Buku Karya Tulis Ilmiah-libre

79
1 KARYA TULIS ILMIAH Skripsi, Tesis, dan Disertasi DR. JEJEN MUSFAH, MA. Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. [email protected] 2013

description

karya tulis ilmiah

Transcript of Buku Karya Tulis Ilmiah-libre

  • 1

    KARYA TULIS ILMIAH Skripsi, Tesis, dan Disertasi

    DR. JEJEN MUSFAH, MA. Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    [email protected] 2013

  • 2

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

    BAB I PROPOSAL PENELITIAN Merumuskan Judul Penelitian Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Pembatasan dan Perumusan Masalah Hipotesis, Tujuan, dan Manfaat Metode Penelitian Kerangka Konseptual Out Line dan Refererensi Sementara

    BAB II SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI BAB I Pendahuluan BAB II Landasan Teori BAB III Prosedur Penelitian/Metode Penelitian BAB IV Temuan dan Pembahasan BAB V Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka Lampiran

    BAB III KETERAMPILAN TEKNIS Laptop, buku, dan printer Sumber tepercaya Cara penulisan kutipan Cara penulisan kalimat Referensi sebagai Penolong Tidak sekali jadi Kemampuan Bahasa Asing

  • 3

    BAB IV BIMBINGAN DOSEN Evaluasi diri Dosen kemudian buku Mencatat yang disarankan dosen Bertanyalah Buku sumber jawaban

    BAB V FAKTOR PSIKOLOGIS/MENTAL Kerja TIM Mengetahui manfaat menulis Memelihara motivasi Manajemen waktu Kapan waktu yang tepat?... Plagiat Tidak ada karya yang tepat Latihan dan latihan Penghambat kreativitas Teguh pendirian Apa isi tas anda?... Skala prioritas Tahan banting

    BAB VI PROGRAM STUDI (PRODI) DAN FAKULTAS Pedoman penulisan karya ilmiah Pelatihan menulis karya ilmiah

    DAFTAR PUSTAKA Lampiran

  • 4

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah penulis ucapkan atas terbitnya buku Menulis Karya Ilmiah ini. Draft buku ini sudah lama mulai ditulis, tetapi karena sejumlah kesibukan selalu tertunda untuk dirampungkan.

    Buku ini lahir dari pengalaman membimbing Skripsi dan Tesis para mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Kesempatan menguji Skripsi juga memberikan pengalaman berharga bagaimana sulitnya melahirkan karya ilmiah yang standar. Tidak semata persoalan substansi Skripsi, bahkan dalam hal-hal teknisseperti penulisan sumber dan cara pengutipan, mahasiswa mengalami kesulitan.

    Buku ini juga lahir karena kesedihan melihat fakta bahwa tidak sedikit mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan kuliahnya karena tidak mampu menyelesaikan skripsi, tesis, atau disertasi. Paling tidak, banyak yang menyelesaikan kuliahnya hingga melewati batas yang sudah ditentukan.

    Buku ini melengkapi buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi yang dikeluarkan oleh FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maupun yang diterbitkan oleh Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Tentu, buku ini juga bisa melengkapi Pedoman Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang dikeluarkan oleh fakultas maupun sekolah tinggi, insitut, atau universitas negeri maupun swasta.

    Berbeda dengan buku pedoman karya ilmiah lainnya, buku ini ditulis dengan memakai bahasa yang ringan dan reflektiftidak terlalu akademis. Ringan berarti pemilihan katanya dimaksudkan seakan-akan bahasa lisan, sedang berdialog dengan mahasiswa. Reflektif maksudnya, bahasa dan kalimatnya ditulis mengalir begitu saja, tanpa pertimbangan bahasa yang ilmiahini terkesan anomaly, karena buku ini tentang karya ilmiah, tetapi biarlah yang ilmiah-ilmiah bisa didapatlan pembaca di buku-buku yang lain.

    Maka, buku ini dimaksudkan semata sebagai buku petunjuk praktis menulis karya ilmiah. Di dalamnya semacam trik-trik atau tips-tips menyusun proposal, skripsi, tesis, dan disertasi. Dengan model penyajian seperti ini, diharapkan mahasiswa terbimbing secara maksimal (meskipun sebenarnya, persoalan selama ini bukan ketiadaan buku pedoman karya ilmiah, tetapi budaya membaca dan belajar mahasiswa yang sangat-sangat rendah).

    Terima kasih kepada penerbit Prenada yang berkenan menerbitkan karya ini. Semoga ini bukan kerjasama kita yang terakhir.

  • 5

    Kepada pembaca yang menemukan kekurangan dalam buku ini diharapkan saran-sarannya untuk perbaikan di edisi berikutnya. Saya ucapkan terima kasih sebelumnya atas kebaikan pembaca.

    Bogor-Jakarta, Februari 2013

    Jejen Musfah

  • 6

    BAB I PENDAHULUAN

    Pengertian, ahli apa Anda

  • 7

    Pengertian Skripsi/tesis/disertasi adalah karya ilmiah yang merupakan tugas akhir

    mahasiswa setelah menyelesaikan perkuliahan, biasanya 7 semester untuk s1, dan 3 semester untuk s2 dan s3.

    Karya ilmiah ditandai dengan kejujuran dalam mengutip sumber dan kesungguhan dalam menggali data, baik data lapangan maupun naskah seperti buku dan manuskrip, serta elektronik. Sumber yang dikutip harus tepercaya, misalnya buku-buku yang ditulis oleh pakar di bidangnya.

    Apa beda ketiganya? Skripsi berbentuk deskriptif/uraian, menggambarkan kondisi, dan menjelaskan konsep. Misalnya, menjelaskan pendidikan akhlak dalam QS Lukman, dan penerimaan siswa baru di SMP Rahman Ciputat.

    Tesis sama dengan skripsi di atas, hanya ia harus sudah menguji teori, membaca dan menampilkan teori tertentu kemudian mengujinya dengan realitas lapangan. Misalnya, pendidikan hati dalam tafsir al-azhar.

    Disertasi menemukan teori.

    Dalam oxforddictionaries.com (30/07/2013) tertulis pengertian tesis sebagai berikut:

    1. a statement or theory that is put forward as a premise to be maintained or proved: his central thesis is that psychological life is not part of the material world. (in Hegelian philosophy) a proposition forming the first stage in the process of dialectical reasoning. Compare with antithetis, synthesis.

    2. a long essay or dissertation involving personal research, written by a candidate for a university degree:a doctoral thesis.

    Sedangkan dalam en.wikipedia.org (30/07/2013) tertulis: A thesis or dissertation is a document submitted in support of candidature for an academic degree or professional qualification presenting the author's research and findings. In some countries/universities, the word "thesis" or a cognate is used as part of a bachelors or masters course, while "dissertation" is normally applied to a doctorate, while in others, the reverse is true.

    The word dissertation can at times be used to describe a treatise without relation to obtaining an academic degree. The term thesis is also used to refer to the general claim of an essay or similar work.

  • 8

    Ahli apa Anda? Pemilihan fokus penelitian sebaiknya mempertimbangkan orientasi masa

    depan peneliti, tepatnya akan atau ingin ahli di bidang apa: ahli guru, ahli kurikulum, ahli metode pembelajaran, atau ahli pembiayaan pendidikan.

    Proposal adalah penawaran, maka ia harus meyakinkan pembaca bahwa penawarannya tersebut tidak bisa ditolak, karena ia sangat berarti.

  • 9

    BAB I PROPOSAL PENELITIAN

    Merumuskan judul penelitian, urgensitas dan kekinian, kebermaknaan, lokasi penelitian, judul yang pubicable,

  • 10

    Merumuskan Judul Penelitian

    Tidak sedikit mahasiswa yang bingung menentukan judul penelitian, sehingga minta diberikan judul oleh dosennya. Jadi sebaiknya judulnya apa pak? demikian mahasiswa biasanya saat diberitahu bahwa judulnya belum layak untuk skripsi, tesis, atau disertasi.

    Sesungguhnya, tidak ada yang harus lebih tahu judul penelitian itu seperti apa, kecuali mahasiswa yang bersangkutan.

    Judul penelitian tidak lahir dari lamunan, mengkhayal, menerka-nerka, dan menebak-nebak. Judul penelitian lahir dari penelitian pendahuluan yang dilakukan mahasiswa. Misalnya, mahasiswa memajukan judul Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali. Sebelumnya, mahasiswa sudah membaca 3-4 buku karya Al-Ghazali, dan menemukan di dalam buku-buku tersebut pembahasan tentang pendidikan akhlak.

    Meneliti ibarat memancing ikan. Pemancing harus tahu bahwa di dalam kolam tersebut ada ikannya, emaskah, lelekah, patinkah. Jika pemancing menghendaki memancing ikan emas, maka ia harus tahu sebelumnya dari yang punya kolam ikan, bahwa di kolam tersebut memang diternakkan ikan emas.

    Membuat judul dan atau menentukan focus kajian tanpa penelitian pendahuluan, ibarat orang yang ingin mincing ikan emas, tetapi ternyata di kolam tersebut tidak ada ikan emasnya, melainkan ikan lele atau ikan patin.

    Pertanyaan tentang judulnya apa kurang tepat, karena judul penelitian terkait dengan variable atau aspek apa saja yang akan dikaji oleh mahasiswa. Jadi, sebelum menentukan judul, harus jelas dulu aspek apa saja yang akan dikaji atau dicarikan jawabannya oleh mahasiswa. Artinya, yang ditanya (pada diri sendiri) sebaiknya, aspek-aspek apa saja yang akan dikaji dalam suatu penelitian.

    Berikut ini adalah beberapa cara menentukan focus penelitian, sehingga melahirkan judul penelitian.

    1. Studi Naskah Penelitian studi naskah terkait perspektif pakar tertentu dimulai dengan pertama, mengumpulkan karya-karya si pakar, sebanyak mungkin, minimal lima bukukecuali jika bukunya kurang dari lima, dan 2 atau 4 bukunya dianggap cukup.

  • 11

    Kedua, membaca dan menelaah buku-buku tersebut. Dari daftar isi tergambar aspek-aspek pendidikan apa saja yang dibahas dalam buku-buku tersebut. Temukan aspek-aspek apa saja yang sepertinya menarik untuk diteliti lebih lanjut. Misalnya, si pakar memiliki pendapat yang berbeda mengenai kompetensi guru dan metode pembelajaran dengan pandangan, teori, konsep, yang selama ini kita pelajari. Ketiga, mengumpulkan karya 2 atau lebih pakar lainnya terkait kompetensi guru dan metode pembelajaran. Dianalisis apa persamaan dan perbedaan pendapat pakar tersebut dengan pakar-pakar tersebut terkait guru dan metode pembelajaran. Jika 2 topik tersebut, kompetensi guru dan metode pembelajaran menurut pandangan si pakar, dianggap layak untuk ditelitisetelah membaca buku-buku si pakar dan juga membaca buku-buku pakar lain tentang hal yang sama (disebut penelitian pendahuluan), maka mahasiswa bisa mengajukan judul Kompetensi Guru dan Metode Pembelajaran Menurut Zakiyah Daradjatmisalnya.

    Model lain studi naskah adalah penelitian sejarah lembaga pendidikan atau sejarah tokoh pendidikan.

    2. Studi Kasus Sekolah/madrasah bisa dijadikan objek penelitian. Sekolah Madina misalnya memiliki program pengembangan kompetensi guru yang beragam, mulai dari pelatihan bahasa Inggris, pelatihan ESQ, pelatihan keterampilan mengajar (PAIKEM), pelatihan pendalaman materi. Kecuali itu, sekolah ini juga memiliki perpustakaan yang lengkap dan fasilitas internet yang bagus. Sekolah ini bisa dijadikan penelitian untuk menjawab bagaimana dan mengapa sekolah ini bisa mencapai standar pendidikan yang bagus seperti itu. Jika peneliti sudah menetapkan sejak awal sekolah tertentu, maka carilah skripsi, tesis, dan disertasi yang sudah

    3. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu seperti disertasi, tesis, penelitian bisa menjadi inspirasi judul penelitian berikutnya. Misalnya, terdapat disertasi dan tesis

  • 12

    yang mengkaji peningkatan kompetensi pedagogik, kepribadian, dan profesional guru. Membaca kajian-kajian tersebut, ada satu kompetensi guru yang belum dikaji yaitu kompetensi sosial. Mahasiswa bisa melengkapi kajian sebelumnya tentang kompetensi guru, dengan memajukan judul Peningkatan Kompetensi Sosial Guru; Studi di SMA Madina.

    4. Program Studi Setiap mahasiswa yang akan melakukan penelitian berupa skripsi, tesis atau disertasi tentu harus sesuai dengan program studi yang diambilnya. Bidang kajian Program studi juga bisa menjadi inspirasi untuk menulis judul. Misalnya, Prodi PAI, diketahui memiliki konsentrasi (mata pelajaran) Quran-Hadis, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Akidah Akhlak. Nah, dari empat konsentrasi tersebut, bisa memunculkan 4 kajian yang berbeda. Dari keempat kajian tersebut, mahasiswa, misalnya, masih bisa memfokuskan kajiannya pada aspek guru Fiqih, buku Fiqih, LKS Fiqih, metode pembelajaran Fiqih, media pembelajaran Fiqih, atau evaluasi pembelajaran Fiqih.

    Urgensitas dan Kekinian Pemilihan focus penelitian harus mempertimbangkan tingkat urgensitas

    dan kekinian. Tingkat urgensitas atau kegentingan suatu masalah terkait pendidikan bisa dilihat dari isyu-isyu yang sedang hangat menjadi perbincangan di media massa. Misalnya, paying hokum tentang MAK sudah ada, namun belum ada MAK.

    Maka, penelitian tentang model pembentukan MAK sangat penting untuk rekomendasi kepada pengambil kebijakan. Apakah pembentukan MAK dimulai dari nol, pendirian gedung, perekrutan siswa, staf, dan guru baru, atau alih fungsi dari MAN yang selama ini sudah memiliki mulok atau ekskul keterampilan sepeeti tata busana, seni ukir, otomotif, kelistrikan.

    Contoh lain misanya, tema tentang pendidikan karakter atau kurikulum 2013. Penelitian tentang dampak pengurangan 2 mata pelajaran IPA dan IPS di SD, serta penambahan waktu belajar di SD bisa dianggap memiliki urgensitas dan nilai kekinian. Demikian juga penelitian tentang praktik pembelajaran tematik kurikulum 2013 di SD, dan kesiapan guru-guru menerapkan dan menjalankan kurikulum 2013.

  • 13

    Kebermaknaan

    Pertimbangan lain dalam pemilihan focus penelitian adalah nilai kebermaknaan penelitian bagi pendidikan, lembaga pendidikan, dan keilmuan. Kebermaknaan berarti hasil penelitian mampu memecahkan masalah, menjawab persoalan. Maka, hasil penelitian bisa dimanfaatkan oleh banyak pihak, mulai lembaga pendidikan, guru, kepala sekolah, maupun pemangku kepentingan.

    Ciri kebermaknaan hasil penelitian, pertama, dipublikasikan secara professional. Ada pihak yang tertarik menerbitkan dalam bentuk buku, karena informasinya akan bermanfaat bagi khalayak luas, dan segmen pembacanya cukup luas dan jelas.

    Kedua, hasil atau temuan penelitian digunakan oleh user, lembaga pendidikan, praktisi, pemerintah. Misalnya, temuan tentang model pembelajaran aktif (PAIKEM) dan kecerdasan jamak sangat membantu proses pembelajaran di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.

    hasil penelitian kemampuan BTQ mahasiswa FITK misalnya, bermakna atau berguna untuk pengambilan kebijakan tentang perumusan kurikulum FITK di kemudian hari.

    Jadi, harus diupayakan pilihan focus penelitian benar-benar bermakna. Sering ditemukan seorang mahasiswa hendak meneliti manajemen kurikulum sekolah x dengan alas an atau latar belakang sekolah tersebut tidak bagus manajemen kurikulmnya.

    Pertanyaannnya adalah, apakah dengan hasil penelitian ini akan mampu memperbaiki manajemen kurikulum sekolah x tersebut? Kemudian, apakah peneliti akan menemukan bahan penelitian, yaitu manajemen kurikulum, jika sekolah x sudah diketahui tidak memiliki manajemen kurikulum yang baik?

    Jadi, bisa diduga bahwa penelitian ini tidak akan menjawab persoalan sekolah, dan juga tidak akan menemukan bahan penelitian, karena sekolah tidak memiliki system perencanaan dan pengembangan kurikulum.

    Skripsi, tesis, dan disertasi ditulis sering tidak mempertimbangkan aspek kebermaknaan. Terkesan asal selesai untuk memenuhi persyaratan administrative untuk meraih gelar sarjana, magister, dan doctor. Hasil penelitian tidak habis atau lapuk di deretan rak buku pribadi atau perpustakaan, karena tidak pernah dibaca dan dimanfaatkan oleh pihak lain.

  • 14

    Lokasi Penelitian Mahasiswa tidak bisa begitu saja merubah lokasi penelitian. Misalnya,

    karena lokasi PPKT-nya di SMA Y, maka lokasi penelitian yang tadinya di SMA X, begitu saja atau otomatis dirubah ke SMA Y.

    Mengapa tidak bisa merubah lokasi penelitian begitu saja? Karena masalah atau focus tertentu di setiap sekolah berbeda-beda. Misalnya, penelitian pengembangan guru di SMA Madania sangat tepat karena sekolah memiliki program pengembangan guru, tetapi ketika judul yang sama dilakukan di SMA X, tidak tepat karena tidak memiliki program tersebut.

    Kesalahan tidak sepenuhnya ada pada mahasiswa, dosen juga sebaiknya memberikan pengarahan yang tepat.

    Judul yang publicabel

    Pilihan judultepatnya fokus penelitiansangat beragam. Judul penelitian harus menunjukkan masalah yang memang penting dijawab;Jawaban penelitian ditunggu banyak kalangan; Hasil penelitian akan bermanfaat bagi kepentingan khalayak banyak. Dan hasil penelitian layak dipublish/diterbitkan.

    Sayang sekali jika hasil penelitian hanya ditaruh di rak perpustakaan, tidak ada (banyak) yang membaca, karena kurang/tidak mengandung informasi atau hasil temuan yang dapat berguna bagi pembaca. Padahal misalnya, penelitiannya adalah tesis atau disertasi, yang menghabiskan banyak dana dan waktu.

    Karena itu, pemilihan fokus bisa diarahkan kepada topik atau konsep yang penting, situs atau objek yang sangat bagus atau bagussehingga bisa dijadikan contoh atau model oleh yang lain/pembaca.

    Harus dihindari melakukan penelitian karena judul tertentu mudah, tetapi tidak terlalu penting atau sudah banyak penelitian sebelumnya.

  • 15

    Latar Belakang Masalah

    Landasan yuridis, landasan normatif, landasan historis, landasan teoritis, dan landasan factual, Perbedaan; Penelitian yang Relefan, Alasan pemilihan,

    Penelitian pendahuluan

    Latar Belakang Masalah (LBM) adalah sejumlah alasan yang melatarbelakangi penulis memajukan topik atau fokus tertentu untuk penulisan sebuah karya ilmiah. LBM setidaknya memuat landasan yuridis, landasan normatif, landasan historis, landasan teoritis, dan landasan faktual. Masih mungkin ada landasan yang lainnya.

    Landasan historis atau sejarah berisi pemaparan tentang sejarah yang terkait dengan focus kajian. Misalnya, pembahasan tentang kurikulum bisa memajukan sejarah perkembangan kurikulum seperti KBK, KTSP, dan Kurikulum 2013.

    Landasan yuridis, regulasi, atau perundangan memuat tentang UUD, UU, Kepres, Permen, atau Perda yang terkait dengan focus penelitian. Regulasi biasanya terkait dengan idealitas pelaksanaan pendidikan dari tingkat dasar, menengah, hingga tingkat tinggi. misalnya, pemerintah melalui BSNP mengeluarkan 8 SNP yang merupakan acuan minimal tentang standar isi, standar proses, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar pembiayaan, standar penilaian, standar pengelolaan, standar kompetensi lulusan, dan standar sarana dan prasarana.

    Landasan normative adalah kutipan ayat Al-Quran dan Hadis yang terkait dengan foku kajian. Ini bisa menjadi ciri khas penelitian yang dilakukan di perguruan tinggi Islam. Misalnya, kajian tentang kultur membaca di kalangan mahasiswa, guru, dan dosen, bisa mengutip ayat yang menyatakan bahwa Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Demikian juga hadis yang berisi tentang kewajiban menuntut ilmu bagi laki-laki dan perempuan muslim.

    Landasan teoritis di latar belakang hanya berisi kutipan pendapat 2-3 pakar terkait focus kajian, sedangkan di bab II lebih banyak lagi pakar yang

  • 16

    dikutip. Pendapat pakar yang dikutip bisa yang setuju atau mendukung teori atau konsep focus kajian atau yang bertentangan.

    Landasan factual berisi kutipan berita (kenyataan) yang menunjukkan masalah-masalah yang terkait dengan focus penelitian. Kecuali berita, fakta juga bisa diambil dari hasil penelitian yang menunjukkan kondisi yang tidak ideal. Pemunculan sejumlah masalah nyata di masyarakat merupakan bukti bahwa penelitian ini penting. Sebuah penelitian harus memenuhi unsur urgensitas.

    Contohnya, jika focus penelitiannya tentang kompetensi guru, bisa dikutip berita atau hasil penelitian yang menyatakan bahwa kesejahteraan guru sangat rendah (gaji guru madrasah swasta rendah; SK PNS-nya sudah dijadikan jaminan di bank; guru nyambi pekerjaan yang tidak terkait dengan pendidikan; guru ngajar di banyak sekolah/madrasah), guru banyak yang belum sarjana, guru banyak yang ngontrak, guru banyak yang tidak pandai menulis, guru banyak yang tidak bisa mengoperasikan computer.

    Terkait dengan landasan faktual, pertama, mahasiswa bisa mengungkapkan masalahnya dari perspektif yang lebih besar untuk kemudian ditarik atau dikaitkan dengan fokus masalah yang lebih spesifik. Jadi berangkatnya bisa dari persoalan yang lebih umum dan besar, baru kemudian menunjukkan kaitannya dengan fokus masalah yang akan dikajinya. Misalnya, seorang mahasiswa akan menulis kompetensi kepribadian guru, ia bisa memajukan fakta kompetensi guru secara lebih luas.

    Kedua, mahasiswa mengumpulkan data atau fakta tentang focus kajiannya, apakah dari Koran, majalah, jurnal, maupun dari hasil penelitian sebelumnya.

    Perbedaan; Penelitian yang Relefan Dalam LBM juga dikemukakan apa perbedaan penelitian ini dengan

    penelitian-penelitian sebelumnyasebutkan 2 atau 3 judul penelitian yang sebelumnya. Selain menuliskan judul, nama peneliti, tempat dikeluarkannya penelitian tersebutbisa perguruan tinggi atau lembaga pemerintahan, dituliskan juga simpulan penelitian tersebut.

    Setelah memajukan simpulan penelitian-penelitian sebelumnya, mahasiswa bisa menyatakan perbedaan penelitiannya. Misalnya, berbeda dengan tiga penelitian sebelumnya yang meneliti tentang kompetensi pedagogic, kepribadian, dan professional guru, penelitian ini akan memfokuskan pada

  • 17

    kompetensi social guru. Dengan demikian penelitian mengandung unsur kebaruan.

    (di dalam proposal, penelitian terdahulu yang relefan Jika penelitiannya terkait dengan pemikiran tokoh, sekolah atau perguruan

    tinggi tertentu, sedangkan sudah banyak dilakukan penelitian tentang tokoh atau lembaga pendidikan tertentu, maka mahasiswa juga bisa menunjukkan bahwa penelitiannya berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

    Misalnya, pemikiran Hamka tentang pendidikan sudah banyak yang meneliti, tetapi belum ada yang meneliti tentang pendidikan karakter menurut Hamka. Demikian juga sekolah Madina sudah banyak yang meneliti, tetapi belum ada yang mengkaji tentang pendidikan inklusif di sekolah Madina, misalnya.

    Perbedaan wilayah atau lokasi penelitian juga bisa dimajukan oleh mahasiswa. Misalnya, penelitian tentang pendidikan karakter sudah dilakukan di SMP di Jawa Barat, mahasiswa bisa memajukan penelitian pendidikan karakter di SMP di Jawa Tengah, Banten, Kalimantan, Sumatera, atau Sulawesi.

    Alasan pemilihan Mahasiswa harus memajukan alas an pemilihan focus penelitian,

    pemilihan tokoh, atau lokasi penelitian. Focus penelitian dimajukan karena terdapat masalah-maslah yang masih perlu dicarikan jawabannya.

    Jika penelitiannya menggunakan studi kasus atau memilih lokasi/situs tertentu perlu juga dijelaskan beberapa alasan pemilihan lokasi tersebutdalam hal ini peneliti perlu melakukan penelitian pendahuluan (preliminary research), sehingga bisa memajukan beberapa fakta yang mendukung pemilihan lokasi tersebut.

    Misalnya, meneliti tentang pendidikan inklusif atau pendidikan inklusi, harus ada pengetahuan awal bahwa di sekolah/madrasah pilihan terdapat pendidikan inklusif atau pendidikan inklusi. Disarankan memilih sekolah yang tidak sekedar memiliki pendidikan inklusi tetapi sekolah yang pendidikan inklusinya sudah berjalan dengan baik. Cirinya adalah terdapat kurikulum khusus, guru-guru terlatih tentang pendidikan inklusi, dan anak-anaknya memiliki prestasi yang membanggakan.

    Demikian juga pada saat peneliti menulis kajian tokoh, perlu menjelaskan alasan-alasan pemilihan tokoh tersebut, sehingga diyakini betul kepentingan menulis penelitian seperti yang dimaksud oleh penulis. Jadi, mahasiswa tidak bisa sembarang menentukan kajian tokoh tertentu.

  • 18

    Pilihan kajian pemikiran individu harus menimbang aspek ketokohan dan/atau kepakaran individu tersebut. Pertama, individu seperti Kiyai pendiri pesantren gontor, pesantren jombang, pendiri muhammadiyah, pendiri nahdhatul ulama, bisa dijadikan kajian penelitian terkait aspek teoritis atau konsep dan aspek praksisnya. Artinya, mahasiswa mengkaji pemikiran tokoh sekaligus praktik pendidikannya.

    Kedua, seorang pakar di bidang tertentu, pendidikan misalnya, dibuktikan dengan jumlah buku-buku pendidikan yang ditulisnya. Hamka misalnya, telah menerbitkan banyak buku pendidikan, maka mahasiwa bisa melakukan kajian pemikirannya berdasarkan pada sumber buku-buku yang sudah ditulisnya. Mahmud Yunus, Nurcholish Majid, Abdurrahman Wahid, bisa dikaji pemikirannya terkait aspek-aspek tertentu dalam pendidikan.

    Penelitian pendahuluan Jika penelitiannya tentang sebuah madrasah/sekolah, penelitian

    pendahuluan juga penting untuk mengetahui kemungkinan diterima atau tidaknya mahasiswa meneliti sekolah tersebut. Dengan demikian, apa yang sudah ditulis di proposalnya tidak sia-sia.

    Peneliti wajib memajukan 2-4 penelitian terdahulu yang relevan dengan judul penelitiannya, kemudian memajukan apa perbedaan penelitiannya dengan penelitian-penelitian tersebut.

  • 19

    Fakta harus dari sumber tepercaya

    Dalam latar belakang muncul fakta/data terkait masalah yang muncul. Data ini sebaiknya diambil dari hasil penelitian, liputan majalah, berita Koran, dan sumber lain yang sudah diakui keabsahannya. Kredibilitasnya sudah diakui masyarakat. Hindari misalnya, data berdasarkan kuliah/ceramah dosen di kelas.

  • 20

    Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

    Identifikasi Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah di atas, mahasiswa kemudian menuliskan identifikasi masalah. Masalah apa saja yang muncul terkait fokus kajian. Masalah bisa 2 atau lebih. Jadi, identifikasi masalah merupakan simpulan masalah apa saja yang sudah dimunculkan di latar belakang masalah.

    Misalnya, 40% guru SD/MI belum sarjana, 50% guru SMP/MTs mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, 70% pembelajaran di SD/MI Swasta tidak sesuai dengan alokasi waktu yang tertuang dalam KTSP Dokumen I, tepatnya pada struktur kurikulum, 75% SD/MI tidak memiliki perpustakaan yang sesuai standar sarana dan prasarana, dan 95% SD/MI di DKI Jakarta tidak memiliki tenaga perpustakaan lulusan/sarajana perpustakaan.

    Jadi, kalimat dalam identifikasi masalah harus menunjukkan masalah, bukan sebaliknya. Sering mahasiswa menulis pointers dalam bagian ini, namun tidak satupun dari point tersebut yang merupakan masalah. Misalnya, kepala sekolah seharusnya memiliki kompetensi manajerial, kepala sekolah berperan dalam peningkatan mutu pendidikan, guru berperan dalam kemajuan belajar siswa.

    Sekali lagi, masalah yang muncul dalam bagian ini harus ada penjelasannya atau data/faktanya di latar belakang masalah.

    Pembatasan dan Perumusan Masalah Pembatasan masalah menunjukkan bahwa penulis hanya akan meneliti

    aspek tertentu sajabisa dua atau lebihdari sekian masalah yang muncul terkait konsep atau variabel tertentu dalam penelitiannya.

    Permasalahan terkait guru, misalnya, sangat beragam, maka tidak mungkin mahasiswa meneliti semua masalah tersebut, karena keterbatasan waktu dan mungkin juga keterbatasan kemampuannya.

    Pembatasan juga memungkinkan peneliti mengkaji satu masalah namun sangat mendalam dan melihatnya dari banyak sudut pandang. Contoh, penelitian tentang pelatihan guru mengkaji atau menjawab pertanyaan mulai dari pelaksana program, pendanaan, materi, peserta, pelatih, waktu, metode, media, evaluasi, dan modelnya.

  • 21

    Perumusan masalah adakalanya ditulis dalam bentuk deskriptif, tetapi bisa juga berbentuk pertanyaan. Lebih mudah dalam bentuk pertanyaan, karena akan memudahkan penulis pada saat menulis kesimpulan. Perumusan masalah harus tegas dan jelas sehingga memudahkan pada saat penggalian data di lapangan, juga pada saat membuat simpulan. Simpulan penelitian harus sinkron atau relevan dengan perumusan masalah.

    Perumusan masalah merupakan pedoman bagi peneliti pada saat terjun ke lapangan atau memulai penelitian, sehingga tidak mengalami kesulitan atau kebingungan saat mencari data apa yang harus digalinya.

    Perumusan masalah bisa dikatakan sebagar rumusan sub-sub focus penelitian.

  • 22

    Hipotesis, Tujuan, dan Manfaat Penelitian

    Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara. Penelitian kuantitatif harus memajukan satu atau dua hipotesis. Penelitian kualitatif tidak harus memakai hipotesis, kalaupun ada yang menganjurkan maka istilahnya adalah asumsiyang secara makna memiliki kesamaan dengan hipotesis. Contoh hipotesis dalam penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut: Terdapat pengaruh positif kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru (2 variabel penelitian); terdapat pengaruh positif kepemimpinan kepala sekolah dan konvensasi terhadap kinerja guru (3 variabel penelitian)

    Tujuan dan Manfaat Penelitian Penulis setidaknya menjelaskan apa tujuan penelitiannya. Tujuan penelitian bisa mendeskripsikan konsep atau teori, mengembangkan konsep atau teori, menguji teori, dan lain sebagainya. Manfaat penelitian biasanya dikaitkan dengan pertanyaan: apa manfaat penelitian ini terhadap pihak penulis, lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, peneliti berikutnya, dan keilmuan terkait program studi penulis. Manfaat penelitian bagi penulis adalah menambah pengetahuan dan pengalaman terkait focus penelitian. Manfaat penelitian bagi lembaga pendidikan dan lembaga pemerintah adalah memberikan rekomendasi untuk pengambilan kebijakan di masa depan, sehingga mutu pendidikan lebih baik. Manfaat penelitian bagi peneliti lainnya adalah sebagai gambaran sekaligus modal awal untuk melakukan penelitian selanjutnya. Sedangkan manfaat penelitian bagi keilmuan adalah menambah khazanah dan mengembangkan keilmuan tersebut.

  • 23

    Metode Penelitian

    Di dalam proposal penelitian, penulis harus menuliskan metode penelitian yang sesuai dengan judul dan fokus penelitian yang akan dilakukannya. Kecuali itu, pemilihan metode apa yang akan dipakai sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa.

    Metode kuantitatif sangat cocok bagi mahasiswa yang kuat dalam kecerdasan angka atau berhitung, sedangkan metode kualitatif cocok bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan menggali informasi melalui data teks atau dokumen maupun pengamatan dan wawancara mendalam.

    Dalam studi kasus misalnya, dibutuhkan kemampuan mahasiswa menggali informasi dari informan. Pembatasan ini pada praktiknya tidak terlalu kaku, pemilihan metodeseperti sudah disebut di mukasangat terkait dengan fokus penelitian.

    Peneliti yang meyakini bahwa suatu masalah tidak cukup digali jawabannya melalui penyebaran angket an sich, bisa melakukan mix-methode, angket sekaligus melakukan wawancara dengan narasumber yang kompeten.

    Di bagian ini mahasiswa menjelaskan bagaimana teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik pemeriksaan keabsahan data.

  • 24

    Kerangka Konseptual

    Kerangka konseptual disebut juga kerangka teori atau tinjauan kepustakaan.

    Kerangka Konseptual ditandai dengan munculnya keterkaitan antara fakta dan teori, bisa dalam bentuk deskripstif atau berupa gambar. Penulis menyarankan memakai keduanya, gambar disertai dengan penjelasan. Soal peletakannya, bisa deskripsi dulu baru gambar, atau bisa juga gambar dulu baru deskripsinya.

    Penggunaan gambar akan sangat membantu pembaca untuk langsung mengenali posisi dan fokus masalah yang akan diteliti di antara konteks konsep atau variabel yang terkait dan/atau lebih besar (lihat Bab III tentang Bab II; Kerangka Konseptual).

    Teori = peta penelitian Bacaan sementara penulis terkait teori-teori diwujudkan dalam bentuk kerangka konsep/teori, sehingga jelas arah penelitiannya. Dalam menulis teori, penelitian mahasiswa sering didapat formula berikut ini.

    1. Judul benar + Teori benar (sesuai dengan judul) = good research 2. Judul benar + Teori benar, tetapi tidak sesuai dengan judul = bad research 3. Judul salah + teori benar, tetapi tidak sesuai dengan judul = bad research

    Teori atau konsep yang dikutip atau dimajukan penulis benar, namun apakah ia sudah tepat atau berkaitan dengan judul?

    1. Problem 2. Solusi 3. Metode 4. Judul = Pendidikan Humanisme Menurut KH Dewantara 5. Teori

    Buku utama Dalam kerangka konseptual muncul 3 hingga lebih teori/konsep yang

    mendukung atau menjadi landasan teori fokus masalah.

  • 25

    Konsep atau teori yang lebih mendalam dan komprehensif dipaparkan pada saat penulis/mahasiswa menulis Bab II. Di bawah ini diberikan contoh gambar kerangka konseptual, yang pertama masih bersifat umum dan teoritis, sedangkan yang kedua sudah menggambarkan focus atau pembatasan penelitian.

  • 26

    Gambar 1.2. Beberapa Cara Pengembangan Kompetensi Guru (Caldwell dan Spinks, 1993: 121; Seyfarth, 2002: 124; Sutermeister, 1976: 11; Sukmadinata,

    2006: 203).

    Faktor yang Melatar

    Belakangi Dampak

    Peningkatan Kinerja

    Peningkatan Kompetensi Guru

    Aspek yang ditingkatkan, kompetensi: Pedagogik, Kepribadian, Sosial, dan Profesional. Metode Peningkatan: 1. Pelatihan; 2. Melanjutkan Studi; 3. Pengalaman; 4. Belajar Mandiri; 5. Diskusi; 6. MGMP; 7. Peer Group.

    Kualitas Guru

    Kompetensi Guru Rendah

  • 27

    Fokus Pembahasan Penelitian ini akan mengamati pelatihan, belajar mandiri guru melalui

    program ilmiah dan keagamaan, dan sarana belajar yang terkait dengan pengembangan kompetensi guru di Madania di Parung, Bogor. Dari penjelasan sebelumnya dapat dibuat pembatasan masalah seperti tergambar dalam gambar 1.3.

    Gambar 1.3. Peningkatan Kompetensi Guru (Caldwell dan Spinks, 1993: 121; Seyfarth, 2002: 124; Sutermeister, 1976: 11; Sukmadinata, 2006: 203).

    Latar Belakang

    Manfaat

    PENINGKATAN KINERJA

    Peningkatan Kompetensi Guru

    1. Pelatihan; 2. Seminar; 3. Perpustakaan; 4. Pengajian; 5. Internet; 6. Madania News; 7. Bedah Buku; 8. Snap Short.

    KUALITAS GURU

    Kompetensi Guru Rendah

  • 28

    Out Line dan Referensi Sementara

    Outline Out Line penelitian berisi gambaran utuh rencana penelitian mulai dari

    Kata Pengantar, Daftar Isi, Bab I, II, III, IV, hingga Bab V. Out line memberikan gambaran kesiapan penulis untuk melakukan penelitian.

    Pertanyaannya, dari mana memeroleh gambaran susunan Bab II, III, IV, dan V? Bab I adalah proposal minus outline.

    Bab II disusun berdasarkan kerangka teori, jadi sumbernya adalah referensi sementara. Aspek apa saja yang akan muncul di Bab II diperoleh dari bahan bacaan, baik dari buku, jurnal, hingga makalah.

    Bab III juga demikian, susunannya diperoleh dari sumber-sumber metodologi penelitian. Mulai dari jenis penelitian, proses pengumpulan data, pengolahan data, teknis keabsahan data, penyajian, hingga pengambilan simpulan.

    Bab IV disusun berdasarkan temuan penelitian, yang isinya berdasarkan pada pertanyaan penelitian atau perumusan masalah. Ini juga terkait Bab II. Bab IV menunjukan jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Pola yang dipakai misalnya, A. Temuan Penelitian, dan sub-subnya. B. Pembahasan, dan sub-subnya.

    Sedangkan Bab V adalah Penutup berisi A. Kesimpulan dan B. Saran.

    Jika sudah dalam bentuk skripsi, tesis, atau disertasi, otomatis outline ini dihilangkan. Ia hanya muncul saat dalam bentuk proposal. Outline posisinya tergambar dalam daftar isi.

    Referensi Sementara Penulis harus menuliskan sumber-sumber yang digunakannya dalam pembuatan proposal, mulai dari latar belakang masalah hingga outlinebaca teoritis. Referensi sementara menunjukkan tingkat kesiapan penulis dan ketersediaan sumber untuk sebuah penelitian. Referensi sementara sangat penting dalam sebuah proposal, karena menunjukkan kesiapan dan kesungguhan mahasiswa. Referensi diupayakan sumber asing, bahasa Inggris dan bahasa Arab, jurnal ilmiah, ditulis oleh pakar di bidangnya. Banyak buku yang ditulis oleh bukan pakar, sebaiknya dihindari.

  • 29

    Jika tidak memiliki buku pakar, sebaiknya mahasiswa memanfaatkan perpustakaan atau menyisihkan uang jajan untuk membeli buku-buku tersebut. Tidak salahkan mengoleksi buku-buku yang menjadi rujukan karya ilmiah Anda.

  • 30

    BAB II SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI

  • 31

    BAB I PENDAHULUAN

    Apa saja yang harus ada dalam Bab I? Pertanyaan ini sudah terjawab dalam pembahasan tentang penulisan Proposal. Jadi, apa yang sudah ditulis dalam proposal itulah bahan untuk Bab I dalam Skripsi, Tesis, atau Disertasi.

    Hanya saja, Metode Penelitian dipindah menjadi Bab III dengan judul yang sama atau berbedajingka dikehendaki (lihat Bab III).

    Out Line menjadi Daftar Isi. Sedangkan Referensi Sementara menjadi Daftar Pustaka.

    Jadi, Bab I merupakan perampingan dari Proposal yang sudah dibuat. Apa isi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah, sudah dibahas dalam Bab Pembuatan Proposal. Bab I sudah dianggap selesai ketika Proposal sudah ditulis sesuai petunjuk di atas.

  • 32

    BAB II KERANGKA KONSEPTUAL

    Bab II adalah tentang teori, tepatnya landasan teori. Bab ini merupakan penyempurnaan atau pembahasan lebih mendalam tentang Kerang Konseptual/Berpikir yang ada dalam Bab I. Jika dalam Kerangka Konseptual hanya dikutip 2 atau 3 teori atau konsep atau pendapat ahli tertentu, maka dalam Bab II ini penulis menyajikan sebanyak mungkin teori yang relevan atau mendukung atau terkait dengan tema penelitian, apakah teori yang mendukung ataupun teori yang berseberangan.

    Sebaiknya, 1. Sumber yang dikutip asli, bukan (misalnya buku) hasil terjemahan, kalau sumbernya dalam bahasa asingInggris atau Arab. 2. Usahakan pengutipan langsung dari karya penulis yang bersangkutan, bukan dari buku penulis setelahnya, jika buku penulisnya masih bisa didapatkanmisalnya karya penulis dalam negeri, seperti HAMKA, Zakiyah Darajat, Quraish Shihab, Azyumardi Azra, dan seterusnya.

    Pemakaian teori atau buku atau sumber yang otoritatifartinya dari penulis yang expert di bidangnya, seperti Quraish Shihab dalam Tafsir dan Azyumardi Azra dalam Sejarah, akan sangat membantu penulis dalam merumuskan konsep yang utuh tentang topik tertentu.

    Dalam hal ini sering digunakan istilah sumber utama atau primer. Ada juga istilah lain, yaitu buku babon. Jadi, sebisa mungkin penulis menemukan buku babon apa saja yang terkait dengan tema penelitiannya. Keuntungan lainnya adalah ketika menghadapi ujian. Ibarat seorang petinju, buku sumber utama itu ibarat ring tempat seorang petinju bersandar pada saat terpojok atau terjepit oleh lawannya.

    Pengutipan sumber dalam karya ilmiah penting karena apa yang ditulis bukan semata pernyataan atau pendapat pribadi penulis, akan tetapi menurut pendapat siapa, dan siapanya itu harus orang atau penulis yang kompeten di bidangnya. Inilah perbedaan menulis karya ilmiah dengan ceramah atau pidato atau opini. Meskipun demikian, bukan berarti

    Landasan teori penelitian kuantitatif dianggap sudah selesai pada saat selesai merumuskan angket atau indikator-indikator variabel penelitian. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, teori penelitian kualitatif masih memungkinkan diperkaya dan diperkaya lagi, sesuai (disesuaikan) dengan temuan penelitian (data-data) di lapangan.

  • 33

    Jawaban teoritis Kerangka teori merupakan jawaban teoritis dari focus kajian dan/atau rumusan masalah penelitian. Jawaban teoritis ini diperoleh dari 3 atau lebih pakar di bidangnya. Selain dari pakar, jawaban juga bisa diperoleh dari UU, Permen, Kepres, hasil penelitian, atau lainnya. Misalnya, BSNP mengeluarkan 8 standar nasional pendidikan. Untuk memeroleh indicator apa saja terkait 4 kompetensi guru, peneliti bisa memanfaatkan SNP terkait tenaga pendidik yang dikeluarkan BSN.

    Penunjuk arah Kerangka teori merupakan penunjuk arah bagi peneliti. Saat memulai penelitian atau terjun ke lokasi penelitian, peneliti sudah paham aspek-aspek yang akan diteliti dari sumber-sumber tepercaya. Maka, selain berupa deskriptif atau uraian, kerangka teori sebaiknya disajikan dalam bentuk gambar atau bagan. Gambar atau bagan ini akan membantu pembaca memahami secara singkat atau sekilas arah, focus atau alur penelitian yang dilakukan oleh si peneliti.

    Terkait judul dan bab I Kerangka teori sangat terkait dengan judul dan bab I, utamanya pembatasan masalah dan rumusan masalah. Pertama, variable atau konsep apa saja yang ada dalam judul dimajukan teori atau pendapat ahlinya. Aspek turunan dari variable ini dijelaskan hingga detil, sekali lagi menurut pakar dan yuridis/regulasi. Contoh, penelitian tentang pelatihan guru. Dari buku sumber diketahui aspek apa saja yang harus diketahui terkait pelatihan, yaitu: materi, pelatih, peserta, waktu, evaluasi, dana, dan pelaksana. Dari 7 aspek pelatihan tersebut, diketahui pula sub-sub aspek yang saling terkait. Kedua, rumusan masalah penelitian dijawab melalui pendapat beberapa pakar yang sealiran atau bersebrangan.

    Sumber instrument Kerangka teori merupakan sumber penyusunan instrument penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif. Angketpada kuantitatifyang berisi sejumlah pertanyaan (tertutup) terkait indikator variable diperoleh dari kerangka teori.

  • 34

    Demikian juga pedoman wawancara, pedoman observasi, dan dokumen pada penelitian kualitatif, diperoleh dari kerangka teori.

    Pendapat penulis, kutipan sebagai pendukung Mahasiswa mengutip dua atau lebih pendapat ahli terkait pembahasan

    karya ilmiahnya. Tugas mahasiswa dalam karya ilmiah bukan hanya mengutip pendapat

    dari para ahli, tetapi diharapkan belajar memaksakan diri membuat kesimpulan atau mengemukakan pendapatnya sendiri terkait aspek-aspek yang ada dalam karya ilmiahnya.

    Dari pendapat para ahli yang dikutipnya, mahasiswa harus membuat konklusi apa yang bisa dibuat dari dua atau lebih pendapat tersebut. Mahasiswa harus kritis bertanya apa yang kurang dan yang lebih dari pendapat-pendapat tersebut, sesuai dengan pengalaman membaca dan pengalaman nyata mahasiswa dalam dunia kependidikanjika kajiannya tersebut tentang kependidikan.

    Contoh, Dalam menulis makalah, skripsi, tesis, atau disertasi, harus terlihat atau

    terbaca warna atau jejak atau gaya khas penulis. Penulis bukan semata mengumpulkan kutipan-kutipan dari beragam sumber, tetapi memberikan sentuhan khas pemikirannya, baik di awal paragraph, di tengah, maupun di akhir paragraph.

    Dalam disertasi ini, Mana Jejennya, Mana Agusnya, Mana Jamalnya, Mana Sulhannya, Mana Mardiahnya, demikian profesor kami di Bandung biasa menyindir kekurang tajaman analisis disertasi kami masing-masing. Tidak hanya dalam standar disertasi, keterampilan menganalisis dan mengemukakan pendapat pribadi harus dilatih sejak menulis makalah, skripsi, dan tesis.

  • 35

    Contoh analisis atau sintesis dari penulis

    Hakikat Kompetensi Guru Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa

    Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan (Echols dan Shadily, 2002: 132). Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.

    Pemaknaan kompetensi dari sudut istilah mencakup beragam aspek, tidak saja terkait dengan fisik dan mental, tetapi juga aspek spiritual. Menurut Mulyasa (2007b), Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas.

    Kompetensi terkait dengan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan kerja baru, di mana seseorang dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Debling (1995: 80) menulis, Competence is a broad concept which embodies the ability to transfer skills and knowledge to new situations within the occupational area.

    Pengertian lainnya tentang kompetensi merujuk pada hasil kerja (out put), individu maupun kelompok. Kompetensi berarti kemampuan mewujudkan sesuatu sesuai dengan tugas-tugas yang diberikan kepada seseorang. Tuxworth (1995: 13) mengutip pendapat Burke, dkk. tentang kompetensi, Competency statements describe outcomes expected from the performance of professionally related functions, or those knowledge, skills, and attitudes thought to be essential to the performance of those functions; Mansfield (1995: 28) menulis, Competence is about performance; Kompetensi menurut Training Agencysebagaimana dikutip Ouston (2004: 114), adalah Deskripsi tentang sesuatu yang harus dapat dilakukan oleh seseorang yang bekerja dalam bidang profesi tertentu. Ia adalah deskripsi tindakan, perilaku, dan hasil yang harus dapat diperagakan oleh orang bersangkutan..

    Kompetensi terkait erat dengan standar. Seseorang disebut kompeten dalam bidangnya jika pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya, serta hasil kerjanya sesuai standar (ukuran) yang ditetapkan dan atau diakui oleh lembaganya/ pemerintah. Wolf (1995: 40) menegaskan, Competence is the ability to perform: in this case, to perform at the standards expected of employees.

  • 36

    Di sisi lain, kompetensi merupakan tugas-tugas khusus yang berarti hanya bisa dilakukan oleh orang-orang spesial/tertentu. Artinya, tidak bisa sembarang orang bisa melakukan tugas-tugas tersebut. Wolf (1995: 41) mengungkapkan, Competencies refer only to very specific practical activities. Pemaknaan ini sejalan dengan istilah tugas profesi (profesional).

    Kompetensi tidak hanya terkait dengan kesuksesan seseorang dalam menjalankan tugas-tugasnya, tetapi apakah ia juga berhasil bekerjasama dalam sebuah tim, sehingga tujuan lembaganya tercapai sesuai harapan. Kenezevich (1984: 17) berpendapat bahwa, Kompetensi adalah kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi. Tugas individu dalam sebuah lembaga, jelas berbeda dengan pencapaian tujuan lembaga, meskipun ia pasti sangat berkaitan. Tujuan lembaga hanya mungkin tercapai ketika individu-individu dalam lembaga itu bekerja sebagai tim sesuai standar yang ditetapkan.

    Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja yang nyata yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Ketiga aspek kemampuan tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kondisi fisik dan mental serta spiritual seseorang besar pengaruhnya terhadap produktivitas kerja seseorang, maka tiga aspek ini harus dijaga pula sesuai standar yang disepakati. Sudjana (1989: 18) membagi kompetensi guru dalam tiga bagian, yaitu bidang kognitif, sikap, dan perilaku (performance). Ketiga kompetensi di atas tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

    Kemampuan individu bisa berkembang dengan cara pelatihan, praktik, kerja kelompok, dan belajar mandiri. Pelatihan menyediakan kesempatan seseorang mempelajari keterampilan-keterampilan khusus. Pengalaman kerja bisa membuat orang semakin kompeten di bidangnya. Littrell (1984: 310) menjelaskan hakikat kompetensi adalah, kekuatan mental dan fisik untuk melakukan tugas atau keterampilan yang dipelajari melalui latihan dan praktik.

    Penilaian kompetensi bisa dilakukan dengan dua cara, langsung dan tidak langsung; satu aspek dan banyak aspek (komprehensif)tergantung pada tujuan penilaiannya. Seorang guru mampu mengajar dengan pendekatan atau metode active learning misalnya, bisa langsung diamati di kelas oleh seorang kepala sekolah. Eraut mengutip pendapat Burke (1995: 8) berikut ini, Competence is assessed by direct observation of job performance and that this assessment constitutes the largest and most essential part of the teaching qualification.

    Pada sisi lain, dibutuhkan data-data lainnya untuk menilai kompetensi guru tersebut secara utuh, seperti bagaimana persiapan mengajarnya, proses, dan evaluasinya. Kecuali itu, bagaimana pula dengan perilaku guru tersebut di dalam lingkungannya (sekolah). Proses penilaian kompetensi semacam ini membutuhkan waktu minimal enam bulan hingga satu tahun.

  • 37

    Penilai harus mengumpulkan bukti-bukti yang bisa disusun secara utuh mengenai kondisi orang yang diobservasi; bukti-bukti yang dikumpulkan dari observasi yang konsisten bisa dijadikan penilaian kompetensi seseorang. Messicksebagaimana dikutip Wolf (1995: 40) menyatakan, Competence is a construct, and not something that we can observe directly if we are going to assess and train people explicitly in term of competencies, we will have to develop observable measure.

  • 38

    Bab III Metode Penelitian

    Teknik pengumpulan data, teknis analisis data, pemeriksaai keabsahan data, instrument penelitian

  • 39

    Bab III berisi Metode Penelitian. Ada juga yang memakai istilah Prosedur Penelitian, karena merujuk pada proses penelitian. Keduanya bisa digunakan. Berbeda dengan MP di Bab I yang hanya selayang pandang atau sekilas saja atau gambaran umum saja, maka di Bab III ini penulis menjelaskan secara detail gambaran lokasi atau situs penelitian, pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data. Dalam Bab ini juga penulis harus menyebutkan referensi yang tepat atau sesuai dengan judul Bab, yaitu buku-buku atau jurnal tentang penelitian. Sedangkan pada gambaran situs penelitian, penulis harus memakai sumber dari madrasah atau sekolah atau perguruan tinggibaik berupa buku pedoman, buku profil, maupun wawancara langsung.

    Metode penelitian berisi jenis penelitian yang digunakan peneliti untuk memecahkan masalah penelitian. Berbagai ragam metode atau teknik penelitian antara lain: metode penelitian korelasi, eksperimen, kausal komparatif, deskriptif, evaluasi, kebijakan, tindakan kelas, sejarah, survei, studi kasus, pengembangan (R & D), dan metode penelitian kepustakaan.

    Disain atau rancangan penelitian berisi pola umum penelitian yang akan digunakan peneliti. Disain penelitian akan mengikuti pola dari metode penelitian yang dipilih peneliti. Sebagai contoh jika peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen maka ia akan memilih salah satu disain penelitian eksperimen berikut: one shot case study, one group pre-test pos-tes design, the statis group camparison, randomized control group design, randomized pre and pos-test control group design, Solomon four group, treatment by level design, dan factorial design.

    Pendekatan kualitatif menurut Lincoln dan Guba (1985: 39) disebut sebagai Naturalistik Inquiry. Penggunaan pendekatan ini dikarenakan cara pengamatan dan pengumpulan data dilakukan dalam latar/setting alamiah, artinya tanpa memanipulasi subjek yang diteliti. Melalui pendekatan kualitatif peneliti berusaha mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan subjek penelitian, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang program tertentu. Peneliti juga berusaha melihat fenomena di lingkungan penelitian, dan berusaha

  • 40

    memahami dan memberi makna terhadap rangkaian peristiwa yang dilihat dan didengarnya.

    Menurut Lincoln dan Guba (1985: 27), Perencanaan penelitian kualitatif adalah skema atau program dari penelitian yang berisi outline tentang apa yang harus dilakukan oleh peneliti mulai dari pertanyaan sampai pada analisis dan data final yang dilakukan. Penelitian kualitatif betolak dari asumsi realitas sosial yang bersifat unik, kompleks, dan ganda. Artinya penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang tepat untuk mengungkapkan fenomena di suatu lingkungan (sekolah, perguruan tinggi, masyarakat, atau kantor).

    Dalam penelitian kualitatif dapat dipelajari dan dieksplorasi serta dipahami pengalaman manusia atau kelompok seperti kepercayaan, frustasi, keindahan, pengharapan, dan cita-cita yang telah terbentuk dan dialami oleh individu-individu atau kelompok-kelompok tertentu.

    Penelitian kualitatif bermakna membicarakan metodologi penelitian yang di dalamnya mencakup pandangan-pandangan filsafati mengenai realitas dan objek yang dikaji. Tradisi ini berlangsung lama seiring dengan perkembangan ilmu-ilmu sosial dan ilmu perilaku itu sendiri khususnya dalam antrophologi dengan etnoghraphinya, sosiologi dengan metode obervasi partisipasinya, dan psikologi dengan metode life historisnya. Craswell (1988: 9) mengelompokkan penelitian kualitatif ke dalam lima pendekatan, yaitu: 1) biography, 2) phenomenology, 3) grounded theory, 4) etnography, dan 5) case study.

    Di antara metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah metode deskriptif. Menurut Bugin (2007: 68), Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penilaian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi, atupun fenomena tertentu.

    Sebenarnya, metode deskriptif tidak hanya menggambarkan kondisi objek penelitian, tetapi juga menganalisanya berdasarkan metode, teori, dan kemampuan peneliti. Kemampuan dan pengalaman peneliti sangat

  • 41

    berpengaruh terhadap hasil penelitian yang menggunakan metode deskriptif. Dengan pendekatan kualitatif, analisis dilakukan secara komprehensif, sehingga proses pengumpulan dan penyajian data hasil penelitian tidak hanya bertumpu pada hal-hal yang mengemuka saja, tetapi juga dengan berupaya melihat faktor-faktor yang melatarbelakanginya (program, budaya, atau kebijakan tertentu). Pendekatan ini jelas bersimpangan arah dengan penelitian kuantitatif, karena yang perlu ditekankan dalam penelitian deskriptif kualitatif adalah fungsi peneliti sebagai instrumen utama. Secara langsung peneliti berhadapan langsung dengan informan dan membaur, menjalin suasana keakraban sebagai persyaratan utama pengumpulan data sesuai dengan pedoman atau aspek yang diteliti. Di sisi lain, penelitian kualitatif mempunyai perspektif emik, dengan pengertian bahwa data yang dikumpulkan diupayakan untuk dideskripsikan berdasarkan ungkapan, bahasa, cara berpikir, dan pandangan subjek penelitian. Dekripsi informasi yang diperoleh atau sajian data dihindarkan dari adanya evaluasi dan interpretasi dari peneliti.

    Teknik Pengumpulan Data Mengumpulkan data berarti mencatat peristiwa, karakteristik, elemen, nilai suatu variabel. Hasil pencatatan ini menghasilkan data mentah yang kegunaannya masih terbatas. Oleh karena itu agar data mentah lebih berguna harus diolah, disarikan, disederhanakan dan dianalisis untuk diberi makna.

    Teknik pengumpulan data (data collecting) menjelaskan teknik apa yang digunakan untuk menjaring data tentang variabel atau fokus penelitian. Pada penelitian kuantitatif teknik pengumpulan data dapat dibedakan atas teknik tes dan non-tes. Teknik tes, seperti: tes prestasi, tes potensi, tes IQ, dan tes bakat digunakan untuk mengukur kinerja maksimum (performance maximum) individu. Sedangkan teknik non-tes digunakan untuk mengukur performance typical individu, seperti: kuesioner tentang jenis pekerjaan, agama, hoby, IPK, dll., skala motivasi berprestasi, skala sikap, persepsi, skala gaya belajar, dll., wawancara (interview), pengamatan (observation) dan dokumentasi.

    Pada bagian ini, disamping dijelaskan jenis teknik pengumpulan data juga dijelaskan jenis alat pengumpul data (instrument) yang digunakan untuk menjaring data penelitian. Sebagai contoh, ketika peneliti ingin menjaring data hasil belajar PAI, maka ia dapat menggunakan teknik tes dan

  • 42

    instrumennya disebut tes hasil belajar PAI. Begitupula bila peneliti ingin menyelidiki bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran maka ia dapat menggunakan teknik observasi dan instrumen atau alat pengumpul datanya disebut pedoman observasi.

    Dalam hal pengumpulan data dengan menggunakan instrumen maka kualitas instrumen tersebut harus memadai. Kememadaian instrumen itu dapat diketahui dari validasi teoretik dan empirisnya. Validasi teoretik menyangkut ketepatan instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur ditinjau dari segi isi (content) atau konstruk instrumen variabel yang bersangkutan. Sedangkan validasi empiris menyangkut ketepatan suatu instrumen berkenaan dengan sekelompok responden yang menjadi sampel uji coba. Analisis data hasil uji-coba dimaksudkan untuk melihat kualitas instrumen dari segi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya. Apabila kita memakai instrumen baku, maka harus dilaporkan bukti-bukti kualitas instrumen tersebut terutama dari segi validitas dan besarnya koefisien reliabilitas. Selain itu, mengenai kecocokan instrumen yang sudah ada (baku) dengan data kita dari segi konsep, dimensi, dan indikator yang melandasi instrumen baku tersebut.

    Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi, strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti foto, rekaman, dan lain sebagainya. Menurut Sukmadinata (2007: 95), Strategi penelitian bersifat fleksibel, menggunakan aneka kombinasi dari teknik-teknik untuk mendapatkan data yang valid.

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

    1. Observasi

    Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode observasi yang akan digunakan adalah observasi langsung dengan cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk

  • 43

    kepentingan tersebut. Dalam hal ini, teknik yang akan digunakan adalah non participant observation dimana peneliti berada di luar subjek, yang pada dasarnya meliputi pengamatan tanpa menyembunyikan identitas seseorang dan kelompok. Dalam observasi ini peneliti tidak ikut terlibat langsung di dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat.

    2. Wawancara

    Wawancara yang akan digunakan adalah wawancara tak terstruktur. Wawancara ini mirip dengan percakapan informasi. Metode ini bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk informasi tertentu dari semua informan, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden. Wawancara dilakukan guna mengubah data menjadi informasi secara langsung yang diberikan oleh seseorang (subjek). Pendekatan ini memungkinkan untuk mengukur apa yang diketahui oleh seseorang (pengetahuan dan informasi), apa yang disesuaikan dan apa yang tidak disesuaikan oleh seseorang (nilai dan prefensi), dan apa yang dipikirkan seseorang (sikap dan kepercayaan). Dalam teknik wawancara tak terstruktur ini, peneliti melakukan wawancara berbentuk dialog dengan informan, dengan tetap berpatokan kepada sejumlah petanyaan yang telah disiapkan.

    3. Dokumentasi

    Metode dokumentasi merupakan sumber non manusia, sumber ini adalah sumber yang cukup bermanfaat sebab telah tersedia sehingga akan relatif murah pengeluaran biaya untuk memperolehnya, merupakan sumber yang stabil dan akurat sebagai cermin situasi/kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan.

    Data yang penulis peroleh di lapangan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi tersebut dikelompokkan sesuai pertanyaan penelitian, kemudian dilakukan penyesuaian data. Data dari ketiga metode tersebut tidak bisa dipisahkan, karena satu sama lain saling melengkapi.

  • 44

    Teknik Analisis Data Analisis data dimulai dengan pengolahan data mentah. Mengolah data berarti membuat data ringkasan berdasarkan data mentah hasil pengumpulan data. Pengolahan data juga berarti pemberian skor, pengelompokkan, perhitungan, dan sebagainya mengenai data yang kita miliki, yang kita peroleh melalui tahap pengumpulan data. Jawaban dari responden diberi skor. Kalau diperlukan skor mentah itu diolah menjadi skor terolah atau menjadi nilai-nilai. Nilai-nilai yang diperoleh, dapat dikelompokkan menjadi baik, sedang, dan kurang, atau nilai-nilai responden dikelompokkan ke dalam kategori lulus dan tidak lulus, berhasil dan belum berhasil. Analisis data pada penelitian kuantitatif menggunakan teknik statistik. Ketepatan teknik analisis statistik sangat bergantung pada validitas data atau angka-angka yang dianalisis. Jika analisis data telah dilakukan berarti peneliti telah berasumsi bahwa angka-angka hasil pengolahan (koding, tabulasi, dan skor) yang akan dianalisis adalah representasi data yang sesuai dengan realitas data lapangan. Hal ini berarti bahwa ketepatan teknik statistik yang digunakan dan ketelitian perhitugan, baik dalam koding, tabulasi, dan skor maupun dalam analisis data dengan menggunakan teknik statistik harus dilakukan secara cermat dan benar agar hasil penelitian atau kesimpulan yang diperoleh dapat dipertanggung-jawabkan bahkan dengan presisi yang tinggi. Analisis kuantitatif dengan menggunakan statistik terdapat dua jenis analisis yaitu: analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif adalah analisis untuk mengungkapkan keadaan atau karakteristik data sampel untuk masing-masing variabel penelitian secara tunggal. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan statistika deskriptif yang meliputi tabel distribusi, frekuensi, grafik, ukuran pemusatan (rata-rata, median, modus, dan quartil), dan ukuran penyebaran (rentang, standard deviasi, koefisien varians, skewness, dan kurtosis).

    Analisis inferensial dilakukan untuk menarik kesimpulan untuk menggeneralisasi populasi berdasarkan hasil pengujian hipotesis dari data sampel. Pengujian hipotesis didahului dengan pengujian persyaratan analisis, yaitu pengujian asumsi distribusi normal dan homogen data populasi. Khusus untuk hasil pengujian normalitas akan menentukan jenis statistika inferensial yang akan digunakan. Apabila persyaratan normalitas data dipenuhi, maka peneliti dapat menggunakan teknik analisis dalam statistika parametrik, sebaliknya jika persyaratan normalitas tidak dipenuhi atau data tidak berdistribusi normal, maka peneliti dapat menggunakan teknik analisis dalam statistika non-parametrik.

  • 45

    Pengujian hipotesis dapat dibedakan atas dua kategori, yaitu: menguji hubungan dan menguji perbedaan. Pengujian hipotesis hubungan (asosiasi) dari data yang berdistribusi normal (parametric) dapat menggunakan teknik analisis statistik seperti: analisis korelasi dan regresi, analisis jalur (path analysis) dan data yang tidak berdistrubusi normal (non-parametric) dapat menggunakan teknik analisis seperti: Chi-square, Gamma, Korelasi Spearman, Korelasi Kendall, Korelasi Konkordansi, Korelasi Biserial, Korelasi Poin Biserial, Korelasi Phi, Korelasi Tetrakhonik. Pengujian hipotesis perbedaan (komparasi)) dari data yang berdistribusi normal (parametric) dapat menggunakan teknik analisis statistik seperti: uji-t, analisis varians (ANAVA). Sedangkan data yang tidak berdistrubusi normal (non-parametric) dapat menggunakan teknik analisis seperti: uji Mann-Whitney, uji Median, uji-Tanda, uji-Wilcoxon, dan uji-Kruskl-Wallis. Pada penelitian kualitatif, analisis data dimulai dari reduksi data, kategorisasi data, sintesis, dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selasai penelitian.

    Analisis data yang akan dipergunakan dalam penelitian kualitatif adalah model analisis data mengalir (flow model). Sejumlah langkah analisis terdapat dalam model ini, yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992: 15-20).

  • 46

    Komponen-komponen Analisis Data Model Mengalir (Miles dan Huberman, 1992:15).

    1. Pengumpulan Data Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi,

    wawancara, dan studi dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang terkait dengan pertanyaan dan atau tujuan penelitian.

    2. Reduksi Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

    tersedia dari berbagai sumber, yakni dari pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Setelah dibaca, dipelajari, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data. Langkah ini berkaitan erat dengan proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mentransformasikan data mentah yang diperoleh dari hasil penelitian. Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung, bahkan seperti telah dijelaskan di atas, langkah ini dilakukan sebelum data benar-benar dikumpulkan. Peneliti sudah mengetahui data-data apa saja yang dibutuhkan terkait penelitiannya tentang peningkatan kompetensi guru.

    3. Penyajian data Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisis data

    adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data yang umum

    Pengumpulan data

    Penyajian data

    Reduksi data

    Kesimpulan: penarikan verifikasi

  • 47

    dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif yang menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian. Namun, untuk teks naratif tertentu ada yang dialihkan menjadi bentuk gambar, bagan, dan tabel. Penggunaan gambar, bagan, dan tabel bisa memperkuat data deskriptif dan mempermudah pembaca dalam memahami isi penelitian ini.

    4. Penarikan Kesimpulan

    Setelah data yang terkumpul direduksi dan selanjutnya disajikan, maka langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. Analisisnya menggunakan analisis model interaktif, artinya analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama tersebut. Data yang terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara, dan pemanfaatan dokumen yang terkait dengan pelatihan dan sumber-sumber belajar yang sedemikian banyak direduksi untuk dipilih mana yang paling tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data akan difokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang terkait dengan peningkatan kompetensi guru Madania.

    Data disajikan secara sistematik, agar lebih mudah dipahami interaksi antara bagian-bagian dalam konteks yang utuh sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan/verifikasi. Penarikan kesimpulan tidak lepas dari fenomena permasalahan yang diteliti. Penarikan kesimpulan dilakukan sejak peneliti berusaha mencari makna dari data yang terkumpul, dalam hal ini tema hubungan dan kesamaan dari hal-hal yang sering timbul. Dari data yang diperoleh peneliti mencoba untuk mengambil kesimpulan, dan kesimpulan tersebut mula-mula masih sangat kabur dan perlu dikaji ulang. Akan tetapi dengan bertambahnya data melalui verifikasi, maka diperoleh kesimpulan yang mantap. Misalnya, untuk memperoleh validitas data tentang efektivitas pelaksanaan Pelatihan Guru di madrasah tertentu, peneliti mewancarai tidak hanya dari pihak guru, namun menanyakan permasalahan yang sama kepada kepala sekolah dan bagian HRD-nya.

    Pemeriksaan Keabsahan Data Pemeriksaan keabsahan data penelitian kualitatif dilakukan dengan teknik-

    teknik berikut ini:

    1. Credibility dan transferability

  • 48

    Credibility dan transferability atau validitas desain menunjukkan tingkat kejelasan fenomena hasil penelitian sesuai dengan kenyataan. Dalam penelitian kuantitatif validitas ini berkenaan dengan validitas internal atau inferensi kausal, validitas eksternal atau generalisasi, objektivitas atau sesuai kenyataan dan reliabilitas atau keajegan.

    Sedangkan validitas desain kualitatif menunjukkan sejauhmana tingkat interpretasi dan konsep-konsep yang diperoleh memiliki makna yang sesuai antara partisipan dengan peneliti, (Sukmadinata, 2007: 104). Baik peneliti maupun partisipan memiliki kesesuaian dalam mendeskripsikan dan menggambarkan peristiwa terutama dalam menarik makna suatu peristiwa.

    Menurut Millan dan Schumacher (1993: 407, Validitas desain kualitatif adalah tingkat dimana interpretasi dan konsep memiliki makna yang sama (mutual meanings) antara peneliti dan partisipan. Peneliti dan partisipan sepakat tentang deskripsi dan komposisi sebuah kegiatan, utamanya makna kegiatan tersebut.

    Guna mendapatkan data penelitian yang kredibel, Lincoln dan Guba (1985) mengelompokkan teknik pencapaian kredibiltas menjadi; a) perpanjangan waktu tinggal di lokasi penelitian, b) mengadakan observasi secara tekun (persistent observation), c) menguji secara trianggulasi (trianggulasi), d) mengadakan analisis kasus negatif (negative case analysis), e) mengadakan pengecekan anggota (member check), mengadakan diskusi dengan teman sejawat (peer debriefing), dan f) mengadakan pengecekan dan kecukupan referensi.

    a. Perpanjangan keikutsertaan Melalui teknik ini penulis dapat menguji ketidakbenaran informasi

    yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari responden, dan membangun kepercayaan subjek sehingga dapat dipastikan apakah konteks itu dipahami dan dihayati atau tidak.

    Peneliti juga akan terjun ke lapangan dalam waktu yang cukup panjang guna mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data, khususnya distorsi pribadi. Peneliti dalam menghadapi distorsi ini akan menentukan apakah benar-benar ada distorsi; apakah distorsi itu disengaja atau tidak; dari mana atau dari siapa sumbernya; dan bagaimana strategi menghadapinya.

    Teknik ini juga dilakukan untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri sendiri. Kepercayaan ini merupakan proses pengembangan yang berlangsung setiap hari dan merupakan alat untuk mencegah usaha-usaha dari pihak subjek.

    b. Ketekunan Pengamatan

  • 49

    Teknik ini digunakan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

    Peneliti melalui teknik ini juga mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Peneliti juga menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.

    c. Trianggulasi Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

    sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: trianggulasi dengan sumber, metode, penyelidik, dan teori.

    Trianggulasi dengan sumber akan digunakan untuk membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini akan dilakukan dengan jalan, 1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, 2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, 3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, 4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti bagian HRD, bagian R&D, kepala madrasah, koordinator mata pelajaran, guru, dan juga stafjika penelitiannya di sebuah madrasah, 5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

    Trianggulasi metode digunakan untuk melalui dua strategi, yaitu; 1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data, dan 2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

    Trianggulasi dengan penyidik akan dilakukan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan

  • 50

    kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya akan digunakan untuk mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data.

    Trianggulasi dengan teori digunakan dengan cara membandingkan hasil temuan dengan teori yang ada di Bab II. Laporan hasil penelitian akan disertai dengan penjelasan guna meningkatkan derajat kepercayaan yang diperoleh.

    d. Pemeriksaan sejawat Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau

    hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat dan pembimbing akademik. Teknik ini akan digunakan untuk membantu peneliti agar tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi, kemencengan peneliti disingkap dan pengertian mendalam ditelaah yang nantinya menjadi dasar bagi klarifikasi penafsiran.

    e. Analisis kasus negatif Teknik ini digunakan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus

    yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding.

    Apabila ada informasi yang bertentangan yang penulis peroleh dari dua atau lebih narasumber; atau antara hasil wawancara dengan fakta di lapangan, maka penulis akan melakukan analisis informasi atau data tersebut atau melakukan konfirmasi ulang kepada narasumber yang kompeten.

    2. Dependability/ auditability (Reliabilitas)

    Dependability dan auditability atau reliabilitas dapat diulangi oleh peneliti lain dengan metode dan situasi sama. Hal ini tidak mungkin terjadi dalam penelitian kualitatif. Karena situasi dalam penelitian kualitatif adalah natural, sehingga tidak mungkin direkonstruksi kembali oleh orang lain dalam waktu yang lain. Faktor lain yang menyebabkan syarat reliabilitas tidak bisa diterapkan pada penelitian kualitatif adalah bahwa cara melaporkan hasil penelitian oleh peneliti bersifat ideosyncartic dan individualistic sehingga selalu berbeda dari peneliti ke peneliti.

  • 51

    Dalam penelitian kualitatif, reliabilitas dipengaruhi oleh: a) status dan kedudukan peneliti di kalangan anggota kelompok yang diselidiki dan hubungan pribadinya dengan partisipan, b) pilihan informan, c) situasi dan kondisi sosial yang mempengaruhi informasi yang diberikan, d) definisi konsep, e) metode pengumpulan dan analisis data penelitian.

    Dependabilitas ditujukan sejauhmana kualitas proses dalam mengkonseptualisasikan penelitian, nilai, dan pengumpulan data, interpretasi temuan dan pelaporan yang dimintakan pihak-pihak atau orang-orang yang telah pakar atau ahli dalam penelitian kualitatif, fungsi orang tersebut hanya sebagai editor yang memberikan koreksi secara independen terhadap proses penelitian.

    Usaha yang dilakukan untuk mempertinggi reliabilitas internal adalah: a) uraian deskriftif yang konkrit, b) membentuk tim peneliti, c) menggunakan partisipan lokal sebagai asisten peneliti, d) meminta pendapat atau pertimbangan ahli lain, dan e) pencatatan data atau informasi dengan alat mekanis. Reliabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan untuk mempertajam uraian deskriptif yang konkrit, yaitu pengungkapan data wawancara dan dokumen dengan konfirmasi berulang-ulang terhadap responden, meminta pendapat dan pertimbangan peneliti lain yang menggunakan pendekatan kualitatif, dan pencatatan data atau informasi dengan alat mekanis menggunakan komputer.

    3. Confirmability (Objektivitas) Data yang ditemukan dianalisis secara cermat dan teliti, disusun,

    dikategorikan secara sistematik, dan ditafsirkan berdasarkan pengalaman, kerangka pikir dan persepsi peneliti tanpa prasangka dan kecenderungan-kecenderungan tertentu. Confirmability atau objektivitas dalam penelitian kualitatif berarti jujur, peneliti mencatat apa yang dilihat, didengar, ditangkap, dan dirasakan berdasarkan persepsi dan keyakinan dia, tidak dibuat-buat atau direka-reka, (Sukmadinata, 2007: 105).

    Subjektivitas sebagai lawan dari objektivitas memang harus dihindari dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian kualitatif dianggap objektif bila dibenarkan atau dikonfirmasi oleh peneliti lain. Oleh karenanya istilah objektivitas dalam penelitian kualitatif sering disebut confirmability.

    Konfirmabilitas merupakan proses mengacu pada hasil penelitian. Apabila konfirmabilitas ini menunjukkan data cukup koheren, maka temuan penelitian dipandang memenuhi syarat, namun bila tidak cukup koheren, maka temuan dianggap gugur dan peneliti kembali ke lapangan

  • 52

    mengumpulkan data. Oleh karena itu, peneliti berusaha meningkatkan kredibilitas agar hasil penelitian bisa diterapkan oleh orang lain.

    Menurut Sukmadinata (2007: 105), Penelitian kualitatif melibatkan segi-segi subjektif, tetapi tidak berarti peneliti bebas menafsirkan apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan semau dia; dia harus jujur atau disiplin terhadap dirinya.

  • 53

    Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian diturunkan dari teori di Bab II, bukan memindahkan dari karya sebelumnya. Instrumen disesuaikan dengan judul dan rumusan masalah. Instrument harus disiapkan dengan matang sebelum turun ke lapangan. Karena fungsi instrumen adalah penunjuk jalan/arah penelitian, apa data yang harus digali, siapa yang harus ditemui, dan bagaimana proses penelitian akan berlangsung.

    Dalam Bab III tergambar jelas apa saja yang akan diobservasi oleh peneliti, dengan siapa akan melakukan wawancara/narasumber, dan dokumen apa saja yang akan dicari sesuai judul dan rumusan masalah.

  • 54

    Bab IV Temuan dan Pembahasan

    Bab ini berisi temuan penelitian dan pembahasan. Pada bagian temuan penelitian, penulis tidak harus menulis semua data atau informasi yang ditemukannya di lapangan atau naskah, tetapi cukup data yang diinginkannya untuk dijawab sebagaimana tergambar dalam pertanyaan penelitian atau perumusan masalah. Jika ada 3 pertanyaan penelitian, maka penulis menuliskan jawaban 3 masalah tadi sesuai fakta di lapangan atau naskah. Dalam penelitian studi kasus atau studi naskah, pertanyaan penelitian atau perumusan masalah sangat mungkin berubah, sesuai dengan kenyataan di lapangan atau di naskah. Misalnya, ternyata ada aspek yang lebih menarik untuk dibahas tinimbang masalah yang ditentukan penulis sebelumnya. Pembahasan penelitian berisi 3 hal, isi temuan atau jawaban pertanyaan penelitian. Apa inti atau hakikatnya. Apa hubungan inti temuan tersebut dengan teori-teori yang ada di Bab II? Kemudian jelaskan dengan gamblang, kedua hal tersebut dengan mensintesakannya (meramunya) dengan pengalaman-pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan penulis tentang temuan tersebut. Di sini akan menunjukkan keluasan pengetahuan dan keterampilan menulis seorang peneliti. Pada Bab ini harus terbaca benar pendapat penulis, karena di sinilah momentum penulis untuk menunjukkan di mana dan bagaimana posisinya dalam konteks permasalahan penelitian yang ingin diketahui jawabannya. Menjelaskan jawaban mengapa dan bagaimana, bukan sekedar apa dan di mana serta siapa. Dalam Bab ini penulis bukan hanya memaparkan data apa, di mana, dilakukan oleh siapa, tetapi memaparkan dengan apik aspek bagaimana dan mengapamelalui penggalian data lapangan yang tekun dan teliti.

  • 55

    Contoh Bagan Temuan Penelitian

    Bagan Konsep Peningkatan Kompetensi Guru Madania (Sumber: hasil penelitian, 2010)

    Keterangan: PGM: Pelatihan Guru Madania PTA: Parents Teachers Associations

    G U R U

    BARU

    PGM Mengajar Evaluasi

    Perpustakaan dan PTA

    Seminar

    Pelatih

    G U R U

    K OM P E T E N

    SUMBER BELAJAR

    M. News dan

    website

    Madania

    Komputer

    dan

    internet

    Bedah

    Buku

    Perpustakaan Pengajian

    PBI

  • 56

    Bab V PENUTUP

    Kesimpulan, implikasi, rekomendasi

  • 57

    Kesimpulan

    Bab ini merupakan bab akhir. Bab ini adalah berisi jawaban dari pertanyaan penelitian atau perumusan masalah. Kesimpulan tidak boleh menyimpang dari pertanyaan penelitian, sebab demi alasan pertanyaan-pertanyaan atau perumusan itulah peneliti melakukan penelitian. Maka, setelah menjelaskan latar belakang masalah, landasan teori, metode atau cara penelitiannya, pemaparan data dan analisisnya, penulis menutupnya dengan jawaban dari apa inti temuan dan analisis data dari pemaparan sebelumnya.

    Kesimpulan berisi intisari jawaban penelitian. Ia bisa merupakan pernyataan tentang hubungan 2 atau lebih variabel atau konsep.

    Kesimpulan merupakan pendapat penulis, bukan kutipan dari paragraf-paragraf yang sudah ditulis pada Bab-bab sebelumnya, apalagi mengutip pendapat orang lain. Jadi, harus dihindari pengutipan pendapat orang lain dalam Kesimpulan ini.

    Kesimpulan berisi 1 atau 2 atau paling banyak 3 halaman, sebab penulis tidak perlu mengulang lagi pernyataan yang dianggap tidak perlu karena memang sudah ada dalam pembahasan sebelumnya.

    Model kesimpulan lain adalah berupa tesis/pernyataan persamaan hasil penelitian/teori/konsep yang dilakukan dengan hasil penelitian-penelitian/tokoh-tokoh sebelumnya, juga perbedaan atau anti tesa dari pendapat tokoh-tokoh sebelumnya, seperti di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Dengan demikian, model ini ingin menunjukkan bahwa setiap penelitian harus memiliki posisi mendukung atau menolak teori/tesis sebelumnya, bisa juga melahirkan teori baru.

    Implikasi Temuan atau kesimpulan di atas tentu menimbulkan implikasi bagi lembaga pendidikan, pelaku pendidikan, pemerintahpenentu kebijakan, dan lain sebagainya.

    Rekomendasi Dari implikasi menimbulkan rekomendasi apa saja yang perlu dimajukan oleh penulis kepada lembaga pendidikan tempat ia meneliti, pelaku pendidikanguru, staf, dan kepala sekolah, dan pemerintah pusat atau daerah.

  • 58

    Daftar Pustaka

    Penulisan daftar pustaka harus disesuaikan dengan kebijakan yang berlaku di tempat penulis kuliah. Biasanya, penulisannya dimulai dari nama akhir penulis. Contoh:

    Lampiran Lampiran berfungsi untuk meletakkan informasi atau data yang dianggap penting untuk mendukung data penelitian yang tidak seharusnya ada dalam bagian awal, inti, dan akhir sebuah skripsi, tesis, atau disertasi. Misalnya, data transkip hasil wawancara dengan kepala sekolah, ketua jurusan, ketua prodi, dekan, dan lain sebagainya.

    Tabel dan Gambar Penyajian karya ilmiah bukan hanya dalam bentuk deskriptif, akan tetapi seharusnya dibuat dalam bentuk Tabel dan/ atau gambar. Pembuatan Tabel dan Gambar akan memudahkan pembaca dan penulis untuk mendapatkan informasi secara cepat. Dalam membuat Tabel dan Gambar, penulis harus mendasarkannya pada deskripsi data sebelumnya atau ia menjelaskannya setelah keduanya ditampilkan. Tabel atau Gambar tidak boleh berdiri sendiri tanpa penjelasan apa pun dari penulis, sebelum atau sesudah keduanya dimajukan, karena bisa jadi sesuatu yang dianggap sudah jelas bagi penulis namun tidak jelas bagi pembaca umum.

    Tabel dan Gambar membantu pemahaman pembaca dan penulis. Secara teknis pembuatan keduanya sudah difasilitasi oleh program

    Microsoft dalam bagian Insert, lalu klik SmartArt untuk Tabel dan Gambar, atau klik Chart untuk pembuatan Diagram.

  • 59

    Lampiran

    Lampiran apa saja yang akan masuk dalam karya ilmiah tergantung pada urgensitas data, apakah sangat penting untuk mendukung penjelasan di Bab IV/temuan penelitiankhususnya. Di antara yang wajib ada dalam lampiran adalah pedoman wawancara, yaitu berisi daftar pertanyaan inti. Misalnya, pedoman wawancara dengan kepala sekolah, wawancara dengan guru, wawancara dengan peserta didik.

    Pertanyaan inti maksudnya adalah tidak berisi banyak pertanyaan, hanya beberapa pertanyaan kunci, selebihnya dikembangkan oleh peneliti sesuai kondisi di lapangan. Ini model penelitian kualitatif. Sedangkan instrument/angket penelitian kuantitaif harus menunjukkan indicator variable-variabel sesuai judul. Jika ada 3 variabel, dan masing-masing variable memiliki 15 pertanyaan, maka pertanyaan angket berjumlah 45. Dengan memiliki pedoman wawancara yang baik, maka peneliti akan fokus dan memperoleh data sesuai yang diinginkan. Pedoman wawancara seperti peta bagi orang dalam perjalanan. Pedoman ini harus mendapatkan persetujuan dari pembimbing; didiskusikan dengan matang, sehingga pedomannya baik.

    Pedoman wawancara didasarkan pada perumusan masalah. Daftar pertanyaan menunjukkan jawaban dari rumusan masalah. Pertanyaan apa saja yang muncul bisa didasarkan juga pada Bab II/teori. Misalnya, penelitian tentang pelatihan, secara teoritis akan memunculkan pertanyaan mulai perancangan, proses, dan evaluasi. Di dalam aspek perancangan terdapat beberapa pertanyaan, demikian juga dalam proses dan evaluasi. Pedoman wawancara berbeda dengan hasil wasil wawancara. Maka, hasil wawancara menunjukkan keluasan dan kedalaman pertanyaan dan jawaban dari narasumber. Di lampiran ada pedoman dan hasil wawancara.

    Penelitian studi pustaka bisa saja melampirkan beberapa lembar contoh naskah yang menjadi fokus penelitian. Misalnya, naskah-naskah kuno, naskah arab melayu, atau bahkan kitab-kitab kuning seperti talim al-mutaallim.

  • 60

    BAB III KETERAMPILAN TEKNIS

    Laptop, buku, dan printer; sumber tepercaya; cara penulisan kutipan; Cara penulisan kalimat; Referensi sebagai Penolong; Tidak sekali jadi; Kemampuan

    Bahasa Asing

  • 61

    Laptop, Buku, dan Printer Laptop, buku, dan printer bisa menghasilkan tulisan jadi yang bagus.

    Sumber tepercaya Usahakan memakai referensi berbahasa asing, Arab atau Inggris. Ini akan

    melatih keterampilan berbahasa mahasiswa. Ingat, language is practice; allughah hiya at-tathbq. Kalau tidak dimulai sekarang, seterusnya mahasiswa akan selalu merasa sulit membaca dan memahami bahasa asing. Pertama-tama belajar membaca dan memahami buku asing mahasiswa akan terasa sulit, namun setelah satu dan atau dua semester akan terbiasaasalkan ada dorongan kuat dalam diri untuk selalu memakai buku-buku asing (dan kesadaran ini harus selalu terus dijaga).

    Selain buku, mahasiswa bisa menggunakan majalah, jurnal ilmiah, bulletin, Koran harian, atau sumber-sumber lainnya dari internet. Mahasiswa bisa menggunakan website www.google.com atau Wikipedia untuk pencarian sumber dari internet. Sumber dari internet merupakan pilihan terakhir ketika mahasiswa sudah tidak menemukan buku dan jurnal ilmiah. Buku sudah diterbitkan secara elektronik, yaitu bisa diunduh secara utuh bukan sebagiannya saja. Mahasiswa bisa memanfaatkan e-books ini dengan memiliki e-reader books atau laptop.

    Terkait sumber dari buku, mahasiswa bisa mencari judul buku yang ada kaitannya dengan fokus kajianapakah itu berupa makalah, artikel, resume, bedah buku, skripsi, tesis, maupun disertasi.

    Setelah mendapatkan judul-judul buku yang sesuai dengan fokus kajian, maka mahasiswa bisa melihat Daftar Isi buku, untuk memastikan bahwa yang dibutuhkannya benar-benar ada dalam buku tersebut. Baca Bab per Bab secara perlahan.

    Jika tidak menemukan apa yang dicari dalam Daftar Isi buku, maka mahasiswa bisa membaca atau mencarinya di Indeks yang ada di bagian akhir buku. Di sini mahasiswa harus memiliki keterampilan dalam menentukan kata kunci yang sesuai dengan fokus kajiannya. Mahasiswa bisa menggunakan kata-kata yang ada dalam Judul Kajiannya untuk mencari indeks yang sesuai. Dalam Indeks terdapat petunjuk halaman-halaman yang membahas kata tersebut.

    Cara Penulisan Kutipan

  • 62

    1. Mahasiswa wajib menuliskan sumber kutipan dalam karya ilmiahnya. Karya ilmiah yang tidak menuliskan sumber kutipan dianggap seluruh tulisannya berasal dari mahasiswa tersebut.

    2. Mahasiswa harus memerhatikan tata cara menuliskan sumber kutipan yang berlaku di PT nya masing-masing.

    3. Sebisa mungkin menghindari pengutipan dari sumber kedua, terutama jika yang dikutip adalah penulis lokalkecuali buku sumber pertamanya memang sudah langka.

    Cara penulisan kalimat Tidak menggunakan kata saya dan/atau penulis. Contoh, dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumen tentang

    kompetensi manajerial kepala sekolah di atas, saya dapat menyimpulkan bahwa.

    Kalimat di atas, sebaiknya ditulis sebagai berikut: Dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumen tentang kompetensi

    manajerial kepala sekolah di atas, dapat disimpulkan bahwa

    Referensi sebagai Penolong Menulis karya ilmiah membutuhkan penguasaan mahasiswa terhadap

    topik bahasan. Tugas karya ilmiah sering menjadi beban bagi mahasiswa, karena membayangkan harus menyelesaikan 10-15 halamanuntuk makalah.

    Bagaimana memperlakukan buku sumber?

    Tidak sekali jadi Karya ilmiah b