Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

29
17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA i 17 Tahun Partai Rakyat Demokratik: Sumbangsih Pemikiran Untuk Indonesia Penyusun dan Editor: Ulfa Ilyas Cetakan Pertama, Juli 2013 Lay out : Lukman Hakim Diterbitkan oleh Komite Pimpinan Pusat Partai Rakyat Demokratik (KPP PRD) Jln. Tebet Dalam II G No. 1 Tebet, Jakarta Selatan Telp/Fax: 021 835 4513 Email: [email protected]

description

Selengkapnya, dapatkan buku ini via:JakershopJl KH Abdullah Syafei no 51 Casablanca Tebet Jakarta Selatan 12810Telp/fax: +62 21 8379 6288 email: [email protected]: 08176546427, 081286959527, (021)99973717pin: 28 F E F 142website : Jakershop.com

Transcript of Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

Page 1: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

i

17 Tahun Partai Rakyat Demokratik: Sumbangsih

Pemikiran Untuk Indonesia

Penyusun dan Editor: Ulfa Ilyas

Cetakan Pertama, Juli 2013

Lay out : Lukman Hakim

Diterbitkan oleh

Komite Pimpinan Pusat Partai Rakyat Demokratik (KPP PRD)

Jln. Tebet Dalam II G No. 1

Tebet, Jakarta Selatan

Telp/Fax: 021 835 4513

Email: [email protected]

Page 2: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

ii

17 Tahun Partai Rakyat Demokratik:

SUMBANGSIH PEMIKIRAN

UNTUK INDONESIA

Jakarta, Juli 2013

Komite Pimpinan Pusat Partai Rakyat Demokratik

(KPP-PRD)

Page 3: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

iii

Daftar Isi

Kata Sambutan Politik

Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik Agus “Jabo” Priyono

Prakata

Deputi Bidang Kajian dan Bacaan Komite Pimpinan Pusat

Partai Rakyat Demokratik

BAB I POLITIK

1. Pidato Deklarasi Partai Rakyat Demokratik #2 Budiman Sudjatmiko

2. Mencermati Struktur Organisasi PRD # 13 Arbi Sanit

3. PRD dan Gerakan Komunis # 18 Olle Tornquist

4. Partai Rakyat Demokratik (PRD) #24 YB Mangunwijaya

5. Budiman Berbanding Soekarno # 31

Ariel Heryanto

Page 4: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

iv

6. Kekuasaan Bisa Berada Di Mana-mana? #35 Edy Haryadi dan Kiswondo

7. Legitimasi Dan Stabilisasi Rezim Transisi # 41 Nezar Patria

8. Gerakan Mahasiswa Kini *Bersama Rakyat Tuntaskan Reformasi Total # 48 Budiman Sudjatmiko

9. Gerakan Mahasiswa Sebagai “The Rallying Point” # 58 Budiman Sudjatmiko

10. Sisa Orde Baru Dan Reformasi Gadungan # 64 Budiman Sudjatmiko

11. Kinerja MPR/DPR Jauh Dari Semangat Reformasi Total # 68

Budiman Sudjatmiko

12. Pembubaran Parlemen, Lapangkan Reformasi Total # 75 Budiman Sudjatmiko

13. Bahaya Fasisme, Mitos Atau Realitas? # 81 Budiman Sudjatmiko

14. Korupsi, Berhulu Ekonomi, Berhilir Politik # 90

Dita Indah Sari

15. “Common Platform” Gerakan Perempuan # 95 Dita Indah Sari

16. KAA 2005: NEFo Jadi OEFo #101 Dita Indah Sari

Page 5: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

v

17. Kibarkan 6 Panji Kemenangan Rakyat! # 107 Dita Indah Sari

18. Kibarkan Panji-Panji Perjuangan Rakyat, Bersama Rakyat

Kita Rebut Kemerdekaan! # 118

Agus “Jabo” Priyono

19. Bukan Sekedar Koreksi Yuridis # 124 Dita Indah Sari

20. Mengobarkan Kembali Perang Kemerdekaan # 128 AJ. Susmana

21. Agus “Jabo” Priyono: Nasionalisme Kita, Berpijak Pada Rakyat dan Anti Imperialisme # 133 Wawancara Ulfa Ilyas (Redaksi Berdikari Online) dengan Agus “Jabo” Priyono

22. Enam Puluh Tahun Pasca Revolusi # 140 Dita Indah Sari

23. Kekalahan Para Perempuan di Gelanggang Pemilihan Kepala Daerah # 144 Ulfa Ilyas

24. Gerakan Mahasiswa Dan Hak Angket # 148 Rudi Hartono

25. Golput Bukan Ancaman # 152 AJ. Susmana

26. Yang Dikorupsi dari Reformasi # 155 AJ. Susmana

Page 6: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

vi

27. Membangun Kembali Persatuan Nasional # 160 Dominggus Oktavianus

28. Reformasi Birokrasi Bukan Birokratisasi Reformasi # 170

Dita Indah Sari

29. Militer Sebagai Alat Demokrasi # 175

Dita Indah Sari

BAB II EKONOMI

30. Negara Dan Utang Luar Negeri # 182

Coen Husein Pontoh

31. Reformasi Agraria Dan Kesejahteraan Petani # 188

Budiman Sudjatmiko

32. Industrialisasi Nasional dan Cita-cita Kemakmuran # 197 Dominggus Oktavianus

33. Efektifkah Bipartit Sebagai Mekanisme Penyelesaian Konflik # 211

Dita Indah Sari

34. Bangsa Kuli Dan Feminisme Kemiskinan # 218 Dita Indah Sari

35. Propasar atau Propublik # 223 Dita Indah Sari

36. Janji Presiden, Buruh, Dan Investasi # 228 Dita Indah Sari

Page 7: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

vii

37. Merumuskan Kembali Model Pembangunan Indonesia

# 232 Rudi Hartono

38. Demokrasi Membutuhkan Keadilan Sosial # 257

Ulfa Ilyas

39. Alternatif Anti-Neoliberal di Amerika Latin # 263 Dominggus Oktavianus

BAB III SOSIAL BUDAYA

40. Sambutan Pramoedya Pada Pendirian KEPAL PRD # 273 Pramoedya Ananta Toer

41. Angkatan Muda Sekarang # 277 Pramoedya Ananta Toer

42. Pemerintahan Bersih, Ada Syaratnya [Catatan untuk Andre H Pareira] # 283 Petrus Bima Anugerah

43. Demokrasi Yang Terancam # 289 AJ. Susmana

44. Membangun Gerakan Demokrasi Berbasis Korban # 294 AJ. Susmana

Page 8: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

viii

45. Amuk Di Pengadilan Agama Sidoarjo # 302 AJ. Susmana

46. Di Manakah Ruang Kebudayaan # 307 AJ. Susmana

47. “Merayakan Perubahan” Dalam Festival Tanda Kota # 312 AJ. Susmana

48. Hati-hati Dengan Kata-kata # 318 Dita Indah Sari

49. Berbagi dan Terima kasih # 323 Dominggus Oktavianus

50. Pembunuh Sadis Itu Bernama Kemiskinan # 327

Dita Indah Sari

51. Akumulasi Kapital dan Human Capital

*Demi cita-cita apa pendidikan Indonesia mengabdi? # 334 Dominggus Oktavianus

52. Esensi Kemerdekaan Bagi Perempuan # 345

Ulfa Ilyas

Daftar Penulis

Page 9: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

ix

Kata Sambutan Politik

KEDIKTATORAN Orde Baru telah melahirkan

kekuatan baru yang berlawan. Bangkitnya kaum muda

Indonesia, mengorganisir kekuatan, membangun wadah-

wadah perlawanan, baik sektoral maupun wadah politik,

dari organisasi lokal menjadi organisasi nasional.

Di bawah tekanan, gerakan kaum muda ini meluncur

bagaikan anak panah, menerobos kemandegan sistemik.

Tidak ada demokrasi di Indonesia, itulah posisi

politik PRD masa itu, dengan mengusung program umum

perjuangan Demokrasi multi partai kerakyatan, diturunkan

menjadi program tuntutan, Pencabutan 5 Paket UU Politik

dan Dwifungsi ABRI, dua hal pokok sebagai pilar

kediktatoran militer kapitalistik Orde Baru.

Dalam manifesto yang dideklarasikan 22 Juli 1996

itu, menandai lahirnya kekuatan politik baru di tanah air,

Partai Rakyat Demokratik, berdiri sebagai wadah perjuangan

politik kaum muda dan rakyat Indonesia.

Pada bulan Mei 1998, gerakan kaum muda ini

menemukan momentumnya. Menjadi sumbu yang

meledakkan amunisi pergerakan di seluruh tanah air. Simbol

Page 10: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

x

kediktatoran, Jendral Soeharto lengser, pilar utama

penyangga kekuasaan, 5 Paket UU Politik dan Dwifungsi

ABRI ikut runtuh.

Terjadilah gelombang perubahan. Namun perubahan

yang diharapkan menjadi jembatan emas bagi rakyat

Indonesia untuk memenangkan kembali cita-cita Proklamasi

17 Agustus 1945, agar menjadi tuan di negeri sendiri,

mengatur rumah tangga sendiri untuk melindungi segenap

bangsa serta tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

serta melaksanakan ketertiban dunia, telah diboncengi oleh

kekuatan komprador modal asing.

Reformasi telah menjadi pintu gerbang bagi modal

asing untuk mengkonsolidasikan liberalisasi di semua sektor

kehidupan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memasuki

babak baru, hidup di bawah penjajahan baru. Tahap demi

tahap, secara sistematis, kedaulatan, kemandirian serta

kepribadian, sebagai sendi-sendi pokok kehidupan

berbangsa dan bernegara runtuh.

Jika Orde Baru menyelewengkan cita-cita Proklamasi

17 Agustus 1945, maka reformasi membongkar habis

sampai ke akar-akarnya.

Melalui amandemen UUD 1945 dimulailah

pembongkaran filosofi dan konstitusi. Dengan dukungan

penuh lembaga-lembaga asing, Word Bank, ADB dan USAID,

Page 11: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xi

terjadilah kudeta konstitusional terhadap kemerdekaan

serta kedaulatan bangsa Indonesia. Selanjutnya UU yang

mengatur sektor-sektor strategis, minyak dan gas, mineral

dan batubara, perbankan, pertanian, sarana umum,

diliberalisasi.

Indonesia kembali dikuasai neokolonialisme dan

imperialisme!

Bung Karno sudah mengingatkan, bahwa

imperialisme bukan saja sistem atau nafsu menaklukkan

negeri atau bangsa lain, tapi imperialisme bisa juga nafsu

atau sistem yang mempengaruhi ekonomi negeri dan

bangsa lain. Ia tak usah dijalankan dengan pedang atau bedil

atau meriam atau kapal perang, tak usah berupa perluasan

daerah negeri dengan kekerasan senjata, tetapi dengan tipu

muslihat, dengan cara-cara demokratis, mengubah UU dan

haluan negara.

Imperialisme menjadikan Indonesia sebagai tempat

untuk mengambil bahan baku, sasaran ekspansi kapital,

sebagai pasar bagi berbagai produk kapitalisme.

Modal asing menguasai minyak dan gas (80-90%),

perbankan (50.6%), telekomunikasi (70%), kebun sawit

(50%), pelayaran barang (94%), pendidikan (49%), dan lain-

lain.

Penguasaan dan perampasan tanah oleh modal

asing untuk perkebunan, pertambangan dan Hutan

Page 12: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xii

Tanaman Industri (HTI) dengan menggusur Petani

dilegalisasi oleh penguasa lokal maupun nasional hampir

diseluruh wilayah Indonesia.

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham

Samad mengungkapkan, sekitar 60 persen perusahaan

tambang di Indonesia tak membayar pajak dan royalti

kepada negara. Indonesia kehilangan pemasukan sebesar

Rp 15.000 triliun setiap tahun dari hasil sumber daya alam.

Bila dibagi rata, maka setiap warga negara Indonesia akan

mendapatkan Rp 20 juta setiap bulan.

Perizinan pengelolaan 150 juta hektar hutan di

Indonesia ini, hanya 11 persen yang memiliki izin sesuai

dengan peruntukkannya. Sekitar 89 persen hutan kita

dirambah oleh para pemodal, tanpa izin, seperti yang

diumumkan KPK tanggal 27 Februari 2013 lalu.

Badan Pertanahan Nasional (BPN), mencatat

konsentrasi kepemilikan aset juga meningkat: 0,2 persen

penduduk menguasai 56 persen aset di tanah air. Artinya,

aset nasional bangsa ini hanya dikuasai oleh 440 ribu orang.

Dari 52% tersebut, 87% adalah tanah (Kompas.com, 26 April

2012).

Padahal dalam Pasal 33 UUD 1945, UU nomor 5

tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(UUPA), TAP MPR IX/2001, sudah ditegaskan bahwa tanah

Page 13: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xiii

harus digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

Apakah kita mau Indonesia Merdeka yang kaum

kapitalnya merajalela ataukah yang semua rakyat sejahtera,

yang semua cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam

kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang

cukup memberi sandang pangan?

Imperialisme bersama sistem ideologi dan politiknya,

termasuk para pendukungnya yaitu kaum komprador,

golongan-golongan reformis gadungan, golongan kepala

batu, golongan bunglon dan cecunguk, menjadi rintangan

utama bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang.

“Kamu tahu, sejak 1932 aku berpidato di depan Landraad

soal modal asing ini? Soal bagaimana perkebunan-

perkebunan itu dikuasai mereka, jadi Indonesia ini tidak

hanya berhadapan dengan kolonialisme tapi berhadapan

dengan modal asing yang memperbudak bangsa Indonesia,

saya ingin modal asing ini dihentiken, dihancurleburken

dengan kekuatan rakyat, kekuatan bangsa sendiri,

bangsaku harus bisa maju, harus berdaulat di segala

bidang, apalagi minyak kita punya, coba kau susun sebuah

regulasi agar bangsa ini merdeka dalam pengelolaan

minyak,” itulah penegasan Bung Karno.

Maka dari itu, PRD bersama kekuatan anti imperialis

kembali mengemban tugas sejarahnya berjuang

Page 14: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xiv

menghentikan serangan imperialisme di dalam negeri. Maka

kemudian disusunlah Tiga Program Perjuangan :

Nasionalisasi Perusahaan Tambang Asing, Penghapusan

Hutang Luar Negeri dan Pembangunan Industri Nasional

(Pabrik), yang kemudian populer dengan istilah Tri Panji

Persatuan Nasional.

Dominasi imperialisme sudah masuk ke seluruh

sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam cengkeraman imperialisme kesadaran massa

terbagi menjadi beberapa tingkatan, massa yang tahu

keadaan dan ingin mengubahnya, ada massa yang tahu

keadaan tapi tidak tahu cara mengubah keadaan, dan ada

massa yang tidak tahu keadaan dan tidak percaya dengan

kekuatannya.

Dengan kerja keras, militansi serta disiplin tinggi,

PRD akan membangkitkan kesadaran massa itu, untuk

merebut kembali martabat hidup sebagai sebuah bangsa,

yang sudah direndahkan oleh imperialisme bersama para

kompradornya. Di tengah kuatnya pengaruh media

mainstream yang menjadi alat kapital, agitasi propaganda

akan pentingnya kedaulatan serta kemandirian nasional

sebagai jalan menuju masyarakat adil dan makmur haruslah

terus digalakkan.

Kerja politik untuk menggalang kekuatan anti

imperialis, baik di atas dalam bentuk Persatuan Nasional,

Page 15: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xv

maupun di tingkat basis melalui rapat-rapat akbar, aksi

massa juga terus dijalankan. Kerja rekruitmen anggota,

kader, dengan mengintegrasikan dalam wadah-wadah

perjuangan massa juga terus dijalankan, demikian juga

dengan pembangunan sekretariat-sekretariat ataupun

posko-posko di basis-basis massa.

Bung Karno, selalu mengatakan bahwa imperialisme

dan kolonialisme adalah musuh bersama dari bangsa

Indonesia dan sejak awal meyakini hanya dengan Persatuan

Nasional, dengan bergotong royong, bangsa Indonesia

memiliki daya utama untuk menghadapi kekuatan besar

tersebut, apapun alirannya dan ideologinya, maka untuk

mengkonsentrasikan program serta kekuatan, PRD

mendeklarasikan Gerakan Nasional Pasal 33 UUD 1945.

PRD telah kembali menemukan garis perjuangannya,

menyimpulkan masalah yang dihadapi rakyat Indonesia,

bagaimana jalan keluarnya, siapa sesungguhnya yang

menjadi musuh bersama, bagaimana cara melawannya dan

siapa sekutu bagi perjuangan pembebasan segenap rakyat

Indonesia itu.

"Menuju Masyarakat Adil Makmur, Tanpa

Penindasan Manusia Atas Manusia dan Bangsa Atas

Bangsa", itulah Manifesto Politik PRD sekarang. Sebagai

garis perjuangan serta jalan baru bagi rakyat Indonesia

untuk mengusir musuh-musuhnya serta membangun

bangsanya.

Page 16: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xvi

“Ekonomi Indonesia akan bersifat Indonesia, sistem politik

Indonesia akan bersifat Indonesia masyarakat kami akan

bersifat Indonesia, dan semuanya itu akan didasarkan kokoh

kuat atas warisan kultur dan spiritual bangsa kami. Warisan

itu dapat dipupuk dengan bantuan dari luar, dari seberang

lautan, akan tetapi bunganya dan buahnya akan memiliki

sifat-sifat kami. Maka janganlah tuan tuan mengharapkan,

bahwa setiap bentuk bantuan yang tuan berikan akan

menghasilkan cerminan dari diri tuan-tuan,” itulah sikap

Bung Karno.

Dan inilah sikap PRD, tanpa ekonomi nasional yang

kuat dan mandiri, tidak mungkin satu bangsa bisa berdaulat,

tidak mungkin mendirikan satu Negara yang merdeka dan

tidak mungkin rakyat Indonesia bisa hidup sejahtera.

Selama kedaulatan bangsa belum bisa kita rebut,

dan rakyat Indonesia belum berkuasa sepenuhnya,

masyarakat yang adil dan makmur dalam satu bingkai

bangsa yang besar serta bermartabat tidak akan pernah

terwujud di atas bumi pertiwi ini. Selama parlemen dan

pemerintahannya di dalam demokrasi liberal dikuasai oleh

kepentingan kaki tangan imperialis, maka selama itu pula

rakyat akan ditindas.

“Kita hendak mendirikan satu bangsa semua buat semua.

Bukan satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan

bangsawan maupun golongan orang kaya, tetapi semua

Page 17: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xvii

buat semua,” penegasan Bung Karno dalam Pidato 1 Juni

1945 di depan sidang BPUPKI.

Pidato yang melahirkan Pancasila, digali oleh Bung

Karno dari peradaban bangsa Indonesia yang sudah berurat

akar, yang kemudian disepakati sebagai filosofi bangsa,

dasar negara Indonesia Merdeka.

Pancasila adalah Sosio-nasionalisme, Sosio-

demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pancasila adalah

Gotong-royong.

Bung Karno mengatakan, cita-cita sosio-nasionalisme

adalah memperbaiki keadaan-keadaan di dalam

masyarakat, sehingga masyarakat yang kini pincang akibat

dari imperialisme dan kapitalisme itu menjadi keadaan yang

sempurna, tidak ada lagi kaum tertindas, tidak ada kaum

yang celaka dan tidak ada lagi kaum yang papa sengsara.

Sedangkan sosio-demokrasi adalah antithesa dari

demokrasi liberal model barat. Sistem demokrasi yang tidak

sesuai dengan budaya bangsa Indonesia, hanya melahirkan

lingkungan politik yang tidak stabil dan memicu perpecahan

bangsa. Demokrasi yang hanya memberikan kebebasan atau

persamaan di lapangan politik semata, tetapi tidak ada

persamaan di lapangan ekonomi.

Yang akan unggul dan selalu menang adalah para

pemilik modal, yang menguasai semua alat propaganda,

seperti lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, media

Page 18: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xviii

massa, universitas, dan lain-lain. Dengan kekuasaan

modalnya, mereka bisa membeli panitia pemilihan, bahkan

bisa membeli suara rakyat yang terjepit kemiskinan.

Sekalipun setiap warga negara dianggap punya hak

yang sama di lapangan politik, tetapi pada kenyataannya

hampir semua lembaga politik dikontrol kaum pemilik

modal, termasuk di dalamnya adalah penyusunan undang-

undang.

Sosio-demokrasi, tidak hanya sebatas demokrasi

politik saja, tetapi juga menegakkan demokrasi ekonomi, di

tengah-tengah rakyat. Sosio-demokrasi adalah

pengejawantahan demokrasi politik sekaligus demokrasi

ekonomi.

Itulah Pancasila, azas perjuangan PRD dalam

menghadapi imperialisme! Agar paham apa itu Pancasila,

semua orang harus belajar serta memahami ajaran Bung

Karno.

Tiada revolusi apabila tidak menjalankan konfrontasi

terus menerus, dan tiada revolusi apabila tidak berupa satu

disiplin yang hidup di bawah satu pimpinan. Hari depan kita

adalah sosialisme, tidak ada toleransi terhadap keinginan,

konsepsi, dan tindakan yang serba menuju kapitalisme,

tetapi juga tidak bisa langsung melompat ke sosialisme

tanpa melalui perjuangan nasional demokrasi dengan

melenyapkan lebih dulu sisa-sisa imperialisme dan

Page 19: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xix

feodalisme. Dengan menegakkan prinsip gotong-royong,

membanting tulang bersama, pemerasan keringat bersama,

perjuangan bantu membantu bersama, maka hari depan

bangsa Indonesia yang gilang gemilang akan terwujud.

Untuk itu PRD membutuhkan tenaga-tenaga yang

handal, tahu keadaan dan paham teori perjuangan, kursus-

kursus menjadi hal yang pokok, agar perjuangan punya arah

dan tidak asal hantam kromo. Bagi Bung Karno kursus serta

pendalaman teori perjuangan adalah hal yang sangat

penting.

Seperti yang diajarkan Bung Karno, PRD harus

melaksanakan tigal hal pokok dalam membangun Partai,

pembangunan kekuatan, kursus, dan aksi. Tiga hal inilah

yang menjadi rumus Bung Karno untuk menghadirkan partai

progressif berbasis massa di Indonesia.

Massa aksi tanpa kursus-kursus politik, tanpa brosur

dan majalah, adalah massa aksi yang tidak hidup dan tak

bernyawa.

Dalam perjuangan melawan imperialisme,

membutuhkan konsentrasi kekuatan, untuk itu PRD

bersama kekuatan anti imperialis, harus mampu

membangun gerakan massa yang sehebat-hebatnya, suatu

massa aksi, yang membangkitkan ribuan, jutaan kaum

rakyat, tua muda, laki perempuan, pandai bodoh. Hanya

Page 20: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xx

dengan massa aksi yang demikian itulah, menurut Bung

Karno pembentukan kekuasaan, bisa menjadi sempurna.

Partai harus menjalankan machtvorming pembuatan

tenaga, pembuatan kuasa.

Tugas mendesak PRD sekarang ini adalah

menggalang serta mengkonsentrasikan kekuatan yang

berlawan itu, baik dalam wadah-wadah persatuan maupun

dalam badan Partai, hanya dengan kekuatan itu

imperialisme bisa disingkirkan, kedaulatan bangsa bisa

ditegakkan, kemandirian ekonomi nasional bisa dibangun

dan kepribadian bangsa Indonesia yang berwatak gotong-

royong bisa terbentuk, itulah landasan menuju masyarakat

adil makmur, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta

raharja, tiada lagi penindasan manusia atas manusia dan

penindasan bangsa atas bangsa.

Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita

tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi

jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini

syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari

pada makan bistik tetapi budak.

Indonesia Mercusuar Dunia!

Salam Gotong Royong

Agus “Jabo” Priyono

Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik

Page 21: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xxi

Prakata

TAHUN 1996, dalam sebuah wawancara dengan TEMPO,

Kepala Staf Sosial Politik ABRI Letjend TNI Syarwan Hamid

mengatakan: “Tindakan yang dilakukan anggota PRD itu bukan

kriminal, tapi gerakan pemikiran. Kalau kriminal, kan bukan

ancaman untuk bangsa.” Pendek kata, bagi Syarwan Hamid, salah

satu yang paling berbahaya dari PRD adalah gerakan

pemikirannya.

PRD, yang sebagian besar anggotanya anak muda, belum

menjelma sebagai kekuatan besar. Namun, seperti dikatakan

Pram, PRD sudah punya konsep-konsep dan sudah bepraktek di

lapangan. Daniel Dhakidae sendiri, seorang Doktor lulusan

Universitas Cornell, menempatkan intelektual-intelektual PRD

dalam kategori intelektual profetik [berpandangan jauh ke

depan]. Manifesto PRD tahun 1996 merupakan manifesto politik

termaju dan paling konkret menjawab problem bangsa pada

jamannya. Inilah yang membuat penguasa orde baru saat itu

ketar-ketir.

Page 22: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xxii

Tahun ini, tepatnya 22 Juli 2013, PRD akan menginjak usia

17 tahun. Dalam rentang waktu itu, tentu tidak sedikit gagasan

dan pemikiran yang sudah disumbangsihkan oleh PRD dan kader-

kadernya bagi kemajuan bangsa ini. Bahkan, tak sedikit

sumbangsih pemikiran itu telah mewarnai gagasan-gagasan

ekonomi, politik, dan sosial-budaya dominan saat ini.

Karena itulah, pada peringatan HUT ke-17 ini, Komite

Pimpinan Pusat Partai Rakyat Demokratik (KPP-PRD) menerbitkan

sebagian tulisan-tulisan kader PRD, terutama yang pernah

terpublikasi di media massa, untuk diterbitkan dalam sebuah

buku. Buku tersebut kami beri judul “17 Tahun Partai Rakyat

Demokratik: Sumbangsih Pemikiran Untuk Indonesia.”

Penerbitan buku ini sendiri dilakukan karena beberapa

alasan. Pertama, pengumpulan dan penerbitan tulisan-tulisan

kader PRD itu merupakan salah satu bentuk “pengarsipan”

terhadap karya dan pemikiran PRD yang selama ini masih

berserak. Kedua, sebagian dari tulisan-tulisan itu masih cukup

relevan untuk menjawab persoalan-persoalan kebangsaan saat

ini. Ketiga, tulisan-tulisan kader PRD tersebut bisa jadi rujukan

untuk melihat pergulatan pemikiran anak-anak bangsa,

setidaknya dalam 17 tahun terakhir, tentang bagaimana

Page 23: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xxiii

membawa bangsa ini menuju ke masa depan yang lebih baik dan

bermartabat.

Buku ini sendiri dibagi menjadi tiga sub-tema, yakni

politik, ekonomi, dan sosial budaya. Pemilahan menjadi tiga sub-

tema ini senafas dengan cita-cita kebangsaan Bung Karno yang

terangkum dalam Trisakti: berdaulat di bidang politik, berdikari di

bidang ekonomi, dan berkepribadian di lapangan budaya. Dan

bagi PRD, konsep Trisakti Bung Karno ini sangat relevan

mengatasi persoalan bangsa saat ini dan sekaligus memberi arah

mengenai cita-cita nasional tertinggi kita: masyarakat adil dan

makmur.

Di buku ini terhimpun sebanyak 52 artikel. Sebanyak 48

artikel merupakan buah tangan kader-kader dan anggota PRD. Itu

sudah termasuk dua pidato dari sastrawan besar Indonesia,

Pramoedya Ananta Toer, dalam acara deklarasi PRD dan sebuah

acara seremoni PRD. Untuk diketahui, Pram sendiri sudah dilantik

menjadi anggota PRD pada tanggal 22 Maret 1999. Namun, selain

tulisan kader dan anggota PRD, kami juga memasukkan 4 artikel

dari pihak di luar PRD, yakni Arbi Sanit, Olle Tornquist, Romo YB

Mangunwijaya (almarhum), dan Ariel Heryanto, yang mewakili

pandangan intelektual, rohaniawan, dan budayawan mengenai

PRD.

Page 24: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xxiv

Sebagian besar artikel atau pidato dalam buku ini diambil

dari kurun waktu antara 1996 hingga 2012 lalu. Dalam kurun

waktu yang panjang itu, PRD secara ideologi, politik, organisasi

mengalami dinamika internal/subjektif sesuai dengan tuntutan

situasi objektif yang juga berubah. Termasuk dinamika analisa

PRD terhadap perkembangan situasi objektif: dalam kurun waktu

1996-2000-an, PRD banyak berbicara tentang agenda

demokratisasi; dari 2000-an hingga 2006, PRD mulai mengeritik

neoliberalisme dan eksesnya; dan dari 2006 hingga sekarang, PRD

makin intensif mengupas neo-kolonialisme di Indonesia.

Dalam melihat perkembangan ekonomi-politik terbaru,

PRD menyimpulkan bahwa problem pokok bangsa Indonesia saat

ini adalah neo-kolonialisme dan imperialisme. Manifesto terbaru

PRD, yang disusun tahun 2010 lalu, telah menegaskan perlunya

menuntaskan Revolusi Nasional Indonesia yang belum tuntas.

Dengan demikian, analisa dan kesimpulan PRD di atas telah

mengembalikan konteks Revolusi Nasional yang belum tuntas

dalam diskursus politik Indonesia mutakhir.

Apakah itu temuan baru bagi PRD? Rasanya tidak juga.

Ketika memberi sambutan di acara pendirian Komite Persiapan

Legalisasi Partai Rakyat Demokratik, 14 Juli 1998, di kantor YLBHI,

Jakarta, Bung Pram mencatat sebagai berikut: “Sudah sejak

Page 25: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xxv

kalimat pertama, saya gunakan kata demokratik dan modern,

karena dua kata tersebut menjadi cita-cita dan sekaligus tujuan

para pejuang kita sudah sejak tahun belasan, baik di tanah air

maupun di Eropa dalam rangka studi mau pun pembuangan

(externiran). Jadi bila angkatan muda, di sini PRD, berjuang,

berupaya menjadikannya kenyataan, itu bukan saja hak PRD

untuk menentukan sendiri hidupnya sekarang dan hari depannya,

juga karena melakukan misi sejarah para pejuang yang telah

mendahului kita.”

Dalam pandangan Bung Pram, penuntasan revolusi

nasional sangat lah penting untuk menyelesaikan masalah-

masalah sosial, ekonomi dan budaya. Revolusi Agustus yang

berkobar sejak 17 Agustus 1945 hingga tahun 1950-an, juga

mobilisasi massa kaum progressif di tahun 1950-an hingga 1960-

an, belum berhasil menuntaskan Revolusi Nasional itu. Di bawah

slogan barunya “Hentikan Neoliberalisme, Rebut (Kembali)

Kedaulatan Nasional”, PRD telah meneguhkan kembali cita-cita

pendiri bangsa, yakni kemerdekaan nasional dalam bentuk

kedaulatan politik, kemandirian ekonomi dan kebudayaan yang

berkarater nasional. Ini sejalan dengan cita-cita Trisakti Bung

Karno.

Page 26: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xxvi

Jadi, pada tahun 1996 hingga sekarang, PRD telah

mengembalikan dua hal penting warisan dari revolusi nasional:

satu, Aksi Massa sebagai senjata penting Revolusi Nasional. Dua,

pergulatan pemikiran dan kesimpulan-kesimpulan analisa situasi

nasional PRD telah menghidupkan kembali ideologi dan gagasan-

gagasan Revolusi Nasional: Trisakti, Anti-kolonialisme, Anti-

imperialisme, Masyarakat Adil dan Makmur, dan lain-lain.

Sebetulnya, apa yang dipublikasikan di buku ini hanyalah

sebagian dari gagasan dan pemikiran kader-kader PRD. Sebagian

besar artikel di buku ini hanya yang berasal dari artikel yang

terpublikasi luas, terutama dari KOMPAS dan Media Indonesia.

Sebagian lagi adalah pidato-pidato resmi dan wawancara Ketua

Umum PRD di sejumlah kegiatan partai. Namun, pemikiran dan

analisa-analisa PRD yang terangkum di koran resmi partai,

terutama Pembebasan, belum tercakup di buku ini. Belum lagi

analisa periodik PRD terhadap perkembangan situasi yang disebut

analisa “Situasi Nasional (Sitnas)”.

Memang, penerbitan buku ini sangat mendadak. Waktu

mempersiapkannya hanya kurang lebih tiga bulanan. Namun

demikian, terlepas dari kekurangan, kehadiran buku ini menandai

satu hal: kelahiran sebuah Partai Politik dengan sumbangsih

pemikirannya yang kaya untuk negerinya. PRD adalah antitesa

Page 27: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xxvii

dari Partai-Partai Politik bentukan era Orde Baru maupun pasca

reformasi yang kering gagasan dan pemikiran.

Akhir kata, izinkanlah saya, atas nama kader dan anggota

PRD, menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-

pihak yang telah membantu penerbitan buku ini: Benny Sitorus,

yang meluncurkan ide untuk mengumpulkan tulisan ini; Harian

KOMPAS; Arbi Sanit, Olle Tornquist, Romo YB Mangunwijaya

(Almarhum), dan Ariel Heryanto; Pramoedya Ananta Toer

(Almarhum); kader dan mantan kader PRD yang telah

mengkontribusikan artikelnya di buku ini (Budiman Sudjatmiko,

Dita Indah Sari, Coen Husein Pontoh, Nezar Patria, Petrus Bima

Anugerah (Almarhum), Edy Haryadi dan Kiswondo, Agus Jabo

Priyono, AJ Susmana, Dominggus Oktavianus, Rudi Hartono, dan

Ulfa Ilyas).

Buku ini juga dipersembahkan untuk kawan-kawan PRD

yang telah mendarmabaktikan hidupnya bagi pembebasan Rakyat

dari segala bentuk penindasan dan ekspoitasi: Wiji Thukul, Petrus

Bima Anugerah, Suyat, Herman Hendrawan, Gilang, Yusuf Rizal,

Andi Munajat, Saddam Husein, dan lain-lain.

Kami, kader dan anggota PRD, juga menghaturkan terima

kasih sebesar-besarnya kepada Rakyat Indonesia. PRD lahir dan

berjuang karena satu hal: mewujudkan masyarakat adil dan

Page 28: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xxviii

makmur tanpa penindasan manusia atas manusia dan penindasan

bangsa atas bangsa. Sebagaimana terangkum dalam sebait lirik

lagu John Tobing, mantan anggota PRD, yang berjudul “Api

Kesaksian”: Untuk Indonesia/ Kami tumpahkan/ Keringat dan

darah/ untuk membebaskan/ rakyat yang ditindas dan sengsara.

Hidup PRD! Hidup Rakyat Indonesia!

Rudi Hartono

Deputi Bidang Kajian dan Bacaan Komite Pimpinan Pusat Partai

Rakyat Demokratik

****

Page 29: Buku “17 Tahun PRD: Sumbangsih dan Pemikiran Untuk Indonesia"

17 TAHUN PRD : SUMBANGSIH PEMIKIRAN UNTUK INDONESIA

xxix

PERINGATAN

Jika rakyat pergi

Ketika penguasa pidato Kita harus hati-hati

Barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat bersembunyi Dan berbisik-bisik

Ketika membicarakan masalahnya sendiri Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

Bila rakyat berani mengeluh

Itu artinya sudah gawat Dan bila omongan penguasa

Tidak boleh dibantah Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Maka hanya ada satu kata : LAWAN !

(Solo,1986)

(Oleh : Wiji Thukul, Lahir di kampung Sorogenen,

26 Agustus 1963 – Dihilangkan Rezim sampai sekarang)