Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

18
PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256 233 KARAKTERISASI BUDIDAYA NILAM DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA PADA KAWASAN HUTAN Oleh : Asep Hidayat 1 & Eko Sutrisno 2 ABSTRAK Nilam merupakan tanaman yang memiliki prospek potensial bagi sektor kehutanan. Tanaman ini dapat ditanam dengan sistem penanaman tumpangsari dengan jenis tanaman hutan lainnya. Nilai fungsi lahan hutan akan meningkat sebesar 130% dengan adanya tumpangsari nilam dalam kurun waktu 4 tahun. Lokasi penanaman/budidaya merupakan faktor non genetis sebagai salah satu faktor penting penentu tinggi rendahnya mutu dan rendemen minyak nilam yang dihasilkan. Untuk menggambarkan karakteristik budidaya nilam dipilih tiga propinsi di Sumatera (Riau, Sumater Barat dan Dairi). Karakterisasi budidaya dibedakan atas letak/lokasi budidaya, teknik budidaya dan teknik pemanenan/pasca panen. Secara umum karakteristik budidaya pada 3 lokasi terpilih adalah sama, hanya ada perbedaan pada cara panen/pasca panen dan desain alat suling yang digunakan. Budidaya tanaman nilam sangat cocok bila digunakan sebagai jenis tumpangsari karena siklus produksi berumur 3-4 tahun. Bila dikelola dengan baik, satu siklus tanaman nilam pada luasan satu hektar dapat menghasilkan sekitar 900 kg minyak nilam yang bernilai sekitar 225 juta rupiah. Kata kunci : Nilam, karakteristik budidaya I. PENDAHULUAN Nilam merupakan tanaman yang memiliki prospek potensial bagi sektor kehutanan. Tanaman ini dapat ditanam dengan sistem penanaman tumpangsari dengan jenis tanaman hutan lainnya. Nilai fungsi lahan hutan akan meningkat sebesar 130% dengan adanya tumpangsari nilam dalam kurun waktu 4 tahun jika dibanding bila lahan hutan hanya ditanam monokultur berupa tegakan pinus yang baru dapat dipanen kayu- nya setelah berumur 31 tahun (Sumadiwangsa 2004). 1 Peneliti pada Loka Litbang Hasil Hutan Bukan Kayu, Kuok, Riau 2 Teknisi pada Loka Litbang Hasil Hutan Bukan Kayu, Kuok, Riau

Transcript of Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

Page 1: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

233

KARAKTERISASI BUDIDAYA NILAM DAN PROSPEK

PENGEMBANGANNYA PADA KAWASAN HUTAN

Oleh :

Asep Hidayat1 & Eko Sutrisno2

ABSTRAK

Nilam merupakan tanaman yang memiliki prospek potensial bagi sektor kehutanan.

Tanaman ini dapat ditanam dengan sistem penanaman tumpangsari dengan jenis tanaman hutan

lainnya. Nilai fungsi lahan hutan akan meningkat sebesar 130% dengan adanya tumpangsari nilam

dalam kurun waktu 4 tahun. Lokasi penanaman/budidaya merupakan faktor non genetis sebagai

salah satu faktor penting penentu tinggi rendahnya mutu dan rendemen minyak nilam yang dihasilkan.

Untuk menggambarkan karakteristik budidaya nilam dipilih tiga propinsi di Sumatera (Riau,

Sumater Barat dan Dairi). Karakterisasi budidaya dibedakan atas letak/lokasi budidaya, teknik

budidaya dan teknik pemanenan/pasca panen. Secara umum karakteristik budidaya pada 3 lokasi

terpilih adalah sama, hanya ada perbedaan pada cara panen/pasca panen dan desain alat suling yang

digunakan. Budidaya tanaman nilam sangat cocok bila digunakan sebagai jenis tumpangsari karena

siklus produksi berumur 3-4 tahun. Bila dikelola dengan baik, satu siklus tanaman nilam pada

luasan satu hektar dapat menghasilkan sekitar 900 kg minyak nilam yang bernilai sekitar 225 juta

rupiah.

Kata kunci : Nilam, karakteristik budidaya

I. PENDAHULUAN

Nilam merupakan tanaman yang memiliki prospek potensial bagi sektor

kehutanan. Tanaman ini dapat ditanam dengan sistem penanaman tumpangsari dengan

jenis tanaman hutan lainnya. Nilai fungsi lahan hutan akan meningkat sebesar 130%

dengan adanya tumpangsari nilam dalam kurun waktu 4 tahun jika dibanding bila lahan

hutan hanya ditanam monokultur berupa tegakan pinus yang baru dapat dipanen kayu-

nya setelah berumur 31 tahun (Sumadiwangsa 2004). 1 Peneliti pada Loka Litbang Hasil Hutan Bukan Kayu, Kuok, Riau 2 Teknisi pada Loka Litbang Hasil Hutan Bukan Kayu, Kuok, Riau

Page 2: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

234

Nilam merupakan tanaman yang butuh kondisi ruang terbuka. Hingga kini

masih dianut paham bahwa tanaman nilam yang ditanam di bawah naungan memberikan

rendemen hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan yang ditanam di tempat terbuka

(Imran, 1994). Berdasarkan hasil penelitian Hendalastuti et.al (2006) menunjukkan

bahwa kegiatan tumpangsari nilam di bawah tegakan dapat dilakukan selama intensitas

naungan berkisar sekitar 34,35%. Hal ini memungkinkan tanaman nilam dikembangkan

dengan sistem tumpangsari baik dengan tanaman keras maupun tanaman musiman.

Lokasi penanaman/budidaya merupakan faktor non genetis sebagai salah satu

faktor penting penentu tinggi rendahnya mutu dan rendemen minyak nilam yang

dihasilkan. Beberapa faktor lingkungan akan mempengaruhi bagian tanaman dalam

memproduksi atau membentuk kelenjar minyak. Intensitas cahaya matahari, karakteristik

tapak tumbuh dan iklim merupakan faktor luar yang akan mempengaruhi pertumbuhan

tanaman nilam. Proses pertumbuhan yang berlainan sebagai hasil input lingkungan yang

berlainan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan morfologis maupun fisiologis

tanaman. Sebagai hasil perpaduan pertumbuhan morfologis maupun fisiologis yang

berbeda maka diduga akan mempengaruhi mutu dan rendemen minyak nilam.

Karakteristik budidaya nilam yang dilakukan secara sederhana oleh para petani

pada 3 propinsi di Sumatera akan sangat menentukan kandungan dan kualitas minyak

nilam yang dihasilkan. Tulisan ini menggambarkan karakteristik budidaya nilam yang

dilakukan oleh petani setempat pada masing-masing lokasi budidaya.

II. KONDISI UMUM LOKASI BUDIDAYA

A. Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau

Secara administratif, lokasi penelitian berada di Desa Danau Rambai,

Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu- Riau. Desa ini merupakan

penghasil minyak nilam terbesar dibanding delapan desa lainnya yang berada dalam

wilayah kerja Kecamatan Batang Gansal. Jarak dari ibukota Propinsi (Pekanbaru) sekitar

250 km. Ketinggian tempat berkisar antara 50-350 mdpl dengan curah hujan antara

2.000-2.200 mm per tahun. Wilayah desa sebagian bergelombang dan sebagian rata dan

merupakan dataran rendah.

Page 3: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

235

Petani nilam sebagian besar merupakan eksodus dari Aceh. Mereka menanam

nilam diantara tanaman sawit. Petani masih bertahan pada lahan yang sama sampai 2-3

rotasi tanam selama tanaman sawit masih berumur dibawah 3 tahun. Serangan penyakit

budog akan memaksa petani untuk menghancurkan seluruh tanaman nilam meskipun

lahan penanaman masih dianggap produktif.

B. Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat

Lokasi budidaya dilakukan di Kampung Baru Jorong Pinagar - Kabupaten

Pasaman Barat yang umumnya areal tanam terletak di kaki bukit dengan kemiringan

sekitar 15-20%. Suhu rata-rata siang hari berkisar pada 28oC dan pada malam hari

berkisar antara 22-26oC. Ketinggian areal penanaman berkisar mulai dari 300 – 650

mdpl. Areal penanaman nilam berdampingan dengan areal penanaman padi huma,

jagung, dan beberapa jenis tanaman hortikultura lainnya serta menjadi tanaman bawah

pada tegakan durian atau pohon buah lainnya. Untuk tiap satu areal tanam, biasanya

petani menggunakan ukuran pancang dimana 1 pancang adalah 10mx10m.

C. Kabupaten Dairi, Sumatera Utara

Areal penanaman di Desa Bongkares, Kecamatan Lima Sipunggapungga

Kabupaten Dairi – Sumatera Utara juga berada di areal perbukitan dengan jarak sekitar

25 km dari ibukota kabupaten. Ketinggian areal penanaman mulai dari 300-800 m dpl.

Suhu pada malam hari berkisar dari 20-23oC sedangkan pada siang hari berkisar antara

27-30oC. Areal penanaman umumnya berada di bawah tegakan kopi. Untuk tiap satu

areal tanam, biasanya petani menggunakan ukuran rante di mana 1 rante merupakan

areal dengan luas 400m2. Umumnya petani memiliki areal tanam lebih dari 25 rante (1

ha) setiap orangnya.

III. TEKNIK BUDIDAYA

A. Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau

Bibit tanaman nilam berasal dari hasil stek pucuk dan batang. Bibit dipilih yang

berukuran seragam dan terbebas dari hama penyakit.

Pengolahan lahan dimulai dengan kegiatan pembersihan areal tanam. Areal

tanam dibersihkan dari gulma, alang-alang, dan tumbuhan bawah. Pengolahan tanah

Page 4: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

236

dilakukan secara menyeluruh meliputi pembersihan lahan, pembalikan tanah,

penggemburan, pengapuran, dan pemupukan. Rangkaian kegiatan pengolahan tanah

dan tersebut dilakukan satu minggu sebelum kegiatan penanaman dilaksanakan. Jarak

tanam yang digunakan adalah 1 x 0,5 m.

Gambar 1. Hamparan lahan nilam di Indragiri Hulu, Riau

Perlakuan dasar yang diberikan kepada setiap tanaman adalah pemberian pupuk

NPK dengan dosis tertentu dilakukan dengan periode waktu yang tidak pasti.

Umumnya pemberian pupuk tersebut hanya dilakukan jika tanaman memperlihatkan

pertumbuhan yang kerdil. Untuk mengatasi serangan hama daun, pemberian insektisida

digunakan secara insidental.

B. Kabupaten Pasaman Barat, Propinsi Sumatera Barat

Pengolahan tanah sebelum penanaman dilakukan untuk mendapatkan sifat

fisik tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman. Persiapan areal tanam dilakukan

petani dengan menggunakan cangkul. Persiapan areal tanam yang pertama dilakukan

adalah pembersihan lahan dari gulma yang dilanjutkan denggan penggemburan tanah.

Untuk menggarap areal penanaman seluas 1 pancang (10 x 10 m) biasanya petani

membutuhkan 1 hari orang kerja, tetapi pada beberapa lokasi lapangan dengan kondisi

yang agak sulit maka diperlukan 2-3 hari orang kerja.

Page 5: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

237

Gambar 2. Hamparan lahan nilam di Pasaman Barat, Sumatera Barat

Petani nilam melakukan penanaman langsung di lapangan mengikuti kontur

tanah dan mereka tidak melakukan pembibitan di persemaian. Alat yang digunakan

untuk membuat lubang tanam yaitu dengan menggunakan tugalan atau cangkul.

Penanaman biasanya dilakukan pada awal musim hujan dengan jarak tanam yang

digunakan adalah 0,5 x 0,5 m. Penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur 2 bulan.

Bahan stek diambil dari batang induk yang sudah berumur 6 bulan dengan panjang

bahan stek sekitar 10-15 cm. Batang induk nilam dipilih dari tanaman yang memiliki

rendemen nilam yang tinggi berdasarkan pengalaman petani. Jenis nilam tersebut

dikenal dengan nama ’nilam udang’ yaitu dengan ciri khas yang menonjol adalah daun

berwarna keunguan dengan bulu-bulu tebal yang halus.

Gambar 3. Penanaman stek langsung di areal tanam

Page 6: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

238

Pemupukan akan dilakukan jika petani melihat ada indiksi pertumbuhan

tanaman nilam yang agak lambat. Umumnya, tanaman nilam yang dipupuk bisa dipanen

2 bulan lebih cepat dari tanaman nilam tanpa pemupukan. Tanaman nilam yang tanpa

pemupukan biasanya dipanen pada umur 6 bulan setelah tanam (BST), namun tanaman

nilam yang dipupuk bisa dipanen pada 4 BST.

Petani melakukan penanaman nilam dengan menggunakan sistem tumpangsari.

Durian umumnya dipilih sebagai tanaman keras, di lapangan biasanya penutupan

tajuknya tidak terlalu rapat yaitu hanya 1-3 pohon/pancang. Tanaman pengisi lainnya

yang dipilih petani adalah kacang tanah dan cabe.

C. Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara

Petani nilam di Kabupaten Dairi juga melakukan penanaman nilam di daerah

yang berbukit. Tanah diolah dengan mengikuti kontur tanah dan membuat lubang

tanam. Tahap awal kegiatan tidak terlalu berbeda dengan petani nilam di Kab. Pasaman

Barat yaitu dengan melakukan penggemburan. Areal penanaman dibersihkan dari gulma

kemudian digemburkan sambil membuat gundukan-gundukan tanah (berbentuk larikan)

dengan ketinggian 15-20 cm. Diantara gundukan tanah itu dibuat parit sebagai

drainasenya.

Gambar 4. Tanaman nilam umur 2 bulan di Dairi-Sumatera Utara

Persiapan areal penanaman membutuhkan waktu 1-2 hari untuk setiap rante

(400 m2). Penanaman dilakukan langsung di lubang tanam yang dibuat dengan sistem

tugalan. Kegiatan penanaman biasanya dilakukan pada sore hari sekitar pukul 4 sore.

Page 7: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

239

Dengan kondisi iklim yang dimiliki, proses pengembunan pada malam hari sangat

berguna dalam menjaga kelembaban bibit.

Bahan stek diambil dari batang induk dengan ukuran sekitar 15-20 cm.

Penanaman dilakukan dengan posisi stek miring 45o dengan jarak tanam 0,5 x 0,5 m.

Penanaman dengan posisi miring umum dilakukan petani pada areal penanaman yang

berada di dataran tinggi dengan asumsi agar air embun yang terbentuk tidak tergenang

pada stek yang dapat menyebabkan pembusukan.

Kegiatan penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur 2 bulan. Kegiatan

pemeliharaan tidak dilakukan secara frekuentif namun secara insidental jika gulma sudah

mulai banyak. Pemupukan dilakukan 1 kali untuk 1 kali masa panen dan hal ini juga

tergantung kondisi tanah. Jenis pupuk yang digunakan biasanya pupuk organik kotoran

ternak dan daun kacang-kacangan yang dibusukkan. Penanaman dilakukan di bawah

tegakan kopi tetapi tidak terlalu rapat dan pada beberapa kasus ditanami dengan kelapa

sebagai batas antar blok.

IV. PEMANENAN DAN PASCA PANEN

A. Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau

Pemanenan dilakukan pada awal musim kemarau pada usia 4-4,5 BST.

Pemanenan dilakukan pagi hari hingga siang hari dengan menggunakan alat berupa

gunting dan parang. Bagian tanaman yang dipanen adalah seluruh bagian tanaman nilam

dengan meninggalkan 1-2 cabang dari batang induknya. Bahan nilam yang disuling

diambil mulai dari pangkal cabang yang terdapat daun hingga daun muda (batang dan

daun pada sembarang rasio perbandingan).

Bahan tanaman yang telah dipanen kemudian ditumpuk di sekitar tanaman

pokok dan selanjutnya diangkut untuk dilakukan pengeringan lanjutan. Setelah itu baru

dikumpulkan untuk dirajang dengan ukuran 3-4 cm, makin kecil fraksi rajangan maka

hasil akan lebih banyak. Perajangan dilakukan petani dengan asumsi bahwa minyak yang

didapatkan akan lebih banyak. Selain itu juga, secara teknis dengan perajangan akan

memudahkan penyusunan bahan nilam siap suling di dalam ketel suling.

Page 8: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

240

Gambar 5. Teknik penumpukan nilam setelah dipanen

B. Kabupaten Pasaman Barat, Propinsi Sumatera Barat

Pemanenan dilakukan pada awal musim kemarau pada usia nilam rata-rata 6

BST. Lima bulan kemudian akan dilakukan panen ke dua dan 5 bulan berikutnya

dilakukan panen ke tiga. Pemanenan dilakukan pagi hari hingga siang hari yaitu dari jam

10.00 – 11.00. Alat yang digunakan adalah gunting atau parang.

Bagian tanaman yang dipanen adalah seluruh bagian tanaman induk nilam

dengan meninggalkan 1-2 cabang dari batang induknya. Bahan nilan yang disuling

diambil mulai dari pangkal cabang yang terdapat daun hingga daun muda (batang dan

daun pada sembarang rasio perbandingan).

Bahan tanaman yang telah dipanen kemudian diletakkan disamping batang

induknya untuk dijemur (tidak dipindahkan dari areal penanaman). Penjemuran

biasanya dilakukan hanya 1 hari saja karena pemanenan dilakukan pada musim kemarau.

Setelah pemanenan dilakukan pagi hari maka dilanjutkan dengan penjemuran sampai

sore hari. Setelah itu baru dikumpulkan untuk dirajang dengan ukuran 3-4 cm, makin

kecil fraksi rajangan maka hasil akan lebih banyak. Kegiatan penyulingan biasanya

dilakukan keesokan harinya.

C. Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara

Pemanenan dilakukan pada awal musim kemarau pada usia nilam rata-rata 6

BST. Tiga bulan kemudian akan dilakukan panen ke dua dan 4-5 bulan berikutnya

Page 9: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

241

dilakukan panen ke tiga. Pemanenan dilakukan pagi hari hingga siang hari yaitu dari jam

07.00 – 09.00 WIB. Alat yang digunakan adalah sabit. Setelah panen ketiga biasanya

dilakukan pembongkaran tanaman untuk diganti dengan tanaman baru.

Bagian tanaman yang dipanen adalah seluruh bagian tanaman atas (batang muda

dan daun). Bahan nilam yang disuling juga bagian batang muda dan daun, biasanya 5

pasang dari atas karena berdasarkan pengalaman mereka sendiri, bagian ini memiliki

kadar minyak yang lebih tinggi dibanding bagian-bagian lainnya.

Bahan tanaman yang telah dipanen kemudian dimasukkan ke dalam karung

untuk dilakukan pengeringan. Pengeringan biasanya dilakukan petani 1-2 hari dengan

cara penjemuran dibawah terik matahari langsung di halaman rumah mereka. Petani di

daerah ini tidak melakukan perajangan, mereka hanya melakukan penyortiran batang

muda dan daun bagian atas yang akan dijemur dengan perbandingan fraksi batang muda

dan daun 1 : 3. Bianya mereka mengambil 3-5 pasang daun beserta batang bagian atas.

Gambar 7. Bagian tanaman nilam yang dipanen dan dikeringkan

V. PENYULINGAN

A. Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau

Prinsip kerja penyulingan yang digunakan adalah metode uap dan air. Bahan

diletakkan di atas saringan dan tidak berhubungan langsung dengan air tetapi

berhubungan dengan uap. Bagian-bagian utama komponen penyulingan adalah sebagai

berikut :

Page 10: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

242

1. Ketel suling

Ketel suling dibuat dari besi dengan memanfaatkan drum. Ketel suling berbentuk

silinder dan berdiameter 80 cm dan tinggi 1,8 m. Kapasitas ketel suling mencapai

lebih dari 50 kg bahan nilam kering. Ketel suling dilengkapi dengan tutup yang bisa

ditutup dan dibuka. Saringan diletakkan diantara bahan suling dan air. Waktu yang

diperlukan untuk melakukan 1 kali penyulingan rata-rata adalah 7 jam.

2. Pipa pendingin

Pipa pendingin berfungsi untuk mengembunkan uap air dan minyak. Pipa

pendingin yang digunakan berbentuk pipa panjang berdiameter 15 cm. Pipa ini

berada diantara ketel suling dan penampung hasil. Pipa pendingin dimasukkan ke

dalam bak air berukuran 2 x 6 m. Sirkulasi air dalam bak hampir dipastikan tidak ada

karena selama proses penyulingan tidak terjadi penambahan air ke dalam bak.

3. Penampung hasil

Alat penampung berfungsi untuk menampung hasil suling yang keluar dari pipa

pendingin. Alat ini terbuat dari jeligen yang dibelah dua dengan dua buah lubang

pada bagian atas dan bawah, penampung hasil diletakkan pada ujung pipa

pendingin. Minyak nilam memiliki berat jenis yang lebih kecil dibanding dengan air

sehingga berada di bagian atas dan dikeluarkan melalui lubang dibagian dibagian

atas, sedangkan air dibuang melalui lubang yang berada di bagian bawah.

Gambar 8. Ketel penyulingan, boiler, penampung minyak dan bak pendingin

Page 11: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

243

B. Kabupaten Pasaman Barat, Propinsi Sumatera Barat

Prinsip kerja penyulingan yaitu dengan menggunakan metode uap dan air.

Bahan ditempatkan di atas saringan dan tidak berhubungan langsung dengan air tetapi

berhubungan dengan uap. Bagian-bagian utama komponen penyulingan adalah sebagai

berikut :

1. Ketel suling

Ketel suling dibuat dari besi dengan memanfaatkan drum. Satu set alat suling

hanya memiliki 1 ketel suling. Ketel suling berbentuk silinder dan berdiameter 50 cm

dan tinggi 1 m. Daya tampung ketel suling ini adalah 2 karung nilam kering ( 1 karung

nilam kering memiliki bobot 30-36 kg). Ketel suling dilengkapi dengan tutup yang bisa

ditutup dan dibuka. Saringan diletakkan diantara bahan suling dan air. Waktu yang

diperlukan untuk melakukan 1 kali penyulingan rata-rata adalah 5 jam.

2. Pipa pendingin

Pipa pendingin berfungsi untuk mengembunkan uap air dan minyak. Pipa

pendingin yang digunakan berbentuk pipa panjang berdiameter 10 cm. Pipa ini berada

diantara ketel suling dan penampung hasil dan berbentuk seperti huruf ”L”. Pada

sebagian pipa dialirkan air yang cukup secara kontinyu selama proses penyulingan

berlangsung, sebagian lagi dibenamkan ke dalam genangan air.

3. Penampung hasil

Alat penampung berfungsi untuk menampung hasil suling yang keluar dari pipa

pendingin. Alat ini terbuat dari kaleng yang dilengkapi 2 buah keran yang terdapat di

bagian atas dan bawah. Minyak nilam memiliki berat jenis yang lebih kecil dibanding

dengan air sehingga, minyak akan berada di bagian atas. Minyak nilam dikeluarkan

melalui keran yang terletak dibagian atas, sedangkan air dibuang melalui keran yang

berada di bagian bawah.

Page 12: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

244

Gambar 9. Kegiatan penyulingan

C. Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara

Prinsip kerja penyulingan sama yaitu dengan menggunakan metode uap dan air.

Bahan ditempatkan di atas saringan dan tidak berhubungan langsung dengan air tetapi

berhubungan dengan uap. Bagian-bagian utama komponen penyulingan adalah sebagai

berikut :

1. Ketel suling

Ketel suling dibuat dari besi dengan memanfaatkan drum. Satu set alat suling

bisa memiliki ketel suling sampai 2 buah. Ketel suling berbentuk silinder dan

berdiameter 40 cm dan tinggi 1,5 m. Karena ketel suling terdiri dari 2 buah drum maka

daya tampung ketel suling mencapai lebih dari 100 kg bahan nilam kering. Ketel suling

dilengkapi dengan tutup yang bisa ditutup dan dibuka. Saringan diletakkan diantara

bahan suling dan air. Waktu yang diperlukan untuk melakukan 1 kali penyulingan rata-

rata adalah 3 jam.

2. Pipa pendingin

Pipa pendingin berfungsi untuk mengembunkan uap air dan minyak. Pipa

pendingin yang digunakan berbentuk pipa panjang berdiameter 15 cm. Pipa ini berada

diantara ketel suling dan penampung hasil dan berbentuk seperti huruf ”L”. Pada

sebagian pipa dialirkan air yang cukup secara kontinyu selama proses penyulingan

berlangsung, sebagian lagi dibenamkan ke dalam genangan air.

3. Penampung hasil

Alat penampung berfungsi untuk menampung hasil suling yang keluar dari

pipa pendingin. Alat ini terbuat dari kaleng yang dilengkapi 2 buah keran yang terdapat

Page 13: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

245

di bagian atas dan bawah. Minyak nilam memiliki berat jenis yang lebih kecil dibanding

dengan air dan oleh karenanya pada kaleng penampung, minyak akan berada di bagian

atas. Minyak nilam dikeluarkan melalui keran yang terletak dibagian atas, sedangkan air

dibuang melalui keran yang berada di bagian bawah.

Gambar 10. Ketel penyulingan, penampung minyak dan botol kemasan

VI. NILAI EKONOMI TANAMAN NILAM

Sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang bernilai ekonomi tinggi, nilam bisa

menjadi alternatif untuk meningkatkan ekspor nonmigas. Minyak nilam telah tercatat

sebagai penyumbang terbesar devisa negara ketimbang minyak atsiri lainnya. Volume

ekspor minyak nilam periode 1995 - 1998 mencapai 800 - 1.500 ton, dengan nilai devisa

US$. 18 - 53 juta. Sementara data terbaru menyebutkan nilai devisa dari ekspor minyak

nilam sebesar US$. 33 juta atau 50% dari total devisa ekspor minyak atsiri Indonesia.

Secara keseluruhan Indonesia memasok lebih dari 90% kebutuhan minyak nilam dunia.

Berdasarkan laporan Market Study Essential Oils and Oleoresin, produksi nilam

dunia mencapai 500 - 550 ton per tahun. Produksi Indonesia sekitar 450 ton per tahun,

kemudian disusul Cina (50 - 80 ton per tahun). Produk atsiri dunia yang didominasi

Indonesia antara lain nilam, serai wangi, minyak daun cengkih dan kenanga. Sebelum

diekspor, minyak nilam biasanya ditampung oleh agen eksportir. Harga minyak nilam di

pasaran lokal (di tingkat agen eksportir) berkisar Rp 200.000,- sampai dengan Rp

Page 14: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

246

250.000,- per kg (di New York, US$. 14 - 23,5). Negara tujuan ekspor meliputi

Singapura, India, Amerika Serikat , Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Swiss, dan

Spanyol.

Minyak nilam Indonesia sangat digemari pasar Amerika dan Eropa, terutama

digunakan untuk bahan baku industri pembuatan minyak wangi (sebagai pengikat bau

atau fixative parfum), kosmetik, dll. Komponen utama minyak nilam (diperoleh dari

penyulingan daun nilam) berupa patchoully alcohol (45 - 50%), sebagai penciri utama.

Bahan industri kimia penting lain meliputi patchoully camphor, cadinene, benzaldehyde, eugenol ,

dan cinnamic aldehyde. Sebuah referensi menyebutkan, minyak nilam bisa untuk bahan

antiseptik, antijamur, antijerawat, obat eksim, kulit pecah-pecah, ketombe, serta bisa

mengurangi peradangan. Bahkan dapat juga membantu mengurangi kegelisahan dan

depresi atau membantu penderita insomnia (gangguan susah tidur). Oleh sebab itu,

minyak ini sering dipakai untuk bahan terapi aroma.

Tanaman Nilam selain minyak nilamnya yang bermanfaat, di India daun kering

nilam juga digunakan sebagai pengharum pakaian dan permadani. Bahkan air rebusan

atau jus daun nilam kabarnya dapat diminum sebagai obat batuk dan asma. Remasan

akar dapat digunakan untuk mengobati rematik, dengan cara dioleskan pada bagian yang

sakit, bahkan juga manjur untuk obat bisul dan pening kepala. Demikian pula remasan

daun nilam dapat digunakan sebagai obat dengan jalan dioleskan pada bagian yang sakit.

VII. PROSPEK BUDIDAYA PENGEMBANGAN NILAM

Pada komunitas masyarakat sekitar hutan, menanam tanaman pertanian dilahan

hutan merupakan hal yang umum. Jenis tanaman yang digarap biasanya hanya untuk

dikonsumsi dan umumnya merupakan tanaman palawija seperti padi, cabe, jagung dan

lainnya. Untuk meningkatkan nilai lahan hutan dan juga perekonomian masyarakat

sekitar hutan maka pemilihan komoditas bernilai tinggi untuk ditanam di areal hutan

dengan sistem tumpangsari atau agroforestry merupakan terobosan yang seyogyanya

mulai dipikirkan secara serius. Adapun beberapa komoditi bernilai tinggi yang dapat

ditanam adalah lada, kapolaga, kumis kucing dan nilam.

Menurut Sumadiwangsa (2004), tanaman nilam sangat cocok bila digunakan

sebagai jenis tumpangsari karena siklus produksi berumur 3-4 tahun, dan bernilai

ekonomis tinggi. Di beberapa tempat tanaman nilam telah digunakan sebagai jenis

Page 15: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

247

tumpangsari seperti di Kuningan, Tasikmalaya dan Purbalingga tetapi masih dengan

teknologi lokal. Di Kuningan hasil nilam dari luasan satu hektar baru mencapai sekitar

40 juta rupiah, padahal bila dikelola dengan cara yang memadai satu siklus tanaman

nilam pada luasan satu hektar dapat menghasilkan sekitar 900 kg minyak nilam yang

bernilai sekitar 225 juta rupiah. Nilai yang tinggi ini sudah tentu akan meningkatkan

pendapatan masyarakat sekitar hutan.

Pengelolaan yang memadai adalah penerapan teknologi tepatguna pada semua

tahap budidaya seperti persiapan lahan, pemilihan bibit, penanaman, pemeliharaan

tanaman, panen, pasca-panen dan penyulingan dengan peralatan serta cara yang

memadai. Hal yang sampai sekarang masih merupakan kendala untuk pelaksanaan

pengelolaan yang memadai adalah biaya investasi yang cukup tinggi sehingga secara

perorangan, petani sulit untuk menjangkau atau merealisasikannya.

Keberadaan demplot usaha nilam di lahan hutan dengan penerapan IPTEK

tepat guna untuk semua aspek tahap usaha dengan bimbingan instansi pemerintah yang

kompeten baik pusat maupun daerah merupakan langkah yang sangat arif dalam

membina dan meningkatkan perekonomian masyarakat terutama masyarakat sekitar

hutan yang selama ini memiliki kesan ’terpinggirkan’. Keterlibatan para pihak terkait

(multistakeholder) dalam melakukan penelitian, pembinaan, dan pengembangan akan

mempertinggi tingkat keberhasilan kegiatan. Dalam hal ini, keterlibatan instansi

penelitian akan memberikan input teknologi baik dari segi aspek budidaya, pasca panen,

maupun pengolahan dan dampak sosial ekonomi. Sedangkan bimbingan dan dukungan

dari pemerintah daerah dalam hal ini dinas-dinas terkait baik dinas kehutanan, pertanian,

maupun industri dan perdagangan diharapkan dapat menjadi subjek pembina dan

pembimbing teknis di lapangan yang bersentuhan langsung dengan petani nilam.

Dengan kerjasama yang solid maka demplot akan berguna sebagai percontohan

yang nyata dan juga dapat digunakan sebagai sarana penelitian, pendidikan dan pelatihan

bagi masyarakat peminat usaha nilam di kawasan hutan.

VIII. KESIMPULAN

Perbedaan karakteristik budidaya nilam pada 3 lokasi budidaya dapat dilihat pada

Lampiran 1. Secara umum ketiga lokasi budidaya memiliki karaketristik budidaya yang

relatif sama. Perbedaan hanya terdapat pada cara panen/pasca panen dan desain alat

suling yang digunakan.

Page 16: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

248

Nilam sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang memberikan kontribusi

terbesar devisa Negara disbanding dengan minyak atsiri lainnya. Oleh karena itu

pengembangan nilan dengan sistem tumpangsari atau agroforestry merupakan terobosan

baru untuk peningkatan nilai lahan hutan dan perekonomian masyarakat sekitar hutan.

DAFTAR PUSTAKA

Hendalastuti, H.R., A. Hidayat dan D. Frianto. ……. Pengaruh Naungan dan Pupuk

Kandang terhadap pertumbuhan Tanaman serta Jumlah dan Mutu daun

Nilam. Draft tulisan ilimiah dikoreksi oleh dewan redaksi Jurnal Hutan dan

Konservasi Alam. Puslit Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. (Belum terbit)

Imran. 1994. Pengaruh peubah lingkungan fisik terhadap pertumbuhan, Hasil, dan

kandungan minyak nilam. Tesis Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

(tidak diterbitkan).

Sumadiwangsa, E. S. 2004. Peningkatan Produktivitas dan Kualitas HHBK. UKP

Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor.

Sumadiwangsa, E.S, dan F. Mas’ud. 2003. Prospek Pengelolaan Hutan Melalui

Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu. Seminar Nasional UC UGM.

Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta 18 Mei 2002.

Page 17: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

249

Lampiran 1. Perbedaan karakteristik budidaya nilam pada 3 lokasi budidaya

Asal Lokasi Budidaya No Kriteria Pasaman Barat

(Sumbar) Dairi (Sumut) Kritang (Riau)

A. Letak Kaki Bukit Perbukitan Perbukitan Kemiringan : 10-15% Kemiringan : ≤15% Kemiringan : ≤15%

Suhu : siang = ± 280C Suhu

: siang = ± 280C Suhu

: siang = ± 280C

: Malam = ± 22-260C

: Malam = ± 22-260C

: Malam = ± 22-260C

B. Budidaya 1 Pola Budidaya Sistem Tumpang Sari Sistem Tumpang Sari Sistem Tumpang Sari

- T. Musiman : Padi, Jagung

- Tanaman Keras : Kopi

- Tanaman Keras : Kelapa Sawit

- Tanaman Keras : Durian

2 Jenis Nilam Pogosteon cablin, Benth Pogosteon cablin, Benth Pogosteon cablin, Benth

3 Pengolahan Lahan Ada Ada Ada

4 Sumber Bibit Stek Stek Stek 5 Pembibitan Tidak ada Tidak ada Ada

6 Cara Tanam Mengikuti Garis

Kontur Mengikuti Garis

Kontur Mengikuti Garis

Kontur 7 Musim Tanam Musim Hujan Musim Hujan Musim Hujan 8 Penyulaman Ada Ada Ada 9 Pemupukan Ada Ada Ada

Lihat kondisi tanah dan tanaman

Lihat kondisi tanah dan tanaman

Lihat kondisi tanah dan tanaman

C. Pemanenan dan Pasca Panen 1 Waktu Panen Musim Kemarau Musim Kemarau Musim Kemarau

Jam : 10-11 WIB Jam : 07-09 WIB Jam

: 09-11 WIB

2 Umur Panen I 6 BST 6 BST 6 BST 3 Umur Panen II 5 BSP I 3 BSP I 3,5 BSP I 4 Umur Panen III 5 BSP II 4-5 BSP II 3,5-4 BSP II

5 Bagian yang dipanen

Seluruh bagaian tanaman dengan menyisakan 1-2 cabang batang induk

Daun dan batang muda

Seluruh bagain tanaman dengan menyisakan 20-25 cm batang dari leher akar

6 Alat Panen Sabit/Guntung Stek Sabit/Guntung Stek Sabit/Guntung Stek

7 Peremajaan Ada (setelah 3 kali

panen) Ada (setelah 3 kali

panen) Ada (setelah 3 kali

panen)

8 Teknik Pengeringan

Dijemur disamping batang induk selama 1 hari

Dijemur langsung dibawah terik matahari selama 1 hari

Dijemur disamping batang induk dan lapangan terbuka selama 1 hari

Page 18: Budidaya Nilam Di Lahan Hutan

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 239-256

250

Asal Lokasi Budidaya No Kriteria Pasaman Barat

(Sumbar) Dairi (Sumut) Kritang (Riau)

9 Perajangan Ada, 3-4 cm Tidak ada Ada, 2-3 cm 10 Penyulingan Sistem Uap Sistem Uap Sistem Uap Kapasitas : ± 25 Kg Kapasitas : ± 100 Kg Kapasitas : ± 50 Kg

Pipa pendingin dari besi

Pipa pendingin dari almunium

Pipa pendingin dari almunium

D. Lainnya 1 Harga alat suling Rp 1.000.000 Rp 1.500.000 Rp 2.500.000

2 Sewa alat suling Rp 10.000/1x suling 2 0ns minyak/1x

suling Rp 45.000/1x suling

3 Harga jual minyak Rp 207.000 Rp 205.000 Rp 170.000