Buku Ajar DHF

34
MATERI KULIAH PENGENDALIAN VEKTOR DBD OLEH : SANG GEDE PURNAMA,SKM PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS UDAYANA 1

Transcript of Buku Ajar DHF

Page 1: Buku Ajar DHF

MATERI KULIAH

PENGENDALIAN VEKTOR DBD

OLEH :

SANG GEDE PURNAMA,SKM

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS UDAYANA

2010

1

Page 2: Buku Ajar DHF

DAFTAR ISI

Hal

1. Gambaran Umum DBD ......................................................................3

2. Fase Kehidupan Nyamuk (life cycle) .................................................6

3. Bionomik Ae. Aegypti .........................................................................11

4. Mengukur Kepadatan jentik Nyamuk ................................................19

5. Pengendalian Vektor DBD .................................................................22

1. Gambaran umum DBD

2

Page 3: Buku Ajar DHF

Di Indonesia penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan di

kota Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968. Sejak itu penyakit ini menjadi salah satu

penyakit endemis di Indonesia. Selama kurun waktu 1968 sampai 1993 setiap tahun rata-rata

18.000 orang dirawat di rumah sakit dan 700-750 orang meninggal dunia karena terserang

penyakit tersebut (Depkes RI, 1997). Pada tahun 1998 kasus DBD cendrung mengalami

peningkatan, hal ini terlihat dengan tingginya Insiden Rate (IR) sebesar 35,19/100.000

penduduk. Kemudian pada tahun 1999 angka IR menurun tajam sebesar 10,17 %, namun

pada tahun-tahun berikutnya IR meningkat menjadi 15,99 % pada tahun 2000, 21,66 % pada

tahun 2001, 19,24 % pada tahun 2002 dan 23,87 % pada tahun 2003 (Kristina , dkk., 2004).

Pada awalnya penyakit DBD hanya menyerang daerah perkotaan yang berpenduduk

padat saja seperti kota Jakarta dan Surabaya, kemudian penyebarannya berlanjut ke kota-kota

lain seperti Semarang, Yogyakarta dan lain-lainnya. Pada tahun 1985, DBD dilaporkan telah

tersebar baik di kota-kota maupun di desadesa di seluruh Provinsi di Indonesia (Sumarno,

1987).

Demam Berdarah Dengue adalah salah satu penyakit di daerah tropis yang di

sebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti (betina). Ditandai

dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu, gelisah,

nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik-bintik merah, lebam

(ecchymosis) atau ruam (purpura), kadang-kadang terjadi perdarahan di hidung (mimisan),

berak darah, muntah bercampur darah, kesadaran menurun atau shock.

Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari, gigitan nyamuk

itu sendiri lebih dari satu kali. Demam Berdarah hanya ditularkan melalui nyamuk Aedes

aegypti (betina) yang berkembang biak di dalam air jernih di sekitar rumah, bukan di got /

comberan yang berair kotor. Protein yang terkandung di dalam darah diperlukan oleh nyamuk

betina untuk perkembangbiakan (produksi) telurnya.. Virus dengue penyebab DBD termasuk

famili Flaviviridae, yang berukuran kecil sekali, yaitu 35-45 mm.

Virus dengue sampai sekarang dikenal empat serotype (Dengue 1, Dengue 2, Dengue

3, dan Dengue 4) termasuk dalam grup B Arthropoda Borne Virus (Arbovirus). Keempat

serotype virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Hasil penelitian di

Indonesia menunjukan bahwa Dengue-3 sangat berkait dengan kasus Demam Berdarah

3

Page 4: Buku Ajar DHF

Dengue berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh Dengue-2,

Dengue-1, dan Dengue-4 (Dit. Jen. PP & PL, 2005).

Penyakit DBD dapat menyerang semua umur. Pada awalnya penyakit ini lebih banyak

menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecendrungan

kenaikan proporsi penderita DBD pada orang dewasa.

Infeksi virus dengue

Asimptomatik Simptomatik

Demam tidak spesifik Demam Dengue

Perdarahan (-) Perdarahan (+) Syok (-) Syok (+)(SSD)

DD DBD

Gambar 1. Spektrum Klinis Infeksi virus dengue(2)

TINGKAT KEPARAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

DBD diklasifikasikan menjadi 4 tingkatan keparahan, dimana derajat III dan IV dianggap

DSS (Dengue Syok Syndrome). Adanya trombositopenia dengan disertai hemokonsentrasi

membedakan derajat I dan II DHF dan DF.

Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu:

Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan adalah uji torniquet.

Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan

perdaran lain.

Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun

(20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab,

tampak gelisah.

Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

Temuan laboratorium berikut mendukung observasi klinis :

4

Page 5: Buku Ajar DHF

1. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml).

2. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sbb: Peningkatan hematokrit >20%

dibandingkan standar sesuai umur dan jenis kelamin.

II. FASE-FASE KEHIDUPAN NYAMUK ( LIFE CYCLE)

5

Page 6: Buku Ajar DHF

Tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti adalah kontainer air buatan yang berada di

lingkungan perumahan yang banyak ditemukan di dalam rumah dan sekitar lingkungan

perkotaan seperti botol minuman, alas pot bunga, vas bunga, bak mandi, talang air. Selain itu

juga sering ditemukan di lubang pohon, tempurung kelapa dan lainnya.

Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur-larva-pupa/kepompong-

dewasa. Perkembangan Ae. aegypti dari telur sampai menjadi nyamuk dewasa memakan

waktu sekurang-kurangnya sembilan hari. Telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2

hari. Selanjutnya, larva berubah menjadi pupa dalam waktu 5 -15 hari. Stadium pupa

biasanya berlangsung dua hari, lalu keluarlah nyamuk dewasa yang siap mengisap darah dan

menularkan DBD. Umur nyamuk dewasa umumnya 2-3 minggu saja.

a. Telur

Untuk bertelur, nyamuk betina akan mencari tempat seperti genangan air

atau daun pepohonan yang lembab. Nyamuk betina meletakan telurnya didinding tempat

penampuangan air atau barang-barang yang memungkinkan tergenang di bawah permukaan

6

Page 7: Buku Ajar DHF

air. Telur akan diletakan berpencar (pada nyamuk Aedes oder Anopheles) atau dijejerkan

dalam satu baris (contoh nyamuk Culex) yang bisa mencapai 100-300 telur.

Telur berwarna hitam dengan ukuran 0,8 mm, berbentuk oval yang mengapung satu

persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat penampungan

air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dala waktu 2 hari setelah terendam

air. Stadium jentik umumnya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong berlangsung

antara 2-4 hari. Perkembangan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari.

telur nyamuk

b. Larva (jentik)

Larva adalah mahluk yang hidup di air, meskipun demikian untuk bernafas larva

harus menghirup udara secara langsung. Untuk itu, bagian belakang tubuhnya dilengkapi

dengan semacam pipa panjang hingga menembus permukaan air. Ukuran larva umumnya 0,5

sampai 1 cm, gerakannya berulang-ulang dari bawah keatas permukaan air untuk bernafas

kemudian turun kebawah dan seterusnya serta pada waktu istirahat posisinya hampir tegak

lurus dengan permukaan air.

Ciri khas dari larva Aedes aegypti adalah adanya corong udara pada segmen terakhir,

pada corong udara terdapat pecten dan sepasang rambut serta jumbae akan dijumpai pada

corong udara. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya yang penting adalah temperatur, cukup atau tidaknya bahan makanan dan ada

tidaknya binatang lain yang merupakan predator.

7

Page 8: Buku Ajar DHF

larva kepalanya dibawah air

bagian belakang larva yang menyerupai pipa

Mikro organisme merupakan makanan larva. Dengan mengerakan mulutnya yang

menyerupai sikat, air dapat dibuat berpusar, sehingga mikro organisme dapat masuk ke dalam

mulutnya. Pada waktu bahaya, larva dapat menyelam dan berenang di dalam air. Stadium

larva tergantung dari jenis nyamuk, temperatur air dan makanan yang didapatkan. Biasanya

4-6 hari.

c. Pupa

8

Page 9: Buku Ajar DHF

Pupa tidak lagi mensuplai makanan ke dalam tubuhnya (fase istirahat). Pada stadium

ini, pupa bernafas pada permukaan air dengan menggunakan dua tanduk kecil yang berada

pada prothorax. Pupa juga sewaktu bahaya dapat menyelam di dalam air. Stadium ini

umumnya berlangsung hingga 5-10 hari, setelah itu akan keluar dari kepompongnya menjadi

nyamuk.

Pupa Aedes aegypti

d. Nyamuk Dewasa

Setelah lahir (keluar dari kepompong), nyamuk istirahat untuk sementara waktu.

Beberapa saat setelah itu sayap meregang menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu terbang

mencari mangsa atau darah.

Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap dairan tumbuhan atau sari bunga untuk

keperluan hidupnya, sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih

menyukai darah manusia dari pada binatang (bersifat antropofilik). Darah (proteinnya)

diperlukan untuk mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, dapat

menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai nyamuk

mengisap darah sampa telur dikeluarkan biasanya antara 3-4 hari. (satu siklus gonotropik).

Usia nyamuk Ae. agypti biasanya 2-4 minggu.

Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktifitas mengigit

biasanya mulai pagi sampai sore hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pkll 09.00-10.00 dan

9

Page 10: Buku Ajar DHF

16.00-17.00. nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali

dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian

nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit.

Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-

kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat

yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan

telurnya.

III. Bionomik Nyamuk Ae. Aegypti

10

Page 11: Buku Ajar DHF

Terdapat 3 faktor yang berperan dalam penularan infeksi virus dengue yakni manusia,

virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Seseorang yang dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan

DBD. Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap

masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di

berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira satu minggu

setelah mengisap darah penderita nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain

(masa inkubasi ekstrinsik).

Virus ini tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya, oleh karena itu

nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus dengue menjadi penular infektif sepanjang

hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit, sebelum menghisap

darah akan mengeluarkan air liur malalui saluran tusuknya (proboscis), agar darah yang

diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke

orang lain.

Dalam mencari sasaran (korban), nyamuk menggunakan indera penciumannya

(Chemical sensors) yang sangat tajam, yang dapat membaui sasarannya dari jarak 40 m.

Cahaya terang sebaliknya dapat membingungkan nyamuk, sehingga gangguan nyamuk dapat

berkurang bila terdapat cahaya. Begitu lampu dimatikan mulailah nyamuk mencari

sasarannya, terutama yang baunya paling mengundang. Tubuh manusia memancarkan

sebanyak 300-400 beragam zat bau-bauan. Nyamuk akan tertarik oleh bau-bauan seperti CO2

(karbondioksida), keringat (karena kandungan lactic acid) dan bakteri yang terdapat pada

kulit. Selain itu temperatur tubuh dan kelembaban kulit mempengaruhi pula daya ketertarikan

nyamuk.

Nyamuk juga dilengkapi dengan sensor penerima panas (Heat sensors) yang sangat

sensitif. Ketika sudah DEKAT dengan sasarannya, nyamuk diperkirakan berorientasi dengan

temperatur yang dikeluarkan tubuh, sehingga dapat dengan mudah menemukan sasarannya

dalam kegelapan. Indera yang terakhir adalah mata (Visual sensors), yang dapat membedakan

gerakan, terang dan gelap. Orang yang mengenakan pakaian yang kontras (berbeda) dengan

lingkungannya dapat menjadi sasaran hisapan nyamuk.

11

Page 12: Buku Ajar DHF

Belalai tidak lain adalah perpanjangan dari mulut nyamuk , dikenal dengan nama

proboscis.

Ujung Proboscis terdiri dari enam bagian:

- dua pipa (labrum), satu untuk menghisap darah dan satunya lagi untuk memasukan cairan

ke dalam jaringan kulit yang dikelilingi oleh

- dua gergaji (stylet)

- dua pisau yang ujungnya tajam (stylet)

Kesemuanya diselimuti oleh organ yang disebut labium (semacam sarung senjata).

Nyamuk jantan bentuk proboscisnya tidak dikonstruksi untuk memotong daging. Nyamuk

jantan hanya hidup dari sari buahan dan sari bunga.

Cara nyamuk menghisap darah

12

Page 13: Buku Ajar DHF

1.

Nyamuk hinggap dengan ke enam kakinya di atas permukaan kulit.

Lalu belalai akan didekatkan ke permukaan kulit.

2.

Begitu labium (sarung senjata) ditarik, pisau tajam diujung belalai akan melakukan

gerakan maju dan mundur seperti gergaji, untuk memotong permukaan kulit.

Lapisan kulit yang paling luar, yang harus dipotong (dibuka) nyamuk dikenal dengan nama

epidermis. Epidermis berfungsi untuk melindungi kulit dari pengaruh luar (lingkungan),

pada lapisan ini tidak terdapat pembuluh darah.

13

Page 14: Buku Ajar DHF

Begitu terjadi luka, pembuluh darah akan menyempit dan darah akan membentuk gumpalan

yang menutupi luka. Selanjutnya terjadi proses pembekuan darah (dikenal dengan istilah

Hemostasis). Proses ini penting untuk mencegah terjadinya luka pendarahan yang banyak,

yang dapat mengakibatkan kekurangan darah!!

Untuk mencegah hal tersebut (pembekuan darah), maka salah satu pipa jarum

(labrum) yang terdapat pada belalai akan mengeluarkan semacam cairan yang mengandung

anticoagulants (anti beku), yang berasal dari dalam perutnya. Selanjutnya belalai akan terus

masuk ke lapisan yang lebih dalam, yaitu lapisan dermis. Di lapisan kulit inilah terdapat

pembuluh darah yang dibutuhkan nyamuk! Pembuluh darah kapilar

Maka untuk dapat menghisap darah, nyamuk betina harus mencari (memancing)

terlebih dahulu DIMANA letak pembuluh darah kapilar dengan belalainya.

Di lapisan ini belalai terus mencari (memancing) pembuluh darah kapiler dengan interval

waktu 10 detik sampai pembuluh kapiler ditemukan.

14

Page 15: Buku Ajar DHF

SOURCE: National Institute of Allergy and Infectious Diseases | GRAPHIC: By Brenna Maloney and Patterson Clark, The Washington Post - May 01, 2007

Begitu ditemukan, maka darah akan segera dihisap.

15

Page 16: Buku Ajar DHF

Rata-ratanya dibutuhkan waktu 50 detik untuk memasukan belalai ke dalam kulit

manusia, tanpa ada gangguan, nyamuk akan menghisap darah selama kira-kira 2,5 menit

(2,8 mg darah). Tubuh manusia mengandung 5-6 liter darah!

16

Page 17: Buku Ajar DHF

Selanjutnya nyamuk akan mencari makan dan berpasangan dan fase di atas akan terulang. Cara mengenali nyamuk biasa dan nyamuk penyebab malaria

Perbedaan nyamuk biasa dan nyamuk penyebab malaria:

17

Page 18: Buku Ajar DHF

Perbedaan bentuk berbagai fase antara nyamuk anopheses (penyebab malaria) gambar kiri dan nyamuk penghisap biasa (gambar kanan)

18

Page 19: Buku Ajar DHF

Perbedaan nyamuk dewasa

kiri atas= nyamuk biasa betinakanan atas= nyamuk anopheles betinakiri bawah= nyamuk biasa jantankanan bawah= nyamuk anopheles jantan

Perbedaan antara nyamuk jenis betina terlihat dari panjang palp.Dimana pada nyamuk betina biasa, palp jauh lebih pendek dibandingkan dengan belalainya (proboscis)

IV. Ukuran kepadatan jentik nyamuk

Pengamatan terhadap vektor DBD sangat penting untuk mengetahui penyebaran,

kepadatan nyamuk, habitat utama jentik dan dugaan risiko terjadinya penularan. Data-data

tersebut akan dapat digunakan untuk memilih tindakan pemberantasan vektor yang tepat dan

memantau efektifitasnya.

Kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti dapat dketahui dengan melakukan survey

nyamuk, survey penangkapan telur dan survey jentik. Survey jentik dilakukan dengan cara

sebagi berikut :

19

Page 20: Buku Ajar DHF

a. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk

Aedes aegypti diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya jentik.

b. Memeriksa container yang berukuran besar seperti bak mandi, tempayan, drum, dan

bak penampungan air lainnya jika pada pandangan atau penglihatan pertama tidak

menemukan jentik tunggu kira-kira 0,5-1 menit untuk memastikan bahwa benar.

c. Memeriksa container yang kecil sepertii vas bunga/pot tanaman, air/botol yang air

keruhnya, airnya perlu dipindahkan ketempat lain. Untuk memeriksa jentik di tempat

yang agak gelap atau airnya keruh digunakan senter.

Ada dua cara survey larva/jentik :

1. cara single larva

Survei ini dilakukan dengan mengambil larva disetiap tempat genangan air yang

ditemukan larva untuk diidentifikasi lebih lanjut larvanya.

2. secara visual

Survei cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap tempat

genangan air tanpa mengambil larvanya.

Program pemberantasan penyakit DBD, survei jentik yang biasa digunakan adalah secara

visual. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti adalah

sebagai berikut :

a. House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang

diperiksa.

HI = Jumlah rumah yang positif jentik Jumlah rumah yang diperiksa

b. Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari seluruh

kontainer yang diperiksa

CI = Jumlah kontainer yang positif jentik Jumlah kontainer yang diperiksa

20

X 100 %

X 100 %

Page 21: Buku Ajar DHF

c. Breteu Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus rumah.

BI = Jumlah kontainer yang positif jentik 100 rumah yang diperiksa

HI lebih menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah. Density figure (DF)

adalah kepadatan jentik Aedes aegypti yang merupakan gabungan dari HI, CI, dan BI yang

dinyatakan dengan skala 1-9 seperti tabel berikut :

Tabel 1. Larva Index

Density figure (DF) House Index (HI) Container Index Breteau Index

1 1 - 3 1 - 2 1 - 4

2 4 - 7 3 - 5 5 - 9

3 8 - 17 6 - 9 10 - 19

4 18 - 28 10 -1 4 20 – 34

5 29 – 37 15 – 20 35 -49

6 38 – 49 21 - 27 50 – 74

7 50 -59 28 - 31 75 – 99

8 60 – 76 32 – 40 100 – 199

9 >77 >41 >200

Berdasarkan hasil survei larva kita dapat menentukan density figure. Density Figure

ditentukan setalh menghitung hasil HI, CI, BI kemudian dibandingkan dengan tabel Larva

Index. Apabila angka DF kurang dari 1 menunjukan risiko penularan rendah, 1-5 resiko

penularan sedang dan diatas 5 risiko penularan tinggi.

21

X 100 %

Page 22: Buku Ajar DHF

V. PENGENDALIAN VEKTOR DBD

Pengendalian vektor bertujuan pertama, mengurangi populasi vektor serendah-

rendahnya sehingga tidak berarti lagi sebagai penular penyakit. Kedua, menghindarkan

terjadi kontak antara vektor dan manusia. Cara efektif untuk pengendalian vektor adalah

dengan penatalaksanaan lingkungan yang termasuk perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pemantauan aktivitas untuk modifikasi factor-faktor lingkungan dengan

suatu pandangan untuk mencegah perkembangan vektor dan kontak manusia-vektor-patogen.

22

Page 23: Buku Ajar DHF

WHO expert Committee on Vektor Biology and Control membagi tiga tipe

penatalaksanaan lingkungan :

1. Modifikasi lingkungan : transformasi fisik jangka panjang dari habitat vektor

2. Manipulasi lingkungan : Perubahan temporer pada habitat vektor sebagai

hasil dari aktivitas yang direncanakan untuk menghasilkan kondisi yang tidak

disukai dalam perkembangbiakan vektor.

3. Perubahan pada habitat atau perilaku manusia : upaya untuk mengurangi

kontak manusia-vektor-patogen

Adapun cara pemberantasan vektor DBD yang dilaksanakan selama ini yakni :

a. Cara Fisik

Melalui Program PSN DBD.

PSN dilakukan dengan tiga cara yang disebut dengan 3M yaitu :

1. Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

3. Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barang

bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik bekas dan

lainnya.

Selain itu ditambah dengan cara lainnya yang dikenal dengan 3 M Plus seperti :

Ganti vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali

Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar

Tutup lubang pada potongan bambu, pohon dan lainnya

Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air seperti pelepah pisang

atau tanaman lainnya yang dapat menampung air hujan

Lakukan Larvasidasi yaitu membubuhkan bubuk pembunuh jentik (Abate 1 G,

Altosid 1,3 G dan Sumilarv 0,5 G) ditempat yang sulit dikuras.

Pelihara ikan pemakan jentik

Pasang kawat kasa di rumah

Pencahayaan dan ventilasi memadai

Jangan biasakan menggantung pakaian dalam rumah

Tidur menggunakan kelambu

Gunakan obat nyamuk untuk menegah gigitan nyamuk

23

Page 24: Buku Ajar DHF

b. Cara Kimia

1. Larvasidasi

Adalah menaburkan bubuk pembunuh jentik kedalam tempat penampungan air. Bila

menggunakan abate disebut Abatisasi. Adapun beberapa larvasida yakni :

Menggunakan bubuk Abate 1 G (bahan aktif : Temephos 1%)

Bubuk abate 1G berwarna kecoklatan, terbuat dari pasir yang dilapisi dengan zat kimia yang

dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam takaran yang dianjurkan aan bagi manusia dan tidak

menimbulkan keracunan. Jika dimasukan ke air maka sedikit demi sedikit zat kimia itu akan

terlarut merata dan membunuh semua jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampungan

air. Diantaranya ada yang menempel pada dinding tempat penampungan air dan bertahan

sampai 3 bulan. Oleh sebab itu penaburan abate perlu diulang setiap 3 bulan. Takaran yang

digunakan yakni untuk 100 liter air cukup dengan 10 gr bubuk abate 1 G.

2. Fogging (pengasapan)

Nyamuk Ae. aegypti dapat diberantas dengan fogging (pengasapan) racun serangga,

termasuk racun serangga yang digunakan sehari-hari di rumah tangga. Melakukan

pengasapan saja tidak cukup, karena dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk

dewasanya saja.

Selama jentik tidak dibasmi, setiap hari akan mucul nyamuk yang baru menetas dari

tempat perkembangbiakannya. Disamping itu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan

fogging juga cukup besar. Karena itu cara yang tepat memberantas jentiknya yang

dikenal dengan istilah PSN DBD (Pemberansan Sarang Nyamuk Demam Berdarah

Dengue).

24

Page 25: Buku Ajar DHF

C. Cara Biologis

Dengan memelihara ikan pemakan jentik yang diletakan pada kolam atau genangan

air yang sulit dikuras, seperti ikan kepala timah, cupang dan lainya.

Menanam tanaman pengusir nyamuk seperti Lili gundi,

Daftar Pustaka

Benenson, AS.1995. Control of Communicable Diseases Manual, American Public Health Association.

Chevillon, Christine; Raymond, Michel; Guillemaud, Thomas; Lenormand, Thomas & Pasteur, Nicole (1999). "Population genetics of insecticide resistance in the mosquito Culex pipiens " (PDF fulltext). Biol. J. Linn. Soc. 68 (1-2): 147–57.

25

Page 26: Buku Ajar DHF

doi:10.1111/j.1095-8312.1999.tb01163.x. http://gemi.mpl.ird.fr/cepm/SiteWebESS/GB/Chevillon/1999%20Chevillon%20et%20al%20Biol%20L%20Linn%20Sty.pdf.

Florida Coordinating Council on Mosquito Control (1998): Florida Mosquito Control: The State of the Mission as Defined by Mosquito Controllers, Regulators, and Environmental Managers. University of Florida.

Durden, Lance A.; Mullen, Gary L. (2002). Medical and veterinary entomology. Boston: Academic Press. ISBN 0-12-510451-0.

Service, M. W. (1993). Mosquito ecology: field sampling methods (2nd ed.). London: Elsevier Applied Science. ISBN 1-85166-798-9.

Ware, George Whitaker (1994). The pesticide book (4th ed.). Fresno, CA: Thomson Publications. ISBN 0-913702-58-7.

Walker K (April 2002). "A review of control methods for African malaria vectors" (PDF). Activity Report 108. U.S. Agency for International Development. http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACQ047.pdf.

WHO, 1999, Demam Berdarah Dengue : diagnosis, pengobatan dan pencegahan, EGC, Jakarta

WHO, 1997, Vector Control – Methods for use by Individuals and communities

26