Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

66
BUDDHA DAN BODHISATWA DALAM AGAMA BUDDHA TIONGHOA Oleh : Ronald Hamdani Ham Untuk imkis dhammatalk part-4

description

agama

Transcript of Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Page 1: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

BUDDHA DAN BODHISATWA DALAM AGAMA BUDDHA TIONGHOAOleh : Ronald Hamdani HamUntuk imkis dhammatalk part-4

Page 2: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

TUJUAN DISKUSI Mengenal sejarah terbentuknya aliran

Theravada danMahayana Mengenal agama Buddha Tionghoa yang

khas Mengenal para panteon Buddhisme Tionghoa

Page 3: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Buddha mendirikan sangha suci lebih dari 2500 tahun yang lalu. Setelah beliau parinirvana, dhamma-Nya menjadi pedoman tunggal serta sumber inspirasi bagi Sangha

Ajaran-ajaran yang sangat luas dan sangat dalam ini menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda.

Page 4: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Konsili Buddhis pertama diadakan 3 bulan setelah Sang Buddha mangkat. Diadakan pengulangan sutta oleh YA Ananda dan vinaya oleh YA Upali

Dalam Konsili Buddhis kedua di Vaisali, sekitar 100 tahun setelah wafatnya Buddha terbentuklah 2 aliran besar: Theravada yang menggunakan kitab kanon pali dan Mahayana yang menggunakan kitab kanon sansekerta.

Page 5: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

TRADISI – TRADISI DALAM AGAMA BUDDHABuddha Sakyam

uni

Sangha

Theravada (Hinayana)

Tujuan akhir : Kesucian

Arahat

Kitab suci : Kanon

Pali

Sri Lanka, Myanmar,

Laos, Kamboja, Malaysia

Mahayana

Tujuan akhir : Tataran

Bodhisatva

Kitab suci : Kitab

berbahasa sansekerta, mandarin,

tibet

Tiongkok, Mongolia,

Jepang, Tibet, Nepal, Sikkim,

Bhutan

Page 6: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Kedua tradisi besar ini memiliki ajaran dasar yang sama, namun penafsiran tujuan akhir dan praktiknya tidak persis sama. Theravada mengutamakan pada

pembebasan pribadi. Tradisi Theravada tidak berspekulasi atas asal-usul alam ataupun keberadaan Tuhan, juga tidak menerima konsep kuasa mutlak dari Buddha. Buddha dianggap manusia, guru agung, bukan dewa agung. Penekanan utama pada kemandirian, bersandar pada upaya dan perilaku diri sendiri untuk mencapai tujuan kita.

Page 7: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Agama Buddha Mahayana adalah agama Buddha devosi, yang mensyaratkan pemeluknya berkeyakinan penuh terhadap para Buddha dan Bodhisatwa, yang memiliki kekuatan nirbatas untuk menyelamatkan semua makhluk. Tradisi Mahayana merupakan jalan welas asih, menolak gagasan pencapaian Nirwana sebagai upaya mandiri karena dianggap egois.

Mengajarkan gagasan Bodhisatwa, yang perhatiannya tercurahkan penuh untuk keselamatan semua makhluk

Page 8: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

APA ITU BODHISATWA ? Bodhi (kebijaksanaan atau pencerahan) dan

Sattva (keberadaan atau makhluk). Bodhisatwa berarti makhluk bijaksana atau bakal Buddha, yang bertekad mencapai kebuddhaan.

Ketika tercerahkan, Bodhisatwa melepas nirwana untuk menyelamatkan makhluk-makhluk lain di alam samsara.

Page 9: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Sumpah Boddhisatwa :Sekalipun makhluk yang ada tak terhitung banyaknya,Aku bersumpah untuk menyelamatkan mereka.Sekalipun kotoran hati tiada habis-habisnya,Aku bersumpah untuk memadamkannya.Sekalipun Dharma itu tak terhingga banyaknya;Aku bersumpah untuk mendalaminya.Sekalipun Pencerahan itu sulit,Aku bersumpah untuk mencapainya!

Page 10: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Arahat dalam tradisi Theravada memupuk karma baik hanya demi keselamatan dirinya sendiri dengan menjalani dan mempraktikkan ajaran Buddha. Arahat juga melayani makhluk lain, sekalipun kapasitasnya terbatas.

Sebaliknya, Bodhisatwa Mahayana tanpa lelah menjalankan misi-Nya demi penyelamatan segenap alam. Dengan demikian cita-cita Bodhisatwa membawa banyak harapan bagi mereka yang menderita serta menyediakan tujuan mulia bagi mereka yang secara serius menapaki jalan Buddha.

Page 11: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Cita-cita Arahat mungkin tampak tidak semulia cita-cita Bodhisatwa, akan tetapi tidak serta-merta berarti bahwa praktik Mahayana lebih baik dibandingkan praktik Theravada.

Keduanya adalah jalan ideal yang menuntun ke pencerahan. Mereka yang bercita-cita menjadi Arahat bukanlah makhluk egois, karena tataran kesucian Arahat tidak dapat tercapai seandainya masih tersisa egoisme dalam dirinya.

Seorang umat Buddha sejati perlu menyadari, tanpa Theravada, tidak akan mungkin ada jalan Mahayana.

Page 12: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Walaupun berbeda, kedua tradisi ini memiliki ajaran dasar yang sama, yaitu : Bahwa Buddha Sakyamuni adalah Buddha sejati Bahwa tidak ada dewa agung yang menciptakan alam

dan yang menguasainya Keyakinan terhadap Empat Kebenaran (Kesunyataan)

Mulia (Catur Ariya Sacca/Cattari Ariya Saccani) Keyakinan terhadap Jalan Mulia Berfaktor Delapan Keyakinan terhadap keberasalan bergantungan/ hukum

sebab musabab yang saling bergantungan (Paticcasamuppada/Pratityasamutpada)

Gagasan tentang ketidakkekalan (anicca/anitya) derita (dukkha), dan tiadanya diri (anatta/anatman)

Tiga latihan: moralitas (sila), meditasi (samadhi), dan kebijaksanaan (panna/prajna)

Page 13: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

AGAMA BUDDHA TIONGKOK 2 orang misionari dari India tiba di istana Kaisar Ming

dari dinasti Han tanggal 30 bulan 12 tahun 68 Masehi. Segera agama ini mengakar di negeri Tiongkok.

Hukum karma, buah dari keyakinan terhadap para Buddha dan Bodhisatwa menarik banyak orang menjadi penganut Buddha. Lagipula, orang bisa menjadi umat Buddha tanpa harus menjadi anggota Sangha.

Faktor penting lainnya adalah bahwa tradisi Mahayana tidak menolak keyakinan setempat. Dengan demikian, para dewa dan roh dalam keyakinan mereka terserap ke dalam panteon Mahayana. Tidak ada salahnya memuja dewa-dewa dan roh-roh untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan duniawi, selama mereka menyadari bahwa pencerahan hanya bisa dicapai dengan mengikuti teladan Buddha.

Page 14: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

WIHARA TIONGKOK YANG KHAS

Wihara Kwan Sing Bio di Tuban

Page 15: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa
Page 16: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa
Page 17: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Istana Kerajaan di Tiongkok

Page 18: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

INTERIOR

Maitreya / Mi Le Fuo Sa

Page 19: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Bodhisatwa Sangharama / Guan Yu Bodhisatwa Wei Tuo

Page 20: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

SI DA TIAN WANG (EMPAT RAJA/DEWA SURGAWI)

1. Mo Li Zhu (Penjaga Penjuru Utara) memegang payung2. Mo Li Hai (Penjaga Penjuru Barat) memegang naga ajaib3. Mo Li Hai Penjaga Penjuru Selatan memegang pedang pusaka4. Mo Li Zhen (Penjaga Penjuru Timur) memegang mandolin gaib

Page 21: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

AULA UTAMA (DA XIONG BAO DIAN)Buddha

Sakyamuni (Buddha Rulai) + 2 muridnya (di kiri altar

Mahakasappa, kanan

Ananda)Buddha obat

(Yao Shi Fu/Baisajyagur

u)

Buddha Amitabha

Bodhisatwa Akasagarbha

Bodhisatwa Manjusri

Bodhisatwa Avalokitesva

ra

Bodhisatwa Samanthaba

dra

Bodhisatwa Ksitigarbha

Page 22: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Bodhisatwa Mahasthamaprapta (Da Shi Zhi Pu

Sa)

Bodhisatwa Avalokitesvara

Buddha Amitabha

Page 23: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa
Page 24: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa
Page 25: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

18 ARAHAT (LUO HAN)

Page 26: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa
Page 27: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa
Page 28: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

4. Subhinda - Su-pin-te,. Lift Pagoda Lohan - Tuoda Luohan He was the last disciple of the Buddha. He held a pagoda in his hand as a remembrance for the Buddha. The pagoda was then introduced into China.3. Karaka Bharadvaja - Ka-no-ka-Po-li-tou-she, Raised Bow Lohan - Jubo Luohan A mendicant monk who asked for alms by raising his bowl, he often raised one leg in the air representing royal ease. He symbolized receiving gifts gracefully.8. Vajraputra - Fa-she-lo-fuh-to-lo, Laughing Lion Lohan - Xiaoshi Luohan He advocated that both practice and understanding were necessary to attain wisdom. He was a former lion hunter before becoming a monk. A lion club joined him, grateful that he gave up his former profession.6. Bhadra - Po-te-lo, Oversea Lohan - Guojiang Luohan His name meant virtuous and sagacious. He spread the Dharma across the seas to the East Indies and Java.

Page 29: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

12. Nagasena - Na-ka-si-na,. Ear Cleansing Loahn - Waer Luohan Nagasena was usually depicted cleansing his ears which symbolized always hearing everything correctly. He had great supernatural powers and was an eloquent speaker and debater. He answered King Milinda's famous questions.10. Maha Panthaka - Mo-ha Pan-to-ka, Lifting Hands -Tanshou Luohan He was a prince but became a monk. After meditation he would raise his hands like Lifting the Sky.14. Vanavasa - Fa-na-po-ssu, Banana Tree Lohan - Bajiao Luohan He was born during a heavy rainstorm, thus his name which meant rain. He liked to meditate under a banana tree.

Page 30: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

16. Chota-Panthaka - Chu-ta -Pan-to-ka, Door Watching Lohan - Kanmen Luohan He was so slow-witted that he could not remember a single line of the Buddha's teaching. The Buddha taught him to sweep the floor, and each time he swept he recited the word "Sweep". In this way he focused his mind and attained Enlightenment.18. Pindola - Pin-tu-lo, Taming Tiger Lohan - Fuhu Luohan Pindola was a Brahmin and a general who later became a monk. He heard a tiger howling every day. He gathered vegetarian food from the temple and fed the tiger.

Page 31: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

17. Nantimitolo - Nam-ti-mi-to-lo, Subduing Dragon Lohan - Xianglong Luohan People stole Buddhist sutras. The Dragon King flooded the area and restored the sutras in his palace. Nantimitolo, which means Happy Friend, subdued the dragon guard and restored the sutras to the world.15. Ajita - A-shih-to, Long Eyebrow Lohan - Changmei Luohan He was born with two long eyebrows. In his previous life he was a monk who failed to attain Enlightenment even cultivating to old age with only two eyebrows left. He attained Enlightenment in this life.

Page 32: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

11. Rahula - Lo-hu-lo,. Deep Concentration Lohan - Chensi Luohan He was the Buddha's son before the Buddha left the palace. Later he sought his father for his inheritance, i.e. to attain Enlightenment. His boyish look reflected his youth compared to the other Lohans.9. Gobaka - Shu-po-ka, Open Heart Lohan - Kaixin Luohan Open the heart and see the Buddha. Gobaka was a crown prince. His younger brother started a rebellion but Gobaka assuring his brother that he would denounce the kingdom to become a monk, took of his garment and exposed a Buddha image on his heart.13. Angida - Yin-kie-te, Cloth Bag Lohan - Budai Luohan Angida was a snake-catcher preventing them from harming people. He took off their fangs, put them into his bag and released them in the mountains, which symbolized exchanging bad for good.

Page 33: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

7. Kalika - Ka-li-ka, Elephant-Riding Lohan - Qixiang Luohan He was an elephant tamer. The elephant symbolizes strength, endurance and perseverance. Kalika represents patience, concentration and diligence.5. Nakula - No-ku-lo, Meditating Lohan - Jingzuo Luohan He was a great warrior with tremendous strength who later became a monk. He attained Enlightenment through meditation.1. Pindola Bharadvaja - Pin-tu-lo-Po-lo-to-she,. Deer-Riding Lohan - Qilu Luohan Sitting dignified on a dear, he had long eye-brows, was noted for psychic powers, and his voice was like the roar of a lion.2. Kanaka Vatsa - Ka-no-ka-Fa-tso, Joyful Lohan - Xiqing Luohan He was very skillful in public speaking and debates. He said that happiness was experienced through the five senses but joy was experienced from within. He sometimes banged cymbals in his joy.

Page 34: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

PARA PANTHEON BUDDHIS

Page 35: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

1. BUDDHA AMITABHA Amitabha berarti cahaya

nirbatas. Sukhavativyuha sutra,

Amitayurdhyana sutra. Menurut sutra Mahayana,

beliau dulunya adalah seorang raja bernama Dharmakara. Tergugah dengan ajaran Buddha Lokesvara, meninggalkan kerajaan, lalu membuat 48 sumpah agung untuk menyelamatkan seluruh makhluk

Bodhisatwa Mahasthamaprapta (Da Shi Zhi Pu Sa), menggambarkan

sifat kebijaksanaan Buddha Amitabha

Bodhisatwa Avalokitesvara menggambarkan sifat welas asih Buddha

Amitabha

Page 36: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa
Page 37: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Salah satu sumpahnya, yang ke 18, yang menjadi landasan aliran Tanah Suci (Jing Tu, Nenbutsu) yang berbunyi:

“Setelah Aku mencapai Kebuddhaan, seandainya semua makhluk dari sepuluh penjuru yang bercita-cita dengan penuh ketulusan dan keyakinan untuk terlahir di alam-Ku mendaraskan namaku sampai sepuluh kali, namun gagal terlahir di sana, maka biarlah Aku tidak mencapai Pencerahan Sempurna” Akhirnya menjadi Buddha Amitabha, sumpah

agungnya menjadi kenyataan. Surga yang bernama tanah suci/sukhawati yang terletak di barat terbentuk.

Page 38: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Agama Buddha tanah suci/tradisi teratai/jing tu merupakan agama Buddha yang berlandaskan keyakinan dan devosi diperuntukkan bagi mereka yang kurang dalam kebijaksanaan untuk memahami ajaran yang mendalam dari Buddha Gautama.

Mereka harus mengandalkan keyakinan terhadap kekuatan penyelamatan Buddha Amitabha. Oleh karena itu dikenal sebagai jalan mudah karena cara terlahir di Tanah Suci adalah berlandaskan keyakinan dan pendarasan sederhana.

Aliran ini menjadi aliran paling dapat diterima di Tiongkok karena sebagian besar rakyatnya bukan kaum terpelajar.

Akan tetapi latihan ini jangan dianggap latihan rendahan, sebab tujuan akhirnya tetap sama—seperti mendaki gunung bisa dari sisi utara, timur, barat atau selatan.

Page 39: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Di dalam surga tanah suci, tidak ada godaan kenikmatan indrawi. Di sana akan diberkahi dengan kondisi terbaik untuk berlatih dhamma yang akan menuntun ke nirwana.

Da Shi Zhi Phu Sa/Mahasthamaprapta merupakan salah satu murid utama Buddha Amitabha. Namanya berarti ia yang telah memperoleh kekuatan besar/agung.

Surangama sutra menyatakan kelak saat Buddha Amitabha tidak lagi menjadi guru di tanah suci, maka ia akan digantikan oleh Avalokitesvara. Ketika Avalokitesvara tidak lagi menjadi guru, maka ia akan digantikan oleh Mahasthamaprapta.

Page 40: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

2. YAO SHI FU (BUDDHA BHAISAJYAGURU/BUDDHA OBAT)

Bhaisajyaguru Sutra dari dinasti Jin timur, Bhaisajyaguru Vaidurya Prabharaja Sutra oleh biksu Xuan Zang.

Ketika masih menjadi Bodhisatwa beliau membuat 12 sumpah agung untuk membebaskan para makhluk dari ikatan karma.

Sumpah ke -7 secara khusus berikrar untuk membebaskan manusia dari penyakit fisik serta menghalau kekacauan spiritual mereka. Karena sumpah inilah Ia mendapat sebutan Tabib Jiwa

Page 41: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Sumpah ketujuh ini berbunyi seperti berikut :“Aku bersumpah, setelah tumimbal lahir-Ku, dan setelah mencapai Pencerahan Sempurna, mereka yang tersiksa penyakit, yang tiada memiliki tempat untuk mengadu, yang tiada perlindungan, yang tiada tabib, yang tiada obat, yang tiada sanak keluarga, yang tuna wisma; makhluk-makhluk miskin dan papa ini semuanya akan terbebas dari sakit dan derita, dan akan menikmati kesehatan tubuh dan batin nan sempurna, begitu nama-Ku mencapai telinga mereka. Mereka akan memiliki keluarga, sahabat, dan harta berlimpah, serta semuanya akan mencapai Pencerahan Sempurna sebagai Buddha”

Page 42: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

3. GUAN SHI YIN PU SA (BODHISATWA AVALOKITESVARA / CHENREZIG) Guan Shi Yin Pu Sa berarti “Bodhisatwa yang selalu

mendengar suara dunia”. Gelar lain yang sering diberikan adalah“Bodhisatwa yang memandang dunia dengan rasa iba”

Di kebanyakan negara buddhis, rupa pria sering dijumpai, akan tetapi di Tiongkok, Guan Yin mengambil wujud dalam berbagai rupa wanita, sangat didukung dengan legenda Miao Shan.

Alasan mengapa Guan Yin berwujud wanita adalah karena karena sikap, kebiasaan, dan tata sosial yang melarang kaum wanita memohon penghiburan dan lipur lara dari para dewa dan Bodhisatwa pria, terutama untuk memohon keturunan

Totalnya ada 33 perwujudan Guan Yin, di antaranya yang terkenal adalah Guan Yin berjubah putih, Guan Yin dengan 1000 tangan 1000 mata (Qian Shou Qian Yan Guan Shi Yin Pu Sat) dan Guan Yin berlengan 4 (Chenrezig)

Page 43: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Bodhisatwa Guan Yin (Versi Pria) Chenrezig

Page 44: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Qian Shou Qian Yan Guan Shi Yin Pu Sa (1000 tangan, 1000 mata)

Page 45: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Guan Yin Berjubah Putih (Legenda Miao Shan)

Page 46: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Di dalam sutra teratai (saddharmapundarika sutra) ada 1 bab penuh dikhususkan untuk beliau. Buddha bersabda bahwa siapa yang menyebut nama Guan Yin akan langsung dibebaskan dari segala deritanya

Mantra-Nya yang sangat terkenal, yang dikenal sebagai Mani Mantra (mantra permata), untuk memohon perlindungan pada Avalokitesvara yang mengambil rupa manipadma (mani = permata, padma = teratai):

Om Mani Padme Hum, yang artinya Om, O [Ia Yang] Memiliki Permata dan Teratai Hum.

Page 47: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Orang yang setia pada jalan Kebijaksanaan dan Welas Asih Agung Guan Yin akan melafalkan Sutra Hati dan Maha Karuna Dharani setiap harinya

Mantra yang sangat terkenal yang ada di dalam Sutra Hati (Prajna Paramita Hrdaya Sutra) adalah:

Gate Gate Paragate Parasamgate, Bodhi Svaha!(Laju, Laju, Lajulah Menyeberang, Lajulah Menyeberang Bersama, Menuju Pencerahan) Maha Karuna Dharani atau Mantra Welas Asih

Agung, atau yang lebih dikenal sebagai Da Bei Zhou adalah salah satu mantra yang selalu dilafalkan bagi orang-orang yang melakukan nian cing (pendarasan)

Page 48: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

4. WEN SHU SHI LI PU SA (MANJUSRI) Merupakan Bodhisatwa

pertama yang disebutkan dalam kitab suci Buddhis, sekaligus salah 1 dari 2 Bodhisatwa terpenting dalam Buddha Mahayana

Manjusri berarti kemuliaan lembut atau kemegahan manis, seringkali diaangap sebagai pangeran di alam Buddha.

Di Buddhis tibet, Ia juga disebut Manjugosha yang berarti lantutan yang lembut.

Page 49: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Di tibet, pelafalan mantra Manjusri “ Om A Ra Pa Ca Na Dhih” dilafalkan sama seringnya dengan mantra Avalokitesvara

Orang Tionghoa menganggap Manjusri sebagai perancang surga. Simbolnya yang lain adalah Kitab Kebijaksanaan Sempurna.

Ia dipuja sebagai Guru Kebijaksanaan dan Pengetahuan

Biasanya diletakkan bertiga dengan Avalokitesvara yang mewakili welas asih sempurna Buddha, Manjusri mewakili kebijaksanaan Buddha, dan Samantabhadra mewakili kasih sempurna Buddha.

Page 50: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

5. PU XIAN PU SA (SAMANTABHADRA) Samantabhadra berarti

kebajikan semesta adalah personifikasi cinta kasih, aktivitas sakral, kebajikan, latihan tekun, dan kesabaran.

Dikenal berkat persembahan-Nya yang tiada batasnya kepada para Buddha dan dikenal dengan 10 sumpah agungnya bagi kebaikan semua makhluk.

Page 51: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Isi Sumpah Agungnya : Untuk memuji para Buddha Untuk memuji para Tathagata Untuk membuat persembahan kepada para Buddha Untuk mengakui kesalahan-kesalahan silam dan

berubah menjadi baik Untuk bersukacita dalam kebajikan dan kebahagiaan

makhluk lain Untuk memohon Buddha mengajarkan Dhamma Untuk memohon Buddha berdiam di dunia ini Untuk mempelajari Dharma supaya bisa

mengajarkannya Untuk berbuat demi kebaikan semua makhluk Untuk mempersembahkan segala jasa dan kebajikan

kepada makhluk lain

Page 52: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Dalam Sutra Meditasi Tentang Bodhisatwa Kebajikan Semesta, Buddha sangat memuji Beliau, dan orang yang berlatih meditasi ini akan menciptakan banyak jasa kebajikan yang akan membebaskan diri mereka sendiri dari segala halangan.

Sutra teratai menarik banyak wanita menjadi umat Pu Xian Pu Sa karena mereka diberi janji bahwa mereka pun akan mencapai Kebuddhaan.

Page 53: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

6. DI ZANG PU SA (KSITIGARBHA)

Di Zang yang berarti Kandungan Bumi merupakan terjemahan langsung dari kata Ksitigarbha.

Sangat terkenal dengan sumpah agung-Nya untk menolong dan membebaskan semua makhluk yang berbunyi :

“Jika Aku tidak ke neraka untuk menolong para makhluk yang menderita di sana, siapa lagi yang akan ke sana? … Jika neraka belum kosong, Aku tidak mau menjadi Buddha. Hanya bila semua makhluk hidup telah selamat, barulah Aku akan mencapai Pencerahan.”

Page 54: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Dalam Sutra Silam Bodhisatwa Kandungan Bumi dikisahkan tentang bakti agung anak kepada orangtuanya yang telah dilatih Sang Bodhisatwa. Sutra ini dibabarkan Buddha menjelang akhir hayat-Nya kepada makhluk di alam surga Tavatimsa sebagai tanda syukur dan kenangan terhadap bunda-Nya yang tercinta.

Di Zang Pu Sa seringkali disangka sebagai Mahamoggalana, siswa Buddha Sakyamuni karena memiliki pengalaman yang sama, turun ke alam neraka untuk mencari dan menyelamatkan ibunya. Kedua cerita ini mirip tapi terjadi di masa yang berbeda dan dengan cara yang sangat berbeda.

Banyak juga yang mengaitkan beliau dengan biksu Xuan Zang (Tong Sam Cong) dari dinasi Tang karena mengenakan jubah biksu Sangha dan mahkota berkelopak lima.

Sering juga dianggap sebagai Yan Luo Wang atau Dewa Yama, penguasa alam neraka. Di Zang adalah Bodhisatwa, Ia tidak mengadili arwah mereka yang telah mati, tetapi menyelamatkan dari hukuman mereka yang dijatuhkan oleh raja neraka

Page 55: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

7. MI LE FO (BODHISATWA MAITREYA) “Yang Ramah dan Bersahabat”

atau “Yang Penuh Cinta Kasih”, dikenal juga dengan nama Ajita merupakan satu-satunya bakal Buddha yang sama-sama diterima oleh negeri-negeri penganut tradisi Theravada dan Mahayana.

Maitreya sudah berulangkali terlahir di berbagai negara Buddhis. Tiongkok cukup sering menjadi tempat kelahiran ulang-Nya. Tumimbal lahir-Nya yang paling penting adalah sebagai putra raja Varanise di Asia Tengah.

Page 56: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Kendati masih menjadi Bodhisatwa dalam tataran kesembilan (tataran kesepuluh adalah tataran Buddha Tercerahkan Sempurna), Ia sering dipuja sebagai Buddha sebagai persiapan menjelang kedatangan-Nya sebagai Yang Terberkahi di masa datang. Saat ini Ia berdiam di Surga Tusita.

Di antara begitu banyak alasan memuja Maitrya, terdapat 2 aspek terpenting: Untuk terlahir kembali di Surga Tusita guna menerima

ajaran Dharma Untuk memperoleh jasa kebajikan yang cukup untuk bisa

terlahir kembali ketika Beliau muncul di bumi, guna mendengarkan ajaran-Nya serta diselamatkan oleh-Nya.

Page 57: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Umumnya tampilan Beliau di vihara-vihara Tiongkok adalah sesosok tokoh berperut gendut dengan wajah tawa yang ramah, seing duduk dengan sebuah kantung besar di sebelah-Nya. Karena itu, banyak orang menyebutnya “Buddha Tawa” (Xiao Fo). Penggambaran ini sangat berbeda dari penggambaran Maitreya di negara lain.

Gambaran in muncul akibat salah satu perwujudan-Nya yang terkenal di Tiongkok di akhir masa dinasti Tang dan di awal dinasti Wu Dai, dimana hidup seorang biksu terpelajar yang dijuluki Bu Dai yang artinya tas karung goni. Tak seorang pun mengetahui nama aslinya meskipun ia selalu menjuluki dirinya sebagai Ci Shi (Orang yang penuh kasih). Ia meninggal dalam posisi duduk di koridor sebuah wihara, dan meninggalkan sebait syair yang berbunyi:

“Maitreya adalah Maitreya nan sejati, yang menjelma menjadi rupa tubuh yang tak terhitung jumlahnya. Ia selalu menjelma di hadapan para makhluk lain yang tak mampu mengenalinya.”

Page 58: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

8. GUAN DI – PELINDUNG AGAMA BUDDHA

Guan Sheng Di Jun (Dewa Guan Gong)

Guan Ping (Anak Angkat Guan Yu)Jenderal Cou Chang

Page 59: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Di tahun 162 Masehi, masa perang Tiga Kerajaan (San Guo/Sam Kok) lahirlah seorang anak dalam keluarga miskin di Provinsi Shan Xi. Anak ini tumbuh menjadi putra Tiongkok yang paling termashur dan terkemuka, sesosok pahlawan agung, dan yang belakangan didewakan menjadi dewa paling terkenal oleh orang Tionghoa. Citra dan lukisan beliau menghiasi tak terhitung banyak rumah, baik dari umat Taoisme, Konghucu, maupun Buddha; dipuja baik oleh para polisi penjaga keamanan, bahkan oleh para perkumpulan mafia Triad sekalipun.

Bagi umat Taoisme dan umat keyakinan lainnya, Guan Di adalah dewa perang mereka, sementara itu, bagi umat Buddha menghormati beliau sebagai sang pelindung

Page 60: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Terlahir dengan nama lengkap Guan Yun Chang, beliau hidup sederhana. Semasa muda bekerja sebagai penjual tahu, dan ini dijadikan alasan para penjual tahu menghormatinya sebagai dewa pelindung sampai saat ini. Beliau juga belajar dengan tekun. Pada suatu kesempatan, ia mempertunjukkan daya ingatnya yang luar biasa dengan menyebutkan kata demi kata dari keseluruhan kitab klasik (kitab-kitab sebelum dinasti Qin, terutama ditulis oleh Konghucu) setelah membacanya hanya sekali.

Page 61: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Dalam catatan sejarah hidupnya, Guan Yu berkali-kali memperlihatkan kemuliaan, kejujuran, integritas, kesetiaan, dan keberaniannya. Ia hidup di masa yang sangat sulit dan kacau, saat masa kejatuhan Dinasti Han yang berdiri 202 tahun sebelum masehi. Godaan untuk memperoleh ketenaran, harta, dan takhta tidaklah merintanginya untuk tetap memegang setia sumpah yang telah ia ikrarkan bersama saudara-saudaranya, Liu Bei dan Zhang Fei di Taman Persik untuk saling setia satu sama lain sepanjang hayat, dan bersatu dalam kematian.

Page 62: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Di tahun 219 Masehi, beliau ditangkap oleh Sun Quan dan dibunuh. Tercatat bahwa di malam kematiannya itu, arwahnya menghadap ke seorang biksu untuk memohon bimbingan dalam ajaran Buddha.

Menurut catatan Buddhis, Guan Yu menampakkan dirinya di hadapan sang guru Tripitaka, Biksu Pu Jing, pendiri agama Buddha Tian Tai. Waktu itu sang guru berada dalam tataran meditas, terganggu oleh kedatangan Guan Yu. Setelah menerima ajaran Buddha, Guan Yu memohon lima sila, lalu menjadi praktisi Buddhis. Ia lalu bersumpah bahwa sejak saat itu ia akan menjadi penjaga ajaran Buddha. Demikianlah selama lebih dari 1000 tahun Guan Yu dipuja sebagai Penjaga Dharma atau Pelindung Dharma.

Page 63: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Umat Buddha Tanah Suci juga menghormatinya sebagai Penjaga Surga Barat Buddha Amitabha. Karena alasan-alasan inilah, Guan Yu mendapatkan tempat di dalam panteon par Buddha dan Bodhisatwa Tionghoa. Arcanya biasa terdapat di aula utama. Dupa seharusnya dipersebahkan kepadanya sebagai pertanda hormat.

Kehormatan dan penghargaan lalu diberikan oleh para kaisar selanjutnnya dari berbagai dinasti. Guan Yu memperoleh gelar Di, yang berarti “dewa” atau “kaisar”. Sejak saat itu beliau dipuja sebagai Guan Di atau Guan Sheng Di Jun (Kaisar Luhur Guan)

Page 64: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Tetapi, perlu dsebutkan di sini bahwa cara pemujaan Guan Di di kuil-kuil tidak mesti merupakan praktik Buddhis, sekalipun beliau telah ditempatkan dalam panteon Buddhis Tionghoa.

Agama Buddha bisa menerima dan malahan mendorong umatnya untuk menghormati para dewa atas kebajikannya ataupun berdoa kepada mereka untuk memperoleh perlindungan dan anugerah duniawi.

Namun harus selalu diingat bahwa Pencerahan tidak dapat diraih melalui praktik-praktik seperti ini, dan bahwa perlindungan seharusnya dicari pada Tiga Permata (Triratna) semata.

Sebagai dewa Buddhis, Guan Di biasanya dilukiskan sendirian saja, namun sebagai dewa Taoisme, ia biasanya didampingi oleh dua pengiring lainnya, anak angkatnya Guan Ping dan pemegang senjata dan stempelnya Cou Chang.

Page 65: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

9. WEI TUO PU SA (BODHISATVA SKANDA) Wei Tuo adalah panglima

kepala dari 32 sosok panglima surgawi yang berada di bawah perintah keempat Raja Surgawi. Sosoknya senantiasa terdapat di semua vihara sebagai Penjaga Gerbang Masuk.

Di semua Vihara yang memasang citranya, beliau selalu ditempatkan dengan posisi membelakangi arca Buddha Maitreya.

Page 66: Buddha Dan Bodhisatwa Dalam Agama Buddha Tionghoa

Menurut kitab agama Buddha, Wei Tuo adalah putra raja surgawi yang begitu mulianya, ketika Buddha Sakyamuni memasuki Nirwana, Ia memerintahkan sang pangeran untuk menjaga Buddha Dharma.

Selaku Bodhisatwa, Maitreya telah memperoleh penghormatan sebagai Buddha. Demikian pula dengan Wei Tuo, yang walaupun hanya berupa sesosok dewa, seringkali disebut Bodhisatwa Wei Tuo atau Wei Tuo Pu Sa. Ini berkat ramalam bahwa di masa mendatang ia akan menjadi Buddha Rucika (Lu Zi Fo), Buddha terakhir dalam masa seribu Buddha.