Buku Kesehatan Gratis

117
Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 1 KESEHATAN GRATIS Konsep dan Implementasi di Kabupaten Sumbawa Barat Penulis Syahrul Mustofa Dwi Arie Santo Deni Wanputra Design Lay-out Cak-Lan Diterbitkan oleh : LEGITIMID atas dukungan TIFA FOUNDATION

Transcript of Buku Kesehatan Gratis

Page 1: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 1

KESEHATAN GRATIS

Konsep dan Implementasi di Kabupaten

Sumbawa Barat

Penulis Syahrul Mustofa Dwi Arie Santo Deni Wanputra

Design Lay-out Cak-Lan

Diterbitkan oleh :

LEGITIMID atas dukungan TIFA

FOUNDATION

Page 2: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 2

KATA PENGANTAR

Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Sumbawa. Kabupaten Sumbawa Barat atau dikenal dengan KSB, terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat. Pada tahun 2005 untuk pertama kali, dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dan untuk pertama kali pula terpilih pasangan KH.Zulkifli Muhadli, SH.,MM dan Drs.Malarahman sebagai Bupati dan Wakil Bupati periode 2005-2010.

Pada akhir tahun 2005, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih meluncurkan gagasan program kesehatan gratis. Gagasan ini ditanggapi beragam dikalangan masyarakat ada yang pro dan kontra. Sebagian kelompok masyarakat yang kontra terhadap rencana kebijakan tersebut beralasan kemampuan keuangan daerah, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana yang serta terbatas sebagai Kabupaten baru sisisilain kebutuhan serta persoalan dan tantangan yang dihadapi begitu kompleks sehingga sulit bagi daerah untuk dapat menyelenggarakan program kesehatan gratis1. Oleh karena itu mereka bersikap skeptis bahkan sinis menilai rencana kebijakan penyelenggaraan program kesehatan gratis—dipandang sebagai sebuah kebijakan yang dinilai “ambisius”, tidak rasional dan keliru bahkan dinilai hanya sebuah program “pencitraan politik belaka” untuk mendongkrak popularitas politik Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih.

Sebaliknya, bagi sebagian masyarakat lainnya yang pro atas rencana program kesehatan gratis menyambutnya dengan sikap penuh gembira (euphoria) dan penuh optimis. Program kesehatan gratis dinilai sebagai bentuk kebijakan yang dinilai tepat dan perlu untuk memperoleh dukungan dari seluruh lapisan masyarakat karena melalui program tersebut diyakini derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat, termasuk Indeks Pembangunan Manusia yang pada akhirnya dapat meningkatkan pula tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pinggiran yang selama ini mengalami kesulitan dalam mengakses dan meningkatkan derajat kualitas kesehatan yang lebih baik.

Meskipun pada awal rencana program kesehatan gratis banyak menuai kritik bahkan “penolakan” dari sebagian besar anggota DPRD Kabupaten sumbawa Barat, namun Pemerintah Daerah KSB tetap bertekad menetapkan kebijakan program kesehatan gratis sekalipun ketika itu muncul ancaman pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Tekad untuk menetapkan kebijakan penyelenggaraan program kesehatan gratis tidak terlepas dari komitmen atas visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih dalam rangka memenuhi hak asasi manusia, meningkatkan derajat pembangunan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas sebagai wujud nyata dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan penyelenggaraan program kesehatan gratis di Kabupaten Sumbawa Barat ditetapkan melalui Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan/Pengobatan Gratis di Puskesmas dan Jaringannya Yang Dijamin Oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat. Pada awalnya, pemerintah daerah telah mengajukan ke DPRD

1 Kabupaten Sumbawa Barat terbentuk pada tahun 2003 berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Page 3: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 3

dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah, namun Rancangan Peraturan Daerah tersebut mendapat penolakan dari DPRD. Akhirnya, Pemerintah Daerah KSB menempuh dalam bentuk Peraturan Bupati.

Pemerintah Daerah menyadari bahwa dari aspek hierarki peraturan perundang-undangan, kedudukan Peraturan Bupati relative lebih rendah dan lemah dibandingkan dengan Peraturan Daerah. Disamping itu, dari aspek substansi Pemerintah Daerah KSB juga menyadari bahwa substansi Peraturan Bupati yang ada saat ini memiliki banyak kelemahan karena disusun dalam situasi politik yang tidak kondusif. Oleh karena dalam bentuk Peraturan Bupati, maka jaminan keberlangsungan program kesehatan gratis pun terancam akan berakhir seiring dengan akan berakhirnya masa jabatan Bupati dan Wakil Bupati pada periode masa jabatan kedua yang akan berakhir pada tahun 2015. Padahal, disisilain program kesehatan gratis saat ini telah memperoleh dukungan luas dari masyarakat dan masyarakat telah merasakan dampak dan manfaat langsung atas program tersebut karena melalui program kesehatan gratis tingkat derajat kesehatan masyarakat mulai meningkat.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika masyarakat yang sebelumnya kontra terhadap kebijakan kesehatan gratis kini menginginkan program kesehatan gratis untuk tetap dipertahankan dan dilanjutkan dimasa yang akan datang. Harapan tersebut dibarengi pula dengan harapan adanya perbaikan atas pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis yang lebih berkualitas.

Dalam rangka merespon kebutuhan dan tuntutan masyarakat, Lembaga Penelitian dan Advokasi Masyarakat Desa (LEGITIMID) atas dukungan TIFA Foundation berinisiatif untuk mendorong adanya perubahan kebijakan (scalling-up) program penyelenggaraan kesehatan gratis di Kabupaten Sumbawa Barat yang bermutu/berkualitas serta berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk mendorong adanya perbaikan baik dari sisi konsep maupun implementasi atas kebijakan program kesehatan gratis yang berlangsung di KSB. Upaya perbaikan konsep dan implementasi program kesehatan gratis tersebut dilakukan dengan cara membangun kemitraan strategis dengan para stakeholders strategis terkait bidang kesehatan gratis. Serangkaian kegiatan telah dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya adalah melakukan survey kepuasaan warga atas layanan kesehatan, serial diskusi, seminar, loby-loby dan negoisasi serta kegiatan lainnya.

LEGITIMID atas dukungan TIFA foundation telah berhasil melakukan evaluasi dan mendokumentasikan salah satu hasil dari kegiatan program, yakni berupa naskah akademik dan rancangan peraturan daerah tentang kesehatan gratis yang berkualitas. Pada awalnya, naskah akademik dan rancangan peraturan daerah ini dihajatkan hanya sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dan DPRD untuk merumuskan perubahan kebijakan program kesehatan gratis. Namun, sebagian stakeholders di daerah menilai naskah akademik dan rancangan peraturan daerah yang telah disusun dipandang perlu untuk didokumentasikan dan dipublikasikan secara luas kepada para stakeholders, khususnya didaerah agar masyarakat secara luas dapat memahami program kesehatan gratis di KSB disamping sebagai bahan referensi sekaligus bahan untuk dapat turut berpartisipasi dalam rangka mendorong agenda perubahan kebijakan tentang kesehatan gratis di Kabupaten Sumbawa Barat.

Naskah akademik dan rancangan peraturan daerah yang diterbitkan ini

selain merespons tuntutan diatas, dimaksukan pula sebagai bahan dokumentasi dan sharing pembelajaran bersama atas hasil evaluasi kebijakan program kesehatan gratis yang dilakukan secara partisispatif di Kabupaten Sumbawa Barat. Kedua, untuk mendokumentasikan praktek best practices penyelenggaran program kesehatan gratis yang telah berlangsung di Kabupaten Sumbawa Barat.

Page 4: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 4

Ketiga, sharing informasi dan pembelajaran bersama bagi semua pihak yang berkeinginan untuk melakukan replikasi kebijakan dan advokasi kebijakan program kesehatan gratis di daerah.

Penulis menyadari bahwa buku naskah akademik dan raperda yang dipublikasikan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu masukan, saran atau krtikan bahkan caci-makian sekalipun untuk penyempurnaan buku ini akan kami terima dengan senang hati.

Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada TIFA Foundation yang telah memberikan dukungan untuk penerbitan buku ini, kepada pemerintah daerah KSB yang telah bersedia menjalin kemitraan atas program serta semua pihak yang telah berkonstribusi atas terbitnya buku ini. Besar harapan, semoga buku yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Sumbawa Barat, 2 Januari 2012

Team Penulis

Page 5: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan tujuan tersebut,

Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat telah menargetkan KSB Sehat

20102. Dalam rangka itu, maka pada tahun 2006 pemerintah daerah kabupaten

Sumbawa Barat, telah mengeluarkan dan menetapkan Perbup Nomor 9 Tahun

2008 Tentang Pelayanan Kesehatan dan Pengobatan Gratis di Puskesmas dan

Jaringannya yang dijamin oleh Pemerintah Daerah KSB.

Program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis3 dimaksudkan untuk

meringankan beban/biaya kesehatan masyarakat yang selama ini tinggi,

memperluas akses pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya bagi masyarakat

yang belum memiliki jaminan asuransi kesehatan, sekaligus sebagai upaya nyata

pemerintah daerah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat KSB.

Penerapan kebijakan ini, pada awalnya telah diusulkan oleh Pemerintah Daerah

dalam bentuk Peraturan Daerah, namun DPRD KSB periode 2004-2009,

menolak Rancangan Peraturan Daerah tersebut, sehingga Pemerintah Daerah

KSB kemudian menempuh “jalan pintas” dengan Perbup.

Sejauh ini, pemahaman masyarakat terhadap program pelayanan kesehatan dan

pengobatan gratis masih begitu beragam, keberagaman pemehaman tersebut,

bukan semata-mata karena minimnya sosialiasi secara komperhensif terhadap

Perbup, melainkan pula karena ketidakjelasan materi dalam perbup, serta masih

banyaknya materi yang belum diatur dalam perbup, ditambah dengan minimnya

regulasi teknis yang menerangkan mengenai pelayanan kesehatan dan

pengobatan gratis. Dampak dari lemahnya, materi perbup tersebut, bukan hanya

menimbulkan adanya “kebingungan” dari masyarakat, melainkan pula terhadap

para pelaksana kesehatan di Puskesmas dan jaringannya yang melaksanakan

perbup tersebut, bahkan banyak diantara para petugas kesehatan yang tidak tahu

bagaimana bertindak dihadapan perbup tersebut.

Sejauh ini implementasi pelaksanaan program pelayanan kesehatan telah dapat

berjalan, namun dari sisi dampak pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis

yang dirasakan bermanfaat masih sebatas kalangan masyarakat, khususnya

masyarakat fakir miskin. Rendahnya mutu atau kualitas pelayanan kesehatan

selama ini, telah menjadi sorotan banyak kalangan dan merupakan issue sangat

strategis yang perlu untuk segera direspons oleh pemerintah daerah KSB,

begitupun terkait dengan ketersediaan obat-obatan yang berkualitas, buruknya

pelayanan petugas kesehatan, terbatasanya sarana dan prasarana kesehatan,

2 Visi dan target ini sejalan dengan visi, Indonesia Sehat 2010 yang merupakan kebijakan Pemerintah

Pusat. 3 Program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis di Puskesmas dan jaringannya untuk pertama

kali ditetapkan/diberlakukan di KSB, setelah itu beberapa daerah Kabupaten lainnya di NTB, seperti Dompu pada tahun 2009 menetapkan Perbup tentang Pelayanan dan Pengobatan Gratis, di tingkat Provinsi, Pemprov NTB menerbitkan perbup mengenai bantuan pelayanan kesehatan bagi warga miskin.

Page 6: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 6

ketiadaan standar dalam pelayanan kesehatan hingga persoalan tingginya biaya

sewa ambulance.

Namun demikian, program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis

diharapkan terus dipertahankan dan dilanjutkan di masa mendatang dengan

adanya upaya perbaikan/penyempurnaan, khususnya terkait dengan perbup yang

sudah tidak relevan lagi dengan situasi dan kebutuhan masyarakat. Jaminan atas

pelayanan kesehatan gratis yang bermutu dan berkelanjutan, diharapkan dapat

dibangun oleh pemerintah daerah di masa mendatang. Dalam rangka itulah,

maka perlu disusun naskah akademik raperda kesehatan gratis sebagai usaha

untuk melakukan perbaikan/penyempurnaan (Revisi) perbup tentang pelayanan

kesehatan dan pengobatan gratis di KSB sebagai acuan penyelanggaraan

pelayanan kesehatan secara gratis di masa mendatang.

1.2 Maksud dan Tujuan

Revisi Peraturan Bupati Nomor 9 tahun 2006 dilakukan dengan tujuan untuk

memperbaiki berbagai kelemahan dari Perbup Nomor 9 tahun 2006 terkait

dengan konsep kebijakan pelayanan dan pengobatan gratis di puskesmas dan

jaringannya, ketidakjelasan pengaturan dalam berbagai aspek

penyelenggaraan pelayanan dan pengobatan gratis, mutu atau kualitas

pelayanan kesehatan gratis dan berbagai kelemahan lainnya.

Praktek penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis sejauh ini sesungguhnya

belum sepenuhnya dapat menjamin terwujudnya derajat kesehatan masyarakat

dan mampu mewujudkan visi dan misi pembangunan kesehatan di Kabupaten

Sumbawa Barat. Dalam pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis, misalnya,

ketersediaan dan mutu obat yang berkualitas selama ini masih sangat terbatas,

pengguna layanan kesehatan gratis masih ditemukan penduduk KSB yang

memiliki jaminan asuransi kesehatan, belum adanya kejelasan mengenai standar

pelayanan kesehatan gratis di puskesmas maupun jaringannya, begitupun

pengaturan mengenai prosedur dan mekanisme komplain masyarakat yang

diatur dalam perbup masih sangat kabur, termasuk cakupan pelayanan

kesehatan yang masih beragam, dan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan

gratis ditemukan pula kecendrungan meningkatnya praktek rujukan, tingginya

angka rujukan pasien ini dikarenakan bukan sekedar ketidakmampuan

puskesmas dalam memberikan pelayanan, namun ditemukan pula karena motif

untuk memperoleh hasil pendapat yang “lebih” dari biaya klaim rujukan,

disamping rendahnya kualitas petugas pelayan kesehatan, rendahnya motivasi

kerja petugas pelayanan kesehatan, dan berbagai permasalahan lainnya, berbagai

persoalan tersebut masih seringkali menyelimuti perjalanan pelaksanaan

program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis yang berlangsung hingga

saat ini.

Akibat dari berbagai persoalan tersebut, tidaklah mengherankan, jika muncul

berbagai keluhan dan kekecewaan masyarakat terhadap program pelayanan

kesehatan dan pengobatan gratis, bahkan sebagian masyarakat memandang

program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis masih jauh dari tujuan dan

sasarannya. Tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien/keluarganya

akibat banyaknya pasien yang dirujuk ke RSUD Sumbawa maupun RSUD

Mataram, menimbulkan beban biaya kesehatan di RSUD Sumbawa dan atau

RSUD Mataran jauh lebih tinggi, diwali dai pembayaran ambulance, hingga

Page 7: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 7

biaya tambahan akomodasi dan transportasi yang tinggi, karena jarak atau

jangkauan pelayanan kesehatan yang sangat jauh.

Tingginya biaya kesehatan (rujuk) menyebabkan masyarakat miskin, justeru

semakin jauh untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang murah dan

terjangkau. bahkan, sebagian mereka terpaksa harus pasrah dengan keadaan,

tidak mengobati sakit yang diderita, karena ketidakmampuan untuk membiaya

kesehatan (rujuk). Tentu keadan ini menjadi konstradiktif dengan tujuan dari

program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis itu sendiri, yakni

memberikan akses bagi masyarakat miskin, dan jika berbagai kelemahan ini

tidak segera dilakukan perbaikan, maka tentu upaya Pemerintah Daerah

Kabupaten Sumbawa Barat untuk mewujudkan perbaikan kesejahteraan rakyat

KSB melalui peningkatan pelayanan dan derajat kesehatan masyarakat akan

semakin sulit. Bahkan, visi KSB sehat akan semakin menjauh dari kenyataan.

Secara prinsipil sesungguhnya program pelayanan kesehatan dan pengobatan

gratis di Kabupaten Sumbawa Barat, pada awal pelaksanaan program telah

banyak mendapatkan apresiasi yang tinggi dari berbagai kalangan masyarakat,

khususnya adalah masyarakat miskin, karena program ini dirasakan akan

membantu mereka untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Meski, saat ini

program pelayanan kesehatan gratis, dikeluhkan oleh sebagian kalangan,

khususnya masyarakat yang mampu, namun bagi sebagian besar masyarakat

miskin berharap program pelayanan kesehatan gratis dimasa mendatang harus

tetap dipertahankan dan dilanjutkan, harapan ini sesungguhnya sejalan pula

dengan harapan masyarakat lainnya, yang mensyaratkan agar program

pelayanan kesehatan gratis perlu untuk diperbaiki atau disempurnakan, bukan

hanya sekedar akses, melainkan adalah mutu/kualitas pelayanan dan jaminan

keberlanjutan program.

Revisi perbup dibutuhkan untuk memperbaiki berbagai kelemahan dalam

pengaturan sebelumnya, memperjelas konsep mengenai pelayanan dan

pengobatan gratis. Disamping itu, revisi juga harus dilakukan untuk memperjelas

berbagai aspek penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis yang selama ini

belum diatur dengan jelas dalam Perbup Nomor 9 tahun 2006. Misalnya terkait

dengan persyaratan penerima program pelayanan kesehatan gratis, ataupun

mengenai standar pelayanan kesehatan gratis. Tentu saja, Revisi juga dilakukan

untuk menambahkan beberapa pengaturan baru yang selama ini belum

tercakup dalam Perbup, namun diarasakan sangat penting untuk

mempercepat keberhasilan program.

Beberapa pengaturan terkait dengan hubungan antara pemerintah daerah,

khususnya petugas pelayanan kesehatan gratis dengan warganya atau penerima

layanan seperti pengaturan tentang hak-hak warga/pasien untuk menerima

pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis sesuai standar pelayanan minimal

kesehatan, kewajiban daerah untuk menjamin hak-hak penerima program

pelayanan kesehatan gratis, danhak-hak warga menyampaikan keluhan serta

mekanisme penyelesaian sengketa antara warga dan penyelenggara pelayanan

ksehatan gratis ternyata belum diatur secara komprehensig dalam Perbup.

Disamping itu, materi perbup juga masih banyak yang menimbulkan multitafsir

karena ktidakjelasan kalimat dalam perbup tersebut.

Page 8: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 8

Revisi perbup ini juga dimaksudkan untuk menata tata urutan peraturan daerah

yang lebih baik, agar sejalan dengan UU No.10 tahun 2000 tentang pembentukan

peraturan perundangan-undangan, karena program pelayanan kesehatan gratis

bersifat publik dan menagtur masyarakat, maka sudah sepatutnya diatur dalam

Perda, sebagai landasan hukum dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan

gratis, bukan dalam bentuk peraturan bupati.

Disamping itu, perubahan perbup ini juga dimaksudkan untuk mengakomir

dinamkia kebutuhan daerah untuk mendorong inovasi dalam penyelenggaraan

pelayanan kesehatan gratis. Karena kemajuan dalam pelayanan kesehatan gratis,

tidak semata-mata karena ketersediaan anggaran, komitmen politik, melainkan

pula adalah dari sejauhmanakah seluruh stakeholders terkait dalam pelayanan

kesehatan gratis mampu berkreativitas untuk selalu mencari alternatif dalam

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Pemda KSB, sebagai pembuat

kebijakan dan petugas pelayanan kesehatan sesungguhnya untuk dapat

mencapau kemajuan yang diinginkan perlu untuk melakukan terobosan-

terobosan pemikiran untuk meningkatkan kinerjanya melalui peningkatan

kreativitas dan inovasi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Untuk itu diperlukan payung hukum untuk mendorong dan melindungi

pemda KSB yang telah melakukan kegiatan-kegiatan inovatif dalam pelayanan

kesehatan dan pengobatan gratis, tanpa dihantui oleh tuntutan hukum. Jangan

sampai kegiatan yang inovatif yang selama ini telah berjalan, bermuara pada

kriminalisasi. Adanya revisi Perbup ini diharapkan dapat memberi kesempatan

untuk membangun kerangka hukum penyelenggaraan penyalanan kesehatan dan

pengobatan gratis yang menyeluruh, visioner, dan efektif merespon berbagai

masalah yang sekarang dan mungkin terjadi di masa mendatang di dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis di KSB.

1.2. Metodologi

Revisi Perbup ini dirancang sedemikian rupa agar bersifat problem-based,

partisipatif, dan berbasis pada pemikiran yang secara akademik dan politik dapat

diterima. Bersifat problem-based karena inisiatif dan dasar untuk melakukan

revisi adalah masalah yang dihadapi baik oleh pemerintah daerah, para petugas

kesehatan, dan para pemangku kepentingan lainya terkait dengan

penyelenggarakan program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis di

Puskesmas dan jaringannya. Berbagai masalah yang dihadapi oleh penyelenggara

pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis dan pemangku kepentingan setelah

dikaji secara akademik ternyata bersumber dari ketidak-jelasan

pengaturan dari Perbup Nomor 9 Tahun 2006 dan ketidakharmonisan antara

Perbup Nomor 9 Tahun 2006 dengan peraturan perundangan lainnya.

Berbagai masalah yang dihadapi oleh banyak pemangku kepentingan ini menjadi

dasar dan mendorong upaya untuk merevisi perbup Nomor 9 tahun 2006.

Dorongan untuk melakukan revisi juga muncul dari masalah yang dihadapi

dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis yang

mekanisme pengelolaannya belum diatur dalam Perbup Nomor 9 Tahun 2006.

Misalnya, mengenai standar pelayanan kesehatan gratis. Standar Pelayanan

Kesehatan Gratis adalah hal yang sangat strategis dan menjadi isu yang sangat

penting karena terkait secara langsung dengan pelayanan kesehatan yang

diterima oleh masyarakat dan menyangkut pula derajat kesehatan masyarakat.

Page 9: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 9

Untuk itu diperlukan revisi Perbup Nomor 9 Tahun 2006 untuk mengakomodasi

kebutuhan adanya pengaturan yang diperlukan untuk menjawab tantangan yang

sekarang dan dimasa mendatang dihadapi oleh pemerintah daerah KSB.

Dengan demikian, diharapkan Perbup yang dihasilkan nanti benar-benar

mampu menjawab berbagai masalah yang sekarang dihadapi ataupun tantangan

yang mungkin terjadi di masa mendatang dalam penyelenggaraan kesehatan dan

pengobatan gratis di KSB.

Metoda partisipatori digunakan dalam keseluruhan proses revisi Perbup

Nomor 9 tahun 2006. Didalam menentukan agenda revisi, yaitu menentukan hal

apa dari Perbup Nomor 9 tahun 2006 yang perlu direvisi, tim revisi melakukan

serangkaian FGD (focusssed- group discussion) di berbagai tingkat, desa (8

desa), 8 kecamatan dan kabupaten dengan multi-stakeholders, termasuk dengan

penerima layanan kesehatan (pasien). Tim juga melakukan uji publik dengan

berbagai kalangan seperti Akademisi, Pers, Dinas kesehatan, Petugas kesehatan

dan lain-lain. Tim revisi telah memperoleh berbagai masukan dari berbagai

kalangan dan masukan-masukan tersebut sepanjang bermanfaat serta layak

dipertimbangkan telah dipergunakan Tim Revisi untuk menyempurnakan

konsep yang secara terus menerus dibangun dan disempurnakan. Dengan

melibatkan multi-stakeholders di berbagai tingkatan (desa/kelurahan,

kecamatan dan kabupaten) diharapkan agenda revisi dapat mencakup masalah

dan kebutuhan yang dirasakan oleh banyak pihak yang mewakili kepentingan

yang berbeda-beda.

Proses revisi juga dilakukan secara terbuka dan partisipatif dimana tim

revisi yang terdiri dari pakar berbagai bidang keilmuan yang relevan dengan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis bersama-sama dengan tim hukum

dari berbagai komponen mendiskusikan berbagai masalah yang terjadi dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis di KSB dan merumuskan norma

yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam membahas

berbagai isu, perdebatan yang intens dilakukan bukan hanya dengan Tim Pakar,

melainkan pula pihak diluar tim, seperti: pakar dari universitas dan lembaga

lainnya, unsur-unsur dari Dinas dan perwakilan dari berbagai pers, NGO, dan

pemangku kepentingan lainnya. Dengan melibatkan proses yang terbuka

dan partisipatif diharapkan pemikiran yang berkembang dalam revisi

menggambarkan pemikiran yang terkini, relevan, dan efektif untuk menjawab

masalah dan tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan gratis di KSB.

Dengan konsultasi publik yang luas dengan berbagai pihak dan pemangku

kepentingan diharapkan dapat mendorong terjadi perdebatan yang terbuka

tentang berbagai aspek penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis yang selama

ini menjadi perhatian masyarakat luas. Dinas kesehatan akan menjadikan

masukan dan pemikiran yang berkembang dalam konsultasi publik menjadi

informasi dan bahan yang penting untuk menjadikan Peraturan Daerah hasil

revisi benar- benar menjadi milik masyarakat dan semua pemangku kepentingan.

Revisi juga dilakukan dengan mengkombinasikan pendekatan keilmuan dan

politik. Pendekatan keilmuan dilakukan untuk mencari solusi yang tepat

terhadap berbagai masalah yang terjadi dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan gratis di KSB. Dengan melibatkan para pakar dari berbagai

universitas dan lembaga penelitian yang berbeda diharapkan revisi dapat

Page 10: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 10

menghasilkan pengaturan baru yang secara akademik kuat dan secara politik

fisibel. Pengaturan baru tentunya harus memiliki landasan konsepsual yang

kuat didukung oleh hasil riset dan pengalaman yang memadai. Untuk itu

maka para pakar diminta melakukan kajian tentang berbagai isu yang dianggap

penting dan menuliskan hasilnya sehingga dapat menjadi bahan untuk

pembuatan naskah akademik dan masukan yang penting dalam revisi Perbup

Pelayanan Kesehatan Gratis. Namun, pengaturan yang secara akademik sound

harus juga dapat diimplementasikan dengan mudah, sederhana, dan efektif.

Karena itu, pemikiran dari para pakar dan anggota Tim Revisi dikonsultasikan

dengan para pihak yang berkepentingan sehingga pengaturan yang diusulkan

bukan hanya tepat secara konsepsual, tetapi juga secara politik fisibel, dan

akseptabel dimata berbagai pemangku kepentingan.

1.4. Struktur Penulisan

Naskah akademik ini terdiri dari 6 Bab. Bab I menjelaskan tentang pendahuluan

yang mencakup latar belakang, tujuan dari revisi, metodologi, dan struktur

penulisan. Bab II berisi tentang gambaran umum pelaksanaan pelayanan

kesehatan gratis dan landasan untuk melakukan scalling-up perbup menjadi

perda. Bab III menjelaskan inventarisasi peraturan perundang-undangan terkait

dengan pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis, termasuk jaminan sosial

bagi masyarakat miskin. Inventarisasi ini dilakukan untuk melakukan

singkronisasi dan harminsiasi perda yang akan dibentuk dengan peraturan

perundang-undangan lainnya, termasuk memastikan bahwa peraturan daerah

yang akan ditetapkan nantinya tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih

tinnggi dan ketentuan asas-asas lainnya. Bab IV menjelaskan kerangka pemikiran

atau konseptual yang menjelaskan konsep pelayanan kesehatan gratis dan

konstruksi pemikiranya. Adanya konsep yang jelas tentang pelayanan

kesehatan gratis diharapkan dapat membantu para pembentuk Peraturan

daerah dan pemangku kepentingan dalam menentukan arah dari Perbup. Bab V

menjelaskan tentang landasan pembentukan peraturan daerah, secara filosofis,

landasan sosio politik dan lansan yuridis pembentukan perda. Bab VI memuat

materi dari revisi Perbup. Semua masalah strategis yang memerlukan

perubahan pengaturan dalam Perbup dan keterkaitannya dengan peraturan

perundangan lainnya dijelaskan disini. Disamping memuat masalah yang

menuntut perubahan, Bab ini juga mengidentifikasi masalah yang

memerlukan pengaturan baru dalam Perda hasil revisi, seperti ; standar

pelayanan minimal kesehatan, pemberian reward dan beberapa materi lainnya.

Dan diakhir tulisan, dilampirkan rancangan peraturan daerah.

Page 11: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 11

BAB II

GAMBARAN UMUM PELAYANAN KESEHATAN

GRATIS DI SUMBAWA BARAT

Hasil penelitian berikut ini memberikan gambaran mengenai efektivitas dan berbagai

permasalahan yang muncul dalam impelementasi Perbup Nomor 9 Tahun 2006 tentang

pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis di Puskesmas dan Jaringannya yang dijamin

oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat. Fakta ini sekaligus menjadi dasar

pemikiran awal untuk mendorong lahirnya agenda untuk melakukan scalling-up perbup

menjadi Peraturan Daerah, berikut temuan permasalahan dan harapan perubahan yang

diiiginkan di masa mendatang :

2.1. Penduduk KSB yang belum memiliki asuransi kesehatan sebagai

penerima program pelayanan kesehatan gratis.

Persyaratan penerima program layanan kesehatan gratis adalah masyarakat yang

belum memiliki jaminan asuransi kesehatan. Hal ini tercantum dalam

Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2006, Pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa

“sasaran pelayanan kesehatan/pengobatan gratis di Kabupaten Sumbawa

Barat adalah semua penduduk Kabupaten Sumbawa Barat yang belum

memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yakni masyarakat yang

tidak ditanggung oleh PJPK-MM, PT. ASKES, JAMSOSTEK, dan Jaminan

Asuransi lainnya”.

Beranjak dari ketentuan di atas, maka jelas bahwa sasaran penerima layanan

kesehatan gratis yang dijamin oleh pemerintah daerah adalah terbatas untuk

penduduk KSB yang tidak/belum memiliki asuransi kesehatan, oleh karena itu,

maka tanggung jawab pembiayaan kesehatan gratis pun terbatas, yakni ; hanya

untuk penduduk KSB yang belum memiliki asuransi kesehatan..

Agar sasaran penerima program pelayanan kesehatan gratis tersebut menjadi

tepat sasaran, maka, pemerintah daerah, khususnya masing-masing Puskemas

dan jaringannya, haruslah memiliki sistem informasi dan database untuk dapat

memastikan serta menjamin siapa dan berapa jumlah penduduk KSB yang belum

memiliki asuransi kesehatan, maupun yang telah memiliki asuransi kesehatan.

Informasi dan data iniah yang tidak tersedia di pemerintah daerah, khususnya

dinas terkait (Dinas Kesehatan), Puskemas dan jaringannya sehingga para

petugas medis di masing-masing puskesmas dan jaringannya, memberlakukan

pelayanan kesehatan gratis kepada seluruh penduduk KSB, termasuk penduduk

KSB yang telah memiliki asuransi kesehatan.

Beranjak dari permasalahan di atas, maka, kedepan apabila pemerintah daerah

tetap memberlakukan pelayanan kesehatan gratis, hanya untuk penduduk KSB

yang belum memiliki asuransi kesehatan, maka ; pertama, pemerintah daerah

perlu melakukan pendataan penduduk dan membangun sistem informasi tentang

data warga yang belum memiliki asuransi, pemerintah daerah untuk itu dapat

menjalin kerjasama dengan Pemerintahan Desa/Kelurahan setempat melalui

program SIOS (Sistem Infomrasi Orang Susah) dalam PBRT (Pembangunan

Berbasis Rukun Tetangga) Pemerintah Daerah dapat memasukkan atau

mengintegrasikan kegiatan tersebut kedalam PBRT.

Page 12: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 12

Kedua, pemerintah daerah perlu melakukan koordinasi dan kerjasama kepada

perusahaan swasta/negara asuransi atau dinas terkait yang telah menyediakan

jasa asuransi, atau kepada perusahaan-perusahaan yang menjalankan program

Jamsostek. Data dan informasi dari perusahaan tersebut menjadi data dan

informasi yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah, khususnya para

petugas medis di masing-masing puskesmas dan jaringannya untuk melakukan

pengecekan dan validasi data pemegang asuransi yang berkunjung ke masing-

masing puskesmas dan jaringannya.

Ketiga, untuk menghindari terjadinya tumpang tindih, dan memudahkan

pengawasan, puskesmas dan jaringannya yang memberikan program pelayanan

kesehatan gratis mengumumkan secara terbuka, misalnya memasang daftar

nama pemegang asuransi di papan informasi yang ada di masing-masing

puskemas, sehingga publik dapat mengetahui pula, siapa sajakah yang telah

memiliki asuransi.

Keempat, untuk mencegah dan mengurangi terjadinya manipulasi data yang

dikarenakan perilaku “nakal” atau penyalahgunaan kekuasaan para petugas

medis di puskesmas dan jaringannya dan atau instansi terkait lainnya, maka

pemerintah daerah dapat memberilakukan adanya sanksi administratif maupun

sanksi pidana kepada para petugas medis yang tidak menjalankan aturan

tersebut. Disisilain, harus pula dibarengi dengan adanya pemberian reward bagi

mereka yang berperilaku dan berprestasi kerja baik.

Persoalan pendataan dan validasi data, memang tidak semudah yang

dibayangkan, untuk mendukung program ini, maka pemerintah daerah perlu

melibatkan para stakeholders, khususnyaadalah mereka yang ada di

desa/kelurahan, lebih khusus adalah para Ketua RT. Peran pemerintah adalah

pas aspek supervisi, seperti ; menyusun pedoman pelaksanaan dan pedoman

teknis, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap para ketua RT dan para

petugas pendata dan lain sebagainya.

Data-data yang telah terkumpul dari masing-masing desa (RT) wajib diolah oleh

Pemerintah Daerah, instansi terkait, sebagai bahan untuk sistem informasi dan

database penerima layanan kesehatan gratis. Apabila data dan informasi ini

sudah dimiliki dan dikembangkan oleh pemerintah daerah, maka pemerintah

daerah dapat dengan mudah untuk menghitung, misalnya berapa jumlah

penduduk KSB yang belum memiliki asuransi kesehatan, berapa kali rata-rata

mereka ke Puskesmas dan jaringannya, dan pada akhirnya pemerintah daerah

dapat menghitung berapa jumlah pembiayaan ideal untuk pelayanan kesehatan

gratis/orang bagi penduduk KSB yang belum memiliki asuransi.

2.2. Persyaratan untuk menerima pelayanan kesehatan gratis di

Puskesmas dan jaringanyya di KSB dengan bukti KTPG.

Untuk dapat memperoleh pelayanan program kesehatan gratis tersebut, maka

Penduduk KSB yang belum memiliki asuransi kesehatan, diberikan Kartu Tanda

Pengobatan Gratis atau disingkat dengan KTPG. Kartu tersebut diterbitkan oleh

Dinas Kesehatan, dan selama ini baru dua kali diterbitkan, yakni pada tahun

2006-20074. Setelah itu, tidak ada lagi dan setiap orang kemudian dapat

memperoleh pelayanan kesehatan gratis, karena untuk memperoleh pelayanan

4 Dinas kesehatan tidak lagi meneribitkan KTPG setelah terjadi banjir tahun 2007

Page 13: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 13

kesehatan gratis di Puskesmas dan jaringannya hanya dengan bukti KTP KSB,

bahkan di sejumlah Puskesmas dan jaringannya, beberapa petugas medis, tidak

melakukan pendataan dan pengecekan pasien yang berkunjung di puskesmas

dan jaringannya.

Kelemahan dari Perbup Nomor 9 Tahun 2006, terkait dengan persyaratan ini

adalah karena di dalam Perbup tersebut tidak diatur secara jelas dan rinci,

apasajakah syarat-syarat yang harus dipenuhi setiap penduduk KSB yang belum

memiliki asuransi kesehatan untuk dapat memperoleh KTPG. Permasalahan

lainnya adalah mengenai kartu yang dijadikan dasar untuk dapat memberikan

pelayanan kesehatan gratis yang simpang siur, tidak tegas dan inkonsisten. Jika

memang, pemerintah daerah memberlakukan KTPG sebagai basis untuk

memberikan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas dan jaringannya, maka

terhadap penduduk yang tidak memiliki KTPG, seyogyanya tidak diberikan

layanan kesehatan gratis.

Beranjak dari permasalahan di atas, maka ada beberapa materi perbup yang

perlu disempurnakan. Pertama, pemerintah daerah perlu untuk memperjelas

dan merinci, mengenai persyaratan untuk dapat menerima KTPG, karena dalam

Perbup tidak diatur, rujukan untuk dapat diterbitkannya KTPG hanya terbatas

pada lingkup persyaratan Penduduk KSB dan belum memiliki asuransi

kesehatan. Kedua, perlu diatur mengenai jenis dan bentuk KTPG, termasuk

masa berlakunya KTPG. Ketiga, mekanisme pengelolaan KTPG, termasuk

instansi yang memiliki otoritas untuk menerbitkan KTPG. Keempat, untuk

memberikan kepastian terhadap pelayanan kesehatan, maka pemerintah daerah

untuk memastikan dan memutuskan identitas persyaratan manakah yang

digunakan bagi setiap penduduk yang akan menerima pelayanan kesehatan

gratis. Dalam konteks inipula, penting untuk memastikan masa transisi, berapa

lama penggunaan KTP, Sertifikat GSP, dan identitas lainnya dapat digunakan

sepanjang belum diterbitkannya KTPG, termasuk mempertegas, apabila KTPG

telah diterbitkan, maka identitas lainnya untuk dinyatakan tidak berlaku atau

digunakan untuk memperoleh pelayanan kesehatan gratis.

2.3. Peningkatan mutu/kualitas dan keberlanjutan pelayanan kesehatan

gratis.

Secara umum tujuan pelayanan kesehatan/pengobatan gratis adalah untuk

meningkatkan derajat kesehatan perorangan pada seluruh masyarakat

Kabupaten Sumbawa Barat. Sedangkan secara khusus adalah ; pertama,

meningkatkan akses kepada seluruh masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat

untuk pelayanan kesehatan dasar; kedua, meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan dasar; ketiga, mengurangi keterlambatan rujukan dari desa ke

Puskesmas5.

Dalam perbup No.9 Tahun 2006, titik tekan dari tujuan program pelayanan

kesehatan gratis adalah peningkatan akses pelayanan kesehatan dasar serta

mengurangi keterlambatan rujukan dari desa ke Puskesmas. Meskipun

dicantumkan pula mengenai peningkatan mutu pelayanan kesehatan dasar. Akan

tetapi, selama kurun waktu 2006 s.d. 2011, alokasi anggaran kesehatan dalam

APBD masih terbatas pada bagaimana masyarakat dapat memperoleh akses.

5 Pasal 2

Page 14: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 14

Tujuan penyelenggaraan kesehatan gratis jika merujuk pada pencapain akses

semata, maka dapat dikatakan pemerintah daerah berhasil.

Masalah yang berkembang saat ini dan mendatang adalah bagaimana pelayanan

kesehatan gratis, tidak sekedar untuk dapat memenuhi akses pelayanan

kesehatan bagi masyarakat, tetapi bagaimana pemerintah daerah dan instansi

terkait yang memberikan layanan kesehatan gratis dapat menjamin adanya

pelayanan yang bermutu dan berkualitas, serta berkelanjutan. Oleh karena itu,

perlu ada perubahan, yakni; pertama, orientasi tujuan penyelenggaran

pelayananan kesehatan gratis, dari penyediaan akses menuju pada akses yang

bermutu/berkualitas serta berkelanjutan. Kedua, untuk menjamin adanya

keberlanjutan program pelayanan kesehatan gratis, maka dibutuhkan adanya

komitmen politik dari lembaga legislatif dan eksekutif yang dituangkan dalam

peraturan daerah. Saat ini, secara politik dan hukum, keberlanjutan

penyelenggaraan kesehatan gratis, kondisi masih berada dalam “ancaman”

karena dasar penyelenggaraan program yang hanya didasarkan pada peraturan

bupati. Sehingga dikhawatirkan, setelah masa jabatan bupati berakhir, berakhir

pula program pelayanan kesehatan gratis. Hadirnya peraturan daerah tentang

pelayanan kesehatan gratis, selain menyempurnakan berbagai materi yang ada

dalam Perbup No.9 tahun 2006, juga dimaksudkan untuk memperkokoh

landasan pelaksanaan program pelayanan kesehatan gratis di masa mendatang.

Terlepas dari berbagai kelemahan yang ada saat ini, program pelayanan

kesehatan gratis, dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya

masyarakat kurang mampu.

2.4. Lingkup dan jenis pelayanan kesehatan gratis

Lingkup pelayanan kesehatan gratis adalah pelayanan kesehatan dasar yang

berada di Puskesmas, Induk, Puskesmas Pembantu, Polindes, maupun Posyandu.

Pelayanan kesehatan dasar tersebut, meliputi :

a. Pelayanan gawat darurat dan operasi minor, meliputi:

1. Pemeriksaan dan pemeriksaan.

2. Tindakan medis sedang – berat.

3. Tindakan medis ringan.

4. Pelayanan KB operatif.

b. Rawat jalan tingkat Pertama meliputi:

1. Pelayanan pemeriksaan pisik dan konseling oleh dokter dan perawat.

2. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

3. Pelayanan perawatan ibu hamil dan ibu nifas.

4. Pelayanan KB non operatif.

5. Pelayanan pemberi obat.

6. Pelayanan laboratorium sederhana.

7. Pelayana uji kesehatan.

8. Tindakan medis ringan.

9. Pemeriksaan luar dalam rangka visum et reperentum.

10. Pelayanan penunjang medis lainnya. c. Rapat Inap tingkat pertama, meliputi:

1. Pemeriksaan dan pengobatan.

2. Perawatan.

3. Pemberi obat obatan.

4. Pertolongan persalinan dan pasca persalinan.

5. Pertolongan penyakit kandungan dan efek samping keluarga

berencana.

Page 15: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 15

6. Tindakan medis ringan – sedang.

Ruang lingkup pelayanan dasar di Puskesmas terdiri dari:

a. Pelayanan pemeriksaan dan pengobatan dan tindakan medis ringan oleh

paramedik.

b. Konseling kesehatan umum oleh perawat atau bidan.

c. Melaksanakan rujukan.

Permasalah dan keluhan yang dihadapi :

a. Keterbatasan obat-obatan dan rendahnya kualitas obat

Persoalan keterbatasan ketersediaan obat dan mutu obat yang berkualitas

adalah perosalan yang paling banyak disoroti dan dikeluhkan masyarakat,

mutu kualitas obat dinilai masyarakat masih sangat rendah. Sementara

disisi lain, jika, masyarakat ingin mendapatkan obat yang

bermutu/berkualitas, dapat diperoleh dari resep dokter atau apotik yang

ditunjuk dokter, dan untuk mendapatkan obat tersebut, meraka harus

membayar mahal. Oleh karena tidak mampu, terpaksa mereka tetap

bertahan dengan obat generik yang telah disediakan oleh pemerintah daerah

secara gratis, meskipun obat tersebut tidak mujarab, untuk menyebuhkan

penyakit yang dideritanya. Daripada membeli obat yang berkualitas namun

mahal, lebih baik menggunakan obat generik gratis yang diberikan meskipun

tidak memiliki dampak atau pengaruh atas kesembuhan pasien.

Atas dasar itu, maka, dimasa mendatang Pemerintah Daerah perlu untuk

memberikan subsidi untuk penyediaan obat-obatan yang

bermutu/berkalitas, khususnya bagi pasien warga miskin.

b. Pelayanan Gawat Darurat dan Operasi Minor

Pertama; sebagian besar masyarakat menilai unit pelayanan gawat darurat

yang diberikan petugas medis di masing-masing kecamatan masih rendah,

beberapa kasus yang membutuhkan penanganan cepat, seperti korban

kecelakaan lalu lintas lamban untuk direspons. Salah satu penyebabnya

adalah karena terbatasnya jumlah dokter di masing-masing kecamatan, dan

terkadang dokter atau petugas medis di Puskesmas tersebut pada saat

penanganan korban kecelakaan tidak berada di tempat.

Kedua; terbatasnya sarana dan prasarana pendukung, termasuk kendaraan

operasional untuk pasien (ambulance) ditambah dengan kelakuakn sejumlah

“oknum” di puskesmas yang menggunakan kendaraan dinas operasional

ambulance untuk kegiatan lainnya. Ketiga, keterbatasan SDM, di beberapa

Puskesmas, seperti Puskesmas Taliwang sarana dan prasarana, khsusunya

alat-alat kesehatan yang bertekhnologi tinggi yang disediakan Pemda ,

ternyata tidak mampu untuk dioperasionalisasikan secara optimal, sehingga

penanganan pasien tetap melalui rujuk ke RSUD Sumbawa atau RSUD

Mataram dan atau Rumah sakit lainnya.

c. Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap Tingkat Pertama

Permasalahan yang dihadapi atau dikeluhkan masyarakat, khususnya

pasien/keluarga yang mendampingi pasien, adalah menyangkut ketersediaan

petugas media yang sangat terbatas, khususnya adalah dokter yang merawat

pasien, umumnya adalah Dokter umum, dan seringkali mereka tidak berada

ditempat,

Page 16: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 16

Beberapa fakta lapangan ditemukan, antara lain ; pelayanan kesehatan pada

pasien rawat inap umumnya dilakukan oleh perawat, sementara dokter yang

memiliki kompetensi, tidak berada ditempat, karena sejumlah Dokter yang

bertugas di Puskesmas, jua membuka praktek di rumah atau tempat praktek,

sebagian besar praktek tersebut dilakukan pada malam hari, sehingga pasien

yang membutuhkan pertolongan, tidak langsung dapat memperoleh

pelayanan, mereka harus menunggu hingga praktek dokter selesai.

Oleh karena pelayanan kesehatan/pengobatan diberikan oleh Perawat, yang

belum memiliki kompetensi atau kapasitas memadai, maka potensi untuk

terjadinya mal-praktek pun potensial terjadi. Sejumlah kasus, terjadi pasien

meninggal dalam perjalanan menuju RSUD, salah satunya adalah kasus Ibu

melahirkan yang terjadi di Puskesmas Taliwang. Diduga, kasus ini terjadi

karena kesalam perawat dalam melakukan diagnosis penyangkit dan

keterlambatan dalam penanganan pasien. Disamping itu, terkait dengan

pelayanan rawat inap, tantangan yang dihadapi adalah menyangkut

keterbatasan keresediaan ruangan untuk rawat inap pasien yang terjadi

dibeberapa puskesmas.

Beranjak dari permasalahan di atas, maka ada 4 (empat) agenda utama yang

perlu dilakukan perbaikan terkait dengan perbaikan pelayanan kesehatan

bagi pasien rawat inap. Pertama, pemerintah daerah perlu melakukan

menyediaan dan penambahan jumlah dokter, khususnya dokter sepesialis di

masing-masing kecamatan. Kedua, perlu ada upaya peningkatan

kapasitas,khususnya bagi para perawat puskesmas yang menangani pasien

rawat inap. Ketiga, perlu adanya sanksi yang tegas terhadap para dokter

yang membolos atai meninggalkan jadwal waktu pekerjaannya di Puskesmas.

Perlu, dibutuhkan adanya upaya peningkatan sarana dan prasarana,

khususnya adalah ruang wawat inap di masing-masing puskesmas.

d. Pelayanan Rujukan dari Puskesmas ke RSUD mendorong biaya

kesehatan yang tinggi

Rujuk Pasien ke RSUD Sumbawa, RSUD Mataram dan Rumah Sakit lainnya

sebagai “lahan” bisnis. Praktek rujuk merujuk, banyak sekali terjadi dan terus

meningkat, alasan rujuk dari masing-masing puskesmas sangat beragam,

mulai dari persoalan ketersediaan, dokter, peralatan kesehatan, hingga

alasan di puskemas A lebih baik daripada puskemas B.

Jika merujuk pada semangat dan tujuan rujuk, adalah untuk memudahkan

pasien. Pelayanan rujuk, antara lain meliputi; rujuk dari Desa ke Puskesmas,

dan antar Puskesmas dalam wilayah Kabupaten Sumbawa Barat. Sedangkan,

rujuk ke RSUD Sumbawa, seperti; RSUD Mataram atau RSUD Sumbawa,

atau Rumah Sakit lainnya tidak diatur dalam Perbup, dan biasanya

dibebankan atau ditanggung sendiri oleh pasien.

Persoalan sekaligus tantangan sekarang adalah tingginya angkat rujuk ke

RSUD mataram dan Sumbawa, karena daerah KSB belum memiliki RSUD

sendiri. Tingginya jumlah pasie yang dirujuk, telah menimbulkan reaksi dari

masyarakat, biaya tinggi, waktu, jarak tempuh dan sebagainya menjadi

pemicu utamanya. Kondisi ini sangat memberatkan masyarakat, khususnya

mereka yang tidak mampu. Misalnya saja, biaya pengangkutan pasien dari

Puskesmas Induk ke RSUD Sumbawa atau RSUD Mataram, untuk biaya sewa

Page 17: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 17

ambulance, jika dari Puskesmas Sekongkang ke Sumbawa mencapai

Rp.1.000.000,00 s/d Rp.1.500.000,-. Belum lagi biaya di RSUD,

penginapan, dan sebagainya. Sehingga jauh lebih tinggi biaya yang harus

dikeluarkan oleh pasien dan keluarganya.

e. Dukungan untuk pasien yang tidak mampu yang di rujuk ke RSUD

Mataram atau RSUD Sumbawa tidak berjalan optimal

Untuk mengatasi masalah kesulitan biaya kesehatan yang dialami oleh

pasien yang tidak mampu, maka Pemerintah Daerah telah mengambil

kebijaksanaan dengan menyediakan alokasi anggaran khusus atau bantuan

sosial kesehatan bagi warga miskin yang tidak mampu yang dirujuk ke RSUD

Mataram maupun RSUD Sumbawa, namun, sejauh ini langkah tersebut

belum cukup efektif dalam mengatasi masalah yang dihadapi penduduk

miskin KSB.

Beberapa warga (pasien) yang pernah dirujuk ke RSUD Sumbawa, khususnya

pasien warga miskin, ternyata belum mendapat perlakuan pelayanan yang

optimal, terlebih lagi yang berkualitas. Warga miskin yang menggunakan

Jamkesda, akses untuk mendapatkan obat secara gratis, ternyata dibatasi,

hanya memperoleh jenis obat-obatan tertentu saja, disamping itu pelayanan

yang diberikan para medis pun sangat buruk.

Bantuan keluarga miskin, yang dihajatkan untuk membantu para pasien

kurang mampu, ternyata belum mampu dikelola Pemerintah Daerah c.q.

melalui Setda-Kesra KSB, ternyata banyak bantuan sosial tersebut yang tidak

sesuai sasaran. Hal ini dikarenakan kurangnya transparansi dan

akuntabilitas, khususnya mengenai sosialiasi atau informasi bantuan sosial,

kepada para keluarga miskin.

kelemahan : (a) kurangnya ketersediaan informasi/akses informasi warga

miskin, khususnya terkait dengan mekanisme pengajuan dan pencairan dana

bantuan sosial; (b) proses pengajuan dan pencairan bantuan memerlukan

waktu yang relative lama dan prosesnya terkesan masih birokratif. Disisilain,

pada tingkat masyarakat—ada pula masyarakat yang memanfaatkan dana ini

untuk kepentingan lainnya atau melakukan manipulasi data, misalnya, dana

yang seyogya untuk biaya kesehatan tetapi digunakan untuk

keperluan/kebutuhan yang lain.

2.5. Lemahnya Sistem Manajemen Pengelolaan Program Pelayanan

Kesehatan.

Dari aspek perencaan program dan kegiatan pelayanan kesehatan, keterlibatan

stakeholders dalam perencanaan program sangat minim, bahkan Puskesmas dan

jaringannya yang merupakan unsur terdepan dalam pelayanan kesehatan gratis

tidak dilibatkan Dinas Kesehatan dalam penyusunan program/kegiatan dan

anggaran tahunan daerah. Pada aspek Pengendalian dan Pengawasan, program

pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis dilakukan oleh Tim Pengawasan

yang terdiri dari; unsur inspektorat dan dinas yang meliputi Kepala BAPPEDA,

Kepala Dinas Kesehatan, Kepala BPM, Tim di ketuai langsung oleh Sekretaris

Daerah. Tugas utama Tim Pengawasan adalah ; Pertama, menerima laporan

dan menindaklanjuti laporan dari masyarakat. Kedua, melakukan penngawasan

terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan gratis kepada para petugas medis

Puskesmas dan jaringannya.

Page 18: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 18

Tim Pengawasan, ternyata belum dapat berjalan efektif, karena masing-masing

personil maupun dinas/instansi terkait memiliki tupoksi dan beban masing-

masing, keberadaan Tim Pengawasan tidak diketahui masyarakat, termasuk

peran dan tugas Tim tersebut. Sementara disisilain, Tim Pengawasan bersifat

pasif, hanya menunggu laporan keluhan dari Petugas Puskesmas. Meskipun,

dalam rangka pengawasan tersebut, para petugas telah diwajibkan untuk

membuat laporan dan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan

pelayanan kesehatan gratis, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)

bulan, laporan dan evaluasi tersebut meliputi; (a) Laporan pelaksanaan. (b)

Laporan pengawasan, dan (c) Laporan pengaduan. Namun kegiatan tersebut

memiliki banyak kelemahan seperti dalam evaluasi, proses evaluasi pelayanan

kesehatan/pengobatan gratis tidak melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga

pemerintah daerah kurang memperoleh feedback langsung dari pengguna

layanan kesehatan masyarakat. Padahal, masukan, saran maupun ktitik dari

pengguna layanan kepada pemda sangat diperlukan untuk mengetahui dan

memastikan permasalahan yang berkembang dilapangan sekaligus bahan untuk

melakukan perbaikan kebijakan dimasa mendatang.

Begitupun dengan pelaporan pelaksanaan pelayanan kesehatan gratis, selama ini

tidak pernah dipublikasikan secara kepada publik. Laporan program dibuat oleh

masing-masing Puskesmas dan jaringannya dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan

setiap bulan sebagai bahan evaluasi, laporan tersebut, meliputi antara lain;

laporan jumlah dan jenis pelayanan kesehatan, jenis penyakit, Laporan tentang

Kesehatan Ibu dan Anak, Laporan pemakaian obat, laporan jumlah rujukan dan

kebutuhan peralatan kesehatan.

Publikasi laporan kesehatan penting bagi masyarakat, misalnya terkait dengan

laporan mengenai jumlah dan jenis penyakit, jika dapat diketahui oleh

masyarakat, dapat memahami ancaman penyakit yang berada dilingkungganya,

diharapkan kemudian masyarakat dapat tergugah dan berpartisipasi untuk

melakukan pencegahan dan pengobatan penyakit tersebut.

2.6. Sistem Manajemen Informasi Kesehatan Daerah belum berjalan

optimal.

Sistem Informasi Kesehatan Daerah bertujuan untuk meningkatkan akses

informasi dan peningkatan pelayanan kesehatan, khususnya terkait ketersediaan

database penerima layanan kesehatan gratis, melalui sistem informasi

diharapkan Puskemas dan jaringannya dapat mempercepat pelayanan,

memperbaiki validitas peserta layanan kesehatan dan sebagainya.

Namun, sistem informasi manajemen kesehatan daerah disingkat SIM belum

dapat berjalan optimal, beberapa kendala yang dihadapi ; tidak tersedianya

sarana dan prasarana pendukung, seperti ; hardware perangkat computer, SDM

pengelola, dan sebagian besar Puskesmas dan jaringannya belum memiliki

jaringan koneksi yang dapat menghubungan pelayanan antar Puskesmas dan

jaringannya (networking internet). SIM baru dapat dilaksanakan di di

Puskesmas Taliwang, sedangkan 7 Puskesmas lainnya masih mengunakan sistem

manual.

2.7. Mekanisme komplain pelayanan kesehatan gratis dan

penyelesaiannya.

Page 19: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 19

Dari sisi semangat dalam Perbup Nomor 9 tahun 2006 telah mengatur

mekanisme pengaduan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gratis. Tujuan

diaturnya mekanisme ini adalah sebagai umpan balik (feedback) bagi semua

pihak yang terkait dalam upaya mensukseskan kegiatan Pelayanan

Kesehatan/Pengobatan Gratis, sehingga pelaksanaan kegiatan ini dapat

mencapai tujuan dan memberikan manfaat sebaik-baiknya. Namun,

pengaturannya belum dijabarkan secara terperinci, dintaranya misalnya ; materi

pengaduan, lembaga yang menangani pengaduan, dan sebagainya.Meskipun,

dalam Perbup mengharuskan setiap pengaduan masyarakat harus memperoleh

penanganan dan penyelesaian secara memadai dan dalam waktu yang secepatnya

diselesaikan, namun, dalam impelementasinya penanganan pengaduan berlarut-

larut, dan tidak adan batas waktu penyelesainnya .

Dalam rangka menerima dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat, sesuai

pasal Perbup No.9 Tahun 2006, dibentuk Unit/Forum penyelesaian pengaduan,

keberadaanya mulai dari Tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten dengan tugas

sebagai berikut;

a. Mengumpulkan, menerima dan mencatat pengaduan;

b. Mempublikasikan alamat penyampaian pengaduan, atau cara-cara

penyampaian pengaduan;

c. Pengumpulan dilakukan secara pasif maupun proaktif;

d. Pengaduan dicatat secara tertib, mencakup seluruh informasi; dan

e. Menyelesaikan pengaduan.

Sedangkan Mekanisme penyelesaian pengaduan sebagaimana dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

a. Penyelesaian dilakukan sesegera mungkin, sejak diketahui terjadinya keluhan;

b. Pengaduan diselesaikan atau ditangani terlebih dahulu oleh unit/Forum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang terdekat dengan sumber

pengaduan;

c. Jika ditemui kesulitan menangani dan menyelesaikan pengaduan pada tingkat terdekat, masalah yang dikeluhkan dapat dirujuk ke tingkat yang

lebih tinggi;

d. Pengaduan akan disampaikan kepada pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat melalui Sekretariat Tim Program Pengobatan Gratis.

Forum di atas sifatnya ad-hoc, sejak diberlakukannya Perbup ternyata forum

ini belum terbentuk, dan tidak ada tidak ada petunjuk pelaksana maupun

pentunjuk teknis sebagai pedoman untuk menyelesaikan pengaduan, rencana

kerja dan sebagainya.

Beranjak dari permasalahan di atas, maka kedepan perlu ada penyempurnaan

peraturan terkait dengan forum/unit penyelesaian pengaduan masyarakat,

antara lain adalah meliputi ; (1) pengaturan kelembagaan dan tata kerja forum.

(2) penetapan keanggotaan anggota forum. (3). Penyusunan standar

operasional prosedur penanganan pengaduan masyarakat. (4). Tatacara

pengaduan masyarakat dan lainnya. Keberadaan forum ini harus

dipublikasikan secara luas kepada masyarakat agar masyarakat dapat

mengentahuinya. Pemerintah daerah berkewajiban untuk melakukan supervisi

kepada forum, termasuk menyediakan anggaran khusus untuk penanganan

pengaduan masyarakat.

Page 20: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 20

2.8. Tingkat Kepuasaan/Indeks Kepuasaan Masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan gratis

Dari hasil penelitian terakhir, LEGITIMID tahun 2011, tentang Indeks

Kepuasaan Masyarakat (IKM) terhadap pelayanan kesehatan gratis yang

dilakukan pada 8 Puskemas Kecamatan di Sumbawa Barat6, ditemukan hasil

sebagai berikut :

a. Prosedur Pelayanan.

Nilai rata rata dari unsur Prosedur layanan adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat: 2,92 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,92 ( Mutu Pelayanan C )

artinya secara umum responden menyatakan bahwa prosedur pelayanan

pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Barat pada ketiga unit layanan ialah

Prosedurnya mudah (jawaban C).

b. Persyaratan Pelayanan

Nilai rata rata dari unsur persyaratan pelayanan adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat: 2,82 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 3,00 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,94. ( Mutu Pelayanan C )

Jadi Nilai yang diberikan oleh responden pada ketiga unit layanan adalah

Secara umum responden menilai bahwa terdapat kesesuaian antara

persyaratan pelayanan yang ditetapkan puskesmas di Kabupaten Sumbawa

Barat terhadap masing-masing jenis pelayanan dengan persyaratan yang

harus di berikan oleh para pasien kepada petugas layanan.

c. Kejelasan Petugas Pelayanan

Nilai rata-rata dari unsur kejelasan petugas layanan adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat: 2,8 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,93.( Mutu Pelayanan C )

Para responden secara umum menyatakan bahwa mereka dapat secara jelas

dalam mengetahui identitas para karyawan pada Puskesmas di kabupaten

Sumbawa Barat, baik nama maupun jabatan mereka sebagai dokter, bidan,

perawat ataupun yang lainnya (Jawaban C). .

d. Kedisiplinan Petugas Pelayanan

Berkaitan dengan kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan yaitu

kedisplinan petugas layanan, nilainya adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,93( Mutu Pelayanan C )

Berdasarkan nilai IKM diatas, dapat kita lihat pada tiga unit layanan terkait

penilaian yang berkaitan dengan konsistensi waktu kerja apakah sesuai

ketentuan yang berlaku yang menjadi point dalam melihat kedisiplinan

petugas pelayanan, para responden memberikan nilai rata rata menyatakan

6 jumlah responden keseluruhan penelitian sebanyak 390 responden, 130 orang

responden untuk unit layanan rawat jalan, 130 responden untuk unit layanan gawat darurat dan 130 responden untuk unit layanan rawat inap, dengan komposisi responden 200 orang perempuan dan 190 laki-laki. Penentuan jumlah sampel dan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat mengacu pada KEPMENPAN NO: KEP/25/2/M.PAN/2004. Komponen pembiayaan/biaya tidak dimasukkan dalam survey ini karena pelayanan kesehatan tidak dipungut biaya (gratis). Pada athun 2010, LEGITIMI telah melakukan IKM dan hasil IKM tahun 2011, tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan hasil sebelumnya.

Page 21: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 21

bahwa kedisplinan petugas layanan sesuai dengan ketentuan waktu yang

berlaku pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Barat (jawaban C).

e. Tanggung Jawab Petugas Pelayanan

Nilai rata-rata unsur tanggung jawab petugas layanan yang diberikan

responden adalah :

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,98.( Mutu Pelayanan C )

yang berarti mereka melihat adanya kejelasan wewenang dan tanggung jawab

petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan pada ketiga unit

layanan (jawaban C).

f. Kemampuan Petugas Pelayanan

Nilai rata rata unsur kemampuan petugas layanan yang berkaitan tingkat

keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam

memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat yang diberikan

responden adalah :

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,8 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,9.( Mutu Pelayanan C )

g. Kecepatan Pelayanan

Nilai rata rata unsur kecepatan pelayanan yang berkaitan target waktu

pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit

penyelenggaraan pelayanan adalah :

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,7 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan : 2,8 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap : 2,8.( Mutu Pelayanan C )

Para responden secara umum di tiga unit pelayanan menyatakan bahwa

pelayanan dilaksanakan dengan cepat (Jawaban C). .

h. Keadilan Mendapatkan Pelayanan

Nilai rata rata unsur keadilan mendapatkan pelayanan yaitu yang berkenaan

dengan pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status

masyarakat yang dilayani pada tiga unit layanan adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap : 3,0.( Mutu Pelayanan C )

Para responden secara umum menjawab bahwa pelayanan kesehatan pada

Puskesmas di Kabupeten Sumbawa Barat berjalan dengan adil (Jawaban C).

i. Kesopanan dan Keramahan Petugas

Nilai rata rata unsur kesopanan dan keramahan petugas pelayanan kesehatan

pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Barat pada ketiga unit layanan

adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 3,0 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 3,05.( Mutu Pelayanan C )

Unsur yang berkaitan dengan sikap dan perilaku petugas dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling

menghargai dan menghormati tersebut pada ketiga unit layanan dijawab

dengan pernyataan responden bahwa petugas pelayanan melayani dengan

sopan dan ramah (Jawaban C).

j. Kepastian Jadwal Pelayanan

Page 22: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 22

Nilai rata rata unsur Kepastian jadwal pelayanan yaitu yang berkenaan

dengan pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,8 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,7 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,8.( Mutu Pelayanan C )

dimana para responden lebih banyak menjawab bahwa jadwal pelayanan

sering tepat (Jawaban C)

k. Kenyamanan Lingkungan

Nilai rata rata unsur kenyamanan lingkungan pada Puskesmas di kabupaten

Sumbawa Barat adalah

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat: 2,65 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 3,0 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,8.( Mutu Pelayanan C )

rata rata responden menjawab dengan nilai C pada ketiga unit layanan.

l. Keamanan Pelayanan

Nilai rata rata unsur keamanan pelayanan adalah pada ketiga unit layanan

adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 3,0 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 3,0 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 3,0.( Mutu Pelayanan C )

Pada ketiga unit layanan rata rata responden menjawab dengan jawaban C

dimana mereka menyatakan bahwa pelayanan kesehatan pada Puskesmas di

kabupaten Sumbawa Barat berjalan dalam kondisi aman.

2.9. Tingkat Utilisasi Pelayanan Dasar di KSB

Tingkat utilisasi pelayanan kesehatan/pengobatan gratis pada tahun pertama

(2006) program kesehatan gratis dilaksanakan, pasie yang berkunjung sebanyak

82,042 atau 6,837/bulan, sebelumnya pada tahun 2005, ketika pelayanan

kesehatan masih membayar, jumlah kunjungan pasien 41.861 atau 3.488/bulan7.

Namun, ketika pelayanan kesehatan gratis diberlakukan pada tahun 2006 jumlah

pasien meningkat dua kali lipat.

Tahun 2007, jumlah pasien yang berkunjung 74,595 atau 6,216/bulan,

mengalami penurunan 7.477 atau turun 10% dari sebelumnya. Tahun 2008,

jumlah kunjungan 62,218 atau 5,185/bulan atau mengalami penurunan sebanyak

20%. Penurunan jumlah pasien terutama pada unit pelayanan rawat jalan

puskesmas dan unit pelayanan rawat jalan Pustu. Sedangkan unit pelayanan

rawat jalan Puskel, Rawat Inap dan Poskesdes, mengalami peningkatan jumlah

kunjungan.

Pertanyaannya kemudian adalah apakah penurunan jumlah mengindikasikan

perbaikan kualitas/derajat kesehatan masyarakat akibat dari program pelayanan

kesehatan/pengobatan gratis ataukah karena adanya “kekecewaan” masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan gratis.

7 Pasien dimaksud adalah pasien yang menerima pelayanan dasar ; Rawat Jalan Puskesmas, Rawat Jalan Pustu, Rawat Jalan Puskel, Rawat Inap dan Poskesdes.

Page 23: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 23

2.10. Menurunnya motivasi dan kinerja pelayanan kesehatan yang

berkualitas dari para petugas medis di Puskesmas dan jaringannya

karena minimnya tingkat kesejahteraan petugas medis

Sejak diberlakukannya pelayanan kesehatan gratis, jumlah pasien meningkat bila

dibandingkan dengan jumlah pasien sebelum diberlakukannya pelayanan

kesehatan gratis, beban kerja petugas medis meningkat, karena jumlah pasien

meningkat 2-3 kali lipat dari sebelumnya. Sementara itu, jumlah petugas medis

masih sangat terbatas, dan jumlah pendapatan atau tingkat kesejahteraan bagi

para petugas kesehatan mengalami penurunan, sebelum pelayanan kesehatan

digratiskan, para petugas kesehatan menerima honorarium (uang jasa layanan)

langsung dari pasien (cash), setelah pelayanan kesehatan gratis uang tersebut

tidak lagi diteroma. Motivasi kerja dan prestasi kerja para petugas medis

cenderung menurun, karena rendahnya penghargaan atas jasa layanan yang

diberikan.

Harapan petugas kesehatan, kompensasi jasa layanan medis, sesungguhnya

bukan hanya dalam bentuk finansial, dapat pula kompensasi non finansial yaitu

berupa, misalnya rumah dinas, kendaraan dinas , peluang melanjutkan

pendidikan atas biaya pemerintah, peluang mengikuti diklat, peluang mendapat

kenaikan pangkat istimewa untuk PNS, peluang untuk diangkat menjadi pegawai

negeri bagi PTT dan sebagainya. Karena pada dasarnya seseorang yang bekerja,

mengharapkan imbalan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya, karena adanya

upah yang sesuai dengan pekerjaannya, maka timbul pula rasa gairah kerja yang

semakin baik.

Selama ini, kompensasi yang diterima kurang sebanding dengan beban kerja

petugas medis, dan uang kompensasi dari pelayanan kesehatan gratis diberikan

pemda diberikan, setiap tiga bulan sekali, karena itu bagi petugas medis

kebijakan pelayanan kesehatan dasar ungguh tidak menyenangkan. Oleh karena

itu, pemerintah daerah perlu melakukan perubahan kebijakan terkait dengan

perbaikan kesejahteraan petugas medis di Puskesmas dan jaringannya. Beberapa

alasan perbaikan kebijakan ini ; pertama, setelah kebijakan pelayanan

kesehatan gratis, pasien yang dirawat mengalami peningkatan dua kali lipat,

dibandingkan sebelumnya. Kedua, motivasi kerja petugas puskesmas, khsusnya

pelayanan dasar rawat inap menurun, karena rendahnya pemberian insentif dan

kompensasi atas jasa layanan yang diberikan, hanya sebesar Rp.3500/malam,

uang tersebut hanya dapat untuk membeli “obat nyamuk”.

Pemerintah daerah KSB, khususnya kepada petugas puskesmas rawat inap

hendaknya di berikan kompensasi material dan non material dalam hal ini

diberikan kesempatan meningkatkan SDM dengan bantuan tunjangan tugas

belajar, diberikan kemudahan dalam kenaikan pangkat, serta bagi pegawai yang

masih berstatus PTT/honorer agar di prioritaskan untuk dapat diangkat menjadi

pegawai negeri sipil penuh. Kebijakan Bupati tentang Pelayanan/Pengobata

gratis di KSB bisa diteruskan dengan membuat suatu modifikasi kebijakan yaitu

bagi masyarakat miskin dan yang kurang mampu silahkan untuk diberikan

pelayanan gratis tetapi bagi masyarakat yang mampu di sediakan jenis pelayanan

yang berbeda sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang mereka miliki yaitu

dengan pola pelayanan prabayar.

Page 24: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 24

2.11. Orang kaya harus membantu orang miskin untuk memperoleh

kesehatan gratis yang bermutu dan berkelanjutan

Diberlakukanya kebijakan pelayanan kesehatan dasar gratis pada seluruh warga

Kabupaten Sumbawa Barat, sesungguhnya merugikan hak-hak fakir miskin,

mereka yang semestinya dapat menerima layanan kesehatan dasar gratis yang

berkualitas dan berkelanjutan, akhirnya menerima pelayanan dasar kesehatan

yang serba terbatas, karena anggaran atau pembiayaan pelayanan kesehatan

tersebut dinimkati pula oleh warga yang mampu atau mapan (ekonomi atas),

yang seharusnya membayar pelayanan kesehatan, jika masyarakat ekonomi atas

membayar kesehatan dasar, maka mereka sesungguhnya membantu masyarakat

miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan gratis yang bermutu dan

berkelanjutan, karena anggaran yang dipakai oleh kelompok masyarakat atas dari

biaya kesehatan gratis tersebut dapat direlokasi untuk dialokasikan pada

penambahan mutu atau kualitas pelayanan bagi warga miskin.

Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu melakukan penyempurnaan terhadap

Perbup terkait dengan kelompok sasaran penerima pelayanan kesehatan gratis

untuk difokuskan atau diarahkan pada kelompok masyarakat miskin, agar ; (1).

Beban pembiayaan anggaran pelayanan kesehatan gratis tidak terlalu besar bagi

daerah (2). Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gratis yang berkualitas

bagi warga miskin. (3) adanya keadilan pembangunan dengan adanya sistem

subsidi silang antara di kaya dan dimiskin. (4). mencegah berkurangnya porsi

pembangunan kesehatan bagi masyarakat miskin di masa mendatang.

Page 25: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 25

BAB III

PERUBAHAN KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN

KESEHATAN GRATIS

“ Sungguh aneh banyak orang yang perhatian dalam mengasuransikan harta

bendanya seperti mobil, rumah dan barang dagangan, namun mereka lalai

mengasuransikan jiwanya yang paling berharga bagi keluarga mereka dan berpotensi

menimbulkan kerugian besar” Benjamin Franklin ( 1706-1790 ).

4.1. Scalling Up Perbup Menjadi Perda Sebagai Upaya Untuk Menjamin

HAM, dan Memastikan Keberlangsung Program Pelayanan Kesehatan

dan Pengobatan Gratis yang bermutu dan berkelanjutan di KSB

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak

dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang

bermutu seperti diamanatkan dalam UUD 1945 dan dipertegas di dalam pasal

28 bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia dan dinyatakan juga bahwa

setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, memperoleh pelayanan

kesehatan, mendapat pendidikan, memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan

dan teknologi (Iptek), seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidup dan

kesejahteraannya. Secara umum, prinsip-prinsip Pembangunan kesehatan di

Indonesia diselenggarakan dengan dasar-dasar, yaitu ; 1) perikemanusiaan, 2)

pemberdayaan dan kemandirian, 3) adil dan merata, serta 4) pengutamaan dan

manfaat. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa Visi Pembangunan

Kesehatan sampai tahun 2025 adalah Indonesia Sehat 2025, yaitu keadaan masa

depan masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang

hidup dalam lingkungan dan dengan berperilaku hidup sehat, baik jasmani,

rohani maupun sosial, dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya.

Pembangunan kesehatan pada prinsipnya adalah merupakan upaya pemenuhan

HAM di bidang kesehatan. sebagaimana dalam Deklarasi Universal HAM PBB

dalam Pasal 25 menjamin hak mendapatkan suatu standar kehidupan yang

memadai untuk kesehatan. Hak Asasi Manusia itu sendiri bersifat universal dan

menurut Deklarasi Wina (1993) negara memiliki kewajiban menegakkan hak

asasi manusia dan menganjurkan setiap negara untuk menggabungkan standar-

standar yang terdapat dalam instrumen-instrumen hak asasi manusia

internasional ke dalam hukum nasional. Negara Repebulik Indonesia telah

menjamin hak atas kesehatan sesuai ketentuan Pasal 28 H Ayat (1) UUD 1945

(pasca perubahan). Konstitusional tersebut diperkuat dengan ditetapkannya

UndangUndang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan berbagai

aturan lainnya, seperti The International Covenant on Economic, Social and

Cultural Rights PBB (1966) yang telah diratifikasi dan dituangkan dalam

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International

Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (Kovenan Internasional

Page 26: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 26

tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4557), maka dengan demikian ada kewajiban bagi negara

melakukan sejumlah upaya pemenuhan hak atas kesehatan.

Oleh karena, kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan.,

tanpa kesehatan, maka seseorang tidak akan mampu memperoleh hak-hak

lainnya. Maka, kesehatan menjadi salah satu ukuran selain tingkat pendidikan

dan ekonomi, yang menentukan mutu dari sumber daya manusia (Human

Development Index).

Pelayanan kesehatan gratis yang bermutu atau berkualitas dan berkelanjutan

adalah merupakan inisiatif inovatif pemerintah daerah kabupaten Sumbawa

Barat untuk melindungi dan menjamin warganya untuk memperoleh pelayanan

kesehatan dan pengobatan gratis, dan telah ditetapkan dalam bentuk Peraturan

Bupati Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Pelayanan Kesehatan/pengobatan gartis di

Puskesmas dan jaringannya yang dijamin Pemerintah Daerah Kabupaten

Sumbawa Barat. Komitmen Pemerintah Daerah KSB untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat dengan cara memberikan jaminan pelayanan kesehatan

dan pengobatan secara gratis, merupakan wujud nyata dari pemerintah daerah

terhadap perlindungan hak-hak pelayanan dasar masyarakat dibidang kesehatan

yang perlu untuk terus dipertahakan dan ditingkatkan keberlangsungannya di

masa mendatang.

Upaya untuk melakukan scalling up perbup pelayanan dan pengobatan gratis

kedalam bentuk peraturan daerah ini dimaksudkan untuk;, pertama,

meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan gratis. Kedua, menjaga

keberlangsungan program pelayanan kesehatan gratis di masa mendatang.

Ketiga, memperkuat regulasi atau kebijakan daerah tentang pelayanan

kesehatan dan pengobatan gratis. Keempat, menyempurnakan materi dalam

peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2006, kelima, di harapkan dima masa

mendatang program pelayanan kesehatan dan pengobatan grtais yang bermutu

dan berkualitas serta berkelanjutan dapat tetap dilaksanakan dan berjalan lebih

baik.

Instrumen kebijakan di daerah ini (Peraturan Daerah) memiliki peran yang

sangat strategis dalam upaya mewujudkan cita-cita pembangunan nasional.

Khususnya, terkait dengan pembangunan kesehatan di daerah. Keberadaan,

Peraturan Daerah yang akan dibentuk sebagai landasan pembangunan kesehatan

di KSB merupakan indikator penting untuk menilai sejauhmanakah,

keberpihakan maupun upaya pemerintah daerah dalam menegakkan dan

memajukan HAM di daerah.

Konstruksi Peraturan daerah yang mengatur tentang pelayanan kesehatan dan

pengobatan gratis ini, beranjak dari berbagai landasan hukum yang mengatur

khusunya menyangkut HAM di bidang kesehatan. Peraturan tersebut adalah ;

pertama, UUD 1945, selain ketentuan yang diatur dalam pasal 28 H, konstitusi

kita juga mengatur tentang jaminan perlindungan bagi warga miskin dan

terlantar, sebagaimana tertuang dalam pasal Pasal 34 UUD 1945 menyatakan

bahwa :

(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh

negara.

Page 27: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 27

(2) Negara mengembangkan sistem jaringan sosial bagi seluruh

rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan

tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan

(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang

layak.

Kedua adalah TAP Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusi. Dalam

ketetapan MPR ini, HAM masyarakat dibidang kesehatan telah diatur

diantaranya pada:

Pasal 3 ; Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasar untuk

tumbuh dan berkembang secara layak. Pasal 27; Setiap orang berhak

untuk hidup sejahtera lahir dan batin. Pasal 28, Setiap orang berhak

atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pasal 29 : Setiap orang

berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak. Pasal

30 : Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan

khusus di masa kanak-kanak, di hari tua, dan apabila menyandang

cacat. Pasal 31 : Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang

memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia

yang bermartabat, dan Pasal 40 : Kelompok masyarakat yang rentan,

seperti anak-anak dan fakir miskin, berhak mendapatkan perlindungan

lebih terhadap hak asasinya.

Komitmen legislative (MPR) ditingkat pusat untuk memajukan HAM ini, tentu

harus pula didukung dan diikuti oleh para anggota DPRD di daerah. Pada

awalnya, (tahun 2006) pemerintah daerah melalui Bagian Hukum, mengajukan

kebijakan pelayanan kesehatan dna pengobatan gratis dalam bentuk Peraturan

Daerah, akan tetapi mendapat penolakan dari DPRD periode 2004-2009,

sehingga langkah pemda akhirnya membuat kebijakan tersebut dalam bentuk

Peraturan Bupati. Dan sejalan tuntutan masyarakat saat ini, bahwa program

pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis harus tetap dipertahankan dan

dilanjutkan di masa mendatang, dan oleh karena itu diharapkan DPRD KSB

dapat segera mendorong upaya perubahan Perbup Pelayanan kesehatan dan

pengobatan gratis menjadi Perda.

Ketiga, landasan hukum yang menjamin HAM dibidang kesehatan adalah

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Manusia. Undang-

Undang HAM lahir sebagai respons atas tuntutan reformasi dan ini merupakan

undang-undang HAM pertama yang lahir di Indonesia. Dalam Undang-undang

ini, mengatur pula tentang HAM bidang kesehatan, yakni dalam :

Pasal 9 ayat (3) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik

dan sehat. Pasal 11, Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan

dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara layak. Pasal 41 ayat

(1) (1) Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang

dibutuhkan untuk hidup layak serta untuk perkembangan pribadinya

secara utuh. Ayat (2) Setiap penyandang cacat, orang yang berusia

lanjut, wanita hamil, dan anak-anak, berhak memperoleh

kemudahan dan perlakuan khusus . Pasal 42 : Setiap warga negara

yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental berhak

memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus

atas biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang layak sesuai

dengan martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya

diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan

Page 28: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 28

bennasyarakat, berbangsa, dan bemegara. Dan Pasal 62 ; Setiap anak

berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial

secara layak, sesuai dengan kebutuhan fisik dan mentap spiritualnya.

Dan dalam undang-undang ini negara diperintahkan untuk melindungi,

menegakkan dan memajukan HAM. Ketentuan ini tercantum dalam :

Pasal 71 Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati,

melindungi, menegakan, dan memajukan hak asasi manusia yang

diatur dalam Undang-undang ini, peraturan perundang-undangan

lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia

yang.diterima oleh negara Republik Indonesia.

Keempat, menyadari bahwa untuk mencapai atau mewujudkan cita-cita bangsa,

dan sebagai tanggung jawab negara untuk dapat mensejahterakan seluruh

masyarakatnya, maka, Pemerintah RI bersama dengan DPR RI kemudian

menetapkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial.

Undang-undang ini semakin mengkokohkan konsep negara kesejahteraan serta

jaminan perlindungan sosial negara terhadap masyarakatnya, termasuk adalah

jaminan masyarakat dalam bidang kesehatan, tercantum antara lain adalah

dalam :

Pasal 3 Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan

jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap

peserta dan/atau anggota keluarganya. Pasal 18 huruf a, tentangjenis

program jaminan sosial meliputi (a). jaminan kesehatan; dan

ketentuan dalam Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) yang mengatakan

bahwa (1) Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. (2) Jaminan

kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta

memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan

dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

Jaminan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah daerah KSB dalam bentuk

pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis merupakan salah satu bentuk dari

perlindungan pemerintah daerah terhadap warganya dan kebijakan tersebut

sejalan dengan semangat pembukaan UUD 1945 maupun Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial.

Kelima, pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis sebagai upaya

pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah diperkuat

dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

yang merubah UU Nomor 23 Tahun Tahun 1992 tentang Kesehatan. Dalam

Undang-undang ini, menekankan tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk

mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan nasional, yakni ; melindungi segenap

bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa dan seterusnya. Disamping itu, Undang-undnag ini juga memperokoh

landasan bahwa kesehatan adalah sebagai hak asasi manusia dan salah satu

unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Beranjak dari tujuan di atas, maka

tujuan pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis di Kabupaten Sumbawa Barat

merupakan bentuk upaya Pemerintah Daerah untuk mencapai cita-cita bangsa

maupun tujuan nasional, oleh sebab itu, maka kehadiran peraturan daerah untuk

memperkokoh kebijakan yang telah ada sebelumnya perlu untuk dilakukan.

Page 29: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 29

Program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis yang perlu dikembangkan

bukan hanya pada upaya sebatas atau sekedar upaya untuk melakukan

penyembuhan penyakit semata, tetapi pembangunan kesehatan di KSB harus

dibangun pula upaya untuk menumbuhkan tingkat kesadaran dan partisipasi

masyarakat yang luas dalam bidang kesehatan, dan perlu dikembangkan bahwa

cakupan upaya kesehatan di masa mendatang dilakukan secara menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan, cakupn pelayanan tersebut, meliputi; upaya

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Makna kesehatan, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36

tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 1 angka 1 mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kesehatan

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial

dan ekonomis. Pasal 2 ; Pembangunan kesehatan diselenggarakan

dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,

pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,

gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama. Pasal 3

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang

produktif secara sosial dan ekonomis.

Dalam Undang-uang tersebut telah diatur pula mengenai hak-hak masyarakat

dalam kesehatan, yakni ;

Pasal 4 Setiap orang berhak atas kesehatan. Pasal 5 ayat (1) Setiap

orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas

sumber daya di bidang kesehatan. ayat (1) Setiap orang mempunyai

hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan

terjangkau. Pasal 6 Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan

yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. Pasal 7 Setiap orang

berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan

yang seimbang dan bertanggung jawab. Pasal 8 Setiap orang berhak

memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk

tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya

dari tenaga kesehatan.

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, negara memiliki tanggung

jawab, yakni sebagai berikut ;

Pasal 19 Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala

bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau.

Pasal 50 ayat (1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung

jawab meningkatkan dan mengembangkan upaya kesehatan. ayat (2)

Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-

kurangnya memenuhi kebutuhan kesehatan dasar masyarakat. Pasal

54 ayat (1) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan

secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan

nondiskriminatif. (2) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung

jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1). Pasal 62 ayat (3) Pemerintah dan pemerintah

Page 30: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 30

daerah menjamin dan menyediakan fasilitas untuk kelangsungan

upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Sejalan dengan semangat pembangunan kesehatan, maka dalam konteks

pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang

berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan

termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin

terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat setinggi-tingginya. Dan oleh karena itu, maka untuk alokasi anggaran

kesehatan, pasal 170 memerintakan kepada Pemerintah pusat untuk

mengalokasikan anggaran kesehatan minimal sebesar 5% (lima persen) dari

anggaran pendapatan dan belanja negara di luar gaji. Sedangkan untuk

Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten adalah dialokasikan minimal 10%

(sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji.

Dan Besaran anggaran kesehatan tersebut diprioritaskan untuk kepentingan

pelayanan publik yang besarannya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari

anggaran kesehatan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara dan

anggaran pendapatan dan belanja daerah. Sasaran anggaran ditujukan untuk

pelayanan kesehatan di bidang pelayanan publik, terutama bagi penduduk

miskin, kelompok lanjut usia, dan anak terlantar.

Dari materi yang terkandung dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, jelas bahwa komitmen pemerintah daerah untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan kesehatan, bukan hanya sebatas

melahirkan kebijakan, program dan kegiatan, melainkan pula harus didukung

dengan mengalokasikan pembiayaan kesehatan, khususnya bagi masyarakat

miskin. Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2006, sejauh ini belum mengatur

tentang alokasi biaya minimal kesehatan, meskipun anggaran kesehatan selama

kurun waktu 2006-2011 telah mencapai persentase 10% dari total APBD KSB,

namun anggaran tersebut bukan sepenuhnya untuk pelayanan publik, karena

termasuk biaya gaji dan peraltan kantor dinas. Sejauh ini, dari hasil penelitian

yang dilakukan oleh LEGITIMID tentang pembiayaan kesehatan gratis di

Kabupaten Sumbawa Barat, anggaran kesehatan untuk program pelayanan

kesehatan dan pengobatan gratis realisasinya adalah berjumlah Rp 700 juta

sampai dengan Rp. 1 milliar/tahun. Sementara, alokasi anggaran kesleuruhan

kesehatan adalah sebesar Rp. 12 s.d. 15 milliar/tahun, anggaran tersebut belum

termasuk dengan anggaran dari Dana Alokasi Khusus maupun Dana Pembantuan

dari Pemerintah pusat, sehingga rata-rata keseluruhan anggaran kesehatan untuk

Dinas kesehatan KSM mencapai antara Rp. 20 Miliiar s.d. Rp.25 milliar/tahun.

Artinya, program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis sesungguhnya

tidak “menyedot” APBD daerah, atau menjadi beban daerah yang berlebihan.

Bahkan, sesungguhnya dengan ketersediaan anggaran kesehatan selama ini,

sesungguhhnya dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan dan

pengobatan gratis di KSB. Bahwa langkah Pemerintah Daerah untuk melakukan

scalling-up perbup menjadi perda adalah sebuah langkah yang tepat dan mesti

didukung oleh semua kalangan, termasuk DPRD KSB. Tidak ada alasan bagi

Pemda maupun DPRD untuk mencabut program pelayanan kesehatan dan

pengobatan gratis dengan alasan kemampuan atau keterbatasan fiskal daerah.

Karena fakta menunjukkan tidak banyak anggaran yang dihabiskan untuk

membiayai program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis, kendati peserta

Page 31: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 31

penerima program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis tersebut

diperlakukan untuk seluruh penduduk KSB.

Keenam, Kebijakan pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis yang dijamin

Pemda KSB, sejalan dengan semangat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009

Tentang Kesejahteraan Sosial. Dalam Undang-undang tentang kesejahteraan

sosial telah ditegaskan secara eksplitit, bahwa tujuan dari adanya

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah untuk nmeningkatkan taraf

kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup, dan negara bertanggungjawab

atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Adapun sasaran utama atau prioritas

penerima program kesejahteraan sosial adalah terhadap warga negara yang tidak

layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial antara lain;

kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan

penyimpangan perilaku, korban bencana; dan/atau korban tindak kekerasan,

eksploitasi dan diskriminasi.

Negara memberikan jaminan sosial kepada mereka yang fakir fakir miskin, anak

yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental,

cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalah

ketidakmampuan sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi. Dan oleh

sebab itu, maka dalam Jaminan sosial tersebut diberikan dalam bentuk asuransi

kesejahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutan. Dalam konteks

kesehatan, pemerintah memberikan asuransi kesejahteraan sosial dengan

asuransi kesehatan, asuransi kesejahteraan sosial ini diselenggarakan untuk

melindungi warga negara yang tidak mampu membayar premi agar mampu

memelihara dan mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya, termasuk

penyediaan akses pelayanan kesehatan dasar.

Pemerintah Daerah KSB menyadari bahwa Pembangunan Kesehatan telah

mengalami pergeseran, yang disebabkan berbagai faktor baik ekternal maupun

internal, termasuk perkembangan globalisasi dan tekhnologi kesehatan maupun

tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, dalam

rangka pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis, terdapat kerangka pemikiran

atau Paradigma Baru Pembangunan Kesehatan di KSB, khususnya terkait dengan

bagaimana adanya perubahan sikap dan orientasi atau mindset para stakeholders

didaerah dalam memahami pembangunan kesehatan.

Perubahan baru dari paradigma pembangunan kesehatan yang akan dibangun

oleh Pemerintah Daerah KSB, sebagaimana di maksud di atas adalah bagaimana

Pemerintah Daerah dapat melakukan perubahan terhadap; pertama, adalah

pola pikir beberapa kalangan yang masih memandang kesehatan sebagai

kebutuhan yang bersifat pasif, padahal sesungguhnya kesehatan adalah

kebutuhan yang bersifat aktif, yang mau tidak mau harus diupayakan atau

diusahakan, karena kesehatan merupakan keperluan dan bagaian dari HAM.

Jadi, bagaimana menjadikan kesehatan yang selama ini sebagai kebutuhan

(need) menjadi sebuah keperluan (demand). Kedua, mendorong adanya

perubahan pemahaman bahwa kesehatan bukannya sesuatu yang bersifat

konsumtif, melainkan adalah sebuah investasi, karena kesehatan tersebut

menjamin adanya SDM yang produktif secara sosial, ekonomi maupun politik.

Jadi, pembangunan kesehatan, bukan pembangunan yang hanya akan

menghabiskan uang daerah (APBD), melainkan adalah sebagai bentuk dari

penanaman investasi bagi daerah KSB, karena jika kondisi masyarakat sehat,

Page 32: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 32

maka di masa mendatang masyarakat KSB dapat membangun dari berbagai

aspek atau segala bidang, sebaliknya jika masyarakat KSB sakit, maka akan

sangat sulit untuk dapat membangun KSB. Perubahan ini tidak hanya berlaku

pada level pemda dan DPRD, melainkan pula diharapkan dapat terjadi

dikalangan masyarakat, sehingga masyarakat dapat melakukan berbagai upaya

pencegahan penyakit. Dan dapat mensisihkan sebagian hasilnya untuk

peningkatan kesehatan mereka. Ketiga, pembangunan kesehatan bukan hanya

bersifat sementara dan bersifat jangka pendek, misalnya hanya sebatas

mengobati warga yang sakit, melainkan dalam paradigma baru pembangunan

kesehatan di KSB di masa mendatang diarahkan pada upaya bagaimana ke

depan kesehatan adalah bagian dari pengembangan SDM yang berjangka

panjang, sistematik dan komprehensif serta dilakukan secara terpadu.

Keempat, bahwa perubahan lainnya adalah terhdap pelayanan kesehatan,

bukan hanya pelayanan medis, yang melihat bagian-bagian yang sakit saja, tetapi

adalah pelayanan kesehatan paripurna yang memandang manusia sebagai

manusia seutuhnya (pelayanan medis→pelayanan kesehatan). Kelima, dalam

pembangunan kesehatan dimasa mendatang, tidak boleh lagi dilakukan

pelayanan kesehatan yang terpecah-pecah atau terfragmentasi, melainkan

pelayanan kesehatan yang lebih bersifat sistemik dan terpadu. Keenam,

perubahan terhadap makna kesehatan, bahwa kesehatan bukan hanya jasmani

atau fisik, tetapi mencakup pula kesehatan mental dan sosial dan urusan

kesehatan, bukan hanya menjadi urusan pemerintah, melainkan pula adalah

urusan swasta. Ketujuh, pelayanan kesehatan bukan lagi pelayanan yang

bersifat birokratis (kaku dan tidak responsif) tetapi harus berjiwa

entrepreneur(perencanaan kesehatan harus inovatif dan responsif terhadap

lingkungan). Kedelapan, merubah paradigma partisipasi masyarakat, dari

sekedar bernuansa mengajak masyarakat untuk menyetujui dan melaksanakan

program kesehatan yang disusun oleh pemerintah, kearah bagaimana

terbangunnya kemitraan, dimana ruang partisipasi masyarakat dibuka secara

seluas-luasnyadalam semua langkah kegiatan dan program kesehatan sejak

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, sampai evaluasi program kesehatan

(partisipasi→partnership).

Beberapa paradima baru tersebut perlu dibangun dan dimasukkan

kedalam konstruksi perubahan kebijakan scalling-up perbup menjadi

perda atau dalam bentuk regulasi yang lainnya untuk mendukung

tercapainya tujuan pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis.

4.2. Tantangan Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Sumbawa

Barat

Permasalahan utama dalam pembangunan kesehatan di Kabupaten sumbawa

barat yang dihadapi saat ini adalah masih terjadinya disparitas status kesehatan,

beban ganda penyakit, kinerja dan kualitas pelayanan kesehatan yang rendah,

perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat

(PHBS). Disamping itu masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan,

kurangnya pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, terbatasnya

tenaga kesehatan, tidak meratanya distribusi tenaga kesehatan, rendahnya status

kesehatan penduduk miskin, serta kendala ketersediaan dan keterjangkauan

bahan baku obat, sediaan obat, perbekalan farmasi dan alat kesehatan.

a. Disparitas status kesehatan

Page 33: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 33

Meskipun secara umum kualitas kesehatan masyarakat di KSB telah

meningkat, namun disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi,

antar kawasan, dan antar pedesaan masih tinggi. Angka kematian bayi dan

balita pada golongan miskin hampir empat kali lebih tinggi dari golongan

kaya. Selain itu, angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan

lebih tinggi di daerah pedesaan (terpencil), umumnya terjadi pada penduduk

dengan tingkat pendidikan rendah. Persentase anak balita yang berstatus gizi

kurang dan buruk di daerah pedesaan masih lebih tinggi, teruma di daerah-

daerah yang jauh dari akses pelayanan kesehatan gratis. Pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih dan cakupan imunisasi pada

golongan miskin lebih rendah dibanding dengan golongan kaya.

b. Beban ganda penyakit

Pola penyakit yang diderita masyarakat sebagian besar adalah penyakit

menular seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA),

malaria, demam berdarah dengue (DBD), diare, dan penyakit kulit. Selain itu

masih ada beberapa penyakit yang terabaikan (neglected diseases) seperti

frambusia, dan taeniasis-cysticercosis. Pemerintah KSB, juga menghadapi

penyakit menular seperti HIV AIDS yang relative cukup tinggi, khususnya di

daerah lingkar tambang (Kecamatan Maluk). Pada waktu yang bersamaan

terjadi peningkatan penyakit tidak menular kronik dan degeneratif seperti

penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes mellitus dan kanker.

Terjadinya beban ganda yang disertai dengan meningkatnya jumlah

penduduk, mobilisasi penduduk yang tinggi serta perubahan struktur umur

penduduk yang ditandai dengan meningkatnya penduduk usia produktif

dan usia lanjut, akan berpengaruh terhadap jumlah dan jenis pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan masyarakat di masa datang.

c. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah

Kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam

upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Masih rendahnya kinerja

pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti proporsi

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, proporsi bayi yang

mendapatkan imunisasi, dan angka penemuan kasus tuberkulosis paru

belum mencapai target yang diharapkan, termasuk pelayanan rawat inap

yang diberikan di puskesmas masing-masing kecamatan di KSB.

d. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup

bersih dan sehat

Perilaku masyarakat yang tidak sehat dapat dilihat dari kebiasaan merokok,

jumlah penduduk yang merokok di KSB terus meningkat dari tahun ketahun,

dan kebiasaan merokok masyarakat disembarangan tempat, termasuk kantor

pemerintahan daerah, rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif,

tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi lebih pada anak balita, serta

kecenderungan meningkatnya jumlah penderita malaria, HIV/AIDS,

penderita penyalahgunaan narkotik, psikotropik, zat adiktif (NAPZA) dan

kematian akibat kecelakaan.

e. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan

Kondisi lingkungan yang rendah tercermin antara lain dari masih rendahnya

akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Upaya peningkatan

kesehatan lingkungan yang merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola

Page 34: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 34

dengan baik dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan. Hal ini terlihat dari

tingginya angka kematian akibat penyakit Demam Berdarah Dengue, malaria

dan penyakit yang di sebabkan oleh leptospira.

f. Rendahnya kualitas, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan

Selain jumlahnya yang kurang, juga kualitas, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan di puskesmas juga masih menjadi kendala. Ditambah

lagi dengan belum dibanggunnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD),

sebagian besar kualitas pelayanan di Puskemas maupun RSUD yang

ditunjuk untuk rujuk pemerintah daerah KSB, seperti RSUD Sumbawa RSUD

Mataram pada umumnya masih di bawah standar. Pelayanan kesehatan

rujukan belum optimal dan belum memenuhi harapan masyarakat.

Masyarakat merasa kurang puas dengan mutu pelayanan RSUD tersebut dan

puskesmas, karena lambatnya pelayanan, kesulitan urusan administrasi dan

lamanya waktu tunggu, bahkan dalam beberapa kasus, masyarakat miskin

yang dijamin memperoleh pelayanan dan pengobatan gratis tidak diberikan

pelayanan oleh RSUD dengan asalan yang beragam. Perlindungan

masyarakat di bidang obat dan makanan pun masih rendah. Di era

perdagangan bebas, serta dengan semakin terbuka KSB sebagai daerah

industri pertambangan, kondisi kesehatan masyarakat semakin rentan akibat

meningkatnya kemungkinan konsumsi obat dan makanan yang tidak

memenuhi persyaratan mutu dan keamanan.

g. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi tidak merata

Pemerintah KSB masih mengalami kekurangan pada hampir semua jenis

tenaga kesehatan yang diperlukan. Bukan hanya tenaga pelayanan medik

tetapi juga tenaga-tenaga ahli di bidang peralatan kesehatan misalnya tenaga

ahli Medico Enginering. Banyak puskesmas belum memiliki dokter dan

tenaga kesehatan lainnya, keterbatasan ini diperburuk oleh distribusi tenaga

kesehatan yang tidak merata.

h. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin

Angka kematian bayi pada kelompok miskin masih relatif tinggi bila

dibandingkan dengan masyarakat pada kelompok kaya. Penyakit infeksi yang

merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita, seperti

ISPA, diare, tetanus neonatorum dan penyulit kelahiran, lebih sering terjadi

pada penduduk miskin. Penyakit lain yang banyak diderita penduduk miskin

adalah penyakit tuberkulosis paru dan malaria. Rendahnya status kesehatan

penduduk miskin terutama disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap

pelayanan kesehatan karena kendala geografis dan kendala biaya. Utilisasi

Puskesmas dan RSUD yang berada di luar KSB masih didominasi oleh

golongan mampu, sedangkan masyarakat miskin cenderung memanfaatkan

pelayanan di puskesmas. Persalinan oleh tenaga kesehatan pada penduduk

miskin lebih rendah daripada penduduk kaya. Penduduk miskin belum

terjangkau oleh sistem jaminan/asuransi kesehatan. Walaupun Undang-

Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah ditetapkan,

pengalaman di berbagai kecamatan dan desa menunjukkan bahwa

keterjangkauan penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan belum

cukup terjamin.

Page 35: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 35

i. Ketersediaan dan keterjangkauan bahan baku obat, sediaan obat,

perbekalan farmasi dan alat kesehatan (OPA).

Kendala akses terhadap OPA yang berkualitas merupakan permasalahan

kesehatan di KSB yang perlu mendapat perhatian. Oleh karena sebagian

besar obat adalah dari impor bahan baku obat (95%) adalah penyebab utama

mahalnya obat, ditambah dengan jarak kondisi geogarfis distribusi obat ke

sejumlah kecamatan/desa di KSB yang sulit. Sementara itu, pemerintah

pusat belum secara optimal melakukan pengembangan obat herbal dengan

target obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka, meskipun kekayaan

sumberdaya alam Indonesia besar, terbesar kedua dunia setelah Brazil.

Selain itu, dengan kemajuan spektakuler dalam bidang bioteknologi

pascagenomik, terjadi perubahan arah secara besar-besaran dalam bidang

industri farmasi, dari industri berbasis sintesis kimia kearah industri

berbasis bioteknologi. Melalui teknologi ini, obat dan sediaan farmasi

berbasis protein rekombinan berupa vaksin, diagnostik, antibodi, hormon

dan enzim yang merupakan senyawa yang mempunyai nilai tinggi dengan

volume kecil dapat diproduksi dan sejauh ini pemerintah belum

memprioritaskan aplikasi bioteknologi untuk memenuhi kebutuhan obat dan

sediaan farmasi yang rata-rata nilai dan harganya sangat tinggi.

Tantangan pembangunan kesehatan sebagaimana yang telah diuraikan diatas

tersebut tentu tidak mungkin dapat diselesaikan hanya dengan melakukan

upaya scalling-up perbup kesehatan pelayanan dan pengobatan gratis,

melainkan harus didukung dengan berbagai program dan kegiatan serta

kebijakan lainnya, termasuk adalah pembiayaan. Rencana strategis (Renstra)

Dinas Kesehatan perlu untuk segera disusun dan ditetapkan oleh Dinas

Kesehatan sebagai kerangka rencana kerja pembangunan kesehatan KSB.

4.3. Jaminan Kesehatan Masyarakat Sumbawa Barat8 Program Jaminan Kesehatan Masyarakat atau dikenal dengan Jamkesmas adalah

sebuah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat

miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar

terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang

menyeluruh bagi masyarakat miskin. Pelayanan kesehatan terhadap masyarakat

miskin itu sendiri adalah merupakan tanggung jawab dan dilaksanakan bersama

oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Tujuan dari program Jamkesmas

ini adalah untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi

seluruh penduduk miskin agar tercapai derajat kesehatan yang optimal secara

efektif dan efisien. Program Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin

(Jamkesmas) ini dibiayai oleh Pemerintah dari sumber dana yang berasal

dari APBN untuk dan kontribusi APBD. PT. Askes (Persero) dalam hal

ini hanya mengelola kepesertaan saja. Dalam program jamkesmas telah diatur

bahwa setiap Peserta Jamkesmas berhak Peserta berhak untuk tidak dibebani

biaya sedikitpun dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat telah melakukan sinkronisasi dan

sinegisitas atas kebijakan di atas, dengan cara mendorong lahirnya Peraturan

Bupati Nomor 9 Tahun 2006. Kebijakan ini sesungguhnya dilatarbelakangi pula

8 Jamkesmas sesungguhnya adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan

bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.

Page 36: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 36

dengan keadaan kesehatan masyarakat KSB, dimana derajat kesehatan

masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan

Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2004 atau sebelum diberlakukannya

program pelayanan kesehatan gratis tergolong tinggi. Indeks Angka Harapan

Hidup pada akhir tahun 2004 hanya 56,0 dan setelah adanya program

pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis, meningkat menjadi 66,0 pada tahun

2010 (atau meningkat minimal 2 % per tahun). Derajat kesehatan masyarakat

, khususnya miskin tersebut diakibatkan karena pada saat itu (sebelum adanya

pelayanan kesehatan gratis), masyarakat sulit untuk dapat mengakses pelayanan

kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor salah

satunya adalah ketidakmampuan kemampuan secara ekonomi, sementara

biaya kesehatan relative mahal.

Pemberian pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis ini adalah merupakan

bentuk dari asuransi sosial kesehatan, yang dimaksudkan untuk memberikan

jaminan sosial bagi masyarakat khususnya bagi masyarakat miskin. Karena

dengan pertumbuhan penduduk KSB yang semakin meningkat, tentu akan

banyak muncul berbagai permasalahan sosial yang melahirkan risiko-risiko, baik

itu risiko sosial maupun risiko ekonomi. Seluruh rrisiko yang dapat

mendatangkan kerugian bagi masyarakat tersebut, tentu adalah ssesuatu yang

tidak kita inginkan, untuk itu maka agar risiko tersebut tidak menjadi beban

secara personal, maka perlu dilakukan upaya, salah satunya adalah dengan jalan

memeindahkan risiko tersebut dengan jalan mengasuransikan, khususnya

asuransi kesehatan bagi masyarakat agar peluang masyarakat untuk dapat hidup

sehat dan sejahtera tetap terjaga.

Tujuannya adalah pertama, untuk mewujudkan ketentraman jasmaniah,

rohaniah dan sosial. kedua, memperoleh jaminan dalam mengurangi

ketidakpastian dimasa mendatang. Ketiga, membangun stabilitas sosial dan

ekonomi dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Keempat,

menyediakan program- program untuk menjamin kesejahteraan sosial baik

masyarakat umum, terutama bagi masyarakat yang tidak diuntungkan. Dapat

dikatakan bahwa dengan adanya asuransi kesehatan bagi warga miskin

diharapkan agar masyarakat miskin (golongan tidak mampu) dapat mengakses

dan memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkelanjutan Asuransi

sosial kesehatan merupakan program pemeliharaan kesejahteraan dan

pendapatan dengan cara redistribusi kekayaan dari segmen masyarakat yang

lebih mampu kepada segmen masyarakat yang kurang mampu melalui subsidi

pembiayaan kesehatan9.

Kebijakan asuransi kesehatan masyarakat bagi masyarakat fakir miskin

dilakukan dalam bentuk program Jamkesmas atau Jaminan Kesehatan

Masyarakat. Program ini pada hakekatnya dimaksudkan untuk ; pertama,

menjamin akses penduduk miskin ke pelayanan kesehatan. kedua,

meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat

miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang

optimal secara efektif dan efisien. Ketiga, secara khusus, adalah untuk

meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat

pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di rumah sakit,

meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, dan

9 Lihat pula R. Ali Ridho, 1992, tentang Prinsip dan Fungsi Asuransi dalam Lembaga Keuangan, Pasar Modal dan Asuransi Haji, PT. Alumni, Bandung, halaman 375

Page 37: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 37

terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel. Sesuai

dengan tujuan di atas, maka dari sisi kepesertaan, Peserta Penerima Program

Jamkesmas adalah difokuskan pada setiap orang fakir miskin yang tidak

mampu, termasuk adalah para gelandangan, pengemis, anak terlantar, dan bagi

bayi yang terlahir dari keluarga peserta Jamkesmas yang tidak mampu, langsung

menjadi peserta baru Jamkesmas. Secara teoritis, ada beberapa konsep asuransi

kesehatan10:

a. Konsep Tripartite (tiga pihak)

Dimaksud dengan tripartite (tiga pihak) adalah pihak perusahaan asuransi

(insurance company) sebagai pengelola dana, pihak pemberi jasa pelayanan

kesehatan (health provider) dan pihak peserta (consumer). Ketiga pihak

harus saling bekerjasama terutama dalam hal pengawasan pelaksanaan

pelayanan kesehatan kepada peserta sehingga dapat dilaksanakan secara

efisien dan efektif.

b. Konsep Pelayanan Menyeluruh

Bentuk pelayanan asuransi meliputi semua jenis pelayanan kesehatan

meliputi semua jenis pelayanan kesehatan mulai dari yang bersifat preventif,

promotif, kuratif sampai bersifat rehabilitasi. Di dalam pelaksanaannya, ada

jaminan untuk pelayanan rawat jalan tingkat pertama, pelayanan rawat jalan

tingkat lanjutan dan pelayanan rawat inap serta pelayanan obat.

c. Konsep Wilayah (dokter keluarga/puskesmas)

Peserta asuransi dikelompokkan dalam satu wilayah tertentu. Pelayanan

kesehatan dasar diberikan oleh dokter umum atau dokter keluarga.

Dengan cara seperti ini, RS akan melaksanakan program penyuluhan dan

pencegahan untuk masyarakat di wilayahnya sehingga masyarakat akan tetap

sehat.

d. Konsep Rujukan

Konsep ini diterapkan dengan surat pernyataan rujukan dari institusi

pemberi pelayanan kesehatan (misalnya pukesmas) ke pemberi

pelayanan kesehatan rujukan ( misalnya rumah sakit).

Dalam Perbup Nomor 9 tahun 2006 tentang Pelayanan Kesehatan dan

Pengobatan gratis di Puskemas dan Jaringannya yang dijamin oleh Pemerintah

Daerah KSB. Sasaran penerima program adalah kepada seluruh penduduk KSB

yang belum memiliki jaminan asuransi kesehatan11. Oleh sebab itu memang,

kemungkinan terjadinya sasaran penerima program adalah kelompok

masyarakat yang kaya yang tidak memiliki asuransi kesehatan dapat saja

menerima program pelayanan kesehatan gratis, sebaliknya, masyarakat miskin

yang sudah memiliki asuransi kesehatan gratis, meskipun asuransi yang

dimilikinya tersebut tidaklah mempuni, dapat pula pada akhirnya tidak

menerima pelayanan dan pengobatan gratis. Karena memang indikator dan

persyaratan yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang berhak untuk

menerima pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis, bukan didasarkan atas

tingkat kemiskinan, melainkan adalah kepemilikan asuransi kesehatan. Indikator

dan persyaratan ini perlu ditinjau, karena dapat merugikan kepentingan

masyarakat fakir miskin. Mereka yang seharusnya dapat menerima pelayanan

10 A.A. Gde Muninjaya, 2004, Manajemen Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta halaman 122

11 Pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Page 38: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 38

kesehatan dan pengobatan gratis yang bermutu dan berkualitas, dapat berkurang

karena hak kepesertaaan asuransi orang miskin telah diambil oleh masyarakat

yang mampu.

Menyadari pentingnya kesehatan, karena kesehatan adalah merupakan

prasayarat untuk menuju kesejahteraan hidup, sehingga berbagai upaya dan

usaha, pemerintah berusaha untuk menyediakan dana bagi pelaksanaan kegiatan

pelayanan kesehatan secara “gratis” bagi setiap penduduk. Salah satu upaya

pelayanan kesehatan tersebut adalah dengan melaksanakan asuransi

kesehatan.12”. Secara teoritik, ada tiga jenis asuransi kesehatan, yakni : (1)

Asuransi kesehatan sosial (ASKES) yang diperuntukkan untuk PNS dan para

pensiun. (2) Asuransi kesesehatan (ASKES) komersial yang diperuntukkan

kepada pihak Swasta dan BUMN dan (3) Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin atau dikenal dengan

sebutan PJPK- MM (Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Miskin). Penyelenggaraan asuransi kesehatan, berprinsi pada asas-asas bahwa

kesehatan adalah sebuah pelayanan sosial, karena pelayanan kesehatan, oleh

sebab itu dalam penyelenggaraan asuransi kesehatan tidak boleh semata-mata

untuk mencari keuntungan dan diberikan hanya pada masyarakat tertentu saja,

melainkan harus diberikan kepada semua lapisan masyarakat yang berhak untuk

memperoleh jaminan pelayanan kesehatan dan karena itupula, maka dalam

penyelanggaraan asuransi kesehatan didasarkan atas usaha bersama berdasarkan

kekeluargaan, asas adil dan merata, asas percaya diri, asas kepentingan dan

keseimbangan, asas musyawarah dan mufakat dan asas tidak mencari

keuntungan semata.

4.4. Sejarah dan Perkembangan Kebijakan Asuransi Sosial-Kesehatan.

Asuransi sosial sesungguhnya adalah alat untuk menghimpun risiko dengan

memindahkan kepada organisasi yang biasanya adalah organisasi pemerintah

yang diharuskan oleh Undang-Undang untuk memberikan manfaat atau

pelayanan kesehatan kepada atau atas nama orang-orang yang diasuransikan itu

pada waktu terjadinya kerugian-kerugian tertentu yang telah ditetapkan

sebelumnya13. Asuransi Sosial memberikan perlindungan yang dari segi objeknya

diutamakan pada benda immaterial dan umumnya tidak dapat dinilai dengan

uang14

Asuransi sosial timbul karena kebutuhan akan terselenggaranya suatu jaminan

sosial (social security) bagi masyarakat sehingga jaminan sosial merupakan suatu

hal yang mendesak dan tidak dapat ditunda. Setiap jaminan sosial selalu

mempunyai tujuan dan fungsi ganda yaitu sosial dan ekonomis. Tujuan dan

fungsi sosial diwujudkan dalam bentuk perlindungan terhadap risiko yang

mengakibatkan hilangnya pendapatan seseorang yang mendapat kecelakaan

seperti jaminan hari tua, sakit dan kematian. Dengan demikian korban akan

memperoleh bantuan pada saat yang benar-benar dibutuhkannya yang mana

akan membantu tercapainya ketenangan kerja dan produktivitas meningkat.

12 Wirjono Prodjodikoro, 1986, Hukum Asuransi di Indonesia, PT. Intermasa, Jakarta,

halaman 12 memberikan definisi mengenai pengertian Asuransi Kesehatan : “Suatu sistem pengelolaan dana yang diperoleh dari uang iuran anggota secara teratur kepada suatu organisasi guna membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

13 A. Hasymi Ali, 1999, Bidang Usaha Asuransi, PT. Bumi Aksara, Jakarta halaman 14 R. Ali Ridho, 1984, Aspek-Aspek Hukum dalam Asuransi Udara dan Perkembangan

Perseroan Terbatas, CV. Remadja Karya, halaman 279

Page 39: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 39

Pemerintah berkewajiban untuk melindungi kesejahteraan umum bagi warga

negaranya, asuransi sosial sendiri bertitik tolak pada upaya perlindungan

bagi golongan lemah, baik kondisi sosialnya maupun posisi keuangan

perseorangannya. Ciri dari asuransi sosial adalah15: asuransi tersebut ditujukan

untuk kepentingan umum, bersifat wajib, harus ada hukum yang bersifat publik,

dikelola oleh Perusahaan Negara.

Dalam kesejarahannya, sesungguhnya Pemerintah Indonesia telah mulai

mengembangkan konsep asuransi sejak tahun 1947, tetapi berbagai kondisi

politik dan perekonomian yang kurang menguntungkan regulasi yang

dimunculkan lebih banyak mentah di tengah jalan. Jalan terang mulai terlihat

pada tahun 1968 ketika Menteri Tenaga Kerja Awaludin Djanin mengupayakan

asuransi kesehatan bagi pegawai negeri dan keluarganya. Pada tahun

1968 dikeluarkan Keppres No. 230 tahun 1968 tentang Peraturan

Pemeliharaan Pegawai Negeri Sipil dengan peserta yang masih terbatas yaitu

Pegawai Negeri Sipil dan militer termasuk pensiunannya. Pemerintah

membentuk suatu organisasi penyelenggara tingkat pusat yang disebut dengan

Badan Penyelenggara dan Pemelihara Kesehatan Pegawai Negeri Sipil, penerima

Pensiun beserta keluarganya. Upaya ini merupakan pengembangan asuransi

kesehatan sosial pertama di Indonesia.

Setelah dikeluarkan Keppres No. 230 Tahun 1968, kemudian diubah dengan

Keppres No. 13 Tahun 1981 yang berisi tentang perubahan atas Keppres No.

230 Tahun 1968, tetapi kedua keppres tersebut dicabut serta diganti dengan

peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1984 tentang Asuransi Kesehatan Pegawai

Negeri Sipil dan Peraturan Pemerintah N0. 23 Tahun 1984 Kesehatan Pegawai

Negeri sipil yang dikelola PERUM Husada, dimana menurut Peraturan

Pemerintah pengelolaannya diserahkan kepada suatu badan hukum yang

berbentuk Perusahaan Umum (PERUM) Husada Bakti16. Pada awalnya, program

asuransi kesehatan pegawai negeri ini semula dikelola oleh suatu badan di

tubuh Departemen Kesehatan (Depkes) yang dikenal dengan Badan

Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK). Akibat birokrasi dan

adminsitrasi yang kurang efisien BPDPK kemudian dikonversi secara

korporat menjadi Perusahaan Umum (Perum) yang dikenal dengan Perusahaan

Umum Husada Bakti (PUHB) di tahun 1984. Dalam rangka meningkatkan

efisiensi dan efektifitas usaha, maka PERUM Husada Bakti dialihkan bentuknya

menjadi Perusahaan Persero (PERSERO) dengan dikeluarkan PP No. 6

Tahun 1992 tentang pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Husada Bakti

menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO).

Kemudian pada tahun 1992 PUHB dirubah menjadi PT (Persero) Asuransi

Kesehatan (PT Askes). Kebijakan ini sebenarnya merupakan sesuatu yang

membingungkan karena sesuai dengan tujuannya asuransi kesehatan sosial

tidak bersifat for profit, melainkan not for profit. Bentuk PT merupakan suatu

keabnormalan mengingat PT biasanya bertujuan for profit dan wajib

menyetorkan deviden ke pemegang sahamnya dalam kasus ini adalah

pemerintah. Istilah not for profit sendiri bukan berarti tidak boleh mencari

untung melainkan keuntungan yang diperoleh harus dikembalikan untuk

15 Ibid, halaman 374 16 Tarsis Tarmudi, 1990, Wawasan Perasuransian, IKIP, Semarang-Press, halaman 124

Page 40: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 40

meningkatkan mutu pelayanan oleh pengelola asuransi dan pemberi pelayanan

kesehatan.

Bagi pegawai swasta, pemerintah mulai mengembangkan asuransi sosial pada

tahun 1971, ditandai dengan dibentuknya Perusahaan Asuransi Sosial Tenaga

Kerja (Astek). Astek pada awalnya hanya menangani asuransi kecelakaan kerja,

kemudian setelah uji coba selama 5 tahun yang dimulai pada tahun 1985

program ini diperluas sebagai program jaminan sosial. Di bulan Februari

1992, undang- undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) disetujui DPR

dan diundangkan. Jaminan sosial tenaga kerja mencakup jaminan

pemeliharaan kesehatan (JPK), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari

Tua (JHT), dan Jaminan Kematian. Dalam perkembangannya Jamsostek

ternyata tidak sepenuhnya diwajibkan, karena jika perusahaan bersedia

memberikan jaminan dengan manfaat yang lebih baik dapat tidak

mendaftarkan karyawannya dalam kepesertaan Jamsostek. Hal inilah yang

menyebabkan cakupan Jamsostek kurang optimal.

Upaya pengembangan asuransi/jaminan sosial yang sifatnya mencakup

seluruh rakyat Indonesia mendapat angin segar ketika Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) mengeluarkan Ketetapan MPR No. X/2001

yang menugaskan Presiden Megawati untuk mengembangkan Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN). Ketetapan ini ditindaklanjuti Presiden dengan

menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 20/2002 yang membentuk tim

penyusun rancangan UU SJSN. Setelah usaha yang keras untuk merumuskan

suatu reformasi sistem jaminan sosial, akhirnya UU SJSN disetujui DPR dan

kemudian diundangkan dalam lembar negara pada tanggal 19 Oktober 2004 oleh

Presiden Megawati dengan dihadiri oleh lima menteri terkait. Komitmen

pemerintahan Presiden Megawati tetap dipertahankan oleh pemerintahan

berikutnya, terbukti dengan diluncurkannya program jaminan kesehatan bagi

masyarakat miskin (Askeskin). Saat ini pemerintah sedang menggodok

Peraturan Pemerintah untuk mengimplementasikan UU SJSN dan merancang

pembentukan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN). Setelah DJSN dan PP

pelaksana UU SJSN terbentuk diharapkan asuransi kesehatan sosial dalam

SJSN dapat segera meluas kepada penduduk yang bukan miskin.

Namun demikian, harus diakui bahwa perkembangan asuransi kesehatan di

Indonesia bisa dikatakan lebih lambat dibandingkan negara lainnya di wilayah

Asia. Keterlambatan tersebut muncul karena ; pertama, penduduk Indonesia

pada umumnya adalah risk taker dalam hal kesakitan dan kematian. Sakit

dan mati dalam kehidupan bangsa Indonesia yang religius adalah takdir

sehingga membeli asuransi kesehatan dianggap sebagai tindakan mencegah

sesuatu yang bersifat takdir. Kedua, keadaan sosial ekonomi masyarakat yang

belum memungkinkan mereka untuk menyisihkan uang guna membayar

premi asuransi. Dari sisi suplay, yang juga dipengaruhi oleh demand, belum

banyak perusahaan asuransi yang beroperasi di Indonesia. Selain itu fasilitas

kesehatan yang mendukung terlaksananya asuransi kesehatan juga tidak

berkembang dengan baik dan merata. Dari sisi regulasi, pemerintah terlambat

memperkenalkan konsep asuransi kepada masyarakat melalui kemudahan

perijinan dan kepastian hukum dalam bisnis asuransi, atau mengembangkan

asuransi kesehatan sosial bagi masyarakat luas. Beikut ini adalah jenis-

jenis asuransi sosial, yang berkembang yakni :

Page 41: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 41

a. Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (TASPEN) Adalah merupakan

asuransi wajib dalam rangka memberikan jaminan kesejahteraan bagi

pegawai negeri. Usaha Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil

(TASPEN) adalah merupakan usaha asuransi sosial yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri dengan memberikan sejumlah

modal pada saat mereka mengakhiri masa pengabdiannya kepada pemerintah

(pensiun) atau memberikan sejumlah modal kepada keluarga apabila pegawai

negeri tersebut meninggal dunia dalam masa aktif. Berdasarkan hal tersebut

diatas maka jelaslah tujuan dari program Tabungan Asuransi Sosial Pegawai

Negeri Sipil (TASPEN) adalah sesuai dengan tujuan asuransi sosial pada

umumnya yaitu memberikan kesejahteraan. Tabungan Asuransi Sosial Pegawai

negeri Sipil (TASPEN) diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 10 tahun

1963, yang kemudian dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah No.

25 Tahun 1981

b. Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI) Asuransi

Angkatan Bersenjata RI (ASABRI) pada permulaannya dijadikan satu

dengan TASPEN ( Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1963), tetapi karena

tidak begitu lancar sehingga perlu diadakan pemisahan yang diwujudkan

pada tahun 1971 dengan Lembaran Negara No. 50 Tahun 1971. Adapun yang

menjadi pesertanya adalah Anggota TNI dan Pegawai sipil Departemen

Pertahanan dan Keamanan diwajibkan menjadi peserta mulai dari tanggal

pengangkatannya

c. Asuransi Kesehatan ( ASKES).

Asuransi kesehatan yang berada di tingkat pusat, penyelenggaraannya

diserahkan pada badan penyelenggara dan pemeliharaan kesehatan pusat,

sedangkan pada tingkat propinsi diselenggarakan oleh kepala dinas kesehatan

dan kotamadya. Dana yang dipakai oleh pemerintah untuk membiayai

pemeliharaan kesehatan dibentuk dengan cara memotong prosentase tertentu

dari gaji pegawai negeri setiap bulan dan potongan ini bersifat wajib. Dari dana

yang terkumpul inilah pemerintah membiayai atau membayar tuntutan atau

klaim dari setiap pegawai negeri bilamana mereka harus mengeluarkan biaya

untuk kesehatannya. Jadi sebenarnya dana tersebut dibentuk dengan cara

gotong royong membantu mereka jika dalam keadaan sakit dan memerlukan

biaya. Walaupun seorang pegawai negeri dipotong gajinya setiap bulan, kalau

dia tidak sakit maka ia tidak mendapatkan apa-apa tetapi dari uangnya yang

terkumpul bersama-sama dengan peserta lain akan dipakai untuk membiayai

perawatan atau obat kepada peserta lain yang sedang sakit. Dasar hukumnya

adalah Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1991.

d. Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK). Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) didirikan

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1977 dan Surat Keputusan

Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. 116/Men/1977

tentang peraturan, tata cara, persyaratan, pembayaran iuran dan pembayaran

jaminan sosial tenaga kerja. Jenis program yang diselenggarakan oleh ASTEK

antara lain program asuransi kecelakaan kerja dan Program tabungan hari tua

yang dikaitkan dengan asuransi kematian.

Sedangkan dalam Upaya Pengembangan Kesehatan bagi masyarakat miskin

dilaksanakan Melalui Jaminan kesehatan penduduk miskin, salah satunya dilakukan

melalui Program Dana Sehat adalah salah satu upaya penghimpunan dana

masyarakat untuk kepentingan pengobatan dalam bentuk yang paling sederhana.

Di awal tahun 1970 mulai berkembang konsep dana sehat di berbagai wilayah

kabupaten bahkan provinsi di Indonesia. Upaya pengembangan ini didorong

oleh pemerintah dengan harapan yang begitu besar agar masyarakat memiliki

Page 42: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 42

kesadaran untuk membiayai dirinya sendiri melalui mekanisme transfer resiko.

Namun demikian upaya ini akhirnya tidak berhasil.

Hingga saat ini tidak ada dana sehat yang bertahan hidup, apalagi berkembang.

Setelah mengembangkan konsep dana sehat, pemerintah berupaya

mengembangkan konsep Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)

yang diambil dari konsep Health Maintenance Organisation (HMO) di Amerika

dengan dukungan struktural yang lebih kuat, diantaranya dengan dicantumkannya

konsep JPKM dalam UU No.23 tentang kesehatan sebagaiman telah diubah dengan

UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Upaya mengembangkan JPKM dimulai dengan merangsang dana sehat menjadi

JPKM, sayangnya upaya ini tidak banyak membuahkan hasil. Di daerah banyak

pejabat di lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes) yang tidak bisa membedakan

konsep dana sehat dengan JPKM. Pengembangan JPKM menjadi lebih stagnan

ketika JPKM dibuat dalam kerangka pikir dana sehat, sehingga sasaran program ini

kebanyakan adalah kelompok ekonomi lemah. Kenyataan tersebut diperburuk

dengan kurangnya dukungan kemampuan pengelolaan yang diakibatkan oleh

rendahnya keterlibatan profesional asuransi kesehatan. Kekurangan dukungan

profesional asuransi dihambat oleh adanya anggapan bahwa JPKM bukan asuransi.

Upaya pengembangan JPKM memasuki babak baru ketika Indonesia

mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997. Pemerintah yang khawatir dengan

penurunan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan didukung oleh

pihak internasional mengembangkan program Jaring Pengaman Sosial untuk bidang

kesehatan (JKJBK) yang ditumpangi keinginan untuk lebih mengembangkan JPKM.

Upaya JKJBK didanai pinjaman Asian Development Bank (ADB) sebesar 300 juta US

dolar untuk masa lima tahun. Dana dibayarkan ke Puskesmas dan Bidan Desa

melalui suatu badan yang disebut pra bapel JPKM. Lagi-lagi upaya ini tidak banyak

membuahkan hasil bagi upaya memperluas cakupan JPKM menuju universal

coverage. Berbagai kontroversi tentang pengembangan JPKM yang

didomplengkan pada program jaring pengaman sosial dan sesungguhnya

menerapkan konsep asuransi kesehatan komersial dengan produk managed care,

berlangsung cukup lama.

Pada tahun 2002 akhirnya program tersebut diganti dengan memberikan dana

secara langsung kepada Puskemas dan RS. Dana yang digunakan untuk

mensubsidi kelompok miskin ini kemudian berasal dari pengalihan subsidi

bahan bakar minyak (BBM). Setelah mengalami berbagai macam kebuntuan

dalam pengembangan konsep dana sehat, JKJ, dan JPKM akhirnya

Pemerintah RI menyadari pentingnya pengembangan asuransi kesehatan sosial

yang lebih terstruktur melalui pengembangan SJSN yang didalamnya mencakup

pengembangan asuransi kesehatan sosial. Adapun prinsip-prinsip Asuransi

Kesehatan Nasional, meliputi ;

a. Prinsip solidaritas sosial atau kegotongroyongan. Asuransi kesehatan nasional

diselenggarakan berdasarkan mekanisme asuransi sosial yang wajib untuk

mencapai cakupan universal yang akan dicapai secara bertahap.

b. Prinsip efisiensi. Manfaat terutama diberikan dalam bentuk pelayanan

yang terkendali, baik utilisasi maupun biayanya.

c. Prinsip ekuitas. Program AKN diselenggarakan berdasarkan prinsip

keadilan dimana setiap penduduk, tanpa memandang suku, ras, agama, aliran

politik, dan status ekonomi, harus memperoleh pelayanan kesehatan sesuai

Page 43: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 43

dengan kebutuhan dasar medisnya dan membayar iuran sesuai dengan

kemampuan ekonominya.

d. Prinsip portabilitas. Seseorang tidak boleh kehilangan haknya untuk

memperoleh jaminan apabila ia pindah tempat tinggal, pindah kerja, atau

sementara tidak bekerja.

e. Prinsip nirlaba (not for profit). Pengelolaan program AKN diselenggarakan atas

dasar tidak mencari laba untuk sekelompok orang atau pemerintah, akan tetapi

memaksimalkan pelayanan. Bapel dibebaskan dari pajak dan tidak memiliki

kewajiban untuk menyetorkan deviden yang diperolehnya. Sisa dana

digunakan untuk dana cadangan atau dikembalikan lagi ke dalam bentuk

upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang dijamin.

f. Prinsip responsif. Penyelenggaraan AKN harus responsif terhadap tuntutan

peserta sesuai dengan perubahan standar hidup para peserta yang mungkin

berbeda dan terus berkembang di berbagai daerah.

g. Prinsip koordinasi manfaat. Tidak boleh terjadi duplikasi jaminan atau

pembayaran kepada PPK antara program AKN dengan program asuransi

atau jaminan lainnya. Koordinasi ini belum diatur dalam UU SJSN. Prinsip

koordinasi ini menjadi penting ketika Pemda membuat jaminan sosial lokal.

4.5. Pelayanan Kesehatan dan Pengobatan di Puskesmas dan

Jaringannya

a. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya.')

Yang dimaksud dengan unit pelaksana adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas yang

selanjutnya disebut UPTD, yakni unit organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan

Kabupaten / Kota yang melaksanakan tugas teknis operasional. Pembangunan

kesehatan oleh Puskesmas adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

penduduk di kecamatan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Pembangunan kesehatan tersebut meliputi pembangunan yang berwawasan

kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan

tingkat pertama yang bermutu.

b. Tujuan, Fungsi dan Program Kegiatan Puskesmas

Puskesmas didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar,

menyeluruh, paripurna, dan terpadu bagi seluruh penduduk yang tinggal di

wilayah kerja Puskesmas. Program dan upaya kesehatan yang diselenggarakan

oleh Puskesmas merupakan program pokok (public health essential) yang wajib

dilaksanakan oleh Pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah

mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar tewujud

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia

Sehat (Khususnya KSB sehat)17. Puskesmas sebagai unit pelaksana

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya mempunyai fungsi:

17Kesejahteraan menurut UNDP (United Nation Development Program) diukur dengan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) melalui pengukuran 3 (tiga) sektor pembangunan yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Indikator pendidikan ditentukan oleh 2 (dua) indikator yaitu Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Hurup (AMH). Indikator kesehatan ditentukan oleh Angka Harapan Hidup (AHH) yaitu rata-rata lama hidup yang mungkin dicapai oleh penduduk sejak usia satu tahun yang dihitung dari AKB. Sedangkan indikator ekonomi ditentukan oleh daya beli

Page 44: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 44

1) Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.

Puskesmas harus selalu berupaya menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk oleh masyarakat

dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung

pembangunan kesehatan. Di samping itu Puskesmas aktif memantau dan

melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program

pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan,

upaya yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan.

2) Pusat Pemberdayaan Masyarakat. Puskesmas harus selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka

masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki

kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat

untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan

kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan,

menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan

dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya

masyarakat setempat.

3) Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab

Puskesmas meliputi:

(1) Pelayanan Kesehatan Perorangan, yaitu pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit

dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan

pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan

perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu

ditambah dengan rawat inap.

(2) Pelayanan Kesehatan Masyarakat, yaitu pelayanan yang bersifat publik (publik goods) dengan tujuan utama memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan

kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan,

pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,

peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa

masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya Puskesmas

merupakan sarana kesehatan pemerintah yang wajib menyelenggarakan

pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau adil dan merata. Upaya

pelayanan yang diselenggarakan meliputi:

a. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat public

goods dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan

serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit

dan pemulihan. Dengan pendekatan kelompok masyarakat serta

(puschasing power) masyarakat. IPM Indonesia berdasarkan hasil penelitian UNDP pada tahun 2004 menduduki ranking ke-111 dari 117 negara, dengan angka indeks sebesar 0,682, tahun 2005 menduduki ranking ke-117 dari 175 negara, dengan angka indeks sebesar 0,692, dan pada tahun 2006 menduduki ranking ke-107 dari 177 negara, sedangkan pada tahun 2008 menduduki ranking ke-109 dari 179 negara.

Page 45: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 45

sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat melalui upaya

pelayanan dalam dan luar gedung di wilayah kerja Puskesmas.

b. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan

kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga

pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan

Program Puskesmas merupakan wujud dari pelaksanaan ke tiga fungsi

Puskesmas di atas, program tersebut dikelompokan menjadi :

1) Upaya Kesehatan Dasar

Upaya kesehatan wajib Puskesmas yang ditetapkan berdasarkan

kebutuhan sebagian besar masyarakat serta mernpunyai daya ungkit

yang tinggi dalam mengatasi permasalahan kesehatan nasional dan

intemasional yang berkaitan dengan kesakitan, kecacatan dan kematian.

Upaya kesehatan dasar tersebut adalah :

a) Upaya Promosi Kesehatan

b) Upaya Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular

c) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB.

d) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat e) Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular ; dan

f) Upaya Pengobatan.

2). Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang

ditetapkan berdasarkan permasalahan yang ditemukan di masyarakat

serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan

pengembangan di pilih dari daftar upaya kesehatan pokok di Puskesmas

yang telah ada yang termasuk upaya kesehatan pengembangan yaitu :

a) Upaya Kesehatan Sekolah,

b) Upaya Kesehatan Olah Raga, c) Upaya Kesehatan Kerja,

d) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat, e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut,

f) Upaya Kesehatan Jiwa

c. Sejarah Keberadaan dan Perkembangan Puskesmas

Sejarah perkembangan Puskesmas di Indonesia dimulai dari didirikannya

berbagai institusi dan sarana kesehatan seperti Balai Pengobatan, Balai

Kesehatan Ibu dan Anak, serta diselenggarakannya berbagai upaya

kesehatan seperti usaha hygiene dan sanitasi lingkungan yang masing-masing

berjalan sendiri-sendiri. Pada pertemuan Bandung Plan (1951), dicetuskan

pertama kali pemikiran untuk mengintegrasikan berbagai institusi dan upaya

kesehatan tersebut di bawah satu pimpinan agar lebih efektif dan efisien.

Selanjutnya konsep pelayanan kesehatan yang terintegrasi lebih berkembang

dengan pembentukan Team Work dan Team Approach dalam pelayanan

kesehatan tahun 1956. Penggunaan istilah Puskesmas pertama kali dimuat pada

Master Plan of Operation for Strengthening National Health Service in

Indonesia tahun 1969.

Dalam dokumen tersebut Puskesmas terdiri atas 3 (tiga) tipe Puskesmas (Tipe A,

Tipe B, Tipe C). Kemudian dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional ke-3 tahun

1970 ditetapkan hanya ada satu tipe Puskesmas dengan 6 (enam) kegiatan pokok

Puskesmas. Perkembangan selanjutnya lebih mengarah pada penambahan

kegiatan pokok Puskesmas seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

Page 46: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 46

teknologi, kemampuan pemerintah, serta keinginan program di tingkat pusat,

sehingga kegiatan pokok Puskesmas berkembang menjadi 18 (delapan belas)

kegiatan pokok Puskesmas bahkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta misalnya

mengembangkan menjadi 21 (dua puluh satu) program pokok Puskesmas

(Departemen Kesehatan, 2004)

Sejak diperkenalkannya konsep Puskesmas, berbagai hasil telah banyak

dicapai. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

menurun, begitupun dengan angka gizi kurang pada Balita menurun. Sementara

itu Angka Harapan Hidup (AHH) mengalami peningkatan (Departemen

Kesehatan, 2007).

Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air.

Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan

Puskesmas Pembantu serta Puskesmas Keliling. Kecuali itu untuk daerah yang

jauh dari sarana pelayanan rujukan, Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat

inap. Jumlah Puskesmas pada tahun 2002 tercatat sebanyak 7.277 unit,

Puskesmas Pembantu 21.587 unit, Puskesmas Keliling 5.084 unit (Perahu

716 unit, Ambulance 1.302 unit). Sedangkan Puskesmas yang telah

dilengkapi dengan fasilitas rawat inap tercatat sebanyak 1.818 unit (Departemen

Kesehatan, 2004). Secara kuantitatif jumlah Puskesmas sudah mencukupi

dan tersebar merata di seluruh pelosok tanah air, namun secara kualitatif

masih jauh dari harapan. Hal ini disebabkan antara lain lemahnya organisasi

dan manajemen Puskesmas serta dukungan sumber dayanya.

Krisis ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, tidak saja menambah jumlah

penduduk miskin, tetapi juga menurunkan kemampuan pemerintah dalam

menyediakan alokasi anggaran untuk pembangunan kesehatan, disamping itu

masih adanya anggapan bahwa pembangunan bidang kesehatan bersifat

konsumtif dan belum dipandang sebagai investasi pada peningkatan mutu

Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga anggaran yang dialokasikan tidak

memadai. Hal tersebut berdampak pada menurunnya dukungan sumber daya

Puskesmas. Dana operasional Puskesmas saat ini hanya bersumber dari

pengembalian retribusi Puskesmas dengan besaran yang bervariasi di masing-

masing daerah kabupaten/ kota, sedangkan dana program hanya bersumber dari

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Bidang

Kesehatan (PKPS-BBM Bidkes) yang kemudian menjadi Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) bagi keluarga miskin.

Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan saat

ini belum juga tumbuh sebagaimana yang diharapkan, apalagi selama 32

tahun Orde Baru, pembangunannya bersifat sentralistis dengan pola seragam dan

bersifat instruktif dari atas yang harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknis. Masyarakat dalam hal ini lebih sebagai obyek

pembangunan dan pelaksana program yang telah dirancang sebelumnya oleh

Pemerintah. Strategi pembangunan yang seragam dari Sabang sampai Merauke

tanpa memperhatikan keanekaragaman sistem sosial budaya Indonesia

hasilnya semu dan kurang menunjukan kondisi nyata yang sebenarnya

terjadi di masyarakat dan keberhasilan pembangunan penuh dengan manipulasi

data untuk menyenangkan pihak pemrakarsa program dari Pemerintah

(Adimihardja, 2004).

Page 47: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 47

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan saat ini dilakukan melalui

pembentukan dan pengembangan Desa Siaga sebagai upaya merekonstruksi atau

membangun kembali berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyakarat

(UKBM). Pengembangan Desa Siaga merupakan revitalisasi Pembangunan

Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) sebagai pendekatan edukatif yang perlu

dihidupkan kembali, dipertahankan, dan ditingkatkan. Pengembangan Desa

Siaga juga merupakan pengembangan dari konsep Siap-Antar-Jaga, yaitu Siap

yakni memberikan perlindungan terhadap semua ibu dan anak serta masyarakat

lainnya dari terjadinya kesakitan dan kematian, Antar yakni antarkan semua ibu,

anak, dan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan ke tempat

pelayanan kesehatan yang tepat, dan Jaga yakni galang upaya penyelamatan ibu

dan anak serta tingkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pengembangan Desa Siaga merupakan upaya untuk lebih mendekatkan

pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat Desa, menyiapsiagakan

masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat

dalam pembiayaan kesehatan, serta mengembangkan perilaku hidup bersih

dan sehat. Dengan mewujudkan Desa Siaga, akan tercipta Desa Sehat

yang merupakan basis bagi terwujudnya Indonesia Sehat. Inti kegiatan

Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk

hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan langkah-

langkah pendekatan edukatif yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi)

masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses

pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. SKN (2004) telah

menetapkan pendekatan Pelayanan Kesehatan Primer (PKP)/Primary Health

Care dengan metode pendekatan PKMD, yang secara global telah diakui

sebagai pendekatan yang tepat dalam mencapai kesehatan bagi semua, yang

untuk Indonesia diformulasikan sebagai visi Indonesia Sehat (Departemen

Kesehatan, 2004).

Indonesia Sehat 2010 (IS’10) telah dicanangkan sejak tahun 1999 oleh

Presiden RI dan di beberapa daerah sudah dilaksanakan. Sejalan dengan gerakan

IS’10, semua Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota perlu merumuskan Rencana Strategis yang memaparkan

tentang visi, misi, kebijakan, strategi, tujuan, program, dan kegiatan

pembangunan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lokal sehingga gerakan

Provinsi Sehat, Kabupaten/Kota Sehat sampai Desa/ Kelurahan Sehat akan

sejalan dengan IS’10 dengan Program Desa Siaga sebagai fondasinya. Untuk

menunjang maksud tersebut Pemda Kabupaten/Kota harus memiliki vital

registration dan based line data tentang derajat kesehatan masyarakat

(mortalitas, morbiditas, dan status gizi), kesehatan lingkungan, perilaku hidup

masyarakat, serta akses dan mutu pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya

masing-masing dengan mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

Daerah. Vital registration dan based line data masing-masing wilayah (Provinsi

dan Kabupaten/Kota) akan membantu Pemda setempat dalam menyusun

Rencana Strategis dan Rencana Operasional Reformasi kesehatan di wilayah

kerjanya masing-masing disesuaikan dengan indikator- indikator IS’10

(Muninjaya, 2004).

d. Manajemen dan Kinerja Puskesmas

Menurut kebijakan dasar Puskesmas, yang dimaksud dengan manajemen

Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk

Page 48: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 48

menghasilkan keluaran Puskesmas yang efektif dan efesien. Untuk dapat

melaksanakan usaha pokok Puskesmas secara efisien, efektif, produktif, dan

berkualitas, pimpinan Puskesmas harus memahami dan menerapkan prinsip-

prinsip manajemen. Dalam upaya menunjang pengembangan program pokok

Puskesmas, mempunyai enam subsistem manajemen yaitu :

1) Subsistem pelayanan kesehatan (promosi, pencegahan, pengobatan,

rehabilitasi medis dan sosial).

2) Subsistem keuangan 3) Subsistem logistik 4) Subsistem personalia (pengembangan staf) 5) Subsistem pencatatan dan pelaporan

6) Subsistem pengembangan peran serta masyarakat ( PKMD) Kinerja manajemen Puskesmas diukur oleh 2 (dua) konsepsi utama yaitu

efisiensi dan efektivitas. Menurut Drucker (1954), efisiensi adalah melakukan

pekerjaan dengan benar (doing the job right), sedangkan efektivitas adalah

melakukan pekerjaan yang benar (doing the right job). Efisiensi (daya guna)

Puskesmas adalah proses pemanfaatan, penghematan, dan pemberdayaan

sumber daya Puskesmas dengan cara melakukan pekerjaan dengan benar,

sedangkan efektivitas (hasil guna) Puskesmas adalah tingkat keberhasilan

pencapaian tujuan Puskesmas dengan cara melakukan pekerjaan yang benar.

Efektivitas Puskesmas juga berarti mampu mencapai tujuan Puskesmas dengan

baik. Jika efisiensi lebih memfokuskan diri pada proses pemanfaatan,

penghematan, dan pemberdayaan masukan (input) sumber daya , maka

efektivitas lebih memfokuskan pada output dan outcome atau hasil kinerja

Puskesmas yang diharapkan. Efisiensi terkait dengan hubungan antara output

pelayanan kesehatan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan

output dan outcome (Handoko, 2003).

Asas manajemen penyelenggaraan Puskesmas di era desentralisasi berpedoman

pada 4 (empat) asas, yaitu: (1) Asas Petanggungjawaban Wilayah : Artinya

Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

yang bertempat tingal di wilayah kerjanya. Program Puskesmas yang

dilaksanakan selain menunggu kunjungan masyarakat ke Puskesmas

(kegiatan dalam gedung Puskesmas/kegiatan pasif), juga memberikan pelayanan

kesehatan sedekat mungkin ke masyarakat melalui kegiatan di luar gedung

(kegiatan aktif/ outreach activities), (2) Asas Pemberdayaan masyarakat :

Artinya Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan

masyarakat, agar beperan serta aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya

Puskesmas. Untuk itu, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui

pembentukan dan pendayagunaan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Bentuk

peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan, antara lain Pos Pelayanan

Terpadu Keluarga Berencana-Kesehatan (Posyandu), Pos Kesehatan Desa

(Poskesdes), Bina Keluarga Balita (BKB), Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Pos

Kesehatan Pesantren (Poskestrena), Warung Obat Desa, Dana Sehat dan lain-

lain, (3) Asas Keterpaduan: Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta

diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaan setiap upaya Puskesmas harus

diselenggarakan secara terpadu. Ada dua macam keterpaduan, yakni: (a)

Keterpaduan Lintas Program, yaitu upaya memadukan penyelenggaraan

berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab Puskesmas, dan (b)

Keterpaduan Lintas Sektor, yaitu upaya memadukan penyelenggaraan upaya

Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari

sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan

Page 49: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 49

dunia usaha, serta (4) Asas Rujukan: Sebagai sarana pelayanan kesehatan

tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas terbatas. Padahal

Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai

permasalahan kesehatannnya. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan

berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi,

maka penyelenggaraan setiap upaya kesehatan Puskesmas harus ditopang

oleh asas rujukan. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab

atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal

balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan

kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara

horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang

sama (Departemen Kesehatan, 2004).

Untuk mempercepat perubahan kinerja Puskesmas sesuai dengan perubahan

manajemen Puskesmas di era desentralisasi, Pemda kabupaten/kota perlu

merumuskan kebijakan strategis untuk meningkatkan efektivitas sistem dan

manajemen pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan

masyarakat yang potensial berkembang di wilayah kerja Puskesmas. Konsep

pengembangan Puskesmas di era desentralisasi harus dikaji oleh DPRD

Kabupaten/Kota sehingga dapat dihasilkan Perda tentang manajemen

Puskesmas yang baru. LSM dan pakar pemerhati masalah kesehatan perlu

melakukan advokasi ke DPRD Kabupaten/ Kota untuk mempercepat lahirnya

Perda Puskesmas di era desentralisasi sehingga kinerja Puskesmas yang efisien

dan efektif, merata, bermutu, terjangkau dan memenuhi kebutuhan masyarakat

di wilayah kerjanya dapat terwujud.

Saat ini dikembangkan konsep Puskesmas efektif dan responsif.

Puskesmas efektif adalah Puskesmas yang keberadaannya dirasakan manfaatnya

oleh masyarakat serta memberi kepuasan kepada pelanggan dan masyarakat

sesuai dengan mutu pelayanan dan profesionalisme. Puskesmas efektif

berarti Puskesmas mampu mengubah perilaku masyarakat sejalan dengan

paradigma sehat, mampu menangani semua masalah kesehatan di wilayah

kerjanya sejalan dengan kewenangan dan sesuai dengan desentralisasi, serta

mampu mempertanggung jawabkan setiap biaya yang dikeluarkan kepada

masyarakat dalam bentuk hasil kegiatan Puskesmas dan dirasakan

dampaknya oleh masyarakat dalam bentuk peningkatan derajat kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya. Sedangkan Puskesmas responsif adalah

Puskesmas yang senantiasa melindungi seluruh penduduk dari kemungkinan

gangguan kesehatan serta tanggap dan mampu menjawab berbagai masalah

kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas responsif juga berarti sekecil apapun

masalah yang ada harus segera terdeteksi dan segera ditanggulangi dan

dikoordinasikan dengan sarana rujukan kesehatan dan kedokteran, masyarakat

terlindung dari berbagai bencana penyakit dan masalah kesehatan lainnya,

serta tanggap terhadap potensi yang ada di wilayah kerjanya yang dapat

membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Departemen

Kesehatan, 2002).

Peningkatan mutu Puskesmas merupakan tuntutan nyata masyarakat

karena jumlah kunjungan Puskesmas sejak tahun 1997 semakin

menurun. Penetapan prioritas oleh masing-masing Puskesmas merupakan

langkah awal untuk pengembangan program menjaga Mutu Pelayanan

Kesehatan Puskesmas. Peningkatan komitmen dan dukungan pegawai

Page 50: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 50

Puskesmas perlu terus dikembangkan agar dapat meningkatkan proses kerja

dengan menyusun Standar Pelayanan Kesehatan Puskesmas yang realistis dan

sesuai dengan kebutuhan lokal dan kemudian memantau kemajuannya.

Dengan kata lain, Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Puskesmas dilakukan

melalui pendekatan siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) serta

mata rantai peningkatan mutu dengan penilaian kinerja yang

berkesinambungan.

Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Puskesmas dimulai dengan membentuk

Gugus Kendali Mutu Pelayanan Kesehatan Puskesmas yang akan

melakukan Identifikasi Masalah, kemudian mencari Penyebab Masalah dan

pada saat yang sama melakukan pemantauan pelaksanaan untuk memenuhi

Standar Pelayanan Kesehatan dan akhirnya akan tersusun suatu Standar

kinerja berdasarkan informasi terkini, teknologi dan harapan pasien.

Kegiatan ini akan berulang terus, menemukan masalah, menentukan

penyebab masalah dan melaksanakan tindakan perbaikan danmemantau

hasil, sehingga tercipta upaya peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan

Puskesmas yang berkesinambungan (Pohan, 2003).

Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan Puskesmas, perlu ditunjang

dengan tersedianya pembiayaan yang cukup. Pada saat ini ada beberapa sumber

pembiayaan Puskesmas yakni: (1) Pemerintah: Sesuai dengan asas desentralisasi,

sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah terutama adalah pemerintah

kabupaten/kota. Disamping itu Puskesmas masih menerima dana yang berasal

dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat, (2) Pendapatan Puskesmas:

Sesuai dengan kebijakan Pemerintah, masyarakat dikenakan kewajiban

membiayai upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarannya

ditentukan oleh peraturan daerah masing-masing (retribusi). Pada saat ini ada

beberapa kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan dana yang diperoleh

dari retribusi Puskesmas yakni: (a) Seluruhnya disetor ke Kas Daerah, (b)

Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas, dengan besaran

berkisar antara 25– 50 % dari total dana retribusi yang diterima, dan (c)

Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas, serta (3) Sumber

lain: Seperti dari PT ASKES dan PT Jamsostek sebagai imbalan jasa pelayanan

dan JPSBK/PKPSBBM- Jamkesmas untuk membantu masyarakat miskin yang

disalurkan secara langsung ke Puskesmas yang pengelolalaannya mengacu pada

pedoman yang berlaku.

4.6. Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu, Dasar Hukum dan Standar

Pelayanan Minimal Kesehatan

a. Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu

Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri

atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan/ataupun

masyarakat18. Syarat utama pelaksanaan pelayanan kesehatan adalah19;

1) Tersedia dan berkesinambungan

Pelayanan kesehatan harus tersedia di masyarakat (available) serta

bersifat berkesinambungan (continous). Artinya semua jenis

18 Azwar, A. Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta, 1996. 19 ibid

Page 51: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 51

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit

ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada

setiap saat yang dibutukan

2) Dapat diterima dan wajar Pelayanan kesehatan dapat diterima oleh masyarakat (acceptable)

serta bersifat wajar (appropriate), artinya pelayanan kesehatan

tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan

masyarakat

3) Mudah dicapai Pelayanan kesehatan tersebut hendaknya mudah dicapai masyarakat

(accesible), pengertian ketercapaian disini adalah terutama dari sudut

lokasi, sehingga pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi

sangatlah penting

4) Mudah dijangkau Pelayanan kesehatan tersebut hendaknya mudah dijangkau oleh

masyarakat (affordable) keterjangkauan disini adalah dari sudut biaya

5) Bermutu

Pelayanan kesehatan tersebut hendaknya mudah dicapai masyarakat

(accesible), pengertian ketercapaian disini adalah terutama dari sudut

lokasi, sehingga pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi

sangatlah penting

Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan baik, maka setidaknya

selain memenuhi 7 (tujuh) syarat sebagaimana diatas, harus pula memenuhi;

pelayanan kesehatan hendaknya bersifat menyeluruh (comprehensive),

terpadu (integrated), bersifat adil/merata (equity) dan mandiri (sustainable),

efektif (effective), efisien (efficient), dan bermutu (quality)20. Pelayanan

kesehatan harus diarahkan agar dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat di wilayah tersebut21,. Oleh karena pelayanan kesehatan sebagai

bagian dari pelayanan publik, maka, pelayanan kesehatan bersifat:

1) Pelayanan bersifat komprehensif yaitu untuk seluruh masyarakat

yang ada disuatu wilayah (availability)

2) Dilaksanankan secara wajar, tidak melebihi kebutuhan dan daya jangkau masyarakat (appropriateness)

3) Dilakukan secara berkesinambungan (continuity) 4) Dapat diterima oleh masyarakat setempat (acceptability) 5) Terjangkau oleh masyarakat pada umumnya (affordable)

6) Manajemennya harus efisien (efficient) 7) Selalu terjaga mutunya (quality)

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak

upaya yang dapat dilaksanakan. Upaya tersebut jika dilaksanakan secara

terarah dan terencana, dalam ilmu administrasi kesehatan dikenal dengan

istilah Program Menjaga Mutu (Quality Assurance Program). Program

Menjaga Mutu adalah suatu proses yang dilaksanakan secara

berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan

masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan berdasarkan

standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara

penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, serta

menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran tindak lanjut untuk lebih

20 Saifuddin, AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan

Bina Pustaka, Jakarta, 2001 21 Muninjaya Gde.A.A. Manajemen Kesehatan, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, 2004.

Page 52: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 52

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan22.Mutu pelayanan kesehatan

menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan. Untuk dapat

menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, maka

ditetapkanlah standarisasi (standarization).

b. Standar Pelayanan Minimal Kesehatan

1) Dasar Hukum

Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

telah menetapkan bidang kesehatan merupakan salah satu kewenangan

wajib yang harus dilaksanakan oleh Kabupaen/Kota. Penyelenggaraan

Kewenangan Wajib oleh Daerah adalah merupakan perwujudan

otonomi yang bertanggung jawab, yang pada intinya merupakan

pengakuan/pemberiaan hak dan kewenangan Daerah dalam wujud tugas

dan kewajiban yang harus dipikul oleh Daerah. Tanpa mengurangi arti

serta pentingnya prakarsa Daerah dalam penyelenggaraan otonominya dan

untuk menghindari terjadinya kekosongan penyelenggaraan pelayanan

dasar kepada masyarakat, Daerah Kabupaten/Kota wajib melaksanakan

kewenangan dalam bidang tertentu termasuk di dalamnya kewenangan

bidang kesehatan.

Untuk menyamakan persepsi dan pemahaman dalam pengaktualisasian

kewenangan wajib bidang kesehatan di Kabupaten/Kota seiring dengan

Lampiran Surat Edaran Menteri Dalam Negeri

No.100/756/OTDA/tanggal 8 Juli 2002 tentang Konsep Dasar

Penentuan Kewajiban Wajib dan Standar Pelayanan Minimal, maka

dalam rangka memberikan panduan untuk melaksanakan pelayanan

dasar dibidang kesehatan kepada masyarakat di Daerah, telah

ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1457/Menkes/SK/X/2003

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di

Kabupaten/Kota.

2) Pengertian Standar Pelayanan Minimal

Yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu

standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja

penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan

pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan,

indikator, dan nilai (benchmark). Pelayanan dasar kepada masyarakat

adalah fungsi Pemerintah dalam memberikan dan mengurus keperluan

kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan

rakyat.

SPM Bidang Kesehatan pada hakekatnya merupakan bentuk-bentuk

pelayanan kesehatan yang selama ini telah dilaksanakan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota. Namun demikian mengingat kondisi masing-masing

daerah yang terkait dengan keterbatasan sumber daya yang tidak merata,

maka diperlukan pentahapan pelaksanaannya dalam mencapai pelayanan

minimal.

Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan

Kabupaten/Kota berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas

22

ibid

Page 53: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 53

teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan

unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan

kesehatan di Indonesia sehingga mempunyai tugas dan tanggung jawab

untuk melaksanakan SPM bidang kesehatan.

3) Pelayanan Kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh semua

Puskesmas

Pelayanan kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh Puskesmas mengacu

pada SPM yang ditetapkan oleh pemerintah Pusat adalah meliputi;

(1) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi

(2) Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah (3) Pelayanan Keluarga Berencana (Cakupan Peserta KB Aktif) (4) Pelayanan Imunisasi Desa/Kelurahan (Universal Child

Immunization/ UCI)

(5) Pelayanan Pengobatan/Perawatan (6) Cakupan Rawat Jalan (7) Cakupan Rawat Inap (8) Pelayanan Kesehatan Jiwa (Pelayanan Gangguan Jiwa di

Sarana Pelayanan Umum)

(9) Pemantauan Pertumbuhan Balita (10) Pelayanan Gizi (11) Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang (12) Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergesi Dasar dan

Komperhensif (PONED dan PONEK)

(13) Pelayanan Gawat Darurat (14) Penyelenggaraan Penyelidikan Epidemiologi dan

Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Gizi Buruk

(15) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio (16) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru (17) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA Cakupan Balita

dengan Pneumonia yang ditangani

(18) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV/AIDS (19) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah

Dangue (DBD) Penderita DBD yang ditangani

(20) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare Balita dengan diare yang ditangani

(21) Pelayanan Kesehatan Lingkungan (22) Pelayanan Pengendalian Vektor Rumah/Bangunan Bebas Jentik

Nyamuk Aedes

(23) Pelayanan Higiene Sanitasi di Tempat Umum Tempat Umum yang Memenuhi Syarat

(24) Penyuluhan Perilaku Sehat (25) Penyuluhan Pencegahan dan Penaggulangan Penyalahgunaan

Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif (P3NAPZA) Berbasis

Masyarakat

(26) Pelayanan Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan (27) Pelayanan Penggunaan Obat Generik (28) Penyelenggaraan Pembiayaan Untuk Pelayanan Kesehatan

Perorangan.

(29) Penyelenggaraan Pembiayaan Untuk Keluarga Miskin dan Masyarakat Rentan

Page 54: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 54

Pelayanan kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh puskesmas tertentu sebagai

UPTD kesehatan kabupaten/kota, meliputi ; Pelayanan Kesehatan Kerja,

Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut, Pelayanan Gizi dan Rujukan.

Page 55: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 55

BAB IV

RELEVANSI KEBIJAKAN KESEHATAN GRATIS DI KSB

DENGAN KEBIJAKAN NASIONAL

3.1. Inventarisasi Peraturan Perundang-Undangan

Kesehatan pada hakikatnya merupakan salah satu bagian dari hak asasi manusia.

Deklarasi Universal HAM PBB dalam Pasal 25 menjamin hak mendapatkan suatu

standar kehidupan yang memadai untuk kesehatan. Dalam implementasinya, negara

masing-masing anggota PBB dapat menjabarkannya dalam ketentuan hukum positif.

Hak asasi manusia itu sendiri bersifat universal dan menurut Deklarasi Wina (1993)

negara memiliki kewajiban menegakkan hak asasi manusia dan menganjurkan

pemerintah-pemerintah untuk menggabungkan standar-standar yang terdapat dalam

instrumen-instrumen hak asasi manusia internasional ke dalam hukum nasional.

Di Indonesia, negara memiliki kewajiban menjamin hak atas kesehatan sesuai

ketentuan Pasal 28 H Ayat (1) UUD 1945 (pasca perubahan). Ketentuan

konstitusional di atas kemudian dijabarkan ke dalam UndangUndang Nomor 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992

tentang Kesehatan yang kemudian di rubah dengan Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan. Selain itu, dengan diratifikasinya The International

Covenant on Economic, Social and Cultural Rights PBB (1966) oleh Indonesia,

sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang

Pengesahan International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights

(Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4557), maka dengan demikian ada kewajiban bagi negara

melakukan sejumlah upaya pemenuhan hak atas kesehatan. Beberapa hukum

internasional yang mengatur tentang HAM terkait kesehatan, yakni ;

1) Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights (UDHR). Pasal 6 dan 7

International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR)

2) Pasal 12 International Covenant on Economic, Social and Cultural Right (ICESCR)

3) Pasal 5 International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination (ICERD).

4) Pasal 11, 12 dan 14 Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (Women’s Convention).

5) Pasal 1 Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading

Treatment or Punishment (Torture Convention, or CAT).

6) Pasal 24 Convention on the Rights of the Child (Children’s Convention, or CRC) Oleh karena kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan., tanpa

kesehatan, maka seseorang tidak akan mampu memperoleh hak-hak lainnya. Maka,

kesehatan menjadi salah satu ukuran selain tingkat pendidikan dan ekonomi, yang

menentukan mutu dari sumber daya manusia (Human Development Index).

Pelayanan kesehatan gratis yang bermutu atau berkualitas dan berkelanjutan adalah

merupakan inisiatif invatif pemerintah daerah kabupaten Sumbawa Barat yang telah

dituangkan dalam bentuk Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Pelayanan

Kesehatan/pengobatan gartis di Puskesmas dan jaringannya yang dijamin

Page 56: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 56

Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat. Dan dalam rangka mewujudkan

pelayanan kesehatan gratis yang bermutu/berkualitas dan berkelanjutan pemerintah

daerah KSB bermaksud untuk melakukan scalling-up dari perbup menjadi perda

dengan melakukan penyempurnaan sejumlah materi yang ada dalam perbup. Untuk

mewujudkan peraturan daerah yang efektif, dan dalam rangka sinkronisasi dan

harmonisasi dengan berbagai peraturan perundang-undangan lainnya dilakukan

inventarisasi peraturan perundang-undangan.

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi

negara, dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat dijelaskan

tugas negara adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan

kehidupan bangsa. Dalam rangka itu, negara kemudian membangun sistem

jaminan sosial, untuk mensejahterakan bangsa, salah satu bentuk upaya tersebut

adalah dalam bentuk peraturan, dan secara konstitusional, hak-hak masyarakat

dijamin dan dilindungi. Pasal 34 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa:

(a) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

(b) Negara mengembangkan sistem jaringan sosial bagi seluruh rakyat

dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai

dengan martabat kemanusiaan

(c) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak

(d) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam

undang-undang”.

Pasal 28 A :

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan

kehidupannya.

Pasal 28H

(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,

dan medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta

berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

(2) Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk

memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai

persamaan dan keadilan.

(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan

pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartaba

t.

Pasal 28I

(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak

asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

(5) Untuk menegakan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan pri

n-sip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi

manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan

perundangan undangan.

b. TAP Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusi

Page 57: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 57

Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Aasi Manusia mengatur dan

menjamin hak setiap warga negara untuk dapat memperoleh pemenuhan

kebutuhan dasar, khususnya kesehatan dan hidup sejahtera, yakni tertuang

dalam :

a. Pasal 3 ; Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasar untuk

tumbuh dan berkembang secara layak.

b. Pasal 27; Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan batin.

c. Pasal 28 : Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan

sehat.

d. Pasal 29 : Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta

berkehidupan yang layak.

e. Pasal 30 : Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan

khusus di masa kanak-kanak, di hari tua, dan apabila menyandang

cacat.

f. Pasal 31 : Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang

memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia

yang bermartabat.

g. Pasal 33 : Setiap orang berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan.

h. Pasal 40 : Kelompok masyarakat yang rentan, seperti anak-anak dan

fakir miskin, berhak mendapatkan perlindungan lebih terhadap hak

asasinya.

c. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Manusia

Undang-undang ini merupakan undang-undang HAM pertama yang lahir di

Indonesia, dalam Undang-undang ini diatur tentang HAM terkait bidang

kesehatan, sebagai berikut ;

1) Pasal 9 ayat (3) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan

sehat.

2) Pasal 11, Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk

tumbuh dan berkembang secara layak.

3) Pasal 41 ayat (1) (1) Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial

yang dibutuhkan untuk hidup layak serta untuk perkembangan

priadinya secara utuh. Ayat (2) Setiap penyandang cacat, orang yang

berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak, berhak memperoleh

kemudahan dan perlakuan khusus.

4) Pasal 42 : Setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan

atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan,

pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin

kehidupan yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya,

meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi

dalam kehidupan bennasyarakat, berbangsa, dan bemegara.

5) Pasal 62 ; Setiap anak berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

dan jaminan sosial secara layak, sesuai dengan kebutuhan fisik dan

mentap spiritualnya.

6) Pasal 71 Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati,

melindungi, menegakan, dan memajukan hak asasi manusia yang

diatur dalam Undang-undang ini, peraturan perundang-undangan

lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia

yang.diterima oleh negara Republik Indonesia.

d. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial

Page 58: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 58

Dalam rangka mwujudkan cita-cita bangsa, dan sebagai tanggung jawab negara

untuk mensejahterakan seluruh masyarakat, ditetapkan Undang-undang No.40

Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial. Undang-undang ini secara ekplisit

menjelaskan jaminan sosial negara terhadap warganya, termasuk jaminan sosial

kesehatan antara lain tercantum dalam pasal :

1) Pasal 1 angka 1 yang dimaksud dengan Jaminan sosial adalah salah satu

bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat

memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

2) Pasal 2 Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan

asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.

3) Pasal 3 Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan

jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap

peserta dan/atau anggota keluarganya.

4) Pasal 18 Jenis program jaminan sosial meliputi :

a. jaminan kesehatan;

b. jaminan kecelakaan kerja;

c. jaminan hari tua;

d. jaminan pensiun; dan

e. jaminan kematian.

5) Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) :

(1) Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan

prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.

(2) Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar

peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

e. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-undang ini menggantikan UU Nomor 23 Tahun Tahun 1992 tentang

Kesehatan, terdiri dari 22 bab dengan jumlah pasal sebanyak 205 pasal,

mengatur tentang Ketentuan umum, Asas dan tujuan, Hak dan kewajiban,

Tanggung jawab pemerintah, Sumber daya di bidang kesehatan, Upaya

kesehatan, Kesehatan ibu, bayi, anak, Remaja, lanjut usia, dan penyandang cacat,

Kesehatan jiwa, Penyakit menular dan tidak menular, Kesehatan lingkungan,

Kesehatan kerja, Pengelolaan kesehatan, Informasi kesehatan, Pembiayaan

kesehatan, Peran serta masyarakat, Badan pertimbangan kesehatan, Pembinaan

dan pengawasan, Penyidikan, Ketentuan pidana, Ketentuan peralihan, Ketentuan

penutup.

Dalam Undang-undang ini, menekankan tujuan pembangunan kesehatan adalah

untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan nasional, yakni ; melindungi

segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan seterusnya. Dalam UU Nomor 36 Tahun 2009, secara

tegas menekankan bahwa kesehatan adalah sebagai hak asasi manusia dan salah

satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan.

Undang-undang ini, meletakkan pembangunan kesehatan, bukan sebatas

pemerintah, dan pembangunan kesehatan bukan sekedar upaya penyembuhan

penyakit semata, tetapi dalam pembangunan kesehatan membutuhkan adanya

partisipasi masyarakat yang luas, dan cakupan upaya kesehatan dilkukan secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi; upaya promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Page 59: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 59

1) Tentang Pengertian Kesehatan, Asas dan Tujuan diatur dalam Pasal 1 angka

1; yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara

fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pasal 2 dan Pasal 3

tentang asas dan tujuan. Pasal 2 ; Pembangunan kesehatan

diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan,

manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban,

keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama. Pasal 3

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi

bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial

dan ekonomis.

2) Tentang hak-hak masyarakat dalam kesehatan diatur dalam Pasal 4 Setiap

orang berhak atas kesehatan. Pasal 5 ayat (1) Setiap orang mempunyai

hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang

kesehatan. ayat (1) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh

pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. ayat (3) Setiap

orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri

pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Pasal 6 Setiap orang

berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat

kesehatan. Pasal 7 Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan

edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. Pasal

8 Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan

dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan

diterimanya dari tenaga kesehatan.

3) Tentang Tanggung jawab pemerintah diatur dalam Pasal 19 Pemerintah

bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang

bermutu, aman, efisien, dan terjangkau. Pasal 50 ayat (1) Pemerintah

dan pemerintah daerah bertanggung jawab meningkatkan dan

mengembangkan upaya kesehatan. ayat (2) Upaya kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memenuhi

kebutuhan kesehatan dasar masyarakat. Pasal 54 ayat (1)

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara

bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif.

(2) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas

penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1). Pasal 62 ayat (3) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin dan

menyediakan fasilitas untuk kelangsungan upaya peningkatan kesehatan

dan pencegahan penyakit.

4) Tentang pembiayaan kesehatan diatur dalam Pasal 170, pasal 171 dan pasal

172. Pasal 170 :

(1) Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan

kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi,

teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan

berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan

kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

setinggi-tingginya.

(2) Unsur-unsur pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas sumber pembiayaan, alokasi, dan pemanfaatan.

(3) Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari Pemerintah, pemerintah

daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain.

Page 60: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 60

Pasal 171 :

(1) Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar

5% (lima persen) dari anggaran pendapatan dan belanja negara di

luar gaji.

(2) Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi,

kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari

anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji.

(3) Besaran anggaran kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2) diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang

besarannya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari anggaran

kesehatan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara dan

anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Pasal 172

(1) Alokasi pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 171

ayat (3) ditujukan untuk pelayanan kesehatan di bidang pelayanan

publik, terutama bagi penduduk miskin, kelompok lanjut usia, dan anak

terlantar.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara alokasi pembiayaan

kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Pemerintah.

f. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Undang-undang ini terdiri dari 15 Bab, sebanyak 66 pasal, mengatur tentang

ketentuan umum, asas dan tujuan, tugas dan fungsi tanggung jawab pemerintah

dan pemerintah daerah, Persyaratan, jenis dan klasifikasi, perizinan, kewajiban

dan hak, penyelenggaraan, pembiayaan, pencatatan dan pelaporan, pembinaan

dan pengawasan, ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.

Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, diatur tentang :

1) Pasal 2 Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan

didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat,

keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan

dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

2) Pasal 3 Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:

a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan;

b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,

masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia

di rumah sakit;

c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan

rumah sakit; dan

d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat,

sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.

3) Bab IV Tanggung Jawab Pemerintah Dan Pemerintah Daerah, diatur

dalam Pasal 6 ayat (1) point a s.d.e sebagai berikut :

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk :

a. menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat;

Page 61: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 61

b. menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi

fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan

peraturan perundangundangan;

c. membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit;

d. memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat

memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan

bertanggung jawab;

e. memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa

pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan;

4) Bab VIII Kewajiban Dan Hak, tentang Kewajiban Pasal 29 : (1) Setiap

Rumah Sakit mempunyai kewajiban :

a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah

Sakit kepada masyarakat;

b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,

antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan

pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;

c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai

dengan kemampuan pelayanannya;

d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada

bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya;

e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak

mampu atau miskin;

f. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan

fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan

gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan

korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi

misi kemanusiaan;

g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;

g. Undang-Undang Republik Indonesianomor 11 Tahun 2009

Tentang Kesejahteraan Sosial

1) Bab I Ketentuan, pasal 1 point 1 : Dalam Undang-Undang ini yang

dimaksudkan dengan: Kesejahteraan Sosial adalah kondisi

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga

negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,

sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

2) Bab II Asas dan Tujuan, pasal 3 butir a Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan meningkatkan taraf kesejahteraan,

kualitas, dan kelangsungan hidup;

3) Bab III, Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

Pasal 4 Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan

kesejahteraan sosial. Pasal 5 ayat (2 Penyelenggaraan

kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak

layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial:

a. kemiskinan;

b. ketelantaran;

Page 62: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 62

c. kecacatan;

d. keterpencilan;

e. ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku;

f. korban bencana; dan/atau

g. korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

Pasal 9 ayat (1) huruf a Jaminan sosial dimaksudkan untuk:

menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia

terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan

mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalah

ketidakmampuan sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya

terpenuhi. Ayat (2) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a diberikan dalam bentuk asuransi kesejahteraan

sosial dan bantuan langsung berkelanjutan.

Pasal 10 ayat (1) Asuransi kesejahteraan sosial diselenggarakan

untuk melindungi warga negara yang tidak mampu membayar

premi agar mampu memelihara dan mempertahankan taraf

kesejahteraan sosialnya ayat (2) Asuransi kesejahteraan sosial

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk

bantuan iuran oleh Pemerintah.

4) Bab IV Penanggulangan Kemiskinan, pasal Pasal 19

Penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan, program, dan

kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok

dan/atau masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai

sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan

yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 21 Penanggulangan

kemiskinan dilaksanakan dalam bentuk point d adalah penyediaan

akses pelayanan kesehatan dasar.

5) Bab V Tanggung Jawab Dan Wewenang, Pasal 29Tanggung jawab

pemerintah kabupaten/kota dalam menyelenggarakan

kesejahteraan sosial meliputi:

a. mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan

kesejahteraan sosial dalam anggaran pendapatan dan

belanja daerah;

b. melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial di

wilayahnya/bersifat lokal, termasuk tugas pembantuan;

c. memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada

masyarakat yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial;

h. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik

Undang-Undang pelayanan publik mengatur tentang pelayanan

pengadaan barang dan jasa, termasuk adalah pelayanan bidang

kesehatan, sebagaimana tertuang dalam :

1) Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 1 : Pelayanan publik adalah

kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-

Page 63: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 63

undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,

jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.

2) Bab II Maksud, Tujuan, Asas, Dan Ruang Lingkup, pasal 4 :

Penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan:

a. kepentingan umum;

b. kepastian hukum;

c. kesamaan hak;

d. keseimbangan hak dan kewajiban;

e. keprofesionalan; f. partisipatif;

g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;

h. keterbukaan; i. akuntabilitas;

j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;

k. ketepatan waktu; dan

l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Pasal 5

(1) Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik

dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan.

(2) Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal,

komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan

sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam,

pariwisata, dan sektor lain yang terkait.

3) Bab IV Hak, Kewajiban, Dan Larangan. Pasal 14 Penyelenggara memiliki hak:

a. memberikan pelayanan tanpa dihambat pihak lain yang bukan

tugasnya;

b. melakukan kerja sama;

c. mempunyai anggaran pembiayaan penyelenggaraan pelayanan

publik;

d. melakukan pembelaan terhadap pengaduan dan tuntutan yang

tidak sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan

pelayanan publik; dan

e. menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 15 Penyelenggara berkewajiban:

a. menyusun dan menetapkan standar pelayanan;

b. menyusun, menetapkan, dan memublikasikan maklumat

pelayanan;

c. menempatkan pelaksana yang kompeten;

d. menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan

publik yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang

memadai;

e. memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas

penyelenggaraan pelayanan publik;

f. melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan;

Page 64: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 64

g. berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan

publik;

h. memberikan pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang

diselenggarakan;

i. membantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggung

jawabnya;

j. bertanggung jawab dalam pengelolaan organisasi

penyelenggara pelayanan publik;

k. memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang

berlaku apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung

jawab atas posisi atau jabatan; dan

l. memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir atau

melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan

pejabat yang berwenang dari lembaga negara atau instansi

pemerintah yang berhak, berwenang, dan sah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 16 Pelaksana berkewajiban:

a. melakukan kegiatan pelayanan sesuai dengan penugasan yang

diberikan oleh Penyelenggara;

b. memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan pelayanan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

Pasal 17 Pelaksana dilarang:

a. merangkap sebagai komisaris atau pengurus organisasi usaha

bagi pelaksana yang berasal dari lingkungan instansi

pemerintah, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik

daerah;

b. meninggalkan tugas dan kewajiban, kecuali mempunyai alasan

yang jelas, rasional, dan sah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan;

c. menambah Pelaksana tanpa persetujuan Penyelenggara;

d. membuat perjanjian kerja sama dengan pihak lain tanpa

persetujuan Penyelenggara; dan

e. melanggar asas penyelenggaraan pelayanan publik.

Pasal 18 Masyarakat berhak:

a. mengetahui kebenaran isi standar pelayanan;

b. mengawasi pelaksanaan standar pelayanan;

c. mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan;

d. mendapat advokasi, perlindungan, dan/atau pemenuhan

pelayanan;

e. memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk

memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak

sesuai dengan standar pelayanan;

f. memberitahukan kepada Pelaksana untuk memperbaiki

pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai

dengan standar pelayanan;

g. mengadukan Pelaksana yang melakukan penyimpangan standar

pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada

Penyelenggara dan ombudsman;

Page 65: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 65

h. mengadukan Penyelenggara yang melakukan penyimpangan

standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan

kepada pembina Penyelenggara dan ombudsman; dan

i. mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan

tujuan pelayanan.

4) Penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan Khusus Pasal 29 :

(1) Penyelenggara berkewajiban memberikan pelayanan dengan

perlakuan khusus kepada anggota masyarakat tertentu sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik dengan

perlakuan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang

digunakan oleh orang yang tidak berhak.

5) Perilaku Pelaksana dalam Pelayanan . Pasal 34 Pelaksana dalam

menyelenggarakan pelayanan publik harus berperilaku sebagai

berikut:

a. adil dan tidak diskriminatif;

b. cermat;

c. santun dan ramah;

d. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut;

e. profesional;

f. tidak mempersulit;

g. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;

h. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas

institusi penyelenggara;

i. tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib

dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

j. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari

benturan kepentingan;

k. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas

pelayanan publik;

l. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan

dalam menanggapi permintaan informasi serta proaktif dalam

memenuhi kepentingan masyarakat;

m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau

kewenangan yang dimiliki;

n. sesuai dengan kepantasan; dan o. tidak menyimpang dari prosedur.

i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

hk.02.02/menkes/095/1/2010 Tentang Penyelenggaraan

Jaminan kesehatan

1) BAB I, Ketentuan Umum Pasal 1 yang dimaksud dengan jaminan kesehatan

adalah salah satu bentuk perlindungan sosial di bidang kesehatan untuk

menjamin agar memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang layak, bersifat

pelayanan kesehatan menyeluruh (komprehensif) mencakup pelayanan

promotif, preventif, serta kuratif dan rehabilitatif yang diberikan secara

berjenjang dan dengan mutu yang terjamin serta pembayaran secara pra

upaya, diselenggarakan dalam mekanisme asuransi sosial.

Page 66: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 66

2) Bab II, Tujuan, Prinsip dan Ruang Lingkup. Pasal 2 : jaminan kesehatan

diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta dan atau

keluarganya memperoleh manfaat jaminan kesehatan dan perlindungan

dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

3) Bab III, Kepesertaan. Pasal 5 ayat (1) setiap orang dapat menjadi peserta

jaminan kesehatan (2) peserta jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) terdiri dari :

a. Kelompok masyarakat miskin dan tidak mampu

b. Kelompok pekerja formal ; dan

c. Kelompok pekerja non formal.

Pasal 7 ayat (1) pemerintah daerah kabupaten/kota menetapkan

masyarakat miskin dan orang yang tidak mampu menjadi peserta jaminan

kesehatan berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.

Ayat (5) Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah daerah

Kabupaten/Kota dapat memperluas kepesertaan dengan menetapkan

daftar kepesertaan Penerima Bantuan Iuran Pemerintah Daerah Provinsi

dan Penerima Bantuan Iuran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

4) Bab IV Pelayanan Kesehatan. Pasal 10 ayat (1) Pelayanan kesehatan bagi peserta dilakukan secara berjenjang dan terstruktur di PPK milik

pemerintah dan atau swasta yang menjalin kerjasama dengan Badan

Penyelenggara. Ayat (2) PPK sebagaimana dimaksud ayat (1) antara lain

Puskesmas, dokter praktek swasta, dokter gigi praktek swasta, dokter

keluarga, dokter gigi keluarga, dokter spesialis, dokter gigi spesialis, klinik,

rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta dan balai kesehatan. Ayat (3)

PPK dilarang menolak peserta yang ingin mendapatkan pelayanan

kesehatan. Ayat (4) PPK wajib melayani peserta dengan menerapkan

kendali mutu dan kendali biaya.

Page 67: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 67

BAB V

URGENSI DAN LANDASAN PERUBAHAN KEBIJAKAN KESEHATAN GRATIS

Pada bab dua telah dijelaskan alasan-alasan mengapa perlu dilakukan scalling up untuk

perubahan perbup nomor 9 tahun 2006 tentang pelayanan kesehatan dan pengobatan

gratis di puskesmas dan jaringannya yang dijamin oleh Pemerintah Daerah KSB, untuk

memperkuat alasan tersebut pada bagian kelima ini akan dijabarkan mengenai landasan

pembentukan peraturan daerah tentang pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis di

Kabupaten Sumbawa Barat. Landasan tersebut meliputi landasan filosofis, soiopolitik

dan landasan yuridis.

5.1. Landasan Filosofis

Secara filosofis ada tiga landasan filosofi pembentukan Peraturan Daerah ini.

Pertama, adalah landasan kesehatan sebagai hak azasi manusia dan merupakan

investasi bagi pembangunan daerah KSB di masa mendatang. Landasan ini

didasari pemikiran bahwa kesehatan adalah hak dan investasi bagi KSB. Semua

warga negara, khususnya adalah penduduk KSB berhak atas kesehatan, terutama

adalah penduduk KSB yang berasal atau merupakan keluarga fakir miskin.

Kesehatan yang baik dan prima memungkinkan seseorang hidup lebih produktif

baik secara sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu, kesehatan menjadi salah

satu hak dan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, agar setiap individu dapat

berkarya dan menikmati kehidupan yang bermartabat. Saat ini jasa pelayanan

kesehatan makin lama makin mahal. Tingginya biaya kesehatan yang harus

dikeluarkan oleh perseorangan, menyebabkan tidak semua anggota masyarakat

mampu untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Selain itu,

kemampuan pemerintah untuk mensubsidi pelayanan kesehatan sangat rendah.

Tanpa sistem yang menjamin pembiayaan kesehatan, maka akan semakin banyak

masyarakat yang tidak mampu yang tidak memperoleh pelayanan kesehatan

sebagaimana yang mereka butuhkan.

Dengan kecenderungan meningkatnya biaya hidup, termasuk biaya pemeliharaan

kesehatan, diperkirakan beban masyarakat terutama penduduk berpenghasilan

rendah akan bertambah berat. Biaya kesehatan yang meningkat akan

menyulitkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

dibutuhkannya, terutama bila pembiayaannya harus ditanggung sendiri (out of

pocket) dalam sistem fee for services.

Sistem fee for service untuk sistem pelayanan kesehatan menyebabkan

masyarakat sulit menjangkau pelayanan kesehatan yang layak. Namun, apabila

hendak ikut asuransi, tidak banyak masyarakat yang mampu membayar biaya

premi. Sebagai contoh, pada tahun 2003, biaya rawat inap pasien di rumah sakit

selama lima hari menghabiskan 1,4 kali rata-rata pendapatan sebulan penduduk

KSB. Tahun 2004 biaya ini melonjak menjadi 2,7 kali. Apabila biaya tersebut

tidak ditanggung oleh kantor atau asuransi, berarti biaya rumah tangga orang

yang bersangkutan akan tersedot untuk membayar perawatan di rumah sakit.

Pertanyaannya adalah bagaimana dan apa yang terjadi dengan penduduk miskin

apabila mereka sakit, sementara biaya kesehatan makin meningkat dari waktu ke

waktu.

Sehubungan dengan hal tersebut, , keberadaan sistem asuransi kesehatan yang

mencakup seluruh penduduk mendesak untuk diwujudkan. Jika tidak, akan

Page 68: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 68

banyak penduduk terutama penduduk miskin akan mengalami kesulitan untuk

dapat mengakses pelayanan kesehatan, apalagi pada saat perdagangan bebas di

sektor jasa mulai diberlakukan.

Kesehatan menjadi salah satu hak dan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi,

agar setiap individu dapat berkarya dan menikmati kehidupan yang baik dan

bermartabat dan karena itulah Pemerintah Daerah KSB pada tahun 2006 telah

menetapkan program pelayanan kesehatan dan pengobatan secara gratis, dan

dalam rangka pengembangan program di masa mendatang membutuhkan

Peraturan Daerah.

Kedua, adalah landasan filosofi konstitusional. Bahwa dalam Undang-Undang

Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk

hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan

dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat (1) menyatakan bahwa “Fakir

miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Ayat (2) “Negara

mengembangkan system jaminan social bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai martabat

kemanusiaan”. Ayat (3) “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.

Landasan konstitusional itupula yang menjadi dasar lahirnya Undang Undang

Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 4 sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyatakan

bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat

kesehatan yang optimal. Dalam konstitusi kita secara eksplisit telah menegaskan

bahwa kesehatan adalah sebagai hak asasi manusia sebagai tanggung jawab

Pemerintah, dan pemerintah daerah KSB telah melaksanakan tanggung jawab

tersebut dengan telah mengeluarkannya Peraturan bupati Nomor 9 tahun 2006

tentang Pelayanan Kesehatan dan pengobatan gratis yang di puskesmas dan

jaringannya yang dijamin oleh Pemerintah Daerah. Dalam rangka untuk

meningkatkan derajat kesehatan, maka selain memberikan akses pelayanan

kesehatan bagi penduduk KSB, terpenting di masa mendatang adalah bagaimana

pemerintah daerah dapat meningkatkan mutu/kualitas pelayanan kesehatan dan

pengobatan secara gratis agar tujuan pemberian pelayanan kesehatan, bukan

semata-mata untuk menyediakan pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis,

melainkan pula adalah dapat meningkatkan mutu/kualitas pelayanan kesehatan

dan pengobatan gratis, sehingga program pelayanan kesehatan dan pengobatan

gratis pada akhirnya dapat membawa perubahan yang signifikan bagi

peningkatan derajat kesehatan masyarakat KSB, khususnya dan dapat

memberikan konstribusi terhadap pencapaian pembangunan kesehatan secara

nasional.

Menyadari berbagai kelemahan yang ada dalam program pelayanan kesehatan

dan pengobatan gratis yang berlangsung selama ini, maka Pemerintah Daerah

KSB memandang perlu untuk melakukan penyempurnaan terhadap materi

kebijakan, perbaikan ini ditujukan untuk mendorong adanya peningkatan

terhadap mutu atau kualitas pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis,

mendorong adanya keadilan dan pemerataan program dengan memberikan

perhatian khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, para ibu dan para lanjut

usia yang terlantar baik di perkotaan maupun di pedesaan. Prioritas diberikan

pula kepada daerah terpencil, pemukiman baru, wilayah perbatasan dan daerah

Page 69: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 69

kantong-kantong keluarga miskin, melalui program Pembangunan kesehatan

yang berkelanjutan, diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan

mensejahteraan masyarakat KSB, yang sesungguhnya merupakan tanggung

pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa Barat.

Ketiga, visi bangsa dalam pembangunan kesehatan Indonesia, adalah merupakan

bagian dari visi dan misi pembangunan KSB lima tahun kedepan. Visi ini sejalan

dengan tujuan bangsa Indonesia, sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD

45 alinea IV Pembukaaan UUD 45 yaitu : melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial Agar

tujuan tersebut dapat tercapai, Pemerintah Daerah tentu perlu berusaha untuk

memajukan derajat kesehatan setiap warganya secara intens dan berkelanjutan,

agar tercapai pula kesejahteraan sosial masyarakat KSB. Bertitik tolak dari

gagasan tentang pentingnya kesejahteraan sosial bagi masyarakat KSB dimasa

mendatang sebagai amanah yang tertuang di dalam UUD 1945, maka Pemerintah

Daerah KSB memandang sudah sepatutnya, Pemerintah Daerah KSB dapat

berperan aktif dalam usaha untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang lebih

baik, lebih manusiawi dan bermartabat melalui penyediaan pelayanan kesehatan

dan pengobatan secara gratis.

Langkah konkret yang ditempuh adalah dengan melakukan scalling-up

perubahan perbup menjadi perda pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis

yang berkualitas dan berkelanjutan di Kabupaten Sumbawa Barat sebagai dasar

hukum, sekaligus upaya untuk penyempurnaan program pelayanan kesehatan

dan pengobatan gratis di KSB. Scalling up perbup menjadi perda ini

dimaksudkan agar; Pertama, program pelayanan kesehatan dan pengobatan

gratis memliki landasan hukum yang kuat, dapat memberikan kepastian atas

keberlangsungan program dimasa mendatang, serta mendorong adanya

kepastian upaya untuk peningkatkan perlindungan dan jaminan pelayanan dan

pengobatan gratis yang bermutu/berkualitas bagi masyarakat fakir miskin.

Kedua, scalling-up ini juga dimaksudkan untuk menjamin interkoneksi dan

integrasi pelbagai komponen perundang-undangan di bidang kesehatan yang

terus mengalami perubahan dan perkembangan, dan oleh karena itupula

dibutuhkan adanya penyesuaiakan kebijakan kesehatan di daerah, khususnya

adalah perbup pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis. Integrasi ini untuk

memastikan pula bahwa pelaksanaan Peraturan Daerah ini nantinya, tidak

terkendala dengan pelbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan

diharapkan dengan adanya Perda ini proram pelayanan kesehatan dan

pengobatan gratis dapat lebih baik dan sempurna. Ketiga, melalui scalling-up

ini diharapkan Perda (dasar hukum baru) ini akan memberi orientasi baru

program pembangunan kesehatan di KSB yang lebih komprehensif, serta sejalan

dengan perkembangan paradigma pembangunan kesehatan, perkembangan

kebijakan nasional, iptek dan perkembangan global saat ini, sekaligus untuk

mengantisipasi kecenderungan masalah dan perkembangan kesehatan di daerah.

Keempat, dasar hukum baru ini akan memberi kerangka baru pembangunan

kesehatan di KSB yang tidak semata-mata memberikan pelayanan kesehatan dan

pengobatan gratis, yang bersifat kuratif dan rehabilitatif, melainkan pula bersifat

preventif dan promotif. Peraturan daerah ini memastikan bahwa pembangunan

kesehatan melalui program pemberian pelayanan kesehatan dan pengobatan

Page 70: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 70

secara gratis dilaksanakan dengan tetap menjaga mutu/kualitas pelayanan

kesehatan, sekaligus memastikan keberlangsungan program dimasa mendatang.

Secara garis besar, Peraturan Daerah ini (pelayanan kesehatan dan pengobatan

gratis) ini diarahkan untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan dan

pengobatan secara gratis yang lebih bermutu/berkualitas dan terjamin

berkelanjutannya di masa mendatang sehingga melalui langkah itupula

diharapkan tingkat derajat kesehatan masyarakat KSB semakin meningkat,

khususnya adalah masyarakat fakir miskin, harkat, martabat dan kualitas hidup

masyarakat miskin, mengembangkan prakarsa dan peran aktif masyarakat

miskin, mencegah dan menangani masalah kesehatan warga miskin,

mengembangkan sistem perlindungan dan jaminan kesehatan bagi warga miskin,

serta memperkuat derajat kesehatan bagi setiap warga negara penduduk KSB

yang tergolong fakir dan miskin.

5.2. Landasan Sosiopolitis

Komitmen politik Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih periode 2010-

2015 adalah melanjutkan program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis di

puskesmas dan jaringannya. Komitmen tersebut telah tertuang dalam RPJMD

KSB 2010-2015, maupun dalam RPJP KSB 2025. Secara sosial, program

pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis yang telah dimulai dilaksanakan

sejak tahun 2006, dinilai masyarakat sebagai program yang sangat baik,

memiliki dampak dan manfaat langsung bagi masyarakat, program ini sekaligus

sebagai bentuk dan wujud nyata atas pemenuhan janji politik Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah terpilih terhadap masyarakat.

Selama ini, Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan dan Pengobatan gratis

yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah KSB, berlandaskan pada Perbup

Nomor 9 tahun 2006. Secara politis, komitmen pelaksanaan program pelayanan

kesehatan dan pengobatan gratis, belum mencerminkan sebagai komitmen

politik bersama dengan DPRD KSB yang notabennya adalah merupakan para

wakil rakyat di daerah. Kedepan, untuk menjamin dan memastikan program

pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis yang bermutu dan berkelanjutan

dibutuhkan adanya komitmen bersama seluruh stakeholders di daerah,

khususnya antara legislative dan eksekutif, sehingga diharapkan, secara politis

pula agenda program pelayanan dan pengobatan gratis menjadi agenda politik

DPRD yang mesti pula harus diperjuangkan dalam pengembangan kebijakan

maupun program.

Program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis, berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh LEGITIMID KSB, telah menemukan bahwa

secara sosial-politik, kebijakan penyelenggaraan program pelayanan kesehatan

dan pengobatan gratis, dinilai masyarakat KSB sebagai bentuk kebijakan yang

bersifat populis, mencerminkan kehendak atau keinginan masyarakat, membantu

masyarakat, khususnya masyarakat fakir miskin, meringankan biaya kesehatan

bagi masyarakat, serta dapat merubah pola hidup kesehatan masyarakat, dan

sebagian besar masyarakat KSB menginginkan agar program pelayanan

kesehatan gratis untuk tetap dipertahankan dan dilanjutkan di masa mendatang.

Dari hasil penelitian pula menemukan bahwa adanya apresiasi dukungan publik

atas rencana scalling-up perbup menjad perda yang begitu tinggi, hampir 98%

responden menginginkan adanya keberlanjutan program dan mengharapkan

Page 71: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 71

kedudukan atau status hukum Perbup ditingkatkan menjadi perda. Dan untuk

memastikan keberlangsungan program dimasa mendatang, diharapkan

Pemerintah Daerah KSB bersama dengan DPRD dan para stakeholders lainnya

yang memiliki perhatian terhadap bidang kesehatan untuk segera merespons dan

mengantisipasi pasca berakhirnya Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah saat

ini (2010-2015). Bentuk respons yang diharapkan adalah bagaimana Pemda dan

DPRD serta para stakeholders lainnya untuk segera mendorong perda pelayanan

kesehatan gratis yang berkualitas dan berkelanjutan di masa mendatang.

5.3. Landasan Yuridis

Undang Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan konstitusi WHO

menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap individu. Oleh

karena itu, negara bertanggungjawab untuk mengatur agar hak hidup sehat bagi

penduduknya dapat terpenuhi. MPR RI melalui perubahan keempat UUD 1945,

tanggal 10 Agustus 2002, telah melakukan pengubahan dan/atau penambahan

pada Pasal 34 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Negara mengembangkan sistem

jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah

dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”. Keputusan MPR RI

tersebut menjadi landasan yang kuat bagi dikembangkannya suatu sistem

jaminan kesehatan bagi keluarga miskin (JPK – Gakin) yang terkait dengan

penyelenggaraan sistem jaminan kesehatan yang selama ini telah dilaksanakan

yaitu Jaminan Kesehatan Nasional (Jamkesnas), yang menjadi bagian dari

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Selanjutnya, juga terdapat Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 527/Menkes/Per/ VII/1993 tentang Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang mencantumkan adanya suatu

paket pemeliharaan kesehatan yang berisi kumpulan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan oleh suatu badan penyelenggara dalam rangka melindungi dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, yang meliputi rawat jalan, rawat

inap, gawat darurat, dan penunjang.

Pemberian pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis, dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat merupakan bentuk pengamalan dila

ke-5 Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 secara jelas

dinyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi dasar

salah satu filosofis pembangunan bangsa, karenanya setiap warga Negara

Indonesia berhak atas kesejahteraan sosial, khususnya adalah dalam upaya

pemenuhan terhadap kebutuhan dasar (pelayanan kesehatan) yang sebaik-

baiknya. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

mengamanatkan Negara memelihara fakir miskin dan anak-anak yang

telantar, mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan

martabat kemanusiaan, serta bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

pelayanan kesejahteraan sosial yang layak yang diatur dengan undang-

undang.

Untuk memberikan perlindungan sosial dalam bidang kesehatan terhadap fakir

miskin, termasuk anak telantar sebagaimana yang diamanahkan dalam UUD 45,

dibutuhkan upaya dan langkah-langkah perlindungan sosial (protection

measures) sebagai perwujudan pelaksanaan kewajiban negara (state obligation)

dalam menjamin terpenuhinya hak dasar dasar warganya yang tidak mampu,

miskin atau marginal. Pemenuhan kebutuhan dasar, bidang kesehatan telah

diatur dalam UUD 1945 Pasal 28 huruf H ayat (3), Pasal 34 ayat (1) dan (2)

Page 72: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 72

mengatur mengenai hak-hak warga Negara dalam mewujudkan kesejahteraan

sosial, yaitu :

a. Pasal 27 ayat (2) menyatakan : “ Tiap-tiap warga Negara Indonesia

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

“.

b. Pasal 28 huruf H ayat (2) menyatakan : ”Setiap orang berhak mendapat

kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan

manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”

c. .Pasal 28 huruf H ayat (3) menyatakan : “ Setiap orang berhak atas

Jaminan Sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara

utuh sebagai manusia yang bermartabat “.

d. Pasal 34 ayat (1) menyatakan : “ Fakir miskin dan anak-anak yang

telantar dipelihara oleh negara “.

.Pasal 34 ayat (2) menyatakan : “ Negara mengembangkan sistem

jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat

yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan “.

Pasal-pasal dalam amanat konstitusi tersebut memberi penegasan bahwa setiap

warga Negara berhak atas kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya dan

pemerintah wajib melindungi kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia dan

berusaha untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi setiap warga Negara

Indonesia. Dengan demikian Kesejahteraan Sosial berasaskan Pancasila dan

berlandaskan UndangUndang Dasar Republik Indonesia 1945

Pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial selama ini diperkuat dengan

Pertama, UndangUndang Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak

Azasi Manusia. Pasal 9 ayat (3) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup

yang baik dan sehat. Pasal 11, Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan

dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara layak. Pasal 41 ayat (1) Setiap

warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup

layak serta untuk perkembangan priadinya secara utuh. Ayat (2) Setiap

penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-

anak, berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus. Pasal 62 ; Setiap

anak berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial

secara layak, sesuai dengan kebutuhan fisik dan mentap spiritualnya.

Kedua, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Jaminan

Sosial. Dalam undang-undang jaminan sosial, termasuk jaminan sosial

kesehatan antara lain tercantum dalam pasal : Pasal 1 angka 1 yang dimaksud

dengan Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk

menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya

yang layak. Pasal 18 Jenis program jaminan sosial meliputi :

a. jaminan kesehatan;

b. jaminan kecelakaan kerja;

c. jaminan hari tua;

d. jaminan pensiun; dan

e. jaminan kematian.

Pasal 19 ayat (1) Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. (2)(2) Jaminan

kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh

Page 73: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 73

manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan.

Ketiga, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Dalam Undang-undang ini, menekankan tujuan pembangunan kesehatan adalah

untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan nasional, yakni ; melindungi

segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan seterusnya. Pasal 1 angka 1; yang dimaksud dengan

kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial

dan ekonomis. Pasal 2 ; Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan

berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan,

penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan

nondiskriminatif dan norma-norma agama. Pasal 3 Pembangunan kesehatan

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia

yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pasal 4 Setiap orang berhak atas

kesehatan. Pasal 5 ayat (1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam

memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. ayat (1) Setiap orang

mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,

bermutu, dan terjangkau. ayat (3) Setiap orang berhak secara mandiri dan

bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan

bagi dirinya. Pasal 6 Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang

sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. Pasal 7 Setiap orang berhak untuk

mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan

bertanggung jawab. Pasal 8 Setiap orang berhak memperoleh informasi

tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah

maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan. Sedangkan Tanggung

jawab pemerintah diatur dalam Pasal 19 Pemerintah bertanggung jawab atas

ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan

terjangkau. Pasal 50 ayat (1) Pemerintah dan pemerintah daerah

bertanggung jawab meningkatkan dan mengembangkan upaya kesehatan.

ayat (2) Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-

kurangnya memenuhi kebutuhan kesehatan dasar masyarakat. Pasal 54 ayat

(1) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung

jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif. (2) Pemerintah dan

pemerintah daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan

kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 62 ayat (3) Pemerintah

dan pemerintah daerah menjamin dan menyediakan fasilitas untuk

kelangsungan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Ketiga, Undang-Undang Republik Indonesianomor 11 Tahun 2009 Tentang

Kesejahteraan Sosial. Pasal 1 point 1Kesejahteraan Sosial adalah kondisi

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar

dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya. Pasal 3 butir a Penyelenggaraan

kesejahteraan sosial bertujuan meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan

kelangsungan hidup. Pasal 10 ayat (1) Asuransi kesejahteraan sosial

diselenggarakan untuk melindungi warga negara yang tidak mampu

membayar premi agar mampu memelihara dan mempertahankan taraf

kesejahteraan sosialnya ayat (2) Asuransi kesejahteraan sosial sebagaimana

Page 74: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 74

dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk bantuan iuran oleh

Pemerintah.

Keempat, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009

Tentang Pelayanan Publik. Pasal 1 angka 1 : Pelayanan publik adalah kegiatan

atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan

penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pasal 18 Masyarakat berhak:

p. mengetahui kebenaran isi standar pelayanan;

q. mengawasi pelaksanaan standar pelayanan;

r. mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan;

s. mendapat advokasi, perlindungan, dan/atau pemenuhan pelayanan;

t. memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk

memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak

sesuai dengan standar pelayanan;

u. memberitahukan kepada Pelaksana untuk memperbaiki pelayanan

apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar

pelayanan;

v. mengadukan Pelaksana yang melakukan penyimpangan standar

pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada

Penyelenggara dan ombudsman;

w. mengadukan Penyelenggara yang melakukan penyimpangan standar

pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada pembina

Penyelenggara dan ombudsman; dan

x. mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan

pelayanan.

Pelayanan Khusus Pasal 29 (1)Penyelenggara berkewajiban memberikan

pelayanan dengan perlakuan khusus kepada anggota masyarakat tertentu

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

.

Kelima, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor hk.02.02/menkes/095/1/2010

Tentang Penyelenggaraan Jaminan kesehatan. Pasal 1 yang dimaksud dengan

jaminan kesehatan adalah salah satu bentuk perlindungan sosial di bidang

kesehatan untuk menjamin agar memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang

layak, bersifat pelayanan kesehatan menyeluruh (komprehensif) mencakup

pelayanan promotif, preventif, serta kuratif dan rehabilitatif yang diberikan

secara berjenjang dan dengan mutu yang terjamin serta pembayaran secara

pra upaya, diselenggarakan dalam mekanisme asuransi sosial. Pasal 2 :

jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta dan

atau keluarganya memperoleh manfaat jaminan kesehatan dan perlindungan

dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Pasal 5 ayat (1) setiap orang

dapat menjadi peserta jaminan kesehatan (2) peserta jaminan kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :

d. Kelompok masyarakat miskin dan tidak mampu

e. Kelompok pekerja formal ; dan

f. Kelompok pekerja non formal.

Pasal 7 ayat (1) pemerintah daerah kabupaten/kota menetapkan masyarakat

miskin dan orang yang tidak mampu menjadi peserta jaminan kesehatan

berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Ayat (5)

Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota dapat

Page 75: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 75

memperluas kepesertaan dengan menetapkan daftar kepesertaan Penerima

Bantuan Iuran Pemerintah Daerah Provinsi dan Penerima Bantuan Iuran

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Atas dasar alasan dan landasan itulah, maka perlu dibentuk perda tentang

pelayanan dan pengobatan gratis di kabupaten Sumbawa Barat.

Page 76: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 76

BAB VI

GAGASAN MATERI

RAPERDA TENTANG KESEHATAN GRATIS

A. MATERI MUATAN RAPERDA

Materi muatan rancangan peraturan daerah yang akan diatur adalah meliputi ;

6.1. Pengertian Umum

Beberapa pengertian pokok dalam rancangan peraturan daerah tentang

pelayanan dan pengobatan gratis, antara lain adalah ;

a. Pelayanan Kesehatan Gratis selanjutnya disebut Pelayanan adalah pelayanan

kesehatan dasar di Puskesmas dan Jaringannya dan pelayanan kesehatan

rujukan tertentu yang biayanya ditanggung Pemerintah Daerah;.

b. Peserta Program Pelayanan Kesehatan adalah seluruh penduduk Kabupaten

Sumbawa Barat yang belum mempunyai jaminan kesehatan yang berasal dari

program lain, yang terdaftar dan memiliki kartu identitas selanjutnya berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan.

c. Unit Pelayanan Kesehatan selanjutnya disingkat UPK adalah unit-unit yang

memberikan pelayanan kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat, yang

meliputi Puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan Rumah Sakit

Umum.

d. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disebut SPM adalah ketentuan

tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib

daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

e. Rawat Jalan Tingkat Pertama selanjutnya disebut RJTP adalah kegiatan

fungsional yang dilakukan oleh petugas medik atau petugas kesehatan lain

yang melayani berbagai jenis pelayanan kesehatan rawat jalan yang

dilaksanakan di puskesmas dan jaringannya.

f. Rawat Inap Tingkat Pertama selanjutnya RITP adalah kegiatan

fungsional yang dilakukan oleh petugas medik atau petugas kesehatan lain

yang melayani berbagai jenis pelayanan kesehatan rawat inap yang

dilaksanakan di puskesmas dan jaringanya.

g. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan selanjutnya RJTL adalah kegiatan

fungsional yang dilakukan oleh petugas medik atau petugas kesehatan lain

yang melayani berbagai jenis pelayanan kesehatan rawat jalan yang

dilaksanakan di rumah sakit dan jaringannya.

6.2. Asas-Asas Pelayanan Kesehatan Gratis

Pelayanan kesehatan gratis diselenggarakan berdasarkan asas ;

a. Kepentingan Umum

Yang dimaksud dengan asas kepentingan umum adalah Pemberian

pelayanan kesehatan gratis yang memprioritaskan penduduk KSB yang

belum memiliki jaminan asuransi kesehatan, dalam asas ini pelaksana

pelayanan kesehatan tidak dibolehkan untuk mengutamakan kepentingan

pribadi dan atau golongan atau hubungan kedekatan kekeluargaan dalam

pemberian pelayanan kesehatan.

b. Kesamaan hak

Yang dimaksud dengan asas kesamaan hak bahwa dalam pemberian

pelayanan kesehatan tidak dibolehkan untuk membedakan suku, ras,

Page 77: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 77

agama, golongan, gender, dan atau status ekonomi dan sosial, petugas

pelayanan kesehatan harus memperhatikan dan memprioritaskan kebutuhan

dan akses pelayanan kesehatan gratis bagi fakir miskin.

c. Profesional

Yang dimaksud dengan asas profesional adalah bahwa dalam pengelolaan

program dan pemberian pelayanan kesehatan gratis pelaksana pelayanan

kesehatan memiliki kompetensi atau keahlian yang memadai sesuai dengan

bidang tugas dan fungsinya.

d. Transparansi

Yang dimaksud dengan asas transpransi adalah bahwa dalam pengelolaan

program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, hingga pertanggungjawaban penyelenggaraan

pelayanan kesehatan gratis dilakukan secara terbuka, baik berkaitan

dengan lingkup pelayanan, prosedur pelayanan, maupun jenis pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat.

e. Akuntabilitas Publik

Yang dimaksud dengan asas akuntabilitas publik adalah bahwa dalam

pengelolaan program dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis

yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan (akuntabel), baik dari aspek

perencanaan, pelaksanaan, pelayanan maupun aspek kesehatan.

f. Partisipatif

Yang dimaksud dengan asas partisipatif adalah bahwa dalam pengelolaan

program, khususnya perencanaan program pelayanan kesehatan gratis

melibatkan masyarakat dan ada peningkatan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan,

dan harapan masyarakat

g. Kepastian Hukum

Yang dimaksud dengan asas kepastian hukum bahwa dalam penyelenggaraan

pelayanan kesehatan gratis berdasarkan atas peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan adanya jaminan dan perlindungan terhadap hak dan

kewajiban dalam pelayanan kesehatan, baik bagi penerima layanan maupun

petugas layanan kesehatan

h. Inovatif

Yang dimaksud dengan asas inovatif adalah bahwa dalam pengelolaan

program dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis yang diberikan

kepada masyarakat harus terus ditingkatkan dengan memberikan inovasi

yang baik untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

i. Cepat, cermat dan akurat

Yang dimaksud dengan asas cepat, cermat, akurat adalah bahwa

penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang diberikan dilakukan secara

cepat tanpa mengabaikan kecermatan dan akurasi medis.

j. Kendali mutu dan kendali biaya

Yang dimaksud dengan asas kendali mutu dan kendali biaya adalah bahwa

penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis yang dilaksanakan dapat

dipertanggung jawabkan dari segi mutu atau kualitas dengan pengelolaan

dan pembiayaan yang efektiv dan efisien.

k. Ketepatan waktu

Yang dimaksud dengan asas ketepatan waktu adalah penyelesaian setiap

jenis pelayanan dilakukan tepat waktu sesuai dengan standar pelayanan

kesehatan yang ditetapkan.

l. Fasilitas dan perlakukan khusus bagi kelompok rentan

Page 78: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 78

Bahwa yang dimaksud dengan fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok

rentan adalah pemberian kemudahan pelayanan kesehatan gratis bagi

kelompok rentan, seperti fakir miskin, anak terlantar, lanjut usia sehingga

tercipta keadilan dalam pelayanan kesehatan gratis.

6.3. Tujuan Pelayanan Kesehatan Gratis

Tujuan umum dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis adalah untuk

memberikan dan meningkatkan akses, mendorong adanya pemerataan dan

peningkatan mutu pelayanan kesehatan di KSB guna tercapainya derajat

kesehatan masyarakat KSB untuk mencapai peradaban yang fitrah. Yang

dimaksud dengan peradaban yang fitrah adalah suatu peradaban yang

menunjukkan tingkat kemajuan masyarakat, khusus untuk kemajuan masyarakat

di bidang kesehatan ditunjukkan dengan meningkatnya derajat kesehatan

masyarakat.

Secara khusus penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis ini adalah untuk :

a. meningkatkan akses pelayanan kesehatan ;

b. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal;

c. membantu meringankan beban biaya pelayanan kesehatan;

d. meningkatkan cakupan layanan kesehatan di Puskesmas beserta

jaringannya dan pada Rumah Sakit rujukan milik Pemerintah Kabupaten

Sumbawa Barat dan Rumah Sakit lain yang telah ditunjuk;

e. meningkatnya kualitas serta mutu pelayanan kesehatan masyarakat

Kabupaten Sumbawa Barat;

f. meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat Kabupaten

Sumbawa Barat;

g. menyediakan pembiayaan pelayanan kesehatan dengan pola Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Sumbawa barat.

6.4. Sasaran Program Pelayanan Kesehatan Gratis

Sasararan penerima program pelayanan kesehatan gratis ini adalah Warga

Negara Indonesia Penduduk Kabupaten Sumbawa Barat. Prioritas utama dari

penerima program adalah berasal dari masyarakat fakir miskin atau tidak

mampu, anak terlantar, lanjut usia dan kelompok rentan lainnya yang belum

memiliki jaminan asuransi kesehatan masyarakat.

Untuk dapat memperoleh program pelayanan kesehatan gratis, maka Warga

Negara Indonesia Penduduk Kabupaten Sumbawa Barat tersebut harus

memenuhi syarat, adapun syarat tersebut antara lain adalah meliputi;

a. Penduduk Kabupaten Sumbawa Barat ;

Untuk membuktikan bahwa seseorang adalah Penduduk KSB maka harus

dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP)

b. Berpendapatan/penghasilan rendah ;

Setiap Penduduk yang memiliki pendapatan yang rendah atau kurang untuk

memenuhi kebutuhan dasar, adalah prioritas utama penerima program.

Untuk membuktikan jumlah pendapatan yang dihasilkan setiap bulan/hari,

maka ditunjukkan dengan slip gaji/penghasilan dari instansi/perusahaan,

apabila tidak memiliki slip gaji, seperti pekerja buruh tani atau pekerjaan

sektor informal lainnya dapat dengan Surat Pernyataan yang dibuat oleh

yang bersangkutan, dan Surat keterangan penghasilan tersebut kemudian

diketahui atau disetujui oleh Pemerintah Desa/Kelurahan Setempat

c. Tidak memiliki jaminan Asuransi Kesehatan

Page 79: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 79

Penduduk yang bersangkutan membuat Surat Pernyataan yang dibubuhi

tanda tangan diatas materai, dan surat pernyataan tersebut kemudian

disetujui/diketahui oleh pemerintah desa/kelurahan setempat.

6.5. Cakupan Pelayanan Kesehatan Gratis

Apasajakah yang diberikan dalam program pelayanan kesehatan gratis?,

Cakupan dan ruang lingkup pelayanan kesehatan gratis, meliputi ;

a. pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta ;

b. pelayanan rujukan spesialistik di Rumah Sakit Daerah Kabupaten Sumbawa

Barat ; dan atau

c. Rumah Sakit Umum Daerah yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah.

Pelayanan rujukan di RSUD Kabupaten Sumbawa Barat memang belum dapat

dilaksanakan saat ini, karena belum ada RSUD KSB, untuk mengantisipasi

keberadaan RSUD KSB nantinya, maka perlu tetap dicantumkan cakupan

pelayanan di RSUD, sehingga apabila nanti proses pembangunan gedung RSUD

KSB selesai dan dapat dioperasionalkan tidak lagi melakukan perubahan

terhadap cakupan pelayanan kesehatan gratis yang telah ditetapkan dalam

Peraturan Daerah ini nantinya.

Adapun jenis-jenis pelayanan kesehatan gratis yang diberikan pemerintah daerah

KSB adalah meliputi;

a. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP);

Pelayanan rawat jalan tingkat pertama ini berlaku pada Puskesmas dan

jaringannya. Adapun Jenis Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama

(RJTP), meliputi :

- Pendaftaran. - Pemeriksaan dan konsultasi kesehatan, - Pelayanan pengobatan dasar, umum dan gigi, - Tindakan medis sederhana, - Pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk pemeriksaan ibu hamil dan ibu nifas,

- Imunisasi, - Pelayanan KB, - Pelayanan laboratorium sederhan dan penunjang lainnya,

b. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP);

Pelayanan rawat inap tingkat pertama ini berlaku pada Puskesmas

Perawatan dan rawat inap tingkat lanjutan kelas III (tiga) pada Rumah Sakit

Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan atau Rumah Sakit lain yang

telah ditunjuk oleh Pemerintah Daerah KSB. Adapun jenis Pelayanan Rawat

Inap Tingkat Pertama (RITP) ini meliputi :

- Pelayanan perawatan pasien,

- Persalinan normal dan perawatan nifas,

- Tindakan medis yang dibutuhkan,

- Pemberian obat-obatan (generik),

- Pemeriksaan laboratorium dan penunjang medis lainnya,

- Perawatan perbaikan gizi buruk;

c. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL);

Pelayanan rawat inap tingkat lanjutan berlaku pada kelas III (tiga)

Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan atau Rumah

Sakit lain yang telah ditunjuk Pemda KSB. Adapun Jenis Pelayanan Rawat

Inap Tingkat Lanjutan (RITL), meliputi :

Page 80: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 80

- akomodasi rawat inap kelas III, konsultasi kesehatan, Pemeriksaan fisik

dan penyuluhan kesehatan; penunjang diagnostik : laboratorium

klinik, patologi anatomi, radiologi dan elektromedik;

- operasi sedang dan berat;

- pelayanan rehabilitasi medis;

- perawatan intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU, PACU);

- pemberian obat (obat generik);

- pelayanan darah (3 bag/kantong);

- bahan dan alat kesehatan habis pakai;

- persalinan dengan resiko tinggi dan penyulih.

d. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) melalui poliklinik spesialis;

Pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan melalui poliklinik spesialis

sebagaimana berlaku pada Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten Sumbawa

Barat dan Rumah Sakil lain yang telah ditunjuk. Adapun jenis pelayanan

rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL) melalui poliklinik spesialis, meliputi

:

- konsultasi kesehatan, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan

oleh dokter spesialis atau umum;

- rehabilitas medis;

- penunjang diagnostik, laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik;

- tindakan medis kecil dan sedang;

- pemeriksaan dan pengobatan gigi lanjutan;

- pelayanan KB, termasuk kontap aktif, kontap pasca

persalinan/keguguran, penyembuhan efek samping dan komplikasinya;

- pemberian obat (obat generik);

- pelayanan darah (3 bag/kantong);

- pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi dan penyulih.

e. Pelayanan Kesehatan Luar Gedung;

Pelayanan kesehatan luar gedung berlaku untuk pemeriksaan dasar

kesehatan pada Puskesmas Keliling, Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) /

Pos Kesehatan Desa (poskesdes) dan Pos Kesehatan Pesantren

(poskestren) serta pelayanan kesehatan melalui kunjungan rumah bagi

pasien pasca rawat inap (home care). Adapun jenis pelayanan kesehatan

luar gedung, meliputi;

- perawatan rawat jalan melalui Puskesmas Keliling

- perawatan kesehatan pada posyandu/poskesdes dan poskestren;

- pelayanan kesehatan melalui kunjungan rumah bagi pasien pasca

rawat inap (home care);

- penyuluhan kesehatan;

- imunisasi;

- pelayanan ibu hamil melalui berbagai kegiatan/program;

- surveilans penyakit dan surveilans gizi;

- pelayanan nifas;

- kegiatan sweeping;

- fogging (pengasapan), pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

f. Pelayanan Gawat Darurat.

Pelayanan gawat darurat (emergency) berlaku pada seluruh unit pelayanan

kesehatan milik Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan Rumah Sakit

lain yang telah ditunjuk, jenis pelayanan yang diberikan adalah meliputi ;

kegiatan puskesmas termasuk penanganan obstetri – neonatal.

Page 81: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 81

6.6. Administrasi kepesertaan, prosedur pelayanan, dan perilaku pelaksana

pelayanan kesehatan gratis

a. Administrasi Kepesertaan

Untuk dapat memperoleh pelayanan kesehatan gratis, maka setiap penduduk

Kabupaten Sumbawa Barat yang memenuhi syarat sebagai peserta program,

berhak dan harus memiliki Kartu Peserta Pelayanan Kesehatan Gratis (KPPK-

Gratis) dari Pemerintah Daerah. Kartu ini sebagai Kartu Asuransi sekaligus bukti

bahwa penduduk yang bersangkutan telah tercatat sebagai peserta penerima

program pelayanan kesehatan gratis dari pemda. Dan untuk mendapatkan kartu

tersebut, maka penduduk yang bersangkutan harus memenuhi persyaratan,

secara administratif syarat tersebut meliputi ;

- memiliki Surat Keterangan Miskin dari Kepala Desa/Kelurahan yang

telah disetujui oleh BPD dan disahkan oleh Pemerintah Kecamatan

Setempat;

- memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kabupaten Sumbawa Barat

- memiliki Kartu Keluarga (KK) Kabupaten Sumbawa Barat;

- memiliki Surat Keterangan belum/tidak memiliki jaminan kesehatan

asuransi dari Pemerintah Desa/Kelurahan setempat yang disahkan oleh

Pemerintah Kecamatan setempat;

- memiliki Surat Keterangan Penghasilan/Pendapatan dari RT setempat

yang disahkan oleh Pemerintah Desa/Kelurahan setempat dan diketahui

oleh Pemerintah Kecamatan

Apabila didalam pelaksanaan pemberian layanan kesehatan gratis di lapangan

menemukan adanya penduduk yang memenuhi syrarat sebagai peserta, namun

karena sesuatu hal belum memiliki Kartu Asuransi Kesehatan Gratis, maka

Petugas Pelayanan berdasarkan rekomendasi atau keterangan dari pemerintahan

desa/kelurahan setempat, dapat memberikan pelayanan kesehatan gratis,

sepanjang dari hasil verifikasi yang dilakukan membuktikan bahwa memang

benar penduduk yang bersangkutan belum terdata atau tercatat sebagai

penerima program. Untuk kepentingan adminsitrasi, petugas kesehatan dapat

meminta penduduk yang bersangkutan untuk menunjukkan bukti Kartu Tanda

Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) atau Surat Keterangan Penduduk

sebagai pengganti Kartu Peserta sementara.

b. Prosedur Umum Pelayanan Kesehatan gratis

Prosedur pemberian pelayanan kesehatan gratis, dilakukan dengan ketentuan

sebagai berikut :

- Peserta layanan kesehatan gratis berkunjung ke Puskesmas atau

jaringannya atau Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat

atau Rumah Sakit yang telah ditunjuk

- Peserta menunjukkan Kartu Peserta Layanan Kesehatan Gratis kepada

Pelaksana Pelayanan Kesehatan

- Petugas pelaksana pelayanan kesehatan gratis memberikan layanan

kesehatan kepada peserta sesuai dengan standar pelayanan yang

ditetapkan

- khusus pelayanan kesehatan rujukan diberikan sesuai dengan

identitas medis, selanjutnya dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan

rujukan disertai surat rujukan dan kartu identitas yang ditunjukkan

sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan;

Apabila peserta tidak dapat menunjukkan Kartu Peserta atau identitas lain

berupa Kartu Tanda Penduduk atau Kartu Keluarga atau Surat Keterangan

Page 82: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 82

penduduk, karena adanya sesuatu hal, maka, peserta yang bersangkutan

diberikan kesempatan waktu paling lama 2 x 24 jam untuk memenuhi

persyaratan tersebut, dan apabila dalam batas waktu tersebut pasien atau

keluarganya/kuasanya tidak dapat juga memenui persyaratan, maka segala

biaya pelayanan kesehatan gratis tersebut ditanggung oleh pasien/keluarga

bersangkutan. Sedangkan terhadap kasus tertentu, seperti dalam penanganan

gawat darurat yang membutuhkan pelayanan/tindakan yang cepat, maka

petugas kesehatan terlebih dahulu harus menangani pasien yang bersangkutan,

dan peserta tidak diwajibkan untuk membawa atau menunjukkan surat rujukan

terlebih dahulu. Hal ini untuk menghindari penanganan gawat darurat menjadi

terhambat lantaran disebabkan ketiadaan Kartu.

c. Perilaku Pelaksana Pelayanan Kesehatan gratis

Perilaku para petugas pelayanan kesehatan gratis perlu diatur dalam peraturan

daerah ini, untuk memastikan dan mengikat para pelaksana pelayanan kesehatan

gratis bertindak sesuai dengan standar pelayanan kesehatan. perilaku yang diatur

dalam perda ini meliputi keharusan untuk;

- adil dan tidak diskriminatif;

- cermat;

- santun dan ramah;

- tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut;

- profesional;

- tidak mempersulit;

- patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;

- menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi

penyelenggara;

- terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan

kepentingan;

- tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan

kesehatan;

- tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi

permintaan pelayanan kesehatan, informasi serta proaktif dalam memenuhi

kepentingan penerima pelayanan kesehatan;

- tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang

dimiliki;

- sesuai dengan kepantasan; dan

- tidak menyimpang dari prosedur yang ditetapkan.

6.7. Standar Pelayanan kesehatan Gratis

Untuk menjaga mutu dan kualitas pelayanan kesehatan gratis, maka perlu

ditetapkan standar pelayanan minimal atau SPM. Standar pelayanan minimal

secara rinci diatur dalam peraturan bupati atau dinas terkait, sebagai kerangka

acuan atau pedoman dalam pemberian pelayanan kesehatan dan pengobatan

gratis yang dilaksanakan di puskesmas dan jaringannya. Materi yang perlu diatur

dalam standar pelayanan minimal tersebut, antara lain meliputi;

- dasar hukum;

- persyaratan;

- sistem, mekanisme, dan prosedur;

- jangka waktu penyelesaian;

Page 83: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 83

- biaya/tarif (khusus biaya ambulance);

- produk pelayanan;

- sarana, prasarana, dan/atau fasilitas;

- kompetensi Pelaksana;

- pengawasan internal;

- penanganan pengaduan, saran, dan masukan;

- jumlah Pelaksana;

- jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan kesehatan gratis

dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku;

- jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen

untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko keragu-raguan;

dan

- evaluasi kinerja Pelaksana.

6.8. Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan Gratis

Sistem Informasi Layanan Kesehatan Gratis perlu dibuat oleh Pemerintah daerah

untuk mengetahui tingkat utilitas pengguna layanan kesehatan gratis, sekaligus

memastikan penerima layanan kesehatan gratis, mengetahui jenis dan jumlah

pasien dan penyakit yang diderita, mengetahui pembiayaan yang dikeluarkan di

masing-masing unit pelayanan dan sebagainya. Secara teknis sistem informasi ini

diatur lebih lanjut dengan peraturan bupati.

6.9. Hak dan Kewajiban

Hak kewajiban yang perlu diatur dalam perda adalah meliputi hak dan kewajiban

peserta penerima program layanan kesehatan gratis dan hak dan kewajiban

pemberi pelayanan kesehatan gratis. Disamping menyangkut maslaah hak dan

kewajiban perda juga perlu mengatur tentang larangan bagi pelaksana pelayanan

kesehatan gratis, misalnya adalah larangan untuk menggunakan fasilitas

kendaraan ambulance untuk keperluan pribadi

6.10. Pendanaan Pelayanan Dan Pengelolaan Fasilitas Pelayanan

Kesehatan Gratis

Pendanaan kesehatan gratis ditanggung atau dijamin oleh Pemerintah Daerah,

dialokasikan dalam APBD. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

alokasi untuk sekitor kesehatan adalah sebesar 15% dari jumlah APBD, dari

jumlah tersebut, alokasi anggaran kesehatan dialokasikan untuk sektor

penyelenggaraan pelayanan dan pengobatan secara gratis. Untuk mendukung

upaya peningkatan mutu/kualitas pelayanan kesehatan gratis, pemerintah

daerah dapat menjalin kerjasama dengan pihak ketiga dalam pembiayaanya,

pemerintah juga dapat melakukan retribusi terhadap masyarakat yang mampu

untuk membayar biaya kesehatan, sehingga terjadi subsidi silang. Untuk

menjamin masyarakat penerima layanan kesehatan gratis, pemerintah daerah

dapat bekerjasama dengan pihak jasa asuransi, khusus untuk asuransi kesehatan

adalah BUMN/BUMD yang ditunjuk oleh Pemerintah daerah. Kerjsama tersebut

kemudian dituangkan dalam MOU dan secara teknis mengenai MOU tersebut

diatur lebih lanjut dengan Keputusan/Peraturan Bupati.

Page 84: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 84

6.11. Pembina, Penanggung Jawab, Pengawasan Dan Evaluasi Pelayanan Kesehatan

Gratis

Pembina penyelenggaraan kesehatan gratis adalah Bupati Sumbawa Barat, tugas

dari pembina adalah melakukan pembinaan, melakukan pengawasan, dan ;

melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas dari penanggung jawab.

Sedangkan Penanggung Jawab dari program pelayanan kesehatan dan

pengobatan gratis adalah Pimpinan Dinas Kesehatan atau atau pejabat yang

memang ditunjuk Bupati. Tugas dari Penanggung jawab antara lain meliputi ;

mengoordinasikan kelancaran penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis

sesuai dengan standar pelayanan kesehatan, melakukan evaluasi

penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis; dan elaporkan kepada pembina

pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis.Selaku penanggung

jawab pelayanan kesehatan gratis bertugas: merumuskan kebijakan pelayanan

kesehatan gratis, menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam pelayanan

kesehatan gratis; dan melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksana

pelayanan kesehatan gratis .

Sedangkan untuk pengawasan program pelayanan kesehatan gratis, dilakukan

secara internal dan eksternal. Pengawasan internal penyelenggaraan pelayanan

kesehatan dilakukan oleh atasan langsung sesuai dengan peraturan perundang-

undangan; dan pengawas fungsional sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat berupa

laporan atau pengaduan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan gratis; dan Pengawasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan memastikan program pelayanan

kesehatan berjalan sesuai dengan peraturan daerah dan atau kebijakan yang

telah ditetapkan, maka dilakukan evaluasi. Evaluasi dilaksanakan oleh Dinas

Kesehatan secara berkala yang merupkan leading sektor dari program pelayanan

kesehatan gratis. Dari hasil evaluasi itulah, Dinas kesehatan melakukan

perbaikan/penyempurnaan, termasuk meningkatkan kapasitas pelaksana

pelayanan kesehatan gratis. Hasil laporan dari dinas tersebut kemudian

dilaporkan atau diteruskan kepada Bupati Sumbawa Barat untuk mengambil

langkah dan kebijakan selanjutnya untuk penyempurnaan program/kegiatan.

Secara teknis mengenai tata cara evaluasi dan penyampaian laporan ini diatur

dengan peraturan bupati.

6.12. Pengaduan dan Penyelesaian Pengaduan Masyarakat

Umpan balik (feedback) atas pelayanan kesehatan gratis berupa adanya

mekanisme komplain atau tanggung gugat atas pelayanan publik perlu diatur

dalam Peraturan Daerah. Sebelumnya dalam Perbup pemerintah daerah juga

menyediakan mekanisme komplain, namun tidak jelas pengaturannya. Dalam

peraturan daerah yang perlu diatur antara lain adalah, meliputi; sarana

pengaduan layanan, mekanisme atau prosedur mekanisme komplain, batas

waktu penyelesaian, lembaga yang menangani komplain, dan secara rinci

penjabaran mengenai lembaga komplain di atur lebih lanjut dengan Peraturan

Bupati. Materi yang diatur dalam Perbup tersebut sekurang-kurangnya mengatur

tentang :

- prosedur pengelolaan pengaduan;

- penentuan Pelaksana yang mengelola pengaduan;

- prioritas penyelesaian pengaduan;

- pelaporan proses dan hasil pengelolaan pengaduan kepada atasan pelaksana;

Page 85: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 85

- rekomendasi pengelolaan pengaduan;

- penyampaian hasil pengelolaan pengaduan kepada pihak terkait;

- pemantauan dan evaluasi pengelolaan pengaduan;

- dokumentasi dan statistik pengelolaan pengaduan; dan

- pencantuman nama dan alamat penanggung jawab serta sarana pengaduan

yang mudah diakses.

6.13. Penyidikan Dan Sanksi Pidana

Penyidikan terhadap pelanggaran atas peraturan daerah ini akan dilakukan oleh

penyidik, penyidik tersebut berasal dari pejabat Polisi Negara Republik Indonesia

; dan pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh

undang-undang, adapun wewenang penyidik antara lain meliputi ;

- menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak

pidana;

- melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

- menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda

pengenal diri tersangka;

- melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan ;

- melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

- mengambil sidik jari dan memotret sesorang;

- memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi; mendatangka orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara;

- mengadakan penghentian penyidikan;

Pelanggaraan atas perda ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam)

bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Disamping terdapat sanksi pidana, juga terdapat sanksi administrasi , dapat

diberikan dalam bentuk sanksi kepegawaian atau tuntutan ganti rugi.

6.14. Ketentuan Peralihan

Pada saat diundangkanya Peraturan Daerah ini penyelanggaraan program

kesehatan gratis yang sedang berjalan efektif dengan dasar Peraturan Bupati

Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pedoman pnyelenggaraan pelayanaan/pengobatan

gratis di Puskesmas dan jaringannya yang dijamin oleh Pemerintah daerah

dinyatakan tidak berlaku, dan selambat-lambatnya 1 tahun sejak Peraturan

Daerah ditetapkan pelaksana pelayanan kesehatan gratis menyesuaikan dengan

ketentuan perda ini.

6.15. Ketentuan Penutup

Ketentuan lebih lanjut untuk mendukung pelaksanaan program pelayanan

kesehatan gratis akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati dan agar

setiap orang mengetahuinya, pengundangan Peraturan Daerah ditempatkan

dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumbawa Barat

B. SISTEMATIKA RAPERDA

Sistematika Rancangan Peraturan Daerah tentang pelayanan Kesehatan dan

pengobatan gratis, yang perlu diatur meliputi;

Bab I Ketentuan Umum

Bab II Asas dan Tujuan

Bab III Sasaran dan Ruang Lingkup Pelayanan

Bab IV Administrasi Kepesertaan, Prosedur Pelayanan dan perilaku

Pelaksana Pelayanan Kesehatan

Page 86: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 86

Bab V Standar Pelayanan dan Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan

Gratis

Bab VI Hak dan Kewajiban

Bab VII Pendanaan Pelayanan Kesehatan Gratis

Bab VIII Pembina, Penanggung Jawab, Pengawasan dan evaluasi

Pelayanan Ksehatan

Bab IX Pengaduan dan Penyelesaian Pengaduan Masyarakat

Bab X Penyidikan dan Sanksi Pidana

Bab XI Ketentuan Peralihan

Bab XII Ketentuan Penutup

Page 87: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 87

LAMPIRAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

NOMOR ............ TAHUN 2011

TENTANG

PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS

DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KABUPATEN SUMBAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan sosial

masyarakat Sumbawa Barat serta menjamin akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pemerintah Daerah Sumbawa barat perlu untuk menyediakan jaminan kesehatan dan pelayanan kesehatan secara gratis, berkualitas dan berkelanjutan;

b. bahwa penyelenggaraan kesehatan gratis yang berkualitas, dan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilaksanakan dalam bentuk pemberian jaminan asuransi kesehatan dan pelayanan kesehatan secara gratis di Puskesmas dan jaringannya yang peruntukkanya diprioritaskan untuk penduduk yang belum memiliki asuransi kesehatan, khususnya adalah penduduk miskin, usia lanjut, anak terlantar dan masyarakat rentan lainnya ;

c. bahwa program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis di Puskesmas dan Jaringannya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor 9 tahun 2006, menemukan kelemahan dan tantangan, serta kurang sesuai dengan dinamika, kebutuhan dan perkembangan masyarakat saat ini dan di masa mendatang;

d. bahwa untuk dapat menyelengggarakan pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis yang berkualitas dan berkelanjutan dimasa mendatang diperlukan Peraturan Daerah sebagai dasar pedoman pelaksanaan program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis ;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, dan d, dipandang perlu untuk segera membentuk Peraturan Daerah Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Gratis di Kabupaten Sumbawa Barat

Page 88: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 88

Mengingat : 1. Pasal 20, Pasal 28H dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara RepubIik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886);

3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 145, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4340);

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang_undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431)

9. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);

10. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4557);

11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038) ;

12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

Page 89: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 89

2009 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,1tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)

13. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072)

14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesa Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

18. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No Per/20/M.PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standard Pelayanan Masyarakat/Publik

19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010;

20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional;

21. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1091/2004 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

dan BUPATI SUMBAWA BARAT

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

Page 90: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 90

3. Kabupaten adalah Kabupaten Sumbawa Barat.

4. Bupati adalah Bupati Sumbawa Barat.

5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat.

6. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial

yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis.

7. Layanan Kesehatan adalah pelayanan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan

8. Tenaga kesehatan selanjutnya disebut Pelaksana Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

9. Penyelanggara pelayanan kesehatan gratis selanjutanya disebut penyelenggara kesehatan adalah Dinas Kesehatan

10. Pelayanan Kesehatan Gratis selanjutnya disebut dengan pelayanan adalah pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan Jaringannya yang pembiayaannya

ditanggung atau dijamin Pemerintah Daerah;.

11. Peyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Gratis adalah pengelolaan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah dan perangkatnya di

Puskesmas dan jaringannya yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi, sinergi,

holistik, berkualitas dan berkelanjutan

12. Peserta Pelayanan Kesehatan Gratis adalah setiap penduduk Kabupaten Sumbawa Barat yang memenuhi syarat sebagai peserta penerima layanan

kesehatan gratis

13. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung

maupun tidak langsung di Rumah Sakit maupun di Puskesmas dan jaringannya

14. Jaminan Kesehatan Masyarakat adalah jaminan asuransi kesehatan yang

diberikan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah kepada penduduk yang

memenuhi syarat sebagai peserta jaminan asuransi kesehatan

15. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,

kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah

daerah, dan/atau masyarakat.

16. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi

dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,

peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.

17. Asuransi kesehatan adalah asuransi yang diberikan oleh pemerintah daerah, pemerintah dan atau pihak swasta

18. Unit Pelayanan Kesehatan selanjutnya disingkat UPK adalah unit-unit yang memberikan pelayanan kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat, yang meliputi

Puskesmas dan jaringannya seta pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum.

19. Pengalokasian Dana adalah pendistribusian dana untuk penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan mulai dari kabupaten, kecamatan, dan desa/kelurahan.

20. Verifikasi adalah kegiatan penilaian adminstrasi klaim dan Tim Pengendali yang diajukan oleh Unit Pelayanan Kesehatan dengan mengacu pada standar penilaian

klaim.

21. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disebut SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah

yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

Page 91: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 91

22. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorang yang bersifat umum yang meliputi pelayanan rawat jalan tingkat pertama dan rawat

inap tingkat pertama

23. Rawat Jalan Tingkat Pertama selanjutnya disebut RJTP adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat umum yang dilaksanakan pada pemberi

pelayanan kesehatan tingkat pertama untuk keperluan observasi, diagnosis,

pengobatan, dan atau pelayanan kesehatan lainnya.

24. Rawat Inap Tingkat Pertama selanjutnya RITP adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat umum dan dilaksanakan di puskesmas perawatan

untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, dan atau

pelayanan medis lainnya, dimana peserta dan atau anggota keluarganya dirawat

inap paling singkat 1 (satu) hari.

25. Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah upaya pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat

jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang

perawatan khusus.

26. Rawat jalan tingkat lanjutan selanjutnya RJTL adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik dan dilaksanakan pada

pemberi pelayanan kesehatan ttingkat lanjutan sebagai rujukan dari pemberi

pelayanan kesehatan tingkat pertama, untuk keperluan observasi,diagnosis,

pengobatan, rehabilitasi medis, dan atau pelayanan medis lainnya termasuk

konsultansi psikologi tanpa menginap di ruang perawatan

27. Rawat inap tingkat lanjutan selanjutnya di singkat RITL adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik untuk

keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan

atau pelayanan medis lainnya termasuk konsultasi psikologi yang dilaksanakan

pada pemberi pelayanan kesehatan tingkat lanjutan dimana peserta atau anggota

keluarganya dirawat inap di ruang perawatan paling singkat 1 (satu) hari.

28. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut.

29. Pelayanan di unit gawat darurat adalah pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang harus diberikan secepatnya untuk mengurangi risiko kematian atau cacat,

tanpa memperhitungkan jumlah kunjungan dan pelayanan yang diberikan

kepada peserta atau anggota keluarganya.

30. Tindakan medis adalah tindakan yang bersifat operatif dan non operatif yang dilaksanakan baik untuk tujuan diagnostik maupun pengobatan

31. Rehabilitasi medik adalah pelayanan yang diberikan untuk pemeliharaan kesehatan peserta dalam bentuk fisoterapi, terapi okupasi, terapi wicara dan

bimbingan sosial medik.

32. Rumah Sakit adalah rumah sakit milik pemerintah daerah atau rumah sakit yang menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah dalam program pelayanan

kesehatan gratis, yaitu Rumah Sakit Umum Kelas A, Kelas B, Kelas C dan Kelas D

yang memberikan pelayanan kesehatan atau menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat.

33. Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten sumbawa barat yang bertanggungjawab dalam

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah.

34. Puskesmas Pembantu Pengertian puskesmas pembantu yaitu Unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam rung lingkup

wilayah yang lebih kecil

Page 92: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 92

BAB II ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2 Pelayanan kesehatan gratis diselenggarakan berdasarkan asas :

m. Kepentingan Umum n. Kesamaan hak

o. Profesional

p. Transparansi

q. Akuntabilitas Publik

r. Partisipatif

s. Kepastian Hukum

t. Inovatif

u. Cepat, cermat dan akurat

v. Kendali mutu dan kendali biaya

w. Ketepatan waktu x. Fasilitas dan perlakukan khusus bagi kelompok rentan

Pasal 3

(2) Tujuan umum pelayanan kesehatan gratis bertujuan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan, meningkatkan pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan

yang berkualitas guna tercapainya derajat kesehatan masyarakat serta tercapainya

masyarakat Sumbawa Barat berperadaban fitrah yang maju.

(3) Tujuan khusus penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis adalah: h. meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan, khususnya bagi

masyarakat fakir miskin, daerah terpencil, anak terlantar, usia lanjut, dan

kelompok masyarakat rentan lainnya;

i. membantu meringankan atau mengurangi beban biaya pelayanan

kesehatan, khususnya bagi masyarakat fakir miskin, anak terlantar, usia

lanjut dan kelompok masyarakat rentan;

j. meningkatkan cakupan layanan kesehatan di Puskesmas beserta

jaringannya dan pada Rumah Sakit rujukan milik Pemerintah Kabupaten

Sumbawa Barat dan Rumah Sakit lain yang telah ditunjuk;

k. meningkatnya kualitas atau mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat,

khususnya masyarakat fakir miskin, daerah terpencil, anak terlantar, usia

lanjut dan kelompok masyarakat rentan lainnnya di Kabupaten Sumbawa

Barat;

l. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal untuk

mewujudkan Sumbawa Barat Sehat

Pasal 4

(1) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat (1) dan ayat (2)

pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran atau pembiayaan pelayanan

kesehatan kepada setiap penduduk yang telah memenuhi syarat sebagai peserta

layanan kesehatan gratis.

(2) Pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan dalam bentuk program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

(3) Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan dalam bentuk jaminan asuransi kesehatan

BAB III

Page 93: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 93

SASARAN PESERTA LAYANAN Bagian Pertama

Sasaran Pasal 5

(1) Sasararan peserta layanan kesehatan gratis adalah seluruh penduduk Kabupaten

Sumbawa Barat yang belum memiliki asuransi kesehatan.

(2) Sasaran layanan kesehatan gratis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan dan diprioritaskan terlebih dahulu untuk fakir miskin, anak terlantar, usia lanjut,

dan kelompok masyarakat rentan lainnya.

Pasal 6

(1) Syarat untuk memperoleh layanan kesehatan gratis sebagaimana dimaksud dalam

pasal 5, adalah :

a. Penduduk Kabupaten Sumbawa Barat;

b. Berpendapatan/penghasilan rendah;

c. Tidak memiliki jaminan asuransi kesehatan.

(2) Syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga

(3) Syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibuktikan dengan Surat keterangan penghasilan dari instansi atau perusahaan dan diketahui/disetujui oleh

pemerintah desa/kelurahan setempat atau surat pernyataan yang dibuat oleh calon

penerima layanan kesehatan gratis bagi penduduk yang belum bekerja yang

dibubuhi materai dan disetujui oleh pemerintah desa/kelurahan setempat.

(4) Syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dibuktikan dengan surat pernyataan dari yang bersangkutan dan surat keterangan dari pemerintah

desa/kelurahan setempat.

BAB IV

CAKUPAN DAN RUANG LINGKUP PELAYANAN KESEHATAN

Bagian Pertama Jenis Pelayanan

Pasal 6 (1) Cakupan dan ruang lingkup layanan kesehatan gratis, meliputi :

d. pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta ;

e. pelayanan rujukan spesialistik di Rumah Sakit Daerah Kabupaten Sumbawa

Barat ; dan atau

f. Rumah Sakit Umum Daerah yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah.

(2) Jenis-jenis pelayanan kesehatan gratis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi ;

g. rawat jalan tingkat pertama (RJTP);

h. rawat inap tingkat pertama (RITP);

i. rawat inap tingkat lanjutan (RITL);

j. rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL) melalui poliklinik spesialis;

k. pelayanan kesehatan luar gedung; dan

l. pelayanan gawat darurat.

Pasal 7

(1) Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) sebagimana dimaksud dalam

pasal 6 ayat (2) huruf a, berlaku pada Puskesmas dan jaringannya.

(2) Jenis pelayanan kesehatan gratis yang diberikan pada layanan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP), meliputi :

Page 94: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 94

a. Pendaftaran;

b. Pemeriksaan dan konsultasi kesehatan;

c. Pelayanan pengobatan dasar, umum dan gigi;

d. Tindakan medis sederhana;

e. Pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk pemeriksaan ibu hamil dan ibu

nifas;

f. Imunisasi;

g. Pelayanan KB;

h. Pelayanan laboratorium sederhan dan penunjang lainnya.

Pasal 8

(1) Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) sebagaimana dimaksud dalam

pasal 6 ayat (2) huruf b berlaku pada Puskesmas Perawatan dan Rawat Inap

Tingkat Lanjutan Kelas III (tiga) pada Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten

Sumbawa Barat dan atau Rumah Sakit lain yang telah ditunjuk oleh Pemerintah

Daerah.

(2) Jenis pelayanan kesehatan gratis yang diberikan pada Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), meliputi :

b. Pelayanan perawatan pasien;

c. Persalinan normal dan perawatan nifas;

d. Tindakan medis yang dibutuhkan;

e. Pemberian obat-obatan (generik);

f. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang medis lainnya;

g. Perawatan perbaikan gizi buruk.

Pasal 9

(1) Pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RJTL) sebagaimana dimaksud dalam

pasal 6 pada ayat (1) huruf c berlaku pada kelas III (tiga) Rumah Sakit

Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan Rumah Sakit lain yang telah ditunjuk

Pemerintah Daerah.

(2) Jenis pelayanan kesehatan gratis yang diberikan pada Pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RJTL), meliputi ;

a. akomodasi rawat inap kelas III, konsultasi kesehatan, Pemeriksaan fisik dan

penyuluhan kesehatan; penunjang diagnostik : laboratorium klinik, patologi

anatomi, radiologi dan elektromedik;

b. operasi sedang dan berat;

c. pelayanan rehabilitasi medis;

d. perawatan intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU, PACU);

e. pemberian obat (obat generik);

f. pelayanan darah (3 bag/kantong);

g. bahan dan alat kesehatan habis pakai;

h. persalinan dengan resiko tinggi dan penyulih.

Pasal 10

(1) Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) melalui poliklinik spesialis

sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf d berlaku pada Rumah Sakit

Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan Rumah Sakil lain yang telah ditunjuk

Pemerintah Daerah.

Page 95: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 95

(2) Jenis pelayanan kesehatan gratis yang diberikan pada Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan melalui polikinik spesial, meliputi;

a. konsultasi kesehatan, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis atau umum;

b. rehabilitas medis; c. penunjang diagnostik, laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik; d. tindakan medis kecil dan sedang; e. pemeriksaan dan pengobatan gigi lanjutan; f. pelayanan KB, termasuk kontap aktif, kontap pasca persalinan/keguguran,

penyembuhan efek samping dan komplikasinya;

g. pemberian obat (obat generik); h. pelayanan darah (3 bag/kantong); i. pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi dan penyulih.

Pasal 11

(1) Pelayanan kesehatan luar gedung sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2)

huruf e berlaku untuk pemeriksaan dasar kesehatan pada Puskesmas Keliling, Pos

Pelayanan Terpadu (posyandu) / Pos Kesehatan Desa (poskesdes) dan Pos

Kesehatan Pesantren (poskestren) serta pelayanan kesehatan melalui kunjungan

rumah bagi pasien pasca rawat inap (home care).

(2) Jenis pelayanan gratis pada pelayanan kesehatan luar geduang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi ;

a. perawatan rawat jalan melalui Puskesmas Keliling b. perawatan kesehatan pada posyandu/poskesdes dan poskestren; c. pelayanan kesehatan melalui kunjungan rumah bagi pasien pasca rawat inap

(home care);

d. penyuluhan kesehatan; e. imunisasi; f. pelayanan ibu hamil melalui berbagai kegiatan/program; g. surveilans penyakit dan surveilans gizi; h. pelayanan nifas; i. kegiatan sweeping; j. fogging (pengasapan), pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

Pasal 12

(1) Pelayanan gawat darurat (emergency) sebagaimana dimaksud dalam pasal 6

ayat (1) huruf f, berlaku pada seluruh unit pelayanan kesehatan milik

Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan Rumah Sakit lain yang telah

ditunjuk.

(2) Jenis pelayanan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan puskesmas termasuk penanganan obstetri – neonatal.

Bagian Kedua

Paket Pelayanan Pasal 13

(1) Paket pelayanan kesehatan gratis, sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, termasuk meliputi : a. pemeriksaan laboratorium dasar; b. pemeriksaan laboratorium klinik; c. pemeriksaan radio diagnostik; d. pemeriksaan patologi anatomi;

Page 96: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 96

e. tindakan bedah operatif;

(2) Tindakan bedah operatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi : a. Bedah umum; b. Bedah urologi; c. Pelayanan kebidanan dan kandungan; d. Gigi dan mulut; e. Penyakit kulit; f. Penyakit mata; g. T H T; h. Onkologi; i. Neurologi; j. Rehabilitasi medis; k. Vasculer.

(3) Ketentuan tentang cakupan atau lingkup, jenis dan paket pelayanan kesehatan

gratis, jumlah biaya masing-masing jenis layanan serta mekanisme pembiayaan

masing-masing jenis pelayanan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

BAB V

PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGAJUAN PESERTA Bagian Pertama

Persyaratan Peserta Pasal 14

(1) Setiap penduduk Kabupaten Sumbawa Barat yang telah memenuhi syarat berhak

untuk menjadi peserta dan mendapatkan Kartu Peserta Pelayanan Kesehatan Gratis

(KPPK-Gratis) dari Pemerintah Daerah.

(2) Setiap bayi yang lahir dari peserta penerima program pelayanan kesehatan gratis langsung dapat menjadi peserta penerima layanan kesehatan gratis.

Pasal 15

(1) Untuk dapat menjadi peserta, sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1), harus

melengkapai persyaratan sebagai berikut :

a. memiliki Surat Keterangan Miskin dari Kepala Desa/Kelurahan yang

telah disetujui oleh BPD dan disahkan oleh Pemerintah Kecamatan

setempat ;

b. memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kabupaten Sumbawa Barat;

c. memiliki Kartu Keluarga (KK) Kabupaten Sumbawa Barat;

d. memiliki Surat Keterangan belum/tidak memiliki jaminan kesehatan

(asuransi) dari Pemerintah Desa/Kelurahan setempat yang disahkan oleh

Pemerintah Kecamatan setempat;

e. memiliki Surat Keterangan Penghasilan/Pendapatan dari RT setempat

yang disahkan oleh Pemerintah Desa/Kelurahan setempat dan diketahui

oleh Pemerintah Kecamatan

(2) Berkas kelangkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam rangkap 3 (tiga) diserahkan kepada masing-masing RT untuk diserahkan ke

pemerintah desa/kelurahan setempat

(3) Pemerintah Desa/Kelurahan setempat melakukan verifikasi calon peserta dan mengumumkan secara terbuka hasil verifikasi kepada masyarakat

(4) Hasil verifikasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Desa/Kelurahan setempat diajukan ke Dinas Kesehatan untuk dilakukan verifikasi ulang dan untuk ditetapkan

sebagai peserta.

Page 97: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 97

(5) Peserta yang telah memenuhi syarat dan ditetapkan wajib diumumkan oleh Dinas Kesehatan di masing-masing desa/kelurahan setempat secara terbuka.

(6) Peserta yang telah ditetapkan sebagai peserta wajib untuk diberikan Kartu Pelayanan Kesehatan Gratis oleh Dinas Kesehatan atau instansi yang ditunjuk oleh

Pemerintah Daerah.

Pasal 16

Tata cara, bentuk dan prosedur penerbitan Kartu Peserta Layanan Kesehatan Gratis sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 dan pasal 15 diatur lebih lanjut dengan Peraturan/Keputusan Bupati.

BAB VI

PROSEDUR PELAYANAN PELAYANAN KESEHATAN Pasal 17

(1) Prosedur umum pelayanan kesehatan gratis di puskesmas dan jaringannya,

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

b. Peserta layanan kesehatan gratis berkunjung ke Puskesmas atau jaringannya atau Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat atau Rumah Sakit yang

telah ditunjuk;

c. Peserta menunjukkan Kartu Peserta Layanan Kesehatan Gratis kepada Pelaksana Pelayanan Kesehatan;

d. Petugas pelaksana pelayanan kesehatan gratis memberikan layanan kesehatan kepada peserta sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan;

e. Khusus pelayanan kesehatan rujukan diberikan sesuai dengan identitas medis, selanjutnya dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai

surat rujukan dan kartu identitas yang ditunjukkan sejak awal sebelum

mendapatkan pelayanan kesehatan;

(2) Bagi peserta yang dirujuk ke RSUD Sumbawa, RSUD Mataram, dan atau RSUD lainnya atau Rumah Sakit Swasta diluar Kabupaten Sumbawa Barat mengikuti prosedur yang berlaku dan ditetapkan masing-masing RSUD atau Rumah Sakit Swasta bersangkutan.

Pasal 18

(1) Setiap peserta yang tidak membawa atau tidak dapat menunjukkan Kartu Peserta

sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) butir b diberi waktu paling lama 2 x

24 jam untuk memenuhi persyaratan.

(2) Apabila dalam batas waktu yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasien atau keluarganya/kuasanya tidak dapat membuktikan memiliki Kartu

Peserta, maka segala biaya pelayanan kesehatan gratis ditanggung oleh

pasien/keluarga bersangkutan.

Pasal 19

(1) Dalam keadaan dan kasus-kasus tertentu seperti pemberian pelayanan pada instalasi

gawat darurat, Tenaga Kesehatan wajib untuk terlebih dahulu menangani dan

menyelamatkan pasien gawat darurat;

(2) Pasien gawat darurat dan atau keluarganya dapat membawa Kartu peserta atau menunjukkan surat rujukan setelah penanganan pasien gawat darurat ditangani

oleh petugas kesehatan.

Page 98: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 98

BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu Peserta Pelayanan Kesehatan Gratis

Pasal 20 (1) Setiap peserta layanan kesehatan gratis berhak untuk memperoleh pelayanan

kesehatan gratis yang bermutu dan berkualitas dari tenaga kesehatan Puskesmas

dan jaringannya maupun RSUD yang ditunjuk Pemerintah Daerah.

(2) Peserta penerima layanan kesehatan gratis berhak untuk ; a. mengetahui kebenaran isi standar pelayanan kesehatan gratis;

b. mengawasi pelaksanaan standar pelayanan kesehatan gratis;

c. mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan;

d. mendapat advokasi, perlindungan, dan/atau pemenuhan pelayanan;

e. memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk memperbaiki

pelayanan kesehatan gratis apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai

dengan standar pelayanan kesehatan;

f. memberitahukan kepada tenaga kesehatan untuk memperbaiki pelayanan

kesehatan gratis apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan

standar pelayanan kesehatan;

g. mengadukan tenaga kesehatan yang melakukan penyimpangan standar

pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kesehatan gratis kepada

Penyelenggara, Bupati, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan atau Komisi

Pengaduan Pelayanan yang dibentuk oleh daerah

h. mengadukan tenaga kesehatan maupun penyelenggara yang melakukan

penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan

kepada pembina Penyelenggara dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan

i. mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan

pelayanan kesehatan gratis.

Pasal 21

Setiap peserta layanan kesehatan gratis berkewajiban untuk: a. mematuhi dan memenuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan dalam standar

pelayanan kesehatan gratis; b. ikut menjaga terpeliharanya sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan

gratis; dan c. berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan yang terkait dengan penyelenggaraan

pelayanan kesehatan gratis.

Bagian Kedua Hak dan Kewajiban bagi Penyelenggara

Pasal 22 (1) Penyelenggara pelayanan kesehatan gratis adalah Pemerintah Daerah yang

dikuasakan kepada Dinas Kesehatan.

(2) Penyelenggara kesehatan gratis memiliki hak: a. menyusun program pelayanan kesehatan gratis;

b. melakukan kerja sama;

c. mempunyai anggaran pembiayaan penyelenggaraan pelayananan kesehatan

gratis;

d. melakukan pembelaan terhadap pengaduan dan tuntutan yang tidak

sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan

gratis; dan

e. menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 99: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 99

Pasal 23 Penyelenggara berkewajiban:

a. menyusun dan menetapkan standar pelayanan kesehatan gratis; b. menyusun, menetapkan, dan memublikasikan maklumat pelayanan kesehatan

gartis; c. menempatkan pelaksana pelayanan kesehatan gratis yang kompeten; d. menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan gratis

yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai; e. memberikan pelayanan kesehatan gratis yang berkualitas/bermutu sesuai dengan

asas penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis dan asas pelayanan publik; f. melaksanakan pelayanan kesehatan gratis sesuai dengan standar pelayanan

kesehatan; g. mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan

pelayanan kesehatan; h. memberikan pertanggungjawaban terhadap pelayanan kesehatan gratis yang

diselenggarakan; i. membantu masyarakat, khususnya penerima layanan kesehatan gratis dalam

memahami hak dan tanggung jawabnya; j. memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku apabila

mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab atas posisi atau jabatan; dan

k. memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir atau melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan pejabat yang berwenang dari instansi pemerintah yang berhak, berwenang, dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Hak dan Kewajiban Pelaksana Layanan Kesehatan

Pasal 24

(1) Pelaksana layanan kesehatan adalah tenaga kesehatan terdiri dari; dokter, perawat, bidan, dan petugas medis lainnya.

(2) Pelaksana layanan kesehatan gratis berhak untuk : a. memperoleh gaji/honorarium atau tunjangan lainnya sesuai dengan jenis jasa

pelayanan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah ; b. memperoleh penghargaan atau reward dari pemerintah daerah atas kinerja dan

prestasi yang dicapai ; c. memperoleh peningkatan kapasitas dari pemerintah daerah d. memberikan masukan dan saran kepada penyelenggara pelayanan ; e. menolak untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang tidak memenuhi

syarat dan prosedur pelayanan kesehatan gratis.

Pasal 25

Pelaksana pelayanan kesehatan berkewajiban untuk:

a. melakukan kegiatan pelayanan kesehatan gratis sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh Penyelenggara ;

b. memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan pelayanan kesehatan gratis sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

c. memberikan pertanggungjawaban apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

e. melakukan evaluasi dan membuat laporan keuangan dan kinerja kepada Penyelenggara secara berkala.

Pasal 26

Pelaksana pelayanan kesehatan dilarang untuk :

Page 100: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 100

a. merangkap sebagai komisaris atau pengurus organisasi usaha bagi pelaksana

yang berasal dari lingkungan instansi pemerintah, badan usaha milik negara,

dan badan usaha milik daerah;

b. meninggalkan tugas dan kewajiban, kecuali mempunyai alasan yang jelas,

rasional, dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

c. membuat perjanjian kerja sama dengan pihak lain tanpa persetujuan

Penyelenggara; dan

d. melanggar asas penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis dan asas-asas

dalam pelayanan publik.

e. Menolak pasien yang berasal dari peserta kesehatan layanan gratis.

Pasal 27

Dalam memberikan pelayanan kesehatan gratis, tenaga kesehatan wajib untuk: j. adil dan tidak diskriminatif; k. cermat; l. santun dan ramah; m. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut; n. profesional; o. tidak mempersulit; p. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi

penyelenggara; y. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan

kepentingan; z. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan

kesehatan; aa. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi

permintaan pelayanan kesehatan, informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan penerima pelayanan kesehatan;

bb. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki;

cc. sesuai dengan kepantasan; dan dd. tidak menyimpang dari prosedur yang ditetapkan.

BAB VIII

STANDAR PELAYANAN

DAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN

Bagian Pertama

Standar Pelayanan

Pasal 28

(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan wajib menyusun dan menetapkan standar

pelayanan kesehatan gratis dengan memperhatikan kemampuan Penyelenggara dan

pelaksana, kebutuhan masyarakat, kondisi lingkungan serta peraturan perundang-

undangan.

(2) Dalam menyusun dan menetapkan standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Penyelenggara wajib mengikutsertakan masyarakat dan pihak terkait.

(3) Penyelenggara berkewajiban menerapkan standar pelayanan kesehatan gratis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di Puskesmas dan jaringannya.

(4) Pengikutsertaan masyarakat dan pihak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan prinsip tidak diskriminatif, terkait langsung dengan jenis

Page 101: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 101

pelayanan, memiliki kompetensi dan mengutamakan musyawarah, serta

memperhatikan keberagaman.

Pasal 29 Penyusunan standar pelayanan kesehatan gratis, sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 sekurang-kurangnya meliputi:

a. dasar hukum; b. persyaratan; c. sistem, mekanisme, dan prosedur; d. jangka waktu penyelesaian; e. biaya/tarif (khusus biaya ambulance); f. produk pelayanan; g. sarana, prasarana, dan/atau fasilitas; h. kompetensi Pelaksana; i. pengawasan internal; j. penanganan pengaduan, saran, dan masukan; k. jumlah Pelaksana; l. jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan kesehatan gratis

dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku; m. jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk

memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko keragu-raguan; dan n. evaluasi kinerja Pelaksana.

Pasal 30

(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan gratis berkewajiban menyusun dan menetapkan maklumat pelayanan yang merupakan pernyataan kesanggupan Penyelenggara dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.

(2) Maklumat pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dipublikasikan secara terbuka, jelas dan luas kepada masyarakat serta para pemangku kepentingan lainnya.

Bagian Kedua

Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan

Pasal 31

(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan gratis wajib untuk menyusun dan menetapkan

Sistem Informasi Layanan Kesehatan.

(2) Sistem Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat terbuka dan dapat

diakses oleh masyarakat.

(3) Sistem Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi informasi pelayanan

kesehatan gratis dalam bentuk informasi elektronik atau nonelektronik, yang

berisikan sekurang-kurangnya meliputi:

a. profil Penyelenggara; b. profil Pelaksana; c. standar pelayanan kesehatan gratis; d. maklumat pelayanan kesehatan gratis; e. pengelolaan pengaduan; f. penilaian kinerja. g. Jumlah pasien dan jenis penyakit, dan ; h. informasi lainnya yang dibutuhkan peserta layanan.

BAB VII PENDANAAN PELAYANAN DAN PENGELOLAAN FASILITAS

Page 102: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 102

PELAYANAN KESEHATAN GRATIS Bagian Pertama

Pendanaan Pelayanan Kesehatan Gratis Pasal 32

(1) Pemerintah Daerah wajib untuk menjamin tersedianya dana/anggaran pelayanan kesehatan gratis dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ;

(2) Alokasi anggaran untuk bidang kesehatan sekurang-kurangnya mencakup jumlah peserta penerima layanan kesehatan gratis yang telah ditetapkan.

(3) untuk mengantisipasi penambahan jumlah peserta penerima layanan kesehatan gratis pada tahun berjalan, pemerintah daerah dapat mengalokasikan dana cadangan ;

(4) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah sebesar 10% dari jumlah peserta penerima layanan kesehatan yang telah terdaftar dan disahkan oleh Pemerintah Daerah

Pasal 33 (1) Dalam rangka meningkatkan akses dan mutu serta kualitas pelayanan kesehatan

gratis, Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama dan atau menetapkan

kebijaksanaan dengan pihak ketiga/swasta untuk berpartisipasi dalam pembiayaan

pelayanan kesehatan gratis dengan mengacu kepada Sistem Pemeliharaan

Kesehatan Masyarakat.

(2) Pelaksanaan ketentuan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diberlakukan secara bertahap dengan memperhatikan kondisi keuangan daerah.

(3) Tata cara kerjasama, pemanfaatan dan penyaluran dana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan/Keputusan Bupati.

Bagian Kedua

Pengelolaan Sarana,

Prasarana, dan/atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pasal 34

(1) Penyelenggara dan Pelaksana pelayanan kesehatan gratis berkewajiban mengelola

sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan gratis secara efektif,

efisien, transparan, akuntabel, dan berkesinambungan serta bertanggung jawab

terhadap pemeliharaan dan/atau penggantian sarana, prasarana, dan/atau fasilitas

pelayanan kesehatan.

(2) Penyelenggara dilarang memberikan izin dan/atau membiarkan pihak lain menggunakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan yang

mengakibatkan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan tidak

berfungsi atau tidak sesuai dengan peruntukannya.

BAB IX

DEWAN KESEHATAN, PEMBINA DAN PENANGGUNG JAWAB, PELAYANAN

KESEHATAN GRATIS

Bagian Pertama

Dewan Kesehatan

Pasal 35

Page 103: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 103

(1) Dalam rangka pembangunan kesehatan di daerah serta meningkatkan efektivitas penyelenggaraan kesehatan gratis, pemerintah daerah dapat membentuk Dewan Kesehatan Daerah.

(2) Pembentukan Dewan Kesehatan Daerah untuk pertama kali difasilitasi oleh Pemerintah Daerah.

(3) Pembentukan Dewan Kesehatan Daerah ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan Bupati

Pasal 36

(1) Dewan Kesehatan Daerah adalah merupakan lembaga mitra pemerintah daerah yang berfungsi sebagai wadah untuk menampung aspirasi masyarakat dalam bidang kesehatan, pengembangan kebijakan kesehatan, perumusan perencanaan kesehatan strategik, monitoring dan evaluasi serta memberikan pertimbangan kepada pemerintah daerah dan DPRD dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis di daerah.

(2) Tugas Pokok Dewan Kesehatan Daerah adalah : a. merumuskan visi dan misi pembangunan kesehatan dan berperan

aktif dalam proses perencanaan program dan kegiatan tahunan kesehatan daerah;

b. menyalurkan dan menjembatani aspirasi kebutuhan dan kepentingan masyarakat kepada lembaga eksekutif dan legislatif daerah;

c. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program pembangunan kesehatan daerah serta penyelenggaraan kesehatan gratis ;

d. memantau akuntabilitas dan kinerja pelaksanaan pembangunan kesehatan daerah dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis;

e. memberikan masukan, berupa saran maupun kritik serta rekomendasi untuk perbaikan berbagai kebijakan kabupaten yang mempunyai dampak terhadap persoalan kesehatan masyarakat;

f. Membantu menyelesaikan pengaduan masyarakat atas pelayanan kesehatan gratis.

Pasal 37

(1) Keanggotaan Dewan Kesehatan Daerah, sebanyak 5 orang terdiri dari unsur tokoh masyarakat, tokoh agama, akademisi, profesi, LSM, dan unsur masyarakat lainnya yang memiliki pengetahuan dan kepedulian dalam bidang kesehatan.

(2) Masa jabatan anggota Dewan Kesehatan Daerah adalah selama 5 tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) periode selanjutnya.

Pasal 38

Sumber pendanaan Dewan Kesehatan Daerah bersumber dari :

a. APBN b. APBD c. Sumbangan masyarakat atau sumbangan Pihak ketiga dan d. Sumbangan pihak lainnya yang tidak mengikat

Pasal 39

Tata cara pembentukan, fungsi dan rincian tugas pokok, syarat-syarat keanggotaan,

tatacara pengangkatan dan pemberhentikan, dan pembiayaan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 35, pasal 36, pasal 37 dan pasal 38 akan diatur lebih lanjut dengan

Peraturan/keputusan Bupati.

Page 104: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 104

Bagian Kedua

Pembina dan Penanggung Jawab

Pasal 40

(1) Pembina penyelenggaraan kesehatan gratis adalah Bupati Sumbawa Barat.

(2) Pembina mempunyai tugas ;

a. melakukan pembinaan;

b. melakukan pengawasan, dan ;

c. melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas dari penanggung jawab.

Pasal 41

(1) Penanggung jawab adalah pimpinan Dinas Kesehatan atau atau pejabat yang

ditunjuk Bupati.

(2) Penanggung jawab mempunyai tugas:

a. mengoordinasikan kelancaran penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis sesuai dengan standar pelayanan kesehatan;

b. melakukan evaluasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis; dan c. melaporkan kepada pembina pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan

kesehatan gratis.

(3) Dinas Kesehatan selaku penanggung jawab pelayanan kesehatan gratis bertugas:

a. merumuskan kebijakan pelayanan kesehatan gratis; b. menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam pelayanan kesehatan gratis;

dan

c. melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksana pelayanan kesehatan gratis .

(4) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib:

a. mengumumkan kebijakan tentang pelayanan kesehatan gratis, hasil

pemantauan dan evaluasi kinerja, serta hasil koordinasi;

b. membuat peringkat kinerja pelaksana pelayanan kesehatan gratis secara

berkala; dan

c. memberikan penghargaan kepada pelaksana pelayanan kesehatan gratis

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Dinas Kesehatan wajib melaporkan hasil perkembangan kinerja pelayanan

kesehatan kepada Bupati Sumbawa Barat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Bagian Ketiga

Pengawasan Pelayanan penyelenggaraan kesehatan gratis

Pasal 42

(1) Pengawasan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan oleh pengawas internal

dan pengawas eksternal.

(2) Pengawasan internal penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan melalui:

a. pengawasan oleh atasan langsung sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

b. pengawasan oleh pengawas fungsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Pengawasan eksternal penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis dilakukan melalui:

Page 105: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 105

a. pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau pengaduan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis;

b. pengawasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Bagian Ketiga

Evaluasi dan Pengelolaan Pelaksana Pelayanan Kesehatan Gratus

Pasal 43

(1) Dinas Kesehatan berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi dan penilaian terhadap kinerja Pelaksana di lingkungan organisasi secara berkala dan berkelanjutan.

(2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas Kesehatan wajib untuk membantu melakukan perbaikan dan melakukan upaya peningkatan kapasitas terhadap pelaksana pelayanan kesehatan gratis.

(3) Evaluasi dan penialian terhadap kinerja pelaksana pelayanan kesehatan gratis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan indikator yang jelas dan terukur dengan memperhatikan perbaikan prosedur dan/atau penyempurnaan organisasi sesuai dengan asas pelayanan kesehatan gratis

Pasal 44

(1) Bupati berdasarkan laporan evaluasi dan penilaian kinerja yang diberikan dari Dinas Kesehatan wajib memberikan penghargaan kepada Pelaksana Pelayanan kesehatan gratis yang memiliki prestasi kerja dan wajib memberikan hukuman kepada Pelaksana yang melakukan pelanggaran.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pemberian penghargaan dan hukuman diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB X

PENGADUAN DAN PENYELESAIAN

PENGADUAN MASYARKAT

Bagian pertama

Pengelolaan Pengaduan

Pasal 45

(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan gratis berkewajiban ;

a. menyediakan sarana pengaduan layanan masyarakat dan menugaskan pihak

tertentu yang ditunjuk dan memiliki kompetensi untuk mengelola dan

menangani pengaduan peserta layanan maupun masyarakat.

b. mengelola pengaduan yang berasal dari peserta/penerima layanan, LSM, Pers,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam batas waktu tertentu.

c. menyusun mekanisme pengelolaan pengaduan dari peserta layanan/penerima

pelayanan dengan mengedepankan asas penyelesaian yang cepat dan tuntas.

(2) Dalam rangka efektivitas penanganan dan penyelesaian pengaduan masyarakat,

Penyelenggara wajib bekerjsama dengan Dewan Kesehatan Daerah, Pemerintah

Daerah dan DPRD untuk membentuk Komisi atau unit khusus untuk menangani

pengaduan dan penyelesaian pengaduan masyarakat.

(3) Komisi atau Unit Khusus pengaduan dan penyelesaian pengaduan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dapat bersifat permanen atau bersifat sementara (ad-hoc).

(4) Tata cara pembentukan dan tata kerja Komisi atau Unit Khusus Pengaduan dan

penanganan pengaduan di atur lebih lanjut dengan Peraturan/Keputusan Bupati

Page 106: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 106

Pasal 46

(1) Penyelenggara berkewajiban menyusun mekanisme pengelolaan pengaduan dari

penerima pelayanan dengan mengedepankan asas penyelesaian yang cepat dan tuntas.

(2) Materi dan mekanisme pengelolaan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi: a. identitas pengadu; b. prosedur pengelolaan pengaduan; c. penentuan Pelaksana yang mengelola pengaduan; d. prioritas penyelesaian pengaduan; e. pelaporan proses dan hasil pengelolaan pengaduan kepada atasan pelaksana; f. rekomendasi pengelolaan pengaduan; g. penyampaian hasil pengelolaan pengaduan kepada pihak terkait; h. pemantauan dan evaluasi pengelolaan pengaduan; i. dokumentasi dan statistik pengelolaan pengaduan; dan j. pencantuman nama dan alamat penanggung jawab serta sarana pengaduan

yang mudah diakses. Pasal 47

(1) Setiap peserta layanan kesehatan dan atau masyarakat berhak dan dijamin hak-

haknya untuk mengadukan pelayanan kesehatan gratis ke Dewan Kesehatan

Daerah dan atau Komisi/Unit khusus yang telah ditetapkan untuk menangani

Pengaduan dan Penyelesaian Pengaduan dan/atau Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap:

a. Penyelenggara yang tidak melaksanakan kewajiban dan/atau melanggar

larangan; dan

b. Pelaksana yang memberi pelayanan yang tidak sesuai dengan standar

pelayanan.

(3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 30 (tiga

puluh) hari sejak pengadu menerima pelayanan.

(4) Pengaduan disampaikan secara tertulis memuat:

a. nama dan alamat lengkap; b. uraian pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan kesehatan dan

uraian kerugian materiil atau immateriil yang diderita; c. permintaan penyelesaian yang diajukan; dan d. tempat, waktu penyampaian, dan tanda tangan.

(5) Pengadu dapat memasukkan tuntutan ganti rugi dalam surat pengaduannya

(6) dalam keadaan tertentu, nama dan identitas pengadu dapat dirahasiakan.

Pasal 48

(1) Komisi atau Unit Pengaduan Kesehatan wajib menanggapi pengaduan masyarakat

paling lambat 14 (empat belas) hari sejak pengaduan diterima.

(2) Dalam hal materi aduan tidak lengkap, pengadu melengkapi materi aduannya

selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak menerima tanggapan dari

Penyelenggara atau Komisi/Unit khusus Pengaduan.

(3) Dalam hal berkas pengaduan tidak dilengkapi dalam waktu sebagaimana dimaksud

pada ayat (3), pengadu dianggap mencabut pengaduannya.

Pasal 49

Page 107: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 107

(1) Pengaduan terhadap Pelaksana Penyelenggara Pelayanan kesehatan gratis ditujukan kepada atasan Pelaksana.

(2) Pengaduan terhadap Penyelenggara (Dinas kesehatan) ditujukan kepada atasan satuan kerja Penyelenggara dan atau Bupati.

Pasal 50

(1) Atasan satuan kerja penyelenggara berwenang menjatuhkan sanksi kepada satuan

kerja Penyelenggara yang tidak memenuhi kewajiban dan/atau melanggar larangan yang telah ditetapkan.

(2) Atasan Pelaksana menjatuhkan sanksi kepada Pelaksana yang melakukan pelanggaran.

(3) Pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan berdasarkan aduan masyarakat dan/atau berdasarkan kewenangan yang dimiliki atasan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Penyelesaian Pengaduan oleh Penyelenggara Pelayanan Kesehatan Gratis

Pasal 51

(1) Penyelenggara wajib memeriksa pengaduan dari masyarakat mengenai pelayanan

kesehatan gratis yang diselenggarakannya.

(2) Proses pemeriksaan untuk memberikan tanggapan pengaduan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

(3) Penyelenggara wajib memutuskan hasil pemeriksaan pengaduan paling lambat 60

(enam puluh) hari sejak berkas pengaduan dinyatakan lengkap.

(4) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan kepada pihak

pengadu paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diputuskan.

Pasal 52

(4) Dalam hal Penyelenggara melakukan perbuatan melawan hukum dalam

penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini,

masyarakat dapat mengajukan gugatan terhadap Penyelenggara ke pengadilan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Dalam hal Penyelenggara diduga melakukan tindak pidana dalam penyelenggaraan

pelayanan publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, masyarakat

dapat melaporkan Penyelenggara kepada pihak berwenang.

BAB XI

PENYIDIKAN DAN SANKSI Bagian Pertama

Sanksi Adminsitratif Pasal 53

(1) Penyelenggara yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan tidak melakukan kewajiban sebagaimana diatur pasal 23, pasal 28, pasal 31, pasal 34

dan pasal 38 dikenai sanksi teguran tertulis

(2) Pelaksana yang melanggar pasal 2, dan tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diatur dalam pasal 25, pasal 26, pasal 27 dan pasal 34 dikenai sanksi teguran tertulis.

(3) Penyelenggara atau Pelaksana yang tidak melakukan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dan atas perbuatan tersebut mengakibatkan

Page 108: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 108

timbulnya luka, cacat tetap, atau hilangnya nyawa bagi pihak lain dikenai sanksi

pidana sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

(4) Pengenaan sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak membebaskan dirinya membayar ganti rugi bagi korban.

(5) Besaran ganti rugi korban ditetapkan berdasarkan putusan pengadilan.

Pasal 54

(1) Penyidik adalah : a. pejabat Polisi Negara Republik Indonesia ;

b. pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh

UndangUndang.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a di atas adalah: a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak

pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka;

d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan ;

e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. mengambil sidik jari dan memotret sesorang;

g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

mendatangka orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan;

i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.

(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b di atas sesuai Undang-Undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik Kepolisian Republik Indonesia.

(4) Dalam melakukan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) penyidik wajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku.

Bagian Kedua Sanksi Pidana

Pasal 55 (1) Pelanggaraan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis, diancam

pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Penyalagunaan dana penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis selain yang dimaksud pada ayat (1) yang mengakibatkan kerugian keuangan Negara/daerah dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis dikenakan sanksi berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Sanksi sebagaimana dimasud pada ayat (2) dapat berupa sanksi pidana, perdata dan atau sanksi administrasi.

(4) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan dalam bentuk: a. Sanksi kepegawaian sebagaimana diatur dalam perundang-undangan dalam

bidang kepegawaian

b. Tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, diatur dalam perundang-undangan dalam bidang pengelolaan Keuangan Negaara / Daerah.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 56

Page 109: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 109

(1) Pada saat diundangkanya Peraturan Daerah ini penyelanggaraan program

kesehatan gratis yang sedang berjalan efektif dengan dasar Peraturan Bupati Nomor

9 Tahun 2006 tentang Pedoman penyelenggaraan pelayanaan/pengobatan gratis di

Puskesmas dan jaringannya yang dijamin oleh Pemerintah daerah dinyatakan tidak

berlaku

(2) Terhadap segala kebijaksanaan Pemerintah Daerah yang bersifat pedoman dalam

pelaksanaan program penyelenggaraan kesehatan gratis di Kabupaten Sumbawa

Barat sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini tetap berlaku.

(3) Selambat-lambatnya 1 tahun sejak Peraturan Daerah ini diberlakukan segala

kebijaksanaan penyelenggaraan kesehatan gratis sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 57

Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaannya pelayanan kesehatan gratis akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan/Keputusan Bupati. Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan dan agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumbawa Barat

Ditetapkan di Taliwang pada tanggal ............... 2011 BUPATI SUMBAWA BARAT, ZULKIFLI MUHADLI Diundangkan di Taliwang pada tanggal Nopember 2011 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT, MUSYAFIRIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN........... NOMOR .............

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR .............. TAHUN 2012

TENTANG

Page 110: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 110

PELAYANAN KESEHATAN GRATIS I. UMUM

Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. dalam rangka itu, maka kesehatan menjadi salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan. Dan untuk mencapai tujuan tersebut, maka diselenggarakanlah upaya pembangunan kesehatan di sumbawa barat yang dilakukan secara berkesinambungan, menyeluruh terarah dan terpadu. Dalam rangka meningkatkan akses pelayanan kesehatan, meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan serta membantu meringankan biaya kesehatan bagi masyarakat, maka pembangunan kesehatan pemerintah daerah kabupaten Sumbawa Barat sejak tahun 2006 dilaksanakan dengan menetapkan program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis di Puskesmas dan jaringannya. Kebijakan ini sebagai wujud komitmen pemerintah daerah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tercapainya cita-cita bangsa dan tujuan pembangunan kesehatan.

Kesehatan itu sendiri sesungguhnyanya merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan, bukan hanya oleh pemerintah, melainkan pula pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa Barat sebagaimana amanah konstitusi, Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Oleh sebab itu, dibutuhkan kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya secara terus menerus yang dilandasakan pada prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan untuk terbentuknya sumber daya manusia di Kabupaten Sumbawa Barat, yang maju dan beradab, memiliki ketahanan dan daya saing yang tinggi, serta dapat memajukan pembangunan daerah maupun nasional.

Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat melalui program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis di Puskesmas dan jaringannya sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bupati Nomor 9 Tahun 2006. Namun, sejalan dengan berbagai perubahan kebijakan atau peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan, perubahan atas paradigma kesehatan, perkembangan teknologi kesehatan, serta tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta dinamika sosial, ekonomi, dan politik terus mengalami perubahan dan perkembangan di daerah, serta banyaknya berbagai kendala dan tantangan yang dihdapi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis di Kabupaten Sumbawa Barat, maka perlu dilakukan penyesuaian atau penyempurnaan Peraturan Bupati Nomor 9 tahun 2006.

Perubahan kebijakan pelayanan dan pengobatan gratis ini dilakukan dalam rangka untuk menyempurnakan berbagai kelemahan dan tantangan yang dihadapi selama ini dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis, sekaligus untuk memperkuat landasan hukum penyelenggaraan program, meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan, serta memastikan adanya peningkatan mutu pelayanan dan keberlanjutan program di masa mendatang. Hal tersebut perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat, selain sebagai upaya untuk memenuhi hak-hak masyarakat juga adalah sebagai upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan akselreasi pencapian visi dan misi pembangunan kesehatan di daerah yang lebih maju dan sejahtera i masa mendatang. Atas dasar itulah, dibentuk peraturan daerah ini.

II. PASAL DEMI PASAL

Page 111: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 111

Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Pelayanan kesehatan gratis adalah merupakan pelayanan publik oleh karena itu dalam pelayanan kesehatan harus harus memperhatikan asas-asas pelayanan publik, meliputi ;

(1) Asas kepentingan umum asas kepentingan umum yang berarti bahwa penyelanggaraan pelayanan kesehatan ditujukan untuk kepentingan umum, berdasarkan perikemanusiaan, adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat yang terjangkau.

(2) asas kesamaan hak yang dimaksud dengan asas kesamaan hak bahwa dalam pemberian pelayanan kesehatan tidak dibolehkan untuk membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan atau status ekonomi dan sosial, petugas pelayanan kesehatan harus memperhatikan dan memprioritaskan kebutuhan dan akses pelayanan kesehatan gratis bagi fakir miskin.

(3) asas profesional yang dimaksud dengan asas profesional adalah bahwa dalam pengelolaan program dan pemberian pelayanan kesehatan gratis pelaksana pelayanan kesehatan memiliki kompetensi atau keahlian yang memadai sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

(4) asas transparansi yang dimaksud dengan asas transpransi adalah bahwa dalam pengelolaan program pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pertanggungjawaban penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis dilakukan secara terbuka, baik berkaitan dengan lingkup pelayanan, prosedur pelayanan, maupun jenis pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

(5) Akuntabilitas publik yang dimaksud dengan asas akuntabilitas publik adalah bahwa dalam pengelolaan program dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan (akuntabel), baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan, pelayanan maupun aspek kesehatan.

(6) asas partisipatif yang dimaksud dengan asas partisipatif adalah bahwa dalam pengelolaan program, khususnya perencanaan program pelayanan kesehatan gratis melibatkan masyarakat dan ada peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat

(7) asas Kepastian Hukum yang dimaksud dengan asas kepastian hukum bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis berdasarkan atas peraturan perundang-undangan yang berlaku dan adanya jaminan dan perlindungan terhadap hak dan kewajiban dalam pelayanan kesehatan, baik bagi penerima layanan maupun petugas layanan kesehatan

(8) asas inovatif yang dimaksud dengan asas inovatif adalah bahwa dalam pengelolaan program dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis yang diberikan kepada masyarakat harus terus ditingkatkan dengan memberikan inovasi yang baik untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

(9) asas cepat, cermat dan akurat yang dimaksud dengan asas cepat, cermat, akurat adalah bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang diberikan dilakukan secara cepat tanpa mengabaikan kecermatan dan akurasi medis.

(10) asas kendali mutu dan kendali biaya

Page 112: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 112

yang dimaksud dengan asas kendali mutu dan kendali biaya adalah bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis yang dilaksanakan dapat dipertanggung jawabkan dari segi mutu atau kualitas dengan pengelolaan dan pembiayaan yang efektiv dan efisien.

(11) Asas ketepatan waktu yang dimaksud dengan asas ketepatan waktu adalah penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepat waktu sesuai dengan standar pelayanan kesehatan yang ditetapkan.

(12) asas fasilitas dan perlakukan khusus bagi kelompok rentan yang dimaksud dengan fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan adalah pemberian kemudahan pelayanan kesehatan gratis bagi kelompok rentan, seperti fakir miskin, anak terlantar, lanjut usia sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan kesehatan gratis.

Pasal 3 Yang dimaksud dengan tercapainya derajat kesehatan masyarakat adalah tercapainya suatu keadaan kesehatan masyarakat dimana keadaan tersebut lebih baik dari keadaan sebelumnya sehingga masyarakat dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan yang dimaksud dengan peradaban fitrah yang maju adalah suatu keadaan diaman peradaban masyarakat sumbawa barat yang secara sosial ekonomi, budaya, politik dan hukum, serta keamanan memiliki kemandirian dan kemajuan yang tinggi dalam mengembangkan berbagai potensi dan peluang pembangunan di Kabupaten Sumbawa Barat, sehingga kesejahteraan sosial di Kabupaten Sumbawa Barat dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

Pasal 4 Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2) Yang dimaksud dengan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat adalah program jaminan sosial pemerintah daerah di bidang kesehatan yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten sumbawa barat kepada seluruh penduduk kabupaten sumbawa barat yang dijamin kesehatannya oleh pemerintah daerah.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan jaminan asuransi kesehatan adalah asuransi kesehatan yang dibayar oleh pemerintah daerah untuk setiap peserta yang memenuhi syarat sebagai peserta layanan kesehatan dan pengobatan gratis kepada penyelenggara asuransi kesehatan yang ditunjuk/ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai pihak penyelnggara asuransi kesehatan layanan kesehatan gratis di Kabupaten Sumbawa Barat

Pasal 5 Cukup jelas.

Pasal 6

Ayat (1) Huruf a Cukup jelas

Huruf b Yang dimaksud dengan penghasilan rendah adalah penghasil yang tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan penghasilan Rp.10.000 atau 1,00 dolar AS perhari.

Huruf c Asuransi dimaksud antaralain adalah asuransi kesehatan (ASKES), Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), dan asuransi lainnya.

Page 113: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 113

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan Kartu Tanda Penduduk adalah identitas resmi Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan atau instansi resmi yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah untuk menerbitkan Kartu Tanda Penduduk. Sedangkan yang dimaksud dengan Kartu Keluarga adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga.

Ayat (3)

Bagi Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Honorer/Sukarela Daerah atau Pegawai Swasta surat keterangan penghasilan dikeluarkan dari atasan/instansi dimana tempat bekerja, bagi petani, peternak, atau penduduk yang belum bekerja, dibuat surat pernyataan penghasilan oleh yang bersangkutan diatas materai dan disahkan/rekoemndasikan oleh pemerintah desa dan diketahui oleh pemerintah kecamatan setempat.

Pasal 7

Cukup jelas. Pasal 8

Cukup jelas. Pasal 9

Cukup jelas. Pasal 10

Cukup jelas. Pasal 11

Cukup jelas. Pasal 12

Cukup jelas. Pasal 13

Cukup jelas. Pasal 14 Pasal 15

Cukup jelas. Pasal 16

Cukup jelas Pasal 17

Cukup jelas. Pasal 18

Cukup jelas. Pasal 19

Cukup jelas. Pasal 20

Cukup jelas. Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22 Cukup jelas.

Pasal 23 Cukup jelas.

Pasal 24 Cukup jelas.

Pasal 25 Cukup jelas.

Pasal 26 Cukup jelas.

Pasal 27 Ayat (1)

Page 114: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 114

Cukup jelas. Pasal 28

Ayat (1) Yang dimaksud dengsn standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 29 Cukup jelas

Pasal 30 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan maklumat pelayanan adalah pernyataan tertulis yang berisi keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam standar pelayanan.

Ayat (2) Publikasi adalah kegiatan komunikasi melalui penyebaran informasi dan atau pengumuman/pernyataan kepada masyarakat dan para pemangku kepentingan. Publikasi tersebut dapat dilakukan melalui penyebaran informasi di media massa cetak maupun elektornik, pemasangan brosur, spanduk dan media informasi lainnya.

Pasal 31 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan Sistem informasi Layanan Kesehatan Gartis adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyimpanan dan pengelolaan informasi tentang data kepesertaan program layanan kesehatan gratis, jenis dan cakupan layanan, data jumlah pasien yang berkunjung, jumlah dan jenis penyakit, jumlah dan jenis obat, dan data serta informasi lainnya, serta mekanisme penyampaian informasi dari penyelenggara kepada masyarakat dan sebaliknya dalam bentuk lisan, tulisan Latin, tulisan dalam huruf Braile, bahasa gambar, dan/atau bahasa lokal, serta disajikan secara manual ataupun elektronik.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 32

Ayat (1) Jaminan sebagaimana dimaksud adalah berupa ketersediaan anggaran khusus untuk alokasi pembiayaan pelayanan dan pengobatan gratis di puskesmas dan jaringannya.

Ayat (2) Cukup jelas

.Ayat (3) Dana cadadangan sebagaimana dimaksud adalah dana taktis yang

dialokasikan oleh Pemerintah Daerah bersama dengan DPRD untuk mengantisipasi penambahan jumlah peserta penerima layanan kesehatan gratis pada tahun anggaran atau program berjalan.

Ayat (4)

Page 115: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 115

Asumsi dana cadangan 10% didasari jumlah pertumbuhan penduduk dan jumlah peserta pelayanan kesehatan gratis mengalami peningkatan per tahun sebanyak 10%, jika alokasi biaya kesehatan APBD tahun anggaran sekarang 1 milyar, maka alokasi dana cadangan sebesar Rp.100 juta dalam APBD tersebut, jumlah dana cadangan ini disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan jumlah layanan kesehatan gratis.

Pasal 33

Cukup jelas. Pasal 34

Ayat (1) yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat termasuk swasta.

Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 35

Cukup jelas. Pasal 36

Cukup jelas. Pasal 37

Cukup jelas. Pasal 38

Cukup jelas. Pasal 39

Cukup jelas. Pasal 40

Cukup jelas Pasal 41

Cukup jelas. Pasal 42

Cukup jelas. Pasal 43 Ayat (1)

yang dimaksud dengan evaluasi dan penilaian kinerja kegiatan evaluasi yang dilakukan secara periodik yang dilakukan oleh instansi yang bersangkutan meliputi antara lain kegiatan evaluasi dan penilaian bulanan, evaluasi dan penilaian tengah semester, serta evaluasi dan penilaian tahunan.

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas Pasal 44

Ayat (1) Penghargaan (reward) kepada para pelaksana/tenaga kesehatan yang berprestasi dapat diberikan dalam bentuk pemberian beasiswa, pelatihan atau dalam bentuk lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan daerah.

Ayat (2) Cukup jelas

Pasal 45 Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Page 116: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 116

yang dimaksud dengan unit khusus/Komisi pengaduan adalah kelompok kerja/bidang kerja yang secara khusus menangani pengaduan dan penyelesaian pengadian pelayanan kesehatan masyarakat, unit/komisi khusus ini secara struktural organisasi dapat berada dibawah atau bagian dari Dewan Kesehatan Daerah dan atau dapat dibentuk secara tersendiri, sifatnya dapat adhoc atau permanen sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan daerah.

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas Pasal 46

Cukup jelas. Pasal 47

Ayat (1) Jaminan dimaksud adalah jaminan atas perlindungan hukum atas hak-hak pasien atau hak-hak masyarakat, dimana masyarakat sebagai pelapor/pengadu tidak dibolehkan untuk diberikan ancaman dari penyelenggara atau pelaksana pelayanan kesehatan, baik berupa ancaman fisik maupun psikologis, serta ancaman lainnya seperti ancaman gugatan/pelaporan atau sanksi hukum karena laporannya/pengaduannya atas pelayanan kesehatan yang disampaikan pasien atau masyarakat atas layanan kesehatan yang berikan oleh penyelnggara maupun oleh tenaga kesehatan.

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas

Ayat (5) Cukup jelas Pasal 48

Cukup jelas. Pasal 49

Cukup jelas. Pasal 50

Cukup jelas. Pasal 51

Cukup jelas. Pasal 52

Cukup jelas. Pasal 53

Cukup jelas. Pasal 54

Cukup jelas. Pasal 55

Cukup jelas. Pasal 56

Cukup jelas. Pasal 57

Cukup jelas. Pasal 58

Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR ............5063

Page 117: Buku Kesehatan Gratis

Diterbitkan oleh LEGITIMID atas dukungan TIFA Foundation Jakarta 117