Bukti Audit

18
BAB 1 PENDAHULUAN Bukti audit didefinisikan sebagai semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Informasi ini beragam tergantung pada tingkat pengaruhnya terhadap keputusan auditor mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, apakah kinerja auditan telah sesuai dengan yang diharapkan, atau tujuan audit lainnya. Bukti audit mencakup informasi yang tingkat pengaruhnya tinggi seperti hasil perhitungan auditor terhadap persediaan, dan juga informasi yang kurang berpengaruh seperti jawaban dari pertanyaanpertanyaanyang diajukan auditor kepada auditan. Istilah “bukti” memang sering kita dengar berkaitan dengan proses audit. Istilah “bukti” dalam proses audit sering dipadankan dengan istilah “audit” sehingga menjadi suatu istilah yang tidak berdiri sendiri yaitu “bukti audit”. Istilah “bukti” tidak hanya digunakan oleh auditor dalam audit tetapi juga digunakan oleh ilmuwan, pengacara dan ahli sejarah.

description

audit sektor publik

Transcript of Bukti Audit

BAB 1PENDAHULUANBukti audit didefinisikan sebagai semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Informasi ini beragam tergantung pada tingkat pengaruhnya terhadap keputusan auditor mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, apakah kinerja auditan telah sesuai dengan yang diharapkan, atau tujuan audit lainnya. Bukti audit mencakup informasi yang tingkat pengaruhnya tinggi seperti hasil perhitungan auditor terhadap persediaan, dan juga informasi yang kurang berpengaruh seperti jawaban dari pertanyaanpertanyaanyang diajukan auditor kepada auditan. Istilah bukti memang sering kita dengar berkaitan dengan proses audit. Istilah bukti dalam proses audit sering dipadankan dengan istilahaudit sehingga menjadi suatu istilah yang tidak berdiri sendiri yaitu bukti audit. Istilah bukti tidak hanya digunakan oleh auditor dalam audit tetapi juga digunakan oleh ilmuwan, pengacara dan ahli sejarah.

BAB IIPEMBAHASANBUKTI AUDIT2.1 HAKEKAT BAHAN BUKTIBahan bukti didefinisikan sebagai informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi kuantitatif yang sedang diperiksa disajikan sesuai dengan criteria yang ditetapkan.1. Bahan bukti dibedakan dengan bahan bukti yuridis formal dan ilmiahPenggunaan bahan bukti tidak hanya khusus dilakukan oleh auditor. Bahan bukri juga digunakanoleh ilmuwan, dan pengacara. Dalam kasus yuridis formal, terdapat aturan mengenai bahanbukti yang sudah tersusun dengan baik yang digunakan oleh hakim untuk melindungi orang yang tak bersalah. Merupakan hal yang biasa, sebuah bahan bukti pengadilan diputuskan sebagai tidak bijaksana karena tidak relevan, merupakan purbasangka atau didasarkan kepada desas desus.Demikian pula, dalam percobaan ilmiah, ilmuwan memperoleh bahan bukti untuk menyimpulkan suatu teori. Diasumsikan, ilmuwan medis mengevaluasi obat baru yang akan menolong penderita asma. Ilmuwan tersebut akan menyimpulkan bahan bukti dari sejumlah besar percobaan yang terkendali dalam kurun waktu tertentu untuk menentukan efektivitas obat tersebut.Auditor juga mengumpulkan bahan bukti untuk mengambil keputusan. Bahanbukti yang digunakan oleh auditor berbeda daripada yang digunakan oleh ilmuwan dalam kasus yuridis formal tersebut, dengan menggunakan cara yang berbeda, tetapi bahan bukti ketiga kasus tersebut digunakan untuk mengambilkesimpulan. Kasus yuridis formal yang mencakup tertuduh pencurian, dan auditing atas laporan keuangan.2. Keputusan bahan bukti auditKeputusan utama yang dihadapi setiap auditor adalah penentuan jumlah bahan bukti yang harus dikumpulkan untuk memastikan bahwa komponen laporan keuangan klien, dan keseluruhan laporan telah disajikan dengan wajar. Keputusan auditor dalam pengumpulan bahan bukti dapat dipecah menjadi empat bagian sebagai berikut : Prosedur auditing mana yang digunakan?Prosedur auditing adalah petunjuk rinci untuk pengumpulan jenis bahan bukti audit tertentu yang diperoleh pada waktu tertentu selama auditing. Misalkan, bahan bukti seperti perhitungan persediaan fisik, buku harian, dan rincian dokumen pengiriman dikumpulkan dengan menggunakan prosedur auditing. Dalam merancang prosedur auditing, sudah umum untuk menyajikan suatu prosedur dalam istilah khusus yang memeungkinkan penggunaannya sebagai petunjuk selama audit. Berapa ukuran sampel yang dipilih untuk suatu prosedur tertentu?Manakala prosedur auditing dipilih, dimungkinkan untuk menentukan ukuran sampel dan satu sampai keseluruhan pos dalam populasi yang diuji. Dalam prosedur auditing diatas, misalkan ada6.600 cek yang dicatat dalam jurnal pengeluaran kas. Auditor mungkin memilih besar sampel sebesar 200cek untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas. Keputusan mengenai berapa banyak pos yang harus diuji akan dibuat oleh auditor untuk setiap prosedur auditing. Ukuran sampel untuk satu prosedur tertentu akan bervariasi dari satu auditing ke auditing lainnya. Pos atau unsure tertentu mana yang dipilih dari populasi?Setelah besar sampel ditentukan bagi suatu prosedur auditing tertentu, tetap perlu untuk memutuskan pos atau unsure mana yang akan dipilih. Kalau auditor memutuskan, misalnya, untuk memilih 200 cek dari populasi sebesar 6.000 populasi untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas, maka beberapa metode yang berbeda dapat digunakan untuk memilih cek tertentu yang akan diperiksa. Auditor dapat (1) memilih dan memeriksa 200 cek pertama dalam satu minggu (2) memilih 200 cek yang berjumlah terbesar, (3) memilih cek secara acak, atau (4) memilih cek yang oleh auditor diperkirakan akan memiliki kemungkinan kesalahan. Dapat juga digunakan kombinasi dari metode-metode ini. Kapan prosedur-prosedur tersebut dilaksanakan?Auditing atas laporan keuangan biasanya mencakup suatu periode seperti satu tahu, dan memeriksa biasanya belum selesai sampai beberapa minggu atau beberapa bulan setelah akhir periode. Saat pelaksanaan prosedur auditing dengan demikian bervariasi dari permulaan periode akuntansi sampai lama setelah periode tersebut berakhir. Dalam auditing atas laporan keuangan, klien biasanya menginginkan auditing selesai satu atau tiga bulan setelah akhir tahun.

2.2 BAHAN BUKTI YANG MENYIMPULKANStandard pekerjaan lapangan ketiga mengharuskan auditor untuk mengumpulkan bukti kompeten yang mencukupi untuk mendukung pendapat yang diberikan. Empat faktor yang menentukan apakah suatu bahan bukti dapat memberikan kesimpulan adalah relevansi, kompetensi, kecukupan, dan ketepatan waktu.1. RelevansiBukti harus berkaitan atau relevan terhadap tujuan pengujian auditing sebelum dikatakan bersifat dapat menyimpulkan misalka, auditor berkepentingan bahwa klien tidak membuat faktu penjualan kepada pelanggan untuk pengiriman yang telah dilakukan (tujuan kelengkapan). Kalau auditor memilih suatu sampel salinann faktur penjualan dan menelusuri masing-masing ke dokumen pengiriman yang berhubungan, bahan bukti menjadi tidak relevan untuk tujuan kelengkapan prosedur yang relevan adalah membandingkan satu sampel dokumen pengiriman dengan salinan faktur penjualan terkait untuk menentukan apakah tiap pengiriman telah dibuatkan fakturnya.2. KompetensiKompetensi mengacu kepada derajat dapat dipercayanya suatu bahan bukti, kalau dari bukti dianggap sangat kompeten, akan sangat membantu meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan disajikan dengan wajar. Kompetensi bahan bukti hanya berkaitan dengan prosedur audit yang dipilih. Kompetensi tidak dapat diperbaiki hanya dengan memilih prosedur audit yang berisi lima karakteristik bahan bukti yang kompeten berikut ini.a. Independensi penyedia dataBahan bukti yang diperoleh dari sumber di luar suatu satuan usaha akan lebih andal daripada yang diperoleh dari dalam. Misalkan, bahan bukti ekstren seperti komunikasi dengan bank, pengacara, atau pelanggan biasanya dianggap lebih andal daripada jawaban dari Tanya jawab dengan klien. Demikian pula, dokumen yang berasal dari luar organisasi klien dipertimbangkan lebih andal daripada yang berasal dari dalam perusahaan, dan tidak pernah meninggalkan organisasi klien. Contoh buat yang pertama adalah polis asuransi dan contoh terakhir adalah permintaan pembelian.b. Efektifitas stuktur pengendalian internKalau struktur pengendalian intern klien efektif, bahan bukti yang diperoleh darinya akan lebih andal daripada kalau pengendalian intern lemah. Misalkan, kalau pengendalian intern atas penjualan dan penagihan efektif, auditor dapat memperoleh bahan bukti yang lebih kompeten dari faktur penjualan dan dokumen pengiriman daripada kalau pengendalian tidak memadai.c. Pengetahuan yang diperoleh sendiri oleh auditorBahan bukti yang diperoleh sendiri oleh auditor melalui auditing fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi akan lebih kompeten daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung misalkan, kalau auditor menghitung marjin kotor sebagai persentase dari penjualan dan membandingkannya dengan periode sebelumnya. Bahan bukti tersebut lebih andal daripada kalau auditor memepercayakan pada perhitungan kontroler.

d. Kualifikasi orang yang menyediakan informasiMeskipun sumber informasi independen, bahan bukti tidak andal kalau orang menyediakan informasi tidak mempunyai kualifikasi untuk melakukan hal tersebut. Dengan alasan tersebut, konfirmasi dari pengacara dan bank biasanya sangat lebih diperhatikan daripada konfirmasi piutang ussaha dari orang yang tidak akrab dengan dunia usaha. Demikian pula, bahan bukti yang diperoleh sendiri oleh auditor dapat menjadi tidak andal kalau dia sendiri tidak memiliki kualifikasi untuk mengevaluasi bahan bukti tersebut. Misalkan, auditing persediaan berlian oleh auditor yang tidak dilatih untuk bedakan berlian dengan gelas tidak akan menyediakan bahan bukti yang andal akan adanya berlian.e. Tingkat objektivitasBahan bukti yang objektif akan lebih andal daipada bahan bukti yang memerlukan pertimbangan untuk mementukan apakah ia benar. Contoh dari bahan bukti yang objektif adalah konfirmasi piutang usaha dan saldo bank, perhitungan fisik efek-efek dan uang tunai, dan menjumlahkan kebawah daftar utang usaha untuk menentukan apakah cocok dengan saldo buku besar. Contoh bahan bukti yang subjektif adalah konfirmasi dari pengacara klien mengenai kemungkinan hasil tuntunan yang sedang dihadapi, dan pengamatan persediaan yang using selama auditing fisik, dan Tanya jawab dengan manajer mengenai kolektibilitas piutang usaha yang tidak lancer. Dalam mengevaluasi keandalan bahan bukti yang subjektif, kualifikasi orang yang menyediakan data menjadi faktor yang penting.3. KecukupanJumlah diukur terutama dengan besar sampel yang dipilih auditor. Dua hal yang paling penting dalam menentukan kecukupan adalah perkiraan auditor atas terjadinya kekeliruan dan efektifitas struktur pengendalian intern.

4. Ketepatan waktuKetepatan waktu dari bhan bukti mengacu kepada kapan bahan bukti dikumpulkan atau periode yang dicakup oleh audit. Bahan bukti biasanya lebih membantu dalam memberikan kesimpulan bagi perkiraan neraca kalau diperoleh sedekat mungkin dari tanggal neraca. Misalkan perhitungan efek-efek pada tanggal neraca lebih dapat memberikan kesimpulan daripada menghitung dua bulan sebelumnya. Bagi perkiraan rugi laba, bahan bukti akan lebih menyimpulkan kalau dilakukan uji petik untuk seluruh periode daripada hanya sebagiann periode. Misalkan, uji petik acak atas transaksi selama setahun akan lebih dapat menyimpulkan daripada uji petik hanya enam bulan pertama.

2.3 JENIS-JENIS BUKTIDalam menentukan prosedur auditing mana yang digunakan, ada tujuh kategori bahan bukti yang dapat dipilih auditor. Kategori ini, dikenal sebagai jenis bahan bukti, akan disebutkan dibawah ini dan dibahas dalam bagian ini.1. Auditing fisikAuditing fisik adalah inspeksi atau perhitungan dalam membuat keputusan mengenai bahan bukti suatu auditing, harus dipertimbangkan baik kemampuan member kesimpulan maupun biayanya. Jarang sekali kalau hanya tersedia satu jenis bahan bukti yang memverifikasi informasi. Kemampuan member kesimpulan dan biaya semua altenatif harus dipertimbangkan sebelum memilih satu atau beberapa jenis bahan bukti. Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bahan bukti yang mencukupi, tepat waktu, andal yang relevan bagi informasi yang diverifikasi, dan melakukannya pada biaya yang paling rendah, dan paling mungkin.2. KonfirmasiKonfirmasi digambarkan sebagai penerimaan jawaban tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen dalam memverifikasi akurasi informasi yang telah diminta oleh auditor. Agar dapat dipertimbangkan sebagai bahan bukti yang andal, konfirmasi harus diawasi oleh auditor sejak saat penyiapan sampai dikembalikan. Kalau klien yang mengawasi penyiapan konfirmasi, melaksanakan pengiriman, atau menerima jawabannya, auditor akan kehilangan kendala dan keindependenan bahan bukti tersebut dengan demikian keandalan bahan bukti menjadi berkurang.3. DokumentasiDokumentasi, biasanya disebut auditing dokumen (vouching), merupakan auditing atas dokumentasi dan catatan klien untuk menyokong informasi yang ada, atau seharusnya ada dalam laporan keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah catatan yang digunakan klien untuk menyediakan informasi dalam melaksanakan usahanya dalam kondisi yang terorganisasi. Karena setiap transaksi dalam organisasi klien biasanya didukung oleh paling sedikit satu dokumen, akan da sejumlah besar jenis bahan bukti yang tersedia. Misalkan, klien biasanya menyimpan pesanan pelanggan, dokumen pengiriman , dan salinan faktur penjualan bagi setiap transaksi penjualan. Dokumen yang sejenis ini merupakan bahan bukti yang bermanfaat untuk verifikasi oleh auditor atas akurasi pencatatan transaksi penjualan oleh klien. Dokumentasi merupakan bentuk bahan bukti yang digunakan secara luas, dalam setiap audit karena biasanya sudah tersedia bagi auditor dengan biaya yang relative rendah.4. PengamatanPengamatan adalah penggunaan perasaan untuk menetapkan aktivitas dalam keseluruhan auditing, akan ada banyak kesempatan untuk melihat, mendengar, menyentuh dan mencium untuk mengevaluasi bermacam benda mungkin mengunjungi pabrik untuk memperoleh kesan umum tentang klien, mengamati apakah peralatan telah berkarat untuk mengevaluasi bermacam benda dan melihat orang-orang melaksanakan tugas-tugas akuntansi untuk apakah orang yang diberikan tanggung jawab telah melaksanakannya akan tidak mencukupi bila tidak ditindaklanjuti. Diperlukan tindak lanjut atas kesan awal dengan bahan bukti lain yang menguatkan.5. Tanya jawab dengan klienTanya jawab adalah upaya mendapatkan informasi tertulis atau lisan dengan menjawab pertanyaan dari auditor. Biasanya Tanya jawab tidak dapat diperlakukan sebagai bukti yang mampu memberikan kesimpulan jika didapat dari sumber yang tidak independen dan mungkin memihak klien.6. Akurasi mekanisPengujian akurasi mekanis mencakup pengecekan ulang suatu sampel perhitungan dan perpindahan informasi yang dilakukan klien selama periode. Pengecekan ulang perhitungan berisi pengujian akurasi aritmatis klien, antara lain prosedur seperti mengecek perkalian dalam faktur penjualan dan persediaan, menjumlah jurnal dan buku tambahan, dan mengecek beban penyusutan dan biaya dibayar dimuka. Banyak auditor menyebut pengujian jenis ini sebagai prosedur pelaksanaan ulang.7. Prosedur analitisProsedur analitis adalah penggunaan perbandingan untuk menentukan apakah saldo perkiraan tersaji secara layak dengan cara membandingkan persentase tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Untuk perkiraan tertentu yang tidak material, prosedur analitis merupakan satu-satunya prosedur yang diperlukan. Untuk perkiraan lain, jenis bahan bukti lain dapat dikurangi kalau prosedur analitis menunjukkan bahwa saldo perkiraan tersebut kelihatannya layak. Prosedur analitis sebaiknya dilaksanakan pada permulaan auditing untuk membantu dalam menentukan perkiraan mana yang memerlukan verifikasi lebih lanjut.Dalam audit atas laporan keuangan, Prosedur analitis menjadi bukti audit yang sangat penting karena dilakukan pada 3 (tiga) tahapan audit yaitu pada waktu perencanaan, pengujian substantif dan pada waktu penyelesaian audit. Menurut Arens dan Loebbecke, tujuan dari prosedur analitis dalam audit atas laporan keuangan adalah :a. Memahami sifat industri dan usaha auditan.Auditor harus mendapatkan pengetahuan mengenai sifat industri dan usaha auditan sebagai bagian dari perencanaan audit. Dengan melaksanakan prosedur analitis di mana informasi laporan keuangan yang belum diaudit dibandingkan dengan informasi laporan keuangan tahun lalu yang telah diaudit, perubahan yang terjadi dapat teridentifikasi. Perubahan-perubahan ini dapat mewakili kecenderungan-kecenderungan yang penting atau kejadian-kejadian tertentu dimana semuanya akan mempengaruhi perencanaan audit. Sebagai contoh penambahan saldo dari aktiva tetap mungkin mengindikasikan perolehan signifikan yang harus diperiksa.b. Memperkirakan kemampuan auditan untuk melanjutkan usahanya (going concern).Prosedur analitis berguna sebagai indikasi jikalau auditan sedang mengalami masalah keuangan. Beberapa prosedur analitis akan sangat membantu auditor dalam memperkirakan kemungkinan kegagalan keuangan. Sebagai contoh jika terjadi kombinasi antara perbandingan di atas normal dari hutang jangka panjang dengan kekayaan bersih dan perbandingan di bawah rata-rata dari penghasilan dengan total aktiva, maka risiko kegagalan keuangan yang tinggi mungkin terindikasi. Hal ini bukan hanya mempengaruhi perencanaan audit, tetapi mempengaruhi modifikasi laporan audit jika prosedur analitis ini dilakukan pada tahap penyelesaian.c. Mengindikasikan terjadinya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.Perbedaan yang signifikan antara data keuangan yang belum diaudit dengan data lain yang digunakan sebagai pembanding, sering disebut fluktuasi yang tidak biasa (unusual fluctuations). Fluktuasi yang tidak biasa terjadi ketika perbedaan signifikan yang seharusnya tidak muncul tetapi ada dalam laporan keuangan, atau perbedaan yang seharusnya muncul tetapi tidak ada. Pada dua kasus ini, satu alasan yang mungkin untuk fluktuasi yang tidak biasa ini adalah kesalahan pencatatan akuntansi. Karena itu apabila fluktuasi yang tidak biasa ini terjadi dalam jumlah besar, auditor harus menemukan alasan sehingga mendapatkan keyakinan bahwa penyebabnya adalah kejadian ekonomi yang valid dan bukan karena adanya salah saji.d. Mengurangi pengujian terinci.Ketika prosedur analitis tidak mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa, maka kemungkinan adanya salah saji yang material telah berkurang. Dalam kasus ini, prosedur analitis adalah bagian dari bukti substantif yang mendukung penyajian secara layak atas akun-akun yang berkaitan, dan memungkinkan untuk melaksanakan pengujian terinci yang lebih sedikit atas akun-akun tersebut. Dengan kata lain beberapa prosedur audit tertentu dapat dihapuskan, jumlah sampel dapat dikurangi, atau waktu pelaksanaan prosedur audit ini dapat dipindahkan lebih jauh dari tanggal neraca.

2.4 JENIS BUKTI DAN TINGKAT KOMPETENSINYAHubungan dari karakteristik-karakteristik dalam menentukan tingkat kompetensi bukti audit dan ketujuh jenis bukti audit di atas disajikan dalam table berikut. Dalam tabel ini, 2 (dua) karakteristik yaitu tingkat relevansi dan ketepatan waktu tidak diikutsertakan karena setiap jenis bukti audit memiliki kemungkinan untuk relevan dan tepat waktu tergantung pada sumbernya dan kapan bukti audit itu diperoleh. Dari tabel ini ada beberapa hal yang dapat dilihat. Pertama, tingkat efektifitas pengendalian intern auditan memiliki dampak yang besar terhadap tingkat kompetensi dari sebagian besar jenis bukti audit.