Budidaya Ikan Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung.doc

download Budidaya Ikan Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung.doc

of 23

Transcript of Budidaya Ikan Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung.doc

Budidaya Ikan Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung

BUDIDAYA IKAN KERAPU, Epinephelus fuscogutatus DALAM KERAMBA JARING APUNG

I. PENDAHULUANBila dibandingkan dengan budidaya ikan air tawar, budidaya ikan laut dalam hal ini budidaya ikan kerapu (Epinephelus fuscogutattus) saat sekarang prospeknya sangat baik, karena komoditi ini merupakan komuditi ekspor dengan tujuan ekspor utamanya adalah Hongkong. Agriculture and Fisheries Department (AFD) Hongkong, memperkirakan bahwa konsumsi ikan kerapu hidup di Hongkong antara 5.000 ~ 6.000 mt / tahun. Dari lima negara pemasok ikan kerapu hidup ke Hongkong, Indonesia memegang bangsa pasar nomor dua (20 % pangsa pasar) setelah Thailand. Sekarang ini harga pasaran ikan kerapu macan hidup ditingkat produsen sekitar Rp 150.000 ~ Rp 350.000,-/kg.Bila potensi dan peluang pasar yang ada ini dimanfaatkan secara optimal dan benar, niscaya akan dapat meningkatkan pendapatan nelayan khususnya dan pendapatan daerah umumnya. Disamping itu dengan kondisi ekonomi sekarang ini, dimana naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menyebabkan semakin meningkatnya biaya produksi dalam penangkapan dan semakin berkurangnya hasil tangkapan nelayan, semuanya ini mengakibatkan hasil pendapatan nelayan sangat rendah sekali bahkan hasil tangkapan tidak dapat menutupi biaya operasi yang telah digunakan. Akhir semuanya ini tentunya menyebabkan para nelayan akan semakin terpuruk dalam jurang kemiskinan.Dengan adanya potensi sumberdaya alam (budidaya laut) yang cukup besar ini, merupakan peluang besar bagi masyarakat dalam melakukan diversifikasi usaha, diantaranya adalah usaha budidaya ikan kerapu Macan (Epinephelus fuscogu-tattus) dalam Karamba Jaring Apung. Dengan kata lain, usaha ini dapat dijadikan sebagai mata pencaharian alternatif yang sangat menguntungkan.Keberhasilan usaha budidaya ikan kerapu Macan dengan menggunakan Karamba Jaring Apung (KJA), sangat tergantung kepada penguasaan teknologi yang menyeluruh mengenai budidaya ikan kerapu tersebut, sehingga hal ini merupakan kunci dari keberhasilan usaha itu sendiri. Disamping masalah teknis yang tidak kalah pentingnya adalah masalah social ekonomis, seperti keamanan dan pemasaran.II. PEMILIHAN LOKASITidak semua perairan pantai dapat dijadikan tempat usaha budidaya ikan kerapu. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor yang harus dipenuhi sebelum usaha budidaya ikan kerapu tersebut dimulai.2.1. Faktor ResikoFaktor resiko sangat ditakuti oleh para pembudidaya ikan kerapu, karena faktor ini dapat menjadi kegagalan total dalam usaha budidaya ikan kerapu. Namun demikian perhitungan dan pertimbangan secara cermat atas faktor ini akan dapat membawa keberhasilan operasional budidaya. Adapun yang termasuk ke dalam faktor resiko ini adalah :1. Pencemaraan. Lokasi hendaknya terhindar atau jauh dari sumber pencemar, seperti limbah rumah tangga, pertanian dan industri. Limbah rumah tangga dapat berupa buangan detergen, berbagai zat racun (pesticida atau insektisida) dan bahan padat seperti kaleng, pla stik dan lain-lain yang dapat menyebabkan berbagai gangguan pada ikan kerapu yang kita pelihara. Kemudian limbah dari pertanian misalnya herbisida, insektisida dan kotoran hewan. Sedangkan dari limbah industri dapat berupa minyak, logam-logam berat dan limbah industri lainnya yang bersipat racun.2. Manusia. Faktor yang berhubungan dengan manusia ini adalah keamanan, yang mana kalau suatu lokasi tempat usaha budidaya tidak aman, maka para investor akan lari atau tidak mau menanamkan modalnya untuk usaha ini. Masalah yang sering terjadi dalam hal ini a dalah pencurian dan sabotase yang dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab. Tetapi dengan pendekatan sosial-kultural yang baik biasanya masalah ini dapat diatasi atau dihindari.3. Konflik penggunaan lahan. Dalam menentukan lokasi tempat usaha budidaya ikan kerapu, lahan tempat usaha haruslah berbas dari konflik atau masalah penggunaan lahan, dimana lokasi haruslah bebas dari jalur lalu lintas kapal, dan juga haruslah memperhatikan perkem-ban gan kota atau daerah (dalam arti kata sesuai dengan pola tata ruang yang telah disusun oleh pem erintah).4. Gangguan alam (badai dan gelombang besar). Badai dan gelombang besar akan merusak kontruksi keramba. Disamping itu badai dan gelombang yang terus menerus juga mengakibatkan akan terjadinya pengadukan dasar perairan, sehingga menyebabkan zat-zat organic dan anorganik yang mengendap didasarkan perairan akan naik keatas, dan ini tertentunya akan menimbulkan dampak buruk terhadap perairan tersebut seperti menurunnya (buruknya) kualitas ai r. Semuanya ini tentunya akan menyebabkan ikan menjadi stress dan selera makannya berkurang, sehingga dapat menurunkan produksi yang dapat dipanen nantinya. Tinggi gelombang tidak lebih dari 0,5 meter.5. Pasang surut. Kondisi pasang surut yang terlalu besar juga akan menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kehidupan ikan kerapu yang dibudidayakan. Hal ini terjadi terutama pada lokasi perairan yang dekat dengan sumber air tawar (misalnya didepan muara sungai), yang mana pada waktu surut, air tawar akan terbawa jauh ketengah laut, sehingga kondisi ini menyebabkan turunnya kualitas air, terutama menurunnya salinitas dengan drastis dan pH (derajat keasaman). Lokasi seperti itu kurang baik untuk dijadikan tempat usaha budidaya ikan kerapu ma can, karena fluktuasi salinitasnya sangat besar sekali, sehingga mempengaruhi nafsu makan, ikan menjadi stress dan pertumbuhannya terganggu dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan kerapu macan peliharaan.2.2. Faktor KemudahanDisamping faktor di atas, kemudahan dalam penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk usaha budidaya ikan kerapu juga harus kita perhatikan, diantaranya :1. Sarana dan prasarana transportasi. Lokasi untuk usaha budidaya ikan kerapu ini haruslah memiliki transportasi yang lancar, sebab sarana dan prasarana transportasi yang minim akan mengakibatkan membesarnya biaya produksi, sehingga akan mengakibatkan harga jual menjadi tinggi, dan akibatnya tidak mampu bersa ing di pasaran. Disamping itu dengan minimnya sarana dan prasarana tranportasi juga akan mengakibatkan sulitnya dalam memasarkan hasil panen nantinya. Jadi dengan terjamin sarana dan prasarana transportasi maka akan memudahkan dal am mendapatkan saprodi (sarana produksi) seperti benih dan pakan.2. Ketersediaan benih. Lokasi yang akan dijadikan tempat usaha budidaya ikan kerapu juga harus memperhatikan mudah atau tidaknya mendapatkan benih, sebab ketersediaan benih yang berkualitas baik dan kontinyu juga merupakan faktor mutlak dalam menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya ikan kerapu.

3. Ketersediaan pakan. Daerah yang dekat dengan sumber pakan merupakan lokasi yang diharapkan, karena pakan merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya ikan kerapu. Apabila lokasi suatu usaha budidaya ikan kerapu jauh dari sumber pakan, maka ketersediaan pakan yang berkualitas baik dan kontinyu sukar didapatkan, sehingga hal ini mengakibatkan biaya produksi juga meningkat, dan akhirnya keuntungan yang diperoleh akan lebih kecil atau rendah.4. Pemasaran, yang mana lokasi usaha haruslah daerah yang mudah untuk memasarkan hasil panen, dan ini tentunya juga tidak lepas dari sarana dan prasarana transportasi ke lokasi usaha.2.3. Faktor Hidrologi a). Faktor Fisika, yang meliputi : Suhu atau temperatur perairan, yaitu 27 ~ 32 oC, dengan fluktuasi harian kecil dari 5 oC. Kedalaman perairan, minimal 5 meter ( 3m tinggi jaring keramba, 2 m jarak antara dasar jaring dengan dasar perairan ). Kecerahan, perairan harus jernih yaitu minimal kecerahannya 5 meter. Kecepatan arus, yaitu idealnya 15 ~ 30 cm / det.

Dasar perairan. khusus untuk ikan kerapu macan, dasar perairan haruslah berkarang atau berpasir.b). Faktor Kimia, yang meliputi : Salinitas (kadar garam), yaitu 30 ~ 33 o/oo. Lokasi yang dekat dengan muara sungai tidak dianjurkan untuk lokasi pemeliharaan ikan ker apu macan, karena pada daerah seperti itu fluktuasi salinitasnya sangat besar sekali sehingga dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan ikan kerapu. Derajat keasaman (pH), Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit basa sangat ideal untuk kehidupan ikan kerapu macan. Suatu perairan yang ber-pH rendah dapat mengakibatkan aktivitas pertumbuhan menurun atau ikan menjadi lemah s er ta lebih mudah terserang penyakit sehingga mengakibatkan tingginya angka kematian (mortalitas). PH perairan yang baik untuk ikan kerapu macan adalah 8,0 ~ 8,2. Oksigen terlarut, Ketersediaan oksigen terlar ut dalam perairan sangat dibutuhkan oleh ikan kerapu yang dipelihara untuk hidup. Rendahnya konsentrasi oksigen dalam perairan akan meyebabkan kurangnya nafus makan dan rendahnya pertumbuhan ikan kera pu yang kita pelihara dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Kandungan oksigen teralarut yang ideal untuk pemeliharaan ikan kerapu adalah diatas 5 ppm. Biological Ocxygen Demand (BOD), yang mana parameter ini menunjukan aktivitas biologi yang ada dalam suatu perairan. Batas ideal BOD untuk pemeliharaan ikan kerapu macan adalah tidak melebih 5 ppm selama 5 hari. Amoniak (NH3), Kandungan amoniak tinggi biasanya terdapat pada perairan yang tercemar dengan bahan-bahan organik. Untuk pemeliharaan ikan kerapu, kandungan amoniak di perairan tempat pemeliharaan tidak boleh lebih dari 1,0 ppm.

c). Faktor Biologi, yang meliputi : Predator, dalam menentukan lokasi juga h arus diperhatikan keberadaan hewan-hewan predator, sebab hal ini juga akan mengganggu tingkat keberhasilan dalam melakukan usaha pemeliharaan ikan kerapu. Adapun hewan-hewan predator yang harus menjadi perhatian disini diantaranya adalah hewan-hewan laut buas, seperti anjing laut, ikan-ikan besar, ikan buntal, dan juga hewan-hewan darat seperti burung. Total koloni bakteri, parameter ini biasanya terjadi pada perairan yang tercemar bahan organik. Total koloni bakteri untuk budidaya ikan kerapu tidak boleh melebihi 3.000 sel / m3.III. PEMBUATAN KERAMBA JARING APUNGUntuk membuat Karamba Jaring Apung (KJA), langkah pertama adalah membuat rakit terapung. Pembuatan rakit ini dilakukan di pantai yang landai agar mudah dalam pembuatan dan pemindahan ke lokasi budidaya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan satu unit KJA adalah sebagai berikut :3.1. KerangkaKerangka Keramba Jaring Apung (KJA) dibuat dari kayu rasak dengan ukuran 8 m x 10 m setiap unitnya. Setiap unit KJA terdiri dari 4 petak (lubang) pemeliharaan dengan ukuran 3 m x 3 m, yaitu 3 petak yang digunakan untuk pemeliharaan dan 1 petak untuk cadangan. Pada bahagian tengah KJA terdapat juga 2 petak (lubang) dengan ukuran masing-masingnya 3 m x 1,5 m, yaitu 1 petak untuk rumah jaga dan pelatarannya serta 1 petak lagi untuk tempat pemeliharaan ikan yang sakit. Adapun bentuk rakit KJA ikan kerapu macan ini dapat dilihat pada Gambar 1.3.2. Pelampung Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka keramba jaring apung. Bahan pelampung yang akan digunakan adalah drum plastik volume 200 liter yaitu sebanyak 35 buah. Sebelum digunakan, kedalam drum plampung dimasukan sedikit karbit. Penggunaan karbit ini bertujuan untuk mengisi udara didalam pelampung, sehingga dengan demikian daya apungnya akan lebih bagus.

Gambar 1. Kerangka Kontruksi Keramba Jaring Apung Ikan Kerapu Macan.Keterangan : 1. Areal pemeliharaan (waring/jaring), 2. Lantai / papan pijakan, 3. Drum pelampung, 4. Rumah jaga : 4a. Ruang kamar, 4b. Ruang depan (teras), 5. Areal pemanenan, 6. Balok kayu 8/12.3.3. Waring / JaringDalam KJA ini ada 3 (tiga) tingkat ukuran mata waring/jaring, yaitu (a) Waring bagan dengan ukuran mata (mesh size) sekitar 0,5 cm, (b) Jaring polyethylene ukuran mata (mesh size) 1,0 inchi, dan (c) Jaring polyethylene ukuran mata (mesh size) 1,5 inchi. Setiap unit KJA mempunyai 6 buah waring bagan (3 buah dipakai dan 3 buah untuk waring pengganti), 6 buah jaring polyethylene mesh size 1,0 inchi (3 buah dipakai dan 3 buah untuk jaring pengganti), dan 6 buah jaring polyethylene mesh size 1,5 inchi (3 buah dipakai dan 3 buah untuk jaring pengganti).3.4. Jangkar Jangkar berfungsi sebagai penahan KJA agar tidak hanyut terbawa arus. Jangkar terbuat dari besi yang mana setiap unit KJA membutuhkan 4 (empat) buah jangkar. Berat masing-masing jangkar adalah 50 kg.3.5. Penyangga dan PemberatSupaya posisi waring/jaring simetris seperti kubus, maka pada bahagian luar bawah jaring dipasang kayu penyangga sebanyak dua buah masing-masing waring/jaring yang dipasang secara diagonal. Kemudian pada masing-masing ujung kayu penyangga tersebut diikatkan pemberat yang terbuat dari beton atau batu dengan berat antara 5 ~ 10 kg/buah. Setiap unit waring / jaring mempunyai 4 buah pemberat.3.6. Rumah Jaga

Rumah jaga berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan KJA dan tempat berteduh penjaga dari hujan dan panas. Rumah jaga berukuran 2,5 m x 2,0 m yang dilengkapi pelataran (teras) ukuran 2,5 m x 1,25 m, dengan atap terbuat dari seng. Lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 2. Setiap unit KJA mempunyai 1 (satu) buah rumah jaga.

Gambar 2. Kontruksi Rumah Jaga Pada Keramba Jaring Apung Ikan Kerapu Dilihat dari Samping Kiri dan Kanan.

Gambar 3. Keramba Jaring Apung Ikan Kerapu Siap Pakai IV. PEMELIHARAAN IKAN KERAPU4.1. Penebaran BenihBenih yang datang dari Bali atau Lampung biasanya berukuran 5 ~ 8 cm. Jumlah benih yang ditebarkan adalah 350 ekor perpetak waring/jaring. Penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Sebelum benih ditebarkan kedalam waring, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi atau penyesuaian diri, yaitu dengan jalan memasukkan benih bersama kantong yang masih tertutup ke dalam waring. Setelah suhu air dalam kantong sesuai dengan suhu air dalam waring, maka dilakukan penebaran benih dengan cara membuka kantong platik dan kemudian masukkan air laut dari waring sedikit demi sedikit, dan setalah itu baru kantong plastik tersebut dimiringkan perlahan-lahan kedalam waring dan biarkan ikan keluar dengan sendirinya. Pemeliharan benih (gelondongan) di dalam waring ini dilakukan selama 1,5 bulan, yang mana setelah pemeliharaan selama 1,5 bulan tersebut, ikan kerapu telah mencapai ukuran 10 ~ 13 cm dengan berat 50 ~ 75 gram/ekor. Selanjutnya ikan kerapu dipelihara dalam kantong jaring mesh size 1,0 inchi yaitu selama 3,5 bulan. Selama pemeliharaan 3,5 bulan ini, ikan kerapu akan berukuran 18 22 cm dengan berat 150 200 gram/ekor. Setelah itu ikan kerapu dipelihara dalam kantong jaring mesh size 1,5 inchi, yaitu selama 4 bulan atau sampai panen. 4.2. Pemberian PakanJenis pakan yang diberikan adalah ikan-ikan kecil seperti ikan bada atau teri. Apabila pakan berasal dari ikan-ikan besar, maka yang diambil dan diberikan kepada ikan kerapu hanya dagingnya saja. Dalam pemberian pakan ini, sebaiknya jenis pakan yang diberikan beragam, jadi tidak hanya berasal dari ikan saja, tetapi dapat juga cumi-cumi dan udang. Hal ini berhubungan dengan memenuhi kebutuhan gizi ikan kerapu, sebab dengan jenis pakan yang berragam ini, kebutuhan gizi (asam-asam amino, asam-asam lemak, vitamin dan mineral) ikan kerapu akan lebih komplit (lengkap). Sebelum diberikan, pakan ikan tersebut terlebih dahulu dibersihkan dan kemudian digiling halus dengan menggunakan penggiling daging. Pada bulan pemeliharan ke tiga, pakan yang berasal dari ikan-ikan kecil dihaluskan dengan cara digunting kecil-kecil. Demikian seteruskan, dimana semakin besar ikan kerapu peliharaan, maka ukuran pakan yang dapat dimakan oleh ikan kerapu akan semakin besar pula. Pemberian pakan dilakukan 2 (dua) kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pemberian dialukan secara ad-libitum (atau sekitar 5,0 ~ 7,5 % dari berat biomas ikan kerapu peliharaan). Pemberikan pakan dilakukan sedikit demi sedikit dengan cermat, sehingga tidak ada pakan yang terbuang percuma kedalam air. Sebab hal ini dapat menyebabkan buruknya kualitas air dalam KJA akibat dari pembusukan sisa makanan tersebut. Pemberian pakan dihentikan setelah melihat benih ikan kerapu tersebut tidak mau makan lagi.Kedalam pakan ikan sebaiknya dilakukan penambahan multivitamin dan mineral, karena penambahan vitamin dan mineral ini dapat menambah kekebalan tubuh ikan terhadap serangan penyakit, menambah nafsu makan ikan, menambah kinerja atau kesegaran tubuh ikan sehingga terlihat lebih aggresif, dan dapat menurunkan angka kematian (mortalitas). Pemberian multivitamin ini dapat dilakukan melalui pakan dengan selang waktu 2 (dua) kali seminggu. Pada waktu pemeliharaan memasuki bulan ke 2 (dua) sampai bulan ke 3 (tiga), adalah merupakan saat kritik, dimana ikan mudah stress dan mati sehingga mortalitasnya meningkat. Pada waktu kondisi ini sebaiknya pemberian multivitamin dan mineral dilakukan setiap pemberian pakan dengan dosis 0,25 % dari berat pakan. Salah satu jenis multivitamin yang dapat diberikan adalah vitastress. Adapun jenis vitamin yang dapat menekan mortalitas ini adalah vitamin B6, sedangkan vitamin C untuk mencegah stress pada ikan.4.3. Pencucian / Memandikan IkanMemandikan ikan dengan air tawar bertujuan untuk memutus rantai penyebaran parasit atau menghilangkan parasit-parasit yang menempel pada tubuh ikan kerapu peliharaan. Memandikan ikan dilakukan paling lambat sekali dalam 15 hari atau tergantung pada kondisi ikan kerapu peliharaan, misalnya nafsu makannya mulai berkurang atau gerakan ikan kurang lincah dari biasanya. Berdasarkan pengalaman dilapangan, ternyata untuk di Kawasan Mandeh ikan kerapu dimandikan paling lambat sekali dalam 10 hari, atau kurang dari 10 hari yaitu apabila terlihat tanda-tanda yang tidak normal pada ikan, yang biasanya terjadi pada kondisi kualitas air yang menurun. Ikan kerapu dimandikan dengan jalan merendam ikan tersebut dalam air tawar selama 2 ~ 3 menit.4.4. Gradding IkanGradding ikan atau pemisahan ukuran ikan kerapu peliharaan perlu dilakukan, yaitu dengan tujuan untuk menghindari kanibalisme ikan kerapu yang ukuran besar terhadap ikan kerapu yang ukuran kecil. Disamping itu juga untuk menghindari persaingan berebut pakan, yang mana biasanya yang besar akan mengalahkan yang kecil dalam berebut pakan. Pemisahan ukuran ini dilakukan bersamaan waktunya dengan pencucian/memandikan ikan.4.5. Penggantian waring/jaringPenggantian waring/jaring dilakukan bersamaan dengan waktu memandikan ikan kerapu. Pada kenyataannya, di kawasan Mandeh waring/jaring lebih cepat kotor apalagi pada musim hujan, sehingga pada kenyataannya waring diganti sekali dalam 10 hari dan bahkan kadang-kadang bisa sekali dalam seminggu, yaitu apabila terlihat waring telah kotor dan sirkulasi air tidak dapat berjalan dengan baik. Waring/jarring yang kotor tidak hanya menghambat surkulasi air, tetapi juga merupakan sumber sarang penyakit bagi ikan kerapu peliharaan. Waring/jaring yang kotor ini dicuci didarat dengan menggunakan air tawar dan setelah itu dijemur sampai kering.4.6. Pembersihan pelambungSekali dalam sebulan perlu dilakukan pemeriksaan dan pembersihan drum/pelampung. Sebab dalam waktu sebulan drum telah banyak ditumbuhan oleh algae dan tritip. Kondisi yang kotor ini juga merupakan media yang baik bagi perkembangan parasit dan penyakit yang akan menyerang ikan kerapu nantinya. Pembersihan drum plampung dilakukan dengan jalan membalikan drum dan dibiarkan kering terjemur matahari beberapa hari, dan setelah itu dikikis dengan parang untuk membersihkan drum pelampung tersebut. Sedangkan apabila ada drum yang kempes, maka drum plempung tersebut dibuka dari ikatannya dan diperbaiki, sehingga kondisi drum tersebut bulat normal kembali.4.7. Pengamatan kondisi ikanKegiatan ini perlu dilakukan untuk mengamati apakah terjadi perubahan-perubahan terhadap kondisi ikan. Pengamatan tidak hanya dilakukan pada siang hari saja tetapi juga pada malam hari, bahkan pada malam hari akan lebih mudah mengamati perubahan-perubahan tingkah laku yang terjadi pada ikan kerapu. Kalau hasil pengamatan ditemukan ikan yang tingkah lakunya tidak normal, maka dengan segera harus ditangani dan memisahkan ikan tersebut dari kelompoknya. V. PENYAKIT IKAN KERAPUSalah satu kendala yang sering dihadapi dalam pembesaran ikan kerapu Macan dalam karamba jaring apung adalah penyakit. Penyakit timbul akibat adanya interaksi antara ikan, patogen dan lingkungan. Adapun penyakit yang pada umumnya menyerang ikan kerapu Macan peliharaan dapat dikelompokan atas 6 (enam) kelompok, yaitu : (a) Penyakit Parasiter, (b) Penyakit Bakterial, (c) Penyakit Mikal, (d) Penyakit Viral, (e) Penyakit Malnutrisi, dan (f) Penyakit lingkungan.5.1. Penyakit Parasitera). MonogeniaMonogonia merupakan parasit sejenis kutu ikan dari golongan Crustacea. Parasit ini menyerang dengan cara menempel di permukaan tunuh ikan kerapu, terutama bahagian kulit dan sirip. Parasit ini dapat menyebabkan kematian pada ikan, karena parasit ini mengisap darah ikan (inangnya). Serangan parasit ini dapat menimbulkan luka pda tubuh ikan, ikan berenang lambat dan cenderung memisahkan diri dari kelompoknya, nafsu makan menurun, sisik mudah lepas, insang berwarna merah pucat, dan tubuhnya sering digesek-gesekan ke waring/jarring atau berenang miring seola-olah merasa gatal.Pengobatan dapat dilakukan dengan cara merendam ikan yang sakit dalam larutan formalin 100 ppm selama 1 jam dengan aerasi yang kuat. Kalau ikan telah mengalami luka sebaiknya direndam dalam larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam. b). TrematodaTrematoda merupakan cacing pipih Diplectinum sp yang banyak menyerang ikan kerapu. Parasit ini menyerang insang, hati dan mata. Adapun gejalanya adalah : nafsu makan berkurang, warna tubuh dan insang pucat, produksi lendir dipermukaan tubuh banyak, ikan selalu berenang di bahagian permukaan air dengan kondisi megap=megap dengan tutup insang terbuka.Penyakit ini dapat diobati dengan merendam ikan yang sakit dengan larutan formalin 100 ~ 150 ppm selama 15 ~ 30 menit, dan diulangi selama tiga hari berturut. Kalau ikan telah mengalami luka sebaiknya direndam dalam larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam. Setelah itu diberi Combatrin dengan dosis 1 botol combatrin (10 ml) untuk 5 kg pakan.c). CryptocaryonPenyakit ini disebabkan oleh serangan protozoa Cryptocaryon sp, yang lebih dikenal dengan nama penyakit bintik putih. Bagaian tubuh yang diserang adalah permukaan tubuh, ekor, insang dan mata. Gejala dari penyakit ini adalah mata ikan kerapu membengkak, insang dan mata ditumbuhi semacam kista sebesar kepala jarum pentul dan berwarna putih terjadi pendarahan pada bagaian sirip, produksi lendir tubuh meningkat, dan nafsu makan ikan hilang.Penyakit ini dapat diobati dengan merendam ikan dengan air laut yang telah diberi formalin dengan dosis 100 ~ 150 ppm selama 15 ~ 30 menit, dan diulangi selama tiga hari berturut. Kalau ikan telah mengalami luka sebaiknya direndam dalam larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam. d). TricodiniasisPenyakit ini disebabkan oleh serangan protozoa Tricodina sp. Protozoa ini akan banyak menenpel pada insang, permukaan tubuh dan sirip ikan kerapu. Gejala yang timbul akibat dari serangan protozoa ini adalah produksi lendir meningkat, nafsu makan hilang, terdapat peradangan pada kuliar luar, dan berenang tidak normal. Pada serangan yang sudah parah dapat menyebabkan siripnya sobek-sobek.Penyakit ini dapat diobati dengan merendam ikan yang sakit dalam air laut yang telah diberi formalin dengan dosis 100 ppm selama 1 jam. Sedangkan untuk ikan yang telah mengalami luka sebaiknya direndam dalam larutan larutan acriflavin 5 ~ 10 ppm selama 1 ~ 2 jam.5.2. Penyakit BakterialJenis penyakit bacterial yang sering menyerang ikan kerapu macan adalah penyakit vibriosis. Pemnyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri Vibrio sp. Bakteri ini biasanya bertindak sebagai patogen sekunder yang timbul akibat infeksi primer dari parasit. Gejala yang timbul akibat serangan penyakit ini adalah nafsu makan berkurang, lesu, terdapat pembusukan pada sirip, mata menonjol, terjadi pengumpalan pada perut (perut kembung), anus berwarna merah akibat peradangan.Pengobatan ikan yang sakit akibat dari serangan penyakit ini dapat dilakukan dengan jalan merendam ikan yang sakit dengan oksitetrasiklin 25 ppm selama 1 jam. Kemudian diukuti dengan pemberian oksitetrasiklin melalui pakan, yaitu dengan dosisi 2 ~ 3 gram / kg pakan. Pengobatan dilakukan selama seminggu berturut-turut.5.3. Penyakit MikalPenyakit mikal adalah penyakit yang timbul akibat serangan jamur. Penyakit ini akan menyerang ikan yang sedang stress ataupun luka. Disamping itu, penyakit ini juga dapat masuk melalui makanan yang telah terinfeksi jamur (pakan yang kotor). Secara fisik luar, ikan tidak menunjukan gejala sakit, tetapi apabila dilihat dari dalam akan ditemukan pembengkakan pada organ limpa, hati dan ginjal yang disertai dengan benjolan berwarna putih. Cuma kadang-kadang terlihat gerakan ikan tidak menentu dan kadang-kadang disertai dengan pembengkakan perut. Penyakit ini dapat dicegah dengan jalan: menghidari luka fisik pada ikan, memberikan pakan yang segar dan bersih, dan memisahkan ikan yang sakit dari wadah pemeliharaan. Untuk pengobatan luar dapat dilakukan dengan merendam ikan yang sakit dalam larutan methylene blue 0,1 ppm selama 15 ~ 45 menit. Sedangkan untuk pengobatan dari dalam belum ada obatnya.5.4. Penyakit viralAda dua jenis penyakit virus yang menyerang ikan kerapu, yaitu penyakit Viral Necrotic Nerveus (VNN) yang disebabkan oleh virus Nodavirus. Penyakit ini menyerang ikan kerapu pada stadia larva. Larva yang terserang muula-mula tenggelam didasar wadah pemeliharaan kemudian akan mengapung dipermukaan air dengan kondisi perut mengembung.

Yang kedua adalah penyakit Sleepy Grouper Disease yang disebabkan oleh Iridovirus. Penyakit ini sering menyerang ikan kerapu pada stadia juvenil atau gelondongan. Ikan yang terserang penyakit ini akan nampak lemah dan berdiam didasar waring seperti tidur. Gejala ikan yang terinfeksi penyakit ini akan mengalami anemia dan pembesaran pada organ limpa, warna gelap, insang pucat dan berenang berputar.Penyakit yang disebabkan oleh virus ini, belum ada obatnya, tetapi dapat dicegah dengan memberikan pakan yang nilai gizinya seimbang, menjaga sanitasi lingkungan dan menggunakan benih yang berasal dari induk yang bebas virus.5.5. Penyakit MalnutrisiPenyakit ini disebabkan oleh karena ikan kekurangan zat gizi (protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral). Gejala dari penyakit ini adalah hati pucat, ikan kelihatan lesu dan lemah, mata bengkak, pertumbuhan lambat dan mortalitas tinggi. Penyakit ini dapat diatasi dengan permberian pakan yang cukup gizi dan berimbang.5.6. Penyakit LingkunganPenyakit yang disebabkan oleh terjadinya perubahan factor lingkungan Swim Blader Syndrome. Penyakit ini sering kali menyerang ikan kerapu, apabila kondisi lingkungan (kualitas air) jelek, misalnya pada waktu musim hujan dan badai. Ikan kerapu yang terserang p0enyakit ini tidak bias berenang dentgan normal, jadi ikan akan berenang dengan posisi terbalik dan perutnya kelihatan kembung. Penyakit ini dapat dobati dengan jalan mengeluarkan udara dari dalam perut ikan yang sakit. Caranya adalah : masukkan jarum suntik kedalam perut lewat daerah dekat anus, dan setelah itu lakukan pengurutan perut ikan yang sakit secara perlahan-lahan sampai perut ikan kemps. Setelah kemps, jarum dicabut, dan bekas luka tusukan jarum tersebut diolesi dengan antiseptik seperti obat merah/betadin.Dari jenis-jenis penyakit tersebut diatas, yang paling sering ditemukan dalam budidaya ikan kerapu macan di Kawasan Mandeh khususnya dan Kabupaten Pesisir selatan umumnya adalah : Penyakit parasiter (Monogonia), Penyakit bacterial (vibriosis), dan Penyakit lingkungan (Swim Blader Syndrome). Timbulnya penyakit ini tentunya tidak lepas dari yaitu kondisi lingkungan yang jelek, ikan yang stress akibat penanganan yang kurang baik, dan kualitas pakan yang kurang baik.Keramba Jaring Apung

x

wadah budidaya ikan yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia adalah karamba jaring Apung. Budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan salah satu teknologi budidaya yang handal dalam rangka optimasi pemanfaatan perairan danau dan waduk. Agar dapat melakukan budidaya ikan dijaring terapung yang menguntungkan maka konstruksi wadah tersebut harus sesuai dengan persyaratan teknis. Konstruksi wadah jaring terapung pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu kerangka dan kantong jaring.

Kerangka berfungsi sebagai tempat pemasangan kantong jaring dan tempat berjalan orang pada waktu memberi pakan dan saat panen. Kantong jaring merupakan tempat pemeliharaan ikan yang akan dibudidayakan. Dengan memperhitungkan konstruksi wadah secara baik dan benar akan diperoleh suatu wadah budidaya ikan yang mempunyai masa pakai yang lama.Dalam mendesain konstruksi wadah budidaya ikan disesuaikan dengan lokasi yang dipilih untuk membuat budidaya ikan dijaring terapung.

Budidaya ikan dijaring terapung dapat dilakukan untuk komoditas ikan air tawar dan ikan air laut. Sebelum membuat konstruksi wadah karamba jaring terapung pemilihan lokasi yang tepat dari aspek sosial ekonomis dan teknis benar. Sama seperti wadah budidaya ikan kolam dan akuarium persyaratan secara teknis dan sosial ekonomis dalam memilih lahan yang akan digunakan untuk melakukan budidaya ikan harus diperhatikan.

Aspek sosial ekonomis yang sangat umum yang harus dipertimbangkan adalah lokasi tersebut dekat dengan pusat kegiatan yang mendukung operasionalisasi suatu usaha seperti tempat penjualan pakan, pembeli ikan dan lokasi yang dipilih merupakan daerah pengembangan budidaya ikan sehingga mempunyai prasarana jalan yang baik serta keamanan terjamin. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi usaha budidaya ikan di karamba jaring terapung antara lain adalah :

1. Arus air pada lokasi keramba jaring apung.Arus air pada lokasi yang dipilih diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap ada arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan kandungan oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu dengan adanya arus maka dapat menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang terjatuh di dasar perairan.

Dengan tidak terlalu kuatnya arus juga berpengaruh terhadap keamanan jaring dari kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada perairan yang akan dipilih ternyata tidak ada arusnya (kondisi air tidak mengalir), disarankan agar unit budidaya atau jaring dapat diusahakan di perairan tersebut, tetapi jumlahnya tidak boleh lebih dari 1% dari luas perairan. Pada kondisi perairan yang tidak mengalir, unit budidaya sebaiknya diletakkan ditengah perairan sejajar dengan garis pantai.

2. Kedalaman perairan keramba jaring apungKedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya menimbulkan kekeruhan. Sebagai dasar patokan pada saat surut terendah sebaiknya kedalaman perairan lebih dari 3m dari dasar waring/jaring.

3. Tingkat kesuburan air keramba jaring apung.Pada perairan umum dan waduk ditinjau dari tingkat kesuburannya dapat dikelompokkan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotropik), sedang (mesotropik) dan tinggi (eutropik). Jenis perairan yang sangat baik untuk digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan sistem intensif adalah perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang.Jika perairan dengan tingkat kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung maka hal ini sangat beresiko tinggi karena pada perairan eutropik kandungan oksigen terlarut pada malam hari sangat rendah dan berpengaruh buruk terhadap ikan yang dipelihara dengan kepadatan tinggi.

4. keramba jaring apung Bebas dari pencemaran.Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan adalah penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang menyebabkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai guna air dan sumber air perairan tersebut.

Bahan pencemar yang biasa masuk kedalam suatu badan perairan pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pencemar yang sulit terurai dan bahan pencemar yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar yang sulit terurai berupa persenyawaan logam berat, sianida, DDT atau bahan organik sintetis. Contoh bahan pencemar yang mudah terurai berupa limbah rumah tangga, bakteri, limbah panas atau limbah organik. Kedua jenis bahan pencemar tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab kedua adalah keadaan alam seperti : banjir atau gunung meletus.

Jika lokasi budidaya mengandung bahan pencemar maka akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan yang dipelihara didalam wadah budidaya ikan tersebut.

5. Kualitas air keramba jaring apung.Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap perubahan (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih harus berkualitas air yang memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang akan dibudidayakan.Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi. Secara detail tentang kualitas air ini akan dibahas pada posting labih lanjut.

6. lokasi keramba jaring apung bukan daerah up-wellingLokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan (up-welling). Pada daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan kehidupan organisme yang dipelihara, dimana air bawah dengan kandungan oksigen yang sangat rendah serta gas-gas beracun akan kepermukaan yang dapat menimbulkan kematian secara massal. Lokasi seperti ini sebaiknya dihindari. kecuali sistem keramba dipasok oksigennya dengan suatu mekanisme tertentu.

Setelah mendapatkan lokasi yang memenuhi persyaratan teknis maupun sosial ekonomis maka harus dilakukan perencanaan selanjutnya. Perencanaan disesuaikan dengan data yang diperoleh pada waktu melakukan survey lokasi. Perencanaan tersebut dapat dibuat dengan membuat gambar dari konstruksi wadah budidaya yang akan dibuat.

Konstruksi wadah jaring terapung terdiri dari beberapa bagian, antara lain :

1. Kerangka keramba jaring apungKerangka jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan untuk kerangka, sebaiknya disesuai-kan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai ekonomis dari bahan tersebut.

Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,52 tahun. Sesudah 1,52 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah tidak layak pakai dan harus direnofasi kembali. Jika akan memakai besi anti karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/ angka waktu pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 45 tahun.

Pada umumnya petani ikan di jaring terapung menggunakan kayu sebagai bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah juga ketersediaannya di lokasi budidaya sangat banyak. kayu yang digunakan untuk kerangka jaring terapung ukurannya berkisar antara 5 X 5 meter sampai 10 X 10 meter. Petani ikan jaring terapung di perairan Danau Toba pada umumnya menggunakan kerangka dari kayu dengan ukuran 5 x 5 meter. Kerangka dari jaring apung umumnya dibuat tidak hanya satu petak tetapi satu unit. Satu unit jaring terapung terdiri dari 10 buah petak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.32.

2. Pelampung keramba jaring apungPelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/ jaring terapung. Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau plastik) yang berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian.

jika akan menggunakan pelampung dari drum maka drum harus terlebih dahulu dicat dengan menggunakan cat yang mengandung bahan anti karat. Jumlah pelampung yang akan digunakan disesuaikan dengan besarnya kerangka jaring apung yang akan dibuat. Jaring terapung berukuran 7 X 7 meter, dalam satu unit jaring terapung membutuhkan pelampung antara 45 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.33.

Gambar 2.33. Pelampung drum besi

3. Pengikat keramba jaring apungTali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, seperti tambang plastik, kawat ukuran 5 mm, besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm. Tali pengikat ini digunakan untuk mengikat kerangka jaring terapung, pelampung atau jaring.

4. Jangkar keramba jaring apungJangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit jaring terapung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang. Jangkar terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali pemberat/tali jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter sekitar 10 mm 15 mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung empat petak/kantong adalah sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada masing-masing sudut dari kerangka jaring terapung. Berat jangkar berkisar antara 50 75 kg. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.34.

Gambar 2.34. Jangkar keramba apung

5. Jaring keramba jaring apungJaring yang digunakan untuk budidaya ikan di perairan Danau Toba, terbuat dari bahan polyethylene. Ukuran mata jaring yang digunakan tergantung dari besarnya ikan yang akan dibudidayakan. ukuran yang biasa di gunakan Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1 inch (2,5 cm) atau 1,5 inch (3,81 cm).

Jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih kecil dari 1 inch biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran lebih kecil. Di Danau Toba, khususnya dalam budidaya ikan di jaring terapung ukuran jaring yang digunakan adalah ukuran - 1 inch. Untuk l

Kantong jaring yang digunakan untuk memelihara ikan dapat diperoleh dengan membeli jaring utuh. Dalam hal ini biasanya jaring dijual dipasaran berupa lembaran atau gulungan. Langkah awal yang harus dilakukan untuk membuat kantong jaring adalah membuat desain/rancangan kantong jaring yang akan dipergunakan. Ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan berkisar antara 2 X 2 m sampai dengan 10 X 10 m.

Setelah ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan, misalnya akan dibuat kantong jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2 m, langkah selanjutnya adalah memotong jaring. Untuk memotong jaring harus dilakukan dengan benar berdasarkan pada ukuran mata jaring dan tingkat perenggangannya saat terpasang di perairan. Menurut hasil penelitian, jaring dalam keadaan terpasang atau sudah berupa kantong jaring akan mengalami perenggangan atau mata jaring dalam keadaan tertarik/terbuka.

Nilai Hang In Ratio dalam membuat kantong jaring terapung adalah 30%. Adapun perhitungan yang digunakan untuk memotong jaring ada dua cara, yaitu : (1) menggunakan rumus tertentu dan (2) melakukan perhitungan cara di lapangan. Rumus berdasarkan Hang In Ratio adalah sebagai berikut :

Keterangan :S : Hang In RatioL : Panjang jaring sebelum Hang In atau dalam keadaan tertariki : Panjang tali risD : dalam kantong jaring (jumlah mata jaring dikalikan ukuran mata jaring dalam keadaan tertarik)d : dalam kantong jaring sesudah Hang In

Contoh penggunaan rumus dalam menghitung jaring yang akan dipotong dengan ukuran 7 X 7 X 2 m adalah sebagai berikut:

Misalnya, kantong jaring yang akan dibuat 7 X 7 X 2 m dengan ukuran mata jaring (mesh size) 2 inch (5,08 cm). Diketahui Hang In Ratio (S) adalah 30% = 0,3, Panjang tali ris (i) = 4 X 7 m = 28 m. Maka untuk mencari panjang jaring sebelum Hang In adalah :

Jadi panjang tiap sisi adalah 40 m : 4 = 10 m Jumlah mata jaring 10 m = 1000 cm : 5,08 cm = 197,04 mata jaring dibulatkan 197 mata jaring. Diketahui dalam jaring sesudah Hang In (d) adalah 2 m, maka dalam kantong jaring sebelum dipotong (D) adalah :

Jadi jumlah mata jaring 2,8 m = 280 cm : 5,08 cm = 55,1 mata jaring dibulatkan menjadi 55 mata jaring.

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh ukuran lembaran jaring yang akan dipotong untuk kantong jaring berukuran 7 X 7 X 2 m adalah 197 X 197 X 55 mata jaring.

Sedangkan para petani ikan dilapangan biasanya menghitung jaring yang akan digunakan untuk membuat kantong jaring menggunakan perhitungan sebagai berikut :

Misalnya kantong jaring yang akan dibuat berukuran 7 X 7 X 2 m dengan ukuran mata jaring (mesh size) 2 inch (5,08 cm). Berdasarkan hasil penelitian panjang jaring akan berkurang sebesar 30% dari semula. Maka secara praktis dilapangan diperhitungkan jumlah mata jaring dalam setiap meter adalah:

Jadi dalam satu meter jaring yang berukuran 1 inch terdapat 56 mata jaring, sehingga jika akan membuat jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2 m, jumlah mata jaringnya adalah 392 X 392 X 112 mata jaring. Sedangkan ukuran mata jaring yang akan digunakan adalah 2 inch maka jumlah mata jaring yang akan dipotong adalah 196 X 196 X 56. Angka-angka ini diperoleh dari hasil perkalian antara ukuran kantong jaring dengan jumlah mata jaring.

Berdasarkan hasil kedua perhitungan tersebut memperoleh nilai yang tidak jauh berbeda. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memindahkan pola yang telah dibuat langsung kejaring. Jaring tersebut dibentangkan dan dibuat pola seperti Gambar 2.35.

Gambar 2.35. Pola jaring keramba jaring apung

Sebagai acuan untuk melakukan pemotongan jaring yang akan dipergunakan untuk membuat kantong jaring terapung dapat dilihat pada Tabel 2.4.Tabel 2.4. Perhitungan jumlah mata jaring yang harus dipotong dalam berbagai ukuran kantong jaring dan mata jaring.

6. Pemberat keramba jaring apungPemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu yang di bungkus dengan jaring yang masing-masing beratnya antara 25 kg. Fungsi pemberat ini agar jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap sudut kantong jaring terapung.

7. Tali / tambang keramba jaring apungTali / tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi perairan pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai diameter 510 mm, sedangkan pada perairan laut tali / tambang yang digunakan terbuat dari nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas.Tali/tambang ini dipergunakan sebagai penahan jaring pada bagian atas dan bawah. Tali tambang ini mempunyai istilah lain yang disebut dengan tali ris.

Panjang tali ris adalah sekeliling dari kantong jaring terapung. Misalnya, kantong jaring terapung berukuran 7X7X2m maka tali risnya adalah 7m X 4 =28 m. Dengan dikalikan empat karena kantong sisi jaring terapung adalah empat sisi. Khusus untuk tali ris pada bagian atas sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk setiap sudut. Jadi tali risnya mempunyai panjang 28 m +( 4 X 0,5 m) = 30m. Hal ini untuk memudahkan dalam melakukan aktivitas kegiatan operasional pada saat melakukan budidaya ikan.