Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi
date post
01-Jun-2018Category
Documents
view
799download
226
Embed Size (px)
Transcript of Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi
8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi
1/45
BUKU PEDOMAN
EFISIENSI ENERGI PENCAHAYAAN JALAN UMUM
BUKU II : PERENCANAAN SISTEM PJU EFISIEN ENERGI
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
2014
8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi
2/45
i
KATA PENGANTAR
Pada tahun 2009, Presiden Republik Indonesia telah menyampaikan komitmen untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 26% pada 2020 dibandingkan dengan skenario business as usual
(BAU) dan meningkat menjadi 41% apabila mendapat bantuan internasional. Hal ini diterjemahkan
ke dalam Peraturan Presiden Nomor 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi
Gas Rumah Kaca (RAN-GRK). Pencapaian ini diperoleh melalui berbagai aksi mitigasi di seluruh sektor
utama perekonomian. Di tingkat daerah, Peraturan Presiden ini juga mengamanatkan penyusunan
Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) sebagai komitmen Pemerintah
Daerah untuk turut berpartisipasi mencapai target penurunan emisi GRK.
Sektor energi merupakan penyumbang emisi terbesar kedua di Indonesia, salah satunya bersumber
dari penyediaan tenaga listrik yang didominasi batubara. Emisi dari pembangkitan listrik telah
meningkat sejalan dengan kinerja perekonomian Indonesia dan tren ini ditetapkan terus berlanjut
seiring dengan pertumbuhan permintaan tenaga listrik. Untuk menjamin penyediaan energi tersebut, Kementerian ESDM telah menetapkan dua kebijakan utama yaitu diversifikasi energi dan
konservasi energi.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim, penerapan konservasi
energi merupakan salah satu aksi mitigasi yang paling murah dan mudah atau bersifat “low hanging
fruit ”. Maka dari itu, konservasi energi juga perlu mendapat perhatian utama dan salah satunya
adalah di Penerangan Jalan Umum (PJU).
Berdasarkan perhitungan Badan Litbang Kementerian ESDM, diketahui bahwa potensi penghematan
tenaga listrik di PJU mencapai 2.042 GWh/tahun atau setara Rp. 2 triliun /tahun. Selain itu, langkah
penghematan listrik melalui peningkatan efisiensi energi PJU ini dapat memberi sumbangan yang signifikan dalam pemenuhan target pengurangan emisi GRK Indonesia. Beberapa kota termasuk
Yogyakarta dan Makassar memiliki pengalaman dalam penerapan penerangan jalan yang hemat
energi termasuk lampu Light Emitting Diode (LED).
Lampu LED telah meningkat secara tetap sejak 1960an dan meskipun biaya investasi awal sebesar 2
s.d. 4 kali dari biaya sebagian besar lampu konvensional, energi yang dikonsumsi hanyalah separuh
atau kurang dari konsumsi lampu konvensional dan lampu LED tahan lebih lama. Beberapa
pengalaman di kota-kota di Indonesia memperlihatkan penghematan energi signifikan yang dapat
dicapai oleh lampu LED jika dibanding dengan lampu konvensional hingga 60% dalam kondisi
optimal. Hal ini berdampak pada emisi GRK terkait dan penghematan biaya serta manfaat tambahan lain seperti peningkatan fasilitas publik, terciptanya kesempatan kerja dan peningkatan keselamatan
di jalan raya.
Namun karena berbagai tantangan, penerangan jalan yang efisien belum menjadi prioritas bagi kota-
kota di Indonesia hingga saat ini. Masalah yang umum dialami oleh unit pemerintah daerah di bidang
PJU antara lain
Minimnya data yang memadai terkait jumlah dan jenis lampu yang terpasang, terutama
karena tingginya jumlah sambungan yang ilegal dan tingkat pemeteran yang rendah untuk
PJU.
8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi
3/45
8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi
4/45
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
BAB I ANALISA KEBUTUHAN SISTEM PENCAHAYAAN JALAN UMUM EFISIEN ENERGI 1
1.1 TENTUKAN KERANGKA WAKTU DAN RENCANA YANG JELAS 2
1.2 KUMPULKAN INFORMASI YANG RELEVAN 3
1.3 LIBATKAN STAF/TENAGA AHLI YANG KOMPETEN 4
1.4 TETAPKAN PRIORITAS 4
BAB II METERISASI: EFISIENSI ANGGARAN DAN ENERGI 5
2.1 KONTRAK LUMPSUM: MATI ATAU NYALA, BAYAR SAMA 6
2.2 METERISASI, PRASYARAT EFISIENSI ENERGI PJU 7
2.3 BIAYA METERISASI VS PENGHEMATAN ANGGARAN 12
BAB III PENGADAAN BARANG/JASA PJU 13
3.1. APAKAH PERLU RETROFIT DENGAN TEKNOLOGI YANG LEBIH BARU? 14
3.1.1 JANGAN LATAH 14
3.1.2 CARI TAHU SECARA MENDALAM BAGAIMANA PENGALAMAN
MEREKA YANG SUDAH MENERAPKAN 15
3.1.3 LAKUKAN ANALISA BIAYA-MANFAAT DENGAN SEKSAMA 15
3.2.
SOFTWARE ANALISA RETROFIT PJU 15
BAB IV PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN PJU 20
4.1. TETAPKAN TUJUAN SISTEM PJU YANG AKAN DIBANGUN 21
4.2. PERTIMBANGKAN KARAKTERISTIK JALAN DAN FUNGSI-NYA 22
4.3. PILIH TEKNOLOGI YANG SESUAI 23
4.4. GUNAKAN ACUAN STANDAR KUALITAS PENCAHAYAAN JALAN YANG
BERLAKU 25
8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi
5/45
iv
4.5. GUNAKAN ACUAN STANDAR PERALATAN/KOMPONEN SISTEM PJU 28
4.6. PATUHI REGULASI TEKNIS TERKAIT PJU 32
8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi
6/45
Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi 1
BAB I
ANALISA KEBUTUHAN
SISTEM PENCAHAYAAN JALAN UMUM
EFISIEN ENERGI
8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi
7/45
Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi 2
Pencahayaan jalan umum atau sering disebut sebagai Penerangan Jalan Umum/PJU merupakan
aspek penting dalam penataan suatu daerah/kota. PJU memiliki perranan sebagai pedoman navigasi
pengguna jalan di malam hari, meningkatkan keamanan dan keselamatan pengguna jalan,
menambah unsur estetika, dan juga dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi suatu daerah.
Namun sayangnya banyak Pemerintah Daerah yang masih mengalami kendala dalam menyediakan
fasilitas publik yang sangat penting ini terutama dalam hal perencanaan sistem PJU yang efisien
energi.
Tidak sedikit Pemerintah Daerah mengalami kesulitan dalam pembiayaan untuk pengelolaan
operasonal PJU yang dimilikinya dikarenakan tingginya biaya energi yang harus dibayarkan kepada
perusahaan penyedia tenaga listrik PJU (PT PLN (Persero)), apalah lagi untuk ekspansi pembangunan
PJU yang baru. Kondisi ini menyebabkan masyarakat tidak dapat menikmati layanan pencahayaan di
jalan umum pada malam hari dengan optimal, karenanya efisiensi energi PJU adalah keharusan.
PJU yang efisien energi diawali dari perencanaan dan desain sistem PJU. Jika rencana dan desain
awal PJU gagal menghasilkan desain yang efisien energi, maka bisa dipastikan bahwa PJU yang tidak
efisien energi yang akan diperoleh jika rencana tersebut direalisasikan.
Sebelum melangkah pada desain teknis, perencanaan harus dimulai dari analisa kebutuhan. Salah
satu prinsip dari efisiensi adalah alokasikan sumber daya yang terbatas hanya untuk keperluan yang
dibutuhkan, karenanya analisa kebutuhan menjadi prasyarat dari prinsip ini. Secara umum, langkah
yang dapat ditempuh dalam melakukan analisa kebutuhan rehabilitasi/pembangunan PJU adalah
sebagai berikut:
1.1 Tentukan Kerangka Waktu dan Rencana Yang Jelas
Kerangka waktu dari kegiatan analisa kebutuhan
sangat penting untuk menjaga proses analisis dapat
terkawal dengan baik. Pada tahap ini, ditetapkan juga
detail rencana aktifitas yang akan dilakukan dan siapa
saja pihak yang perlu terlibat dan bertanggungjawab.
Kejelasan dari awal akan mempermudah pimpinan
organisasi atau penanggungjawab bidang PJU untuk
mengontrol proses analisa kebutuhan yang dilakukan.
Tentukan kerangka waktu dan rencana yang jelas
Kumpulkan informasi yang relevan
Libatkan staf/tenaga ahli yang kompeten
Tetapkan prioritas
8/9/2019 Buku II Pedoman EE PJU - Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi
8/45
Pedoman Efisiensi Energi Pencahayaan Jalan Umum | Buku II: Perencanaan Sistem PJU Efisien Energi 3
1.2 Kumpulkan Informasi Yang Relevan
Informasi yang diperlukan dalam
perencanaan suatu sistem PJU
adalah informasi terkait dengan
kondisi jalan seperti kondisi fisik
jalan (panjang, lebar, kondisi fisik
jalan), tingkat kepadatan lalu
lintas, tingkat aktifitas ekonomi,
tingkat kejahatan yang terjadi,
tingkat kecelakaan (khususnya
pada saat malam hari), dll ataupun
juga dapat berupa tuntutan
permintaan dari masyarakat akan
PJU, komplain atas PJU existing,
dll. Bahkan jika diperlukan, dapat
dilakukan survey/pengukuran langsung melihat kondisi jalan atau meminta pendapat dan masukan
masyarakat.
Beberapa Pemda memiliki database yang cukup baik untuk peta PJU existing, namun tidak banyak
yang memiliki update tentang kondisi PJU existing. Survey kondisi PJU exisiting akan sangat
membantu dalam perencanaan rehabilitasi/pembangunan PJU yang efisien energi. Survey ini dapat