Buku Fisika Diklat Pelayaran Tingkat Operasional - Ahli Teknika
Click here to load reader
-
Upload
muhamad-adib-hasan -
Category
Documents
-
view
453 -
download
125
description
Transcript of Buku Fisika Diklat Pelayaran Tingkat Operasional - Ahli Teknika
Muhamad Adib Hasan, S.Si
BUKU FISIKA UNTUK TARUNA/SISWA PELAYARAN
NIAGA JURUSAN TEKNIKA
FISIKA TERAPAN UNTUK TEKNIKA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan buku Fisika Terapan Untuk Teknika ini dengan
baik. Buku ini merupakan perbaikan dari buku sebelumnya.
Buku ini disusun berdasarkan kurikulum dan silabus dari International Maritime
Organisation sebagaimana termuat dalam IMO Model Course 7.04 tentang Officer in Charge of
an Engineering Watch. Materi yang disusun dalam buku ini dibuat ringkas tetapi lengkap dan
disertai contoh-contoh soal dengan penyelesaiannya supaya memudahkan pembaca untuk
memahami materi.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengajar, siswa/taruna dan para pembaca untuk
memahami dan menguasai konsep-konsep dasar fisika maupun penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari khususnya dalam mempelajari materi-materi produktif teknika kapal. Kritik dan
saran dibuka seluas-luasnya untuk perbaikan buku ini dalam edisi mendatang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENGUKURAN, BESARAN DAN SATUAN ..... 1
A. Besaran dan Satuan
B. Pengukuran dan Alat Ukur
BAB II STATIKA ..... 8
A. Vektor Gaya
B. Resultan Gaya
C. Komponen Gaya
BAB III MASSA DAN VOLUME ..... 19
A. Massa
B. Volume
C. Pusat Massa
D. Massa Jenis
E. Massa Jenis Relatif
F. Mengetahui Kondisi Accu dengan Battery Hydrometer
G. Jenis-Jenis Keseimbangan
H. Shearing Forces & Bending Moments
BAB IV DINAMIKA GERAK ..... 38
A. Gerak dan Gaya
B. Jarak dan Perpindahan
C. Klajuan dan Perpindahan
D. Gerak Lurus Beraturan
E. Gerak Lurus Berubah Beraturan
F. Hukum-Hukum Newton Tentang Gerak
G. Gaya Gesek
BAB V USAHA DAN ENERGI ..... 53
A. Usaha/Kerja
B. Daya
C. Konsep Energi
D. Energi Kinetik
E. Energi Potensial
F. Energi Mekanik
G. Hubungan Antara Usaha Dengan Energi Kinetik
dan Energi Potensial
BAB VI FLUIDA ..... 61
A. Fluida Statis
B. Fluida Dinamis
BAB VII SUHU DAN KALOR ..... 73
A. Suhu
B. Kalor
C. Perubahan Wujud Zat
D. Pemuaian Zat
E. Perpindahan Kalor
1
BAB I PENGUKURAN, BESARAN DAN SATUAN
A. Besaran dan Satuan
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka. Besaran
dibagi menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Satuan adalah pembanding tetap
yang digunakan dalam pengukuran. Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah
ditetapkan terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain.
Ada tujuh besaran pokok, yaitu:
Besaran Pokok Simbol Satuan Simbol
panjang l meter m
massa m kilogram kg
waktu t sekon s
kuat arus I Ampere A
suhu T Kelvin K
jumlah zat N mol mol
intensitas cahaya J kandela cd
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari dua atau lebih besaran pokok.
Dengan demikian satuan besaran turunan pun diturunkan dari satuan-satuan besaran pokok.
Contoh:
Luas = panjang Γ lebar, maka satuan luas adalah m Γ m = m2.
Volume = panjang Γ lebar Γ tinggi, maka satuan volume adalah m Γ m Γ m = m3 .
Massa jenis = massa / volume, maka satuan massa jenis adalah kg/m3.
Beberapa besaran turunan didaftar dalam tabel berikut.
Besaran Turunan
dan Simbol Rumus Satuan dan Simbol
luas (A) panjang Γ lebar m2
volume (V) panjang Γ lebar Γ tinggi m3
massa jenis (π) massa
volume kg/m3
kecepatan (v) perpindahan
waktu
m/s
percepatan (π) kecepatan
waktu
m/s2
gaya (F) massa Γ percepatan kg m/s2 = Newton (N)
usaha dan energi (W) gaya Γ perpindahan kg m2/s2 = Joule (J)
tekanan (P) gaya
luas
kg/m.s2 = Pascal (Pa)
2
daya usaha
waktu
kg m2/s3 = Watt (W)
impuls dan
momentum
gaya Γ waktu kg m/s = N.s
Notasi Ilmiah
Untuk mempermudah penulisan bilangan-bilangan yang besar dan kecil digunakan notasi
ilmiah.
π . 10π
Dengan
a = bilangan asli (1 < a < 10)
n = eksponen (bilangan bulat)
Contoh:
1. 0,000000000015 = 1,5 . 10-11
2. 105000000 = 1,05 . 108
3. Kecepatan cahaya = 300.000.000 m/s = 3 . 108 m/s
Awalan satuan (Prefix of units)
Awalan Simbol Faktor Pengali Contoh
kilo k 103 atau Γ1000 kilometer (km)
hekto h 102 atau Γ100 hektometer (hm)
deka da 101 atau Γ10 dekameter (dam)
satuan 100 atau Γ1 meter (m)
desi d 10-1 atau Γ0,1 desimeter (cm)
senti π 10-2 atau Γ0,01 sentimeter (cm)
milli m 10-3 atau Γ0,001 millimeter (mm)
Kita dapat menggunakan tangga satuan untuk mempermudah mengingat awalan satuan. Jika
turun satu tangga maka kita kalikan 10, sebaliknya jika naik satu tangga kita bagi 10.
Gambar 1.1 Tangga awalan satuan
3
Contoh:
1 hm = 10 dam (turun satu anak tangga, maka dikalikan 10)
356 dam = 356 Γ 10000 mm = 3560000 mm (turun 4 tangga, maka dikalikan 10000)
15 mm = 15 Γ 0,001 m = 0,015 m (naik tiga tangga, maka dibagi 1000 atau dikalikan
0,001)
Untuk satuan luas jika turun satu tangga maka kita kalikan 100, turun dua tangga kita kalikan
10000, sebaliknya jika naik satu tangga kita bagi 100 dan jika naik dua tangga kita bagi 10000
dst.
Untuk satuan volume jika turun satu tangga maka kita kalikan 1000, turun dua tangga kita
kalikan 1000000 dst., sebaliknya jika naik satu tangga kita bagi 1000 dan jika naik dua tangga
kita bagi 1000000 dst.
Gambar 1.2 Tangga awalan satuan luas dan volume
Contoh:
1 hm2 = 100 dam2 (turun satu anak tangga, maka dikalikan 100)
356 dam2 = 356 Γ 100.000.000 mm = 35.600.000.000 mm = 3,56 Γ 1010 (turun 4 tangga,
maka dikalikan 100.000.000)
15 liter = 15 dm3 = 15 Γ 0,001 m3 = 0,015 m3 (naik satu tangga, maka dibagi 1000 atau
dikalikan 0,001)
Awalan Simbol Faktor Pengali Contoh
terra T 1012 atau Γ1000000000000 terrameter (Tm)
giga G 109 atau Γ1000000000 gigameter (Gm)
mega M 106 atau Γ1000000 megameter (Mm)
kilo k 103 atau Γ1000 kilometer (km)
satuan 100 atau Γ1 meter (m)
milli m 10-3 atau Γ0,001 millimeter (mm)
mikro π 10-6 atau Γ0,000001 mikrometer (πm)
nano n 10-9 atau Γ0,000000001 nanometer (nm)
piko p 10-12 atau Γ0,000000000001 pikometer (pm)
4
Contoh:
125 Tm = 125 Γ 1000.000.000.000 m = 125.000.000.000.000 m = 1,25 Γ 1014 m
1234 nm = 1234 Γ 0,000000001 m = 0,000001234 m = 1,234 Γ 10-6 m
Faktor Konversi Satuan
Panjang
1 nautical mile = 1,852 km = 1852 m
1 m = 1,0936 yard = 3,281 kaki = 39,37 inci
1 inci = 2,54 cm
1 kaki = 12 inci = 30,48 cm
Luas
1 m2 = 104 cm2
1 are = 43.560 kaki2 = 4048 m2
Volume
1 dm3 = 1 liter
1 cc (cm3) = 1 milliliter (mL)
1 gal = 3,786 L
Kelajuan
1 knot = 1 mil/jam = 1,852 km/jam
1 km/jam = 1000
3600 m/s = 0,2778 m/s
1 knot = 1 mil/jam = 1852 π
3600 π = 0,5144 m/s
Waktu
1 jam = 60 menit = 3600 sekon
Massa
1 ton = 1000 kg
1 kg = 2,204 lbs
Massa jenis
1 g/cm3 = 1000 kg/m3
Gaya
1 N = 0,2248 pon = 105 dyne
Tekanan
1 Pa = 1 N/m2
1 bar = 105 Pa
1 atm = 101,325 kPa = 1,01325 bar
1 atm = 760 mmHg
1 torr = 1 mmHg = 133,32 Pa
Energi
1 kW h = 3,6 MJ
5
1 Joule = 0,24 kal
1 Kal = 4,1840 J
1 Btu = 1054,35 J
1 erg = 10-7 J
Daya
1 daya kuda (HP) = 745,7 W
1 W = 1,341 x 10-3
B. Pengukuran dan Alat Ukur
Pengukuran adalah proses membandingkan sesuatu yang diukur dengan sesuatu lain yang
sejenis yang ditetapkan sebagai satuan. Ketika anda mengukur suatu besaran fisis dengan
menggunakan instrumen, tidaklah mungkin mendapatkan nilai benar xo, melainkan selalu
terdapat ketidakpastian βx. Hasil pengukuran dilaporkan sebagai x = xo + βx. Untuk pengukuran
tunggal ketidakpastian βx = 0,5 Γ skala terkecil.
Pengukuran panjang dengan jangka sorong
Jangka sorong seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah memiliki bagian utama yang
disebut rahang tetap dan rahang sorong (rahang geser). Skala panjang yang tertera pada rahang
tetap disebut skala utama, sedangkan skala pendek yang tertera pada rahang sorong disebut
nonius atau vernier. Cara menentukan hasil pengukuran x adalah sebagai berikut:
1. Perhatikan angka pada skala utama yang berdekatan dengan angka 0 pada nonius. Pada
gambar, angka tersebut adalah antara angka 2,1 cm dan 2,2 cm.
2. Perhatikan garis nonius yang tepat berimpit dengan garis pada skala utama. Pada
gambar, garis nonius yang tepat berimpit dengan garis pada skala utama adalah garis
ke-5. Ini berarti
Gambar 1.3 Pengukuran panjang dengan jangka sorong
6
x = 2,1 + 5 . 0,01
= 2,15 cm (dua desimal)
Karena βx = 0,005 cm (3 desimal), maka x sebaiknya dinyatakan dengan 3 desimal. Jadi hasil
pengukuran jangka sorong kita laporkan sebagai L = x Β± βx
= (2,150 Β± 0,005) mm
Pengukuran Tunggal Dengan Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup ditunjukkan pada gambar dibawah. Jika selubung luar diputar lengkap 1
kali maka rahang geser dan juga selubung luar maju atau mundur 0,5 mm. Karena selubung
luar memiliki 50 skala, maka 1 skala pada selubung luar sama dengan jarak maju atau mundur
rahang geser sejauh 0,5 mm/50 = 0,01 mm. Bilangan ini merupakan skala terkecil mikrometer
sekrup. Dengan demikian ketidakpastiannya adalah βx = 0,5 Γ 0,01 mm = 0,005 mm.
Gambar 1.4 Pengukuran panjang dengan mikrometer skrup
Cara menentukan hasil pengukuran x adalah sebagai berikut:
1. Perhatikan garis skala utama yang terdekat dengan tepi selubung luar. Pada gambar,
garis skala utama tersebut adalah 4,5 mm lebih.
2. Perhatikan garis mendatar pada selubung luar yang berhimpit dengan garis mendatar
pada skala utama. Pada gambar, garis mendatar tersebut adalah garis ke-47. Ini berarti
x = 4,5 mm + 47 Γ 0,01 mm = 4,97 mm (dua desimal).
Karena βx = 0,005 mm (3 tiga desimal), maka x sebaiknya dinyatakan dengan tiga desimal.
Jadi pengukuran dengan mikrometer sekrup kita laporkan sebagai:
L = x Β± βx
= (4,970 Β± 0,005) mm
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar!
1. Sebutkan satuan SI dari besaran-besaran berikut:
7
a. Panjang
b. Massa
c. Suhu
d. Kuat arus
e. Laju/Kecepatan
f. Daya listrik
g. Gaya
h. Tekanan
2. Konversikan satuan berikut!
a. 15 nautical mile = ..... km = ..... m
b. 60 km/jam = ..... m/s
c. 14 knot = ..... km/jam
d. 2,5 m = ..... km
e. 2.000 ton = ..... g
f. 1,5 hari = ..... detik
g. 1 liter = ..... cc
h. 1 barrel [US, petroleum] = ..... liter
i. 25 barrel : ...... US galon (1 barrel = 42 US galon)
j. 15 Pa = .....bar
k. 120000 HP (daya kuda) = ..... Watt
l. 103 GHz = ...... Hz
3. Laporkan hasil pengukuran di bawah ini lengkap dengan ketidakpastiannya!
8
BAB II STATIKA
Statika adalah bahasan dalam fisika yang mempelajari tentang sistem gaya dalam keadaan benar-
benar diam.
A. Vektor Gaya
Gaya, simbol F, adalah tarikan atau dorongan yang merubah keadaan benda yang diam atau benda
yang bergerak dengan kecepatan tetap. Satuan gaya adalah Newton. Satu Newton adalah gaya
yang apabila dikenakan pada benda 1 kg menyebabkan benda tersebut mengalami percepatan
sebesar 1 m/s2.
Untuk menjelaskan mengenai gaya, besar dan arahnya harus ditentukan. Sehingga gaya termasuk
besaran vektor yaitu besaran yang memiliki nilai dan arah. Vektor digambarkan dengan garis
panah berskala. Dalam hal vektor gaya panjang garis menyatakan besar gaya dan arah panah
menyatakan arah garis kerja gaya.
Gambar 2.1 Beberapa vektor yang menggambarkan gaya.
B. Resultan Gaya
Resultan dari beberapa gaya adalah sebuah gaya yang menghasilkan efek yang sama jika
menggantikan gaya-gaya tersebut. Gambar 2.2 menunjukkan tiga gaya yang nilainya 5, 10 dan 8
N menarik benda dengan arah yang sama. Diperoleh resultan gayanya adalah 23 N dalam arah
yang sama. Ini adalah kasus sederhana berupa gaya-gaya sejajar yang mana resultan gaya
diperoleh dengan penjumlahan aljabar biasa.
Gambar 2.2 Resultan gaya
Diagram ruang menggambarkan sistem gaya, sedangkan diagram vektor menggambarkan vektor-
vektor secara berskala dan dihubungkan dari ujung ke ujung.
9
Untuk menghitung resultan dari gaya-gaya yang arahnya tidak sejajar digunakan metode poligon
gaya. Setiap vektor digambar dengan skala persis sesuai dengan besar dan arahnya, kemudian
pangkal vektor kedua diletakkan pada ujung vektor pertama, pangkal vektor ketiga diletakkan
pada ujung vektor kedua, demikian seterusnya. Vektor resultan diperoleh dengan menarik garis
dari pangkal vektor pertama dan ujung vektor terakhir.
Gambar 2.3 Menentukan resultan gaya
Equilibrant
Equilibrant adalah gaya tunggal yang apabila ditambahkan ke suatu sistem gaya akan
menyebabkan benda dalam keseimbangan. Dengan kata lain equilibrant akan menetralkan gaya-
gaya lain.
Gambar 2.4 Menggambarkan equilibrant
Segitiga Gaya
Jika tiga gaya bekerja pada suatu titik dalam keadaan setimbang, diagram vektor yang
digambarkan dengan skala merepresentasikan gaya dalam nilai dan arah, akan berbentuk segitiga
tertutup.
10
Gambar 2.5 Segitiga gaya
Poligon Gaya
Jika beberapa gaya bekerja pada sebuah titik berada dalam kesetimbangan, maka diagram vektor
yang digambarkan dengan skala merepresentasikan gaya dalam nilai dan arah, akan berbentuk
poligon tertutup.
Gambar 2.6 Poligon gaya
Kedua teorema di atas pada dasarnya sama, kecuali bahwa segitiga gaya berlaku hanya untuk
sistem tiga gaya sedangkan poligon gaya untuk gaya lebih dari tiga.
Gaya Concurrent dan Gaya Coplanar Parallel
Garis-garis aksi dari 3 gaya coplanar dalam keseimbangan, atau sejumlah gaya dalam
kesetimbangan yang mana dapat direduksi menjadi 3, pasti akan bertemu pada titik yang sama
atau paralel satu dengan lainnya.
Gambar 2.7 Gaya concurrent dan gaya coplanar parallel
Notasi Bow
Metode ini untuk mendefinisikan gaya dalam sistem gaya dengan memberikan huruf pada ruang
dalam diagram ruang dengan huruf kapital A, B, C dst. Sehingga masing-masing gaya dapat
11
dinyatakan oleh dua huruf dari dua ruang yang terpisah gaya, seperti gaya AB, gaya BC dan
seterusnya.
Gambar 2.8 Notasi Bow untuk menentukan diagram ruang dan diagram vektor
Vektor masing-masing gaya dalam diagram vektor diberi label dengan huruf kecil pada pangkal
dan ujung vektor seperti ab, bc, dst.
C. Komponen Gaya
Gaya dapat diuraikan menjadi komponen vertikal dan horizontal
β’ FX adalah komponen gaya horisontal, sejajar sumbu x
β’ FY adalah komponen gaya vertikal, sejajar sumbu y
Gambar 2.9 Komponen horisontal dan vertikal gaya
πΉπ₯ = πΉ cos π
πΉπ¦ = πΉ sin π
12
Contoh. Sebuah benda ditarik dengan gaya 100 N yang kemiringannya 60o terhadap horisontal.
Tentukan komponen-komponen rectanguler gaya!
πΉπ₯ = πΉ cos π = 100 π Γ cos 60 = 100 π Γ 0,5 = 50 π
πΉπ¦ = πΉ sin π = 100 π Γ sin 60 = 100 π Γ 0,866 = 86,6 π
Penjumlahan Dua Vektor Dengan Aturan Cosinus
Gambar 2.10 Resultan dua gaya dengan aturan cosinus
Dua buah gaya A dan B bekerja pada satu titik membentuk sudut πΌ, maka resultan gaya R dapat
diperoleh dengan persamaan,
π = βπ΄2 + π΅2 + 2. π΄. π΅. cos πΌ
Aturan Segitiga Sinus
Gambar 2.11 Aturan segitiga sinus
13
Sebuah segitiga memiliki sisi A, B dan C, berhadapan dengan sudut a, b dan c, maka berlaku
prinsip segitiga sinus sebagai berikut:
π΄
sin π=
π΅
sin π=
πΆ
sin π
Contoh Penerapan
1. Tali Sling
Dua buah tali disambung kemudian kedua ujung tali dipasang pada suatu atap, kemudian
diberi beban 400 N seperti gambar di bawah. Jika tali membentuk sudut 50o dan 60o
terhadap vertikal, hitunglah besar gaya tarikan pada masing-masing tali!
Jawab:
Pertama kita gambarkan dalam diagram ruang kemudian kita buat diagram vektornya
dengan Notasi Bow.
Gambar 2.12 Diagram ruang dan diagram vektor pada tali sling
Untuk menghitung gaya-gaya, kita hitung terlebih dahulu sudut acb (di depan vektor gaya
400 N)
Sudut acb = 180 β (60 + 50) = 70o
Kemudian menggunakan aturan segitiga sinus kita hitung gaya pada tali ac,
ππ
sin 50π=
400
sin 70π
14
ππ =400 Γ 0,766
0,9397
= 326 π
Gaya pada tali bc,
ππ
sin 60π=
400
sin 70π
ππ =400 Γ 0,866
0,9397
= 368,6 π
Jadi gaya pada tali AC = 326 N, dan gaya pada tali BC = 368,6 N.
2. Jib Crane
Sudut antara jib dan tiang vertikal (vertical post) pada JIB Crane adalah 42o, dan antara
tie dan jib sudutnya 36o. Hitunglah gaya pada jib dan tie ketika benda bermassa 3,822 .
103 kg dibebankan pada kepala crane!
Gambar 2.13 JIB crane
Kita gambarkan diagram ruang dan diagram vektor dengan Notasi Bow,
Jib
Post
Tie
15
Gambar 2.14 Diagram ruang dan diagram vektor dengan
Notasi Bow pada jib crane.
Berdasarkan diagram vektor,
Sudut cab = 180Β° - (42Β° + 36Β°) = 102Β°
Menggunakan aturan segitiga sinus,
πΊππ¦π ππππ π½πΌπ΅
sin 102Β°=
37,5
sin 36Β°
πΊππ¦π ππππ π½πΌπ΅ =37,5 Γ 0,9781
0,5878
= 62,38 ππ
πΊππ¦π ππππ ππΌπΈ
sin 42Β°=
37,5
sin 36Β°
πΊππ¦π ππππ ππΌπΈ =37,5 Γ 0,6691
0,5878
= 42,69 ππ
3. Reciprocating Engine Mechanism (Mekanisme Torak Mesin)
Connecting rod dan crank pada torak mesin mengkonversi gerak bolak-balik pada piston
menjadi gerak rotasi pada sumbu crank. Berdasarkan gambar di bawah dan dengan
melihat pertemuan gaya pada crosshead, bagian bawah lengan piston menekan secara
vertikal turun pada crosshead. Dorongan connecting road muncul sebagai gaya hambat ke
16
atas dengan kemiringan π, dan gaya pada guide merupakan sebuah gaya horisontal untuk
menyeimbangkan komponen horisontal dari dorongan connecting road.
Gambar 2.15 sistem gaya pada thorak mesin
Karena gaya piston selalu bekerja secara vertikal, dan gaya guide selalu horisontal. Vektor
diagram gaya-gaya pada crosshead selalu berbentuk segitiga yang menyudut ke kanan.
Catat bahwa sudut antara pusat garis mesin dan connecting road adalah π dalam diagram
ruang, adalah sama dengan sudut antara gaya piston dan gaya dalam connecting road
dalam diagram vektor.
Contoh Soal
Piston pada torak mesin mendorong dengan gaya 160 kN pada crosshead ketika crank 35o
dari Pas Top Dead Centre. Jika langkah pada piston adalah 900 mm dan panjang
connecting road adalah 1,65 m, hitunglah gaya pada crosshead guide dan gaya pada
connecting rod!
Pembahasan:
Berdasarkan diagram ruang,
Panjang crank = Β½ Γ langkah = 0,45 m
Panjang connecting rod = 1,65 m
Sudut crank terhadap Top Death Center (TDC) = π = 35Β°
17
Menggunakan aturan segitiga sinus
0,45
sin π=
1,65
sin 35Β°
sin π =0,45 Γ 0,5736
1,65
= 0,1564
π = sinβ1 0,1564
= 9Β°
Berdasarkan diagram vektor,
π π’ππ’π‘ π = 9Β°
tan π =πΊππ¦π ππππ πΊπ’πππ
πΊππ¦π ππππ πππ π‘ππ
πΊππ¦π ππππ πΊπ’πππ = 160 Γ tan 9Β°
= 25,34 ππ
cos π =πΊππ¦π πππ π‘ππ
πΊππ¦π ππππ πΆππππππ‘πππ π πππ
πΊππ¦π ππππ πΆππππππ‘πππ π πππ =160
cos 9Β°
= 162 ππ
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar!
1. Sebuah dorongan vertikal ke atas 90 N dikenakan pada sebuah benda dan pada waktu yang
bersamaan gaya 120 N menarik benda tersebut dalam arah horisontal. Hitunglah besar dan
arah resultan dari kedua gaya tersebut!
2. Dua buah gaya bekerja pada suatu benda, gaya pertama menarik benda secara horisontal
ke kanan besarnya 20 N, gaya kedua 17 N menarik vertikal ke bawah. Hitunglah besar
dan arah gaya ketiga yang akan menetralkan efek dari kedua gaya tersebut!
3. Tiga buah gaya menarik benda sehingga dalam kesetimbangan. Gaya pertama mengarah
ke selatan. Gaya kedua mengarah ke 75o ke timur dari utara. Dan gaya ketiga mengarah
40o ke barat dari utara. Jika besar gaya yang mengarah ke selatan adalah 35 N. Hitunglah
besar gaya yang lainnya.
18
4. Dua tali pengangkat terhubung pada papan beban yang bermuatan 25 kN. Jika tali
membentuk sudut 32o dan 42o terhadap vertikal, hitunglah tegangan pada masing-masing
tali!
5. Sudut antara jib dan vertical post (tiang vertikal) pada sebuah jib crame adalah 40o, dan
antara jib dan tie sudutnya 45o. Hitunglah gayaada jib dan tie ketika beban 15kN
tergantung pada kepala crane!
6. Ketika crank pada torak mesin membentuk sudut 60o terhadap Top Dead Centre, gaya
kuasa piston efektif pada crosshead adalah 180 kN. Jika langkah pada piston adalah 600
mm, dan panjang connecting road adalah 1,25 m, hitunglah gaya beban pada guide dan
dorongan pada connecting road.
19
BAB III MASSA DAN VOLUME
A. Massa
Massa adalah ukuran banyaknya materi yang dikandung oleh suatu benda. Massa merupakan
ukuran kelembaman (kemampuan mempertahankan keadaan gerak) suatu benda. Massa benda
adalah tetap di lokasi atau di tempat mana saja di alam semesta ini. Massa merupakan besaran
skalar (hanya memiliki nilai dan tidak memiliki arah). Simbol massa adalah m, satuan dalam SI
adalah kilogram (kg). Massa diukur dengan neraca atau timbangan.
B. Volume
Volume adalah ukuran ruang yang ditempati oleh suatu benda. Simbol volume adalah V, satuan
dalam SI adalah meter kubik (m3). Untuk mengukur volume benda teratur digunakan rumus,
sedangkan untuk mengukur volume benda tidak teratur dapat digunakan gelas ukur atau gelas
berpancur.
Volume bangun yang teratur bentuknya dapat ditentukan dengan menggunakan rumus volume.
Sebagai contoh, volume balok yang memiliki panjang p, lebar l, dan tinggi t adalah .tlpV
Jadi, sebuah balok yang berukuran cm 2dan cm, 4 cm, 6 tlp memiliki volume
.cm 48 3V Beberapa bangun yang teratur bentuknya sehingga volumenya dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus volume dapat dilihat pada gambar 3.1.
kubus, 3lV silinder, trV 2 balok, tlpV
bola, 3
34 rV kerucut, trV 2
31
Gambar 3.1 Perhitungan volume beda teratur dengan rumus
Berikut cara pengukuran volume benda tidak teratur dengan gelas ukur:
20
Gambar 3.2 Volume benda tidak teratur dengan gelas ukur
Gelas ukur disisi dengan air kemudian dicatat volume awal airnya (V1), kemudian benda yang
akan diukur volumenya dimasukkan ke dalam gelas ukur kemudian catat skala volume akhir
airnya (V2). Maka volume benda diperoleh dengan rumus
Vbenda = V2 β V1
= 80 cc β 60 cc
= 20 cc
Pengukuran volume dengan gelas berpancur dilakukan dengan mengisi air pada gelas berpancur
hingga batas lubang pancur. Ketika benda yang dihitung volumenya dimasukkan maka air akan
terdesak dan mengalir melalui lubang pancur ke gelas ukur. Volume air yang berpindah ke gelas
ukur tersebut merupakan volume benda.
Gambar 3.3 Mengukur volume benda dengan gelas berpancur
Volume zat cair yang mengalir melalui pipa dapat dihitung menggunakan persamaan debit dimana
volume zat cair yang mengalir merupakan hasil perkalian antara luas penampang pipa, laju aliran
pipa dan waktu alir.
π =π
π‘
π = π π‘
Karena π = π΄ π£, maka
π = π΄ π£ π‘
21
dengan: Q = debit aliran (m3/s)
V = volume zat cair (m3)
t = waktu aliran (s)
A = luas penampang pipa (m2)
v = laju aliran zat cair (m/s)
C. Pusat Massa (Titik Berat)
Centroid
Centroid dari sebuah luasan terletak pada pusat geometri. Pada masing-masing gambar di bawah,
titik G menyatakan centroid.
Gambar 3.4 Centroid/pusat geometri dari beberapa benda
Partikel-partikel pada gambar di bawah ini masing-masing mempunyai gaya berat w1, w2, ...., wn
dengan resultan gaya berat w. Resultan dari seluruh gaya berat benda yang terdiri atas bagian-
bagian kecil benda dinamakan gaya berat. Titik tangkap gaya berat tersebut yang disebut titik
berat.
Gambar 3.5 Titik berat
w
22
Pusat massa merupakan tempat massa benda terpusat. Apabila benda mengalami rotasi maka titik
pusat massa menjadi pusat rotasi. Titik berat pada benda homogen terletak pada pusat
geometrinya (centroid).
Menentukan Titik Berat Benda yang Bentuknya Tidak Teratur
Benda yang bentuknya tidak teratur titik beratnya dapat diketahui dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Benda digantung
b. Tarik garis vertikal segaris dengan tali.
c. Ulangi untuk ujung penggantung yang berbeda, kemudian Tarik garis vertikal segaris
dengan tali.
d. Perpotongan kedua garis tersebut merupakan titik berat benda.
Gambar 3.6 Menentukan letak titik berat benda yang bentuknya tidak teratur
Menentukan titik berat benda yang bentuknya teratur
a. Titik berat benda homogen satu dimensi (garis)
23
Gambar 3.7 Titik berat benda homogen satu dimensi (garis)
Perhatikan gambar 3.7, dua benda 1 dimensi (warna hijau), titik berat masing-masing benda
berada di pusat geometri (titik hijau). Untuk benda-benda berbentuk memanjang seperti kawat,
massa benda dianggap diwakili oleh panjangnya (satu dimensi) dan titik beratnya dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut:
π₯0 =π1π₯1 + π2π₯2
π1 + π2
π¦0 =π1π¦1 + π2π¦2
π1 + π2
l1 = panjang garis 1
x1 = koordinat sumbu x titik berat benda 1
y1 = koordinat sumbu y titik berat benda 1
l2 = panjang garis 2
x2 = koordinat sumbu x titik berat benda 2
y2 = koordinat sumbu y titik berat benda 2
Contoh soal :
Tentukanlah letak titik berat benda homogen satu dimensi seperti gambar berikut ini!
24
Bentuk benda homogen berbentuk garis (1 dimensi) dan letak titik beratnya.
b. Titik berat benda-benda homogen berbentuk luasan (dua dimensi)
Gambar 3.9 Titik berat benda-benda homogen berbentuk luasan (dua dimensi)
25
Jika tebal diabaikan maka benda dapat dianggap berbentuk luasan (dua dimensi), dan titik berat
gabungan benda homogen berbentuk luasan dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
π₯0 =π΄1π₯1 + π΄2π₯2
π΄1 + π΄2
π¦0 =π΄1π¦1 + π΄2π¦2
π΄1 + π΄2
A1 = luas bidang 1
A2 = luas bidang 2
x1 = absis titik berat benda 1
x2 = absis titik berat benda 2
y1 = ordinat titik berat benda 1
y2 = ordinat titik berat benda 2
Contoh Soal
Tentukan lokasi titik berat luasan berikut ini diukur dari sumbu x!
Pembahasan:
Bagi luasan menjadi 3 bagian. Diukur terhadap sumbu x artinya yo yang dicari.
26
Data yang diperlukan:
A1 = 20 x 50 = 1000
y1 = 25
A2 = 30 x 20 = 600
y2 = 40
A3 = 20 x 10 = 200
y3 = 15
Titik berat benda homogen berbentuk luasan yang bentuknya teratur terletak pada sumbu
simetrinya. Untuk bidang segi empat, titik berat diperpotongan diagonalnya, dan untuk lingkaran
terletak dipusat lingkaran. Titik berat bidang homogen diperlihatkan pada tabel berikut:
27
Titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga
Gambar 3.10 Titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga
Letak titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga dapat ditentukan
dengan persamaan:
28
π₯0 =π1π₯1 + π2π₯2
π1 + π2
π¦0 =π1π¦1 + π2π¦2
π1 + π2
V1=volume benda 1
V2= volume benda 2
x1 = absis titik berat benda 1
x2 = absis titik berat benda 2
y1 = ordinat titik berat benda 1
y2 = ordinat titik berat benda 2
Titik berat benda homogen tiga dimensi terletak pada pusat volumenya.
29
D. Massa Jenis (Densitas/Rapat Massa)
Massa jenis adalah massa setiap satu satuan volume benda. Massa jenis rata-rata setiap benda
merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Satuan SI massa jenis adalah kilogram
per meter kubik (kgΒ·m-3).
π =π
π
Dengan: π = massa jenis (kg/m3)
π = massa (kg)
π = volume (m3)
Gambar 3.11 benda-benda dengan massa jenis berbeda.
Massa jenis beberapa benda:
Nama zat Ο dalam kg/m3
Ο dalam gr/cm3
Air (4 derajat Celcius) 1.000 kg/m3
1 gr/cm3
Alkohol 800 kg/m3
0,8 gr/cm3
Air raksa 13.600 kg/m3
13,6 gr/cm3
Aluminium 2.700 kg/m3
2,7 gr/cm3
Besi 7.900 kg/m3
7,9 gr/cm3
Emas 19.300 kg/m3
19,3 gr/cm3
Kuningan 8.400 kg/m3
8,4 gr/cm3
Perak 10.500 kg/m3
10,5 gr/cm3
Platina 21.450 kg/m3
21,45 gr/cm3
Seng 7.140 kg/m3
7,14 gr/cm3
30
Udara (27 derajat Celcius) 1,2 kg/m3
0,0012 gr/cm3
Es 920 kg/m3
0,92 gr/cm3
E. Massa Jenis Relatif
Massa jenis relatif benda adalah massa jenis benda dibandingkan dengan massa jenis air murni.
Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3.
ππππππ‘ππ πππππ =ππππππ
ππππ ππ’πππ
Massa jenis zat cair dapat diukur dengan hidrometer. Hidrometer terbuat dari pipa kaca berskala
dengan pemberat dibagian bawah. Apabila dimasukkan ke dalam zat cair hidrometer akan
mengapung karena gaya apung (gaya Archimedes). Nilai massa jenis zat cair dapat dibaca pada
skala hidrometer yang tepat pada permukaan zat cair.
Gambar 3.12 Hidrometer
31
F. Mengetahui Kondisi Accu Dengan Battery Hydrometer
Kondisi Accu, dapat diukur dengan suatu alat yang mensimulasikan besar beban yang masih
mampu diterima oleh accu menggunakan battery hydrometer. Cara penggunaan hydrometer
adalah dengan mencelupkan ujung alat ini pada air accu, kemudian menyedotnya. Jika
permukaan air accu berada pada bidang HIJAU, berarti kondisi air accu sangat baik. Jika
permukaan air accu berada pada bidang Putih, berarti kondisi air accu masih relatif baik. Jika
permukaan air accu berada pada bidang MERAH , berarti proses recharge kurang baik atau ada
kerusakan pada alternator.
Langkah melakukan pengukuran elektrolit baterai adalah:
1. Lepas terminal baterai negatif.
2. Lepas sumbat baterai dan tempatkan dalam wadah agar tidak tercecer.
3. Masukkan thermometer pada lubang baterai.
4. Masukkan ujung hidrometer ke dalam lubang baterai.
5. Pompa hidrometer sampai elektrolit masuk ke dalam
hidrometer dan pemberat terangkat.
6. Tanpa mengangkat hidrometer baca berat jenis elektrolit
baterai dan baca temperature elektrolit baterai.
7. Catat hasil pembacaan, lakukan hal yang sama untuk sel
baterai yang lain.
32
Gambar 3.13 Mengetahui kondisi accu dengan battery hydrometer
Battery hydrometer berfungsi untuk mengukur berat jenis elektrolit battery. Berat jenis elektrolit
berubah menurut tingkat isi battery. Berat jenis battery penuh adalah 1,26 β 1,28 g/cm3. Berat
jenis juga dipengaruhi oleh suhu, sehingga rumus ini digunakan untuk menentukan hubungannya:
S200C = St + 0,0007 x (t β 20 )
Dengan:
S 200C : berat jenis pada temperatur 200C
St : Nilai pengukuran berat jenis yang Anda dapatkan dengan hydrometer
t : Nilai hasil pengukuran temperature yang Anda dapatkan dengan thermometer .
Contoh :
Hasil pengukuran termometer pada luabang aki pertama adalah 30 derajat Celcius dan
pengukuran berat jenis pada lubang aki pertama adalah 1,260 . Maka perhitungannya adalah ;
S200C = St + 0,0007 x (t β 20 )
S 200C = 1,26 + 0,0007 x ( 30 -20)
S 200C = 1,26 + 0,0007 x 10
S 200C = 1,26 + 0,007
S 200C = 1,267
G. Jenis-Jenis Keseimbangan
Ada tiga jenis keseimbangan, yaitu keseimbangan stabil, keseimbangan labil, dan keseimbangan
netral. Keseimbangan stabil adalah keseimbangan yang dialami benda dimana sesaat setelah
gangguan kecil dihilangkan, benda akan kembali ke kedudukan keseimbangan semula.
33
Keseimbangan labil adalah keseimbangan yang dialami benda dimana sesaat setelah gangguan
kecil dihilangkan, benda tidak akan kembali kedudukan semula, bahkan gangguan tersebut makin
meningkat. Keseimbangan netral atau indiferen adalah keseimbangan dimana gangguan kecil
yang diberikan tidak akan mempengaruhi keseimbangan benda.
Gambar 5.22 Jenis-jenis keseimbangan
H. Gaya Regang (Shearing Forces) dan Momen Tekuk (Bending Moments)
Beban pada sebuah balok cenderung meregangkan balok dan juga membengkokkannya. Gaya
regang (Shearing Force) pada suatu bagian balok adalah jumlah aljabar dari semua gaya luar
tegak lurus terhadap balok di salah satu sisi bagian tersebut.
Momen tekuk (Bending moment) pada suatu bagian balok adalah jumlah aljabar dari semua
momen gaya di salah satu sisi bagian tersebut. Bending momen hanyalah momen-momen gaya
tetapi disini disebut βmomen tekukβ karena dia cenderung untuk membengkokkan balok.
Dalam beberapa kasus, penjumlahan aljabar gaya-gaya atau momen-momen gaya dapat diperoleh
dari setiap sisi bagian, yaitu ke kanan atau ke kiri, sebagaimana salah satu adalah sama dengan
yang lain.
Contoh:
Hitunglah gaya regang dan momen tekuk pada pusat balok yang panjangnya 4 meter yang ujung-
ujungnya diberi penopang dan diberi beban 20 kN pada 1,5 m dari ujung kiri dan 40 kN pada 1,25
m dari ujung kanan.
Dengan mengambil momen pada π 1,
πππππ π ππππβ ππππ’π πππ = πππππ ππππππ€ππππ πππβ ππππ’π πππ
(20 Γ 1,5) + (40 Γ 2,75) = π 2 Γ 4
30 + 110 = π 2 Γ 4
π 2 = 35 ππ
πΊππ¦π ππ ππ‘ππ = πΊππ¦π ππ πππ€πβ
π 1 + π 2 = 20 + 40
π 1 + 35 = 20 + 40
π 1 = 25 ππ
Stabil Labil Netral
4 m
20 kN
1,5 m 1,25 m
40 kN
π 1 π 2
34
Gaya regang pada pusat adalah jumlah aljabar gaya-gaya pada satu sisi bagian ini, yang mana
gaya ke bawah disebut negatif dan gaya ke atas disebut positif. Dengan mengambil gaya di
sebelah kanan pusat, 40 kN beban ke arah bawah, dan 35 kN (reaksi R2) yang bekerja ke atas.
Gaya regang pada pusat balok = 35 - 40 = -5 kN
Bending momen pada pusat balok adalah jumlah aljabar momen-momen gaya pada salah satu sisi
bagian balok. Kemudian salah satu arah momen akan diambil positif dan lainnya diberi tanda
negatif. Tinjau momen gaya ke arah kanan pusat balok dan hitung efek-efeknya.
Bending momen positif disebabkan oleh momen searah jarum jam, sebaliknya momen positif
disebabkan oleh momen berlawanan arah jarum jam.
Bending momen pada pusat balok = 40 Γ 0,75 - 35Γ 2 = - 40 kN m
Shearing Force & Bending Moment Diagram
Grafik digambar untuk menjelaskan variasi gaya regang dan momen tekuk sepanjang balok,
grafik ini disebut grafik gaya regang dan grafik momen tekuk. Dalam menggambar diagram ini
grafik harus diplot di atas atau di bawah garis dasar dan biasanya digambar berskala seperti 1 cm
untuk x m panjang palok, 1 cm untuk y kN gaya regang, dan 1 cm untuk z kN m momen tekuk.
x, y dan z dipilih sebagai besaran yang paling sesuai/mendekati.
Pertama-tama beberapa contoh momen tekuk akan dihitung untuk beberapa titik sepanjang balok,
katakanlah setiap meter panjang, sehingga diagram dapat diplot. Jika bentuk diagram diamati
secara hati-hati, maka akan mengikuti pola standar tergantung kepada jenis beban dan ini hanya
perlu untuk menemukan nilai pada beberapa titik sepanjang balok dan menggabungkan titik-titik
tersebut dengan garis lurus atau garis melengkung.
Contoh:
Sebuah penyangga panjangnya 4 meter dimuati sebuah beban yang terpusat sebesar 45 kN pada
ujung bebas, abaikan berat balok, gambarkan diagram gaya regang dan diagram momen tekuk.
Diagram gaya regang adalah sederhana yaitu berupa diagram gaya ke atas dan ke bawah. Pertama-
tama gambar garis dasar untuk menjelaskan panjang balok. Awali dari ujung bebas, ada gaya
vertikal ke bawah sebesar 50 kN, kemudian gambar secara vertikal ke bawah sebuah garis yang
mewakili gaya 50 kN dengan skala. Dari ujung bebas, menuju ke arah kiri tidak ada gaya ke atas
ataupun ke bawah pada balok sampai tembok, sehingga tidak ada perubahan ke atas atau ke bawah
pada grafik ini, oleh sebab itu grafik berupa garis horisontal lurus pada panjang. Pada tembok
terdapat gaya ke atas 50 kN (yang merupakan gaya reaksi yang nilainya sama tapi arahnya
0,75 m
40 kN
0,75 m
Pusat Balok
4 m
35
berlawanan terhadap beban), sehingga garis vertikal ke atas digambar untuk mewakili gaya 50
kN dengan skala. Ini adalah diagram tertutup seperti ditunjukkan oleh gambar berikut,
Untuk diagram momen tekuk, ambil momen pada setiap meter sepanjang balok dimulai dari ujung
bebas. Simbol M menyatakan momen tekuk:
M pada 1 m = 50 Γ 1 = 50 kN m
M pada 2 m = 50 Γ 2 = 100 kN m
M pada 3 m = 50 Γ 3 = 150 kN m
M pada 4 m = 50 Γ 4 = 200 kN m
Gambar garis dasar untuk menyatakan panjang balok dan ukur ke atas nilai nilai bending momen
tersebut. Hubungkan titik yang diplot dan catan bahwa diagram ini adalah garis lurus dengan
kemiringan tertentu dimana nol pada ujung bebas menuju nilai maksimum pada tembok. Kondisi
hogged (Momen tekuk positif).
Contoh:
Sebuah balok panjang 10 m disangga pada ujung-ujungnya dan diberi beban terpusat sebesar 20,
40 dan 50 kN pada masing-masing pada jarak 3, 6 dan 8 m dari salah satu ujungnya. Gambarkan
diagram gaya regang dan diagram momen tekuknya!
Dengan mengambil momen pada π 1,
πππππ π ππππβ ππππ’π πππ = πππππ ππππππ€ππππ πππβ ππππ’π πππ
(20 Γ 3) + (40 Γ 6) + (50 Γ 8) = π 2 Γ 10
60 + 240 + 400 = π 2 Γ 10
π 2 = 70 ππ
4 m
50 kN 50 kN
4 m
200 kN m
10 m
20 kN
6 m
3 m
50 kN
π 1 π 2
40 kN
8 m
a c b
36
πΊππ¦π ππ ππ‘ππ = πΊππ¦π ππ πππ€πβ
π 1 + π 2 = 20 + 40 + 50
π 1 + 70 = 20 + 40 + 50
π 1 = 40 ππ
Diagram gaya regang,
Momen tekuk pada setiap bagian adalah jumlah aljabar semua momen gaya untuk tiap sisi dari
bagian ini.
M pada a (ambil momen untuk sebelah kanan a) = -70 Γ 2 = - 140 kN m
M pada b (ambil momen untuk sebelah kanan b) = -70 Γ 4 + 50 Γ 2 = - 180 kN m
M pada c (ambil momen untuk sebelah kanan c) = -40 Γ 3 = - 120 kN m
Momen tekuk untuk masing-masing ujung adalah nol.
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar!
1. Air mengalir melalui pipa dengan diamater 10 cm dengan kecepatan aliran air 2 m/s. Jika air
telah mengalir selama 10 menit, hitunglah volume air yang telah mengalir!
2. Diberikan sebuah bangun datar sebagai berikut!
70 kN
50 kN
40 kN
40 kN 20 kN
140 kN m 120 kN m
180 kN m
37
Tentukan koordinat titik berat diukur dari titik O.
3. Sebuah benda berbentuk bola berjari-jari 0,5 m memiliki massa 100 kg. Hitunglah massa jenis
dan massa jenis relatif benda tersebut!
4. A tank measures 20m Γ 24m Γ 10.5 m and contains oil of relative density 0.84. Find the mass
of oil it contains when the ullage is 2.5 m. An ullage is the distance from the surface of the
liquid in the tank to the top of the tank. A sounding is the distance from the surface of the
liquid to the base of the tank or sounding pad.
5. Jelaskan tentang battery hydrometer! Jelaskan cara menggunakan battery hydrometer!
6. Hasil pengukuran termometer pada lubang aki pertama adalah 35 derajat Celcius dan
pengukuran berat jenis pada lubang aki pertama adalah 1,265 g/cm3. hitunglah massa jenis
elektrolit accu pada suhu 20 oC!
7. Sebuah balok panjang 20 m disangga pada ujung-ujungnya dan diberi beban terpusat sebesar
20, 40 dan 50 kN pada masing-masing pada jarak 5, 10 dan 15 m dari salah satu ujungnya.
Gambarkan diagram gaya regang dan diagram momen tekuknya!
38
BAB IV DINAMIKA GERAK
Dinamika adalah bahasan dalam fisika yang mempelajari gerak dengan meninjau/memperhatikan
gaya penyebab gerak.
A. Gerak dan Gaya
Suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut kedudukannya berubah setiap saat terhadap
titik acuannya (titik asalnya). Sebuah benda dikatakan bergerak lurus atau melengkung, jika
lintasan berubahnya kedudukan dari titik asalnya berbentuk garis lurus atau melengkung.
Kinematika adalah ilmu yang mempelajari gerak tanpa mengindahkan penyebabnya, sedangkan
Dinamika adalah ilmu yang mempelajari gerak dan gaya-gaya penyebabnya. Gaya merupakan
tarikan atau dorongan yang dapat menyebabkan perubahan posisi, kecepatan, dan bentuk suatu
benda.
B. Jarak dan Perpindahan
Jarak adalah merupakan panjang lintasan yang ditempuh oleh materi/benda sepanjang
gerakannya. Perpindahan yaitu perubahan posisi suatu benda dari posisi awal (acuan) ke posisi
akhirnya (tujuannya). Perpindahan dapat bernilai positif ataupun negatif bergantung pada arah
geraknya. Perpindahan positif, jika arah geraknya ke kanan, negatif jika arah geraknya ke kiri.
Gambar 4.1 Perbedaan antara jarak dan perpindahan.
Sebagai contoh jika kita bergerak dari bandara menuju Kampus BP2IP tercinta ini, kita akan
berkendara menempuh jarak (lintasan biru) menurut jalan yang ada meskipun jalan tersebut
berliku-liku dan terkesan muter-muter, dan kita tidak berjalan lurus menempuh perpindahan
(lintasan hitam putus-putus) melewati persawahan sebagai jalan pintas terdekat. Garis lurus atau
jarak terdekat yang menghubungkan posisi awal dan posisi akhir (tujuan) disebut perpindahan.
39
C. Kelajuan dan Kecepatan
Kelajuan adalah tingkatan bagaimana gerak benda melalui ruangan. Kelajuan adalah besaran
skalar yang besarnya sesuai dengan perubahan lintasan tiap satuan waktu. Satuan laju adalah m/s,
km/jam, knot (mil/jam). Laju mungkin bervariasi sepanjang perjalanan, sebagai contoh, jika kapal
berjalan 180 km dalam 3 jam, adalah tidak mungkin kapal tersebut berjalan dengan kecepatan
konstan 60 km/jam selama 3 jam tersebut, melainkan kadang lebih cepat kadang lebih lambat,
namun kelajuan rata-ratanya 60 km/jam.
Kecepatan menunjukkan laju pada arah tertentu (spesifik). Kecepatan v adalah besaran vektor
yang besarnya sesuai dengan perpindahan tiap satuan waktu. Oleh karena itu kecepatan
menunjukkan 2 fakta tentang gerak benda, yaitu laju dan arah gerakan. Sebagai konsekuensinya
kecepatan merupakan besaran vektor dan dapat diilustrasikan dengan menggambarkan sebuah
vektor berskala, panjang menyatakan laju gerak benda, dan arah panah menyatakan arah gerak
benda.
Gambar 4.2 Vektor kecepatan
D. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan adalah gerak dengan lintasan lurus serta kecepatannya selalu tetap.
Kecepatan (v) adalah besaran vektor yang besarnya sesuai dengan perpindahan tiap satuan waktu.
Kelajuan adalah besaran skalar yang besarnya sesuai dengan perubahan lintasan tiap satuan
waktu. Dalam hal gerak lurus kelajuan sama dengan kecepatan, karena partikel bergerak satu arah
saja. Pada Gerak Lurus Beraturan (GLB) berlaku rumus :
π = π£. π‘
dengan: s = jarak yang ditempuh (perubahan lintasan), (m)
π£ = kecepatan, (m/s)
π‘ = waktu, (s)
Contoh:
Sebuah kapal bergerak dengan kecepatan rata-rata 40 m/s selama 5 s, hitunglah jarak tempuh
kapal!
Penyelesaian:
π½ππππ π‘ππππ’β = πππππππ‘ππ πππ‘π β πππ‘π Γ π€πππ‘π’ π‘ππππ’β
2 m/s ke timur
40
π = π£ Γ π‘
= 40π
π Γ 5π = 200 π
jadi jarak tempuh total adalah 200 m
Kecepatan Rata-rata (οΏ½Μ οΏ½)
Kecepatan rata-rata adalah perpindahan total yang ditempuh oleh suatu benda yang bergerak
dibagi dengan waktu total yang diperlukan untuk gerak tersebut. Kecepatan rata-rata dirumuskan
sebagai berikut:
οΏ½Μ οΏ½ =βπ₯
βπ‘=
(π₯2 β π₯1)
(π‘2 β π‘1)
dengan: οΏ½Μ οΏ½ = kecepatan rata-rata (m/s)
βπ₯ = perpindahan (m)
βπ‘ = selang waktu (s)
Kecepatan Sesaat
Kecepatan sesaat, adalah kecepatan suatu benda yang bergerak pada suatu saat tertentu, dengan
interval waktu Ξt diambil sangat singkat, secara matematis ditulis sebagai berikut:
π£ = limβπ‘β0
(βπ£
βπ‘) =
ππ£
ππ‘
E. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Bila sebuah benda bergerak lurus mengalami perubahan kecepatan yang tetap untuk selang waktu
yang sama, maka dikatakan bahwa benda tersebut mengalami gerak lurus berubah beraturan.
Percepatan (a = acceleration) adalah perubahan kecepatan tiap satu sekon, secara matematis dapat
dinyatakan sebagai:
π =βπ£
βπ‘=
π£π‘ β π£0
π‘π‘ β π‘0=
π£π‘ β π£0
π‘
dengan:
a = percepatan (m/s2)
βπ£ = perubahan kecepatan (m/s)
βπ‘ = selang waktu (s)
vt = kecepatan akhir (m/s)
v0 = kecepatan awal (m/s)
t = waktu (s)
Persamaan-Persamaan dalam gerak lurus beraturan
Simbol yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
41
π£π‘ = πππππππ‘ππ ππ€ππ (π/π )
π£π = πππππππ‘ππ ππ€ππ (π/π )
π = ππππππππ‘ππ (ππ 2β )
π‘ = π€πππ‘π’ (π )
π = πππππ π‘ππππ’β (π)
Ada empat persamaan umum yang berkaitan dengan kecepatan, percepatan, waktu dan
perpindahan, yaitu:
π£π‘ = π£π + ππ‘
π = οΏ½Μ οΏ½π‘ = (π£0 + π£π‘
2) π‘
π = π£ππ‘ Β±1
2ππ‘2
π£π‘2 = π£π
2 Β± 2ππ
Persamaan di atas menggunakan tanda (Β±) plus atau minus tergantung bagaimana percepatan
geraknya. Tanda (+) untuk percepatan positif (gerak dipercepat), sedangkan tanda (-) untuk
percepatan negatif (gerak diperlambat).
Contoh. Sebuah mesin kapal dimatikan ketika bergerak pada laju 18 knot dan kapal berhenti
setelah 20 menit. Diasumsikan perlambatan kapal konstan (diperlambat beraturan). Hitunglah
perlambatan kapal (dalam m/s2) dan jarak tempuh kapal dalam nautical mile sejak mesin mati!
Penyelesaian:
Satu Nautical Mile International adalah 1,852 km, dan satu knots adalah 1,852 km/jam.
Perlambatan diperoleh:
π =βπ£
βπ‘=
π£π‘ β π£0
π‘π‘ β π‘0
π =0 β 18 ππππ‘π
20 πππππ‘
=β 18 Γ 1,852 ππ/πππ
1200 π
42
=β18 Γ
1852π3600 π
1200 π
=β18 Γ 1852 π
3600 Γ 1200 π
π = β0,00772 π/π
Jarak tempuh:
π½ππππ π‘ππππ’β = πππππππ‘ππ πππ‘π β πππ‘π Γ π€πππ‘π’ π‘ππππ’β
π = οΏ½Μ οΏ½π‘ = (π£0 + π£π‘
2) π‘
=18+0
2ππππ‘π Γ
20
60πππ
=18
2
πππππ
πππΓ
20
60πππ
π½ππππ π‘ππππ’β = 3 πππ’π‘ππππ πππππ
Gerak lurus dipercepat beraturan dan diperlambat beraturan
Perubahan kecepatan ada 2 macam maka GLBB juga dibedakan menjadi dua macam yaitu: GLBB
dipercepat dengan a > 0 dan GLBB diperlambat a < 0, bila percepatan searah dengan kecepatan
benda maka benda mengalami percepatan, jika percepatan berlawanan arah dengan kecepatan
maka benda mengalami perlambatan.
Gambar 4.3 Grafik Gerak Lurus Berubah Beraturan
43
Untuk mencari jarak yang ditempuh benda ketika bergerak lurus berubah beraturan, salah satu
caranya adalah dengan menggunakan grafik v-t. Langkah yang perlu dikerjakan adalah dengan
mencari luasan daerah yang terarsir, seperti Gambar 2.
Gambar 4.4 Jarak yang ditempuh = luas grafik v terhadap t.
Gerak jatuh bebas
Gerak jatuh bebas ini merupakan gerak lurus berubah beraturan tanpa kecepatan awal (v0), dimana
percepatannya disebabkan karena gaya tarik bumi dan disebut percepatan gravitasi bumi (g). Nilai
percepatan gravitasi bumi rata-rata adalah 9,82 m/s2. Dalam gerak vertikal jarak tempuh s
digantikan oleh perubahan ketinggian h.
Gambar 4.5 Gerak jatuh bebas.
Sebuah benda dikatakan mengalami jatuh bebas, jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Kecepatan awal nol (v0 = 0) => benda dilepaskan
b. Gesekan udara diabaikan
c. Benda dijatuhkan dari tempat yang tidak terlalu tinggi (percepatan gravitasi dianggap tetap)
Contoh. Sebuah benda jatuh dari keadaan diam. Hitunglah kecepatan setelah jatuh selama 4 detik
dan jarak tempuh selama waktu tersebut!
Penyelesaian
π£π‘ = π£π + ππ‘
Dalam gerak vertikal a = g
π£π‘ = π£π + ππ‘
44
= 0 + 9,81 Γ 4
Kecepatan akhir vt= 39,24 m/s
π = π£ππ‘ Β±1
2ππ‘2
Dalam gerak vertikal s = h
β = π£ππ‘ +1
2ππ‘2
= 0 Γ 4 +1
2Γ 9,81 Γ 42
Jarak jatuh = 78,48 m
Gerak Benda Dilempar ke Bawah
Merupakan GLBB dipercepat dengan kecepatan awal v0.
Rumus GLBB:
π£π‘ = π£0 + ππ‘
β = π£ππ‘ +1
2ππ‘2
π£π‘2 = π£π
2 + 2πβ
dengan:
h = perubahan ketinggian setelah t sekon (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
t = waktu (s)
Gerak Benda dilempar ke Atas
Merupakan GLBB diperlambat dengan kecepatan awal v0.
Rumus GLBB:
π£π‘ = π£0 β ππ‘
β = π£ππ‘ β1
2ππ‘2
π£π‘2 = π£0
2 β 2πβ
Karena gerak ini diperlambat maka pada suatu saat benda akan berhenti (vt = 0). Ketika itu benda
mencapai ketinggian maksimum.
Contoh. Sebuah proyektil ditembakkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 300 m/s.
Hitunglah:
(i) kecepatannya setelah 20 s,
45
(ii) ketinggian diatas tanah setelah 20 s,
(iii) waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak ketinggian,
(iv) ketinggian maksimum yang dicapai, waktu tempuh total dari meninggalkan tanah
sampai kembali ke tanah.
Penyelesaian:
Kecepatan setelah 20 s,
π£π‘ = π£π β ππ‘
= 300 β (9,81 Γ 20)
Kecepatan pada detik ke-20 = 103,8 π/π
β = π£ππ‘ +1
2ππ‘2
= 300 Γ 20 +1
2Γ 9,81 Γ 202
Ketinggian = 4038 π
0 = 300 β 9,81 Γ π‘
π‘ =300
9,81
Waktu untuk mencapai ketinggian maksimum = 30,58 π
π£π‘2 = π£π
2 β 2πβ
0 = 3002 β 2 Γ 9,81 Γ β
β =3002
2 Γ 9,81= 4587 π
Ketinggian maksimum = 4587 m
Waktu total = 2 Γ 30,58 = 61,16 s.
F. Hukum - Hukum Newton Tentang Gerak
Pada sub-bab sebelumnya, gerak benda ditinjau tanpa memperhatikan penyebabnya. Bila
penyebab gerak diperhatikan, tinjauan gerak, disebut dinamika, melibatkan besaran-besaran
fisika yang disebut gaya. Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menimbulkan
perubahan gerak. Dengan demikian jika benda ditarik/didorong maka pada benda bekerja gaya
dan keadaan gerak benda dapat berubah. Gaya adalah penyebab gerak. Gaya termasuk besaran
46
vektor, karena gaya mempunyai besar dan arah. Satuan gaya adalah Newton. 1 Newton sama
dengan 1 kg m/s2. 1 Newton adalah gaya yang diperlukan untuk mempercepat gerak benda satu
kilogram hingga mengalami percepatan 1 m/s2.
Hukum I Newton
Dalam peristiwa sehari-hari kita sering menjumpai keadaan yang menunjukkan gejala Hukum I
Newton.
Gambar 4.6 Ilustrasi contoh hukum I Newton
Sebagai contoh ketika kita naik kendaraan yang sedang melaju kencang, secara tiba-tiba
kendaraan tersebut mengerem, maka tubuh kita akan terdorong ke depan. Kasus lain adalah ketika
kita naik kereta api dalam keadaan diam, tiba-tiba melaju kencang maka tubuh kita akan terdorong
ke belakang. Keadaan tersebut disebut juga Hukum Kelembaman. Jika resultan (jumlah) dari
gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol (Ξ£F = 0) , maka benda tersebut:
a. jika dalam keadaan diam akan tetap diam (v = 0), atau
b. jika dalam keadaan bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan (v =
constant).
Kesimpulan: sebuah benda akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan, jika tidak ada gaya
luar yang bekerja pada benda itu (Ξ£F = 0).
Hukum II Newton
Jika suatu benda mengalami tarikan atau dorongan oleh suatu gaya/resultan gaya maka benda
tersebut akan bergerak dipercepat atau diperlambat. Besarnya percepatan a berbanding lurus
dengan besarnya gaya F dan berbanding terbalik dengan massa benda. Hukum ini dikenal sebagai
hukum II Newton, dan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
π =Ξ£πΉ
π
atau
Ξ£πΉ = π. π
dengan:
Ξ£F = resultan gaya (Newton)
m = massa (kg)
a = percepatan (m/s)
Berat suatu benda (w) adalah besarnya gaya tarik bumi terhadap benda tersebut dan arahnya
menuju pusat bumi (vertikal ke bawah).
47
Hubungan massa dan berat :
w = m . g
dengan:
w = gaya berat. (N).
m = massa benda (kg).
g = percepatan gravitasi (m/s2).
Perbedaan massa dan berat:
a. Massa (m) merupakan besaran skalar besarnya di sembarang tempat untuk suatu benda yang
sama selalu tetap.
b. Berat (w) merupakan gaya yang disebabkan tarikan gravitasi yang arahnya menuju pusat
bumi. Gaya berat merupakan besaran vektor di mana besarnya tergantung pada percepatan
gravitasi dimana benda berada.
Aplikasi-aplikasi Hukum II Newton:
a. Jika pada benda bekerja 3 gaya horisontal seperti gambar di bawah, maka berlaku :
Gambar 4.7 Tiga gaya horisontal
β πΉοΏ½Μ οΏ½ = ποΏ½Μ οΏ½
3
π=1
πΉ1 + πΉ2 β πΉ3 = ππ
Kesimpulan:
a. Arah gerak benda = F1 dan F2 jika F1 + F2 > F3
b. Arah gerak benda = F3 jika F1 + F2 < F3 ( tanda a = - )
b. Jika pada beberapa benda bekerja banyak gaya yang horisontal maka berlaku:
Gambar 4.8 Bekerja gaya yang horisontal
Gaya yang bekerja pada m2 searah dengan gerakannya.
πΉ2 + πΉ1 β π = π2π
Gaya yang bekerja pada m1 searah dengan gerakannya.
π β πΉ3 = π1π
π = πΉ3 + π1π
Dari persamaan di atas didapat hubungan sebagai berikut:
πΉ1 + πΉ2 β πΉ3 = (π1 + π2)π
F2 F3
m2
F1
48
π =πΉ1 + πΉ2 β πΉ3
π1 + π2
c. Jika pada benda bekerja gaya yang membentuk sudut ΞΈ dengan arah mendatar maka
berlaku :
F cos ΞΈ = m . a
Gambar 4.9 Gaya yang membentuk sudut
Contoh. Kapal yang bermassa 50 tonnase ditarik olek tag boot dengan gaya 50000 Newton
membentuk sudut 60Β° terhadap horisontal. Hitunglah percepatan kapal!
Penyelesaian:
πΉ cos π = π. π
π =πΉ cos π
π=
50000 π . cos 60Β°
50000 ππ= 0,5 π/π 2
Hukum III Newton (Hukum Aksi-Reaksi)
Bila sebuah benda A melakukan gaya pada benda B, maka benda B juga akan melakukan gaya
pada benda A yang besarnya sama tetapi berlawanan arah. Kedua gaya yang bekerja bersamaan
pada kedua benda disebut gaya aksi dan reaksi. Gaya aksi-reaksi bukan gaya sebab akibat,
keduanya muncul bersamaan dan tidak dapat dikatakan yang satu adalah aksi dan yang lainnya
reaksi. Secara matematis dapat ditulis:
Faksi = - Freaksi
Pemahaman Konsep Aksi-Reaksi:
1. Pada sebuah benda yang diam di atas lantai berlaku :
Gambar 4.10 sebuah benda yang diam di atas lantai
Gaya yang bekerja pada benda adalah:
a. w = gaya berat
b. N = gaya normal (gaya yang tegak lurus permukaan tempat di mana benda berada).
49
Kedua gaya bukan pasangan Aksi - Reaksi bila ditinjau dari gaya-gaya yang hanya bekerja
pada benda. (tanda ( - ) hanya menjelaskan arah berlawanan). Aksi-reaksi pada sistem ini
dijelaskan sebagai berikut. Benda menekan lantai dengan gaya sebesar w, sedangkan lantai
memberikan gaya sebesar N pada benda. Aksi-reaksi adalah pasangan gaya yang bekerja pada
dua buah benda yang melakukan kontak.
Gambar 4.11 Pasangan gaya yang bekerja pada dua buah benda
yang melakukan kontak
2. Pasangan aksi - reaksi pada benda yang digantung
Gambar4.12 Pasangan aksi - reaksi pada benda yang digantung
Balok digantung dalam keadaan diam pada tali vertikal. Gaya W1 dan T1 Bukanlah Pasangan
Aksi - Reaksi, meskipun besarnya sama, berlawanan arah dan segaris kerja. Sedangkan yang
merupakan Pasangan Aksi - Reaksi adalah gaya: T1 dan T1β . Demikian juga gaya T2 dan T2β
merupakan Pasangan Aksi - Reaksi.
Hubungan Tegangan Tali Terhadap Percepatan:
a. Bila benda dalam keadaan diam, atau dalam keadaan bergerak lurus beraturan:
T=m.g, T = gaya tegangan tali.
b. Bila benda bergerak ke atas dengan percepatan a:
50
T=m.g+m.a
c. Bila benda bergerak ke bawah dengan percepatan a:
T=m.g-m.a
Gerak Benda yang Dihubungkan dengan Katrol
Gambar 4.13 Gerak Benda yang Dihubungkan dengan Katrol
Dua buah benda m1 dan m2 dihubungkan dengan katrol melalui sebuah tali yang diikatkan pada
ujung-ujungnya. Apabila massa tali diabaikan, m1 > m2 dan tali dengan katrol tidak ada gaya
gesekan, maka akan berlaku persamaan-persamaan sebagai berikut:
Sistem akan bergerak ke arah m1 dengan percepatan a.
Tinjauan benda m1
T=m1.g-m1.a
Tinjauan benda m2
T=m2.g+m2.a
Karena gaya tegangan tali di mana-mana sama, maka dapat digabungkan menjadi:
m1.g - m1.a = m2.g + m2.a
m1.a + m2.a = m1.g - m2.g
(m1 + m2).a = (m1 - m2).g
π =(π1 β π2)
(π1 + π2)π
Persamaan ini digunakan untuk mencari percepatan benda yang dihubungkan dengan katrol. Cara
lain untuk mendapatkan percepatan benda pada sistem katrol dapat ditinjau keseluruhan sistem:
51
Sistem akan bergerak ke arah m1 dengan percepatan a. Oleh karena itu semua gaya yang terjadi
yang searah dengan arah gerak sistem diberi tanda Positif (+), yang berlawanan diberi tanda
Negatif (-).
Ξ£F = ma
w1 - T + T - T + T - w2 = (m1 + m2).a
Karena T di mana-mana besarnya sama maka T dapat dihilangkan.
w1 - w2 = (m1 + m2).a
(m1 - m2) . g = ( m1 + m2).a
π =(π1 β π2)
(π1 + π2)π
Gerak Benda Pada Bidang Miring
Gambar 4.14 Gerak benda pada bidang miring
Gaya - gaya yang bekerja pada benda
β οΏ½Μ οΏ½ = π. οΏ½Μ οΏ½
π = π€ cos π
π€ sin π = ππ β π = π sin π
G. Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya yang timbul pada dua bidang permukaan benda yang bersinggungan dan
mempunyai kekasaran dan arahnya melawan arah kecenderungan gerak benda. Secara matematis
gaya gesek dapat dituliskan sebagai berikut:
f = ΞΌ.N
dengan N adalah gaya normal (satuan Newton), yaitu gaya yang merupakan gaya reaksi bidang
tempat benda berada terhadap gaya aksi yang diberikan benda dan mempunyai arah yang tegak
lurus terhadap bidang tempat benda tersebut, sedangkan ΞΌ adalah koefisien gesekan yang
menyatakan tingkat kekasaran permukaan bidang.
Gaya gesek ada dua macam yaitu:
52
a) Gaya gesek statis (fs) adalah gaya gesek yang dialami benda dalam keadaan diam atau
tepat akan mulai bergerak, fs = ΞΌs.N.
b) Gaya gesek kinetis (fk) adalah gaya gesek yang dialami benda dalam keadaan sedang
bergerak, fk = ΞΌk. N.
Koefisien gesek adalah konstanta yang menunjukkan sifat kasar licinnya permukaan dua bidang
yang bersentuhan. Nilai koefisien gesek berkisar antara 0 β€ Β΅ β€ 1.
Contoh. Balok bermassa 1 kg sedang diam di atas permukaan bidang datar kasar. Koefisien gesek
statis adalah 0,4 dan percepatan gravitasi 10 m/s2. Tentukan (a) besar gaya gesek statis (b) besar
gaya tarik F minimum agar balok mulai bergerak!
Penyelesaian:
Massa balok (m) = 1 kg
Koefisien gesek statis ππ = 0,4
Percepatan gravitasi (g) = 10 m/s2
Gaya berat (w) = m.g = 1 kg . 10 m/s2 = 10 Newton
Gaya Normal = w = 10 Newton
(a) Gaya Gesek statis
fs = ΞΌs.N. = 0,4 . 10 N = 4 Newton
(b) Ketika gaya tarik (F) mempunyai besar yang sama dengan gaya gesek statis, maka benda
tepat akan bergerak (benda masih diam). Benda mulai bergerak ketika gaya tarik lebih
besar dari gaya gesek statis. Jadi gaya tarik (F) minimum agar balok mulai bergerak adalah
4 Newton
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar!
1. Sebuah kapal telah bergerak selama 1,5 hari dengan kecepatan rata-rata 30 knot. Berapakah
jarak yang telah ditempuh kapal tersebut?
2. Dari sebuah menara yang tingginya 100 m dilepaskan suatu benda. Jika percepatan gravitasi
bumi = 10 m/s2, hitunglah kecepatan benda pada saat mencapai tanah!
3. Suatu benda bermassa 2 kg yang sedang bergerak, lajunya bertambah dari 1 m/s menjadi 5
m/s dalam waktu 2 detik bila padanya beraksi gaya yang searah dengan gerak benda, maka
berapa besar gaya tersebut?
4. Benda beratnya 98 newton (g = 10 m/s2) diangkat dengan gaya vertikal ke atas sebesar 100
newton, maka percepatan yang dialami benda ....
5. Sebuah elevator yang massanya 1500 kg diturunkan dengan percepatan 1 m/s2. Bila
percepatan gravitasi bumi g = 9,8 m/s2, hitunglah besarnya tegangan pada kabel
penggantung!
6. Sebuah kapal bergerak dari Jakarta menuju Singapura yang jaraknya 500 km. Jika kecepatan
kapal adalah 60 km/jam. Berapa waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut?
7. Kapal pesiar bergerak dengan kecepatan 20 m/s hingga seorang perwira jaga melihat adanya
gunung es yang jaraknya 200 m. Kemudian propeller diputar balik hingga diperoleh
perlambatan sebesar 2 m/s2. Bagaimana nasip kapal menabrak atau selamat?
53
BAB V USAHA DAN ENERGI
A. Usaha/Kerja (Work)
Dalam ilmu fisika, usaha mempunyai arti jika sebuah benda berpindah tempat sejauh d karena
pengaruh F yang searah dengan perpindahannya (Gambar 2.1), maka usaha yang dilakukan sama
dengan hasil kali antara gaya dan perpindahannya, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
W = F.d
Jika gaya yang bekerja membuat sudut Ξ± terhadap perpindahannya (Gambar 4.1), usaha yang
dilakukan adalah hasil kali komponen gaya yang searah dengan perpindahan (Fcos Ξ±) dikalikan
dengan perpindahannya (d). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
W = F cosΞ±.d
Gambar 5.1 Ilustrasi tentang definisi usaha (W) = gaya (F) dikalikan
dengan perpidahan (d)
dengan:
W = usaha (joule)
F = gaya (N)
d = perpindahan (m)
Ξ± = sudut antara gaya dan perpindahan
Catatan:
Usaha (work) disimbolkan dengan huruf besar W.
Berat (weight) disimbolkan dengan huruf kecil w.
Jika ada beberapa gaya yang bekerja pada sebuah benda, maka usaha total yang diperoleh atau
dilepaskan benda tersebut sebesar: Jumlah usaha yang dilakukan tiap gaya, atau usaha yang
dilakukan oleh gaya resultan.
ππ‘ππ‘ππ = π1 + π2 + π3 + β¦ β¦
Contoh. Sebuah benda berada bidang datar, karena pengaruh gaya 140 N benda mengalami
perpindahan sejauh 5 m, berapa usaha yang dilakukannya apabila:
a. Gaya mendatar
b. Gaya membuat sudut 600 terhadap bidang horisontal
Penyelesaian:
a. W = F.d = 140 N . 5 m = 700 Joule
b. W = F cosΞ±.d = 140 N . cos 60Β° . 5 m = 350 Joule
F F
F F
d
d
FcosπΌ
F F
F F
F cosπΌ F cosπΌ
d
d
54
B. Daya
Seperti kecepatan dan percepatan, daya menyatakan seberapa cepat sesuatu terjadi β dalam kasus
ini, seberapa cepat usaha dilakukan. Daya (P) didefinisikan sebagai laju usaha dilakukan atau
besar usaha per satuan waktu, secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
π =π
π‘
dengan:
P = daya (watt)
W = usaha (joule)
t = waktu (s)
Daya termasuk besaran skalar yang dalam satuan MKS mempunyai satuan watt atau J/s
Satuan lain adalah:
1 hp = 1 DK = 1 PK = 746 watt
hp = Horse power; DK = daya kuda; PK = Paarden Kracht
1 KWH adalah satuan energi yang setara dengan = 3,6 .106 Watt.detik = 3,6 . 106 Joule.
Contoh. Dalam sebuah rumah terdapat 4 lampu 25 watt yang menyala selam 12 jam setiap hari,
2 buah lampu 5 watt yang menyala 10 jam setiap hari, dan sebuah sterika listrik 250 watt yang
digunakan 1 jam setiap hari. Jika harga per kWh Rp 1000,- berapakah rekening yang harus dibayar
selama sebulan?
Penyelesaian:
Hitung energi yang dipakai selama 1 hari
4 lampu 25 W @12 jam= 4 x 25 x 12 =1200 Wh
2 lampu 5 W @ 10 jam = 2 x 5 x 10 = 100 Wh
1 lampu 250W @ 1jam= 1 x 250 x1 = 250 Wh
Total energi yang dipakai selama sehari = 1200 + 100 + 250 Wh
= 1550 wh
= 1,55 kWh
Jumlah rekening listrik yang dibayar selama 1 bulan= 30 Γ 1,55 Γ Rp 1000 = Rp 46.500,-
C. Konsep Energi
Suatu sistem dikatakan mempunyai energi/tenaga, jika sistem tersebut mempunyai kemampuan
untuk melakukan usaha. Besarnya energi suatu sistem sama dengan besarnya usaha yang mampu
ditimbulkan oleh sistem tersebut. Oleh karena itu, satuan energi sama dengan satuan usaha dan
energi juga merupakan besaran skalar. Prinsip usaha-energi: usaha adalah transfer energi yang
dilakukan oleh gaya-gaya yang bekerja pada benda.
Dalam fisika, energi dapat digolongkan menjadi beberapa macam antara lain:
a. Energi mekanik (energi kinetik + energi potensial)
b. Energi panas
55
c. Energi listrik
d. Energi kimia
e. Energi nuklir
f. Energi cahaya
g. Energi suara
Gambar 5.2 Pembangkit listrik tenaga nuklir
Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan yang terjadi hanyalah transformasi /
perubahan suatu bentuk energi ke bentuk lainnya, misalnya dari energi mekanik diubah menjadi
energi listrik pada air terjun.
D. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh setiap benda yang bergerak. Energi kinetik suatu
benda besarnya berbanding lurus dengan massa benda dan kuadrat kecepatannya.
πΈπ =1
2ππ£2
dengan,
Ek = Energi kinetik (Joule)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s)
E. Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena pengaruh tempatnya
(kedudukannya). Energi potensial ada dua macam yaitu energi potensial gravitasi dan energi
potensial pegas.
Energi Potensial Gravitasi
Energi potensial gravitasi dimiliki oleh suatu suatu benda ketika berada ketinggian dari suatu
permukaan. Misalkan sebuah benda bermassa m digantung seperti di bawah ini.
56
Gambar 5.3 Energi Potensial Gravitasi
Jika tiba-tiba tali penggantungnya putus, benda akan jatuh, sehingga dapat dikatakan benda
melakukan usaha, karena adanya gaya berat (w) yang bekerja sejauh jarak tertentu, misalnya h.
Besarnya energi potensial benda sama dengan usaha yang sanggup dilakukan gaya beratnya
selama jatuh menempuh jarak h.
Ep = m.g.h
dengan:
Ep = Energi potensial (joule)
w = berat benda (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = tinggi benda (m)
Energi potensial gravitasi tergantung pada massa benda (m), percepatan gravitasi bumi (g) dan
kedudukan/ketinggian benda (h).
Energi Potensial Pegas
Energi potensial yang dimiliki benda karena elastik pegas yaitu sifat untuk selalu kembali pada
keadaan semula. Energi kinetik pegas dimiliki ketika suatu pegas yang diberikan gaya mengalami
perubahan panjang. Nilai energi potensial pegas berbanding lurus dengan regangan (perubahan
panjang βπ₯) pegas dan jenis pegas (yang dinyatakan oleh konstanta pegas k). Konstanta pegas
menyatakan kekakuan pegas.
57
Gambar 5.4 Pegas ditekan
Gaya pegas (F) = k.βπ₯
Ep Pegas (Ep) = Β½ k. βx2
dengan:
k = konstanta gaya pegas
x = regangan
F. Energi Mekanik
Energi mekanik (Em) adalah jumlah antara energi kinetik dan energi potensial suatu benda.
Em= Ek + Ep
Karena energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan atau energi itu kekal, maka
berlaku hukum Kekekalan Energi. Bila konteks yang dibahas adalah energi mekanik, maka
berlaku Kekekalan Energi Mekanik yang dituliskan.
Gambar 5.5 Energi mekanik pada benda jatuh bebas
58
βJika pada suatu sistem hanya bekerja gaya-gaya dalam yang bersifat konservatif (tidak bekerja
gaya luar dan gaya dalam tak konservatif), maka energi mekanik sistem pada posisi apa saja
selalu tetap (kekal). Artinya energi mekanik sistem pada posisi akhir sama dengan energi mekanik
sistem pada posisi awalβ.
Em1 = Em2
Ek1 + Ep1 = Ek1 + Ep2 1
2ππ£1
2 + ππβ1 =1
2ππ£2
2 + ππβ2
Energi Potensial dan Energi Kinetik pada Benda Bergerak
Gambar 5.6 Energi mekanik pada benda jatuh bebas
Ketika sebuah benda berada pada suatu ketinggian, benda bermassa m pada suatu ketinggian h
mempunyai energi potensial Ep yang besarnya m.g.h. Ketika benda tersebut dijatuhkan, energi
potensial tersebut berubah menjadi energi kinetik. Semakin bergerak ke bawah, energi
potensialnya semakin berkurang dan energi kinetiknya semakin bertambah. Hal ini dikarenakan
semakin bergerak ke bawah, ketinggian benda tersebut dari lantai semakin kecil (energi potensial
berkurang) dan kelajuannya semakin besar (energi kinetiknya bertambah). Pada ketinggian
tertentu, benda akan mempunyai energi potensial sama dengan energi kinetiknya. Pada akhirnya,
benda tersebut jatuh ke lantai. Pada saat ini, energi yang dimiliki benda seluruhnya merupakan
energi kinetik.
G. Hukum Kekekalan Energi
Energi tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan,tetapi energi dapat diubah dari suatu bentuk ke
bentuk lain. Pernyataan ini dikenal dengan hukum kekekalan energi. Ketika benda kamu
jatuhkan dari suatu ketinggian, terjadi perubahan energi yaitu energi potensial menjadi energi
kinetik. Pada akhirnya, energi kinetik ini pun akan berubah menjadi bentuk lain ketika benda
sampai di lantai. Marilah kita selidiki hukum kekekalan energi pada kasus benda jatuh bebas.
Pada sebuah benda yang jatuh bebas, terdapat dua buah energi yaitu energi mekanik. Energi
mekanik terdiri atas energi potensial dan energi kinetik. Meskipun energi potensial benda yang
jatuh bebas akan semakin kecil ketika ketinggian semakin rendah, tetapi di sisi lain energi
59
kinetiknya bertambah. Dengan demikian energi mekaniknya tetap sama (konstan). Kekekalan
energi mekanik pada benda jatuh bebas dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 5.5.
Pada kedudukan 1, energi mekanik seluruhnya merupakan energi potensial. Dapat dituliskan
sebagai berikut.
Em = Ep = m.g.h
Pada kedudukan 2, energi mekanik merupakan jumlahenergi potensial dan energi kinetik. Dapat
dituliskan sebagai berikut.
Em = Ep + Ek
= m.g.h + Β½ mv2
Pada kedudukan 3, energi mekanik seluruhnya merupakan energi kinetik. Dapat dituliskan
sebagai berikut.
Em = Ek = Β½ mv2
H. Hubungan antara Usaha dengan Energi Kinetik dan Energi Potensial
Teorema Usaha - Energi Kinetik:
βUsaha yang dilakukan oleh gaya resultan yang bekerja pada suatu benda sama dengan perubahan
energi kinetik yang dialami benda itu, yaitu energi kinetik akhir dikurangi energi kiinetik awalβ
Gambar 5.7 Teoremua Usaha-Energi Kinetik
πΉ. π =1
2ππ£2
2 β1
2ππ£1
2
π = βπΈπ =1
2ππ£2
2 β1
2ππ£1
2
I. Hubungan Usaha dengan Energi Potensial
Usaha pada saat memindahkan suatu benda pada suatu ketinggian secara vertikal atau pada suatu
pegas sama dengan perubahan energi potensial atau energi potensial akhir dikurangi energi
potensial awal.
π = βπΈπ = πΈπ2 β πΈπ1 = ππβ2 β ππβ1
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar!
1. Sebuah balok bermassa 30 kg ditarik oleh gaya 60 N yang membentuk sudut Ξ± = 60O terhadap
horisontal. Pada saat balok dapat bergeser mendatar sejauh 3 m, tentukan usaha yang
dilakukan gaya tersebut!
d
60
2. Coba perhatikan benda-benda pada gambar di bawah. mA = 4 kg , mB = 2 kg dan mC = 8 kg.
g = 10 m/s2. Berapakah energi potensial benda-benda tersebut pada titik acuan?
3. Suatu mesin melakukan usaha sebesar 3600 J setiap selang waktu 1 jam. Mesin tersebut
memiliki daya sebesar .....
4. Benda bermassa 5 kg dilempar vertikal ke atas dengan kecepatan awal 10 m/s. Besarnya
energi potensial di titik tertinggi yang dicapai benda adalah (g = 10 m/s2)
5. Workshop menggunakan peralatan listrik yang terdiri 3 lampu masing-masing 20 W, 3 lampu
masing-masing 40 W yang semuanya digunakan 12 jam per hari. Satu pompa air 250 W
digunakan 4 jam sehari dan mesin bor 300 W digunakan 2 jam sehari. Apabila tarif listrik Rp
600,00/kWh, rekening listrik yang harus dibayar selama 1 bulan (30 hari) adalah .....
61
BAB VI. FLUIDA
Dalam bab ini anda akan mempelajari mekanika fluida yang dibagi menjadi dua studi: statistika
fluida dan dinamika fluida. Fluida adalah zat yang dapat mengalir sehingga yang termasuk fluida
adalah zat cair dan gas.
A. Fluida Statis
Dalam statika fluida dipelajari fluida yang ada dalam keadaan diam (tidak bergerak). Fluida yang
diam disebut fluida statis. Jika yang diamati zat cair maka disebut hidrostatis. Dalam fluida statis
anda akan mempelajari hukum-hukum dasar yang antara lain dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut. Mengapa semakin dalam menyelam semakin besar tekanannya? Mengapa
kapal laut yang terbuat dari besi dapat mengapung di permukaan air laut? Mengapa balon udara
yang berisi gas panas dapat naik ke udara?
Tekanan
Tekanan didefinisikan sebagai gaya normal (tegak lurus) yang bekerja pada suatu bidang dibagi
dengan luas bidang tersebut. Rumus tekanan
π =πΉ
π΄
Satuan SI untuk tekanan adalah Pascal (disingkat Pa) untuk memberi penghargaan kepada Blaise
Pascal, penemu hukum Pascal.
1 Pa = 1 N . m-2
Untuk keperluan cuaca digunakan satuan atmosfer (atm), cmHg atau mmHg, dan milibar (mb).
1 mb = 0,001 bar; 1 bar = 105 Pa
1 atm = 76 cmHg = 1,01 x 105 = 1,01 bar
Untuk menghormati Torricelli, fisikawan Italia penemu barometer, ditetapkan satuan tekanan
dalam torr.
Dimana 1 torr = 1 mmHg
Vacum adalah daerah ruang tanpa materi, tekanan nol, tidak ada udara. Kenyataannya hampir
tidak ada ruang yang vakum sempurna, melainkan vakum parsial. Vakum Parsial (Imperfect
vacuum) adalah vakum tidak sempurna seperti yang dibuat di laboratorium atau di ruang angkasa.
Manometer adalah alat pengukur tekanan gas di dalam ruang tertutup. Barometer adalah alat ukur
tekanan udara dalam ruang terbuka.
62
Gambar 6.1 (a) Manometer terbuka (b) barometer raksa
Bourdon Pressure Gauge
Bourdon pressure gauge menggunakan prinsip bahwa pipa berlubang yang salah satu ujungnya
tertutup yang dibengkokkan melingkar, akan tegang dan lurus ketika bagian dalamnya diberikan
tekanan.
Gambar 6.2 Bourdon Pressure Gauge
Tekanan Hidrostatik
Tekanan zat cair dalam keadaan tidak mengalir dan hanya disebabkan oleh berat zat cair sendiri
disebut tekanan hidrostatika. Besarnya tekanan hidrostatika suatu titik dalam zat cair yang tidak
bergerak dapat diturunkan sebagai berikut:
63
Gambar 6.3 Zat cair dalam wadah silinder
Tinjau zat cair dengan massa jenis Ο berada dalam wadah silinder dengan luas alas A dan
ketinggian h seperti pada Gambar 4.1. Volume
zat cair dalam wadah V = Ah sehingga berat zat cair dalam wadah adalah:
F = mg = ΟVg = ΟAhg
dengan demikian tekanan hidrostatika di sebarang titik pada luas bidang yang diarsir oleh zat cair
dengan kedalaman h dari permukaan adalah:
πβ =πΉ
π΄=
ππβπ΄
π΄= ππβ
dengan
π : massa jenis zat cair (kg/m3)
g : percepatan gravitasi, m/s2
h : kedalaman titik dalam zat cair diukur dari permukaan zat cair, m.
Contoh. Hitunglah tekanan hidrostatik pada kedalaman 10 m dari permukaan air!
Penyelesaian:
πβ = ππβ
= 1000 kg/m3 Γ 9,82 m/s2 Γ 10 m
= 98.200 Pascal
Biasanya tekanan yang kita ukur adalah perbedaan tekanan dengan tekanan atmosfir, yang disebut
TEKANAN GAUGE atau tekanan yang dilihat dengan alat ukur. Adapun tekanan sesungguhnya
disebut tekanan mutlak, dimana :
Tekanan mutlak = tekanan gauge + tekanan atmosfer
Ph = pgauge + patm
dengan tekanan atmosfer Patm (po) = 1,01 Γ 105 Pa.
Perhatikan:
Jika disebut tekanan pada suatu kedalaman tertentu, ini yang dimaksud adalah tekanan
mutlak.
Jika tidak diketahui dalam soal, gunakan tekanan udara luar po = 1 atm = 76 cmHg=1,01
Γ 105 Pa.
64
Contoh. Berapa kedalaman suatu posisi penyelam dalam fluida tak bergerak (air) diukur dari
permukaan yang mempunyai tekanan sebesar tiga kali tekanan udara luar. (po = 1 atm = 1,01 Γ
105 N/m2).
Penyelesaian:
Gambar 6.4 Ilustrasi tekanan hidrostatik.
Tekanan hidrostatis titik A:
ππ΄ = 3 π0
Besar tekanan di titik A
ππ΄ = π0 + ππβ
3 π0 = π0 + ππβ
3 π0 β π0 = ππβ
β =2π0
ππ
=2 Γ 1,01 Γ 105 N/π2
103 πππ3 Γ 10π/π 2
= 20,2 π
Jadi kedalaman posisi tersebut adalah 20 m
Hukum Pascal
Tekanan yang bekerja pada fluida statis dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah
dengan sama rata, hal ini dikenal sebagai Prinsip Pascal. Tinjau sistem kerja penekan hidrolik
seperti pada Gambar 6.5 apabila dikerjakan tekanan p1 pada penampang A1 maka tekanan yang
sama besar akan diteruskan ke penampang A2 sehingga memenuhi p1 = p2 dan diperoleh
perumusan sebagai berikut :
π1 = π2
πΉ1
π΄1=
πΉ2
π΄2
Atau
πΉ1
πΉ2=
(π·1)2
(π·2)2
Dengan π·1= diameter penampang 1, π·2= diameter penampang 2
65
Gambar 6.5 Sistem hidrolik
Alat-alat teknik yang menggunakan sistem prinsip Pascal adalah rem hidrolik dan pengangkat
mobil dalam bengkel.
Gambar 6.6 Contoh-contoh aplikasi hukum pascal
Contoh. Seorang pekerja bengkel memberikan gaya tekan pada pompa hidrolik dengan gaya
200 N. apabila perbandingan penampang silinder kecil dan besar 1 : 10, berapa berat beban yang
dapat diangkat oleh pekerja tersebut.
Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan hukum Pascal diperoleh :
πΉ2 =π΄2
π΄1πΉ1 =
10
1200 π = 2000 π
Prinsip Archimedes
Di dalam fluida yang diam, suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruh volumenya akan
mengalami gaya tekan ke atas (gaya apung/Bouyant Force) sebesar berat fluida yang dipindahkan
oleh benda tersebut, yang lazim disebut gaya Archimedes.
66
Gambar 6.7 Gaya-gaya pada kapal di atas permukaan air.
Contoh. Massa jenis air tawar adalah 1000 kg/m3. Oleh karenanya ketika sebuah benda
dibenamkan ke dalam air tawar akan kehilangan efek massa sebesar 1000 kilogram untuk setiap
1 m3 air didesak/dipindahkan. Ketika sebuah kotak berukuran 1 m3 dan massa 4000 kg
dibenamkan ke dalam air tawar maka akan kehilangan massa sebesar 1000 kg. Jika diukur dengan
necara pegas maka akan ditunjukkan nilai 3000 kg. Disini diperoleh gaya apung 1000 kg Γ 10
m/s2 = 10.000 Newton.
Gambar 6.8 benda dibenamkan ke dalam air tawar akan kehilangan efek massa
Perhatikan elemen fluida yang dibatasi oleh permukaan s (Gambar 6.10)
Gambar 6.9 Elemen fluida yang dibatasi permukaan s.
67
Pada elemen ini bekerja gaya-gaya :
- gaya berat benda W
- gaya-gaya oleh bagian fluida yang bersifat menekan permukaan s, yaitu gaya angkat
ke atas Fa.
Kedua gaya saling meniadakan, karena elemen berada dalam keadaan setimbang dengan kata lain
gaya-gaya keatas = gaya - gaya ke bawah. Artinya resultan seluruh gaya pada permukaan s
arahnya akan ke atas, dan besarnya sama dengan berat elemen fluida tersebut dan titik tangkapnya
adalah pada titik berat elemen. Dari sini diperoleh prinsip Archimedes yaitu bahwa suatu benda
yang seluruhnya atau sebagian tercelup di dalam satu fluida akan mendapat gaya apung sebesar
dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut.
Secara matematis hukum Archimedes diformulasikan:
πΉπ = π€π
πΉπ = ππ π
πΉπ = πππππ π
Dengan:
πΉπ : gaya apung (N)
π€π : berat fluida yang di desak (N)
ππ : massa fluida yang di desak (kg)
ππ : massa jenis fluida (kg/m3)
πππ : volume benda yang tercelup (m3)
π : percepatan gravitasi (m/s2)
Perhatikan:
Hukum Archimedes berlaku untuk semua fluida termasuk gas dan zat cair.
Jika benda tercelup semua maka Vbf = volume benda.
Benda yang dimasukkan ke dalam zat cair, akan terjadi tiga kemungkinan keadaan yaitu terapung,
melayang dan tenggelam.
Gambar 6.10 Benda mengapung melayang dan tenggelam.
Ketiga kemungkinan keadaan tersebut terjadi ditentukan oleh perbandingan massa jenis benda
dengan massa jenis fluida, syaratnya adalah:
Οbenda rata rata < Οfluida : keadaan mengapung
68
Οbenda rata rata > Οfluida : keadaan tenggelam
Οbenda rata rata = Οfluida Ο : keadaan melayang
a. Benda akan tenggelam dalam fluida jika gaya apung ke atasnya tidak mampu menahan
beratnya.
FA < w
b. Benda melayang dalam fluida syaratnya gaya apung ke atasnya harus sama dengan berat
bendanya.
FA = w
c. Benda terapung dalam fluida syaratnya apabila gaya apung lebih besar dari berat benda
FA > w
Kapal Laut
Massa jenis besi lebih besar daripada massa jenis air laut, tetapi mengapa kapal laut yang terbuat
dari besi bisa mengapung di atas air?
Badan kapal yang terbuat dari besi dibuat berrongga. Ini menyebabkan volume air laut yang
dipindahkan oleh badan kapal menjadi sangat besar. Gaya apung sebanding dengan volume air
yang dipindahkan, sehingga gaya apung menjadi sangat besar. Gaya apung ini mampu mengatasi
berat total kapal sehingga kapal laut mengapung di permukaan air laut. Jika dijelaskan
menggunakan konsep massa jenis, maka massa jenis rata-rata besi berrongga dan udara yang
menempati rongga masih lebih kecil daripada massa jenis air laut. Itulah sebabnya kapal
mengapung.
Gambar 6.11 Sistem gaya pada kapal laut
Contoh. Sebuah gunung es (iceberg) berada di tengah lautan. Berapa prosentase bagian gunung
yang terlihat di udara apabila diketahui massa jenis es 0,92 gr/cm3 dan massa jenis air laut 1,03
gr/cm3.
Penyelesaian:
w
FA
69
Gambar 6.12 Gunung Es/ Ice berg
Berat gunung es adalah
W = Οes V g
Gaya apung (Fa) = berat air laut yang dipindahkan = Οair laut . Vb . g
karena kesetimbangan maka volume es yang terlihat di udara adalah:
ππ’ = ππ β πππ
Dengan
πππ =ππ
ππππ = 0,89 ππ
Jadi bagian gunung yang muncul di udara sebesar 11%.
Contoh. Sebuah kapal bermuatan 7000 ton sedang mengapung di air tawar. Hitunglah muatan
kapal saat terapung di draft yang sama dalam air dengan densitas 1.015 kg per meter kubik, atau
1,015 ton/m3.
ππ’ππ‘ππ ππππ’
ππ’ππ‘ππ ππππ=
πππ π π πππππ πππ’πππ ππππ’
πππ π π πππππ πππ’πππ ππππ
ππ’ππ‘ππ ππππ’ =πππ π π πππππ πππ’πππ ππππ’ Γ ππ’ππ‘ππ ππππ
πππ π π πππππ πππ’πππ ππππ
=1,015 ππ/π3 Γ 7000 π‘ππ
1,000 ππ/π3
= 7105 π‘ππ
B. Fluida Dinamis
Fluida yang mengalir disebut fluida dinamis. Jika yang dipelajari zat cair maka disebut
hidrodinamika. Fluida yang akan dipelajari dianggap sebagai fluida ideal, yaitu fluida yang tunak
(kecepatan konstan sepanjang waktu), tak termampatkan (tidak mengalami perubahan volume
ketika dimampatkan), tak kental (non-viscous), streamline (aliran garis arus/tidak turbulen).
Pengertian debit
Debit adalah besaran yang menyatakan volume fluida yang mengalir melalui suatu penampang
tertentu dalam selang waktu tertentu. Satuan SI untuk debit adalah m3/s
70
Debit =volume
selang waktu ππ‘ππ’ π =
π
π‘
Misalkan sejumlah fluida melalui penampang pipa seluas A dan setelah selang waktu t menempuh
jarak L. Volume fluida adalah V = A L, sedang jarak L = vt, sehingga debit Q dapat kita nyatakan
sebagai
π =π
π‘=
π΄πΏ
π‘=
π΄(π£π‘)
π‘
π = π΄π£
Contoh. Diketahui air mengalir melalui sebuah pipa. Jika diameter pipa bagian kiri 10 cm dan
bagian kanan 6 cm, serta kelajuan air pada bagian kiri 5 m/s. Hitunglah kelajuan air yang melalui
pipa bagian kanan!
Penyelesaian:
π΄1π£1 = π΄2π£2
π£2 =π΄1π£1
π΄2=
π·12
π·22 π£1 =
(0,1 π)2
(0,06 π)2 5 π/π = 13,9 π/π
Persamaan kontinuitas
Pada fluida tak termampatkan, debit fluida di titik mana saja selalu konstan. Sehingga hasil kali
antara kelajuan fluida dan luas penampang selalu konstan.
π1 = π2 = π1 = β― = ππππ π‘ππ
π΄1π£1 = π΄2π£2 = π΄3π£3 = β― = ππππ π‘ππ
Kelajuan aliran fluida tak termampatkan berbanding terbalik dengan kuadrat jari-jari penampang
atau diameter penampang.
π£1
π£2= (
π2
π1)
2
= (π·2
π·1)
2
Asas Bernoulli
Pada pipa mendatar, tekanan fluida paling besar adalah pada bagian yang kelajuan alirannya
paling kecil, dan tekanan paling kecil adalah pada bagian yang kelajuan alirnya paling besar.
Hukum bernoulli menyatakan bahwa jumlah dari tekanan (p), energi kinetik per satuan volume
(1
2ππ£2), dan energi potensial per satuan volume (ππβ) memiliki nilai sama pada setiap titik
sepanjang suatu garis arus.
π +1
2ππ£2 + ππβ = ππππ π‘ππ
Teorema Torricelli
Kelajuan fluida menyembur keluar dari lubang yang terletak pada jarak h di bawah permukaan
atas fluida dalam tangki sama seperti kelajuan yang akan diperoleh sebuah benda yang jatuh bebas
dari ketinggian h.
π£2 = β2πβ
71
Debit fluida menyembur keluar dari lubang dengan luas π΄2 dapat dihitung dari persamaan debit:
π = π΄π£ ββ π = π΄2β2πβ
Penerapan hukum bernoulli pada karburator
Fungsi karburator adalah untuk menghasilkan campuran bahan bakar dengan udara sebelum
disemprotkan ke silinder untuk pembakaran. Prinsip kerja karburator adalah sebagai berikut
(gambar 6.13) penampang pada bagian atas jet menyempit, sehingga udara yang mengalir pada
bagian ini bergerak dengan kelajuan yang tinggi. Sesuai asas Bernoulli, tekanan pada bagian ini
rendah. Tekanan didalam tangki bahan bakar sama dengan tekanan atmosfir. Tekanan atmosfir
memaksa bahan bakar tersembur keluar melalui jet, sehingga bahan bakar bercampur dengan
udara sebelum memasuki silinder mesin.
Gambar 6.13 Prinsip kerja karburator
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar!
1. Dalam sebuah bejana diisi air (Ο = 100 kg/m2). Ketinggian airnya adalah 85 cm. Jika g = 10
m/s2 dan tekanan udara 1 atm maka tentukan:
a. tekanan hidrostatis di dasar bejana,
b. tekanan mutlak di dasar bejana.
2. Bejana berhubungan digunakan untuk mengangkat sebuah beban. Beban 1000 kg diletakkan
di atas penampang besar 2000 cm2. Berapakah gaya yang harus diberikan pada bejana kecil
10 cm2 agar beban terangkat?
3. Balok kayu bermassa 20 kg memiliki volume 5.10-2 m3. Jika balok dimasukkan dalam air (Οa
= 1000 kg/m3) diberi beban maka berapakah massa beban maksimum yang dapat ditampung
di atas balok itu?
4. Perhatikan gambar berikut!
A1 V2
P1
V1
P2
A2
72
Fluida mengalir melalui pipa menyempit. Besarnya diameter pipa besar dan kecil masing-
masing 5 cm dan 3 cm. Jika diketahui tekanan di A1 sebesar 16 Γ 104 N/m2 dan memiliki
kecepatan 3 m/s, maka hitunglah:
a. kecepatan aliran di A2
b. tekanan di A2.
5. Jelaskan prinsip kerja karburator kaitannya dengan hukum Bernoulli!
73
BAB VII SUHU DAN KALOR
A. Suhu
Suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda.
Suhu termasuk besaran pokok. Satuan suhu dalam SI adalah Kelvin (K). Untuk mengetahui besar
suhu suatu benda secara tepat, kita memerlukan alat ukur suhu yaitu termometer. Termometer
memanfaatkan perubahan sifat fisik benda atau zat akibat adanya perubahan suhu. Sifat ini disebut
sifat termometrik. Berbagai jenis termometer dibuat berdasarkan sifat- sifat termometrik zat.
Termometer zat cair dibuat dengan menggunakan pipa kapiler yang diisi dengan raksa atau
alkohol. Jika pipa kapiler terkena panas maka raksa atau alkohol di dalam pipa akan memuai.
Posisi raksa atau alkohol dalam pipa kapiler yang terbaca pada skala thermometer menunjukkan
suhu suatu benda.
Perbandingan skala dari berbagai thermometer:
TK = Tc + 273
C
5=
R
4=
F β 32
9=
K β 273
5
Gambar 7.1 Perbandingan skala beberapa termometer
Dalam sistem Internasional ( SI) satuan suhu adalah Kelvin ( K).
Contoh. 50 oC = ..... K = ..... oR = ..... oF
Penyelesaian:
50 oC = 50 + 273 K = 323 K
50 oC = 4
5Γ50 oR = 40 oR
74
50 oC =( 9
5Γ50) + 32 oF = 90 + 32 oF = 122 oF
Contoh. 77 oF = ..... K
Penyelesaian:
77 oF = (77-32) Γ 5
9 oC = 25 oC = 25 + 273 K = 297 K
B. Kalor
Kalor (Q) adalah energi yang merambat dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya
rendah. Satuan kalor dalam SI adalah Joule. 1 kalori (kal) = 4,2 J atau 1 J = 0,24 kalori. 1 kalori
adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 10C pada 1 gram air.
Kalor Jenis
Kalor jenis adalah besarnya kalor yang dibutuhkan untuk meningkatkan 1Β°C dalam setiap 1 kg
massa. Kalor jenis dinyatakan dengan persamaan:
C = Tm
Q
atau TmcQ
Dengan:
c = kalor jenis (J/kgΒ°C atau J/kg K)
m = massa zat (kg)
ΞT = perubahan suhu (Β°C atau K)
Q = jumlah kalor (J)
Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor adalah besar kalor yang diperlukan untuk meningkatkan suhu zat tanpa
memperhatikan massa zat. Kapasitas kalor dilambangkan dengan C (perhatikan perbedaan simbol
C dan c). Kapasitas kalor dinyatakan dengan persamaan:
T
Qc
atau TCQ .
Asas black
Perpindahan kalor akan berhenti saat terjadi kesetimbangan kalor. Artinya aliran kalor akan
terhenti sampai kalor benda yang melepas kalor sama dengan benda yang menerima kalor.
Asas Black dinyatakan sebagai berikut:
Qlepas = Qditerima
C. Perubahan Wujud Zat
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal tiga wujud zat, yakni padat, cair , dan gas. Zat-zat
tersebut dapat berubah wujud jika menyerap atau melepaskan kalor.
Pada gambar 1 ditunjukkan diagram perubahan wujud zat.
75
Gambar 7.2 Diagram perubahan wujud zat
Melebur adalah perubahan wujud dari padat menjadi cair, membeku adalah perubahan wujud dari
cair menjadi padat, menguap adalah perubahan wujud dari cair menjadi gas, menyublim adalah
perubahan wujud dari padat langsung langsung menjadi gas (tanpa melalui wujud cair), deposisi
adalah kebalikan dari menyublim yaitu perubahan langsung dari wujud gas ke wujud padat. Pada
gambar, panah ke bawah menyatakan dilepaskan kalor dan panah ke atas menyatakan diperlukan
kalor.
1. Melebur dan Membeku
Melebur adalah perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Kalor yang diperlukan untuk
mengubah wujud 1 kg zat padat menjadi zat cair dinamakan kalor laten lebur atau kalor lebur.
Kalor yang dilepaskan pada waktu zat membeku dinamakan kalor laten beku atau kalor beku.
Untuk zat yang sama, kalor lebur = kalor beku. Kedua jenis kalor laten ini disebut kalor lebur
dan diberi simbol Lf. Jika banyak kalor yang diperlukan oleh zat yang massanya m kg untuk
melebur adalah Q Joule, maka:
Q = m.Lf
dengan:
m= massa (kg)
Q = jumlah kalor (J)
Lf = kalor lebur (J/kg)
2. Menguap, Mendidih, dan Mengembun
GAS
CAIR
PADAT
menguap
mengembun
melebur
membeku
menyublim menyublim
76
Gambar 7.3 Penguapan air
Menguap adalah perubahan wujud zat dari cair menjadi uap. Pada waktu menguap zat
menyerap kalor. Peristiwa yang memperlihatkan bahwa pada waktu menguap memerlukan
kalor adalah mendidih. Pada waktu mendidih, suhu zat tetap sekalipun pemanasan terus
dilakukan. Semua kalor yang diberikan pada zat cair digunakan untuk mengubah wujud dari
cair menjadi uap. Suhu tetap ini disebut titik didih yang besarnya sangat bergantung pada
tekanan di permukaan zat itu. Titik didih zat pada tekanan 1 atm disebut titik didih normal
Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud zat 1 kg zat cair menjadi uap pada titik didih
normalnya dinamakan kalor laten uap atau kalor uap. Kalor uap disebut juga kalor didih.
Sedangkan kalor yang dilepaskan untuk mengubah wujud 1 kg uap menjadi cair pada titik
didih normalnya dinamakan kalor laten embun atau kalor embun. Kalor didih = kalor embun.
Jika banyaknya kalor yang diperlukan untuk mendidihkan zat yang massanya m kg adalah Q
Joule, maka:
Q = m.LV
dengan:
m = massa (kg)
Q = jumlah kalor (J)
LV = kalor uap (J/kg)
3. Menyublim
Menyublim adalah perubahan wujud zat dari padat menjadi gas atau sebaliknya dari gas
langsung menjadi padat. Contoh menyublim adalah berubahnya wujud kapur barus menjadi
gas.
Contoh. Berapa banyak kalor diperlukan untuk mengubah 10 g es pada 00C menjadi air pada
500C?
Penyelesaian:
Dik:
me = 10 g = 10 X 10-3 kg
c = 4200 J/kg K
To = 00C
Lf = 3,3 X 105 J/kg
T = 500C
Dit: Q?
Penyelesaian:
77
Kalor yang diterima es 00C untuk melebur semua menjadi air 00C
Q1 = me.Lf
= (10 x 10-3 kg)(3,3 x 105J/kg)
= 3,3 x 103 J
Kalor yang diterima air 00C untuk menjadi air pada suhu 500C
Q2 = me.c.βT
= (10 x 10-3kg)(4200 J/kg K)(50K)
= 2,1 x 103J
Maka banyak kalor yang diperlukan,
QT = Q1 + Q2
= 3,3 x 103 J + 2,1 x 103 J
= 5,4 x 103 J
Contoh. Berapa banyak kalor yang diperlukan untuk mengubah 50 g air pada 1000C menjadi
uap pada 1000C?
Penyelesaian:
Dik: ma = 50 g = 50 x 10-3kg
Lv = 2256 x 103J/kg
T = 1000C
Dit: Q?
Jwb:
Q = m.Lv
= (50 x 10-3 kg)(2256 x 103 J/kg)
= 112800 J
D. Pemuaian Zat
1. Pemuaian Panjang
Pemuaian panjang terjadi pada zat padat yang berbentuk batang atau silinder yang
lebar penampangnya lebih kecil daripada panjangnya. Pada pemuaian panjang dikenal istilah
koefisien muai panjang (Ξ±), yaitu perbandingan antara pertambahan panjang terhadap panjang
awal benda per satuan kenaikan suhu.
Pertambahan panjang suhu benda jika suhunya dinaikkan dapat ditulis dengan persamaan:
βl = l0 Ξ± βT atau lt = l0 (1 + Ξ± βT)
Keterangan: l0 = panjang benda mula- mula (m)
βl = pertambahan panjang benda (m)
Ξ± = koefisien muai panjang (1/0C)
βT= kenaikan suhu (0C)
Lt = panjang benda setelah kenaikkan suhu (m)
2. Pemuaian Luas
Pemuaian luas terjadi pada zat padat yang berbentuk lempengan atau pelat tipis.
Pertambahan luas bidang suatu benda jika suhu dinaikkan dapat ditulis sebagai:
βA = A0 Γ βT atau At = A0 (1 + Γ βT)
Keterangan : A0 = luas bidang benda mula- mula (m2)
78
βA = pertambahan luas (m2)
Γ = koefisien muai luas (1/0C)
βT = kenaikkan suhu (0C)
At = luas setelah kenaikkan suhu (m2)
3. Pemuaian Volume
Pemuaian volume juga disebut muai ruang. Muai volume terjadi pada zat padat, cair,
dan gas. Pertambahan volume suatu benda jika suhunya dinaikkan dapat ditulis sebagai
berikut :
βV = V0 Ξ³ βT atau Vt = V0 (1 + Ξ³ βT)
Keterangan : V0 = Volume benda mula- mula (m3)
βV= kenaikkan volume (m3)
βT= kenaikkan suhu (0C)
Ξ³ = koefisien muai ruang (1/0C)
Vt = volume setelah kenaikkan suhu (m3)
4. Pemuaian Gas
Sejumlah gas bermassa m, bertekanan P, bertemperatur T, dan berada dalam ruang tertutup
yang bervolume V. Proses yang dapat dilakukan terhadap gas tersebut adalah:
a. Isobarik
Bila sejumlah gas bermassa tertentu, pada tekanan tetap, ternyata volumenya sebanding
dengan temperatur mutlaknya, dikenal dengan hukum Gay-Lussac. Proses ini disebut
proses isobarik.
π
π=
ππ
π= ππππ π‘πππ‘
Jadi pada tekanan tetap berlaku:
π1
π1=
π2
π2
b. Isotermik
Sejumlah gas bermassa tertentu pada temperatur konstan, ternyata tekanan gas
berbanding terbalik dengan volumenya atau dikenal dengan Hukum Boyle. Proses ini
disebut dengan proses isotermik.
ππ = ππ π = ππππ π‘πππ‘
Jadi pada temperatur tetap berlaku:
π1π1 = π2π2
c. Isokhorik
Gas dapat diekspansikan pada volume tetap dan prosesnya disebut dengan proses
isokhorik. Pada proses ini tekanan gas sebanding dengan temperatur mutlaknya.
π
π=
ππ
π= ππππ π‘πππ‘
Jadi pada volume tetap berlaku:
π1
π1=
π2
π2
Kesimpulan dari kenyataan-kenyataan di atas, makan untuk gas bermassa tertentu dapat
dituliskan dalam bentuk:
79
ππ
π= ππ = π
π1. π1
π1=
π2. π2
π2
Persamaan ini disebut persamaan Boyle-Gay Lussac.
E. Perpindahan Kalor
Terdapat tiga mekanisme perpindahan kalor:
1. Perpindahan Kalor Secara Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor dengan zat perantara tanpa disertai aliran zat perantara.
Contoh konduksi
Kalor dari dalam elemen
ke permukaan luar setrika
merambat melalui konduksi
Kalor dari ujung batang yang satu
ke ujung yang lain merambat
melalui konduksi Gambar 7.4 Perpindahan kalor secara konduksi
Laju kalor dalam peristiwa konduksi:
L
TkAH
Dengan:
H = arus kalor (J/s)
K = konduktivitas termal (W/moC)
A = Luas penampang aliran (m2)
T = temperatur tinggi (oC)
L = panjang penghantar (m)
2. Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor melalui aliran massa suatu medium perantara. Misalnya,
pada radiator pendingin mesin menggunakan air sebagai medium alir penghantar kalor.
80
panas
Pemanasan di bawah menyebabkan
massa jenis zat cair di bawah mengecil
akibat pemuaian
Gambar 7.5 Perpindahan panas dengan konveksi
- Massa jenis yang kecil akan ke atas dan massa jenis yang besar akan ke bawah
- Molekul-molekul zat cair yang berada di bawah (bergerak lebih kencang) bergerak naik
- Molekul-molekul zat cair yang berada di atas (bergerak lebih lambat) bergerak naik
- Akibatnya, bagian atas zat cair menjadi panas
- Kita katakan kalor telah berpindah dari bagian bawah ke bagian atas
Laju kalor dalam peristiwa konveksi:
Keterangan:
H = laju kalor (watt atau J/s)
H = koefisien konveksi bahan (Wm-2K-1)
A = luas penampang yang bersentuhan dengan fluida (m2)
βT = beda suhu antara benda dan fluida (K atau oC)
3. Perpindahan Kalor Secara Radiasi
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa zat perantara, melalui pancaran radiasi
elektromagnetik. Misalnya, sinar matahari yang sampai ke bumi tanpa medium apa pun di
ruang hampa udara.
Kalor merambat tanpa perantara.
Sebagian besar ruang antar bintang
dan planet adalah hampa
Dari api unggun kalor merambat
melalui radiasi dan konveksi
(melalui udara)
Gambar 7.6 perpindahan panas dengan radiasi
Laju kalor dalam peristiwa radiasi, kemudian diberi nama Hukum Stefan Boltzmann:
W = e Ο T4
Keterangan:
W = daya/laju kalor (W/m2)
ThAT
QH
81
e = emisivitas (daya pancaran) permukaan benda
T = suhu mutlak benda (K)
Ο = tetapan Stefan = 5,672 x 10-8 Wm-2K4
SOAL LATIHAN
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan benar!
1. Apakah yang dimaksud dengan:
a. Suhu
b. Kalor
c. Sifat termometrik
2. Apakah nama alat yang digunakan untuk mengukur suhu secara tepat?
3. Jelaskan dan beri contoh 3 macam perpindahan kalor berikut ini!
d. Konduksi
e. Konveksi
f. Radiasi
4. Konversikan satuan suhu berikut:
a. 45 oC = ....... K
b. 303 K = ....... oF
c. 20 oR = ....... oF
5. Panjang batang rel masing-masing 10 meter, dipasang pada suhu 20oC. Diharapkan pada suhu
30oC rel tersebut saling menempel. Koefisien muai batang rel kereta api 12 Γ 10-6/oC.
Hitunglah jarak antara kedua batang rel pada saat dipasang!
6. Sejumlah gas bermassa m, bertekanan P, bertemperatur T, berada dalam ruang tertutup
bervolume V, dapat mengalami proses-proses berikut :
a. Isobarik
b. Isotermik
c. Isokhorik
Jelaskan pengertian proses-proses tersebut!
7. Air sebanyak 0,5 kg pada 1000C diuapkan seluruhnya. Maka kalor yang diperlukannya
sebesar....
8. 1 kg tembaga pada suhu (300) akan dilebur seluruhnya menjadi cair. Berapakah kalor yang
diperlukan untuk peleburan tembaga itu?
82
DAFTAR PUSTAKA
1. IMO, Model Course 7.04, Officer In Charge of An Engineering Watch, 2012, IMO Publication.
2. Leslie Jackson, Applied Mechanics For Engineers Vol-2, 2003, Reedβs Marine Engineering Series.
3. Giancoli, Douglas C. 2000. Physics, 3rd Edition. USA: Prentice Hall International.
4. Tipler, Paul.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik, Jilid 1 (alih bahasa : Prasetyo dan Rahmad W.
Adi). Jakarta: Erlangga.
5. Tipler, Paul. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik, Jilid 2 (alih bahasa : Bambang Soegijono) Jakarta:
Erlangga.
6. Endarko, Buku Ajar Fisika Jilid 1 untuk SMK Teknologi, Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
7. Endarko, Buku Ajar Fisika Jilid 2 untuk SMK Teknologi, Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
8. Endarko, Buku Ajar Fisika Jilid 3 untuk SMK Teknologi, Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
9. Yulianti, Fitri, Inovasi Tanpa Batas Fisika SMA/MA Kelas X, XI, XII, Yogyakarta, 2011
10. D.R. Derrett, Ship Stability for Masters and Mates Sixth edition, 2006, Britain: Elsevier.
11. Kanginan, Marten, Fisika Untuk SMA, 2004, Jakarta: Erlangga.
12. Beiser, A., 1995, Applied Physics, New York: McGraw-Hill, Inc