budidaya.lada.babel.pdf

10
PENGKAJIAN BUDIDAYA LADA DI BANGKA BELITUNG Ana Feronika Cindra Irawati, Ahmadi, Issukindarsyah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kep. Bangka Belitung E-mail: [email protected] ABSTRAK Lada merupakan salah satu komoditas unggulan di Propinsi Bangka-Belitung (Babel). Namun demikian terdapat beberapa permasalahan dalam usaha tani komoditas ini. Di antaranya adalah menurunnya produksi, kualitas, dan minat petani. Pengkajian ini bertujuan untuk menerapkan dan mengenalkan kepada petani mengenai paket teknologi budidaya lada ramah lingkungan. Metodologi yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah berupa penerapan paket teknologi budidaya lada ramah lingkungan di empat lokasi di Babel. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa paket teknologi yang diterapkan dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi tanaman, yaitu dengan terdapatnya peningkatan atau perbaikan kondisi tanaman dan kondisi intensitas serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), yang relatif menurun. Kata kunci: Lada, Budidaya ramah lingkungan, Bangka-Belitung ABSTRACT Pepper is one of the essential commodity in Bangka-Belitung (Babel) Province. Although, there are some problems in the culturing of pepper, are decreaseing of production, quality, and interest of farmer. The aims of this assesment are to introduce and apply the package of pepper technology that “friendliness” to farmers. Metodology that used was application of package of technology in four locations in Babel. The results show that application of this package increased productivity and efficiency. There were increasing or repairing of plants condition dan decreasing of pests attact intencity. Key words: Pepper, Environment frindliness culture, Bangka-Belitung 1

Transcript of budidaya.lada.babel.pdf

Page 1: budidaya.lada.babel.pdf

PENGKAJIAN BUDIDAYA LADA DI BANGKA BELITUNG

Ana Feronika Cindra Irawati, Ahmadi, Issukindarsyah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kep. Bangka Belitung

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Lada merupakan salah satu komoditas unggulan di Propinsi Bangka-Belitung (Babel). Namun demikian terdapat beberapa permasalahan dalam usaha tani komoditas ini. Di antaranya adalah menurunnya produksi, kualitas, dan minat petani. Pengkajian ini bertujuan untuk menerapkan dan mengenalkan kepada petani mengenai paket teknologi budidaya lada ramah lingkungan. Metodologi yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah berupa penerapan paket teknologi budidaya lada ramah lingkungan di empat lokasi di Babel. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa paket teknologi yang diterapkan dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi tanaman, yaitu dengan terdapatnya peningkatan atau perbaikan kondisi tanaman dan kondisi intensitas serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), yang relatif menurun. Kata kunci: Lada, Budidaya ramah lingkungan, Bangka-Belitung

ABSTRACT

Pepper is one of the essential commodity in Bangka-Belitung (Babel) Province. Although, there are some problems in the culturing of pepper, are decreaseing of production, quality, and interest of farmer. The aims of this assesment are to introduce and apply the package of pepper technology that “friendliness” to farmers. Metodology that used was application of package of technology in four locations in Babel. The results show that application of this package increased productivity and efficiency. There were increasing or repairing of plants condition dan decreasing of pests attact intencity. Key words: Pepper, Environment frindliness culture, Bangka-Belitung

1

Page 2: budidaya.lada.babel.pdf

I. PENDAHULUAN

Sektor pertanian sampai sekarang masih merupakan sektor penting dalam

pembangunan nasional. Peranan sektor ini di antaranya adalah dalam penciptaan lapangan

kerja, penyediaan bahan pangan, penyumbang devisa, dan pendukung perekonomian

nasional. Ketangguhan sektor pertanian juga telah diuji dalam sejarah perekonomian bangsa

dengan masih kuatnya sektor ini dalam krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak

pertengahan tahun 1997.

Di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, sektor pertanian juga mempunyai peranan

penting, terlihat dari kontribusinya sekitar 20% terhadap PDRB (BPS Kep. Bangka Belitung,

2004). Sektor ini hanya disaingi oleh sektor industri (terutama industri tambang timah) yang

juga menjadi andalan perekonomian rakyat. Sebagai propinsi yang baru lahir, upaya-upaya

memperkuat sektor pertanian di Bangka Belitung merupakan salah satu strategi

pembangunan yang perlu mendapat dukungan luas.

Kalau diamati secara lebih cermat, sektor pertanian di Kepulauan Bangka Belitung

masih didominasi oleh sub sektor perkebunan, baik karena historis maupun kondisi pedo-

agroklimat yang ada. Salah satu komoditas perkebunan yang paling dominan dalam pola

usahatani masyarakat Bangka Belitung adalah usahatani lada. Sejak jaman Belanda,

tanaman lada dari Bangka dikenal sebagai lada kualitas tinggi yang terkenal di dunia

internasional dengan sebutan “Muntok White Pepper”. Predikat inipun sekarang masih

melekat pada lada yang berasal dari Bangka, meskipun nuansanya semakin memudar.

Sebagai salah satu komoditas andalan di Propinisi Kepulauan Bangka Belitung,

lada masih perlu mendapatkan perhatian serius, mengingat tidak banyak penghasil lada di

Indonesia, apalagi dengan kualitas seperti yang dihasilkan di daerah ini. Oleh karena itu

upaya-upaya intensifikasi dan ekstensifikasi, serta rehabilitasi kebun lada perlu terus

ditingkatkan. Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman lada, peningkatan

kualitas hasil lada, dan jaminan pemasaran, harga, hingga ke peningkatan pendapatan dan

kesejahteraan petani lada akhirnya menjadi hal yang sangat penting.

Permasalahan yang dihadapi usahatani lada di Bangka sekarang ini adalah makin

menurunnya produksi, kualitas, dan minat petani. Adanya peluang bekerja di tambang timah

rakyat yang dikenal dengan istilah TI (Tambang Inkonvensional) dengan pendapatan relatif

tinggi menyebabkan banyak petani beralih ke usaha ini. Pemeliharaan kebun lada menjadi

usaha sampingan, sehingga produksi dan produktivitas, serta kualitas hasil lada semakin

menurun.

Pemerintah Daerah di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung sebetulnya masih

memberikan prioritas tinggi terhadap pengembangan komoditas lada. Namun dengan

2

Page 3: budidaya.lada.babel.pdf

adanya permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan upaya-upaya peningkatan

produksi, produktivitas, dan kualitas lada menjadi kurang optimal.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Bangka Belitung

mencoba membaca situasi ini dengan mereview hasil-hasil penelitian dan pengkajian yang

sebelumnya telah dilakukan oleh Kebun Percobaan Petaling (nomenklatur institusi BPTP

Kepulauan Bangka Belitung sebelumnya). Beberapa kegiatan penelitian dan pengkajian

mengenai lada, terutama dalam aspek budidaya, pengendalian hama/penyakit telah

dilakukan (BP2TP, 2003?; Deciyanto dkk., 2000; Manohara dkk., 2000). Penelitian dan

pengkajian tentang budidaya lada ramah lingkungan yang terakhir dilakukan telah mencoba

upaya peningkatan produktivitas lada melalui efisiensi biaya produksi, penggunaan pupuk

organik, penggunaan tiang panjat hidup, dan aplikasi pestisida alami yang ramah

lingkungan. Hasil terakhir pengkajian ini menunjukkan adanya efisiensi biaya produksi dan

peningkatan produktivitas.

Tujuan kegiatan pengkajian agribisnis lada ini adalah untuk Menerapkan paket

teknologi budidaya lada ramah lingkungan di kepulauan Bangka Belitung.

II. METODOLOGI

Sampel untuk penelitian pengembangan ditetapkan untuk tiga orang responden petani lada

dengan luasan lahan 0,5 ha yang sudah ditanami lada yang sudah berproduksi. Kegiatan

lebih menekankan pada pengkajian penerapan paket teknologi usahatani lada yang berbasis

pada teknologi budidaya lada ramah lingkungan, yang juga bertujuan untuk mengetahui

efisiensinya. Penerapan paket teknologi budidaya lada ramah lingkungan, mencakup:

a. Penggunaan tiang panjat hidup,

b. Penggunaan tanaman penutup tanah (Arachis pentoii),

c. Penggunaan pupuk organik dan inorganik,

d. Penggunaan pestisida alami (nabati) dan agensia hayati,

e. Teknik pemeliharaan lainnya (pemangkasan, perbaikan drainase, dan lain lain).

Pengamatan dilakukan pada aspek agronomi, yang berupa data vegetatif dan generatif

(produksi).

3

Page 4: budidaya.lada.babel.pdf

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengkajian ini menggunakan empat lokasi di Babel yaitu, di Kabupaten Bangka

(Desa Zed), Bangka Barat (Desa Kelapa), Bangka Tengah (Desa Cambai), dan Bangka

Selatan (Desa Payung). Setiap kabupaten diguanakan satu lokasi dengan luas masing-

masing 0,5 ha, yang terdiri dari 1.250 tanaman.

1. Penggunaan Tiang Panjat Hidup

Budidaya lada ramah lingkungan memerlukan tiang panjat hidup yang berfungsi

sebagai tiang panjat, pengatur kelembaban, dan menjaga kelestarian lingkungan dan

kesinambungan kehidupan tanaman lada sepanjang daur hidupnya. Menurut Manohara &

Wahyuno (2005), tiang panjat ini sangat penting untuk mengurangi stres yang menyebabkan

tanaman menjadi lemah, terutama saat musim kemarau, karena lada membutuhkan cahaya

matahari berkisar antara 50-75 %. Jenis tiang panjat hidup yang sesuai untuk lada adalah

dadap cangkring (Erythrina fusca) dan gamal (Glyricidia maculata). Tiang panjat hidup dadap

cangkring digunakan di lokasi pengkajian di Desa Cambai dan Desa Kelapa, sedangkan

tiang panjat hidup gamal digunakan di lokasi pengkajian di Desa Zed dan Desa Payung.

2. Pengunaan Tanaman Penutup Tanah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis Arachis pentoii merupakan jenis tanaman

penutup tanah di perkebunan lada yang paling menguntungkan. Sifat-sifat Arachis pentoii ini

antara lain adalah: (1) mencegah erosi, (2) seresah Arachis pentoii dapat menjadi media

pertumbuhan dan perkembangan jamur antagonis Trichoderma sp. yang menekan terjadinya

penyebaran penyakit, khususnya penyakit busuk pangkal batang, (3) sebagai habitat

Spathius piperis yang merupakan musuh alami penggerek batang lada, (4) menjaga

stabilitas kelembaban tanah, (5) menekan gulma dan mengurangi biaya penyiangan, dan (6)

sebagai pakan ternak kambing. Penutup tanah Arachis pentoii telah digunakan di lokasi

pengkajian Desa Cambai dan Desa Kelapa, sedangkan di lokasi pengkajian Desa Zed dan

Desa Payung tanaman penutup tanah masih menggunakan gulma-gulma yang sudah

terdapat di lokasi pengkajian.

3. Aplikasi Pupuk Organik dan Inorganik

Rekomendasi yang diberikan kepada petani adalah menggunakan pupuk organik

berupa pupuk kandang (kotoran sapi) dan pupuk inorganik (NPK dan KCl), serta kapur

(Dolomit). Pupuk kandang diberikan setahun dua kali dengan dosis total 10 kg per tanaman.

Pupuk inorganik diberikan berupa NPK (15:15:15) sebanyak 1,62 ton untuk setiap lokasi

dengan 1.250 tanaman lada (1,296 kg/tanaman/tahun). Pupuk KCl diberikan sebanyak 910

ton di setiap lokasi pengkajian (0,728 kg/tanaman/tahun). Pupuk KCl ini sifatnya melengkapi

4

Page 5: budidaya.lada.babel.pdf

pupuk majemuk NPK yang telah diberikan, dan dapat diberikan berupa jerami atau sisa-sisa

daun tanaman yang biasanya jatuh di sekitar perakaran tanaman.

Rekomendasi pengapuran lahan diberikan berupa Dolomit dengan jumlah 625 kg

per lokasi (0,5 kg / tanaman). Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian

besar petani kooperator tidak cukup dana untuk membeli pupuk tambahan sesuai dengan

rekomendasi, dengan demikian hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap produktivitas

tanaman. Dosis pemupukan yang dilakukan oleh keempat petani kooperator pengkajian

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Dosis pemupukan yang dilakukan oleh keempat petani kooperator pengkajian di

empat lokasi

Lokasi – Desa ( Kg / tanaman) No. Jenis Pupuk

Kelapa Cambai Payung Zed Rekomendasi

(kg/tan)

1 Pupuk kandang* 3,05 3,92 4,36 1,92 10,00

2 NPK* 1,09 1,40 1,56 0,69 1,29

3 KCl* 0,55 0,70 0,78 0,34 0,73

4 Dolomit* 0,55 0,70 0,78 0,34 0,50

Tambahan oleh Petani Urea: 0,22 - Urea: 0,07

TSP: 0,07 -

* Jenis pupuk yang merupakan bantuan dari BPTP untuk kegiatan Pengkajian Agribisnis Lada di Babel.

4. Penggunaan Pestisida Nabati dan Agensia Hayati

a). Trichoderma sp.

Trichoderma sp. merupakan jenis jamur yang berfungsi sebagai agen hayati dalam

menekan pertumbuhan dan perkembangan, bahkan mematikan Phytophtora capsici, yang

merupakan jamur penyebab penyakit busuk pangkal batang. Di setiap lokasi pengkajian,

dengan tanaman lada sebanyak 1.250 batang, perlu diaplikasikan dengan dosis sebanyak

100 gram per tanaman. Untuk pencegahan, aplikasi ini dilakukan tiap 3 bulan sekali.

b). Ekstrak nimba

Ekstrak nimba merupakan pestisida nabati yang cukup efektif untuk pengendalian

berbagai macam organisme pengganggu tanaman (OPT) lada. Beberapa jenis OPT lada

yang dapat diatasi dengan pestisida alami ini, antara lain: hama penggerek batang,

penghisap buah, penghisap bunga, penyakit busuk pangkal batang, penyakit kuning, dan

penyakit kerdil. Ekstrak nimba kemasan berupa cairan nimba dapat diaplikasikan ke

5

Page 6: budidaya.lada.babel.pdf

tanaman dengan dosis 4 ml per liter (sesuai rekomendasi pada label kemasan produk.

Aplikasi pestisida ini dilakukan terutama menjelang terbentuknya buah dan bunga, namun

bila di pertanaman banyak dijumpai OPT lada aplikasi dapat segera dilakukan.

5. Teknik Pemeliharaan lainnya

Tanaman lada yang dipakai dalam kegiatan pengkajian ini sudah berumur 2 tahun ke

atas, dengan demikian sudah tidak dilakukan pemangkasan untuk tanaman lada.

Pemangkasan untuk tiang panjat hidup, baik jenis dadap cangkring maupun gamal dilakukan

untuk mengatur kelembaban dan intensitas cahaya matahari yang diperlukan untuk tanaman

lada. Pada dasarnya tanaman lada membutuhkan intensitas penyinaran matahari sekitar 50-

75% (Anonim, 2005). Kondisi tiang panjat yang rimbun akan mempengaruhi kemampuan

bunga berhasil menjadi buah, sehingga pada saat berbunga sinar matahari yang diterima

oleh tanaman cukup. Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada musim hujan untuk menjamin

tetap tumbuhnya tunas baru dan menjaga agar tanaman peneduh tidak terlalu rimbun.

Dengan demikian pemangkasan tanaman disesuaikan dengan ketentuan tersebut.

Pemangkasan tiang panjat hidup yang dilakukan pada setiap lokasi pengkajian ini sangat

tergantung pada kondisi lahan. Umumnya petani kooperator melakukan pemangkasan 3-5

kali setahun.

Penyiangan dilakukan di sekeliling tanaman lada dan tiang panjat sekitar bawah

kanopi (“pembokoran”). Di daerah “pembokoran” ini harus bebas dari gulma atau tanaman

pengganggu lain. Penyiangan bertujuan untuk mengurangi kompetisi makanan antara lada

dan tanaman lain serta untuk menjaga kelembapan, yang tentunya berpengaruh pada

keberadaan patogen. Penyiangan dapat dilakukan secara mekanik maupun kimiawi.

Umumnya petani melakukan penyiangan secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan

herbisida selektif, karena memerlukan waktu yang relatif lebih cepat dan murah.

Untuk kelancaran aliran air diperlukan saluran drainase yang baik karena lada tidak tahan

terhadap genangan air. Di samping itu adanya genangan air akan mendukung

perkembangan OPT. Agar air tidak menggenang di daerah pertanaman, dibuat guludan-

guludan membujur atau melintang (seragam), sehingga terbentuk saluran-saluran drainase

di sekeliling tanaman. Saluran ini dihubungkan dengan parit yang dapat mengalirkan air ke

luar areal pertanaman (Gambar 1).

6

Page 7: budidaya.lada.babel.pdf

Gambar 1. Pembuatan saluran drainase

Kegiatan pemeliharaan lainnya dilakukan dengan cara pembersihan kebun (sanitasi).

Tanaman sakit parah atau terserang parah oleh hama/penyakit maupun sisa-sisanya segera

dimusnahkan, dengan cara dibakar atau dibenamkan dalam-dalam ke tanah, karena dapat

menjadi sumber inokulum OPT.

6. Produktivitas tanaman Lada

Hasil pengamatan produktivitas buah lada di empat lokasi pengkajian menunjukkan

beberapa perbedaan. Hal ini disebabkan oleh kondisi tanaman, lingkungan, dan aktifitas

petani itu sendiri dalam upaya pemeliharaan tanaman. Perlakuan pemupukan, pengendalian

OPT, dan pemeliharaan lainnya berpengaruh terhadap produksi buah lada.

Pengamatan skoring kondisi vegetatif tanaman yang dilakukan selama masa

pemeliharaan, setiap dua bula sekali, menunjukkan bahwa relatif terdapat peningkatan atau

perbaikan kondisi tanaman (Gambar 2).

0

2

4

6

8

1 2 3 4Pengamatan ke-

Nila

i (X1

0)

KelapaCambaiPayungZed

Gambar 2. Skoring pertumbuhan vegetatif di empat lokasi pengkajian

7

Page 8: budidaya.lada.babel.pdf

Kondisi pertanaman di desa Payung dan Zed lebih baik pertumbuhan vegetatifnya

(kenampakan morfologisnya), dibandingkan dengan kondisi pertanaman di desa Cambai dan

Payung. Hal ini dapat disebabkan karena tanaman di desa Payung dan Zed tergolong lebih

muda (+ 2 - 3 tahun), dibanding di desa Cambai dan Kelapa (+ 4 - 5 tahun).

Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa kondisi pertanaman di desa Payung

hampir sama dengan di desa Zed. Hal ini disebabkan karena di kedua lokasi ini kondisi

pertumbuhan lada masih optimal, sehingga dengan teknik pemeliharaan dan perawatan

yang sama memberikan kondisi yang hampir sama pula. Kondisi tanaman di desa Cambai

lebih baik dibandingkan dengan di desa Kelapa. Hal ini lebih disebabkan karena faktor

aktifitas petani. Petani di desa Cambai, hasil pengamatan temu lapang (petani kooperator –

tim pengkaji), tergolong lebih telaten / ulet dalam memelihara dan merawat kebunnya

dibanding petani di desa Kelapa.

Seirama dengan kondisi pertumbuhan tanaman, pada pengamatan terhadap intesitas

serangan OPT, secara umum kondisinya relatif menurun (Gambar 2).

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4

Pengamatan ke-

IS (%

)

KelapaCambaiPayungZed

Gambar 3. Intensitas serangan OPT di empat lokasi pengkajian

Pengamatan generatif menunjukkan bahwa dengan teknologi yang diterapkan oleh

BPTP, hasil yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang dihasilkan oleh

bukan petani kooperator peserta pengkajian (Tabel 2).

8

Page 9: budidaya.lada.babel.pdf

Tabel 2. Produksi lada di empat lokasi pengkajian dan hasil survai Agribisnis Lada di Kep. Bangka Belitung tahun 2005 No. Lokasi Produksi (kg/tanaman) 1 Desa Kelapa* 0,80 2 Desa Cambai* 1,52 3 Desa Payung* 0,70 4 Desa Zed* 1,00

Rerata 1,00 5 Bangka** 0,38 6 Bangka Barat** 0,30 7 Bangka Tengah** 0,10 8 Bangka Selatan** 0,14

Rerata 0,23

* Hasil Pengkajian Agribisnis Lada. ** Hasil Survai Agribisnis Lada di Kep. Bangka Belitung tahun 2005.

Kondisi-kondisi tersebut disebabkan karena teknologi yang direkomendasikan dapat

diterapkan oleh petani kooperator dengan baik. Produktivitas tanaman lada ini dapat lebih

meningkat lagi bila rekomendasi yang diberikan diterapkan sepenuhnya.

IV. KESIMPULAN

1. Paket teknologi budidaya lada ramah lingkungan yang diterapkan dan dikembangkan di

Pulau Bangka dalam kegiatan pengkajian yang dilakukan BPTP dapat meningkatkan

efisiensi dan meningkatkan produktivitas tanaman lada.

2. Langkah-langkah selanjutnya yang perlu dipersiapkan dalam rangka pengembangan

lada di Kepulauan Bangka Belitung antara lain adalah dengan diseminasi hasil-hasil

pengkajian kepada masyarakat petani lada, peningkatan kualitas hasil lada,

memperkuat persatuan atau asosiasi petani lada, sehingga agribisnis lada menjadi lebih

menguntungkan bagi petani lada.

9

Page 10: budidaya.lada.babel.pdf

DAFTAR PUSTAKA *Anonim. 2005. Pedoman Budidaya Tanaman Lada (Piper nigrum Linn.). Balitro.21p. *BPS Provinsi Kep. Bangka Belitung. 2004. Bangka Belitung dalam Angka 2003. 256p. *BP2TP. 2003. Laporan Akhir Pengembangan Paket Teknologi Lada Ramah Lingkungan

Mendukung Agribisnis dengan Pola Kemitraan di Bangka Belitung. 96p *Deciyanto, I. Mustika, D. Manohara, Siswanto, I. Mara Trisawa. 2000. Pengenalan Hama

dan Penyakit Penting Tanaman Lada serta Musuh Alaminya. Bagpro Penelitian Tanaman Perkebunan. Ditjen Perkebunan. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 56p.

*Manohara, D., I Wayan Laba, Siswanto, Ika Mustika, Toto Djuwarso, Supriadi, Asnimar Alwi.

2000. Hama dan Penyakit Utama Tanaman Lada serta Teknik Pengendaliannya. Bagpro Penelitian Tanaman Perkebunan, Ditjen Perkebunan, Departemen Kehutanan dan Perkebunan.p.

*Manohara, D, & D. Wahyuno. 2005. Penyakit Busuk Pangkal Batang Lada dan Cara

Pengendaliannya. Balitro. Bogor. 6p.

10