BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan...

99
BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL REMBANG JINGGA KARYA TJ OETORO DAN DWIYANA PREMADI: PENDEKATAN FEMINISME Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Catharina Novia Christanti NIM 124114006 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA JULI 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan...

Page 1: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN

DALAM NOVEL REMBANG JINGGA

KARYA TJ OETORO DAN DWIYANA PREMADI:

PENDEKATAN FEMINISME

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Catharina Novia Christanti

NIM 124114006

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

JULI 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

i

BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN

DALAM NOVEL REMBANG JINGGA

KARYA TJ OETORO DAN DWIYANA PREMADI:

PENDEKATAN FEMINISME

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Catharina Novia Christanti

NIM 124114006

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

JULI 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah membimbing dan

memberi berkat kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Budaya Patriarki Terhadap Tokoh Perempuan dalam Novel

Rembang Jingga karya TJ Oetoro dan Dwiyana Premadi”.

Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan, masukan, bantuan, waktu dan dukungan kepada

penulis, selama proses penyelesaian skripsi ini.

2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku pembimbing II yang selalu memberikan

waktunya untuk membimbing, serta masukan bagi penulis selama proses

penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum., selaku dosen pembimbing akademik.

4. Seluruh Dosen Prodi Sastra Indonesia S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum, selaku

kaprodi, Drs. Hery Antono, M.Hum, selaku wakil prodi, Prof. Dr. I.

Praptomo Baryadi, M.Hum, Drs. F.X. Santosa, Dra. Fransisca Tjandrasih

Adji, M.Hum, Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum dan Sony Christian

Sudarsono, M.A yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama

mengikuti studi di Sanata Dharma Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

vii

5. Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas

Sanata Dharma.

6. Kedua orangtua penulis, Bapak J. Paino Rahardjo, S.H dan Ibu Christina Tri

Handayani, yang telah memberikan dukungan baik secara moril dan materil,

serta selalu mendoakan penulis setiap saat. Mereka yang menjadi inspirasi

bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Kedua kakak penulis, Theresia Sri Wahyuni, S.Pd, M.M dan Elisabet Dwi

Mayasari, S.T, M.T, serta kakak ipar penulis Aking Wijang Pambudi, A.Md

yang selalu memberikan motivasi dan perhatian kepada penulis.

8. Kedua keponakan penulis, Yohana Gendhis Ayu dan Yosia Laras Rekinayu

yang selalu memberikan penghiburan bagi penulis.

9. Seluruh staff dan karyawan perpustakaan Sanata Dharma yang telah

membantu dan menyediakan buku-buku referensi yang diperlukan oleh

penulis.

10. Seluruh teman-teman angkatan 2012 Santi, Bella, Venta, Lina, Retha, Silvy,

Gabby, Roby, Carlos, Ovi, Kasi, Mei, Willy, Patrick dan Peng.

11. Keluaraga besar Sastra Indonesia, terima kasih untuk semangat, dukungan

dan motivasi yang diberikan selama ini.

12. Teman-teman Stero Clement, Dheta, Lusi, dan Lisna terima kasih untuk

dukungannya.

Serta pihak yang andil dalam proses penyelesaian. Semoga jasa baik mereka

mendapatkan balasan dari Tuhan. Akan tetapi semua kekurangan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

ix

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk Tuhan Yang Maha Esa,

dan sebagai kado ulang tahun pernikahan kedua orangtuaku,

Bapak Paino dan Ibu Tri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

x

MOTTO

Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu

Tapi satu-satunya hal yang benar-benar bisa menjatuhkanmu adalah dirimu sendiri

-R.A. Kartini-

Ketika kau memiliki sebuah impian yang tinggi, jangan pernah lupakan impian itu

hanya karena mendengar omogan orang lain

-Finding Dory-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

xi

ABSTRAK

Christanti, Catharina Novia. 2016. Budaya Patriarki Terhadap Tokoh

Perempuan dalam Novel Rembang Jingga Karya TJ Oetoro dan

Dwiyana Premadi : Pendekatan Feminisme. Skripsi Strata Satu (S1).

Yogyakarta : Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Univesitas Sanata

Dharma.

Penelitian ini mengangkat tema mengenai budaya patriarki yang dialami

tokoh Ires, Diar dan Karina dalam novel Rembang Jingga karya TJ Oetoro dan

Dwiyana Premadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

gambaran alur, tokoh dan penokohan, serta latar dan mendeskripsikan gambaran

budaya patriarki terhadap tokoh perempuan yang meliputi stereotipe gender dan

kekerasan gender dalam novel Rembang Jingga. Pendekatan srukural dibatasi

pada aspek alur, tokoh, penokohan, serta latar untuk menganalisis budaya

patriarki. Pendekatan feminisme digunakan untuk mendalami stereotipe gender

dan kekerasan gender dalam novel ini. Metode pengumpulan data yang dipakai

studi pustaka. Metode analisis data yang dipakai metode hermeneutika. Metode

penyajian hasil analisis data yang dipakai metode formal dan deskripsi kualitatif.

Hasil penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu struktur dan budaya patriarki.

Struktur dibagi menjadi empat, yaitu alur, tokoh dan penokohan, serta latar. Alur

yang digunakan dibagi menjadi tiga, yaitu tahap awal, tahap tengah, serta tahap

akhir. Tokoh utama dalam novel ini adalah Ires dan Herlambang, sedangkan tokoh

tambahan adalah Karina, Diar, Amanda, Sugeng dan Dodi. Latar yang digunakan

adalah latar tempat, waktu, dan latar sosial.

Budaya patriarki dibagi menjadi dua, yaitu stereotipe gender dan kekerasan

gender. Stereotipe gender yang tergambar dalam novel terlihat dalam pembagian

kerja dan pendidikan. Pembagian kerja akan dibagi menjadi dua, yaitu di luar

rumah dan di dalam rumah. Sementara itu, kekerasan gender yang tergambar

daalam novel, yaitu kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan psikis dan

kekerasan kekuasaan. Budaya patriarki dialami oleh beberapa tokoh perempuan

yang ada dalam novel Rembang Jingga seperti Ires, Diar dan Karina. Namun,

budaya patriarki yang paling dominan terlihat pada tokoh Ires. Tokoh Ires sebagai

tokoh utama menjadi korban yang diakibatkan adanya budaya patriarki yang

dibentuk oleh masyarakat. Berkat bantuan dari teman-temannya, tokoh Ires

sempat berhasil bebas dari kekerasan gender yang dilakukan oleh suaminya.

Tetapi, ia kembali terpuruk dan mati akibat kekerasan yang dilakukan oleh

suaminya. Tokoh Diar dan tokoh Karina pun mengalami hal yang sama dengan

tokoh Ires, namun kedua tokoh tersebut berhasil bebas dari belenggu budaya yang

menerpa mereka, dengan mengubah pola pikir mereka yang selama ini mereka

gunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

xii

ABSTRACT

Christanti, Catharina Novia. 2016. Patriarchal System Displayed Towards

Women Characters on Rembang Jingga Novel by TJ Oetoro and

Dwiyana Premadi: Feminism Approach. An Undergraduate Thesis.

Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program. Faculty of

Literature. Sanata Dharma University.

This research discusses patriarchy system that was experienced by Ires, Diar

and Karina on Rembang Jingga, a novel by TJ Oetoro and Dwiyana Premadi. The

purposes of this study are (1) to describe the plot, character and characterization,

and settings, and (2) to describe patriarchal system that includes gender stereotype

and gender abuse in the novel. The structural approach is used to analyze plot,

character and characterization, and settings. The data collecion method in this

analysis is library research. The methods used for the analysis is hermeneutic

method. The analysis presented used in this research are formal method, and

qualitative descriptive method.

The results of this research are divided into two parts, the structural analysis

and the patriarchal system analysis in Rembang Jingga novel. The structural

analysis consists of plot, character and characterization, and settings. The plot is

separated into three parts: the beginning, middle, and ending. The main characters

of this novel are Ires and Herlambang, while the additional characters are Karina,

Diar, Amanda, Sugeng, and Dodi. The settings analyzed are the setting of place,

setting of time, and social background.

The patriarchy system analysis is divided into two parts, the gender

stereotype and the gender abuse. The gender stereotype illustrated in the novel can

be seen on the right to get education and the attribution of duties. Duties are

divided into ones done in the house and outside the house. Meanwhile, the gender

abuses described in the novel are physical abuse, verbal abuse, mental abuse, and

power abuse. The patriarchal system was experienced by some women characters

in Rembang Jingga novel, such as Ires, Diar, and Karina. However, the patriarchal

system can be seen dominantly displayed on Ires. Ires, as the main character, was

the victim of patriarchal system shaped by society. Aided by her friends, Ires

almost got her freedom from gender abuse by her husband. Yet, she failed and

died because of his husband’s ill treatments. The same thing happened to Diar and

Karina. Even so, they succeeded to free themselves from the patriarchal system by

changing their mindset they had been confined to.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH .... v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix

MOTTO ............................................................................................................. x

ABSTRAK ........................................................................................................ xi

ABSTRACT ..................................................................................................... xii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ............................................................................ 5

1.5 Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 6

1.6 Landasan Teori ........................................................................................... 7

1.6.1 Kajian Struktural................................................................................. 8

1.6.2 Kajian Feminisme ............................................................................. 12

1.7 Metode dan Teknik Penelitian ................................................................. 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

xiv

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ........................................... 17

1.7.2 Metode dan Tahap Analisis Data..................................................... 18

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ............................................. 18

1.8 Sistematika Penyajian ............................................................................. 19

BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL REMBANG JINGGA

KARYA TJ OETORO DAN DWIYANA PREMADI ................... 20

2.1 Pengantar .................................................................................................. 20

2.2 Analisis Alur ........................................................................................... 20

2.2.1 Tahap Awal....................................................................................... 20

2.2.2 Tahap Tengah ................................................................................... 21

2.2.3 Tahap Akhir ...................................................................................... 23

2.3 Analisis Tokoh dan Penokohan ................................................................ 24

2.3.1 Tokoh Utama Protagonis ............................................................... 24

2.3.2 Tokoh Utama Antagonis ................................................................. 26

2.3.3 Tokoh Tambahan ............................................................................ 29

2.4 Analisis Latar ........................................................................................... 37

2.4.1 Latar Tempat ..................................................................................... 37

2.4.2 Latar Waktu ...................................................................................... 42

2.4.3 Latar Sosial ....................................................................................... 46

2.5 Rangkuman .............................................................................................. 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

xv

BAB III BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN

DALAM NOVEL REMBANG JINGGA

KARYA TJ OETORO DAN DWIYANA PREMADI ................. 52

3.1 Pengantar .................................................................................................. 52

3.2 Stereotipe Gender ..................................................................................... 52

3.2.1 Stereotipe Gender dalam Pembagian Kerja ...................................... 53

3.2.2 Stereotipe Gender dalam Pendidikan ............................................... 57

3.3 Kekerasan Gender .................................................................................... 59

3.3.1 Kekerasan Fisik ................................................................................ 60

3.3.2 Kekerasan Verbal ............................................................................. 63

3.3.3 Kekerasan Psikis ............................................................................... 64

3.3.4 Kekerasan Kekuasaan ....................................................................... 66

3.4 Rangkuman .............................................................................................. 69

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 72

4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 72

4.2 Saran ......................................................................................................... 79

LAMPIRAN ..................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 81

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................... 83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan proses kreatif dari seorang pengarang, yang

menghasilkan sebuah gagasan, konsep dan ide yang mengambil tema dari

masyarakat. Proses kreatif ini menjadikan masyarakat (pembaca) merasa bahwa

karya sastra yang dibuat oleh pengarang, menggambarkan kehidupan dirinya

sendiri, walaupun gambaran kehidupan ini berdasarkan imajinasi yang dibuat

pengarang. Karya sastra menyampaikan “pemahaman” tentang kehidupan dengan

caranya sendiri (Budianta, 2003: 7).

Dalam kenyataannya, kehidupan ini meyebabkan munculnya budaya

patriarki. Budaya partiarki ini merupakan bentuk dari diskriminasi yang diterima

oleh kaum laki-laki dan kaum perempuan berdasarkan adat istiadat dan agama

(Fakih, 2003:15). Budaya ini mengatakan bahwa kaum perempuan harus dikontrol

oleh kaum laki-laki. Sehingga untuk melakukan sesuatu hal, kaum perempuan

harus meminta izin terlebih dahulu pada kaum laki-laki, agar mereka boleh

menjalankan kegiatan atau pekerjaan mereka. A system of male authority which

oppresses women through its social, political and economic institutions (sistem

otoritas laki-laki yang menindas kaum perempuan melalui jalan sosial, politik dan

lembaga ekonomi) (Humm, 1990:159).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

2

Novel Rembang Jingga karya TJ Oetoro dan Dwiyana Premadi ini

membahas mengenai kaum perempuan yang mengalami ketidakadilan yang

diakibatkan budaya patriarki. Kaum perempuan dalam novel ini tidak hanya

mengalami diskriminasi oleh adat istiadat, namun juga mengalami ketidakadilan

gender yang disebabkan oleh perbedaan pandangan mengenai gender laki-laki dan

perempuan oleh masyarakat. Ketidakadilan gender ini dapat menyebabkan

terjadinya kekerasan seperti pemukulan dan serangan fisik dalam rumah tangga,

dan juga menyebabkan terbentuknya pikiran-pikiran masyarakat yang

beranggapan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah ibu rumah tangga yang

setiap harinya di rumah melayani suami mereka, dan bukan bekerja. Akibatnya,

jika kaum perempuan hendak aktif untuk mengikuti sebuah kegiatan yang banyak

digeluti oleh kaum laki-laki, seperti bidang politik, bisnis dan sebagainya akan

dianggap aneh atau bertentangan dengan kodrat perempuan.

Budaya patriarki tidak hanya menyebabkan ketidakadilan gender dan

kekerasan gender, namun juga stereotipe gender. Sterotipe ini, membedakan

kodrat dan peran antara kaum laki-laki dan perempuan. Kaum perempuan

dikategorikan sebagai yang lemah, sedangkan kaum laki-laki adalah berani

(Gambel, 2010:422). Hal ini berhubungan dengan gender yang digambarkan oleh

pengarang melalui karya sastra yang ia ciptakan. Gender bukanlah sesuatu yang

kita dapatkan semenjak lahir dan bukan juga sesuatu yang kita miliki, melainkan

sesuatu yang kita lakukan, sesuatu yang kita tampilkan (Sugihastuti dkk, 2010:4).

Gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan

perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural (Fakih, 2003: 8).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

3

Konstruksi ini secara terus menerus berubah dari waktu ke waktu. Konstruksi

sosial ini membedakan gender berdasarkan jenis kelamin (seks) dan sifat, serta

ciri-ciri khas dari laki-laki dan perempuan. Konstruksi ini menyebabkan

terjadinya perbedaan pandangan dan penilaian terhadap kaum laki-laki dan

perempuan yang hingga saat ini sulit untuk diubah.

Berdasarkan penjelasanan di atas, dapat disimpulkan bahwa novel

Rembang Jingga dipilih sebagai data penelitian, karena dalam novel ini

membicarakan mengenai budaya patriarki yang dianut oleh masyarakat dan hal ini

dapat menyebabkan adanya stereotipe gender dan kekerasan gender terhadap

kaum perempuan. Masyarakat yang masih menganut budaya patriarki

menganggap bahwa perempuan bertugas untuk mengurus rumah tangga dan kaum

laki-laki bertugas mencari nafkah. Sehingga kaum perempuan harus menuruti

segala perintah yang diberikan oleh kaum laki-laki. Dalam hal ini, kaum

perempuan tidak diperkenankan untuk membantah perintah yang diberikan kaum

laki-laki.

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan kritik sastra feminis

untuk meneliti novel ini. Pemilihan teori ini didasarkan karena salah satu masalah

yang ada dalam novel Rembang Jingga yang berkaitan dengan teori feminis.

Selain itu, diharapkan dengan menggunakan teori ini penulis dapat terbantu untuk

menemukan konsepsi gender yang ada dalam novel Rembang Jingga. Untuk

menganalisis budaya patriarki terhadap tokoh perempuan yang terlihat dalam

stereotipe gender dan kekerasan gender, terlebih dahulu diteliti gambaran alur,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

4

tokoh dan penokohan, serta latar yang ada dalam novel Rembang Jingga sebagai

dasar analisis.

Novel Rembang Jingga ini merupakan karangan dari TJ Oetoro dan

Dwiyana Premadi dan merupakan hasil dari kompetisi menulis yang diadakan

oleh Kompas Gramedia. TJ Oetoro merupakan seorang wartawan yang lahir dan

besar dan bersekolah di Jakarta. Ia pernah bekerja di beberapa media, yang

bertema wanita, gaya hidup dan properti. Setelah bertahun-tahun bergelut dalam

bidang penulisan feature, ia tergerak untuk mempelajari penulisan fiksi. Melalui

kursus menulis yang diselenggarakan oleh PlotPoint, dan di mentori oleh Clara

Ng. Novel Rembang Jingga ini merupakan novel kolabarasi kedua TJ, dengan

Dwiyana Premadi.

Dwiyana Premadi adalah penulis yang lahir di Surabaya, namun banyak

melalui masa sekolahnya di Jakarta. Dwiyana mengawali kariernya dengan

bekerja di berbagai perusahaan konsultan teknik dan periwisata. Dwiyana

menggeluti dunia sastra sejak usia muda dan menguasai beberapa bahasa sehingga

mempermudah dirinya untuk melakukan perjalan ke banyak tempat dan mengenal

sosial budaya tempat – tempat tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang mendasari penelitian ini diwujudkan melalui pertanyaan-

pertanyaan sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana alur, tokoh dan penokohan, serta latar yang ada dalam novel

Rembang Jingga?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

5

1.2.2 Bagaimana deskripsi budaya patriarki terhadap tokoh perempuan yang

meliputi stereotipe dan kekerasan gender dalam novel Rembang Jingga?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian dapat disimpulkan

sebagai berikut

1.3.1 Mendeskripsikan gambaran alur, tokoh dan penokohan, serta latar yang

ada dalam novel Rembang Jingga.

1.3.2 Mendeskripsikan gambaran budaya patriarki terhadap kaum perempuan

yang meliputi stereotipe dan kekerasan gender dalam novel Rembang

Jingga.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu, manfaat teoritis

dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini merupakan contoh penerapan teori struktur sastra dan

kritik sastra feminis.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan bagian studi

gender.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

6

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mempelajari mengenai macam-

macam jenis kekerasan seperti kekerasan fisik, verbal, psikis dan kekerasan

sosial-politik. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan untuk

mempelajari ketidakadilan yang masih sering dialami oleh kaum perempuan.

1.5 Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini dipaparkan mengenai penelitian karya sastra

dan kekerasan gender yang ada dalam novel Rembang Jingga. Novel Rembang

Jingga karya TJ Oetoro dan Dwiyana Premadi, pernah dibahas oleh Hesti

Septiana (2015) dalam makalahnya yang berjudul Kekerasan Seksual pada Tokoh

Diar menggunakan pendekatan psikoanalisis. Namun, untuk pendekatan

feminisme, sejauh pengetahuan penulis belum pernah diteliti. Walaupun karya ini

belum pernah diteliti menggunakan pendekatan feminisme namun, tema mengenai

budaya patriarki, stereotipe gender, dan kekerasan gender yang ada di dalam novel

ini sering diangkat menjadi tema dalam artikel atau tulisan-tulisan ilmiah.

Risma Sinaga (2010) dalam tesisnya yang berjudul Dalam Bayang-Bayang

Budaya Patriarki membahas mengenai sistem budaya patriarki Batak Toba yang

membedakan hak antara perempuan dan laki-laki, yang mengakibatkan adanya

relasi kekuasaan yang timpang, dimana laki-laki diposisikan lebih penting

daripada perempuan. Hal ini mengakibatkan perempuan menjadi terpinggirkan

dan rentan mengalami kekerasan dan berbagai macam bentuk ketidakadilan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

7

Andika Wijaya (2010) dalam artikel yang berjudul Stereotipe Gender

dalam Film“It’s a Boy Girl Thing” & “She’s the Man” membahas mengenai

stereotipe gender yang dikonstruksi oleh masyarakat. Pembentukan stereotipe ini

selain karena pengalaman empiris berkaitan dengan sejumlah anggota kelompok,

dapat juga diturunkan dari generasi-generasi sebelumnya. Dalam artikel ini juga

menjelaskan bahwa perempuan adalah makhluk lemah lembut yang tidak boleh

berkata-kata kasar dan tidak boleh melakukan kegiatan laki-laki, seperti bermain

sepakbola, basket dll. Sedangkan laki-laki boleh melakukan hal yang tidak boleh

dilakukan oleh perempuan.

Ariefa Efianingrum (2008) dalam jurnal yang berjudul Pendidikan dan

Pemajuan Perempuan : Menuju Keadilan Gender membahas mengenai kekerasan

terhadap perempuan (kekerasan gender) yang muncul akibat ketidakadilan yang

menimpa kaum perempuan. Kekerasan ini tidak hanya serangan fisik saja, tetapi

juga yang bersifat non fisik.

Berdasarkan paparan di atas, penelitian tentang budaya patriarki terhadap

tokoh perempuan yang meliputi stereotipe gender dan kekerasan gender dalam

novel Rembang Jingga, belum pernah dibahas.

1.6 Landasan Teori

Dalam landasan teori ini dipaparkan pengertian feminisme, budaya

patriarki, stereotipe gender dan kekerasan gender, yang meliputi kekerasan fisik,

verbal dan kekerasan kekuasaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

8

1.6.1 Kajian Struktural

Untuk mengkaji “Gambaran Budaya Patriarki Terhadap Tokoh Perempuan

yang meliputi Stereotipe Gender dan Kekerasan Gender dalam novel Rembang

Jingga karya TJ Oetoro dan Dwiyana Premadi,” diperlukan kajian struktural

dengan kepentingan untuk mendalami stereotipe gender dan kekerasan gender

dalam novel ini. Penulis membatasi kajian struktural pada aspek alur, tokoh,

penokohan dan latar. Ketiga aspek struktural tersebut merupakan unsur penting

untuk menganalisis kajian Budaya Patriarki Terhadap Tokoh Perempuan dalam

novel Rembang Jingga.

1.6.1.1 Alur

Alur merupakan penataan peristiwa dalam prosa naratif atau drama. Alur

mengandung konflik yang menjadi dasar lakuan dan membuat tokoh terus

bergerak dari satu peristiwa ke peristiwa lain hingga mencapai klimaks (Budianta,

2003:174). Menurut Stanton, plot atau alur merupakan cerita yang berisi urutan

kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat,

peristiwa yang satu disebabkan atau mengemukakan terjadinya peristiwa yang lain

(Nurgiyantoro, 2009:113).

Alur dapat dibedakan menjadi tiga yaitu tahap awal, tengah dan akhir.

Tahap awal disebut juga sebagai tahap perkenalan, yang berisi sejumlah informasi

penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-

tahap berikutnya. Tahap awal berfungsi untuk memberikan informasi dan

penjelasan seperlunya khususnya yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

9

Selain itu, pada tahapan awal, konflik (masalah-masalah) yang dihadapi tokoh

perlahan-lahan dimunculkan (Nurgiyantoro, 2009:142-145).

Tahap tengah menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah

mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin

menegangkan. Konflik yang dikisahkan merupakan konflik yang terjadi pada diri

seorang tokoh, konflik internal, konflik eksternal, pertentangan antar tokoh

(Nurgiyantoro, 2009:145).

Tahap akhir atau klimaks, merupakan bagian penyelesaian yang ada dalam

sebuah cerita. Dalam bagian ini, diceritakan mengenai akhir dari sebuah novel.

Penyelesaian sebuah cerita dapat dibedakan menjadi dua yaitu penyelesaian

terbuka dan penyelesaian tertutup. Penyelesaian tertutup menunjuk pada keadaaan

akhir sebuah karya fiksi yang memang sudah selesai, sudah habis sesuai dengan

tuntutan logika cerita yang dikembangkan. Sesuai dengan logika cerita itu, para

tokoh cerita telah menerima “nasib” sebagaimana peran yang disandangnya.

Sedangkan penyelesaian terbuka menunjuk pada keadaan akhir sebuah cerita yang

sebenarnya masih belum berakhir. Berdasarkan tuntutan dan logika cerita, cerita

masih potensial untuk dilanjutkan, konflik belum sepenuhnya diselesaikan.

Tokoh-tokoh cerita belum (semuanya) ditentukan “nasib”-nya sesuai dengan

peran yang diembannya (Nurgiyantoro, 2009: 145-148).

1.6.1.2 Tokoh dan Penokohan

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel

yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

10

sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, selain itu tokoh utama

menjadi tokoh yang mendominasi sebagian besar cerita. Sedangkan tokoh

tambahan adalah tokoh yang paling sedikit muncul dalam cerita, dan tidak

dipentingkan keberadaannya. Kehadirannya hanya ada pada saat tokoh utama

diceritakan (terkait dengan tokoh utama), baik secara langsung maupun tidak

langsung (Nurgiyantoro, 2009 : 176).

Tokoh utama akan dibedakan menjadi dua, yaitu protagonis dan

anatagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu

jenisnya secara popular disebut hero. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu

yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, pembaca

(Nurgiyantoro, 2009 : 178). Selain itu, tokoh protagonis merupakan tokoh yang

pertama-tama akan menghadapi masalah dan juga sebagai penggerak alur. Tokoh

antagonis merupakan tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, secara

langsung maupun tidak langsung, bersifat fisik maupun batin (Nurgiyantoro, 2009

: 179). Tokoh antagonis juga merupakan penyebab masalah yang menimpa tokoh

protagonis.

Perwatakan orang dalam karya naratif dan drama, yang mencakupi

pemberian sifat-sifat tertentu, baik secara langsung melalui deskripsi maupun

secara tidak langsung melalui kata-kata dalam penampilan tokoh (Budianta, 2003

: 186).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

11

1.6.1.3 Latar

Latar merupakan tempat dan hubungan waktu tempat terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2009 : 216). Latar

memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk

memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang

seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.

Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat,

waktu dan sosial. Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin

berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi

tertentu tanpa nama yang jelas (Nurgiyantoro, 2009 : 227).

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya

dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat

dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiyantoro, 2009 : 230). Latar sosial

menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial

masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara

kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang

cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,

keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang

tergolong latar spiritual (Nurgiyantoro, 2009:233).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

12

1.6.2 Kajian Feminisme

Feminisme menurut Goefe (Sugihastuti dkk, 2010 : 93) ialah teori tentang

persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidang ekonomi, politik dan sosial;

atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan

perempuan. Feminisme dapat dibagi menjadi tiga aliran, yaitu liberal, radikal dan

marxis.

Feminis liberal muncul sebagai kritik terhadap teori politik liberal yang

pada umumnya menjunjung tinggi nilai otonomi, persamaan dan nilai moral serta

kebebasan individu, namun pada saat yang sama dianggap mendiskriminasikan

kaum perempuan. Asumsi dasar feminisme liberal berakar pada pandangan bahwa

kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia

privat dan publik (Fakih, 2012 : 81).

Feminis radikal berpendapat bahwa penindasan perempuan terjadi akibat

seksualitas dan sistem gender yang dikembangkan oleh sistem patriarki. Feminis

radikal memperjuangkan mengenai kekerasan terhadap perempuan (Arivia,

2003:103).

Feminisme marxis mempermasalahkan pada kelas yang menyebabkan

perbedaan fungsi dan status perempuan. Feminis marxis berpendapat bahwa

eksistensi sosial menentukan kesadaran diri. Perempuan tidak dapat membentuk

dirinya sendiri bila secara sosial dan ekonomi ia masih bergantung pada laki-laki

(Arivia, 2003: 112).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

13

1.6.2.1 Budaya Patriarki

Patriarki menurut Bhasin (Sugiastuti, 2010:93) merupakan sebuah sistem

dominasi dan superioritas laki-laki, terhadap perempuan. Dalam partiarki melekat

ideologi yang menyatakan bahwa laki-laki lebih tinggi daripada perempuan,

bahwa perempuan harus dikontrol oleh laki-laki, bahwa perempuan adalah bagian

dari milik laki-laki. Dengan demikian, terciptalah konstruksi sosial yang tersusun

sebagai kontrol atas perempuan dan laki-laki berkuasa penuh mengendalikan hal

tersebut. Patriarchy is the power of the father: a familial-social, ideological,

political system in which men (patriarki adalah kekuasaan dari ayah : sebuah

hubungan sosial keluarga, perjuangan ideologi, sistem politik pada kaum laki-

laki) (Eisenstein, 1984:5).

Menurut Jung, seorang neo-Freundian, laki-laki dan wanita pada dasarnya

tidak mempunyai perbedaan psikologis yang amat nyata. Perbedaan hanya muncul

karena pengaruh budaya dan kepercayaan masyarakat. Jung melihat bahwa

kebudayaan, terutama kebudayaan Eropa yang patriarkal, menekankan perlunya

perbedaan laki-laki dan wanita (Handayani, 2008 : 164).

1.6.2.2 Stereotipe Gender

Sebelum dipaparkan mengenai pengertian stereotipe gender, akan

diberikan penjelasan mengenai stereotipe dan gender. Stereotipe secara umum

adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu (Fakih, 2003:

16). Gender adalah perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang

dikostruksi secara sosial, yakni perbedaan yang bukan kodrat atau bukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

14

ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia melalui proses sosial dan

kultural yang panjang (Fakih, 2003:72). Gender was the culturally and socially

shaped cluster of expectations, attributes, and behaviors assigned to that category

of human being by the society into which the child was born (gender dulunya

dikenal sebagai pembagi atau penyekat antara budaya dan sosial pada ekspektasi,

atribut, dan tanda-tanda tingkah laku yang dikategorikan sebagai manusia oleh

kelompok sosial dimana seorang anak telah lahir) (Eisenstein, 1984:7). Menurut

Maggie Humm, gender adalah konstruksi sosial yang lebih menindas perempuan

daripada laki-laki dan gender merupakan konstruksi yang dibentuk oleh kaum

patriarki (Jackson dkk, 2009:331).

Stereotipe gender adalah kategori luas yang merefleksikan kesan dan

keyakinan apa perilaku yang tepat untuk pria dan wanita. Pengertian lain dari

stereotipe gender adalah bentuk keyakinan yang dimiliki seseorang atau suatu

kelompok tentang karakteristik atribut-atribut peran sosial yang seharusnya

dilakukan oleh suatu kelompok jenis kelamin tertentu yaitu jenis kelamin laki-laki

dan perempuan.

Sementara itu, Stereotipe gender yang terjadi dalam masyarakat,

merupakan diskriminasi yang terjadi pada kaum perempuan yang berakibat

membatasi, menyulitkan, memiskinkan dan merugikan kaum perempuan.

Diskriminasi ini yaitu keyakinan masyarakat bahwa laki-laki adalah pencari

nafkah dan pekerjaan yang dilakukan kaum perempuan dinilai hanya sebagai

“tambahan” dan oleh karenanya boleh saja dibayar lebih rendah (Fakih, 2012 :

74). Di rumah, perempuan memasak, membersihkan rumah, dan merawat anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

15

sedangkan laki-laki berkebun, merawat mobil, dan memperbaiki rumah

(Sugihastuti, 2010 : 57).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

stereotipe gender adalah keyakinan yang dimiliki oleh sekelompok orang

mengenai peran sosial, kesan dan keyakinan mengenai pembagian jenis kelamin.

1.6.2.3 Kekerasan Gender

Sebelum dipaparkan mengenai pengertian kekerasan gender, akan

diberikan penjelasan mengenai kekerasan, dan pengertian kekerasan secara fisik

atau biologis, kekerasan verbal, dan kekerasan sosial-politik. Menurut Saraswati

(La Pona dkk, 2002 : 6) kekerasan merupakan suatu bentuk tindakan yang yang

dilakukan terhadap pihak lain, yang pelakunya perseorangan atau lebih, yang

dapat mengakibatkan penderitaan bagi pihak lain. Kekerasan dapat dibagi menjadi

tiga yaitu, kekerasan fisik atau biologis, kekerasan verbal, dan kekerasan sosial-

politik.

Kekerasan fisik atau biologis adalah segala macam tindakan yang

mengakibatkan penderitaan fisik pada korbannya (La Pona dalam Sugihastuti dkk,

2010:179). Contoh kekerasan fisik menurut Baryadi (2012: 35) adalah

pemukulan, penganiayaan, pemerkosaan, penusukan, pembunuhan, pembakaran,

pengeboman, penembakan, dan sebagainya.

Menurut Baryadi (2012:35-36) kekerasan verbal adalah kekerasan yang

menggunakan bahasa, yaitu kekerasan yang menggunakan kata-kata, kalimat, dan

unsur-unsur bahasa lainnya. Kekerasan verbal meliputi menghina, berkata kasar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

16

dan kotor yang dapat mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan

rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya.

Kekerasan psikis termasuk kategori kekerasan nonseksual. Jenis kekerasan

ini melibatkan secara langsung kondisi psikologis perempuan yang menjadi

korbannya (Sugihastuti, 2010 : 183). Kekerasan psikis dapat mengakibatkan

menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan

untuk bertindak dan tidak berdaya.

Kekuasaan adalah kemampuan berbuat atau bertindak. Kekuasaan adalah

kemampuan memobilisasi sumber daya (uang, orang) untuk memperoleh hasil

yang diinginkan. Kekuasaan adalah kemampuan mempengaruhi relung kehidupan.

Kekuasaan tidak bisa dinilai baik atau buruk. Kekuasaan bernilai netral (Barbara

Booles dan Lydia Swan dalam Handayani dkk, 2008:168).

Kekerasan gender adalah tindakan seorang laki-laki atau sejumlah laki-laki

dengan mengerahkan kekuatan tertentu sehingga menimbulkan kerugian atau

penderitaan secara fisik, seksual atau psikologis pada seorang perempuan atau

sekelompok perempuan, termasuk tindakan yang bersifat memaksa, mengancam,

dan / atau berbuat sewenang-wenang, baik yang terjadi dalam kehidupan

bermasyarakat maupun dalam kehidupan pribadi di ruang domestik dan publik

(La Pona dalam Sugihastuti dkk, 2010:172). Hal ini berkembang antara lain

karena status subordinasi perempuan dalam masyarakat yang patriarkhis. Dalam

masyarakat yang patriarkhis, banyak budaya, kepercayaan tradisional, norma dan

institusi sosial melegitimasi kondisi sub-ordinasi ini, yang menyebabkan

kekerasan terhadap perempuan dilanggengkan. Perempuan yang mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

17

kekerasan domestik (kekerasan dalam rumah tangga) seringkali tidak memiliki

kekuatan untuk melawan (Sugihastuti dkk, 2010:85).

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan melaui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii)

analisis data, (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut akan diuraikan masing-

masing tahap dalam penelitian ini.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah konsepsi gender dan kekerasan. Data yang

akan dikumpulkan diperoleh dari sumber tertulis yaitu novel Rembang Jingga

yang terbit tahun 2015. Novel Rembang Jingga merupakan novel karangan TJ

Oetoro dan Dwiyana Premadi, yang bergenre novel dewasa.

Sumber yang digunakan adalah :

Judul : Rembang Jingga

Pengarang : TJ Oetoro dan Dwiyana Premadi

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2015

Halaman : 232 halaman

Data yang dikumpulkan berupa kata-kata yang mengandung stereotipe

gender dan kekerasan gender. Pengumpulan data menggunakan metode studi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

18

pustaka. Studi kepustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari

dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang

menjadi obyek penelitian.

1.7.2 Metode dan Tahap Analisis Data

Langkah berikutnya adalah analisis data. Setelah data terklasifikasi,

kemudian data dianalisis menggunakan metode hermeneutika. Hermeneutika

adalah salah satu jenis filsafat yang mempelajari tentang interpretasi makna yang

terdapat pada karya sastra. Metode hermeneutika tidak mencari makna yang

benar, melainkan makna yang paling optimal (Ratna, 2013:44-46). Data dianalisis

menggunakan hermeneutika, yaitu dengan membaca karya sastra sebagaimana

yang dikemukakan oleh Riffatere, dimulai dengan langkah heuristik yaitu

pembacaan dengan jalan meniti tataran gramatikalnya dan dilanjutkan dengan

pembacaan retroaktif, sebagaimana yang terjadi pada metode hermeneutik untuk

menangkap maknanya (Faruk, 2014:144).

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah metode analisis data, tahap berikutnya adalah penyajian hasil

analisis data. Analisis data disajikan menggunakan metode formal dan deskripsi

kualitatif. Metode formal adalah analisis dengan mempertimbangkan aspek

bentuk (unsur karya sastra) (Ratna, 2013:49). Sedangkan analisis secara deskripsi

kualitatif yaitu dengan menggunakan data-data yang telah diperoleh kemudian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

19

menganalisis isi dari data tersebut dengan menggunakan penafsiran (Ratna,

2013:48).

1.8 Sistematika Penyajian

Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab pertama

pendahuluan. Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode

penelitian, dan sistematika penelitian. Latar belakang menguraikan alasan

mengapa penulis melakukan penelitian ini. Rumusan masalah menjelaskan

masalah-masalah yang ditemukan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian

mendeskripsikan tujuan diadakan penelitian ini. Manfaat penelitian memaparkan

manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini. Tinjauan pustaka

mengemukakan penelitian karya sastra yang pernah mengambil tema kekerasan

gender. Landasan teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan

penelitian. Metode penelitian merincikan teknik pengumpulan data, teknik analisis

data, dan teknik penyampaian hasil analisis data yang digunakan penulis dalam

penelitian ini. Sistematika penyajian menguraikan urutan hasil penelitian dalam

proposal ini. Bab II berisi tentang hasil analisis struktur novel Rembang Jingga

yang meliputi alur, tokoh dan penokohan, serta latar yang ada dalam novel

Rembang Jingga. Bab III berisi tentang gambaran budaya patriarki yang meliputi

stereotipe gender dan kekerasan gender dalam novel Rembang Jingga. Bab IV

berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan hasil analisis data dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

BAB II

ALUR, TOKOH, PENOKOHAN, DAN LATAR

DALAM NOVEL REMBANG JINGGA

2.1 Pengantar

Pada bab ini, peneliti akan membahas struktur novel Rembang Jingga

yang akan dibatasi pada alur, tokoh dan penokohan, serta latar. Bagian alur

digunakan oleh penulis untuk mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang tersusun

dalam novel tersebut. Tokoh dan penokohan digunakan penulis untuk

mengungkapkan tokoh-tokoh serta watak dari tokoh-tokoh dalam novel Rembang

Jingga karya TJ Oetoro dan Dwiyana Premadi. Latar digunakan penulis untuk

mengungkapkan konteks tempat kejadian dan suatu masa yang dialami oleh tokoh

dalam novel.

2.2 Alur

Alur dalam novel Rembang Jingga akan dibagi menjadi tiga tahap, untuk

menjelaskan konflik yang terjadi dalam novel ini. Ada pun tiga tahapan itu adalah

tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir.

2.2.1 Tahap Awal

Ires berkenalan dengan Herlambang suaminya pada saat ia mengantar

ayahnya ke sebuah klinik untuk berobat. Herlambang, yang sedang menemani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

21

ibunya, duduk di hadapan Ires. Ternyata ayah Ires dan ibu Herlambang adalah

teman satu kantor di Departemen Kesehatan, tempat ayah Ires dulu bekerja. Sejak

itu, Herlambang dan Ires sering bertemu. Ires merasa sangat bahagia karena dapat

berkenalan dengan Herlambang yang sangat sopan dan dapat dibanggakan di

depan teman-temannya.

2.2.2 Tahap Tengah

Perkenalan Ires dan Herlambang berlanjut hingga ke pernikahan, karena

ayah Ires tidak mampu untuk membiayai sekolahnya akibat kecelakaan sepeda

motor yang menyebabkan ayah Ires harus pensiun dini. Setelah menikah, ternyata

Herlambang tidak memberikan kasih sayang seperti pada saat mereka berpacaran.

Herlambang bahkan memukuli Ires, dan tidak megizinkan Ires untuk pergi ke

mana pun tanpa sepengetahuan Herlambang. Ires pun tidak diizinkan melanjutkan

kuliah. Diar, sahabat Ires yang mengenalnya di warung makan tempat Ires

membeli pecel lele, yang mengetahui kondisi Ires yang setiap hari dipukuli oleh

Herlambang, mengajak Ires untuk kabur dari rumahnya. Diar merasa kasihan

dengan nasib Ires yang semakin hari semakin memprihatinkan.

Saat Ires menginap di kos Diar, Diar mendapat kabar buruk. Ayahnya

meninggal dunia, dan tidak ada yang mengurus pemakaman. Karena takut hal

buruk menimpa Ires, Diar lalu mengajak Ires untuk pergi ke Rembang

menemaninya. Sebenarnya Diar merasa ragu apakah keputusannya untuk pulang

dan mengurus pemakaman ayahnya sudah benar atau sebaliknya. Karena selama

ini, ayahnya selalu membuat hidup Diar menjadi susah. Sugeng, ayah Diar pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

22

mejual Diar demi keinginanya untuk membeli peralatan tambal ban bekas milik

tetangga warung mereka. Tidak hanya sekali, Sugeng pun pernah menjajakan

anaknya untuk pelanggan warung mereka yang adalah supir-supir truk yang

berhenti untuk mengisi perut. Namun, karena Mbahnya yang meminta Diar untuk

pulang, akhirnya Diar bersedia untuk pulang ke Rembang.

Di Rembang, Ires bertemu dengan teman-teman baru. Mereka adalah

Karina dan Amanda. Amanda sudah tidak asing lagi bagi Diar karena Mbah

Karto, nenek Diar pernah bekerja di rumah Amanda cukup lama dan Diar juga

pernah tinggal di rumah Amanda untuk membantu Mbah Karto bekerja di sana.

Karina adalah sahabat dekat Amanda sejak mereka kecil. Bahkan sebelum Karina

mengenal Dodi, pacarnya yang meninggalkan Karina yang tengah mengandung

anak mereka. Mereka berempat bertemu ketika mereka sama-sama berada di

rumah Mbah Karto, nenek Diar di Rembang. Pertemuan mereka di Rembang

tercium oleh Herlambang. Tanpa aba-aba, Herlambang pun langsung memulai

rencana yang telah disusunnya untuk membalaskan dendam pada Ires. Malam hari

saat mereka sedang beristirahat, Herlambang mengitari rumah Mbah Karto, untuk

menyiramkan bensin. Setelah seluruh bensin habis, ia pun mulai menyalakan api

dan membakar rumah Mbah Karto.

Setelah kebakaran yang menimpa mereka, Diar akhirnya memiliki inisiatif

untuk membujuk Ires agar ia mau bercerita pada teman-teman yang lain. Diar

mengetahui bahwa Karina adalah wanita karier yang sangat sukses, dan pasti

memiliki koneksi dengan pengacara-pengacara handal. Ia meminta Ires untuk

bercerita pada Karina dan Amanda mengenai masalah keluarganya, agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

23

permasalahan rumah tangga Ires dan Herlambang dapat segera selesai. Dengan

bantuan teman-temannya, proses perceraian Ires dan Herlambang sedikit demi

sedikit mulai selesai. Ia akhirnya bisa bebas dari Herlambang. Sambil menanti

proses perceraian ia, Amanda, Karina, dan Diar mendirikan sebuah yayasan yang

terispirasi oleh kisah Ires yang menjadi korban KDRT.

2.2.3 Tahap Akhir

Pada saat persiapan pembukaan yayasan mereka, tiba-tiba Herlambang

menelepon Ires untuk menyelesaikan penjualan rumah mereka. Herlambang

mengajak Ires untuk bertemu di Rembang, untuk menyelesaikan semua masalah

mereka. Ketika mereka bertemu, Herlambang tampak sangat berbeda. Ia terlihat

sangat baik dan sopan, seperti pada saat mereka pertama kali bertemu. Tidak ada

kata-kata kasar, dan juga pukulan yang biasanya diterima oleh Ires. Ires mengira

Herlambang telah berubah. Tetapi sikap baik Herlambang pada Ires memiliki arti

lain. Saat di akhir cerita Ires ditemukan tewas oleh warga yang sedang mengambil

peralatan pancing di gubuk tambak di Rembang. Warga menemukan mayat Ires

tiga hari kemudian setelah pertemuannya dengan Herlambang. Wajah Ires tidak

dapat dikenali lagi, akibat pukulan yang diterimanya. Hal ini menjadi bukti bahwa

Herlambang yang telah membunuh Ires pada saat mereka bertemu di dekat

tambak di Rembang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

24

2.3 Tokoh dan Penokohan

Berdasarkan analisis alur, tokoh dan penokohan akan dibagi menjadi tiga

yaitu tokoh utama protagonis, tokoh utama antagonis dan tokoh tambahan. Tokoh

utama protagonis dalam novel RJ ini adalah Ires, sementara tokoh utama

antagonis adalah Herlambang. Tokoh tambahan dalam novel ini adalah Karina,

Diar, Amanda, Sugeng dan Dodi.

2.3.1 Tokoh Utama Protagonis

Berdasarkan analisis, tokoh Ires merupakan tokoh utama protagonis dalam

Novel Rembang Jingga. Sebagai tokoh utama protagonis, tokoh Ires merupakan

tokoh yang diutamakan ceritanya dan merupakan tokoh yang paling banyak

diceritakan, serta selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Ia juga merupakan

tokoh yang sering menghadapi banyak permasalahan.

2.3.1.1 Penokohan Tokoh Ires

Berdasarkan analisis, Ires merupakan tokoh utama dalam cerita ini yang

menjadi korban kekerasan gender oleh suaminya. Sebelum memutuskan untuk

menikah dengan Herlambang, Ires pernah mengenyam pendidikan di Akademi

Administrasi. Namun di tahun kedua Ires harus rela berhenti sekolah akibat

ayahnya mengalami kecelakaan sepeda motor yang mengakibatkan ayahnya harus

berhenti bekerja. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.

Di tahun kedua Ires bersekolah di Akademi Administrasi, ayah

Ires mengalami kecelakaan sepeda motor yang mengakibatkan dia

harus berhenti bekerja dan mengambil pensiun dini. Uang pensiun

dan hasil penjualan di warung depan rumah hanya cukup untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

25

kehidupan sehari-hari. Dengan berat hati suami-istri Soenaryo

menyampaikan hal tersebut pada Ires (Oetoro, 2015: 70).

Herlambang yang mendengar cerita dari Ires bahwa ayahnya tidak dapat

membiayai Ires sekolah lagi, langsung mengajak Ires untuk menikah. Awalnya

Ires merasa ragu, karena semakin dekat hubungan mereka, semakin terlihat sifat

Herlambang yang yang kasar dan sering memarahi Ires, terutama ketika Ires

sedang berkumpul dengan teman-temannya. Namun, Ires menepis semua

keraguannya atas Herlambang.

Ires memberitahu orangtuanya mengenai lamaran Herlambang. Orangtua

Ires langsung menyetujui pinangan Herlambang, mengingat pekerjaan

Herlambang yang stabil sebagai jaksa muda. Mereka langsung membayangkan

kehidupan putri mereka yang serba enak dan tidak kesusahan. Namun

kenyataannya, Ires justru hidup sengsara. Ia diperlakukan seperti budak oleh

Herlambang. Bila Herlambang tidak menyukai pekerjaan yang dilakukan Ires,

Herlambang akan memukul dan memarahi Ires.

Semakin hari Herlambang semakin mengekang Ires. Semua kegiatan

dimonitor dan dicuriagi. Dia bisa menelepon Ires di rumah beberapa kali dalam

sehari hanya untuk mengecek istrinya ada di rumah atau tidak. Namun, ketika

Herlambang diangkat menjadi asisten jaksa, Herlambang tidak bisa secara

langsung datang ke rumah atau pun menelepon Ires. Hal tersebut dapat dilihat dari

kutipan berikut.

Pada awalnya, Herlambang sering pulang untuk makan siang,

namun sejak dia diangkat sebagai asisten jaksa, sulit baginya

untuk mengecek Ires secara langsung (Oetoro, 2015: 71).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

26

Tokoh Ires dapat disimpulkan sebagai tokoh perempuan yang lemah lembut

dan memiliki sikap nrimo atau menerima semua keadaan yang menimpa dirinya.

Hal ini dibuktikan ketika ayahnya harus pensiun dini karena kecelakaan kerja

yang menimpa ayahnya. Ires dengan sabar menerima kenyataan yang harus

menimpanya. Dengan sikapnya yang seperti ini, Ires dianggap lemah tidak

mampu untuk melawan kekerasan yang dilakukan oleh suaminya kepadanya. Ires

tahu jika ia melawan pukulan-pukulan yang diberikan Herlambang pada dirinya,

maka Herlambang akan lebih menjadi-jadi dan semakin nekat untuk memukuli

Ires. Tidak hanya pukulan-pukulan saja, Ires juga sering menerima makian dari

suaminya.

2.3.2 Tokoh Utama Antagonis

Berdasarkan analisis, Herlambang merupakan tokoh antagonis dalam novel

Rembang Jingga. Tokoh Herlambang menjadi tokoh antagonis, karena beroposisi

dengan tokoh protagonis, secara langsung maupun tidak langsung, bersifat fisik

maupun batin (Nurgiyantoro, 2009 : 179). Tokoh antagonis juga merupakan

penyebab masalah yang menimpa tokoh protagonis.

2.3.2.1 Penokohan Tokoh Herlambang

Herlambang adalah suami dari Ires. Pada awal pertemuan, Herlambang

yang memiliki paras yang menawan, bersikap baik dan sopan pada Ires dan

keluarganya. Wajah tampan Herlambang membuat Ires merasa bangga jika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

27

berjalan berdampingan dengan Herlambang di depan teman-temannya. Hal

tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.

Ada rasa bangga pada diri Ires jika membanyangkan dia terlihat

berjalan bersama Herlambang di mata teman-teman sekolahnya.

Wajah Herlambang yang tampan, gagah dengan kemeja dan dasi,

ditambah tindak tanduknya yang sopan serta terlihat selalu

melindungi Ires (Oetoro, 2015: 70).

Selain wajah Herlambang yang sangat menawan, kedudukannya sebagai

jaksa muda membuat ayah dan ibu Ires menyetujui pernikahan Ires dan

Herlambang. Dengan kedudukannya sebagai jaksa muda mereka merasa

kehidupan anak mereka akan menjadi lebih baik dan calon menantu mereka akan

memperbolehkan Ires untuk melanjutkan sekolah yang terputus.

Namun perjalanan waktu, sikap Herlambang berubah. Rasa hormat Ires

padanya berubah menjadi rasa takut. Herlambang sering memukul dan mencaci

Ires. Apalagi saat Ires melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan

keinginannya. Saat Ires kabur, ia mencari Ires sampai menyusun rencana untuk

membalas dendam pada Ires karena sudah berani untuk kabur dari rumahnya. Hal

tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.

Memang benar, Herlambang tidak menemukan siapa-siapa di

rumah saat dia pulang kantor. Dalam hati dia sudah merencanakan

untuk memberi Ires hukuman karena pergi tanpa pamit

kepadanya. Beberapa bulan berlalu sejak Ires kabur. Herlambang

tidak pernah berhenti mencari dan pencarian itu menjadi obsesi

barunya (Oetoro, 2015: 90).

Herlambang yang meminta tolong tukang ojek yang sering “mangkal” di

dekat warung tempat Diar berjualan, untuk mencari keberadaan Ires. Tukang ojek

itu menyetujui tugas baru yang harus diembannya asalkan ia menerima imbalan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

28

yang setimpal. Herlambang pun menyetujuinya. Tukang ojek itu pun mencari tahu

keberadaan Ires dan akhirnya ia menemukan keberadaan Ires di Rembang. Tukang

ojek itu memberikan kabar baik bagi Herlambang. Tak lama setelah itu,

Herlambang sudah berada di Rembang untuk membalaskan dendamnya pada Ires.

Pada malam yang sudah ditentukan, Herlambang melancarkan rencananya.

Ia menanti waktu malam hari agar tidak dicurigai oleh warga sekitar rumah

tempat Ires dan teman-teman barunya berkumpul. Setelah Herlambang menyiram

bensin kesekeliling rumah Mbah Karto, ia mulai menyalakan api. Tak lama

kemudian rumah yang terbuat dari kayu itu mulai terbakar. Pemandangan itu

membuat Herlambang menjadi puas. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada

kutipan di bawah ini.

Matahari terbenam merupakan saat yang tepat untuk mengendap-

endap menyiram bensin di sekeliling rumah. Tidak akan ada yang

melihat. Mata Herlambang bersinar mengikuti gerakan api yang

berkobar. Dilihatnya Ires pontang-panting berusaha memadamkan

karyanya. Sengaja ia menampakkan diri agar Ires bisa melihatnya,

agar Ires bisa merasakan penderitaannya, agar Ires bisa menyesali

perbuatannya telah meninggalkannya dirinya, agar Ires bisa

merasakan semua itu sebelum dia perlahan mati terbakar.

Herlambang menyaksikan rumah Mbah Karto menyala, berlomba

mewarnai malam Rembang (Oetoro, 2015: 104).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh Herlambang

memiliki paras yang sangat tampan dan sangat menawan. Ia pun memiliki sikap

yang sangat baik dan sopan terhadap Ires dan keluarganya. Namun, semakin hari

sikapnya semakin berubah. Herlambang mulai menunjukkan sikapnya yang

sebenarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

29

Setiap Herlambang merasa kesal. Ia pasti melampiaskan kekesalannya pada

Ires dengan memarahi dan memukulinya. Tetapi, dalam novel Rembang Jingga

ini tidak digambarkan alasan mengapa Herlambang memiliki sikap yang kasar

terhadap istrinya, Ires. Hal ini cukup mengecewakan, karena pembaca tidak bisa

mengetahui alasan yang menyebabkan sikap Herlambang yang tadinya sangat

baik, menjadi kasar dan temperamental.

2.3.2 Tokoh Tambahan dalam Novel Rembang Jingga

Tokoh tambahan merupakan tokoh yang lebih sedikit muncul dalam cerita

dan tidak terlalu dipentingkan. Kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya

dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung. Tokoh tambahan

biasanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita (Nurgiyantoro, 2009

: 176-177). Berdasarkan analisis, tokoh tambahan dalam novel RJ ini adalah

Karina, Diar, Amanda, Sugeng dan Dodi.

2.3.2.1 Tokoh dan Penokohan Karina

Karina adalah teman baru Ires, yang membantunya mencari pengacara

untuk perceraian Ires. Karina yang memiliki banyak kenalan pengacara langsung

menanyakan pada salah satu temannya. Dan temannya itu pun bersedia untuk

membantu menyelesaikan masalah Ires. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan

pada kutipan di bawah ini.

Menurut pengacara yang saya ceritakan tadi, pada dasarnya proses

perceraian bisa dilaksanakan walau Herlambang sedang terlibat

dalam proses hukum lain. Lalu dengan adanya kekerasan dalam

rumah tangga, permintaan Ires untuk bercerai biasanya akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

30

dikabulkan oleh hakim. Jadi, sekarang ini kita bereskan apa yang

harus dikerjakan di tempat ini, terutama yang berhubungan

dengan polisi. Setelah itu, sambil menunggu pra persidangan

dilaksanakan, kita semua bisa ke Jakarta. Ires bisa bertemu dengan

Darma (Oetoro, 2015: 143).

Karina merupakan wanita karier yang cukup sukses. Namun ternyata ia

memiliki masa lalu yang cukup kelam. Ia memiliki anak dari hubungan dengan

mantan kekasinya. Walaupun ia telah menikah dengan orang lain, namun

keluarganya, terlebih ayah dan ibunya, hingga saat ini belum bisa menerima

Kukuh (anak Karina) dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat dilihat pada kutipan

berikut.

Karina masih kelihatan tegar, namun Amanda tahu bagaimana

terpuruk hatinya menghadapi orangtuanya yang belum juga mau

menerima Kukuh sepenuh hati sebagai cucu mereka. Kehamilan

Karina yang di luar dugaan mengubah semuanya. Mereka seperti

menutup semua pintu pergaulan, malu dengan kondisi anaknya

dan takut dihujat (Oetoro, 2015: 108-109).

Orang tua Karina mengetahui kehamilan Karina sebelum putri mereka

kembali ke Amerika. Karina menceritakan dengan jujur apa yang terjadi dan

mengutarakan keinginannya untuk merawat anak yang ada dikandungannya.

Dengan berita kehamilan tersebut, kebanggan atas prestasi putri tunggal

mereka kandas begitu saja dan Karina dianggap mempermalukan mereka. Walau

dengan seribu juta permintaan maaf, mohon pengampunan, Karina dibiarkan

sendiri menghadapi masalahnya. Nasib Karina masih beruntung karena adanya

Roger, bosnya di Amerika yang mau menikahinya dan menganggap bayi yang

dikandungannya itu anaknya sendiri. Walaupun mereka akhirnya menikah, namun

Roger akhirnya meninggalkan mereka selama-lamanya karena sakit yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

31

dideritanya. Setelah kematian Roger, Karina pun mulai berubah. Ia mulai menjadi

lebih tegar dalam menghadapi setiap masalah yang dihadapinya bahkan

masalahnya dengan kedua orangtuannya yang hingga saat ia menikah dengan

Roger belum terselesaikan.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Karina adalah tokoh yang

sangat tegar dalam menghadapi permasalahan di kehidupannya. Pada awalnya

Karina merasa sangat sedih karena orang tuanya tidak menerima keadaannya yang

mengandung anak hasil dari hubungan gelap dengan Dodi pacarnya. Namun,

dengan adanya Roger, Karina mulai berubah menjadi lebih tegar. Dukungan dari

Amanda, sahabatnya juga menjadi obat mujarab yang membuat Karina menjadi

kuat dan lebih semangat menjalani hari-harinya.

2.3.2.2 Tokoh dan Penokohan Diar

Diar adalah seorang gadis asal Rembang yang dijual oleh ayahnya demi

memperbaiki ekonomi keluarga mereka. Namun, uang hasil penjualan dirinya

tidak pernah sampai ditangan Diar. Pada awalnya Diar menolak permintaan

ayahnya. Namun, ketika Diar menolak permintaan ayahnya, ia selalu memukuli

Diar tanpa ampun. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di bawah

ini.

Tak peduli lagi Sugeng dengan keberatan Diar yang sepulangnya

dari hotel kusam itu langsung mandi lama sekali di dalam MCK.

Meskipun waktu itu sudah menjelang tengah malam. Diar merasa

jijik, kotor dan hina. Disabuninya tubuhnya berkali-kali. Juga

rambutnya, semuanya. Mandi lagi dan mandi lagi terus menerus

(Oetoro, 2015: 62).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

32

Tak tahan dengan perlakuan ayahnya, Diar memutuskan untuk melarikan

diri. Namun, ia tak berani untuk keluar dari rumahnya. Karena setiap ia berpikir

untuk keluar dari rumah, pada malam hari ia selalu bermimpi buruk. Tertangkap

oleh ayahnya pada saat kabur dari rumah. Suatu ketika, dewi fortuna sedang

berpihak padanya. Pada saat Diar dan ayahnya akan pergi ke pasar, mendadak ada

orang yang meminta tolong untuk menambal ban. Kemudian ayah Diar meminta

Agus, tetangga mereka untuk mengantar Diar ke pasar. Pernyataan tersebut dapat

dibuktikan pada kutipan di bawah ini.

Pasar di hari pasar tentu saja ramai. Diar sibuk kesana kemari

membeli bahan makanan sesuai daftar belanjaan yang tertulis

dikertas. Sulitnya, Agus mengikuti terus ke mana Diar pergi.

Nanti pasti ada kesempatan. Setelah selesai belanja, Agus

mengambil motor di parkiran dan menyalakan mesin. Saat itulah

Diar kabur setelah berkata pada Agus bahwa ada bahan makanan

yang tertinggal (Oetoro, 2015: 67-68).

Diar akhirnya berhasil kabur dari rumahnya dan sampai di kota Tegal. Di

sana ia bertemu dengan pak Kasan pemilik warung makan tegal, yang akhirnya

membawanya ke Jakarta untuk menjadi karyawan di cabang warung makan tegal

miliknya. Kaburnya Diar, mempertemukannya dengan Ires. Pada awal pertemuan

Ires dan Diar hanya berbincang-bincang biasa antar penjual makanan dan pembeli.

Lama kelamaan Ires menceritakan semua permasalahannya. Hingga Diar

mengajak Ires untuk kabur dan tinggal sementara di kontrakkannya.

Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa tokoh Diar adalah tokoh yang

digambarkan berani untuk mengambil resiko. Walau pun awalnya ia tidak berani

untuk keluar dari rumah yang sudah membuatnya menjadi menderita, akhirnya ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

33

memberanikan diri untuk kabur dan memulai hidup baru. Diar juga digambarkan

sebagai tokoh yang kuat dan sabar menghadapi cobaan yang sedang diterimanya.

2.3.2.3 Tokoh dan Penokohan Amanda

Amanda memiliki seorang saudara perempuan yang bernama Linda. Linda

adalah kebanggan keluarga mereka, dengan prestasi dan kemampuan yang ia

miliki. Namun, sejak kabar kematian Linda akibat over dosis narkoba, orang tua

Amanda menjadi kecewa pada Linda. Hingga saat pemakamannya tidak ada satu

pun dari orangtua mereka yang hadir kecuali Amanda. Amanda dengan tegar terus

menerus meminta agar orang tuanya bisa memaafkan Linda. Namun, kedua orang

tuanya, terutama ayahnya belum bisa memaafkan Linda hingga ia dimakamkan.

Sampai pada saat Karina diminta datang untuk mengemasi barang-barang Linda,

ia menemukan diary Linda, yang membuka sebuah cerita yang sudah lama

dipendam oleh Linda. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di bawah

ini.

Tapi ada satu buku yang bertulisan rapih dan diisi penuh. Karina

mengurungkan niatnya menutup diary itu. Dengan duduk di lantai

bersandar di kaki tempat tidur, Karina tak bisa menahan diri untuk

terus membaca isinya. Tulisan kak Linda sangat menarik. Di situ

tercurah perasaan hati Linda tentang kehidupannya, tentang

keluarganya, dan banyak perasaanya kepada adiknya Amanda

(Oetoro, 2015: 33).

Mendengar bahwa Karina menemukan buku diary Linda, Amanda dan

Karina memutuskan kembali ke Rembang, tempat masa kecil mereka untuk

mencari jawaban dari permasalahan Linda. Mereka menuju rumah Mbah Karto

pengasuh Amanda dan Linda pada saat mereka masih kecil. Mereka menemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

34

jawaban bahwa Linda merasa cemburu dengan Amanda yang tidak pernah

dipaksa oleh orang tua mereka untuk selalu berusaha mendapatkan nilai yang

terbaik. Mbah Karto juga menjelaskan jika dulu Amanda adalah anak sangat

penurut dan patuh terhadap kedua orang tuanya, sebaliknya Linda menjadi anak

yang pembangkang.

Kesimpulan dari pernyataan di atas adalah tokoh Amanda digambarkan

sebagai anak yang tegar dan memiliki keinginan yang tinggi untuk membuat

kedua orang tuanya memaafkan kesalahan kakaknya, Linda. Ia pun sampai pergi

ke Rembang untuk mencari akar dari permasalahan yang menimpa kakaknya dan

akhirnya membuat Linda terjerumus narkoba. Ia juga digambarkan sebagai anak

yang patuh terhadap nasehat yang diberikan orang tuanya.

2.3.2.4. Tokoh dan Penokohan Sugeng

Sugeng ayah Diar dan mereka tidak pernah dekat, seperti hubungan ayah

dan anak pada umumnya. Ini disebabkan karena sejak kecil Diar sudah dirawat

oleh Mbah Karto, nenek Diar. Diar mulai tinggal dengan kedua orang tuanya saat

Sugeng memerlukan batuan Diar untuk membantu pekerjaan mereka di warung.

Pada awalnya Diar mengira ia akan membatu pekerjaan ibunya di dapur. Namun

kenyataannya, Diar malah dijadikan pekerja seks oleh ayahnya sendiri. Semenjak

saat itu, Diar mulai membenci Sugeng. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada

kutipan di bawah ini.

Mulanya Diar mengira akan dibutuhkan di warung itu untuk

membantu si Mbok bekerja, tidak tahunya dia juga dipekerjakan

sebagai PSK (Oetoro, 2015: 63).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

35

Pada saat Diar mengeluhkan hal yang menimpanya, Sugeng lalu menampar

pipi Diar dengan kekuatan seorang laki-laki yang biasa hidup di desa. Diar tidak

bisa melakukan apa-apa, selain menangis. Dari hasil menjual anak semata

wayangnya itu, Sugeng dapat membeli peralatan tambal ban, yang dibeli dari

tetangga mereka yang sudah meninggal dunia. Namun, uang hasil menjual Diar

tidak pernah sampai ke tangan Diar.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah Sugeng

merupakan tokoh yang tega menjual anaknya sendiri demi mencapai apa yang

diinginkannya. Ia digambarkan sebagai ayah yang keras dan teguh pada

pendiriannya. Tidak ada yang bisa mengubah keputusan yang telah diambil oleh

Sugeng, bahkan istrinya sendiri. Dengan sikapnya yang seperti ini, ia cukup

ditakuti oleh anak dan istrinya. Mereka tidak ingin mendapatkan masalah jika

berurusan dengan Sugeng.

2.3.2.5. Tokoh dan Penokohan Dodi

Dodi adalah mantan pacar Karina sekaligus ayah kandung dari Kukuh.

Dodi pada awalnya digambarkan sebagai laki-laki yang tidak bertanggungjawab,

atas kehamilan yang terjadi pada Karina. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan

pada kutipan di bawah ini.

Karina baru menyelesaikan masa magangnya di New York. Dia

mendapat libur dua bulan untuk berlibur di Indonesia sebelum

nantinya kembali ke Amerika bekerja di perusahaan yang sama.

Masa-masa indah itu ternyata berakhir penuh duka dan Dodi pergi

meninggalkannya tanpa jejak, tanpa pesan setelah diberitahu

adanya buah hasil hubungan mereka (Oetoro, 2015: 111).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

36

Setelah bertahun-tahun, Karina dan Dodi akhirnya bertemu. Pertemuan

mereka terjadi akibat kecelakaan yang menimpa Kukuh. Dodi datang untuk

memberikan bantuan darah bagi Kukuh. Dalam perjalanan menuju rumah sakit,

ada perasaan menyesal terhadap sikapnya belasan tahun lalu yang meninggalkan

Karina serta bayi yang dikandungnya. Ia merasa malu atas sikap pengecutnya

terhadap Karina dan dirinya sendiri. Dia bersyukur dengan kehidupan Karina yang

mapan, tetapi hatinya pun ikut merasakan hancurnya perasaan Karina yang juga

ditinggalkan suami, ayah angkat dari anaknya. Pernyataan tersebut dapat

dibuktikan pada kutipan di bawah ini.

Dodi bisa merasakan kesedihan dan kehilangan yang sama karena

pada tahun-tahun tersebut dia juga sedang terpuruk sebab

bangkrut saat Amelia, putrinya, menderita leukimia.

Pengobatannya mahal, menguras seluruh tabungan dan harta

benda kaluarganya. Lalu Amelia meninggal, disusul rumah

tangganya yang hancur berantakan. Anak meninggal dunia karena

sakita, kondisi keuangan yang morat-marit dan kemudian Rahmi,

istrinya, menggugat cerai (Oetoro, 2015: 116).

Dodi digambarkan sebagai tokoh yang memiliki hidup yang bebas dan

tidak punya beban dalam hidup, sehingga Dodi dapat memilih jalan hidupnya

sendiri dan tidak didikte oleh kedua orang tuanya. Hal ini yang membuat Karina

menjadi iri dan kagum terhadap Dodi. Ia juga digambarkan sebagai tokoh yang

pengecut dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia adalah ayah dari anak yang

dikandung Karina. Pada akhirnya Dodi menerima kenyataan bahwa ia memiliki

anak dari Karina dan ia pun memperbaiki hubungannya dengan Karina dan Kukuh

anaknya. Mereka akhirnya hidup bahagia walaupun tidak menjadi keluarga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

37

2.4 Latar

Latar dalam novel ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu latar tempat,

latar waktu dan latar sosial. Masing-masing (kecuali latar sosial) akan dibatasi

dengan latar luas dan latar sempit.

2.4.1 Latar Tempat

2.4.1.1 Latar Luas

1. Rembang

Rembang merupakan tempat bertemunya Ires dengan teman-teman

barunya. Mereka adalah Karina dan Amanda. Ires sangat senang, karena saat ia

mendapat masalah pada rumah tangganya, Ires mendapatkan dukungan dari Diar

dan kedua teman barunya. Mereka juga yang membantu Ires menyelesaikan

masalah perceraiannya dengan Herlambang. Sejak Herlambang ditahan di

Rembang, atas dugaan pembakaran rumah, hubungan Ires dan Herlambang

semakin membaik. Herlambang sering berkomunikasi dengan Ires mengenai

penjualan rumah mereka.

Suatu ketika, Ires menelepon Herlambang untuk memberitahunya bahwa

rumah mereka akan segera terjual. Ires merasa senang, karena ia dapat terbebas

dari tumah yang membuat ia harus bermimpi buruk setiap hari. Ia juga berjanji

pada Herlambang untuk segera mengirimkan surat perjanjian jual beli rumah pada

Herlambang. Akan tetapi, Herlambang yang memiliki rencana buruk terhadap

Ires, meminta Ires untuk datang ke Rembang dan mengantar sendiri surat

perjanjian rumah pada Herlambang di Rembang. Ires menyetujui pertemuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

38

mereka. Namun, Ires tidak menyadari bahaya yang sudah menunggunya.

Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di bawah ini.

“Besok saya poskan surat perjanjian jual beli ini, jadi Mas

Herlambang bisa segera tanda tangan.”

“Res, gimana kalau Ires datang ke Rembang dan mengantar surat

itu? Aku ingin sekali bertemu Ires untuk terakhir kalinya dan akan

kubuat pertemuan terakhir nanti menjadi kenangan yang baik

yang tidak terlupakan.” (Oetoro, 2015: 206).

2. Jakarta

Jakarta merupakan tempat yang sudah lama diimpikan Diar untuk

melarikan diri. Tetapi, ia tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri, karena

takut dengan ayahnya. Suatu ketika, Diar akhirnya berhasil kabur dari rumahnya.

Ia bertekat untuk pergi dan memulai hidup yang baru. Ia berencana untuk pergi ke

Jakarta, ke tempat keluarga Anwar, majikan Mbah Karto dulu. Namun sayang,

uang Diar tidak cukup untuk naik bus ke Jakarta. Uang yang dimilikinya hanya

dapat membawanya ke kota Tegal. Saat sampai di Tegal, Diar merasa sangat

lapar, dan memutuskan untuk memasuki sebuah warung milik pak Kasan. Diar

yang tidak memiliki uang lalu menyodorkan ponselnya untuk membayar makanan

yang akan dia makan. Tetapi, pemilik warung menolaknya dan meminta Diar

untuk menyimpan ponselnya itu. Pak Kasan sudah melihat gerak-gerik Diar, dan

berfikir bahwa Diar bisa menjadi karyawan di warungnya. Pernyataan tersebut

dapat dibuktikan pada kutipan di bawah ini.

Saat ini, Kasan sedang membutuhkan tenaga kerja di warung.

Biasanya ia mempekerjakan perempuan-perempuan muda yang

selama ini dinilainya terampil memasak dan melayani tamu

warung. Selama ini perempuan yang bekerja di warungnya tidak

semua berhati mulia. Tak jarang yang ternyata bekerja tidak becus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

39

atau tidak tulus. Bagaimana dengan perempuan ini ya? (Oetoro,

2015:78).

Setelah satu bulan masa percobaan, akhirnya Diar diterima bekerja di

warung pak Kasan. Karena memiliki sifat welas asih membuat Diar diterima

dengan gembira di keluarga pengelola warung tegal itu. Warung tegal yang

dikelola oleh keluarga pak Kasan jumlahnya sangat banyak dan ada di beberapa

kota terutama Jakarta. Saat perputaran karyawan, Diar memilih untuk pindah ke

Jakarta. Kota yang diincarnya sejak pertama kali kabur. Di kota itu, Diar pernah

tinggal bersama si Mbah di rumah keluarga Anwar sebagai pembantu rumah

tangga. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di bawah ini.

Walaupun satu-satunya destinasi Jakarta yang dia ketahui adalah

rumah keluarga Anwar, Diar enggan bertandang ke rumah itu. Dia

harus selalu berhati-hati dengan statusnya sebagai anak yang

sedang kabur dari rumah (Oetoro, 2015: 85).

3. Amerika

Amerika adalah tempat dimana Karina meraih kesuksesannya menjadi

wanita karier. Bantuan dari kerabatnya, 19 tahun yang lalu Karina mendapatkan

kesempatan magang di negeri Paman Sam setelah lulus kuliah. Karena ia sangat

rajin dalam bekerja, akhirnya Karina diangkat sebagai pegawai tetap. Di sana lah

Karina berkenalan dengan Dodi yang juga bekerja di perusahaan yang sama.

Dodi yang bebas menentukan arah hidupnya, membuat Karina kagum pada

Dodi. Karina ingin hidup seperti Dodi yang bebas menentukan hidup. Selama ini

hidup Karina selalu ditentukan oleh kedua orang tuanya. Sehingga pada saat Dodi

mengutarakan maksudnya untuk menjadikan Karina sebagai gadisnya, Karina

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

40

selalu berusaha untuk menuruti apa yang diinginkan Dodi. Namun, ketika Dodi

mengetahui Karina mengandung anak mereka, Dodi tiba-tiba menghilang dan

tidak bisa dihubungi. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di bawah

ini.

Masih ada di ingatan Karina, pertemuannya kembali dengan Dodi

saat liburan setelah setahun berpisah. Mereka bertemu hampir

setiap hari. Karina baru menyelesaikan masa magangnya di New

York. Dia mendapat libur dua bulan untuk berlibur di Indonesia

sebelum nantinya kembali ke Amerika bekerja di perusahaan yang

sama. Masa-masa indah itu ternyata berakhir penuh duka dan

Dodi pergi meninggalkannya tanpa jejak, tanpa pesan setelah

diberitahu adanya buah hasil hubungan mereka (Oetoro, 2015:

110-111).

Setelah Dodi pergi meninggalkan Karina, Roger atasan Karina muncul

untuk menyelamatkan harga diri Karina. Ia menawarkan diri untuk menikahi

Karina dan menganggap anak yang dikandung Karina sebagai anaknya. Karina

akhirnya menyetujuinnya. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di

bawah ini.

Nasib Karina masih beruntung dengan adanya Roger yang jelas-

jelas mencintainya sejak pertama kali berkenalan. Dengan

statusnya sebagai pegawai dan warga Negara lain, Karina harus

jujur mengutarakan keadaannya. Tanpa pikir panjang, Roger

menawarkan diri untuk menikahi dirinya dan menganggap bayi

yang dikandungnya itu anaknya sendiri. Mereka menikah dengan

segera agar aib tidak terlalu terlihat (Oetoro, 2015: 113).

2.4.2 Latar Sempit

1. Warung Mbah Karto

Warung Mbah Karto di Rembang adalah tempat yang dituju oleh Amanda

dan Karina setelah pemakaman Linda. Mereka datang ke Rembang, setelah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

41

menbaca buku harian Linda, kakak Amanda. Amanda dan Karina menutuskan

untuk kembali ke Rembang untuk mencari penyebab utama Linda kecanduan

narkoba dan akhirnya meninggal sia-sia, akibat overdosis.

Saat mereka berkunjung ke warung Mbah Karto, mereka melihat bahwa

warung itu tidak mengalami perubahan sama sekali. Hanya lantainya saja yang

berubah. Dulu lantainnya yang terbuat dari tanah liat, kini telah disemen. Pernak-

pernik di warung itu pun juga tidak ada yang berubah. Pernyataan tersebut dapat

dibuktikan pada kutipan di bawah ini.

Warung Mbah Karto tak banyak berubah sejak belasan tahun yang

lalu. Warung sederhana yang menjual makanan khas Pantura Jawa

Tengah. Lantai tanah liat telah dilapis dengan semen, dinding

warung juga telah dikapur kembali (Oetoro, 2015: 35).

2. Warung Bu Endang

Warung Bu Endang merupakan warung milik Sugeng dan Endang, yang

menyediakan makanan khas daerah pantura. Beberapa bulan sebelumnya warung

Bu Endang memiliki satu karyawan yang membatu mereka. Namun, karyawan itu

pindah ke warung lain, karena di sana terdapat televisi. Akhirnya, Sugeng

meminta Diar untuk datang ke Pantura untuk membantu mereka. Diar yang sedari

kecil tinggal bersama dengan Mbah Karto sempat menolak. Namun, Mbah Karto

memberikan perintah pada Diar untuk pergi ke Pantura dan membantu kedua

orang tuannya.

Diar mengira kedatangannya ke sana adalah untuk membantu urusan dapur.

Tetapi ayahnya malah menjualnya pada laki-laki hidung belang di sebuah hotel

yang tidak terlalu mahal. Saat Diar bertanya pada ayahnya mengapa ia dijual,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

42

ayahnya malah menamparnya. Akhirnya pada saat ia pulang ke warung milik

ayahnya yang bernama warung Bu Endang, ia pun segera menuju ke MCK untuk

mebersihkan tubuhnya yang telah kotor hingga berkali-kali. Pernyataan tersebut

dapat dibuktikan pada kutipan di bawah ini.

MCK untuk digunakan para pemilik dan pekerja warung-warung

terdapat sekitar 20 meter jaraknya dari warung Bu Endang. Itu

nama warung milik Sugeng… (Oetoro, 2015: 55)

2.4.3 Latar Waktu

2.4.3.1 Latar Waktu Luas

Latar waktu luas dalam novel ini terjadi pada tahun 2012 hingga 2013.

Pada tahun 2012, Ires dan Herlambang telah menikah. Pada tahun itu juga Ires

menerima perlakuan buruk dari Herlambang. Perlakuan buruk yang diterima Ires

pada awalnya hanya sindiran mengenai makanan yang kurang sedap, dan Ires

yang terlalu lama membeli rokok di warung. Bahkan, Herlambang juga menyindir

Ires ketika ada salah satu tetangga mengajak Ires untuk mengikuti kegiatan

disekitar rumahnya. Sindiran itu lama-lama berkembang menjadi pukulan dan

tendangan, yang setiap hari harus diterima oleh Ires. Pernyataan tersebut dapat

dibuktikan pada kutipan di bawah ini.

“Nggak usah ikut macam-macam. Bikin kepala kamu tambah

besar,” bentak Herlambang sembari mengambil bungkusan rokok

dari tangan Ires dengan kasar. Pembicaraan seperti ini jadi

makanan Ires sehari-hari. Hari ini dia beruntung, tidak ada

pukulan atau tendangan Herlambang yang mendarat di tubuhnya.

Suaminya itu memang ringan tangan, suka memukul.

(Oetoro, 2015 : 69)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

43

Ires tidak berani melawan perintah dari Herlambang, karena ia tahu jika ia

melawan perintah dari Herlambang, ia akan mendapatkan masalah besar. Selain

pukulan dan tendangan, ia juga akan mendapat masalah hukum, jika berani untuk

melawan perintah Herlambang. Hal itu diakibatkan pekerjaan Herlambang sebagai

jaksa yang memiliki koneksi dengan penegak hukum lainnya. Pernyataan tersebut

dapat dibuktikan pada kutipan di bawah ini.

Jalan keluar apa yang bisa dicapai jika harus melawan seorang

jaksa? Seorang yang memiliki koneksi dengan hamba-hamba

hukum lainnya? Bagi Ires, tak ada (Oetoro, 2015 : 72).

Pada bulan Mei tahun 2012, Ires bertemu dengan Diar di warung tegal. Di

sana Ires membeli pecel lele untuk Herlambang, karena pada hari itu, masakan

yang dibuat oleh Ires tidak disukai oleh Herlambang. Awalnya Ires merasa

bingung untuk membuka percakapan dengan Diar, sambil menunggu pesanan

pecel lelenya disiapkan. Diar yang sangat ramah, membuka percakapan mereka

dengan mengatakan bahwa ia sering melihat Ires membeli rokok di warung

sebelah. Setelah percakapan yang sedikit canggung itu, mereka menjadi semakin

akrab. Ires sering datang ke warung Diar untuk mengobrol. Pertemuan ini tidak

diketahui oleh Herlambang. Bahkan kunjungan Diar ke rumah Ires juga tidak

diketahui oleh Herlambang. Sampai pada saat Ires sedang belajar di rumah,

Herlambang tiba-tiba pulang ke rumah dan melihat Ires sedang belajar.

Herlambang menjadi marah dan memberi Ires pukulan bertubi-tubi, hingga Ires

hanya dapat meringis kesakitan akibat pukulan yang tak henti-hentinya.

Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

44

Ires mematung melihat suaminya yang tiba-tiba berada di

hadapannya. Dia tidak mendengar suara mobil datang. Hari itu

menjadi hari yang naas bagi Ires…

Setengah jam kemudian Ires meringkuk di pojok ruang makan,

yang dilakukannya cukup lama, karena ia tidak bisa bergerak.

Bergeming karena rasa sakit yang amat sangat. Tangannya

memegang dada dan perut, mencoba menahan rasa sakit itu

(Oetoro, 2015 : 88).

Diar merasa khawatir, karena beberapa bulan tidak ada kabar dari Ires. Dia

akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke rumah Ires untuk melihat keadaan

Ires. Dan benar, kondisi Ires cukup parah, hingga Diar tidak mengenali Ires. Diar

yang merasa kasihan pada Ires, mengajak Ires untuk tinggal di kamar kos Diar.

Awalnya Ires merasa ragu. Tetapi Diar meyakinkan Ires untuk meninggalkan

rumah yang membuat Ires menjadi sengsara. Akhirnya Ires menyetujuinya.

Bulan Mei 2013, saat Ires menginap di kamar kos Diar, Diar mendapat

kabar bahwa ayahnya meninggal. Diar enggan untuk datang ke Rembang. Tetapi

neneknya memberi perintah agar Diar pulang ke Rembang. Akhirnya ia dan Ires

berangkat menuju Rembang. Di Rembang Ires bertemu dengan teman-teman

barunya, yaitu Karina dan Amanda yang sedang mencari penyebab kakak Amanda

menjadi kecanduan narkoba.

Ires menyangka bahwa kepergiannya ke Rembang tidak akan diketahui

oleh Herlambang. Namun, dengan jabatannya sebagai jaksa muda, ia dapat

menyuruh orang lain untuk menemukan tempat persembunyian Ires. Sesampainya

Herlambang ke Rembang, ia langsung mencari ide untuk membalaskan

dendamnya pada Ires. Setelah Herlambang menemukan cara untuk membalaskan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

45

dendamnya pada Ires, ia langsung mencari tempat persembunyian menunggu

malam hari untuk membalaskan dendam pada Ires.

2.4.4 Latar Waktu Sempit

1. Malam

Setelah Herlambang menemukan keberadaan Ires di Rembang, Herlambang

pun mencari cara untuk membalaskan dendamnya pada Ires. Ia juga

memperhatikan gerak-gerik Ires dan teman-teman barunya. Bagi Herlambang

tawa dan kebahagiaan Ires pada saat itu bukan membuat Herlambang menjadi

bahagia, namun malah menbuat Herlambang semakin dibakar amarah. Pernyataan

tersebut dapat dibuktikan pada kutipan di bawah ini.

Malam hari saat semua orang berada di rumah Mbah Karto,

Herlambang memulai aksinya. Ia mulai menuangkan bensin

kesekeliling rumah Mbah Karto, dan akhirnya membakarnya.

Herlambang menyaksikan rumah Mbah Karto menyala berlomba

mewarnai malam Rembang… (Oetoro, 2015: 104).

2. Subuh

Selepas keluarga Anwar mengunjungi rumah sakit untuk memastikan

jenazah yang ada di rumah sakit itu adalah jenazah Linda, semua orang di

keluarga Anwar tidak ada yang bisa tidur. Semua merasa kecewadan sedih

melihat kematian Linda yang tragis. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada

kutipan di bawah ini.

Tak lama lagi azan subuh berkumandang dan tidak ada seorang

pun yang bisa tidur di rumah ini… (Oetoro, 2015: 20).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

46

2.4.5 Latar Sosial

Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup

yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,

keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang

tergolong latar spiritual (Nurgiyantoro, 2009:233).

Latar sosial yang Nampak pada novel ini adalah mengenai budaya patriarki

terhadap kaum perempuan. Perempuan dalam novel Rembang Jingga ini

diceritakan harus tunduk dan patuh terhadap perintah dari kaum laki-laki. Budaya

patriarki yang ada dalam novel ini terjadi pada tokoh Ires, ketika Ires menikah

dengan Herlambang. Pada awal mereka berpacaran, Herlambang memperlakukan

Ires dengan baik. Namun, saat mereka menikah, Herlambang mulai menunjukkan

sifat aslinya. Ia mulai melarang Ires untuk melakukan kegiatan-kegiatan di luar

rumah, seperti mengikuti kelompok mengaji dan organisasi lainnya. Pernyataan

tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Lama amat sih? Padahal, cuma diminta beli rokok di warung depan,

gimana kalau disuruh ke Blok M…, bisa-bisa setahun baru balik.

Kamu ketemu pacar ya?” teriak Herlambang, berdiri tegak dihadapan

Ires.

“Ndak, mas. Tadi ketemu ibu Tin, tetangga nomer 5, dia Tanya kapan

saya bisa ikut kelompok mengaji. Saya bilang harus minta izin mas

dulu,” jawab Ires lirih, tak berani menatap mata Herlambang.

“Nggak usah ikut macam-macam. Bikin kepala kamu tambah besar,”

bentak Herlambang sembari mengambil bungkusan rokok dari tangan

Ires dengan kasar (Oetoro, 2015 : 69).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

47

Jabatan Herlambang sebagai jaksa muda, membuat ia semakin mengekang

dan membuat Ires tunduk terhadap perintahnya. Ires yang hanya ibu rumah tangga

biasa tidak mampu untuk melawan perintah dari Herlambang. Karena ia tahu jika

ia melawan perintah Herlambang, maka Herlambang akan semakin mengekang

Ires. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

Sejak itu, dunia luar Ires tertutup. Jalan keluar apa yang bisa dicapai

jika harus melawan seorang jaksa? Seorang yang memiliki koneksi

dengan hamba-hamba hukum lainnya? Bagi Ires, tak ada. Bahkan

orang tua Ires pun takut dengan ancaman-ancaman dari menantu

mereka dan hanya meminta agar Ires lebih bersabar dan lebih banyak

berdoa (Oetoro, 2015 : 72).

2.5 Rangkuman

Analisis bab II ini menjelaskan kajian struktural yang dibatasi dengan alur,

tokoh dan penokohan, serta latar tempat dan waktu dalam novel Rembang Jingga

karya TJ Oetoro dan Dwiyana Premadi, serta keterkaitan antar stuktur. Alur dalam

novel ini dibagi menjadi tiga yaitu tahap awal, tengah dan tahap akhir. Tahap awal

menceritakan perkenalan Ires dan Herlambang sebelum mereka menikah. Pada

awalnya, Herlambang memiliki sikap yang sangat baik terhadap Ires dan

keluarganya. Tidak hanya baik, Herlambang juga memiliki wajah rupawan, yang

membuat Ires bangga apabila berjalan di sebelah Herlambang.

Tahap tengah menceritakan Ires dan Herlambang yang sudah menikah,

karena ayah Ires tidak mampu untuk membiayai sekolah Ires akibat kecelakaan

sepeda motor, yang mengharuskan ayah Ires untuk pensiun dini. Setelah menikah

Herlambang tidak memberikan kasih sayang seperti saat mereka berpacaran,

Herlambang bahkan memukuli Ires dan tidak mengijinkan Ires untuk pergi ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

48

mana pun. Ketika Herlambang akan makan siang, Herlambang melihat ayam yang

digoreng Ires lebih coklat, hal ini membuat Herlambang menjadi marah dan

akhirnya menyuruh Ires untuk membeli makanan di warung pecel lele.

Tahap akhir menceritakan mengenai Ires, Diar, Karina dan Amanda yang

membangun sebuah yayasan khusus untuk perempuan yang mengalami kasus

kekerasan dalam rumah tangga. Yayasan ini terbentuk dari kisah hidup Ires yang

mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Pada saat mereka tengah

mempersiapkan pembukaan yayasan, tiba-tiba Herlambang menelepon Ires dan

meminta Ires bertemu dengannya di Rembang untuk menyelesaikan penjualan

rumah mereka. Di Rembang, Herlambang sudah mempersiapkan sebuah rencana

yang tak terduga untuk Ires. Pada saat Ires dan Herlambang tengah menikmati

matahari terbenam, Herlambang mulai melaksanakan rencananya, yaitu

membunuh Ires. Keesokan harinya, mayat Ires ditemukan oleh warga sekitar,

dengan wajah yang sudah tidak dikenali lagi.

Dalam tokoh dan penokohan, tokoh Ires mengalami kekerasan dalam

rumah tangga yang diakibatkan oleh dominasi laki-laki terhadap perempuan.

Laki-laki menganggap perempuan harus patuh terhadap mereka. Hal inilah yang

menyebabkan Herlambang menjadi semena-mena terhadap tokoh Ires. Selain itu,

dalam novel ini diceritakan pula tokoh-tokoh lain, seperti tokoh Diar yang pernah

dijual oleh Sugeng ayahnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Tokoh Amanda yang kakaknya terjerumus dalam lingkar narkoba dan akhirnya

tewas akibat over dosis. Sementara itu, tokoh Karina yang pernah mengalami

kekecewaan akibat Dodi, kekasih Karina yang meninggalkan Karina, saat ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

49

mengandung anak dari hubungan mereka. Para tokoh dalam novel Rembang

Jingga ini pernah mengalami masa lalu yang cukup kelam. Namun, mereka

berusaha untuk menyelesaikan masalah mereka di kota Rembang. Setelah masalah

mereka perlahan-lahan selesai, mereka pun bersama-sama membangun sebuah

yayasan agar orang lain, khususnya kaum perempuan yang memiliki masalah

dalam keluarga dapat dibantu agar masalah yang dihadapi dapat diselesaikan

dengan baik.

Pada latar tempat, dalam novel ini diceritakan beberapa tempat yang

menjadi latar yang menjadi tempat kejadian berlangsung. Beberapa latar yang ada

di dalam novel ini adalah Rembang, Jakarta dan Amerika. Rembang merupakan

tempat bertemunya Ires dan Herlambang, sekaligus menjadi tempat Ires

ditemukan tewas. Jakarta merupakan tempat yang ingin Diar tuju sebagai tempat

pelariannya dan sebagai tempat untuk memulai hidup baru bagi Diar. Amerika

merupakan tempat bertemunya Karina dan Dodi. Amerika juga merupakan saksi

bisu keberhasilan Karina. Rembang merupakan tempat berkumpulnya Karina,

Diar, Ires dan Amanda.

Latar waktu tergambar melalui pertemuan antara Ires dan Herlambang,

serta pertemuan tokoh Ires dan tokoh-tokoh lainnya, yang terjadi pada tahun 2012

hingga 2013. Pada tahun 2012, Ires dan Herlambang melangsungkan

pernikahannya. Pada tahun itu juga, Ires mulai menerima perilaku buruk dari

suaminya. Seperti sindiran jika pekerjaannya tidak dilakukan dengan benar,

hingga pukulan membabi-buta ketika emosi Herlambang tengah meninggi. Pada

tahun 2012, juga merupakan tahun bertemunya Ires dengan seorang penjaga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

50

warung pecel yang bernama Diar. Ires sangat beruntung bertemu dengan Diar.

Karena Diar mau menjadi teman Ires dan mau mendengarkan seluruh cerita Ires.

Diar pun mengajak Ires untuk mengikuti kelompok belajar yang dibentuk oleh

perkumpulan pengacara muda, yang peduli terhadap pendidikan kaum lemah dan

miskin. Ires pun menyetujui tawaran Diar dengan konsekuensi ia harus

mengetahui kapan Herlambang pergi ke kantor dan pulang ke rumah. Pada tahun

2013, Ires diceritakan kabur dari rumahnya setelah dipukuli oleh Herlambang atas

bantuan dari Diar. Ires pun menginap di kamar kos Diar untuk menghindari

kejaran Herlambang. Saat ia menginap di kamar kos Diar, Diar mendapatkan

kabar bahwa ayahnya meninggal dunia. Diar awalnya enggan untuk kembali ke

Rembang, namun neneknya memberi perintah untuk kembali ke Rembang.

Akhirnya Diar bersama dengan Ires berangkat menuju Rembang.

Latar sosial menceritakan mengenai tokoh perempuan yang harus tunduk

terhadap kaum laki-laki. Hal ini diakibatkan adanya budaya patriarki yang ada

didalam masyarakat. Akibatnya, tokoh harus Ires menjadi korban. Ia harus tunduk

terhadap semua peraturan dan perintah yang dibuat oleh Herlambang. Jika ia

menolak dan melawan perintah dari Herlambang, ia akan mendapat pukulan dan

sindiran bertubi-tubi dari Herlambang.

Dari analisis struktur novel Rembang Jingga, terdapat adanya budaya

patriarki yang meliputi kekerasan gender dan stereotipe gender. Sementara

analisis mengenai deskripsi budaya patriarki yang meliputi kekerasan gender, dan

stereotipe gender akan dikaji pada bab III. Bab III akan dideskripsikan mengenai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

51

budaya patriarki yang ada dalam novel Rembang Jingga yang masih sering

menimpa dan mendiskriminasi kaum perempuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

BAB III

BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN

DALAM NOVEL REMBANG JINGGA

3.1 Pengantar

Dalam bab III, akan dibahas mengenai gambaran budaya patriarki terhadap

tokoh perempuan yang terdapat dalam novel Rembang Jingga. Gambaran budaya

patriarki ini meliputi stereotipe gender dan kekerasan gender. Stereotipe gender

akan dibagi menjadi pembagian kerja dan pendidikan. Kekerasan gender akan

dibagi menjadi empat, yaitu kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan psikis,

dan kekerasan kekuasaan.

3.2 Stereotipe Gender

Stereotipe secara umum adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu

kelompok tertentu (Fakih, 2003: 16). Gender adalah perbedaan perilaku antara

laki-laki dan perempuan yang dikostruksi secara sosial, yakni perbedaan yang

bukan kodrat atau bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia

melalui proses sosial dan kultural yang panjang (Fakih, 2003:72). Sementara itu,

stereotipe gender yang terjadi dalam masyarakat, merupakan diskriminasi yang

terjadi pada kaum perempuan yang berakibat membatasi, menyulitkan,

memiskinkan dan merugikan kaum perempuan. Diskriminasi ini yaitu keyakinan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

53

masyarakat bahwa laki-laki adalah pencari nafkah dan pekerjaan yang dilakukan

kaum perempuan dinilai hanya sebagai “tambahan” dan oleh karenanya boleh saja

dibayar lebih rendah (Fakih, 2012 : 74). Di rumah, perempuan memasak,

membersihkan rumah, dan merawat anak, sedangkan laki-laki berkebun, merawat

mobil, dan memperbaiki rumah (Sugihastuti, 2010 : 57).

Kesimpulan dari para ahli di atas adalah stereotipe gender merupakan

pelabelan yang dibentuk oleh masyarakat terhadap kaum laki-laki dan perempuan,

yang menyebabkan diskriminasi terhadap kaum laki-laki dan kaum perempuan.

Diskriminasi ini menyebabkan kaum perempuan menjadi kurang dihargai, dalam

hal pendapatan. Mereka dianggap hanya sebagai pelengkap gaji suami, bukan

sebagai pemenuh kebutuhan. Pandangan ini disebabkan karena tidak sesuai

dengan pekerjaan sehari-hari kaum perempuan. Berdasarkan konsep stereotipe

gender tersebut, dalam penelitian ini stereotipe gender yang tergambar dalam

novel Rembang Jingga terhadap pembagian kerja dan pendidikan.

3.2.1 Stereotipe Gender dalam Pembagian Kerja

Stereotipe gender dalam novel ini terlihat yaitu di luar rumah dan di dalam

rumah. Pembagian kerja di luar rumah berhubungan dengan mencari nafkah baik

bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan. Pembagian kerja di dalam rumah

yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan merawat anak dan bertanggung jawab

dalam unsur rumah tangga. Stereotipe gender yang terjadi dalam novel ini adalah

pembagian beban kerja yang diterima oleh kaum laki-laki dan perempuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

54

Pembagian beban kerja yang dimaksud adalah dalam hal mencari nafkah dan

pekerjaan dalam rumah tangga.

3.2.1.1 Di Luar Rumah (Publik)

Kaum laki-laki sering diidentikan sebagai pencari nafkah utama bagi

keluarga, sehingga kaum laki-laki akan melakukan pekerjaan apa saja untuk

mencari nafkah bagi keluarga. Misalnya saja bekerja sebagai pedagang, tukang

bangunan, pegawai, dst. Sementara, kaum perempuan hanya dianggap sebagai

penambah gaji suami, sehingga pekerjaan yang dikerjakan oleh kaum perempuan

hanya berkisar pada pekerjaan tertentu yang mengacu pada kegiatan sehari-hari

seperti memasak, mengajar, merawat, dst. Namun, beberapa kaum perempuan

menjadi korban dari stereotipe gender, yaitu tidak diperbolehkan untuk bekerja di

luar rumah, dengan alasan bahwa kaum laki-laki bertanggung jawab untuk

membiayai kebutuhan mereka sehari-hari, serta kebutuhan lainnya.

Sebagai seorang kepala keluarga, ayah Ires memiliki tanggung jawab untuk

mencari nafkah bagi kebutuhan keluarganya, serta membiayai sekolah anaknya.

Namun, kecelakaan sepeda motor yang dialami oleh ayah Ires, meyebabkan Ires

harus berhenti bersekolah dan menikah dengan kekasihnya yang bernama

Herlambang. Herlambang merupakan seorang jaksa muda dianggap memiliki

penghasilan yang stabil, sehingga dapat memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan

Ires. Dengan kedudukannya sebagai jaksa muda, Herlambang memiliki hak untuk

melarang istrinya untuk tidak bekerja mencari nafkah. Herlambang juga memiliki

pandangan bahwa kaum perempuan harus berada di rumah untuk memasak,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

55

membereskan dan membersihkan rumah. Untuk itu, Herlambang sering

menelepon ke rumah untuk memastikan apakah Ires ada di rumah atau tidak, dan

memastikan apakah pekerjaan yang dikerjakan Ires berjalan dengan baik.

Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

Namun, dengan adanya pernikahan, Herlambang semakin mengekang

Ires. Semua kegiatan dimonitor dan dicurigai. Segala pengeluaan

diperiksa, semua harus dengan tanda bukti. Dia bisa menelepon Ires

di rumah beberapa kali sehari hanya untuk mengecek istrinya ada di

rumah atau tidak (Oetoro, 2015 : 71).

3.2.1.2 Di Dalam Rumah (Domestik)

Pekerjaan domestik selalu diidentikan dengan kaum perempuan, sehingga

terbentuk sebuah anggapan, bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga

menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Konsekuensinya banyak perempuan

yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapihan

rumah tangganya (Fakih, 2012 : 21). Sementara kaum laki-laki diperbolehkan

untuk tidak membantu kaum perempuan, untuk mengerjakan pekerjaan domestik

atau pekerjaan rumah tangga. Selain bertanggung jawab atas pekerjaan rumah

tangga, kaum perempuan juga memiliki tugas untuk merawat, membesarkan dan

mendidik anak. Sesuai dengan peran gender yang dibentuk oleh masyarakat, kaum

perempuan dituntut untuk dapat mengasuh dan mendidik anak, dari kecil hingga

dewasa. Sementara itu, kaum laki-laki kurang begitu mengambil peran ini, dengan

alasan kaum laki-laki lebih sering berada di luar rumah untuk mencari nafkah,

dibandingkan dengan kaum perempuan. Maka dari itu, kaum perempuan dianggap

memiliki peran penting terhadap tumbuh kembang anak, yang menyebabkan

apabila seorang anak memiliki perilaku yang kurang baik, maka ibunya yang akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

56

disalahkan terlebih dahulu dibandingkan dengan ayahnya. Perempuan sebagai

subjek yang mengandung anak, tidak hanya bertugas melahirkan, namun juga

membesarkan. Untuk urusan pemeliharaan, pekerjaan perempuan tidak hanya

dilakukan untuk anak-anak melainkan juga seluruh keluarga. Selain itu,

perempuan dibebani tugas merawat rumah tempat tinggal mereka. Bila pembagian

kerja hanya mengacu pada jenis kelamin maka perempuan bertugas mengandung

dan mengasuh anak sedangkan si laki-laki tidak (Sugihastuti, 2010 : 54-55).

Tokoh Ires mengalami stereotipe gender dalam hal tanggung jawab

terhadap rumah tangga. Sehingga ia bekerja keras untuk selalu membesihkan dan

merapihkan rumahnya, serta menjaga agar rumahnya selalu bersih. Pernyataan

tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

Mata Ires memerah menahan tangis melihat keadaan rumahnya.

Rumah yang selama ini selalu dia jaga kebersihannya. Tumpukan

piring gelas kotor dibiarkan begitu saja di tempat cuci piring. Baju-

baju yang telah dipakai berserakan di lantai kamar. Puntung-puntung

rokok menggunung di meja dengan abu dimana-mana. Di atas meja

makan terdapat berkas-berkas dan beberapa catatan yang dibuat

Herlambang. Semua tampak berantakan dan seperti ditinggalkan

dalam keadaan terburu-buru (Oetoro, 2015 : 144).

Selain tokoh Ires yang mengalami stereotipe gender dalam hal tanggung

jawab terhadap rumah tangga, tokoh Karina memiliki masalah yang sama, yaitu

dalam hal mendidik dan membesarkan anak. Karina sebagai ibu harus mendidik

dan mengasuh anaknya hingga dewasa tanpa bantuan dari ayah kandung anaknya

dan tanpa dukungan dari keluarganya. Karina sadar bahwa sulit untuk

mendapatkan dukungan dan bantuan dari orangtuanya untuk membesarkan anak

dari hasil hubungan terlarang dengan pacarnya yang bernama Dodi. Namun,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

57

Karina tetap mempertahankan anaknya itu dan merawatnya hingga dewasa.

Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

Dulu Karina selalu bertanya-tanya dalam hatinya mengapa Dodi

sampai hati meninggalkannya saat dia begitu membutuhkan pacarnya

itu. Kini tak ada lagi rasa keingintahuan tersebut. Aral melintang di

saat kehamilan, kemarahan dan pengucilan oleh orangtuanya yang

sampai sekarang masih bersikap dingin kepada dirinya, semua dilalui

dengan sabar (Oetoro, 2015 : 112).

3.2.2 Stereotipe Gender dalam Pendidikan

Pendidikan merupakan hal wajib yang harus dilaksanakan oleh semua

orang. Namun, ada beberapa orang juga menganggap bahwa pendidikan tidak

terlalu penting. Apalagi bagi kaum perempuan, sehingga kaum perempuan tidak

diizinkan untuk melanjutkan pendidikannya, dengan alasan kaum perempuan pada

akhirnya akan mengurus anak dan rumah tangga. Banyak orang menganggap ilmu

yang kaum perempuan dapatkan, pada saat menempuh pendidikan tidak akan

digunakan saat mereka mengurus rumah tangga. Dalam rumah tangga, masyarakat

maupun negara, banyak kebijakan dibuat tanpa „menganggap penting‟ kaum

perempuan. Misalnya, ada anggapan perempuan nantinya akan kembali bekerja di

dapur, mengapa harus sekolah tinggi-tinggi? (Fakih, 2003:73). Kondisi

pendidikan perempuan memang mengalami banyak peningkatan mulai tahunn

1550-1700, namun perempuan tetap dilarang untuk mendapat pendidikan pada

tingkat universitas (Gamble, 2010 : 4).

Dalam novel ini, tokoh Ires juga mengalami hal yang sama. Ia tidak

diperbolehkan melajutkan pendidikannya yang tertunda akibat kecelakaan kerja

yang menimpa ayahnya. Pada saat ayah Ires mendengar bahwa anaknya akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

58

menikah dengan seorang jaksa muda, ayah Ires berpikir bahwa menantunya nanti

akan memperbolehkan Ires untuk melanjutkan pendidikannya. Karena

Herlambang yang memiliki ekonomi yang cukup, dianggap mampu oleh orang tua

Ires untuk membiayai pendidikan Ires. Namun, pada kenyataanya, Herlambang

melarang Ires untuk melanjutkan pendidikannya. Pernyataan tersebut dapat dilihat

pada kutipan di bawah ini.

Darahnya mendidih kembali melihat Ires sedang sibuk melakukan

aktivitas yang tidak ia ketahui sebelumnya. Begitu melihat tumpukan

kertas di meja makan, Herlambang langsung tahu, istrinya punya

kegiatan rahasia, kegiatan yang tak pernah disetujuinya. Ikut

kelompok belajar. Sekolah! Tanpa izin darinya!

(Oetoro, 2015 : 88).

Tokoh Diar juga harus mengalami nasib yang sama dengan tokoh Ires. Pada

saat Diar tengah menempuh pendidikannya yang akan memasuki kelas 2 SMP di

Jakarta, Sugeng, meminta Diar untuk datang ke Rembang membantu di warung

milik Sugeng. Awalnya Diar sempat menolak karena ia masih ingin bersekolah

dan bermain dengan teman-teman sebayanya. Namun, karena perintah dari

neneknya, akhirnya Diar pergi juga ke Rembang untuk membantu kedua orang

tuanya dan meninggalkan pendidikannya di Jakarta. Pernyataan tersebut dapat

dilihat pada kutipan di bawah ini.

Diar diajak si Mbah ke Jakarta, menjadi asisten rumah tangga

keluarga Anwar. Di Jakarta enak, bisa sekolah, bermain menjadi

anak-anak yang sesungguhnya, walau kadang-kadang membantu si

Mbah melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Baru saja akan

memasuki kelas 2 SMP, Diar dijemput Sugeng untuk tinggal di

warung bersamanya dan si Mbok (Oetoro, 2015 : 62).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

59

3.3 Kekerasan Gender

Jika membicarakan mengenai kekerasan gender tidak akan lepas dari

stereotipe gender yang ada di dalam masyarakat. Karena dengan adanya

strereotipe, akan selalu muncul ketidakadilan yang merugikan kaum perempuan.

Stereotipe ini adalah bentuk dari pemikiran yang ada di dalam masyarakat, yang

dibentuk oleh budaya patriarki, sehingga terjadi kekerasan baik secara fisik

maupun verbal, yang akan dikaitkan dengan stereotipe dan juga ketidakadilan

gender yang menimpa kaum perempuan.

Pengertian dari kekerasan gender adalah tindakan seorang laki-laki atau

sejumlah laki-laki dengan mengerahkan kekuatan tertentu sehingga menimbulkan

kerugian atau penderitaan secara fisik, seksual atau psikologis pada seorang

perempuan atau sekelompok perempuan, termasuk tindakan yang bersifat

memaksa, mengancam, dan / atau berbuat sewenang-wenang, baik yang terjadi

dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan pribadi di ruang

domestik dan publik (La Pona dalam Sugihastuti dkk, 2010:172). Dalam

masyarakat yang patriarkhis, banyak budaya, kepercayaan tradisional, norma dan

institusi sosial melegitimasi kondisi sub-ordinasi ini, yang menyebabkan

kekerasan terhadap perempuan dilanggengkan. Perempuan yang mengalami

kekerasan domestik (kekerasan dalam rumah tangga) seringkali tidak memiliki

kekuatan untuk melawan (Sugihastuti dkk, 2010:85). Dalam novel Rembang

Jingga kekerasan gender yang terjadi pada tokoh meliputi kekerasan fisik,

kekerasan verbal, kekerasan psikis dan kekerasan sosial-politik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

60

3.3.1 Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik atau biologis adalah segala macam tindakan yang

mengakibatkan penderitaan fisik pada korbannya (La Pona dalam Sugihastuti dkk,

2010:179). Kekerasan fisik menggunakan anggota tubuh seperti memukul,

menampar, meludahi, menjambak, menendang, menyulut dengan rokok, serta

melukai dengan barang atau senjata (Meiyanti dalam Sugihastuti dkk, 2010 : 179).

Kekerasan fisik dalam novel ini terjadi karena kecemburuan Herlambang

terhadap Ires istrinya. Ires digambarkan sangat mencintai dan hormat pada

suaminya. Namun, rasa cinta dan hormat Ires dibalas dengan pukulan dan

tendangan yang dilakukan oleh Herlambang. Hal ini membuat Ires tidak mampu

berbuat apa-apa. Bahkan untuk membela dirinya sendiri. Walaupun pernah satu

kali kabur dari rumah karena tidak tahan dengan sikap suaminya, namun pada

akhirnya iapun memaafkan sikap suaminya yang sebenarnya tidak bisa dimaafkan

lagi. Semenjak Ires kembali ke rumah Herlambang, ia tidak diperbolehkan untuk

berkomunikasi dengan teman-temannya. Ires tidak berani untuk membantah,

karena ia tahu apa yang akan terjadi jika ia berani untuk membantah. Pernyataan

tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

Rasa cinta dan hormat di hati Ires perlahan berubah menjadi rasa

takut. Ires pernah kabur, pulang ke rumah orangtuanya. Itu terjadi

ketika malam sebelumnya dia menerima pukulan dahsyat dari

Herlambang, karena malam itu Herlambang melihat Ires membuka

akun Facebook. Berarti Herlambang mendapatkan istrinya

berhubungan lagi dengan teman-teman lamanya. Detik itu juga

Herlambang langsung menghujam Ires dengan segala tuduhan dan

ketika Ires membantah, Herlambang kalap. Dipukulnya Ires berkali-

kali dan dibentur-benturkan kepala istrinya ke dinding. Begitu siuman

besok paginya, dan didapatinya suaminya tidak berada dirumah, Ires

kabur (Oetoro, 2015 : 72).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

61

Tak hanya tidak diizinkan untuk berkomunikasi dengan teman-teman

lamanya, Ires juga tidak diizinkan untuk berinteraksi dengan dunia luar bahkan

untuk mengikuti kegiatan di sekitar rumah. Alhasil dunia Ires yang tadinya bebas,

menjadi terkekang. Ia tak dapat melakukan apa-apa. Karena ia tahu jika ia

membantah, suaminya akan menggunakan kekuasaannya untuk menyakiti dirinya.

Suatu ketika, saat Herlambang menyuruhnya untuk membeli nasi pecel,

Ires berjumpa dengan seorang penjaga warung makan yang bernama Diar. Diar

mengajak Ires untuk ikut kelompok belajar yang didirikan oleh beberapa

pengacara muda, memberi kesempatan kepada perempuan yang kurang mampu

untuk menambah ilmunya. Ires setuju untuk ikut. Namun, ia harus tahu kapan

suaminya berangkat ke kantor dan kapan suaminya pulang ke rumah. Awalnya

kegiatan ini berjalan dengan mulus. Namun, tanpa disadari oleh Ires, Herlambang

tiba—tiba pulang ke rumah lebih awal dan melihat Ires sedang menulis di meja

makan. Herlambangpun tahu jika Ires mengikuti kelompok belajar tanpa

sepengetahuan dirinya. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah

ini.

Ires mematung melihat suaminya yang tiba-tiba berada di

hadapannya. Dia tidak mendengar suara mobil datang. Hari itu

menjadi hari yang sangat naas bagi Ires. Setengah jam kemudian Ires

meringkuk di pojok ruang makan, yang dilakukannya cukup lama,

karena dia tidak bisa bergerak. Bergeming karena rasa sakit yang

amat sangat. Tangannya memegang dada dan perut, mencoba

menahan sakit itu. Warna ungu mulai terlihat di sekitar mata, lengan

dan kaki. Tulang rusuknya seakan hancur. Ires berusaha berdiri, tapi

terjatuh setiap kali. Herlambang duduk di kursi kebanggaannya

menghisap rokok dalam-dalam sambil memandang Ires. Puas rasanya

bisa mengeluarkan emosi yang terpendam sejak tadi (Oetoro, 2015 :

88).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

62

Serupa dengan tokoh Ires, tokoh Diar juga mengalami kekerasan fisik yang

dilakukan oleh ayahnya. Kekerasan fisik ini terjadi setelah Sugeng, menjual Diar

pada seorang laki-laki di sebuah hotel. Diar yang tidak terima dirinya dijual oleh

ayahnya sendiri, hanya dapat menangis dan megatakan ketidaksetujuannya pada

segala sesuatu yang telah dilakukan oleh Sugeng. Sugeng yang mendengar hal itu,

langsung menampar Diar. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah

ini.

“Wes, ora popo. Ojo nangis, Ayok mulih,” kata Sugeng dengan

mimik biasa-biasa saja, seolah tak ada apa-apa dan segera mengajak

pulang.

“Bapak keterlaluan! Bapak sengaja ya? Aku diperkosa sama dia…”

Tiba-tiba sesuatu terdengar keras. Rasa panas luar biasa di pipi

kirinya, berubah dratis dari dingin yang dirasakan Diar sebelumnya

karena sedang berada di area terbuka malam hari. Panas yang

membakar, menjalar-jalar hingga ke mata, hidung dan seluruh wajah.

Itulah tamparan keras dari Sugeng yang mendarat di pipi Diar, saat

kalimat belum lagi selesai diucapkan. Saat kesedihan belum selesai

dikeluhkan (Oetoro, 2015 : 61).

Tidak hanya ditampar oleh Sugeng, Diar juga ditarik dan dipaksa untuk

naik ke motor yang mereka pakai untuk menuju ke hotel. Dengan kekuatan

Sugeng sebagai laki-laki yang tinggal di desa, Diar tidak dapat mengelak dan

hanya pasrah. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

Dengan kekuatan seorang laki-laki yang biasa hidup di desa, dengan

kekuatan seorang ayah yang diktator, ditariknya tangan Diar,

diseretnya tubuh itu, dipaksanya naik ke boncengan motornya. Tanpa

kata-kata lagi mereka bersepedamotor kembali ke kabupaten. Hanya

suara mesin motor dan isak Diar yang terdengar (Oetoro, 2015 : 61).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

63

Malam itu menjadi malam yang sangat kelam bagi Diar, karena pada

malam itu ia dijual oleh ayahnya untuk menjadi perempuan pekerja seks.

Pekerjaan yang bukan menjadi keinginan Diar. Diar merasa terpaksa melakukan

hal tersebut karena ekonomi keluarganya yang berada di bawah garis kemiskinan

dan menurut Sugeng, menjual anaknya yang masih muda pada laki-laki hidung

belang adalah solusi yang tepat untuk meningkatkan ekonomi keluarga mereka.

Hal ini terbukti bahwa beberapa hari kemudian, Sugeng memiliki modal untuk

membeli peralatan tambal ban milik tetangga mereka yang sudah meninggal.

3.3.2 Kekerasan Verbal

Menurut Baryadi (2012:35-36) kekerasan verbal adalah kekerasan yang

menggunakan bahasa, yaitu kekerasan yang menggunakan kata-kata, kalimat, dan

unsur-unsur bahasa lainnya. Kekerasan verbal meliputi menghina, berkata kasar

dan kotor.

Kekerasan verbal yang terjadi dalam novel ini dapat dilihat dari perkataan

Herlambang terhadap Ires, istrinya. Herlambang yang dulunya sangat baik pada

Ires dan keluarganya, berubah menjadi pemarah dan ringan tengan setelah

menikah dengan Ires. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Lama amat sih? Padahal, Cuma diminta beli rokok di warung depan,

gimana kalau disuruh k Blok M…, bisa-bisa setahun baru balik.

Kamu ketemu pacar ya?” teriak Herlambang, berdiri tegak di hadapan

Ires (Oetoro, 2015 : 69)

Tak hanya saat diminta membeli rokok, perkataan sinis Herlambang juga

terlontar saat Ires menyajikan ayam goreng yang terlihat lebih coklat dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

64

biasanya. Herlambang langsung menolak memakan makanan itu, dan menyuruh

Ires membeli pecel lele di warung. Ires sempat merasa heran, tidak biasanya

Herlambang menyuruh Ires membeli makanan di luar. Karena setiap Ires

melakukan kesalahan saat menyajikan makanan, Herlambang langsung pergi

membeli makanan sendiri. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini.

“Goreng ayam saja nggak becus. Nggak berguna sekali hidupmu, Res.

Beli pecel lele sana untukku. Ayam ini kamu yang makan, biar tahu

rasanya makan sampah.” Diambilnya uang dari dompetnya dan

dilempar begitu saja di atas meja untuk Ires memungut sambil terus

menundukkan kepala. (Oetoro, 2015 : 73).

3.3.3 Kekerasan Psikis

Kekerasan psikis termasuk kategori kekerasan nonseksual. Jenis kekerasan

ini melibatkan secara langsung kondisi psikologis perempuan yang menjadi

korbannya (Sugihastuti, 2010 : 183). Kekerasan psikis dapat mengakibatkan

menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan

untuk bertindak dan tidak berdaya. Kekerasan psikis memiliki kaitan dengan

kekerasan verbal dan kekerasan fisik. Karena kekerasan psikis merupakan akibat

yang ditimbulkan dari kekerasan verbal dan kekerasan fisik.

Kekerasan psikis yang dialami oleh tokoh Ires, merupakan akibat dari

kekerasan verbal dan kekerasan fisik yang dilakukan oleh suaminya, Herlambang.

Ires sangat menghormati Herlambang sebagai suami dan kepala keluarga. Namun,

rasa hormat yang diberikan oleh Ires, dibalas dengan pukulan dan makian oleh

Herlambang. Awalnya Ires merasa Herlambang akan segera berubah dengan

berlalunya waktu. Tetapi, semakin lama sindiran dan pukulan dari Herambang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

65

semakin intensif dan membuat Ires tidak dapat melakukan apa-apa. Bahkan orang

tuanya hanya menyarankan Ires untuk bersabar dan memperbanyak doa.

Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

Sejak itu, dunia luar Ires tertutup. Jalan keluar apa yang bisa dicapai

jika harus melawan seorang jaksa? Seorang yang memiliki koneksi

dengan hamba-hamba hukum lainnya? Bagi Ires, tak ada. Bahkan

orang tua Ires pun takut dengan ancaman-ancaman dari menantu

mereka dan hanya meminta agar Ires lebih bersabar dan lebih banyak

berdoa (Oetoro, 2015 : 72).

Kekerasan yang dilakukan oleh Herlambang, menyebabkan Ires merasa

takut dan tidak berdaya untuk membantah semua yang dilakukan oleh

Herlambang. Akibatnya, Herlambang semakin semena-mena terhadap Ires.

Apalagi ketika Herlambang melihat Ires sedang belajar tanpa ijinnya. Emosinya

seketika itu langsung meningkat. Tanpa peringatan terlebih dahulu, Herlambang

langsung memukuli Ires tanpa ampun.

Diar, sahabat Ires yang khawatir dengan keadaan Ires datang menemui Ires.

Apa yang dikhawatirkan oleh Diar memang benar terjadi. Ia melihat wajah Ires

yang penuh dengan memar dan badannya pun semakin kurus. Diar mengajak Ires

untuk kabur dari rumah. Namun, Ires menolak dengan alasan ia takut jika

Herlambang mengetahui keberadaannya, Herlambang akan semakin menyiksa dan

mengekangnya. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

Mendengar cerita Ires, Diar langsung mengajaknya pergi dari rumah

itu. Pertama-tama Ires menolak, takut Herlambang akan mengetahui

keberadaannya. Selain itu, dia tidak berani karena tidak memiliki apa-

apa untuk hidup sendiri. Ires pun masih ingat apa yang terjadi setelah

ia kabur ke rumah orangtuanya. Dia ingat ancaman-ancaman

Herlambang. Bulu kuduknya berdiri membayangkan kemungkinan-

kemungkinan yang akan terjadi (Oetoro, 2015 : 89).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

66

3.3.4 Kekerasan Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan berbuat atau bertindak. Kekuasaan adalah

kemampuan memobilisasi sumber daya (uang, orang) untuk memperoleh hasil

yang diinginkan. Kekuasaan adalah kemampuan mempengaruhi relung kehidupan.

Kekuasaan tidak bisa dinilai baik atau buruk. Kekuasaan bernilai netral (Barbara

Booles dan Lydia Swan dalam Handayani dkk, 2008:168).

Ketika Ires menemani Diar pergi ke terminal untuk pulang ke Rembang,

diam-diam Herlambang menyewa seorang tukang ojek untuk mencari informasi

tentang keberadaan Ires yang menghilang setelah dipukuli habis-habisan oleh

Herlambang. Dengan diketahuinya keberadaan Ires, Herlambang langsung

berangkat menuju Rembang untuk mencari Ires untuk membalas dendam. Dengan

menggunakan jabatannya sebagai jaksa, sangat mudah bagi Herlambang untuk

mencari tempat tinggal Diar di Rembang. Akhirnya Herlambang menemukan

tempat tinggal Diar. Ia pun mencari cara untuk membalas dendam pada Ires.

Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

Dengan menggunakan jabatannya, Herlambang tidak memerlukan

waktu lama untuk mendapatkan keterangan mengenai Diar dan di

mana kemungkinan dia tinggal. Dua hari dia menunggu dengan sia-

sia saat Ires keluar rumah sendiri. Tempat dia menunggu semakin tak

nyaman. Dia tak bisa berlama-lama berada di warung tetangga Mbah

Karto karena mengundang tanda tanya pemilik (Oetoro, 2015 : 103).

Agar tetangga Mbah Karto tidak mencurigainya, Herlambang akhirnya

bersembunyi di balik ilalang di dekat tambak. Amarahnya semakin meningkat

setelah serangga-serangga yang ada di tambak mulai mengigitnya. Matahari mulai

terbenam. Ini adalah saat yang tepat bagi Herlambang untuk memulai rencananya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

67

yaitu membakar rumah Mbah Karto beserta penghuninya. Termasuk Ires dan

teman-temanya yang sedang ada di dalam rumah Mbah Karto. Pernyataan tersebut

dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

Matahari terbenam merupakan saat yang paling tepat untuk

mengendap-endap menyiram bensin di sekeliling rumah. Tidak akan

ada yang melihat. Mata Herlambang bersinar mengikuti gerakan api

yang berkobar. Dilihatnya Ires pontang-panting berusaha

memadamkan karyanya. Sengaja dia menampakkan diri agar Ires bisa

melihatnya, agar Ires bisa merasakan penderitaannya, agar Ires bisa

menyesali perbuatannya telah meninggalkan dirinya, agar Ires bisa

merasakan semua itu sebelum dia perlahan mati terbakar (Oetoro,

2015 : 104).

Pada saat Ires dan teman-temannya tengah saling membantu untuk

memadamkan api yang semakin membesar, Herlambang memunculkan dirinya,

agar Ires dapat melihat dirinya dan dapat mengingat kesalahan-kesalahan yang

telah dibuat oleh Ires pada Herlambang. Ires yang melihat keberadaan

Herlambang, langsung merasa bersalah karena sudah membawa teman-teman

barunya ke dalam masalahnya dengan Herlambang. Setelah melihat hasil

karyanya, Herlambang merasa puas karena sudah membalaskan dendamnya pada

Ires.

Tak lama setelah musibah yang mereka alami, Ires mulai berani untuk

menceritakan segala sesuatu yang ia lihat pada saat kebakaran terjadi. Karina yang

memiliki teman seorang pengacara langsung menghubunginya untuk membantu

menyelesaikan permasalahan Ires dan Herlambang. Tak lama setelahnya,

Herlambang dimasukkan ke dalam penjara dengan tuduhan kekerasan dalam

rumah tangga dan percobaan pembunuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

68

Tak terima dengan perlakuan teman-teman Ires. Herlambang kembali

menyusun rencana untuk membalas dendam pada Ires. Walaupun ia dipenjara,

Herlambang tetap berusaha agar seluruh rencananya dapat terlaksana dengan baik.

Ia juga rela berbuat baik pada Ires, agar Ires percaya bahwa Herlambang telah

berubah menjadi lebih baik. Untuk melancarkan rencananya itu, Herlambang

meminta Ires untuk datang ke Rembang, untuk mengantarkan surat perjanjian jual

beli rumah mereka. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Herlambang meminta Ires untuk menemuinya di rumah tahanan di

Rembang, untuk membicarakan masalah rumah yang mereka tempati

selama ini. Namun, Herlambang memberi kejutan pada Ires dengan

menemuinya di hotel tempat Ires menginap. Ires sangat terkejut

karena Herlambang berdiri didepannya. Herlambang bercerita bahwa

ia berkelakuan baik saat di rutan. Sehingga ia boleh pergi hingga jam

enam sore. Ires sama sekali tidak tahu bahwa Herlambang telah

membayar puluhan juta pada seorang sipir agar ia boleh keluar selama

sehari.” (Oetoro, 2015 : 213).

Setelah pertemuan hari itu, Ires tidak pernah terlihat lagi. Bahkan ia tidak

sempat untuk mengucapkan sepatah kata pun pada teman-temannya. Dendam

Herlambang telah terbalaskan. Hanya dengan uang dan kekuasaan, Herlambang

dapat membalaskan seluruh dendamnya pada Ires. Tak berapa lama, kematian Ires

terungkap. Teman-temannya pun membangun sebuah yayasan yang diberi nama

SRI, untuk membantu perempuan-perempuan yang teraniaya. Agar kekerasan

yang dialami oleh Ires tidak terjadi lagi, dan mereka dapat membantu mencari

solusi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

69

3.4 Rangkuman

Pada bab III telah dianalisis mengenai budaya patriarki dalam novel

Rembang Jingga. Budaya patriarki yang dianalisis pada bab ini meliputi,

stereotipe gender dan kekerasan gender. Stereotipe gender akan dibagi menjadi

dua yaitu pembagian kerja dan pendidikan.

Pembagian kerja yang dimaksud adalah pembagian kerja berdasarkan di

luar rumah (publik) dan di dalam rumah (domestik). Pembagian kerja di luar

rumah sering kali merugikan kaum perempuan yang bekerja, karena kaum

perempuan yang bekerja hanya dianggap sebagai penambah gaji suami dan bukan

sebagai pencari nafkah utama, sehingga kaum perempuan hanya bekerja yang

sesuai dengan kegiatan mereka sehari-hari, seperti menjadi pengajar, menjadi

perawat, dst. Namun, ada beberapa kaum perempuan yang mengalami nasib yang

kurang baik. Mereka menjadi korban dari stereotipe gender, yaitu tidak

diperbolehkan untuk bekerja.

Pada pembagian kerja di dalam rumah, kaum laki-laki tidak mendapatkan

tanggung jawab yang sama dengan kaum perempuan. Kaum laki-laki

dibebastugaskan dari seluruh pekerjaan rumah, seperti memasak, menyapu, dst.

Berbeda dengan kaum laki-laki, kaum perempuan lebih mendapat tanggung jawab

yang besar terhadap kebersihan rumah. Mereka harus selalu menjaga kebersihan

dan kerapihan rumah mereka. Jika ada kaum perempuan yang membiarkan rumah

mereka dalam keadaan yang tidak rapih, maka mereka akan dianggap sebagai

perempuan yang malas dan tidak mau bekerja, serta dianggap tidak sesuai dengan

kodrat dari kaum perempuan sebagai ibu rumah tangga. Tidak hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

70

bertanggungjawab terhadap kebersihan rumah, kaum perempuan juga bertugas

untuk mendidik, merawat dan membesarkan anak, tanpa bantuan dari suami

mereka dengan alasan bahwa kaum laki-laki bekerja mencari nafkah bagi

keluarganya.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Tidak hanya bagi kaum

laki-laki saja, namun kaum perempuan juga memerlukan pendidikan yang tinggi.

Tetapi banyak orang menganggap ilmu yang akan didapatkan oleh kaum

perempuan tidak akan digunakan saat mereka mengurus rumah tangga. Faktor

ekonomi juga berpengaruh pada kelangsungan pendidikan dari kaum perempuan.

Kekerasan gender akan dibagi menjadi empat yaitu kekerasan fisik,

kekerasan verbal, kekerasan psikis dan kekerasan kekuasaan. Kekerasan fisik

sering menimpa kaum perempuan karena dianggap lemah dan tidak dapat

melawan kekuatan kaum laki-laki yang lebih kuat dari kaum perempuan.

Kekerasan fisik dapat terjadi akibat kecemburuan dan kesalahpahaman yang

terjadi pada salah satu pihak dalam sebuah rumah tangga.

Kekerasan verbal merupakan kekerasan yang dapat “menampar” korbannya

secara tidak langsung. Kekerasan ini menggunakan kalimat atau kata-kata yang

bernada sinis maupun kotor. Sering kali penutur sengaja menggunakan kekerasan

verbal untuk meyakiti lawan bicaranya.

Kekerasan psikis merupakan akibat yang ditimbulkan dari kekerasan

verbal dan kekerasan fisik. Akibat dari kekerasan fisik, korban akan merasa takut

untuk melakukan perlawanan terhadap pelaku kekerasan psikis. Mereka merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

71

takut untuk melawan karena korban dari kekerasan psikis sudah membayangkan

tindakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh pelaku kekerasan ini.

Kekerasan kekuasaan bertujuan untuk menguntungkan salah satu pihak.

Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan jabatannya untuk

mendapatkan sebuah informasi penting.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada bab II telah dibahas mengenai alur dari novel Rembang Jingga yang

dibagi menjadi tiga yaitu tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir. Tahap awal

menceritakan mengenai pertemuan Ires dan Herlambang pertama kali di klinik

saat menemani orang tuanya berobat. Tahap kedua menceritakan hubungan

Herlambang dan Ires pada saat mereka telah menikah. Ires mengalami banyak

kekerasan baik fisik maupun verbal. Pada bagian ini Ires mulai menemukan

teman-teman baru yang dapat mengeluarkannya dari permasalahan rumah

tangganya. Pada bagian akhir, Ires akhirnya ditemukan tewas setelah bertemu

dengan Herlambang untuk menyelesaikan penjualan rumah mereka. Pertemuan

antara Herlambang dan Ires sama sekali tidak diketahui oleh teman-temannya. Ires

merasa bahwa Herlambang sudah berubah dan menjadi lebih baik, maka ia berani

untuk menemui Herlambang, tanpa ditemani oleh teman-temannya.

Tokoh dalam novel ini dibagi menjadi tiga, yaitu tokoh utama protagonis,

tokoh utama antagonis dan tokoh tambahan. Tokoh utama protagonis dalam novel

ini adalah Ires. Tokoh utama antagonis adalah Herlambang. Keduanya menjadi

tokoh utama karena sering muncul dan menjadi penggerak alur. Tokoh Ires

menjadi tokoh protagonis karena tokoh ires tokoh yang diutamakan ceritanya dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

73

merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, ia juga merupakan tokoh yang

sering menghadapi banyak permasalahan. Tokoh Herlambang menjadi tokoh

antagonis karena beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung maupun

tidak langsung, baik fisik maupun batin.

Tokoh Ires digambarkan sebagai tokoh perempuan yang lemah lembut dan

memiliki sikap nrimo atau menerima semua keadaan yang menimpa dirinya. Hal

ini dibuktikan ketika ayahnya harus pensiun dini karena kecelakaan kerja yang

menimpa ayahnya. Ires dengan sabar menerima kenyataan yang harus

menimpanya. Tokoh Herlambang digambarkan sebagai tokoh yang memiliki

paras yang sangat tampan dan sangat menawan. Ia pun memiliki sikap yang

sangat baik dan sopan terhadap Ires dan keluarganya.

Tokoh tambahan dalam novel merupakan tokoh yang lebih sedikit muncul

dalam cerita dan tidak terlalu dipentingkan. Kehadirannya hanya jika ada

keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung. Tokoh

tambahan dalam novel ini diantaranya Karina, Diar, Amanda, Sugeng dan Dodi.

Tokoh Karina digambarkan sebagai tokoh yang sangat tegar dalam menghadapi

permasalahan di kehidupannya. Terutama pada saat keluarganya mulai

menjauhinya karena ia mengandung anak di luar pernikahan. Tokoh Diar

digambarkan tokoh yang berani untuk mengambil resiko untuk keluar dari

rumahnya yang selalu membuat ia menjadi menderita.

Tokoh Amanda digambarkan sebagai anak yang tegar dan memiliki

keinginan yang tinggi untuk membuat kedua orang tuanya memaafkan kesalahan

kakaknya, Linda. Sugeng digambarkan sebagai tokoh yang tega menjual anaknya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

74

sendiri demi mencapai apa yang diinginkannya. Ia digambarkan sebagai ayah

yang keras dan teguh pada pendiriannya. Dodi digambarkan sebagai tokoh yang

memiliki hidup yang bebas dan tidak punya beban dalam hidup, sehingga Dodi

dapat memilih jalan hidupnya sendiri.

Latar dalam novel ini diceritakan mengenai beberapa tempat yang menjadi

pertemuan antara Ires dan teman-teman barunya di Rembang. Tempat Diar

mencari persembunyian dan tempat ia bertemu dengan Ires di Jakarta. Tempat

Karina bertemu dengan Dodi di Amerika. Latar waktu dalam novel Rembang

Jingga ini menceritakan mengenai tahun-tahun penting dimana para tokoh utama

dan tokoh tambahan bertemu dan mulai mendapatkan masalah. Latar sosial

menceritakan mengenai kaum perempuan yang harus tunduk dan patuh terhadap

sebuah budaya yang diciptakan oleh sebuah masyarakat, yang menyebabkan kaum

perempuan mengalami tindak kekerasan gender dan stereotipe gender.

Pada bab III dijelaskan mengenai jenis-jenis budaya patriaki yang terdapat

pada novel Rembang Jingga. Budaya patriarki yang tampak dari novel Rembang

Jingga ini meliputi kekerasan gender dan stereotipe gender. Stereotipe gender

yang terjadi dalam novel Rembang Jingga terjadi akibat diskriminasi yang terjadi

pada kaum laki-laki dan kaum perempuan.

Stereotipe gender yang terjadi dapat dibagi menjadi dua yaitu yaitu

stereotipe gender dalam pembagian kerja dan stereotipe gender dalam pendidikan.

Stereotipe gender dalam pembagian kerja dapat dibagi menjadi dua, yaitu di luar

rumah (publik) dan di dalam rumah (domestik). Pembagian kerja di luar rumah

sering kali merugikan kaum perempuan, karena kaum perempuan hanya dianggap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

75

sebagai penambah gaji suami dan bukan sebagai pencari nafkah utama, sehingga

kaum perempuan hanya bekerja yang sesuai dengan kegiatan mereka sehari-hari,

seperti menjadi pengajar, menjadi perawat, dst. Namun, ada beberapa kaum

perempuan yang mengalami nasib yang kurang baik. Mereka menjadi korban dari

stereotipe gender, yaitu tidak diperbolehkan untuk bekerja. Tokoh Ires pun

menjadi korban dari stereotipe gender ini. ia tidak diperbolehkan untuk bekerja

oleh suaminya yang bernama Herlambang. Herlambang melarang Ires bekerja,

karena ia merasa bahwa gajinya sebagai jaksa muda dapat mencukupi kebutuhan

mereka sehari-hari.

Pembagian kerja di dalam rumah diidentikan dengan kaum perempuan.

Sehingga ada pernyataan jika kaum laki-laki tidak bisa memasak adalah hal yang

sangatlah wajar. Lain halnya jika kaum perempuan yang tidak dapat memasak

maupun membersihkan rumah. Maka akan dianggap berlainan dengan kodrat dari

kaum perempuan. Tokoh Ires mengalami hal yang serupa dengan penjelasan di

atas. Ia harus bekerja keras agar rumahnya dapat terlihat selalu bersih dan rapih,

tanpa bantuan dari suaminya. Sama seperti tokoh Ires, tokoh Karina juga

mengalami pembagian kerja domestik. Karina harus bertanggung jawab untuk

mengurus dan memberikan pendidikan untuk anak semata wayangnya. Ia harus

melakukan hal itu tanpa dibantu oleh suami ataupun keluarganya. Hal itu terjadi

karena Karina melakukan sebuah kesalahan dengan melakukan hubungan

terlarang dengan pacarnya. Karena takut, pacarnya pun meninggalkan Karina

dengan tanggung jawab yang sangat besar. Kaum perempuan memiliki tugas

untuk menjaga dan mengurus anaknya. Tetapi kaum laki-laki tidak diberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

76

beban tugas yang sama seperti kaum perempuan, dengan alasan bahwa kaum laki-

laki memiliki tugas mencari nafkah untuk keluarganya.

Tokoh Ires tidak hanya mengalami diskriminasi dalam pembagian kerja, ia

juga tidak diizinkan untuk melanjutkan pendidikannya yang tertunda akibat

ayahnya yang mengalami kecelakaan. Menurut Herlambang, kaum perempuan

tidak perlu memiliki pendidikan yang tinggi, karena pada akhirnya perempuan

akan kembali ke dapur juga. Tokoh Diar juga mengalami hal yang sama dengan

tokoh Ires, yaitu tidak diperbolehkan untuk melanjutkan pendidikannya oleh

orangtuanya. Hal ini karena keluarga Diar mengalami kesulitan ekonomi,

sehingga ayah Diar memutuskan agar Diar tidak melanjutkan sekolahnya dan

kembali ke Rembang untuk membantu orangtuanya.

Kekerasan gender akan dibagi menjadi empat yaitu kekerasan fisik,

kekerasan verbal, kekerasan psikis dan kekerasan kekuasaan. Kekerasan fisik

merupakan kekerasan yang dapat menyebabkan korbannya mengalami luka fisik.

Kekerasan ini menggunakan anggota tubuh seperti memukul, manampar,

meludahi, menjambak, menendang, menyulut dengan rokok, dst.

Tokoh Ires mengalami kekerasan fisik yang diakibatkan karena

Herlambang, suaminya cemburu terhadap Ires yang membuka akun facebook dan

berhubungan dengan teman-temannya. Setelah melihat hal itu, emosi Herlambang

langsung terpancing. Seketika itu, ia langsung memukuli Ires hingga Ires tak

sadarkan diri. Keesokan harinya, ketika Ires melihat suaminya tidak berada di

rumah, ia langsung bergegas kabur menuju rumah orangtuanya. Ires tahu, jika ia

melawan perintah dari Herlambang, ia akan menerima pukulan yang lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

77

menyakitkan daripada sebelumnya. Tidak hanya tokoh Ires yang menerima

kekerasan fisik, tokoh Diar pun juga mengalami hal yang serupa dengan tokoh

Ires. Ia menerima kekerasan fisik dari ayahnya, setelah tokoh Diar dijual sebagai

pekerja seks oleh ayahnya sendiri. Tokoh Diar tidak terima jika ayahnya

menjualnya sebagai pekerja seks untuk menaikkan ekonomi keluarga mereka yang

berada dibawah garis kemiskinan. Pada saat tokoh Diar tengah mengatakan

ketidaksetujuannya pada Sugeng ayahnya, tiba-tiba Sugeng langsung menampar

wajah anak satu-satunya itu. Diar yang tidak dapat melawan ayahnya hanya dapat

menangis sepanjang perjalanan pulang.

Kekerasan verbal merupakan kekerasan yang dapat “menampar” korbannya

secara tidak langsung. Kekerasan ini menggunakan kalimat atau kata-kata yang

bernada sinis maupun kotor. Sering kali penutur dengan sengaja menggunakan

kakta-kata yang bernada sinis untuk meyakiti lawan bicaranya. Namun, sering kali

penutur menggunakan kata-kata yang halus dan lembut agar tidak terlalu tampak

bila penutur sedang menggunakan kekerasan ini kepada lawan bicaranya.

Tokoh Ires sebagai tokoh utama sering mengalami kekerasan verbal yang

dilakukan oleh suaminya terhadap dirinya. Kekerasan verbal itu terjadi ketika

tokoh Ires melakukan kesalahan-kesalahan kecil pada saat ia sedang

melaksanakan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. saat Ires melakukan

kesalahan, Herlambang akan menyindir Ires dengan kata-kata yang sangat

menyakitkan hati.

Kekerasan psikis merupakan akibat yang ditimbulkan dari kekerasan verbal

dan kekerasan fisik. Akibat dari kekerasan fisik dan kekerasan verbal, korban

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

78

akan merasa takut dan tidak berdaya untuk melakukan perlawanan terhadap

pelaku kekerasan psikis. Mereka merasa tidak mampu untuk melawan dan merasa

bahwa perlawanannya akan menjadi sia-sia.

Tokoh Ires mengalami kekerasan psikis yang diakibatkan kekerasan fisik

dan verbal yang dilakukan oleh suaminya, Herlambang. Kekerasan yang telah

dilakukan Herlambang terhadap Ires menyebabkan Ires menjadi takut dan tidak

berdaya untuk membantah seluruh perintah dari Herlambang. Walaupun

sahabatnya telah membujuknya untuk melarikan diri dari rumahnya, ia tidak

berani dan memilih untuk tinggal. Dampak kekerasan fisik dan verbal terhadap

seseorang dapat menyebabkan psikologis orang tersebut menjadi terganggu.

Hingga orang tersebut dapat merasakan takut, tidak berdaya dan hilangnya rasa

percaya diri.

Kekerasan kekuasaan bertujuan untuk menguntungkan salah satu pihak.

Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan jabatannya dan sejumlah

uang untuk mendapatkan sebuah informasi penting. Tokoh Herlambang pun

menggunakan jabatannya untuk mengetahui dimana keberadaan Ires dan Diar

temannya. Setelah ia mengetahui tempat mereka berada, ia pun langsung

menyusul Ires dan Diar ke Rembang. Di sana Herlambang mulai menjalankan

rencananya, membakar rumah tempat Ires tinggal di Rembang. tak lama setelah

kejadian itu, Herlambang ditangkap dengan tuduhan pembunuhan berencana dan

kekerasan dalam rumah tangga. Namun, beberapa bulan kemudian, Herlambang

dapat menghirup udara segar di luar penjara, setelah menyuap salah satu sipir agar

ia dapat keluar selama satu hari untuk membalaskan dendamnya pada Ires.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

79

Dari pernyataan di atas, dapat ditarik kesimpulan budaya patriarki dialami

oleh beberapa tokoh perempuan yang ada dalam novel Rembang Jingga seperti

Ires, Diar dan Karina. Namun, budaya patriarki yang paling dominan terlihat pada

tokoh Ires. Tokoh Ires sebagai tokoh utama menjadi korban yang diakibatkan

adanya budaya patriarki yang dibentuk oleh masyarakat. Berkat bantuan dari

teman-temannya, tokoh Ires sempat berhasil bebas dari kekerasan gender yang

dilakukan oleh suaminya. Tetapi, ia kembali terpuruk dan mati akibat kekerasan

yang dilakukan oleh suaminya. Tokoh Diar dan tokoh Karina pun mengalami hal

yang sama dengan tokoh Ires, namun kedua tokoh tersebut berhasil bebas dari

belenggu budaya yang menerpa mereka, dengan mengubah pola pikir mereka

yang selama ini mereka gunakan.

4.2 Saran

Penelitian dan pembahasan mengenai budaya patriarki yang meliputi

kekerasan gender dan stereotipe gender telah dianalisis dalam karya ilmiah ini.

Dari penelitian yang telah dilaksanakan, disarankan kepada peneliti selanjutnya

dapat menggunakan psikoanalisis sebagai bahan kajian terhadap novel ini. Karena

cerita di dalam novel ini juga mengangkat mengenai psikoanalisis.

Untuk mengatasi budaya patriarki ini, maka perlu adanya kesetaraan gender

(kedudukan yang setara laki-laki dan perempuan dalam segala hal).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

80

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ahlaq, Mufti Makarim. 2012. Memaknai “Kekerasan” URL :

makaarim.wordpress.com/2012/07/18/memaknai-kekerasan/.

Diunduh: 20/07/2016, 18.30.

Arivia, Gadis. 2003. Filsafat Berpespektif Feminis. Jakarta: Yayasan Jurnal

Perempuan.

Baryadi, I Praptomo. 2012. Bahasa, Kekuasaan dan Kekerasan. Yogyakarta :

Universitas Sanata Dharma.

Budianta, Melani, dkk. 2003. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera.

Eisenstein, Hester. 1984. Contemporary Feminist Thought. Massachusetts: G.

K. Hall & Co.

Efianingrum, Ariefa. 2008. “Pendidikan dan Pemajuan Perempuan : Menuju

Keadilan Gender”. Jurnal Fondasia, Universitas Negeri Yogyakarta.

Fakih, Mansour. 2003. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Faruk. 2014. Metode Penelitian Sastra; Sebuah Penjelajahan Awal.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gamble, Sarah. 2010. Pengatar Memahami Feminisme dan Postfeminisme.

Yogyakarta: Jalasutra.

Handayani, Christina S. dan Ardhian Novianto. 2008. Kuasa Wanita Jawa.

Yogyakarta : PT LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta.

Humm, Maggie. 1990. The Dictionary Of Feminist Theory. USA: Ohio State

University Press.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

81

Jackson, Stevi dan Jackie Jones. 2009. Teori-Teori Feminis Kontemporer.

Yogyakarta: Jalasutra.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Oetoto, TJ dan Dwiyana Premadi. 2015. Rembang Jingga. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Septiana, Hesti. 2015. “Kekerasan Seksual pada Tokoh Diar”. Disampaikan

dalam Seminar Nasional Asosiasi Dosen Bahasa dan Sastra

Indonesia, Univeristas Sebelas Maret.

Sinaga, Risma. 2010. “Dalam Bayang-Bayang Budaya Patriarki”. Tesis pada

Program Magister Ilmu Religi dan Budaya, Universitas Sanata

Dharma.

Strada, Eddy. 2014. Materi IPS, Sosiologi dan Antropologi. URL :

https:/rangkumanmateriips.blogspot.co.id/20014/10/pengertian-dan-

bentuk-kekerasan-sosial.html?m=1. Diunduh 23/02/2016, 20.00

Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan. 2010. Gender dan Inferioritas

Perempuan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Wijaya, Andika. 2010. Stereotipe Gender dalam Film“It’s a Boy Girl Thing”

& “She’s the Man” URL :

https://katakecil.wordpress.com/2010/04/21/stereotipe-gender-

dalam-film%E2%80%9Cit%E2%80%99s-a-boy-girl-

thing%E2%80%9D-%E2%80%9Cshe%E2%80%99s-the-

man%E2%80%9D/. Diunduh 16/02/2016, 14.00

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

82

LAMPIRAN

Sinopsis Rembang Jingga

Amanda Anwar menemukan kakaknya, Linda, tewas karena overdosis

narkoba. Meninggalnya Linda menimbulkan kemarahan orang tuanya. Amanda

berusaha membuka hati ayahnya dengan mencari tahu penyebab Linda terjerumus

ke dunia narkoba melalui sebuah buku harian.

Beberapa tahun setelah suaminya meninggal dunia, Karina Hakim

memutuskan meninggalkan New York bersama anaknya kembali ke Jakarta untuk

membangun kehidupan baru. Sahabatnya, Amanda mengajaknya pergi ke

Rembang untuk membuktikan sebuah fakta dalam buku harian Linda. Melewati

New York, Jakarta, Rembang, ternyata masa lalu Karina masih terus

menghantuinya.

Tidak tahan dipaksa jadi pelacur oleh ayahnya, Diar memutuskan minggat

dari tempat prostitus di Pantura. Jaln panjang dan berliku harus ditempuh Diar,

bahkan menjadi pelayan warung nadi di Tegal sampai akhirnya ke Jakarta. Hingga

takdir hidup membuat Diar harus pulang lagi ke Rembang.

Setelah menikah, Ires berharap mendapatkan kasih sayang dari suami yang

sangat dicintainya. Namun, yang ia dapatkan hanya kekerasan fisik dan mental.

Pertemuan Ires dan Diar memberi harapan baru baginya. Ires mengikuti ajakan

Diar untuk kabur dari rumah. Ires yang lugu dan berhati lembut tidak mengira

suaminya menyimpan dendam dan bertekat mengejarnya ke mana pun.

Di Rembang keempatnya bertemu, bersahabat, dan akhirnya malapetaka

yang timbul mambuat salah satu dari mereka harus membayar mahal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: BUDAYA PATRIARKI TERHADAP TOKOH PEREMPUAN … · Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat ... dan sebagai kado ulang tahun perni kahan kedua orangtuaku, Bapak Paino dan Ibu Tri.

83

BIOGRAFI PENULIS

Catharina Novia Christanti lahir di Balikpapan 28 November 1993. Ia

adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Pada tahun 2000-2006, ia menempuh

pendidikan tingkat SD di SD Santa Maria, Cirebon. Pada tahun 2006-2007, ia

menempuh pendidikan SMP di SMP Santa Maria, Cirebon dan pada tahun 2007-

2009, ia melanjutkan pendidikan SMP di SMP Pangudi Luhur 1, Yogyakarta.

Pada tahun 2009-2012, ia menempuh pendidikan SMA di SMA Stella Duce 2

Yogyakarta. Kemudian pada tahun 2012 ia memulai studi S1-nya di Program

Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Pada tahun 2016, ia mengakhiri masa studinya dengan penelitian untuk

tugas akhirnya yang berjudul “Budaya Patriarki Terhadap Tokoh Perempuan

dalam Novel Rembang Jingga Karya TJ Oetoro dan Dwiyana Premadi:

Pendekatan Feminisme”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI