, padi gogo,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, rambutan,

pala, vanili, cengkeh dan kelapa

769 0,04

Bahumia Kacang tanah, ubikayu, cabe,

bayam, terung, kacang panjang,

pisang, rambutan, pala, vanili,

cengkeh dan kelapa

3.844 0,19

Esania Kacang tanah, ubikayu, cabe,

bayam, terung, kacang panjang,

pisang, rambutan, pala, vanili,

cengkeh dan kelapa

710 0,03

Kambala Kacang tanah, ubikayu, talas,

rambutan, durian, pala, vanili,

cengkeh dan kelapa

1.079 0,05

Tairi+Hia Kacang tanah, ubikayu, talas,

rambutan, durian, pala, vanili,

cengkeh dan kelapa

5.896 0,28

Tanggiri Kacang tanah, ubikayu, talas,

rambutan, durian, pala, vanili,

cengkeh dan kelapa

1.666 0,08

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 119

Tabel 6.2. Lanjutan

Arahan

pengembangan Desa Komoditas Luas

Ubia Kacang tanah, ubikayu, talas,

rambutan, durian, pala,

vanili, cengkeh dan kelapa

635 0,03

Yarona Kacang tanah, ubikayu, talas,

rambutan, durian, pala,

vanili, cengkeh dan kelapa

1.145 0,06

Kiruru Kacang tanah, ubikayu, talas,

rambutan, durian, pala,

vanili, cengkeh dan kelapa

307 0,01

Mur Jagung, ubi jalar, padi gogo,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, rambutan,

pala, vanili, cengkeh dan

kelapa

2.011 0,10

Ombapamuk

u

Ubijalar, kacang tanah,

ubikayu, talas, rambutan, durian, pala, vanili, cengkeh

dan kelapa

3.422 0,17

Ure Ubijalar, kacang tanah,

ubikayu, talas, rambutan,

durian, pala, vanili, cengkeh

dan kelapa

1.361 0,07

Borogerba Jagung, padi gogo, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, pala dan

kopi

7 0,00

Weswasa Jagung, padi gogo, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, pala dan

kopi

26 0,00

Ukiara Jagung, kacang tanah, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan, pisang,

durian, pala, kopi dan

cengkeh.

131 0,01

Furnusu Jagung, kacang tanah, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan, pisang,

durian, pala, kopi dan cengkeh.

223 0,01

Inarilama Jagung, kacang tanah, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan, pisang,

durian, pala, kopi dan

cengkeh.

145 0,01

III. Kebun

campuran

(Kc)

Urisa Ubikayu, talas, cabe, bayam,

terung, kacang panjang,

rambutan, pisang, pala,

vanili, cengkeh dan kelapa

2.914 0,14

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 120

Tabel 6.2. Lanjutan

Arahan

pengembangan Desa Komoditas Luas

Rauna Kacang tanah, ubikayu, talas,

rambutan, durian, pala,

vanili, dan cengkeh

2.612 0,13

Wetuf Kacang tanah, ubikayu, talas,

rambutan, durian, pala,

vanili, dan cengkeh

825 0,04

Bofuer Jagung, kacang tanah, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan, pisang,

durian, pala, kopi dan

cengkeh.

220 0,01

Nagura+

Mandiwa+

Tanusan

Jagung, kacang tanah, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan, pisang,

durian, pala, kopi dan

cengkeh.

4.203 0,20

Sumun Jagung, kacang tanah, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan, pisang,

durian, pala, kopi dan

cengkeh.

165 0,01

Tugumawa Jagung, kacang tanah, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan, pisang,

durian, pala, kopi dan

cengkeh.

13 0,00

Wanoma Ubijalar, kacang tanah, talas,

pisang, pala dan kelapa

85 0,00

Werafuta Ubijalar, kacang tanah, talas,

pisang, pala dan kelapa

186 0,01

Fuduma Jagung, kacang tanah, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan, pisang,

durian, pala, kopi dan

cengkeh.

461 0,02

Egerwara+

Manggera

Ubijalar, kacang tanah, talas,

pepaya, rambutan, durian,

pala, kopi, vanili, cengkeh,

dan kelapa

2.388 0,12

Sara Jagung, padi gogo, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, pala dan

kopi

80 0,00

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 121

Tabel 6.2. Lanjutan

Luas Arahan

pengembangan Desa Komoditas

Ha %

Umsial Jagung, padi gogo, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, pepaya, pala dan

kopi

44 0,00

Wafu+

Wanggatnao

+ Oraibawah

Ubikayu, talas, cabe, bayam,

terung, kacang panjang,

rambutan, pisang, pala,

vanili, cengkeh dan kelapa

4.982 0,24

Jarwar Jagung, padigogo, kacang

tanah, rambutan dan pisang

1.843 0,09

Narore Jagung, padigogo, kacang

tanah, rambutan dan pisang

134 0,01

Trikora Ubikayu, talas, cabe, bayam,

terung, kacang panjang,

rambutan, pisang, pala,

vanili, cengkeh dan kelapa

395 0,02

Marsi + Sisir Kacang tanah, ubikayu, talas,

rambutan, durian, pala,

vanili, dan cengkeh

981 0,05

Ansuara Jagung, padi gogo, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan pisang,

durian, pala, vanili, cengkeh

dan kelapa

329 0,02

Oyaton Jagung, padi gogo, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan pisang,

durian, pala, vanili, cengkeh

dan kelapa

279 0,01

Sembulan Jagung, padi gogo, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan pisang,

durian, pala, vanili, cengkeh dan kelapa

238 0,01

Makki Jagung, ubi jalar, padi gogo, pepaya, pala, kopi dan vanili

1.226 0,06

Tarwata Jagung, ubijalar, kacang

tanah, rambutan, pala, cengkeh dan vanili

4.862 0,23

Adijaya Ubijalar, kacang tanah, talas,

pisang, pala dan kelapa

513 0,02

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 122

Tabel 6.2. Lanjutan

Luas Arahan

pengembangan Desa Komoditas

Ha %

Krooy Jagung, kacang tanah, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan, pisang,

durian, pala, kopi dan cengkeh.

517 0,02

Tanggarome Jagung, kacang tanah, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan, pisang,

durian, pala, kopi dan cengkeh.

334 0,02

Karufa+

Varsionda

Kacang tanah, ubikayu, talas,

rambutan, durian, pala,

vanili, dan cengkeh

3.984 0,19

Manggawitu Ubijalar, kacang tanah, talas,

pisang, pala dan kelapa

548 0,03

Waho Ubijalar, kacang tanah, talas,

pisang, pala dan kelapa

154 0,01

Gaka Ubijalar, kacang tanah, talas,

rambutan, durian, pala, kopi, vanili cengkeh dan kelapa

344 0,02

Gariau Ubijalar, kacang tanah, talas,

rambutan, durian, pala, kopi,

vanili cengkeh dan kelapa

650 0,03

Pamuku Kacang tanah, ubikayu, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan, pisang,

pala, vanili cengkeh dan kelapa

214 0,01

Yapima Kacang tanah, ubikayu, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan, pisang,

pala, vanili cengkeh dan kelapa

567 0,03

Urubika Kacang tanah, ubikayu, talas,

cabe, bayam, terung, kacang

panjang, rambutan, pisang,

pala, vanili cengkeh dan kelapa

1.462 0,07

IV. Budidaya

perikanan (Ip)

Edor Perikanan air payau/ tambak 16.755 0,81

T o t a l 104.646 5,05

Sumber: Hasil analisis potensi sumberdaya lahan

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 123

Berdasarkan tabel tersebut, pengembangan pertanian berbasis desa

terdiri atas pengembangan pertanian tanaman pangan lahan basah (LB),

pengembangan pertanian tanaman pangan lahan kering (LK), kebun

campuran (Kc) dan perikanan (Ip).

Selain pertanian, pada desa-desa juga dapat dikembangkan

peternakan. Dalam hal ini sistem peternakan yang dikembangkan adalah

peternakan rakyat yang terintegrasi dengan pertanian, yaitu sistem

perternakan untuk konsumsi rumah tangga. Sistem ini diharapkan dengan

berjalannya waktu dan bertambahnya pengetahuan petani (SDM) dapat

menjadi peternakan yang lebih besar. Hewan ternak yang potensial

dikembangkan selain babi yang merupakan hewan “historis” masyarakat

Papua termasuk Kabupaten Kaimana, adalah sapi, kambing/domba, ayam

dan itik.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 124

BAB VII

ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN ANCAMAN

PEMBANGUNAN PERTANIAN KABUPATEN KAIMANA

Keberadaan komponen SWOT (Stengths, Weakness,

Opportunity, and Threats) atau KEKEPAN (Kekuatan, Kelemahan,

Peluang, clan Ancaman) diarahkan untuk mendukung perumusan tujuan

clan sasaran yang ingin dicapai dalam rangka pengembangan wilayah

pertanian Kabupaten Kaimana. Untuk itu, komponen-komponen SWOT

akan dijelaskan sebagai berikut:

7.1. Kekuatan

1. Undang Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, Undang

Undang No. 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi provinsi

Papua dan Papua Barat. Undang Undang No. 26 tahun 2002 tentang

pembentukan Kabupaten Kaimana. Undang Undang No. 24 Tahun 1992

tentang Penataan Ruang, memberikan berbagai kewenangan kepada

pemerintah kabupaten, diantaranya:

� Pemerintah kabupaten dapat mengatur kebijakan pembangunan

sektoral termasuk pembangunan pertanian untuk pengembangan

komoditas unggulan sesuai dengan potensi sumberdaya alam yang

dimiliki agar setiap program pembangunan tersebut dapat berjalan

secara efektif.

� Pemerintah kabupaten memiliki kesempatan yang cukup

dalam mengelola keuangan, terutama yang bersumber dari

penerimaan daerah sehingga kendala-kendala yang dihadapi dalam

pembiayaan program pembangunan terutama pembangunan

pertanian dapat diatasi.

� Pemerintah kabupaten akan memiliki sumber pendanaan yang lebih

baik untuk menunjang pembangunan pertanian dan dapat

meransang pertumbuhan ekonomi, karena lebih dari setengahnya

perekonomian Kaimana disumbangkan oleh sektor pertanian.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 125

2. Potensi sumberdaya alam yang sangat besar untuk pengembangan

pertanian dan belum dimanfaatkan secara optimal yaitu:

� Sumberdaya lahan untuk pertanian, hasil analisis menunjukkan

tersedianya lahan yang sesuai dalam jumlah besar untuk

pengembangan komoditas unggulan yaitu tanaman pangan, hortikultura

dan perkebunan sehingga dapat menciptakan kegiatan agribisnis yang

menguntungkan.

� Sumberdaya kehutanan, sangat memungkinkan untuk pembangunan

industri pengolahan kayu karena didukung oleh sumberdaya hutan yang

cukup besar untuk menjaga kontinuitas bahan baku serta dukungan

akses distribusi barang ke pasar internasional.

� Sumberdaya lahan perikanan dengan memanfaatkan ketersediaan lahan

untuk perikanan air payau/keramba akan memberikan pengaruh yang

positif terhadap kegiatan penanaman modal di Kabupaten Kaimana.

7.2 Kelemahan

Beberapa aspek yang menjadi kelemahan dalam rangka pertumbuhan

ekonomi dan pembangunan pertanian di Kabupaten Kaimana, antara lain:

1. Penyebaran penduduk yang tidak merata menyebabkan pertumbuhan

pembangunan pertanian tidak seimbang. Penduduk Kabupaten Kaimana

lebih banyak dijumpai di Distrik Kaimana dan terpusat di Kota Kaimana

sebagai ibukota kabupaten menyebabkan pertumbuhan pembangunan

pertanian di Distrik Kaimana akan berjalan lebih cepat, sementara

pembangunan pertanian di daerah pedalaman seperti di Distrik Teluk Etna

berjalan sangat lambat sehingga menimbulkan kesenjangan.

2. Rendahnya sumberdaya manusia sehingga belum dapat menggali dan

mengelola setiap sumberdaya yang bemilai ekonomis secara optimal.

Pengelolaan sumberdaya oleh pihak lain, seringkali menjadikan daerah

ini sebagai sapi perah dan keuntungan ekonomis terbesar dinikmati

oleh pihak lain.

3. Sarana dan prasarana transportasi di wilayah Kabupaten Kaimana yang

minim merupakan salah satu kendala dalam melakukan pengembangan

pertanian.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 126

4. Topografi daerah yang bergunung dan berlembah yang ditumbuhi

hutan lebat menjadi kendala dibukanya jalan darat secara cepat karena

membutuhkan dana yang sangat besar sehingga pertumbuhan

pembangunan menjadi terhambat.

7.3. Peluang

1. Kebijakan otonomi daerah serta perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah yang memberi porsi lebih baik kepada

masyarakat dan pemerintah daerah, memberikan peluang yang baik

dalam rangka mengaktualisasikan aspirasi daerah untuk dapat

melaksanakan pembangunan pertanian dengan sebaik-baiknya,

tepat dan efisien untuk peningkatan kesejateraan masyarakat

Kabupaten Kaimana.

2. Potensi sumberdaya lahan yang dimiliki dan letak yang cukup strategis

di kawasan pesisir Pulau Papua ini, menjadikan Kabupaten Kaimana

memiliki peluang cukup besar untuk mengembangkan sektor pertanian

pada skala regional. Regionalisasi pembangunan pertanian diharapkan

mampu meningkatkan pendapatan petani, sekaligus memberikan

kontribusi terhadap perekonomian daerah.

3. Sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomis tinggi membutuhkan

sumberdaya manusia yang besar. Hal ini merupakan peluang dalam

rangka memperluas kesempatan kerja, terutama untuk masyarakat

setempat.

4. Kesempatan untuk penanaman modal di sektor pertanian di Kabupaten

Kaimana masih terbuka lebar, karena tersedianya sumberdaya alam

yang sebagian besar belum tereksploitasi.

5. Multiplier effect akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi akan

merangsang pertumbuhan pembangunan termasuk pembangunan

pertanian di Kabupaten Kaimana yang pada akhirnya kesejahteraan

masyarakat meningkat.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 127

7.4. Ancaman

1. Terjadinya kesenjangan pertumbuhan pembangunan pertanian antara

pusat-pusat pertumbuhan dengan daerah kurang potensial dan lambat

laun dapat melunturkan azas persatuan dan kesatuan, sebagai akibat dari

adanya rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat di daerah

yang kurang potensial karena mengalami pertumbuhan yang lambat.

2. Tidak terjangkaunya pembangunan desa tertinggal dan masyarakat di desa--

desa terpencil, dapat menyebabkan terjadinya urbanisasi sehingga

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan makin terpusat pada pusat-pusat

pertumbuhan.

3. Belum adanya kesiapan masyarakat dalam menyongsong era globalisasi,

akan memposisikan daerah dan masyarakat sebagai obyek, terutama dalam

aktivitas perekonomian lintas negara. Pada kondisi ini, keuntungan ekonomis

terbesar biasanya akan diperoleh pihak lain.

4. Adanya eksploitasi sumberdaya alam secara besar-besaran sangat

berpotensi untuk tejadinya kerusakan ekosistem dan lingkungan.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 128

BAB VIII

STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN MELALUI PENGEMBANGAN

KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN KAIMANA

8.1. Visi dan Misi Pembangunan Pertanian Kabupaten Kaimana

Pertanian merupakan sektor penggerak roda perekonomian

Kabupaten Kaimana. Terbukti dengan besarnya sumbangan sektor

pertanian terhadap PDRB Kabupaten Kaimana. Namun potensi

sumberdaya lahan yang merupakan penggerak roda perekonomian

Kabupaten Kaimana belum dikelola bahkan belum dimanfaatkan secara

optimal sesuai dengan potensinya, sehingga belum mendatangkan hasil

yang maksimal bagi daerah. Hasil analisis potensi sumberdaya lahannya

menunjukkan bahwa 32,90% dari luas total kabupaten potensial untuk

pertanian. Dan hal ini merupakan kekuatan utama pengembangan

pertanian di kabupaten ini.

Pembangunan pertanian dihadapkan kepada kenyataan bahwa

kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia yang merupakan

pelaku pembangunan pertanian adalah sumber kelemahannya, selain

keterbatasan sarana dan prasarana penunjang. Hasil analisis

kependudukan menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Kaimana

tumbuh sebesar 6,39%/tahun. Implikasinya bahwa untuk mengolah lahan

potensial sebesar 32,90% ini dibutuhkan waktu hingga tahun 2065,

dengan kata lain bahwa jumlah penduduk yang dibutuhkan untuk

mengelola lahan potensial tersebut baru terpenuhi pada tahun 2065, hal

ini jika seluruh (100%) penduduk bekerja pada sektor pertanian. Jika

hanya 70% yang bekerja pada sektor pertanian, maka jumlah penduduk

yang diperlukan baru dapat terpenuhi pada tahun 2070.

Di sisi lain, tuntutan pembangunan yang terus berkembang dari

waktu ke waktu dan untuk meningkatkan fungsi dan peran serta

Kabupaten Kaimana pada skala nasional maupun regional, terutama dalam

sektor pertanian mengharuskan Kabupaten Kaimana melakukan

percepatan pembangunan dalam sektor tersebut. Peluang pembangunan

pertanian melalui pengembangan komoditas unggulan daerah cukup besar

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 129

dengan adanya kebijakan otonomi daerah serta perimbangan keuangan

Pemerintah Pusat dan Daerah yang memberikan porsi lebih banyak kepada

masyarakat dan pemerintah daerah untuk dapat lebih mengaktualisasikan

aspirasi daerah untuk melaksanakan pembangunan dengan sebaik-baiknya

yang lebih terencana dan terarah guna peningkatan kesejahteraan

masyarakat Kabupaten Kaimana.

Untuk itu telah ditetapkan visi yang dapat membingkai pelaksanaan

pembangunan pertanian ke depan, sehingga tujuan dan sasaran

pembangunan pertanian dapat tercapai. Visi pembangunan pertanian yang

telah ditetapkan yang akan membingkai kegiatan pembangunan pertanian

Kabupaten Kaimana adalah: “Menuju Kaimana yang Mandiri dan

Bermartabat melalui Penciptaan Ketahanan Pangan dan Ekonomi

Kerakyatan”.

Makna yang terkandung dari visi tersebut adalah menciptakan

Kaimana sebagai kabupaten yang mampu memenuhi

kebutuhan pangan sendiri (mandiri pangan) tanpa bergantung

kepada daerah lain, sebaliknya dapat menjadi penyumbang

pangan bagi daerah lain di Papua. Mengembalikan kejayaan

masa lalu sebagai sentra rempah-tempah untuk Indonesia

bagian timur merupakan kekuatan ekonomi kerakyatan, selain

mandiri pangan.

Tujuan visi ini adalah untuk meletakkan kerangka dasar tinggal

landas pada tahun 2032. Untuk mewujudkan visi tersebut, telah

ditetapkan ke dalam 3 misi, yaitu: 1) Percepatan ketahanan pangan dan

diversifikasi pangan lokal, 2) Percepatan pertumbuhan ekonomi

kerakyatan, 3) Percepatan pertumbuhan perekonomian daerah. Ketiga

misi ini dilaksanakan melalui program pembangunan pertanian jangka

panjang (selama 25 tahun) yang dibagi ke dalam program pembangunan

jangka pendek (5 tahunan).

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 130

8.2. Strategi Pembangunan Pertanian

Strategi pembangunan pertanian Kabupaten Kaimana merupakan

program pembangunan pertanian jangka panjang (selama 25 tahun,

2008-2032) yang dilaksanakan secara bertahap 5 tahunan, tahap I (2008-

2012), tahap II (2012-2017), tahap III (2027-2022), tahap IV (2022-

2027) dan tahap V (2027-2032), baik untuk percepatan ketahanan pangan

dan diversifikasi pangan lokal, maupun percepatan pertumbuhan ekonomi

kerakyatan dan perekonomian daerah.

8.2.1. Percepatan Ketahanan Pangan dan Diversifikasi Pangan

Lokal

Komoditas tanaman pangan merupakan komoditas yang dapat

diusahakan oleh masyarakat dalam skala usaha rumah tangga dan

penggunaannya sebagian besar untuk konsumsi keluarga. Pengembangan

komoditas tanaman pangan bertujuan mendorong pertumbuhan

ketahanan dan diversifikasi pangan lokal. Beberapa hal mendasari strategi

percepatan ketahanan pangan dan diversifikasi pangan lokal di Kabupaten

Kaimana.

Pola Konsumsi Pangan

Jenis pangan lokal yang menjadi bahan makanan pokok masyarakat

Kaimana dan masyarakat Papua pada umumnya adalah sagu dan ubi-

ubian. Sejak terbukanya hubungan Kaimana dengan dunia luar,

masyarakat lambat laun mulai mengenal beras dan menjadikannya

sebagai makanan pokok menggantikan sagu dan ubi-ubian. Perubahan

pola konsumsi pangan tersebut terutama terjadi di kawasan perkotaan dan

di kalangan generasi muda. Seiring dengan berjalannya waktu, tingkat

pertambahan penduduk dan laju pembangunan Kabupaten Kaimana yang

terus meningkat, tingkat konsumsi beras juga mengalami peningkatan

yang signifikan dan menyebabkan ketergantungan yang semakin tinggi

terhadap beras, sementara itu Kabupaten Kaimana sampai saat ini belum

mampu memproduksi beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Kaimana. Tabel 8.1 menyajikan tingkat konsumsi pangan lokal yang

diasumsikan berdasarkan konsumsi beberapa jenis pangan di Papua.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 131

Tabel 8.1. Tingkat konsumsi pangan lokal di

Kabupaten Kaimana

Konsumsi1) Jenis pangan

kg/kapita/tahun

Beras 80

Sagu 14

Ubi jalar 17

Talas 2

Ubi kayu 57

Sumber: Diolah dari SUSENAS (2002) dan beberapa sumber lain

Proyeksi Kebutuhan Lahan

Proyeksi kebutuhan lahan untuk pengembangan masing-masing

komoditas pangan berdasarkan asumsi konsumsi masing-masing

komoditas (Tabel 8.1) dan asumsi pertumbuhan penduduk sebesar

6,39% (hasil olah data penduduk tahun 2004-2005), maka diproyeksi

kebutuhan komoditas pangan yang diperlukan untuk mencapai tingkat

kemandirian (self sufficiency) masing-masing komoditas pangan di

Kabupaten Kaimana sampai tahun 2032 (jangka waktu 25 tahun). Hasil

proyeksi tersebut disajikan pada Tabel 8.2.

Sesuai dengan Tabel 8.2 tersebut, bahwa lahan yang diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat Kaimana untuk 25 tahun ke

depan baik lahan kering (padi gogo) maupun lahan basah (padi sawah)

masing-masing 6.639 ha dan 2.213 ha. Sedang untuk memenuhi

kebutuhan sagu mencapai 196 ha. Sagu pada umumnya dijumpai di

pinggiran sungai terutama di Distrik Teluk Etna, dan pada saat ini cukup

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat bahkan berlebih.

Untuk komoditas ubi-ubian seperti ubi jalar, talas dan ubi kayu

bahwa lahan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan

masyarakat Kaimana 25 tahun ke depan masing-masing 1.411 ha, 166 ha

dan 4.730 ha.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 132

Tabel 7.2. Proyeksi kebutuhan konsumsi masing-masing komoditas

pangan dan luas lahan untuk mencapai tingkat kemandirian (self sufficiency)di Kabupaten Kaimana, tahun 2008-2032

Komoditas sagu Luas lahan yang diperlukan (ha)

Tahun

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Kebutuhan

Konsumsi

Beras (ton) Padi gogo Padi sawah

Kebutuhan

Konsumsi (ton)

Luas lahan

diperlukan

(ha)

2008 45.037 3.603 1.501 500 631 44

2009 47.915 3.833 1.597 532 671 47

2010 50.977 4.078 1.699 566 714 50

2011 54.235 4.339 1.808 603 759 53

2012 57.700 4.616 1.923 641 808 57

2013 61.387 4.911 2.046 682 859 60

2014 65.310 5.225 2.177 726 914 64

2015 69.483 5.559 2.316 772 973 68

2016 73.923 5.914 2.464 821 1.035 73

2017 78.647 6.292 2.622 874 1.101 77

2018 83.672 6.694 2.789 930 1.171 82

2019 89.019 7.122 2.967 989 1.246 88

2020 94.707 7.577 3.157 1.052 1.326 93

2021 100.759 8.061 3.359 1.120 1.411 99

2022 107.198 8.576 3.573 1.191 1.501 106

2023 114.048 9.124 3.802 1.267 1.597 112

2024 121.335 9.707 4.045 1.348 1.699 119

2025 129.089 10.327 4.303 1.434 1.807 127

2026 137.337 10.987 4.578 1.526 1.923 135

2027 146.113 11.689 4.870 1.623 2.046 144

2028 155.450 12.436 5.182 1.727 2.176 153

2029 165.383 13.231 5.513 1.838 2.315 163

2030 175.951 14.076 5.865 1.955 2.463 173

2031 187.194 14.976 6.240 2.080 2.621 184

2032 199.156 15.932 6.639 2.213 2.788 196

Asumsi:

1) Pertumbuhan penduduk 6,39 % per tahun,

2) Konsumsi beras 80 kg/kapita/tahun,

3) Produktivitas padi sawah 3 t/ha dan padi gogo 2 ton/ha, rendemen padi 60%, kegagalan

panen 25%,

4) 1/3 kebutuhan beras dari padi sawah dan 2/3 dari padi gogo,

5) Konsumsi sagu 14 kg/kapita/tahun,

6) Produktivitas sagu 17,77 t/ha.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 133

Tabel 7.2. Lanjutan

Ubi jalar Talas Ubi kayu

Tahun

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Kebutuhan konsumsi

(ton)

Luas lahan diperlukan

(ha)

Kebutuhan konsumsi

(ton)

Luas lahan diperlukan

(ha)

Kebutuhan konsumsi

(ton)

Luas lahan diperlukan

(ha)

2008 45.037 766 319 90 38 2.567 1.070

2009 47.915 815 339 96 40 2.731 1.138

2010 50.977 867 361 102 42 2.906 1.211

2011 54.235 922 384 108 45 3.091 1.288

2012 57.700 981 409 115 48 3.289 1.370

2013 61.387 1.044 435 123 51 3.499 1.458

2014 65.310 1.110 463 131 54 3.723 1.551

2015 69.483 1.181 492 139 58 3.961 1.650

2016 73.923 1.257 524 148 62 4.214 1.756

2017 78.647 1.337 557 157 66 4.483 1.868

2018 83.672 1.422 593 167 70 4.769 1.987

2019 89.019 1.513 631 178 74 5.074 2.114

2020 94.707 1.610 671 189 79 5.398 2.249

2021 100.759 1.713 714 202 84 5.743 2.393

2022 107.198 1.822 759 214 89 6.110 2.546

2023 114.048 1.939 808 228 95 6.501 2.709

2024 121.335 2.063 859 243 101 6.916 2.882

2025 129.089 2.195 914 258 108 7.358 3.066

2026 137.337 2.335 973 275 114 7.828 3.262

2027 146.113 2.484 1.035 292 122 8.328 3.470

2028 155.450 2.643 1.101 311 130 8.861 3.692

2029 165.383 2.812 1.171 331 138 9.427 3.928

2030 175.951 2.991 1.246 352 147 10.029 4.179

2031 187.194 3.182 1.326 374 156 10.670 4.446

2032 199.156 3.386 1.411 398 166 11.352 4.730

Asumsi:

1) Pertumbuhan penduduk 6,39 % per tahun,

2) Konsumsi ubi jalar 17 kg/kapita/tahun,

3) Produktivitas ubi jalar 3 t/ha, kegagalan panen 25%,

4) Konsumsi talas 2 kg/kapita/tahun

5) Produktivitas talas 3 t/ha, kegagalan panen 25%.

6) Konsumsi ubi kayu 3 kg/kapita/tahun,

7) Produktivitas ubi kayu 16,2 t/ha, kegagalan panen 25%.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 134

Potensi Lahan Pengembangan

Berdasarkan Masterplan Pertanian Kabupaten Kaimana (Tabel 5.9)

bahwa kawasan pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Kaimana

mencapai 187.060 ha atau 9,04% dari luas total kabupaten. Sekitar

43.469 ha atau 23,24% dari kawasan tersebut merupakan kawasan

pengembangan tanaman pangan lahan basah, sisanya 143.591 ha atau

76,76% adalah kawasan pengembangan tanaman pangan lahan kering

dan sekitar 51.021 ha atau 27,28% diantaranya berada di sekitar

perkampungan. Kawasan pengembangan tanaman pangan lahan basah

tersebut, sekitar 23.840 ha merupakan kawasan pengembangan padi

sawah dan 19.628 ha untuk sagu.

Kawasan budidaya pertanian tanaman pangan lahan kering, sekitar

25.072 ha untuk pengembangan padi gogo, sekitar 36.719 ha untuk

pengembangan ubi jalar, sekitar 7.543 ha untuk pengembangan talas dan

sekitar 74.257 ha untuk pengembangan ubi kayu. Luas lahan

pengembangan masing-masing komoditas tanaman pangan pokok di

Kabupaten Kaimana disajikan pada Tabel 8.3.

Tabel 8.3. Luas lahan pengembangan masing-masing komoditas tanaman

pangan pokok di Kabupaten Kaimana

Lahan Pengembangan

Kampung Non Kampung T o t a l Komoditas

Ha % Ha % Ha %

Padi sawah 3.527 0,17 20.313 0,98 23.840 1,15

Sagu - - 19.628 0,95 19.628 0,95

Total I 3.527 0,17 39.942 1,93 43.469 2,10

Padi gogo 12.915 0,62 12.157 0,59 25.072 1,21

Ubi jalar 10.766 0,52 25.953 1,25 36.719 1,77

Talas 2.137 0,10 5.406 0,26 7.543 0,36

Ubi kayu 21.676 1,05 52.581 2,54 74.257 3,59

Total II 47.494 2,29 96.097 4,64 143.591 6,94

Total I +II 51.021 2,46 136.039 6,57 187.060 9,04

Sumber: Hasil analisis potensi sumberdaya lahan dengan asumsi area pengembangan

hanya digunakan satu kali komoditas pangan pokok setiap tahunnya.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 135

Lahan pengembangan tersebut diarahkan untuk pengembangan

komoditas tanaman pangan unggulan dengan asumsi bahwa areal

pengembangan tersebut hanya digunakan untuk satu kali komoditas

tanaman pangan pokok, seperti padi dan ubi-ubian setiap tahunnya.

Sisanya waktu dirotasikan dengan komoditas tanaman pangan non

pokok/hortikultura seperti jagung, kacang tanah, cabe, terung, tomat dan

kacang panjang.

Berdasarkan Tabel 8.2 dan Tabel 8.3 bahwa lahan pengembangan

padi sawah mencapai 23.840 ha, sekitar 2.213 ha dari lahan tersebut telah

cukup memenuhi kecukupan pangan 100% penduduk Kaimana sampai

tahun 2032 dan masih terdapat lahan seluas 21.627 ha (asumsi tingkat

pertumbuhan penduduk 6,39% dan lahan sawah hanya digunakan 1/3

untuk memenuhi kebutuhan beras penduduk Kaimana, sedangkan 2/3

kebutuhan beras dipenuhi dari padi gogo) digunakan sebagai lahan

cadangan.

Lahan pengembangan padi gogo mencapai 25.072 ha, dari lahan

tersebut untuk dapat memenuhi kecukupan pangan 100% penduduk

Kaimana sampai tahun 2032 adalah 18.433 ha, sisanya 6.639 ha dapat

digunakan sebagai lahan cadangan.

Untuk ubi jalar, sampai dengan tahun 2032 lahan yang dibutuhkan

untuk memenuhi kecukupan pangan 100% penduduk Kaimana adalah

1.411 ha, sisanya sekitar 35.308 ha dapat digunakan untuk diversifikasi

produk (produk turunan) untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi

rakyat. Untuk talas lahan yang diperlukan sekitar 166 ha dan ubi kayu

sekitar 4.730 ha. Sisanya masing-masing 7.377 ha dan 69.527 ha dapat

digunakan untuk diversifikasi produk dalam rangka mempercepat

pertumbuhan ekonomi rakyat. Tabel 8.4 menyajikan luas lahan pertanian

tanaman pangan, kebutuhan lahan tahun 2012, 2017, 2022, 2027 dan

2032 untuk mencapai tingkat kecukupan pangan 100% di Kabupaten

Kaimana.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 136

Tabel 8.4. Kebutuhan lahan tahun 2012, 2017, 2022, 2027 dan 2032

untuk mencapai tingkat kecukupan pangan 100%, lahan potensial, dan cadangan lahan komoditas pangan lokal.

Kebutuhan Lahan Pada Tahun Luas Lahan

2012 2017 2022 2027 2032 Pengem-

bangan Cadangan* Komoditas

(Ha)

Padi sawah - - 1.191 1.623 2.213 23.840 21.627

Padi gogo 4.443 6.056 3.573 4.870 6.639 25.072 18.433

Sagu 57 77 106 144 196 19.628 19.432

Ubi jalar 409 557 759 1.035 1.411 36.719 35.308

Talas 48 66 89 122 166 7.543 7.377

Ubi kayu 1.370 1.868 2.546 3.470 4.730 74.257 69.527

T o t a l 6.327 8.624 8.264 11.120 14.956 187.059 171.704

Sumber: Hasil analisis

*: Lahan dapat sebagai cadangan pangan atau diversifikasi produk (produk turunan)

untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi rakyat.

Luasnya lahan cadangan dibandingkan dengan lahan yang

dibutuhkan seperti yang disajikan pada Tabel 8.4 menunjukkan bahwa

lahan pengembangan pertanian di Kabupaten Kaimana sangat besar,

sehingga diperlukan strategi dalam pemanfaatan untuk pengembangan

komoditas unggulan dalam upaya mendorong ketahanan dan diversifikasi

pangan lokal yang pada akhir dapat meningkatkan perekonomian

masyarakat Kaimana.

Strategi Pengembangan Pangan Lokal

Upaya pemantapan ketahanan pangan, sesuai dengan Undang

Undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan, bertujuan untuk mewujudkan

ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga dalam jumlah, mutu dan

gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata, serta terjangkau oleh setiap

individu. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan yang berbasis pada

keragaman sumberdaya pangan, kelembagaan pangan dan budaya lokal,

pemerintah telah menetapkan program ketahanan pangan yang tertuang

dalam PROPENAS. Sesuai dengan program tersebut upaya pemantapan

ketahanan pangan difokuskan pada:

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 137

� Pengembangan ketahanan (aksesibilitas, kecukupan jumlah, dan

keamanan) pangan rumah tangga,

� Peningkatan pengembangan komoditas non beras,

� Peningkatan kemampuan masyarakat menghasilkan pangan sendiri,

terutama untuk lokasi yang terisolasi,

� Peningkatan daya beli rumah tangga atas pangan,

� Peningkatan upaya kecukupan pangan menjadi kecukupan gizi

Usaha pemantapan ketahanan pangan lokal selama ini terkendala

oleh beberapa hal, antara lain: 1) Peningkatan jumlah penduduk sehingga

meningkatkan permintaan akan pangan, 2) Kebijakan pengembangan

pangan yang selama ini terfokus pada beras yang menyebabkan

kurangnya perhatian pemerintah terhadap pangan sumber karbohidrat

lokal 3) Terisolasinya wilayah, dan 4) Masih lemahnya kapasitas

kelembagaan pendukung dan kapasitas sumberdaya manusia lokal.

Namun besarnya potensi sumberdaya lahan, keanekaragaman

sumber pangan spesifik lokasi, tersedianya kekayaan dan keragaman

sumber pangan nabati dan hewani sebagai komponen kemantapan

ketahanan pangan, otonomi daerah yang memberikan kewenangan penuh

pada pemerintah daerah untuk mengelola kebutuhan pangan masyarakat

merupakan peluang untuk pengembangan sumberdaya dan diversifikasi

pangan lokal.

Pengembangan komoditas pertanian tanaman pangan lokal dalam

rangka percepatan ketahanan pangan di Kabupaten Kaimana dalam

jangka panjang (25 tahun, 2008-2032) diprioritaskan pada lahan-lahan

potensial yang terdapat di sekitar perkampungan yang mencapai luas

51.021 ha atau 2,46% dari luas kabupaten. Pengembangan dilakukan

secara bertahap yang terbagi menjadi lima tahap, yaitu tahap I (2008-

2012), tahap II (2012-2017), tahap III (2017-2022), tahap IV (2022-

2027) dan tahap V (2027-2032). Matriks strategi pengembangan tanaman

pangan untuk percepatan ketahanan pangan dan diversifikasi pangan lokal

di Kabupaten Kaimana di sajikan pada Tabel 8.5, dan uraian masing-

masing tahap sebagai berikut.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 138

Tabel 8.5. Strategi pengembangan tanaman pangan untuk percepatan

ketahanan pangan dan diversifikasi pangan lokal di Kabupaten Kaimana.

Aspek Tahap I

2008-2012

Tahap II 2017-2022

Tahap III 2017-2022

Tahap IV 2022-2027

Tahap V 2027-2032

Tujuan 5. Ketahanan pangan

6. Diversifikasi produk sagu untuk untuk peningkatan ekonomi rakyat

7. Ketahanan pangan dan

8. Diversifikasi produk untuk peningkatan ekonomi rakyat

Potensi pasar

Rumah tangga

petani, pasar lokal /dalam kabupaten

Rumah tangga petani, pasar lokal/dalam kabupaten dan antar kabupaten

Komoditas Sagu, ubi jalar, padi gogo, ubi kayu dan talas

Padi sawah, sagu, ubi jalar, padi gogo, ubi kayu dan talas

Strategi 4. Intensifikasi dan optimalisasi lahan pertanian

5. Ekstensifikasi lahan pertanian tanaman pangan lahan kering

6. Peningkatan SDM untuk mengembangkan potensi TK lokal

� Pelatihan (training)

� Membangun proyek-proyek percontohan (demplot)

� Pengembangan pasca panen dan pengolahan hasil (sagu)

7. Pembentukan dan penguatan kelembagaan yang mendukung ketahanan

� Pengembangan lembaga penyuluhan

� Pembentukan kelompok-kelompok tani

5. Perbaikan dan pengadaan infrastruktur (pasar dan jalan)

1. Intensifikasi dan optimalisasi lahan pertanian

2. Ekstensifikasi lahan pertanian tanaman pangan lahan kering dan pencetakan lahan sawah

3. Peningkatan SDM untuk mengembangkan potensi TK lokal

� Pelatihan

� Membangun proyek-proyek percontohan

� Pengembangan pasca panen dan pengolahan hasil (sagu)

4. Pembentukan dan penguatan kelembagaan yang mendukung ketahanan

� Pengembangan lembaga penyuluhan

� Pembentukan kelompok-kelompok tani

5. Perbaikan dan pengadaan infrastruktur (bendungan, jaringan irigasi, pasar dan jalan)

Pelaku Petani, Kepala suku, Pemda, Dinas Pertanian Litbangtan, LSM

Target luas

pembukaan lahan

Lahan kering = 6.270 Ha

Lahan basah = 0

Lahan kering = 10.306 Ha

Lahan basah = 0

Lahan kering = 10.306 Ha

Lahan basah = 500

Lahan kering = 10.306 Ha

Lahan basah

= 1.514

Lahan kering = 10.306 Ha

Lahan basah = 1.514 ha

1) Tahap I (2008-2012)

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan pertanian tanaman

pangan lokal pada tahap ini adalah: 1) Ketahanan pangan yaitu terpenuhi

kecukupan kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Kaimana dan 2)

Diversifikasi produk pangan lokal terutama sagu yang saat ini produksinya

telah melebihi kebutuhan penduduk. Orientasi pasar pada tahap ini adalah

rumah tangga petani dan pasar lokal/dalam kabupaten. Untuk mencapai

tujuan tersebut, strategi yang dilakukan antara lain adalah:

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 139

� Intensifikasi dan optimalisasi lahan pertanian yang sudah ada

� Ekstensifikasi lahan pertanian khususnya untuk komoditas padi

gogo, ubi jalar, talas dan ubi kayu

� Peningkatan sumber daya manusia (SDM) untuk mengembangkan

potensi tenaga kerja lokal

� Pembentukan dan penguatan kelembagaan yang mendukung

ketahanan pangan

� Perbaikan dan pengadaan infrastruktur

Intensifikasi dan Optimalisasi Lahan Pertanian

Dalam rangka intensifikasi dan optimalisasi lahan pertanian yang

sudah ada, hal pertama yang perlu dilakukan adalah secara bertahap

merubah sistem pertanian tebas bakar yang ada sekarang menjadi

pertanian menetap. Dan program intensifikasi dan optimalisasi dapat

berjalan apabila didukung oleh SDM yang memadai, untuk itu perlu

peningkatan mutu SDM, selain pengembangan kelembagaan, perbaikan

dan pengadaan infrastruktur serta dukungan teknologi.

Ekstensifikasi Lahan Pertanian

Lahan yang dibutuhkan agar terpenuhi kecukupan pangan penduduk

Kaimana pada tahun 2012 mencapai luas 6.327 ha, terdiri dari 4.443 ha

untuk padi gogo, 57 ha untuk sagu, 409 ha untuk ubi jalar, 48 ha untuk

talas dan 1.370 ha untuk ubi kayu.

Pembukaan lahan pertanian (ekstensifikasi) ditujukan untuk

pengembangan komoditas padi gogo, ubi jalar, talas dan ubi kayu, sedang

untuk sagu tidak perlu dilakukan perluasan area karena luas tanam sagu

yang ada saat ini sudah cukup memenuhi kecukupan pangan 100%

penduduk Kaimana dan bahkan berlebih. Pada tahap ini belum dilakukan

pembukaan lahan sawah karena belum ada kesiapan dari penduduk

Kaimana untuk menerapkan teknologi budidaya padi sawah.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 140

Peningkatan sumberdaya manusia (SDM)

Peningkatan keterampilan petani Kaimana dalam teknologi budidaya

dan penanganan pascapanen dapat ditempuh melalui pelatihan,

membangun proyek-proyek percontohan (demplot), secara bertahap

menyesuaikan sistem usahatani tebas bakar menjadi sistem pertanian

menetap. Dalam kegiatan pelatihan ini, tenaga pelatih dapat didatangkan

dari luar.

Agar upaya diversifikasi pangan lokal berhasil mencapai sasaran,

perlu diiringi dengan kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan

pengetahuan sumberdaya manusia (SDM), pemahaman dan kesadaran

konsumsi pangan yang beragam dan bergizi serta pentingnya

pengembangan produk turunan dari suatu komoditas. Pada tahap ini

diperioritaskan untuk pengembangan produk turunan sagu karena

produksi sagu pada saat ini sudah melebihi kebutuhan penduduk Kaimana.

Pembentukan dan pengembangan kelembagaan

Kelembagaan yang penting dibentuk dan dikembangkan adalah

kelompok-kelompok tani, lembaga penyuluhan, lembaga pengadaan

sarana dan prasarana pertanian, dan lembaga kredit mikro. Pembentukan

kelompok tani sebagai upaya mempermudah tranfer ilmu kepada petani

yang dilakukan secara berkelompok. Pembentukan dan pengembangan

kelompok tani dapat dibantu oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)

dengan melakukan berbagai pelatihan-pelatihan.

Untuk pengembangan lembaga penyuluhan, selain diperlukan

pengangkatan PPL yang baru, juga dapat ditempuh melalui pengembangan

penyuluh swakarsa yang berasal dari Kontak Tani dan Petani Maju

setempat. Kegiatan ini perlu ditunjang dengan pelatihan yang intensif dan

terjadwal terhadap penyuluh swakarsa.

Lembaga pengadaan sarana dan prasarana pertanian perlu dibentuk

dan dikembangkan untuk mendukung program intensifikasi pertanian.

Pengembangan lembaga ini dapat dilakukan secara bertahap, khususnya

pada daerah-daerah yang telah dikembangkan pemerintah melalui

program intensifikasi. Apabila kelompok tani setempat telah memiliki

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 141

kemampuan, maka pembentukan kelembagaan ini dapat dilakukan pada

kelompok tani tersebut.

Lembaga kredit mikro sampai saat ini masih ditangani langsung oleh

pemerintah pusat, melalui berbagai program yang dikembangkan oleh

dinas-dinas lingkup pertanian. Dalam jangka panjang dan secara bertahap

tugas lembaga kredit mikro ini perlu dialihkan kepada daerah, dengan

memanfaatkan Bank Pembangunan Daerah (Bank Papua). Dengan

demikian, berbagai program di daerah dapat dilaksanakan tanpa dukungan

yang terlalu besar dari perbankan di tingkat pusat.

Perbaikan dan pengadaan infrastruktur

Infrastruktur yang memegang peranan penting dalam

pengembangan pertanian tanaman pangan diantaranya adalah sarana

perhubungan dan pasar, sehingga perbaikan dan pengadaan sarana

tersebut perlu dilakukan terutama di daerah sentra produksi. Keberadaan

infrastruktur ini sangat penting dalam memasarkan produk pertanian.

2) Tahap II (2012-2017)

Tahap II ini merupakan program lanjutan dari tahap I. Strategi yang

diterapkan sama dengan tahap I, yaitu intensifikasi dan optimalisasi lahan

pertanian yang sudah ada, ekstensifikasi lahan pertanian khususnya untuk

komoditas padi gogo, ubi jalar, talas dan ubi kayu, peningkatan sumber

daya manusia (SDM) untuk mengembangkan potensi tenaga kerja lokal,

pembentukan dan penguatan kelembagaan yang mendukung ketahanan

pangan, dan perbaikan dan pengadaan infrastruktur.

Pada tahap II, ekstensifikasi lahan pertanian dilakukan untuk

perluasan area pertanian tanaman padi gogo, ubi jalar, talas dan ubi kayu

dengan luasan mencapai 10.306 ha. Areal perluasan ini terdiri dari 2.118

ha untuk padi gogo, 2.589 ha untuk ubi jalar, 522 ha untuk talas dan

5.077 ha untuk ubi kayu. Pada tahap ini perlu dilakukan pelatihan

pengembangan produk turunan ubi jalar, talas dan ubi kayu karena

diperkirakan produksi komoditas-komoditas ini telah melebihi kebutuhan

penduduk Kaimana.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 142

Peningkatan SDM tetap dilakukan, demikian juga pembentukan dan

penguatan kelembagaan, perbaikan dan pengadaan infrastruktur. Pada

tahap II mulai disosialisasikan budidaya padi sawah kepada penduduk,

terutama daerah-daerah yang potensial untuk pengembangan padi sawah.

3) Tahap III (2017-2022)

Tahap III merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya (tahap I dan

II). Strategi yang dilakukan pada tahap III adalah intensifikasi dan

optimalisasi lahan pertanian yang sudah ada, ekstensifikasi lahan

pertanian untuk pengembangan komoditas padi sawah, padi gogo, ubi

jalar, talas dan ubi kayu, peningkatan sumber daya manusia untuk

mengembangkan potensi tenaga kerja lokal, pembentukan dan penguatan

kelembagaan yang mendukung ketahanan pangan dan perbaikan dan

pengadaan infrastruktur dan telah dijelaskan pada tahap jangka pendek.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan pertanian tanaman

pangan lokal tahap III sama dengan tahap II adalah: 1) Ketahanan

pangan yaitu terpenuhi kecukupan kebutuhan pangan penduduk

Kabupaten dan Kaimana, dan 2) Diversifikasi produk pangan lokal yaitu

sagu, ubi jalar, talas dan ubi kayu untuk meningkatkan ekonomi rakyat.

Potensi pasar pada tahap pengembangan ini adalah rumah tangga petani

dan pasar lokal/dalam kabupaten dan antar kabupaten.

Pada tahap III, perluasan area pertanian dilakukan untuk tanaman

padi gogo, ubi jalar, talas dan ubi kayu dan mulai dilakukan percetakan

lahan sawah untuk memenuhi kebutuhan beras penduduk Kaimana.

Perluasan area untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering sama

dengan tahap II yaitu 2.118 ha untuk padi gogo, 2.589 ha untuk ubi jalar,

522 ha untuk talas dan 5.077 ha untuk ubi kayu dengan luas total

mencapai 10.306 ha. Pencetakan lahan sawah untuk pengembangan padi

sawah dengan luas mencapai 500 ha. Pencetakan lahan sawah diikuti

dengan pembangunan bendungan dan jaringan irigasi, masyarakat mulai

diperkenalkan teknik budidaya padi sawah melalui pelatih-pelatihan dan

proyek percontohan. Pada tahap III ini, perlu pengembangan produk

turunan sagu, ubi jalar, talas dan ubi kayu pada skala yang lebih besar.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 143

4) Tahap IV (2022-2027)

Pembangunan pertanian jangka panjang (25 tahun) yang dijabarkan

dalam pembangunan jangka pendek (setiap 5 tahun) merupakan rencana

pembangunan yang berkesinambungan, dimana 5 tahun setelahnya

merupakan lanjutan dari program 5 tahun sebelumnya. Demikian juga

dengan program 5 tahun tahap IV, tahap ini merupakan lanjutan dari

tahap 3 tahap 5 tahun sebelumnya.

Strategi yang dilakukan pada tahap IV adalah intensifikasi dan

optimalisasi lahan pertanian yang sudah ada, ekstensifikasi lahan

pertanian untuk pengembangan komoditas padi sawah, padi gogo, ubi

jalar, talas dan ubi kayu, peningkatan sumber daya manusia untuk

mengembangkan potensi tenaga kerja lokal, pembentukan dan penguatan

kelembagaan yang mendukung ketahanan pangan dan perbaikan dan

pengadaan infrastruktur dan telas dijelaskan pada tahap jangka pendek.

Pada tahap IV, perluasan area untuk pengembangan tanaman

pangan lahan kering sama dengan tahap II dan III yaitu 2.118 ha untuk

padi gogo, 2.589 ha untuk ubi jalar, 522 ha untuk talas dan 5.077 ha

untuk ubi kayu dengan luas total mencapai 10.306 ha. Pencetakan lahan

sawah pada tahap ini mencapai luas 1.514 ha. Peningkatan sumberdaya

manusia, pengembangan lembaga pendukung, pembangunan serta

pembangunan jaringan irigasi, dan penyuluhan teknik budidaya padi

sawah melalui pelatih-pelatihan dan proyek percontohan tetap dilakukan.

Pada tahap ini, pengembangan produk turunan sagu, ubi jalar, talas dan

ubi kayu dilakukan dalam skala yang lebih besar.

5) Tahap V (2027-2032)

Pada tahap V diharapkan seluruh lahan potensial yang menjadi

prioritas utama telah dibuka dan diperkirakan proyeksi produksinya

melebihi kecukupan pangan penduduk Kaimana. Kelebihan produksi dalam

jumlah besar ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan produk

turunan dalam skala yang lebih besar (agroindustri) yang dapat

mendorong pembangunan ekonomi rakyat.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 144

8.2.2. Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Kerakyatan

Pengembangan komoditas unggulan perkebunan rakyat bertujuan

mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat. Komoditas unggulan

perkebunan rakyat yang potensial dikembangkan di Kabupaten Kaimana

diantaranya adalah pisang, kakao, pala, kopi robusta, vanili, cengkeh dan

kelapa. Berdasarkan Kaimana Dalam Angka (2006), luas area perkebunan

rakyat adalah 3.483 ha. Dari luasan tersebut sekitar 1.869 ha diusahakan

untuk pala, kemudian diikuti kelapa dengan luas 850 ha, kakao dengan

luas 534 ha, cengkeh seluas 30 ha dan kopi seluas 20 ha.

Hasil analisis, lahan potensial yang diarahkan sebagai kawasan

pengembangan tanaman perkebunan rakyat (TPr) mencapai 147.931 ha

(7,15%) dan sekitar 36.618 ha (1,77%) berada disekitar perkampungan.

Lahan ini merupakan prioritas pertama pengembangan dalam 25 tahun

pertama (2008-2032). Sama halnya dengan percepatan ketahanan

pangan, percepatan pertumbuhan perekonomian rakyat melalui

pengembangan tanaman perkebunan rakyat dilakukan secara bertahap,

yaitu tahap I (2008-2012), tahap II (2012-2017), tahap III (2017-2022),

tahap IV (2022-2027) dan tahap V (2027-2032). Stategi pada masing-

masing tahap pengembangan serta target luas area pengembangan

disajikan pada Tabel 8.6.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 145

Tabel 8.6. Strategi pengembangan komoditas perkebunan rakyat untuk

mendorong perekonomian rakyat di Kabupaten Kaimana

Aspek Tahap I

2008-2012

Tahap III 2017-2022

Tahap III 2017-2022

Tahap IV 2022-2027

Tahap V 2027-2032

Tujuan Mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat

Potensi pasar

Rumah tangga petani, pasar lokal / dalam kabupaten, antar kabupaten dan antar propinsi

Komoditas Pisang, kakao, pala, kopi robusta, vanili, cengkeh dan kelapa

Strategi

1. Peningkatan SDM

untuk mengembangkan potensi TK lokal

� pelatihan

� pengembangan pasca panen dan produk turunan

2. pembentukan dan penguatan kelembagaan pendukung

� pengembangan lembaga penyuluhan

� lembaga keuangan

9. perbaikan dan pengadaan infrastruktur (pasar dan jalan)

1. Intensifikasi dan optimalisasi lahan perkebunan

2. Ekstensifikasi lahan perkebunan rakyat

3. Peningkatan SDM untuk mengembangkan potensi TK lokal

� pelatihan

� pengembangan pasca panen dan produk turunan pembentukan dan penguatan kelembagaan pendukung

� pengembangan lembaga penyuluhan

4. Perbaikan dan pengadaan infrastruktur (pasar dan jalan)

Pelaku Petani, Kepala suku, Pemda, Dinas Pertanian Litbangbun, LSM

Target luas

pembukaan lahan

- 10.959 ha 10.606 ha 10.261 ha 4792 ha

8.2.3. Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pengembangan komoditas unggulan yang mampu mendorong

pertumbuhan perekonomian daerah Kabupaten Kaimana adalah kakao,

kelapa sawit dan kelapa, khususnya bila diusahakan dalam luasan besar

(perkebunan besar) yang hasilnya diekspor keluar daerah. Komoditas

kelapa sawit sangat potensial untuk dikembangkan, mengingat potensi

produksi CPO (crude palm oil) Indonesia dan Malaysia tahun 2007

diperkirakan masing-masing mencapai 17,2 juta ton dan 16,0 juta ton,

atau sekitar 87% dari produksi CPO dunia. Sementara itu, kebutuhan CPO

dunia pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat menjadi 58,0 juta

ton (Hamzirwan, 2007). Sama halnya dengan kelapa sawit, kakao dan

komoditas kelapa yang diolah menjadi kopra juga mempunyai nilai ekspor

tinggi, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 146

Selain nilai ekspor yang tinggi, komoditas tersebut layak

dikembangkan karena potensi sumberdaya lahan Kabupaten Kaimana

yang mendukung pengembangan komoditas tersebut. Hasil analisis

potensi lahan, kawasan perkebunan besar untuk pengembangan

komoditas kelapa sawit, kelapa dan kakao mencapai luas 310.074 ha atau

14,98% dari luas total Kabupaten Kaimana. Dari luas lahan yang potensial

tersebut, 195.441 ha atau 63,03% pontensial untuk kelapa sawit, sekitar

99.110 ha atau 31,96% potensial kelapa dan 15.522 ha atau 5,01%

potensial untuk kakao. Ini menunjukkan bahwa peluang investasi di

bidang perkebunan besar terutama kelapa sawit sangat besar.

Kendala utama pengembangan perkebunan besar adalah masih

terbatasnya infrastruktur yang diperlukan, untuk pemasaran terbatasnya

jumlah dan keterampilan masyarakat (terutama penduduk asli),

rendahnya kepastian hukum berkenaan dengan penguasaan lahan/hak

guna usaha, dan masih tidak sinkronnya peraturan perundang-undangan

berkenaan dengan investasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi

dan Pemerintah Kabupaten, serta adanya perbedaan interpretasi tentang

investasi antara pemerintah daerah dengan investor.

Faktor yang menjadi pendorong investasi adalah semakin

meningkatnya permintaan pasar dan tingginya potensi lahan untuk

pengembangan. Strategi pengembangan komoditas untuk perkebunan

besar di sajikan pada Tabel 8.7. Strategi pengembangan menitikberatkan

kepada pentingnya pembangunan infrastruktur, dilakukannya deregulasi

perangkat hukum yang merupakan disinsentif bagi investor, dilakukannya

peningkatan kapasitas petani melalui magang dan pelatihan dan

peningkatan jumlah petani. Dalam jangka pendek perlu disiapkan data

potensi sumberdaya lahan pada tingkat yang lebih detil (skala 1:25.000

atau lebih besar) sebagai bahan pertimbangan para investor untuk

menanamkan modalnya di Kabupaten Kaimana.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 147

Tabel 8.7. Strategi pengembangan komoditas perkebunan besar untuk

mendorong pertumbuhan perekonomian daerah Kabupaten Kaimana

Jangka waktu Aspek

Jangka Pendek (5 tahun) Jangka Panjang (25 tahun)

Infrastruktur Pembangunan jalan akses ke

lokasi/calon lokasi perkebunan

Pembangunan jalan akses ke

calon lokasi perkebunan

Agroindustri/

pascapanen

Studi kelayakan dan

pengadaan peralatan

pengolahan

Penyesuaian kapasitas pabrik

dengan produksi

SDM Perbandingan penduduk asli

dengan pendatang 70:30,

pembinaan keterampilan

melalui magang dan pelatihan

Perbandingan penduduk asli

dengan pendatang 95:5,

pembinaan keterampilan melalui magang dan pelatihan

Kelembagaan Pengkajian minat

masyarakat, sinkronsasi

perangkat hukum (HGU, retribusi), deregulasi

Law enforcement, perbaikan PERPU/deregulasi

Investasi Promosi kepada swasta,

BUMN, PMA

Promosi BUMD, BUMN, swasta

Pemasaran Perbaikan pelabuhan, gudang

dsb.

Perbaikan pelabuhan, gudang

dsb.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 148

BAB IX

KESIMPULAN DAN SARAN

Kabupaten Kaimana yang terbentuk berdasarkan Undang Undang

No. 26 Tahun 2002 dengan ibukota Kaimana, menempatkan sektor

pertanian sebagai sektor andalan daerah, terlihat dengan besarnya

sumbangan sektor pertanian (58,31%) terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Untuk mendukung pembangunan sektor pertanian

tersebut telah disusun kerangka kerja yang tertuang dalam Masterplan

Pertanian Kabupaten Kaimana. Masterplan Pertanian merupakan suatu

rencana strategis untuk menempatkan pertanian yang tangguh sebagai

core bussiness suatu daerah. Adanya suatu penataan pemanfaatan ruang

pertanian yang terencana dengan baik, lebih terarah dan lebih optimal

menciptakan sistem pertanian yang lebih produktif, aman dan

berkelanjutan.

Hasil penelitian penyusunan Masterplan Pertanian Kabupaten

Kaimana, strategi pelaksanaan pembangunan pertanian yang dibingkai

oleh visi dan misi secara ringkas disarikan dalam kesimpulan, dan saran-

saran perbaikan untuk keberhasilan pelaksanaan Masterplan Pertanian

Kabupaten Kaimana.

9.1. Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat disarikan sebagai kesimpulan dalam

penyusunan Masterplan Pertanian Kabupaten Kaimana adalah:

1. Kabupaten Kaimana mempunyai luas wilayah 2.070.370 ha, sekitar

32,90% dari luas kabupaten, yaitu 681.250 ha potensial untuk

pertanian. Lahan potensial tersebut, dibedakan ke dalam kawasan

budidaya, yaitu: sekitar 43.469 ha untuk budidaya pertanian tanaman

pangan lahan basah (LB), sekitar 139.935 ha untuk budidaya pertanian

tanaman pangan lahan kering (LK), untuk budidaya pertanian tanaman

pangan dan tahunan dengan sistem kebun campuran sekitar 40.019 ha

(Kc), budidaya pertanian tanaman perkebunan rakyat sekitar 111.313

ha (TPr), dan perkebunan besar sekitar 310.074 ha (TPb) dan dan

budidaya perikanan air payau (tambak) sekitar 36.440 ha (Ip).

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 149

2. Komoditas unggulan yang sesuai dikembangkan dan layak secara

ekonomi pada masing-masing kawasan budidaya adalah: komoditas

pangan lahan basah adalah sagu dan padi sawah; komoditas pangan

lahan kering adalah jagung, ubi jalar, padi gogo kacang tanah, ubi

kayu, dan talas dan sayur-sayuran seperti cabe, bayam, terung dan

kacang panjang; komoditas buah-buahan adalah pepaya, rambutan,

jeruk, pisang, dan durian. Komoditas perkebunan rakyat adalah pala,

kopi robusta, vanili, cengkeh dan kelapa, sedang komoditas

perkebunan besar adalah kakao, kelapa sawit dan kelapa.

3. Potensi sumberdaya lahan yang dimiliki merupakan kekuatan utama

pembangunan pertanian di kabupaten ini, namun belum dikelola

bahkan belum dimanfaatkan dengan optimal, sehingga belum

memberikan hasil yang maksimal. Penyebab utama adalah kurangnya

kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, sekaligus merupakan

sumber kelemahan pengembangan pertanian, selain terbatasnya

sarana dan prasarana penunjang.

4. Hasil analisis kependudukan bahwa masyarakat Kabupaten Kaimana

tumbuh sebesar 6,39%/tahun. Implikasinya untuk mengolah lahan

sebesar 32,90% ini dibutuhkan waktu hingga tahun 2065 jika seluruh

(100%) penduduk bekerja pada sektor pertanian. Jika hanya 70% yang

bekerja pada sektor pertanian dan 30% lainnya bekerja pada sektor

non pertanian, maka jumlah penduduk yang diperlukan baru dapat

terpenuhi pada tahun 2070.

5. Tuntutan pembangunan terhadap peningkatan fungsi dan peran serta

Kabupaten Kaimana pada skala nasional maupun regional, terutama

sektor pertanian mengharuskan Kabupaten Kaimana melakukan

percepatan pembangunan dalam sektor tersebut. Pengembangan

komoditas unggulan daerah menjadi peluang besar keberhasilan

pembangunan pertanian, selain kebijakan otonomi daerah yang

memberikan porsi lebih banyak kepada masyarakat dan pemerintah

daerah untuk dapat lebih mengaktualisasikan aspirasi daerah untuk

melaksanakan pembangunan dengan sebaik-baiknya.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 150

6. Dalam pembangunan pertanian telah ditetapkan visi yang dapat

membingkai pelaksanaannya, yaitu: “Menuju Kaimana yang Mandiri

dan Bermartabat melalui Penciptaan Ketahanan Pangan dan Ekonomi

Kerakyatan”. Untuk mewujudkan visi tersebut, telah ditetapkan 3 misi,

yaitu: 1) Percepatan ketahanan pangan dan diversifikasi pangan lokal,

2) Percepatan pertumbuhan ekonomi kerakyatan, 3) Percepatan

pertumbuhan perekonomian daerah. Pelaksanaan ketiga misi tersebut

diatur dalam strategi pembangunan pertanian yang tertuang dalam

program pembangunan pertanian jangka panjang (selama 25 tahun,

2008-2032) yang dilaksanakan secara bertahap 5 tahunan, tahap I

(2008-2012), tahap II (2012-2017), tahap III (2027-2022), tahap IV

(2022-2027) dan tahap V (2027-2032).

7. Pengembangan tanaman pangan lokal dalam rangka percepatan

ketahanan pangan di Kabupaten Kaimana bertujuan: 1) ketahanan

pangan, dan 2) diversifikasi produk untuk peningkatan ekonomi rakyat.

Prioritas pengembangan pertama dalam 25 tahun pertama mencapai

51.021 ha, terdiri dari 47.494 lahan kering dan 3.528 ha lahan basah.

8. Pengembangan komoditas unggulan perkebunan rakyat bertujuan

mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat. Komoditas unggulan

yang potensial dikembangkan adalah pisang, kakao, pala, kopi

robusta, vanili, cengkeh, dan kelapa. Hasil analisis, lahan potensial

yang diarahkan sebagai kawasan pengembangan tanaman perkebunan

rakyat (TPr) mencapai 147.931 ha, sekitar 36.618 ha menjadi prioritas

utama pengembangan 25 tahun pertama.

9. Komoditas unggulan pendorong pertumbuhan perekonomian daerah

adalah kakao, kelapa sawit dan kelapa. Selain nilai ekspor yang tinggi,

potensi sumberdaya lahan Kabupaten Kaimana mendukung

pengembangan komoditas tersebut. Hasil analisis potensi lahan seluas

310.074 ha atau 14,98% sesuai untuk perkebunan besar. Sekitar

195.441 ha atau 63,03% pontensial untuk kelapa sawit, 99.110 ha

atau 31,96% potensial untuk kelapa dan 15.522 ha atau 5,01%

potensial untuk kakao. Ini menunjukkan bahwa peluang investasi di

bidang perkebunan besar terutama kelapa sawit sangat besar.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 151

9.2. Saran-Saran

Beberapa saran-saran perbaikan yang perlu dipertimbangkan oleh

penentu kebijakan di daerah, yaitu:

1. Rendahnya sumberdaya manusia, baik kualitas maupun kuantitas

merupakan penghambat utama pembangunan pertanian Kabupaten

Kaimana. Peningkatan sumberdaya manusia ini, perlu mendapat perhatian

serius dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Hal ini bukan

tidak dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pusat, tetapi porsinya perlu

ditingkatkan. Melalui pelatihan-pelatihan, kunjungan kerja ke daerah yang

cukup berhasil dalam mengembangkan pertanian (study tour) dan

mengoptimalkan fungsi penyuluh pertanian.

2. Tidak saja petani, perbaikan kualitas dan kuantitas aparat penyuluh

juga perlu dilakukan. Aparat penyuluh pertanian perlu ditambah

sehingga satu unit WKPP dapat dilayani oleh seorang penyuluh. Tenaga

penyuluh pertanian lapangan yang diangkat sebaiknya dari masyarakat

lokal setempat, sedangkan penyuluh pertanian spesialis dapat saja

berasal dari daerah lain di luar kabupaten. Untuk menyiapkan tenaga

penyuluh lapangan yang langsung turun ke lapangan membina petani,

diperlukan adanya atau menambah sekolah-sekolah menengah khusus

(SMK) pertanian.

3. Selain rendahnya sumberdaya manusia, terbatasnya infrastruktur wilayah

seperti sarana dan prasarana perhubungan menghambat jangkauan

pelayanan pemerintah merupakan kendala pembangunan pertanian pada

berbagai skala. Untuk itu perhatian pemerintah selanjutnya adalah perbaikan

dan pengadaan sarana dan prasarana. Karena adanya sentra-sentra

komoditas pertanian unggulan yang baru sangat memerlukan

prasarana yang memadai untuk mendukung pengembangan

perekonomian daerah. Selain itu pembenahan prasarana perekonomian

ini sekaligus membuka daerah-daerah terisolir.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 152

4. Selain kedua saran di atas percepatan pembangunan pertanian Kabupaten

Kaimana terkendala oleh status hak ulayat dan adat terhadap lahan.

Pemerintah dan investor perlu mendiskusikan masalah ini dengan

pemangku adat untuk membicarakan jalan keluar yang terbaik

terhadap pengalihan hak pengusahaan lahan untuk keperluan investasi

karena ketidakjelasan pengalihan hak atas lahan akan menghambat

masuknya investasi bukan hanya dalam bidang pertanian tetapi juga

terhadap sektor lainnya. Untuk itu perlu peraturan daerah (Perda) yang

mengatur hak penguasaan lahan yang disepakati oleh semua pihak

tetapi tetap sejalan dengan peraturan perundangan yang terkait pada

tingkat nasional.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 153

DAFTAR PUSTAKA

Bakosurtanal, 1986. Peta Land System skala 1:250.000 Lembar Obome

(2912), S. Omba (3011), Kaimana (3012), Windesi (3013), Waaghete

(3111) dan Nabire (3112). Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan

Nasional.

Bakosurtanal, 2004. Peta Rupa Bumi skala 1:250.000 lembar Kambala

(2912), S. Omba (3011), Kaimana (3012), Windesi (3013), Waaghete

(3111) dan Nabire (3112). Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan

Nasional.

Buol, S.W., F.D. Hole and R.J. Mc Craken, 1980. Soil Genesis and

Classification. The Iowa State University Press.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kaimana, 2006.

Kabupaten Kaimana Dalam Angka. Pemerintah Daerah Kabupaten

Kaimana.

Biro Pusat Statistik, 2004. Kabupaten Kaimana Dalam Angka. Kerja sama

antara Biro Pusat Statistik dengan Pemerintah Daerah Kabupaten

Kaimana.

Djaenudin, D., Basuni, S. Hardjowigeno, H. Subagjo, Versi 4. Balai

Penelitian Tanah Bogor.

FAO, 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Bull. No. 32. FAO.

Rome.

Pengkajian Teknologi Pertanian Irian Jaya Barat, 2006. Analisis Potensi

Sumberdaya Lahan untuk Perencanaan Fisik Pembangunan Wilayah

Kabupaten Kaimana.

Marsoedi, Ds., Widagdo, J. Dai, N. Suharta, Darul SWP, S. Hardjowigeno,

J. M. Sukardi, Ismangun, Marsudi Ds, N. Suharta, L. Hakim, Widagdo,

J. Dai, V. Suwandi, S. Bachri, E. R. Jordens, 1994. Kesesuaian Lahan

untuk Tanaman Pertanian dan Tanaman Kehutan. Laporan Teknis No.

7, Bersi 1.0. Centre for Soil and Agroclimate Research, Bogor.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 154

Djaenudin, D., Marwan H., H. Subagjo, A. Mulyani dan N. Suharta, 2003.

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Hof dan E.R.

Jordens, 1997. Pedoman klasifikasi landform. LT 5 Versi 3.0. LREP II,

CSAR, Bogor.

NASA, 2004. Shuttle Radar Topography Mission Project. NASA.

Oldeman, L. R., Irsal L., and Muladi, 1980. Agroclimatic Map of Maluku and

Irian Jaya. Centre Research Institute for Agriculture. Bogor.

Indonesia.

Pemerintahan Kabupaten Kaimana, 2006. Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kaimana Tahun 2005-2010.

Kaimana.

Puslitbang Geologi, 1990. Peta Geologi skala 1:250.000 Lembar Pulau

Karas/Pulau Adi, Kaimana, Steenkool, Waaghete, Omba dan

Enarotali. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Puslittan, 1983. Klasifikasi Tanah Nasional. Proyek Penelitian Pertanian

Menunjang Transmigrasi (P3MT). Pusat Penelitian Tanah.

Rossiter, D. and van Wambeke, 1997. Automated Land Evaluation System

(ALES). User's manual Version 4.65d. Cornell University, Ithaca, New

York

Schmidt F.H. and J.H.A. Ferguson, 1951. Rainfall Types Based an Wet and

Dry Period Ratios for Indonesia with Western New Guinea, Verh. No.

42. Kementerian Perhubungan, Jawatan Meteorologi dan Geofisik.

Jakarta.

Soil Survey Staff, 2006. Keys to Soil Taxonomy, 10th edition. Natural

Resources Conservation Service. USDA.

Soil Survey Division Staff, 1993. Soil Survey Manual. USDA Handbook No.

18. United States Department of Agriculture, Washington DC.

Soil Survey Laboratory Staff, 1991. Soil Survey Laboratory Methods

Manual. SCS-USDA. October 1991; 611p

Van Zuidam, R., 1986. Air photo-interpretation for terrain analysis and

geomorphologic mapping. Smits Publ. The Hague, The Netherlands.

Laporan Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Kaimana 155

Lampiran 1. Susunan Tim

Masterplan Pertanian untuk Pengembangan Komoditas Unggulan

Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat

Nama lengkap Bidang Keahlian Jabatan dalam tim

Dr. D. Subardja, MSc Pemetaan tanah dan

evaluasi lahan

Ketua Tim

Drs. Yayat Hadian, MM Pemetaan tanah Anggota

Ir. Rudi Eko S., MSc Pemetaan tanah Anggota

Ir. Erna Suryani, MSi Evaluasi lahan Anggota

Ucun Sulastri, SP, MSi Evaluasi lahan Anggota

Drs. Mujiono Pemetaan tanah Anggota

Setiari M., SP. Pemetaan tanah Anggota