Buku Aliyah

download Buku Aliyah

of 173

Transcript of Buku Aliyah

SEMESTER 1 BAB I MENELADANI DAKWAH NABI MUAMMAD SAWA. Sejarah dakwah Rasulullah

Setelah mendapatkan nasihat dari Waraqah bin Naufal seputar turunnya wahyu pertama, maka Nabi Muhammad lebih banyak tafakkur di rumah dalam upaya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah saw. Setelah 40 hari dari Nabi menerima wahyu yang pertama, maka turunlah wahyu yang kedua disaat Nabi sedang berbaring dalam keadaan berselimu Wahai orang-orang yang berselimut. Bangunlah dan berilah peringatan. Dan Rabb-mu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan kejelekan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-mu, bersabarlah. (Al-Muddatstsir: 1-7). Maka setelah itu, wahyu banyak yang datang secara berturut-turut. Syaikh Al-Mubarakfuri dalam kitab Rahiqul Makhtum mengatakan bahwa: 1. Tujuan diperintahkannya beliau untuk memberi peringatan adalah agar tidak tersisa seorang pun yang menyelisihi Allah di alam ini, kecuali sudah mendapatkan peringatan tentang akibatnya yang besar dari Allah Subhanahu wa Taala (adzab). 2. Tujuan dibesarkannya Allah adalah agar tidak tersisa pada seorang pun kesombongan di muka bumi ini kecuali akan hancur kekuatannya. 3. Tujuan disucikannya pakaian dan dijauhinya kejelekan adalah agar mencapai kesucian (tazkiyyah) lahir dan batin hingga menjadi teladan tinggi bagi manusia. 4. Tujuan dilarangnya memberi dengan harapan akan mendapatkan imbalan yang lebih banyak (dari manusia) adalah agar tidak menganggap perbuatan-perbuatannya sebagai sesuatu yang besar, dan akan terus berusaha menambah amalan dengan amalan berikutnya. Juga terus banyak berusaha dan berkorban kemudian lupa pada semua amalan tersebut. Dan harapannya hanya pada Allah (yakni merasa belum seberapa apa yang dia korbankan). 5. Ayat terakhir (yakni perintah untuk sabar) merupakan isyarat kepada kalian tentang apa yang akan dialaminya (dalam menjalankan tugasnya berdakwah) yaitu pertentangan, celaan, cemoohan, dll. (Dinukil secara ringkas dari kitab beliau).

Dengan demikian, turunnya Surat Al-Muddatsir ini merupakan pengangkatan beliau sebagai Rasul (utusan) Allah yang membawa tugas dakwah dan memberi peringatan. Ini senada dengan ucapan Ibnul Qayyim yang telah dinukil pada edisi yang lalu bahwa beliau diangkat sebagai Nabi dengan Iqra dan diangkat sebagai Rasul dengan Al-Muddatsir. Dengan turunnya surat ini, maka mulailah beliau berdakwah dengan dakwah seperti apa yang dilakukan oleh para Nabi sebelumnya, yaitu mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada Allah (tauhid) dan dengan cara hanya mengikuti Rasul-Nya (ittiba), sebagaimana Allah telah kisahkan dakwah pada Rasul, mulai rasul pertama Nuh sampai Isa alaihimus salam. Allah berfirman tentang Nuh: Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul. Ketika berkata saudara mereka Nuh, Tidakkah kalian mau bertakwa? Sesungguhnya aku adalah Rasul yang dapat dipercaya. Maka bertakwalah pada Allah dan taatlah kepadaku (108). (Asy-Syuara`: 105-10 Allah berfirman pula tentang Hud alaihis salam: Kaum Ad telah mendustakan para Rasul. Ketika berkata saudara mereka Hud, Tidakkah kalian mau bertakwa? Sesungguhnya aku adalah utusan yang terpercaya. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (Asy-Syuara`: 123-126) Demikianlah selanjutnya Allah menceritakan tentang dakwah para Nabi tersebut dalam Surat AsySyuara dengan kalimat yang sama. Sebagaimana dakwah Nabi Shaleh alaihis salam di ayat 141, Nabi Luth alaihis salam di ayat 160, Nabi Syuaib di ayat 176, dan Nabi Isa alaihis salam dalam surat Az-Zukhruf ayat 63. Mereka semua mengajak kaumnya untuk bertakwa kepada Allah dan taat mengikuti Rasul-rasul utusan-Nya (Fattaqullah wa athiiun). Allah menganggap semua kaum yang mendustakan Nabi-Nya sebagai orang yang mendustakan seluruh para Rasul. Hal ini memang karena semua para Rasul itu misinya sama, yaitu meng-esakan Allah dalam ibadah dan memberantas kesyirikan-kesyirikan. Adapun cara beribadahnya kepada Allah adalah dengan mengikuti Rasul-Nya masing-masing. Demikian pula dengan Rasul yang terakhir, Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Beliau adalah Nabi yang penuh kasih sayang dan sangat perhatian kepada umatnya. Allah telah mengutus beliau dengan misi yang sama, yaitu mengajak kepada tauhid agar seluruh manusia, bangsa Arab khususnya, beribadah hanya kepada Allah. Dan meninggalkan peribadatan kepada kuburan orang-orang shalih seperti berhala Latta, tempat-tempat keramat seperti berhala Uzza, dan

patung-patung seperti Manat dan Hubal. Juga agar mereka meninggalkan kepercayaan kepada dukun-dukun semacam Amr bin Luhai yang meminta bantuan kepada jin. Cobalah simak tentang dakwah Rasulullah ini dari hadits Bukhari tentang kisah pembicaraan Abu Sufyan (di kala dia belum masuk Islam) dengan pembesar Romawi (Heraklius) dalam suatu dialog yang panjang, di antaranya:

(Heraklius) bertanya: Apa yang dia (Rasulullah) perintahkan kepada kalian? (Abu Sufyan) menjawab: beliau menyerukan beribadahlah kalian kepada Allah saja dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan tinggalkanlah apa-apa yang diucapkan oleh bapak-bapak kalian. Beliau memerintahkan kepada kami untuk shalat, kejujuran, menjaga diri, dan menghubungkan silaturahmi [HR. Bukhari]

Demikian pula makna perintah Allah (yang artinya): dan jauhilah rujz. (Al-Muddatsir: 5). Dikatakan dalam tafsir Ibnu Katsir: Berkata Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas: ar-rujz adalah berhala-berhala, maka jauhilah dia. Demikian pula Ikrimah, Qatadah dan Zuhri. Sedangkan Ibnu Zaid mengatakan: dia adalah patung-patung. Dengan demikian, makna ayat tersebut di atas adalah perintah untuk menjauhi dan menjauhkan kesyirikan. Beliau pun mengajak mereka untuk beriman bahwa beliau adalah seorang Rasul (utusan) Allah dan memerintahkan mereka untuk mengikutinya serta beribadah dengan caranya. Beliau bersabda dalam masalah shalat: Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. [HR. Bukhari] Dan tentang haji, beliau bersabda: Ambillah dariku manasik haji kalian. [HR. Muslim] Demikian pula dengan berbagai ucapan beliau lainnya yang mengajak dan memerintahkan untuk mengikutinya, sehingga Allah berfirman: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Akhir dan dia banyak mengingat (Allah). (Al-Ahzab: 21)

Demikian dakwah beliau shallallahu alaihi wa sallam, seperti dakwah para Nabi sebelumnya yaitu mengajak kepada tauhidullah dan ittiba Rasul. Di samping memiliki persamaan misi dalam dakwah dengan para Nabi lainnya, Rasulullah

shallallahu alaihi wa sallam mempunyai kelebihan yang lain dari yang lain. Beliau bersabda:

Aku diberi lima (keutamaan) yang tidak diberikan pada seorangpun (dari kalangan Nabi) sebelumku: (1) Aku dimenangkan dengan rasa takut (pada musuh) sejarak sebulan perjalanan. (2) Dijadikan untukku bumi sebagai masjid dan suci (dapat dipakai tayammum), siapa saja yang menemui waktu shalat maka hendaklah dia kerjakan shalat. (3) Dihalalkan bagiku ghanimah (rampasan perang) dan tidak dihalalkan bagi seorangpun sebelumku. (4) Aku diberi syafaat. (5) Dan dahulu, Nabi itu diutus kepada kaumnya (masing-masing) sedang aku diutus kepada manusia seluruhnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Riwayat ini menunjukkan tentang kekuasaan yang Allah berikan kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam, yang tidak dimiliki Nabi-nabi sebelumnya, yaitu: 1. Dimenangkannya beliau dari rasa takut pada musuhnya, walaupun jaraknya masih satu bulan perjalanan. 2. Dijadikannya bumi sebagai masjid dan suci. Sehingga, seorang musafir dari umat beliau jika menemui waktu shalat, ia dapat shalat di manapun. Dan jika tidak ada air, debu di bumi manapun bisa dipakai sebagai tayammum. 3. Dihalalkannya harta rampasan perang. 4. Diberikannya syafaat bagi beliau. 5. Bahwa dakwahnya luas sifatnya dan umum (universal) untuk seluruh manusia, bukan hanya untuk kaumnya saja (Bangsa Arab). Dengan demikian, perbedaan antara dakwah beliau dengan dakwah Nabi sebelumnya adalah dakwah beliau merupakan rahmat untuk seluruh alam (rahmatan lil alamin). Dengan kondisi yang demikianlah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mulai berdakwah. Secara ringkas, perjalanan dakwah beliau adalah seperti apa yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim: beliau diangkat sebagai Rasul dengan Al-Muddatsir, kemudian Allah perintahkan dia untuk memperingatkan keluarganya yang terdekat. Setelah itu, memperingatkan kaumnya (Quraisy), kemudian memperingatkan orang-orang sekitarnya dari kalangan Arab, kemudian memperingatkan bangsa Arab secara keseluruhan. Barulah kemudian memperingatkan seluruh alam. Selama beberapa tahun beliau menjalankan dakwahnya tanpa melalui perang dan tanpa memungut jizyah (upeti).

Allah perintahkan beliau agar menahan tangannya (dari mengangkat senjata) dan bersikap sabar. Setelah itu, beliau diizinkan Allah untuk berhijrah, diikuti pula dengan perintah untuk memerangi orang-orang yang memeranginya dan menahan tangannya (dari mengangkat senjata) dari orangorang yang tidak memeranginya. Setelah ini berjalan, barulah datang perintah untuk menghajar kaum musyrikin seluruhnya. Hingga agama ini semua hanyalah untuk Allah Subhanahu wa Taala. Demikianlah yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim. Maka dengan turunnya surat Al-Muddatsir, mulailah beliau berdakwah kepada orang yang paling dekat dengannya, yaitu istrinya (Khadijah bintu Khuwailid) dan keluarganya serta shahabat-shahabatnya yang terdekat. Beliau mengajak mereka secara perorangan (fardiyah) kepada Islam dan iman kepadanya. Maka istrinya pun beriman kepadanya, sebagai wanita pertama yang masuk Islam. Setelah itu, muncul Ali bin Abi Thalib, sebagai remaja pertama yang menyambut dakwah beliau. Di antara shahabat-shahabat beliau yang menyambut dakwahnya tanpa keraguan sedikitpun adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu anhu. Memang demikianlah keadaan Abu Bakar sehingga ia dijuluki oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan Ash-Shiddiq. Karena ketika dia mendengar ajakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dengan serta-merta dia menjawab: ayah ibuku sebagai jaminan, sungguh engkau pemilik kejujuran, aku bersaksi tiada yang berhak diibadahi kecuali Allah dan engkau adalah Rasulullah. Sungguh ini suatu hal yang sangat menggembirakan karena beliau radhiallahu anhu adalah seorang bangsawan Quraisy yang kaya dan dermawan serta memiliki akhlak yang mulia, sehingga sangat dicintai orang-orang Quraisy. Maka, dengan perantaraan dakwahnya, beberapa shahabat masuk Islam seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah, dll. Demikianlah, dakwah Islam -saat itu- menjadi tersebar di kalangan mereka dari mulut ke mulut (sirriyah). Setelah itu, turunlah perintah shalat walaupun shalat pada waktu itu hanya diperintahkan dua rakaat pada pagi hari dan dua rakaat lagi pada sore hari. Ini berdasarkan firman Allah Taala: Dan bertasbihlah dengan memuji Rabbmu pada sore dan pagi hari. (Ghafir: 55) Demikianlah sebagaimana yang disebutkan oleh Muqatil bin Sulaiman yang dinukil dari Rahiqul Makhtum. Di samping itu, penulis kitab tersebut juga mengutip pula ucapan dari Ibnu Hajar bahwa dia berkata: Rasulullah mengerjakan shalat sebelum (mengalami) isra secara qathi (tegas), demikian pula shahabat-shahabatnya. Tetapi para ulama berselisih dalam hal apakah shalat yang diwajibkan itu shalat lima waktu ataukah tidak? Maka dikatakan bahwa kewajiban shalat pada waktu itu (hanya) sebelum matahari terbit dan sebelum terbenamnya.

Dalam kitab Rahiqul Makhtum itu pula telah ditulis suatu riwayat dari Harits bin Usamah dari jalan Ibnu Lahiah secara maushul (berantai) dari Zaid bin Haritsah radhiallahu anhu yang bunyinya: bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, pada awal-awal turunnya wahyu, didatangi oleh Jibril yang mengajari beliau cara berwudhu (dan shalat). Ibnu Abbas mengatakan: dan itu merupakan kewajiban pertama. Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para shahabatnya jika masuk waktu shalat, mereka pergi ke Syib (lembah yang terlindung dengan bukit-bukit untuk shalat, agar tersembunyi dari kaumnya). Syaikh Al-Mubarakfuri setelah menukil ucapan Ibnu Hisyam di atas, mengatakan: Tampaknya setelah meneliti dari segala sisinya dan dari kejadian-kejadiannya bahwa dakwah pada tahapan ini walaupun sirriyah dan fardiyyah, tetap sampai pula beritanya ke telinga orang-orang Quraisy. Walaupun demikian, mereka belum menanggapi dakwah tersebut. Pelajaran yang Bisa Diambil 1. Dari surat Iqra dan Al-Muddatsir dapat kita ambil pelajaran bahwa seorang juru dakwah harus memiliki persiapan-persiapan sebagai berikut:

Membekali diri dengan ilmu Membersihkan diri secara lahir dan batin; membersihkan badan dan pakaian dari kotoran serta najis; membersihkan jiwanya dari kesyirikan dan maksiat.

Ikhlas dalam memberikan dan mengamalkan sesuatu. Sabar. Sedangkan tugasnya adalah: memberi peringatan. mengagungkan Allah. menjauhi dan menjauhkan segala kesyirikan dan kejelekan.

2. Bahwa seluruh dakwah para Nabi adalah tauhidullah (mengesakan Allah dalam ibadah dan menjauhi kesyirikan) dan ittiba Rasul (beribadah dengan mengikuti sunnah Rasul). 3. Bahwa seluruh dakwah Nabi shallallahu alaihi wa sallam berlaku umum untuk seluruh manusia, baik Arab maupun Ajam (non Arab). 4. Bahwa akhlak yang baik sangat mempengaruhi berhasil tidaknya dakwah, khususnya masalah kejujuran.

5. Pentingnya shalat karena dia merupakan kewajiban yang pertama di awal-awal turunnya wahyu. 6. Bahwa dakwah bisa dilakukan secara fardiyyah dari mulut ke mulut (secara perorangan). 7. Dakwah sirriyyah dilakukan di kala ajaran Islam belum dikenal oleh seorang pun dan (dilakukan) terhadap orang-orang yang kafir. Demikian pula dilakukannya shalat secara sembunyi-sembunyi adalah terhadap orang-orang yang kafir. 8. Bahwa pada tahapan ini, orang-orang Quraisy pun sudah mengetahuinya, tetapi tidak menanggapinya sehingga ini membuktikan bahwa marhalah (tahapan) ini lebih dekat kalau dikatakan dakwah fardiyyah. Beliau menyampaikannya hanya kepada orang-orang yang dia percaya dan diduga akan menerima dakwahnya. Jadi dakwah tidak disyiarkan secara umum. 9. Dengan demikian, jelaslah kesalahan kelompok-kelompok dakwah yang sampai

menghalalkan dusta untuk merahasiakan dakwahnya, karena mayoritas manusia di sekitarnya adalah kaum muslimin. Mengapa mereka menyembunyikan ajarannya? Apakah ajarannya lain dengan kita? Atau menganggap kita semua adalah orang-orang kafir? Maka jawabnya: kalau mereka berbeda dengan ajaran Islam yang berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah, maka mereka adalah ahli bidah. Wajib kaum muslimin untuk menghindari mereka. Kalau mereka menganggap kita dan (menganggap) mayoritas kaum muslimin adalah kafir, maka mereka adalah khawarij. Wajib bagi kita untuk berhati-hati terhadap mereka. Dan kalau ajarannya memang berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah dengan pemahaman yang benar, mengapa harus disembunyikan dakwah terhadap sesama kaum muslimin?

B. Periode Makah Dakwah Sembunyi-sembunyi Khadijah ra kemudian ia pergi menjumpai saudara sepupunya (anak paman), Waraqa b. Naufal, seorang penganut agama Nasrani yang sudah mengenal Bible dan sudah pula menterjemahkannya sebagian ke dalam bahasa Arab. Ia menceritakan apa yang pernah dilihat dan didengar Muhammad dan menceritakan pula apa yang dikatakan Muhammad kepadanya. Waraqa memastikan bahwa Muhammad Saw adalah Nabi umat ini. Setelah mendapat keterangan demikian, Khadijah pulang. Sampai di rumah, dilihatnya Muhammad masih tidur. Dipandangnya suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur harap dan cemas. Tiba-tiba Rasulullah Saw menggigil, napasnya terasa sesak dengan keringat yang sudah membasahi wajahnya. Ia terbangun, ketika itu malaikat datang membawakan wahyu kepadanya:

Orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan peringatan. Dan agungkan Tuhanmu. Pakaianmupun bersihkan. Dan hindarkan perbuatan dosa. Jangan kau memberi, karena ingin menerima lebih banyak. Dan demi Tuhanmu, tabahkan hatimu. (Quran 74: 17)

Khadijah menenteramkan hatinya, dan menceritakan apa yang didengarnya dari Waraqa tadi. Khadijah kemudian menyatakan dirinya beriman atas kenabiannya itu. Sesudah peristiwa itu, pada suatu hari Muhammad pergi akan mengelilingi Kabah. Di tempat itu Waraqa b. Naufal menjumpainya. Sesudah Muhammad menceritakan keadaannya, Waraqa berkata: Demi Dia Yang memegang hidup Waraqa. Engkau adalah Nabi atas umat ini. Engkau telah menerima Namus Besar seperti yang pemah disampaikan kepada Musa. Pastilah kau akan didustakan orang, akan disiksa, akan diusir dan akan diperangi. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah diketahuiNya pula.

Rasulullah Saw memikirkan, bagaimana akan mengajak Quraisy supaya turut beriman; padahal ia tahu benar mereka sangat kuat mempertahankan kebatilan itu. Mereka bersedia berperang dan mati untuk itu. Ditambah lagi mereka masih sekeluarga dan sanak famili yang dekat. Sungguhpun begitu, tetapi mereka dalam kesesatan.

Ia menantikan bimbingan wahyu dalam menghadapi masalahnya itu, menantikan adanya penyuluh yang akan menerangi jalannya. Tetapi ternyata, wahyu itu tidak turun. Malaikat Jibrilpun tidak datang lagi kepadanya. Kembali ia merasa dalam ketakutan seperti sebelum turunnya wahyu. Ia masih dalam ketakutan. Perasaan ini juga yang mendorongnya lagi akan pergi ke bukit-bukit dan menyendiri lagi dalam gua Hira. Ia ingin membubung tinggi dengan seluruh jiwanya, menghadapkan diri kepada Tuhan, akan menanyakan: Kenapa ia lalu ditinggalkan sesudah dipilihNya? Sementara ia sedang dalam kekuatiran demikian itu - sesudah sekian lama terhenti tiba-tiba datang wahyu membawa firman Tuhan:

Demi pagi cerah yang gemilang. Dan demi malam bila senyap kelam. Tuhanmu tidak meninggalkan kau, juga tidak merasa benci. Dan sungguh, hari kemudian itu lebih baik buat kau daripada yang sekarang. Dan akan segera ada pemberian dari Tuhan kepadamu. Maka

engkaupun akan bersenang hati. Bukankah Ia mendapati kau seorang piatu, lalu diberiNya tempat berlindung? Dan Ia mendapati kau tak tahu jalan, lalu diberiNya kau petunjuk? Karena itu, terhadap anak piatu, jangan kau bersikap bengis. Dan tentang orang yang meminta, jangan kau tolak. Dan tentang kurnia Tuhanmu, hendaklah kau sebarkan.(Quran, 93: 1-11)

Rasa cemas dan takut dalam diri Muhammad Saw hilang setelah wahyu turun kembali. Ketika Allah Swt telah mengajarkan Nabi bersembahyang, maka iapun bersembahyang, begitu juga Khadijah ikut pula sembahyang. Selain puteri-puterinya, tinggal bersama keluarga itu Ali bin Abi Talib sebagai anak muda yang belum balig. Lalu Rasulullah Saw mengajak sepupunya itu beribadat kepada Allah semata tiada bersekutu serta menerima agama yang dibawa nabi utusanNya. Ali adalah anak pertama yang menerima Islam. Kemudian Zaid b. Haritha, bekas budak Nabi. Dengan demikian Islam masih terbatas hanya dalam lingkungan keluarga Muhammad: dia sendiri, isterinya, kemenakannya dan bekas budaknya. Masih juga ia berpikir-pikir, bagaimana akan mengajak kaum Quraisy itu. Tahu benar ia, betapa kerasnya mereka itu dan betapa pula kuatnya mereka berpegang pada berhala yang disembah-sembah nenek moyang mereka itu. Pada waktu itu Abu Bakr b. Abi Quhafa dari kabilah Taim, teman akrab Muhammad, adalah orang dewasa pertama yang diajaknya menyembah Allah Yang Esa dan meninggalkan penyembahan berhala. Abu Bakr tidak ragu-ragu lagi memenuhi ajakan Muhammad dan beriman pula akan ajakannya itu.

Keimanannya kepada Allah dan kepada RasulNya itu segera diumumkan oleh Abu Bakr di kalangan teman-temannya. Dari kalangan masyarakatnya yang dipercayai oleh Abu Bakr diajaknya mereka kepada Islam. Usman b. Affan, Abdurrahman b. Auf, Talha b. Ubaidillah, Sad b. Abi Waqqash dan Zubair binl-Awwam mengikutinya pula menganut Islam. Kemudian menyusul pula Abu Ubaida binl-Djarrah, dan banyak lagi yang lain dari penduduk Mekah. Mereka yang sudah Islam itu lalu datang kepada Nabi menyatakan Islamnya, yang selanjutnya menerima ajaran-ajaran agama itu dari Nabi sendiri.

Mengetahui adanya permusuhan yang begitu bengis dari pihak Quraisy terhadap segala sesuatu yang melanggar paganisma, maka kaum Muslimin yang mula-mula masih sembunyi-sembunyi.

Apabila mereka akan melakukan salat, mereka pergi ke celah-celah gunung di Mekah. Keadaan serupa ini berjalan selama tiga tahun, sementara Islam tambah meluas juga di kalangan penduduk Mekah. Ajaran Muhammad sudah tersebar di Mekah, orang sudah berbondong-bondong memasuki Islam, pria dan wanita. Dakwah Secara Terang-Terangan Tiga tahun kemudian sesudah kerasulannya, perintah Allah datang supaya ia mengumumkan ajaran yang masih disembunyikan itu, perintah Allah supaya disampaikan. Ketika itu wahyu datang:

Dan berilah peringatan kepada keluarga-keluargamu yang dekat. Limpahkanlah kasih-sayang kepada orang-orang beriman yang mengikut kau. Kalaupun mereka tidak mau juga mengikuti kau, katakanlah, Aku lepas tangan dari segala perbuatan kamu. (Quran 26: 214-216) Sampaikanlah apa yang sudah diperintahkan kepadamu, dan tidak usah kauhiraukan orangorang musyrik itu.(Quran 15: 94)

Muhammadpun mengundang makan keluarga-keluarga itu ke rumahnya, dicobanya bicara dengan mereka dan mengajak mereka kepada Allah. Tetapi Abu Talib, pamannya, lalu menyetop pembicaraan itu. Ia mengajak orang-orang pergi meninggalkan tempat. Keesokan harinya sekali lagi Muhammad mengundang mereka. Selesai makan, katanya kepada mereka: Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab ini dapat membawakan sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini. Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan telah menyuruh aku mengajak kamu sekalian. Siapa di antara kamu ini yang mau mendukungku dalam hal ini? Mereka semua menolak, dan sudah bersiap-siap akan meninggalkannya. Tetapi tiba-tiba Ali bangkit - ketika itu ia masih anak-anak, belum lagi balig. Rasulullah, saya akan membantumu, katanya. Saya adalah lawan siapa saja yang kautentang. Banu Hasyim tersenyum, dan ada pula yang tertawa terbahak-bahak. Kemudian mereka semua pergi meninggalkannya dengan ejekan.

Sesudah itu Muhammad kemudian mengalihkan seruannya dari keluarga-keluarganya yang dekat kepada seluruh penduduk Mekah. Suatu hari ia naik ke Shafa2 dengan berseru: Hai masyarakat Quraisy. Tetapi orang Quraisy itu lalu membalas: Muhammad bicara dari atas Shafa. Mereka lalu datang berduyun-duyun sambil bertanya-tanya, Ada apa? Bagaimana pendapatmu sekalian

kalau kuberitahukan kamu, bahwa pada permukaan bukit ini ada pasukan berkuda. Percayakah kamu? Ya, jawab mereka. Engkau tidak pernah disangsikan. Belum pernah kami melihat engkau berdusta. Aku mengingatkan kamu sekalian, sebelum menghadapi siksa yang sungguh berat, katanya, Banu Abdl-Muttalib, Banu Abd Manaf, Banu Zuhra, Banu Taim, Banu Makhzum dan Banu Asad Allah memerintahkan aku memberi peringatan kepada keluargakeluargaku terdekat. Baik untuk kehidupan dunia atau akhirat. Tak ada sesuatu bahagian atau keuntungan yang dapat kuberikan kepada kamu, selain kamu ucapkan: Tak ada tuhan selain Allah. Tetapi kemudian Abu Lahab berdiri sambil meneriakkan: Celaka kau hari ini. Untuk ini kau kumpulkan kami? Muhammad tak dapat bicara. Dilihatnya pamannya itu. Tetapi kemudian sesudah itu datang wahyu membawa firman Tuhan:

Celakalah kedua tangan Abu Lahab, dan celakalah ia. Tak ada gunanya kekayaan dan usahanya itu. Api yang menjilat-jilat akan menggulungnya (Quran 102:1-8)

Kemarahan Abu Lahab dan sikap permusuhan kalangan Quraisy yang lain tidak dapat merintangi tersebarnya dakwah Islam di kalangan penduduk Mekah itu. Setiap hari niscaya akan ada saja orang yang Islam - menyerahkan diri kepada Allah. Lebih-lebih mereka yang tidak terpesona oleh pengaruh dunia perdagangan untuk sekedar melepaskan renungan akan apa yang telah diserukan kepada mereka. Akan tetapi bagi Abu Lahab, Abu Sufyan dan bangsawan-bangsawan Quraisy terkemuka lainnya, hartawan-hartawan yang gemar bersenang-senang, mulai merasakan, bahwa ajaran Muhammad itu merupakan bahaya besar bagi kedudukan mereka. Jadi yang mula-mula harus mereka lakukan ialah menyerangnya dengan cara mendiskreditkannya, dan mendustakan segala apa yang dinamakannya kenabian itu. Langkah pertama yang mereka lakukan dalam hal ini ialah membujuk penyair-penyair mereka: Abu Sufyan binl-Harith, Amr binl-Ash dan Abdullah ibnz-Zibara, supaya mengejek dan menyerangnya. Dalam pada itu penyair-penyair Muslimin juga tampil membalas serangan mereka tanpa Muhammad sendiri yang harus melayani.

Sementara itu, selain penyair-penyair itu beberapa orang tampil pula meminta kepada Muhammad beberapa mujizat yang akan dapat membuktikan kerasulannya: mujizat-mujizat seperti pada Musa dan Isa. Kenapa bukit-bukit Shafa dan Marwa itu tidak disulapnya menjadi emas, dan kitab yang

dibicarakannya itu dalam bentuk tertulis diturunkan dari langit? Dan kenapa Jibril yang banyak dibicarakan oleh Muhammad itu tidak muncul di hadapan mereka? Kenapa dia tidak menghidupkan orang-orang yang sudah mati, menghalau bukit-bukit yang selama ini membuat Mekah terkurung karenanya? Kenapa ia tidak memancarkan mata air yang lebih sedap dari air sumur Zamzam, padahal ia tahu betapa besar hajat penduduk negerinya itu akan air? Tidak hanya sampai disitu saja kaum musyrikin itu mau mengejeknya dalam soal-soal mujizat, malahan ejekan mereka makin menjadi-jadi, dengan menanyakan: kenapa Tuhannya itu tidak memberikan wahyu tentang harga barang-barang dagangan supaya mereka dapat mengadakan spekulasi buat hari depan? Debat mereka itu berkepanjangan. Tetapi wahyu yang datang kepada Muhammad menjawab debat mereka

Katakanlah: Aku tak berkuasa membawa kebaikan atau menolak bahaya untuk diriku sendiri, kalau tidak dengan kehendak Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib-gaib, niscaya kuperbanyak amal kebaikan itu dan bahayapun tidak menyentuhku. Tapi aku hanya memberi peringatan dan membawa berita gembira bagi mereka yang beriman. (Quran 7: 188)

Perlindungan Abu Talib Abu Talib pamannya belum lagi menganut Islam. Tetapi tetap ia sebagai pelindung dan penjaga kemenakannya itu. Ia sudah menyatakan kesediaannya akan membelanya. Atas dasar itu pemukapemuka bangsawan Quraisy - dengan diketahui oleh Abu Sufyan b. Harb - pergi menemui Abu Talib. Abu Talib, kata mereka, kemenakanmu itu sudah memaki berhala-berhala kita, mencela agama kita, tidak menghargai harapan-harapan kita dan menganggap sesat nenek-moyang kita. Soalnya sekarang, harus kauhentikan dia; kalau tidak biarlah kami sendiri yang akan menghadapinya. Oleh karena engkau juga seperti kami tidak sejalan, maka cukuplah engkau dari pihak kami menghadapi dia. Akan tetapi Abu Talib menjawab mereka dengan baik sekali.

Perlindungan Banu Hasyim dan Banu Muttalib Sementara itu Muhammad juga tetap gigih menjalankan tugas dakwahnya dan dakwa itupun mendapat pengikut bertambah banyak. Quraisy segera berkomplot menghadapi Muhammad itu. Sekali lagi mereka pergi menemui Abu Talib. Sekali ini disertai Umara binl-Walid binlMughira, seorang pemuda yang montok dan rupawan, yang akan diberikan kepadanya sebagai anak

angkat, dan sebagai gantinya supaya Muhammad diserahkan kepada mereka. Tetapi inipun ditolak. Muhammad terus juga berdakwah, dan Quraisypun terus juga berkomplot. Untuk ketiga kalinya mereka mendatangi lagi Abu Talib. Abu Talib kata mereka, Engkau sebagai orang yang terhormat, terpandang di kalangan kami. Kami telah minta supaya menghentikan kemenakanmu itu, tapi tidak juga kaulakukan. Kami tidak akan tinggal diam terhadap orang yang memaki nenekmoyang kita, tidak menghargai harapan-harapan kita dan mencela berhala-berhala kita - sebelum kausuruh dia diam atau sama-sama kita lawan dia hingga salah satu pihak nanti binasa.

Berat sekali bagi Abu Talib akan berpisah atau bermusuhan dengan masyarakatnya. Juga tak sampai hati ia menyerahkan atau membuat kemenakannya itu kecewa. Dimintanya Muhammad datang dan diceritakannya maksud seruan Quraisy. Lalu katanya: Jagalah aku, begitu juga dirimu. Jangan aku dibebani hal-hal yang tak dapat kupikul. Pamannya ini seolah sudah tak berdaya lagi membela dan memeliharanya. Sedang kaum Muslimin masih lemah, mereka tak berdaya akan berperang, tidak dapat mereka melawan Quraisy yang punya kekuasaan, punya harta, punya persiapan dan jumlah rmanusia. Sebaliknya dia tidak punya apa-apa selain kebenaran. Tetapi jiwa Rasulullah Saw tetap teguh, ia berkata kepada pamannya: Paman, demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah yang akan membuktikan kemenangan itu ditanganku, atau aku binasa karenanya. Gemetar orang tua ini mendengar jawaban Muhammad Saw. Seketika lamanya Abu Talib masih dalam keadaan terpesona. Kemudian dimintanya Muhammad datang lagi, yang lalu katanya: Anakku, katakanlah sekehendakmu. Aku tidak akan menyerahkan engkau bagaimanapun juga! Sikap dan kata-kata kemenakannya itu oleh Abu Talib disampaikan kepada Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib. Pembicaranya tentang Muhammad itu terpengaruh oleh suasana yang dilihat dan dirasakannya ketika itu. Dimintanya supaya Muhammad dilindungi dari tindakan Quraisy. Mereka semua menerima usul ini, kecuali Abu Lahab.

Sikap permusuhan Quraisy terhadap kaum muslimin pun semakin menjadi-jadi. Setiap kabilah itu langsung menyerbu kaum Muslimin yang ada di kalangan mereka: disiksa dan dipaksa melepaskan agamanya. Dikisahkan seorang budak yang telah muslim, Bilal, disiksa ke atas pasir di bawah terik matahari yang membakar, dadanya ditindih dengan batu dan akan dibiarkan mati. Dalam kekerasan semacam itu Bilal hanya berkata: Ahad, Ahad, Hanya Yang Tunggal! Ia memikul semua siksaan

itu demi agamanya. Hingga suatu hari Abu Bakr melihat Bilal mengalami siksaan begitu rupa, ia dibelinya lalu dibebaskan. Tidak sedikit budak-budak yang mengalami kekerasan serupa itu oleh Abu Bakr dibeli diantaranya budak perempuan Umar binl-Khattab, dibelinya dari Umar [sebelum masuk Islam]. Ada pula seorang wanita yang disiksa sampai mati karena ia tidak mau meninggalkan Islam kembali kepada kepercayaan leluhurnya. Kaum Muslimin di luar budak-budak itu, dipukuli dan dihina dengan berbagai cara. Muhammad juga tidak terkecuali mengalami gangguan-gangguan meskipun sudah dilindungi oleh Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib. Umm Jamil, isteri Abu Jahl, melemparkan najis ke depan rumahnya. Tetapi cukup Muhammad hanya membuangnya saja. Dan pada waktu sembayang, Abu Jahl melemparinya dengan isi perut kambing yang sudah disembelih untuk sesajen kepada berhala-berhala. Ditanggungnya gangguan demikian itu dan ia pergi kepada Fatimah, puterinya, supaya mencucikan dan membersihkannya kembali. Di samping semua itu, kaum Muslimin harus menerima kata-kata biadab dan keji kemana saja mereka pergi. Cukup lama hal serupa itu berjalan. Penyair-penyair memakinya, orang-orang Quraisy berkomplot hendak membunuhnya di Kabah. Rumahnya dilempari batu, keluarga dan pengikut-pengikutnya diancam. Perioda yang telah dilalui dalam hidup Muhammad Saw ini adalah perioda yang paling dahsyat yang pernah dialami oleh sejarah umat manusia. Islamnya Hamzah ra Islamnya Hamzah ra terjadi kira-kira pada tahun ke enam kerasulan beliau. Pada suatu hari Abu Jahl bertemu dengan Muhammad, ia mengganggunya, memaki-makinya dan mengeluarkan katakata yang tidak pantas dialamatkan kepada agama ini. Tetapi Muhammad tidak melayaninya. Hamzah, pamannya dan saudaranya sesusu, yang masih berpegang pada kepercayaan Quraisy, adalah seorang laki-laki yang kuat dan ditakuti. Ketika itu ia baru kembali dari berburu, dan terlebih dulu mengelilingi Kabah sebelum langsung pulang ke rumahnya.Ketika ia mengetahui bahwa kemenakannya itu mendapat gangguan Abu Jahl, ia meluap marah. Ia pergi ke Kabah, tidak lagi ia memberi salam kepada yang hadir di tempat itu seperti biasanya, melainkan terus masuk kedalam mesjid menemui Abu Jahl. Setelah dijumpainya, diangkatnya busurnya lalu dipukulkannya keras-keras di kepalanya. Beberapa orang dan Banu Makhzum mencoba mau membela Abu Jahl. Tapi tidak jadi. Kuatir mereka akan timbul bencana dan membahayakan sekali, dengan mengakui bahwa ia memang mencaci maki Muhammad dengan tidak semena-mena. Sesudah itulah kemudian Hamzah menyatakan masuk Islam. Ia berjanji kepada Muhammad akan membelanya dan akan berkurban di jalan Allah sampai akhir hayatnya.

Pihak Quraisy merasa sesak dada melihat Muhammad dan kawan-kawannya makin hari makin kuat. Terpikir oleh Quraisy akan membebaskan diri dari Muhammad, dengan cara seperti yang mereka bayangkan, memberikan segala keinginannya. Utba b. Rabia, seorang bangsawan Arab terkemuka, mencoba membujuk Quraisy ketika mereka dalam tempat pertemuan dengan mengatakan bahwa ia akan bicara dengan Muhammad dan akan menawarkan kepadanya hal-hal yang barangkali mau menerimanya. Mereka mau memberikan apa saja kehendaknya, asal ia dapat dibungkam. Ketika itulah Utba bicara dengan Muhammad. Anakku, katanya, seperti kau ketahui, dari segi keturunan, engkau mempunyai tempat di kalangan kami. Engkau telah membawa soal besar ketengah-tengah masyarakatmu, sehingga mereka cerai-berai karenanya. Sekarang, dengarkanlah, kami akan menawarkan beberapa masalah, kalau-kalau sebagian dapat kauterima Kalau dalam hal ini yang kauinginkan adalah harta, kamipun siap mengumpulkan harta kami, sehingga hartamu akan menjadi yang terbanyak di antara kami. Kalau kau menghendaki pangkat, kami angkat engkau diatas kami semua; kami takkan memutuskan suatu perkara tanpa ada persetujuanmu. Kalau kedudukan raja yang kauinginkan, kami nobatkan kau sebagai raja kami. Jika engkau dihinggapi penyakit saraf yang tak dapat kautolak sendiri, akan kami usahakan pengobatannya dengan hartabenda kami sampai kau sembuh. Selesai ia bicara, Muhammad membacakan Surah as-Sajda (41 = Ha Mim). Utba diam mendengarkan kata-kata yang begitu indah itu. Dilihatnya sekarang yang berdiri di hadapannya itu bukanlah seorang laki-laki yang didorong oleh ambisi harta, ingin kedudukan atau kerajaan, juga bukan orang yang sakit, melainkan orang yang mau menunjukkan kebenaran, mengajak orang kepada kebaikan. Ia mempertahankan sesuatu dengan cara yang baik, dengan kata-kata penuh mujizat. Selesai Muhammad membacakan itu Utba pergi kembali kepada Quraisy. Apa yang dilihat dan didengarnya itu sangat mempesonakan dirinya. Ia terpesona karena kebesaran orang itu. Penjelasannya sangat menarik sekali. Persoalannya Utba ini tidak menyenangkan pihak Quraisy, juga pendapatnya supaya Muhammad dibiarkan saja, tidak menggembirakan mereka, sebaliknya kalau mengikutinya, maka kebanggaannya buat mereka. Maka kembali lagilah mereka memusuhi Muhammad dan sahabat-sahabatnya dengan menimpakan bermacam-macam bencana, yang selama ini dalam kedudukannya itu ia berada dalam perlindungan golongannya dan dalam penjagaan Abu Talib, Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib.

Hijrahnya Muslimin ke Abisinia Gangguan terhadap kaum Muslimin makin menjadi-jadi, sampai-sampai ada yang dibunuh, disiksa dan semacamnya. Waktu itu Muhammad menyarankan supaya mereka terpencar-pencar. Rasulullah Saw menyarankan supaya mereka pergi ke Abisinia (Ethiopia) yang rakyatnya menganut agama Kristen. Tempat itu diperintah seorang raja dan tak ada orang yang dianiaya disitu. Itu bumi jujur; sampai nanti Allah membukakan jalan buat kita semua. Sebagian kaum Muslimin ketika itu lalu berangkat ke Abisinia guna menghindari fitnah dan tetap berlindung kepada Tuhan dengan mempertahankan agama. Kaum Quraisy tahu akan hal ini, kemudian mengutus dua orang menemui Najasyi. Mereka membawa hadiah-hadiah berharga guna meyakinkan raja supaya dapat mengembalikan kaum Muslimin itu ke tanah air mereka. Kedua orang utusan itu ialah Amr binl-Ash dan Abdullah bin Abi Rabia. Sebenarnya kedua utusan itu telah mengadakan persetujuan dengan pembesarpembesar istana kerajaan, setelah mereka menerima hadiah-hadiah dari penduduk Mekah, bahwa mereka akan membantu usaha mengembalikan kaum Muslimin itu kepada pihak Quraisy. Pembicaraan mereka ini tidak sampai diketahui raja. Tetapi baginda menolak sebelum mendengar sendiri keterangan dari pihak Muslimin. Lalu dimintanya mereka itu datang menghadap Agama apa ini yang sampai membuat tuan-tuan meninggalkan masyarakat tuan-tuan sendiri, tetapi tidak juga tuan-tuan menganut agamaku, atau agama lain? tanya Najasyi setelah mereka datang. Yang diajak bicara ketika itu ialah Jafar b. Abi b. Talib. Ia menjelaskan kepada Raja mengenai prinsip-prinsip islam. Ketika diminta untuk membacakan ajaran islam, Jafar membacakan Surah Mariam sampai ayat 29-33. Setelah mendengar bahwa keterangan itu membenarkan apa yang tersebut dalam Injil, pemuka-pemuka istana itu terkejut. Kemudian mereka menolak untuk menyerahkan kaum muslimin. Tetapi Amr binl-Ash tidak berputus asa. Amr binl-Ash kembali menghadap Raja dengan mengatakan, bahwa kaum Muslimin mengeluarkan tuduhan yang luarbiasa terhadap Isa anak Mariam. Maka dipanggillah mereka dan ditanyakan apa yang mereka katakan itu. Jafar menerangkan bahwa : Dia adalah hamba Allah dan UtusanNya, RuhNya dan FirmanNya yang disampaikan kepada Perawan Mariam.Setelah dari kedua belah pihak itu didengarnya, ternyatalah oleh Najasyi, bahwa kaum Muslimin itu mengakui Isa, mengenal adanya Kristen dan menyembah Allah. Selama di Abisinia itu kaum Muslimin merasa aman dan tenteram.

Mereka berangkat dengan melakukan dua kali hijrah. Yang pertama terdiri dari sebelas orang pria dan empat wanita. Dengan sembunyi-sembunyi mereka keluar dari Mekah mencari perlindungan. Kemudian mereka mendapat tempat yang baik di bawah Najasyi. Bilamana kemudian tersiar berita bahwa kaum Muslimin di Mekah sudah selamat dari gangguan Quraisy, merekapun lalu kembali pulang. Tetapi setelah ternyata kemudian mereka mengalami kekerasan lagi dari Quraisy melebihi yang sudah-sudah, kembali lagi mereka ke Abisinia. Sekali ini terdiri dari delapanpuluh orang pria tanpa kaum isteri dan anak-anak. Mereka tinggal di Abisinia sampai sesudah hijrah Nabi ke Yathrib.

Islamnya Umar ibnl-Khattab ra Hal ini terjadi masih di tahun yang sama, tahun ke enam. Umar ibnl-Khattab adalah pemuda yang gagah perkasa, berusia antara tigapuluh dan tigapuluh lima tahun. Dari kalangan Quraisy dialah yang paling keras memusuhi kaum Muslimin. Tatkala itu Muhammad sedang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya yang tidak ikut hijrah, dalam sebuah rumah di Shafa. Di antara mereka ada Hamzah pamannya, Ali bin Abi Talib sepupunya, Abu Bakr b. Abi Quhafa dan Muslimin yang lain. Pertemuan mereka ini diketahui Umar. Iapun pergi ketempat mereka, ia mau membunuh Muhammad.

Di tengah jalan ia bertemu dengan Nuaim b. Abdullah. Setelah mengetahui maksudnya, Nuiaim berkata: Umar, engkau menipu diri sendiri. Kaukira keluarga Abd Manaf. akan membiarkan kau merajalela begini sesudah engkau membunuh Muhammad? Tidak lebih baik kau pulang saja ke rumah dan perbaiki keluargamu sendiri?! Pada waktu itu Fatimah, saudaranya, beserta Said b. Zaid suami Fatimah sudah masuk Islam. Tetapi setelah mengetahui hal ini dari Nuaim, Umar cepat-cepat pulang dan langsung menemui mereka.

Di tempat itu ia mendengar ada orang membaca Quran. Setelah mereka merasa ada orang yang sedang mendekati, orang yang membaca itu sembunyi dan Fatimah menyembunyikan kitabnya. Aku mendengar suara bisik-bisik apa itu?! tanya Umar. Karena mereka tidak mengakui, Umar membentak lagi dengan suara lantang: Aku sudah mengetahui, kamu menjadi pengikut Muhammad dan menganut agamanya! katanya sambil menghantam Said keras-keras. Fatimah, yang berusaha hendak melindungi suaminya, juga mendapat pukulan keras. Kedua suami isteri itu

jadi panas hati. Ya, kami sudah Islam! Sekarang lakukan apa saja, kata meteka.

Tetapi Umar jadi gelisah sendiri setelah melihat darah di muka saudaranya itu. Ketika itu juga lalu timbul rasa iba dalam hatinya. Dimintanya kepada saudaranya supaya kitab yang mereka baca itu diberikan kepadanya. Setelah dibacanya, wajahnya tiba-tiba berubah. Menggetar rasanya ia setelah membaca isi kitab itu. Ia langsung menuju ke tempat Muhammad dan sahabat-sahabatnya itu sedang berkumpul di Shafa. Ia minta ijin akan masuk, lalu menyatakan dirinya masuk Islam. Dengan adanya Umar dan Hamzah dalam Islam, maka kaum Muslimin telah mendapat benteng dan perisai yang lebih kuat. Ia masuk Islam tidak sembunyi-sembunyi, malah terang-terangan diumumkan di depan orang banyak dan untuk itu ia bersedia melawan mereka. Islamnya Umar ra ini telah memperkuat kedudukan kaum Muslimin.

Pemboikotan dan Propaganda Dengan Islamnya Umar ra ini, Quraisy lalu membuat rencana lagi mengatur langkah berikutnya. Mereka sepakat bahkan secara tertulis untuk memboikot total terhadap Banu Hasyim dan Banu Abdl-Muttalib: untuk tidak saling kawin-mengawinkan, tidak saling berjual-beli apapun. Piagam persetujuan ini kemudian digantungkan di dalam Kabah sebagai suatu pengukuhan dan registrasi bagi Kabah. Akan tetapi ternyata Muhammad sendiri malah makin teguh berpegang pada tuntunan Allah, juga keluarganya, dan mereka yang sudah berimanpun makin gigih mempertahankannya. Menyebarkan seruan Islam sampai keluar perbatasan Mekah itu pun tak dapat pula dihalanghalangi. Maka tersiarlah dakwah itu ke tengah-tengah masyarakat Arab dan kabilah-kabilah, sehingga membuat agama yang baru ini, yang tadinya hanya terkurung ditengah-tengah lingkaran gunung-gunung Mekah, kini berkumandang gemanya ke seluruh jazirah.

Mereka, kaum Quraisy itu, juga menyusun suatu alat propaganda anti Muhammad. Lebih gigih lagi mereka memikirkan hal ini sesudah orang-orang yang berziarah itu diajak juga oleh Rasul Saw supaya beribadat hanya kepada Allah yang Esa. Beberapa orang dari kalangan Quraisy berunding dan mengadakan pertemuan di rumah Walid binl-Mughira. Walid mengusulkan supaya kepada peziarah-peziarah orang-orang Arab itu dikatakan bahwa dia (Muhammad) seorang juru penerang yang mempesonakan, apa yang dikatakannya merupakan pesona yang akan memecah-belah orang dengan orangtuanya, dengan saudaranya, dengan isteri dan keluarganya. Dan apa yang dituduhkan itu pada orang-orang Arab pendatang itu merupakan bukti, sebab penduduk Mekah sudah ditimpa

perpecahan dan permusuhan.

Di samping propaganda itu Quraisy harus punya propaganda lain lagi. Untuk propaganda itu Quraisy akan mengandalkan pada Nadzr b. Harith. Orang ini pernah pergi ke Hira dan mempelajari cerita raja-raja Persia, peraturan-peraturan agamanya, ajaran-ajarannya tentang kebaikan dan kejahatan serta tentang asal-usul alam semesta. Setiap dalam suatu pertemuan Muhammad mengajak orang kepada Allah, ia lalu datang menggantikan tempat Muhammad dalam pertemuan itu. Maka berceritalah ia kepada Quraisy tentang sejarah dan agamanya, lalu katanya: Dengan cara apa Muhammad membawakan ceritanya lebih baik daripada aku? Bukankah Muhammad membacakan cerita-cerita orang dahulu seperti yang kubacakan juga? Orang-orang Quraisy menuduh, bahwa sebagian besar apa yang dibawa Muhammad berasal dari seorang budak Nasrani yang bernama Jabr. Untuk itulah datang Firman Tuhan:

Kami sungguh mengetahui bahwa mereka berkata; yang mengajarkan itu adalah seorang manusia. Bahasa orang yang mereka tuduhkan itu bahasa asing, sedang ini adalah bahasa Arab yang jelas sekali. (Quran: 16: 103)

Selama tiga tahun berturut-turut piagam yang dibuat pihak Quraisy untuk memboikot Muhammad dan mengepung Muslimin itu tetap berlaku. Dalam pada itu Muhammad dan keluarga serta sahabat-sahabatnya sudah mengungsi ke celah-celah gunung di luar kota Mekah, dengan mengalami pelbagai macam penderitaan, sehingga untuk mendapatkan bahan makanan sekadar menahan rasa laparpun tidak ada. Baik kepada Muhammad atau kaum Muslimin tidak diberikan kesempatan bergaul dan bercakap-cakap dengan orang, kecuali dalam bulan-bulan suci. Pada bulan-bulan suci itu orang-orang Arab berdatangan ke Mekah berziarah, segala permusuhan dihentikan - tak ada pembunuhan, tak ada penganiayaan, tak ada permusuhan, tak ada balas dendam. Pada bulan-bulan itu Muhammad turun, mengajak orang-orang Arab itu kepada agama Allah, diberitahukannya kepada mereka arti pahala dan arti siksa. Segala penderitaan yang dialami Muhammad demi dakwah itu justru telah menjadi penolongnya dari kalangan orang banyak. Mereka yang telah mendengar tentang itu lebih bersimpati kepadanya, lebih suka mereka menerima ajakannya. Blokade yang dilakukan Quraisy kepadanya, kesabaran dan ketabahan hatinya memikul semua itu demi risalahnya, telah dapat memikat hati orang banyak.

Gagalnya Pemboikotan Akan tetapi, penderitaan yang begitu lama, begitu banyak dialami kaum Muslimin karena kekerasan pihak Quraisy - padahal mereka masih sekeluarga: saudara, ipar. sepupu - banyak diantara mereka itu yang merasakan betapa beratnya kekerasan dan kekejaman yang mereka lakukan itu. Dan sekiranya tidak ada dari penduduk yang merasa simpati kepada kaum Muslimin, membawakan makanan ke celah-celah gunung1 tempat mereka mengungsi itu, niscaya mereka akan mati kelaparan. Hisyam ibn Amr adalah salah orang yang termasuk paling simpati kepada Muslimin. Tengah malam ia datang membawa unta yang sudah dimuati makanan atau gandum. Bilamana ia sudah sampai di depan celah gunung itu, dilepaskannya tali untanya lalu dipacunya supaya terus masuk ke tempat mereka dalam celah itu.

Merasa kesal melihat Muhammad dan sahabat-sahabatnya dianiaya demikian rupa, ia mengajak beberapa orang untuk membatalkan piagam pemboikotan itu. Demikianlah piagam itu batal dengan sendirinya, walaupun beberapa tokoh Quraisy seperti Abu Jahl menentangnya. Beberapa penulis biografi dalam hal ini berpendapat, bahwa diantara mereka yang bertindak menghapuskan piagam itu terdapat orang-orang yang masih menyembah berhala. Sesudah piagam disobek, Muhammad dan pengikut-pengikutnyapun keluar dari lembah bukit-bukit itu. Seruannya dikumandangkan lagi kepada penduduk Mekah dan kepada kabilah-kabilah yang pada bulan-bulan suci itu datang berziarah ke Mekah. Meskipun ajakan Muhammad sudah tersiar kepada seluruh kabilah Arab di samping banyaknya mereka yang sudah menjadi pengikutnya, tapi sahabat-sahabat itu tidak selamat dari siksaan Quraisy, juga dia tidak dapat mencegahnya.

Meninggalnya Abu Talib dan Khadijah ra Pada tahun ke sepuluh kerasulan Nabi Saw, yaitu beberapa bulan kemudian sesudah penghapusan piagam itu, secara tiba-tiba sekali dalam satu tahun saja Muhammad mengalami dukacita yang sangat menekan perasaan, yakni kematian Abu Talib dan Khadijah secara berturut-turut. Waktu itu Abu Talib sudah berusia delapanpuluh tahun lebih. Ketika Abu Talib meninggal hubungan Muhammad dengan pihak Quraisy lebih buruk lagi dari yang sudah-sudah. Dan sesudah Abu Talib, disusul pula dengan kematian Khadijah, Khadijah yang menjadi sandaran Muhammad, Khadijah yang telah mencurahkan segala rasa cinta dan kesetiaannya, dengan perasaan yang lemah-lembut, dengan hati yang bersih, dengan kekuatan iman yang ada padanya. Khadijah, yang dulu

menghiburnya bila ia mendapat kesedihan, mendapat tekanan dan yang menghilangkan rasa takut dalam hatinya. Ia adalah bidadari yang penuh kasih sayang. Pada kedua mata dan bibirnya Muhammad melihat arti yang penuh percaya kepadanya, sehingga ia sendiripun tambah percaya kepada dirinya. Sesudah kehilangan dua orang yang selalu membelanya itu Muhammad melihat Quraisy makin keras mengganggunya. Yang paling ringan diantaranya ialah ketika seorang pandir Quraisy mencegatnya di tengah jalan lalu menyiramkan tanah ke atas kepalanya. Tahukah orang apa yang dilakukan Muhammad? Ia pulang ke rumah dengan tanah yang masih diatas kepala. Fatimah puterinya lalu datang mencucikan tanah yang di kepala itu. Ia membersihkannya sambil menangis. Tak ada yang lebih pilu rasanya dalam hati seorang ayah dari pada mendengar tangis anaknya, lebih-lebih anak perempuan.

Taif Terasing seorang diri, ia pergi ke Taif, dengan tiada orang yang mengetahuinya. Ia pergi ingin mendapatkan dukungan dan suaka dari Thaqif terhadap masyarakatnya sendiri, dengan harapan merekapun akan dapat menerima Islam. Tetapi ternyata mereka juga menolaknya secara kejam sekali. Kalaupun sudah begitu, ia masih mengharapkan mereka jangan memberitahukan kedatangannya minta pertolongan itu, supaya jangan ia disoraki oleh masyarakatnya sendiri. Tetapi permintaannya itupun tidak didengar. Bahkan mereka menghasut orang-orang pandir agar bersorak-sorai dan memakinya. Ia pergi lagi dari sana, berlindung pada sebuah kebun kepunyaan Utba dan Syaiba anak-anak Rabia. Ketika itu keluarga Rabia sedang memperhatikannya dan melihat pula kemalangan yang dideritanya. Mereka merasa iba dan kasihan melihat nasib buruk yang dialaminya itu. Budak mereka, seorang beragama Nasrani bernama Addas, diutus kepadanya membawakan buah anggur dari kebun itu. Sambil meletakkan tangan di atas buah-buahan itu Muhammad berkata: Bismillah! Lalu buah itu dimakannya. Addas memandangnya keheranan. Kemudian Nabi Saw menerangkan itu adalah ajaran islam. Saat itu Addas lalu membungkuk mencium kepala, tangan dan kaki Muhammad. Peristiwa Nabi Saw ke Taif itu kemudian diketahui pula oleh Quraisy sehingga gangguan mereka kepada Muhammad makin menjadi-jadi. Tetapi hal ini tidak mengurangi kemauan Muhammad menyampaikan dakwah Islam. Kepada kabilah-kabilah Arab pada musim ziarah, itu ia

memperkenalkan diri, mengajak mereka mengenal arti kebenaran. Muhammad Saw sendiri tidak cukup hanya memperkenalkan diri kepada kabilah-kabilah Arab pada musim ziarah di Mekah saja, bahkan ia mendatangi kabilah-kabilah dan rumah-rumah mereka. Tapi tak seorangpun dari mereka yang mau mendengarkan.

Isra Miraj Pada tahun yang sama, tahun ke sepuluh kerasulan Nabi saw, pada masa itulah Isra dan Miraj terjadi. Malam itu Muhammad sedang berada di rumah saudara sepupunya, Hindun puteri Abu Talib yang mendapat nama panggilan Umm Hani. Pada tengah malam yang sunyi dan hening, datanglah Malaikat Jibril menemui Nabi untuk berisra dari Masjidil Haram Mekah ke Masjidil Aqsa (Baitul Maqdis) di Palestina. Nabi Saw berisra dengan mengendarai seekor hewan ajaib, yaitu buraq. Dalam perjalanan itu ia ditemani oleh malaikat. Lalu berhenti di gunung Sinai di tempat Nabi Musa menerima wahyu dari Allah Swt. Kemudian berhenti lagi di Bethlehem tempat Isa dilahirkan. Seterusnya mereka sampai ke Baitl-Maqdis. Do tempat ini Nabi Saw sudah ditunggu oleh nabi-nabi, antara lain Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as, Nabi sulaiman sa, dan Nabi Isa as. Mereka bersembahyang bersama-sama dengan Rasulullah Saw sebagai imam. Setelah sambutan-sambutan oleh mereka dan diakhiri oleh Rasulullah Saw, kemudian dibawakan tangga yang disebut Sulam Jannah, yang dipancangkan diatas batu Yaqub. Dengan tangga itu Muhammad naik ke langit bersama-sama dengan malaikat Jibril. Langit pertama terbuat dari perak murni dengan bintang-bintang yang digantungkan dengan rantai-rantai emas. Tiap langit itu dijaga oleh malaikat, supaya jangan ada setan-setan yang bisa naik ke atas atau akan ada jin yang akan mendengarkan rahasia-rahasia langit. Di langit inilah Muhammad memberi hormat kepada Adam. Di tempat ini pula semua makhluk memuja dan memuji Tuhan. Pada langit kedua Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Yahya as dan Nabi Isa as. Kemudian di langit ke tiga bertemu dengan Nabi Yusuf as. Di langit ke empat bertemu dengan Nabi Idris as. Dilangit ke lima bertemu dengan Nabi Harun as. Di langit ke enam Rasulullah Saw bertemu dengan Nabi Musa as. Di sini Nabi Musa as berpesan agar Nabi Saw singgah sebentar pada perjalanan pulang nanti. Kemudian Nabi Saw naik lagi ke langit ke tujuh. Di sini Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim as menasehatkan agar umat Muhammad Saw banyak-banyak membaca Lahaula wala quata illaa billahilaliyiladziim sebagai tanaman surga. Kemudian Rasulullah naik lagi bersama-sama malaikat Jibril ke Sidratul Muntaha. Selanjutnya

malaikat Jibril mengajak Rasul Saw untuk menyaksikan surga dan juga neraka. Setelah itu Nabi Saw naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi tanpa malaikat Jibril. Jibril menyatakan bahwa ia tidak sanggup untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Kemudian sampailah Rasulullah Saw ke tingkat yang dinamakan Arasy. Beliau berjumpa dengan Allah Swt dan menerima perintah sholat sebanyak 50 kali setiap hari bagi umatnya. Kemudian Muhammad Saw kembali turun dari langit, ia singgah di tempat Nabi Musa as sesuai pesan sebelumnya. Nabi Musa as menyarankan agar Rasulullah Saw meminta keringanan karena dianggapnya perintah itu terlalu berat bagi umat Rasul Saw. Demikianlah, Rasul Saw sampai berkali-kali menghadap Allah Swt untuk meminta keringanan atas usul Nabi Musa as, hingga berakhir dengan ketentuan yang lima kali. Setelah selesai Miraj, Nabi Saw kembali ke bumi dengan tangga Sulam Jannah. Setelah itu beliau pulang ke Mekah dengan Buraq. Orang-orang Quraisy tidak dapat memahami arti isra, juga mereka yang sudah Islam banyak yang tidak memahami artinya seperti sudah disebutkan tadi. Itu sebabnya, ada kelompok yang lalu meninggalkan Muhammad yang tadinya sudah sekian lama menjadi pengikutnya. Setelah Isra Miraj itu Rasulullah masih tetap tinggal di Mekah beberapa tahun, walaupun Quraisy tambah keras menentangnya. Apabila musim ziarah sudah tiba, orang-orang dari segenap jazirah Arab sudah berkumpul lagi di Mekah, iapun mulai menemui kabilah-kabilah itu. Diajaknya mereka memahami kebenaran agama yang dibawanya itu.

Ikrar Aqaba Pertama Sementara itu, ada dua kabilah di Yathrib, Aus dan Khazraj, yang saling bermusuhan. Di sana terdapat juga orang-orang Yahudi. Hubungan tetangga dan hubungan dagang Yahudi membuat Arab -Aus dan Khazraj -lebih banyak mengetahui cerita-cerita kerohanian dan masalah-masalah agama lainnya di banding dengan golongan Arab yang lain. Dengan demikian penduduk Yathrib ini relatif lebih mudah menerima dakwah Rasul Saw. Pada waktu itu telah terjadi pertempuran sengit antara Aus dan Khazraj. Baik yang menang maupun yang kalah dari kalangan Aus dan Khazraj sama-sama berpendapat tentang akibat buruk yang telah mereka lakukan itu, karena sejak itu orang-orang Yahudi dapat mengembalikan kedudukannya di Yathrib. Ketika itu musim ziarah tiba setelah isra miraj Nabi Saw, beberapa

orang dari Yathrib pergi ke Mekah . Setelah Nabi bicara dengan mereka dan diajaknya mereka bertauhid kepada Allah, mereka menyambut dengan baik dan menyatakan diri masuk Islam. Orang-orang itu lalu kembali ke Medinah. Dua orang diantara mereka itu dari Banun-Najjar, keluarga Abdl-Muttalib dari pihak ibu Ternyata merekapun menyambut pula dengan senang hati agama ini. Tiba tahun berikutnya, bulan-bulan sucipun datang lagi bersama datangnya musim ziarah ke Mekah, dan ke tempat itu datang pula duabelas orang penduduk Yathrib. Mereka ini bertemu dengan Nabi di Aqaba. Di tempat inilah mereka menyatakan ikrar atau berjanji kepada Nabi (yang kemudian dikenal dengan nama) Ikrar Aqaba pertama. Mereka berikrar kepadanya untuk tidak menyekutukan Tuhan, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak mengumpat dan memfitnah. Jangan menolak berbuat kebaikan. Barangsiapa mematuhi semua itu ia mendapat pahala surga, dan kalau ada yang mengecoh, maka soalnya kembali kepada Tuhan. Tuhan berkuasa menyiksa, juga berkuasa mengampuni segala dosa. Kemudian Muhammad Saw menugaskan kepada Mushab bin Umair supaya mengajarkan Islam serta seluk-beluk hukum agama. Setelah adanya ikrar ini Islam makin tersebar di Yathrib. Mushab bertugas memberikan pelajaran agama di kalangan Muslimin Aus dan Khazraj.

Ikrar Aqaba Kedua Pada musim haji tahun berikutnya mereka datang lagi ke Mekah dalam jumlah yang lebih besar dengan iman kepada Tuhan yang sudah lebih kuat. Tahun itu - 622 M - jemaah haji dari Yathrib praktis jumlahnya banyak sekali, terdiri dari tujuhpuluh lima orang, tujuhpuluh tiga pria dan dua wanita. Rasulullah Saw mengusulkan untuk mengadakan suatu ikrar, yang berupa ikrar pakta persekutuan. Mereka kemudian berjanji untuk bertemu di Aqaba pada tengah malam pada harihari Tasyriq. Peristiwa ini oleh Muslimin Yathrib tetap dirahasiakan dari kaum musyrik yang datang bersama-sama mereka. Sesampai mereka di gunung Aqaba, mereka semua memanjati lereng-lereng gunung tersebut. Rasulullah Saw bersama pamannya Abbas b. Abdl-Muttalib yang pada waktu itu masih menganut kepercayaan golongannya sendiri.

Inilah kata-kata Abbas yang pertama kali bicara. Saudara-saudara dari Khazraj! kata Abbas. Posisi Muhammad di tengah-tengah kami sudah sama-sama tuan-tuan ketahui. Kami dan mereka yang sepaham dengan kami telah melindunginya dari gangguan masyarakat kami sendiri. Dia adalah orang yang terhormat di kalangan masyarakatnya dan mempunyai kekuatan di negerinya

sendiri. Tetapi dia ingin bergabung dengan tuan-tuan juga. Jadi kalau memang tuan-tuan merasa dapat menepati janji seperti yang tuan-tuan berikan kepadanya itu dan dapat melindunginya dari mereka yang menentangnya, maka silakanlah tuan-tuan laksanakan. Akan tetapi, kalau tuan-tuan akan menyerahkan dia dan membiarkannya terlantar sesudah berada di tempat tuan-tuan, maka dari sekarang lebih baik tinggalkan sajalah.

Kemudian giliran Rasulullah Saw : Saya minta ikrar tuan-tuan akan membela saya seperti membela isteri-isteri dan anak-anak tuan-tuan sendiri. Di antara mereka adalah Al-Bara b. Marur, yang tertua di antara mereka. Ia segera mengulurkan tangan menyatakan ikrarnya seraya berkata: Rasulullah, kami sudah berikrar. Kami adalah orang peperangan dan ahli bertempur yang sudah kami warisi dari leluhur kami. Tetapi sebelum Al-Bara selesai bicara, Abul-Haitham ibnt-Tayyihan, seorang di antara mereka menyela: Rasulullah, kami dengan orang-orang itu yakni orang-orang Yahudi - terikat oleh perjanjian, yang sudah akan kami putuskan. Tetapi apa jadinya kalau kami lakukan ini lalu kelak Tuhan memberikan kemenangan kepada tuan, tuan akan kembali kepada masyarakat tuan dan meninggalkan kami? Muhammad tersenyum, dan katanya: Tidak, saya sehidup semati dengan tuan-tuan. Tuan-tuan adalah saya dan saya adalah tuan-tuan. Saya akan memerangi siapa saja yang tuan-tuan perangi, dan saya akan berdamai dengan siapa saja yang tuan-tuan ajak berdamai. Demikianlah, mereka lalu menyatakan ikrar kepadanya. Keesokan harinya pagi-pagi baru mereka bangun. Akan tetapi pagi itu juga Quraisy sudah mengetahui berita adanya ikrar itu. Mereka terkejut sekali. Pagi itu pemuka-pemuka Quraisy mendatangi Khazraj di tempatnya masing-masing. Ketika itu juga orang-orang musyrik dari kalangan Khazraj bersumpah-sumpah bahwa hal semacam itu tidak ada sama sekali. Sedang Muslimin malah diam saja setelah dilihatnya Quraisy lagaknya akan mempercayai keterangan orang-orang yang seagama dengan mereka itu. Ketika Quraisy akhirnya mengetahui, bahwa berita itu memang benar. Tetapi mereka sudah pulang ke Yathrib.

Hijrahnya Muslimin ke Yathrib Setelah ikrar Aqaba ke dua itu, dimintanya sahabat-sahabatnya supaya menyusul kaum Anshar ke Yathrib. Hanya saja dalam meninggalkan Mekah hendaknya mereka terpencar-pencar, supaya jangan sampai menimbulkan kepanikan pihak Quraisy terhadap mereka. Mulailah kaum Muslimin melakukan hijrah secara sendiri-sendiri atau kelompok-kelompok kecil. Akan tetapi hal itu rupanya sudah diketahui oleh pihak Quraisy. Mereka segera bertindak, berusaha mengembalikan yang

masih dapat dikembalikan itu ke Mekah untuk kemudian dibujuk supaya kembali kepada kepercayaan mereka, kalau tidak akan disiksa dan dianiaya. Sampai-sampai tindakan itu ialah dengan cara memisahkan suami dari isteri; kalau si isteri dari pihak Quraisy ia tidak dibolehkan pergi ikut suami. Yang tidak menurut, isterinya yang masih dapat mereka kurung, dikurung. Akan tetapi mereka takkan dapat berbuat lebih dari itu. Mereka kuatir akan pecah perang saudara antarkabilah jika mereka mencoba membunuh salah seorang dari kabilah itu. Berturut-turut kaum Muslimin hijrah ke Yathrib. Sementara itu Muhammad Saw tetap tinggal. Setelah banyak orang yang berhijrah, Quraisy mengadakan pertemuan di Darn-Nadwa membahas semua persoalan itu serta cara-cara pencegahannya. Mereka memutuskan, dari setiap kabilah akan diambil seorang pemuda yang dipersenjatai dengan sebilah pedang yang tajam, yang secara bersama-sama sekaligus mereka akan menghantamnya, dan darahnya dapat dipencarkan antarkabilah. Dengan demikian Banu Abd Manaf takkan dapat memerangi mereka semua. Mereka menyetujui pendapat ini dan merasa cukup puas. Mereka mengadakan seleksi di kalangan pemudapemuda mereka.

Periode Madinah Dikota mekkah telah kita ketahui bahwa bangsa quraisy dengan segala upaya akan melumpuhkan gerakan Muhammad Saw. Hal ini di buktikan dengan pemboikotan yang dilakukan mereka kepada Bani Hasyim dan Bani Mutahlib. Di antara pemboikotan tersebut adalah: 1. Memutuskan hubungan perkawinan 2. memutuskan hubungan jual beli 3. memutuskan hubungan ziarah dan menziarah dan lain-lain Pemboikotan tersebut tertulis di atas kertas shahifah atau plakat yang di gantungkan di kakbah dan tidak akan di cabut sebelum Nabi Muhammad Saw. Menghentikan gerakannya. Nabi Muhammad Saw. Merasakan bahwa tidak lagi sesuai di jadikan pusat dakwah ialam beliau bersama zaid bin haritsah hijrah ke thaif untuk berdakwah ajaran itu ditolak dengan kasar. Nabi Saw. Di usir, di soraki dan dikejar-kejar sambil di lemparidengan batu. Walaupun terluka dan sakit, Beliau tetap sabar dan berlapang dada serta ikhlas. Meghadapi cobaan yang di hadapinya. Saat mengahadapi ujian yang berat Nabi Saw bersama pengikutnya di perintahkan oleh ALLaH SWT untuk mengalami isra dan miraj ke baitul maqbis di palestina, kemudian naik kelangit hingga ke sidratul muntaha. Kejadian isra dan miraj terjadi pada malam 17 rajab tahun ke-11 dari kenabiannya (sekitar 621 M) di tempuuh dalam waktu satu malam. Hikmah Allah Swt. Dari peristiwa isra dan miraj antar lain sebagai berikut. 1. Karunia dan keistimewaan ersendiri bagi Nabi saw. 2. Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan beliau sebagai rasul 3. Menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri. Berita ini menjadi olokan kaum Quraisy kepada Nabi saw. Mereka mengira Nabi saw telah gila. Orang pertama memperceyainya adlah Abu Bakar sehingga diberi gelar As Siddiq.

Hijrah Nabi Muhammad saw Ke Yatsrib (Madinah) Faktor yang menorong hijrahnya Nabi saw 1. Ada tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib, karena:

1. pada tahun 621 M telah dating 13 orang penduduk Yatsrib menemuiNabi saw di bukit Akabah. 2. pada tahun berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang Yatsrib ke Mekkah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj 2. Rencana pembunuhan Nabi saw oleh kaum Quraisy yang hasil kesepakatannya sbb: 1. Merea sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah berkuasa di Yatsrib. 2. Membunuh Nabi saw sebelum beliau ikut pindah ke Yatsrib.

3. Rencana pembunuhan Nabi saw: 1. Setiap suku Quraisy mengirimkan seorang pemudah tangguh. 2. Mengepung rumah Nabi saw dan akan membunuhnya saat fajar. Rencana-rencana tersebut diketaui oleh Nabi saw dan parapemuda qurasy terkacoh. Mereka mengejar dan enjelajahi seluruh kota untuk mencari Nabi saw tetapi hasilnya nihil. Kemudian Nabi bersama pengikutnya melanjutkan perjalanannya menelusuri pantai laut mera

Akhir Periode Dakwah Rasululah di Kota Mekkah Dengan berpindahnya Nabi saw dari Mekkahmaka berakhirlah periode pertama perjalanan dakwah beliau di kota Mekkah. Beliau berjuang antara hidup dan mati menyerukan agama Islam di tengah masyarakat Mekkah dengan jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan raga. Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari beristirahat, Nabi mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama dalam sejarah Islam. Tepathari Jumat 12 Rabiul awal tahun 1 hijrahbertepatan 24 September 6 M, Nabi saw mengadakan shalat Jumat yang pertama kali dalam sejarah Islam dan Beliaupun berkhotbah di hadapan muslimin Muhajirin dan Anshar.

Dakwah Rasulullah Periode Madinah Penduduk kota Madinah terb\diri dari 2 golongan yang berbeda jauh, yaitu: 1. Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj 2. Golongan yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari utara (Palestina)

Dengan hijrahnya kaum muslimin, terbukalah kesmpatan bagi Nabi saw untuk mengatur strategi membentuk masyarakat Islam yang bebas dari ancaman musuh baik dari luar maupun dari dalam. Manfaat Nabi Hijrah ke Madinah 1. Selain sebagai pelaku bisnis, ia mempunyai kewajiban dalam berdakwah menyiarkan islam yang aman, damai dan tidak melanggar perjanjian bisnis yang islami. 1. Perjanjian dapat dilakukan antara pebisnis yang berlainan agama 2. Sesama pebisnis muslim, baik sebagai bos maupun karyawan, dapat mengambil hikmah dai konsep muhajrin sebagi pendatang, dan anshar sebagi tuan rumah (penolong). 3. Inti dari pengembangan usaha, apapun bidangnnya harus mengikuti usaha yang islami tidak mengurangi takaran, tidak merusak dan tidak merampas hak orang lain.

B. Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah saw Adapun substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara lain: 1. Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajjirin dengan kaum Anshar 2. Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam 3. Meletakkan dasar-dasar politik ekonomi dan social untk masyarakat Islam Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam dapat mewujudkan nagari Baldatun Thyyibatun Warabbun Ghafur dan Madinah disebut Madinatul Munawwarah . C. Hasil Dakwah Rasululah Hikmah sejarah dakwah Rasulullah saw antara lain: 1. Dengan persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum Anshar dapat memberikan rasa aman dan tentram. 2. Persatuan dan saling menghormati antar agama 3. Menumbuh-kembangkan tolong menolong antara yang kuat dan lemah, yang kaya dan miskin

4. Memahami bahwa umat Islam harus berpegang menurut aturan Allah swt 5. memahami dan menyadaribahwa kita wajib agar menjalin hubungan dengan Allah swt dan antara manusia dengan manusia 6. Kita mendapatkan warisan yang sangat menentukan keselamatan kita baik di dunia maupun di akhirat. 7. Menjadikan inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama Islam 8. Terciptanya hubungan yang kondusif

D. Ibrah Dakwah Rasulullah Sikap dan perilaku yang menceinkan dakwah Rasulullah saw antara lain: 1. mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa Muhammad saw adalah rasul dan nabi penutup para nabi 2. Mencintai Rasullulah saw 3. Mensosialisasikan sunnah Nabi saw 4. Gemar dan senang membaca buku sejarah nabi-nabi 5. Memelihara silaturahmi dengan sesama manusia 6. Berkunjung ke tanah suci Mekkah atau Madinah untuk melihat/ menapak tilas perjuangan Nabi Muhammad saw 7. Mempelajari dan memahami Al Quran dan hadis-hadisnya 8. Senantiasa berjihad dijalan Allah 9. Aktif/ikut serta dalam acara kepanitiaan untuk memperingati hari-hari besar Islam 10. Merawat dan melestarikan tempat ibadah (masjid) 10. Menekuni dan mempelajari warisan Nabi saw

Latansa Setelah mendapatkan nasihat dari Waraqah bin Naufal seputar turunnya wahyu pertama, maka Nabi Muhammad lebih banyak tafakkur di rumah dalam upaya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. 40 hari dari Nabi menerima wahyu yang pertama, maka turunlah wahyu yang kedua disaat Nabi sedang berbaring dalam keadaan berselimut. Allah memberikan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, yang tidak dimiliki Nabinabi sebelumnya, yaitu: 1. Dimenangkannya beliau dari rasa takut pada musuhnya, walaupun jaraknya masih satu bulan perjalanan. 3. Dijadikannya bumi sebagai masjid dan suci. Sehingga, seorang musafir dari umat beliau jika menemui waktu shalat, ia dapat shalat di manapun. Dan jika tidak ada air, debu di bumi manapun bisa dipakai sebagai tayammum. 4. Dihalalkannya harta rampasan perang. 5. Diberikannya syafaat bagi beliau. 6. Bahwa dakwahnya luas sifatnya dan umum (universal) untuk seluruh manusia, bukan hanya untuk kaumnya saja (Bangsa Arab). Dengan demikian, perbedaan antara dakwah beliau dengan dakwah Nabi sebelumnya adalah dakwah beliau merupakan rahmat untuk seluruh alam (rahmatan lil alamin). Dengan kondisi yang demikianlah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mulai berdakwah. Pelajaran yang Bisa Diambil 1. Dari surat Iqra dan Al-Muddatsir dapat kita ambil pelajaran bahwa seorang juru dakwah harus memiliki persiapan-persiapan sebagai berikut:

Membekali diri dengan ilmu Membersihkan diri secara lahir dan batin; membersihkan badan dan pakaian dari kotoran serta najis; membersihkan jiwanya dari kesyirikan dan maksiat.

Ikhlas dalam memberikan dan mengamalkan sesuatu. Sabar. Sedangkan tugasnya adalah:

memberi peringatan. mengagungkan Allah. menjauhi dan menjauhkan segala kesyirikan dan kejelekan.

2. Bahwa seluruh dakwah para Nabi adalah tauhidullah (mengesakan Allah dalam ibadah dan menjauhi kesyirikan) dan ittiba Rasul (beribadah dengan mengikuti sunnah Rasul). 3. Bahwa seluruh dakwah Nabi shallallahu alaihi wa sallam berlaku umum untuk seluruh manusia, baik Arab maupun Ajam (non Arab). 4. Bahwa akhlak yang baik sangat mempengaruhi berhasil tidaknya dakwah, khususnya masalah kejujuran. 5. Pentingnya shalat karena dia merupakan kewajiban yang pertama di awal-awal turunnya wahyu. 6. Bahwa dakwah bisa dilakukan secara fardiyyah dari mulut ke mulut (secara perorangan). 7. Dakwah sirriyyah dilakukan di kala ajaran Islam belum dikenal oleh seorang pun dan (dilakukan) terhadap orang-orang yang kafir. Demikian pula dilakukannya shalat secara sembunyi-sembunyi adalah terhadap orang-orang yang kafir. 8. Bahwa pada tahapan ini, orang-orang Quraisy pun sudah mengetahuinya, tetapi tidak menanggapinya sehingga ini membuktikan bahwa marhalah (tahapan) ini lebih dekat kalau dikatakan dakwah fardiyyah. Beliau menyampaikannya hanya kepada orang-orang yang dia percaya dan diduga akan menerima dakwahnya. Jadi dakwah tidak disyiarkan secara umum. 11. Dengan demikian, jelaslah kesalahan kelompok-kelompok dakwah yang sampai

menghalalkan dusta untuk merahasiakan dakwahnya, karena mayoritas manusia di sekitarnya adalah kaum muslimin. Mengapa mereka menyembunyikan ajarannya? Apakah ajarannya lain dengan kita? Atau menganggap kita semua adalah orang-orang kafir? Maka jawabnya: kalau mereka berbeda dengan ajaran Islam yang berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah, maka mereka adalah ahli bidah. Wajib kaum muslimin untuk menghindari mereka. Kalau mereka menganggap kita dan (menganggap) mayoritas kaum muslimin adalah kafir, maka mereka adalah khawarij. Wajib bagi kita untuk berhati-hati terhadap mereka. Dan kalau ajarannya memang berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah dengan pemahaman yang benar, mengapa harus disembunyikan dakwah terhadap sesama kaum muslimin.

Tamrinat 1. Tuliskan beberapa alasan Nabi melakukn dakwah dengan sembunyi-sembunyi ? 2. Sejak kapan Nabi melakukan dakwah dengan terang-terangan ? 3. Siapakah yang membantu Nabi dalam melakukan dakwah selama di Makah ? 4. Tuliskan Ibrah yang dakwah diambil dari dakwah yang telah dilakukan oleh Nabi ? 5. Tuliskan ayat yang memerintahkan Nabi agar melakukan dakwah dengan cara terangterangan !

BAB II KEPEMIMPINAN PASCA NABI WAFAT1. PROSES DAN MODEL PEMILIHAN JAMAN KHULAFAUR RASYIDIN. Khulafaur Rasyidin ( 11-40 H / 632-660 M) Khulafaurra-Rasyidin merupakan pemimpin umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang demokratis. Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Saidah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.

Masa Abu Bakar ra. ( 11-13 H / 632-634 M) Abu Bakar nama aslinya adalah Abdus Syams. Tetapi, setelah masuk Islam namanya diganti oleh Rasulullah sehingga menjadi Abu Bakar. Gelar Ash- Shiddiq diberikan padanya karena ia adalah orang yang pertama mengakui peristiwa Isra' Mi'raj. Lalu, ia pun diberi gelar Ash- Shiddiq (Orang yang percaya). Ia juga adalah orang yang ditunjuk oleh Nabi Muhammad SAW untuk menemaninya hijrah ke yastrib. Namun saat ditengah perjalanan mereka dikejar oleh utusan para kabilah Quraisy, sehingga mereka mencari tempat untuk sembunyi. Mereka menemukan sebuah goa dan Abu Bakar menyarankan untuk sembunyi disana. Setelah Rasulullah SAW menyetujuinya, ia melarang Nabi masuk kedalam. Beliau memasukinya terlebih dahulu dan mencari kalau ada lubang tempat tinggal hewan liar. Saat ia temukan ia menutupnya dengan selembar kain kecuali satu lubang karena

kainnya telah habis. Setelah itu mereka beristirahat disana, hingga Rasulullah SAW terlelap. Ia melihat ada ular keluar dari lubang ( yang tidak ditutupinya ) lalu ia menutupinya dengan kakinya, sehingga ular itu menggigit kakinya ia menagis namun ia tidak mengatakannya kepada Nabi SAW karena takut membangunkannya. Tetapi ia tidak menyadari bahwa air matanya menetes ke pipi Nabi Muhammad SAW, sehingga beliau terbangun. Beliau melihat Abu Bakar sedang menagis lalu berkata,"Katakanlah wahai Abu Bakar Mengapa kamu menagis?" Mendengar hal itu ia terkejut karena tidak tahu bahwa Nabi SAW telah terjaga dari tidurnya. Maka ia pun menjawab,"Sesungguhnya aku melihat lubang sarang hewan melata disana dan ia(hewan itu) hendak keluar maka aku tutupi lubang itu dengan kakiku supaya tidak mengganggumu wahai rasul allah." Mendengar hal itu Nabi SAW menangis lalu berkata," Berikan kakimu" Lalu beliau meludahinya dan seketika luka Abu Bakar sembuh.Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan menuju yastrib yang lalu namanya diubah menjadi Madinah. Ketika Rasulullah SAW sakit keras, beliau tidak dapat mengimami shalat jamaah. Maka ditunjuklah Abu Bakar untuk menggantikannya. Bagi sebagian warga Madinah, ini adalah indikasi bahwa suksesi kepemimpinan Rasulullah SAW diteruskan kepada Abu Bakar. Ketika Rasulullah wafat, sebagian kalangan muslim Anshar dan beberapa orang dari pihak Muhajirin mengadakan pertemuan di Saqifah Bani Sa'idah. Sempat terjadi perselisihan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Dan akhirnya, terpilihlah Abu Bakar as-Siddiq sebagai Khalifah pertama.

Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan).

Khalid ibn Al-Walid adalah jenderal yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini. Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah. Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jenderal yaitu Abu Ubaidah, Amr ibn Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria. Salah satu hal monumental pada era Abu Bakar ra adalah pengumpulan mushaf al Quran dari para sahabat-sahabat yang lain, yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit ra.

Masa Umar Ibn Khatab ra. (13-23 H / 634-644 M) Umar Ibnu Khatab memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, terlahir di Mekkah, dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Orangtuanya bernama Khaththab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan Hantamah binti Hasyim. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah. Sebelum Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu, Umar mengubur putrinya hidup-hidup. Sebagaimana yang ia katakan sendiri, "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku". Ketika ajakan memeluk Islam dideklarasikan oleh Nabi Muhammad SAW, Umar mengambil posisi untuk membela agama tradisional kaum Quraish (menyembah berhala). Pada saat itu Umar adalah salah seorang yang sangat keras dalam melawan pesan Islam dan sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluknya. Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat

mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu'aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya. Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur'an (surat Thoha), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Qur'an tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga. Umar adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke Yathrib (Madinah) pada tahun 622 Masehi. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia adalah salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammad SAW Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad. Setelah Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh tangan kanannya, Umar ibn Khattab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir alMuminin (Komandan orang-orang yang beriman). Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr ibn Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Saad ibn Abi Waqqash. Iskandaria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan

mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan menciptakan tahun hijrah. Salah satu hal yang monumental pada era sayidina Umar ra adalah mengenai sholat tarawih. Berikut salah satu riwayatnya, yang menjadi pegangan umat islam di seluruh dunia sampai saat ini. Diriwayatkan oleh Yazid Ibn Khusayfah dari Sib Ibn Yazd bahwa semua orang mengerjakan sholat tarawih 20 rakaat dalam bulan ramadlan pada masa khalifah Umar Ibn Khatab ra. (Baihaqi dalam As Sunaul Kubra, vol.2 hal 496) Peganglah kuat-kuat sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin.(Abu Dawud vol 2 hal 635, Tirmidzi vol 2 hal 108, Sunan Darimi vol 1 hal 43 dan Ibn Majah hal 5). Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad. Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk shalat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk

shalat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia shalat. Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di jaman itu, ia tetap hidup sebagaimana saat para pemeluk Islam masih miskin dan dianiaya. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah. Umar ra memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Luluah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Saad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib. . Masa Utsman Ibn Afan ra. ( 23-35 H / 644-655 M) Nama beliau ra. adalah Utsman bin Affan bin al-Ash bin Umayyah bin Abdus Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib, al-Quraisyi alUmawi al-Makki.

Beliau ra. dilahirkan pada tahun keenam sejak Tahun Gajah. Beliau ra. masuk Islam lewat ajakan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. serta termasuk Assabiqunal Awwalun. Beliau ra. adalah satu dari 10 Sahabat yang dijamin surga. Terdapat 146 hadits yang beliau ra. riwayatkan, menurut Imam Suyuthi. Beliau ra. melakukan dua kali hijrah, ke Habasyah (Ethiopia) dan Madinah. Dari Anas ra., dia berkata: Orang yang pertama kali melakukan hijrah dari kalangan kaum muslimin ke Habasyah adalah Utsman dan keluarganya.

Ibnu Asakir meriwayatkan dari berbagai jalur periwayatan bahwa Utsman bin Affan adalah lelaki yang berpostur semampai, tidak tinggi dan tidak juga pendek. Wajahnya rupawan, putih kemerahan. Di wajahnya ada bintik-bintik cacar. Jenggotnya tebal, tulang-tulang sendinya besar, pundaknya lebar, betisnya gempal, tangannya panjang, penuh bulu. Dia berambut keriting, botak, gigi depannya indah, rambut kepalanya menutupi kedua telinganya, memakai semir kuning. Dia menempeli giginya dengan emas. Ibnu Asakir meriwayatkan dari AbduLlah bin Hazm al-Muzanni, dia berkata: Saya melihat Utsman. Saya tidak melihat seorang lelaki atau wanita yang memiliki keindahan wajah seelok wajah Utsman. Di masa pemerintahan Utsman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristall berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini. Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umumnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H 1655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu. Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh karabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegjatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah. Penulisan Al Quran dilakukan kembali pada masa sayidina Utsman ra. Ini terjadi pada tahun 25 H. Dan al Quran yang kita pegang saat ini adalah mushaf Utsman.

Perngumpulan data-data Al-Quran Hudzaifah bin al-Yaman sepulang dari Perang di Armenia pergi menemui Utsman ra. setelah melihat perbedaan di kalangan umat Islam di beberapa wilayah dalam membaca Al-Quran. Perbedaan yang dapat mengancam lahimya perpecahan. Beliau ra. berkata kepada Utsman: Aku menjumpai orang-orang, wahai Amirul Mukminin, di mana mereka berselisih di dalam membaca AlQuran. Hudzaifah ra. juga berkata: Ambillah tindakan untuk umat ini sebelum berselisih tentang kitab mereka seperti orang Kristen dan Yahudi. Kemudian Utsman ra. mengeluarkan kebijakan beliau ra. guna menertibkan hal itu dan sejumlah besar sahabat ra. sependapat dengan terobosan terpuji tsb. Berkata Ibnut Tin: ...Sedang pengumpulan Utsman sebabnya banyaknya perbedaan dalam hal qiraat, sehingga mereka membacanya menurut logat mereka masing-masing dengan bebas dan ini menyebabkan timbulnya sikap saling menyalahkan, karena kawatir akan timbul bencana , Utsman segera memerintahkan menyalin lembaran-lembaran itu dalam satu mushaf dengan menertibkan surah-surahnya dan membatasinya hanya pada bahasa Quraisy saja dengan alasan bahwa Al-Quran diturunkan dengan bahasa mereka (Quraisy). Sekalipun pada mulanya memang diizinkan membacanya dengan bahasa selain Quraisy guna menghindari kesulitan. Dan menurutnya keperluan demikian ini sudah berakhir, karena itulah ia membatasinya hanya pada satu logat saja. (Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat beberapa rujukan semisal: Ulumul Quran karya Manna Khalil Al-Qattan, History of Quranic Text karya Al-Azami, dll.)

Masa Ali Ibn Abi Thalib kwh. ( 35-40 H / 655-660 M) Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi[1] atau 600[2](perkiraan). Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun