Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

25

Click here to load reader

Transcript of Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

Page 1: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

TUGAS BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

“BUDIDAYA JAGUNG OLAH TANAH KONSERVASI”

DISUSUN OLEH

NAMA : AGUS SETYOKO

NPM : 11110010.P

SEKOLAH TINGGI PERTANIAN

DHARMA WACANA METRO

LAMPUNG

2012

Page 2: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Di Indonesia, jagung merupakan komoditi pertanian tanaman pangan penting

setelah padi. Luas panen jagung di Indonesia tahun 2000 menurut Biro Pusat Statistik

mencapai 3,5 juta ha, dengan total produksi 9,7 juta ton atau naik 5 % dari produksi

nasional tahun 1999. Produksi jagung terbesar adalah Jawa Timur, Jawa Tengah dan

Lampung dengan kontribusi 65,4 % terhadap produksi jagung Nasional. Disamping

sebagai sumber karbohidrat kedua setelah beras, jagung pun digunakan sebagai pakan

( bahan makanan ternak ) dan bahan baku penting industri. Makin pentingnya komoditi

jagung ini tercermin dari makin meningkatnya kebutuhan jagung dalam negeri, yaitu rata

– rata mencapai 9,6 % per tahun sedangkan rata – rata peningkatan produksi hanya 1,1 %

pertahun. Atas dasar ini, peluang mengembangkan komoditi jagung di Indonesia sangat

besar.Untuk komoditit jagung, peluangnya lebih besar karena permasalahan budidaya

jagung relatif lebih sedikit, hama dan penyakitnya tidak terlalu banyak dan keuntungan

usaha taninya pun lebih tinggi.

Rendahnya produktivitas tanaman jagung terutama disebabkan : ( 1 ) sebagian

besar tanaman jagung di Indonesia ditanam dilahan kering yang kurang subur dan kurang

kahat air ,( 2 ) penggunaan varietas unggul masih kurang , ( 3 ) teknik pengolahan

tanahnya tidak memperhatikan teknik – teknik konservasi sehingga tanahnya makin lama

makin kurus, dan ( 4 ) pemupukan dan pemeliharaan tanaman belum optimum

Agar produktivitas tanaman dan keuntungan usaha tani jagung dapat ditingkatkan,

diperlukan teknik budidaya yang bukan hanya mampu meningkatkan produktivitas

tanaman jagung saja, tetapi juga mampu melestarikan sumberdaya lahan. Teknik olah

tanah konservasi merupakan salah satu upaya kongkrit yang mampu menjawab

permasalahan tersebut.

Page 3: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Olah Tanah Konservasi

System Olah Tanah Konservasi ( OTK ) adalah suatu system persiapan lahan agar tanaman

dapat tumbuh dan berproduksi optimum dengan tetap memperhatikan konservasi tanah dan air.

Pada perkembangannya system OTK lebih lanjut, aspek konservasi tanah dan air kemudian lebih

diseimbangkan dengan aspek sosial ekonomi. Pada system OTK, disamping kelayakan fisik

seperti kelayakan tanah dan persyaratan mulsa dilahan lebih dari 30 %, kelayakan sosial ekonomi

juga harus dipertimbangkan. Teknik olah tanah yang termasuk dalam rumpun OTK dan telah

banyak diterapkan petani di Indonesia antara lain olah tanah intensif bermulsa, olah tanah

konservasi bergulud, olah tanah minimum , dan tanpa olah tanah.

Sebelum tanam, gulma dikendalikan dengan herbisida layak lingkungan, yaitu yang mudah

terdekomposisi dan tidak menimbulkan kerusakan tanah dan sumberdaya lingkungan lainnya.

Seperti teknik OTK lainnya, sisa tanaman musim sebelumnya dan gulma yang mati digunakan

sebagai mulsa untuk menutupi permukaan lahan minimal 30 % dengan berat kering antara 6 – 8

ton perhektar

2. Kelayakan Tanah

Keberhasilan budidaya jagung olah tanah konservasi ( OTK ) disamping ditentukan oleh

system pengelolaan budidayanya juga ditentukan oleh kelayakan tanahnya. Secara umum

penerapan budidaya jagung OTK akan lebih berhasil pada tanah berdrainase baik. Jika tidak,

maka produksi tanaman jagung OTK akan kalah dengan jagung olah tanah intensif. Hal ini

karena adanya mulsa akan lebih memperburuk drainase tanah sehingga akan mengganggu

respirasi akar tanaman jagung. Dengan memperbaiki drainase tanah, kelebihan air tanah aan

berkurang dan udara tanah meningkat sehingga perakaran jagung akan berkembang lebih baik.

Sifat tanah penting lainnya yang dapatmempengaruhi keberhasilan budidaya jagung OTK

adalah tekstur tanah, kemiringan tanah, da nada tidaknya lapisan cadas. Tekstur tanah ideal yang

cocok untuk jagung OTK adalah tekstur ringan sampai sedang ( lempung berpasir sampai

Page 4: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

lempung berliat ). Walaupun ada mulsa, tanah berstruktur ringan sampai sedang akan cepat

kering jika terjadi hujan lebat, sedangkan pada tanah bertekstur berat ( liat ) tanah akan lama

keringnya bahkan bisa tergenang, sehingga akan menurunkan produksi jagung. Jagung OTK

lebih tanggap pada tanah bergelombang sampai berbukit, walaupun dapat juga tumbuh dengan

baik pada tanah datar asal berdrainase baik. Keunggulan OTK pada tanah bergelombang sampai

berbukit karena OTK lebih mampu menekan erosi oleh air daripada OTI.

3. Keuntungan Olah Tanah Konservasi

a. Mengurangi tenaga kerja dan menghemat waktu

Pada teknik OTK tidak terlalu banyak memerlukan pengolahan tanah ( Olah Tanah

Minimum ) atau tidak memerlukan pengolahan tanah sama sekali kecuali untuk lubang tanam,

maka kebutuhan tenaga kerjanyapun menjadi lebih sedikit

b. Mengurangi kebutuhan energy dan peralatan pengolahan tanah

OTK dapat diterapkan secara modern, yaitu dengan menggunakan alat mekanisasi canggih

seperti alat penyemprot, alat penanam ( no-till planter ) sekaligus dengan alat untuk penempatan

pupuk dan alat pemanenan. Pada OTK dengan menggunakan alat mekanisasi, penggunaan

traktor untuk pengolahan tanah semakin berkurang. Hal ini berarti OTK mampu menghemat

bahan bakar ( energy ) dan mengurangi biaya perawatan traktor.

c. Meningkatkan produktivitas tanah dan pendapatan petani

Dengan berkurangnya kebutuhan tenaga kerja, energy dan kebutuhan pupuk serta

penghematan waktu, maka biaya produksi dapat dihemat sampai 40 %. Hal ini berarti dengan

produki yang sama, maka pendapatan petani OTK lebih tinggi.

d. Meningkatkan bahan organic tanah dan unsur hara

Penelitian terakhir menunjukan bahwamakin banyak tanah yang diolah, makin banyak emisi

karbon ke atmosfir, sehingga semakin sedikit karbon yang tertinggal dalam tanah. Sebaliknya

makin sedikit lapisan olah tanah yang dimanipulasi, makin sedikit emisi karbon ke atmosfir dan

ini berarti makin meningkat bahan organic tanah OTK. Bahan organic tanah merupakan sifat

penting tanah yang akan mempengaruhi bioata tanah dan proses fisika kimia tanah. Rerata

Page 5: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

penambahan bahan organic tanah OTK mencapai 0,1 % pertahun. Selain bahan organic tanah,

unsur hara didalam tanah OTK jangka panjang juga meningkat.

e. Memperbaiki agregasi tanah dan sifat fisik tanah lainnya.

Akibat berkurangnya manipulasi lapisan olah tanah dan meningkatnya bahan organic tanah

pada tanah OTK, bongkahan tanahnya akan lebih mantap dari pada olah tanah intensif.

Kemantapat agregat dan ketahanan struktur tanah OTK jangka panjang rata – rata dua kali lebih

tinggi dari OTI. Berbeda denga OTI, kekerasan tanah OTK lapisan bawah tidak mengeras, tetapi

pada lapisan olah kekerasan tanah khususnya TOT cenderung meningkat. Pori makro tanah hasil

aktivitas cacing tanah juga menigkat. Perbaikan agregasi tanah ini akan berpengaruh terhadap

menurunnya erosi air, meningkatnya aerasi tanah, dan membaiknya daya penetrasi akar tanaman

dalam menembus tanah.

f. Menigkatkan konservasi air

Adanya mulsa pada permukaan tanah OTK dilahan kering mampu menahan penguapan air

tanah sehingga kelembaban dan ketersediaan air akan meningkat dan suhu tanah menurun. Pada

saat cuacu terik, tanaman jagung pada olah tanah intensif akan lebih cepat layu dari pada jagung

OTK yang tanahnya lebih lembab. Menigkatnya kelembaban tanah akan berpengaruh terhadap

menurunnya suhu tanah yang berdampak positif terhadap meningkatnya aktivitas biota tanah dan

pertumbuhan tanaman. Meningkatnya kelembaban tanah juga akan meningkatkan serapan bahan

makanan tanaman, sehingga produksi tanaman juga meningkat.

g. Menekan aliran permukaan dan erosi

Mulsa pada permukaan lahan OTK mampu meningkatkan infiltrasi dan menekan air

limpasan sehingga dapat mengurangi erosi oleh air. Tergantung dari tipe tanah dan jumlah

mulsanya, erositanah dapat ditekan sampai 90 %.

h. Menigkatkan biota tanah

Biota tanah merupakan komponen penting dalam pertanian lestari. Semakin meningkat

jumlah dan jenis biota tanah, semakin tinggi kemampuan tanah tersebut dalam mendukung suatu

Page 6: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

pertumbuhan tanaman. Kondisis permukaan lahan OTK memeang menyerupai lingkungan alami,

sehingga aktivitas biota tanah dapat berkembang dengan baik.

i. Memperbaiki kualitas air

Mulsa dipermukaan lahan OTK akan menahan partikel tanah, unsur hara, pupuk dan

pestisida untuk tetap berada dilahan petani, tidak terbawa oleh aliran permukaan kesungai atau

laut. Bahkan keberadaan mulsa dipermukaan lahan dapat mengurangi herbisida dalam aliran air

sampai separuhnya. Selain itu, biota tanah yang hidup dalam tanah OTK yang kaya bahan

organic mampu mengurai pestisida dalam tanah sehingga dapat melindungi air tanah dari

pencemaran.

j. Memperbaiki kualitas udara

Pada persiapan lahan teknik OTK, pembakaran residu tanaman tidak diperbolehkan, tetapi

residu tanaman justru harus digunakan sebagai mulsa untuk melindungi tanah dari kerusakan.

Dengan tidak adanya pembakaran dan lambatnya dekomposisi mulsa karena tidak diolah berarti

pasokan gas rumah kaca ( CO2 ) keatmosfir berkurang. Dampak positif ini bukan hanya akan

memperbaiki kualitas udara disekitar lahan petani, tetapi juga akan membantu mengurangi suhu

udara dunia yang saat ini makin panas.

k. Tantangan Dan Hambatan

a. Hambatan psikologis

Kebiasaan mengolah tanah sampai gembur dengan permukaan lahan yang bersih tanpa sisa –

sisa tanaman sebelumnya memang sudah merupakan tradisi mengolah tanah sejak ribuan tahun

yang lalu., sehingga sulit untuk merubahnya. Kebiasaan tersebut juga bahkan sudah menjadi

budaya bahwa mengolah lahan untuk ditanami itu harus dicangkul / dibajak sampai dalam,

gembur dan bersih. Bagaimana mungkin menanam jagung pada lahan yang tidak diolah dan

kotor lagi, seperti pada budidaya OTK yang harus menggunakan mulsa tanaman sebelumnya

minimal 30 %. Permukaan lahan OTK tertutup mulsa tersebut dianggap petani sebagai sesuatu

yang kotor dan petani akan malu kalau dianggap malas dan jorok.

Page 7: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

Akan tetapi setelah petani tahu ahwa dengan tanpa mengolah tanah sekali pun ternyata produksi

jagungnya lebih tinggi, lebih menguntungkan dari pada OTI, apalagi cara pengolahan lahannya

ringan dan cepat. Langsung saja petani tersebut menerapkan OTK.

b. Hambatan Teknis

Hambatan teknis penting yang selama in I dikeluhkan petani adalah masalah penanaman

benih, tetapi kesulitan petani tersebut sudah terjawab, yaitu dengan no-till planter. Dengan no-till

planter, jalur penanaman dibuka oleh pisau pembuka tanah sehingga benih dengan mudah

ditanam, bahkan dipupuk juga bisa langsung dibenamkan. Jika tidak ada alat tersebut petani

menanggulangi masalah penanaman ini dengan membuat alur tanam dengan bajak beberapa

centimeter dari alur tanam sebelumnya, atau jika tidak ada bajak, cukup dikoak ( satu cangkulan

saja ).

Herbisida yang digunakan dalam mengendalikan gulma pun harus layak lingkungan, yaitu

yang tidak menimbulkan residu dalam tanah, penerapan harus tepat dosis dan aplikasi harus

tepat waktu. Adanya mulsa organic yang tinggi pada lahan OTK akan mengurangi limpasan air

dan erosi, berarti herbisida yang hanyut akan berkurang, dan polusi perairan juga akan

berkurang. Harga herbisida juga sebagai factor penghambat. Makin mahalnya herbisida akan

mempengaruhi daya beli petani yang pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan OTK.

Adanya mulsa dipermukaan juga akan mempersulit cara pemupukan, dan apabila bahan

mulsanya dari serealia akan mengurangi efisiensi pemupukan terutama pupuk nitrogen. Untuk

mengurangi masalah tersebut, cara aplikasi pemupukan disarankan dengan cara sebar, tetapi

dengan cara larikan atau tugal didekat tanaman.

Page 8: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

BAB III

PEMBAHASAN

1. System Pemilihan Varietas Jagung

System perakaran pada jagung akan dipengaruhi oleh keadaan tanah, terutama pada lapisan olah.

Pada system olah tanah konservasi, benih ditanam dengan system tugal tanpa dilakukan

pengolahan secara konvensionalo. Oleh karena itu perlu diperhatikan system perakaran tanaman

jagung agar dapat ditanam dengan vigor tinggi pada system olah tanah konservasi. Tanaman

jagumg dengan perakaran yang dalam merupakan alternatif yang cocok untuk dikembangkan

dilahan dengan system olah tanah konservasi. Sebaliknya tanaman jagung dengan system

perakaran dangkal atau menyebar tidak dalam maka akan tidak sesuai jika ditanam pada lahan

olah konservasi. Alternatife kedua untuk tanaman jagung yang sesuai dengan system olah tanah

konservasi adalah vigor benih yang tinggi, yaitu mampu berkecambah baik diareal yang hanya

menanam benih dengan system tugal tanpa adanya pengolahan konvensional. Vigor benih yang

tinggi dengan system perakaran yang dalam dan kuat akan memepermudah akar tanaman untuk

menetrasi tanah dan menyerap air serta unsur hara yang lebih baik disbanding kan dengan vigor

benih yang lemah dengan system perakaran yang dangkal. Selain itu, tanaman dengan system

perakaran dalam akan mampu bertahan hidup pada kondisi kering ( ketersediaan air minimum )

dibandingkan dengan tanaman dengan system perakaran dangkal. Tingginya daya hidup tanaman

( growth success ) dengan sistem perakaran dalam pada kondisi ketersediaan air yang minimum

berhubungan dengan tingkat efisiensi penggunaan air yang tinggi pula

Jadi tanaman dengan system perakaran dalam akan mampu meningkatkan efisiensi

penggunaan air dan mencegah laju degradasi klorofil daun sehinggalaju fotosintesis akan

meningkat. Pemanfaatan air yang efisien oleh tanaman apalagi pada kondisi ketersediaan air

rendah akan mestimulasi keseimbangan antara laju fotosintesis dan transpirasi yang pada

gilirannya akan meningkatkan hasil. Keadaan ini akan secara langsung akan meningkatkan

translokasi fotosintat dari daun kebagian tongkol atau biji dan laju pengisian bij. Selanjutnya,

tanaman dengan system perakaran dalam akan memacu pertumbuhan vegetative yang lebih

cepat. Sifat laju pertumbuhan vegetative yang cepat ini sangat menguntungkan untuk penekanan

pertumbuhan gulma karena ternaungi oleh kanopi (penutup tajuk )

Page 9: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

2. System Penanaman Atau System Budidaya Tanaman Jagung

a. Persiapan lahan

System budidaya jagung denga system OTK akan berbda dengan yang menggunakan

system olah tanah konvensional. Pada system OTK, sebelum benih ditanam dilahan,

terlebih dahulu gulma dikendalikan dengan herbisida atau dikepras yang kemudian

disemprot herbisida pada saat gula tumbuh ( kira – kira 2 minggu setelah pengeprasan

gulma ).

Secara umum setelah dilakukan pengeprasan gulma, benih jagung ditanam dengan

menggunakan system tugal. Setelah tanaman jagung muda berumur 2 minggu setelah

tanam, maka gulma yang sudah tumbuh disemprot denga herbisida. Sebaliknya pada

penanaman jagung dengan system olah tanah konvensional, sebelum benih ditanam,

dilakukan dulu pengolahan lahan satu kali bajak dan satu kali garu dan hal ini dapat

memakan waktu dua minggu. Jadi, pada saat tanaman jagung sudah berumur dua minggu

dilahan dengan system olah tanah konservasi, baru diadakan penanaman benih dilahan

dengan system olah tanah konvensional. Dengan kata lain terjadi perbedaan waktu dua

minggu lebih awal dipenanaman jagung dengan system olah tanah konservasi akan

dipanen lebih awal, yaitu dua minggu lebih awal daripada yang system olah tanah

konvensional.

3. System pengendalian hama dan penyakit

a. Hama penting Tanaman Jagung

Pada fase ini hama yang menyerang tanaman adalah semut, lapisan bibit, ulat tanah,

lundi, dll. Semut, terutama semut api kerap mengganggu biji yang baru ditanam sehingga

menyebabkan gagal perkecambahan. Semut ini sering memakan biji. Namun ketika

tanamn tumbuh besar, semut api ini berganti peran menjadi predator berbagai jenis hama.

Hama utama pada bibit jagung adalah:

Lalat bibit jagung. Lalat ini dari marga Atherigona dan mereka masih sekluarga dengan

lalat rumah. Selain menyerang bibit jagung, lalat ini juga menyerang bibit padi darat

Ngengat Agrotis ipsilon memiliki kemampuan memproduksi telur rata – rata 970mbutir,

maksimum 2370 butir per individu betina. Siklus hidup ( dari telur hingga dewasa ) hama

ini sekitar 36 hari. Didalam populasi hama ini dikendalikan oleh musuh alaminya yaitu

dari golongan parasite, predator, dan pathogen

Page 10: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera)

Ciri-ciri hama :

• Telur diletakkan pada rambut jagung. Rata-rata produksi telur imago betina adalah 730

butir, telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan.

• Larva terdiri dari lima sampai tujuh instar. Khususnya pada jagung, masa

perkembangan larva pada suhu 24 - 27,2°C adalah 12,8 - 21,3 hari. Larva memiliki sifat

kanibalisme. Spesies ini mengalami masa pra pupa selama satu sampai empat hari. Masa

pra pupa dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada

kekerasan tanah.

• Pupa umumnya terbentuk pada kedalaman 2,5 sampai 17,5 cm. Terkadang pula

serangga ini berpupa pada permukaan tumpukan limbah tanaman atau pada kotoran

serangga ini yang terdapat pada tanaman. Pada kondisi lingkungan mendukung, fase pupa

bervariasi dari enam hari pada suhu 35°C dan sampai 30 hari pada suhu 15°C.

Hama Kutu daun ( Aphis sp.)

Tanaman Inangnya : jagung, sorgum, jewawut, tebu, dll

Gejalanya : Gejala langsung apabila populasi tinggi helaian daun menguning dan

mengering. Gejala tidak langsung sebagai vektor virus menimbulkan mozaik ataupaun

garis-garis Klorose sejajar tulang daun.

Penyebabnya : Aphis ( Rhopalosiphum maydis Fitc).

Serangga berwarna hijau, ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. Pada bagian

belakang ruas apdomen kelima terdapat sepasang tabung sifunkulus.

Pengendalian :

Komponen pengendalian secara terpadu melipurti :

- Musuh alami : Predator (Harmonia actomaculata dan H. syrpids ) dan Parasit

- Insektisida sistematik karbofuran diberikan melalui pucuk pada stadia Vegetatif.

Hama kumbang Bubuk ( Sitophilus sp )

Inangnya : Beras, jagung, sorgum, dan kacang-kacangan.

Gejalanya : Biji jagung berlubang-lubang dan bercampur kotoran serangga serta banyak

kumbang bubuk. Kumbang bubuk menyerang mulai dari lapangan sampai di gidang

penimpanan biji.

Page 11: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

Penyebabnya : Kumbang Sitophilus sp ( Motsch ). Serangga Betina mampu bertelur 300-

500 butir. Periode telur 3-7 hari . siklus hidupnya sekitar 30-45 hari serangga dewasa

tanpa di beri makan dapat bertahan hidup selama 36 hari dan bila di beri makan dapat

hidup antara 3-5 bulan.

Pengendalian :

Komponen pengendalian terpadu meliputi :

- Varietas tahan : genyah madura dan Goter

- Pengeringan biji/ benih kadar air 10%

- Sanitasi tempat penyimpanan biji

- Pengasapan

- Bahan nabati untuk dicampur biji sebelum di simpan : Serbuk daun Putri malu , daun

Mendi, daun Nimba, akar tuba, Biji Mahani, dan rimpong dringo dengan takaran 20-10

g/kg biji

Serangan :

• Imago betina akan meletakkan telur pada rambut jagung dan sesaat setelah menetas

larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang

mengalami perkembangan.

• Serangan serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.

b. Penyakit penting tanaman jagung

Penyakit karat daun

Gejala penyakit ini dapat dilihat jelas pada tanaman dan daun yang telah tua. Pada

permukaan terutama bagian atas tampak struktur kecil yang menonjol dengan bentuk

bulat atau jorong dan berwarna cokelat. Pada bagian tersebut merupakan urediosorus

cendawan penyebab penyakit. Pada kondisi gejala yang intensif daun dapat mengering.

Penyebab penyakit karat pada jagung ada dua yaitu Puccinia sorghi dan P. polysora.

Cendawan membentuk urediosorus pada permukaan atas dan bawah daun dan juga pada

upih daun. Urediosorus ini berbentuk bulat atau jorong dan berwarna cokelat.

Urediospora berbentuk ulat dan bulat telur. Telium berwarna gelap tertutup epidermis.

Teliospora berbentuk jorong atau seperti gada.

Page 12: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

Penyakit bulai ( corn downy mildew )

Berbentuk cendawan jamur, gejala serangan timbul garis kuning yang lebar bpada daun,

bila terbawa dari benih, maka setiap daun muda yang baru tumbuh Nampak kuning,

penularannya melalui benih atau melalui spora yang terbawa angin.

Cara pengendaliannya menanam varietas yang tahan bulai, menanam serentak, dan

pencampuran sentrimone.

Penyakit hawar daun

Penyakit hawar daun tersebar luas disemua Negara penghasil jagung. Penyakit ini dibagi

menjadi tiga macam, yaitu : northern leaf blight, southern leaf blight, dan southern leaf

spot. Gejala yang tampak yaitu pada daun mula – mula bercak bebentuk seperti perahu

atau belah ketupat yang ujungnya meruncing seraha tulang daun, kemudian bercak

menyatu dan meluas, sehingga daun yang terserang dapat menjadi kering dan berwarna

cokelat.

Pathogen penyakit hawar daun ada tiga yaitu: Helminthosporium turcicum, H. maydis,

dan H. carbonum. Ketiga cendawan mempunyai mempunyai stadium sempurna yang

masuk dalam genus Cochliobolu. Cendawan dapat memperthanakan diri, baik pada

tanaman hidup, rumput – rumputan maupun sisa – sisa tanaman. Umumnya curah hujan

yang tinggi mendukung perkembangan penyakit. Penyakit dapat dikelola secara terpadu

menggunakan varietas tahan dan fungisida.

c. Pengelolaan gulma

System pengendalian gulma juga terjadi perbedaan antara penanaman jagung system

OTK denga system olah tanah konvensional. System pengendalian gulma dilaksanakan

pada tanaman yang berumur 4-5 minggu setelah tanam dengan penyemprotan herbisida,

sedangkan dilahan olah konvensional, pengendalian gulma dilaksnakan dengan manual

atau koret. Jadi pada system OTK, diperlukan tanaman jagung yang tahan terhadap

herbisida untuk menghindari keracunan herbisida. Selain itu pengendalian gulma dengan

cara manual dilahan olah tanah konvensional akan mengganggu pertumbuhan akar

tanaman jagung yang dapat menurunkan pertumbuhan tanaman jaagung karena tanaman

juga memerlukan energy untuk proses penyembuhan akar tanaman yang rusak akibat

koret atau alat pengendalian lain nya.

Page 13: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

Salah satu sifat gulma adalah jahat, merusak, atau sangat merugikan. Gulma dapat

mengganggu manusia, tanaman atau binatang. Kehilangan hasil tanaman yang diderita

akibat berinteraksi dengan gulma merupakan refleksi akhir dari proses kompetisi yang

berjalan sepanjang interaksi tersebut. Tinjauan terhadap kerugian akibat gulma terhadap

petani mendasari tersusunnya jenis – jenis gulma yang sangat merugikan dipertanian

yang selanjutnya kita sebut sebagai gulma penting tanaman di indonesia

Secara umum, beberapa sifat gulma yang memungkinkan dirinya berpotensi sebagai

gulma penting tanaman adalah :

1. Sifat perkembangbiakan dan penyebaran yang sangat cepat. Sifat ini ditandai denga

adanya organ generative ( biji dan spora ). Disamping itu organ perkembangbiakan

generative ( rhizome, stolon, anakan, umbi ) alat bantu penyebaran, seperti adanya

rambut atau sayap. Gulma yang memiliki sifat ini akan lebih cepat menguasai sarana

tumbuh yang ada, sebagai contoh alang – alang ( Imperata cylindrical ), grintingan

atau kawatan ( Cynodon dactylon ), lempuyangan, teki, eceng gondok, kiambang atau

suket janji dan ganging.

2. Sifat pertumb uhan yang menjalar. Sifat tersebut akan menyulitkan petani dalam

proses pemeliharaan tanaman, karena gulma tersebut dapat membelit atau memanjat

tanaman pokoknya. Sebagai contoh adalah rayutan ( Mikania micrantha) , mantangan

( Ipomea triloba ) dn parean ( Momordica charaantea ). Kemungkinan gulma yang

memiliki sifat ini kurang bersifat kompetitif terhadap tanamannya namun

memerlukan biaya yang tinggi untuk mengendalikannya.

d. System pemupukan

Penempatan pupuk sebaiknya 10-15 cm dari tanaman dengan system tugal ataupun barisan.

Penempatan pupuk yang kurang tepat akan berakibat pada gangguan pertumbuhan tanaman yang

pada akhirnya akan menurunkan produksi jagung.

Pemupukan urea akan lebih baik jika dilakukan pada 1-2 minggu setelah tanam. Kebutuhan

Nitrogen akan terus meningkat, oleh karena itu, pemupukan urea atau Nitrogen untuk kedua kali

merupakan keputusan yang tepat. Pemberian nitrogen yang kedua dilakukan pada saat 40-7- hari

setelah tanam karena pada saat itu, tanaman jagung masih membutuhkan nitrogen terbesar untuk

pertumbuhan vegetative optimum dan pengisian biji.

Page 14: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

Kebutuhan fosfor untuk tanaman jagung lebih rendah dibandingkan dengan nitrogen dan

kalium, namun fosfor merupakan unsur yang penting untuk nutrisi jagung. Gejala

kekurangan fofor biasanya Nampak pada saat 2-6 mst atau tinggi tanaman sekitar 2/3 m

( 63 cm ). Beberapa factor pengaruh yang mempengaruhi jumlah ketersediaan fosfor

untuk tanaman, yaitu pH tanah antara 5,5 – 7,0 merupakan yang optimum untuk

ketersediaan fosfor, jumlah bahan organic dalam tanah, kedalaman system perakaran dan

struktur tanah

4. System pemanenan

a. Waktu panen

Tanaman jagung yang sipa panen jika kadar air biji pada saat panen sekitar 26 – 32 %

dan kondisi ini tergantung pada tetua jagung itu sendiri dan keadaan cuaca. Produksi jagung

yang tinggi sangat ditentukan oleh waktu panen yang tepat dan system penyimapanan yang

benar. Jika panen ditunda maka dapat kehilangan hasil sekitar 3-5 % apalagi cara pemanenan

yang tidak tepat akan menyebabkan kehilangan hasil sekitar 10 – 15 %.

Ada beberapa cara untuk menentukan saat panen tanaman jagung, yaitu adanya lingkar

hitam pada perbatasan biji dengan janggel ( black layer ), klobot pembungkus terjadi perubahan

warna ( dari hijau menjadi kecokelatan ), kadar air biji, jumlah hari yang ditentukan saat

munculnya rambut tongkol, dan terjadi pengerasaan biji pada saat ditekan dengan jari tangan.

Pada musim kemarau, waktu panen yang relative tepat,waktu panen yang relative tepat,

yaitu kadar air biji tlah mencapai 26-32 % atau klobot dan tanaman telah berubah warna dari

hijau kecoklat – coklatan serta biji mengalami pengerasan jika ditekan dengan jari tangan.

Sebaliknya pada musim hujan, saat yang relative cepat untuk panen jagung yaitu kadar air

mencapai 34 – 36 %

b. Panen

Tongkol dipotong, dikupas klobotnya baik dilapang maupun ditempat penampungan,

dimasukan kedalam karung plastic dan diikat, lalu diangkut kerumah atau kegudang.

System pengangkutan tongkol yang telah dikupas klobotnya dapat denga tenaga

manusia( gendong, pikul, atau dengan sepeda) , tenaga hewan ( gerobak ), dan dapat

dengan tenaga mesin ( mobil, truk , traktor dll ). Ada beberapa petani yang

Page 15: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

memangkas bagian tanaman diatas tongkol sebelum pemanenan ( beberapa hari

sampai dua minggu setelah panen ). System ini akan lebih cocok jika daun tanaman

jagung masih menunjukan warna kehijauan ( stay green ) untuk pakan ternak,

misalnya varietas Srikandi.

c. Pengeringan

System pengeringan yang dilakukan oleh petani selama ini, yaitu dengan

pemanfaatan sinar matahari ( penjemuran ) dan, denga pemanfaatan mesin pengering

pada perusahaan besar. Penjemuran tongkol tanpa klobot dapat dilakukan dihalaman

rumah yang sudah disemen lantainya, diatas tikar atau anyaman bamboo dan didalam

mesin pengering. System pengeringan dengan pemanfaatan sinar matahari akan

mempunyai masalah pada saat musim hujan, maka, biasanya petani akan mengikat

tongkol dan diletakan diatas para – para dapur atau bambu panjang pada dinding

rumah.

Waktu yang diperlukan untuk menurunkan kadar air biji dari 28 % menjadi 14 %

dengan system matahari sekitar 4-7 hari ( jika frekuensi hujan tidakk setiap hari ).

System penjemuran dengan klobot akan menurunkan butir retak dibandingkan dengan

system penjemuran tanpa klobot.

d. Penyimpanan

Untuk lebih meningkatkan kualitas benih jagung setelah dipanen, maka perlu

diperhatikan kadar air biji. Kadar air biji rendah ( 10-13 % ) akan menurunkan

kerusakan fisik ( retak atau pecah ), biologi ( serangan hama-penyakit ), dan biokimia

( karbohidrat, lemak, dan protein ) saat dilakukan penyimpanan. Selanjutnya, kadar

air biji yang rendah ( 10 % ) akan mampu menekan butir rusak dengan jangka waktu

simpan sekitar 12 bulan. Sebaliknya, jika system penyimpanan tanpa memperhatikan

kadar air biji dan kelembaban ruang simpan ( yang biasanya dilakukan oleh petani )

akan meningkatkan butir rusak dan daya simpan hanya bertahan berkisar 3-4 bulan

saja.

Page 16: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

1. Olah tanah konserv asi merupakan olah tanah yag mampu melestarikan baik fisik,

biologis, maupun kimia tanah.

2. System olah tanah konservasi dapat dijadikan sebagai alternative teknologi pengolahan

tanah untuk dikembangkan dilahan kering. Karena system ini sering membuat kondisi

yang kurang cocok bagi pertumbuhan tanaman jagung, maka perlu didukung dengan

penciptaan varietas – variertas jagung yang mempunyai sifat – sifat vigor benih tinggi,

system perakaran dalam, dan tahap terhadap herbisida

3. Dalam melaksanakan PHT pada tanaman jagung, petani perlu melakukan pemantaun

secara rutin. Pemantauan diperlukan untuk mendatakan keadaan tanaman HPT dan

musuh alaminy, cuaca, tanah dan air ) dan rutinitas dapat memebrikan data terkini

tentang tanaman.

4. Tumbuhan gulma tidak selalu bersifat merugikan. Status gulma tersebut sangat

ditentukan oleh manusia atau petani yang diusahakan.

5. Pemaduan berbagai metode pengendalian sehingga secara ekonomis lebih

menguntungkan inilah yan kita kenal sebagai pengendalian gulma terpadu.

Page 17: Budidaya Tanaman Jagung Agus Setyoko

DAFTAR PUSTAKA

- Badan Pusat Statistik ( BPS ) 2000. Produksi padi dan tanaman palawija di Indonesia.

Jakarta

- Conservation Technology Information Center ( CTIC ) 2000. Agriculture can capture

carbon. Partners. Vol. 18 No. 2. USA

- Kompes. 2000. Pestisida untuk pertanian dan kehutanan. PT. Yasaguna, Jakarta.

- Suwardjo, H dan A. Dariah. 1995. Tekhnik olah tanah konservasi untuk menunjang

pengembangan pertanian lahan kering yang berkelanjutan berkelanjutan. Prosising

Seminar Nasional V Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi. Bandar Lampung 8-9

Mei 1995

- Setiawan, K. 1993. Pemuliaan tanaman dan olah tanah konservasi : suatu alternative

pengembangan pertanian dilahan kering. 150-155. Pros. Seminar Nasional IV Budidaya

Pertanian Olah Tanah Konservasi. Bandar Lampung 4-5 Mei 1993

- Tjitrosoedirdjo, S., I.H, Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan gulma diperkrbunan. BIOTROP-Gramedia, Jakarta. 210 hlm.

- Utomo, M. 1990. Budidaya pertanian tanpa olah tanah, teknologi untuk pertanian

berkelanjutan. Direktorat Produksi Padi dan Palawija Departemen Pertanian. Jakarta

- Utomo ,M. 1997. Olah Tanah Konservasi. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap

Universitas Lampung. April 1997. Universitas Lampung