Budidaya Ikan Betutu

21
MAKALAH BIOLOGI PERIKANAN BUDIDAYA IKAN BETUTU (Oxyleotris marmorata) SEBAGAI IKAN INVASI YANG POTENSIAL Disusun oleh : Nama Mahasiswa : Amir Mugozin NIM : 14/365095/PN/13672 JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

description

makalah ini berisi rangkuman dari beberapa jurnal mengenai budidaya ikan betutu.

Transcript of Budidaya Ikan Betutu

Page 1: Budidaya Ikan Betutu

MAKALAH BIOLOGI PERIKANAN

BUDIDAYA IKAN BETUTU (Oxyleotris marmorata) SEBAGAI IKAN

INVASI YANG POTENSIAL

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Amir Mugozin

NIM : 14/365095/PN/13672

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: Budidaya Ikan Betutu

BAB.I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan betutu merupakan salah satu ikan yang berasal dari China dan masuk ke Indonesia

pada tahun 1927. Ikan ini bernilai ekonomi tinggi karena cita rasanya yang lezat dan

memiliki permintaan pasar yang besar terutama di wilayah Asia. Harga ikan ini dalam

keadaan siap panen bisa mencapai Rp 130.000/kg. Di Singapura dan Thailand, ikan ini

disajikan dalam restoran-restoran elit dan terkemuka dengan harga yang mencapai Rp

250.000,00 – Rp 300.000,00 untuk satu porsi dengan ukuran 0,8 kg -1 kg.

Meskipun begitu ikan ini dikenal sebagai ikan pemalas karena jarang bergerak sekalipun

ada hentakan air secara tiba-tiba di dekatnya. Habitatnya berada di perairan tawar (sungai,

rawa, dan danau) hingga perairan payau dengan dasar yang berlumpur. Ikan ini menyukai

tempat yang banyak ditumbuhi oleh tanaman air. Hal itu untuk melindungi dirinya dari

predator.

Rumusan masalah

Ikan Betutu memiliki potensi ancaman terhadap lingkungan. Di Australia spesies ini

terdaftar dalam daftar ikan dilarang. Seseorang yang memiliki atau menjual ikan ini tanpa

wewenang adalah melawan hukum Hal ini karena masalah yang signifikan terhadap

lingkungan air yang dapat mempengaruhi spesies ikan asli mereka.

Di Indonesia ikan ini justru diintroduksi di perairan untuk dibudidaya karena kandungan

gizi yang kaya dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Jika pembudidayaan ini tidak

diatur dengan baik, maka akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang disebabkan

homogenisasi spesies hewan tertentu di perairan mengingat ikan betutu yang gemar

memakan ikan-ikan kecil/muda,udang dan bahkan siput. Maka harus dilakukan studi

populasi ikan betutu dalam upaya pengendalian di sebuah perairan.

Di sisi lain, akhir-akhir ini usaha budidaya ikan betutu semakin ramai dilakukan sebagian

besar petambak bahkan didukung juga oleh pemerintah daerah setempat guna

meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Lokasi perairan yang sering digunakkan untuk

kegiatan budidaya adalah danau dan waduk. Untuk itu agar kegiatan usaha budidaya ikan

betutu semakin berkembang dan menguntungkan perlu adanya penelitian mengenai ikan

Page 3: Budidaya Ikan Betutu

betutu, mulai dari biologi reproduksi, pakan yang digunakan untuk mendorong laju

pertumbuhan, dan prospek usaha pada karamba.

Tujuan

1. Mengetahui upaya pengendalian ikan betutu

2. Mengetahui laju konsumsi dan pertumbuhan dari pakan yang diberikan kepada ikan

betutu.

3. Mengetahui biologi reproduksi ikan betutu.

4. Mempelajari prospek usaha ikan betutu.

Study Area

1. Untuk mengetahui populasi ikan betutu dalam upaya pengendalian, penelitian

dilakukan di waduk Panglima Besar Soedirman Banjarnegara.

2. Untuk mengetahui laju konsumsi dan pertumbuhan ikan betutu, penelitian

dilakukan pada skala laboratorium.

3. Untuk mengetahui biologi reproduksi ikan betutu, dilakukan penelitian di waduk

Kedungombo Jawa Tengah.

4. Prospek Usaha ikan betutu yang di teliti adalah usaha budidaya karamba di

kecamatan Muara Bengkal.

Metode

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan

metode penjelajahan melalui internet dengan mengakses sumber artikel ilmiah dan jurnal

yang dipublikasi secara umum dari website terpercaya serta melakukan studi kepustakaan

atau studi pustaka.

BAB.II PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Betutu (Oxyeleotris marmorata) adalah nama sejenis ikan air tawar. Spesies ini pertama kali di deskripsikan oleh Bleeker pada 1852. Nama-nama lainnya di berbagai daerah Indonesia adalah bakut, bakutut, belosoh, boboso, bodobodo, ikan malas, ikan hantu,dll. Diinggris ikan ini disebut Marble goby. Di Singapura biasa di sebut Soon Hock.

Kingdom AnimaliaSubkingdom Bilateria

Page 4: Budidaya Ikan Betutu

Infrakingdom DeuterostomiaFilum ChordataSubfilum VertebrataInfrafilum GnathostomataSuperclass OsteichthyesClass ActinopterygiiSubclass NeopterygiiInfraclass TeleosteiSuperorder AcanthopterygiiOrder PerciformesSuborder GobioideiFamily EleotridaeGenus Oxyeleotris Bleeker, 1874

Species Oxyeleotris marmorata (Bleeker, 1852)

Sumber : Integrated Taxonomic Information System

Meskipun sangat jarang yang berukuran besar (>50cm) ikan yang menyebar di

kawasan Asia Tenggara hingga kepulauan nusantara ini digemari dagingnya untuk

dikonsumsi. Ikan ini memiliki tubuh yang kecil hingga sedang dengan kepala yang

berukuran besar. Berwarna coklat gelap di atas dan coklat pucat dibawah tubuhnya serta

umumnya memiliki bercak gelap.

Sirip dorsal (punggung) yang dekat dengan muka memiliki enam jari-jari yang

keras (duri); dan yang sebelah belakang dengan satu duri dan sembilan jari-jari yang lunak.

Sirip anal dengan satu duri dan 7–8 jari-jari lunak. Sisik-sisik di tengah punggung, dari

belakang kepala hingga pangkal sirip dorsal (predorsal scales) 60–65 buah. Sisik-sisik di

sisi tubuh, di sepanjang gurat sisi (lateral row scales) 80–90 buah

Perbedaan spesies ini dari yang lain akan dibahas dalam bagian ini. Gambar 1 berguna

dalam mengidentifikasi bagian-bagian yang berbeda dari ikan.

Page 5: Budidaya Ikan Betutu

Gambar 1. morfologi ikan secara umum. (Sumber: Lim & Ng, 1990)

Akan sedikit membingungkan jika membandingkan family Eleotridae dengan

family Gobiidae karena banyak aspek yang sama. Mereka dapat dibedakan dengan melihat

sirip perut mereka (Gambar 1). Anggota keluarga Eleotridae memiliki sirip terpisah

panggul (Gambar 2) yang tidak menyatu untuk membentuk pengisap, tidak seperti anggota

keluarga Gobiidae (Gambar 3)

Gambar 2. Sirip perut terpisah dalam anggota

Eleotridae (Sumber: Inger & Chin, 2002)

Pangkal sirip punggung kedua di anggota keluarga Gobiidae (Gambar 4) jauh lebih

panjang dari jarak antara akhir sirip punggung kedua pangkal sirip ekor. Panjang dari dasar

sirip punggung kedua dan batang ekor yang hampir sama pada anggota Eleotridae (Gambar

5)

Gambar 3. Sirip perut menyatu dalam anggota Gobiidae (Sumber: Inger & Chin, 2002)

Page 6: Budidaya Ikan Betutu

Gambar 4. Basis dari sirip punggung kedua lebih panjang dari batang ekor di Gobiidae.

(Sumber: Larson & Murdy, 2001,)

Gambar 5. Dasar sirip punggung kedua hampir sama dengan batang ekor di Eleotridae.

(Sumber: Larson & Murdy, 2001,)

Marmorata Oxyeleotris dapat dibedakan dari spesies Oxyeleotris lain dengan melihat sirip

ekor. Marmorata Oxyeleotris tidak memiliki bintik-bintik hitam (ocelli) di pangkalan ekor

nya. Urophthalmus Oxyeleotris, spesies lain dalam genus yang sama, memiliki bercak

hitam di dasar ekor (Gambar 6).

Page 7: Budidaya Ikan Betutu

Gambar 6. Oxyeleotris urophthalmus dengan panah merah yang menunjuk di ocellus

(Sumber: Fishes of Mainland Southeast Asia http://ffish.asia; under Creative Commons

Attribution-NonCommercial 3.0 Unported License)

Hasil Penelitian

1. Studi Populasi Ikan Betutu Dalam Upaya Pengendalian Di Waduk Panlima

Besar Soedirman, Banjarnegara

Page 8: Budidaya Ikan Betutu

Kelimpahan ikan betutu banyak tertangkap di titik sampling Desa Wanadadi dan Desa

Karang Jambe. Ikan betutu tertangkap di Wanadadi sebesar 0,016 ekor/m2 dengan

kelimpahan relatif 63,16% dan di Karang Jambe 0,006 ekor/m2 dengan kelimpahan relatif

24%. Hal tersebut disebabkan kedua titik sampling tersebut dangkal dan berlumpur akibat

sedimentasi dan eutrofikasi sehingga banyak ikan yang tertangkap.

Ukuran ikan terbesar tertangkap di titik sampling Desa Karang Jambe dengan panjang 28,4

cm dan berat 350 gram, sedangkan ukuran ikan terkecil tertangkap di titik sampling Desa

Wanadadi dengan panjang 6,8 cm dan berat hanya 4 gram.

Ikan betutu hasil tangkapan bulan Juni

sebanyak 38 ekor, ikan betutu jantan

tertangkap 35 ekor dan 3 ekor untuk ikan

betina dengan persentase 92,1 % ikan

jantan dan 7,9 % ikan betina (1:0,08). Hasil

penelitian pada bulan Juli menunjukan

hasil yang berbeda, jantan yang tertangkap

sebanyak 17 ekor sedangkan betina hanya

2 ekor dengan perbandingan 1:0,12 dan

rasio kelamin sebesar 89,5 % ikan jantan

Page 9: Budidaya Ikan Betutu

dan 10,5 % untuk ikan betina. Hasil menunjukkan ikan jantan lebih mendominasi dari ikan

betina.

Diagram 1. Rasio Jensi Kelamin Ikan Betutu

2. Laju Konsumsi dan Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) yang

Diberi Pakan Ikan Guppy (Poecilia reticulate)

Pada penelitian ini, tingkat pemangsaan ikan betutu terhadap ikan guppy cenderung

meningkat dengan perkembangan berat tubuhnya. Pada benih ikan betutu yang berukuran

8,7 g laju pemangsaan rata-rata hariannya adalah 1,38 ekor ikan guppy/hari, dan meningkat

hingga 10,88 ekor/hari pada ikan betutu yang berukuran 259,2 g. Gambar 1

memperlihatkan pola hubungan laju pemangsaan dengan ukuran berat tubuh ikan betutu

cenderung mengikuti model berpangkat positif. Namun, berdasarkan laju pemangsaan

relatif terhadap ukuran berat badan (% bb/hari) nampak hubungan menjadi model

berpangkat negatif yang menunjukkan terjadinya penurunan intensitas kegiatan makan

pada ikan yang berukuran lebih besar. Pada ikan betutu juvenil (8,7 g) tingkat konsumsi

relatifnya mencapai 4,74 % bb/hari, sementara pada ikan betutu yang sudah mencapai

bobot 330,5 g laju konsumsinya hanya 1,26 % bb/hari.

Page 10: Budidaya Ikan Betutu

Pola penurunan laju konsumsi pakan pada ikan betutu yang lebih besar di atas

memberikan konsekuensi pada menurunnya laju tumbuh ikan dengan pola hubungan yang

relatif sama (Gambar 2). Pada ikan betutu berukuran 8,7 g laju tumbuh relatif hariannya

mencapai 1,87 %/hari, pada ukuran 30-70 g menurun menjadi 0,23-0,86 %/hari, dan pada

ukuran di atas 100 g menjadi kurang dari 0,20%/hari.

3. Biologi Produksi Ikan Betutu Di Waduk Kedungombo Propinsi Jawa Tengah

Dalam pengamatan ini IKG dihitung dengan memisahkan kelamin jantan dan betina.

Nilai IKG ikan betutu jantan berkisar antara 0,03 % sampai 0,65 %, sedangkan untuk ikan

Betutu betina berkisar antara 0,10 % sampai 5,57 %. Ikan betutu betina mempunyai nilai

IKG lebih besar dibanding ikan betutu jantan (Tabel 1).

Page 11: Budidaya Ikan Betutu

Diameter telur ikan

betutu TKG IV pada bulan Maret berkisar antara (0.24 - 0,54 mm), bulan Mei (0,32 - 0,67

mm), bulan Juli (0,27 – 0,62 mm) dan bulan Oktober (0,2 – 0,55 mm). Secara keseluruhan

nilai diameter telur ikan betutu mempunyai kisaran antara (0,2 – 0,67 mm). Dari 233 butir

telur yang teramati, diameter telur ikan betutu pada tingkat kematangan gonad IV berkisar

antara 0,200 – 0,675 mm (Gambar 4).

Fekunditas ikan betutu pada bulan Maret berkisar antara: 6414 – 33833 butir, bulan Mei: 15832 – 28991 butir, bulan Juli: 11665 – 26000 butir dan Oktober: 23010 – 56302 butir. Secara keseluruhan nilai fekunditas ikan betutu mempunyai kisaran antara 6414-56.302 butir. Hubungan antara fekunditas dengan panjang total memperlihatkan bahwa semakin panjang tubuh ikan semakin besar pula fekunditasnya.

Page 12: Budidaya Ikan Betutu

Hal yang sama juga pada hubungan antara fekunditas dan bobot ikan. Hubungan antara fekunditas dengan bobot tubuh ikan betutu lebih kuat jika dibandingan dengan hubungan fekunditas dengan panjang total ikan betutu, yang ditunjukkan dengan nilai R2 (koefisien determinasi) yang lebih besar (Tabel 2).

4. Prospek Budidaya Ikan Betutu Dalam Karamba di Kecamatan Muara Bengkal

Pembahasan Hasil Penelitian

1. Studi Populasi Ikan Betutu Dalam Upaya Pengendalian Di Waduk Panlima Besar Soedirman, Banjarnegara

Selama penelitian kelimpahan ikan betutu tidak tersebar merata di setiap titik

pengambilan sampel. Berdasarkan wawancara dari nelayan setempat tidak meratanya

kelimpahan ikan di setiap titik sampling kemungkinan disebabkan oleh perubahan cuaca

seperti curah hujan yang berbeda di bulan Juni dan Juli. Perbedaan kualitas air akibat

perubahan cuaca pada bulan Juni dan Juli menyebabkan kelimpahan ikan betutu menurun.

Khokiattiwong et al. (2000) menyatakan penurunan kelimpahan ikan disebabkan karena

mortalitas, migrasi, serta adanya periode kehadiran kelompok umur yang berbeda dalam

waktu yang berbeda. Hal tersebut didukung penelitian Nessa et al. (2004), kelimpahan ikan

menurun disebabkan perubahan kondisi lingkungan, makanan, predator, penyakit serta

penangkapan yang berlebihan sehingga kelimpahan ikan berfluktuasi.

Page 13: Budidaya Ikan Betutu

Titik sampling di Desa Karang Jambe terdapat karamba jaring apung dan banyak

terdapat tanaman air yaitu E. crassipes dan H. verticillata. Habitat yang banyak terdapat

tanaman air tersebut mendukung untuk kehidupan ikan betutu, maka diperlukan upaya

pengendalian habitat yang disenangi ikan betutu baik secara fisik maupun biologis. Hal

tersebut sesuai dengan hasil penelitian Siagian (2009), ikan betutu seringkali berada

disekitar tumbuhan air sebagai tempat berlindung dan mencari makan. Rahmawati (2002)

menyatakan dalam upaya pengendalian populasi ikan introduksi di waduk harus

memperhatikan kondisi habitat serta faktor yang membatasi ukuran populasi

Effendi (2002) menyatakan, untuk mempertahankan kelestarian populasi, rasio kelamin

yang ideal adalah 1:1 atau setidaknya ikan betina lebih banyak dari jantan. Akan tetapi, hal

tersebut tidak mendukung upaya pengendalian ikan betutu yang dilihat dari rasio kelamin.

Upaya pengendalian ikan betutu di Waduk P. B. Soedirman yang dilihat dari aspek rasio

kelamin dapat dikendalikan karena lebih banyak ikan jantan, hal tersebut menyebabkan

ikan akan sulit bereproduksi akibat sedikitnya jumlah ikan betina. Menurut Rahman et al.

(2013) kenyataan di alam perbandingan kelamin jantan dan betina tidak mutlak, hal ini

dipengaruhi oleh pola penyebaran yang disebabkan oleh ketersedian makanan, kepadatan

populasi, dan keseimbangan rantai makanan.

2. Laju Konsumsi dan Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) yang Diberi Pakan Ikan Guppy (Poecilia reticulate)

Hasil penelitian ini memberikan informasi peluang ikan guppy sebagai sumber pakan

pada kegiatan budidaya ikan betutu. Banyak dilaporkan bahwa ikan betutu merupakan

jenis predator yang memangsa berbagai jenis biota akuatik kecil (Edward & Allen, 2004;

Bundit, 2007), namun demikian hingga saat ini belum banyak informasi perilaku

pemangsaan dan keragaan tumbuhnya. Informasi yang berhasil ditemukan hanya terbatas

pada pemanfaatan cacing tanah dan artemia untuk menu pakan ikan betutu pada fase

juvenil (Nhi, et al.,earthwormvietnam.com, diunduh Nopember 2012; Darwis, et al., 2009).

Perbedaan karakter pakan yang diberikan dimana ikan guppy relatif lebih lincah

dibandingkan cacing tanah merupakan factor penting dalam laju pemangsaan ikan betutu

yang bersifat pasif.

Page 14: Budidaya Ikan Betutu

Pada tahap pembesaran, ikan betutu diketahui memiliki laju pertumbuhan yang rendah.

Menurut Chrismadha, et al. (2012), ikan nila memiliki laju tumbuh harian mencapai

188%/hari pada ukuran bobot tubuh 7,5 g dan menurun hingga 2 %/hari pada ukuran di

atas 100 g. Namun demikian meskipun ikan betutu tumbuh sangat lambat kegiatan usaha

pembesaran ikan betutu masih dianggap menguntungkan karena harga jualnya yang tinggi,

yaitu mencapai Rp. 130.000,-/kg.

3. Biologi Produksi Ikan Betutu Di Waduk Kedungombo Propinsi Jawa Tengah

Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Menurut (Bagenal, 1978 dalam Nasution, 2005), mengatakan bahwa ikan yang mempunyai nilai IKG lebih kecil dari 20 % adalah kelompok ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali setiap tahunnya. Dari hasil penelitian ikan betutu mempunyai nilai IKG lebih kecil dari 20 %, sehingga dikategorikan ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali setiap tahun. Hal ini sesuai dengan laporan Pulungan et.al., (1994) menyatakan bahwa pada umumnya ikan yang hidup di perairan tropis dapat memijah sepanjang tahun dengan nilai IKG yang lebih kecil pada saat ikan tersebut matang gonad.

Fekunditas

Fekunditas ikan betutu pada penelitian ini selalu berfluktuasi, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan ikan-ikan yang didapat tidak berumur sama. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relative lebih kecil dibandingkan ikan-ikan yang lebih muda.

Fekunditas telur betutu hasil penelitian Soewardi (2006) melaporkan bahwa fekunditas telur ikan betutu di sungai cisadane berkisar antara 11.000- 145.000 butir dan di waduk saguling berkisar antara 14.000- 180.000 butir, hal ini relatif lebih besar dibandingkan fekunditas telur ikan betutu di waduk Kedung ombo hal ini disebabkan karena ikan di Waduk Kedung Ombo mempunyai ukuran yang kecil jika dibandingkan dengan ikan betutu di sungai Cisadane dan di waduk Saguling. Faktor lain yang

Page 15: Budidaya Ikan Betutu

mempengaruhi fekunditas adalah umurikan, panjang atau bobot dan spesies ikan (Andamari et.al, 2003).

Berdasarkan Sukendi (2001), nilai fekunditas suatu spesies ikan selain dipengaruhi oleh ukuran panjang total juga dipengaruhi oleh bobot tubuh. Bobot tubuh ikan betutu lebih baik untuk menduga nilai fekunditas jika dibandingkan dengan panjang total tubuhnya. Menurut Effendie (1997), fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan bobot ikan, karena bobot ikan lebih mendekati kondisi ikan tersebut daripada panjang tubuh.

Diameter Telur

Ukuran telur ikan betutu tidak seragam. Ukuran diameter telur yang paling banyak ditemukan antara 0,29 – 0,32 mm (26,2%), selanjutnya ukuran 0,32 – 0,35 mm (23,61%). Kelompok ukuran diameter telur yang didapat dari hasil penelitian menyebar secara mencolok, hal ini menujukkan bahwa ikan betutu melakukan pemijah secara parsial atau tipe pemijahan panjang. Menurut Soewardi (2006), melaporkan bahwa ikan betutu di sungai Cisadane dan di waduk Saguling melakukan pemijahan secara partial atau tipe pemijahan panjang. Berdasarkan Lumbanbatu (1979) dalam Susilawati (2000), bahwa ikan yang melakukan pemijahan secara parsial berarti waktu pemijahanya panjang yang ditandai dengan banyaknya ukuran telur yang berbeda di dalam ovariumnya.

4. Prospek Budidaya Ikan Betutu Dalam Karamba di Kecamatan Muara Bengkal

Hasil penelitian Budianto (2007) dilengkapi dengan analisis finansial usaha budidaya

ikan betutu dalam karamba dengan asumsi umur proyek ditetapkan selama 5 tahun dan

tingkat suku bunga atau Opportunity Cost of Capital (OCC) sebesar 12,25 %. Perhitungan

NPV menunjukkan nilai bersih sekarang sebesar Rp 8.514.666/tahun. Perhitungan Net B/C

Ratio menjelaskan bahwa usaha tersebut memberikan keuntungan sebesar 5,86 kali dari

seluruh biaya yang diinvestasikan. Nilai IRR sebesar 164 % menunjukkan kemampuan

modal mengembalikan atau menambah nilai atau tingkat keuntungan diskonto yang

Page 16: Budidaya Ikan Betutu

diperoleh dari modal yang diinvestasikan sebesar 164 % dari modal yang ditanamkan.

Payback period selama 7,2 bulan menunjukkan jangka waktu pengembalian biaya investasi

terjadi selama kurun waktu tersebut yang tidak melebihi setengah umur proyek. Melihat

hasil perhitungan NPV, Net B/C Ratio, IRR dan Payback Period, maka usaha budidaya

ikan betutu dalam karamba di Kecamatan Muara Bengkal layak untuk dikembangkan.

Daftar Pustaka

Fatah,Khoirul dan Adjie, Susilo.2013.BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BETUTU

(Oxyeleotris marmorata) Vol.5 (2). Balai Penelitian Perikanan Perairan

Umum.Palembang

Purnamasari, Elly. 1997. DI WADUK KEDUNG OMBO PROPINSI JAWA TENGAH

PROSPEK USAHA BUDIDAYA IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata Blkr)

DALAM KARAMBA DI KECAMATAN MUARA BENGKAL.FPIK UNMUL.Kutai

timur

Crhismada, Tjhandra.2013. LAJU KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN IKAN BETUTU

(Oxyeleotris marmorata BLEEKER, 1852) YANG DIBERI PAKAN IKAN GUPPY

(Poecilia reticulata PETERS, 1859). Pusat Penelitian Limnologi-LIPI.

Moersid, Aditya,. Rukayah, Siti,. dan Nasution E.K.2011.STUDI POPULASI IKAN

BETUTU (Oxyeleotris marmorata, Blkr.) DALAM UPAYA PENGENDALIAN DI

WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN, BANJARNEGARA.Fakultas Biologi

Universitas Jendral Sudirman.Purwokerto