[Buku Cerita] [Mahabrata] Duryudana

6
[Tokoh Mahabharata] DURYUDANA (1) Dari Komik RA Kosasih Umumnya karakter Duryudana yang kita kenal adalah versi Jawa. Dalam hal ini RA Kosasih walaupun secara umum mengambil versi asli (India), kelihatannya sedikit banyak ngambil versi Jawa. Termasuk dalam penokohan Duryudana ini. Sedikit sekali disebutkan kebaikan Duryudana. Pokoknya jeleklah. Padahal kalau membaca versi asli dari Vyasa, Duryudana ini not so bad hehe. Duryudana adalah anak pertama dari seratus anak pasangan Drestarata dan Gandhari (prabu dan permaisuri Hastina), keseratus anak ini dinamakan Kurawa (yang heboh tea..). Kelahiran Kurawa ini aneh bin ajaib (tapi memang Mahabharata penuh cerita ajaib). Kalau dalam komik RA Kosasih ceritanya begini: Dewi Gandhari, istri dari Prabu Drestarata (yang menjadi raja menggantikan Pandu) sedang hamil tua. Suatu malam ketika berjalan-jalan di taman istana ia melihat di kolam, seekor yuyu (kepiting) yang dikelilingi banyak anaknya. Dia fikir, ah betapa bahagianya kalau punya anak banyak seperti yuyu ini, yang bisa melindungi dia dan suaminya. Dia sadar suaminya hanyalah wakil (setelah Pandu mengundurkan diri sebagai raja karena kena supata), dan sewaktu-waktu jika Pandu memiliki anak tentu anak-anaknya itu akan menuntut tahta Hastina. Kalau dia punya banyak anak tentunya anak-anaknya ini akan melindungi tahta ayahnya (begitu kira-kira, intinya dia tak ingin kehilangan tahta). Btw karakter Gandhari ini beda juga antara RA Kosasih dengan kisah aslinya. Di komik RAK Gandhari digambarkan sebagai wanita (ibu) yang angkuh dan cinta kedudukan. Sedang di cerita asli Gandhari ini wanita paling top, lebih oke daripada Dewi Kunti (ibu para Pandawa). wanita Nah setelah itu Gandhari pun banyak berdoa agar diberi anak yang banyak. Setelah genap sembilan bulan, ketika ia berjalan di taman yang sama, dia pun melahirkan (ini gak ada cerita kontraksi, dibawa ke rumah sakit dll.... tiba-tiba saja melahirkan). Tapi yang aneh adalah ia melahirkan seonggok daging yang besar. Karena kecewa dan jijik dia tendang daging itu, dan daging itupun pecah menjadi seratus potong (canggih juga tendangannya, bisa pas jadi seratus potong). Satu potong daging besar sendiri, sisanya sembilan puluh sembilan potong kira-kira sama ukurannya. Ajaib, setelah ditendang potongan-potongan daging itu bergerak-gerak. Ah pokoknya gak enak lah ngebayanginnya. Gandhari menangis kecewa, memohon ampun barangkali ada dosa yang telah diperbuatnya sehingga mengalami hal ini. Namun tiba-tiba ia mendapat ilapat, untuk membungkus daging-daging itu dengan daun-daun. Maka ia pun lakukan, dan iapun kembali ke dalam istana. Malam itu terdengar lolongan serigala, sebuah tanda akan terjadinya hal yang jelek (bad omen) (makanya dalam komik RAK episode ini diberi judul “Lolongan Serigala di Hastinapura”..ngeri kali pun.. ).

description

buku cerita

Transcript of [Buku Cerita] [Mahabrata] Duryudana

Page 1: [Buku Cerita] [Mahabrata] Duryudana

[Tokoh Mahabharata] DURYUDANA (1)

Dari Komik RA Kosasih

Umumnya karakter Duryudana yang kita kenal adalah versi Jawa. Dalam hal ini RA Kosasih walaupun secara umum mengambil versi asli (India), kelihatannya sedikit banyak ngambil versi Jawa. Termasuk dalam penokohan Duryudana ini. Sedikit sekali disebutkan kebaikan Duryudana. Pokoknya jeleklah.

Padahal kalau membaca versi asli dari Vyasa, Duryudana ini not so bad hehe.

Duryudana adalah anak pertama dari seratus anak pasangan Drestarata dan Gandhari (prabu dan permaisuri Hastina), keseratus anak ini dinamakan Kurawa (yang heboh tea..). Kelahiran Kurawa ini aneh bin ajaib (tapi memang Mahabharata penuh cerita ajaib). Kalau dalam komik RA Kosasih ceritanya begini:

Dewi Gandhari, istri dari Prabu Drestarata (yang menjadi raja menggantikan Pandu) sedang hamil tua. Suatu malam ketika berjalan-jalan di taman istana ia melihat di kolam, seekor yuyu (kepiting) yang dikelilingi banyak anaknya. Dia fikir, ah betapa bahagianya kalau punya anak banyak seperti yuyu ini, yang bisa melindungi dia dan suaminya. Dia sadar suaminya hanyalah wakil (setelah Pandu mengundurkan diri sebagai raja karena kena supata), dan sewaktu-waktu jika Pandu memiliki anak tentu anak-anaknya itu akan menuntut tahta Hastina. Kalau dia punya banyak anak tentunya anak-anaknya ini akan melindungi tahta ayahnya (begitu kira-kira, intinya dia tak ingin kehilangan tahta).

Btw karakter Gandhari ini beda juga antara RA Kosasih dengan kisah aslinya. Di komik RAK Gandhari digambarkan sebagai wanita (ibu) yang angkuh dan cinta kedudukan. Sedang di cerita asli Gandhari ini wanita paling top, lebih oke daripada Dewi Kunti (ibu para Pandawa). wanita

Nah setelah itu Gandhari pun banyak berdoa agar diberi anak yang banyak. Setelah genap sembilan bulan, ketika ia berjalan di taman yang sama, dia pun melahirkan (ini gak ada cerita kontraksi, dibawa ke rumah sakit dll.... tiba-tiba saja melahirkan). Tapi yang aneh adalah ia melahirkan seonggok daging yang besar. Karena kecewa dan jijik dia tendang daging itu, dan daging itupun pecah menjadi seratus potong (canggih juga tendangannya, bisa pas jadi seratus potong). Satu potong daging besar sendiri, sisanya sembilan puluh sembilan potong kira-kira sama ukurannya. Ajaib, setelah ditendang potongan-potongan daging itu bergerak-gerak. Ah pokoknya gak enak lah ngebayanginnya. Gandhari menangis kecewa, memohon ampun barangkali ada dosa yang telah diperbuatnya sehingga mengalami hal ini. Namun tiba-tiba ia mendapat ilapat, untuk membungkus daging-daging itu dengan daun-daun. Maka ia pun lakukan, dan iapun kembali ke dalam istana. Malam itu terdengar lolongan serigala, sebuah tanda akan terjadinya hal yang jelek (bad omen) (makanya dalam komik RAK episode ini diberi judul “Lolongan Serigala di Hastinapura”..ngeri kali pun.. ).

Page 2: [Buku Cerita] [Mahabrata] Duryudana

Esok harinya istana Hastina geger. Karena dari taman istana terdengar suara keras bayi-bayi. Ternyata di bawah daun-daun itu kini isinya bayi-bayi. Yang paling besar (yang berasal dari potongan daging yang besar) memegang cuping mahkota (entah dapat darimana, namanya juga bayi ajaib). Ini kelihatannya jadi tanda bahwa bayi ini bakalan jadi raja (RAK tidak menjelaskan hal ini, jadi dalam hal ini penulis boleh juga lah ya). Yang lain ada yang mukanya seperti raksasa. Sedang yang lain bayi normal. Semuanya bayi laki-laki kecuali satu bayi perempuan. Rupanya inilah jawaban atas doa Gandhari untuk mendapat banyak anak, seperti yuyu yang dia lihat di kolam taman istana. Gandhari merasa bahagia dengan kelahiran anak-anaknya, demikian juga adiknya Sangkuni. Drestarata seperti biasa merasa bimbang (biasalah.. memang karakter babeh yang satu ini). Sedangkan Resi Bhisma dan Arya Widura merasa masygul (entah apa arti sebenarnya kata ini...mungkin semacam gundah) karena kelahiran yang aneh ini dan mengandung bad omen ini. Mereka berharap Pandu pun segera mendapat keturunan.

Begitulah, kisah kelahiran yang aneh itu. Bayi-bayi Gandhari itulah yang kemudian dinamakan Kurawa. Yang besar dinamai Duryudana, sedang yang mukanya mirip raksasa dinamai Dursasana. Jangan tanya nama Kurawa yang lain, gak apal dan gak terlalu penting untuk dihafal.. (setahu penulis hanya ada tiga gegedug [pentolan] Kurawa yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di Bandung, yaitu Jl Duryudana di Lembang, dan Jl Dursasana di seputaran Ciroyom, dan Jl Citrayuda entah di daerah mana ini..). Yang bungsu sekaligus perempuan satu-satunya dinamai Dursilawati (kalau ini sih apal lah.). Kalau di komik RA Kosasih Dursilawati ini cantik (kayaknya memang gak ada deh putri di kisah wayang yang gak cantik )

Nah ini dia foto keren Duryudana, sudah besar dan jadi raja... http://en.wikipedia.org/wiki/Duryodhana

Page 3: [Buku Cerita] [Mahabrata] Duryudana

[Mahabharata] DURYUDANA (2)

Dari Komik RA Kosasih

Kalau suruh pilih siapa sebenarnya peran utama Mahabharata, kelihatannya dialah orangnya, Duryudana. Dialah sebenarnya biang kerok Bharatayuda. Sangkuni, Resi Bhisma, Widura, dan lain-lain sebenarnya hanyalah peran pembantu. Kresna? Lewaaat.. apalagi Pandawa

Sejak kecil dia sudah memendam rasa iri pada Pandawa. Alasannya karena dia fikir Pandawa nih tak berhak dapat tahta Hastina yang dipegang ayahnya, Drestarata. Karena Pandawa bukanlah anak sebenarnya dari Pandu. Mereka hanyalah anak-anak Kunti (dan Madrim).

Maka sejak Pandawa didatangkan dari tempat pertapaan setelah ayahnya meninggal (Madrim ikut labuh geni, hingga tinggal Kunti yang menjaga anak-anaknya) ke istana Hastina, mulailah bibit iri hati itu. Mereka sudah tahu bahwa kelak Yudhistira-lah yang berhak menggantikan Prabu Drestarata.

Iri hati ini bertambah dengan kenyataan bahwa anak-anak Pandu ini lebih disayang para penghuni istana, khususnya Resi Bhisma (kakeknya) dan Arya Widura (pamannya), kecuali tentu saja Paman Sangkuni. Anak-anak Pandu punya karakter yang oke punya, maklum mereka terbiasa hidup sederhana di hutan sewaktu kecil dan sudah menjadi yatim pula sejak kecil. Apalagi Nakula-Sadewa, yatim-piatu. (tentang urusan ayah para Pandawa ini perlu diskusi panjang, sehubungan dengan status mereka sebagai anak-anak dewata tapi sudahlah kita anggap mereka anak-anak Pandu kita kan sedang ngobrolin Duryudana).

Selain masalah karakter, masalah ilmu dan kecakapan juga bikin iri Duryo (nama kecil Duryudana) dan adik-adiknya. Pandawa anak-anak yang rajin dan tekun, selalu bikin catatan setiap ikut mata pelajaran dari para resi. Sedang Kurawa malas nyatat, makanya kalau mau ujian sambil ogah-ogahan mereka pinjam dan moto kopi catatan Pandawa terutama Harjuna (haha.. ini sih nyindir diri sendiri)

Nah jadi begitulah, hubungan dua paket saudara ini (Kurawa dan Pandawa) dari awal memang sudah tak akur. Lebih-lebih dikompori oleh Sangkuni, yang memang dulu punya dendam sama Pandu (waktu kalah bertarung memperebutkan Kunti), dan sekarang dendamnya kelihatannya dipindahkan ke anak-anaknya (payah banget nih orang)

Duryudana pernah kalah sekali main gada dengan Bhima. Ini waktu pertunjukan kecakapan putra-putra Hastina hasil didikan sang guru, Resi Dhorna. Sebenarnya dia hampir menang, tapi sayang terlalu bernafsu sehingga gadanya berbalik dan menghantam wajahnya sendiri, dan diapun terkapar, pingsan (cukup memalukan).

Duryo kurang berbakat dalam hal memanah. Suatu kali Resi Dhorna melatih anak-anak Hastina dalam memanah. Seekor burung dari kayu digantung jauh di ranting pohon. Waktu giliran Duryudana, sang guru bertanya, “Apa yang kau lihat Raden?”• tanya Resi Dhorna pada saat

Page 4: [Buku Cerita] [Mahabrata] Duryudana

Duryo merentangkan busurnya dan mengarahkan panahnya. “Yang saya lihat seekor burung di atas pohon.”• Jawab Duryo. “Bagus, apa yang kau bayangkan, Raden?”•tanya Resi Dhorna lagi. “Yang kubayangkan, hidangan panggang burung di meja makan.”• jawab Duryo. “Wadduh sudah, tak usah dilepas, percuma, tak akan kena.”• kata sang resi kecewa (ah tapi siapa tahu kalau dilepas kena juga tuh burung kayu, karena saking inginnya Duryo makan panggang burung)

Ketika Yudhistira diangkat sebagai raja muda sebagai persiapan menggantikan Drestarata, Duryudana kecewa berat. Menurut dia dan pamannya Sangkuni, dialah yang berhak menggantikan ayahnya. Maka dengan bantuan his best uncle Sangkuni, dia pun merencanakan kebakaran di Waranawata (baca kisah “Tahta Untuk Yudhistira”), dan ketika Pandawa diduga meninggal pada peristiwa itu tak ada yang dapat menghalangi dirinya untuk menjadi raja muda menggantikan Yudhistira. Ketika Pandawa belakangan diketahui masih sehat wal afiat, dia sudah kadung kuat kedudukannya sehingga tak mungkin digantikan. Mungkin dia bilang dalam hatinya pada Pandawa (hahaha you missed it!)

Karena Pandawa tak dapat kembali ke Hastina, mereka pun mendirikan kerajaannya sendiri yang dinamakan Indraprasta. Duryo lagi-lagi iri ketika Pandawa berhasil mendirikan kerajaan ini. Kerajaan baru yang dulunya hutan yang angker itu kini menjadi kerajaan yang indah. Ketika dia berkunjung ke Indraprasta dia dipermalukan habis-habisan sampai kecemplung kolam yang dikiranya lantai kaca (ini mirip cerita Ratu Balqis di istana Nabi Sulaiman, bedanya Duryo gak pake acara angkat kain, langsung nyebur begitu saja..byurrr)

Rasa iri dan ditambah malu ini yang menyebabkan dia bersama pamannya Sangkuni lagi-lagi merencakan makar, yaitu menantang Pandawa bermain dadu, yang mengakibatkan Yudhistira kalah dan Pandawa harus diasingkan selama tiga belas tahun.

Masih kurang puas rupanya dia menyengsarakan Pandawa, suatu hari Duryo dan adik-adiknya Kurawa berpesta pora di hutan di mana Pandawa diasingkan, maksudnya mau mengejek Pandawa. Tapi naas mereka diserang para genderewo penghuni hutan dan ditawan oleh para genderewo itu. Pandawa saking baiknya, walau mereka sudah demikian disengsarakan oleh Kurawa, mereka menghajar para genderewo itu dan membebaskan Kurawa. Setelah kejadian ini Duryudana hampir bunuh diri saking merasa malu. Alih-alih mau mengejek Pandawa malah diselamatkan hidupnya oleh mereka. Jadi dalam hal ini okelah dia punya rasa malu (tengsin lah), sampai hampir bunuh diri segala. Masih untung dapat dibujuk oleh saudara-saudaranya dan Karna. Kaciaaan

Page 5: [Buku Cerita] [Mahabrata] Duryudana

[Mahabharata] DURYUDANA (3) Dari Komik RA Kosasih Buat yang nge-fans sama Duryudana, berikut his merits: - Duryudana lumayan egaliter. Dalam hal memandang persamaan derajat dia lebih baik daripada Pandawa. Ini ditunjukkan ketika ia membela Aradhea alias Karna di depan para pembesar Hastina. Masih ingat ceritanya? Kita ulang ya… Pada sebuah acara pertunjukan kecakapan murid-murid Resi Dhorna, Harjuna berhasil memperlihatkan kehebatannya memanah. Pokoknya acara itu seperti jadi panggung buat dia sebagai actor utama, yang lain figuranlah. Tiba-tiba muncul seorang pemuda, tampan sih, orang mengenalnya sebagai anak kusir bernama Aradhea. Dia minta izin pada panitia untuk menunjukkan kebolehannya. Setelah diberi izin dia mulai memamerkan kemampuannya. Ternyata luar biasa, dia mampu menyamai kecakapan Harjuna bahkan melampauinya. Harjuna marah merasa dikalahkan, dia menantang Aradhea bitotama. Para Pandawa yang lain khususnya Bhima menghina Aradhea, karena sebagai anak kusir tak pantas tampil di antara para kesatria dan pembesar Hastina. Aradhea langsung down diledek seperti itu, dia pun melangkah mundur meninggalkan arena. Nah pada saat itulah Duryudana tampil, dia berkata lantang, "Kalau Harjuna merasa gengsi berhadapan dengan Aradhea karena dia anak kusir, maka detik ini kami para Kurawa menobatkan Aradhea sebagai Adipati di Awangga!" Nah demikianlah episode yang bisa dibilang masterpiece-nya Duryudana, orang boleh bilang itu ia lakukan untuk menarik simpati Aradhea yang sudah ia lihat potensinya untuk mengalahkan Pandawa. Tapi bisa juga itu dilihat sebagai pembelaannya terhadap orang yang dianggap lemah/hina (boleh juga kan… jangan dijelekkan terus lah Duryudana). - Kesetiaan pada teman/sahabat. Sejak peristiwa itu Aradhea a.k.a. Karna nempel kayak perangko pada Kurawa khususnya Duryudana. Karna adalah kesatria sejati dan jujur, dia tahu Kurawa berada di pihak yang salah terhadap Pandawa, tapi janji setianya pada Duryudana membuatnya tetap berada di pihak Kurawa sampai akhir hayatnya. Memang lumayan aneh fenomena Duryudana ini. Kesatria hebat sekelas Resi Bhisma

Page 6: [Buku Cerita] [Mahabrata] Duryudana

dan Resi Dhorna, juga orang paling bijak Arya Widura, tetap berada di pihak Hastina sampai akhir hayat mereka. Tentu ini karena kesetiaan mereka pada negara, tapi ada kemungkinan bahwa perlakuan Duryudana sebagai raja terhadap mereka juga not bad. Kecuali permusuhan Duryo terhadap Pandawa, kelihatannya Duryo memperlakukan para ketua Hastina ini dengan baik. Ingat Prabu Salya? Orang hebat dan kesatria oke macam dia pun akhirnya memihak Hastina cq Duryudana, dan bertempur di hari terakhir Bharatayuda sampai menemui akhir hayatnya. Belum lagi raja-raja lain yang setia pada Duryudana. Kalau melihat kekuatan Hastina sebesar sebelas aksohini (divisi) dengan total 2,4 juta pasukan dibandingkan Pandawa yang hanya 7 aksohini dengan total 1,5 juta pasukan (dari mang Wiki nih….), jelas dukungan pada Hastina lebih besar daripada dukungan pada Pandawa. Kalau Duryudana memang (maaf) brengsek, rasanya tak mungkinlah ia mendapat dukungan begitu besar. - Duryudana dianggap oke juga sebagai raja. Ini memang pandangan yang rada kontroversial, pro-kon. Ada yang menganggapnya tak berhasil sebagai raja, tapi ada juga yang menilainya sebagai raja yang memperlihatkan kepeduliannya pada rakyatnya. Di kitab aslinya Duryo ini cukup berhasil sebagai raja (ya kita boleh ikut lah pada penulis aslinya, Vyasa…). So bisa dikatakan Duryo ini dicap jelek (antagonis) karena kebenciannya pada Pandawa, selain itu sebagai raja dia oke juga. (Sekian)